19
JURNAL EKONOMI, AKUNTANSI DAN MANAJEMEN TAHUN 2014 UNIVERSITAS GUNADARMA

Anurazifah.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/3810/... · ANALISIS KAUSALITAS INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI NEGARA BAHRAIN Nur Azifah ... peerubahan GDP dan jumlah uang

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • JURNAL EKONOMI, AKUNTANSI DAN

    MANAJEMEN

    TAHUN 2014

    UNIVERSITAS

    GUNADARMA

  • ANALISIS KAUSALITAS INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

    DI NEGARA BAHRAIN

    Nur Azifah

    Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

    Jl. Margonda Raya No. 100

    [email protected]

    ABSTRAKSI

    Inflasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian yang

    tidak bisa diabaikan, karena inflasi dapat menimbulkan dampak yang sangat luas baik terhadap

    perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi sangat penting dalam

    menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan

    ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara. Bahrain adalah negara kecil yang mengandalkan

    pendapatannya dari minyak. Persentase pemrosesan dan pengolahan minyak menjadi sumber utama

    pemasukan negara, sehingga tingginya GDP juga bergantung kepada harga minyak dunia dan cadangan

    minyak yang ada di Bahrain. Walaupun begitu, jumlah penduduk Bahrain masih sangat sedikit.

    Sehingga jika dibandingkan dengan Indonesia, koefisien pembagi GDP juga sangatlah kecil yang

    membuat GDP perkapita Bahrain Tinggi. Penelitian ini menguji hubungan kausalitas antara inflasi,

    pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di Negara Timur Tengah khususnya pada

    perekonomian di Negara Bahrain periode 1981 – 2013. Alat analisis yang digunakan adalah kausalitas

    Granger. Hasil uji kausalitas Granger variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak

    mempunyai hubungan kausalitas dua arah dalam satu waktu, tetapi dalam jangka panjang memang

    mempunyai pengaruh secara tidak langsung antara variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

    Kata kunci: Kausalitas, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, GDP, Bahrain

    ABSTRACT

    Inflation and economic growth is the important indicators in the economy that can not be ignored,

    because inflation can lead to a very broad impact both on the economy and social welfare and economic

    growth is very important in assessing the performance of an economy, especially for the analysis the

    results of economic development that has implemented in a state. Bahrain is a small country that relies

    on income from oil. Percentage of processing and oil processing became a major source of state

    revenue, so that the high GDP also depend on world oil prices and oil reserves that exist in Bahrain.

    Even so, the population of Bahrain is very small. So when compared with Indonesia, GDP divider

    coefficient is also very small which makes the GDP per capita is raising in Bahrain. This study

    examined the causal relationship between inflation, economic growth and the unemployment rate in the

    country, especially in the Middle East country in the State of Bahrain's economy period 1981-2012.

    Analytical tool used is the Granger causality. The results of Granger causality test variable inflation and

    economic growth has turned out to be a two -way causal relationship at a time, but in the long run it has

    indirect influence between the variables of inflation and economic growth.

    Keywords: Causality, Inflation, Economic Growth, GDP, Bahrain

    mailto:[email protected]

  • PENDAHULUAN

    Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

    dilihat dari beberapa indikator makro. Dengan

    melihat beberapa indikator makro pada suatu negara

    akan terlihat apakah kinerja perekonomian pada

    negara tersebut semakin membaik atau sebaliknya.

    Indikator makro tersebut meliputi tingkat inflasi dan

    pertumbuhan ekonomi. Inflasi merupakan salah satu

    indikator penting dalam perekonomian yang tidak

    bisa diabaikan, karena dapat menimbulkan dampak

    yang sangat luas baik terhadap perekonomian

    maupun kesejahteraan masyarakat. Bagi

    perekonomian, inflasi yang tinggi dapat

    menyebabkan timbulnya ketidakstabilan,

    menurunkan gairah menabung dan berinvestasi,

    menghambat usaha peningkatan ekspor,

    menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi,

    maupun dapat berdampak pada meningkatnya tingkat

    pengangguran. Dari sisi kesejahteraan, inflasi yang

    tinggi menyebabkan turunnya pendapatan riil (daya

    beli) masyarakat, terutama bagi pekerja-pekerja yang

    mempunyai penghasilan tetap, sehingga berdampak

    pada menurunnya tingkat konsumsi masyarakat dan

    meningkatnya tingkat kemiskinan.

    Selain Inflasi, Pertumbuhan ekonomi juga

    merupakan salah satu indikator yang amat penting

    dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama

    untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan

    ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau

    suatu daerah. Ekonomi dikatakan mengalami

    pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa

    meningkat dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan

    ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas

    perekonomian dapat menghasilkan tambahan

    pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada

    periode tertentu.Pertumbuhan ekonomi suatu negara

    atau suatu wilayah yang terus menunjukkan

    peningkatan menggambarkan bahwa perekonomian

    negara atau wilayah tersebut berkembang dengan

    baik (Amri Amir, 2007).

    Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

    berkelanjutan merupakan kondisi utama suatu

    keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi

    dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah

    penduduk bertambah setiap tahun yang dengan

    sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga

    bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan

    penambahan pendapatan setiap tahun (Tulus T.H.

    Tambunan, 2009). Selain dari sisi permintaan

    (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan

    penduduk juga membutuhkan pertumbuhan

    kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan

    ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan

    kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan

    dalam pembagian dari penambahan pendapatan

    tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan

    menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi

    dengan peningkatan kemiskinan (Tulus T.H.

    Tambunan, 2009). Pemenuhan kebutuhan konsumsi

    dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bisa dicapai

    dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa)

    atau GDP yang terus-menerus. Dalam pemahaman

    ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah

    penambahan GDP, yang berarti peningkatan

    Pendapatan Nasional.

    Pembangunan ekonomi sebuah negara dapat

    dilihat dari beberapa indikator perekonomian. Salah

    satu di antaranya adalah tingkat pengangguran.

    Berdasarkan tingkat pengangguran dapat dilihat

    kondisi suatu negara, apakah perekonomiannya

    berkembang atau lambat dan atau bahkan mengalami

    kemunduran. Selain itu dengan tingkat

    pengangguran, dapat dilihat pula ketimpangan atau

    kesenjangan distribusi pendapatan yang diterima

    suatu masyarakat negara tersebut. Pengangguran

    dapat terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat

    perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi

    dengan adanya lapangan pekerjaan yang cukup luas

    serta penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil

    persentasenya, Hal ini disebabkan rendahnya tingkat

    pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk

    menampung tenaga kerja yang siap bekerja.

    Kondisi perekonomian Bahrain selama tahun

    2013 – 2014 cenderung menurun dibandingkan

    sebelumnya diakibatkan menurunya harga minyak di

    Timur Tengah yang juga berdampak pada negara

    Bahrain. Tetapi dengan kekayaan minyak di Bahrain

    sangat berlimpah dengan wilayah negara yang tidak

    terlalu besar dengan berpenduduk sedikit sehingga

    inflasi sangat tidak berpengaruh terhadap

    pertumbuhan ekonomi karena masih memiliki

    cadangan devisa yang cukup memadai untuk

    mendukung kestabilan perekonomian di Bahrain.

  • Gambar 1.1. Tingkat Inflasi di Bahrain

    Sumber: Trading Economics

    Gross Domestic Product (GDP) mengalami

    berbagai perubahan varians dalam perekonomian

    Bahrain selama periode (2000-2013). Pertumbuhan

    ekonomi yang pesat dan peningkatan harga minyak

    yang tinggi membuat perekonomian Bahrain

    berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun

    tersebut. Pada dekade tersebut pertumbuhan ekonomi

    yang kuat dan meningkatnya harga minyak, Bahrain

    mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan

    meskipun ada sejumlah tantangan yang dihadapi

    dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun dampak

    dari krisis global sejak tahun 2009, tantangan

    regional politik pada tahun 2011, dan produksi

    minyak pada tahun 2012 tetapi perekonomian di

    Bahrain telah secara konsisten mencatat pertumbuhan

    yang positif selama periode ini; di mana tingkat

    pertumbuhan riil GDP meningkat dari 5,4% di tahun

    2000 menjadi 7,9% pada tahun 2005, tetapi turun

    menjadi 6% dan 3,8% pada tahun 2009 dan 2013

    masing-masing (CBB, 2013). Diketahui bahwa

    peerubahan GDP dan jumlah uang beredar

    menunjukkan bahwa adanya hubungan kausalitas

    antara GDP riil dan jumlah uang beredar.

    Gambar 1.2. Pertumbuhan GDP di Bahrain

    Sumber: Trading Economics

    Bahrain satu-satunya negara Teluk di Timur

    Tengah yang telah mengalami defisit fiskal sejak

    tahun 2009. Pendapatan Fiskal tidak dapat

    diharapkan untuk meningkatkan perekonomian

    negara tersebut pada tahun 2014 ini karena adanya

    penurunan dalam harga minyak, sementara belanja

    publik terus bertambah naik di sektor publik dan dana

    pensiun, pemeliharaan subsidi (Air, listrik, bensin

    dan bahan makanan), dan kebijakan properti

    perumahan serta investasi terhadap infrastruktur.

    Karena itu, GDP riil Bahrain tumbuh sebesar 3,4%

    pada tahun 2012. Namun, pada beberapa dekade

    selama tahun tersebut terjadi gangguan teknis dengan

    ladang minyak di Abu Sa'afa. Pada 2013,

    pertumbuhan diperkirakan akan mencapai 5,3%,

    dikarenakan mulai adanya normalisasi produksi

    minyak dari ladang minyak di Abu Sa'afa, serta

    perencanaan kenaikan harga minyak yang lebih lanjut

    terhadap produksi minyak di Bahrain. The Economic

    Development Board Bahrain mengharapkan

    pertumbuhan GDP riil akan mencapai 4,2% pada

    tahun 2014e ini.

    Dalam suatu perekonomian, antara inflasi dan

    pertumbuhan ekonomi saling berkaitan. Apabila

    tingkat inflasi tinggi maka dapat menyebabkan

    melambatnya pertumbuhan ekonomi, sebaliknya

    inflasi yang relatif rendah dan stabil dapat

    mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi.Begitu

    pula dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan

    ekonomi yang tinggi dapat pula memicu terjadi

    inflasi yang tinggi melalui kenaikan dalam

    permintaan agregat. Kaitan antara inflasi dengan

    pertumbuhan ekonomi ini, akan terlihat jelas apabila

    dilihat dari perkembangan data triwulan untuk kedua

    indikator ekonomi tersebut.

    Gambar 1.3. Perbandingan antara GDP perkapita

    dan Inflasi di Bahrain

    Sumber: Trading Economics

    Pada gambar 1.3.tersebut terlihat ada pola

    hubungan antara inflasi dengan pertumbuhan

    ekonomi. Ada saat-saat di mana inflasi yang tinggi

    diikuti dengan penurunan dalam laju pertumbuhan

  • ekonomi ataupun menurunnya laju inflasi diikuti

    dengan kenaikan dalam laju pertumbuhan ekonomi.

    Sebaliknya terdapat pula saat-saat di mana laju

    pertumbuhan ekonomi yang tinggi diikuti dengan

    meningkatnya laju inflasi. Meskipun demikian,

    hubungan antara laju inflasi dengan pertumbuhan

    ekonomi belum dapat dipastikan kejelasan

    kausalitasnya, dalam arti apakah inflasi yang

    menyebabkan pertumbuhan ekonomi ataukah

    sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan

    inflasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

    apakah tingkat inflasi menyebabkan pertumbuhan

    ekonomi atau sebaliknya dan apakah ada hubungan

    jangka panjang antara inflasi dengan pertumbuhan

    ekonomi selama periode 1981 – 2012. Oleh karena

    itulah, peneliti mengambil judul penelitian “Analisis

    kausalitas inflasi dan pertumbuhan ekonomi (studi

    kasus perekonomian Negara Bahrain periode 1981 –

    2012)”.

    KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN

    HIPOTESIS

    Makro Ekonomi Islam

    Dalam sub-bab sebelumnya telah dijelaskan

    bahwa ekonomi dibagi menjadi 2 ruang lingkup

    pembahasan yaitu mikroekonomi dan

    makroekonomi. Mikro dan makro sama-sama

    mempelajari perilaku rumah tangga dan bagaimana

    permintaan dan penawaran yang terjadi dalam rumah

    tangga tersebut.Tetapi makro lebih memfokuskan

    kepada perilaku permintaan dan penawaran yang ada

    dalam suatu negara. Jika ruang lingkup mikro

    dipengaruhi oleh variabel kepuasan atau utilitas

    individu dan keuntungan perusahaan, maka yang

    mempengaruhi variabel makro ada 3 yaitu :

    1. Output yang diukur dari GNP atau GDP GNP dan GDP digunakan sebagi tolak ukur

    produktivitas negara dari barang-barang yang

    diproduksi oleh negara tersebut. Perbedaannya

    adalah wilayah tempat barang itu berproduksi.

    GNP memasukkan semua produksi barang dan

    jasa yang diproduksi oleh warga negara dan

    negara baik di dalam negeri maupun di luar

    negeri, tetapi kepemilikan asing yang berproduksi

    di dalam negeri tidak dihitung. Sedangkan GDP

    memasukkan semua produksi barang dan jasa baik

    kepemilikan negara, asing, dan warga negara yang

    ada di negara tersebut, tetapi tidak menghitung

    produksi diluar negara tersebut walaupun produksi

    tersebut milik negara dan warga negara tersebut.

    Konsensus internasional menetapkan GDP sebagai

    tolak ukur output negara.

    2. Tingkat pengangguran tingkat pengangguran timbul karena adanya kelebihan penawaran dalam

    tenaga kerja. Selain itu jumlah usia produktif dan

    non produktif yang berpengaruh kepada angkatan

    kerja dalam negara juga memiliki efek terhadap

    pengangguran dalam suatu negara.

    3. Tingkat kenaikan harga atau inflasi yang ada di negara tersebut inflasi dalam suatu negara

    timbul karena adanya permintaan yang tinggi akan

    barang dan jasa sedangkan produksi atau

    penawaran yang dilakukan produsen kurang dari

    permintaan yang diharapkan, sehingga terjadi

    kelangkaan barang dan jasa. Inflasi dapat dihitung

    dengan menggunakan indeks harga konsumen

    (IHK), indeks harga produsen (IHP), maupun

    dengan deflator PDB. Terkait dengan penelitian

    ini, perhitungan inflasi yang digunakan adalah

    indeks harga konsumen (IHK). Sedangkan yang

    dimaksud indeks harga konsumen adalah besarnya

    biaya paket barang-barang dan jasa yang

    menunjukkan konsumsi masyarakat perkotaan (Tri

    Widodo, 2006).

    Dalam makroekonomi dibahas bagaimana

    kebijakan pemerintah yang ada dalam suatu negara

    tersebut akan mempengaruhi perilaku individu dan

    perusahaan dalam melakukan aktivitas ekonomi.

    Studi makroekonomi juga melihat kepada 4 prinsip

    dasar dalam pengambilan keputusan dalam ruang

    lingkup negara. Selain itu ada 2 hal fundamental

    dalam makroekonomi Islam yang berbeda dalam

    makroekonomi konvensional, yaitu ;

    1. Larangan riba Dalam makroekonomi Islam tidak ada pembahasan tentang suku bunga, karena

    bunga yang diqiyaskan sama dengan riba

    mempunyai hukum haram. Jadi tingkat kenaikan

    harga/inflasi yang terjadi salah satunya bukan

    disebabkan oleh naik atau turunnya tingkat suku

    bunga yang ada di negara.

    2. Perintah zakat Selain pajak, makroekonomi Islam menambahkan indikator zakat kedalam

    pemasukan negara. Pengelolaan zakat berbeda

    dengan pajak, karena sudah diatur dalam Al-

    Qur’an dan Sunnah. Perintah zakat ini akan

    mempengaruhi perilaku rumah tangga dalam

    mengkonsumsi, berinvestasi dan menabung untuk

    masa depan. Zakat dapat memberikan dampak

  • yang besar terhadap pembangunan negara dan

    mensejahterakan masyarakat.

    Kebijakan makro pemerintah dalam Islam

    harus memperhatikan 2 hal tersebut.Karena hal

    tersebut yang sangat membedakan antara kebijakan

    makro konvensional dan Islam.

    Teori Inflasi

    Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga

    untuk menaik secara umum dan terus menerus

    (Boediono, 1985). Dari definisi tersebut , maka

    kenaikan harga dari satu atau dua macam barang saja

    tidak bisa langsung disebut inflasi, kecuali bila

    kenaikan tersebut meluas kepada (atau

    mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga

    barang-barang lain. Kenaikan harga-harga yang

    terjadi sekali saja dan tidak mempunyai pengaruh

    lanjutan (misal: perubahan harga yang bersifat

    musiman, menjelang hari raya, dan sebagainya) tidak

    disebut inflasi. Inflasi dapat diklasifikasikan menjadi

    3 dilihat dari penyebabnya, yaitu :

    1. Inflasi permintaan (demand-pull inflation) inflasi yang timbul karena terlalu kuatnya

    permintaan masyarakat akan berbagai macam

    barang dan jasa. Ada kecenderungan bagi output

    menaik bersama-sama dengan kenaikan harga

    umum. Besar kecilnya kenaikan output ini

    tergantung dari elastisitas kurva penawaran

    agregat, semakin mendekati output maksimum

    semakin tidak elastis kurva ini;

    2. Inflasi penawaran (cost push inflation) inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi.

    Kenaikan harga disertai dengan penurunan hasil

    penjualan barang (kelesuan usaha);

    3. Inflasi campuran (mixed inflation) inflasi yang penyebabnya berupa campuran atau kombinasi

    antara demand-pull dan cost-pushinflation.

    Selain pengklasifikasian menurut penyebabnya,

    inflasi dapat juga dikategorikan berdasarkan asalnya

    dan terbagi menjadi 2, yaitu :

    1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) timbul karena defisit anggaran

    belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang

    baru, gagal panen, bencana alam, perubahan

    kebijakan harga pemerintah, faktor musiman

    seperti perayaan hari besar keagamaan,

    tindakanspekulatif menimbun barang yang dapat

    menggangguketersediaan barang, serta ekspektasi

    masyarakat terhadap inflasi yang akan datang ;

    2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (foreign inflation) inflasi yang terjadi karena kenaikan

    harga-harga komoditi di luar negeri (di negara-

    negara mitra dagang )atau karena terjadinya

    depresiasi nilai tukar. Kenaikan harga barang-

    barang yang kita impor secara langsung

    mengakibatkan kenaikan indeks biaya hidup

    karena sebagian dari barang-barang yang tercakup

    di dalamnya berasal dari impor, dan secara tidak

    langsung menaikkan indeks harga melalui

    kenaikan biaya produksi dari berbagai barang

    yang menggunakan bahan baku atau mesin-mesin

    yang diimpor.

    Walaupun terdapat pengklasifikasian inflasi,

    pada kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu

    negara sangat jarangdisebabkan oleh satu macam

    atau satu jenis inflasi saja. Sebagian besar inflasi

    yang terjadi seringkali merupakan kombinasi dari

    berbagai jenis inflasi, sebagai misal imported

    inflation seringkali diikuti oleh cost push inflation,

    domestic inflation diikuti dengan demand pull

    inflation, dan sebagainya.

    Terdapat 3 teori besar dalam inflasi, yaitu

    teori kuantitas, teori keynes dan dan teori strukturalis.

    Dalam Teori kuantitas, proses terjadinya inflasi

    adalah akibat dari 2 faktor yaitu jumlah uang beredar

    dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai

    kenaikan harga-harga. Terdapat 3 pernyataan dalam

    teori kuantitas, diantaranya :

    1. Inflasi hanya terjadi jika ada penambahan volume jumlah uang beredar. Tanpa adanya kenaikan

    jumlah uang beredar, kejadian seperti gagal panen,

    hanya akan menaikkan harga-harga untuk

    sementara waktu saja (bersifat temporer). Dalam

    kerangka teori ini, penambahan jumlah uang

    beredar merupakan faktor utama bagi terjadinya

    inflasi.

    2. Laju inflasi ditentukan oleh laju penambahan jumlah uang beredar dan ekspektasi masyarakat

    mengenai kenaikan harga-harga di masa

    mendatang.

    Teori Keynes menyebutkan inflasi terjadi

    karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas

    kemampuan ekonominya. Proses inflasi, tidak lain

    adalah proses perebutan bagian harta di antara

    kelompok-kelompok sosial yang menginginkan

  • bagian yang lebih besar daripada yang bisa

    disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses

    perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi

    keadaan di mana permintaan masyarakat akan

    barang-barang selalu melebih jumlah barang-barang

    yang sanggup dihasilkannya, sehingga timbul apa

    yang disebut dengan inflationary gap yaitu

    kesenjangan yang timbul karena di satu sisi

    masyarakat berhasil mengubah keinginan mereka akan

    barang-barang menjadi permintaan efektif atau mereka

    berhasil memperoleh dana untuk mewujudkan

    keinginan mereka akan barang-barang tersebut.

    Sementara di sisi lain, jumlah barang-barang yang

    tersedia (atau yang mampu dihasilkan) tidak

    mencukupi untuk memenuhi permintaan masyarakat

    tersebut. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan

    terjadinya kenaikan harga-harga. Dan pada tahap

    selanjutnya, ketika masyarakat berhasil memperoleh

    dana kembali untuk mewujudkan keinginan mereka,

    maka kenaikan harga akan berlangsung kembali.

    Proses ini akan berhenti bila sebagian dari golongan

    masyarakat tidak dapat memperoleh dana kembali

    untuk mewujudkan keinginan mereka akan barang-

    barang.

    Teori ketiga tentang inflasi dikemukakan oleh

    para kaum strukturalis yang menitikberatkan pada

    kekakuan terhadap struktur ekonomi negara

    berkembang.Hal ini didasarkan pada pengamatan

    ekonomi di negara-negara Amerika Latin. Terdapat 2

    kekakuan utama dalam struktur ekonomi negara

    berkembang, yaitu :

    1. Kekakuan berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor nilai ekspor cenderung

    tumbuh dengan lambat dibandingkan

    pertumbuhan sektor-sektor lain. Lambatnya

    pertumbuhan ekspor ini, berarti terjadi

    kelambanan pada kemampuan untuk mengimpor

    barang-barang yang dibutuhkan, baik barang

    konsumsi maupun modal. Akibatnya, negara

    tersebut terpaksa menggalakkan strategi substitusi

    impor. Kebijakan substitusi impor ini seringkali

    menimbulkan biaya produksi yang lebih tinggi

    yang berdampak pada tingginya harga barang

    yang diproduksi. Bila proses substitusi impor ini

    makin meluas maka kenaikan biaya produksi juga

    makin meluas ke berbagai barang, sehingga makin

    banyak harga barang-barang yang naik, dan pada

    akhirnya akan menyebabkan terjadinya inflasi.

    2. Kekakuan berupa ketidakelastisan pada produksi bahan makanan di dalam negeri pertumbuhan

    produksi bahan makanan di dalam negeri tidak

    secepat terjadinya penambahan penduduk dan

    pendapatan perkapita, sehingga harga bahan

    makanan di dalam negeri cenderung meningkat

    melebihi kenaikan harga barang-barang lain.

    Selanjutnya, hal tersebut akan mendorong

    timbulnya tuntutan karyawan akan kenaikan upah.

    Kenaikan upah berarti kenaikan biaya produksi,

    yang berarti pula kenaikan harga dari barang-

    barang tersebut. Kenaikan harga barang-barang

    seterusnya mengakibatkan timbulnya tuntutan

    kenaikan upah lagi, dan kenaikan upah kemudian

    akan diikuti dengan kenaikan harga-harga,

    demikian seterusnya. Proses ini akan berhenti

    dengan sendirinya seandainya harga bahan

    makanan tidak terus menaik. Namun karena faktor

    struktural tadi, maka proses tersebut akan terus

    berlanjut sehingga menimbulkan inflasi spiral.

    Teori Pertumbuhan Ekonomi

    Menurut Todaro (2006) terdapat tiga faktor

    atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi

    dari setiap bangsa, yaitu akumulasi modal yang

    meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang

    ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal

    atau sumber daya manusia; pertumbuhan penduduk

    beberapa tahun selanjutnya yang akan

    memperbanyak jumlah akumulasi kapital; dan

    kemajuan teknologi. Dalam teori Harrod-Domar,

    menyatakan bahwa pembentukan modal merupakan

    faktor penting yang menentukan pertumbuhan

    ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat

    diperoleh dari akumulasi tabungan yang dilakukan

    oleh penduduk, sehingga bermanfaat bagi kegiatan

    investasi (Gillisetall, 1996)

    Model pertumbuhan neoklasik dipelopori oleh

    Robert M. Solow pada tahun 1950-an. Model

    pertumbuhan ini telah diterapkan dalam berbagai

    studi empiris di banyak negara. Asumsi dasar yang

    dipakai dalam model ini antara lain: keluaran

    dihasilkan dari penggunaan dua jenis masukan yaitu

    modal dan tenaga kerja, perekonomian berada pada

    kondisi penggunaan tenaga kerja penuh,

    perekonomian berada dalam kondisi persaingan

    sempurna. Ada dua hal utama yang dibahas dalam

    model ini, yaitu peranan modal dan perubahan

    teknologi dalam pertumbuhan ekonomi. Namun

  • untuk sementara perubahan teknologi dianggap

    konstan sehingga akan diketahui bagaimana peran

    modal dalam proses pertumbuhan. Akumulasi modal

    dan kedalaman modal terjadi pada saat pertumbuhan

    persediaan (stock) modal lebih cepat daripada

    pertumbuhan tenaga kerja. Dalam kondisi tanpa

    perubahan teknologi, akumulasi modal akan

    mendorong pertumbuhan keluaran per tenaga kerja,

    meningkatkan marginal product tenaga kerja serta

    meningkatkan upah. Namun akumulasi modal juga

    akan mendorong berkurangnya pengembalian modal

    (return of capital) dan menurunkan tingkat suku

    bunga riil.

    Teori pertumbuhan berikutnya adalah teori

    pertumbuhan baru (endogenous growth theory) yang

    muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan

    intelektual dan empiris model pertumbuhan

    neoklasik. Teori pertumbuhan endogen (endogenous

    growth theory) dari Romer ( 1991 ) berpendapat

    sumber pertumbuhan adalah peran penelitian dan

    pengembangan (research and development = R & D)

    dan modal manusia. Perbedaan lokal dalam modal

    manusia dan aktivitas R & D adalah faktor penting

    dalam menjelaskan tingkat perbedaan pertumbuhan .

    Tingkat pendidikan penduduk yang tinggi, tenaga

    kerja yang terampil dan semakin banyak jumlah

    R&D yang dilakukan oleh perusahaan yang ada di

    daerah tertentu akan mendorong pertumbuhan

    ekonomi. Ada empat ciri utama yang membedakan model pertumbuhan baru dengan model neoklasik (Ray,

    1995) sebagai berikut. 1. Kemajuan teknologi yang endogen (endogenous =

    sesuatu yang ditentukan oleh faktor-faktor di

    dalam ekonomi)

    2. Penekanan lebih banyak terhadap peran akumulasi modal.

    3. Dimasukkannya dampak eksternal.

    4. Implikasi model untuk kebijaksanaan yang lebih bersifat intervensi.

    Profil Bahrain

    Bahrain adalah salah satu negara yang

    termasuk kedalam kawasan Asia Barat yang terletak

    di kepulauan teluk persia, semenanjung Arab. Ibu

    kota negara Bahrain adalah Al-Manamah dan

    merupakan kota terbesar yang ada dalam wilayah

    Bahrain. Sistem pemerintahan Bahrain hampir sama

    dengan negara-negara teluk yang ada di semenanjung

    Arab yaitu Monarki Konstitusional dimana kepala

    negara dipegang oleh Raja dan Ratu yaitu Raja

    Hamad Ibn Isa Al Khalifah dan Ratu Sabika Binti

    Ibrahim Al Khalifah yang dinobatkan pada 14

    Februaru 2002, dan kepala pemerintahan di pimpin

    oleh Perdana Menteri yang bernama Khalifah Ibn

    Sulaiman Al Khalifah yang menjabat dari tahun

    1970. Terdapat 2 mahkamah konstitusi yang

    mengatur perundang-undangan di Bahrain dimana

    anggotanya ditunjuk langsung oleh Raja, yaitu

    Dewan Perwakilan dan Majelis Syura.

    Negara tetangga bahrain adalah Qatar dan

    Arab Saudi, tidak mempunyai batas darat langsung

    dengan Bahrain. Luas wilayah Bahrain hampir sama

    dengan luas wilayah propinsi DKI Jakarta yaitu 765.3

    km2, tetapi jumlah penduduk Bahrain hanya

    mencapai 12% dari keseluruhan total penduduk DKI

    Jakarta, yaitu 1.234.571 jiwa pada tahun 2010.

    Komposisi penduduk Bahrain terdiri atas 54% Warga

    Negara Bahrain yang berjumlah 666.172 jiwa dan

    46% imigran yang berasal dari berbagai negara yang

    berjumlah 568.399 jiwa. Pertumbuhan jumlah

    penduduk Bahrain selama 30 tahun terakhir, sangat

    kecil. Walaupun tingkat kesuburan dan kelahiran

    penduduk Bahrain sangat tinggi, tetapi tingkat

    kematian ibu dan bayi juga semakin meningkat.

    Berikut ini adalah persentase tabel pertumbuhan

    penduduk dan total penduduk Bahrain selama kurun

    waktu 30 tahun dan prediksi penduduk hingga tahun

    2050:

    Tabel 2.1. Pertumbuhan Populasi di Bahrain,

    1980 – 2050

    Periode

    Population Growth Rate

    (%)

    1980 - 1985 3.06

    1985 - 1990 3.35

    1990 - 1995 2.56

    1995 - 2000 3.40

    2000 - 2005 5.50

    2005 - 2010 7.05

    2010 - 2015* 1.66

    2015 - 2020* 1.70

    2020 - 2025* 1.19

    2025 - 2030* 0.89

    2030 - 2035* 0.76

    2035 - 2040* 0.63

    2040 - 2045* 0.49

  • 2045 - 2050* 0.34

    Sumber: United Nations, World Population

    Prospects: The 2012 Revision.

    Tabel 2.2 Besar Populasi di Bahrain Menurut

    Jenis Kelamin, 1980 – 2050

    Year Population Size (Thousands)

    Males Females Total

    1980 210 150 360

    1985 240 180 419

    1990 286 210 496

    1995 325 239 564

    2000 381 287 668

    2005 525 354 880

    2010 781 471 1.252

    2015* 842 518 1.360

    2020* 920 560 1.480

    2025* 973 598 1.571

    2030* 1.011 631 1.642

    2035* 1.044 661 1.705

    2040* 1.072 688 1.760

    2045* 1.094 710 1.804

    2050* 1.109 726 1.835

    Sumber :United Nations, World Population

    Prospects : The 2012 Revision.

    Dari tabel diatas dapat dilihat, perningkatan

    penduduk yang sangat tinggi terjadi dari tahun 2005

    hingga tahun 2010, dimana persentase peningkatan

    penduduk sebesar 7.05% atau sejumlah 372 ribu jiwa

    dalam 5 tahun. Peningkatan penduduk sebagian besar

    dikarenakan naiknya jumlah imigran dari negara lain

    yang pindah ke Bahrain. Selama 10 tahun tercatat

    telah terjadi peningkatan imigran sebanyak 421.235

    jiwa, dari total imigran 244.937 pada tahun 2000

    menjadi 666.172 pada tahun 2010.

    Tabel 2.3. Besaran Populasi di Bahrain periode

    1990 – 2013

    Indicator 1990 2000 2010 2013

    Estimated

    Number of

    IM at Mid-

    Year (Total) 173.200 244.937 666.172 729.357

    Estimated

    Number of

    IM at Mid-

    123.851 169.407 481.175 526.814

    Year (Male)

    Estimated

    Number of

    IM at Mid-

    Year

    (Female)

    49.349 75.530 184.997 202.543

    Estimated

    Number of

    Refugees at

    Mid-Year

    1.780 1 165 199

    IM as

    percentage

    of the

    Population

    (%)

    34.92 36.65 53.23 54.75

    Female

    Migrants as

    a Percentage

    of all IM

    (%)

    28.49 30.84 27.77 27.77

    Refugess as

    a Percentage

    of IM (%)

    1.03 0.00 0.02 0.03

    Sumber :United Nations, World Population

    Prospects : The 2012 Revision.

    Bahrain merupakan negara muslim sama

    seperti sebagian besar negara timur tengah lainnya.

    Persentase penduduk Bahrain yang memeluk Islam

    81.2%, 18.8% lainnya memluk agama lain selain

    Islam. Dari segi ekonomi, Bahrain merupakan negara

    timur tengah yang kaya dan masuk kedalam blok

    dagang negara-negara teluk (Gulf Cooperation

    Council). Bahrain termasuk kedalam negara dengan

    pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat

    setelah ditemukannya minyak. Sekitar 70%

    pendapatan pemerintah berasal dari pengolahan dan

    pemrosesan minyak dan menempati 30% dari total

    GDP. Selain itu, Bahrain juga menggarap

    difersivikasi lain untuk pendapatan pemerintahnya

    yaitu dalam sektor keuangan (Bank dan Lembaga

    keuangan lainnya), sektor pariwisata, sktor industri

    alat berat, dan industri retail. Bahrain juga terkenal

    dengan julukan pusat keuangan negara teluk dan

    pusat keuangan Islam, karena sistem keuangan yang

    robust dan juga berkembang dengan baik dari

    permintaan dalam negeri dan kebijakan pemerintah

    yang mendukung perkembangan sektor jasa

    keuangan.

  • Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat

    terjadi pada sekitar tahun 2002 hingga 2007, dimana

    persentase angka pertumbuhan ekonomi berada

    dikisaran 5.3 – 8.34%. Berikut ini adalah

    pertumbuhan ekonomi yang dilihat berdasarkan GDP

    Bahrain dalam kurun waktu 30 tahun:

    Tabel 2.4. Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan

    GDP Bahrain, 1980 – 2013

    Tahun GDP Current

    US$

    GDP Current

    LCU

    (Bahraini

    Dinar)

    GDP

    Growth

    1980 $3,072,698,000 1,158,100,000 -

    1981 $3,467,819,000 1,303,900,000 -5.32

    1982 $3,645,745,000 1,370,800,000 -7.56

    1983 $3,735,107,000 1,404,400,000 6.38

    1984 $3,905,585,000 1,468,500,000 5

    1985 $3,651,862,000 1,373,100,000 -4.76

    1986 $3,052,394,000 1,147,700,000 1.18

    1987 $3,392,021,000 1,275,400,000 10.4

    1988 $3,702,394,000 1,392,100,000 7

    1989 $3,863,564,000 1,452,700,000 0.36

    1990 $4,229,787,000 1,590,400,000 4.44

    1991 $4,616,223,000 1,735,700,000 11.23

    1992 $4,751,064,000 1,786,400,000 6.69

    1993 $5,200,266,000 1,955,300,000 12.87

    1994 $5,567,554,000 2,093,400,000 -0.25

    1995 $5,849,468,000 2,199,400,000 3.93

    1996 $6,101,862,000 2,294,300,000 4.11

    1997 $6,349,202,000 2,387,300,000 3.09

    1998 $6,183,941,000 2,325,100,000 4.79

    1999 $6,621,187,000 2,489,500,000 4.3

    2000 $7,970,691,000 2,996,900,000 5.3

    2001 $7,928,934,000 2,981,200,000 4.6

    2002 $8,491,183,000 3,192,600,000 5.26

    2003 $9,747,599,000 3,665,000,000 7.2

    2004 $11,235,670,000 4,224,500,000 5.6

    2005 $13,460,200,000 5,060,900,000 7.8

    2006 $15,854,940,000 5,961,300,000 6.7

    2007 $18,473,100,000 6,945,700,000 8.34

    2008 $21,902,890,000 8,235,400,000 6.3

    2009 $19,318,820,000 7,263,800,000 3.1

    2010 $22,945,460,000 8,627,400,000 4.5

    Sumber: Index Mundi

    Pertumbuhan ekonomi Bahrain yang sangat

    pesat mendorong penulis untuk melakukan penelitian

    tentang hubungan pertumbuhan ekonomi dan inflasi

    di negara tersebut. Karena semakin tinggi

    pertumbuhan ekonomi, maka kenaikan yang harga

    yang ada dalam suatu negara akan terjadi yang dalam

    jangka panjang akan menimbulkan inflasi yang

    tinggi. Dampak Inflasi yang tinggi akan

    menimbulkan kelesuan ekonomi dan nantinya

    membuat pertumbuhan ekonomi turun. Apakah

    hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan Inflasi

    berlaku pada Bahrain akan menjadi topik utama

    dalam penelitian ini. Kajian literatur dan juga teori

    antara hubungan antara Inflasi dengan pertumbuhan

    ekonomi akan dijelaskan dalam sub-bab berikutnya.

    Hubungan Antara Inflasi dengan Pertumbuhan

    Ekonomi

    Ketika inflasi mengalami peningkatan maka

    akan menyebabkan turunnya tingkat investasi. Hal ini

    dikarenakan kenaikan inflasi akan mendorong

    naiknya tingkat suku bunga, kenaikan suku bunga

    tersebut pada gilirannya akan mendesak investasi

    sehingga menyebabkan investasi mengalami

    penurunan (Nopirin 2000). Turunnya investasi,

    berarti pula menurunnya kapasitas produksi. Ketika

    kapasitas produksi mengalami penurunan, hal

    tersebut selanjutnya berdampak pada menurunnya

    (melambatnya) penyerapan tenaga kerja.

    Menurunnya penyerapan tenaga kerja di satu pihak,

    sementara di pihak lain, terjadi penambahan tenaga

    kerja baru setiap tahunnya, akan berdampak pada

    meningkatnya tingkat pengangguran.

    Saat pengangguran meningkat maka

    pendapatan masyarakat menjadi berkurang,

    menurunnya pendapatan masyarakat selanjutnya

    berdampak pada berkurangnya konsumsi masyarakat.

    Menurunnya konsumsi masyarakat berarti pula

    menurunnya permintaan agregat (permintaan

    konsumsi). Ketika permintaan agregat menurun, hal

    tersebut kemudian menyebabkan laju pertumbuhan

    ekonomi mengalami penurunan.Apabila laju

    pertumbuhan ekonomi menurun maka pendapatan

    negara ikut mengalami penurunan. Menurunnya

    pendapatan negara, selanjutnya akan menyebabkan

    dana anggaran belanjanya juga ikut menurun.

    Ketika pendanaan untuk anggaran belanja

    mengalami penurunan, namun di pihak lain

    pemerintah ingin mempertahankan anggaran belanja

    yang tinggi guna memacu pertumbuhan ekonomi,

    maka pemerintah akan berusaha mencari pendanaan

    baru, dengan cara mencetak uang, sehingga

    http://www.indexmundi.com/facts/bahrain/

  • berdampak pada meningkatnya jumlah uang beredar.

    Ketika jumlah uang beredar meningkat hal tersebut

    kemudian akan mendorong meningkatnya laju inflasi,

    sehingga siklus tersebut terus berlanjut.

    Penelitian Terdahulu

    1. Syaiful Maqrobi (2011), melakukan kajian terhadap hubungan kausalitas antara inflasi dan

    pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode

    1998.1 – 2010.4. Alat analisis yang digunakan

    adalah kausalitas Granger dan Kointegrasi Eangle

    – Granger. Hasil uji kausalitas Granger variabel

    inflasi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai

    hubungan kausalitas dua arah. Berdasarkan hasil

    uji kointegrasi Eangle-Granger menunjukkan

    bahwa hasil regresi memiliki derajad integrasi

    yang sama (terkointegrasi) sehingga terdapat

    hubungan jangka panjang yang signifikan antara

    inflasi dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

    pada periode 1998.1-2010.4.

    2. Yunita Setyawati (2006), melakukan kajian terhadap hubungan kausalitas antara inflasi dan

    pertumbuhan ekonomi (kasus perekonomian

    Indonesia tahun 1994.1-2003.4) dengan metode

    ECMData yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah data perekonomian Indonesia periode

    1994.4 - 2003.4 yang dianalisis dengan model

    koreksi kesalahan dari Engle - Granger. Dari hasil

    penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat

    kausalitas searah antara pertumbuhan ekonomi

    dengan inflasi.

    3. Sastaviana Ade Yuniar (2011), melakukan kajian terhadap kausalitas inflasi dan pertumbuhan

    ekonomi di ASEAN 5 periode 2001.1-2010.4.

    Data yang digunakan adalah data kuartal pada

    GDP deflator dan CPI tahun 2001.1-2010.4 yang

    diperoleh dari International Financial Statistics

    dengan menggunakan metode uji kausalitas

    Granger. Hasil penelitian ini berbeda di beberapa

    negara yaitu pertama, hubungan inflasi dalam

    mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara

    Indonesia, Philipina, dan Thailand. Kedua, di

    Singapura pertumbuhan ekonomi yang

    mempengaruhi inflasi, sedangkan di Malaysia dua

    variabel ini saling mempengaruhi. Hal ini

    menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi dapat

    disebabkan oleh struktur ekonomi yang berbeda di

    tiap negara penelitian.

    4. Rekha Raditya Ariefta (2014), melakukan kajian terhadap pengaruh pertumbuhan penduduk,

    inflasi, GDP dan upah terhadap tingkat

    pengangguran di Indonesia periode 1990-2010.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    menganalisis bagaimana pengaruh variabel

    pertumbuhan penduduk, inflasi, GDP, dan upah

    terhadap tingkat pengangguran yang terjadi

    Indonesia tahun 1990-2010. Metode regresi yang

    digunakan adalah metode analisis regresi linier

    berganda (Ordinary Least Squares) dengan

    menggunakan data secara runtut waktu (time

    series) dari tahun 1990-2010. Hasil analisis regresi

    menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel

    independen (pertumbuhan penduduk, inflasi,

    GDP, dan Upah) secara bersama-sama memiliki

    pengaruh terhadap tingkat pengangguran yang

    terjadi di Indonesia. Nilai R2 sebesar 0,736 yang

    berarti sebesar 73,6 persen variasi tingkat

    pengangguran dipengaruhi oleh pertumbuhan

    penduduk, inflasi, GDP, dan upah. Sedangkan

    26,4 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lain

    diluar model yang digunakan.

    5. Yunita Setyawati (2006), Analisis kausalitas inflasi dan pertumbuhan ekonomi (kasus

    perekonomian indonesia tahun 1994.1 – 2003.4)

    Dengan metode error corection model (ECM) dari

    hasil peneilitian dengan menggunakan Uji

    Kausalitas Granger dengan alternatif pengujian

    kausalitas Granger model Koreksi Kesalahan

    (Error Correction Model), antara variabel inflasi

    dan PDB (Pertumbuhan Ekonomi) dapat diambil

    kesimpulan bahwa Hasil dari uji stasioneritas

    menunjukkan bahwa data stasioner dan

    terkointegrasi sehingga kedua variabel yaitu

    inflasi dan GDP mempunyai hubungan jangka

    panjang. Dan Hasil uji kausalitas Granger dengan

    model koreksi kesalahan menunjukkan adanya

    kausalitas satu arah antara GDP dan inflasi, ini

    berarti peningkatan GDP/ pertumbuhan ekonomi

    akan berdampak juga pada terjadinya inflasi. Oleh

    karena itu pada kasus perekonomian Indonesia

    apabila ingin tercapai pertumbuhan ekonomi yang

    tinggi maka harus menerima tingkat inflasi yang

    tinggi. Karena itu sebaiknya pemerintah tidak

    perlu mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi

    dengan mengorbankan stabilitas

    harga.Penggunaan metode ECM pada penelitian

    ini dikarenakan kelebihan dari metode ini mampu

    memprediksi adanya hubungan jangka panjang

    antara variabel petumbuhan ekonomi dan inflasi,

    selain itu model ini juga memasukkan adanya

  • penyesuaian untuk melakukan koreksi bagi

    ketidakseimbangan jangka pendek. Namun

    penggunaan yang paling utama dalam penelitian

    ini adalah untuk menghindari terjadinya regresi

    lancung (spurious regression).Pengujian model

    ECM mampu meyempurnakan pengujian

    kausalitas model Granger standar yang hanya

    mampu mengestimasi ada tidaknya kausalitas

    akan tetapi tidak dapat menunjukkan nilai

    kelambanan (lag) yang optimal. Dalam model

    ECM selain mampu mengestimasi kausalitas, arah

    hubungan kausalitas, serta nilai kelambanan (lag)

    yang optimal.Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa antara variabel pertumbuhan ekonomi dan

    inflasi terdapat hubungan kausalitas searah.

    Sehingga variabel pertumbuhan ekonomi

    menyebabkan terjadinya inflasi, sedangkan inflasi

    tidak menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

    6. Dwi Hartini dan Yunni Prihadi Utomo (2004), melakukan kajian terhadap hubungan analisis

    pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi

    Indonesia dengan Metode Final Prediction Error.

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

    analisis data dilakukan dengan uji stasioneritas

    dan uji kausalitas dengan metode final prediction

    error. Diperoleh hasil bahwa pengujian

    stasioneritas dengan metode Dickey-Fuller

    didapatkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi

    maupun inflasi adalah stasioner. Pengujian

    kausalitas dengan metode Final Prediction Error

    pada pengujian pertama yaitu inflasi dan GDP

    diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan

    kausalitas antara inflasi dengan GDP, pengujian

    kedua yaitu antara GDP dengan inflasi diperoleh

    hasil bahwa GDP mempengaruhi inflasi.

    METODE PENELITIAN

    Dalam penelitian ini, variabel penelitian

    terbagi menjadi 2, yaitu Variabel X dan Variabel Y.

    Variabel X dan Y tersebut dapat menjadi variable

    terikat ataupun menjadi variabel bebas, karena

    terdapat hubungan 2 arah (kausalitas) yang saling

    mempengaruhi dari variabel tersebut. Berikut definisi

    operasional dari variabel penelitian tersebut :

    1. Variabel Y Variabel Inflasi Inflasi adalah tingkat kenaikan harga secara terus menerus

    dalam kurun waktu yang lama, biasanya 1 tahun.

    Inlasi diukur dengan menggunakan indikator

    indeks harga konsumen (CPI). Indeks harga

    konsumen tersebut dikeluarkan oleh pemerintah

    secara triwulan atau tiga bulanan dan juga

    tahunan. Tingkat inflasi yang akan diukur dalam

    penelitian ini adalah tingkat inflasi tahunan yang

    memakai CPI tahunan yang didapat dari situs data

    Bank Dunia. Adapun formula dalam pengukuran

    Inflasi menggunakan CPI adalah sebagai berikut :

    %100 IHK

    IHK IHK Inflasi

    1)-Q(t

    1)-(t Q(t) Q

    (t) Q

    Keterangan:

    Inflasi Q(t) = Tingkat tahun t

    IHKQ(t) = IHK pada tahun t (t)

    IHKQ(t-1) = IHK pada tahun sebelumnya (t-1)

    2. Variabel X Variabel pertumbuhan Ekonomi (Growth) pertumbuhan ekonomi merupakan

    salah satu indikator untuk mengukur

    makroekonomi suatu negara. Pertumbuhan

    ekonomi dapat dilihat dari total GDP per kapita

    negara tersebut. Pertumbuhan GDP perkapita

    dinyatakan dalam persentase. Dalam penelitian

    ini, GDP yang akan dijadikan data adalah GDP

    perkapita tahunan, dimana formula untuk

    menghitung pertumbuhan GDP adalah :

    %100 Y

    Y Y G

    1)-Q(t

    1)-(t Q(t) Q

    Q(t)

    Keterangan:

    GQ(t) = Pertumbuhan ekonomi riil pada

    tahun t

    YQ(t) = GDP pada tahun T (t)

    YQ(t-1) = GDP pada tahun sebelumnya (t-1)

    Teknik Analisis Data

    Model analisis diestimasi dengan menggunakan

    uji kausalitas Granger. Uji ini dilakukan untuk

    melihat apakah suatu variabel mempunyai hubungan

    dua arah atau hanya satu arah saja atau sama sekali

    tidak mempunyai hubungan. Model dalam uji

    kausalitas Granger adalah sebagai berikut :

    t1-t

    n

    1 j

    j1-t

    m

    1 i

    t μ Y b X a X

    i………………(1)

    t1-t

    s

    1 j

    j1-t

    r

    1 i

    t v Y d X c Y

    i..………………(2)

    Keterangan :

    Xt = Pertumbuhan Ekonomi (Growth)

    Yt = Inflasi

    μ, ν = Error term

  • Maka ada 2 hipotesis yang dibentuk untuk uji

    kausalitas granger, yaitu :

    H01 = Pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi

    Inflasi

    H11 = Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi inflasi

    H02 = Inflasi tidak mempengaruhi pertumbuhan

    ekonomi

    H12 = Inflasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

    Uji Asumsi Klasik

    Uji Autokorelasi

    Validitas hipotesis kausalitas inflasi dan

    pertumbuhan ekonomi dari data perekonomian Bahrain

    periode 1981 – 2012 dapat dibuktikan dengan cara

    melakukan pengujian stasioneritas terhadap masing-

    masing variabel yang akan dianalisis. Pengujian ini perlu

    dilakukan karena regresi klasik tidak valid jika

    diaplikasikan pada variabel data yang tidak stasioner

    (Thomas, 1997). Metode pengujian stasioneritas dan akar

    unit yang akan digunakan disini adalah metode

    Augmented Dickey Fuller (ADF). Pengujian ini perlu

    dilakukan karena regresi klasik tidak valid jika

    diaplikasikan pada variabel data yang tidak stasioner

    (Thomas, 1997). Metode pengujian stasioneritas dan

    akar unit yang akan digunakan disini adalah metode

    Augmented Dickey Fuller (ADF). Dalam setiap

    model, jika data time series mengandung unit root

    yang berarti data tidak stasioner hipotesis nulnya

    adalah Ø = 0, sedangkan hipotesis alternatifnya Ø

  • *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Null Hypothesis: INFLATION_RATE_CPI has a unit root

    Exogenous: Constant

    Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=1)

    t-Statistic Prob.*

    Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.388658 0.0016

    Test critical values: 1% level -3.661661

    5% level -2.960411

    10% level -2.619160

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Sumber: Data diolah dengan E-views 7.0

    Hasil Uji Kausalitas Granger

    Tabel 4.4. Uji Kausalitas Granger

    Tabel 1 Pairwise Granger Causality Tests

    Date: 05/23/14 Time: 14:17

    Sample: 1981 2012

    Lags: 2

    Null Hypothesis: Obs

    F-

    Statistic Prob.

    INFLATION_RATE_CPI does

    not Granger Cause

    GDP_GROWTH 30 0.36519 0.6977

    GDP_GROWTH does not

    Granger Cause

    INFLATION_RATE_CPI 4.21170 0.0265

    Sumber: Data diolah dengan E-views 7.0

    Dari tabel diatas dapat dilihat, bahwa :

    H01 = Pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi

    Inflasi

    H11 = Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi inflasi

    Tolak H0, yang berarti pertumbuhan ekonomi

    mempengaruhi Inflasi

    H02 = Inflasi tidak mempengaruhi pertumbuhan

    ekonomi

    H12 = Inflasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

    Terima H0, yang berarti inflasi tidak berpengaruh

    pada pertumbuhan ekonomi

    Tabel 4.5. Uji Kausalitas Granger Pairwise Granger Causality Tests

    Date: 05/23/14 Time: 14:20

    Sample: 1981 2012

    Lags: 8

    Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

    INFLATION_RATE_CPI does not

    Granger Cause GDP_GROWTH 24 3.77471 0.0484

    GDP_GROWTH does not Granger

    Cause

    INFLATION_RATE_CPI 1.41277 0.3309

    Sumber: Data diolah dengan E-views 7.0

    Dari tabel diatas dapat dilihat, bahwa :

    H01 = Pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi

    Inflasi

    H11 = Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi inflasi

    Terima H0, yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak

    mempengaruhi Inflasi

    H02 = Inflasi tidak mempengaruhi pertumbuhan

    ekonomi

    H12 = Inflasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

    Tolak H0, yang berarti inflasi berpengaruh pada

    pertumbuhan ekonomi

    Kausalitas Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan

    Ekonomi di Bahrain Periode 1981-2012

    Dari pengujian kausalitas granger didapatkan

    bahwa dalam jangka pendek (tabel dengan lags 2)

    inflasi tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan

    ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi yang akan

    berpengaruh pada inflasi. Semakin tinggi

    pertumbuhan ekonomi yang diproksikan dengan

    pertumbuhan GDP tahunan, maka tingkat harga akan

    semakin naik juga karena ada peningkatan daya beli

    dan permintaan masyarakat. Maka terjadi inflasi yang

    disebabkan oleh demand pull. Dampak Inflasi akan

    terasa dalam jangka panjang, dimana terlihat dalam

    tabel lags 8. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa

    Inflasi akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

    Dan akan mengakibatkan kelesuan ekonomi pada

    bahrain. Sehingga Inflasi harus dikendalikan dalam

    jangka panjang.

    Secara keseluruhan, tidak terdapat hubungan

    2 arah secara langsung antara inflasi dengan

    pertumbuhan ekonomi ataupun sebaliknya.Hal ini

    dapat disebabkan adanya 1 lagi variabel yang dapat

    mempengaruhi makroekonomi secara keseluruhan di

  • suatu negara yaitu tingkat pengangguran.Tingkat

    populasi atau jumlah penduduk yang ada di Bahrain

    juga berpengaruh pada pertumbuhan yang

    diproksikan dengan GDP perkapita.GDP yang

    dihasilkan oleh Bahrain sangatlah tinggi, sedangkan

    jumlah populasi yang ada sangat rendah. Al-Qudsi

    (2005) meneliti tentang tingkat pengangguran yang

    ada di negara-negara teluk, dari tabel dibawah ini

    terlihat bahwa Bahrain menempati peringkat ketiga

    pada pertumbuhan tingkat pengagguran sebesar 5%

    dengan komposisi usia produktif yang menganggur

    terbanyak ada pada usia 20 -24 (38.2%) dan 25 – 29

    tahun (21.7%).

    Tabel 4.6. Pertumbuhan Tingkat Pengangguran

    Tahunan di Bahrain

    Period Country

    Unemployment

    Growth Rate

    (Percent per

    year)

    Initial

    Value

    Ending

    Value

    1975 - 2001 Bahrain 5.0 3.9 14.0

    Sumber: Economic Development Board of Bahrain

    (2004)

    Tabel 4.6. Proporsi Tingkat Pengangguran

    Melalui Spesifikasi Umur

    Age Bahrain Age Bahrain

    15 to 19 16.0 40 to 44 3.3

    20 to 24 38.2 45 to 49 1.8

    25 to 29 21.7 50 to 54 1.0

    30 to 34 11.2 55 to 59 .3

    35 to 39 6.2 60 to 64 .2

    Total: 100

    Sumber: Bahrain, MOP Population Census 1981 and

    2001

    KESIMPULAN

    Bahrain adalah negara kecil yang

    mengandalkan pendapatannya dari minyak.

    Persentase pemrosesan dan pengolahan minyak

    menjadi sumber utama pemasukan negara, sehingga

    tingginya GDP juga bergantung kepada harga minyak

    dunia dan cadangan minyak yang ada di Bahrain.

    Walaupun begitu, jumlah penduduk Bahrain masih

    sangat sedikit. Sehingga jika dibandingkan dengan

    Indonesia, koefisien pembagi GDP juga sangatlah

    kecil yang membuat GDP perkapita Bahrain Tinggi.

    Penelitian ini bertujuan mengungkapkan teori tentang

    hubungan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Selain

    itu, apakah dalam 1 waktu kedua variabel ini

    mempunyai hubungan 2 arah. Setelah melakukan

    analisis data dengan menggunakan uji kausalitas

    granger didapatkan hasil bahwa tidak terdapat

    hubungan 2 arah dalam 1 waktu, tetapi dalam jangka

    panjang memang mempunyai pengaruh secara tidak

    langsung antara variabel pertumbuhan ekonomi dan

    inflasi.

    Penelitian ini masih mempunyai banyak

    keterbatasan, diantaranya tidak memasukkan variabel

    tingkat pengangguran dalam indikator pengujian

    makroekonomi. Sehingga tidak mengetahui dampak

    langsung antar 3 variabel makro tersebut. Hal ini

    dikarenakan terbatasnya data yang dipublikasikan

    oleh pemerintah Bahrain sendiri. Keterbatasan

    tingkat pengangguran peneliti duga karena sedikitnya

    jumlah populasi yang ada di Bahrain, dan juga

    adanya budaya dari mayarakat timur tengah sebelum

    abad 20 dengan bekerja sebagai pedagang. Sehingga

    pemerintah kurang dapat mengetahui dengan pasti

    dan akurat, berapa total tingkat pengangguran yang

    ada di negara tersebut. Karena pada tahun 1960,

    jumlah populasi Bahrain hanya 180 ribu jiwa.

    Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat

    memasukkan variabel tingkat pengangguran,

    sehingga pengujian indikator makroekonomi pada

    negara Bahrain dapat teruji dengan baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Qudsi, Sulayman S. 2005. Unemployment

    Evolution in The GCC Economies : Its Nature

    and Relationship To Output Gaps.

    Arsyad, Lincolin, 1999, Ekonomi Pembangunan,

    Edisi Keempat, Bagian Penerbitan STIE

    YKPN, Yogyakarta

    AzZuhali, Wahbah. 2011. Fiqih Islam: Jilid 3. PT

    Gema Insani: Depok

    Gujarati, Damodar N. 2006. Basic Economotrics.

    2006. McGraw-Hill, Inc. SumarnoZain

    (penterjemah). Ekonometrika Dasar. Jakarta:

    Penerbit Erlangga.

    Huda, Nurul, dkk. 2013. Ekonomi Makro Islam:

    Pendekatan Teoritis. PT Fajar Interpratama

    Mandiri: Jakarta.

    Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002.

    Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta:

    BPFE.

  • Jogiyanto, Hartono M. 2007. Metodologi Penelitian

    Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-

    pengalaman. Yogyakarta : BPFE.

    Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif.

    Yogyakarta: (UPP) STIM YKPN.

    Maknun, Mapaujung, 1995, Hubungan Kausalitas

    Antara Inflasi Dan pertumbuhan Ekonomi di

    Beberapa Negara ASEAN, Jurnal Ekonomi

    Pembangunan, Vol. 4, No.2, Des 2003.

    Mankiw, N. Gregory. Principles of Economics.

    Thomson South-Western: International

    Students Edition.

    Mankiw, N. Gregory. 2011. Pengantar Ekonomi:

    Jilid 1. Penerbit Eirlangga: Jakarta.

    Rahutami, Ika.A, Analisis Fenomena Inflasi di

    Indonesia 1980.1-1999.4, Jurnal Kinerja, Vol.

    5, No. 1, Juni 2001

    Ray, D .1995 ,”Paradigma New Growth : Teori dan

    Implikasinya terhadap Kebijakan”, Prisma (Vol

    3), pp. 63-76.

    Rivai, Veithzal, Antoni Nizar Usman. 2012. Islamic

    Economics Finance: Ekonomi dan Keuangan

    Islam Bukan Alternatif Tetapi Solusi. PT

    Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

    Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business.

    Edisi 4. Jakarta: Salemba 4.

    Setyawati, Yunita. 2006. “Analisis Kausalitas Antara

    Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi (kasus

    perekonomian Indonesia tahun 1994.1-2003.4)

    Dengan Motode ECM”. Yogjakarta: Fakultas

    ekonomi UII.

    Sukirno, Sadono, 2000, Makroekonomi Modern, Raja

    Grafindo Persada, Jakarta.

    Todaro, Michael P, Ekonomi Pembangunan Dunia.

    Edisi Ketiga, Longman, 1987.

    Todaro, P Michael, Stephen C. Smith. 2011.

    Pembangunan Ekonomi. Penerbit Eirlangga:

    Jakarta.

    Widarjono, Agus, 2005, Ekonometrika Teori dan

    Aplikasi, Ekonisia, Yogyakarta

    Widi, RestuKartiko, 2009. Asas Metodologi

    Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun

    Langkah demi Langkah Pelaksanaan

    Penelitian. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

  • LAMPIRAN Tabel 1. Data Perekonomian Bahrain

    Tahun GDP Growth Inflation Rate CPI

    1981 -5.32 11.34

    1982 -7.56 8.89

    1983 6.38 2.97

    1984 5 0.32

    1985 -4.76 -2.64

    1986 1.18 -2.3

    1987 10.4 -1.75

    1988 7 0.3

    1989 0.36 1.49

    1990 4.44 0.93

    1991 11.23 0.76

    1992 6.69 -0.17

    1993 12.87 2.54

    1994 -0.25 0.82

    1995 3.93 2.7

    1996 4.11 -0.45

    1997 3.09 2.43

    1998 4.79 -0.37

    1999 4.3 -1.29

    2000 5.3 -0.7

    2001 4.6 -1.21

    2002 5.26 -0.5

    2003 7.2 1.59

    2004 5.6 2.35

    2005 7.8 2.59

    2006 6.7 2.01

    Tahun GDP Growth Inflation Rate CPI

    2007 8.34 3.26

    2008 6.3 3.53

    2009 3.1 2.8

    2010 4.5 1.96

    2011 2.1 -0.4

    2012 3.4 2.8

    Tabel 2. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    Growth 32 -7.56 12.87 4.3150 4.38917

    Inflation 32 -2.64 11.34 1.4563 2.86181

    Valid N (listwise) 32

    Tabel 3. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

  • Growth Inflation

    N 32 32

    Normal Parameters(a,b) Mean 4.3150 1.4563

    Std. Deviation 4.38917 2.86181

    Most Extreme Differences

    Absolute .171 .173

    Positive .099 .173

    Negative -.171 -.076

    Kolmogorov-Smirnov Z .969 .981

    Asymp. Sig. (2-tailed) .304 .291

    a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

    Tabel 4. Uji Stasioneritas Augmented Dickey-Fuller

    Data GDP Growth Null Hypothesis: GDP_GROWTH has a unit root

    Exogenous: Constant

    Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.682453 0.0007

    Test critical values: 1% level -3.661661

    5% level -2.960411

    10% level -2.619160 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Augmented Dickey-Fuller Test Equation

    Dependent Variable: D(GDP_GROWTH)

    Method: Least Squares

    Date: 05/23/14 Time: 12:45

    Sample (adjusted): 1982 2012

    Included observations: 31 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. GDP_GROWTH(-1) -0.772305 0.164936 -4.682453 0.0001

    C 3.636581 1.018227 3.571482 0.0013 R-squared 0.430539 Mean dependent var 0.281290

    Adjusted R-squared 0.410903 S.D. dependent var 5.247719

    S.E. of regression 4.027765 Akaike info criterion 5.686641

    Sum squared resid 470.4638 Schwarz criterion 5.779156

    Log likelihood -86.14294 Hannan-Quinn criter. 5.716799

    F-statistic 21.92536 Durbin-Watson stat 2.097422

    Prob(F-statistic) 0.000061

    Tabel 5. Uji Stasioneritas Augmented Dickey-Fuller

    Data Inflasi Null Hypothesis: INFLATION_RATE_CPI has a unit root

    Exogenous: Constant

    Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)

  • t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.388658 0.0016

    Test critical values: 1% level -3.661661

    5% level -2.960411

    10% level -2.619160 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Augmented Dickey-Fuller Test Equation

    Dependent Variable: D(INFLATION_RATE_CPI)

    Method: Least Squares

    Date: 05/23/14 Time: 12:48

    Sample (adjusted): 1982 2012

    Included observations: 31 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLATION_RATE_CPI(-1) -0.449511 0.102426 -4.388658 0.0001

    C 0.359632 0.325935 1.103387 0.2789 R-squared 0.399092 Mean dependent var -0.275484

    Adjusted R-squared 0.378371 S.D. dependent var 2.062362

    S.E. of regression 1.626037 Akaike info criterion 3.872510

    Sum squared resid 76.67593 Schwarz criterion 3.965025

    Log likelihood -58.02390 Hannan-Quinn criter. 3.902668

    F-statistic 19.26032 Durbin-Watson stat 2.005790

    Prob(F-statistic) 0.000138

    Tabel 6. Uji Granger Lags 2

    Pairwise Granger Causality Tests

    Date: 05/23/14 Time: 12:49

    Sample: 1981 2012

    Lags: 2 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. INFLATION_RATE_CPI does not Granger Cause GDP_GROWTH 30 0.36519 0.6977

    GDP_GROWTH does not Granger Cause INFLATION_RATE_CPI 4.21170 0.0265

    Tabel 7. Uji Granger Lags 8

    Pairwise Granger Causality Tests

    Date: 05/23/14 Time: 12:51

    Sample: 1981 2012

    Lags: 8 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. INFLATION_RATE_CPI does not Granger Cause GDP_GROWTH 24 3.77471 0.0484

    GDP_GROWTH does not Granger Cause INFLATION_RATE_CPI 1.41277 0.3309