Analisis Kebijakan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

Analisis KebijakanPerda Kabupaten Lima Puluh Kota No. 6 Tahun 2003TentangKewajiban Pandai Baca dan Tulis Al-Quran Bagi Anak Sekolah dan Calon PengantinOlehAlharisto84291Program Studi Ilmu Administrasi NegaraJurusan Ilmu Sosial PolitikFakultas Ilmu-Ilmu SosialUniversitas Negeri Padang2010BAB 1PERUMUSAN MASALAHAnalisis SituasiSejak zaman dahulu masyarakat Minangkabau telah dikenal dengan falsafah adatnya yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS,SBK). Yang mana ini berarti dalam melaksanakan kesehariannya selalu berdasarkan kepada adat yang bersandikan agama (islam). Untuk bisa mewujudkan hal tersebut setiap putra dan putri orang Minang wajib pandai baca dan tulis Al-Quran. Karena Al-Quran merupakan sandi agama. Sedari kecil setiap putra dan putri orang Minang sudah diharuskan oleh orangtua mereka masing-masing ke surau atau pada saat sekarang ini mushalla atau mesjid guna menuntut ilmu agama. Tidak itu saja selain untuk menuntut ilmu akhirat juga untuk menuntut ilmu dunia. Hal ini selalu dilakukan oleh para orangtua di ranah Minang.Seiring dengan perkembangan zaman, budaya ke surau ini mulai ditinggalkan. Surau-surau yang dahulunya ramai didatangi oleh anak-anak putra dan putri orang Minang guna mendapatkan pembelajaran agama perlahan-lahan mulai sepi dan dijauhi. Akibatnya banyak dari generasi muda-mudi Minangkabau yang mulai tidak bisa menulis ataupun membaca Al-Quran dikarenakan kurangnya ilmu yang didapat berkaitan dengan hal tersebut.Masuknya budaya luar yang tidak difilter dengan benar serta semakin berkembangnya teknologi yang porsinya lebih banyak kearah hiburan membuat sebagian besar generasi muda Minangkabau enggan untuk menuntut ilmu ke surau.Konseptualisasi MasalahKetidakmampuan dalam baca tulis Al-Quran merupakan suatu ketidakmampuan seseorang dalam memahami bacaan dan tulisan Al-Quran. Dalam budaya Minangkabau merupakan suatu keharusan bagi setiap generasi muda untuk bisa baca tulis Al-Quran, dengan mempelajarinya melalui lembaga adat yang sudah ada sejak zaman nenek moyang orang Minang terdahulu, yaitu melalui surau atau pada zaman sekarang seperti mushalla atau mesjid.Dalam adat Minangkabau telah digariskan bahwa Adat Basandi Syarak, Syarak Bersandikan Kitabullah (ABS,SBK). Yang berarti dalam kesehariannya orang Minang selalu dibekali dengan adat yang telah bersandikan kepada agama dan agama bersandikan kepada kitab suci yaitunya Al-Quran. Ini juga berarti setiap orang Minang harus pandai membaca Al-Quran.Di zaman sekarang ini ASB,SBK sudah mulai memudar dikalangan generasi muda Minang. Sudah mulai banyak generasi muda yang tidak lagi paham dan mengerti menulis dan membaca Al-Quran. Hal ini dikarenakan oleh faktor perkembangan zaman, dimana adanya pengaruh dari budaya luar yang tidak terfilter dengan baik serta semakin berkembangnya teknologi yang sebagian besar memberikan peranan yang penting dalam kehidupan kita yang membuat kita lupa dengan waktu, lupa dengan kebiasaan kita yaitunya adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah.Perumusan Masalah Formal KebijakanDengan mengacu kepada konseptualisasi masalah sebagaimana digambarkan sebelumnya, maka masalah formal kebijakan dapat dirumuskan sebagai berikut.Banyaknya generasi muda yang muali tidak bisa baca tulis Al-QuranMulai memudarnya Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah di Minangkabau.BAB 2IDENTIFIKASI ALTERNATIF KEBIJAKANAlternatif Kebijakan dan Analisis ProyeksiUntuk mengatasi masalah formal kebijakan yang telah dirumuskan pada subbab sebelumnya, setidaknya dapat diajukan dua macam alternatif kebijakan. Pertama, kebijakan pemberdayaan lembaga adat; kedua, penambahan waktu pendidikan agama, dan ketiga, kewajiban pandai baca tulis Al-Quran.1.Pemberdayaan lembaga adatSejak orde baru dilaksanakan pemerintahan nagaripun tidak dilaksanakan lagi. Pemerintahan di Minang yang dahulunya bernama pemerintahan nagari di ganti dengan pemerintahan desa. Berbagai kegiatan yang membantu berjalannya adat mulai terlupakan, karena fokus pemerintah yang mulai berganti dari pemerintahan nagari ke pemerintahan desa dan penataan kembali pemerintahan di daerah. Pelaksanaan pemerinatahan di daerahpun semuanya di atur oleh pemerintah pusat.Sejak dilaksanakannya desentralisasi, pemerintahan yang dahulunya diatur semua oleh pemerintah pusat. Sedikit demi sedikit mulai diserahkan kepada pemerintah daerah masing-masing. Sehingga pemerintah daerah dapat membuat kebijakan sesuai dengan kondisi daerahnya dan kebutuhan daerahnya masing-masing.Desentralisasi merupakan kesempatan yang bagus bagi pemerintah daerah untuk kembali menghidupkan budayanya yang telah lama ditinggal dengan merumuskan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Begitupun bagi pemerintahan di Minang untuk membangkitkan kembali adat yang telah mulai dilupakan kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk membuat sebuah kebijakan berkaitan dengan adat, seperti pemberdayaan lembaga-lembaga adat. Dengan adanya pemberdayaan lembaga adat tentunya akan sangat membantu masyarakat Minang untuk kembali membangun jadi dirinya yang sesuai dengan falsafah adat yaitu, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.2. Penambahan Waktu Pendidikan AgamaDalam kurikulum pendidikan yang dirumuskan oleh pemerintah saat ini jatah untuk pendidikan agama tidaklah terlalu banyak. Dengan adanya kebebasan pemerintah daerah dalam membuat kebijakan tentunya ini bisa dimanfaatkan untuk membuat sebuah kebijkan yang mengatur tentang penambahan jadwal pendidikan agama di sekolah selama tidak bertentangan dengan peraturan yang telah ada.Dengan adanya penambahan waktu pendidikan agama tentunya dapat membangkitkan kembali adat Minang yang berasaskan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.Kewajiban Pandai Baca Tulis Al-QuranSetiap Minangkabau harus pandai baca tulis Al-Quran. Baca tulis Al-Quran bisa dikatakan wajib hukumnya bagi setiap generasi keturunan Minangkabau. Karena hal tersebut sudah diatur dalam adat Minangkabau yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.BAB 3PERANGKINGAN ALTERNATIF KEBIJAKANUntuk melakukan perangkingan terhadap alternatif kebijkan yang diajukan digunakan beberapa kriteria, antara lain efektivitas dan efisiensiKriteria EfektivitasDigunakan untuk melihat sejauh mana efektivitas (ketepatan) suatu kebijkan dapat diterapkan dan dapat mencapai apa yang menjadi tujuan kebijakan. Dilihat dari kriteria efektivitas, alternatif kebijakan pertama berpeluang untuk dapat diterapkan sekaligus mencapai tujuan. Kemudian diikuti oleh alternatif kedua, dan berikutnya alternatif ketiga.Pemberdayaan lembaga adat berarti menghidupkan kembali semua fungsi-fungsi lembaga adat yang ada di Minangkabau. Dengan berjalannya lembaga adat tentu dengan sendirinya tujuan untuk menghidupkan kembali Adat Basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah akan lebih gampang. Alternatif yang kedua mungkn dapat menciptakan masyarakat yang beragama namun karena bersifat sebagai pelajaran tambahan tentunya efeknya tidak akan bertahan lama. Begitu juga alternatif yang ketiga denga alternatif ini juga bisa menciptakan masyarakat yang beragama namun kecendrungan untuk terlaksana dengan baik akan sulit karena alternatif ini bersifat terlalu mengekang.Kriteria EfisiensiKriteria ini untuk melihat sampai sejauh mana efisiensi atau manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kebijakan. Melihat besarnya manfaat yang ditimbulkan tentunya alternatif pertama memiliki kemungkinan yang paling besar karena selain membantu bangkitnya Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, juga membantu melestarikan kebudayaan Minang. Untuk alternatif yang kedua dan ketiga manfaat yang bisa didapatkan hanya sebatas mampu menciptakan masyarakat yang beragama namun terjaganya budaya Minang akan sangat kecilBAB 4PENUTUPSebagai penutup akan diajukan rekomendasi kebijakan yang harus dilakukan oleh mereka yang berkompeten sebagai berikut.Pertama, dapat disimpulkan bahwa alternatif pertama merupakan alternatif yang paling efektif dan efisienKedua, kebijakan yang harus dilakukan oleh mereka yang berkompeten adalah melakukan penambahan waktu dalam pembelajaran denga menambahkan waktu untuk pendidikan agama.Ketiga, jika rekomendasi kebijkan tersebut dilakukan, tidak hanya dapat menciptakan masyarakatyang beragama namun juga masyarakat yang dapat menjaga nilai-nilai kebudayaan.