Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMAK INITIAL /zh /, /ch/,
/sh/, /z/, /c/, /s/ OLEH SISWA KELAS XI SMA WR.
SUPRATMAN 2 MEDAN
汉语声母:/zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/ 在 WR. SUPRATMAN 2 高
二生学习汉语中的问题及分析 (hànyǔ shēngmǔ; /zh/, /ch/, /sh/,
/z/, /c/, /s/ zài WR. SUPRATMAN 2 gāo èr shēng xuéxí hànyǔ zhōng
de wèntí jí fēnxi)
SKRIPSI
OLEH:
SRI DILA FIRMADANI
NIM : 120710006
PROGRAM STUDI SASTRA CINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “AnaIisis Kemampuan Menyimak Initial /zh /, /ch/, /sh/,
/z/, /c/, /s/ oleh Siswa Kelas XI SMA WR. Supratman 2 Medan”. Tujuan
penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menyimak initial
/zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/ dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
menyimak siswa. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori linguistik
umum dan fonologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif-kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis
fenomena-fenomena yang ada untuk mencandrakan karakteristik individu atau
kelompok. Instrumen penelitian berupa angket yang terdiri dari tes menyimak dan
angket tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak. Hasil
yang dicapai dalam penelitian ini yaitu persentase kemampuan menyimak initial
oleh siswa, dari 38 siswa, 4 siswa dengan jumlah persentase 11% berkategori
sangat mampu. 13 siswa dengan jumlah persentase 34% berkategori mampu. 14
siswa persentase 37% berkategori kurang mampu dan 7 siswa dengan persentase
18% berkategori tidak mampu. Hasil penelitian menunjukkan hampir dari
setengah jumlah siswa tidak mampu membedakan dan memahami ke-6 bunyi
initial ini. Kesulitan dalam menyimak ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
faktor internal dan faktor eksternal.
Kata kunci : Kemampuan menyimak, initial /zh /, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/ , faktor-
faktor keberhasilan menyimak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
ABSTRACT
The title of this thesis is “AnaIisis Kemampuan Menyimak Initial /zh /,
/ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/ oleh Siswa Kelas XI SMA WR. Supratman 2 Medan”.
The aim of this writing is to find out and describe the student’s listening skills
of initials /zh /, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/ and the factors that influence students'
listening skills . The methodology used in this thesis is descriptive-qualitative
analysis that aims to describe and analyze in detail the information obtained.
The theory used to analyzing the topic is theory of general linguistics and
phonology . The result shows the percentage of initial listening skills by
students is from 38 students, 4 students on the percentage of 11% categorized
as very capable. 13 students on the percentage of 34% categorized capable. 14
students the percentage of 37% categorized less skilled and 7 students with a
percentage of 18% category incapable. The results showed almost half the
number of students are unable to distinguish and understand all 6 of this initial
sound. Difficulty in listening is caused by several factors, such as internal and
external factors.
Keywords: listening skills,initials /zh /, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/, factors that
influence listening skills
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
limpahan kesehatan dan rezeki serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “AnaIisis Kemampuan Menyimak
Initial /zh /, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/ oleh Siswa Kelas XI SMA WR. Supratman 2
Medan”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Budaya, Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa kepada penulis. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung , S.H.,
M.Hum., atas sebuah kesempatan yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis berstatus mahasiswa Program Studi Sastra Cina,
Universitas Sumatera Utara serta berkesempatan untuk menyelesaikan
Studi S-1 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan
baik.
2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr.
Drs. Budi Agustono, M.S., atas kesempatan dan waktu yang telah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Studi S-1 di
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan baik.
3. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Ketua Program Studi Sastra Cina
Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji yang selalu
bersedia meluangkan waktu untuk memberi masukan dan saran dalam
proses penyempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi
Sastra Cina Universitas Sumatera Utara Medan sekaligus Dosen Penguji
yang telah memberikan masukan dan saran dalam proses penyempurnaan
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Rahmadsyah Rangkuti, M.A.,Ph.D selaku Dosen Pembimbing I
dalam penelitian skripsi ini. Tidak ada kata yang dapat mewakili rasa
terima kasih penulis kepada beliau karena beliau telah meluangkan waktu
di sela-sela kesibukannya serta berkenan membimbing dan memberikan
motivasi serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya.
6. Ibu Niza Ayuningtias, S.S.,MTCSOL. selaku Dosen Pembimbig II dalam
penelitian skripsi ini yang dengan sabar selalu memberikan arahan dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini dalam bahasa Mandarin.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya
Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh dosen dari Universitas Jinan (暨南大学)Guang Zhou, RRT,
yang telah memberikan pelajaran-pelajaran berharga selama masa
perkuliahan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
9. Keluarga penulis, Ayahanda Yunaswar dan Ibunda Rosniati yang telah
mendidik penulis dari kecil hingga sekarang, menjaga dan mencintai
penulis dengan sepenuh dan setulus hati, yang tidak henti
menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Elya Heni,S.Pd
kakak tercinta yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis.
10. Sahabat tersayang Yulia Syahrina Lubis,Tyka Nurfazira, Lara Fatmala,
Dina Sabrina Putri Siregar, Seltica Assakina Nasution, Tsuruoka
Reformanda Bangun, Faeny Elvira, Shella R. Ully Sitohang, dan Sri
Rahmayuna yang dengan terpaksa penulis cantumkan namanya pada
skripsi ini karena juga selalu memberi bantuan, dukungan, dan motivasi
terhadap penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih karena
telah menjadi teman dalam suka dan duka. Terima kasih karena telah
menjadi teman berbagi cerita ketika jenuh melanda selama proses
penyelesaian skripsi ini. Dan terima kasih telah menjadi teman yang
selalu penulis sayang.
11. Kiki, lili, Ivan, Doin, Darwis, Mancong, Sugar, Andre, Kiwil, Rifal (Eks
Sastra Cina 2012), Alex, serta teman – teman Sastra Cina stambuk 2012
lainnya yang selama 4 tahun perkuliahan sama – sama bersama penulis
berjuang demi gelar sarjana.
12. Pihak lainnya yang turut membantu penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini, yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi yang
penulis sajikan ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan agar nantinya skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak di kemudian hari.
Medan, Januari 2017
Penulis
Sri Dila Firmadani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 9
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 9
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep .................................................................................................... 11
2.2 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 12
2.3 Landasan Teori ..................................................................................... 15
2.3.1 Analisis Kemampuan Menyimak ..................................................... 16
2.3.2 Ragam Menyimak ........................................................................... 18
2.3.3 Pelafalan Initial /zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/,/s/......................................... 24
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak .................. 32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ................................................................................. 36
3.2 Data dan Sumber Data.......................................................................... 37
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 37
3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 45
BAB IV
HASIL DAN PEMAHASAN
4.1 Analisis Kemampuan Menyimak Initial /zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/
Siswa Kelas XI Ipa 2 WR. Supratman 2 Medan .................................. 52
4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak
siswa kelas XI SMA W.R. Supratman 2 Medan .................................. 55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 62
5.2 Saran ...................................................................................................... 64
LAMPIRAN ................................................................................................ 69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Kemampuan Bahasa dan Komponen Bahasa .......................................... 5
Tabel 2.1
Konsonan/ initial shēngmǔ 声母 ............................................................ 26
Tabel 2.2
Vokal/ Final yùnmǔ 韵母 ........................................................................ 26
Tabel 2.3
Nada shēngdiào 声调 .............................................................................. 26
Tabel 3.1
Soal Tes Menyimak ................................................................................. 40
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket ..................................................................................... 41
Tabel 3.3
Pernyataan Angket .................................................................................. 43
Tabel 3.4
Klasifikasi Interpretasi Jumlah Persentase Data Tes Menyimak ......,...... 46
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Jumlah Persentase Data Angket ......................... 46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Alat-alat ucap manusia untuk letak artikulasi dalam
pelafalan initial (shengmu).............................................................. 29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk melakukan
interaksi dan berkomunikasi. Kata “bahasa” yang dalam bahasa Inggris disebut
“language” berasal dari bahasa latin yaitu “lingua”, kata “lingua” sendiri berasal
dari kata “lingu” yang berarti “lidah”. Bahasa memiliki peranan penting dalam
keberlangsungan hidup manusia karena dengan mengunakan bahasa kita dapat
menyampaikan fikiran, maksud, perasaan dan kehendak kepada orang lain. Hal ini
juga disampaikan oleh para ahli linguistik tentang definisi bahasa. Seperti yang
dikemukakan oleh Keraf(2005:1) bahwa “Bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.”
Pendapat diatas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Santoso (1990:1) bahwa
“Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara
sadar.”
Sejalan dengan perkembangan kajian ilmu pengetahuan pada umumnya,
kajian bahasa juga mengalami perkembangan, termasuk kajian ilmu bahasa
struktural atau linguistik struktural. Menurut Djiwandono (2011:20) dalam
pandangan ilmu bahasa struktural, bahasa dipahami sebagai sesuatu yang
memiliki struktur yang sedemikian rapi dan teratur sebagaimana suatu bangunan
buatan manusia. Dalam pandangan kajian bahasa struktural ini, wacana sebagai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
wujud penggunaan bahasa yang luas cakupannya,dipahami sebagai sesuatu yang
terdiri dan tersusun dari wacana yang lebih kecil dalam bentuk paragraf dan
kalimat. Kalimat terrdiri dari frasa. Frasa terdiri dari kata-kata. Kata-kata terdiri
dari suku kata. Suku kata terdiri dari morfem. Morfem terdiri dari alomorf.
Alomorf terdiri dari fonem. Fonem terdiri dari alofon, dan seterusnya. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa kajian linguistik struktural memandang bahasa sebagai
suatu struktur yang rapi dan teratur sehingga suatu wacana dapat dipisahkan dan
dibeda-bedakan menjadi bagian yang lebih kecil hingga bagian yang terkecil.
Samsuri (1987:79) mengatakan bahwa kajian terhadap bahasapun
dilakukan dengan fokus yang berbeda-beda dalam bentuk cabang ilmu bahasa
struktural, yang terdiri atas Sintaksis (ilmu tentang susunan dan pembentukan
kalimat), Morfologi (ilmu tentang gabungan fonem yang mengandung makna
dalam bentuk morf, morfem, dan alomorf), serta Fonologi yang meliputi Fonetik
(ilmu tentang bunyi bahasa), dan Fonemik (ilmu tentang fonem atau kelompok
bunyi bahasa, dan alofon).
Keterampilan berbahasa merupakan hal yang sangat penting dikuasai oleh
setiap orang. Dalam kehidupan masyarakat, setiap orang saling berhubungan satu
sama lain dengan cara berkomunikasi. Disaat seseorang ingin menyampaikan
pesan atau maksud yang ingin disampaikan maka ia akan menggunakan
keterampilan berbahasa yang ia punya. Setiap orang memiliki keterampilan
berbahasa yang berbeda. Ada orang yang memiliki tingkat keterampilan
berbahasa yang tinggi, sedang dan rendah. Orang yang keterampilan berbahasanya
tinggi akan mudah dalam mencapai tujuan berkomunikasi. Sebaliknya orang yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
memiliki tingkat keterampilan berbahasa yang sedang atau rendah, kualitas
pencapaian tujuan komunikasi yang ia lakukan lebih rendah dibandingkan dengan
orang berketerampilan bahasa yang tinggi. Oleh karena itu, keterampilan
berbahasa merupakan salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan
dalam berkomunikasi.
Kegiatan berbahasa tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi.
Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua arah, dan multiarah.
Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain,
sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut. Komunikasi dua
arah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan saling menanggapi isi
pesan. Komunikasi multiarah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan
yang jumlahnya lebih dari dua orang saling menanggapi isi pesan. Dalam kegiatan
komunikasi, pengirim pesan aktif mengirim pesan yang diformulasikan dalam
lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses ini disebut dengan encoding.
Selanjutnya penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang tersebut
menjadi bermakna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses ini
disebut dengan decoding. (Chaer, 2009:45).
Menurut Djiwandono (2011:8) secara konvensional kemampuan/
keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu kemampuan menyimak,
kemampuan membaca, kemampuan berbicara, dan kemampuan menulis.
Kemampuan menyimak mengacu kepada kemampuan untuk memahami segala
sesuatu yang diungkapkan orang lain secara lisan dalam bentuk kata-kata lepas,
wacana pendek dalam kalimat, atau wacana yang lebih panjang seperti paparan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
lisan, pidato, kuliah dan lain-lain. Kemampuan membaca menunjuk pada
kemampuan untuk memahami maksud dan pikiran orang yang diungkapkan
secara tertulis dalam bentuk catatan singkat, surat, artikel surat kabar, cerita
pendek, novel dan lain-lain. Kemampuan berbicara berupa kemampuan untuk
mengungkapkan pikiran dan isi hati seseorang melalui bunyi bahasa dan kata-kata
yang dirangkai dalam susunan bahasa yang lebih lengkap seperti frasa, kalimat,
dan wacana lisan yang lebih panjang seperti cerita, pidato, dan lain-lain.
Sementara itu kemampuan menulis adalah kemampuan untuk mengungkapkan
diri melalui kata-kata dan kalimat yang disampaikan secara tertulis.
Kemampuan berbahasa dapat pula dikaitkan dengan penguasaan terhadap
komponen bahasa seperti yang dimaksudkan dalam ilmu bahasa struktural. Dalam
linguistik struktural bahasa terdiri dari bagian-bagian yang dapat dipisah-pisahkan
dan dibedakan satu dari yang lain. Bagian-bagian itu dikenal sebagai komponen-
komponen bahasa yang terdiri dari bunyi bahasa, kosakata, dan tata bahasa.
Penguasaan atas komponen-komponen bahasa dianggap merupakan bagian dari
kemampuan berbahasa. Gabungan dari kedua acuan dengan kemampuan
berbahasa secara konvensional dan kemampuan berbahasa menurut komponen
bahasa menghasilkan rincian kemampuan bahasa seperti dalam bagan berikut ini
(Djiwandono, 1996:3) :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
Tabel 1.1
Kemampuan Bahasa dan Komponen Bahasa
KOMPONEN BAHASA KEMAMPUAN BAHASA
Menyimak Berbicara Membaca Menulis
Bunyi Bahasa + + + -
Tatabahasa + + + +
Kosakata + + + +
Menyimak merupakan kegiatan berbahasa pertama yang dilakukan
manusia melalui sarana lisan. Keadaan itu sudah terlihat sejak manusia dilahirkan,
bayi manusia yang belum mampu menghasilkan bahasa, secara bertahap
mendengarkan dan memahami bahasa orang-orang yang berada disekitarnya.
Dalam belajar bahasa asing pun kegiatan pertama yang dilakukan oleh pelajar
adalah menyimak bunyi-bunyi bahasa, kata dan kalimat. Kemudian secara
bertahap belajar menirukan ucapan-ucapan yang disimaknya, selanjutnya mereka
mencoba menerapkan dalam percakapan. Proses menyimak, memahami makna,
meniru dan mempraktikan bunyi bahasa dilakukan secara berulang.Sehingga
proses menyimak ini dapat membantu siswa dalam memperbaiki kesalahan dan
kekeliruan yang terjadi selama proses pengajaran. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa menyimak merupakan dasar atau landasan belajar berbahasa.
Menurut Djiwandono (1996:54) menyimak merupakan kemampuan yang
memungkinkan seorang pemakai bahasa untuk memahami bahasa yang digunakan
secara lisan. Karena banyaknya komunikasi sehari-hari yang dilakukan secara
lisan, kemampuan ini amat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa. Tanpa
kemampuan menyimak yang baik, akan terjadi banyak kesalahpahaman dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
komunikasi antara sesama pemakai bahasa, yang dapat menyebabkan berbagai
hambatan dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sehari-hari. Hal ini juga dapat
menjadi hambatan saat proses pembelajaran dikelas. Siswa atau pelajar bahasa
tanpa memiliki kemampuan menyimak yang memadai tentu menghambat proses
penyerapan informasi yang disampaikan oleh pengajar.
Dalam pengajaran bahasa Mandarin, penguasaan terhadap bunyi-bunyi
bahasa merupakan hal yang penting. Khususnya pelajar bahasa mandarin sebagai
bahasa kedua, mengingat banyak sekali bunyi-bunyi dalam bahasa mandarin yang
tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Bunyi-bunyi bahasa mandarin meliputi
bunyi-bunyi initial , finaldan nada. Menurut Djiwandono (1996:40)Pengenalan
dan pemahaman bunyi bahasa dimaksudkan untuk memastikan apakah seseorang
mampu membedakan satu bunyi bahasa dari bunyi bahasa yang lain. Dengan
kemampuan itu seseorang diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang tepat
terhadap ungkapan lisan seorang pemakai bahasa, dan tidak memperoleh kesan
yang berbeda dari apa yang dimaksudkan oleh pemakai bahasa lisan tersebut.
Penguasaan kemampuan menyimak meliputi jangkauan yang lebih luas.
Kemampuan menyimak tidak hanya menekankan kemampuan untuk membedakan
masing-masing bunyi dari unsur-unsur terkecil bahasa secara tepat, tetapi juga
memahami makna suatu bentuk penggunaan bahasa, baik yang tersurat maupun
tersirat. Seperti kemampuan memahami isi wacana yang di komunikasikan secara
lisan langsung oleh pembicara atau sekedar rekaman audio atau video.
Dalam bahasa mandarin katadāncí 单词 terdiri dari 21 hurufinitial /
konsonanshēngmǔ 声母 , 36 huruf final / vokal yùnmǔ 韵母 dan 4 jenis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
nadashēngdiào 声调 yang diletakkan di atas huruf final atau vokal.Satukata yang
sama tetapi berbeda karakter dan nada memiliki arti yang berbeda, misalnya 好
hǎo (baik) dengan 号 hào (tanggal), 长 cháng (panjang) dengan chàng 唱
(bernyanyi) dan lain-lain.Kata yang mempunyai nada yang sama tetapi karakter
yang berbeda juga memiliki arti yang berbeda,misalnya shā 杀 (bunuh) dan shā 沙
(pasir),zài 在(di) danzài 再(lagi), shù 数(angka) dan shù 树(pohon) dan lain-
lain.Sehingga jumlah keseluruhan karakter mandarin atau Han zi 汉字 berjumlah
85000 karakter yang dimuat dalam kamus [Zhong Hua Zi Hai] karya Leng Yu
Long 冷 玉 龙 pada tahun 1994, Namun huruf mandarin yang dipelajari
sekarangdan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari berkisar 6000-an karakter.
Tabel 1.2
Konsonan/initialshēngmǔ 声母
b[p] p[ph] m [m] f [f] d [t] t[th] n[n] l[l]
g[k] k[kh] h [h]
j[ʨ] q[ʨʰ] x [ɕ]
z[ʦ] c[ʦʰ] s [s]
zh[͡ʈʂ] ch[͡ʈʂʰ] sh[ʂ] r[ʐ/ɻ]
Bahasa Mandarin memiliki 21 hurufinitial(konsonan) diantaranya yaitu
zh, ch, sh, z, c, s. Bagi pelajar yang mempelajari bahasa mandarin sebagai bahasa
kedua, membedakan initial diatas merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan
ke-6 initial ini memiliki pelafalan dan bunyi yang hampir mirip karena saat
melafalkan posisi ujung lidahnya hampir sama, bedanya melafalkan konsonan zh,
ch, sh ujung lidah diletakkan di atas langit-langit, sedangkan melafalkan konsonan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
z, c, sujung lidah diletakkan di bagian belakang gigi atas (Liuying, 2004:12). Hal
ini juga terjadi pada siswa-siswi kelas XI SMA WR. Supratman 2 Medan.Dari
hasil pengamatan dan tes awal yang dilakukan kepada beberapa siswa, hampir
seluruhnya tidak mampu membedakan konsonan tersebut.Ada beberapa siswa
yang kesulitan membedakan dan memahami, misalnya diperdengarkan frasa
zhīdao le 知道了 yang mempunyai makna sudah tahu, sebagian siswa menulis
chídào le 迟到了 yang berarti sudah terlambat, cǎo 草 yang memiliki makna
rumput,siswa salah memahami dan menuliskan zǎo`早 (pagi), chū 出 (keluar)
menjadi shū 书 (buku). Sebagian siswa kesulitan dalam membedakan nada
misalnya diperdengarkan kata shù 树 yang artinya pohonsedangkan siswa menulis
shū 书 yang artinya buku, zuǒ 左 yang artinya kiri beberapa siswa menuliszuò 做
yang artinya melakukan, shuì 睡 yang artinya tidur, siswa salah memahami dan
menuliskanshuǐ 水 yang artinya air. Dan sebagian siswa yang lain kesulitan
dalam membedakan konsonan dan tidak mengetahui makna atau arti kata tersebut.
Oleh sebab itu penulis sangat tertarik untuk melihat dan menganalisis kemampuan
menyimak siswa-siswi kelas XI SMA WR. Supratman 2 dalam membedakan
bunyi initialzh, ch, sh, z, c, s.
Penulis memilih SMA W.R. Supratman 2 Medan dikarenakan sekolah
tersebut telah memiliki standar yang baik pada bidang studi bahasa Mandarin. Hal
tersebut dibuktikan dengan seringnya siswa-siswi memenangkan kompetisi dalam
bidang bahasa Mandarin, seperti: lomba pidato, lomba mambaca koran bahasa
Mandarin dengan fasih, dan lain sebagainya. Siswa-siswi juga aktif dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Mandarin diluar jam sekolah, seperti: mengikuti kursus bahasa Mandarin,
mengikuti seminar-seminar bahasa Mandarin, mengikuti kompetisi-
kompetisibahasa Mandarin dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakahkemampuan menyimak siswa kelas XI SMA W.R.
Supratman 2 dalam menyimakinitial/zh/, /ch/, /sh, /z/, /c/, /s/?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak siswa
kelas XI SMA W.R. Supratman 2 dalam menyimakInitial/zh/, /ch/, /sh/,
/z/, /c/, /s/?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu
Kemampuan menyimakinitial/zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/oleh siswa kelas XI IPA 2
SMA W.R. Supratman 2yang dituliskan dalam sebuah kalimat sederhanadan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyimak siswa.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikankemampuan menyimak siswa kelas XI SMA W.R.
Supratman 2 dalam menyimak bunyi initial/zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/.
2. Untuk mendeskripsikanfaktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
menyimak siswa kelas XI SMA W.R. Supratman 2 dalam menyimakbunyi
initial/zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pendidikan dan pengetahuan terutama pendidikan bahasa Mandarinkhususnya
pelajaran menyimak.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Pengajar bahasa Mandarin
Diharapkan melalui penelitian ini para pengajar bahasa mandarin dapat
menerapkan metode pengajaran menyimak dengan lebih baik dan tepat sasaran
dengan merujuk pada faktor-faktorpenyebab terjadinya kesulitan menyimak yang
dialami oleh siswa. Dengan demikian, para pelajar bahasa Mandarin mampu
meningkatkan kemampuan menyimak dan mengaplikasikannya dengan baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pembaca dan pelajar bahasa Mandarin
Diharapkan melalui penelitian ini, para pembaca dan pelajar bahasa
Mandarin dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang kemampuan
menyimak serta faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak
tersebut dan membantu pembaca apabila ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi
seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory
manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan karya
ilmiah.Berdasarkan penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya, terdapat
beberapa penelitian yang memiliki kesamaan dan kaitan dengan penelitian yang
akan penulis lakukan. Beberapa penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
Dian Mira Mardiana (2008) didalam tugas akhirnya yang berjudul
Analisis kesalahan siswa pada pelafalan fonem /z/, /c/, /s/,/zh/, /ch/, /sh/ dan /r/
dalam kosa kata bahasa Mandarin di kelas X immersi A dan Ximmersi B SMA
Negeri 4 Surakartamengungkapkan bahwapelafalan vokal dalam bahasaMandarin
hampir sama dengan Indonesia, namun untuk konsonan sangat berbeda.
Siswaterkadang kesulitan melafalkan fonem /z/,/c/, /s/, /zh/, /ch/, /sh/ dan /r/
karena BahasaIndonesia tidak memiliki sebagian dari fonem tersebut. Kesimpulan
dari hasil penelitin tersebut adalah tingkat kesulitan yang dihadapi siswapada
pelafalan fonem tersebut di kelas X immersi A dan X immersi B
angkatan2007/2008 SMA Negeri 4 Surakarta masih cukup tinggi.
Ji An Feng (2013) di dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kontrastif
Fonetik Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin dan Kesulitan Mempelajari
Pelafalan Bahasa Mandarin oleh Pelajar Indonesia mengungkapkan bahwa
dalam sistem fonetik Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia banyak terdapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
perbedaan. Konsonan didalam Bahasa Mandarin dibagi menjadi 2 yaitu:
Konsonan Aspirasi tak berbunyi dan Konsonan Non Aspirasi tak berbunyi,
sedangkan bahasa Indonesia memiliki Konsonan berbunyi dan Konsonan tak
berbunyi. Mandarin memiliki Konsonan retroflex“zh,ch,sh,r” dan Konsonan lidah
depan “j,q,x”, sedangkan bahasa indonesia tidak memiliki konsonan yang mirip
dengan pelafalan konsonan tersebut. Dari bagian Vokal , Mandarin memiliki 10
Vokal, sedangkan bahasa indonesia memiliki 6 Vokal. Mandarin memiliki satu
konsonan khusus yaitu “ü” cara melafalkannya seperti “u” dengan bibir yang
dibulatkan, sedangkan bahasa Indonesia tidak memiliki konsonan vokal tersebut.
Dari sudut nada suara (intonasi) setiap suku kata tunggal didalam bahasa
Mandarin memiliki nada sedangkan bahasa indonesia tidak memiliki perbedaan
nada, hanya ada nada cepat dan nada datar.
Wang Gong Ping (2008) dalam skripsinya yang berjudul Analisis
Perceptif Fonetik Initial pada Siswa Asing Indonesia。Penelitian ini dilakukan
kepada mahasiswa asing Indonesia melalui percobaan perseptif initial suku kata
tunggal mandarin. Hasil penelitian adalah sebagai berikut; 1) Rasio kesalahan
perseptif initial cukup besar. 2)Relatif distribusi kesalahan perseptif antara initial
yang berbeda, initial dengan posisi pelafalan yang berbeda dan metode pelafalan
yang berbeda. 3) Asimetri saling interferensi persepsi antara initial yang berbeda.
4) Hubungan kesalahan perseptif initial terhadap kombinasinya terhadap final.
Penelitian ini juga menganalisis penyebab utama terjadinya kesalahan tersebut.
Penelitian / kajian terdahulu memiliki perbedaan terhadap penelitian yang
penulis lakukan baik dari segi metode maupun objek penelitian. Penelitian yang
dilakukan oleh Dian Mira Mardiana berfokus pada kesalahan pelafalan siswa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
pada pelafalan initial zh, ch, sh, z, c, s dan r. Sedangkan penulis melakukan
penelitian terhadap kemampuan menyimak siswa dalam membedakan konsonan
tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut.
Penelitian yang dilakukan Ji An Feng yaitu analisis kontrastif fonetik
bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin dan kesulitan mempelajari pelafalan
bahasa mandarin oleh pelajar indonesia. Secara teoritis penelitian ini memiliki
kontribusi terhadap penelitian yang penulis lakukan, penulis menggunakan teori
metode pelafalan dan penelitian ini memberikan gambaran terhadap perbedaan
fonetik bahasa Mandain dan bahasa Indonesia.
Kajian yang dilakukan oleh Wang Gong Ping adalah analisis perseptif
fonetik initial oleh siswa asing Indonesia, kajian ini berfokus pada persepsi atau
pemahaman siswa terhadap bunyi initial mandarin. Secara metode penelitian ini
memiliki persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama
menggunakan metode menyimak. Perbedaannya terletak pada objek penelitian,
penelitian yang dilakukan oleh Wang Gong Ping adalah menyimak suku kata
tunggal (monosyllable) initial dan interferensi initial yang beda pelafalan.
Sedangkan penelitian penulis berfokus pada kemampuan menyimak initial zh, ch,
sh, z, c, s saja, metode menyimak initialatau konsonan ini tertuang pada sebuah
kalimat sederhana serta pemahaman arti atau makna kosakata yang terdapat pada
kalimat tersebut. Penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan menyimak tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
2.1 Konsep
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:456) konsep diartikan
sebagai rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan dari pengertian
kongkret, gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.Dalam konsep ini, penulis
akan menggambarkan beberapa objek secara abstrak, yaitu beberapa gambaran
berupa pengertian-pengertian yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
2.1.1 KemampuanMenyimak
Kemampuan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesanserta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan (Tarigan, 1987:28).
2.1.2Initial /zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/
Konsonan yang mengawali dalam suku kata disebut initial. Konsonan dalam
hanyu pinyin berjumlah 21 huruf. Sesuai dengan posisi pengucapannya,initial
dibagi menjadi 7 macam diantaranya (Epradita, 2008:40-41)
Suara ujung lidah belakang – menggulung ujung lidah ke depan
langitlangitmulut.
· /zh/ (c’e) tidak ada hembusan udara. Misalnya : “zhi.zhu” dan lain-lain
· /ch/ (c’e’/j’e) ada hembusan udara. Misalnya : “chi, che” dan lain-lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
· /sh/ (s’) tiidak ada hembusan udara. Misalnya : “shi, shu” dan lain-lain.
Suara ujung lidah depan – ujung lidah ditempelkan ke gusi gigi atas
· /z/ (ce) tidak ada hembusan udara. Misalnya : “zai, zi” dan lain-lain.
· /c/ (ce’/je) menghembuskan udara. Misalnya : “ci, cai” dan lain-lain.
· /s/ (s) tidak ada hembusan udara. Misalnya : “song, si” dan lain-lain.
2.3Landasan Teori
Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kemampuan menyimak siswa
dalam membedakan dan memahami bunyi initial dalam sebuah kalimat sederhana.
Untuk itu, penulis menggunakan teori yang berhubungandengan LinguistikUmum
(General Linguistik) khususnya Linguistik Struktural, dan teori Fonetik. Berikut
adalah jabaran dari teori teori tersebut.
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa
sebagai objekkajiannya (Chaer,1994: 1).
Linguistik Umum menurut Djiwandono (2011:17) yaitu:
“Linguistik umum (General Linguistics) membahas masalah-masalah umum
seperti latar belakang dan sasaran kajian bahasa, berbagai cara
mendeskripsikan bahasa, dialek, penggunaa bahasa, struktur bahasa, bunyi-
bunyi bahasa, vokal dan konsonan, dan lain-lain.”
Menurut Djiwandono (2011:20) dalam pandangan ilmu bahasa struktural,
bahasa dipahami sebagai sesuatu yang memiliki struktur yang sedemikian rapi dan
teratur sebagaimana suatu bangunan buatan manusia. Dalam pandangan kajian
bahasa struktural ini, wacana sebagai wujud penggunaan bahasa yang luas
cakupannya,dipahami sebagai sesuatu yang terdiri dan tersusun dari wacana yang
lebih kecil dalam bentuk paragraf dan kalimat. Kalimat terrdiri dari frasa. Frasa
terdiri dari kata-kata. Kata-kata terdiri dari suku kata. Suku kata terdiri dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
morfem. Morfem terdiri dari alomorf. Alomorf terdiri dari fonem. Fonem terdiri
dari alofon, dan seterusnya.
Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama
Fonologi.Fonologi adalah suatu sub-disiplin ilmu bahasa atau linguistik
yangmembicarakan tentang ”bunyi bahasa”. Lebih spesifik lagi fonologi murni
membicarakantentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur
linguitik; berbedadengan fonetik yang berupa kajian yang agak lebih netral
terhadap bunyi-bunyi sebagaifenomena dalam dunia fisik dan unsur unsur
fisiologikal, anatomikal, neurogikal, danpsikologikal nabusia yang membuat
bunyi bunyi itu. Fonologi adalah ”Linguitik” alampengertian bahwa sintaksis,
morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik jugalinguistik; sedangkan fonetik
berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi,
akustik dan sebagainya. (Lass, 1988:5)
Teori yang diungkapkan penulis diatas adalah sebagai acuan dalam
penulisan skripsi ini.
2.3.1 Analisis Kemampuan Menyimak
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Kamisa (1977:523) menyatakan
bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kekuatan yang dimiliki untuk
melakukan sesuatu. Oleh karena itu, kesanggupan manusia memiliki batas begitu
juga dengan kemampuan menyimak manusia yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kondisi fisik, mental, motivasi, dll.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Tarigan (1990:58) menyatakan bahwa menyimak bukan hanya sebatas
mendengar (hearing) saja, tetapi memerlukan kegiatan lainnya yakni memahami
(understanding) isi pembicaraan yang yang disampaikan oleh si pembicara. Lebih
jauh lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat yang
disimaknya baik tersurat maupun tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses
menyimak adalah kegiatan evaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak
menilai gagasan baik dari segi keunggulan maupun segi kelemahannya. Kegiatan
akhir yakni menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyebut,
mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan yang yang dikemukakan oleh
pembicara.
Pengertian menyimak menurut Tarigan (1987:28) Menyimak adalah suatu
proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap
isi atau pesanserta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh
sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dan pengertian menyimak
menurut Djago Tarigan (1986) Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar,
mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada
unsur kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak tak pernah terlewati. Secara
sadar atau tidak sadar perbuatan menyimak yang dilakukan mempunyai tujuan
tertentu. Menyimak dilakukan untuk memperoleh isi atau pesan dan memahami
komunikasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:840) “ Menyimak
adalah mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca
orang”. Menurut Achsin (1981:3) mengatakan menyimak tergolong kegiatan
mental yang kreatif lebih aktif daripada mendengar. Di dalamnya terdapat proses
mental (psikis) dalam strata, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, proses
penyusunan pemahaman dan penafsiran sampai ke proses penggunaan dan
penyimpanan bunyi yang diterima itu.Menyimak pada hakikatnya adalah
mendengarkan atau memahami bahan simakan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan dengan penuh perhatian
apa yang diucapkan oleh si penutur untuk memperoleh ide atau pesan yang akan
disampaikan kepada si pendengar. Menyimak menuntut perhatian, pikiran,
penalaran serta imajinasi dari sang penyimak. Sang penyimak tidak hanya
memusatkan perhatiannya pada kata-kata yang diucapkan tetapi juga nada-nada
ucapan sang pembicara. Pola-pola infleksi bahasa yang dipakai, dan lambang-
lambang non verbal seperti ekspresi wajah, gerakan atau mimik.
2.3.2 Ragam Menyimak
Tarigan (1980: 37-59) membagi jenis-jenis menyimak berdasarkan tujuan
khusus yaitu:
A. Menyimak Ekstensif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
“Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatanmenyimak yang
mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadapsuatu ujaran, tidak
perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru” (Tarigan1986: 35).
Menyimak ekstensif terdiri atas :
a. Menyimak sosial (social listening)atau menyimak
konversasional(conversational listening) ataupun menyimak sopan
(courteouslistening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial
tempatorang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal
yangmenarik perhatian semua orang yang hadir dan salingmendengarkan satu
sama lain untuk membuat responsiyangwajar terhadap apa-apa yang
dikemukakan. Contoh :Menyimak secara sopan santun dengan penuh
perhatian terhadapsuatu percakapan dalam situasi sosial agar mendapatkan
informasiyang dimaksud.
b. Menyimak sekunder (secondary listening)adalah sejenis menyimaksecara
kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensivelistening).Contoh :
menyimak pada musik yang mengiringi ritmeatau tarian-tarian rakyat di
sekolah dan pada acara-acara radio yangterdengar sayup-sayup sementara kita
menulis surat pada seorangteman di rumah.
c. Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebutmenyimak
apresiatif (apprecional listening) adalah fase terakhirdari kegiatan menyimak
kebetulan. Contoh : Menyimak musik,puisi, pembacaan bersama, atau drama
radio dan rekaman-rekaman.
d. Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadaryang
biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengankurang teliti,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih santai,serta menguasai sesuatu
bahasa. Sebenarnya otak kita bukan mainaktifnya dalam mendaftarkan bunyi-
bunyi, bau-bauan, dan bentuk-bentuk,rupa-rupa, walaupun pada saat kita tidur
nyenyak.
B. Menyimak Intensif
Kalau menyimak ekstensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara
lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan para guru,
maka menyimak intensifdiarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi,
dikontrol terhadap satu hal tertentu (Tarigan 1986: 40).
Menyimak intensif terdiri dari:
a. Menyimak kritis (critical listening)adalah sejenis kegiatanmenyimak yang
berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruanbahkan juga butir-butir yang
baik dan benar dari ujaran seorangpembicara, dengan alasan-alasan yang kuat
yang dapat diterimaoleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih
cenderungmeneliti di mana letak kekurangan, kekeliruan, ketidaktelitian
yangterdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Anderson(1972:70)
dalam Tarigan (1980: 43) kegiatan-kegiatan yang masukdalam menyimak
kritis yaitu:
Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat,
kata,pemakaian kata, dan unsur kalimatnya.
Menentukan alasan “mengapa”.
Memahami aneka makna petunjuk konteks.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
Membedakan fakta dari fantasi, yang relavan dari yang tidakrelavan.
Membuat keputusan-keputusan.
Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.
Menentukan mana informasi baru atau informasi tambahan bagisua
Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasayang
belum, belum lazim dipakai.
Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan
keaslian,kekurangtelitian serta kekeliruan.
b. Menyimak konsentratif (consentrative listening)sering juga disebuta study-
type listening atau menyimak yang merupakan sejenistelaah.
Kegiatankegiatan yang tercakup dalam menyimakkonsentratif ini adalah:
Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas,
tempat,kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.
Mendapatkan atau memperoleh data butir-butir informasi tertentu.
Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.
Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaranmaupun
pengorganisasiannya.
Memahami urutan-urutan ide-ide sang pembicara.
Mencari dan mencatat fakta-fakta penting.
c. Menyimak kreatif (creative listening)adalah sejenis kegiatan
dalammenyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
rekonstruksiimajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan,
gerakan,serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau
dirangsangoleh apa-apa yang disimaknya (Dawson 1963:153 dalam
Tarigan1986: 46). Anderson (1972:70) dalam Tarigan (1980:
46)mengungkapkan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimakkreatif
yaitu:
Menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengansegala jenis
pengalaman menyimak.
Membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual denganbaik,
sementara menyimak.
Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiranimajinatif
untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan danpementasan.
Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah sekaligus
memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaiantersebut.
d. Menyimak eksploratif, meyimak yang bersifat menyelidik
atauexploratorylistening adalah sejenis kegiatan menyimak intensifdengan
maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah danlebih sempit. Dalam
kegiatan menyimak seperti ini sang penyimakmenyiagakan perhatiannya
untuk menjelajahi serta menemukan:
Hal-hal baru yang menarik perhatian
Informasi tambahan mengenai suatu topik
Isyu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.
e. Menyimak interogatif (interrogative listening)adalah sejeniskegiatan
menyimak intensif yang menuntut lebih banyakkonsentrasi dan seleksi,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
pemusatan perhatian dan pemilihan butirbutirdari ujaran sang pembicara,
karena sang penyimak akanmengajukan sebanyak pertanyaan. Dalam
kegiatan menyimakinterogatif ini sang penyimak mempersempit serta
mengarahkanperhatiannya pada pemerolehan informasi dengan
caramenginterogasi atau menanyai sang pembicara (Tarigan 1986: 48).
f. Menyimak selektif(selective listening)
Merdhana (1987: 32) menyatakan bahwa menyimak
selektif(selectivelistening) adalah menyimak suatu wacana yang
disertaidengan seleksi tertentu terhadap kebahasaannya di sampingterhadap
isi pesan itu. Menyimak selektif memiliki ciri tertentu sebagai pembeda
dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun ciri menyimak selektif ialah:
menyimak dengan saksama untuk menentukan pilihan pada bagian
tertentu yang diinginkan.
menyimak dengan memperhatikan topik-topik tertentu.
menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara selektif
dan terfokus untuk mengenal, bunyi-bunyi asing, nadasuara, bunyi-bunyi
homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk
ketatabahasaan(Tarigan, 1986:53-59).
Penelitian ini termasuk ke dalam salah satu kategori menyimak intensif
yaitu menyimak selektif yang difokuskan dalam menyimak bunyi-bunyi asing dan
bunyi-bunyi yang bersamaan(homogen).
1. Bunyi-bunyi asing
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Bunyi-bunyi asing dalam suatu bahasa baik konsonan maupun vokal
merupakan bagian-bagian yang harus disimak secara selektif. Kalau suatu bunyi
agak sering dipakai, cara yang baik adalah memusatkan perhatian hanya pada
bunyi yang satu itu. Segala sesuatu yang lainnya akan hilang dari perhatian
seseorang selama perhatian dipusatkan untuk mendengarkan setiap kejadian.
Dalam waktu yang amat singkat akan terlihat bahwa bunyi ini tidak selalu sama.
Terdapat perbedaan-perbedaan keciltetapi cukup sebagai ciri-ciri dasar yang
ditemukan sehingga seseorang dapat menetapkan apa sebenarnya yang
menentukan bunyi distingtif yang sama itu (proses yang sama dapat diikuti dalam
menyimak bunyi-bunyi lain yang amat berbeda dari bunyi-bunyi bahasa Indonesia)
(Tarigan, 2008:55).
2. Bunyi-bunyi yang bersamaan (homogen)
Jika kita mulai membedakan antar bunyi-bunyi yang bersamaan, kita akan
mendapati bahwa kesamaan-kesamaan yang serupa itu berjalan berkelonpok-
kelompok. Misalnya dalam suatu bahasa kita menemui suatu bunyi perantara
antara p dan b, atau bunyi perantara yang sesuai antara t dan d, dan yang lainnya
antara k dan g (Tarigan, 2008:56). Dalam bahasa Mandarin misalnya bunyi-bunyi
konsonan zh,ch,sh dan z,c,s terdapat bunyi yang bersamaan walaupun masih
memiliki perantara antara bunyi-bunyi konsonan tersebut. Tarigan (2008:56)
mengatakan bahwa kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dalam bahasa
bersifat sistematis. Bahasa-bahasa tidak lebih dari sistem-sistem lambang yang
amat rumit, amat kompleks dan haruslah berupa sistem-sistem.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Fokus utama dari kemampuan / keterampilan menyimak tidak hanya
sekedar membedakan bunyi-bunyi bahasa tetapi mencakup aspek yang lebih luas.
Hal ini seperti yang diuangkapkan oleh Mulyati dkk (2007:10) bahwa
keterampilan menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan. Menyimak
disini bukan sekedar menyimak rentetan bunyi bahasa, tetapi sekaligus harus
memhami maknayang terdapat di dalamnya.
2.3.3 Pelafalan Initial/zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/,/s/
Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bunyi tersebut diselidiki oleh fonetik
danfonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya dan
menurut sifat-sifatakustiknya. Sementara itu berbeda dengan fonetik, fonologi
meneliti bunyi bahasatertentu menurut fungsinya.
”Fonologi adalah pengetahuan tentang bunyi yang merupakan suatu prasyarat
untuk dapat mempelajari dan memahami seluk-beluk bahasa dengan baik.”
(Lapoliwa:1988: 3).Sedangkan fonem adalah satuan terkecil dalam sebuah bahasa
yang bisa menunjukkan perbedaan makna atau bunyi-bunyi yang membedakan
arti atau pengertian (Samsuri, 1994:124)
Mandarin sebagai bahasa yang tidak menggunakan abjad latin dalam
sistempenulisannya sehingga menyulitkan bagi orang asing untuk mempelajari
bahasa mandarin.Pada tahun 1958 pemerintah Cina secara resmi menggunakan
fonetik Pinyin, yang dibuatoleh Lembaga Pembaharuan Tulisan (LPT) Republik
Rakyat Cina sebagai sistempenulisan latinnya. Pinyin merupakan sistem penulisan
latin untuk Bahasa Mandarinberdasarkan sistem pelafalan standar nasional ( De-
An Wu Swihart. 2007: 1).
Sistem fonetik pinyin mempermudah pembelajar asing yang kebanyakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
mengenal huruf latin. Saat ini Pinyin telah banyak digunakan pada tempat seperti
padasistem pengetikan huruf Han dikomputer, telepon genggam, petunjuk jalan,
bahan ajar,software computer dan lain lain. Berikut akan penulis jabarkan terlebih
dahulu sistemartikulasi pelafalan pada alat ucap manusia.
Bentuk penulisan Pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan
dalamBahasa Mandarin, biasanya terdiri dari inisial atau huruf konsonan(声母
Shengmu),final atau vokal (韵母yunmu), dan juga Nada (声调Shengdiao).
Nada dalam bahasamandarin diletakkan di atas huruf vokal. Contohnya, bà, mā,
hǎo. Konsonan yang terletak di awal suku kata disebut Inisial (b, m, h).
Sedangkan suku kata yang terletak diakhir disebut Final /Vokal (à, ā, ǎo) JiZhou
(2005:3).
Tabel 2.1
Konsonan/initialshēngmǔ声母
b[p] p[ph] m[m] f[f] d[t] t[th] n[n] l[l]
g[k] k[kh] h[h]
j[ʨ] q[ʨʰ] x[ɕ]
z[ʦ] c[ʦʰ] s[s]
zh[͡ʈʂ] ch[͡ʈʂʰ] sh[ʂ] r[ʐ/ɻ]
Tabel 2.2
Vokal/Finalyùnmǔ韵母
a o e er i -i(zi) -i(zhi) u ü
ai ei ao ou an en ang eng ong
ia ie iao iou(iu) ian in iang ing ioang
ua uo uai uei(ui) uan uen(un) uang ueng
üe üan ün
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Tabel 2.3
Nadashēngdiào声调
Nada Lambang Nada Deskripsi Puncak
Ketinggian Suara
Nada Pertama - Suara tinggidan
datar 55
Nada Kedua / Suara menanjak 34
Nada Ketiga v Suara turun
kemudian naik 214
Nada keempat \ Suara Menukik 51
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2.3.4 Proses Terjadinya bunyi
Sumber utama dalam terjadinya bunyi bahasa ialah adanya udara dariparu-
paru. Udara dihisap kedalam paru-paru dan dihembuskan keluar
bersamasamawaktu sedang bernafas. Udara yang dihembuskan (atau dihisap
sebagiankecil bunyi bahasa) itu kemudian mendapat hambatan di berbagai tempat
alatbicara dengan berbagai cara, sehingga terjadilah bunyi-bunyi bahasa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Tempatbunyi bahasa ini terjadi atau dihasilkan disebut tempat artikulasi, proses
terjadinyadisebut juga artikulasi, dan juga alat-alat yang digunakan disebut
articulator.Dalam proses artikulasi ini biasanya terlibat dua macam articulator,
yakniarticulator aktif dan articulator pasif. Articulator aktif adalah alat ucap
yangbergerak atau yang digerakkan misalnya, bibir bawah, ujung lidah, dan daun
lidah.Articulator pasif adalah alat ucap yang tidak bergerak atau yang
didekatiarticulator aktif misalnya, bibir atas, gigi bawah dan langit-langit keras.
Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas: vokal, konsonan, dan semi-
vokal (Jones, 1958:12). Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan
(proses artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya
dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada
artikulasi. Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya
pita suara, jika hal ini terjadi maka yang terbentuk adalah bunyi konsonan
bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai bergetarnya pita suara, maka bunyi yang
dihasilkan adalah konsonan tak bersuara (Marsono, 1999:16)
Cara melafalkan bunyi konsonan dalam Bahasa Mandarin sangat
tergantung pada posisilidah, bibir, dan gigi, serta cara melafalkan. Apabila terjadi
kesalahan dalam posisipelafalan dan cara pelafalan, maka bunyi yang akan
dihasilkan akan kurang tepat.
Handayana (2011) menyatakan cara pelafalan konsonan sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Gambar 2.1
Alat-alat ucap manusia untuk letak artikulasi dalam pelafalan initial (shengmu)
Sumber: www.google.com.Mandarin.fonem
1. 上唇(shàngchún)upper lip
2.上齿(shàngchǐ) upper teeth
3. 牙床(yáchuáng) teethridge
4. 硬额(yìng’è) hard palate
5. 软额(ruǎn’è) soft palate
6. 小舌(xiǎoshé) uvula
7. 下唇 (xiàchún) lower lip
8. 下齿(xiàchǐ) lower teeth
9. 舌尖(shéjiān) tip of the tongue
10.舌面(shémiàn)bladeof the tongue
11. 舌根(shégēn) back of the tongue
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
12. 声带(shēngdài) vocal cords
13. 鼻腔(bíqiāng) nasal cavity
Contoh:
1. Konsonan (Inisial/ Shēngmǔ)/b/ cara pelafalan dengan suara bibir
(labial).Dilafalkan seperi konsonan [p] dalam bahasa Indonesia
2. Konsonan /p/ dilafalkan dengan suara bibir (labial) aspirasi. Dilafalkan
sepertikonsonan [ph] dalam bahasa Indonesia.
3. Konsonan /m/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan
sepertikonsonan [m] dalam Bahasa Indonesia
4. Konsonan /f/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan
sepertikonsonan [f] dalam Bahasa Indonesia.
5. Konsonan /d/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah
(apical).Dilafalkan seperti konsonan [t] dalam Bahasa Indonesia.
6. Konsonan /t/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah
(apical)aspirasi. Dilafalkan seperti konsonan [th] dalam Bahasa Indonesia.
7. Konsonan /n/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah
(apical).Dilafalkan seperti konsonan [n] dalam Bahasa Indonesia.
8. Konsonan /l/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah
(apical).Dilafalkan seperti konsonan [l] dalam Bahasa Indonesia.
9. Konsonan /g/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah
(velar)pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti
konsonan [k]dalam Bahasa Indonesia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
10. Konsonan /k/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah
(velar)pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti
konsonan [kh]dalam Bahasa Indonesia.
11. Konsonan /h/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah
(velar)menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [h]
dalam BahasaIndonesia.
12. Konsonan /j/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah
(dorsal).Dilafalkan [ʨ] atau seperti konsonan [c] dalam bahsa indonesia.
13. Konsonan /q/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah
(dorsal).Dilafalkan [ʨʰ] atau seperti konsonan [ch] dalam bahasa
indonesia.
14. Konsonan /x/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah
(dorsal).Dilafalkan [ɕ] atau mirip seperti konsonan [s] dalam Bahasa
Indonesia, namundilafalkan dengan badan lidah, bukan dengan ujung
lidah.
15. Konsonan /zh/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk
kelangit-langit mulut. Dilafalkan seperti [͡ʈʂ] atau konsonan [z] dalam
BahasaIndonesia.
16. Konsonan /ch/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-
tekukke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk
kelangitlangitmulut, dilafalkan [͡ʈʂʰ] atau seperti konsonan [ch] dalam
Bahasa Indonesia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
17. Konsonan /sh/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-
tekukke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk
kelangitlangitmulut, dilafalkan [ʂ].
18. Konsonan /r/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-
tekukke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk
kelangitlangitmulut, dilafalkan [ʐ/ɻ]
19. Konsonan /z/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi
depanbagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam,
dilafalkan [ʦ].
20. Konsonan /c/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi
depanbagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian
dalam,dilafalkan[ʦʰ]atau seperti konsonan c dalam Bahasa Indonesia.
21. Konsonan /s/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi
depanbagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam,
dilafalkanseperti konsonan [s] dalam Bahasa Indonesia.
2.3.5 PelafalanKonsonan/InitialRetroflex (卷舌音 ) dan Konsonan Lidah-
datar (平舌音)
Menurut Liuying (2003:78) Di dalam bahasa Mandarin terdapat sebuah
kelompok konsonan Retroflex(Retroflexion) yaitu konsonan zh, ch, sh, r dan ada
pula kelompok konsonan Lidah-datar (Tongue-flattened) yang terdiri dari
konsonan z, c, s. Berikut adalah perbedaannya:
1. Konsonan Retroflex menempatkan ujung lidah menuju langit-langit
mulut dan membentuk sebuah hambatan (lidah ditekuk). Sedangkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
konsonan lidah-datar adalah dengan menempatkan ujung lidah ke
bagian belakang gigi atas (dekat ke bibir) sehingga posisi lidah dalam
keadaan datar.
2. Untuk konsonan zh dan ch, angkat ujung lidah menuju langit-langit
mulut. Konsonan chmengeluarkan udara. Untuk konsonan sh, ujung
lidah digulung dan mendekati langit-langit mulut.
3. Untuk konsonan z dan c, ujung lidah menuju bagian belakang gigi atas,
bedanya konsonan c mengeluarkan aliran udara yang kuat sedangkan
konsonan z tidak menghasilkan udara. Untuk konsonan s, tempatkan
ujung lidah mendekati bagian belakang gigi atas.
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak
Menurut Hermawan (2012: 49-54) faktor yang mempengaruhi dapat
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal :
2.3.4.1 Faktor Internal
Faktor internal yang dapat mempengaruhi proses menyimak adalah
masalah pendengaran, kelebihan masukan (input), minat pribadi, dan berpikir
terlampau cepat. Ketika seseorang menderita masalah pendengaran atau
kerusakanalat pendengaran yang dapat menghambat masuknya gelombang dalam
volume tertentu atau menderita kelainan dalam menerima frekuensi tertentu, maka
proses menyimak akan terganggu. Hilangnya pendengaran ini tidak hanya
merugikan penderita, namun juga bagi orang yang diajak berbicara, sehingga
dapat menghasilkan komunikasi yang tidak efektif.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi proses menyimak adalah adanya
keterbatasan diri untuk menyimak secara serentak semua yang didengar atau
kelebihan masukan. Banyak pendengar yang hanya bisa menyimak setengah dari
pesan verbal yang dikemukakan orang lain setiap hari. Maka dari itu pendengar
tidak selalu menyimak dengan baik dan menyimpangkan perhatiannya.
Alasan lain kenapa pendengar tidak selalu menyimak dengan baik adalah
karena pendengar sering mengaitkan sesuatu dengan hal-hal yang bersifat pribadi
dan dianggap penting untuk diri sendiri dibandingkan dengan pesan-pesan yang
disampaikan orang lain. Dalam hal ini, menyimak biasanya hanya bersifat basa-
basi atau bersifat pura-pura.
Selain itu secara psikologis pendengar akan sulit melakukan aktivitas
menyimak secara barhati-hati. Walaupun pendengar memiliki kecakapan untuk
memahami pembicaraan dalam tingkat 400 kata per menit, rata-rata orang
berbicara antara 125 hingga 150 kata per menit. Karenanya pendengar memiliki
banyak waktu luang untuk meluangkan pikirannya sementara orang lain berbicara.
Waktu luang tersebut sering menggoda pendengar untuk memikirkan hal-hal yang
tidak berhubungan dengan gagasan pembicara, seperti kepentingan pribadi,
melamun, merencanakan sangkalan, dan sebagainya.
Proses penyimakan juga sangat dipengaruhi oleh motivasi dan perasaan
pendengar saat itu (minat pribadi).ketika sedang menyimak,betapapun efektifnya,
motif dan kebutuhan pendengar pun turut memainkan peranan yang besar.
Pendengar akan menyimak lebih efektif, dan secara sadar menyeleksi apa yang
sedang didengar terutama pada saat membutuhkan atau menginginkan informasi
tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Hasrat untuk menyimak umumnya tidak datang dengan mudah. Begitu
sering kita ingin mendengar hanya jenis-jenis informasi tertentu, dan kita
cenderung tidak menyimak informasi yang berlawanan atau berbeda dengan
keinginan. Selain itu egoisme atau sikap mementingkan diri sendiri juga
memengaruhi keefektifan menyimak. Dalam proses menyimak, egoisme muncul
ketika ada pendapat berbeda antara pendengar dengan pembicara.
2.3.4.2 Faktor Eksternal
Lingkungan hidup sering juga menghadirkan gangguan yang membuat
pendengar sulit memberikan perhatian terhadap orang lain. Gangguan ini
merupakan rangsangan-rangsangan yang bertentangan dengan dan mengalihkan
perhatian dari informasi pokok yang diinginkan. Jika gangguan ini terlampau
berat maka dapat menyimpangkan pesan. Hal-hal yang tidak menyenangkan dapat
mengganggu kemampuan pendengar untuk menyimak dengan baik. Dalam
keadaan seperti ini, bahkan dengan perhatian yang paling baik pun tidak cukup
menjamin bahwa pendengar akan memahami orang lain dengan baik.
Selain faktor lingkungan, faktor materi, pembicara, gaya dan teknik
berbicara juga dapat menjadi gangguan menyimak, terutama dalam situasi formal.
Materi pembicaraan dapat mempengaruhi proses penyimakan. Pendengar akan
lebih tertarik pada materi baru dibandingkan dengan materi yang telah diketahui
atau dialami. Ketertarikan itu juga dipengaruhi oleh tingkat kepentingan materi,
apakah materi tersebut penting untuk pendengar atau hanya sekedar untuk
kesenangan. Selain itu jika materi tersebut sulit dimengerti maka proses
penyimakan pun akan terhambat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Faktor pembicara pun dapat mengganggu perhatian pendengar. Misalnya,
pembicara yang berpengalaman dan berpenampilan tenang akan lebih persuasif
dibandingkan denganpembicara yang gugup. Disamping itu, gaya, penampilan,
dan teknik penyajian materi pun dapat menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi proses penyimakan seperti visualisasi dan teknologi yang
digunakan, cara berpakaian, serta pengenalan konsep-konsep secara bertahap serta
disertai contoh-contohnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan,
dan kegunaan” (Sugiono, 2010: 2)
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Syamsuddin, (2007:24) Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
bertujuan menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dengan menggunakan
angka-angka untuk mencandrakan karakteristik individu atau kelompok.
Penelitian deskriptif menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak. Metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moloeng, 2006:4).Penelitian kualitatif ini digunakan untuk menganalisis
instrumen yang diperoleh melalui angket. Diharapkan dari angket tersebut bisa
ditemukan jawaban dari bagaimana kemampuan menyimak siswa SMA 2 W.R
Supratman 2 dalam membedakan konsonan dan permasalahan-permasalahan yang
muncul dalam menyimak dan juga memberikan gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyimak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
3.2 Data dan Sumber Data
Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik
pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data deskriptif kualitatif dari
sumber primer dan sumber sekunder.
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225). Sumber primer ini berupa hasil
angket atau kuesionerdari siswa kelas XI IPA 2 SMA W.R. Supratman 2.
2. Sumber Sekunder
Sugiyono, (2012:225) Sumber data sekunder merupakan sumber data yang
tidak memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber
data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang
disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain. Data ini digunakan untuk
mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh baik dari angket maupun
dari observasi langsung ke lapangan. Peneliti juga menggunakan data sekunder
hasil dari studi pustaka.
Dalam studi pustaka, peneliti membaca literatur-literatur yang dapat
menunjang penelitian, yaitu literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian
ini.
3.3 Populasi dan Sampel
Total keselurahan kelas XI SMA WR Supratman terdiri dari empat kelas.
Penulis memilih kelas XI IPA 2 secara acak (random) dari tiga kelas lainnya. Jadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI IPA 2 yang
berjumlah 42 orang, penulis akan menggunakan rumus Slovin (dalam Riduwan,
2005:65) dalam menghitung sampel.
𝑛 = 𝑁/ 𝑁(d)2 + 1
n= Sampel
N= Populasi
d= Nilai Presisi 95% (tingkat kesalahan yang dikehendaki 0,05%)
Maka besarnya sampel menurut Slovin ini akan menjadi :
𝑛 = 𝑁/ 𝑁(d)2 + 1
𝑛= 42/ 42 (0,05)2 + 1
𝑛= 38 sampel
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai
berikut :
3.4.1 Pengamatan (Observasi)
Menurut Kunandar, (2008: 143) pengamatan atau observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini
dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan
lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi
dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas. Pengamatan sangat
cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas dan proses
lainnya. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat
digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan
suatu proses.
3.4.2 Kuesioner atau Angket
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui ( Arikunto 2006: 225 ).
Dalam penelitian ini digunakan metode angket dalam pengumpulan
data.Angket ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama adalah teks soal
kemampuan menyimak konsonan yang terdiri dari 12 soal dan bagian kedua
adalah kuesioner untuk mengetahui kesulitan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan menyimak siswa. Metode angket dipilih didasarkan
pada kemudahan dan kepercayaan peneliti bahwa responden mengetahui tentang
dirinya dan dapat memberi jawaban yang jujur sesuai dengan keadaan
dirinya.Angket yang digunakan sudah disediakan alternatif jawabannya sehingga
responden tinggal memilih dengan cara memberi tanda centang (√) di dalam
kolom alternatif jawaban yang telah disediakan atau yang disebut dengan angket
tertutup ( Sutedi, Hal ini akan memudahkan responden dalam menjawab.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Didalam angket ini disediakan empat alternatif jawaban. Alternatif
jawaban mengunakan skala Likert (Sugiyono:135) Setiap butir soal diberi skor
masing-masing sebagai berikut:
1. Jawaban Sangat Setuju/Sangat Sering (SS) = 4
2. Jawaban Setuju/Sering (S) = 3
3. Jawaban Tidak Setuju/Jarang (TS/JR) = 2
4. Jawaban Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah (STS/TP) = 1
Tabel 3.1
Soal Tes Menyimak
Sumber data: HSK 3 (guójiāhànbàn:2010)
请你好好听下面带空格的句子 , 你根据听到的生母, 选出和写下
来这些声母: zh,ch,sh,z,c,s. 然后根据以上句子里,写下那个单词
的意义。
Silahkan dengarkan baik-baik kalimat yang tidak lengkap dibawah ini. Lalu isilah
sesuai dengan apa yang kamu dengar dengan konsonan : zh, ch, sh, z, c, s.
1. Nín bàn gè xiǎo shí yǐ hòu (__ài) dǎ , hǎo ma?
2. Zhèr de huán jìng zhēn hǎo, yǒu (__ǎo) dì, yǒu xiǎo niǎo.
3. (__ī) dao le, wǒ jiùkàn kàn jīn tiān tiān qì zěn me yàng.
4. (__uǒ) biān dī le, zài gāo yī diǎnr.
5. Yīnggāi zài jiā lǐ de (__uō) zi shàng.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
6. Jīn tiān de xuě xià de zhēn dà, (__ù) shàng, dì shang dōu bái le.
7. Míng tiān shàng wǔ kě néng yǒu yǔ, bié wàng le dài yǔ (__ǎn).
8. Nǎi nai jīng (__áng) gěi wǒ jiǎng lì shǐ gù shi.
9. Dōu kuài jǐ diǎn le, ér zi zěn me hái bù qǐ (__uáng)?.
10. Nǐ men zhèr de yú zuò de hěn bù (__uò).
11. Ràng tā duō (__uì) yí huìr ba.
12. wǒ jué de hěn yǒu yì (__ì).
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Keberhasilan Menyimak olehHermawan
(2012: 49-54)
Tujuan/masalah
penelitian
Variabel yang
diukur
Indikator
pengukur
Nomor
soal
Faktor yang
mempengaruhi
mahasiswa dalam
menyimak
Faktor internal
Kondisi fisik
Pengaruh kondisi
fisiksiswa dalam
mengikuti pelajaran
menyimak
1
Minat Minat terhadap 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
pelajaran menyimak
Motivasi Motivasisiswa
mengikuti pelajaran
mandarin khususnya
pelajaran menyimak
3
Persepsi
Persepsi siswa terhadap
pelajaran mandarin
khususnya menyimak
4
5
Kesempatan siswa
untuk mendengarkan
bahasa Mandarin
Kebiasaansiswa untuk
belajar dengan
menyimak penutur asli
melalui media.
12
Kebiasaan siswa yang
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan menyimak.
13
14
Teman yang
mendukung dalam
mengembangkan
kemampuan menyimak.
15
Faktor eksternal
Sarana dan prasarana
Kelengkapan buku ajar
siswa. 6
Pengajar
Pengaruh pengajar/guru
terhadap kemampuan
menyimak siswa.
7
Metode
pembelajaran
Metode pengajaran
menyimak yang
digunakan oleh
pengajar.
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Tempat
Keefektifitasan tempat
untuk belajar. 11
Kesulitan yang di
hadapi siswa
dalam pelajaran
menyimak
Kemampuan
membedakan bunyi
bahasa yang mirip
dan pemahaman
kosa kata
Penguasaan kosa kata
dan kemampuan
membedakan bunyi
bahasa dalam
menyimak.
9
10
Tabel 3.3
Pernyataan Angket
Berilah tanda centang (√) di dalam kolom alternatif jawaban yang telah disediakan:
1. Sangat Setuju/Sangat Sering (SS)
2. Setuju/Sering (S)
3. Tidak Setuju/Jarang (TS/JR)
4. Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah (STS/TP)
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S TS/JR STS/TP
1. Saya tidak bisa berkonsentrasi belajar saat
kondisi fisik saya sedang menurun.
2. Saya merasa senang dan tertarik saat
mengikuti pelajaran menyimak
3. Saya selalu bersemangat untuk mengikuti
pelajaran menyimak.
4. Guru Mandarin saya dapat menghidupkan
suasana kelas dan dapat menjadikan
proses belajar mengajar menarik.
5. Saya tidak merasa kesulitan saat pelajaran
menyimak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
6. Saya mempunyai banyak referensi buku
selain buku pelajaran Mandarin di Sekolah
7. Guru saya telah menyampaikan pelajaran
mandarin khususnya pelajaran menyimak
dengan jelas.
8. Guru mandarinsaya menerapkan metode
pembelajaran yang inovatif.
9. Saya dapat memahami setiap kosa kata
dalam pelajaran menyimak.
10. Saya dapat membedakan bunyi konsonan
yang mirip dalam pelajaran menyimak.
11. kelas saya mendukung untuk
berkonsentrasi dalam mendengarkan
pembelajaran.
12. Saya mendengarkan musik Mandarin
dan melihat video / film dalam bahasa
Mandarin untuk meningkatkan
kemampuan menyimak saya.
13. Saya belajar mandarin secara teratur setiap
hari.
14. Setiap ada kesempatan saya
berkomunikasi dengan guru mandarin
untuk melatih kemampuan menyimak saya
15. Saya belajar dan berdiskusi dengan teman
untuk menanggulangi kesulitan
menyimak.
Setelah membuat pedoman, selanjutnya peneliti melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Menyebarkan angket kepada siswa-siswi kelas XISMA W.R. Supratman 2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
2. Memperdengarkan rekaman audio yang sudah disiapkan kepada siswa untuk
mengisi dan menjawab angket tes menyimak yang sudah disediakan.
3. Mengumpulkan hasil angket yang telah dijawab.
3.5 Teknik Analisis Data
Jika data dari angket penelitian telah dilakukan, langkah selanjutnya
adalah menganalisis data melalui tahap-tahap berikut ini:
1. Persiapan, yakni mengecek kelengkapan data. Baik jumlah angket yang
diberikan, maupun isi angket itu sendiri.
2. Tabulasi, yakni pemberian skor nilai pada tiap butir pertanyaan pada
masing-masing jawaban responden.
3. Menjumlahkan skor tiap butir pertanyaan dari seluruh jawaban responden.
4. Menghitung prosentase jawaban dari tiap butir pertanyaan, dengan rumus:
a. Tes kemampuan Menyimak
Prosentase (P): 𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝑀𝐴𝑀𝑃𝑈
𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝐼𝑁𝐹𝑂𝑅𝑀𝐴𝑁x 100%
b. Angket Faktor-faktor kemampuan menyimak
Prosentase (P): 𝐹
𝑁x 100%
P : Prosentase
F : Frekuensi jawaban
N : Jumlah Responden
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
5. Menganalisis hasil data yang telah dihitungmenggunakan skala Likert
(Sugiyono:135)
6. Interpretasi data.
Tabel 3.4
Klasifikasi Interpretasi Jumlah Prosentase DataTes Menyimak
Interval Prosentase
Keterangan
0% – 19,99%
Sangat Tidak Mampu
20% – 39,99%
Tidak Mampu
40% – 59,99%
Cukup
60% – 79,99% Mampu
80% – 100% Sangat Mampu
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Jumlah Prosentase DataAngket
Interval Prosentase
Keterangan
0%
Tidak ada
1%-5%
Hampir tidak ada
6%-25%
Sebagian kecil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
26%-49%
Hampir setengahnya
50%
Setengahnya
51%-75%
Lebih dari setengahnya
76%-95% Sebagian besar
96%-99%
Hampir seluruhnya
100%
Seluruhnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 23 November 2016 di kelas XI IPA 2
SMA WR. Supratman 2 medan. Penelitian ini terdiri atas tes kemampuan
menyimak dan angket yang menyatakan faktor-faktor kemampuan menyimak.
Tabel 4.1
Hasil Tes Kemampuan Menyimak Siswa Kelas XI IPA 2
No. Kode
Responden
No. Soal Tes Menyimak Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 X1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2 X2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11
3 X3 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
4 X4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10
5 X5 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9
6 X6 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 9
7 X7 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 9
8 X8 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 9
9 X9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 9
10 X10 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 9
11 X11 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 9
12 X12 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8
13 X13 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 8
14 X14 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 8
15 X15 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8
16 X16 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 8
17 X17 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 8
18 X18 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7
19 X19 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7
20 X20 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 7
21 X21 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7
22 X22 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 7
23 X23 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 6
24 X24 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
25 X25 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
26 X26 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 6
27 X27 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 5
28 X28 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 5
29 X29 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 5
30 X30 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 5
31 X31 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 5
32 X32 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4
33 X33 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 4
34 X34 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 4
35 X35 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 4
36 X36 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 3
37 X37 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 3
38 X38 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 3
Jumlah 28 11 26 30 14 22 25 23 28 11 27 18
Keterangan:
Kode Responden : X1, X2,X3,....
Jawaban Benar : 1
Jawaban Salah : 0
Jumlah (atas) : Jumlah jawaban yang benar setiap responden
Jumlah (bawah) : Jumlah jawaban benar setiap soal
Tabel 4.1 di atas menunjukkan hasil tes menyimak yang dilakukan kepada
siswa kelas XI IPA 2 SMA WR. Supratman 2 Medan. Tes menyimak ini terdiri
dari 12 soal. Tes ini dilakukan kepada 38 responden dan kode responden (populasi)
diberi inisial X.
Tabel 4.2
Jumlah Jawaban Benar Siswa Kelas XI IPA 2
No. Jumlah
Populasi
Jumlah Jawaban
Benar Persentase Keterangan
1 1 12 100% Sangat Mampu
2 1 11 92% Sangat Mampu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
3 2 10 83% Sangat Mampu
4 7 9 75% Mampu
5 6 8 67% Mampu
6 5 7 58% Kurang Mampu
7 4 6 50% Kurang Mampu
8 5 5 42% Kurang Mampu
9 4 4 33% Tidak Mampu
10 3 3 25% Tidak Mampu
Tabel 4.3
Persentase Kemampuan Menyimak Siswa Kelas XI IPA 2
No. Jumlah Populasi Persentase Keterangan
1 4 11% Sangat Mampu
2 13 34% Mampu
3 14 37% Kurang Mampu
4 7 18% Tidak Mampu
Total 38 100%
Tabel 4.3 menunjukkan persentase kemampuan menyimak siswa kelas XI
IPA 2 WR. Supratman 2 Medan. Dari 38 siswa 4 siswa dengan jumlah persentase
11% berkategori sangat mampu. 13 siswa dengan jumlah persentase 34%
berkategori mampu. 14 siswa persentase 37% berkategori kurang mampu dan 7
siswa dengan persentase 18% berkategori tidak mampu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
4.1 Analisis Kemampuan Menyimak Initial /zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/ Siswa
Kelas XI IPA 2 WR. Supratman 2 Medan
4.1.1 Initial/z/
1. Nín bàn gè xiǎo shí yǐ hòu (zài) dǎ , hǎo ma?
Pada soal nomor 1,lebih dari setengah jumlah siswa dengan jumlah
persentase 73,68% tergolong mampu menyimak dan membedakan initial
ini dengan tepat.Dan hampir setengahnya dengan jumlah persentase 26,32%
tidak mampu menyimak initial ini, sebagian siswa salah memahami dan
menyimak ini initial ini menjadi zhài , chàidan cài.
2. (zuǒ) biān dī le, zài gāo yī diǎnr.
Pada soal tes nomor 4, sebagian besar dari jumlah siswa dengan
persentase 78,95% mampu menyimak dan membedakan initial ini dengan
benar.Sebagian kecil lainnya dengan jumlah persentase 26,32 salah
menyimak bunyi dengan menuliskan zhuǒdancuǒ.
Dari 2 hasil jawaban tes di atas dapat disimpulkan bahwa lebih dari
setengah responden dengan jumlah persentase 76,31% mampu menyimak
bunyi initial /z/ dengan benar.
4.1.2Initial/c/
1. Zhèr de huán jìng zhēn hǎo, yǒu (cǎo) dì, yǒu xiǎo niǎo.
Pada soal tes nomor 2, hampir setengah dari jumlah siswa dengan
persentase 28,95% mampu membedakan bunyi initial/c/dengan benar.
Sedangkan lebih dari setengah dari jumlah siswa dengan persentase 71.05%
tergolong tidak mampu menyimak bunyi initial /c/. Sebagian siswa salah
memahami dan menyimak menjadi chǎodanzhǎo
2. Nǐ men zhèr de yú zuò de hěn bù (cuò).
Pada soal tes nomor 10, hampir setengah dari jumlah siswa dengan
jumlah persentase 28,95% mampu menyimak initial ini dengan
tepat.Sedangkan lebih dari setengahnya dengan jumlah persentase 71,05%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
tidak mampu menyimak dan membedakan initial ini, siswa salah
memahami dan menuliskanshuò, chuò dan zhuò
Dari 2 hasil jawaban tes di atas didapatkan hasil lebih dari setengah
siswa dengan jumlah persentase 71,05% tidak mampu menyimak dan
memahami makna kata dariinitial /c/, hal ini dapat disimpulkan bahwa
siswa mengalami kesulitan menyimak pada initial ini.
4.1.3Initial /s/
1. Míng tiān shàng wǔ kě néng yǒu yǔ, bié wàng le dài yǔ (sǎn).
Pada soal tes nomor 7, lebih dari setengah responden dengan
jumlah persentase 65,75% mampu menyimak initial /s/ dengan
benar.Sedangkan hampir setengah lainnya dengan jumlah persentase 34,21%
salah dalam menyimakdan menuliskan shǎn.
2. wǒ jué de hěn yǒu yì (sì).
Pada soal tes nomor 12, didapatkan hasil hampir setengah dari
jumlah responden dengan persentase 47,37% mampu menyimak initial /s/
dengan benar. Sedangkan lebih dari setegah lainnya dengan jumlah
persentase 52,63% tergolong tidak mampu karna menyimak bunyi yang
salah yaitu menjadi shì
Dari dua hasil tes diatas dapat disimpulkan bahwa lebih dari
setengah responden mampu menyimak dan memahami makna initial /s/
dengan benar dengan persentase 56,56%.
4.1.4Initial /zh/
1. (zhī) dao le, wǒ jiù kàn kàn jīn tiān tiān qì zěn me yàng.
Pada soal nomor 3, didapatkan hasil lebih dari setengah responden
dengan jumlah persentase 68,42% mampu menjawab soal initial /zh/
dengan benar.Sedangkan hampir dari setengahnya salah dalam menyimak
menjadichīdàodengan jumlah persentase 31,58%
2. Yīnggāi zài jiā lǐ de (zhuō) zi shàng.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
Pada soal nomor 5, hampir setengah dari jumlah responden dengan
persentase 78,95% mampu menyimak bunyi initial /zh/.Sedangkan lebih
dari setengahnya dengan jumlah persentase 21,05% tidak mampu
menyimak initial ini dengan tepat sehingga yang disimak menjadizuōdan
chuō.
Dari 2 hasil tes di atas dapat disimpulkan bahwa lebih dari
setengah siswa dengan jumlah persentase 73,68% mampu menyimak
bunyi initial /z/ dengan benar.
4.1.5Initial /ch/
1. Nǎi nai jīng (cháng) gěi wǒ jiǎng lì shǐ gù shi.
Pada hasil jawaban nomor 8, terdapat hampir setengah dari jumlah
responden dengan jumlah persentase 60,53% mampu membedakan bunyi
initial /ch/ yang terdapat pada kalimat di atas.Sedangkan hampir
setengahnya yaitu sebesar 39,47% tidak mampu menyiak initial ini dengan
benar sehingga yang disimak menjadi zhángsebagian lainnya menyimak
záng.
2. Dōu kuài jǐ diǎn le, ér zi zěn me hái bù qǐ (chuáng)?.
Pada jawaban nomor 9, lebih dari setengah dari jumlah siswa
dengan persentase 73,68% mampu menyimak bunyi initial /ch/ dengan
benar, sedangkan hampir setengahnya dengan jumlah persentase 26,32%
salah dalam menyimak bunyi initial ini sehingga kata yang disimak
menjadi zhuáng.
Dari 2 hasil tes di atas dapat disimpulkan bahwa lebih dari
setengah siswa dengan jumlah persentase 67,10% mampu menyimak
bunyi initial /ch/ dengan benar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
4.1.6 Initial /sh/
1. Jīn tiān de xuě xià de zhēn dà, (shù) shàng, dì shang dōu bái le.
Pada jawaban nomor 6, lebih dari setengah siswa dengan jumlah
persentase 57,89% mampu menyimak initial /sh/ diatas dengan
benar.Sedangkan 42,11% siswa yaitu hampir setengahnya salah dalam
menyimak sehingga yang disimak menjadi chù, sebagian lainnya
menyimak sù.
2. Ràng tā duō (shuì) yí huìr ba.
Pada jawaban tes nomor 11, lebih dari setengah siswa dengan
jumlah persentase 71,05% mampu menyimak initial/sh/ dengan tepat,
sedangkan 28,95% yaitu hampir setengah dari jumlah siswa salah
memahami dan menyimak, kata yang disimak menjadi chuì, zhuìdan
sebagian lainnya menyimak cuì.
Dari 2 hasil tes di atas dapat disimpulkan bahwa lebih dari
setengah siswa dengan jumlah persentase 64,47% mampu menyimak
bunyi initial /sh/ dengan benar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menyimak Siswa Kelas
XI IPA 2 SMA W.R. Supratman 2Medan
Berdasarkan jawaban dari angket yang diperoleh, faktor-faktor yang
menyebabkan siswa kesulitan dalam menyimak adalah sebagai berikut:
4.2.1 Faktor Internal
4.2.1.1 Kondisi fisik dalam mengikuti pelajaran menyimak
Pernyaataan angket nomor 1 menunjukkan sebagian besar dari jumlah
responden menyatakan bahwa merekatidak bisa berkonsentrasi belajar menyimak
saat kondisi fisik sedang menurun dengan jumlah persentase78,94%.Sebagian
kecil responden dengan persentase 13,16% menyatakan sangat tidak bisa
berkonsentrasi saat kondisi fisik sedang menurun. Sedangkan 7,89% siswa dapat
berkonsentrasi saat kondisi fisik sedang menurun atau sakit.Dapat disimpulkan
bahwa siswa mengalami kesulitan menyimak saat kondisi fisik sedang menurun
atau sakit, sehingga apa yang disimak saat pelajaran menyimak tidak dapat
diserap dengan baik.
4.2.1.2 Minat siswa terhadap pelajaran menyimak
Pada pernyataan angket nomor 2 menyatakan minat siswa dalam
mengikuti pelajaran menyimak didapatkan hasil lebih dari setengah responden
menyatakan bahwa mereka merasa senang dan tertarik saat mengikuti pelajaran
menyimak dengan jumlah persentase 53,28%, hampir setengahnya yaitu 32,25%
menyatakan tidak tertarik mengikuti pelajaran menyimak, sedangkan sebagian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
kecil lainnya dengan persentase 14,47% merasa sangat tidak tertarik saat
mengikuti pelajaran menyimak.
4.2.1.3 Motivasi siswa mengikuti pelajaran mandarin khususnya menyimak.
Pada pernyataan angket nomor 3 yang menyatakan tentang motivasi siswa
dalam pelajaran menyimakdi dapatkan hasil sebagian besar responden dengan
jumlah prosentase 81,57% menyatakan mereka setuju bahwa mereka selalu
bersemangat mengikuti pelajaran menyimak. Dapat disimpulkan siswamempunyai
motivasi untuk mengikuti pembelajaran menyimak.
4.2.1.4 Persepsi siswa terhadap pelajaran menyimak
Pernyataan angket nomor 4 dan 5 mengungkapkan persepsi siswa terhadap
pengajar (guru) dan pelajaran menyimak. Pada peryataan angket nomor 4 lebih
dari setengah responden mengungkapkan bahwa persepsi mereka terhadap
pengajar adalah guru yang kurang menyenangkan sehingga proses pembelajaran
tidak menarik, ini ditunjukkan oleh jumlah persentase sebesar 73,68%, sedangkan
hampir setengah dari jumlah responden yaitu 26,32% menyatakan setuju bahwa
pengajar bahasa mandarin menarik dan menyenangkan. Hal ini memiliki korelasi
terhadap persepsi siswa terhadap pelajaran menyimak. Pada pernyataan nomor 5
lebih dari setengah jumlah responden yaitu 52,63% beranggapan bahwa pelajaran
menyimak sulit dan sebagian kecil dengan jumlah persentase 13,15% menyatakan
pelajaran menyimak sangat sulit. Sedangkan hampir setengah dari jumlah
responden yaitu sebesar 34,21% beranggapan bahwa pelajaran menyimak mudah
dipahami.
Dari dua pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI ipa 2
merasa pelajaran menyimak sulit dan pengajar tidak menarik dalam proses
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
pembelajaran. Ini dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam pelajaran
menyimak karena disamping siswa beranggapan pelajaran menyimak sulit tapi
pengajar juga tidak menyenangkan dan tidak menarik perhatian siswa dalam
pelajaran menyimak.
4.2.1.5Kesempatan siswa untuk mendengarkan bahasa mandarin
Kebiasaan siswa dalam memanfaatkan waktu untuk belajar mandarin
dapat mempengaruhi kemampuan menyimak siswa. Semakin sering frekuensi
kebiasaan dilakukan maka kemampuan berbahasa dapat berkembang dengan baik,
sebaliknya apabila kebiasaan itu jarang atau tidak dilakukan maka kemampuan
berbahasa kurang mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari hasil
angket siswa kelas XI Ipa 2 sebagai berikut.
Kurangnya kebiasaan siswa untuk belajar bahasa mandarin dapat dilihat
dari hasil angket yaitu lebih dari setengah responden yaitu 71,05% tidak
mempunyai jadwal belajar yang teratur diluar jam belajar mandarin di sekolah.
Sebagian kecil yaitu 18,42% respoden mempunyai jadwal belajar mandarin secara
teratur dan sebagian kecil lainnya yaitu dengan jumlah persentase 10,53%
menyatakan tidak pernah belajar teratur diluar jam sekolah.
Kebiasaan siswa mendengarkan musik mandarin dan melihat video/film
dalam bahasa mandarin untuk meningkatkan kemampuan menyimak cukup sering
dilakukan, hal ini terlihat pada pernyataan angket nomor 12 hasilnya hampir dari
setengah jumlah responden 42,10% sering medengarkan musik dan menonton
video/film dalam bahasa mandarin, sebagian kecil dari jumlah responden yaitu
15,79% menyatakan sangat sering sedangkan hampir setengah dari responden
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
yaitu dengan jumlah persentase 42,10% menyatakan jarang mendengarkan lagu
dan menonton film dalam bahasa mandarin.
Selanjutnya pada pernyataan nomor 14 tentang kebiasaan siswa dalam
berkomunikasi dengan guru menggunakan bahasa mandarin yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan menyimak mereka didapatkan bahwa lebih dari setengah
responden yaitu dengan jumlah persentase 52,63% menyatakan jarang melakukan,
hampir setengahnya 28,95% menyatakan sering melakukan dan sebagian kecil
lainnya dengan persentase 18,42% menyatakan sangat sering melakukan. Dari hasil
yang didapat diatas, dapat diketahui siswa jarang melakukan latihan berkomukasi
menggunakan bahasa mandarin dengan guru yang menyebabkan mahasiswa kesulitan
dalam menyimak.
Kebiasaan siswa belajar dan berdiskusi dengan teman didapatkan hasil
sebagian besar dari jumlah responden jarang belajar dan berdiskusi dengan teman
untuk menanggulangi kesulitan menyimak dengan persentase 78,95%, sebagian kecil
yaitu 7,89% siswa tidak pernah melakukan sedangkan sebagian kecil lainnya dengan
jumlah persentase 13,16% menyatakan sering berdiskusi dengan teman untuk
menanggulangi kesulitan menyimak mereka.
Dari keempat pernyataan angket diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan
siswa dalam memanfaatkan waktu luang untuk meningkatkan kemampuan
menyimak mereka masih sangat kurang atau jarang dilakukan, sehingga kemampuan
menyimak khususnya membedakan bunyi initial kurang dan tidak berkembang
dengan baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
4.2.2 Faktor Eksternal
4.2.2.1Pengajar dan metode yang Digunakan pengajar
Pengajar dan metode pengajaran merupakan faktor penting dalam
menyampaikan materi dalam kegiatan menyimak mahasiswa. Pada pernyataan angket
angket nomor 7 , lebih dari setengah responden yaitu 65,79% menyatakan bahwa
pengajar sudah dapat menjelaskan materi dengan baik. Setelah itu pada pernyataan
angket nomor 8 didapatkan sebagian besar responden dengan hasil 76,31%
menyatakan bahwapengajar tidak menggunakan metode yang inovatif. Disini dapat di
jelaskan meskipun pengajar dapat menjelaskan materi dengan baik tanpa
menggunakan metode pengajaran yang inovatif maka siswa akan bosan mengikuti
pelajaran menyimak sehingga siswakurang menaruh perhatian kepada pengajar.
4.2.2.2Sarana dan Prasarana
Pada pernyataan angket nomor 6, didapatkan lebih dari setengah siswa
dengan jumlah persentase 57,89% menyatakan tidakmempunyai buku referensi
selain buku pelajaran sekolah, 42,11% siswa mempunyai buku referensi lain
selain buku pelajaran mandarin di sekolah.Pada masalah ini dapat disimpulkan
bahwa siswa tidak mempunyai buku refernsi yang memadai untuk mendukung
kegiatan belajar sehingga menyebabkan kesulitan untuk berlatih dalam
menyimak.
Keefektifitasan tempat untuk belajar terlihat pada hasil angket nomor 11
sebagian besar responden dengan persentase 84,21 setuju bahwa kelas mereka
mendukung untuk berkonsentrasi dalam menyimak pelajaran.Hal ini dikarenakan
kelas mereka cukup nyaman dengan difasilitasi pendingin ruangan serta proyektor
yang membantu dalam proses pembelajaran. Sedangkan sebagian kecil lainnya
dengan persentase 15,79% merasa kelas mereka tidak mendukung dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
berkonsentrasi menyimak pelajaran. Hal ini dikarenakan jumlah siswa dikelas
cukup banyak mencapai empat puluhan lebih siswa sehingga mengganggu
keefektifisan dan konsentrasi dalam menyimak pelajaran.
4.2.3 Kesulitan yang DihadapiSiswa dalamPelajaranMenyimak
Kesulitan siswa dalam membedakan bunyi konsonan yang mirip dalam
pelajaran menyimak dapat dilihat pada pernyataan angket nomor 10. Lebih dari
setengah siswa dengan jumlah persentase 52,63% menyatakan tidak dapat
membedakan bunyi konsonan yang mirip sedangkan hampir setengah yang
lainnya menyatakan dapat membedakan bunyi konsonan tersebut. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Pada pernyataan angket nomor 9, didapatkan hasil sebagian besar siswa
dengan persentase 84,21% menyatakan bahwa mereka tidak dapat memahami
setiap kosa kata dalam pelajaran menyimak, hal ini juga terlihat pada hasil tes
menyimak, lebih dari setengah jumlah siswa tidak memahami makna kosa kata
yang mereka simak.
Dari 2 pernyataan angket diatas dapat disimpulkan bahwa lebih dari
setengah siswa kelas XI IPA 2 masih kesulitan dalam membedakan bunyi
konsonan yang mirip dan sebagian besar tidak dapat memahami kosa kata yang
muncul dalam pelajaran menyimak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan interpretasi data yang dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Persentase kemampuan menyimak siswa kelas XI IPA 2 WR. Supratman 2
Medan adalah sebagai berikut; dari 38 siswa, 4 siswa dengan jumlah
persentase 11% berkategori sangat mampu. 13 siswa dengan jumlah
persentase 34% berkategori mampu. 14 siswa persentase 37% berkategori
kurang mampu dan 7 siswa dengan persentase 18% berkategori tidak
mampu. Secara garis besar, lebih dari setengah jumlah siswa yaitu 21 siswa
dengan persentase 55% berkategori kurang mampu dan tidak mampu.
5.1.2 Kemampuan siswa dalam menyimak bunyi intial /zh/, /ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/
sebagai berikut;
1. Lebih dari setengah jumlah siswa dengan jumlah persentase 67,62%
mampu menyimak bunyi initial /z/, /s/, /zh/, /ch/, /sh/ dengan benar,
Sedangkan 32,38% yaitu hampir setengah dari jumlah siswa salah dalam
memahami dan menyimak beberapainitial ini misalnya, zàimenjadi cài,
sìmenjadi shì, zhīmenjadichī, chángmenjadi záng, shuìmenjadichuì, dan
lain sebagainya.
2. Lebih dari setengah siswa tidak mampu menyimakinitial /c/dengan
tepat,Sebagian besar siswa kesulitan membedakan initial /c/ dengan /z/, /c/
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
dengan /sh/,seperti cǎomenjadizǎo dan cuòmenjadishuō. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyimak initial /c/.
5.1.3Hal yang mempengaruhi siswa dalam pelajaran menyimak ditinjau dari faktor
internal adalah persepsi yang jelek terhadap pelajaran menyimak dan pengajar,
siswa merasa pelajaran menyimak sulit dan pengajar tidak menarik dalam
proses pembelajaran. Selain itu kebiasaan siswa dalam memanfaatkan waktu
luang untuk mengembangkan kemapuan menyimak jarang dilakukan seperti
belajar menyimak mandarin diluar jam pelajaran sekolah danberkomukasi
dengan guru menggunakan bahasa mandarin.
5.1.4Hal yang mempengaruhi siswa dalam pelajaran menyimak ditinjau dari faktor
external adalahpengajar dan metode pengajaran yang digunakan, meskipun
pengajar dapat menjelaskan materi dengan baik tetapi tanpa menggunakan
metode pengajaran yang inovatif maka siswa akan bosan mengikuti pelajaran
menyimak sehingga siswakurang menaruh perhatian kepada pengajar.Selain
itu sarana prasarana yang mendukung seperti kurangnya referensi buku
mandarin dan kurangnya fasilitas perangkat audio di kelas juga
mempengaruhi efektifitas pembelajaran mandarin khususnya pelajaran
menyimak.
5.2 Saran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
5.2.1 Bagi siswa harus memanfaatkan waktu belajar mandarin disekolah dengan
sebaik-baiknya, untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa harus
melakukan kebiasaan mendengarkan bahasa mandarin melalui media,
seperti mendengarkan lagu dan menonton film atau berita dalam bahasa
mandarin, selalu aktif berkomunikasi dengan guru mandarin atau native
speaker. Kebiasaan yang dilakukan secara teratur sangat membantu dalam
mengembangkan kemampuan menyimak.
5.2.2Bagi pengajar sebaiknya menggunakan metode pengajaran yang lebih
variatif seperti membuat sebuah permainan bahasa. Permainan bahasa
bertujuan untuk memperoleh kegembiraan dan melatih keterampilan
berbahasa tertentu misalnya permainan bisik berantai(tīng yī tīng) tidak
hanya melatih kemampuan menyimak tetapi juga melatih kemampuan
berbicara. Selanjutnya permainan mendengarkan lagu yang beberapa
teksnya telah dihilangkan, misalnya menghilangkan bagian initial /zh/, /ch/,
/sh/.Mendengarkan lagu serta mengartikan makna lagu tersebut juga dapat
menambah kosa kata baru bagi siswa selain melatih kemampuan menyimak
siswa. Mendengarkan lagu juga dapat membuat efek rileksasi juga membuat
pikiran selalusiap dan mampu berkonsentrasi.
5.2.3 Bagi lembaga/yayasan sekolah sebaiknya memperbaiki fasilitas
untukpembelajaran menyimak di kelas agar kegiatan belajar mengajar
menjadi optimal, seperti menyediakan alat pembesar suara (loud speaker).
5.2.4Bagipenelitiselanjutnya khususnya dibidang pengajaran menyimak
diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan dengan melakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
penelitian sejenis misalnya mengenai metode yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan menyimak serta penanggulangan kesulitan
menyimak yang dialami siswa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
DAFTAR PUSTAKA
AR, Syamsuddin. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Badrujaman, Aip dan Dede Rahmat Hidayat. 2010. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Trans Info Media
Chaer, Abdul.1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta Departemen
Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Program Penilaian Kelas.
Jakarta.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung : ITB
Djiwandono, M. Soenardi. 2011. Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar Bahasa:
Jakarta: PT. Indeks
Epradita, Edward Septa. 2008. PengenalanHanyu Pinyinsebagai Cara Bantu
Baca Pelajaran Bahasa Mandarindi SMAKristen 1 Surakarta.
Universitas Sebelas Maret
Feng, Ji An. 2013. Yinniyu yu Hanyu Yuyin Duibi ji Yinni Xuesheng Xide Hanyu
Yuyin Nandian Fenxi. Chinese Language Teaching Collage of Huaqiao
University Xiamen: China Academic Journal Electronic Publishing
House.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
Handayana, Sidriana.2011. Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarinpada
Mahasiswa Program Studi Sastra CinaUniversitas Sumatera Utara.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Jones, Daniel. 1958. The Pronounciation of English. Cambridge: Great Britain at
The University Press.
Kamisa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Surabaya: Kartika
Keraf, Samapra. 2005. Kadhipta. Jakarta: Balai Pustaka
Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lapoliwa, Hans. 1988. Pengantar Fonologi 1: Fonetik. Jakarta: PT Kayu Putih.
Lass, Roger. 1988. Phonology. Afrika Selatan : Cambridge University Press
Marsono.1999. Fonetik. Yogyakarta : Gadjah Mada university Press
Mardiana, Dian Mira. 2008. Analisis Kesalahan Siswa pada Pelafalan Fonem /zh/,
/ch/, /sh/, /z/, /c/, /s/ dan /r/ dlam Kosakata Bahasa Mandarin di Kelas
X Immersi A dan Immmersi B SMA Negeri 4 Surakarta. Surakarta.
Moeliono, Anton M. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Mulyati, Yeti dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Oller Jr., John W. 1979. Language Test at School. London: Longman
Ping, Wang Gong. 2008. Yinni liuxuesheng hanyu shengmu ganzhi shiyan yanjiu.
Jinan Daxue Huawen Xueyan: China Academic Journal Electronic
Publishing House.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
Riduwan, 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula, Bandung : Alfabeta.
Samsuri.1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Airlangga
Santoso, Kusno Budi. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Djago. 1986. Keterampilan Menyimak Modul 4-6. Jakarta: Karunika
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa.
Bandung : Angkasa
Yang, Ji Zhou.2005. Hanyu Jiocheng.Beijing: Beijing Yuyan Daxue.
Ying, Liu.2004. Easy Way to the Correct Chinese Pronunciation. Beijing: Beijng
Yuyan Daxue.
http://www.google.com.Mandarin.fonem-/diakses pada tanggal 23 desember 2016
pukul 15.43 WIB
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA