81
ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA KELAS VII MELALUI APLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERNUANSA ETNOMATEMATIKA Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika oleh Ana Dwi Ariyani 4101412170 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA SISWA KELAS VII MELALUI APLIKASI

MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERNUANSA

ETNOMATEMATIKA

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

Ana Dwi Ariyani

4101412170

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya akan bersedia menerima

sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan.

Page 3: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

iii

Page 4: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

� “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu

pengetahuan beberapa derajat” (Q.S. Al Mujadalah:11).

� Bahagia itu adalah dapat membahagiakan orang lain dan bermanfaat untuk

orang lain.

� Selalu ingatlah kebaikan orang lain kepada kita dan lupakanlah kebaikan

kita kepada orang lain.

Persembahan:

� Untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak

Lasimin dan Ibu Rinaningsih yang

senantiasa memberikan doa terbaik,

semangat serta motivasi.

� Untuk kakakku tercinta Alm. Any Olivia

Yuliarti

� Untuk Imam Khoiri yang selalu

memberikan dukungan, motivasi, dan

semangat.

� Untuk sahabatku, Vintha, Widyanita, Hana,

Ria yang telah memberikan bantuan dan

semangat.

Page 5: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

v

� Untuk teman-teman seperjuangan angkatan

2012, PPL, dan KKN.

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII Melalui

Problem Based Learning PBL Bernuansa Etnomatematika”. Selama penulisan

skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuin, kerjasama, dan sumbangan

pemikiran berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Prof. Dr. ZAENURI, S.E., M.Si., Akt., Dekan FMIPA Universitas Negeri

Semarang dan dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

arahan, saran, dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Arief Agoestanto, M.Si., Ketua Jurusan Matematika FMIPA

Universitas Negeri Semarang

4. Dra. Rahayu Budhiati Veronica, M.Si., dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran, dan masukan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Amin Suyitno, M.Pd penguji yang telah memberikan saran kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Page 6: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

vi

6. Bambang Eko Susilo, S.Pd., M.Pd Dosen Wali yang telah memberikan

saran dan bimbingan selama penulis menjalani studi.

7. Bapak Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal ilmu

kepada penulis selama perkuliahan.

8. Drs. H. Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang

9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs Negeri 1 Semarang yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini.

10. Siswa-siswi kelas VII E, VII F, dan VIIG MTs Negeri 1 Semarang yang

telah bekerjasama dalam kelancaran pelaksanaan penelitian.

11. Bapak dan Ibu guru serta staf karyawan dan seluruh siswa MTs Negeri 1

Semarang yang telah bekerjasama dengan baik dan membantu penulis

selama penelitian.

12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan berkontribusi dalam perkembangan dunia pendidikan matematika.

Semarang, Desember 2016

Penulis

Page 7: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

vii

ABSTRAK

Ariyani, A. D. 2016. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII Melalui Aplikasi Model Prblem Based Learning Bernuansa Etnomatematika.

Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. ZAENURI, S.E,

M.Si,Akt, Pembimbing Pendamping Dra. Rahayu Budhiati Veronica, M.Si

Kata Kunci : Problem Based Learning (PBL), Etnomatematika, Kemampuan

Pemecahan Masalah.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan

matematika yang harus dimiliki siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan

dalam pembelajaran untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah antara lain

model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika. Tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis keefektifan pembelajaran dengan model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika terhadap kemampuan pemecahan

masalah siswa dan mengetahui deskripsi kemampuan pemecahan masalah siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Negeri 1

Semarang tahun pelajaran 2015/2016. Sampel penelitian diambil dengan teknik cluster random sampling. Kelas VII G sebagai kelas eksperimen dengan

menggunakan model PBL bernuansa etnomatematika dan kelas VII F sebagai

kelas kontrol dengan menggunakan model ekspositori. Untuk kualitatif, pemilihan

subjek berdasarkan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan

adalah uji normalitas, uji homogenitas, uji rata-rata, uji proporsi, uji sampel

berpasangan, dan kualitatif deskriptif.

Simpulan yang diperoleh adalah: 1) kemampuan pemecahan masalah

siswa kelas VII pada sub materi persegi panjang dan persegi dengan model

Problem Based Learning bernuansa etnomatematika mencapai ketuntasan

klasikal; 2) rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII

pada sub materi persegi panjang dan persegi dengan model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika lebih baik daripada rata-rata hasil tes

kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran

ekspositori; 3) Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika dapat meningkatkan sikap cinta budaya lokal; ; 4)

subjek pada kemampuan tingkat tinggi memiliki kemampuan pemecahan masalah

siswa sangat baik, subjek pada kemampuan tingkat sedang memiliki kemampuan

pemecahan masalah siswa cukup baik, dan subjek pada kemampuan tingkat

rendah memiliki kemampuan pemecahan masalah siswa kurang baik.

Page 8: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

PERNYATAAN.....................................................................................................iii

PENGESAHAN.....................................................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................v

PRAKATA.............................................................................................................vi

ABSTRAK...........................................................................................................viii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL................................................................................................xvi

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xx

BAB 1 ..................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

Page 9: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

ix

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

1.5 Penegasan Istilah ....................................................................................... 8

1.5.1 Keefektifan ......................................................................................... 8

1.5.2 Masalah .............................................................................................. 9

1.5.3 Kemampuan Pemecahan Masalah ..................................................... 9

1.5.4 Persegi Panjang dan Persegi .............................................................. 9

1.5.5 Model Problem Based Learning ...................................................... 10

1.5.6 Model Pembelajaran Ekspositori ..................................................... 10

1.5.7 Etnomatematika ............................................................................... 11

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ................................................................. 11

BAB 2 ................................................................................................................... 13

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 13

2.1 Landasan Teori........................................................................................ 13

2.1.1 Hakikat Matematika ......................................................................... 13

2.1.2 Belajar .............................................................................................. 13

2.1.3 Teori Belajar .................................................................................... 14

2.1.3.1 Teori Piaget .......................................................................... 14

2.1.3.2 Teori Belajar Vigotsky ......................................................... 16

2.1.3.3 Teori Bermakna David Ausubel .......................................... 16

2.1.4 Model Problem Based Learning ...................................................... 17

2.1.5 Model Pembelajaran Ekspositori ..................................................... 23

2.1.6 Etnomatematika ............................................................................... 25

Page 10: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

x

2.1.7 Kemampuan Pemecahan Masalah ................................................... 30

2.1.7.1 Pengertian Masalah .............................................................. 31

2.1.7.2 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah ..................... 31

2.1.7.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah ........................ 39

2.1.8 Tinjauan Materi ................................................................................ 41

2.1.8.1 Persegi Panjang .................................................................... 42

2.1.8.2 Persegi .................................................................................. 43

2.1.8.3 Contoh Soal Pemecahan Masalah Bernuansa Etnomatematika

......................................................................................... 44

2.2 Penelitian yang Relevan .......................................................................... 48

2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................... 49

2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 52

BAB 3 ................................................................................................................... 53

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 53

3.1 Metode dan Desain Penelitian ................................................................ 53

3.2 Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 54

3.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 54

3.2.2 Populasi ............................................................................................ 54

3.2.3 Sampel ............................................................................................. 54

3.3 Variabel Penelitian .................................................................................. 56

3.3.1 Variabel Independen ........................................................................ 56

3.3.2 Variabel Dependen .......................................................................... 56

Page 11: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xi

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 56

3.4.1 Tahap Persiapan Penelitian .............................................................. 56

3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 58

3.4.3 Tahap Pencatatan dan Pengolahan Data .......................................... 59

3.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 60

3.5.1 Metode Dokumentasi ....................................................................... 60

3.5.2 Metode Tes ...................................................................................... 60

3.5.3 Metode Wawancara ......................................................................... 61

3.5.4 Metode Angket ................................................................................ 62

3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................... 62

3.6.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ............................................ 62

3.6.2 Pedoman Wawancara ....................................................................... 64

3.6.3 Angket Sikap Cinta Budaya Lokal .................................................. 64

3.7 Analisis Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .................... 65

3.7.1 Validitas Item ................................................................................... 66

3.7.2 Reliabilitas Tes ................................................................................ 68

3.7.3 Daya Pembeda ................................................................................. 70

3.7.4 Tingkat Kesukaran ........................................................................... 72

3.7.5 Penentuan Instrumen Tes ................................................................. 73

3.8 Teknik Analisis Data............................................................................... 75

3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ................................................................. 75

3.8.1.1 Analisis Data Awal ................................................................. 75

3.8.1.1.1 Uji Normalitas....................................................................75

Page 12: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xii

3.8.1.1.2 Uji Kesamaan Varians........................................................77

3.8.1.1.3 Uji Kesamaan Rata-rata.....................................................78

3.8.1.2 Analisis Data Akhir .............................................................. 79

3.8.1.2.1 Uji Normalitas....................................................................80

3.8.1.2.2 Uji Kesamaan Varians........................................................82

3.8.1.2.3 Uji Ketuntasan Klasikal.....................................................82

3.8.1.2.4 Uji Perbedaan Rata-rata.....................................................84

3.8.1.2.5 Analisis Angket…..............................................................85

3.8.2 Analisis Data Kualitatif ................................................................... 87

3.8.2.1 Analisis Sebelum di Lapangan ............................................. 87

3.8.2.2 Analisis di Lapangan Model Miles and Huberman ............. 87

3.8.2.3 Keabsahan Data .................................................................... 89

BAB 4 ................................................................................................................... 93

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 93

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 93

4.1.1 Hasil Analisis Data Awal ................................................................. 93

4.1.1.1 Uji Normalitas ...................................................................... 93

4.1.1.2 Uji Kesamaan Varians ......................................................... 94

4.1.1.3 Uji Kesamaan Dua Rata-rata ................................................ 95

4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir ................................................................ 95

4.1.2.1 Uji Normalitas ...................................................................... 96

4.1.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas) ......................... 97

Page 13: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xiii

4.1.3 Hasil Analisis Kuantitatif ................................................................. 97

4.1.3.1 Uji Ketuntasan Klasikal ....................................................... 97

4.1.3.2 Uji Perbedaan Rata-rata ....................................................... 99

4.1.3.3 Uji Peningkatan Sikap Cinta Budaya ................................. 100

4.1.4 Hasil Analisis Data Kualitatif ........................................................ 102

4.1.4.1 Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 102

4.1.4.2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ..................... 110

4.1.4.3 Penentuan Subjek Penelitian .............................................. 111

4.1.4.4 Pelaksanaan Wawancara .................................................... 112

4.1.4.5 Proses Pengumpulan Data .................................................. 113

4.1.4.6 Analisis Berdasarkan Tingkat Kemampuan Siswa terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ...................... 114

4.2 Pembahasan........................................................................................... 240

4.2.1 Pembahasan Kuantitatif ................................................................. 240

4.2.1.1 Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................... 240

4.2.1.2 Ketuntasan Belajar dalam Model Problem Based Learning

Bernuansa Etnomatematika Materi Segiempat ............. 241

4.2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Model Problem

Based Learning Bernuansa Etnomatematika Materi

Segiempat Dibandingkan dengan Model Ekspositori ... 242

4.2.1.4 Peningkatan Sikap Cinta Budaya ....................................... 245

4.2.2 Pembahasan Kualitatif ................................................................... 247

Page 14: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xiv

4.2.2.1 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Melalui

Model Problem Based Learning Bernuansa

Etnomatematika Tiap Tingkat Kemampuan Siswa ....... 247

4.2.2.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan Tingkat

Tinggi.………..................................................................248

4.2.2.1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan Tingkat

Sedang….……..................................................................249

4.2.2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan Tingkat

Rendah………..................................................................251

BAB 5 ................................................................................................................. 254

PENUTUP ........................................................................................................... 254

5.1 Simpulan ............................................................................................... 256

5.2 Saran ..................................................................................................... 248

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 257

Page 15: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning ......................................... 21

Tabel 2.2 Perbedaan Tahap Langkah Kemampuan Pemecahan Masalah ............ 37

Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah ........................................ 39

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Aspek Kemampuan

Pemecahan Masalah..................................................................................... 64

Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Instrumen Tes Uji Coba ................................ 66

Tabel 3.3 Hasil Analisis Reliabilitas Tes Uji Coba ............................................. 68

Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Beda Tes Uji Coba ............................................. 69

Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Uji Coba ............... 71

Tabel 3.6 Rekap Analisis Butir Soal ................................................................... 72

Tabel 3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 88

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................... 101

Tabel 4.2 Hasil Tes Tertulis Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan

Tingkat Kemampuan Siswa ...................................................................... 109

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Kemampuan Pemecahan Masalah ........................ 110

Tabel 4.4 Ringkasan Analisis Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek T1 .. 129

Tabel 4.5 Ringkasan Analisis Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek T2 ... 150

Tabel 4.6 Ringkasan Analisis Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek S1 .. 169

Tabel 4.7 Ringkasan Analisis Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek S2 .. 190

Tabel 4.8 Ringkasan Analisis Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek R1 .. 209

Page 16: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xvi

Tabel 4.9 Ringkasan Analisis Hasil Tes Tertulis dan Wawancara Subjek R2... 229

Page 17: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Keanekaragaman Budaya di Semarang ........................................... 28

Gambar 4.1 Hasil Tes Tertulis Subjek T1 untuk Soal 1 ................................... 113

Gambar 4.2 Hasil Tes Tertulis Subjek T1 untuk Soal 2 ................................... 116

Gambar 4.3 Hasil Tes Tertulis Subjek T1 untuk Soal 3 ................................... 119

Gambar 4.4 Hasil Tes Tertulis Subjek T1 untuk Soal 4 ................................... 123

Gambar 4.5 Hasil Tes Tertulis Subjek T1 untuk Soal 5 ................................... 126

Gambar 4.6 Hasil Tes Tertulis Subjek T2 untuk Soal 1 ................................... 133

Gambar 4. 7 Hasil Tes Tertulis Subjek T2 untuk Soal 2 ................................... 137

Gambar 4.8 Hasil Tes Tertulis Subjek T2 untuk Soal 3 ................................... 140

Gambar 4.9 Hasil Tes Tertulis Subjek T2 untuk Soal 4 ................................... 143

Gambar 4.10 Hasil Tes Tertulis Subjek T2 untuk Soal 5 ................................... 147

Gambar 4.11 Hasil Tes Tertulis Subjek S1 untuk Soal 1 .................................... 154

Gambar 4.12 Hasil Tes Tertulis Subjek S1 untuk Soal 2 .................................... 157

Gambar 4.13 Hasil Tes Tertulis Subjek S1 untuk Soal 3 .................................... 161

Gambar 4.14 Hasil Tes Tertulis Subjek S1 untuk Soal 4 .................................... 164

Gambar 4.15 Hasil Tes Tertulis Subjek S1 untuk Soal 5 .................................... 167

Gambar 4.16 Hasil Tes Tertulis Subjek S2 untuk Soal 1 .................................... 173

Gambar 4.17 Hasil Tes Tertulis Subjek S2 untuk Soal 2 .................................... 176

Gambar 4.18 Hasil Tes Tertulis Subjek S2 untuk Soal 3 .................................... 180

Gambar 4.19 Hasil Tes Tertulis Subjek S2 untuk Soal 4 .................................... 183

Page 18: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xviii

Gambar 4.20 Hasil Tes Tertulis Subjek S2 untuk Soal 5 .................................... 186

Gambar 4.21 Hasil Tes Tertulis Subjek R1 untuk Soal 1 ................................... 193

Gambar 4.22 Hasil Tes Tertulis Subjek R1 untuk Soal 2 ................................... 196

Gambar 4.23 Hasil Tes Tertulis Subjek R1 untuk Soal 3 ................................... 199

Gambar 4.24 Hasil Tes Tertulis Subjek R1 untuk Soal 4 ................................... 203

Gambar 4.25 Hasil Tes Tertulis Subjek R1 untuk Soal 5 ................................... 205

Gambar 4.26 Hasil Tes Tertulis Subjek R2 untuk Soal 1 ................................... 213

Gambar 4.27 Hasil Tes Tertulis Subjek R2 untuk Soal 2 ................................... 216

Gambar 4.28 Hasil Tes Tertulis Subjek R2 untuk Soal 3 ................................... 219

Gambar 4.29 Hasil Tes Tertulis Subjek R2 untuk Soal 4 ................................... 223

Gambar 4.30 Hasil Tes Tertulis Subjek R2 untuk Soal 5 ................................... 225

Page 19: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Kode Siswa Kelas Eksperimen ......................................... 262

Lampiran 2 Daftar Kode Siswa Kelas Kontrol ............................................... 253

Lampiran 3 Daftar Kode Siswa Kelas Uji Coba ............................................. 264

Lampiran 4 Data Awal Nilai Uas Matematika ................................................ 265

Lampiran 5 Uji Normalitas Data Awal ........................................................... 267

Lampiran 6 Uji Homogenitas Data Awal ....................................................... 269

Lampiran 7 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Awal ..................................... 271

Lampiran 8 Kisi-kisi Tes Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah .......... 273

Lampiran 9 Tes Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah ......................... 277

Lampiran 10 Kunci dan Pedoman Penskoran Tes Uji Coba Kemampuan

Pemecahan Masalah................................................................................... 281

Lampiran 11 Data Nilai Tes Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah ....... 289

Lampiran 12 Analisis Butir Soal Tes Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah

................................................................................................................... 291

Lampiran 13 Analisis Validitas Butir Soal ....................................................... 294

Lampiran 14 Perhitungan Reliabilitas Instrumen ............................................ 298

Lampiran 15 Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal ................................. 301

Lampiran 16 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Tes Uji Coba Kemampuan

Pemecahan Masalah................................................................................... 304

Page 20: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xx

Lampiran 17 Kisi-kisi Instrumen Angket Respon dan Sikap Cinta Budaya Lokal

Siswa .......................................................................................................... 305

Lampiran 18 Angket Sikap Cinta Budaya Lokal ............................................. 307

Lampiran 19 Silabus Kelas Eksperimen .......................................................... 310

Lampiran 20 RPP Kelas Eksperimen 1 ............................................................ 327

Lampiran 21 LKS 1 .......................................................................................... 335

Lampiran 22 Kunci LKS 1 ............................................................................... 340

Lampiran 23 LTS 1 .......................................................................................... 345

Lampiran 24 Kunci Jawaban LTS 1................................................................. 347

Lampiran 25 Kuis 1 .......................................................................................... 349

Lampiran 26 Kunci Kuis 1 ............................................................................... 350

Lampiran 27 RPP Kelas Eksperimen 2 ............................................................ 352

Lampiran 28 LKS 2 .......................................................................................... 358

Lampiran 29 Kunci LKS 2 ............................................................................... 361

Lampiran 30 LTS 2 .......................................................................................... 364

Lampiran 31 Kunci LTS 2 ............................................................................... 366

Lampiran 32 Kuis 2 .......................................................................................... 368

Lampiran 33 Kunci Kuis 2 ............................................................................... 369

Lampiran 34 RPP Kelas Eksperimen 3 ............................................................ 371

Lampiran 35 LKS 3 .......................................................................................... 378

Lampiran 36 Kunci LKS 3 ............................................................................... 382

Lampiran 37 LTS 3 .......................................................................................... 386

Lampiran 38 Kunci LTS 3 ............................................................................... 388

Page 21: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xxi

Lampiran 39 Kuis 3 .......................................................................................... 390

Lampiran 40 Kunci Kuis 3 ............................................................................... 391

Lampiran 41 RPP Kelas Eksperimen 4 ............................................................ 392

Lampiran 42 LKS 4 .......................................................................................... 399

Lampiran 43 Kunci LKS 4 ............................................................................... 402

Lampiran 44 LTS 4 .......................................................................................... 406

Lampiran 45 Kunci LTS 4 ............................................................................... 408

Lampiran 46 Kuis 4 .......................................................................................... 411

Lampiran 47 Kunci Kuis 4 ............................................................................... 412

Lampiran 48 Silabus Kelas Kontrol ................................................................ 413

Lampiran 49 RPP Kelas Kontrol 1................................................................... 417

Lampiran 50 Latihan Soal 1 ............................................................................. 425

Lampiran 51 Kunci Latihan Soal 1 .................................................................. 428

Lampiran 52 RPP Kelas Kontrol 2................................................................... 432

Lampiran 53 Latihan Soal 2 ............................................................................. 440

Lampiran 54 Kunci Latihan Soal 2 .................................................................. 443

Lampiran 55 RPP Kelas Kontrol 3................................................................... 446

Lampiran 56 Latihan Soal 3 ............................................................................. 454

Lampiran 57 Kunci Latihan Soal 3 .................................................................. 456

Lampiran 58 RPP Kelas Kontrol 4................................................................... 459

Lampiran 59 Latihan Soal 4 ............................................................................. 467

Lampiran 60 Kunci Latihan Soal 4 .................................................................. 469

Lampiran 61 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ........................ 472

Page 22: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

xxii

Lampiran 62 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ....................................... 475

Lampiran 63 Kunci dan Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah ...................................................................................................... 478

Lampiran 64 Data Akhir Nilai Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas Eksperimen ...................................................................................... 484

Lampiran 65 Data Akhir Nilai Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas Kontrol ............................................................................................. 486

Lampiran 66 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Eksperimen ........................... 488

Lampiran 67 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Kontrol .................................. 490

Lampiran 68 Uji Homogenitas Data Akhir ...................................................... 492

Lampiran 69 Uji Ketuntasan Klasikal .............................................................. 493

Lampiran 70 Uji Perbedaan Rata-rata Data Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ....................................................................................................... 495

Lampiran 71 Uji Sikap Cinta Budaya Lokal .................................................... 497

Lampiran 72 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ......................................... 500

Lampiran 73 Menentukan Subjek Setiap Tingkat Kemampuan Siswa ............ 502

Lampiran 74 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ......................................... 505

Lampiran 75 Surat Izin Penelitian.................................................................... 506

Lampiran 76 Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................... 507

Page 23: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat esensial

sebagai usaha untuk mencerdaskan generasi bangsa. Langkah tersebut dianut oleh

negara Indonesia sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yang menjelaskan

tentang makna dan manfaat pendidikan. Beberapa waktu lalu telah dicanangkan

bahwa jenjang pendidikan dasar merupakan pendidikan yang wajib diikuti oleh

semua warga Negara Indonesia. Ini biasa disebut Wajib Belajar 9 tahun. Penetapan

ini tentunya harus menjadi pertimbangan penting dalam menentukan materi ajar yang

harus diberikan pada jenjang pendidikan dasar itu termasuk materi ajar matematika.

Matematika memiliki peran yang sangat penting dalam membangun

kemampuan berpikir dan berlogika bagi siswa. Di samping itu matematika

merupakan alat bantu dan pelayan ilmu, tidak hanya untuk matematika itu sendiri

tetapi juga untuk ilmu-ilmu yang lain, baik kepentingan teoritis maupun kepentingan

praktis dalam pemecahan sehari-hari sebagai aplikasi dari matematika. Banyak

konsep-konsep dari matematika yang sangat diperlukan oleh ilmu lainnya seperti

Fisika, Kimia, Biologi, Astronomi, Teknik, Ekonomi dan Jasmani (Hadi Siswanto,

Page 24: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

2

2008:2). Oleh karena itu diperlukan kemampuan pemecahan masalah yang cukup

sehingga dapat dikatakan bahwa siswa telah memahami konsep matematika.

Pemecahan masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam pelajaran

matematika. Seperti yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) bahwa salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah siswa dituntut

memiliki kemampuan memecahakan masalah yang meliputi kemampuan, merancang

model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh

(Depdiknas, 2006 : 10).

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan

matematika yang harus dimiliki siswa. Pentingnya pemecahan masalah dikemukakan

oleh Branca (Effendi 2012), ia mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan

masalah adalah jantungnya matematika. Sejalan dengan hal itu NTCM (Isa, 2011)

pemecahan masalah mempunyai dua fungsi dalam pembelajaran matematika. Pertama

pemecahan masalah adalah alat penting untuk mempelajari matematika. Kedua

pemecahan masalah dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan alat sehingga

siswa dapat memformulasikan, mendekati, dan menyelesaikan masalah.

Selama proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan

memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah

dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.

Pemecahan masalah matematika adalah proses yang menggunakan kekuatan dan

Page 25: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

3

manfaat matematika dalam menyelesaikan masalah yang juga merupakan metode

penemu solusi melalui tahap-tahap pemecahan masalah. Untuk meningkatkan

kemampuan memecahkan masalah matematika, perlu dikembangkan keterampilan

memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan

menafsirkan solusinya.

Pada kenyataannya berdasarkan pengamatan di lapangan ketika PPL II di MTs

Negeri 1 Semarang menemukan beberapa masalah dalam mempelajari matematika

khususnya dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa kebanyakan tidak dapat mengubah

soal cerita yang diberikan ke dalam model matematikanya. Fakta tersebut diperkuat

dari wawancara dengan salah satu guru matematika di MTs Negeri 1 Semarang yang

mengungkapkan bahwa pemecahan masalah siswa kelas VII dalam menyelesaikan

soal cerita. Siswa masih banyak mengalami kesalahan dalam membuat model

matematika. Hal ini diperkuat dengan prosentase hasil ulangan akhir semester gasal

tahun ajaran 2015/2016 untuk seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 305

menunujukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan dalam belajar hanya 47%. Hal

ini membuktikan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII masih

terbilang rendah.

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya beberapa masalah dalam

pembelajaran matematika, antara lain; proses pembelajaran yang belum efektif,

suasana belajar mengajar yang kurang kondusif, tingkat keaktifan siswa masih kurang

Page 26: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

4

saat proses pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan guru belum mampu

mengaktifan siswa dalam belajar, proses pembelajaran lebih terpusat pada guru yaitu

proses pembelajaran didominasi guru, guru menjelaskan, siswa mendengarkan

kemudian mencatat, dan siswa mengerjakan soal-soal latihan.

Seperti halnya yang dikatakan Syaiful (2012) salah satu faktor penyebab

kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa adalah faktor kebiasaan belajar,

siswa hanya terbiasa belajar dengan cara menghafal, cara ini tidak melatih

kemampuan pemecahan masalah matematis, cara ini merupakan akibat dari

pembelajaran konvensional, karena guru menerapkan konsep dan operasi matematika,

memberikan contoh mengerjakan soal, serta meminta siswa untuk mengerjakan soal

yang sejenis dengan soal yang telah dicontohkan oleh guru.

Dari masalah di atas dapat disimpulkan bahwa harus ada pembaharuan cara

pembelajaran matematika guna untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa, untuk meningkatkan hal tersebut diperlukan model pembelajaran yang aktif

dan inovatif. Salah satunya adalah model Problem Based Learning. Model Problem

Based Learning adalah salah satu model yang melibatkan siswa dalam menyelesaikan

soal yang berkaitan dengan dunia nyata. Menurut Fatimah (2012) Problem Based

Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang selalu dimulai dan berpusat pada

masalah. Di dalam PBL, siswa dapat bekerja kelompok atau individu. Siswa harus

mengidentifikasi apa yang diketahui dan yang tidak diketahui serta belajar untuk

Page 27: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

5

memecahkan masalah. Menurut Bilgin sebagaimana dikutip oleh Khoiri (2013) dalam

PBL, masalah yang diajukan oleh guru adalah permasalahan dunia nyata dan

menarik, sehingga siswa dilatih untuk memecahkan masalah yang membutuhkan

pemikiran kreatif.

Terkait dengan rendahnya kesadaran terhadap budaya lokal maka perlu

adanya usaha untuk meningkatkan kembali kesadaran budaya. Usaha tersebut dapat

dilakukan salah satunya dengan menerapkan hal-hal yang berkaitan dengan budaya

ke dalam pembelajaran yakni pembelajaran bernuansa budaya. Pembelajaran

bernuansa budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan

pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses

pembelajaran. Agar pembelajaran PBL lebih mudah dipahami dan menarik minat

siswa maka pembelajaran akan lebih baik menggunakan permasalah-permasalahan

yang ada di lingkungan mereka khususnya budaya lokal di sekitar tempat tinggal

mereka, supaya mereka tidak bosan dan jenuh dalam pembelajaran matematika.

Budaya yang berkaitan dengan konsep-konsep matematika biasa disebut

etnomatematika. Harapannya siswa lebih minat belajar sekaligus mengenal budaya

yang berada di sekeliling mereka.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti bermaksud

mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah

Page 28: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

6

pada Siswa Kelas VII Melalui Aplikasi Model Problem Based Learning (PBL)

Bernuansa Etnomatematika”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka

rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keefektifan model PBL bernuansa etnomatematika terhadap

kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII pada materi segiempat?

2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah dengan tahapan Polya siswa

kelas VII melalui aplikasi model Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini

bertujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis keefektifan model Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII

pada materi segiempat.

Page 29: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

7

2 Menganalisis kemampuan pemecahan masalah dengan tahapan Polya siswa

kelas VII melalui aplikasi model Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika.

1.4 Manfaat Penelitian

Harapan yang diperoleh setelah penelitian dilaksanakan adalah adanya

beberapa manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat selama penelitian berlangsung, yaitu

sebagai berikut.

1) Manfaat bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman baru dan bekal dasar untuk melakukan perbaruan

dalam proses pembelajaran matematika untuk ke depannya.

2) Manfaat bagi siswa

1 Dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran matematika.

2 Dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat di

depan kelas.

3 Dapat menumbuhkan rasa cinta budaya yang selama ini tidak begitu mereka

tahu.

4 Dapat menumbuhkan, membangkitkan, dan memelihara minat belajar siswa.

Page 30: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

8

3) Manfaat bagi guru

Memperoleh masukan tentang model pembelajaran Problem Based Learning

dengan bernuansa etnomatematika.

4) Manfaat bagi sekolah

Sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan usaha perbaikan

pembelajaran salah satunya dengan menggunakan model Problem Based Learning

bernuansa budaya.

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan supaya menjadi kesatuan pandangan dan

kesamaan penafsiran pada judul skripsi ini. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan

adalah sebagai berikut:

1.5.1 Keefektifan

Keefektifan dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dicapai oleh

suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Penelitian ini dikatakan efektif jika.

Page 31: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

9

(1) Hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan model

PBL bernuansa etnomatematika tuntas secara klaksikal yaitu 75 % mencapai

KKM.

(2) Rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan

model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika lebih baik dari

rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan

pembelajaran model ekspositori.

(3) Model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika dapat

meningkatkan sikap cinta budaya lokal.

1.5.2 Masalah

Masalah adalah suatu situasi di mana seseorang bermotivasi dan tertantang

untuk menyelesaikan persoalan yang belum pernah ditemukan cara untuk

menyelesaikannya.

1.5.3 Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah usaha mencari solusi penyelesaian

dari suatu situasi yang dihadapi sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Soal

tersebut memenuhi empat syarat yaitu materi prasyarat sudah diberikan, tingkat

kesulitan terjangkau, sudah diberikan algoritmanya dan anak berkehendak. Solusi

pemecahan masalah menurut Polya (1973) memuat empat langkah penyelesaian,

yaitu: (1) memahami masalah (understanding the problem), (2) merencanakan

Page 32: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

10

penyelesaian (devising a plan), (3) melaksanakan rencana (carrying out the paln),

dan (4) memeriksa kembali proses dan hasil (looking back).

1.5.4 Persegi Panjang dan Persegi

Dalam penelitian ini berdasarkan kompetensi inti kelas VII, segiempat dan

segitiga merupakan materi yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Sub materi

pokok segiempat yang diajarkan dalam penelitian ini meliputi: keliling persegi

panjang, luas persegi panjang, keliling persegi, dan luas persegi.

1.5.5 Model Problem Based Learning

Menurut Wena (2009) model pembelajaran berbasis masalah merupakan

model pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik pada permasalahan-

permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa

belajar melalui permasalahan-permasalahan. Adapun menurut Hamdani (2011)

menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah menekankan masalah

kehidupannya yang bermakna bagi peserta didik dan peran guru dalam menyajikan

masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

1.5.6 Model Pembelajaran Ekspositori

Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru

kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi

Page 33: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

11

pelajaran secara optimal (Sanjaya, 2010: 179). Model ekspositori memiliki 5 langkah

yaitu: (1) Persiapan (preparation); (2) Penyajian (presentation); (3) Menghubungkan

(correlation); (4) Menyimpulkan (generalization); dan (5) Penerapan (aplication)

(Sanjaya, 2010: 185).

1.5.7 Etnomatematika

Etnomatematika adalah budaya yang berkaitan dengan konsep-konsep

matematika. Etnomatematika dalam penelitian ini dibatasi pada pemberian masalah

yang bernuansa budaya lokal di Kota Semarang pada kelas eksperimen dengan model

Problem Based Learning.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian

awal, bagian isi, dan bagian akhir yang masing-masing diuraikan sebagai berikut.

1.6.1 Bagian Awal

Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto

dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan

daftar lampiran.

Page 34: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

12

1.6.2 Bagian Isi

Bagian ini merupakan bagian pokok skripsi yang terdiri dari 5 bab. BAB 1

yakni Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB 2 yakni Tinjauan Pustaka, berisi kajian teori yang mendukung dalam

pelaksanaan penelitian, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.

BAB 3 yakni Metode Penelitian yang terdiri tentang objek penelitian, variabel

penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, dan

analisis data.

BAB 4 yakni Hasil dan Pembahasan, berisi hasil penelitian dan pembahasan

yang memaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. BAB 5

yakni Penutup, berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan

peneliti berdasarkan simpulan yang diperoleh.

1.6.3 Bagian Akhir

Merupakan bagian yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran

yang digunakan dalam penelitian.

Page 35: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakikat Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005:723), matematika

adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Menurut Purwanto (2003: 12), matematika adalah ilmu tentang pola

keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisir dari unsur-unsur yang

didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil.

2.1.2 Belajar

Belajar merupakan proses yang penting bagi perubahan perilaku seseorang

baik disadari atau tidak disadari. Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para pakar

psikologi tentang definisi dari belajar itu sendiri. Menurut Rifa’I dan Anni (2011: 82),

belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu

mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang.

Page 36: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

14

Menurut Hudojo (1998: 1), belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.

Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif

lama itu disertai dengan usaha orang tersebut dari tidak mampu mengerjakan sesuatu

menjadi mampu mengerjakannya.

2.1.3 Teori Belajar

Teori belajar merupakan penjelasan bagaimana terjadinya belajar.

Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan pembelajaran dapat lebih meningkatkan

perolehan hasil peserta didik (Trianto, 2007:12). Beberapa teori belajar yang

melandasi pembahasan dalam penelitian ini antara lain:

2.1.3.1 Teori Piaget

Menurut Piaget, sebagaimana dikutip oleh Rifa’I (2012:170) mengemukakan

tiga prinsip utama terjadinya pembelajaran yaitu:

1. Belajar aktif

Proses pembelajaran dalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam

subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu

diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak dapat belajar sendiri

Page 37: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

15

misalnya melakukan percobaan, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan

pertanyaan, dan membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.

2. Belajar lewat interaksi sosial

Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi

diantara subyek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama, baik diantara

sesama anak-anak maupun dengan orang dewasa akan membantu perkembangan

kognitif mereka.

3. Belajar lewat pengalaman sendiri

Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada

pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan berkomunikasi.

Sesuai dengan teori Piaget siswa harus berperan aktif di dalam kelas untuk

memperoleh pengetahuan baru lewat interaksi dalam kelompok. Hal tersebut sesuai

dengan model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika yang menekankan

keaktifan siswa yaitu ketika pada awal pembelajaran siswa diberikan permasalahan

berbudaya lokal sehingga siswa akan aktif menggali informasi dan pengetahuan

untuk menyelesaikan masalah nyata berdasarkan pengalaman sendiri.

Page 38: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

16

2.1.3.2 Teori Belajar Vigotsky

Teori Vigotsky lebih menekankan pada aspek sosial dalam pembelajaran.

Vigotsky juga mengemukakan pentingnya scaffolding. Scaffolding adalah pemberian

bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi

bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih

tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya

(Trianto, 2007: 27).

Sesuai dengan Teori Belajar Vigotsky, bahwa model pembelajaran Problem

Based Learning juga membimbing siswa pada saat penyelidikan individu atau

kelompok untuk memcahkan masalah. Di dalam diskusi kelompok tersebut akan

terjadi interaksi soasial antara siswa dengan guru yang memberikan arahan dan

bimbingan kepada siswa.

2.1.3.3 Teori Bermakna David Ausubel

Inti dari teori Ausubel adalah belajar bermakna (Rifa’i, 2012:173).

Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru

dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa

yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Jika dikaitkan dengan model

pembelajaran berdasarkan masalah, di mana siswa mampu mengerjakan

permasalahan autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa

sebelumnya untuk penyelesaian nyata dari masalah yang nyata (Trianto, 2007: 26).

Page 39: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

17

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran akan bermakna saat siswa dapat

mengaitkan konsep awal untuk memecahkan masalah nyata. Jika dikaitkan dengan

model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika yang memberikan

permasalahan nyata yang bernuansa budaya lokal supaya pengetahuan siswa

terbentuk dari pengalaman siswa saat berdiskusi dengan kelompoknya.

2.1.4 Model Problem Based Learning

Menurut Suyitno (2011: 26) model pembelajaran adalah suatu tindakan

pembelajaran yang mengikuti pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu

(sintaks), yang harus diterapkan guru agar kompetensi atau tujuan belajar yang

diharapkan akan tercapai dengan cepat, efektif, dan efisien. Suatu kegiatan

pembelajaran di kelas dapat disebut model pembelajaran jika: (1) ada kajian ilmiah

dari penemu atau ahlinya; (2) ada tujuan yang ingin dicapai; (3) ada urutan tingkah

laku yang spesifik (ada sintaknya); dan (4) ada lingkungan yang perlu diciptakan agar

tindakan/kegiatan pembelajaran tersebut berlangsung efektif.

Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan

menghadapkan siswa pada masalah-masalah praktis sebagai pijakan dalam belajar.

Menurut Boud dan Felleti (1997) dan Fogarty (1997) dalam Wena (2009: 91) strategi

belajar berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat

konfrontasi kepada peserta didik dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-

structured atau open-ended melalui stimulus dalam belajar.

Page 40: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

18

Menurut Kosasih (2014: 88-89), “Problem Based Learning adalah model

pembelajaran yang berdasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait

dengan KD yang sedang dipelajari siswa”. Adapun tujuan dari Problem Based

Learning adalah agar siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah serta sekaligus

mengembangkan kemampuan mereka untuk secara aktif membangun pengetahuan

sendiri. Dengan penerapan Problem Based Learning siswa menjadi lebih terampil

dalam memecahkan masalah, baik yang berkaitan dengan akademik ataupun

kehidupan mereka sehari-hari. Mereka diharapkan menjadi solusi dari beragam

masalah yang mungkin dihadapi lingkungan dan masyarakatnya.

Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang memanfaatkan

masalah untuk menimbulkan motivasi belajar. Problem Based Learning melibatkan

siswa dalam menyelidiki permasalahan sehari-hari yang memungkinkan mereka

menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun

pemahamannya tentang fenomena itu (Rusman, 2012: 237-243).

Menurut Akinoglu dan Tandogan (2007: 72), Problem Based Learning

memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dalam pemecahan

masalah. Dalam Problem Based Learning, kemampuan seperti pemecahan masalah,

berpikir, bekerja kelompok, komunikasi dan informasi berkembang secara positif.

Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitiannya yang menunjukkan kelompok siswa

dengan Problem Based Learning dapat melakukan tahapan pemecahan masalah

Page 41: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

19

dengan baik, serta terdapat perubahan yang positif terhadap kemampuan pemecahan

masalah siswa.

Berdasarkan banyak pendapat dapat disimpulkan bahwa Problem Based

Learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara pemecahan masalah, serta

untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi yang dipelajari.

Menurut Akinoglu dan Tandongan (2007: 73), ciri-ciri dari Problem Based

Learning adalah sebagai berkut.

Proses belajar harus diawali dengan suatu masalah, terutama masalah dunia

nyata yang diberikan algoritmanya.

(1) Dalam pembelajaran harus menarik perhatian siswa.

(2) Guru berperan sebagai fasilitator/pemandu di dalam pembelajaran.

(3) Siswa harus diberikan waktu untuk mengumpulkan informasi menetapkan

strategi dalam memecahkan masalah sehingga dapat mendorong kemampuan

berpikir kreatif.

(4) Pokok materi yang dipelajari tidak harus memiliki tingkat kesulitan yang tinggi

karena dapat menakut-nakuti siswa.

(5) Pembelajaran yang nyaman, santai dan berbasis lingkungan dapat

mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah.

Page 42: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

20

Menurut Mahendru dan Mahindru (2011: 8), Problem Based Learning

mambantu siswa untuk (1) mengembangkan keterampilan menemukan fakta yang

berbeda dan mengembangkan kebiasaan mengumpulkan informasi terbaru di segala

bidang, (2) kebebasan untuk mengekspresikan masalah dan solusi dengan caranya

sendiri, (3) membantu dalam mengembangkan semangat berkelompok, (4) membantu

dalam meningkatkan keterampilan komunikasi, (5) membuat siswa fleksibel dalam

mengolah informasi dan penanganan masalah yang berbeda.

Problem based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang

inovatif yang dapat memberikaan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem Based

Learning memiliki gagasan bahwa suatu pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan

pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan

dipresentasikan dalam suatu konteks.

Sanjaya (2007: 220) menjelaskan bahwa model Problem Based Learning

mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut.

1. Kelebihan

a. Menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik.

b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran peserta didk.

c. Membantu peserta didik mentransfer pengetahuan peserta didik untuk

memahami masalah dunia nyata.

Page 43: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

21

d. Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

e. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru.

f. Memberikan kesempatan bagi pesrta didik untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

g. Mengembangkan minat peserta didik untuk terus menerus belajar.

h. Memudahkan peserta didik dalam menguasai konsep-konsep yang dipeljari

guna memecahkan masalah dunia nyata.

2. Kelemahan

a. Memerlukan waktu yang panjang dibandingkan dengan model

pembelajaran yang lain

b. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan

merasa enggan untuk mencobanya.

Menurut Ibrahim, Nur, dan Ismail sebagaimana dikutip oleh Rusman (2012:

243), langkah-langkah Problem Based Learning adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Problem Based Learning

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

Page 44: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

22

1

2

3

4

Orientasi siswa pada

masalah

Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Membimbing

pengalaman

individu/kelompok

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan, dan

memotivasi siswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah.

Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan,

dan pemecahan masalah.

Membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti

laporan, dan membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temannya.

Membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka

dan proses yang mereka gunakan.

Page 45: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

23

5 pemecahan masalah

2.1.5 Model Pembelajaran Ekspositori

Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru

kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi

pelajaran secara optimal (Sanjaya; 2010: 179). Langkah-langkah pembelajaran

ekspositori adalah sebagai berikut.

(1) Persiapan (preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik untuk

menerima pelajaran. Berapa hal yang harus dilakukan dalam langkah

persiapan diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Berikan sugesti positif dan hindari sugesti negatif.

b. Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.

c. Bukalah file dalam otak peserta didik.

(2) Penyajian (presentation)

Page 46: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

24

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai

dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus memikirkan bagaimana

agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh

peserta didik.

(3) Korelasi (correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pembelajaran

dengan pengalaman peserta didik atau dengan hal-hal lain yang

memungkinkan peserta didik dapat menangkap keterkaitannya dengan

struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.

(4) Menyimpulkan (generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi

pelajaran yang telah disajikan.

(5) Mengaplikasikan (application)

Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan peserta didik setelah

peserta didik menyimak penjelasan guru. Pada langkah ini guru akan dapat

mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi

pelajaran oleh peserta didik. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini

diantaranya:

a. Membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan; dan

b. Memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan

(Sanjaya, 2010)

Page 47: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

25

Kelebihan pada model pembelajaran ekspositori adalah sebagai berikut

(Suherman, 2003: 202).

(1) Dapat menampung kelas yang besar.

(2) Bahan pelajaran dapat disampaikan secara runtut.

(3) Guru dapat menekankan hal-hal yang dianggap penting.

(4) Tuntutan kurikulum secara cepat dapat diselesaikan.

(5) Kekurangan buku pelajaran dapat diatasi.

Kekurangan pada model ekspositori sebagai berikut (Suherman, 2003: 202).

(1) Siswa pasif, bosan, dan belum tentu paham.

(2) Padatnya materi, dapat membuat siswa kurang menguasai materi

pelajaran.

(3) Pelajaran yang diperoleh mudah terlupakan.

(4) Siswa cenderung menghafal bukan memahami isi pelajaran.

(5) Inisiatif dan kreativitas siswa kurang berkembang.

2.1.6 Etnomatematika

Etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang matematikawan

Brasil pada tahun 1977 (Wahyuni, et. Al., 2013). Menurut D’Ambrisio

etnomatematika berawal dari kata “ethno” yang diartikan sebagai sesuatu yang sangat

luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode

perilaku, mitos, dan simbol. Kata dasar “mathema” berarti menjelaskan, mengetahui,

Page 48: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

26

memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur,

mengklasifikasikan, menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran “tics’ berasal dari

techne, dan bermakna sama seperti teknik (Rosa & Orey, 2011:35). Sedangkan

menurut istilah, D’Ambrisio (1985:45) menyatakan bahwa etnomatematika adalah

matematika yang mempraktekkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti

masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu

dan kelas professional. Menurut Wahyuni et al. (2013: 114), etnomatematika adalah

bentuk matematika yang dipengaruhi atau didasarkan budaya.

Menurut Wahyuni (2003: 116) dengan menerapkan etnomatematika dalam

pembelajaran akan sangat memungkinkan suatu materi dipelajari terkait dengan

budaya siswa sehingga pemahaman materi oleh siswa menjadi lebih mudah karena

materi tersebut terkait langsung dengan budaya mereka yang merupakan aktivitas

mereka sehari-hari dalam masyarakat. Melalui penerapan etnomatematika dalam

pendidikan khususnya pendidikan matematika diharapkan nantinya peserta didik

dapat lebih memahami matematika, dan lebih memahami budaya mereka, dan

nantinya para pendidik lebih mudah untuk menanamkan nilai budaya itu sendiri

dalam diri peserta didik, sehingga nilai budaya yang merupakan bagian karakter

bangsa tertanam sejak dini dalam diri peserta didik (Wahyuni et al., 2013: 144).

Dengan penerapan etnomatematika dapat membantu siswa untuk memahami

materi matematika kemudian siswa dapat menggunakan pengetahuan yang diperoleh

Page 49: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

27

melalui pembelajaran untuk memecahkan masalah yang terkait dengan aktivitas

sehari-hariseperti yang dinyatakan oleh Wahyuni et al,. (2013:115-116) bahwa

etnomatematika merupakan sebuah program yang bertujuan untuk mempelajari

bagaimana siswa untuk memahami, mengartikulasikan, mengolah, dan akhirnya

menggunakan ide-ide matematika, konsep, dan praktik-praktik yang dapat

memecahkan masalah yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari mereka.

Penerapan etnomatematika dapat meningkatkan kemampuan peserta didik

dalam mengaitkan konsep matematika untuk memecahakan permasalahan yang ada di

lingkungan nyata siswa dalam hal ini adalah lingkungan budaya. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Schoenfield (1992) tentang dunia budaya matematika sebagai

berikut.

Dunia budaya matematika akan mendorong peserta didik untuk berpikir

tentang matematika sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari, meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam membuat atau melakukan keterkaitan antar konsep

matematika dalam kontek berbeda, dan membangun pengertian di lingkungan peserta

didik melalui pemecahan masalah matematika baik secara mndiri maupun bersam-

sama (Kusmaryono, 2012: 652).

Seorang pendidik selain memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa pada

pembelajaran matematika denagan adanya etnomatematika juga dapat menanamkan

nilai buadaya kepada siswa agar lebih mengenal budaya lokal mereka. Dengan

Page 50: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

28

adanya etnomatematika, pendidik juga ikut berperan dalam pembentukan nilai dan

karakter siswa, salah satunya adalah karakter cinta budaya.

Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang terletak di sebelah

Utara Pulau Jawa. Budaya di Kota Semarang beraneka ragam, yang dapat dilihat dari

cagar budaya di Kota Semarang seperti Lawang Sewu, Kelenteng Gedung Batu Sam

Poo Kong, Gedung Jiwasraya, Tugu Muda, Museum Ronggowarsito, Masjid Agung

Semarang, goa Kreo dll. Tarian-tarian tradisional di Semarang juga merupakan salah

satu kebudayaan asli Kota Semarang, seperti Tari Semarangan dan Tari Topeng. Jika

dilihat dari makanan khas tradisional di Kota Semarang seperti Lumpia Semarang,

ikan bandeng presto, wingko babat, dll. Sedangkan untuk tradisi seni budaya di Kota

Semarang misalnya adalah tradisi Dugderan. Batik Semarang juga merupakan karya

seni budaya Kota Semarang. Berikut ini disajikan gambar-gambar yang berkaitan

dengan hasil budaya yang ada di Kota Semarang pada Gambar 2.1.

Page 51: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

29

Gambar 2.1 Keanekaragaman Budaya di Semarang

Penerapan etnomatematika dalam penelitian ini adalah pemberian masalah

pembelajaran model PBL yang bernuansa budaya lokal. Masalah matematika yanag

diberikan merupakan masalah nyata yang dihubungkan dengan cagar budaya lokal di

Kota Sematrang seperti pemecahan masalah matematika menghitung keliling dan luas

batik Semarangan.

Pemberian masalah bernuansa budaya lokal bertujuan supaya siswa lebih

bermotivasi dan tidak jenuh pada saat pembelajaran. Permasalahan tersebut diberikan

pada awal pelajaran sesuai dengan tahapan model PBL yang pertama yaitu

mengorientasikan siswa pada masalah. Kemudian dibentuk kelompok belajar yang

tediri 4-5 orang siswa dengan bantuan untuk menyelesaikan tugas belajar yang

diberikan oleh guru serta memecahkan permasalahan yang ada dengan diskusi

kelompok.

Pada saat diskusi kelompok yang terdiri dari beberapa kelompok belajar untuk

menyelesaikan tugas belajar penemuan konsep pada LKS dan pemecahan masalah

Page 52: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

30

bernuansa budaya lokal tersebut, siswa juga dibimbing oleh guru jika siswa

mengalami kesulitan, kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan

perwakilan satu kelompok terkait penemuan konsep pada LKS dan pemecahan

masalah yang ada pada lembar masalah siswa.

2.1.7 Kemampuan Pemecahan Masalah

2.1.7.1 Pengertian Masalah

Setiap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat

sepenuhnya dikatakan masalah. Munandir, sebagaimana dikutip oleh Herlambang

(2008: 14), mengemukakan bahwa suatu masalah dapat diartikan sebagai suatu

situasi, di mana seseorang diminta menyelesaikan persoalan yang belum pernah

dikerjakan, dan belum memahami pemecahannya.

Menurut Mason dan Davis, sebagaimana dikutip oleh Zevenbergen et al.

(200:107), masalah adalah sesuatu yang masuk ke dalam pikiran siswa sehingga

mereka menjadi termotivasi dan tertantang dengan tugas atau pertanyaan. Sedangkan

Kantowski dalam Saad & Ghani (2008:119) mengemukakan masalah terjadi ketika

siswa menghadapi pertanyaan matematika yang sulit, yang mereka tidak mampu

menjawab dalam waktu singkat atau tidak mampu menyelesaikan pada saat itu karena

kurangnya informasi. Menurut Suherman et al.(2003:92) suatu masalah biasanya

memuat situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak

tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.

Page 53: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

31

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa masalah adalah

situasi di mana seseorang termotivasi dan tertantang untuk menyelesaikan persoalan

yang belum ditemukan cara untuk memecahkannya.

2.1.7.2 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah (problem solving) merupakan satu di antara standar

proses yang harus dikuasai siswa melalui pembelajaran matematika (NTCM, 2000:

29). Matematika sendiri diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar untuk

membekali siswa kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta

kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006: 361). Untuk membekali siswa

kemampuan tersebut, guru perlu membiasakan pemecahan masalah dalam

pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan satu di antara tujuan diajarkan

pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah untuk mengembangkan

keterampilan berpikir siswa (Charles & O’Daffer dalam Haryani, 2011). Dengan

demikian, pemecahan masalah perlu dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika.

Menurut Termudi (2009: 1) pemecahan masalah artinya proses melibatkan

suatu tugas yang metode pemecahannya belum diketahui lebih dahulu. Untuk

mengetahu penyelesaiannya siswa hendaknya memetakan pengetahuan mereka, dan

melalui proses ini mereka sering mengembangkan pengetahuan baru tentang

matematika. Dengan melalui pemecahan masalah dalam matematika siswa hendaknya

memperoleh cara-cara berpikir, kebiasaan untuk tekun dan menumbuhkan rasa ingin

Page 54: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

32

tahu, serta percaya diri dalam situasi tak mereka kenal yang akan mereka gunakan di

luar kelas. Pemecahan masalah merupakan bagian tak terpisahkan dari semua

pembelajaran matematika dan hendaknya tidak terisolasi dari program matematika.

Menurut Russfendi (2006: 169) pemecahan masalah merupakan salah satu

tipe keterampilan intelektual yang lebih tinggi derajat dan lebih komplek dari pada

pembentukan aturan. Sedangkan menurut Utomo (2012: 148) pemecahan masalah

merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam

proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk

diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.

Menurut Alawiyah (2014: 182) pemecahan masalah merupakan sebagai upaya

mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan, memerlukan kesiapan,

kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-

hari. Pemecahan masalah dalam matematika dipandang sebagai proses di mana siswa

menemukan kombinasi aturan-aturan atau prinsip-prinsip matematika yang telah

dipelajari sebelumnya yang digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam sebuah

permasalahan siswa harus bisa mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang

ditanyakan, dan unsur apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut

sehingga mudah untuk diselesaikan.

Page 55: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

33

Menurut Susiyanti (2014: 176) dalam pembelajaran pemecahan masalah

mempunyai dua makna yaitu sebagai suatu pendekatan dan sebagai tujuan

pembelajaran. Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, pemecahan masalah

merupakan pendekatan yang menyajikan masalah kontekstual sebagai titik awal dan

kemudian secara bertahap menemukan kembali (reinvention) dan memahami

materi/konsep/prinsip matematika. Jenis kemampuan ini meliputi:

1. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik

2. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah sejenis dan

masalah baru dalam atau di luar matematika.

3. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur

yang diperlukan.

4. Menjelaskan/menginterprestasikan hasil sesuai permasalahan asal.

5. Menggunakan matematika secara bermakna.

Dari pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan

masalah adalah upaya mencari jalan keluar yang memerlukan kemampuan berpikir

tingkat tinggi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, membutuhkan kesiapan,

kreativitas dengan berbagai cara dan strategi yang sudah diketahui untuk

menyelesaikan masalah tidak rutin.

Page 56: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

34

Menurut Polya (1973: 5), ada empat tahap pemecahan masalah yaitu; (1)

memahami masalah, (2) membuat rencana, (3) melaksanakan rencana, (4) melihat

kembali.

Menurut Polya (1973: 5-17), empat tahap pemecahan masalah Polya dirinci

sebagai berikut.

1. Memahami masalah (understand the problem)

Tahap pertama pada penyelesaian masalah adalah memahami soal. Siswa

perlu mengindentifikasi apa yang diketahui, apa saja yang ada, jumlah, hubungan dan

nilai-nilai yang terkait serta apa yang sedang mereka cari. Beberapa saran yang dapat

membantu siswa dalam memahami siswa dalam memahami masalah yang kompleks:

(1) memberikan pertanyaan mengenai apa yang diketahui dan dicari, (2) menjelaskan

masalah sesuai dengan kalimat sendiri, (3) menghubungkan dengan masalah lain

yang serupa, (4) fokus pada bagian yang penting dari masalah tersebut, (5)

mengembangkan model, dan (6) menggambar diagram.

2. Membuat rencana (devisi a plan)

Siswa perlu mengidentifikasi operasi yang terlibat serta strategi yang

diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini biasa dilakukan

siswa dengan cara seperti: (1) menebak, (2) mengembangkan sebuah model, (3)

mensketsa diagram, (4) menyederhanakan masalah, (5) mengidentifikasi pola, (6)

Page 57: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

35

membuat table, (7) eksperimen dan simulasi, (8) bekerja terbalik, (9) menguji semua

kemungkinan, (10) mengidentifikasi subtujuan, (11) membuat analogi, dan (12)

mengurutkan data/informasi.

3. Melaksanakan rencana (carry out the plan)

Apa yang diterapkan jelaslah bergantung pada apa yang telah direncanakan

sebelumnya dan juga termasuk hal-hal berikut: (1) mengartikan informasi yang

diberikan ke dalam bentuk matematika; dan (2) melaksanakan strategi selama proses

dan penghitungan yang berlangsung. Secara umum pada tahap ini siswa perlu

mempertahankan rencana yang sudah dipilih. Jika semisal rencana tersebut tidak bisa

terlaksana, maka siswa dapat memilih cara atau rencana lain.

4. Melihat kembali (looking back)

Aspek-aspek berikut perlu diperhatikan ketika mengecek kembali langkah-

langkah yang sebelumnya terlibat dalam menyelesaikan masalah, yaitu: (1) mengecek

kembali semua informasi yang penting yang telah teridentifikasi; (2) menecek semua

perhitungan yang sudah terlibat; (3) mempertimbangkan apakah solusinya logis; (4)

melihat alternatif penyelesaian yang lain; dan (5) membaca pertanyaan kembali dan

bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaannya sudah benar-benar terjawab.

Page 58: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

36

Sementara itu, menurut Krulik dan Rudnick, sebagaimana dikutip oleh Carson

(2007: 21-22), ada lima tahap yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah

yautu sebagai berikut.

1. Membaca (read)

Aktifitas yang dilakukan siwa pada tahap ini adalah mencatat kata kunci,

bertanya kepada siswa lain apa yang sedang ditanyakan pada masalah, atau

menyatakan kembali msalah ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.

2. Mengeksplorasi (explore)

Proses ini meliputi pencarian pola untuk menentukan konsep atau prinsip dari

masalah. Pada tahap ini siswa mengidentifikasi masalah yang diberikan, menyajikan

masalah ke dalam cara yang mudah dipahami. Pertanyaan yang digunakan pada tahap

ini adalah, “seperti apa masalah tersebut?”. Pada tahap ini biasanya dilakukan

kegiatan menggambar atau membuat tabel.

3. Memilih suatu strategi (select a strategy)

Pada tahap ini , siswa menarik kesimpulan atau membuat hipotesis mengenai

bagaimana cara menyelesaikan masalah yang ditemui berdasarkan apa yang sudah

diperoleh pada dua tahap pertama.

4. Menyelesaikan masalah (solve the problem)

Page 59: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

37

Pada tahap ini semua keterampilan matematika seperti menghitung dilakukan

untuk menemukan suatu jawaban.

5. Meninjau kembali dan mendiskusikan (review and extend)

Pada tahap ini, siswa mengecek kembali jawabannya dan melihat variasi dari

cara memecahkan masalah.

Sedangkan tingkat pemecahan masalah menurut Dewey, sebagaimana dikutip

oleh Carson (2008: 39) adalah sebagai berikut.

1. Menghadapi masalah (confront problem), yaitu merasakan suatu kesulitan.

Proses ini bisa meliputi menyadari hal yang belum diketahui, dan frustasi pada

ketidakjelasan situasi.

2. Pendefinisian masalah (define problem), yaitu mengklarifikasi karakteristik-

karakteristik situasi. Tahap ini meliputi kegiatan mengkhususkan apa yang

diketahui dan yang tidak diketahui, menemukan tujuan-tujuan, dan

mengidentifikasi kondisi-kondisi yang standard an ekstrim.

3. Penemuan solusi (inventory several solution), yaitu mencari solusi. Tahap ini

bisa meliputi kegiatan memperhatikan pola-pola, mengidentifikasi langkah-

langkah dalam perencanaan, dan memilih atau menemukan algoritma.

4. Konsekuensi dugaan solusi (conjecture consequence of solution), yaitu

melakukan rencana atau dugaan solusi. Seperti menggunakan algoritma yang

ada, mengumpulkan data tambahan, melakukan analisis kebutuhan, merumuskan

Page 60: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

38

kembali masalah, mencobakan untuk situasi-situasi yang serupa, dan

mendapatkan hasil.

5. Menguji konsekuensi (test concequences), yaitu menguji apakah definisi masalah

cocok dengan situasinya. Tahap ini bisa meliputi kegiatan mengevaluasi apakah

hipotesis-hipotesisnya sesuai?, apakah data yang digunakan tepat?, apakah

analisis sesuai dengan tipe data yang ada?, apakah hasilnya masuk akal?, dan

apakah rencana yang digunakan dapat diaplikasikan di soal yang lain?.

Berdasarkan tahap pemecahan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

disimpulkan bahwa aktivitas pemecahan masalah dari Polya, Dewey, serta Krulik dan

Rudnick hampir sama. Sementara itu, perbandingan dari taha-tahap pemecahan

masalah menurut Polya, Krulik dan Rudnick, serta Dewey menurut Carson (2007: 8)

dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan Tahap Pemecahan Masalah

Tahap-tahap Pemecahan Masalah

Krulik dan Rudnick Polya Dewey

1. Membaca (read)

2. Mengekplorasikan

1. Memahami masalah

(understand the

problem)

2. Membuat rencana

1. Menghadapi

masalah (confront

the problem)

Page 61: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

39

(explore)

3. Memilih suatu strategi

(select a strategy)

4. Meninjau kembali dan

mendiskusikan

(reviewand extend)

(devise a paln)

3. Melaksanakan

rencana (carry out

the plan)

4. Melihat kembali

(looking back)

2. Pendefinisian

(define problem)

3. Perumusan

(formulation)

4. Mencobakan (test)

5. Evaluasi

(evaluation)

Dalam penelitian ini, langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan

adalah langkah-langkah pemecahan menurut Polya. Menurut Saad & Ghani (2008:

121) langkah-langkah pemecahan masalah Polya dapat dianggap sebagai langkah-

langkah pemecahan masalah yang mudah dipahami dan banyak digunakan dalam

kurikulum matematika di seluruh dunia. Dengan menggunakan langkah-langkah

pemecahan masalah Polya, diharapkan siswa lebih runtut dan terstruktur dalam

memecahkan masalah matematika.

2.1.7.3 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Indikator kemampuan pemecahan masalah menurut Peraturan Dirjen

Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004,

sebagaimana dikutip oleh Wardhani (200: 18), antara lain adalah:

Page 62: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

40

(1) Kemampuan menunjukkan pemahaman masalah.

(2) Kemampuan mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam

pemecahan masalah.

(3) Kemampuan menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.

(4) Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.

(5) Kemampuan mengembangkan strategi pemecahan masalah.

(6) Kemampuan membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.

(7) Kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

Di dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah Polya dan menentukan

indikator seperti pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Langkah-langkah

pemecahan masalah

menurut polya

Indikator kemampuan pemecahan

masalah

1. Memahami masalah a. Mengetahui apa saja yang

diketahui dan ditanyakan pada

masalah

b. Menjelaskan masalah sesuai

dengan kalimat sendiri

2. Membuat rencana a. Mampu mencari sub-tujuan (hal-

hal yang perlu dicari sebelum

Page 63: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

41

menyelesaikan masalah)

b. Mengurutkan informasi.

3. Melaksanakan rencana a. Mengartikan masalah yang

diberikan dalam bentuk kalimat

matematika

b. Melaksanakan strategi selama

proses perhitungan berlangsung.

4. Melihat kembali a. Mengecek semua informasi dan

penghitungan yang terlibat

b. Membaca pertanyaan kembali.

2.1.8 Tinjauan Materi

Materi segiempat yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi kelas VII

SMP semester genap. Untuk materi pokok segiempat dan segitiga. Penelitian ini

hanya akan membahas mengenai bangun datar segiempat meliputi persegi panjang

dan persegi. Sebelumnya siswa perlu dibekali mengenai unsur-unsur dan sifat-sifat

persegi panjang dan persegi.

Page 64: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

42

2.1.8.1 Persegi Panjang

1) Definisi Persegi Panjang

Gambar 2.2 Persegi Panjang

Menurut Kusni (2003: 15) persegi panjang ialah suatu jajar genjang yang satu

sudutnya siku-siku.

Akibatnya:

1. Persegi panjang keempat sudutnya siku-siku.

2. Semua sifat jajar genjang berlaku untuk persegi panjang.

Sifat-sifat persegi panjang adalah sebagai berikut.

1. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.

2. Setiap sudutnya siku-siku.

3. Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang dan saling berpotongan

di titik pusat persegi panjang. Titik tersebut membagi diagonal menjadi

dua bagian sama panjang.

Page 65: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

43

4. Mempunyai dua sumbu simetri yaitu sumbu vertikal dan horisontal.

2) Keliling dan Luas Persegi Panjang

Jika ABCD adalah persegi panjang dengan p dan lebar l, maka keliling K dan

luasnya L, masing-masing dapat ditulis sebagai berikut.

2.1.8.2 Persegi

1) Definisi Persegi

Gambar 2.3 Persegi

Menurut Kusni (2003: 17) persegi ialah suatu segiempat yang semua sisinya

sama panjang dan satu sudutnya siku-siku.

Akibatnya:

1. Persegi keempat sudutnya siku-siku. Persegi juga disebut segiempat

beraturan.

Page 66: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

44

2. Pada persegi berlaku sifat-sifat belah ketupat maupun persegi panjang.

2) Keliling dan Luas Persegi

PQRS adalah persegi dengan panjang sisi s, maka kelilingnya K, dan luasnya

L masing-masing dapat ditulis sebagai berikut.

2.1.8.3 Contoh Soal Pemecahan Masalah Bernuansa Etnomatematika

Berikut contoh-contoh soal pemecahan masalah persegi panjang dan persegi

1. Gambar di samping adalah gambar salah satu

tempat peninggalan budaya di Kota Semarang.

Di Sam Poo Kong akan dibangun sebuah

taman berukuran panjang 10 m dan lebarnya

tiga perempat dari panjang taman. Kemudian di

sekeliling tepi taman akan dibuat pagar

pembatas. Berapakah panjang pagar pembatas

yang harus dibuat? Coba gambarkan pula

sketsa gambarnya!

Page 67: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

45

a. Memahami masalah

Diketahui:

Panjang taman dan lebar dari panjang taman.

Ditanya:

Berapakah panjang pagar pembatas taman yang harus dibuat dan gambar

sketsanya!

b. Merencanakan pemecahan masalah

Jawab:

Sketsa gambar

Panjang pagar pembatas yang harus dibuat = keliling taman

Keliling taman

c. Melaksanakan pemecahan masalah

Keliling lapangan

Page 68: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

46

d. Melihat kembali hasil yang diperoleh

Jadi panjang pagar pembatas yang harus dibuat adalah .

2. Di Museum Rangga Warsita terdapat banyak

monumen candi. Setiap monumen akan diberi

tali pembatas yang dikaitkan pada setiap tiang

besi dengan jarak antar tiang adalah 0,8 m

seperti terlihat pada gambar. Alas monument

berbentuk persegi dengan panjang sisi 1,6 m.

Jika seorang petugas akan memasang tali

pembatas yang dihubungkan dengan tiang besi

pada 5 buah monumen candi yang memiliki

panjang sisi alas monumen sama. Tentukan

banyaknya tiang besi yang dibutuhkan

petugas?

a. Memahami masalah

Diketahui:

Alas monumen berbentuk persegi

Jarak antar tiang 0,8 m

Page 69: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

47

Panjang sisi alas monument candi 5 buah

Ditanya:

Berapa banyaknya tiang besi yang dibutuhkan untuk memasang di

sekeliling monumen candi sebanyak 5 buah monumen?

b. Merencanakan pemecahan masalah

Jawab:

Banyaknya tiang untuk 1 monumen

Banyaknya tiang untuk 5 buah monument

Keliling monumen

c. Melaksanakan pemecahan masalah

Keliling monumen

Banyaknya tiang untuk 1 monumen

Banyaknya tiang untuk 5 buah monumen

banyaknya tiang 1 monumen

Page 70: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

48

d. Melihat kembali hasil yang diperoleh

Jadi banyaknya tiang besi yang diperlukan untuk pembatas 5 buah

monumen sebanyak 40 buah tiang besi.

2.2 Penelitian yang Relevan

Herlambang (2013) dengan penelitian tentang “Analisis Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Kepahiang

Tentang Bangun Datar dengan Teori Van Hielle” diperoleh bahwa distribusi

kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII-A merata mulai dari tingkat I,

tingkat II, tingkat III dan tingkat IV. Tingkat I berarti siswa belum dapat memahami

masalah, menyusun rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil. Tingkat II

berarti siswa sudah mampu memahami masalah akan tetapi belum mampu menyusun

rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali

hasil. Tingkat III berarti siswa sudah mampu memahami masalah, menyusun rencana

penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian tetapi belum memeriksa kembali

hasil yang diperoleh. Tingkat IV berarti siswa sudah mampu memahami masalah,

menyusun rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Penelitian yang relevan dengan penerapan model PBL adalah penelitian

Hmelo dan Colleagues, sebagaimana dikutip oleh Arends (2012: 403) menunjukkan

bahwa peserta didik yang diterapkan pembelajaran model PBL mempunyai motivasi

Page 71: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

49

yang sangat tinggi, mencapai nilai lebih dan lebih memahami serta dapat menerapkan

pengetahuan untuk situasi baru.

Penelitian yang relevan dengan penerpan model PBL juga dilakukan oleh

Yumiati (2013) yang menganalisis kemampuan pemecahan masalah peserta didik

melalui model PBL SMP N 9 Pamulang. Penelitian tersebut menyatakan bahwa

pembelajaran PBL lebih baik daripada pembelajaran biasa dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik SMP N 9 Pamulang serta

materi matematika menjadi lebih dipahami oleh peserta didik pada saat pembelajaran.

Penelitian yang relevan dengan penerapan nuansa budaya dalam pembelajaran

matematika atau etnomatematika adalah penelitian Sirate (2012) yang menyimpulkan

bahwa penerapan etnomatematika sebagai sarana untuk memotivasi, menstimulasi

peserta didik, dapat mengatasi kejenuhan dan kesulitan dalam belajar matematika.

2.3 Kerangka Berpikir

Keberhasilan siswa setelah dilakukannya pembelajaran dapat dilihat dari hasil

belajar siswa. Hasil belajar siswa yang terdiri dari pemahaman konsep, penalaran, dan

pemecahan masalah merupakan aspek berpikir matematika yang sangat penting.

Salah satu hal yang penting dalam proses pembelajaran matematika, banyak siswa

mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah sehingga hasil belajar yang dicapai

Page 72: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

50

tidak memuaskan. Kesulitan ini muncul karena paradigma bahwa jawaban akhir

sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk kemampuan

merupakan salah satu bentuk berpikir matematika tingkat tinggi karena dalam

kegiatan pemecahan masalah terangkum kemampuan matematika lainnya seperti

penerapan aturan pada masalah yang tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian

pemahaman konsep maupun komunikasi matematika. Secara garis besar langkah-

langkah pemecahan masalah menurut Polya (1973) yakni understanding the problem

(memahami masalah), devising a plan (merencanakan penyelesaian), carrying out the

plan (melaksanakan rencana penyelesaian), dan looking back (memeriksa kembali

proses dan hasil).

Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari pendidikan

matematika, karena penting bagi guru untuk mengetahui kemampuan pemecahan

masalah siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan khususnya soal uraian.

Seorang guru harus dapat merencanakan dan melaksanakan suatu model

pembelajaran yang tepat terhadap suatu materi, sehingga pada saat proses

pembelajaran di kelas guru dapat berperan sebagai fasilitator dan pembimbing bagi

siswa. Sementara itu siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran,

bukan hanya sekadar menerima pelajaran dari guru. Model Problem Based Learning

memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang

Page 73: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

51

mereka miliki dalam dunia nyata. Hal ini akan memudahkan siswa dalam menguasai

konsep-konsep yang dipelajari karena masalah yang diberikan adalah masalah yang

berkaitan dengan dunia nyata.

Model Problem Based Learning menekankan adanya aktivitas pembelajaran

yang aktif dari siswa dalam bentuk kerjasama dalam kelompok di mana guru

berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan bekerjas secara berkelompok

akan membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Di samping itu dengan pemebelajaran

Problem Based Learning akan melatih siswa sebagai pemecah masalah yang bisa

bekerja sama dengan sesama siswa, mendorong untuk mampu memehami masalah,

merencanakan strategi pemecahan masalah, mampu melaksanakan strategi

pemecahan masalah yang telah diperoleh dan memeriksa kembali solusi dari

pemecahan masalah tersebut. Jadi dalam proses pembelajaran matematika dengan

menggunakan model Problem Based Learning dapat mendorong siswa terlibat aktif

dalam pembelajaran melalui kegiatan mengajak siswa untuk memecahkan suatu

permasalahan.

Selain penerapan model pembelajaran yang tepat, dalam pembelajaran

berbasisi etnomatematika. Dengan pembelajaran bernuansa etnomatematika, konsep-

konsep matematika dapat dikaji dalam praktik-praktik budaya. Wahyuni et al. (2013)

menyatakan bahwa dengan menerapkan etnomatematika dalam pembelajaran

Page 74: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

52

dikaitkan secara langsung dengan budaya mereka yang merupakan aktivitas sehari-

hari dalam bermasyarakat. Dengan memahami materi matematika, siswa dapat

menguasai konten atau materi yang diajarkan kemudian siswa dapat menerapkan

pengetahuan matematika yang dikuasainya untuk memecahkan masalah. Dengan

adanya pemberian masalah yang bernuansa budaya wilayah setempat tersebut

diharapkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model PBL bernuansa

etnomatematika lebih baik dari kemampuan pemecahan masalah siswa dengan

pembelajaran model ekspositori.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritik dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Model PBL bernuansa etnomatematika terhadap kemampuan pemecahan

masalah siswa kelas VII pada materi segiempat efektif.

Page 75: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

256

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis kemampuan

pemecahan masalah pada siswa kelas VII melalui apliksi model Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika.

(1) Pembelajaran model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika

terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa adalah efektif.

a. Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII pada sub materi persegi

panjang dan persegi dengan model Problem Based Learning bernuansa

etnomatematika mencapai ketuntasan klasikal.

b. Rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII pada sub

materi persegi panjang dan persegi dengan model Problem Based Learning

bernuansa etnomatematika lebih baik daripada rata-rata hasil tes kemampuan

pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.

c. Rata-rata skor angket sikap cinta budaya lokal sesudah pembelajaran

menggunakan model Problem Based Learning bernuansa etnomatematika

lebih baik daripada rata-rata skor angket sikap cinta budaya lokal sebelum

pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning bernuansa

Page 76: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

257

etnomatematika, artinya pembelajaran menggunakan model Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika dapat meningkatkan sikap cinta budaya

lokal.

(2) Kemampuan pemecahan masalah tahap Polya dengan menggunakan Problem

Based Learning bernuansa etnomatematika pada setiap tingkat kemampuan

yaitu.

a. Siswa kemampuan tingkat tinggi yang diambil dari sampel yaitu dapat

memahami masalah dengan baik, dapat membuat rencana dengan baik,

dapat melaksanakan rencana dengan baik, dan dapat melihat kembali

dengan baik.

b. Siswa kemampuan tingkat sedang yang diambil dari sampel yaitu dapat

memahami masalah dengan baik, dapat membuat rencana dengan baik,

masih kurang dalam melaksanakan rencana, dan masih kurang dalam

melihat kembali.

c. Siswa kemampuan tingkat rendah yang diambil dari sampel yaitu masih

kurang dalam memahami masalah, masih kurang dalam membuat rencana,

masih kurang dalam melaksanakan rencana, dan masih kurang dalam

melihat kembali.

Page 77: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

258

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis kemampuan

pemecahan masalah pada siswa kelas VII melalui apliksi model Problem Based

Learning bernuansa etnomatematika, saran yang dapat direkomendasikan peneliti

adalah sebagai berikut.

(1) Guru dapat memanfaatkan budaya lokal sebagai sumber belajar agar

pembelajaran bersifat kontekstual dan dapat menumbuhkan kecintaan serta

kepedulian siswa terhadap budaya.

(2) Guru dapat menerapkan model PBL bernuansa etnomatematika. Karena dengan

penerapan model tersebut dapat memunculkan rasa percaya diri siswa serta

meningkatkan sikap cinta budaya lokal yang pada akhirnya dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah.

(3) Guru dapat menerapkan model PBL bernuansa etnomatematika dengan

membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen, agar siswa dapat

terlibat aktif dalam proses pembelajaran khususnya dalam pemecahan masalah.

Page 78: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

257

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Akinoglu, O. dan R.O. Tandogan. 2007. The Effect of Problem Based Active

Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude

and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathemathics, science & Technology Education, 3(1): 71-8.

Azwar, S. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Branca, N.A. (1980). “Problem Solving as A Goal, Process and Basic Skill”, dalam

Problem Solving in School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Carson, J. 2007. A Problem With Problem Solving: Teaching Thingking Without

Teaching Knowledge. The Mathematics Educator Journal, 17 (2), 7-14.

D’Ambrosio, U. (1985). Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy

of mathematics. For the Learning of Mathematics, 5(1), 44-48.

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Effendi, Leo Adhar. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan

Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan. 13 (2)

Elementer melalui Problem Based Learning. Jurnal Cakrawala Pendidikan.

XXXI (2)

Fatimah, Fatia. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran

Statistika Elementer melalui Problem Based Learning. Jurnal Cakrawala

Pendidikan. XXXI (2)

Fujiati I. & Z. Mastur. 2014. Keefektifan Model POGIL Berbantuan Alat Peraga

Berbasis Etnomatematika terhadap Kemampuan Komonikasi Matematis.

Unnes Journal of Mathematics Education, 3(3): 175-180.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Page 79: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

258

Herlambang, 2013. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hielle. Tesis. Bengkulu: PPS Universitas Bengkulu.

Hudojo, Herman. (1998). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Khoiri, W. et.al. 2013. Problem Based Learning Berbantuan Multimedia dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Universitas Negeri Semarang. Unnes Journal of Mathematics Education 2 (1) 2013.

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013.

Bandung: Yrama Widya.

Kusni, dkk. 2003. Geometri Dasar. Hand Out Perkuliahan Mahasiswa S1 pada

Program Studi Pendidikan Matematika. Semarang: Unnes.

Mahendru, P. dan D.V. Mahindru. 2011. Problem-Based Learning: Influence on

Students’ Learning in an Electronics & Communication Engineering Course.

Global Journals Inc. (USA), 11(1): 1-10.

Moleong, J. L. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

NCTM (National Council of Teacher of Mathematics). 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: Author.

Polya, G. 1973. How to Solve It (2nd ed.). New Jersey: Princeton University Press.

Tersedia di http://notendur.hi.is/hei2/teaching/Polya_HowToSolveIt.pdf

Rifa’i, A. & Anni, C.T. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri

Semarang Press.

Rifa’i, A. & Tri, A.C. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan

MKU-MKDK Unnes

Rosa, M. & Orey, D. C. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2). 32-54

Page 80: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

259

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA (edisi revisi). Bandung : Tarsito.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Saad, N.S. & Ghani, A. S. 2008. Teaching Mathematics in Secondary School:

Theories and Practices. Perak: Universiti Pendidikan Sultan Idris.

Sanjaya. W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Bandung: Kencana Prenada Media.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana

Schoenfeld, H.A. (1992). Mathematical Thinking and Problem Solving. New Jersey:

Lawrence Erlbaum Assosiates Publishers.

Sirate, F. S. 2009. Implementasi Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika

pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar. Jurnal Lentera Pendidikan Vol 15

No. 1.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, H.E. et. al. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Jurusan Pendidikan Matematika. Bandung : JICA Sukestiyarno. 2012. Statistika Dasar. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Syaiful. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika melalui

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Jurnal Edumatica. 2 (1) : 36-44

Page 81: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA …lib.unnes.ac.id/32079/1/4101412170.pdf · Mudlofir, MM Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Semarang 9. Marjoko, M.Pd guru matematika MTs

260

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka.

Wahyuni, A., A. A. W. Tias, & B. Sani. 2013. Peran Etnomatematika dalam

Membangun Karakter Bangsa. Prosiding Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yoyakarya: Universitas Negeri Yogyakarta.

Wardhani, S. 2010. Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika di SMP/ MTs. Makalah dipresentasikan pada Diklat Guru Pemandu/ Guru Inti/ Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar Tahun 2010.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Yumiati. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa SMPN 9

Pamulang. Jurnal Pendidikan Vol.1. Program Studi Pendidikan Matematika

STKIP Bandung.