14
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 1 ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI CEREMAI DI KECAMATAN CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN 1 Asep Zaenudin, 2 Iwan Setiawan (Penulis Penanggung Jawab), 3 Yakub Malik (Penulis Penanggung Jawab) 1 Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS UPI, email: [email protected] 2 Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS UPI, email: [email protected] 3 Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS UPI, email: [email protected] ABSTRAK Gunung Ceremai merupakan gunungapi aktif tertinggi di Jawa Barat, dan masih berpotensi untuk meletus kembali dengan tipe letusan berupa eksplosif berskala menengah. Oleh karena itu untuk meminimalisir dampak dari bencana tersebut perlu mempersiapkan prosedur mitigasi bencana, menganalisis tingkat kerentanan bencana sangat berkaitan dengan upaya mitigasi yang tepat untuk mengurangi dampak yang akan terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan fisik bangunan, sosial kependudukan, ekonomi serta tingkat kerentanan bencana letusan gunungapi ceremai di Kecamatan Cilimus. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kerana data yang digunakan bersumber dari data primer dan data sekunder. Indikator dalam penelitian ini yaitu kerentanan fisik bangunan yang terdiri dari kawasan terbangun, kawasan pertanian dan kepadatan bangunan. Kerentanan sosial kependudukan yang terdiri dari kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, penduduk perempuan, kelompok masyarakat rentan. Kerentanan ekonomi yang terdiri penduduk miskin atau keluarga pra sejahtera dan pekerja di bidang pertanian. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik survey, sedangkan untuk menghitung tingkat kerentanan bencana menggunakan teknik analisis nilai baku dari setiap indikator kerentanan. Hasil penelitian menunjukan kerentanan fisik bangunan, kerentanan sosial kependudukan, kerentanan ekonomi serta tingkat kerentanan bencana letusan gunungapi ceremai di Kecamatan Cilimus termasuk ke dalam klasifikasi sedang dengan nilai baku masing-masin 2,00, 1,97, 2,00, dan 1,99. Namun walaupun tingkat kerentanan bencana letusan gunungapi ceremai temasuk ke dalam klasifikasi sedang, tetap perlu diadakannya sosialisasi tentang kebencanaan serta mitigasi bencana untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan kebencanaan penduduk serta untuk meminimalisir dampak yang mungkin terjadi dari letusan gunungapi ceremai. Kata kunci: Mitigasi, Kerentanan, Bencana, Gunungapi, Kecamatan Cilimus.

ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 1

ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI CEREMAI DI KECAMATAN CILIMUS KABUPATEN KUNINGAN

1Asep Zaenudin, 2Iwan Setiawan (Penulis Penanggung Jawab),

3Yakub Malik (Penulis Penanggung Jawab) 1Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS UPI, email: [email protected]

2Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS UPI, email: [email protected] 3Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS UPI, email: [email protected]

ABSTRAK

Gunung Ceremai merupakan gunungapi aktif tertinggi di Jawa Barat, dan masih berpotensi

untuk meletus kembali dengan tipe letusan berupa eksplosif berskala menengah. Oleh karena itu

untuk meminimalisir dampak dari bencana tersebut perlu mempersiapkan prosedur mitigasi bencana,

menganalisis tingkat kerentanan bencana sangat berkaitan dengan upaya mitigasi yang tepat untuk

mengurangi dampak yang akan terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

kerentanan fisik bangunan, sosial kependudukan, ekonomi serta tingkat kerentanan bencana letusan

gunungapi ceremai di Kecamatan Cilimus. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kerana

data yang digunakan bersumber dari data primer dan data sekunder. Indikator dalam penelitian ini

yaitu kerentanan fisik bangunan yang terdiri dari kawasan terbangun, kawasan pertanian dan

kepadatan bangunan. Kerentanan sosial kependudukan yang terdiri dari kepadatan penduduk, laju

pertumbuhan penduduk, penduduk perempuan, kelompok masyarakat rentan. Kerentanan ekonomi

yang terdiri penduduk miskin atau keluarga pra sejahtera dan pekerja di bidang pertanian. Teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik survey, sedangkan untuk menghitung tingkat

kerentanan bencana menggunakan teknik analisis nilai baku dari setiap indikator kerentanan. Hasil

penelitian menunjukan kerentanan fisik bangunan, kerentanan sosial kependudukan, kerentanan

ekonomi serta tingkat kerentanan bencana letusan gunungapi ceremai di Kecamatan Cilimus

termasuk ke dalam klasifikasi sedang dengan nilai baku masing-masin 2,00, 1,97, 2,00, dan 1,99.

Namun walaupun tingkat kerentanan bencana letusan gunungapi ceremai temasuk ke dalam

klasifikasi sedang, tetap perlu diadakannya sosialisasi tentang kebencanaan serta mitigasi bencana

untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan kebencanaan penduduk serta untuk meminimalisir

dampak yang mungkin terjadi dari letusan gunungapi ceremai.

Kata kunci: Mitigasi, Kerentanan, Bencana, Gunungapi, Kecamatan Cilimus.

Page 2: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

2 | Asep Zaenuddin, dkk.

Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunungapi Ciremai…

DISASTER VULNERABILITY ANALYSIS OF CEREMAI VOLCANIC

ERUPTION IN CILIMUS DISTRICT KUNINGAN REGENCY

ABSTRACT Ciremai Mountain is is the highest active volcanic activity report in West Java, and still has

the potential to erupt again with the type of explosive eruptions of a medium. Therefore, to minimize

the impact of such disasters disaster mitigation procedures need to prepare, analyze the level of

vulnerability of disaster is very concerned with the proper mitigation efforts to reduce the impact

that will occur. The purpose of this research is to know the physical vulnerability of buildings,

population, economic and social levels of disaster vulnerability eruption volcanic activity report

ceremai in Sub-district of Cilimus. This research uses descriptive method, because the data used are

sourced from primary data and secondary data. The indicators in this study i.e. the physical

vulnerability of buildings comprising the area woke up, agricultural areas and a density of buildings.

Social vulnerability of population density, population growth rate, the population of women,

vulnerable groups of people. The economic vulnerability of the population poor or prosperous and

prefamily worker in agriculture. Data collection techniques are used namely survey, whereas to

calculate the level of disaster vulnerability analysis techniques using the raw value of any indicator

of vulnerability. The results showed the vulnerability of physical buildings, social vulnerability of

population, economic vulnerability and disaster vulnerability level eruption volcanic activity report

ceremai in Sub-district of Cilimus included in the classification of being with a value of raw salt each

2.00, 1.97, 2.00, and 1.99. However, although the level of vulnerability of eruption volcanic activity

report ceremai included into the classification of the medium, still need continuous socialization of

disaster and disaster mitigation to increase awareness and knowledge of residents of the disaster as

well as to minimize the impact that may result from an eruption of volcanic activity report ceremai.

Keywords: Mitigation, Vulnerability, Disaster, Volcano, Sub-district of Cilimus.

Page 3: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 3

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang

memiliki potensi bencana geologi yang

sangat besar salah satunya adalah letusan

gunungapi, fakta bahwa besarnya potensi

bencana geologi di Indonesia dapat dilihat

dari letak Indonesia yang berada pada

jalur gunungapi dunia. Berdasarkan data

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi (PVMBG), Indonesia memiliki

13% jumlah gunung api yang ada di dunia

yaitu 129 gunungapi, selain itu 60% dari

jumlah gunungapi yang tersebar di

Indonesia merupakan gunungapi yang

memiliki potensi letusan yang cukup

besar.

Berdasarkan catatan direktorat

vulkanologi Indonesia gunungapi ceremai

termasuk kedalam klasifikasi tipe A yang

artinya gunungapi ceremai termasuk

dalam klasifikasi gunung api yang masih

aktif, dengan karakteristik letusan berupa

eksplosif berskala menengah. Gunungapi

ceremai pernah meletus sebanyak 7 kali

sejak tahun 1600 dan terakhir tercatat

meletus pada tahun 1937-1938 (24 juni

1937 – 7 januari 1938), ada letusan preatik

dari kawah pusat dan letusan celah radial.

Kusumadinata (1997) mencantumkan

pula peta penyebaran abu tahun 1937-

1938 aialah seluas lk 52.500 km2. Periode

letusan gunung ceremai sendiri terpendek

selama 3 tahun dan terpanjang selama 112

tahun, sehingga saat ini gunungapi

ceremai telah beristirahat selama 75 tahun.

Berdasarkan data geologi

(Situmorang dkk, 1995 dalam suhadi

2007) diketahui bahwa potensi erupsi

gunung ceremai terdiri dari awan panas,

aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu

lebat, lahar, dan kemungkinan erupsi

samping berupa lava, scoria cone atau

pembentukan maar. Data geologi

menunjukan bahwa sebaran awan panas

cukup jauh dan lahar disekitar gunungapi

ceremai juga sebarannya luas.

Kecamatan Cilimus merupakan

salah satu kecamatan yang berpotensi

terkena dampak dari bencana letusan

gunungapi ciremai karena letaknya yang

berada pada lereng dan kaki gunungapi

ciremai, Kecamatan Cilimus juga

merupakan kecamatan yang berada pada

jalur aliran lahar hujan dan berpotensi

terkena lontaran batu pijar dari letusan

gunungapi ceremai. Melihat hal tersebut

sudah seharusnya pemerintah dan badan

terkait melakukan mitigasi bencana untuk

mengurangi risiko bencana yang akan

terjadi, seperti yang tecantum dalam UU

Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana untuk

menghadapi kemungkinan bencana yang

akan datang. Proses mitigasi bencana

adalah usaha untuk mengurangi atau

menekan nilai risiko bencana, hal yang

perlu di perhatikan dalam risiko bencana

adalah ancaman, kerentanan dan

kapasitas. Salah satu bentuk mitigasi

untuk meminimalisir dampak korban

letusan gunungapi yaitu dengan

mengetahui karakteristik wilayah untuk

mengetahui tingkat kerawanan terhadap

bencana. Pengukuran tingkat kerentanan

bencana letusan gunungapi sangat

berkaitan dengan upaya mitigasi yang

tepat sehingga dampak yang ditimbulkan

dapat dikurangi.

Penelitian ini menyajikan proses

identifikasi tingkat kerentanan becana

letusan Gunungapi Ceremai di wilayah

penelitian sebagai salah satu upaya

mitigasi. Selanjutnya metodologi unyuk

menjawab tujuan studi akan dibahas

dalam metode penelitian. Hasil temuan

akan memberikan gambaran tentang

tingkat kerentanan bencana letusan

gunungapi ceremai di wilayah penelitian.

Pada akhir penulisan, kesimpulan dari

penelitian ini akan memberikan

rekomendasi terkait upaya mitigasi

maupun rekomendasi untuk pihak-pihak

terkait. Tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk 1. Menganalisis kerentanan fisik

bangunan di Kecamatan Cilimus, 2.

Menganalisis kerentanan sosial

kependudukan di Kecamatan Cilimus, 3.

Page 4: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

4 | Asep Zaenuddin, dkk.

Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunungapi Ciremai…

Menganalsis kerentanan ekonomi di

Kecamatan Cilimus, serta 4. Menganalisis

tingkat kerentanan bencana letusan

gunungapi ciremai di Kecamatan Cilimus.

Ancaman adalah “kondisi bahaya

atau kejadian yang memiliki potensi

melukai, menyebabkan kematian,

merusak harta milik, fasilitas, pertanian,

dan lingkungan” (Boli dkk, 2004: 12).

Berdasarkan asalnya, ancaman terdiri atas

ancaman alami dan ancaman tidak alami.

Ancaman alami merupakan yang bersifat

meteorologis, geologis, biologis, dan dari

luar angkasa. Ancaman tidak alami adalah

ancaman yang dibuat manusia atau

teknologi, sedangkan Winaryo (2008: 12)

mengemukakan ancaman bencana adalah:

“Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa

menimbulkan bencana. Ancaman

merupakan salah satu faktor yang paling

mempengaruhi risiko bencana di suatu

daerah”.

Berdasarkan PP No. 4 tahun 2008

tentang pedoman penyusunan rencana

penanggulangan bencana, pengertian

bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor nonalam

maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis.

“Bencana dapat disebabkan oleh kejadian

alam (natural disaster) maupun oleh ulah

manusia (man-made disaster)” (UNDP,

2006: 4).

Menurut United States Agency for

International Development (2009: 10),

yang dimaksud dengan risiko bencana

adalah: “Kemungkinan terjadinya

kerugian pada suatu daerah akibat

kombinasi dari bahaya, kerentanan, dan

kapasitas dari daerah yang bersangkutan.

Pengertian yang lebih mudah dari risiko

adalah besarnya kerugian yang mungkin

terjadi (korban jiwa, kerusakan harta, dan

gangguan terhadap kegiatan ekonomi)

akibat terjadinya suatu bencana”,

sedangkan berdasarkan PP No. 4 tahun

2008 tentang pedoman penyusunan

rencana penanggulangan bencana

pengertian risiko bencana adalah “potensi

kerugian yang ditimbulkan akibat bencana

pada suatu wilayah dan kurun waktu

tertentu yang dapat berupa kematian, luka,

sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,

mengungsi, kerusakan atau kehilangan

harta, dan gangguan kegiatan

masyarakat”.

Kerentanan adalah sebuah kondisi

yang mengurangi kemampuan manusia

untuk menyiapkan diri, atau mempelajari

kerawanan ataupun bencana. Menurut

United States Agency for International

Development (2009: 9) kerentanan adalah

“rangkaian kondisi yang menentukan

apakah suatu bahaya (baik bahaya alam

maupun bahaya buatan) yang terjadi akan

dapat menimbulkan bencana”, sedangkan

Winaryo (2008: 4) mengemukakan bahwa

kerentanan / kerawanan adalah: “Suatu

keadaan yang ditimbulkan oleh kegiatan

manusia (hasil dari proses-proses fisik

sosial, ekonomi, lingkungan) yang

mengakibatkan peningkatan kerawanan

masyarakat terhadap bencana. Kerentanan

dapat dilihat dari beberapa aspek, antara

lain kerentanan infastruktur dan

kerawanan sosial demografis. Kerentanan

infrastruktur menggambarkan kondisi dan

jumlah bangunan infrastruktur pada

daerah terancam”.

Bersadarkan arahan kebijakan

mitigasi bencana perkotaan Indonesia oleh

sekretariat BAKORNAS PBP tahun 2002,

tingkat kerentanan (vulnerability)

perkotaan di Indonesia adalah suatu hal

yang penting untuk diketahui sebagai

salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya ‘bencana alami’

karena bencana baru akan terjadi bila

‘bahaya alam’ terjadi pada “kondisi yang

rentan”, seperti yang dikemukakan

Awotona (1992: 1-2) “….. Natural

Page 5: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 5

disasters are the interaction berween

natural hazards and vulnerable

condition”. Tingkat kerentanan dapat

ditinjau dari kerusakan fisik, sosial

kependudukan, ekonomi.

METODE PENELITIAN

Secara geografis G. Ceremai

terletak pada koordinat 108o20’ – 108o40’

BT dan 6o40’ – 6o58’ LS, sedangkan

secara administratif gunungapi ini berada

di tiga wilayah kabupaten yaitu

Kabupaten Cirebon, Kabupaten

Kuningan, dan Kabupaten Majalengka,

dengan ketinggian 3078 mdpl G. Ceremai

merupakan gunung tertinggi yang berada

di jawa barat. Kecamatan Cilimus

merupakan kecamatan yang berada di

Kabupaten Kuningan. Secara geografis

Kecamatan Cilimus berada pada koordinat

108o28’05’’ - 108o30’00 BT’’ dan

6o51’08’’ - 6o53’18’’ LS, kecamatan ini

mencakup tiga belas desa. Secara

administrasi Kecamatan Cilimus

Kabupaten Kuningan berbatasan dengan

beberapa daerah, yaitu: 1. Sebelah barat

berbatasan dengan Kecamatan

Mandirancan, 2. Sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Beber, Kabupaten

Cirebon, 3. Sebelah timur berbatasan

dengan Kecamatan Cigandamekar, 4.

Sebelah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Jalaksana.

Metode penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode deskriptif. Menurut

Tika (2005: 6) metode deskriptif adalah

“metode yang lebih mengarah pada

pengungkapan fakta-fakta yang ada,

walaupun kadang-kadang di berikan

interprestasi dan analisis”, data yang

diperoleh yang diperoleh dalam penelitian

ini berdasarkan sumber data primer dalam

bentuk dokumentasi foto untuk beberapa

indikator dan data sekunder tentang fisik

bangunan, sosial kependudukan dan

ekonomi, oleh karena itu berdasarkan

beberapa pendapat di atas, maka penulis

memilih untuk menggunakan metode

analisis deskriptif, karena sesuai dengan

permasalahan yang akan diteliti oleh

penulis.

Dalam penelitian ini kerentanan

bencana terbagi menjadi 3 aspek

kerentanan yaitu: kerentanan fisik

bangunan dengan indikator yaitu

persentase luasan kawasan terbangun,

persendase luasan kawasan pertanian, dan

kepadatan bangunan. kerentanan sosial

kependudukan dengan indikator yaitu

kepadatan penduduk, laju pertumbuhan

penduduk, penduduk usia lebih dari 65

tahun dan kurang dari 5 tahun, serta

penduduk perempuan. kerentanan

ekonomi dengan indikator yaitu

persentase penduduk miskin (keluarga pra

sejahtera) dan pekerja di bidang pertanian.

Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis

menggunakan nilai indeks risiko

kebencanaan, namun dalam hal ini hanya

di ambil analisis kerentanannya saja.

Analisis nilai indeks risiko kebencanaan

ini digunakan untuk mengetahui nilai

baku kerentanan indikator.

Untuk menentukan nilai baku

indikator penelitian ini menggunakan

standarisasi nilai indikator, standarisasi ini

dimaksudkan untuk menghasilkan nilai

baku, sehingga dapat dilakukan

perhitungan matematis dengan indicator

yang lain dengan model standarisasi yang

digunakan untuk indikator yang nilainya

bersesuaian dengan risiko bencana. Dalam

penelitian ini menggunakan model

standarisasi nilai baku Davison (1997)

yaitu dengan formula berikut:

X’ij =Xij − (X1 − 2Si)

Si

(Davison, 1997 ∶ 127)

Keterangan:

X’ij = Nilai yang sudah dibakukan untuk

sub indikator i di desa j

Page 6: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

6 | Asep Zaenuddin, dkk.

Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunungapi Ciremai…

Xij = Nilai yang belum di bakukan

untuk sub indikator i di desa j

X1 = Nilai rata-rata untuk sub indikator

i di Kecamatan Cilimus

Si = Standar deviasi untuk sub

indikator i

Setelah diketahui nilai baku

masing-masing indikator selanjutnya

menentukan nilai untuk aspek kerentanan

dan kerentanan bencana leusan

gunungapi ceremai dalam penelitian ini

mengguakan formula berikut:

𝑉 = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3

𝑛

(Firmansyah, 1998 ∶ 167)

Keterangan:

V = Kerentanan (Vulnerability)

X1 = Nilai baku aspek kerentanan atau

indikator kerentanan X1

X2 = Nilai baku aspek kerentanan atau

indikator kerentanan X2

X3 = Nilai baku aspek kerentanan atau

indikator kerentanan X3

n = Jumlah indicator

Setelah diketahui nilai baku

kerentanan bencana kemudian untuk

menentukan tingkat kerentanan, nilai

baku kerentanan diklasifikasikan menjadi

tiga kelas (rendah, sedang, tinggi) dengan

menggunakan formula (Saputra dan

Wiratnawati, 2006: 3) sebagai berikut:

𝑁𝑖 = 𝑁𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑁𝑀𝑖𝑛

𝐽𝑘

Keterangan:

Ni = Nilai interval

NMaks = Nilai maksimum

NMin = Nilai minimum

Jk = Jumlah kelas

Setelah diketahui nilai interval,

selanjutnya menyusun interval kelas

untuk menentukan klas tingkat

kerentanan bencana letusan gunungapi

ceremai di Kecamatan Cilimus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat kerentanan bencana letusan

gunungapi di Kecamatan Cilimus adalah

hasil akumulasi nilai baku dari setiap

aspek kerentanan yaitu kerentanan fisik,

kerentanan sosial kependudukan, dan

kerentanan sosial. Berikut akan dijabarkan

analisis masing-masing aspek kerentanan

dan indikatornya di Kecamatan Cilimus.

Kerentanan Fisik Bangunan

Kerentanan fisik bangunan

merupakan kerentanan yang dilihat dari

aspek fisik bangunan suatu daerah, yaitu

yang berkaitan dengan infrastruktur

maupun yang benda mati yang akan

mengalami kerusakan apabila terjadi, hal

ini juga dapat benda, infrastruktur,

maupun lahan yang dibuat atau yang

dihasilkan oleh aktifitas manusia. Untuk

mengetahui tingkat kerentanan fisik

bangunan di Kecamatan Cilimus terlebih

dahulu harus mengetahui nilai baku dari

masing-masing indikator yang termasuk

kedalam aspek kerentanan fisik bangunan

yaitu persentase luasan kawasan

terbangun, persentase luasan kawasan

pertanian dan kepadatan bangunan.

Page 7: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 7

Tabel 1

Kerentanan Fisik Bangunan di Kecamatan Cilimus

No Desa

Persentase

Luasan

Kawasan

Terbangun

Persentase

Luasan

Kawasan

Pertanian

Kepadatan

Bangunan

Kerentanan

Fisik

Bangunan

Klasifikasi

1. Cilimus 4,29 -0,20 4,80 2,96 Tinggi

2. Caracas 3,12 0,76 3,11 2,33 Sedang

3. Bojong 1,38 2,82 2,54 2,25 Sedang

4. Sampora 1,95 2,24 2,26 2,15 Sedang

5. Bandorasa Wetan 1,55 2,57 1,70 1,94 Sedang

6. Bandorasa Kulon 1,09 3,08 1,70 1,96 Sedang

7. Linggajati 3,49 0,51 2,26 2,09 Sedang

8. Linggasana 2,27 1,72 1,41 1,80 Rendah

9. Linggamekar 1,14 3,04 1,41 1,86 Rendah

10. Linggaindah 1,42 2,80 1,13 1,78 Rendah

11. Setianegara 0,77 2,17 1,13 1,36 Rendah

12. Kaliaren 1,55 2,57 1,41 1,84 Rendah

13. Cibeureum 1,98 1,91 1,13 1,67 Rendah

Rata-Rata 2 2 2 2 Sedang

Sumber: Hasil Penelitian 2013

Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat

kerentanan fisik bangunan di Kecamatan

Cilimus termasuk kedalam kategori

sedang. Masih cukup luasnya penggunaan

lahan pertanian dan perkebunan menjadi

indikator yang perlu di perhatikan karena

berhubungan dengan tempat aktivitas

kerja penduduk yang sebagian besar

bekerja di bidang pertanian yang tentunya

rentan terhadap bencana letusan

gunungapi. Berkembangnya pemukiman

di daerah lereng dan kaki gunung juga

perlu menjadi perhatian karena dapat

meningkatkan kerentanan suatu wilayah

terhadap bencana. Oleh karena itu perlu

adanya sosialisasi mengenai bahaya

tinggal di daerah yang memiliki potensi

bencana khususnya bencana letusan

gunungapi, serta sosialisasi mengenai

mitigasi bencana perlu di berikan melalui

berbagai media agar penduduk yang

tinggal di daerah yang berpotensi bencana

menyadari resiko dan cara mengatasi dan

menghadapi bencana saat bencana itu

terjadi. Berdasarkan hasil penelitian,

tingkat kerentanan fisik bangunan

bencana letusan gunungapi ceremai di

Kecamatan Cilimus secara umun

termasuk kedalam klasifikasi sedang

dengan nilai baku 2,00. Hasil penelitian

dari setiap indikator menunjukan beberapa

desa memiliki persentase dan nilai baku

yang tinggi untuk setiap indikator.

Pertama yaitu indikator persentase luasan

kawasan terbangun berhubungan dengan

perkembangan sarana dan prasarana dan

aktivitas penduduk, nilai baku yang tinggi

berada pada Desa Cilimus, Desa Caraca,

Desa Linggajati, dan Desa Linggasana,

hal ini menunjukan desa-desa tersebut

lebih berkembang sarana dan prasarana

dan aktivitas penduduk dibandingkan

dengan desa lainnya. Kedua indikator

persentase luasan kawasan pertanian,

dimana hal ini akan berhubungan dengan

aktivitas penduduk yang bermata

pencaharian di bidang pertanian, dari hasil

penelitian hampir semua desa memiliki

persentase lebih dari 50% yang artinya

sebagian besar penggunaan lahan di setiap

desa didominasi dengan penggunaan

lahan pertanian dan perkebunan. Dan yang

ketiga adalah kepadatan bangunan,

kepadatan bangunan di setiap desa.

Page 8: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

8 | Asep Zaenuddin, dkk.

Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunungapi Ciremai…

Kerentanan Sosial Kependudukan

Kerentanan sosial kependudukan adalah

kerentanan yang berkaitan dengan

karakteristik penduduk. Untuk

mengetahui tingkat kerentanan sosial

kependudukan, maka harus diketahui

terlebih dahulu nilai baku dari setiap

indikator kerentanan sosial kependudukan

yang terdiri atas kepadatan penduduk,

penduduk perempuan, penduduk lanjut

usia dan dibawah usia lima tahun, dan laju

pertumbuhan penduduk. Berikut nilai

baku setiap indikator setelah dilakukan

perhitungan serta nilai kerentanan sosial

kependudukan di Kecamatan Cilimus.

Tabel 2

Kerentanan Sosial Kependudukan di Kecamatan Cilimus

No Desa Kepadatan

Penduduk

Laju

pertumbuhan

penduduk

Penduduk

Lansia

dan Balita

Penduduk

Perempuan

Kerentanan

Sosial

Kependudukan Klasifikasi

1. Cilimus 4,22 5,13 1,67 1,23 3,06 Tinggi

2. Caracas 2,97 1,53 0,76 0,84 1,53 Rendah

3. Bojong 3,46 1,63 1,37 1,26 1,93 Sedang

4. Sampora 1,95 1,51 1,02 0,92 1,35 Rendah

5. Bandorasa

Wetan 2,15 1,59 1,75 1,46 1,74 Rendah

6. Bandorasa

Kulon 1,56 2,89 2,56 1,86 2,22 Sedang

7. Linggajati 2,15 1,43 3,25 4,88 2,93 Tinggi

8. Linggasana 1,37 1,81 1,21 2,19 1,65 Rendah

9. Linggamekar 1,37 2,07 1,68 1,84 1,74 Rendah

10. Linggaindah 1,66 1,58 1,38 1,51 1,53 Rendah

11. Setianegara 1,12 1,40 2,96 1,64 1,78 Rendah

Page 9: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 9

No Desa Kepadatan

Penduduk

Laju

pertumbuhan

penduduk

Penduduk

Lansia

dan Balita

Penduduk

Perempuan

Kerentanan

Sosial

Kependudukan Klasifikasi

12. Kaliaren 1,77 2,24 1,94 2,18 2,03 Sedang

13. Cibeureum 0,25 1,19 4,45 2,67 2,14 Sedang

Rata-Rata 2 2 2 1,88 1,97 Sedang

Sumber: Hasil Penelitian 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat

kerentanan sosial kependudukan di

Kecamatan Cilimus termasuk dalam

kategori sedang. Namun demikian

walaupun tingkat kerentanan sosial

kependudukan termasuk tetap dapat

manimbulkan korban jiwa yang cukup

banyak, karena indikator perempuan yang

dianggap lebih rentan memiliki persentase

yang cukup besar serta indikator

penduduk lansia dan balita yang rentan

terdahap bencana di beberapa desa

memiliki persentase yang cukup tinggi.

Sehingga perlu mendapat perioritas yang

lebih saat proses evakuasi saat bencana

letusan gunungapi terjadi. Laju

pertumbuhan penduduk dan kepadatan

penduduk juga perlu mendapat perhatian

yang lebih karena indikator ini juga

memiliki pengaruh yang besar terhadap

kerentanan, oleh karena itu laju

pertumbuhan penduduk dah kepadatan

penduduk perlu dikurang guna menekan

tingkat kerentanan suatu daerah.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat

kerentanan sosial kependudukan di

Kecamatan Cilimus termasuk kedalan

klasifikasi sedang dengan nilai baku 1,97.

Berdasarkan setiap indikator dari aspek

kerentanan sosial kependudukan ini

beberapa desa memiliki persentase dan

nilai beku yang tinggi dibandingkan desa

lainnya. Dilihat dari indikator kepadatan

penduduk, Kecamatan Cilimus memiliki

kepadatan penduduk yang sangat padat

hal ini dapat memicu banyaknya korban

jiwa apabila terjadi bencana letusan

gunungapi ceremai. Indikator laju

pertumbuhan penduduk juga perlu

diperhatikan karena berhubungan dengan

kepadatan dan jumlag penduduk, desa-

desa yang memiliki persentase yang lebih

tinggi dibandingkan dengan desa lainnya,

seperti Desa Cilimus, Desa Bandorasa

Kulon, dan Desa Kaliaren tentunya hal ini

dapat menghambat proses evakuasi saat

bencana terjadi. Indikator penduduk lansia

dan balita tentunya menjadi perioritas

utama saat proses evakuasi dalam hal ini

beberapa desa yang memiliki persentase

yang lebih tinggi dari desa lainnya yaitu

Desa Cibeureum, Desa Setianegara, dan

Desa Linggajati. Sedangkan untuk

indikator penduduk perempuan setiap

desa memiliki persentase yang sama untuk

setiap desa di Kecamatan Cilimus. Walau

pun tingkat kerentanan sosial

kependudukan termasuk kedalan

klasifikasi sedang tetap perlu diperhatikan

proses evakuasi saat terjadi bencana dan

mitigasinya.

Page 10: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

10 | Asep Zaenuddin, dkk.

Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunungapi Ciremai…

Kerentanan Ekonomi

Tingkat kerentanan ekonomi adalah hasil

akumulasi dari setiap nilai beku indikator

yang termasuk kedalam kerentanan

ekonomi, maka terlebih dahulu perlu

diketahui nilai baku dari masing-masing

indikator yang terdiri dari persentase

pekerja di bidang pertanian dan persentase

penduduk miskin (keluarga pra sejahtera).

Berikut nilai baku setiap indikator setelah

dilakukan perhitungan serta nilai

kerentanan ekonomi di Kecamatan

Cilimus.

Tabel 3

Kerentanan Ekonomi di Kecamatan Cilimus

No Desa Persentase Pekerja di

Bidang Pertanian

Persentase Penduduk

Miskin (Keluarga

Pra Sejahtera)

Kerentanan

Ekonomi Klasifikasi

1. Cilimus 0,43 0,61 0,52 Rendah

2. Caracas 0,40 2,92 1,66 Sedang

3. Bojong 1,94 0,72 1,33 Rendah

4. Sampora 1,55 1,89 1,72 Sedang

5. Bandorasa Wetan 1,59 1,25 1,42 Sedang

6. Bandorasa Kulon 2,75 3,38 3,07 Tinggi

7. Linggajati 3,03 1,46 2,25 Tinggi

8. Linggasana 0,52 3,91 2,22 Sedang

9. Linggamekar 2,07 0,96 1,52 Sedang

10. Linggaindah 2,96 2,73 2,85 Tinggi

11. Setianegara 3,32 1,91 2,62 Tinggi

12. Kaliaren 2,52 2,63 2,58 Tinggi

13. Cibeureum 2,93 1,63 2,28 Tinggi

Rata-Rata 2 2 2 Sedang

Sumber: Hasil Penelitian 2013

Page 11: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 11

Tabel 3 menunjukan bahwa tingkat

kerentanan ekonomi di Kecamatan

cilimus termasuk kedalam kategori

sedang. Dilihat dari indikator persentase

pekerja di bidang pertanian penduduk di

Kecamatan Cilimus masih tergolong

tinggi yang merupakan pekerjaan yang

memiliki resiko tinggi terkena dampak

langsung apabila terjadu bencana letusan

gunungapi, sementara itu dari indikator

persentase penduduk miskin atau keluarga

pra sejahtera walupun termasuk rendah

namun tetap diperlukan adanya sosialisasi

mengenai pengetahuan kebencanaan

sebagai usaha untuk menekan tingkat

kerentanan.

Berdasarkan Hasil Penelitian tingkat

kerentanan ekonomi di Kecamatan

Cilimus berdasarkan hasil penelitian

termasuk kedalam klasifikasi sedang

dengan nilai baku 2,00.Dilihat dari

indikator persentase pekerja di bidang

pertanian sebagian besar desa-desa di

Kecamatan Cilimus cukup tinggi,

beberapa desa memiliki persentase yang

tinggi dibandingkan dengan desa lainnya

yaitu Desa Setianegara, Desa Linggajati,

Desa Linggaindah, Desa Cibeureum, Desa

Bandorasa Wetan, dan Desa Kaliaren.Hal

ini dapat meningkatkan kemungkinan

korban jiwa yang cukup tinggi karena

cukup banyaknya pekerja di bidang

pertaniandi beberapa desa di Kecamatan

Cilimus. Persentase penduduk miskin

(keluarga pra sejahtera) di Kecamatan

Cilimus termasuk rendah hanya beberapa

desa yang menunjukan persentase yang

lebih tinggi dari desa lainnya yaitu Desa

Caracas, Desa Bandorasa Kulon, dan

Linggasana, karena kecenderungan

penduduk miskin (keluarga pra sejahtera)

yang kurang dalam mendapat pendidikan

formal maka sosialisasi tentang

kebencanaan dan mitigasi harus intensif

diberikan untuk menekan tigkat

kerentanan bencana letusan gunungapi

ceremai.

Page 12: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

12 | Asep Zaenuddin, dkk.

Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunungapi Ciremai…

Tingkat Kerentanan Bencana Letusan

Gunungapi Ceremai di Kecamatan

Cilimus

Setelah diketahui nilai baku dari setiap

aspek kerentanan bencana letusan

gunungapi yaitu aspek kerentanan fisik

bangunan, aspek kerentanan social

kependudukan, dan aspek kerentanan

ekonomi, kemudian untuk mendapatkan

nilai baku untuk tingkat kerentanan

bencana letusan gunungapi ceremai yaitu

dengan mengakumulasikan setiap nilai

baku dari aspek kerentanan tersebut.

Berikut formula yang digunakan:

𝑉 = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3

𝑛

(Firmansyah, 1998 ∶ 167)

Berikut nilai baku setiap aspek kerentanan

dan nilai baku kerentanan bencana letusan

gunungapi ceremai di Kecamatan Cilimus

setelah dilakukan perhitungan.

Tabel 4

Kerentanan Fisik Bangunan di Kecamatan Cilimus

No Desa Fisik

Bangunan

Sosial

Kependudukan Ekonomi

Kerentanan

Bencana Klasifikasi

1. Cilimus 2,96 3,06 0,52 2,18 Sedang

2. Caracas 2,33 1,53 1,66 1,84 Rendah

3. Bojong 2,25 1,93 1,33 1,84 Rendah

4. Sampora 2,15 1,35 1,72 1,74 Rendah

5. Bandorasa Wetan 1,94 1,74 1,42 1,70 Rendah

6. Bandorasa Kulon 1,96 2,22 3,07 2,42 Tinggi

7. Linggajati 2,09 2,93 2,25 2,42 Tinggi

8. Linggasana 1,80 1,65 2,22 1,89 Rendah

9. Linggamekar 1,86 1,74 1,52 1,71 Rendah

10. Linggaindah 1,78 1,53 2,85 2,05 Sedang

11. Setianegara 1,36 1,78 2,62 1,92 Rendah

12. Kaliaren 1,84 2,03 2,58 2,15 Sedang

13. Cibeureum 1,67 2,14 2,28 2,03 Sedang

Rata-Rata 2 1,97 2 1,99 Sedang

Sumber: Hasil Penelitian 2013

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat

kerentanan bencana letusan gunungapi

ceremai di Kecamatan Cilimus termasuk

kedalam kategori sedang. Kerentanan

sosial menjadi perhatian utama karena

kepadatan penduduk dan laju

pertumbuhan penduduk yang menjadi

faktor utama dalam kerentanan, karena

padatnya penduduk dan laju pertumbuhan

penduduk yang tinggi dapat menimbulkan

korban jiwa yang besar. Kecamatan

Cilimus yang memiliki karakteristik

pegunungan dan udara yang sejuk serta

berkembangnya beberapa objek tujuan

wisata menjadi daya tarik tersendiri untuk

memikat penduduk untuk menetap. Selain

itu masih banyaknya penggunaan lahan

sebagai lahan pertanian serta pekerja di

bidang pertanian itu juga perlu menjadi

perhatian, perlu adanya sosialisasi tentang

pengetahuan kebencanaan dan mitigasi

bencana untuk menekan kerentanan

bencana letusan gunungapi ceremai di

Kecamatan Cilimus.

Berdasarkan hasil penelitian,

setelah diketahui nilai baku setiap aspek

kerentanan yaitu fisik, sosial

kependudukan, dan ekonomi maka

diperoleh tingkat kerentanan bencana

letusan gunungapi ceremai di Kecamatan

Cilimus. Tingkat kerentanan becana

Page 13: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 | 13

letusan gunungapi di Kecamatan Cilimus

termasuk ke dalam klasifikasi sedang

dengan nilai baku 1,99. Kerentanan fisik

yang menjadi perhatian adalah desa-desa

yang berada di dekat dan pusat kecamatan,

kerana dipusat kecamatan inilah

berkembang sarana dan prasarana dan

aktifitas penduduk untuk memenuhi

kebutuhannya. Selain itu juga masih

luasnya penggunaan lahan untuk pertanian

berhubungan dengan banyaknya

penduduk yang bermata pencaharian di

bidang pertanian perlu menjadi perhatian

juga karena rentan terhadap bencana

letusan gunungapi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan

pembahasan penelitian sebelumnya, maka

dapat disimpulkan hasil analisis mengenai

setiap aspek kerentanan dan kerentanan

bencana letusan gunungapi di Kecamatan

Cilimus adalah sebagai berikut.

Kerentanan fisik bangunan di

Kecamatan Cilimus dari hasil analisis

termasuk kedalam klasifikasi sedang.

Berdasarkan analisis setiap indikator

kerentanan fisik bangunan yaitu

persentase kawasan terbangun, persentase

kawasan pertanian, dan kepadatan

bangunan, masih luasnya lahan pertanian

menjadi salah satu perhatian karena masih

banyak penduduk yang bermata

pemcaharian di bidang pertanian. Hal ini

membutuhkan sosialisasi tentang

kebencanaan untuk penduduk yang

bermata pencaharian di bidang pertanian

maupun non pertanian. Kawasan

terbangun dan kepadatan bangunan lebih

mengarah ke daerah atau desa-desa yang

mendekati maupun pusat kecamatan.

Kerentanan sosial kependudukan

di Kecamatan Cilimus dari hasil analisis

termasuk kedalam klasifikasi sedang.

Berdasarkan hasil analisis dalam

kerentanan sosial kependudukan,

kepadatan penduduk yang tergolong

sangat padat sangat rentan terhadap

bencana mengingat akan mengganggu

proses evakuasi saat bencana terjadi

apabila tidak terkendali dan terjadi

kepanikan, serta laju pertumbuhan

penduduk yang perlu diperhatikan apabila

Page 14: ANALISIS KERENTANAN BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI …

14 | Asep Zaenuddin, dkk.

Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunungapi Ciremai…

laju pertumbuhan penduduk semakin

tinggi, hal ini dapat meningkatkan

kerentanan bencana suatu wilayah.

Kelompok masyarakat rentan juga perlu

diperhatiakan saat bencana terjadi yaitu

panduduk yang berusia dibawah 5 tahun

dan penduduk yang berusia lebih dari 65

tahun serta penduduk perempuan harus

tetap diperioritaskan untuk dibantu dalam

proses evakuasi bencana berlangsung.

Kerentanan ekonomi di

Kecamatan Cilimus dari hasil analisis juga

termasuk kedalam klasifikasi sedang.

Berdasarkan hasil analsisis tingginya

jumlah penduduk yang bermata

pencaharian di bidang pertanian akan

memberikan dampak terhadap tingkat

kerentanan bencana letusan gunungapi,

sedangkan penduduk miskin atau keluarga

pra sejahtera tidak terlalu banyak.

Berdasarkan hasil analisis semua

aspek kerentanan yaitu fisik, sosial

kependudukan, dan ekonomi tingkat

kerentanan bencana letusan gunungapi

ceremai di Kecamatan Cilimus termasuk

kedalam klasifikasi sedang. Hal ini

menunjukan apabila bencana letusan

gunungapi terjadi akan menimbulkan

dampak yang berkisaran sedang,

walaupun kerentanan bencana letusan

gunungapi di Kecamatan Cilimus

termasuk kedalam klasifikasi sedang tetap

perlu menjadi perhatian agar tidak

menimbulakan korban dan kerugian yang

besar dengan melakukan sosialisasi

tentang kebencanaan dan prosedur

mitigasi bencana.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan

Bencana. (2010). Rencana

Nasional Penanggulangan

Bencana. Jakarta: BNPB.

Boli, Y. dkk. (2004). Panduan

Penanganan Risiko Bencana

Berbasis Masyarakat. Kupang:

Forum Kesiapan dan Penanganan

Bencana.

Davison, R.A. dan Shah H.C. (1997). An

Urban Earthquake Disaster Risk

Index. Stanford: Stanford

Unifersity.

Firmansyah. (1998). Identifikasi Resiko

Bencana Gempa Bumi dan

Aplikasinya terhadap Penataan

Ruang di Kotamadya Daerah

Tingkat II Bandung. Tesis

Magister pada Program

Pascasarjana Institut Teknologi

Bandung: Tidak diterbitkan.

K. Kusumadinata. (1979). Data Dasar

Gunungapi Indonesia. Bandung:

Direktorat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi.

Presiden Republik Indonesia. (2007).

Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan

bencana. Jakarta: Presiden

Republik Indonesia.

Suhadi, Deddy. (2007). Evaluasi

Kawasan Rawan Bencana

Gunungapi Ciremai. Bandung:

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi.

Tika, M.P. (2005). Metode Penelitian

Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

United Nations Development Programme.

(2006). Pengurangan Risiko

Bencana. Jakarta: Perum

Percetakan RI.

United States Agency for International

Development. (2009).

Pengurangan Risiko Bencana.

Jakarta: Perum Percetakan RI.

Winaryo, dkk. 2007. Penyusunan Profil

(Hazard, Vulnerability, Risk)

Pemetaan Wilayah Rawan

Bencana dan Penyusunan

Rencana Aksi, Yogyakarta:

BAPEDA DIY.