21
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA 1. Pengertian Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa. Dalam mempelajari bahasa tentu tidak luput dari kesalahan. Corder (1990:62) menyatakan bahwa semua orang yang belajar bahasa pasti tidak luput dari kesalahan. Ingatlah bahwa kesalahan itu sumber inspirasi untuk menjadi benar. Studi mengenai kesalahan dan hubungannya dengan pengajaran bahasa perlu digalakkan sebab melalui kegiatan kajian kesalahan itu dapat diungkapkan berbagai hal berkaitan dengan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa atau pembelajar. Apabila kesalahan-kesalahan itu telah diketahui, dapat dugunakan sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran bahasa. Hubungan antara pengajaran bahasa dengan kesalahan berbahasa itu sangat erat. Bahkan Tarigan (1990: 67) mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat air dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air, begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi dalam pembelajaran bahasa. Para pakar linguistik dan para guru bahasa Indonesia sependapat bahwa kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh sebab itu, kesalahan berbahasa yang sering dibuat siswa harus dikurangi dan dihapuskan. Kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang didasarkan pada analisis kesalahan siswa atau seseorang yang

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

  • Upload
    ak

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

1. Pengertian

Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa. Dalam

mempelajari bahasa tentu tidak luput dari kesalahan. Corder (1990:62) menyatakan bahwa

semua orang yang belajar bahasa pasti tidak luput dari kesalahan. Ingatlah bahwa kesalahan

itu sumber inspirasi untuk menjadi benar.

Studi mengenai kesalahan dan hubungannya dengan pengajaran bahasa perlu

digalakkan sebab melalui kegiatan kajian kesalahan itu dapat diungkapkan berbagai hal

berkaitan dengan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa atau pembelajar. Apabila

kesalahan-kesalahan itu telah diketahui, dapat dugunakan sebagai umpan balik dalam

penyempurnaan pengajaran bahasa.

Hubungan antara pengajaran bahasa dengan kesalahan berbahasa itu sangat erat.

Bahkan Tarigan (1990: 67) mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat air dengan ikan.

Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air, begitu juga kesalahan

berbahasa sering terjadi dalam pembelajaran bahasa.

Para pakar linguistik dan para guru bahasa Indonesia sependapat bahwa kesalahan

berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh sebab itu, kesalahan

berbahasa yang sering dibuat siswa harus dikurangi dan dihapuskan.

Kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang didasarkan pada analisis

kesalahan siswa atau seseorang yang sedang mempelajari sesuatu, misalnya, bahasa. Bahasa

itu bisa bahasa daerah, bahasa Indonesia, bisa juga bahasa asing.

Kemampuan menguasai bahasa secara baik dapat dilakukan seseorang dengan cara

mempelajarinya, yaitu berlatih berulang-ulang dengan pembetulan di sana-sini. Proses

pembelajaran ini tentunya menggunakan strategi yang tepat agar dapat memperoleh hasil

yang positif.

Analisis kesalahan berbahasa, ditujukan kepada bahasa yang sedang dipelajari atau

ditargetkan sebab analisis kesalahan dapat membantu dan bahkan sangat berguna sebagai

kelancaran program pengajaran yang sedang dilaksanakan. Maksudnya, dengan analisis

kesalahan para guru dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa.

Kesalahan itu biasanya ditentukan berdasarkan kaidah atau aturan yang berlaku dalam

bahasa yang sedang dipelajari. Jika kata atau kalimat yang digunakan siswa atau pembelajar

tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka pembelajar bahasa dikatakan membuat

kesalahan.

Page 2: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Dalam kaitannya dengan pengertian analisis kesalahan, Crystal (dalam

Pateda,1989:32) mengatakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk

mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis

kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa asing

dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.

Tarigan (1990:68) juga mengatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu

proses kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah

pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan

kesalahan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta

pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu.

Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan pemahaman siswa

atau pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum memahami sistem bahasa yang

digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan jenis ini dapat

berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru.

Misalnya, melalui pengajaran remidial, pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering

dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem

bahasa yang sedang dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang

dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan sering terjadi. Kesalahan akan berkurang bila

tahap pemahamannya semakin baik.

2. BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Bahasa Indonesia yang Baik

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan

norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di

warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan

bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi

resmi, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan

hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi, yang selalu memperhatikan norma

bahasa.

Bahasa Indonesia yang Benar

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan

kaidah atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi

kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan

Page 3: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika ejaan digunakan dengan cermat, kaidah

pembentukan kata diperhatikan dengan saksama, dan penataan penalaran ditaati dengan

konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah

bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar.

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan

sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia yang berlaku. Pemakaian lafal daerah, seperti lafal bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan

Batak dalam berbahasa Indonesia pada situasi resmi sebaiknya dikurangi. Kata memuaskan

yang diucapkan memuasken bukanlah lafal bahasa Indonesia.

Pemakaian lafal asing sama saja salahnya dengan pemakaian lafal daerah. Ada orang

yang sudah biasa mengucapkan kata logis dan sosiologi menjadi lohis dan sosiolohi. Jika

demikian, bagaiman dengan kata gigi? Apa dilafalkan hihi?

BENTUK BAKU DAN TIDAK BAKU

Bahasa yang mantap mengenal satu kata untuk konsep tertentu. Artinya, satu

pengertian dinyatakan oleh satu kata atau satu bentuk tertentu, tidak boleh beberapa bentuk

yang mirip. Haruslah ditentukan mana bentuk yang baku dan mana bentuk yang nonbaku,

sehingga di dalam tuturan resmi, hanya bentuk baku itulah yang digunakan. Beberapa bentuk

kembar disajikan sebagai berikut.

2. anarkis dan anakistis

Dalam berbahasa, kata anarkis tampaknya lebih banyak digunakan daripada

anarkistis. Kedua kata itu sering digunakan dalam pengertian yang tertukar. Sebagai contoh,

perhatikan kalimat berikut.

1. Para demonstran diharapkan tidak melakukan tindakan yang anarkis.

Kata anarkis pada kalimat itu tidak tepat. Untuk mengetahui hal itu, kita perlu

memahami pengertian kata anarkis.

Kata anarkis (anarchist) berkelas nomina dan bermakna’penganjur (penganut) paham

anarkisme’ atau’ orang yang melakukan tindakan anarki’. Dari pengertian tersebut ternyata

anarkis bermakna ‘pelaku’, bukan ‘sifat anarki’. Padahal, kata yang diperlukan dalam kalimat

tersebut adalah kata sifat untuk melambangkan konsep ‘bersifat anarki’. Dalam hal ini, kata

yang menyatakan ‘sifat anarki’ adalah anarkistis, bukan anarkis. Kata anarkis sejalan dengan

Page 4: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

linguis ‘ahli bahasa’ atau pianis ‘pemain piano’, sedangkan anarkistis sejalan dengan

optimistis ‘bersifat optimis’ dan pesimistis ‘bersifat pesimis’ Dengan demikian, kata anarkis

pada kalimat tersebut lebih baik diganti dengan anarkistis sehingga kalimatnya menjadi

sebagai berikut.

1a. Para demonstran diharapkan tidak melakukan tindakan yang anarkistis.

3. antri dan antre

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), kata yang baku adalah antre (dengan

e) yang berarti ‘berdiri berderet-deret menunggu giliran. Penulisan antri’ (dengan i) adalah

bentuk yang tidak baku.

4. anutan dan panutan

Akhiran –an yang melekat pada kata kerja mengandung arti antara lain, ‘hasil atau

‘yang di’, seperti tampak pada kata tulisan ‘hasil menulis’ atau ‘yang ditulis’; karangan ‘hasil

mengarang’ atau ‘yang dikarang’; rangkuman ‘hasil merangkum’ atau ‘yang dirangkum’;

simpulan ‘hasil menyimpulkan’ atau ‘yang disimpulkan’. Kata anutan, bukan panutan sebab

berasal dari kata anut yang mendapat akhiran –an, yang berarti ‘hasil menganut’ atau ‘yang

dianut’. Dengan demikian, bentukan panutan merupakan bentukan yang salah kaprah.

5. ahli dan akhli

Kata ahli merupakan serapan dari kata bahasa Arab. Kata akhli tidak baku karena

mengandung konsonan k. Padahal dalam kata sumbernya tidak berhuruf konsonan k. Kata

ahli berrati ‘orang yang mahir’ atau paham sekali dalam suatu ilmu.

6. akta dan akte

Kata akta merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu act. Penyerapannya

dengan cara mengganti huruf konsonan c dengan huruf konsonan k dan membubuhkan huruf

vokal a pada akhir kata itu sehingga terbentuklah akta. Hal itu mengingatkan kita pada proses

pembakuan sejumlah kata yang setipe, misalnya kata legenda sebagai kata baku merupakan

serapan dari kata legend (Inggris), kata norma sebagai kata baku merupakan serapan dari kata

norm (Inggris), sketsa sebagai kata baku merupakan serapan dari kata scats (Inggris).

Kita ketahui bahwa kata akte merupakan serapan dari kata bahasa Belanda, yaitu akte.

Dalam hal ini, yang dikembangkan pemakaiannya adalah akta, seperti halnya kata legenda.

Page 5: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Padahal, dalam bahasa Belanda ditemukan kata legende. Atas dasar pertimbangan itu,

diketahui bahwa kata yang baku ialah akta, sedangkan kata yang tidak baku adalah akte. Kata

akta berrati ‘surat tanda bukti berisi pernyataan resmi yang dibuat menurut peraturan yang

berlaku’.

7. cedera dan cidera

Bentuk cedera merupakan kata bahasa Indonesia dan pemakaiannya sangat lazim.

Oleh karena itu, kata yang baku ialah cedera. Kata cidera termasuk kata yang tidak baku

karena tingkat kelazimannya di bawah kata cedera. Kata cedera berarti ‘cacat sedikit’.

8. colok pada menyolok dan mencolok

Fonem /c/ pada kata dasar banyak yang menjadi luluh apabila mendapat awalan

meN-, seperti pada bentuk menyolok. Padahal, fonem ini tidak luluh apabila mendapat

awalan meN-, seperti kita juga tidak pernah mengatakan menyukur atau menyari, tetapi

mencukur atau mencari.

Dalam bahasa lisan yang tidak resmi memang sering digunakan bentuk-bentuk seperti

itu. Akan tetapi, dalam ragam tulis baku, bentuk bentuk itu mencolok,mencuci, mencicil.

9. darma dan dharma

Kata darma merupakan kata yang diserap dari bahasa Sansekerta dharma. Kata ini

disesuaikan ejaannya dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bentuk yang

baku ialah darma. Sebaliknya, kata dharma tidak baku karena ejaannya belum sesuai dengan

kaidah ejaan bahasa Indonesia. Kata darma mengandung arti ’kewajiban’, ‘tugas hidup’, dan

‘kebajikan’.

10. darmabakti, darma bakti, dan dharma bhakti

Kebakuan dan ketidakbakuan pasangan kata itu terletak pada ejaannya. Karena

merupakan sebuah kata, bentuk darma harus digabungkan dengan bentuk bakti. Oleh krena

itu, kata yang baku ialah darmabakti. Sedikitnya ada dua alasan yang menyebabkan bentuk

dharma bhakti bukan merupakan bentuk baku, yaitu (1) ejaannya belum benar dan (2) bentuk

dharma dipisahkan dengan bentuk bhakti. Kata darmabakti mengandung arti ‘perbuatan

untuk berbakti (kepada negara, agama)’.

Dengan beranalogi pada hal di atas, dapat diketahui bahwa darmasiswa,

darmawisata, merupakan kata baku, sedangkan darma siswa, darma wisata ialah kata tidak

Page 6: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

baku. Kata darmasiswa mengandung arti ‘uang yang disediakan untuk mebiayai pelajar atau

mahasiswa’. Kata darmawisata mengandung arti ‘perjalanan singkat dengan tujuan

bersenang-senang’.

11. daya guna dan dayaguna

Bentuk daya guna merupakan kata gabung. Oleh karena itu, penulisan bentuk daya

harus dipisahkan dengan bentuk guna. Kata itu setipe dengan kata-kata hasil guna, tanda

tangan, tepuk tangan, tumpang tindih, dan tanggung jawab (dalam arti sebagai gabungan

yang unsur-unsurnya harus dipisahkan penulisannya). Dengan demikian, kata yang baku ialah

daya guna. Jika dua bentuk itu mendapatkan awalan dan akhiran, maka penulisannya

digabungkan. Misalnya mendayagunakan, didayagunakan. Kata dayaguna (digabungkan)

merupakan kata yang tidak baku. Kata daya guna mengandung arti ‘kemampuan yang

mendatangkan hasil dan manfaat’, ‘efisien’, dan ‘tepat guna’.

12. deskriptip dan deskriptif

Anda mungkin bertanya? Manakah bentuk yang betul atau bentuk yang baku di antara

kedua bentuk di atas. Bentuk dengan akhir /p/ atau /f/? Mari kita teliti bunyi ketentuan yang

terdapat dalam buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan.

ive, ief menjadi if

descriptive, descriptief deskriptif

demonstrative, demonstratief demonstratif

maksudnya, kata dari bahasa Inggris yang berakhir –ive, yang semakna dan mirip bentuknya

dengan kata bahasa Belanda yang berakhir dengan –ief, dalam bahasa Indonesia menjadi kata

dengan akhir –if. Jadi, v dan f yang dilafalkan dengan /f/. Itu ditulis dalam bahasa Indonesia

dengan huruf f. Jangan dijadikan atau diganti dengan p. Bentuk-bentuk aktip, positip,

demonstratip, produktip, eksekutip, legislatip bukanlah bentuk-bentuk yang baku. Semua kata

yang sudah disebutkan itu haruslah berakhir dengan –if, bukan –ip. Jadi, yang baku ialah

aktif, positif, demonstratif, produktif, eksekutif, legislatif.

13. dukacita dan duka cita

Kata dukacita merupakan sebuah kata. Oleh karena merupakan sebuah kata, penulisan

bentuk duka harus digabungkan dengan bentuk cita. Dengan demikian, kata yang baku ialah

dukacita. Bentuk duka yang dipisahkan penulisannya dengan bentuk cita merupakan bentuk

yang tidak baku. Kata dukacita mengandung arti ‘kesedihan’ atau ‘kesusahan’

Page 7: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

14. efektif dan efektip

Kata efektif merupakan serapan dari kata bahasa Belanda effectief atau dari kata

bahasa Inggris effective. Di samping perubahan yang lain, yang perlu diperhatikan ialah

bahwa bunyi -ief atau -ive pada kata asing itu menjadi –if setelah kata itu diserap ke dalam

bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata yang baku ialah efektif, sedangkan kata efektip

merupakan kata yang tidak baku. Kata efektif mengandung arti ‘ada efeknya’, manjur tau

mujarab, dan ‘berhasil guna’.

15. eksklusif dan exclusif

Kata eksklusif merupakan serapan dari kata kata bahasa Inggris exclusive. Penyerapan

dengan cara mengganti huruf konsonan x dengan gabungan huruf ks, huruf konsona c dengan

huruf konsonan k, dan mengganti bunyi ive dengan bunyi if. Karena ejaannya sudah benar,

bentuk eksklusif merupakan kata baku, sedangkan exclusif merupakan kata yang tidak baku

karena ejaannya masih salah. Kata eksklisif berarti ‘terpisah dari yang lain’ atau ‘tidak

termasuk’.

16. ekspor dan eksport

Kata ekspor merupakan serapan dari kata bahasa Inggris export. Penyerapannya

dengan cara mengganti huruf konsonan x dengan gabunagn huruf konsonan ks dan

menghilangkan konsonan t pada akhir kata itu. Benrtuk ekspor merupakan kata baku karena

ejaannya sudah benar. Oleh karena pada kata eksport masih mengandung huruf konsonan t,

maka kata eksport tidak baku. Kata ekspor berarti ‘pengiriman barang ke luar negeri’.

17. eksporter dan eksportir

Kata eksporter merupakan serapan dari kata exporter (Inggris). Penyerapannya

dengan cara mengganti huruf konsonan x dengan gabungan huruf ks. Oleh karena itu, bentuk

ekporter merupakan kata baku. Kata eksportir merupakan serapan dari kata exporteur

(Belanda). Kita ketahui bahwa kata yang dikembangkan pemakaiannya ialah kata yang

diserap dari bahasa Inggris, yaitu exporter. Dengan demikian, kata yang baku ialah eksporter,

sedangkan kata eksportir merupakan kata yang tidak baku. Kata eksporter mengandung arti

‘pengekspor’.

Page 8: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

18. ekstrem dan ekstrim

Kata ekstrem merupakan serapan dari kata extreem (Belanda) atau serapan dari kata

extreme (inggris). Di samping perubahan yang lain (misalnya huruf konsonan x berubah

menjadi bagungan huruf konsonan ks), yang perlu diperhatikan bahwa deret huruf vokan ee

atau vokal e yang mengikuti huruf konsonan r tetap menjadi e (bukan i) setelah kata itu

diserap ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata yang baku ialah ekstrem, sedangkan

ekstrim merupakan kata yang tidak baku. Kata ekstrem mengandung arti ‘fanatik’, atau

‘sangat keras dan teguh’.

19. hipotesa dan hipotesis

Secara historis, kata-kata itu dahulu diserap dari bahasa Belanda: hypothese. Karena

dalam bahasa Indonesia tidak terdapat kata yang berakhir dengan bunyi /e/, maka /e/ pada

akhir kata itu diganti dengan bunyi /a/, lalu kedua patah kata itu dijadikan hipotesa.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, sebuah lembaga di bawah Direktorat

Jenderal Kebudayaan Depetemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang “mengurus” bahasa dan

pekerjaannya antara lain membentuk istilah, menetapkan : 1) sebaiknya dalam membentuk

istilah yang mengambil dari bahasa asing, kita mendahulukan bahasa Inggris karena bahasa

Inggris adalah bahasa asing pertama dalam pendidikan di Indonesia; 2) sebaiknya dalam

mengindonesiakan kata asing (bila tidak ditemukan padanannya yang tepat dalam bahasa

Indonesia atau bahasa daerah) diusahakan agar ejaannya dekat dengan ejaan bahasa asalnya,

artinya, yang diganti hanyalah yang perlu saja. Demikian juga halnya dengan kata

hypothesis. Kata itu lalu diindonesiakan menjadi hipotesis.

Alasan mengacu kepada bahasa Inggris ini didasarkan kepada pendirian bahwa bahasa

Inggris adalah bahasa yang sifatnya internasional dan dekat kepada generasi seakarang

maupun generasi yang akan datang. Bahasa Belanda tidak lagi dikenal oleh generasi muda

dan agar pembentukan kata-kata Indonesia nanti tidak menjadi bersifat mendua, lebih baik

kita mengacu kepada satu bahasa saja, yaitu bahasa Inggris. Pendirian ini memang tidak

selalu bertaat asas secara ketat sebab dalam kenyataannya banyak kata yang berasal dari

bahasa Belanda tidak diubah lagi karena kata-kata itu sudah melembaga dalam bahasa

Indonesia. Hanya sebagian kecil saja yang diubah.

Mengubah sesuatu yang sudah melembaga dan sudah sangat biasa digunakan oleh

pemakai bahasa memang tidak mudah. Buktinya dapat kita lihat pada kedua patah kata yang

sudah kita bicarakan itu. Bentuk hipotesis dan analisis sudah tinggi kekerapan pemakaiannya

di kalangan perguruan tinggi, tetapi di luar itu masih lebih banyak digunakan bentuk hipotesa

Page 9: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

dan analisa. Jika bentuk analisis yang kita gunakan sebagai bentuk dasarnya, maka kata

bentukannya dengan imbuhan bahasa Indonesia (awalan, akhiran) harus pula sejalan dengan

bentuk dasar itu. Jadi, menganalisis, dianalisis, penganalisisan, bukan menganalisa,

dianalisa, penganalisaan. Penggunaan bentuk baru yang sudah ditetapkan ini tentu perlu

dipatuhi dan melalui pembiasaan, lama kelamaan kita akan terbiasa menggunakan bentuk

yang baru itu.

20. izin dan ijin

Di dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari kita sering menemukan tulisan

kata tertrtentu secara berbeda. Ambillah contoh kata izin I dan ijin. Kita tentu bertanya tulisan

man yang baku di atara keduanya itu. Untuk menjawab pertanyaanitu, kita harus kembali

pada aturan pengindonesiaan kata asing.

Di dalam Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

dinyatakan bahwa ejaan kata yang erasal dari bahasa asing hanya diubah seperlunya agar

ejaannya dalam bahasa Indonesia masih dapat dibandingkan dengan ejaan bahasa asalnya.

Kata itu di dalam bahasa asalnya, yaitu Arab dituliss dengan huruf <zal> yang

diindonesiakan menjadi <z> . Dengan demikian, penulisan yang benar adalah izin bukan ijin.

21. jadual dan jadwal

Ada orang beranggapan bahwa yang baku adalah kata jadual karena mereka

beranalogi pada kualitas atau pada kuitansi. Jalan pikiran seperti itu sepintas lalu benar,

tetapi sayang sekali analogi itu tidak tepat. Kata kualitas dan kuitansi berasal dari bahasa

Inggris yang memang menggunakan u bukan w, yakni quality dan quitance, sedangkan

jadwal tidak dapat disejajarkan dengan kedua kata itu karena tidak seasal. Jadwal berasal dari

bahasa Arab. Perhatikan pemakaian yang salah berikut ini.

Bentuk salah

1. Sesuai dengan jadual, perkuliahan semester ganjil akan dimulai tanggal 10 Oktober

1998.

2. Bersama ini kami kirimkan jadual kuliah semester ganjil tahun akademik 1998/1999.

Bentuk Baku

Page 10: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

1. Sesuai dengan jadwal, perkuliahan semester ganjil akan dimulai tanggal 10 Oktober

1998.

2. Bersama ini kami kirimkan jadwal kuliah semester ganjil tahun akademik 1998/1999.

22. komoditas dan komoditi

Kata komoditas merupakan serapan dari bahasa Inggris comodity. Penyerapannya

dengan mengganti huruf konsonan c dengan huruf konsonan k, menyederhanakan gugus

konsonan mm memjadi m, mengubah bunyi –ty menjadi tas, sehingga terbentuklah kata

komoditas. Kata itu dapat mengingatkan kita pada beberapa kata yang setipe, misalnya

universitas merupakan serapan dari kata university, kapasitas merupakan serapan dari kata

kapacity, dan loyalitas merupakan serapan dari kata loyality. Oleh karena itu, kata yang baku

ialah komoditas, sedangkan kata yang tidak baku ialah komoditi. Kata komoditas berarti

‘barang dagangan utama’, ‘benda niaga’.

23. kompleks dan komplek

Kata kompleks merupakan serapan dari kata bahasa Belanda complex atau dari bahasa

Inggris complex. Penyerapannya dengan cara mengganti konsonan c dengan k dan konsonan

x dengan gabungan huruf konsonan ks, sehingga terbentuklah kompleks. Oleh karena itu, kata

yang baku ialah kompleks. Kata kompleks berarti ‘ mengandung beberapa unsur yang pelik,

rumit, sulit, dan saling berhubungan’.

24. konkret, kongkret, konkrit, dan kongkrit

Kata konkret merupakan serapan dari bahasa Inggris concrete. Di samping perubahan

konsonan c menjadi k, yang perlu diperhatikan juga adalah huruf konsonan n pada kata asing

itu tetap n atau tidak menjadi ng setelah kata itu diserap ke dalam bahasa Indonesia. Oleh

karena itu, kata yang baku ialah konkret. Kata koncret berati ‘nyata’, ‘benar’, dan ‘benar ada’.

25. kontroversial dan kontraversial

Kata kontroversial merupakan serapan dari kata bahasa Inggris contovercial.

Penyeranannya dengan mengganti huruf konsonan c dengan huruf huruf konsonan k,

sehingga terbentuklah kata kontroversial. Dengan demikian, kata yang baku ialah

kontroversial. Kata kontraversial merupakan kata yang tidak baku. Kata kontroversial berarti

‘bersifat menimbulkan pertentangan’.

Page 11: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

26. kualitas dan kwalitas

Kata kualitas merupakan serapan dari kata bahasa Inggris quality. Penyerapan dengan

cara mungubah qua menjadi kua dan –ty menjadi tas, sehingga terbentuklah kualitas. Oleh

karena itu, bentuk yang baku ialah kualitas. Bentuk kwalitas ialah bentuk yang tidak baku.

Kata kualitas berarti ’tingkat baik buruknya sesuatu’.

27. linguis dan lingguis

Kata linguis merupakan serapan dari kata bahasa Belanda linguist atau dari bahasa

Inggris linguist. Di samping penghilangan huruf konsonan t pada akhir kata itu, yang perlu

diperhatikan ialah bahwa gusus huruf konsonan ngg tidak terkandung pada kata asing itu.

Oleh karena itu, kata yang baku ialah linguis, sedangkan kata lingguis tidak baku. Kata

linguis berarti ‘ahli ilmu bahasa’.

28. linguistik dan lingguistik

Kata linguistik merupakan serapan dari kata bahasa Belanda linguistie atau dari kata

bahasa Inggris linguistic. Oleh karena itu, kata yang baku ialah linguistik, sedangkan

lingguistik merupakan kata yang tidak baku. Kata linguistik berarti ‘ilmu tentang bahasa’ atau

telaah bahasa secara ilmiah’.

29. lokakarya dan loka karya

Kata lokakarya merupakan sebuah kata. Oleh karena itu, penulisan bentuk loka harus

digabungkan dengan karya. Dengan demikian, kata yang baku ialah lokakarya. Karena

penulisan bentuk loka dipisahkan dengan bentuk karya, kata loka karya tidak baku. Kata

lokakarya berarti ‘pertemuan antarpara ahli untuk membahas suatu masalah dalam bidang

keahliannya’, ‘sanggar kerja’.

30. mancanegara dan manca negara

Bentuk mancanegara merupakan sebuah kata. Oleh sebab itu, bentuk manca harus

digabungkan dengan bentuk negara. Dengan demikian, kata yang baku ialah mencanegara.

Bentuk manca negara merupakan bentuk yang tidak baku karena ejaannya salah. Kata

mencanegara berarti ‘negara asing’

Page 12: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

31. multibahasa dan multi bahasa

Satuan multi merupakan bentuk terikat. Oleh kerena bentuk multi merupakan bentuk

terikat, maka penulisannya harus digabungkan dengan bentuk yang mengikutinya, yaitu

bahasa. Dengan demikian multibahasa merupakan bentuk yang baku. Bentuk multi bahasa

merupakan bentuk yang tidak baku karena penulisannya salah. Kata multibahasa berarti

‘mengandung lebih dari satu bahasa’ atau ‘mampu menggunakan lebih dari satu bahasa’.

32. pascasarjana, pasca sarjana dan paskasarjana

Bentuk pasca- merupakan awalan yang artinya ialah ‘sesudah’. Ucapannya ialah

/pasca/, bukan /paska/ karena diserap dari bahasa Sanskerta. Oleh karena itu kata yang baku

ialah pascasarjana. Pascasarjan berarti ‘pengetahuan sesudah sarjana’.

33. penatar dan petatar

Penatar ialah ‘orang yang menatar’; kata tatar – menatar diserap dari bahasa daerah.

Kata bahasa Inggrisnya up grading yang dipadankan dengan penataran, yaitu kata kerjanya

menatar. Petatar artinya ‘orang yang ditatar’. Bentuk ini beranalogi kepada bentuk yang

sudah ada.

Dalam bahasa Indonesia dikenal bentuk penyuruh dan pesuruh. Penyuruh ialah ‘orang yang

menyuruh’, sedangkan pesuruh ialah ‘orang yang disuruh’.Berdasarkan bentuk itulah

dibentuk kata penatar dan petatar yang berarti ‘orang yang menatar’dan ‘orang yang ditatar’.

Dewasa ini dijumpai pula bentuk–bentuk yang beranalogi kepada bentuk-bentuk itu, yaitu

penyuluh dan pesuluh. Penyuluh ialah ‘orang yang menyuluhi, sedangkan pesuluh ialah

‘orang yang disuluhi’.

34. perajin dan pengrajin

Kata dasar berfonem awal /r/ jika diberi awalan pe-, bentuk awalan itu tetap pe-,

seperti pada kata perawat, peramal. Bila kata dasar berupa kata sifat diberi awalan pe- maka

awalan pe- mengandung makna ‘orang yang sifatnya seperti yang disebutkan kata dasar itu’.;

Misalnya, pemalas ‘orang yang sifatnya malas, pemarah ‘orang yang sifatnya suka marah’.

Beranalogi kepada bentukan itu maka perajin ialah ‘orang yang sifatnya rajin, (walaupun

kata ini jarang dipakai dalam tuturan).

Kata pengrajin tidak berarti ‘orang yang sifatnya rajin’, tetapi ‘orang yang mengerjakan

pekerjaan industri rumah seperti membuat keranjang, membuat tikar, membuat sepatu, dan

sebagainya.

Page 13: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Free parking

Di halaman apotek, tempat praktek dokter, atau pasar swalayan terpampang tulisan

free parking diartikan dengan ‘bebas parkir’.

Kurang tepat jika free parking dipadankan dengan kata bebas parkir.

Yang benar untuk free parking adalah parkir gratis, parkir tanpa bayar.

Bebas parkir seharusnya diartikan dengan ‘dilarang parkir’ atau no parking. Dalam

bentuk ekplisit bebas dari parkir.

Angka Tahun dan Angka 0

Sampai saat ini pelafalan angka tahun dan angka memang cukup bervariasi. Tahun

1989, misalnya, ada yang melafalkan dengan [satu-sembilan-delapan-sembilan] atau angka

demi angka, tetapi ada pula yang melafalkannya dengan [sembilan belas-delapan sembilan].

Di samping itu, juga tidak sedikit yang melafalkannya dengan [seribu sembilan ratus delapan

puluh sembilan]. Dari berbagai variasi itu, pelafalan yang dipandang resmi adalah yang

terakhir, yaitu seribu sembilan ratus delapan puluh sembilan. Pelafalan itu pulalah yang

sebaiknya digunakan, sedangkan dua pelafalan lainnya dipandang tidak baku.

Angka 0 berarti ‘kosong’ atau ‘tidak ada apa-apanya’. Dalam bahasa kita pelafalan

angka itu yang sebaiknya digunakan adalah [nol], bukan [kosong]. Misalnya, nomor telepon

306039 dilafalkan dengan [tiga-nol-enam-nol-tiga-sembilan], bukan [tiga-kosong-enam-

kosong-tiga-sembilan].

Pelafalan angka 0 dengan [kosong] kemungkinan dipengaruhi oleh bahasa Inggris

zero, yang dalam bahasa kita memang sering diterjemahkan dengan kosong.

8. Bank

Kata bank termasuk kata atau istilah asing yang telah diserap ke dalanm bahasa

Indonesia. Namun ejaan asingnya masih dipertahankan untuk membedakannya dnegan kata

Indonesia bang atau abang yang merupakan kata penunjuk hubungan kekerabatan yang

dipakai sebagai sapaan.

Kata bank dilafalkan dengan [bang] atau [bangk]. Bunyi [k] pada akhir kata itu sering

tidak begitu jelas. Akan tetapi, apabila kata itu mendapat imbuhan per-an, bunyi [k] akan

muncul kembali sehingga menjadi [perbangkan].