Upload
danghanh
View
257
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KINERJA FASILITAS PEJALAN KAKI
( STUDI KASUS : JALAN JENDERAL AHMAD YANI KOTA BATURAJA
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN )
(Tesis)
Oleh:
INTAN OKTA SARI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ANALISIS KINERJA FASILITAS PEJALAN KAKI
( STUDI KASUS : JALAN JENDERAL AHMAD YANI KOTA BATURAJA
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN )
Oleh:
INTAN OKTA SARI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Magister Teknik
Pada
Program Pascasarjana Magister Teknik
Fakultas Teknik Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
1) Alumni Jurusan Magister Teknik Sipil Universitas Lampung
2) 3) Dosen Pembimbing Jurusan Magister Teknik Sipil Universitas Lampung
ABSTRACT
PERFORMANCE ANALYSIS OF PEDESTRIAN PATHS FACILITIES
(CASE STUDY: JENDERAL AHMAD YANI’S ROAD BATURAJA CITY OGAN
KOMERING ULU DISTRICT SOUTH SUMATERA)
Intan Okta Sari 1)
, Rahayu Sulistyorini 2)
, Bambang Utoyo Sutiyoso 3)
Faculty of Engineering, University of Lampung, Bandar Lampung
Email: [email protected])
,
Ogan Komering Ulu Regency, especially Baturaja City on Jalan Jenderal Ahmad Yani is
an area that is quite congested with traffic because many public spaces such as schools,
offices, shopping centers and hospitals are on this road. The path of Jenderal Ahmad Yani
is located in the center of Baturaja City so that in this area the function of the pedestrian
pathway is very influential on the behavior of road users, especially pedestrians.
However, seeing the situation in this area there are several pedestrian pathways that do
not work according to their function. The existing pedestrian route also ignores the
comfort aspect and decreases the space for pedestrians because of the misuse of the
function of the elements of the public space, namely the pedestrian route used by street
vendors, placement the place of large flower pots which almost consume half of the
sidewalk with a tight distance, as well as irregular vehicle parking, conditions of
pedestrian facilities that are not suitable in some places such as sidewalk width that is not
in accordance with the standard, slippery sidewalk floor material so that it can endanger
road users in rainy or wet floors, the condition of the zebra crossing paint has been
blurred and does not meet the criteria of the standard pedestrian facility principle, lack of
security guards who regulate traffic, especially during rush hour and poor lighting at night
days and dark times so this is very disturbing the comfort and safety of both pedestrians
and other road users. Therefore this is very interesting to be studied further, about the
conditions and all the problems that exist and the solutions that exist on the pedestrian
path on this road.
The method used is direct survey of the field to retrieve primary data such as vehicle
average daily traffic survey data, survey of pedestrian crossing and sidewalk and zebra
crossing users, geometric road surveys and interview interviews with experts and road
users. The analysis used in this study uses importance performance analysis using
cartesian diagram.
The results of this study are the construction of pedestrian facilities on Jalan Jenderal
Ahmad Yani using zebra crossing road crossing facilities that are in accordance with the
standard because the value of PV2is still <2 x 108 which means it is recommended to use
zebra cross based on engineering zebra crossing facilities in DPU urban areas -1997
Keywords: Performance, Service, Pedestrian, Sidewalk, Zebra Cross, Baturaja
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Baturaja pada tanggal 09Oktober 1987. Penulis
merupakan anak Pertama dari Tiga bersaudara dari pasangan Bapak Erni Budiman
dan Ibu Yusfaridah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri No. 10 Kota
Baturaja pada tahun 1999. Menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 07
Kota Baturaja pada tahun 2002. Menyelesaikan Sekolah Menengah Atas Negeri
04 Kota Baturaja pada tahun 2005. Pendidikan Sarjana Strata I pada Universitas
Baturaja (UNBARA) jurusan Teknik Sipil tahun 2010. Tahun 2014/2015 penulis
terdaftar sebagai mahasiswa pada program studi MagisterTeknik Sipil di
Universitas Lampung.
SANWACANA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, ridho, dan karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan. Tesis dengan judul “Analisis Kinerja Fasilitas Pejalan Kaki ( Study
Kasus : Jalan Jenderal Ahmad Yani Kota Batturaja Kabupaten Ogan Komering
Ulu Provinsi Sumatera Selatan)” merupakan salah satu syarat untuk mencapai
gelar Magister Teknik di Universitas Lampung.
Tesis ini dapat diselesaikan dengan bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari semua
pihak dari proses perkuliahan sampai pada saat penulisan tesis ini. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M. Sc selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung;
2. Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T, M.T. selaku Pembimbing Utama yang
dengan bijaksana yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan
kesempatan untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaian tesis ini;
3. Bapak Dr. Bambang Utoyo S., M.Si. selaku Pembimbing Kedua yang telah
telah memberikan bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses
penyelesaian tesis ini;
4. Bapak Dr. Ir. Citra Persada, M.Sc.selaku Penguji Pertama yang dengan
bijaksana dan penuh kesabaran memberikan masukan dan saran-saran pada
seminar proposal dan seminar hasil tesis terdahulu;
5. Ibu Dr. Dyah Indriana K.,S.T, M.Sc.selaku Penguji Kedua yang juga
merupakan Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas
Lampungyang dengan bijaksana dan penuh kesabaran memberikan masukan
dan saran-saran pada seminar proposal dan seminar hasil tesis terdahulu;
6. Bapak dan ibu dosen Program Magister Teknik Sipil Universitas Lampung
yang telah membekali penulis dengan ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi
selama mengikuti perkuliahan;
7. Staf administrasi dan karyawan Program Magister Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Lampung yang telah membantu dan melayani dalam
kegiatan administrasi;
8. Papa dan Mama yang senantiasa memberi doa restu, dukungan dan kasih
sayangnya;
9. Seluruh teman-teman Magister Teknik Sipil Universitas Lampung yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan tesis ini;
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan bagi khalayak secara umum dan khususnya bagi
mahasiswa/i jurusan Teknik Sipil.
Bandar Lampung, 2018
Penulis
Intan Okta Sari
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ucapan terimakasih atas do’a dan kasih sayang ku untuk Papa ku yang tercinta
Bapak Erni budiman, ALM dan mama ku tersayang Ibu Yusfaridah
Karya Sederhana ini ku persembahkan untuk mama dan papa yang telah
memberikan semua dukungan, do’a dan rasa kepedulian yang tidak ada
habisnya selama ini. maafkan aku yang belum bisa membahagiakan kalian
dan belum bisa membuat kalian bangga. Semoga dengan selesainya studi
ku ini dan selesainya tesis ini bisa membuat mama bangga dan papa juga
bahagia di surga nya ALLAH, SWT terimakasih mama dan papa I Love
You. Salam sayang dan salam rindu untukmu papa yang kini sudah di
syurganya ALLAH, SWT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
SANWACANA ........................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4. Batasan Masalah ........................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1. Definisi Pejalan Kaki .................................................................... 5
2.2. Perilaku Manusia .......................................................................... 6
2.3. Perilaku Berlalu Lintas ................................................................. 9
2.4. Etika Dalam Berkendara ............................................................... 9
2.5. Fasilitas Pejalan Kaki .................................................................... 10
2.6. Ketentuan Pembangunan Fasilitas Trotoar...................................... 17
2.7. Ketentuan Pembangunan Zebra cross............................................. 25
2.8. Lalu Lintas .................................................................................... 27
a. Arus lalu lintas ....................................................................... 27
b. Volume lalu lintas .................................................................. 28
c. Kecepatan Lalu Lintas.............................................................. 28
2.9. Kuisoner ........................................................................................ 29
2.10. Metode Importance Performance Analysis ................................ 30
2.11. Penelitian Terdahulu……………………………………………… 32
III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 35
3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 35
3.2. Jenis Data dan Sumber .................................................................. 39
3.3. Tahap – Tahap Penelitian.............................................................. 40
1. Persiapan ................................................................................ 40
2. Pengambilan Data Primer ...................................................... 40
3.4. Metode Pengambilan Data ............................................................ 41
1. Survey volume lalu lintas ...................................................... 41
2. Survey Perilaku Penyeberang Jalan dan Pejalan Kaki........... 43
3. Survei dimensi trotoar dan zebra cross................................. 46
4. Deph-Interview ...................................................................... 46
5. Waktu pelaksanaan survey ..................................................... 46
3.5. Pengolahan Data ........................................................................... 47
1. Pengujian Alat ukur ............................................................... 47
2. Perhitungan volume lalu lintas .............................................. 48
3.6. Perhitungan kinerja Trotoar dan zebra cross ................................ 49
3.7. Analisis Dimensi Trotoar dan zebra cross .................................... 50
3.8. Analisis Data ................................................................................. 51
3.9. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 55
3.10. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 56
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 57
4.1. Data Penelitian .............................................................................. 57
4.2. Pengolahan Data Survey ............................................................... 58
4.3. Analisis karakteristik dan perilaku pejalan kaki ........................... 73
4.4. Hasil Survey Pelayanan Fasilitas Trotoar dan Zebra cross ......... 82
4.5. Analisa Geometric Fasilitas Pejalan kaki.............. ....................... 109
4.6 .Pembahasan ................................................................................... 111
1. Ketepatan Perencanaan Zebra cross ...... .............................. 111
2. Karakteristik Pejalan kaki dan penyeberang jalan................ 112
3. Kondisi Trotoar………………………………………………. 114
4. Kondisi Zebra cross ................................................................ 118
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 121
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 121
5.2. Saran ............................................................................................. 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perekayasaan Fasilitas Pejalan kaki di Perkotaan DPU – 1997 .... 16
Tabel 2. Lebar trotoar minimum ................................................................. 18
Tabel 3. Penambahan lebar jalur pejalan kaki ......................................... 20
Tabel 4. Lebar minimum trotoar berdasarkan penggunaan jalan ................ 22
Tabel 5. Konversi kendaraan jalan perkotaan tak terbagi ....................... 49
Tabel 6. Pembagian waktu survei kendaraan dan pejalan kaki ................... 51
Tabel 7. Hasil Survey lalu lintas di pagi hari pada hari kerja .................... 58
Tabel 8. Hasil Survey lalu lintas di siang hari pada hari kerja ................... 59
Tabel 9 Hasil Survey lalu lintas di sore hari pada hari kerja ...................... 60
Tabel 10. Hasil Survey lalu lintas di pagi hari pada hari libur .................. 60
Tabel 11. Hasil Survey lalu lintas di siang hari pada hari libur................. 61
Tabel 12. Hasil Survey lalu lintas di sore hari pada hari libur ................... 62
Tabel 13. Rekapitulasi hasil survey LHR ................................................... 63
Tabel 14. Rekapitulasi hasil survey Trotoar ............................................... 65
Tabel 15. Rekapitulasi hasil survey Zebra cross ...................................... 69
Tabel 16. Hasil survey pelayanan fasilitas trotoar………………………… 82
Tabel 17. Hasil survey pelayanan fasilitas zebra cross…………………… 83
Tabel 18. Validitas dan Reabilitas pada pelayanan trotoar ........................ 85
Tabel 19. Validitas dan Reabilitas pada Harapan trotoar ........................... 87
Tabel 20. Validitas dan Reabilitas pada pelayanan Zebra cross ............. . 89
Tabel 21. Validitas dan Reabilitas pada Harapan Zebra cross . ............... 91
Tabel 22. Rekapitulasi data Zebra cross dan LHR di hari kerja ............... 92
Tabel 23. Rekapitulasi data Zebra cross dan LHR di hari libur ............... 93
Tabel 24. Rekapitulasi data Trotoar dan LHR di hari kerja ....................... 95
Tabel 25 Rekapitulasi data Trotoar dan LHR di hari libur ........................ 96
Tabel 26. Hasil survey pelayanan Trotoar....... ........................................... 97
Tabel 27. Hasil survey pelayanan Zebra cross ............................................ 98
Tabel 28. Hasil survey in-deph interview penyeberang jalan .................. 102
Tabel 29. Hasil survey in-deph interview para pakar ................................ 105
Tabel 30. Perbandingan hasil pemeriksaan Trotoar .................................... 109
Tabel 31. Perbandingan hasil pemeriksaan Zebra cross ........................... 110
Tabel 32. Rekapitulasi data rerata hasil survey ........................................... 111
Tabel 33. Penentuan fasilitas pejalan kaki .................................................. 111
Tabel 34. Rekapitulasi data survey pejalan kaki pada trotoar ................. 112
Tabel 35. Rekapitulasi data survey pejalan kaki pada Zebra cross ...... 113
Tabel 36. Efektivitas penggunaan trotoar dan Zebra cross ...................... 114
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penempatan trotoar di belakang halte ....................................... 21
Gambar 2. Dimensi ruang bebas trotoar .................................................... 22
Gambar 3. Kemiringan melintang trotoar ................................................... 23
Gambar 4. Kurva fasilitas penyeberangan berdasarkan PV2 ........................ 26
Gambar 5. Peta Jalan Jendral Ahmad Yani ................................................. 35
Gambar 6. Ruas jalan Jendral Ahmad Yani depan ramayana ..................... 36
Gambar 7. Ruas jalan Jendral Ahmad Yani simpang siang malam ............ 36
Gambar 8. Ruas jalan Jendral Ahmad Yani simpang jembatan Ogan 1 ..... 36
Gambar 9. Kondisi Trotoar jalan Jendral A. Yani depan SD.N.8 OKU .... 37
Gambar 10. Kondisi Trotoar jalan Jendral A. Yani depan SD.N.2 OKU .. 37
Gambar 11. Kondisi Trotoar jalan Jendral A. Yani seberang ramayana ... 37
Gambar 12. Kondisi Zebra cross seberang SD.N.2 OKU ......................... 38
Gambar 13. Kondisi Zebra cross seberang ramayana ............................... 38
Gambar 14. Kondisi Zebra cross seberang percetakan angkasa ................ 38
Gambar 15. Formulir survey lalu lintas ...................................................... 45
Gambar 16. Diagram Kartesius ................................................................... 53
Gambar 17. Diagram Alur Penelitian.......................................................... 56
Gambar 18. Grafik Survey Kendraraan pada Hari Kerja ............................ 64
Gambar 19. Grafik Survey Kendraraan pada Hari Libur ............................ 64
Gambar 20. Grafik Survey Pengguna Trotoar pada hari kerja................... 66
Gambar 21. Grafik Survey Pengguna Trotoar pada hari libur .................. 67
Gambar 22. Grafik Survey Pengguna Trotoar pada hari kerja dan libur ... 68
Gambar 23. Grafik Survey Pengguna zebra cross pada hari kerja .............. 70
Gambar 24. Grafik Survey Pengguna zebra cross pada hari libur ............. 71
Gambar 25. Grafik Survey Pengguna Trotoar pada hari kerja dan libur ... 72
Gambar 26. Persentase pengguna jalan hasil kuisioner .............................. 73
Gambar 27. Karakteristik pengguna pedestrian dari gender ...................... 74
Gambar 28. Karakteristik pengguna pedestrian dari pendidikan ............... 75
Gambar 29. Karakteristik pengguna pedestrian dari usia .......................... 75
Gambar 30. Karakteristik pengguna pedestrian dari pekerjaan ................. 76
Gambar 31. Karakteristik pengguna pedestrian dari penghasilan .............. 76
Gambar 32. Jenis fasilitas penyeberangan jalan yang terpilih .................... 77
Gambar 33. Alasan pemilihan fasilitas penyeberangan jalan ..................... 78
Gambar 34. Karakteristik yang tidak menggunakan pedestrian dari gender. 78
Gambar 35. Karakteristik yang tidak menggunakan pedestrian dari Usia…. 79
Gambar 36. Karakteristik tidak menggunakan pedestrian dari pendidikan 79
Gambar 37. Karakteristik tidak menggunakan pedestrian dari pekerjaan .. 80
Gambar 38. Karakteristik tidak menggunakan pedestrian dari penghasilan 80
Gambar 39. Jenis fasilitas penyeberangan yang terpilih ........................... 81
Gambar 40. Hasil pemilihan fasilitas penyeberangan jalan ....................... 81
Gambar 41. Hasil pengolahan diagram kartesius trotoar ............................ 99
Gambar 42. Hasil pengolahan diagram kartesius Zebra cross .................. 101
Gambar 43. Kondisi lantai trotoar menggunakan keramik licin ................. 114
Gambar 44. Kondisi trotoar dengan hambatan pedagang kaki lima ........... 115
Gambar 45. Kondisi trotoar dengan penghalang kayu spanduk ................. 115
Gambar 46. Kondisi trotoar dengan penghalang pot bunga………………. 115
Gambar 47. Kondisi trotoar dengan penghalang umbul - umbul ........... …. 116
Gambar 48. Dimensi lebar trotoar sesuai spesifikasi .................................. 117
Gambar 49. Kemudahan trotoar untuk dilihat dan dicapai ......................... 117
Gambar 50. Pencahayaan yang kurang pada malam hari…………………. 118
Gambar 51. Kurangnya peluang menyeberang menggunakan zebra cross . 119
Gambar 52. Kemudahan zebra cross untuk dapat dilihat dan dicapai ........ 119
Gambar 53. Kondisi cat zebra cross yang masih baik ................................ 120
Gambar 54. Penerangan Zebra cross yang kurang pada malam hari ........ 120
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pedestrian berasal dari bahasa yunani yaitu “pedos” yang berarti kaki, sehingga
pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki. Sedangkan pejalan kaki adalah
setiap orang yang berjalan kaki di ruang lalu lintas jalan menurut pasal 1 angka 26
Undang - undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
Jalan kaki merupakan salah satu moda transportasi, sehingga suatu moda
transportasi memiliki beberapa fasilitas – fasilitas yang telah ditetapkan sesuai
dengan moda tersebut. Menurut tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di
perkotaan oleh Departemen Pekerjaan Umum, tahun 1995 “ Semua bangunan
yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan kepada pejalan
kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyamanan
pejalan kaki”.
Kabupaten Ogan Komering Ulu, khususnya Kota Baturaja pada Jalan Jenderal
Ahmad Yani merupakan kawasan yang cukup padat lalu lintasnya karena banyak
ruang publik seperti sekolahan, perkantoran, pusat perbelanjaan dan rumah sakit
yang berada pada jalan ini. Jalan Jenderal Ahmad Yani terletak dipusat Kota
Baturaja sehingga pada daerah ini fungsi akan jalur pedestrian sangatlah
berpengaruh terhadap tingkah laku pengguna jalan khususnya pejalan kaki.
Namun, melihat situasi yang ada pada kawasan ini terdapat beberapa jalur
2
pedestrian yang tidak berjalan sesuai fungsinya. Jalur pedestrian yang ada juga
mengabaikan aspek kenyamanan serta berkurangnya luas ruang gerak bagi pejalan
kaki karena terjadinya penyalahan fungsi atas elemen ruang publik yaitu jalur
pedestrian yang digunakan oleh para PKL (Pedagang Kaki Lima), penempatan
tempat pot – pot bunga yang besar – besar yang hampir memakan setengah dari
trotoar dengan jarak yang rapat, serta parkir kendaraan yang tidak beraturan,
kondisi fasilitas pedestrian yang tidak sesuai di beberapa tempat seperti lebar
trotoar yang tidak sesuai dengan standar, material lantai trotoar yg licin sehingga
dapat membahayakan pengguna jalan pada kondisi hujan atau lantai basah,
kondisi cat pada zebra cross yang sudah banyak kabur dan tidak memenuhi
kriteria prinsip standar fasilitas pedestrian, kurangnya penjaga keamanan yang
mengatur lalu lintas terutama pada jam – jam sibuk serta penerangan yang kurang
pada saat malam hari dan pada waktu gelap sehingga hal ini sangatlah
mengganggu kenyamanan dan keamanan baik bagi pejalan kaki maupun
pengguna jalan lain. Oleh karena itu hal ini sangatlah menarik untuk dikaji lebih
lanjut, tentang kondisi dan segala permasalahan yang ada serta solusi yang ada
pada jalur pedestrian pada jalan ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pembangunan trotoar dan zebra cross di Jalan A. Yani sudah sesuai
dengan standar ?
2. Apakah trotoar dan zebra cross di Jalan A. Yani sudah memiliki kinerja yang
baik dalam pelayanan terhadap pejalan kaki ?
3
3. Apakah pejalan kaki sudah menggunakan fasilitas pedestrian di Jalan A.
Yani Kota Baturaja sesuai dengan fungsinya?
4. Faktor apakah yang mempengaruhi kinerja trotoar dan zebra cross di Jalan
A. Yani Kota Baturaja?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui ketepatan perencanaan dan pembangunan fasilitas pejalan kaki
trotoar dan zebra cross di jalan A. Yani Kota Baturaja.
2. Mengetahui kinerja fasilitas penjalan kaki trotoar dan zebra cross di jalan A.
Yani Kota Baturaja.
3. Mengetahui karakteristik ( perilaku ) pejalan kaki pada fasilitas pedestrian di
jalan A. Yani Kota Baturaja.
4. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi hasil dari kinerja trotoar dan
zebra cross di jalan A. Yani Kota Baturaja.
1.4 Batasan Masalah
Batasan – batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas pejalan kaki trotoar dan zebra cross yang berada diruas jalan A.
Yani Kota Baturaja.
2. Data yang diamati antara lain data volume lalu – lintas, data volume
penyeberang jalan dan data geometri jalan
3. Kemampuan fasilitas pejalan kaki seperti trotoar dan zebra cross untuk
mengakomodasi kebutuhan pejalan kaki.
4
1.5 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu kajian tentang
ilmu teknik sipil yang berkaitan dengan informasi ketepatan perencanaan
trotoar dan zebra cross serta efektivitas kinerja zebra cross dan trotoar di
Kota Baturaja khususnya yang berada pada ruas jalan Jendral A. Yani serta
memberikan informasi karakteristik penyeberang jalan di Kota Baturaja.
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
informasi bagi pengambil kebijakan dalam mengatasi permasalahan lalu –
lintas seperti membuat peraturan perencanaan dan penggunaan fasilitas
pejalan kaki seperti trotoar dan zebra cross yang ada di Kota Baturaja.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pejalan Kaki
Berjalan kaki merupakan sarana yang relatif mudah dan murah untuk
mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dilayani oleh moda - moda angkutan
lainnya, Amos Rapoport (1977) mengatakan bahwa, berjalan kaki mempunyai
kelebihan yaitu kecepatan rendah sehingga menguntungkan, karena dapat
memahami Iingkungan sekitar dan mengamati obyek secara mendetail serta
mudah menyadari lingkungan sekitarnya. Sedangkan Gideon Geovani (1977)
mengungkapkan bahwa berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang
menghubungkan antara fungsi kawasan perdagangan, kawasan budaya dan
kawasan permukiman.
Berjalan kaki memiliki kelebihan dalam urban design, yaitu manusia memiliki
waktu untuk melihat visual kota dalam melakukan aktivitasnya, sehingga
menjadikan masyarakat lebih mengenali kotanya. Dengan hal itu, berjalan kaki
merupakan suatu sarana transportasi yang sangat berperan dalam perdagangan,
untuk memberi kesempatan bagi pejalan kaki untuk melihat dan berpindah
tempat dalam jarak yang dekat pada suatu tempat / pertokoan dalam
kawasan perdagangan.
6
Berjalan kaki menghadapi kendala dalam hal jarak tempuh, peka terhadap
gangguan alam dan hambatan yang diakibatkan oleh laiu lintas
kendaraan ( Syaifuddin, 1988). Sebagai modal angkutan, berjalan kaki menjadi
lebih penting khususnya pada jalur - jalur yang tidak memungkinkan untuk
dilalui oleh moda angkutan Iainnya, Sedangkan "sebagai bagian dari sistem
transportasi kota, moda tersebut memerlukan keterpaduan dengan sistem
jaringan jalan, sehingga terjadi saling kesinambungan dengan berbagai moda
transportasi. Dengan berjalan kaki bebas mengatur langkah, berhenti,
berbelok dan bebas mengatur kontak dengan lingkungan sekitarnya, sehingga
berjalan kaki bukan sekedar moda transportasi, tetapi sebagai sarana interaksi
dan komunikasi sosial masyarakat kota (Spreigen, 1965). Dari uraian tersebut
dapat diidentifikasikan kelebihan moda berjalan :
1. Terus menerus tersedia, karena alat angkut yang digunakan adalah kaki.
2. Waktu dan rutenya sangat fleksibel, karena dapat disesuaikan dengan keinginan
3. Mampu menghantar pemakainya tepat sampai tujuan yang hendak dicapai
4. Menguntungkan karena mudah dilakukan dan murah tidak memerlukan biaya
5. Menguntungkan untuk kegiatan yang membutuhkan kontak langsung.
2.2. Perilaku Manusia
Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri
individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak diluar
dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan.
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku di
kelompokkan menjadi 3 (tiga),yaitu :
7
1. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan
perubahan pada lingkungan fisik, sosial,budaya atau pun ekonomi dimana dia
hidup dan beraktifitas.
2. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena
memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change) ialah
perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program
baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan
perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan pemikiran dan
perasaan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok,yaitu :
1. Pemikiran dan perasaan
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap
dan lain-lain.
2. Orang penting sebagai referensi apabila seseorang itu penting bagi kita, maka
apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah
yang dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya
Adalah fasilitas – fasilitas misalnya: waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan
dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif
maupun negatif.
8
4. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut
kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan
dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap
perilaku.
Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku
dipengaruhi oleh faktor – faktor pemikiran dan perasaan, orang yang dijadikan
contoh atau referensi, sumber – sumber daya seperti uang, waktu, tenaga kerja,
keterampilan dan pelayanan serta kebudayaan. Oleh sebab itu, perilaku yang
sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda. Perilaku yang optimal akan
memberi dampak pada status kesehatan yang optimal.
Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau
masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak yang mengarah kepada upaya pribadi
atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Perilaku
dapat dibatasi sebagai jiwa ( berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya)
(Notoatmodjo,1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek
tersebut. Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 ( tiga )
jenis,yaitu :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.
2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri, sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku
manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut
9
(lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat
nonfisik, tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku
manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala
budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan
terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.
2.3. Perilaku Berlalu Lintas
Tingkat kesadaran hukum masyarakat pemakai jalan dapat diukur dari
kemampuan dan daya serap tiap individu dan bagaimana penerapannya di jalan
raya (Naning,1982:12). Berfungsinya hukum secara baik dan efisien tergantung
dari kondisi peraturan lalu lintas yang berlaku, kemampuan penegak hukum dalam
melakukan pengaturan lalu lintas serta fasilitas lalu lintas yang disediakan dan
kondisi pemakai jalan raya. Apabila hal tersebut terpenuhi, maka hukum
sebagaimana dimaksud dapat berfungsi secara efektif dan efisien.
2.4. Etika Dalam Berkendara
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral
yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia,
baik secara pribadi maupun sebagai kelompok ( Salam, 2007: 1 ) Etika
berkendara itu perlu, tujuannya adalah untuk menghormati, menghargai dan
menjaga keselamatan orang lain. Faktor yang mempengaruhi pengemudi nyaman
dalam berkendara yaitu:
10
1. Faktor internal ( dalam )
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam pribadi pengendara yaitu
segala sesuatu yang menunjang hingga terciptanya rasa aman dan nyaman
dalam berkendaraan ialah sikap ketika kita berkendara.
2. Faktor eksternal (luar)
Faktor eksternal adalah suatu sikap yang timbul karena ada dorongan atau
pengaruh dari luar. Biasanya terjadi ketika lingkungan tempat kita tinggal atau
komunitas kita sedang populer atau asyik dalam memodifikasi kendaraannya.
Tetapi yang salah dari modif itu adalah tidak memperhatikan sama sekali
terhadap keselamatan dan kenyamanan dalam berkendaraaan.
2.5. Fasilitas Pejalan Kaki
Fasilitas Pejalan Kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang disediakan
untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi kelancaran, keamanan
dan kenyamanan, serta keselamatan bagi pejalan kaki. Fasilitas pejalan kaki
yang formal terdiri dari beberapa jenis antara lain sebagai berikut :
A. Trotoar
Trotoar adalah pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan ( Damija ) ,
diberi lapisan permukaan , diberi elevasi yang lebih tinggi dari permukaan
perkerasan jalan , dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu – lintas kendaraan.
B. Penyeberangan
Fasilitas penyeberangan terdiri dari :
1. Jembatan Penyeberangan Orang
11
Zebra Cross orang atau yang biasa disingkat (JPO) adalah fasilitas pejalan kakii
untuk menyebrang jalan yang ramai dan lebar atau menyebrang jalan dengan
menggunakan jembatan , sehingga orang dan lalu lintas kendaraan dipisah
secara fisik
2. Zebra cross
Merupakan tempat penyebrangan di jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki
yang akan menyebrang jalan, dinyatakan dengan marka jalan berbentuk garis
membujur berwarna putih dan hitam yang tebal garisnya 300mm dan dengan
celah yang sama dan panjang sekurang – kurangnya 2500mm, menjelang zebra
cross masih ditambah lagi dengan larangan parkir agar pejalan kaki yang akan
menyebrang dapat terlihat oleh pengemudi kendaraan dijalan. Pejalan kaki
yang berjalan diatas zebra cross mendapatkan prioritas terlebih dahulu. Disebut
sebagai zebra cross karena menggunakan warna hitam dan putih seperti warna
pada hewan zebra dari kelompok hewan kuda yang hidup di Afrika.
3. Pelican cross
Pelican cross adalah fasilitas penyebrangan pejalan kaki yang dilengkapi
dengan lampu lalu lintas untuk menyebrang jalan dengan aman dan nyaman
4. Terowongan
Terowongan penyebrangan adalah salah satu cara lain yang digunakan untuk
memberikan kemudahan bagi pejalan kaki adalah dengan menyediakan
terowongan dibawah jalan tetapi khusus untuk terowongan mesti dilakukan
pengawasan yang ketat atau di beri kamera pengintai ( CCTV ) karena
keamanannya kurang baik.
12
C. Non Trotoar
Non trotoar adalah jalur pejalan kaki yang dibangun pada prasarana umum lainnya
diluar jalur; seperti pada taman , diperumahan dan lain – lain. Pelengkap jalur
pejalan kaki terdiri dari :
1. Lapak tunggu
Adalah tempat dimana penyebrang jalan dapat berhenti untuk sementara dalam
menunggu kesempatan menyeberang.
2. Rambu lalu lintas
Rambu lalu lintas adalah bagian dari perlengkapan jalan yang memuat
lambang, huruf, angka, kalimat dan / atau perpaduan diantaranya , yang
digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah, dan petunjuk bagi
pemakai jalan. Rambu lalu lintas diatur menurut peraturan menteri
perhubungan nomor 13 tahun 2014. Agar rambu dapat terlihat baik siang
ataupun malam atau pada waktu hujan maka bahan harus terbuat dari material
retro – reflektif.
3. Marka jalan
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi
untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu
lintas. Marka jalan diatur dalam peraturan menteri perhubungan nomor 34
tahun 2014.
13
4. Lampu lalu lintas
Menurut UU no. 22/2009 tentang lalu lintas dan Angkutan jalan; alat pemberi
isyarat lalu lintas atau APILL adalah lampu yang mengendalikan arus lalu
lintas yang terpasang dipersimpangan jalan, tempat penyebrangan pejalan kaki
( zebra cross ), dan tempat arus lalu lintas lainnya. Lampu ini yang
menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti secara bergantian
dari berbagai arah. Lampu lalu lintas telah diadopsi di hampir semua kota di
dunia ini lampu lalu lintas menggunakan warna yang diakui secara universal;
untuk menandakan berhenti adalah warna merah, hati – hati yang ditandai
dengan warna kuning , dan hijau yang berarti dapat berjalan.
5. Bangunan pelengkap
Adalah bangunan – bangunan yang merupakan pendukung dari jalan antara
lain seperti ; jembatan, tempat parkir, gorong – gorong, tembok penahan,
saluran dll. Sedangkan perlengkapan jalan adalah perlengkapan – perlengkapan
guna menambah kenyamanan bagi pengguna jalan, misalnya rambu – rambu
lalu lintas, pagar pengaman dan lain – lain.
Di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalu- Lintas dan Angkutan Jalan, Bagian Keenam disebutkan mengenai Hak
dan
Kewajiban Pejalan Kaki dalam Berlalu Lintas. Pasal 131 :
a. Pejalan Kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar,
tempat penyeberangan, dan fasilitas lain.
b. Pejalan Kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat menyeberang Jalan
ditempat penyeberangan.
14
c. Dalam hal belum tersedia fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pejalan kaki berhak menyeberang di tempat yang dipilih dengan
memperhatikan keselamatan dirinya.
Menurut Fruint (1971) dalam Setyawan (2006) perencanaan fasilitas bagi pejalan
kaki, termasuk penyebrangan haruslah memperhatikan tujuh sasaran utama yaitu :
1. keselamatan (safety),
2. keamanan (security),
3. kemudahan (convenience),
4. kelancaran (continuity),
5. kenyamanan (comfort),
6. keterpaduan system ( system coherence), dan
7. daya Tarik (attractiveness).
Faktor tersebut saling berhubungan serta saling tumpang tindih. Bila terjadi
perubahan salah satu faktor tersebut maka dapat mempengaruhi hal yang lain.
Dalam Setyawan (2006) O’Flaherty (1997) mengelompokkan fasilitas
penyeberangan jalan menjadi dua jenis yaitu :
a. Penyeberangan sebidang (at-grade crossing) yaitu tipe fasilitas penyeberngan
yang paling banyak digunakan karena biaya pengadaan dan operasional
murah. Bentuk umum berupa uncontrolled crossing (penyeberangan tampa
sinyal), light-controlled crossing (penyeberangan lampu bersinyal), serta
person-controlled crossing (penyeberangan yang diatur oleh manusia).
Ada beberapa jenis penyeberangan sebidang yaitu zebra cross tanpa atau
dengan pelindung dan pelikan tanpa atau dengan pelindung. Penyeberangan
tanpa pelindung adalah penyeberangan yang tidak dilengkapi dengan pulau
15
pelindung. Sedangkan penyeberangan dengan pelindung adalah
penyeberangan yang dilengkapi dengan pulau pelindung dan rambu
peringatan awal bangunan pemisah untuk lalu lintas dua arah.
Syarat penempatan zebracross yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Tidak dibolehkan di mulut simpang atau diatas pulau maya.
2. Pada jalan minor harus ditempatkan 15 m dibelakang garis henti dan
sebaiknya dilengkapi dengan marka jalan yang mengarahkan arus lalu
lintas.
3. Memperhatikan interaksi dari sistem perioritas antara lain jumlah lalu
lintas yang membelok, kecepatan dan penglihatan pengemudi.
4. Jalan yang lebarnya lebih dari 10 m sebaiknya diberi pelindung.
Sedangkan untuk penempatan pelikan harus ditempatkan minimal 20 m dari
simpang. Kriteria dalam memilih fasilitas penyeberangan sebidang didasarkan
pada rumus empiris PV2, dengan :
P = arus pejalan kaki yang menyeberang diruas jalan sepanjang 100 m tiap
jamnya (orang/jam )
V = arus lalu lintas dalam dua arah tiap jam ( kpj ).
Nilai P dan V merupakan arus rata-rata pejalan kaki dan kendaraan dalam jam
tersibuk. Dari ketentuan ini direkomendasikan pemilihan jenis penyeberangan
sebidang dapat dilihat pada Tabel 1.
16
Tabel 1. Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Perkotaan DPU - 1997
Sumber : Perekayasaan Fasilitas Pejalan kaki di Perkotaan DPU – 1997 dalam Zilhardi Idris
b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) yaitu pemisahan
ketinggian antara pejalan kaki dan kendaraan. Pertama dikenalkan oleh
Leonardo da Vinci yang merencanakan kota dengan system jalan raya
berganda (double network streets) dimana para pejalan kaki berada di level
atas dan kendaraan berada di level bawah.
Jenis fasilitas penyeberangan tidak sebidang dapat berupa zebra cross atau
terowongan penyeberangan. Fasilitas ini ditempatkan pada ruas jalan yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana > 70 km/jam
2. Pada kawasan strategis, tapi para penyeberang jalan tidak memungkinkan.
3. Untuk menyeberang jalan, kecuali hanya pada Zebra Cross.
4. PV2> 2x108, dengan : P > 1100 orang/jam dan V > 750 kend/jam. Nilai V
yang diambil adalah dari arus rata-rata selama 4 jam tersibuk.
Berdasarkan penjelasan dari TRRL (1991), Hartanto (1986), Levinson (1975),
Wright (1975) dan Bruce (1965) bahwa idealnya fasilitas penyeberangan jalan
memang harus dipisahkan dari arus kendaraan berupa Zebra Cross (overpass/
17
crossing bridge/ foot bridge), penyeberangan bawah tanah, (skywalk) sehingga
tidak terjadi konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan serta tidak
menimbulkan tundaan bagi kendaraan (Setyawan, 2006)
TRRL (1991) dan Bruce (1965) menyatakan bahwa meskipun dibutuhkan biaya
investasi yang tinggi, fasilitas penyeberangan tidak sebidang mampu menjamin
keselamatan penyeberang jalan, namun fasilitas tersebut tidak dimanfaatkan
secara maksimal dikarnakan pejalan kaki enggan untuk mengubah level
ketinggian jalur yang dilewatinya (Setyawan, 2006).
Allos (1983) dan Bruce (1965) mengungkapkan bahwa Zebra Cross mempunyai
lebih banyak keunggulan daripada penyeberangan bawah tanah. Pembangunannya
lebih mudah dan murah. Selain itu, penyeberangan bawah tanah banyak
mengalami kendala antara lain; keamanan, ventilasi, pencahayaan serta drainase.
Akan tetapi penyeberangan bawah tanah lebih mampu melindungi pejalan kaki
dari cuaca panas dan hujan.
2.6. Ketentuan Pembangunan Trotoar
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Bina Teknik No : 011/T/B/ 1995 dalam
“Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di kawasan Perkotaan”,
pembangunan Trotoar dapat dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur
lalu– lintas. Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan , akan tetapi trotoar
dapat tidak sejajar dengan jalan bila keadaan topografi atau keadaan setempat
yang tidak memungkinkan.
18
2. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau
di atas saluran drainase yang telah ditutup dengan plat beton yang memenuhi
syarat.
3. Trotoar pada perhentian bus harus ditempatkan berdampingan / sejajar dengan
jalur bus. Trotoar dapat ditempatkan di depan atau belakang halte.
4. Trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume pejalan
kaki lebih dari 300 orang per 12 jam (jam 6.00 - jam 18.00) dan volume lalu
lintas lebih dan 1000 kendaraan per 12 jam (jam 6.00 -jam 18.00).
5. Ruang bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman bebas tidak
kurang dari satu meter dan permukaan trotoar. Kebebasan samping tidak
kurang dan 0,3 meter. Perencanaan pemasangan utilitas selain harus
memenuhi ruang bebas trotoar juga harus memenuhi ketentuan-ketentuan
dalam buku petunjuk pelaksanaan pemasangan utilitas.
6. Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada. Lebar
minimum trotoar sebaiknya seperti yang tercantum dalam tabel. 1 sesuai
dengan klasifikasi jalan
Tabel 2. Lebar Trotoar Minimum
Klasifikasi Jalan Rencana Standar
Minimum (m)
Lebar Minimum
( Pengecualian )
Tipe II
Kelas I 3,0 1,5
Kelas II 3,0 1,5
Kelas III 1,5 1,0
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Bina Teknik No : 011/T/B/ 1995
19
A. Spesifikasi Teknis Jalur Pejalan Kaki (Trotoar)
Spesifikasi teknis jalur pejalan kaki ( Trotoar ) adalah :
1. Lebar dan alinyemen jalur pejalan kaki harus leluasa, minimal bila dua
orang pejalan kaki berpapasan, salah satu diantaranya tidak harus turun ke
jalur lalu lintas kendaraan.
2. Lebar minimum jalur pejalan kaki adalah 1,50 meter.
3. Maksimum arus pejalan kaki adalah 50 pejalan kaki / menit.
4. Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki
maka jalur harus diperkeras, dan apabila mempunyai perbedaan tinggi dengan
sekitarnya harus diberi pembatas (dapat berupa kerb atau batas penghalang /
barrier).
5. Perkerasan dapat dibuat dan blok beton, beton, perkerasan aspal, atau
plesteran. Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2-4%
supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan memanjang disesuaikan dengan
kemiringan memanjang jalan dan disarankan kemiringan maksimum adalah
10%.
6. Lebar jalur pejalan kaki harus ditambah, bila patok rambu lalu lintas,
kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas umum lainnya ditempatkan pada
jalur tersebut.
7. Lebar minimum jalur pejalan kaki diambil dari lebar yang dibutuhkan
untuk pergerakan 2 orang pejalan kaki secara bergandengan atau 2 orang
pejalan kaki yang berpapasan tanpa terjadinya persinggungan. Lebar absolut
20
minimum jalur pejalan kaki ditentukan 2 x 75 cm + jarak antara dengan
bangunan-bangunan di sampingnya, yaitu (2 x 15 cm) = 1,80m. Dalam
keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum dipakai rumus :
………… ( 1 )
dimana,
LT = Lebar total jalur pejalan kaki
Lp = Lebar jalur pejalan kaki yang diperlukan sesuai dengan kenyamanan
yang diinginkan.
Lh = Lebar tambahan akibat halangan bangunan – bangunan disampingnya
8. Besarnya penambahan lebar dapat dilihat pada tabel 3. Penambahan Lebar
Jalur Pejalan Kaki
Tabel 3. Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki
Fasilitas Lebar Tambahan (cm)
1) Patok penerangan
2) Patok lampu lalu-lintas
3) Rambu lalu-lintas
4) Kotak surat
5) Keranjang sampah
6) Tanaman peneduh
7) Pot bunga
75 – 100
100 – 120
75 – 100
100 - 120
100
60 - 120
150
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Bina Teknik No : 011/T/B/ 1995
Syarat-Syarat Trotoar yang Baik
1. Penempatan Yang Tepat
Penempatan yang tepat menjadi salah satu syarat trotoar yang baik. Panduan
penempatan trotoar yang tepat antara lain:
1. Trotoar dibangun dikawasan yang mempunyai potensi menimbulkan pejalan
kaki seperti perumahan, sekolah, pusat perkantoran, pusat perbelanjaan,
terminal bus, dan lain lain.
LT = Lp + Lh
21
2. Jalur pejalan kaki dapat direncanakan pada ruas jalan dengan volume pejalan
kaki diatas 300 orang per 12 jam dan volume lalu lintas diatas 1000 kendaraan
per 12jam.
3. Trotoar ditempatkan pada sisi luar bahu jalan. Jika telah terdapat jalur parkir,
trotoar ditempatkan disisi luar jalur lalu lintas.
4. Trotoar dibuat sejajar dengan jalan, namun jika keadaan topografi tidak
memungkinkan dapat dibuat tidak sejajar dengan jalan.
5. Untuk area pemberhentian bus (halte), trotoar harus ditempatkan berdampingan
atau sejajar dengan jalur bus dan dapat ditempatkan didepan maupun
dibelakang halte.
6. Trotoar ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau diatas
saluran drainase yang tertutup.
Penempatan trotoar yang tepat dapat dilihat pada gambar berikut ini Gambar. 1.
Gambar.1. Penempatan trotoar di belakang halte
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Bina Teknik No : 011/T/B/ 1995
2. Memiliki Dimensi Yang Tepat
Gambar 2. Dimensi ruang bebas trotoar
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Bina Teknik No : 011/T/B/ 1995
1. Trotoar harus memiliki ruang bebas yaitu area dimana tidak ada gangguan atau
benda yang menghalangi. Tinggi bebas minimal 2,5 meter; kedalaman bebas
minimal 1 meter dan kebebasan samping minimal 0,3 meter.
2. Jalur pejalan kaki disarankan memiliki lebar minimal 2 meter. Pada keadaan
tertentu lebar trotoar dapat direncanakan sesuai dengan batasan lebar minimum
berikut:
Tabel 4. Lebar minimum trotoar berdasarkan penggunaan lahan sekitarnya
Penggunaan lahan
sekitarnya
Lebar minimum (m)
Perumahan 1,5
Perkantoran 2,0
Industri 2,0
Sekolah 2,0
Terminal/stop bus 2,0
Pertokoan/perbelanjaan 2,0
Jembatan/terowongan 1,0
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Bina Teknik No : 011/T/B/ 1995
23
3. Struktur dan kemiringan sesuai
Gambar 3. Kemiringan melintang trotoar
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Bina Teknik No : 011/T/B/ 1995
a. Trotoar harus diperkeras dengan blok beton, beton, perkerasan aspal, atau
plesteran.
b. Permukaan trotoar harus rata dan memiliki kemiringan melintang 2-4%.
Sedangkan untuk kemiringan memanjang trotoar dapat disesuaikan dengan
kemiringan memanjang jalan dan disarankan maksimal 10%. Kemiringan ini
bertujuan agar tidak terjadi genangan air.
4. Memiliki Tangga
Penggunaan tangga diperlukan pada jembatan penyebrangan jalan, terowongan
penyebrangan jalan, dan trotoar yang memiliki kemiringan memanjang lebih dari
10%. Adanya tangga akan memudahkan pejalan kaki melewati area yang
menanjak.
24
5. Ramah Bagi Difabel
Syarat trotoar yang baik selanjutnya adalah trotoar harus ramah bagi difabel.
Penyandang difabel perlu diperhatikan kemudahannya dalam mengakses fasilitas
umum termasuk trotoar. Agar ramah bagi difabel, trotoar harus dibangun dengan
permukaan kasar dan keramik berulir atau keramik bertanda khusus (guiding
block) sehingga memudahkan difabel dalam menggunakan trotoar.
6. Nyaman & Aman
Jalur pedestrian perlu dipasangi tiang pembatas agar kendaraan bermotor tidak
bisa menerobos melewati trotoar. Selain itu, trotoar juga perlu ditanami
pepohonan yang rindang sehingga menjadi lebih sejuk/teduh dan peja lan kaki
tidak kepanasan. Pepohonan juga berfungsi sebagai penyerap polusi kendaraan
bermotor sehingga udara menjadi lebih bersih. Trotoar juga harus bebas dari
kegiatan ekonomi. Seringkali trotoar dijadikan tempat berdagang oleh para
pedagang. Padahal keberadaan pedagang tersebut dapat mengurangi kenyamanan
para pejalan kaki. Sedangkan untuk keamanan pejalan kaki saat malam hari, jalur
pedestrian perlu dipasangi lampu penerang jalan utama (PJU). Keadaan trotoar
yang terang dapat meminimalisir tindak kejahatan.
7. Menggunakan penutup lubang saluran utilitas/drainase
Syarat trotoar yang baik yang terakhir dan tidak kalah penting yaitu menggunakan
penutup lubang saluran utilitas/drainase. Trotoar yang dibangun diatas saluran
drainase biasanya memiliki lubang (manhole) untuk mengakses ke saluran
drainase tersebut. Lubang tersebut harus ditutup agar para pejalan kaki tidak
terjatuh atau terperosok ke dalam lubang saluran drainase. Untuk menutup lubang
25
saluran drainase digunakan tutup manhole atau manhole cover. berdesain kotak
dapat dipilih untuk digunakan di area trotoar karena manhole cover tipe ini akan
serasi dengan keramik yang digunakan di area trotoar yang juga berdesain kotak.
2.7. Ketentuan Pembangunan Zebra Cross
Zebra cross dipasang dengan ketentuan sebagai – berikut :
1. Zebra cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu lintas, kecepatan lalu-
lintas dan arus pejalan kaki yang relatif rendah.
2. lokasi Zebra cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup, agar tundaan
kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas penyebrangan masih
dalam batas yang aman.
Penyebrangan terbagi menjadi 2 ( Dua ) kelompok yaitu :
(1) Penyebrangan sebidang (at-grade)
Zebra cross merupakan penyeberangan sebidang dipasang dengan ketentuan sebagai
Berikut :
a. Zebra cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu lintas,kecepatan
lalu lintas dan arus pejalan kaki yang relatif rendah.
b. Lokasi zebra cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup agar
tundaan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas
penyeberangan masih dalam batas yang aman.
c. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki ada kaitannya dengan trotoar,
maka fasilitas penyeberangan pejalan kaki dapat berupa perpanjangan dan
trotoar.
26
d. Untuk penyeberangan dengan zebra cross dan Pelikan cross sebaiknya
ditempatkan sedekat mungkin dengan persimpangan.
e. Lokasi penyeberangan harus terlihat jelas oleh pengendara dan ditempatkan
tegak lurus sumbu jalan.
Gambar.4. Kurva Fasilitas penyebrangan berdasarkan PV2
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Bina Teknik No : 011/T/B/ 1995
Catatan :
- Arus penyeberang jalan dan arus lalu-lintas adalah rata-rata arus lalu-lintas
pada jam-jam sibuk
- Lebar jalan merupakan faktor penentu untuk perlu atau tidaknya dipasang
lapak tunggu
(2) Penyeberangan Tidak Sebidang (elevated/Underground)
Penyeberangan tidak sebidang terdiri atas 2 kategori yakni : Elevated / jembatan
dan Underground / Terowongan. Fasilitas ini membutuhkan perencanaan yang
lebih rumit dan mahal jika dibandingkan dengan penyeberangan sebidang.
Fasilitas ini bermanfaat jika ditempatkan di jalan dengan arus penyeberang jalan
dan kendaraan berkecepatan tinggi.
27
2.8 Lalu Lintas
Menurut Undang-Undang No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan angkutan
Jalan, lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan. Dalam
pengertian umum (Kamus Bahasa Bahasa Indonesia,1996:151) bahwa lalu lintas
adalah perhubungan antara suatu tempat dengan tempat yang lain. Menurut
Poerwadarminta dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1993:55) menyatakan
bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal perjalanan
dijalan dan sebagainya serta berhubungan antara sebuah tempat dengan tempat
lainnya.
A. Arus lalu lintas
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), arus lalu lintas adalah jumlah
kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalan per satuan waktu,
dinyatakan dalam kendaraan/jam, smp /jam atau LHRT (Lalu lintas harian rata-
rata tahunan). Arus lalu lintas jalan perkotaan dibagi men- jadi 4 jenis yaitu :
1. Kendaraan ringan / Light Vehicle (LV)
Meliputi kendaraan bermotor 2as beroda empat dengan jarak as 2m-3m.
2. Kendaraan berat / Heavy Vehicle (HV)
Meliputi kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari3,5 m biasanya beroda
lebih dari empat (termasuk bis, truk dua as,truk tiga as dan truk kombinasi
sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
3. Sepedamotor/ Motor Cycle (MC)
Kendaraan bermotor beroda dua atau tiga (termasuk sepeda motor dan
kendaraan beroda tiga sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
28
4. Kendaraan tak bermotor/ Un Motorized (UM)
Kendaraan beroda yang mengunakan tenaga manusia atau hewan(termasuk
sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina
Marga). Pengaruh kehadiran kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai
kejadian terpisah dalam faktor penyesuaian hambatan samping.
B. Volume lalu lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik
pengamatan pada suatu ruas jalan tertentu per satuan waktu, sehingga dapat
dinyatakan dalam persamaan (MKJI, 1997) :
V = ― ……………( 2 )
Dimana: V = Volume lalu lintas yang melewati titik pengamatan
n = Jumlah kendaraan yang melewati titik pengamatan
t = Interval waktu pengamatan
C. Kecepatan Lalu Lintas
Kecepatan adalah rata-rata jarak yang dapat ditempuh suatu kendaraan pada suatu
ruas jalan dalam satu satuan waktu tertentu (Hobbs,1995). Kecepatan dari suatu
kendaraan dipengaruhi oleh faktor-faktor manusia, kendaraan dan prasarana, serta
dipengaruhi pula oleh arus lalu lintas, kondisi cuaca dan lingkungan alam
sekitarnya. Dengan didapatnya waktu perjalanan dan jarak perjalanan maka
kecepatan perjalanan dan kecepatan bergerak akan didapat. Sehingga, dapat
dinyatakan dalam rumus (1) sebagai berikut:
29
S = d ………. ( 3 )
t
Dimana : S=Kecepatan (km/jam,m/det)
d =Jarak yang ditempuh kendaraan (km, m)
t =Waktu tempuh kendaraan (jam, det)
2.9 Kuisioner
Kuisioner merupakan suatu alat pengumpulan data yang merupakan komunikasi
dengan para responden berupa suatu pertanyaan yang diberikan oleh peneliti
untuk diisi oleh para responden. Kemudian hasil dari data responden tersebut di
ubah dalam bentuk angka, analisa, uraian serta kesimpulan hasil penelitian.
Dalam metode QFD, kuisioner dipakai untuk mengetahui tingkat kepentingan
konsumen, tingkan kepuasan konsumen dan tingkat harapan konsumen. Tingkat
kepentingan konsumen adalah persepsi pengguna terhadap bagian dari suatu
produk berdasarkan penting tidaknya bagian tersebut terhadap rancangan. Untuk
mengetahui tingkat kepentingan bagian tersebut, digunakan skala 1-5 dengan
keterangan sebagai berikut :
1. Tidak penting, dimana suatu bagian dianggap tidak penting dalam rancangan.
2. Kurang penting, dimana suatu bagian dianggap kurang penting dalam
rancangan.
3. Biasa, dimana suatu bagian dianggap biasa saja dalam rancangan.
4. Penting, dimana suatu bagian dianggap penting dalam rancangan.
5. Sangat penting, dimana suatu bagian dianggap sangat penting dalam
rancangan.
30
Selanjutnya adalah kuisioner penilaian terhadap kepuasan konsumen. Kepuasan
konsumen adalah persepsi konsumen terhadap produk yang ada berdasarkan
kepuasan konsumen dalam pemakaian produk tersebut. Untuk mendapatkan data
kepuasan, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut :
1. Sangat Buruk, artinya bagian tersebut yang ada dalam produk tersebut
sangatlah buruk.
2. Buruk, artinya bagian tersebut yang ada dalam produk tersebut buruk.
3. Cukup Baik, artinya bagian tersebut yang ada dalam produk tersebut cukup
baik.
4. Baik, artinya bagian tersebut yang ada dalam produk tersebut baik.
5. Sangat Baik, artinya bagian tersebut yang ada dalam produk tersebut
sangatlah baik.
2.10 Metode Importance Performance Analysis
Teknik analisis ini dikemukakan pertama kali oleh John. A. Mortila dan John C.
James dalam (Nasution, 2001). Dalam teknik ini responden diminta untuk
merangking berbagai atribut atau elemen dari penawaran berdasarkan derajat
pentingnya setiap atribut tersebut. Selain itu responden juga diminta merangking
seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing atribut tersebut.
Model ini menjelaskan konsep tentang loyalty pelanggan. Dari model ini dapat
diketahui ada dua variabel utama yang menentukan kepuasan pelanggan yaitu
expectation dan perceived performance. Expectation adalah harapan pelanggan
terhadap produk yang diinginkan. Harapan ini dipengaruhi kebutuhan pribadi,
pengalaman masa lalu, rekomendasi dari mulut ke mulut dan iklan. Sementara
31
perceived performance adalah persepsi pelanggan terhadap penampilan, kinerja
dari produk/produsen. Oleh karena kepuasan akan menimbulkan loyalitas
pelanggan, maka loyalitas sebagai variabel endogenus disebabkan oleh suatu
kombinasi dari kepuasan switching barriers dan voice. Switching barriers adalah
yang berhubungan dengan jalur distribusi, persediaan produk, dan kemudahan
mendapatkannya. Sementara voice adalah keluhan dalam arti berhubungan
dengan pelayanan terhadap konsumen saat atau pasca pembelian. Sehinggan dapat
disimpulkan bahwa importance performance analysis ini membandingkan antara
expectation (harapan) dengan perceived performance (kinerja perusahaan) dalam
mengukur kepuasan konsumen suatu perusahaan (Hidayatullah, 2006).
Langkah Penggunaan Metode Importance Performance Analysis Score
pengukuran performansi organisasi = persepsi x tingkat kepentingan. Langkah ini
mengimplikasikan bahwa semakin besar score, semakin utama pula prioritasnya.
Metode importance performance analysis dapat dimulai dengan (Hidayatullah,
2006):
1. Identifikasi atribut awal
- Identifikasi tingkat kepentingan (harapan) tiap atribut
- Identifikasi pelaksanaan (kinerja) pada tiap atribut.
2. Menentukan keunggulan dan kelemahan layanan dengan analisis kuadran.
Menghitung jumlah kuesioner yang masuk
- Menguji keandalan dan kesahihan butir dengan alat bantu.
- Menentukan tingkat kesesuaian responden.
- Menentukan skor rata-rata tingkat pelaksanaan/kepuasan dan tingkat
kepentingan.
32
- Menentukan X yaitu rata – rata dari rata – rata skor tingkat pelaksanaan
atau kepuasan atas seluruh faktor atau atribut dan Y yaitu rata - rata dari
skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan.
- Menjabarkan tingkat unsur-unsur tersebut kedalam empat bagian diagram
kartesius.
Pada jasa akan menjadi sesuatu yang bermanfaat apabila didasarkan pada
kepentingan pelanggan dan kinerjanya bagi perusahaan. Artinya, perusahaan
seharusnya mencurahkan perhatiannya pada hal-hal yang memang dianggap
penting oleh para pelanggan.
Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan (harapan) dan pelaksanaan
(kinerja), dihasilkan perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara kepentingan
dan pelaksanaannya. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan kinerja
pelaksanaan dengan kepentingan.
2.11 Penilitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang terkait dengan tema yang saya ambil adalah sebagai
berikut :
1. Danoe Iswanto dengan judul“Mengkaji fungsi keamanan dan kenyamanan
bagi pejalan kaki di jalur pedestrian ( Trotoar ) Jalan Ngesrep Timur V
Semarang (akses utama kampus UNDIP TEMBALANG )” Kesimpulan yang
di dapat dari penelitian ini adalah :
33
- Pusat – pusat keramaian pedestrian terjadi di wilayah segmen 1 dan
segmen 3 pada pagi dan siang hari sebaliknya segmen 2 keramaian terjadi
pada waktu sore dan malam hari.
- Pedestrian dengan menggunakan trotoar yg sudah ada dinilai tidak
optimal karena jarak pencapaian relatif jauh
- Minimnya kelengkapan komponen elemen jalan dan kondisi tidak terawat,
menimbulkan ketidak teraturan dan ketidak tertiban dari pengguna jalan.
hasil penelitian menyatakan bahwa meskipun telah dilarang oleh
kepolisian siswa-siswi sma tersebut tetap menyebrang menggunakan
badan jalan dengan alasan malas meskipun mempertaruhkan keselamatan
2. Mashuri dan Muh Ikbal dengan Judul “Karakteristik Pejalan Kaki Dan
Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki Di Kota Palu (Studi
Kasus: Jl. Emmi Saelan depan mall tatura Kota Palu)” hasil penelitian
menyatakan karakteristik pejalan kaki di kota tersebut adalah wanita dengan
tujuan berbelanja dan fasilitas pejalan kaki yang dipilih adalah JPO.
3. Ridho Wicaksono dengan judul “Studi Perilaku Penyeberang Pejalan Kaki
Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Lalu Lintas (Studi Kasus Ruas Jalan
Brigjen Katamso Depan Smp 2 N Semarang)” dengan hasil penelitian
menyatakan bahwa penyeberangan pada pagi lebih banyak menggunakan zebra
cross sedangkan pada sore hari lebih banyak menggunakan badan jalan sehingga
mengganggu lalu lintas kendaraan pada jalan tersebut.
34
5. Fitra Anindya Rahadi dengan judul “Jalur pedestrian
dikawasan perdagangan dan jasa ditinjau dari aksebilitas dan
kenyamanan pengguna studi kasus di Jalan Sudirman di Kota
Salatiga” Kesimpulan dari aksebilitas dan kenyamanan pejalan kaki
yang di dapat dari temuan penelitian (observasi ) dan analisis
(content analisys) adalah : kedatangan pejalan kaki pada jalan
sudirman , dipengaruhi oleh lingkungan di tiap segmen penggal
jalan baik itu pertokoan , pasar, kantor dan sekolahan. Jalur pejalan
kaki harus memiliki aksesbilitas yang baik berupa : rute yang jelas,
terbebas dari gangguan visual sehingga pejalan kaki dapat melihat
ke tempat tujuannya. Minimal jarak pandang yang dibutuhkan
adalah 130 meter ( jarak untuk melihat aktivitas manusia ) jarak
yang lebih singkat / pendek, jalur pejalan kaki yang mudah untuk
dilalui, tidak berliku dan mudah untuk berpindah arah gerak, jalur
pejalan kaki bebas dari hambatan hingga ketempat tujuan, jalur
pejalan kaki dapat mempersingkat jarak tempuh dan waktu, jalur
pejalan kaki mudah untuk berganti transportasi dan jalur pejalan
kaki juga harus terlindung dari pengaruh cuaca (teduh)
35
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah meninjau fasilitas pedestrian trotoar dan zebra cross
yang berada di Baturaja yang berlokasi di Jln. Jendral A. Yani. Lokasi tersebut
dipilih berdasarkan pengamatan peneliti karena banyak menemukan pejalan kaki
yang menggunakan badan jalan untuk berjalan padahal dilokasi tersebut sudah
ada trotoar dan menyebrang tidak pada zebra cross padahal zebra cross sudah
ada pada jalan tersebut serta peneliti menemukan fasilitas trotoar yang sudah
beralih fungsi sebagai tempat parkir kendaraan dan lapak jualan para pedagang
kaki lima (PKL).
Gambar. 5.
Peta Jalan Jendral. Ahmad Yani
Lokasi Penelitian :
Trotoar dan Zebra Cross
J
JPO
(
36
Gambar. 6
Ruas Jln A.Yani Depan Ramayana Baturaja
Gambar .7
Ruas Jln A.Yani Depan Simpang R.M. Siang Malam
Gambar. 8
Ruas Jln A.Yani Arah Jembatan Ogan I
37
Gambar . 9
Kondisi Trotoar Di Jl. Jend. A. Yani Depan SD. N. 8 OKU
Gambar . 10
Kondisi Trotoar Di Jl. Jend. A. Yani Depan SD. N. 2 OKU
Gambar .11
Kondisi Trotoar Di Jl. Jend. A. Yani Seberang Ramayana
38
Gambar. 12
Kondisi Zebra Cross Jln A.Yani Seberang SD. N. 2 OKU
Gambar. 13
Kondisi Zebra Cross Jln A.Yani Seberang Ramayana
Gambar. 14
Kondisi Zebra Cross Jln A.Yani Seberang Percetakan Angkasa
39
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data pada penelitian adalah data primer yaitu data yang dikumpulkan secara
langsung melalui serangkaian kegiatan percobaan yang dilakukan sendiri dengan
mengacu kepada petunjuk manual yang ada, yaitu meliputi :
1. Data geometric jalan dan data dimensi pedestrian
Data ini sebagai informasi akan kondisi tata guna lahan dilokasi penelitian
termasuk data dimensi trotoar dan zebra cross sebagai fasilitas pedestrian yang
berada pada lokasi penelitian.
2. Data Volume Lalu – Lintas
Data volume lalu lintas harian untuk mengetahui jumlah kendaraan yang
melalui ruas jalan yang berada di Jl. Jendral Ahmad Yani.
3. Data Volume Penyeberang jalan dan Pejalan Kaki
Data volume penyebrang jalan dan pejalan kaki digunakan untuk mengetahui
aktivitas puncak penyebrangan dan pejalan kaki.
4. Data Perilaku Penyeberang Pejalan Kaki dan Pejalan Kaki
Data perilaku penyeberang pejalan kaki menggunakan zebra cross dan tidak
menggunakan zebra cross serta data perilaku pejalan kaki yang berjalan
menggunakan trotoar dan tida menggunakan trotoar digunakan untuk
mengetahui perilaku pejalan kaki terhadap penggunaan fasilitas pejalan kaki
serta alasan dari perilaku tersebut.
Sumber data penelitian ini diperoleh melalui survey secara langsung kelokasi
penelitian yaitu :
1. Survey lalu – lintas yang berada di Jl. Jenderal A. Yani.
2. Kuisioner yang diberikan langsung kepada penyeberang jalan
40
3. Survey dimensi zebra cross dan trotoar yang berada di Jl. Jenderal A. Yani.
4. In – deph interview dengan para pakar dan penyeberang jalan.
3.3. Tahap – Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan mulai dari awal sampai akhir adalah:
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan yaitu persiapan pustaka, bahan, dan alat-alat yang
digunakan. Persiapan alat antara lain adalah alat tulis, form survey untuk survey
lalu lintas kendaraan dan survey pengguna fasilitas pejalan kaki.
2. Pengambilan Data Primer
Data primer adalah data yang di ambil secara langsung kelokasi penelitian dengan
cara survey langsung kelapangan. Data – data yang diambil langsung dilapangan
pada penelitian ini antara lain meliputi :
1. Survey lalu – lintas kendaraan pada lokasi penelitian yang berada di Jalan
Jenderal A. Yani
2. Survey penyeberang jalan yang menggunakan dan tidak menggunakan
fasilitas pejalan kaki berupa trotoar dan zebra cross
3. In – deph interview dengan para pakar dan penyeberang jalan.
4. Survey Geometric Jalan dan Survey Dimensi Fasilitas Pejalan Kaki (trotoar)
dan Fasilitas Penyeberang Jalan ( zebra cross ) dilakukan bersamaan dengan
survei lalu lintas dan in – deph interview.
41
3.4. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode survey.
Survey pada penelitian ini melakukan survey langsung ke tempat yang akan
ditinjau. Survei adalah metode pengumpulan data dengan mengambil sebagian
objek populasi tetapi dapat mencerminkan populasi dengan memperhatikan
keseimbangan antara jumlah variabel, akurasi, tenaga, waktu dan biaya oleh
sebab itu penting untuk dilakukan pengumpulan data guna menunjang kegiatan
tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan survey lalu lintas meliputi
survey volume lalu lintas.
1. Survey volume lalu lintas
Survey volume lalu lintas menggunakan survey pencacahan lalu lintas. Survey
pencacahan lalu lintas kegiatan pokok dan sangat penting dilakukan untuk
mendapatkan data volume lalu lintas untuk berbagai keperluan teknik lalu lintas
maupun perencanaan transportasi. Survey pencacahan lalu lintas dapat dilakukan
dengan cara manual, semi manual (dengan bantuan kamera video), ataupun
otomatis(menggunakan tube maupun loop). Dari ketiga metode ini, survey
dengan cara manual sangat digemari dan banyak digunakan di Indonesia karena
tidak memerlukan persiapan yang rumit, dan relative dapat mengeliminasi
kesalahan pencacahan akibat perilaku pengendara di Indonesia yang cenderung
tidak disiplin pada lajurnya. Ketentuan umum dalam survey pencacahan lalu
lintas sebagai berikut:
a. Perijinan
Pelaksanaan survey lalu lintas meminta ijin kepada instansi setempat yang
berwenang memberi ijin minimal pembina jalan.
42
b. Keselamatan dan Kesehatan
Selama melakukan survey,petugas survey diharuskan :
1) Mengikuti ketentuan keselamatan kerja yang berlaku
2) Dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani
3) Mendapatkan perlindungan yang memadai dari cuaca, seperti sinar
matahari atau hujan
c. Pelaksanaan Survey
Dalam keadaan normal, survey harus diupayakan tidak terputus selama periode
yang telah direncanakan. Untuk menghindarkan gangguan terhadap
kesinambungan survey, petugas harus memastikan seluruh perlengkapan dan
peralatan pencacahan bekerja dengan baik.
d. Kemampuan Petugas Survey
Setiap petugas mempunyai keterbatasan, untuk menjaga keakuratan data, maka
harus diperhatikan hal–hal sebagai berikut :
1) Jumlah maksimum golongan kendaraan yang dicacah oleh satu orang
petugas pencacah adalah 3 golongan untuk satu arah;
2) Petugas survey dalam melakukan pencacahan lalu lintas secara menerus,
tidak lebih dari 8 jam (1 shift);
3) Apabila survey lalu lintas memerlukan waktu lebih dari 8 jam (satu shift),
maka waktu pencacahan dibagi-bagi dalam shift, dan dalam keadaan
tertentu (misalnya makan, dan buang air), petugas harus digantikan
hingga petugas tersebut dapat bertugas kembali.
43
e. Jenis kendaraan
Jenis kendaraan yang di survey ini dibedakan menjadi 3 kategori :
1) Kendaraan ringan / Light Vehicle (LV)
2) Kendaraan berat/ Medium Heavy Vehicle (MHV)
3) Sepeda motor / Motorcycle (MC)
f. Formulir Survey
Formulir survey terdiri dari formulir lapangan dan formulir himpunan,formulir
harus dilengkapi identitas, seperti berikut ini :
1) Adanya logo / nama instansi / lembaga dan atribut lainnya yang dituangkan di
sebelah kiri bagian atas formulir.
2) Adanya keterangan mengenai lokasi, pelaksanaan survey.
Sesuai dengan data yang dibutuhkan maka metode pengambilan data/ survey
yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain :
2. Survey Perilaku Penyeberang Jalan dan Pejalan Kaki
Dalam survey perilaku penyeberang jalan dan pejalan kaki dilakukan dengan
mengamati, menghitung, dan mencatat informasi setiap perilaku penyeberang
jalan dan pejalan kaki tersebut. Dalam survey ini perilaku yang diamati adalah :
a. Data Pejalan Kaki
Data pejalan kaki yang melakukan kegiatan penyebrangan di zebra cross dan
pejalan kaki pada trotoar untuk mendapatkan volume puncak aktifitas pejalan
kaki yang berjalan kaki dan menyeberang pada lokasi penelitian.
b. Data Perilaku Pejalan Kaki
Survey ini dilakukan secara bersamaan dengan survey volume lalu lintas yang
dilakukan oleh dua orang petugas survey. Satu petugas survey bertugas untuk
44
melakukan pencatatan volume lalu - lintas dan petugas berikutnya mencatat
survey pejalan kaki yang menggunakan dan tidak menggunakan fasilitas
pejalan kaki yg menggunakan trotoar maupun tidak menggunakan trotoar dan
pejalan kaki yang menggunakan fasilitas penyeberangan zebra cross maupun
yang tidak menggunakan fasilitas zebra cross serta pejalan kaki yang hanya
melintas di sekitar fasilitas penyeberangan tersebut.
Forrm survey yang digunakan untuk mencatat lalu lintas dan data perilaku
penyeberang jalan sebagai berikut :
45
Gambar. 15. Formulir survey lalu lintas
46
3. Survey Dimensi Trotoar dan Zebra Cross
Dalam survei ini peneliti melakukan pengukuran dimensi dari geometric jalan,
ukuran serta dimensi dari fasilitas pejalan kaki berupa trotoar dan fasilitas
penyeberangan berupa zebra cross yang berada di Jalan Jendral Ahmad Yani.
4. Deph - Interview
In - Deph interview yang dilakukan pada penelitian ini melibatkan para pakar dan
pengguna jalan sebagai narasumber. In - Deph Interview dilakukan untuk
mendapatkan lebih detail pendapat terhadap fasilitas penyeberangan menurut
para pakar dan penggunanya. Form survey untuk In - Deph Interview terhadap
para pakar dan pengguna fasilitas pejalan kaki terlampir.
5. Waktu Pelaksanaan Survei
Pelaksanaan survey dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Survey dilakukan selama dua hari yakni satu hari mewakili hari kerja dan satu
hari mewakili hari libur. Hari kerja yang akan diambil adalah hari Senin
dimana puncak awal dari kegiatan sedangkan hari libur yang akan diambil
adalah hari Minggu dimana secara serentak hampir dari semua instansi,anak
sekolah atau kegiatan kerja dihentikan.
b. Kegiatan pengambilan data dilakukan tiga kali dalam sehari yaitu pada waktu
pagi, siang, dan sore hari pada jam - jam sibuk sebagai berikut :
1. Jam sibuk di pagi hari adalah antara 06.30 – 08.30 WIB.
2. Jam sibuk di siang hari adalah antara 11.30 – 13.30 WIB.
3. Jam sibuk di pagi hari adalah antara 15.30 – 17.30 WIB.
47
Kegiatan survey akan dilakukan dengan durasi waktu ± dua jam selama
pelaksanaan kegiatan survey dan dibagi per 15 menit dalam pencatatan form
survey.
c. In – Deph Interview dengan para pakar dan pengguna fasilias pejalan kaki
dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan survey lalu – lintas.
d. Survey dimensi Geometric jalan termasuk Trotoar dan zebra cross dilakukan
pada waktu yang bersamaan dengan survey lalu – lintas.
3.5. Pengolahan Data
Pada penelitian ini ada beberapa pengolahan data yaitu :
1. Pengujian Alat Ukur
Setelah tahap penyebaran kuesioner, selanjutnya dilakukan pengujian alat ukur.
Adapun pengujian alat ukur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Pada tahap ini dilakukan awal data hasil kuesioner yaitu keharusan
kuesioner bersifat valid dan reliabel. Syarat alat ukur dikatakan valid
apabila koefisien korelasi antara skor item dengan total skor atribut
adalah lebih besar dari nilai kritis. Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui apakah butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data betul-betul
valid dan mampu mengukur konsep yang akan diukur dalam penelitian
ini. Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan untuk menguji
48
kevalidan tiap atribut kuesioner terhadap konstruknya. Penggunaan
validitas konstruk dapat dipandang sebagai suatu konsep yang
menyatukan bukti validitas untuk semua tipe validitas, termasuk
validitas isi dan criterion-related validity (Cohen, 1999).
b. Realibilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah butir-butir
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang digunakan sebagai alat
pengumpul data betulbetul reliabel dalam arti bahwa alat pengumpul
data tersebut tetap konsisten untuk mengukur suatu gejala yang sama
dari beberapa responden. Koefisien reliabilitas berkisar antara 0.00-
1.00. Dalam uji reliabilitas ini banyak cara yang dapat dilakukan, tetapi
dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach Alpha. Alat ukur
dikatakan reliabel jika memiliki koefisien alpha lebih besar dari 0,70.
Kuisioner dikatakan reliabel jika r hasil lebih besar dari r tabel (r hasil >
r tabel), dengan r tabel. Semakin besar nilai alpha Cronbach, maka
semakin tinggi tingkat reliabilitas penelitian yang dilakukan.
2. Perhitungan Volume Lalu - Lintas
Setelah dilakukan perekaman kodisi lalu – lintas pada lokasi yang berada di Jl.
Jendral Ahmad Yani, kemudian data video survey diolah untuk mendapatkan
volume lalu lintas. Tahapan pencatatan data sebagai berikut :
a. Menyiapkan blangko survey dan alat tulis.
b. Memutar rekaman video survey lalu lintas yang telah terekam.
49
c. Mencatat jumlah kendaraan yang melewati jalan tersebut pada
blangko survey.
Setelah didapat jumlah kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut
selanjutnya mengkonversikan kendaraan tersebut kedalam SMP kendaraan
dengan acuan sebagai berikut :
Tabel 5. Konversi kendaraan Jalan Perkotaan Tidak terbagi
Tipe Jalan LV HV MC
Empat Lajur tak terbagi 1,0 1,3 0,4
Sumber : MKJI 1997
3.6 Perhitungan Kinerja Trotoar dan Zebra Cross
Berdasarkan data yang diperoleh dari Hasil Survey yang meliputi:
1. Volume maksimal pejalan kaki dan penyeberang jalan pada lokasi yang
berada di Jl. Jendral Ahmad Yani.
2. Volume Pejalan Kaki yang menggunakan Trotoar dan penyeberang jalan
yang menggunakan zebra cross pada lokasi yang berada di Jalan Jendral
Ahmad Yani
3. Volume pejalan kaki yang tidak menggunakan Trotoar dan Penyebrang
jalan yang tidak menggunakan zebra cross pada lokasi yang berada di Jalan
Jendral Ahmad Yani
4. Survey pejalan kaki pada lokasi yang berada di Jalan Jendral Ahmad Yani
berupa kuisioner.
5. In – Deph Interview pejalan kaki pada lokasi yang berada di Jalan Jendral
Ahmad Yani berupa kuisioner.
50
Kemudian data diolah kedalam format yang mudah dipahami sehingga mudah
untuk dianalisis dengan langkah sebagai berikut :
1. Data pejalan kaki dibedakan antara yang menggunakan fasilitas Trotoar
dengan pejalan kaki yang berjalan di bahu jalan serta penyeberang jalan yang
menggunakan zebra cross dengan penyeberang jalan yang tidak
menggunakan zebra cross sebagai media penyeberangan pada lokasi yang
berada di Jalan Jendral Ahmad Yani
2. Selanjutnya data akan disusun dalam bentuk tabel dan dianalisis.
3. Setelah data tercatat kemudian dapat dianalisis kinerja antara layanan yang
diberikan oleh fasilitas pedestrian Trotoar dan zebra cross dan harapan
masyarakat terhadap pelayanan fasilitas jalan berupa Trotoar dan zebra cross
tersebut dengan cara dibuat tabel sederhana dan mudah untuk dipahami
dengan cara membandingkan hasil data survei quisioner yang sudah di
periksa nilai analisis validitas dan reabilitasnya sehingga dari beberapa item
penilaian yang ada dalam pertanyaan quisioner yg sdh didapat nilai validitas
dan reabilitas nya dari segi pelayanan dan harapan akan kita dapatkan
perbedaan dari nilai tersebut. Jika nilai minus pada nilai selisih perbedaan
layanan dan harapan semakin besar maka dapat kita simpulkan bahwa
pelayanan yang diberikan oleh fasilitas Trotoar dan zebra cross pada lokasi
penelitian ini jauh dari harapan yang diinginkan oleh masyarakat pengguna
jalan.
3.7 Analisis Dimensi Trotoar dan Zebra Cross
Setelah didapat data dimensi Trotoar dan zebra cross, data tersebut kemudian
akan dibandingkan dengan standar perencanaan Trotoar dan Zebra Cross yang
51
mengacu pada “Tata Cara Perencanaan zebra cross untuk pejalan kaki
diperkotaan” yang dikeluarkan oleh Departmen PU. Dari perbandingan tersebut
maka dapat diperiksa ketepatan pelaksanan pembangunan Trotoar dan zebra cross
apakah sesuai dengan peraturan yang ada.
3.8 Analisis Data
Setelah pengolahan data primer selesai kemudian menganalisis hasil dari
pengolahan data serta memberi kesimpulan antara lain :
1) Melihat ketepatan perencanaan Trotoar dan zebra cross pada lokasi yang
berada di Jalan Jendral Ahmad Yani Hal ini diperiksa dengan melakukan
analisis volume lalu – lintas, volume pejalankaki dan volume penyeberang
jalan. Volume lalu – lintas volume pejalan kaki dan volume penyeberang
jalan dijumlah tiap 2 jam dengan interval selama 15 menit untuk
mendapatkan volume kendaraan, pejalan kaki dan penyeberangan secara
maksimal. Berikut contoh pembagian waktu pengolahan data survey sebagai
berikut :
Tabel 6. Pembagian Waktu Survey Kendaraan dan Pejalan Kaki
Pagi Siang Sore
06.30-06.45 11.30-11.45 15.30-15.45
06.45-07.00 11.45-12.00 15.45-16.00
07.00-07.15 12.00-12.15 16.00-16.15
07.15-07.30 12.15-12.30 16.15-16.30
07.30-07.45 12.30-12.45 16.30-16.45
07.45-08.00 12.45-13.00 16.45-17.00
08.00-08.15 13.00-13.15 17.00-17.15
08.15-08.30 13.15-13.30 17.15-17.30
52
Setelah didapat nilai volume lalu – lintas dan pejalan kaki kemudian akan
diperiksa apakah fasilitas pejalan kaki yang berupa Trotoar dan zebra cross pada
jalan jendral Ahmad Yani telah sesuai dengan standar yang ada di dalam
ketentuan “Perekayasaan Fasilitas Pejalan kaki di Perkotaan DPU-1997”.
2) Melihat kinerja dari Trotoar dan zebra cross pada lokasi yang berada di Jalan
Jendral Ahmad Yani. Kinerja dari fasilitas Trotoar dan zebra cross dilihat
dari besar persentase pejalan kaki yang menggunakan Trotoar dan zebra
cross dari total volume pejalan kaki.
3) Melihat tingkat kepuasan pejalan kaki terhadap Trotoar dan zebra cross pada
lokasi yang berada di Jalan Jendral Ahmad Yani Hal ini dapat dilihat dari
perbedaan nilai pengolahan kuisioner dengan cara menghitung gap antara
tingkat kepuasan dan tingkat kebutuhan pejalan kaki terhadap pelayanan dari
Trotoar dan zebra cross pada lokasi tersebut.
Rumusan dari tingkat kebutuhan konsumen adalah sebagai berikut :
………………(4)
Dimana : DK i = derajat kebutuhan konsumen ke-i
n = jumlah konsumen
Sedangkan tingkat kepuasan konsumen dirumuskan sebagai berikut :
………..(5)
Dimana : DS i = derajat kepuasan konsumen ke-i
n = jumlah konsumen
53
Kemudian menghitung gap didapat dari rumusan sebagai berikut :
…….(6)
Setelah diapat nilai gap maka akan diketahui perbedaan antara harapan
yang dibutuhkan para pejalan kaki dan pelayanan yang telah diberikan
oleh zebra cross tersebut.Untuk mendapatkan gambaran apa yang harus
diperbuat, digunakan diagram Kartesius. Diagram kartesius merupakan
suatu bagan yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah
garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( x, y ), dimana x
merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau
kepuasan pelanggan atas seluruh faktor atau atribut dan y adalah rata-
rata dari rata rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Kuadran 1
Prioritas Utama
Kuadran 2
Pertahankan
Kuadran 3
Prioritas Rendah
Kuadran 4
Berlebihan
Gambar 19. Diagram Kartesius
Harapan Y
Y
X Persepsi X
54
Keterangan:
1. Kuadran 1, Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai
seperti yang ia harapkan (kenyataan yang diperoleh masih sangat rendah).
Variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan dengan cara
perusahaan tetap berkonsentrasi pada kuadran ini.
2. Kuadran 2, Ini adalah wilayah yang memuat faktor – faktor yang dianggap
penting oleh pelanggan dan factor - faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah
sesuai dengan yang diharapkannya. Variabel - variabel yang termasuk dalam
kuadran ini harus tetap dipertahankan, karena variabel ini yang menjadikan
produk tersebut memiliki keunggulan di mata pelanggan.
3. Kuadran 3, Ini adalah wilayah yang memuat faktor - faktor yang dianggap
kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya biasa saja atau tidak terlalu
istimewa. Variabel - variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat
dipertimbangkan untuk dihilangkan karena pengaruhnya terhadap manfaat yang
dirasakan oleh pelanggan amat kecil.
4. Kuadran 4, Ini adalah wilayah yang memuat factor - faktor yang dianggap
kurang penting oleh pelanggan, tetapi pada kenyataannya diterima atau dirasakan
terlalu berlebihan. Variabel - variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat
dipertimbangkan untuk dikurangi, sehingga perusahaan dapat menghemat biaya.
Selanjutnya setiap butir instrument ditempatkan pada bagian diagram tersebut
sesuai dengan rata-rata kepentingan / harapan dan persepsi apa yang dialami
sehingga dapat diketahui butir-butir mana yang berada di setiap bagian.
55
Setelah proses analisis dilakukan, maka hasil analisis tersebut dapat dilihat nilai
dari tiap aspek atribut pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut akan digunakan
untuk menjustifikasi dalam menyusun rekomendasi bagi pemerintah kota Baturaja
sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas layanan baik dari segi kepuasan,
kenyamanan maupun dari segi teknis.
3.9. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 16 Juli dan tanggal 22 Juli 2018
yang berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani Kota Baturaja Kabupaten Ogan
Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan.
56
3.10. Diagram Alur Penelitian
Gambar 17 Diagram Alur Penelitian
Selesai
Rekapitulasi dan Analisis Data
1. Data Geometric jalan, Dimensi Trotoar dan Zebra Cross
2. Data Volume Kendaraan
3. Data Volume Penyebrang Jalan dan Pejalan Kaki
4. Data Perilaku Penyebrang Jalan
Survei Geometric Jalan dan Dimensi Fasilitas
Pedestrian
Survei Lalu – Lintas
1. Volume lalu – Lintas ( LHR )
Mulai
Persiapan
Survei Penyebrang Jalan
1. Survei Volume Penyeberang Jalan
2. Survei Perilaku Penyeberang Jalan
Kesimpulan & Saran
121
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada lokasi penelitian di jalan Jendral Ahmad Yani
pada hari senin tanggal 16 juli 2018 dan minggu tanggal 22 juli 2018 berikut :
1. Pembangunan fasilitas pejalan kaki pada Jalan Jenderal Ahmad Yani sudah
sesuai untuk menggunakan zebra crosskarena nilai dari PV2
masih < 2 x 108
2. Fasilitas Pedestrian pada lokasi penelitian sudah memiliki kinerja yang baik.
3. Karakteristik pengguna pedestriaan didominasi perempuan,pendidikan SMU,
umur 30 tahun,wiraswasta, penghasilan diatas 3 juta dan yang tidak
menggunakan didominasi perempuan usia diatas 51 tahun, pelajar dan
penghasilan dibawah 1 juta
4. Faktor yang mempengaruhi kinerja trotoar dan zebra cross pada lokasi
penelitian ini antara lain :
a. Spesifikasi Teknis trotoar tidak sesuai standar seharusnya lebarnya 1,5 m
tetapi pada lokasi penelitian hanya 1,3 m dan material lantai keramik licin.
b. Spesifikasi teknis zebra cross tidak sesuai standar lebar sisi hitam putih
zebra cross harusnya 30 cm pada lokasi penelitian 1,5cm
c. Alih fungsi trotoar menjadi tempat bejualan pedagang kaki lima,
penempatan pot bunga dan umbul-umbul.
122
d. Fasilitas pedestrian belum digunakan pengguna jalan sesuai fungsinya
karena kurangnya kesadaran pengendara terhadap penyeberang jalan
walaupun sudah menyeberang dijalur yang benar apabila tidak ada aparat
yang mengatur lalu lintas pada lokasi penelitian.
e. Akses untuk menggunakan zebra cross yang terbatas atau jarak antara
tempat yang dituju dengan lokasi yang ada zebra cross nya terlalu jauh.
5.2 SARAN
Dalam penelitian ini, peneliti menyarankan:
1. Adanya pemeriksaan berkala oleh badan yang berwenang dalam perawatan
serta penanganan untuk Trotoar dan Zebra cross yang sudah ada sehingga
kebersihan dan kerusakan kecil pada fasilitas tersebut dapat diatasi sesegera
mungkin.
2. Sebaiknya pemerintah bertindak tegas dalam menertibkan pedagang kaki lima
dan parkir yang mengganggu ketertiban umum.
3. Sebaiknya pemerintah daerah membuat peraturan khusus mengatur pengguna
pedestrian sehingga fasilitas yang ada dapat dimafaatkan secara maksimal.
4. Sebaiknya Dinas terkait lebih aktif lagi menjaga keamanan dan ketertiban lalu
lintas pada lokasi ini terutama pada saat jam sibuk seperti jam anak masuk dan
pulang sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
------------------ (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,
Danoe Iswanto , 2003. “Mengkaji fungsi keamanan dan kenyamanan bagi
pejalan kaki di jalur pedestrian ( Trotoar ) Jalan Ngesrep Timur V Semarang
(akses utama kampus UNDIP TEMBALANG )”
Fitra Anindya Rahadi 2003. “Jalur pedestrian dikawasan perdagangan dan jasa
ditinjau dari aksebilitas dan kenyamanan pengguna studi kasus di jalan sudirman
di kota salatiga”
Mashuri dan Muh. Ikbal, 2011. Studi Karakteristik Pejalan kaki dan
Pemilihan Jenis Fasilitas Penyeberangan Pejalan kaki di Kota Palu ( Studi Kasus:
Jl. Emmi Saelan Depan Mal Tatura Kota Palu ). Palu :Staf Pengajar pada KK
Transportasi Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako.
MKJI. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta : Bina Marga
Naning, Ramdlon. 1982 :12 . Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan
Disiplin Penegak Hukum dalam Lalu Lintas. Bina Ilmu: Yogyakarta.
Notoatmodjo,S.b, 1993. Pengantar Pendidikan dan Imu Perilaku Kesehatan. Andi
Offset. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Perhubungan nomor 13 tahun 2014 tentang rambu lalu lintas
Peraturan Menteri Perhubungan nomor 34 tahun 2014 tentang markah jalan
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga Direktorat Bina
Teknik No : 011/T/B/ 1995 dalam “Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki
di kawasan Perkotaan”
PU.go.id. 1995. Dimensi ruang bebas trotoar dan kemiringan melintang jalan
Undang - Undang No.14 tahun 1992 , tentang Lalu Lintas dan angkutan Jalan,
Undang – undang no. 22 tahun 2009, tentang lalu lintas dan Angkutan jalan
Ridho Wicaksono, 2016. dengan judul Studi Perilaku Penyeberang Pejalan Kaki
Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Lalu Lintas (Studi Kasus Ruas Jalan Brigjen
Katamso Depan Smp 2 N Semarang). Semarang : Universitas Negeri Semarang
Setyawan( 2006) dan O’Flahety (1997) . Pengelompokan fasilitas penyeberangan
jalan