Upload
ganda-saputera-pane
View
29
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Faktor-Faktor Kenyamanan
Citation preview
Kebutuhan TerhadapPedoman Pejalan Kaki
disampaikan oleh:DR. Dadang RukmanaDirektur Perkotaan
26 Oktober 2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANGOutline
Pentingnya Jalur Pejalan Kaki Gambaran Kondisi Jalur Pejalan Kaki di Indonesia Peraturan Perundangan terkait Jalur Pejalan Kaki Kendala dalam Mewujudkan Peraturan Perundangan Terkait Perlunya Pedoman Kedudukan Pedoman Tujuan Pedoman Konsep-Konsep Penting dalam Pedoman
Pentingnya jalur pejalan kaki
Jalur pejalan kaki diperlukan sebagai komponen penting yang harus disediakan untuk meningkatkan keefektifan mobilitas warga di perkotaan.
Saat ini ketersediaan jaringan pejalan kaki yang aman, nyaman, dan manusiawi di kawasan perkotaan belum dapat memenuhi kebutuhanwarga baik dari segi jumlah maupun standar penyediaannya.
Selain itu keterpaduan antarjalur pejalan kaki dengan tata bangunan, aksesibilitas antarlingkungan, dan sistem transportasi masih belum terwujud.
DKI Jakarta
Kota Surabaya
Kota Semarang
Gambaran Kondisi Jalur Pejalan Kakidi Indonesia (1)Kota Medan
Dimanfaatkan oleh PKL
Kondisi jalur rusak
Jalur diserobot pengendara motor
Dimanfaatkan sbg tempat parkirPeraturan Perundangan terkaitJalur Pejalan Kaki*
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan AngkutanJalan; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentangPedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentangPedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentangPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota; danPeraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
*) list peraturan lebih lengkap dapat dilihat di bagian akhir paparan ini.Peraturan Perundangan terkait Jalur Pejalan Kaki
UU Nomor 26 / 2007 Pasal 28 huruf c
rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringanpejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasibencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagaipusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah
Pasal tersebut menunjukkan perlunya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana jaringan pejalan kaki.
Kendala dalam MewujudkanPeraturan Perundangan Terkait
Kesadaran dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap keberadaan jalur pejalan kaki masih kurang.
Komitmen seluruh stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat) terhadap penyediaan sarana prasarana jalur pejalan kaki masih belum kuat.
Selain itu, acuan lengkap untuk merencanakan, menyediakan, dan memanfaatkan sarana prasarana pejalan kaki belum tersedia.
Pentingnya Pedoman
Berkaitan dengan hal tersebut, maka Direktorat Perkotaan DitjenPenataan Ruang Kementerian PU telah menyusun peraturan baru yaitu Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki.
Pedoman tersebut hingga saat ini sedang dalam proses legalisasi.
UU 26/2007
Spt. UU 38/2004 dan UU 22/2009
Rencana Umum
RTRW Nasional
- Peraturan/Kebijakan terkait (PP, Keppres, Permen, Kepmen)
- Standar- Literatur Lainnya
RTRW Provinsi
RTRW Kabupaten
Pedoman Perencanaan Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki
Pedoman Perancangan (Kementerian Perhubungan, Kementerian PU Ditjen Binamarga)
RTRW Kota
Rencana Rinci
RTR Kawasan Strategis
Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
RDTR Kabupaten/Kota
RTBL/Rencana Teknis Lainnya
DED(Detailed Engineering Design)
Kedudukan PedomanTujuan Pedoman
mewujudkan jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan yang aman, nyaman, dan manusiawi sehingga mampu mendorong masyarakat untuk lebih senang berjalan kaki dan menggunakan transportasi publik.
Fokus Pedoman
pedoman ini lebih merupakan Pedoman Perencanaan bukanPedoman Perancangan (design standard/guideline)
Akan tetapi, pedoman tidak hanya memuat aspek perencanaan, namun sekaligus juga aspek penyediaan, dan pemanfaatannya.
Ketentuan Perencanaan Sarana Prasarana Jaringan Pejalan Kaki
Perencanaan =
proses untuk menentukan penyediaan dan pemanfaatan
Pertimbangan penentuan kriteria perencanaan adalah kepekaan pejalan kakidengan berdasar pada aspek- aspek normatif :
keamanan kenyamanan keselamatanPrinsip perencanaan :
1. memudahkan pejalan kaki mencapai tujuan denganjarak sedekat mungkin;2.menghubungkan satu tempat ke tempat lain dengan adanya konektivitas dan kontinuitas;3.menjamin keterpaduan, baik dari aspek penataan bangunan dan lingkungan, aksesilibitas antarlingkungan dan kawasan, maupun sistem transportasi;4.mempunyai sarana ruang pejalan kaki untuk seluruh pengguna termasuk pejalan kaki dengan berbagai keterbatasan fisik;
5.mempunyai kemiringan yang cukup landai dan permukaan jalan rata tidak naik turun;
6. memberikan kondisi aman, nyaman, ramah lingkungan, dan mudah untuk digunakan secara mandiri;
7. mempunyai nilai tambah baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan bagi pejalan kaki;
8. mendorong terciptanya ruang publik yang mendukung aktivitas sosial, seperti olahraga, interaksi sosial, dan rekreasi; dan
9. menyesuaikan karakter fisik dengan kondisi sosial dan budaya setempat, seperti kebiasaan dan gaya hidup, kepadatan penduduk, serta warisan dan nilai yang dianut terhadap lingkungan
Dalam perencanaan prasarana jaringan pejalan kaki perlu memperhatikan kebutuhan ruang jalur pejalan kaki, antara lain berdasarkan:
- dimensi tubuh manusia
-jarak minimum jalur pejalan kaki dengan bangunan
- kemiringan jalur pejalan kaki, dan
-ruang jalur pejalan kaki berkebutuhan khusus (bagi pejalan kaki yang mempunyai keterbatasan fisik (difabel)
Jalur pada Ruas Pejalan Kaki
Kebutuhan Ruang GerakMinimum Pejalan Kaki berkebutuhan
Khusus
Ketentuan Penyediaan SaranaPrasarana Jaringan Pejalan Kaki
penyediaan =
Pengadaan dan/atauperwujudan
Penyediaan berdasarkan karakteristik sistem transportasi dan pergantian moda serta pusat-pusat kegiatan harus memperhatikan pola perjalanan pejalan kaki dan lokasi.
pengembangan dapat berupa : kawasan transit atau Transit OrientedDevelopment (TOD); dan/atau pengembangan kawasan khusus pejalan kaki (pedestrian mall).
Pedestrian mall umumnya dilakukan di kawasan yang memiliki tingkat arus pejalan yang tinggi (kawasan perdagangan) untuk revitalisasi kawasan
TOD &Rencana Pedestrian Mall
Jenis Pedestrian Mall:
Enclosed mall, transit mall, semi mall, full mall
Ketentuan standar pelayanan jalur pejalan kaki
STANDAR Dpara pejalan kaki dapat berjalan dengan arus normal, namun harus sering berganti posisi dan merubah kecepatan karena arus berlawananpejalan kaki memiliki potensi untuk dapatmenimbulkan konflik.
STANDAR Epara pejalan kaki dapat berjalan dengan kecepatan yang sama, namun pergerakan akan relatif lambat dan tidak teratur ketikabanyaknya pejalan kaki yang berbalik arah
atau berhenti.
Arteri Komersial Perumahan0-3 unitlha 4- 10 Unitl ha >10 unitlha
Kolektor
0: = Dibutuhkan pada kedua sisijafan
CD Lokal/LingkunganKeteranganCD =
Dibutuhkan hanya pada setu sisi ja/ano = Diharapkan nemun tidak teneiu diperlukan
PenggunaanLahanLebar Minimum (m)LebaryangDianjurkan(m)Perumahan1,6 (pada jalan akses)2,75Perkantoran23Industri2 (pada jalan akses)3Sekolah23Terminal/stop bis/TPKPU 2 3Pertokoan/perbelanj aan/hiburan 2 4Jembatan, terowongan 1 1Keterangan. TPKPU - Tempat pemberhentlan kendaraan penumpang umum
Penyediaan Prasarana Pejalan Kaki Berdasarkan Fungsi Jalan dan Penggunaan Lahan
Ilustrasi Rencana Penyediaan Prasarana Jaringan Pejalan Kaki
Jaringan Pejalan Kaki
----
'-.!:---...--=--~-
.-.-----,_ ."-"------;..::=-=- 5-5 ====----
Perspektif Ruas Pejalan Kaki di Sisi Jalan
Perspektif Ruas Pejalan Kaki di Tepi Air
Ketentuan PemanfaatanKetentuan Pemanfaatan SaranaPrasarana Jaringan Pejalan Kaki
Pemanfaatan = aktivitas penggunaan
Prinsip pemanfaatan:tidak menggangu fungsi utama prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki tingkat pelayanan jalur pejalan minimal C pemanfaatan selain untuk berjalan kaki diperkenankan selama tidak mengganggu fungsi utama pemanfaatan harus mempertimbangkan: Keselamatan, Keamanan, Kenyamanan, Aksesibilitas, Keindahan, dan Interaksi sosial pola pemanfaatan mengacu padakebijakan formal yang telah dikeluarkan
setiap pemanfaatan ruang pejalan kaki diatur berdasarkan jenis kegiatan, waktu pemanfaatan, jumlah pengguna, dan ketentuan teknis yang harus dipenuhi
Ketentuan Pemanfaatan Prasarana Jaringan Pejalan Kaki untuk Bersepeda
Ketentuan untuk KUKF (Kegiatan Usaha Kecil Formal)
Ketentuan untuk KegiatanPameran di Ruang Terbuka
Terima Kasih
Peraturan PerundanganTerkait Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan PenataanRuang;Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang PedomanPersyaratan Teknis Bangunan Gedung; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman TeknisFasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman UmumRencana Tata Bangunan dan Lingkungan; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang PedomanPenyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang PedomanPenyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota; dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang PedomanPenyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.