42
i ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERLAKUAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2014 Oleh : ARDIAN CHRISTIANTO NIM : 232011105 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

i

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERLAKUAN

PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2014

Oleh :

ARDIAN CHRISTIANTO

NIM : 232011105

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

ffiPrR ptI sT.r rA.AN TI N IV TRS IT,\S

LiNi".,'EF,sf l AS t l{J5 f irN sA f Y,t \,r AL'Alit1il. i)ilr:*cgor,r SJ - 6(i Sai.rtiqa ii)Ti i

Jana 1'enqah, liidc:rtsia'l'i:$. OZt)lt - 3)1i1 ?, t::at, ftl9ll 32i4.13

[ uaii: iibrrrrilqadur.uhslv.r:du ; hi:tp:.rllibrcry.riLsw-crlu

PERNYATAAN TIDAK PTAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Fakultas

Judul tugas akhir

Ardian Christianto

2320t1105

Ekonomika&Bisnis

Email :[email protected]

Program Studi : Akuntansi

Analisis Kinerja Perusahaan Pertambangan Sebelum Dan Sesudah Pemberlakuan PP No.

lTahun 2014

Pembimbing 1. Supatmi, SE., M.Ak

Hans Hananto Andreas, SE., M.Si

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pemah diajukan untuk mendapatkan gelar

kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.

2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan, dan hasil

pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tatpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pernbimbing

akademik dan narasurnber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui olehpernbimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain,kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan

ketidakbenaran dalam pemyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku diUniversitas Kristen Satya Wacana.

i-

2.

2h:r:n20l5

F-LtB-080

Page 3: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

ii

Page 4: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

iii

Page 5: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

iv

MOTTO

“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan

menerimanya”

(Matius 21:22)

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk

mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia”

(Roma 8:28)

“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang

tiada berdaya”

(Yesaya 40:29)

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada

pengertianmu sendiri”

(Amsal 3:5)

“Batu permata tidak dapat dihaluskan tanpa digesek begitu juga dengan orang yang

sempurna tidak akan ada tanpa ujian”

(Confusius)

“Bila orang mulai dengan kepastian, dia akan berakhir dengan keraguan. Jika orang

mulai dengan keraguan, dia akan berakhir dengan kepastian.”

(Francis Bacon)

Page 6: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan anugerah dan

rahmat-Nya yang sungguh luar biasa kepada penulis mulai dari awal sampai pada akhir

kuliah dan pembuatan kertas kerja ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan

kertas kerja ini dengan baik. Penyusunan kertas kerja ini digunakan sebagai salah satu syarat

untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak terkait yang telah

membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung selama

perkuliahan dan sampai pada akhirnya kertas kerja ini boleh selesai dengan baik. Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluargaku Papa dan Mama yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan

doa, dan telah bersusah payah dalam membiayai seluruh studi penulis. Ko Matius dan Ci

Jessica yang telah menjadi saudara terbaik bagi penulis serta mendukung penulis selama

menjalani kuliah.

2. Ibu Supatmi, SE., M.Ak selaku pembimbing I dan Bapak Hans Hananto Andreas SE.,

M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

membimbing penulis menyelesaikan kertas kerja ini. Terimakasih atas ide-ide, saran dan

kritik yang membangun selama ini. Suatu kebanggaan bagi saya pernah dimbimbing

oleh Ibu dan Bapak.

3. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana.

4. Bapak Dr Usil Sis Sucahyo, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis maupun Fakultas lainnya yang telah

membagikan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga demi kemajuan dan

perkembangan akademik penulis.

6. Staf Tata Usaha (TU) Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membantu penulis

selama kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Page 7: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

vi

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis selama menjalani studi di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana; Hendra, Yulius, Simeon, Christanto, Rabin;

serta rekan seperjuangan seluruh angkatan 2011 Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang

tidak disebutkan satu per satu.

8. Keluarga kos Cemara 2 dan tante kos yang telah menjadi bagian keluarga kecil bagi

penulis di Salatiga.

Salatiga, 29 Januari 2015

Penulis

ARDIAN CHRISTIANTO

Page 8: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………..………….……i

Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi…………………………………………………….ii

Halaman Persetujuan Skripsi…………………………………………………….…………..iii

Motto…………………………………………………………………………...…………....iv

Ucapan Terima Kasih………………………………………………………………...………v

Daftar Isi……………………………………………………………………….……………vii

Daftar Lampiran…………………………………...… …………………….….……………ix

Abstract……………………………………………………………………………………….x

Pendahuluan………………………………………………………………….……...………..1

Tinjauan Teoritis & Perumusan Hipotesis…………………………………….….…………..7

Teori Stakeholder………………………………………………..….…………….…..7

Kinerja Perusahaan……………………………………………….….……….………8

Kinerja Keuangan……………………………………………….……………………9

Kinerja Pasar…………………………………………………………….......………10

Metoda Penelitian…………………………………………………………………...………12

Populasi Dan Sampel...………………………………………………….…..…....…12

Jenis dan Sumber Data…………………………………………………..….….……12

Definisi Operasional Variabel…………………………………………….…….…..12

Teknik Analisis……………………………………………………………..…….…13

Langkah Analisis....………………………………………………………...….……14

Page 9: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

viii

Hasil Dan Pembahasan

Penentuan Sampel Penelitian…………………………………….………………….14

Statistik Deskriptif…………………………………………………………………..15

Uji Normalitas………………………………………………………………………16

Uji Hipotesis……………………………..…………………………….……………17

Penutup

Kesimpulan……………………………………………………………….…………20

Implikasi Teoritis……………………………………………………….…………...20

Keterbatasan………………………………………………………………………...20

Saran………………………………………………….……………………………..21

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………22

Page 10: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Sampel & Data Penelitian……………………………..………...............26

Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas…………………..............................................................29

Lampiran 3. Hasil Uji Paired Sample T Test...…………………………………...........……31

Page 11: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

1

PENDAHULUAN

Mineral dan batubara merupakan sumber daya alam tak terbarukan yang mempunyai

peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, serta memberi nilai tambah

secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat (UU No 4 Tahun 2014). Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan

pertambangan mineral dan batubara, diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

(UU Minerba) tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagai pengganti Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 1967. Tujuan dari UU ini untuk meningkatkan penerimaan negara

melalui nilai tambah mineral di dalam negeri, serta mengembangkan industri domestik

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dalam mendukung pelaksanaan UU Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM) telah mengeluarkan dua peraturan untuk mendukung pelaksanaan UU

Minerba No. 4 Tahun 2009 yang telah diberlakukan pada 12 Januari 2014. Dua peraturan

tersebut adalah PP No. 1 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral

dan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 1 Tahun 2014 Tentang Kriteria Peningkatan

Nilai Tambah Mineral PP No. 1 Tahun 2014.

Berperan sebagai eksportir terbesar dunia, Indonesia telah menjadi pemasok penting

kebutuhan komoditas tersebut di beberapa negara. Larangan ekspor bahan tambang mentah

yang diatur dalam Pasal 112C ayat 1 dan 2 PP No. 1 Tahun 2014 dimana pemegang kontrak

karya dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi harus melakukan pemurnian

hasil tambang di dalam negeri, yang mulai berlaku sejak tanggal 12 Januari 2014. Dalam

Pasal 47 UU No. 4 Tahun 2009 disebutkan bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi

Produksi meliputi IUP Operasi Produksi mineral logam, mineral bukan logam, mineral

bukan logam jenis tertentu, batuan, dan batubara. Larangan ekspor bahan tambang mentah

dilakukan karena selama ini kuantitasnya sangat besar, namun nilai ekspornya tidak masuk

dalam kategori unggulan, yaitu hasil tambang tersebut mempunyai nilai jual rendah karena

hanya dijual secara gelondongan. Dalam Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM) Pasal 2 No. 1 menyatakan golongan komoditas yang dapat

ditingkatkan nilai tambahnya adalah mineral logam, mineral bukan logam, dan batuan.

Namun, menurut Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM), R Sukhyar, batubara tidak masuk dalam pelarangan

Page 12: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

2

ekspor bahan mentah tersebut. Alasan tidak masuknya batubara dalam pelarangan ekspor

bahan mentah karena komoditas ini tidak ada nilai tambah karena batubara tidak bisa diolah

kembali (merdeka.com).

Sementara itu pemerintah melalui Kementrian Keuangan juga menerbitkan PMK No

6/PMK.011/2014 yang mengatur Bea Keluar (BK) sebesar 20-60 persen sampai tahun 2016

yang bersifat progresif terhadap ekspor enam jenis mineral logam dalam bentuk konsentrat

(tembaga, besi, mangan, timbal, seng, dan ilenite) yang sudah memenuhi batas pengolahan.

Dengan besarnya bea keluar yang harus dibayarkan, para pengusaha yang tak ingin

menghadapi masalah baru hendaknya mulai segera merealisasikan pembangunan smelter.

Smelter adalah yaitu sebuah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi

meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga, emas, dan perak hingga

mencapai tingkat yang memenuhi standar di dalam negeri guna memberikan nilai tambah

sebelum ekspor. Diharapkan pembangunan smelter ini akan meningkatkan investasi dalam

negeri karena fasilitas smelter yang ada saat ini masih terbatas. Semester pertama tahun

2014 dimulai dengan adanya kewajiban membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian

mineral di dalam negeri paling lambat Januari 2014, sebagaimana diamanatkan oleh

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba).

Terlepas dari pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 industri batubara tengah

tertekan dalam beberapa tahun terakhir. Krisis ekonomi tahun 2012 menyebabkan tingkat

permintaan batubara terus menurun. Pada tahun 2012 harga batubara menyentuh harga

tertingginya pada level US$112,87 per ton. Sementara pada 2013 harga tertingginya pada

level US$90,09 per ton. Level harga tersebut tidak melebihi harga rata-rata batubara pada

2010 sebesar US$ 91,74 per ton. Sejumlah analis menilai, harga batubara belum

menunjukkan tanda-tanda untuk bangkit dalam jangka pendek. Adhe Mustofa, analis

Asjaya Indosurya Securities misalnya menyatakan, jika beberapa waktu terakhir harga

batubara sedikit naik, itu disebabkan karena adanya seasonal trend, yaitu musim dingin

yang terjadi di Eropa paling tidak hingga akhir tahun ini. Namun, dua belas bulan

berikutnya akan terjadi oversupply batubara (fokus.kontan.co.id). Grafik harga rata-rata

batubara acuan selama beberapa tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Page 13: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

3

Gambar 1

Rata-Rata Harga Batubara Acuan Tahun 2009-2015

Sumber: Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Emiten batubara telah menyiapkan sejumlah strategi menghadapi tren pelemahan

harga batubara. Pelemahan harga batubara merupakan dampak dari kebijakan China yang

mengurangi impor batubara kalori rendah yang menyebabkan batubara di pasar dunia

mengalami over supply. Di sisi lain perusahaan-perusahaan penambang batubara mengalami

kendala akibat cuaca yang tak menentu yang mempengaruhi aktivitas penambangan. Salah

satu manajemen PT Bukit Asam Tbk melihat hingga saat ini tidak melihat adanya pengaruh

pelemahan harga batubara saat ini terhadap kinerja keuangan. Perseroan juga telah

mengantisipasi penurunan tersebut dengan mengoptimalkan volume penjualan, khususnya

batubara kalori tinggi (ift.co.id).

Kebijakan Indonesia melarang ekspor mineral mentah mulai 12 Januari 2014 telah

membuat pasar panik. Harga nikel dan tembaga melonjak di pasar internasional. Kebijakan

terbaru pemerintah menjadi sorotan dunia karena akan mempengaruhi pasokan barang

tambang, mengingat Indonesia adalah produsen tambang dunia. Harga nikel melonjak ke

level tertinggi dalam tiga bulan hingga Januari 2014 menyusul laporan yang menyebutkan

Indonesia, produsen mineral terbesar di dunia, menahan kapal China menjelang penerapan

larangan ekspor mineral mentah. Saat itu nikel untuk pengiriman tiga bulan naik 3,8%

menjadi US$13.860 per metrik ton di London Metal Exchange. Harga tembaga untuk

pengiriman tiga bulan juga ikut naik 1,2% menjadi US$7.302,5 per ton atau US$3,31 per

Ряд1, 78

0

20

40

60

80

100

120

140

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Dal

am U

S$

Page 14: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

4

pound. Di New York, untuk pengiriman Maret 2014 naik 1,35% menjadi US$3,34 per

pound di divisi New York Mercantile Exchange (NYMEX) (bisnis.liputan6.com). Berikut

ini adalah grafik harga spot nikel dan tembaga lima tahun terakhir:

Sumber: www.kitco.com

Gambar 2

Harga Spot Nikel 2010-2015

Sumber: www.kitco.com

Gambar 3

Harga Spot Tembaga 2010-2015

Para pelaku pasar memperkirakan bahwa pelarangan ekpor tidak akan diberlakukan

100 persen dan akan terjadi kelonggaran-kelonggaran. Harga nikel sempat mengalami

penurunan selama beberapa hari berturut, yaitu pada tanggal 25 Januari hingga 27 Januari

2014. Harga komoditas logam tersebut melemah karena adanya spekulasi Indonesia sebagai

Page 15: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

5

produsen kemungkinan tidak jadi menerapkan kebijakan yang melarang ekspor barang

tambang secara menyeluruh.

Harga nikel berjangka London Metal Exchange (LME) sempat mengalami

peningkatan tajam pada tanggal 23 Januari 2014. Saat itu harga komoditas ini melejit ke

posisi 14.820 dollar per metric ton yang merupakan harga paling tinggi sejak tanggal 23

Oktober 2013 dimana sebelumnya tanggal 20 Januari 2014 harga nikel membukukan

penurunan sebesar 1.4 persen. Harga tembaga di (LME) juga mengalami pergerakan yang

juga melemah. Harga pada 27 Januari 2014 berada pada posisi 7.177 dollar per metric ton

setelah sempat menyentuh level 7.610 dollar yang merupakan posisi paling rendah sejak

tanggal 11 Desember 2013 (vibiznews.co.id)

Pemberlakuan atas PP No. 1 Tahun 2014 menuai pro dan kontra. Wakil Presiden

Jusuf Kalla, misalnya menyambut baik aturan pelarangan ekspor mineral mentah yang

mulai diterapkan pemerintah tahun ini 2014. Menurutnya, peningkatan nilai tambah hasil

tambang di Indonesia mutlak untuk dilakukan. Selain itu, pada tiga tahun mendatang

penerimaan negara akan berkurang karena penurunan ekspor mineral. Namun pada tahun

keempat, ketika perusahaan-perusahaan tambang telah membangun pemurnian atau smelter,

penerimaan negara dapat meningkat dua kali lipat. Selain itu, kebijakan ini menunjukkan

keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan dalam negeri. Karena itu, diharapkan

pemaksimalan sumber daya alam dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia

(bisnis.news.viva.co.id).

Sementara itu, Ketua Komite Tetap bidang Batubara Kamar Dagang dan Industri

(Kadin) Indonesia Bob Kamandanu dengan diberlakukannya peraturan tersebut, pengusaha

tambang dilarang melakukan ekspor mineral mentah, dan harus melakukan pemrosesan

terlebih dahulu. Lebih lanjut dia menyatakan, pemerintah dalam membuat peraturan ini

belum menyiapkan infrastruktur pendukung yang memadai. Salah satunya pembangkit

listrik besar yang diperlukan untuk pembangunan pabrik pemurnian (smelter). Proses

perizinan yang cepat juga masih belum mendukung. Penerapan bea keluar ekspor mineral

mentah justru hanya memberatkan pengusaha dan menghambat investasi mineral. Kebijakan

hilirisasi juga secara nyata akan memperbesar defisit neraca pembayaran karena pendapatan

negara (ekbis.sindonews.com).

Page 16: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

6

PP No. 1 Tahun 2014 yang mulai diberlakukan tahun 2014 dampaknya akan mulai

terasa pada perusahaan-perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia, khususnya

dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 menyebabkan

pendapatan yang menurun akibat larangan ekspor dalam bentuk mineral mentah sehingga

laba perusahaan menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Wilson Sofan, analis Reliance

Securities yang menyatakan kinerja emiten-emiten mineral logam berpotensi menurun

akibat larangan ekspor mineral mentah karena emiten-emiten selama ini mengandalkan

penjualan ekspor. Kinerja tiga emiten logam, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Cita

Mineral Investindo (CITA) dan PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) tercatat turun

signifikan sebagai imbas larangan ekspor mineral mentah yang mulai diimplementasikan

sejak 12 Januari 2014. PT Cita Mineral Investindo Tbk yang selama ini mengekspor bijih

bauksit dan PT Central Omega Tbk yang mengekspor bijih nikel mulai 12 Januari 2014

sudah menghentikan aktivitas ekspornya. Kedua perusahaan pada tahun tersebut akan fokus

untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (ift.co.id).

Peneliti CRMS (Centre for Risk Management Studies) Purnasari (2013) dalam

www.crmsindonesia.org berpendapat beberapa risiko yang akan dihadapi perusahaan

pertambangan adalah risiko regulasi dikarenakan perubahan regulasi yang ada akan

berdampak pada perubahan aktivitas perusahaan. Selain itu dengan pemberlakuan larangan

ekspor mineral mentah, perusahaan juga akan menghadapi risiko strategis yang muncul

akibat keputusan bisnis yang merugikan atau pelaksanaan yang tidak tepat dan berujung

pada pendapatan atau modal. Risiko lain yang dapat dihadapi oleh perusahaan yaitu risiko

kehilangan pangsa pasar yang selama ini telah menampung supply barang mentah yang

dikirim perusahaan-perusahaan Indonesia. Sedangkan bagi para pekerja tambang juga

menghadapi risiko kehilangan pekerjaan akibat adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

oleh pihak perusahaan dan kehilangan sumber pendapatannya.

Dari penelitian sebelumnya oleh Nurlamiah meneliti pengaruh pengumuman

pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 terhadap reaksi pasar (2014) diperoleh hasil terdapat

perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan dan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman

pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 dengan sampel perusahaan pertambangan batubara dan

mineral. Menurut Jogiyanto (2003) jika pengumuman mengandung informasi (information

Page 17: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

7

content), maka diharapkan pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh

pasar. Pengumuman atas pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 akan mendapatkan reaksi dari

pasar saham. Reaksi pasar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas

perusahaan pertambangan yang bersangkutan.

Penelitian ini meneliti kinerja fundamental yaitu kinerja keuangan dan kinerja pasar

emiten pertambangan sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014. Sampel

penelitian adalah perusahaan pertambangan diluar batubara yang go public di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2013-2014. Kinerja perusahaan yaitu kinerja pasar akan diukur

menggunakan rasio Tobin’s Q. Tobin’s Q digunakan sebagai indikator untuk mengukur

kinerja perusahaan, khususnya nilai perusahaan, yang menunjukkan suatu performa

manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan (Sudiyatno dan Puspitasari 2010).

Sedangkan kinerja keuangan akan diukur menggunakan rasio keuangan.

Penelitian ini bermanfaat bagi investor dan calon investor untuk menganalisis

terhadap investasi dan pengambilan keputusan investasi khususnya pada sektor

pertambangan mineral dan batubara setelah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014. Penelitian

ini juga diharapkan dapat member manfaat, informasi, dan masukan yang berguna bagi

manajemen perusahaan dalam menetapkan kebijakan yang akan diambil perusahaan terkait

pemberlakuan PP No. 1 tahun 2014.

TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Teori Stakeholder

Stakeholder merupakan individu atau kelompok, baik di dalam maupun diluar

perusahaan, yang mempunyai kepentingan terhadap hidup dan matinya perusahaan dan

sekaligus dapat mempengaruhi kinerja organisasi (Kuncoro 2005). Penelitian Freeman dan

McVea (2001) menyebutkan bahwa sebuah organisasi merupakan bagian dari grup

stakeholder dan tujuan sebuah organisasi adalah memelihara kebutuhan dan kepentingan

dari para stakeholder-nya. Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah

entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan

manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat

dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali

dan Chariri 2007).

Page 18: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

8

Iryanie (2009) menyatakan secara garis besar kriteria kepuasan masing-masing

stakeholders dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1

Interest dan Kepentingan masing-masing Stakeholders

STAKEHOLDERS KRITERIA KEPUASAN

1. Pemegang saham Prestasi keuangan

2. Karyawan Kepuasan kerja, gaji, supervise

3. Konsumen Kualitas, pelayanan, lokasi, harga

4. Kreditor Creditworthiness

5. Komunitas Kontribusi terhadap komunitas

6. Pemasok Transaksi yang memuaskan

7. Pemerintah Kepatuhan terhadap hukum

Sumber: Iryanie (2009)

Pada pendekatan stakeholder, suatu organisasi akan berusaha untuk memenuhi

lingkungan dari kelompok-kelompok seperti para karyawan, pemasok, dan investor serta

masyarakat (Robbins dan Coulter 1999).

Konsensus yang berkembang dalam konteks teori stakeholder adalah bahwa laba

akuntansi hanyalah merupakan ukuran return bagi pemegang saham (shareholder),

sementara value added adalah ukuran yang lebih akurat yang diciptakan oleh stakeholders

dan kemudian didistribusikan kepada stakeholders yang sama (Meek dan Gray 1988) dalam

(Ulum et al., 2008). Dengan demikian keduanya (value added dan return) dapat

menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja

organisasi (Ulum et al., 2008).

Kinerja Perusahaan

Indrawan (2011) mendefinisikan kinerja perusahaan sebagai kinerja perusahaan

merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam perioda tertentu dengan

mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja perusahaan merupakan

hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai

ukuran yang di sepakati. Kinerja perusahaan memerlukan pengukuran demi penilaian

maupun evaluasi bagi perusahaan, karena melalui pengukuran kinerja perusahaan dapat

dinilai seberapa jauh tindakan perusahaan ke posisi kompetitif yang kuat (Purba 2009).

Page 19: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

9

Kinerja perusahaan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu kinerja pasar dan kinerja

keuangan. Kinerja pasar suatu perusahaan mencerminkan seberapa baik prospek suatu

perusahaan di mata investor. Kinerja pasar berhubungan dengan nilai perusahaan di pasar

modal. Sedangkan kinerja keuangan bersifat historis, yang artinya kinerja keuangan dihitung

berdasarkan informasi-informasi sebelumnya (Gunawan dan Sukarta 2013). Menurut

Sucipto (2013) kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat

mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba.

Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian analisis rasio keuangan.

Analisis rasio sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasian

prestasi atau kinerja perusahaan (Munawir 2002).

Penelitian ini difokuskan pada perubahan laba akibat pemberlakuan PP No.1 Tahun

2014 yang diukur menggunakan rasio profitabilitas yaitu ROA dan ROE, sebagaimana

penelitian Rizki (2012) dalam mengukur kinerja perusahaan sektor pertambangan perioda

2008-2011. Sedangkan pengukuran kinerja pasar menggunakan Tobin’s Q rasio dari nilai

pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan

hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan (Fiakas 2005).

Perumusan Hipotesis

Kinerja Keuangan

Peraturan Pemerintah ini mensyaratkan hasil tambang harus dimurnikan dalam

negeri melalui fasilitas pengolahan hasil tambang (smelter). Perusahaan yang tidak

mempunyai pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) akan mengalami penurunan laba

yang signifikan bahkan perusahaan tersebut akan mengalami gangguan likuiditas

keuangannya sehingga tidak mampu membagikan dividen pada periode tersebut (Nurlamiah

2014). Hingga kini, setidaknya ada tiga komoditas yang akan defisit smelter tahun 2014,

yaitu tembaga, bauksit, dan nikel.

Menurut catatan Bank Dunia jumlah ekspor mineral pada tahun 2012 total bernilai

10,4 Milyar Dollar atau sekitar lima persen dari total nilai ekspor Indonesia. PT Aneka

Tambang Tbk terpengaruh akibat pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 dimana berdasarkan

laporan keuangan disebutkan rugi bersih yang diderita mencapai Rp775,28 Miliar sepanjang

Page 20: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

10

periode 2014. Padahal, setahun sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk masih meraup laba Rp

409,94 Miliar. PT Aneka Tambang Tbk sepanjang tahun 2013 memang turun tajam dimana

hanya melakukan penjualan Rp9,4 Triliun, menurun dari setahun sebelumnya Rp11,29

triliun. Laba kotor yang diperoleh ANTM sepanjang tahun lalu juga menurun menjadi

Rp776,4 Miliar dari setahun sebelumnya Rp1,6 Triliun. Rugi tahun berjalan mencapai

Rp775,28 Miliar dari sebelumnya laba Rp409,94 Miliar (marketbisnis.com).

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba menjadi fokus utama dalam

penilaian kinerja perusahaan. Jika perusahaan memiliki kinerja keuangan terganggu maka

investor enggan untuk menanamkan modalnya. Di sisi lain perusahaan tetaplah harus

mengutamakan mereka yang memiliki kepentingan di dalamnya (stakeholder). Hal ini sesuai

dengan pernyataan bahwa suatu organisasi akan berusaha untuk memenuhi lingkungan dari

kelompok-kelompok seperti para karyawan, pemasok, dan investor serta masyarakat

(Robbin dan Coulter 1999).

Dengan demikian berdasarkan penjelasan sebelumnya hipotesis pertama adalah

sebagai berikut:

H1: Kinerja keuangan perusahaan pertambangan sesudah pemberlakuan PP No. 1

Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding sebelum pemberlakuan PP No.

1 Tahun 2014.

Kinerja Pasar

Pemberlakuan atas PP No. 1 Tahun 2014 akan mengirimkan sinyal negatif ke

perusahaan pertambangan. Atas pemberlakuan tersebut akan membuat pasar bereaksi yang

ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas perusahaan pertambangan yang

bersangkutan. Rata-rata harga saham merupakan indikator dari kinerja pasar. Pemberlakuan

PP No. 1 Tahun 2014 menyebabkan pendapatan perusahaan menurun terutama pendapatan

yang berasal dari kegiatan ekspor dalam bentuk mineral mentah dan juga biaya yang tinggi

untuk membangun smelter. Perusahaan yang tidak memiliki smelter apabila ingin

melakukan ekspor tentunya harus mengolah produknya dahulu di lokasi yang berbeda.

Dengan menurunnya jumlah pendapatan dan komitmen perusahaan yang ingin membangun

smelter akan diikuti dengan meningkatnya biaya sehingga laba perusahaan menjadi

Page 21: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

11

menurun. SFAC No. 1 menyatakan bahwa laba akuntansi adalah alat ukur yang baik untuk

mengukur kinerja perusahaan dan bahwa laba akuntansi bisa digunakan untuk meramalkan

aliran kas perusahaan (Hendriksen dan Van Breda 2001). Berdasarkan data Bursa Efek

Indonesia (BEI), indeks sektor saham tambang turun 4,8 persen secara year to date (ytd).

Turunnya harga saham tersebut dapat disebabkan karena kemungkinan risiko investasi yang

ditanggung investor menjadi semakin besar dan kemungkinan return yang akan diperoleh

menjadi semakin kecil, sehingga banyak investor yang enggan membeli suatu saham

perusahaan atau bahkan menjual saham tersebut, sehingga harga saham tersebut cenderung

akan bergerak turun. Sejalan dengan Purnomo (1998) harga saham memberikan indikasi

perubahan harapan pemodal akibat perubahan kinerja keuangan.

Salah satu hal yang dilakukan apabila kinerja perusahaan menurun adalah

mengurangi jumlah tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang diberikan kepada

masyarakat dan lingkungan. Berkaitan dengan teori stakeholder, maka para stakeholders

memberikan apresiasi yang lebih bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan

CSR. Meskipun tujuan utama dari kegiatan-kegiatan ini bukan untuk meningkatkan laba

perusahaan, namun kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi

nilai pasar perusahaan (Indrawan 2011). Penelitian yang mendukung adanya hubungan

antara CSR dengan kinerja pasar salah satunya adalah penelitian Dahlia dan Siregar (2008)

yang menunjukkan bahwa aktivitas CSR berpengaruh positif terhadap kinerja pasar.

Indikator kinerja pasar yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu CAR (Cumulative

Abnormal Return) yang diukur dengan menggunakan market adjusted model.

Penelitian Nurlamiah (2014) yang menganalisis dan menjelaskan pengaruh larangan

ekspor mineral mentah terhadap abnormal return dan volume perdagangan saham pada

perusahaan pertambangan yang masuk kelompok Daftar Efek Syariah (DES) diperoleh hasil

terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan antara periode sebelum dan

sesudah peristiwa pengumuman pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014.

Oleh karena itu dari penjelasan sebelumnya dapat ditarik hipotesis kedua sebagai

berikut:

Page 22: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

12

H2: Kinerja pasar perusahaan pertambangan sesudah pemberlakuan PP No. 1

Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding sebelum pemberlakuan PP No.

1 Tahun 2014.

METODA PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian adalah seluruh perusahaan pertambangan yang go public di

Bursa Efek Indonesia tahun 2013 dan 2014. Sampel dari penelitian adalah total perusahaan

pertambangan yang dipilih secara purposive sampling, dimana sampel harus memenuhi

kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan pertambangan yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014.

2. Perusahaan pertambangan yang bergerak di bidang mineral dan batuan.

3. Perusahaan pertambangan yang menerbitkan laporan keuangan triwulanan pada

tahun 2013-2014.

4. Kelengkapan data penelitian, yaitu data keuangan dan harga saham.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder berupa laporan

keuangan triwulanan yang dikeluarkan oleh perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Laporan keuangan

tersebut diperoleh website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Sedangkan untuk data harga

saham diperoleh melalui website www.yahoofinance.com.

Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja pasar dan kinerja keuangan perusahaan.

Kinerja pasar yaitu prestasi manajemen dalam menciptakan nilai pasar perusahaan. Kinerja

pasar perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q (Klapper dan Love 2002). Tobin’s

Q merupakan rasio dari nilai pasar aset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah

saham yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari aktiva

perusahaan (Fiakas 2005). Pengukuran Tobin’s Q menggunakan rumus yang sesuai dengan

Page 23: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

13

kondisi transaksi keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia yaitu sebagai berikut

(Masyitoh 2010) :

Market Value of Equity + Liabilities

Tobin’s Q = ---------------------------------------------

Total Assets

Keterangan:

MVE: harga penutupan saham akhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang beredar

Liabilities: total kewajiban

Interpretasi dari skor Tobins’ Q adalah sebagai berikut:

Tobin’s Q < 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued, manajemen telah

gagal dalam mengelola aset perusahaan, dan potensi pertumbuhan investasi rendah.

Tobin’s Q = 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average, manajemen stagnan

dalam mengelola aset, dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang.

Tobin’s Q >1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued, manajemen berhasil

dalam mengelola aset perusahaan, dan potensi pertumbuhan investasi tinggi.

Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan rasio profitabilitas. Rasio ini

digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan

laba baik yang berasal dari kegiatan operasional maupun kegiatan non operasional. Rasio

profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)

sebagaimana penelitian Rizki (2012) dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan

pertambangan go public.

Rumus penghitungan ROA adalah Net Income available to common stockholders

dibandingkan dengan total asset. Sedangkan rumus perhitungan ROE adalah net income

available to common stockholders dibandingkan dengan common stock.

Teknik Analisis

Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik parametrik.

Sebelum dilakukan uji beda, data diuji normalitasnya dengan uji Kolmogorov – Smirnov. Uji

beda dilakukan dengan menggunakan alat uji Peringkat Tanda Wilcoxon (Wilcoxon Signed

Ranks Test) untuk data yang berdistribusi tidak normal, sedangkan data yang berdistribusi

normal menggunakan Paired Sample T Test.

Page 24: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

14

Langkah Analisis

Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel-

variabel penelitian ini dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi absolute yang

menunjukkan angka rata-rata, media kisaran dan deviasi standar.

2. Uji Normalitas

Normalitas adalah kewajaran distribusi data mempunyai distribusi normal atau tidak.

Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Data berdistribusi

normal apabila tingkat signifikasinya lebih besar dari 0,05. Apabila data tidak

berdistribusi normal maka akan dilakukan transformasi data terlebih dahulu.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji adanya kinerja perusahaan pertamabangan

yang go public di BEI sebelum dan sesudah diberlakukannya PP No. 1 Tahun 2014.

Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut :

Ho : µ sebelum ≤ µ sesudah

Ha : µ sebelum > µ sesudah

Pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T Tes apabila data berdistribusi normal,

sedangkan bila data tetap tidak berdistribusi normal menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank

Test dengan menggunakan program SPSS versi 16, dengan tingkat signifikasi 5%. Hipotesis

diterima apabila nilai signifikasi < α=0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, obyek yang dijadikan populasi adalah semua perusahaan

pertambangan go public tahun 2013-2014 yaitu sebanyak 39 perusahaan.

Page 25: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

15

Tabel 2

Proses Pemilihan Sampel

No Kriteria Jumlah

1 Perusahaan mineral logam 8

2 Perusahaan batuan 2

3 Sampel akhir 10

Dari populasi tersebut, sampel penelitian yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan sebanyak 10 perusahaan dengan rincian delapan pertambangan mineral logam

dan dua perusahaan batu-batuan, untuk laporan keuangan triwulanan tahun 2013 (sebelum

pemberlakuan) dan laporan keuangan triwulanan tahun 2014 (sesudah pemberlakuan),

sehingga diperoleh 80 total pengamatan.

Statistik Deskriptif

Berikut adalah deskriptif variabel yang ditinjau dari nilai rata-rata, standart deviasi,

nilai maksimum dan nilai minimum untuk periode sebelum dan sesudah pemberlakuan PP

No. 1 Tahun 2014.

Tabel 3

Statistik Deskriptif

Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

ROA Sebelum -0,186 0,211 0,032 0,078

Sesudah -0,272 0,114 -0,006 0,063

ROE Sebelum -0,201 0,327 0,049 0,106

Sesudah -0,277 0,158 0,005 0,093

Tobins

Q

Sebelum

Sesudah

0,365

0,368

2,327

1,926

1,087

1,130

0,401

0,434 Sumber: Data diolah, 2015

Dari Tabel 3 diketahui ROA secara rata-rata setelah pemberlakuan PP No. 1 tahun

2014 menurun dibanding sebelum pemberlakuan PP No. 1 tahun 2014 (-0,006<0,033). Ini

berarti setelah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 rata-rata perusahaan mengalami

kerugian bersih 0,6% dari total aset yang digunakan dari sebelumnya sebesar 3,2%. Nilai

minimum -0,272 dimiliki oleh PT Cakra Mineral Tbk pada triwulan empat sesudah

pemberlakuan PP No.1 Tahun 2014. Nilai ROA yang negatif mengindikasikan kerugian

yang dialami perusahaan tersebut (Sihombing dan Supramono 2014). Penurunan ROA rata-

Page 26: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

16

rata setelah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 juga menunjukan adanya penurunan

kemampuan perusahaan pertambangan untuk mendapatkan laba dari asset yang digunakan.

ROE secara rata-rata setelah pemberlakuan PP No. 1 tahun 2014 menurun dibanding

sesudah pemberlakuan PP No. 1 tahun 2014 (0,005<0,049). Ini berarti setelah pemberlakuan

PP No. 1 Tahun 2014 rata-rata tingkat return (penghasilan) yang di peroleh pemilik

perusahaan atas modal yang di investasikan menurun 4,4% dari sebelumnya sebesar 4,9%.

Nilai minimum -0,277 dimiliki oleh PT Cakra Mineral Tbk pada triwulan empat sesudah

pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014. Nilai ROE yang negatif mengindikasikan perusahaan

tidak dapat memberikan hasil terhadap modal yang diinvestasikan investor pada perusahaan

tersebut (Sihombing dan Supramono 2014). Penurunan ROE rata-rata setelah pemberlakuan

PP No. 1 Tahun 2014 juga menunjukan adanya penurunan kemampuan perusahaan

pertambangan untuk mendapatkan laba dari modalnya sendiri.

Dari tabel 3 Tobin’s Q secara rata-rata sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1

tahun 2014 sama-sama mengalami overvalued yaitu 1,087 dan 1,130. Kondisi overvalued ini

berarti ini berarti nilai pasar perusahaan sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun

2014 lebih besar dibandingkan dengan nilai buku tercatat yang dilihat dari aset perusahaan.

Nilai Tobin’s Q terendah dimiliki oleh PT Mitra Investindo Tbk pada triwulan empat

sebelum pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 yaitu sebesar 0,365 (undervalued). Dari

keseluruhan perusahaan sampel, terdapat tiga perusahaan yang paling sering memiliki nilai

Tobin’s Q di bawah satu yaitu PT Mitra Investindo Tbk, PT Cakra Mineral Tbk, dan PT

Aneka Tambang Tbk. Adanya penilaian undervalued terhadap perusahaan dikarenakan

biaya penggantian aktiva perusahaan lebih tinggi dari harga sahamnya, sehingga akan

mengimplikasikan harga saham perusahaan pun menjadi undervalued.

Hasil statistik deskriptif ini menjadi bukti awal bahwa kinerja keuangan yang diukur

menggunakan rasio profitabilitas yaitu ROA dan ROE setelah pemberlakuan PP No. 1

Tahun 2014 mengalami penurunan, sebaliknya kinerja pasar yang diukur dengan Tobin’s Q

tidak mengalami penurunan setelah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014.

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bertujuan apakah data penelitian

distribusi normal atau tidak. Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji

Page 27: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

17

metode Kolmogorov Smirnov test, pemilihan metode ini didasarkan bahwa Kolmogorov

Smirnov test merupakan metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data (Hair

et al., 1998). Data dikatakan berdistribusi normal apabila memiliki nilai signifikasi >

α=0,05. Berikut adalah hasil uji Kolmogorov Smirnov dengan software SPSS versi 16.00.

Apabila data berdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan uji Paired Sample T

Test. Data yang belum berdistribusi normal ditransformasi dahulu dengan di logaritma.

Apabila setelah ditransformasi data tetap tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis

menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test.

Tabel 4

Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data diolah, 2015

Dari tabel 4 tersebut semua data memiliki nilai signifikasi > α = 0,05 maka dapat

disimpulkan semua data setelah ditransformasi berdistribusi normal, sehingga alat uji

hipotesis menggunakan uji Paired Sample T Test.

Uji Hipotesis

Dari hasil pengujian hipotesis uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan variabel ROA,

ROE, dan Tobin’s Q pada perusahaan pertambangan yang go public di BEI sebelum dan

sesudah diberlakukannya PP No. 1 Tahun 2014 menghasilkan pengujian statistik sebagai

berikut:

Data Tingkat

Signifikasi

Data Asli

Tingkat

Signifikasi Hasil

Transformasi

Keputusan Alat Uji Hipotesis

ROA sebelum

ROA sesudah

ROE sebelum

ROE sesudah

Tobin’s Q sebelum

Tobin’s Q sesudah

0,041 0.103 Berdistribusi normal Paired sample t test

0,123 Berdistribusi normal

0,325 Berdistribusi normal Paired sample t test

0,591 Berdistribusi normal

0,570

0,060

Berdistribusi normal

Berdistribusi normal Paired sample t test

Page 28: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

18

Tabel 5

Hasil Uji Paired Sample T Test

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di Tabel 5 didapatkan hasil bahwa kinerja

keuangan yang diukur dengan ROA sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun

2014 tidak mengalami perbedaan yang signifikan yang berarti tidak terjadi penurunan

kemampuan perusahaan pertambangan untuk mendapatkan laba dari aset yang digunakan.

Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi ROA sebesar 0,443 > (α=0,05). Dengan demikian

maka hipotesis 1 yang menyatakan kinerja keuangan perusahaan pertambangan yang diukur

dengan ROA sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding

sebelum pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 ditolak. Diketahui bahwa selama perioda

sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 terjadi penurunan laba sebesar

124%, sedangkan kenaikan aset sebesar 7%. Penurunan ROA tersebut dapat terjadi karena

penurunan laba yang diterima perusahaan yang mungkin terjadi akibat berkurangnya

pendapatan perusahaan karena perusahaan dilarang mengekspor produknya ke luar negeri,

melainkan harus memberikan nilai tambah dahulu di dalam negeri sesuai dengan aturan

yang berlaku. Apabila perusahaan tetap melakukan ekspor maka perusahaan juga dikenakan

bea keluar yang tinggi yang tentunya akan mengurangi keuangan perusahaan. Kenaikan aset

sebesar 7% dapat terjadi karena beberapa perusahaan mulai membangun smelternya guna

mengolah hasil tambangnya sehingga hasil tambangnya menjadi lebih tinggi nilainya untuk

diekspor nanti. Hal inilah yang diduga menyebabkan tidak adanya penurunan ROA karena

meski laba menurun tetapi ada kompensasi yaitu kenaikan aset.

Sementara itu dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa kinerja keuangan yang

diukur dengan ROE sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami

perbedaan yang signifikan. Perbedaan ini dibuktikan dengan nilai signifikasi ROE sebesar

Variabel Operasional Tingkat Signifikasi

ROA 0.443

ROE 0.043

Tobin’s Q 0.203

Page 29: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

19

0,043 < (α=0,05) yang berarti terjadi penurunan kemampuan perusahaan pertambangan

untuk mendapatkan laba dari modalnya sendiri. Dengan demikian maka hipotesis 1 yang

menyatakan kinerja keuangan perusahaan pertambangan yang diukur dengan ROE sesudah

pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding sebelum

pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 diterima. Penurunan ROE ini dapat terjadi karena

penurunan laba sebesar 124% dan penurunan ekuitas sebesar 2%. Penurunan ekuitas sebesar

2% menunjukan tidak ada penambahan modal yang berarti oleh perusahaan.

Kinerja pasar yang diukur dengan Tobin’s Q sebelum dan sesudah pemberlakuan PP

No. 1 Tahun 2014 dari hasil pengujian hipotesis tidak mengalami perbedaan yang

signifikan. Tidak adanya perbedaan ini dibuktikan dengan nilai signifikasi Tobin’s Q

sebesar 0,203 < (α=0,05). Dari hasil tersebut maka hipotesis 2 yang menyatakan kinerja

pasar perusahaan pertambangan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami

penurunan dibanding sebelum pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 ditolak. Nilai pasar

selama perioda sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 hanya turun

sebesar 2%. Turunnya nilai pasar tersebut merupakan konsekuensi logis jangka pendek yang

dialami perusahaan pertambangan terkait pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 dimana

investor tidak banyak mengubah keputusannya untuk berinvestasi di sektor pertambangan

mineral dan batuan yang berarti investor menyadari dampak pemberlakuan PP No. 1 Tahun

2014 dalam jangka pendek. Diluar hal tersebut juga terdapat hal lain yang menyebabkan

turunnya nilai pasar seperti harga komoditas tambang di pasar internasional yang belum

membaik dan pelemahan kinerja ekonomi negara-negara besar. Namun dalam jangka

menengah investor juga melihat perkembangan ekonomi domestik dan faktor-faktor

eksternal seperti harga minyak mentah dunia yang mengalami kenaikan dapat dijadikan

sebagai isu positif yang mampu mengangkatnya, sehingga dimungkinkan harga saham

sektor pertambangan juga mengalami kenaikan yang signifikan. Dengan demikian meskipun

kinerja laba perusahaan menurun, namun kinerja pasar tidak berubah signifikan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yaitu Nurlamiah (2014)

yang menemukan dalam jangka pendek terdapat perbedaan yang signifikan antara perioda

sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 yang

dilihat dengan perbedaan rata-rata abnormal return. Tidak didukungnya hipotesis penelitian

ini dikarenakan hanya diukur dalam tempo satu tahun, sehingga belum merefleksikan

Page 30: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

20

dampak pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 yang sesungguhnya. Namun penelitian ini

menemukan adanya penurunan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE setelah

pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 dalam jangka waktu satu tahun.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan yang dapat

diambil antara lain yaitu kinerja keuangan perusahaan pertambangan yang diukur dengan

ROA tidak mengalami penurunan namun kinerja keuangan yang diukur dengan ROE

sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding sebelum

pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014. Sedangkan kinerja pasar perusahaan pertambangan

yang diukur dengan Tobin’s Q sesudah pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 tidak

mengalami penurunan dibanding sebelum pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014.

Implikasi Terapan

Dalam kaitannya dengan pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 maka manajemen

perusahaan pertambangan diharapkan memiliki alternatif kebijakan dan mengatur strategi

misalnya dengan melakukan variasi produk yang bisa laku di dalam negeri maupun luar

negeri agar penurunan laba yang terjadi tidak terlalu besar. Dengan adanya informasi

pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 menyebabkan kinerja keuangan yang diukur dengan

ROE menurun maka bagi investor dan calon investor juga harus menyadari risiko yang

mungkin terjadi di sektor pertambangan yang memungkinkan tingkat return yang

didapatkan semakin kecil.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain adalah perioda waktu

pengamatan yang digunakan kurang panjang yaitu hanya satu tahun setelah pemberlakuan

PP No. 1 Tahun 2014 sehingga dampak pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 masih kurang

terlihat, jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini hanya 10 perusahaan dikarenakan

ketidaklengkapan data yang disajikan di website Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu

terdapat faktor-faktor lain selain pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 yang mungkin dapat

Page 31: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

21

mempengaruhi kinerja perusahaan pertambangan misalnya harga komoditas tambang di

pasar internasional yang belum membaik dan pelemahan kinerja ekonomi negara-negara

besar.

Saran

Penelitian selanjutnya disarankan dapat memperpanjang perioda pengamatan

dampak pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014 terhadap kinerja perusahaan pertambangan

serta menggunakan rasio keuangan lainnya misalnya current ratio dan debt ratio ataupun

rasio non keuangan seperti economic value added dan market value added. Selain itu

penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat mengidentifikasi dan menghubungkan faktor-

faktor lain yang kemungkinan juga ikut mempengaruhi terjadinya penurunan kinerja

perusahaan pertambangan seperti harga pasar dunia dan isu perlambatan ekonomi.

Page 32: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

22

Daftar Pustaka

Chariri, Anis., dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro.

Dahlia, Lely., dan Veronika Silvia Siregar. 2008. Pengaruh corporate social responsibility

terhadap kinerja perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa

Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI.

Pontianak.

Fiakas, Debra. 2005. Tobin’s Q: Valuing Small Capitalization Companies. Available at

http://www.articlesbase.com.

Fokus Kontan. 2013. Badai menerpa emiten batubara mencoba bertahan. Available at

http:www.fokus.kontan.co.id.

Freeman, R. E., dan John McVea. 2001. A stakeholder approach to strategic management.

Working Paper. No. 01-02. Darden Graduate School of Business Administration.

University of Virginia.

Gunawan, Kadek Hendra., dan Sukartha. 2013. Kinerja pasar dan kinerja keuangan sesudah

marger dan akusisi di bursa efek indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana

5.2: 271-290.

Hair et al. 1998. Multivariate Data Analysis, Fifth Edition. Prentice Hall. Upper Saddle

River. New Jersey.

Hendriksen E. S., dan M. F. Van Breda. 2001. Accounting Theory, edisi 5. McGraw-Hill.

New York.

Page 33: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

23

Indrawan, Danu Candra. 2011. Pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja

perusahaan. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak

Dipublikasikan.

Indonesia Finance Today. 2014. Tren penurunan batubara tak pengaruhi kinerja emiten.

Available at http://www.ift.co.id.

Iryanie, Emy. 2009. Komitmen stakeholder perusahaan terhadap kinerja sosial dan kinerja

keuangan. Tesis. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak

Dipublikasikan.

Jogiyanto, H. M. 2003 Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

Klapper, Laora F., dan Inessa Love. 2002. Corporate governance, investor protection and

performance in emerging markets. World Bank Policy Research Working Paper No.

2818.

Kuncoro, Mudrajat. 2005. Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah: Reformasi,

Perencanaan, Strategis dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Liputan 6. 2014. Harga nikel dan tembaga naik jelang larangan ekspor mineral. Available at

http://www.bisnis.liputan6.com.

Masyitoh, Rena Adi. 2010. Pengaruh penerapan corporate governance perception index

terhadap Tobin’s dan Return On Equity (ROE) pada perusahaan go public yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Perbanas.

Merdeka. 2014. ESDM sebut batu bara tidak terkena dampak pelarangan ekspor. Available

at: http://www.merdeka.com.

Page 34: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

24

Munawir, S. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.

Nurlamiah, Farida. 2014. Pengaruh pengumuman pemberlakuan PP No. 1 Tahun 2014

terhadap abnormal return dan volume perdagangan saham. Skripsi. Yogyakarta:

Fakultas Syariah dan Hukum UIN. Tidak Dipublikasikan.

Purnasari, Yosefin A. 2013. Risiko dan manfaat pemberlakuan undang-undang minerba di

indonesia. Available at http://www.crmsindonesia.org.

Purnomo, Yogo. 1998. Keterkaitan Kinerja Keuangan dan Harga Saham. Jakarta: BPFE UI.

Sihombing, Erpina Desy C., dan Supramono. Fenomena saham tidur dan kinerjanya. Jurnal

Eknomi & Bisnis Vol. XVII No. 2. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Sindonews. 2014. Kadin Harap Jokowi Kaji Ulang Penerapan UU Minerba. Available at:

http://www.ekbis.sindonews.com.

Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sudiyatno., dan Puspitasari. Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai indikator pengukuran

kinerja perusahaan. Kajian Akuntansi, Pebruari 2010 Vol. 2. No. 1 ISSN : 1979-

4886. Semarang: Universitas Stikubank

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No.4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan

Batubara.

_________________. 2014. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No 1

Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan

Pengolahan Dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.

Page 35: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

25

_________________. 2014. Peraturan Menteri Keuangan No 6/PMK.011/2014 tentang

perubahan Kedua Atas PMK No. 75/PMK.011/2012 tentang Penetapan Barang

Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar.

Robbin, Stephen P., dan Marry Coulter.1999. Manajemen Edisi Ke-6. Jakarta: Prenhallindo.

Rizki, Eka Cahya. 2012. Analisa rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan sektor

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011.

Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Tidak

Dipublikasikan.

Purba, A. Rosmaida. 2009. Pemanfaatan limbah padat pabrik kertas rokok sebagai pengisi

bahan papan gipsum partisi dengan perekat tepung tapioka. Tesis. Medan: Program

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan.

Ulum, Ihyaul., Imam Ghozali, dan Anis Chariri. 2008. Intellectual capital dan kinerja

keuangan perusahaan; suatu analisis dengan pendekatan partial least squares.

Simposium Nasional Akuntansi (SNA) Ke XI Pontianak.

Vibiznews. 2014. Harga nikel dan tembaga bergerak turun di tengah spekulasi kelonggaran

larangan ekspor Indonesia. Available at http://www.vibiznews.com.

Viva. 2014. JK: Pelarangan ekspor mineral mentah untungkan RI empat tahun lagi.

Available at http://www.bisnis.news.viva.co.id.

Page 36: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

26

Lampiran 1 Data Sampel & Data Penelitian

1. Data ROA

No Kode

Saham

Triwulan 1

2013

Triwulan 2

2013

Triwulan 3

2013

Triwulan 4

2013

Triwulan 1

2014

Triwulan

2 2014

Triwulan 3

2014

Triwulan

4 2014

1 INCO 0.014 0.019 0.020 0.017 0.008 0.029 0.055 0.074

2 PSAB -0.025 -0.013 -0.023 -0.033 0.012 0.026 0.018 0.030

3 ANTM 0.023 0.019 0.016 0.019 -0.013 -0.031 0.025 -0.035

4 CKRA 0.004 0.003 0.000 0.000 -0.003 -0.004 -0.007 -0.272

5 DKFT 0.061 0.080 0.167 0.211 -0.023 -0.018 -0.016 0.039

6 SMRU -0.029 -0.072 -0.124 -0.186 -0.037 -0.069 -0.016 -0.013

7 TINS 0.017 0.022 0.021 0.065 0.013 0.026 0.028 0.065

8 CTTH 0.014 0.018 0.014 0.001 0.044 0.023 0.038 0.003

9 MITI 0.051 0.080 0.092 0.140 0.014 0.028 0.114 0.021

10 CITA 0.073 0.141 0.175 0.182 -0.037 -0.077 -0.103 -0.138

Page 37: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

27

2. Data ROE

Kode

Saham

Triwulan 1

2013

Triwulan

2 2013

Triwulan

3 2013

Triwulan 4

2013

Triwulan 1

2014

Triwulan 2

2014

Triwulan 3

2014

Triwulan 4

2014

1 INCO 0.018 0.025 0.027 0.022 0.010 0.038 0.071 0.096

2 PSAB -0.057 -0.033 -0.065 -0.101 0.037 0.079 0.054 0.091

3 ANTM 0.035 0.029 0.027 0.032 -0.022 -0.053 0.046 -0.065

4 CKRA 0.004 0.003 0.000 0.000 -0.003 -0.004 -0.007 -0.277

5 DKFT 0.084 0.089 0.194 0.232 -0.025 -0.019 -0.017 0.041

6 SMRU -0.032 -0.079 -0.135 -0.201 -0.040 -0.075 -0.032 -0.026

7 TINS 0.022 0.031 0.105 0.020 0.020 0.042 0.066 0.114

8 CTTH 0.044 0.063 0.054 0.006 0.158 0.091 0.147 0.013

9 MITI 0.078 0.127 0.141 0.197 0.020 0.040 0.150 0.028

10 CITA 0.123 0.211 0.263 0.327 -0.063 -0.131 -0.174 -0.234

Page 38: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

28

3. Data Tobin’s Q

Kode

Saham

Triwulan 1

2013

Triwulan

2 2013

Triwulan

3 2013

Triwulan 4

2013

Triwulan 1

2014

Triwulan 2

2014

Triwulan 3

2014

Triwulan 4

2014

1 INCO 1.292 1.123 1.078 1.196 1.321 1.504 1.508 1.476

2 PSAB 1.171 0.955 0.861 0.863 0.896 0.979 1.009 0.935

3 ANTM 0.989 0.840 1.038 0.890 0.925 0.920 0.932 0.920

4 CKRA 1.009 0.948 0.863 0.926 0.995 0.772 0.854 0.998

5 DKFT 2.327 1.971 1.461 1.430 1.877 1.873 1.885 1.926

6 SMRU 1.480 1.678 0.867 1.539 1.359 1.249 1.442 1.707

7 TINS 1.408 1.112 1.550 1.401 1.708 1.585 1.486 1.364

8 CTTH 0.945 1.020 1.005 0.999 0.988 0.994 0.978 1.006

9 MITI 0.442 0.437 0.437 0.365 0.368 0.996 0.915 0.900

10 CITA 1.251 0.804 0.735 0.792 0.410 0.412 0.425 0.411

Page 39: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

29

Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas

1. Uji Normalitas ROA

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ROASBLM ROASSDH

N 40 40

Normal Parametersa Mean .03185 -.00600

Std. Deviation .077678 .063096

Most Extreme Differences Absolute .220 .187

Positive .220 .139

Negative -.141 -.187

Kolmogorov-Smirnov Z 1.394 1.180

Asymp. Sig. (2-tailed) .041 .123

Uji Normalitas ROA Setelah Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ROASBLM ROASSDH

N 32 21

Normal Parametersa Mean -1.62553 -1.60295

Std. Deviation .727354 .349468

Most Extreme Differences Absolute .214 .129

Positive .099 .102

Negative -.214 -.129

Kolmogorov-Smirnov Z 1.212 .592

Asymp. Sig. (2-tailed) .106 .874

Page 40: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

30

2. Uji Normalitas ROE

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ROESBLM ROESSDH

N 40 40

Normal Parametersa Mean .04852 .00462

Std. Deviation .106440 .093103

Most Extreme Differences Absolute .151 .122

Positive .151 .063

Negative -.124 -.122

Kolmogorov-Smirnov Z .952 .772

Asymp. Sig. (2-tailed) .325 .591

3. Normalitas Tobin’s Q

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

TobinSBL TobinSSDH

N 40 40

Normal Parametersa Mean 1.08745 1.12982

Std. Deviation .401386 .434296

Most Extreme Differences Absolute .124 .210

Positive .124 .210

Negative -.106 -.120

Kolmogorov-Smirnov Z .784 1.325

Asymp. Sig. (2-tailed) .570 .060

Page 41: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

31

Lampiran 3. Hasil Uji Paired Sample T Test

1. Uji Paired Sample T Test ROA

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 ROASBLM - ROASSDH .014222 .412514 .097230 -.190916 .219360 .146 17 .885

2. Uji Paired Sample T Test ROE

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 ROESBLM - ROESSDH .043900 .157397 .024887 -.006438 .094238 1.764 39 .086

Page 42: ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SEBELUM …

32

3. Uji Paired Sample T Test Tobin’s Q

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 TobinSBL - TobinSSDH -.042375 .318738 .050397 -.144312 .059562 -.841 39 .406