68
KOTA SURAKARTA TAHUN 2014 ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI

ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

  • Upload
    vonhu

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

KOTA SURAKARTA

TAHUN 2014

ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI

Page 2: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSIKOTA SURAKARTA 2014

Katalog BPS : 9302004.3316Ukuran Buku : 18,5 cm x 26 cmJumlah Halaman : vii + 61 halaman

Diterbitkan Oleh:Bappeda Kota Surakarta

Dicetak Oleh :Bappeda Kota Surakarta

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Page 3: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

KATA SAMBUTAN

Penerbitan “ Analisis Komposisi Konsumsi KotaSurakarta tahun 2014” ini merupakan publikasi perdana.Tujuan dari penerbitan ini adalah untuk melengkapi dataekonomi yang ada selama ini dan ada beberapa penambahansehingga lebih sempurna.

Publikasi pertumbuhan ekonomi yang selama iniditerbitkan hanya memuat data ekonomi dari sisi produksi.Dengan adanya publikasi ini akan melengkapi publikasi daribagian lain seperti konsumsi rumah tangga, konsumsipemerintah, distribusi, eksport-import, maupun besarnyainvestasinya.

Dengan terbitnya publikasi ini diharapkan dapat menjadipelengkap informasi dan data yang ada sehingga dapatmembantu untuk semua pihak terutama para pengambilkebijakan khususnya di Kota Surakarta.

Kepada semua pihak yang telah membantu penerbitanbuku ini kami ucapkan terima kasih. Demi penyempurnaan padapublikasi selanjutnya saran dan masukan tetap kami harapkan.Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yangmembutuhkan.

Surakarta, September 2015

KepalaBadan Perencana Pembangunan Daerah

Kota Surakarta

Ir. Ahyani, MANIP : 196311231990031009

Page 4: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 iv

DAFTAR ISIKata Pengantar iii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel v

Daftar Gambar vi

I PENDAHULUAN 1

II KERANGKA KEGIATAN EKONOMI 5

2.1 Siklus Kegiatan Ekonomi 6

2.2 Siklus Pendapatan dan PenerimaanRegional

11

2.3 Klasifikasi Kegiatan Ekonomi 15

III KOMPONEN PENGELUARAN KONSUMSI 18

3.1 Pengertian Dasar PDRB Konsumsi 18

3.2 Konsep dan Definisi 19

3.3 Metode Penghitungan PDRB Konsumsi 32

IV ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI 44

4.1 PDRB Menurut Konsumsi 44

4.2 Pertumbuhan PDRB Komposisi 47

4.3 Analisis Komposisi Konsumsi 49

V PENUTUP 51

Page 5: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 v

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 PDRB menurut Penggunaan Atas Dasar Harga 44Berlaku Kota Surakarta Tahun 2010 – 2014

Tabel 4.2 PDRB menurut Penggunaan Atas Dasar Harga 46Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2010 – 2014

Tabel 4.3 Pertumbuhan PDRB menurut Penggunaan Atas 48Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun2011-2014

Tabel 4.4 Distribusi PDRB menurut Penggunaan Atas Dasar 50Harga Berlaku Kota Surakarta Tahun 2010 – 2014

Page 6: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Siklus Kegiatan Ekonomi Tertutup 8

Gambar 2 Siklus Transaksi Ekonomi Terbuka 10

Gambar 3 Arus Pendapatan Faktor Regional 12

Page 7: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 20141

BAB IPENDAHULUAN

Setiap insan dalam memenuhi kebutuhannya, akan melakukan

kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap

pelaku ekonomi berbeda-beda. Pelaku ekonomi merupakan pihak-

pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar, pelaku

ekonomi dapat dikelompokkan menjadi lima pelaku, yaitu rumah

tangga, perusahaan, koperasi, masyarakat, dan negara. Setiap

pelaku ekonomi ada yang berperan sebagai produsen, konsumen,

atau distributor.

Perencanaan pembangunan suatu daerah memerlukan

bermacam- macam data statistik sebagai dasar penentuan strategi

dan kebijakan agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan

tepat, sementara strategi dan kebijakan pembangunan pada

masa yang lalu perlu dimonitor dan dilihat hasilnya. Berbagai

data statistik merupakan ukuran yang perlu dipergunakan untuk

memberikan gambaran keadaan secara kuantitatif maupun

kualitatif pada masa yang lalu dan masa kini, serta proyeksi dan

sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.

Pengkajian terhadap pelaksanaan pembangunan Kota

Surakarta selama dua tahun terakhir sangat diperlukan guna

mengetahui sejauh mana visi dan misi pembangunan yang telah

dicanangkan berhasil dicapai. Diperlukan data statistik khususnya

bidang ekonomi dalam mengevaluasi pembangunan bidang

ekonomi. Keterkaitan antar sektor serta variabelnya sangat

berpengaruh dalam menentukan keberhasilan pembangunan

Page 8: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 20142

suatu daerah.

Potret perekonomian di Kota Surakarta yang tergambar

dalam Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB selama ini

dijadikan tolok ukur keberhasilan pembangunan khususnya

bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi baik secara agregat dan

sektoral memberi gambaran seberapa besar peran sektor

produksi dalam mata rantai perekonomian. Demikian juga

pertumbuhan dan distribusi persentase dari sisi penggunaan akan

memberi gambaran seberapa besar permintaan kebutuhan barang

dan jasa dari waktu ke waktu.

Data PDRB menurut penggunaan merupakan pelengkap

bagi data PDRB menurut lapangan usaha sebagaimana biasa

dikenal selama ini. PDRB menurut Penggunaan menggambarkan

permintaan atau penggunaan dari total nilai tambah atau produk

barang dan jasa yang telah dihasilkan tersebut untuk memenuhi

permintaan akhir yang berupa konsumsi, investasi dan ekspor

netto.

Tersedianya data PDRB menurut penggunaan secara baik,

lengkap dan berkesinambungan dapat memberikan gambaran

fenomena ekonomi tentang perilaku konsumsi masyarakat,

pemerintah pada umumnya serta investasi (fisik) pada khususnya.

Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang surplus

atau defisitnya neraca perdagangan barang dan jasa antar wilayah.

Dari komponen PDRB menurut penggunaan ini dapat

diturunkan beberapa indikator makro di antaranya tingkat

kecenderungan konsumsi marjinal (marginal propensity to

consume), ICOR (incremental capital output ratio), rasio

Page 9: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 20143

pembentukan modal tetap terhadap konsumsi, dan sebagainya.

Sinergi dari neraca produksi dan neraca konsumsi tersebut

merupakan neraca perekonomian yang komprehensif di Kota

Surakarta. Apabila kedua neraca dapat tersaji secara berkala dapat

memberi gambaran demand dan supplay barang dan jasa di Kota

Surakarta dalam periode satu tahun. Dengan demikian dapat

diketahui seberapa besar produk barang maupun jasa dalam

kurun waktu satu tahun yang diproduksi oleh seluruh kegiatan

ekonomi dan seberapa besar yang dikonsumsi oleh rumah

tangga, pemerintah maupun diekspor. Begitu pula barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh masyarakat di Kota Surakarta berasal dari

mana, apakah merupakan produk lokal atau impor antar daerah

dan luar negeri.

Berdasar keadaan tersebut diatas maka perlu disusun suatu

neraca perekonomian yang dapat memaparkan seberapa besar

barang dan jasa yang dihasilkan Kota Surakarta dikonsumsi oleh

masyarakat, lembaga nonprofit dan pemerintah. Dengan kata

lain, perlu disusun PDRB menurut penggunaan yang

menggambarkan sisi konsumsi di Kota Surakarta tahun 2014.

Tujuan penyusunan publikasi analisis komposisi konsumsi

Kota Surakarta tahun 2014 ini adalah untuk memberikan

gambaran tentang komposisi konsumsi (sisi

penggunaan/permintaan) barang dan jasa, baik yang diproduksi di

Kota Surakarta maupun yang berasal dari luar Kota Surakarta.

Penyusunan publikasi analisis komposisi konsumsi Kota

Surakarta tahun 2014 sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah

Page 10: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 20144

pada umumnya dan pengambil kebijakan pada khususnya dalam

perencanaan dan evaluasi pembangunan dalam:

1. Mengetahui komposisi pengeluaran pola konsumsi makanan dan non makanan masyarakat/rumah tangga, konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT.

2. Mengetahui pola investasi.

3. Mengetahui surplus atau defisitnya neraca perdaganganKota Surakarta.

Dengan demikian pemerintah punya dasar/pijakan yang

kuat dalam membuat perencanaan pembangunan dengan lebih

baik. Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan intervensi baik

secara langsung maupun tidak langsung agar proporsi pola

konsumsi, pola investasi dan neraca perdagangan lebih berimbang

sehingga mampu menggerakan percepatan pembangunan ekonomi

di Kota Surakarta.

Page 11: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 5

BAB II

KERANGKA KEGIATAN EKONOMI

Aktivitas yang terjadi dalam masyarakat secara umum

didasarkan pada dua motivasi pokok yaitu motif ekonomi

dan motif non ekonomi. Kedua motif tersebut akan

menimbulkan interaksi dalam masyarakat yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada arus ekonomi. Interaksi

maupun transaksi yang terjadi dalam masyarakat terutama

yang dilakukan pelaku ekonomi baik berbentuk tindakan

produksi, konsumsi maupun akumulasi (investasi) akan

membentuk suatu proses ekonomi yang panjang dan

berkaitan.

Interaksi dalam masyarakat akan terus berkembang

sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan

perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan tersebut

terjadi sebagai akibat dari perkembangan jumlah penduduk,

perubahan gaya hidup dan perilaku konsumsi dari sebagian

besar masyarakat. Permintaan akan produk-produk ekonomi

untuk memenuhi kebutuhan akan lebih banyak dan lebih

bervariasi. Hal ini tentu akan direspon para produsen

dengan meningkatkan produksinya baik secara kuantitas

maupun kualitas. Para produsen akan mengoptimalkan dan

mengefisienkan sumber daya yang dimilikinya dalam

memproduksi barang dan jasa dengan meningkatkan

tehnologi produksinya. Proses peningkatan produksi

barang dan jasa inilah yang disebut sebagai proses

Page 12: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 6

pembangunan ekonomi.

2.1 Siklus Kegiatan Ekonomi

Konsep ekonomi klasik secara sederhana

menjelaskan bahwa transaksi ekonomi (makro) yang

dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,

dibedakan menjadi dua kelompok pelaku utama yaitu

produsen dan konsumen. Kelompok produsen

menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh

kelompok konsumen bagi kepentingan proses produksinya

dengan tujuan untuk menghasilkan berbagai produk barang

dan jasa, atau lazimnya disebut sebagai output. Di sisi

lain kelompok konsumen memiliki atau menguasai faktor-

faktor produksi berupa tanah (land), tenaga kerja (labor),

modal (capital) dan kewiraswastaan (entrepreneurshipl)

yang digunakan oleh produsen sebagai input untuk

mendukung kegiatan proses produksinya. Sebagai

kompensasinya, konsumen akan menerima balas jasa dari

produsen berupa sewa tanah,upah dan gaji, bunga modal,

dividen serta bentuk keuntungan lainnya. Balas jasa yang

diterima oleh konsumen ini merupakan sumber pendapatan

masyarakat, yang selanjutnya akan digunakan untuk

membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi akhirnya.

Pada sisi yang berbeda, barang dan jasa yang

dihasilkan oleh produsen tadi akan dibeli kembali oleh

konsumen untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan

Page 13: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 7

hidupnya. Hubungan antara penyediaan produk di satu sisi

serta penggunaan (permintaan) di sisi lainnya ini disebut

sebagai titik keseimbangan umum (general equilibrium)

antara Supply dan Demand. Bahkan interaksi yang terjadi

antara kedua kelompok besar pelaku ekonomi ini terjadi

secara terus menerus dan berkelanjutan membentuk suatu

siklus perekonomian. Pada proses ini produsen berfungsi

sebagai penghasil produk, sedangkan konsumen sebagai

pemakai produk akhir. Dari siklus makro tersebut dapat

dilihat gambaran tentang struktur ekonomi serta

perubahan- perubahan yang terjadi, pertumbuhan

ekonomi maupun beberapa data agregat lainnya.

Pada sisi lain ada peran pemerintah dalam mengatur

sistem ekonomi suatu wilayah. Peran utama pemerintah

tersebut adalah sebagai regulator, fasilitator maupun

stabilitator antara pihak produsen dengan konsumen dalam

menjaga keberlangsungan aktivitas ekonomi, agar sistem

ekonomi dapat berjalan dengan tertib dan lancar.

Untuk melihat siklus (perputaran) sistem

perekonomian suatu wilayah atau negara secara sederhana

adalah dengan menggunakan model perekonomian

tertutup di mana diasumsikan tidak ada transaksi

ekonomi antara wilayah tersebut dengan wilayah/negara

lain (seperti halnya transaksi ekspor dan impor). Wilayah

yang menganut sistem ekonomi tertutup tidak

menggunakan produk yang dihasilkan oleh negara

lain, begitu juga sebaliknya, negara lain juga tidak

Page 14: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 8

menggunakan produk yang dihasilkan oleh wilayah

tersebut. Gambar 1 berikut menunjukkan hubungan

transaksi dalam perekonomian tertutup.

Gambar 1. Siklus Kegiatan Ekonomi Tertutup

a. Faktor-faktor produksi (arus faktor)

b. Balas jasa faktor produksi (arus barang)

Produsen(Perusahaan)

Konsumen(Rumah tangga)

c. Pengeluaran konsumsi (arus uang)

d. Barang dan jasa (arus produk)

Berdasarkan siklus makro tersebut, secara sederhana

dapat dijelaskan beberapa arus transaksi yang terjadi

antara produsen dengan konsumen sebagaimana berikut

ini:

a. Arus penyediaan faktor produksi yang terdiri dari

unsur tanah, tenaga kerja, kapital, kewirausahaan;

b. Arus balas jasa faktor produksi atau pendapatan yang

terdiri atas unsur sewa tanah, upah dan gaji, bunga,

deviden, serta keuntungan;

c. Arus pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi;

d. Arus barang dan jasa yang menjadi konsumsi.

Gambar di atas menunjukkan adanya hubungan

secara langsung antara arus produk dengan arus uang

Page 15: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 9

(moneter). Apabila seluruh transaksi dikonversikan

kedalam satu satuan moneter (rupiah) maka keempat alur

transaksi tersebut akan memberikan besaran nilai yang

sama. Aliran faktor produksi dari rumah tangga ke

produsen akan menyebabkan terjadinya arus balik dari

produsen ke rumah tangga dalam bentuk pendapatan atau

yang disebut sebagai balas jasa faktor produksi.

Pendapatan faktor yang dibayarkan oleh produsen

tersebut merupakan sumber penerimaan bagi rumah

tangga yang pada gilirannya akan digunakan untuk

membiayai kebutuhan konsumsinya. Konsumsi tersebut

meliputi penggunaan berbagai produk barang dan jasa

yang dihasilkan oleh produsen (perusahaan);

Atau dengan kata lain pendapatan di satu sisi

akan sama dengan penggunaan di sisi yang lain. Dengan

demikian maka aliran produk barang dan jasa yang

dihasilkan oleh produsen akan sama dengan aliran uang

yang dibayarkan oleh rumah tangga untuk membeli barang

dan jasa tersebut.

Dalam kenyataannya, barang dan jasa yang digunakan

baik untuk konsumsi maupun barang modal, tidak

semuanya berasal dari dalam negeri tetapi bisa juga

sebagian dari luar negeri (import). Juga sebaliknya

barang dan jasa yang dihasilkan didalam negeri tidak

semuanya digunakan di dalam negeri tetapi sebagian

digunakan oleh luar negeri (export).

Page 16: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 10

Seluruh aktivitas dan transaksi perdagangan

tersebutakan tergambar dalam sistem perekonomian

terbuka yang strukturnya sedikit lebih rumit

dibandingkan dengan perekonomian sistem tertutup.

Interaksi perdagangan antara pelaku ekonomi domestik

dengan luar negeri akan menyebabkan terjadinya aliran

devisa baik masuk maupun keluar wilayah. Dalam hal

pendapatan regional, pengertian luar negeri bisa juga

mencakup luar daerah atau luar wilayah.

Gambar 2. Siklus Transaksi Ekonomi Terbuka

Luar Negeri

Produsen Rumahtangga

Page 17: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 11

Berdasarkan siklus ekonomi terbuka tersebut,

Produk Domestik Regional Bruto, dapat dideskripsikan secara

lebih jauh sebagai berikut:

a. Kalau ditinjau dari segi produksi (arus nilai tambah)

disebut sebagai Produk Regional, yang merupakan

penjumlahan komponen nilai tambah (value added) yang

dihasilkan oleh unit-unit produksi (produsen) di suatu

wilayah dalam jangka waktu tertentu.

b. Kalau ditinjau dari segi pengeluaran atau penggunaan

disebut sebagai pengeluaran/penggunaan atas produk

regional (regional expenditure), yang merupakan

penjumlahan dari pengeluaran konsumsi akhir yang

dilakukan oleh rumah tangga, lembaga nirlaba,

pemerintah, maupun produsen dalam bentuk konsumsi

akhir, pembentukan modal tetap bruto, perubahan

inventori serta ekspor dan impor suatu wilayah dalam

jangka waktu tertentu.

c. Kalau ditinjau dari segi pendapatan disebut sebagai

pendapatan regional (regional income) yang merupakan

jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor-

faktor produksi yang dimiliki atau dikuasai oleh

penduduk suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.

2.2 Siklus Pendapatan dan Penerimaan Regional

Tujuan akhir dari pengukuran PDRB adalah untuk

menghitung besarnya “pendapatan” yang diterima oleh

masyarakat di suatu wilayah. Pendapatan yang diterima

Page 18: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 12

inilah yang akan menjadi dasar ukuran kemakmuran suatu

wilayah, karena dengan adanya pendapatan tersebut

menyebabkan masyarakat dapat membiayai kebutuhannya.

Analoginya, bahwa pendapatan tercipta akibat dari adanya

proses produksi, dimana kemudian pendapatan tersebut akan

digunakan oleh masyarakat sebagai sumber pembiayaan

konsumsinya. Pendapatan yang berasal dari kompensasi faktor

produksi ini akan di-redistribusikan kembali diantara

kelompok masyarakat dalam bentuk hibah atau transfer, atau

pemberian dalam bentuk lain (natura) secara cuma-cuma yang

bersifat tidak mengikat.

Dalam kenyataannya, pendapatan yang dihasilkan oleh

suatu wilayah belum tentu seluruhnya dapat dinikmati dan

digunakan oleh masyarakat di wilayah tersebut. Ada sebagian

pendapatan yang mengalir keluar wilayah lain, begitu pula

sebaliknya, ada pula pendapatan yang berasal dari wilayah lain

yang dinikmati oleh masyarakat di wilayah tersebut. Implikasi

dari kondisi tersebut adalah terjadinya aliran pendapatan antar

wilayah, atau timbulnya arus pendapatan yang mengalir dari

suatu daerah ke daerah lainnya, sebagaimana dijelaskan pada

diagram berikut ini:

Gambar 3: Arus Pendapatan Faktor Regional

Luar Negeri

Produsen

Transfer

Konsumen

Page 19: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014

12

Pendapatan yang mengalir antar wilayah

tersebut dapat berupa pendapatan faktor itu sendiri

(distribusi primer) atau redistribusi pendapatan

(distribusi sekunder), antar pelaku ekonomi

maupun antar wilayah dalam bentuk pemberian

atau penerimaan hibah atau transfer. Dengan

demikian maka untuk mem-peroleh

gambaran penerimaan masyarakat yang

sesungguhnya (pendapatan disposabel) harus

diperhitungkan pula dengan aliran pendapatan yang

mengalir keluar maupun yang masuk di wilayah

tersebut, baik dalam bentuk pendapatan faktor

netto maupun transfer/hibah netto.

Pendapatan masyarakat yang berupa balas jasa

faktor produksi, baik yang berasal dari wilayah

tersebut maupun yang berasal dari wilayah lain

dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan ke

wilayah lain (faktor produksi dimiliki oleh wilayah

lain), disebut sebagai pendapatan regional. Kemudian

pendapatan regional yang ditambahkan dengan

transfer yang diterima dikurangi dengan transfer yang

dibayar ke wilayah lain ini disebut penerimaan

disposibel regional. Penerimaan atas pendapatan

faktor milik sendiri maupun yang diterima dari

pendapatan faktor pihak lain ini digambarkan sebagai

penerimaan masyarakat yang benar-benar dapat

dibelanjakan dan dinikmati masyarakat di wilayah

tersebut (disposable income).

Transfer merupakan proses pendistribusian atau

Page 20: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014

13

pengalokasian kembali pendapatan faktor yang

diberikan oleh pemilik faktor produksi kepada pihak

lain secara cuma-cuma, atau tanpa adanya suatu

kewajiban. Diartikan juga sebagai pemberian yang

bersifat tidak mengikat yang digambarkan sebagai

proses redistribusi pendapatan masyarakat sebagai

akibat dari adanya dorongan, motivasi serta tindakan

sosial. Transfer yang dimaksud disini adalah transfer

berjalan (current transfer) seperti halnya sumbangan

bencana alam, sumbangan pendidikan, sumba-ngan

kesehatan dan sebagainya. Dilihat dari lalu lintasnya

maka transfer dapat terjadi antar rumah tangga,

antara rumah tangga dengan pemerintah, antar

pemerintah, antara rumah tangga dengan

perusahaan, antar perusahaan serta antara

perusahaan dengan pemerintah.

Dengan demikian pendapatan yang diterima

masyarakat yang diterima dari berbagai sektor

ekonomi produksi, akan didistribusikan atau

dialokasikan kembali kepada pihak-pihak lain di

dalam wilayah maupun antar wilayah. Relokasi

pendapatan dalam bentuk transfer akan

menyebabkan terjadinya transaksi penerimaan bagi

kelompok penerima pendapatan dan kelompok

pemilik faktor produksi. Sebagai contoh ada orang

yang mempunyai pendapatan sebagai pemilik faktor

produksi tetapi juga menerima bagian dari

pendapatan milik pihak lain dalam bentuk hadiah

atau sumbangan. PDRB menurut sektor produksi

(pendekatan nilai tambah) lebih mencerminkan

Page 21: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014

14

tentang tingkat produktivitas suatu daerah/wilayah;

Data tersebut menjelaskan tentang kemampuan suatu

wilayah dalam menghasilkan output (produk) serta

dalam menciptakan nilai tambah. PDRB menurut

penggunaan lebih menggambarkan tentang bagian

dari produk regional yang digunakan untuk

keperluan konsumsi akhir, pembentukan modal serta

yang dieskpor. Untuk melihat peran ekonomi

domestik maka total PDRB menurut sektor tersebut

harus dikurangi dengan impor. PDRB menurut

penggunaan dapat pula diartikan sebagai kemampuan

masyarakat dalam menggunakan pendapatannya

untuk keperluan konsumsi maupun untuk tabungan,

dimana tabungan tersebut merupakan sumber

investasi domestik (dilihat dari aspek moneter).

Sementara itu transaksi ekspor dan impor lebih

menggambarkan tentang kemampuan daerah dalam

menciptakan pendapatan yang berasal dari transaksi

perdagangan dengan wilayah lain, termasuk luar

negeri.

Sedangkan PDRB menurut pendekatan

pendapatan lebih menekankan tentang aspek

pemerataan pendapatan. Tipikal arus transaksi

yang sama berlaku pula bagi kegiatan dalam

proses distribusi (primary distribution) serta

redistribusi pendapatan (pengalokasian kepada

pihak lain atau disebut sebagai transfer). Proses ini

bisa juga terjadi antar daerah atau antar wilayah,

yang pada akhirnya akan berdampak terhadap

struktur pendapatan atau penerimaan daerah.

Page 22: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014

15

Dengan demikian sebenarnya data agregat makro

pendapatan disposabel regional (regional

disposabel income) dapat lebih menggambarkan

informasi tentang tingkat kemakmuran atau

kesejahteraan sebagai dampak pembangunan,

yang benar-benar potensi untuk dinikmati atau

diakses oleh masyarakat.

Apabila dilihat dari ukuran pemerataan orang-

perorang (nilai rata-rata), maka PDRB perkapita

yang disebut sebagai ukuran produktivitas tersebut

sebenarnya menggambarkan tingkat kemampuan

potensial setiap individu di wilayah tersebut untuk

menghasilkan produk atau menciptakan nilai

tambah; Sedangkan pendapatan regional perkapita

yang disebut sebagai ukuran kemakmuran

menggambarkan tingkat kesejahteraan potensial

yang dapat dinikmati oleh setiap individu di wilayah

tersebut, tanpa perlu membedakan faktor jabatan,

usia, jenis kelamin, suku bangsa, ataupun aspek

sosial ekonomi lainnya.

2.3. Klasifikasi Kegiatan Ekonomi

Baik pelaku ekonomi, setiap kegiatan,

transaksi maupun produk ekonomi yang terjadi di

suatu wilayah sangat beraneka ragam dilihat dari

sifat maupun jenisnya. Untuk kepentingan analisis

maka berbagai kategori tersebut perlu

dikelompokkan ke dalam bentuk suatu klasifikasi.

Maksud utama pengelompokkan ini adalah untuk

Page 23: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014

16

menghimpun data dan informasi yang sangat

heterogen ke dalam penggolongan yang sesuai

se-hingga karakteristiknya menjadi relatif

homogen. Keseragaman dalam konsep, definisi

serta klasifikasi diperlukan dalam rangka

keterbandingan data yang dihasilkan, sehingga

gambaran mengenai perkembangan dan

perbedaan antar wilayah, antar waktu maupun

antar karakteristik tertentu menjadi lebih baik dan

lebih tepat.

Dalam penyusunan PDRB secara garis besar

struktur dan perilaku ekonomi suatu wilayah dapat

dikelompokkan menurut:

a. Lapangan Usaha/sektoral (Production approach)

b. Penggunaan/pengeluaran (Expenditureapproach)

c. Pendapatan atau balas jasa faktor produksi(Income approach)

Klasifikasi yang dipakai dalam penyusunan

PDRB sektoral selama ini adalah Klasifikasi

lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Penetapan

klasifikasi ini didasarkan pada batasan kegiatan

atau perilaku ekonomi produksi, yang menekankan

pada aspek proses produksi dengan sektor-sektor

ekonomi yang menghasilkannya. Klasifikasi

kegiatan ekonomi ke dalam suatu sektor lapangan

usaha didasarkan pada kesamaan dalam cara

berproduksi, sifat maupun jenis produk (barang dan

jasa) yang dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut.

Adapun konsep produksi adalah kegiatan yang

Page 24: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014

17

berkaitan dengan proses, teknologi dan organisasi

dalam menghasilkan barang dan jasa. Penggolongan

PDRB menurut penggunaan didasarkan pada

tujuan dari pada konsumsi akhir dan kelompok jenis

komoditas atau produk yang dikonsumsinya.

Penggolongan komponen PDRB menurut

penggunaan adalah sebagai berikut:

a. Pengeluaran Konsumsi Akhir

Rumah Tangga

Lembaga Non Profit yang melayani

Rumah Tangga (LNPRT)

Pemerintah

b. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

c. Perubahan Stok/Inventori

d. Transaksi Eksternal (Perdagangan Antar Wilayah)

dan ekspor-impor (minus) antar daerah.

Page 25: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 18

BAB III

KOMPONEN PENGELUARAN KONSUMSI

3.1 Pengertian Dasar PDRB Penggunaan

Statistik neraca konsumsi atau PDRB menurut penggunaan

adalah sekumpulan data yang bersifat kuantitatif yang

menggambarkan seberapa besar produk barang dan jasa yang

digunakan di suatu daerah. Produk barang dan jasa yang selama ini

disajikan dalam bentuk PDRB sektoral akan dipetakan

penggunaannya (siapa dan untuk apa). PDRB sektoral memuat

sektor-sektor ekonomi yang terdiri dari sembilan sektor produksi

sedangkan dari sisi penggunaan atau konsumsi PDRB akan

dibedakan menjadi (6) enam komponen yaitu :

1. Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga.

2. Pengeluaran konsumsi LNPRT.

3. Pengeluaran konsumsi pemerintah.

4. Pembentukan modal tetap bruto.

5. Perubahan stok/inventori.

6. Transaksi Eksternal (Perdagangan Antar Wilayah)

Seperti halnya PDRB sektoral, PDRB menurut penggunaan pada

publikasi ini akan memuat dua angka yaitu menurut harga berlaku

dan harga konstan. Harga konstan menggunakan harga pada tahun

dasar 2000, sama dengan yang digunakan dalam PDRB sektoral,

PDRB menurut penggunaan dapat dibandingkan dengan harga

konstan pada PDRB sektoral. Dengan terbitnya PDRB menurut

penggunaan secara berkala secara tidak langsung akan terbentuk pula

necara perekonomian di Kota Surakarta. Neraca perekonomian di

Kota Surakarta merupakan hasil sinergi PDRB pendekatan produksi

Page 26: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 19

dengan PDRB pendekatan penggunaan/konsumsi.

3.2. Konsep dan Definisi

Untuk menyamakan persepsi terhadap beberapa variabel yang

akan digunakan dalam PDRB menurut penggunaan di Kota

Surakarta, perlu didefinisikan beberapa variabel sebagai berikut :

3.2.1. Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan

pengeluaran rumah tangga atas barang dan jasa untuk tujuan

konsumsi.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup

pengeluaran konsumsi rumah tangga atas barang dan jasa

baik dengan cara membeli, menerima transfer, atau

memproduksi sendiri dengan tujuan untuk dikonsumsi atau

tidak diproses lebih lanjut menjadi produk baru, dikurangi

hasil penjualan neto barang bekas atau apkiran pada

periode waktu tertentu, baik dilakukan di dalam maupun di

luar wilayah domestik penduduk yang bersangkutan.

Rumah tangga dalam hal ini berfungsi sebagai

konsumen akhir (final demand) dari berbagai jenis barang dan

jasa yang tersedia. Rumah tangga didefinisikan sebagai seorang

atau sekelompok orang yang tinggal bersama dalam suatu

bangunan tempat tinggal. Mereka secara bersama

mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban,

serta mengkonsumsi barang dan jasa yang utamanya berupa

kelompok makanan dan perumahan.

Barang dan jasa yang dimaksud antara lain dalam bentuk:

1. Makanan dan minuman, baik dalam bentuk bahan mentah

Page 27: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 20

maupun makanan jadi termasuk minuman beralkohol,

tembakau, dan rokok.

2. Perumahan dan fasilitasnya, seperti biaya sewa atau

kontrak rumah, bahan bakar, rekening telepon, listrik, dan

air, biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah, termasuk

imputasi sewa rumah milik sendiri (owner occupied

dwellings).

3. Segala jenis bahan pakaian, pakaian jadi, alas kaki, danpenutup kepala.

4. Barang tahan lama seperti mobil, meubeler, perabot dapur,

TV, perhiasan, alat olah raga, binatang peliharaan, tanaman

hias.

5. Barang lain seperti bahan kebersihan (sabun mandi,

sampo dsj.), bahan kecantikan (kosmetik, bedak, lipstik

dsj.), obat-obatan, vitamin, buku, alat tulis, surat kabar, dan

sebagainya.

6. Jasa-jasa seperti jasa kesehatan (biaya rumah sakit,

dokter, imunisasi dsj.), jasa pendidikan (biaya sekolah,

kursus dsj.), ongkos transportasi, perbaikan kendaraan,

biaya hotel, tiket tempat rekreasi, biaya pembantu rumah

tangga.

Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase)

oleh penduduk di luar wilayah atau di luar negeri diperlakukan

sebagai transaksi impor, sebaliknya pembelian langsung oleh

bukan penduduk di suatu wilayah diperlakukan sebagai ekspor

dari wilayah yang bersangkutan.

Termasuk dalam konsumsi rumah tangga adalah

pembelian barang yang tidak ada duplikatnya (tidak diproduksi

Page 28: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 21

kembali) seperti hasil karya seni dan barang antik (yang

dihitung nilai marjinnya). Meskipun barang tersebut sudah

dinilai pada saat diproduksi, tetapi karena nilainya

cenderung naik maka umumnya dari waktu ke waktu harga

barang tersebut relatif lebih mahal. Pembelian atas produk

lama semacam ini diperlakukan sebagai pembelian produk

baru.

Begitu pula dengan imputasi sewa rumah. Alasan

diperhitungkannya nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri,

karena dalam hal ini rumah tangga pemilik dianggap

menghasilkan jasa sewa rumah bagi diri sendiri. Imputasi sewa

rumah adalah perkiraan nilai sewa atas dasar harga pasar

meskipun status rumah tersebut adalah milik sendiri. Apabila

rumah tangga benar-benar menyewa rumah, maka yang

diperhitungkan adalah nilai sewa yang sebenarnya

dibayar, baik dibayar secara penuh maupun tidak (karena

mendapat subsidi).

3.2.2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT

Pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani

Rumah Tangga (LNPRT) adalah berbagai pengeluaran oleh

lembaga untuk pengadaan barang dan jasa, yang secara prinsip

mempunyai fungsi dalam melayani rumah tangga. Pengeluaran

konsumsi LNPRT digolongkan sebagai bagian dari pengeluaran

konsumsi akhir yang ditujukan untuk menjaga keberlangsungan

kegiatan lembaga.

Lembaga non profit yang melayani rumah tangga

merupakan satu entitas legal, yang secara prinsip terlibat dalam

Page 29: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 22

kegiatan layanan atau pemberian jasa kepada rumah tangga

(non-market). Seluruh biaya kegiatan lembaga bersumber dari

sumbangan atau donasi rumah tangga. Oleh karenanya hampir

seluruh aktivitas lembaga dirancang dan dikontrol oleh

rumah tangga. LNPRT adalah Lembaga non profit yang

menghasilkan jasa sosial kemasyarakatan non komersial

dengan dana dari masyarakat atau iuran anggota.

Produknya dijual pada tingkat di bawah harga pasar

atau bahkan diberikan secara cumacuma kepada masyarakat

atau anggota lembaga.

Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga

(LNPRT), yang dibagi menjadi 7 (tujuh) bentuk organisasi

yaitu: Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS), Organisasi Sosial

(ORSOS), Organisasi Profesi (ORPROF), Perkumpulan

Sosial/Kebudayaan/Olah raga/Hobi, Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), Lembaga Keagamaan, Organisasi Bantuan

Kemanusiaan/ Beasiswa.

a. Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)

Organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat

secara sukarela atas dasar kesamaan fungsi. tujuan, dan

terdiri dari:

i. Ormas keagamaan, seperti Muhammadiyah, Nahdatul

Ulama, ICMI,

ii. Ormas kepemudaan, seperti KNPI, HMI, Pemuda

Pancasila,

iii. Ormas wanita, seperti Fatayat, Kalyana Mitra

Wanita, dan iv. Ormas lainnya seperti

Page 30: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 23

Kosgoro, Soksi, dan Pepabri.

b. Organisasi Sosial (Orsos)

Organisasi atau perkumpulan sosial yang dibentuk oleh

anggota masyarakat baik berbadan hukum maupun tidak,

sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam usaha

kesejahteraan sosial, dan terdiri dari Panti Asuhan, Panti

Werdha, Panti Lainnya, seperti YPAC, Panti Tuna Netra,

dan sejenisnya.

c. Organisasi Profesi (Orprof)

Organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat dari

disiplin ilmu yang sama atau sejenis, sebagai sarana

meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, serta sebagai wahana

pengabdian masyarakat, dan terdiri dari :

i. Organisasi profesi dalam bidang Ilmu Sosial, seperti:

ISEI, Ikatan Akuntan Indonesia, dan sejenisnya.

ii. Organisasi profesi dalam bidang Ilmu Pasti, seperti

PII, IDI, dan sejenisnya.

d. Perkumpulan Sosial/Kebudayaan/ Olahraga / Hobi

Organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat yang

berminat mengembangkan kemampuan/apresiasi budaya, olah

raga, hobi, kegiatan yang bersifat sosial, dan terdiri dari :

i. Perkumpulan Sosial seperti Perkumpulan Rotari Indonesia,

WIC,

ii. Organisasi Kebudayaan seperti Padepokan Seni

dan Budaya, Himpunan Penghayat Kepercayaan,

iii. Organisasi Olah Raga seperti PSSI, PBSI, Ikatan Motor

Indonesia,

Page 31: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 24

i v . Organisasi Hobi seperti Ikatan Penggemar Anggrek,

ORARI, dan Wanadri.

e. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat sebagai

wujud kesadaran dan partisipasinya dalam meningkatkan \

taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat atas dasar

kemandirian atau swadaya, dan terdiri dari :

i. LSM Penyebar Informasi seperti PKBI, YLKI, Walhi

ii. LSM Pendidikan dan Pelatihan seperti LP3ES, Yayasan

Bina Swadaya

iii. LSM Konsultasi dan Advokasi seperti YLBHI

iv. LSM Penelitian dan Studi Kebijakan seperti LSP.

f. Lembaga Keagamaan

Lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan

tujuan membina, mengembangkan, mensyiarkan agama, dan

terdiri dari:

i. Organisasi Islam, seperti Lembaga Da’wah, RemajaMesjid, Majelis Ta’lim

ii. Organisasi Kristen/Protestan, seperti PGI, KWI, HKBP

; Organisasi iii. Hindu/Budha seperti Walubi,

Parisadha Hindu Dharma

iv. Perkumpulan Jamaah Masjid

v. Perkumpulan Jemaat Gereja/tempat ibadah lain

vi. Pondok pesantren tradisional, seminari, dan sejenisnya.

g. Organisasi Bantuan Kemanusiaan/Beasiswa

Organisasi yang dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan

memberikan bantuan kepada korban bencana atau penerima

Page 32: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 25

beasiswa atas dasar kemanusiaan, cinta sesama, solidaritas, dan

terdiri dari :

i. Lembaga Bantuan Kemanusiaan, seperti Yayasan

Kesejahteraan Gotong Royong, Yayasan Kanker Indonesia,

Yayasan Jantung Sehat

ii. Lembaga Bantuan Pendidikan seperti GNOTA, Yayasan

Supersemar

iii. Lembaga Bantuan Lainnya.

3.2.3. Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah

Pengeluaran konsumsi pemerintah didefinisikan sebagai

jumlah seluruh pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan

untuk membiayai kegiatannya, yang terdiri dari pembelian

barang dan jasa (belanja barang), pembayaran balas jasa

pegawai (belanja pegawai), dan penyusutan barang modal,

dikurangi dengan hasil penjualan barang dan jasa (output

pasar) pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan pemerintah (yang bukan dikonsumsi oleh

pemerintah). Konsumsi pemerintah disebut juga dengan output

nonpasar pemerintah.

Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan tersebut adalah:

a. Kegiatan di instansi pemerintah yang memproduksi barang

sejenis dengan barang yang dihasilkan oleh perusahaan

swasta, dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan induknya.

Contoh: pencetakan publikasi, kartu pos dan reproduksi

dari karya seni, pembibitan tanaman dari kebun percobaan,

serta lainnya. Penjualan barang-barang ini bersifat insidentil

Page 33: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 26

dari fungsi pokok lembaga/departemen pemerintah tersebut,

dan hasil penjualannya disebut pendapatan dari barang yang

dihasilkan.

b. Kegiatan pemerintah yang menghasilkan jasa seperti

kegiatan rumah sakit, sekolah, universitas, museum,

perpustakaan, tempat-tempat rekreasi dan tempat-tempat

penyimpanan hasil karya seni, yang dibiayai dari keuangan

pemerintah, yang ke luarannya dijual dengan harga yang

pada umumnya tidak mencapai/sesuai dengan besarnya

biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima

pemerintah dari hasil kegiatan seperti ini disebut

pendapatan dari jasa yang diberikan.

3.2.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

PMTB didefinisikan sebagai pengadaan, pembuatan,

pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang

modal baru maupun bekas dari luar negeri, dikurangi penjualan

neto barang modal bekas. Diperhitungkannya barang modal

bekas dari luar negeri sebagai barang modal baru di dalam

negeri, karena nilainya secara ekonomi belum diperhitungkan.

Barang modal juga dapat diartikan sebagai barang atau

peralatan yang digunakan dalam proses produksi secara

berulang-ulang dan mempunyai umur pemakaian satu tahun

atau lebih.

PMTB yang terdiri dari berbagai jenis dan wujud barang

modal (kapital) ini dapat dibedakan menjadi tiga penggolongan

atau klasifikasi pokok yaitu : menurut jenis barang, menurut

sektor penguasa/pemilik (holder) dan menurut institusi26.

Page 34: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 27

Penggolongan tersebut didasarkan pada jenis barang modal,

perilaku pemilikan/ penguasaan barang modal serta institusi

atau kelembagaan yang menguasainya, dengan uraian

masing-masing sebagai berikut.

1. PMTB menurut jenis barang terdiri dari:

a. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) tetap

baik baru maupun bekas yang dirinci menurut jenis aset

seperti: bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat

tinggal, bangunan lainnya, mesin & peralatannnya,

kendaraan dan ternak.

b. Perbaikan besar aset berwujud.

c. Biaya transfer kepemilikan aset.

2. PMTB menurut Sektor/Lapangan Usaha

Yang dimaksud di sini adalah barang modal yang dimiliki

atau dikuasai oleh sektor sektor ekonomi produksi

(produsen) yang digunakan dalam proses produksinya.

Sektor-sektor ekonomi yang secara garis besar terdiri dari

sektor primer, sekunder dan tersier ini secara rinci terdiri atas

sektor- sektor: Pertanian; Pertambangan & penggalian; Industri

pengolahan; Listrik, gas & Air bersih; Bangunan/Konstruksi;

Perdagangan, Hotel & Restoran; Pengangkutan & Komunikasi;

Bank & lembaga keuangan; Pemerintahan umum serta Jasa-

jasa.

3. PMTB menurut institusi

Penggolongan ini menjelaskan tentang barang modal yang

dimiliki atau dikuasai oleh pelaku-pelaku ekonomi (institusi)

Page 35: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 28

untuk digunakan dalam proses produksinya baik secara

langsung maupun tidak langsung. Institusi di sini dibedakan

menurut Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) &

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta usaha swasta lainnya

(termasuk usaha rumah tangga) yang meliputi:

a. Pemerintah mencakup pengeluaran untuk barang modal

oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang

berupa, pembuatan gedung atau bangunan kantor,

perumahan dinas, bangunan sekolah, bangunan puskesmas,

jalan & jembatan dan infrastruktur lainnya.

b. BUMN/D, barang modalnya antara lain: lapangan terbang,

pelabuhan, telekomunikasi, kereta api, pesawat terbang

dan sebagainya; dan iii. swasta dan rumah tangga, barang

modal yang dikuasai dapat berupa bangunan, mesin-

mesin, kendaraan dan sebagainya.

3.2.5. Perubahan Stok/Inventori

Inventori merupakan persediaan barang (jadi maupun

setengah jadi) pada unit institusi yang tidak terpakai pada

proses produksi atau belum selesai diproses atau belum

terjual. Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori

pada akhir periode pencatatan dengan nilai inventori pada awal

periode pencatatan. Perubahan inventori menjelaskan tentang

perubahan posisi barang inventori yang bisa bermakna

pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda

negatif).

Secara umum Inventori ini meliputi:

Page 36: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 29

Barang yang dibeli tetapi belum terpakai untuk prosesproduksi

Barang yang belum selesai dalam proses produksi

Barang yang belum terjual

Ternak potong

Barang tahan lama yang masih dalam proses

penyelesaian: seperti mesin-mesin, pesawat udara, kapal laut

dan sejenisnya

3.2.6. Transaksi Eksternal (Perdagangan Antar

Wilayah)

Transaksi eksternal atau transaksi ekonomi yang

mencakup perdagangan barang dan jasa antar wilayah/daerah

ini menjelaskan tentang proses atau alur distribusi produk

domestik yang mengalir ke luar wilayah serta yang masuk ke

dalam wilayah (domestik) tersebut. Karena lebih menekankan

pada aspek riil maka yang dimaksud dengan produk di sini

adalah berbagai jenis barang dan jasa atau yang disebut pula

sebagai komoditas. Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah

di sini adalah wilayah negara lain (luar negeri) maupun wilayah

atau daerah lain (propinsi maupun Kota ), diluar wilayah

domestik.

Page 37: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 30

Pada prinsipnya meskipun transaksi antar negara

dan antar daerah sama dalam pengertian perilaku

(perdagangan antar wilayah) namun sebenarnya

maknanya agak berbeda. Transaksi antar negara selain

menunjukkan ketergantungan ekonomi suatu wilayah

pada negara lain juga menyebabkan terjadinya aliran

devisa (masuk maupun ke luar), sementara di sisi lain

perdagangan antar daerah hanya menyebabkan

terjadinya aliran mata uang lokal (rupiah) antar daerah.

Dilihat dari kegiatan ekspor, dengan ke luarnya sebagian

produk domestik ke negara lain maka akan menciptakan

arus masuknya mata uang asing, sedangkan sebaliknya

kegiatan impor akan menyebabkan mengalirnya

pendapatan nasional (regional) ke luar negeri, sebagai

akibat dari masuknya produk-produk negara lain. Pada

akhirnya kedua model transaksi tersebut akan

mempengaruhi struktur pendapatan nasional (regional).

1. Antar-negara (Ekspor dan Impor)

Transaksi perdagangan antar-negara ini dicirikan

melalui 2 (dua) aktivitas yang berlawanan, disebut

ekspor apabila produk barang dan jasa dikirim ke luar

negeri sebaliknya disebut impor apabila produk tersebut

masuk ke dalam wilayah ekonomi (domestik). Meskipun

secara garis besar penggolongannya terbagi atas barang

dan jasa tetapi jenis-jenis komoditas yang diekspor bisa

berbeda dengan komoditas impor, tergantung kepada

kebutuhan pasar di negara lain maupun di wilayah

tersebut

2. Antar-daerah

Dalam penyusunan statistik PDRB di sini, yang

Page 38: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 31

dimaksud dengan transaksi eksternal antar wilayah

adalah sistem perdagangan barang dan jasa antara

suatu wilayah dengan wilayah-wilayah domestik

lainnya (tidak termasuk transaksi dengan luar negeri).

Hampir seluruh wilayah di Indonesia mempunyai

ketergantungan yang sangat kuat dengan wilayah-

wilayah lainnya. Perbedaan struktur dan aktivitas

ekonomi menyebabkan lalulintas perdagangan barang

dan jasa menjadi subur dan menjadi kian dominan.

Produk barang dan jasa yang diperdagangkan antar

daerah ini bisa berupa produk yang sejenis atau yang

berbeda, tergantung pada kebutuhan masyarakat.

Perdagangan produk ke luar suatu wilayah akan

menyebabkan terjadinya aliran dana yang masuk ke

wilayah tersebut, sedangkan sebaliknya produk masuk ke

wilayah tersebut akan menyebabkan aliran dana ke luar

wilayah.

Kedua perilaku transaksi ekonomi tersebut pada

akhirnya akan berpengaruh pula pada pendapatan

wilayah (regional), dan pada gilirannya pada sistem

pembangunan ekonominya.

Sebenarnya sampai sekarang belum ada satu pun

panduan resmi yang menjelaskan tentang tatacara

pencatatan kegiatan antar daerah di dalam wilayah

domestik suatu negara, sehingga pada prakteknya setiap

negara mempunyai pendekatan sendiri yang berbeda-

beda dalam upaya mengukur jenis transaksi

perdagangan yang mendominasi peta ekonomi di

setiap daerah di dalam negaranya. Lemahnya sistem

Page 39: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 32

administrasi pemerintahan dalam menyusun jenis

statistik ini berdampak terhadap kualitas pengumpulan

data transaksi yang sangat berarti dalam konteks mikro

atau semi mikro ini.

3.3. Metode Penghitungan PDRB Konsumsi

3.3.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Metoda estimasi yang digunakan dalam

memperkirakan besaran pengeluaran konsumsi rumah

tangga (RT) adalah digunakan metoda campuran, yaitu

gabungan antara metoda langsung dengan metoda

penilaian harga eceran. Artinya data konsumsi dari hasil

survei dinilai dengan harga eceran yang dibayar

konsumen.

Metoda langsung pada prinsipnya digunakan untuk

memperoleh perkiraan nilai pengeluaran konsumsi RT

secara keseluruhan berikut struktur atau komposisinya.

Dengan menggunakan rasio dari hasil survei penerimaan

dan pengeluaran rumah tangga diperoleh gambaran

tentang perilaku dan struktur konsumsi RT. Data

pengeluaran konsumsi yang dikumpulkan melalui

metoda ini merupakan ukuran atas arus barang dan jasa

yang dibeli rumah tangga dengan harga pembeli. Metoda

ini mencakup seluruh barang dan jasa yang dikonsumsi,

sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menganalisis

pengeluaran konsumsi RT menurut jenis barang serta

tujuan penggunaannya.

Metoda Penilaian Harga Eceran dipakai apabila

Page 40: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 33

data konsumsi yang tersedia dalam bentuk kuantum dari

masing-masing jenis barang. Nilai pengeluaran

konsumsi RT diperoleh dengan mengalikan data

kuantum barang dengan harga ecerannya. Kelebihan

metode ini dibanding dengan metode arus barang

adalah bahwa pembelian produk dinilai secara langsung

berdasarkan harga pembeli.

Dalam hal ini data kuantum dianggap lebih dapat

dipercaya dari pada data nilai. Kesulitan timbul pada saat

menghitung rata-rata harga yang dipakai untuk

menghitung nilai barang, karena tidak tersedia data

penimbang guna memberi bobot pada harga yang

berbeda baik menurut tempat, kualitas, maupun kriteria

lain. Perkiraan mengenai kuantitas barang yang dibeli

oleh rumah tangga dapat diperoleh dari data

penyediaan (supply) maupun dari data perubahan

inventori yang bersumber dari serikat atau asosiasi

dagang, bahkan dari hasil survei pengeluaran konsumsi

rumah tangga. Sedangkan data penjualan barang

tertentu yang terkena cukai (minuman keras, rokok)

diperoleh dari instansi Pajak dan Bea Cukai.

Data yang paling relevan untuk digunakan dalam

metoda campuran adalah data modul konsumsi Susenas,

yang mencakup konsumsi rumah tangga per kapita per

minggu untuk kelompok makanan dalam satuan

kuantum dan pengeluaran per kapita per bulan untuk

kelompok bukan makanan dalam satuan rupiah.

Sampel dari survei ini mencakup rumah tangga di

wilayah perdesaan dan perkotaan.

Page 41: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 34

Untuk menghitung estimasi pengeluaran konsumsi

RT adh konstan digunakan metoda deflasi, yaitu dengan

cara membagi estimasi pengeluaran konsumsi RT adh

berlaku dengan indeks harga yang relevan. Indeks harga

tersebut harus merupakan indeks harga yang

mempunyai korelasi kuat dan sesuai dengan jenis

konsumsi ; misal konsumsi makanan jadi (adh berlaku)

dibagi dengan indeks harga kelompok makanan jadi.

Indeks harga yang digunakan sebagai deflator adalah

indeks perkembangan harga atau indeks yang didasarkan

pada penilaian satu tahun dasar tertentu.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga dibedakan

atas 2 (dua) kelompok besar, yaitu kelompok makanan

dan kelompok bukan makanan, sedangkan rinciannya

disesuaikan dengan komposisi konsumsi yang tersedia di

masing- masing wilayah. Dengan demikian maka indeks

harga konsumen yang dibangun harus disesuaikan

dengan jenis atau tingkat kerincian pengeluaran

konsumsi rumah tangga yang tersedia. Indeks harga yang

dapat digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).

Biasanya indeks harga tersebut mempunyai tahun dasar

yang berbeda dengan tahun dasar pengukuran PDRB.

Dengan demikian masih dibutuhkan proses transformasi

guna menyamakan tahun dasar penghitungan.

3.3.2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT

Perkiraan nilai pengeluaran konsumsi LNPRT

dapat dilakukan dengan menggunakan metoda langsung

maupun metoda tidak langsung. Metoda langsung yaitu

Page 42: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 35

metoda penghitungan yang didasarkan pada data hasil

survei atau sensus. Dari sampel survei diperoleh

estimasi rata-rata biaya layanan per bentuk lembaga,

kemudian nilai tersebut dikalikan dengan populasi per

bentuk lembaga sehingga diperoleh estimasi nilai

pengeluaran per bentuk lembaga. Nilai estimasi

pengeluaran konsumsi LNPRT merupakan penjumlahan

nilai pengeluaran konsumsi seluruh bentuk LNPRT.

Sedangkan metoda tidak langsung didasarkan pada

pengeluaran lembaga lain (contoh RT) untuk membiayai

kegiatan LNPRT. Caranya adalah dengan menghitung

besaran pengeluaran unit atau lembaga lain yang

menjadi penyumbang (donatur) kegiatan LNPRT

tersebut. Sebagai contoh bila pengeluaran untuk LNPRT

adalah sebesar n persen dari total nilai pengeluaran

konsumsi RT, maka besaran pendapatan LNPRT adalah

n persen dikali total pengeluaran konsumsi RT

(pendekatan pengeluaran). Untuk menghitung

komposisi pengeluaran LNPRT digunakan rasio dari

hasil survei khusus. Dapat diasumsikan bahwa LNPRT

pada dasarnya tidak bertujuan mencari untung, maka

total penerimaan sama dengan total pengeluaran.

Data yang digunakankan untuk menghitung

pengeluaran konsumsi LNPRT diperoleh dari hasil survei

khusus lembaga non profit yang melayani rumah tangga

(SKLNPRT) yang dilaksanakan setiap tahun. Data

tersebut dalam bentuk nilai pengeluaran atas barang dan

jasa oleh lembaga serta barang dan jasa dari transfer

pihak lain, yang digunakan dalam rangka menghasilkan

Page 43: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 36

jasa layanan.

Data pendukung lain yang dibutuhkan adalah IHK

per kelompok pengeluaran. Data ini digunakan untuk

menghitung pengeluaran konsumsi LNPRT adh konstan.

Untuk melakukan estimasi pengeluaran konsumsi

LNPRT masih diperlukan data lain, yaitu jumlah

populasi LNPRT masing- masing bentuk lembaga. Data

ini diperoleh dari hasil kegiatan ’listing’ ke instansi

atau lembaga pembina dari unit LNPRT yang

bersangkutan, maupun dengan pengecekan langsung ke

lapangan.

3.3.3. Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah meliputi seluruh

pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah dalam

rangka penyelenggaraan kegiatan administrasi

pemerintahan dan pertahanan. Pengeluaran ini berupa

belanja pegawai (upah & gaji), penyusutan barang modal

pemerintah dan belanja barang dan jasa yang habis

dipakai/dikonsumsi sendiri (biaya perjalanan dinas, biaya

pemeliharaan & pengeluaran lain yang bersifat rutin).

Penghitungan Konsumsi Pemerintah menggunakan

data laporan keuangan pemerintah daerah propinsi, Kota

/kota dan desa, yang diperoleh dari daftar K1, K2 dan K3.

Laporan keuangan tersebut meliputi pengeluaran rutin

dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran tersebut

terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja

pensiun & subsidi, biaya pemeliharaan barang, biaya

perjalanan dinas dan biaya lainnya.

Selain itu digunakan juga Neraca Produksi

Page 44: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 37

Pemerintah Pusat dan Hankam (atas dasar harga

berlaku) yang diperoleh dari BPS, data jumlah pegawai

negeri sipil pusat dan daerah serta Indeks Harga

Perdagangan Besar (IHPB) untuk menghitung harga

konstan konsumsi pemerintah.

Perkiraan atas dasar harga konstan 2000

dilakukan pendekatan sebagai berikut:

1. Ekstrapolasi belanja pegawai dengan indeks jumlahpegawai.

2. Deflasi belanja barang dengan IHPB tanpa eksportahun yang sesuai.

3. Ekstrapolasi penyusutan dengan indeks yang sesuai.

3.3.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

Estimasi nilai PMTB dapat dilakukan melalui

metode langsung maupun tidak langsung.

1. Pendekatan secara langsung.

Penghitungan dilakukan dengan cara

menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi pada

setiap sektor kegiatan ekonomi (lapangan usaha).

Pendekatan dengan cara ini menuntut tersedianya data

PMTB yang dikuasai oleh seluruh sektor lapangan usaha

secara rinci. Padahal barang modal yang dikuasai oleh

sektor-sektor tersebut sangatlah beragam.

Penilaian PMTB adalah atas dasar harga pembeli,

yaitu harga barang modal ditambah dengan biaya-biaya

lain yang dikeluarkan, seperti biaya transport, biaya

instalasi dan biaya-biaya lain yang berkaitan dengan

pengadaan barang modal tersebut, termasuk pula biaya

bea masuk dan pajak tak langsung.

Page 45: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 38

2. Pendekatan secara tidak langsung

Penghitungan dilakukan dengan pendekatan dari sisi

penyediaan barang modal. Pendekatan dengan cara ini

membutuhkan ketersediaan data dari sisi penyediaan

barang modal (supply side), baik dari produksi domestik

maupun dari wilayah lain. Estimasi nilai PMTB dalam

bentuk bangunan dilakukan dengan menggunakan rasio

tertentu terhadap output sektor konstruksi, baik untuk

perhitungan atas dasar harga berlaku maupun harga

konstan. Pada jenis barang modal ini diasumsikan

semuanya berasal dari produksi domestik.

Estimasi nilai PMTB yang berupa mesin, angkutan

dan barang modal lainnya dibedakan menurut barang

modal yang berasal dari produksi dalam negeri dan

yang berasal dari import. Penghitungan PMTB berupa

mesin- mesin, alat angkutan dan barang modal

lainnya yang berasal dari dalam negeri diperoleh

dengan 2 cara, yaitu yang pertama mengalokasikan

output mesin, angkutan dan barang modal lainnya yang

menjadi bagian dari pembentukan modal, ditambah

biaya angkut dan margin perdagangan. Dari perhitungan

tersebut akan diperoleh estimasi PMTB atas dasar harga

berlaku.

Untuk memperoleh pembentukan modal yang

berupa mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal

lainnya atas dasar harga konstan adalah dengan

mendeflate PMTB atas dasar harga berlaku dengan

IHPB masing-masing jenis barang yang sesuai. Apabila

data IHPB tidak tersedia maka dapat dilakukan dengan

Page 46: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 39

metode ekstrapolasi yaitu mengalikan nilai barang modal

pada seri harga konstan dengan indeks volume masing-

masing jenis barang modal. Sebagai contoh PMTB mesin,

angkutan dan barang modal lainnya yang berasal dari

dalam negeri yang diperoleh dengan cara ekstrapolasi

yaitu dengan menggunakan indeks produksi Industri

Pengolahan 5 digit KLUI (tertimbang) dari

masingmasing jenis barang sebagai ekstrapolatornya.

Kemudian untuk memperoleh nilai berlakunya, nilai

pembentukan modal berupa atas harga konstan tersebut

direflate dengan indeks harga masing- masing jenis

barang modal.

Estimasi PMTB yang berupa mesin-mesin, alat

angkutan dan barang modal lainnya yang berasal dari

impor dapat dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu:

Pertama dari PMTB atas dasar harga berlaku diperoleh

nilai total barang impor, kemudian untuk merinci

menjadi mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal

lainnya digunakan alokator barang modal impor dengan

kode SITC 3 digit. Kedua untuk memperoleh PMTB atas

dasar harga konstannya dideflate dengan menggunakan

indeks harga yang sesuai sebagai deflatornya.

Penghitungan atas dasar harga konstan 2000, dengan

cara deflasi menggunakan IHPB yang sesuai.

3.3.5. Perubahan Stok/Inventori

Penghitungan stok merupakan selisih antara

persediaan barang pada akhir tahun terhadap awal

tahun. Persediaan barang-barang ini berasal dari

pembelian atau yang diproduksi/dihasilkan sendiri yang

Page 47: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 40

belum digunakan atau dijual lagi. Persediaan barang ini

ada di produsen, pedagang/distributor, pemerintah.

Karena data mengenai perubahan stok belum tersedia

lengkap, komponen ini dihitung sebagai residual (sisa)

antara jumlah PRDB dengan jumlah komponen

penggunaan lain.

3.3.6. Transaksi Eksternal (Perdagangan AntarWilayah)

Tahapan dalam melakukan estimasi adalah sebagai

berikut:

1. Ekspor barang dan jasa

Langkah awal untuk mengestimasi nilai ekspor

barang adalah dengan mengumpulkan data ekspor

barang dari Statistik Ekspor BPS yang nilainya dalam

satuan dolar Amerika dalam dua digit HS (sekitar 100

komoditas). Selanjutnya nilai ekspor barang dalam dolar

AS tersebut disederhanakan menjadi 33 sektor ekonomi.

Kemudian dikonversikan ke dalam rupiah dengan cara

mengalikan nilai dalam dolar AS tersebut dengan kurs

harga ekspor tertimbang.

Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai

ekspor yang berasal dari pembelian langsung.

Nilai ekspor pembelian langsung ini juga harus

dikonversikan ke dalam nilai rupiah dengan cara

mengalikannya dengan nilai kurs dolar ekspor secara

tertimbang. Kemudian nilai pembelian ekspor secara

langsung tersebut ditambahkan dengan nilai pembelian

secara tidak langsung menjadi total nilai ekspor barang.

Page 48: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 41

Untuk ekspor jasa, data dikumpulkan dari Neraca

Pembayaran Luar Negeri (yang dike luarkan oleh BI

dan IMF), di mana nilainya juga masih dalam satuan

dolar AS. Untuk menjadikannya ke dalam rupiah

digunakan nilai kurs ekspor tertimbang. Total ekspor

dalam 33 sektor diperoleh dengan cara menjumlahkan

ekspor barang yang sudah memperhitungkan pembelian

langsung ditambah dengan ekspor jasa.

Nilai ekspor yang masih dalam satuan rupiah

(hasil konversi nilai ekspor dalam dolar AS menjadi

rupiah) tersebut merupakan nilai ekspor atas dasar harga

berlaku. Untuk menjadikannya ke dalam harga konstan,

nilai ekspor atas harga berlaku tersebut harus

dideflate dengan menggunakan indeks harga per unit

(IHPU) ekspor sebagai deflatornya. Indeks Harga Per

Unit (IHPU) digunakan untuk mendeflate nilai ekspor

maupun atas harga berlaku menjadi nilai ekspor dan

impor atas dasar harga konstan.

2. Impor barang dan jasa

Untuk melakukan estimasi nilai impor, pada

dasarnya sama dengan proses estimasi nilai ekspor. Baik

nilai ekspor maupun nilai impor dinilai berdasarkan

harga barang di atas kapal negara peng-ekspornya

sehingga dalam konteks ini biaya-biaya lainnya

diabaikan. Untuk nilai impor jasa yang juga dalam

satuan dolar AS datanya diperoleh dari BOP (Balance

of Payment). Selanjutnya nilai impor yang dalam dolar

AS tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan

cara mengalikannya dengan kurs impor tertimbang.

Page 49: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 42

Nilai hasil perkalian tersebut merupakan nilai dalam

rupiah atas dasar harga berlaku.

Nilai impor yang masih dalam satuan rupiah (hasil

konversi nilai impor dalam dolar AS menjadi rupiah)

tersebut merupakan nilai impor atas dasar harga berlaku.

Untuk menjadikannya ke dalam harga konstan, nilai

impor atas harga berlaku tersebut harus dideflate

dengan menggunakan indeks harga per unit (IHPU)

impor sebagai deflatornya.

Indeks Harga Per Unit (IHPU) ini digunakan untuk

mendeflate nilai ekspor dan impor atas harga berlaku

menjadi nilai ekspor dan impor atas dasar harga konstan.

3. Antar-daerah

Estimasi dilakukan dengan metode langsung yaitu

dengan melakukan survei khusus arus barang maupun

jasa yang ke luar maupun yang masuk ke dalam daerah

tersebut. Survei khusus yang dirancang harus

berorientasi pada berbagai hal di antaranya jenis barang,

harga barang, asal barang dan tujuan penggunaanya di

daerah tersebut.

Untuk produk barang dengan menggunakan data

sekunder dari Direktorat Perdagangan dan Jasa, BPS,

yang sudah melakukan survei terhadap pelabuhan-

pelabuhan utama di Indonesia. Untuk produk jasa

dengan data sekunder dari Bank Indonesia, Dinas

Pariwisata, perusahaan- perusahaan multinasional dan

multiregional. Diperlukan kehatihatian dalam

penggunaan data yang bersumber dari pihak lain karena

kadangkala terjadi perbedaan konsep serta tujuan

Page 50: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 43

pengumpulan data.

Nilai produk barang dan jasa yang diperdagangkan

antar-daerah ini dibuat dalam satuan rupiah yang

merupakan estimasi atas dasar harga berlaku. Untuk

menjadikannya ke dalam harga konstan, nilai barang dan

jasa atas harga berlaku tersebut harus dideflate

dengan menggunakan indeks harga perdagangan besar

barang dan jasa (IHPB) yang relevan sebagai deflatornya.

Page 51: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 44

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.536.923,08 7.157.902,57 7.839.931,66 8.539.266,91 9.222.623,291.1. Makanan 2.716.797,52 2.983.833,59 3.268.491,31 3.573.768,40 3.878.753,801.2. Non Makanan 3.820.125,56 4.174.068,98 4.571.440,35 4.965.498,51 5.343.869,50

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 67.394,72 71.230,90 75.208,82 82.560,18 92.210,103. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.539.260,80 1.804.212,03 1.993.654,30 2.153.944,10 2.280.035,994. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.893.007,02 4.284.147,52 4.638.117,38 5.254.968,96 5.951.381,185. Perubahan Inventori -104.885,40 -124.885,40 -146.285,40 -154.802,40 -154.942,406. Diskrepansi Statistik7. Ekspor Barang dan Jasa 4.382.987,82 4.882.075,11 5.184.414,13 5.326.663,46 5.457.914,21

7.1. Ekspor Luar Negeri 743.520,42 795.383,23 849.946,52 945.565,50 1.067.567,097.2. Ekspor Antar Daerah 3.639.467,40 4.086.691,88 4.334.467,61 4.381.097,96 4.390.347,12

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 6.373.551,46 7.081.711,55 7.404.482,23 7.603.004,70 7.726.674,328.1. Impor Luar Negeri 520.539,43 542.711,55 588.082,23 603.137,14 630.640,198.2. Impor Antar Daerah 5.853.012,03 6.539.000,00 6.816.400,00 6.999.867,56 7.096.034,13NET EKSPOR -1.990.563,64 -2.199.636,44 -2.220.068,11 -2.276.341,24 -2.268.760,11

PDRB 9.941.136,57 10.992.971,19 12.180.558,66 13.599.596,52 15.122.548,06

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL .4.1. PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAANATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010-2014 (JUTA RUPIAH)

BAB IV

ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI

KOTA SURAKARTA

4.1. PDRB Menurut Konsumsi

Perekonomian di Kota Surakarta secara riil ditunjukkan

oleh aktivitas ekonomi sektoral tetapi dapat juga dilihat dari

komponen penggunaannya. Secara umum, sejalan dengan

peningkatan pada perekonomian sektoral, mempengaruhi

peningkatan konsumsi PDRB penggunaan.

Peningkatan PDRB yang dihasilkan di Kota Surakarta

dipengaruhi oleh adanya permintaan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi domestik maupun memenuhi

permintaan daerah lain serta faktor- faktor yang lain.

Gambaran umum PDRB Kota Surakarta dilihat dari sisi

penggunaan adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai PDRB

Page 52: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 45

menurut konsumsi di Kota Surakarta pada tahun 2014

mengalami peningkatan dibanding pada tahun 2013. Seluruh

komponen PDRB konsumsi mengalami peningkatan.

Konsumsi rumah tangga baik yang berwujud makanan

maupun non makanan mengalami kenaikkan, Konsumsi

LNPRT, pemerintah dan pembentukan PMTB pada tahun 2014

juga mengalami peningkatan.

Nilai ekspor barang dan jasa ke luar daerah/negeri juga

mengalami peningkatan, demikian juga dengan nilai

impor barang yang masuk ke Kota Surakarta yang

mengalami peningkatan baik yang berasal dari luar daerah

maupun dari luar negeri.

Konsumsi dari berbagai kegiatan di Kota Surakarta tahun

2014 sebesar 15,122 trilyun rupiah dimana yang digunakan

untuk konsumsi rumah tangga sebesar 9,22 trilyun rupiah,

konsumsi lembaga LNPRT 92,21 milyar rupiah, konsumsi

pemerintah 2,28 trilyun rupiah sedangkan sisanya untuk

pembentukan modal PMTB dan stok/inventori serta untuk

memenuhi permintaan daerah lain (ekspor). Untuk memenuhi

kebutuhan domestik, Kota Surakarta masih memerlukan

produk daerah lain (impor) sebesar 7,73 trilyun rupiah.

Arus necara perdagangan di Kota Surakarta masih

defisit 2,27 trilyun rupiah, artinya nilai barang/jasa yang di

eksport ke daerah/negara lain lebih kecil dibanding nilai

barang/jasa yang di import dari daerah/negara lain. Hal ini

menunjukkan tidak semua produk yang dihasilkan di Kota

Surakarta dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat.

Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi barang/jasa,

masyarakat dan pemerintah Surakarta masih bergantung pada

Page 53: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 46

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3.427.537,12 3.611.804,40 3.778.519,43 3.969.820,11 4.149.496,691.1. Makanan 1.355.974,80 1.437.932,29 1.512.682,62 1.595.107,70 1.676.790,481.2. Non Makanan 2.071.562,32 2.173.872,11 2.265.836,81 2.374.712,41 2.472.706,20

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 34.480,40 35.488,00 36.389,39 37.441,05 39.271,913. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 702.108,14 784.391,31 848.998,60 898.733,89 932.005,584. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1.609.375,92 1.699.502,76 1.810.820,19 1.919.647,08 2.010.591,815. Perubahan Inventori -103.604,64 -120.919,63 -131.812,03 -138.500,31 -138.080,966. Diskrepansi Statistik7. Ekspor Barang dan Jasa 1.711.470,15 1.836.187,32 1.846.505,92 1.852.901,55 1.870.554,00

7.1. Ekspor Luar Negeri 388.919,69 405.278,34 408.860,92 413.610,97 428.451,127.2. Ekspor Antar Daerah 1.322.550,47 1.430.908,98 1.437.645,00 1.439.290,57 1.442.102,88

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2.277.480,84 2.434.541,84 2.446.560,20 2.459.089,28 2.474.182,698.1. Impor Luar Negeri 233.950,31 237.547,01 249.198,82 253.014,25 258.262,668.2. Impor Antar Daerah 2.043.530,53 2.196.994,83 2.197.361,38 2.206.075,03 2.215.920,03NET EKSPOR -566.010,69 -598.354,52 -600.054,28 -606.187,74 -603.628,69

PDRB 5.103.886,25 5.411.912,32 5.742.861,31 6.080.954,07 6.389.656,34

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL 4.2. PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAANATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2010-2014 (JUTA RUPIAH)

import barang/jasa dari daerah/negara lain. Semakin besar

nilai defisit perdagangan antar wilayah berarti semakin besar

ketergantungan perekonomian Surakarta terhadap produk

barang/jasa daerah/negara lain.

Berdasarkan tabel 4.2, terlihat bahwa PDRB Kota

Surakarta tahun 2014 menurut harga konstan tahun 2000

sebesar 6,39 trilyun rupiah dimana yang digunakan untuk

konsumsi rumah tangga sebesar 4,15 trilyun rupiah, konsumsi

lembaga LNPRT 39,27 milyar rupiah, konsumsi pemerintah

92,01 milyar rupiah sedangkan sisanya untuk pembentukan

modal PMTB dan stok/inventori serta untuk memenuhi

permintaan daerah lain (ekspor).

Seluruh komponen PDRB pengunaan mengalami

peningkatan dibanding tahun 2013, baik konsumsi rumah

tangga, pemerintah, LNPRT maupuan pembentukan PMTB.

Page 54: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 47

Nilai ekspor dan impor juga mengalami peningkatan.

Pada tahun 2014, nilai eksport perdagangan ke daerah/negara

lain sebesar 1,87 trilyun rupiah. Untuk memenuhi kebutuhan

domestik, Kota Surakarta masih memerlukan produk daerah

lain (impor) sebesar 2,47 trilyun rupiah.

Dengan demikian neraca perdagangan antar wilayah

Kota Surakarta pada tahun 2014 mengalami defisit sebesar

603,63 milyar rupiah, lebih kecil dibanding defisit neraca

perdagangan tahun 2013 yang hanya sebesar 606,19 milyar

rupiah. Semakin mengecilnya nilai defisit perdagangan

Kota Surakarta tersebut menandakan bahwa ketergantungan

Kota Surakarta terhadap barang dan jasa dari luar daerah dan

luar negeri semakin berkurang.

4.2. Pertumbuhan PDRB Konsumsi

Pertumbuhan PDRB menurut konsumsi yang disajikan

hanya menunjukkan perkembangan dari tahun 2011 ke tahun

2014. Hal ini dikarenakan penghitungan PDRB menurut

konsumsi Kota Surakarta baru dilakukan untuk tahun 2010,

2011, 2012, 2013 dan 2014. Pertumbuhan atas dasar harga

konstan menunjukkan terjadinya peningkatan atau penurunan

pengeluaran konsumsi secara kuantitas pada tahun 2014

dibanding kuantitas konsumsi tahun 2013.

Pertumbuhan pengeluaran konsumsi di Kota Surakarta

pada tahun 2014 sebesar 5,08 persen. Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga sebesar 4,53 persen.

Konsumsi non makanan mengalami pertumbuhan yang lebih

kecil dibanding pertumbuhan konsumsi makanan.

Page 55: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 48

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,38 4,62 5,06 4,531.1. Makanan 6,04 5,20 5,45 5,121.2. Non Makanan 4,94 4,23 4,81 4,13

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 2,92 2,54 2,89 4,893. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11,72 8,24 5,86 3,704. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,60 6,55 6,01 4,745. Perubahan Inventori 16,71 9,01 5,07 -0,306. Diskrepansi Statistik #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!7. Ekspor Barang dan Jasa 7,29 0,56 0,35 0,95

7.1. Ekspor Luar Negeri 4,21 0,88 1,16 3,597.2. Ekspor Antar Daerah 8,19 0,47 0,11 0,20

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 6,90 0,49 0,51 0,618.1. Impor Luar Negeri 1,54 4,91 1,53 2,078.2. Impor Antar Daerah 7,51 0,02 0,40 0,45NET EKSPOR 5,71 0,28 1,02 -0,42

PDRB 6,04 6,12 5,89 5,08

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL 4.3. PERTUMBUHAN PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAANATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2011-2014 ( PERSEN )

Pertumbuhan konsumsi non makanan sebesar 4,13 persen

sedangkan pertumbuhan konsumsi makanan hanya sebesar

5,12 persen.

Konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah

tangga (LNPRT) mengalami pertumbuhan sebesar 4,89

persen, sedangkan konsumsi pemerintah mengalami

pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 3,70 persen. Namun

yang perlu mendapatkan perhatian adalah rendahnya

pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang

hanya tumbuh sebesar 4,74 persen. PMTB menggambarkan

bagian dari realisasi investasi fisik yang dilakukan oleh

berbagai pelaku ekonomi produksi di Kota Surakarta.

PMTB yang digunakan sebagai input tidak langsung

dalam berbagai aktivitas produksi mempunyai hubungan yang

sinergis dengan penciptaan output maupun nilai tambah di

Kota Surakarta.

Selain itu, pertumbuhan eksport barang dan jasa antar

daerah dan luar negeri juga rendah hanya sebesar 0,95

Page 56: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 49

persen. Sedangkan pertumbuhan import barang dan jasa

dari luar daerah/negeri j u g a r e n d a h yaitu sebesar 0,61

persen.

Rendahnya pertumbuhan ekspor tersebut dapat

menggambarkan rendahnya daya saing barang dan jasa

produksi Kota Surakarta atau rendahnya pertumbuhan

produksi barang dan jasa yang dihasilkan sehingga kuantitas

yang dipasarkan di luar daerah tidak mengalami

perkembangan yang optimal. Justru permintaan penduduk

Kota Surakarta terhadap produk luar daerah maupun luar

negeri semakin besar peningkatannya. Hal ini bila tidak

segera dilakukan langkah perbaikan maka ketergantungan

Kota Surakarta terhadap daerah/negara lain semakin tinggi

dan pada akhirnya akan memperlambat laju pertumbuhan

ekonomi Kota Surakarta secara keseluruhan.

4.3. Analisis Komposisi Konsumsi

Dalam periode waktu dua tahun terakhir, pergerakan

PDRB menurut konsumsi Kota Surakarta tidak menunjukkan

adanya perubahan yang berarti. Besaran PDRB masih sangat

didominasi konsumsi rumah tangga yang memberikan

kontribusi sebesar 60,99 persen. Yang terdiri dari konsumsi

makanan sebesar 25,65 persen dan konsumsi non makanan

sebesar 35,34 persen. Konsumsi PMTB menempati peringkat

kedua dengan kontribusi sebesar 39,35 persen. Sedangkan

pengeluaran konsumai pemerintah hanya memberikan

kontribusi sebesar 15,08 persen.

Nilai ekspor barang dan jasa dari Kota Surakarta ke

berbagai daerah lain mempunyai kontribusi sebesar 36,09

persen dari total PDRB yang terbentuk.

Page 57: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 50

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 65,76 65,11 64,36 62,79 60,991.1. Makanan 27,33 27,14 26,83 26,28 25,651.2. Non Makanan 38,43 37,97 37,53 36,51 35,34

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0,68 0,65 0,62 0,61 0,613. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15,48 16,41 16,37 15,84 15,084. Pembentukan Modal Tetap Bruto 39,16 38,97 38,08 38,64 39,355. Perubahan Inventori -1,06 -1,14 -1,20 -1,14 -1,026. Diskrepansi Statistik 0,00 0,00 0,00 0,00 0,007. Ekspor Barang dan Jasa 44,09 44,41 42,56 39,17 36,09

7.1. Ekspor Luar Negeri 7,48 7,24 6,98 6,95 7,067.2. Ekspor Antar Daerah 36,61 37,18 35,59 32,21 29,03

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 64,11 64,42 60,79 55,91 51,098.1. Impor Luar Negeri 5,24 4,94 4,83 4,43 4,178.2. Impor Antar Daerah 58,88 59,48 55,96 51,47 46,92NET EKSPOR -20,02 -20,01 -18,23 -16,74 -15,00

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL 4.4. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAANATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010-2014 ( PERSEN )

Sebaliknya dari seluruh kebutuhan konsumsi barang dan

jasa Kota Surakarta, sebesar 51,09 persennya berasal dari

impor b a i k d a r i luar daerah maupun berasal dari impor

luar negeri.

Artinya sekitar 51,09 persen kebutuhan barang dan jasa

di Kota Surakarta dipenuhi dari daerah/negeri lain. Dengan

demikian perlu adanya gerakan atau kampanye untuk lebih

menggunakan barang-barang produk lokal daripada produk

non lokal agar defisit neraca perdagangan Kota Surakarta

tidak semakin membesar.

Page 58: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 51

BAB V

PENUTUP

Dari beberapa uraian di depan dapat disampaikan hal

sebagai berikut :

1. PDRB a t a s d a s a r h a r g a b e r l a k u yang

dihasilkan selama tahun 2014 sebesar 15,122 trilyun

rupiah digunakan untuk konsumsi rumah tangga 9,22

trilyun rupiah (60,99%); konsumsi LNPRT 92,21

milyar rupiah (0,61%); konsumsi pemerintah 2,28

trilyun rupiah (15,08%); pembentukan modal tetap

bruto/investasi 5,95 trilyun rupiah (39,35%);

perubahan stok minus 154,80 milyar rupiah (-1,14%)

serta net ekspor sebesar minus 2,27 trilyun rupiah

minus 16,74%.

2. Perkembangan neraca konsumsi di Kota Surakarta

tahun 2014 secara umum mengalami pertumbuhan.

Konsumsi lembaga LNPRT mengalami pertumbuhan

tertinggi sebesar 4,89 persen. Pertumbuhan konsumsi

rumah tangga hanya sebesar 4,53 persen dan

Konsumsi pemerintah sebesar 3,70 persen.

3. Untuk konsumsi Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) sebesar 4,74 persen dengan total investasi

5,95 trilyun rupiah pada tahun 2014. Sedangkan

defisit perdagangan (net ekspor) semakin kecil dengan

sumbangan sebesar 15,00 persen.

Page 59: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 52

Berdasarkan uraian tersebut di atas, beberapa

masukan yang perlu dilakukan supaya terjadi pertumbuhan

ekonomi lebih cepat dan lebih dapat membawa

kemakmuran bagi seluruh penduduk antara lain :

1. Mendorong tumbuhnya pembentukan modal tetap

bruto/investasi, dengan memberikan kemudahan

perijinan, pemangkasan waktu dan biaya investasi serta

perbaikan infra-struktur di Kota Surakarta.

2. Mendorong sektor-sektor ekonomi yang ada untuk

meningkatkan produksi dengan memberikan

kemudahan kredit modal berbunga rendah dan

optimalisasi penyuluhan/bimbingan, serta

menggalakkan pemakaian produksi lokal sehingga defisit

perdagangan bisa berkurang.

3. Konsumsi pemerintah dalam hal ini APBD yang diserap

terutama belanja publik diarahkan untuk kegiatan /

proyek yang menggerakkan perekonomian pada sektor-

sektor yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi

seperti sektor keuangan, sektor perdagangan, dan sektor

industri. Khususnya di sektor jasa-jasa, Kota Surakarta

memiliki potensi sumber daya yang besar untuk kegiatan

yang bersifat pelayanan.

Page 60: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 53

Tabel-Tabel

Page 61: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 54

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.536.923,08 7.157.902,57 7.839.931,66 8.539.266,91 9.222.623,291.1. Makanan 2.716.797,52 2.983.833,59 3.268.491,31 3.573.768,40 3.878.753,801.2. Non Makanan 3.820.125,56 4.174.068,98 4.571.440,35 4.965.498,51 5.343.869,50

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 67.394,72 71.230,90 75.208,82 82.560,18 92.210,103. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.539.260,80 1.804.212,03 1.993.654,30 2.153.944,10 2.280.035,994. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.893.007,02 4.284.147,52 4.638.117,38 5.254.968,96 5.951.381,185. Perubahan Inventori -104.885,40 -124.885,40 -146.285,40 -154.802,40 -154.942,406. Diskrepansi Statistik7. Ekspor Barang dan Jasa 4.382.987,82 4.882.075,11 5.184.414,13 5.326.663,46 5.457.914,21

7.1. Ekspor Luar Negeri 743.520,42 795.383,23 849.946,52 945.565,50 1.067.567,097.2. Ekspor Antar Daerah 3.639.467,40 4.086.691,88 4.334.467,61 4.381.097,96 4.390.347,12

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 6.373.551,46 7.081.711,55 7.404.482,23 7.603.004,70 7.726.674,328.1. Impor Luar Negeri 520.539,43 542.711,55 588.082,23 603.137,14 630.640,198.2. Impor Antar Daerah 5.853.012,03 6.539.000,00 6.816.400,00 6.999.867,56 7.096.034,13NET EKSPOR -1.990.563,64 -2.199.636,44 -2.220.068,11 -2.276.341,24 -2.268.760,11

PDRB 9.941.136,57 10.992.971,19 12.180.558,66 13.599.596,52 15.122.548,06

PDRB SEKTORAL 9.941.136,57 10.992.971,19 12.180.558,66 13.599.596,52 15.122.548,06

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL 1. PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAANATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010-2014 (JUTA RUPIAH)

Page 62: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 55

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3.427.537,12 3.611.804,40 3.778.519,43 3.969.820,11 4.149.496,691.1. Makanan 1.355.974,80 1.437.932,29 1.512.682,62 1.595.107,70 1.676.790,481.2. Non Makanan 2.071.562,32 2.173.872,11 2.265.836,81 2.374.712,41 2.472.706,20

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 34.480,40 35.488,00 36.389,39 37.441,05 39.271,913. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 702.108,14 784.391,31 848.998,60 898.733,89 932.005,584. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1.609.375,92 1.699.502,76 1.810.820,19 1.919.647,08 2.010.591,815. Perubahan Inventori -103.604,64 -120.919,63 -131.812,03 -138.500,31 -138.080,966. Diskrepansi Statistik7. Ekspor Barang dan Jasa 1.711.470,15 1.836.187,32 1.846.505,92 1.852.901,55 1.870.554,00

7.1. Ekspor Luar Negeri 388.919,69 405.278,34 408.860,92 413.610,97 428.451,127.2. Ekspor Antar Daerah 1.322.550,47 1.430.908,98 1.437.645,00 1.439.290,57 1.442.102,88

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2.277.480,84 2.434.541,84 2.446.560,20 2.459.089,28 2.474.182,698.1. Impor Luar Negeri 233.950,31 237.547,01 249.198,82 253.014,25 258.262,668.2. Impor Antar Daerah 2.043.530,53 2.196.994,83 2.197.361,38 2.206.075,03 2.215.920,03NET EKSPOR -566.010,69 -598.354,52 -600.054,28 -606.187,74 -603.628,69

PDRB 5.103.886,25 5.411.912,32 5.742.861,31 6.080.954,07 6.389.656,34

PDRB SEKTORAL 5.103.886,25 5.411.912,32 5.742.861,31 6.080.954,07 6.389.656,34

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL 2. PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAANATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2010-2014 (JUTA RUPIAH)

Page 63: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 56

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 9,50 9,53 8,92 8,001.1. Makanan 9,83 9,54 9,34 8,531.2. Non Makanan 9,27 9,52 8,62 7,62

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5,69 5,58 9,77 11,693. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 17,21 10,50 8,04 5,854. Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,05 8,26 13,30 13,255. Perubahan Inventori 19,07 17,14 5,82 0,096. Diskrepansi Statistik #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!7. Ekspor Barang dan Jasa 11,39 6,19 2,74 2,46

7.1. Ekspor Luar Negeri 6,98 6,86 11,25 12,907.2. Ekspor Antar Daerah 12,29 6,06 1,08 0,21

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 11,11 4,56 2,68 1,638.1. Impor Luar Negeri 4,26 8,36 2,56 4,568.2. Impor Antar Daerah 11,72 4,24 2,69 1,37NET EKSPOR 10,50 0,93 2,53 -0,33

PDRB 10,58 10,80 11,65 11,20

PDRB SEKTORAL KABUPATEN/KOTA 10,58 10,80 11,65 11,20

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL 3. PERTUMBUHAN PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAANATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2011-TAHUN 2014 ( PERSEN )

Page 64: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 57

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,38 4,62 5,06 4,531.1. Makanan 6,04 5,20 5,45 5,121.2. Non Makanan 4,94 4,23 4,81 4,13

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 2,92 2,54 2,89 4,893. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11,72 8,24 5,86 3,704. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,60 6,55 6,01 4,745. Perubahan Inventori 16,71 9,01 5,07 -0,306. Diskrepansi Statistik #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!7. Ekspor Barang dan Jasa 7,29 0,56 0,35 0,95

7.1. Ekspor Luar Negeri 4,21 0,88 1,16 3,597.2. Ekspor Antar Daerah 8,19 0,47 0,11 0,20

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 6,90 0,49 0,51 0,618.1. Impor Luar Negeri 1,54 4,91 1,53 2,078.2. Impor Antar Daerah 7,51 0,02 0,40 0,45NET EKSPOR 5,71 0,28 1,02 -0,42

PDRB 6,04 6,12 5,89 5,08

PDRB SEKTORAL KABUPATEN/KOTA 6,04 6,12 5,89 5,08

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2011-2014 ( PERSEN )TABEL 4. PERTUMBUHAN PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAAN

Page 65: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 58

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 65,76 65,11 64,36 62,79 60,991.1. Makanan 27,33 27,14 26,83 26,28 25,651.2. Non Makanan 38,43 37,97 37,53 36,51 35,34

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0,68 0,65 0,62 0,61 0,613. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15,48 16,41 16,37 15,84 15,084. Pembentukan Modal Tetap Bruto 39,16 38,97 38,08 38,64 39,355. Perubahan Inventori -1,06 -1,14 -1,20 -1,14 -1,026. Diskrepansi Statistik 0,00 0,00 0,00 0,00 0,007. Ekspor Barang dan Jasa 44,09 44,41 42,56 39,17 36,09

7.1. Ekspor Luar Negeri 7,48 7,24 6,98 6,95 7,067.2. Ekspor Antar Daerah 36,61 37,18 35,59 32,21 29,03

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 64,11 64,42 60,79 55,91 51,098.1. Impor Luar Negeri 5,24 4,94 4,83 4,43 4,178.2. Impor Antar Daerah 58,88 59,48 55,96 51,47 46,92NET EKSPOR -20,02 -20,01 -18,23 -16,74 -15,00

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL 5. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAANATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010-2014 ( PERSEN )

Page 66: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 59

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 67,16 66,74 65,80 65,28 64,941.1. Makanan 26,57 26,57 26,34 26,23 26,241.2. Non Makanan 40,59 40,17 39,45 39,05 38,70

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0,68 0,66 0,63 0,62 0,613. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 13,76 14,49 14,78 14,78 14,594. Pembentukan Modal Tetap Bruto 31,53 31,40 31,53 31,57 31,475. Perubahan Inventori -2,03 -2,23 -2,30 -2,28 -2,166. Diskrepansi Statistik 0,00 0,00 0,00 0,00 0,007. Ekspor Barang dan Jasa 33,53 33,93 32,15 30,47 29,27

7.1. Ekspor Luar Negeri 7,62 7,49 7,12 6,80 6,717.2. Ekspor Antar Daerah 25,91 26,44 25,03 23,67 22,57

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 44,62 44,98 42,60 40,44 38,728.1. Impor Luar Negeri 4,58 4,39 4,34 4,16 4,048.2. Impor Antar Daerah 40,04 40,60 38,26 36,28 34,68NET EKSPOR -11,09 -11,06 -10,45 -9,97 -9,45

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2010-2014 ( PERSEN )TABEL 6. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAAN

Page 67: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 60

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 190,72 198,18 207,49 215,10 222,261.1. Makanan 200,36 207,51 216,07 224,05 231,321.2. Non Makanan 184,41 192,01 201,76 209,10 216,11

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 195,46 200,72 206,68 220,51 234,803. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 219,23 230,01 234,82 239,66 244,644. Pembentukan Modal Tetap Bruto 241,90 252,08 256,13 273,75 296,005. Perubahan Inventori 101,24 103,28 110,98 111,77 112,216. Diskrepansi Statistik7. Ekspor Barang dan Jasa 256,09 265,88 280,77 287,48 291,78

7.1. Ekspor Luar Negeri 191,18 196,26 207,88 228,61 249,177.2. Ekspor Antar Daerah 275,19 285,60 301,50 304,39 304,44

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 279,85 290,88 302,65 309,18 312,298.1. Impor Luar Negeri 222,50 228,46 235,99 238,38 244,198.2. Impor Antar Daerah 286,42 297,63 310,21 317,30 320,23NET EKSPOR 351,68 367,61 369,98 375,52 375,85

PDRB 194,78 203,13 212,10 223,64 236,67

PDRB SEKTORAL KABUPATEN/KOTA 194,78 203,13 212,10 223,64 236,67

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL 7. INDEK IMPLISIT PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAAN TAHUN 2010-2014

Page 68: ANALISIS KOMPOSISI KONSUMSI KOTA SURAKARTA TAHUN …bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/EKONOMI/82/... · pihak yang melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar,

Analisis Komposisi Konsumsi Kota Surakarta 2014 61

KOMPONEN PENGGUNAAN 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,91 4,70 3,67 3,331.1. Makanan 3,57 4,13 3,69 3,251.2. Non Makanan 4,12 5,07 3,64 3,35

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 2,69 2,97 6,69 6,483. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,92 2,09 2,06 2,084. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,21 1,61 6,88 8,135. Perubahan Inventori 2,02 7,46 0,71 0,396. Diskrepansi Statistik #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!7. Ekspor Barang dan Jasa 3,82 5,60 2,39 1,50

7.1. Ekspor Luar Negeri 2,66 5,92 9,97 8,997.2. Ekspor Antar Daerah 3,78 5,57 0,96 0,02

8. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 3,94 4,04 2,16 1,018.1. Impor Luar Negeri 2,68 3,29 1,01 2,448.2. Impor Antar Daerah 3,92 4,22 2,29 0,92NET EKSPOR 4,53 0,64 1,50 0,09

PDRB 4,29 4,42 5,44 5,83

PDRB SEKTORAL KABUPATEN/KOTA 4,29 4,42 5,44 5,83

Sumber : BPS, Kota Surakarta, diolah

TABEL 8. PERUBAHAN INDEK IMPLISIT PDRB KOTA SURAKARTA MENURUT PENGGUNAANTAHUN 2011-TAHUN 2014