Upload
supra-yogi
View
126
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS MANAJEMEN FINANSIAL INDUSTRI RUMAH
TANGGA DENDENG SAPI (STUDI KASUS PADA INDUSTRI
RUMAH TANGGA “ABADI JAYA”) DI KELURAHAN SIKUMANA
KECAMATAN MAULAFA KOTA KUPANG
PROPOSAL PENELITIAN OLEH PRISCHA JULIAN LULAN NIM :
0804022587 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA
CENDANA KUPANG 2010 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam
pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dari data BPS tahun
2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi
sekitar 44,3 % penduduknya. Didukung pula dengan kondisi yang
menguntungkan antara lain berada di daerah tropis yang subur,
keadaan sarana prasarana cukup menampilkan sektor pertanian
sebagai prioritas dalam pembangunan. Pembangunan pertanian di
Nusa Tenggara Timur (NTT) mencakup usaha – usaha peningkatan
produksi pangan lainnya yang berada di sektor holtikultura,
peternakan, perikanan dan perkebunan. Salah satu sub sektor
pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja dan penghasil devisa
adalah peternakan. Hasil dari sub sektor peternakan juga sebagai
bahan baku untuk industri pengolahan (BPS NTT, 2005). Pengertian
agribinis menurut (Arifin, 2004), agribisnis mencakup sub sistem
sarana produksi atau bahan baku hulu, proses produksi biologis
ditingkat bisnis atau usahatani, aktivitas transformasi berbagai fungsi
bentuk (pengolahan), waktu (penyimpanan atau pengawetan), dan
tempat (pergudangan), pemasaran dan perdagangan, serta sub sistem
pendukungnya lainnya seperti jasa, permodalan, perbankan dan
sebagainya. Sebagai motor penggerak pembangunan pertanian,
agribisnis diharapkan memainkan peranan penting dalam kegiatan
pembangunan daerah baik dalam sasaran pemerataan pembangunan,
pertumbuhab ekonomi maupun stabilitas nasional (Soekartawi, 2001).
Agroindustri merupakan salah satu sub sistem agribisnis yang
mengolah bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hewan dengan
berbagai bentuk dan perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan,
pengawasan, sampai pemasaran yang berdampak langsung pada
peningkatan nilai tambah, kualitas hasil, penciptaan tenaga kerja, dan
peningkatan produksi. Agroindustri memilki peluang besar untuk
terus berkembang karena kapasitas cukup besar, yang berarti pula
belum terlalu ketatnya pasar bagi produk disektor ini. Industri rumah
tangga adalah bagian dari industri kecil yang diusahakan terutama
untuk menambah pendapata keluarga. Badan Pusat Statistik (BPS)
menggolongkan industri rumah tangga berdasarkan modal yang
dimiliki oleh perusahaan kurang dari Rp.500.000.000/ tahun dengan
jumlah pekerja 1 – 4 orang. Telah berkembangnya enam industri
rumah tangga dalam bidang peternakanyang menghasilkan produk
antara lain dendeng dan abon (Disperindag Kota Kupang, 2008).
Usaha industri rumah tangga tersebut didukung oleh potensi daerah
NTT yang dikenal sebagai penghasil ternak sapi. Produksi ternak sapi
di NTT khususnya di Kabupaten Kupang pada tahun 2005 sebesar
533.710 ekor dan pada tahun 2006 sebesar 544.482 ekor, dimana
terjadi kenaikan sebesar 2,02% (Dinas Peternakan NTT, 2006).
Daging sapi segar mempunyai kandungan gizi yang cukup baik
dibanding dengan daging lainnya. Jika daging sapi tersebut diolah
menjadi dendeng sapi maka kalori produk menjadi lebih dari dua kali
lipat dibanding dengan sapi segar. Selain itu terjadi peningkatan
kadar protein dan karbohidrat (per berat basah) sejalan dengan
menurunkannya kandungan air. Disamping itu juga terjadi
peningkatan kadar kalium, fosfor, serta zat besi, sedangkan vitamin A
menjadi rusak total (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI,
1981). Berikut ini komposisi daging sapi dan dendeng sapi untuk tiap
seratus gram bahannya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi
daging sapi dan dendeng sapi tiap seratus gram bahan Komponen
Daging Sapi Dendeng Daging Sapi Kalori (kkal) 207 433 Protein (g)
18,8 55 Lemak (g) 14,0 9 Karbohidrat (g) 0 10,5 Kalsium (mg) 11 30
Fosfor (mg) 170 370 Besi (mg) 2,8 5,1 Vitamin A (SI) 30 0 Vitamin B1
(mg) 0,08 0 Vitamin C (mg) 0 0 Air (g) 66 25 Sumber: Direktorat Gizi,
Departemen Kesehatan RI (1981). Dendeng adalah lembaran daging
yang dikeringkan dengan menambahkan campuran gula, garam, serta
bumbu – bumbu lain. Masa simpanannya yang lebih lama
dibandingkan daging sapi mentah. Pada umumnya dendeng yang ada
di pasaran yaitu dendeng sapi, baik dendeng sapi iris (Purnomo,
1986). Usaha pembuatan dendeng sapi merupakan salah satu bentuk
usaha pengolahan hasil produksi peternakan, diolah oleh pengusaha
yang merupakan industri hilir dan usaha peternakan sapi potong.
Salah satu tujuan pembuatan dendeng sapi sebenarnya adalah
sebagai bentuk penganeka-ragaman pengolahan daging sapi yang
dapat disimpan lebih lama karena daging mempunyai sifat mudah
rusak bila terkontaminasi oleh udara bebas. Tujuan lainnya dari
pembuatan dendeng sapi adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat, karena dendeng sapi sebagai bahan pengan asal ternak.
Pengembangan industri home industry khususnya dendeng menjadi
suatu hal yang sangat mungkin diusahakan. Selain karena tersedianya
bahan baku, hal ini didukung pula dengan meningkatnya jumlah
penduduk kota kupang setiap tahunnya yang mengisyaratkan adanya
peningkatan konsumsi pangan. Selain itu, dendeng juga dapat
dijadikan oleh – oleh khas Kota Kupang. Industri rumah tangga “Abadi
Jaya” adalah industri rumah tangga yang menggunakan bahan baku
daging sapi segar, dan mengolah daging sapi menjadi dendeng sapi.
Sejauh ini pengusaha industri rumah tangga “Abadi Jaya” berusaha
untuk meningkatkan produksi, memperoleh keuntungan, dan
mengembangkan usahanya dengan cara memasarkan produknya
dengan baik. Namun semakin pesatnya perkembangn bisnis dendeng
sapi, membuat persaingan usaha semakin gencar. Khususnya
persaingan antara dendeng sapi produksi nasional dengan dendeng
sapi lokal untuk memenuhi pasar yang begitu besar, pengusaha terus
berupaya mengembangkan usahanya. Pengembangan produk
dendeng sapi dapat dilihat dari segi kemasan, harga, variasi cita rasa,
dan nilai gizinya yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen yang beragam. Perumusan Masalah Industri rumah tangga
“Abadi Jaya” merupakan salah satu industri rumah tangga dendeng
sapi yang ada di Kota Kupang dan dalam melakukan usahanya tidak
terlepas dari persaingan industri rumah tangga lainnya yang
menghasilkan produk sejenis. Hal tersebut disebabkan karena tujuan
badan usaha selalu ingin mempertahankan keberlangsungan usaha
dan memperoleh keuntungan maksimum, serta memberikan
kesempatan kerja sehingga dapat membantu pemerintah dalam
mengurangi pengangguran. Dalam upaya mencapai keuntungan yang
maksimum sangat bergantung pada manajemen finansial industri
rumah tangga ini. Keberhasilan manajemen finansial dapat dilihat dari
kemampuan manajer dari industri rumah tangga ini dalam berusaha
mencapai tingkat efesiensi yang paling menguntungkan yaitu
menganalisis secara tepat setiap komponen biaya produksi yang
terjadi, sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.
Apabila biaya dapat ditekan, maka biaya produk per satuan akan
rendah, sehingga industri rumah tangga ini dapat menetapkan harga
jual yang dapat bersaing dengan produk sejenis. Dengan demikian,
produk yang dihasilkan dapat memperoleh pangsa pasar yang luas
dan jumlah produk yang dihasilkan akan meningkat. Dan sebaliknya,
jika kurang teliti akan menyebabkan kesalahan dalam penetapan
harga jual dan besar laba yang ditargetkan yang sangat berguna bagi
manajemen dalam mempertimbangkan dampak perubahan biaya
terhadap laba, serta membantu manajer perusahaan untuk
mengetahui kondisi perusahaan pada saat untung maupun tidak
untung.
Berdasarkan latar belakang dan pertimbangan diatas, maka masalah
yang perlu diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana pengelolaan manajemen usaha dendeng sapi pada
industri rumah tangga “Abadi Jaya” di Kelurahan Sikumana
Kecamatan Maulafa Kota Kupang? Berapa besar biaya produksi
dendeng sapi pada industri rumah tangga “Abadi Jaya” di Kelurahan
Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang? Bagaimana penentuan
harga jual dendeng sapi pada industri rumah tangga “Abadi Jaya” di
Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang? Berapa
besarnya keuntungan yang di peroleh industri rumah tangga “Abadi
Jaya” di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang?
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah untuk :
Mengevaluasi pengelolaan manajemen usaha dendeng sapi pada
industri rumah tangga “Abadi Jaya” di Kelurahan Sikumana
Kecamatan Maulafa Kota Kupang. Menghitung biaya produksi
dendeng sapi pada industri rumah tangga “Abadi Jaya” di Kelurahan
Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang. Menentukan harga jual
dendeng sapi pada industri rumah tangga “Abadi Jaya” di Kelurahan
Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang. Menghitung besarnya
keuntungan yang di peroleh industri rumah tangga “Abadi Jaya” di
Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang.
Penelitian ini diharapkan berguna :
Bagi perusahaan, dalam kaitannya dengan pengembangan usaha di
masa yang akan datang dan peningkatan produksi dendeng yang
berkualitas. Bagi Pemerintah dan Dinas-Dinas yang terkait, sebagai
bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
yang tepat dalam pembangunan pertanian. Bagi Universitas dan
mahasiswa, sebagai bahan informasi ilmiah bagi penelitian
selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Rujukan Penelitian Terdahulu Agribisnis adalah serangkaian kegiatan
yang melibatkan subsistem input, subsistem produksiproduksi,
subsistem pengolahan (agroindustri), subsitem pemasaran hasil dan
subsistem penunjang. Agroindustri usaha yang berkaitan dengan
pengolahan yang melibatkan kegiatan pengolahan, pengawetan,
penyimpanan dan pengepakan hasil pertanian, khususnya hasil
budidaya pesisir dan laut (Ngangi, E.L.A, 2001). Nubatonis (2000,
dalam Julianty, 2004) dalam penelitian tentang penentuan harga
produk emping jagung pada perusahaan “Sinar 313” di Kelurahan
Sikumana Kota Madya Kupang diperoleh bahwa harga pokok produksi
sebagai jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan terbentuk
akumulasi biaya bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Penetapan harga emping jagung oleh perusahaan “Sinar 313”
berdasarkan harga mark up, meskipun mark up yang ditentukan
cukup tinggi, namun produk emping jagung tetap terjual karena
perusahaan “Sinar 313” merupakan salah satu penghasil emping
jagung terbaik di Kota Kupang. Hasil penelitian Daris (2001), pada
Agroindustri “Abon Jaya” di Kelurahan Naibonat Kecamatan Kupang
Timur menyatakan bahwa besarnya perhitungan biaya yang dilakukan
oleh agroindustri “Abon Jaya” lebih kecil bila dibandingkan dengan
hasil analisis. Hal ini disebabkan karena belum ada penggolongan
yang jelas dalam elemen biaya produksi, sehingga berpengaruh
terhadap penetapan harga jual abon serta laba yang diperoleh
agroindustri “Abon Jaya”. Dikatakan bahwa harga jual abon menin
gkat dari tahun ke tahun dan berbanding terbalik dengan produksi
abon dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan karena semakin tinggi
harga jual abon maka permintaan abon berkurang sehingga
agroindustri “Abon Jaya” menurunkan jumlah produksi tiap tahunnya.
Harga jual yang tinggi menyebabkan produk yang di jual tidak dapat
dijangkau oleh konsumen dan produk akan kalah bersaing. Hal ini
tentu saja berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh
agroindustri “Abon Jaya”. Hasil penelitian Pollo (2002), menentukan
beberapa kelemahan dalam Agroindustri Dendeng Ikan “Mandiri”
antara lain teknologi produksi yang digunakan masih sederhana,
produksi yang tidak kontinyu, kapasitas produksi makin rendah dan
harga jual yang relative mahal. Tinjauan Teoritis Pengertian
Agroindustri Agroindustri merupakan bagian dari industri dengan
struktur yang kuat karena mengolah sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Pada kenyataannya, fokus dari agroindustri memang
relevan bagi tahap pembangunan saat ini dan waktu mendatang
karena disinilah arus industrilisasi dan arus pertanian bertemu. Selain
itu, agroindustri merupakan salah bentuk agribisnis yang bertumpu
kepada kegiatan pengolahan bahan baku yang berasal dari sektor
pertanian (Azis, 1993). Pengertian Industri Rumah Tangga (Home
Industry) Industri rumah tangga (Home Industry) merupakan bagian
dari industri kecil yaitu industri yang diusahakan terutama untuk
menambah pendapatan keluarga. Industri rumah tangga mencakup
kegiatan usaha yang pengolahan bahan baku berasal dari tanaman
atau ternak. Pengertian Manajemen Finansial Manajemen usaha
adalah kemampuan pengusaha dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan serta
mengawasi faktor produksi dalam setiap kegiatan secara efektif dan
efisien agar kegiatan apapun yang dilakukan dapat berjalan dengan
baik sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai (Swastha dan
Ibnu, 2000). Manajemen finansial adalah suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian,
dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan
(http://www.pengertianmanajemen.com). Masing –masing fungsi
manajemen finansial : Membuat rencana pemasukkan dan
pengeluaran serta kegiatan – kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail
pengeluaran dan pemasukan. Menggunakan dana perusahaan untuk
memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara. Mencari dan
mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan
perusahaan. Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana
tersebut dengan aman. Melakukan evaluasi serta perbaikan atas
keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan. Melakukan audit
internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi
penyimpangan. Pengelolaan Usaha Swastha (1999) menyatakan
produksi adalah pengubahan bahan – bahan dari sumber – sumber
(tenaga kerja dan dana) menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen.
Jadi proses produksi adalah suatu kegiatan yang melibatkan
pengubahan dan pengelohan berbagai macam sumber menjadi barang
dan jasa yang akan dijual. Dengan memanfaatkan faktor – faktor
produksi seperti modal, tenaga kerja dan menajemen secara efektif
dan efisien yaitu meminimalkan biaya – biaya sehingga dapat
memperoleh keuntungan yang akan berdampak positif bagi
perkembangan usaha (Samuelson, 1996). Proses Produksi
Partadiredja (1999), menyatakan bahwa produksi adalah segala
kegiatan utnuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda
atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain
melalui pertukaran. Sehingga proses produksi adalah setiap produk
untuk menghasilkan barang dan jasa. Maka dapat disimpulkan suatu
barang atau jasa akan bernilai bila dapat ditingkatkan
penggunaannya melalui suatu proses produksi. Biaya Produksi
Menurut Soekartawi (1997), biaya – biaya yang dikeluarkan dapat
dibedakan dalam beberapa jenis yaitu biaya tetap dan biaya tidak
tetap. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang relatif jumlahnya dan
tetap dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh hasil produksi. Biaya produksi terdiri dari 3 elemen
yaitu : Biaya Bahan Baku Merupakan biaya – biaya secara langsung
digunakan dalam proses produksi untuk mewujudkan suatu macam
produk jadi yang siap dipasarakan kepada konsumen. Biaya Tenaga
Kerja Langsung Merupakan biaya bagi tenaga kerja yang langsung
ditempatkan dan didayagunakan dalam menangani kegiatan –
kegiatan produksi, menangani segala peralatan produksi sehingga
produk dari usaha itu dapat terwujud. Biaya Overhead Pabrik
Merupakan biaya – biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung yang terdiri dari biaya bahan penolong, biaya
tenaga kerja tidak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya
asuransi gedung, biaya mesin, biaya kendaraan, serta biaya listrik dan
air. Jenis –Jenis Metode Harga Pokok Jenis – jenis metode harga pokok
dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut : Metode Harga Pokok
Pesanan Pada metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan
tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah
satuan produk dalam pesanan bersangkutan. Metode harga pokok
pesanan berfungsi dalam perhitungn harga pokok produksi yang akan
membantu perusahaan menghasilkan laba yang optimal denga
terpenuhinya realisasi biaya produksi yang budget telah ditentukan
sebelumnya. Metode Harga Pokok Proses Pada metode ini, biaya
produksi dikumpulkan untuk setiap proses dalam jangka waktu
tertentu, biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi
total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu,
dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut
selama jangka waktu yang bersangkutan (Mulyadi, 1999). Jika
perusahaan berproduksi secara massa kemudian produknya homogen
dan produksinya ditujukan untuk memenuhi persediaan di gudang
maka metode pengumpul biayanya memakai metode harga pokok
proses. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode harga pokok
proses karena metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh
karakteristik proses produksi perusahaan/ industri yang berproduksi
massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut : Produk
yang dihasilkan berupa produk standar. Produk yang dihasilkan dari
bulan ke bulan adalah sama. Kegitan produksi dimulai dengan
diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk
standar untuk jangka waktu tertentu. Penetapan Harga Jual Harga
adalah satu – satunya unsur dalam bauran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan penjualan (Kotler, 1992). Tujuan
ditetapkannya harga jual (Rewolt dkk, 1983), adalah untuk mencapai
pengembalian atas investasi (Return Of Investment), stabilitas harga
dan margin, penetapan harga untuk mencapai target suatu bagian
pasar, penetapan harga untuk mengatasi persaingan, dan penetapan
harga untuk memaksimalkan laba. Mulyadi (1991), mendefinisikan
harga jual sebagai harga pokok produk setelah ditambah dengan
keuntungan yang dikehendaki (Laba yang diinginkan), berhasil
tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemampuannya dalam
menetapkan harga jual yang dapat menutupi biaya – biaya produksi
yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba. Mark up adalah
penambahan biaya pada akhir proses produksi dengan cara
mengestimasi (memperkirakan) uang tambahan sebagai keuntungan
(profit) yang diambil pedagang, serta item biaya lain. Jika biaya
dikenal dengan presentase mark up (kelebihan harga jual diatas
harga belinya). % MU = (Harga Jual per kg-Biaya Produk per
kg)/(Biaya Produk per kg) x 100% Dalam penelitian ini akan
digunakan metode penetapan harga mark up dengan alasan biaya
merupakan faktor pertimbangan utama dalam menetapkan harga jual
sehingga dengan menggunakan metode penetapan harga mark up
maka harga jual akan diperoleh setelah menambah mark up
didasarkan dari biay produksi yang dikeluarkan. Mark up yaitu jumlah
rupiah yang ditambahkan pada biaya dari suatu produk sehingga
menghasilkan harga jual. Jika mark up ditentukan dari biaya produk,
maka % mark up harus dikalikan dengan biaya produk, kemudian
ditambahkan dengan biaya produk (Swastha dkk, 1990). Secara
sistematis dapat ditulis sebagai berikut : Harga Jual = = Biaya Produk
per kg + Mark up per kg Biaya Produk per kg + (%Mark up per kg x
Biaya Produk per kg) Sedangkan mark up yang ditetapkan dari harga
jual ditetapkan dari biaya dibagi dengan satu dikurangi persentase
mark up. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut : Harga Jual
= (Biaya Produk per kg)/( ( 1- % Mark up per kg)) Konsep Laba Laba
merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh industri rumah
tangga dengan keseluruhan biaya yang dipertimbangkan dalam
proses produksi (http://www.pengertianlaba.com). Soemarto dan Jusuf
(1987), menyatakan bahwa laba adalah selisih lebih semua
pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan kerugian.
Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Industri rumah tangga dendeng sapi “Abadi
Jaya” merupakan salah satu industri rumah tangga dendeng sapi di
Kota Kupang yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang
kontinyu baik secara kualitas maupun kuantitas. Industri rumah
tangga ini menghasilkan dendeng sebagai unit usaha untuk
memperoleh laba, maka untuk mencapai tujuan tersebut industri
rumah tangga ini harus mempertimbangkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi perolehan laba. Dalam proses produksinya,
biaya merupakan faktor penting karena berperan sebagai komponen
pembentuknya harga produk. Biaya pada industri rumah tangga
dendeng sapi “Abadi Jaya” terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik,
yang merupakan informasi penting bagi pihak manajer dalam
menentukan harga jual. Keputusan menetapkan harga jual ini
tergantung pada kemampuan pihak manajemen dalam pengelolaan
usaha dendeng sapi pada industri rumah tangga “Abadi Jaya”. Dengan
analisis yang tepat pada setiap komponen biaya maka harga jual yang
ditetapkandapat mendatangkan keuntungan yang ditargetkan karena
dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi. Dalam mencapai laba yang besar, manajemen dapat
melakukan berbagai langkah, misalnya menekan biaya produksi
serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual,
menentukan harga jual sesuai dengan laba yang dikehendaki dan
meningkatkan volume penjualan. Berdasarkan kerangka pemikiran
diatas, maka secara skema dapat digambarkan sebagai berikut :
GAMBAR 1. SKEMA KERANGKA BERPIKIR DARI INDUSTRI RUMAH
TANGGA “ABADI JAYA” Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini
akan dilaksanakan pada industri rumah tangga dendeng sapi “Abadi
Jaya”, jalan H. R Koroh di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa
Kota Kupang pada bulan Januari hingga Februari 2011. Metode
Penentuan Lokasi dan penetapan Sampel Penelitian lokasi penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus yaitu pada
industri rumah tangga dendeng sapi “Abadi Jaya”. Dengan dasar
pertimbangan bahwa industri rumah tangga ini merupakan salah satu
produsen dendeng di Kota Kupang, dan sudah berjalan selama 8
tahun. Produksinya kontinyu, produknya habis terjual walaupun
banyak industri yang memproduksi produk sejenis (dendeng sapi).
Disamping itu rumah tangga ini masih melakukan pembukuan secara
sederhana tanpa penggolongan lebih lanjut terhadap komponen biaya
yang seharusnya dipertimbangkan sebagai bahan informasi untuk
menentukan besarnya harga jual dan target laba yang diinginkan.
Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kasus
tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisir
mengenai kasus tersebut. Study kasus cenderung hanya meneliti
jumlah unit yang kecil. Study kasus sangat berguna untuk informasi
latar belakang dan lebih intensif menerangi variabel-variabel penting,
proses dan interaksi yang memerlukan perhatian yang lebih luas.
Namun study kasus juga mempunyai kelemahan yaitu, tidak
memungkinkan generalisasi yang obyektif pada populasi sebab
representatif perincian kasus memang sangat terbatas (Wirartha,
2006). Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
wawancara dan observasi. Observasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu secara langsung, dilakukan dengan pengamatan pada
obyek ditempat terjadinya peristiwa dan tidak langsung, misalnya
mengamati lewat film atau foto. Sedangkan teknik wawancara adalah
cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi
antara pengumpul data dengan sumber data yang disebut responden
(Nawawi, 2001). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara
langsung dengan pemilik berdasarkan daftar pertanyaan yang
diberikan dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini, serta lembaga atau
instansi yang berhubungan dengan penelitian seperti Dinas
Perindustrian dan Perdagangan NTT, Dinas Peternakan NTT, Badan
Pusat Statistik NTT, dan Jurnal Penelitian yang terkait. Pengamatan
dan Konsep Pengukuran Identitas responden pada industri rumah
tangga “Abadi Jaya” yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan formal dan non formal, lamanya usaha dan
pengalaman mengelola industri rumah tangga. Sejarah berdirinya
industri rumah tangga “Abadi Jaya”, bidang usaha dan struktur
organisasi. Proses produksi yaitu urutan kegiatan yang dilakukan
mulai dari pembuatan dendeng sapi sampai pengepakan. Jumlah
produk yang dihasilkan dalam sekali berproduksi (Kg). Jumlah bahan
baku yaitu total daging sapi mentah yang digunakan untuk setiap
proses produksi (Kg). Biaya bahan baku yaitu jumlah perolehan bahan
baku yang diolah setiap proses produksi (Rp/Kg). Jumlah bahan
penolong ialah bahan yang tidak menjadi produk jadi atau meskipun
menjadi bagian dari produk jadi tapi nilainya relatif kecil
dibandingkan harga pokok produk, misalnya didalam proses produksi
dendeng sapi, sejumlah bumbu merupakan bahan penolong (Kg).
Biaya bahan penolong adalah jumlah perolehan bahan penolong yang
digunakan dalam setiap proses produksi yang diukur dalam Rp/Kg
Jumlah tenaga kerja langsung yaitu jumlah tenaga kerja yang
langsung berhubungan dengan proses produksi (Orang). Biaya tenaga
kerja langsung yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membayar
tenaga kerja langsung terlibat dengan proses produksi (Rp). Biaya
overhead pabrik yaitu semua biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung, misalnya biaya bahan penolong,
biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan,
biaya asuransi gedung, biaya mesin, biaya penyusutan, biaya
kendaraan, serta biaya listrik dan biaya air (Rp). Biaya produk ialah
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau memproduksi barang
atau produk (Rp/Kg). Mark up (MU) adalah jumlah rupiah yang
ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga
jual. Jumlah penjualan yaitu jumlah keseluruhan produk yang terjual
(Kg). Harga jual adalah harga yang ditetapkan oleh industri rumah
tangga “Abadi Jaya” (Rp/Kg). Modal usaha yaitu besarnya modal yang
digunakan untuk memulai usaha (Rp). Penerimaan adalah sejumlah
uang yang diperoleh industri rumah tangga “Abadi Jaya”dari hasil
penjualan dendeng sapi (Rp). Metode penetapan harga jual adalah
cara atau teknik dari perusahaan dalam menentukan besarnya harga
jual dendeng sapi. Lokasi pemasaran, yaitu tempat lokasi terjadinya
kegiatan pemasaran atau distribusi dendeng sapi. Model dan Analisis
Data Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian ditabulasi dan
dianalisis berdasarkan tujuan penelitian yaitu : untuk menjawab
tujuan pertama yakni untuk mengetahui sejauhmana pengelolaan
usaha dendeng sapi pada industri rumah tangga “Abadi Jaya”
dilakukan analisis secra deskriptif dengan melihat alat produksi yang
digunakan, struktur organisasi, dan proses produksi yang dijalankan
oleh industri rumah tangga “Abadi Jaya”. Untuk menjawab tujuan
kedua yaitu menganalisis biaya produksi dengan menggunakan
metode harga pokok proses (Mulyadi, 1999) untuk menghitung biaya
produksi dalam penetapan harga jual adalah : Biaya Produksi : Biaya
Bahan Baku Rp XXX Biaya Bahan Penolong Rp XXX Biaya Tenaga
Kerja Langsung Rp XXX Biaya overhead pabrik Rp XXX + Total Biaya
Produksi Rp XXX Biaya Produksi per unit : Total biaya produksi untuk
periode tertentu Volume produksi yang dihasilkan dalam periode
bersangkutan Untuk menjawab tujuan ketiga dan keempat yakni
menentukan harga jual dan mengetahui besarnya laba yang diperoleh
industri rumah tangga “Abadi Jaya” tersebut, maka dilakukan
pertimbangan harga jual dan analisis rugi laba dengan formulasi
(Mulyadi, 1991) sebagai berikut : % MU = (Harga Jual per kg-Biaya
Produk per kg)/(Biaya Produk per kg) x 100% Harga Jual = = Biaya
Produk per kg + Mark up per kg Biaya Produk per kg + (%Mark up
per kg x Biaya Produk per kg) Laporan Rugi Laba : Penjualan Rp
XXX Biaya Penjualan Rp XXX + Laba Kotor Rp XXX Pajak Rp XXX +
Laba Bersih Rp XXX
DAFTAR PUSTAKA
Azis. 1993. Agroindustri Buah-buahan Tropis. Penerbit Bangkit.
Jakarta Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Pertanian NTT. Propinsi
NTT Daris, I. M. 2001. Analisis Biaya Pengolahan Abon Pada Industri
Rumah Tangga “Abon Jaya” di Kelurahan Naibonat Kecamatan
Kupang Timur Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang.
Dinas Peternakan. 2006. Peternakan Dlam Angka. NTT Disperindag
Kota Kupang. 2008. Daftar Sentra Produksi Kecil. Kupang Mubyarto.
1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Mulyadi. 1991.
Akuntansi Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbit STIE YPKN. Yogyakarta
Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi VI. Penerbit Aditya Media .
Yogyakarta pollo, Grefer. 2002. Strategi Pengambilan Keputusan
dalam Manajemen Agroindustri di Kelurahan Oesapa Kota Kupang.
Skripsi Faperta Undana, Kupang. Daris, I. M. 2001. Performance
Agroindustri Dendeng Sapi Murni ( Studi Kasus Pada Industri Rumah
Tangga “Angkasa Timor”) di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa
Kota Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang. Soekartawi. 1998.
Agribisnis dan Teori Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Posted 11th October 2011 by UBU69