Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENELITIAN
Analisis Minat Mahasiswa
Memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi
STAIN Samarinda
Oleh:
Dr. Hj. Ida Suryani Wijaya, M.Si
NIP. 19771226200501003
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SAMARINDA
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan tinggi mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap
perubahan bagi kehidupan bangsa sehingga menjadi lebih baik.Lembaga
pendidikan tinggi harus mampu merespon berbagai perubahan yang terjadi, baik
pada tingkat daerah, nasional maupun internasional. Pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah mencanangkan Higher Education
Long Term Strategy (HELTS 2003- 2010). Dengan adanya HELTS, arah
pendidikan tinggi mengalami redefinisi karena situasi yang sangat dinamis dalam
dasawarsa terakhir. Situasi ini sering dikenal dengan paradigm shift atau
perubahan paradigma yang selama bebrapa dekade belum menyentuh dunia
pendidikan tinggi.
Dalam HELTS, isu yang cukup penting adalah bagaimana pendidikan
tinggi di Indonesia mampu memberikan kontribusi kepada peningkatan nation
competitiveness melalui organizational health dan autonomy untuk menghasilkan
“pendidikan yang bermutu” bagi keunggulan bangsa. Sistem tata kelola yang
sehat atau sering juga disebut good governance diharapkan mampu mendukung
pengembangan kapasitas intelektual dan karakter mahasiswa yang nantinya dapat
bertanggung jawab kepada kemajuan bangsa dan negara.
Tata kelola pendidikan nasional, khususnya untuk jenjang pendidikan
tinggi telah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 tahun 2010
yang berisi tentang perubahan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang
pengelolaan pendidikan. Peraturan pemerintah tersebut pada prinsipnya
menegaskan pentingnya otonomi perguruan tinggi dan tata kelola yang sehat.
Perguruan tinggi diberikan keleluasaan yang lebih untuk mengoptimalkan sumber
dayanya untuk peningkatan daya saing dan kemajuan. Selain itu, peraturan
pemerintah tersebut juga menegaskan bahwa optimalisasi pola pengelolaan
keuangan Badan layanan Umum (BLU) sebagai hal yang amat penting (bahkan
merupakan prasyarat) untuk mencapai tata kelola perguruan tinggi yang sehat.
Pada era globalisasi, kemajuan industri sebagai salah satu dampak dari
modernisasi, telah menuntut masyarakat untuk memiliki kemampuan spesialisasi
secara tajam. Tuntutan tersebut pada gilirannya akan menyeret masyarakat kepada
pola hidup tertentu yang mengakibatkan hilangnya makna hidup secara hakiki
dengan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai ketuhanan.1
Untuk mengantisipasi dampak negatif dari kemajuan IPTEK dan lajunya
arus modernisasi yang begitu cepat, umat manusia harus segera menyadari dan
membentengi diri dengan kemampuan kepribadiannya agar tidak kehilangan jati
diri bangsa serta ikut terseret dalam pola globalisasi yang jauh dari nilai-nilai
agama.
Berbagai krisis multidimensional yang sedang dialami oleh bangsa
Indonesia memang tidak bisa hanya dilihat dan diatasi melalui pendekatan mono-
dimensional.Namun demikian, karena segala krisis tersebut berpangkal dari krisis
akhlak atau moral, maka pendidikan agama dipandang memiliki peranan yang
sangat vital dalam membangun watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat.Untuk itu diperlukan pelaksanaan pendidikan agama yang lebih
kondusif dan prospektif terutama di perguruan tinggi, baik Perguruan Tinggi
Islam maupun Perguruan Tinggi Umum.2
Sebagaimana Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yang dituntut dapat
melahirkan manusia-manusia yang menguasai IPTEK sekaligus nilai-nilai agama
serta melaksanakan pengembangan pendidikan agama Islam, begitu pula yang
1Wahyuddin dkk.,Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2009), hlm. 2
2Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2009), hlm. 71
diharapkan dari lulusan Perguruan Tinggi Umum (PTN).Meskipun pada PTN,
lebih menekankan pada pengembangan ilmu pengetahuan umum, mahasiswa PTN
juga dituntut mampu mengembangkan kepribadiannya menjadi ilmuwan yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.Salah satunya dikemas melalui
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di PTN.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi telah
disebutkan dalam Keputusan Dirjen Dikti tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, bahwa PAI merupakan salah
satu mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK).Visi mata kuliah ini menjadi
sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program
studi guna mengantarkan peserta didik memantapkan kepribadiannya sebagai
manusia Indonesia seutuhnya.Sedangkan misinya adalah membantu peserta didik
memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-
nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebanggan dan cinta tanah air
sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab.3
Perguruan Tinggi merupakan tingkat pendidikan yang mendekati dunia
kerja.Dalam perguruan tinggi, pendidikan yang ditempuh difokuskan pada satu
bidang konsentrasi minat dan nantinya diharapkan dapat diimplementasikan
dalam dunia kerja.Keinginan masyarakat terutama pemuda untuk memiliki karier
yang baik dan berperan dalam ketatnya dunia persaingan, mendorong timbulnya
begitu banyak Perguruan Tinggi yang menyebar di seluruh Indonesia.Perguruan
Tinggi Negeri yang terdapat di Indonesia hanya dapat menampung calon
mahasiswa yang tersaring dalam Seleksi Pemilihan Mahasiswa Baru (SPMB)
melalui ujian yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia.
3Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo persada, 2005), hlm. IX
Perguruan Tinggi Agama Islam berusaha untuk bersaing dengan menarik
minat mahasiswa mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan tinggi.Layaknya
dalam teori pemasaran, agar dapat menarik minat mahasiswa tersebut, Perguruan
Tinggi Agama Islam perlu mengetahui informasi mengenai kebutuhan dan
keinginan konsumen, dimana dalam konteks ini konsumen adalah mahasiswa
STAIN Samarinda.
Mahasiswa merupakan topik yang selalu menarik untuk dibahas dan dikaji
pada setiap kegiatan atau aktivitasnya, karena mahasiswa sering disebut sebagai
calon intelektual atau cendikiawan muda yang merupakan suatu lapisan elit
ditengah masyarakat yang sering kali syarat berbagai prediket, mereka sering
dijuluki sebagai "Agent Of Change", "Agen Of Modernation" dan juga kadang
kala dinamai dengan " Agent Of Development".
Sebagai cendikiawan muda bahwa mahasiswa adalah orang yang
kelihatannya tidak puas menerima kenyataan sebagaimana adanya, mereka
mempertanyakan kebenaran yang berlaku suatu saat dalam hubungannya dengan
kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas.
Ketika memilih jurusan bagi mahasiswa baru adalah sejak mereka berada
pada semester satu, pada saat itu mahasiswa dihadapkan problema baru dalam
memilih jurusan dan mereka memikirkan masa depannya, sehingga mereka
mengalami kebingungan dalam memilih jurusan yang sesuai dengan dirinya akan
tetapi mereka benar-benar ingin menentukan sesuai dengan bakat, minat
kemampuannya dari segala bidang yang ia miliki.
Memilih jurusan/ program studi kuliah bukanlah urusan yang mudah dan
bukan persoalan yang sepele, banyak faktor yang harus diperhitungkan dan
dipikirkan masak-masak.jangan sampai dalam memilih jurusan merupakan
bencana dan kerugian yang besar bagi mahasiswa itu sendiri.
Sementara itu ada kecenderungan di kalangan mahasiswa baru dan lama
untuk memilih jurusannya sesuai dengan keinginan dan keyakinannya untuk
mampu melaksanakan studinya sampai selesai. Padahal belum tentu ketika
mahasiswa baru mulai masuk pertama kali melanjutkan studinya sampai selesai,
kadang kala jumlah mahasiswa baru akan berkurang ketika menginjak satu
semester.
Maka untuk menghindari adanya penurunan jumlah pada mahasiswa
STAIN Samarinda perlu adanya dorongan, keinginan pada mahasiswa dalam
memilih jurusan/ program studi, apakah yang ia pilih dalam memilih jurusan
sesuai dengan minat bakat sehingga mahasiswa tersebut mampu melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagai mahasiswa serta cenderung untuk melakukan
penundaan pada tugas yang diberikan dalam kuliah.
Oleh karena itu dalam memilih jurusan seharusnya disertai dengan adanya
minat, dorongan, keyakinan yang tinggi ketika mahasiswa memiliki harapan
dimasa yang akan depan lebih baik. Ketika mahasiswa memilih jurusan/ program
studi dengan minat yang tinggi cenderung mahasiswa tidak melakukan penundaan
pada tugas yang diberikan dan sebaliknya apabila minat mahasiswa dalam
memilih jurusan/ program studi rendah atau hilang maka cenderung melakukan
penundaan pada tugas yang diberikan.
Begitu pula halnya yang terjadi pada mahasiswa Jurusan Dakwah dan
Komunikasi STAIN Samarinda.Banyak alasan yang mempengaruhi minat mereka
untuk menentukan pilihan tempat kuliahnya.banyak yang berminat untuk kuliah di
jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda, namun lebih banyak lagi
yang kurang berminat untuk memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi.Hal ini
terbukti dengan masih sedikitnya jumlah mahasiswa jurusan Dakwah dan
Komunikasi STAIN Samarinda dibandingkan dengan jurusan-jurusan lainnya
yang ada di STAIN Samarinda.
Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut
dengan judul Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah dan
Komunikasi STAIN Samarinda
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana analisis SWOT Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda?
2. Apasaja yang menjadi latar belakang mahasiswa memilih jurusan Dakwah
dan Komuniklasi STAIN Samarinda?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui analisis SWOT Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda
2. Untuk mengetahui latar belakang mahasiswa Jurusan Dakwah dan
Komunikasi memilih jurusan Dakwah dan Komuniklasi STAIN Samarinda?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak,
terutama pihak STAIN Samarinda Secara spesifik manfaat penelitian ini dapat
ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, bahan reflektif dan
konstruktif dalam pengembangan keilmuan di Indonesia, khususnya dalam
pengembangan Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pihak Jurusan Dakwah
dan Komunikasi serta Lembaga STAIN Samarinda dalam pengembangan
Jurusan Dakwah dan Komunikasi.
b. Masukan bagi para pemegang kebijakan di Jurusan Dakwah dan
Komunikasi khususnya dan STAIN Samarinda pada umumnya dalam
mengeluarkan kebijakan yang khususnya berkaitan dengan Pengembangan
Jurusan di STAIN Samarinda.
c. Masukan dan sekaligus ajakan kepada civitas akademika dalam
pengambangan lembaga STAIN Samarinda.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan
Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindaini menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu Peneliti menggali informasi, terkait objek yang dikaji melalui
wawancara dengan mahasiswa Jurusan Dakwah & Komunikasi STAIN
Samarinda.
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin menggambarkan realita
empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu,
penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan
mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan
menggunakan metode deskriptif.4
Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
4Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 131.
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.5
Penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan oleh
sekelompok peneliti dalam bidang sosial, seperti : sosiologi, antropologi, dan
sejumlah penelitian perilaku lainnya. Ciri-ciri penelitian kualitatif menurut
Sudjana dan Ibrahim: 1) Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan
alamiah sebagai sumber data langsung, 2) Penelitian kualitatif sifatnya
diskriptif analitik, seperti : hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil
pemotretan, cuplikan tertulis, dari dokumen, catatan lapangan, 3) Tekanan
penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil, 4) Penelitian kualitatif
sifatnya induktif, dimulai dari lapangan, yakni fakta empiris atau induktif, 5)
Penelitian kualitatif mengutamakan makna, mengutamakan kepada bagaimana
orang mengartikan hidup.6
2. Sumber Data
Sumber data atau Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
mahasiswa STAIN Samarinda yang terdiri dari Jurusan Dakwah &
Komunikasi.
Penentuansumber data dalam penelitian ini digunakan snowball
sampling, diibaratkan sebagai bola salju yang menggelinding, semakin lama
semakin besar. Proses ini baru berhenti setelah informasi yang diperoleh di
antara informan satu dengan lainnya mempunyai kesamaan, sehingga tidak
ada data yang dianggap baru. Informan kunci dari penelitian ini adalah
mahasiswa STAIN Samarinda yang terdiri dari Jurusan Dakwah &
Komunikasi.
5Moh. Nazir, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), h. 16.
6Ibrahim, Sudjana, Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru, 1989),
h. 197.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara mendalam,
mendetail atau intensif tentang upaya menemukan pengalaman-
pengalaman informan atau responden dari topik tertentu atau situasi
spesifik yang dikaji. Oleh karena itu, dalam melaksanakan wawancara
untuk mencari data, digunakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan
jawaban berupa informasi.Sebelum dimulai wawancara pertanyaan
dipersiapkan lebih dahulu sesuai dengan penggalian data yang diperlukan
dan kepada siapa wawancara tersebut dilakukan.
Wawancara dilakukan secara terbuka (open-ended) untuk menggali
pandangan objek penelitian tentang minat mahasiswa memilih jurusan di
STAIN samarinda.Wawancara dilakukan pada waktu dan konteks yang
tepat untuk mendapatkan data yang akurat dan dilakukan berkali-kali
sesuai dengan keperluan.Wawancara semacam ini disebut indepth
interview.7
b. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang
tertulis. Metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan
mencatat data-data yang sudah ada.8 Melalui data ini, maka akan diketahui
keadaan jumlah mahasiswa di STAIN Samarinda dan akan diketahui data
lainnya yang mendukung hasil penelitian ini.
4. Teknik Analisa Data
7Sutopo H.B, Konsep-Konsep Dasar Dalam Penelitian Kualitatif(Surakarta: FKIP/FIS
UNS, 1991), h. 18. 8Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar (Surabaya: SIC,
1996), h. 83.
penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif
kualitatif, yaitu analisis yang berpedoman pada cara berpikir yang
merupakan kombinasi antara berpikir induktif dan deduktif. Analisis data
ini untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sejak pengumpulan
data secara keseluruhan, kemudian diadakan recheck (pengecekan
kembali). Secara kontinu peneliti mencocokan data yang diperoleh,
disistematiskan, diinterpretasi secara logis demi keabsahan dan kredibilitas
data yang diperoleh peneliti di lapangan.
Tahap analisis data dibagi menjadi tiga, yaitu : pertama tahap
pendahuluan atau pengolahan data (kelengkapan data yang diperoleh,
keterbatasan tulisan, kejelasan makna, keajegan, dan kesesuaian data
dengan yang lain), kedua tahap pengorganisasian data yang merupakan inti
dari analisis data, ketiga tahap penemuan hasil dan penarikan kesimpulan.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minat Mahasiswa
Dalam kehidupan ini kita akan selalu berkomunikasi atau berhubungan
dengan orang lain, benda, situasi dan aktivitas-aktivitas yang terdapat disekitar
kita. Dalam berhubungan tersebut kita mungkin bersikap menerima, membiarkan
atau menolaknya. Apabila kita menaruh minat, itu berarti kita menyambut atau
bersikap positif dalam berhubungan dengan objek atau lingkungan tersebut
dengan demikian maka akan cenderung untuk memberi perhatian dan melakukan
tindakan lebih lanjut.
Firman Allah, dalam al-Qur'an surat al-Alaq ayat 1-5:
Artinya: "Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam.Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya". (QS. 99 : 1-5)
Dalam Firman Allah yang tersebut di atas, terdapat perintah untuk
membaca. Membaca yang dimaksud bukan hanya membaca buku atau dalam
artian tekstual, akan tetapi membaca semua aspek. Termasuk membaca cakrawala
jagad yang merupakan tanda kebesaran-Nya, serta membaca potensi diri, sehingga
dengannya kita dapat memahami hal apa yang menarik minat kita dalam
12
kehidupan ini. Dan kita bisa usahakan untuk mengembangkan minat itu dengan
segenap kemampuan kita karena sesungguhnya potensi diri itu adalah karunia dari
Allah SWT.
Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang menjadi salah satu
faktor penyebab kegagalan. Seorang siswa yang mempunyai minat belajar bisa
dilihat dari beberapa gejala seperti gairah, keinginan, perasaan suka untuk
melakukan proses perubahan tingkah laku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pengertian
minat adalah kecendrungan yang tinggi terhadap sesuatu, gairah atau keinginan.1
Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat
besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak
mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian minat secara istilah telah
banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard
yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting tendency to pay
attention to end enjoy some activity and content.”2 Sardiman A. M. berpendapat
bahwa “minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat ciri-ciri atau arti sementarasituasi yang dihubungkan dengan keinginan-
keinginan atau kebutuhankebutuhannya sendiri.
Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan),
dan konasi (kehendak).Unsur kognisi maksudnya minat itu didahului oleh
pengetahuan dan informasi mengenal obyek yang dituju oleh minat tersebut.Unsur
emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan
tertentu.Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi.Dari
unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk
melakukan suatu kegiatan yang ada di sekolah seperti belajar.
1Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus
BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 70 2Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka
Cipta,1991),h.57.
13
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong bagi
seseorang untuk melakukan kegiatan.
Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, "Minat
adalah suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan tindakan terhadap
orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan
disertai perasaan senang.
Menurut Slameto minat adalah "suaturasa suka dan rasa ketertarikan
pada sesuatu hal atau aktivitas, tanpa adanya yang menyuruh. Minat adalah
penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat".
Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.
Minat menurut Mahfudz Shalahuddin adalah perhatianyang mengandung
unsur-unsur perasaan.
Minat menurut Crow dan Crow, minat atau interest
bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau
merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan.3
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan
diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.4
Dari pengertian minat di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
minat adalah suatu kecenderungan untuk memberi dorongan dalam
memperhatikan sesuatu yang memberi pengaruh terhadap pengalaman atau
kecenderungan yang membawa subyek merasa tertarik pada sesuatu.
3 Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta, PT Bumi Aksara, cet IV 2009) hal 121 4 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta, CV Rineke Cipta,
1991) hal 20
14
Sedangkan elemen ketiga adalah kontrol tingkah laku yang
dipersepsikan yang melibatkan pemikiran bahwa beberapa tingkah laku tertentu
memiliki kontrol yang besar daripada tingkah laku yang lainnya.Ketiga komponen
tersebut berkombinasi untuk menentukan intensi seseorang dalam menampilkan
tingkah lakunya.
Berdasarkan Definisi-definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa minat
adalah kecenderungan jiwa yang relative menetap kepada diri seseorang dan
biasanya disertai dengan perasaan senang.Menurut Berhard "minat" timbul atau
muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi,
pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja, dengan kata lain, minat
dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan.
1. Unsur-Unsur Minat
Bertolak dari pengertian minat sebagaimana diuraikan di atas, maka
unsur-unsur minat meliputi:
a. Perasaan senang
Perasaaan senang merupakan aktifitas psikis, di dalamnya subyek
menghayati nilai-nilai dari sesuatu obyek.Perasaan ini merupakan faktor
psikis yang non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat
untuk melakukan suatu kegiatan.
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi tertentu, tentu saja
berminat pada out put yang dihasilkan perguruan tinggi tersebut. Itu
artinya mahasiswa merasa senang terhadap lembaga tersebut.
b. Perhatian
Menurut Wasty Sumanto perhatian adalah pemusatan tenaga atau
kekuatan jiwa tertuju pada suatu objek, atau pendayagunaan kesadaran
untuk menyertai suatu aktifitas.Perhatian bersifat lebih sementara dan ada
hubungannya dengan minat.Perbedaannya adalah minat sifatnya menetap
sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya timbul ada kalanya
menghilang.
15
c. Motif
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam diri subyek untuk melakukan aktifitasaktifitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Menurut Sarlito Wirawan motif adalah rangsangan, dorongan
dan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Pengertian motivasi
mempunyai 3 elemen penting:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi pada setiap kegiatan yang akan dikerjakannya;
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke tujuan yang akan dicapai;
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan;
d. Daya penarik.
Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat
melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya, ingin mendapatkan
penghargaan dari masyarakat, ingin mendapat penerimaan dan perhatian
dari orang lain.
Telah dijelaskan di atas bahwa motif adalah daya penggerak dari
dalam diri subyek, sedangkan motif sosial di sini adalah daya penggerak
dari luar diri subyek atau daya penarik minat yang berasal dari lingkungan
subyek.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Menurut Bernard, yang dikutip oleh Sardiman AM, menyatakan bahwa
minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat
partisipasi pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas
bahwa minat akan selalu terkait dengan soal kebutuhan atau keinginan.
16
Minat juga tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh
kemudian.Minat terhadap sesuatu dapat dipelajari dan mempengaruhi belajar
selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan-penerimaan minat yang
baru.Untuk lebih jelasnya penulis paparkan sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1) Motivasi
Yang terpenting dari motivasi adalah dorongan untuk berbuat.
Motivasi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi pada
setiap kegiatan yang akan dikerjakannya, menentukan arah perbuatan,
dan menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan. Tanpa
adanya minat akan terjadi hambatan dalam menguasai sesuatu yang
baru.
2) Kebutuhan
Awal masa dewasa muda (usia 22-25 tahun) sering disebut juga
masa berharap bekerja (job hopping). Bekerja dan mempunyai
penghasilan sendiri adalah bagian dari keinginan dan kebutuhan tiap
individu.Dan dari keinginan dan kebutuhan ini dapat menumbuhkan
minat seseorang pada sesuatu/ pekerjaan tertentu.
3) Sikap terhadap suatu obyek
Sikap senang terhadap suatu obyek dapat membesarkan minat
seseorang terhadap obyek. Sebaliknya, sikap tidak senang terhadap
suatu obyek akan memperkecil minat terhadap suatu obyek. Kualitas
sikap dapat berubah dalam intensitasnya memperkuat stimuli, fisik
mental, atau keadaan emosi dari orang itu sendiri.
b. Faktor Eksternal
1) Keluarga; Keluarga memegang peranan penting sebab keluarga adalah
sekolah pertama dan terpenting. Dalam keluargalah seseorang dapat
17
membina kebiasaan, cara berpikir, sikap dan cita-cita yang mendasari
kepribadiannya.
2) Fasilitas; Tersedianya fasilitas yang mendukung akan menjadikan
minat seseorang terhadap suatu obyek menjadi lebih besar, sebaliknya
apabila fasilitas yang diberikan atau diperlukan tidak ada akan
menjadikan minat tersebut menjadi semakin lemah.
3) Teman pergaulan; Lingkungan pergaulan ini mampu menumbuhkan
minat seseorang sebagaimana lingkungan keluarga. Bahkan terkadang
teman bermain/ sepergaulan mempunyai pengaruh yang lebih besar
dalam menanam benih minat atau cita-cita.
3. Fungsi minat
Menurut Abdul Wahib yang mengutip pendapat Elizabeth B. Hurlock,
Elizabeth mengutip dari pendapat Nuckols dan Banducci, ada 4 fungsi minat:
a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.
b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.
c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang.
Seseorang yang menaruh minat pada mata kuliah tertentu, maka ia akan
senang dan bergairah untuk mengikuti mata kuliah tersebut sehingga
menyebabkan prestasi belajarnya bagus, sebaliknya jika seseorang tidak
berminat pada mata kuliah tertentu, biasanya sulit membangkitkan
kesenangan pada obyek mata kuliah tersebut sehingga menyebabkan
prestasi belajarnya kurang bagus.
d. Minat yang terbentuk sejak masa kanak-kanak sering terbawa seumur
hidup karena minat membawa kepuasan.
B. Tinjauan Tentang Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi adalah organisasi dalam usaha pendidikan yang
menghasilkan produk berupa jasa pendidikan dan harus dipasarkan kepada
konsumen.
18
Menurut Ndara Taliziduhu (1998:188)“Perguruan tinggi sebagai
lembaga pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses produk. Ada 2 macam
produk :
1. Nilai tambah manusiawi yang diperoleh mahasiswa yang bersangkitan,
sehingga diharapkan siap memasuki dunia nyata dalam masyarakat.
Termasuk dalam kategori ini pembentukan dan transformasi nilai. Inilah
produk perguruan tinggi sebagai proses edukatif dan proses pertimbangan
(value judgement)
2. Temuan ilmiah (scientific discoveries) dan inovasi teknologi (technological
innovation) inilah produk perguruan tinggi sebagai proses riset.”
Dalam mengelola Perguruan Tinggi harus diangkat satu hal unik dan
khas oleh lembaga pendidikan yaitu mahasiswa sebagai bahan baku yang hendak
di bentuk (diproses) sekaligus sebagai konsumen yang berkepentingan
mahasiswa juga sebagai modal utama (yang membiayai) proses tersebut dan
gilirannya akan menjadi produsen pada lembaga yang sama (regenerasi).
Membicarakan problem studi Islam di perguruan tinggi, setidaknya
terdapat sebuah pertanyaan yang perlu direnungkan bersama: adakah Islam dikaji
sebagai obyek keilmuan sebagaimana disiplin ilmu yang lain, ataukah Islam
dijadikan rujukan pandangan hidup ataupun akidah untuk mempelajari dan
menjalani kehidupan? yang ideal mestinya kedua aspek itu terintegrasikan
menjadi satu pendekatan yang utuh sekalipun pada prakteknya banyak kendala
yang harus diselesaikan karena setiap pilihan yang diambil akan berimplikasi
pada metodelogi serta target akhir yang hendak dicapainya.
Jika lembaga perguruan tinggi didefenisikan sebagai lembaga riset
keilmuan, maka pilihan pertama akan lebih dahulu dikedepankan. Dan ini yang
biasa dilakukan diperguruan tinggi Barat. Hampir semua universitas bergensi di
wilayah Amerika Utara dan Eropa Barat semuanya mulai memperkenalkan
Islamic Studies sekalipun diantara mereka ada yang lebih senang
memperggunakan istilah Middle Eastern Studies, yang di dalamnya terdapat
19
studi keislaman. Alasan mereka adalah bahwa Islam dipandang sebagai
fenomena budaya dan fenomena sejarah sehingga sebagai obyek kajian ilmiah
siapa saja bisa melakukan studi Islam sekalipun bukan orang muslim. Oleh
karenanya banyak buku-buku tentang Islam yang ditulis oleh para ilmuwan Barat
yang secara akademis memiliki bobot yang tinggi.
Lalu, bagaimana sebaiknya kebijakan dan strategi pendidikan Islam di
perguruan tinggi?Di sini terdapat dua kata yang memiliki konotasi
berbeda.Pertama, kata pendidikan dan kedua, perguruan tinggi.Selama ini
wacana keilmuan di perguruan tinggi lebih ditekankan pada pendekatan
pengajaran ilmiah, sedangkan istilah pendidikan lebih ditekankan pada jenjang
sekolah di tingkat bawah.Tentu saja aspek pendidikan dan pendidikan agama
tidak bisa dipisah- pisahkan, sekalipun dari sisi metode penyampaian dan
berbagai asumsinya yang berkait memang berbeda. Dengan demikian, pengajar
agama Islam di perguruan tinggi dituntut berijtihad menemukan metode yang
tepat, bagaimana Islam diajarkan sebagai obyek kajian ilmiah namun sekaligus
mata kuliah Islam juga memiliki tugas pendidikan untuk membantu mahasiswa
tumbuh menjadi yang berakhlak mulia, relijius dan memahami dasar-dasar ajaran
Islam.
Mempertemukan dua tuntutan ini sangat penting mengingat hampir di
setiap diskusi dan pengajian selalu saja ada pertanyaan tentang kenapa terjadi
kesenjangan yang begitu lebar antara idealitas ajaran agama yang diyakini benar,
hebat dan tinggi, dan di sisi lain realitas perilaku para pemeluknya yang
seringkali bertentangan dengan ajaran agamanya. Bahkan sekarang ini klaim
yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang relijius
kehilangan validitasnya karena ternyata banyak sekali tragedi sosial-politik yang
sama sekali tidak mencerminkan ajaran agama yang menyerukan pada
perdamaian, pembelaan terhadap hak-hak asasi manusia, kejujuran, amanah dan
lain sebagainya dari nilai luhur keagamaan. Kenyataan ini bagaimanapun juga
harus menjadi perhatian dan agenda pemikiran pengajar agama di perguruan
20
tinggi karena mahasiswa adalah calon sarjana yang memiliki peluang untuk
mendudduki lapisan menengah ke atas dalam masyarakat.
Kesenjangan antara retorika dan ajaran agama yang begitu ideal dan
realitas sosial yang menyimpang akhir-akhir ini menjadi sorotan kritik dan
keluhan masyarakat sehingga citra dan wibawa agama – yang tampilkan oleh
ulama dan lembaganya menjadi turun. Sekedar contoh, Nabi Muhammad saw
pernah bersabda:
“Islam itu sangat tinggi, dan karenanya tidak ada yang lebih tinggi
darinya.”
Pernyataan ini seringkali dikemukankan oleh para penceramah untuk
menegaskan bahwa Islam itu hebat dan tinggi sehingga bila terjadi
penyelewengan dan kezaliman yang dipersalahkan adalah para penganutnya,
karena dianggap tidak memahami sekaligus tidak mempraktekkan ajaran
agamanya secara benar. Sekilas argumen tersebut memang mudah diterima.
Tetapi bila dikritik dan direnungkan, maka akan timbul pertanyaan: jika ajaran
Islam itu memang benar, hebat dan tinggi, tetapi ternyata tidak mampu
mempengaruhi para pemeluknya, lalu di mana pembuktian kebenaran, kehebatan
dan ketinggian ajarannya itu? Dan lagi di mana relevansi kebenaran dan
kehebatan ajaran Islam, jika tidak mampu mempengaruhi perilaku pemeluknya?
Inilah kira-kira salah satu problem dan tantangan yang perlu oleh
pengajar agama terutama di lingkungan perguruan tinggi. Dan tampaknya
problem tersebut diakibatkan antara lain oleh adanya orientasi pendidikan
agama yang kurang tepat untuk tidak menyebut keliru. Tiga hal yang bisa
dikemukankan sebagai indikator kekeliruan dimaksud ialah:
Pertama,pendidikan agama saat ini lebih berorientasi pada belajar
tentang ilmu agama.Karena itu tidak aneh kalau di negeri ini sering kita saksikan
seseorang yang banyak mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tapi perilakunya
tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran agama yang diketahuinya.
21
Kedua,tidak memiliki strategi penyusunan dan pemilihan materi-materi
pendidikan agama sehingga sering tidak ditemukan hal-hal yang prinsipil yang
seharusnya dipelajari lebih awal, malah terlewatkan.Kekacauan materi
pendidikan agama ini terlebih jelas lagi terlihat pada pemilihan disiplin ilmu
fikih yang dianggap sebagai puncak atau inti agama itu sendiri.Disebabkan oleh
oreintasi pendidikan agama semacam itu, maka Islam seakan diidentikan dengan
paham fikih. Dan beragama yang benar adalah bermazhab fikih yang benar
dan yang diakui oleh mayoritas, sehingga siapa saja yang sedikit berbeda
dengan mazhab fikih yang dianut mayoritas, maka dituduh menyimpang dari
Islam. Alam pikiran semacam ini masih terasa kuat di kalangan para mahasiswa
perguruan tinggi Islam, apalagi di perguruan tinggi umum.
Ketiga, kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam serta kurangnya
penguasaan semantic dan generik atas istilah-istilah kunci dan pokok dalam
ajaran agama sehingga sering ditemukan penjelasan yang sudah sangat jauh dan
berbeda dari makna, spirit dan konteknya. Disiplim keilmuan dalam Islam
sesungguhnya sudah sangat kuat dan kaya. Dengan begitu, kalau saja pihak
pengajar mampu menemukan metode pengajaran yang tepat dengan ditopang
oleh penguasaan materi keislaman, maka sesungguhnya pengajaran dan
pendidikan Islam menjadi kuliah yang menarik, aktual dan hidup.
Kontektualisasi dan reinterpretasi ajaran Islam adalah agenda pemikiran Islam
yang selalu diperlukan pada setiap zaman. Pendekatan terhadap Islam yang
selama ini lebih bersifat normative deduktif perlu dilengkapi dengan pendekatan
induktif histories sehingga mahasiswa bisa mebedakan mana ajaran Islam yang
berupa produk sejarah dan hasil ijtihad dan mana yang bersifat normative-
doktrinal.
Setidaknya terdapat dua pendekatan yang menonjol dalam mempelajari
Islam.
Pertama, mempelajari Islam untuk kepentingan mengetahui bagaimana
cara beragama yang benar. Disini aspek religiusitas dan spiritualitas menjadi
sangat penting, sehingga esensi ajaran agama bisa menginternalisasi ke dalam
22
diri pribadi-pribadi dalam aktivitas kesehariannya. Oreintasi ini mengasumsikan
mahasiswa sebagai subyek yang aktif sehinggailmu agama disini mirip dengan
ilmu beladiri, ilmu olah raga, atau ilmu kesenian, bahwa belajar berarti
memahami, menghayati, dan mempraktekan. Dengan kata lain, ilmu agama itu
bukanlah ilmu yang hanya menitikberatkan pada teori tanpa aksi, tapi justru teori
dan aksi itu adalah hal yang tak terpisahkan. Untuk apa seseorang diajari teori
berenang dengan sangat luas dan mendalam, misalnya, sementara dia tidak
mencintai dan tidak bisa berenang? Orang yang demikian tetap akan dikatakan
sebagai orang tidak bisa berenang, meskipun semua teori tentang berenang sudah
dikuasinya. Demikian juga orang yang mempelajari ilmu dan teori-teori
keberagamaan secara luas dan mendalam, tapi dalam aksinya tidak menunjukkan
relevansi dengan pengetahuannya tersebut, maka orang itu akan dikatakan
sebagai orang yang belum bisa beragama.
Dalam rangka belajar beragama ini, konon diceritakan bahwa Kiai Haji
Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berbulan-bulan lamanya hanya
mengajarkan Surat al-Ma’un (surat 107) kepada para muridnya. Padahal surat itu
hanya terdiri dari tujuh ayat pendek-pendek. Ketika muridnya sudah nyaris bosan
karena setiap belajar surat itu diulang-ulang, maka Kiai Ahmad Dahlan
mengatakan, kita belum bisa pindah ke ayat lain karena kita belum bisa
mengamalkan isi surat ini. Kita mengafal keutamaan menolong anak yatim tetapi
kita belum pernah melaksanakan, sama halnya kita paham akan ayat itu,
Demikianlah, di sini terlihat bahwa Kiai Ahmad Dahlan mengajarkan para
muridnya untuk belajar beragama, bukan belajar tentang agama.
Kedua, mempelajari Islam sebagai sebuah pengetahuan. Pendekatan
kedua ini berkembang sangat pesat di Barat. Para peneliti dan pemikir yang
memandang bahwa Islam sebagai pengetahuan memang berbeda samangat dan
metodologinya dari mereka yang mendekati Islam sebagai keyakinan yang telah
dianutnya secara militan. Dari sudut pandang akademis mungkin saja mereka
lebih jauh menguasai Islam dari pada para kaia yang mengajarkan dan
mengamalkannya dari lingkungan pasanteren.
23
Dalam hal orientasi pendidikan, kedua pendekatan di atas tampaknya
perlu terus mendapat perhatian yang serius, sehingga tidak saja terjadi
peningkatan pengamalan religiusitas di kalangan para penganut Islam, melainkan
juga terjadi peningkatan keilmuan Islam. Dua pendekatan di atas karenanya
mesti menjadi orientasi pendidikan Islam terutama di perguruan tinggi. Dalam
hal orientasi pendidikan ini, perlu ditambahkan orientasi lainnya, yaitu upaya
gerakan kembali pada Alquran dengan pendekatan yang lebih ilmiah dan
multidisipliner. Karena itu perlu dipertimbangkan tiga aspek berikut ini.
Pertama, membebaskan diri kita dari hegomoni makna atas sejarah masa
lalu kaum muslim. Ini tidak berarti aspek sejarah Islam ditolak, tetapi bagaimana
mensikapi sejarah secara kritis dan apresiatif karena sejarah tetap merupakan
salah satu sumber pengetahuan yang harus dikuasai dan terus digali. Namun
begitu sejarah jangan sampai memenjarakan kebebasan dan kedinamisan serta
kreatifitas kaum muslim.
Kedua,membaca dan memahami ayat-ayat Alquran serta menggali
konteks social histories yang melatar belakanginya dengan mempertimbangkan
berbagai macam gejala cultural, politis dan antropologis. Dengan pendekatan ini
diharapkan kita lebih bisa menangkap pesan dasar Alquran dan
mengartikulasikan kembali dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda.
Ketiga, menganalisa setiap ayat Alquran yang hendak dijadikan
pedoman dalam bertindak dengan menangkap dimensi etisnya, jangan hanya
aspek legal-formalnya. Kembali pada Alquran dan al Sunnah padagiliranya
kembali pada etika sebagai rujukan hidup kita bermasyarakat dan bernegara.
Sebab itu, meskipun di antara kita telah bersama-sama berpegang pada Alquran,
tetapi kita masih menemukan perbedaan pendapat soal hukum, maka seseorang
yang berpegang pada etika akan tetap menjaga persaudaraan, kehormatan
masing-masing dan akan mengutamakan tujuan yang lebih pokok demi
kepentingan-kepentingan banyak orang. Sebab, kembali pada Alquran tidak
berarti meniadakan perbedaan di antara umat karena perbedaan merupakan
dinamika sejarah yang tidak mungkin bisa dihapuskan. Kenyataan adanya sekian
24
banyak mazhab dalam pemikiran Islam, baik dalam bidang fikih, filsafat, ilmu
kalam dan tasawuf kesemuanya itu anak kandung peradaban Islam yang
memiliki landasan pemahaman atas Alquran.
Pembinaan intelektualitas dan spiritualitas Islam bagi para mahasiswa
yang terjadi di luar kampus tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak
mahasiswa memperoleh kematangan berpikir, wawasan keislaman dan
ketrampilan berorganisasi justru dari kegiatan-kegiatan ekstra di luar kampus.
Melalui kelompok-kelompok studi intensif yang digelar dan dikerjakan oleh para
aktivis mahasiswa telah mendorong munculnya iklim intelektualitas Islam di
kampus-kampus. Belum lagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang kini
bermunculan sangat banyak
Dalam dunia bisnis, pendidikan termasuk dalam suatu organisasi atau
perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Bisnis jasa sangat kompleks, karena
banyak elemen yang mempengaruhinya, seperti system internal organisasi,
lingkungan fisik, kontak personal, iklan, tagihan dan pembayaran, komentar dari
mulut ke mulut dan sebagainya. Oleh karena itu Gronroos menegaskan bahwa
pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal, tetapi juga
pemasaran internal dan pemasaran interaktif.Dan begitu dalam strategi
pemasaran pendidikan haruslan menerapkan tiga model pemasaran jasa yang
diungkapkan oleh Gronroos tersebut dengan tujuan agar terjadi keserasian dan
bisa mencegah terjadinya kesalah pahaman antar komponen fungsi menajemen
dalam pendidikan tersebut. Model-model tersebut yaitu:
1. Pemasaran Eksternal
Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang
dilakukan oleh organisasi pendidikan dalam mempersiapkan produk,
menetapkan harga, melakukan distribusi informasi dan mempromosikan
produk jasa yang bernilai superior kepada para pelanggan dalah hal ini wali
murid. Bila ini bisa dilakukan dengan baik, maka para wali murid sebagai
pelanggan akan terikat dengan organisasi, sehingga keuntungan jangka
panjang bisa terjamin.
25
2. Pemasaran Internal
Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban organisasi
dalam rangka melatih dan memotivasi para guru, karyawan dan para murid
sebagai asset utama organisasi agar dapat melayani para pelanggan dengan
baik. Yang tak kalah pentingnya adalah pemberian penghargaan atau reward
dan pengakuan yang sepadan dan manusiawi. Aspek ini membangkitkan
motivasi, moral kerja, rasa bangga, loyalitas, dan rasa memiliki setiap orang
dalam organisasi, yang pada gilirannya dapat memerikan kontribusi besar
bagi organisasi dan bagi pelanggan yang dilayani.
3. Pemasaran Interaktif
Pemasaran interaktif menggambarkan interaksi antara pelanggan
dalam hal ini para wali murid dengan para karyawan (guru dan staff) dan
juga dengan pemimpin organisasi (kepala sekolah). Diharapkan stiap sumber
daya manusiawi organisasi yang loyal, bermotivasi tinggi, dan diberdayakan
(empowered) dapat memberikan Total Quality Service kepada setiap
pelanggan dan calon pelanggan. Bila ini terealisasi, maka pelanggan yang
puas akan menjalin hubungan berkesinambungan dengan personil dan
organisasi yang bersangkutan, dan bahkan bisa menjadi sarana dan media
pemasaran organisasi.
Macam-macam Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan
Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yag saling berkaitan (Corey, Dolan,
1991), kelima elemen tersebut adalah:
1. Pemilihan pasar, yaitu pasar yang akan dilayani. Pemilihan pasar dimulai
dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian memilih pasar sasaran
yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan.
2. Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang di jual, pembentukan lini
produk, dan mendesain penawaran individual pada masing-masing lini.
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
26
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yang
ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, organisasi, dan ide. Jadi,
produk bisa berupa manfaat tangible maupun manfaat intangible yang dapat
memuaskan pelanggan. Seperti dalam gambar di bawah ini:
Pemenuhan Kebutuhan
3. Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai
kunatitatif dari produk kepada pelanggan.Agar dapat sukses dalam
memasarkan suatu produk, organisasi pendidikan harus menetapkan
harga/biaya pendidikan secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur
pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi institusi
pendidikan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi informasi,
dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Disamping itu
merupakan unsur pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah
dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen
terhadap system distribusi informasi.Harga dalam dunia pendidikan bisa
diungkapkan dengan berbagai istilah. Misalnya iuran SPP, komisi, gaji,
honorarium dan sebagainya. dalam pandangan konsumen, harga seringkali
digunakan sebagai indicator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan
dengan manfaat yang dirasakan atas suatu produk.
Sistem distribusi yaitu saluran perdagangan grosir atau eceran yang
dilalui produk sehingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan
menggunakannya.Strategi distribusi informasi berkenaan dengan penentuan dan
manajemen saluran distribusi dipergunakan oleh organisasi atau produsen untuk
memasarkan produk-produknya sehingga produk-produk tersebut dapat sampai
ditangan konsumen yang menjadi sasaran dalam jumlah dan jenis yang
dibutuhkan pada waktu yang diperulukan, dan tempat yang tepat. Berikut
beberapa strategi distribusi yang bisa digunakan antara lain:
a. Strategi Saluran Distribusi Berganda
Saluran distribusi yang berbeda mungkin dibutuhkan untuk
mencapai segemen-segmen pelanggan yang berbeda dalam pasar yang
27
luas.Oleh karena itu beberapa perusahaan menerapkan strategi saluran
distribusi berganda (multiple channel strategy) yaitu penggunaan lebih dari
satu saluran yang berbeda untuk melayani beberapa segemen
pelanggan.Tujuannya dalah untuk memperoleh akses yang optimal pada
setiap segemen pelanggan.Dengan menerapkan strategi ini institusi
pendidikan dapat meningkatkan cakupan pasar, menurukan biaya saluran dan
lebih menyeragamkan penjualan.
b. Strategi Modifikasi Saluran Distribusi
Strategi modifikasi saluran distribusi (channel modification
strategy) adalah strategi mengubah susunan saluran distribusi yang ada
berdasarkan evaluasi dan peninjauan ulang.System distribusi memang perlu
secara terus-menerus ditinjau dan diatur kembali untuk menyesuaikan diri
dengan perkembangan keadaan di pasar.
c. Strategi Pengendalian Saluran Distribusi
Yang dimaksud dengan strategi pengendalian saluran distribusi
(channel control strategy) adalah menguasai semua anggota dalam saluran
distribusi agar dapat mengendalikan kegiatan mereka secara terpusat kearah
pencapaian tujuan bersama. Adapun tujuan dari strategi pengendalian saluran
distribusi adalah:
a. Untuk meningkatkan pengendalian
b. Memperbaiki ketidak efisienan
c. Mengetahui efektivitas biaya melalui kurva pengalaman
d. Mencapai skala ekonomis.
e. Strategi Manajemen Konflik Dalam Saluran Distribusi
Konsep system pada distribusi mensyaratkan adanya kerjasama antar
saluran meskipun demikian di dalam saluran selalu timbul struktur kekuatan
sehingga diantara anggota saluran sering terjadi gontok-gontokan .Konflik
tersebut dapat bersifat horizontal dan vertikal. Konflik juga dapat timbul antara
28
saluran yang satu dengan saluran yang lain (dalam kasus organisasi menggunakan
lebih dari satu saluran distribusi) yang menjual produk yang sama atau yang
membawa informasi yang sama ke pasar sasaran yang sama.
Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal
selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relation.
Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan disampaikan oleh penyampai
pesan kepada penenrima, pesan itu dapat berupa perasaan atau hasil pemikiran
sendiri, atau hanya penerusan dari perasaan atau hasil pemikiran ortang lain
dengan maksud untuk mengubah pengetahuan, ketrampilan dan atau sikap fihak
penerima pesan.
Konsep-konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan,
permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan
hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Kita dapat membedakan antara
kebutuhan, keinginan dan permintaan.Kebutuhan adalah suatu keadaan
dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak
yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih
mendalam. Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik
yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.
C. Tinjauan Tentang Pemasaran
Dalam menambah kuantitas mahasiswa sebuah perguruan tinggi sangat
diperlukan adanya proses pemasaran yang baik. Pemahaman menurut Kottler
(2002 : 9), didefinisikan sebagai berikut :
Suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan
pihak lain.
Dari definisi tersebut di atas, proses sosial menunjukkan peran
pemasaran dalam masyarakat untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan
keinginan konsumen akan suatu produk baik barang maupun jasa. Pada akhirnya
29
peran pemasaran berusaha untuk menawarkan produk dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Definisi lain tentang pemasaran adalah : Pemasaran adalah suatu proses
perencanaan dan implementasi dari konsep, price, promosi, dan distribusi (ide,
produk, maupun jasa) sehingga dapat diciptakan pertukaran untuk memuaskan
kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus” ( American Marketing
Assossiation / AMA dalam Fredy Rangkuti, 2002).
Hal tersebut serupa dengan definisi pemasaran menurut Swastha dan
Handoko (2000 : 4) yaitu : Suatu sistem keseluruhan dari kegiatan – kegiatan
usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Berdasarkan definisi tersebut, pemasaran mencakup usaha perusahaan
yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu
dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga
produk yang sesuai, menentukan cara – cara promosi dan penyaluran produk
tersebut.
Seperti yang ditulis Fredy Rangkuti (2002) adalah : Tujuan dari kegiatan
pemasaran adalah :
1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan
perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang
dihasilkan.
2. Perusahaan dapat menjelaskan secar detail semua kegiatan yang
berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai
kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk, promosi
produk, pengiklanan produk komunikasi kepada konsumen, sampai
pengiriman produk agar sampai ke tangan konsumen secara cepat “
Konsep pemasaran adalah sebuah filosofi bisnis yang menantang tiga
orientasi bisnis yaitu konsep produksi, konsep produk, dan konsep penjualan /
30
menjual.Pemikiran dasar dari konsep pemasaran terwujud pada pertengahan tahun
1950-an.
Berdasar Kotler (2002, 22) konsep pemasaran menegaskan bahwa :
Kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan
tersebut harus menajdi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam
menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada
pasar sasaran yang terpilih .
Konsep pemasaran Kotler tersebut menekankan pada nilai pelanggan
yang harus dikomunikasikan kepada pasar sasaran dengan lebih efektif
dibandingkan dengan pesaing – pesaing lainnya.
Konsep pemasaran Kottler tersebut memiliki maksud yang hampir sama
dalam Kotler dan Gary Armstrong (2001 : 23) yang mengatakan bahwa : untuk
mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan
pasar sasaran (target market) dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan
efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.
Konsep pemasaran memandang dari luar ke dalam.Konsep ini dimulai
dari pasar yang dikenal baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan,
mengkoordinasikan semua aktivitas pemasaran yang mempengaruhi pelanggan
dan membuat laba dengan menciptakan hubungan jangka panjang dengan
pelanggan berdasarkan nilai dan kepuasan pelanggan. Dengan konsep pemasaran,
organisasi membuat apa yang diinginkan pelanggan, dan karenanya memuaskan
pelanggan dan menghasilkan laba.
Menurut Sofyan Assauri (1998 : 76) Konsep pemasaran adalah suatu
falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada keputusan
dan keinginan konsumen dengan didukung untuk kegiatan – kegiatan pemasaran
terpadu yang daiarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunsi
keberhasilan organisasi dalam usahanya, mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Konsep pemasaran dibagi menjadi 4 unsur, yaitu :orientasi pada
31
konsumen, kegiatan pemasaran yang terpadu, keputusan kosumen / pelanggan,
tujuan perusahaan jangka panjang
Konsep pemasaran mengajarkan bahwa kegiatan pemasaran suatu
perusahaan harus dimulai dengan usaha mengenal dan memuaskan kebutuhan
konsumen.Konsep pemasaran berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang
berorientasi pada produk dan penjualan dimana konsep – konsep tersebut
berorientasi pada produk perusahaan dan meningkatkan kegiatan penjualan untuk
menaikkan volume penjualan yang menguntungkan.
Menurut konsep pemasaran, pengetahuan dan pemahaman terhadap
kebutuhan dan keinginan konsumen adalah dasar dalam membangun kepuasan
konsumen. Oleh karena itu, pemahaman akan perilaku konsumen sangat
diperlukan dalam pemasaran.
Menurut pengertian dari Philip Kottler dan GaryArmstrong (2001 :
195)Perilaku membeli konsumen (consumer buying behaviour) merujuk pada
perilaku membeli konsumen akhir – individu dan rumah tangga yang membeli
barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.
Dari pengertian tersebut perilaku membeli konsumen terfokus pada
konsumen akhir yang membeli produk barang maupun jasa untuk konsumsi
pribadi.Sedangkan menurut Michael R.Solomon dan Elnora W.Stuart (2003 : 161)
“Consumer behaviour is the process individuals or groups go through to select,
purchase, or use goods, ideas, or experiences to satisfy their needs dan desires.
Pengertian tersebut mengindikasikan agar pemasar mencoba untuk
mengenal bahwa pembuatan keputusan oleh konsumen merupakan sebuah proses
yang berkelanjutan.Selain pengertian tersebut, terdapat pula beberapa pengertian
mengenai perilaku konsumen, antara lain :
Menurut John C.Mowen dan Michael Minor (2002 : 6) Perilaku
konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses
pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa,
pengalaman, serta ide – ide.
32
Sedangkan berdasarkan David L. Louden dan Albert J. Della Bitta dalam
Husein Umar (2003 : 11)Perilaku konsumen dengan suatu proses pengambilan
keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi,
memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang – barang dan jasa.
Pengertian perilaku konsumen menurut Nessim Hanna dan Richard
Wazniak dalam Husein Umar (2003 : 11) Perilaku konsumen merupakan suatu
bagian dari aktivitas – aktivitas kehidupan manusia, termasuk segala sesuatu yang
teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat dipergunakan sehingga ia
akhirnya menjadi konsumen.
Dari tiga pengertian perilaku konsumen dalam Husein Umar dapat
dikemukakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan nyata
individu atau kumpulan individu yang dipengaruhi aspek eksternal dan internal
yang menyerahkan konsumen untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa
yang diinginkan.
Perilaku membeli sangat berbeda antara individu satu dengan lainnya
pada suatu produk.Perilaku pembelian berbeda untuk sebuah produk misalnya
pasta gigi, raket tenis, kamera mahal, mobil baru dan jenis produk lainnya.
Semakin kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin banyak pihak
yang terkait dan semakin banyak pihak yang terkait dan semakin banyak
pertimbangan.
Menurut Kottler dan Gary Armstrong (2001 : 219), terdapat tipe – tipe
perilaku membeli berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan
di antara berbagai merek terdapat empat perilaku membeli konsumen yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Perilaku Membeli yang Kompleks (Complex Buying Behaviour)
Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks ketika
benar – benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan –
pandangan yang berbeda antara merek yang satu dengan merek yang
lainnya.Konsumen mungkin terlibat ketika produknya mahal, beresiko, jarang
33
dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi diri.Biasanya, konsumen harus
banyak belajar mengenai kategori produk tersebut.
Pembeli ini akan melalui proses belajar mengenai kategori
produknya, sikap, kemudian membuat pilihan pembelian yang dipikirkan
masak- masak.
Dari pembahasan tersebut dapat dikemukakan bahwa perilaku
membeli yang kompleks merupakan perilaku membeli konsumen dalam
berbagai situasi bercirikan keterlibatan mendalam konsumen dalam membeli,
dan adanya perbedaan pandangan yang signifikan antar merek yang satu
dengan yang lain.
2. Perilaku Membeli yang Mengurangi Ketidakcocokan (Dissonance-
reducing buying behaviour)
Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika
konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang, dan beresiko,
tetapi hanya melihat sedikit perbedaan di antara merek – merek yang ada.
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidakcocokan
pasca pembelian (merasa tidak nyaman setelah membeli) ketika konsumen
menemukan kelemahan – kelemahan tertentu tentang merek yang dibeli atau
mendengar hal – hal bagus mengenai merek lain yang tidak dibeli.
Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan dapat dijelaskan
bahwa perilaku membeli konsumen dalam situasi bercirikan keterlibatan
konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek
– merek yang ada.
3. Perilaku Membeli karena Kebiasaan (Habitual Buying Behaviour)
Perilaku membeli karena kebiasaan terjadi dalam kondisi
keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar merek.
34
Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai suatu
merek, mengevaluasi sifat – sifat merek tersebut, dan mengambil keputusan
yang berarti merek apa yang akan dibeli.
Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek,
konsumen memilih merek tersebut karena dikenal. Konsumen tidak terlalu
terlibat dengan produk, mungkin konsumen tidak akan mengevaluasi pilihan
bahkan setelah membeli.
4. Perilaku Membeli yang Mencari Variasi
Pelanggan menjalankan perilaku membeli yang mencari variasi
dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun
perbedaan merek dianggap cukup berarti.Dalam kasus semacam ini,
konsumen seringkali berganti merek.
Konsumen menentukan berbagai pilihan pembelian. Diperlukan
penyelidikan keputusan pembelian konsumen secara rinci untuk menemukan apa
yang dibeli konsumen, dimana konsumen membeli, kapan membeli, dan mengapa
konsumen sampai membeli. Mengetahui dan memahami pembelian aktual
konsumen dapat dipelajari, tetapi menyelidiki sebab – sebab perilaku membeli
tidak mudah karena jawabannya seringkali tersimpan dalam – dalam di kepala
konsumen.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan
psikologis.Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2001 : 196)Faktor – faktor
budaya memberikan pengaruh paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen.
1. Faktor Budaya
a. Budaya (culture)
Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan
perilaku seseorang.Budaya merupakan susunan nilai – nilai dasar,
persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota suatu masyarakat
dari keluarga dan institusi penting lainnya.Menemukan produk baru yang
35
diinginkan konsumen dapat dilakukan dengan berusaha selalu mencoba
menemukan pergeseran budaya.
b. Sub kebudayaan
Sikap kebudayaan mengandung sub kebudayaan (subculture)
yang lebih kecil, atau kelompok orang – orang yang mempunyai sistem
nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang
sama. Subkebudayaan meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok, ras,
dan derah geografis. Banyak sub kebudayaan yang membentuk segmen
pasar penting, dan orang pemasaran seringkali merancang produk dan
program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
c. Kelas sosial (social culture)
Hampir setiap masyarakat memilki beberapa bentuk struktur
kelas sosial. Kelas – kelas sosial (social classes) adalah bagian – bagian
masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang anggota –
anggotanya mempunyai nilai – nilai, kepentingan, dan perilaku yang sama.
Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor saja, misalnya
pendapatan, tetapi ditentukan sebagai suatu kombinasi pekerjaan,
pendapatan, pendidikan, kesejahteraan, dan variabel lainnya.Dalam
beberapa sistem sosial, anggota – anggota dan kelas – kelas yang berbeda
menggunakan aturan – aturan tertentu dan tidak dapat mengubah posisi
sosial masyarakat. Orang – orang dalam kelas sosial cenderung
menunjukkan perilaku membeli yang serupa.
2. Faktor – faktor Sosial
a. Kelompok acuan
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok (group)
kecil.Kelompok secara langsung mempengaruhi dan dimilki seseorang
disebut kelompok keanggotaan (membership groups).Beberapa di
antaranya adalah kelompok primer yang memiliki interaksi reguler tetapi
informal – seperti keluarga, teman – teman, tetangga, dan rekan
36
sekerja.Beberapa di antaranya adalah kelompok sekunder, yang lebih
formal dan memiliki lebih sedikit interaksi reguler.Kelompok sekunder ini
mencakup organisasi – organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi
profesional, dan serikat buruh.
Kelompok acuan (reference group) berfungsi sebagai titik
banding / referensi langsung (tatap muka) atau tidak langsung yang
membentuk sikap maupun perilaku seseorang. Kelompok acuan
mengarahkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru,
mempengaruhi sikap dan konsep diri orang tersebut, dan memberikan
dorongan untuk menyesuaikan diri sehingga akan mempengaruhi pilihan
produk dan merek orang itu.
b. Keluarga
Anggota keluarga dapat sangat mempengaruhi perilaku
pembeli.Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat.
c. Peran dan status
Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat ditetapkan baik
lewat perannya maupun statusnya dalam organisasinya.Peran (role)
seseorang meliputi kegiatan – kegiatan yang diharapkan dilakukan
seseorang menurut orang – orang yang ada di sekitar individu tersebut.
Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan
yang diberikan oleh masyarakat.Seseorang seringkali memilih produk
yang menunjukkan status individu tersebut dalam masyarakat.
3. Faktor – faktor pribadi
a. Umur dan tahap siklus hidup
Seseorang mengubah barang dan jasa yang dibeli selama hidup
orang tersebut. Selera terhadap makanan, pakaian, meubel, dan rekreasi
seringkali berhubungan dengan usia. Pembelian juga dibentuk oleh tahap
37
siklus hidup keluarga – tahap – tahap yang mungkin dilalui keluarga
sesuai dengan kedewasaan anggotanya.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang
dibelinya.Orang pemasaran mencoba mengidentifikasi kelompok –
kelompok pekerja yang memiliki minat yang rata – rata lebih tinggi pada
barang dan jasa yang dihasilkan.Bahkan dapat berspesialisasi
menghasilkan prosuk – produkyang dibutuhkan satu kelompok pekerjaan
tertentu.
c. Situasi ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan
produknya. Pemasar mengamati tren pendapatan, tabungan pribadi, dan
tingkat bunga.Jika indikator – indikator ekonomi menunjukkan datangnya
resesi, orang pemasaran dapat mengambil langkah – langkah untuk
merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan kembali harga produk
dengan cepat.
d. Gaya hidup
Orang – orang yang berasal dari dari sub kebudayaan, kelas
sosial, dan pekerjaan dapat memiliki gaya hidup yang cukup berbeda.
Gaya hidup (lifestyle) adalah pola kehidupan seseorang.Pemahaman
kekuatan – kekuatan ini dengan mengukur dimensi – dimensi AIO utama
kosnumen – activities (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, kegiatan
sosial), interest (makanan, mode, keluarga, rekreasi), dan opinions
(mengenai diri suatu individu, masalah – masalah sosial, bisnis,
produk).Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas
sosial ataupun kepribadian seseorang.Gaya hidup menampilkan pola
perilaku seseorang dan interaksinya di dunia.
e. Kepribadian dan konsep diri
38
Kepribadian tiap orang yang bebeda mempengaruhi perilaku
membelinya. Kepribadian (personality) adalah karakteristik psikologis
yang unik, yang mengahsilkan tanggapan yang relatif konsisten dan
menetap (lasting) terhadap lingkungan seseorang.Kepribadian biasanya
diuraikan berdasarkan sifat – sifat seseorang seperti kepercayaan diri,
dominasi, kemampuan bersosialisasi, otonomi, mempertahankan diri,
kemampuan beradaptasi, dan agresivitas. Kepribadian dapat berguna
untuk menganalisis perilaku konsumen atas suatu produk maupun pilihan
merek.
Orang pemasaran menggunakan konsep yang berhubungan
dengan kepribadian – konsep diri seseorang. Dasar pemikiran konsep diri
adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi dan
mencerminkan identitas orang tersebut ; bahwa, “individu adalah apa
yang individu punya”. Jadi, untuk memahami perilaku konsumen, orang
pemasaran pertama kali harus memahami hubungan antara konsep diri
konsumen dengan apa yang dimilikinya.
4. Faktor – faktor psikologis
a. Motivasi
Seseorang mempunyai kebutuhan pada suatu saat.Ada kebutuhan
biologis, yang muncul dari keadaan yang memaksa seprti rasa lapar, haus,
atau merasa tidak nyaman.Kebutuhan lainnya bersifat psikologis, muncul
dari kebutuhan untuk diakui, dihargai, ataupun rasa memiliki. Kebanyakan
kebutuhan ini tidak akan cukup kuat untuk memotivasi orang tersebut
untuk bertindak pada suatu waktu tertentu. Suatu kebutuhan akan menjadi
motif apabila dirangsang sampai suatu tingkat intensitas yang mencukupi.
Sebuah motif atau dorongan adalah kebutuhan yang secara cukup
dirangsang untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan.
b. Persepsi
39
Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana
cara seseorang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi
tertentu. Dua orang dengan motivasi yang sama dan dalam situasi yang
sama mungkin mengambil tindakan yang jauh berbeda karena dua orang
tersebut memandang situasi secara berdeda. Adanya perbedaan pandangan
dari orang – orang untuk suatu situasi yang sama, dikarenakan semua
orang belajar melalui arus informasi yang melewati lima alat indera :
pelihat, pendengar, pencium, peraba, dan pengecap. Namun, masing –
masing individu menerima, mengatur, dan menginterpretasikan informasi
sensor syaraf ini dengan cara sendiri – sendiri.
Persepsi (perception) adalah proses di mana seseorang memilih,
mengatur, dan mengintepretasikan informasi untuk membentuk gambaran
yang berarti mengenai dunia.
c. Pembelajaran
Ketika seseorang melakukan tindakan, orang tersebut
belajar.Pembelajaran (learning) menggambaran perubahan perilaku
individu yang muncul karena pengalaman.Hampir semua perilaku manusia
berasal dari belajar. Proses belajar berlangsung melalui drive (dorongan),
stimuli (rangsangan), clues (petunjuk), responses (tanggapan), dan
reinforcement (penguatan), yang saling mempengaruhi.
d. Keyakinan dan sikap
Dengan melakukan dan lewat pembelajaran, orang – orang
mendapatkan keyakinan dan sikap.Pada gilirannya, kedua hal ini
mempengaruhi perilaku membeli orang - orang.Suatu keyakinan (belief)
adalah pemikiran deskriptif seseorang mengenai sesuatu.Orang pemasaran
tertarik pada keyakinan yang dirumuskan seseorang mengenai barang dan
jasa tertentu, karena keyakinan ini menyusun citra produk yang
mempengaruhi perilaku membeli.
40
Orang – orang memiliki sikap terhadap agama, politik, pakaian,
musik, makanan, dan hampir setiap hal lainnya. Sikap (attitude)
menggambarkan penilaian, perasaan, dan kecenderungan yang relatif
konsisten dari seseorang atas sebuah obyek atau gagasan. Sikap
menempatkan seseorang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai suka
atau tidak sukanya akan sesuatu, mendekati atau menjauhi sesuatu.
Sikap sulit diubah. Sikap seseorang mengikuti suatu pola, dan
untuk mengubah satu sikap saja mungkin memerlukan penyesuaian yang
akan menyulitkan dengan sikap lainnya.
Disamping beberapa masalah diatas, yang sangat penting diperhatikan
adalah segmentasi paasar.Segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk
meningkatkan ketepatan pemasaran. Menurut Fandy Tjiptono (2001), segmentasi
adalahProses membagi pasar keseluruhan suatu produk atau jasa yang bersifat
heterogen ke dalam beberapa segmen, dimana masing – masing segmennya
cenderung bersifat homogen dalam segala aspek.
Segmentasi memegang peranan yang krusial bagi suatu organisasi. Seperti
yang diungkapkan Hermawan Kartajaya (2002 : 375) Segmentasi berperan krusial
, karena beberapa alasan berikut :
Pertama, secara umum, segmentasi memungkinkan kita lebih fokus dalam
mengalokasi sumber daya.Dengan mengkonsentrasikan diri ke segmen – segemen
yang kita bidik tersebut, keseluruhan alokasi sumber daya akan lebih fokus dan
terarah. Kita juga memiliki kemampuan lebih baik dalam melayani dan
memuskan pelanggan, dan pada gilirannya, kita akan mampu mendominasi
segemn tersebut. Disamping itu, segmentasi juga memungkinkan kita lebih jelas
dalam melihat kompetisi dan menetapkan posisi pasar.
Kedua, Segmentasi merupakan simpul dari penentuan keseluruhan
startegi, taktik, dan value organisasi. Segmentasi yang diikuti oleh pemilihan
segmen – segmen yang akan dijadikan target pasar organisasi, menjadi acuan dan
landasan bagi penetapan positioning.
41
Ketiga, Segmentasi dapat menjadi faktor kunci untuk memenangkan
persaingan dengan melihat pasar dari sudut yang unik dan dengan cara yang
berbeda dari para pesaing.
Dari pernyataan Hermawan Kartajaya tersebut dapat dikemukakan bahwa
segala aktivitas bisnis maupun non bisnis, diperlukan adanya segmentasi pasar
sasaran.Hal tersebut diperlukan untuk lebih memfokuskan dalam setiap aktivitas
pemasaran yang dilakukan oleh suatu organisasi, agar berjalan efektif dan efisien.
Segmentasi pasar memiliki variabel segmentasi utama, seperti yang
diungkapkan Kottler (2002 : 300) bahwa : Variabel segmentasi utama adalah :
a. Segmentasi Geografis
Segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi unit –
unit geografis yang berbeda seperti negara bagian, wilayah, propinsi, kota,
atau lingkungan rumah tangga. Perusahaan dapat memtuskan untuk beroperasi
dalam satu atau sedikit wilayah geografis dalam seluruh wilayah tetapi
memberikan perhatian pada variasi lokal.
b. Segmentasi Demografis
Dalam segmentasi demografis, pasar dibagi menjadi kelompok –
kelompok berdasarkan variabel – variabel demografis seperti usia, ukuran
keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan,
pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial.
c. Segmentasi Psikografis
Pembeli dibagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan gaya
hidup atau kepribadian akan nilai. Orang – orang dalam kelompok demografis
yang sama dapat menunjukkan gambaran psikogrfis yang sangat berbeda.
d. Segmentasi Perilaku
Dalam segmentasi perilaku, pembeli dibagi menjadi kelompok –
kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian, atau tanggapan mereka
terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin bahwa variabel perilaku –
42
kejadian, manfaat, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan, tahap
kesiapan pembeli, dan sikap – merupakan titik awal terbaik dalam
menentukan segmen pasar.
D. Teori Motivasi
Motivasi mulai timbul sebagai akibat interaksi dari invidu dan
situasi.Motivasi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seorang
konsumen.Faktor – faktor yang membentuk motivasi ada yang berasal dari
internal dan eksternal individu. Seperti yang dikemukakan Stephen P.Robbins
(1996 : 201) dalam teori motivasi-higiene, yaitu : teori motivasi 2 faktor yang
menyatakan bahwa faktor – faktor intrinsik dihubungkan dengan kepuasan kerja
sementara faktor – faktor ekstrinsik dikaitkan dengan ketidakpuasan. Faktor
intrinsik seperti prestasi, pengakuan, kerja itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan
dan pertumbuhan dikaitkan dengan kepuasan kerja. Di pihak lain faktor – faktor
ekstrinsik seperti timbulnya kebijakan dari pimpinan perusahaan, penyeliaan,
hubungan antar pribadi, dan kondisi kerja dikaitkan dengan ketidakpuasan.
Secara historis teoritisi motivasi umumnya telah mengandaikan bahwa
motivasi intrinsik seperti misalnya prestasi, tanggung jawab, dan kompetensi
tergantung pada motivator ekstrinsik seperti upah, promosi, hubungan penyelia
yang baik dan kondisi kerja yang menyenangkan, artinya rangsangan dari satu
tidak akan mempengaruhi yang lain. Sehingga berdasarkan teori yang telah
dikemukakan tersebut, dapat diketahui bahwa motivasi sebenarnya ada yang
berasal dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik).
43
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitain ni dilaksanakan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Samarinda yang beralamat di Jl. K.H. Abul Hasan no. 03 Samarinda.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN) Samarinda memiliki
perjalanan sejarah yang cukup panjang hingga sampai seperti sekarang ini. Rangkaian
sejarah berdirinya STAIN Samarinda dimulai pada tanggal 18 Agustus 1963, dimana
Gubemur KDH. TK. I Kalimantan Timur, meresmikan berdirinya Sekolah Persiapan
Institut Agama Islam Kalimantan Timur, yang pengelolaannya dipercayakan kepada
tim (Presidium) yang terdiri dari 5 orang dan diketuai oleh Syahidin, BA.
Perkembangan selanjutnya adalah dengan berbekal beberapa surat dukungan
dari Sekolah Normal Islam, PGAN 6 tahun, dan Sekolah Muslimat Samarinda, tim
melaporkan pendirian SPIAIN kepada Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen
Agama Republik Indonesia melalui surat No. 17/Lap/1963 tertanggal 19 Agustus 1963
dan mendapat sambutan positif dari pihak Departemen Agama Republik Indonesia.
Pada tanggal 19 Oktober 1963 diadakan rapat yang dipimpin oleh H. Ahmad
Yusuf, dengan kesimpulan antara lain menyangkut pembentukan panitia penegerian
SPIAI Kalimantan Timur dan persiapan pendirian Fakultas Tarbiyah IAI Kalimantan
Timur. Akhirnya pada tanggal 17 September 1964 diresmikan penegerian SPIAIN
Kalimantan Timur oleh Dr. H.A. Mukti Ali, MA atas nama Menteri Agama Republik
Indonesia, yang pengelolaannya dipercayakan kepada IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Untuk selanjutnya induk pengelolaan SPIAIN dipindahkan ke IAIN
Antasari dan terakhir ke IAIN Sunan Ampel. (sekitar bulan Juli 1967). Pada tahun
1976 secara resmi SPIAIN Sunan Ampel Samarinda dilebur menjadi Madrasah Aliyah
Negeri (MAN I sekarang).
Bersamaan dengan usaha penegerian SPIAI, timbul gagasan untuk
mendirikan Fakultas Islam swasta yang secara resmi dibuka sesuai Surat Keputusan
44
Panitia Pembukaan Fakultas Tarbiyah IAI Kaltim, Nomor: 25/PN/1964 tanggal 17
September 1964. Pimpinan Fakultas waktu itu dipercayakan kepada Letkol Ngadio.
Kuliah perdana dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 1964. Setelah berjalan
selama 1 tahun, panitia menyampaikan laporan tentang perkembangan dan persiapan
penegerian Fakultas Tarbiyah IAI Kalimantan Timur kepada Biro Perguruan Tinggi
Agama Departemen Agama Republik Indonesia. Setelah melalui perjuangan akhirnya
terbit Nota Persetujuan dari pihak Biro Perguruan Tinggi Agama Departemen Agama
Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa pada prinsipnya Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Departemen Agama Republik Indonesia menyetujui penegerian
Fakultas Tarbiyah IAI.
Di samping mendapat persetujuan dari pihak Direktorat, panitia juga
memperoleh persetujuan dari Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang
dituangkan dalam surat Nomor: 435/BR/A/65 tertanggal 27 Oktober 1965 dengan saran
antara lain agar panitia membina kerja sama dengan Pemerintah Daerah Tk. I dan
segera membentuk Yayasan Badan Wakaf untuk menanggulangi keperluan finansial
selanjutnya.
Memperhatikan surat Rektor IAIN Sunan Kalijaga tersebut di atas, maka
dibentuklah Yayasan Badan Wakaf Fakultas Tarbiyah pada bulan Nopember 1965
dengan menempatkan A. Muis Hasan (Gubernur Kalimantan Timur) sebagai Ketua
Umum. Selanjutnya pada tanggal 1 April 1966 Yayasan Badan Wakaf mengadakan
penyempurnaan kepengurusan, meskipun tetap mempertahankan A. Muis Hasan
sebagai Ketua Umum. Setelah berjalan beberapa bulan ternyata Hamri Has, BA
mendapat panggilan tugas belajar ke IAIN Sunan Ampel di Malang. Oleh panitia
penegerian diangkatlah H.A. Sani Karim sebagai Pimpinan Fakultas yang baru sesuai
dengan SK No. 024/PP/Kab.a/68 tertanggal 1 Januari 1968.
Sementara itu di dalam tubuh yayasan pun terjadi perubahan yang merupakan
hasil keputusan rapat pengurus pada tanggal 16 Juni 1968. Untuk periode ini Ketua
Umum Yayasan dipercayakan kepada H.A.P. Aflous dan Syahidin, BA sebagai
Sekretaris Umum. Keinginan untuk menegerikan Fakultas Tarbiyah IAI Kaltim terus
memotivasi panitia untuk melakukan berbagai pendekatan, dan akhirnya melalui SK.
Rektor IAIN Sunan Ampel tanggal 8 Juli 1968 dengan Nomor: 1301/k/24
45
B/D/RcISA/1968 diperoleh informasi bahwa Menteri Agama telah merestui keinginan
panitia.
Akhirnya pada bulan Nopember 1968 secara resmi Fakultas Tarbiyah IAl
Kalimantan Timur dijadikan Fakultas Tarbiyah IAIN di bawah asuhan IAIN Sunan
Ampel Surabaya, dengan SK Menteri Agama RI No. 167/1968. Pimpinan Fakultas
waktu itu dipercayakan pada Drs. Tengku Rasyid Hamzah sebagai Pj. Dekan.
Periode kepemimpinan sejak 1968 1999 terjadi beberapa kali perubahan dan
pergantian kepengurusan Yayasan Badan Wakaf maupun pimpinan Fakultas. Yayasan
Badan Wakaf dibawah pimpinan H.A. P. Afloes dapat bekerja hingga tahun 1975,
demikian juga dengan kepemimpinan Fakultas di bawah pimpinan Drs. Tengku Rasyid
Hamzah.
Kemudian kepengurusan Yayasan Badan Wakaf untuk periode 1976 1982
dipercayakan kepada H.M. Kadri Oening sebagai Ketua Umum dibantu beberapa
Ketua, Sekretaris dan jajaran pengurus lainnya. Dan pada periode berikutnya (1983
sekarang) kepengurusan Yayasan dipercayakan kepada H. Saleh Nafsi, SH untuk
memimpinnya.
Didalam tubuh fakultas terdapat perubahan struktur kepemimpinan yang
mendasar. Selama tiga periode berturut-turut sejak 1975 – 1983 jabatan Dekan
dipercayakan pada Drs. H.M. Yusuf Rasyid, kemudian periode 1983-1988 dijabat oleh
Drs. H. Sabran Djailani. Sedangkan selama dua periode berikutnya (1988-1997)
jabatan Dekan dipegang oleh Drs. H. Nukthah Arfawie Kurde. Selanjutnya, Drs. H.M.
Yusuf Rasyid menjabat lagi sebagai Dekan, walaupun hanya beberapa bulan lamanya.
Pada periode ini terjadi alih status dari Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Samarinda
menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda, tepatnya tanggal
16 Juni 1997 sebagaimana tercantum dalam Keputusan Presiden RI. Nomor 11 Tahun
1997 dan Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 312 Tahun 1997.
Pada periode alih status ini pimpinan STAIN dipercayakan kepada Drs. H.
Nukthah Arfawie Kurde, SH. M.Hum yang sempat menjabat selama dua tahun,
kemudian jabatan Ketua dipercayakan kepada Prof. Dr. Hj. Siti Muri’ah (1999-2004),
Prof. Dr. Fahmi Arif (2004-2006), Prof. Dr. Abdul Hadi, MA (2006-2009), Dr. H. Hadi
Mutamam, M. Ag (2009-2012) dan saat ini STAIN Samarinda dipimpin oleh Dr. H.M.
Ilyasin, M. Pd.
46
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi Perguruan Tinggi Islam unggulan dan terdepan dalam pengkajian
dan pengembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya keislaman.
2. Misi
a. Mengembangkan ilmu pengetahuan, seni dan budaya keislaman yang relevan
dengan perkembangan dan kebutuhan masyarkat
b. Membangun tradisi akademik yang kuat dan mengakar
c. Mencetak lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan, skill dan sikap
bermasyarakat yang professional
d. Mendidik mahasiswa berfikir, bersikap kritis dan kreatif
e. Mendidik mahasiswa memiliki kemantapan aqidah dan keangunan moral
f. Mendidik mahasiswa untuk mampu mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman
dalam kehidupan praktis bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Dari visi dan misi tersebut, STAIN Samarinda mengharapkan memiliki
mahasiswa yang berkualitas dan memiliki hal-hal sebagai berikut :
1. Memiliki performance sebagai calon pemimpin umat yang ditandai dengan :
kesederhanaan, kerapian dan penuh percaya diri
2. Disiplin dan memiliki dedikasi tinggi
3. Haus dan cinta ilmu pengetahuan
4. Memiliki keberanian
5. Kreatif, inivatif dan berpandangan jauh ke depan
6. Peka terhadap permasalahan di lingkungannya
7. Mandiri dan dewasa dalam menyelesaikan segala permasalahan
8. Mampu berkomunikasi dengan dunia luar, nasional maupun internasional
9. Mencerminkan pribadi seorang yang memiliki kemantapan aqidah dan kedalaman
spiritual, keanggunan moral dan kedalaman ilmu
10. Mau belajar dan menekuni profesi yang bermanfaat dalam kehidupan
47
Dengan ketersediaan mahasiswa seperti di atas, maka diharapkan lulusan atau
alumni dariSekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki kemantapan aqidah
2. Berakhlaq mulia
3. Intelektual dan professional
4. Mandiri
5. Siap berkompetisi dengan lulusan perguruan tinggi lain
6. Mampu memimpin dan menggerakkan umat
7. Bertanggung jawab dalam mengembangkan syari’at Islam
8. Berjiwa besar, peduli dan gemar berkoran untuk kemajuan bangsa, negara dan
agama
9. Mampu menjadi teladan bagi masyarakat di lingkungannya.
C. Jurusan Dakwah dan Komunikasi
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda memiliki 3 (tiga)
Jurusan dan 12 Program Studi serta 1 Program Pascasarjana, yaitu jurusan Tarbiyah,
Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, Jurusan Dakwah dan Komunikasi.Jurusan
Tarbiyah memiliki 7 Program Studi dan 1 Program Pascasarjana yaitu Program Studi
Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI),
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Program Studi Pendidikan Bahasa
Arab (PBA), Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Program
Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
mempunyai 4 Program Studi, yaitu Program Studi Muamalah (MUA), Program Studi
Akhwal al Syakhsiyyah (AHS), Program Studi Ekonomi Syariah (ES). Jurusan
Dakwah mempunyia 2 Program Studi, yaitu Program Studi Manajemen Dakwah (MD)
dan Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).
Jurusan Dakwah merupakan adalah bagian dari pilar Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Samarinda Kalimantan Timur.Jurusan ini didirikan untuk
menjawab tantangan pembangunan secara keseluruhan dimana Kalimantan Timur pada
48
khususnya sedang berbenah diri dalam menata kehidupan masyarakatnya, melalui
pelaksanakan pembangunan yang bersifat menyeluruh, baik yang bersifat material
maupun immaterial, jasmani maupun rohani dalam seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Salah satu bidang yang penting dalam pelaksanaan pembangunan adalah
pembangunan bidang spiritual (keagamaan), yang berkaitan dengan pembangunan
mentalitas, moralitas dan spiritual masyarakat.
Salah satu upaya dalam membangun mentalitas dan spiritual masyarakat
melalui kegiatan-kegitan keagamaan (Dakwah). Dakwah sebagai sebuah misi
perjuangan dan pergerakan umat Islam, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
ajaran Islam dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pengembangan umat.
Pembinaan berarti suatu kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan hal-hal yang
telah ada sebelumnya, sedangkan pengembangan berarti suatu kegiatan yang mengarah
pada pembaharuan dan pengadaan sesuatu yang belum ada.
Berdasarkan hakekat dakwah Islamiyah tersebut, maka keberadaan agama
sangat diperlukan sekali dalam mengadakan perubahan atau transformasi sosial.
Agama melalui kegiatan dakwah memberikan peran yang sangat penting terhadap
pelaksanaan pembangunan masyarakat. Melalui dakwah, peran dan fungsi agama
dalam masyarakat menjadi lebih optimal, terutama dalam mendorong terjadinya
perubahan sosial. Oleh karena itu kegiatan dakwah harus senantisa di kelola dengan
baik, sehingga dakwah dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perlu adanya sebuah lembaga yang yang
diharapkan mampu menjadi wadah dan pusat kajian keilmuan dalam mengorganisir
kegiatan-kegiatan dakwah, memanaj kegiatan dakwah, baik yang dilakukan secara
individual maupun yang dilakukan oleh organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga
keagamaan yang bergerak dalam bidang dakwah.
Secara terperinci, alasan didirikannya Jurusan Dakwah yang memiliki Program
Studi Manajemen Dakwah (MD) dan Program StudiKomunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI) adalah: (1) ikut berperan dalam mencerdaskan bangsa; (2) sebagai bentuk
tanggung jawab akademik sebagai lembaga pendidikan tinggi agama Islam untuk
mengembangkan kajian dan menyelenggarakan pendidikan dalam bidang Ilmu
Kedakwahan, karena dakwah merupakah bagian penting dalam syiar Islam dan dakwah
merupakan sarana penyampaian risalah Islamiyyah kepada umat manusia; (3)
49
Manajemen Dakwah Komunikasi dan Penyiaran Islam termasuk bidang keilmuan yang
sangat penting karena terkait dengan cara (metode) penyampaian risalah agama Islam,
sementara dalam kenyataannya umat manusia, termasuk umat Islam masih
membutuhkan tabligh ajaran agama Islam; (4) Keahlian (kompetensi) dalam wilayah
Ilmu Kedakwahan, khususnya dibidang Manajemen Dakwh dan Komunikasi dan
Penyiaran Islam masih banyak dibutuhkan di masyarakat; (5) lapangan pekerjaan bagi
keahlian Manajemen Dakwah dan Komunikasi dan Penyiaran Islam masih banyak,
seperti menjadi menjadi manajer (pimpinan) lembaga-lembaga dakwah Islam, da’i,
penyuluh, konsultan, pekerja sosialjurnalis, Islamic public relation, penyuluh,
konsultan, pekerja sosial dll.; (6) di Wilayah Kaltim belum ada perguruan tinggi yang
membuka Prodi KPI ini.
Jumlah mahasiswa Jurusan Dakwah dari tahun ke tahun juga mengalami pasang
surut. Sampai saat ini jumlah mahasiswa yang ada di Jurusan Dakwah menduduki
peringkat ketiga atau yang paling sedikit dibandingkan jurusan-jurusan lain di STAIN
Samarinda.
1. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
a. Visi
Menjadi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam yang unggul dan
terdepan dalam membentuk jurnalis dan konsultan agama yang kompeten di
Kalimantan tahun 2021.
Adapun penjelasan istilah-istilah kuncinya adalah:
1) Ungguladalah memiliki beberapa unsur kelebihan dalam prosesnya yang
meliputi penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat. Unggul juga terkait dengan hasil yang ingin
dicapai dari proses tersebut, yaitu mutu lulusan, dan kebermakanaan
lulusan dalam masyarakat.
2) Terdepan, artinya yang terkemuka dan diperhitungkan. Istilah ini
mengandung pengertian perbandingan dengan yang lainnya. Terdepan ini
menjadi inovator, creator dan inspirasi dalam proses dan hasil yang
diinginkan.
50
3) Pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam,
maksudnya semua aktiftas ilmiah yang bertujuan untuk mempelajari,
mendalami, mengkritisi, dan mengembangkan di sekitar ilmu penyiaran,
kemunikasi, yang banyak diperlukan dalam kehidupan umat.
4) Di Kalimantan, maksudnya diantara PTAI-PTAI yang ada di lima propinsi,
yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan. Untuk visi ini sengaja
dikembangkan skala wilayahnya dari yang hanya lingkup Kaltim menjadi
Kalimantan. Alasannya adalah karena di Kaltim STAIN Samarainda
adalah satu-satunya PTAIN.
b. Misi
1) Mengembangkan keilmuan komunikasi dan penyiaran Islam dalam
mencetak intelektual muslim yang tanggap terhadap perkembangan
zaman.
2) Menyelengarakan program pendidikan setingkat strata 1 (S1) berbasis
keimanan, ketaqwaan, dan akhlakul karimah dengan dukungan teknologi
informasi, jaringan kerja sama, dan keterampilan berkomunikasi.
3) Mengusahakan dan menyediakan sarana dan lingkungan pendidikan yang
kondusif bagi kegiatan perkuliahan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
4) Mencetak calon da'i dan jurnalis yang mampu menyiarkan Islam dalam
berbagai media.
c. Tujuan
Adapun tujuan Prodi KPI adalah:
1) Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berlandaskan iman, ilmu,
dan amal dalam melaksanakan tugas-tugas penelitian, aplikasi, dan
pengembangan ilmu-ilmu keislaman.
2) Menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam bidang penyiaran
Islam sebagai upaya meningkatkan kualitas umat Islam dan menunjang
pembangunan di bidang penyiaran.
3) Selalu mempunyai motivasi tinggi untuk meningkatkan kompetensi dalam
penyiaran Islam.
51
4) Mampu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang penyiaran Islam.
5) Menghasilkan tenaga da'i, jurnalis, dan public releations yang dapat
mengelola dan memberikan layanan kepada masyarakat tentang Agama
Islam.
2. Visi, Misi, dan Tujuan Prodi Manajemen Dakwh (MD)
a. Visi
Menjadi Program Studi yang unggul dan terdepan dalam
pengembangan manajemen dakwah melalui kegiatan pendidikan dan
pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat di Kalimantan tahun
2021.
Adapun penjelasan istilah-istilah kuncinya adalah:
1) Ungguladalah memiliki beberapa unsur kelebihan dalam prosesnya yang
meliputi penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat. Unggul juga terkait dengan hasil yang
ingin dicapai dari proses tersebut, yaitu mutu lulusan, dan
kebermakanaan lulusan dalam masyarakat.
2) Terdepan, artinya yang terkemuka dan diperhitungkan. Istilah ini
mengandung pengertian perbandingan dengan yang lainnya. Terdepan ini
menjadi inovator, creator dan inspirasi dalam proses dan hasil yang
diinginkan.
3) Pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu Manajemen Dakwah,
maksudnya semua aktiftas ilmiah yang bertujuan untuk mempelajari,
mendalami, mengkritisi, dan mengembangkan di sekitar ilmu dakwah
yang banyak diperlukan dalam kehidupan umat.
4) Di Kalimantan, maksudnya diantara PTAI-PTAI yang ada di lima
propinsi, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan. Untuk visi ini
sengaja dikembangkan skala wilayahnya dari yang hanya lingkup Kaltim
menjadi Kalimantan. Alasannya adalah karena di Kaltim STAIN
Samarainda adalah satu-satunya PTAIN.
b. Misi Prodi Prodi
52
1) Mengembangkan ilmu dakwah khususnya dalam bidang manajemen
dakwah melalui kegiatan penelitian , pengkajian dan pelatihan bagi
mahasiswa.
2) Mengembangkan keilmuan dan penelitian dalam bidang manajemen
dakwah khususnya dalam pemetaan dan penataan dakwah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3) Menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam
memanaj kegiatan dakwah, sehingga dakwah dapat berjalan efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan dan kebutuhan masyarakat.
4) Menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan dalam memanaj
oraganisasi-organisasi sosial keagamaan/ lembaga-lembaga keagamaan
sebagai wadah dalam pengembangan dakwah dan masyarakat.
c. Tujuan
1) Tujuan Khusus:
(1) Meningkatkan pemahaman bagi para mahasiswa mengenai teori-teori
yang berkaitan dengan ilmu dakwah, manajemen dakwah,
manajemen lembaga sosial, problem-problem sosial dan
pengembangan model dakwah bagi masyarakat
(2) Melaksanakan penelitian dan pengkajian masalah-masalah sosial dan
oraganisasi-organisasi sosial keagamaan sebagai obyek kajian dalam
pengembangan dakwah
(3) Mendidik dan melatih mahasiswa agar memiliki kemampuan teoritis
dan praktis dalam penelitian yang berorientasi pada pengembangan
dakwah.
(4) Mengembangkan model-model dakwah melalui kajian-kajian teoritis
dan penelitian lapangan untuk pengembangan dakwah.
2) Tujuan Umum:
53
Melahirkan sarjana muslim yang memiliki kemampuan akademis
yang berakahlak mulia, berwawasan kebangsaan, dan memiliki integritas
tanggung jawab dalam mengembangkan dakwah khususnya dalam
bidang manajemen dakwah, sehingga dakwah dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan kebutuhan masyarakat.
D. Analisis Minat Mahasiswa Memilih Jurusan Dakwah
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda merupakan jurusan yang
paling sedikit jumlah mahasiswanya dibandingkan dengan jurusan Tarbiyah dan
Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam.Sampai saat ini, jumlah mahasiswa Jurusan
Dakwah dan Komunikasi adalah sebanyak 173 mahasiswa .berikut data jumlah
mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi dari angkatan 2008/2009 sampai dengan
angkatan 2013/2014.
Tabel 1. Data Mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi
No Angkatan
Program Studi
Jumlah
Manajemen Dakwah Komunikasi Penyiaran
Islam
1 2008/2009 9 7 16
2 2009/2010 16 4 20
3 2010/2011 25 6 31
4 2011/2012 42 9 51
5 2012/2013 26 4 30
6 2013/2014 17 8 25
Total 173
Dibandingkan dengan jumlah mahasiswa jurusan Tarbiyah, maka jumlah
mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi sangat jauh tertinggal.Jika dibandingkan
dengan jumlah mahasiswa jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, mahasiswa Jurusan
54
Dakwah dan Komunikasi juga masih tertinggal.Keterbatasan jumlah mahasiswa
Dakwah dan Komunikasi ini diantaranya disebabkan oleh kurangnya minat calon
mahasiswa memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi pada saat penerimaan atau
seleksi calon mahasiswa baru.
Sebelum membahas latar belakang atau alasan yang mempengaruhi mahasiswa
memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda, maka penulis akan
melakukan analisis SWOT terhadap keberadaan Jurusan Dakwah dan Komunikasi
STAIN Samarinda. Minat mahasiswa memilih jurusan Dakwah dan Komunikasi akan dianalisis
berdasarkan analisis SWOT, dengan melihat kepada kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity) dan tantangan/ancaman (threat) ke depan.
1. Kekuatan
Kekuatan yang dimiliki oleh jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda terletak pada beberapa aspek:
Pertama, dari segi kelembagaan, Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda merupakan perguruan tinggi agama Islam negeri satu-satunya
di Kalimantan Timur. Karena menjadi perguruan tinggi agama Islam
negeri satu-satunya di Kalimantan Timur, seharusnya Jurusan Dakwah
dan Komunikasi khusunya dan STAIN Samarinda pada umumnya tidak
terlalu susah untuk menjaring mahasiswa.
Kedua,Mayoritas penduduk Kalimantan Timur adalah beragama Islam. Oleh sebab
itu, keberadaan jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda tentu
akan lebih strategis dalam berbagai pertimbangan.
Ketiga,keadaan penduduk Kalimantan Timur yang masih relatif lemah atau kurang
dalam hal pengetahuan agama. Hal ini seharusnya menjadi lahan yang
strategis bagi calon-calon da’i dan aktifis dakwah lainnya, karena
mayoritas masyarakat Kalimantan Timur masih sangat membutuhkan
aktifis-aktifis dakwah atau da’i.Ini juga dapat bermakna bahwa lapangan
pekerjaan atau profesi sarjana-sarjana dakwah dan komunikasi masih
terbuka luas.
55
Keempat, dari segi harapan masyarakat Kalimantan Timuryang masih
memerlukan figur-figur da’i atau aktifis dakwah yang handal dalam
menyikapi permasalahan sosial keagamaan. Artinya, di tengah seringnya
muncul permasalahan sosial keagamaan di tengah masyarakat sarjana
Dakwah dan Komunikasi sering dijadikan tempat untuk mengadu,
meminta pendapat dan lain-lain. Hal ini mengisyaratkan bahwa
keberadaan STAIN Samarinda pada umumnya dan Jurusan Dakwah dan
Komunikasi pada khususnya sebagai kelembagaan masih diperhatikan,
masih diharapkan perannya untuk merespon dan mengatasi suatu masalah
keagamaan. Kenyataan demikian dapat dijadikan sebagai kekuatan oleh
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda bahwa kehadirannya
masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Jurusan Dakwah dan
Komunikasi STAIN Samarinda juga dapat menjadikan semua ini sebagai
posisi tawar kepada masyarakat dan pihak terkait, bahwa apa yang
dilakukan oleh Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindauntuk
menyikapi keadaan social keagamaan dan keinginan masyarakat, dan
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindadapat diartikan
sebagai perwujudan dari masyarakat (umat) berkewajiban untuk
memenuhi kehendak masyarakat tersebut. Kehendak masyarakat
dimaksud, tentu dalam konteks dakwah, amar ma’ruf dan nahi munkar.
Kekuatan-kekuatan yang dimiliki Jurusan Dakwah dan Komunikasi
STAIN Samarinda di atas dapat dijadikan modal potensial untuk memajukan dan
mempertajam kiprah Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda
sehingga Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda menjadi lembaga
yang disegani dan terasa manfaatnya di tengah msyarakat. Jurusan Dakwah dan
Komunikasi STAIN Samarinda tidak boleh ragu, karena ternyata dukungan para
pihak, termasuk masyarakat sesungguhnya besar.
2. Kelemahan
Kelemahan Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda
selama ini terletak pada:
Pertama, Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindamerupakan
perguruan tinggi agama Islam negeri yang oleh sebagian masyarakat
56
masih dipandang sebelah mata dan dianggap kurang dapat bersaing
dengan perguruan-perguruan tinggi umum. Jurusan Dakwah dan
Komunikasi STAIN Samarinda masih dianggap sebagai perguruan tinggi
biasa dan tidak mempunyai prosfek yang cerah kedepannya.
Kedua, Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarindamasih berstatus
Sekolah Tinggi, sehingga sebagian masyarakat menganggap bahwa
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda merupakan
lembaga pendidikan yang kurang bonafit, berbeda halnya manakala
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda sudah beralih status
menjadi IAIN ataupun UIN.
Ketiga, sepak terjang atau gaung dari Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda selama ini masih belum banyak mewarnai masyarakat
Kalimantan Timur.Keberadaan Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda seakan-akan tenggelam oleh perguruan-perguruan tinggi
lainnya yang ada di Kalimantan Timur, bahkan oleh beberapa perguruan
tinggi swasta.
Keempat, masih banyak masyarakat yang mengangggap bahwa sarjana-sarjana
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda tidak mempunyai
peluang yang menjanjikan dalam hal lapangan pekerjaan.
3. Peluang
Peluang Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda untuk
berkembang cukup terbuka lebar. Hal ini karena:
Pertama,rata-rata kebijakan kepala daerah di Kalimantan adalah ingin
mewujudkan kehdupan masyarakat yang sejahtera, maju dan religius.
Seperti halnya visi dan misi Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk
Ishak, ingin menjadikan masyarakat Kaltimantan Timur maju dan
sejahtera, beriman dan bertaqwa tanpa kehilangan budayanya. Demikian
juga dengan Walikota Syahari Jaang, ingin mewujudkan masyarakat
Kota Samarinda yang relatif sama dengan visi dan misi gubernur.
Masyarakat religius yang ingin diwujudkan oleh para kepala daerah,
mengisyaratkan bahwa peran agama semakin diperkuat. Itu artinya peran
57
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda, tokoh-tokoh
agama, ulama dan organisasi keislaman juga semakin penting dan
dibutuhkan. Dalam kondisi demikian maka Jurusan Dakwah dan
Komunikasi STAIN Samarinda semakin diakui dan dirasakan urgensi
keberadaannya. Lebih-lebih karena pemerintah daerah, melihat, lembaga
pendidikan Islam, para ulama sebagai pemimpin nonformal di tengah
masyarakat masih ditaati oleh sebagian besar masyarakat.
Tidak hanya sekadar menjadikan Jurusan Dakwah dan Komunikasi
STAIN Samarinda sebagai penopang dan justifikasi kekuasaan, tetapi
pemerintah daerah juga memberi peluang bagi Jurusan Dakwah dan
Komunikasi STAIN Samarinda untuk memperkuat kelembagaan dan
kehidupan beragama masyarakat lebih tajam lagi. Hal ini tampak dari
Pemerintah daerah yang memberikan dukungan dana bagi STAIN
Samarinda untuk pengembangan tersebut melalui APBD dan bantuan-
bantuan lainnya.
Kedua,Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda terbuka untuk
berkembang sampai ke desa-desa karena hampir di semua lingkungan
masyarakat terdapat para alumni STAIN Samarinda.Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan dalam koordinasi.
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda dituntut
untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk mengambil peran
secara lebih aktif di tengah masyarakat.Jurusan Dakwah dan Komunikasi
STAIN Samarinda harus dapat mengayomi sekaligus mendampingi
masyarakat, sehingga di satu sisi masyarakat merasa terlindungi di segi
agama, dan di sisi lain masyarakat dapat menjalani kehdupannya dengan
selamat karena ada Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda
yang memberikan tuntunan dan arah menuju keselamatan.
4. Tantangan/ancaman
Ada beberapa tantangan atau ancaman yang patut diantisipasi oleh Jurusan
Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.
58
Pertama, Kota Samarinda bersama dengan kota-kota lainnya di Kalimantan Timur
seperti Balikpapan, Tarakan, Berau, Sangatta, Bontang, Tenggarong dan
sebagainya, merupakan kota dan daerah yang sangat terbuka.
Masyarakatnya memiliki mobilitas tinggi. Banyak pendatang dari daerah
luas bahkan luar negeri yang berdatangan ke kota/daerah ini, baik untuk
sementara maupun menetap, disebabkan daya tarik ekonominya yang
tinggi dan kekayaan alamnya yang melimpah.
Keadaan ini berdampak pada terjadinya perubahan nilai, budaya dan
gaya hidup di tengah masyarakat. Di tengah masyarakat tampak gaya
hidup yang semakin bebas, individualistik, materialistik, konsumeristik
dan hedonistik, yang sebagiannya tidak sejalan dengan ajaran agama
bahkan bernuansa kemaksiatan. Kaum perempuan semakin bebas dalam
berpakaian, pergaulan muda-mudi semakin bebas dan fenomena lainnya.
Kedua, sebagai konsekuensi dari keterbukaan daerah, banyakperguruan tinggi
berdiri dan bahkan ada beberapa perguruan tinggi luar daerah yang sudah
maju membuka cabang di Kalimantan Timur. Semua ini menjadi
tantangan bagi Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda
untuk mengantisipasinya.
Ketiga,di pihak masyarakat sebagian juga mulai muncul sikap acuh tak acuh
terhadap Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda. Meskipun
pada hakekatnya mereka sangat memerluka kehadiran Jurusan Dakwah
dan Komunikasi STAIN Samarinda
59
Adapun latar belakang kenapa mahasiswa memilih Jurusan Dakwah dan
Komunikasi STAIN Samarinda untuk kuliah adalah :
1. Orang Tua
Pilihan mahasiswa untuk kuliah pada jurusan Dakwah dan Komunikasi
banyak dipengaruhi oleh orang tua. Dalam hal ini, orang tua menyarankan atau
bahkan memerintahkan kepada anaknya untuk kuliah di jurusan Dakwah dan
Komunikasi dengan berbagai alas an, diantaranya agar anaknya pintar dalam
ceramah agama, agar anaknya dapat memperdalam ilmu agama, agar anaknya
menjadi da’i dan sebagainya.
Sebagian besar mahasiswa hanya bisa mengikuti saran orang tua untuk
kuliah di jurusan Dakwah dan Komunikasi karena sebagai bukti bhakti kepada
orang tua atau karena orang tua yang membiayai kuliah mereka.Hal ini terungkap
pada wawancara dengan beberapa mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi.1
Orang tua memegang peranan penting dalam menentuka masa
pendidikan anak-anaknya, termasuk dalam menentukan tempat kuliahnya.Dalam
hal ini, orang tua memegang peran yang penting dalam menetukan pilihan
anaknya untuk kuliah di Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.
Orang tua biasanya mempunyai alasan dan pertimbangan yang
sedemikian rupa dalam keputusannya untuk menguliahkan anaknya di Jurusan
Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.Pertimbangan-pertimbangan tersebut
terkadang bertentangan dengan minat anaknya, misalnya anaknya berkeinginan
kuliah di jurusan Tarbiyah, namun orang tuanya menginginkan anaknya kuliah di
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.Disamping itu, bukan hanya
jurusan saja yang terkadang berbeda, namun juga bahkan perguruan tingginya.Ada
anak yang berkeinginan kuliah di Universitas atau perguruan tinggi umum negeri
atau swasta, namun orang tuanya ingin anaknya kuliah di STAIN Samarinda, atau
bisa juga sebaliknya.
Untuk kasus mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda yang memilih jurusan ini sebagai tempat kuliahnya karena orang tua
dapat berdampak kepada mahasiswa tersebut. Manakala mahasiswa kuliah di
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda atas pilihan orang tua apalagi
1 Hasil Wawancara dengan mahasiswa berinisial N dan dibenarkan oleh mahasiswa berinisial S, pada
tanggal 12 Mei 2014 di Samarinda.
60
diikuti oleh paksaan, maka kebanyakan akan berdampak buruk pada
perkembangan perkuliahan anak yang bersangkutan.
2. Guru di SLTA atau sederajat
Sebagian mahasiswa juga mengatakan bahwa alasan mereka memilih
jurusan Dakwah dan Komunikasi adalah atas saran dan informasi dari guru
mereka di SLTA.Dalam hal ini, pengaruh guru di SLTA juga memegang pernana
yang penting dalam mempengaruhi minat mahasiswa untuk memilih jurusan
Dakwah dan Komunikasi.Hal ini terungkap pada saat wawancara dengan
mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi.2
Peran guru pada Sekolah Alnjutan Tingkat Atas, baik itu Madrasah
Aliyah, Sekolah Menengah Atas dan yang sederajat, dimana lulusannya akan
melanjutka pendidikan ke bangku kuliah, maka peran guru guru tersebut dalam
mempengaruhi minat siswanya masuk perguruan tinggi cukup besar. Biasanya
peran tersebut meliputi :
a. Memerikan informasi tentang seputar perguruan tinggi apa saja yang dapat
dipertimbangkan oleh siswa sebagai tempat kuliahnya.
b. Memberikan saran agar siswanya memasuki perguruan tinggi tertentu
sebagai tempat kuliah, dengan pertimbangan kualitas dan kapasitas yang
dimiliki oleh anak didiknya.
c. Membuka jalan atau memfasilitasi antara pihak sekolah dengan lembaga
perguruan tinggi agar anak didiknya dapat diterima diperguruan tinggi
tersebut untuk kuliah.
d. Memberikan rekomendasi kepada orang tua agar memberikan kesempatan
kepada anaknya melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.
e. Menitipkan anak didiknya kepada pihak kampus ataupun orang dikenalnya
dikampus tersebut agar dapat diterima di bangku kuliah.
Disamping peran-peran diatas, tentunya banyak lagi peran lainnya yang
diberikakan oleh guru dalam mempengaruhi minat anak didiknya untuk
melanjutkan perkuliah di perguruan tinggi tertentu, termasuk di Jurusan Dakwah
dan Komunikasi STAIN Samarinda.
2Hasil wawancara dengan mahasiswa dakwah berinisial D pada tanggal 12 Mei 2014 di Samarinda.
61
3. Teman
Teman sekolah maupun teman bermain juga memegang peranan penting
bagi mahasiswa untuk memilih jurusan Dakwah dan Komunikasi sebagai tempat
kuliahnya. Hal ini terjadi karena calon mahasiswa tersebut tidak punya pilhan
yang tetap terhadap jurusan yang akan dia pilih, sehingga pilihannya dipercayakan
kepada temannya.Mereka beralasan bahwa yang penting kuliah, jurusan apapun
tidak masalah.3
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran teman cukup besar dalam
menentukan jurusan atau perguruan tinggi mana yang akan dipilih oleh
mahasiswa. Teman dalam hal ini bisa berupa teman bermain, teman dekat, teman
satu sekolah ataupun teman lainnya.Pada intinya, teman memegang peran yang
penting dalam mempengaruhi minat mahasiswa memilih tempat kuliahnya.
Bagi siswa yang masih kebingungan dalam menentukan pilihan tempat
kuliahnya, sementara orang tua maupun gurunya tidak memberikan pertimbangan-
pertimbangan yang masuk diakalnya, maka peran teman bisa saja menjadi
dominan.Beberapa mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda memilih jurusan ini karena pengaruh temannya.
4. Kesadaran Sendiri
Sebagian besar calon mahasiswa memilih jurusan Dakwah dan
Komunuikasi sebagai pilihannya untuk kuliah karena kesadaran dan keinginan
sendiri. Dalam hal ini, pada umumnya mereka sudah mengetahui seluk beluk
jurusan dakwah dan Komunikasi tersebut.Keputusan mereka untuk memilih
jurusan Dakwah dan Komunikasi didasarkan kepada minat mereka untuk menjadi
penceramah, tokoh agama, wartawan dan profesi lainnya yang ditawarkan oleh
jurusan Dakwah dan Komunikasi.4
Tidak semua mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda menentukan pilihannya untuk kuliah disini karena pengaruh orang lain.
Sebagian juga menentukan pilihannya karena dan atas pertimbangan dirinya
sendiri.Pengambilan keputusan secara mandiri seperti ini biasanya dilandasi oleh
3Hasil wawancara dengan mahasiswa berinisial NH pada tanggal 12 Mei 2014 di Samarinda. 4Hasil wawancara dengan mahasiswa jurusan Dakwah dan Komunikasi berinisial H pada tanggal 15 Mei
2014. Di Samarinda.
62
ketersediaan informasi yang cukup sehingga individu dapat memahami seluk
beluknya dan dapat menentukan atau mengambil keputusan sendiri.
Pengambilan keputusan sendiri juga dapat dilandasi oleh keyakinan
bahwa apa yang diputuskannya adalah sesuatu yang paling baik, termasuk
keputusannya terhadap Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda.
5. Tertarik Beasiswa
Sebagian mahasiswa memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi sebagai
tempat kuliahnya adalah karena adanya tawaran beasiswa dari kampus STAIN
Samarinda.Tawaran beasiswa ini direspon dengan baik oleh calon mahasiswa yang
akhirnya memilih jurusan Dakwah daan Komunikasi.5
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan lembaga untuk memberikan
bantuan beasiswa khusus bagi mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi
STAIN Samarinda dapat menarik minat mahasiswa untuk kuliah pada jurusan ini.
Hal ini dilandasi oleh input mahasiswa itu sendiri yang kebanyakan berasal dari
keluarga dengan ekonomi menengah kebawah. Adanya tawaran beasiswa khusus
Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda tentu memberikan angina
segar bagi calon mahasiswa yang ingin kuliah di Jurusan Dakwah dan Komunikasi
STAIN Samarinda.
Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam
menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya,
sehingga setiap individu membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat.
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem,
meskipun merupakan suatu keputusan yang sifatnya paling pribadi sekalipun.
Pengambilan keputusan menjadi suatu hal yang biasa diambil atau dilakukan karena
individu menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan
hidupnya.Pengambilan keputusan merupakan kunci kehidupan dan kegiatan yang
paling penting dari semua kegiatan dalam menghadapi berbagai permasalahan untuk
dapat mempertahankan hidup.
Perlu disadari pula bahwa agar dapat berhasil dalam upaya mengembangkan
kemampuan untuk mengambil keputusan dibutuhkan kematangan pribadi.Semakin
5Hasil wawancara dengan mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi berinisial, S, D, HR pada tanggal 15
Mei 2014.
63
matang individu mengenali masalah yang selalu dihadapi dan semakin tepat individu
tersebut memecahkan permasalahan tersebut, maka semakin besar kesuksesan yang
diraih.Secara popular mengambil keputusan adalah memilih satu di antara sekian
banyak alternatif.Suatu keputusan yang diambil dianggap “tepat” yaitu jika keputusan
tersebut didasarkan pada sejumlah pertimbangan yang memperhatikan segala faktor,
baik obyektif maupun subyektif.
Seiring pengambilan keputusan yang diambil, yang semula mungkin
dianggap sepele tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan
seseorang.Dibutuhkan banyak faktor sebagai pertimbangan agar keputusan yang
diambil benar-benar tepat.Para remaja dalam memillih hanya berdasar ikut-ikutan
teman, disuruh orang tua, didorong oleh orang lain, ataupun memilih sendiri tetapi
buta dengan informasi yang dipilihnya. Kematangan pengambilan keputusan adalah
suatu proses pilihan alternatif tindakan seseorang dalam cara yang efisien dalam
situasi tertentu. Pengambilan keputusan yang bersifat rutin sehari-hari pun individu
kadang-kadang hanya melakukan pilihan alternatif melalui judgment sederhana,
padahal keputusan tersebut diperlukan suatu prosedur problem solving dengan
tahapannya yang sistematis.
Setiap saat seorang siswa atau calon mahasiswa, pengambilan keputusan
atau “Decision Making” akan berpengaruh terhadap hidupnya kelak maupun hidup
orang lain. “Decision Making” dilakukan mulai hal yang sederhana, seperti memilih
warna baju, memilih model pakaian, atau memilih menu makanan.Pengambilan
keputusan juga dilakukan dalam hal-hal yang kompleks seperti memilih teman
pergaulan, memilih calon suami/ istri sampai dalam hal pemilihan karier.Banyak
sekali masalah yang dihadapi remaja dalam memutuskan sesuatu. Misalnya seorang
siswa yang berminat untuk masuk perguruan tinggi umum akan tetapi orang tua
menilai perguruan tinggi agama lebih bagus, di sinilah masalah yang sering dihadapi
siswa atau calon mahasiswa, bagaimana keputusan yang paling baik untuk diambil.
Kemampuan siswa dalam mengambil keputusan memiliki konsekuensi yang
sama dengan orang dewasa karena mempunyai dampak yang penting sesuai dengan
resikonya. Budaya paternalisme kaum dewasa cenderung bersikap membatasi hak
siswa dan menerapkan stigma pada siswa.siswa tidak boleh diberi hak untuk mengatur
tindakan mereka sendiri. siswa lebih dipandang sebagai masalah dari pada sebagai
64
sumber daya. Kaum dewasa ditempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi yaitu
selalu tahu dan benar.Itulah salah satu yang menyebabkan kurangnya rasa percaya diri
pada siswa dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan untuk memilih jurusan
dalam perkuliahan.
Siswa mampu mengontrol perilaku dan emosinya akan cepat lepas dari
krisis jati diri dalam mencari dan mengembangkan identitas dirinya. Siswa tersebut
akan lebih mampu mengevaluasi dan menyesuaikan perilaku dirinya dengan orang
lain. Usaha pengembangan identitas diri ini tidak akan lepas dari perasaan harga diri.
Harga diri merupakan bagian dari kepribadian yang akan mempengaruhi tingkah laku
individu dalam kesehariannya. Harga diri bukan merupakan faktor bawaan namun
merupakan faktor yang dapat dipelajari dan terbentuk sesuai pengalaman individu itu
sendiri.
Harga diri adalah hasil evaluasi yang dibuat, dipertahankan, diperoleh dari
interaksi dengan lingkungan, penerimaan, penghargaan, dan perlakuan orang lain
terhadap individu tersebut. Harga diri dapat mengarahkan perilaku diri, jika harga
dirinya tinggi maka perilakunya akan positif dan jika harga dirinya rendah maka
perilaku yang tampak juga akan negatif. Seseorang kurang dapat mengaktualisasikan
dan cenderung kurang percaya diri apabila memiliki harga diri yang rendah. Dengan
demikian kematangan dalam menentukan suatu keputusan karier oleh siswa
dibutuhkan harga diri yang mantap.
Secara potensial seorang siswa SMA memiliki kecerdasan tinggi, dan setelah
diukurpun terungkap kemampuan mentalnya itu, tetapi mungkin saja ia merasa dirinya
tidak akan mampu mengikuti pelajaran, dan tidak yakin apakah ia akan bisa
menamatkan sekolah. Demikian juga dengan siswa berbakat musik, tetapi mungkin
merasa dirinya tidak mampu berolah musik, karena tiadanya kesempatan untuk itu
sehingga ia tidak tahu kalau dirinya berbakat. Kemungkinan lain adalah aktualisasi
diri siswa itu di bidang musik tidak memperoleh perhatian atau penghargaan.
Siswa pada masanya berusaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan
maksud untuk menemukan dirinya. Eriksson menamakan proses tersebut sebagai
proses mencari identitas ego. Suatu masa pembentukan identitas, yaitu perkembangan
ke arah individualitas yang mantap, aspek yang sangat penting dalam perkembangan
diri sendiri. Debesse berpendapat bahwa siswa sebenarnya menonjolkan apa yang
65
membedakan dirinya dari orang dewasa, yaitu originalitasnya dan bukan identitasnya.
Istilah krisis originalitas mungkin lebih tepat dari pada krisis identitas.Usaha remaja
untuk mencapai originalitasnya sekaligus menunjukkan pertentangan terhadap orang
dewasa dan solidaritas terhadap teman sebaya. Prinsip emansipasi memungkinkan
bahwa kedua arah gerak saling bertemu dalam usaha originalitas ini, sehingga timbul
suatu jarak antar generasi dan suatu kultur pemuda.
Selain masa transisi banyak lagi sebutan untuk masa siswa sebagai masa
yang akan di lewati dalam perjalanan hidup manusia. Ada yang menyebutnya masa
pubertas atau masa penuh gejolak emosi.Sebutan-sebutan ini diberikan karena pada
masa ini adalah masa remaja dalam pencarian jati diri sekaligus sebagai masa yang
rawan dari pengaruh luar. Jika pandangan dan nilai orang tua berbeda dengan nilai
teman sebaya maupun tokoh lain akan besar kemungkinan adanya konflik, sehingga
remaja mengalami masalah. Masalah-masalah yang dihadapi remaja akan bertambah
komplek apabila remaja tidak bisa memutuskan masalah mana yang menjadi prioritas
pemecahannya.
Pemuda menunjukkan originalitas dan memanifestasikan dirinya sebagai
kelompok muda dengan gayanya sendiri.Pengertian originalitas di sini tidak boleh
diartikan secara individual.Mereka tidak individualistik maupun tidak kreatif,
originalitas merupakan sifat khas pengelompokkan anak muda sebagai suatu
keseluruhan.Pola interaksi yang dilakukan remaja dalam rangka mencari identitas
dirinya secara tidak langsung mempengaruhi setiap keputusan yang diambil.Karena
remaja lebih mempercayai teman dari pada diri sendiri maupun keluarga.
Teman sebaya merupakan suatu kelompok yang diharapkan oleh remaja
sebagai sesuatu yang dapat membuat mereka nyaman.Bersama teman sebaya, remaja
dapat bercerita atau “curhat” tanpa rasa canggung karena rata-rata mereka seusia.
Situasi kelompok teman sebaya terdapat suatu bentuk pola interaksi yang memiliki
derajat intensitas yang berbeda-beda pada setiap remaja dengan dua kutub yang
berlawanan yaitu “sindrom penerimaan” dan “sindrom alienasi”. “Sindrom
penerimaan” merupakan situasi menerima atau diterima dengan intensitas dan
pengaruh yang kuat ke dalam kelompok, sedangkan “sindrom alienasi” memiliki
pengertian yang sebaliknya.
66
66
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Samarinda mempunyai beberapa
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
2. Minat mahasiswa untuk memilih Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN
Samarinda dilatarbelakangi oleh :
a. Orang tua
b. Guru
c. Teman
d. Tertarik beasiswa
e. Keputusan sendiri
B. Saran-Saran
1. Pihak STAIN Samarinda, khususnya jurusan Dakwah dan Komunikasi
seharusnya lebih meningkatkan sosialisasi untuk menambah kuantitas
mahasiswanya.
2. Karena minat mahasiswa dakwah untuk memilih jurusan Dakwah dan
Komunikasi untuk kuliah dilatarbelakangi oleh beberapa hal diatas, maka perlu
kiranya pihak STAIN memberikan perhatian yang kuat terhadap hal-hal diatas.
67
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan, 1998, ManajemenPemasaran, Edisi 4, LP3ES, Jakarta.
Djaali, PsikologiPendidikan (Jakarta, PT BumiAksara, cet IV 2009)
Kartajaya, Hermawan, 2002, HermawanKartajayaOn Marketing, P.T.
GramediaPustakaUtama, Jakarta.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2001,.Principles of Marketing,
diterjemahkanolehDamosSihombing M.B.A, Edisi 8, Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
Kotler, Philip, 2002, Marketing Management, diterjemahkanolehHendraTeguh,
Ronny A. Rusli, dan Benjamin Molan, Jilid 1, P.T. Prenhallindo, Jakarta.
Mowen, John.Cdan Michael Minor, 2002, Consumer Behaviour,
diterjemahkanolehLinaSalim, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Naresh, Malhotra, 1996, Marketing Research : An Applied Orientation, Second
Edition, Prentice Hall International, New Jersey..
Ndara, Taliziduhu, 1998, ManajemenPerguruanTinggi, BinaAksara, Jakarta
Purwadi, Budi, 2000, RisetPemasaran, P.T. Grasindo, Jakarta.
Rangkuti, Fredy, 2002, Create Effective Marketing Plan,
TeknikMembuatRencanaPemasaranBerdasarkanNilaiKonsumendanAnal
isisKasus, P.T. GramediaPustakaUtama, Jakarta.
Riduwan, 2003, Dasar – dasarStatistika, Alfabeta, Bandung.
Robbins, Stephen P, 1996, PerilakuOrganisasi,
diterjemahkanolehHadyanaPujaatmaka, Jilid I, P.T. Prenhallindo,
Jakarta.
Santoso, Singgih, 2000, BukuLatihan SPSS StatistikParametrik, P.T. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Singarimbun, Masridan Effendi Sofian, 1995, MetodePenelitianSurvei, P.T.
Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.
Slameto, Belajardanfaktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta, CV
RinekeCipta, 1991) .
68
Solomon, Michael.R and Elnora W. Stuart, 2003, Marketing, Real People, Real
Choices, Third Edirion, Prentice Hall International, New Jersey.
Swastha, BasudanHandoko, T. Hani, 2000, ManajemenPemasaran
:AnalisaPerilakuKonsumen, Liberty, Yogyakarta.
Tim PenyusunKamusPusatPengembangandanPembinaanBahasa,
KamusBesarBahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1990).
Tjiptono, Fandy, 2001, StrategiPemasaran, ANDI, Yogyakarta.
Umar, Husein, 2003, MetodeRisetPerilakuKonsumenJasa, Ghalia Indonesia,
Jakarta.