Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Volume 3, No 1, Tahun 2021
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright©2021 – KERUGMA | 1
Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen:
Integrasi Wawasan Dunia Kristen
Dalam Blended Learning
Asnita Basir Leman
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Jakarta
Email: [email protected]
Abstract:
Learning is feeding the soul. When Jesus gave the great commission to make disciples of all
nations, it was complemented by the words and “teach them tērein (to observe, keep, preserve) all
that He commanded the disciples.” Difficulties and obstacles in Christian education often occured
due to fail in understanding the essence, purpose, content, concepts and context of learning that
create chaos in its application. Meanwhile, the rapid growth in the field of educational psychology
has caused lessons content and the teaching methods to be strongly influenced by secularism with
the philosophy of humanism and relativism. The technological developments were triggered by the
unpredictable global Covid-19 pandemic situation in 2020, forcing educators to immediately
reformulate learning patterns to be more conducive. This article aims to analyze the blended
learning model for Christian education, bya integrating educational psychology theories with the
Biblical truth based on concept of christian worldview. The findings and conclusions are expected
to contribute to the preparation of Christian education programs, applications and learning
modules.
Keywords: christian education; christian worldview; cultural mandate; gospel mandate; covid-19
pandemic; blended learning; mete cognitive.
Abstrak:
Belajar ialah memberi makanan bagi jiwa. Ketika Yesus memberi amanat agung untuk menjadikan
segala bangsa murid-Nya, itu dilengkapi dengan kata dan “ajarlah mereka tērein (memperhatikan,
menyimpan, melestarikan) semua yang telah diperintahkan-Nya kepada murid-murid.” Banyak
kali kesulitan dan kendala dalam pendidikan kristen terjadi karena kegagalan dalam memahami
esensi, tujuan, konten, konsep dan konteks pembelajaran menyebabkan kekacauan dalam
penerapannya. Sementara itu pertumbuhan pesat di bidang psikologi pendidikan menyebabkan
konten pelajaran dan metode pengajaran sangat dipengaruhi oleh sekularisme dengan filosofi
humanisme dan relativisme. Perkembangan teknologi dipicu situasi pandemi covid-19 yang tak
terduga secara global tahun 2020, memaksa kalangan pendidik segera melakukan formasi ulang
pola pembelajaran yang lebih kondusif. Artikel ini bertujuan menganalisis model pembelajaran
blended learning bagi pendidikan kristen, dengan mengintegrasikan teori-teori psikologi
pendidikan dengan kebenaran Alkitab berdasarkan konsep wawasan dunia kristen. Temuan dan
kesimpulan diharapkan dapat memberi kontribusi bagi penyusunan program, aplikasi dan modul-
modul pembelajaran pendidikan kristen ke depan.
Kata Kunci: pendidikan Kristen; wawasan dunia Kristen; mandat budaya; mandat penginjilan;
pandemi covid-19;blended learning; meta koginitif.
Astanta Basir Leman: Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Intergrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Larning
Copyright© 2021 – KERUGMA |2
I. PENDAHULUAN
Tujuan dan Esensi Pembelajaran
Belajar adalah proses seumur hidup yang usianya setua peradaban manusia itu
sendiri. Tujuan belajar ialah adanya perubahan perilaku seseorang pada periode waktu
tertentu yang diperoleh dari pengalaman, praktek atau kegiatan yang disengaja. Hasil
dari belajar terwujud dengan bertambahnya pengetahuan, penguasaan perilaku baik
kognitif, afektif dan psikomotorik (KAP) yang mengacu pada perbaikan kepribadian
secara holistik.1 Pendidikan merupakan tindakan-tindakan belajar yang sistematis dan
terencana yang bertujuan untuk membangun proses pertumbuhan secara berkelanjutan.2
Pendidikan dilaksanakan oleh pendidik kepada peserta didik melalui strategi dan
pendekatan tertentu. Strategi dilakukan secara bertahap sesuai periode dan tingkat
pertumbuhan hingga mencapai perkembangan optimal sebagai seorang pribadi di
tengah-tengah masyarakat 3. Hal ini mencakup manusia sebagai pribadi dalam berbagai
dimensi kehidupan manusia yaitu dari aspek teologis, filosofis, etis, biologis, psikologis,
sosiologis, hukum, politik, ekonomi dan aspek sejarah.4 Dengan memahami esensi
manusia sebagai sebagai pribadi yang diciptakan dengan gambar dan rupa Allah, ia
memiliki kemandirian relatif dan pilihan atas kehendaknya sendiri, tapi di sisi lain
sebagai pribadi yang diciptakan, manusia memiliki relasi, bergantung dan bertanggung
jawab kepada Pencipta dan kehendak-Nya.5 Tujuan pendidikan tak terpisahkan dari
mandat budaya Allah kepada manusia untuk bertambah banyak, memenuhi dan
menaklukkan bumi, menguasai ikan-ikan, burung dan segala binatang merayap di bumi
(Kej 1:28), yaitu mandat penciptaan (creation mandate), mandat masyarakat (society
mandate) dan mandat kekuasaan (dominion mandate).6 Kendala yang sering terjadi
adalah kesulitan untuk mengintegrasikan, pertama. pendidikan yang dianggap sekuler
dengan kebenaran Firman Tuhan, dan kedua, bahkan pendidikan agama kristen dengan
realitas kehidupan peserta didik. Jika situasi ini berlangsung terus tanpa solusi, maka
bukan saja mandat penginjilan yaitu amanat agung akan terkendala, tetapi juga generasi
kristen akan terancam dengan pengaruh sekularisme dan liberalisme, karena firman
Tuhan hanya sekedar menjadi pengetahuan dan bukan aplikasi di realitas kehidupan.
1Oda Judithia Widianing, “Pengantar Psikologi Pendidikan” (Jakarta: STTII Jakarta, 2021). 2Whiterington H.C and M. Buchori, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1978). 3Widianing, “Pengantar Psikologi Pendidikan.” 4Ibid. 5Ibid. 6Bryan Smith, “Biblical Integration: Pitfalls and Promise,” BJUPress (2012).
Volume 3, No 1, Tahun 2021
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright©2021 – KERUGMA | 3
Urgensi Pembelajaran Masa Kini
Dalam Introducing Christian Education: Foundations for the Twenty-first
Century dikatakan bahwa karakteristik abad ke-21 adalah berkembangnya tekonologi
komunikasi, pasar internasional yang pesat, ekonomi global, pasar bebas, dan relasi
yang multinasional. Sehingga menjadi tantangan bagi pendidikan kristen ialah
menghadapi serangan faham filosofis humanistik sekuler dan di sisi lain bagaimana
mendidik generasi kristen dengan kebenaran absolut dari Alkitab.7
Di sisi lain, dunia dilanda dengan berbagai pemahaman ilmiah luar biasa
mengenai pola kerja pikiran dan otak selama pembelajaran menyangkut proses
pengembangan kompetensi peserta didik. Revolusi studi tentang pikiran beberapa
dekade ini memiliki implikasi penting dalam pendidikan, teori pembelajaran baru
difokuskan pada pendekatan yang sangat berbeda untuk desain kurikulum, pengajaran
dan penilaian dibanding dengan pola-pola konvensional yang sering dijumpai selama
ini.
Penelitian psikologi kognitif telah meningkatkan berbagai pemahaman mengenai
kinerja kompetensi, bahwa prinsip pengorganisasian pengetahuan meningkatkan
kemampuan untuk penuntasan masalah (problem solving) di berbagai bidang studi.
Peneliti perkembangan menunjukkan bahwa anak kecil cukup mampu memahami
banyak hal dari prinsip dasar biologi dan kausal fisika, sehingga kurikulum pendidikan
dapat dikembangkan lebih inovatif. Penelitian di bidang pembelajaran dan transfer ilmu
telah mengungkapkan prinsip-prinsip penting dalam menyusun pengalaman belajar,
memungkinkan orang untuk menggunakan dan menata kembali apa yang telah
dipelajarinya dalam pengaturan baru. Studi kolaboratif antara psikolog, pendidik
kognitif dan perkembangan menghasilkan pengetahuan baru tentang pola-pola belajar
mengajar dengan berbagai pengaturan (settings) 8 Dan masih banyak studi lainnya,
namun satu hal penting adalah kemajuan teknologi informasi telah memberi berbagai
peluang baru untuk memandu dan meningkatkan pembelajaran.
7Michael J. Anthony, Introducing Christian Education: Foundations for the Twenty-First Century
(Grand Rapids: Baker Academic, 2001). 8National Research Council, How People Learn: Brain, Mind, Eperience and School: Expanded
Edition (2000), The National Academies Press, 2000th ed. (Washington, D.C: The National Academy
Press, 2000).
Astanta Basir Leman: Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Intergrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Larning
Copyright© 2021 – KERUGMA |4
Pembelajaran elektronik (E-learning) sudah populer sejak 1980 an antara lain
bentuk modul-modul pelatihan, kelas virtual, materi belajar dari website, pembelajaran
terpadu.9 Dengan perkembangan teknologi informasi komunikasi (TIK) makin sangat
pesat dalam kemampuan merekam, menyimpan dan memroses data dan informasi,
sehingga penggunaan TIK sangat prospek pada proses pembelajaran; mencakup
pembuatan dan pengiriman konten dari komunikasi multijalur, kolaborasi, kerjasama,
eksperimen, informasi real time/kapan saja/dimana saja.10
Situasi pandemi covid-19 sejak awal 2020 juga secara global telah membuat dunia
pendidikan harus menyusun kembali cara pembelajaran dari pola tatap muka ke
penggunaan media elektronik. Keragaman kondisi di Indonesia dan ketidaksiapan
semua pihak dengan bencana yang mendadak ini menimbulkan berbagai kesulitan di
dunia pendidikan Indonesia, terlebih di tingkat dasar menengah.
Data survei pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berbasis pengaduan
Komisi Pengaduan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2020 yang dilakukan pada 246
pengadu KPAI sebagai responden utama dan 1700 siswa responden pembanding (SD
1,9%, SMP 33,6%, SMA 64,5%), meliputi 20 propinsi di 54 kabupaten/kota
menunjukkan:
1) Menggunakan hanya handphone (95,40%) selebihnya ada yang juga
menggunakan laptop (23,90%) dan komputer pc (2,40%).
2) Tidak pernah menggunakan platform gratis “rumah belajar” (76,60%), pernah
(23,40%).
3) Tidak ada interaksi dengan guru (79,90%), ada interaksi (20,10).
4) Bentuk interaksi chatting (87,20%), zoom meeting (20,20%), video call (7,60%).
5) Mengerjakan tugas dari guru merasa berat (73,20%), tidak merasa berat (26,80%)
6) Bentuk tugas yang tidak disukai; menjawab banyak soal (44,50%, menuliskan
soal 25,60%), merangkum isi Bab (39,40%) dan membuat video (55,50%)
7) Cara mengajar guru; diskusi (11,30%), pemberian materi (43,00%), Tanya jawab
(17,90%), hanya mengerjakan tugas (81,80%)
8) Tidak senang PJJ (76,70%), senang PJJ (23,30%).
Beberapa usulan dari siswa yaitu; agar guru mengurangi tugas-tugas dan
9William Horton, E-Learning by Design, TechTrends, vol. 48 (San Fransisco: Pfeiffer, 2006). 10Tassos Anastasios Mikropoulos, ed., Research on E-Learning and ICT in Education:
Technological, Pedagogical and Instructional Perspectives, Research on E-Learning and ICT in
Education (Ioannina, Greece: Springer International Publisher, 2018).
Volume 3, No 1, Tahun 2021
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright©2021 – KERUGMA | 5
sebaiknya dikoordinasikan mungkin ada pelajaran yang tugasnya bisa terpadu, agar
guru tidak hanya memberi tugas saja tetapi ada penjelasan materi secara daring, guru
memberi materi yang bisa dipelajari secara mandiri, dan himbauan ke pemerintah agar
internet digratiskan karena pembelajaran daring butuh kuota besar.11
Salah satu survei tentang problematika guru pendidikan agama Kristen di Ambon
dengan PJJ pada masa pandemi covid-19 menyimpulkan beberapa kendala; diantaranya
kondisi ekonomi siswa (tidak mampu menyediakan sarana elektronik yang memadai
seperti laptop), kurangnya pemahaman penggunaan teknologi, masalah jaringan, kurang
perhatian orang tua terhadap pembelajaran anak, mentalitas murid cenderung menjadi
malas dan tidak jujur dalam mengerjakan tugas-tugas mereka.12 Berbagai kondisi ini
menunjukkan urgensi untuk memikirkan kembali pola pembelajaran yang lebih efektif
dan kondusif terhadap para peserta didik ke depannya.
Kemenristekdikti pada tahun 2018 telah meluncurkan sebuah proyek percontohan
yang disebut SPADA-Indonesia (Sistem Pembelajaran Daring Indonesia) yang
bertujuan meningkatkan akses mahasiswa ke pendidikan berkualitas tinggi lewat
penerapan pembelajaran terpadu/blended lerning. Dosen-dosen dari universitas tertentu
di Indonesia didorong menawarkan modul perkuliahan terpadu. Modul kuliah ini dapat
diambil oleh mahasiswa dari universitas lain sebagai kredit transfer melalui program
pembelajaran terpadu (blended learning).13
Model blended learning yang dikembangkan dari konteks SPDA-Indonesia ini
dapat menjadi opsi untuk disesuaikan dan diaplikasikan pada pembelajaran di tingkat
dasar menengah ketika pandemi covid-19 memaksa para siswa melakukan school from
home dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
11 Bank Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia, “Survei Pelaksanaan Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ) dan Sistem Penilaian Jarak Jauh Berbasis Pengaduan KPAI.” Jakarta, 2020.
https://bankdata.kpai.go.id/files/2021/02/Paparan-Survei-PJJ-KPAI-29042020_Final-update.pdf 12Prilly Manuputty and Novia Lakoruhut, “Problematika Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Problematics Of Teachers Of Christian Religion Education
In Learning In The Pandemic Time Covid-19,” Jurnal Pendidikan 1, no. 2 (2020): 54–61. 13Uwes Anis Chaeruman, Basuki Wibawa, and Zulfiati Syahrial, “Determining the Appropriate
Blend of Blended Learning: A Formative Research in the Context of Spada-Indonesia,” American
Journal of Educational Research 6, no. 3 (2018): 188–195.
Astanta Basir Leman: Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Intergrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Larning
Copyright© 2021 – KERUGMA |6
Konteks Studi Dan Tujuan Analisis
Studi ini mencoba menganalisis proses desain model pembelajaran blended
learning bagi pendidikan kristen khususnya di tingkat dasar dan menengah. Beberapa
adaptasi dilakukan terhadap penelitian sebelumnya, khususnya konsep SPADA-
Indonesia yang dilakukan oleh Kemenristekdikti. Menerapkan teori-teori psikologi
pendidikan dengan penekanan pada dasar-dasar kebenaran Firman Tuhan dan
pandangan dunia kristen serta mencoba menyajikan bentuk-bentuk opsi aktifitas
blended learning terkait kendala-kendala yang ditemui di Indonesia. Diharapkan hasil
studi dapat menjadi model sebagai pedoman guru dalam menentukan dan menyusun
strategi blended learning khususnya bagi pendidikan kristen baik di sekolah, di sekolah
Minggu maupun edukasi kristiani di gereja-gereja di Indonesia. Temuan dan
kesimpulan dapat digunakan lebih lanjut untuk mengembangkan desain program belajar
pendidikan dengan menerbitkan aplikasi atau modul-modul yang lebih komprehensif
II. METODE PENELITIAN DAN KERANGKA KONSEPTUAL
Studi ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggabungkan beberapa
metode analisis sesuai jenis data atau informasi yang akan diteliti. Analisis konten
literatur dilakukan terhadap teori-teori pendidikan dan psikologis termasuk juga
literatur mengenai integrasi wawasan dunia kristen. Analisis komparatif dilakukan
terhadap studi dan penelitian serupa yang sudah dilakukan dari sumber jurnal
pendidikan, sosial dan humaniora. Prinsip dasar Alkitab mengenai pendidikan akan
disajikan secara ringkas dari hasil eksegesis praktis dengan analisis literal kontekstual
dan teologikal kanonik.
Untuk merangkum hasil studi analisis dari berbagai sumber tersebut dan
bagaimana integrasi Alkitab di dalamnya dilakukan secara deskripsi dan sintesis dengan
menggunakan metode tinjauan matriks (matrix review method)14 untuk menyusun
formasi model pembelajaran. Studi dilengkapi dengan pembahasan mengenai pola
pembelajaran secara terpadu yaitu blended learning.
III. PEMBAHASAN DAN ANALISIS LITERATUR
Pentingnya Integrasi Alkitab Dalam Konsep Pendidikan Kristen
Para pendidik kristen sepakat bahwa Alkitab harus memegang peranan yang
14Erni Murniarti et al., “Writing Matrix and Assessing Literature Review: A Methodological
Element of a Scientific Project,” Journal of Asian Development 4, no. 2 (2018): 133.
Volume 3, No 1, Tahun 2021
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright©2021 – KERUGMA | 7
penting di dalam pendidikan kristen. Dalam hal ini pendidikan kristen bukan berarti
pendidikan agama kristen saja, namun secara luas mencakup mandat budaya Allah saat
penciptaan manusia (Kej 1:28) dan mandat penginjilan dari Kristus dengan perintah
untuk mengajar dan menjadikan segala bangsa murid-Nya (Mat 28:19-20). Tetapi
banyak pendidik dan sekolah-sekolah kristen mengalami kesulitan untuk menunjukkan
kepada siswa bagaimana Alkitab relevan dalam pembelajaran dan kehidupan mereka.
Disamping itu berbagai penemuan di bidang psikologi pendidikan yang berkembang
sangat pesat juga memberi pengaruh sekularisme yang kuat, sehingga kebenaran
Alkitab semakin terpinggirkan.
Dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam pendidikan kristen, yaitu bagaimana
pendidikan umumdilaksanakan secara kristiani di sekolah-sekolah kristen, dan
bagaimana pendidikan agama kristendiajarkan di sekolah-sekolah kristen maupun non
kristen. Untuk mengatasi masalah ini, Bryan Smith mengatakan perlunya integrasi
Alkitab dalam dunia pendidikan dengan membangun konsep wawasan dunia kristen,
dan menolak adanya pemisahan antara kehidupan rohani dengan kehidupan sekuler.15
Pemisahan ini tidak sekedar membuat kebenaran Firman Tuhan menjadi tidak nyata
dalam kehidupan siswa sehari-hari, tetapi justru dampak pemahaman sekuler yang
mendasari penyusunan program studi umum lain yang akan mempengaruhi
pembelajaran dan pola pikir mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Caglar mengenai mengapa intelektualitas dapat
melemahkan atau membangun iman, menunjukkan hubungan yang erat antara
pemahaman dan ketidakpercayaan terkait dengan proses metakognisi seseorang dalam
periode usia perkembangan16 Studi dilakukan terhadap dua paradigma manusia yaitu,
percaya (belief) dan tidak percaya (unbelief), yang diidentifikasi dari dua pola kognitif
yang berbeda yaitu memahami (knowing/undoubted) dan meragukan (doubt). Studi ini
dilakukan oleh seorang peneliti non-religius, dimana untuk pemahaman dogma religius
ia mengakui bahwa ada semacam kuasa supranatural yang disebut sebagai insight yang
meneguhkan keyakinan seseorang atas pengetahuan religius yang diterimanya. Dalam
15Smith, “Biblical Integration: Pitfalls and Promise.” 16Mustafa Emre Çağlar, “Why Does Intellectuality Weaken Faith and Sometimes Foster It?,”
Humanities and Social Sciences Communications 7, no. 1 (2020): 1–17.
Astanta Basir Leman: Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Intergrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Larning
Copyright© 2021 – KERUGMA |8
tabel berikut akan ditunjukkan bahwa peranan pembelajaran dan supervisi insight akan
menolong siswa memetakan kembali secara metakognisi pemahaman pengetahuan
dogma (Firman Tuhan) yang telah diperolehnya jika ia menemukan hal-hal yang tidak
sinkron dalam proses pembelajaran. Amsal 9:10 permulaan hikmat adalah takut akan
Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. Inilah fondasi kristen bahwa
iman dan pengetahuan bukan hal terpisah, tetapi satu sesuai Alkitab.
Tabel berikut menunjukkan bagaimana proses pembelajaran mempengaruhi
dogma atau aksioma.17
Paradigma PEMETAAN DOGMATIK
Memiliki Konsistensi Lemah Bagi Yang Skeptis Pengaturan
Informasi
Pernyataan iman Dogma bagi pemercaya,
Aksioma bagi atheis
PROSES PEMBELAJARAN &
PERKEMBANGAN
Percaya
Knower
Tuhan
ada
insight a) Menerima dogma, timbul
pemahaman dan percaya
b) Hal utama secara rohani tak
dapat diganggu gugat
c) Ketidaksesuaian pengetahuan
akan dipertimbangkan lagi oleh
informasi baru di bawah
supervise insight
Diteguhkan
oleh dogma
Skeptis
Tuhan
ada
budaya
a) Menerima dogma dari tradisi saja
b) Tidak ada upaya melanggar atau
mempertimbangkan bagian
manapun. Tidak ada masalah bila
ada hal yang meragukan atau
tergantikan dengan pemahaman
baru
Sebagian besar
yakin aksioma,
daripada dogma
Tidak
percaya
Atheis akulah tuhan a) Lazimnya dari awal demikian
b) Jika dibutuhkan semua bagian
pengetahuan dapat ditinggalkan
atau dipertimbangkan kembali
oleh kumpulan informasi baru
Diyakinkan
oleh aksioma
Sedangkan pemercaya yang skeptis, jika tidak dibantu oleh insight dan supervisi
dalam pembelajaran khususnya dalam hal dogma (Firman Tuhan), maka dengan
sendirinya akan bersikap tidak peduli terhadap semua pemahaman pengetahuan baru
yang diterimanya, dan pada akhirnya sebagian besar akan diyakinkan aksioma atheisme.
Hal ini menjawab pertanyaan mengapa negara-negara mayoritas kristen saat ini,
sebagian besar generasi muda mereka telah menjadi atheis atau dilanda pengaruh
17 Ibid. (Diadaptasi dari Tabel hasil penelititan yang dilakukan oleh Caglar)
Volume 3, No 1, Tahun 2021
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright©2021 – KERUGMA | 9
sekularisme humanisme.18 Pada usia muda, seorang anak di bawah 10 tahun memiliki
waktu yang terbaik menerima Firman Tuhan seiring dengan perkembangan kognitifnya.
Dengan memahami konsep pembelajaran metakognitif atau pengalaman belajar secara
menyeluruh, maka penting sekali untuk mengintegrasikan kebenaran Firman Tuhan
dalam proses pembelajaran. Pemisahan antara pengetahuan rohani dan pengetahuan
umum, akan membuat paradigma berpikir siswa juga akan mengalami gap dan kesulitan
dalam menyusun pemahaman dari proses metakognisi. Akibatnya adalah, menjadi
rohani namun tanpa pengertian atau tidak cerdas, ataukah menjadi cerdas namun tidak
rohani atau malah dapat undur dari iman karena pengetahuan umum sekuler yang
diterima dari pembelajaran tidak diintegrasikan dengan kebenaran Firman Tuhan dan
insight yaitu Roh Kudus.
Wawasan dunia kristen yang disajikan oleh BJU Press secara ringkas membagi
tiga konteks dimensi manusia menurut Alkitab yaitu penciptaan, kejatuhan dan
penebusan, dan semua konsep pembelajaran mengacu kepada tiga kondisi tersebut.
Kebenaran Alkitab diintegrasikan dalam empat level integrasi, yaitu : Level 0 Tidak ada
hubungan yang jelas antara Alkitab dan hal-hal akademis;
Level 1 mereferensikan pengajaran Alkitab yang mirip dengan mata pelajaran;
yang pertama adalah analogi biblikal, misal lingkaran – mengingatkan siswa tentang
kasih Allah yang tak berkesudahan, dan kedua, mengenai pandangan dunia kristen
dalam pelajaran sejarah, geografi, atau menceritakan contoh-contoh dalam Alkitab.
Level 2 meresponi Alkitab, di level ini guru menunjukkan bagaimana Alkitab
menuntunnya dalam situasi sehari-hari. Dan Level 3 Merombak paradigma berpikir
siswa yang keliru dan menyusun kembali dengan paradigma yang benar menurut
Alkitab.19 Hal ini mewajibkan para pendidik kristen agar mampu memahami Alkitab
serta mengajarkan nilai-nilai kebenarannya secara baik dan benar, karena Alkitab bukan
hanya sejumlah ayat yang dihafalkan dan diyakini secara mitis, melainkan secara logis
dengan kebenaran yang dapat diaplikasikan.
18Sherwood H (2018) Christianity as default is gone: the rise of a non-Christian Europe. The
Guardian, 21 March. 19Smith, “Biblical Integration: Pitfalls and Promise.”
Astanta Basir Leman: Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Intergrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Larning
Copyright© 2021 – KERUGMA |10
Kitab Amsal 22:6 (ITB) mengatakan didiklah orang muda menurut jalan yang
patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan
itu. Kata “didik” menggunakan kata Ibrani ḥă-nōḵ yang berarti “melatih, mendidik,
mendedikasikan”, kamus BDB (Brown- Driver- Briggs) membandingkan dengan kata
bahasa Arab yang berarti mengoles langit-langit anak dengan kurma yang dikunyah,
atau bidan mengoles langit-langit bayi dengan minyak (zaitun) sebelum mulai
menyusui. Lane dalam BDB, “menjadikan berpengalaman dan taat seperti seseorang
menaruh tali kekang pada mulut kuda”. Ini menunjukkan berbagai perlakuan dalam
proses pendidikan di usia dini mengacu pada konsep stick and carrot atau punishment
and reward berdasarkan sistem limbik, sebelum pemahaman secara kognitif
berkembang. Bandingkan dengan Galatia 4:1-5 rasul Paulus menjelaskan tentang
pertumbuhan rohani dengan analogi pertumbuhan dan pelatihan seorang anak. Kalimat
kunci berikut adalah “menurut jalan yang patut” (in the way he should go, Eng).
Perjalanan jarah jauh di padang gurun dengan keledai atau unta pada jaman kuno
merupakan upaya yang berani karena kehilangan arah bisa berakibat fatal dan
membawa kematian.20Dimana orang-orang kuno jaman dahulu memetakan jalan dengan
membuat ritual ibadah (bandingkan; Ul 27:6 mezbah batu bagi Allah) dan membuat
jalur jalan fungsional seperti jalur irigasi atau titik-titik oase. Mereka harus mampu
memahami jalur-jalur jalan lewat pemetaan secara kognitif dan menggunakan arah
matahari dan tanda-tanda bintang di langit. Kata “jalan yang patut” dalam bahasa Ibrani
adalah pîḏar-kōw dari akar kata “jalan”derek̲ berarti “jalan”, jalur jalan, perjalanan,
perilaku, tindakan.21 Mengacu pada konsep wawasan dunia kristen, maka Amsal 22:6
dapat ditinjau dari dua sisi, pertama, dari konteks “kejatuhan manusia” bahwa segala
kecenderungan manusia itu jahat semata-mata, dan Kedua, dari konteks “Penebusan”
maka pemulihan manusia ditujukan ke arah rupa dan gambar Allah.
Sehingga pendidikan kristen berarti pembelajaran dimana secara psikologi,
peserta didik dibimbing sesuai tingkat perkembangan usia dan esensi keunikan karakter
pribadi masing-masing, dan secara Alkitabiah eksistensi mereka di didik untuk
bertumbuh ke dalam pengetahuan kebenaran Allah.
20Heiko Riemer, Desert Road, 2013. 21Brown, Francis, 1849-1916. (1996). The Brown, Driver, Briggs Hebrew and English lexicon :
with an appendix containing the Biblical Aramaic : coded with the numbering system from Strong's
Exhaustive concordance of the Bible. Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers,
Volume 3, No 1, Tahun 2021
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright©2021 – KERUGMA | 11
Blended Learning
Blended learning berasal dari istilah yang selama ini dikenal sebagai e-learning.
Sedangkan e-learning ialah istilah umum yang dikenal sejak tahun 2002 dan digunakan
untuk mengakomodasi semua pola pembelajaran yang terkait dengan penggunaan
perangkat elektronik. E-learning sering dianggap sebagai bagian yang dipadukan
dengan pembelajaran lain misalnya pendekatan tradisional, dan disebut pembelajaran
terpadu (blended learning). Istilah pembelajaran terpadu sangat luas dan merupakan
seni mengintegrasikan sumber materi dan aktifitas dari lingkup konteks lingkungan
belajar dimana peserta didik berinteraksi dan membangun dirinya.22Bentuk apapun
untuk menyampaikan materi pelatihan, pendidikan atau pembelajaran yang
menggunakan perangkat elektronik seperti pembelajaran virtual (virtual learning),
pembelajaran daring (online learning), kelas virtual (virtual class), instruksi berbasis
web (web-based instruction) atau pembelajaran seluler (mobile learning) dan lain-lain
disebut e-learning. Singkatnya e-learning adalah pembelajaran berbasis teknologi
elektronik.23Naidu, mendefinisikan e-learning proses pendidikan yang memanfaatkan
TIK untuk menjembatani kegiatan belajar mengajar sesuai setting pembelajaran sinkron
dan asinkron.24
Chaeruman, dkk menyusun konsep model quadrant of blended learning setting
gambar Tabel 1.
Gambar 1. Quadrant of Blended Learning Setting 25
22Allison Littlejohn and Chris Pegler, Preparing for Blended E-Learning, Preparing for Blended
E-Learning (Oxford, England: Routledge, 2007). 23Anis Chaeruman, Wibawa, and Syahrial, “Determining the Appropriate Blend of Blended
Learning: A Formative Research in the Context of Spada-Indonesia.” 24Som Naidu, E-Learning A Guidebook of Principles, Procedures and Practices, E-Learning
(Melbourne: CEMCA, 2006). 25Anis Chaeruman, Wibawa, and Syahrial, “Determining the Appropriate Blend of Blended
Learning: A Formative Research in the Context of Spada-Indonesia.”
Astanta Basir Leman: Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Intergrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Larning
Copyright© 2021 – KERUGMA |12
Live Synchronous Learning (LSL) ialah pembelajaran tatap muka; pelajaran di
kelas, diskusi kelompok, studi lapangan dan lain-lain.
Virtual Synchronous Learning (VSL) ialah pembelajaran dari pendidik kepada
para peserta didik pada waktu yang bersamaan di tempat yang berbeda. Setting
pembelajaran menggunakan sarana belajar jarak jauh seperti, video conference, zoom
meeting, moodle class,aplikasi mobile atau sarana TIK dan lainnya.
Collaborative Asynchronous Learning (CAL) ialah proses pembelajaran di
setiap tempat dan waktu oleh para peserta didik secara bersama-sama dengan sumber
materi belajar.
Self-directed Asynchronous Learning (SAL) merupakan pembelajaran mandiri
dari peserta didik dan sumber materi belajar di setiap waktu dan tempat yang ditentukan
sendiri oleh peserta didik. SAL dapat difasilitasi berbagai macam obyek pembelajaran
berkualitas tinggi dengan media yang sesuai seperti pesan teks, audio, visual, audio
visul, animasi atau simulasi.
Mengacu pada konsep kuadran pengaturan blended learning (Quadrant of
Blended Learning Setting) para pendidik dapat menyusun dan menggabungkan bentuk-
bentuk pembelajaran untuk mendapatkan potensi terbaik dari suatu program
pembelajaran. Melalui prinsip analisis matriks, Chaeruman, dkk menyusun model
konseptual pembelajaran terpadu yang telah diintegrasikan dengan prinsip-prinsip
psikologi pendidikan dari Taksonomi Bloom yang telah direvisi26 dan bentuk
pembelajaran27 serta referensi dari sistem belajar aktif dari Anderson.28
Gambar 2. Model of Criteria for Determining Appropriate Blended Learning Strategy 29
26H.M Anderson (2010) (Queen’s University)
https://www.queensu.ca/teachingandlearning/modules/home.html 27Sharon E Smaldino et al., Instructional Media and Technologies for Learning (7th Edition) (New
Jersey: Pearson Education, Inc., 2002). 28Queen’s University T & L, “Focus on Active Learning” (2013): 8. 29Anis Chaeruman, Wibawa, and Syahrial 2018. p 192.
Volume 3, No 1, Tahun 2021
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright©2021 – KERUGMA | 13
Model tersebut menunjukkan beberapa pertimbangan dalam menentukan
pengaturan pembelajaran terpadu (blended learning) yaitu :
Apakah tujuannya perlu pengalaman nyata dan langsung untuk mencapai hasil
belajar? Jika ya, maka hal ini akan dicapai lewat aktifitas tatap muka (live synchronous
learning - LSL).
Jika jawabannya tidak, maka pertanyaan selanjutnya ialah apakah perlu
partisipasi aktif dan situasi role play? Jika ya, maka akan dicapai dari kegiatan
pembelajaran virtual langsung (virtual synchronous learning – VSL)
Jika jawaban untuk pertanyaan pertama ialah tidak, maka tujuan pembelajaran
akan dicapai dengan kegiatan pembelajaran asinkron, baik secara mandiri (self-directed
asynchronous learning – SAL) ataupun sinkron kelompok (collaborative asynchronous
learning – CAL).
Proses menentukan model pembelajaran sesuai sasaran yang diharapkan dapat
dilihat pada tabel ini.
Sasaran
Pembelajaran
(Anderson
&Krathwol
Bentuk Pembelajaran
(Smaldion et.al)
Pengalaman
Belajar (Dale)
Strategi Pembelajaran
Terpadu
Sinkron Asinkron
(CAL/SAL) LSL VSL
Mengingat
Memahami
Membaca Abstrak
- - √
Mendengar - - √
Menganalisis Melihat Simbolik - - √
Mengaplikasikan
Mengevaluasi
Menciptakan
Partisipasi aktif Aktivasi - √ -
Mencontoh dan
mengaplikasikan Konkrit / nyata
√ √ -
Praktek langsung, pengalaman
nyata
√ - -
Tabel 1. Opsi Strategi Pembelajaran Terpadu 30
Tabel berikut menunjukkan contoh bentuk-bentuk aktivitas dalam pembelajaran
terpadu.
Pengaturan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran Sinkron Pembelajaran Asinkron
Tatap muka langsung
(LSL)
Virtual langsung
(VSL)
Virtual asinkron mandiri
(SAL)
Virtual asinkron
kelompok (CAL)
30Anis Chaeruman, Wibawa, and Syahrial 2018. p 193.
Astanta Basir Leman: Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Intergrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Larning
Copyright© 2021 – KERUGMA |14
Ragam Aktivitas Pembelajaran
Pelajaran di kelas
Diskusi
Praktek
Workshop
Seminar
Praktek laboratorium
Karya wisata, dll.
Kelas virtual
Audio Conference
Video Conference
Web based
Conference
(Webinar) dll.
Membaca
Menonton (video, film)
Mendengar (radio, audio)
Belajar daring
Simulasi
Latihan dan praktek
Ujian, Tes /Kuis
Jurnal/publikasi (wiki, blog)
dll.
Partisipasi forum
diskusi
Tugas-tugas daring
(individu atau group)
Penelitian kelompok,
dll.
Tabel 2. Bentuk Aktivitas dalam Pembelajaran Terpadu31
IV. APLIKASI MODEL PEDIDIKAN KRISTEN DALAM BLENDED LEARNING
Pembelajaran dalam konteks pendidikan kristen adalah proses pemuridan
dengan Alkitab sebagai dasar kebenaran. Perjalanan kekristenan seseorang dapat
diawali sejak lahir, dan menerima pelajaran Firman Tuhan usia dini sebagai pra-
penginjilan, lalu kelahiran baru dan iman dalam Kristus kemudian proses pemuridan
seumur hidup dan bertumbuh hingga menjadi dewasa dalam Kristus.32 Kebenaran
bersifat absolut dan universal bersumber dari Allah dimana Allah sendiri Kebenaran itu
(Maz 119:60; Yes 45:23; II Sam 7:28; Yoh 14:6 dan 17:17). Kebenaran diterapkan
dalam diri pribadi secara personal terkait dengan perilaku, etika, moral, relasi,
keadilan.33 Lima tahap belajar Alkitab seorang murid menurut Lawrence O.Richard
yang mengacu pada kemampuan psikologis mereka adalah; Rote, Recognition,
Restatement, Relation, Realization. Tabel berikut menunjukkan penerapan opsi tahap
murid belajar Alkitab dalam pembelajaran terpadu (blended learning).
Tahap Murid
Belajar Alkitab
(Lawrence O.Richard) 34
Bentuk Pembelajaran
(Smaldion et.al)
Pengalaman
Belajar
(Dale)
Strategi Pembelajaran
Terpadu
Sinkron Asinkron
(CAL/SAL) LSL VSL
Mengingat/mengulang Membaca, mendengar Abstrak
- - √
Mengenali Melihat, menonton - - √
Mengekspresikan konsep Partipasi Simbolik - √ -
Menghubungkan/merespon Partisipasi aktif Aktivasi - √ -
31Ibid. 32Lois E. LeBar, “Education that is Christian.” TerjemahanBahasa Indonesia (Malang: Gandum
Mas, 2006) p 205. 33Oda Judithia Widianing, “Belajar&Pembelajaran” Materikuliah S2 STTII Jakarta. 2021. 34Ibid.
Volume 3, No 1, Tahun 2021
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright©2021 – KERUGMA | 15
Menyadari/menerapkan Mempraktekkan/mengaplikasikan Konkrit / √ √ *) -
Tabel 3. Opsi Strategi Pembelajaran Terpadu Pendidikan Kristen
*) Dapat dilakukan dengan melibatkan peran orang tua dalam keluarga.
Sementara itu childrenministry.com menyajikan enam model pendidikan kristen,
yaitu Model Pendidikan Kristen dan kemungkinan pelaksanaan secara Pembelajaran
Terpadu.
Model Aktivitas Spesifikasi Kegiatan Guru/Tutor LSL VSL CAL SAL
Kelas mandiri Kelas belajar sesuai tingkat usia Guru tetap - √ √ √
Group besar dan
kecil
Group besar paralel ibadah &
Firman, group kecil pemuridan
dan sharing
Guru,
fasilitator
- √ √ -
Gereja Anak Serupa ibadah dewasa, tapi
khusus anak
Pastor,
pelayan
- √ - -
Sekolah Minggu
Rotasi
Topik sama, aktifitas/ruang
tematik dan berbeda tiap minggu
per program topik
Guru,
fasilitator
- √ √ -
Learning Centers Variatif, bisa offline maupun
online
Tutor √ √ √ √
Mezbah Keluarga *) Kesatuan keluarga dan peran
orang tua
Orang tua √ √ - -
Tabel 4. Model Pendidikan Kristen dan kemungkinan pelaksanaan secara
Pembelajaran Terpadu
*) Dilakukan bersama orang tua / keluarga.
Sesungguhnya Alkitab merupakan sumber hikmat yang tidak terselami dan tak
pernah habis jika kebenarannya digali dan direnungkan. Yesus Sang Guru Agung sudah
memberi berbagai teladan dalam hal pengajaran kepada murid-murid-Nya. Teori
Experiential Learning yang dikemukakan oleh David Kolb dengan siklus
pembelajarannya (Kolb’s Learning Cycle) sudah dilakukan oleh Yesus dalam
pengajaran kepada murid-murid-Nya.35 Yesus mengajar serta memperlihatkan
pengamatan langsung kepada murid-murid-Nya (reflective observation), lalu bertanya
kembali bukan karena Ia tidak tahu tetapi untuk membuat para murid berpikir dan
memahami makna (konsep) pengajaran Yesus (abstract conceptualization). Dalam
35HeeKap Lee, “Jesus Teaching Through Discovery”. International Community of Teacher
Educators Journal. 2006 Vol. 1, No. 2 Article 5.
Astanta Basir Leman: Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Intergrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Larning
Copyright© 2021 – KERUGMA |16
perjalanan pelayanan, Ia menunjukkan dan mengajak para murid untuk mempraktekkan
secara langsung (active experimentation), merasakan dan mengalami bersama apa yang
Yesus rasakan (experience). Yesus mengajarkan kebenaran dengan berbagai
perumpamaan dan analogi kepada murid-murid, dan terbukti analogi dan perumpamaan
sangat efektif untuk tetap diingat dan dokumentasi kebenaran selama berabad-abad.36
Rasul Paulus telah menerapkan prinsip pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui surat-surat
apostolik yang dikirim untuk mengajar, mendidik dan menegur jemaat Tuhan di
berbagai kota. Jika kita menyimak bagaimana Yesus telah mempersiapkan murid-
murid-Nya ketika Ia memberikan Amanat Agung kepada mereka, tahap-tahap itu
dijelaskan secara ilmiah dalam teori Self Regulated Learning oleh B. J. Zimmerman dan
Martinez Pons (dalam Mulyani, 2016) diantaranya tahap-tahap evaluasi diri (self
evaluation) murid-murid berduka ketika Yesus disalibkan, mengatur dan mengubah
(organizing and transforming concept) dari pelayanan Kristus kepada murid-murid,
menetapkan tujuan dan perencanaan (goal setting and planning) – perintah Yesus,
mencari informasi, meyimpan data dan seterusnya. Sehingga mandat penginjilan tetap
terselenggara hingga saat ini karena secara sempurna Yesus telah melakukannya. Dan
secara khusus dalam konteks pembelajaran, pengajaran Yesus dengan menggunakan
perumpamaan dan analogi itu merupakan proses transfer konsep secara metakognisi
dengan melibatkan aspek kognitif juga aspek afeksi dan konasi.37 Dan masih banyak
lagi hal-hal luar biasa mengenai pendidikan, psikologi dan pembelajaran kristen
Perkembangan teknologi tidak hanya mendukung para pendidik dan pengajar
untuk lebih efektif dalam pendidikan kristen, tetapi juga memberi peluang besar bagi
para curriculum designer, program designer, ITprogrammer, content creator, script
writer, graphic designer, e-learning tutors untuk bekerja profesional sekaligus berkarya
bagi pemenuhan mandat penciptaan dan penginjilan. Melalui model pembelajaran
Blended learning ini para pengajar Kristiani mampu menjawab mandat Tuhan Yesus
secara maksimal dan sekaligus menjadi jawaban bagi banyak orang di tengan kesulitan,
seperti pandemi covid-19 sekarang ini.
36 Philip Chia, “Analysis of the Effectiveness of Jesus Parable: A cognitive Psychology
Approach.” Journal of Research on Christian Education, v29 n3 p272-284 2020. 37Kevin Zook Ph.D., “Teaching and Learning by Analogy: Psychological Perspectives on the
Parables of Jesus,” Inte rnational Christian Community of Teacher Educators Journal 6, no. 1 (2010).
Volume 3, No 1, Tahun 2021
p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma
Copyright©2021 – KERUGMA | 17
V. KESIMPULAN
Kendala selalu dapat diatasi bersama-sama dengan hati dan pikiran yang lapang.
Kesulitan mendorong kita untuk menemukan solusi dan jalan keluarnya, serta tidak ada
yang terlalu sulit untuk dilakukan bersama dengan Kristus. Perkembangan tekonologi
informasi dan komunikasi ditambah dengan pandemi covid-19 menjadi pemicu bagi
dunia pendidikan kristen untuk segera melakukan pembenahan dan penyusunan kembali
model dan program pendidikan kristen secara terpadu. Saatnya gereja-gereja di
Indonesia memberi perhatian dan dukungan bagi perkembangan pendidikan kristen
bukan hanya dalam hal penggalian konten materi pelajaran Alkitab dengan wawasan
dunia kristen. Guru-guru kristen perlu diberi pelatihan dan pemahaman Alkitab yang
baik agar mampu mentransfer pengajaran Alkitab kepada peserta didik dengan baik dan
benar. Gereja dapat mendukung program pemerintah dengan memberi perhatian lebih
besar kepada pelayanan anak-anak sekolah Minggu baik melalui media sinkron maupun
program asinkron.
Dengan memahami kebenaran Firman Tuhan dan menerapkan pendidikan
berwawasan dunia kristen, peserta didik mampu menerima pengajaran secara
terintegrasi dimana Alkitab menjadi dasar dan parameter dalam menerima semua ilmu
pengetahuan umum. Dengan demikian paradigma murid dapat terorganisasi dengan
sinkron dan selaras secara metakognitif, dan siswa dapat membangun dirinya secara
maksimal dan cerdas sesuai potensi yang dimilikinya dan bertumbuh ke arah Kristus.
Model pembelajaran terpadu melalui media elektronik dapat diatur dan didesain sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam materi pengajaran baik secara sinkron tatap
muka atau virtual, ataupun asinkron secara mandiri atau kolektif. Guru-guru dapat
menyusun rencana pembelajaran secara lebih efektif dan variatif, juga sekali-kali dapat
melibatkan peran orang tua melalui instruksi yang praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Anis Chaeruman, Uwes, Basuki Wibawa, and Zulfiati Syahrial. “Determining the
Appropriate Blend of Blended Learning: A Formative Research in the Context of
Spada-Indonesia.” American Journal of Educational Research 6, no. 3 (2018):
188–195.
Astanta Basir Leman: Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Intergrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Larning
Copyright© 2021 – KERUGMA |18
Anthony, Michael J. Introducing Christian Education: Foundations for the Twenty-
First Century. Grand Rapids: Baker Academic, 2001.
Çağlar, Mustafa Emre. “Why Does Intellectuality Weaken Faith and Sometimes Foster
It?” Humanities and Social Sciences Communications 7, no. 1 (2020): 1–17.
Chia, Philip Suciadi. “Analysis of the Effectiveness of Jesus’ Parable: A Cognitive
Psychology Approach.” Journal of Research on Christian Education 29, no. 3
(2020): 272–284.
H.C, Whiterington, and M. Buchori. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru, 1978.
Horton, William. E-Learning by Design. TechTrends. Vol. 48. San Fransisco: Pfeiffer,
2006.
Lee, Heekap. “Jesus Teaching Through Discovery.” International Christian Community
of Teacher 1, no. 2 (2006).
Littlejohn, Allison, and Chris Pegler. Preparing for Blended E-Learning. Preparing for
Blended E-Learning. Oxford, England: Routledge, 2007.
Manuputty, Prilly, and Novia Lakoruhut. “Problematika Guru Pendidikan Agama
Kristen Dalam Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Problematics Of
Teachers Of Christian Religion Education In Learning In The Pandemic Time
Covid-19.” Jurnal Pendidikan 1, no. 2 (2020): 54–61.
Mikropoulos, Tassos Anastasios, ed. Research on E-Learning and ICT in Education:
Technological, Pedagogical and Instructional Perspectives. Research on E-
Learning and ICT in Education. Ioannina, Greece: Springer International
Publisher, 2018.
Murniarti, Erni, Bernard Nainggolan, Hulman Panjaitan, L.Elly AM Pandiangan, I Dewi
Ayu Widyani, and Saniago Dakhi. “Writing Matrix and Assessing Literature
Review: A Methodological Element of a Scientific Project.” Journal of Asian
Development 4, no. 2 (2018): 133.
Naidu, Som. E-Learning A Guidebook of Principles, Procedures and Practices. E-
Learning. Melbourne: CEMCA, 2006.
National Research Council. How People Learn: Brain, Mind, Eperience and School:
Expanded Edition (2000). The National Academies Press. 2000th ed. Washington,
D.C: The National Academy Press, 2000.
Queen’s University T & L. “Focus on Active Learning” (2013): 8.
Riemer, Heiko. Desert Road, 2013.
Smaldino, Sharon E, Robert Heinich, Michael Molenda, and James D Russel.
Instructional Media and Technologies for Learning (7th Edition). New Jersey:
Pearson Education, Inc., 2002.
Smith, Bryan. “Biblical Integration: Pitfalls and Promise.” BJUPress (2012).
Widianing, Oda Judithia. “Pengantar Psikologi Pendidikan,” 2021.
Zook Ph.D., Kevin. “Teaching and Learning by Analogy: Psychological Perspectives on
the Parables of Jesus.” International Christian Community of Teacher Educators
Journal 6, no. 1 (2010).