analisis pekerjaan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB III PEMBAHASAN 3. Analisis Pekerjaan 3.1. System Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu. sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Dalam perkembangannya suatu Perusahaan Listrik pada umumnya memulai dengan membangun sistem kecil yang terisolir, misalnya dengan sebuah PLTD atau PLTA kecil yang langsung dihubungkan dengan jaringan distribusi. Hal semacam ini masih banyak terdapat pada masa kini di tanah air kita yaitu perlistrikan desa dengan menggunakan PLTD atau PLTA mikro. Selanjutnya apabila beban bertambah maka jumlah unit pembangkit dalam PLTD ditambah tetapi pada PLTA hal ini sering tidak bisa dilakukan karena potensi hidronya terbatas. Begitu pula pada PLTD penambahan unit pembangkit ada batasnya walaupun umumnya lebih leluasa dibandingkan dengan PLTA. Apabila Pusat Listrik yang ada sudah tidak mungkin diperluas lagi maka perlu dibangun Pusat Listrik lain untuk melayani perkembangan beban. Demikianlah dalam perkembangannya akan terbentuk system tenaga listrik dengan beberapa Pusat Listrik yang mengisi suatu jaringan tertentu. Sistem tenaga listrik yang terakhir ini menjadi sebuah sub sistem apabila diinterkoneksikan dengan sub sistem lain yang serupa sehingga terbentuk suatu system interkoneksi. Dalam sistem yang terisolir yang terdiri dari sebuah Pusat Listrik saja pembagian beban antar unit pembangkit dapat dilakukan oleh seorang operator dalam Pusat Listrik. Pembagian beban ini dilakukan dalam rangka mengikuti kebutuhan beban dan para pemakai listrik (konsumen) yang selalu berubah sepanjang waktu. Tetapi sejak sistem tenaga listrik sudah harus dilayani oleh dua buah Pusat Listrik

atau lebih maka harus ada seorang operator sistem yang biasa disebut dispatcher system atau petugas piket operasi sistem yang harus mengatur pembagian beban diantara Pusatpusat Listrik yang beroperasi dalam sistem. Untuk melakukan tugas ini seorang dispatcher sistem memerlukan sarana telekomunikasi. Jadi sejak sistem tenaga listrik harus dilayani oleh dua Pusat Listrik atau lebih maka diperlukan sarana telekomunikasi untuk rnengendalikan sistem tenaga listrik. Untuk sistem interkoneksi yang besar, yang terdiri dari banyak Pusat Listrik dan banyak Pusat Beban (Gardu Induk), sarana pengendalian operasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi saja tidak mencukupi tetapi harus ditambah dengan peralatan telemetering dan alat-alat pengolah data. Hal ini adalah memadai terutama jika diingat bahwa sistem yang besar juga melibatkan biaya operasi yang besar sehingga pengendalian yang cermat sangat diperlukan. Biaya operasi dan Sistem Tenaga Listrk pada umumnya merupakan bagian biaya yang terbesar dari biaya operasi suatu Perusahaan Listrik. Secara garis besar biaya operasi dari suatu sistem Tenaga Listik terdiri dari : a. Biaya pembelian tenaga listrik. b. Biaya Pegawai. c. Biaya Bahan Bakar dan Material Operasi. d. Biaya lain-lain. Dari keempat biaya tersebut di atas, biaya bahan bakar pada umumnya adalah biaya yang terbesar. Untuk PLN biaya bahan bakar adalah kira-kira 60 persen dari biaya operasi secara keseluruhan.

Mengingat hal-hal tersebut diatas maka operasi Sistem Tenaga Listrik perlu dikelola atas dasar pemikiran manajemen operasi yang baik terutama karena melibatkan biaya operasi yang terbesar dan juga karena langsung menyangkut citra PLN kepada masyarakat. Manajemen Operasi Sistem Tenaga Listrik haruslah memikirkan bagaimana menyediakan tenaga listrik yang seekonomis mungkin dengan tetap memperhatikan mutu dan keandalan. Karena daya listrik yang dibangkitkan harus selalu sama dengan daya listrik yang dibutuhkan oleh konsumen rnaka Manajemen Operasi Sistem Tenaga Listrik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Perkiraan beban (load forecast). 2. Syarat-syarat pemeliharaan peralatan. 3. Keandalan yang diinginkan. 4. Alokasi beban dan produksi pembangkit yang ekonomis. Keempat hal tersebut diatas seringkali masih harus dikaji terhadap beberapa kendala seperti : a. Aliran beban dalam jaringan. b. Daya hubung singkat peralatan. c. Penyediaan suku cadang dan dana. d. Stabilitas Sistem Tenaga Listrik.4. Dengan memperhatikan kendala-kendala ini maka seringkali harus dilakukan

pengaturan kembali terhadap rencana pemeliharaan dan alokasi beban. Makin besar suatu sistem tenaga listrik makin banyak unsur yang harus dikoordinasikan serta yang harus diamati. sehingga diperlukan perencanaan, pelaksanaan. pengendalian serta analisa operasi sistem yang cermat sehingga akan sesuai dengan Tujuan dan operasi

sistem tenaga listrik yaitu menyediakan tenaga listrik yang seekonomis mungkin dengan memperhatikan mutu dan keandalan.

4.1. Sistem SCADA SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau data-data dari lapangan dan kemudian mengirimkan-nya ke sebuah komputer pusat yang akan mengatur dan mengontrol data-data tersbut. Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga listrik terutama pengendalian operasi secara realtime. Dengan sistem SCADA maka Dispatcher (operator) dapat mendapatkan data dengan cepat setiap saat (real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat dengan cepat memberikan peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan pada sistem, sehingga gangguan dapat dengan mudah dan cepat diatasi / dinormalkan. Data yang dapat diamati berupa kondisi ON / OFF peralatan transmisi daya, kondisi sistem SCADA sendiri, dan juga kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di komponen transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator berbeda, bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak valid maka operator akan dapat mengetahui dengan mudah.5. Fungsi scada adalah sebagai Telemetering, Telesignaling dan Telecontrol 5.1. Telemetering adalah pembacaan besaran ukur jarak jauh dimana nilai atau besaran-besaran pengukuran yang ada di Gardu Induk dapat di tampilkan di Control Center ( sebagai contoh besaran pengukuran MW, Mvar, KV dan Ampere)

5.2. Telesignaling adalah pembacaan status (indikasi) dan alarm dari peralatan

gardu induk. Telesignal sendiri dibagi menjadi dua yaitu : Telesignal Double (Telesignal double mempunyai dua status yaitu Buka/Tutup (Open/Close) sebagai contoh status PMT, PMS Rel, PMS Line , PMS Tanah. Telesignal Single (Telesignal single mempunyai status tunggal sebagai contoh sinyal-sinyal alarm).

3.1. Telecontrol atau pengaturan jarak jauh adalah perintah merubah keadaan dari

untuk

peralatan Gardu Induk ( sebagai contoh

Posisi/indikasi PMT, PMS Rel )

Sistem SCADA terdiri dari 3 bagian utama yaitu: Master Station/ RCC (Region Control Center), Link Komunikasi Data, dan Remote Station.Remote. Blok diagram sistem SCADA dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar1. Blok Diagram Sistem SCADAFungsi SCADA yang harus disediakan yaitu: a. Digital Input atau Telesignal; b. Digital Output atau Remote control; c. Analog Input atau Telemetering;

d. Analog Output untuk kebutuhan Load Frequency Control (LFC); e. Pulse Counter.

Master Station Master station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak yang ada di control center yang berfungsi untuk mengumpulkan data-data dari Remote Sation, memproses data-data sesuai aplikasi data dan selanjutnya menampilkan hasil proses melalui VDU, Mimic, Printer dll. Biasanya desain untuk sebuah master station tidak sama. Perangkat keras (hardware) pada Master Station adalah Main Computer/Server, Front End Computer dan Peripheral / HMI Server untuk kebutuhan master station terdiri dari: 1. Server SCADA berfungsi sebagai pengolah dan penyimpan semua data informasi yang diperoleh dari sub sistem komunikasi untuk dikirimkan kepada server yang lain sesuai dengan kebutuhan.

2. Server Sub Sistem Komunikasi adalah server yang berfungsi sebagai kontrol komunikasi ke RTU/remote station dengan model polling serta sinkronisasi yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan.

3. Server Historikal berfungsi sebagai penyimpan semua data dan informasi baik yang dinamis maupun statis serta semua perubahan informasi yang didapat dari server SCADA maupun server EMS/DMS.

4. Server EMS (Energy Management System) Berfungsi sebagai pengolah data dari server SCADA, server historikal, dan data snapshot dari sub sistem komunikasi dikombinasikan dengan logikal data yang ada di server EMS untuk menjalankan aplikasi kelistrikan baik secara real time maupun study.

5. Server DTS (Dispatcher Training Simulator) berfungsi untuk menjalankan aplikasi training baik berupa simulasi maupun modelling sesuai dengan kebutuhan dispatcher. Fungsi HMI adalah sarana untuk menampilkan hasil proses data dari Master Station dan sarana penghubung antara operator (dispatcher) dengan Master Station dan Remote Station untuk melakukan pengaturan pada sistem tenaga listrik yang dikelolanya. Fungsi Front End adalah melakukan polling terhadap RTU dan sebagai interface antara Main Computer dengan Sistem Transmisi data RTU.

Konfigurasi Master Station Konfigurasi master station dapat dilihat pada Gambar 1.2.

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

12

SD

SD

D S

D S

SD

SD

D S

D S

S D P ROL NT A I

80 0 0

ESC

S D R P OL I N AT

80 0 0S D P ROL A T I N

80 0 0ESC

ESC

D S

D LT

D S

D S

D LT D LT

A

B

C

D

E

F

G

HSEL ECT ED ON -L INE

A

B

C

D

E

F

G

HSE LECTED O N- LI NE

SD

CO N OL E S L OOP BRI S/T CO NSO LE W I C 0 OK FDX 10 0 L NK LP AUX LOOP DS U CP U S3 W I 1 OK C OK SD LP DS U CPU S3 B1 B2

Ci sco 17 20

BR I S/T

13LCD 3 bh

17 18

W I C 0 OK

FDX

10 0 L NK

AUX

W I C 1 OK

19

C isco 1 720

12

Inter Center Link ( IEC 870-6 (ICCP) )

OK

B1 B2

14

A

B

C

D

E

F

G

HS ELEC TED O N- LI NE

14 15RTU IEC 870-5-101, DNP 3.0 Serial

16A B C D E F G HSEL ECT ED O N- LIN E

S D

P ROLI NT A

8 0 00

ES C

RTU IEC 870-5-104 Ethernet

S D

DL T

V24 point to point

20

21

22

23

Gambar 1.2. Konfigurasi Master Station Keterangan: a. Workstation dispatcher (2 set) dan Workstation supervisor (1 set) b. Workstation enjiner & update database (2 set) c. Workstation DTS (2 set) d. Server SCADA (1 set redundant) e. GPS (1 set redundant) f. Server EMS (1 set redundant) g. Server data historikal dan update database (1 set redundant) h. Server DTS (1 set redundant) i. Projection multimedia (2 set) j. Server kontroller (1 set) k. Layar tayang

l. Switch Gigabit Ethernet LAN m. Server sub sistem komunikasi (1 set redundant) n. Switch 100 Megabit Ethernet LAN o. Workstation di luar control center p. Static display q. Printer laser hitam putih (1 buah) r. Printer laser berwarna (1 buah) s. Gateway atau Router+Firewall (1 set) t. Server frekuensi (1 set) u. Monitoring frekuensi (2 set) v. Kinerja SCADA, Operasi (1 set) w. Offline database server (1 set) Bagian-bagian utama Master Station adalah: Server WorkstationWorkstation yang digunakan terbagi menjadi: a. Workstation Dispatcher; b. Workstation Enjiner; c. Workstation DTS; d. Workstation di luar control center. Ketersediaan kinerja workstation secara individual minimal 99,75%.

Aplikasi LAN (Local Area Network) Peripheral Penunjang

Hampir semua sistem kendali pengawasan modern berbasis pada komputer, yang memungkinkan Master Station terdiri dari komputer digital dengan peralatan masukan keluaran yang dibutuhkan untuk mengirimkan pesan-pesan kendali ke RTU serta menerima informasi balik. Informasi yang diterima akan ditampilkan pada layar VDU dan/atau dicetak pada printer sebagai permanent records. VDU juga dapat menampilkan informasi grafis seperti diagram satu garis. Pada RCC (pusat kendali), seluruh status sistem juga ditampilkan pada Diagram Dinding (mimic board), yang memuat data mengenai aliran daya pada kondisi saat itu dari RTU.

Remote Station Remote station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak SCADA yang ada di Gardu Induk. 1. Konfigurasi Remote Station Konfigurasi remote station mengacu pada SPLN S3.001: 2008 butir 7.2, yaitu: a. b. c. Konfigurasi Remote Station Konfigurasi Remote Station di unit Pembangkit Konfigurasi Remote Terminal Unit

Contoh konfigurasi remote station dalam penggunaan gateway, RTU, dan IED dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut ini.

CONTROL CENTER LOCAL HMI

GATEWAY

LAN atau TCP /IP atau Serial

LAN atau TCP/IP atau Serial

SWITCH LAN atau TCP /IP

REMOTE TERMINAL UNIT

DIGITAL METER

IED

IED

Gambar 1.3 Konfigurasi Remote Station adapun peralatan-peralatan yang ada pada Remote Station adalah sebagai berikut: a. Gateway Gateway dapat berkomunikasi dengan RTU, IED, dan relay proteksi. Gateway harus memiliki port komunikasi redundant. Gateway mampu berkomunikasi secara bersamaan dengan minimal dua control center dengan protokol yang berbeda dan dapat dihubungkan dengan Local HMI di gardu induk sebagai pengganti control panel. b. IED (Intelligent Electronic Device) IED berfungsi untuk melakukan remote control, telemetering, telesignal, dan proteksi,yang terpasang pada bay controller dan dapat berkomunikasi dengan RTU atau Gateway menggunakan protokol standar.

c. Digital Meter Digital meter yang dipasang di panel sebagai pengganti transducer konvensional dan terhubung dengan remote station menampilkan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Phase Amps Phase volts Line volts Per phase PF Per phase kW Per phase kVAr Per phase kVA 3 Phase PF 3 Phase kW 3 Phase kVAr 3 Phase kVA Frequency Amps puncak Phase volts Puncak Arus Netral.

d. Local HMI; Local HMI berfungsi sebagai pengganti control panel, terdiri dari satu buah komputer dilengkapi dengan aplikasi HMI. e. Remote Terminal Unit RTU dapat mengakuisisi digital input, digital output, analog input, dan analog output. RTU dapat berkomunikasi dengan sub-RTU yang dinamakan RTU Konsentrator. RTU harus memiliki port komunikasi redundant yang mampu

berkomunikasi secara bersamaan dengan minimal dua control center dengan protokol yang berbeda dan dapat dihubungkan dengan Local HMI di gardu induk sebagai pengganti control panel. RTU harus dilengkapi dengan fasilitas dummy breaker yang berfungsi untuk melakukan simulasi remote control. 1. Konfigurasi Remote Station di unit Pembangkit Konfigurasi remote station di unit pembangkit, dimana terdapat sistem kontrol pembangkit dan sistem kontrol SCADA yang terpisah satu sama lain, maka konfigurasinya mengacu pada Gambar 1.4. dibawah ini

CONTROL CENTER

GATEWAY

Sistem Kontrol GI

Sistem Kontrol Pembangkit

Gambar 1.4 Konfigurasi remote station di unit pembangkit 2. Konfigurasi Remote Terminal Unit

Fungsi Remote Termnal Unit / RTU adalah Sebagai pengumpul dan pemroses data dan mengirimkannya ke Master Station serta Meneruskan perintah dari Master Station ke suatu peralatan yang disupervisi. Konfigurasi Remote Terminal Unit mengacu pada Gambar 1.2 berikut ini:

Gambar 1.2 Konfigurasi Remote Terminal Unit Bagian-bagian utama Remote Station adalah: Modul Mikroprosessor Fungsi Modul Mikroprosessor antara lain: Layanan central;

Organisasi aliran data; Sinkronisasi waktu dengan GPS lokal atau GPS di control center; Sinkronisasi komunikasi serial atau field bus; Resolusi realtime: 1 ms; Fungsi gateway.

Modul Komunikasi Fungsi modul komunikasi yaitu:

Dapat berkomunikasi menggunakan protokol sesuai dengan standar;

Memiliki fungsi http dan ftp (optional); Dapat melakukan switch over port komunikasi secara

otomatis; Dapat melakukan switch over jaringan LAN secara

otomatis. Modul Input/Output (I/O) Jenis I/O pada remote station: 1.3.3.1Analog Input; Modul untuk analog input mengacu pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Modul Analog Input

Keterangan Input/output

Analog Input 0 s/d + 10 mA dc,

Keterangan

Analog Input 0 s/d + 20 mA dc, 5 mA dc, +4 s/d +20 mA dc, 0 s/d 10 V dc

Pemrosesan

Besaran pengukuran Skala pengukuran

Time tag Akurasi Digital (ADC) Analog to

10 ms

Converter Minimal 12bit

Sub bagian untuk modul analog input adalah: Modul TM Menerima input telemetering dari modul A/D converter. Transducer

Mengkonversikan besaran tegangan dan/atau arus dari CT/PT menjadi besaran mA. CT/PT

Menkorversi arus dan tegangan dari sisi tegangan tinggi menjadi tegangan dan arus yang dibutuhkan oleh transduser. Database RTU

Mengkonversikan besaran engineering.

kondisi

CT/PT

terpasang

menjadi

Database Master Station

Mengkonversikan besaran Engineering yang akan ditampilkan di VDU Dispatcher yang merupakan besaran real time. Kabel Koneksi Menghubungkan koneksi dari Marsheling Kiosk CT/PT sampai modul TM. 1.3.3.1Analog Output; Modul untuk analog output mengacu pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Modul Analog Output

Keterangan Input/output

Analog Output 0 s/d + 10 mA dc, 0 s/d + 20 mA dc, 5 mA dc, +4 s/d +20 mA dc, 0 s/d 10 V dc 0 s/d +

Pemrosesan

Besaran set point Skala set point

Keterangan

Analog Output Besaran set point

Time tag Akurasi Digital (ADC) Analog to

10 ms

Converter Minimal 12 bit

Modul RCA (Remote Control Analog)

Melakukan remote control set point ke pembangkit. Local Remote

Memposisikan remote atau lokal. Kabel Koneksi

Menghubungkan instalasi dari Modul RCA ke Switch Yard. Modul PS 48 VDC

Mengkonversikan dari 48 VDC ke tegangan DC yang lebih rendah misalnya: 5,12, 15, 24 VDC. 1.3.3.1Digital Input;

Modul untuk digital input mengacu pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Modul Digital Input

Keterang

Digital

an Input/out put

Input 24 s/d 48 Vdc Single point,

Pemroses Double an point Counter Time tag 1 ms

Modul TS

Menerima input telesinyal dari peralatan Relay SCADA. Relay SCADA

Mengkonversi tegangan dari limit switch dengan tegangan modul TS. Limit Switch

Menerima input posisi Tele Sinyal Double, Status yang merupakan alarm gangguan dari switch yard.

1.3.3.1Digital Output Modul untuk digital output mengacu pada Tabel 1.4. Tabel 1.4. Modul digital output

Keterangan Input/output Pemrosesan

Digital Output 24 s/d 110 Vdc Binary output Pulse output Persistent command output Time tag 1 ms

Modul RCD

Melakukan remote control open/close ke switch yard. SwitchYard

Melakukan open/close peralatan di sisi tegangan tinggi. Check Synchro Relay

Rangkaian sinkronisasi sebelum pemasukan CB. Local Remote

Memposisikan remote atau lokal Kabel Koneksi

Menghubungkan instalasi dari Modul RCD ke Switch Yard Relay Bantu 48 VDC

Menyediakan kontak dengan arus yang besar untuk menggerakkan coil peralatan switch yard.

Modul Pulse Counter Modul pulse counter berfungsi sebagai akumulator dari pulsa kontrol dan status peralatan.

Modul Catu Daya Besaran nominal toleransi dan sistem pentanahan untuk peralatan catu daya 48 VDC mengacu pada SNI 04-7021.2.1-2004: 2004, dapat dilihat pada Tabel 1.5. Tabel 1.5. Catu daya 48 VDC

Tegangan Rectifier 48 VDC Tegangan Input Output 220/380 VAC 10% 48 VDC 10% Positif grounding Pentanahan

Catu daya mempunyai protokol komunikasi Modbus. Backup time batere untuk semua peralatan:a. GITET b. Gardu Induk c. Gardu Hubung d. Gardu Tiang e. Key point

: 8 jam : 8 jam : 8 jam : 8 jam : 8 jam

Modul Local HMI

Modul Local HMI berfungsi sebagai panel display operator terhadap seluruh peralatan Gardu Induk. Operator bisa melaksanakan eksekusi/perintah maupun monitoring peralatan melalui Local HMI.

3.1. gdjghdjhj 3.2. gdjghfj Sistem SCADA 1. djghfhg Fungsi kendali pengawasan mengacu pada operasi peralatan dari jarak jauh, seperti switching circuit breaker, pengiriman sinyal balik untuk menunjukkan atau mengindikasikan kalau operasi yang diinginkan telah berjalan efektif. Sebagai contoh pengawasan dilakukan dengan menggunakan indikasi lampu, jika lampu hijau menyala menunjukkan peralatan yang terbuka (open), sedang lampu merah menunjukkan bahwa peralatan tertutup (close), atau dapat menampilkan kondisi tidak valid yaitu kondisi yang tidak diketahui apakah open atau close. Saat RTU melakukan operasi kendali seperti membuka circuit breaker, perubahan dari lampu merah menjadi hijau pada pusat kendali menunjukkan bahwa operasi berjalan dengan sukses. Operasi pengawasan disini memakai metode pemindaian (scanning) secara berurutan dari RTU-RTU yang terdapat pada Gardu Induk-Gardu Induk. Sistem ini mampu mengontrol beberapa RTU dengan banyak peralatan pada tiap RTU hanya dengan satu Master Station. Lebih lanjut, sistem ini juga mampu mengirim dari jarak jauh data-data hasil pengukuran oleh RTU ke Master Station, seperti

data analog frekuensi, tegangan, daya dan besaran-besaran lain yang dibutuhkan untuk keseluruhan / kekomplitan operasi pengawasan . Master Station secara berurutan memindai (scanning) RTU-RTU dengan mengirimkan pesan pendek pada tiap RTU untuk mengetahui jika RTU mempunyai informasi yang perlu dilaporkan. Jika RTU mempunyai sesuatu yang perlu dilaporkan, RTU akan mengirim pesan balik pada Master Station, dan data akan diterima dan dimasukkan ke dalam memori komputer. Jika diperlukan, pesan akan dicetak pada mesin printer di Master Station dan ditampilkan pada layar monitor. Siklus pindai membutuhkan waktu relatif pendek, sekitar 7 detik (maksimal 10 detik). Siklus pindai yaitu pemindaian seluruh remote terminal dalam sistem. Ketika Master Station memberikan perintah kepada sebuah RTU, maka semua RTU akan menerima perintah itu, akan tetapi hanya RTU yang alamatnya sesuai dengan perintah itulah yang akan menjalankannya. Sistem ini dinamakan dengan sistem polling. Pada pelaksanaannya terdapat waktu tunda untuk mencegah kesalahan yang berkaitan dengan umur data analog. Selain dengan sistem pemindaian, pertukaran data juga dapat terjadi secara incidental ( segera setelah aksi manuver terjadi ) misalnya terjadi penutupan switch circuit breaker oleh operator gardu induk, maka RTU secara otomatis akan segera mengirimkan status CB di gardu induk tersebut ke Master Station. Dispatcher akan segera mengetahui bahwa CB telah tertutup. Ketika operasi dilakukan dari Master Station, pertama yang dilakukan adalah memastikan peralatan yang dipilih adalah tepat, kemudian diikuti dengan pemilihan operasi yang akan dilakukan. Operator pada Master Station melakukan

tindakan tersebut berdasar pada prosedur yang disebut metode select before execute (SBXC), seperti di bawah ini:1) Dispatcher di Master Station memilih RTU. 2) Dispatcher memilih peralatan yang akan dioperasikan. 3) Dispatcher mengirim perintah. 4) Remote

Terminal

Unit

mengetahui

peralatan

yang

hendak

dioperasikan.5) Remote Terminal Unit melakukan operasi dan mengirim sinyal balik

pada Master Station ditunjukkan dengan perubahan warna pada layar VDU dan cetakan pesan pada printer logging. Prosedur di atas meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan operasi. Jika terjadi gangguan pada RTU, pesan akan dikirim dari RTU yang mengalami gangguan tadi ke Master Station, dan pemindaian yang normal akan mengalami penundaan yang cukup lama karena Master Station mendahulukan pesan gangguan dan menyalakan alarm agar operator dapat mengambil tindakan yang diperlukan secepatnya. Pada saat yang lain, pada kebanyakan kasus, status semua peralatan pada RTU dapat dimonitor setiap 2 detik, memberikan informasi kondisi sistem yang sedang terjadi pada operator di Pusat Kendali (RCC). Hampir semua sistem kendali pengawasan modern berbasis pada komputer, yang memungkinkan Master Station terdiri dari komputer digital dengan peralatan masukan keluaran yang dibutuhkan untuk mengirimkan pesan-pesan kendali ke RTU serta menerima informasi

balik. Informasi yang diterima akan ditampilkan pada layar VDU dan/atau dicetak pada printer sebagai permanent records. VDU juga dapat menampilkan informasi grafis seperti diagram satu garis. Pada RCC (pusat kendali), seluruh status sistem juga ditampilkan pada Diagram Dinding (mimic board), yang memuat data mengenai aliran daya pada kondisi saat itu dari RTU 3. Komunikasi Radio Radio Komunikasi adalah hubungan, komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang radio sebagai pembawa pembicaraan timbal balik, sedangkan si penerima langsung menangkap sinyal-sinyal radio yang dipancarkan dan diperkuat sehingga merupakan suatu bunyi yang keluar dari loud speaker. Radio komunikasi terdiri dari TX dan RX dimana TX`adalah unit pemancar pada`peralatan Radio dan RX`adalah unit penerima peralatan Radio. Bagian bagian peralatan komunikasi Radio adalah : Transmitter, Receiver, Modulator/Demodulator, Eksiter (Driver), Power Supply, Feeder (koaksial kabel), Tower dan Antena. Radio Komunikasi milik PLN menggunakan frekuensi 4 MHz s/d 12 MHz, 72 s/d 82 MHz, 400 MHz s/d 460 MHz (UHF).

4. Komunikasi Fiber Optic Yang dimaksud komunikasi Fiber Optic adalah komunikasi yang menggunakan media Fiber Optic. Komponen-komponen utama komunikasi Fiber Optic adalah Komponen pasif (kabel,splicing, konector,spliter) dan komponen aktif (tansmiter, receiver, optical amplifier dan optical switch). OPGW atau Optical Ground wire

adalah kabel serat optic yang ditumpangkan pada kabel ground transmisi tegangan tinggi . Jenis-jenis Fiber Optic adalah : Multi mode step index, Single mode step index dan Grade index. Struktur dari kabel Fiber Optic adalah : Core, Clading, Primary coating, secondary coating dan Protective coating. 5. Pengenalan Peralatan kerja 5.1. Multimeter 5.2. Selective Level Meter 5.3. Signal Generator 5.4. Frequensi Counter 5.5. Osciloscope 5.6. Laptop / PC Tool 5.7. BER TEST / Protocol Analyzer

Database SCADA Database konfigurasi SCADA harus memiliki konsistensi data yang tinggi serta mudah untuk diupdate dan divalidasi oleh enjiner. Poin yang sama pada database SCADA tidak dapat diupdate oleh lebih dari satu orang enjiner pada saat bersamaan. Database SCADA hanya dapat diupdate oleh enjiner yang memiliki hak akses dan hanya dapat dilakukan pada workstation yang telah mendapat otorisasi. Proses ini tidak boleh mengganggu proses operasi sistem SCADA. Database SCADA juga dilengkapi dengan fasilitas export dan import database antar server dalam satu master station. Hasil export menggunakan format data yang mudah diakses oleh aplikasi-aplikasi office yang dijual dipasaran atau aplikasi open source office.

Jenis alarm dibedakan menjadi: a. Alarm operasi jaringan tenaga listrik (mengacu pada SPLN S5.001: 2008); b. Alarm pemeliharaan jaringan tenaga listrik (mengacu pada SPLN S5.002: 2008); c. Alarm peralatan master station; d. Alarm SCADA, misal: RTU faulty, RTU out of service, Link failover. Berdasarkan tampilan dan suaranya, kelas masing-masing jenis alarm dibedakan menjadi: a. Alarm prioritas tinggi; b. Alarm prioritas menengah; c. Alarm prioritas rendah. Proses pada operasi jaringan tenaga listrik yang menyebabkan terjadinya alarm adalah sebagai berikut: a. Perubahan status telesignal single (TSS) dan telesignal double (TSD); yang sesuai list pada teleinformasi data b. Telemetering yang melewati ambang batas yang telah ditetapkan; c. Kegagalan tindakan remote control; d. Gangguan sistem pengolahan data di control center (yakni: subsistem komunikasi data, server, dan workstation); e. Gangguan remote station (RTU, IED); f. Gangguan link telekomunikasi; g. Gangguan peripheral; h. Fail over master station; i. Alarm catu daya di master station (butir 10); j. Alarm sinkronisasi waktu. Pengelompokan alarm ditampilkan dengan penandaan warna dan bunyi yang berbeda. Penulisan alarm mengikuti ketentuan dalam SPLN S5.001: 2008.

Jenis data Jenis data yang harus tersedia di master station yaitu:a. Data real time; b. Data kalkulasi; c. Data manual; d. Data State Estimator (SE), jika dilengkapi dengan EMS/DMS; e. Data yang tidak berubah (not renew), yaitu data terakhir sebelum terjadi gangguan scan remote station (remote station off scan); f. Data invalid.

Data historical Perekaman data Data SCADA real time yang diterima oleh master station harus dapat direkam (archiving) untuk kebutuhan data historikal. Data-data tersebut yaitu: SPLN S3.001: 200829

a. Alarm; b. Event; c. Nilai telemetering maksimum per 30 menit atau disesuaikan dengan kebutuhan; d. Nilai telemetering minimum per 30 menit atau disesuaikan dengan kebutuhan; e. Nilai telemetering rata-rata per 30 menit atau disesuaikan dengan kebutuhan; f. Nilai telemetering instatenous per 30 menit atau disesuaikan dengan kebutuhan; g. Nilai telemetering untuk kebutuhan trend data per 10 detik atau disesuaikan dengan kebutuhan. Data tersebut harus disimpan dalam server data historikal minimal selama tiga bulan. Lama penyimpanan data diatur oleh enjiner.

Data retrieval Data yang tersimpan dalam server data historikal dapat dilihat oleh pengguna berdasarkan filter tertentu. Filter dapat berupa waktu, nama substation, nama bay, nama alarm, dan sebagainya. Transfer data ke offline database Data di server data historikal harus dapat ditransfer ke offline database server maksimum setiap satu jam untuk menjamin ketersediaan data di offline database server. Data di offline database server harus sama dengan data di server data historikal. 6.3.4.4 Penyimpanan data ke storage Data di server data historikal harus dapat di-backup ke storage (media penyimpanan) berupa tape atau optical disc. Backup data ke tape dilakukan setiap satu hari sekali secara otomatis. Energy management system (EMS) EMS merupakan aplikasi untuk melakukan manajemen energi operasi sistem tenaga listrik yang terintegrasi dengan sistem SCADA. EMS berfungsi untuk:a. Monitoring operasi sistem tenaga listrik; b. Menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan keamanan operasi sistem tenaga listrik; c. Mencapai operasi sistem tenaga listrik yang ekonomis. Kebutuhan aplikasi EMS mengacu pada butir 6.3.11.1, yang beroperasi secara real time dengan data snapshot dari server SCADA atau sub sistem komunikasi untuk pengukuran dan status saat aplikasi dijalankan dan data modelling serta data statis dapat diambil dari server historikal, EMS, dan SCADA. Distribution management system (DMS) DMS adalah aplikasi untuk melakukan manajemen distribusi tenaga listrik yang terintegrasi dengan sistem SCADA. SPLN S3.001: 2008 30

DMS berfungsi untuk: a. Monitoring distribusi jaringan tenaga listrik; b. Menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan keamanan distribusi jaringan tenaga listrik; c. Mencapai distribusi jaringan tenaga listrik yang ekonomis. Kebutuhan aplikasi DMS mengacu pada butir 6.3.11.2, yang beroperasi secara real time dengan data snapshot dari server SCADA atau sub sistem komunikasi untuk pengukuran dan status saat aplikasi dijalankan dan data modelling serta data statis dapat diambil dari server historikal, DMS, dan SCADA. Geographical information system (GIS) GIS adalah suatu aplikasi yang menginformasikan data sistem tenaga listrik secara menyeluruh sesuai dengan data geografis. 6.3.8 Dispatcher training simulator (DTS) DTS adalah fasilitas simulasi bagi dispatcher dan siswa sebagai sarana pelatihan dan peningkatan kemampuan pengoperasian sistem baik yang menyerupai kondisi sebenarnya maupun simulasi sesuai dengan tingkat kebutuhan. Data untuk DTS diperoleh dari data historikal. DTS harus memiliki database yang terpisah dengan database real time. DTS juga dilengkapi dengan aplikasi simulator dan skenario. 6.3.9 Offline database Offline database merupakan database khusus yang berfungsi untuk menyimpan data historikal pada server tersendiri. Dengan adanya offline database, data historikal dapat disimpan minimal selama satu tahun. Pengambilan data offline database tidak boleh mengganggu kinerja database SCADA. Aplikasi kinerja diperlukan untuk kebutuhan analisis SCADA dan operasi jaringan tenaga listrik, dengan memanfaatkan data yang ada di offline database server. Aplikasi kinerja terdiri dari: a. Kinerja master station (server, workstation, sub sistem komunikasi, LAN, printer, router, GPS, dan sebagainya); b. Kinerja Remote Station; c. Kinerja Link Komunikasi; d. Kinerja Telesignal; e. Kinerja Remote control; f. Kinerja Telemetering; g. Daftar telesignal invalid; h. Daftar telemetering invalid; i. Daftar telemetering tidak sesuai antara sisi kirim dengan sisi terima suatu penghantar dan di penghantar yang paralel; j. Laporan beban harian dan bulanan;

k. Logsheet; l. Daftar tegangan busbar harian; m. Daftar beban trafo distribusi; n. Daftar penyulang padam; o. Daftar trafo padam; p. Customer Information System (CIS).

Telesignal

Prosedur instalasi scada bay capacitorSebelum sistem SCADA diterapkan pada sistem tenaga listrik, konfigurasi jaringan harus mengikuti standar yang berlaku. Sebagai contoh pada SCADA distribusi, konfigurasi jaringan harus memungkinkan untuk dilakukannya manuver dan tersedianya peralatan switching yang motorized dan sistem proteksi 20 kV yang optimal, serta kondisi beban feeder yang memungkinkan untuk dilakukan tambahan manuver beban. Dalam pembangunan sistem SCADA, tahapan yang harus dilalui di setiap unit PT PLN (PERSERO) adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan data kelistrikan; Data kelistrikan yang diperlukan yaitu: Daya terpasang Daya mampu Beban puncak Load forecast Load factor Kepadatan beban Transfer energi Karakteristik peralatan switching dan proteksi (CT, PT, dll) Jumlah GITET, gardu induk, trafo, line, busbar, reaktor, kapasitor, generator, inter bus transformer (IBT), penyulang, gardu hubung, gardu distribusi, load break switch (LBS), recloser, sistem proteksi Single line diagram Perencanaan sistem dalam jangka waktu 5 10 tahun ke depan Data gangguan SAIDI, SAIFI (untuk jaringan distribusi) Data energy not served (untuk jaringan transmisi) Merk, tipe, dan spesifikasi peralatan b. Survei; Survei bertujuan untuk memperoleh data-data lapangan yang akan dipadukan dengan data kelistrikan untuk menjadi dasar studi kelayakan. Survei dilaksanakan oleh unit PT PLN (PERSERO) yang akan melaksanakan pembangunan sistem SCADA. Survei dilaksanakan setelah data-data kelistrikan

dikumpulkan dan sebelum dilakukan studi kelayakan. Format data hasil survei mengacu pada lampiran A. . Data yang disurvei yaitu: Topologi geografis Konfigurasi dan ketersediaan media telekomunikasi Ketersediaan alokasi frekuensi radio Ketersediaan peralatan switching (motorized dan control panel) Karakteristik peralatan switching dan proteksi (CT, PT, relay bantu, dll) Kelengkapan peralatan jaringan Lokasi control center Lokasi repeater Area yang disupervisi

1. Perencanaan dan pemasangan scada 2. Survey 3. Pengerjaan, pemasangan instalasi dan download database a. Penarikan kabel armor 20 pair dari container kapasitor kabel armor 20 pair digunakan untuk menghubungkan container kapasitor dengan

b. Wiring RC, TS, TM dan tranduser M40 di panel control

Wiring atau pengkabelan dilakukan pada panel control. Panel control terdiri dari

1 = input transformer 2 = multiplexer 3 = latching stage 4 = A/D converter 5 = Microprocessor 6 = Electrical Insulation 7 = D/A converter 8 = Output Amplifier/Latching Stage 9 = Programming interface RS232 10 = Bus RS485 (MODBUS) 11 = Power Supply

c. Wiring MDF di panel scada d. Download database

e. Pengujian local (inject tegangan dari MDF)Pengujian lokal adalah pengujian setelah peralatan dipasang lengkap dan dilakukan dengan menggunakan simulasi tanpa terhubung dengan keseluruhan sistem dimana peralatan tersebut dipasang.

Commisioning scada BAY CAPCT untuk fungsi RC. TS. TM. Rtu: epc 3200 RTU TYPE EPC 3200 RTU type ini mengakuisisi proses peralatan Gardu Induk yang di sebut Teleinformasi. Informasi dasar tentang sistem tenaga listrik di peroleh dari pemantauan status peralatan dan pengukuran besaran listrik pada Gardu Induk maupun Pembangkit Listrik, kemudian informasi itu di proses oleh RTU untuk kemudian di kirim ke Control Center atau dari Control Center ke RTU yang sering di sebut TELEINFORMASI. TELEINFORMASI terbagi menjadi beberapa informasi sebagai berikut :

a. Telesignal Telesignal adalah posisi atau status (indikasi) dari perlatan Gardu Induk (seperti PMT,PMS Rel,PMS Line ,PMS Tanah) dan sinyal sinyal alarm Telesignal sendiri dibagi menjadi dua yaitu : Telesignal Double (Telesignal double mempunyai dua status yaitu Buka/Tutup (Open/Close) sebagai contoh status PMT, PMS Rel, PMS Line , PMS Tanah. Telesignal Single (Telesignal single mempunyai status tunggal sebagai contoh sinyal-sinyal alarm).

a. Telecontrol

Telekontrol adalah perintah untuk merubah keadaan dari peralatan Gardu Induk ( sebagai contoh Posisi/indikasi PMT, PMS Rel )

b. Telemetering Telemetering adalah nilai atau besaran-besaran pengukuran yang ada di Gardu Induk untuk di tampilkan di Control Center ( sebagai contoh besaran pengukuran MW, Mvar, KV dan Ampere 4.1.1 KONFIGURASI CARD-CARD RTU EPC 3200

Modem Ch 1 Conector

Proceso r

Memory

Conector TTY Coupler PP

Transmision

Card CD 00 Modem Ch 2 Card AL05/07

Card RA 00

Card RL 00

Card AA01/03 Card AA 11

4.1.2 JENIS-JENIS CARD RTU EPC3200 RTU EPC 3200 terdiri dari Modul-modul antara lain : Central Prosesing Unit Central Prosesing Unit komunikasi) Memory Analog Digital Converter Analog Aqusition Restitution Logic Acquisition Logic Restitution Analog Coding Gray CD 00 ME43 AA 01/03 AA 11 RL 00 AL 05/07 RA 00 (memory) (Converter) ( Telemetering) (Telecontrol) ( Telesignal) (Telecontrol LFC) (Telesignal Tap Changer) MP 49 MP 41 (Prosesing) (interface

Modulasi de Modulasi komunikasi)

MD 50

(Interfase

Power Supply ( +5V & + 12V DC) AI 01 Power Supply ( + 15V & -15V DC)AI 02

4.1.1.1

MP 49 (Microprocessor) Modul ini berfungsi sebagai pusat pengolahan data,modul ini dilengkapi dengan :

1 Microprocessor 8 bits type motorola 6800 1 RAM (Random Eccess Memory) 28 bytes type M 1610 2 REPROM (Reprogramable Read Only Memory) 2708 1 Rangkaian Set/Reset 1 Peripheral Interface Adapter (PIA) 1 Coupler Transmission 1 Coupler Bus Data Way

Gambar modul : MP 49

4.1.1.1

MP 41 (Interface Komunikasi) Modul ini berfungsi sebagai pusat pengolahan data. Modul ini dilengkapi :

1 Programable timer (clock/Watch Dog) 5 REPROM 2114 Interface TTY (Media Transmisi full duplex) Rangkaian Address decoder 1 Coupler cassete dan coupler TTY

Modul MP 41 di samping sebagai pusat pengolah data, modul ini juga sebagai interface untuk melakukan loading baik program maupun Database dan dapat juga melakukan analisa-analisa gangguan dengan bantuan Computer (Laptop) dengan program RTUCOM.

Gambar modul : MP 43

4.1.1.1

ME 43 (Memory) Modul ini berfungsi sebagai penyimpan program dan database. Modul ini dilengkapi :

1 blok memory 16 Kbytes Rangkaian proteksi yg dilengkapi dengan battery 2,4 V dan 3,6V

Gambar modul : ME 43

4.1.1.1

CS 41 (Supervisory) Modul ini berfungsi sebagai pengaman dari operasional EPC 3200 apabila terjadi kesalahan dalam eksekusi dengan cara mengatur polaritas yang di gunakan untuk remote control.

Signal alarm yang dapat di monitor

Alarm Watchdog dari CPU (gangguan software) Alarm gangguan hardware RTU Alarm terperatur yang berada berada di dalam lemari RTU

Gambar modul : CS 41

4.1.1.1

CS 00 (Service Modul) Berfungsi untuk menghubungkan Dataway Bus dari rack ke rack apabila RTU dipasang lebih dari 1 buah rack

Gambar modul : CS 00

4.1.1.2

CS 01 (Service Modul) Modul ini dipasang di rack terakhir pada RTU dan berfungsi untuk menghubungkan Dataway Bus

Gambar modul : CS 01

4.1.1.3

AA 01/03 (Analog Digital Converter) Modul ini berfungsi untuk merubah Informasi Analog yang datang dari modul Analog Acquisition (AA 11) menjadi Informasi Digital, kemudian diproses oleh CPU lalu dikirim ke Control Center

Karakteristik Modul AA 01 atau AA 03

Mempunyai 3 macam fungsi kerja yaitu : 1. 2. 3. Mengontrol /menentukan skala pengukuran Mengkonversi/menentukan skala pengukuran Mengontrol/mengoreksi hasil konversi

Mempunyai 5 standar skala yang dapat diprogram masing-masing 0 5 mA , 0 10 mA, -5 - +5 , +4 +20 mA, -10 - +10 mA Masing masing pengukuran mempunyai kecepatan 10 ms Mempunyai ketelitian skala 1 % Modul ini memakai power tegangan + 15 Vdc

Gambar modul : AA 03

4.1.1.1

AA 11 (Analog Acquisition ) Modul ini berfungsi untuk Telemetering (TM) , dan setiap modul mempunyai kapasitas 16 masukan pengukuran yang berbentuk arus searah yang di dapat dari Transducer untuk di konversi melalui Modul AA 01 atau Modul AA 03 hal ini dikerjakan setelah ada permintaan dari Computer Control Center.

Pengukuran yang diterima dari Transducer ini disimpan pada condensator, discharge salah dari condensator menjadi input yang tersedia di modul itu satu dari 16 relay

kemudian di teruskan ke Modul AA 01/AA 03. Modul AA 11 dalam pemasangannya di mulai dari Address 20,30,40 kelipatan 16 dalam hexa, cara mensetting address bisa di lakukan di Modul tersebut

Gambar modul : AA 11

4.1.1.2

AL 05/07 (Acquisition Logic) Modul ini berfungsi untuk telesignal dan setiap modul

mempunyai kapasitas 32 terminal masukan dan tiap-tiap masukan bertegangan +48 Vdc. Dari 32 terminal tersebut dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 8 masukan. Dengan adanya Modul ini maka setiap ada alarm maupun perubahan status dari peralatan Gardu Induk dapat segera diketahui oleh Control Center. Setiap masukan TS ini dapat dihubungkan langsung ke peralatan Gardu Induk, tapi kebanyakan sinyal dari Gardu Induk tidak langsung di sambung ke Modul melainkan melalui kontak-kontak bantu sebab umumnya peralatan Gardu Induk memakai sumber tegangan 110 Vdc sedangkan tegangan Modul ini memakai 48 Vdc, maka perlu di pasang relay bantu untuk memisahkan tegangan tersebut. Modul AL 05/07 dalam pemasangan di mulai dari Address B0,B4,B8 kelipatan 4 dalam hexa

Gambar modul : AL 05/AL 07

4.1.1.3

RL 00 (Restitution Logic) Modul ini berfungsi memberikan perintah keluar/masuk ke peralatan Gardu Induk (PMT,PMS Rel) dan untuk Start/Stop suatu pembangkit Listrik. Peralatan yang mempunyai fasilitas Remote Control ini

mempunyai Switch Over yaitu posisi lokal (hanya bisa dikerjakan dari lokal (Kontrol Panel Gardu Induk) dan posisi Remote (hanya bisa dikerjakan oleh Control Center. Setiap modul mempunyai 11 relay yang terdiri dari :

8 buah relay untuk seleksi yang disambung ke peralatan Gardu Induk melalui relay bantu 1 buah relay untuk perintah membuka 1 buah relay untuk perintah menutup 1 buah relay untuk melaksanakan perintah buka/tutup. Modul ini bekerja setelah mendapat perintah dari Computer Master Station (Control Center) dan dapat memilih (menyeleksi) peralatan mana yang akan di kontrol . Sebelum Modul ini bekerja ada salah satu prosedur yang di sebut ECHO test jadi prinsipnya apabila Computer Master Station (Control Center) mengirimkan perintah seleksi peralatan yang akan di remote , maka RTU dengan bantuan Modul RL 00 ini akan memberikan jawaban posisi terakhir dari peralatan yang akan di remote (keluar/masuk) dengan demikian petugas dari Control Center tidak ragu-ragu lagi melaksanakan Perintah Remote. Urutan kerja Remote Control :

Apabila

Control Center akan melakukan perintah remote

control untuk membuka/menutup PMT,maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

Dispatcher menentukan PMT yang akan di remote Menekan tombol selection Informasi RL 00 Setelah Dispatcher yakin bahwa posisi PMT tombol Close/Open. Relay Close/Open pada Modul RL 00 bekerja (walaupun Relay Close/Open di Modul RL 00 sudah bekerja,akan tetapi belum sampai memberikan perintah close/open sampai ke PMT dan ini masih bisa dibatalkan apabila dispatcher menghendaki) Menekan tombol Eksekusi (perintah melaksanakan) apabila dispatcher benar-benar sudah yakin tidak ada kesalahan Relay Eksekusi pada Modul RL 00 bekerja maka PMT bisa close/open sesuai permintaan Dispatcher. Dengan adanya tahapan-tahapan tersebut diatas ,maka operator akan terhindar dari kesalahan manipulasi . yang terakhir benar,maka selanjutnya disaptacher menekan selection dari Control Center ini mengerjakan salah satu relay selection pada Modul

Gambar modul : RL 00

4.1.1.1

RA 00 (Restitution Analogic) Modul ini hanya di gunakan pada RTU yang dipasang pada Pusat pusat Listrik atau unit pembangkit dan berfungsi untuk memberi perintah naik/turun beban generator

pembangkit secara otomatis sesuai dengan naik/turunnya frekwensi sistem yang telah di tentukan. Karakteristik Modul RA 00 Mempunyai 4 terminal output Mempunyai 6 batasan skala output yang dapat diatur yaitu :0 - +5 mA 0 - +10 mA +4 - 20mA -2,5 - +2,5 mA -5 - + 5 mA -10 - + 10 mA

Mempunyai ketelitian skala 1 % Modul ini mendapat perintah dari Control Center berupa besaran atau level yang disebut N level yang besarnya adalah - 1 < N > +1 Apabila besarnya N level menuju ke +1 maka unit pembangkit akan menaikkan beban atau sebaliknya apabila N level menuju 1 ,maka unit pembangkit akan menurunkan beban. Batasan naik turunnya beban pada pembangkit dapat ditentukan oleh Dispatcher Masret Station/Control Center

GG

Gambar modul : RA 00

4.1.1.1

CD 00 (Gray Coding) Modul ini berfungsi menerima informasi posisi dari Tap Changer suatu trafo tenaga dan kemudian dikirimkan ke Master Station (Control Center) Karakteristik Modul CD 00 sbb : Mempunyai kapasitas 32 terminal Tegangan input +48 Vdc Power Supplay 5 V + 5 % Gray Coding circuit Rangkaian Opto Elektronic

Gambar modul : CD 00

4.1.1.1

MD 50 (Modulator Demodulator) Modul ini berfungsi untuk komunikasi interface antara Computer dengan Media transmisi data, modul ini terdiri dari

dua Unit pemancar dan penerima (TX/RX) dan dapat mengirimkan bauds. Untuk RTU EPC 3200 menggunakan kecepatan 300 Bauds dengan frekuensi 2520 Hz atau 3000 Hz + 120 Hz . *Pancaran (Transmitter/Modulasi) Pancaran ini berfungsi merubah sinyal Digital menjadi sinyal Sinus Soida, sinyal digital (input Modem) datang dari CPU RTU kemudian melewati rangkaian modulasi sehingga output dari rangkaian ini berupa sinus yang mempunyai frekwensi 2520 Hz atau 3000 Hz + 120 Hz. Modulasi ini dilengkapi dengan rangkaian Gate (Flip-Flop) yang dapat bekerja mengirimkan sinyal apabila di perintahkan oleh CPU RTU. Pengiriman ini terus berlanjut selama RTU berkomunikasi dengan Computer di Master Station (Control Center) , besarnya sinyal pemancar pada modem ini 12 db sampai dengan 8 db (level standard adalah 8 db pada impedansi 600 ohm) * Penerimaan (Receiver/Demodulasi) Rangkaian ini berfungsi merubah sinyal sinusoida menjadi sinyal digital, sinyal sinus berasal dari Computer Master Station (Control Center) kemudian melewati rangkaian Demodulasi sehingga outputnya berupa sinyal digital yang diteruskan ke CPU untuk di process . informasi dengan kecepatan 300 - 1200

Gambar modul : MD 50 4.1.1.2 Power Supply AI 01 dan AI 02 Modul ini berfungsi sebagai distribusi tegangan untuk pemakaian seluruh modul pada RTU EPC 3200 Karakteristik modul ini sbb : Tegangan input 48 Vdc Range tegangan 42 Vdc sampai dengan 52 Vdc 15% s/d +20%) Power output AI 01 : +5V/12AAI 02 : +15V/3A

(-

& +12V/1,5A& -15V/2A

Gambar modul : AI 01 / AI 02

selta