113
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN INTERNALISASI NILAI BUDAYA DALAM SIKAP MENJUNJUNG TINGGI PERSATUAN MASYARAKAT DI DESA PANCASILA KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Tesis) Oleh PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019 S. VIANITA ZULYAN, S.Pd

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN

INTERNALISASI NILAI BUDAYA DALAM SIKAP MENJUNJUNG

TINGGI PERSATUAN MASYARAKAT DI DESA PANCASILA

KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Tesis)

Oleh

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

S. VIANITA ZULYAN, S.Pd

Page 2: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

ABSTRAK

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN INTERNALISASI

NILAI BUDAYA DALAM SIKAP MENJUNJUNG TINGGI PERSATUAN

MASYARAKAT DI DESA PANCASILA KECAMATAN NATAR

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

S. VIANITA ZULYAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pemahaman konsep

sosialisasi dan internalisasi nilai budaya dalam sikap menjunjung tinggi persatuan

masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pancasila Kecamatan Natar Lampung Selatan.

Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, informan pada penelitian ini

adalah masyarakat Desa Pancasila, Kepala Desa Pancasila, Babinkabtibmas, dan

tokoh agama setempat. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) Pemahaman

konsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dalam kategori “sangat

tidak baik” hal tersebut terlihat masyarakat kurang memiliki sikap toleransi dalam

kehidupan beragama, terjadinya konflik antar kelompok agama, masyarakat kurang

memiliki rasa empati, masyarakat kurang menjalin hubungan komunikasi yang

harmonis dalam menjalan kehidupan bermasyarakat., 2) Internalisasi nilai budaya

dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan dalam kategori “tidak baik, artinya masyarakat

Desa Pancasila kurang membudayakan budaya sakai sambaian, hal tersebut terlihat

masih terdapat warga masyarakat yang enggan untuk melakukan kegiatan gotong

rotong, maupun siskamling, masyarakat kurang memiliki sikap saling tolong

menolong jika terdapat masyarakat yang tertimpa musibah, masyarakat kurang

memiliki sikap humanisme (hidup berdampingan secara damai/ tidak terjadi

perselisihan). Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan bahwa hendaknya

masyarakat di Desa Pancasila dapat lebih meningkatkan pemahaman tentang

konspe sosialisasi, lebih mentoleransi perbedaan, lebih meningkatkan rasa empati,

jalinan komunikasi serta meningkatkan budaya sakai sambaian seperti pola hidup

bergotong royong dalam rangka meningkatkan sikap menjunjung tinggi persatuan. Kata Kunci: Sosialisasi, Budaya dan Persatuan

Page 3: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

ABSTRACT

ANALYSIS OF UNDERSTANDING THE CONCEPT OF SOCIALIZATION

AND INTERNALIZATION OF CULTURAL VALUES IN THE HIGHER

ATTITUDE COMMUNITY IN PANCASILA VILLAGE

NATAR DISTRICT, SOUTH LAMPUNG REGENCY

By

S. VIANITA ZULYAN

This study aims to analyze and explain the understanding of the concept of

socialization and internalization of cultural values in an attitude of upholding

community unity in the Pancasila Village of Natar District, South Lampung

Regency. This research was conducted in Pancasila Village, Natar District, South

Lampung. The research method used qualitative methods, informants in this study

were the Pancasila Village community, the Head of the Pancasila Village, Head of

Regional Police, and local religious leaders. The results of this study conclude that

1) Understanding the concept of socialization in upholding community unity in the

Pancasila Village of Natar District, South Lampung Regency in the category of

"very bad" shows that the community lacks tolerance in religious life, conflicts

between religious groups, communities lack of empathy, the community lacks a

harmonious communication relationship in carrying out community life. 2)

Internalization of cultural values in upholding community unity in the Pancasila

Village of Natar District, South Lampung Regency in the category of "not good”,

meaning the Pancasila villagers lack cultural culture sakai sambaian discordant, it

seems that there are still people who are reluctant to carry out mutual assistance

activities, or environmental security system, the community lacks mutual attitudes,

please help if there are people affected by the disaster, the community lacks attitude

of humanism (peaceful coexistence / no dispute). Based on the results of this study,

it is recommended that the community in Pancasila village be able to further

improve understanding of the socialization concept, tolerate differences more,

increase empathy, communication and improve the sakai sambaian culture like the

pattern of mutual cooperation in order to promote unity.

Keywords: Socialization, Culture and Unity

Page 4: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN

INTERNALISASI NILAI BUDAYA DALAM SIKAP MENJUNJUNG

TINGGI PERSATUAN MASYARAKAT DI DESA PANCASILA

KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh :

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

S. VIANITA ZULYAN

Page 5: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa
Page 6: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa
Page 7: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa
Page 8: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

DAFTAR ISI

Halaman

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. ...........1

1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... ...........7

1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................... ...........8

1.4 Rumusan Masalah ......................................................................... ...........8

1.5 Tujuan Penelitian .......................................................................... ...........8

1.6 Kegunaan Penelitian ..................................................................... ...........9

1.7 Ruang Lingkup Penelitian............................................................. ...........10

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori ............................................................................. ..........12

2.1.1 Pemahaman Konsep ............................................................ ……..12

2.1.2 Sosialisasi ............................................................................ ……..17

2.1.3 Internalisasi Nilai Budaya ................................................... ....…..40

2.1.4 Sikap Menjunjung Tinggi Persatuan ................................... ……..49

2.1.5 Masyarakat Multikultural .................................................... ……..66

2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................. ..........69

2.3 Kerangka Pikir ............................................................................. ..........78

III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian .............................................................................. ...........81

3.2 Fokus Penelitian ............................................................................ ...........81

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... ...........82

3.4 Sumber Informasi......................................................................................83

3.5 Jenis Data..................................................................................................83

3.6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ ...........84

3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................... ...........86

Page 9: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

3.8 Teknik Pengolahan Data .............................................................. ...........86

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian.....................................................................90

4.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... ...97

4.2.1 Karakteristik Responden ..................................................... ….…..97

4.2.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ........................................ ……...100

4.2.3 Deskrispsi Hasil Penelitian ................................................. .....…..101

4.2.3.1 Pemahaman Konsep Sosialisasi dalam Sikap

Menjunjung Tinggi Persatuan Masyarakat di Desa

Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan ................................................................... ..........101

4.2.3.2 Internalisasi Nilai Budaya dalam Sikap

Menjunjung Tinggi Persatuan Masyarakat di Desa

Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan ................................................................... ..........109

4.3 Pembahasan .............................................................................................114

4.3.1 Analisis Pemahaman Konsep Sosialisasi dalam Sikap

Menjunjung Tinggi Persatuan Masyarakat di Desa Pancasila

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan ................. ….....114

4.3.2 Analisis Internalisasi Nilai Budaya dalam Sikap Menjunjung

Tinggi Persatuan Masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan ................................... .........121

4.4 Temuan Hasil Penelitian ................................................................ .........140

4.5 Keterbatasan Penelitian .................................................................. .........147

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ................................................................................................ ..149

5.2 Saran ..................................................................................................... ..150

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

DAFTAR TABEL

Tabel. Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan............................................................... 89

3.1 Fokus Penelitian............................................................................................

82

3.2 Sumber Informasi.......................................................................................... 83

4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Lampung

Selatan tahun 2018........................................................................................

91

4.2 Produksi Pertanian di Kabupaten Lampung Selatan..................................... 92

4.3 Produksi Pertanian di Kecamatan Natar........................................................

94

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ….............................................

97

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ….....................

98

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..................................

98

4.7 Hasil Uji Validitas Pemahaman Konsep Sosialisasi …................................

100

4.8 Hasil Uji Validitas Internalisasi Nilai Budaya..............................................

100

4.9 Hasil Uji Reliabilitas.....................................................................................

101

4.10 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Sosialisasi...................................

103

4.11 Distribusi Frekuensi Internalisasi Nilai Budaya............................................

109

4.12 Matrik Hasil Penelitian Secara Keseluruhan...............................................` 127

Page 11: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Fikir.......................................................................................................80

Page 12: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Alat Penunjang Wawancara

Lampiran II Kuesioner

Lampiran III Output SPSS Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas

Lampiran IV Nilai-Nilai r Tabel Product Moment

Lampiran V Rekapitulasi Jawaban Responden

Lampiran VI Surat Izin Penelitian

Lampiran VII Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Page 13: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

RIWAYAT HIDUP

S. Vianita Zulyan, lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 1 Maret

1992. Anak ke dua dari pasangan Bapak Ulya Nurdin dan Ibu

Zuraida. Penulis Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD

Negeri 2 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan, Bandar

Lampung tahun 2003 , Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri

3 Bandar Lampung selesai tahun 2006, Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 1 Bandar Lampung selesai tahun 2009. Penulis

melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Teknokrat Bandar Lampung Program Studi

Diploma Satu (D1) Jurusan Bahasa Inggris tahun 2009 dan selesai tahun 2010. Penulis

melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung Strata Satu (S1) Jurusan IPS, Program

Studi PPKn dan selesai tahun 2014, kemudian pada tahun 2014 melanjutkan pendidikan

di Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Saat ini penulis bekerja Sebagai Customer Service di Panin Dubai Syariah Bank Cabang

Lampung dari tahun 2017 sampai dengan sekarang.

Page 14: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

PERSEMBAHAN

Alhamdulilahirobbil’alamin, Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat

yang diberikan Allah SWT. Seiring doa, rasa syukur dan kerendahan hati, dengan segala

cinta dan kasih sayang aku persembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang

selalu senantiasa mencintai dan menyayangiku.

Dengan segala kerendahan hati, penulis persembahkan karya kecil ini kepada orang-

orang tercinta berikut:

1. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Ulya Nurdin, S.Sos., M.M dan Ibunda

Zuraida, S.E., M.M yang telah melahirkan, membesarkan, membimbing, dan

mendidik untuk menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan bersabar dalam

menjalani kehidupan ini.

2. Suamiku tercinta Fery Aprian Saputra, S.STP., M.M yang senantiasa memberikan

perhatian, motivasi, kasih sayang, dan pengorbanan baik moril maupun materil

sampai penulis menyelesaikan tesis ini.

3. Kakakku tercinta M. Dedy Zulyan, S.Ip., M.Ip dan adikku tercinta Muhammad

Ilyasa Zulyan yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan hingga selesainya

tesis ini

4. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

Page 15: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,

rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul

“ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN INTERNALISASI

NILAI BUDAYA DALAM SIKAP MENJUNJUNG TINGGI PERSATUAN

MASYARAKAT DI DESA PANCASILA KECAMATAN NATAR KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN”. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan

untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Program

Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Selesainya penyusunan tesis ini berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P, selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Mustofa, M.A, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan.

4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik dan

Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

5. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, selaku Wakil Dekan II Bidang Umum,

Keuangan dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

6. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan

dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

7. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

Page 16: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

8. Ibu Dr. Trisnaningsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pascasarjana

Pendidikan IPS yang telah memberikan bimbingan dan nasihatnya selama

penulis menimba ilmu pengetahuan di FKIP Universitas Lampung.

9. Bapak Dr. Pargito, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar

telah membimbing, memberikan saran, ide dan masukan selama penyusunan

tesis ini dan selama penulis menimba ilmu pengetahuan di FKIP Universitas

Lampung.

10. Ibu Dr. Pujiati, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah

membimbing, memberikan saran, ide dan masukan selama penyusunan tesis

ini dan selama penulis menimba ilmu pengetahuan di FKIP Universitas

Lampung.

11. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Dosen Pembahas I yang dengan sabar

telah membimbing, memberikan saran, ide dan masukan selama penyusunan

tesis ini dan selama penulis menimba ilmu pengetahuan di FKIP Universitas

Lampung.

12. Bapak Dr. M. Mona Adha, M.Pd, selaku Dosen Pembahas II yang dengan

sabar telah membimbing, memberikan saran, ide dan masukan selama

penyusunan tesis ini dan selama penulis menimba ilmu pengetahuan di FKIP

Universitas Lampung.

13. Bapak/Ibu dosen dan staf administrasi Program Pascasarjana Pendidikan IPS

FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan dan nasihatnya

selama penulis menimba ilmu pengetahuan di FKIP Universitas Lampung

serta senantiasa ikhlas dalam melayani administrasi dan segala keperluan

akademik yang dibutuhkan.

14. Bapak Suwondo Sudarsono selaku Kepala Desa Pancasila, Kecamatan Natar,

Lampung Selatan yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan

informasi yang diperlukan selama penelitian.

15. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana P. IPS angkatan 2014 Genap yang

banyak memberikan nasihat, masukan serta dukungan moril selama proses

penyusunan tesis ini.

Page 17: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

16. Masyarakat Desa Pancasila, Kecamatan Natar, Lampung Selatan.

Semoga tesis ini dapat memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan yang terus

berkembang dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2019

Penulis,

S. Vianita Zulyan

NPM. 1423031083

Page 18: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

MOTO

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang

demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu

(Al-Baqarah : 45)

Page 19: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan bangsa yang multikompleks dan multikultural, data

Badan Pusat Statistik Nasional mencatat, jumlah penduduk Indonesia

sampai periode Desember 2018 mencapai 267 juta jiwa, dimana dari sekian

banyak penduduk tersebut terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras,

budaya, dan bahasa, yang hidup tersebar di sekitar 17.000 gugusan pulau,

mulai dari Sabang di sebelah Barat, sampai ke kawasan paling ujung kota

Merauke di sebelah Timur.

Multikultural bangsa Indonesia, diikat oleh satu semboyan yaitu “Bhinneka

Tunggal Ika”, yang artinya “berbeda-beda namun tetap datu jua”. Adanya

semboyan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat seluruh komponen

penduduk Indonesia, dalam menjaga persatuan dan kesatuan, ditengah

keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan bahasa yang ada di Indonesia.

Permasalahannya sekarang adalah setelah tujuh puluh tiga tahun merdeka,

semangat persatuan dan kesatuan yang termanifestasikan ke dalam bingkai

ke-Indonesiaan kini mulai luntur. Kesadaran untuk hidup bersama dan

berdampingan berbangsa dalam masyarakat yang multikompleks dan

multikultural kian hilang sehingga berdampak pada semboyan “Bhineka

Tunggal Ika” yang membungkus segala bentuk perbedaan kian terabaikan.

Page 20: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

2

Spirit persatuan dan kesatuan mulai memudar bahkan terkesan runtuh dari

bumi Indonesia. Berdasarkan data-data yang penulis peroleh masih ada

beberapa daerah di Indonesia yang kurang menjaga persatuan dan kesatuan,

yang pada akhirnya menimbulkan gejolak dan konflik di tengah kehidupan

masyarakat. Data dari Kementrian Sosial Republik Indonesia mencatat

sepanjang tahun 2018 di Papua terjadi 24 peristiwa konflik sosial, Jawa

Barat terjadi 24 konflik sosial, Jakarta terjadi 18 peristiwa konflik sosial,

Sumatera Utara terjadi 10 peristiwa konflik sosial, Sulawesi Tengah terjadi

10 peristiwa konflik sosial dan Jawa Tengah terjadi 10 peristiwa konflik

sosial, terjadinya peristiwa konflik sosial di daerah-daerah tersebut dominan

disebabkan oleh konflik Sara (Suku Agama dan Ras) yang tentunya

mengancam keutuhan serta rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane yang dilangsir

dalam pemberitaan www.lensaindonesia.com menyatakan ada 6 (enam)

wilayah yang paling rawan konflik di tahun 2018 yaitu Papua, Jawa Barat,

Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, dan Jawa Tengah. Pertikaian

antar warga dan antar kelompok mendominasi terutama di Papua sebagai

pemegang peringkat tertinggi dimana ada 18 orang tewas di arena

pertandingan tinju di Nabire. Sementara di Jawa Barat, tawuran pelajar dan

geng motor memberi kontribusi besar dalam konflik sosial, sebanyak 10

korban tewas disumbangkan oleh tawuran pelajar dan 9 lainnya akibat ulah

geng motor. Lain halnya di Jakarta, ada 12 orang tewas dalam 18 konflik

sosial, jumlah terbesar korban tewas di Jakarta adalah akibat bentrokan antar

ormas, warga, pemuda, dan preman.

Page 21: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

3

Provinsi Lampung yang berada di ujung timur pulau sumatera memiliki

keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di sumatera.

Data Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah penduduk Provinsi Lampung

tahun 2018 mencapai 7.608.405 jiwa, dengan berbagai macam suku, selain

suku asli Lampung sendiri di provinsi tersebut juga banyak suku yang

berasal dari luar daerah seperti Palembang, Jawa, Bali, Minang/Padang

Batak, Sunda, Madura, Bugis, Banten, Lombok, Aceh, Makassar, warga

keturunan, dan Warga asing (China, Arab), dan lain sebaginya. Berbaurnya

berbagai macam suku tersebut maka tidak menutup kemungkinan tingkat

kecenderungan untuk terjadinya konflik pun semakin tinggi.

Berdasarkan kajian Kementerian Polhukam (2017), Provinsi Lampung

masuk urutan nomor 5 (lima) besar daerah rawan konflik di Indonesia,

mengutip pernyataan Kepala Bidang penanganan konflik Badan Kesbang

Pol dan Limas Pemprov Lampung Herdaus pada lampung.tribunnews.com

menyatakan, data daerah rawan konflik di Provinsi Lampung didapat

berdasarkan laporan dan hasil analisa aparat kepolisian, TNI, dan Badan

Intelijen Negara (BIN). Benih konflik yang sering terjadi di Provinsi

Lampung, umumnya menyangkut konflik lahan, tapal batas, industri, dan

SARA. (Sumber: Kementerian Polhukam (2017).

Data dari Badan Kesbang Pol dan Limas Pemprov Lampung (2018)

menyebutkan ada 4 (empat) wilayah di Provinsi Lampung yang masuk

pemetaan daerah paling rawan konflik sosial yaitu Kabupaten Lampung

Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Timur dan

Kabupaten Mesuji. Salah satu contoh konflik sosial terbesar yang berpotensi

Page 22: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

4

mengancam persatuan dan kesatuan masyarakat di Provinsi Lampung

adalah, konflik sosial/horisontal antara warga desa Agom dan desa

Balinuraga Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan yang terjadi

pada tanggal 27 Oktober 2012. Dampak konflik korban meninggal dunia 16

orang, korban luka-luka 12 orang, 11 Unit kendaraan roda dua dan 3 unit

kendaraan roda empat terbakar, rumah rusak sebanyak 402 unit, sekolah

rusak sebanyak 1 unit yaitu SMP Darma Bhakti, serta rumah ibadah (Pura)

rusak sebanyak 1 unit. Lebih lanjut konflik sosial yang baru-baru ini terjadi

tepatnya pada tanggal 5 Maret 2019 adalah terjadinya kerusuhan antara

warga Kampung Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah (penduduk

asling Lampung) dengan penduduk jawa yang tergabung dalam Paguyuban

Pambers Kabupaten Lampung Tengah (Sumber:Kesbang Pol dan Limas

Pemprov Lampung, 2018).

Goyahnya rasa persatuan dan kesatuan masyarakat di Indonesia termasuk di

Provinsi Lampung perlu mendapat perhatian yang serius, banyak faktor

yang dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan di kalangan

masyarakat, salah satunya adalah meningkatkan rasa atau pemahaman

konsep sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial,

sudah menjadi kodrat nya manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu

bergantung pada orang lain. Apabila seorang individu hidup bersosialisasi

maka individu tersebut dapat saling mengenal antara satu masyarakat

dengan masyarakat lain, hidup bertoleransi dan berempati, dapat berinteraksi

serta bisa menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar yang

diharapkan dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan.

Page 23: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

5

Faktor lain yang diharapkan mampu meningkatkan rasa persatuan dan

kesatuan di tengah kehidupan masyarakat adalah adanya internalisasi nilai

budaya. Secara kultural kehidupan, masyarakat Lampung terdiri dari

kesatuan-kesatuan hidup yang diatur oleh hukum adat yang berasal dari

norma-norma sosial yang hidup, dan berkembang dari masyarakat yang

bersangkutan. Masyarakat Lampung termasuk tipikal masyarakat

multikultural, keberagaman etnis, agama dan ragam budaya lokal menjadi

aset bagi daerah yang dijuluki Bumi Ruwai Jurai.

Nilai-nilai budaya lokal sebagai cerminan kearifan lokal seperti sakai

sambayan, dan berbagai simbol yang menggambarkan khazanah budaya

Lampung cukup kaya. Sakai (sasakai) artinya tolong menolong diantara

sesama saling silih berganti. Sambaian (sesambai) artinya gotong royong

dalam mengerjakan sesuatu yang berat dan besar, jadi sakai sambaian

mencangkup pengertian yang luas yang termasuk di dalam gotong royong

dan tolong menolong, memberikan sesuatu kepihak lain baik material, moril,

pikiran, dan sebagainya (Sitorus, 2006;21).

Secara normatif nilai budaya sakai sambayan mengharuskan adanya sikap

hidup saling membantu dalam segala suasana dan kelompok sosial, tanpa

melihat latar belakang etnis, budaya dan agama, dan tentu saja jika nilai

budaya ini jika di internalisasi dalam kehidupan bermasyarakat bukan tidak

mungkin akan berdampak pada semakin eratnya kerukuban hidup antara

masyarakat, sehingga dapat mendorong semangat untuk menjaga persatuan

dan kesatuan masyarakat khususnya di Provinsi Lampung.

Page 24: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

6

Desa Pancasila adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan, dimana berdasarkan data yang telah

disebutkan sebelumnya bahwa Desa Pancasila masuk kedalam zona daerah

rawan konflik sosial. Berdasarkan pengamatan observasi awal tanggal 12

November 2016 yang dilakukan di Desa Pancasila Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung didapat data sebagai berikut:

1. Konsep pemahaman sosialisasi: rendahnya toleransi antara sesama

agama, hal tersebut terlihat di Desa Pancasila banyak berdiri organisasi-

organisasi Islam seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, LDII,

Shalafi, Khilafatul Muslimin yang memiliki sudut pandang yang

berbeda-beda dari segi hukum agama Islam dan ketidaksamaan pola fikir

antara individu. Hal ini yang menyebabkan terjadinya konflik, konflik

disini bukan berarti kekerasan secara fisik namun kekerasan dari segi

bid‟ah membit‟ahkan, masing-masing organisasi merasa bahwa

kelompoknya lah yang paling benar.

2. Internalisasi budaya: budaya kearifan lokal seperti sakai sambayan saat

ini sudah mulai pudar dengan adanya pengaruh modernisasi, hal tersebut

nampak pada kegiatan gotong royong, siskamling yang dulunya selalu

ada, sekarang sudah mulai menghilang.

3. Sikap menjunjung tinggi persatuan: sering terjadi ketegangan khususnya

pada pemahaman agama, antara satu kelompok dengan kelompok yang

lain, masyarakat hidup berkelompok sesuai dengan aliran dan

golongannya, masyarakat lebih mementingkan kehidupannya kelompok

nya masing-masing tanpa memperdulikan kelompok dan lingkungannya.

Page 25: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

7

Kurangnya rasa persatuan masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan di indikasikan karena rendahnya atau

kurangnya pemahaman konsep sosialisasi antar masyarakat pada desa

tersebut, serta internalisasi nilai budaya (sakai sambayan) yang kurang

diterapkan atau kurang membudaya dalam kehidupan bermasyarakat.

Fenomena semacam ini jika dibiarkan berlarut-larut bukan tidak mungkin

akan menimbulkan konflik dan mengancam persatuan dan kesatuan di

tengah kehidupan masyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas maka

judul penelitian tesis ini adalah “Analisis Pemahaman Konsep Sosialisasi

dan Internalisasi Nilai Budaya terhadap Sikap Menjunjung Tinggi Persatuan

Masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan”.

1.2 Identifikasi Masalah

1 Masyarakat kurang memahami konsep sosialisasi, hal tersebut terlihat

masyarakat kurang bertoleransi, berempati dan cenderung bersikap

apatis jika terdapat warga masyarakat yang membutuhkan bantuan.

2 Nilai-nilai budaya lokal seperti sakai sambayan, kurang membudaya

ditengah kehidupan masyarkat hal tersebut terlihat masyarakat enggan

untuk melakukan kegiatan gotong rotong, dan melakukan kegiatan

siskamling.

3 Sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat Desa Pancasila belum

dilaksanakan secara optimal, sehingga masih sering memicu terjadinya

kesenjangan dan konflik sosial.

Page 26: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

8

1.3 Pembatasan Masalah

Sehubungan luasnya permasalahan yang akan dibahas, mengingat

keterbatasan penulis dari segi waktu, tenaga dan dana, serta agar penelitian

lebih fokus dan hasil yang optimal dan agar pembahasan tidak menyimpang

dari pokok permasalahan, maka penulis membatasi masalah dalam

penelitian yaitu tentang pemahaman konsep sosialisasi dan internalisasi nilai

budaya terhadap sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada masalah seperti yang diuraikan tersebut di atas maka

rumusan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman konsep sosialisasi dalam sikap menjunjung

tinggi persatuan masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan?

2. Bagaimana internalisasi nilai budaya dalam sikap menjunjung tinggi

persatuan masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

1. Menganalisis dan menjelaskan pemahaman konsep sosialisasi dalam

sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa Pancasila

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Page 27: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

9

2. Menganalisis dan menjelaskan internalisasi nilai budaya dalam sikap

menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan.

1.6 Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat:

a. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis, selain itu dapat

digunakan sebagai bahan informasi dan rujukan referensi bagi

penelitian lebih lanjut.

b. Dunia pendidikan: untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu

pendidikan yang termasuk kedalam ruang lingkup IPS dan

Pendidikan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang upaya

pembentukan diri warga negara agar memiliki pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai, serta perilaku nyata dalam menjaga

persatuan dan kesatuan.

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan:

a. Masyarakat: dapat memberikan masukan kepada masyarakat tentang

pemahahaman konsep sosialisasi dan internalisasi nilai budaya

sehingga dapat meningkatkan sikap menjunjung tinggi persatuan

masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan

b. Aparat pemerintah: diharapkan kepada aparat pemerintah setempat

untuk terus berupaya melakukan penyuluhan, pembinaan kepada

masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Page 28: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

10

Selatan tentang pentingnya menjaga keutuhan, persatuan dan

kesatuan ditengah kehidupan masyarakat.

c. Penulis: sebagai salah satu syarat menyelesaikan akademisi dan

mendapat gelar S2 Pendidikan di Program Pascasarjana Pendidikan

IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian dan Keilmuan

1. Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Pancasila

Kecamatan Natar Lampung Selatan.

2. Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah tentang pemahaman konsep

sosialisasi dan internalisasi nilai budaya terhadap sikap menjunjung

tinggi persatuan dalam kehidupan masyarakat.

3. Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah sesuai dengan disetujuinya

judul proposal penelitian direncanakan pada bulan November 2017.

4. Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup kajian ilmu dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) yaitu kajian sosiologi di masyarakat Desa Pancasila

Kecamatan Natar Lampung Selatan yang bertujuan untuk mengetahui

sikap menjunjung tinggi persatuan dalam masyarakat. Dengan adanya

pendidikan IPS termasuk didalamnya belajar sosiologi diharapkan akan

memperoleh pemahaman dan penghargaan dari cara-cara bagaimana

suatu pengetahuan itu diperoleh melalui metode ilmiah dan akan

Page 29: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

11

berusaha untuk terus mengembangkan sikap ilmiah sehingga memiliki

sebuah struktur pengetahuan ilmiah mengenai sikap dan kebiasaan

manusia dimasyarakat yang terus berubah dari waktu ke waktu.

Menurut Sapriya (2009: 13-14) ada lima tradisi Social Studies dalam

pendidikan IPS, yakni (1) IPS sebagai tranmisi kewarganegaraan (social

studies as citizenship transmission), (2) IPS sebagai ilmu-ilmu sosial

(social studies as social sciences), (3) IPS sebagai pendidikan reflektif

(social studies as reflektive inquiry), (4) IPS sebagi kritik kehidupan

sosial (social studies as social criticism), dan (5) IPS sebagai pengambil

keputusan rasional dan aksional (social studies as personal development

of the individual).

Berdasarkan pada lima tradisi IPS di atas, maka penelitian ini sangat

relevan sekali dengan tradisi IPS yang ke 1 yaitu IPS sebagai tranmisi

kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission). Tranmisi

kewarganegaraan merupakan bagian kawasan IPS dengan standar

kompetensi memahami dampak perubahan sosial dan kompetensi dasar

menjelaskan proses perubahan sosial di masyarakat.

Page 30: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

12

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

Bab ini akan dikemukakan uraian yang berhubungan dengan dasar-dasar

teori untuk menganalisa masalah-masalah yang akan diteliti yang

merupakan hasil studi kepustakaan.

2.1.1 Pemahaman Konsep

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,

sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami

(Senja, 2008 : 607-608). Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya

(1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran;

pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan

mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami,

berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan

jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2)

perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik

supaya paham) (Depdikbud, 1998: 74). Sehingga dapat diartikan bahwa

pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-

baik supaya paham dan pengetahuan banyak.

Menurut Poesprodjo (2007: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan

berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi

atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain

Page 31: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

13

didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan

pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan

suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang

lain.

Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat

penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom sebagaimana di

kutip Benyamin, (1995: 89) menyatakan here we are using the tern

“comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses

which represent an understanding of the literal message contained in a

communication, artinya disini menggunakan pengertian pemahaman

mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu

pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab

itu dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa

yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa

keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain

Sejalan dengan pendapat diatas, Silversius, (1991: 43-44) menyatakan

bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: (1) menerjemahkan

(translation), pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan

(translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat

juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk

mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan

dengan kata-kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori

menerjemahkan, (2) menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini

Page 32: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

14

lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan

memahami ide utama suatu komunikasi, (3) mengektrapolasi

(extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih

tinggi sifatnya, menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Senada dengan pendapat Sudjana (1992: 24) yang menyatakan pemahaman

dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain : (1) tingkat terendah adalah

pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang

sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah

pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah

dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian,

membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga

merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman ektrapolasi.

Masih berkaitan dengan konsep pemahaman Bloom (Daryanto, 2008: 106)

mengemukakan pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya

mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk

memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang

dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan

menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan

untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.

Kemampuan pemahaman menurut Daryanto (2008: 106) dapat dijabarkan

menjadi tiga, yaitu:

Page 33: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

15

a. Menerjemahkan (translation)

Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation)

arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, dapat juga dari

konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk

mempermudah orang mempelajarinya.

b. Menginterpretasi (interpretation)

Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah

kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu

komunikasi.

c. Mengekstrapolasi (extrapolation)

Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi

sifatnya, menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah

kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah

sesuatu itu diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang

diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat

memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal

lain. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan

dapat melihatnya dari berbagai segi, masyarakat pada umumnya dikatakan

memahami sesuatu apabila dapat memberikan penjelasan atau memberi

uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata

sendiri.

Page 34: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

16

Pengertian konsep yang dikemukakan oleh Sapriya, (2009: 43)

mengemukakan bahwa konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda

yang memiliki karakteristik yang sama. Selanjutnya menurut Bloom

(Vestari, 2009: 16) pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap

pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang

disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan

interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Definisi konsep menurut

Sapriya, (2009: 43) adalah sesuatu yang tersimpan dalam benak atau pikiran

manusia berupa sebuah ide atau sebuah gagasan. Konsep dapat dinyatakan

dalam sejumlah bentuk konkrit atau abstrak, luas atau sempit, satu kata

frase. Beberapa konsep yang bersifat konkrit misalnya : manusia, gunung,

lautan, daratan, rumah, negara, dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat bahwa, pemahaman konsep adalah

kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu memahami

atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang

dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih

rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang

suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu

mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih

dipahami.

Page 35: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

17

2.1.2 Sosialisasi

2.1.2.1 Definisi Sosialisasi

Kehidupan bermasyarakat harus memiliki pemahaman konsep sosialisasi

yang baik agar terciptanya interaksi yang baik dengan lingkungan sekitar.

Manusia merupakan mahluk sosial karena manusia tidak bisa hidup tanpa

berhubungan dengan manusia yang lain bahkan untuk urusan sekecil apapun

manusia tetap membutuhkan orang lain. Secara umum sosialisasi adalah

adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-

norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk

kepribadiannya dan diakui di dalam masyarakat. Definisi sosialisasi yaitu

suatu proses dalam hidup seorang individu untuk mempelajari berbagai

macam kebiasaan seperti cara hidup, nilai-nilai dan norma-norma sosial

yang terdapat dalam masyarakat dengan maksud supaya dapat diterima oleh

masyarakat, dengan proses ini seorang individu akan mengadopsi kebiasaan,

sikap maupun ide orang lain sehingga dapat dipercaya dan diakui.

Sosialisasi dalam arti sempit yaitu proses pembelajaran yang dilakukan

seseorang untuk mengenal lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan fisik

maupun sosial. Pengenalan lingkungan dilakukan seorang individu untuk

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, yang nantinya akan membekali

dirinya di dalam pergaulan yang luas. Sosialisasi dalam arti luas yaitu suatu

proses interaksi dan juga pembelajaran seorang individu yang dimulai saat

dia lahir sampai meninggal dalam suatu kebudayaan masyarakat. Jadi

seorang bayi yang baru lahir-pun akan melakukan proses sosialisasi. Seperti

dimulai dengan mengenal lingkungannya terdekatnya, lingkungan yang

Page 36: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

18

paling dekat dengan dirinya yaitu keluarga. Seiring berjalannya waktu

proses sosialisasinya-pun akan semakin meluas seperti mengenal

lingkungan masyarakat dan sebagainya.

Beberapa ahli sosial mengatakan bahwa sosialisasi sebagai teori tentang

peranan. Agar lebih memahami apa arti sosialisasi, maka kita dapat melihat

pendapat beberapa ahli tentang definisi sosialisasi. Menurut Soekanto

(2005:78), pengertian sosialisasi mengandung tiga arti, yaitu:

1. Proses belajar; yaitu suatu proses akomodasi dimana individu menahan,

mengubah impuls- impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau

kebudayaan masyarakatnya.

2. Kebiasaan; dalam bersosialisasi setiap individu mempelajari kebiasaan,

sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan

tingkah laku di dalam masyarakat di mana ia hidup.

3. Sifat dan kecakapan; semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam

proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan

dalam diri seseorang.

Senada dengan pendapat Robert (2007:34) yang menyatakan arti sosialisasi

adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan

lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif

dalam kehidupan sosial. Selanjutnya menurut Gaslin, (2009: 78), sosialisasi

adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh

pengetahuan tentang nilai dan norma-norma agar dapat berpartisipasi

sebagai anggota kelompok masyarakat.

Page 37: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

19

Sosialisasi menurut Singgih (2000: 56) adalah hubungan sosial yang

dinamis menyangkut hubungan antar orang perorang, kelompok-kelompok

manusia, dan antara orang perorangan dengan kelompok yang saling

memengaruhi dalam hubungan timbal balik sehingga tercipta suasana

kerukunan, keakraban dan kedamaian dalam kehidupan. Sosialisasi menurut

Tumanggor (2014:156) adalah hubungan satu sama lain ketika dua orang

atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain

berinteraksi, berkomunikasi satu sama lain, dikarenakan manusia

merupakan makhluk simbiosis mutualisme, yaitu saling bergantung antara

satu dengan yang lain, manusia membutuhkan individu lain sebagai tempat

berinteraksi, menyampaikan atau bertukar suatu pikiran.

Lebih lanjut menurut Soekanto (2002: 98) mengatakan sosialisasi adalah

suatu proses yang menempatkan anggota masyarakat yang baru mempelajari

norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di tempat dia menjadi anggota.

sosialisasi merupakan suatu proses mempelajari norma, nilai,peran dan

semua persyaratan lain yang diperlukan sehingga memungkinkan untuk

berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial. Sosialisasi menurut

Maran (2007: 162) adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai

sebuah proses di mana manusia belajar melalui interaksi dengan orang lain,

tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu

merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi

sosial yang efektif dalam rangka menciptakan suasana kehidupan yang

rukun, damai sehingga tidak terjadi gap atau konflik sosial di kehidupan

sosial masyarakat.

Page 38: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

20

Pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa yang dipelajari dalam

proses sosialisasi adalah peran, nilai, dan norma sosial. Bagaimana

seseorang berperan sesuai dengan nilai, kebiasaan, dan norma yang berlaku

dan diwarisi dari masyarakatnya. Oleh karena itu, teori sosialiasi sering juga

disebut sebagai teori tentang peran (role theory). Sosialisasi juga sebagai

proses belajar individu dalam kehidupan bermasyarakat, kehidupan yang

berpedoman pada norma-norma, norma merupakan kaidah, pokok, kadar

atau patokan yang diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur

kehidupan dan tingkah laku sehari-hari, agar hidup ini terasa aman, damai

dan jauh dari kata konflik.

Sebagai manusia sekaligus anggota masyarakat istilah sosial selalu dikaitkan

dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam hubungannya

dengan manusia lainnya dan lingkungannya. Istilah sosial juga sering

diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap

kehidupan antar sesama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, individu

selalu melakukan hubungan sosial dengan individu lain atau kelompok-

kelompok tertentu. Hubungan sosial yang terjadi antar individu maupun

antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi sosial.

Kehidupan sosial terjadi bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara

lain hubungan antar status, persahabatan, kepentingan, dan hubungan

kekeluargaan. Adanya hubungan sosial atau sosialisasi yang harmonis di

kehidupan masyarakat, di harapakan dapat meningkatkan rasa kepedulian,

kebersamaan, ditengah kehidupan masyarakat yang majemuk yang terdiri

atas berbagai macam suku, agama, bahasa dan ras.

Page 39: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

21

2.1.2.2 Tujuan dan Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi dalam kehidupan seseorang sangatlah penting, karena manusia

adalah seorang makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa hidup sendirian.

Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sangat membutuhkan

teman, dan membutuhkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.

Sosialisasi juga berguna untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya,

sehingga bisa menjadi pribadi yang baik dan bisa hidup bermasyarakat

dengan baik. Sosialisasi bisa digunakan untuk sarana belajar bagaimana

menyesuaikan diri dengan orang lain dan juga menyesuaikan diri dengan

lingkungan, hal itu digunakan agar manusia sebagai manusia bisa

bermasyarakat dengan baik.

Apabila seorang individu kurang bersosialisasi dengan orang lain dan

lingkungan maka orang itu tidak bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat

dan lingkungan sekitarnya, dan ketika seseorang tidak bisa menyesuaikan

diri dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya bukan mustahil dapat

memicu terjadinya kesenjangan dan konflik sosial. Adapun beberapa tujuan

sosialisasi dalam masyarakat, menurut Maran (2007: 167) diantaranya:

1. Menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain

2. Menjalin hubungan hubungan-hubungan tertentu dengan orang lain

3. Mendiskusikan sebuah persoalan, mencari solusi suatu masalah dan

merundingkannya dengan orang lain

4. Melakukan kerja sama dengan orang lain.

Page 40: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

22

Tujuan sosialisasi dalam kehidupan masyarakat menurut pendapat Soekanto

(2002: 105) adalah untuk:

1. Mengetahui nilai-nilai maupun norma-norma yang ada dalam

masyarakat, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pengetahuan

yang diperlukan untuk kelangsungan hidup bahwa di dalam masyarakat

dirinya sebagai anggota dari masyarakat.

2. Membantu mengendalikan berbagai fungsi organik, yang dipelajari dari

latihan mawas diri yang baik dan tepat, sehingga tercipta suasana

kehidupan yang damai.

3. Mengetahui lingkungan sosial dan budaya baik itu tempat seorang

individu tinggal maupun lingkungan sosial yang baru supaya dirinya

terbiasa dengan nilai maupun norma yang berlaku di dalam masyarakat.

4. Melatih kemampuan berkomunikasi secara baik dan mengembangkan

kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat.

5. Melatih keterampilan dan juga pengetahuan yang diperlukan supaya

dapat melangsungkan hidup di dalam masyarakat.

6. Menanamkan kepada seorang individu tentang nilai-nilai dan

kepercayaan yang terdapat dalam masyarakat.

Tujuan bersosialisasi dalam masyarakat secara umum, menurut Tumanggor

(2014: 163) diantaranya untuk:

1. Membentuk pola perilaku dan kepribadian seorang individu berdasarkan

nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat, sehingga tercipta rasa

kerukunan, persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat.

Page 41: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

23

2. Menjaga kerukunan dan keteraturan hidup dalam bermasyarakat yang

berdasarkan keragaman pola tingkah-laku, nilai dan norma yang

diajarkan.

3. Menjaga integrasi kelompok di dalam masyarakat, meminimalisir

terjadinya konflik.

Konsep sosial, menurut Singgih (2000: 56) sosialisasi memiliki tujuan

antara lain:

1. Memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup

bermasyarakat, dengan memberikan sosialisasi kepada individu, maka

individu tersebut pada akhirnya dapat dengan mudah belajar untuk

bersosialisasi pada masyarakat, sehingga individu tersebut dapat dengan

mudah diterima oleh masyarakat.

2. Mengembangkan kemampuan sesorang dalam berkomunikasi secara

efektif, dengan sosialisasi, individu dapat dengan terbiasa untuk

berkomunikasi dengan dunia luar dan masyarakat.

3. Mengembangkan fungsi-fungsi organik seseorang melalui introspeksi

yang tepat, dengan bersosialisasi, fungsi organik dalam tubuh/jiwa

seseorang akan dapat terlatih dengan baik, sehingga individu tersebut

dapat dengan mudah untuk berkumpul pada masyarakat. Serta, dengan

komunikasi yang baik, maka individu tersebut dapat dengan mudah

untuk hidup berdampingan di masyarakat.

4. Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang

mempunyai tugas pokok dalam masyarakat, dengan sosialisasi, individu

dapat dengan mudah untuk mendapatkan kepercayaan diri karena

Page 42: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

24

mereka memiliki komunikasi yang baik di masyarakat. Dengan adanya

kepercayaan dan komunikasi tersebut maka individu dapat dengan

mudah untuk bersosialisasi pada masyarakat.

Lain halnya dengan Widjaja, (2007: 89) tujuan sosialisasi adalah sebagai

berikut:

1. Membekali seseorang dengan seperangkat nilai dan norma agar sikap

dan perilakunya sesuai dengan harapan masyarakat.

2. Memberikan latihan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk

berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungannya.

3. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan

semua pihak dan melakukan mobilitas sosial.

4. Melatih seseorang agar mampu mengendalikan fungsi-fungsi organiknya

dan kepentingannya agar sikap dan perilakunya tidak menyimpang dari

tata nilai dan norma

Secara garis besar, manfaat sosialisasi yang dimaksud ditujukan pada

terciptanya tatanan sosial yang stabil dan stabilitas sosial menjadi tolok

ukurnya. Berikut ini 5 (lima) tujuan sosialisasi sebagaimana yang

dipaparkan oleh Ruslan (2006: 176) yaitu:

1. Memberikan pengetahuan kepada individu untuk dapat hidup

bermasyarakat: individu perlu dibekali pengetahuan tentang bagaimana

hidup di masyarakat. Pengetahuan ini diberikan dengan disertai

peningkatan kesadaran akan nilai dan norma yang berlaku. Setiap

individu memiliki status sosial tertentu. Pengetahuan hidup

Page 43: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

25

bermasyarakat adalah menjalankan peran sosial sesuai status sosialnya

dan tidak melanggar nilai dan norma sosial yang berlaku.

2. Memberikan keterampilan kepada individu untuk bertahan hidup:

keterampilan diberikan melalui pengalaman dan pendidikan. Individu

mempelajari keterampilan untuk dapat bertahan hidup di masyarakat.

Tanpa keterampilan, seseorang tidak bisa bekerja. Akibatnya, segala cara

yang melanggar norma, atauran dan hukum diterobos.

3. Mengembangkan kemampuan individu untuk berinteraksi sosial:

interaksi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk

sosial. Individu dibekali kemampuan berinteraksi melalui belajar dan

pengalaman. Kedua proses tersebut merupakan bentuk sosialisasi. Tanpa

interaksi, seseorang akan mengisolasi diri, hidup seorang diri, dan mati

tak ada yang tau.

4. Menyadarkan individu akan hak dan kewajibannya yang pokok dalam

masyarakat: kesadaran akan hak dan kewajiban individu sangat penting

sebagai satu paket dengan pengetahuan atas status sosialnya. Kesadaran

ini menjadi pijakan peran sosial yang seharusnya dimainkannya.

Individu bisa disadarkan melalui sosialisasi tentang tugas-tugas pokok

akan statusnya di masyarakat.

5. Membuat individu untuk mampu introspeksi diri: kemampuan

introspeksi juga berkaitan erat dengan kesadaran individu akan dirinya,

masyarakatnya dan posisi sosialnya di masyarakat. Ketika seseorang

bertindak melampaui norma atau menyeleweng dari tugas-tuga

Page 44: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

26

pokoknya, kemampuan introspeksi dapat membantu untuk mengarahkan

dirinya kembali ke jalan yang benar.

Proses sosialisasi dalam masyarakat memiliki 2 (dua) fungsi utama, menurut

Singgih (2000: 58) diantaranya:

1. Dari segi kepentingan individu

Sosialisasi bertujuan supaya seorang individu dapat mengenal, mengakui

dan menyesuaikan dirinya dengan nilai, norma dan struktur sosial yang

terdapat dalam masyarakat.

2. Dari segi kepentingan masyarakat

Sosialisasi bertujuan sebagai alat untuk pelestarian, penyebarluasan dan

mewariskan nilai, norma serta kepercayaan yang terdapat di dalam

masyarakat. Sehingga nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan tersebut

dapat terpelihara oleh semua anggota masyarakat.

Tujuan sosialisasi yaitu supaya seorang individu dapat saling mengenal,

menerima dan menyesuaikan dirinya dengan nilai-nilai maupun norma-

norma yang berlaku di dalam masyarakat, bukan hanya itu saja, sosialisasi

juga memiliki manfaat untuk menjaga kerukunan, hubungan yang harmonis

dalam menjaga persatuan ditengah tatanan kehidupan masyatakat. Selama

manusia hidup tidak akan lepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di

sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar manusia tidak lepas dari

pengaruh orang lain. Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai mahluk

sosial, yaitu mahluk yang didalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari

pengaruh manusia lain.

Page 45: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

27

Menurut kodratnya manusia adalah mahluk sosial atau mahluk yang

bermasyarakat, selain itu juga diberikan kelebihan yaitu berupa akal pikiran

yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan

manusia sebagai mahluk sosial, manusia selalu hidup bersama diantara

manusia lainnya, dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu

menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, oleh karena itu dengan

sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.

Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, juga dikarenakan pada diri

manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain.

Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang

lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman dengan

orang lain.

Manusia dikatakan juga sebagai mahluk sosial, karena manusia tidak akan

bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

Ketika bayi lahir, memerlukan pertolongan manusia lainnya. Bayi sama

sekali tidak berdaya ketika lahir, tidak bisa mempertahankan hidupnya tanpa

pertolongan orang lain. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan

sebagai mahluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu: (a).Manusia tunduk

pada aturan, norma sosial. (b) Perilaku manusia mengharapkan suatu

penilaian dari orang lain. (c) Manusia memiliki kebutuhan untuk

berinteraksi dengan orang lain dan (d) Potensi manusia akan berkembang

bila hidup di tengah-tengah manusia.

Page 46: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

28

2.1.2.3 Agen Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses sosial yang terjadi pada seseorang untuk

mempelajari dan menyesuaikan diri terhadap norma, nilai, perilaku, adat

istiadat, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan agar dapat berperan

dan berfungsi dalam kelompoknya. Agen sosialisasi merupakan tempat di

mana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai agen sosialisasi (agent

of socialization) atau sarana sosialisasi. yang dimaksud dengan agen

sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima

nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala

sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa.

Secara rinci beberapa agen sosialisasi menurut Singgih (2000: 72) yang

utama adalah:

1. Keluarga

Anak yang baru lahir (bayi) mengalami proses sosialisasi yang paling

pertama adalah dalam keluarga, dari sinilah anak pertama kali mengenal

lingkungan sosial dan budayanya, dan juga mengenal seluruh anggota

keluarganya sampai akhirna anak itu mengenal dirinnya sendiri. Dalam

pembentukan sikap dan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh

bagaimana cara dan corak orang tua dalam memberikan pendidikan

anak-anaknya baik melalui kebiasaan, teguran, nasihat, perinta, atau

larangan.

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap

proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai

kondisi yang dimiliki oleh kelurga. Pertama, keluarga merupakan

Page 47: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

29

kelompok primer yang selalu terjadi tatap muka dan mengikuti

perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua mempunyai

kondisi yang kuat untuk mendidik anak-anaknya sehingga menimbulkan

hubungan emosional dimana hubungan ini sangat diperlukan dalam

proses sosialisasi. ketika, adanya hubungan sosial yang tetap, maka

dengan sendirinya orang tua mempunyai peranan yang penting terhadap

proses sosialisasi anak.

Segi penting dari proses sosialisasi dalam keluarga adalah bagaimana

orang tua dapat memberikan motivasi kepada anaknya agar mau

mempelajari pola perilaku yang diajarkan kepadanya.baik melalui cara

positif atau partisipasif maupun cara negatif melalui refresif. Proses

sosialisasi dalam keluarga dapat dilakukan baik secara formal maupun

informal. Proses sosialisasi formal dikerjakan melalui proses pendidikan

dan pengajaran, sedangkan proses sosialisasi informal dikerjakan

melalui interaksi sosial secara tidak sengaja. Antara proses sosialisasi

formal dengan proses sosialisasi informal sering kali menimbulkan jarak

karena apa yang dipelajari kadangkala bertentangan dengan apa yang

dilihat, situasi ini sering kali menimbulkan konflik batin bagi anak-anak.

Pola hubungan antara orang tua dan anak yang akan menentukan proses

sosialisasi serta perkembangan kepribadiannya berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh fels research institute (Vembriarto,1984: 102) dapat

dibedakan menjadi tiga pola, yaitu: (a) Pola menerima-menolak,

didasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak-anak. (b) Pola

memiliki-melepaskan, pola ini bergerak dari sikap protektid orang tua

Page 48: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

30

terhadap anaknya. Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang

overprotective sampai pada sikap mengabaikan anak sama sekali. (c)

Pola demokrasi otokrasi. Didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam

menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi dimana

orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak, dan demokrasi,

dimana sampai batas-batas tertentu anak dapat berpartisipasi dalam

keputusan-keputusan keluarga.

Keluarga dengan suasana demokratis anak akan berkembang dengan

lebih luwes dan dapat menerima kekuasaan secara rasional, dan dalam

otokrasi memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang harus diikuti

sehingga anak akan tundung secara membabi buta bahkan mempunyai

sikap menentang. Dalam keluarga yang dibesarkan dengan pola

memiliki, anak cenderung tidak patuh, tidak dapat menahan emosi dan

menuntut orang lain secara berlebihan atau berwatak pemalu, cemas dan

ragu-ragu. Anak yang dibesarkan dalam pola menolak, akan bersikap

menentang kekuasaan. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang nakal

berasal dari keluarga dengan pola menolak karena mereka selalu curiga

terhadap orang lain dan suka menentang kekuasaan.

2. Kelompok bermain

Kelompok bermain yang berasal dari kerabat, tetangga maupun teman

sekolah merupakan agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam

membentuk pola perilaku seseorang. Dalam kelompok bermain anak

sering kali mempelajari berbagai kemampuan baru yang berbeda dengan

apa yang mereka pelajari dari keluarganya. Kelompok bermain individu

Page 49: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

31

mempelajari nilai, norma, kultural, peran dan semua persyaratan lainnya

yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan partisipasinya yang

efektif di dalam kelompok permainannnya. Singkatnya, kelompok

bermain ikut menentukan dalam pembentukan sikap untuk berperilaku

yang sesuai dengan perilaku kelompoknya. Berbeda dengan pola

sosialisasi dalam keluarga yang umumnya bersifat otoriter karena

melibatkan hubungan yang tidak sederajat, didalam kelompok bermain

pola sosialisasinya bersifat ekualitas karena kedudukan para pelakunya

relatif sederajat.

3. Sekolah

Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga.

Sekolah merupakan potensi yang sangat berpengaruh cukup besar dalam

pembentukan sikap dan perilaku seorang anak, serta mempersiapkannya

untuk penguasaan peran-peran baru di kemudian hari dikala seorang

anak tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau

keluarganya.

Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga, dimana anak masih dapat

mengharapkan bantuan dari orang tua dan sering memperoleh perlakuan

khusus, disekolah anak dituntut untuk bisa bersikap mandiri dan

senantiasa memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari teman-

temannya. Di sekolah reward akan diberikan kepada anak yang terbukti

mampu bersaing dan menunjukkan prestasi akademik yang baik, maka

yang diperlukan adalah kerja keras. Kurikulum pelajaran di sekolah yang

Page 50: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

32

relatif beragam, semuanya menuntut kegigihan sendiri-sendiri. Beberapa

hal yang dipelajari anak di sekolah, selain membaca, menulis dan

berhitung terdapat kemandirian, prestasi, universalisme, dan spesifitas.

4. Lingkungan kerja

Setelah seorang individu melewati masa kanak-kanan dan masa remaja,

kemudian ia meninggalkan dunia kelompok permainannya, individu

memasuki dunia baru yaitu lingkungan kerja. Pada umumnya individu

yang ada di dalamnya sudah memasuki masa hampir dewasa bahkan

sebagian besar dari mereka sudah dewasa , maka sistem nilai dan norma

lebih tegas dan jelas. Lingkungan kerja inilah individu saling berinteraksi

dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai, norma yang berlaku

di dalamnya. Seseorang yang bekerja di lingkungan birokrasi biasanya

akan memiki gaya hidup yang berbeda dengan orang yang bekerja di

perusahaan swasta. Seseorang yang bekerja dan bergaul di tempat kerja

seperti dunia pendidikan tinggi kemungkinan besar akan berbeda

perilaku dan gaya hidupnya dengan orang lain yang berprofesi di dunia

kemiliteran.

5. Media Massa

Dalam kehidupan modern komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang

sangat penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi

ke satu pihak ke pihak lain. Akibat pengaruh kemajuan ilmu

pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin muda diterima

oleh masyarakat, sehingga media massa surat kabar, TV, film, radio,

Page 51: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

33

majalah, dan lainnya mempunyai peran penting dalam proses

transformasi nilai dan norma baru kepada masyarakat. Di samping itu

media massa juga mentransformasikan simbol atau lambang tertentu

dalam suatu konteks emosional.

Media massa merupakan media sosialisasi yang kuat dalam membentuk

keyakinan-keyakinan baru atau mempertahankan keyakinan yang ada.

Bahkan proses sosialisasi melaluI media massa lebih besar ruang

lingkupnya dibandingkan dengan media sosialisasi yang lainnya, iklan

yang ditayangkan media massa dapat merubah pola konsumsi , bahkan

gaya hidup warganya.

Tayangan adegan kekerasan dan adegan yang menjurus ke arah

pornografi,ditengarai juga berperan menyulut perilaku agresif remaja,

menyebabkan terjadinya pergeseran moral, serta meningkatkan

terjadinya pelanggaran norma susila. Media massa, nyaris setiap hari bisa

dibaca terjadi kasus-kasus perkosaan dan pembunuhan yang

menghebohkab karena si pelaku diilhani adegan-adegan prono dan sadis

yang perna ditontonnya di film atau tayangan yang lain.

Media sosialisasi menurut pendapat Tumanggor (2014: 183) diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Keluarga

Keluarga adalah orang terdekat kita yang merupakan tempat dimana

pertama kali kita mengenal orang lain selain diri kita sendiri. Keluarga

yang akan mengajarkan kita awal dari cara-cara bersosialisasi dengan

Page 52: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

34

lingkungan luar. Kedua orangtua memberikan pemahaman tentang

kehidupan dan hidup bermasyarakat. Karena jelas mereka lebih banyak

pengalaman dibandingkan anaknya.

2. Sekolah

Sekolah juga merupakan media sosialisasi setelah keluarga. Di sekolah

kita akan bertemu dengan banyak orang. Kita akan menemui orang dari

berbagai hal yang berbeda. Di sekolah kita akan mendapatkan pelajaran

tentang norma dan nilai dalam bermasyarakat. Di sekolah kita akan

bertemu orang lain yang seumuran dengan kita yang biasa kita sebut

teman sebaya. Dengan adanya teman itu kita bisa mengenal oranglain,

mengenal hal baru, dan yang pasti perilaku dan budaya lain juga.

3. Lingkungan masyarakat

Masyarakat adalah media sosialisasi yang sangat jelas, karena di dalam

lingkungan masyarakat kita bisa mengenal lingkungan kita, masyarakat

yang ada di sekitar kita dan norma-norma serta nilai-nilai yang ada di

lingkungan masyarakat itu. Di sini kita tak hanya menemukan oranglain

yang seumuran dengan kita tetapi juga mengenal orang yang lebih tua

dari kita dan juga orang yang lebih muda dari kita. Mereka bisa

memperkenalkan hal-hal baru dari apa yang mereka temui di luar.

4. Media massa

Media massa adalah media sosialisasi baru dewasa ini. Media massa

berupa cetak dan elektronik sangat digandrungi. Disini kita menemukan

banyak hal baru, mendapatkan informasi-informasi baru. Mengenal

banyak orang baru dan macam-macam bentuk sosialisasi yang juga bisa

Page 53: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

35

mengandung hal positif dan hal negatif. Peran keluarga juga sangat

dibutuhkan dalam hal ini. Dalam membekali anak-anaknya mengetahui

mana yang baik dan mana yang buruk.

Sosialisasi dapat terjadi secara langsung dengan beberapa cara seperti

bertatap muka, mengobrol dalam aktivitas sehari-hari atau dapat terjadi

secara tidak langsung dengan cara seperti melalui percakapan di telepon,

dengan media massa dan lain-lain. Proses sosialisasi dapat berjalan dengan

lancar jika seorang individu sadar sedang bersosialisasi dengan kebudayaan

yang ada di dalam masyarakat, tapi sosialisasi juga dapat berjalan secara

terpaksa jika ada maksud dan kepentingan tertentu.

Terjadinya sosialisasi di lingkungan masyarakat, jika seorang individu

memiliki peranan dalam proses sosialisasi tersebut. Keadaan lingkungan

juga dapat mempengaruhi seorang individu dalam bersikap dan bertingkah

laku sesuai dengan masyarakat yang terdapat di lingkungannya. Oleh karena

itu, maka setiap individu akan melakukan sosialisasi untuk mempelajari

nilai-nilai, norma-norma dan kebudayaan yang ada di dalam masyarakat.

Sosialisasi juga dapat terjadi dengan interaksi dan komunikasi, dengan

komunikasi seorang individu dapat memperoleh pengalaman hidup,

kebiasaan yang nanti akan membekalinya dalam pergaulan di masyarakat

luas. Komunikasi juga dapat melalui berbagai media massa. Adanya media

masa setiap individu akan memperoleh berbagai macam informasi baik itu

informasi yang positif maupun yang negatif, yang nantinya akan

berpengaruh pada pola tingkah laku.

Page 54: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

36

2.1.2.4 Bentuk, Tipe dan Pola Sosialisasi

Sosialisasi merupakan kodrat manusia dalam mengarungi kehidupannya.

Manusia tidak bisa hidup sendirian, manusia memerlukan yang lain untuk

hidup dalam kebersamaan, belajar bersama dalam kehidupan sebagai

manusia, mencari kesempurnaan dirinya dalam tata kehidupan bersama.

Keberadaan manusia dalam kehidupan bersosial adalah kecenderungan

manusia untuk hidup berbaur dengan suatu kelompok atau komunitas yang

bisa disebut dengan masyarakat, dengan kata lain manusia tidak dapat hidup

secara individu atau sendiri, kecenderungan ini terjadi dalam rangka

memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri

Bentuk sosialisasi yang diharapkan dapat menciptakan kerukunan dan

persatuan di tengah kehidupan masyarakat menurut Soekanto (2002: 117)

yaitu:

1. Toleransi: toleransi adalah sikap saling menghormati dan menghargai

antar kelompok atau antar individu dalam masyarakat atau dalam

lingkup lainnya, sikap toleransi dapat menghindari terjadinya

diskriminasi, konflik dan menciptakan kerukunan.

2. Empati: empati merupakan tindakan menempatkan diri di posisi orang

lain seolah-olah diri kita dapat merasakan atau sekadar memahami apa

yang dialami orang lain

3. Komunikasi: jalinan interaksi antara individu satu dengan yang lain

maupun kelompok dengan kelompok, dimana mereka saling bertukar

pikiran atau informasi.

Page 55: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

37

4. Musyawarah/mufakat: upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk

memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) untuk mengambil

keputusan bersama dan penyelesaian atau pemecahan masalah, dengan

cara berunding untuk mencapai mufakat atau persetujuan tanpa adanya

pihak yang di untungkan.

Bentuk sosialisasi menurut Tumanggor (2014: 183) dibagi menjadi

beberapa, antara lain sebagai berikut.

1. Sosialisasi primer

Sosialisasi primer, terjadi ketika manusia baru lahir. Pada saat itu

manusia dibentuk menjadi makhluk sosial, manusia diarahkan menjadi

pribadi yang dapat berinteraksi dengan pribadi yang sesuai dengan

harapan masyarakat. Sosialisasi primer terjadi di tengah-tengah keluarga

pada masa kanak-kanak. Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama

yang dijalani individu senasa kecil, yaitu ketika ia belajar menjadi

anggota masyarakat. Hal itu dipelajari individu semasa kecil, yaitu

ketika belajar menjadi anggota masyarakat. Hal itu dipelajarinya dari

keluarga.

2. Sosialisasi sekunder

Sosialissi sekunder terjadi pada akhir masa kanak-kanak dan remaja.

Pada saat ini, anak meninggalkan keluarganya dan masuk ke dalam

pengaruh teman sebaya dan ruang dewasa di luar rumahnya. Sosialisasi

sekunder merupakan proses sosialisasi yang memperkenalkan individu

ke dalam lingkungan di luar keluargannya, seperti sekolah lingkungan

bermain, dan lingkungan kerja.

Page 56: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

38

Lebih lanjut menurut Soekanto (2005: 152) tipe sosialisasi dibedakan

menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Sosialisasi formal

Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang terjadi melalui lembaga-

lembaga negara, seperti lembaga pendidikan yang memiliki tugas khusus

dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus

dipelajari oleh masyarakat. Seperti sekolah, pendidikan militer dan

lingkungan kerja

2. Sosialisasi informal

Adalah sosialisasi yang terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan

yang bersifat kekeluargaan, misalnya antar teman dan antar anggota

keluarga.

Pola sosialisasi menurut Jaeger (2004:33), dibagi menjadi 2 (dua)

diantaranya yaitu:

1. Pola sosialisasi represif

Pola sosialisasi represif menekankan pada pemberian hukuman terhadap

tindakan salah atau menyimpang. Ciri-ciri sosialisasi represif :

a. Menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan

b. Menekankan pada penggunaan meteri dalam hukuman dan imbalan

c. Menekankan pada kepatuhan anak dan orang tua

d. Menekankan pada komunikasi yang bersifat satu arah, non-verbal

dan berisi perintah

e. Menekankan pada peranan orang tua, keinginan orang tua, dan

peranan keluarga sebagai significant other.

Page 57: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

39

2. Pola sosialisasi partisipatoris

Pola sosialisasi partisipatoris menekankan pada pemberian imbalan

(reward) ketika seseorang berperilaku baik. Ciri-ciri sosialisasi

partisipatoris:

a. Merupakan pola dimana anak diberi imbalan ketika berperilaku baik

b. Hukuman dan imbalan bersifat simbolik

c. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan

d. Menekankan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan

e. Pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak, keluarga menjadi

generalizes other.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep sosialisasi

ditempuh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami,

menghayati, menyesuaikan, dan melaksanakan suatu tindakan sosial yang

sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya. Sosialisasi erat sekali kaitannya

dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yaitu suatu proses belajar

seorang individu untuk belajar mengenal, menghayati, dan menyesuaikan

alam pikiran serta sikapnya terhadap sistem adat dan norma, serta semua

peraturan dan pendirian yang hidup dalam lingkungan kebudayaan

masyarakatnya. Tujuan sosialisasi yaitu supaya seorang individu dapat

saling mengenal, menerima dan menyesuaikan dirinya dengan nilai-nilai

maupun norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat, bukan hanya itu

saja, sosialisasi juga memiliki manfaat untuk menjaga kerukunan, hubungan

yang harmonis dalam menjaga persatuan ditengah tatanan kehidupan

masyatakat

Page 58: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

40

2.1.3 Internalisasi Nilai Budaya

2.1.3.1 Definisi Internalisasi

Pengertian secara harafiah, internalisasi merupakan penghayatan atau proses

terhadap ajaran, doktrin, atau nilai sehingga menyadari keyakinan akan

kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.

Internalisasi merupakan tahap pembatinan kembali hasil–hasil objektivasi

dengan mengubah struktur lingkungan lahiriah itu menjadi struktur

lingkungan batiniah, yaitu kesadaran subjektif (Hardiman, 2003: 101).

Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi sebagaimana di paparkan Hidayati,

(2006: 45) menjelaskan internalisasi merupakan proses penghayatan

mengenai kebiasaan dalam kehidupan bersama sehingga menjadi milik diri

setiap anggota masyarakat. Berdasarkan definisi dari para ahli dapat

disimpulkan bahwa internalisasi adalah proses menghayati hal-hal yang

disampaikan sehingga membangun kesadaran penerima dan hal-hal yang

disampaikan tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.3.2 Tahapan Internalisasi

Menurut Hidayati (2006: 46-47), internalisasi terbagi menjadi (3) tiga tahap,

diantaranya:

1. Tahap transformasi nilai

Tahap ini merupakan proses untuk menginformasikan nilai – nilai yang

baik dan kurang baik. Dalam tahap ini, hanya terjadi komunikasi verbal

antara informan dan penerima informasi.

Page 59: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

41

2. Tahap transaksi nilai

Sedangkan tahap transaksi nilai merupakan tahap pendidikan nilai

dengan melakukan komunikasi dua arah, atau terjadi interaksi antara

komunikator dengan komunikan yang bersifat interaksi timbal – balik.

3. Tahap transinternalisasi

Tahap ini merupakan tahap terakhir. Tahap transinternalisasi ini jauh

lebih mendalam dari tahap transaksi nilai. Dalam tahap ini, yang

dilakukan tidak hanya komunikasi verbal, namun juga sikap mental dan

kepribadian.

Jadi dikaitkan dengan perkembangan masyarakat, internalisasi harus

berjalan sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Internalisasi merupakan

sentral proses perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis pada

perolehan atau perubahan diri manusia, termasuk di dalamnya makna

kepribadian (nilai) atau implikasi respon terhadap makna.

2.1.3.3 Definisi Nilai Budaya

Theodorson dalam Pelly (2004: 89) mengemukakan bahwa nilai merupakan

sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum

dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok

terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat

emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan

manusia itu sendiri. Nilai adalah prinsip-prinsip etika yang dipegang dengan

kuat oleh individu atau kelompok sehingga mengikatnya dan sangat

berpengaruh pada perilakunya. Nilai berkaitan dengan gagasan tentang

baik dan buruk, yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki. Nilai

Page 60: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

42

membentuk norma, yaitu aturan-aturan baku tentang perilaku yang harus

dipatuhi oleh setiap anggota suatu unit sosial sehingga ada sanksi negatif

dan positif.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah,

yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai

hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa

Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,

yaitu mengolah atau mengerjakan. Berikut disajikan definisi kebudayaan

menurut para ahli:

1. Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan,

dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengn belajar (Koentjaraningrat, 2005: 42).

2. Kebudayaan berarti semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

(Soemardjan dan Soemardi, 2002: 71).

3. Pengertian kebudayaan adalah buah budi manusia adalah hasil

perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam

yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi

berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya

guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat

tertip dan damai (Syani, 2002: 114).

4. Pengertian kebudayaan adalah sebagai keseluruhan pengetahuan

manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami

dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi

landasan bagi tingkah lakunya (Suparlan, 2008: 54).

Page 61: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

43

5. Pengertian kebudayaan adalah semua rancangan hidup yang tercipta

secara historis, baik yang tersurat maupun yang tersirat, rasional,

irasional yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial

untuk perilaku manusia (Robert, 2007: 72).

6. Pengertian kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang

meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat

istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh

manusia sebagai anggota masyarakat.(Kaplan 2002:75).

Secara umum pengertian budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang,

dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari

generasi ke generasi. Budaya juga dapat dikatakan semua hasil karya, rasa

dan cipta masyarakat yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, keilmuan, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang lain serta

kebiasaan. Pendapat Koentjaraningrat (2005: 85) adalah nilai budaya terdiri

dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar

warga masyarakat mengenai hal–hal yang mereka anggap amat mulia.

Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan

rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki

seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara-cara, alat-

alat, dan tujuan-tujuan pembuatan yang tersedia.

Kluckhohn dalam Pelly (2004: 89) mendefinisikan nilai budaya sebagai

konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang

berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan

Page 62: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

44

orang dengan orang dan tentang hal-hal yang diingini dan tidak diingini

yang mungkin bertalian dengan hubungan orang dengan lingkungan dan

sesama manusia.

Sementara itu Sumaatmadja dalam Marpaung (2000: 99) mengatakan bahwa

pada perkembangan, pengembangan, penerapan budaya dalam

kehidupan, berkembang pula nilai-nilai yang melekat di masyarakat yang

mengatur keserasian, keselarasan, serta keseimbangan, nilai tersebut

dikonsepsikan sebagai nilai budaya. Selanjutnya, bertitik tolak dari pendapat

diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu dalam melaksanakan

aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada nilai-nilai

atau sistem nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya

nilai-nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia,

baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.

Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang, maka nilai itu

akan dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk di dalam bertingkah laku.

Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya gotong

royong, budaya siskamling dan lain-lain, secara universal, nilai itu

merupakan pendorong bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Jadi

nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman

dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok

atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut

atau tidak patut.

Page 63: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

45

2.1.3.4 Manfaat Internalisasi Nilai Budaya

Manfaat internalisasi nilai budaya adalah untuk pengembangan, perbaikan

dan penyaringan dalam hal budaya. Dalam manfaat pengembangan memiliki

manfaat sebagai pengembangan potensi seseorang untuk menjadi pribadi

dan memiliki perilaku yang baik agar seseorang yang telah memiliki sikap

dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. Dalam

manfaat perbaikan adalah untuk memperkuat kepribadian yang bertanggung

jawab dalam pengembangan seorang individu yang lebih bermartabat dan

dalam manfaat penyaring bertujuan untuk menyaring budaya bangsa sendiri

dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa yang bermartabat agar tidak terjadi suatu goncangan

budaya.

Mengutip pendapat (Suparlan, 2008: 88) .internalisasi nilai budaya pada

dasarnya tidak hanya monoton didapat dari keluarga, melainkan dapat

didapat dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud tersebut adalah

lingkungan sosial. Secara tidak sadar kita telah dipengaruhi oleh berbagai

tokoh masyarakat, seperti kiyai, ustad, guru, dan lain-lain, dari situlah kita

dapat memetik beberapa hal yang kita dapatkan dari mereka yang kemudian

kita menjadikannya sebagai sebuah kepribadian dan kebudayaan kita.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai

budaya merupakan proses yang berlangsung sejak individu dilahirkan

hingga sesaat akan meninggal dunia. Internalisasi merupakan suatu proses

penenaman nilai tentang budaya. Dalam penanaman dan penumbuh

Page 64: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

46

kembangan nilai tersebut dilakukan melalui berbagai didaktik-metodik

pendidikan dan pengajaran, seperti pendidikan, pengarahan indoktrinasi,

brain-washing, dan lain sebagainya.

2.1.3.5 Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Kebudayaan

Pendapat Koentjaraningrat (2005: 102) perubahan budaya adalah proses

pergeseran, pengurangan, penambahan, dan perkembangan unsur-unsur

dalam suatu kebudayaan. Secara sederhana, perubahan budaya merupakan

dinamika yang terjadi akibat benturan-benturan antar unsur budaya yang

berbeda-beda. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan-perubahan

kebudayaan menurut Suparto (2004:136-137) adalah:

1. Sebab-sebab yang bersumber dari masyarakat itu sendiri: (bertambah

atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, keluarga,

terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu

sendiri.

2. Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat: (Sebab-sebab yang

berasala dari lingkungan alam fisik yang ada sekitar manusia,

peperangan dengan negara lain dan pengaruh kebudayaan masyarakat

lain)

3. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan (kontak

dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan yang maju, sistem lapisan-

lapisan masyarakat yang terbuka dan penduduk yang heterogen).

Page 65: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

47

Lebih lanjut menurut Marpaung (2000: 105) bahwa perubahan kebudayaan

dapat mencakup aspek yang sempit maupun yang luas. Aspek yang sempit

dapat meliputi aspek perilaku dan pola pikir individu. Aspek yang luas dapat

berupa perubahan dalam tingkat struktur masyarakat yang nantinya dapat

memengaruhi perkembangan masyarakat dimasa yang akan datang.

Terjadinya perubahan tersebut disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu:

1. Faktor internal: faktor internal adalah faktor penyebab perubahan yang

terjadi dari dalam diri manusia yang timbul karena adanya dorongan dari

diri manusia tersebut untuk melakukan perubahan pada dirinya dan

lingkungannya. Faktor internal dapat terjadi jika adanya dorongan atau

motivasi untuk melakukan suatu perubahan, perubahan yang terjadi

dapat berupa bentuk, sikap maupun situasi.

2. Faktor eksternal: faktor eksternal adalah faktor penyebab perubahan

yang terjadidari luar diri manusia. Faktor tersebut dapat disebabkan

karena faktor keluarga, masyarakat dan lingkungan

2.1.3.6 Budaya Kearifan Lokal Sakai Sambaian

Secara umum sakai sambayan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan dari

individu-individu (tolong menolong), individu-kelompok (gotong royong)

dan kelompok-kelompok yang menggambarkan sikap toleransi

kebersamaan, sehingga seseorang akan memberikan bantuan seperti materi,

pemikiran, dan tenaga secara suka rela apabila pemberian itu memiliki nilai

manfaat bagi orang atau anggota masyarakat lain yang membutuhkan secara

terus menerus atau ajeg. Sakai sambayan adalah nilai dasar filsafat tolong

menolong dan gotong royong dalam praktek sosial kehidupan

Page 66: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

48

bermasyarakat. (Sabaruddin, 2006: 45) Sakai (sasakai) artinya tolong

menolong diantara sesama saling silih berganti. Sambayan (sesambay)

artinya gotong royong dalam mengerjakan sesuatu yang berat dan besar.

Sakai sambaian mencakup pengertian yang luas yang termasuk di dalam

gotong royong dan tolong menolong, memberikan sesuatu kepihak lain baik

material, moril, pikiran, dan sebagainya (Sitorus, 2006: 21). Sakai sambayan

yaitu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain yang saling

menguntungkan antara satu dengan yang lainnya (Fachrudin, 1999:19).

Sakai sambayan merupakan nilai yang berintikan pada gotong royong

sebagai species kerukunan. Intinya terletak pada kegiatan-kegiatan

individual untuk memenuhi kepentingan umum, kegiatan mana tidak

didasarkan pada pamrih pribadi (Saebani, 2009:126). Sakai sambayan

merupakan perilaku tolong menolong dan gotong royong yang

menggambarkan sikap toleransi kebersamaan, sehingga seseorang akan

memberikan apa saja secara suka rela apabila pemberian itu memiliki nilai

manfaat bagi orang atau anggota masyarakat lain yang membutuhkan.

Adapun wujud budaya kearifan lokal sakai sambaian menurut Sabaruddin,

(2006: 53) adalah sebagai berikut:

1. Gotong Royong

2. Kerjasama

3. Tolong Menonolong

4. Siskamling

5. Humanisme

Page 67: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

49

Dalam prinsip sakai sambayan, berarti tolong menolong dan gotong royong,

yakni memahami makna kebersamaan atau guyub. Sakai sambayan pada

hakekatnya adalah menunjukkan rasa partisipasi dan solidaritas yang tinggi

terhadap berbagai kegiatan sosial pada umumnya. Sebagai masyarakat

Lampung akan merasa kurang terpandang, apabila tidak mampu

berpartisipasi dalam suatu kegiatan kemasyarakatan. Perilaku ini

menggambarkan sikap toleransi kebersamaan, sehingga seseorang akan

memberikan apa saja secara suka rela apabila pemberian tersebut memiliki

nilai manfaat bagi orang atau anggota masyarakat lain yang membutuhkan.

Tata nilai budaya masyarakat Lampung sebagaimana diuraikan di atas, pada

dasarnya merupakan kebutuhan hidup dasar bagi seluruh anggota

masyarakat setempat, agar tetap survive secara wajar dalam membina

kehidupan dan penghidupannya, yang tercermin dalam tata kelakuan sehari-

hari baik secara pribadi, ataupun bersama dengan anggota kelompok

masyarakat maupun bermasyarakat secara luas

2.1.4 Sikap Menjunjung Tinggi Persatuan

2.1.4.1 Definisi Sikap dan Menjunjung Tinggi

Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana

individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu

dalam kehidupan. Sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen

kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu

berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap objek ini disertai dengan

perasaan positif atau negatif.

Page 68: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

50

Definisi sikap menurut Campbel (2004: 29) adalah A syndrome of response

consistency with regard to social objects. Artinya sikap adalah sekumpulan

respon yang konsisten terhadap obyek sosial. Senada dengan Notoadmodjo

(2003: 124) mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah merupakan reaksi

atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau

obyek. Menurut Eagle dan Chaiken (2010: 20) mengemukakan bahwa sikap

dapat diposisikan sebagaihasil evaluasi terhadap obyek sikap yang

diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku.

Pengertian sikap menurut Masri dalam Zaim (2008: 45) mengartikan sikap

sebagai kesediaan yang diarahkan untuk menilai atau menanggapi sesuatu.

Berdasarkan definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar

sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan

pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon

sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-respon yang

konsisten). Pengertian sikap diungkapkan oleh Chaplin dalam Ali dan Asrori

(2008: 141) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan yang relatif stabil

dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan

cara tertentu terhadap orang lain, obyek, lembaga atau persoalan tertentu.

Lebih lanjut Senja (2008: 440) sikap merupakan kesiapan yang terorganisir

yang mengarahkan atau mempengaruhi tanggapan individu terhadap obyek.

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku terhadap sesuatu

Page 69: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

51

sebagai kesediaan yang di arahkan untuk menilai atau menanggapi sesuatu.

Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya

positif atau negatif/ aktif atau pasif terhadap obyek atau situasi. Kemampuan

sikap ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung

atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti hal nya domain yang lain.

Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tidak

akan berhasil dengan baik.

Definisi menjunjung tinggi menurut kamus bahasa Indonesia (KBBI)

menjunjung tinggi adalah memuliakan, menghargai dan menaati (peraturan,

nasihat, perintah, dan sebagainya). Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa sikap menjunjung tinggi adalah kecenderungan

seseorang untuk menanggapi atau bertingkah laku terhadap sesuatu yang

dimuliakan dan dihargai serta mentaati peraturan Undang-undang maupun

peraturan yang ada dalam masyarakat. Selain itu sikap menjunjung tinggi

juga merupakan suatu kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau

negatif / aktif atau pasif terhadap obyek atau situasi tertentu.

2.1.4.2 Definisi Persatuan Masyarakat

Persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya) dari

beberapa bagian yang sudah bersatu (Poerwadarminta, 2003: 89). Persatuan

berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan

masyarakat mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang

beraneka ragam suku, agama, ras dan golongan, menjadi satu kebulatan

yang utuh dan serasi. Dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk,

Page 70: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

52

berbangsa dan bernegara, berbagai perbedaan yang ada seperti dalam suku,

agama, ras atau antar golongan, merupakan realita yang harus

didayagunakan untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia, menuju

cita-cita nasional adalah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila

danUUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Persatuan Indonesia diwujudkan dalam semboyan pada lambang Negara

Republik Indonesia yaitu ”Bhinneka Tunggal Ika” yang keberadaannya

berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951,

mengandung arti beraneka tetapi satu. Secara mendalam Bhineka Tunggal

Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama,

ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan

yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu

kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.

Masyarakat Indonesia pada dasarnya harus mempunyai konsep persatuan

dan kesatuan didirinya masing-masing, karena dengan konsep persatuan dan

kesatuan inilah rakyat Indonesia bisa menjalankan kehidupannya dengan

sejahtera dan makmur, karena tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada

dan menjadikan perbedaan tersebut menjadi salah satu keunikan negara

Indonesia. Konsep persatuan dan kesatuan ini juga ada di landasan ideal

dan konstitusional negara Indonesia yaitu, landasan idealnya adalah

Pancasila yaitu sila 3 yang berbunyi: “Persatuan Indonesia”. Butir-butir

implementasi sila ke-tiga menurut Salikun (2014: 67) adalah sebagai

berikut:

Page 71: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

53

1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentinganserta keselamatanbangsa

dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Oleh sebab itu,

perang antar suku, dan agama tidak perlu terjadi , kita harus saling

menghormati dan bersatu demi Indonesia.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Butir ini

menghendaki setiap warga negara rela memberikan sesutu sebagai

wujud kesetiaan kepada negara. Pengorbanan terhadap negara inidapat

dilakukan dengan cara militer secara suka rela, menjaga keamanan

lingkungan, menegakkan disiplin, dan bagi sebagian besar warga negara

dilakukan dengan bekerja keras dan taat membayar pajak sebagai

kewajiban warga negara.

3. Cinta tanah air dan bangsa. Butir ini menghendaki setiap warga Negara

mencintai atau adanya keinginan setiap warga Negara memiliki rasa ke-

Indonesiaan. Kecintaan kepada Indonesia dapat dilakukan dengan

mengagungkan nama Indonesia dalam berbagai kegiatan, seperti

olimpiade olahraga maupun ilmu pengetahuan, meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia, danmelestarikan kekayaan alam dan

budaya Indonesia.

4. Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia. Butir ini

menghendaki adanya suatu sikap yang terwujud dan tampak dari se tiap

warga negara Indone sia untuk menghargai tanah air Indonesia, mewarisi

budaya bangsa, hasil karya dan hal-hal yang menjadi milik bangsa

Indonesia. Sikap bangga ini ditunjukan dengan berani dan percaya diri

menunjukan identitas sebagai warga negara Indo nesia baik lewat

Page 72: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

54

budaya, perilaku, dan teknologi yang berkembang di Indonesia,

mencintai produk Indonesia merupakan wujud dari cinta terhadap

bangsa Indonesia.

5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-

Bhinneka Tunggal Ika. Butir ini menghendaki adanya pergaulan, dan

hubungan baik ekonomi, politik, dan budaya antar suku, agama, dan

pulau mempunyai kekhususan yang bernilai tinggi, dan hal ini juga

bermanfaat bagi yang lain, sehingga tukar menukar ini akan

meningkatkan nilai kesejahteraan bagi manusia.

Setiap sesuatu yang berharga pasti punya makna, persatuan dan kesatuan

adalah hal penting yang harus dimiliki setiap bangsa. Makna pokok

persatuan dan kesatuan menurut Kansil (2002:71) antara lain, yaitu :

1. Menjaga rasa persatuan dan kesatuan dengan menjalin rasa kebersamaan

dan saling melengkapi satu sama lain.

2. Menjalin rasa kemanusiaan memiliki sikap saling toleransi serta

keharmonisan untuk hidup secara berdampingan

3. Menjalin rasa kekeluargaan,persahabatan,saling tolong-menolong, dan

rasa nasionalisme.

Dalam konstitusi UUD 1945 yang terdiri dari: pembukaan aline IV yaitu

Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar

kepada persatuan Indonesia. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia,

pengertian persatuan Indonesia adalah sebagai faktor kunci yaitu sebagai

sumber semangat, motivasi dan penggerak perjuangan Indonesia. Hal itu

Page 73: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

55

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “dan perjuangan

pergerakan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan

selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang

kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan

makmur”.

Hal ini berarti, konsep persatuan dan kesatuan Indonesia merupakan konsep

yang wajib dan penting untuk negara Indonesia dikarenakan rasa persatuan

dan kesatuan inilah yang nantinya membawa rakyat Indonesia hidup dalam

kerukunan makmur dan sejahtera, karena tanpa rasa persatuan dan kesatuan

Indonesia tidak akan merdeka tidak akan makmur dan sejahtera, jika tidak

ada persatuan dan kesatuan juga rakyat Indonesia akan hidup dalam ketidak

rasa nyamanan karena tidak ada rasa toleransi antara perbedan-perbedaan

yang ada.

Arti penting persatuan dan kesatuan bagi bangsa indonesia adalah sebagai

alat untuk cita-cita proklamasi kemerdekaan yakni masyarakat yang adil dan

makmur. Persatuan sangatlah penting bagi sebuah negara yang ingin hidup

sejahtera, persatuan juga akan mewujudkan kerjasama yang baik diantara

orang di dalamnya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang

sangat membutuhkan orang lain disekitarnya. Multikulturalisme yang ada di

Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia mempunyai banyak keragaman

dan kekayaan yang sangat membutuhkan persatuan antar sesama umat

manusia demi tercapainya kehidupan yang harmonis.

Page 74: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

56

Kehidupan masyarakat yang serba majemuk, berbangsa dan bernegara,

berbagai perbedaan yang ada seperti dalam suku, agama, ras atau antar

golongan, merupakan realita yang harus didayagunakan untuk memajukan

negara dan bangsa Indonesia, menuju cita-cita Nasional kita adalah

masyarakat Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia sudah tampak saat proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia

yang juga merupakan awal dibentuknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). dalam Pasal 1 ayat 1 UUD. Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa, "Negara Indonesia merupakan negara

kesatuan yang berbentuk republik", selanjutnya ditegaskan dalam Sila ketiga

Pancasila tentang tekad bangsa Indonesia mewujudkan persatuan Indonesia.

2.1.4.3 Nilai dan Prtinsip Persatuan dan Kesatuan

Nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah persatuan dan kesatuan menurut

Tilaar (2007: 61) adalah :

1. Mempertahankan persatuan dan kesatuan wilayah NKRI

2. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika

3. Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif

4. Toleransi

5. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia

6. Menerapkan rasa kekeluargaan

7. Musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan

8. Bersikap adil

Page 75: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

57

Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa terdapat beberapa prinsip yang

menjadi pondasinya. Prinsip persatuan dan kesatuan mengutip pendapat

Darmodiharjo (2004:57) diantaranya adalah:

1. Prinsip Bhinneka Tunggal

Menjiwai arti Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri, yang berarti “berbeda-

beda tetapi tetap satu jua”. Dengan beragam kebudayaan,ras, dan agama

di Indonesia diwajibkan bersatu dalam satu bangsa, yaitu bangsa

Indonesia.

2. Prinsip Nasionalisme Indonesia

Merupakan rasa cinta dan kesetiaan terhadap bangsa Indonesia.

Nasionalisme merupakan sikap politik dari masyarakat yang memiliki

tujuan dan cita-cita yang sama.

3. Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab

Maksudnya adalah setiap orang diberi hak untuk memenuhi kemauannya

asal tidak menyalahi Hak Asasi Manusia. Jika sampai melanggar dan

merugikan orang lain, akan diberikan sanksi berdasarkan perbuatannya.

4. Prinsip wawasan nusantara

Pengertian Wawasan Nusantara sendiri berupa cara pandang dan sikap

bangsa Indonesia tentang diri dan bentuk geografis berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945. Wawasan Nusantara dilaksanakan guna

memenuhi tujuan nasional. Memiliki fungsi sebagai pedoman, motivasi,

dan rambu-rambu dalam menentukan keputusan untuk

menyelenggarakan negara.

Page 76: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

58

5. Prinsip persatuan pembangunan untuk mewujudkan cita-cita reformasi

Sebagai warga negara kita harus bisa mengisi kemerdekaan dengan baik.

Caranya dengan melakukan pembangunan dengan dilandasi rasa

persatuan.

Setelah mengetahui berbagai prinsip yang memperkuat persatuan dan

kesatuan, harus bisa menerapkannya dalam bersikap dan berperilaku yang

sesuai dengan rasa persatuan dan kesatuan. Menurut Arwiyah (2013:86)

beberapa contoh sikap persatuan dan kesatuan, antara lain :

1. Saling menghargai dan menyayangi antar sesama anggota masyarakat

2. Selalu bertutur kata sopan

3. Menjaga kerukunan dengan semua anggota masyarakat

4. Tidak memaksakan kehendak orang lain

5. Membantu anggota masyarakat apabila mengalami kesulitan

Sikap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, menurut Tilaar (2007: 66)

antara lain:

1. Semangat persatuan dan kesatuan dalam berbagai kehidupan

Ungkapan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” adalah suatu

ungkapan yang menyatakan betapa besarnya arti persatuan dan kesatuan

tersebut. Apabila bersatu padu, tidak hanya teguh dalam arti lebih kuat

dalam menghadapi permasalahan juga mampu menyelesaikan persoalan

yang tidak dapat di selesaikan sendiri. Kehidupan bersama orang lain

hanya dapat diwujudkan melalui persatuan dan kesatuan. Tanpa rasa dan

Page 77: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

59

semangat rela berkorban serta persatuan dan kesatuan maka tidak

mungkin dapat hidup bersatu.

2. Menghindari perilaku merusak semangat persatuan dan kesatuan

Dalam perjalanan bangsa dan negara Indonesia, persatuan dan kesatuan

sangat diperlukan untuk membangun bangsa dan negara agar sejajar

dengan bangsa dan negara lainnya yang sudah terlebih dahulu maju.

Selama bangsa kita melaksanakan pembangunan secara

berkesinambungan, telah banyak kemajuan yang dicapai di berbagai

bidang kehidupan. Namun, secara nyata kita selalu mendapatkan

pengalaman-pengalaman pahit yang merusak semangat persatuan dan

kesatuan bangsa. Ancaman yang seringkali muncul dikarenakan

banyaknya peluang berperilaku tercela yang dapat merusak pelaksanaan

pembangunan nasional. Adapun beberapa ancaman yang seringkali

tampak dalam berbagai kehidupan, di antaranya:

a. Apatisme dan ketidakpedulian sosial: faktor penting dalam

mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan yaitu giat dan

semangatnya masyarakat dalam gerak pembangunan. Berpartisipasi

aktif dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dengan tidak

mengindahkan nilai Pancasila dan UUD 1945. Namun, apabila

egoisme golongan muncul di kalangan masyarakat Indonesia maka

hal tersebut menjadi pemicu kepasifan masyarakat dan secara

langsung akan menghambat jalannya pembangunan.

Page 78: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

60

b. Dekadensi Moral

Berkembangnya arus informasi di zaman globalisasi menyebabkan

kita dengan mudah dapat melihat gaya hidup maupun pola pergaulan

di negara lain. Perlu dipahami, bahwa kebudayaan dan kepribadian

bangsa kita dengan bangsa lain sangatlah berbeda. Oleh karena itu,

kita harus mewaspadai kemungkinan lunturnya nilai-nilai

kepribadian bangsa kita.

c. Kemiskinan

Kemiskinan selalu dijadikan lahan tumbuhnya ketidakpuasan serta

kegelisahan masyarakat. Kesenjangan sosial terjadi antara si miskin

dan si kaya yang mengakibatkan timbulnya perpecahan satu sama

lain. Selain itu, mereka yang mengalami kemiskinan mudah terkena

hasutan untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan

kepentingan masyarakat dan menghambat kelancaran pembangunan.

3. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika

Sebagai bangsa yang terdiri atas berbagai suku, bahasa, agama, dan adat

kebiasaan, kita harus bersatu sebagai bangsa Indonesia. Oleh karena itu,

kita harus memupuk semangat Bhinneka Tunggal Ika. Meskipun

berbeda-beda, kita tetap satu, yaitu bangsa Indonesia.

4. Mengembangkan semangat kekeluargaan

Mengembangkan semangat kekeluargaan diantaranya adalah

menghormati sesama dan toleran terhadap orang lain merupakan sikap

dan perilaku yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, meningkatkan semangat kekeluargaan,

Page 79: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

61

gotong-royong, dan musyawarah. Meskipun latar belakang berbeda-

beda, tetapi satu keluarga besar yang dipenuhi semangat persaudaraan

dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat. Kondisi seperti ini

merupakan kekuatan ampuh dalam menangkal segala gangguan dan

ancaman, terutama gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Adapun contoh perilaku yang mencerminkan semangat persatuan dan

kesatuan dalam kehidupan masyarakat, di antaranya kerja bakti bersama

demi menciptakan kebersihan lingkungan tempat tinggal, tukar menukar

para pemuda dari daerah yang satu ke daerah yang lain, mengadakan

festival budaya nasional dan lain-lain.

5. Menghindari SARA

Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku, bahasa, agama, serta adat

istiadat kebiasaan yang berbeda-beda, kita tidak boleh melakukan

perbuatan yang dapat menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu, yang

harus kita hindari, antara lain: egoisme, ekstremisme, sukuisme, acuh tak

acuh tidak peduli terhadap lingkungan, dan fanatisme yang berlebih

lebihan. Kita harus menghindari perbuatan bukan SARA (Suku, Agama

dan Ras). Masyarakat yang bersatu dalam nilai persatuan akan mampu

menangkal semua gangguan dalam kehidupan bermasyarakat. Persatuan

dan kesatuan dalam masyarakat juga menumbuhkan solidaritas,

semangat toleransi, kekompakan, menciptakan suasana yang tentram,

aman, dan damai karena semua orang menunjukkan sikap setia kawan,

solidaritas.

Page 80: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

62

Berkaitan dengan sikap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan,

menurut Salikun (2014: 69) diantaranya adalah :

1. Memantapkan ideologi nasional

Belajar dari pengalaman sejarah, salah satu sebab perpecahan bangsa

adalah karena berbagai golongan dan aliran yang tumbuh dimasyarakat

mempunyai ideologi sendiri-sendiri yang masing-masing ingin

menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa

sehingga menyebabkan sering terjadinya benturan-benturan sosial dan

politik yang memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Meningkatkan pembauran kebangsaan.

Pembauran merupakan bagian proses pembudayaan bangsa yang harus

dipacu kearah yang positif dan harus dijiwai sikap mawas diri, tahu

diri, tenggang rasa, solidaritas sosial ekonomi serta mempunyai rasa

tanggung jawab yang tinggi terhadap kebersamaan dan

kesetiakawanan dalam upaya memajukan dan menyejahterakan

kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Pasal 26 ayat (1)

Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan Bahwa yang menjadi

warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang

bangsa lain yang disyahkan dengan Undang-Undang sebagai warga

negara. Proses adaptasi atau penyatu paduan segenap unsur masyarakat

bangsa Indonesia menjadi satu kebulatan sosiologis yang utuh dalam

semua segi kehidupan inilah yang harus diupayakan melalui kegiatan

pembauran.

Page 81: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

63

3. Memantapkan kerukunan umat beragama.

Aspek lain yang sangat penting dalam menunjang tetap kukuhnya

persatuan dan kesatuan bangsa di bumi Indonesia adalah memantapkan

kerukunan hidup umat beragama. Sebagaimana kita maklumi bahwa

setiap agama selalu mengajarkan perdamaian, keharmonisan dan

kerukunan hidup bagi umat manusia, akan tetapi tidak jarang terjadi

bahwa pemahaman ajaran agama yang sempit dapat pula memicu

permusuhan yang menjurus kepada konflik antar pemeluk agama yang

pada gilirannya dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.

Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Surat

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor

9-8 Tahun 2006 yang mengatur Tugas Kepala Daerah Dalam

Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah

Ibadat.

4. Memantapkan kehidupan politik dan demokrasi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan politik yang tidak stabil dapat

menimbulkan gangguan terhadap upaya pembinaan kesatuan bangsa.

Pemerintah telah berupaya mengakomodasikan kepentingan semua

kelompok dan golongan yang dapat lebih menjamin hak-hak

demokrasi.

Persatuan dan kesatuan berasal dari kata "satu" yang memiliki arti utuh atau

tidak terpecah-belah. Kata Persatuan sendiri bisa diartikan sebagai

perkumpulan dari berbagai komponen yang membentuk menjadi satu.

Sedangkan kesatuan merupakan hasil perkumpulan tersebut yang telah

Page 82: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

64

menjadi satu dan utuh. Sehingga kesatuan erat hubungannya dengan

keutuhan. Dengan demikian persatuan dan kesatuan memiliki makna

"bersatunya berbagai macam corak yang beraneka ragam menjadi satu

kebulatan yang utuh dan serasi". Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia

dapat diartikan sebagai persatuan bangsa / negara yang menduduki wilayah

Indonesia. Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas

dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

2.1.4.4 Hambatan Persatuan dan Kesatuan

Masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, istilah "Persatuan Indonesia"

merupakan faktor kunci yaitu sebagai sumber motivasi, semangat dan

penggerak perjuangan Indonesia. Hal tersebut juga tercantum pada

Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: "Dan perjuangan pergerakan

Indonesia tlah sampelah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa

menghantarkan rakyat Indonesia kdepan pintu gerbang kemerdekaan Negara

Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur". Sebagai

warga negara wajib mewaspadai faktor penghambat dalam mempererat

persatuan dan kesatuan. Beberapa faktor penghambat dalam mempererat

persatuan dan kesatuan menurut Salikun (2014: 82) antara lain, yaitu :

1. Masyarakat Indonesia yang beraneka ragam (heterogen)

Penduduk Indonesia yang beraneka ragam dapat menjadi hambatan

dalam membangun persatuan dan kesatuan. Namun untuk mengatasi hal

tersebut sebagai warga Indonesia yang baik kita sepatutnya dapat

mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati antar agama,

suku, ras, maupun antar golongan. Perbedaan yang ada harus kita

Page 83: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

65

jadikan alasan untuk bersatu, bukan menjadikannya peluang untuk

munculnya perpecahan.

2. Kurangnya kesadaran akan gangguan dari luar

Gangguan dari luar ini bisa berbagai bentuk, salah satu contohnya ialah

suatu daerah yang berbatasan langsung dengan negara lain dan lebih

memilih menggunakan mata uang yang nilainya lebih besar sebagai alat

transaksinya daripada rupiah. Adapun daerah yang kurang mendapat

perhatian dari pemerintah dan memilih utnuk menyebrang ke negara

tetangga dalam melakukan aktivitas kehidupan.

3. Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong NKRI

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia tentu mendapatkan ancaman,

tantangan, hambatan dan gangguan yang menginginkan perpecahan

NKRI. Oleh karena itu, kita harus selalu mewaspadai berbagai faktor

yang kemungkinan muncul guna menjaga keutuhan NKRI.

4. Ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan

Ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan akan menimbulkan

berbagai rasa ketidakpuasan yang menyebabkan timbulnya masalah

SARA, gerakan separatis, serta demonstrasi.

5. Paham etnosentrisme

Paham etnosentrisme merupakan paham dimana berbagai suku bangsa

menonjolkan kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku

bangsa lain.

Page 84: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

66

2.1.5 Masyarakat Multikultural

2.1.5.1 Definisi Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari

kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata

bahasa Arab syaraka yang berarti hidup bersama dengan saling

berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya menjadi masyarakat.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah

ilmiah adalah saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah

kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat

istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa

identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang

memiliki keempat ciri yaitu: 1) Interaksi antar warga-warganya, 2).Adat

istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua

warga (Koentjaraningrat, 2005: 115).

Menurut Durkheim (dalam Taneko, 2004: 11) bahwa masyarakat

merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari

individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat

sebagai sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang

mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah:

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama;

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama;

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan;

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Page 85: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

67

Syani (2002: 90) menyebutkan masyarakat ditandai dengan ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Adanya interaksi

2. Ikatan pola tingkahlaku yang khas di dalam semua aspek kehidupan

yang bersifat mantap dan kontinyu.

3. Adanya rasa identitas terhadap kelompok, dimana individu yang

bersangkutan menjadi anggota kelompok.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat

adalah sekelompok manusia yang tinggal disuatu tempat dengan waktu yang

cukup lama saling bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan

dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial yang mempunyai kebebasan,

tradisi, sikap, dan persatuan yang sama yang hidup dalam realitas-realitas

baru yang berkembang menurut pola perkembangan tersendiri yang bersifat

kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

2.1.5.2 Multikultural

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang tersusun dari berbagai

macam etnik, dan setiap etnik tersebut memiliki respect satu sama lain

sehingga tercipta kontribusi terhadap negara (Liliweri, 2005: 68).

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa

macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit

perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk

organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (Budiman, 2005: 63).

Menurut Keesing (2002: 52), multikulturalisme mencakup gagasan, cara

pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu

Page 86: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

68

negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya,

namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan

yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan

kemajemukan tersebut.

Ciri-ciri masyarakat multikultural menurut pendapat Astrid adalah

(2003:101):

1. Segmentasi (terbagi) kedalam kelompok-kelompok

2. Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan bersama)

3. Sering mengalami konflik

4. Integrasi sosial atas paksaan

5. Dominasi (penguasaan) suatu kelompok atas kelompok lain.

Masyarakat disebut multikultural, menurut Suwarno, (2013: 66) jika

memenuhi persyaratan sebagai berikut ini

1. Masyarakat terdiri dari komunitas etnik berbeda-beda, komunitas etnik

hidup terpisah-pisah, dan masing-masing memiliki moralitasnya sendiri.

2. Masyarakat hidup di dalam satu komunitas yang sama, namun

dipisahkan satu sama lain oleh pasar. Pada titik ini ada 2 kemungkinan

kehidupan sosial, yaitu: terciptanya semacam moralitas bersama yang

mendorong hidup bersama secara harmonis, aau justru menciptakan

relasi dominatif antara kelompok kuat terhadap kelompok lemah, dimana

relasi dominatif sebagai pengikat kehidupan bersama.

Rusdi, (2009: 86) menyatakan keanekaragaman kultur dapat dibedakan

menjadi 3 (tiga) yaitu:

Page 87: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

69

1. Keanekaragaman subkutural: suatu kondisi di mana anggota masyarakat

menganut satu kebudayaan umum yang luas, di antara mereka

menjalankan keyakinan dan praktek berbeda berkenaan dengan wilayah

kehidupan tertentu atau menempuh cara hidup mereka sendiri yang

relatif berbeda.

2. Keanekaragaman perspektif: suatu kondisi di mana beberapa anggota

masyarakat sangat kritis terhadap beberapa prinsip atau nilai-nilai sentral

di sepanjang garis kelompok yang sesuai.

3. Keanekaragaman komunal: suatu kondisi di mana sebagian besar

masyarakat dari beberapa komunitas yang sadar diri dan terorganisasi.

Konsep masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok

manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki

kebudayaan dan keaifan lokal dengan ciri khas tersendiri yang mampu

membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.

2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakukan

pada penelitian ini yaitu:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Peneliti Hasil Penelitian

Iing Yulianti

diterbitkan di

Jurnal

Candrasangkala

Volume 1 Nomor 1

November 2015

Nilai-nilai budaya lokal yang mulai terabaikan

dalam kehidupan masyarakat dewasa ini adalah

sebuah isu penting untuk diangkat Fokus penelitian

ini adalah tentang proses pewarisan nilai-nilai

budaya masyarakat adat Cikondang khususnya pada

kalangan generasi muda Cikondang yang sedang

menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah Al-

Hijrah melalui pendidikan sejarah. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan metode etnografi. Hasil penelitian

menunjukkan, nilai-nilai budaya dari masyarakat

Page 88: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

70

Cikondang yang dapat diaktualisasikan dan

diinternalisasikan dalam pembelajaran sejarah yaitu

meliputi: kearifan ekologi, penghargaan terhadap

sejarah, budaya gotong royong, kearifan

pendidikan, dan kearifan ekonomi. Guru telah

menjadikan masyarakat dan lingkungan sekitarnya

sebagai sumber pembelajaran, sehingga peserta

didik dapat mencocokan apa yang diterima di dalam

kelas dengan kenyataan yang ada di lingkungannya.

Internalisasinya nampak dari perilaku dan

kesadaran peserta didik terhadap nilai-nilai budaya

Cikondang yang dihayati dan diaktualisasikan

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian

pewarisan nilai kearifan lokal sangat penting untuk

menjadikan pembelajaran sejarah semakin

bermakna sehingga peserta didik akan mengenal

dan memahami nilai-nilai luhur yang terdapat

dalam kebudayaannya. Berdasarkan hal tersebut

menunjukkan bahwa sekolah memiliki potensi yang

besar sebagai wahana bagi pewarisan nilai-nilai

budaya yang teruji oleh zaman.

Sapendi diterbitkan

Jurnal Studi

Gender dan Anak

Volume 4 Nomor 2

Tahun 2014

Multicultural education is a false sosial device to

boost the schools’ participation in order to build

the awareness of multicultural society. It will be

useful to strengthen the tolerance to realize the

ability of working together above the differences.

Teachers are the important roles on spreading the

multicultural values to create the harmonious

community. Furthermore, teachers are expected to

introduce the symbols of nationality insight through

the education process in the class or in the vast

society. Besides, teachers are supposed to actively

participate on the development of multiculturalism

in Indonesia. So that, the exclusivity which triggers

the interpersona or group conflict could be

decreased. Teachers, particularly the religion

teacher should teach not only the values in the

religion’s rituals, but also the universal values,

such as justice, equality, humanity, kindness,

honesty, and so on. Therefore, the religion teacher

should thoughtfully profound the universal concepts

believed by their own religion.

Ambarwati

diterbitkan di jurnal

Al Misheah

Volume 10 No 2

Juli-Desember

2014

This paper is to analyse the content of the

newspapers publishedin Central Java, such as

Suara Merdeka, Jateng Pos and WartaJateng, in

their role of giving information and education

aboutreligious values in building children’s

character. This is driven bythe fact that a lot of

Page 89: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

71

deviances were made by students, such asfight

among students and criminal gangs in school. This

is one ofthe indicators that character education is

not enough to be taughtonly at school through

curriculum. Therefore, newspapers play arole in

that purpose. The research shows the newspapers

play arole as information provider, educator,

persuasive communicator,cultural transmitter,

correlator, and social testator. In themeantime,

character education is categorised into:

practicingreligious teachings, having good ethic

and morality, understandingreligious norms, doing

mutual respect, having tolerance towardsothers,

cooperating in social and national life.

Siti Julaiha

diterbitkan Jurnal

Dinamika Ilmu

Volume 14 No. 1

Juni 2014

Human and humanity are positive and optimistic. In

Islam, all human come from one source;Nabi Adam

and Hawa. Although, human is from the same

ancestor, but then they areflourishing into different

races, tribes, or nations, with all different cultures

and way of life.Those differences provoke them

know others and appreciate others. This is, then,

called“universal humanity” perspective by Islam

that will determine and push the solidarity

amongothers. Multiculturalisme-paradigmed

education or multicultural education in

Islamiceducation has been applying for many years.

It just need to reform and reinforce, so the

Islamiceducation practitioners realize it and

implement it in the all level of Islamic

education.Multicultural education has inherently

established since the birth of Indonesia, as

wellknown

of Bhineka Tunggal Ika, gotong royong, helpful,

and appreciate others. That is a hugefoundation to

improve the quality of Islamic multicultural

education bigger and bigger. Thispaper proposes

some ideas in internalizasing the Islamic

multicultural education

Irma Dahlia

fakultas keguruan

dan ilmu

pendidikan

Magister

Pendidikan IPS

Universitas

LampungMaret

2014

Hasil penelitian Irma Dahlia (2014: 189)

mengemukakan bahwa Karakter siswa tidaktercipta

dalam waktu singkat tetapi tercipta dari suatu cara

yang terulang-ulang menjadi sebuah kebiasaan dan

kebiasaan terulang-ulang menjadi sebuah tabiat, dan

tabiat terulang-ulang menjadi sebuah tata kelakuan,

dan tata kelakuanlah yang melahirkan sebuah

budaya dimana gambaran budaya itulah yang kita

sebut sebagai karakter, oleh karena itu karakter bisa

tercipta dengan adanya sebuah pendidikan karakter

Page 90: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

72

yang menciptakan sebuah cara yang tepat dalam

melakukan suatu tindakan atau perilaku. hal ini

dapat dilihat dari deskripsi nilai-nilai karakter

dalam pembelajaran geografi dengan metode

pembiasaan dari siklus 1 sampai siklus 3, karakter

siswa seperti karakter kejujuran, kerja keras,

toleransi, bersahabat, kreatif, toleransi dan

kominkatif, mandiri, rasa ingin tahu dan gemar

membaca selalu mengalami peningkatan.

Heri Usmanto

fakultas keguruan

dan ilmu

pendidikan

Magister

Pendidikan IPS

Universitas

LampungSeptembe

r 2014

Berdasarkan hasil penelitianberkaitan dengan

dimensi karakter dalam kegiatan pramuka yaitu: (1)

Ketaqwaan merupakan hal yang harus dimiliki oleh

semua orang, taqwa menunjukkan bahwa manusia

itu memiliki keimanan terhadap keyakinan yang

mereka yakini. Dengan demikian semua anggota

pramuka memiliki ketaqwaan terhadap tuhan yang

maha esa, karena taqwa kepada tuhan yang maha

esa itu merupakan cerminan dari pengamalan dari

dasa dharma yang pertama yaitu taqwa kepada

tuhan yang maha esa. Dalam kegiatan kepramukaan

wajib untuk mematuhi dan mengamalkan setiap

butir dari dasa dharma pramuka, (2) Disiplin

merupakan kepatuhan untuk menghormati dan

melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan

orang untuk tunduk pada keputusan, perintah, atau

peraturan yang berlaku. Melalui pendidikan

pramuka kedisiplinan siswa dapat terbentuk karena

kedisiplinan menjadi kunci pokok untuk menjadi

orang yang sukses, (3) Kejujuran merupakan hal

yang sulit untuk dipelajari oleh semua orang dan

semua peserta didik, karena Mencari orang pintar

lebih mudah dibandingkan mencari orang jujur.

Maka dari itu kejujuran sangat penting sebagai

dasar utama dalam hidup berkeluarga, berbangsa

dan bermasyarakat. Melalui kegiatan kepramukaan

maka sikap kejujuran siswa tebentuk karena salah

satu dari pengamalan dari dasa dharma pramuka, (4)

Sikap mandiri sangat penting dimiliki oleh siswa

agar mantap dalam bersikap dan melaksanakan

tugas, tidak tergantung pada orang lain dan

bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan.

Melalui kegiatan kepramukaan sikap mandiri siswa

terbentuk karena dalam kegiatan kepramukan

anggota pramuka dituntut agar bisa hidup mandiri

dalam mengerjakan keperluan-keperluan yang akan

dipersiapakan dalam mengahdapi berbagai macam

kegaiatan yang ada dalam organisasi kepramukaan,

(5) Tanggung jawab merupakan nilai yang terkait

Page 91: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

73

dengan kesadaran untuk melakukan dan

menanggung segala sesuatunya. Sikap ini

menunjukkan adanya rasa tanggung jawab yang

dapat berkembang menjadi sikapnya dalam

kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan pramuka

sikap tanggung jawab siswa terbentuk karena pada

kegiatan kepramukaan menuntut para anggota

pramuka agar selalu bertanggung jawab dengan apa

yang mereka kerjakan dan mereka perbuat, (6)

Sopan dan santun merupakan nilai yang terkait

dengan tata karma, penghormatan, budi pekerti

serta menghargai orang lain. Melalui kegiatan

kepramukaan maka sikap sopan dan santun siswa

terbentuk karena dengan mengikuti kegiatan

pramuka yang selalu mengedepankan nilai-nilai

sopan santun.

Meri Susanti

fakultas keguruan

dan ilmu

pendidikan

Magister

Pendidikan IPS

Universitas

LampungJanuari

2015

Dalam penelitian yang berjudul “pembelajaran ips

menggunakan media audio visual dalam

pembentukan karakter siswa smp negeri 1 tanjung

sari tahun pelajaran 2013/2014 didapatkan Hasil

Penelitian yaitu untuk meningkatkan karakter

suiswa siswa dapat dilakukan denganpengguanaan

audio visual, mendorong siswa aktif dalam kegiatan

presentasi, memotivasi siswa untuk berani bertanya

dalam pemecahan masalah. Peningkatan hasil

belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata hasil tes

belajar siklus I hingga siklus III yaitu: 66,73 ; 67,82

serta 74,73 dengan presentase ketuntasan belajar

siswa dari siklus I hingga siklus III yaitu: 54,54% ;

72,73% dan 81,82%

Darmiyati Zuchdi,

Zuhdan Kun

Prasetya, dan

Muhsinatun Siasah

Masruri

Universitas Negeri

Yogyakarta (e-

mail:

[email protected]

d)

Mei 2010

“Pengembangan model pendidikan karakter

terintegrasi dalam pembelajaran bidang studi di

sekolah dasar “

Modelpendidikan karakter yang efektif adalahyang

menggunakan pendekatankomprehensif.

Pembelajarannya tidak

hanya melalui bidang studi tertentu,tetapi

diintegrasikan ke dalam berbagaibidang studi.

Metode dan strategi yangdigunakan bervariasi yang

sedapatmungkin mencakup inkulkasi (lawan

indoktrinasi), keteladana, fasilitasi nilai,dan

pengembangan soft skills (antara lain berpikir kritis,

kreatif, berkomunikasiefektif, dan dapat mengatasi

masalah).Semua warga sekolah (pimpinansekolah,

semua guru, semua murid, pegawaiadministrasi,

bahkan juga penjagasekolah serta pengelola

warungsekolah) dan orang tua murid sertapemuka

masyarakat perlu bekerja secarakolaboratif dalam

Page 92: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

74

melaksanakan

program pendidikan karakter. Tempatpelaksanaan

pendidikan karakter baikdi dalam kelas maupun di

luar kelasdalam berbagai kegiatan, termasuk

kegiatandi rumah dan dalam lingkunganmasyarakat

dengan melibatkan partisipasiorang tua

murid.Berdasarkan kesimpulan tersebut

disarankan:(1) perlu dilanjutkan penelitiantahap II

(tahap pilot project), untukmelakukan uji model

dengan subjek ujiyang lebih luas; dan (2) perlu

dilaksanakanpenelitian serupa dengan

pengintegrasianpendidikan karakter dalam bidang

seni dan olahraga.

G. Rohastono Ajie

Program Studi BK

FIP UPGRIS

e-mail :

[email protected]

m 2012

“Publikasi Ilmiah Untuk Jurnal Nasional Dan

Internasional Berkaitan Dengan Karakter

Unggul”Keteladanan dimulai dari pemimpin yang

berkarakter jujur. Pemimpin menjadi teladan bagi

pengikut atau yang dipimpin. Guru dan dosen

sebagai pemimpin di kelas harus dapat diteladani

oleh siswa atau mahasiswanya. Karena itu ia harus

mampu memberi keteladanan untuk dicontoh,

minimal keteladanan dalam hal kejujuran.

Pendidikan karakter bukanlah sekedar mengajarkan

mana yang benar dan mana yang salah kepada anak.

Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan

kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik

sehingga anak, siswa atau peserta didik paham,

mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik.

Dengan demikian, pendidikan karakter membawa

misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau

pendidikan moral.

Keberhasilan pendidikan karakter memerlukan

kedisiplinan, artinya secara terus menerus dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di

sekolah, dan di perguruan tinggi ditonjolkan sikap

keteladanan dan didorong agar keteladanan

mendarah daging melalui pembiasaan. Kedisiplinan

dalam keteladanan artinya pemimpin baik formal

maupun non formal, termasuk guru dan dosen yang

ingin menanamkan karakter kepada anak, siswa

atau mahasiswanya, selalu disiplin melakukan

perbuatan yang pantas dan layak untuk diteladani.

Kedisiplinan dalam pembiasaan karakter yang akan

ditanamkan selalu dipertahankan agar perilaku

pendukung karakter yang positif akan mendarah

daging menjadi kebiasaan untuk berperilaku positif.

Page 93: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

75

Dewi rohmahNim

1102408040Jurusa

n kurikulum dan

teknologi

pendidikan

Fakultas ilmu

pendidikan

Universitas negeri

semarang

2012

“Implementasi pendidikan karakter pada proses

pembelajaran kelas x sma negeri 1 welahan

kabupaten jepara”

1. Pendidikan karakter di SMAN 1 Welahan secara

implisit sudahdiintegrasikan dimasing-masing mata

pelajaran, sedangkan secara eksplisitmisalkan

melalui upacara setiap hari senin maupun hari besar

nasional. Dalammata pelajaran PKn dan PAI juga

sudah diintegrasikan nilai-nilai karakter dengancara

guru memberi contoh perilaku kepada siswa atau

dengan memberi contohkisah tentang tokoh-tokoh

dahulu.

2. Perencanaan pendidikan karakter pada proses

pembelajaran yangdilakukan oleh guru meliputi

perencanaan berupa silabus, RPP

(RencanaPelaksanaan Pembelajaran) yang

diintegrasikan nilai-nilai pembentuk

karakter,perencanaan pembelajaran di sesuaikan

dengan keadaan dan karakteristiksiswanya. Metode

yang dipakai, sekolah tidak menuntut adanya

penerapanmetode tertentu dalam pembelajarannya.

Metode pembelajaran diserahkanlangsung kepada

masing-masing guru mata pelajaran karena setiap

guru matapelajaran mempunyai trik-trik dan strategi

yang berbeda-beda yang disesuaikandengan

keadaan lingkungan sekolah dan siswanya.

3. Proses pembelajaran tidak hanya melibatkan guru

yang aktif namun siswajuga harus aktif dalam

proses pembelajaran, dengan guru memberi

pertanyaan-pertanyaan yang mengajak siswa untuk

berpikir. Peran guru dalam pembelajarantidak

hanya sebagai pemateri tetapi juga sebagai

fasilitator dan motivator bagipara siswa.

Kebanyakan guru di SMAN 1 Welahan

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab

diantaranya guru mata pelajaran PKn dan PAI,

saranadan prasarana yang dipakai seperlunya sesuai

dengan kebutuhan kegiatanpembelajaran.

4. Sistem evaluasi di SMAN 1 Welahan yang

melihat dari nilai hasil ulangansemester, ulangan

tengah semester, ulangan harian, dan pengamatan

kesehariansetiap anak. Kemudian nanti pada raport

nilai yang dimasukkan tiga aspek yaituaspek

kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor. Selain itu

monitoring jugadilakukan untuk para guru untuk

mengetahui aktifitas-aktifitas yang dilakukanoleh

guru dan siswa tentunya serta mengetahui kendala-

kendala pada saja yangdialami oleh guru.

Page 94: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

76

5. Kekurangan yang ada dalam penerapan

pendidikan karakter pada prosespembelajaran

karena kurangnya perhatian yang lebih dari guru

kepada siswanyadan kurangnya ketegasan dari

kepala sekolah dalam menetapkan

peraturansehingga masih ada murid yang kurang

disiplin dan kurang memperdulikankebersihan

lingkungan .

Lista Wahyuni

Program Studi

Pendidikan

Sejarah, Jurusan

Sejarah Fakultas

Ilmu Sosial

Universitas Negeri

Malang Jl.

Semarang no 5

Malang E-

mail:wahyuni_lista

@yahoo.com

2013

“Pengimplementasian pendidikan karakter oleh

guru sejarah”

Pendidikan karakter telah diterapkan di SMA

Negeri 1 Pagak. Hal tersebut dapat dilihat dalam

KTSP yang dikembangkan di SMA Negeri 1 Pagak.

18 nilai karakter telah mulai berkembang

dikalangan para peserta didik SMA Negeri 1 Pagak.

Nilai karakter dikembangkan melalui kegiatan

pengembangan diri, kegiatan pembelajaran,

peraturan-peraturan yang dibuat sekolah serta

budaya yang dikembangkan di sekolah tersebut.

Upaya guru sejarah dalam mengimplementasikan

pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Pagak belum

nampak maksimal namun pengimplementasian nilai

karakter dalam mata pelajaran sejarah oleh para

guru SMA Negeri 1 Pagak sudah dilakukan meski

tidak semua dari nilai-nilai karakter tersebut

diimplementasikan. Dalam Sillabus dan RPP

mereka juga telah tercantum nilai karakter. Namun

dalam pembelajarannya tidak semua nilai karakter

yang terdapat dalam RPP mereka

dapatimplementasikan. Pengimplementasian

pendidikan karakter terhadap siswa SMA Negeri 1

Pagak telah nampak mulai berkembang di kalangan

siswa-siswi. Saran bagi mahasiswa jurusan

pendidikan sejarah sebagai seorang calon pendidik

menyarankan untuk benar-benar menguasai dan

mampu menanamkan nilai karakter bangsa serta

memulainya pada diri mereka sendiri dan

diharapkan mampu mewujudkan proses pendidikan

yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Page 95: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

77

Rifki Afandi

Dosen Fakultas

Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Universitas

Muhammadiyah

Sidoarjo 2013

“Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran

ips di sekolah dasar”

Permasalahan yang dialami bangsa ini begitu

memprihatinkan terutama dikalangan remaja

sebagai penerus bangsa, dengan pendidikan

karakter melalui pembelajaran IPS diharapkan bisa

menyelesaikan permasalahan yang dialami bangsa

indonesia saat ini, IPS sebagai bidang studi dalam

pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik

mampu bertanggung jawab terhadap kehidupan

masyarakat, bangsa dan negara dapat di

implementasikan dengan memasukkan nilai-nilai

yang terkandung dalam pendidikan karakter.

Nyoman Sadra

Dharmawan

Guru Besar pada

Fakultas

Kedokteran Hewan

Universitas

Udayana, Denpasar

2014

Implementasi pendidikan karakter bangsa Pada

mahasiswa di perguruan tinggi

Pendidikan pengembangan karakter adalah sebuah

proses berkelanjutan dan tidak pernah berakhir.

Oleh karena itu, seperti tercantum pada Kebijakan

Nasional Pengembangan Karakter, untuk mencapai

karakter bangsa yang diharapkan, diperlukan

individu-individu yang berkarakter yang terus-

menurus perlu dikembangkan. Dalam membangun

karakter bangsa diperlukan upaya serius

membangun karakter individu. Secara psikologis

karakter individu dimaknai sebagai hasil

keterpaduan olah hati, olah pikir, olah raga, olah

rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan

perasaan sikap dan keyakinan/keimanan. Olah pikir

berkenaan dengan proses nalar, guna mencari dan

menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif,

dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan proses

persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan

penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Olah

rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan

kreativitas yang tecermin dalam kepedulian,

pencitraan, dan penciptaan kebaruan. Menutup

uraian ini, kiranya perlu diingatkan kembali bahwa

transformasi nilai karakter yang baik yang terjadi

pada karakter individu, yang pada gilirannya akan

menunjang karakter bangsa yang diidamkan, tidak

cukup dilakukan hanya dengan membaca,

mempelajari, mendiskusikan, ataupun berfilsafat

tentang nilai-nilai karakter tersebut. Yang jauh lebih

penting adalah mengimplementasikan dalam bentuk

praktik nyata pada kehidupan sehari-hari.

Hendaknya kita selalu menjadi teladan bagi orang

lain, dengan melakukan apapun yang menjadi tugas

dan kewajiban kita dengan baik. Hanya dengan cara

Page 96: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

78

demikian, kita akan dapat mencapai kesempurnaan

akhir yang merupakan ciri manusia sejati.

Prof. Dr. Abd.

Kadim Masaong,

M.PdUniversitas

Negeri Yogyakarta,

2012

Pendidikan Karakter Berbasis Multiple

Intelligence”Makalah ini mengangkat persoalan

yang sangat urgen dalam mengatasi permasalahan

bangsa dengan mengkaji Character Building.

Pendidikan karakter yang baik tergantung pada

sejauhmana kemampuan sekolah mendisain

program dan guru-guru memiliki komitmen

mengembangkan pembelajaran yang mendukung

penguatan sinergi kecerdasan (IQ, EQ dan SQ).

Saat ini sangat dibutuhkan re-vitalisasi peran

sekolah mengembangkan rencana strategis mereka

untuk mengembangkan soft skill (karakter). Guru

dituntut mengembangkan strategi PAKEM dengan

model coperative learning agar pengembangan

karakter berjalan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas dapat dianalisis bahwa

persamaan dari penelitian yang relevan di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu variabel pemahaman konsep sosialisasi, internalisasi nilai-

nilai budaya dan sikap menjunjung tinggi persatuan. Perbedaan dari

penelitian yang yaitu subjek penelitian dan objek penelitian. Penekanan

penelitian berdasarkan penelitian yang relevan di atas adalah hubungan

pemahaman konsep sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai budaya dengan

sikap menjunjung tinggi persatuan.

2.3 Kerangka Pikir

Pemahaman konsep sosialisasi ditempuh seorang individu melalui proses

belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan, dan melaksanakan

suatu tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya.

Sosialisasi ditempuh seorang individu secara bertahap dan

berkesinambungan, sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya.Sosialisasi erat

sekali kaitannya dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yaitu suatu

Page 97: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

79

proses belajar seorang individu untuk belajar mengenal, menghayati, dan

menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya terhadap sistem adat dan norma,

serta semua peraturan dan pendirian yang hidup dalam lingkungan

kebudayaan masyarakatnya.

Sikap menjunjung tinggi persatuan merupakan kecenderungan seseorang

untuk menanggapi atau bertingkah laku terhadap sesuatu yang dimuliakan

dan dihargai serta mentaati peraturan Undang-undang maupun peraturan

yang ada dalam suatu perkumpulan dari berbagai komponen yang

membentuk menjadi satu yang hasil perkumpulan tersebut yang telah

menjadi satu dan utuh yang disebut dengan masyarakat.

Pemahaman konsep sosialisasi ini erat hubungannya dengan sikap

menjunjung tinggi persatuan, karena jika seseorang telah memahami hakikat

konsep sosialisasi secara utuh, maka akan berpengaruh pada pola perilaku

dan sikap seseorang itu pula dalam menjunjung tinggi persatuan dalam

masyarakat, sudah menjadi fitrahnya manusia adalah makhluk sosial yang

tidak akan bisa hidup tanpa berdampingan dengan manusia lain.

Internalisasinilai budaya merupakan proses yang berlangsung sejak individu

dilahirkan hingga sesaat akan meninggal dunia. Internalisasi merupakan

suatu proses penenaman nilai tentang budaya. Dalam penanaman dan

penumbuhkembangan nilai tersebut dilakukan melalui berbagai didaktik-

metodik pendidikan dan pengajaran, seperti pendidikan, pengarahan

indoktrinasi, brain-washing, dan lain sebagainya.

Page 98: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

80

Internalisasi nilai budaya ini erat hubungannya dengan sikap menjunjung

tinggi persatuan, karena jika seseorang telah menjalani internalisasi nilai

budaya yang benar sesuai aturan yang berlaku dimasyarakat dan di negara

Indonesia, maka akan berpengaruh pada pola perilaku dan sikap seseorang

itu pula dalam menjunjung tinggi persatuan sebagai warga negara Indonesia

yang baik, hal tersebut cukup beralasan mengingat Indonesia merupakan

negara yang multikultural dan beragam, oleh sebab itu harus ditanamkan

sejak dini bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk terjadinya perpecahan,

tapi justru akan menjadi kekuatan bangsa dalam persatuan yang utuh.

Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat diagram skematis pemahaman

konsep sosialisasi dan internalisasi nilai budaya dalam sikap menjunjung

tinggi persatuan masyarakat Desa Pancasila Kecamatan Natar Lampung

Selatan Tahun 2016, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Pemahaman

Konsep Sosialisasi

Internalisasi Nilai

Budaya

Meningkatnya

Sikap menjunjung

tinggi persatuan

Aspek/Indikator

a. Toleransi, empati, komunikasi,

musyawarah/mufakat)

b. Internalisasi budaya sakai

sambaian: gotong royong,

kerjasama, tolong

menonolong, humanisme dan

siskamling )

Page 99: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

81

III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriprif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sugiono (2013:9)

menjelaskan bahwa penelitian deskriprif kualitatif pendekatan studi kasus

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualititatif lebih menekankan makna pada generalisasi.

Alasan peneliti hanya menggunakan jenis penelitian deskriprif kualitatif

pendekatan studi kasus adalah dikarenakan dalam menganalisa hasil

penelitian hanya bersifat mendiskripsikan atau menggambar kan suatu

fenomena, yaitu untuk mengetahui, mengkaji, menganalisis pemahaman

konsep sosialisasi dan internalisasi nilai budaya dalam sikap menjunjung

tinggi persatuan masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan. Adapun langkah-langkah penelitian studi kasus adalah

sebagai berikut:

Page 100: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

82

Tabel 3.1 Langkah-Langkah Pendekatan Studi Kasus 1. Pemilihan

Kasus

2. Pengumpulan

Data

3. Analisis

Data

4. Perbaikan 5. Penulisan

Laporan

Kasus

penelitian ini

adalah

berkaitan

dengan objek

yaitu

pemahaman

konsep

sosialisasi

dan

internalisasi

nilai budaya

dalam sikap

menjunjung

tinggi

persatuan

masyarakat

di Desa

Pancasila

Kecamatan

Natar

Kabupaten

Lampung

Selatan

1) Teknik

pengumpulan

data, tahap awal

yang dipakai

dalarn penelitian

kasus ini adalah

berupa observasi

yaitu pengamatan

awal peneliti

untuk

menentukan

permasalahan

penelitian,

2) Tahap

selanjutnya

adalah melalui

kuesioner yang

berisi tentang

pemahaman

konsep

sosialisasi dan

internalisasi nilai

budaya, yang

disebarkan

kepada 10 orang

masyarakat Desa

Pancasila

3) Untuk

mendukung hasil

jawaban

kuesioner maka

peneliti

mewawawancara

i juga tokoh

agama, dan

babinkamtibmas

wilayah hukum

natar

4) Terakhir untuk

mendukung

penelitian

peneliti juga

mencari data

melalui

dokumentasi

berupa data-data

baik melalui

media masya

yang berkaitan

dengan persatuan

dan kesatuan di

Kabupaten

Lampung Selatan

Teknik analisis data

dalam penelitian ini

menggunakan

metode kualitatif

yaitu:

1) Metode kualitatif

menggunakan

rumus interval,

alasan peneliti

menggunakan

rumus interval

dikarenakan

peneliti ingin

mengetahui

tingkat

pemahaman

konsep sosialisasi

dan internalisasi

nilai budaya

dalam sikap

menjunjung tinggi

persatuan

2) Hasil jawaban

responden

kemudian di

rekapitulasi

kedalam tabel dan

diberi skor

penilaian dan

dikategorikan

apakah masuk

dalam kriteria

Sangat Baik, Baik,

Cukup Baik,

Tidak Baik, sangat

Tidak Baik.

3) Dari hasil

pengkatogorian

tersebut maka bisa

diketahui apakah

sosialisasi dan

internalisasi nilai

budaya dalam

sikap menjunjung

tinggi persatuan

masuk dalam

kriteria Sangat

Baik, Baik, Cukup

Baik, Tidak Baik,

sangat Tidak Baik.

Setelah semua data

telah terkumpul,

dalam pendekatan

studi kasus

hendaknya dilakukan

penyempurnaan atau

penguatan

(reinforcement) data-

data:

1) Data yang telah

terkumpul perlu

disempurnakan

data yang

dianggap belum

lengkap, sehingga

peneliti wajib

kembali ke

lapangan untuk

melengkapi data

dengan bertemu

informan lagi

2) Jika masih

ditemukan

informasi data

yang kurang baik

melalui

kuesioner,

wawancara,

berkaitan dengan

pemahaman

konsep sosialisasi

dan internalisasi

nilai budaya

dalam sikap

menjunjung

tinggi persatuan

masyarakat di

Desa Pancasila

Kecamatan Natar

Kabupaten

Lampung Selatan

maka

mengharuskan

peneliti untuk

kembali ke

lapangan dan

mencari

informasi lagi

sesuai dengan

yang dibutuhkan.

Setelah tahapan

selesai dilakukan

maka tahapan akhir

adalah

1) Penulisan

laporan dalam

hal ini

pemahaman

konsep

sosialisasi dan

internalisasi

nilai budaya

dalam sikap

menjunjung

tinggi persatuan

masyarakat di

Desa Pancasila

Kecamatan

Natar

Kabupaten

Lampung

Selatan

2) Laporan

hendaknya

ditulis secara

komunikatif,

rnudah dibaca,

dan

mendeskripsikan

suatu gejala atau

kesatuan sosial

secara jelas,

sehingga

rnernudahkan

pembaca untuk

mernahami

seluruh

informasi yang

ada.

3) Membuat

kesimpulan hasil

laporan dan

memberikan

rekomendasi

perbaikan

berdasarkan

temuan-temuan

yang ada di

lapangan.

Page 101: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

83

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini dapat diuraikan ke dalam tabel sebagai

berikut:

Tebel 3.2 Fokus Penelitian

Aspek

Fokus Penelitian

Pemahaman

konsep

sosialisasi

Sebagai acuan fokus penelitian ini adalah untuk

melihat sejauhmana pola hidup masyarakat Desa

Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan dalam bergaul, berinteraksi, bertoleransi,

berempati, berkomunikasi antara sesama masyarakat

sehingga dapat meningkatkan sikap menjunjung tinggi

rasa persatuan.

Internalisasi

nilai budaya

Sebagai acuan fokus penelitian ini adalah untuk

melihat sejauhmana masyarakat Desa Pancasila

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

membudayakan budaya sakai sambaian (gotong

royong, kerjasama, tolong menonolong cinta damai dan

siskamling) dalam kehidupan bermasyarakat sehingga

dapat meningkatkan sikap menjunjung tinggi rasa

persatuan.

Sikap

menjunjung

tinggi persatuan

Sebagai acuan fokus penelitian ini adalah untuk

melihat sejauhmana masyarakat Desa Pancasila

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

memiliki sikap dalam menjunjung tinggi rasa persatuan

dalam kehidupan bermasyarakat yang

terimplementasikan kedalam sikap seperti menjauhi

sikap konflik baik yang berkaitan dengan suku, agama

dan ras. 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Pancasila Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan, waktu penelitian akan dilaksanakan pada

bulan Desember 2018. Alasan pemilihan lokasi dan tempat penelitian

melihat keunikan pada nama Desa Pancasila dan peneliti ingin meneliti

sejaumana nilai-nilai Pancasila tertanam dalam Desa yang dibentuk sebagai

desa percontohan ini sehingga diberi nama Desa Pancasila, terutama sila ke

3 yaitu Persatuan Indonesia, sehingga peneliti menganggap tepat untuk

melihat sejauhmana pemahaman konsep sosialisasi dan internalisasi nilai

Page 102: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

84

budaya dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

3.4 Sumber Informasi

Penelitian ini di fokuskan pada Dusun V Desa Pancasila. Peneliti memilih

Dusun V dikarenakan di Dusun V mayoritas masyarakat adalah suku

Lampung sesuai dengan fokus penelitian internalisasi nilai budaya yang

akan diteliti adalah budaya sakai sambayan. Peneliti memilih responden

menggunakan purposive sampling. Alasan peneliti menggunakan purposive

bertujuan untuk mengambil informan secara objektif, dengan angapan

bahwa informan yang diambil itu merupakan keterwakilan (refresentatif)

bagi peneliti, sehingga pengumpulan data yang langsung pada sumber

datanya dapat dilakukan secara proporsional demi keakuratan penelitian.

Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

homogen yang artinya bahwa data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

sama sehingga informan yang diwawancarai cukup sebagian. Adapun yang

menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.3 Sumber Informasi

Jabatan Jumlah

Kepala Desa Pancasila 1 orang

Tokoh Agama Desa Pancasila 1 orang

Babinkamtibmas Desa Pancasila 1 orang

Masyarakat (Dusun V) 10 orang

Total Responden 13 orang

Tiga tokoh masyarakat yang menjadi responden di wawancarai secara

mendalam, yaitu menggunakan teknik pengumpulan data pada Indepth-

Interview, untuk mengecek keakuratan data wawancara dilakukan dengan

pengumpulan data kuesioener dari 10 orang masyarakat dusun V.

Page 103: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

85

3.5 Jenis Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan

penelitian melalui wawancara secara langsung dan terbuka terhadap

informan yang berkompeten sesuai dengan keperluan data. Adapun data

yang penulis peroleh dari sumber data primer ini adalah hasil wawancara

mengenai pemahaman konsep sosialisasi masyrakat dan internalisasi

nilai budaya sakai sambaian dan sikap menjunjung tinggi persatuan

masyarakat.

2. Data sekunder adalah yang diperoleh dari buku atau literature yang

berhubungan dengan pembahasan dan penelitian yang berdasarkan data

penunjang lain yang kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.

Adapun data yang penulis peroleh dari sumber data sekunder ini adalah

teori-teori mengenai sosialisasi, budaya, dan persatuan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data dalam penelitian ini, maka digunakan teknik

pengumpulan data melalui:

1. Observasi

Observasi yakni dengan melakukan peninjauan terhadap lokasi tempat

penelitian, sebagaimana disesuaikan dengan obyek yang diteliti. Adapun

target yang penulis observasi terlebih dahulu atau observasi pendahuluan

(pra penelitian) adalah gambaran pemahaman konsep sosialisasi

masyrakat, internalisasi nilai budaya sakai sambaian dan sikap

menjunjung tinggi persatuan masyarakat.

Page 104: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

86

2. Wawancara Mendalam (Indepth-Interview)

Wawancara mendalam (indepth-interview) merupakan metode

pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif.

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara. Adapun target yang akan diwawanca dalam penelitian ini

adalah : Kepala Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan, Babin Kamtibmas wilayah hukum Desa Pancasila Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan dan masyarakat Desa Pancasila

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Metode wawancara yang

di gunakan adalah wawancara berstruktur (struktured interwiew) yaitu

wawancara yang di lakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

secara sistematis dan pertanyaan yang di ajukan telah di susun

sebelumnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peniliti saat

mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,

sensitifitas pertanyaan, kontak mata dan kepekaan nonverbal. Beberapa

tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang

mudah mulai dengan informasi fakta, menghindari pertanyaan multiple,

tidak menanyakan pertanyaan pribadi, mengulang kembali jawaban

untuk klarifikasi, memberikan pesan positif dan mengontrol emosi

negatif.

Page 105: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

87

3. Kuisioner

Teknik kuesioner adalah mengumpulkan data dengan menyebarkan

kuesioner yang berisikan pernyataan-pernyataan mengenai data yang

akan diteliti. Adapun data yang penulis peroleh dari hasil penyebaran

kuesioner adalah informasi mengenai gambaran pemahaman konsep

sosialisasi dan internalisasi nilai budaya terhadap sikap menjunjung

tinggi persatuan masyarakat di Desa Pancasila.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu penyelidikan yang menggunakan sumber-

sumber dokumentasi untuk mendapatkan data yang diperlukan.

Sebagaian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat, catatan

harian, laporan, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tidak terbatas

pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk

mengetahui hal hal yang pernah terjadi diwaktu silam. Secara detail

bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu, otobiografi, surat surat

pribadi, buku catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah

atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website,

rekaman video kegiatan, dan lain lain. Dokumentasi pada penelitian ini

di peroleh data antara lain yaitu data gambaran umum Kabupaten

Lampung Selatan, Kecamatan Natar dan Desa Pancasila yang berkaitan

dengan sejarah berdirinya, letak geografis, keadaan penduduk, fhoto-

fhoto saat penelitian, dokumentasi baik melalui media masya dan lain-

lain yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan di Kabupaten

Lampung Selatan.

Page 106: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

88

3.7 Pengolahan Data

Teknis analisis data disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari

temuan-temuan dilapangan meliputi :

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan penelitian pada

penyederhanaan, dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan yang tertulis dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu

bentuk analisis yang menajam, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan sehingga

kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik. Reduksi data penulis lakukan pada

data hasil wawancara, dalam hal ini penulis memilih kata-kata yang bisa

digunakan untuk melakukan pembahasan serta menggunakan teori-teori

untuk menganalisis fokus dalam penelitian ini.

2. Penyajian data, yaitu penulis menampilkan sekumpulan informasi

tersusun berdasarkan data primer yang diperoleh dari lokasi penelitian,

yang memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan

keputusan

3. Triangulasi data: triangulasi hakikatnya adalah merupakan pendekatan

multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan

menganalisis data.. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek

kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Pada penelitian

ini penulis menggunakan triangulasi teknik yaitu peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data

yang sama.

Page 107: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

89

4. Menarik kesimpulan, merupakan bagian satu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji

kebenarannya, kekokohan dan kecocokannya, yakni yang merupakan

validitasnya. Setelah data-data tersebut diuji kebenarannya penulis

kemudian menarik kesimpulan berdasarkan data tersebut. Proses

analisis yang penulis lakukan adalah dengan mengacu pada kerangka

pikir yang telah dirumuskan.

Page 108: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

149

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan

masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan dalam kategori “sangat tidak baik” dengan indikator terendah

adalah “toleransi” hal tersebut terlihat masyarakat kurang memiliki sikap

toleransi dalam kehidupan beragama, terjadinya konflik antar kelompok

agama, masyarakat kurang memiliki rasa empati, masyarakat kurang

menjalin hubungan komunikasi yang harmonis dalam menjalan

kehidupan bermasyarakat.

2. Internalisasi nilai budaya dalam sikap menjunjung tinggi persatuan

masyarakat di Desa Pancasila Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan dalam kategori “tidak baik, dengan indikator terendah adalah

“siskamling” artinya masyarakat Desa Pancasila kurang membudayakan

budaya sakai sambaian, hal tersebut terlihat masih terdapat warga

masyarakat yang enggan untuk melakukan kegiatan gotong rotong,

maupun siskamling, masyarakat kurang memiliki sikap saling tolong

menolong jika terdapat masyarakat yang tertimpa musibah, masyarakat

kurang memiliki sikap humanisme (hidup berdampingan secara damai/

tidak terjadi perselisihan).

Page 109: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

150

5.2 Saran

Adapun saran yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Hendaknya masyarakat Desa Pancasila meningkatkan pemahaman

tentang pentingnya memahami konsep sosialisasi, saling bertoleransi

baik dengan sesama agama maupun dengan agama lain, saling berempati

dan menjalin komunikasi yang harmonis diantara sesama masyarakat

dalam rangka meningkatkan sikap menjunjung tinggi sikap persatuan

masyarakat ditengah keberagaman suku, agama, ras dan kepercayaan

yang berbeda-beda.

2. Hendaknya masyarakat Desa Pancasila lebih membudayakan budaya

sakai sambaian dalam kehidupan sehari-hari, lebih membudayakan

budaya gotong royong dan siskamling, saling bekerjasama, bahu

membahu, dalam rangka meningkatkan sikap menjunjung tinggi sikap

persatuan masyarakat ditengah keberagaman suku, agama, ras dan

kepercayaan yang berbeda-beda.

3. Hendaknya pemerintah daerah melalui instansi terkait lebih

meningkatkan frekuensi penyuluhan terutama yang berkaitan dengan

pentingnya pemahaman konsep sosialisasi, serta menghimbau kepada

seluruh lapisan masyarakat untuk membudayakan budaya kearifan lokal

yaitu budaya sakai sambaian, dengan demikian diharapkan akan tercipta

suasana yang kondusif, aman, tentram, rukun dan damai dalam rangka

menggalang rasa persatuan di masyarakat.

Page 110: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

DAFTAR PUSTAKA

Ali M. & M. Asrori. 2008. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta

Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktis,

Jakarta: Rineka Cipta.

Arwiyah, A Yahya dkk. 2013. Regulasi Kewarganegaraan Indonesia.

Bandung: Alfabeta

Astrid S. Susanto. 2003. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial,

Jakarta: Binacipta.

Benyamin. 1995. Cummings Publishing Company,. Inc., Redword City,

England. Clowes, F.A.L. Apicall Meristems. Blackwell, Oxford.

Clowes F.A.L.

Budiman, Hikmat (ed). 2005, Dilema Multikulturisme di Indonesia.

Jakarta: Yayasan Interseksi

Campbell, D.T. 2004. Quasi-Experimentation: Designs & Analysis Issues

for Field Settings. USA: Houghton Mifflin Company.

Darmodiharjo, Darjo. 2004. Pancasila suatu Orientasi Singkat (Edisi

Revisi), Jakarta: Aries Lima.

Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

Eagle & Chaiken. 2010. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta: Bharata

Karya Aksara.

Fachrudin.1999. Upacara Cangget Agung Aktualisasi Nilai Nilai Budaya

Daerah Lampung Bagi Generasi Muda. Depatemen Pendidikan

dan Kebudayaan Kantor Wilayah Daerah Lampung.

Gaslin. 2009. Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya.

Jakarta: Sinar Grafika.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Page 111: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

152

Hardiman, Fransisco Budi. 2003. Melampaui Positivisme dan Modernitas:

Jakarta: Citra Pustaka.

Hidayati. 2006. Sosiologi Mengkaji dan Memahami Masyarakat.

Bandung: Grafindo Media Pratama.

Jaeger. 2004. Sosiolgi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Yogyakarta: Paradigma.

Kansil. 2002. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pendidikan

Moral Pancasila). Jakarta: Pradnya Paramita

Kaplan, David & Robert A. Manners. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Keesing, Roger M. 2002. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif

Kontemporer (I&II),. Jakarta:Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 2005. Persepsi tentang Kebudayaan Nasional. Jakarta:

Gramedia.

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik. Komunikasi Lintas Budaya

Masyarakat Multikultural Yogyakarta. Lkis yogyakarta.

Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Sosiologi: Suatu Pemikiran dan

Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta.

Marpaung. 2000. Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, Dan

Masyarakat. Bogor: PT Ghalia Indonesia.

Notoadmodjo. 2003. Pengelolaan Warisan Budaya di Indonesia,

Bandung: Lubuk Agung.

Pelly. 2004. Sturcture And Function in Primitive Society: Essays and

addresses, London and Henley: Routledge & Kegan Paul.

Poerwadarminta, Wjs. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :

BalaiPustaka.

Poesprodjo. 2007. Beberapa Catatan Pendekatan Filsafatinya. Bandung:

Remaja Karya.

Robert, W. 2007. Politik Multukulturalisme: Menggugat Realitas

Kebangsaan. Yogyakarta: Kanisius.

Page 112: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

153

Rusdi, Muchtar. 2009. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan

Aplikasi (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Press

Sabaruddin S A, 2006. Lampung Pepadun dan Saibatin. Jakarta:

Gramedia.

Saebani, 2009. Pengantar Sistem Sosial Budaya Di. Indonesia,

Bandung:Pustaka Setia.

Salikun dan Lukman Surya Saputra. 2014. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung : PT

Raja Grafindo Persada.

Senja. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publiser.

Silversius. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta:

Grasindo.

Singgih, Dunarsa, 2000, Proses Sosialisasi Dalam Pembentukan Karakter

Bangsa, Jakarta, Erlangga.

Sitorus. 2006. Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Masyarakat

Lampung. Jakarta: Arian Jaya.

Soekanto, Soejono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

------------------------.2005. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma

Ganda, Jakarta: Raja. Grafindo Persada.

Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soeleman 2002, Setangkai Bunga

Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Sudjana. 1995. Metode Statistika. Edisi kelima. Bandung: Tarsito.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Suparlan, Parsudi. 2008. Dari Masyarakat Majemuk Menuju Masyarakat

Multikultural. Jakarta: YPKIK.

Page 113: ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SOSIALISASI DAN …digilib.unila.ac.id/59208/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfkonsep sosialisasi dalam sikap menjunjung tinggi persatuan masyarakat di Desa

154

Suparto.2004. Sosiologi dan Antroppologi 2 Edisi Revisi. Jakarta:

Armico.

Suwarno. 2013. Sistem Sosial Budaya Indonesia, Jakarta: PT. Ghalia

Indonesia

Syani, Abdul. 2002, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi

Aksara: Jakarta.

Taneko, Soleman 2004. Sistem Sosial Indonesia Menjuju Indosesia Adil

Makmur Jakarta: Fajar Agung.

Tilaar. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia.

Jakarta: Rineka cipta

Tumanggor, Rusmin. 2014. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:

Prenanda Media grup.jakarta.

Vestari, D. 2009. Model Pembelajaran Berbasis Fenomena Dengan

Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep Pembiasan Cahaya Dan Keterampilan Generik Sains

Siswa SMP Sekolah pasca sarjana. Universitas Pendidikan

Indonesia: Bandung.

Widjaja, A.W. 2007. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta:

Bumi Aksara.

Zaim. 2008. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta:

Pustaka Widyatama

Website:

www.lensaindonesia.com (diakses pada Selasa, 12 Maret 2019 pukul 16.00

WIB)

lampung.tribunnews.com (diakses pada Selasa, 12 Maret 2019 pukul 16.10

WIB)

.