75
PESAN PIMPINAN | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral Persoalan etika dan moral politisi, sejauh yang saya ketahui, selalu hadir dan menjadi topik diberbagai mass media, dan bahkan hampir semua stasiun televisi sepanjang tahun 2011 ini. B eberapa waktu yang lalu, ada lembaga survey menyebutkan bahwa pamor politisi DPR “je- blok” di mata masyarakat. Responden yang menilai bahwa kinerja politisi itu baik hanya sebesar 23,4%, bahkan 51,3% di antaranya menilai bahwa kerja politisi sangat buruk. Dari hasil survey ini, setidaknya perlu menjadi pelajaran agar meningkatkan pola ka- derisasi dan sistem rekruitmen calon anggota legislatif, yang lebih baik dan selektif. Sementara masyarakat diharapkan, untuk memilih calon ang- gota legislatif yang berkualitas dan berintegritas, sehingga pada akhirnya, banyak muncul politisi yang menjun- jung moral dan etika, atau saya sebut sebagah “politisi beradab”. Tema “politisi beradab” akan se- lalu berkaitan dengan perspektif ke- hidupan masyarakat, yang memiliki hubungan-hubungan tertentu, yang sering disebut sebagai struktur sosial, sehingga penilaian terhadap politisi dapat saja berbeda diantara berbagai struktur sosial tersebut. Kaitan politisi beradab dengan struktur sosial sam- pai sekarang masih menjadi polemik: apakah struktur itu yang membentuk politisi menjadi beradab, sebagai enti- tas yang terpisah, atau bahkan politisi yang membentuk struktur sosial yang memungkinkan terbentuknya kelom- pok elit dalam masyarakat. Tidak sedikit orang mengkritik, bahwa tersubordinasinya persoalan politik kedalam struktur (sosial), me- nyebabkan politik dipakai sebagai alat untuk menunjang struktur yang telah ditetapkan oleh ”grand design” politi- si tertentu. Hal ini menyebabkan poli- tik tidak saja kehilangan otonominya, melainkan juga telah dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga menjadi Oleh: Ketua DPR RI, DR. H. Marzuki Alie

Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

PESAN PIMPINAN

� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | � � | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �

Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan MoralPersoalan etika dan moral politisi, sejauh yang saya ketahui, selalu hadir dan menjadi topik diberbagai mass media, dan bahkan hampir semua stasiun televisi sepanjang tahun 2011 ini.

Beberapa waktu yang lalu, ada lembaga survey menyebutkan bahwa pamor politisi DPR “je-

blok” di mata masyarakat. Responden yang menilai bahwa kinerja politisi itu baik hanya sebesar 23,4%, bahkan 51,3% di antaranya menilai bahwa kerja politisi sangat buruk. Dari hasil survey ini, setidaknya perlu menjadi pelajaran agar meningkatkan pola ka-derisasi dan sistem rekruitmen calon anggota legislatif, yang lebih baik dan selektif. Sementara masyarakat diharapkan, untuk memilih calon ang-gota legislatif yang berkualitas dan

berintegritas, sehingga pada akhirnya, banyak muncul politisi yang menjun-jung moral dan etika, atau saya sebut sebagah “politisi beradab”.

Tema “politisi beradab” akan se-lalu berkaitan dengan perspektif ke-hidupan masyarakat, yang memiliki hubungan-hubungan tertentu, yang sering disebut sebagai struktur sosial, sehingga penilaian terhadap politisi dapat saja berbeda diantara berbagai struktur sosial tersebut. Kaitan politisi beradab dengan struktur sosial sam-pai sekarang masih menjadi polemik: apakah struktur itu yang membentuk

politisi menjadi beradab, sebagai enti-tas yang terpisah, atau bahkan politisi yang membentuk struktur sosial yang memungkinkan terbentuknya kelom-pok elit dalam masyarakat.

Tidak sedikit orang mengkritik, bahwa tersubordinasinya persoalan politik kedalam struktur (sosial), me-nyebabkan politik dipakai sebagai alat untuk menunjang struktur yang telah ditetapkan oleh ”grand design” politi-si tertentu. Hal ini menyebabkan poli-tik tidak saja kehilangan otonominya, melainkan juga telah dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga menjadi

Oleh: Ketua DPR RI, DR. H. Marzuki Alie

Page 2: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | � � | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �

sekadar alat legitimasi untuk mem-benarkan tingkah lakunya. Idealnya, politisi (beradab) harus dapat menga-rahkan masyarakat untuk masuk ke-dalam keadaan dan tatanan kehidu-pan kemasyarakatan dan kenegaraan yang memungkinkan terjadinya situa-si yang berkeadilan sosial.

Revitalisasi dan reaktualisasi nilai etika dan moral politisi agar dapat tampil sebagai politisi beradab, meru-pakan upaya yang perlu dilakukan. Pengembangan dan pembinaan kader politik perlu diarahkan untuk memper-tinggi derajat kemanusiaan bangsa, melalui pertama, aktualisasi nilai-nilai etika dan moral, dan penguatan ke-tahanan budaya dalam menghadapi derasnya nilai materialisme, kedua, meningkatkan kemampuan para poli-tisi dalam mengapresiasi pesan moral yang terkandung pada setiap keka-yaan dan nilai-nilai budaya bangsa, serta ketiga, mendorong kerja sama yang sinergis antar-pemangku ke-pentingan dalam mewujudkan visi bangsa Indonesia, yaitu bangsa de-ngan peradaban mulia dan luhur.

Tiga hal tersebut sejalan dengan cita-cita reformasi yang bertujuan untuk membangun “Indonesia Baru“, yaitu membangun sebuah masyara-kat sipil yang demokratis, dengan penegakan hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat, dan ke-hidupan ekonomi yang mensejahtera-kan rakyat Indonesia. Cita-cita mulia ini akan terwujud jika dilaksanakan oleh politisi yang berintegritas tinggi. Integritas itu akan terjaga jika secara konsisten para politisi mengembang-kan standar pergaulan di dalam ke-lompok sosialnya, yang dapat diwu-judkan dalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik dibuat ber-dasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat yang dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan, yang secara logika-rasional umum dinilai menyimpang dari kode yang disepakati bersama.

DPR-RI telah memiliki aturan ter-tulis, dan ini berlaku sebagai “self con-trol” bagi para anggota Dewan. Keha-diran anggota DPR dengan perangkat “built-in mechanism” berupa Kode Etik DPR. Kode Etik ini sangat diperlukan untuk menjaga martabat serta kehor-matan profesi, dan disisi lain melin-dungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan kewenangan oleh DPR. Oleh karena itu, jika para Anggota Dewan ingin tampil sebagai politisi beradab, akan dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, jika dalam diri para Anggota Dewan memiliki kesadaran kuat untuk mengindahkan etika dan moral pada saat ingin melaksanakan kewenangan konstitusionalnya

Etika dan MoralEtika dan moral, sesungguhnya

dapat dibedakan. Moral lebih me-ngacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia, menuntun manusia bagaimana seharusnya ia hidup atau apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Dalam kehidupan sosial, masyarakat mempunyai aturan moral yang membolehkan atau mela-rang perbuatan tertentu. Sementara etika adalah untuk membina kehidu-pan yang baik berdasarkan nilai-nilai moral tertentu. Kehidupan manusia bersifat multi-dimensi meliputi bidang sosial, ekonomi, politik, kebudayaan.

Semua ini memerlukan etika, terma-suk didalamnya kehidupan berbangsa dan bernegara.

Etika dan moral berbangsa, seti-daknya terdiri dari tiga hal, yaitu: per-tama, etika dan moral individual, yang lebih menyangkut kewajiban dan si-kap manusia terhadap dirinya sendiri. Salah satu prinsip yang secara khu-sus relevan dalam etika individual ini adalah prinsip integrasi pribadi, yang berbicara mengenai perilaku indivi-dual tertentu dalam rangka menjaga dan mempertahankan nama baiknya sebagai pribadi yang bermoral.

Kedua, etika sosial yang mengacu pada kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku manusia sebagai makh-luk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya. Tentu saja sebagaimana hakikat manusia yang bersifat ganda, yaitu sebagai makhluk individual dan sosial, etika individual dan etika sosial berkaitan erat satu sama lain, bahkan dalam arti tertentu sulit untuk dilepas-kan dan dipisahkan satu sama lain.

Ketiga, etika lingkungan hidup yang berkaitan dengan hubungan antara manusia baik sebagai makh-luk individu maupun sebagai kelom-pok dengan lingkungan alam yang lebih luas dalam totalitasnya, dan hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya yang berdampak langsung atau tidak lang-sung pada lingkungan hidup secara

Page 3: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | � � | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �

keseluruhan. Berkaitan dengan etika dan moral,

jika dikaitkan dengan politisi bera-dab, dapat saya sampaikan: pertama, politisi beradab hanya dapat dilaku-kan, jika para politisi itu memiliki pemahaman terhadap etika dan moral bangsa, terutama ketika ber-hadapan dengan krisis sosial, budaya, dan moral yang terjadi, yang dapat disaksikan dalam berbagai bentuk disorientasi dan dislokasi di tengah masyarakat. Seperti, dissintegrasi so-sial-politik yang bersumber pada eu-foria kebebasan; lenyapnya kesabaran sosial dalam menghadapi realitas ke-hidupan yang semakin sulit sehingga mudah melakukan berbagai tindakan kekerasan dan anarkhi; merosotnya penghargaan dan kepatuhan ter-hadap hukum, etika, moral, dan ke-santunan sosial; semakin meluasnya penyebaran narkoba serta penyakit-penyakit sosial lain; dan berlanjutnya konflik dan kekerasan yang bernuansa politis, etnis, dan agama.

Kedua, moral dan etika perlu di-jadikan panduan universal yang merawat cita-cita kehidupan ber-negara untuk mencapai tujuan asasinya, yaitu kehidupan yang berja-lan di atas nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai budaya bangsa ini meru-pakan konsensus, sebagai rujukan berinteraksi dalam seluruh dimensi kehidupan. Setiap sikap dan perilaku di ruang publik, harus mencerminkan nilai-nilai itu, agar cita-cita dan keutu-han masyarakat tetap terjaga.

Ketiga, konsepsi dasar moral dan etika para politisi tentang sebuah negara, perlu terus mengacu pada konsensus nilai-nilai yang ada, yang hidup dan berkembang dalam ma-syarakat, terutama nilai-nilai mayor-itas yang menjadi sebuah kenisca-yaan dalam mewarnai tata perilaku warga bangsa. Hal ini akan terjadi, jika politik kekuasaan berjalan di atas landasan demokrasi dan menempat-kan rakyat sebagai yang berdaulat, sehingga nilai-nilai yang berkembang di masyarakat tetap berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Keempat, moral dan etika para politisi harus dilahirkan dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, yang tujuannya adalah menjalin kebersa-maan, merawat kesatuan, dan men-capai kehidupan yang tenteram, har-monis, dan sejahtera. Nilai merupakan landasan perilaku dalam seluruh sendi kehidupan, bukan sebagai legitimasi atau hiasan belaka. Moral dan etika dalam perilaku masyarakat, termasuk dalam politik bernegara adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, kare-na menafikkan salah satunya berarti menarik kegiatan politik dari dimensi sosial dan hanya menjadi urusan pribadi. Moral dan etika membingkai politik, agar berjalan konsisten sesuai tujuan asasinya, sehingga tanggung jawab dan kewajiban manusia ter-hadap negara, terhadap hukum yang berlaku, dan terhadap sesama manu-sia, dapat ditegakkan.

Atas dasar pemahaman tersebut, saya berpendapat bahwa pengem-bangan etika dan moral para politisi harus bersumber dari empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, Persatuan Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.

Kedewasaan para politisi untuk melihat mozaik bangsa Indonesia akan bermuara pada tumbuhnya kesada-ran, bahwa persatuan perlu dibangun di atas kemajemukan suku bangsa dan budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kesadaran dan semangat persatuan dalam bingkai kebangsaan bersama inilah, yang kemudian men-jadi landasan politik bernegara, dan menjadi acuan bersama, baik pada masa sebelum kemerdekaan ataupun pada awal kemerdekaan. Keberhasilan para founding fathers merawat rasa kebangsaan mengantarkan Republik Indonesia mampu meretas diri dari belenggu hegemoni kolonialisme. Oleh karena itu, untuk memperta-hankan eksistensi negeri ini, maka ke-bersamaan di tengah keragaman dan kolektivitas di tengah heterogenitas, menjadi kata kunci utama. Sebagai sebuah bangsa yang plural dan hete-rogen, semua upaya harus dilakukan

dengan mengedepankan kebersa-maan tanpa mengorbankan kerbera-gaman.

Etika dan moral bangsa bukan sekedar konsepsi, tetapi harus terim-plementasi dalam sikap dan perilaku politik yang berorientasi pada kepen-tingan seluruh masyarakat tanpa ter-kecuali, bukan kepentingan primordi-al suku bangsa tertentu atau etnik dan budaya tertentu. Perlu kesadaran his-toris dan moral, agar nilai-nilai yang tercantum dalam persatuan Indonesia menjadi penghayatan individual demi pertanggungjawaban kepada sejarah, dan kepada seluruh masyarakat, dan kepada Tuhan yang Maha Esa. Etika dan moral dalam kerangka persatuan ini akan menjadi dasar pertimbangan yang bijaksana, yang dapat mengatasi berbagai perbedaaan.

Kesimpulan opini saya adalah, bahwa politisi beradab adalah politisi yang memiliki etika dan moral yang dituntut untuk berperilaku yang mementingkan kebaikan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, yang terwujud apabila dilandasi oleh kejernihan hati nurani, moralitas, kerendahan hati, keikhla-san, kejujuran, dan tanggung jawab. Para politisi harus menyerahkan lo-yalitasnya kepada negara termasuk kepada pemimpin negara yang ama-nah, baik di pusat maupun di daerah. Loyalitas kepada negara harus lebih besar daripada loyalitas kepada par-tai atau kelompok ketika seseorang sudah menjadi pejabat negara. Inilah sosok politisi sejati yang digerak-kan oleh wawasan kebangsaan yang terserap dalam dirinya.

Untuk menciptakan politisi yang beradab diperlukan sebuah sistem dan mekanisme yang menunjang atau bahkan memaksa untuk itu. Sistem itulah yang mampu menunjuk-kan kepada publik mengenai kualitas moral dan etika yang dimiliki oleh aktor-aktor atau elite-elite politik yang kewenangan politiknya bersumber dari kedaulatan rakyat. Wallahu’alam Bissawab.*

Page 4: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | � � | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �

DAFTAR ISI

Panja Pencurian Pulsa Komisi I DPR RI menginginkan segera mengungkap pelaku kasus penipuan danpencurian pulsa. Pemerintah diharapkan menindak tegas pelaku yang bertanggung jawab atas tindakan yang telah merugikan masyarakat, serta diprosessecara hukum

PESAN PIMPINAN

LAPORAN UTAMA

SUMBANG SARAN

PENGAWASAN

ANGGARAN

LEGISLASI

PROFIL

KUNJUNGAN LAPANGAN DPR

SOROTAN

LIPUTAN KHUSUS

SELEBRITIS

PERNIK

POJOK PARLE

39 | Panja Pencurian Pulsa

DAFTAR ISI

Berkaitan dengan fungsi legislasi, untuk tahun 2012, DPR dan Pemerintah telah menetapkan 64 (enam puluh empat) RUU sebagai prioritas tahunan, termasuk 16 (enam belas) RUU yang telah memasuki pembicaraan Tingkat I, 8 (delapan) diantaranya telah mengalami perpanjangan masa tugas 2 (dua) sampai 3 (tiga) kali.

RUU tersebut antara lain, RUU tentang Keamanan Nasional, RUU tentang Keistimewaan Provinsi DIY, RUU tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, RUU ten-tang Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar, RUU tentang Pendidikan Tinggi, RUU tentang Pendidikan Kedokteran, dan RUU tentang Penanganan Konflik Sosial.

2 | Prolegnas 2012 Optimis Dengan Beban Berat

Laporan Utama

Pengawasan

Parlementaria Edisi 89 Tahun XLII 2011

65 | Runtuhnya Jembatan KukarSorotan

Peristiwa robohnya jembatan Kutai Kertanegara telah memakan korban 24 orang, bahkan pada 22 Desember lalu telah ditemukan satu jenazah korban ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, ditemukan di sungai Mahakam, Jalan Kartini,Tenggarong, Hingga berita ini dibuat, proses pencarian korban jembatan ambruk masih terus dilakukan oleh tim SAR dan para penyelam tradisional.

08

��

�7�9

�1

���6

�8

��

6�

67

70

7�

7�

> Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika dan Moral

> Prolegnas 2012: Optimis Dengan Beban Berat

> Mengembalikan Fungsi Prolegnas Sebagai Instrumen Perencanaan Legislasi

> KEN Merupakan Ponddasi Kedaulatan Energi Nasional Menuju Kemandirian Bangsa> Panja Pencurian Pulsa

> DPR Dukung Punish and Rewardment Terhadap Kementerian/Lembaga

> DPR Sambut Positif Draf RUU Desa> RUU Pendidikan Kedokteran

> Ahmad Nizar Shihab

> Runtuhnya Jembatan Kukar

> Komisi III Pilih Capim KPK

> Nurhayati: Ratu Sepeda Indonesia

> Wisma Griya Kopo DPR

> Pesona Bu Bupati

Page 5: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7 6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7

SUSUNAN REDAKSIPARLEMENTARIA EDISI 89 TH.XLII 2011

Pengawas Umum Pimpinan DPR RI

Penanggung Jawab/Ketua Pengarah Dra. Nining Indra Shaleh, M.Si

Wakil Ketua Pengarah Achmad Djuned SH, M.Hum

Pimpinan Pelaksana Jaka Dwi Winarko

Pimpinan Redaksi Djustiawan Widjaya

Wakil Pimpinan Redaksi Liber S. Silitonga,Mediantoro SE

Anggota Redaksi Dra. TrihastutiNita Juwita, S.Sos, Sugeng Irianto, S.SosM. Ibnur Khalid, Iwan Armanias, Suciati, S.SosFaizah Farah Diba, Agung Sulistiono, SH

Fotografer Rizka Arinindya

Sirkulasi Supriyanto

Alamat Redaksi/Tata UsahaBagian Pemberitaan DPR RILt. II Gedung Nusantara II DPR RI,Jl. Jend. Gatot Soebroto Senayan, JakartaTelp. (021) 5715348, 5715350,Fax (021) 5715341Email : [email protected]/berita

!

Page 6: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7 6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7

DAFTAR ISI

Page 7: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 9 8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 9

LAPORAN UTAMA

Pada Pidato Pembukaan Masa Persidangan III Tahun Sidang 2011 – 2012, Ketua DPR RI

Marzuki Alie mengakui kinerja legis-lasi belum menunjukkan hasil yang optimal, karena dalam pelaksanaan fungsi legislasi, banyak kendala/tan-tangan yang dihadapi.

Untuk menghasilkan RUU yang optimal, dibutuhkan waktu pemba-hasan yang cukup panjang, tidak cu-kup dua atau tiga kali masa sidang. Hal ini dilakukan demi menghasilkan RUU yang betul-betul mampu me-menuhi kebutuhan masyarakat.

Marzuki mengatakan, RUU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) misalnya, pembentukan BPJS-1

yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan, dan BPJS-2 yang mengelola jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua dan pensiun, telah disahkan melalui proses yang sa-ngat panjang. Disahkannya RUU BPJS merupakan perjuangan yang cukup berat, sebagai komitmen DPR yang berpihak pada kepentingan rakyat dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia.

RUU lain yang mengalami dinamika tinggi dan mendapat perhatian serius dalam pembahasannya adalah RUU tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Undang-undang ini sangat penting, karena dengan adanya OJK, kualitas dan manfaat pengawasan bank akan

lebih maksimal. Undang-undang lain yang memiliki arti penting bagi ma-syarakat Indonesia antara lain, UU tentang Bantuan Hukum, UU tentang Pengelolaan Zakat dan UU tentang Penanganan Fakir Miskin. Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa produk UU yang dihasilkan DPR jangan hanya dilihat dari segi kuantitas, tetapi juga dari segi kualitas dalam rangka men-jawab tuntutan masyarakat.

Berkaitan dengan fungsi legislasi, untuk tahun 2012, DPR dan Pemerin-tah telah menetapkan 64 (enam puluh empat) RUU sebagai prioritas tahu-nan, termasuk 16 (enam belas) RUU yang telah memasuki pembicaraan Tingkat I, 8 (delapan) diantaranya

Optimis Dengan Beban BeratProlegnas 2012

Page 8: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 9 8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 9

telah mengalami perpanjangan masa tugas 2 (dua) sampai 3 (tiga) kali. RUU tersebut antara lain, RUU tentang Ke-amanan Nasional, RUU tentang Keis-timewaan Provinsi DIY, RUU tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, RUU tentang Pencegahan dan Pemberan-tasan Pembalakan Liar, RUU tentang Pendidikan Tinggi, RUU tentang Pen-didikan Kedokteran, dan RUU tentang Penanganan Konflik Sosial.

Marzuki menambahkan, berkaitan dengan banyaknya RUU prioritas ta-hun 2012, Pimpinan Dewan kembali mengingatkan kepada seluruh ang-gota Dewan dan fraksi, untuk me-manfaatkan momentum tahun 2012, sebagai tahun legislasi. Badan Mu-syawarah telah menerima usulan dari Badan Legislasi, agar agenda DPR le-bih fokus kepada fungsi legislasi.

Masa Persidangan III 2011-2012 ini, kegiatan Dewan dibagi dalam 2 (dua) kelompok, pertama, kegiatan legislasi sebanyak 60%, dan kedua, kegiatan anggaran dan pengawasan sebesar 40%. Dua kelompok kegiatan tersebut dilakukan secara bergantian per-minggu termasuk untuk alokasi

bagi Rapat Paripurna, Rapat Fraksi, Rapat Badan-Badan, dan Rapat Tim. Alokasi kegiatan ini akan disesuai-kan untuk Masa Persidangan I dan IV dalam membahas anggaran. “Kita ber-harap, pola penjadwalan per-minggu ini memiliki manfaat,” kata Marzuki.

Manfaat yang diharapkan dari pola penjadwalan per minggu ini adalah agar: (i) anggota dewan bisa lebih fokus sehingga memungkinkan penyelesaian target RUU lebih cepat, (ii) minimalisasi overlapping sidang, (iii) administrasi/penyiapan bahan lebih mudah, dan (iv) durasi rapat lebih efektif.

Selain itu, Pimpinan meminta De-wan dapat mempergunakan waktu selama Masa Sidang III ini, untuk dapat menyelesaikan berbagai RUU prioritas, termasuk RUU tentang Pe-milu Legislatif.

Untuk RUU tentang Pemilu Legis-latif, perlu ada target yang jelas me-ngenai waktu penyelesaiannya. UU ini sangat penting bagi penyelenggaraan Pemilu 2014 sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan demokrasi yang berkualitas. Dan untuk menyeleng-garakan Pemilu yang berkualitas, di-perlukan waktu yang memadai, di an-

taranya melakukan sosialisasi kepada seluruh rakyat Indonesia terutama yang memiliki hak pilih.

Sementara Ketua Badan Legis-lasi DPR RI Ignatius Mulyono me-ngatakan, dari hasil evaluasi Baleg terhadap pelaksanaan Prolegnas Pri-oritas Tahun 2011 menggambarkan bahwa realisasi Tahun 2011 masih be-lum berbanding lurus dengan target jumlah RUU yang direncanakan untuk diselesaikan.

Hal ini, kata Mulyono, tidak terlepas dari kendala yang dihadapi oleh DPR dan Pemerintah yang antara lain tingkat penyelesaian penyusunan RUU yang berjalan sangat lambat baik di DPR maupun di Pemerintah.

Mulyono menyadari beban legis-lasi yang diambil DPR dan Pemerintah pada tahun 2012 sangat berat, namun dia optimis dengan dukungan semua pihak kinerja legislasi DPR dapat men-capai target yang diharapkan.

Senada dengan Mulyono, Wakil Ketua Baleg Ida Fauziah mengatakan, perlunya kontribusi dari semua pihak termasuk Anggota dan Sekretariat jenderal agar target itu terpenuhi baik target kuantitas maupun target kualitas. (tt,sc)

Ketua Badan Legislasi DPR RI Ignatius Mulyono

Page 9: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

10 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 11 10 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 11

DiharapkanDapat Mencapai TargetRapat Paripurna DPR RI tanggal 16 Desember 2011 yang dipimpinWakil Ketua DPR RI Pramono Anung telah berhasil mensahkan ProgramLegislasi Nasional (Prolegnas) RUU Prioritas Tahun 2012.

Dari 66 RUU yang diusulkan Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, akhirnya yang disetujui dalam

Rapat Paripurna tersebut 64 RUU. Jumlah ini jauh lebih sedikit diban-dingkan Prolegnas RUU Prioritas 2011 yang jumlahnya mencapai 70 RUU.

Dalam laporannya, Ketua Badan Legislasi DPR Ignatius Mulyono me-nyampaikan, untuk penyusunan Pro-legnas RUU Prioritas Tahun 2012, Badan Legislasi telah memperoleh usulan RUU Prolegnas Prioritas Tahun 2012 dari Anggota DPR, Komisi, De-wan Perwakilan Daerah, dan masyara-kat sebanyak 242 judul RUU.

Dari 242 judul RUU yang diusul-kan, setelah dikurangi judul RUU yang sama, maka judul RUU yang diusulkan oleh DPR untuk masuk dalam Proleg-nas Prioritas Tahun 2012 sebanyak 147 judul RUU. Sedangkan usulan Prolegnas Prioritas untuk tahun 2012 dari lingkungan Pemerintah sebanyak 29 judul RUU.

Mulyono menambahkan, dari 147 judul RUU usulan DPR dan 29 jusul RUU usulan Pemerintah, Badan Le-gislasi dengan Menteri Hukum dan HAM sepakat untuk menetapkan 66 judul RUU dalam Prolegnas RUU Pri-oritas Tahun 2012, yang terdiri atas 20

RUU yang sedang dalam pembahasan Tingkat I, 29 RUU berasal dari DPR dengan perincian : 16 RUU akan di-inisiasi oleh Komisi (mulai dari Komisi I sampai dengan Komisi XI) dan 13 RUU akan diinisiasi oleh Badan Legislasi, dan 17 RUU berasal dari Pemerintah.

Selain 66 judul RUU yang ditetap-kan sebagai Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012, telah disepakati 5 (lima) RUU yang bersifat kumulatif terbuka, yaitu : Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Pengesahan Perjanjian Inter-nasional, Daftar RUU Kumulatif Ter-buka akibat Putusan Mahkamah Kon-stitusi, Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Pembentukan Dae-rah Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Daftar RUU Kumulatif Terbuka ten-tang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi Undang-Undang.

Mulyono juga menyampaikan, dalam Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012, Badan Legislasi bersama Men-teri Hukum dan HAM menyepakati untuk menampung 4 (empat) RUU Non Prolegnas, yaitu : RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang No-mor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, RUU tentang Kawasan Pariwisata Khu-sus, RUU tentang Tabungan Peruma-han Rakyat/RUU tentang pembiayaan Perumahan Rakyat dan RUU tentang Keinsiyuran.

Dalam laporannya tersebut, Mul-yono juga menyampaikan hasil evalu-asi Badan Legislasi terhadap pelaksa-

Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Ignatius Mulyono

Page 10: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

10 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 11 10 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 11

naan Prolegnas Prioritas Tahun 2011.Program Legislasi Nasional RUU

Prioritas tahun 2011 ditetapkan 70 RUU dan 21 RUU luncuran pemba-hasan dari Tahun 2010. Dari 70 RUU yang ditetapkan dalam Prolegnas Pri-oritas Tahun 2011 disepakati 37 RUU diinisiasi oleh DPR dan 33 RUU diini-siasi Pemerintah.

Dari 37 RUU yang diinisiasi DPR, dan 33 RUU yang diinisiasi Peme-rintah, perkembangan pelaksanaan-nya hingga saat ini adalah sebanyak 16 RUU dalam tahap Pembicaraan Tingkat I dan akan dilanjutkan pem-bahasannya pada tahun 2012, 3 (tiga) RUU sudah disetujui sebagai RUU usul DPR dan menunggu surpres, 1 (satu) RUU dalam tahap harmonisasi, 50 RUU yang masih dalam tahap penyu-sunan (dengan rincian 24 RUU dari DPR dan 26 RUU dari Pemerintah).

Dari 21 RUU yang diluncurkan pembahasannya dari tahun 2010 ke tahun 2011 terdapat 18 RUU yang telah menjadi Undang-Undang dan 3 (tiga) RUU yang sedang dalam tahap Pembicaraan Tingkat I.

Mulyono menambahkan, melihat data di atas menggambarkan bahwa realisasi program legislasi nasional prioritas tahun 2011 masih belum berbanding lurus dengan target jum-lah RUU yang direncanakan untuk diselesaikan.

Hal ini, katanya, tidak lepas dari kendala yang dihadapi oleh DPR dan Pemerintah, yaitu antara lain tingkat penyelesaian penyusunan RUU yang berjalan sangat lambat baik di DPR maupun di Pemerintah.

Ketaatan terhadap pemenuhan jadwal legislasi menurut Mulyono juga masih kurang, sehingga menyulitkan tercapainya kuorum dan pada ak-hirnya menunda pembahasan.

Kendala lainnya yang tak kalah pentingnya adalah terdapat sejumlah RUU yang tertunda pembahasannya (deadlock) karena adanya ketidak-sepahaman/ketidaksepakatan antara Pemerintah dengan DPR atau adanya ketidaksepakatan antar kementeri-an/LNK yang ditugaskan membahas

RUU. Baleg, kata Mulyono, menyadari

beban legislasi yang diambil oleh DPR dan Pemerintah pada tahun 2012 sangat berat. “Kami optimis dengan dukungan semua pihak kinerja legis-lasi DPR dapat mencapai target yang diharapkan.

Diwarnai Interupsi Pengesahan Program Legislasi

Nasional (Prolegnas) Rancangan Undang-Undang (RUU) Prioritas Ta-hun 2012 berjalan dengan diwarnai hujan interupsi. Protes dipicu oleh keberadaan dua RUU yang dianggap kontroversial karena Komisi terkait tidak merasa mengusulkan sebelum akhirnya didrop dari daftar prolegnas. Dua RUU tersebut adalah perubahan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta UU Nomor 18

Pengesahan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 yang di warnai hujan interupsi

Page 11: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

1� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 1� 1� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 1�

Tahun 2003 tentang Advokat. Penolakan terhadap dua RUU

tersebut, diangkat oleh anggota de-wan dari mayoritas fraksi karena ke-beradaannya dinilai ganjil. “Ada yang hilang dari usulan kami di Prolegnas, yakni UU Kesehatan Jiwa. Tapi ini yang nomor 64 (menunjuk UU Ketenaga-kerjaan) tiba-tiba masuk,” kata Wakil Ketua Komisi Kesehatan dan Ketena-gakerjaan DPR, Supriyatno.

Sementara Politisi PDI Perjuangan

Rieke Diah Pitaloka menambahkan, penolakan yang dilakukannya, selain karena memang tidak diusulkan, juga karena substansinya membahayakan. Menurutnya, arah dalam revisi UU Ketenagakerjaan adalah untuk mem-berangus hak-hak pekerja. “Kita tidak asal menolak. Yang jelas, revisi UU 13/2003 harus dicabut dalam daftar Prolegnas 2012,” tegas Rieke.

Dia mencontohkan, substansi merugikan itu seperti tidak adanya

upah minimum untuk kabupaten, kota, dan provinsi. Selain itu, kewa-jiban bagi perusahaan untuk memberi Tunjangan Hari Raya (THR) dihilang-kan dan diganti menjadi bantuan THR.

Menurut politisi daerah pemili-han Jawa Barat II ini, bila UU tersebut sampai masuk, tentu membahayakan nasib pekerja. Selain revisi UU Ketena-gakerjaan, UU lain yang ditolak adalah UU Advokat. Wakil Ketua Komisi Hu-kum DPR Nasir Djamil, mengatakan Komisinya tidak pernah mengusulkan RUU tersebut. Karena itu, kemunculan secara tiba-tiba UU Advokat dalam daftar prioritas Prolegnas 2012 diper-tanyakan dan minta dicabut.

“Dalam surat resmi Komisi III, kami tidak mengusulkan itu. Kami minta dicabut dan diganti revisi UU PTUN,” tandasnya. Akhirnya, rapat paripurna memutuskan untuk menghapus dua RUU tersebut dari daftar prolegnas.

“Revisi UU Ketenagakerjaan dan revisi UU Advokat didrop. Jadi yang disetujui dalam prolegnas sebanyak 64 RUU,” kata pimpinan sidang, Pramono Anung.

Dengan didropnya dua RUU, maka hanya akan ada 64 RUU yang men-jadi prioritas di 2012. Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Ignatius Mul-yono mengingatkan bahwa jumlah itu bukanlah target yang mudah disele-saikan. Meski begitu, dengan komit-men serta perbaikan mekanisme, hasil yang dicapai dapat lebih baik. (tt,sc)

***

Pimpinan sidang Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 Pramono Anung

Suasana Rapat Paripurna dengan agenda penetapan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 di Gedung DPR RI

Page 12: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

1� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 1� 1� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 1�

nusia Amir Syamsudin mengatakan, Pemerintah yakin daftar Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 yang telah disusun Panja Penyusunan Prolegnas

Pemerintah UsulkanRapat Periodik Untuk Lakukan Monitoring Dan Evaluasi Program Legislasi Nasional (Pro-

legnas) sebagai instrumen perencanaan program pem-

bentukan undang-undang yang disu-sun secara terencana, terpadu dan sistematis mempunyai peranan yang penting dalam politik pembangunan hukum di Indonesia.

Sifat dinamis yang melekat pada Program Legislasi Nasional sebagai sebuah mekanisme perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan, membawa konsekuensi bahwa pelaksanaan Prolegnas ha-rus selalu dievaluasi untuk mencapai standar terencana, terpadu dan siste-matis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

Disahkannya UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan telah memba-wa warna baru bagi penyusunan dan

pengelolaan Prolegnas. Salah satunya adalah mengenai dasar penyusunan RUU Prioritas Prolegnas yang diatur dalam Pasal 18 dan mekanisme evalu-asi Prolegnas jangka menengah yang diatur dalam Pasal 20 ayat (4).

Terkait dengan mekanisme evalu-asi ini, Pemerintah mengusulkan agar Baleg DPR RI bersama-sama dengan Pemerintah dapat menyusun suatu mekanisme evaluasi yang kompre-hensif, sehingga pada akhirnya pe-rencanaan legislasi dan evaluasi legis-lasi menjadi suatu bentuk mekanisme yang bersenyawa dan paralel.

Apabila ditinjau dari segi perio-disasi, Penyusunan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 merupakan pe-nyusunan prioritas tahunan ke tiga dari Prolegnas Jangka Menengah 2010 – 2014.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Ma- Wakil Ketua DPR Pramono Anung

Anggota Komisi III DPR Taslim (kanan) dan Eddy Ramli Sitanggang saat mengikuti agenda penetapan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 di Gedung DPR RI

Para Menteri mewakili Presiden saat mengikuti Rapat Paripurna di Gedung DPR RI

Page 13: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

1� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 1� 1� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 1�

adalah daftar yang didasarkan pada semangat untuk meningkatkan kuali-tas pelaksanaan Prolegnas tahun-tahun sebelumnya.

Menurut Amir, hal tersebut pen-

ting untuk digarisbawahi mengingat perencanaan yang bagus akan men-jadi faktor pendorong utama un-tuk memacu proses pembentukan undang-undang menuju ke arah yang lebih berkualitas.

Belajar dari pengalaman pelaksa-naan Prolegnas sebelumnya, untuk Prolegnas tahun 2012, Pemerintah berkomitmen untuk lebih meningkat-kan mekanisme monitoring dan eva-luasi Prolegnas di lingkungan Peme-rintah yang akan dilakukan secara periodik sehingga dapat mendorong kinerja dari Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) pemrakarsa dalam menyusun RUU yang menjadi tanggung jawabnya.

Menteri Hukum dan HAM selaku koordinator Prolegnas di lingkungan Pemerintah bertekad untuk mendo-rong Kementerian/LPNK yang pro-gram pembentukan undang-undang-

nya menjadi prioritas Tahun 2012 untuk bekerja maksimal merealisasi-kan Prolegnas Tahun 2012.

Walaupu demikian, katanya, usaha tersebut harus tetap paralel dengan

keinginan untuk mewujudkan kualitas undang-undang. Selain itu, Pemerin-tah juga mengusulkan agar Baleg DPR dengan Pemerintah dapat melak-sanakan rapat secara periodik untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Prolegnas Tahun 2012.

Dengan adanya rapat ini, diharap-kan segala permasalahan yang tim-bul dalam pelaksanaan Prolegnas 2012 baik di lingkungan DPR maupun Pemerintah dapat diselesaikan secara cepat, efektif dan efisien.

Dari hasil evaluasi terhadap pelak-sanaan Prolegnas 2011, khususnya RUU yang menjadi tanggung jawab Pemerintah, Amir menyampaikan, dari 70 RUU yang menjadi prioritas, 33 RUU menjadi tanggung jawab Pemerintah.

Adapun perkembangan 33 RUU tersebut adalah, 6 (enam) RUU sudah disampaikan ke DPR, 5 (lima) RUU su-

dah pernah disampaikan ke Presiden, tetapi ditarik kembali Pemrakarsa untuk penyempurnaan substansi, 5 (lima) RUU sudah selesai harmonisasi dan saat ini sedang tahap permintaan paraf dari Menteri terkait sebelum disampaikan ke Presiden, 11 RUU sedang dalam proses harmonisasi, 2 (dua) RUU sudah pernah diharmo-nisasi tetapi dikembalikan ke kemen-terian Pemrakarsa untuk perbaikan substansi dan 4 (empat) RUU pen-yempurnaan draft RUU (antar kemen-terian/inter kementerian).

Menurut Amir, hasil evaluasi ini telah menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam penyusunan Prolegnas Tahun 2012 di lingkungan Pemerintah. Pemerintah berharap ha-sil evaluasi ini akan dapat saling me-lengkapi dengan hasil evaluasi yang dilakukan Baleg DPR RI.

Untuk penyusunan Prolegnas Ta-hun 2012, Pemerintah juga telah me-nerima masukan dari para Menteri dan Pimpinan LPNK mengenai pe-rencanaan pembentukan rancangan undang-undang sesuai dengan ling-kup bidang dan tanggung jawabnya.

Dengan memperhatikan keten-tuan dalam Pasal 18 UU No. 12 Tahun 2011, kesiapan teknis penyusunan RUU dan berdasarkan hasil evaluasi Prolegnas di lingkungan Pemerintah serta hasil inventarisasi dari kemen-terian/LPNK, Pemerintah sebelumnya mengajukan 29 RUU sebagai prioritas Prolegnas Tahun 2012.

Namun Rapat Paripurna DPR RI 16 Desember lalu menyetujui RUU prioritas Prolegnas Tahun 2012 yang merupakan usul inisiatif Pemerintah hanya 23 RUU. Jadi, kata Amir, dari 64 RUU Prioritas Tahun 2012, 41 RUU merupakan pemrakarsa DPR RI dan 23 RUU Pemrakarsa dari Pemerintah.

Amir menyadari berkurangnya RUU yang diusulkan Pemerintah tersebut merupakan hasil seleksi yang cukup ketat dengan mempri-oritaskan RUU yang memang benar-benar urgent untuk segera dilakukan pembahasan.(tt,sc)

***

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsudin

Page 14: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

1� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 1� 1� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 1�

NO. JUDUL RUU ASAL RUU TGL. PENGESAHAN/PEMB.TK.II KETERANGAN

1. RUU tentang Transfer Dana Pemerintah 22 Februari 2011 Luncuran Tahun 2010ke Tahun 2011

2. RUU tentang InformasiGeospasial

Pemerintah 5 April 2011 Luncuran Tahun 2010ke Tahun 2011

3. RUU tentang Akuntan Publik Pemerintah 5 April 2011 Luncuran Tahun 2010ke Tahun 2011

4. RUU tentang Keimigrasian Pemerintah 7 April 2011 Luncuran Tahun 2010ke Tahun 2011

5. RUU tentang Mata Uang DPR 31 Mei 2011 Luncuran Tahun 2010ke Tahun 2011

6. RUU tentang Perubahan atasUndang-Undang

Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

DPR 21 Juni 2011 Luncuran Tahun 2010ke Tahun 2011

7. RUU tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 9

Tahun 2006tentang Sistem Resi Gudang

DPR 19 Juli 2011 Luncuran Tahun 2010ke Tahun 2011

8. RUU tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 32

Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

DPR 19 Juli 2011 Luncuran Tahun 2010ke Tahun 2011

9. RUU tentang PenangananFakir Miskin

DPR 21 Juli 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

10. RUU tentang PeraturanPembentukan PeraturanPerundang-Undangan

DPR 22 Juli 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

11. RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2010 tentang APBN 2011

22 Juli 2011 RUU Kumulatif

12. RUU tentang Pertanggungjawa-ban atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun Anggaran 2010

23 Agustus 2011 RUU Kumulatif

13. RUU tentang PenyelenggaraPemilihan Umum

DPR 20 September 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

14. RUU tentang Bantuan Hukum DPR 4 Oktober 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

15. RUU tentang Intelejen Negara 11 Oktober 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

DAFTAR PROLEGNAS RUU PRIORITAS 2011YANG TELAH DISAHKAN MENJADI UU

Page 15: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

16 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 17 16 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 17

16. RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 2004 tentang

Komisi Yudisial

DPR 11 Oktober 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

17. RUU tentang Rumah Susun DPR 18 Oktober 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

18. RUU tentang Pengesahan Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang

Disabilitas

Pemerintrah 18 Oktober 2011 RUU KumulatifTerbuka

19. RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh

DPR 27 Oktober 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

20. RUU tentang OtoritasJasa Keuangan

DPR 27 Oktober 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

21. RUU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun Anggaran 2012

28 Oktober 2011 RUU Kumulatif

22. RUU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

DPR 28 Oktober 2011 Luncuran Tahun 2010 ke Tahun 2011

23. RUU tentang Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir

(Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty (CTBT)

Pemerintah 6 Desember 2011 RUU Kumulatif(Ratifikasi)

24. RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2008 tentang Pelayaran

Pemerintah 13 Desember 2011 RUU Prioritas Tahun 2011

25. RUU Pengadaan Tanah UntukPembangunan

16 Desember 2011

Page 16: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

16 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 17 16 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 17

Optimis Dengan Berbagai Catatan Dan Evaluasi

Program Legislasi Nasional (Pro-legnas) RUU Prioritas Tahun 2012 telah ditetapkan sebanyak

64 RUU, setelah sebelumnya mem-peroleh usulan sebanyak 242 judul RUU. Ditetapkannya 64 judul RUU tersebut telah melalui proses seleksi yang ketat dengan mengutamakan urgensi dari sebuah RUU.

Sebelumnya RUU yang diusulkan Badan Legislasi DPR RI sebanyak 66 RUU. Namun 2 (dua) RUU akhirnya di-drop dalam Rapat Paripurna DPR RI, sehingga jumlah yang ditetapkan 64 RUU.

Wakil Ketua Badan Legislasi DPR yang juga Ketua Panja Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 Ida Fauziah me-ngatakan, RUU Prioritas 2012 disusun berdasarkan hasil evaluasi Prolegnas Prioritas Tahun 2011 bersama-sama dengan Pemerintah.

Selain itu, berdasarkan pertim-bangan RUU yang tersedia naskah akademik dan draft RUUnya. Dari segi substansi juga melihat urgensi dari RUU yang diusulkan tersebut me-mang benar-benar menjawab kebu-tuhan masyarakat.

Ida berharap, semua pihak dapat berkontribusi agar target yang telah disepakati bersama dapat tercapai. Berikut petikan wawancara Parlemen-taria dengan Wakil Ketua Badan Le-gislasi DPR Ida Fauziah.

Kinerja Legislasi kita sering mendapat banyak sorotan dari berbagai media, Bagaimana Ibu menanggapi hal ini.

Sebenarnya kalau mengukur ki-nerja yang lemah itu dibandingkan dengan tahun yang lalu, saya kira produktifitas legislasi periode yang lalu dengan periode yang sekarang sebenarnya tidak jauh berbeda, tapi menurut saya sebuah kritik memba-

ngun itu baik untuk meningkatkan kinerja legislasi kita.

Jika kita mengevaluasi Prolegnas RUU Prioritas 2011 yang capaian-nya juga belum terlalu menggem-birakan, bagaimana menurut pendapat ibu.

Kalau melihat capaian Tahun 2011, tahun tersebut banyak sekali RUU yang merupakan luncuran dari Prolegnas Tahun 2010. Mengapa be-gitu, tahun 2010 itu awal DPR melak-sanakan legislasinya karena memang DPR periode 2009 – 2014 baru dilan-tik pada bulan Oktober 2009.

Ketika tahun 2010 itu maka kita memang berkutat pada proses pen-yiapan naskah RUU dan naskah aka-demiknya sehingga tahun 2010 lebih pada proses penyiapan sehingga ta-hun 2011 ini banyak sekali RUU yang merupakan hasil persiapan pada ta-hun 2010.

Apa sebetulnya kendala-kendala yang dihadapi.

Kendala-kendalanya saya kira kita belum bisa membalancekan antara ketiga fungsi DPR, bahkan mempriori-taskan fungsi legislasi. Bisa dikatakan konsentrasi lebih banyak pada penga-wasan. Seperti pengawasan Bank Cen-tury yang menyita banyak sekali wak-tu dan mungkin banyak sekali fokus kegiatan kita lebih pada pengawasan, sehingga sedikit mengurangi fungsi legislasi kita, itu salah satunya. Di samping itu, juga manajemen waktu menjadi persoalan tersendiri. Manaje-men waktu baik anggota maupun alat kelengkapan yang membalancekan bahkan memprioritaskan legislasi ini menjadi persoalan. Selain itu juga ori-entasi anggota, dan juga supporting systemnya juga berpengaruh.

Bagaimana Ibu melihat anggota yang ditempatkan di Baleg.

Anggota Baleg itu merangkap menjadi anggota komisi, dimana komisi itu juga menuntut kehadiran dari anggota yang bersangkutan. Ke-hadiran anggota yang merangkap di

Wakil Ketua Badan Legislasi DPR Ida Fauziah

Page 17: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

18 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 19 18 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 19

Baleg ini menjadi persoalan tersen-diri. Karena juga merangkap di komisi, sehingga kalau tidak bisa memanage waktu dengan baik ini akan menjadi persoalan. Disinilah perlunya men-sinkronkan waktu, dan memanage waktu dengan baik.

Seperti saya juga menjadi anggota komisi II, saat rapat bersamaan saya lari sana lari sini, dan tentunya ini juga mengganggu konsentrasi. Mungkin ada baiknya kalau seseorang menjadi anggota Baleg maka dia harus kon-sentrasinya di Baleg. Memang komisi juga tidak boleh diabaikan, tapi kon-sentrasinya lebih diarahkan ke Baleg.

Kalau memang kenyataannya seperti itu usulan-usulan apa yang akan ibu sampaikan untuk memperbaiki kinerja legislasi kita, karena kalau dari segi waktu pastinya akan terjadi seperti itu untuk Prolegnas RUU Prioritas 2012.

Kemarin sudah dicoba menye-diakan hari Rabu dan Kamis untuk hari legislasi, kemudian ada alternatif lain yang akan kami coba pada persi-dangan kali ini ada minggu legislasi,

satu minggu itu memang digunakan seluruhnya untuk kepentingan legis-lasi. Itu salah satunya, usaha lain yang sedang diusulkan adalah perubahan jumlah anggota Baleg. Jumlah ang-gota Baleg yang hanya 50 orang itu kita berharap bisa bertambah, sehing-ga sewaktu-waktu kita bisa menger-jakan 3 (tiga) RUU secara parallel.

Yang lainnya supporting system ini juga sangat mendukung. Kita berharap konsentrasi peneliti, legal drafter, tenaga ahli dikonsentrasikan penuh untuk membantu penyiapan RUU.

Dan hal lain yang sudah disepakati adalah penyiapan penyusunan naskah akademis bisa dikerjasamakan dengan pihak perguruan tinggi. Saya kira ini salah satu upaya untuk mempercepat penyiapan naskah akademik .

Penilaian untuk supporting system yang sekarang.

Banyak hal yang harus diperbaiki. Sebagai contoh, kita mau melakukan rapat tiga kali, tidak tersedia ruangan yang cukup, dan sekretariat yang cu-kup juga. Ini menjadi satu kendala kita salah satunya dan alternatifnya harus ada ruangan baru, dan juga

penambahan staf yang mendukung kegiatan Baleg. Saya kira nggak ada pilihan, kalau masih mengandalkan tenaga yang hanya ada sekarang, kita tidak bisa mendongkrak kinerja kita.

Prolegnas RUU Prioritas 2012 telah ditetapkan dan jumlahnya berkurang dari jumlah RUU Priori-tas 2011 (70 RUU), apakah pengu-rangan ini karena Baleg tidak in-gin mentargetkan terlalu banyak.

Ketika kita menetapkan Prolegnas RUU Prioritas 2012 kita berangkat dari evaluasi pada penyelenggaraan legis-lasi tahun 2011, yang diprioritaskan memang RUU yang tersedia naskah akademik dan draft RUUnya. Dari segi substansi kita memandang bahwa urgensi dari RUU yang sedang kita rencanakan itu memang benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat dan pada negara.

Bagaimana dengan usulan sebe-lumnya yang mencapai 200 lebih RUU untuk prioritas 2012 dan yang ditetapkan 66 RUU (sebelum dua RUU di drop di paripurna). Mohon dapat ibu jelaskan.

Memang betul RUU yang diusul-kan banyak sekali, tapi disaring me-lalui urgensi dari RUU itu dan dari segi administratifnya telah tersedia draft RUU dan naskah akademisnya. Jadi dua sisi itu yang kita lihat, usulan boleh banyak tapi tetap kita evaluasi terhadap kinerja tahun 2011 dan ur-gensi dari UU itu sesuai dengan ke-butuhan dan tertib administratif yang sudah kita sepakati.

Kalau kita melihat dua RUU yang masuk dalam Prolegnas 2012 banyak mengundang perdebatan di Paripurna yaitu RUU Ketena-gakerjaan dan RUU Advokasi. Bagaimana menurut pendapat ibu.

Dua RUU itu, RUU Ketenagaker-jaan itu diusulkan oleh Pemerintah karena Pemerintah menganggap bahwa UU Nomor 13 Tahun 2003 ten-tang Ketenagakerjaan dari sisi admi-

Wakil Ketua Badan Legislasi DPR Ida Fauziah

Page 18: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

18 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 19 18 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 19

nistratifnya sudah tersedia draft RUU dan naskah akademisnya, disamping pemerintah mengatakan bahwa untuk menjawab berbagai kebutuhan ke-tenagakerjaan misalnya penyelesaian soal ossorsing dan lain sebagainya. Pemerintah mengangap perlu untuk segera diatur di tahun 2012. Namun DPR belum sama pandangannya berkaitan dengan RUU tersebut, DPR mengatakan bahwa membutuhkan sosialisasi terlebih dahulu sebelum RUU itu diusulkan.

Untuk RUU Advokasi, Komisi III mengatakan tidak pernah mengu-sulkan untuk dibahas. Bagaimana RUU ini dapat masuk dalam Prio-ritas 2012.

Sebenarnya ketika Baleg me-nyusun RUU Prioritas 2012 itu sudah mendapatkan masukan dari komisi-komisi. Kita berharap masukan-masukan tersebut dapat disampaikan secara tertulis sehingga bisa diper-tanggungjawabkan. RUU Advokasi itu benar-benar usulan dari Komisi III. Namun karena Komisi III memang banyak sekali pekerjaannya sehingga bisa saja RUU tersebut tidak terso-sialisasikan dengan baik, sehingga banyak anggota yang merasa tidak mengusulkan.

Komisi III sebetulnya memang me-miliki prioritas yang lain yang mem-butuhkan konsentrasi yang sangat penuh karena banyak sekali RUU baik yang diusulkan DPR atau Pemerintah membutuhkan waktu dan konsentrasi yang cukup misalnya, revisi UU KUHP, UU KUHAP , UU tentang KPK yang membutuhkan konsentrasi dari Komi-si III. Belum lagi misalnya nanti selesai di Baleg revisi UU tentang Mahkamah Agung (MA), revisi UU tentang Kejak-saan yang juga menjadi bidang dari Komisi III. Mungkin dari sisi itu kita memahami untuk didrop saja dari Prolegnas 2012.

Ada beberapa RUU yang tidak ter-masuk dalam Prolegnas, namun dalam RUU Prioritas 2012 bebe-rapa RUU tersebut dimasukkan,

seperti RUU tentang Kawasan Pariwisata Khusus, RUU tentang Tabungan Perumahan Rakyat. Atas dasar apa RUU tersebut ma-suk dalam Prioritas 2012.

Dalam UU tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) dan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentu-kan Peraturan Perundang-Undangan, juga dimungkinkan bagi DPR dan Pemerintah untuk mengusulkan RUU diluar Prolegnas, baik dalam Proleg-nas 2010-2014 atau dalam prioritas tahunan.

RUU tentang Tabungan Peruma-han Rakyat memang tidak masuk dalam Prolegnas tapi karena tuntutan kebutuhan dan secara administratif juga sudah terpenuhi maka bisa saja Pemerintah dan DPR bersepakat un-tuk memasukkan dalam Prolegnas.

Selain itu juga melihat urgensi dari RUU itu diburuhkan untuk kepenti-ngan kesejahteraan masyarakat.

Dengan berkurangnya jumlah RUU yang ditetapkan pada Priori-tas 2012, apakah Ibu optimis ca-paian yang akan dihasilkan akan semakin banyak jumlahnya.

Kita harus optimis dengan berbagai catatan dan evaluasi, seperti memanage waktu dengan baik, supporting system-nya diperkuat, kemudian menambah personil keanggotaan di Baleg, kalau itu semua dipenuhi saya yakin jauh

lebih baik daripada tahun 2011.

Sebaiknya kita lebih menekankan kuantitas atau kualitas.

Keduanya harus berjalan beriri-ngan, kita tidak boleh melihat secara terpisah-pisah. Karena masing-masing sisi mempunyai sebuah target, target kualitas dan target kuantitas. Kua-ntitas dari jumlah pencapaian target yang direncanakan dan kualitas tentu itu menjadi standart kita juga agar RUU yang dilahirkan tidak diyudicial review oleh Mahkamah Konstitusi.

Kita juga akan meminta kepada Sekjen untuk membantu dari sisi kua-litasnya dengan misalnya, setiap pro-ses baik penyusunan maupun pemba-hasan RUU kita didampingi misalnya oleh pakar konstitusi, itu salah satu untuk meningkatkan kualitas RUU yag sedang kita bahas.

Apa harapan Ibu dengan Proleg-nas RUU Prioritas 2012.

Saya berharap target Prolegnas RUU Prioritas 2012 dapat terpenuhi dengan evaluasi kita terhadap penye-lenggaraan legislasi pada tahun 2011, semua pihak saya kira berkontribusi agar target itu terpenuhi baik target kuantitas maupun target kualitas, Anggota, Sekretariat Jenderal saya kira perlu berkontribusi semuanya agar target yang kita sepakati bisa tercapai. (tt)***

Page 19: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

�0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1 �0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1

Seluruh Fraksi SetujuiProlegnas RUU Prioritas �01�Rapat Pleno Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, 15 Desember 2011, telah berhasilmenyepakati Program Legislasi Nasional (Prolegnas) RUU Prioritas 2012 yangselanjutnya dibawa ke Sidang Paripurna DPR untuk disahkan.

Kesepakatan ini diambil setelah masing-masing juru bicara Fraksi menyampaikan Pendapat

Mini Fraksi Terhadap Proyeksi Pro-gram Legislasi Nasional (Prolegnas) Rancangan Undang-Undang (RUU) Prioritas Tahun 2012.

Kendati seluruh Fraksi menyetujui untuk dibawa pada Rapat Paripurna, beberapa Fraksi banyak memberikan berbagai catatan-catatan. Dianta-ranya Fraksi Partai Keadilan Sejahtera dengan sangat tegas menolak RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan sebagai RUU Prioritas Tahun 2012, karena muatan Undang-Undang Ketenagakerjaan ini sudah cukup melindungi kepentingan buruh dan dunia usaha.

Penolakan yang sama disampai-

kan Fraksi PDI Perjuangan, karena RUU tersebut cenderung berorientasi pada pemiskinan buruh.

Berikut petikan Pendapat Mini Fraksi yang disampaikan juru bicara masing-masing Fraksi.

F-PG : Pembahasan Prolegnas Telah Mencapai Kemajuan

Fraksi Partai Golongan Karya me-nilai hasil pembahasan “Proyeksi Program Legislasi Nasional RUU Pri-oritas 2012” telah mencapai beberapa kemajuan sekaligus pentingnya men-dalami kembali sebelum diputuskan bersama.

Pendapat akhir mini F-PG itu di-sampaikan juru bicaranya M. Oheo Sinapoy. Dalam pendapatnya F-PG memberikan lima catatan penting, antara lain RUU yang sekarang masih

dalam pembahasan tingkat pertama untuk terus dilanjutkan sampai selesai hingga disahkan menjadi UU. “De-ngan demikian, waktu, energi, biaya dan pikiran yang telah terkuras untuk pembahasan RUU tidak mubadzir,” tandasnya.

Pendapat lainnya, RUU yang su-dah menjadi inisiatif DPR RI sebaiknya segera ditindak lanjuti oleh Pimpinan DPR RI sesuai dengan mekanisme yang berlaku agar dapat segera diba-has bersama Pemerintah.

Terhadap RUU yang sedang di-harmonisasi oleh Baleg DPR RI mau-pun Pemerintah sebaiknya dipercepat dengan menggunakan waktu yang tersedia. “Semakin cepat menyele-saikan harmoniasi, semakin besar peluang mencapai target dalam me-nyelesaikan draft RUU. “Hal itu berarti baik DPR maupun Pemerintah mampu menunjukkan peningkatan produkti-vitasnya di bidang legislasi,” katanya.

Sedangkan, terhadap RUU usulan Baleg dan Komisi-Komisi di DPR RI, F-PG menyarankan agar Baleg dan Komisi-Komisi terkait segera menin-dak lanjuti dengan mempersiapkan naskah akademi dan draft RUU agar dapat segera diproses pemba-hasannya sesuai dengan mekanisme yang ada.

Catatan terakhir F-PG terhadap RUU usulan inisiatif Pemerintah yang telah selesai proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM RI dan pembahasannya di tingkat internal Pemerintah agar RUU-RUU tersebut dikirim ke DPR untuk diproses lebih lanjut.

Anggota DPR Taslim (kiri) dan Eddy Ramli Sitanggang (kanan) serius mengikuti agenda persidangan

Page 20: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1 �0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1

lakukan dengan proses yang terbuka dan partisipatif dengan melihat asas manfaat bagi publik, serta target jum-lah yang realistis.

F-P. Gerindra juga memberikan evaluasi dari hasil legislasi tahun 2011, diantaranya masalah keterbatasan SDM, dan waktu, dibanding dengan kompleksitas persoalan yang harus dihadapi, termasuk juga menyang-kut munculnya dinamika kepentingan politik.

Untuk itu perlu daftar prioritas dalam penyusunan legislasi, sebagai bagian dari kebijakan bersama DPR dan Pemerintah untuk menghadirkan sejumlah regulasi yang mendorong kelanjutan agenda pembaruan hu-kum, kepastian regulasi pemilu, pro-lingkungan, dan perlindungan HAM.

Karenanya, DPR dan Pemerintah secara bersama-sama harus mengi-dentifikasi kembali beberapa RUU Pri-oritas 2011 yang tidak mengutamakan kepentingan rakyat. Guna mengop-timalkan kinerja perlu kerja keras mengejar target penuntasan legislasi pro-rakyat pada awal tahun 2012.

F-PPP : Berharap Prolegnas RUU Prioritas 2012 Dapat Menga-presiasi Keinginan Banyak Pihak

Fraksi Partai Persatuan Pemba-ngunan menyetujui Prolegnas RUU Prioritas 2012 dan berharap dapat mengapresiasi keinginan berbagai pihak.

Dalam proses penyusunan Pro-legnas RUU Prioritas 2012, Panja su-dah mengupayakan untuk dapat me-

tikan tersedianya naskah RUU, dan atau tersusunnya naskah akademik. Kemudian yang kedua, penyusunan arah kebijakan Prolegnas Tahun 2012 harus berlandaskan tiga faktor, yaitu rencana kerja Pemerintah tahun 2012, kebutuhan hukum masyarakat dan pelaksanaan Prolegnas tahun 2011. Dan ke tiga, perlu adanya pendeka-tan jumlah secara proporsional agar dapat terukur capaiannya sesuai de-ngan keputusan yang disepakati dan lebih fokus pada tujuan pembangu-nan nasional.

F-P. Gerindra : Setujui Daftar Usulan Prolegnas 2012

F-P Gerindra menyetujui usulan Prolegnas Prioritas Tahun 2012 tanpa catatan khusus.

Dalam pendapat akhir mini.yang dibacakan Rindoko Dahono Wingit menyatakan, menyetujui usulan Pro-legnas Prioritas Tahun 2012.

F-P. Gerindra berpandangan, ba-nyaknya sorotan terhadap kinerja DPR dalam setahun terakhir dipandang se-bagai bentuk kegagalan DPR dalam mengapresiasi kepentingan rakyat di parlemen.

Melihat produk UU yang bisa dise-lesaikan pada masa sidang I tahun 2011 baru menyelesaikan 15 RUU dari target 70 RUU, karena itu DPR perlu memperbaiki metode perencanaan legislasi agar tidak sekedar menguta-makan kuantitas legislasi.

Untuk itu, F-P. Gerindra menghen-daki penyusunan Prolegnas 2012 di-

Menurut F-PG, fraksinya meman-dang penting disusunnya “Proyeksi Program Legislasi Nasional RUU Prioritas Tahun 2012” supaya kebu-tuhan-kebutuhan payung hukum dalam menjalankan pemerintahan dapat tersedia dengan baik sehingga pemerintahan dapat berjalan efektif, serta mampu menjalankan UUD 1945, yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial bagi selu-ruh rakyat Indonesia.

F-P Hanura : Mengusulkan 44 RUU untuk Prolegnas 2012

F-P Hanura dalam usulan Proleg-nas Prioritas 2012 mengajukan empat puluh empat RUU yang terdiri dari dua RUU usulan kumulatif terbuka.

Juru bicara Fraksi Partai Hanura H. Syarifuddin Sudding mengatakan hal itu dalam pendapat akhir fraksi nya.

Menurut F-P Hanura, dengan kerangka usulan tersebut diharapkan Prolegnas Prioritas 2012 dapat lebih terfokus pada tujuan pembangunan nasional yang proporsional, selain perlu diperhatikan RUU yang belum terselesaikan di tahun 2011 dan kare-nanya harus dijadwalkan ulang pada tahun 2012.

Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 ini merupakan pijakan yang sa-ngat penting. Karena, Prolegnas Ta-hun 2012 menjadi sebuah kerangka politik perundang-undangan yang akan dibangun oleh Pemerintah dan DPR RI pada tahun itu.

Dengan adanya Prolegnas Prioritas Tahun 2012 diharapkan rencana kerja pemerintah pada tahun 2012 akan tercapai dalam meningkatkan pereko-nomian nasional dan kesejahteraan rakyat, sesuai dengan tema pem-bangunan nasional “Percepatan dan pertumbuhan ekonomi yang berkuali-tas, inklusif dan berkeadilan bagi pe-ningkatan kesejahteraan rakyat”.

Selain itu , F-P Hanura memberi-kan tiga catatan penting agar diper-hatikan. Pertama, penyusunan Proleg-nas dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan Prolegnas tahun sebe-lumnya serta dengan memperha-

Perwakilan dari fraksi P-PDIP menyerahkan Pendapat Mini Fraksi kepada Pimpinan Baleg

Page 21: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

menuhi berbagai kriteria. Munculnya perbedaan pendapat

dalam menentukan prioritas dan RUU yang diusulkan lebih disebabkan karena banyak RUU, baik yang diusul-kan oleh Pemerintah, Fraksi, Komisi, Baleg, DPD maupun masyarakat yang tidak lengkap dan belum menjadi draft RUU dalam pengertian sesung-guhnya. Sebagian hanya berupa judul saja, sementara sebagian yang lain meski sudah dilengkapi naskah aka-demi dan penjelasan substansi tetapi belum diharmonisasikan.

Tidak banyak usulan yang siap

dibahas seketika sesudah rancangan Prolegnas ditetapkan dalam rapat Paripurna. Akibatnya, lahir banyak sekali RUU yang belum tentu ditata ulang kembali, diharmonisasikan dan bahkan dikelompokkan dan disatukan dalam suatu RUU.

Hal itu disampaikan juru bicara F-PPP. Zainut Tauhid Sa’adi, dalam pembahasan Prolegnas RUU Prioritas 2012 fraksinya mengusulkan 43 buah RUU, dan menganggap usulan itu cu-kup realistis dengan menyesuaikan usulan komisi, walau tetap berbesar hati jika Panja tidak menyepakati se-

luruh usulannya.F-PPP berharap Prolegnas RUU

Prioritas 2012 mudah-mudahan telah dapat mengapresiasi keinginan ber-bagai pihak.

F-PKB : Sejumlah RUU Diminta Harus Benar-benar Dipastikan Dibahas dan Diselesaikan Tahun 2012

F-PKB pada dasarnya menyetujui daftar Prolegnas RUU Prioritas 2012 namun sejumlah RUU diminta harus benar-benar dipastikan dibahas dan diselesaikan pada tahun 2012.

Juru bicara F-PKB H. Otong Ab-durahman mengatakan, hal ini sa-ngat penting, mengingat terdapat beberapa pembahasan RUU yang dalam kenyataannya tidak mengalami perkembangan yang berarti dan sela-lu tertunda. Sementara kehadiran be-berapa RUU tersebut sudah dirasakan sangat mendesak, baik karena ke-pentingan aktual dan faktual, maupun karena kepentingan strategis yang akan dihadapi dalam waktu dekat, misalnya RUU Perubahan atas UU Pe-milu, Pemilukada, dan lain-lain.

Sejumlah RUU yang diminta F-PKB harus benar-benar dipastikan untuk dibahas dan diselesaikan pada tahun 2012, antara lain penyelesaian RUU Perubahan atas UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi dan Kabupa-ten/Kota karena untuk menghindari kemungkinan terjadi kelambanan dan ketidaksiapan semua pihak dalam menghadapi Pemilu 2014.

Kemudian penyelesaian RUU Pe-milu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, RUU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, RUU tentang Peruba-han atas UU No. 32 Tahun 2004, dan RUU tentang Desa. Agar semakin ti-dak tertunda F-PKB meminta kepa-da Pemerintah untuk mengirimkan segera naskah akademi dan naskah RUU.

Ada lagi, RUU tentang Perlakuan Khusus Daerah Kepulauan, RUU Jami-nan Produk Halal, RUU tentang Keru-kunan Antar Umat Beragama, RUU

Perwakilan dari fraksi Demokrat menyerahkan Pendapat Mini Fraksi kepada Pemerintah

Page 22: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

tentang Tata Kelola Pendidikan Tinggi, RUU tentang Pendidikan Kedokteran, RUU tentang Perubahan UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelengga-raan Haji, RUU tentang Pengelolaan Keuangan Haji, dan RUU tentang Pe-nanganan Konflik Sosial.

Amandemen atau revisi UU ten-tang Bank Indonesia, UU Pasar Modal, UU Perbankan, dan RUU Jaring Pen-gaman Sistem Keuangan. RUU ten-tang Perubahan atas UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, RUU tentang Perubahan atas UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, dan RUU tentang Per-cepatan Pembangunan Daerah Ter-tinggal.

F-PKB juga memberikan catatan khusus dan mengharapkan kepada Pemerintah untuk benar-benar me-nyelesaikan draft RUU tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, RUU tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana supaya dapat dibahas pada tahun 2012.

F-PD : Berharap Tahun 2012, Anggota Dewan Dapat Serius Bahas RUU

F-PD melalui juru bicaranya Paula Sinjal menyatakan menyetujui Pro-legnas RUU Prioritas 2012 sembari berharap anggota DPR RI dapat se-cara serius, dan dapat menggunakan waktu yang tersedia untuk membahas seluruh RUU yang telah disepakati dengan baik .

Lebih jauh diungkapkan juru bi-cara F-PD Paula Sinjal, pada masa ker-ja DPR RI tahun 2010 - 2014 terdapat 248 RUU, dan baru saja disepakati 66 RUU menjadi prioritas pembahasan untuk masa kerja DPR RI tahun 2012 dan sekitar 5 RUU kumulatif terbuka.

Dari 66 RUU itu, 24 RUU naskah akademiknya harus disiapkan oleh Pemerintah, dan 42 RUU naskah aka-demiknya disiapkan oleh DPR RI.

Dari total RUU itu yang menjadi urgensi pembahasan, antara lain RUU tentang Perubahan UU. No. 10 Tahun

2008 Tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD. Serta UU No. 2 Tahun 2008 yang tidak saja menjadi sorotan ma-syarakat saat ini, tetapi juga berkaitan dengan agenda politik dan Pemilu di tahun 2014 mendatang yang sudah semakin mendekat.

Dengan sejumlah RUU di masa kerja DPR RI di tahun 2012, F-PD ber-harap, secara konsekwen anggota De-wan serius dan dapat menggunakan waktu yang terdia bagi pembahasan seluruh RUU itu dengan baik.

Kehadiran secara fisik maupun ketersediaan sarana dan pra sarana penunjang kerja bagi pembahasan RUU harus secara serius ditangani dengan baik. SDM dengan kualitas yang memadai harus tersedia guna mendukung percepatan pembahasan setiap RUU.

Disamping administratif yang bersifat birokratis harus dipersingkat, dan bahkan dihilangkan dalam upaya mempercepat proses pembahasan dan penyelesaian RUU, serta angga-ran yang tersedia tepat waktu.

Namun diingatkan, tentunya pro-ses percepatan penyelesaian sebuah RUU dilakukan tanpa menghilangkan makna kualitas dari UU itu sendiri.

F-PKS : Menyetujui Penyusunan Prolegnas RUU Prioritas 2012 Dengan Catatan

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) menyatakan menyetujui pe-

nyusunan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 sepanjang memenuhi pertimbangan yang disampaikannya.

Setelah melalui proses pembahasan yang luar biasa di Panja dan rapat ber-sama Pemerintah, F-PKS melalui juru bicaranya H. Mardani berpendapat, ada tiga prinsip yang harus menjadi perhatian dan harus terkandung dalam penyusunan Prolegnas RUU Prioritas 2012, yaitu : pertama, penyusunan daf-tar RUU didasarkan adanya perintah UUD RI Tahun 1945, Tap MPR dan pe-rintah UU lainya.

Kedua, didasarkan pada sistem perencanaan pembangunan nasio-nal, rencana pembangunan nasional, rencana pembangunan jangka pan-jang nasional, rencana pembangunan jangka pendek, rencana kerja Peme-rintah dan rencana strategis DPR, dan ketiga, penyusunan daftar RUU atas adanya aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat.

Selanjutnya F-PKS berpendapat, penyusunan daftar Prolegnas RUU Pri-oritas 2012 dari DPR RI perlu mendapat catatan, antara lain F-PKS memberikan apresiasi kepada Komisi II dan Baleg DPR RI yang meloloskan RUU tentang Pertanahan, karena RUU itu merupakan upaya revitalisasi UU No. 5 tentang Po-kok-Pokok Agraria yang sudah berlaku sejak lama tetapi masih ada kesulitan bagi masyarakat dalam mendapatkan hak untuk diakui kepemilikan lahannya melalui sertifikasi.

Penandatangan Penetapan Prolegnas 2012 oleh masing-masing fraksi di DPR

Page 23: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

“PKS akan mengawal RUU ini agar kewajiban negara kepada masyarakat untuk memberikan sertifikasi secara gratis sehingga asset lahan masyara-kat yang tidak terpakai masih dapat dihidupkan dan bisa menjadi sarana akses ke perbankan demi kesejahte-raan rakyat,” paparnya.

F-PKS juga memberikan apresiasi kepada Komisi IX dan Baleg DPR RI yang meloloskan RUU tentang Pe-rubahan atas UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindu-ngan TKI di Luar Negeri.

F-PKS berpendapat, RUU terse-but sangat mendesak dan darurat karena bukan hanya untuk melin-dungi TKI tetapi juga untuk menjun-jung tinggi harkat serta martabat TKI dalam mendapatkan haknya untuk kesejahteraan. PKS akan mengawal muatan RUU agar pemerintah pro ak-tif membela kepentingan TKI di luar negeri.

Apresiasi lainnya diberikan kepa-da Komisi VI dan Baleg DPR RI yang meloloskan RUU tentang BUMN, Komisi VII dan Baleg DPR RI yang meloloskan RUU tentang Perubahan atas UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Komisi VIII dan Baleg DPR RI yang meloloskan RUU tentang Perubahan atas UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, dan Komisi IX dan Baleg DPR RI yang meloloskan RUU tentang Perlindungan PRT.

Selanjutnya F-PKS juga memberi-kan catatan terhadap usulan penyu-sunan Prolegnas RUU Prioritas 2012 dari Pemerintah, antara lain F-PKS mendesak Pemerintah serius men-yelesaikan tiga paket RUU, yaitu RUU tentang KUHP, RUU tentang Pembe-rantasan Tindak Pidana Korupsi, dan RUU tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan secara pro aktif mengumpulkan dan meng-kaji bersama para pakar dan seluruh stakeholder karena kelemahan pe-negakan hukum di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kelemahan muatan ketiga RUU itu.

Disamping itu F-PKS secara te-

gas menolak RUU tentang Perubahan atas UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai RUU Priori-tas 2012 karena muatan UU Ketena-gakerjaan ini sudah cukup melindungi kepentingan buruh dan dunia usaha.

“F-PKS memandang justru ke-kurangannya adalah pada law en-forcement dan daya eksekusinya yang harus dioptimalkan oleh Pemeintah,” tegasnya.

F-PDIP : Bersikap MenolakTerhadap RUU Jaminan Produk Halal dan Menolak Usulan Pemerintah Untuk Masukkan RUU Perubahan UU No. 13 Tahun 2003 Dalam Prolegnas 2012

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bersikap menolak terha-dap RUU Jaminan Produk Halal jika dalam RUU diterapkan prinsip man-datory bagi semia pelaku usaha untuk mendaftarkan produknya guna mem-peroleh sertifikat hal dan nomor re-gistrasi halal.

F-PDIP juga menolak terhadap usulan Pemerintah untuk memasuk-kan RUU Perubahan UU No. 13 Ta-hun 2003 tentang Ketenagakerjaan di dalam Prolegnas 2012 dengan alasan RUU itu cenderung berorientasi pada pemiskinan buruh.

Selain itu, F-PDIP melalui juru bicara Ari Wibowo menyampaikan bahwa dalam studi harmonisasi pe-rundang-undangan yang dilakukan F-PDIP terhadap 1.467 UU yang disu-sun sejak 1945 sampai dengan 2011 menunjukkan arah orientasi politik legislasi nasional sejak orde baru di-lanjutkan masa reformasi bergeser menjauh dari amanat konstitusi UUD 1945 dan mengarah kepada libera-lisasi di segala bidang.

Untuk itu, F-PDIP berpendapat, maka dalam Prolegnas harus dima-sukkan Perubahan RUU Perjanjian Internasional sebab banyak perjan-jian nasional di bidang ekonomi, perdagangan, sumberdaya alam yang mempengaruhi dan merugikan hajad hidup seluruh rakyat.

F-PDIP juga mengusulkan agar

RUU Pengakuan dan Perlindungan Hak-hak Masyarakat Adat dimasuk-kan sebagai prioritas Prolegnas 2012. RUU tersebut penting untuk mem-berikan pengakuan dan perlindungan atas hak-hak masyarakat adat seperti diamanatkan dalam pasal 18 B ayat 28 I ayat (2) UUD 1945, demi keutuhan NKRI dan kebhinekaan. Untuk itu F-PDIP telah siap dengan draft dan naskah akademik terkait RUU tersebut.

Pada bagian lain, F-PDIP mengi-ngatkan tentang kewajiban para pem-buat UU, baik DPR RI maupun Peme-rintah untuk mampu menangkap sebesar-besarnya kehendak rakyat yang mendesak dan penting, sehing-ga daftar RUU prioritas dalam Pro-legnas Tahunan 2012 tersebut dapat menjawab tuntutan rakyat yang nya-ta, mendesak, dan sebaliknya sedapat mungkin menghindari “vested inte-rest” demi status quo kekuasaan dan akumulasi kapital semata-mata.

Karena itu F-PDIP berpandangan, Prolegnas 2012 seharusnya menem-patkan RUU yang urgen dan signifikan bagi hajat hidup orang banyak dan sedapat-dapatnya mengurangi pem-bahasan RUU yang tidak berpengaruh penting dalam kehidupan rakyat.

F-PDIP juga menegaskan kembali pendiriannya, penyusunan dan pemba-hasan setiap RUU wajib mendasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pedoman pokok penyusunan Undang-Undang RI.

Adalah kewajiban DPR dan Peme-rintah untuk mengawal konstitusi, agar setiap rumusan apapun dalam UU tidak bertentangan dengan UUD 1945.

“Untuk itu, memahami keseluruhan proses pergulatan dalam perumusan konstitusi sungguh penting, mema-hami “original intent” mesti men-jadi kesadaran kita bersama, dengan senantiasa melakukan harmonisasi vertikal dan harmonisasi horisontal se-cara lebih bersungguh-sungguh guna menghindari lahirnya pasal dan ayat yang bertentangan dengan Konstitusi maupun UU lainnya,” jelasnya. (tt,sc).

Page 24: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

Ferdiansyah Anggota Badan Legislasi DPR RI (Baleg) mengharapkan ProgramLegislasi Nasional 2012 (Prolegnas 2012)lebih realistis.

Untuk itu ia menginginkan pemerintah dan dewan duduk bersama untuk melakukan pembahasan Prolegnas 2012, agar Prolegnas 2012 tersebut ditetapkan lebih realistis

dan fokus berdasarkan kebutuhan, bukan sekedar kuantitas tapi lebih mengedepankan kualitas daripada undang-undang itu sendiri.

Prolegnas 2012Harus Lebih Realistis

Ferdi menjelaskan dengan meng-hasilkan undang-undang yang memiliki kualitas, diharapkan

tidak akan ada lagi kekhawatiran suatu undang-undang akan di yudi-sial review oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dikemudian hari.

Agar suatu undang-undang ti-dak di yudisial review oleh MK, Ferdi mengusulkan Tata Tertib DPR RI (Ta-tib) tentang prosedur pembahasan sebuah Rancangan Undang-undang (RUU) direvisi dengan menambahkan melakukan konsultasi kepada MK. “Hal ini agar sebuah undang-undang ja-ngan diyudisial review, jadi ketika un-dang-undang ini akan disahkan kita konsultasi dulu ke MK,” jelas Ferdi.

Merevisi prosedur yang ada di Tatib DPR yaitu memasukan adanya forum konsultasi dengan MK, dimak-sudkan untuk mengantisipasi agar jangan ada undang-undang yang di-yudisial review secara keseluruhan.

“Paling tidak seperti Undang-undang Badan Hukum Pendidikan, jika yang diyudisial review hanya be-berapa ayat masih enak tapi kalau satu buah undang-undang diyudi-sial review sudah tidak ada payung hukum lagi,” papar politikus Partai Golkar.

Menurutnya perlu dibuat strategi ulang untuk penuntasan pembahasan RUU di DPR. Karena bicara jumlah agak tidak mungkin jika dewan dalam

Anggota Badan Lesgilasi (Baleg) DPR RI, Ferdiansyah

Page 25: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

�6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7 �6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7

setahun membahas 70 RUU dalam rangka peningkatan kualitas legis-lasi dewan. Sebab dewan juga harus melaporkan sebuah undang-undang yang sudah selesai kepada Paripurna DPR RI yang merupakan forum yang paling tinggi.

Dengan adanya undang-undang yang di yudisial review oleh MK meru-pakan salah satu kerugian negara. “Kerugian negara bukan sekedar korupsi tapi juga akibat sebuah ke-bijakan yang salah,” kata Anggota Komisi Pendidikan DPR RI.

Sebenarnya ini harus dicermati oleh KPK. KPK harus lebih banyak prefentif. Prefentifnya agar suatu undang-undang jangan di diyudisial review. Jika satu undang-undang di yudisial review diperkirakan kerugian negara mencapai sepuluh miliar. Karena pembahasan satu undang-undang DPR menggunakan anggaran sekitar empat miliar, begitu pula de-ngan pemerintah.

Menurut Ferdi, DPR akan melaku-kan evaluasi dalam menentukan RUU Prioritas 2012. Ferdi menambahkan DPR masih ada hutang pembahasan RUU di 2010 dan 2011. Di 2011 ma-sih ada sekitar 34 RUU yang belum terselesaikan ataupun belum sempat dibahas.

“Jika menggunakan tiga kategori yaitu sudah dibahas belum selesai, baru akan dibahas, sama sekali be-

lum, masih ada sekitar 54 RUU yang outstanding dan RUU tersebut paling banyak dari pemerintah,” ujarnya.

“Kenyataan demikian, apakah re-alistis membahas 70 undang undang dalam setahun?,” tambahnya. Seha-rusnya menurut Ferdi dalam satu tahun anggaran maksimum sekitar 30an RUU.

Ferdi menerangkan bahwa kebi-jakan dan strategi dalam menentukan RUU prioritas harus dirubah, misalnya dengan mengkelompokan rumpun RUU seperti dulu. Undang-undang Parpol, undang-undang penyelang-garaan Pemilu dibuat satu paket. Undang-undang KPK, Kejaksaan dan MA jadi satu paket.

Ferdi juga mengusulkan ketika DPR membahas sebuah RUU prioritas harusnya pimpinan dewan mengawal dan mengawasi, dengan mengandal-kan komunikasi agar tidak terjadi ke-vakuman seperti pada pembahasan RUU BPJS.

Kemudian mengenai penghitun-gan lamanya pembahasan suatu RUU, Ferdi mengharapkan ditinjau kembali. Karena banyak sekali RUU disampai-kan Presiden pada pertengahan atau di akhir masa sidang.

“Bagaimana dengan RUU yang disampaikan pada pertengahan masa sidang dan masa sidangnya pendek? sudah tidak efektif, apa yang bisa di-lakukan diwaktu yang sempit seperti

itu. Apakah masa sidang itu ikut dihi-tung? Apalagi inisiatif itu datang dari pemerintah berarti satu sidang itu sudah habis untuk masing-masing fraksi membuat DIM,” papar Fedi.

Diterangkan Ferdi bahwa perlu pencermatan ulang bagi DPR khu-susnya Pimpinan Dewan karena ini bukan masalah sederhana dan harus cepat disikapi.

“Saat kami menjadi Pimpinan Pansus BPJS, hal ini kami lontarkan berkali-kali kepada pimpinan dewan. Untuk dianalisa dan diputuskan, kalau perlu panggil ahli hukum tata negara karena hal ini pasti akan terulang,” jelasnya.

Lalu bagaimana jika dalam pem-bahasan terjadi deadlock, kemudian muncul Daftar Inventaris Baru (DIM) baru yang akan dibahas seperti pada RUU BPJS? Tentunya pembahasan akan kembali dari awal lagi.

Ferdi berharap kepada pimpinan dewan dan seluruh anggota jika membahas suatu undang-undang harus dihitung kembali soal teng-gang waktu diterimanya suatu RUU oleh Dewan dan jika ditengah-tengah pembahasan ada DIM baru yang dibahas.

Hal ini perlu diantisipasi oleh pimpinan dewan, karena Ferdi yakin dan percaya akan muncul lagi pemba-hasan undang-undang seperti terse-but di atas.

Selain mengenai pengitungan pembahasan suatu undang-undang, Ferdi juga menginginkan Pimpinan Dewan dan Anggota Dewan bersa-ma-sama mempublikasikan undang-undang yang berasal dari pemerintah dan undang-undang yang berasal dari dewan. Sehingga masyarakat menge-tahui mana sebenarnya yang men-jadi tugas dewan dan mana yang tugasnya pemerintah.

“Dan masyarakat mengerti bahwa tidak semuanya menjadi tugas dari pemerintah untuk membuat undang-undang karena ada hak inisiatif DPR RI, namun kesemuanya dibahas ber-sama dewan,” tukasnya mengakhiri. (sc)

Suasana sidang Paripurna Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 di Gedung DPR RI

Page 26: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7 �6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7

Pola Rangkap Tugas TetapDipertahankan, Kinerja Legislasi Dewan

Tidak akan Berubah

“Dengan tidak adanya tugas rang-kap, diharapkan tugas-tugas di DPR maupun di MPR tidak di-

tinggalkan, begitu pula dengan tu-gas dari fraksi. Selain itu tugas dari masing-masing komisi juga sangat mempengaruhi,” papar politisi Partai Demokrat.

Dhiana mengusulkan agar kinerja di bidang legislasi meningkat, anggota dewan yang duduk di Baleg jangan duduk sebagai pimpinan fraksi DPR maupun di MPR. Khusus di Baleg dan Komisi saja. Dengan demikian ang-gota dewan tersebut memiliki waktu yang cukup banyak.

Selain itu para anggota dewan yang duduk di Baleg harus memi-liki kesadaran yang sama bahwa dia memiliki tanggung jawab disana. Dari sisi kehadiran menurut Dhiana masih tetap bisa di pertanggungjawabkan. Kalaupun kegiatan Baleg sering ber-benturan dengan Komisi, itu terjadi hanya sesekali saja. “Yang sering ter-jadi adalah kalau dia harus tugas MPR atau Fraksi DPR,” tegasnya.

Dhiana mencontohkan Pimpinan Fraksi di MPR setiap minggu harus melakukan sosialisasi undang-undang dan sosialisasi lainnya. “Hal ini mem-pengaruhi sekali, terutama terhadap jadwal waktu rapat yang sering ber-benturan. Karena saat rapat Baleg anggotanya sendiri ada yang sedang rapat di komisi,” paparnya.

Walaupun sebenarnya hal terse-but tidak bisa dijadikan alasan, karena pembagian waktu rapat itu sudah jelas. Hanya saja menurut Dhiana kadang anggota dewan kurang tertib.

Jikalau Anggota DPR RI yang duduk di Badan Legislasi (Baleg) tidak merangkapjabatan sebagai pimpinan fraksi MPR atau pimpinan fraksi DPR, menurut

Dhiana Anwar Anggota Baleg DPR RI, kinerja dewan di bidang legislasi akan meningkat.

Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Dhiana Anwar

Page 27: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

�8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9 �8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9

“Kalau memang khusus di situ saya kira gampang memonitoringnya. Jadi Pimpinan Baleg memiliki laporan kepada fraksi masing-masing, bahwa si A, B, C kurang aktifitasnya,” imbuh Anggota Komisi IX DPR RI ini.

Jika pola rangkap tugas tetap dipertahankan, menurutnya kinerja legislasi dewan tidak akan berubah, kalaupun ada perubahan kurang lebih sama. “Kalaupun naik seperti ke-marin, undang-undang yang disele-saikan hanya 18 RUU,” kata Dhiana.

Sebagai terobosan untuk mening-katkan kinerja legislasi DPR, menurut Dhiana mau tidak mau komisi ha-rus bekerja dengan serius sehingga setiap komisi mampu menghasilkan minimal tiga sampai lima RUU dalam satu tahun sidang. Sehingga dalam satu tahun sidang bisa dihasilkan kurang lebih 60 RUU. Belum lagi RUU yang dihasilkan Panitia Khusus DPR RI (Pansus). Jika hal ini terlaksana setiap tahun target akan tercapai.

Perioritas RUU tahun 2012 ditetap-kan lebih kecil dari tahun 2011, hal ini

menurut Dhiana disebabkan karena dilihat dari kinerja legislasi masing-masing komisi hanya menghasil-kan dua RUU saja, dan ada beberapa komisi yang sama sekali tidak meng-hasilkan. Untuk 2012 diputuskan un-tuk menargetkan dua RUU untuk se-tiap komisi, kemudian khusus untuk komisi-komisi tertentu diberi target tiga RUU.

Target angka 66 RUU untuk 2012, menurut Dhiana tidak terlalu besar. Dirinya yakin dan optimis target dapat terkejar.

Untuk meningkatkan citra dewan di bidang legislasi, Dhiana meng-harapkan DPR bekerja lebih keras lagi. Dhiana optimis bahwa sebet-ulnya masih banyak diantara ang-gota DPR itu berpegang teguh pada komitmen.

“Marilah kita bersama-sama mem-bangun citra DPR, sehingga masyara-kat tahu,” ajak Dhiana.

Dhiana menyayangkan selama ini hasil kerja dewan kurang disosialisa-sikan. “Sehingga publik tahunya kita

enak-enak saja, tidak melihat kerja keras kami. Padahal otomatis kalau sudah akhir pekan kita konsinyiring 2 RUU sekaligus sudah pasti dilakukan,” terang Dhiana.

Hal seperti ini harusnya lebih ter-ekspos sehingga masyarakat juga tahu legislatif itu bekerja dengan keras dalam rangka memenuhi target dan tanggung jawab. Walaupun dewan ti-dak menginginkan hasil kerja itu hanya memenuhi target saja, karena kita ber-fikir kualitas, bukan mengedepankan kuantitas.

“Kualitas harus betul-betul kita jaga, kalau hasil RUU banyak di yudisial review mencerminkan masih kurang-nya kualitas legislasi dewan. Hal ini disebabkan bukan karena mengejar target, tapi masing-masing anggota dewan terlalu ego terhadap kepen-tingan-kepentingan. Dhiana minta hal seperti inilah yang harus ditinggalkan. “Mari kita lepas jaket untuk membuka kepentingan kelompok atau apapun tetapi lebih untuk kepentingan bangsa dan negara,” ajak Dhiana. (sc)

Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Dhiana Anwar

Untuk meningkatkan citra dewandi bidang legislasi, Dhiana mengharapkan

DPR bekerja lebih keras lagi.“Marilah kita bersama-sama membangun

citra DPR, sehingga masyarakat tahu,”ajak Dhiana.

Page 28: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9 �8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9

NO. JUDULRANCANGAN UNDANG-UNDANG PENGUSUL KETERANGAN

1. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum Anggota DewanPerwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanDaerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah

DPR RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Pansus

2. RUU tentang Penanganan Konflik Sosial DPR RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.Idi Pansus

3. RUU tentang Organisasi Masyarakat DPR Luncuran Tahun 2010ke Tahun 2011

4. RUU tentang Aparatur Sipil Negara DPR RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi II

5. RUU tentang Pencegahan danPemberantasan Pembalakan Liar

DPR RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi IV

6. RUU tentang Perlindungan danPemberdayaan Petani

DPR RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi IV

7. RUU tentang Pangan DPR RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi IV

8. RUU tentang Lembaga Keuangan Mikro DPR RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi VI

9. RUU tentang Pendidikan Tinggi DPR RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi X

10. RUU tentang Pendidikan Kedokteran DPR RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi X

11. RUU tentang Komponen CadanganPertahanan Negara

PEMERINTAH RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi I

12. RUU tentang Keamanan Nasional PEMERINTAH RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi I

13. RUU tentang Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

PEMERINTAH RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi II

14. RUU tentang Sistem Peradilan Pidana Anak PEMERINTAH RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi III

15. RUU tentang Koperasi PEMERINTAH RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi VI

16. RUU tentang Pengurusan Piutang Negara dan Piutang Daerah

PEMERINTAH RUU dalam tahap Pembicaraan Tk.I di Komisi XI

17. RUU tentang Industri Pertahanan dan Ke-amanan

DPR RUU telah ditetapkan menjadi usul DPR

DAFTAR PROGRAM LEGISLASI NASIONALRANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS

TAHUN ANGGARAN 2012

Page 29: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

�0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1 �0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1

18. RUU tentang PercepatanPembangunan Daerah Tertinggal

DPR RUU telah ditetapkan menjadi usul DPR

19. RUU tentang Jaminan Produk Halal DPR RUU telah ditetapkan menjadi usul DPR

20. RUU tentang Jalan DPR RUU dalam tahap harmonisasi

21. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi I

22. RUU tentang Pertanahan DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi II

23. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

RUU dan NA disiapkan oleh Komisi III

24. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi IV

25. RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi V

26. RUU tentang Pencarian dan Pertolongan DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi V

27. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi VI

28. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang

Minyak dan Gas Bumi

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi VII

29. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi VIII

30. RUU tentang Kesetaraan Gender DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi VIII

31. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi IX

32. RUU tentang Keperawatan DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi IX

33. RUU tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi IX

34. RUU tentang Kawasan Pariwisata Khusus DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi X

35. RUU tentang Perubahan Kedua AtasUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Komisi XI

36. RUU tentang Pengawasan Obat dan Makanan serta Pemanfaatan Obat Asli Indonesia

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

Page 30: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1 �0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1

37. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

38. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

39. RUU tentang Perubahan Ketiga AtasUndang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

tentang Mahkamah Agung

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

40. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

41. RUU tentang Perlakuan Khusus ProvinsiKepulauan

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

42. RUU tentang Pembiayaan Perumahan Rakyat DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

43. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

44. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

45. RUU tentang Lambang Palang Merah DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

46. RUU tentang Keinsinyuran DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

47. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang

Perjanjian Internasional

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

48. RUU tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat

DPR RUU dan NA disiapkan oleh Badan Legislasi

49. RUU tentang Pengelolaan Keuangan Haji PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Agama

50. RUU tentang Desa PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Dalam Negeri

51. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah

PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Dalam Negeri

52. RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Dalam Negeri

53. RUU tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Hukum dan HAM

54. RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Hukum dan HAM

Page 31: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LAPORAN UTAMA

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

55. RUU tentang Kitab Undang-UndangHukum Acara Pidana

PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Hukum dan HAM

56. RUU tentang Tenaga Kesehatan PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Kesehatan

57. RUU tentang Jaring Pengaman SistemKeuangan

PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Keuangan

58. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasurasian

PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Keuangan

59. RUU tentang Administrasi Pemerintahan PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian PAN dan RB

60. RUU tentang Perdagangan PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Perdagangan

61. RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang

Perindustrian

PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Perindustrian

62. RUU tentang Veteran PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Pertahanan

63. RUU tentang Rahasia Negara PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Pertahanan/ Lamsaneg

64. RUU tentang Keantariksaan PEMERINTAH RUU dan NA disiapkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi/ LAPAN

NO. DAFTAR RUU KUMULATIF TERBUKA

1. Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Pengesahan Perjanjian Internasional

2. Daftar RUU Kumulatif Terbuka akibat Putusan Mahkamah Konstitusi

3. Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

4. Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Pembentukan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota

5. Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Men-jadi Undang-Undang

DAFTAR PROGRAM LEGISLASI NASIONALRANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN ANGGARAN 2012

Page 32: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

Program Legislasi Nasional atau biasa disingkat Prolegnas kerap dijadikan tolak ukur dalam me-

nilai kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah dalam pelak-sanaan legislasi. Hal ini wajar karena pada dasarnya Prolegnas merupakan instrumen perencanaan yang digu-nakan oleh DPR untuk menjalankan fungsinya dalam bidang legislasi. Se-menjak tahun 2001 sampai terakhir 2011 ini, pada akhir tahun, DPR se-lalu mengeluarkan daftar Rancangan Undang-undang (RUU) prioritas yang akan dibahas pada tahun berikutnya. Daftar itulah yang kemudian men-jadi acuan kinerja dari DPR (bersama Pemerintah) dalam membahas UU.

Dalam mengevaluasi UU yang menjadi capaian Prolegnas dapat di-lakukan dari dua aspek, yaitu kuan-titas dan kualitas. Dari keduanya, aspek kuantitas lebih sering menjadi perhatian masyarakat karena relatif lebih mudah untuk dipahami karena menyuguhkan perbandingan angka secara statistik, dibandingkan de-ngan aspek kualitas yang memerlukan analisa dan pengetahuan lebih untuk memahaminya. Apabila dilihat dari segi hasil, evaluasi terhadap Proleg-nas secara kuantitas terkadang tidak menggambarkan kondisi yang utuh, sehingga mengarahkan kepada hasil

Mengembalikan Fungsi Prolegnas Sebagai Instrumen Perencanaan Legislasi

evaluasi yang tidak tepat sasaran. Namun, bukan berarti dalam hal

ini evaluasi dengan aspek kuantitas menjadi tidak bermanfaat, mengingat dari aspek kuantitas dapat pula dilihat pencapaian Prolegnas pada tahun ter-tentu dengan membandingkan jumlah RUU yang direncanakan dan jumlah UU yang berhasil disahkan. Selain itu, dengan menggunakan pengelompo-kan terhadap materi tertentu dalam UU, dapat diketahui kecenderungan UU yang lebih banyak disahkan pada satu tahun. Data tersebut dapat men-jadi indikasi awal bacaan terhadap arah politik-hukum DPR dan Pemerin-tah pada tahun bersangkutan.

Seperti telah disebutkan sebelum-nya bahwa bacaan terhadap aspek kuantitas baru merupakan tahap awal dalam melakukan evaluasi terhadap capaian Prolegnas secara keseluru-han, sehingga perlu untuk kemudian dilanjutkan atau didalami dengan as-pek kualitas. Atau dengan kata lain, setelah mengetahui jumlah UU yang disahkan dan dibandingkan dengan perncanaan awal, perlu untuk di-dalami kembali bagaimana kualitas dari tiap-tiap UU yang sudah disah-kan tersebut. Karena pada dasarnya tujuan dibentuknya UU adlah untuk menyelesaikan permasalahan atau mengatur kepentingan yang ada di masyarakat, bukan semata-mata membentuknya dalam jumlah yang banyak demi mencapai target dalam Prolegnas tersebut.

A. Evaluasi Dalam AspekKuantitan Terhadap Capaian Prolegnas 2011Prolegnas Prioritas Tahun 2011, DPR dan Pemerintah merencanakan penuntasan 70 RUU sebagai usulan baru, ditambah 23 RUU sebagai lun-curan atau UU yang tidak sempat terselesaikan pada tahun 2010. Se-

hingga total RUU yang diprioritaskan pada tahun 2011 ada sebanyak 93 RUU. Sampai dengan penutupan masa sidang terakhir pada tahun 2011, 16 Desember 2011, DPR dan Pemerintah telah menyelesaikan 23 RUU menjadi UU. Secara kuantitas dapat terlihat bahwa DPR dan Pemerintah dalam hal ini hanya mampu menyelesaikan tidak lebih 25% dari jumlah yang diren-canakan pada Prolegnas 2011.

Dari jumlah 23 UU tersebut juga sudah termasuk RUU Akumulatif Ter-buka, yaitu UU penetapan APBN dan perubahan APBN (APBN-P sebanyak 3 (tiga) UU, RUU ratifikasi Perjanjian In-ternasional sebanyak 1 (satu) UU. Se-lain itu, sebagian besar capaian 23 UU merupakan (sisa) luncuran dari 2010. Sedangkan sisanya adalah UU yang menjadi luncuran dari tahun 2010 sebanyak 18 (delapan belas) UU, dan hanya 1 (satu) UU yang berasal dari usulan baru di tahun 2011.

Dari diagram diatas terlihat bahwa UU yang merupakan luncuran dari tahun 2010 mendominasi pencapai-

Fajri Nursyamsi, SHPeneliti Pusat Studi Hukum danKebijakan Indonesia

SUMBANG SARAN

Perbandingan Jenis UU dalamCapaian Prolegnas 2011

UU APBN dan APBN-P UU Ratifikasi

UU Luncuran 2010 UU Baru 2011

Page 33: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

SUMBANG SARAN

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 |

an legislasi pada tahun 2011 dengan angka 78%. Hal mengindikasikan adanya kebutuhan waktu yang lama, mencapai satu tahun atau lebih dalam menyelesaikan satu UU.

Apabila melihat jumlah capai-an Prolegnas tahun 2011 memang patut diapresiasi karena lebih banyak dibandingkan dengan capaian pada tahun sebelumnya (2010), yaitu se-banyak 16 UU, atau mencapai 23% dari jumlah yang direncanakan pada awal tahun. Namun, apabila diban-dingkan dengan capaian dari kinerja legislasi DPR Periode 2004-2009 pada tahun kedua, jumlah ini masih terting-gal jauh. Pada tahun kedua masa ja-batan DPR Periode 2004-2009 berhasil mengesahkan 36 UU, atau sebanding dengan 45% dari jumlah RUU priori-tas pada Prolegnas tahun 2006, yaitu sebanyak 79 UU. Namun, patut di-ingatkan kembali bahwa angka-angka diatas barulah dalam tahap evaluasi secara kuantitas, yang tentu belum bisa menjadi patokan baik atau tidak-nya materi muatan yang terkandung dalam UU yang telah disahkan.

B. Evaluasi Dalam Aspek Kualitas Terhadap Capaian Prolegnas 2011Seperti telah dikemukakan sebe-lumnya bahwa evaluasi dala, aspek kuantitas perlu kemudian diperdalam dengan evaluasi dalam aspek kuali-tas, baik dari segi substansi maupun proses yang dijalankan. Berdasarkan hasil studi dan pemantauan yang di-lakukan oleh Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) memper-lihatkan setidaknya 4 (empat) catatan yang penting untuk dikemukakan, yaitu sebagai berikut:

Catatan Pertama adalah terkait dengan batas waktu pembahasan suatu UU. Temuan dari evaluasi dalam aspek kuantitas diatas memperlihat-kan dengan jelas bahwa mayoritas dari UU yang disahkan pada tahun 2011 adalah UU yang sudah mulai dibahas pada tahun 2010. Sehingga dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa waktu pembahasan mayoritas

UU memerlukan waktu yang lebih dari 3 (tiga) masa sidang yang sudah dia-tur dalam Pasal 141 Tata Tertib DPR. Adapun contoh UU yang waktu pem-bahasannya cukum lama dan isunya banyak menjadi perhatian masyarakat adalah RUU tentang Bantuan Hukum, RUU tentang Rumah Susun, RUU BPJS, dan RUU OJK.

Catatan Kedua, dalam proses per-siapan atau pembahasan suatu RUU tidak jarang terjadi kesalahan koor-dinasi dalam internal DPR dan Peme-rintah, atau hubungan antara DPR dan Pemerintah itu sendiri. Kesalahan koordinasi tersebut jelas menyebab-kan proses penyiapan dan pemba-hasan RUU menjadi lamban dan men-jadikan banyak waktu terbuang. Hal ini jelas menjadi sangat merugikan, terutama apabila dikaitkan dengan catatan pertama diatas. Proses kesala-han koordinasi ini contohnya terjadi dalam persiapan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, RUU Peruba-han atas UU No. 39 Tahun 2004 ten-tang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Ne-geri, dan pembahasan RUU BPJS.

Catatan Ketiga, terkait dengan tidak konsistennya pembentuk UU dalam melaksanakan komitmen untuk melakukan moratorium dalam pem-bentukan komisi atau lembaga baru. Ada beberapa UU yanisahkan pada tahun 2011 yang masih memunculkan usulan untuk membentuk komisi atau lembaga baru, baik yang akhirnya ter-bentuk ataupun kandas dalam pem-bahasan. Adapun contoh UU yang dalam pembahasannya memunculkan usul untuk membentuk lembaga baru adalah RUU Bantuan Hukum, RUU Rumah Susun, RUU Pencegahan dan Pembalakan Liar, dan RUU Pengelo-laan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh. Ke-munculan usul tersebut bukan hanya sekedar melanggar komitmen dalam melakukan moratorium pembentu-kan komisi atau lembag baru, tetapi juga dalam praktiknya kerap menye-babkan deadlock dalam pembahasan RUU, karena kedua belah pihak (DPR dan Pemerintah) berbeda pendapat.

Uniknya dalam hal ini, keseluruhan UU yang mengusulkan adanya komisi atau lembaga baru merupakan usul inisiatif dari DPR.

Catatan Keempat, terkait dengan adanya kecenderungan dalam UU ke-lompok politik-hukum yang memper-besar kewenangan DPR, tidak hanya dalam arti kelembagaan saja tetapi juga partai politik dibelakangnya. Ironisnya perbesaran kewenangan tersebut tidak berada dalam tataran sistem ketatanegaraan yang baik, se-hingga cenderung terlihat memperbe-sar di satu sisi namun memperlemah disisilainnya. Bahkan kerap bertentan-gan pula dengan kepentingan ma-syarakat secara umum. Kondisi terse-but bisa dilihat dari ketentuan dalam UU No. 15 tahun 2011 tentang Pen-yelenggaraan Pemilihan Umum, yaitu perihal keanggotaan penyelenggara pemilu yang boleh dari unsur partai politik, dan ketentuan dalam UU No. 8 tahun 2011 yang mengatur bahwa anggota dari Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi salah satunya berasal dari DPR. Kedua contoh dia-tas menggambarkan perbesaran ke-wenangan DPR (dan partai politik) yang justru berpotensi menimbulkan conflict of interest. Kecenderungan pengaturan yang sama dapat pula dilihat di beberapa UU seperti UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, UU No. 18 tahun 2011 tentang Komisi Yudisial, dan UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Pada dasarnya masih banyak catatan-catatan yang bisa digali dalam aspek kualitas ini, karena dapat dilihat dari perspektif dan obyek pe-nilaian yang beragam, seperti tujuan pengaturan dan masalah yang ingin diselesaikan, pemangku kepenti-ngan, batasan konstitusional, duku-ngan anggaran, potensi masalah dan implementasi, sampai perspektif (transparansi, partisipasi, akuntabili-tasi, gender, kelompok rentan, dll), termasuk pula struktur dan kalimat perundang-undangan.

Saat ini, PSHK tidak lagi melihat

Page 34: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

| PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

kualitas dari UU dengan hanya me-lihat pada seberapa banyak UU di-ajukan Judicial Review ke Mahkamah Kosntitusi. Karena pada dasarnya Ju-dicial Review merupakan mekanisme yang bisa ditempuh oleh warga nega-ra yang merasa hak konstitusionalnya dilanggar, dan dilain sisi pengajuan Judicial Review tidak serta merta me-mastikan UU tersebut inkonstitusio-nal. Selain itu, kualitas UU dapat dili-hat dari seberapa efektif UU tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam jangka waktu yang lama. Namun dilain sisi, apabila UU tidak diajukan Judicial Review bukan berarti pula tidak menyimpan perma-salahan. Dalam hal ini dapat diajukan contoh seperti UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang ti-dak pernah diajukan Judicial Review namun kemudian dianggap kualitas-nya sudah tidak mampu mengikuti perkembangan di masyarakat, yang kemudian direvisi dengan UU No. 23 Tahun 2011.

C. Prolegnas SebagaiInstrumen Perencanaa Legislasi Benturan antara kepentingan untuk memenuhi target kuantitas RUU pri-oritas dan target kualitas dari proses maupun substansi UU yang disahkan menjadi permasalahan yang tidak kunjung terselesaikan selama instru-men Prolegnas dipergunakan oleh DPR, baik pada periode 1999-2004 ataupun 2004-2009 (dengan format yang berbeda).

Prolegnas merupakan instrumen perencanaan legislasi. Berdasar-kan kepada penjelasan sebelumnya, dalam posisi tersebut tidak berlebi-han apabila dikatakan Prolegnas telah gagal dalam menjalankan fungsinya dengan baik. Ada beberapa catatan yang perlu untuk dikemukakan dalam rangka perbaikan Prolegnas di masa mendatang. Adapun catatan yang dimaksud adalah Pertama, tidak ber-jalannya visi, misi, arah kebijakan, dan skala prioritas yang disusun diawal pembentukan Prolegnas dalam ta-

taran pelaksanaan. Tidak jarang visi, misi, arah kebijakan, dan skala priori-tas tidak berhasil menjadi alat untuk menyaring RUU prioritas, sehingga setiap tahunnya DPR dan Pemerintah kembali mengulang kesalahan yang sama, yaitu menetapkan RUU prioritas dalam kisaran angka diatas 50 RUU, yang terbukti tidak pernah terealisasi semenjak tahun 2001.

Kedua, penyusunan Prolegnas ke-rap dilakukan dalam waktu yang sing-kat pada akhir tahun, sehingga minim dengan persiapan. Akhirnya Proleg-nas bukan lagi dapat dikatakan seb-agai instrumen perencanaan, tetapi lebih terlihat sebagai daftar judul RUU yang akan menjadi prioritas di tahun mendatang, karena tidak dilengkapi dengan Naskah Akademik dan Nas-kah RUU. Dengan dua permasala-han diatas berdampak pada sulitnya mewujudkan UU yang berkualitas.

D. Mengembalikan Prolegnas Sebagai InstrumenPerencanaan Legislasi Setelah menjabarkan catatan terkait evaluasi Prolegnas 2011, dalam ba-gian akhir tulisan ini akan dijabarkan masukan atau rekomendasi untuk pelaksanaan Prolegnas di tahun-tahun mendatang, terutama pada ta-hun 2012.

Apabila melihat catatan hasil eva-luasi diatas, perbaikan mutlak dilaku-kan, baik oleh DPR maupun Peme-rintah sebagai aktor utama dalam penyusunan maupun pelaksanaan Prolegnas. Perbaikan di internal DPR jelas harus pula melibatkan semua elemen didalam lembaga tersebut, terutama fraksi-fraksi yang ada. Fraksi di DPR dalam hal ini dapat berkontri-busi dengan menempatkan anggota yang tepat dalam pembahasan suatu RUU. Selain itu, Fraksi juga harus mampu memantau kinerja dari ang-gotanya yang ditugaskan melakukan pembahasan RUU tertentu. Sehingga ketidakdisiplinan anggota DPR dalam mengikuti rapat-rapat alat keleng-kapan dalam membahas RUU tidak terulang lagi, yang hanya akan me-

nimbulkan kerugian yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Sedangkan dalam internal Peme-rintah, perbaikan dapat dilakukan dalam hal menjaga konsistensi dalam rangka penyaringan RUU yang akan diprioritaskan dalam Prolegnas. Pasti-kan seluruh RUU yang diprioritaskan sudah dilengkapi dengan Naskah Akademik, Naskah RUU, dan doku-men-dokumen pendukung lainnya yang diperlukan, seperti hasil doku-mentasi harmonisasi RUU tersebut. Selain itu, Pemerintah harus memas-tikan kinerja birokrasinya tidak justru menghambat karena adanya kesalah-an-kesalahan koordinasi, yang hanya akan berkontribusi dalam lambannya proses legislasi.

Selain perbaikan di internal DPR dan Pemerintah, Prolegnas juga perlu mendapatkan perbaikan agar fung-si dan tugasnya sebagai instrumen perencanaan dapat berjalan secara maksimal. Dalam penyusunan RUU prioritas PSHK pernah mengusulkan agar Prolegnas tidak disusun untuk 5 (lima) tahun, namun dilakukan tiap satu tahun saja. Hal ini terkait dengan mekanisme penganggaran Pemerin-tah, dan arah kerja Pemerintah mau-pun DPR yang disusun pada setiap tahunnya.

Selain itu, penyusunan Prolegnas seharusnya tidak dilakukan dalam ta-hun pertama masa jabatan DPR dan Pemerintah. Tahun pertama lebih baik banyak dilakukan untuk menyu-sun dokumen-dokumen pendukung dari pengajuan usul suatu RUU, sep-erti Naskah Akademik maupun Nas-kah RUU itu sendiri. Dengan metode tersebut diharapkan permasalahan-permasalahan yang berpotensi me-nimbulkan deadlock dapat tersele-saikan lebih awalbahkan sebelum pembahasan dilakukan, dan masyara-kat dapat lebih banyak berpartisipasi. Dengan adanya dokumen-dokumen pendukung tersebut pun dapat men-jamin adanya akuntabilitas dalam pembentukan suatu UU.

Dari segi teknis penyiapan RUU prioritas dalam Prolegnas, DPR dan

Page 35: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

SUMBANG SARAN

�6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 |

Pemerintah tidak perlu berpikiran untuk mengejar kuantitas yang be-sar dari pencapaian UU yang disah-kan. Apabila pertimbangannya adalah mengejar jumlah Prolegnas 5 (lima) tahun yang sudah terlanjur diisi oleh terlalu banyak RUU, maka yang harus dilakukan adalah melakukan evalu-asi terhadap Prolegnas lima tahuan tersebut, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 20 ayat (4) UU No. 12/2011.

Pengetatan syarat bagi RUU yang akan lolos menjadi prioritas menjadi kunci dalam hal ini untuk menghenti-kan jumlah RUU prioritas yang selalu besar, dan dilain sisi memastikan agar UU yang disahkan lebi memiliki kuali-tas. DPR dan Pemerintah sebenarnya bisa saja hanya memprioritaskan RUU yang sudah sangat siap untuk diba-has. Kesiapan tersebut bisa dilihat dari ketersediaan dokumen-dokumen pendukung. Selain siap, RUU tersebut harus memiliki urgensi yang tinggi untuk dapat diprioritaskan, dengan merujuk kepada beberapa kriteria seperti:

adanya amanat peraturan pe-rundang-undangan yang lebih tinggi, peraturan lain yang terkait, serta putusan pengadilan (teru-

a.

tama Mahkamah Konstitusi) yang terkait dengan RUU,dampak dan manfaat sosial yang paling besar yang ingin dicapai,Kapasitas dari sumber daya ma-nusia, keuangan, dan lain-lain, sertaTingkat kesulitan dari penyusu-nan rancangan peraturan.

E. Masukan UntukProlegnas 2012Kehadiran Prolegnas 2012 tentu akan menjadi pertaruhan tersendiri bagi DPR dan Pemerintah dalam membuk-tikan kinerjanya dalam bidang legisla-si, setelah dua tahun Prolegnas terda-hulu belum bisa memberikan dampak yang positif dalam memajukan kuali-tas UU yang dihasilkan.

Pada tanggal 16 Desember 2011 lalu, DPR dalam Rapat Paripurna men-sahkan Daftar Program Legislasi Nasi-onal Rancangan Undang-undang Pri-oritas Tahun Anggaran 2010. Dalam daftar tersebut tercantum 64 judul RUU yang menjadi prioritas di tahun 2012. Jumlah ini jelas masuk dalam kategori sulit terealisasi apabila me-lihat pengalaman dari pelaksanaan Prolegnas sebelumnya. Sehingga DPR

b.

c.

d.

dan Pemerintah haruslah bekerja le-bih keras dalam memainkan perannya masing-masing dalam pembahasan RUU yang telah diprioritaskan.

Dari 64 judul RUU DPR dan Peme-rintah perlu memiliki daftar RUU mana saja yang memiliki tingkat ur-gensi yang paling tinggi sampai yang paling rendah, dengan daftar ini DPR dan Pemerintah dapat mengetahui mana yang akan dibahas pada awal tahun, tengah tahun dan akhir tahun. Selain itu, dengan adanya daftar RUU berdasarkan tingkat urgensi tersebut menjadikan adanya fleksibilitas dalam pelaksanaan pemenuhan capaian Prolegnas. Hal ini penting untuk dike-mukakan karena jangan sampai DPR dan Pemerintah hanya berfokus pada jumlah dan kemudian mengabaikan aspek kualitas.

Hal lain yang perlu dilakukan, ter-utama untuk meningkatkan kualitas dari UU yang disahkan kelak, yaitu keseluruhan dari 64 RUU ini harus sudah dipastikan memiliki dokumen-dokumen pendukung yang lengkap, sehingga tidak ada lagi pembahasan yang tidak terarah atau tertunda ha-nya sekedar untuk menunggu persia-pan dokumen-dokumen pendukung tersebut. **

Jajaran Pimpinan DPR RI saat memimpin sidang Paripurna Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2012 di Gedung DPR RI

Page 36: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

| PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7

KEN Merupakan Pondasi Kedaulatan Energi Nasional Menuju Kemandirian Bangsa

Kebijakan Energi Nasional (KEN) merupakan suatupondasi dalam mewujudkan Kedaulatan Energi Nasional Menuju Kemandirian Bangsa. Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Komisi VII DPR Teuku Riefky Harsya padasaat memberikan ceramah Seminar Nasional di GedungNusantara V MPR/DPR/DPD Senayan, Jakarta,Senin (28/11) Siang.

Teuku Riefky menambahkan, Sek-tor Energi Nasional dalam kurun

waktu beberapa tahun terakhir diha-dapkan pada berbagai permasalahan yang memerlukan penanganan dan penyelesaian segera mungkin melalui sebuah rencana dan implementasi ke-bijakan yang efektif, agar permasala-han yang terjadi tidak berlanjut dan mempengaruhi proses pembangunan yang sedang dan akan berjalan.

Dikatakan juga, masih ada bebera-pa permasalahan disektor energi yang masih terjadi dan perlu mendapatkan perhatin bersama diantaranya, perma-salahan produk Migas Nasional yang cenderung terus menurun setiap ta-hun sebagai akibat tidak ditemukan-nya cadangan dan lapangan migas baru, sementara lapangan yang su-dah ada terus mengalami penurunan produksi dan sejumlah kendala teknis operasi lainnya.

Dia menambahkan, sampai saat ini masih meningkatnya beban APBN terhadap alokasi volume subsidi di sector energi terutama terkit dengan subsidi BBM dan subsidi listrik, serta krisis ketenagalistrikan yang disebab-kan oleh masalah operasional, keter-sediaan dan dukungan infrastruktur, serta regulasi dan kebijakan yang me-merlukan adanya tindak lanjut men-yeluruh dan terencana.

Ketua Komisi VII DPR Teuku Riefky mengemukakan, permasalahan ke-bijakan yang kontradiktif dalam Pe-raturan Perundangan, sebagai contoh terkait penerapan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Per-lindungan dan Pengelolaan Lingku-ngan Hidup yang berdampak pada pengelolaan sector Migas, perma-salahan ketersediaan dan akses ener-gi oleh masyarakat, kebijakan alokasi Gas untuk kebutuhan domestic serta

kebijakan pengembangan energi baru terbarukan yang belum optimal terutama dalam hal keseriusan peme-rintah dalam memberikan dukungan infrastruktur fisik maupun dukungan kebijakan, kata Teuku Riefky.

Teuku Riefky mengatakan bahwa, menghadapi permasalahan di atas, sesuai dengan Undang-Undang No-mor 30 Tahun 2007 tentang Energi, pemerintah memiliki tanggungjawab untuk menentukan arah dan kebi-jakan energi yang memberi duku-ngan pada peningkatan Pertumbuhan ekonomi Nasional. Kebijakan yang rumusannya dituangkan dalam Kebi-jakan Energi Nasional (KEN) tersebut rancangannya saat ini sedang dibuat oleh pemerintah dan dilakukan pem-behasan bersama dengan Komisi VII DPR, jelas Riefky.

Dijelaskan juga bahwa pemba-

hasan tentang KEN mencakup pe-raturan Perundang-Undangan di sector energi yang kiranya perlu di-lakukan perubahan atau penyempur-naan, kelembagaan di sector energi terkait dengan perlunya meningkat-

PENGAWASAN

Ketua Komisi VII DPR Teuku Riefky Harsya

Page 37: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

PENGAWASAN

�8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 |

kan koordinasi antara institusi pen-ga-tur regulasi dan kebijakan serta institusi pelaksanaan dan pengusa-haan di sector energi, dan kebijakan energi nasional yang perlu diatur dan dilaksanaka, misalnya bagaimana me-ngurangi subsidi energi, upaya yang dilakukan dalam memenuhi akses en-ergi bagi masyarakat dan kebijakan pengembangan energi baru terba-rukan seperti kesiapan implemen-tasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir dapat dilaksanakan, ungkap Riefky.

Ketua komisi VII DPR Teuku Riefky juga mengemukakan, bahwa dengan pembangunanpada ke-tiga isu terse-but dan isu strategis lain yang nanti dapat berkembang dengan sendir-inya, dan diharapkan dapat menjawab serta diperoleh solusi strategis dalam mengatasi permasalahan ke-energian di Indonesia.

Pada akhirnya rumusan Kebijakan Energi Nasional yang dibuat nantinya dapat memperoleh dukungan dari se-luruh pemangku kepentingan dalam implementasinya di lapangan dengan menutup ruang bagi potensi muncul-nya ketidaksinkronan/tumpng tindih peraturan dan kebijakan pada lintas sector, Kementerian dan Lembaga.

Dekemukakan juga, bahwa sector energi adalah sector yang amat krusial bagi pembangunan ekonomi nasional.

Sebagai bangsa yang memiliki sum-berdaya energi, Indonesia dalam era pembangunan ekonomi sejak tahun 1960an lebih memperlakukan sector energi sebagai sumber pendapatan negara ketimbang memanfaatkan sumber daya tersebut sebagai modal pembangunan ekonomi. Padahal ti-dak mungkin terjadi pembangunn ekonomi tanpa ketersediaan energi yang memadai, bahkan ketersediaan energi dapat memicu pembangunan ekonomi diseluruh wilayah Indonesia, jelas Riefky.

Namun sector energi dewasa ini tengah mengalami masa kelabu, harga minyak internasional masih bertengger pada tingkat yang tinggi. Di satu pihak hal itu membawa keun-tungan, tetapi di lain pihak daya beli masyarakat masih rendah sehingga Pemerintah harus menyediakan sub-sidi. Pengelolaan energi primer sudah seharusnya dibenahi. BUMN sector energi selayaknya bekerja tidak untuk kepentingan sendiri masing-masing seyogyanya melakukan koordinasi, sehingga dapat menghasilkan sinergi yang menguntungkan bangsa dan Negara.

Teuku Riefky menambahkan, pada kenyataanny subsidi terpaksa dise-diakan dalam jumlah yang melebihi seratus ribu triliun rupiah dalam satu tahun, hal ini menunjukkan bahwa ha-

rus ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mengalihkan sebagian kepe-runtukannya secara bertahap guna meningkatkan infrastruktur energi dalam rangka mengurangi besarnya subsidi tersebut.

Teuku Riefky untuk mengemuka-kan, bahwa dalam rangka meningkat-kan ketahanan energi dan pelestarian lingkungan maka pemanfaatan energi baru dan terbarukan perlu dioptimal-kan karena saat ini di dalam bauran en-ergy nasional perannya masih sangat kecil dan terkendala antara lain harga BBM yang masih di bawah keekono-mian dan subsidi untuk itu belum me-nyentuh nilai yang dibutuhkan.

Berhubung dengan hal tersebut tadi, maka Pemerintah mencanangkan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) melalui peningkatan peran BUMN dan swasta yang merupakan kebutuhan utama untk membenahi keberadaan sector energi. Karena itu Dewan Perwakilan Rakyat mengam-bil prakarsa untuk memeloporinya, sesuai dengan UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi, karena pemer-intah dengan persetujuan DPR perlu menetapkan Kebijakan Energi Nasi-onal (KEN) sebagai penganti dari Pe-raturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. (Spy).**

Komisi VII DPR saat melakukan kunjungan kerja ke Dumai Riau dan Jambi untuk meninjau pabrik migas

Page 38: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

| PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9

Panja Pencurian PulsaInginkan Pelaku Dihukum

Panja Pencurian Pulsa Komisi I DPR RI menginginkan segera mengungkap pelaku kasus penipuan dan

pencurian pulsa. Pemerintah diharapkan menindak tegas pelaku yang bertanggung jawab atas tindakan yang telah

merugikan masyarakat, serta diproses secara hukum.

Menurut Teguh Juwarno, kerugian yang diderita aki-bat pencurian pulsa dari ha-

sil temuan panja lebih dari 1 Triliun. Kerugian tersebut sangat signifikan dari dana masyarakat yang banyak di-antaranya tidak tahu.

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional itu, menjelas-kan tindakan ini merupakan suatu tin-dak pidana maka tentu ada pelaku dan ada yang harus bertanggung jawab, apakah itu di conten profider, apakah itu di oknum operator, dan selanjut-nya aparat hukum mempidanakan mereka, memprosesnya berdasarkan kesalahan yang dilakukannya.

Ini seperti pencurian siang hari bolong tetapi dilakukan dengan sa-ngat baik, jadi yang dicolong tidak sadar karena ketidaktahuan, tetapi apapun namanya curi sandal saja di-hukum, apalagi jelas-jelas nyuri duit masyarakat.

Dengan tegas Teguh mengatakan untuk akan mendesak Kepoliasian khususnya aparat hukum untuk segera mendorong penyelidikan ini menjadi penyidikan yang kemudian dapat di-limpahkan ke pengadilan.

Wakil Ketua Panja Pencurian Pulsa Roy Suryo (Fraksi Partai Demokrat), membenarkan tujuan panja bekerja adalah untuk mengungkap siapa yang paling bertanggung jawab terhadap modus pencurian pulsa.

Dia mengungkapkan bahwa setelah panja dibentuk ada 6 kali pemanggilan pihak, mulai dari kor-ban, pakar, pemerintah, penyidik, conten proveder, dan operator. Na-mun semua saling lempar tanggung jawab. Srategi panja adalah pada masa persidangan sebelumnya

Masing-masing statemen dirang-

kum, dan berikutnya pernyataan tersebut akan dilakukan konfirmasi sekaligus dikonfrontasi dengan ke-pada pihak-pihak ini. Misalnya conten provider dikonfrontasi dengan opera-tor, korban dikonfrontir dengan pe-nyidik karena ada pengaduan bahwa korban agak dipersulit malah yang di-dahulukan adanya tuntutan balik

Menurut pemantauannya, sudah ada operator yang mulai bersih-bersih diri dengan menunjuk oknum yang membobol server, itu harus pa-tut kita pertanyakan apakah itu oknum benar atau itu tadinya orang meraka.

Gonya adalah panja menghenti-kan kegiatan sms premium ini yang merugikan masyarakat, yang mengin-dikasikan adanya tindak pidana pen-

curian. Pencurian ini, bukan hanya yang dicuri 10.000 kemudian dikem-balikan 10.000 selesai. “Sesuai dengan keterangan polisi ada unsur pidana,” kata Roy Suryo.

Selanjutnya Panja akan mendesak kepada Pemerintah untuk membuat regulasi yang kokoh sehingga kemu-dian tidak terulang hal serupa yang merugikan masyarakat.

Kepada operator dan conten pro-vider, panja akan membuat struktur supaya meraka tidak lagi saling lempar tanggung jawab. Jadi istilahnya ope-rator take all, operator yang mengam-bil semuanya, jangan sampai seperti kemarin, misalnya kita berlengganan operator kemudian kita berlengganan ring tones, kita tidak pernah tau siapa

Wakil Ketua Panja Pencurian Pulsa DPR RI, Roy Suryo (kanan)

Page 39: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

PENGAWASAN

�0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 |

dibalik itu, yang kita taukan berleng-ganan kepada operator dan kita tidak pernah berhubungan dan berurusan dengan konten provider kok tau-tau ada conten provider yang dipersalah-kan.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui Panitia Kerja (Panja) Pencu-rian Pulsa menerima 27 laporan dari masyarakat soal pencurian pulsa. Laporan tersebut diterima oleh Panja Pencurian Pulsa melalui layanan email dan telepon.

Sekadar catatan, Panja Pencurian Pulsa menyediakan akses bagi ma-syarakat untuk menyampaikan ke-luhan terkait pencurian pulsa yang dilakukan oleh content provider (CP) dan operator. Akses tersebut melalui email [email protected], telepon ke 021 571 5520, serta fax ke 021 571 5523.

Ketua Harian Panja Pencurian Pulsa, Tantowi Yahya (Fraksi Partai Golkar) menyatakan laporan tersebut merupakan bukti bahwa ada dugaan

pelanggaran yang dilakukan oleh CP dan operator yang mencuri pulsa ma-syarakat baik secara sengaja maupun tidak sengaja. “Laporan ini akan kami serahkan ke Badan Regulasi Teleko-munikasi Indonesia (BRTI) dan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri. Biar mereka yang memproses dan mengeksekusinya,” kata Tantowi selepas Rapat Koordinasi Panja Pen-curian Pulsa.

Panja Pencurian Pulsa menerima sekitar 27 laporan pencurian pulsa dari masyarakat mulai tanggal 29 No-vember hingga 10 Januari 2012. Kelu-han yang disampaikan meliputi aduan pemotongan pulsa tanpa sebab, la-yanan internet, tagihan internet yang tiba-tiba membengkak, sms spam, penagihan billing yang tidak sesuai pemakaian, aduan telepon sering pu-tus, transfer pulsa gagal hingga pulsa tidak masuk saat pengisian.

Hingga saat ini, Panja Pencurian Pulsa tetap akan menerima keluhan atau pengaduan dari masyarakat ter-kait pencurian pulsa oleh operator atau CP. Hal itu akan menjadi pega-ngan bagi Panja Pencurian Pulsa un-tuk meminta klarifikasi pada operator atau CP bersangkutan saat dipanggil di DPR. (as)

***

Jajaran Pimpinan Rapat Panja Pencurian Pulsa DPR RI

Jajaran Pimpinan Rapat Panja Pencurian Pulsa DPR RIPara junarlistik dari berbagai media cetak dan elektronik saat mengikuti jalanya rapat

Page 40: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

| PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1

kurang tangkas menyerap anggaran. “Kita sangat mendukung. Jangan sampai ada kementerian atau lemba-ga yang tidak beres dalam melakukan penyerapan anggaran,” katanya

Menurutnya, program punish-ment dan reward yang dicanangkan Kemenkeu harus bisa jadi pelajaran bagi kementerian atau lembaga yang bersangkutan. Sehingga, katanya, kedepannya semua kementerian atau lembaga dapat menyerap anggaran dengan baik. “Kalau nggak maksimal kita akan upayakan untuk memotong anggaran kementerian yang malas melakukan penyerapan anggaran,” Percepatan realisasi anggaran

seringkali dikebut pada triwulan terakhir. Fenomena ini amat di-

sayangkan karena lambannya realisasi menyebabkan percepatan pembangu-nan di berbagai daerah menjadi lam-bat. Menurut pantauan parle, lamban-nya penyerapan anggaran disebabkan ketakutan pegawai pemerintah dalam melakukan proses pengadaan barang dan jasa, kemudian masalah pembe-basan lahan yang rumit karena perlu adanya faktor negosiasi dengan pe-milik tanah.

“Tidak satupun kementerian di Komisi IV yang telah mencapai serapan anggaran hingga 80%. Kemen-terian Kehutanan 42,28%, Kementerian Ke-lautan dan Perikanan 36,07% dan Ke-menterian Pertanian 41,73%, itu data bulan September”, jelas Ma’mur Hasa-nuddin kepada Parle baru-baru ini.

Menurut anggota Komisi IV DPR

Ma’mur Hasanuddin, meskipun sera-pan anggaran dibanding tahun lalu di periode yang sama, mengalami pe-ningkatan, namun serapan anggaran yang telah direncanakan meleset.

Ma’mur menambahkan, Kemen-terian Keuangan perlu dievaluasi juga agar proses penyerapan anggaran berlangsung lancar. “jadi yang perlu dievaluasi secara besar-besaran mes-tinya kementerian keuangan agar memahami proses-proses undang-undang dalam melakukan tindakan bintang-membintang atau blokir ang-garan”, tambah Ma’mur.

Melihat rendahnya penyerapan anggaran di berbagai institusi atau kementerian, membuat Badan Ang-garan mendesak Kementerian Keua-ngan untuk memberikan reward and punishment bagi Kementerian atau Lembaga yang malas melakukan pe-nyerapan anggaran. “Badan Angga-ran mendukung langkah Kementerian Keuangan untuk memberikanpunishment(hukuman) bagi kementerian atau lembaga yang malas menghabis-kan anggaran tahun 2011. Selain itu, Banggar tak akan segan memotong anggaran bagi setiap kementerian atau lembaga yang malas melakukan penyerapan anggaran,”Kata anggota Komisi VII yang juga anggota Bangar dari Partai Golkar, Satya W. Yudha.

Satya menilai, program hukuman untuk kementerian ini membuktikan pemerintah serius membenahi ins-tansi kementerian atau lembaga yang

DPR Dukung Punish And RewardmentTerhadap Kementerian/Lembaga

Penyerapan anggaran di beberapa kementerian dan Lembaga seringkali tidak dapat memenuhi target

realisasi yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Bahkan seluruh mitra Kementerian di Komisi IV DPR tidak ada satupun Kementerian yang mampu memenuhi target

80 persen realisasi anggaran tahun 2011 di bulanSeptember lalu.

Penyerapan anggaran K/L :

ANGGARAN

Anggota Komisi IV DPR, Ma’mur Hasanuddin

Anggota Komisi VII DPR, Satya W. Yudha

saty

ayud

ha.c

om

Page 41: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

ANGGARAN

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 |

ucapnya. Politisi Golkar ini menambahkan,

perlu ada transparansi dan penjelasan penyebab tidak maksimalnya daya serap anggaran. “Intinya mereka ha-rus bisa jelaskan mengapa anggaran itu tak terserap dengan baik. Kalau memang masalah SDM sebaiknya ke-menterian atau lembaga itu segera berkoordinasi dengan departemen terkait,” jelasnya

Sebagaimana diketahui, menjelang akhir tahun 2011, surplus anggaran pemerintah berpotensi semakin besar karena realisasi penyerapan anggaran pemerintah belum maksimal. Diperki-rakan dari anggaran belanja peme-rintah pusat sebesar Rp 717,9 triliun tahun ini, hanya 90% yang dapat diserap. Oleh karena itu, pemerintah melalui Menteri Keuangan Agus Mar-towardojo kembali meminta kemen-

terian/lembaga dan Pemda untuk merealisasikan pencairan anggaran tepat waktu. Seperti diketahui, sam-pai akhir September ini penyerapan anggaran pemerintah baru tercapai 54,4% dari target atau Rp 717,9 triliun. Hal ini membuat APBN-P 2011 masih mengalami surplus Rp 72 triliun.

Pemerintah Harus TetapPerhatikan Kualitas

Pada kesempatan berbeda, ang-gota Komisi XI DPR RI, Kemal Azis Stamboel meminta pemerintah untuk tetap memperhatikan kualitas dari upaya mempercepat realisasi penyera-pan anggaran tahun 2011. “Lamban-nya penyerapan anggaran tentunya berdampak pada tingkat pertumbu-han dan kualitasnya. Kalau penyera-pan dan kualitas belanja pemerintah baik seharusnya laju pertumbuhan

ekonomi Indonesia di kuartal III-2011 bisa diatas 6,5%,”paparnya.

Kita berharap ada peningkatan belanja pemerintah yang lebih baik di kuartal IV, sehingga bisa mendorong pembangunan dan pertumbuhan le-bih baik. Tetapi upaya ‘kebut’ angga-ran di dua bulan terakhir yang biasa terjadi ini juga harus tetap memper-hatikan kualitas. Jangan hanya asal menghabiskan anggaran”, tandasnya.

Menurutnya, yang lebih disayang-kan lagi realisasi belanja modal lebih rendah dibawah 30%. Padahal pe-nyerapan anggaran ini sangat penting untuk mendorong laju pembangunan ekonomi nasional. Surplus anggaran yang nantinya menjadi Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (Silpa) yang terlalu besar tentu tidak baik.

Karena ada pembangunan in-frastruktur yang seharusnya selesai menjadi terbengkalai. Padahal setiap kemunduran realisasi pembangunan infrastruktur akan mengurangi daya dukung untuk mendorong pertumbu-han ekonomi, pembukaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Kita tentu tidak menginginkan itu. Sayang sekali kalau alokasi yang sudah tersedia ini tidak dioptimalkan. Pemerintah pusat dan Pemda harus mencari terobosan”, ujarnya.

Kemal kembali mengingatkan, ditengah ancaman krisis dan resesi global maka pemerintah harus secara serius mengambil langkah-langkah antisipatif. Selain penyerapan dan kualitas realiasi belanja APBN yang sangat penting, pemerintah juga perlu memperbaiki kebijakan perdagangan, investasi dan industri domestik.

“Belanja APBN sangat penting se-bagai setimulus untuk mendorong perekonomian, ditengah penurunan daya saing, penurunan kemudahan berusaha, penurunan IPM, dan juga mahalnya biaya logistik nasional. Di-sisa waktu tersedia, pemerintah harus memaksimalkan penyerapan angga-ran tersebut dengan tetap memper-hatikan governance yang baik dan juga kualitasnya. Jangan asal dikebut”, tegas Anggota DPR dari FPKS ini.Anggota Komisi XI DPR RI, Kemal Azis Stamboel

Page 42: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

| PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

Terkaiat SAL 2011, Anggota Komisi XI DPR, Kemal Azis Stamboel mengu-sulkan agar Sisa Anggaran Lebih (SAL) 2011 nantinya digunakan untuk pem-bangunan infrastruktur ekonomi per-tanian dan perdesaan. “Dengan asum-si penyerapan APBNP 2011 mencapai 90 persen, maka kemungkinan besar akan ada SAL diatas Rp100 triliun. SAL ini sebaiknya tidak hanya disimpan dan dijadikan cadangan, seperti ta-hun lalu yang mencapai Rp95 triliun. Karena uang pemerintah yang terlalu banyak mengganggur tentu tidak baik buat perekonomian. Apalagi uang nganggur pemerintah di Bank Indo-nesia per Oktober lalu sudah sangat besar mencapai Rp 243 triliun. Lebih baik SAL ini untuk pemerataan dan menggerakan ekonomi pertanian dan perdesaan,”paparnya.

Menurut Kemal, hal ini sangat penting karena sektor pertanian ma-sih berkontribusi signifikan dalam PDB nasional,leading sector untuk ketahanan pangan, penyerap tenaga kerja tertinggi, dan tempat sebagian besar orang miskin berada.

“Sebagian besar kemiskinan di perdesaan dan sekitar 63% rakyat miskin di pertanian. Namun sayang-nya pada APBN 2012 hanya dialoka-

sikan Rp 3,5 triliun, atau hanya 2,1% dari total belanja modal Rp 168,1 triliun. Padahal infrastruktur ekonomi pertanian yang baru teririgasi 36,3 persen. Kalau SAL ini dialokasikan ke-sana maka dampak ekonominya akan sangat besar,”tambahnya.

Menurut Data Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU. hingga akhir 2009, total luas sawah yang sudah mendapat saluran irigasi hanya mencapai 7,2 juta ha. Data BPS (2010) menunjukkan luas sawah padi sekitar 12,87 juta ha. Sedangkan luas lahan pertanian tahun 2010 sekitar 19,81 juta ha. Hal ini menunjukkan baru 36,3% yang teririgasi.

Tahun 2011, pemerintah menye-diakan anggaran pembangunan saluran irigasi dan perluasan irigasi lama, senilai total Rp 3 triliun.

Proyek irigasi baru ini akan me-ngairi sawah seluas 65.800 hektare (ha). Proyek baru itu berfokus di luar Pulau Jawa, yakni di Sumatera, Ka-limantan dan Sulawesi. Sedangkan tahun 2010 sebelumnya, anggaran proyek irigasi sekitar Rp 2,5 triliun, dengan total sawah yang memanfaat-kan saluran pengairan itu mencapai 100.000 ha.

“Maka kalau kita ingin meningkat-

kan produktifitas pertanian dan me-ningkatkan ketahanan pangan maka saluran irigasi mutlak ditingkatkan. Kalau kita ingin mencapai 60% teriri-gasi maka dibutuhkan saluran irigasi baru yang bisa mengairi sekitar 4 juta hektar kedepan. Dan dengan asumsi anggaran proyek irigasi Rp 2,5 triliun bisa mengairi 100.000 ha, maka kita membutuhkan Rp100 triliun. Paling tidak dengan alokasi SAL kesana kita bisa mempercepat peningkatan iri-gasi, waduk, dam-dam, situ, embung, dan lainnya,”tegasnya.

Dengan alokasi SAL ini menurut Kemal, setiap desa di Indonesia bisa mendapatkan alokasi sekitar Rp1,5 miliar untukinfrastruktur ekonomi pertanian dan perdesaan.

`“Sehingga dengan demikian, hal ini akan melengkapi proyek MP3EI yang berbasis di perkotaan. Ini akan membuat pemerataan dan perge-rakan ekonomi perdesaan semakin kuat. Dan penyerapannya, kalau ba-sisnya pertanian dan perdesaan juga diharapkan akan efektif,”ujarnya. (si)

***

Anggota Komisi XI DPR RI, Kemal Azis Stamboel

pk-s

ejah

tera

.org

Page 43: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LEGISLASI

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 |

Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso di Gedung DPR/MPR, Senin (9/1) me-

ngatakan bahwa DPR telah menerima surat tertanggal 4 Januari 2012 ber-nomor R/02/Pres/01/2012 mengenai penyerahan draf RUU Desa. “Tidak apa-apa terlambat hingga tujuh ta-hun, daripada tidak sama sekali,” kata politisi dari Partai Golkar itu.

Awalnya, DPR sudah mengambil sikap tegas. Jika sampai akhir pekan ini draf RUU Desa tak juga diserahkan maka DPR akan mengambil alih pem-bahasan dan akan menetapkan RUU tersebut sebagai hak inisiatif DPR.

Hanya saja, pemerintah sudah le-bih dulu merespon dengan mengirim naskah RUU Desa ke DPR.

Sebelumnya, ratusan kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara terus-menerus mendesak Presiden Yudho-yono segera mengesahkan RUU Desa. Beberapa kali mereka menggelar aksi demo di DPR, Istana Presiden, dan Kantor Kementerian Dalam Negeri.

Mereka juga menuntut janji Pre-siden Yudhoyono untuk memberikan otoritas pada desa mengelola desa melalui RUU Desa.

Ketua Persatuan Rakyat Desa

DPR Sambut Positif Draft RUU Desa Yang Akhirnya Diserahkan pemerintah

Pemerintah akhirnya menyerahkan draf RancanganUndang Undang (RUU) Desa kepada DPR.Meski terbilang telat, namun penyerahan draf RUU itu tetap disambut positif oleh DPR.

(Parade) Nusantara Sudir Santoso menyebutkan, permasalahan aturan pemerintahan desa yang paling mendesak direvisi adalah soal angga-ran. “Kami ingin ada anggaran pem-bangunan desa yang langsung diam-bil dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara),” kata Sudir.

Pemerintah akhirnya menyele-saikan draf RUU Desa dalam rapat ter-batas di Kantor Presiden, pada Selasa 6 Desember 2011. “Ya tadi sudah final di kabinet ya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini saya segera mengaju-kan ampres (amanat presiden) ke be-liau. Kalau mungkin dalam minggu ini, saya ajukan minggu ini ampresnya,” kata Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi usai rapat di Kantor Presiden, Selasa (7/12).

Gamawan menolak menjelaskan

sejumlah substansi materi dalam RUU tersebut. Ada enam isu yang didala-mi. “Pada prinsipnya sudah disepakati semua. Lihat saja nanti,” katanya.

Untuk diketahui, salah satu sub-stansi yang dituntut para perangkat desa, yakni pemerintah mengalokasi-kan dana APBN 10 persen untuk ang-garan desa.

Selama ini, alokasi anggaran desa bergantung pada perolehan pajak bumi bangunan (PBB) masing-masing desa antara Rp 50 juta-Rp 60 juta per tahun.

Menurut Gamawan, besaran dana desa tidak dipatok sepuluh atau lima persen. “Tapi dana desa itu pasti ada, diserahkan pada pemerintah kabu-paten untuk mengaturnya, bukan pusat langsung ke desa. Dalam struk-tur pemerintahan kita kan seperti itu,

Jajaran Pimpinan DPR, Pimpinan Baleg dan Ketua Delegasi

Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso

Page 44: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

| PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

lih oleh rakyat desa. Karena itu saya mempertaruhkan jabatan saya untuk memenuhi amanah rakyat desa, yaitu RUU Desa. Saya akan mengawal pem-bahasan RUU dari dalam (DPR),” tan-das Budiman.

Budiman mengungkapkan, niatan terealisasinya UU Desa adalah tu-juan utama keberadaannya di DPR. Hal tersebut telah diungkapkan saat berkampanye di derah pemilihannya di Banyumas, Jawa Tengah.

“Saya bersumpah akan mengawal dan menggolkan RUU Desa. Karena itulah janji saya bila terpilih sebagai

wakil rakyat,” lanjut Budiman.Sepertinya, sensitifitas persoalan

RUU Desa diyakini menjadi pertim-bangan pemerintah yang terlambat dalam mengajukan RUU Desa itu ke DPR.

Menurut Ketua Asosiasi Peme-rintah Kabupaten Seluruh Indonesia, Isran Noor, materi dalam draf ran-cangan pemerintah meliputi enam isu penting yaitu, kedudukan desa, pena-taan desa, kewenangan desa, penye-lenggara pemerintah desa, keuangan desa, serta pembangunan desa dan kawasan pedesaan.

Isran Noor mengklaim bahwa pem-bahasan RUU Desa telah mendapat dukungan dari 322 Kabupaten/Kota, pimpinan DPRD serta 9 Fraksi di DPR.(nt) ***

otonomi itu ada di provinsi dan di kabupaten/kota dan desa bagian dari kabupaten, kalau dana itu ke kabup-ten biar kabupaten yang mengatur alokasi dana ke desa masing-masing,” jelasnya.

Gamawan berharap RUU Desa bisa cepat dibahas di DPR. “Saya harap minggu ini, karena kami sudah har-monisasi kok, dengan semua kemen-terian,” ujarnya.

Berharap PemerintahMasukkan 10%

Sementara itu, Fraksi Partai Ke-bangkitan Bangsa (FPKB) DPR ber-harap pemerintah dapat segera me-masukan usulan alokasi anggaran terintegrasi sepuluh persen dari APBN dalam draft RUU. Hal tersebut sangat penting bagi desa, sekaligus sebagai pembuktian paradigma pembangu-nan pemerintah tak hanya berorienta-si hanya di kota saja, namun juga me-nyentuh tingkat pedesaan (prodesa).

“Dan sama artinya pemerintah percepat pengentasan kemiskinan 50 persen kemiskinan berada di desa. Jika pemerintah tidak memasukan usulan ini, maka FPKB akan memasu-kan usulan ini dalam DIM RUU versi

FPKB,” kata Sekretaris FPKB DPR, Hanif Dakhiri (05/12) saat menerima delegasi Persatuan Rakyat Desa (Pa-rade) Nusantara.

Hanif mengatakan, bahwa PKB sangat mendukung secara penuh gagasan atau ide adanya penyediaan dana bagi desa yang diatur presen-tasenya dari total APBN, hal ini juga didasari dari keputusan resmi PKB.

Anggota Komisi II DPR dari FPKB, Abdul malik Haramain menambahkan, dana desa yang kini diperjuangkan oleh PKB adalah sebuah komitmen untuk lebih meratakan pembangunan hingga level paling terendah, terlebih, desa selama ini merupakan menjadi salah satu tempat pembangunan.

“Untuk itu, pemerintah harus mau komitmen melibatkan desa dalam merencanakan dan mengelola pem-bangunan di desa. Dan aparat pene-gak hukum harus awasi penggunaan dana itu untuk mengantisipasi pen-yelewengan,” ujar Malik.

Sementara itu, Anggota Komisi II DPR dari FPDIP Budiman Sudjatmiko mengatakan dirinya siap mengawal dan mempertaruhkan jabatannya demi disahkannya RUU Desa. “Saya menjadi anggota DPR karena dipi-

Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara saat menyalurkan aspirasinya di DPR mengenai RUU Desa

Anggota komisi II DPR, Budiman Sudjatmiko

Page 45: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LEGISLASI

�6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 |

RUU Pendidikan KedokteranMomentum Perbaiki Pelayanan KesehatanRUU Tentang Pendidikan Kedokteran menjadisalah satu momentu dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.Saat ini RUU tersebut telah menjadi salah satuagenda prolegnas DPR RI tahun 2011.

Kalangan DPR berjanji akan menuntaskan RUU ini pada Masa Persidangan IV Tahun

Sidang 2011-2012. Selain itu mutu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pelayanan, maupun pemenuhan dok-ter di daerah terpencil menjadi kata kunci perbaikan mutu pelayanan ke-sehatan bagi seluruh rakyat Indonesia kedepannya.

“Penyusunan Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran ini perlu mendapat perhatian, mengi-ngat pendidikan kedokteran sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan

layanan kesehatan yang berkualitas,” ujar Anggota Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian dari Fraksi Partai Golkar saat ditemui tim Parle, di Gedung Nu-santara I, Rabu (11/1).

Di sisi lain, lanjutnya, ada banyak hal yang bisa dibenahi melalui Un-dang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran. Salah satunya mengenai pendidikan kedokteran sebagai media

pembentukan dokter yang berkarak-ter. Misalnya, selama ini masih banyak ditemui dokter yang kurang terampil dalam berkomunikasi secara empatik terhadap pasien maupun dokter yang kurang memiliki kerjasama (team-work) yang baik dengan tenaga medis lainnya, kata Hetifah.

Menurutnya, kekurangan itu dapat diperbaiki dengan pembenahan sistem pendidikan kedokteran yang lebih baik. “Munculnya RUU inisiatif ini didorong oleh adanya fenomena mencemaskan masyarakat terkait dengan mahalnya pendidikan kedok-

teran. Hal itu menyebabkan terba-tasnya akses masyarakat miskin yang mempunyai kemampuan akademik untuk menjadi dokter,” ujarnya.

Hetifah membenarkan, memang banyak masalahnya, mulai dari sedikit-nya dokter, apalagi dokter spesialis di daerah atau pedalaman khususnya daerah yang tidak memiliki fakultas kedokteran, kurangnya rumah sakit pendidikan, serta rendahnya mutu lulusan yang dihasilkan sebagian per-guruan tinggi terutama swasta hingga belum adanya pengaturan tentang pendidikan kedokteran spesialis.

“Jadi pendidikan kedokteran akan diatur dalam sebuah perundang-undangan, saat ini Komisi X DPR tengah menyusun undang-undang tersebut dan telah melakukan proses konsultasi dengan berbagai stake-holders terkait dengan undang-undang dimaksud,” jelasnya.

Dia menambahkan, ada beberapa issue kritis yang akan diatur dalam undang-undang tersebut. Beberapa diantaranya, adalah kebijakan pendi-dikan kedokteran dan dokter spesi-alis, rumah sakit pendidikan, proses seleksi mahasiswa yang diharapkan bisa lebih berhati-hati dan dileng-kapi tes psikometri, kuota bagi siswa daerah yang membutuhkan, serta pentingnya menempatkan kesetaraan gender dan kesempatan bagi mereka yang berpendapatan rendah.

Selanjutnya, undang-undang ini juga akan mengatur soal pendanaan APBN maupun APBD untuk fakultas kedokteran, baik di perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS). Begitu juga dengan hal-hal terkait kurikulum, dosen, dan pen-didikan klinis, penghitungan unit cost untuk menetapkan subsidi, beasiswa dan SPP akan diatur pula dalam un-dang-undang tersebut, ujar Hetifah.

Anggota komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian

Page 46: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

| PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7

Liberalisasi dan MahalnyaBiaya Pendidikan Kedokteran

Terkait dengan liberalisasi dan ma-halnya biaya pendidikan kedokteran, Hetifah mengatakan, tiap perguruan tinggi dapat membuka fakultas ke-dokteran selama yang bersangkutan peminatnya banyak. Dia melanjut-kan, peminat umumnya berasal dari kelompok masyarakat menengah ke atas.

Di Indonesia, jelasnya, saat ini un-tuk menjadi dokter memang diperlu-kan biaya yang tidak sedikit. Sekitar Rp 200 - Rp400 juta untuk biaya masuk dan kira-kira Rp 70 juta-an/semester. Perhatian pemerintah yang belum maksimal, kata Hetifah, praktis mem-buat biaya pendidikan untuk menjadi seorang dokter tetap selangit. “Hal ini jelas membatasi peluang masyarakat golongan menengah ke bawah atau miskin untuk menyekolahkan anaknya menjadi dokter,” tegasnya.

Biaya mahal ternyata tidak men-jamin kualitas dokter di Indonesia memenuhi standar tinggi. Karena de-ngan biaya semahal itu, jelas Hetifah, standar pendidikan kedokteran di Indonesia masih tetap di bawah stan-dar internasional. “Dokter kita belum bisa langsung berpraktek di Rumah Sakit Internasional, karena tidak me-menuhi standar kualitas yang ditetap-kan,” tuturnya.

Atas dasar pemikiran itulah, Heti-fah Sjaifudian berpandangan bahwa negara sudah semertinya mengambil alih untuk menjamin kualitas dokter di Indonesia. “Bahkan, negara harus dapat mengatur pendidikan kedok-teran ini gratis, supaya semua lapisan masyarakat memiliki kesempatan yang sama,” paparnya.

Kedepan, lanjut Hetifah, pendidi-kan kedokteran akan bersifat kedina-san. Ini untuk menjamin keterpenuhan daerah akan tenaga kesehatan, teru-tama dokter. “Selama ini dokter-dok-ter kita sering keberatan jika bertugas di daerah. Dengan pendidikan ikatan dinas, dokter-dokter itu di tuntut un-tuk mengabdi dimanapun ditugaskan sesuai dengan kebutuhan,” tegasnya.

Dia menambahkan, untuk menja-min lulusan yang pendidikan kedok-teran yang berkualitas dan memiliki dedikasi tersebut, calon mahasiswa kedokteran akan diseleksi secara khusus. “Dan dalam prosesnya tidak boleh ada diskriminasi dalam bentuk apapun,” himbuhnya.

Jadi Undang-Undang Pendidikan Kedokteran prinsipnya adalah mende-sain pemerintah untuk menjalankan tanggungjawab di bidang kesehatan dan mencari solusi atas persoalan-persoalan yang ingin disasar oleh UU Pendidikan Kedokteran. Misalnya, memeratakan akses dan kesempa-tan bagi daerah maupun masyarakat miskin dan marjinal untuk turut me-miliki dan mengenyam pendidikan kedokteran.

Penerimaan mahasiswa kedokter-an, lanjutnya, harus menjamin adanya kesempatan bagi calon mahasiswa dari daerah sesuai dengan kebutu-hannya, kesetaraan gender, dan ma-syarakat berpenghasilan rendah. “Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian beasiswa dan bantuan biaya pendidi-kan akan disediakan melalui ikatan di-nas dan beasiswa bersyarat afirmasi,” jelas Hetifah.

Kemudian, lanjutnya, memasukkan dalam proses seleksi maupun kuriku-lum pendidikan kedokteran materi

tentang psikometri agar lulusan pen-didikan kedokteran selain memiliki profesionalitas juga dedikasi sebagai tenaga kesehatan yang siap ditem-patkan di daerah manapun di seluruh Indonesia.

Selanjutnya, menyusun sebuah kurikulum berbasis kompetensi. Pen-gaturan dan implementasi mengenai evaluasi, sertifikasi, dan akreditasi, serta penerapan outcome based edu-cation untuk menunjang kebutuhan di hilir, tambahnya.

Hetifah Sjaifudian berharap, de-ngan Undang-Undang Pendidikan Kedokteran ini anak-anak miskin juga bisa menjadi dokter, dan mereka yang berada di daerah terpencil, perbatasan atau pedalaman bisa dilayani dokter yang bermutu.

“Jadi intinya dalam RUU tentang Pendidikan Kedokteran ini ada suatu payung hukum yang bisa mengatur bagaimana supaya pendidikan kedok-teran ini bisa lebih terbuka dan bisa di akses oleh siapa pun. Dan kita ingin siswa-siswa yang dihasilkan adalah siswa-siswa yang berkualitas agar dapat bersaing dengan kualitas dari dokter-dokter asing yang berpraktek di rumah sakit internasional yang ada di Indonesia,” imbuhnya.(iw)/foto:iw/parle.

***

Suasana Rumah Sakit

pant

uran

ews.

com

Page 47: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

PROFIL

�8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9 �8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9

“Saat itu saya mengatakan kepada ayah saya, rasanya semua tenaga dan waktu sudah dicurahkan untuk belajar, tapi hasilnya tidak memuaskan, dan saya juga mengeluh mengenai kenapa saya tidak seperti teman-teman sebaya saya, merekabelajar, bermain dan sebagainya, dan saya katakan kepada ayah saya,bahwa I Have no life,”jelas Nizar.

Dari Dokter Beralih MengabdiUntuk Kesejahteraan Rakyat

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terpilih untuk periode 2009-2014 terdiri dari

banyak kalangan dan profesi. Salah satunya berasal dari kalangan dokter. Bagaimana bisa, bertahun-tahun ber-profesi menjadi dokter lalu masuk ke dunia politik?

Ahmad Nizar Shihab, dokter ahli anastesi ini tak pernah menyangka kalau suatu ketika dia bisa mema-suki “rumah” perwakilan rakyat ini dan ngantor di tempat ini padahal sudah puluhan tahun profesi dokter dijalaninya.

Dalam bukunya yang berjudul Membawa Pesan Damai Berkat Rah-mat Ilahi Untuk Seluruh Negeri, Ahmad Nizar Shihab mengatakan seorang intelektual dituntut untuk berbakti kepada negara dalam wujud berjuang demi perbaikan kehidupan masyarakat melalui profesi yang di-tekuninya, termasuk memperjuang-kan kelancaran demokratisasi. ”Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa intelektual tidak boleh men-yembunyikan obyektivitasnya sekecil apapun,” tulisnya.

Pria kelahiran Makassar, 5 De-sember 1950 itu menilai seorang in-telektual harus setia pada jati dirinya yaitu seimbang antara ilmu, ambisi dan kualitas spiritualnya. Dengan begitu tidak terjadi “penghianatan intelek-tual”, sesuatu yang sering dikhawatir-kan ketika para intelektual memasuki arena politik.

Adik kandung cendekiawan Quraish Shihab, Umar Shihab, Alwi

Ahmad Nizar Shihab

Page 48: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9 �8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9

Shihab dan anak ke 9 dari 13 saudara ini sebenarnya sangat menikmati pro-fesi sebagai ahli anastesi. Namun, da-rah politikus yang berasal dari sang ayah ( Prof. Abdurrahman Shihab, Ketua Partai Masyumi – red) mem-bangkitkan minatnya menjadi seorang politikus. “Keterkaitan emosional dengan ayah secara tidak sadar me-numbuhkan keinginan saya menjadi seorang politisi, hal ini disebut emo-sional genetics, dimana gen kita yang jumlahnya miliaran, hanya 1/3 yang aktif (on), sisanya 2/3 tidak aktif (off), nah gen yang aktif ini bisa menjadi aktif bila ada pikiran yang dominan,” kata pria lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) itu.

Dalam biografinya, Prof KH Ab-durrahman Shihab ayah dari Ahmad Nizar Shihab, adalah seorang ula-ma kharismatik yang menyebarkan agama dengan menggunakan baha-sa penuh kasih sayang dan toleransi baik dengan aliran didalam mazhab islam sendiri ataupun diluar agama islam, serta Ketua Umum Masjid Raya Makasar dan guru besar dalam bi-dang tafsir.

Prof KH Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang to-koh pendidik yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Mus-lim Indonesia (UMI), sebuah perguru-an tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur saat ini, dan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar yang kini berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

Nilai menuntut ilmu yangditanamkan oleh orang Tua

Dalam hal menuntut ilmu, Nizar menceritakan, ketika kuliah ditahun pertama di Fakultas Kedokteran Uni-versitas Hasanuddin, dirinya menge-luh kepada ayahnya mengenai kelela-hannya dalam belajar.

“Saat itu saya mengatakan kepa-da ayah saya, rasanya semua tenaga dan waktu sudah dicurahkan untuk belajar, tapi hasilnya tidak memuas-kan, dan saya juga mengeluh menge-nai kenapa saya tidak seperti teman-teman sebaya saya, mereka belajar, bermain dan sebagainya, dan saya katakan kepada ayah saya, bahwa I Have no life,”jelas Nizar.

Menanggapi keluh kesah Nizar, katanya, menjelang sore, ayahnya membawa Nizar jalan-jalan dipinggir pantai Losari, Makasar, sambil me-nikmati indahnya pemandangan ma-tahari terbenam, dan sambil memper-hatikan beberapa orang remaja yang sedang menghabiskan waktu mengo-brol sambil bernyanyi.

Lepas dari Pantai Losari ayah Ni-zar membawa Nizar muda berkeliling kota, saat itu ayah Nizar berkata ‘Yuk kita hitung berapa banyak dokter yang berpraktek sore’, menurutnya, kala itu ditahun 1970 an belum banyak dokter yang berpraktek sore.

Lalu ayah saya berkata, ‘kalau mau jadi dokter harus membedakan diri dengan pemuda-pemuda yang di-pantai itu,’ mereka punya kehidupan, kamupun punya kehidupan,’ Ayah meyakini saya, bahwa I have a life, but it’s different from other people’s lives

( saya punya kehidupan tapi kehidu-pan itu berbeda dari kehidupan orang lain).

Ketika keyakinan sudah tertanam, kata Nizar ayah saya mengatakan, “ Ananda Nizar , hanya ilmu dan ilmu yang bisa mengangkat derajat manu-sia “. Kemudian beliau menambahkan, “ Bila kamu melayat orang mening-gal, maka janganlah kamu menangis, kamu seharusnya menangis bila meli-hat anak yang tidak bersekolah.”

“Kata-kata ini menjadi power of suggestion bagi saya untuk berseko-lah dan mencapai cita-cita saya se-bagai dokter,” tegas pria yang selalu menghindari makanan seperti ikan asin dan telur asin, kerena kedua makanan tersebut menurut Nizar memberi kontribusi utama tekanan darah tinggi dan stroke.

Terjun Berpolitik

Sebagai dokter ahli anastesi yang sudah tidak lagi ia tekuni, sebelumnya Nizar menjadi staf khusus Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari bidang kebijakan politik, setelah itu Ahmad Nizar Shihab bergabung dengan Par-tai Demokrat. Pada Pemilu Legislatif tahun 2009, Anggota DPR dari daerah pemilihan (dapil) Sulawesi Selatan I itu, dipercaya masyarakat Sulawesi Se-

Ahmad Nizar Shihab saat Rapat Sidang BPJS di Gedung DPR

Page 49: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

PROFIL

�0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1 �0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1

latan untuk duduk di Senayan. Bahkan latar belakangnya yang puluhan tahun menjadi dokter, menjadi kepercayaan bagi Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR menempatkan Ahmad Nizar Shihab sebagai salah satu pimpinan di Komisi IX DPR, komisi yang membidangi ma-salah kesehatan, kependudukan serta tenaga kerja dan transmigrasi itu.

Menurut Nizar, seorang politikus dituntut untuk pandai berbicara, ber-argumentasi dan melakukkan lobi-lobi dengan tatanan bahasa yang halus dan memberi harapan. Banyak orang menilai bahwa profesi politisi berarti menjadikan diri sebagai ‘manusia mu-lut’ kekuatan politisi ada pada mulut-nya atau kemampuan retorikanya.

Sebaliknya seorang dokter ahli bedah dan ahli anestesi yang bekerja dikamar bedah memakai masker se-hingga sering diidentikkan sebagai ‘manusia tangan’. Mereka bekerja dengan sangat sedikit menggunakan komunikasi verbal.Bahkan pekerjaan-nya seakan-akan dilakukan secara reflex dari suatu gerakan ke gerakan lainnya, semuanya saling mengerti, menjalin kerjasama, dengan sedikit bicara. Sehingga ungkapan ini sa-ngat tepat bagi seorang yang melihat proses pembedahan sebagai ‘Sosok manusia yang menjawab tanpa dita-nya atau sosok manusia yang mem-beri tanpa diminta’.

Nizar menambahkan, ada-kah analoginya antara dokter yang bekerja dikamar bedah dengan poli-

tikus yang bekerja di Senayan?, ia menjelaskan, dikamar bedah terdapat dua egosentisme manusia yang ber-pendidikan tinggi karena professinya yaitu ahli bedah dan ahli anestesi, bisa menyatu karena rasa cinta untuk me-nyelamatkan nyawa manusia. Pribadi pribadi ini berada dalam kesadaran transpersonal , yang dalam bahasa agama disebut ma’rifah. Yaitu mereka mengalami kesadaran hakikat (ke-sadaran ruhaniah) yang bisa meneng-gelamkan egosentrisme masing-ma-sing untuk menuju kesesuatu yang lebih tinggi, yaitu Zat Tuhan.

“Jadi bisa dikatakan, analoginya antara pribadi di kamar bedah den-gan pribadi digedung DPR Senayan, yang pertama mereka (dokter) bisa bekerjasama menyelamatkan nyawa manusia, sedangkan yang kedua me-reka (politisi) juga bekerja sama untuk kesejahteraan rakyat.”jelasnya.

Ia menerangkan, bahwa Nilai kerjasama itu adalah nilai Humanis theosentrik yaitu seorang yang punya kesadaran_KeTuhanan-yang sangat dalam dengan cara mendarmabak-tikan hidupnya melalui ilmunya di-manapun tempat dia mengabdi untuk kemulian manusia.

Dokter yang memperdalam Ilmu Hukum Kedokteran di Loyola Uni-versity, Chicago dan sub spesialisasi Penanggulangan Nyeri di Temple Uni-versity USA juga masih menyempat-kan diri memimpin Forum Parlemen Indonesia untuk Kependudukan

dan Pembangunan. Forum ini aktif memperjuangkan keterlibatan ang-gota parlemen laki-laki dalam upaya pencegahan kekerasan berbagai gen-der. “Saya menjadi ketua di forum ini dengan mengajak teman-teman di parlemen,” ujarnya.

Sebagai salah satu Wakil Ketua Komisi IX DPR, dalam memimpin si-dang atau rapat, Nizar menjelaskan dirinya harus belajar untuk sabar mendengar, “Meski ada beberapa pendapat yang tidak sepaham dengan saya, saya harus sabar mendengar, karena saya menyadari fungsi saya adalah agar sidang berakhir tanpa ada insiden dan semua anggota de-wan ‘hormat kata’ serta menghasilkan keputusan bersama,”katanya.

Ia menjelaskan, memang ter-kadang suatu sidang memakan waku yang cukup lama, namun ia menyadari bahwa hal tersebut dapat melatih ketrampilannya dalam menguasai manajemen waktu, “Saya kira, saya perlu jam terbang yang lebih lama untuk mahir dalam memimpin sidang dan menguasai menejemen waktu tersebut agar setiap anggota dewan dapat berbicara semua”terang Nizar.

Kiprah Ahmad Nizar Shihab di parlemen juga sangat cemerlang, salah satu yang menonjol adalah ke-berhasilannya memimpin Rancangan Undang Undang Badan Penyelengg-ara Jaminan Sosial (BPJS) yang saat ini sudah sah menjadi Undang Undang.

“Keberhasilan ini, tidak akan tercapai tanpa keterlibatan unsur empat pimpinan dalam mencarikan jalan keluar atas setiap masalah kru-sial yang tidak bisa dipecahkan di Pansus,”jelasnya.

Sebagai Ketua Pansus RUU BPJS, Ahmad Nizar Shihab bukan saja di-anggap berhasil melakukan win-win solution antara pemerintah dan DPR yang “ngotot” terhadap perbedaan pelaksanaan BPJS, Ahmad Nizar Shi-hab juga mampu “mendinginkan” aksi-aksi massa yang menentang dan pro terhadap RUU BPJS yang begitu keras bersuara di DPR.

Bahkan dalam sebuah koran

Ahmad Nizar Shihab bersama keluarga tercinta

Page 50: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1 �0 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �1

nasional, Wakil Ketua DPR Pramono Anung mengatakan persetujuan RUU BPJS menjadi Undang Undang merupakan sejarah terukir dimana untuk pertama kali Indonesia memi-liki Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. “Sewaktu saya menyerahkan draf RUU BPJS ke Pak Pramono, saya mengatakan bahwa pengesahan RUU ini merupakan ‘Tiket kita ke surga, dan pernyataan saya tersebut di ucapkan kembali oleh Pak Pramono di hada-pan anggota sidang Paripurna.” ujar Nizar.

Meski sudah menjadi anggota DPR, Ahmad Nizar Shihab tetap aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, dok-ter lulusan SD Butung, SMP 5 dan SMA 1 Makassar ini masih menyem-patkan diri memimpin Yayasan Peduli Kemanusiaan dimana salah satu keg-iatannya adalah memberikan kacama-ta gratis pada siswa SD dan SMP tidak mampu. Kegiatan ini telah mencakup 12 kabupaten antara lain dilakukan di kabupaten Gowa dan Kodya Makassar.

“Aktifitas kami yaitu membantu anak anak SD untuk memperoleh kacamata gratis. Banyak anak-anak yang cerdas tapi karena gangguan penglihatannya mengakibatkan anak anak tidak bisa mengikuti pelajaran disekolah,” jelas ayah dari tiga orang anak dan 1 cucu ini.

Menurut Nizar ada 2 (dua) ma-salah dalam kasus ini, pertama anak-anak tidak berani mengeluh karena penglihatannya kabur dalam memba-ca tulisan di papan tulis , yang kedua guru tidak punya keterampilan untuk mengetahui muridnya butuh kaca-mata.

“Kalaupun gurunya mengetahui bahwa muridnya butuh kacamata ,tapi banyak diantara muridnya ber-asal dari kalangan tidak mampu se-hingga tidak bisa membeli kacamata, akibatnya , anak cerdas yang tadinya berprestasi , angkanya akan menurun, lalu guru atau orang tuanya marah-marah, dan ahirnya anak ini akan pu-tus sekolah, ”papar Nizar.

Lebih lanjut ia menambahkan,

bahwa yayasan ini telah mendistri-busikan sekitar 45.000 kacamata gratis didalam 5 tahun terahir ini dan semua dana diperoleh dari CSR, salah satunya dari beberapa BUMN dan sumbangan pribadi dan kacamata tersebut telah terdistribusi di 30 kota / kabupaten,

Namun katanya, untuk mendis-tribusikan dibutuhkan tenaga dan biaya yang mahal, karena distribution costnya lebih mahal dari harga kaca-matanya.

Nizar mencontohkan, misalnya jika yayasan ingin mendistribusikan 1000 kacamata, maka Yayasan harus men-screning sekitar 10.000 anak, dan rata-rata satu sekolah sekitar 300 anak, jadi berarti 30 sekolah.

Tiap-tiap sekolah ini, jelasnya, diberikan pelatihan guru-guru UKS (usaha kesehatan sekolah) nya untuk mengetahui cara screning anak yang butuh kacamata, dari hasil screening guru, maka dari 300 anak akan di-peroleh sekitar 25 persen anak yang suspect, setelah itu team refractionist opticen dari Yayasan turun langsung kesekolah sekolah memeriksa anak yang suspek tadi dan mengukur keta-jaman penglihatannya. Dari angka 25 persen, maka yang benar-benar bu-tuh kacamata adalah sekitar 7 sam-pai 15 persen, kemudian dibuatkan kacamatanya sesuai resep , lalu team

datang lagi kesekolah untuk fitting. “Jadi prosesnya panjang karena

prosesnya ‘tailor made’ bukan mass production, kalau diperkirakan angka rata-rata 10 persen anak butuh kaca-mata, dengan demikian yayasan ini telah memeriksa kurang lebih 450.000 ( empat ratus lima puluh ribu anak ).”jelasnya.

“Putra saya Muh. Fachri yang se-karang berkuliah di ITB jurusan tekhnik mesin, bercita-cita menghimpun anak berkacamata menjadi ‘persahabatan anak berkacamata’ dia akan meng-koordinirnya, hal ini karena Fahri anak saya juga berkacamata,”terang Nizar.

Ia menambahkan, bahaya bila anak lambat dikoreksi Visusnya (keta-jaman penglihatannya) sehingga be-rakibat lambat memakai kacamata maka anak tersebut mengalami “ LAZY EYE “ “MATA MALAS” , “Anak ini kecerdasannya pasti menurun. Jadi koreksi kacamata secara dini adalah sangat penting, untuk mempersiap-kan generasi yang cerdas,”tegasnya.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu juga aktif sebagai De-wan Pakar PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ketua Forum Parlemen Untuk Kependudukan dan Pembangunan dan Anggota International Asso-ciation for the Study of Pain, Seattle, USA.(nt/ra)

***

Ahmad Nizar Shihab saat melakukan Kunjungan Kerja Komisi IX DPR ke daerah di Indonesia

Page 51: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

KUNJUNGAN LAPANGAN

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

Kunjungan LapanganPanja MDGs-BKSAP DPR RIKetua Panitia Kerja (Panja) MDGs di Badan KerjasamaAntar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Dr. Nurhayati Ali Assegaf, memimpin Kunjungan Lapangan ke Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Provinsi Sumatera Barat. Kunjungan Lapangan ini bertujuan untuk melihat sejauh manapencapaian MDGs di daerah.

Panja MDGs yang diwakilkan oleh DR. M. Hidayat Nur Wahid, MA (Ketua BKSAP/Komisi I/F-PKS);

Bapak Sidarto Danusubroto (Wakil Ketua BKSAP/ Komisi I/ F-PDI Perjua-ngan); H. Andi Anzhar Cakra Wijaya, SH (Wakil Ketua BKSAP/ Komisi III/F-PAN); Ir. H. Azam Azman Natawijana (Anggota BKSAP/ Komisi VI/F-PD); Ibu Ida Ria Simamora, SE, MM (Anggota BKSAP/ Komisi VI/F-PD); Ibu Meutya Viada Hafid (Anggota BKSAP/ Komisi XI/F-Golkar); Ibu Evita Nursanty (Ang-gota BKSAP/ Komisi I/F-PDI Perjua-ngan); H. Mustofa Assegaf (Anggota BKSAP/Komisi XI/ F-PPP) dan DR. Su-saningtyas Nefo Handayani Kertopati, M.Si (Anggota BKSAP/Komisi I/ F-Ha-

nura) menutup masa kerjanya di ta-hun 2011 dengan melakukan Kunju-ngan Lapangan ke Provinsi Sumatera Barat yang didampingi oleh Prof. Dr. Nila F. Moeloek, sebagai Utusan Khu-sus Presiden RI untuk MDGs. Dalam melakukan tugasnya, Panja MDGs selalu melakukan konsultasi dengan Kantor Utusan Khusus Presiden RI un-tuk MDGs (KUKPRI) dan KUKPRI telah memberikan beberapa rekomendasi mengenai daerah-daerah yang dapat dikunjungi oleh Panja MDGs seba-gai bahan kajian mengenai sejauh mana pencapaian MDGs di daerah. Pada tahun ini, salah satu daerah yang direkomendasikan oleh KUKPRI sebagai lokasi kunjungan lapangan

Panja MDGs DPR RI adalah Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji. Pada rekomendasinya dikatakan bahwa Su-matera Barat yang terkenal sebagai daerah yang kaya akan kulinernya, di sebagian wilayahnya masih memiliki masalah dengan keluarga berencana dan gizi buruk.

Kunjungan Panja MDGs DPR RI ini diawali dengan melakukan rapat kon-sultasi bersama Gubernur Sumatera Barat. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memberikan informasi bahwa Pemerintah Provinsi telah menetap-kan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Daerah Percepatan Pen-capaian Tujuan Millenium Develop-ment Goals (RAD MDGs) Provinsi Su-matera Barat Tahun 2011-2015, dan sesuai dengan surat Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Bappenas Nomor 9744/D1/11/2011 tanggal 9 November 2011 disampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Sumatera Barat merupakan satu dari lima Provinsi di Indonesia yang telah menyelesaikan penyusunan RAD MDGs tersebut se-cara tepat waktu.

Selain itu juga, pencapaian tu-juan MDGs baik berupa arah kebi-jakan, sasaran, tujuan, target dan program/kegiatan juga telah diinte-grasikan kedalam penyusunan doku-men Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015. Sehingga dapat terlihat secara jelas, bahwa indikator MDGs juga meru-pakan bagian dari indikator makro dan mikro pembangunan di Sumatera Barat dan merupakan prioritas pem-bangunan lima 8 tahunan kedepan sebagaimana tertuang dalam doku-men RPJMD tersebut.

Panja MDGs melakukan kunjungan lapangan ke Provinsi Sumatera Barat

Page 52: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

Lebih lanjut dikemukakan bahwa, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh Sumatera Barat adalah belum terintegrasinya upaya penca-paian MDGs secara impelementatif sebagai bagian dari proses perenca-naan pembangunan, sehingga ke-banyakan usulan hanya bersifat pem-bangunan infrastruktur semata tanpa mengkedepankan pembangunan ma-nusia itu sendiri. Kegiatan-kegiatan pembangunan tersebut kurang mam-pu menjawab permasalahan-perma-salahan mendasar yang ada, terutama untuk mencapai tujuan-tujuan yang terdapat dalam MDGs.

Selain berkonsultasi dengan Pemerintah Provinsi, Panja DPR juga melakukan rapat konsultasi dengan Pemerintah Kota Padang. Dalam rapat, Pemerintah Kota Padang mengemu-kakan bahwa yang menjadi prioritas utama saat ini adalah rehabilitasi dan rekonstruksi pelayanan pendidikan dan kesehatan serta peningkatan kua-litas pendidikan dan pelaksanaan wa-jib belajar 9 tahun serta peningkatan sosial budaya masyarakat, pengen-tasan dan pemberdayaan masyarakat miskin. Pembangunan di kota Padang memang agak terhambat paska gem-pa yang terjadi pada tahun 2009.

Pemerintah kota Padang meng-ungkapkan bahwa yang menjadi tan-tangan dan hambatan kota Padang dalam mencapai target-target MDGs adalah terbatasnya pendanaan, ma-sih kuranganya peralatan medis, dan masalah pada kualitas sumber dana manusia. Namun pemerintah Kota Padang cukup optimis dengan kekua-tan kota Padang yang memiliki jumlah tenaga kesehatan yang cukup, akses terhadap pelayanan yang baik serta institusi kesehatan yang banyak.

Setelah menyelesaikan rapat konsultasi dengan pemerintah kota Padang, Panja MDGs DPR RI melan-jutkan kunjungan lapangan ke kelu-rahan Anduring. Di kelurahan terse-but, anggota Panja disambut dengan meriah oleh para penduduk yang su-dah menanti para wakil-wakil rakyat dengan suguhan tarian dan marawis.

Lurah Anduring memaparkan bahwa pasca gempa tahun 2009 lalu, kelu-rahan ini dapat membangun sumber daya desanya melalui usaha-usaha mandiri yang dijalankan oleh Ibu-Ibu Majlis Ta’lim dan PKK di kelurahan tersebut. Puskesmas yang berjumlah sekitar 7 puskesmas diharapkan dapat melayani sekitar 1000 anak balita dan ibu melahirkan. Pada kunjungannya Panja juga menyerahkan sumbangan sebesar 10 juta Rupiah yang dapat digunakan untuk pembangunan ma-syarakat ataupun perbaikan fasilitas bersama di Kelurahan Anduring.

Pada kunjungan ini Panja MDGs DPR RI menyerahkan sumbangan sebesar sepuluh juta Rupiah untuk pembangunan sarana dan fasilitas

yang dibutuhkan. Kunjungan Panja MDGs diakhiri dengan kegiatan ra-mah tamah dengan warga kelurahan.

Pada tahun 2012, Panja MDGs akan terus memberikan perhatian terhadap tercapainya target-target MDGs terkait dengan kesehatan ibu dan anak, akses pendidikan dasar, serta penanggulangan penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya. Isu mengenai kesehatan ibu dan anak serta penanggulanagan penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular lain-nya masih merupakan target-target MDGs yang sulit dicapai, sedangkan kemudahan akses pendidikan dasar perlu dijamin hingga ke daerah-dae-rah terpencil di Indonesia. (parle)

***

Dr. Nurhayati Ali Assegaf (kanan) menerima cindera mata dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

Page 53: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

KUNJUNGAN LAPANGAN

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

Komisi V Tinjau Infrastruktur DanKesiapan Angkutan

Kunjungan spesifik ini dalam rangka untuk melihat kesiapan infrastruktur jalan dan angkutan

di beberapa daerah menghadapi Libur Natal dan Tahun Baru. Bali dan Jogya menjadi pilihan kunjungan karena ke dua kota ini menjadi kota terpadat kunjungan wisatawannya baik wisa-tawan lokal maupun wisatawan man-canegara.

Rombongan dipimpin Anggota Komisi V Bambang Sutrisno dari Frak-si Partai Golkar, diikuti Agus Bastian (F-PD), Yudi Widiana (F-PKS) dan Mo-hammad Toha (F-PD).

Dalam kunjungan ini, Komisi V DPR banyak menyoroti sistem baru yang diberlakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Komisi V DPR RI meminta PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk melakukan sosialisasi kepada ma-syarakat pemberlakuan okupansi.

Sistem baru yang diberlakukan PT KAI ini harus segera disosialisasikan agar masyarakat tahu kebijakan baru ini.

Bambang mengatakan, Komisi V DPR mendukung pemberlakuan sistem ini untuk membatasi kapasitas angkut guna mempertahankan ke-nyamanan penumpang.

Sistem baru ini akan member-lakukan tidak ada satu pun penum-pang yang berdiri, semua penum-pang mendapatkan tempat duduk dan jika seat sudah habis, maka ticket tidak akan dijual lagi.

Sistem ini, kata Bambang, ber-laku bukan hanya di kereta api kelas eksekutif saja, tapi juga berlaku untuk kereta api kelas bisnis dan kereta api kelas ekonomi.

Bambang berharap sosialisasi ini dapat dilakukan secara intensif, agar masyarakat mengerti betul jika tem-pat duduk sudah habis, tidak diper-

bolehkan lagi berdiri dalam kereta. Sosialisasi ini juga perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman ke-pada masyarakat dengan mematuhi peraturan yang ada, kenyamanan dan keamanan penumpang akan lebih terjamin.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta Bambang Eko Martono menyampaikan, wilayahnya telah mempersiapkan angkutan kereta api menghadapi libur Natal dan Tahun Baru dimulai dari 21 Desember 2011 hingga tanggal 5 Januari 2012.

Menurut Eko, prediksi lonjakan penumpang diperkirakan pada hari Senin 26 Desember atau H+1 dengan volume penumpang 10.287 orang.

Adapun ketersediaan tempat duduk masa angkutan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012, untuk kereta api eksekutif jumlah tempat duduk yang disediakan per hari 2.300 seat, kereta api bisnis 2.358 seat dan kereta api ekonomi 3.398 seat.

Jika kapasitas tersebut masih kurang, PT KAI akan menambah kere-ta api tambahan yang semuanya kelas eksekutif dengan kapasitas yakni Argo Dwipangga Ekstra 350 seat, Sancaka Ekstra 250 seat dan Argo Lawu Ekstra 350 seat.

Eko menambahkan, pember-lakuan okupansi ini bertujuan mem-berikan kenyamanan dan keamanan penumpang. Jika dulu kereta api ke-las ekonomi dapat mengangkut pe-numpang lebih kurang 150%, dengan pemberlakuan sistem ini semua kelas dibatasi mengangkut maksimal 100 persen penumpang.

Saat menjelang libur Natal 2011 dan Tahun Baru 2012, Komisi V DPR RI melakukankunjungan kerja spesifik ke beberapa daerah, yakni ke Provinsi Jogyakarta, Provinsi Bali dan Provinsi Sumatera Utara.

Komisi V DPR melakukan kunjungan kerja spesifik meninjau bandara Adi Sucipto Yogyakarta

Page 54: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �� �� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | ��

Pemesanan tiket, kata Eko, dapat dilayani pada H-40 untuk KA Eksekutif dan Bisnis, H-7 untuk KA Ekonomi di stasiun On Line, pusat reservasi, agen resmi dengan sistem on line, kantor pos, call centre, maupun Indomart.

Tiket on line ini mudah didapat-kan dan bisa dibeli dimana saja untuk memudahkan penumpang membeli karcis. Pembelian melalui on line ini juga suatu bentuk peningkatan pela-yanan PT. KAI, selain juga untuk me-minimalisir para calo. Sampai seka-rang, agen on line sudah mencapai 23 agen.

Diakuinya, dengan penerapan Okupansi ini, penumpang kereta api ekonomi akan mengalami penurunan. Namun kebijakan ini harus didukung untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna kereta api bukan hanya un-tuk kelas eksekutif, tapi juga di kelas ekonomi.

Dukung Boarding Pass di KA

Pada kesempatan yang sama, Komisi V DPR RI juga mendukung diberlakukannya sistem boarding pass bagi calon penumpang kereta api (KA).Sistem itu dinilai bisa me-ngontrol masyarakat yang akan naik KA sekaligus mencegah praktik per-caloan tiket KA.

Menurut Bambang, penggunaan sistem boarding pass ini akan me-nambah kenyamanan dan keamanan pengguna KA. ”Kami mendukung karena menjadikan masyarakat aman dan nyaman,” kata politisi Dapil Jawa Tengah VI ini.

Namun Bambang mengingatkan, kesiapan pemberlakuan sistem baru ini harus disempurnakan mengingat tidak semua stasiun di seluruh Pulau Jawa ini kondisinya sama.

Pemberlakuan sistem itu, juga perlu memperhatikan beberapa fasili-tas yang memang perlu disediakan.

Fasilitas yang perlu ada menu-rut Bambang, perlu adanya ruang tunggu, mushala, fasilitas kesehatan dan fasilitas pendukung untuk me-reka yang memiliki kekurangan dan lanjut usia. ”Untuk masyarakat yang

memiliki kekurangan fisik supaya disiapkan,sudah menjadi aturan dunia bangunan publik harus menyediakan fasilitas untuk penyandang cacat,” tegasnya. Komisi V juga menyoroti kebijakan pembatasan penumpang oleh PT KAI (persero).

Kebijakan itu diharapkan tidak memicu kasus calon penumpang kereta yang tidak terangkut. Karena itu, Bambang meminta Dirjen Perkera-taapian melakukan langkah antisipasi dengan berupaya menambah ger-bong atau memberikan kompensasi bagi mereka yang tidak terangkut.

Kepala Stasiun Tugu Asdo Artri-vianto mengatakan sistem boarding pass ini sudah mulai diberlakukan di stasiun-stasiun tertentu di seluruh Indonesia pada 1 Oktober lalu. Sistem tersebut seperti pemberlakuan pe-numpang di bandara, untuk sarana dan prasarana memang harus ada yang di luar dan sebagian lagi di dalam.

”Memang harus bertahap dan akhir 2011 atau awal 2012 ini kita akan mengarah ke sana,” paparnya.

Menurut Asdo, 2012 nanti pi-haknya akan menyediakan kereta troli di stasiun karena banyak keluhan dari masyarakat mengenai belum tersedi-anya troli di stasiun. Sehingga pen-umpang terpaksa menggunakan jasa kuli. Jika troli ini sudah dipersiapkan, akan memudahkan penumpang untuk membawa sendiri barang-barangnya.

Asdo membenarkan, sistem boarding pass ini memang belum dapat diterapkan di semua stasiun mengingat kondisi stasiun yang ber-beda-beda dan tentunya ini dapat di-lakukan secara bertahap.

Komisi V Minta Terminal Ampelas di Renovasi

Dalam kunjungan ke Provinsi Sumatera Utara, Komisi V DPR RI me-minta pemerintah merenovasi Termi-nal Ampelas di Medan. Pasalnya, dari hasil kunjungan itu, terminal terbesar di Sumut ini dinilai masih bermasalah dalam drainase juga infrastruktur hingga pelayanan.

“Setelah kami tinjau, Terminal Ampelas Medan yang merupakan ter-minal tipe A perlu di renovasi, untuk itu kami akan bantu memberikan du-kungan serta memperjuangkan ang-garannya, supaya terminal ini kede-pannya lebih bagus dan nyaman bagi penumpang,” kata Ketua Tim Kun-jungan Spesifik Komisi V DPR RI Ali Wongso HS (F-PG) bersama anggota tim lainnya yakni Iskan Qolba Lubis (F-PKS), Usmawarnie Peter (F-PD), dan Sunartoyo (F-PAN) saat meninjau Ter-minal tersebut.

Dalam kunjungan yang didam-pingi Wali Kota Medan Rahudman Harahap, itu Komisi V DPR langsung meninjau ke dalam Terminal Ampelas, mulai dari pool bus hingga pemerik-saan uji kelayakan kendaraan. “Termi-

Komisi V DPR melakukan kunjungan kerja spesifik ke Yogyakarta meninjau stasiun kereta api di jogja

Page 55: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

KUNJUNGAN LAPANGAN

�6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7 �6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7

nal Amplas ini sudah layak untuk dire-novasi, mengingat terminal ini juga tipe A, termasuk pengujian kendaraan harus dilakukan semaksimal mung-kin dan sesuai standar yang berlaku karena ini menyangkut keselamatan penumpang,” tambahnya.

Dikatakan Ali Wongso, kunju-ngan ini dalam rangka untuk melihat persiapan pemerintah daerah dalam mengantisipasi lonjakan penumpang di saat Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Sebab di akhir tahun biasanya akan terjadi lonjakan penumpang baik dari Jakarta ke Sumatera ataupun se-baliknya. Selain itu, melihat langsung kondisi terminal yang ada di Medan.

Sebelumnya anggota Komisi V DPR RI juga meninjau lokasi rencana pembangunan fly over Jamin Gin-ting (Simpang Pos). “Kami berharap pembangunan fly over sudah dapat dilakukan pada 2012 dan pada 2013 harus tuntas, sehingga bisa mendu-kung kelancaran lalu lintas kota dari Medan ke Brastagi,” ujar Ali Wongso.

Ditambahkan anggota lainnya, Iskan Qolba Lubis pihaknya juga turut melakukan peninjauan Pelabuhan Be-lawan juga Bandara Polonia Medan. “Selain melihat kondisinya langsung, kami juga berkeinginan untuk menge-tahui apa yang seharusnya dibenahi,

sehingga infrastruktur transportasi di Medan baik dan nyaman bagi penum-pang,” jelas Iskan.

Turut hadir juga dalam penin-jauan itu dari Kementerian PU yakni Kasubdit Wil IB Bina Marga Kemen-terian PU Zamharir Basuni dan Kasat-ker Metropolitan Medan Ditjen Bina Marga Kementerian PU Malatua.

Wali Kota Medan, Rahudman Harahap menyambut baik kunjungan yang dilakukan anggota Komisi V DPR RI. “Kita mengapresiasi kunjungan anggota Komisi V DPR RI ini dalam rangka melihat infrastruktur kota ini. Tadi kita juga sudah meninjau jalan-jalan negara, fly over Jamin Ginting dan rencana Under Pass Titi Kuning. Tahun depan direncanakan jalan Tri-tura akan dilebarkan untuk mendu-kung pembangunan fly over Jamin Ginting sehingga bisa lebih represen-tatif,” jelas Rahudman.

Sebelumnya, Rahudman juga su-dah menyebutkan, kalau dua terminal di Medan yakni Terminal Ampelas dan Terminal Pinang Baris pada 2012 akan segera direnovasi. Sebab, pemerintah pusat juga sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 8 miliar untuk renovasi dua terminal tersebut yang masing-masing Rp 4 miliar.

SejumlahToiletKM Kelud Rusak

Setelah melakukan peninjauan ke Terminal Ampelas, Tim Komisi V DPR kembali melihat kesiapan armada angkutan di Pelabuhan Belawan, disini Tim menemukan sejumlah toilet kelas ekonomi KM Kelud tidak berfungsi.

Temuan tersebut membuat anggota dewan yang membida-ngi perhubungan itu merasa kaget dan tampak kecewa. “Toilet ini sa-ngat dibutuhkan penumpang selama dalam perjalanan. Jadi PT Pelni harus segera melakukan perbaikan,” ujar Ali Wongso kepada GM PT Pelni Medan Budandi.

Dalam peninjauannya itu ang-gota Komisi V DPR juga meninjau fasilitas di kapal seperti tempat tidur penumpang di kelas ekonomi. Ke-pada pengelola KM Kelud, untuk itu DPR meminta agar pelayanan terha-dap fasilitas terutama toilet lebih di-tingkatkan.

Turut serta dalam kunjungan itu, Syahbandar Pelabuhan Belawan Benny Tangkuman, Direktur Operasi dan Tekhnik Pelindo I Medan Imam A Sulaiman, General Manager (GM) PT. Pelni Medan Budandi dan GM Pe-lindo Belawan Syahputera Sembiring MSM.(tt,nt)

Komisi X DPR RI Menilai Babel Miliki Peluang Wisata BagusUtut Adianto Ketua Tim Kunjungan Komisi X DPR RI ke Provinsi Bangka Belitung menilai Provinsi Bangka Belitung (Babel) memiliki peluang pariwisata yang cukup bagus, karena memiliki banyak potensi wisata yang tidak kalah menarik dengan Bali dan Lombok.

“Komisi X DPR RI sangat mendu-kung upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan parisi-

tasanya, sehingga wisatawan asing dan mancanegara berminat ke Pu-lau Bangka dan Belitung,” kata Utut dalam pertemuan dengan jajaran pemerintah daerah dan pelaku pari-

wisata Babel, di Pangkalpinang be-berapa waktu lalu.

Utut mengemukakan, sektor pari-wisata memiliki peluang yang bagus untuk dikembangkan karena mampu menghasilkan devisa bagi daerah dan negara sekaligus mengangkat per-ekonomian rakyat setempat.

Untuk sektor pariwisata di In-donesia sekarang ini masih terbatas perkembangannya di Bali, Jawa Tengah dan Lombok, sementara di daerah lain seperti di Babel yang juga memiliki potensi wisata yang tidak ka-lah menarik belum maksimal dikem-bangkan.

Page 56: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7 �6 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �7

Sementara untuk bisa menja-dikan daerah sebagai sasaran wisa-tawan harus berani mempromosikan, memperkenalkan dan mendorongnya menjadi sektor pariwisata yang baru.

“Jika membedah lebih jauh wisa-tawan mancanegara pada tahun 2012 diperkirakan akan mencapai Rp7 juta lebih sehingga menghasilkan sekitar 7 miliyar dolar Amerika Serikat atau sekitar 1000 dolar Amerika Serikat per orang,” imbuhnya.

Untuk bisa terealisasi Babel se-bagai daerah tujuan wisatawan harus didukung dengan fasilitas dan trans-portasi yang memadai seperti Ban-dara Internasiaonal.

Kemudian untuk di Babel yang paling menonjol adalah ”Negeri Las-kar Pelangi” yang beralokasi di Pulau Belitung dan terkendala de-ngan minimnya transportasi udara ke daerah tersebut dan secepatnya ha-rus bisa ditanggulangi bagi maskapai penerbangan.

Kondisi alam di Belitung sangat mendukung untuk menjadi sasaran pariwisata, namun sayang dari segi fasilitas di Belitung masih sangat kurang mendukung.

Pemda Babel Minta Komisi X DPR RI Dorong Pemerintah Bangun Bandara Internasional

Pemerintah Daerah Provinsi Bang-ka Belitung (Pemda Babel) meminta bantuan Komisi X DPR RI mendorong pemerintah pusat melalui kementerian terkait untuk membangun Bandara In-ternasional di Babel yang merupakan

destinasi wisata unggulan internasi-onal setelah Bali dan Lombok.

Harapan tersebut disampai-kan Sekretaris Daerah Provinsi Babel Imam Mardi Nugroho dihadapan Tim Kunjungan Komisi X DPR RI dan stakeholder kepariwisataan Babel, di Pangkal Pinang, beberapa hari lalu.

Tim kunjungan Komisi X DPR RI dalam rangka peninjauan destinasi pariwisata Provinsi Babel dipimpin Utut Adianto (Wakil Ketua Komisi X dari F-PDIP) dengan anggota Mah-yuddin (Ketua Komisi X dari F-PD), Muslim (F-PD), Oelfah A. Harmanto (F-PG), Itet Trijajati Sumarijanto (F-PDIP), Raihan Iskandar (F-PKS), Nas-rullah (F-PAN), Mahmud Yunus (F-PPP).

Kami mengharapkan Komisi X DPR RI dapat meyakinkan pemerintah pusat untuk membangun bandara internasional sekaligus membuka rute penerbangan Garuda dari Jakarta tu-juan Tanjung Pandan Kabupaten Beli-tung,” ujar Imam.

Imam menyatakan bahwa un-tuk mewujudkan kepariwisataan Ba-bel menjadi destinasi berkelas dunia, masih diperlukan banyak hal, seperti peningkatan aksesbilitas antara lain mengembangkan bandara yang ada menjadi bandara internasional, pe-ningkatan infrastruktur serta pening-

Ketua Tim kunjungan lapangan Komisi X DPR ke Provinsi Bangka Belitung, Utut Adianto

Tim kunjungan lapangan Komisi X DPR saat meninjau bandara di Provinsi Babel

Page 57: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

KUNJUNGAN LAPANGAN

�8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9 �8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9

katan kualitas dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang bergerak di bidang kepariwisataan.

Saat ini menurut Imam, Bandara H. as Hanandjoeddin Tanjung Pan-dan Belitung belum bisa didarati pe-sawat berbadan lebar. Secara berkala sudah ada beberapa maskapai pe-nerbangan swasta yang sudah mem-buka rute penerbangan ke Belitung. Namun untuk mendukung program pariwisata diharapkan intensitas pe-nerbangan dari Jakarta tujuan Beli-tung semakin meningkat jika Garuda juga terbang ke Belitung.

Ia menginformasikan, bahwa pada 2009 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik telah menan-datangani Peraturan Nomor PM.33/UM.001/MKP/2009 tentang Peneta-pan Destinasi Pariwisata Unggulan, termasuk di dalamnya Provinsi Babel.

“Sebagai tindaklanjut peraturan tersebut dan sesuai RPJMD Tahun 2007-2012 Pemprov Babel membuat dan melaksanakan program sektor kepariwisataan “Visit Babel Archi-pelago 2010” dan “Sail Wakatobi Be-litong 2011”,” ujarnya.

Menurut dia, kedua program tersebut telah memberikan dampak positif terhadap kemajuan kepari-wisataan, investasi di bidang perho-telan, rumah makan, tempat hiburan, perbaikan dan penambahan sarana transportasi darat, laut dan udara ser-ta membangkitkan aktivitas kepariwi-sataan di tiap kabupaten/kota.

“Wisatawan mulai berdatangan baik wisatawan domestik dan wisa-tawan mancanegara sehingga kema-juan pembangunan pariwisata sema-kin meningkat,” imbuhnya. (sc)

***

Komisi VIIPemerintah Harus jamin Ketenagalistrikan dan Ketersediaan BBMKunjungan Kerja Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Komisi VIIdi Provinsi Bengkulu mengharapkan masyarakat dapat menikmati ketenagalistrikantanpa gangguan serta ketersediaan BBM dan Gas Elpiji.

Kunker pada Masa Reses Per-sidangan II, Komisi VII DPR RI dipimpin Nazarudin Kiemas, ke

Provinsi Bengkulu, tanggal 17 sampai dengan 19 Desember 2011, diikuti anggota komisi bidang Energi, Sum-

ber Daya Mineral, Lingkungan Hi-dup, Riset dan Teknologi, antara lain Zainudin Amali, Achmad Syafi’I, Albert Yaputra, Sutan Sukarnotomo, Tommy Adrian Firman, Siti Romlah, Markum Singodimedjo, Bambang Wuryanto,

Mohammad Idris Luthfi.Propinsi yang dibentuk ber-

dasarkan UU no. 9 tahun 1967 Ten-tang Pembentukan Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Tahun 1967 No-mor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2828). Ditinjau dari keadaan geografisnya, Propinsi Bengkulu ter-letak di antara 2 derajat 17 menit-3 derajat 31 menit Lintang Selatan dan 101 derajat 01 menit-103 dera-jat 41 menit Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat, Selatan berba-tasan dengan Samudra Indonesia dan Propinsi Lampung, sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Indone-sia sementara sebelah Timur berba-tasan dengan Propinsi Bengkulu dan Propinsi Sumatera Selatan. Propinsi inipun berada di sebelah Barat pe-gunungan Bukit Barisan, dimana luas wilayahnya kurang lebih 1.978.870 hektar atau 19.788,7 kilometer per-segi. Wilayah administrasi Propinsi ini memanjang dari perbatasan dengan

PLN Bengkulu

sent

anao

nlin

e.co

Page 58: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

�8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9 �8 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | �9

Propinsi Sumatra Barat sampai ke per-batasan dengan Propinsi Lampung yang jaraknya lebih kurang 567 kilo-meter. Propinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia pada garis pantai sepanjang kurang lebih 433 kolimeter. Bagian Timurnya berbukit-bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedangkan bagian Barat merupakan dataran rendah yang rela-tif sempit, memanjang dari Utara ke Selatan serta diselang-selingi daerah yang bergelombang.

Namun demikian dengan le-tak geografis yang memiliki potensi strategis ternyata Provinsi Bengkulu masih menyisakan hampir 60% lahan tambang batubara terjadi tumpang tindih dengan kawasan hutan lind-ung, hal lain adalah kerusakan kuali-tas air bersih akibat pencemaran dari perusahaan pertambangan batubara didaerah itu telah meningkatkan kan-dungan unsur logam, mangan, serum, dan lainnya dan bahkan menurut hasil Uji Laboratorim sudah berada di atas ambang batas.

Dari sisi penanganan minyak dan gas, kelangkaan BBM telah mengaki-batkan kepanikan ditengah – tengah masyarakat, penimbunan BBM dis-inyalir meningkat akibat isu kenai-kan BBM, kecurangan distribusi BBM dibengkulu ini diperkirakan terjadi di Bengkulu Selatan, tepatnya di SPBU yang terletak antara Manna dan Beng-kenang, selain itu permasalahan gas elpiji memperlihatkan adanya indikasi berkurangnya isi tabung gas elpiji 3 kg dan 12 kg.

Dari sektor ketenagalistrikan, menurut data PLN Rasio Elektrifi-kasi Provinsi Bengkulu telah men-capai kriteria yang cukup baik, yaitu 61,3%, namun hal ini perlu diketahui lebih lanjut terkait dengan penyeba-ran wilayah dimasing – masing kabu-paten, indikator terjadinya byar pet yang mengabatkan aksi pelemparan trafo oleh masyarakatkan dari 6 desa yaitu Batik Nau, Bintunan, Air Padang, Dusun Rejo, Lubuk Lesung dan Pasar Lais, ini merupakan portret nyata adanya penyebaran alokasi pasokan

listrik yang tidak sesuai dengan ke-mampuan PLN terhadap ketersediaan daya yang dimiliki.

Peresmian PLTA Musi oleh Pres-iden Susilo Bambang Yudhoyono, dengan kapasitas 210 MW (3X70MW) diharapkan memberikan tambahan daya untuk meningkatkan kenyama-nan pengguna atau konsumen listrik, namun rencana adanya pemanfaatan limbah air penggerak turbin un-tuk dijadikan sentra pengemban-gan perikanan, perlu mendapatkan pengawasan dan pengendalian se-cara optimal, mengingat hal ini akan mengakibatkan turunan masalah baru yaitu pencemaran dari limbah buang pakan sisa, dan tentunya akan mem-pengaruhi kualitas air disepanjang sungai susup.

PLTA Musi Pada kunker ini, Komisi VII di

Provinsi Bengkulu mengharapkan langkah-langkah maksimal yang di-tempuh pihak pengelola PLTA Musi untuk mengupayakan percepatan

Kunjungan lapangan Komisi VII DPR RI ke Provinsi Bengkulu

Page 59: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

KUNJUNGAN LAPANGAN

60 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 61 60 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 61

pemasangan jaringan interkoneksi agar daya yang dihasilkan PLTA Musi berkapasitas 210 MW (3 x 70 MW) bisa dinikmati masyarakat Bengkulu.

Hal itu, Untuk mengetahui per-cepatan pasokan listrik terhadap dae-rah sekitar sesuai dengan kamampuan Pembangkit.

Sedangkan Untuk mengetahui perencanaan, pengendalian dan pen-gawasan kualitas air sungai apabila air itu dijadikan sebagai sentra pengem-bangan perikanan.

Buramnya pemeliharaan PLTA secara menasional telah mengurangi kemampuan PLTA hampir 40% sd 60% Tenaga listrik, untuk itu sejauh-mana strategi perencanaan pemeli-haraan dan pemanfaatan PLTA Musi ini agar dapat menyumbangkan pa-sokan listrik secara maksimal hingga masa waktu yang cukup lama (opti-mal) bagi daerah sekitar.

Komisi VII memandang perlu PLTA Musi melakukan perencanaan, pengendalian dan pengawasan kuali-tas air sungai apabila air itu dijadikan sebagai sentra pengembangan peri-kanan, serta rencana mengantisipasi menurunnya kuantitas pasokan tena-ga listrik bagi daerah sekitar.

Perencanaan pencegahan di-pandang penting untuk menghindari limbah air pemutar turbin yang akan

digunakan pengembangan peri-kanan sepanjang Sungai Susup yang menjadi lokasi pembuangan limbah, mengingat pengembangan perikanan akan memunculkan permasalah ling-kungan hidup berikutnya, khususnya limbah buang pakan terhadap kuali-tas air.

Selain itu, PT.PLN diminta un-tuk melaksanakan langkah-langkah CSR dan peduli terhadap masyarakat sekitar, agar masyarakat memiliki rasa jaga ikut mejaga asat Negara yang dapat dirasakan menfaatnya oleh ma-syarakat Bengkulu pada umumnya.

Distribusi BBMUntuk mengetahui informasi

mengenai pengendalian kepanikan masyarakat dan titik optimal kuanti-tas yang disediakan terhadap jumlah konsumen BBM Bersubdi.

Perbandingan kelayakan jum-lah kuota BBM bersubsidi terhadap jumlah konsumen BBM Bersubsidi, jumlah perbandingan proporsi SPBU terhadap jumlah konsumen BBM ber-subsidi, agar tidak mengakibatkan antrean untuk melakukan pengisian BBM Bersubsidi, termasuk berapa jumlah pemerataan dimasing – mas-ing wilayah kabupaten dalam satu Provinsi Bengkulu.

Komisi VII mamantau pelaksa-

naan penyaluran pasokan premium sebanyak 524 kilo liter dari kebutuhan sebanyak 503 kilo liter, dan solar se-banyak 276 kilo liter dari kebutuhan sebanyak 207 kilo liter per hari ini dirasa telah memberikan toleransi dari kuota yang dibutuhkan, namun ternyata dilapangan masih men-yisakan kepanikan atas kelangkaan BBM bersubdi, untuk itu sejauhmana pihak Pertamina beserta instansi ter-kait dalam melakukan pengawasan terhadap penyaluran BBM bersubsidi ini.

Sedangkan, informasi terkait dengan antisipasi meningkatnya para penimbun BBM Bersubsidi. memas-tikan langkah – langkah yang telah dilakukan Pertamina dalam mengan-tisipasi penimbunan BBM Bersubsidi dan mengendalikan antrean peng-guna BBM bersubsidi yang terjadi di Bengkulu.

Pertamina untuk melakukan distribusi BBM bersubsidi hingga ke daerah terpencil diseluruh pelosok provinsi Bengkulu, agar masyarakat Bengkulu mendapatkan kenyamanan dan jaminan atas ketersediaan BBM bersubsidi. sehingg Pertamina di-harapkan maksimal dalam mendis-tribusikan BBM bersubsidi kedaerah – daerah terpencil diwilayah Provinsi Bengkulu. (as)

repo

rtas

e.co

m

Page 60: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

60 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 61 60 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 61

Komisi VII DPR Akan Tinjau UlangIzin Kontrak PT Petro China

Komisi VII DPR Setelah melakukan Kunjungan Kerja Spesifik ke Propinsi Jambi, Komisi VII DPR meninjau langsung ke lokasi PT Petrochina telah ditemukan pelanggaran, maka

Komisi VII DPR akan meninjau ulang izin kontrak Petrochina.Demikian yang disampaikan ketua Tim Komisi VII DPR Sutan Sukarnotomo, pernyataan

ini disampaikan pada saat melakukan pertemuan dengan pihak Petrochinadi Abadi Shuit Hotel Jambi, Jum’at (2/12) malam.

Ketua Tim Kunjungan Spesifik Komisi VII DPR Sutan Sukar-notomo menambahkan, bahwa

disini jelas sekali ada ketidak beresan antara BP Migas dengan Petrochina, hal ini terjadi setelah ada keluhan yang disampaiakan oleh pemda Tan-jung Jabung barat.

Sutan Sukarnotomo juga menge-mukakan, ada tiga permasalahan po-kok yang dibahas pada saat itu, antara lain perbedaan data jumlah sumur, su-rat perizinan dan bagi hasil produksi, dalam laporan Bupati Tanjung Jabung barat disebutkan ada 35 sumur, akan tetapi pada kenyataannya ada 183 sumur yang beroperasi, dan Petrochi-na telah mengakui dalam hal itu.

Sikatakan oleh Sutan banhwa BP Migas dalam melakukan pengawasan-nya sangat lemah sekali, sehingga ada ketidakakuratan data yang ada sehingga menimbulka konflik atara Pemerintah Daerah dengan PT Pet-rochina, menuurutnya BP Migas yang berhubungan erat dengan pemerin-tah seharusnya tidak kebobolan se-perti ini, tegas Sutan.

Berdasarkan informasi yang di-dapat dari Pemda setempat bahwa sumur Petro China dan BP Migas ada inidikasi pelanggaran Undang-Un-dang, melalui pertemuan ini Komisi VII DPR akan mendengar penjela-san langsung dari kedua pihak yang terkait dengan masalah ini dengan penjelasan yang sebenar-benarnya, kata Sutan.

Sementara itu Deputi Operasi BP Migas Rudi Rumbiandini mengatakan, bahwa apa yang sebenarnya terjadi yang dimiliki oleh Petro China adalah

lengkap dan tidak illegal, mulai dari BPMD, POD, AFN Amdal, dikatakan semua ada, namun ketika satu dua dari kelengkapan tersebut terting-gal atau bahkan habis, tentu itu akan menjadi sebuah masalah.

Deputi Operasi BP Migas Rudi Rumbiandini mengibaratkan dia de-ngan beli sebuah sepeda motor, su-rat-surat lengkap tapi pada waktu ada razia kedapatan tidak membawa SIM atau kelengkapan yang lain hal se-perti itu jelas kena tilang, jadi ini tu-gas BP Migas untuk menjewer Petro China, agar tidak terjadi hal semacam itu, ungkap Rudi.

Lain halnya Vice manager Petro China Marike, mengatakan bahwa pi-

haknya sudah berupaya untuk melaku-kan klarifikasi dengan pemerintah Daerah Tanjung Jabung barat terkait dengan masalah ini, namun masalah waktu yang diakuinya belum merasa tepat, kami mengakui ada kesalahan pada diri kami, kita sudah bentuk tim investigasi internal untuk mengklarifi-kasi hal seperti ini, jelas Marike.

Vice Manager Petro China Marike menambahkan bahwa setelah ada pertemuan dengan Anggota Komisi VII DPR, pihat Petri China akan segera meninjau ke lokasi galian NB#12 dan 147 untuk mendapatkan keterangan langsung dari tempat kejadian sumur tersebut. (Spy).

***

PT Petrochina di Jambi

grou

ps.y

ahoo

.co

Page 61: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

KUNJUNGAN LAPANGAN

6� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 6� 6� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 6�

jual beli gas (PJBG) pada 19 Desember 2005 dengan jangka waktu kontrak selama 10 tahun atau terpenuhinya jumlah keseluruhan yaitu sebesar 151,90 BSCF (billion kubiq feed), na-mun realisasi pasokan gas dari Per-tamina kepada PLN untuk tahun 2009 selalu berada dibawah kontrak, dan sejak Desember 2009 s.d Desember 2010 pasokan gas dari PT Pertamina dihentikan karena terjadinya spesifi-kasi gas.

Dikatakan juga bahwa pasokan gas dari lapangan Glagah Kambuna (operator gas Salamander) tidak te-realisssi sesuai kontrak, karena pem-bangkit PLN Belawan mengalami kerusakan akibat mengkomsumsi gas yang tidak sesuai dengan spesi-fikasinya, sehingga sumber tambhan pasokan gas diupayakan oleh PLN Belawan dari floting strorage and re-gasification unit FSRU Belawan yang sedang dibangun PGN. FSRU terse-but memerlukan LNG sebesar 1,5 – 2 MTPA, namun hingga kina baru mendapat indikasi pasokan 1 MTPA dari BP Tangguh, kata Azwir.

Ketua Tim Panja Hulu Listrik Azwir Dainy Tara mengungkapkan, bahwa PLN sudah meminta kepada PT Per-tamina EP agar Pertamina mengalir-kan gas dari Pangkalan Susu sesuai dengan spesifikasi dengan PJBG, serta pengambilan dan pengujian sampel oleh Pertamina EP secara berkala 2 kali seminggu akan diikuti oleh petu-gas PLN Pembangkit Sumatera Ba-gian Utara, akibat belum dipenuhinya maka pengguna gas dari PT Pertam-ina EP tidak digunakan untuk mesin belawan. (Spy).

PT Pertamina Tidak Bisa Memasok Gas Sesuai Dengan KontrakKunjungan lapangan Panja Sektor Hulu Listrik Komisi VII DPR Setelah melakukanKunjungan Kerja Spesifik ke Propinsi Mesan Sumatera Utara, meninjau langsung ke unit pembangkit Belawan telah menemukan permasalahan pembangkit listrik yangberbahan bahar gas karena Pt Pertamina tidak dapat memenuhi pasokan gas yangsesuai dengan kontraknya.

Demikian yang disampaikan oleh Ketua Tim Komisi VII DPR Drs.

H.M. Azwir Dainy Tara, pernyataan ini disampaikan pada saat melakukan pertemuan dengan pihak Pertamina dan PLN di Gedung Pertemuan PLTG Belawan, Jum’at (9/12) siang.

Tim Kunjungan Lapangan Panja Sektor Hulu Listrik Komisi VII DPR ke Propinsi Medan Sumatera Utara, dalam masa persidangan II tahun si-dang 2011-2012 tanggal 9 s.d 11 De-seber 2011 diikuti 6 orang anggota antara lain Drs. H.M. Azwir Dainy Tara (PG) sebagai Ketua Tim, Drh. Jhonny Allen Marbun (PD) anggota, Ir. Milton Pakpahan (PD) anggota, Albert Yapu-

tra, S.Sos anggota, Drs. Ir. H. Sutan Bhatoegana )PD) anggota, Dr. H. Mar-dani (PKS anggota.

Ketua Tim Kunjungan Spesifik Komisi VII DPR Dr. Azwir Dainy Tara menambahkan, bahwa disini jelas sekali ada ketidak beresan antara PT Pertanimna dengan PLN Pembang-kit sektor Belawan, yang semestinya Pertamina dapat memasok gas sesuai kontrak, maka PLN pembangkit sek-tor belawan tidak mengalami masalah seperti ini.

Azwir Dainy Tara juga mengu-rakan bahwa pembangkit sektor Be-lawan memperoleh pasokan gas dari PT Pertamina berdasarkan perjanjian

Ketua Tim Komisi VII DPR, Drs. H.M. Azwir Dainy Tara

Page 62: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

6� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 6� 6� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 6�

Komisi X DPR Menyayangkan Pengembangan Pariwisata di NTB Terabaikan

Komisi X DPR sangat menyayangkan potensi pariwisata yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya Lombok tidak tergarap dengan baik sehingga

peluang pengembangan pariwisata di NTB ini terabaikan.

“Karena masih ada kendala yang di-hadapi yaitu masalah infrastruktur dan masalah kesiapan masyarakat

atau dukungan masyarakat terhadap penciptaan iklim yang kondusif dalam memajukan pariwisata,” kata ketua tim Zulfadhli (F-PG) kepada Tim Parle usai meninjau obyek wisata unggulan di Provinsi NTB, Jum’at (2/12).

Menurutnya, dua masalah ini ha-rus menjadi prioritas oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB kalau mau menempatkan pariwisata ini menjadi sektor unggulan.

Khusus untuk infrastruktur, jelas-nya, memang ini perlu dukungan dana yang besar dari pemerintah pu-sat. “Karena pariwisata ini ‘kan hulu dari berbagai sektor lainnya termasuk sektor transportasi perlu dukungan, dan pekerjaan umum (PU) ini juga harus memberikan porsi yang besar untuk memajukan pariwisata di NTB ini,” tuturnya.

Oleh karena itu, kata Zulfadhli, Pemprov NTB harus lebih proaktif untuk dapat meyakinkan pemerintah pusat bahwa Pemprov NTB perlu du-kungan dana yang besar dari peme-rintah pusat dalam rangka menunjang percepatan pembangunan infrastruk-tur untuk NTB.

Pemprov NTB juga harus mampu membuat kondisi yang kondusif untuk masyarakat supaya bisa mendukung program pariwisata. Karena selama ini kita lihat masih banyak kelompok-kelompok masyarakat yang masih be-lum mendukung program pariwisata yang ada di NTB. “Mungkin ini perlu adanya pendekatan-pendekatan atau terapi khusus dari Pemprov NTB agar mereka bisa sadar bahwa sektor pari-wisata ini juga akan berdampak terha-

dap pengembangan ekonomi rakyat,” jelasnya.

Dia berharap Pemprov NTB akan lebih giat lagi untuk memajukan sek-tor pariwisata ini dengan memaju-kan industri pariwisata, khususnya pengembangan di daerah khusus pariwisata di NTB. Karena tahun 2012 NTB merupakan tahun puncak Visit Lombok – Sumbawa, maka Pemprov NTB harus lebih gencar lagi mempro-mosikannya dalam negeri dan luar negeri, tambahnya.

Terkait dengan masalah target wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus), Zulfa-dhli mengatakan, itu tidak terlalu sulit kalau hanya target satu juta wisman dan wisnus karena tahun 2011 saja mencapai 850 wisman dan wisnus. “Saya yakin dan optimis tercapai ka-lau untuk mencapai satu juga wisman dan wisnus. Kalau perlu targetnya bisa mencapai dua kali dari tahun 2011, supaya bisa mengejar ketertinggalan

pariwisata Lombok dari Bali. Kalau Bali bisa tujuh juta per tahun, paling tidak imbasnya ke Lombok,” kata Zulfadhli.

Intinya dari hasil kunjungan spe-sifik ini, Komisi X DPR akan segera merekomendasikan kepada Kement-erian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mengambil langkah-langkah dalam rangka mendukung Program Visit Lombok – Sumbawa tahun 2012, dan NTB menjadi daerah tujuan wi-sata kedua di Indonesia setelah Bali, ujarnya.

Kunjungan Spesifik Komisi X DPR ke Provinsi NTB terdiri atas 11 orang yang dipimpin Zulfadhli (F-PG) dari sejumlah anggota lintas fraksi, yakni Yunus Roichan, Jefirstson R. Riwu Kore, Sholeh Soe’Aidy, dan Nurul Qo-mar (F-PD); Selina Gita (F-PG); Irsal Yu-nus dan Guruh Irianto Sukarno Putra (F-PDI Perjuangan); Tb. Soenmandjaja (F-PKS); Hisyam Alie (F-PPP); dan Dja-mal Azis (F-Partai Hanura). (iw)/foto:iw/parle.

Tim Komisi VII DPR saat melakukan kunjungan lapangan ke Provinsi NTB

Page 63: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

KUNJUNGAN KERJA

6� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 6� 6� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 6�

Peristiwa robohnya jembatan Kutai Kertanegara telah memakankorban 24 orang, bahkan pada 22 Desember lalu telah ditemukan satu jenazah korban ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara(Kukar), Kalimantan Timur, ditemukan di sungai Mahakam,Jalan Kartini, Tenggarong, Hingga berita ini dibuat, prosespencarian korban jembatan ambruk masih terus dilakukan olehtim SAR dan para penyelam tradisional.

SOROTAN

Pembentukan Panja Suatu Keniscayaan

Runtuhnya Jembatan Kukar :

Page 64: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

6� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 6� 6� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 6�

Jembatan kabel gantung Kukar sepanjang 710 meter tersebut dibangun oleh PT Hutama Karya

sejak 1995 hingga 2001, dengan kon-sultan PT Perentjana Djaja. Anggaran jembatan itu sebesar Rp 150 miliar berasal dari tiga pihak, yakni APBN di Kementerian PU, APBD Pemprov, dan APBD Pemkab Kukar. Namun, kepe-milikan dan perawatan jembatan itu adalah tanggung jawab pemerintah Kabupaten Kukar. Sementara peme-liharaan Jembatan Kukar dilakukan oleh PT Bukaka Teknik Utama. Bahkan, tujuh pekerja PT Bukaka yang tengah melakukan pemeliharaan saat itu ikut tenggelam.

Peristiwa robohnya jembatan tersebut mendapat respons dari be-berapa anggota dewan, diantaranya, Anggota Komisi V DPR RI Yudi Widi-ana Adia, Dia mengusulkan, Komisi V DPR membentuk Panitia Kerja (Panja) kasus Runtuhnya Jembatan Tengga-rong atau Jembatan Mahakam. Pem-bentukan Panja ini bertujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta penye-bab runtuhnya jembatan tersebut. Panja ini akan menggali informasi dari tim-tim independen maupun para pa-kar agar memperoleh fakta dan infor-masi yang benar.

Panja juga diharapkan bisa me-rekomendasikan revisi aturan perun-dangan-undangan terkait pembangu-nan dan oemeliharaan jalan raya dan jembatan agar ke depan kasus serupa tidak terulang kembali. Demikian di-katakan Anggota Komisi V DPR RI, Yudi Widiana Adia saat bersama tim pencari fakta Komisi V meninjau loka-si runtuhnya Jembatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, baru-baru ini

Selain itu, lanjut Yudi, Panja juga dibentuk untuk mengakhiri polemik antar siapa yang harus bertanggung-jawab atas persoalan ini mengingat sat ini terjadi upaya saling lempar tanggung jawab antar instansi terkait. Saling lempar tanggung jawab itu bu-kan hanya tidak akan menyelesaikan masalah, namun juga memperburuk citra Indonesia khususnya soal ke-

mampuan dan kualitas anak bangsa ini membangun infrastruktur sehingga menjadi kontraproduktif,” ujar Yudi.

Lebih lanjut Yudi mengatakan, aturan perundang-undangan yang ada memang tidak secara spesifik mengatur soal jembatan. Aturan hu-kum yang ada menyamaratakan pem-leiharaan jembatan dengan peme-liharaan jalan sehingga hal itu perlu direvisi.

Berdasarkan fakta yang dikum-pulkan di lapangan, tidak ada ka-

pal tongkang yang menabrak pilar jembatan dan secara teknis tidak mungkin mengingat lebar sungai cukup panjang dan sehingga kon-struksi jembatan tidak menghalangi arus kendaraan di permukaan atau badan sungai. Yudi khawatir isu terse-but dikembangkan untuk mengalih-kan tanggungjawab terkait prosedur pemeliharaan jembatan.

Temuan Komisi V lainnya bahwa beberapa hari sebelum kejadian, te-patnya pada hari Senin (21/11) hing-

Anggota Komisi V DPR RI, Abdul Hakim

Page 65: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

SOROTAN

66 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 67 66 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 67

ga Kamis (24/11) Kementerian Peker-jaan Umum mengirim tim pembinaan teknik (Bintek) untuk menyiapkan prosedur standar operasi (SOP) peme-liharaan jembatan tipe Cable Stayed. Namun diakui Yudi, tim tersebut su-dah sangat terlambat karena seharus-nya sejak jauh-jauh hari, Kementerian PU harusnya menyiapkan SOP peme-liharaan jembatan-jembatan khusus-nya yang dibangun oleh pemerintah daerah.

Temuan lainnya, bahwa masu-kan (advis) agar dilakukan perbaikan jembatan sudah muncul sejak tahun. Namun sayangnya tidak memperoleh dukungan politik anggaran yang me-madai untuk pemeliharaan.

“Itu menunjukkan tidak dimil-ikinya pengetahuan yang benar dan memadai terkait sarana infrastruktur modern yang dibangun. Sehingga persoalan tersebut dianggap sepele,” cetus Yudi.

Sementara itu terkait evakuasi korban Yudi meminta Badan SAR na-sional (Basarnas) bergerak lebih cepat dengan dukungan peralatan dan dana yang lebih baik. Hasil pengujian

lapangan tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menun-jukkan adanya mobil-mobil yang ter-jebak di dasar sungai dengan kedalam sekitar 60 meter dibawah permukaan air.

DPR mendesak Pemerintah un-tuk segera menemukan penyebab runtuhnya jembatan Kutai Kartane-gara.

“Kami ingin mendapatkan kon-firmasi terkait dengan beberapa per-nyataan pakar terhadap peristiwa kegagalan struktur yang terjadi pada Jembatan Kutai Kartanegara (Kukar).” Ungkapnya

Sementara Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS), Sigit Sosiantomo mempertan-yaan pertanggungjawaban Bukaka, selaku pelaksana perawatan Jembatan Kukar saat musibah itu terjadi. “Per-nyataan dari pihak Bukaka yang me-nyatakan adanya distribusi gaya tidak merata yang terjadi pada kabel-kabel penggantung, dapat menjadi acuan saat penelitian lanjutan dilakukan”, lanjut Politisi dari daerah pemilihan Jawa Timur ini.

Menurutnya, PT. Hutama Karya sebagai kontraktor pelaksana beru-langkali menyatakan bahwa kunci utama dari keandalan struktur Jem-batan bentang panjang tipe suspen-sion bridge ini adalah terjaganya keseimbangan gaya yang bekerja di seluruh kabel penggantung. Sehing-ga apa yang disampaikan PT. Bukaka mengenai temuan di lapangan saat perawatan jembatan dilakukan, men-jadi valid untuk ditindaklanjuti

Sigit juga menyatakan bahwa RDPU Kukar Komisi V DPR RI yang berlangsung hingga pukul. 21.30 ini meminta Kementerian PU memben-tuk Tim peneliti yang terdiri dari pa-kar struktur jembatan. Tim ini harus menuntaskan penyelidikan ini dalam 30 hari kerja dan melaporkannya pada Komisi V DPR RI.

Dalam pengungkapan kasus am-bruknya Jembatan Kukar, kepolisian memeriksa 57 orang saksi pasca am-bruknya jembatan itu. Penyidik menai-kan status pemeriksaan menjadi pe-nyidikan dan menetapkan 3 tersangka dijerat dengan pasal 359 dan 360 KUHP tentang kelalaian yang meng-akibatkan luka-luka dan hilangnya

Dalam menangani kasus itu, pe-nyidik turut melibatkan sederetan ke-terangan saksi ahli dari berbagai pihak. Diantaranya dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), LKPP, ahli jembatan dari UGM, ITS serta pakar hu-kum pidana dari Universitas Muhama-diyah Jakarta. Dalam insiden Jembatan Kukar ambruk 26 November 2011 lalu, telah menewaskan 24 orang dan bela-san orang lainnya dinyatakan hilang. Sebelum kejadian ambruk, jembatan tersebut disebut-sebut tengah men-jalani pekerjaan perbaikan PT Bukaka Teknik Utama (BTU), salah satu perusa-haan kontraktor nasional. Bahkan Men-teri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menilai, ambruknya Jembatan Kukar sebagai jembatan gantung terpanjang di Indonesia itu sebagai kejadian yang langka di Indonesia. Mengingat, jem-batan tersebut hanya berusia 10 tahun sejak dimulainya penggunaan pada ta-hun 2001 lalu. (si) ***Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara

rum

ahka

ca.in

fo.c

om

Page 66: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

66 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 67 66 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 67

Publik sudah paham betapa padatnya transportasi masal Kereta RelListrik (KRL) di Jakarta. Kepadatan itu kadang diwarnai pula aksi kriminal para

penjahat seperti copet dan jambret. Barangkali itulah yang mendatangkan kekhawatiran dari anggota Komisi III Trimedya Panjaitan yang mengetahui

kebiasaan calon pimpinan KPK Bambang Widjoyanto yang punya kebiasaan menggunakan KRL sebagai sarana transportasi.

Dari Urusan Kereta Sampai Masalah Harta

Komisi III Pilih Capim KPK

LIPUTAN KHUSUS

Page 67: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LIPUTAN KHUSUS

68 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 69 68 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 69

“Saya tahu anda sering naik kereta ke kantor. Kalau anda nanti terpi-lih jadi pimpinan KPK bagaimana

dengan kebiasaan anda menggu-nakan sarana transportasi publik KRL. Masalah keamanan tentu harus jadi perhatian anda,” tanya politisi PDIP ini saat melakukan fit and proper test 8 capim KPK di Gedung DPR, Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu. Baginya apabila terpilih jadi salah seorang pimpinan Komisi Pemberantas Ko-rupsi bukan tidak mungkin akan ba-nyak pihak-pihak yang tidak nyaman dengan keberadaannya.

Menjawab hal ini Bambang Wi-djayanto menyebut pilihan menggu-nakan tranportasi publik KRL dalam menunjang aktivitasnya hanyalah karena persoalan rasionalitas. “Ini soal rasionalitas, saya naik mobil 2 jam minimal dari rumah ke kantor, kalo naik kereta 1 jam dan saya bisa tidur di kereta. Kalau naik mobil saya nyetir sendiri, karena sopir yang saya punya untuk mengantar anak saya,” imbuh-nya. Mengenai masalah keamanan ia menyebut pergaulannya di kereta selama ini ternyata cukup banyak karyawan KPK yang juga sama-sama menggunakan sarana transportasi itu.

“Mungkin ada sekitar 60 karyawan KPK yang juga sama-sama naik kereta. Biar mereka saja yang menjaga saya, kalau perlu ditambah saya pakai rompi pe-lindung saja,” jelasnya dengan nada guyon.

Masalah harta capim KPK juga menjadi sorotan nggota Komisi III, Yahdil Abdi Harahap dari FPAN. Ia mempertanyakan daftar harta kekay-aan Handoyo Sudrajat yang juga salah seorang deputi (nonaktif) KPK. “Total kekayaan anda tercatat 360 juta rupi-ah, kenapa hanya segitu. Bapak boros atau bagaimana?” tanyanya. Yahdil memaparkan data yang diterimanya, kekayaan Handoyo terdiri dari ta-nah dan bangunan di wilayah Jakarta Timur sebesar Rp214.652.000, Giro se-tara kas sebesar Rp110.843.013, serta utang sebesar Rp250.000.000.

Menjawab hal ini Handoyo me-maparkan hartanya memang hanya berjumlah sebanyak itu, berasal dari penghasilannya sebagai akuntan pegawai negari. “Saya sebagai akun-tan, tapi saya pegawai negeri. Yah, it-ulah penghasilan saya selama ini. Saya baru bisa memperbaiki keadaan saya setelah bekerja di KPK,” jelasnya.

Pertanyaan terkait harta juga di-

sampaikan anggota Komisi III Ahmad Basyarah kepada capim KPK Abdullah Hehamahua yang melaporkan nilai kekayaannya Rp 460.529.427. Ang-gota Fraksi PDIP ini mengaku heran kenapa seluruh aset didaftarkan atas nama istrinya. “Seluruh aset atas nama istri saudara. Saya ingin tahu apa mo-tifnya sehingga penulisan aset atas nama istri?” tanyanya.

Abdullah Hehamahua yang men-jabat penasehat KPK sejak tahun 2005 ini menjelaskan kejahatan korupsi di Indonesia saat ini sangat mempri-hatinkan. Baginya keadaan ini harus dihadapi seperti menghadapi perang dengan resiko kehilangan jiwa. “Ko-rupsi sudah merupakan perang luar biasa, untuk melawannya saya me-mang siap untuk syahid. Kalau diberi amanat, saya akan siap mati dalam memberantas korupsi. Bukan mati di tempat tidur. Apakah ditembak, apa-kah dikerjain koruptor. Itu niat saya,” tegasnya.

Ia menambahkan memperhatikan tantangan pekerjaan yang dihadapi-nya dalam perang melawan korupsi itulah sebabnya seluruh hartanya di-daftar atas nama istrinya. “Semua harta saya atas nama istri saya karena saya

Suasana fit dan Proper Test calon KPK di DPR RI

Ketua Komisi III Benny K Harman

Calon Pimpinan KPK, Zulkarnaen

Page 68: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

68 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 69 68 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 69

tidak tahu kapan meninggal. Hanya mobil saja atas nama saya,” pungkas Abdullah. Penjelasan ini mendapat apresiasi tepuk tangan dari anggota Komisi III dan pemantau sidang yang berada di balkon.

Segera Unjuk GigiProses panjang uji kepatutan dan

kelayakan capim KPK akhirnya ber-muara di Ruang Rapat Paripurna DPR RI. Seluruh fraksi akhirnya dapat me-nerima empat Pimpinan KPK yang dipilih Komisi III. Selain itu paripurna juga menyetujui Abraham Samad se-bagai Ketua KPK yang baru serta em-pat orang wakil ketua, termasuk Busy-ro Muqoddas yang melanjutkan masa kerjanya tiga tahun kedepan sesuai putusan Mahkamah Konstitusi.

“Kita bersama-sama mengingin-kan komisi yang menangani pembe-rantasan korupsi dengan kewena-ngan besar yang kita berikan, bahkan sangat besar, powerful. Kita doakan semoga pimpinan KPK berlima secara bersama-sama, kolektif dan gotong royong bisa memprakarsai dan segera unjuk gigi sebagai lembaga yang pa-ling terdepan dalam memberantas korupsi,” kata Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso, dalam pidatonya selaku pimpinan rapat paripurna di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (6/12/11).

Secara khusus Priyo juga mengu-

capkan terima kasih kepada empat calon pimpinan KPK yaitu Ariyanto Sutadi, Abdullah Hehamahua, Han-doyo Sudrajat dan Yunus Husein yang telah mengikuti proses fit and proper test namun tidak terpilih. “Kita tahu semua reputasinya tapi apapun Komisi III harus menjatuhkan pilihan atas nama konstitusi. Dengan hormat atas nama pimpinan dan anggota DPR kami mengucapkan terima kasih atas segala ikhtiarnya,” jelasnya dan disambut tepuk tangan anggota DPR yang mengikuti sidang.

Sementara itu dalam laporannya dihadapan peserta rapat paripurna Ketua Komisi III Benny K. Harman meminta maaf kepada berbagai kala-ngan, kelompok masyarakat yang telah mendukung calonnya namun ternyata tidak terpilih. “8 orang yang diajukan presiden adalah orang-orang pilihan yang dianggap mampu untuk duduk sebagai pimpinan KPK. Tapi tidak mungkin semuanya terpilih,” pungkasnya. Ia berharap pimpinan yang baru mampu meningkatkan ci-tra dan wibawa KPK sebagai lembaga negara utama dalam pemberantasan korupsi di negara ini.

Anggota Komisi III dari FPD, Ruhut Sitompul saat menyampaikan inter-upsinya dalam sidang paripurna me-minta pimpinan KPK terpilih tegas bersikap dan tidak segan menindak bahkan anggota DPR yang telah me-

milihnya. “Sahabat kami pimpinan KPK marilah kita bekerjasama saling hormat menghormati. Walaupun em-pat orang saudara disana kami yang memilih, tetapi apabila ada fakta buk-ti hukum berkaitan dengan korupsi jangan segan-segan borgol kami,” tegasnya.

Empat orang pimpinan KPK terpi-lih yang hadir dalam rapat paripurna terlihat memberikan anggukan. Priyo juga mempersilahkan Abraham Sa-mad, Bambang Widjoyanto, Zulkar-naen dan Adnan Pandu Praja un-tuk tampil di depan meja pimpinan. Setelah mendapat ucapan selamat, seluruh pimpinan KPK terpilih terlihat memberikan salam hormat kepada seluruh anggota DPR peserta sidang. Salam ini kembali disambut tepuk tangan.

Kepada wartawan usai sidang Ke-tua KPK terpilih Abraham Samad me-nyampaikan komitmennya untuk tetap membawa KPK kritis terhadap DPR. “Kita siap bekerjasama dengan DPR dan mudah-mudahan bisa lebih kritis,” pungkasnya. Ia menegaskan KPK tak akan pandang bulu menuntaskan ka-sus korupsi termasuk yang menyang-kut anggota DPR. “Jadi semua kasus yang memenuhi alat bukti yang cukup kita sidik. Kita tidak bicara orang tapi kita bicara alat bukti,” tutur Abraham yang akan bertugas memimpin KPK pada periode 2011 - 2015 nanti. (iky)

Pimpinan KPK terpilih saat menghadiri rapat Paripurna DPR Suasana pemungutan suara untuk calon pimpinan KPK

Page 69: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

LIPUTAN KHUSUS

70 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 71

Ratu Sepeda IndonesiaIa berharap pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan dan kebudayaan dapat memberiperhatian terhadap masalah yang dihadapi atlet muda ini. “Kalau kita mau bersaing dengan negara lain ya dukunglah atlet kita,” tandasnya.

Nurhayati

Mencari atlet yang masih ak-tif dan berprestasi ketika usia memasuki kepala em-

pat bukan perkara mudah, bahkan untuk tingkat internasional. Ketatnya persaingan untuk meraih predikat terbaik membuat para atlet sudah memasuki masa pensiun pada saat berusia 30 – 35 tahun. Namun bagi Nurhayati yang sudah 20 tahun lebih meng-goes sepeda diberbagai kom-

petisi dalam dan luar negeri, merebut medali masih bisa dilakukannya ketika memasuki usia 42 tahun.

“Saya sekarang sudah uzur, ini SeaGames kesembilan pada saat umur sudah 42 tahun. Hasilnya lu-mayan masih bisa berprestasi untuk bangsa, nyumbang medali perunggu. Saya sudah malu sebenarnya tapi menurut pelatih dan pembina ngak apa-apa anggap penghargaan buat

kamu,” kata Nurhayati saat memulai wawancara dengan Parle beberapa waktu lalu di Jakarta. Nada bicaranya tetap riang, bersahabat dan yang pasti bersemangat. Ia menyebut SeaGames ke-26 mungkin yang terakhir baginya dan keikutsertaannya waktu tu lebih fokus mendampingi atlet-atlet muda seperti Uyun Muzizah dan kawan-kawan.

Mendulang medali di ajang SeaGames sudah dimulainya sejak ta-hun 1989, pada sat itu ia sukses meraih 1 medali emas dan 1 perak. Setelah itu ia tidak pernah absen mengikuti rang-kaian pesta olah raga negara-negara Asia Tenggara ini. Prestasi spektakuler diraihnya di ajang SeaGames tahun 1997. Ia merebut 5 medali emas dan berhasil memecahkan satu rekor SeaGames. Prestasi terbaik tingkat Benua Asia dicapainya saat mengikuti Asian Games tahun 2001, raihannya 3 perak dan 2 perunggu. Mbak Nur begitu ia biasa disapa juga pernah meraup emas di Australia dalam ke-juaraan Ocean Games. Tidak tang-gung-tanggung ia menyabet 6 medali emas.

Dengan daftar panjang kejuaraan yang diikutinya di dalam dan luar negeri, serta kalungan medali yang diperolehnya sangat pantas kalau menyebut Nurhayati sebagai Ratu Sepeda Indonesia. “Hahaha.. sebena-rnya saya itu merasa sudah bukan at-let lagi, sekarang sudah merintis jadi pelatih, Yang penting buat Indonesia, saya pribadi mau cari apa lagi, ini su-dah SeaGames yang kesembilan bagi saya.” jawabnya tergelak. Ia-pun ber-cerita perjalanan panjang menjadi atlet olah raga kereta angin ini yang penuh dengan perjuangan dan pengorba-nan. “Saya dulu waktu juara SeaGames pernah tidak naik kelas. Saya terima rapor yang biru hanya olah raga do-ang. Semua memang karena program

SELEBRITI

Nurhayati saat mengikuti berbagai kejuaraan balap sepeda internasional

Page 70: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

70 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 71 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 71

pelatihan yang sangat ketat waktu itu. Tapi begitulah saya bawa medali emas tapi saya tinggal kelas. Padahal sebelumnya saya pernah 3 besar lo di sekolah.” Masih ada sedikit nada getir ketika ia bercerita tentang pengala-mannya bersekolah sebagai atlet.

Itulah sebabnya ketika banyak at-let yunior curhat kepadanya tentang kendala yang dihadapi di sekolah, ia menjadi sangat mahfum. Menurut-nya kalau seorang atlet sudah fokus meraih prestasi waktunya untuk be-lajar di kelas sudah sangat minim sekali. Apalagi untuk olah raga seperti balap sepeda nomor road race yang latihannya bisa menjelajah ratusan kilometer. Jelas tidak ada waktu lagi untuk kembali ke sekolah. “Waktu saya dulu jelas ini kendala bagi atlet tapi kenapa sampai sekarang masih begitu. Seharusnya sudah ada solusi untuk mengatasi masalah ini misalnya atlet bisa belajar mandiri lewat modul yang dikirimkan sekolah. Kalau latihan mengejar prestasi itu bisa pagi, siang, sore, bisa seharian. Nah, malam kita gunakan kesempatan untuk belajar,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan dan ke-budayaan dapat memberi perhatian terhadap masalah yang dihadapi at-let muda ini. “Kalau kita mau bersa-ing dengan negara lain ya dukunglah atlet kita,” tandasnya. Sekolah menu-rutnya terkadang tidak mau mengerti dengan kondisi yang dihadapi atlet. Pejuang olah raga ini disudutkan pada dua pilihan mau prestasi di sekolah atau prestasi di olah raga. Tidak jarang kondisi ini membuat atlet harus keluar masuk sekolah mencari yang dapat memahami kondisi mereka. “Apalagi tuntutan nilai NEM sekarang mesti tinggi untuk bisa lulus dari sekolah, ini menjadi tekanan tambahan bagi atlet yang masih pelajar.”

Salah satu solusi yang dapat membantu atlet menurutnya adalah sekolah olah raga seperti di Ragunan, Jakarta. Sayangnya belum setiap dae-rah mempunyai sekolah seperti itu. Ia berharap penentu kebijakan baik

regulasi maupun anggaran, pemeri-tah maupun DPR dapat memikirkan hal ini. “Kalau ingin melihat olah raga Indonesia menapak ke jenjang yang lebih tinggi, saya fikir perlu lebih ba-nyak sekolah olah raga kalau bisa di setiap provinsi,” tekannya.

Bagi Nurhayati sebenarnya secara bertahap beberapa permasalahan atlet yang mengganggu konsentrasi mereka dalam meraih prestasi ter-tinggi sudah mulai dibereskan peme-rintah. Kasus atlet yang terlunta-lunta pada saat memasuki usia tua mung-kin tidak akan terjadi lagi karena ada program Tunjangan Hari Tua dari kantor Menegpora. Atlet yang pernah meraih prestasi tingkat nasional pada saat memasuki usia 50 tahun dapat mengajukan memperoleh tunjangan. Disamping itu pemerintah juga me-nyiapkan dukungan kredit bagi atlet yang ingin membeli perumahan.

“Perhatian terhadap bonus atlet juga sudah bagus. Saya juga selalu mengingatkan kepada teman-teman atlet terutama yang masih muda agar bijaksana dalam mengelola keuangan saat hujan bonus. Jangan berfoya-foya. Kalau sebelum jadi juara seder-hana, setelah juara tetap sederhana. Uangnya ditabung untuk masa de-pan,” paparnya. Baginya bonus boleh dinikmati asal tahu batasnya.

Penghargaan lain yang di-perolehnya sebagai atlet adalah ke-sempatan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ia bersyukur sebagai war-ga Yogyakarta memiliki Walikota dan Sekda yang benar-benar memberikan perhatian kepada atlet dan olah raga goes ini. “Saya dipanggil Pak Sekda dan ditawarkan menjadi PNS di Dinas Pemuda Olah Raga, katanya ini peng-hargaan buat saya,” katanya sambil tersenyum lebar.

Sebagai atlet senior Nurhayati merintis karir barunya sebagai pelatih bersama suaminya Hendri yang sudah memulainya lebih awal. Ia sudah me-lapor kepada pimpinannya di Dispora Yogya untuk merintis konsep sekolah sepeda. “Lokasi sudah siap digunakan, dukungan pemerintah sudah didapat,

program juga sudah disiapkan, anak-anak dan para orang tua juga sudah antusias memulai pelatihan,” paparnya bersemangat. Sekali waktu ia menjad-walkan untuk berkunjung ke sekolah-sekolah memberi semangat kepada calon pejuang olah raga Indonesia. “Saya juga lebih pede bercerita kepa-da murid dan orang tua kalau dengan olah raga sekarang masa depan lebih terjamin, lebih baik dibanding masa lalu. Dapat beasiswa, bonus lumayan, peluang PNS, tunjangan hari tua, dan lain-lain,” katanya. Ia berharap semo-ga kondisi ini membuat para orang tua lebih ikhlas mendukung anaknya memilih profesi atlet.

Ia bersyukur bisa menjadi warga Yogya karena memiliki pemerintahan yang berani membuat kebijakan yang pro-sepeda kemudian masyarakatnya juga mencintai sepeda. Sebagai atlet yang sudah berkeliling hampir ke selu-ruh wilayah Indonesia dengan sepeda, ia merasa negeri ini sangat cocok mengembangkan sepeda sebagai sa-rana transportasi dan olah raga. Wa-likota Yogya menurutnya secara khu-sus telah melakukan studi banding ke Bugota untuk mempelajari kebijakan pemerintah setempat yang berhasil menjadikan sepeda sebagai bagain dari kehidupan kota itu. Hasilnya Kota Keraton ini berhasil membangun jalur khusus sepeda, menyiapkan sarana pendukung lainnya sehingga rakyat merasa nyaman meng-goes kereta anginnya. Menurutnya tidak salah kalau pemda lain juga meluangkan waktu belajar membuat kebijakan pro-sepeda dari daerah yang terkenal dengan jalan Malioboro ini.

“Kalau saya akan terus bersepeda, kalau kemaren atlet sekarang mu-lai merintis jadi pelatih. Saya begini karena sepeda nggak ada salahnya membagi ilmu yang saya punya, toh ini buat bangsa dan negara juga tu-juannya. Kita mau kasih apa sih buat bangsa ini, karena kita sudah meneri-ma cukup banyak,” tandas Nurhayati mengakhiri wawancara dengan Parle. Maju terus Mbak Nur. Ayo siapa lagi yang mau goes. (iky)***

Page 71: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

PERNIK

7� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7� 7� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7�

Jika anda mengunjungi daerah wisata Puncak, Bogor, Jawa Barat, mungkin yang ada di benak anda yaitu jalanan yang macet total, tempat penginapan yang asri disepanjang jalan serta wisata kulinernya yang dapat memanjakan lidah anda. Berbicara Kemacetan menuju puncak, sudah terlihat hingga dua kilometer mulai dari pintu tol Ciawi hingga arah puncak.

Wisma Griya KopoDukung Tupoksi Dewan

Antrean juga terlihat dari Perti-gaan Gadog hingga Selarong dan berbagai kawasan obyek

wisata. Kendaraan yang menuju ka-wasan Puncak didominasi kendaraan pribadi dan umum. Tercatat sudah lebih dari 30 ribu kendaraan yang melintas di kawasan tersebut. Untuk mengatasinya bahkan pihak personel Polres Bogor memberlakukan sistem buka tutup. Untuk arah Bogor menuju ke Puncak ditutup mulai pukul 08.00 hingga pukul 10.00 WIB. Sedangkan untuk arah sebaliknya dibuka mulai pukul 15.00 WIB.

Sebagai tempat rekreasi wisata

Puncak, pengunjung juga dapat me-nikmati wisata alam liarnya di taman safari, dimana disajikan hewan-hewan langka dan liar yang dapat dinikmati oleh para pengunjung, yang tidak ka-lah menariknya kita dapat menikmati wisata malamnya menyaksikan he-wan-hewan tersebut. Yang tidak kalah menariknya, pengunjung wisata juga dapat menikmati hamparan kebun teh puncak pass, kawasan Gunung Mas Puncak, udara yang sejuk disertai segelas cangkir teh menambah ha-ngatnya acara rekreasi kita.

Sementara disepanjang jalan menuju puncak, banyak sekali pe-

nginapan yang menyediakan hunian yang cukup nyaman untuk melepas penat disela-sela keseharian aktivitas pekerjaan kita. Sebut saja beberapa hotel seperti Parama, Permata, Pon-dok Lembah Tirta, Puri Anandita, The Pinewood dan sebagainya yang me-nyediakan fasilitas penginapan yang layak dan dapat memanjakan diri kita. Selain hunian yang memang diperun-tukkan bagi kalangan menengah atas tersebut, di sepanjang jalan puncak pass tersebut juga terdapat hunian yang layak dengan kocek yang cukup murah.

Berbicara mengenai hunian, DPR

Gedung serba guna di Wisma Kopo, Puncak Jawa Barat Kepala Bagian Perumahan DPR, Dimyati

Page 72: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

7� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7� 7� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7�

RI juga memiliki fasilitas ruang ker-ja dan ruang rapat yang berada di wilayah Puncak, yang bernama Wisma Griya Sabha Kopo, Puncak Bogor, se-lama ini masyarakat hanya mengeta-hui bahwa DPR hanya memiliki ruang rapat di lingkungan Senayan jakarta saja.

Wisma Griya Sabha Kopo pada prinsip dasarnya bertujuan mendu-kung kegiatan rapat-rapat Dewan. Karena sekarang ini dengan tingginya volume rapat-rapat dewan sehingga wisma griya sabha kopo sepenuhnya dipergunakan untuk kegiatan de-wan, bahkan untuk pada saat seka-rang kapasitas yang ada telah dirasa tidak mencukupi karena banyaknya permintaan dari alat kelengkapan de-wan bahkan beberapa di tolak karena hanya cukup menampung 1 hingga 2 komisi saja.

“Saking banyaknya permintaan termasuk dipergunakan untuk mem-bahas pembentukan Undang-Undang, banyaknya kegiatan dewan yang tidak bisa dipenuhi griya sabha kopo maka secretariat jenderal berencana akan melakukan suatu pengembangan dan perluasan nantinya,”kata Kepala Ba-gian Perumahan Dimyati.

Direncanakan memang Setjen akan melakukan penambahan kamar, ruang sidang, dan menambah sarana dan prasarana lain yang diharapkan semuanya dapat menampung ke-giatan dewan.

Griya sabha Kopo di dukung 43 karyawan, 16 PNS sisanya honorer yang dibayar dari APBN yang seba-gian besar diambil dari warga sekitar. Sehingga community development antar Sekretariat Jenderal dengan warga sekitar terjalin dengan baik.

Fasilitas yang ada masjid yang dapat dipergunakan juga dalam ke-giatan beribadat warga sekitar. La-pangan bulutangkis, tenis pangan, jogging trak, kolam renang, taman tempat bermain,

Wisma Griya Sabha kopo dalam memenuhi kebutuhan fasilitasnya juga bekerjasama dengan unit lain, seperti pemenuhan pengadaan AC,

perangkat IT seperti Wifi dan Pe-rawatan tersebut mempergunakan anggaran APBN yang masuk dalam DIPA. Sementara pengadaannya di-laksanakan oleh pihak ke tiga melalui peraturan yang berlaku Kepres 54 ta-hun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa tetap trasparansi dan akun-tabel, efisien dan efektif.

Dia mengakui, Setjen DPR telah melakukan pembelian tanah seluas 10.332 m/segi, yang bertujuan untuk mengembangkan Wisma Griya Sabha Kopo. dalam mengontrol pelaksanaan kegiatan di wisma bagian perumahan, mempunyai perangkat Kepala Sub Bagian Wisma Kopo, Pak Makruf., tugas dan fungsi sub bagian Kopo yaitu melakukan memonitor tiap hari melalui telpon dan 2 hingga 3 kali dalam 1 minggu mengontrol lang-sung datang ke lokasi. “Complain ada hanya tidak mencukupi tempat me-nginap, dimana terdapat VIP 8 Unit dan biasa 54 Unit,”jelasnya.

Untuk mengatasi tingginya enten-sitas hujan dan petir di wilayah puncak bogor, wisma griya kopo melengkapi dengan antenna 5 anti petir. Semen-tara untuk mengatasi pemadaman lis-trik wisma bekerjasama dengan PLN, karena wisma juga merupakan lam-bang Negara dengan mempersiapkan genset untuk mengindari pemadaman yang tidak dapat dihindari. “Mutu air

sangat baik dan dapat diminum dan-telah dilakukan uji kelayakan kualitas air minum,”jelasnya.

Pengelolaan sampah juga dilaku-kan oleh pihak ketiga dengan proses tender, Sementara untuk penghijauan dilakukan dengan koordinasi dengan kepala desa dan direncanakan pena-naman pohon yang bermanfaat yaitu pohon berbuah. “Kami bangga di tun-juk sebagai kepala bagian perumahan dan peristirahatan, yang berkontri-busi dalam rangka penyelenggaraan bangsa dan Negara melalui DPR RI sehingga dapat mengikuti kegiatan rapat yang ada dan dapat mengeta-hui perjuangan wakil rakyat,”Jelas Di-myati.

Dimyati mengaku dirinya, terus berusaha menjalankan petunjuk dari atasan dengan memberikan pelaya-nan yang maksimal kepada wakli rakyat. “Kopo itu diprioritaskan bagi kegiatan alat kelengkapan dewan,”katanya. Se-mentara PNBP yang telah disetorkan ke Negara hingga November 2011 sebesar 1,7 M seluruh uang sewa di-setorkan ke Negara. UU no. 17 ten-tang keuangan Negara.

Disisi lain, Wisma menyelenggara-kan pembinaan mental setiap minggu 2 kali pada selasa malam dan jum’at malam dan menyelenggarakan pera-yaan acara hari besar islam dengan melibatkan masyarakat sekitar. (as/si)

Fasilitas Masjid yang ada di Wisma Kopo, Puncak Jawa Barat

Page 73: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

POJOK PARLE

7� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7� 7� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7�

Pesona Bu Bupati

Jembatan dengan bentangan sepanjang 710 meter itu diresmi-kan pada tahun 2001. Jembatan

itu melintasi Sungai Mahakam, meng-hubungkan Kota Tenggarong dan Tenggarong Seberang. Hingga Kamis (1 Desember 2011), jumlah korban 20 orang meninggal dan diduga 17 orang masih dalam pencarian.

Terkait runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara, Komisi V DPR mengun-dang mitra-mitra yaitu Menteri PU, Wakil Menteri Perhubungan, Wakil Kakorlantas Polri, Kepala Basarnas, Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Bupati Kutai Kartanegara, Ketua DPRD Kutai Kartanegara dan Direksi PT Hu-tama Karya, PT Perentjana Djaya, PT Bukaka Teknik Utama beserta jajaran-nya.

Komisi V ingin meminta penjela-san Pemerintah terkait penyebab runtuhnya jembatan dan upaya pe-nyelamatan dan evakuasi korban dan

Runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara yang terjadi pada hariSabtu, 26 November, pukul 16.30 mengejutkan seluruh masyarakat Indonesia. Jembatan tersebut belum lama dibangun baru sekitarsepuluh tahun yang lalu.

hasil investigasi serta evaluasi semen-tara atas kejadian tersebut.

Hadirnya mitra kerja yang berkom-peten memberikan keterangan terse-but tentunya mengundang para insan Pers untuk melakukan tugas jurnalis-menya. Alhasil, ruang Komisi V penuh sesak wartawan baik cetak maupun elektronik.

Rapat berlangsung sangat lama, karena mitra kerja yang diundang memberikan penjelasan masing-masing. Setelah semua mitra seluruh-nya selesai memberikan penjelasan, giliran anggota Komisi V memberikan pendalaman.

Giliran pertama, anggota Komisi V dari F-PDI Perjuangan Rendhy La-madjido memberikan pendalaman. Menurut Rendhy, dari beberapa analisa pakar, dia melihat runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara itu meru-pakan kegagalan konstruksi.

Rendhy melihat pembangunan

jembatan dari awal sudah mengalami reformasi mengakibatkan penurunan daripada bantalan jembatan berkisar 8 – 10 cm. Menurutnya, ini kegaga-lan pemerintah dalam mengobservasi bangunan.

Tibalah giliran ke dua, Sudjadi juga dari Fraksi yang sama. Ruangan kembali hening untuk mendengar-kan pendalaman berikutnya. Pertan-yaan dmulai dengan kata-kata: ”sore ini saya tersiksa sekali karena Ketua DPRD Kutai Kartanegara yang badan-nya besar selalu menghalangi saya untuk melihat Ibu Bupati Kutai Kar-tanegara. Padahal saya ingin sekali menatap Bu Bupati yang sore ini terli-hat cantik dengan mengenakan keru-dung,” katanya.

Sudjadi masih meneruskan, karena begini-begini saya ini U L A M A, ka-tanya menghentikan perkataannya dan setelah itu melanjutkan ucapan-nya, maksud saya, Usia Lanjut Tapi

Anggota dari Komisi V DPR saat Rapat dengan jajaran Pemerintahan Daerah Kutai Kartanegara Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari

Page 74: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

7� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7� 7� | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | 7�

Masih Assoy…………..Gemuruhlah tawa seiisi ruangan,

suasana mendadak sedikit mencair setelah dari siang hari suasana diliputi ketegangan.

Bupati Kutai Kartanegara yang merupakan satu-satunya wanita yang duduk di depan tersipu-sipu malu dan pipinya merona merah menambah kecantikannya.

Saat memberikan paparannya, Bu-pati yang memiliki nama Rita Widya-sari ini memang mengakui dia grogi berhadapan dengan anggota Dewan dan dilihat puluhan wartawan serta kamera yang berada dimana-mana.

Ternyata pesona Ibu Bupati ini juga “membius” salah satu anggota Dewan untuk menatapnya.

Terdengar celetukan-celetukan dari wartawan yang mengikuti jalan-nya rapat. “Pak……pak……… kok nggak mau ketinggalan sama yang muda….. tahu-tahunya yang bening-bening,” kata salah satu wartawan yang tidak lepas dari notebooknya.

“Ya…… iyalah …….. masak di depan mata ada yang cantik kita lewatkan begitu saja………. rugi kali…… ……,” jawab temannya sambil mencuri-curi

ikut memandang wajah Bu Bupati. Hus……… kok kamu jadi keteru-

san nglihatnya, jangan keterusan gitu nanti Bu Bupati semakin salah tingkah dan nggak konsen menjawab perta-nyaan anggota, rugi kan kita nggak dapet jawaban.

Wah…….Ini dia ni………insting wartawannya tumbuh kembali, .....nggak mau rugi……, tapi kalau bisa kita nggak mau rugi dua-duanya…….. betul nggak………betul nggak,” jawab temannya kembali serius menyimak jalannya rapat. (tt)***

Jajaran Pemerintahan, Menteri PU, Wakil Menteri Perhubungan, Wakil Kakorlantas Polri, Kepala Basarnas, Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Bupati Kutai Kartanegara dan lainnya

Page 75: Politisi Beradab Yang Menjunjung Etika Dan Moral

POJOK PARLE

76 | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | | PARLEMENTARIA | Edisi 89 TH. XLII, 2011 | PB