88
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI DESA GALUNG LOMBOK KECAMATAN TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR DELVIA 105961104716 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI ......vi ABSTRAK DELVIA. 105961104716. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok kecamatan Tinambung

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI

    KELAPA DALAM DI DESA GALUNG LOMBOK

    KECAMATAN TINAMBUNG KABUPATEN

    POLEWALI MANDAR

    DELVIA

    105961104716

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • ii

    ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI

    KELAPA DALAM DI DESA GALUNG LOMBOK

    KECAMATAN TINAMBUNG KABUPATEN

    POLEWALI MANDAR

    DELVIA

    105961104716

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjan Pertanian

    Strata Satu (S-1)

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • v

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

    DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan

    Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok Kecamatan Tinambung

    Kabupaten Polewali Mandar adalah benar merupakan hasil karya yang belum

    diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber

    data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

    tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

    dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

    Makassar, 16 November 2020

    Delvia

    105961104716

  • vi

    ABSTRAK

    DELVIA. 105961104716. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Kelapa

    Dalam di Desa Galung Lombok kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali

    Mandar. Dibimbing oleh Muh. Arifin Fattah dan Hasriani.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan

    usahatani kelapa dalam di Desa Galung Lombok Kecamatan Tinambung

    Kabupaten Polewali Mandar.

    Penentuan sampel menggunakan metode pengambilan sampling purposive

    dengan kriteria memiliki jumlah pohon kelapa dalam minimal 20 pohon yang

    masih produktif. Jumlah responden 30 petani kelapa dalam. Analisis data yang

    digunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani kelapa dalam

    sebesar Rp. 4.583.332 buah/pohon/tahun. Sedangkan hasil analisis kelayakan

    usahataninya menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio sebesar 6,8, B/C Ratio sebesar

    5,8. BEP Produksi sebesar 388 buah/pohon/tahun, dan BEP Harga sebesar Rp 290

    buah/pohon/tahun. Sehingga usahatani kelapa dalam layak untuk dijalankan

    karena memberikan keuntungan bagi petani kelapa dalam.

    Kata Kunci: Kelapa Dalam, Pendapatan, Kelayakan, Usahatani

  • vii

    ABSTRACT

    DELVIA. 105961104716. Analysis of Income and Feasibility of Deep Coconut

    Farming in Galung Village Lombok District Tinambung Polewali Mandar

    Regency. Guided by Muh. Arifin Fattah and Hasriani. This study aims to find out

    the income and feasibility of coconut farming in Galung Village Lombok District

    Tinambung Polewali Mandar Regency.Sampling method using purposive

    sampling method with criteria has the number of coconut trees in at least 20 trees

    that are still productive. The number of respondents 30 coconut farmers in. Data

    analysis used quantitative and qualitative data analysis. The results showed that

    the income of coconut farming in the amount of Rp. 4.583.332 pieces/tree/year.

    While the results of the analysis of the feasibility of farming showed that the value

    of R/C Ratio of 6.8, B/C Ratio of 5.8. BEP Production of 388 pieces/tree/year,

    and BEP Price of Rp 290 pieces/tree/year. So that the deep coconut farming is

    worth to run because it gives.

    Key Words : Deep Coconut, Income, Feasibility, Farming.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

    dan hidayah yang tidak berhenti diberikan kepada hambahnya. Shalawat dan

    salam tak lupa saya kirimkan kepada rasulullah SAW beserta para keluarga,

    sahabat dan para pengikutnya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul “Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Kelapa Dalam di Desa

    Galung Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar”.

    Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

    dalam memperoleh gelar sarjana pertanian dan fakultas pertanian Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

    tanpa ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

    kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

    terhormat :

    1. Dr.Ir.Muh. Arifin Fattah, M.Si., selaku pembimbing utama dan Hasriani,

    S.TP.,M.Si., selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan

    waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat

    diselesaikan.

    2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.P., M.P., selaku dekan fakultas pertanian

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

  • ix

    3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis

    Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Kedua orangtua ayahanda Tasman dan ibunda Bidari, beserta keluarga yang

    senantiasa memberikan bantuan, baik berupa moril maupun material sehingga

    skripsi ini dapat terselesaikan.

    5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

    Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

    penulis.

    6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Tinambung khususnya Kepala Desa

    Galung Lombok beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk

    melakukan penelitian di daerah tersebut.

    7. Semua pihak yang telah membantu menyusun skripsi dari awal hingga akhir

    yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

    Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua

    pihak yang telah terkait dalam penulisan skripsi ini,semoga karya tulis ini

    bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang

    membutuhkan. Semoga kebaikan-kebaikan Allah senantiasa tercurah kepadanya.

    Aamiin.

    Makassar, Oktober 2020

    Delvia

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN SAMPUL ......................................................................................ii

    LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................iii

    PENGESAHAN KOMISI ..................................................................................iv

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ..........................................................v

    ABSTRAK .........................................................................................................vi

    KATA PENGANTAR .......................................................................................viii

    DAFTAR ISI .....................................................................................................x

    DAFTAR TABEL ..............................................................................................xi

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xii

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii

    I. PENDAHULUAN ..........................................................................................1

    1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

    1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3

    1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................4

    1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................................5

    II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................5

    2.1 Tanaman Kelapa ........................................................................................5

    2.2 Konsep Usahatani .....................................................................................8

    2.3 Penelitian Terdahulu .................................................................................15

    2.4 Kerangka Pikir ..........................................................................................18

    III. METODE PENELITIAN .............................................................................21

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................21

  • xi

    3.2 Teknik Penentuan Sampel .........................................................................21

    3.3 Jenis dan Sumber Data ...............................................................................22

    3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................23

    3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................24

    3.6 Defenisi Operasional .................................................................................27

    IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .........................................30

    4.1 Letak Geografis .........................................................................................30

    4.2 Keadaan Geografis ...................................................................................32

    4.3 Kondisi Pertanian ......................................................................................34

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................36

    5.1 Identitas Responden ..................................................................................35

    5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam .........................................41

    5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Kelapa Dalam ...........................................45

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................50

    6.1 Kesimpulan ...............................................................................................50

    6.2 Saran ..........................................................................................................50

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    No Halaman

    Teks

    1. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 15

    2. Luas Wilayah ................................................................................................. 31

    3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Galung

    Lombok .......................................................................................................... 33

    4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...................................... 34

    5. Jenis Penggunaan dan Luas Lahan ................................................................. 34

    6. Klasifikasi Umur Responden di Desa Galung Lombok ................................. 36

    7. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Galung Lombok .................. 37

    8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani di Desa Galung Lombok .................... 38

    9. Pengalaman Berusahatani Petani di Desa Galung Lombok ........................... 39

    10. Luas Lahan Petani di Desa Galung Lombok .................................................. 39

    11. Umur Tanaman Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok .............................. 40

    12. Jumlah Tanaman Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok ............................ 41

    13. Biaya Tetap Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok ................... 43

    14. Biaya Variabel Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok .............. 43

    15. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam ........................................... 44

    16. Hasil Analisis Kelayakan R/C Ratio Usahatani Kelapa Dalam

    di Desa Galung Lombok ................................................................................. 46

    17. Hasil Analisis Kelayakan B/C Ratio Usahatani Kelapa Dalam

    di Desa Galung Lombok ................................................................................. 47

    18. Hasil Analisis BEP Usahatani Kelapa Dalam ................................................ 48

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    No Halaman

    Teks

    1. Kerangka Berfikir Analisis Pendapatan Usahatani dan Kelayakan

    Usahatani Kelapa Dalam ................................................................................. 20

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Halaman

    Teks

    1. Daftar Kuisoner .............................................................................................. 2

    2. Identitas Responden ....................................................................................... 6

    3. Rekapitulasi Biaya Pupuk .............................................................................. 7

    4. Rekapitulasi Biaya Tenaga Kerja ................................................................... 8

    5. Rekapitulasi Biaya Variabel ........................................................................... 9

    6. Rekapitulasi Biaya Penyusutan Alat .............................................................. 10

    7. Rekapitulasi Biaya Tetap ............................................................................... 12

    8. Rekapitulasi Pendapatan ................................................................................ 13

    9. Rekapitulasi Analisis Kelayakan R/C B/C BEP ............................................ 15

    10. Peta Lokasi Penelitian .................................................................................... 16

    11. Dokumentasi .................................................................................................. 17

    12. Surat Penelitian ............................................................................................. 20

    13. Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... 21

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan Negara yang tergolong ke dalam Negara agraris.

    Karena penduduknya sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor

    pertanian. Sehingga sektor pertanian harus mendapat perhatian yang besar dari

    pemerintah. Kegiatan dibidang pertanian mulai dari budidaya tanaman pangan,

    peternakan, kehutanan, dan perkebunan (Agrigsamudra 2015).

    Subsektor perkebunan mempunyai peluang besar untuk dijadikan andalan

    ekspor. Pembangunan dibidang perkebunan diarahkan untuk mempercepat laju

    produksi baik dari perkebunan besar, swasta, ataupun perkebunan Negara. Salah

    satu jenis tanaman perkebunan yaitu tanaman kelapa. (Arifin, 2001).

    Tanaman kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai

    ekonomis yang tinggi apabila dikelola dengan baik, karena sebagai tanaman

    serbaguna yang telah memberikan kehidupan kepada petani, hal ini dibuktikan

    dengan tingkat penguasaan tanaman kelapa di Indonesia yaitu sebesar 98%

    merupakan perkebunan rakyat (Thantiyo, 2010). Tanaman kelapa juga memiliki

    peran strategis bagi perekonomian marginal karena disamping dapat dikonsumsi

    langsung, dapat juga dijadikan bahan baku industri yang penting bagi Indonesia

    disamping kakao, kopi, lada, dan vanili (Alamsyah dalam Moh Fajrin, 2016).

    Peranan kelapa dalam segi mikro dapat dikaji dengan melihat berapa besar

    ketergantungan petani terhadap komoditas lain, dipandang dari aspek pendapatan

    petani, maka sumber pendapatan petani dapat dikelompokkan menjadi pendapatan

  • 2

    dari usahatani, non usahatani, luar sektor pertanian seperti buruh industri,

    pengrajin, berdagang dan sebagainya. Pendapatan petani kelapa dalam selain

    bersumber dari usahatani kelapa dalam, juga berasal dari pendapatan usahatani

    di luar kelapa dalam dan pendapatan berasal sari usaha di luar pertanian.

    ( Rudi, 2012).

    Menurut data Kementerian Pertanian rata-rata produksi kelapa

    di Indonesia pada periode 2015 – 2019 sebesar 2,9 juta ton. Secara keseluruhan

    produksi kelapa nasional pada tahun 2019 sebanyak 2,92 juta ton, meningkat

    0,77% dari tahun sebelumnya. Diperkirakan pada masa mendatang kebutuhan

    akan komoditas kelapa akan meningkat, mengingat sebagai Negara kepulauan,

    pola hidup masyarakat sulit dilepaskan dari komoditas dan hasil olahan kelapa.

    Provinsi Sulawesi Barat merupakan salah satu daerah penghasil kelapa

    di Indonesia. Pada tahun 2019 produksi kelapa di Sulawesi Barat sebesar 35.933

    ton, dengan luas lahan 42.926 ha dan produktivitas 1,081. Kabupaten Polewali

    Mandar merupakan salah satu daerah penghasil produksi kelapa dengan total

    produksi pertahun 18.808 ton, dengan luas lahan 20.914 ha (Kepala Dinas

    Perkebunan Sulawesi Barat). Tanaman kelapa diusahakan sejak lama dan tumbuh

    subur di semua kecamatan. Salah satunya di Kecamatan Tinambung yang terdiri

    dari 8 Desa dengan luas wilayah 21,34 km² dan jumlah penduduk 24.871 jiwa.

    Kecamatan Tinambung juga terdapat beberapa desa yang membudidayakan

    tanaman kelapa. Salah satunya di Desa Galung Lombok yang sebagian besar

    berprofesi sebagai petani kelapa dalam. Umur rata-rata kelapa dalam yang ada

    di Desa Galung Lombok berkisaran 20-40 tahun, yang mana sebagian besar

  • 3

    kelapa dalam di desa ini sudah tua yaitu berkisar 40-50 tahun. Menurut

    (Suhardiono, 1999) kelapa dalam mulai berbuah agak lambat, yaitu antara 6-8

    tahun setelah tanam. Untuk tanaman kelapa dalam masa puncak produksinya

    berkisar antara 15-25 tahun. Setelah berumur 25 tahun produksinya berangsur

    turun dan setelah 50 tahun produksinya merosot. Jumlah pohon dan luas lahan

    kelapa dalam yang ada di Desa Galung Lombok tentunya akan mempengaruhi

    produksi dan produktivitas yang diperoleh serta akan memberikan besaran

    pendapatan yang berbeda pula.

    Menurut (Sunarjono, 2000) usahatani menguntungkan atau layak

    diusahakan bila analuisis usahatani menunjukkan hasil layak. Suatu usahatani

    dapat dikatakan layak atau tidak untuk dilakukan dapat dilihat dari efisiensi

    penggunaan biaya dan besaranya perbandingan antara total penerimaan dengan

    total biaya. Dalam hal ini diharapkan dengan potensi yang dimiliki oleh Desa

    Galung Lombok dapat memberikan penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan

    biaya-biaya produksi yang akan dikeluarkan sehingga pendapatan yang akan

    diterima oleh petani tersebut tinggi. Hal ini menarik minat peneliti untuk meneliti

    tentang “Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Kelapa Dalam di Desa

    Galung Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah dalam penelitan ini

    yaitu :

  • 4

    1. Berapa besar pendapatan usahatani kelapa dalam di Desa Galung Lombok

    Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar ?

    2. Bagaimana kelayakan usahatani kelapa dalam di Desa Galung Lombok

    Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka adapun tujuan dari

    penelitian yaitu :

    1. Untuk mengetahui besar pendapatan usahatani kelapa dalam di Desa Galung

    Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

    2. Untuk mengetahui kelayakan usahatani kelapa dalam di Desa Galung

    Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian, maka kegunaan yang akan diperoleh

    dengan diadakannya penelitian ini yaitu :

    1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi atau bahan

    informasi dalam meningkatkan nilai ekonomi pendapatan dan kelayakan

    usahatani kelapa dalam.

    2. Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untyk penelitian-penelitian

    selanjutnya.

  • 5

    II. TINJAUN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Kelapa

    Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu tanaman

    industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

    Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat

    diolah menjadi santan, kopra, dan minyak, tetapi seluruh bagian kelapa

    mempunyai manfaat besar. Demikian besar manfaat tanaman kelapa, sehingga ada

    yang menamakannya sebagai “Pohon Kehidupan” (the tree of life) atau “pohon

    yang sangat menyenangkan” (a heaven tree. (Basmar, 2008).

    Secara umum, buah kelapa dikenal sebagai coconut, kelapa memiliki

    berbagai ragam nama di dunia, diantaranya orang Belanda menyebutnya kokonoot

    atau klapper, sedangkan orang Francis menyebutnya cocotier. Perdagangan

    minyak kelapa antara Ceylon dan Inggris maupun antara Indonesia dan Belanda

    ini dimulai sejak berdirinya VOC (Verenidge Oost Indische Compagnie). Karena

    perdagangan minyak kelapa dan kopra terus meningkat, maka para penanaman

    modal asing di Indonesia tertama Belanda mulai tertarik untuk membuat

    perkebunan kelapa sendiri.

    Perkembangan agribisnis kelapa melalui penyediaan bibit unggul

    diharapkan akan membantu para petani dalam penanaman kelapa yang lebih

    optimal karena bibit unggul yang akan mempengaruhi produktivitas kopra.

    Semakin baik bibit unggul yang digunakan maka semakin banyak pula tanaman

  • 6

    kelapa yang dihasilkan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kopra

    (Warisno, 2003 dalam Sadrun Ahmad 2014).

    Tanaman kelapa dalam tumbuh baik pada curah hujan antara 1300 – 2300

    mm pertahun. Curah hujan 3800 mm atau lebih baik berpengaruh sepanjang tanah

    mempunyai drainase yang baik. Kelapa membutuhkan lama penyinaran minimum

    120 jam perbulan sebagai energi fotosintesis. Kelapa sangat peka pada suhu

    rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20 – 27º C. Pada suhu 15º C, akan

    terjadi perubahan fisiologis tanaman kelapa. Kelapa dalam membutuhkan RH

    minimum 65% dan tumbuh baik pada RH bulanan rata-rata 70 – 80%. Bila RH

    tanaman terlalu tinggi dapat menimbulkan hama dan penyakit (Badiaroh, 2013).

    Kelapa dalam tumbuh pada jenis tanah seperti aluvial, laterit, vulkanis,

    berpasir, tanah liat, atau berbatu namun, yang paling baik jenisnya adalah tanah

    endapan aluvial, laterit, vulkanis, berpasir, tanah liat, atau berbatu namun yang

    paling baik adalah jenis tanah endapan aluvial. Derajat keasaman (pH) optimun

    untuk pertumbuhan kelapa berkisar antara 5,5 - 6,5. Tanaman kelapa tumbuh baik

    di daerah yang memiliki ketinggian 0-450 meter dari permukaan laut waktu

    berbuah tanaman kelapa menjadi terlambat dan kadar minyaknya rendah

    (Badriaroh,2013).

    Untuk tanaman kelapa fase menghasilkan, agar memperoleh tanaman yang

    tumbuh sehat dan subur, tanaman dewasa harus mendapat pemeliharaan lanjutan

    yang baik sehingga dengan demikian produksinya pun akan tinggi.

    1. Pemupukan unsur hara bagi tanaman merupakan basis dalam proses

    metabolisme yang sering kali merupakan faktor pembatas dalam mencapai

  • 7

    tingkat produksi yang baik. Mengenai tujuan pemupukan pada tanaman

    produksi adalah untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman

    sehingga keseimbangan hara di dalam tanah dan tanaman tetap terpelihara.

    2. Pengerjaan tanah adalah areal pertanaman perlu diolah, baik dengan dipacul

    atau dibajak dengan traktor, 1-2 kali dalam setahun. Tujuannya adalah untuk

    memberantas rumput-rumput liar dan menambah dan menambah bahan organik

    dari tumbuh-tumbuhan yang dibenam.

    3. Pembuangan tanaman yang tidak produktif, meskipun telah dipeliahara dengan

    baik. Tanaman-tanaman demikian harus dibuang secepat mungkin.

    (Setyamidjaja, 2008).

    Mengingat tanaman kelapa memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka

    tanaman kelapa secara komersial diperkebunan di indonesia. Perkebunan

    tanaman kelapa yang ada di indonesia sebagian besar merupakan perkebunan

    rakyat (96,6%) sisanya milik Negara (0,7%) dan swasta (2,7%). Dari data

    tersebut indonesia sangat potensial sebagai penghasil produk berbahan dasar

    kelapa, seperti produk kelapa, sabut, tempurung dan sebagainya. Tetapi

    kenyataannya dari potensi produksi sebesar 15 milyar butir kelapa pertahun,

    kelpa yang dimanfaatkan baru sekitar 7,5 milyar butir pertahun atau sekitar

    50% dari potensi produksi. Masih banyak potensi kelapa yang belum

    dimanfaatkan karena berbagai kendala terutama teknologi, permodalan, dan

    daya serap pasar yang belum merata (Andrianto, 2014).

  • 8

    2.2 Konsep Usahatani

    Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

    mengalokasikansumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk

    memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu yang tertentu (Soekartawi,

    2002). Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

    mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor berupa lahan dan alam sekitarnya

    sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya

    (Ken Suratiyah, 2002).

    Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya

    dengan maksud untuk memperoleh hasil selanjutnya. Usahatani sebagai organisasi

    dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di sektor pertanian

    (Salikin, 2003). Menurut Tjakrawiraklaksana dan Soeriatmadja dalam hantari

    (2007), usahatani adalah suatu organisasi produksi di lapangan pertanian dimana

    terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada

    anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya dan unsur

    pengelolaan atau manajemen yang perannya dibawai oleh seorang yang disebut

    petani, untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan mencari keuntungan dan laba.

    Usahatani kelapa dalam merupakan suatu organisasi dimana terdapat

    sekelompok petani yang berhubungan dengan kegiatan pertanian atau

    pembelajaran bagaimana menggunaka sumberdaya secara efisien dan efektif pada

    suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil yang maksimal. Usahatani kelapa

    dalam merupakan suatu kegiatan yang mengolah hasil pertanian dari pembibitan,

    penanaman, pemeliharaan dan sampai pada panen. Tanaman kelapa dalam bagi

  • 9

    Indonesia merupakan tanaman yang sangat penting, karena tanaman ini sangat

    bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi salah satu komoditas

    usahatani rakyat, dan merupakan komoditi export (Palungkung, 2006). Usahatani

    dilaksanakan agar petani memperoleh keuntungan secara terus-menerus dan

    bersifat komersial (Dewi, 2012).

    2.1.1 Penerimaan

    Menurut Soekartawi (1995) dalam Valentina (2012), penerimaan

    usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jualnya.

    Penerimaan dapat diartikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu tertentu

    baik yang dipasarkan maupun tidak. Penerimaan juga dapat didefinisikan sebagai

    nilai uang yang diterima dari penjualan. Penerimaan usahatani yaitu penerimaan

    dari semua sumber usahatani meliputi, nilai jual hasil, penambahan jumlah

    investasi, nilai produk yang dikonsumsi petani dan harganya. Penerimaan

    merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode

    diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali. Penerimaan dapat

    diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual

    (Suratiyah,2015). Pernyataan ini dapat dirumuskan dengan:

    TR = P x Q

    Keterangan :

    TR =Total Revenue (Penerimaan)

    P = Price (harga)

    Q = Quantity (jumlah)

  • 10

    2.1.2 Biaya

    Biaya merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi

    kebutuhan produksi dapat berupa jasa maupun barang (Wanda, 2015). Biaya

    adalah total pengeluaran dalam bentuk uang yang digunakan untuk menghasilkan

    suatu produk selama satu periode. Nilai biaya berbentuk uang, yang termasuk

    dalam biaya adalah sarana produksi yang habis terpakai misalnya bibit, pupuk dan

    obat –obatan, lahan serta biaya dari alat-alat produksi (Syafruwadi et al., 2012).

    Menurut Supardi (2000) biaya adalah sejumlah nilai uang yang

    dikeluarkan oleh produsen atau pengusaha untuk membiayai kegiatan produksi.

    Biaya diklasifikasikan menjadi biaya tetap ( Fixed Cost ) dan biaya variabel

    (Variabel Cost). Klasifikasi biaya dalam perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu

    biaya tetap dan biaya variabel yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1. Biaya Tetap

    Biaya tetap adalah biaya yang secara tetap dibayar atau dikeluarkan oleh

    produsen atau pengusaha dan besarnya tidak dipengaruhi oleh tingkat

    output. Yang termasuk kategori biaya tetap adalah sewa tanah bagi

    produsen yang tidak memiliki tanah sendiri, sewa gudang, biaya

    penyusutan alat, sewa kantor, gaji pegawai atau gaji karyawan

    (Supardi, 2000).

    2. Biaya Variabel

    Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha sebagai

    akibat penggunaan faktor produksi yang bersifat variabel, sehingga biaya

    ini besarnya berubah-ubah dengan berubahnya jumlah barang yang

  • 11

    dihasilkan dalam jangka pendek. Biaya variabel adalah biaya tenaga kerja,

    biaya sprodi.

    3. Biaya Total

    Biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang

    dikeluarkan, yaitu merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya

    variabel (Gasperzs, 1999) dapat ditulis sebagai berikut.

    TC = TFC + TVC

    Keterangan :

    TC = Biaya Total

    TFC = Total Biaya Tetap

    TVC = Total Biaya Variabel

    Petani sebagai pelaksana usahatani berharap bisa memproduksi hasil tani

    yang lebih besar lagi agar memperoleh pendapatan yang besar pula. Untuk itu,

    petani menggunakan tenaga kerja, modal dan sarana produksi sebagai umpan

    untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Suatu usahatani dikatakan

    berhasil apabila dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat

    yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk

    kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Ken

    Suratiyah, 2015).

    2.1.3 Pendapatan

    Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi

    yang digunakan selama proses produksi (biaya pembelian benih, pupuk, obat-

    obatan dan tenaga kerja) (Soekartawi (1995) dalam syafruwardi at all. (2012)).

  • 12

    Pendapatan di dalam usahatani dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan kotor dan

    pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang belum dikurangi

    dengan biaya produksi atau yang biasanya disebut dengan penerimaan.

    Pendapatan bersih adalah pendapatan yang sudah dikurangi oleh biaya produksi

    (Tumoka, 2013). Pendapatan bersih adalah usahatani mengukur imbalan yang

    diperoleh keluarga petani yang menggunakan faktor-faktor produksi. Oleh karena

    itu pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat

    dipakai untuk membandingkan keragaman usahatani.

    Besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh petani merupakan

    besarnya penerimaan dan pengeluaran selama proses produksi. Terdapat beberapa

    faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh

    petani, antara lain skala usaha, tersedianya modal, tingkat harga output,

    tersedianya tenaga kerja, sarana transportasi, dan sistem pemasaran (Faisal, 2015).

    Menurut Tiku (2008) tujuan suatu pemilik faktor produksi menghitung

    analisis pendapatan yaitu : (1) untuk menggambarkan keadaan sekarang dari

    kegiatan usahatani, (2) untuk menggambarkan keadaan dimasa yang akan datang

    dari kegiatan usahatani, (3) untuk mengetahui tingkat keberhasilan usahataninya.

    Produsen atau petani dikatakan sukses dalam menjalankan usahataninya

    apabila :

    1) Pendapatan yang diterima dapat mengembalikan kembalinya modal yang

    telah digunakan untuk usahatani.

    2) Pendapatan yang diterima mencukupi untuk membayar semua biaya

    produksi yang digunakan selama masa produksi.

  • 13

    3) Pendapatan yang diterima cukup untuk membayar tenaga kerja.

    Secara matematik rumus pendapatan dapat dituliskan sebagai berikut:

    I = TR – TC

    Dimana :

    I = Income (Pendapatan)

    Tr = Total Revenue (Peneriman)

    TC = Total Cost (Total biaya)

    2.1.4 Kelayakan Usahatani

    Kelayakan usahatani merupakan suatu ukuran untuk mengetahui apakah

    suatu usahatani layak untuk dikembangkan, layak dalam artian dapat

    menghasilkam manfaat atau benefit bagi petani. Kelayakan usahatani juga dapat

    diartikan sebagai studi kelayakan suatu usaha ditinjau dari sudut ekonomi yang

    meliputi analisis biaya produksi, analisis modal usahatani, analisis biaya

    pendapatan, analisis titik impas pulang modal, analisis tingkat kelyakan usahatani,

    dan analisis tingkat efesiensi penggunaan modal (Cahyono, 2008). Kriteria

    kelayakan usaha pada analisis R/C Ratio yaitu :

    1. Jika R/C > 1, artinya usahatani dalam keadaan menguntungkan atau

    layak.

    2. Jika R/C = 1, artinya usahatani dalam keadaan titik impas/brek.

    3. Jika R/C < 1, artinya usahatani dalam keadaan tidak menguntungkan

    atau tidak layak.

    Adapun kaitannya usaha, Benefit Cost Ratio dapat dikatakan sebagai ratio

    perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan

  • 14

    dalam usaha. Apabila ratio menunjukkan hasil nol maka dapat diartikan bahwa

    usaha tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian pula, apabila ratio

    menunjukkan angka kurang dari satu maka usaha yang dilakukan tidak

    memberikan keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan (Rahim, 2008).

    1. Jika B/C > 1, artinya usahatani dalam keadaan layak dan dapat

    dilanjutkan.

    2. Jika B/C < 1, artinya usahatani dalam keadaan tidak layak atau tidak

    usah dilanjutkan.

    2.1.5 Titik Impas atau Break Event Point (BEP)

    Analisis titik impas adalah teknik seleksi yang bagus dan murah. Analisis

    titik impas dapat dijadikan sebagai pengganti untuk meramalkan suatu faktor yang

    tidak diketahui dalam membuat keputusan proyek. Jika hampir seluruh

    pengeluaran diketahui, dua variabel yang lain yaitu laba dan permintaan bisa

    bervariasi. Analisis ini dapat membantu menentukan aliran kas, tingkat

    permintaan yang dibutuhkan, serta kombinasi harga dan permintaan mana yang

    akan memperbesar kemungkinan untuk memperoleh keuntungan (Gill, 2004).

    Analisis break event merupakan analisis untuk menentukan tingkat

    penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan agar tidak menderita kerugian,

    tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break event akan

    diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian dari berbagai tingkat

    penjualan (Munawir, 2004).

    Menurut Rangkuti (2005), analisis break event point (BEP) merupakan

    suatu analisis yang digunakan untuk mempelajari keterkaitan antara biaya tetap,

  • 15

    biaya variabel, tingkat pendapatan pada berbagai tingkat operasional dan volume

    produksi. Selain memberikan informasi mengenai keterkaitan antara biaya dan

    pendapatan, diagram ini juga menunjukkan laba atau kerugian yang akan

    dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran (output). Tujuan dari analisis BEP yaitu

    untuk mengetahui besarnya penerimaan pada saat titik balik modal, yaitu yang

    menunjukkan suatu proyek tidak mendapatakan keuntungan tetapi juga tidak

    mengalami kerugian.

    2.3 Penelitian Terdahulu

    Berikut ini matriks tentang penelitian terdahulu.

    Tabel 1. Penelitian Terdahulu

    No

    Nama, Tahun, Judul Penelitian Metode

    Penelitian

    Hasil Penelitian

    1 Febriantika Fitri, (2017)

    Analisis Kelayakan Usahatani

    Kelapa Dalam di Kecamatan

    Tungkal Ilir Kabupaten

    Tanjung Jabung Bart .

    Kualitatif

    dengan

    pendekatan

    deskriptif

    Pendapatan rata-rata

    usahatanin kelapa

    dalam terbesar terdapat

    pada kelompok umur

    15-19 tahun. Usahatani

    kelapa dalam di

    Kecamatan Tungkal Ilir

    layak untuk diusahakan

    karena nilai BEP

    produksi, BEP

    penerimaan, dan BEP

    harga melampaui titik

    impas.

    2 Abdul Masse dan Afandi,

    (2015) Analisis Pendapatan

    Kuantitatif

    dengan

    Semakin banyak jumlah

    pohon kelapa dalam,

  • 16

    dan Kelayakan Usahatani

    Kelapa Dalam di Desa

    Kasoloang Kecamatan

    Bambaira Kabupaten Mamuju

    Utara Provinsi Sulawesi Barat

    pendekatan

    deskriptif

    maka semakin besar

    pendapatan yang

    diperoleh petani kelapa

    dalam. Pendapatan

    yang diterima

    meningkat apabila

    jumlah produksi kelapa

    dalam besar dan biaya

    yang dikeluarkan lebih

    kecil. Dan kelayakan

    usahatani kelapa dalam

    di Desa Kasuloang

    diperoleh revenue of

    cost sebesar 2 artinya

    layak untguk

    diusahakan.

    3 Delianti, Rukavina Baks, dan

    Dance Tanke Salu, (2014),

    Analisis Pendapatan Dan

    Kelayakan Usahatani Kelapa di

    Desa Malonas Kecamatan

    Dampelas Kabupaten

    Donggala.

    Kuantitatif,

    dengan

    pendekatan

    deskriptif

    Pendapatan usahatani

    kelapa dalam yang

    diperoleh petani

    responden di Desa

    Malonas adalah sebesar

    Rp. 3.187.002/ha/MP.

    Dan usahtani kelapa

    dalam ini

    menguntungkan

    sehingga layak

    diusahakan dengan nilai

    R/C sebesar 2,45.

    4 Arifin, Fattah2, Marlia, (2018),

    Analisis Pendapatan dan

    Kelayakan Usahatani Kelapa

    Dalam di Desa Alindau

    Kecamatan Sindue Tobata

    Kabupaten Donggala.

    Kuantitatif

    pendekatan

    deskriptif

    Rata-rata yang

    pendapatan yang

    diperoleh petani

    responden adalah

    sebesar Rp 130.000.520

    atau setara dengan

    konversi /ha. Rp.

    11.590.103.

    5 Asrawati, Made Attara, (2016),

    Analisis Pendapatan Usahatani

    Cengkeh di Desa Talaga

    Kecamatan Dampelas

    Kabupaten Donggala

    Kuantitatif

    pendekatan

    deskriptif

    Rata-rata pendapatan

    petani cengkeh sebesar

    Rp. 29.047.881/ha atau

    Rp.25.041.276/ha/th.

    Nilai tersebut

    menunjukkan total

    penerimaan lebih besar

    dari biaya yang

    dikeluarkan oleh petani

    cengkeh di Desa

  • 17

    Talaga.

    6 Talib.S, Lien Damayanti,

    Sulaeman, (2016), Analisis

    Pendapatan Dan Kelayakan

    Usahatani Jagung di Desa

    Olobojo Kecamatan Sigi

    Biroaru Kabupaten Sigi.

    Kuantitatif

    dan kualitatif

    dengan

    pendekatan

    deskriptif

    Pendapatan usahatani

    jagung di Desa Olobojo

    Kecamatan Sigi Biroaru

    Kabupaten Sigi sebesar

    Rp. 9.669.660.33/0,6 ha

    dan layak diusahakan

    dengan nilai R/C 4,14.

    7 Nursalam.K.H, (2012) Analisis

    Pendapatan dan Kelayakan

    Usahatani Cabai Rawit di Desa

    Alindau Kecamatan Sindue

    Tobata Kabupaten Donggala

    Kuantitatif

    dengan

    pendekatan

    deskriptif

    Rata-rata pendapatan

    yang diperoleh petani

    usahatani cabai rawit

    adalah Rp.

    5.184.392,50 dengan

    nilai R/C sebesar 2,69.

    8 Wahyu Hadisangsoko, (2010),

    Analisis Kelayakan Finansial

    dan Pemasaran Kakao di Desa

    Sungai Langka Kecamatan

    Gedong Tataan Kabupaten

    Pesawaraan.

    Kuantitatif

    dengan

    pendekatan

    deskptif

    Usahatani kakao layak

    untuk dikembangkan

    secara finansial, karena

    nilai NPV > 0, Gross

    B/C > 1,Net B/C > 1,

    IRR > tingkat suku

    bunga yang berlaku,

    dan pengambilan modal

    dengan batas waktu

    kurang dari 20 tahun.

    9. Apriyanto Dwi Laksono, Joni

    Murti Mulyo Aji, Julian Adam

    Ridjal, 2014, Analisis

    Kelayakan pada Usahatani Kopi

    Rakyat di Kabupaten Jember.

    Metode

    Kuantitatif

    dengan

    pendekatan

    deskriptif

    Usahatani kopi rakyat

    kabupaten jember

    tergolong layak

    diusahakan dan

    dilanjutkan dalam segi

    finansial, hal ini

    diindikasikan dengan

    terpenuhinya kriteria

    kelayakan finansial

    yaitu ARR , NPV, IRR,

    net B/C, Gross B/C dan

    PP. Nilai ARR melebihi

    discount rate berlaku

    yaitu sebesar 187,35%.

    10. Yulianti Kalaba, 2005, Analisis

    Pendapatan dan Kelayakan

    Finansial Usahatani tanaman

    Sela Diantara Kelapa di

    Kabupaten Minahasa Provinsi

    Sulawesi Utara.

    Metode

    Kuantitatif

    dengan

    pendekatan

    deskriptif.

    Hasil analisis kelayakan

    finansial menunjukkan,

    rataan NPV hampir

    merata untuk pola

    kelapa monokultur

    relatif lebih kecil. Nilai

  • 18

    NPV terbesar untuk

    kecamatan tombatu

    terdapat pada pola

    kelapa + vanili (Rp.

    4.834.250, pertahun)

    dan untuk kecamatan

    wori pola kelapa +

    pisang sebesar Rp.

    1.914.600., pertahun.

    NPV terkecil terdapat

    pada pola kelapa

    monokultur, masing-

    masing untuk

    kecamatan tombatu Rp.

    763.200,. pertahun dan

    kecamatan wori Rp.

    586.000,. petahun

    Analisis kepekaan

    memperlihatkan bahwa

    dari setiap

    kemungkinan

    perubahan penurunan

    harga dan penambahan

    biaya produksi, semua

    pola kelapa dengan

    tanaman sela tetap

    layak diusahakan

    karena NPV > 0dan R-

    C Ratio > 1..

    2.4 Kerangka Pikir

    Usahatani merupakan suatu proses kegiatan produksi, yaitu dengan

    memasukkan faktor alam dengan faktor produksi lain untuk menghasilkan output

    pertanian (barang atau jasa) dari suatu kegiatan. Dengan demikian pula dengan

    usaha perkebunan kelapa memerlukan input untuk menghsilkan kelapa dalam.

    Input-input tersebut, baik input tetap maupun variabel akan menimbulkan biaya

  • 19

    produksi yang berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan

    diperoleh.

    Dengan menjual hasil produksi, maka petani akan memperoleh

    penerimaan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan

    yang akan diperoleh. Tujuan dari setiap usaha termasuk usaha perkebunan kelapa

    dalam adalah untuk mendapatkan keuntungan, sehingga perlu diperhitungkan

    besarnya biaya yang telah dikorbankan dan pendapatan yang diperoleh. Untuk

    mengetahui apakah usaha perkebunan kelapa dalam menguntukan atau tidak,

    maka dilakukan suatu analisis kelayakan.

    Dalam analisis ini, dilakukan perhitungan yang diukur dari besarnya

    penerimaan dan biaya bagi usaha perkebunan kelapa dalam. B/C Ratio merupakan

    rasio perbandingan keuntungan dengan biaya-biaya yang digunakan dalam

    merealisasikan perencanaan, pendirian dan mengoperasikan suatu usaha untuk

    melihat mafaat yang didapat oleh proyek dengan satu rupiah pengeluaran.

    Analisis break event point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk

    menemukan suatu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama

    dengan pendapatan. Titik tersebut dinamakan titik BEP. Dengan mengetahui titik

    BEP, analisis dapat diketahui pada vplume penjualan, berapa usahatani mencapai

    titik impasnya, yaitu tidak rugi, tetapi juga tidak untung sehingga apabila

    penjualan melebihi titik itu, maka usahatani yang dijalankan mulai mendapat

    keuntungan.

  • 20

    Keterangan :

    : Mempengaruhi

    : Dipengaruhi

    Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Analisis Pendapatan dan Kelayakan

    Usahatani Kelapa Dalam di Desa galung Lombok Kecamatan

    Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

    Pendapatan

    Analisisi Kelayakan

    1. R/C Ratio

    2. B/C Ratio

    3. Break Event Point

    Usahatani Kelapa Dalam

    Produksi

    Penerimaan

    Harga

    Faktor Produksi

    Biaya Produksi

    Layak Tidak Layak

  • 21

    III. METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Desa Galung Lombok Kecamatan

    Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Lokasi ditentukan

    dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut

    merupakan salah satu daerah penghasil kelapa dalam di Kecamatan Tinambung

    Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Waktu penelitian dimulai pada bulan

    Juni sampai Juli 2020.

    3.2 Teknik Penentuan Sampel

    Menurut (Sugiono, 2016) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

    dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

    yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

    kesimpulannya. Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan populasi

    adalah seluruh objek yang memiliki karakteristik yang dapat digunakan peneliti

    sebagai acuan dalam mengambil data yang diperlukan. Dalam penelitian ini yang

    dijadikan populasi adalah 147 petani kelapa dalam di Desa Galung Lombok

    Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik populasi yang dimiliki

    oleh populasi tersebut. Untuk itu, sampel diambil dari populasi harus betul-betul

    representatif (mewakili) (Sugiono, 2016). Pengambilan sampel secara purposive

    sampling yaitu menggunakan kriteria khusus. Menurut (Yunus Hadi, 2016).

    Metode pengambilan sampling purposive adalah metode sampel yang dipilih

  • 22

    secara cermat dengan mengambil objek peneitian yang selektif dan mempunyai

    ciri-ciri yang spesifik. Sampel yang diambil memiliki ciri-ciri yang khusus dari

    populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif (mewakili). Ciri-ciri

    maupun strata yang khusus tersebut tergantung keinginan peneliti. Adapun ciri-

    ciri yang diambil sebagai responden penelitian yaitu petani yang memiliki

    minimal 20 pohon kelapa dalam yang produktif. Adapun responden yang diambil

    sebanyak 30 orang yang dapat mewakili dari keseluruhan populasi di Desa Galung

    Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

    3.3 Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif

    1. Data kualitatif yaitu data naratif atau deskriptif yang menjelaskan tentang

    kualitas suatu fenomena. Kualitas suatu fenomena tersebut biasanya tidak

    muda atau tidak bisa diukur dengan secara numerik.

    2. Data kuantitatif yaitu data numerik yang biasanya menunjukkan

    pengukuran suatu fenomena tertentu dengan angka.

    Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :

    1. Data primer

    Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

    sumbernya yaitu tempat penelitian. Sumber data dalam penelitian ini

    terdiri dari petani kelapa dalam yang ada di Desa Galung Lombok

    Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar terkait dengan

    analisis pendapatan dan kelayakan usahataninya.

    2. Sumber Sekunder

  • 23

    Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh penelitian melalui

    informasi dari sumber lainseperti dokumen maupun internet yang terkait

    dengan penelitian ini. Sumber ini dapat berupa buku, koran, jurnal,

    ataupun tesis dan kata-kata statistik yang diterbitkan pemerintah atau

    swasta setempat.

    3.4 Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

    dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan melalui

    wawancara langsung dengan responden menggunakan datfar pertanyaan

    (kuisoner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari

    literatur-literatur atau pustaka dan instansi atau lembaga-lembaga yang terkait

    dengan penelitian.

    Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang harus digunakan

    dalam mengadakan suatu penelitian, agar mendapat data sesuai dengan apa yang

    diinginkan. Teknik pengumpulan data digunakan dalam penelitian adalah.

    1. Observasi

    Observasi merupakan data dengan melakukan pengamatan secara langsung

    kepada objek yang diteliti. Tujuan peneliti mengadakan pengamatan secara

    langsung untuk observasi awal di lokasi penelitian di Desa Galung

    Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

    2. Wawancara

    Wawancara (interview), yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui

    wawancara dengan petani kelapa dalam di Desa Galung Lombok

  • 24

    Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar dengan menggunakan

    kuisoner atau daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi dan data

    yang diperlukan dalam penelitian.

    3. Dokumentasi

    Dalam penelitian dibutuhkan data yang otentik dan menjadi pedukung

    suatu kebenaran. Peneliti dapat memperoleh informasi bukan hanya dari

    orang sebagai narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari

    macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan

    dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni, dan karya pikir. Penelitian

    menggunakan dokumen yang berbentuk lisan berkaitan dengan penelitian

    untuk memperoleh data yang otentik.

    3.5 Teknik Analisis Data

    Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi lalu dianalisa

    menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang

    menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang

    menggunakan angka yang kemudian diolah, dianalisa dan ditarik kesimpulan yang

    menggambarkan objek yang diteliti. Adapun rumus yang digunakan yaitu :

    1) Menghitung biaya produksi (Soekartawi, 2002), dengan rumus :

    TC = FC + VC

    Keterangan :

    TC = Biaya Produksi (Rp)

    FV = Biaya Tetap (Rp)

    VC = Biaya Variabel (Rp)

  • 25

    2) Menghitung penerimaan, digunakan rumus :

    TR = P x Q

    Keterangan :

    TR = Total Penerimaan (Rp)

    P = Hasil Produksi (Buah)

    Q = Harga Jual (Rp/Buah)

    3) Menghitung Pendapatan, digunakan rumus :

    I = TR – TC

    Keterangan :

    I = Pendapatan (Rp)

    TR = Penerimaan (Rp)

    TC = Total Biaya Produksi (Rp)

    4) Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)

    Revenue Cost Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan

    total biaya dengan rumus (Soekartawi, 2006) sebagai berikut :

    Revenue Cost Ratio (R/C) = ��

    ��

    Keterangan :

    R/C Ratio = Perbandingan antara Penerimaan dan Biaya

    TR = Total Revenue/ Total penerimaan (Rp)

    TC = Total Cost/ Biaya Total

    Keputusan :

    Jika R/C < 1, maka usaha yang dijalankan mengalami kerugian atau tidak

    layak untuk dikembangkan,

  • 26

    Jika R/C = 1, maka usaha berada pada titik impas,

    Jika R/C > 1, maka usaha dalam keadaan layak

    5) Analisis Benefit Cost Ratio

    B/C ratio adalah perbandingan keuntungan dengan biaya-biaya yang

    digunakan untuk merealisasikan perencanaan dan mengoperasikan suatu

    usaha yang melihat manfaat yang didapat oleh petani dengan satuan rupiah

    pengeluaran. Rumus matematis yang digunakan yaitu (Yacob, 2003):

    Benefit Cost Ratio (B/C) = ��

    ��

    Keterangan :

    B/C = Perbandingan antara Total Pendapatan dan Total Biaya

    TI = Total Pendapatan (Rp)

    T/C = Total Biaya (Rp)

    Kriteria (Yacob, 2003):

    B/C > 1, usahatani layak diusahakan,

    B/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan,

    B/C = 1, usahatani dikatakan impas.

    6) Break Event Point (BEP)

    Break event point (BEP) merupakan suatu perhitungan batas kuantitas

    produksi yang mengalami keuntungan dan kerugian pada usahatani kelapa

    dalam yang dilakukan oleh petani, dengan rumus sebagai berikut :

    Rumus matematis untuk mencari Break Event Point (BEP) yaitu

    (Wicarksono, 2007) :

  • 27

    BEP Produksi (Kg) = ���

    �(���

    �)

    BEP Harga (Rp) = ���

    �(���

    ��)

    Keterangan :

    TFC = Total Biaya Tetap

    P = Harga Jual Per Unit

    TVC = Biaya Variabel Per Unit

    TR = Total Penerimaan

    Y = Produksi

    3.6 Defenisi Operasional

    Beberapa defenisi operasional dan konsep pengukuran variabel dalam

    penelitian ini adalah :

    1) Responden adalah petani kelapa dalam yang memiliki jumlah pohon

    kelapa minimal 20 pohon yang masih produktif di Desa Galung Lombok

    Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

    2) Luas lahan adalah seberapa luas lahan yang digunakan oleh petani untuk

    melakukan usahatani kelapa dalam yang diukur dalam satuan hektar (ha).

    3) Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan dalam

    usahatani kelapa dalam, terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita diukur

    dalam satuan hari orang kerja (HOK).

  • 28

    4) Produksi adalah hasil fisik dari usahatani kelapa dalam (Buah).

    5) Harga adalah harga jual buah kelapa yang berlaku pada saat penelitian

    (Rp/buah).

    6) Penerimaan adalah perkalian antara hasil produksi dengan harga jual buah

    kelapa pada saat penelitian (Rp/Proses).

    7) Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses

    produksi atau biaya tetap ditambah dengan biaya variabel (Rp/Proses)

    8) Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam proses

    produksi, yaitu sewa tempat, lantai jemur dan peralatan (Rp/Proses).

    9) Biaya variabel adalah biaya yang habis dipakai dalam proses produksi

    yaitu sarana produksi atau bahan baku dan tenaga kerja (Rp/Proses).

    10) Pendapatan adalah selisih antara nilai produksi atau penerimaan dikurangi

    dengan total biaya produksi (Rp/Proses).

    11) Revenue Cost Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan

    total biaya usahatani kelapa dalam di desa Galung Loombok Kecamatan

    Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

    12) Break Event Point (BEP) merupakan suatu perhitungan batas kuantitas

    produksi yang mengalami keuntungan dan kerugian pada usahatani kelapa

    dalam di Desa Galung Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten

    Polewali Mandar.

    13) Kelayakan usaha adalah studi tentang apakah usahatani kelapa dalam

    di Desa Galung Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali

    Mandar apabila di laksanakan dapat berjalan dan berkembang atau tidak.

  • 29

    IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    4.1 Letak Geografis

    Kabupaten Polewali Mandar terletak di wilayah Provinsi Sulawesi Barat,

    posisinya berada disisi Selat Makassar dan diapit oleh Provinsi Sulawesi Selatan

    dan Sulawesi Tengah. Provinsi Sulawesi Barat terbentuk pada tahun 2004.

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tentang Pembentukan Provinsi

    Sulawesi Barat yang merupakan pecahan dari Provinsi Sulawesi Selatan serta

    Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2005 Tanggal 27 Desember 2005 Tentang

    Perubahan Nama dari Kabupaten Polewali Mamasa menjadi Polewali Mandar.

    Secara astronomis Kabupaten Polewali Mandar terletak antara 3º 4’ 7,83” - 3º 32’

    3,79” Lintang Selatan dan 118º 53’ 57,55” - 119º 29’ 33,31” Bujur Timur.

    Adapun wilayah batasan dengan Kabupaten antara lain :

    1. Sebelah Utara berbatasan denga Kabupaten Mamasa

    2. Sebelah Timur berbatsan dengan Kabupaten Pinrang

    3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar

    4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene

    Luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar tercatat 2.022,30 km² yang

    meliputi enam belas kecamatan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah

    Kecamatan Tubbi Taramanu dengan luas 356,93 km² atau 17,65% dari luas

    wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Sementara luas kecamatan terkecil adalah

    Kecamatan Tinambung dengan luas 21,34 km² atau 1,06% dari luas wilayah

    Kabupaten Polewali Mandar. Terdapat lima aliran sungai besar yang mengaliri

  • 30

    wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Dua sungai terpanjang yang mengalir

    di kabupaten ini adalah sungai Maloso dengan panjang 95 km dan sungai Mandar

    yang terpanjang kedua dengan panjang 90 km.

    Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar 2018

    Nama Kecamatan Luas Area (km²) Presentase (%)

    Tinambung

    Balanipa

    Limboro

    Tubbi Taramanu

    Alu

    Campalagian

    Luyo

    Wonomulyo

    Mapilli

    Tapango

    Matakali

    Polewali

    Binuang

    Anreapi

    Matangga

    Bulo

    21,34

    37,42

    47,55

    356,95

    228,30

    87,84

    156,60

    72,82

    91,75

    125,81

    57,62

    26,27

    123,34

    124,62

    234,92

    229,50

    1,06

    1,85

    2,35

    17,65

    11,29

    4,34

    7,74

    3,60

    4,53

    6,22

    2,85

    1,30

    6,10

    6,16

    11,62

    11,35

    Polewali Mandar 2022,30 100,00

    Sumber : Data BPS Polewali Mandar, 2019.

    Kecamatan Tinambung merupakan salah satu kecamatan yang berada di

    wilayah Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari

    satu kelurahan dan tujuh desa. Luas wilayah Kecamatan Tinambung 21,34 km².

    Wilayah Kecamatan Tinambung dilintasi oleh sungai Mandar, adapun lima desa

    yang dilintasi yaitu Desa Tangnga-tanganga, Desa Sepabatu, Desa Galung

    Lombok dan Kelurahan Tinambung.

    Desa Galung Lombok merupakan daerah sebagian besar adalah daratan

    yang berada pada ketinggian ± 1500 mdpl. Terletak ± 52 km dari Ibu Kota

    Kabupaten dan ± 5 km dari kecamatan. Desa Galung Lombok mempunyai luas

  • 31

    ± 6.50 km² yang terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Lombok, Dusun Lena,

    Dusun Galung, dan Dusun Paluppung, yang terdiri dari 12 RT, dihuni oleh 2.287

    jiwa dan ± 755 KK. Adapun batasan wilayah Desa Galung Lombok sebagai

    berikut :

    1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Renggeang

    2) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lekopa’dis

    3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tandung dan Kabupaten Majene

    4) Sebelah Barat Kabupaten Majene

    Indonesia memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

    Iklim menjadi salah satu penentu dalam keberhasilan berusahatani. Distribusi

    curah hujan bulanan daerah Kabupaten Polewali Mandar mempunyai musim

    kemarau sekitaran 2 bulan yaitu Agustus-September, musim hujan atau bulan

    basah terjadi pada bulan November-Januari dan Maret-April. Sedangkan hujan

    agak kurang terjadi terjadi pada bulan Februari, Mei, Juni, Oktober dan

    November. Distribusi curah hujan bulanan tersebut menunjukkan bahwa wilayah

    Kabupaten Polewali Mandar tergolomg beriklim basah dengan curah hujan yang

    relatif tinggi.

    4.2 Keadaan Demografis

    Adapun kondisi demografis yaitu meliputi keadaan penduduk berdasarkan

    jenis kelamin, keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian, dan keadaan

    penduduk berdasarkan pendidikan yaitu sebagai berikut :

    a. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.

  • 32

    Jumlah penduduk yang ada di Desa Galung Lombok sebanyak 2.287 jiwa,

    laki laki 1.123 jiwa dan perempuan 1.164 jiwa.

    Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Galung

    Lombok

    Nama Dusun Laki-laki

    (Jiwa)

    Perempuan (Jiwa) Jumlah KK

    Lombok 348 319 164

    Lena 227 251 120

    Galung 254 279 142

    Paluppung 294 315 329

    Jumlah 1.123 1.164 755

    Sumber : Data Desa Galung Lombok, 2019.

    Tabel 3 menjelaskan bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

    laki-laki sebesar 1.123 jiwa sedangkan jumlah perempuan sebesar 1.164

    jiwa dan jumlah KK sebesar 755. Jadi total jumlah penduduk desa Galung

    Lombok sebesar 2.287.

    b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

    Mata pencaharian yang ada di Desa Galung Lombok , diantaranya mata

    pencaharian petani dan peternak sebesar 70%, pengusaha sebesar 4%

    wiraswasta sebesar 5% PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebesar 15% dan

    Usaha Rumah Tangga sebanyak 6%. Dan dapat disimpulkan bahwa mata

    pencaharian yang paling banyak digeluti yaitu petani/peternak. Dapat

    dilihat pada tabel 4 berikut.

  • 33

    Tabel 4. Mata Pencaharian di Desa Galung Lombok

    Mata Pencaharian Persentase

    Petani/Peternak 70%

    Pengusaha 4%

    Wiraswasta 5%

    PNS (Pegawai Negeri Sipil) 15%

    Usaha Rumah Tangga 6%

    Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 4. Menjelaskan bahwa banyaknya jenis mata pencaharian di Desa

    Galung Lombok. Diantaranya mata pencahrian petani dan peternak sebesar

    70%, pengusaha sebesar 4%, wiraswasta 5%, PNS (Pegawai Negeri Sipil)

    sebesar 15% dan Usaha Rumah Tangga 6%. Berdasarkan data tersebut

    dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian yang paling banyak digeluti

    yaitu petani dan peternak.

    4.3 Kondisi Pertanian

    Dilihat dari sektor pertanian di Desa Galung Lombok dengan luas wilayah

    ± 6,50 km², terbentuk dalam beberapa kelompok penggunaan fungsi lahan yang

    ada. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

    Tabel 5. Jenis Penggunaan dan Luas Lahan di Desa Galung Lombok

    No Jenis Lahan Luas (Ha)

    1 Pemukiman 45.93

    2 Sawah 26.74

    3 Tegalan/Kebun 604.01

    4 Tubuh Air 6.54

    Sumber : Data Desa Galung Lombok, 2019.

    Tabel 5 menjelaskan bahwa pemanfaatan lahan digunakan sebagai

    pemukiman dengan luas 45.93 ha, sawah dengan luas 26.74 ha, tegalan atau

    perkebunan dengan 604.01. Dapat disimpulkan bahwa para petani sangat

  • 34

    berpotensi untuk mengembangkan usaha perkebunannya. Salah satu tanaman

    perkebunan yang banyak dibudidayakan adalah tanaman kelapa dalam. Dimana

    sebagian petani menjual langsung hasil produksi kelapanya dalam bentuk butitan

    atau buah dan ada juga yang mengelolah jadi kopra dan minyak.

  • 35

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Identitas Responden

    Responden yang diambil di Desa Galung Lombok adalah petani kelapa

    dalam sebanyak 30 orang, adapun yang menjadi penentu identitas petani

    responden di daerah peneliti mencakup umur petani, tingkat pendidikan,

    pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, umur tanaman

    kelapa, dan jumlah pohon.

    1. Umur

    Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja

    dan kemampuan, baik secara fisik maupun secara mental ataupun dalam

    mengambil keputusan tentang usaha pertanian yang akan dilakukan.

    Tabel 6. Klasifikasi Umur Petani Responden di Desa Galung Lombok

    Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

    34 – 42 11 36,00

    43 – 50 16 54,00

    51 – 60 3 10,00

    Jumlah 30 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 6 menjelaskan bahwa pada umur petani responden 43 – 50 memiliki

    persentase tertinggi 54% sebanyak 16 orang. Berdasarkan teori kependudukan

    menyatakan bahwa usia produktif berada pada kisaran umur 15 – 55 tahun,

    pada usia tersebut memiliki kemampuan berfikir dan bekerja (Badan Pusat

    Statistik, 2015).

    2. Tingkat Pendidikan

  • 36

    Tingkat pendidikan umumnya dapat mempengaruhi cara berfikir dan perilaku

    seseorang dalam melakukan sesuatu seperti halnya mengelolah usaha,

    meningkatkan produktivitas usaha dan pendapatan petani.

    Tabel 7. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Galung Lombok

    Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

    Tidak Tamat SD 6 17,00

    SD 16 53,00

    SMP 5 20,00

    SMA 3 10,00

    Jumlah 30 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 7 menjelaskan bahwa kondisi pendidikan formal responden ini

    memberikan indikasi bahwa tingkat pendidikan petani sangat berpengaruh

    terhadap produksi dan keuntungan yang didapatkan petani. Tingkat paling

    tinggi persentase pendidikannya yaitu pada jenjang SD sebanyak 53% dengan

    jumlah 16 orang dan yang terendah dengan persentase 10% pada tingkat SMA

    dengan jumlah 3 orang. Pendidikan yang ditempuh petani rata-rata hanya pada

    tingkat SD. Hal ini disebabkan oleh tingkat ekonomi yang rendah dan

    kurangnya motivasi orang tua untuk menyekolahkan anak mereka. Petani yang

    memiliki pendidikan rendah biasanya sulit atau kurang mendapatkan

    informasi-informasi yang baru di dunia pertanian, beda halnya dengan petani

    yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, petani tersebut mudah untuk

    mendapatkan informasi dan dapat mengolah lahan yang dimiliki setelah

    mendapatkan informasi yang banyak sehingga dapat meningkat produksi dan

    keuntungan dari hasil panen mereka.

    3. Jumlah Tanggungan Keluarga

  • 37

    Jumlah tanggungan keluarga ditentukan oleh banyaknya anggota keluarga yang

    menjadi tanggung jawab kepala keluarga atau petani itu sendiri. Seperti istri,

    anak, dan saudara uyang tinggal bersama dalam satu rumah tangga, dan

    anggota keluarga inidapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga.

    Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa

    Galung Lombok

    Tanggungan

    Keluarga (Orang)

    Jumlah Responden

    (Orang)

    Persentase (%)

    2 – 3 23 23,00

    4 – 5 7 77,00

    Jumlah 30 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 8 menjelaskan bahwa petani responden yang memiliki tanggungan

    keluarga 2 – 3 orang sebesar 23%, dan yang memiliki tanggungan keluarga

    4 – 5 orang sebesar 77%. Melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa

    kondisi keluarga relative sedikit karena semakin banyak tanggungan keluarga

    yang dimiliki oleh petani maka semakin banyak pula biaya pengeluaran yang

    dibutuhkan dan semakin sedikit jumlah tanggungan yang dimiliki oleh petani

    maka semakin sedikit pula biaya yang akan dikeluarkan. Hal ini cukup

    menguntungkan karena pendapatan yang diperoleh tidak banyak untuk

    kebutuhan konsumsi keluarga dan dapat dialihkan untuk modal usahatani.

    4. Pengalaman Berusahatani

    Tingkat pendidikan atau pengetahuan yang tinggi tidaklah cukup untuk

    mendukung keberhasilan suatu usaha. Selain pendidikan baik formal maupun

    non formal dibutuhkan pengalaman. Hampir sebagian besar petani responden

  • 38

    telah lama berprofesi sebagai petani. Mereka beralasan bahwa bertani

    merupakan turun temurun dari orang tua mereka.

    Tabel 9. Pengalama Berusahatani Petani Responden di Desa Galung Lombok.

    Pengalaman (Tahun) Jumlah Responden

    (Orang)

    Persentase (%)

    15 – 23 25 07,00

    24 – 32 2 07,00

    33 – 40 3 03,00

    Jumlah 30 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 9 menjelaskan bahwa petani responden kelapa dalam di Desa Galung

    Lombok memiliki pengalaman berusahatani yang cukup bervariasidari yang

    terendah 15 tahun sampai yang tertin ggi 40 tahun. Hal ini dapat disimpulkan

    bahwa petani responden di Desa Galung Lombok cukup berpengalaman dalam

    berusahatani kelapa dalam.

    5. Luas Lahan

    Luas lahan adalah besaran lahan yang dikelolah petani dalam berusahatani

    untuk menghasilkan produksi. Luas lahan berpengaruh pada peningkatan

    produksi pada setiap usahatani. Semakin luas lahan yang dikelola serta

    penerapan usahatani yang baik maka produksi akan semakin meningkat

    (Hermanto).

    Tabel 10. Luas Lahan Petani Responden di Desa Galung Lombok

    Luas Lahan

    (Ha)

    Jumlah (Orang) Persentase (%) Status Lahan

    (milik/sewa/bagi

    hasil)

    0,3 – 1,3 28 93,00 Milik

    < 2 2 07,00 Milik

    Jumlah 30 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

  • 39

    Tabel 10 menjelaskan bahwa luas lahan yang dimiliki petani responden yaitu

    0,3 – 1,3 ha dengan jumlah 28 orang dengan persentase 93% dan luas lahan

    1,4 – 2,3 ha dengan jumlah 2 orang dengan persentase 7%. Status lahan yang

    ditanami petani semuanya lahan milik sendiri. Dari luas lahan yang dimiliki

    petani terdapat berbagai macam komoditas yang ditanami di dalamnya.

    6. Umur Tanaman Kelapa Dalam

    Kelapa dalam berbuah pada umur 6 – 8 tahun dan umur tanaman bisa mencapai

    100 tahun dengan tinggi pohon mencapai 30 meter. Dengan jumlah produksi

    mencapai 90 buah/pohon/tahun. Umur tanaman kelapa dalam di Desa Galung

    Lombok dapat dilihat pada tabel 11 berikut.

    Tabel 11. Umur Tanaman Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok

    Umur Tanaman

    (Tahun)

    Jumlah (Orang) Persentase (%)

    22 – 24 17 57,00

    25 – 27 7 23,00

    28 – 30 6 20,00

    Jumlah 30 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 11 menjelaskan bahwa umur tanaman kelapa dalam petani responden

    memiliki tingkat persentase yang paling tinggi yaitu 57,00 dengan umur

    tanaman 22 – 24 tahun. Dapat disimpulkan bahwa umur tanaman kelapa dalam

    di Desa Galung Lombok masih terbilang muda sehingga masih produktif untuk

    menghasilkan produksi buah kelapa.

    7. Jumlah Tanaman Kelapa

    Jumlah tanaman kelapa dalam merupakan salah satu faktor yang dapat

    mempengaruhi jumlah produksi. Karena semakin banyak jumlah tanaman

  • 40

    kelapa dalam maka semakin tinggi peluang untuk menghasilkan produksi

    kelapa dalam yang banya. Jumlah tanaman kelapa dalam dapat dilihat pada

    tabel 12 berikut.

    Tabel 12. Jumlah Tanaman Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok

    Jumlah Tanaman

    (Pohon)

    Jumlah (Orang) Persentase (%)

    62 – 177 26 86,00

    178 – 292 2 07,00

    293 – 400 2 07,00

    Jumlah 30 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 12 menjelaskan bahwa jumlah pohon tanaman kelapa dalam yang

    dimiliki petani responden di Desa Galung Lombok dengan jumlah pohon

    sebanyak 62 – 177 berjumlah 26 orang, jumlah pohon 178 – 292 berjumlah 2

    orang dan jumlah pohon 293 – 400 berjumlah 2 orang. Hal ini dapat

    disimpulkan bahwa jumlah tanaman kelapa dalam di desa tersebut cukup

    banyak dan berpeluang untuk menghasilkan produksi yang tinggi.

    5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam

    Dalam penelitian ini, analisis pendapatan usahatani kelapa dalam

    dilakukan kepada responden petani kelapa dalam di Desa Galung Lombok. Petani

    kelapa dalam memanen tanaman kelapanya setiap empat bulan sekali dan dalam

    pertahunnya panen dilakukan sebanyak tiga kali. Panen biasa dilakukan pada

    bulan April, Agustus, dan Desember. Berdasarkan fakta di lapangan rata-rat usia

    kelapa dalam di desa ini telah mencapai 20 sampai 50 tahun dengan pengelolah

    lahan yang telah turun temurung dilakukan dari kakek ke bapak dan kemudian ke

    anak. Jumlah kelapa dalam dan luas lahan akan mempengaruhi pendapatan,

  • 41

    analisis ini dilakukan guna untuk melihat penerimaan, biaya, serta pendapatan

    yang diterima.

    Dalam mengelolah usahatani kelapa dalam, selain subsistem petani juga

    bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Menurut Hernanto

    (2001) dalam Widarti (2014), kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai

    produksi dibidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang

    diperhitungkan dengan biaya yang telah dikeluarkan.

    1. Biaya

    Usahatani kelapa dalam tidak terlepas dari yang namanya biaya, biaya untuk

    mengelolah usahataninya agar memperoleh hasil yang diinginkan. Adapun

    biaya-biaya yang dikeluarkan responden petani kelapa dalam di Desa Galung

    Lombok yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

    Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada pengaruhnya terhadap volume

    produksi (Soekartawi, 2002) biaya ini relative jumlahnya, dan terus

    dikeluarkan walaupun produksi yang di peroleh banyak atau sedikit. Biaya

    tetap yang dikeluarkan oleh petani kelapa dalam di desa Galung Lombok

    terdiri dari biaya pajak lahan dan penyusutan alat-alat. Alat-alat yang

    digunakan oleh petani kelapa dalam terdiri dari parang, ember, dan gerobak.

    Adapun uraian biaya tetap petani responden usahatani kelapa dalam dapat

    dilihat pada tabel 13 berikut.

  • 42

    Tabel 13. Biaya Tetap Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok

    No Biaya Tetap Nilai (Rp)

    1 Alat 134.067

    2 Penyusutan Alat 14.177

    3 Pajak 30.000

    Jumlah 178.244

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 13 menjelaskan tentang rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani

    kelapa dalam yang terdiri dari biaya alat yang telah dikalkulasikan dengan

    harga sebesar Rp. 134.067,00, dengan biaya penyusutan sebesar Rp. 14.177,00,

    sedangkan biaya pajak lahan sebesar Rp. 30.000,00. Dengan demikian jumlah

    biaya tetap sebesar Rp. 178.244,00.

    Biaya Variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi

    yang diperoleh. Biaya variabel yang dikeluarkan pada usahatani kelapa dalam

    di desa ini yaitu terdiri dari biaya pupuk dan biaya tenaga kerja. Adapun tenaga

    kerja dalam usahatani kelapa dalam ini yaitu, tenaga kerja pengangkutan,

    tenaga kerja pemupukan, dan tenaga kerja pemanjatan yang diberi upah sebesar

    Rp. 3.000 perpohon. Adapun uraian biaya variabel dapat dilihat pada tabel 14

    berikut.

    Tabel 14. Biaya Variabel Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok

    No Biaya Variabel Nilai (Rp)

    1 Pupuk 125.661

    2 Tenaga Kerja 473.101

    Jumlah 620.118

    Sunber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 14 menjelaskan bahwa jumlah rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan

    petani responden kelapa dalam di Desa Galung Lombok yaitu biaya pembelian

    pupuk sebesar Rp. 125.661,00 pohon/tahun. Biaya tenaga kerja sebesar

  • 43

    Rp. 473.101,00. Sehingga jumlah biaya variabel yang dikeluarkan petani

    kelapa dalam di desa ini sebesar Rp. 620.118,00.

    2. Penerimaan

    Penerimaan usahatani adalah hasil kali antara harga dan jumlah produksi yang

    didapat. Adapun rata-rata penerimaan usahatani kelapa dalam di Desa Galung

    Lombok yang diperoleh sebesar Rp.5.360.338,00 buah/pohon/tahun yang

    belum dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan.

    3. Pendapatan

    Pendapatan usahatani adalah hasil bersih yang didapatkan petani dari

    pengurangan total penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

    usahatani. Adapun rata-rata pendapatan usahatani kelapa dalam di Desa Galung

    Lombok dapat dilihat pada tabel 15 berikut.

    Tabel 15. Rata-rata Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung

    Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar,

    2020.

    No Uraian Unit Nilai (Rp)

    1 Penerimaan

    Kelapa

    Harga Jual

    Buah/Pohon

    Rp

    2.680

    2.000

    Penerimaan Rp 5.360.338

    2 Biaya Variabel

    Pupuk

    Tenaga Kerja

    Kg

    HOK

    125.661

    473.101

    Jumlah Biaya Variabel Rp 598.762

    3 Biaya Tetap

    Alat

    Penyusutan Alat

    Pajak

    Rp

    Rp

    Rp

    134.067

    14.177

    30.000

    Jumlah Biaya Tetap Rp 178.241

    Total Biaya Rp 777.003

    4 Pendapatan Rp 4.583.332

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

  • 44

    Tabel 15 menjelaskan bahwa jumlah produksi kelapa dalam sebanyak 2680

    buah/tahun dengan harga produksi Rp. 2.000 perbuah. Adapun biaya variabel

    terdiri dari biaya pupuk sebesar Rp. 125.661,00, dan biaya tenaga kerja sebesar

    Rp. 473.101,00, sehingga besar biaya variabel Rp. 598.762,00. Untuk

    pengeluaran biaya tetap sebesar Rp. 178.241,00. Total biaya usahatani kelapa

    dalam yang diperoleh dari biaya variabel dijumlahkan dengan biaya tetap

    sehingga total biaya sebesar Rp. 777.003,00. Berdasarkan uraian diatas maka

    besar pendapatan petani kelapa dalam di Desa Galung Lombok Kecamatan

    Tinambung Kabupaten Polewali Mandar dapat dihitung dengan menggunakan

    rumus I = TR – TC sehingga memperoleh pendapatan

    Rp. 4.583.332,00 buah/pohon/tahun.

    Alasan peneliti kenapa tidak mencantumkan biaya pengolahan lahan dan biaya

    bibit, karena berdasarkan fakta di lapangan yang ditemukan petani kelapa

    dalam di Desa Galung Lombok hampir keseluruhan pengelolah usaha ini

    merupakan hasil turun temurng. Bibit yang digunakanpun merupakan hasil dari

    produksi kebun itu sendiri, dan penyulaman dilakukan ketika tanaman mulai

    tidak produktif lagi.

    5.3 Kelayakan Usahatani Kelapa Dalam

    Menurut Soekartawi, (2006) menjelaskan bahwa kelayakan juga dapat

    diartikan suatu usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan

    non finansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Analisis finansial bertujuan

    untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat

    diketahui layak atau tidaknya usaha yang dijalankan. Menurut Husnan

  • 45

    Suswarsono (2000) analisis finansial merupakan suatu analisis yang

    membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu usaha

    menguntungkan.

    1. Analisis Kelayakan R/C Ratio

    Kelayakan usahatani adalah suatu ukuran untuk mengetahui apakah suatu

    usaha layak untuk dikembangkan. Layak dalam artian dapat menghasilkan

    manfaat atau benefit bagi petani. Kelayakan dapat diketahui dengan analisis R/C

    yaitu Revenue Cost Ratio atau biasa disebut dengan perbandingan (nisbah) anatara

    total biaya (TR) dan total penerimaan (TC).

    Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang analisis kelayakan R/C Ratio

    usahatani kelapa dalam di Desa Galung Lombok Kecamatan Tinambung

    Kabupaten Polewali Mandar dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

    Tabel 16. Analisis Kelayakan R/C Rasio Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung

    Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar, 2020.

    No Uraian Jumlah rata-rata pertahun

    1 R/C Ratio 6,8

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 16 menjelaskan bahwa kelayakan usaha dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus Return Cost Ratio (R/C) dimana untuk menghitung R/C

    yaitu dengan membagi antara penerimaan yang diterima oleh petani kelapa dalam

    dengan biaya yang dikeluarkan. Jika hasil R/C lebih besar dari 1, maka

    perkebunan kelapa di Desa Galung Lombok sudah layak dijalankan, akan tetapi

    jika R/C lebih kecil dari 1, maka usaha perkebunan kelapa layak dijalankan.

  • 46

    Dari peneltian ini maka hasil R/C adalah rata-rata penerimaan petani yasitu

    sebesar Rp. 5.360.338, dibagi dengan total rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh

    petani sebesar Rp. 777.003, maka hasil R/C adalah sebesar 6,8. Hal ini berarti

    petani akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 6,8 untuk setiap 1 rupiah yang

    dikeluarkan (usaha perkebunan kelapa sudah layak). Hasil tersebut sesuai dengan

    teori (Soekartawi, 2006) bahwa setiap pengeluaran Rp. 1 akan menghasilkan

    keuntungan R/C ratio sebesar 4,2. Jika R/C > 1, maka usaha yang dijalankan

    mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan.

    2. Analisis Kelayakan B/C Ratio

    B/C ratio adalah rasio perbandingan keuntungan dengan biaya-biaya yang

    digunakan dalam merealisasikan perencanaan pendirian dan mengoperasikan

    suatu usaha untuk melihat manfaat yang didapat oleh proyek dengan satu rupiah

    pengeluaran.

    Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang analisis kelayakan B/C Ratio

    usahatani kelapa dalam di Desa Galung Lombok Kecamatan Tinambung

    Kabupaten Polewali Mandar dapat dilihat pada tabel 17 berikut.

    Tabel 17. Analisis Kelayakan B/C Ratio Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung

    Lombok Kecamatan Kabupaten Polewali Mandar, 2020.

    No Uraian Jumlah rata-rata pertahun

    1 B/C ratio 5,8

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

    Tabel 17 menjelaskan bahwa analisis kelayakan B/C ratio dapat dihitung

    dengan membagi total rata-rata pendapatan petani kelapa dalam dengan total

    rata-rata biaya. Dimana total rata-rata pendapatan yaitu Rp. 4.583.332 dan tatal

  • 47

    rata-rata biaya sebesar Rp. 777.003. Maka hasil B/C adalah 5,8, berdasarkan hasil

    tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani di Desa Galung Lombok Kecamatan

    Tinambung Kabupaten Polewali Mandar layak untuk dikembangkan atau

    dikerjakan. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari 1 usaha berarti usaha

    menguntungkan dan layak untuk dikerjakan. Jika lebih kecil dari 1 usaha tidak

    menguntungkan dan sebaiknya tidak dilanjutkan (Yacob,2003). Dari hasil data

    B/C ratio diatas dapat disimpulkan bahwa analisis kelayakan kelapa dalam

    dengan menggunakan analisis B/C ratio diatas dapat dikatakan bahwa analisis

    kelayakan kelapa dalam dengan menggunakan analisi B/C ratio disebut layak

    untuk diusahakan.

    3. Analisis Break Event Point (BEP)

    Analisis Break Event Point (BEP) merupakan suatu cara untuk mengetahui

    suatu usahatani kelapa dalam tidak memperoleh keuntungan dan tidak pula

    mengalami kerugian. Break Event Point (BEP) atau titik impas yang diperoleh

    dari total penerimaan (Total Revenue) pada kondisi sama dengan total biaya (Total

    Cost) pada kondisi sama tersebut usahatani dikatakan impas.

    Tabel 18. Hasil Analisis Kelayakan B/C Ratio Usahatani Kelapa Dalam di Desa

    Galung Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar,

    2020.

    No Uraian Jumlah rata-rata pertahun

    1 BEP Produksi (Buah) 388

    2 BEP Harga (Rp) 290

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

  • 48

    Tabel 18 menjelaskan bahwa untuk melihat titik impas atau Break Event

    Point (BEP) dalam suatu usaha dapat digunakan rumus BEP produksi (buah) dan

    BEP harga (Rp). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung BEP produksi

    (buah) yaitu dengan membagi antara total biaya keseluruhan dibagi harga jual.

    Dimana total rata-rata biaya keseluruhan Rp. 777.003,00, sedangkan rata-rata

    harga jual kelapa perbuahnya adalah Rp. 2.000,00. Maka total rata-rata BEP

    produksi (buah) adalah 388 buah kelapa dalam. Jadi diperlukan rata-rata sebesar

    388 buah kelapa dalam untuk mendapatkan kondisi keseimbangan antara biaya

    dengan keuntungan. Selanjutnya untuk menghitung BEP harga (Rp) digunakan

    rumus dengan membagi antara total biaya keseluruhan dengan jumlah produksi

    kelapa dihasilkan. Dimana total rata-rata biaya keseluruhan adalah

    Rp. 777.003,00, sedangkan rata-rata total jumlah panen adalah 2.680 buah. Maka

    total rata-rata BEP harga (Rp) sebesar Rp. 290. Jadi petani usaha kelapa dalam

    harus memperoleh penerimaan Rp. 5.360.338,00 agar BEP sehingga petani tidak

    rugi maupun untung, dengan hasil analisis Break Event Point (BEP) tersebut maka

    petani usaha kelapa dalam di Desa Galung Lombok Kecamatan Tinambung

    Kabupaten Polewali Mandar sudah memperoleh keuntungan dengan melampaui

    BEPnya.

  • 49

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian mengenai Analisis

    Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Kelapa Dalam di Desa Galung Lombok

    Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar maka dapat disimpulkan

    bahwa:

    1. Pendapatan usahatani kelapa dalam di Desa Galung Lombok Kecamatan

    Tinambung Kabupaten Polewali Mandar dengan rata-rata pendapatan sebesar

    Rp. 4.583.332 buah/ pohon/tahun.

    2. Dari analisis kelayakan usahatani kelapa dalam menunjukkan bahwa nilai

    R/C Ratio sebesar 6,8 B/C Ratio sebesar 5,8. Sedangkan titik impas (BEP)

    pada usahatani kelapa dalam di Desa Galung Kecamatan Tinambung

    Kabupaten Polewali Mandar adalah rata-rata BEP produksi sebesar 388 buah

    kelapa dalam ( lebih rendah dari jumlah produksi 2.680 buah kelapa), dan

    BEP harga sebesar Rp. 290, (lebih rendah dari harga kelapa sebesar

    Rp 2.000).

    6.2 Saran

    Berdasarkan hasil penelitian adapun saran dari penulis untuk memberikan

    masukan kepada pihak yang terkait yaitu :

    1. Saran untuk petani yang dijadikan sebagai upaya dalam peningkatkan dan

    pengembangan usahatani kelapa dalam yang ada di Desa Galng Lombok

  • 50

    Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar adalah untuk

    memaksimalkan hasil pendapatan petani maka dibutuhkan strategi

    pengolahan produksi kelapa dalam, seperti dengan dapat melakukan

    agroindustry kopra atau minyak kelapa dalam itu sendiri.