Upload
others
View
19
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI UBI KAYU
(Manihot utilisima) DI DESA BUMI AGUNG MARGA KECAMATAN
ABUNG TIMUR KABUPATEN LAMPUNG UTARA
(Skripsi)
Oleh
Othi Pratiwi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI UBI KAYU DI
DESA BUMI AGUNG MARGA KECAMATAN ABUNG TIMUR
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
Oleh
Othi Pratiwi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani, risiko harga
dan risiko produksi usahatani serta perilaku petani terhadap risiko usahatani ubi
kayu. Penelitian ini merupakan penelitian survei, dan dilakukan di Desa Bumi
Agung Marga, Kecamatan Abung Timur, Kabupaten Lampung Utara pada bulan
Febuari 2018. Ukuran responden adalah 46 orang petani ubi kayu yang dipilih
secara acak sederhana. Pada penelitian ini pendapatan usahatani dianalisis
menggunakan analisis pendapatan, risiko harga dan risiko produksi dianalisis
menggunakan analisis koefisien variasi dan untuk mengetahui perilaku petani
terhadap risiko digunakan analisis fungsi utilitas kuadratik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa usahatani ubi kayu menguntungkan dengan nilai pendapatan
Rp 15.146.206,10 /ha dan R/C 3,30. Risiko produksi memiliki nilai CV 0,057 dan
L 20.061 yang berarti bahwa risiko produksi rendah karena CV<0,5 dan L>1.
Risiko harga memiliki nilai CV 0,135 dan L 644,695 yang artinya risiko harga
rendah karena CV<0,5 dan L>1. Seluruh petani ubi kayu berperilaku netral dalam
menghadapi risiko usahatani ubi kayu.
Kata kunci : petani, pendapatan, risiko, ubi kayu.
ABSTRACT
ANALYSIS OF REVENUES AND RISKS OF CASSAVA FARMING IN
BUMI AGUNG MARGA VILLAGE, ABUNG TIMUR DISTRICT, NORTH
LAMPUNG REGENCY
By
Othi Pratiwi
This study aims to analyze farm income, price and production risks, and farmer
behavior on the risk of cassava farming. This research is a survey research, carried
out in Bumi Agung Marga Village, Abung Timur District, North Lampung
Regency in February 2018. Size of respondent was 46 cassava farmers who were
chosen randomly. In this study farm income was analyzed using income analysis,
price risk and production risk were analyzed using coefficient of variation
analysis and to determine the behavior of farmers against risk used quadratic
utility function analysis. The results showed that cassava farming was profitable
with an income value of Rp. 15,146,206.10 / ha and R / C of 3.30. Production risk
has a CV value of 0.057 and L 20.061 which means that the production risk is low
because the CV <0.5 and L> 1. The price risk has a CV value of 0.135 and L
644.695 which means the risk is low because the CV <0.5 and L> 1 . All cassava
farmers behave neutral in facing the risk of cassava farming.
Key words: cassava, farmers, risk, income
ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI UBI KAYU
(Manihot utilisima) DI DESA BUMI AGUNG MARGA KECAMATAN
ABUNG TIMUR KABUPATEN LAMPUNG UTARA
Oleh
OTHI PRATIWI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro 22 Oktober 1995, dari pasangan
Bapak Edi Saputra dan Ibu Elia Hamdi. Penulis merupakan
anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan
studi tingkat Taman Kanak – Kanak (TK) di TK Pertiwi
Kota Metro pada tahun 2002, tingkat Sekolah Dasar (SD) di
SDN 3 Metro Pusat pada tahun 2008, tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di SMPN 1Metro pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN
1 Metro tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi
Masuk Bersama Perhuruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Penulis melaksanakan kegiatan homestay (Praktik Pengenalan Pertanian) selama 7
hari di Dusun 2 Wonoharjo Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014, Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Buyut Baru, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten
Lampung Tengah selama 40 hari pada bulan Januari hingga Maret 2017.
Selanjutnya, pada Juli 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT
PERTANI PERSERO Cabang Lampung selama 30 hari. Selama masa
perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Dasar-dasar
Akuntansi pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dan tahun ajaran
2017/2018.
Penulis pernah menjadi tenaga surveyor dalam Survei Konsumen (SK) Bank
Indonesia (BI) periode Juli sampai Desember tahun 2018. Selama menjadi
mahasiswi di Universitas Lampung, penulis pernah aktif sebagai anggota
Universitas Lampung di bidang III (Minat Bakat dan Kreatifitas) Himpunan
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta)pada periode tahun
2014hingga tahun 2018.
SANWACANA
Bismillahirahmannirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“Analisis Pendapatan dan
Risiko Usahatani Ubi Kayu (Manihot Utilisima) di Desa Bumi Agung Marga
Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara”. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung , atas arahan,bantuan, dan nasehat
yang telah diberikan.
3. Bapak Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S., selaku pembimbing pertama yang
memberikan bimbingan, saran, pengarahan, motivasi, dan semangat kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., selaku pembimbing kedua yang
memberikan bimbingan, saran, pengarahan, motivasi, dan semangat kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof Dr,Ir.Wan Abbas Zakaria,M.S., selaku penguji bukan
pembimbing yang telah memberikan saran, arahan, nasihat untuk perbaikan
skripsi.
6. Bapak Rio Tedi Prayitno, S.P, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik atas
arahan, saran, dan motivasi selama menjadi mahasiswi agribisnis.Seluruh
dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman kepada penulis dan staf/karyawan yang telah memberikan
bantuan dan kerjasamanya selama ini.
7. Orangtuaku tercinta Bapak Edi Saputra dan Ebok Elia Hamdi, kakakku Elsa
Puspita, adik-adikku Eria Ratiana dan Tiara Utami, dan keluarga besarku
tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, nasehat, bantuan
moril dan materil, serta doa yang tiada henti.
8. Mba Iin, Shinta, Mas Bu dan Mas Boim yang selalu membantu selama
perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
9. Satria Nugraha Haris yang selalu menemani dan memberikan semangat,
motivasi, saran serta dukungannya selama ini.
10. Sahabatku dari jaman gak enak yang selalu ada kapanpun Peggi Ayu, Novia
Setyaningrum dan Putri Chrisna atas bantuan, semangat, dukungan dan
motivasinya.
11. Sahabat-sahabat yang nama kelompoknya ganti terus tapi sekarang namanya
“SEKELIK HALIMAH” Vero, Suci, Iis, Hafia, Amma, Matski dan Dete yang
selalu ada dan memberikan semangat, motivasi, bantuan dalam meyelesaikan
skripsi.
12. Agribisnis C, Olpa, Uuk, Widi, Ocha, Lena, Neni, Nana, Reza, Shofyan,
Rendi, Novia C, Pual, Resti, Pingki, Fira, Nate, Naul,Marina, Rahmi, Marita,
Oka, dan teman teman yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
13. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Devira, Febrina, Geasti, Viona
Tiara, Kiki D, Dwi Febrina, Yohana, Panda, Yances, Adek, Abu, Ine, Ayunir,
Syendita, Karina dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, terimakasih atas nasihat, kebersamaan, dan bantuan yang diberikan
kepada penulis selama ini.
14. Atu dan kiyai Agribisnis 2011, 2012 dan 2013, serta adik–adik angkatan 2015
dan 2016 atas dukungan dan bantuan kepada penulis.
15. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Segala
kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan selama proses penulisan
skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan
yang telah diberikan. Aamiin.
Bandar Lampung, Oktober 2018
Othi Pratiwi
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................... 7
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 7
1. Konsep Agribisnis .................................................................................. 7
2. Pengertian Usahatani ............................................................................. 8
3. Tri Tunggal Usahatani ......................................................................... 10
4. Faktor Sosial Ekonomi Petani ............................................................. 12
5. Pendapatan Petani ................................................................................ 13
6. Risiko Usahatani .................................................................................. 16
7. Perilaku Petani Terhadap Risiko ......................................................... 17
B. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................... 19
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 26
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 27 A. Konsep Dasar .. . .................................................................................... 27
B. Batasan Operasional............................................................................ 29
C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian .......................... 31
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data .......................................... 32
E. Metode Analisis Data ............................................................................ 33
1. Analisis Pendapatan ........................................................................... 33
2. AnalisisBesamya Risiko.................................................................... 34
3. Analisis Perilaku Petani Menghadapi Risiko .................................... 37
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................. 41 A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Utara ..................................... 41
1. Keadaan Geografi .............................................................................. 41
2. Keadaan Iklim ................................................................................... 42
3. Keadaan Demografi .......................................................................... 43
4. Keadaan Pertanian ............................................................................. 43
B. Gambaran Umum Kecamatan Abung Timur ........................................ 44
1. Keadaan Geografi .............................................................................. 44
2. Keadaan Demografi ........................................................................... 44
ii
3. Keadaan Pertanian ............................................................................ 45
C. Gambaran Umum Desa Bumi Agung Marga ......................................... 46
1. Keadaan Geografi.............................................................................. 46
2. Keadaan Demografi ........................................................................ 46
3. Keadaan Pertanian ............................................................................ 47
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 48 A. Keadaan Umum Petani Responden ....................................................... 48
1. Umur Petani Responden .................................................................... 48
2. Pendidikan Petani Responden .......................................................... 49
3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden ............................ 50
4. Pengalaman Berusahatani Ubi Kayu Petani Responden ................... 50
5. Pekerjaan Sampingan Petani Responden .......................................... 51
6. Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan Petani Responden ....... 52
B. Keragaan Usahatani .............................................................................. 53
1. Pola Tanam........................................................................................ 53
2. Budidaya Ubi Kayu di Daerah Penelitian ......................................... 54
3. Penggunaan Sarana Produksi ............................................................ 56
C. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ............................................ 62
D. Risiko Usahatani ................................................................................... 65
1. Risiko Harga ...................................................................................... 65
2. Risiko Produksi ................................................................................. 68
E. Analisis Perilaku Petani Ubi Kayu Terhadap Risiko ............................ 71
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 74 A. Kesimpulan ........................................................................................... 74
B. Saran ..................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 77
LAMPIRAN ..................................................................................................... 79
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi, luas panen dan produktivitas ubi kayu di Indonesia tahun
2011-2016 ..................................................................................................... 1
2. Produksi, luas panen dan produktivitas ubi kayu berdasarkan
kabupaten/kota tahun 2016 ............................................................................ 2
3. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Ubi Kayu di Lampung Tahun
2012-2016. ..................................................................................................... 3
4. Perkembangan harga ubi kayu di Provinsi Lampung .................................... 4
5. Variabel dan batasan operasional usahatani ubi kayu .................................... 29
6. Skala utilitas dan nilai rupiah dari CE ........................................................... 40
7. Luas panen tanaman palawija di Kabupaten Lampung Utara tahun 2017 .... 43
8. Data luas panen, produksi dan produktivitas tanaman palawija di Kecamatan
Abung Timur ................................................................................................. 45
9. Produksi ubi kayu di Kecamatan Abung Timur menurut desa tahun 2017 ... 47
l0.Sebaran petani ubi kayu responden berdasarkan kelompok umur di
Desa Bumi Agung Marga Tahun 2018 ......................................................... 48
11 .Sebaran petani ubi kayu responden berdasarkan tingkat pendidikan di
Desa Bumi Agung Marga Tahun 2018 ......................................................... 49
12.Sebaran petani ubi kayu responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
di Desa Bumi Agung Marga Tahun 2018.......................................................52
13.Sebaran petani ubi kayu responden berdasarkan pengalaman
berusahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung MargaTahun 2018 .................. 51
14.Sebaran petani ubi kayu responden berdasarkan pekerjaan sampingan
di Desa Bumi Agung Marga Tahun 2018 ..................................................... 52
iv
15.Sebaran petani ubi kayu responden berdasarkan luas lahan dan status
kepemilikan lahan di Desa Bumi Agung Marga Tahun 2018 ....................... 52
16. Rata-rata penggunaan bibit per usahatani dan per hektar oleh petani
ubi kayu responden di Desa Bumi Agung Marga ....................................... 56
17. Rata-rata penggunaan pupuk per usahatani dan per hektar dalam satu
kali musim tanam ........................................................................................ 57
18. Rata-rata penggunaan pestisida per usahatani dan per hektar dalam
satu kali musim tanam ................................................................................ 58
19. Penggunaan tenaga keija rata-rata per usahatani dan per hektar dalam satu
musim
tanam usahatani ubi kayu di desa Bumi Agung Marga dalam Satuan Hari
Orang Keija (HOK) ................................................................................... ...60
20. Rata-rata nilai penyusutan peralatan untuk usahatani ubi kayu di Desa
Bumi Agung Marga Tahun 2018 ................................................................ 61
21 .Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani ubi kayu di
Desa Bumi Agung Marga tahun 2018 ........................................................ 63
22 . Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani ubi kayu di
Desa Bumi Agung Marga dengan harga jual simulasi ............................... 65
23. Risiko harga ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga .................................... 66
24. Simulasi risiko harga ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga....................... 68
25. Risiko produksi ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga ............................... 69
26. Simulasi risiko produksi ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga ................. 70
27. Perilaku petani terhadap risiko usahatani ubi kayu di Desa Bumi
Agung Marga .............................................................................................. 72
28. Simulasi perilaku petani terhadap risiko usahatani ubi kayu di Desa Bumi
Agung Marga .............................................................................................. 73
29 . Identitas petani ubi kayu Desa Bumi Agung Marga Kec. Abung Timur
Kab. Lampung Utara ................................................................................... 80
30. Penguasaan lahan usahatani di Desa Bumi Agun Marga ............................. 81
31. Penggunaan bibit dan pupuk pada usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung
Marga ..............................................................................................................82
v
32. Penggunaan pestisida pada usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung
Marga .............................................................................................................84
33. Penyusutan peralatan usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga .......86
34. Penggunaan tenaga kerja usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga 88
35. Penerimaan usahatani ubi kayu du Desa Bumi Agung Marga tahun 2018 ...95
36. Total biaya usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga tahun 2018 ....96
37. Pendapatan usahatani ubikayu di Desa Bumi Agung Marga tahun 2018 .....98
38. Keuntungan usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga ......................99
39. Keuntungan usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga dengan
harga simulasi ..............................................................................................100
40. Risiko harga dan risiko pendapatan usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung
Marga Tahun 2018 .......................................................................................101
41. Risiko harga dan risiko pendapatan usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung
Marga dengan harga dan produksi simulasi .................................................103
42 Produksi dan biaya usahatani ubi kayu per hektar di Desa Bumi Agung
Marga ..............................................................................................................111
43. Nilai CE petani responden di Desa Bumi Agung Marga ..............................112
44. Pendapatan petani per hektar diestimasi dengan nilai CE ............................115
45. Perilaku petani terhadap risiko usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung
Marga tahun 2018 ........................................................................................116
46. Produksi dan biaya usahatani ubi kayu per hektar di Desa Bumi Agung
Marga dengan angka simulasi ........................................................................117
47. Simulasi nilai CE petani responden di Desa Bumi Agung Marga ................118
48. Simulasi pendapatan petani per hektar diestimasi dengan nilai CE ..............121
49. Simulasi perilaku petani terhadap risiko usahatani ubi kayu di Desa Bumi
Agung Marga ...............................................................................................122
i72
vi
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1. Bagan alir analisis pendapatan dan risiko usahatani ubi kayu di Desa Bumi
Agung Marga Kecamatan Abung Timur Lampung Utara .......................... 26
2. Skema penentuan Certainly Equivalent (CE) ............................................. 39
3. Pola tanam ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga...................................... 53
4. Fluktuasi rata-rata harga ubi kayu 5 musim tanam terakhir di
Desa Bumi Agung Marga (Rp/Kg) ............................................................. 66
5. Simulasi fluktuasi rata-rata harga ubi kayu 5 musim tanam terakhir di
Desa Bumi Agung Marga (Rp/Kg) ............................................................. 67
6. Fluktuasi Rata-Rata Produksi Ubi Kayu 5 Musim Tanam Terakhir di
Desa Bumi Agung Marga (Kg) ................................................................... 67
7. Simulasi fluktuasi Rata-Rata Produksi Ubi Kayu 5 Musim Tanam
Terakhir di Bumi Agung Marga (Kg).......................................................68
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara subtropis yang sangat cocok sebagai
tempat tumbuh tanam bagi tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu
(Manihot utilissima). Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan
di Indonesia yang menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung
(Ginting 2002). Menurut Hafsah (2003) sebagian besar produksi ubi
kayu di Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
(85–90 persen), sedangkan sisanya diekspor dalam bentuk gaplek, chips,
dan tepung tapioka. Data perkembangan produksi ubi kayu di Indonesia
berdasarkan luas lahan dan produktivitas secara umum dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Ubi Kayu di Indonesia
Tahun 2011-2016.
Tahu
n Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produktivitas (ton/ha)
2011 24.044.025 1.184.696 20,30
2012 24.177.372 1.129.688 21,40
2013 23.546.452 1.065.752 22,69
2014 23.436.384 1.003 .94 21,99
2015 21.790.956 949.916 22,94
2016 20.744.674 867.495 23,91
Sumber : Badan Pusat Statistik,2017
2
Berdasarkan BPS (2017), menunjukkan bahwa terdapat lima provinsi
teratas yang merupakan sentra produksi ubi kayu terbesar di Indonesia,
yaitu Provinsi Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan
Sumatera Utara. Provinsi Lampung merupakan sentra produksi utama ubi
kayu di Indonesia. Lampung merupakan provinsi penghasil ubi kayu
terbesar. Kebun ubi kayu banyak tersebar di Kabupaten Lampung Tengah,
Lampung Timur, dan Lampung Utara. Data produksi, luas panen dan
produktivitas ubi kayu di Provinsi Lampung menurut kabupaten dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Ubi Kayu berdasarkan
Kabupaten/Kota Tahun 2016.
No Kabupaten/Kota
Produksi Luas Panen Produktivitas
(Ton) (Ha) (Ton/Ha)
1 Lampung Tengah 1.730.156 68.720 24,91
2 Lampung Utara 1.477.496 48.716 30,32
3 Lampung Timur 1.294.150 52.289 24,75
4 Tulang Bawang Barat 742.569 29.289 25,35
5 Tulang Bawang 494.615 19.886 24,87
6 Way Kanan 383.891 13.643 28,13
7 Lampung selatan 137.150 5.828 23,53
8 Mesuji 64.488 2.298 28,06
9 Pesawaran 123.129 5.488 22,43
10 Lampung Barat 3.264 131 24,91
11 Pringsewu 16.360 707 23,14
12 Tanggamus 8.158 344 23,73
13 Bandar Lampung 1678 64 26,21
14 Metro 807 27 29,90
Total 6.481.382 247.571 342,13
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017.
Pada lima tahun terakhir, produksi ubi kayu di Provinsi lampung mengalami
penurunan. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh semakin
mengecilnya luas lahan pertanian yang ditanami oleh ubi kayu.
Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung (2017), Kabupaten Lampung
3
Utara menempati urutan kedua setelah Lampung Tengah dengan jumlah
produksi 1.477.496 ton dan urutan pertama untuk jumlah produktivitas
ubikayu yaitu 30,32 ton/ha.
Lampung Utara merupakan salah satu sentra produksi ubikayu di
Provinsi Lampung. Produksi ubi kayu di Lampung Utara semula selalu
mengalami peningkatan, pada tahun 2015 terjadi penurunan produksi
ubikayu dikarenakan penyempitan luas lahan yang dipakai untuk
usahatani ubi kayu di Lampung Utara. Data produksi, luas panen dan
produktivitas ubi kayu di Lampung Utara selama lima tahun terakhir
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas ubi kayu di Lampung
Utara Tahun 2012-2016.
Tahun Produksi
(Ton)
Luas Panen
(Ha)
Produktivitas
(Ton/Ha)
2012 1.357.275 51.782 26,21
2013 1.556.199 58.545 26,58
2014 1.999.026 74.537 26,81
2015 1.526.969 54.170 28,18
2016 1.477.496 48.129 30,69
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017.
Salah satu sentra penghasil ubi kayu di Lampung Utara adalah Desa
Bumi Agung Marga Kecamatan Abung Timur. Berdasarkan BPS (2017)
Desa Bumi Agung Marga memiliki luas areal panen dan produksi ubi
kayu tertinggi di Kecamatan Abung Timur dengan produktivitas sebesar
29 ton/ha. Kebutuhan ubi kayu harian bervariasi antara 200-1000 ton ubi
kayu per hari per pabrik yang di dominasi pabrik tepung tapioka. Harga
ubi kayu selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun pada akhir
4
tahun 2016 harga ubi kayu mengalami penurunan. Penurunan harga ini
merata di setiap provinsi termasuk Provinsi Lampung khusunya
Kabupaten Lampung Utara. Berikut data perubahan harga ubi kayu di
Lampung selamas 6 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan harga ubi kayu di Provinsi Lampung
Tahun Harga Rata-Rata (Rp)
2012 900
2013 1000
2014 1100
2015 1500
2016 700
Sumber : Outlook Ubikayu,2016.
Adanya penurunan harga dan fluktuasi produksi ubi kayu tentu akan
berpengaruh terhadap keberlangsungan usahatani ubi kayu di Desa Bumi
Agung Marga Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu adanya kajian analisis risiko dan
perilaku petani dalam menghadapi risiko pada usahatani ubi kayu di Desa
Bumi Agung Marga Kecamatan Abung Timur Lampung Utara.
B. Permumusan Masalah
Ubi kayu dibagi menjadi dua jenis yaitu ubi kayu racun dan ubi kayu
makan. Ubi kayu makan dapat dijadikan berbagai macam bahan
makan olahan diantaranya keripik ubi kayu, ubi kayu rebus, kerupuk
ubi kayu, combro, dan getuk. Ubi kayu racun dapat dijadikan
sebagai bahan baku industri seperti industri pengolahan tepung
tapioka dan bahan baku bio ethanol. Di Kabupaten Lampung Utara,
5
khususnya Desa Bumi Agung Marga, ubi kayu banyak diolah
menjadi tepung tapioka oleh pabrik-pabrik pengolahan yang ada di
daerah sekitas Desa Bumi Agung Marga. Petani ubi kayu langsung
menjual hasil panennya kepada pabrik dengan harga yang telah
disepakati bersama.
Rendahnya harga ubi kayu setahun terakhir ini yang semula berkisar Rp
1.100 / kg pada akhir tahun 2016 mengalami penurunan hingga Rp
650/kg pada tahun 2017. Penurunan harga tersebut dikarenakan produksi
ubi kayu yang berlebihan diakibatkan panen raya yang berbarengan di
Kabupaten Lampung Utara, selain itu kebijakan pemerintah untuk impor
tapioka dari Thailand dan Vietnam menyebabkan perusahaan-perusahaan
pengolah ubi kayu enggan membeli ubi kayu dengan harga tinggi karena
harga tapioka impor lebih murah dibandingkan tapioka lokal, sehingga
konsumen lebih memilih untuk membeli tapioka impor, itulah yang
membuat harga ubi kayu jatuh. Harga jual ubi kayu Rp 700/kg belum
harga bersih yang diterima oleh petani karena belum dipotong ongkos
cabut, angkut dan bongkar oleh pabrik. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian yaitu sebagai berikut
:
1. Berapa pendapatan usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga
Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara?
2. Bagaimana risiko harga dan risiko produksi usahatani ubi kayu di
Desa Bumi Agung Marga Kecamatan Abung Timur Kabupaten
Lampung Utara?
6
3. Bagaimana perilaku petani terhadap risiko pada usahatani ubi kayu
di Desa Bumi Agung Marga Kecamatan Abung Timur Kabupaten
Lampung Utara?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung
Marga Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara.
2. Mengetahui risiko harga dan risiko produksi usahatani ubi kayu di
Desa Bumi Agung Marga Kecamatan Abung Timur Kabupaten
Lampung Utara.
3. Menganalisis perilaku petani terhadap risiko pada usahatani ubi
kayu di Desa Bumi Agung Marga Kecamatan Abung Timur
Kabupaten Lampung Utara.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat, antara lain :
1. Sebagai bahan untuk informasi dan acuan bagi petani dalam
upaya peningkatan pendapatan dan pengambilan keputusan
dalam kegiatan usahatani ubi kayu.
2. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi penelitian
berikutnya.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh dan tidak dapat terpisah
antara satu kegiatan dan kegiatan lainnya, mulai dari proses produksi,
pengolahan hasil, pemasaran dan aktifitas lain yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian (Soekartawi, 2001). Agribisnis adalah suatu kesatuan
sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling terkait erat, yaitu
subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (subsistem agribisnis
hulu), subsistem usahatani atau pertanian primer, subsistem pengolahan,
subsistem pemasaran, serta subsistem jasa dan penunjang (Badan
Agribisnis, 1995).
Agribisnis terdiri dari beberapa subsistem yaitu subsistem hulu, subsistem
usahatani dan subsistem hilir. Subsistem agribisnis hulu (upstream
agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana
produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan agrokimia
(pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan
industri benih/bibit. Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang
8
merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang
dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk
pertanian primer. Termasuk ke dalam subsistem usahatani ini adalah usaha
tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-obatan,
usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan.
Subsistem agibisnis hilir (down-stream agribusiness) yang berupa kegiatan
ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan,
baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di
pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang
termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri
pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan
serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi
dan bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.
Disamping ketiga subsistem di atas, diperlukan subsistem keempat sebagai
bagian dari pembangunan sistem agribisnis. Subsistem penunjang adalah
seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga-
keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi,
lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah.
2. Pengertian Usahatani
Menurut Mubyarto (1989), usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber
alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian
tumbuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah
itu, sinar matahari, bangunan- bangunan yang didirikan diatasnya dan
9
sebagainya. Mubyarto (1989) juga mengatakan bahwa usahatani itu identik
dengan pertanian rakyat.
Salah satu ciri usahatani adalah adanya ketergantungan kepada keadaan
alam dan lingkungan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh produksi yang
maksimal, petani harus mampu memadu faktor-faktor produksi tenaga
kerja, pupuk dan bibit yang digunakan. Ketiga faktor produksi ini saling
berkaitan satu sama lain dalam mempengaruhi produksi untuk
menghasilkan produktivitas yang baik dan optimal. Lebih lanjut Firdaus
(2009) menyatakan bahwa usahatani adalah organisasi dari alam (lahan),
tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan
pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaanya berdiri sendiri dan sengaja
diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolaanya.
Usahatani dapat dikelompokkan berdasarkan corak dan sifat, organisasi,
pola serta tipe usahatani. Berdasarkan corak dan sifatnya, usahatani dapat
dilihat sebagai usahatani subsisten dan usahatani komersial. Usahatani
komersial merupakan usahatani yang menggunakan keseluruhan hasil
panennya secara komersial dan telah memperhatikan kualitas sertakuantitas
produk, sedangkan usahatani subsisten hanya memanfaatkan hasil panen
dari kegiatan usahataninya untuk memenuhi kebutuhan petaniatau
keluarganya sendiri. Usahatani berdasarkan organisasinya, dibagi menjadi
tiga yaitu usaha individual, usaha kolektif dan usaha kooperatif.
a) Usahatani individual
Usahatani individual merupakan kegiatan usahatani yang seluruh proses
usahataninya dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai dari
10
perencanaan, mengolah tanah hingga pemasaran, sehingga faktor produksi
yang digunakan dalam kegiatan usahatani dapat ditentukan sendiri dan
dimiliki secara perorangan (individu).
b) Usahatani kolektif
Usahatani kolektif merupakan kegiatan usahatani yang seluruh proses
produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya
dibagi dalam bentuk natura maupun keuntungan.
c) Usahatani koorperatif
Usahatani kooperatif ialah usahatani yang tiap proses produksinya
dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap
penting dikerjakan oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi,
pemberantasan hama, pemasaran hasil dan pembuatan saluran.
Berdasarkan polanya, usahatani terdiri dari tiga macam pola, yaitu pola
khusus, tidak khusus, dan campuran. Pola usahatani khusus merupakan
usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani; pola usahatani
tidak khusus merupakan usahatani yang mengusahakan beberapa cabang
usaha bersama-sama tetapi tetapi dengan batas yang tegas; sedangkan pola
usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang
secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas
(Suratiyah, 2008).
3. Tri Tunggal Usahatani
Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga
fondasi atau modal dasar dari kegiatan usahatani. Tiga modal dasar
11
tersebut adalah petani, lahan dan tanaman atau tenak. Dari pengertian
tersebut, petani memiliki suatu kedudukan yang memegang alih dalam
menggerakkan kegiatan usahatani. Kemudian lahan diperlukan sebagai
tempat untuk menjalankan usahatani. Sedangkan tanaman, merupakan
komoditas yang dibudidayakan dalam kegiatan usahatani. Berikut
penjelasan mengenai masing-masing modal dasar yang terdapat di dalam
tri tunggal usahatani menurut (Hernanto,1991).
1. Petani
Bahwa yang disebut petani adalah orang yang menggantungkan
hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya.
Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan,
petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani.
2. Tanah
Tanah merupakan sumber daya alam fisik yang mempunyai peranan
penting dalam segala kehidupan manusia karena diperlukan manusia
untuk pertanian.Tanah memiliki kriteria-kriteria dalam peranannya
sebagai media tanam untuk menunjang tumbuh dan berkembangnya
tanaman. Kriteria-kriteria tersebut meliputi kesesuaian tanah untuk
ditanami jenis tertentu, kemampuan tanah untuk berproduksi, dan
kemampuan tanah untuk diolah secara berlanjut tempat tinggal dan
hidup, kemudian untuk melakukan kegiatan pertanian.
3. Tanaman dan Ternak
Tanaman dan ternakmerupakan semua subyek usahatani dan hewan
yang di budidayakan pada suatu ruang atau media yang sesuai untuk
usaha itu.Umumnya petani di Indonesia selain bercocok tanam di lahan
12
ataupun ladang mereka juga memiliki ternak atau ikan yang dipelihara
dalam menunjang kegiatan usahataninya.
4. Faktor Sosial Ekonomi Petani
Dalam usahatani salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu faktor sosial
ekonomi petani antara lain adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman
usahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap kinerja
petani.
1. Umur
Bagi petani yang lebih tua bisa jadi mempunyai kemampuan
berusahatani yang konservatif dan lebih mudah lelah. Sedangkan
petani muda mungkin lebih miskin dalam pengalaman dan keterampilan
tetapi biasanya sifatnya lebih progresif terhadap inovasi baru dan relatif
lebih kuat.
2. Tingkat Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan petani dan keterbatasan teknologi
modern merupakan dua faktor penyebab utama yang menyebabkan
kemiskinan di sektor pertanian di Indonesia. Keterbatasan dua faktor
produksi tersebut yang sifatnya komplementer satu sama lain
mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas yang pada akhirnya
membuat rendahnya tingkat pendapatan riil petani sesuai mekanisme
pasar yang sempurna (Tambunan,2003).
3. Pengalaman Berusahatani
Belajar dengan mengamati pengalaman petani lain sangat penting,
13
karena merupakan cara yang lebih baik untuk mengambil keputusan
dari pada dengan cara mengolah sendiri informasi yang ada, misalnya
seorang petani dapat mengamati dengan seksama dari petani lain yang
lebih mencoba sebuah inovasi baru dan ini menjadi proses belajar
secara sadar. Mempelajari pola perilaku baru, bisa juga tanpa disadari.
4. Luas Lahan
Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha pertanian
tradisional karena komunitas yang ditanam oleh petani tradisional selalu
seragam yakni jagung dan tanaman keras yang sejenisnya. Dengan
demikian pedoman luas lahan juga secara otomatis mengaju pada nilai
modal, aset dan tenaga.
5. Jumlah Tanggungan Keluarga
Terdapat hubungan yang nyata yang dapat dilihat melalui keengganan
petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan
demikian sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah
tangga yang besar, sehingga petani harus berhati-hati alam bertindak
khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang riskan terhadap risiko.
Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan
yang kuat untuk berusaha tani secara intensif dengan menerapkan
teknologi baru sehingga akan mendapatkan pendapatan (Soekartawi,
2002).
14
5. Pendapatan Usahatani
Seorang petani melakukan kegiatan usahatani bertujuan untuk memperoleh
pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Berhasilnya
kegiatan usahatani dapat diketahui dari besarnya pendapatan yang diperoleh.
Usaha untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan meningkatkan
produksi. Agar memperoleh produksi yang maksimum dari usahatani,
diperlukan usaha dalam memadu faktor-fakor produksi dengan keterampilan
manajemen tertentu. Besar kecilnya pendapatanyang diterima petani
dipengaruhi oleh tingkat kecakapan petani mengelola usahataninya dari
sumber produksi yang tersedia (Ibramsyah, 2006).
Soekartawi, dkk (1986) menjelaskan bahwa pendapatan bersih usahatani
adalah selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani.
Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total
usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak
dijual. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis
dipakai atau dikeluarkan dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani
mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani daripenggunaan faktor-
faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal miliksendiri atau modal
pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.
Menurut Hernanto (1994), pendapatan adalah penerimaan dari suatu hasil
usaha yang telah dikurangi dengan biaya-biaya selama proses produksi.
Pendapatan merupakan suatu bentuk imbalan untuk jasa pengelolaan
(petani) yang menggunakan input dalam kegiatan usahatani yang meliputi
15
lahan, tenaga kerja, dan modal yang dimiliki. Menurut Suratiyah (2008),
biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh duafaktor yaitu faktor internal
eksternal dan faktor manajemen.
Faktor internal maupun eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya
dan pendapatan. Faktor internal meliputi umur petani, tingkat pendidikan
dan pengetahuan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal.
Faktor eksternal terdiri dari input yang meliputi ketersediaan dan harga,
serta output yang meliputi permintaan dan harga. Faktor manajemen
berkaitan dengan bagaimana seorang petani sebagai manajer dalam kegiatan
usahataninya, mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan
ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang
maksimal.
Biaya adalah semua nilai dari korbanan ekonomis yang digunakan untuk
kegiatan usahatani.Nilainya dinyatakan dengan uang, semua yang telah
dikeluarkan dalam pengelolaan usahatani misalnya bibit, pestisida, dan
pengeluaran lainnya yang merupakan biaya usahatani. Biaya tetap adalah
biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan besarnya tidak dipengaruhi oleh
besar kecilnya produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah
biaya yang dikeluarkan yang besarnya sangat dipengaruhi oleh produksi
yang dihasilkan (Soekartawi, 1993). Secara matematis rumus pendapatan
yaitu :
π = Y. Py – ΣXi.Pxi – BTT...............................................(1)
16
Keterangan :
Π = pendapatan (Rp)
Y = hasil produksi (Kg)
Py = harga hasil produksi (Rp)
Xi = faktor produksi
Pxi = harga faktor produksi (Rp)
BTT = biaya tetap total (Rp)
Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus (Soekartawi, 1995) :
𝜋 = TR-TC.........................................................................(2)
Keterangan :
Π = keuntungan/pendapatan
TR = total revenue (total penerimaan)
TC = total cost (total biaya)
6. Risiko Usahatani
Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani selalu dihadapkan dengan
situasi risiko dan ketidakpastian dimana besar kecilnya risiko yang dialami
seorang petani tergantung pada keberanian untuk mengambil suatu
keputusan. Dalam usahatani risiko sulit untuk diduga karena faktor-faktor
yang mempengaruhi kegiatan usahatani sebagian besar belum dikuasai
secara sempurna oleh manusia, misalnya faktor iklim dan perubahannya
(Rodjak, 2002).
Kegiatan pada sektor pertanian yang menyangkut proses produksi selalu
dihadapkan dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty).
Pada risiko peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui
terlebih dahulu, sedangkan ketidakpastian merupakan sesuatu yang tidak
bisa diramalkan sebelumnya karena peluang terjadinya merugi belum
diketahui. Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah
fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga. Ketidakpastian hasil pertanian
17
disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit serta
kekeringan sehingga produksi menjadi gagal dan berpengaruh terhadap
keputusan petani untuk berusahatani berikutnya (Soekartawi, Rusmadi,dan
Damaijati, 1993).
Menurut Harwood et al. (1999) dan Moschini dan Hennessy (1999),
beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya adalah:
(1) Risiko Produksi; (2) Risiko Pasar atau Harga; (3) Risiko Kelembagaan;
(4) Risiko Kebijakan; (5) Risiko Finansial. Secara statistik, pengukuran
risiko dilakukan dengan menggunakan ukuran ragam (variance) atau
simpangan baku (standard deviation). Pengukuran dengan ragam dan
simpangan baku menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan
pengamatan sebenarnya di sekitar nilairata-rata yang diharapkan. Besarnya
keuntungan yang diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata
keuntungan yang diperoleh petani, sedangkan simpangan baku (V)
merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau
merupakan risiko yang ditanggung petani.Selain itu penentuan batas bawah
sangat penting dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui
jumlah hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang diharapkan. Batas
bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah
yang mungkin diterima oleh petani(Kadarsan, 1995).
7. Perilaku Petani terhadap Risiko
Dalam bidang pertanian, kegiatan proses produksi selalu dihadapkan dengan
situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Pada risiko peluang
18
terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui terlebih dahulu, sedangkan
ketidakpastian merupakan sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya
karena peluang terjadinya merugi belum diketahui. Ketidakpastian hasil
pertanian disebabkan oleh faktor alam seperti iklim,hama dan penyakit serta
kekeringan (Soekartawi, Rusmadi, dan Damaijati,1993).
Menurut Debertin (1986) dalam Soekartawi dkk (1993), salah satu
permasalahan dalam mengahadapi risiko dan ketidakpastian adalah
beragamnya sikap dan perilaku individu untuk mengambil keputusan
yangberisiko tersebut. Pada umumnya tidak ada satu pun individu yang
berani mengambil risiko tanpa adanya harapan untuk memperoleh hasil
yang besar. Setiap individu memiliki keputusan yang berbeda dalam
mengahadapi risiko dan ketidakpastian. Keputusan untuk mengalokasikan
input dalam kegiatan usahatani sangat dipengaruhi oleh perilaku petani
terhadap risiko yang harus dihadapi. Hal tersebut bergantung pada sikap dan
perilaku individu serta keadaan lingkungannya. Menurut Kadarsan (1995)
sikap petani terhadap risikoterdiri atas tiga jenis yaitu : (1) petani yang
menghindari risiko (riskaverse), (2) petani yang netral terhadap risiko (risk
neutral), dan (3) petaniyang menyukai risiko (risk prefer).
Menurut Debertin (1986) bentuk fungsi utilitas ada tiga macam, yaitu:
a) Fungsi utilitas untuk risk averter atau enggan terhadap risiko, dengan
pertambahan yang semakin menurun dengan semakin besarnya
pendapatan.
b) Fungsi utilitas untuk risk neutral atau netral terhadap risiko mempunyai
kemiringan yang konstan.
19
c) Fungsi utilitas untuk risk taker atau berani terhadap risiko, akan
bertambah dengan pertambahan yang semakin meningkat dengan makin
bertambahnya pendapatan.
Model fungsi utilitas dapat dirumuskan dalam bentuk polinomial atau
kuadratik, karena dapat dideferensialkan sampai turunan ke dua, sehingga
persamaannya dapat ditulis sebagaiberikut :
U = τ1 + τ2 M + τ3 M2 ...............................................................(3)
Keteranagan:
U = Utilitas bagi pendapatan yang diharapkan (dalam util)
τ1 = Intersep
τ2 = Koefisien pendapatan indiferen
τ3 = Koefisien risiko petani
M = Pendapatan yang diharapkan pada titik keseimbangan (nilai
rupiah dari certainty equivalent (CE)
Koefisien τ3 menunjukkan reaksi perilaku petani terhadap risiko, yaitu :
1) Apabila τ3 > 0, berarti pengambil keputusan berani menanggungrisiko (risk
take),
2) Apabila τ3 < 0, berarti pengambil keputusan enggan terhadap risiko(risk
averter),
3) Apabila τ3 = 0, berarti pengambil keputusan netral terhadap risiko(risk
neutral).
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi
bagi penelitian untuk menjadi pembanding dengan penelitian yang dilakukan
20
dengan penelitian sebelumnya, untuk mempermudah dalam pengumpulan data
dan metode analisis data yang digunakan dalampengolahan data.
Hasil penelitian tentang “Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Manihot
esculenta crantz)” oleh Muizah (2013),dengan metode analisis Retrun Cost
Ratio (Rasio R/C) menunjukkan bahwa rata-rata biaya eksplisit sebesar Rp.
7.824.782 per musim tanam dengan jumlah rata-rata penerimaan ubi kayu
dalam satu kali proses produksi sebesar Rp. 16.858.800 per musim tanam. Dari
rata-rata biaya eksplisit tersebut diperoleh pendapatan ubi kayu rata-rata
sebesar Rp. 9.034.018 per musim tanam dari luas lahan rata-rata 1.344
hektar.Nilai R/C 7.5 > 1 yang mengartikan bahwasanya usahatani ubi kayu di
Desa Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang
layak untuk kembangkan.
Hasil penelitian tentang “Risiko Pendapatan Pada Usahatani Jeruk Siam di
Kabupaten Sambas” oleh Kurniati (2014) dengan metode koevisien variasi
menunjukkan bahwa besarnya pendapatan total petani dari usahatani jeruk
siam per hektar pertahun adalah sebesar Rp 18.492.410. Variabilitas nilai rata-
rata pada risiko pendapatan petani jeruk siam adalah 0,809 atau 80,9%. Faktor
yang bersifat menurunkan risiko pendapatan adalah kemampuan manajerial
sedangkan faktoryang bersifat meningkatkan risiko pendapatan usahatani jeruk
siam adalah luaslahan dan harga pupuk NPK.
Hasil penelitian tentang “Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Kedelai
Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas “oleh Kurniati (2014) dengan
metode Moscardi dan de Janvry (1977) menunjukkan sebagian besar petani
berperilaku netral menghadapi risiko (risk neutral) yakni sebesar 48,39%,
sedang yang berperilaku takut dalam menghadapi risiko (risk averter) ada
21
38,71% dan sisanya 12,9% yang menyukai risiko (risk taker). Petani yang
bersifat netral terhadap risiko (risk neutral) yaitu petani yang memiliki sikap
rasional dalam menghadapi risiko, peluang usaha mempunyai harapan
keuntungan yang bakal diperoleh dan juga peluang risiko mungkin juga terjadi.
Hasil penelitian tentang “Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah Di Desa
Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes” oleh Pujiharto (2006)
dengan metode prinsip Bernoulli dan Neumann- Morgenstern,menunjukkan
bahwa faktor yang mempengaruhi perolehan pendapatan petani dalam
mengusahakan bawang merah adalah harga jual dan besarnya biaya produksi.
Faktor resiko yang timbul dalam mengusahakan bawang merah lebih
disebabkan faktor teknis (harga yang berfluktuatif) petani hanya sebagai
penerima harga (price taker). Ditambah lagi pemerintah belum memberikan
proteksi secara penuh (adanya impor bawang merah, belum ada penetapan
harga dasar) sehingga seringkali petani mengalami kerugian akibat fluktuasi
harga. Faktor non teknis yang terjadi berupa serangan hama penyakit dan
perubahan cuaca. Sebagian besar 76,666 persen petani di Desa Klikiran
memiliki kecenderungan bersikap netral terhadap risiko (risk netral).
Hasil penelitian tentang “Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Cabai
Merah di Kabupaten Tanggamus” oleh Mardliyah (2013) dengan metode
Struges dalam Cansera menunjukkan bahwa mayoritas petani cabai berperilaku
netral terhadap risiko, yaitu 65,86% untuk petani cabai yang menggunakan
pelastik mulsa dan 72,98% untuk petani cabai yang tidak menggunakan
pelastik mulsa , sedangkan perilaku berani untuk petani cabai yang
22
menggunakan pelastik mulsa sebesar 4,88% dan petani cabai yang tidak
menggunakan pelastik mulsa sebesar 5,40%.
Hasil penelitian tentang “Analisis Risiko Usahatani Padi Di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karang Anyar” oleh Renthiandy (2013) dengan
metode koefisien variasi (CV) menunjukkan rata rata biaya total yang
dikeluarkan oleh petani padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar untuk masa tanam kedua sebesar Rp 10.219.859 per hektar,
sedangkan rata-rata penerimaan total yang diperoleh petani padi di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 5.254.460 per hektar,
sehingga rata-rata pendapatan yang diperoleh petani padi di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 15.474.319 per hektar. Nilai
koefisien variasi (CV) untuk risiko produksi sebesar 0,53 dan risiko harga
sebesar 0,05 yang dapat diartikan usahatani padi di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar memiliki risiko produksi dan risiko harga yang
rendah. Sedangkan nilai koefisien variasi (CV) untuk risiko pendapatan sebesar
0,73 yang dapat diartikan usahatani padi di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar memiliki risiko pendapatan yang tinggi.
Hasil penelitian tentang “Analisis Efisiensi Produksi dan Perilaku Petani
Terhadap Risiko pada Usahatani Jagung di Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan” oleh Saputra (2017) dengan metode Bernoulli dan
Neumann, menunjukkan bahwa usahatani jagung di Kecamatan Natar
menguntungkan petani. Pendapatan atas biaya tunai usahatani jagung yang
didapatkan oleh petani dalam semusim sebesar Rp11.110.327,19 per hektare
dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp8.174.835,60 per hektare
23
dengan nilai R/C atas biaya tunai sebesar 2,96 dan nilai R/C atas biaya total
sebesar 1,95. Mayoritas petani jagung di Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan berperilaku netral dalam menghadapi risiko dan hanya 1,72
persen berperilaku enggan dalam menghadapi risiko, serta tidak dijumpai
petani yang berperilaku berani dalam menghadapi risiko pada usahatani jagung
di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Hasil penelitian tentang “Analisis Pendapatan Dan Risiko Usahatani Kubis
Pada Lahan Keringdan Lahan Sawah Tadah Hujan Di Kecamatan Gisting
kabupaten Tanggamus” oleh Aini (2015) dengan metode analisis produktivitas
dan pendapatan usahatani, analisis koefisien variasi (CV), analisis fungsi
utilitas dengan teknik Neuman Morgenstern dan analisis regresi logistik.,
menunjukkan bahwa produktivitas dan pendapatan usahatani kubis pada lahan
sawah tadah hujan lebih besar dibandingkan dengan produktivitas dan
pendapatan usahatani kubis pada lahan kering. Risiko usahatani kubis pada
lahan kering lebih besar dibandingkan dengan risiko pada lahan sawah tadah
hujan, dimana risiko usahatani kubis diakibatkan oleh cuaca dan hama
penyakit. Pada lahan kering sebesar 93,18 persen petani berperilaku netral dan
6,82 persen berperilaku enggan terhadap risiko, sedangkan pada lahan sawah
tadah hujan sebesar 41,94 persen petani berperilaku netral dan 58,06 persen
petani berperilaku enggan terhadap risiko, serta tidak dijumpai petani yang
berperilaku berani terhadap risiko pada lahan kering maupun pada lahan sawah
tadah hujan.
24
Hasil penelitian tentang “Analisis Risiko Produksi dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi nya pada Usahatani Jagung di Kecamatan Mempawah Hulu
Kabupaten Landak” oleh Kurniati (2014) dengan metode koefisien variasi
(CV) menunjukkan bahwa risiko produksi pada usahatani jagung di
Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak rendah dengan CV sebesar
0,086. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi adalah temaga kerja,
dengan nilai koefisien -0.027 dan nilai probabilitas 0,09. Besarnya jumlah
tenaga kerja berpengruh signifikan terhadap tingkat variasi hasil produksi
jagung, sehingga berarti penambahan tenaga kerja mempengaruhi risiko
produksi jagung.
Hasil penelitian tentang “Analisis Risiko Usahatani Salak Organik di Desa
Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem” oleh Mahayani
(2017). Metode analisis pada penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif.
faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani salak organik dapat
dianalisis melalui metode OLS (Ordinary Least Square).dan mrtode koefisien
variasi (CV) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan petani dalam usahatani salak organik di Sibetan adalah luas lahan
dan memiliki koefisien positif yang artinya setiap penambahan variabel luas
lahan akan meningkatkan perolehan pendapatan usahatani salak organik. Rata-
rata biaya usahatani salak organik tahun 2016 sebesar Rp 2.784.050,93, rata-
rata penerimaan usahatani salak organik Rp 9.493.215,20 sehingga rata-rata
pendapatan yang diterima petani sebesar Rp 6.709.164,27. Risiko usahatani
salak organik di Desa Sibetan panen raya tahun 2016 diperoleh hasil KV risiko
produksi sebesar 0,50, KV risiko harga sebesar 0,11, dan KV risiko pendapatan
25
sebesar 0,55 yang berarti risiko produksi dan risiko pendapatan tinggi
sedangkan risiko harga yang diterima oleh petani rendah.
Hasil penelitian tentang “Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten
Bantul” oleh Lawalata (2017) ,model analisis yang digunakan dalam penelitian
adalah dengan menggunakan koefoisien variasi (CV) untuk melihat risiko
pendapatan. Analisis regresi linier berganda dengan model Ordinary Least
Square (OLS) untuk melihat faktor yang berpengaruh terhadap pendaptan,
risiko pendapatan dan perilaku petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
risiko produksi sebesar 0,8518 dan risiko pendapatan sebesar 1,2416. Baik
risiko produksi maupun risiko pendapatan usahatani bawang merah di
Kabupaten Bantul tergolong tinggi. Petani bawang merah di Kabupaten Bantul
mayoritas memiliki perilaku risk averter sebanyak 44 petani (73,33%) ,Risk
Taker sebanyak 1 petani (1,67%) dan Risk Neutral sebanyak 15petani ( 25%).
Umur petani, pendidikan, pendapatan usahatani bawang merah dan pendapatan
luar usahatani bawang merah siginifikan dan mempengaruhi perilaku petani
terhadap risiko.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Usahatani ubi kayu tidak terlepas dari 3 unsur yaitu tanah dan faktor
produksi sebagai input usahatani, petani, dan tanaman ubi kayu sebagai
output, yang satu sama lainnya saling berhubungan. Dalam usahatani ubi
kayu, tanah dan faktor produksi dikalikan harga input akan mengahsilkan
biaya produksi dan hasil produksi ubi kayu dikalikan harga output dapat
mendatangkan penerimaan dimana selisih penerimaan dan biaya produksi
26
akan menghasilkan pendapatan usahatani. Di dalam usahatani terdapat
risiko yang diantaranya adalah risiko pendapatan dan risiko produksi.
Berdasarkan harga output dan jumlah produksi petani per hektar dapat
dianalisis bagaimana perilaku petani terhadap risiko, apakah petani
tersebut berani, netral ataupun enggan terhadap risiko pada usahatani ubi
kayu. Alur kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.Bagan alir analisis pendapatan dan riosiko usahatani ubi kayu
di Desa Bumi Agung Marga Kecamatan Abung Timur
Lampung Utara
Tanah dan
Faktor Produksi
Produksi Ubi
Kayu
Petani
Biaya Produksi Penerimaan
Usahatani Ubi
Kayu
Perilaku Petani
Terhadap Risiko
1. Berani
2. Netral
3. Enggan
Risiko Usahatani Pendapatan
Harga input Harga output
27
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar
Konsep dasar merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel-
variabel yang akan diteliti, serta informasi penting untuk memperoleh
dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Usahatani merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petani
untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal
yang bertujuan untuk menghasilkan produksi suatu komoditas dan
pendapatan di sektor pertanian.
Usahatani ubikayu adalah suatu bentuk organisasi produksi yang
dilakukan di daerah ladang dengan komoditi ubi kayu dengan tujuan
menghasilkan komoditas ubikayu dan mendapatkan pendapatan bagi
petani.
Risiko adalah suatu keadaan yang memungkinkan terjadinya keadaan
merugi, dimana peluang terjadinya sudah diketahui terlebih dahulu.
Ketidakpastian adalah keadaan di mana bisa terdapat lebih dari satu hasil
dari suatu keputusan dan peluang dari tiap hasil itu tidak diketahui.
28
Varian (ragam) adalah ukuran satuan usaha dari suatu usahatani yang
menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari usahatani ubi kayu.
Standar deviasi (simpangan baku) adalah ukuran satuan risiko terkecil yang
menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari usahatani.
Koefisisen variasi adalah perbandinagn risiko yang harus ditanggung petani
dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh dengan hasil dan sejumlah
modal yang ditanamkan dalam proses produksi.
Perilaku petani dalam menghadapi risiko adalah suatu peristiwa yang
mempengaruhi keputusan petani dalam mengambil risiko yang berhubungan
dengan usahataninya. Perilaku petani dalam menghadapi risiko dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu enggan, netral, dan berani terhadap risiko.
Enggan terhadap risiko merupakan perilaku petani dimana petani sebagai
pengambil keputusan akan menghindari risiko dan bersedia mengorbankan
sejumlah pendapatan atau potensi pendapatan yang lebih besar guna
mengurangi peluang merugi atau pendapatan yang rendah.
Berani terhadap risiko merupakan perilaku petani dimana petani sebagai
pengambil keputusan tidak ingin melepaskan potensi pendapatan yang lebih
besar walaupun mengandung keadaan yang berisiko cukup besar.
Netral terhadap risiko yaitu perilaku petani dimana petani sebagai pengambil
keputusan bersikap ragu-ragu atau tidak tegas dalam memilih tindakan pada
keadaan yang mengandung risiko atau tidak mengandung risiko.
29
B. Batasan Operasional
Batasan operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan cara memberikan arti,atau menspesifikan kegiatan yang
diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Pada penelitian ini hal
yang berhubungan dengan variabel dan batasan operasional usahatani ubi
kayu dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Variabel dan batasan opersional usahatani ubi kayu
No Variabel Batasan Operasional Unit/
satuan
1 Luas lahan Lahan yang digunakan petani
untuk melakukan usahatani ubi
kayu secara monokultur selama
satu musim tanam
Ha
2 Usia petani Usia petani ubi kayu responden
sampai pada saat melakukan
kegiatan usahatani ubi kayu
Tahun
3 Penididkan
petani Jenjang pendidikan terakhir
yang pernah di tempuh oleh
petani ubi kayu
Tahun
4 Pengalaman
usahatani Lamanya petani ubi kayu
dalam melakukan usahatani ubi
kayu hingga saat ini
Tahun
5 Jumlah tanggungan
keluarga Jumlah anggota keluarga yang
menjadi tanggung jawab petani
Orang
(org)
6 Bibit Bahan tanam yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau
mengembangbiakkan tanaman ubi kayu
Batang
(btg)
7 Pupuk urea Banyaknya pupuk urea yang
digunakan oleh petani pada
proses produksi ubi kayu dalam
satu kali musim tanam.
Kg
8 Pupuk
kandang
Banyaknya pupuk kandang yang
digunakan oleh petani pada proses
produksi ubi kayu dalam satu kali
musim tanam.
Kg
9 Pupuk SP36 Banyaknya pupuk SP36 yang
digunakan oleh petani pada proses
produksi ubi kayu dalam satu kali
musim tanam.
Kg
30
Tabel 5. Lanjutan
No Variabel Batasan Operasional Unit/
satuan
10 Pupuk NPK Banyaknya pupuk NPK yang
digunakan oleh petani pada proses
produksi ubi kayu dalam satu kali
musim tanam.
Kg
11. Biaya penyusutan
alat
Besarnya pengurangan nilai suatu
alat setiap tahunnya, didapat
dengan mengurangi harga beli
alat tersebut dengan nilai sisa dan
dibagi umur ekonomis alat.
Rp/
musim
tanam
11 Tenaga kerja Faktor produksi yang digunakan
dalam budidaya ubi kayu dari
pengolahan lahan hingga pasca
panen
HOK
12 Biaya total Jumlah uang yang harus
dikeluarkan oleh petani untuk
melakukan usahatani ubi kayu
meliputi biaya tunai dan biaya
yang diperhitungkan
Rp/
musim
tanam
12 Biaya Tunai Biaya yang dikeluarkan secara
tunai pada saat proses produksi
berlangsung, seperti pembelian
bibit, pupuk, obat-obatan, upah
tenaga kerja dll,
Rp/
musim
tanam
14 Biaya yang
diperhitungkan Biaya yang tidak langsung
dikeluarkan oleh petani namun
jumlahnya diperhitungkan
seperti biaya penyusutan alat -
alat pertanian dan biaya tenaga
kerja dalam keluarga
Rp/
musim
tanam
15 Produksi Jumlah produksi ubi kayu yang
dihasilkan oleh petani setiap
satu musim tanam
Kg/Ha
16 Harga Nilai yang diberikan untuk hasil
produksi ubi kayu per kilogram
Rp/kg
17 Penerimaan Hasil produksi ubi kayu (kg)
dikalikan dengan harga jual ubi
kayu per kilogram per musim
tanam
Rp/
musim
tanam
18 Pendapatan Penerimaan yang diperoleh
petani ubi kayu setelah
dikurangi seluruh biaya yang
dikeluarkan selama proses
produksi ubi kayu
Rp/
musim
tanam
31
C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Bumi Agung Marga Kecamatan Abung
Timur Kabupaten Lampung Utara. Lokasi ditentukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Abung Timur
Kabupaten Lampung Utara merupakan sentra tanaman ubi kayu yang
diusahakan oleh rakyat. Pemilihan Desa Bumi Agung Marga sebagai
lokasi penelitian karena Desa Bumi Agung Marga adalah desa yang
memiliki produksi, luas areal tanam dan produktivitas ubikayu
tertinggi di Kecamatan Abung timur Kabupaten Lampung Utara.
Responden petani ubi kayu dalam penelitian ini cenderung homogen
dalam hal: (1) semua petani menggunakan teknik budidaya yang
sama yaitu monokultur , (2) semua petani menghasilkan produk yang
sama, (3) semua petani bermaksud menjual produknya, dan (4)
semua petani mencari keuntungan dalam menjual produknya.
Populasi petani ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga berjumlah 325
petani. Penentuan ukuran sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus perhitungan
sampel mengacu pada Issac dan Michael dalam Sugiarto (2003):
n =
.......................................................................(4)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
S2 = Variasi sampel (5% = 0,05)
Z = Distribusi Z (90% = 1,645)
d = simpangan baku (5% = 0,05)
32
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut maka
jumlah sampel adalah :
n =
= 46,39 orang ≈ 46 orang
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh petani responden di
daerah penelitian, yaitu sebanyak 46 responden petani ubi kayu di Desa
Bumi Agung Marga yang akan dipilih secara acak menggunakan tabel
bilangan acak sehingga seluruh populasi mempunyai peluang yang sama
untuk dijadikan sampel. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan
Febuari 2018.
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara
langsung kepada petani ubi kayu dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data
sekunder diperoleh dari berbagai kepustakaan dan instansi-instansi
pemerintah yang terkait dalam penelitian ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut
Singarimbun dan Effendi (1995), metode survei dibatasi pada penelitian yang
datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh
populasi melalui kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.Menurut
Muhammad Ali (2010) ,metode survei pada dasarnya merupakan
33
pemeriksaan secara teliti tentang fakta atau fenomena perilaku dan sosial
terhadap subyek dalam jumlah besar. Dalam riset pendidikan, survai bukan
semata-mata dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi, seperti
tentang pendapat atau sikap, tetapi juga untuk membuat deskripsi
komprehensif maupun untuk menjelaskan hubungan antar berbagai variabel
yang diteliti.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Pendapatan
Tujuan pertama dalam penelitian dapat dijawab dengan melakukan
analisis kuantitatif untuk mengetahui tingkat pendapatan petani ubi
kayu. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara
penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi
yang dikeluarkan dalam satu tahun oleh Soekartawi (1995)
dirumuskan sebagai berikut:
TR – TC...........................................................................(5)
..............................................(6)
Keterangan :
π = Pendapatan (Rp)
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Py = Harga hasil produksi (Rp/Kg)
Σxi = Jumlah faktor produksi ke i ( i = 1,2,3,….n)
Pxi = Harga produksi ke i (Rp)
Y = Produksi (Kg)
BTT = Biaya tetap total (Rp)
(Y.Py)
i
BTT
∑ Xi .Pxi
34
Untuk mengetahui apakah usahatani ubi kayu menguntungkan atau tidak
bagipetani, maka digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya
yangdirumuskan sebagai berikut :
R/C =
.......................................................................................(7)
Keterangan :
R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biaya
PT = Penerimaan total
BT = Biaya total yang dikeluarkan oleh petani
Jika diperoleh R/C > 1, maka usahatani ubi kayu yang diusahakan
mengalamikeuntungan. Jika R/C < 1, maka usahatani ubi kayu yang
diusahakanmengalami kerugian. Jika R/C = 1, maka usahatani ubi kayu
yangdiusahakan berada pada titik impas atau tidak untung dan tidak rugi.
2. Analisis Besarnya Risiko
Tujuan kedua dalam penelitian dapat dijawab dengan melakukan
langkah yang pertama menggunakan hasil rataan atau mean dengan
rumus yang dikemukakan oleh Kadarsan (1995) sebagai berikut:
E = ∑
...................................................................(8)
n
Keterangan:
E = Nilai rata-rata pendapatan/produksi (mean)
Ei= Hasil bersih per hektar pada tahun ke-i
n = jumlah pengamatan
Untuk mengukur risiko secara statistik dipakai ukuran ragam
(variance)atau simpangan baku (standar deviation). Kedua cara ini
menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan berserakannya pengamatan
sebenarnya di sekitar nilai-nilai harapan yang diharapkan.
35
Ukuran keragaman (variance) menurut Hernanto (1993) rumusnya
adalah :
V2 =
∑
......................................................................(9)
Simpangan baku (standar deviation) rumusnya adalah :
V = √ ...........................................................................(10)
Koefisien variasi (variance) merupakan perbandingan risiko yang harus
ditanggung petani ubi kayu dengan jumlah pendapatan ataupun produksi
yang akan diperoleh dengan hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan
dalam proses produksi. Hubungan ini biasanya di ukur dengan koefisien
variasi (CV) dan batas bawah keuntungan / pendapatan (L). Semakin besar
nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung
petani semakin besar bila dibandingkan dengan keuntungannya. Menurut
Kadarshan (1995) rumus koefisien variasi adalah sebagai berikut :
CV =
.........................................................................................(11)
keterangan :
CV = koefisien variasi pendapatan/produksi
V = Standard deviation
E = rata-rata pendapatan/produksi
Dalam pengambilan keputusan investasi hal lain yang perlu
dipertimbangkan dalah perhitungan batas bawah hasil yang tertinggi.
Penentuan batas bawah ini penting bagi petani untuk mengetahui jumlah
hasil terbawah dibawah tingkat hasil yang diharapkan, yaitu sebagai
pertimbangan lanjutan dalam mengambil keputusan untuk mengusahakan
tanaman ubi kayu yang berisikodengan melihat nilai terendah dari hasil
36
yang akan didapatkan. Rumus batas bawah keuntungan adalah sebagai
berikut :
L = E - 2V.......................................................................... ............(12)
Keterangan :
L = batas bawah
E = rata-rata pendapatan/produksi
V = simpangan baku pendapatan/produksi
Untuk analisis risiko pendapatan, nilai batas bawah menunjukkan nilai
pendapatan terendah yang mungkin diterima oleh petani. Apabila nilai
batas bawah pendapatan ini sama dengan atau lebih dari nol, maka petani
tidak akan pernah mengalami kerugian. Sebaliknya jika nilai batas bawah
pendapatan kurang dari nol dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses
produksi ada peluang kerugian yang akan diderita oleh petani.
Apabila nilai CV > 0,5 maka nilai L < 0, begitu pula jika nilai CV ≤
0,5 maka nilai L ≥ 0. Hal ini menunjukkan bahwa apabila CV > 0,5
maka risiko pendapatan pada usahatani ubi kayu yang ditanggung
petani semakin besar dengan menanggung kerugian sebesar L,
sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani ubi kayu akan selalu untung
atau impas dengan pendapatan sebesar L.
Untuk analisis risiko produksi, nilai batas bawah produksi menunjukkan
jumlah produksi terendah yang mungkin diterima oleh petani. Apabila
nilai CV > 0,5 maka nilai L < 0, begitu pula jika nilai CV ≤ 0,5 maka
nilai L ≥ 0. Hal ini menunjukkan bahwa apabila CV > 0,5 maka risiko
produksi usahatani padi yang ditanggung petani semakin besar dengan
37
menanggung kerugian sebesar L, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani
akan selalu untung atau impas dengan produksi sebesar L.
3. Analisis Perilaku Petani Menghadapi Risiko
Tujuan ketiga dalam penelitian dapat dijawab dengan melakukan
analisis. menggunakan fungsi utilitas . Sikap petani terhadap risiko
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam mengalokasikan
faktor-faktor produksi yaitu apabila petani berani menanggung risiko
maka akan lebih optimal dalam mengalokasikan faktor produksi
sehingga efisiensi juga lebih tinggi. Perilaku petani dalam
pengambilan keputusan terhadap risiko dalam pertanian dapat diukur
dengan fungsi utilitas. Model fungsi utilitas dapat dirumuskan dalam
bentuk polinominal atau kuadratik. Di Indonesia, bentuk kuadratik
telah digunakan oleh beberapa penulis terdahulu salah satunya yaitu
Soekartawi dkk. (1993), dengan persamaan sebagai berikut:
U = τ1 + τ2 M + τ3 M2 ..................................................(13)
Keteranagan:
U = Utilitas bagi pendapatan yang diharapkan (dalam util)
τ1 = Intersep
τ2 = Koefisien pendapatan indiferen
τ3 = Koefisien risiko petani
M = Pendapatan yang diharapkan pada titik keseimbangan (nilai
rupiah dari certainty equivalent (CE)
Dimana nilai τ3 hasil regresi menunjukkan sikap petani terhadap risiko,
yaitu :
τ3 = 0 : Netral terhadap risiko
τ3 < 0 : Enggan terhadap risiko
τ3 > 0 : Berani terhadap risiko
38
Penentuan utilitas dilakukan berdasarkan prinsip Bernoulli dan teknik
Neumann Morgenstern. Pembentukan fungsi utilitas dilakukan dengan
menghubungkan skala utilitas sehingga setiap petani akan memiliki
Certainly equivalent (CE) yang berbeda. Certainly equivalent (CE)
merupakan nilai keseimbangan antara kondisi yang tidak pasti dengan
kondisi yang pasti.
Masing-masing petani memiliki kurva utilitas yang berbeda karena
adanya perbedaan pemberian nilai pada jumlah penerimaan yang
diharapkan. Prosedur penentuan fungsi utilitas seperti yang
dilakukan dalam penelitian Damarjati dan Soekartawi (1992)
sebagai berikut:
a. Dalam proses penentuan nilai CE, hal pertama yang dilakukan adalah
penentuan harga netral yang merupakan harga yang diperoleh pada
saat proses wawancara. Harga ini disebut harga pada kondisi netral
karena kondisi tidak mengandung risiko. Berdasarkan Tingkat Harga
Netral (THN), ditentukan tingkat harga tertinggi yang mungkin
diperoleh dengan kemungkinan 50 persen berhasil dicapai dan 50
persen gagal. Tingkat harga pada kondisi ini disebut Tingkat Harga
Optimistik (THO), sedangkan tingkat harga terendahnya disebut
Tingkat Harga Pesimistik (THP). Dengan probabilitas 0,5 dan 0,5
maka THN dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
THN =
.........................................................................(14)
39
b. Skema penentuan nilai CE dijelaskan melalui Gambar 2
Q1
(a,i) = e*
Q2 Q3
(a,e*) = c* (e*,i) = g*
Q4 Q5 Q6 Q7
(a,c*) = b* (e*,c*) = d* (e*,g*) =f* (e*,i) = h*
Gambar 2. Skema penentuan Certainly Equivalent (CE)
Sumber : Soekartawi dkk, 1992
c. Pada Gambar 2, diketahui bahwa a adalah THP, i adalah THO sehingga
THN adalah e* dimana e* adalah tingkat harga pada keseimbangan
(CE). Semuanya ditentukan pada tahap pertama sebagai Q1 . Pada proses
Q2, a tetap sebagai THP sedangkan THOadalah e*, maka THN adalah
c =
sehingga diperoleh harga keseimbangan c*.
d. Pada Q3 THO adalah i dan THP adalah e* sehingga diperoleh THN
adalah setengah dari jumlah e* dan i, sehingga diperoleh harga
keseimbangan g*. Dalam menentukan harga keseimbangan (CE)
pada proses selanjutnya yaitu Q4 sampai Q7 dilakukan hal yang sama
dengan penentuan pada Q2 dan Q3.
e. Nilai CE ditentukan sebanyak 9 kali yaitu dari a sampai h*, dengan
demikian terdapat 9 skala untuk indeks utilitas. Titik a merupakan nilai
terendah diberi nilai 0 dan titik i sebagai nilai
40
tertinggi diberi nilai 8. Skala utilitas dan nilai rupiah dari CE dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Skala utilitas dan nilai rupiah dari CE
Alternatif Certainly Equivalent Skala Utilitas dari CE
Pilihan (CE)
a a 0
i i 8
( a,i ) e* 0,5(0) + 0,5 (8) = 4
( a,e) c* 0,5(0) + 0,5 (4) = 2
( e,i ) g* 0,5(4) + 0,5 (8) = 6
( a,c) b* 0,5(0) + 0,5 (2) = 1
( e,c) d* 0,5(2) + 0,5 (4) = 3
(e,g ) f* 0,5(4) + 0,5 (6) = 5
( g,i ) h* 0,5(6) + 0,5 (8) = 7
Sumber : Soekartawi dkk, 1992
f. Dengan probabilitas 50 persen berhasil dan 50 persen gagal, maka
nilai CE yang diperoleh dapat ditentukan utilnya seperti pada Tabel
6. Dengan mengetahui indeks utilitas yang didasarkan pada nilai CE
kemudian diregresi dengan regresi kuadratik. Hasil regresi akan
menunjukkan koefisien risiko (τ3), maka fungsi utilitas U= τ1 + τ2M
+ τ3M2 dapat diestimasi untuk kemudian ditentukan perilaku masing-
masing petani terhadap risiko.
41
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umun Kabupaten Lampung Utara
1. Keadaan Geografi
Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 16 Kabupaten /
Kota di Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Lampung
Utara terletak diantara 4,340 - 5,06
0 Lintang Utara dan 104,30
0 –
105,080 Bujur Timur, dengan luas wilayah 2.725,63 km
2, yang
merupakan 7,72 % dari luas wilayah Provinsi Lampung. Secara
administratif , batas wilayah Kabupaten Lampung Utara meliputi:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Way Kanan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat
Kabupaten Lampung Utara telah mengalami tiga kali pemekaran
sehingga wilayah yang semula seluas 19.368,50 km² kini tinggal
2.765,63 km². Pemekaran wilayah pertama terjadi dengan terbentuknya
Kabupaten Lampung Barat berdasarkan UU RI Nomor 6 Tahun 1991,
sehingga Wilayah Lampung Utara berkurang 6 kecamatan yaitu:
42
Sumber Jaya, Balik Bukit, Belalau, Pesisir Tengah, Pesisir Utara dan
Pesisir Utara.
Pemekaran kedua tejadi dengan terbentuknya Kabupaten Tulang
Bawang berdasarkan UU RI Nomor 2 Tahun 1997. Wilayah Lampung
Utara kembali mengalami pengurangan sebanyak 4 kecamatan yaitu:
Menggala, Mesuji, Tulang Bawang Tengah dan Tulang Bawang Udik.
Pemekaran ketiga terjadi dengan terbentuknya Kabupaten Way Kanan
berdasarkan UURI Nomor 12 Tahun 1999. Lampung Utara kembali
berkurang 6 kecamatan yaitu: Blambangan Umpu, Pakuan
Ratu,Bahuga, Baradatu, Banjit dan Kasui. Kabupaten Lampung Utara,
saat ini tinggal 8 kecamatan yaitu: Kotabumi, Abung Utara, Abung
Timur, Abung Barat, Sungkai Utara, Sungkai Utara, Tanjung Raja dan
Bukit Kemuning. Hingga saat ini Kabupaten Lampung Utara memiliki
23 kecamatan.
2. Keadaan Iklim
Kabupaten Lampung Utara merupakan daerah tropis dengan bulan
basah 6-8 bulan dan bulan kering 2-4 bulan kering per tahun.
Kabupaten Lampung Utara memiliki curah hujan rata-rata 182,54
mm/bulan. Suhu harian rata-rata berkisar antara 22,40 C sampai 34,2
0
C dan intensitas sinar matahari merata sepanjang tahun. Rata-rata
kelembaban udara di Kabupaten Lampung Utara adalah 81,625% per
tahun dan rata-rata tekanan udara 1007,09 mlbar per tahun.
43
3. Keadaan Demografi
Berdasarkan Lampung Utara dalam Angka (2017) penduduk Kabupaten
Lampung Utara berjumlah 612.100 jiwa yang terdiri dari 310.870
penduduk laki-laki dan 310.230 penduduk perempuan. Penduduk di
Lampung Utara mengalami peningkatan 0,53 persen Kepadatan
penduduk di Kabupaten Lampung Utara mencapai 224 jiwa/km2.
4. Keadaan Pertanian
Kabupaten Lampung Utara merupakan kabupaten yang memiliki
potensi pertanian yang baik. Berdasarkan Lampung Utara dalam angka
(2017) Luas panen tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu dan ubi jalar sebesar 70.676 Ha dimana luas panen
terbesar adalah tanaman ubi kayu sebesar 48.129 Ha. Rincian luas
panen tanaman palawija di Lampung Utara dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Luas panen tanaman palawija di Kabupaten Lampung Utara
tahun 2017.
Komoditas Luas panen (ha)
Jagung 21.387
Kedelai 287
Kacang Tanah 395
Kacang hijau 213
Ubi kayu 48.129
Ubi jalar 265
Jumlah 70.676
Sumber : Lampung Utara dalam angka 2017
44
B. Gambaran Umum Kecamatan Abung Timur
1. Keadaan Geografi
Kecamatan Abung Timur memiliki luas 104,47 Ha atau sekitar 3,83
persen dari total luas Lampung Utara. Secara administratif , batas
wilayah Kecamatan Abung Timur meliputi:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sungkai Selatan
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abung Surakarta
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Abung Selatan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kotabumi
Kecamatan Abung Timur terdiri dari 12 desa dan 52 dusun. Kecamatan
Abung Timur berada di ketinggian 37 m dari permukaan laut dan
berjarak 12 km dari ibukota Kabupaten Lampung Utara. Dengan
topografi berupa dataran maka banyak di manfaatkan untuk lahan
pertanian sehingga sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai
petani. Kecamatan Abung Timur termasuk kecamatan yang berpotensi
di Kabupaten Lampung Utara (BPS Kabupaten Lampung Utara, 2017).
2. Keadaan Demografi
Berdasarkan Kecamatan Abung Timur dalam Angka (2017), jumlah
penduduk Kecamatan Abung Timur adalah 34.234 jiwa. Jumlah penduduk
laki-laki adalah 17.358 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan
adalah 16.876 jiwa. Kepadatan penduduk di 12 desa cukup beragam,
kepadatan penduduk tertinggi di Desa Sidomukti dengan kepadatan
45
sebesar 678 jiwa/km2 dan terendah di Desa Bumi Agung Marga dengan
kepadatan sebesar 121 jiwa/km2.
3. Keadaan Pertanian
Sebagian besar wilayah Kecamatan Abung Timur merupakan dataran
rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 – 37 m di atas permukaan
laut. Tanaman palawija merupakan tanaman yang banyak di tanam oleh
masyarakat sekitar. Luas lahan, produksi dan produktivitas tanaman
palawija di Kecamatan Abung Timur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Data luas panen, produksi dan produktivitas tanaman palawija
di Kecamatan Abung Timur
Komoditas
Luas panen
(ha) Produksi (ton)
Produktivitas
(ton/ha)
Jagung 3.363 18.497 5,50
Ubi kayu 5.012 145.348 29,00
Ubi jalar 10 100 10,00
Kacang tanah 22 28 1,27
Kacang hijau 8 8 1
Jumlah 8.415 163.981 46,77
Sumber : Abung Timur dalam Angka, 2017
Tabel 8 menjelaskan bahwa tanaman palawija yang ditanam di
Kecamatan Abung Timur meiputi jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang
tanah, dan kacang hijau. Berdasarkan Kecamatan Abung Timur Dalam
Angka (2017), Kecamatan Abung Timur merupakan sentra produksi
ubi kayu dengan luas tanam sebesar 5.012 Ha dan produksi sebesar
145.348 ton.
46
C. Gambaran Umum Desa Bumi Agung Marga
1. Keadaan Geografi
Desa Bumi Agung Marga merupakan salah satu desa yang ada di
Kecamatan Abung Timur. Desa Bumi Agung Marga memiliki luas
23,57 km2 dan merupakan desa terluas di Kecamatan Abung Timur,
desa ini terdiri dari 5 dusun yang tersebar di masing-masing perbatasan
wilayah. Desa Bumi Agung Marga merupakan ibukota Kecamatan
Abung Timur
yang berjarak 0,1 km dari kecamatan dan berjarak 12 km dari ibukota
Kabupaten. Batas wilayah Desa Bumi Agung Marga meliputi:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Gedung Nyapah
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Banjar Agung
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pungguk Lama
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Way Abung 3
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Desa Bumi Agung Marga pada tahun 2016 yaitu
sebanyak 2.873 jiwa dengan komposisi penduduk berjenis kelamin laki
– laki sebanyak 1.314 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan
sebanyak 1.559 jiwa. Desa Bumi Agung Marga memilki kepadatan
penduduk sebesar 121 jiwa/km2 yang artinya setiap satu km
2 ditempati
sebanyak 121 jiwa.
47
3. Keadaan Pertanian
Desa Bumi Agung Marga merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian berkisar antara 0 – 37 m di atas permukaan laut. Desa Bumi
Agung Marga merupakan sentra produksi ubi kayu di Kecamatan
Abung timur dengan jumlah produksi 22.127 ton. Data produksi ubi
kayu di Kecamatan Abung Timur berdasarkan desa dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Produksi ubi kayu di Kecamatan Abung Timur menurut desa tahun 2017
Nama Desa Produksi (ton)
Banjar Agung 3.886
Bumi Agung Marga 22.127
Peraduan Waras 13.514
Penagan Ratu 16.965
Gedung Nyapah 12.383
Pungguk Lama 8.642
Surakarta 15.747
Sumber Agung 9.048
Sidomukti 3.509
Bumi Jaya 10.585
Rejo Mulyo 19.169
Papan Rejo 9.773
Jumlah 145.348
Sumber : Kecamatan Abung Timur dalam angka,2017
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Usahatani ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga menguntungkan bagi
petani. Pendapatan atas biaya tunai usahatani ubi kayu yang didapatkan
oleh petani adalah Rp15.122.019,15 per hektar dan pendapatan atas
biaya total adalah sebesar Rp10.208.631,57 per hektar. Nilai R/C atas
biaya tunai sebesar 3,30 dan nilai R/C atas biaya total sebesar 1,89.
2. Risiko produksi dan risiko harga pada usahatani ubi kayu di Desa
Bumi Agung Marga tergolong kecil dilihat dari nilai CV < 0,5 dan
L>1. Nilai koefisien variasi (CV) produksi yaitu sebesar 0,057 dan
batas bawah (L) produksi yaitu 19.258,479 kg per hektar, sedangkan
koefisien variasi (CV) harga yaitu sebesar 0,135 dan batas bawah (L)
harga ubi kayu yaitu Rp 644,695.
3. Seluruh responden petani ubi kayu di Desa Bumi Agung Marga
bersifat netral terhadap risiko usahatani, artinya seluruh petani
tidak berani dan tidak pula enggan terhadap risiko usahatani.
75
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mencegah risiko akibat perubahan harga dan produksi dalam
usahatani ubi kayu, petani diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan dalam menerapkan teknik budidaya ubi kayu dan
mengoptimalkan penggunaan sarana poduksi pertanian yang sesuai
dengan anjuran dari oleh BPTP (Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian) Provinsi Lampung.
2. Peneliti lain sebaiknya membahas lebih lanjut terkait hubungan
besarnya risiko dengan prilaku petani dalam menghadapi risiko
usahatani ubi kayu.
76
DAFTAR PUSTAKA Aini,H N.,Prasmatiwi FE dan Sayekti WD. 2015. Analisis Pendapatan Dan
Risiko Usahatani Kubis Pada Lahan Keringdan Lahan Sawah Tadah Hujan Di Kecamatan Gisting kabupaten Tanggamus. (JIIA). 3 (1).
Ali,Muhamad.2010.Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan.Pustaka
Cendikia Utama. Bandung Badan Agribisnis.1995. Sistem Strategi dan Program Pengembangan
Agribisnis. Jakarta. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, 2014. Teknik Budidaya Ubi
Kayu. Lampung Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung ,2017. Lampung Utara Dalam
Angka.Badan Pusat Statistik. Bandar Lampung Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Utara ,2017. Kecamatan Abung
Timur Dalam Angka.Badan Pusat Statistik. Bandar Lampung Badan Pusat Statistik, 2017. Luas lahan, Produksi dan Produktivitas Tanaman
Ubi kayu di Indonesia . Statistik Indonesia Tahun 2017. Badan Pusat Statistik. Jakarta
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung ,2017. Produksi Ubikayu Luas
Panen,Produksi,dan Produktivitas Ubi Kayu berdasarkan Kabupaten/KotaTtefan Pusat Statistik. Bandar Lampung
BPTP Lampung, 2011. Teknik Budidaya Ubi Kayu. Bandar Lampung. Budiningsih,Sulistyani.20O6. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah Di
Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Jurnal Pertanian.Vol. 08, No. 1. Purwokerto.
Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan
Publishing Company. New York. Ginting, E. 2002.Teknologi Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Ubi
Kayu menjadi Produk antara untuk Mendukung Agroindustri. Buletin Palawija No.4:67-83. Jakarta.
77
Firdaus, Muhammad.2008. Manajemen Agribisnis.Bumi Aksara Jakarta Hafsah, M.J. 2003. Bisnis Ubi Kayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta. Harwood, J., Heifner,R., Coble, K., Perry, J., dan Agapi, S. 1999. Managing
Risk in Farming Concepts, Research, and Analysis. Agricultural Economic Report no. 774. US Department of Agriculture. 130 hal.
Hernanto,F. 1991. Ilmu Usahatani. Swadaya. Jakarta __________. 1993. Ilmu Usahatani. Swadaya. Jakarta. __________. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Ibramsyah, Cn. 2006. Analisis Pendapatan Pola Usahatani Padi di
Kecamatan Musi Raw as. Jurnal Kajian Ekonomi, Volume 5 Nomor 1. 2006
Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan perusahaan
Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2017. Produksi Ubi Kayu Menurut Provinsi.
Kementerian Pertanian. Jakarta Kurniati D, Hartono S, dan Widodo S. 2014. Risiko Pendapatan Pada
Usahatani Jeruk Siam Di Kabupaten Sambas. Jurnal Social Economic of Agriculture. 3 (2) :12-19. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jsea/article/view/9052/8996. [29 Oktober 2017]
Lawalata M, Darwanto DH, dan Hartono S. 2017. Risiko Usahatani Bawang
Merah di Kabupaten Bantul. Agrica. 10 (2) : 56-73. http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica/article/view/924/1133. [25 Oktober 2017]
Mubyarto.1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta. Edisi Ke-tiga,
LP3S. Muizah R, Supardi S, dan Awami SN. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani
Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) (Studi Kasus Desa Mojo Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati). Mediagro. 9 (2) : 55-67 https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/Mediagro/article/view/1334/1439. [29 Oktober 2017]
Pusat Data dan Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian (2016). Outlook
Ubi Kayu.ISSN: 1907-1507. Rodjak, A. 2002. Manajemen Usahatani. Penerbit Pustaka Giratuna.
Bandung
78
Saputra I, Lestari DAH, dan Nugraha A. Analisis Efisiensi Produksi Dan Perilaku Petani Dalam Menghadapi Risiko Pada Usahatani Jagung Di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. JIIA. 6(2) : 117-124 http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/2776/2322. [20 Oktober 2017]
Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelititan Survei. LP3S, Jakarta. Soekartawi, Rusmiadi, dan E. Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian
dalam Agribisnis (Teori dan Aplikasi}. Raja Grafindo Persada .Jakarta.
Soekartawi, 1992, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta. ________, 1993, Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Raja Garfindo Persada,
Jakarta. ________, 1995. Analisis Usahatani.UI Press. Jakarta. ________, 2001. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. ________, 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil
Pertanian Teori dan Aplikasinya PT Raja Grafindo PerkasaJakarta. Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Petani Kecil.
Universitas Indonesia, Jakarta. Sugiarto, D., S,Sunaryanto., dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Tambunan, Tulus T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia,
Beberapa Isu Penting. Ghalia Indonesia. Jakarta. Thamrin, Muhammad. 2013-Jna/zsis Usahatani Ubi Kayu (Manihot
utilissima). Jurnal Agribisnis. Vol. 18,No. 1. Medan.