Upload
lymien
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
35
Analisis pengaruh kepuasan pelanggan terhadap niat berperilaku tamu hotel cakra
di Surakarta
Oleh Alvana Frizia
F.0298022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusaha, obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan
dengan penyelenggaraan pariwisata (UU pariwisata no 9 pasal 1). Hal ini berarti
kegiatan kepariwisataan mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan pariwisata yang dilakukan
pemerintah, swasta, dan masyarakat umum. Oleh karena itu pariwisata diakui
sebagai industri, yang terdiri atas serangkaian perusahaan yang menghasilkan
berbagai macam jasa yang dibeli wisatawan dalam bentuk paket, baik itu wisata
yang diurus sendiri (individual tour) maupun wisata yang diurus oleh tour
operator dalam “package tour”.
Kepariwisataan merupakan hal yang juga sangat berpengaruh dalam
perekonomian negara kita, karenanya diperlukan berbagai sarana pendukung
kegiatan kepariwisataan, di antaranya adalah jasa perhotelan. Hotel yang menjadi
36
salah satu aspek dalam kepariwisataan menjadi sektor yang penting dan
berkompeten sehingga jasa perhotelan banyak diminati oleh para pengusaha.
Hotel adalah perusahaan yang menyediakan jasa dalam bentuk penginapan
(akomodasi) serta menyajikan hidangan dan fasilitas lainnya dalam hotel untuk
umum, yang memenuhi syarat-syarat comfort dan bertujuan komersial.
Industri perhotelan telah menjadi industri yang bersifat global dan “mature”,
sehingga dihadapkan pada kompetisi yang sangat kuat dan terbatasnya
kemungkinan untuk berkembang. Maturitas industri perhotelan ini ditunjukkan
dengan tingkat hunian dan keuntungan rata-rata yang statis sejak periode 1980an.
Di Indonesia, hal ini diperparah dengan adanya krisis ekonomi yang
berkepanjangan sehingga jumlah wisatawan asing turun sekitar 30% selama tahun
1997 sampai dengan 1998, yang berakibat semakin menurunnya tingkat hunian
hotel di Indonesia. Dalam keadaan seperti ini , maka sangat penting bagi setiap
hotel untuk mempunyai keunggulan kompetitif.
Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif maka setiap perusahaan dituntut
untuk mampu memuaskan konsumennya. Sehingga strategi yang didasarkan pada
komitmen manajemen untuk meningkatkan kualitas pelayanan untuk memuaskan
pelanggan secara terus-menerus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, baik yang
menghasilkan barang nyata maupun jasa. Hal ini dikarenakan adanya kenyataan
bahwa konsumen yang tidak puas terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya
akan mencari penyedia barang atau jasa dari perusahaan lain yang mampu
memuaskan kebutuhannya.
Telah menjadi suatu kepercayaan umum, khususnya di dunia bisnis bahwa
kepuasan pelanggan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu usaha. Hal ini
37
dikarenakan dengan memuaskan pelanggan, perusahaan dapat meningkatkan
tingkat keuntungan dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas.
Mempunyai konsumen yang puas merupakan hal yang penting bagi industri
perhotelan karena karakteristik “high-contact service” serta tingkat kompetisi
yang tinggi pada industri ini.. Pelanggan yang puas dapat mendorong adanya
pembelian ulang dan publisitas yang pada akhirnya dapat membuat konsumen
menjadi loyal. Oleh karenanya industri perhotelan harus berfokus pada kepuasan
pelanggan dan menghindari pelanggan yang tidak puas.
Untuk membangun kepuasan pelanggan, pengukuran dan identifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan sangat penting dilakukan.
Penelitian tentang pengaruh kepuasan pelanggan terhadap perilaku konsumen di
industri perhotelan di Bandung menyimpulkan bahwa ada tiga dimensi penting
dari sebuah hotel yaitu : pelayanan staff, fasilitas fisik & harga dan pelayanan
tambahan. Dari ketiga dimensi tersebut, pelayanan yang diberikan oleh staff
merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi niat berperilaku
konsumen untuk merekomendasikan, mempertimbangkan sebagai pilihan
pertama, menginap lagi, dan menginformasikan hal yang baik (Suhartanto,2001).
Meskipun telah disadari secara luas bahwa kepuasan pelanggan merupakan
faktor penting dalam bisnis, namun studi mengenai pengaruh kepuasan pelanggan
terhadap perilaku konsumen di industri perhotelan di Indonesia khususnya di
Surakarta, masih sangat sedikit. Mengingat bahwa kepuasan pelanggan sangat
penting dalam industri perhotelan, maka studi tentang pengaruh kepuasan
pelanggan terhadap perilaku konsumen sangat penting dilakukan untuk
mempertahankan konsumen.
38
Hotel Cakra sebagai salah satu hotel di Surakarta yang bergerak di bidang
pelayanan jasa, penyediaan penginapan, penyediaan makan dan minum serta jasa
lain selalu berusaha untuk meningkatkan kepuasan tamunya melalui pengelolaan
segala fasilitas dan karyawannya secara profesional agar tercipta perilaku tamu
yang positif. Untuk itu segala informasi yang berkaitan dengan kepuasan tamu
sangat penting karena merupakan sarana untuk mengevaluasi kinerja Hotel Cakra
beserta seberasa besar pengaruhnya terhadap penciptaan perilaku positif tamu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh dimensi kepuasan pelanggan terhadap niat
berperilaku konsumen yaitu keinginan atau niat untuk merekomendasikan kepada
orang lain, keinginan atau niat untuk menginap kembali dan keinginan atau niat
untuk menginformasikan hal-hal baik tentang hotel.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap
niat untuk merekomendasikan pada orang lain ?
2. Dimensi kepuasan pelanggan apakah yang paling mempengaruhi niat untuk
merekomendasikan hotel pada orang lain ?
3. Adakah pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap
niat untuk menginap kembali ?
39
4. Dimensi kepuasan pelanggan apakah yang paling mempengaruhi niat untuk
menginap kembali ?
5. Adakah pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap
niat untuk menginformasikan hal-hal baik kepada orang lain ?
6. Dimensi kepuasan pelanggan apakah yang paling mempengaruhi niat untuk
menginformasikan hal-hal baik kepada orang lain ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan
terhadap niat untuk merekomendasikan hotel kepada orang lain.
2. Untuk mengetahui dimensi apakah yang paling mempengaruhi niat untuk
merekomendasikan hotel kepada orang lain.
3. Untuk mengetahui adanya pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara
signifikan terhadap niat untuk menginap kembali.
4. Untuk mengetahui dimensi apakah yang paling mempengaruhi niat untuk
menginap kembali.
5. Untuk mengetahui pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan
terhadap niat untuk menginformasikan hal-hal baik tentang hotel kepada
orang lain.
6. Untuk mengetahui dimensi apakah yang paling mempengaruhi niat untuk
menginformasikan hal-hal baik kepada orang lain.
40
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh beberapa manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Hotel Cakra
Penelitian ini menunjukkan arti penting kepuasan tamu hotel terhadap niat
berperilaku tamu sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan agar kepuasan pelanggan
dapat ditingkatkan dan dijaga sehingga terbentuk perilaku konsumen yang positif.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah dan menerapkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi dan juga untuk memperluas
wawasan pemikiran dan mempertajam kemampuan pengamatan dan
penganalisaan.
E. Kerangka pemikiran
Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
kepuasan pelanggan memiliki pengaruh yang positif terhadap niat untuk
merekomendasikan kepada orang lain, mempertimbangkan sebagai pilihan
pertama jika ingin membeli jasa serupa, membeli jasa dimasa mendatang, dan
menginformasikan hal-hal yang baik kepada orang lain. Berdasarkan penelitian
terdahulu tersebut, maka kerangka pemikiran penelitian ini adalah:
41
Gambar I.1
PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP NIAT
BERPERILAKU KONSUMEN
Keterangan :
Dari kerangka pemikiran diatas, maka yang merupakan variabel independen
adalah kepuasan pelanggan yang diukur dengan dimensi kualitas jasa, kualitas
produk dan harga. Sedangkan variabel dependennya adalah niat berperilaku tamu,
yaitu: niat untuk merekomendasikan kepada orang lain, niat untuk menginap
kembali dimasa mendatang, dan niat untuk menginformasikan hal-hal yang baik
tentang hotel kepada orang lain.
F. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap niat
untuk merekomendasikan kepada orang lain.
2. Dimensi yang paling berpengaruh terhadap niat merekomendasikan kepada
orang lain yaitu pelayanan staf.
3. Ada pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap niat
untuk menginap kembali.
Kepuasan Pelanggan
1. Kualitas jasa 2. Kualitas produk 3. Harga
Niat Berperilaku
1. Niat untuk merekomendasikan kepada orang lain.
2. Niat untuk menginap kembali dimasa mendatang.
3. Niat untuk menginformasikan hal hal yang baik tentang hotel kepada orang lain.
42
4. Dimensi yang paling berpengaruh terhadap niat menginap kembali adalah
dimensi pelayanan staf.
5. Ada pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap niat
untuk menginformasikan hal-hal baik kepada orang lain.
6. Dimensi yang paling berpengaruh terhadap niat menginformasikan hal-hal
baik adalah dimensi pelayanan staf.
G. Metode Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap tamu Hotel Cakra yang beralamat di Jalan
Brigjen Slamet Riyadi No: 201 Surakarta, Telp.(0271) 643-360,642-844 dan 648-
456.
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi merupakan keseluruhan kumpulan orang, gejala, kejadian atau
sesuatu yang akan diselidiki dan akan dikenakan generalisasi kesimpulan yang
berlaku bagi sampel (Sekaran,2000:266). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh tamu Hotel Cakra di Surakarta. Dalam penelitian ini, jumlah populasinya
diasumsikan tidak terbatas.
Cooper dan Emory (1999:221) menyatakan bahwa sebuah sampel sebanyak
100 yang diambil dari populasi berjumlah 5000 orang secara kasar mempunyai
ketepatan estimasi yang sama dengan 100 sampel yang diambil dari 200 juta
populasi. Maka peneliti menetukan jumlah sampel yang akan diambil adalah
sebesar 100 sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling,
yaitu suatu metode pengambilan sample di mana sampel yang di ambil berasal
43
dari siapa saja yang kebetulan berada ditempat dimana penelitian dilakukan. Hal
ini bisa dilakukan dengan menanyai siapa saja yang kebetulan dijumpai.
3. Definisi Operasional
Seperti yang sudah tercantum dalam kerangka penelitian, bahwa variabel
independen pada penelitian ini adalah kepuasan pelanggan, sedangkan variabel
dependennya adalah niat berperilaku tamu. Berikut ini adalah definisi operasional
masing-masing variabel penelitian :
a. Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja yang dirasakannya dengan prosedur atau
harapannya (Kotler, 1997: 36). Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh antara
lain :
1) Kualitas jasa, yang termasuk dalam kualitas jasa :
a) Fasilitas dan peralatan modern (P1) = Tanggapan responden
terhadap memadai tidaknya fasilitas dan peralatan yang digunakan
hotel.
b) Fasilitas fisik (P2) = Tanggapan responden terhadap menarik
tidaknya faslitas fisik yang dimiliki hotel ini
c) Penampilan karyawan (P3) = Tanggapan responden terhadap baik
tidaknya penampilan karyawan
d) Fasilitas dasar (P4) = Tanggapan responden terhadap higienis
tidaknya faslitas dasar (kamar, tempat tidur, bantal, selimut,
lampu, Ac, kamar mandi) hotel.
e) Interior hotel (P5) = Tanggapan responden terhadap menarik dan
rapi tidaknya penampilan interior hotel.
44
f) Sikap karyawan (P6) = Tanggapan responden terhadap ramah, sopan
tidaknya sikap karyawan.
g) Kecepatan pelayanan (P7) = Tanggapan responden terhadap cepat
tidaknya pelayanan yang diberikan karyawan.
h) Perhatian personal karyawan (P8) = Tanggapan responden terhadap
perhatian tidaknya karyawan secara personal
i) Waktu beroperasi (P9) = Tanggapan responden terhadap sesuai
tidaknya waktu beroperasi hotel
j) Memahami kebutuhan & keinginan tamu (P10) = Tanggapan
responden terhadap mampu tidaknya karyawan dalam memahami
kebutuhan dan keinginan responden.
k) Kesediaan membantu (P11) = Tanggapan responden terhadap
bersedia tidaknya karyawan dalam membantu tamu
l) Menanggapi permintaan (P12) = Tanggapan responden terhadap
sempat tidaknya karyawan dalam memenuhi permintaan tamu
m) Perhatian personal hotel (P13) = Tanggapan responden terhadap
perhatian tidaknya hotel secara personal
n) Dapat dipercaya (P14) = Tanggapan responden terhadap dapat
dipercaya atau tidaknya karyawan.
o) Aman (P15) = Tanggapan responden tentang aman tidaknya
menginap di hotel
p) Kesediaan menyelesaikan masalah (P16) = Tanggapan responden
terhadap bersedia tidaknya hotel dalam membantu menyelesaikan
masalah
45
q) Ketepatan waktu pelayanan (P17) = Tanggapan responden terhadap
tepat waktu atau tidaknya pihak hotel dalam memberikan
pelayanan
r) Menepati janji (P23) = Tanggapan responden terhadap menepati
janji atau tidaknya hotel apabila menjanjikan sesuatu
s) Tarif akomodasi (P22) = Tanggapan responden terhadap muarah
tidaknya tarif akomodasi yang yang harus mereka bayar
2) Harga, yang termasuk dalam harga :
a) Harga makanan (P18) = Tanggapan responden tentang murah
tidaknya harga makanan hotel
b) Harga minuman (P19) = Tanggapan responden terhadap murah
tidaknya harga minuman
3) Kualitas Produk, yang termasuk dalam kualitas produk :
a) Kualitas makanan (P20) = Tanggapan responden terhadap baik
tidaknya mutu makanan yang disediakan hotel
b) Kualitas minuman (P21) = Tanggapan responden terhadap baik
tidaknya mutu minuman yang disediakan hotel
b. Niat berperilaku tamu adalah evaluasi setelah pembelian dimana pelanggan
merasa puas atau tidak puas yang akan berpengaruh pada keinginan
membeli ulang, merekomendasikan dan menginformasikan hal- hal yang
baik kepada orang lain.
4. Sumber Data
a. Data Primer
46
Data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati kemudian dicatat
untuk pertama kalinya. Dalam penelitian ini data primer didapat dari kuesioner
yang diisi oleh para responden.
b. Data Sekunder
Data dari sumber-sumber yang berhubungan dengan obyek penelitian, dapat
berupa laporan atau catatan perusahaan, sejarah perusahaan, gambaran umum
perusahaan, jumlah karyawan dan lain-lain. Data sekunder ini diperlukan untuk
melengkapi data primer penelitian.
Berikut ini adalah identifikasi populasi, sampel dan responden:
1) Populasi adalah seluruh tamu Hotel Cakra.
2) Sampel adalah sebuah kelompok yang terdiri dari 100 orang, yang memiliki
kriteria sebagai responden dan bisa mewakili dari seluruh populasi.
3) Responden adalah tamu Hotel Cakra yang memberi tanggapan terhadap
kuesioner penelitian.
5. Teknik Pengukuran Variabel
Mengingat dimensi kepuasan pelanggan dan niat berperilaku tamu
merupakan hal yang subyektif dan berdasar atas persepsi konsumen, maka
variabel-variabel tersebut diukur dengan menggunakan kuesioner yang akan
didistribusikan kepada responden yang menginap di Hotel Cakra.
Alternatif jawaban kuisioner indikator pengukuran untuk dimensi kepuasan
pelanggan menggunakan skala Likert-6, yaitu:
Sangat Tidak Setuju = 1
Tidak Setuju = 2
47
Agak Tidak Setuju = 3
Agak Setuju = 4
Setuju = 5
Sangat Setuju = 6
Sedangkan kuisioner indikator pengukuran untuk dimensi niat berperilaku
tamu dengan alternatif jawaban skala Likert-6, yaitu:
Sangat Kecil = 1
Kecil = 2
Agak Kecil = 3
Agak Besar = 4
Besar = 5
Sangat Besar = 6
6. Teknik Pengujian Kualitas Data
a. Uji Validitas
Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk
mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Dengan
kata lain, validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Tinggi rendahnya validitas suatu angket atau kuesioner
dihitung dengan teknik Korelasi Product Moment dari Pearson (Singarimbun dan
Effendi, 1995) dengan rumus sebagai berikut :
rXY = ( ) ( )( )
( )( ) ( )( )2222 YYnXXn
YXXYn
∑−∑−∑−∑
∑∑−∑
Keterangan :
rXY = koefisien korelasi product moment n = jumlah sampel
48
X = skor pernyataan Y = skor total
b. Uji Reliabilitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama, dimana hasilnya ditunjukkan oleh sebuah
indeks yang menunjang seberapa jauh suatu alat ukur dapat diandalkan.
Adapun pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode
Alpha Cronbach (Azwar, 2001) dengan formula sebagai berikut:
α = ( K ) ( 1 – Σ Sj2 )
K – 1 Sx2
di mana : α = koefisien alpha cronbach K = banyak belahan tes Sj
2 = Varians belahan j, j = 1,2, …. K Sx2 = Varians skor tes
7. Teknik Penganalisaan Data
a. Analisis Faktor
Studi ini dilakukan salah satunya untuk menguji item-item dimensi kepuasan
pelanggan terhadap hotel. Untuk tujuan tersebut digunakan analisis faktor dengan
metode varimax Rotation dan Principal Component Analysis Extraction untuk
menguji 23 pertanyaan ( item ) tentang dimensi kepuasan pelanggan terhadap
hotel.
b. Analisis regresi berganda
Analisis ini digunakan untuk mengukur pengaruh kepuasan pelanggan
terhadap niat berperilaku tamu. Dengan menggunakan level of signifikan sebesar
49
5%, hasil dari analisis ini dinyatakan dengan persamaan regresi berganda sebagai
berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3
di mana : Y = niat berperilaku X1 = kualitas jasa X2 = kualitas produk X3 = harga b0 = konstanta b = koefisien regresi ( terdiri dari b1, b2 b3 )
50
BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN
TERHADAP NIAT BERPERILAKU KONSUMEN
A. Produk dan Jasa
1. Konsep Produk dan Jasa
Orang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan (Kotler,1997:9). Produk dapat dibedakan menjadi
sepuluh jenis yaitu : goods, services, experiences, events, persons, places,
properties, organizations, informations,dan ideas. Pada umumnya produk dapat
diklasifikasikan dengan berbagai cara, diantaranya dengan berdasarkan
keawetannya (durability) atau keberwujudannya (tangibility). Berdasarkan kriteria
terakhir ini ada 3 kelompok produk (Fandy,1996:5), yaitu :
a. Barang tidak tahan lama (Non-durable Goods) adalah barang konsumsi yang
biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa penggunaan. Contoh : gula,
kopi, garam, sabun.
51
b. Barang Tahan Lama (Durable Goods) adalah barang konsumsi yang
digunakan selama kurun waktu yang panjang dan biasanya tetap bertahan
hingga beberapa penggunaan. Contoh : kulkas, mobil, meja, kursi,
komputer.
c. Jasa (Service) adalah kegiatan atau manfaat atau kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual. Contoh : hotel, salon kecantikan, kursus ketrampilan.
2. Pengertian Jasa
Pembedaan secara tegas antara barang dan jasa seringkali sukar dilakukan.
Hal ini dikarenakan pembelian suatu barang seringkali disertai dengan jasa-jasa
tertentu (misalnya instalasi, pemberian garansi, pelatihan dan bimbingan
operasional, perawatan, dan reparasi) dan sebaliknya pembelian suatu jasa
seringkali juga melibatkan barang-barang yang melengkapinya (misalnya
makanan di restoran, telepon dalam jasa telekomunikasi)
Jasa dapat didefinisikan sebagai berikut :
Setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud fisik (intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa biasanya berhubungan dengan produk fisik maupun tidak (Kottler,1994 dalam Tjiptono,1996:6).
Atau dapat pula didefinisikan sebagai berikut :
Kegiatan yang dapat diidentifikasikan secara tersendiri yang pada hakikatnya bersifat tidak teraba (intangible) yang merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain. Hal menghasilkan jasa mungkin perlu atau mungkin pula tidak diperlukan penggunaan benda nyata (tangible). Akan tetapi sekalipun penggunaan benda itu perlu namun tidak terdapat adanya pemindahan hak milik atas benda (kepemilikan permanen). (Stanton, 1993:220)
Sedangkan Tjiptono dalam bukunya Manajemen Jasa (1996:6) menyebutkan
jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
52
Contohnya : bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus ketrampilan, hotel, rumah
sakit, dan sebagainya.
Penawaran suatu perusahaan kepada pasar biasanya mencakup beberapa jenis
jasa. Komponen jasa ini dapat merupakan bagian kecil atau bagian utama/pokok
dari keseluruhan penawaran tersebut. Kenyataannya, suatu penawaran dapat
bervariasi dari murni berupa barang dan jasa murni.
Berdasarkan kriteria ini, penawaran suatu perusahaan dapat dibedakan
menjadi lima kategori, yaitu :
a. Produk Fisik Murni
Penawaran semata-mata hanya terdiri atas produk fisik, misalnya sabun
mandi, pasta gigi, atau sabun cuci, tanpa ada jasa atau pelayanan yang menyertai
produk tersebut.
b. Produk fisik, dengan jasa pendukung
Penawaran terdiri atas produk fisik yang disertai dengan satu atau beberapa
jasa untuk meningkatkan daya tarik pada konsumennya. Misalnya produsen mobil
harus memberikan penawaran yang jauh lebih banyak daripada hanya sekedar
mobil saja, yaitu bisa meliputi jasa pengantaran, reparasi, pemasangan suku
cadang, dan sebagainya.
c. Hybrid
Penawaran yang dari barang dan jasa yang sama besar porsinya.
d. Jasa utama yang didukung dengan barang dan jasa minor.
Penawaran terdiri atas suatu jasa pokok bersam-sama dengan jasa tambahan
(pelengkap) dan/atau barang-barang pendukung. Misalnya penumpang pesawat
53
yang membeli jasa transportasi. Selama menempuh perjalanan menuju tempat
tujuannya, ada beberapa unsur produk fisik yang terlibat, seperti makanan,
minuman, majalah atau surat kabar yang disediakan, dan lain-lain.
e. Jasa murni
Penawaran hampir seluruhnya berupa jasa. Misalnya fisioterapi, konsultasi
psikologi, pemijatan, dan lain-lain.
3. Klasifikasi Jasa
Sebagai konsekuensi dari adanya berbagai macam variasi bauran antara
barang dan jasa, maka sulit untuk menggeneralisasikan jasa bila tidak melakukan
pengklasifikasian lebih lanjut. Klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh
kriteria (Lovelock, 1987 dalam Tjiptono, 1996:8), yaitu :
a. Segmen pasar
Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa kepada
konsumen akhir (misalnya taksi, asuransi jiwa, dan pendidikan) dan jasa kepada
konsumen organisasional (misalnya jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultasi
manajemen, dan jasa konsultasi hukum).
b. Tingkat keberwujudan
Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan
konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
1) Rented goods service
Jenis ini konsumen menyewa dan mengunakan produk-produk tertentu
berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Konsumen
54
hanya dapat menggunakan produk tersebut karena kepemilikannya tetap
berada di pihak perusahaan yang menyewakannya. Contoh : penyewaan
mobil, vcd, villa dan apartemen.
2) Owned goods service
Pada owned goods service, produk-produk yang dimiliki konsumen
direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan unjuk kerjanya, atau
dipelihara / dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga mencakup
perubahan bentuk pada produk yang dimiliki konsumen. Contoh : jasa
reparasi (arloji, mobil, sepeda motor, komputer, dan lain-lain), pencucian
mobil, perawatan rumput lapangan golf, perawatan taman, pencucian
pakaian (laundry dan dry cleaning), dan lain-lain.
3) Non-goods service
Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat
intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para
pelanggan. Contohnya : sopir, baby-sitter, dosen, tutor, pemandu wisata,
ahli kecantikan, dan lain-lain.
c. Keterampilan penyedia jasa
Berdasarkan kriteria ini, jasa terdiri atas professional service (misalnya
konsultan manajemen, konsultan hukum, konsultan pajak, konsultan sistem
informasi, dokter, perawat, dan arsitek) dan non-professional service (misalnya
sopir taksi, dan penjaga malam).
d. Tujuan organisasi jasa
Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibagi menjadi commercial service atau
profit service (misalnya bank dan jasa parsel) dan nonprofit service (misalnya
55
sekolah, yayasan dana bantuan, panti asuhan, panti wreda, perpustakaan, dan
museum)
e. Regulasi
Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated service (pialang,
angkutan umum dan perbankan) dan nonregulated service (makelar, katering, dan
pengecatan rumah)
f. Tingkat intensitas karyawan
Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
equipment-based service (cuci mobil otomatis, jasa sambungan telepon jarak jauh,
ATM, vending machines dan binatu) dan people-based service (pelatih sepak
bola, satpam, jasa akuntansi, konsultasi manajemen, dan konsultasi hukum).
g. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan
Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi high-contact service
(universitas, bank, dokter, dan pegadaian) dan low-contact service (bioskop)
4. Karakteristik Jasa
Jasa mempunyai karakteristik pokok yang membedakannya dengan produk
yang berupa barang, antara lain :
a. Intangibility
Jasa bersifat intangible, ini berarti jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,
dicium, atau didengar sebelum dibeli. Seseorang tidak dapat menilai jasa sebelum
ia menikmatinya sendiri. Bila pelanggan membeli jasa maka ia hanya
menggunakan, memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. Untuk mengurangi
ketidakpastian, para pelanggan memperhatikan tanda-tanda atau bukti kualitas
56
jasa tersebut. Mereka akan menyimpulkan kualitas jasa dari tempat (place), orang
(people), peralatan (equipment), bahan-bahan komunikasi (communication
materials), simbol dan harga yang mereka amati.
b. Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan
jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproses dan dikonsumsi
secara bersamaaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri
khusus dalam pemasaran jasa dan keduanya mempengaruhi hasil (outcome) dari
jasa tersebut.
c. Variability
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandarized output,
artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan,
dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Pada industri jasa yang bersifat people-based,
komponen manusia yang terlibat jauh lebih banyak daripada jasa yang bersifat
equipment-based. Implikasinya adalah hasil (outcome) dari operasi jasa yang
bersifat people-based cenderung kurang terstandarisasi dan seragam dibandingkan
hasil dari jasa yang bersifat equipment-based maupun operasi manufaktur. Para
pembeli jasa sangat peduli terhadap variabilitas yang tinggi ini dan seringkali
mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih
penyedia jasa.
d. Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Tetapi
dalam kasus tertentu jasa bisa disimpan, yaitu dalam bentuk pemesanan (misalnya
reservasi tiket pesawat dan kamar hotel), peningkatan permintaan akan suatu jasa
57
pada saat sepi (misalnya minivacation weekends di hotel-hotel tertentu), dan
penundaan penyampaian jasa (misalnya asuransi).
B. Kepuasan pelanggan
1. Pengertian kepuasan pelanggan
Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan pelanggan.
Kotler (1997:36) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah :
Perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan
antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-
harapannya.
Gunderson dkk ( dalam Suhartanto, 2001) mendefinikan kepuasan pelanggan
sebagai:
Costumer satisfaction is a post consumption evaluate judgement concerning
a specific product or services
Sedangkan Day (dalam Tjiptono, 1996:146) menandaskan bahwa kepuasan
atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian / diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau
norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya.
58
Dari definisi tersebut dapat dilihat adanya kesamaan makna bahwa kepuasan
pelanggan merupakan suatu perasaan atau penilaian emosional dari pelanggan atas
penggunaan suatu produk barang atau jasa dimana harapan dan kebutuhan mereka
terpenuhi.. Dengan kata lain jika konsumen merasa apa yang ia peroleh lebih
rendah dari yang diharapkannya (negatif diskonfirmasi) maka konsumen tersebut
akan tidak puas. Sebaliknya, jika yang diperoleh konsumen melebihi apa yang
diharapkannya (positif diskonfirmasi) maka konsumen akan puas.
Gambar II.1
Paradigma Diskonfirmasi Harapan.
Sumber : Zeithaml dan Bitner, 1996 (dalam Suhartanto, 2001)
2. Faktor-faktor pembentuk kepuasan pelanggan
Zeithaml dan Bitner mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan adalah
konsep yang lebih luas dari hanya sekedar penilaian kualitas pelayanan, tetapi
Kinerja yang diharapkan
( E )
Puas
Kinerja yang dirasakan
( P )
P < E
Negatif
Diskonfirmasi
Perbandingan
P > E
Positif
Diskonfirmasi
Tidak Puas
P = E
Konfirmasi
Netral
59
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor pembentuk kepuasan
tersebut antara lain :
1) Kualitas pelayanan/jasa
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Zeithaml dan Bitner (dalam
Tjiptono, 1996:70) perusahaan yang bergerak di bidang jasa sangat
tergantung pada kualitas jasa yang diberikan. Mereka berpendapat
bahwa jasa terdiri dari lima dimensi yaitu keandalan (reliability),
responsif (responsiveness), keyakinan (assurance), berwujud (tangibles),
dan empati (empathy).
• Keandalan (reliability) adalah kemampuan dari penyedia jasa untuk
memberikan service yang telah dijanjikan dengan segera, akurat dan
memuaskan.
• Daya tanggap (responsiveness) adalah keinginan para staff untuk
membantu konsumen serta memberikan pelayanan yang tepat sesuai
kebutuhan konsumen.
• Keyakinan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf ; bebas
dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
• Bukti langsung (tangible) adalah penampilan fisik penyedia jasa
seperti gedung, tata letak peralatan, interior dan eksterior, serta
penampilan fisik dari personel penyedia jasa.
• Empati (empathy) adalah kemudahan dalm melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
para pelanggan.
60
2) Kualitas produk.
Pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa maka pelayanan
merupakan produk yang dijual oleh perusahaan. Namun bagi perusahaan
jasa tidak semua perusahaan jasa hanya sekedar menjual suatu pelayanan
saja. Pada beberapa jenis penyedia jasa lainnya seperti hotel misalnya,
maka selain pelayanan biasanya juga ditawarkan kepada konsumen
berupa barang seperti makanan dan minuman. Kualitas barang yang
diberikan bersama-sama dengan pelayanan akan mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap pelayanan yang ia terima. Sebaliknya barang yang
kurang berkualitas akan merusak kepuasan konsumen secara
keseluruhan.
3) Harga
Pembeli biasanya memandang harga sebagai indukator dari kualitas
suatu jasa, terutama untuk jasa yang memiliki kondisi dimana
kualitasnya sulit untuk dideteksi sebelum jasa tersebut dikonsumsi. Hal
tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa sifat jasa yang memiliki
tingkat resiko yang cukup tinggi bila dibandingkan produk berupa
barang. Dalam situasi dimana konsumen tidak dapat mengevaluasi
barang dan jasa yang akan dibeli, maka ada kecenderungan bagi
konsumen untuk menggunakan harga sebagai dasar menduga kualitas
barang. Maka konsumen biasanya cenderung berasumsi harga yang lebih
tinggi mewakili kualitas yang tinggi.
4) Faktor situasi dan personal
61
Faktor situasi atau lingkungan dan pribadi mempengaruhi kepuasan
seseorang terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya. Faktor situasi
seperti kondisi dan pengalaman akan menuntun konsumen untuk datang
kepada suatu penyedia jasa, hal ini akan mempengaruhi harapan dan
ekspektasi terhadap barang atau jasa yang akan dikonsumsinya. Efek
yang sama terjadi karena pengaruh faktor personal seperti emosi
konsumen.
Gambar II.2
Model Hubungan antara Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dengan
Kepuasan Pelanggan.
Sumber : Zeithaml dan Bitner (dalam Suhartanto, 2001)
C. Hubungan Kepuasan Pelanggan dengan Niat Berperilaku
Kepuasan pelanggan menempati posisi penting dalam praktek didunia bisnis
karena manfaat yang dapat ditimbulkannya bagi perusahaan. Banyak peneliti
setuju bahwa konsumen yang terpuaskan cenderung akan menjadi loyal
(Anderson dkk, 1994; Fornell dkk, 1996). Konsumen yang puas terhadap barang
Kualitas Pelayanan
Kualitas Barang
Harga
Faktor Situasi
Kepuasan
Faktor Pribadi
Kepuasan
62
dan jasa yang dikonsumsinya akan mempunyai kecenderungan untuk membeli
ulang dari produsen yang sama. Keinginan untuk membeli ulang sebagai akibat
dari kepuasan ini adalah keinginan untuk mengulang pengalaman yang baik dan
menghindari pengalaman yang buruk (Solomon dalam Suhartanto, 2001).
Kepuasan merupakan faktor yang akan mendorong adanya komunikasi dari mulut
ke mulut (word-of-mouth communication) yang bersifat positif (Solomon dalam
Suhartanto, 2001). Bentuk dari komunikasi dari mulut ke mulut ini bisa berbentuk
rekomendasi kepada calon konsumen lain, dorongan kepada rekan untuk
melakukan bisnis dengan penyedia jasa dimana konsumen puas, dan mengatakan
hal-hal yang baik tentang penyedia jasa dimana ia puas (Zeithaml, dkk dalam
Suhartanto, 2001). Faktor terakhir dari efek kepuasan konsumen terhadap perilaku
adalah konsumen yang puas cenderung untuk mempertimbangkan penyedia jasa
yang mampu memuaskan sebagai pertimbangan pertama jika ingin membeli jasa
yang sama.
Kotler berpendapat bahwa seorang pelanggan yang puas akan :
1. Membeli kembali.
2. Berbicara yang baik kepada orang mengenai perusahaan.
3. Kurang memperhatikan merek yang bersaing dan iklannya.
4. Membeli produk lain dari perusahaan yang sama.
Mulyana juga mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan dapat memberi
manfaat :
1. Hubungan pelanggan dengan perusahaan menjadi harmonis.
2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.
3. Mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.
63
4. Tercipta rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan
perusahaan.
5. Reputasi menjadi baik di mata pelanggan.
6. Laba yang diperoleh meningkat.
Hal ini diperkuat dengan suatu studi yang pernah dilakukan oleh Technical
Assistance Reearch Programmes untuk White House Office of Consumer Affairs
di Amerika Serikat (Yoeti dalam Utami, 2001: 15-24) menunjukkan hasil sebagai
berikut :
1. 90% dari pelanggan yang tidak puas, tidak akan datang kembali
untuk membeli produk keperusahaan tersebut.
2. Setiap orang yang tidak terpuaskan keinginannya akan membeberkan
kejelekan itu kepada paling sedikit sembilan orang lain, teman, atau
kerabatnya.
3. 13% dari pelanggan yang kecewa akan menceritakan kepada paling
sedikit 20 orang.
4. Biaya untuk mencari pelanggan baru, lima kali lipat dibandingkan
bila memelihara hubungan baik dengan pelanggan lama.
5. Setiap pelanggan yang merasa puas, paling sedikit akan menceritakan
kepada lima orang temannya.
6. Peluang terbaik untuk meningkatkan penjualan dengan jalan
membina hubungan baik dengan pelanggan.
Zulganef (2002) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa kepuasan
pelanggan mempunyai hubungan yang positif dengan niat membeli ulang. Suatu
penelitian tentang kepuasan pelanggan hotel di Bandung oleh Suhartanto
64
menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan terbagi atas 3 dimensi yaitu pelayanan
staff, fasilitas & harga dan pelayanan tambahan. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa dimensi pelayanan staff merupakan faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi niat berperilaku konsumen untuk
merekomendasikan, mempertimbangkan sebagai pilihan pertama, menginap lagi,
dan menginformasikan hal yang baik dari suatu hotel.
D. Hotel
1. Pengertian Hotel
Dilihat dari asal katanya, hotel berasal dari bahasa latin hospes yang
mempunyai pengertian untuk menunjukkan orang asing yang menginap di rumah
seseorang, kemudian dalam perkembangannya kata hospes menjadi hostel dalam
bahasa perancis, dan seterusnya menjadi hotel dengan pengertian sebagai rumah
penginapan.
Menurut Keputusan Dirjen Pariwisata No 14 Th 1988, yang dimaksud
dengan hotel adalah sebagai berikut :
Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum,
serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta
memenuhi persyaratan tertentu.
Pada Bab 1 (pasal 1, ayat 3) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
akomodasi adalah sarana untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang
65
dapat dilengkapi dengan pelayanan dan minum serta jasa lainnya. Sedangkan
pengertian jasa lain bagi umum adalah semua jenis sarana dan kemudahan yang
disediakan oleh hotel untuk melayani kebutuhan sehari-hari, kebutuhan profesi,
kebutuhan olahraga, rekreasi dan hiburan umum.
Sedangkan menurut Dimyati (1989 : 33), definisi hotel adalah sebagai
berikut :
Hotel adalah sejenis akomodasi yang menyediakan fasilitas dan pelayanan
penginapan, makan dan minum, serta jasa jasa lainnya untuk umum yang
tinggal untuk sementara waktu dan dikelola secara personalia.
2. Kegiatan Usaha Perhotelan
Pada dasarnya kegiatan usaha pokok dalam bidang perhotelan meliputi :
1) Bidang kegiatan pelayanan penginapan yaitu meliputi penyediaan
akomodasi / kamar tidur dengan fasilitas lainnya.
2) Bidang penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman.
3) Bidang kegiatan lainnya seperti penitipan barang tamu, pemberian jasa
laundry dan juga pemberian pinjam pakai peralatan olah raga, telepon,
drugstrore dan sebagainya.
3. Klasifikasi Hotel
Berdasarkan SK Menteri Perhubungan No. PM. 10/PW. 301/Pdb 77 tentang
usaha dan identifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian dan klasifikasi hotel
secara minimum didasarkan pada jumlah kamar, fasilitas, peralatan yang tersedia
dan mutu pelayanan.
Adapun kriteria dasar yang digunakan dalam klasifikasi hotel adalah :
66
1) Persyaratan fisik, yang meliputi persyaratan umum akomodasi, dapur,
rumah makan dan bar serta instalasi teknik.
2) Pelayanan, yang meliputi pelayanan front office, kamar hotel, layanan
makanan dan minuman dan pelayanan lainnya.
3) Personal, yang mencakup persyaratan pendidikan pimpinan hotel, kepala
bagian, penguasaan bahasa asing dan lain-lain.
4) Fasilitas instansi dan pelayanan tambahan.
Berdasarkan penilaian tersebut, hotel di Indonesia digolongkan ke dalam
kelas hotel, yaitu :
1) Bintang 1 ( * )
Jumlah kamar minimal 15 dan luas kamar minimal adalah kamar standar:
20m2
2) Bintang 2 ( ** )
Jumlah kamar minimal 20 kamar standar termasuk 1 kamar suite, semua
dilengkapi kamar mandi dalam. Sedangkan luas kamar minimal adalah
kamar standar : 22m2 dan kamar suite : 44m2.
3) Bintang 3 ( *** )
Jumlah kamar minimal adalah 30 kamar standar, 2 kamar suite. Semua
dilengkapi kamar mandi dalam dengan luas kamar minimal adalah kamar
standar : 24m2 dan kamar suite : 48m2.
4) Bintang 4 ( **** )
67
Jumlah kamar minimal adalah 50 kamar standar termasuk 3 kamar suite,
semua dilengkapi dengan kamar mandi dalam . Luas kamar minimal
adalah kamar standar : 24m2 dan kamar suite : 48m2.
5) Bintang 5 ( ***** )
Jumlah kamar minimal adalah 100 kamar standar termasuk 4 kamar suite,
semua dilengkapi kamar mandi dalam. Sedangkan luas kamar adalah
kamar standar : 26m2 dan kamar suite : 52m2.
6) Melati 1
Jumlah kamar minimal 5 buah dengan luas kamar standar 14m2 dengan
kamar mandi dalam dan 12m2 tanpa kamar mandi dalam.
7) Melati 2
Jumlah kamar minimal 10 buah kamar standar dengan luas kamar
standar 16m2 dengan kamar mandi dalam dan 14m2 tanpa kamar mandi
dalam.
8) Melati 3
Jumlah kamar minimal 15 buah kamar standar, 70 % dari kamar tamu
dilengkapi dengan kamar mandi dalam, sisanya setiap 4 kamar
dilengkapi dengan satu kamar mandi diluar. Luas kamar standar 20m2
dengan kamar mandi dalam dan 14m2 tanpa kamar mandi dalam.
Selain itu, hotel dapat dikelompokkan kedalam berbagai kriteria menurut
kebutuhannya, yang antara lain adalah sebagai berikut :
1) Menurut ukuran (size) hotel
68
a) Hotel Besar (big size hotel)
yaitu hotel yang memiliki 300 kamar atau lebih.
b) Hotel Menengah / Sedang (medium size hotel)
yaitu hotel yang memiliki 100 - 299 kamar.
c) Hotel Kecil (small size hotel)
yaitu hotel yang memiliki 25 - 99 kamar.
2) Menurut Lokasi
a) City Hotel
Yaitu hotel yang berlokasi di perkotaan. Biasanya diperuntukkan
bagi tamu tamu yang beristirahat dalam jangka pendek, maka
sering disebut transit hotel.
b) Residental Hotel
Yaitu hotel yang berlokasi di pinggiran atau dekat kota besar, yang
cukup jauh dari keramaian hiruk pikuk dan polusi udara, tapi
mudah menjangkau tempat kegiatan usaha. Hotel semacam ini
terutama diperuntukkan bagi mereka yang ingin tinggal dalam
waktu lama, sehingga dilengkapi fasilitas tempat tinggal yang
lengkap untuk keluarga.
c) Resort Hotel
Yaitu hotel yang berlikasi di daerah pegunungan, tepi pantai, tepi
sungai atau tepi danau. Hotel semacam ini terutama diperuntukkan
bagi keluarga yang ingin beristirahat pada hari libur, atau orang
yang datang untuk berekreasi.
69
d) Motel / Motor Hotel
Yaitu hotel yang berlokasi dipinggir atau sepanjang jalan raya
yang menghubungksn satu kota dengan kota lainnya, atau
dipinggir jalan raya dekat pintu gerbang atau batas kota besar.
Motel diperuntukkan bagi traveler (orang yang melakukan suatu
perjalanan) sebagai tempat istirahat sementara atau untuk melepas
lelah.
3) Menurut jenis tamu yang menginap
a) Family hotel, yaitu hotel untuk keluarga.
b) Bussines hotel, yaitu hotel untuk pengusaha.
c) Tourist hotel, yaitu hotel untuk turis atau wisatawan.
d) Transit hotel, yaitu hotel untuk singgah sementara.
70
BAB III
GAMBARAN UMUM
Sejarah berdirinya Hotel Cakra
Hotel Cakra berdiri pada tanggal 24 Desember 1973 dan sebagai
pendirinya adalah Bapak Tjokro Soekarno, seorang pengusaha batik
terkenal di Surakarta atas saran para karyawannya, dengan alasan pada
saat itu di kota Surakarta masih belum banyak hotel. Beliau lalu
mendirikan sebuah hotel dengan nama Hotel Cakra, yang beralamat di
jalan Slamet Riyadi No. 201 Surakarta. Hotel Cakra merupakan suatu
usaha yang bergerak di bidang jasa dan pelayanan (perhotelan) dan
berbentuk badan usaha perseroan terbatas (PT) dengan nama PT. Sapto
Tunggal.
Sebelum berdirinya PT. Sapto Tunggal mula-mula berbentuk
Comanditer Venootsschaf (CV) dengan nama CV. Hasta Tunggal dengan
delapan orang putera puteri Bapak Tjokro Soekarno sebagai pemegang
saham. Oleh karena salah satu putra bapak Tjokro Soekarno, yakni Bapak
71
Soebandriyo meninggal dunia, maka CV. Hasta Tunggal dimiliki oleh 7
orang putra putri Bapak Tjokro Soekarno sebagai pemegang Saham,
disusun dengan susunan pengurus sebagai berikut :
Bapak H. Sahman Tjokrohadisaputro sebagai direktur PT. Sapto Tunggal.
Ibu Hj. Jumirah sebagai anggota.
Ibu Hj. Sutari sebagai anggota.
Bapak H. Susanto sebagai anggota.
Bapak H. Sriyanto selaku general Manager Hotel Cakra sebagai anggota.
Bapak H. Santosa sebagai anggota.
Bapak Sanyoto selaku general manajer Hotel Lawu sebagai anggota.
Pada saat berdiri tahun 1973 Hotel Cakra hanya memiliki 11 kamar tipe
standar. Oleh karena letaknya sangat strategis dan memiliki sarana yang
memungkinkan untuk berkembang serta untuk memenuhi kebutuhan pasar,
khususnya tamu yang menginap di hotel cakra menunjukkan grafik yang
meningkat maka pada tahun 1975 dibangun sebanyak 21 kamar tipe standar pada
lantai II dan III.
Selanjutnya pada tahap pembangunan ke II pada tahun 1977 dibangun
sebanyak 11 kamar tipe junior deluxe sehingga Hotel Cakra memiliki 43 kamar.
Pada pembangunan tahap III pada pertengahan tahun 1980 dibangun sebanyak 17
kamar tipe deluxe dan cottage sekaligus sebagai peresmian Hotel Cakra yang
memiliki klasifikasi hotel bintang II. Berhubung tingkat hunian kamar terus
mengalami peningkatan maka pada awal tahun 1990 mulai dibangun lagi
sebanyak 29 kamar tipe standar baru dan swimming pool hingga selesai pada
72
tahun 1991 dengan jumlah keseluruhan menjadi 89 kamar dalam bangunan
berlantai 4 dan sekaligus Hotel Cakra menjadi hotel dengan klasifikasi bintang III.
Dan pada tahun 1998 dengan adanya gejolak politik yang menyebabkan
timbulnya kerusuhan dimana mana, maka tingkat hunian kamarpun mengalami
penurunan. Hal inilah yang menyebabkan managemen mengambil kebijakan
untuk menyesuaikan room available menjadi 45 kamar dengan rincian sebagai
berikut :
1. Family Cottage, kamar ini terdiri dari satu cottage dan satu suite cottage
2. Suite Cottage
3. Cottage
4. Deluxe
5. Junior Deluxe
6. Standart
Berikut rincian kamar dan tarif yang berlaku di Hotel Cakra pada saat
penelitian dilakukan.
Tabel III.1
JENIS dan TARIF KAMAR HOTEL CAKRA
No. Jenis kamar Jumlah Tarif 1 Family Cottage Rp
712.500,-
2 Suite Cottage 2 Rp 397.50
0,- 3 Cottage 2 Rp
315.000,-
4 Deluxe DBL/SGL
13 Rp 277.50
0,- 5 Junior Deluxe 11 Rp
73
DBL/SGL 240.000,-
6 Standart DBL/SGL
17 Rp 195.00
0,- 7 Extra Bed Rp
52.000,-
8 Driver Room ( 1 person)
Rp 25.000,
- Sumber: Data Sekunder Penelitian
Tujuan dan Fungsi Hotel Cakra antara lain :
1. Merupakan perusahaan pelayanan jasa dan bidang akomodasi sesuai dengan
segala fasilitas yang dikelola secara professional.
2. Berperan aktif dalam menunjang pembangunan nasional yang merupakan
program pemerintah
3. Berperan aktif sebagai anggota perhimpunan dan restauran Indonesia
4. Meningkatkan profesionalisme sehingga mampu secara sehat untuk bersaing
Department- Department di Hotel Cakra
Seperti halnya hotel-hotel di Indonesia maka Hotel Cakra juga mempunyai
beberapa departemet antara lain :
1. Front Office Department
Dikepalai oleh Bp. Herry Goenanto
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
• Penerimaan tamu datang (Check In) dan pelayanan pelepasan tamu (Check
Out)
• Penerimaan pemesanan kamar (Reservation Service)
74
• Penanganan barang-barang tamu (Uniformed Service)
• Pelayanan informasi (Information Service)
• Pelayanan telephone (Telephone Operator)
2. Marketing Department
Dikepalai oleh Bp. Poerwanto Raharjo
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
• Merencanakan aktivitas dan kebijakan pemasaran
• Melaksanakan hubungan masyarakat yang baik
• Bekerjasama dengan departemen dalam program perencanaan
• Melakukan penelitian terhadap segmentasi / pangsa pasar
• Melaksanakan personal selling, pemasangan iklan, publikasi
• Melakukan evaluasi hasil dari kegiatan pamasaran atau operasional
3. Housekeeping Department
Dikepalai oleh Bp. Samidi
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
• Memelihara kebersihan tamu, restoran, bar, dan tempat-tempat umum
dalam hotel, termasuk tempat-tempat untuk karyawan. Kecuali tempat-
tempat yang menjadi tanggung jawab stewards, miasalnya kitchen area
(dapur), diswashing area (daerah pencucian alat-alat) dan garbage area
(tempat sampah).
4. Food & Beverage Department
Dikepalai oleh Bp. Aspandi HS
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
75
• Penyiapan, pengolahan makanan dan minuman sampai kepada
penyajiannya
5. Engineering Department
Dikepalai oleh Bp. Ir. Agus Suseno
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
• Pemeliharaan dan perbaikan seluruh instalasi, alat mesin, bangunan
dan fasilitas hotel lainnya.
• Penghematan energi dalam menggunakan segala keperluan.
• Menangani alat, mesin, dan instalasi lainnya yang menggunakan
listrik, gas dan air.
• Mengendalikan penggunaan air, gas dan listrik.
• Mencegah instalasi, mesin, alat dan bangunan terhadap bahaya
kebakaran dan segala situasi yang membahayakan.
• Menjaga suhu dan ventilasi dalam sesuai standar seperti halnya untuk
lemari pendingin dan air.
• Menyiapkan keperluan air, gas dan listrik secara teratur dan
melaporkannya.
• Menangani pekerjaan yang sifatnya umum seperti mengecat, dst.
6. Accounting Department
Dikepalai oleh Bp. Bambang Pribadi
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
• semua proses pembukuan yaitu proses pengawasan didalam (internal
control), pengaturan arus dana (cash flow) dan analisa laporan kegiatan
76
(administration and reports) dan keuangan perusahaan, termasuk semua
inventarisasi bergerak maupun tetap.
7. Personnel Department
Dikepalai oleh Bp. Bambang Sulistyono
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
• Pengadaan pegawai-pagawai baru (Recruitment)
• Penyeleksian pegawai-pagawai baru
• Penempatan pagawai sesuai dengan pengetahuan, ketrampilan dan
pengalamannya (placement)
• Peningkatan produktivitas pegawai
• Pelaksanaan promosi (promotion), mutasi (mutation), demosi (demotion)
dan pemecatan pegawai (dismissal)
• Penyiapan gaji dan tunjangan pegawai
• Pengembangan sumber daya manusia (development)
• Pengadaan program latihan (trining)
C. Manajemen Personalia
1. Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan seluruhnya 80 orang dengan pembagian :
Laki-laki = 63 orang
Perempuan = 17 orang.
2. Sistem Jam Kerja
77
a. Karyawan yang melaksanakan kerja dari pelaksanaan kewajiban kerja
delapan jam setiap hari, diberi hak istirahat satu jam untuk makan dan
melaksanakan ibadah agama masing-masing.
b. Karyawan yang telah melaksanakan kerja selama empat puluh jam dari
ketentuan pelaksanaan kewajiban kerja setiap minggu, berhak istirahat /
libur satu hari kerja. Mengingat sifat perusahaan, maka libur mingguan
tidak harus jatuh pada hari minggu kecuali bagi karyawan yang bertugas
di kantor non operasional (back office), hari libur adalah hari minggu dan
hari-hari besar yang ditetapkan pemerintah.
c. Karyawan yang telah melaksanakan kerja dua belas bulan berturut-turut
tanpa putus, berhak istirahat berupa cuti tahunan selama dua belas hari.
d. Bagi karyawan / petugas operasional, jadwal kerja dibagi menjadi tiga
shift :
Shift pagi : Jam 07.00 s.d jam 15.00
Shift sore : Jam 15.00 s.d jam 23.00
Shift malam : Jam 23.00 s.d jam 07.00
e. Proses Penerimaan Kaeryawan
1) Penerimaan karyawan baru didasarkan pada rencana penggunaan
tenaga kerja, dan untuk dapat diterima sebagai karyawan harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Management
Hotel Cakra.
78
2) Calon karyawan harus lulus test / ujian / seleksi yang diselenggarakan
oleh perusahaan, yang diatur sebagai berikut :
� Lulus test oleh Personnel Department
� Lulus test oleh Department Head
� Lulus test oleh General Manager
� Lulus test kesehatan dan laborat yang ditunjuk, serta Psychotest.
3) Khusus jabatan Manager, baik penerimaan, pemilihan dan penempatan
diatur sepenuhnya oleh General Manager.
4) Calon karyawan yang dinyatakan lulus test, diterima sebagai
karyawan dengan masa percobaan tiga bulan dan jika tidak mampu,
Personnel Manager berhak memutuskan hubungan kerja dan jika lulus
masa percobaan serta atas persetujuan General Manager diberikan
surat pengangkatan.
5) Selama masa percobaan, baik perusahaan maupun calon karyawan
dapat memutuskan hubungan kerja setiap saat tanpa syarat, akan tetapi
wajib memberitahukan minimal satu hari sebelumnya antara pihak
satu kepada pihak lainnya.
6) Setiap calon karyawan yang dinyatakan lulus masa percobaan,
diangkat langsung sebagai karyawan tetap sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan formasi yang ada.
79
D. Sistem Marketing
Selain melakukan promosi melalui media masa, juga melakukan kerjasama
dengan travel agent, Instansi Pemerintah maupun swasta.
E. Fasilitas
1. Fasilitas umum
a. Bengawan Solo Restaurant
Buka setiap hari pukul 06.00 s/d 24.00 WIB. Menyediakan makan pagi,
makan siang, makan malam setiap pukul 20.00 WIB, tamu dapat
menikmati sajian karaoke.
b. Billiard Karaoke
Buka setiap hari pukul 09.00 s/d 24.00 WIB.
c. Free Parking
Area parkir bebas yang disediakan bagi tamu hotel.
d. Swimming Pool
Swimming pool Hotel Cakra tidak hanya diperuntukkan bagi tamu hotel
saja melainkan orang luarpun bias menggunakan dengan membeli tiket di
FO (front office)
e. Children Playground
Berupa taman bermain, terletak didepan restaurant.
f. Taxi Service
Melayani antar jemput tamu hotel.
g. Airport Transfer (free)
80
Melayani antar jemput tamu hotel ke bandara dan dari bandara secara
gratis, pemesanan dilayani paling lambat 2 jam sebelumnya.
2. Fasilitas Dalam Kamar
Air Conditioner
Tv berwarna dengan system
remote control
Stereo sound system
Hot and Cold Water
Pesawat telepon
Hair Dryer (khusus kamar
Junior Deluxe dan Cottage)
Mini Bar and Srack Basket
Room to Room Carpet
Table and Chair.
Al-Quran.
Timbangan.
Bell
Mirror
Memo Pad dan Pensil
Ashtray
Sewing Kit
Side Table
Foot Lamp
Almari
Table Luggage
Hanger
Laundry Pag and List
3. Fasilitas Di Kamar Mandi
1. Bath Tub
2. Shower
3. Shower Cartain
4. Shower Cup
5. Toilet Bowl
6. Bath Towel (2 buah)
7. Hand Towel (2 buah)
8. Face Towel (2 buah)
9. Bath Mat (1 buah)
10. Soap
11. Bath Foam (1 buah)
12. Shampo
13. Sisir Rambut
14. Pasta Gigi
15. Sikat Gigi
16. Tissue Roll
81
17. Tissue Box
18. Sanitary Bog.
1
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yaitu metode
yang digunakan untuk memperoleh data primer penelitian berdasarkan pada
tanggapan pribadi responden. Kuesioner yang disebarkan memuat variabel-
variabel independen yaitu dimensi kepuasan pelanggan dan variabel dependen
yaitu niat berperilaku.
Dengan mempertimbangkan jumlah populasi yang tidak terbatas dan tidak
diketahui, maka diambil sample berjumlah 100 responden. Sebelum dilakukan
penyebaran kuesioner, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner berjumlah 30
kuesioner. Setelah dilakukan uji validitas pada kuesioner, didapatkan hasil bahwa
semua pertanyaan sudah valid, sehingga proses penyebaran kuesioner bisa
dilanjutkan untuk mencari data primer.
Sesuai dengan ijin yang diberikan hotel Cakra, penyebaran kuesioner
dilakukan pada bulan Maret sampai April 2003. Seluruh kuesioner yang
disebarkan sudah dikembalikan dan diisi secara lengkap oleh responden. Jadi
jumlah keseluruhan kesioner yang digunakan dalam analisis data adalah 100 buah
kuesioner.
2
B. Karakteristik Responden
Dalam subbab berikut akan disajikan tabel-tabel distribusi frekuensi yang
akan membantu memaparkan karakteristik responden hasil dari penyebaran
kuesioner. Dari tabel IV.1 dapat diketahui bahwa dari 100 orang responden,
jumlah responden pria lebih banyak dibandingkan responden wanita. Responden
pria sebanyak 76 orang atau 76%, sedangkan responden wanita sebanyak 24 orang
atau 24% dari keseluruhan responden.
Keseluruhan responden terbagi kedalam tiga distribusi umur, seperti terlihat
pada tabel IV. 1, dimana responden paling banyak terdistribusikan pada kelompok
umur yang ketiga yaitu umur 36th keatas, sebanyak 50 responden atau 50%.
Sedangkan pada kelompok umur yang kedua berjumlah 35 responden atau 35%
dan yang paling sedikit yaitu pada kelompok umur yang pertama yaitu sebanyak
15 responden atau 15%.
Responden yang mempunyai jenis pekerjaan wiraswasta mempunyai
jumlah yang paling besar yaitu sebanyak 36 orang atau 36% dari keseluruhan
responden. Sedangkan responden yang mempunyai jenis pekerjaan sebagai
pegawai swasta sebanyak 26 orang dan lain-lain sebanyak 22 orang. Sisanya yaitu
responden yang mempunyai jenis pekerjaan PNS / ABRI sebanyak 16 orang.
Dari keseluruhan responden, responden yang mempunyai pendapatan antara
Rp 1.000.001,- - Rp 2.000.000,- adalah dominan. Sedangkan responden yang
mempunyai pendapatan kurang dari Rp 500.00,- mempunyai jumlah terkecil yaitu
4 orang atau 4%.
3
TABEL IV. 1
DISTRIBUSI FREKWENSI RESPONDEN
No Jenis Kelamin Frekwensi (orang)
Prosentase (%)
1 Pria 76 76% 2 Wanita 24 24% Jumlah 100 100% No Umur Frekwensi
(orang) Prosentase
(%) 1 17th – 25th 15 15% 2 26th – 35th 35 35% 3 >36th 50 50% Jumlah 100 100%
No Jenis Pekerjaan Frekwensi (orang)
Prosentase (%)
1 PNS / ABRI 16 16% 2 Pegawai Swasta 26 26% 3 Wiraswasta 36 36% 4 Lain-lain 22 22% Jumlah 100 100%
No Pendapatan Frekwensi (orang)
Prosentase (%)
1 < Rp 500.00,- 4 4% 2 Rp 500.000,- - Rp 1.000.000,- 29 29% 3 Rp 1.000.001,- - Rp 2.000.000,- 43 43% 4 > Rp 2.000.000,- 22 22% Jumlah 100 100%
No Tujuan Menginap Frekwensi (orang)
Prosentase (%)
1 Bisnis / Liburan 39 39% 2 Dinas 38 38% 3 Lain-lain 23 23% Jumlah 100 100%
No Frekwensi Menginap Frekwensi (orang)
Prosentase (%)
1 1 kali 35 35% 2 2 kali 26 26% 3 3kali 10 10% 4 >3 kali 29 29% Jumlah 100 100%
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003
4
Responden yang bertujuan untuk bisnis atau dinas berjumlah paling banyak
yaitu 39 orang atau 39%. Sedangkan responden yang bertujuan lain- lain
berjumlah paling sedikit yaitu 23 orang atau 23 % saja.
Berdasarkan frekwensi menginap responden yang baru satu kali menginap
berjumlah paling banyak yaitu 35 orang. Sedangkan responden yang pernah 3 kali
menginap berjumlah paling sedikit yaitu 10 orang atau 10%.
C. Analisis Kuantitatif
Dalam subbab berikut ini akan disajikan hasil-hasil analisis data, beserta
pembahasannya. Analisis kuantitatif akan menguji hipotesis-hipotesis yang sudah
disusun sebagai berikut :
1. Ada pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap niat
untuk merekomendasikan kepada orang lain.
2. Dimensi yang paling berpengaruh terhadap niat untuk merekomendasikan
kepada orang lain yaitu pelayanan staf
3. Ada pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap niat
untuk menginap kembali.
4. Dimensi yang paling berpengaruh terhadap niat untuk menginap kembali
yaitu pelayanan staf
5. Ada pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap niat
untuk menginformasikan hal-hal baik kepada orang lain.
6. Dimensi yang paling berpengaruh terhadap niat untuk menginformasikan
hal-hal baik yaitu pelayanan staf
5
1. Uji Validitas
Hasil dari uji validitas pada seluruh item pertanyaan tentang dimensi
kepuasan pelanggan seperti terlihat pada Tabel IV. 2, menunjukkan bahwa
seluruh item pertanyaan tentang dimensi kepuasan pelanggan mempunyai nilai
koefisien korelasi diatas nilai kritis yaitu 0,361. Jadi semua item pertanyaan
tentang dimensi kepuasan adalah adalah sahih atau valid.
TABEL IV. 2
HASIL UJI VALIDITAS DIMENSI KEPUASAN PELANGGAN
No Koefisien Korelasi
Nilai Kritis Status
1 0,824 0,361 Valid 2 0,784 0,361 Valid 3 0,749 0,361 Valid 4 0,745 0,361 Valid 5 0,821 0,361 Valid 6 0,568 0,361 Valid 7 0,638 0,361 Valid 8 0,486 0,361 Valid 9 0,405 0,361 Valid 10 0,616 0,361 Valid 11 0,523 0,361 Valid 12 0,384 0,361 Valid 13 0,493 0,361 Valid 14 0,473 0,361 Valid 15 0,691 0,361 Valid 16 0,659 0,361 Valid 17 0,588 0,361 Valid 18 0,639 0,361 Valid 19 0,578 0,361 Valid 20 0,790 0,361 Valid 21 0,865 0,361 Valid 22 0,697 0,361 Valid 23 0,517 0,361 Valid Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003
Sedangkan hasil uji validitas pada ketiga item pertanyaan tentang niat
berperilaku tamu, seperti terlihat pada Tabel IV. 3, menunjukkan bahwa kedua
6
item pertanyaan mempunyai korelasi diatas nilai kritis, yaitu 0,361. Jadi, kedua
item pertanyaan tentang niat berperilaku tamu adalah sahih atau valid.
TABEL IV. 3
HASIL UJI VALIDITAS NIAT BERPERILAKU
No Koefisien Korelasi
Nilai Kritis Status
1 0,944 0,361 Valid 2 0,862 0,361 Valid 3 0,943 0,361 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003
2. Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas untuk variabel independen maupun dependen seperti
tabel dibawah dengan koefisien Alpha Cronnbach menunjukkan nilai diatas 0,6
sehingga dapat disimpulkan bahwa ke 26 variabel tersebut reliabel.
TABEL IV. 4
HASIL UJI RELIABILITAS
No Variabel Cronbach’ Alpha 1 Variabel kepuasan pelanggan 0,9292 2 Variabel Niat Berperilaku 0,9031
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003
3. Analisis Faktor
Tujuan dari digunakannya analisis faktor adalah untuk meringkas
serangkaian pertanyaan menjadi beberapa faktor yang lebih sedikit, sehingga
menjadi serangkaian faktor yang lebih mudah untuk diatur. Untuk tujuan tersebut,
maka digunakan Principal Component Analysis dengan metode Varimax
Rotation. Dengan metode Varimax Rotation akan mempermudah untuk
menginterpretasikan hasil analisis faktor.
7
TABEL IV. 5
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
0,823
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 1382,385
df 253 Sig. 0,000
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat KMO Measure of Sampling Adequacy
adalah 0,823 (diatas 0,5) maka dapat dikatakan bahwa analisis faktor tepat
digunakan sehingga kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut.
Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka KMO dan Barlett’s Test
(yang ditampakkan dengan angka Chi-Square) sebesar 1382,385 dengan
signifikansi 0,000.
Ekstraksi terhadap keduapuluh tiga item pertanyaan tentang kepuasan
pelanggan menghasilkan enam dimensi baru, dapat dilihat bahwa semua variabel
masuk dalam 6 faktor karena variabel-variabel tersebut mempunyai nilai loading
lebih besar dari 0,5. Ini menunjukkan bahwa semua variabel tersebut
dipertimbangkan tamu dalam menentukan niat berperilaku mereka.
Berdasarkan hasil analisis faktor diatas, maka selanjutnya dimensi 1 disebut
Dimensi fasilitas dan kualitas, dimensi 2 disebut Dimensi perhatian, dimensi 3
disebut Dimensi aman dan ketepatan waktu, dimensi 4 disebut Dimensi dapat
dipercaya dan menepati janji, dimensi 5 disebut Dimensi sikap dan kesediaan
membantu dan dimensi 6 disebut dimensi harga.
8
TABEL IV. 6
ROTATED COMPONENT MATRIX
Faktor Item Pertanyaan 1 2 3 4 5 6
Fslt&prlt modern (P1) .794 Fslt fisik (P2) .635 Penampilan kary. (P3) .778 Fslt dasar (P4) .708 Interior hotel (P5) .841 Kecepatan pely.(P7) .645 Kualitas mak. (P20) .635 Kualitas min. (P21) .573 Tarif akomodasi (P22) .606 Perhatian personal kary.(P8) .709 Memahami kebut&keing. tamu (P10) .689 Perhatian personal hotel (P13) .650 Menanggapi permintaan (P12) .732 Aman (P15) .677 Ketepatan waktu pely. (P17) .555 Dapat dipercaya (P14) .625 Kesediaan menyelesaikan mslh (P16) .681 Menepati janji (P23) .712 Sikap kary. (P6) .552 Waktu beroperasi (P9) .721 Kesediaan membantu (P11) .676 Harga mak. (P18) .704 Harga min. (P19) .524
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003 4. Uji Reliabilitas Dimensi
Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi berganda untuk menguji
pengaruh dimensi kepuasan pelanggan terhadap niat berperilaku tamu, maka
dimensi-dimensi yang telah teridentifikasi pada analisis faktor perlu diuji
reliabilitasnya. Dengan menggunakan uji reliabilitas Cronbach’ Alpha, berikut
hasil pengujian reliabilitasnya :
9
TABEL IV. 7
HASIL UJI RELIABILITAS
No Dimensi Cronbach’ Alpha 1 Fasilitas dan kualitas .9173 2 Perhatian .7220 3 Aman dan ketepatan waktu .6084 4 Dapat dipercaya dan menepati janji .6421 5 Sikap dan kesediaan membantu .5928 6 Harga .3987 Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003
Berdasarkan pengujian besarnya nilai Alpha masing-masing variabel,
hasilnya menunjukkan bahwa besarnya alpha lebih besar dari 0,3. Nilai alpha
yang dapat diterima dalam ilmu perilaku konsumen minimal 0,3 (Sulistyo dan
Cahyono, 2001). Sehingga kelima variabel tersebut dapat digunakan untuk analisa
selanjutnya.
5. Analisis Regresi Berganda
Untuk menguji hipotesis, dilakukan uji regresi berganda pada variabel
independen yaitu dimensi kepuasan pelanggan terhadap ketiga variabel dependen,
yaitu niat merekomendasikan pada orang lain, niat menginap kembali dan niat
menginformasikan hal-hal baik. Berikut ini hasil uji regresi berganda terhadap
masing-masing variabel dependen :
a. Regresi Berganda Untuk Dependent Variabel Niat Merekomendasikan
Dari hasil uji ANOVA atau F test untuk dependent variabel niat
merekomendasikan, didapatkan F hitung adalah 46.203 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, maka
model regresi bisa memprediksi niat merekomendasikan. Dengan kata lain
dimensi fasilitas dan kualitas, dimensi perhatian, dimensi aman dan ketepatan
waktu, dimensi dapat dipercaya dan menepati janji, dimensi sikap dan kesediaan
10
membantu, dan dimensi harga secara bersama-sama berpengaruh terhadap niat
merekomendasikan. Dengan hasil perhitungan seperti diatas, maka hipotesis
pertama yaitu bahwa ada pengaruh dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan
terhadap niat tamu untuk merekomendasikan terbukti atau diterima.
TABEL IV. 8
ANALISIS REGRESI BERGANDA ANTARA DIMENSI
KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP NIAT
MEREKOMENDASIKAN
Niat Merekomendasikan Dimensi B Nilai Sig (t)
(Constant) -7.324 -6.616 .000 Fslt dan kualitas .109 7.480 .000 Perhatian .082 2.127 .036 Aman dan ketepatan waktu .086 1.490 .140 Dapat dipercaya dan menepati janji .053 .808 .421 Sikap dan kesediaan membantu .236 3.986 .000 Harga .024 .673 .503 F 46.203 .000 R2 .749 Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003
Angka R2 sebesar 0,749 menunjukkan bahwa 74,9% niat merekomendasikan
bisa dijelaskan oleh variabel dimensi kepuasan pelanggan, sedangkan sisanya
yaitu 25,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak teridentifikasi dalam penelitian
ini.
Hasil uji t pada regresi berganda terhadap niat merekomendasikan
menunjukkan bahwa ada tiga dimensi yang mempunyai tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05 yaitu dimensi aman dan ketepatan waktu dan dimensi dapat
dipercaya dan menepati janji. Hal ini berarti ketiga dimensi tersebut tidak
berpengaruh terhadap niat merekomendasikan. Sedangkan tiga dimensi kepuasan
pelanggan lainnya mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05. Artinya, dari
11
ketiga dimensi tersebut masing-masing memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap niat menginap kembali.
Dari hasil uji t tersebut dapat juga disimpulkan bahwa secara individu,
dimensi fasilitas dan kualitas memiliki pengaruh yang paling besar terhadap niat
merekomendasikan. Jadi hipotesis kedua yaitu “dimensi yang paling
mempengaruhi tamu untuk merekomendasikan hotel pada orang lain adalah
dimensi pelayanan staf” tidak terbukti atau ditolak. Urutan pengaruh masing-
masing faktor dari yang paling kuat dapat dirinci sebagai berikut : dimensi
fasilitas dan kualitas, dimensi perhatian, dimensi sikap dan kesediaan membantu.
b. Regresi Berganda Untuk Dependent Variabel Niat Menginap kembali
Dari hasil uji ANOVA atau F test untuk dependent variabel niat menginap
kembali, didapatkan F hitung adalah 43.839 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi bisa
memprediksi niat menginap kembali. Dengan kata lain dimensi fasilitas dan
kualitas, dimensi perhatian dan dimensi aman dan ketepatan waktu, dimensi dapat
dipercaya dan menepati janji, dimensi sikap dan kesediaan membantu dan dimensi
harga secara bersama-sama berpengaruh terhadap niat menginap kembali. Dengan
hasil perhitungan seperti diatas, maka hipotesis ketiga yaitu bahwa ada pengaruh
dimensi kepuasan pelanggan secara signifikan terhadap niat tamu untuk menginap
kembali terbukti atau diterima.
Angka R2 sebesar .739 menunjukkan bahwa 73,9% niat menginap kembali
bisa dijelaskan oleh variabel dimensi kepuasan pelanggan, sedangkan sisanya
yaitu 26,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak teridentifikasi dalam penelitian
ini
12
TABEL IV. 9
ANALISIS REGRESI BERGANDA ANTARA DIMENSI KEPUASAN
PELANGGAN TERHADAP NIAT MENGINAP KEMBALI
Niat Menginap Kembali Dimensi B Nilai Sig (t)
(Constant) -6.792 -5.944 .000 Fslt dan kualitas .099 6.621 .000 Perhatian .168 4.212 .000 Aman dan ketepatan waktu -.048 -.809 .421 Dapat dipercaya dan menepati janji .116 1.701 .092 Sikap dan kesediaan membantu .200 3.275 .001 Harga .032 .849 .398 F 43.839 .000 R2 .739
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003
Hasil uji t pada regresi berganda terhadap niat menginap kembali
menunjukkan bahwa ada tiga dimensi yang mempunyai tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05 yaitu dimensi aman dan ketepatan waktu, dapat dipercaya dan
menepati janji dan dimensi harga. Hal ini berarti ketiga dimensi ini tidak
berpengaruh terhadap niat menginap kembali. Sedangkan tiga dimensi kepuasan
pelanggan lainnya mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05. Artinya, dari
ketiga dimensi tersebut masing-masing memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap niat menginap kembali.
Dari hasil uji t tersebut dapat juga disimpulkan bahwa secara individu,
dimensi fasilitas dan kualitas memiliki pengaruh yang paling besar terhadap niat
menginap kembali. Jadi hipotesis keempat yaitu “dimensi yang paling
mempengaruhi tamu untuk menginap kembali adalah dimensi pelayanan staf”
tidak terbukti atau ditolak. Urutan pengaruh masing-masing faktor dari yang
paling kuat dapat dirinci sebagai berikut : dimensi fasilitas dan kualitas, dimensi
perhatian, dimensi sikap dan kesediaan membantu.
13
c. Regresi Berganda Untuk Dependent Variabel Niat Menginformasikan hal-hal
baik
TABEL IV. 10
ANALISIS REGRESI BERGANDA ANTARA DIMENSI KEPUASAN
PELANGGAN TERHADAP NIAT MENGINFORMASIKAN HAL-HAL
BAIK
Niat Menginformasikan hal-hal baik
Dimensi
B Nilai Sig (t) (Constant) -7.173 -5.406 .000 Fslt dan kualitas .072 4.136 .000 Perhatian .044 .945 .347 Aman dan ketepatan waktu -.042 -.604 .547 Dapat dipercaya dan menepati janji .217 2.731 .008 Sikap dan kesediaan membantu .272 3.835 .000 Harga .089 2.046 .044 F 24.375 .000 R2 .611
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2003
Dari hasil uji ANOVA atau F test untuk dependent variabel niat
menginformasikan hal-hal baik, didapatkan F hitung adalah 24.375 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, maka
model regresi bisa memprediksi niat menginformasikan hal-hal baik. Dengan kata
lain dimensi fasilitas dan kualitas, dimensi perhatian dan dimensi aman dan
ketepatan waktu, dimensi dapat dipercaya dan menepati janji, dimensi sikap dan
kesediaan membantu dan dimensi harga secara bersama-sama berpengaruh
terhadap niat menginformasikan hal-hal baik. Dengan hasil perhitungan seperti
diatas, maka hipotesis kelima yaitu bahwa ada pengaruh dimensi kepuasan
pelanggan secara signifikan terhadap niat tamu untuk menginformasikan hal-hal
baik terbukti atau diterima.
14
Angka R2 sebesar .611 menunjukkan bahwa 61,1% niat menginformasikan
hal-hal baik bisa dijelaskan oleh variabel dimensi kepuasan pelanggan, sedangkan
sisanya yaitu 38,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak teridentifikasi dalam
penelitian ini
Hasil uji t pada regresi berganda terhadap niat menginformasikan hal-hal
baik menunjukkan bahwa ada dua dimensi kepuasan pelanggan yaitu dimensi
perhatian dan dimensi aman dan ketepatan waktu mempunyai tingkat signifikansi
diatas 0,05. Sedangkan empat dimensi kepuasan pelanggan lainnya mempunyai
tingkat signifikansi dibawah 0,05. Artinya, dari keempat dimensi tersebut masing-
masing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat menginap kembali.
Dari hasil uji t tersebut dapat juga disimpulkan bahwa secara individu,
dimensi fasilitas dan kualitas memiliki pengaruh yang paling besar terhadap niat
untuk menginformasikan hal-hal baik. Jadi hipotesis keenam yaitu “dimensi yang
paling mempengaruhi niat tamu untuk menginformasikan hal-hal baik tentang
hotel pada orang lain adalah dimensi pelayanan staff” tidak terbukti atau ditolak.
Urutan pengaruh masing-masing faktor dari yang paling kuat dapat dirinci sebagai
berikut : dimensi fasilitas dan kualitas, dimensi sikap dan kesediaan membantu,
dimensi dapat dipercaya dan menepati janji, dimensi harga.
D. Klarifikasi
Dalam penelitian sebelumnya, penelitian dilakukan di 4 hotel dengan kelas
bervariasi di Bandung. Penelitian tersebut menggunakan dimensi kepuasan
pelanggan sebagai variabel independen yang terdiri dari 14 item pertanyaan dan
15
variabel dependennya yaitu merekomendasikan XYZ kepada orang lain,
mendorong teman untuk berbisnis dengan XYZ, mempertimbangkan XYZ
sebagai pilihan pertama jika ingin membeli jasa serupa, membeli jasa XYZ
dimasa mendatang dan menginformasikan hal-hal baik dari XYZ kepada orang
lain.
Penelitian tersebut menghasilkan 3 dimensi kepuasaan pelanggan baru yaitu
dimensi pelayanan staff, dimensi fasilitas dan harga dan dimensi pelayanan
tambahan. Ketiga dimensi tersebut didapatkan dari hasil mereduksi ke 14 item
dengan menggunakan analisis faktor. Dimensi pelayanan staff terdiri dari :
kemauan resepsionis melayani, kemauan staf F&B melayani, kemampuan
resepsionis melayani, kemampuan staf F&B melayani, kemauan staf
housekeeping melayani, kemampuan staf housekeeping melayani. Dimensi
fasilitas dan harga terdiri dari penampilan ruangan reception, harga makanan dan
minuman, fasilitas kamar hotel dan tarif akomodasi hotel.
Dimensi pelayanan tambahan terdiri dari kualitas makanan dan minuman,
jadwal buka tutup restoran/café hotel, penampilan fisik restoran/café hotel dan
kenyamanan ruang kamar hotel anda. Dari ketiga dimensi kepuasan pelanggan
tersebut, pelayanan yang diberikan staf hotel merupakan faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi niat berperilaku konsumen untuk
merekomendasikan, mempertimbangkan sebagai pilihan pertama, menginap lagi,
dan menginformasikan hal-hal yang baik.
Dalam penelitian di Hotel Cakra ini dihasilkan 6 dimensi kepuasan pelanggan
baru. Keenam dimensi tersebut adalah dimensi fasilitas dan kualitas, dimensi
perhatian, dimensi aman dan ketepatan waktu, dimensi dapat dipercaya dan
16
menepati janji, dimensi sikap dan kesediaan membantu dan dimensi harga.
Dimensi yang hampir sama dengan pelayanan staf yaitu dimensi perhatian,
dimensi aman dan ketepatan waktu, dimensi dapat dipercaya dan menepati janji
dan dimensi sikap dan kesediaan membantu.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari hasil penelitian tentang
pengaruh dimensi kepuasan pelanggan terhadap niat berperilaku tamu Hotel Cakra
adalah :
1. Hasil penelitian ini membuktikan ada pengaruh dimensi kepuasan pelanggan
secara signifikan terhadap niat merekomendasikan, niat menginap kembali
dan niat menginformasikan hal-hal baik pada orang lain.
Penelitian dengan ini menunjukkan bahwa ke 23 item tentang kepuasan
pelanggan terbagi menjadi 6 dimensi baru yaitu dimensi fasilitas dan kualitas,
dimensi perhatian, dimensi aman dan ketepatan waktu, dimensi dapat dipercaya
dan menepati janji, dimensi sikap dan kesediaan membantu dan dimensi harga.
2. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa dimensi fasilitas dan kualitas paling
memepengaruhi niat merekomendasikan, menginap kembali dan
menginformasikan hal-hal baik. Jadi hipotesis kedua, keempat dan keenam
ditolak.
Penjelasan yang mungkin terhadap hal tersebut adalah karena kualitas
produk yang diberikan bersama-sama dengan pelayanan akan mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap pelayanan yang ia terima.
18
Semakin baik kualitas produk akan meningkatkan kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan yang ia terima. Sebaliknya, produk yang kurang berkualitas
akan merusak kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Kualitas produk dalam
penelitian ini berarti kualitas makanan dan minuman. Demikian juga dengan
fasilitas, hotel yang mempunyai fisik atau penampilan yang menarik akan
dipersepsikan mampu menyediakan barang dan pelayanan yang berkualitas.
3. Dari beberapa variabel independen yang dimasukkan dalam analisis ternyata
dimensi aman dan ketepatan waktu, dapat dipercaya dan menepati janji dan
dimensi harga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat
merekomendasikan tamu dan niat menginap kembali. Sedangkan dimensi
perhatian dan dimensi aman dan ketepatan waktu tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap niat menginformasikan hal-hal baik kepada orang lain.
B. Saran-saran
Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Hotel Cakra sebaiknya tetap memperhatikan dimensi fasilitas dan kualitas,
karena dimensi tersebut merupakan dimensi yang paling berpengaruh
terhadap niat berperilaku tamu. Dimensi ini perlu dijaga dan ditingkatkan
agar tamu hotel merasa puas selama mereka tinggal di hotel ini sehingga
dapat terbangun perilaku yang favourable
2. Dimensi perhatian, dimensi aman dan ketepatan waktu, dimensi dapat
dipercaya dan kesediaan membantu perlu dioptimalkan karena selama ini
19
dimensi ini kurang berpengaruh terhadap niat berperilaku tamu. Untuk itu
manajer harus memberikan perhatian yang lebih terhadap kualitas sumber
daya manusianya. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan memberikan
pelatihan-pelatihan kepada karyawannya secara sistematis dan berkelanjutan.
Dimensi harga juga perlu dioptimalkan misalnya dengan memberikan harga
makanan dan minuman yang lebih murah dengan tetap menjaga kualitasnya.
3. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, peneliti ingin
mengemukakan bahwa penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu, dalam
penentuan dimensi-dimensi kepuasan pelanggan seperti yang sudah
disebutkan dalam penelitian ini, peneliti tidak mempertimbangkan faktor
situasi seperti kondisi dan pengalaman yang akan mempengaruhi harapan
dan ekspektasi tamu terhadap barang atau jasa yang akan dikonsumsinya dan
faktor personal seperti emosi. Hal tersebut disebabkan oleh belum
tersedianya item pertanyaan yang bisa digunakan sebagai acuan untuk
mengukur faktor situasi dan personal. Selain itu peneliti selanjutnya
diharapkan tetap memasukkan variabel independen ( dimensi perhatian,
dimensi aman dan ketepatan waktu, dimensi dapat dipercaya dan menepati
janji dan dimensi harga) dalam analisis data penelitian dan membantu
memecahkan persoalan mengapa dimensi dimensi tersebut tidak berpengaruh
secara signifikan baik terhadap niat merekomendasikan, menginap kembali
dan menginformasikan hal-hal baik.