Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,
DANA PERIMBANGAN, DAN TINGKAT PARTISIPASI
ANGKATAN KERJA TERHADAP PDRB DI KOTA DEPOK
PERIODE 2001-2010
Di susun oleh
LAENI NAJIAH
1060 8400 3658
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : Laeni Najiah
Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 22 Mei 1988
Alamat : Jl.Baladewa Kiri No 6 RTOO5/RWOO4 Tanah
Tinggi- Johar Baru Jakarta Pusat
Anak Ke : anak ke 5 dari 6 bersaudara
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Single
Kewarganegaraan : Indonesia
RIWAYAT PENDIDIKAN
SDN 05 Jembayat- Tegal 1994-2000
SMP Manbaul Ulum Asshidiqiyah Jakarta 2000-2003
MAN Babakan Lebaksiu Tegal 2003-2006
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2013
ORGANISASI
PMII
PENGALAMAN KERJA
Surveyor Lembaga Survei Nasional 2011
Panitia Amil Masjid Agung Al azhar 2011-2012
Freelancer Kompas Gramedia 2012
ABSTRAK
Pendapatan Asli daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
merupakan faktor yang berkontribusi dalam pembentukan PDRB sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah,Dana
Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap pertumbuhan PDRB di Kota
Depok. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan bantuan
software Microsoft Excel 2007 dan E-viws 5. Data sekunder yang digunakan adalah data time
series periode tahun 2001-2010. Variabel independen terdiri dari Pendapatan Asli Daerah,Dana
Perimbangan, serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, sedangkan variabel dependennya adalah
PDRB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah (PAD), Dana perimbangan
(DP) dan Tingkat partisipasi angkatan kerjan(TPAK) secara simultan dan parsial berpengaruh
signifikan terhadap PDRB Kota Depok. Nilai R2 0.973734. Hal ini berarti 97,3734 persen di
pengaruhi oleh varibel variabel independen dan sisanya 2,6266 di pengaruhi di luar model.
Kata Kunci : PAD, Dana perimbangan, TPAK , PDRB
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia dan
hidayah-Nya yang telah senantiasa memberikan nikmat yang berlimpah kepada
penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan, kekuatan, serta ketabahan hati
dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan shalawat beriring salam tidak lupa penulis
haturkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman ketauhidan dan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat
kurikulum sarjana strata satu (S-1) program studi Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
beberapa pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, antara
lain :
1. Agus zaeni ma’awi (Ayah) dan rosinah (mama) atas segala doa, semangat,
nasihat, dukungan, dan kasih sayangnya yang tak henti-hentinya di berikan
kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras
mengembangkan FEIS menjadi FEB
3. Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (IESP), dan dosen pembimbing II yang telah memberikan
bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis
selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik..
4. Utami Baroroh,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis
dan bantuannya selama ini.
5. Pheni Chalid,SF,MA,Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bantuan baik waktu, saran maupun ilmu yang bermanfaat kepada
penulis selama proses penulisan skripsi ini. Terima kasih juga atas dorongan
dan motivasi yang bapak berikan kepada penulis sehingga skripsi ini
terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan bisnis
7. Kakak- kakak saya Amir Syaikhu, Siti Barkah, Ali Subhan,Elok Faiqoh, Serta
adik saya Abdulloh syafei, Terimakasih atas semua dukungan dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Ponakan- ponakan saya tercinta Rossa Meilani, El-Mubarik, Kenziro, yang
telah menjadi inspirasi dan pelipur lara
9. Kepada Awaludin Rizal terima kasih atas dukungan , kasih sayang, perhatian
dan selalu memberi saya motivasi yang luar biasa sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan dengan baik.
10. Anak – anak Jurusan IESP angkatan 2006
11. Buat seluruh teman – teman, anak Kost Chantiq serta anak iesp vera, zidney,
febi, isty
12. Semua pihak yang belum disebut di atas, terima kasih atas segala bantuan
selama proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk tercapainya penulisan skripsi yang lebih baik lagi.
Wasalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta 21 Januari 2013
Laeni Najiah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... ii
ABSTRACT................................................................................................... .... iv
ABSTRAK.......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DATAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 5
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................ 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ....................................... 8
1. Proses Pertumbuhan Ekonomi................................. ....... 9
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi .......................................... 11
3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ....................................... 16
B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .......................... 17
1. PDRB Pendekatan Produksi ............................................ 18
2. PDRB Pendekatan Pendapatan ....................................... 18
3. PDRB Pendekatan Pengeluaran ...................................... 19
C. Keuangan Daerah ................................................................. 20
1. Penerimaan Daerah ........................................................ 21
2. Pengeluaran Daerah ....................................................... 28
D. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ........................ 28
E. Hubungan PAD dengan Pertumbuhan Ekonomi................... 30
F. Hubungan Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan
Ekonomi ................................................................................ 31
G. Hubungan TPAK dengan Pertumbuhan Ekonomi ................ 33
H. Penelitian Terdahulu ............................................................. 34
I. Kerangka Berfikir.................................................................. 40
J. Hipotesis ................................................................................ 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 45
B. Metode pengumpulan sampel ................................................ 45
C. Metode pengumpulan data operasional variabel ................... 46
D. Metode Analisis Data ............................................................ 47
1. Metode analisis.................................................................. 47
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 48
3. Pengujian Statistik...............................................................51
E. Operasional variabel ............................................................. . 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 55
B. Analisis Deskriptif .................................................................. 57
1. Perkembangan PDRB ....................................................... 58
2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah .......................... 60
3. Perkembangan Dana Perimbangan ................................... 62
4.Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ......... 64
C. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi ................................ 66
1. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................... 66
2. Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) ......... 69
3. Hasil Uji Statistik ............................................................... 70
4. Interprestasi Ekonomi ........................................................ 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 78
B. Implikasi ................................................................................. 80
C. Saran ....................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan PDRB, PAD, Dana perimbangan dan TPAK ............. 4
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 37
3.1 Operasional Variabel ............................................................................ 54
4.1 Perkembangan PDRB Kota Depok Tahun 2001-2010 menurut
harga konstan ........................................................................................ 59
4.2 Perkembangan PAD Kota Depok Tahun 2001-2010 ........................... 61
4.3 Perkembangan Dana perimbangan Kota Depok Tahun 2001-2010 .... 63
4.4 Perkembangan TPAK Kota Depok Tahun 2001-2010.......................... 64
4.5 Hasil uji Multikolineritas ...................................................................... 67
4.6 Hasil Uji Autokolerasi .......................................................................... 68
4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................. 68
4.8 Hasil Olah Data Dengan Metode OLS ................................................. 69
4.9 Hasil Uji t-Statistik ............................................................................... 71
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Fungsi Produksi neoklasik ..................................................................... 13
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 42
4.1 PDRB Kota Depok Atas harga Konstan Tahun 2001-2010 .................. 59
4.2 Pendapatan Asli Daerah Kota Depok Tahun 2001-2010 ....................... 61
4.3 Dana Perimbangan Kota Depok Tahun 2001-2010 ................................ 63
4.4 Partisipasi Angkatan Kerja Kota Depok Tahun 2001-2010 ................... 65
4.5 Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang
mencakup berbagai perubahan mendasar atas stuktural sosial, sikap- sikap
masyarakat institusi nasional disamping terus mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentas
kemiskinan atau perubahan total suatu masyarakat/ penyesuaian sistem sosial
secara keseluruhan menuju lebih baik (Todaro, 2004:17). Sedangkan
pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerja antara pemerintah
daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang
perkembangan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi secara sempit dapat di artikan dengan
meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan sebagai peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya
kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi tidak akan pernah lepas dari
peranan para pelaku ekonomi yakni pemerintah yang berperan sebagai
instrumen kebijakan publik dan fiskal,swasta yang berperan dalam
pengembangan investasi dan masyarakat itu sendiri yang berperan sebagai
input dari faktor produksi dan jaminan terciptanya pasar dalam
perekonomian.
2
Salah satu indicator yang sering digunakan untuk melihat adanya
gejala pertumbuhan ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). karena didalamnya mencerminkan kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan dan dicapai oleh penduduk selama periode tertentu. Produk
domestik regional bruto (PDRB) juga dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu daerah atau masyarakat.
Tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiscal. Otonomi daerah secara langsung dirasakan oleh
pemerintah daerah tingkat II (Kabupaten/Kota). Setiap daerah di tuntut untuk
dapat bisa dalam mencari sumber pembiayaan untuk pembangunan
daerahnya. Salah satu sumber pembiayaan untuk pembangunan daerahnya
yang pada akhirnya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yaitu
dengan adanya sumber- sumber penerimaan daerah yang meliputi pendapatan
asli daerah dan dana perimbangan.
Pengelolaan keuangan daerah di Indonesia dapat di telusuri dari skema
keuangan pemerintah daerah yang tertuang secara resmi dalam Undang-
undang nomor 25 tahun 1999 dan di lengkapi dengan Undang-undang Nomor
34 tahun 2000. Kini, peraturan tersebut telah disempurnakan sehingga
penerimaan pemerintah daerah dapat disimak dalam UU Nomor 32 dan 33
tahun 2004. Di sebutkan dalam peraturan tersebut bahwa sumber penerimaan
daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan
pembiayaan daerah.Pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah
(PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan.(Muluk, Khairul M.R,
2005: 146)
3
Analisis angkatan kerja dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian
merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena tingkat dan pola
partisipasi angkatan kerja cenderung bergantung pada ketersediaan
kesempatan kerja dan perbedaan pada tuntutan memperoleh pendapatan antar
kelompok penduduk. “modal pembangunan yang penting untuk meningkatkan
pertumbuhn ekonomi daerah selain dari keuangan daerah adalah sumber daya
manusia. Partisipasi aktif dari seluruh masyarakat akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut yang dibisa di lihat dari Tingkat
partisipasi angkatan kerja. (Wiratno, 2008: 8)
Kota Depok merupakan Kota hasil pemekaran dari Kota Bogor dan salah
satu Kota diprovinsi Jawa Barat dengan tingkat penerimaan pendapatan asli
daerah yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kota lainnya diprovinsi
Jawa Barat. Seiring dengan pembangunan di Kota Depok pula maka baik
langsung maupun tak langsung Kota Depok telah menyediakan lapangan kerja
baru untuk menyerap tenaga kerja yang ada.
Tabel 1.1
PERKEMBANGAN PDRB, PAD, DANA PERIMBANGAN DAN TPAK
DI KOTA DEPOK TAHUN 2005-2010
Tahun PDRB PAD
Dana perimbangan
TPAK
(Rp) (Rp) (Rp) (%)
2005 4.750.034.100.000 64.060.869.669 415.229.467.888 46
2006 5.006.129.060.000 65.149.151.767 493.318.004.764 54
2007 5.422.760.390.000 75.457.361.734 504.052.499.829 61
2008 5.770.827.640.000 97.139.989.565 574.268.400.146 66
2009 6.129.569.620.000 96.889.185.310 618.381.753.387 63
2010 6.519.326.210.000 128.229.208.876 667.535.226.354 64
Sumber : Pemerintah Kota Depok
4
Dari data di atas terlihat bahwa pada tahun 2005-2010 PDRB Kota
Depok mengalami peningkatan tiap tahunnya walaupun peningkatannya
sangat minim, yaitu dari tahun 2005 sebesar Rp4.750.034.100.000 menjadi Rp
5.006.129.060.000 pada tahun 2006. Dan pada tahun- tahun berikutnya.
Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan
Pendapatan Asli daerah (PAD) yang cukup tinggi yaitu dari tahun 2009-
2010., yaitu pada tahun 2009 besarnya Rp 96.889.185.310 menjadi sebesar
Rp 128.229.208,876 pada tahun 2010. Tetapi pada tahun 2008 nilainya
sebesar Rp 97.139.989.565 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2009
menjadi 96.889.185.310. Ini menunjukan bahwa kontibusi PAD pada kota
depok sangat rendah pada saat itu, dan sama halnya dengan dana
perimbangan juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Yaitu pada tahun
2005 sebesar Rp 415.229.467.888, menjadi 618.381.753.387 pada tahun 2006.
Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami
peningkatan yang sangat minim yaitu pada tahun 2005 sebesar 46 % menjadi
54% . pada tahun 2008 sebesar 66% menurun menjadi 63% pada tahun 2009.
Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan serta menggali sumber-
sumber penerimaan daerah maka pemerintah Kota Depok berusaha secara
aktif untuk meningkatkan serta menggali sumber- sumber penerimaan daerah
terutama penerimaan yang berasal dari daerahnya sendiri. Hal ini bisa dilihat
dari nilai pendapatan asli daerah. Peningkatan Pendapatan Asli daerah masih
sangat minim di bandingkan dengan nilai dana perimbangan, Hal ini berarti
penerimaan yang dibutuhkan untuk membiayai pembangunan dalam
5
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDRB riil) lebih banyak dalam bentuk
sumbangan dan bantuan pemerintah pusat.
Salah satu kontribusi yang paling dominan terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah (PDRB) diKota Depok adalah adalah dari subsector
perdagangan dan jasa. Hal itu terlihat secara nyata dengan semakin banyaknya
layanan sektor jasa dan perdagangan yang bermunculan di Kota Depok,
seperti restauran, Mall, tempat-tempat usaha dan layanan jasa lainnya. Hal itu
akan berdampak positif pula terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Depok.
B. Perumusan Masalah
Dengan adanya otonomi daerah di harapkan tiap – tiap daerah mampu
menggali dan mengelola sumber- sumber penerimaan baik yang berasal dari
pendapatan daerah yaitu melalui pendapatan asli daerah dan dana
perimbangan, hal ini dimaksudkan untuk dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu daerah yang lebih baik. Sedangkan Tingkat partisipasi
angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang diharapkan bisa
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam menambah jumlah angkatan
kerja. Berbagai gambaran di atas maka Penulis ingin meneliti mengenai
bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan dana perimbangan terhadap
Produk Domestik Regional Bruto serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
terhadap PDRB yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis memilih judul sebagai
berikut: “Analisis Pengaruh PAD, Dana Perimbangan, dan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Produk Domestik Regional
Bruto(PDRB) di Kota Depok periode tahun 2001- 2010”
6
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka berikut pertanyaan
penelitiannya :
1. Seberapa besarkah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan
dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB diKota Depok
secara simultan.
2. Seberapa besarkah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan
dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok
secara parsial.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan
dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok
secara simultan.
2. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan
dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok
secara Parsial.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Instansi Pemerintah
Sebagai bahan masukan agar pemerintah pusat khususnya pemerintah
daerah lebih memperhatikan tentang kebijakan otonomi daerah.
2. Bagi dunia akademis
Hasil penelitian dapat di pakai sebagai bahan referensi perpustakaan,
untuk referensi perbandingan terhadap objek penelitian yang sama
7
khususnya tentang PAD,Dana Perimbangan, dan Tenaga Kerja Terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kota Depok.
3. Bagi penulis
Bagaimana penulis dapat mempratekan pengetahuan yang diperoleh dalam
bentuk tulisan sekaligus mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang di
teliti.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi terjadinya peekembangan
GNP potensial yang mencerminkan adanya pertumbuhan output per kapita dan
meningkatnya standar hidup masyarakat. (Asfia Murni,2006:173).
Menurut Simon Kuznets dalam (Todaro,2000;144) pertumbuhan
ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu Negara
yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya.kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau di mungkinkan
oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, intitusional
dan ideologis terhadap berbagai keadaan yang ada.
Menurut Boediono,(1992:9) pertumbuhan ekonomi adalah suatu
proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu yang panjang.
Pertumbuhan ekonomi meliputi 3 aspek yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis) suatu
perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu.
2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita
dalam hal ini 2 aspek penting yaitu output total dan jumlah
penduduk.ouput perkapita adalah output total di bagi jumlah penduduk
3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang
dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang waktu yang cukup lima (5
tahun) mengalami kenaikan output.
9
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
suatu proses perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan atau
pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi dari pada
yang di capai pada waktu sebelumnya. Dengan kata lain perkembangan baru
tercipta apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa- jasa yang di hasilkan
bertambah besar pada tahun berikutnya. Sedangkan untuk mengetahui apakah
suatu perekonomian mengalami pertumbuhan perlu ditentukan perubahan
yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan- kegiatan dari tahun ke tahun.
1. Proses Pertumbuhan Ekonomi
Proses pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh dua macam faktor,
faktor ekonomi dan non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi disuatu Negara
tergantung pada sumber alamnya, sumber daya manusia, modal, usaha,
teknologi, dan sebagainya
a. Faktor ekonomi
Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai
kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Fakror-faktor
produksi terdiri dari
1) Sumber Alam
Tanah yang dapat di Tanami merupakan faktor yang paling
berharga selain tanah, sumber daya alam yang penring lainnya
antara lain minyak gas, hutan air, dan bahan- bahan mineral lainnya.
2) Akumulasi Modal
Untuk pembentukan modal diperlukan pengorbanan berupa
pengurangan konsumsi yang mungkin berlangsung selama beberapa
10
puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi ini sebenarnya
sangat dibutuhkan untuk kemajuan cepat dibidang ekonomi.
3) Organisasi
Organisasi bersifat melengkapi dan membantu
meningkatkan produktivitasnya.
4) Kemajuan teknologi
Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting
di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu betkaitan
perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil
pembaharuan atau hasil teknik penelitian terbaru.
5) Pembagian kerja dan skala produksi
Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan
produktivitas. Keduannya membawa kearah ekonomi produksi skala
besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri.
b. Faktor Non Ekonomi
Faktor Non ekonomi bersama-sama saling mempengaruhi
kemajuan perekonomian.oleh karena itu faktor nonekonomi juga
memiliki arti penting di dalam pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor
non ekonomi diantaranya:
1) Faktor sosial
Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Faktor ini menghasilkan perubahan pandangan dan
harapan, struktur dan nilai nilai sosial.
11
2) Faktor sumber daya manusia
Kualitas input tenaga kerja atau sunber daya manusia
merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi.
3) Faktor politik dam administrative
Struktur politik dan adminuistratif yang lemah merupakan
penghambat besar bagi pembangunan ekonomi Negara terbelakang,
administratif yang kuat, efesiensi, dan tidak korup, demeikina amat
penting bagi pertumbuhan ekonomi.
2. Teori pertumbuhan ekonomi
a. Pandangan Adam Smith
Proses petumbuhan ekonomi menurut Adam Smith di bedakan
menjadi dua aspek diantaranya yaitu :
1) Pertumbuhan output total
Menurut Adam Smith sumber daya alam yang tersedia
merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi
suatu masyarakat. Jumlah sumberdaya alam yang tesedia
merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan ekonomi.
Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya
maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang
peranan dalam pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output
tersebut akan berhenti jika semua sumberdaya alam tersebut
digunakan secara penuh.
Sumberdaya insan (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang
sangat pasif dalam proses pertumbuhan output. Jumlah penduduk
12
akan menyesuaiakan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari
suatu masyarakat.
Stok modal merupkan unsur produksi yang sangat penting untuk
menentukan tingkat output.
2) Pertumbuhan penduduk
Jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang
berlaku lebih tingi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah
yang pasa-pasan untuk hidup.
Tingkat upah yang berlaku menurut Adam Smith di tentukan oleh
tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga
kerja. Sementara itu permintaan akan tenaga kerja akan ditenukan
oleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu
laju pertumbuhan permintaan tenaga kerja di tentukan oleh laju
pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan
output.
b. Solow-Swam
Pertumbuhan ekonomi neo klasik berkembang sejak tahun
1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis
menegenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi
klasik.ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori
tersebut adalah Robert sollow dan Trevir swan. (Arsyad,2010:61)
Pandangan teori ini di dasarkan kepada anggapan yang
mendasari analisi klasik yaitu perekonomian akan tetap mengalami
13
tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan
modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.
Dalam teori ini rasio modal-output (capital-output ratio=COR)
bisa berubah. Dengan kata lain jika lebih banyak modal yang
digunakan maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit.
Sebaliknya jika modal yang digunakan lebih sedikit, maka lebih
banyak tenaga kerja yang dibutuhkan. Dengan adanya fleksibilitas ini
suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam
menentukan kombinasi antara modal (K) dan tenaga kerja (L) yang
akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu.
Sifat teori pertumbuhan ini bisa di gambarkan oleh fungsi
produksi sebagai berikut :
Gambar 2.1
Fungsi Produksi Neoklasik
14
Dalam fungsi produksi demikian suatu tingkat output tertentu dapat
diciptakan dengan menggunakan berbagai kombinasi modal dan
tenaga kerja. Misalnya untuk menciptakan output sebesar 11,kombinasi
modal dan tenaga kerja yang dapat digunakan antara lain (a)K3,
dengan L3, (b) K2 dengan L2, dan (c)K1 dengan L1, dengan demikian
meskipun jumlah modal berubah namun terdapat kemungkinan bahwa
tingkat output tidak mengalami perubahan.
Disamping itu, tingkat output tetap dapat mengalami
perubahan meskipun jumlah modalnya konstan. Misalnya, meskipun
jumlah modal diasumsikan tidak mengalami perubahan sebesar K3,
namun jumlah output dapat dari I1 menjadi diperbesar I2 jika tenaga
kerja yang digunakan bertambah dari L3 menjadi L4.
Teori pertumbuhan neoklasik juga dapat disajikan kedalam
bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass, dimana output merupakan
fungsi dari tenaga kerja dan modal. Sedangkan tingkat kemajuan
teknologi merupakan variabel eksogen. Asumsi yang digunakan dalam
model solow-swam adalah skala pengembalian yang konstan(constan
returns to scale), subsitusi antara modal (K) dan tenaga kerja (L)
bersifat sempurna, dan adanya produktivitas marginal yang semakin
menurun (diminishing marginal productivity) dari tiap inputnya.
Fungsi produksi Cobb-Douglass dapat digambarkan sebagai
berikut :
Qt = TtKtaLt
b
15
Dimana:
Qt adalah tingkat produksi pada tahun t.
Tt adalah tingkat teknologi pada tahun t.
Kt adalah skor barang modal pada tahun t.
Lt adalah jumlah tenaga kerja pada tahun t.
a adalah pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu
unit modal.
b adalah pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu
unit tenaga kerja
c. Keynesian (Harrod- Domar)
Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis
Keynesian mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah
tenaga kerja.Dalam teorinya pembentukan modal merupakan faktor
penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.Pembentukan modal
tersebut dapat diperoleh melalui akumulasi modal. Pembentukan
modal tidak hanya di andang sebagai pengeluaran yang akan
menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan
barang dan jasa tetapi juga aka meningkatkan permintaan efektif
masyarakat.teori ini menunjukan bahwa jika oada suatu periode
tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa
berikutnya perekonomian tersebut akan mempunyai kemampuan yang
lebih besardalam menghasilkan barang dan jasa. Teori ini juga
mengganggap bahwa kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan
nasional ditentukan oleh kenaikan pengeluaran masyarakat. Dengan
16
demikian meskipun kapasitas produksi bertambah, pendapatan
nasional baru akan mengalami kenaikan hanya jika terjadi kenaikan
pengeluaran masyarakat.
3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Data ekonomi merupakan sumber informasi sistematik untuk dapat
mengukur sejauh mana perkembangan aktivitas ekonomi suatu
negara.Suatu data yang akurat diharapkan dapat menggambarkan suatu
kondisi statistik perekonomian. Statistik ini digunakan oleh para ahli
ekonomi untuk mempelajari perekonomian dan oleh para pengambil
keputusan untuk mengawasi pembangunan ekonomi dan merumuskan
kebijakan-kebijakan yang tepat.
Dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan
dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto
(PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang
dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu
tertentu (Mankiw, 2006: 19). Dalam konsep regional Produk Domestik
Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB
merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah, yang menggambarkan
ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah.Dengan
menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan
mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah, yang
memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan
produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada (Saggaf, 1999: 15).
17
Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep
regional, pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan
oleh besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu
daerah yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi,
kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju
pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi
yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri
pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan
restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa
perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
data konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal
bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor.
B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang di hitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB
atas harga konstan menunujukan nilai tambah barang dan jasa yang di hitung
menggunakan harga pada tahun tertentu.
PDRB atas harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan
struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengeahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (BPS, 2007:2). Angka-angka
PDRB dapat di hitung dengan tiga pendekatan yaitu :
18
1. PDRB Pendekatan Produksi
PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah /provinsi dalam
periode tertentu (biasanya satu tahun).
Unit-unit tersebut dikelompokan menjadi 9 lapangan usaha yaitu:
a. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan,
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industry pengelolaan
d. Listrik, gas, dan Air bersih
e. Konstruksi
f. Perdagangan, hotel,dan restoran
g. Pengankutan dan komunikasi
h. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan,
i. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.
2. PDRB Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendapatan merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam prose produksi
di suatu region dalam jangka waktu tertentu yaitu satu tahun.
Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung dan lainnya. Dalam definisi ini,
PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung neto sedangkan
19
jumlah semua komponen pendapatan ini pers sektor disebut sebagai nilai
tambah bruto sektoral. Oleh karena itu, PDRB merupakan jumlah dari nilai
tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).
3. PDRB Pendekatan Pengeluaran
Salah satu cara/pendekatan untuk mengetahui nilai PDRB dengan
melihat sisi pengeluaran. Pos pendapatan nasional membagi GDP menjadi
4 kelompok pengeluaran (Mankiw. 2000 ; 24)
a. Konsumsi
b. Investasi
c. Pembelian pemerintah
d. Ekspor bersih (NX)
Jadi dengan menggunakan symbol Y untuk GDP menjadi : Y = (C
+ I +G +NX). Persamaan ini disebut national income account adentity.
Persamaan ini menegaskan bahwa PDRB merupakan total pengeluaran
dari konsumsi rumah tangga (C) Investasi perusahaan (I) pembelian
pemerintah (G) dan Ekspor Neto (NX).
Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang di beli rumah tangga.
Konsumsi di bagi menjadi 3 kelompok yaitu : antara lain barang tidak
tahan lama dan barang tahan lama dan jasa (service). Konsumsi dalam
perekonomian memegang peranan penting dalam pembentukan GDP,
karena hampir 70% GDP berasal dari konsumsi.
Investasi terdiri dari barang-barang yang di beli untuk penggunaan
masa depan. Investasi juga di bagi 3 kelompok 1.)investasi tetap bisnis
20
(Bussines Fixed Investment) 2.) investasi tetap residensi (Residential Fixed
Investment) 3.) dan investasi persediaan (Inventory Investmen). Investasi tetap
bisnis adalah peralatan dan struktur yang di beli perusahaan untuk penggunaan
dalam produksi mendatang. Misalnya pembelian pabrik. Investasi tetap
residensi adalah perumahan yang baru yang di beli seseorang untuk di
tinggali atau untuk disewakan.sedangkan investasi persediaan adalah
perubahan dalam kuantitas barang yang disimpan perusahaan di gudang
termasuk bahan baku dan perlengkapan barang jadi dan barang setengah
jadi. Investasi persediaan ini akan meningkatkan persedian barang
perusahaan.
Pembelian pemerintah (government purchases) adalah barang dan
jasa yang di beli oleh pemerintah pusat, negara bagian, dan daerah.
Ekspor bersih adalah nilai barang dan jasa yang di ekspor ke
negara lain di kurangi nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain
yang merupakan cerminan neraca perdagangan suatu negara.
C. Keuangan Daerah
Seiring dengan pelaksanaan desentralisasi fiscal terjadi perubahan
dalam prinsip- prinsip pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan
daerah dilaksanakan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada output,
menggunakan konsep nilai uang (value for money) dengan prinsip tata
pemerintahan yang baik. Pendekatan anggaran kinerja adalah suatu system
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja output dari
perencanaan alokasi biaya (input) yang telah di tetapkan (PP Nomor 105 tahun
21
2000, pasal8) kinerja mencerminkan efesiensi dan efektifitas pelayanan
public dan harus berpihak pada kepentingan publik.
Pengelolaan keungan daerah pada dasarnya menyangkut 2 aspek
analisis yang saling terkait satu dengan lainnya yang terdiri dari :
a. Analisis penerimaan yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah
daerah dalam menggali sumber- sumber pendapatan yang potensial dan
biaya – biaya dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut.
b. Analisis pengeluaran yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya- biaya
dari suatu pelayanan public dan faktor yang menyebabkan biaya tersebut
meningkat.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan
pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi
peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme. Penyelenggara pemerintah daerah sebagai sub- system
pemerintahan Negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggra pemerintahan dan pelayanan masyarakat sebagai daerah
otonom. (Bratakusumah dan Solihin, 2001:168)
1. Penerimaan Daerah
Sumber-sumber penerimaan keuangan daerah dapat meliputi
pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan pinjaman daerah. (Pheni
Chalid, 2005:14)
22
a. Pendapatan Asli Daerah
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah ,
peningkatan pendapatan asli daerah selalu di upayakan karena
merupakan penerimaan dari usaha untuk membiayai penyelenggara
pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah adalah sumber-sumber
pendapatan asli dari dari daerah, bukan merupakan pemberian bantuan,
hibah, penyertaan modal dan sebagainya. PAD bertujuan untuk untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
1) Pajak daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggarakan Pemda dan pembangunan daerah.
Dari sudut pandang kewenangan pemungutan, pajak daerah
secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu pajak daerah yang
dipungut oleh pemerintah daerah ditingkat provinsi (pajak
provinsi), dan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah
tingkat kabupaten/Kota. (Pheni Chalid,2005:26)
Berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 Pasal 2 ayat (1) dan
(2) yang menjadi pajak daerah provinsi meliputi:
a) Pajak Kendaran Bermotor (PKB) dan
23
b) Pajak kendaraan diatas air Bea Milik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB)
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PPKB)
d) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air
Yang termasuk pajak daerah Kabupaten / Kota meliputi :
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g) Pajak Parkir
2) Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemda untuk kepentingan orang
pribadi atau badan. Dengan demikian retribusi merupakan
pemasukan yang berasal dari usaha Pemda untuk menyediakan
sarana dan prasarana yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan
warga masyarakat baik invidu maupun badan atau koorporasi
dengan kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai
pemasukan ke kas daerah.
Retribusi daerah di golongkan menjadi tiga yaitu; Jenis
retribusi umum dan retribusi perizinan tertentu untuk daerah
24
provinsi dan daerah kabupaten kota ditetapkan sesuai dengan
kewenangan masing-masing daerah sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan jenis
retribusi jasa usaha untuk daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan jasa pelayanan yang
diberikan oleh masing- masing daerah yang bersangkutan.
3) Hasil kekayaan yang dipisahkan
Sumber PAD lainnya yang yang sangat penting selain pajak
daerah dan retribusi daerah adalah bagian pemerintah daerah atas
laba BUMD.
BUMD merupakan cara yang lebih efesien dalam melayani
masayarakat dan merupakan salah satu sumber penerimaaan. Jenis
penerimaan yang termasuk hasil pengelolaaan kekayaan yang
dipisahkan antara lain sperti bagian laba, deviden, dan penjualan
saham milik daerah.(HAW.Wijaya, 2002:110)
4) Lain- lain pendapatan asli daerah yang sah.
Lain- lain pendapatan asli darah yang sah yang dapat
digunakan untuk membiayai belanja daerah dapat di upayakan oleh
daerah dengan cara- cara yang tidak memnyalahi aturan. Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah meliputi :
a) Hasil penjualan daerah yang tidak dipisahkan.
b) Jasa giro
c) Pendapatan bunga
d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
25
e) Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan barang dan/ jasa oleh daerah.
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal
dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan
daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah,
terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin membaik.(HAW,Wijaya.2005,:33)
Dana perimbangan dalam UU No.25 Tahun 1999 dan UU
No.33/2004 adalah terdiri (a) Dana Bagi Hasil (b) Dana Alokasi
Umum (c) Dana Alokasi Umum (Pheni Chalid, 2005:14)
Selain itu dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan pusat dan daerah serta
untuk mengurangi keseimbangan pendanaan pemerintahan antar
daerah diperlukan adanya dana perimbangan adalah untuk lebih
meratakan daerah antar daerah agar tidak ada satu daerah yang
tertinggal dari daerah lainnya, dalam mencapai tujuan bangsa. Dana
perimbangan meliputi :
1) Dana Bagi Hasil (DBH)
DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang di alokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentasi
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. DBH Bersumber dari Pajak dan Sumber Daya
Alam (SDA). Dana bagi hasil dari pajak meliputi pajak bumi dan
26
bangunan, penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
dan pajak penghasilan. Dan dana bagi hasil dari sumber daya alam
berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, (UU No.33
Th.53 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan
pemerintah daerah pasal 11 tentang bagi hasil :273)
2) Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU Bertujuan untuk pemerataan kemampuan daerah
termasuk jaminan kesinambungan penyelenggaraan pemerintah
daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar kepada
masyarakat dan merupakan satu kesatuan dengna penerimaan
umum APBD. DAU digunakan untuk membiayai kebutuhan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang
penggunaannya di tetapkan oleh daerah.(HAW. Wijaya 2005,:33)
DAU untuk daerah provinsi dan daerah kabupaten ditetapk
masing-masing 10% dan 90% dari DAU. DAU bagi masing-
masing provinsi dan kabupaten di hitung berdasarkan perkalian
dari jumlah DAU bagi seluruh bobot daerah, dengan bobot
seluruh daerah diseluruh Indonesia (Bratakusumah dan Solihin,
2001:183)
Mekanisme perhitungan DAU dildalam pertimbangan
otonomi daerah dilakukan pertama kali secretariat bidang
27
perimbangan keuangan pusat dan daerah (DPOD). Selanjutnya
DPOP merekomendasikan hasil perhitungan tersebut kepada
presiden untuk disah kan melalui keputusan presiden (Kepres)
sebelum disampaiakan kepada presiden, sebelumnya DPOP
berkonsultasi dengan DPR. Penyaluran DAU dilakukan oleh
menteri Keuangan melaui ditjen anggaran secara berkala setiap
bulan 1/12 dari total DAU perdaerah.
3) Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu
untuk membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan dana
dalam APBN. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak
dapat diperkirakan secara umum dengan rumus atau komitmen atau
prioritas nasional.
DAK digunakan khusus untuk membiayai investasi
pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan
umur ekonomis panjang yaitu 3 tahun. (HAW, Wijaya. 2005,34-
35)
Criteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan daerah dalam APBD.Kriteria khusus
ditetpkan dengan memperhatiakan peratura perundang- undanagn
dan karakteristik daerah. Sedangkan criteria teknis ditetapkan oleh
kementrian Negara / departemen teknis. Tidak semua pembiayaan
kegiatan khusus dialokasikan dari DAK., namun daerah yang
bersangkutan wajib menyediakan dana sekurang kurangnya 10 %
28
dari DAK yang dialokasikan dari APBD. Dana tersebut di
istilahkan dana pendamping. Kecuali bagi daerah yang memiliki
kemampuan fiscal yang tidak memadai, maka tidak memiliki
kewajiban untuk menyediakan dana pendamping.
c. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah merupakan mekanisme yang di berikan kepda
daerah dalam rangka mencari pos keuangan daerah di luar
anggaran pendapatan daerah (APBD).Pemerintah daerah dapat
memperoleh pinjaman daerah setelah mendapatkan persetujuan
dari pemerintah pusat.Pinjaman daerah merupakan salah satu
sumber pendapatan daerah yang memegang peranan penting
terutama pembangunan infra struktur. Pinjaman daerah bisa
berbentuk pinjaman dari dalam negeri atau luar negeri. (Pheni
Chalid, 2005:29)
2. Pengeluaran Daerah
Pengeluaran daerah terdiri dari belanja aparatur, belanja publik serta
belanja bagi hasil dan bantuan keuangan.
D. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan
kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai berapa jauh
sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja (15 tahun ke atas) benar- benar
aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan antara
angkatan kerja dan penduduk dalam usia kerja.Semakin besar jumlah
29
penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja.
Secara singkat TPAK adalah jumlah angkatan kerja di bagi dengan jumlah
tenaga kerja dalam kelompok yang sama.
Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya TPAK meliputi :
1. Jumlah penduduk bersekolah dan mengurus rumah tangga
Hubungan antara TPAK dan jumlah penduduk yang masih
bersekolah adalah semakin besar jumlah penduduk yang
bersekolah,semakin kecil jumalah angkatan kerja yang berarti semakin
kecil TPAK.
2. Tingkat umur
Umur berkaitan dengan TPAK, dengan adanya kenyataan bahwa
penduduk berumur muda umumnya mempunyai tanggung jawab yang
tidak begiu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan umumnya
mereka bersekolah.
3. Tingkat upah
Kaitan antara tingkat upah dengan TPAK adalah melalui kenyataan
bahwa semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak
anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja.
4. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan TPAK karena semakin
tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk
bekerja.
30
5. Kegiatan ekonomi
Kegiatan ekonomi berhubungan dengan TPAK karena program
pembangunan di satu pihak menurut keterlibatan lebih banyak orang,
dilain pihak program pembangunan menumbuhkan harapan- harapan baru.
Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut
dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja. Jadi semakin bertambah
kegiatan ekonomi semakin besar TPAK.
E. Hubungan PAD dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan perkapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk suatu
Negara pada suatu waktu tertentu. Pendapatan perkapita menunjukan
kemampuan untuk membayar pengeluarannya termasuk membayar pajak.
Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat maka akan
mempunyai pengaruh positif dalam penerimaan pajak, sehingga pendapatan
asli daerah juga mengalami peningkatan.
Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, semakin besar pula
potensi sumber penerimaan daerah, sehingga kemampuan masyarakat untuk
membayar pajak meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Teori Keynes menerangkan bahwa permintaan agregat akan menentukan
tingkat kegiatan perekonomian. Menurut Keynes jika pada suatu periode
tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa yang akan
datang perekonomian akan mempunyai kemampuan lebih besar dalam
menghasilkan barang dan jasa.
31
Pendapatan asli daerah merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah
, jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki daerah meningkat pula,
sehingga pemerintah daerah akan lebih berinisiatif untuk lebih menggali
potensi – potensi daerah – daerah yang dimiliki. Salah satunya memberi
proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan. Dengan
pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana oleh pemerintah daerah akan
berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
F. Hubungan Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan ekonomi
Menurut Todaro (Amin, Pujiati,2007:5) terdapat tiga faktor atau
komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, ketiganya
adalah : akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi
baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya
manusia, pertumbuhan penduduk beberapa tahun selanjutnya akan
memperbanyak jumlah akumulasi capital kemajuan teknologi.
Desentralisasi merupakan bagian dari strategi setiap institusi yang
berkehendak untuk tidak mati dalam persaingan global. Demikian pula bagi
sebuah Negara. Desentralisasi menjadikannya terbagi menjadi bagian-bagian
kecil yang terintegrasi dan menjadi sebuah makhluk organik yang bergerak
efesien mengatasi tantangan global. Desentralisasi merupakan sistem
pengolahan yang berkelebihan dengan sentralisasi. Jika sentralisasi adalah
pemusatan pengelolaan, maka desentralisasi adalah pembagian dan
pelimpahan wewenang.
32
Menurut Prawisetoto (Amin, Pujiati, 2007:5-6) desentralisasi fiscal
adalah pendelegasian tanggung jawab dan pembagian keputusan dibidang
fiskal yang meliputi aspek penerimaan (tax assignment) maupun aspek
pengeluaran (expenditure assignment). Desentralisasi fiscal ini dikaitkan
dengan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam penyediaan barang dan jasa
public (public goods/public service).
Menurut Oates (Hadi Sasana, 2009:106-107) desentralisasi fiscal akan
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,
karena pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan
barang-barang publik. Desentralisasi fiscal akan menyebabkan meningkatnya
efisiensi ekonomi yang kemudian berkaitan dengan dinamika pertumbuhan
ekonomi. Perbelanjaan infrastruktur dan sektor sosial oleh pemerintah daerah
lebih memacu pertumbuhan ekonomi daripada kebijakan pemerintah pusat.
Menurutnya daerah memiliki kelebihan dalam membuat anggaran
pembelanjaan sehingga lebih efisien dengan memuaskan kebutuhan
masyarakat karena lebih mengetahui keadaannya.
Sumber sumber penerimaan daerah dalam desentralisasi fiscal selain
dari pendapatan asli daerah bisa kita lihat dari dana perimbangan yang terbagi
menjadi tiga bagian yaitu : 1. Dana bagi hasil (DBH) 2. Dana alokasi umum
(DAU) dan Dana alokasi khusus (DAK) .
DBH bersumber dari pajak dan sumber daya alam (SDA), sedangkan
DAU digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah sehingga
penyelengaraan pelayanan kepada masyarakat terjamin. Sedangkan DAK yang
33
dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan
khusus dengan memperhatikan dana dalam APBN. Kebutuhan khusus adalah
kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus atau
komitmen atau prioritas nasional.
Dapat disimpulkan bahwa selain dari sisi pengeluaran, implikasi
desentralisasi fiscal terhadap pertumbuhan ekonomi dari sisi penerimaan juga
penting untuk dilihat. Dana perimbangan merupakan sisi penerimaan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dimana penerimaan akan
terhimpun menjadi modal. Selanjutnya melalui modal tersebut maka daerah
akan melakukannya untuk belanja pembangunan sehingga pertumbuhan
ekonomi akan meningkat.
G. Hubungan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dengan pertumbuhan
Ekonomi.
Menurut Teori Sollow-Swan
Pertumbuhan ekonomi ekonomi bergantung kepada kesediaan faktor-
faktor produksinya yaitu penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal, serta
tingkat kemajuan teknologi. Teori ini mengemukakan tentang rasio modal-
output yang dapat berubah-ubah. Dimana untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu, dapat menggunakan kombinasi modal dan tenaga kerja yang berbeda-
beda. (Arsyad, 2010:89)
Kombinasi antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan
menghasilkan tingkat output yang berbeda dan tingkat efesiensi yang berbeda
pula. Dengan kata lain, pada suatu kombinasi tertentu antara jumlah modal
34
dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan output yang optimal dan
lebih efisiensi dibandingkan kombinasi lainnya sehingga dengan input yang
kecil mampu menghasilkan output yang optimal, dan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi kearah yang positif.
Dari penjelasan kombinasi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
menurut Sollow –Swan, modal dan tingkat partisipasi angkatan kerja memiliki
peranan yang cukup penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian,
sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan
menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi PDRB. Begitupun
pada pendapatan perkapita. Meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti
meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional.
H. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian pertama berupa tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Investasi
dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara”.tesis ini di tulis oleh
Novita Linda Sitompul pada tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap PDRB
sumatera utara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah OLS (Ordinary Least Square) dengan data time series tahunan dari
1984-2005 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera
Utara. Pengujian satistik meliputi uji t, uji f, dan R2 square (koefesien
35
determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinieritas,
heteroskedasitas dan autokorelasi. Hasil analisis data menunujukan bahwa
investasi PMDN, investasi PMA,dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh
positif terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pada kondisi
perekonomian (dummyvariable) bahwa kondisi sebelum krisis dan sesudah
krisis tidak menunujukan perbedaan yang signifikan terhadap PDRB
Sumatera Utara.
2. Penelitian kedua berupa jurnal yang berjudul “Analisis Pertumbuhan
ekonomi di karasedinan semarang Era desentralisasi fiscal 2002-2006”
yang di tulis oleh Amin pujiati. Variabelnya meliputi PDRB, PAD, dana
bagi hasil (DBH), dana alokasi umum (DAU) dan Tenaga Kerja. Metode
analisis yang digunakan adalah Data panel yaitu gabungan gabungan
antara data time series dengan cross section dari tahun 2002-2006. Objek
yang diteliti adalah 6 wilayah karasediana Semarang. Hasil dari penelitian
tersebut bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Peningkatan PAD yang dianggap sebagai modal
dalam proses pertumbuhan ekonomi, DBH berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi DAU berpengaruh
negative terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Penelitian ketiga yang berupa jurnal yang berjudul “ Kajian Tentang
Keuangan Daerah Kota Medan di Era Otonomi Daerah 2001-2005”. Yang
ditulis oleh Paidi Hidayat dan Sirojuzilan tahun 2006. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat sejauh mana derajat otonomi fiscal atau
kemampuan keuangan emerintah kota medan di era otonomi daerah.
36
Variable yang di teliti adalah PDRB, PAD, Dana Perimbangan, dan
Angkatan Kerja. Penelitian ini menggunakan menggunakan data time
series. Metode yang digunakan adalah OLS (Ordinary least Square) dari
hasil estimasi diperoleh nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,9911
yang artinya secara keseluruhan variable bebas mampu menjelaskan
variasi pertumbuhan ekonomi di kota medan sebesar 99,11 persen. Dari
pengujian menunujukan bahwa variable PAD berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota medan. Sedangkan dana
perimbangan dikota medan memiliki hasil secara signifikan dan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi dikota medan. Dan angkatan kerja
memberikan pengarug positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota
medan.
4. Penelitian keempat yang berupa jurnal yang berjudul “Analisis Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Jawa
Tengah” yang ditulis oleh Wiratno Bagus Suryono penelitian ini dilakukan
untuk melihat pengaruh pendapatan asli daerah, tingkat investasi dan
tenaga kerja terhadap terhadap PDRB jawa tengah. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan data rentan
waktu 15 tahun mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2008. Hasil
analisa data menunjukkan bahwa model penelitian ini lolos uji asumsi
klasik dengan R-square model sebesar 0,958. PAD, Tingkat Investasi,
Tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun
simultan terhadap PDRB Jawa tengah. Koefisien PAD sebesar 0,812.
Adanya pengaruh yang positif antara Tingkat Investasi dengan PDRB
Jawa Tengah berdasarkan hasil regresi dapat dilihat koefisien tingkat
37
investasi 0,036. Adanya pengaruh yang positif antara Tenaga Kerja dengan
PDRB Jawa Tengah berdasarkan hasil regresi dapat dilihat koefisien 0,924
Tenaga Kerja.
5. Penelitian yang kelima berupa jurnal yang berjudul “Analisis kinerja
keuangan kabupaten/kota pemekaran di Sumatera Utara” yang di tulis
oleh Paidi Hidayat dkk,. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana
kinerja keuangan kabupaten/kota pemekaran di sumatera utara dilihat dari
aspek pendapatan asli setelah otonomi daerah dan bagaimana peta
kemampuan keuangan kabupaten/kota dengan metode kuadran. penelitian
ini mengkaji kinerja kemapuan keuangan dengan metode analisis
pertumbuhan (growth), analisis peranan (share) dan metode analisis
kuadran.Pertumbuhan PAD kabupaten/kota pemekaran di sumatera Utara
meningkat sebesar 55,47% per tahun. Dari ketujuh kabupaten/kota tersebut
secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang positif dan relative
cukup tinggi hingga rata- rata tumbuh sebesar 192,81%pertahun dan di
ikuti oleh kabupaten Mandailing Natal sebesar 59,04%. Sedangkan
pertumbuhan PAD yang relatif cukup rendah adalah kabupaten Humbang
Hasundutan dengan rata- rata tumbuh sebesar 12,77% pertahun.
38
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO PENELITI VARIABEL METODOLOGI HASIL
1 Novita Linda
Sitompul
Dependen:
PDRB
Independen:
PMA,PMDN,da
n Tenaga kerja
OLS (Ordinary
Least Square)
dengan data time
series tahunan
dari 1984-2005
Investasi PMDN, investasi
PMA,dan Jumlah Tenaga
Kerja berpengaruh positif
terhadap PDRB Sumatera
Utara. Sedangkan pada
kondisi perekonomian
(dummy variable) bahwa
kondisi sebelum krisis dan
sesudah krisis tidak
menunujukan perbedaan
yang signifikan terhadap
PDRB Sumatera Utara.
2 Amin pujiati. Dependen:
PDRB
Independen:
PAD,DBH,
DAU
analisis yang
digunakan adalah
Data panel yaitu
gabungan
gabungan antara
data time series
dengan cross
section
PAD berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan PAD yang
dianggap sebagai modal
dalam prose pertumbuhan
ekonomi, DBH
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Tetapi DAU berpengaruh
negative terhadap
pertumbuhan ekonomi.
3 Paidi Hidayat
dan Sirojuzilan
Dependent:
PDRB
Independen:
PAD,Dana
perimbangan,
Angkatan Kerja
Penelitian ini
menggunakan
data time series
.metode yang
digunakan adalah
OLS( Ordinary
least Square) .
nilai koefesien determinasi
(R2) sebesar 0,9911 yang
artinya secara keseluruhan
variable bebas mampu
menjelaskan variasi
pertumbuhan ekonomi di
kota medan sebesar 99,11
persen. Dari pengujian
menunujukan bahwa
39
variable PAD berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di kota medan.
Sedangkan dana
perimbangan dikota
medan memiliki hasil
secara signifikan dan
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
dikota medan. Dan
angkatan kerja
memberikan pengarug
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
dikota medan.
4 Wiratno Bagus
Suryono
Dependen:
PDRB
Independen:
PAD, Tingkat
Investasi,
Tenaga Kerja
Penelitian ini
menggunakan
analisis linier
berganda dengan
metode
OLS(Ordinary
least Square)
nilai koefesien determinasi
(R2) sebesar
83,89916
yang artinya secara
keseluruhan variabel PAD,
Tingkat Investasi, dan
Tenaga Kerja secara
bersama- sama
berpengaruh terhadap
PDRB
5 Paidi
Hidayat,Wahyu
Ario Pratomo,
dan D. Agus
Harjito
Dependen
regional
autonomy,
Independen
orijinal regional
income(PAD)
Penelitian ini
menggunakan
data time series,
penelitian ini
mengkaji kinerja
kemapuan
keuangan dengan
metode analisis
pertumbuhan(gro
wth), analisis
peranan (share)
Pertumbuhan PAD
kabupaten/kota pemekaran
di sumatera Utara
meningkat sebesar
55,47%per tahun. Dari
ketujuh kabupaten/kota
tersebut secara
keseluruhan mengalami
pertumbuhan yang positif
dan relative cukup tinggi
hingga rata- rata tumbuh
40
dan metode
analisis kuadran
sebesar 192,81%pertahun
dan di ikuti oleh
kabupaten Mandailing
Natal sebesar 59,04%.
Sedangkan pertumbuhan
PAD yang relatif cukup
rendah adalah kabupaten
Humbang Hasundutan
dengan rata- rata tumbuh
sebesar 12,77% pertahun.
Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut peneliti memakai PDRB
sebagai variable dependen.Sedangkan PAD, Dana perimbangan dan TPAK
sebagai variable independen.
I. Kerangka Berfikir
Penelitian ini menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap produk domestic
regional bruto di Kota Depok pada tahun 2001 sampai dengan 2010 .
Menurut undang – undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan tolak
ukur pemberdayaan daerah untuk lebih mandiri dalam mengembangkan
potensi daerahnya guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan asli daerah merupakan ukuran potensi daerah yang dapat
memberikan kontribusi yang sangat penting bagi pembangunan daerah agar
terwujud pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka produk domestic
regional bruto di pengaruhi oleh pendapatan asli daerah (PAD) diformulasikan
sebagai berikut :
41
Y=f(X1)……………………………………………………………(2.1)
Dimana Y produk domestic regional bruto dan X1 adalah Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Sedangkan menurut Menurut oates (Hadi Sasana, 2009:106-107)
Peranan Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dalam desentralisasi
fiscal akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, dan
kesejahteraan masyarakat. Karena pemerintah daerah akan lebih efesien dalam
memproduksi dan penyediaan barang- barang public. Menurutnya daerah
memiliki kelebihan dalam membuat anggaran pembelanjaan sehingga lebih
efesien dengan memuaskan kebutuhan masrakat karena lebih mengetahui
keadaannya.
Dengan mengamsumsikan bahwa produk domestic regional bruto
dapat pula di pengaruhi oleh dana perimbangan (DP), sehingga hubungan dana
perimbangan terhadap pdrb adalah apabila dana perimbangan meningkat maka
produk domestic regional akan mengalami peningkatan pula sehingga
persamaan (2.1) menjadi
Y=f(X1,X2)……………………………………………………………(2.2)
Dimana Y adalah Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) dan X1
Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan X2 Dana Perimbangan (DP)
Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan secara tidak langsung
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan potensi daerah
dari segi sumber daya manusia bisa dilihat dari partisipasi angkatan kerja.
42
Menurut teori Solow pertumbuhan ekonomi bergantung kepada
kesediaan faktor-faktor produksinya yaitu penduduk, tenaga kerja, dan
akumulasi modal serta tingkat kemajuan teknologi. Dalam teori Solow
tersebut bahwa modal dan tingkat partisipasi angkatan kerja memiliki peranan
penting yang cukup penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Dengan kata lain tingkat partisipasi angkatan kerja adalah salah satu factor
yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian,sehingga
semakin banyak masyarakat yang produktif maka akan menghasilkan output
yang tinggi pula yang dapat mempengaruhi PDRB.
Dengan mengamsumsikan bahwa Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dapat pula di pengaruhi oleh Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),
sehingga hubungan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap produk
domestic regional bruto adalah apabila tingkat partisipasi angkatan kerja
meningkat maka produk domestic regional bruto juga akan mengalami
peningkatan pula sehingga persamaan (2.2) menjadi:
Y=f(X1,X2,X3)……………………………………………………(2.3)
Dimana Y adalah Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) dan X1
Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan X2 Dana Perimbangan (DP) serta X3
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat digambarkan dalam gambar 2.1
43
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
J. Hipotesis Penelitian
Dalam jurnalnya, Hadi Sasana (2009:106) menjelaskan bahwa pendapatan
asli daerah dan dana perimbangan dapat mempengaruhi meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Karena pendapatan asli
daerah dan dana perimbangan merupakan salah satu aspek dalam otonomi
daerah dan desentralisasi fiscal dari segi pengelolaan keuangan.
. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang “perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan
pemerintah daerah di dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah pusat
dan daerah di laksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentralisasi, dan
pembantuan.” Sumber- sumber penerimaan yang di gunakan untuk pendanaan
pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan desentralisasi fiskal terdiri
dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain
penerimaan yang sah.
Dalam jurnalnya, Wiratno (2008: 8) menjelaskan bahwa “modal
pembangunan yang penting untuk meningkatkan pertumbuhn ekonomi daerah
PAD
DANA PERIMBANGAN
TPAK
PDRB
44
selain dari keuangan daerah adalah sumber daya manusia. Partisipasi aktif dari
seluruh masyarakat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut
yang dibisa di lihat dari Tingkat partisipasi angkatan kerja.
Melihat beberapa penelitian telah menunjukan bahwa pendapatan asli
daerah dan dana perimbangan merupakan memiliki peranan sangat penting
dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Pendapatan asli daerah
menunjukan tingkat kemandirian suatu daerah, sedangkan untuk dana
perimbangan semakin banyak dana perimbangan yang di terima dari pusat
berarti menunjukan bahwa daerah tersebut belum mandiri dan masih
tergantung dengan pemerintah pusat.
Berdasarkan kerangka berfikir diatas dan teori serta penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian maka di buat hipotesis sebagai
berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB
secara Simultan
2. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB
secara Parsial.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari empat variabel yang
terdiri dari satu variabel tidak bebas (Dependent Variabel) dan tiga variabel
bebas (Independent Variabel).
Penelitian ini menggunakan variable yang terdiri sebagai berikut:
1. Variable dependen : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2. Variabel Independen : Pendapatan Asli Daerah(PAD), Dana Perimbangan
(DP) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi
(kuncoro, 2003:134). Sedangkan sampling adalah proses memilih sejumlah
elemen dari populasi yang mencukupi untuk mempelajari sampel dan
memahami karakteristik elemen populasi.
Sampel yang baik pada umumnya memiliki beberapa karakteristik.
Karakteristik tersebut ialah (Kuncoro, 2003:105)
1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti mengambil keputusan yang
berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang di
kehendaki.
2. Sampel yang baik mengindentifikasikan setiap probabilitas dari setiap unit
analisis untuk menjadi sampel.
46
3. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan
pengaruh dalam pemilihan sampel darpada harus melakukan sensus.
4. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat
kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari
sampel statistika.
Proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan.
Adapun tahapan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut (kuncoro,
2003:108):
1. Penentuan populasi
2. Penentuan unit pemilihan sampel
3. Penentuan kerangka pemilihan sampel
4. Penentuan desaign sampel
5. penentuan jumlah sampel
6. pemilihan sampel
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh dari peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder
biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.
(Azwar, 2001:91). Data yang di gunakan meliputi : PDRB, Pendapatan
asli daerah, Dana Perimbangan dan Tingakat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK). Sedangkan jenis data yang digunakan adalah time series dari
periode 2001 - 2010.Sumber data di peroleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS).
47
Mengingat keterbatasan data yang diperoleh maka untuk
memudahkan penelitian seluruh data sekunder tahunan diinterpolasi
menjadi data kuartalan dengan menggunakan metode interpolasi sebagai
berikut (Insukindro,1996:1-6, dalam Paidi Hidayat).
Q1 = ¼ [Yt-4,5/12 (Yt-Yt-1)]
Q2 = ¼ [Yt-1,5/12 (Yt-Yt-1)]
Q3 = ¼ [Yt + 1,5/12 (Yt-Yt-1)]
Q4 = ¼ [Yt + 4,5/12 (Yt-Yt-1)]
Dimana Q1,Q2,Q3,danQ4 adalah data kuartalan yang di cari,
sedangkan Yt dan Yt-1 adalah data tahunan yang bersangkutan dan
sebelumnya.
D. Metode Analis Data
1. Metode Analis
Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel
independen, secara umum berdasarkan pada kerangka berfikir maka
digunakan model regresi berganda dan secara umumdi gambarkan dalam
persamaan sebagai berikut :
PDRB = βo + β1PAD + β2DP + β3TPAK +
Untuk menstandarkan data serta di gunakan untuk koefesien yang sudah
elastis model diatas kemudian di transformasikan kedalam bentuk
persamaan logaritma natural, persamaannya adalah sebagai berikut :
LnPDRB = βo + β1LnPAD + β2LnDP + β3TPAK +
48
Dimana :
LnPDRB = Produk Domestik Regional Bruto dalam miliar rupiah
LnPAD = Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam miliar rupiah
LnDP = Dana Perimbangan (DP) dalam miliar rupiah
TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dalam persen
β0 = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter
ε = Eror term
2. Uji Asumsi klasik
Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai
sifat- sifat tidak bias linier terbaik suatu penaksir. Disamping itu suatu
model dikatakan cukup apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi
klasik yang melandasinya. Uji asumssi klasik terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji asumsi Klasik yang pertama adalah uji normalitas, dilakukan
untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak.
Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi dari
metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Deteksi dengan
melihat Jarque-Bera test yang merupakan asimtotis (sampel besar dan
didasarkan atas residual OLS). Uji stasitistik dari J-B menggunakan
perhitungan skewness dan kurtosis. Dengan formula sebagai berikut:
49
Dimana S=koefisien skewness dan K=koefisien kurtosis. Jika
variabel didistribusikan secara normal maka koefisien S=O dan K=3ini.
Jika residual berdistribusi normal maka nilai statistik J-B akan sama
dengan nol: (Gujarati, 2007:166)
1. Uji hipotesis
H0 : data tidak normal
Ha : data normal
2. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berulkut:( Widarjono,
2007:54)
a. Jika probability JBtest lebih besar α 5% = data berdistribusi
normal (tolak H0, terima Ha)
b. Jika probability JBtest lebih kecil α 5% = data tidak berdistribusi
normal (terima H0, tolak Ha)
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan di
antara dua atau lebih variabel bebas dalam suatu model regresi.Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model
persamaan penelitian ini, penulis menggunakan matriks korelasi
(Correlation Matriks).
Indikasi awal adanya masalah multikolinearitas dalam model
adalah mempuyai standard error besar dan nilai statistik t yang
50
rendah. (Widarjono, 2007:113)
Penyembuhan multikolinearitas ada dua, yaitu memperbaiki
model supaya terbebas dari multikolinearitas atau membiarkan model
mengandung multikolinearitas. (Widarjono, 2007:119)
Jika kita tetap membiarkan model kita terdapat
multikolinearitas, maka hal tersebut akan menyulitkan kita untuk
memperoleh estimator dengan standar error yang kecil. Masalah
multikolinearitas timbul karena kita hanya mempunyai jumlah
observasi yang sedikit. Cara menghilangkan multikolinearitas yaitu
dengan cara menghilangkan salah satu variabel independen yang
mempunyai hubungan linear kuat, mentransformasi variabel dan
menambahkan jumlah data. (Widarjono, 2007:120)
Apabila pengujian multikolinearitas dilakukan dengan
menggunakan correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari
0,8, itu menandakan bahwa terjadi multikolinearitas yang serius. Jika
terjadi multikolinearitas yang serius, maka akan berakibat buruk,
karena hal tersebut akan mengakibatkan pada kesalahan standar
estimator yang besar. (Gujarati, 2006:68&71)
1. Uji hipotesis
Ho : tidak ada multikolineritas
Ha : ada multikolineritas
2. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berulkut:( Widarjono,
2007:54)
51
a.. Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat
tinggi (umumnya < 0,8) = Tidak terdapat multikolineritas (tolak
Ha terima Ho)
b. Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat
tinggi (umumnya > 0,8) = Terdapat multikolineritas.( tolak Ho
terima Ha)
c. Heteroskedatisitas
Heterokedastisitas adalah keadaan dimana faktor penggangu
tidak memilki varian yang sama (Winarno, 2007:5.8). Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui masalah
heterokedastisitas adalah dengan uji white.Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedatisitas.
Dari hasil uji White Heteroskedastisity kriteria untuk mengetahui
ada tidaknya heteroskedastisitas (Winarno, 2007: 5.14).
1. Uji Hipotesis
H0 = tidak ada Heteroskedastisitas
Ha= ada Heteroskedastisitas
2. Pada output Eviews5.0 adalah sebagai berikut:
Bila Prob Obs*R- square < 0,05, = Maka terdapat heteroskedasitisitas
(tolak Ho, terima Ha)
Bila Prob Obs*R- square > 0,05,= Maka tidak terdapat
heteroskedasitas ( tolak Ha, terima Ho)
52
d. Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan
pengganggu dari periode tertentu (µ) berkorelasi dengan kesalahan
pengganggu dari periode sebelumnya (µ). Pada kondisi ini, kesalahan
pengganggu tidak bebas tetapi satu sama lain saling berpengaruh. Bila
kesalahan pengganggu periode t dengan t-1 berkorelasi, maka terjadi
kasus korelasi serial sederhana tingkat pertama (first order
autocorrelation).
Dengan adanya penyakit autokorelasi dalam suatu model
persamaan ekonometrik akan mengakibatkan uji statistik menjadi tidak
tepat dan interval kepercayaan menjadi bisa(biased convidence
intervals). Untuk menguji ada tidaknya penyakit autokorelasi dalam
model persamaan penelitian ini, digunakan LM-test. Kriteria pengujian
ada tidaknya autokorelasi dengan LM test adalah sebagai berikut :
1. Uji hipotesis
Ho : tidak ada autokolerasi
Ha : ada autokolerasi
2. Pada output Eviews5.0 adalah sebagai berikut:
Bila Prob Obs*R-square < 0,05, maka terdapat autokorelasi (tolak Ho,
terima Ha)
Bila Prob Obs*R- square > 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi.
(tolak Ho, terima Ha)
53
3. Pengujian statistik
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara individu dan bersama-sama mempengaruhi signifikan
terhadap variabel dependen.Uji statistic meliputi Uji F, Uji t, dan
koefesien determinasi.
a. Uji signifikansi Simultan ( uji-F)
Dilakukan untuk menguji pengaruh semua variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas secara bersamaan. Pengujian ini
bertujuan mendeteksi apakah semua variabel independen secara
serentak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
Apabila nilai F-statistic lebih besar dari F-table, maka variabel-
variabel bebas secara signifikan, sebaliknya apabila F-statistic lebih
kecil dari F-tabel, maka variabel-variabel bebas secara bersama-sama
tidak mempengaruhi variabel tidak bebas secara statistic. (Kuncoro,
2003:219)
b. Uji Parsial (uji-t)
Bertujuan untuk menetapkan signifikansi pengaruh setiap
variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai dari t-
statistik lebih dari t-tabel, maka variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel tidak bebas, sebaliknya apabila nilai t-
statistik lebih kecil dari t-tabel, maka variabel bebas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel tidak bebas.
c Koefisien Determinasi (R2)
Koefesien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel depennya. Nilai koefesien
54
determinasi adalah antara nol dan satu nilai R2yang kecil berati
kemampuan variabel-variabel indenpenden dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas dan nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel depennya
(Kuncoro, 2003:220).
E. Operasional Variabel
1. Variabel Dependen : Produk Domestik Regional Bruto (Y)
Variabel dependen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Produk
Domestik Regional Bruto (Y). Variabel ini di ukur berdasarkan PDRB
atas harga konstan Kota Depok di BPS ( Badan Pusat Statistik).
2. Variabel Independen
a. Pendapatan Asli Daerah (X1)
Variable independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pendapatan Asli Daerah (X1). Variabel ini diukur berdasarkan Laporan
Realisasi Anggaran Pendatan dan Belanja Daerah Kota Depok tahunan
di BPS (Badan Pusat Statistik). Dengan menggunakan satuan dalam
rupiah. Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang berasal dari
dalam daerah yang bersangkutan yang merupakan hasil pajak, hasil
retribusi daerah, hasil laba perusahan milik daerah dan juga pendapatan
lainnya yang sah.
b. Dana Perimbangan (X2)
Variable independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana
Perimbangan (X2). Variabel ini diukur berdasarkan Laporan Realisasi
55
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Depok tahunan di BPS
(Badan Pusat Statistik). Dengan menggunakan satuan dalam rupiah.
Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari
APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan
daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah,
terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin membaik (Wijaya ,HAW.2005:33)
c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (X3)
Variabel independen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (X3).Variabel ini di ukur
berdasarkan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota
Depok tahunan di BPS (Badan Pusat Statistik). Dengan menggunakan
persen . Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah merupakan ukuran
tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja yang dapat
memberikan gambaran yang jelas sampai berapa jauh sebenarnya
penduduk yang termasuk usia kerja (15 tahun ke atas) benar-benar
aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja.Penelitian ini
menggunakan data dari jumlah angkatan kerja yang bekerja di bagi
dengan jumlah penduduk usia kerja dalam kelompok yang sama
dalam kuartalan di nyatakan dalam satuan persen.
TABEL 3.1
Operasional Variabel
No Variabel Simbol Sumber Data Data
1 Produk Domestik Y BPS Kuartalan
56
Regional Bruto
(PDRB)
2 Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
X1 BPS Kuartalan
3 Dana Perimbangan
(DP)
X2 BPS Kuartalan
4 Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK)
X3 BPS Kuartalan
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Kota Depok bermula dari sebuah kecamatan yang berada dilingkungan
kewedana (pembantu bupati) wilayah Parung kabupaten Bogor, kemudian
pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas
maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus
Universitas Indonesia (UI) serta meningkatnya perdagangan dan jasa yang
semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.
Pada tahun 1981 pemerintah membentuk Kota Administratif Depok
berdasarkan perarturan pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya
pada tanggal 18 maret 1982 oleh menteri dalam Negeri (H.Amir machmud)
yang terdiri dari 3(tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) desa yaitu
(www.depok.go.id)
1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) desa yaitu Desa Depok,
Desa Depok Jaya, Desa pancoran Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan
jaya , Desa Rangkapan Jaya Baru.
2. Kecamatan Beiji, terdiri dari 5(lima) desa yaitu: Desa keiji,Desa kemiri
muka, Desa Pondok Cina , Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.
3. Kecamatan Sukmajaya terdiri dari 6 (enam) Desa yaitu : Desa Mekarjaya,
Desa sukma Jaya, Desa Sukmaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa
Kalimulya.
58
Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi
masyarakat yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok diangkat
menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Disis lain
Pemerintah Kabupaten Bogor bersama – sama Pemerintah Propinsi Jawa Barat
memperhatikan perkembangan tesebut, dan mengusulkannya kepada
Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan Undang – undang No. 15 tahun 1999, tentang
pembentukan Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada tanggal
20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan
Pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok yang
dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat
sebagai Walikota Kota Administratif Depok.
Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tk. II Depok dan pelantikan
pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok dapat dijadikan suatu
landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan hari jadi Kota Depok.
Berdasarkan Undang – undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota
Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga)
Kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu :
1. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua
belas) Desa , yaitu : Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan,
Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa
Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa
Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.
2. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa, yaitu :
Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung,
59
Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa
Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa
Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.
3. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Limo,
Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa
Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.
4. Dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu : Desa
Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong,
Desa Pondok Jaya.
Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan
langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan
wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman ,
Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan
sebagai kota resapan air.
B. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menganlisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap produk domestic
regional bruto. Data yang digunakan rentang waktu analisis mulai tahun 2001-
2010 Alat pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perangkat lunak (software)computer eviews 5.0 dengan metode analisis
Ordinary Least Square (OLS). Maka oleh karena itu, perlu dilihat
perkembangan secara umum dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan,
tingkat partisipasi angkatan kerja dan Produk domestik regional bruto.
60
1. Analisa deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota
Depok
Salah satu hal penting dalam pembangunan dan merupakan salah satu
tujuan pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Dalam konteks pertumbuhan ekonomi daerah hal tersebut juga tidak jauh
beda. Setiap daerah tentunya menginginkan dan menjadikan pertumbuhan
ekonomi menjadi salah satu sasaran dalam pembangunan daerahnya
Produk domestic regional bruto menggambarkan kemampuan suatu
wilayah dalam menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu.PDRB
dapat dilihat dari tiga sisi pendekatan yaitu produksi, penggunaan, dan
pendapatan. Ketiganya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci
menurut sector ekonomi,komponen penggunaan dan sumber pendapatan.
PDRB dari sisi produksi merupakan penjumlahan seluruh nilai
tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sector- sector ekonomi atas
berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan
menjelaskan tentang pengunaan dari nilai tambah tersebut. Selanjutnya
dari sisi pendapatan, nilai tambah merupakan jumlah dari upah/ gaji
surplus usaha,penyusutan, dan pajak tak langsung neto yang diperoleh.
PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku
dan atas harga konstan.
61
Tabel 4.1
Perkembangan PDRB Kota Depok Tahun 2001-2010 menurut harga
Konstan
Tahun PDRB (Rp) Q1 Q2 Q3 Q4
2001 3.694.722.330.000 904.423.497.188 917.261.554.063 930.099.610.938 942.937.667.813
2002 3.920.232.260.000 958.916.509.063 973.010.879.688 987.105.250.313 1.001.199.620.938
2003 4.166.626.320.000 1.018.557.136.875 1.033.956.765.625 1.049.356.394.375 1.064.756.023.125
2004 4.440.876.830.000 1.084.508.222.188 1.101.648.879.063 1.118.789.535.938 1.135.930.192.813
2005 4.750.034.100.000 1.158.525.030.938 1.177.847.360.313 1.197.169.689.688 1.216.492.019.063
2006 5.006.129.060.000 1.227.523.362.500 1.243.529.297.500 1.259.535.232.500 1.275.541.167.500
2007 5.422.760.390.000 1.316.630.910.313 1.342.670.368.438 1.368.709.826.563 1.394.749.284.688
2008 5.770.827.640.000 1.410.075.605.313 1.431.829.808.438 1.453.584.011.563 1.475.338.214.688
2009 6.129.569.620.000 1.498.760.344.375 1.521.181.718.125 1.543.603.091.875 1.566.024.465.625
2010 6.519.326.210.000 1.593.291.872.188 1.617.651.659.063 1.642.011.445.938 1.666.371.232.813
Sumber :BPS Kota Depok, diolah kembali
Gambar 4.1
Perkembangan PDRB Kota Depok Tahun 2001-2010 menurut harga
Konstan
Sumber : BPS Kota Depok, diolah kembali
Berdasarkan gambar dan tabel 4.1di atas dapat diketahui bahwa
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam kurun waktu 10tahun
setiap tahunnya memiliki pergerakan yang signifikan, dimana PDRB
selalu menglami peningkatan tiap tahunnya. Terlihat pada tahun 2001
0
1E+12
2E+12
3E+12
4E+12
5E+12
6E+12
7E+12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ru
pia
h
PDRB
Tahun
PDRB (Rp)
62
yaitu sebesar Rp 3.694.722.330.000 mengalami peningkatan pada tahun
2002 yaitu sebesar Rp 3.920.232.260.000. Begitupun untuk tahun – tahun
berikutnya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah
merupakan salah satu indikator makro untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembangunan suatu daerah. Dengan demikian peningkatan
dalam nilai PDRB diKota Depok mencerminkan keberhasilan
pembangunan dan perekonomian diKota Depok, sehingga seharusnya hal
ini dapat memicu peningkatan PAD terutama dari penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah.
2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Kota Depok
Sebagai salah satu ukuran potensial fiscal daerah , pendapatan asli
daerah merupakan salah satu hal penting dala upaya penggalian potensi
daerah. Pentingnya hal tersebut tercermin dari semakin gencarnya tiap-tiap
daerah dalam hal penggalian potensi tersebut guna menggali besarnya
nilai PAD, terlebih setelah di berlakukannya kebijakan otonomi daerah
guna peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
Secara umum PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungutberdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang
-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang
bersangkutan.
63
Tabel 4.2
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Depok Tahun 2001-
2010
TAHUN
PAD
(Rp) Q1(Rp) Q2 (Rp) Q3 (Rp) Q4 (Rp)
2001 41.174.809.473 7.694.782.730 9.427.395.822 11.160.008.914 12.892.622.006
2002 31.101.240.410 8.719.707.202 8.090.109.136 7.460.511.069 6.830.913.003
2003 41.165.629.524 9.347.870.902 9.976.895.221 10.605.919.541 11.234.943.860
2004 43.702.436.417 10.687.783.458 10.846.333.889 11.004.884.320 11.163.434.750
2005 64.060.869.669 14.106.614.300 15.379.016.378 16.651.418.456 17.923.820.535
2006 65.149.151.767 16.185.261.495 16.253.279.126 16.321.296.757 16.389.314.388
2007 75.457.361.734 17.897.945.745 18.542.208.871 19.186.471.996 19.830.735.122
2008 97.139.989.565 22.252.251.032 23.607.415.272 24.962.579.511 26.317.743.750
2009 96.889.185.310 24.245.809.226 24.230.133.961 24.214.458.695 24.198.783.429
2010 128.229.208.876 29.119.175.010 31.077.926.483 33.036.677.955 34.995.429.428
Sumber : BPS Kota Depok, diolah kembali
Gambar 4.2
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Depok
Tahun 2001- 2010
Sumber : BPS Kota Depok, diolah kembali
Pada tabel dan gambar 4.2 menggambarkan Pendapatan Asli Daerah
untuk Kota Depok memiliki pergerakan yang tidakmerata. Terlihat pada
tahun 2001 yaitu sebesar Rp 41.174.809.473 mengalami penurunan pada
0
2E+10
4E+10
6E+10
8E+10
1E+11
1.2E+11
1.4E+11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ru
pia
h
PAD
TAHUN
PAD (Rp)
64
tahun 2002 menjadi sebesar Rp31.101.240.410. Penurunan ini karenakan
berkurangnya penerimaan dari komponen pajak daerah, selain itu di
indikasikan sebagian pendapatan yang seharusnya sudah masuk ke dalam
kas pemda tetapi belum dapat di tagih sehingga mengakibatkan penurunan
pada tahun yang bersangkutan. Sedangakan pada tahun 2010 mengalami
peningkatan yang sangat drastis dari tahun 2009 yaitu sebesar Rp
96.889.185.310 meningkat pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp
128.229.208.876. peningkatan tersebut akibat dari kontribusi komponen
lain – lain pendapatan asli daerah yang sah yang sangat tinggi pada tahun
2010 . peningkatan dari luar pajak daerah dan retribusi daerah di harapkan
dapat membantu peningkatan PAD di Kota Depok. Pendapatan asli daerah
di harapkan menjadmi sumber pendapatan utama bagi pemerintah daerah
Kota Depok dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.
3. Perkembangan Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari
APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah
dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin
membaik. (HAW, Wijaya. 2005, 33)
Selain itu dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan pusat dan daerah serta
untuk mengurangi keseimbangan pendanaan pemerintahan antar
daerah.diperlukan adanya dana perimbangan adalah untuk lebih meratakan
daerah antar daerah agar tidak ada satu daerah yang tertinggal dari daerah
lainnya, dalam mencapai tujuan bangsa.
65
Tabel 4.3
Perkembangan dana perimbangan Kota Depok Tahun2001-2010
TAHUN
Dana
Perimbangan
(Rp) Q1 (Rp) Q2(Rp) Q3(Rp) Q4 (Rp)
2001 152.865.995.315 31.498.841.427 35.977.279.695 40.455.717.963 44.934.156.230
2002 214.680.219.663 47.874.971.383 51.738.360.405 55.601.749.427 59.465.138.448
2003 315.103.996.476 69.361.270.043 75.637.756.094 81.914.242.144 88.190.728.195
2004 336.595.143.047 82.133.990.771 83.477.187.431 84.820.384.092 86.163.580.753
2005 415.229.467.888 96.435.399.018 101.350.044.321 106.264.689.623 111.179.334.926
2006 493.318.004.764 116.008.700.859 120.889.234.414 125.769.767.968 130.650.301.523
2007 504.052.499.829 125.006.766.045 125.677.671.986 126.348.577.928 127.019.483.870
2008 574.268.400.146 136.984.359.382 141.372.853.152 145.761.346.921 150.149.840.691
2009 618.381.753.387 150.459.811.480 153.216.896.058 155.973.980.636 158.731.065.213
2010 667.535.226.354 162.275.668.498 165.347.760.558 168.419.852.619 171.491.944.679
Sumber :BPS Kota Depok, diolah kembali
Gambar 4.3
Perkembangan dana perimbangan Kota Depok Tahun
2001-2010
Sumber : BPS Kota Depok, diolah kembali
Gambar 4.3 memperlihatkan pertumbuhan dana perimbangan pada tahun
2002 sebesar Rp 214.680.219.663 meningkat menjadi sebesar Rp
336.595.143.047.Pada tahun 2004.Pada tahun – tahun berikutnya juga
0
1E+11
2E+11
3E+11
4E+11
5E+11
6E+11
7E+11
8E+11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ru
pia
h
Dana Perimbangan
TAHUN
Dana Perimbangan(Rp)
66
mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Peningkatan tersebut
menunjukan bahwa kota Depok dalam menjalankan pemerintahan dan
perekonomiannya masih sangat tergantung pada transfer dana pemerintah
pusat.
4. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam
angkatan kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai
berapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja(15 tahun ke
atas) benar- benar aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi
TPAK perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk dalam usia
kerja.semakin besar jumlah penduduk usia kerja akan menyebabkan
semakin besarnya angkatan kerja. Secara singkat TPAK adalah jumlah
angkatan kerja di bagi dengan jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang
sama.
Tabel 4.4
Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Depok
Tahun 2001-2010
Tahun TPAK (%) Q1 (%) Q2 (%) Q3 (%) Q4(%)
2001 40 9,7 9,9 10,2 10,4
2002 40 10,1 10,1 10,1 10,1
2003 43 10,4 10,6 10,7 11,4
2004 45 11 11,1 11,3 11,4
2005 46 11,4 11,5 11,5 11,6
2006 54 12,7 13,2 13,7 14,2
2007 61 14,6 15,1 15,6 16
2008 66 16,1 16,4 16,7 17,1
2009 63 16,1 16 15,8 15,6
2010 64 15,9 15,9 16 16
Sumber :BPS Kota Depok, diolah kembali
67
Gambar 4.4
Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Depok
Tahun 2001-2010
Sumber :BPS Kota Depok, diolah kembali
Tabel dan gambar 4.4 memperlihatkan pergerakan tingkat
partisipasi angkatan kerja di Kota depok mengalami peningkatan sangat
minim, yaitu pada tahun 2005 yitu sebesar 46% hanya meningkat 54%
pada tahun 2006. Pada tahun 2007 sebesar 61% naik hanya 5% pada tahun
2008 menjadi 66%. Perkembangan TPAK sebagimana di lihat dari tabel di
atas, pada dasarnya menunjukan pertumbuhan alami dari jumlah penduduk
usia kerja yang juga di ikuti dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja
baik yang telah memasuki dunia kerja maupun yang mencari pekerjaan.
Menurunnya tingkat partisipasi angkatan kerja biasanya dapat di sebabkan
berbagai hal seperti turunnya jumlah penduduk usia kerja maupun mencari
pekerjaan yang tidak tersedia. Dalam hal ini tingkat partisipasi angkatan
kerja merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan
dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi.
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pe
rse
n
TPAK
Series1
68
C. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi
1. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas
Pengujian normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data
pada penelitian ini bersifat normal atau tidak.
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas
Sumber : menggunakan eviews 5
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan histogram
normality test. Maka berdasarkan gambar 4.4 menunjukan bahwa uji
statistic JB, nilai statistiknya sebesar 2.207152 dengan probabilitas
lebih besar dari α = 5 persen yaitu 0.331683 sehingga dapat di
nyatakan bahwa data berdistribusi normal.
b. Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas berfungsi untuk apakah ditemukan
adanya kolerasi antar variable independen. Ada tidaknya
0
1
2
3
4
5
6
7
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: Residuals
Sample 2001Q1 2010Q4
Observations 40
Mean 6.13e-15
Median -0.005847
Maximum 0.054481
Minimum -0.056972
Std. Dev. 0.030194
Skewness 0.225870
Kurtosis 1.941595
Jarque-Bera 2.207152
Probability 0.331683
69
multikolinieritas dapat di lihat dari koefesien kolerasi masing – masing
variable bebas, jika koefesien kolerasi di antara masing – masing
variable bebas dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas.
Berikut ini uji multikolinieritas dengan menggunakan matriks.
Tabel 4.5
Uji Multikolinieritas
PDRB PAD DP TPAK
PDRB 1.000000 0.955575 0.949606 0.950201
PAD 0.955575 1.000000 0.885603 0.922930
DP 0.949606 0.885603 1.000000 0.880692
TPAK 0.950201 0.922930 0.880692 1.000000
Sumber : data menggunakan eviews 5
Berdasarkan tabel 4.2 correlation matrix, menunjukan bahwa
korelasi antar variabel independen LNPAD,LNDP,dan TPAK adalah >
0,80 sehingga dapat di simpulkan bahwa model ini terdapat
multikolinieritas. Multikolinieritasdapat di abaikan karena
estimatornya masih bersifat BLUE (Wahyu, 2009:5.7). Sifat BLUE
tidak berpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antrvariabel independen.
Namun harus di ketahui bahwa multikolinieritas akan menyebabkan
standar eror yang besar.
c. Autokolerasi
Uji autokolerasi berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat
kesalahan pengganggu dari periode tertentu (µt)berkolerasi dengan
kesalahan pengganggu dari periode sebelumnya( µ-1). Pada kondisi ini
kesalahan pengganggu tidak bebas tetapi satu sama lain saling
berhubungan. (Hamja,2008:117)
70
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.432751 Probability 0.0995
Obs*R-squared 5.177602 Probability 0.0751 Sumber : data menggunakan eviews 5
Berdasarkan pada tabel 4.6 maka nilai probabilitas Obs*R-square
sebesar 0,0751 lebih besar dari α 5% (0,05). Hal ini menunjukan
bahwa model ini sudah tidak terdapat autokolerasi.
d. Heterokedasitas
Model uji heteroskedasitas berfungsi untuk menguji apakah
varian dari dua observasi dalam penelitian sama(homogen) untuk
semua variable terikat dengan variable bebas sehingga hasil
estimasinya tidak bias. Identifikasi ada atau tidaknya permasalahan
heteroskedasitas di lakukan melalui Uji White Heteroskedascity
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 2.195108 Probability 0.068448
Obs*R-squared 11.41041 Probability 0.076491 Sumber : data menggunakan eviews 5
Berdasarkan tabel 4.7 model ini tidak terdapat adanya
heteroskedastisitas, karena nilai probability Obs*R-square sebesar
0.076491 lebih besar dari α 5% (0,05). Maka model ini bersifat
homoskedasitas.
71
2. Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Berikut ini adalah hasil pengolahan data menggunakan regresi
linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square) untuk model
persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB = βo +
β1PAD + β2DP + β3TPAK+
Tabel 4.8
Hasil Olah Data Dengan Metode OLS
Dependent Variable: LNPDRB
Method: Least Squares
Date: 02/03/13 Time: 13:41
Sample: 2001Q1 2010Q4
Included observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNPAD 0.139090 0.031556 4.407735 0.0001
LNDP 0.156485 0.024753 6.321994 0.0000
TPAK 0.021303 0.005462 3.900076 0.0004
C 20.33134 0.689224 29.49886 0.0000
R-squared 0.973734
F-statistic 444.8704
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : data menggunakan eviews 5
Persamaan regresi linier berganda untuk tabel 4.8 di atas adalah
LNPDRB=20.33134 +0.139090LNPAD+0.156485LNDP+0.021303TPAK
3. Uji Statistik
a. Uji F- statistic
Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk melihat apakah
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap variabel
72
Y secara srentak. Dengan cara membandingkan antar F- hitung dengan
F-tabel.
F tabel = (α : k-1, n-k), α = 0,05 (4-1= 3; 40-4 = 36).
Hasil perhitungan yang di dapat adalah F- hitung = 444.8704
sedangkan F- tabel = 2.87 (α = 0,05 ; 3 ; 36), dari hasil perbandingan
menunjukkan nilai F hitung > F tabel maka variabel PAD, DP dan
TPAK secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel PDRB
pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Selain itu, nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. Nilai ini
lebih kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05). Hal ini
berarti menunjukkan bahwa variabel independen(PD, DP dan TPAK)
bersama–sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (PDRB).
b. Uji Parsial (Uji-t)
Bertujuan untuk menetapkan signifikansi pengaruh setiap
variable independen terhadap variable dependen. Jika t-tabel < t-hitung
berarti hal ini menunjukan variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen, tetapi jika t-tabel > t-hitung berarti, maka
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9
Hasil Uji t-Statistik
Variabel Probabilitas t-hitung t-tabel Keterangan
LNPAD 0.0001 4.407735 1.68830 Signifikan
LNDP 0.0000 6.321994 1.68830 Signifikan
TPAK 0.0004 3.900076 1.68830 Signifikan
Sumber : data menggunakan eviews 5
73
1) Uji t-statistik terhadap variabel (PAD)
Pada variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah Hasil
perhitungan yang didapat adalah t-hitung X1 = 4.407735 sedangkan t-
tabel = 1.68830 [df = n-k (40-4), α = 0,005], sehingga dapat
disimpulkan t-hitung >t-tabel, dan hasil yang diperoleh ialah
(4.407735 > 1.68830)
Perbandingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel ,
sehinggadisimpulkan variabel X1 berpengaruh signifikan terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai Prob. t-statistik Pendapatan Asli Daerah adalah 0.0001
Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti hal ini
menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah secara
individual berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik
Regional Bruto.
Nilai koefisien variabel Pendapatan Asli Daerah adalah
0.139090 persen sehingga dapat diartikan jika PAD mengalami
kenaikan sebesar satu persen pada setiap kuartalnya maka Produk
Domesti Bruto akan naik sebesar 0.139090 persen
2) Uji t-statistik terhadap variabel Dana Perimbangan (DP)
Pada variabel Independen Dana Perimbangan Hasil
perhitungan yang didapat adalah t-hitung X2 = 6.321994 sedangkan
t-tabel = 1.68830[df = n-k (40-4=36), α = 0,05], sehingga dapat
disimpulakan t-hitung > t-tabel, dan hasilnya dapat diperoleh adalah
(6.321994 > 1,68830)
74
Perbandingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel,
sehinggga dapat disimpulkan variabel X2 berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produk domestic regional bruto (PDRB)
Nilai Prob. t-statistik DP adalah 0,0056 Nilai ini lebih kecil
dari α=5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Dana
Perimbangan secara individual berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel Produk Domestik Regional Bruto.
Nilai koefisien variabel DP adalah 0.156485 sehingga dapat
diartikan jika Dana Perimbangan mengalami kenaikan sebesar satu
persen pada setiap kuartalnya maka Produk Domestik Regional
Bruto akan naik sebesar 0.156485persen.
3) Uji t-statistik terhadap variabel TPAK
Pada variabel Independen Hasil perhitungan yang didapat
adalah t-hitung X3 = 3.900076 sedangkan t-tabel = 1,68830 [df = n-k
(40-4=36), α = 0,05], sehingga dapat disimpulkan t-hitung < t-tabel,
dan hasil yang diperoleh ialah (3.900076> 1,68830).
Perbandingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel ,
sehingga dapat disimpulkan variabel X3 berpengaruh signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Nilai Prob. t-statistik TPAK adalah0,0004. Nilai ini lebih
kecil dari α=5 persen atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
TPAK secara individual berpengaruh signifikan terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
75
Nilai koefisien variabel TPAK adalah 0.021303,sehingga
dapat diartikan jika TPAK mengalami kenaikan sebesar satu persen
setiap kuartalnya maka PDRB akan naik sebesar 0.021303persen.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau
prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan
oleh model regresi R2 dalam regresi sebesar 0.973734 . Hal ini
menunjukkan bahwa model regresi tersebut dapat menjelaskan sebesar
97.3734persen terhadap permasalahan yang diteliti dalam penelitian
ini. Sedangkan sisanya sebesar 8,3455persen dipengaruhi oleh variabel
diluar model ini.
4. Interprestasi Ekonomi
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dari hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa variabel
pendapatan asli daerah terhadap PDRB mempunyai pengaruh
signifikan terhadap PDRB Kota Depok. Kota Depok sebagai wilayah
provinsi Jawa Barat merupakan Kota yang baru berubah statusnya dari
kota administrative dalam naungan Kabupaten Bogor menjadi
setingkat Kabupaten atau tingkat II sejak diberlakukannya otonomi
daerah tahun 1999. Seiring dengan adanya pelaksanaan otonomi derah,
tentunya pemerintah Kota Depok berupaya untuk mewujudkan
tercapainya masyarakat Kota Depok yang sejahtera. Hal ini
dikarenakan otonomi daerah telah memberikan ruang gerak yang lebih
76
luas kepada daerah dalam menggali potensi yang ada pada daerahnya
sehingga memungkinkan untuk mandiri dalam membiayai
pembangunan di daerahnya sendiri. Kota depok merupakan kota
wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota
pemukiman, Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa.
Semakin banyaknya industri perdagangan di Kota Depok maka
semakin banyak pula perolehan pajak yang diperoleh sehingga bisa
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Penelitian ini sejalan dengan teori Keynes yang menyatakan
bahwa pendapatan asli daerah memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi,karena berkaitan dengan peranan
APBD dan APBN yang dilakukan untuk meningkatkan PAD setiap
daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian paidi Hidayat dan
Sirojuzilan (2006), Amin Pujiati (2006), Romey Linda Hutapea (2006)
dimana semua peneltian tersebut menjelaskan bahwa PAD memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
daerah.
b. Dana perimbangan (DP)
Hasil pengujian hipotesis regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel
Dana Perimbangan (DP) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB Kota Depok. Kontribusi dari masing- masing
komponen penerimaan dalam total APBD Kota Depok bahwa
77
penyumbang terbesar dalam penerimaan APBD adalah dana
perimbangan. Sehingga mengindikasikan pelaksanaan otonomi derah
di Kota Depok dalam pemerintahannya masih sangat tergantung dana
dari pusat.
Sesuai pendapat Bahl dan Oates (Hadi Sasana, 2009:106-107)
yang mengemukakan bahwa peranan dana perimbangan sangat
penting dalam pelaksanaan desentralisasi. Khususnya dalam
desentralisasi fiscal dana perimbangan akan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah, dan kesejaheraan masyarakat, karena
pemerintah daerah lebih efesien dalam produksi dan penyediaan
barang- barang publik.
c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Hasil regresi tersebut menunjukan bahwa variabel TPAK
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Kota
Depok. Hal ini membuktikan bahwa jumlah penduduk usia kerja suatu
daerah merupakan potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan teori Solow yang mengemukakan bahwa
kombinasi antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan
menghasilkan tingkat output yang berbeda dan tingkat efesiensi yang
berbeda pula. Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah salah satu
factor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan
perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif ,
maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi
78
PDRB begitupun pada pendapatan perkapita, meningkatnya TPAK di
suatu daerah , berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat
konsumsi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional.
Bertambahnya jumlah penduduk usia kerja yang berarti
bertambahnya angkatan kerja, serta di imbangi dengan tingginya
produktivitas kerja maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paidi
Hidayat dan Sirojuzilan (2006), yang menyatakan bahwa tingkat
partisipasi angkatan kerja berpengaruh terhadap PDRB kota Medan.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, penulis memperoleh beberapa kesimpulan yakni
sebagai berikut :
1. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel pendapatan
asli daerah, dana perimbangan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja
secara bersama – sama mampu menjelaskan pengaruh pada PDRB Kota
Depok dengan probabilitas F -statistik adalah 0,000000. Nilai ini lebih
kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05) . Besarnya R-squared
pada hasil regresi PDRB adalah sebesar 0.973734 Hal ini berarti 97,3734
persen perubahan PDRB dapat di jelaskan oleh variabel independen yaitu
pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan (DP), dan tingkst
partisipasi angkatan kerja (TPAK). Sedangkan sisanya 2,6266 dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model yang
digunakan.
2. Hasil Pengujian secara parsial menunjukan bahwa :
a. Variabel Pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap
PDRB Kota Depok dengan nilai probabilitasnya 0,0001. Nilai ini
lebih kecil dari 0,05. Meningkatnya pendapatan asli daerah akan
menyebabkan tingginya PDRB.
b. Variabel dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB Kota Depok dengan nilai koefesien sebesar 0.156485
80
dan signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen yang ditunjukkan
dengan probabilitas tingkat signifikan sebesar 0.0000. Hal ini berarti
jika dana perimbangan naik 1 persen akan mengakibatkan kenaikan
0.156485 persen. Kontribusi terbesar dalam anggaran APBD Kota
Depok adalah dana perimbangan sehingga tingginya dana
perimbangan menunjukkan dalam pelaksanaan otonomi daerah masih
tergantung dengan pemerintah pusat..Peranan dana perimbangan
sangat penting dalam pelaksanaan desentralisasi.
c. Variabel tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) berpengaruh
signifikan terhadap PDRB Kota Depok dengan nilai probabilitasnya
yaitu sebesar 0,0004 dengan tingkat alpha 0,05. Hal ini disebabkan
Bertambahnya jumlah penduduk usia kerja yang berarti bertambahnya
angkatan kerja, serta di imbangi dengan tingginya produktivitas kerja
maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Depok.
B. Implikasi
Implikasi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian
tentang Analisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Produk Domestik Regional
Bruto di Kota Depok adalah pemerintah daerah harus meningkatkan
kemandirian dalam mengatur otonomi daerah agar tidak bergantung pada
pemerintah pusat. Terutama dalam stuktur keuangan pemerintah daerah.
81
C. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa
saran yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan ,
saran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan PAD Pemerintah Kota Depok perlu menggali
potensi- potensi yang ada, dan memaksimalkan potensi yang ada. Hal ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mempermudah
pelayanan public dalam pembayaran pajak daerah sehingga pajak daerah
dapat terserap maksimal, melaksanakan investasi pada usaha – usaha yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan yang terakhir adalah meminta bagi
hasil pajak daerah seperti pajak cukai yang seluruhnya merupakan
penerimaan pusat
2. Dengan meningkatnya dana perimbangan itu berarti peta kemampuan
keuangan Kota Depok mengindikasikan bahwa daerah terebut masih
tergantung dengan pemerintah pusat.
3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sumber daya lokal yang perlu
ditingkatkan lagi. Pemerintah daerah perlu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang tumbuh tiap tahunnya dengn pembekalan pendidikan,
dan keterampilan melalui pelatihan sehingga mampu bersaing dipasar
kerja.
82
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shochrul R,(2011) “Cara Cerdas Menguasai Eviews.” Salemba Empat
Jakarta
Arsyad, Lincolin.(2010). ”Ekonomi Pembangunan “. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Yogyakarta.2010
Asfia, Murni.(2006) ”Ekonomi Makro.” Yogyakarta, PT.Reflika Aditama
Azwar,Saifudin.(2001)”Metode Penelitian”. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset,
Bahar, Ujang,(2009) ” Otonomi Daerah Terhadap Pinjaman Luar Negeri: Antara
Teori dan Praktik”. PT.Indeks,Jakarta
Boediono.(1992) ”Teori Pertumbuhan Ekonomi “. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu
Ekonomi no.4”.yogyakarta :BPFE
BPS,”Kota Depok Dalam Angka 2000-2011”.
BPS. 2007, “ Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kota Depok “. Jakarta
Bratakusumah dan Solihin (2002),”Otonomi Penyelenggara Pemerintah Daerah”.
Gramedia Pustaka, Jakarta
Chalid, Pheni. 2005, “ Keuangan Daerah Investasi dan Desentralisasi “.
Kemitraan.Jakarta
Gregory.N, Mankiw.(2003) ”Teori Makroekonomi Edisi Kelima”. Jakarta,
Erlangga
Gujarati, Damodar .(1999) ”Ekonometrika Dasar”. Jakarta, Erlangga.
Hidayat, Paidi dan Sirojuzilan, (2006) “Kajian Tentang Keuangan Daerah Kota
Medan Era Otonomi Daerah Periode 2001-2005”. Jurnal Perencanaan dan
pengembangan Wilayah,Vol2,No.1 Agustus
Hadi, Sasana,(2009). “Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah”. Jurnal Ekonomi Pembangunan
vol10 No.1 Juni
Hamja, Yahya. (2008), “Modul Ekonometrik” Jakarta
Inskurindo.(2003) ”Model Pelatihan Ekonometrika”UGM
Jhingan .(2000) ”Ekonomi Pembangunan dan perencanaan“. Rajawali Press,
Jakarta,
82
Kuncoro, Mudrajad.(2003) ”Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi.” Erlangga,
Jakarta
Nahrowi, Djalal, dan Usman Harding.(2006) ” Pendekatan populasi dan praktis
ekonometrika untuk analisis keuangan.” Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta
Prawirosetoto,Yuwonono,(2002) “Desentralisasi Fiskal di Indonesia“ Jurnal
Ekonomi dan Bisnis,” vol2 agustus Jakarta : Unika Atmajaya
Pujiati, Amin,(2007).” Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Kareasidenan
Semarang Era Desentralisasi Fiskal”. Jurnal Ekonomi Pembangunan
hal61-70
Saragih, Juli Panglima.(2003) ”Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah
Dalam Otonomi.” Penerbit Ghalia Indonesia.
Sukirno,Sadono.(2008) ”Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,
Suparmoko (2002).”Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan
Daerah.” ANDI, Yogyakarta
Suryono,Bagus .’Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Investasi,
dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Jawa Tengah”. Fakultas Ekonomi
UniversitasDiponegoro.
Sitompul, Novita linda. (2007) “Analisis Pengaruh Investas dan Tenaga Kerja
Terhadap PDRB Sumatra Utara.” Universitas Sumatra Utara
Santosa, prabayu budi dan Retno Puji. “Analisis Pendapatan Daerah dan factor-
factor yang mempengaruhinya “.
Todaro, Michael (2000)” Ekonomi Pembangunan Edisi ke 6” Erlangga, Jakarta
Widarjono, Agus.(2007) ” Ekonometrika :Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”. Yogyakarta : Ekonosia FEUII
Winaryo, Wing, Wahyu.(2007) ”Analisis ekonometrika dan statistika dengan
Eviews.” Sekolah Tinggi Ilmu Menejemen YKPN :Yogyakarta,
Wijaya, HAW. (2005) “ Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia” Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada .
DATA MENTAH
Tahun PDRB PAD Dana perimbangan TPAK
(Rp) (Rp) (Rp) (%)
2000 3.489.313.420.000 13.453.000.000 81.210.983.033 37
2001 3.694.722.330.000 41.174.809.473 152.865.995.315 40
2002 3.920.232.260.000 31.101.240.410 214.680.219.663 40
2003 4.166.626.320.000 41.165.629.524 315.103.996.476 43
2004 4.440.876.830.000 43.702.436.417 336.595.143.047 45
2005 4.750.034.100.000 64.060.869.669 415.229.467.888 46
2006 5.006.129.060.000 65.149.151.767 493.318.004.764 54
2007 5.422.760.390.000 75.457.361.734 504.052.499.829 61
2008 5.770.827.640.000 97.139.989.565 574.268.400.146 66
2009 6.129.569.620.000 96.889.185.310 618.381.753.387 63
2010 6.519.326.210.000 128.229.208.876 667.535.226.354 64
DATA SEBELUM DI ESTIMASI
TAHUN KUARTAL PDRB PAD DP TPAK
2001 q1 904.423.497.188 7.694.782.730 31.498.841.427 9.7
q2 917.261.554.063 9.427.395.822 35.977.279.695 9.9
q3 930.099.610.938 11.160.008.914 40.455.717.963 10.2
q4 942.937.667.813 12.892.622.006 44.934.156.230 10.4
2002 q1 958.916.509.063 8.719.707.202 47.874.971.383 10.1
q2 973.010.879.688 8.090.109.136 51.738.360.405 10.1
q3 987.105.250.313 7.460.511.069 55.601.749.427 10.1
q4 1.001.199.620.938 6.830.913.003 59.465.138.448 10.1
2003 q1 1.018.557.136.875 9.347.870.902 69.361.270.043 10.4
q2 1.033.956.765.625 9.976.895.221 75.637.756.094 10.6
q3 1.049.356.394.375 10.605.919.541 81.914.242.144 10.7
q4 1.064.756.023.125 11.234.943.860 88.190.728.195 11.4
2004 q1 1.084.508.222.188 10.687.783.458 82.133.990.771 11.0
q2 1.101.648.879.063 10.846.333.889 83.477.187.431 11.1
q3 1.118.789.535.938 11.004.884.320 84.820.384.092 11.3
q4 1.135.930.192.813 11.163.434.750 86.163.580.753 11.4
2005 q1 1.158.525.030.938 14.106.614.300 96.435.399.018 11.4
q2 1.177.847.360.313 15.379.016.378 101.350.044.321 11.5
q3 1.197.169.689.688 16.651.418.456 106.264.689.623 11.5
q4 1.216.492.019.063 17.923.820.535 111.179.334.926 11.6
2006 q1 1.227.523.362.500 16.185.261.495 116.008.700.859 12.7
q2 1.243.529.297.500 16.253.279.126 120.889.234.414 13.2
q3 1.259.535.232.500 16.321.296.757 125.769.767.968 13.7
q4 1.275.541.167.500 16.389.314.388 130.650.301.523 14.2
2007 q1 1.316.630.910.313 17.897.945.745 125.006.766.045 14.6
q2 1.342.670.368.438 18.542.208.871 125.677.671.986 15.1
q3 1.368.709.826.563 19.186.471.996 126.348.577.928 15.6
q4 1.394.749.284.688 19.830.735.122 127.019.483.870 16.0
2008 q1 1.410.075.605.313 22.252.251.032 136.984.359.382 16.1
q2 1.431.829.808.438 23.607.415.272 141.372.853.152 16.4
q3 1.453.584.011.563 24.962.579.511 145.761.346.921 16.7
q4 1.475.338.214.688 26.317.743.750 150.149.840.691 17.1
2009 q1 1.498.760.344.375 24.245.809.226 150.459.811.480 16.1
q2 1.521.181.718.125 24.230.133.961 153.216.896.058 16.0
q3 1.543.603.091.875 24.214.458.695 155.973.980.636 15.8
q4 1.566.024.465.625 24.198.783.429 158.731.065.213 15.6
2010 q1 1.593.291.872.188 29.119.175.010 162.275.668.498 15.9
q2 1.617.651.659.063 31.077.926.483 165.347.760.558 15.9
q3 1.642.011.445.938 33.036.677.955 168.419.852.619 16.0
q4 1.666.371.232.813 34.995.429.428 171.491.944.679 16.0
DATA SETELAH DI ESTIMASI
LNPDRB LNPAD LNDP TPAK 27.53 22.76 24.17 9.7
27.54 22.97 24.31 9.9
27.56 23.14 24.42 10.2
27.57 23.28 24.53 10.4
27.59 22.89 24.59 10.1
27.60 22.81 24.67 10.1
27.62 22.73 24.74 10.1
27.63 22.64 24.81 10.1
27.65 22.96 24.96 10.4
27.66 23.02 25.05 10.6
27.68 23.08 25.13 10.7
27.69 23.14 25.20 11.4
27.71 23.09 25.13 11
27.73 23.11 25.15 11.1
27.74 23.12 25.16 11.3
27.76 23.14 25.18 11.4
27.78 23.37 25.29 11.4
27.79 23.46 25.34 11.5
27.81 23.54 25.39 11.5
27.83 23.61 25.43 11.6
27.84 23.51 25.48 12.7
27.85 23.51 25.52 13.2
27.86 23.52 25.56 13.7
27.87 23.52 25.60 14.2
27.91 23.61 25.55 14.6
27.93 23.64 25.56 15.1
27.94 23.68 25.56 15.6
27.96 23.71 25.57 16
27.97 23.83 25.64 16.1
27.99 23.88 25.67 16.4
28.01 23.94 25.71 16.7
28.02 23.99 25.73 17.1
28.04 23.91 25.74 16.1
28.05 23.91 25.76 16
28.07 23.91 25.77 15.8
28.08 23.91 25.79 15.6
28.10 24.09 25.81 15.9
28.11 24.16 25.83 15.9
28.13 24.22 25.85 16
28.14 24.28 25.87 16
Regres ols
Dependent Variable: LNPDRB
Method: Least Squares
Date: 02/03/13 Time: 13:41
Sample: 2001Q1 2010Q4
Included observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNPAD 0.139090 0.031556 4.407735 0.0001
LNDP 0.156485 0.024753 6.321994 0.0000
TPAK 0.021303 0.005462 3.900076 0.0004
C 20.33134 0.689224 29.49886 0.0000
R-squared 0.973734 Mean dependent var 27.83370
Adjusted R-squared 0.971546 S.D. dependent var 0.186308
S.E. of regression 0.031427 Akaike info criterion -3.987638
Sum squared resid 0.035556 Schwarz criterion -3.818750
Log likelihood 83.75276 F-statistic 444.8704
Durbin-Watson stat 0.562463 Prob(F-statistic) 0.000000
Heterokedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 2.195108 Probability 0.068448
Obs*R-squared 11.41041 Probability 0.076491
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 02/03/13 Time: 13:43
Sample: 2001Q1 2010Q4
Included observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1.635286 0.750326 2.179434 0.0365
LNPAD -0.108401 0.056991 -1.902054 0.0659
LNPAD^2 0.002318 0.001227 1.889215 0.0677
LNDP -0.029418 0.079413 -0.370438 0.7134
LNDP^2 0.000569 0.001611 0.352961 0.7264
TPAK 0.001857 0.002250 0.825623 0.4149
TPAK^2 -6.63E-05 7.84E-05 -0.845451 0.4039
R-squared 0.285260 Mean dependent var 0.000889
Adjusted R-squared 0.155308 S.D. dependent var 0.000874
S.E. of regression 0.000803 Akaike info criterion -11.25917
Sum squared resid 2.13E-05 Schwarz criterion -10.96362
Log likelihood 232.1834 F-statistic 2.195108
Durbin-Watson stat 2.125136 Prob(F-statistic) 0.068448
Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.432751 Probability 0.0995
Obs*R-squared 5.177602 Probability 0.0751
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 02/03/13 Time: 13:44
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNPAD -0.022618 0.025578 -0.884275 0.3828
LNDP 0.002321 0.018012 0.128845 0.8982
TPAK 0.003690 0.004361 0.846131 0.4034
C 0.424364 0.542244 0.782607 0.4393
RESID(-1) 0.824232 0.167822 4.911354 0.0000
RESID(-2) -0.136968 0.188771 -0.725577 0.4731
R-squared 0.502767 Mean dependent var 6.13E-15
Adjusted R-squared 0.429644 S.D. dependent var 0.030194
S.E. of regression 0.022803 Akaike info criterion -4.586334
Sum squared resid 0.017680 Schwarz criterion -4.333002
Log likelihood 97.72668 F-statistic 6.875674
Durbin-Watson stat 1.799138 Prob(F-statistic) 0.000157
Multikolineritas
PDRB PAD DP TPAK
PDRB 1.000000 0.955575 0.949606 0.950201
PAD 0.955575 1.000000 0.885603 0.922930
DP 0.949606 0.885603 1.000000 0.880692
TPAK 0.950201 0.922930 0.880692 1.000000
Uji normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06
Series: Residuals
Sample 2001Q1 2010Q4
Observations 40
Mean 6.13e-15
Median -0.005847
Maximum 0.054481
Minimum -0.056972
Std. Dev. 0.030194
Skewness 0.225870
Kurtosis 1.941595
Jarque-Bera 2.207152
Probability 0.331683