Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH
DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI
104081002543
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH,
MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP
PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI
NIM 104081002543
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Aminuddin, SH, MAg
NIP. 150 317 955 NIP . 150 062 554
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
Hari ini Senin Tanggal Empat Belas September Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhamad Ziqri, NIM : 104081002543,
dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah,
Mudharabah, Dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”.
Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi imi sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar
Sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 September 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB Suhendra,S.Ag, MM
Ketua Sekretaris
\
Pof. Dr. Ahmad Rodoni
Penguji Ahli
i
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH,
MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP
PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI
NIM 104081002543
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Aminuddin, SH, MAg
NIP. 150 317 955 NIP . 150 062 554
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ii
Hari ini kamis tanggal 21 Januari tahun dua ribu sepuluh telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Muhamad Ziqri dengan NIM : 104081002543 dengan judul
“ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH
DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK”. Memperhatikan
kemammpuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 21 Januari 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Aminuddin, SH.M.ag Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
iii
Hari ini Senin Tanggal Empat Belas September Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhamad Ziqri, NIM : 104081002543,
dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah,
Dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”. Memperhatikan kemampuan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi imi sudah dapat diterima
sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar Sarjana ekonomi pada Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 September 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB Suhendra,S.Ag, MM
Ketua Sekretaris
Pof. Dr. Ahmad Rodoni
Penguji Ahli
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama : MUHAMAD ZIQRI
Tempat & Tgl Lahir : JAKARTA, 03 FEBRUARI 1986
Alamat : LENTENG AGUNG 006/06 Gg. FILLAR,
KEL. LENTENG AGUNG, KEC. JAGAKARSA
JAKARTA SELATAN (12610)
Handphone : 08567660266
(021) 78883933
Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
Agama : ISLAM
Motto Hidup : “HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID”
II. Pendidikan
MI AL-ISLAMIYAH JAKARTA : 1992 - 1998
MTS AL-MUKHLISHIN BOGOR : 1998 - 2001
MAN 7 JAKARTA : 2001 - 2004
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI : 2004 - 2009
III. Pengalaman Organisasi
1998-2000 : Ketua Osis MTS Al-Mukhlisin
2002-2003 : Paskibra
2004-2006 : Wakil ketua IRMAZIR
v
ABSTRACT
The objective of the research is to analyze empirical data about the influence of
Murabahah, Mudharabah and Musyarakah towards Profitability (ROE)
simultaneously.Sample of the research was taken from all of the population of BUS
(Bank Umum Syariah / Sharia Commercial Bank) and listed in Bank of Indonesia
(BI) from 2005 to 2008 period.The statistical method employed in this research is
Multiple-Regression test. Based on the cultivation of data, the result indicates that
there is a significant influence of Mudharabah upon Profitability (ROE), whereas
both Murabahah and Musyarakah do not influence upon Profitability (ROE)
significantly.
Keywords: Murabahah, Mudharabah, Musyarakah and Profitabilty (ROE)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah secara simultan terhadap Profitabilitas (ROE).Sampel yang
digunakan dari populasi terdaftar di bank sentral (BI) dari tahun 2005 sampai
dengan 2008. Metode statistik yang digunakan adalah metode Regresi
berganda.Hasil statistik menunjukkan bahwa Mudharabah mempengaruhi
Profitabilitas (ROE) secara signifikan. Murabahah dan Musyarakah tidak
mempengaruhi Profitabilitas (ROE) secara signifikan.
Kata kunci : Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Profitabilitas
(ROE)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dengan rahmatnya
telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Dan tak lupa kita
panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menunjukkan jalan yang
benar kepada umat manusia dan selalu berada di jalan Allah SWT.
Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Murabahah, Mudharabah,
dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank” Penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna sehingga perlu saran, kritik,
pendapat yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik dan dapat
berguna bagi pembaca.
Penyusunan skripsi ini berhasil sesuai dengan waktu yang diharapkan
sehingga perlu perbaikan-perbaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang
dilakukan oleh Mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Untuk menyusun
skripsi ini memiliki banyak kendala namun skripsi ini berhasil terlaksana.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan guna menyelesaikan skripsi ini di antaranya :
1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral, spiritual,
maupun material untuk menjalankan skripsi ini.
2. Bpk Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah.
3. Bpk Indoyama Nasarrudin, SE, MAB selaku ketua jurusan manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negari Syarif
Hidayatullah
4. Bpk Prof Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Bid Akademik
Sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran, petunjuk,
ilmu pengetahuan, wawasan sehingga terselesaikan skripsi ini.
5. Bpk Aminuddin SH, M.Ag., selaku pembimbing II yang memberikan
bimbingan baik saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
viii
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan
ilmunya dan wawasan kepada penulis. Dan staf-staf bagian Akademik,
Staf keuangan, staf jurusan dan staf perpustakaan yang selalu melayani
mahasiswa.
7. Terima kasih kepada rekan-rekan yang memberikan informasi dalam
menyelesaikan skripsi ini. Special thanks to Purwo Yudo Wibowo, SE.
8. Elyza Martiarini, S.Pd dan keluarga, yang tak henti-hentinya mendorong
semangat dan menjadi inspirasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga diberikan balasan baik di dunia maupun di akhirat serta
dibukakan jalan yang baik di setiap langkahnya.
Penulis menyadari kekurangan sehingga saran dan kritik yang
membangun guna memperbaiki skripsi ini.
Jakarta, Desember 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi....................................................................... i
Lembar Bukti Ujian skripsi........................................................................ ii
Lembar Bukti Ujian Komprehensif........................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................. iv
Abstract .................................................................................................. v
Abstrak ................................................................................................... vi
Kata Pengantar ....................................................................................... vii
Daftar Isi ................................................................................................. ix
Daftar Tabel ............................................................................................ xi
Daftar gambar............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................... 1
B. Batasan Masalah .............................................................. 8
C. Perumusan Masalah ......................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................ 8
E. Manfaat Penelitian .......................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................ 10
B. Murabahah ....................................................................... 20
C. Mudhrabahah ................................................................... 24
D. Musyarakah ..................................................................... 31
E. Pengertian Pendapatan ..................................................... 38
F. Pengertian Propitabilitas .................................................. 45
G. Kerangka Pemikiran ........................................................ 49
H. Penelitian Terdahulu ........................................................ 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup penelitian ................................................ 50
x
B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 50
C. Pengumpulan Data ........................................................... 51
D. Metode Analisis ............................................................... 52
1. Analisis Statistik ........................................................ 52
a. Uji F ..................................................................... 52
b. Uji T .................................................................... 52
c. Uji Koefisien determinasi ..................................... 53
2. Analisis asumsi Klasik ............................................... 53
a. Uji Normalitas Data ............................................. 53
b. Uji Autokolerasi ................................................... 54
c. Uji Multikolineritas .............................................. 56
d. Uji Heteroskedastisitas ......................................... 56
3. Analisis Regresi Berganda ......................................... 57
E. Operasional Variabel ....................................................... 58
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................... 60
B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif.................................. 67
C. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 75
1. Uji Normalitas Data ................................................... 75
2. Uji Multikolinearitas .................................................. 76
3. Uji Autokorelasi ......................................................... 77
4. Uji Heteroskedastisitas ............................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................... 85
B. Implikasi .......................................................................... 86
C. Saran ............................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ xiii
Lampiran-lampiran
xi
DAFTAR TABEL
NO Keterangan Halaman
4.I ROE ...............................................................................................70
4.2 Murabahah .....................................................................................73
4.3 Mudharabah....................................................................................75
4.4 Musyarakah....................................................................................76
4.5 Hasil Uji Multikolineraitas.............................................................79
4.6 Hasil Uji Autokorelasi...................................................................80
4.7 Anova (Uji F).................................................................................82
4.8 Coefficient (Uji t)..........................................................................83
4.9 Uji Koofisien determinasi...............................................................84
xii
DAFTAR GAMBAR
NO Keterangan Halaman
2.1 kerangka Pemikiran 48
4.1 Grafik Uji Normalitas Data 78
4.2 Grafik Uji Heterokedastisitas 81
ABSTRACT
The objective of the research is to obtain empirical data about the influence of
Murabahah, Mudharabah and Musyarakah towards Profitability (ROE) either partially
and simultaneously.
Sample of the research was taken from all of the population of BUS (Bank Umum Syariah
/ Sharia Commercial Bank) and listed in Bank of Indonesia (BI) from 2005 to 2008
period.
The statistical method employed in this research is two-stage least regression, Ttest, Ftest
and Coefficient of Determination.
Based on the cultivation of data, the result indicates that there is a significant influence
of Mudharabah upon Profitability (ROE), whereas both Murabahah and Musyarakah do
not influence upon Profitability (ROE) significantly.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................... 7
C. Batasan Masalah .............................................................. 8
D. Perumusan Masalah ......................................................... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................ 10
1. Pengertian Bank Syariah ............................................ 10
2. Fungsi Bank Syariah .................................................. 12
3. Produk-Produk Bank Syariah ..................................... 12
4. Karakteristik dan Persyaratan Transaksi
Perbankan Syariah ..................................................... 19
B. Murabahah ....................................................................... 20
C. Mudhrabahah ................................................................... 24
D. Musyarakah ..................................................................... 31
E. Pengertian Pendapatan ..................................................... 38
F. Pengertian Propitabilitas .................................................. 45
G. Kerangka Pemikiran ........................................................ 49
ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup penelitian ................................................ 50
B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 50
C. Pengumpulan Data ........................................................... 51
D. Metode Analisis ............................................................... 52
1. Analisis Statistik ........................................................ 52
a. Uji F ..................................................................... 52
b. Uji T .................................................................... 52
c. Uji Koefisien determinasi ..................................... 53
2. Analisis asumsi Klasik ............................................... 53
a. Uji Normalitas Data ............................................. 53
b. Uji Autokolerasi ................................................... 54
c. Uji Multikolineritas .............................................. 56
d. Uji Heteroskedastisitas ......................................... 56
3. Analisis Regresi Berganda ......................................... 57
E. Operasional Variabel ....................................................... 58
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................... 60
1. Sejarah Singkat Bank Muamalat................................. 60
2. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ....................... 63
B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif.................................. 67
1. Pengolahan Data ........................................................ 67
iii
2. Analisis Deskriptif Variabel ....................................... 68
C. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 75
1. Uji Normalitas Data ................................................... 75
2. Uji Multikolinearitas .................................................. 76
3. Uji Autokorelasi ......................................................... 77
4. Uji Heteroskedastisitas ............................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................... 85
B. Implikasi .......................................................................... 86
C. Saran ............................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak dapat disangkal bahwa uang merupakan alat yang sangat
penting bagi kebutuhan manusia. Saat ini lembaga-lembaga keuangan
sengaja berdiri agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia
(Human Needs). Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi
sebagai Intermediary, artinya bank sebagai lembaga keuangan berfungsi
sebagai perantara antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (kreditur)
dengan pihak yang membutuhkan dana (debitur).
Kita ketahui di Indonesia terdapat dua jenis bank ditinjau dari
prinsipnya. Yang pertama adalah bank konvensional. Bank konvensional
adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat serta
menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Yang kedua adalah bank syariah.
Bank syariah adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka
mensejahterakan rakyat dan berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam.
Jika dicermati dari pengertian kedua macam bank di atas, sekilas
tidak ada perbedaan dalam tujuannya, namun walaupun keduanya
diregulasi oleh Bank Indonesia, prinsip yang membedakan kedua bank
tersebut.
2
Bank konvensional dalam menjalankan aktivitasnya memakai
bunga sebagai pendapatan dalam memperoleh keuntungan. Bunga dalam
bank konvensional didapat dari pendapatan bank yang disebut interest
margin. Pada pemberian kredit yang dilakukan bank konvensional, unsur
bunga sangat berperan penting. Dengan demikian bahwa bunga dalam
bank konvensional diakui sebagai pendapatan bank konvensional. Tetapi,
tingkat suku bunga yang fluktuatif kadang-kadang menjadi masalah di
bank konvensional dalam memberikan atau mengajukan persentase bunga
dari pemberian kredit yang dilakukan.
Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997
telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem
konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat
diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena
menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah.
Perbankan Syariah mempunyai prinsip bagi hasil yang berbeda
dengan perbankan konvensional, yang ternyata lebih tangguh dan terbukti
mampu bertahan pada saat krisis moneter. Bahkan, sistem perbankan
syariah saat ini lebih berkembang dan menjadi alternatif menarik bagi
kalangan pengusaha sebagai pelaku bisnis, akademisi sebagai penyedia
sumber daya manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan.
Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank
Islam, seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga
intermediasi (Intermediary institution), yaitu menyerap dana dari
3
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak
berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip
pembagian keuntungan (Profit lost sharing principle).
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, telah
muncul pula kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah. Keinginan ini kemudian ditampung dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 sekalipun belum
dengan istilah yang tegas, tetapi baru dimunculkan dengan memakai istilah
“bagi hasil”. Baru setelah Undang-undang No. 7 Tahun 1992 itu diubah
dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, istilah yang dipakai lebih
terbuka. Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 disebut dengan tegas
istilah “prinsip syariah” bank berdasarkan prinsip syariah. Karena
operasinya berpedoman ketentuan-ketentuan Syariah Islam, karenanya
bank Islam disebut pula “Bank Syariah”.
Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, bank dalam
melakukan kegiatannya tidak hanya memperhatikan prinsip syariah saja
tetapi juga harus memperhatikan rambu-rambu ketentuan Bank Indonesia
(BI) atas terjadinya usaha yang dilakukan oleh bank. Penetapan rambu-
rambu ketentuan dari BI bertujuan agar bank sebagai financial
intermediary institution yang melakukan kegiatan usaha pembiayaannya
harus selalu dalam keadaan baik.
4
Seperti Bank Konvensional, Bank Syariah juga memberikan jasa-
jasa pembiayaan. Jasa-jasa pembiayaan yang diberikan Bank Syariah jauh
lebih beragam daripada jasa-jasa pembiayaan yang dapat diberikan oleh
Bank Konvensional. Mengenai jasa pembiayaan yang dapat diberikan oleh
bank Islam bukan saja pembiayaan dalam bentuk apa yang disebut dalam
istilah perbankan konvensional sebagai kredit, tetapi juga memberikan
jasa-jasa pembiayaan yang biasanya diberikan oleh lembaga pembiayaan
(multi finance company), seperti leasing, hire purchase, pembelian barang
oleh nasabah bank kepada bank Islam yang bersangkutan dengan cicilan,
pembelian barang oleh bank Islam kepada perusahaan manufaktur dengan
pembayaran di muka, penyertaan modal (equity participation atau venture
capital).
Jasa-jasa perbankan Islam yang terkait dengan jasa pembiayaan
yang ditawarkan oleh Bank Syariah dikemas dalam produk-produk yang
ada dalam Bank Syariah, salah satunya adalah pembiayaan murabahah.
Pembiayaan murabahah merupakan jasa pembiayaan dengan mengambil
bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Sedangkan pola pelayanannya
dengan memakai jenis pembelian berdasarkan pesanan. Pada perjanjian
murabahah atau mark-up, bank membiayai pembelian barang atau asset
yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari
pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut
dengan menambah suatu mark-up atau keuntungan. Dengan kata lain,
5
penjualan barang oleh bank kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus
profit.
Selain itu mudharabah dan musyarakah merupakan instrumen yang
menarik di bank syariah. Mudharabah dan musyarakah umumnya
digunakan untuk kerjasama antara bank dengan para nasabahnya yang
menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan ketentuan di awal
akad. Para pengusaha yang ingin melakukan akad tersebut hendaknya
mengetahui tentang prosedur-prosedur yang ada di dalam akad untuk
menghindari dari nisbi.
Mudharabah dan musyarakah yang ditawarkan bank syariah
amatlah cocok dibandingkan dengan pemberian kredit yang ada di bank
konvensional, karena dengan sistem profit loss sharing dan revenue
sharing serta adanya ketentuan-ketentuan usaha atau managemen yang
diberikan oleh bank diharapkan untuk kepuasan dan transparasi.
Transparansi bagi bank syariah bersifat mutlak dan harus
dilakukan. Dengan adanya transparansi yang benar-benar transparan
diharapkan akan semakin meningkatkan kepercayaan nasabah. Salah satu
implementasi transparansi dalam operasional bank syariah adalah
pembuatan laporan bagi hasil kepada semua deposan secara rutin setiap
bulan. Dalam laporan bagi hasil antara lain dilaporkan berapa jumlah
pendapatan yang diterima bank dalam satu bulan, yang akhirnya akan
berpengaruh terhadap berapa nominal hasil investasi yang akan diterima
deposan.
6
Dalam laporan bagi hasil, pengertian pendapatan adalah
pendapatan riil, yaitu pendapatan yang benar-benar secara tunai telah
diterima bank dari hasil penanaman dalam aktiva produktif, baik yang
berupa pendapatan margin, pendapatan nisbah, maupun pendapatan sewa.
Seperti yang diketahui, bahwa aktiva produktif bank syariah secara garis
besar ada tiga macam, yaitu piutang yang akan menghasilkan margin,
pembiayaan yang akan menghasilkan bagi hasil dan ijarah yang akan
menghasilkan pendapatan sewa.
PSAK 59 tentang akuntansi perbankan syariah yang dalam
pelaksanaannya diperjelas dengan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
(PAPSI), dalam beberapa paragraf yang mengatur metode pengakuan
pendapatan menyatakan bahwa pengakuan pendapatan atas aktiva
produktif yang performing menggunakan accrual basis. Accrual basis
merupakan salah satu metode pengakuan pendapatan yang akan mengakui
adanya pendapatan dalam periode timbulnya hak meskipun nasabah pada
kenyataannya pada periode yang dimaksud belum melakukan pembayaran.
Metode accrual basis diterapkan untuk pengakuan pendapatan atas
aktiva produktif yang performing, yaitu aktiva produktif yang mempunyai
kualitas lancar dan dalam perhatian khusus. Sedangkan untuk aktiva
produktif non performing, yaitu aktiva produktif dengan kualitas kurang
lancar, diragukan, dan macet diterapkan metode cash basis.
Penerapan metode accrual basis dalam pengakuan pendapatan atas
aktiva produktif yang performing akan mengakibatkan timbulnya
7
perbedaan jumlah pendapatan yang tercantum dalam pelaporan keuangan.
Dalam hal ini adalah laporan laba rugi dengan pendapatan yang tercantum
dalam laporan bagi hasil yang dimaksud dengan pendapatan adalah
pendapatan yang benar-benar secara cash diterima oleh pihak bank.
Sedangkan pendapatan yang tercantum dalam laporan laba rugi mencakup
baik pendapatan yang secara cash telah diterima oleh bank maupun
pendapatan yang timbul karena adanya proses akrual.
Oleh karena itu, tingginya minat nasabah untuk melakukan akad
murabahah, mudharabah dan musyarakah di bank syariah, tentunya akan
memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan bank syariah. Dari
pendapatan-pendapatan tersebut kiranya bank dapat mengetahui seberapa
besar profit yang dihasilkan bank syariah.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut, timbul keinginan penulis
dalam menyusun sebuah skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH
PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN
MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK “
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah dapat
mempengruhi profitabilitas Bank secara parsial?
2. Bagaimana profitabilitas bank atas pendapatan Murabahah,
Mudharabah dan Musyarakah secara simultan?
8
C. Batasan Masalah
Agar dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini terfokus pada
ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi permasalahan pada
“Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Seberapa besar profitabilitas yang dihasilkan bank dari pendapatan
Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah ?
2. Seberapa besar pengaruh pendapatan Murabahah, Mudharabah dan
Musyarkah terhadap tingkat profitabilitas ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka
tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui profitabilitas yang dihasilkan dari pendapatan
Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah .
2. Untuk menganalisa pengaruh pendapatan Murabahah, Mudaharabah
dan Musyarakah terhadap tingkat profitabilitas.
Adapun manfaat yang ingin diberikan penulis dari skripsi ini
adalah sebagai berikut:
9
1. Bagi pihak Bank, yaitu sebagai acuan dalam melaksanakan prinsip
perekonomian syariah yang sesuai dengan syariat Islam serta dapat
menghasilkan profit, khususnya melalui produk Murabahah,
Mudharabah dan Musyarakah.
2. Bagi Regulator, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
meningkatkan dunia perbankan syariah di Indonesia.
3. Bagi Akademis/Peneliti, yaitu menambah pemahaman mengenai
perbankan syariah terutama konsep Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah, serta dapat mengetahui seberapa besar pengaruh atau
kontribusi dari pendapatan murabahah, mudharabah dan musyarakah
terhadap profitabilitas bank syariah.
4. Bagi Investor, yaitu sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam
menanamkan modal di perbankan syariah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bank Syariah
Di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 -
Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dalam kerangka ekonomi umat Islam, istilah bank memiliki
konsep sendiri yakni bank syariah, yang memiliki prinsip operasional yang
berbeda dengan prinsip operasional bank konvensional.
Bank Islam menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i
Antonio (1992:2) adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengikuti
suruhan dan larangan yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadist, yaitu
menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur riba dan mengikuti
praktek-praktek usaha yang dilakukan zaman Rasulullah SAW.
11
Bank syariah adalah bank yang menjual produk-produknya dengan
tata cara sesuai dengan hukum Islam dan menerima imbal jasanya dalam
bentuk bagi hasil (ujrah) berdasarkan akad (kesepakatan) antara bank
dengan nasabah, masing-masing pihak menyediakan informasi secara
lengkap dan akurat (jujur) sebelum dan setelah akad, tidak ada eksploitasi
terhadap pihak lain serata tujuannya adalah mencari ridha Allah SWT.
(Slamet Haryono, 2009: 81)
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan
dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip
syariah. (Sudarsono, 2004: 27). Definisi lainnya menyebutkan bahwa bank
Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana
untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana bank untuk perorangan
atau badan usaha guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan
lain-lain sesuai dengan syariat Islam tanpa menggunakan sistem bunga.
(Adhim, 1998: 30)
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga, bank syariah atau biasa disebut dengan bank
tanpa bunga adalah lembaga keuangan/ perbankan yang operasionalnya
dan produknya dikembangkan berlandsaskan Al-qur’an dan Al- Hadits,
12
atau dengan kata lain dalam lalu lintas pembayarannya serta peredaran
uang yang operasionalnya dengan prinsip syariat islam.
Istilah lain yang digunakan untuk sebutan bank Islam adalah
syariah, menurut Ensiklopedia Islam adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat Islam.
2. Fungsi Bank Syariah
Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank
konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya
dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam
jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang
dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari
pengambilan bunga, maka Bank syariah dari apa yang disebut sebagai
imbalan, baik berupa jasa (fee-based income) maupun mark-up atau profit
margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).
3. Produk-Produk Bank Syariah
Pada umumnya produk-produk perbankan syariah dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu :
a. Produk Penghimpun Dana
b. Produk Penyaluran Dana
13
c. Produk Jasa
a. Produk penghimpun dana
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro,
tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam
penghimpunana dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
1) Prinsip wadiah
Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada
prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi,
sedangkan dalam wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi bertanggung
jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta
titipan tersebut
2) Rekening tabungan.
Bank menerima simpanan dari nasabah dengan jasa penitipan dana.
Bank mendapatkan izin dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut
selama mengendap di bank. Keuntungan dari penggunaan dana akan
dibagi dengan nasabah yang pembagiannya telah disepakati di awal. Bank
juga menjamin pembayaran kembali semua simpanan nasabah.
3) Rekening investasi umum
Produk ini menggunakan prinsip Mudaharabah Mutlaqah, dimana
bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah bertindak sebagai shahibul
maal.
14
4) Rekening investasi khusus
Produk ini menggunakan prinsip Mudharabah Muqayyadah,
dimana bank menerima pinjaman dari pemerintah atau nasabah korporasi,
bentuk investasi dan pembagian keuntungan dinegosiasikan kasus per
kasus.
b. Produk Penyaluran Dana
1) Akad Bagi Hasil
a) Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak
dimana pemilik modal (Shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100%
modal shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
b) Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara kedua belah pihak atau
lebih untuk melakukan usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan
ditanggung sesuai dengan kesepakatan. Pada umumnya transaksi ini
dilandasi oleh adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk
meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama.
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah
dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menetukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
15
2) Akad Jual Beli
a) Murabahah
Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank
ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera
setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil
(Bitsaman Ajil) maupun sekaligus.
Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual-beli antara
bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan
untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan dari jual-beli yang
disepakati bersama. Rukun dan syarat murabahah adalah sama dengan
rukun dan syarat dalam fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang,
harga dan cara pembayaran adalah sesuai dengan kebijakan bank yang
bersangkutan. Harga jual bank adalah harga beli dari pemasok ditambah
keuntungan yang disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui
keuntungan yang diambil oleh bank.
b) Ba’i Salam
Secara etimologi Salam berarti Salaf (dahulu). Bai' as salam adalah
akad jual-beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera,
sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang
disepakati.
Dalam teknis perbankan syariah, salam berarti pembelian yang
dilakukan oleh bank dari nasabah dengan pembayaran di muka dengan
16
jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama. Harga yang
dibayarkan dalam salam tidak boleh dalam bentuk utang melainkan dalam
bentuk tunai yang dibayarkan segera. Tentu saja bank tidak bermaksud
hanya melakukan salam untuk memperoleh barang. Barang itu harus dijual
lagi untuk memperoleh keuntungan.
c) Bai’ Istishna
Bai' Istishna' adalah akad jual-beli antara pemesan/ pembeli
(Mustashni') dengan produsen/ penjual (Shani') dimana barang yang akan
diperjual belikan harus dibuat lebih dulu dengan kriteria yang jelas.
Istishna hampir sama dengan bai' salam, bedanya hanya terletak pada cara
pembayarannya. Pada salam pembayarannya harus dimuka dan segera,
sedang pada istishna pembayarannya boleh di awal, di tengah atau di
akhir, baik sekaligus ataupun secara bertahap.
3) Ijarah dan Ijarah wa Iqtina
Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertidak sebagai penjual jasa
sementara nasabah serbagai pembeli.
c. Produk Jasa
1. Rahn
Rahn adalah satu jenis transaksi tabaru', karena apa yang diberikan
Rahin (pemilik barang) untuk murtahin (pemegang barang) bukan atas
imbalan akan sesuatu, ia termasuk transaksi (uqud) 'ainiyah, di mana tidak
dianggap sempurna kecuali bila sudah diterima 'ain al ma'qud. Dan akad
17
(transaksi) jenis ini ada lima, yaitu hibah, i'arah, ida', qard dan rahn.
Tabaru' itu tidak sempurna kecuali dengan qard.
Dalam teknis perbankan, akad ini dapat digunakan sebagai
tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan
tambahan. Akad ini juga dapat menjadi produk tersendiri untuk melayani
kebutuhan nasabah guna keperluan yang bersifat jasa dan konsumtif,
seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Bank atau lembaga
keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau
keamanan barang yang digadaikan tersebut.
2. Wakalah
Wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, di mana pihak
pertama mewakilkan suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak
atas nama pihak pertama. Dalam aplikasinya pada perbankan Syariah,
Wakalah biasanya diterapkan untuk penerbitan Letter of Credit (L/C) atau
penerusan permintaan akan barang dalam negeri dari bank di luar negeri
(L/C ekspor). Wakalah juga diterapkan untuk mentransfer dana nasabah
kepada pihak lain.
3. Kafalah
Istilah Kafalah adalah memasukkan tanggung jawab seseorang
ke dalam tanggung jawab orang lain dalam suatu tuntutan umum, dengan
kata lain menjadikan seseorang ikut bertanggung jawab atas tanggung
jawab orang lain yang berkaitan dengan masalah nyawa, utang atau
barang. Meskipun demikian penjamin yang ikut bertanggung jawab
18
tersebut tidak dianggap berutang, dan utang pihak yang dijamin tidak
gugur dengan jaminan pihak penjamin.
4. Hawalah
Hawalah adalah akad pemindahan utang/piutang suatu pihak
kepada pihak lain. Dalam hal ini ada tiga pihak, yaitu pihak yang berutang
(muhil atau madin), pihak yang memberi utang (muhal atau da'in) dan
pihak yang menerima pemindahan (muhal 'alaih). Di pasar keuangan
konvensional praktek hawalah dapat dilihat pada transaksi anjak piutang
(factoring). Namun sebagaimana diuraikan di atas, kebanyakan ulama
tidak memperbolehkan mengambil manfaat (imbalan) atas pemindahan
utang/ piutang tersebut.
5. Ju’alah
Ju'alah adalah suatu kontrak di mana pihak pertama menjanjikan
imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/
pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak
pertama. Prinsip ini dapat diterapkan oleh bank dalam menawarkan
berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah, seperti Referensi
Bank, Informasi Usaha dan sebagainya. Prinsip ini juga digunakan oleh
Bank Indonesia dalam Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Prinsip ini digunakan oleh bank dalam menwarkan jasa dengan fee
sebagian dari imbalannya.
19
6. Qard Al- Hasan
Yaitu pinjaman dana bank kepada pihak yang layak untuk
mendapatkannya. Bank sama sekali dilarang untuk menerima manfaat
apapun.
7. Sharf
Sharf adalah transaksi pertukaran antara emas dengan perak atau
pertukaran valuta asing, di mana mata uang asing dipertukarkan dengan
mata uang domestik atau dengan mata uang asing lainnya.
4. Karakteristik dan persyaratan transaksi perbankan syariah
a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan
saling ridha
b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan
baik (Thayyib)
c. Uang hanya berfungsi sebagi alat tukar dan satuan pengukur nilai,
bukan sebagai komoditas
d. Tidak mengandung unsur riba, kezaliman, maysir, gharar, haram
e. Tidak mengandung prinsip nilai waktu dari uang (time value of
money), karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait
dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan
prinsip Al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk)
f. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar,
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain, tidak
diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad,
20
tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (Ta’alluq)
dalam satu akad.
g. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), dan
rekayasa penawaran (ikhtiar),
h. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)
i. Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial
maupun akitivitas sosial yang bersifat nonkomersial
j. Transaksi syariah komersial dilakukan antara lain berupa
1). Investasi untuk mendapatkan bagi hasil
2). Jual beli untuk mendapatkan laba
3). Pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.
B. Murabahah
Murabahah adalah kesepakatan untuk transaksi jual beli antara bank
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli terhadap barang sebesar
harga perolehan ditambah keuntungan (margin) yang disepakati dan
dengan informasi yang lengkap dan transparan (jujur) diantara dua pihak.
(Slamet Haryono, 2009:84)
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus
memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagi tambahannya. (Syafi’i Antonio, 2002:101)
21
Murabahah berasal dari kata Ribhu (keuntungan) adalah transaksi
jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya, bank bertindak
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waku pembayaran, harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. (Ahmad Rodoni, 2006: 31)
Murabahah Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai
penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli
bank di tambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera
setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil
(bitsaman ajil) maupun sekaligus.
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah.
Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian
menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah
dan nasabah.
Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan.
Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah
bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada
pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan
yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa
lumpsum atau berdasarkan persentase. Jika seseorang melakukan penjualan
22
komoditi/ barang dengan harga lumpsum tanpa memberi tahu berapa nilai
pokoknya, maka bukan termasuk murabahah, walaupun ia juga mengambil
keuntungan dari penjualan tersebut.
Murabahah Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank
Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk
pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah,
yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga
beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.
Pembiayaan Murabahah dalam istilah fiqih ialah akad jual beli atas
barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan
dengan jelas barang yang diperjual belikan termasuk harga pembelian dan
keuntungan yang diambil . Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad
jual beli antara bank selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan
untuk membeli barang.
a. Landasan Syariah
Al-qur’an Surat Al-baqarah 275
Artinya : …”Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan
riba…”
Hadits
Dari Suhaib ar-Rumi R.A. bahwa rasulullah SAW. Bersabda “Tiga
hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh,
23
Muqaradhah (Mudharabah), dan mencapur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual’ (HR Ibnu Majah)
b. Syarat-syarat Murabahah
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
3) Kontrak harus bebas dari riba
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
c. Rukun-rukun Murabahah
1) Penjual
2) Pembeli
3) Barang yang diperjual-belikan
4) Harga dan
5) Ijab-qabul
d. Teknis Perbankan
Dalam teknis perbankan Murabahah dilakukan jika nasabah ingin
membeli barang yang di inginkan kemudian bank membeli barang tersebut
dari suplier. Setelah barang tersebut cocok, terjadilah akad muarabahah
dengan kesepakatan margin yang telah disepakati. Berikut skema
Murabahah dalam perbankan syariah.
24
Murabahah
C. `Mudharabah
(Adiwarman Karim 2004:12) yang dimaksud dengan mudharabah
adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman nabi bahkan
telah dipraktekkan oleh bangsa arab sebelum Islam. Ketika nabi
Muhammad berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad Mudharabah
dengan khadijah. Dengan demikian ditinjau dari segi hukum Islam, maka
praktek Mudharabah ini diperbolehkan, baik menurut Al-Qur’an ,As-
Sunnah mapun Ijma’.
Dalam buku yang berjudul Bank Dan Lembaga keuangan Lainnya,
karangan professor Ahmad Rodoni menerjemahkan mudharabah adalah
bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana pemilik modal
(shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(Mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan. Selanjutnya transaksi ini
25
tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul maal dalam manajemen proyek
sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak berhati-hati dan
bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian.
Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia diharapkan untuk mengelola
modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya (100%),
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Mudharabah juga
dapat diartikan bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dimana
pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Mudharabah bersal dari kata Dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, al-
mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan suluruh (100%) modal, sedangkan
pihak lainya menjadi pengelola. Keuntangan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, bukan akibat
si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.
26
a. Landasan Syariah
Secara umum landasan dasar syariah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat
dan hadits berikut ini Allah berfirman dalam surat Al- Muzammil.
..........tβρã�yz# uuρ tβθç/ Î�ôØtƒ ’ Îû ÇÚö‘ F{ $# tβθäó tGö6 tƒ ÏΒ È≅ôÒsù «!$# � ...........
)٢٠: المزمل (
artinya “……dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT…”( 73 : 20)
Adanya kata yadribun pada ayat diatas dianggap sama dengan akar
kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. Ayat
tersebut mendorong kaum muslim untuk melakukan upaya atau usaha
yang telah diperintahkan Allah SWT.
#sŒ Î*sù ÏMuŠÅÒè% äο 4θ n=¢Á9$# (#ρã�ϱtFΡ$$sù ’ Îû ÇÚö‘ F{ $# (#θäó tG ö/$#uρ ÏΒ È≅ôÒsù «!$# .............
)١٠: الجمعة( “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah SWT…”(62:10)
}§øŠs9 öΝ à6 ø‹n= tã îy$oΨ ã_ β r& (#θ äó tG ö;s? Wξ ôÒsù ÏiΒ öΝ à6 În/ )١٩٨: البقرة(.......... 4 ‘§
“Tiada ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia
Tuhanmu…”(2: 198)
Surah al-jum’ah:10 dan al-baqarah: 198 sama-sama mendorong
kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha
27
Hadits nabi Muhammad SAW yang artinya “ diriwayatkan dari
Ibnu Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke
mitra usahanya secara mudharabah mensyaratkan agar dananya tidak
dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak, jika menyalahi peraturan tersebut maka yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan syarat-
syarat tersebut kepada Rasulullah SAW. Dan Rasulullah pun
memperbolehkannya “ (HR Tabrani).
Sementara hadits nabi Muhammad SAW. bersabda , dalam hadits
kudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda “ Allah SWT telah berfirman saya menyertai dua pihak yang
sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati
yang lainnya, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan
tersebut (HR. Abu Daud, Subulussalam 3/21)
b. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis yakni
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
1) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik
modal (shahibul maal) dan pengelola (mudahrib) yang cakupannya sangat
luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali
28
dicontohkan dengan ungkapan if’al ma Syi’ta (lakukan sesukamu) dari
shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
2) Mudaharabah Muqayyadah
Mudarabah Muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah
Mutlaqah. Si Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si Shahibul maal dalam memasuki jenis dunia
usaha.
Adapaun dari sisi pembiayaan, mudharabah biasanya diterapkan untuk
bidang-bidang berikut.
a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan
jasa.
b) Investasi khusus disebut juga mudaharabah muqayyadah, yaitu
sumber invesatsi yang khusus dengan penyaluran yang khusus pula
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.
Mudharabah dan kaitannya dengan dunia perbankan biasanya
diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan.
c. Rukun-rukun Mudharabah
4 rukun dalam akad Mudharabah adalah :
1) Pelaku ( pemilik modal dan pelaksana usaha)
Jelaslah bahwa rukun akad mudharabah sama dengan rukun akad
jual beli. Dalam mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama bertindak sebagai pemilik modal ( Shahibul Maal), sedangkan
29
pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (Mudharib atau A’mil).
Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada.
2) Objek Mudharabah ( modal dan kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan
yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modal
sebagai objek mudharabah dan pelaksana usaha menyerahkan modalnya
juga sebai objek mudharabah. Adapun modal yang diserahkan berbentuk
uang atau barang yang telah dirinci berapa harganya. Sedangkan kerja
yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill,
management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini akad mudharabah
pun tidak sah.
Para fuqaha sebetulnya tidak membolehkan modal mudharabah
berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan
taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya
modal mudharabah (Al-Kasani, Al-Badai’, vol.6, hal 82) namun para
ulama mazhab hanafi memperbolehkannya dan nilai barang yang dijadikan
setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh Mudharib dan shahibul
maal ( Ibnu Qudamah, Al-mughni, vol.5, hlm. 15.)
3) persetujuan akad kedua belah pihak ( Ijab- Qabul)
Persetujuan kedua belah pihak merupakan kosekuensi dari prinsip
An-Taraddin Minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak harus
secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
30
4) Nisbah Keuntungan.
Nisbah keuntungan merupakan rukun mudharabah yang khas, yang
tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang
berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah. Mudharib
mendapatkan imbalan atas kerjanya , sedangkan shahibul maal mendapat
imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan
mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara
pembagian keuntungan.
Teknis Perbankan
Aplikasi mudharabah dalam dunia perbankan, bank selaku pemilik
dana (Shahibul Maal) mempercayakan uangnya kepada nasabah
(Mudharib) untuk dikelola dalam suatu usaha.Pendapatan atau keuntungan
dari usaha tersebut dibagikan sesuai dengan porsi yang telah disetujui
diawal akad.
31
PERJANJIAN BAGI HASIL
SKEMA AL – MUDHARABAH
D. Musyarakah
Dalam fiqih muamalah Musyarakah atau (syirkah) dari segi bahasa
bermakna penggabungan dua bagian atau lebih, yang tidak bisa dibedakan
lagi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’
musyarakah adalah transaksi antara dua orang atau lebih, yang dua-duanya
sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan mencari
keuntungan. (Taqiyyudin An-Nabhani, 1996:212)
PROYEK /
USAHA
BANK
(Shahibul Maal)
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
MODAL
KEAHLIAN MODAL 100 %
NASABAH
(Mudhorib)
Nisbah X %
Nisbah Y %
Pengambilan
Modal Pokok
32
Dalam fiqih muamalah disebutkan pula musyarakah (syirkah)
berarti pencampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan
harta lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanya.
بعضهِما عن يمتزان لاَ بِحيثُ بِالآخرِ الْمالين أَحد خلْطُ أَي الإِخلاَطُ
Musyarakah adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta
yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni
keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk
mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing memiliki
hak untuk bertasharruf. (Ad-Dasuqi, Asy-Syarh Al-Kabir Ma’a Ad-
Dasuqi, juz II. 348)
يإِذَنْ ه يف فرصا التما لَهعا ممهفُسأَ اَنأْذَنَ أَنْ يكُلُّ ي داحو ننِ مكَيرِيالش بِهاحصل يأَنْ ف فرصتي يالٍ فا مملَه عقَاءِ مإِب قح فرصكُلِّ التا لمهنم
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana ( atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Melalui kontrak ini, dua pihak atau lebih (termasuk bank dan
lembaga keuangan bersama nasabahnya) dapat mengumpulkan modal
mereka untuk membentuk sebuah perusahaan (Syirkah Al Inan) sebagai
sebuah badan hukum (legal entity). Setiap pihak memiliki bagian secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal mereka dan mempunyai hak
33
mengawasi (voting right) perusahaan sesuai dengan proporsinya. Untuk
pembagian keuntungan, setiap pihak menerima bagian keuntungan secara
proporsional dengan kontribusi modal masing-masing atau sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Bila perusahaan merugi,
maka kerugian itu juga dibebankan secara proporsional kepada masing-
masing pemberi modal.
Dalam teknis perbankan, Musyarakah adalah akad kerjasama
antara bank dengan nasabah untuk bersama-sama membiayai suatu usaha
dengan pembagian keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan (Ani
Murdiyati, Dirut BMSI).
a. Landasan syariah
Landasan syariah musyarakah terdapat dalam Al-Qur’an (3: 12)
........... ôΜ ßγsù â!%Ÿ2u� à° ’Îû Ï] è=›W9$# ..............) ١٢: النساء(
artinya : .........“ maka mereka berserikat pada sepertiga........”
Kemudian terdapat dalam surat Shaad
............ ̈β Î)uρ #Z�� ÏVx. zÏiΒ Ï!$sÜ n= èƒø: $# ‘Éó ö6 u‹s9 öΝ åκÝÕ÷è t/ 4’ n? tã CÙ ÷è t/ āωÎ) t Ï% ©!$#
(#θãΖtΒ#u (#θè= Ïϑ tã uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# ×≅‹Î= s%uρ $̈Β öΝ èδ ................) ٢٤: ص(
artinya : .......“ dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang ynag
berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain
kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh......... Kedua ayat di atas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah
SWT akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja
34
dalam surah An-nisa : 12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr karena
waris, sedangkan dalam Surat Shaad : 24 terjadi atas dasar akad (ikhtiyari)
Hadits
نع ةَ أَبِيريره يضلُ االلهَ إِنَّ : قاَلَ االلهُ رقُوا يثُ أَننِ ثَالكَيرِيالش الَمم نخي يتخاونُ مالَم الشرِيكَينِ علَى االلهِ يد صاحبه أَحدهما
Dikatakan dari Abu hurairah, Rasulullah SAW, bersabda , “
sesungguhnya Allah SWT berfirman, ‘ aku pihak ketiga dari dua orang
yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya” “(HR
Abu Daud)
دلَى االلهِ ينِ عكَيرِيالش الَمنُ ماوختي
Kekuasaan Allah senantiasa berada pada dua orang yang bersekutu
selama keduanya tidaklah berkhianat (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-
hambanya yang melakukan perkongsian selama saling menjunjung tinggi
amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.
Ijma
Umat Islam sepakat bahwa musyarakah dibolehkan. Hanya saja
mereka berbeda pendapat tentang jenisnya.
b. Jenis-jenis Musyarakah
1) Musyarakah Amlak
Musyarakah Amlak adalah dua orang atau lebih yang memiliki
barang tanpa adanya akad. Musyarakah ini dibagi 2 macam :
35
2) Musyarakah Ikhtiary
Musyarakah Ikhtiary adalah kerjasama yang muncul karena adanya
kontrak dari dua orang yang bersekutu.
3) Musyarakah Jabar
Musyarakah Jabar adalah kerjasama yang ditetapkan kepada dua
orang atau lebih yang bukan didasarkan atas perbuatan keduanya.
4) Musyarakah Uqud
Musyarakah Uqud merupakan bentuk transaksi yang terjadi antara
dua orang atau lebih untuk bersekutu dalam harta dan keuntungannya.
Musyarakah ini dibagi menjadi 5 yaitu :
1) Musyarakah Inan
Musyarakah Inan adalah persekutuan antara dua orang dengan
harta masing-masing. Dengan kata lain, ada dua orang yang melakukan
persekutuan dengan masing-masing harta mereka untuk bersama-sama
mengelola dengan kemampuannya masing-masing. Kemudian keuntungan
dibagi di antara mereka. Musyarakah ini dinamakan Inan karena kedua
belah pihak yang melakukan persekutuan tersebut sama-sama ikut
mengelola.
2) Musyarakah Abdan
Musyarakah Abdan adalah persekutuan antara dua orang untuk
menerima suatu pekerjaan yang akan dikerjakan secara-bersama-sama.
Kemudian keuntungan dibagi di antara keduanya dengan menetapkan
persyaratan tertentu.
36
3) Musyarakah Mufawadhah
Musyarakah Mufawadhah adalah persekutuan antara dua orang
sebagai gabungan bentuk persekutuan yang telah disebutkan di atas.
Musyarakah Mufawadhah adalah kontrak kerjasama/ persekutuan antara
dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari
keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. (Syafi’I Antonio, 2001
:92).
4) Musyarakah Wujuh
Musyarakah Wujuh adalah kontrak antara dua atau orang lebih yang
memiliki reputasi dan prestise baik secara ahli dalam ambisi. Mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang
secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan
jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra.
5) Musyarakah Mudharabah
Musyarakah Mudhrabah disebut juga Qiradh. Yaitu apabila pihak
dengan harta melebur untuk melakukan suatu persekutuan/ kerjasama.
Dengan kata lain, ada seseorang yang memberikan hartanya kepada pihak
lain yang dipergunakan untuk berbisnis, dengan ketentuan bahwa
keuntungan yang diperoleh akan dibagi oleh masing-masing pihak sesuai
dengan kesepakatan.
c. Rukun-rukun Musyarakah
1) Para Pihak
37
Dalam hal ini Bank dan pihak-pihak yang ingin menyetujui akad
Musyarakah.
2) Ijab Qabul
Setelah para pihak telah jelas dengan akad musyarakah, selanjutnya
ijab Qabul dilakukan untuk mengikat para pihak.
3) Maal (harta/ Modal)
4) Kegiatan Usaha
5) Keuntungan/ hasil
d. Teknis Perbankan
Aplikasi musyarakah dalam perbankan bank dengan nasabah
melakukan kesepatan kerjasama dengan memberikan masing-masing
kontribusi dan pembagian keuntungan berdasarkan porsi-porsi dan telah
disepakati diawl akad
38
SKEMA AL – MUSYARAKAH
E. Pengertian Pendapatan
Diakui bahwa tujuan utama perusahaan itu adalah memperoleh
laba, laba atau profit dapat tercapai bila diperoleh pendapatan. Pendapatan
adalah hasil prestasi suatu perusahaan yang memperoleh imbalan yang
pada umumnya disebut penjualan (Hadiwidjaya dan Rivai, 1989 : 139).
Yang dimaksud penjualan disini adalah semua transaksi penjualan baik
penjualan barang atau pendapatan barang.
PROYEK USAHA
Bank Syariah
Parsial
KEUNTUNGAN
Bagi Hasil keuntungan
Sesuai porsi kontribusi
Modal
Nasabah
Parsial:
Asset value
39
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendapatan itu
merupakan tukar (imbalan) nilai barang atau jasa. Nilai tukar dalam satuan
uang yang diterima setelah dipotong dengan perhitungan yang
menyangkut transaksi sehingga dapat dimengerti bahwa pendapatan dari
suatu transaksi adalah nilai nettonya.
Menurut Hadiwidjaya (1989 : 139) bank seperti bank umum
bekerja dalam bidang
a) Penghimpunan dana dari masyarakat
b) Pemberian kredit
c) Pemberian jasa lainnya.
Adapun sebagai imbalan dari kegiatan bidang usaha itu bank
umum swasta memperoleh beberapa pendapatan di antaranya adalah
pendapatan yang diperoleh dari usaha pemberian kredit.
Menurut Baridwan (1999) dalam Rina (2006 : 20 ) definisi
pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan aliran masuk atau
kenaikan lain aktiva suatu badan usaha, atau pelunasan hutang atau
kombinasi dari keduanya selama satu periode yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan
lainnya yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Pendapatan juga didefinisikan sebagai peningkatan ekuitas pemilik
yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli
(Niswonger, 1999 : 45)
40
Menurut Soemarso (1996) dalam Rina (2006 : 20 ) ada empat
kejadian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat
diakuinya pendapatan, yaitu :
1) Pada saat penjualan, yaitu pendapatan diakui saat barang diserahkan
kepada pembeli.
2) Pada saat pembayaran diterima, yaitu pendapatan diakui pada saat
pembayaran atas penjualan telah diterima.
3) Pada saat bagian produksi diselesaikan, yaitu pendapatan diakui dan
dicatat sesuai dengan bagian-bagian kontrak yang telah diselesaikan.
4) Pada saat produksi selesai, yaitu pendapatan diakui pada saat produksi
telah selesai.
Menurut Hasibuan (2004) pendapatan bank bersumber dari :
a) Bunga kredit yang disalurkan
b) Ongkos-ongkos lalu lintas pembayaran
c) Penjualan buku cek, bilyet giro, dan sebagainya
d) Save Deposit Box
e) Komisi dan Provisi
f) Call Money Market
Pendapatan merupakan hasil yang diterima dari pengelolaan yang
berasal dari aktivitas atau kegiatan perusahaan, tentunya pendapatan yang
besar akan menghasilkan profit yang besar pula.
41
1. Prinsip margin
Sistem margin yang digunakan bank syariah merupakan sistem
dimana dilakukannya akad perjanjian antara bank dengan nasabahnya.
Margin yang ditentukan bank hendaknya disepakati oleh nasbah. Ini
dimaksudkan agar menghindari riba dan mempunyai rasa kepuasan antara
bank dan nasabah.
Margin bank syariah digunakan dalam melakukan akad jual beli
dan jasa, seperti murabahah, isthisna, salam , hawalah, kafalah, dan lain
sebagainya.
2. Prinsip bagi hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya
perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di
dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas
keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi
hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang
ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang
berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu
pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil
antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan
harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing
pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam
perbankan syari’ah terdiri dari dua sistem, yaitu:
42
a) Pengertian Profit Sharing
Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi
keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit
secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total
revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost).
Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil
didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit
and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara
untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah
dilakukan.
Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan
bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola
modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana
di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika
mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan
di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan
ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.
Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal
investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal
tidak mendapatkan upah/ hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah
dilakukannya.
43
Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan
pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya
yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam
dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka
lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara
pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan
adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih
atas pengurangan total cost terhadap total revenue.
b) Pengertian Revenue Sharing
Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua
kata yaitu, revenue yang berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing
adalah bentuk kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue
sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan.
Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang
yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods)
dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan
(sales revenue).
Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada
perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kegiatan produksi
dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut.
Di dalam revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya
(total cost) dan laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor
44
(gross profit) dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan
keuangan.
Berdasarkan definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arti
revenue pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan
dari hasil usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari
total pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang
tersebut. Unsur yang terdapat di dalam revenue meliputi total harga pokok
penjualan ditambah dengan total selisih dari hasil pendapatan penjualan
tersebut. Tentunya di dalamnya meliputi modal (capital) ditambah dengan
keuntungannya (profit).
Berbeda dengan revenue di dalam arti perbankan. Yang dimaksud
dengan revenue bagi bank adalah jumlah dari penghasilan bunga bank
yang diterima dari penyaluran dananya atau jasa atas pinjaman maupun
titipan yang diberikan oleh bank.
Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh
bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif,
yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih
atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank.
Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem pada masyarakat
dengan istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari
total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya
pengelolaan dana.
45
Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah
perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang
diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku
pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan
pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi
hasil untuk produk pendanaan bank.
F. Pengertian Profitabilitas
Menurut Zainul Arifin dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar
Manejemen Bank Syariah” Menjelaskan bahwa Net Income yang
dihasilkan oleh suatu bank dapat dipengaruhi oleh faktor yang dapat
dihasilkan (controlebel faktur). Contoh faktor yang dapat dikendalikan ini
adalah faktor yang dapat dipengaruhi kebijakan bank seperti segmentasi
pasar pengendalian pendapatan. Sedangkan faktor yang tidak bisa
dikendalikan adalah faktor yang dapat berpengaruh terhadap kinerja bank
seperti kondisi ekonomi persaingan dan lain-lain yang bersifat eksternal.
Profitabilitas menunjukan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend
earning, tetapi juga faktor yang mempengaruhi ketersediaan kualitas
earning. Keberhasilan bank yang didasarkan pada penilaian kuantitatif
terhadap rentabilitas bank yang diukur dengan rasio yang berbobot sama,
rasio tersebut terdiri dari rasio perbandingan laba dalam dua bulan terakhir
tarhadap volume usaha dalam periode 12 bulan (Mudrajat 2002;564)
46
Mandala manurung ( 2004:209) mendefiniskan profitabilitas adalah
menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Menurut Sri Sudarsi (2002 : 19) menyatakan profitabilitas
adalah merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh
perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Menurut Denda Wijaya (2001 : 119) rasio profitabilitas bank
adalah alat untuk menganalisa alat alat untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha yang dicapai oleh suatu perusahaan yang bersangkutan, selain itu
profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan bank dalam menghasilkan
laba ( Hasibuan, 2004 : 104).
Sawir (2204 : 31) mengunkapkan tujuan rasio profitabilitas adalah
untuk mengetahui kemampuan bank dalam menganalisa laba selama
periode tertentu. Juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas
manajemen dalam menjalankan operasional usahanya.
Rasio profitabilitas adalah alat untuk mengukur keefektifan dan
kesuksesan manajemen dalam menghasilkan suatu laba pada suatu periode
tertentu. Profitabilitas suatu bank dapat diketahui dengan menganalisa
laporan keuangannnya, dan dari hasil analisa tersebut akan dapat tercermin
kemampuan bank dalam memperoleh laba.
Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan
modal inti atau laba (sebelum pajak) dengan total assets yang dimiliki bank
pada periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi
47
yang sebenarnya (real), maka posisi modal / assets dihitung secara rata-rata
selama periode tersebut (Slamet Riyadi 2004:137)
Adapun rasio profitabilitas menunjukan kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan
berpendapat bahwa masalah profitabilitas merupakan masalah yang lebih
penting dibandingkan hanya masalah laba. Karena laba besar saja bukan
merupakan uluran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien
dengan demikian profitabilitas merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dengan sebuah modal yang bekerja didalam untuk menghasilkan rasio
profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui pengetahuan bank dalam
menghasilkan laba dalam periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur
tingkat efektifitas menejemen dalam menjalankan operasional perusahaan
Adapun yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas adalah
Return On Equity yang merupakan indikator untuk mengukur kemampuan
manejemen dalam mengelola modal yamg tersedia untuk mendapatkan
keuntungan tersisih semakin tinggi rasio ini semakin baik perusahaan
dalam menghasilkan profitabilitas, jadi informasi ROE yang
mengidentifikasi tingkat kemampuan perusahaan menggunakan modalnya
untuk memperoleh pendapatan bersih, akan di respon oleh investor, baik
secara positif maupun negatif.( Harahap 1998 : 310)
Return on Equity adalah ukuran yang lebih penting karena
merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka ( Jaenul Arifin 2006:60).
Penggunaan ROE sebagai variabel lebih dikarenakan sampai saat ini bank
48
syariah menggunakan ROE untuk menentukan tingkat bagi hasil/ pada
masa yang akan datang.
ROE yaitu indikator kemampuan perbankan dalam mengelola
modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih . ROE dapat diperoleh
dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas
(Net Income di bagi total Equity).
49
G. Kerangka Pemikiran
Gambar Kerangka Pemikiran
Bank Syariah
Murabahah
Mudharabah
Musyarakah
Analisis Pengaruh Pendapatan
Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah terhadap
Profitabilitas Bank
Terdapat Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah
dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank
Laporan Keuangan
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan-laporan keuangan
bank syariah yang terdaftar dalam BI dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2008 dengan tingkat persentase profitabilitas yang sesuai dengan
peraturan dari Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder
dari pusat kepustakaan BI. Persentase profitabilitas telah diatur dalam
peraturan Bank Indonesia, yaitu Return On Equity (ROE). Bank syariah
yang mempunyai ROE besar dapat menjadi acuan seberapa besar tingkat
penentuan bagi hasil yang akan dilakukan.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel non probability dimana metode ini menetapkan
bahwa setiap elemen tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel penelitian harus memenuhi syarat atau kriteria tertentu
yang dapat digunakan sebagai sampel untuk penelitian.
Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini :
1. Bank syariah yang terdaftar dalam BI dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2008.
51
2. Bank syariah yang mengeluarkan laporan keuangan per triwulan,
karena untuk mengetahui informasi variabel independen yang diteliti.
3. Bank syariah yang melakukan akad mudharabah dan musyarakah.
4. Bank syariah yang mempunyai ROE (Return On Equity) rata-rata
diatas 10% per tahun.
5. Bank syariah yang merupakan Bank Umum Syariah (BUS).
C. Pengumpulan Data
1. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk
jadi dan dipublikasikan.
a. Data-data dari pusat kepustakaan di BI.
Data-data tersebut adalah data laporan-laporan keuangan, dan data-
data yang menyangkut kontribusi mudharabah dan musyarakah terhadap
ROE.
b. Internet
Adapun yang menjadi situs dari pencarian data yang berhubungan
dengan tema atau penelitian ini, seperti www.bi.go.id , Dan sebagainya
2. Riset kepustakaan.
Riset kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan
pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari
serta menganalisis literature yang bersumber dari buku dan jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini. Terutama di lembaga pendidikan seperti
52
LIPI, Universitas Islam Negeri, Staida darunnajah, Universitas Indonesia,
Universitas Gunadarma. Perpustakaan bank Indonesia.
D. Metode Analisis
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode :
1. Analisis Statistik
a. Uji statistik F (Simultan)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
bebas/independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadapa variavel terikat/ dependen.
Ho =Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah secara bersamaan tidak
berpengaruh signifikan pada tingkat profitabilitas.
Ha =Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah secara bersamaan
berpengaruh signifikan pada tingkat profitabilitas bank.
Terima H0 jika p-value >level of significant
Terima Ha jika p-value < level of significant
b. Uji Signifikan Parameter Individual (Parsial)
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independent secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen
Ho =Murabahah, Mudaharabah dan Musyarakah secara individu tidak
berpengaruh signifikan pada tingkat profitabilitas bank
53
Ha =Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah secara individu
berpengaruh secara signifikan pada tingkat profitabilitas bank.
Terima Ho jika P-value > level of significant
Terima Ha jika p-Value < level of significant
c. Uji Koofisien determinasi
Koofisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koofisien determinasi adalah diantara nol dan satu, jika nilai kecil atau
mendekati nol maka variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan
jika nilai besar atau mendekati satu maka hamper semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
Nilai R-Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R-square
berkisar antara 0 ssampai 1. pada umumnya sampel dengan data deret
waktu (time series) memiliki R-Square maupun Adjusted R-Square cukup
tinggi ( diatas 0,5).pada umunya memiliki R-square maupun Adjusted R
Square cukup rendah (dibawah 0,5) (Bhuono : 2005:51).
2. Analisis Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas data
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regfresi, variabel indepnden, variabel dependen, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah data
normal atau mendekati normal.
54
Menurut Singgih Santoso (2000: 214) ada beberapa cara
mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dan grafik. Dasar pengambilan keputusan :
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara variabel itu sendiri pada
pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Uji Autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi
maka dinamakan ada penyakit autokorelasi (Ghazali : 2005). Tentu saja
model regresi yang baik adalah regresi tang terbebas dari autokorelasi.
Ada beberapa alasan terjadi autokorelasi dintaranya ;
1. Bentuk fungsi salah
2. Terjadi penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel X lain yang
tidak dimasukkan pada model.
3. Inerita, yaitu adanya momentum yang masuk kedalam variabel-
variabel X yang terus-menerus sehingga sesuatu akan terjadi dan
mempenagruhi nilai-nilai variabel X-nya.
55
4. Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat.
5. Adanya lags (tenggang waktu)
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dengan cara :
1. Melihat pola hubungan antara residual (µ) dan variabel bebas atau
waktu (X). bila sebaran titik-titik cemderung mengalami penurunan,
maka dapat dikatakan ada autokorelasi negatif. Sebaliknya bila
cenderung menaik, maka dapat dikatakan ada autokorelasi positif.
2. Menggunakan uji Durbin Watson (DW). Uji ini digunakan dengan cara
membandingkan nilai Durbin Watson denagn table Durbin Watson.
Dalam table Durbin-Watson terdapat nilai batas atas (upper bound
atau du) dan nilai batas atas (lower bound atou d1). Adapun kriteria yang
di berlakukan untuk menjadi patokan adalah sebagai berikut (Ghozali :
2005).
Setelah itu membandingkan nilai statistik d dengan dL (d Lower)
dan du (d-upper) dari tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
a). Bila d<dL, berarti ada korelasi yang positif.
b). Bila dL≤d≤ dU, berarti tidak dapat di ambil kesimpulan apa-apa.
c). Bila dU≤d≤4-du,berarti tida ada korelasi positif maupun negatif.
d). Bila 4-dU ≤d≤4-dL,berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa.
e). Bila d >4-dL, berarti ada korelasi negatif.
Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokolerasi
dengan melihat besarnya Durbin Watson yaitu:
56
a). Angka DW dibawah -2 terdapat autokolerasi positif:
b). Aangka DW -2 sampai +tidak terdapat autokolerasi.
c). Angka DW di atas -2 terdapat autokolerasi negative
c . Ujian Multikolinearitas
Uji multikolineritas digunakan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel indipenden. Bila
variabel-variabel berkolerasi secara sempurna maka disebut
multikolineritas sempurna (perfect multicollinearity)
Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih
variabel independen dinyatakan kondisi linier dengan variabel lainnya
Artinya jika di antara pengubah-pengubah bebas yang digunakan sama
sekali tidak berkolerasi satu dengan yang maka bisa dinyatakan tidak
terjadi multikoliniertas.
Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan VIF
(Vareance Infation Factor) dan TOL (tolerance), dimana (Gozali :2005)
Mengatakan bila nlai VIF lebih dari 10 berarti multikolinieritas Sangat
tinggi dan sebalik nya apabila nilai VIF lebih dari 10 maka tidak
terkolinieritas. Sedangkan bila nilai TOL kurang dari 0,10 Maka\
dikatakan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah satu keadaan di mana varian dari
kesalahan pengganggu tidak kontans untuk semua nilai variabel bebas.
57
(J. Suprapto, (1983). Uji heterostisitas bertujuan untuk menguji apkah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedasitas.
Cara memprediksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu
model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis
pada gambar sactterplot yang menyatakan model regresi linier berganda
tidak terdapat heterokedastisitas jika :
1. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar angka 0
2. Titik-titik data tidak mengumpul hany diatas atau dibawah saja
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar lagi
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola
3. Analisis regresi Berganda
Nachrowi dan Usman (2002:15) mengatakan analisis regresi
merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan
antara variabel. Hubungan terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas
(X1,X2,X3….Xn). Untuk dapat managanalisis variable independen
terhadap variabel dependen. Maka teknik analisis data yang digunakan
adalah model analisis linier berganda dengan menggunakan pooling data.
Dalam penelitian ini regresi berganda digunakan untuk mengetahui
kelinieran pengaruh secara bersamaan antara variabel ppembiayaan
58
mudharabah dan pembiayaan Musyarakah terhadap profitabilitas. Adapun
rumus regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
Y= bo + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan :
Y = Variabel Profitabilitas (ROE)
Bo = Konstanta
X1 = Variabel pembiayaan Murabahah
X2 = Variabel pembiayaan Mudharabah
X3 = Variabel pembiayaan Musyarakah
e = Error term
E. Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel. Variabel dependen dan
variabel independen.
Adapun yang menjadi variabel dependennya (Y) :
Profitabilitas (ROE)
Profitabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Sri Sudarsi (2002 :
19) menyatakan profitabilitas adalah merupakan tingkat keuntungan bersih
yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Return on Equity (ROE) adalah ukuran yang lebih penting karena
merefleksikan kepentingan kepemilihan mereka ( Jaenul Arifin 2006:60).
Penggunaan ROE sebagai variabel lebih di karenakan sampai saat ini bank
59
syariah menggunakan ROE untuk menentukan tingkat bagi hasil/ pada
masa yang akan datang.
Sedangkan variabel independennya :
Murabahah (X1)
Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank
ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera
setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil
(Bitsaman Ajil) maupun sekaligus.
Mudharabah (X2)
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak,
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya
(100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola ( mudharib).
Mudharabah juga dapat diartikan bentuk kerjasama antara dua orang atau
lebih dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan.
Musyarakah (X3)
Musyarakah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah
untuk bersama-sama membiayai suatu usaha dengan pembagian
keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan.
60
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bank Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada
27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari
eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp
84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana
Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang
turut menanam modal senilai Rp 106 miliar
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank
syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun
produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
61
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah,
yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh
Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab
Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah
satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu
antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan
sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut,
Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba
berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta
ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana
seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank
Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan
penekanan pada tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para
pemegang saham, tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya
insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak
62
Kru Muamalat sedikitpun, pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri
Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan
Direksi baru, peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin
kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan pembangunan
tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang
usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya,
yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati,
ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank
syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2
triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan
laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.
Produk dan Jasa Bank Muamalat
Produk penghimpun dana
1. tabungan
2. Giro Wadiah
3. deposito
4. Asuaransi
Produk pembiayaan
1. Jual beli
a.Murabahah
b. Salam
63
2. Bagi Hasil
a. Mudharabah
b. Musyarakah
3. Sewa
a. Ijarah
b. Ijarah Muntahia Bittamlik
layanan
1. transfer
2. Kas Kilat
3. letter of Credit
4. bank Garansi
2. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan
krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian
nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat
parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa
mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian
bank-bank di Indonesia.
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan
atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan
November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya
64
bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan
bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang
khusus syariah.
PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai
cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya
memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari
pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara,
Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila
Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil
alih oleh PT Bank Mandiri (Persero).
PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung
sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti
menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri
(Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah
Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank
Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29
pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8
65
September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah
Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah
memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti.
Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank
Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila Bakti
menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999
merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri.
Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para
perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank
Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah
dilingkungan PT Bank Mandiri (Persero).
PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang
mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang
melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai
rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah
Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
66
Produk-produk dalam BSM
1. Produk Pendanaan
a. tabungan
b. deposito
c. giro
d. obligasi
2. jasa produk
3. jasa operasional
4. jasa investasi
BSM customer network financing
Pembiayaan resi gudang
PKPN
Pembiayaan edukasi BSM
BSM impian
Pembiayaaan dana berputar
Pembiayaan griya
Pembiayaan umrah
Mudharabah
67
Musyarakah
Murabahah
B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif
1. Pengolahan data
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah bank umum
syariah yang terdaftar di BI dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.
sedangkan data yang digunakan data dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2008 yaitu : Profitabilitas (ROE), Jumlah pendapatan murabahah, Jumlah
pendapatan mudharabah, Jumlah pendapatan musyarakah yang didapat
dari laporan laba/rugi bank.
Kemudian data tersebut dinput dengan menggunakan Microsoft
EXCEL edisi 2003 dan didapat variabel-variabel, yaitu variabel
Profitabilitas (ROE), variabel Murabahah, Variabel Mudharabah, dan
variabel Musyarakah.
Setelah itu data diinput menggunakan SPSS versi 13 dengan
menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahuluuntuk melihat apakah data
yang diolah memenuhi syarat untuk digunakan dalam regresi berganda.
Variabel yang didapat ditransformasikan ke bentuk natural logarithma
(LN). ini digunakan untuk menstandardisasikan data mentah, sehingga
distribusi masing-masing variabel menjadi normal.
Kemudian variabel-variabel tersebut diinput guna memperoleh output dari
model persamaan regresi berganda. Sekaligus untuk menganalisis
68
pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dengan dasar
keputusan dari uji F, uji T dan koofisien determinasi (R2)
2. Analisis Deskriptif Variabel
Variabel-variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini di antaranya :
a. Deskripsi ROE
ROE merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Roe
adalah alat untuk mengukur besarnya profitabilitas bank syariah.
Penggunaan ROE sebagai variabel dependen lebih dikarenakan sampai
saat ini bank syariah menggunakan ROE untuk menentukan tingkat bagi
hasil/ pada masa yang akan datang. berdasarkan aturan yang telah
ditetapkan BI untuk perbankan syariah. ROE yang baik tentunya
memenuhi standar penilaian. BI menetapkan ROE yang baik < 10% per
tahun.
TABEL 4.1
ROE
Tahun Triwulan
BANK
MUAMALAT
BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 0.2455 0.2687
II 0.2249 0.2580
III 0.2140 0.2158
IV 0.1810 0.1456
2006 I 0.2361 0.1115
II 0.2129 0.0985
III 0.1977 0.0870
IV 0.2129 0.1043
2007 I 0.3115 0.2004
II 0.2972 0.1749
III 0.2429 0.1657
IV 0.2324 0.1605
69
2008 I 0.3749 0.2264
II 0.3437 0.2278
III 0.3321 0.2218
Rata-rata 0.2573 0.1778
Berdasarkan tabel 4.1, rata-rata ROE yang dihasilkan Bank
Muamalat pada tahun 2005 sebesar 21,63% sedangkan ROE yang
dihasilkan Bank Syariah Mandiri lebih besar dibandingkan Bank
Muamalat yaitu 22,20%. Ini berarti bahwa profitabilitas Bank Syariah
Mandiri lebih besar dari pada profitabilitas Bank Muamalat. Dalam tahun
2005 baik Bank Muamalat maupun Bank Syariah mandiri termasuk
kategori bank yang memiliki ROE sehat.
Pada tahun 2006, rata-rata ROE yang dihasilkan Bank Muamalat
sebesar 21,49%, sedangkan ROE yang dihasilkan Bank Syariah Mandiri
sebesar 10,32%. Ini berarti bahwa profitabilitas yang dihasilkan Bank
Muamalat Lebih besar dari pada Bank Syariah. Jika dibandingkan dengan
rata-rata pada tahun sebelumnya baik Bank Muamalat mapupun Bank
Syariah mandiri keduanya mengalami penurunan, tetapi dalam tahun ini
baik Bank Muamalat maupun Bank Syariah mandiri termasuk kategori
bank yang memiliki ROE sehat.
Pada tahun 2007, terjadi kenaikan rata-rata ROE pada kedua bank
tersebut jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bank Muamalat
memiliki rata-rata ROE sebesar 27,2% , sedangkan Bank Syariah Mandiri
memiliki rata-rata ROE sebesar 17,53%. Dalam tahun ini ROE Bank
Muamalat dan Bank Syariah Mandiri dinyatakan Sehat.
70
Pada tahun 2008, penulis hanya meneliti 3 trrwulan dari kedua
bank tersebut.dikarenakan keterbatasan data dan waktu. Rata-rata ROE
yang diperoleh Bank Muamalat sebesar 35%, sedangkan rata-rata ROE
Bank Syariah Mandiri sebesar 22,5%. Walaupun hanya 3 triwulan, tetapi
terlihat kenaikan ROE dari kedua bank tersebut.
Jumlah rata-rata yang dikumpulkan dari triwulan 1 tahun 2005
sampai dengan triwulan 3 tahun 2008. Bank Muamalat memiliki rata-rata
sebesar 25,73%, sedangkan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar
17.78%. ini berarti bahwa profit yang dihasilkan Bank Muamalat lebih
besar dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri.
a. Deskripsi Murabahah
Murabahah merupakan variabel independent pertama dalam
penelitian ini. Murabahah Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara
Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan
untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan
nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank
(harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.
TABEL 4.2
Murabahah
Tahun triwulan
BANK
MUAMALAT
BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 68152000000 141843832000
II 149097000000 288549543000
III 244973000000 431256872000
IV 354812000000 567368241000
71
2006 I 113148000000 115311167000
II 229678000000 238339368000
III 356341000000 369734473000
IV 486955000000 429689059000
2007 I 122356000000 126998973000
II 255377000000 247693918000
III 387359000000 390346072000
IV 401239000000 490107801000
2008 I 141125000000 179909329000
II 278750000000 366824577000
III 435706000000 579995074000
Rata-rata 268337866667 330931219933
Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata pendapatan Murabahah tahun
2005 Bank Muamalat sebesar 204.258.500.000, sedangkan pendapatan
rata-rata Bank Syariah mandiri sebesar 357.254.622.000. Pendapatan
tahun 2005 Bank Syariah Mandiri lebih besar daripada pendapatan yang
dihasilkan Bank Muamalat.
Pada tahun 2006, jumlah pendapatan rata-rata yang dihasilkan
Bank Muamalat sebesar 296.530.500.000, sedangkan jumlah pendapatan
rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 288.268.516.750. pada tahun ini
Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan pendapatan rata-rata.
Pada tahun 2007, terjadi penurunan pendapatan rata-rata Bank
muamalat dibandingkan tahun lalu, jumlah pendapatan rata-rata yang
berhasil dikumpulkan sebesar 291.582.750.000. sedangkan pada Bank
Syariah Mandiri mengalami peningkatan pendapatan rata-rata. Junlah
pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 313.786.691.000.
72
Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan
triwulan 3 Bank Muamalat Sebesar 285.193.666.667, sedangkan jumlah
pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 375.576.326.667
Sedangkan pendapatan rata-rata murabahah yang dihasilkan mulai
dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan trriwulan 3 tahun 2008 ,
pendapatan rata-rata yang diperoleh Bank Muamalat sebesar
268.337.866.667, dan pada Bank Syariah Mandiri sebesar
330.931.219.993. pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri lebih besar
daripada Bank muamalat.
c. Deskripsi Mudharabah
Mudharabah merupakan variabel independen kedua dalam
penelitian ini. Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank dengan
nasabah, bank sebagai Shahibul maal dan nasabah sebagi mudharibnya,
keuntungan yang didapat akan dibagikan sesuai dengan porsi yang telah
disepakati diawal akad.
TABEL 4.3
Mudharabah
Tahun triwulan
BANK
MUAMALAT
BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 68810000000 13780174000
II 144897000000 33756470000
III 229777000000 53843604000
IV 323100000000 72709215000
2006 I 93851000000 19740103000
II 190897000000 44371745000
III 291008000000 78426890000
IV 397788000000 120285704000
73
2007 I 101654000000 48141105000
II 203108000000 105587101000
III 308825000000 178394924000
IV 413681000000 235449697000
2008 I 96365000000 95519609000
II 188082000000 203899626000
III 274306000000 324314179000
Rata-rata 221743266667 108548009733
Berdasarkan dari tabel 4.3, jumlah pendapatan rata-rata tahun 2005
pada Bank Muamalat sebesar 191.646.000.000, sedangkan pendapatan
rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 43.522.365.750.
Pada tahun 2006. Jumlah pendapatan rata-rata Bank Muamalat
sebesar 243.386.000.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah
Mandiri sebesar 65.706.110.500
Jumlah pendapatan rata-rata pada tahun 2007 Bank Muamalat
sebesar 256.817.000.000 dan pada Bank Syariah Mandiri sebesar
141.893.206.750
Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan
triwulan 3 Bank Muamalat memperoleh 116.541.666.667. sedangkan
Bank Syariah Mandiri sebesar 119.542.338.333. Sedangkan pendapatan
rata-rata dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 3 tahun 2008
Bank Muamalat berhasil mengumpulkan sebesar 65.630.266.667
sedangkan Bank Syariah Mandiri berhasil mengumpulkan
106.257.892.667.
74
d. Deskripsi Musyarakah
Musyarakah merupakan variabel independen ketiga dalam
penelitian ini. Musyarakah adalah akad kerjasama antara bank dengan
nasabah untuk bersama-sama membiayai suatu usaha dengan pembagian
keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan (Ani Murdiyati, Dirut BMSI).
TABEL 4.4
Musyarakah
Tahun triwulan
BANK
MUAMALAT
BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 12574000000 27611285000
II 28765000000 61275778000
III 47794000000 98925347000
IV 67789000000 137734828000
2006 I 18049000000 39223091000
II 37574000000 87014279000
III 52683000000 134742551000
IV 102043000000 189779083000
2007 I 17877000000 43992027000
II 42092000000 94321358000
III 76193000000 141711931000
IV 131396000000 178909817000
2008 I 50940000000 55173515000
II 112293000000 116977911000
III 186392000000 186475589000
Rata-rata 65630266667 106257892667
Berdasarkan tabel 4.4 . Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah
pada tahun 2005 Bank Muamalat sebesar 39.230.500.000, sedangkan
pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 81.386.809.500.
75
Pada tahun 2006 Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah Bank
Muamalat sebesar 52.587.250.000 , sedangkan pendapatan rata-rata Bank
Syariah Mandiri sebesar 112.689.751.000.
Pada tahun 2007 Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah Bank
Muamalat sebesar 66.889.500.000 , sedangkan pendapatan rata-rata Bank
Syariah Mandiri sebesar 114.733.783.250..
Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan
triwulan 3 Bank Muamalat memperoleh 186.251.000.000. sedangkan
Bank Syariah Mandiri sebesar 207.911.138.000. Sedangkan pendapatan
rata-rata dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 3 tahun 2008
Bank Muamalat berhasil mengumpulkan sebesar 221.743.266.667,
sedangkan Bank Syariah Mandiri berhasil mengumpulkan
108.543.009.733 pendapatan rata-rata mulai tahun 2005 sampai dengan
tahun 2007 pendapatan kedua bank terus mengalami peningkatan, ketika
tahun 2008 sampai dengan triwulan 3, pendapatan rata-rata Bank
Muamalat turun sedangkan Pendapatan rata-rata mudharabah Bank
Syariah Mandiri naik.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual mamiliki distribusi normal. ada
beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data
76
(titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar pengambilan keputusan
adalah Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, dan jika
data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Singgih
Santoso (2000: 214).
GRAFIK 4.1
Uji Normalitas Data
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Dependent Variable: Y
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen
lain dalam satu model (Bhuono:2005:58). Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Nilai cut off yang unumnya
digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
77
Tolarnce < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 dan nilai Tolarance =
0,10 sama dengan tingkat kolonearitas 0,95 (Ghazali : 2005)
TABEL 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Masing-masing variabel memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10
dan nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) tidak lebih dari 10 yang berarti
tidak ada korelasi antar variabel independent maka model regresi terbebas
dari masalah multikolineritas.
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi maka dianamakan ada penyakit
autokorelasi (Ghazali : 2005)
Coefficients a
,134 7,480
,634 1,578
,159 6,281
X1
X2
X3
Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
78
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel Durbin Watson dengan α = 5% dan variabel
independen dalam model regresi adalah 3, serta jumlah sample sebanyak
30, petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
dengan melihat besarnya Durbin Watson (Ghazali : 2005 ) yaitu:
1. Angka DW dibawah -2 terdapat autokorelasi positif
2. Angka DW -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi
3. Angka DW diatas -2 terdapat autokorelasi negatif.
Dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai sebesar 0,378, maka
dapat dikatakan penelitian ini tidak terindikasi masalah autokorelasi..
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterostisitas bertujuan untuk menguji apkah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan
kepengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dilakuakn
Model Summary b
,520a ,271 ,186 ,32797 ,378
Model
1
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), X3, X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
79
berdasarkan scatterplots dari hasil pengolahan data dengan SPSS 13.
adapun hasil dari pengujian heterokedastisitas sebagai berikut :
GRAFIK 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas
210-1
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: Y
Scatterplot
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heterokedastisitas pada
model regresi.
Uji Analisis regresi berganda
80
Hubungan variabel independent dengan variabel dependen
diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel
dependen (Y), dengan satu atau lebih variabel independent (X1, X2,
X3…….Xn ).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji regresi berganda diantaranya :
1. Uji Simultan (Uji F).
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
yang digunakan dalam model regresi yaitu Murabahah, Mudharabah,
Musyarakah mampu menjelaskan variabel dependennya, yaitu
Profitabilitas (ROE).
Hasil yang diperoleh dari Uji F yang dilakukan dengan
menggunakan SPSS 13 dapat dilihat pada tabel ANOVA. Hasil F test
menunjukkan variabel independent secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom signifikan) lebih
kecil dari level of significant yaitu 5%
TABEL 4.7
ANOVA b
1,037 3 ,346 3,215 ,039a
2,797 26 ,108
3,834 29
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Predictors: (Constant), X3, X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
81
Berdasarkan tabel diatas nilai p-value adalah sebesar 0.039. ini
menunjukkan bahwa p-value tersebut lebih kecil dari level of significant
yang telah ditentukan sebesar 0.05. berarti Murabahah, Mudharabah, dan
Musyarakah berpengaruh terhadap ROE secara simultan. Berarti H0
ditolak dan Ha diterima.
2. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan variabel
independen secara (parsial) mempengaruhi variabel dependen. Ini berarti
menjelaskan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah secara terpisah
dapat mempengaruhi ROE.
Hasil uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 13 dapat
dilihat pada tabel Coefficients, hubungan dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dapat dilihat nilai p-value. Nilai p-
value yang memenuhi standar adalah lebih kecil dari 5%.
TABEL 4.8
Coefficients a
-,41 2,948 -,139 ,890
,00 ,278 -,006 -,012 ,990
,192 ,086 ,472 2,243 ,034
-,24 ,194 -,519 -1,236 ,228
(Constant)
X1
X2
X3
Model
1
B
Std.
Error
Unstandardize
d Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ya.
82
a. Variabel Murabahah
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui
bahwa nilai p-value > α (0.990 > 0.05) artinya 0.990 lebih besar daripada
0.05 yang berarti tidak signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa variabel Murabahah tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE.
b. Variabel Mudharabah
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah,
diketahui bahwa nilai p-value < α (0.034 > 0.05) artinya 0.034 lebih kecil
daripada 0.05 yang berarti signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Mudharabah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE.
c. Variabel Musyarakah
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah,
diketahui bahwa nilai p-value < α (0.228 > 0.05) artinya 0.228 lebih besar
daripada 0.05 yang berarti tidak signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Musyarakah tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE.
3. Uji koofisien determinasi R2
TABEL 4.9
Uji Koofiensi Determinasi (R2)
Model Summaryb
,520a ,271 ,186 ,32797 ,271 3,215 3 26 ,039
Model
1
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), X3, X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
83
Koofisiensi determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit
dari model regresi. Besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0.186 yang berarti
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independent sebesar
18,6%, sedangkan sisanya 81,4% dijelaskan oleh variabel lainnya yang
tidak dimasukkan dalam model regresi.
4. Hasil Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi berganda untuk mengetahui pola hubungan antara
variabel independent ( Murabahah, Mudharabah, Musyarakah ) dengan
variabel dependennya ( ROE ) dinyatakan dengan persamaan model
regresi yaitu:
Y= -0.41+0,192 X2
Y= ROE
X2 = Mudharabah
Dari hasil analisis hubungan variabel Murabahah, Mudharabah,
Musyarakah terhadap ROE diperoleh hasil bahwa hanya variabel
84
mudharabah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE. Sedangkan
variabel Murabahah dan Musyarakah tidak terdapat pengaruh signifikan
terhadap ROE. Jadi hanya variabel mudharabah signifikan terhadap ROE,
berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Variabel mudharabah berpengaruh signifikan terhadap ROE,
berarti diperoleh bahwa pendapatan yang dihasilkan Mudhrabah memang
mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) bank. Tingkat pembiayaan
mudharabah yang disalurkan bank menghasilkan pendapatan yang akan
mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) bank (Efrida : 2007).
Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku shahibul
maal dengan nasabah selaku mudharib, kemudian bank mempercayakan
nasabahnya untuk mengelola hartanya dengan kesepakatan pembagian
keuntungan berdasarkan porsi yang telah disepakati. Dalam perbankan
konvensional sama halnya dengan pemberian kredit. Pemberian kredit
yang diberikan bank akan menghasilkan pendapatan bunga dan akan
mempengaruhi tingkat profitabilitas (Dewi : 2008)
. Mudharabah juga merupakan akad yang paling banyak diminati
oleh nasabah, berarti semakin tinggi terjadinya akad mudhrabah yang
dilakukan bank dengan nasabah, semakin tinggi pula pendapatan yang
diperoleh dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) yang
dihasilkan (Abu Bakar : 2009)
Revenue Sharing adalah sistem pembagian keuntungan
berdasarkan pendapatan yang diterima, sedangkan Profit Sharing adalah
85
sistem pembagian keuntungan berdasarkan keuntungan bersih yang
diterima (netto), tetapi lazimnya dalam akad mudharabah bank syariah
lebih menginginkan sistem revenue sharing, dikarenakan keuntungan yang
akan dibagikan kepada bank belum dikurangi dengan beban-beban yang
akan dikeluarkan dari operasional mudharib. Jadi pendapatan atau
keuntungan yang diterima oleh bank lebih besar dibandingkan dengan
profit sharing. Dengan demikian bank syariah akan mendapatkan
keuntungan yang besar dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas
(ROE).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bank Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1
Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia,
dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan
nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen
pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian
Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor,
diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp
106 miliar
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat
berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh
posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa
maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan
sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit
macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio
pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor
awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang
potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang
berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi
menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun
1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank
Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi
menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan
yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali
dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh
Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan
pada tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, tidak melakukan
PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak
memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru
Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, peletakan
landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di
tahun kedua, dan pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta
menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya,
yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan
baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di
Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7
miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.
Produk dan Jasa Bank Muamalat
Produk penghimpun dana
1. tabungan
2. Giro Wadiah
3. deposito
4. Asuaransi
Produk pembiayaan
1. Jual beli
a.Murabahah
b. Salam
2. Bagi Hasil
a. Mudharabah
b. Musyarakah
3. Sewa
a. Ijarah
b. Ijarah Muntahia Bittamlik
layanan
1. transfer
2. Kas Kilat
3. letter of Credit
4. bank Garansi
2. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional
telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah
mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa
mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di
Indonesia.
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang
No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang
sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut
memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang
khusus syariah.
PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan
Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis
1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada
akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya,
BankExim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999,
rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah
Sakinah) diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero).
PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan
rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT
Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah
Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah
berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian
melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah
Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank
Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional
menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya
dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999
tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila
Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama
beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah
usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank
Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT Bank Mandiri
(Persero).
PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha
dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-
nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai
alternatif jasa perbankan di Indonesia.
Produk-produk dalam BSM
1. Produk Pendanaan
a. tabungan
deposito
giro
obligasi
jasa produk
jasa operasional
jasa investasi
BSM customer network financing
Pembiayaan resi gudang
PKPN
Pembiayaan edukasi BSM
BSM impian
Pembiayaaan dana berputar
Pembiayaan griya
Pembiayaan umrah
Mudharabah
Musyarakah
Murabahah
B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif
1. Pengolahan data
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah bank umum syariah yang
terdaftar di BI dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. sedangkan data yang
digunakan data dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 yaitu : Profitabilitas (ROE),
Jumlah pendapatan murabahah, Jumlah pendapatan mudharabah, Jumlah pendapatan
musyarakah yang didapat dari laporan laba/rugi bank.
Kemudian data tersebut dinput dengan menggunakan Microsoft EXCEL edisi
2003 dan didapat variabel-variabel, yaitu variabel Profitabilitas (ROE), variabel
Murabahah, Variabel Mudharabah, dan variabel Musyarakah.
Setelah itu data diinput menggunakan SPSS versi 13 dengan menggunakan uji
asumsi klasik terlebih dahuluuntuk melihat apakah data yang diolah memenuhi syarat
untuk digunakan dalam regresi berganda. Variabel yang didapat ditransformasikan ke
bentuk natural logarithma (LN). ini digunakan untuk menstandardisasikan data mentah,
sehingga distribusi masing-masing variabel menjadi normal.
Kemudian variabel-variabel tersebut diinput guna memperoleh output dari model
persamaan regresi berganda. Sekaligus untuk menganalisis pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen dengan dasar keputusan dari uji F, uji T dan
koofisien determinasi (R2)
2. Analisis Deskriptif Variabel
Variabel-variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini di antaranya :
a. Deskripsi ROE
ROE merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Roe adalah alat untuk
mengukur besarnya profitabilitas bank syariah. Penggunaan ROE sebagai variabel
dependen lebih dikarenakan sampai saat ini bank syariah menggunakan ROE untuk
menentukan tingkat bagi hasil/ pada masa yang akan datang. berdasarkan aturan yang
telah ditetapkan BI untuk perbankan syariah. ROE yang baik tentunya memenuhi standar
penilaian. BI menetapkan ROE yang baik < 10% per tahun
TABEL 4.1
ROE
Tahun Triwulan
BANK
MUAMALAT
BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 0.2455 0.2687
II 0.2249 0.2580
III 0.2140 0.2158
IV 0.1810 0.1456
2006 I 0.2361 0.1115
II 0.2129 0.0985
III 0.1977 0.0870
IV 0.2129 0.1043
2007 I 0.3115 0.2004
II 0.2972 0.1749
III 0.2429 0.1657
IV 0.2324 0.1605
2008 I 0.3749 0.2264
II 0.3437 0.2278
III 0.3321 0.2218
Rata-rata 0.2573 0.1778
Berdasarkan tabel 4.1, rata-rata ROE yang dihasilkan Bank Muamalat pada tahun
2005 sebesar 21,63% sedangkan ROE yang dihasilkan Bank Syariah Mandiri lebih besar
dibandingkan Bank Muamalat yaitu 22,20%. Ini berarti bahwa profitabilitas Bank
Syariah Mandiri lebih besar dari pada profitabilitas Bank Muamalat. Dalam tahun 2005
baik Bank Muamalat maupun Bank Syariah mandiri termasuk kategori bank yang
memiliki ROE sehat.
Pada tahun 2006, rata-rata ROE yang dihasilkan Bank Muamalat sebesar 21,49%,
sedangkan ROE yang dihasilkan Bank Syariah Mandiri sebesar 10,32%. Ini berarti
bahwa profitabilitas yang dihasilkan Bank Muamalat Lebih besar dari pada Bank Syariah.
Jika dibandingkan dengan rata-rata pada tahun sebelumnya baik Bank Muamalat
mapupun Bank Syariah mandiri keduanya mengalami penurunan, tetapi dalam tahun ini
baik Bank Muamalat maupun Bank Syariah mandiri termasuk kategori bank yang
memiliki ROE sehat.
Pada tahun 2007, terjadi kenaikan rata-rata ROE pada kedua bank tersebut jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bank Muamalat memiliki rata-rata ROE sebesar
27,2% , sedangkan Bank Syariah Mandiri memiliki rata-rata ROE sebesar 17,53%.
Dalam tahun ini ROE Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri dinyatakan Sehat.
Pada tahun 2008, penulis hanya meneliti 3 trrwulan dari kedua bank
tersebut.dikarenakan keterbatasan data dan waktu. Rata-rata ROE yang diperoleh Bank
Muamalat sebesar 35%, sedangkan rata-rata ROE Bank Syariah Mandiri sebesar 22,5%.
Walaupun hanya 3 triwulan, tetapi terlihat kenaikan ROE dari kedua bank tersebut.
Jumlah rata-rata yang dikumpulkan dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan
triwulan 3 tahun 2008. Bank Muamalat memiliki rata-rata sebesar 25,73%, sedangkan
rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 17.78%. ini berarti bahwa profit yang dihasilkan
Bank Muamalat lebih besar dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri.
b. Deskripsi Murabahah
Murabahah merupakan variabel independent pertama dalam penelitian ini.
Murabahah Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan
nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau
modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah
sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang
ditetapkan.
TABEL 4.2
Murabahah
Tahun triwulan BANK MUAMALAT BANK SYARIAH MANDIRI
2005 I 68152000000 141843832000
II 149097000000 288549543000
III 244973000000 431256872000
IV 354812000000 567368241000
2006 I 113148000000 115311167000
II 229678000000 238339368000
III 356341000000 369734473000
IV 486955000000 429689059000
2007 I 122356000000 126998973000
II 255377000000 247693918000
III 387359000000 390346072000
IV 401239000000 490107801000
2008 I 141125000000 179909329000
II 278750000000 366824577000
III 435706000000 579995074000
Rata-rata 268337866667 330931219933
Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata pendapatan Murabahah tahun 2005 Bank Muamalat
sebesar 204.258.500.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah mandiri sebesar
357.254.622.000. Pendapatan tahun 2005 Bank Syariah Mandiri lebih besar daripada pendapatan
yang dihasilkan Bank Muamalat.
Pada tahun 2006, jumlah pendapatan rata-rata yang dihasilkan Bank Muamalat sebesar
296.530.500.000, sedangkan jumlah pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar
288.268.516.750. pada tahun ini Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan pendapatan rata-
rata.
Pada tahun 2007, terjadi penurunan pendapatan rata-rata Bank muamalat dibandingkan
tahun lalu, jumlah pendapatan rata-rata yang berhasil dikumpulkan sebesar 291.582.750.000.
sedangkan pada Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan pendapatan rata-rata. Junlah
pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 313.786.691.000.
Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan triwulan 3 Bank Muamalat
Sebesar 285.193.666.667, sedangkan jumlah pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar
375.576.326.667
Sedangkan pendapatan rata-rata murabahah yang dihasilkan mulai dari triwulan 1 tahun
2005 sampai dengan trriwulan 3 tahun 2008 , pendapatan rata-rata yang diperoleh Bank
Muamalat sebesar 268.337.866.667, dan pada Bank Syariah Mandiri sebesar 330.931.219.993.
pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri lebih besar daripada Bank muamalat.
c. Deskripsi Mudharabah
Mudharabah merupakan variabel independen kedua dalam penelitian ini. Mudharabah
adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah, bank sebagai Shahibul maal dan nasabah
sebagi mudharibnya, keuntungan yang didapat akan dibagikan sesuai dengan porsi yang telah
disepakati diawal akad.
TABEL 4.3
Mudharabah
Tahun triwulan BANK
MUAMALAT BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 68810000000 13780174000
II 144897000000 33756470000
III 229777000000 53843604000
IV 323100000000 72709215000
2006 I 93851000000 19740103000
II 190897000000 44371745000
III 291008000000 78426890000
IV 397788000000 120285704000
2007 I 101654000000 48141105000
II 203108000000 105587101000
III 308825000000 178394924000
IV 413681000000 235449697000
2008 I 96365000000 95519609000
II 188082000000 203899626000
III 274306000000 324314179000
Rata-rata 221743266667 108548009733
Berdasarkan dari tabel 4.3, jumlah pendapatan rata-rata tahun 2005 pada Bank Muamalat
sebesar 191.646.000.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar
43.522.365.750.
Pada tahun 2006. Jumlah pendapatan rata-rata Bank Muamalat sebesar 243.386.000.000,
sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 65.706.110.500
Jumlah pendapatan rata-rata pada tahun 2007 Bank Muamalat sebesar 256.817.000.000
dan pada Bank Syariah Mandiri sebesar 141.893.206.750
Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan triwulan 3 Bank Muamalat
memperoleh 116.541.666.667 . sedangkan Bank Syariah Mandiri sebesar 119.542.338.333.
Sedangkan pendapatan rata-rata dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 3 tahun 2008
Bank Muamalat berhasil mengumpulkan sebesar 65.630.266.667 sedangkan Bank Syariah
Mandiri berhasil mengumpulkan 106.257.892.667.
d. Deskripsi Musyarakah
Musyarakah merupakan variabel independen ketiga dalam penelitian ini.
Musyarakah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah untuk bersama-sama
membiayai suatu usaha dengan pembagian keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan
(Ani Murdiyati, Dirut BMSI).
TABEL 4.4
Musyarakah
Tahun triwulan BANK
MUAMALAT BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 12574000000 27611285000
II 28765000000 61275778000
III 47794000000 98925347000
IV 67789000000 137734828000
2006 I 18049000000 39223091000
II 37574000000 87014279000
III 52683000000 134742551000
IV 102043000000 189779083000
2007 I 17877000000 43992027000
II 42092000000 94321358000
III 76193000000 141711931000
IV 131396000000 178909817000
2008 I 50940000000 55173515000
II 112293000000 116977911000
III 186392000000 186475589000
Rata-rata 65630266667 106257892667
Berdasarkan tabel 4.4 . Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah pada tahun 2005
Bank Muamalat sebesar 39.230.500.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah
Mandiri sebesar 81.386.809.500.
Pada tahun 2006 Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah Bank Muamalat
sebesar 52.587.250.000 , sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar
112.689.751.000.
Pada tahun 2007 Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah Bank Muamalat
sebesar 66.889.500.000 , sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar
114.733.783.250..
Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan triwulan 3 Bank
Muamalat memperoleh 186.251.000.000. sedangkan Bank Syariah Mandiri sebesar
207.911.138.000. Sedangkan pendapatan rata-rata dari triwulan 1 tahun 2005 sampai
dengan triwulan 3 tahun 2008 Bank Muamalat berhasil mengumpulkan sebesar
221.743.266.667, sedangkan Bank Syariah Mandiri berhasil mengumpulkan
108.543.009.733 pendapatan rata-rata mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007
pendapatan kedua bank terus mengalami peningkatan, ketika tahun 2008 sampai dengan
triwulan 3, pendapatan rata-rata Bank Muamalat turun sedangkan Pendapatan rata-rata
mudharabah Bank Syariah Mandiri naik.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual mamiliki distribusi normal. ada beberapa cara mendeteksi
normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik.
Dasar pengambilan keputusan adalah Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, dan
jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Singgih Santoso
(2000: 214)
GRAFIK 4.1
Uji Normalitas Data
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Dependent Variable: Y
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model
(Bhuono:2005:58). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas. Nilai cut off yang unumnya digunakan untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tolarnce < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 dan nilai
Tolarance = 0,10 sama dengan tingkat kolonearitas 0,95 (Ghazali : 2005)
TABEL
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients a
,134 7,480
,634 1,578
,159 6,281
X1
X2
X3
Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
Masing-masing variabel memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF
( Variance Inflation Factor ) tidak lebih dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel
independent maka model regresi terbebas dari masalah multikolineritas
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi maka dianamakan ada
penyakit autokorelasi (Ghazali : 2005)
Tabel
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary b
,520a ,271 ,186 ,32797 ,378
Model
1
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), X3, X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
Berdasarkan tabel Durbin Watson dengan α = 5% dan variabel independen dalam model
regresi adalah 3, serta jumlah sample sebanyak 30, petunjuk dasar pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi dengan melihat besarnya Durbin Watson (Ghazali : 2005 ) yaitu:
1. Angka DW dibawah -2 terdapat autokorelasi positif
2. Angka DW -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi
3. Angka DW diatas -2 terdapat autokorelasi negatif.
Dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai sebesar 0,378, maka dapat dikatakan
penelitian ini tidak terindikasi masalah autokorelasi..
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterostisitas bertujuan untuk menguji apkah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Pengujian
heteroskedastisitas dilakuakn berdasarkan scatterplots dari hasil pengolahan data dengan
SPSS 13. adapun hasil dari pengujian heterokedastisitas sebagai berikut :
GRAFIK
Hasil Uji Heterokedastisitas
210-1
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2
Reg
res
sio
n S
tud
en
tize
d R
es
idu
al
Dependent Variable: Y
Scatterplot
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik
diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
Heterokedastisitas pada model regresi.
Uji Analisis regresi berganda
Hubungan variabel independent dengan variabel dependen diekspresikan dalam bentuk
persamaan yang menghubungkan variabel dependen (Y), dengan satu atau lebih variabel
independent (X1, X2, X3…….Xn ).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji regresi berganda diantaranya :
1. Uji Simultan (Uji F).
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang digunakan dalam model
regresi yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah mampu menjelaskan variabel
dependennya, yaitu Profitabilitas (ROE).
Hasil yang diperoleh dari Uji F yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 13 dapat
dilihat pada tabel ANOVA. Hasil F test menunjukkan variabel independent secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom signifikan) lebih
kecil dari level of significant yaitu 5%
TABEL
ANOVAb
1,037 3 ,346 3,215 ,039a
2,797 26 ,108
3,834 29
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Predictors: (Constant), X3, X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
Berdasarkan tabel diatas nilai p-value adalah sebesar 0.039. ini menunjukkan bahwa p-
value tersebut lebih kecil dari level of significant yang telah ditentukan sebesar 0.05. berarti
Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah berpengaruh terhadap ROE secara simultan. Berarti
H0 ditolak dan Ha diterima.
Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan variabel independen secara
(parsial) mempengaruhi variabel dependen. Ini berarti menjelaskan Murabahah, Mudharabah,
dan Musyarakah secara terpisah dapat mempengaruhi ROE.
Hasil uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 13 dapat dilihat pada tabel
Coefficients, hubungan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
dapat dilihat nilai p-value. Nilai p-value yang memenuhi standar adalah lebih kecil dari 5%.
TABEL
Coefficients a
-,41 2,948 -,139 ,890
,00 ,278 -,006 -,012 ,990
,192 ,086 ,472 2,243 ,034
-,24 ,194 -,519 -1,236 ,228
(Constant)
X1
X2
X3
Model
1
B
Std.
Error
Unstandardize
d Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ya.
a. Variabel Murabahah
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai p-
value > α (0.990 > 0.05) artinya 0.990 lebih besar daripada 0.05 yang berarti tidak
signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa variabel Murabahah tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROE.
b. Variabel Mudharabah
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa
nilai p-value < α (0.034 > 0.05) artinya 0.034 lebih kecil daripada 0.05 yang berarti
signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Mudharabah mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap ROE.
c. Variabel Musyarakah
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai p-
value < α (0.228 > 0.05) artinya 0.228 lebih besar daripada 0.05 yang berarti tidak
signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Musyarakah tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROE
Uji Koofiensi Determinasi (R2)
TABEL
Model Summaryb
,520a ,271 ,186 ,32797 ,271 3,215 3 26 ,039
Model
1
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), X3, X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
Koofisiensi determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi.
Besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0.186 yang berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel independent sebesar 18,6%, sedangkan sisanya 81,4% dijelaskan oleh variabel
lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Hasil Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi berganda untuk mengetahui pola hubungan antara variabel independent (
Murabahah, Mudharabah, Musyarakah ) dengan variabel dependennya ( ROE ) dinyatakan
dengan persamaan model regresi yaitu:
Y= -0.41+0,192 X2
Y= ROE
X2 = Mudharabah
Dari hasil analisis hubungan variabel Murabahah, Mudharabah, Musyarakah terhadap
ROE diperoleh hasil bahwa hanya variabel mudharabah yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap ROE. Sedangkan variabel Murabahah dan Musyarakah tidak terdapat pengaruh
signifikan terhadap ROE. Jadi hanya variabel mudharabah signifikan terhadap ROE, berarti H0
ditolak dan Ha diterima.
Variabel mudharabah berpengaruh signifikan terhadap ROE, berarti diperoleh bahwa
pendapatan yang dihasilkan Mudhrabah memang mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE)
bank. Tingkat pembiayaan mudharabah yang disalurkan bank menghasilkan pendapatan yang
akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) bank (Efrida : 2007).
Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku shahibul maal dengan nasabah
selaku mudharib, kemudian bank mempercayakan nasabahnya untuk mengelola hartanya dengan
kesepakatan pembagian keuntungan berdasarkan porsi yang telah disepakati. Dalam perbankan
konvensional sama halnya dengan pemberian kredit. Pemberian kredit yang diberikan bank akan
menghasilkan pendapatan bunga dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (Dewi : 2008)
. Mudharabah juga merupakan akad yang paling banyak diminati oleh nasabah, berarti
semakin tinggi terjadinya akad mudhrabah yang dilakukan bank dengan nasabah, semakin tinggi
pula pendapatan yang diperoleh dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) yang
dihasilkan (Abu Bakar : 2009)
Revenue Sharing adalah sistem pembagian keuntungan berdasarkan pendapatan yang
diterima, sedangkan Profit Sharing adalah sistem pembagian keuntungan berdasarkan
keuntungan bersih yang diterima (netto), tetapi lazimnya dalam akad mudharabah bank syariah
lebih menginginkan sistem revenue sharing, dikarenakan keuntungan yang akan dibagikan
kepada bank belum dikurangi dengan beban-beban yang akan dikeluarkan dari operasional
mudharib. Jadi pendapatan atau keuntungan yang diterima oleh bank lebih besar dibandingkan
dengan profit sharing. Dengan demikian bank syariah akan mendapatkan keuntungan yang besar
dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE).
Lampiran No. 1
ROE
Tahun Triwulan
BANK
MUAMALAT
BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 0.2455 0.2687
II 0.2249 0.2580
III 0.2140 0.2158
IV 0.1810 0.1456
2006 I 0.2361 0.1115
II 0.2129 0.0985
III 0.1977 0.0870
IV 0.2129 0.1043
2007 I 0.3115 0.2004
II 0.2972 0.1749
III 0.2429 0.1657
IV 0.2324 0.1605
2008 I 0.3749 0.2264
II 0.3437 0.2278
III 0.3321 0.2218
Rata-rata 0.2573 0.1778
Lampiran No. 2
MURABAHAH
Tahun triwulan
BANK
MUAMALAT
BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 68152000000 141843832000
II 149097000000 288549543000
III 244973000000 431256872000
IV 354812000000 567368241000
2006 I 113148000000 115311167000
II 229678000000 238339368000
III 356341000000 369734473000
IV 486955000000 429689059000
2007 I 122356000000 126998973000
II 255377000000 247693918000
III 387359000000 390346072000
IV 401239000000 490107801000
2008 I 141125000000 179909329000
II 278750000000 366824577000
III 435706000000 579995074000
Rata-rata 268337866667 330931219933
Lampiran No. 3
MUDHARABAH
Tahun triwulan
BANK
MUAMALAT
BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 68810000000 13780174000
II 144897000000 33756470000
III 229777000000 53843604000
IV 323100000000 72709215000
2006 I 93851000000 19740103000
II 190897000000 44371745000
III 291008000000 78426890000
IV 397788000000 120285704000
2007 I 101654000000 48141105000
II 203108000000 105587101000
III 308825000000 178394924000
IV 413681000000 235449697000
2008 I 96365000000 95519609000
II 188082000000 203899626000
III 274306000000 324314179000
Rata-rata 221743266667 108548009733
Lampiran No. 4
MUSYARAKAH
Tahun triwulan
BANK
MUAMALAT
BANK SYARIAH
MANDIRI
2005 I 12574000000 27611285000
II 28765000000 61275778000
III 47794000000 98925347000
IV 67789000000 137734828000
2006 I 18049000000 39223091000
II 37574000000 87014279000
III 52683000000 134742551000
IV 102043000000 189779083000
2007 I 17877000000 43992027000
II 42092000000 94321358000
III 76193000000 141711931000
IV 131396000000 178909817000
2008 I 50940000000 55173515000
II 112293000000 116977911000
III 186392000000 186475589000
Rata-rata 65630266667 106257892667