122
ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) OLEH: Suryo Tamtomo NIM: 1113084000001 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020M/1441H

ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP

KUALITAS WILAYAH PESISIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

OLEH:

Suryo Tamtomo

NIM: 1113084000001

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020M/1441H

Page 2: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

i

Page 3: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

ii

Page 4: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

iii

Page 5: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

iv

Page 6: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Suryo Tamtomo

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 03 Juli 1995

3. Alamat : Jln. Kampung Irian II No 17

RT 004 RW 06 Kelurahan Serdang,

Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat

4. Agama : Islam

5. No. Telepon : 082261131361

6. Email : [email protected]

II. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Wahyu Hidayat

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Mei 1969

2. Ibu : Tuti Suprapti

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Desember 1972

III. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN 011 Pagi Serdang Tahun 2001-2007

2. SMPS YMIK Jakarta Barat Tahun 2007-2010

3. SMAS Taman Siswa Jakarta Pusat Tahun 2010-2013

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2019

Page 7: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

vi

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota PPTS (Osis) SMA Taman Siswa periode 2011-2013

2. Anggota departemen data dan informasi PMII Komisariat Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Masa Khidmat 2014 – 2015

3. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan

Periode 2015

V. PENGALAMAN BEKERJA

1. Staff Penindakan Panwascam Penjaringan BAWASLU Jakarta

Utara 2018-2019

VI. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Meet and Greet “ Rahasia Mahasiswa Ideal ” LDK KOMDA

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013

2. Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi “ Mengenal Lebih Dekat

dengan Jurusan Sendiri ” HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2013.

3. Sosialisasi Kebijakan Fiskal “ Kebijakan Fiskal dalam Menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Ekonomi Hijau ” Badan

Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2013

4. Seminar Nasional “ Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan

Imtaq Menuju Indonesia yang Maju, Adil, Makmur, Berdaulat dan

di Ridhai Allah SWT ” HIMA-CITA & HMPS Mu’amalat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013

5. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “ Mewujudkan Regenerasi Mahasiswa

Ekonomi yang Berprestasi dalam Bidang Akademik ” HMJ IESP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014

6. Company Visit “ Peran Bank Indonesia di Bidang Moneter ” HMJ

Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014

7. Company Visit “ Road to Bank Indonesia ” HMJ IESP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2014

Page 8: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

vii

8. Company Visit “ Road to Dana Reksa Securities and IDX ”

Laboratorium Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2014

9. Seminar Investasi Pasar Modal “ Take Your Chance, Get

Knowledge, Grab Your Gain ” Laboratorium Pasar Modal Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014

10. Bedah Buku “ Islam Moderat dan Isu-isu Kontemporer ” Pusat

Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017

11. Seminar Nasional “ Mengurangi Kemiskinan Perempuan Menuju

Ekonomi Indonesia yang Kuat dan Berkeadilan ” Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia Fraksi Partai Demokrat, 2018

12. National Youth Summit “ Kepemimpinan Utama untuk

Entrepreneur Muda ” Deputi Pengembangan Pemuda, Kementerian

Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia, 2019

13. Relawan “ Uji Coba Aplikasi Computer Aided Web Interviewing

(CAWI) Sensus Penduduk 2020 ” Badan Pusat Statistik Republik

Indonesia, 2019

Page 9: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

viii

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship of Fisheries Sub-Sector

(Fisheries Capturing Sea Aquaculture and Aquaculture) to Regional Quality

(GRDP of Agriculture, Poverty and HDI Sector) in the Coastal of East Java

Province. The analysis technique used for hypothesis testing is to use Pearson

correlation and Canonical Correlation. Pearson Correlation and Canonical

Correlation aim basically the same as simple or multiple correlation, which wants

to know whether there is a relationship (association) between two variables. While

the sampling technique used in this study is purposive sampling technique which is

the determination of the sample is determined by determining specific

characteristics that fit the purpose of the study so that it is expected to answer the

research problem, then the sample studied is only coastal areas.

From the results of this study indicate that the Fisheries Sub-Sector

(Fisheries Capturing Sea Waters and Aquaculture) has a positive and significant

relationship with Regional Quality (GRDP of the Agriculture, Poverty and HDI

Sector) on the coast of East Java Province. The two independent variables, have a

positive relationship, have a direction value which means that if the capture of sea

waters and aquaculture fisheries increase, the GDP of the Agriculture Sector,

Poverty and HDI also increases.

Keywords: Fisheries Capture Sea Waters, Aquaculture Fishery, Gross Regional

Domestic Product (GRDP) of Agriculture Sector, Poverty, Human

Development Index (HDI).

Page 10: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

ix

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Sub Sektor Perikanan

(Perikanan Tangkap Perairan Laut dan Perikanan Budidaya) terhadap Kualitas

Wilayah (PDRB Sektor Pertanian, Kemiskinan dan IPM) di Pesisir Provinsi Jawa

Timur. Teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah dengan

menggunakan korelasi pearson dan Korelasi Kanonikal. Korelasi Pearson dan

Korelasi Kanonikal bertujuan secara dasar sama dengan korelasi sederhana atau

berganda, yakni ingin mengetahui apakah ada hubungan (asosiasi) antara dua

variabel. Sedangkan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Teknik purposive sampling merupakan teknik dimana penentuan sampel ditentukan

dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian

sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian, Maka sampel yang

diteliti hanya wilayah pesisisr.

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa Sub Sektor Perikanan

(Perikanan Tangkap Perairan Laut dan Perikanan Budidaya) mempunyai hubungan

positif dan signifikan dengan Kualitas Wilayah (PDRB Sektor Pertanian,

Kemiskinan dan IPM) di pesisir Provinsi Jawa Timur. Kedua variabel independen,

memiliki hubungan positif, mempunyai nilai yang searah yang artinya jika

perikanan tangkap perairan laut dan perikanan budidaya naik maka PDRB Sektor

Pertanian, Kemiskinan dan IPM juga naik.

Kata kunci: Perikanan Tangkap Perairan Laut, Perikanan Budidaya, Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian, Kemiskinan,

Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Page 11: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr.Wb

Alhamdulillah Alhamdulillah hirabbil ‘alamin washolatu washala mu’ala ashrafil

ambiya iwal mushalin wa’ala alihi waashabihi ajma’il ammaba’du

Asholatu wassalamu alaika yaa sayyidi yaa rosulallah khudz biyadi qollat hilati

adrikni.

Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, berkat izin-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan segala kemudahan dan kelancaran yang

Allah berikan. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rosulullah

Shallallahu’Alaihi Wasallam beserta keluarga para sahabatnya dan kita selaku

umatnya.

Hanya dengan ridho dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR

PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI PROVINSI

JAWA TIMUR TAHUN 2017” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini peneliti ingin

menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan moril

maupun materil terutama kepada:

1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, atas izin dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua penulis, Bapak Wahyu Hidayat dan Ibu Tuti Suprapti tercinta

yang selalu mendukung, menasehati dan mendoakan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Kedua adik penulis, Wulan Purnama S.AP dan Gunawan S.I.Kom yang selalu

mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 12: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

xi

4. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE.,Ak.,M.Si.,CA.,QIA.,BKP.,CRMP selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Bapak Dr. Hartana Iswandi Putra. M.Si dan Bapak Deni Pandu Nugraha SE.

M.Sc selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Arief Fitrijanto M.Si, terimakasih atas

seluruh kesediaan waktu, tenaga, pikiran dan ilmu yang bermanfaat yang telah

diberikan hingga penulisan skripsi ini selesai. Semoga bapak beserta keluarga

selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.

7. Seluruh Jajaran Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan

ilmu yang sangat bermanfaat selama perkuliahan ini, dan menjadi tempat

berdiskusi , yang banyak memberikan pengetahuan baru dan wawasan lebih

luas.

8. Seluruh staff kepegawaian Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Seluruh staff kepegawaian Pusat Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

10. Kawan Kawan Seperjuangan di Ekonomi Pembangunan 2013 terima kasih atas

kebersamaan, keceriaan, suka duka yang pernah kita lalui bersama. Semoga

kita semua di pertemukan dengan kesuksesan.

11. Iqbal, Rizal, Yoga, Indra, Ridwan, Faisal, Wawan, Ajie, Ucup, Rika, Sendy

dan Hilda selaku sahabat penulis yang selalu memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabati PMII Komfeis Cabang Ciputat

13. Keluarga Besar BAWASLU Jakarta Utara, khususnya PANWASCAM

Penjaringan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab

itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk

pencapaian dan hasil yang lebih baik sehingga skripsi ini dapat memberikan

Page 13: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

xii

manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa

dikembangkan lagi lebih lanjut.

Wassalamuallaikum Wr.Wb

Jakarta, Maret 2020

Suryo Tamtomo

Page 14: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...….…………………………….ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH …….…….. ………………iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………….……...……….…………………iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................ v

ABSTRACT ..................................................................................................................... viii

ABSTRAK ......................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ x

DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xviii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 11

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 12

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 13

BAB II ............................................................................................................................... 14

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 14

A. Landasan Teori ...................................................................................................... 14

1. Sub-Sektor Perikanan ........................................................................................ 14

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ....................................................... 20

3. Kemiskinan ....................................................................................................... 24

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ............................................................... 29

B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 33

C. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 45

D. Hipotesis ............................................................................................................... 46

BAB III ............................................................................................................................. 47

METODE PENELITIAN .................................................................................................. 47

Page 15: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

xiv

A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 47

B. Metode Penentuan Sampel .................................................................................... 47

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 47

1. Data Sekunder ................................................................................................... 48

2. Studi Kepustakaan ............................................................................................ 48

D. Metode Analisis data ............................................................................................. 48

1. Analisis Deskriptif ............................................................................................ 49

2. Analisis Inferensial ........................................................................................... 49

E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................................ 55

1. Variabel Dependen (Y) ..................................................................................... 55

2. Variabel Independen (X) ................................................................................... 56

BAB IV ............................................................................................................................. 57

ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 57

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................................... 57

Kondisi Geografis ..................................................................................................... 57

B. Deksripsi Data Penelitian ...................................................................................... 58

1. Perkembangan PDRB Sektor Pertanian ............................................................ 58

2. Perkembangan Kemiskinan............................................................................... 61

3. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia ................................................. 64

4. Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut ................. 67

5. Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Budidaya ...................................... 70

C. Hasil Uji Instrumen Penelitian .............................................................................. 72

a. Uji Korelasi Pearson ......................................................................................... 72

b. Uji Korelasi Kanonikal ..................................................................................... 77

D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................ 83

1. Bobot (Weight) .................................................................................................. 83

2. Muatan (Loadings) ............................................................................................ 84

BAB V .............................................................................................................................. 90

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 90

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 90

B. Saran ..................................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 92

Page 16: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

xv

LAMPIRAN ...................................................................................................................... 98

Page 17: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Peringkat 10 besar penghasil perikanan tangkap perairan laut di

Indonesia menurut Provinsi Tahun 2016 (Ton) ...................................................... 4

Tabel 1.2 Peringkat 10 besar penghasil perikanan budidaya di Indonesia menurut

Provinsi Tahun 2016 (Ton) ..................................................................................... 5

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu .............................................................................. 38

Tabel 3.1 Pedoman tingkat keeratan korelasi ....................................................... 50

Tabel 4.1 Jumlah PDRB sektor pertanian di 22 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Timur Tahun 2017................................................................................................. 60

Tabel 4.2 Perkembangan indeks pembangunan manusia di 22 Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 ......................................................................... 66

Tabel 4.3 Perkembangan jumlah produksi perikanan tangkap perairan laut di 22

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 (Ton) .................................... 68

Tabel 4.4 Perkembangan jumlah produksi perikanan budidaya di 22

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 (Ton) .................................... 71

Tabel 4.5 Hasil uji korelasi pearson ...................................................................... 73

Tabel 4.6 Hasil uji korelasi pearson ...................................................................... 73

Tabel 4.7 Hasil uji korelasi pearson ...................................................................... 74

Tabel 4.8 Hasil uji korelasi pearson ...................................................................... 75

Tabel 4.9 Hasil uji korelasi pearson ...................................................................... 75

Tabel 4.10 Hasil uji korelasi pearson .................................................................... 76

Tabel 4.11 Hasil perhitungan korelasi kanonikal .................................................. 77

Tabel 4.12 Hasil perhitungan signifikansi korelasi kanonikal .............................. 78

Tabel 4.13 Hasil perhitungan secara kelompok dengan empat prosedur korelasi

kanonikal. .............................................................................................................. 79

Tabel 4.14 Hasil perhitungan koefisien kanonikal standar untuk variabel

dependen………. .................................................................................................. 80

Tabel 4.15 Hasil perhitungan koefisien kanonikal kasar untuk kovariats ............ 81

Tabel 4.16 Hasil perhitungan koefisien kanonikal standar untuk kovariats ......... 81

Tabel 4.17 Hasil perhitungan kanonikal Loadings untuk dependen variats ......... 82

Tabel 4.18 Hasil perhitungan korelasi kovariat dan variabel kanonikal ............... 83

Page 18: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Komposisi PDRB sektor pertanian Provinsi Jawa Timur 2017atas

dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha ............................................... 6

Gambar 1.2 Presentase jumlah penduduk miskin menurut Provinsi di Indonesia

Tahun 2017 ........................................................................................................... 8

Gambar 1.3 Perkembangan indeks pembangunan manusia Provinsi Jawa Timur

Tahun 2013-2017 ................................................................................................. 10

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran ......................................................................... 46

Gambar 3.1 Matriks korelasi kanonikal ................................................................ 53

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Timur .................................................................. 57

Gambar 4.2 Perkembangan PDRB sektor pertanian dan sub sektor perikanan

Provinsi Jawa Timur (Milliar Rupiah) .................................................................. 59

Gambar 4.3 Perkembangan presentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur

Tahun 2014-2017 .................................................................................................. 62

Gambar 4.4 Presentase penduduk miskin 22 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Timur Tahun 2017................................................................................................. 63

Gambar 4.5 Perkembangan indeks pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur

Tahun 2013-2017 ................................................................................................. 65

Gambar 4.6 Perkembangan jumlah produksi perikanan tangkap perairan laut

Provinsi Jawa Timur Tahun 2013-2017 (Ton) ..................................................... 67

Gambar 4.7 Perkembangan jumlah produksi perikanan budidaya Provinsi Jawa

Timur Tahun 2013-2017 (Ton) ............................................................................. 70

Page 19: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data penelitian (Log) ......................................................................... 98

Lampiran 2 Hasil analisis korelasi kanonikal ....................................................... 99

Page 20: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bertujuan untuk

menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara atau daerah dalam

jangka panjang. Kenaikan PDB tersebut lebih besar dari pada tingkat

pertumbuhan penduduk, singkatnya, pembangunan ekonomi adalah suatu proses

yang bertujuan untuk menaikkan PDB suatu negara atau daerah melebih tingkat

pertumbuhan penduduk, di Indonesia pembangunan ekonomi diawali dengan

perencanaan pembangunan ekonomi, Indonesia lebih berorientasi pada masalah

pertumbuhan. Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi

pembangunan di negara sedang berkembang adalah terjadinya pertumbuhan

penduduk yang cukup pesat yang seiring dengan laju pertumbuhan angkatan

kerja yang cepat pula. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penghambat

pembangunan apabila tidak diimbangi dengan perkembangan kesempatan kerja.

Djojohadikusumo (1985: 27)

Pembangunan nasional sendiri ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, yang tertera didalam undang-undang dasar 1945

alenia ke empat. Oleh karena itu kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan

diperlukan untuk mengurangi kesenjangan dan meningkatkan kesejakteraan

masyarakat serta diharapkan dapat memberi dukungan pada upaya ekonomi

masyarakat didaerah.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan ekonomi di indonesia terus

mengalami perubahan menyesuaikan dengan sistem pemerintahan yang

berjalan. Pembangunan tidak lagi bersifat sentralisasi yang dimana pemerintah

daerah hanya memiliki kewenangan yang terbatas dan semua kewenangan

dikendalikan oleh pemerintah pusat. Tetapi sejak terjadinya reformasi pada

tahun 1998 pada era presiden habibi pembangunan berubah menjadi sistem

Page 21: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

2

otonomi daerah, dimana kewenangan diserahkan kepada daerah kabupaten/kota

masing-masing yang ditetapkan dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 dan

undang-undang nomor 25 tahun 1999. Lalu pada tahun 2004 undang-undang

tersebut direvisi menjadi undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintah daerah dan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Undang-undang tersebut

mengisyaratkan agar pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah

dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki. Kebijakan otonomi daerah

dicanangkan agar mendorong pemerintah daerah untuk menciptakan

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan antar wilayah sesuai dengan

keadaan wilayahnya masing-masing (Nugroho, 2003). Pembangunan daerah

harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan

berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai

dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah maka pemanfaatan

sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu

pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok

pembangunan ekonomi daerah adalah pada penekanan terhadap kebijakan-

kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang

bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia kelembagaan

dan sumber daya fisik secara lokal (daerah/wilayah). (Lincolin Arsyad, 1999)

Provinsi Jawa Timur adalah salah satu provinsi yang melaksanakan

otonomi daerah dalam proses pembangunan ekonominya, yaitu membangun

daerah dengan berlandaskan pada kemampuan dan kemandirian daerahnya

sendiri. Provinsi Jawa Timur merupakan Provinsi terluas dipulau jawa dengan

luas wilayah 47.922 km2 Provinsi yang terletak di ujung timur pulau jawa,

berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah dibagian Barat, Laut Jawa

dibagian Utara, Selat Bali dibagian Timur dan Samudra Hindia dibagian Selatan.

Page 22: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

3

Provinsi Jawa Timur memiliki 38 wilayah kabupaten dan kota yang terdiri dari

29 Kabupaten dan 9 Kota. Sedangkan Kabupaten dan Kota untuk wilayah pesisir

sebanyak 22 wilayah. Wilayah yang masuk dalam kawasan pesisir untuk

Provinsi Jawa Timur terbagi lagi menjadi 19 Kabupaten dan 3 Kota.

Menurut Nontji (2002), wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara

daratan dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi

oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan

ke arah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami

yang ada di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar serta daerah yang

dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Sedangkan Masyarakat

pesisir adalah sekumpulan masyarakat (Nelayan, pembudidaya ikan, dan lain-

lain) yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan

memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada

pemanfaatan sumber daya pesisir.

Sektor perikanan memiliki potensi penggerak perekonomian baik secara

makro atau nasional maupun mikro. Secara makro sektor perikanan menjadi

penyumbang devisa dengan kegiatan ekspor. Secara mikro sektor perikanan

memberi dampak penyediaan tenaga kerja dan meningkatkan daya beli

masyarakat seiring dengan peningkatan pendapatan para pelaku usaha di bidang

perikanan (Nugroho, 2013). Sumber daya perikanan merupakan salah satu

sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi

sebagai penggerak utama ekonomi nasional. (Daryanto, 2007)

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dengan jumlah

17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km yang merupakan garis

pantai terpanjang nomer dua didunia setelah kanada dan luas laut sekitar 6,4 juta

km² (290 ribu km² perairan teritorial, 3 juta km² Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia dan 3,1 juta km² luas perairan pedalaman dan perairan kepulauan).

Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar yang

tersebar di setiap provinsi di indonesia.

Page 23: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

4

Tabel 1.1

Peringkat 10 Besar Penghasil Perikanan Tangkap Perairan Laut di Indonesia

Menurut Provinsi Tahun 2016 (Ton)

No Provinsi Jumlah Produksi

1 Maluku 583.639

2 Sumatera Utara 475.638

3 Jawa Timur 390.271

4 Jawa Tengah 334.298

5 Sulawesi Selatan 295.143

6 Maluku Utara 254.856

7 Papua 222.528

8 Jawa Barat 218.194

9 Sulawesi Tengah 210.141

10 Sumatera Barat 200.610

Sumber: Badan Pusat Statistik

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki potensi kelautan

dan perikanan yang cukup besar, Dari data diatas menunjukan Provinsi Jawa

Timur merupakan penghasil perikanan tangkap perairan laut terbesar nomer 3 di

Indonesia setelah Provinsi Maluku sebesar 583.639 dan Provinsi Sumatera Utara

sebesar 475.638. Pada tahun 2016 Total jumlah produksi perikanan tangkap

perairan laut Provinsi Jawa Timur sebesar 390.271 Ton, Berkontribusi 6,38%

dari total hasil produksi perikanan tangkap perairan laut Indonesia yang sebesar

6.115.469 Ton. Menurut Triarso (2004), sumberdaya perikanan mencakup

sumberdaya perikanan tangkap perairan laut dan perikanan budidaya. Perikanan

budidaya merupakan suatu usaha memanfaatkan sumberdaya dikawasan pesisir

dalam hal memelihara berbagai jenis ikan, udang, kerangan-kerangan, dan

lainnya yang bernilai ekonomis penting. Selain perikanan tangkap perairan laut,

Provinsi Jawa Timur juga mempunyai potensi di sektor perikanan budidaya.

Page 24: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

5

Tabel 1.2

Peringkat 10 Besar Penghasil Perikanan Budidaya di Indonesia Menurut

Provinsi Tahun 2016 (Ton)

No Provinsi Jumlah Produksi

1 Sulawesi Selatan 3.564.788

2 Nusa Tenggara Timur 1.859.670

3 Sulawesi Tengah 1.341.620

4 Jawa Barat 1.185.042

5 Nusa Tenggara Barat 1.183.112

6 Jawa Timur 1.178.593

7 Sulawesi Tenggara 912.610

8 Jawa Tengah 534.191

9 Kalimantan Utara 532.526

10 Sulawesi Utara 432.696

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari data diatas menunjukan Provinsi Jawa Timur merupakan penghasil

perikanan budidaya terbesar nomer 6 di Indonesia dengan jumlah produksi

sebesar 1.178.593, setelah Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 3.564.788, Provinsi

Nusa Tenggara Timur sebesar 1.859.670, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar

1.341.620, Provinsi Jawa Barat sebesar 1.185.042 dan Provinsi Nusa Tenggara

Barat sebesar 1.183.112. Perikanan budidaya terdiri dari perikanan budidaya

laut, budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya jaring

apung dan budidaya sawah minapadi. Pada tahun 2017 Total jumlah produksi

perikanan budidaya Provinsi Jawa Timur sebesar 1.189.443 Ton, dari total hasil

produksi perikanan budidaya Indonesia yang sebesar 6.115.469 Ton. Sub sektor

perikanan tangkap perairan laut dan perikanan budidaya apabila dikelola dengan

baik kedepannya dapat menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Jawa Timur karena mempunyai potensi yang cukup besar.

Menurut Suryono, (2010) Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan

pembangunan yang dapat dijadikan tolak ukur secara makro adalah

Page 25: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

6

pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, meskipun telah digunakan sebagai indikator

pembangunan, pertumbuhan ekonomi masih bersifat umum dan belum

mencerminkan kemampuan masyarakat secara individual. Pembangunan daerah

diharapkan akan membawa dampak positif pula terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dicerminkan dari perubahan PDRB dalam

suatu wilayah. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan

jumlah nilai barang dan jasa terakhir yang dihasilkan oleh seluruh aktifitas

perekonomian secara menyeluruh. (BPS, 2016).

Gambar 1.1

Komposisi PDRB Sektor Pertanian Provinsi Jawa Timur 2017 Atas Dasar

Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha

Sumber: BPS Jawa Timur

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sub-sektor tanaman pangan

berkontribusi paling besar terhadap pembentukan PDRB sektor pertanian yaitu

sebesar 31%. Sedangkan sub-sektor perikanan berkontribusi sebesar 20% dari

total pembentukan PDRB sektor pertanian. Dilanjutkan sub-sektor peternakan

sebesar 19%, sub-sektor perkebunan sebesar 15%, Sub sektor tanaman

31%

10%

15%

19%

1%

4%

20%

PDRB Sektor PertanianTanaman Pangan

Tanaman Holtikura

Perkebunan

Peternakan

Jasa Pertanian dan Pemburuan

Kehutanan dan PenebanganKayu

Perikanan

Page 26: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

7

holtikultura sebesar 10%, sub-sektor kehutanan dan penebangan kayu sebesar

4%, dan Sub sektor jasa pertanian dan pemburuan sebesar 1%. Hal ini

menunjukan bahwa dari seluruh aktifitas semua unit usaha sektor pertanian di

Provinsi Jawa Timur, sub-sektor perikanan merupakan penyumbang terbesar

kedua setelah sub-sektor tanaman pangan dalam PDRB sektor pertanian. Sektor

pertanian sendiri belum berkontribusi besar terhadap PDRB di Provinsi Jawa

Timur dari total sebesar 1.482.299 milliar rupiah, tercatat PDRB sektor pertanian

hanya berkontribusi sekitar 11,29% yaitu sebesar 167.358 Milliar Rupiah,

berada di posisi ke 3 setelah sektor industri pengolahan sebesar 434.114 Milliar

Rupiah dan sektor perdagangan besar dan enceran sebesar 273.213 Milliar

Rupiah dari total PDRB di Provinsi Jawa Timur tahun 2017.

Pada umumnya masyarakat pesisir termasuk kelompok masyarakat yang

relatif tertinggal secara ekonomi dan sosial (khususnya dalam hal Pendidikan)

dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Dari segi tingkat Pendidikan

masyarakat pesisir sebagian besar masih tergolong rendah (Sumber Daya

Manusia) dan dari segi ekonomi masyarakat pesisir relatif berada dalam tingkat

kesejakterahan yang rendah (Kemiskinan).

Kemiskinan merupakan masalah besar yang banyak terjadi di setiap negara

khususnya di negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia. permasalahan

ini bersifat kompleks, sehingga berbagai upaya yang dilakukan dalam

mengentaskan kemiskinan harus diimplementasikan secara baik dan benar.

Page 27: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

8

Gambar 1.2

Presentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Indonesia Tahun

2017

Sumber: Badan Pusat Statistik

16.89

10.22

6.87

7.78

8.19

13.19

16.45

13.69

5.2

6.06

3.77

8.71

13.01

13.02

11.77

5.45

4.25

16.07

21.85

7.88

5.37

4.73

6.19

7.22

8.1

14.14

9.38

12.81

17.65

11.3

18.45

6.35

25.1

27.62

0 5 10 15 20 25 30

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kep. Bangka Belitung

Kep. Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Kalimantan Utara

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

Presentase Penduduk Miskin

Page 28: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

9

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa Provinsi Jawa Timur mempunyai

presentase penduduk miskin peringkat nomer 15 di Indonesia dengan jumlah

presentase terhadap jumlah penduduk sebesar 11.77%. Untuk Provinsi yang

memiliki presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia yaitu Provinsi

Papua dengan jumlah presentase terhadap jumlah penduduk sebesar 27.62%.

Sedangkan Provinsi yang memiliki presentase penduduk miskin terendah di

Indonesia yaitu Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah presentase terhadap jumlah

penduduk sebesar 3.77%. Hal ini menunjukan bahwa masih tingginya presentase

penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur sebesar 11.77% atau sebanyak 4,6 juta

jiwa penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur dari total jumlah penduduk

Provinsi Jawa Timur sebanyak 39,2 juta jiwa.

Berbagai Kegiatan pembangunan ekonomi harus dilakukan oleh

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. Salah satunya upaya

meningkatkan pendapatan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya

pesisir dan laut, dengan adanya pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut secara

intensif, optimal dan terkendali dapat mendorong adanya pertumbuhan ekonomi

lokal yang tinggi serta dapat memberikan efek keuntungan yang besar bagi

kesejahterahan masyarakat pesisir. Namun pada kenyataannya wilayah pesisir

dan laut belum menjadi prioritas utama bagi pertumbuhan ekonomi secara

Nasional maupun Provinsi dan belum dapat memberikan kesejahteraan bagi

masyarakatnya, sehingga pada saat ini dapat dilihat bahwa sebagian besar

masyarakat pesisir masih berada dibawah garis kemiskinan.

Pencapaian pembangunan ekonomi suatu wilayah dipengaruhi oleh proses

pembangunan manusia. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari seberapa besar

kualitas manusia di suatu wilayah. Indikator yang bisa mengukur kualitas

manusia disuatu daerah yaitu dengan cara Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

IPM merupakan indikator yang di gunakan untuk mengukur salah satu aspek

penting yang berkaitan dengan kualitas dari hasil pembangunan ekonomi. IPM

dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-rata

Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS) yang mempunyai tiga

unsur yaitu kesehatan, pendidikan yang dicapai, dan standar kehidupan atau

Page 29: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

10

sering disebut ekonomi. Jadi ketiga unsur ini sangat penting dalam menentukan

tingkat kemampuan suatu provinsi untuk meningkatkan IPMnya. Ketiga unsur

tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling memengaruhi satu sama yang

lainnya. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti ketersediaan

kesempatan kerja, yang pada akhirnya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi,

infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Jadi IPM di suatu daerah akan

meningkat apabila ketiga unsur tersebut dapat ditingkatkan, nilai IPM yang

tinggi menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah tersebut.

Gambar 1.3

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia

Provinsi Jawa Timur Tahun 2013-2017

Sumber: BPS Jawa Timur

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan IPM di

Provinsi Jawa Timur dari tahun 2013 sampai tahun 2017 terus meningkat setiap

tahunnya. Pencapaian IPM tertinggi berada pada tahun 2017 sebesar 70.27

persen. Sedangkan capaian terendah berada pada tahun 2013 sebesar 67.55

persen. Meskipun IPM Provinsi Jawa Timur terus mengalami peningkatan dan

masuk dalam kategori skala IPM menengah atas namun jika dibandingkan

67.55

68.14

68.95

69.74

70.27

66

66.5

67

67.5

68

68.5

69

69.5

70

70.5

2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Pembangunan Manusia

Page 30: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

11

dengan IPM dari Provinsi lain di Indonesia, IPM Provinsi Jawa Timur pada

tahun 2017 masih berada di urutan ke 15 peringkat IPM dari total 34 Provinsi

seluruh Provinsi di Indonesia.

Mengacu pada potensi yang dimilikinya tersebut tentunya Provinsi Jawa

Timur seharusnya dapat meningkatkan kualitas wilayahnya serta

mensejahterakan kehidupan masyarakatnya khususnya masyarakat pesisir di

wilayah Provinsi Jawa Timur.

B. Rumusan Masalah

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

memiliki potensi perikanan yang besar. Baik itu perikanan tangkap perairan laut

maupun perikanan budidaya, kedua-duanya memiliki potensi yang besar.

Tercatat Provinsi Jawa Timur merupakan penghasil perikanan tangkap perairan

laut terbesar nomer 3 di Indonesia setelah Provinsi Maluku dan Provinsi

Sumatera Utara, serta penghasil perikanan budidaya terbesar nomer 3 di

Indonesia setelah Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Nusa Tenggara Timur

yang terdiri dari perikanan budidaya laut, budidaya tambak, budidaya kolam,

budidaya keramba, budidaya jaring apung dan budidaya sawah minapadi.

Melihat potensi tersebut, tentunya sub sektor perikanan (perikanan

tangkap perairan laut dan perikanan budidaya) diharapkan akan membawa

dampak positif terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur. Selain, PDRB, potensi

sub sektor perikanan juga diduga mempengaruhi perubahan peningkatan

pendapatan tenaga kerja pada bidang sub sektor perikanan. Peningkatan ini

selanjutnya diduga akan berdampak pada kemiskinan dan Indeks Pembangunan

Manusia di Provinsi Jawa Timur.

Page 31: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

12

Penulis ingin menyajikan seperti apa permasalahan yang telah

dikemukakan diatas, dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Seberapa besar pengaruh jumlah produksi sub sektor perikanan

terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto di wilayah pesisir

Provinsi Jawa Timur?

2. Seberapa besar pengaruh jumlah produksi sub sektor perikanan

terhadap Kemiskinan di wilayah pesisir Provinsi Jawa Timur?

3. Seberapa besar pengaruh jumlah produksi sub sektor perikanan

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di wilayah pesisir Provinsi

Jawa Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan

penulisan ini adalah:

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah produksi sub sektor

perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto di wilayah pesisir

Provinsi Jawa Timur.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah produksi sub sektor

perikanan terhadap Kemiskinan di wilayah pesisir Provinsi Jawa

Timur.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah produksi sub sektor

perikanan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di wilayah pesisir

Provinsi Jawa Timur.

Page 32: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

13

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Akademisi

Sebagai wawasan akademis, terkait pengaruh dari adanya potensi

sub sektor perikanan terhadap kualitas wilayah pesisir serta sebagai

bahan pembanding dan refrensi bagi penulisan karya ilmiah

selanjutnya.

2. Bagi Pihak Swasta

Sebagai refrensi bagi pengusaha di bidang sub sektor perikanan yang

ingin mengembangkan usahanya.

3. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak yang

berkompeten lainya, dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan potensi sub sektor perikanan dimasa yang akan

dating.

Page 33: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sub-Sektor Perikanan

a. Pengertian Perikanan

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai

dari praproduksi, produksi pengolahan sampai dengan pemasaran, yang

dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

b. Jenis-Jenis Perikanan

Jenis-jenis perikanan dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Perikanan Pantai

Perikanan pantai dilakukan di kawasan laut dangkal dengan jarak

tempuh kurang dari 60 mil dari pantai. Jenis penangkapan ikan ini biasa

dilakukan oleh nelayan tradisional yang menggunakan perahu dayung

atau kapal motor tempel. Oleh karena peralatan yang digunakan sangat

terbatas, hasil tangkapannyapun kurang memuaskan. Jenis ikan yang

sering ditangkap, antara lain kembung, teri, petek, lemuru, dan

beberapa jenis moluska, seperti cumi dan ubur-ubur.

2. Perikanan Laut Dalam

Perikanan laut dalam merupakan jenis penangkapan ikan di laut

lepas atau samudra yang biasa dilakukan oleh nelayan modern atau

perusahaan perikanan dengan peralatan canggih. Mereka biasa pergi

menangkap ikan dengan kapal trawl serta alat penangkap ikan berupa

pukat harimau. Jala ikan jenis ini mampu menjaring ikan dalam jumlah

yang banyak, mulai dari ikan-ikan besar sampai yang ukurannya kecil.

Page 34: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

15

Komoditas yang menjadi andalan tangkapan adalah tuna dan cakalang.

Beberapa wilayah di Indonesia yang merupakan kawasan perikanan

laut yang potensial antara lain sebagai berikut:

a) Sekitar Selat Malaka dengan pusat di daerah Bagansiapiapi. Di

wilayah ini banyak mengandung ikan terumbuk.

b) Sekitar perairan pantai utara Jawa, dan Segara Anakan

(Cilacap). Selain ikan di wilayah ini banyak terdapat rumput

laut dan agaragar.

c) Sekitar Air Tembaga, Bitung, dan Sulawesi Utara yang banyak

menghasilkan jenis ikan tuna dan cakalang.

d) Perairan Maluku (sekitar Ambon) yang merupakan salah satu

zona up welling curent sehingga menjadi kawasan yang kaya

dengan ikan. Di wilayah ini banyak terdapat jenis ikan

cakalang, rumput laut, dan beberapa jenis ikan hias.

e) Di daerah Dobo (sekitar Kepulauan Aru) dan Kepulauan Kei

banyak mengandung mutiara, udang laut, tripang, bunga

karang dan rumput laut.

f) Perairan sekitar Pulau Solor dan Alor.

3. Perikanan Darat

Selain perikanan laut juga mengenal perikanan darat yang

dilakukan di air tawar dan air payau. Bentang perairan darat yang biasa

dijadikan wilayah penangkapan atau pembudidayaan ikan antara lain

sungai, danau, empang atau kolam, sawah, dan bendungan (waduk atau

danau buatan). Budidaya ikan di sungai biasanya dilakukan dengan

sistem arus deras (water running system) yang memanfaatkan aliran

sungai. Dengan pola ini pertumbuhan ikan relatif cepat, sebab ikan

senantiasa bergerak untuk menahan aliran air dan selalu terjadi

pergantian air. Bentang perairan darat yang juga potensial sebagai

kawasan penangkapan ikan adalah danau, seperti Danau Poso dan

Tempe di Sulawesi.

Page 35: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

16

Di wilayah danau dapat juga diupayakan budidaya perikanan

dengan sistem jala terapung atau keramba. Pola budidaya ikan jala

terapung telah dilakukan oleh penduduk yang tinggal di sekitar

Bendungan Jatiluhur, Saguling, dan Ci Rata (Jawa Barat). Jenis ikan

yang biasa diusahakan antara lain ikan mas dan nila. Bentuk

pembudidayaan ikan di sawah dikenal dengan istilah minapadi, yang

merupakan bentuk tumpang sari antara ikan dengan padi sawah. Pada

saat lahan pertanian sawah telah dibajak dan bibit padi mulai

disemaikan, benih ikan juga mulai ditebar, dengan harapan sebelum

tanaman padi besar, ikan sudah dipanen. Jenis ikan yang biasa

Perikanan Darat Selain perikanan laut juga mengenal perikanan darat

yang dilakukan di air tawar dan air payau. Bentang perairan darat yang

biasa dijadikan wilayah penangkapan atau pembudidayaan ikan antara

lain sungai, danau, empang atau kolam, sawah, dan bendungan (waduk

atau danau buatan).

Budidaya ikan di sungai biasanya dilakukan dengan sistem arus

deras (water running system) yang memanfaatkan aliran sungai.

Dengan pola ini pertumbuhan ikan relatif cepat, sebab ikan senantiasa

bergerak untuk menahan aliran air dan selalu terjadi pergantian air.

Bentang perairan darat yang juga potensial sebagai kawasan

penangkapan ikan adalah danau, seperti Danau Poso dan Tempe di

Sulawesi. Di wilayah danau dapat juga diupayakan budidaya perikanan

dengan sistem jala terapung atau keramba. Pola budidaya ikan jala

terapung telah dilakukan oleh penduduk yang tinggal di sekitar

Bendungan Jatiluhur, Saguling, dan Ci Rata (Jawa Barat). Jenis ikan

yang biasa diusahakan antara lain ikan mas dan nila. Bentuk

pembudidayaan ikan di sawah dikenal dengan istilah minapadi, yang

merupakan bentuk tumpang sari antara ikan dengan padi sawah.

Pada saat lahan pertanian sawah telah dibajak dan bibit padi mulai

disemaikan, benih ikan juga mulai ditebar, dengan harapan sebelum

tanaman padi besar, ikan sudah dipanen. Jenis ikan yang biasa

Page 36: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

17

diupayakan adalah ikan mas atau nila. Sistem mina padi ini memberikan

keuntungan ganda bagi para petani. Di daerah sekitar pantai dan dataran

rendah sering kita jumpai budidaya ikan di air payau, berupa perikanan

tambak. Jenis ikan yang sering diupayakan, antara lain ikan bandeng,

gurame atau udang. Budidaya ikan air payau agak berbeda dengan air

tawar. Ada beberapa persyaratan fisik yang harus dipenuhi, antara lain

sebagai berikut:

1. Perbedaan tinggi muka air saat laut pasang naik dan pasang surut

harus jelas, mengingat ikan bandeng biasanya bertelur di air laut

dan nantinya dijaring untuk dibudidayakan lebih lanjut di air

payau.

2. Daerah di sekitarnya harus subur bagi tumbuhnya berbagai jenis

rumput-rumputan yang berfungsi sebagai makanan utama ikan

bandeng.

c. Faktor Produksi Perikanan

Faktor produksi dikenal dengan istilah input production faktor.

Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang

diperoleh. Optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya

adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien

mungkin sehingga menghasilkan produksi yang maksimum. Adapun

faktor produksi perikanan sebagai berikut:

1. Faktor Alam

Faktor alam (sumber daya alam) sebagai salah satu faktor

produksi yang berpengaruh. pada usaha perikanan sumber daya alam

berupa tanah dan perairan (sungai, waduk, rawa, genangan dan laut).

Perairan adalah suatu wadah atau tempat yang dapat digunakan

untuk usaha pembudidayaan dan penangkapan ikan. Perairan

bersifat milik bersama, namun tidak menutup kemungkinann adanya

aturan-aturan yang diberlakukan oleh golongan atau kelompok

masyarakat yang telah berlangsung turun temurun, misalnya aturan

Page 37: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

18

adat (hukum laut). Pada usaha perikanan kedua tempat tersebut

sangat erat keterkaitannya dan disinilah dilaksanakan proses

produksi hingga menghasilkan produksi. Salah satu bukti bahwa

perairan merupakan faktor produksi dapat dilihat dari tinggi

rendahnya balas jasa baik yang berupa sewa atau bagi hasil yang

sesuai dengan permintaan dan penawaran dalam masyarakat tertentu

pada daerah tertentu.

2. Faktor Sarana Produksi

Faktor ini merupakan inti dari berbagai faktor produksi

lainnya, artinya tanpa tersedianya faktor ini tidak mungkin

dilaksanakan kegiatan berproduksi. Ketersediaan sarana produksi

dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik, akan mempengaruhi

kelancaran proses produksi. Sarana produksi pada dasarnya

digolongkan berdasarkan:

1) Sarana produksi yang habis dipakai dalam satu siklus atau

sarana produksi yang tidak tahan lama, meliputi Solar/BBM,

Umpan Pancing, Es, Bahan Makanan Melaut (beras, lauk

pauk, air tawar, dll).

2) Sarana produksi yang tidak habis dipakai/digunakan dalam

satu siklus atau yang tahan lama, meliputi Bangunan, Kapal

dan Mesin Kapal (Body kapal, Mesin Utama, Mesin Bantu dan

Generator), Alat Tangkap (Jaring, Pancing, dll), Alat Bantu

Penangkapan (Rumpon, Sampan, dll), dll.

3. Faktor Tenaga Kerja

Keberhasilan pembangunan ekonomi akan dipengaruhi oleh

banyak faktor produksi. Faktor produksi tersebut salah satunya

adalah tenaga kerja (Sumber Daya Manusia). Tenaga kerja dalam

bidang perikanan pada umumnya terdiri dari tenaga kerja tetap dan

tenaga kerja tidak tetap (sambilan). Tenaga kerja tetap umumnya

Page 38: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

19

berasal dari keluarganya sendiri (tenaga inti) dan atau tenaga kerja

yang mendapat upah secara tetap pada periode tertentu, misalnya

bulanan. Sementara tenaga kerja tidak tetap (sambilan) atau dapat

juga disebut tenaga kerja harian lepas, umumnya bersifat buruh.

4. Faktor Modal

Modal adalah faktor produksi buatan yang merupakan input

sekaligus output dalam perekonomian (Paul Samuelson &

WilliamD. Nordhaus). Modal salah satu faktor produksi yang

penting untuk menggerakkan seluruh rangkaian proses produksi.

Dalam kegiatan produksi modal dapat dibedakan menjadi 2 macam,

yaitu modal tetap dan modal variabel. Perbedaan ini disebabkan

karena ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi

seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam

kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap dapat

didefinisikan sebagai biaya yang tidak habis dalam sekali proses

produksi tersebut. Misalnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli

bahan baku dan bahan penolong atau yang dibayarkan untuk

pembayaran tenaga kerja.

5. Faktor Teknologi

Faktor teknologi dalam kegiatan usaha perikanan, berarti

melakukan pilihan-pilihan terhadap teknologi yang digunakan. Hal

ini penting, karena potensi sumber daya perikanan yang tersedia dan

jenis usaha yang dapat dikembangkan juga cukup beragam, dan pada

umumnya bersifat padat modal. Perkembangan teknologi, sangat

memungkinkan bagi pelaku usaha perikanan untuk meningkatkan

produksi dan produktivitasnya. Dengan teknologi, produk hasil

perikanan yang dikenal cepat rusak/busuk, dapat dipertahankan

tingkat kesegarannya (mutunya) untuk waktu yang cukup lama.

Page 39: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

20

6. Faktor Manajemen

Penerapan faktor manajemen pada dasarnya adalah bagaimana

menggabungkan dan menselaraskan seluruh fungsi-fungsi

manajemen dengan faktor-faktor produksi yang ada. Usaha

perikanan yang terdiri dari banyak sub-sub system, memungkinkan

masing-masing sub system tersebut menerapkan fungsi-fungsi

manajemen baik berdiri sendiri maupun merupakan satu kesatuan

utuh dari kegiatan usaha. Dari semua faktor produksi yang ada,

faktor ini sering diabaikan oleh pelaku usaha perikanan terutama

pada skala rumah tangga/kecil. Tetapi pada skala usaha menengah

keatas, faktor ini sudah diterapkan walaupun belum maksimal.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai tambah

yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan jasa dalam suatu wilayah

dengan menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB sendiri dapat diartikan sebagai

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau jumlah

seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah

selama kurun waktu tertentu dan biasanyasatu tahun (BPS, 2017)

PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola

sumber daya alam yang dimilikinya. Besaran PDRB yang dihasilkan oleh

masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi sumber daya

alam dan faktor produksi daerah tersebut. Dengan itu pertumbuhan

ekonomi menggambarkan perkembangan aktivitas perekonomian.

Menurut aryanto (2011), yang lebih relevan untuk digunakan adalah nilai

PDRB berdasarkan harga konstan dari pada PDRB atas dasar harga

berlaku.

b. Pendekatan Penyusunan PDRB

Page 40: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

21

Menurut Case and Fair (2010), PDRB dapat dihitung dengan tiga

pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran.

1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pendekatan yang jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam suatu wilayah pada suatu

periode tertentu (biasanya setahun). Unit-unit produksi tersebut dalam

penyajian ini dikelompokkan menjadi 17 lapangan usaha (sektor) yaitu:

1. Pertanian.

2. Pertambangan dan Penggalian.

3. Industri Pengolahan.

4. Pengadaan Listrik dan Gas.

5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang.

6. Konstruksi.

7. Perdagangan Besar dan Eceran.

8. Transportasi dan Pergudangan.

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.

10. Informasi dan Komunikasi.

11. Jasa Keuangan dan Asuransi.

12. Real Estate.

13. Jasa Perusahaan.

14. Administrasi Pemerintah.

15. Jasa Pendidikan.

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

17. Jasa Lainnya.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh

faktor- faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu

daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa

Page 41: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

22

faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji (balas jasa tenaga

kerja), sewa tanah (balas jasa tanah), bunga modal (balas jasa modal)

dan keuntungan (balas jasa kewiraswastaan/enterpreneurship),

semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung

lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan

pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari:

1. pengeluaran konsumsi rumah tangga.

2. lembaga non profit yang melayani rumah tangga.

3. pengeluaran konsumsi pemerintah.

4. pembentukan modal tetap domestik bruto.

5. perubahan inventori.

6. ekspor neto (ekspor dikurangi impor).

c. Jenis-Jenis Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Badan Pusat Statistik (2017), jenis-jenis Produk Domestik

Regional Bruto terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku atau PDRB nominal adalah PDRB

yang di ukur dengan nilai harga pada tahun berjalan atau nilai uang saat

ini. Semua komponen PDRB dinilai pada harga saat ini. PDRB ini

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada setiap tahun. PDRB atas dasar harga berlaku

digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.

2) PDRB Atas Dasar Harga Tetap

PDRB dengan harga tetap atau PDRB rill, PDRB yang di ukur

dengan nilai yang didasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu.

Page 42: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

23

Angka-angka PDRB tetap merupakan hasil perkalian antara jumlah

produksi (Q) dan harga (P), apabila harga-harga mengalami kenaikan

dari satu tahun ke tahun yang di sebabkan oleh inflasi, maka besarnya

PDRB akan naik juga, tetapi belum tentu menunjukan kenaikan jumlah

produksi (PDRB rill).

d. Kegunaan Produk Domestik Regional Bruto

Data PDRB adalah salah satu indikator ekonomi makro yang dapat

menunjukan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang

dapat diperoleh dari data ini antara lain:

1. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) manunjukan kemampuan

sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai

PDRB yang besar menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi

yang besar, begitu juga sebaliknya.

2. PDRB atas dasar harga konstan (rill) dapat digunakan untuk

menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau

setiap lapangan usaha dari tahun ke tahun.

3. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha

menunjukan struktur perekonomian atau peranan setiap lapangan

usaha dalam setiap daerah. Lapangan usaha yang mempunyai peran

besar menunjukan basis perekonomian suatu daerah.

4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukan nilai PDRB

per kepala atau per satu orang penduduk.

5. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui

pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu daerah.

Rahardjo Adisasmita (2011) berpendapat bahwa indikator yang

dipergunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat

pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu:

1. PDRB dihitung atas dasar konsep arus barang, artinya perhitungan

PDRB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu

Page 43: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

24

periode tertentu. Aliran konsep ini memungkinkan kita untuk

membandingkan jumlah output yang dihasilkan pada tahun ini

dengan tahun sebelumnya.

2. Batas wilayah perhitungan PDRB adalah daerah (perekonomian

domestik). Hal ini memungkinkan untuk mengukur sejauh mana

kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah mampu

mendorong aktivitas perekonomian domestik.

3. Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan pada umumnya mengacu pada keadaan kekurangan

uang dan barang untuk memenuhi kebutuhan hidup serta menjamin

kelangsungan hidup. Oleh karena itu, seseorang termasuk kategori miskin

apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokoknya.

Pengertian kemiskinan menurut beberapa ahli atau lembaga adalah sebagai

berikut:

- BAPPENAS (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional)

mendefinisikan kemiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang

terjadi bukan karena kehendak si miskin, melainkan karena keadaan

yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.

- World Bank (2007:5) mengartikan kemiskinan sebagai kondisi dimana

seseorang tidak dapat menikmati segala macem pilihan dan kesempatan

dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi

kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa

dihormati seperti orang lain (kemiskinan absolut). World bank

mengukur kemiskinan absolut sebagai orang yang hidup dengan

pendapatan dibawah USD $ 1,00 per hari dan kemiskinan menengah

untuk pendapatan dibawah USD $ 2,00 per hari.

- Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan

kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang

meliputi: asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber

Page 44: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

25

keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisasi sosial

politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama,

jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa,

pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang

berguna.

- Michael P. Todaro (2004) mengemukakan kemiskinan absolut, yaitu

sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Penduduk tersebut hidup di

bawah tingkat pendapataan riil minimum tertentu atau di bawah garis

kemiskinan internasional.

Berdasarkan beberapa pengertian kemiskinan di atas dapat

disimpulkan bahwa kemiskinan adalah sulitnya seseorang mengakses hal-

hal vital dalam hidup yang disebabkan minimnya pendapatan yang bisa

didapat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Untuk mengindikasikan

kemiskinan digunakan garis kemiskinan (poverty line) yang menunjukkan

ketidakmampuan seseorang melampaui ukuran garis kemiskinan. Garis

kemiskinan adalah ukuran yang didasarkan pada kebutuhan konsumsi

minimum baik konsumsi makanan, pakaian, maupun perumahan.

Garis kemiskinan berdasarkan konsumsi (consumption-based

poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu:

1. Pengeluaran untuk memenuhi standar gizi minimum dan kebutuhan

mendasar lainnya.

2. Jumlah kebutuhan lain yang bervariasi, yang mencerminkan biaya

partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Menurut Sharpe et. al. (1997:215), sumber kemiskinan terdiri dari

beberapa hal, yaitu:

1. Rendahnya kualitas angkatan kerja

Page 45: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

26

Salah satu penyebab terjadinya kemiskinan adalah karena

rendahnya kualitas Angkatan kerja. Kualitas Angkatan kerja bisa dilihat

dari angka buta huruf.

2. Akses yang sulit terhadap kepemilikan modal

Kepemilikan modal yang sedikit serta rasio antara modal dan

tenaga kerja menghasilkan produktivitas yang rendah yang pada

akhirnya menjadi faktor penyebab kemiskinan.

3. Rendahnya tingkat penguasaan teknologi

Negara-negara dengan penguasaan teknologi yang rendah

mempunyai tingkat produktivitas yang rendah pula, tingkat

produktivitas yang rendah menyebabkan terjadinya pengangguran. Hal

ini disebabkan oleh kegagalan dalam mengadaptasi Teknik produksi

yang lebih modern. Ukuran tingkat penguasaan teknologi yang rendah

salah satunya bisa dilihat dari penggunaan alat-alat produksi yang

masih bersifat tradisional.

4. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien

Negara miskin sumber daya yang tersedia tidak dipergunakan

secara penuh dan efisien. Pada tingkat rumah tangga penggunaan

sumber daya biasanya bersifat tradisional yang menyebabkan

terjadinya inefisiensi.

5. Pertumbuhan penduduk yang tinggi

Menurut teori malthus jumlah penduduk yang berkembang sesuai

deret ukur sedangkan produksi bahan pangan berkembang sesuai deret

hitung. Hal ini mengakibatkan kelebihan penduduk dan kekurangan

bahan pangan. Kekurangan bahan pangan merupakan salah satu

indikasi terjadinya kemiskinan.

b. Teori-Teori Kemiskinan

Menurut Amartya Sen, Bloom dan Canning dalam Ravi Dwi

Wijayanto (2010:77) bahwa seseorang dikatakan miskin apabila

mengalami “capability deprivation” dimana seseorang tersebut mengalami

Page 46: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

27

kekurangan kebebasan yang substantif. Kebebasan substantif ini memiliki

dua sisi: kesempatan membutuhkan pendidikan dan keamanan

membutuhkan kesehatan.

Menurut para ahli, kemiskinan itu bersifat multidimensional, artinya

karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun

memiliki banyak aspek, dilihat dari kebijakan umum maka kemiskinan

meliputi aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial

politik, pengetahuan, dan keterampilan serta aspek sekunder yang berupa

miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi.

Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk

kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang

kurang baik, dan tingkat Pendidikan yang rendah (Lincolin Arsyad,

2010:57).

Sedangkan menurut Jacobus, dkk (2018) menjelaskan bahwa

dimensi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers memberi

penjelasan mengenai bentuk persoalan kemiskinan dan faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya kemiskinan berikut merupakan 4 bentuk dari

kemiskinan, yaitu:

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut merupakan kondisi dimana seseorang atau

sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya atau yang

berada di bawah garis kemiskinan yang digunakan untuk meningkatkan

kualitas hidup mereka. Jenis kemiskinan ini banyak digunakan sebagai

standart garis kemiskinan.

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena

adanya pengaruh dari kebijakan pembangunan yang belum merata,

sehingga dapat menimbulkan kesenjangan atau ketimpangan. Daerah

seperti ini disebut dengan daerah tertinggal.

3. Kemiskinan Kultural

Page 47: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

28

Kemiskinan kultural merupakan kemiskinan yang terjadi karena

bentuk pola pikir manusia atau masyarakat yang tidak mau merubah

dirinya, biasanya karena faktor budaya yang mempengaruhinya.

4. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan

karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya

terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang

kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan.

Teori lingkaran perangkap kemiskinan, teori ini merupakan salah

satu teori kemiskinan yang dikemukakan oleh Togar Saragih (2006:48)

yang mengatakan bahwa ada 2 lingkaran perangkap kemiskinan yaitu:

1. Dari segi penawaran (supply)

Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah diakibatkan oleh

produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan menabung

masyarakat rendah. Kemampuan untuk menabung yang rendah

menyebabkan tingkat pembentukan modal (investasi), yang kemudian

akan menyebabkan kekurangan modal dan demikian tingkat

produktivitasnya rendah.

2. Dari segi permintaan (demand)

Di negara-negara yang miskin perangsang untuk menanamkan

modal sangat rendah, karena luas pasar untuk berbagai jenis barang

terbatas, hal ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang rendah.

Pendapatan yang rendah tersebut dikarenakan tingkat produktivitas

yang rendah sebagai wujud dari tingkat pembentukan modal yang

terbatas di masa lalu, disebabkan kekurangan perangsang untuk

menanam modal dan seterusnya.

Pada dasarnya teori perangkap kemiskinan berpendapat bahwa:

1. Ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup.

2. Kurangnya perangsangan untuk melakukan penanaman modal.

3. Taraf Pendidikan, pengetahuan dan kemahiran relatif kurang.

Page 48: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

29

Ketiga faktor utama tersebut diatas merupakan faktor yang

menghambat terciptanya pembentukan modal dan perkembangan

ekonomi yang pesat di negara-negara yang sedang berkembang. Secara

ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber

daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta

meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik,

kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang

mempunyai pengertian tentang sistem politik yang dapat menentukan

kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan

sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan dapat dilihat dari

tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam

mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas.

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

a. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Lathifah, dkk (2017) Indeks Pembangunan Manusia

adalah ukuran pencapaian pembangunan manusia yang berbasis

pada sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Menurut Syaifullah

dan Malik (2017) IPM merupakan indeks kompisit yang dihitung

sebagai rata-rata sederhana dari 3 indeks yang menggambarkan

kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan, yaitu

Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan, dan Indeks standar hidup

layak, yang dirumuskan sebagai berikut:

IPM = 1/3 (X1 + X2 + X3)

Keterangan:

X1 = Indeks Harapan Hidup

X2 = Indeks Pendidikan

X3 = Indeks Standar Hidup Layak

Indeks pembangunan manusia merupakan konsep yang

mendasari pembangunan untuk mencapai kesejahteraan manusia

sebagai tujuan akhir pembangunan. Upaya untuk mensejahterakan

Page 49: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

30

masyarakat di dalam pembangunan manusia mencakup tiga

komponen dasar yaitu peluang hidup (kesehatan), pengetahuan

(Pendidikan) dan hidup layak (pendapatan). Proses pembangunan

sumber daya manusia adalah suatu proses yang berjangka panjang

yang membutuhkan interaksi dari semua sektor yang akan terjadi

dengan bertahap (UNDP, 2008). Dalam mengukur kualitas

pembangunan manusia yaitu berdasarkan kondisi fisik manusia

(kesehatan dan kesejahteraan) maupun berdasarkan kondisi non fisik

(intelektualitas). Pembangunan dari kondisi fisik didasarkan dari

angka harapan hidup dan kemampuan daya beli, sedangkan

pembangunan dari kondisi non-fisik dilihat dari kualitas pendidikan

manusia (Susanti, 2013).

Menurut Badan Pusat Statistik (2017), indeks pembangunan

manusia adalah suatu ukuran yang digunakan dalam mengetahui

kualitas hidup pembangunan manusianya. Adapun indikator dalam

indeks pembangunan manusia yaitu capaian umur Panjang dibidang

kesehatan, kemudian capaian bidang pendidikan yang dilihat melalui

angka melek huruf, rata-rata sekolah dan rata-rata lamanya

bersekolah serta kemampuan data beli masyarakat yang dilihat dari

pengeluaran perkapita.

b. Tujuan Indeks Pembangunan Manusia

Menurut UNDP (1995), tercapainya tujuan pembangunan

manusia, ada empat hal penting yang harus diperhatikan adalah

produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan.

Empat hal pokok tersebut memuat pijakan-pijakan yang dijelaskan

secara singkat sebagai berikut:

1. Produktivitas

Kemampuan masyarakat dalam meningkatkan

produktifitas dan berperan penuh dalam proses penciptaan

pendapatan dan memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga

Page 50: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

31

pembangunan ekonomi juga dapat digolongkan dalam bagian

pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Dalam hal mendapatkan kesempatan dan akses terhadap

semua sumber daya ekonomi dan sosial, penduduk memiliki

kesmpatan yang sama dalam hal tersebut. Oleh karena itu

kegiatan yang dapat meminimalisir kesempatan untuk

mendapatkan akses tersebut harus diperhatikan, sehingga mereka

dapat memperoleh manfaat dan kesempatan yang ada dan ikut

berperan dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan

kualitas hidup.

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus

dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga

disiapkan untuk generasi yang akan dating. Segala bentuk sumber

daya baik fisik, manusia maupun lingkungan harus senantiasa

diperbarui.

4. Pemberdayaan

Pemberdayaan dalam hal keputusan dan proses yang akan

menentukan arah kehidupan mereka, penduduk harus turut

berpartisipasi dan berperan penuh. Begitu pula dalam hal

mengambil manfaat dari proses pembangunan penduduk juga

harus dilibatkan.

c. Komponen Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Alhudori (2017) menjelaskan bahwa ada tiga

komponen yang digunakan untuk mengukur ukuran dari Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), yaitu:

1. Komponen Kesehatan

Dalam Indeks Pembangunan Manusia, komponen

kesehatan ini tercermin dalam usia harapan hidup masyarakat

yaitu rata-rata perkiraan banyak tahun yang ditempuh seseorang

Page 51: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

32

selama hidup. Dalam perhitungan Angka Harapan Hidup,

terdapat dua jenis yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak

Masih Hidup (AMH). Untuk menghitung indeks harapan hidup

digunakan nilai maksimum harapan hidup sesuai standar UNDP,

batas umur tertinggi 85 dan terendah 25.

2. Komponen Pendidikan

Dalam komponen pendidikan diwakili oleh Angka Melek

Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah. Angka Melek Huruf

(AMH) yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun

ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah

penduduk 15 tahun ke atas. Sesuai dengan standar UNDP batas

maksimim 100 batas minimum 0. Rata-rata lama sekolah adalah

rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan penduduk 15 tahun ke atas

yang menempuh semua jenjang pendidikan formal. Batas

maksimium rata-rata lama sekolah yaitu 15 tahun, dan batas

minimum 0 tahun.

3. Komponen Daya Beli

Komponen daya beli diwakili oleh Pendapatan Perkapita

Riil yang disesuaikan yaitu rata-rata pengeluaran perkapita

penduduk yang distandarkan dengan mendeflasikan melalui

harga konsumen.

d. Skala Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia menegaskan bahwa manusia harus

turut serta berpartisipasi dalam merangsang proses-proses yang

dapat meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia itu sendiri.

Dasar pembuatan indeks pembangunan manusia ini adalah karena

melihat betapa pentingnya memperhatikan kualitas dari sumber

daya manusia. Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan

oleh perserikatan bangsa-bangsa (PBB), menetapkan peringkat

kinerja manusia pada skala 0.0-100.0 dengan katagori sebagai

berikut:

Page 52: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

33

1. Tinggi : IPM lebih dari 80.0

2. Menengah atas: : IPM antara 66.0-79.9

3. Menengah bawah : IPM antara 50.0-65.9

4. Rendah : IPM kurang dari 50.0

Nilai IPM suatu Negara maupun daerah menunjukan sejauh

mana suatu Negara atau daerah mampu mencapai sasaran yang

ditentukan yaitu berupa angka harapan hidup 85 tahun. Pendidikan

dasar bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali, serta tingkat

konsumsi dan pengeluaran yang telah mencapai standar hidup yang

layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100,

semakin dekat jalan yang capaian yang harus dicapai untuk

mencapai sasaran tersebut.

B. Penelitian Terdahulu

Sebelum penulis melakukan penelitian ini, berbagai penelitian telah

banyak dilakukan yang berkaitan dengan peran sub sektor perikanan (perikanan

tangkap perairan laut dan perikanan budidaya) terhadap kualitas wilayah

(PDRB, Kemiskinan, dan IPM). Pada bagian ini ditampilkan beberapa penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Hamka (2017). Analisis Pergeseran Sub-Sektor Perikanan Dalam

Pembentukan Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Barru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sub sektor perikanan

mengalami pergeseran dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Barru.Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang

bersifat deskriptif kuantitatif dengan model analisis shift share data yang

digunakan adalah data sekunder dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Hasil analisis menyatakan bahwa pergeseran sub sektor perikanan Kabupaten

Barru menghasilkan nilai positif yang tutrut memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan PDRB pada periode 2011-2015. Selain itu pertumbuhan

komoditas perikanan tangkap pada sub sektor perikanan Kabupaten Barru

Page 53: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

34

pada 2011-2015 telah mengalami perubahan struktur ke komoditas perikanan

budidaya. Berubahnya peranan komoditas sub sektor perikanan ini didukung

oleh produktivitas budidaya perikanan yang meningkat diakibatkan oleh

meningkatnya pengelolaan udang serta semakin berkembangnya area tempat

pembudidayaan.

2. Adhyaksa Dault, Abdul Kohar, & Agus Suherman (2009). Analisis

Kontribusi Sektor Perikanan pada Struktur Perekonomian Jawa Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi sektor perikanan pada

struktur perekonomian Jawa Tengah pembentukan input dan output,

permintaan antara, dan permintaan akhir. Metodologi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode analisis input output dengan menggunakan Tabel

input output atas dasar harga produsen Jawa Tengah Tahun 2017 yang

merupakan hasil up dating, dengan sektor produksi 19 sektor. Penggunaan

Tabel input output ini untuk mengetahui kontribusi sektor perikanan dalam

perekonomian Jawa Tengah melalui pembentukan input output.

Pembentukan input terdiri dari jumlah input antara dan (PDRB), sedangkan

pembentukan output terdiri dari totsl output antara dan total konsumsi. Hasil

analisis menunjukan bahwa sektor perikanan mempunyai kontribusi yang

masih kecil pada perekonomian Jawa Tengah dengan total input sebesar

0,07% dari total input, sedangkan untuk total output yang terbentuk dari

sektor perikanan sebesar 0,27% dari total output. dengan demikian output

yang diciptakan dari sektor perikanan yang digunakan sebagai input bagi

sektor yang lain masih rendah dan akan berdampak pada masih kecilnya

kontribusi sektor perikanan dalam pembentukan PDRB Provinsi Jawa

Tengah.

3. Jamilah Mawardati (2019). Kabupaten Aceh Timur. Hubungan Tingkat

Kemiskinan Dengan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Tangkap Pada

Kawasan Minapolitan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan

tingkat kemiskinan nelayan dengan pemanfaatan sumber daya

perikanantangkap pada kawasan Minapolitan. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu analisis survey dengan pendekatan explanatory research.

Page 54: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

35

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Kabupaten Aceh Timur memiliki

potensi perikanan yang cukup besar sebagai motor penggerak ekonomi

wilayah dan dapat dikembangkan secara terintegrasi dalam kawasan

minapolitan, namun tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap

belum maksimal.

4. Styawan Iqbal, Teguh Hadi Priyono & Sebastiana Viphindrarti (2015)

Jember. Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian di Jawa Timur:

Analisis Input-Output. penelitian ini bertujuan menganalisis peran sektor

perikanan, keterkaitan sektor perikanan dengan sektor-sektor lainnya, tingkat

pemanfaatan intput-output. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran

sektor perikanan pada 5 tahun terakhir mengalami kenaikan terus menerus

secara signifikan, keterkaitan langsung maka tambahan output akan

didistribusikan kepada sektor yang menggunakan input dari sektor perikanan

dan keterkaitan tidak langsung dalam sektor perikanan setiap kenaikan satu

unit output sektor perikanan. Maka tambahan output tersebut akan

didistribusikan kepada sektor yang menggunakan input dari sektor perikanan,

sehingga mendorong peningkatan proses sektor produksi. Angka pengganda

output sektor perikanan relatif kecil maka perubahan permintaan akhir pada

sektor perikanan pengaruhnya tidak terlalu besar terhadap pembentukan

output angka pengganda pendapatan rumah tangga sektor perikanan relatif

kecil maka balas jasa atau upah tenaga kerja pada sektor perikanan masih

rendah.

5. Nurlia (2011) Makassar. Peranan Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB dan

Kesempatan Kerja di Kabupaten Pinrang periode 2005-2009. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan subsektor perikanan

dalam menunjang produk domestik regional bruto (PDRB) dan seberapa

besar peranan subsektor perikanan dalam menunjang penyerapan tenaga kerja

di Kabupaten Pinrang. Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif

yang menggunakan peralatan statistik sederhana lalu dideskriptifkan kedalam

Perhitungan Pertumbuhan Produksi, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap,

Kontribusi Dalam Pembentukan PDRB, Elastisitas Kesempatan Kerja dari

Page 55: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

36

Sub Sektor Perikanan & Pendapatan Perkapita. Dari hasil penelitian

menunjukan bahwa sub sektor perikanan di Kabupaten Pinrang telah

memberikan manfaat yang besar dalam menunjang PDRB Kab Pinrang,

terutama dalam meberikan kontribusinya terhadap sektor pertanian

khususnya, maupun sektor ekonomi secara keseluruhan pada umumnya.

Selain itu, sub sektor perikanan juga menyerap sejumlah tenaga kerja dan

meningkatkan output yang dihasilkan serta meningkatkan pendapatan

masyarakat di Kabupaten Pinrang.

6. Retno Dea Gitawati (2018) Jakarta. Analisis Pengaruh Nilai Produksi

Perikanan Budidaya Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pada Sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui analisis pengaruh nilai produksi perikanan budidaya

terhadap Produk Domestik Regional Bruto pada Sembilan Kabupaten di

Provinsi Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis model

regresi data panel, Generalized Least Square (GLS) melalui pendekatan Fixed

Effect Model (FEM) terhadap sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan maupun parsial tambak,

kolam dan minapadi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Produk

Domestik Regional Bruto pada sembilan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat.

7. Muhendar Rostar, Hendrik & Lamun Bathara (2013) Kabupaten Kepulauan

Meranti. Kontribusi Sub Sektor Perikanan Terhadap Produk Domestik

Regional Bruto di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sub sektor perikanan terhadap

pendapatan domestik regional bruto (PDRB), mengetahui basis dan non basis

sub sektor perikanan, mengetahui dampak sub sektor perikanan terhadap

pendapatan wilayah dan tenaga kerja. Sub sektor perikanan terdiri dari hasil

penangkapan, budidaya dan pengolahan. Metode yang digunakan adalah

metode Location Quontient (LQ), data yang digunakan adalah data rangkai

waktu (time series data) dari tahun 2008 sampai 2012. Dari hasil penelitian

menunjukan bahwa Hasil kontribusi sub sektor perikanan pada tahun 2008 –

2011 mengalami kenaikan dari 3,89% – 4,11%, sementara pada tahun 2011–

Page 56: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

37

2012 mengalami penurunan menjadi 4,09%. Berdasarkan hasil Locationt

Quetient (LQ) sub sektor perikanan dari tahun 2008–2012 merupakan sektor

basis dengan nilai LQ berkisar 2,67 – 2,90. Hasil multiplier effect sub sektor

perikanan dari tahun 2009-2012 berkisar 18,49 – 25,49.

8. Oyinbo Oyakhilomen (2014). Agricultural production and economic growth

in nigeria: implication for rural poverty alleviation. Penelitian ini bertujuan

untuk menyediakan informasi mengenai hubungan produksi pertanian dan

pertumbuhan ekonomi di Nigeria yang berfokus pada penurunan kemiskinan.

Dalam penelitian ini menunggunakan data time series dengan unit root test

dan pendekatan ARDL test. Hasil analisis menunjukan bahwa produksi

pertanian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria.

9. K.E Uma, F.E Eboh & P.C Obidike (2013). Appraisal of the influence of

agriculture on economic growth: empirical evidence from Nigeria. Hasil

menunjukkan bahwa produksi pertanian, peternakan dan perikanan tidak

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan produksi kehutanan

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun secara

simultan semua variabel berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

10. Kamil Sertoglu, Sevin Ugural, Festus Victor Bekun (2013). The

contribution of agricultural sector on economic growth of Nigeria. Hasil

analisis menunjukkan dalam jangka pendek, terdapat hubungan yang positif

antara nilai output pertanian dan GDP. Serta terdapat hubungan jangka

panjang antara semua variabel.

Page 57: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

38

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Penulis dan Tahun Judul Variabel dan

Alat Analisis

Hasil Penelitian

1 Hamka (2017).

Makassar

Analisis

Pergeseran

Sub-Sektor

Perikanan

Dalam

Pembentukan

Produk

Domestik

Regional Bruto

di Kabupaten

Barru

Variabel:

Perikanan

Tangkap,

Perikanan

Budidaya, dan

PDRB

Alat Analisis:

Shift Share

Hasil analisis

menunjukan sub

sektor perikanan

Kabupaten Barru

menghasilkan nilai

positif yang turut

memberikan

sumbangan

terhadap

pertumbuhan PDRB.

2 Adhyaksa Dault,

Abdul Kohar, &

Agus Suherman

(2009). Semarang

Analisis

Kontribusi

Sektor

Perikanan pada

Struktur

Perekonomian

Jawa Tengah

Variabel:

Jumlah Input,

Total Output,

Total Konsumsi,

serta PDRB

Alat Analisis:

Analisis Input

Output

Hasil analisis

menunjukan sektor

perikanan

mempunyai

kontribusi yang

masih kecil pada

perekonomian Jawa

Tengah dengan total

input sebesar 0,07%

dari total input,

sedangkan untuk

total

output yang

terbentuk dari sektor

perikanan sebesar

Page 58: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

39

0,27% dari total

output. Dengan

demikian output

yang diciptakan dari

sektor perikanan

yang digunakan

sebagai input bagi

sektor yang lain

masih rendah dan

akan berdampak

pada masih kecilnya

kontribusi sektor

perikanan dalam

pembentukan

produk domestik

bruto (PDRB) Jawa

Tengah

3 Jamilah Mawardati

(2019). Kabupaten

Aceh Timur

Hubungan

Tingkat

Kemiskinan

Dengan

Pemanfaatan

Sumber Daya

Perikanan

Tangkap Pada

Kawasan

Minapolitan.

Variabel:

Kemiskinan,

Nelayan,

Pemanfaatan

dan Sumber

Daya

Alat Analisis:

Analisis Survey

dengan

Pendekatan

Explanatory

Research.

Hasil analisis

menunjukan bahwa

Kabupaten Aceh

Timur memiliki

potensi perikanan

yang cukup besar

sebagai motor

penggerak ekonomi

wilayah dan dapat

dikembangkan

secara terintegrasi

dalam kawasan

minapolitan, namun

tingkat pemanfaatan

Page 59: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

40

sumber daya

perikanan tangkap

belum maksimal.

4 Styawan Iqbal,

Teguh Hadi

Priyono &

Sebastiana

Viphindrarti

(2015). Jember

Peran Sektor

Perikanan

dalam

Perekonomian

di Jawa Timur:

Analisis Input-

Output

Variabel: Sektor

Perikanan &

PDRB

Alat Analisis:

Analisis Input

Output

Hasil analisis

menunjukan

kontribusi sektor

perikanan pada 5

tahun terakhir

mengalami kenaikan

terus menerus secara

signifikan. Pada

tahun 2010, Sektor

perikanan

menyumbangan

2.078% dari

total PDRB Jawa

Timur.

Pada tahun 2014

peningkatan sektor

perikanan tidak

sebesar

tahun 2013,

Namun hal ini tetap

meningkatkan

kontribusinya

terhadap

PDRB Jawa Timur

yaitu sebesar

2.274% naik 0.019%

dari

Page 60: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

41

tahun sebelumnya.

Tren positif dari

sektor perikan ini

menunjukkan

kontribusi sektor

perikanan dari tahun

ketahun

semakin

memberikan dampak

yang semakin baik

pada

perekonomian

Provinsi Jawa

Timur.

5 Nurlia (2011).

Makassar

Peranan Sub

Sektor

Perikanan

Terhadap

PDRB dan

Kesempatan

Kerja di

Kabupaten

Pinrang

periode 2005-

2009

Variabel: Output

Sub Sektor

Perikanan,

PDRB &

Kesempatan

Kerja

Alat Analisis:

Perhitungan

Pertumbuhan

Produksi,

Jumlah Tenaga

Kerja yang

diserap,

Kontribusi

Dalam

Pembentukan

Hasil penelitian

menunjukan sub

sektor perikanan di

Kabupaten Pinrang

telah memberikan

manfaat yang besar

dalam menunjang

PDRB Kab Pinrang,

terutama dalam

meberikan

kontribusinya

terhadap sektor

pertanian khususnya,

maupun sektor

ekonomi secara

keseluruhan pada

umumnya. Selain itu,

Page 61: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

42

PDRB,

Elastisitas

Kesempatan

Kerja dari Sub

Sektor

Perikanan &

Pendapatan

Perkapita

sub sektor perikanan

juga menyerap

sejumlah tenaga

kerja dan

meningkatkan output

yang dihasilkan serta

meningkatkan

pendapatan

masyarakat di

Kabupaten Pinrang.

6 Retno Dea Gitawati

(2018). Jakarta

Analisis

Pengaruh Nilai

Produksi

Perikanan

Budidaya

Terhadap

Produk

Domestik

Regional Bruto

(PDRB) Pada

Sembilan

Kabupaten di

Provinsi Jawa

Barat

Variabel: Nilai

Produksi

Perikanan

Budidaya

Tambak, Kolam,

Minapadi &

PDRB

Alat Analisis:

Analisis Model

Regresi Data

Panel,

Generalized

Least Square

(GLS) &

Pendekatan

Fixed Effect

Model (FEM)

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

secara simultan

maupun parsial

tambak, kolam dan

minapadi

mempunyai

pengaruh yang

signifikan terhadap

Produk Domestik

Regional Bruto pada

sembilan Kabupaten

di Provinsi Jawa

Barat.

7 Muhendar Rostar,

Hendrik & Lamun

Kontribusi Sub

Sektor

Variabel: hasil

penangkapan,

Hasil penelitian

menunjukan

Page 62: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

43

Bathara (2013).

Kabupaten

Kepulauan Meranti

Perikanan

Terhadap

Produk

Domestik

Regional Bruto

di Kabupaten

Kepulauan

Meranti

Provinsi Riau

budidaya dan

pengolahan serta

PDRB

Alat Analisis:

Location

Quotient (LQ)

kontribusi sub sektor

perikanan pada tahun

2008 – 2011

mengalami kenaikan

dari 3,89% – 4,11%,

sementara pada tahun

2011 – 2012

mengalami

penurunan menjadi

4,09%. Berdasarkan

hasil Locationt

Quetient (LQ) sub

sektor perikanan dari

tahun 2008 – 2012

merupakan sektor

basis dengan nilai

LQ berkisar 2,67 –

2,90. Hasil multiplier

effect sub sektor

perikanan dari tahun

2009- 2012 berkisar

18,49 – 25,49.

8 Oyinbo

Oyakhilomen

(2014). Nigeria

Agricultural

production and

economic

growth in

Nigeria:

implication for

rural poverty

alleviation

Variable:

Produksi,

pertumbuhan

ekonomi Alat

analisis:

kointegrasi

Hasil menunjukan

bahwa produksi

pertanian signifikan

mempengaruhi

pertumbuhan

ekonomi di Nigeria.

Page 63: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

44

9 K.E Uma, F.E Eboh

& P.C Obidike

(2013). Nigeria

Appraisal of

the influence of

agriculture on

economic

growth:

empirical

evidence from

Nigeria

Variabel: Crop

production,

output of

livestock, output

of fishing,

output of

foresty, Real

Gross Domestic

Product (RGDP)

Alat analisis:

Ordinary least

square

Hasil analisis

menunjukkan bahwa

produksi pertanian,

peternakan dan

perikanan tidak

signifikan terhadap

pertumbuhan

ekonomi sedangkan

produksi kehutanan

berpengaruh

signifikan terhadap

pertumbuhan

ekonomi. Serta

kombinasi efek

secara simultan

berpengaruh

signifikan terhadap

pertumbuhan.

10 Kamil Sertoglu,

Sevin Ugural,

Festus Victor

Bekun (2013).

Nigeria.

The

contribution of

agricultural

sector on

economic

growth of

Nigeria

Variabel:

agricultural

output, Oil

Rents, GDP

Alat analisis:

Cointegrasi dan

VECM

Hasil analisis

menunjukkan dalam

jangka pendek,

terdapat hubungan

yang positif antara

nilai output pertanian

dan GDP. Serta

terdapat hubungan

jangka panjang

antara semua

variabel.

Page 64: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

45

C. Kerangka Pemikiran

Sub-sektor perikanan memiliki potensi penggerak perekonomian baik

secara makro atau nasional maupun mikro. Secara makro sektor perikanan

menjadi penyumbang devisa dengan kegiatan ekspor. Secara mikro sektor

perikanan memberi dampak penyediaan tenaga kerja dan meningkatkan daya

beli masyarakat seiring dengan peningkatan pendapatan para pelaku usaha di

bidang perikanan (Nugroho, 2013). Berdasarkan pemaparan diatas penulis

ingin melihat bagaimana pengaruh Sub-sektor perikanan terhadap kualitas

wilayah pesisir di Provinsi Jawa Timur yang dapat dilihat dari PDRB,

Kemiskinan dan IPM.

Maka penulis dapat membangun sebuah kerangka pemikiran teoritis

menggunakan metode analisis korelasi pearson dan korelasi kanonikal.

Dengan melihat 2 variabel independen dari sub sektor perikanan yaitu

perikanan tangkap perairan laut dan perikanan budidaya yang mempengaruhi

3 variabel dependen dari kualitas wilayah yang memiliki keterkaitan antar

variabel yaitu PDRB, Kemiskinan dan IPM seperti yang tersaji dalam

Gambar 2.1 sebagai berikut:

Page 65: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

46

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris yang

pernah dilakukan dengan penilitian dibidang ini, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Sub Sektor Perikanan berpengaruh positif dan hubungannya kuat terhadap

Produk Domestik Regional Bruto.

2. Sub Sektor Perikanan berpengaruh negatif dan hubungannya kuat terhadap

Kemiskinan.

3. Sub Sektor Perikanan berpengaruh positif dan hubungannya kuat terhadap

Indeks Pembangunan Manusia.

Perikanan Tangkap

Perairan Laut (X1)

Perikanan Budidaya

(X2)

PDRB (Y1) Kemiskinan (Y2) IPM (Y3)

Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Timur

Sub Sektor Perikanan

Page 66: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif karena data yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berbentuk angka

(Arikunto, 2010). Penelitian ini berfokus terhadap ruang lingkup Jumlah

Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut dan Jumlah Produksi Perikanan

Budidaya Wilayah Pesisir di Provinsi Jawa Timur dengan pertimbangan masih

dalam jangkauan peneliti. Penelitian ini menggunakan metode analisis Korelasi

Kanonikal yang terdiri dari tiga variabel dependen yaitu Produk Domestik

Regional Bruto, Kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia Pada Wilayah

Pesisir di Provinsi Jawa Timur dan dua variabel independen yaitu Jumlah

Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut dan Perikanan Budidaya.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sedangkan populasi merupakan keseluruhan subjek dari penelitian.

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive

sampling, teknik purposive sampling merupakan teknik dimana penentuan

sampel ditentukan dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan

tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian,

Maka sampel yang diteliti hanya wilayah pesisir.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sangat penting untuk memperoleh hasil yang

sesuai dengan tujuan penelitian yang dikehendaki maka diperlukan data dan

informasi yang mendukung penelitian ini. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan studi kepustakaan.

Page 67: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

48

1. Data Sekunder

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain.

Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah satu tahun pada

tahun 2017 dengan menggunakan metode data cross section. Sumber data

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Data tersebut meliputi:

a. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut

b. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya

c. PDRB sektor pertanian

d. Kemiskinan

e. Indeks Pembangunan Manusia

2. Studi Kepustakaan

Teknik pengambilan data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian

ini dengan cara membaca, memahami dan menganalisa data, adapun data

yang digunakan adalah data satu tahun yang bersumber dari BPS.

D. Metode Analisis data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

metode analisis kuantitatif, yaitu metode yang menekankan pada angka-angka

dalam penelitianya. Dari data angka yang telah diperoleh maka diharapkan dapat

memberi kesimpulan atau hasil yang tepat, meliputi: analisis statistik deskriptif

dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi

analisis perkembangan produksi sub sektor perikanan, perkembangan PDRB

sektor pertanian, perkembangan kemiskinan dan perkembangan IPM sedangkan

analisis statistik inferensial dalam penelitian ini meliputi: korelasi product

moment dari pearson dan korelasi kanonikal.

Page 68: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

49

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan pendeskripsian variabel data penelitian

melalui pengumpulan, klasifikasi, dan diinterprestasikan secara objektif,

sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

2. Analisis Inferensial

a. Korelasi Pearson

Korelasi pearson digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang

berskala interval atau rasio (parametrik).

Rumus Korelasi Pearson:

𝑟 =∑𝑥𝑦 −

(∑𝑥)(∑𝑦)

𝑛

√((∑𝑥2 − (∑𝑥)2

𝑛) ((∑𝑦2 −

(∑𝑦)2

𝑛)

Dimana:

x = variabel x

y = variabel y

r = nilai korelasi

Dengan ketentuan yaitu:

r > 0 Berarti terdapat hubungan yang positif antara x dan y

r < 0 Berarti terdapat hubungan yang negatif antara x dan y

r = 0 Berarti tidak terdapat hubungan antara x dan y

Menurut Nugroho (2005:36) sifat korelasi akan menentukan arah

dari korelasi. Keeratan korelasi dapat interpretasikan kuat dan lemahnya

tingkat hubungan variabel dalam penelitian didasarkan pada ketentuan

sebagai berikut:

Page 69: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

50

Tabel 3.1

Pedoman Tingkat Keeratan Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Keeratan Korelasi

0,00-0,20 Sangat Lemah

0,21-0,40 Lemah

0,41-0,70 Kuat

0,71-0,90 Sangat Kuat

0,91-0,99 Sangat Kuat Sekali

1 Korelasi Sempurna

Sumber: Nugroho, 2005:36

b. Korelasi Kanonikal

Hipotesis penelitian ini adalah: Sub Sektor Perikanan (Jumlah

Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut dan Jumlah Produksi

Perikanan Budidaya) secara serempak mempunyai hubungan yang

signifikan dengan Kualitas Wilayah (PDRB, Kemiskinan dan IPM). Untuk

pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis korelasi kanonikal. Analisis

korelasi kanonikal adalah studi mengenai hubungan antara sekelompok

variabel independen dengan sekelompok variabel dependen. Tujuan

analisis korelasi kanonikal adalah untuk menentukan:

1. Sifat hubungan antara dua kelompok variabel.

2. Jumlah hubungan yang secara statistik signifikan antara dua

kelompok variabel.

3. Sejauh mana varians kelompok variabel yang satunya (variabel

dependen) bergantung pada kelompok variabel lainya (variabel

independen). Catatan walaupun klasifikasi variabel menjadi

dependen dan independen dalam konteks hubungan noncausal

(seperti dalam analisis korelasi kanonikal ini) kurang tepat.

4. Bobot yang menentukan peran sebuah variabel sedemikian rupa

sehingga korelasi antara dua kelompok variabel memiliki korelasi

yang tertinggi.

Page 70: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

51

secara dasar korelasi kanonik sama dengan korelasi sederhana atau

berganda, yaitu ingin mengetahui apakah ada hubungan (asosiasi) antara

dua variabel atau lebih. “Namun berbeda dengan korelasi sederhana, pada

korelasi kanonik jumlah variabel dependen dan independen lebih dari satu,

sehingga alat analisis korelasi kanonik bisa digolongkan pada

multivariate”. (Santoso, 2015:265).

Jenis data dalam variat kanonikal yang digunakan dalam analisis

korelasi kanonikal dapat bersifat metrik maupun nonmetrik. Bentuk

umum fungsi kanonikal adalah sebagai berikut:

Y1 + Y2 + Y3 …. Yq = X1 + X2 + X3 …. Xp

(metrik, nonmetrik) (metrik, nonmetrik)

Keterangan:

Y = Variabel dependen

X = Variabel independen

Secara umum, jika terdapat sejumlah p variabel bebas X1 , X2 , ….,

Xp dan q variabel tidak bebas Y1 , Y2, …..., Yq maka banyak pasangan

varians adalah minimum p dan q. jadi Jadi hubungan linier yang mungkin

terbentuk adalah:

U1 = a11X1 + a12X2 + … a1pXp

U2 = a21X1 + a22X2 + … a2pXp

…..

…..

Ur = a11X1 + a12X2 + … a1pXp

Dan

Page 71: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

52

V1 = b11Y1 + b12Y2 + … b1pXq

V2 = b21Y1 + b22Y2 + … b2pXq

….

…..

…..

Vr = br1Y1 + br2Y2 + … brpXq

dimana r adalah nilai minimum p dan q. Hubungan ini dipilih

sedemikian sehingga korelasi antara U1 dan V1 menjadi korelasi

maksimum: korelasi U2 V2 juga maksimum diantara variabel-variabel

yang tidak berhubungan dengan U1 dan V1: korelasi U1, V1, U1, dan V2,

dan seterusnya. Setiap pasang variabel kanonikal (U1, V1), (U2, V2), dan

(Ur, Vr) merepresentasikan ‘dimensi’ bebas dalam hubungan antara dua

himpunan variabel (X1, X2, …, Xp) dan (Y1, Y2, …, Yq). Pasangan pertama

(U1, V1) mempunyai korelasi tertinggi karena merupakan korelasi penting

pasangan kedua (U2, V2) mempunyai korelasi tertinggi kedua karenanya

menjadi korelasi terpenting kedua dan seterusnya.

Analisis korelasi kanonikal dimulai dengan matriks korelasi antara

variabel X1, X2, dan Xp dan variabel Y1, Y2, …,Yq. Dimensi matriks

korelasi tersebut adalah (p + q) × (p + q). matriks korelasi dapat dipecah

menjadi empat partisi yaitu matriks A, C, Cdan B, seperti disajikan dalam

gambar 3.1.

Page 72: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

53

Gambar 3.1

Matriks Korelasi Kanonikal

X1, X……, Xp Y1, Y2…., Yq

X1X2.Xp

Y1Y2.Yq

[

matriks 𝑝 x 𝑝

A

matriks 𝑝 x 𝑞

C

matriks 𝑞 x p

C′

matriks 𝑞 x 𝑞

B ]

Dari matriks korelasi dapat dihitung suatu matriks berdimensi q×q

hasil perkalian matriks B-1C’A-1C, selanjutnya nilai eigen (Eigen value)

didapat dari persamaan:

(B-1C’A-1C- λi ) b = 0

Nilai eigen λ1 > λ2 > … > λr merupakan kuadrat korelasi antara variat

kanonikal. Vektor eigen pada analisis ini adalah (beturut-turut) b1, b2, …,

br menjadi koefisien variabel Y untuk variat kanonikal. Koefisien Ui ,

untuk variat kanonikal ke-i untuk variabel X didapat dari elemen vektor:

ai = A-1 Cbi

dari persamaan (1) dan (2) pasangan variat kanonikal ke-1 dihitung

dengan perkalian berikut:

Ui = a’iX = (ai1, ai2 … aip)

[ X1X2...

Xp]

dan

Page 73: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

54

Vi = b’iY = (bi1, bi2 … bip)

[ Y1Y2...

Yp]

Interpretasi variat kanonikal dilakukan dengan interpretasi tiga

koefisien, yaitu bobot kanonik (canonical weights), muatan kanonik

(canonical loadings) dan muatan-silang kanonik (canonical cross-

loadings).

1. Bobot (Weight) kanonik merupakan koefisien kanonik yang telah

dibakukan, dapat diinterpretasikan sebagai besarnya kontribusi variabel

asal terhadap variat kanonik. Semakin besar nilai koefisien ini

menyatakan semakin tinggi tingkat keeratan variabel yang

bersangkutan terhadap variabel kanonik dan sebaliknya semakin kecil

nilai bobot kanonik maka semakin rendah tingkat keeratan variabel.

Bobot kanonik mempunyai sifat sifat yang tidak stabil karena pengaruh

multikolinieritas sehingga dalam mengoptimalkan hasil perhitungan

korelasi kanonik lebih tepat menggunakan muatan kanonik dan muatan

silang kanonik untuk menginterpretasikan hasil analisis kanonik.

2. Muatan (loadings) kanonik telah banyak digunakan untuk interpretasi

karena kekurangan sifat dari bobot kanonik. Muatan kanonik dapat

disebut korelasi struktur kanonik, muatan kanonik merupakan korelasi

linier sederhana antara variabel asal dengan masing-masing variabel

kanoniknya, menggambarkan keragaman variabel Bersama yang

diamati dengan variabel kanonik dan dapat diinterpretasikan seperti

faktor loading dalam menaksir kontribusi relatif masing-masing

variabel terhadap fungsi kanoniknya.

3. Muatan-silang (Cross loadings) kanonik disarankan sebagai sebuah

alternatif daripada muatan kanonik. Muatan silang kanonik

memberikan sebuah ukuran yang lebih tepat untuk hubungan variabel

dependen dan independen, dapat dihitung dari perkalian nilai korelasi

Page 74: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

55

kanonik dengan nilai muatan kanonik. Perhitungan ini mencakup

korelasi tiap himpunan variabel dependen dengan variabel kanonik dari

himpunan variabel independen dan juga sebaliknya, semakin besar

muatan silang kanonik mencerminkan semakin dekat hubungan

variabel kanonik.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen (Y)

a. PDRB (Y1)

PDRB menurut BPS yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan

untuk seluruh wilayah usaha dan jasa dalam suatu wilayah dengan

menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

seluruh unit ekonomi. PDRB sendiri dapat diartikan sebagai jumlah nilai

tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau jumlah seluruh nilai

barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah selama kurun

waktu tertentu dan biasanya satu tahun.

Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BPS Provinsi Jawa Timur dengan kurun waktu 1 tahun (2017) pada 22

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur yang dinyatakan dalam

satuan milliar Rupiah.

b. Kemiskinan (Y2)

Kemiskinan menurut BAPPENAS yaitu sebagai situasi serba

kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak si miskin, melainkan

karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada

padanya.

Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BPS Provinsi Jawa Timur dengan kurun waktu 1 tahun (2017) pada 22

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur yang dinyatakan dalam

persentase.

c. Indeks Pembangunan Manusia (Y3)

Page 75: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

56

Menurut UNDP (2008), Indeks Pembangunan Manusia merupakan

suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia

yang dianggap sangat mendasar, yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan

(knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BPS Provinsi Jawa Timur dengan kurun waktu 1 tahun (2017) pada 22

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur yang dinyatakan dalam

indeks.

2. Variabel Independen (X)

a. Perikanan Tangkap Perairan Laut (X1)

Perikanan tangkap perairan laut merupakan jenis penangkapan ikan

di laut, yang dilakukan di kawasan laut dangkal dengan jarak tempuh

kurang dari 60 mil dari pantai maupun di laut lepas atau Samudra.

Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BPS Provinsi Jawa Timur dengan kurun waktu 1 tahun (2017) pada 22

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur yang dinyatakan dalam

satuan Ton.

b. Perikanan Budidaya (X2)

Perikanan budidaya merupakan usaha pemeliharaan dan

pengembangbiakan ikan atau hewan air lainnya yang dilakukan di air

tawar, air laut maupun air payau. Jenis perikanan budidaya antara lain

budidya laut, budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba,

budidaya jaring apung dan budidaya sawah minapadi.

Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BPS Provinsi Jawa Timur dengan kurun waktu 1 tahun (2017) pada 22

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur yang dinyatakan dalam

satuan Ton.

Page 76: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

57

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Kondisi Geografis

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang terletak dibagian timur

pulau jawa, dengan luas wilayahnya sebesar 47.922 km2 dan jumlah

penduduknya sebesar 39.698.631 jiwa. Provinsi Jawa Timur memiliki

wilayah terluas diantara 6 Provinsi yang ada dipulau jawa dan memiliki

jumlah penduduk terbanyak kedua diindonesia setelah Provinsi Jawa barat.

Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan laut jawa di bagian utara, selat bali

di bagian timur, samudra hindia di bagian selatan, serta Provinsi Jawa Tengah

di bagian barat.

Gambar 4.1

Peta Provinsi Jawa Timur

Sumber: Wikipedia

Page 77: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

58

Provinsi Jawa Timur secara administratif terdiri dari 38 wilayah

kabupaten dan kota yang terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 Kota. Sedangkan

Kabupaten dan Kota untuk wilayah pesisir sebanyak 22 wilayah. Wilayah

yang masuk dalam kawasan pesisir untuk Provinsi Jawa Timur terbagi lagi

menjadi 19 Kabupaten dan 3 Kota. Antara lain: Kabupaten Pacitat, Kabupaten

Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang,

Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi,

Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan,

Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten

Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan,

Kabupaten Sumenep, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, dan Kota Surabaya.

B. Deksripsi Data Penelitian

1. Perkembangan PDRB Sektor Pertanian

PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (BPS).

Sedangkan PDRB sektor pertanian sendiri termasuk dalam salah satu

komponen dari 9 komponen dalam pembentukan PDRB yang mencakup

seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dari sektor pertanian.

PDRB sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor diantaranya Sub

sektor Tanaman Pangan, Sub sektor Tanaman Holtikultura, Sub sektor

perkebunan, Sub sektor peternakan, Sub sektor Jasa Pertanian dan

Pemburuan, Sub sektor Kehutanan dan Penebangan dan Sub sektor

Perikanan.

Page 78: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

59

Gambar 4.2

Perkembangan PDRB Sektor Pertanian dan Sub Sektor Perikanan Provinsi

Jawa Timur

(Milliar Rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

155781160889 164769 167360

28752 30393 31931 33471

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

2014 2015 2016 2017

PDRB Provinsi Jawa Timur

PDRB Sektor Pertanian PDRB Sub Sektor Perikanan

Page 79: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

60

Tabel 4.1

Jumlah PDRB Sektor Pertanian di 22 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur

Tahun 2017

Kabupaten/Kota PDRB Sektor Pertanian

Kab. Pacitat 2595700000

Kab. Trenggalek 3067300000

Kab. Tulungagung 4536700000

Kab. Blitar 7171000000

Kab. Malang 9994100000

Kab. Lumajang 7262200000

Kab. Jember 13851700000

Kab. Banyuwangi 15612200000

Kab. Situbondo 3753200000

Kab. Probolinggo 7350300000

Kab. Pasuruan 5907000000

Kab. Sidoarjo 2654500000

Kab. Tuban 7325400000

Kab. Lamongan 8717100000

Kab. Gresik 6174900000

Kab. Bangkalan 3693900000

Kab. Sampang 3953400000

Kab. Pamekasan 3137600000

Kab. Sumenep 7682000000

Kota Probolinggo 456000000

Kota Pasuruan 117000000

Kota Surabaya 589900000

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Page 80: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

61

Perkembangan PDRB Sektor pertanian dan Sub Sektor Perikanan di

Provinsi Jawa Timur relatif mengalami peningkatan selama tahun 2014-2017.

Hal ini menunjukan bahwa kinerja ekonomi di Sektor Pertanian cukup baik.

Sedangkan untuk jumlah PDRB Sektor Pertanian di 22 Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Timur yang tertinggi terdapat pada Kabupaten Banyuwangi

dan yang terendah terdapat di Kota Pasuruan. Faktor-faktor yang

menyebabkan bervariasinya PDRB Sektor Pertanian di masing-masing

kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur juga cukup bervariasi, antara lain

pengembangan sektoral yang berbeda antar Kabupaten/Kota, efisiensi

kebijakan, jumlah penduduk dan tenaga kerja yang berbeda antar

Kabupaten/Kota.

2. Perkembangan Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah yang menyangkut banyak aspek yang

tidak lagi dipandang hanya sebatas kemampuan ekonomi saja, tetapi

kegagalan dalam memenuhi hak-hak dasar yang mengakibatkan perlakuan

yang berbeda dalam menjalankan kehidupan yang bermartabat. Oleh karena

itu pemerintah berusaha keras untuk mengatasi masalah-masalah kemiskinan

tersebut sehingga pembangunan dilakukan secara terus menerus. World Bank

(2007:5) mengartikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang tidak

dapat menikmati segala macem pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan

kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup

layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain.

Page 81: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

62

Gambar 4.3

Perkembangan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Timur Tahun

2014-2017

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

12.2812.34

12.05

11.77

11.4

11.5

11.6

11.7

11.8

11.9

12

12.1

12.2

12.3

12.4

2014 2015 2016 2017

Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Timur

Page 82: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

63

Gambar 4.4

Presentase Penduduk Miskin 22 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Timur Tahun 2017

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

15.42

12.96

8.04

9.8

11.04

10.87

11

8.64

13.05

20.52

10.34

6.23

16.87

14.42

12.8

21.32

23.56

16

19.62

7.84

7.53

0 5 10 15 20 25

Kab. Pacitat

Kab. Trenggalek

Kab. Tulungagung

Kab. Blitar

Kab. Malang

Kab. Lumajang

Kab. Jember

Kab. Banyuwangi

Kab. Situbondo

Kab. Probolinggo

Kab. Pasuruan

Kab. Sidoarjo

Kab. Tuban

Kab. Lamongan

Kab. Gresik

Kab. Bangkalan

Kab. Sampang

Kab. Pamekasan

Kab. Sumenep

Kota Probolinggo

Kota Pasuruan

Series 1

Page 83: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

64

Perkembangan presentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur

mengalami fluktuasi. Pada tahun 2015 presentase penduduk miskin

mengalami peningkatan dari 12.28% pada tahun 2014 menjadi 12.34% pada

tahun 2015. Namun setelah itu presentase penduduk miskin mengalami

penurunan pada tahun 2016 menjadi 12.05% dan tahun 2017 menjadi

11.77%. Sedangkan untuk Presentase penduduk miskin di 22

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur yang tertinggi terdapat pada

Kabupaten Sampang dan yang terendah terdapat di Kota Surabaya. Faktor-

faktor yang menyebabkan bervariasinya presentase penduduk miskin di

masing-masing Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur juga cukup

bervariasi, antara lain tingkat pendapatan yang berbeda antar

Kabupaten/Kota, efisiensi kebijakan, jumlah pengangguran dan tenaga kerja

yang berbeda antar Kabupaten/Kota.

3. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia

Pengukuran tercapainya keberhasilan pembangunan suatu daerah tidak

hanya ditandai oleh tingginya pertumbuhan ekonomi saja, namun juga

mencakup kualitas manusianya. Oleh karena itu, konsep pengukuran

keberhasilan pembangunan harus berorientasi kepada manusia atau

masyarakatnya, yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi mampu dirasakan

seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan kualitas manusianya.

Pembangunan manusia yang mencakup 3 dimensi pokok yaitu kesehatan

(umur Panjang), pendidikan (pengetahuan) dan daya beli (standar kehidupan

layak) dapat dilihat dari perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di

suatu wilayah.

Page 84: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

65

Gambar 4.5

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur

Tahun 2013-2017

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

67.55

68.14

68.95

69.74

70.27

66

66.5

67

67.5

68

68.5

69

69.5

70

70.5

2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Pembangunan Manusia

Page 85: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

66

Tabel 4.2

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di 22 Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Timur Tahun 2017

Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Manusia

Kab. Pacitat 66,51

Kab. Trenggalek 68,10

Kab. Tulungagung 71,24

Kab. Blitar 69,33

Kab. Malang 68,47

Kab. Lumajang 64,23

Kab. Jember 64,23

Kab. Banyuwangi 69,64

Kab. Situbondo 65,68

Kab. Probolinggo 64,28

Kab. Pasuruan 66,69

Kab. Sidoarjo 78,70

Kab. Tuban 66,77

Kab. Lamongan 71,11

Kab. Gresik 74,84

Kab. Bangkalan 62,30

Kab. Sampang 59,90

Kab. Pamekasan 64,93

Kab. Sumenep 64,28

Kota Probolinggo 72,09

Kota Pasuruan 74,39

Kota Surabaya 81,07

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur

mengalami kenaikan di setiap tahunnya, mulai dari tahun 2013 sampai tahun

Page 86: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

67

2017. Pencapaian IPM tertinggi berada pada tahun 2017 sebesar 70.27 persen.

Sedangkan capaian terendah berada pada tahun 2013 sebesar 67.55 persen.

Sedangkan untuk Indeks Pembangunan Manusia di 22 Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Timur yang tertinggi terdapat pada Kota Surabaya dan yang

terendah terdapat di Kabupaten Sampang. Faktor-faktor yang menyebabkan

bervariasinya Indeks Pembangunan Manusia di masing-masing

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur juga cukup bervariasi, antara lain

tingkat pendapatan yang berbeda antar Kabupaten/Kota, efisiensi kebijakan,

presentase penduduk miskin, jumlah pengangguran dan tenaga kerja yang

berbeda antar Kabupaten/Kota.

4. Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut

Perikanan tangkap perairan laut merupakan jenis penangkapan ikan di

laut, yang dilakukan di kawasan laut dangkal dengan jarak tempuh kurang

dari 60 mil dari pantai maupun di laut lepas atau Samudra. Berikut ini data

perkembangan jumlah produksi perikanan tangkap perairan laut di Provinsi

Jawa Timur:

Gambar 4.6

Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Provinsi

Jawa Timur Tahun 2013-2017 (Ton)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

381574385879

395930390271

414644

360000

370000

380000

390000

400000

410000

420000

2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Produksi Perikanan

Page 87: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

68

Tabel 4.3

Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut di 22

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 (Ton)

Kabupaten/Kota Jumlah Produksi

Kab. Pacitat 11054

Kab. Trenggalek 18473

Kab. Tulungagung 6958

Kab. Blitar 8735

Kab. Malang 13395

Kab. Lumajang 4808

Kab. Jember 9413

Kab. Banyuwangi 44383

Kab. Situbondo 13831

Kab. Probolinggo 21961

Kab. Pasuruan 19704

Kab. Sidoarjo 15057

Kab. Tuban 11489

Kab. Lamongan 73356

Kab. Gresik 23975

Kab. Bangkalan 24449

Kab. Sampang 7485

Kab. Pamekasan 17834

Kab. Sumenep 47547

Kota Probolinggo 19239

Kota Pasuruan 6276

Kota Surabaya 8417

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Page 88: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

69

Perkembangan jumlah produksi perikanan tangkap perairan laut di

Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013 sampai tahun

2015 jumlah produksi perikanan mengalami peningkatan dari tahun 2013

sebesar 381574 Ton, tahun 2014 sebesar 385879 Ton dan tahun 2015 sebesar

395930 Ton. Pada tahun 2016 jumlah produksi perikanan mengalami

penurunan menjadi 390271 Ton dan tahun 2017 jumlah produksi perikanan

meningkat menjadi 414644 Ton. Sedangkan untuk jumlah produksi perikanan

tangkap perairan laut di 22 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur yang

tertinggi terdapat pada Kabupaten lamongan dan yang terendah terdapat di

Kota pasuruan. Faktor-faktor yang menyebabkan bervariasinya jumlah

produksi perikanan tangkap perairan laut di masing-masing Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Timur juga cukup bervariasi, antara lain jumlah tenaga kerja

yang berbeda antar Kabupaten/Kota dibidang perikanan, kondisi alam,

fasilitas, modal, dan jumlah armada kapal yang berbeda antar

Kabupaten/Kota.

Kabupaten Lamongan menjadi yang tertinggi dalam jumlah produksi

perikanan tangkap perairan laut. Pada tahun 2016 Kabupaten Lamongan

mampu memberikan kontribusi sebesar 18,74% dari total produksi perikanan

tangkap perairan laut di Provinsi Jawa Timur dan merupakan penghasil ikan

terbesar di Provinsi Jawa Timur, yaitu sekitar 73.142 ton kurang lebih senilai

Rp. 719 milyar. Salah satu faktor tingginya jumlah produksi perikanan

tangkap perairan laut di Kabupaten Lamongan adalah banyaknya jumlah

nelayan dan jumlah armada kapal penangkap ikan. Tercatat jumlah nelayan

di Kabupaten Lamongan sebanyak 19.030 nelayan atau sekitar 8,74% dari

total jumlah nelayan di Provinsi Jawa Timur serta jumlah armada kapal

penangkap ikan sebanyak 3.344 armada kapal pada tahun 2016. Produksi

Perikanan Tangkap Perairan Laut yang dihasikan Kabupaten Lamongan

secara garis besar terdiri dari kelompok ikan plagis, kelompok ikan demersal

dan kelompok non-ikan.

Produksi ikan yang memiliki nilai ekonomis didominasi ikan plagis

yaitu: Ikan layang, lemuru, tenggiri, tuna, cakalang dan tongkol. Sedangkan

Page 89: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

70

untuk kelompok ikan demersal yang bernilai ekonomis didominasi oleh jenis

Ikan manyung, kerapu, kurisi, swanggi/mata besar dan layur. Selanjutnya,

untuk kelompok non-ikan yang bernilai ekonomis didominasi oleh jenis

rajungan, kepiting, udang putih, remis, kerang darah dan cumi-cumi.

5. Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Budidaya

Perikanan budidaya merupakan usaha pemeliharaan dan

pengembangbiakan ikan atau hewan air lainnya yang dilakukan di air tawar,

air laut maupun air payau. Jenis perikanan budidaya antara lain budidya laut,

budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya jaring apung

dan budidaya sawah minapadi.

Gambar 4.7

Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Jawa Timur

Tahun 2013-2017 (Ton)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

995948 1043888 10931131178593 1200961

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Produksi Perikanan

Page 90: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

71

Tabel 4.4

Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan Budidaya di 22 Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 (Ton)

Kabupaten/Kota Jumlah Produksi

Kab. Pacitat 4026

Kab. Trenggalek 7434

Kab. Tulungagung 15394

Kab. Blitar 4218

Kab. Malang 17276

Kab. Lumajang 3003

Kab. Jember 11714

Kab. Banyuwangi 24910

Kab. Situbondo 8552

Kab. Probolinggo 10274

Kab. Pasuruan 16795

Kab. Sidoarjo 18120

Kab. Tuban 5743

Kab. Lamongan 32369

Kab. Gresik 49627

Kab. Bangkalan 12746

Kab. Sampang 3325

Kab. Pamekasan 9844

Kab. Sumenep 65069

Kota Probolinggo 9461

Kota Pasuruan 12763

Kota Surabaya 8006

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Page 91: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

72

Perkembangan jumlah produksi perikanan budidaya di Provinsi

Jawa Timur mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 sampai

tahun 2017 jumlah produksi perikanan mengalami peningkatan dari tahun

2013 sebesar 995948 Ton, tahun 2014 sebesar 1043888 Ton, tahun 2015

sebesar 1093113 Ton, tahun 2016 sebesar 1178593 Ton dan tahun 2017

jumlah produksi sebesar 1200961 Ton. Sedangkan untuk jumlah produksi

perikanan budidaya di 22 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur yang

tertinggi terdapat pada Kabupaten Sumenep dan yang terendah terdapat di

Kabupaten Lumajang. Faktor-faktor yang menyebabkan bervariasinya

jumlah produksi perikanan budidaya di masing-masing Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Timur juga cukup bervariasi, antara lain jumlah tenaga kerja

yang berbeda antar Kabupaten/Kota dibidang perikanan, fasilitas, modal, dan

luas area yang berbeda antar Kabupaten/Kota.

Perikanan tangkap perairan laut dan perikanan budidaya merupakan

jenis dari Sub-sektor perikanan yang termasuk dalam bagian dari PDRB

sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur.

C. Hasil Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Korelasi Pearson

Korelasi pearson digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang

berskala interval atau rasio (parametrik).

Dari hasil korelasi pearson diperoleh tingkat hubungan antar 2

variabel yakni sebagai berikut:

1. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut terhadap PDRB

Sektor Pertanian

Page 92: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

73

Tabel 4.5

Hasil Uji Korelasi Pearson

Correlations

LNPerikananLa

ut LNPDRB

LNPe

rikana

nLaut

Pearson Correlation 1 .341

Sig. (2-tailed) .121

N 22 22

LNPD

RB

Pearson Correlation .341 1

Sig. (2-tailed) .121

N 22 22

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson pada tabel 4.5 menunjukan

bahwa nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,121. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan hubungan untuk

jumlah perikanan tangkap perairan laut terhadap PDRB tidak berpengaruh

signifikan. Sedangkan untuk nilai korelasi pearson sebesar 0,341. Nilai

tersebut berada di interval koefisien 0,21-0,40 dengan tingkat keeratan

korelasi lemah.

2. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut terhadap Kemiskinan

Tabel 4.6

Uji Korelasi Pearson

Correlations

LNPerikananLa

ut LNKemiskinan

LNPe

rikana

nLaut

Pearson Correlation 1 .297

Sig. (2-tailed) .180

N 22 22

LNKe

miski

nan

Pearson Correlation .297 1

Sig. (2-tailed) .180

N 22 22

Page 93: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

74

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson pada tabel 4.6 menunjukan

bahwa nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,180. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan hubungan untuk

jumlah perikanan tangkap perairan laut terhadap Kemiskinan tidak

berpengaruh signifikan. Sedangkan untuk nilai korelasi pearson sebesar

0,297. Nilai tersebut berada di interval koefisien 0,21-0,40 dengan tingkat

keeratan korelasi lemah.

3. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut terhadap IPM

Tabel 4.7

Korelasi Pearson

Correlations

LNPerikananLa

ut LNIPM

LNPe

rikana

nLaut

Pearson Correlation 1 -.032

Sig. (2-tailed) .887

N 22 22

LNIP

M

Pearson Correlation -.032 1

Sig. (2-tailed) .887

N 22 22

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson pada tabel 4.7 menunjukan

bahwa nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,887. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan hubungan untuk

jumlah perikanan tangkap perairan laut terhadap IPM tidak berpengaruh

signifikan. Sedangkan untuk nilai korelasi pearson sebesar 0,032. Nilai

tersebut berada di interval koefisien 0,00-0,20 dengan tingkat keeratan

korelasi sangat lemah.

Page 94: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

75

4. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya terhadap PDRB Sektor Pertanian

Tabel 4.8

Korelasi Pearson

Correlations

LNPerikananBu

didaya LNPDRB

LNPerika

nanBudid

aya

Pearson Correlation 1 .178

Sig. (2-tailed) .429

N 22 22

LNPDRB Pearson Correlation .178 1

Sig. (2-tailed) .429

N 22 22

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson pada tabel 4.8 menunjukan

bahwa nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,429. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan hubungan untuk

jumlah perikanan budidaya terhadap Kemiskinan tidak berpengaruh

signifikan. Sedangkan untuk nilai korelasi pearson sebesar 0,178. Nilai

tersebut berada di interval koefisien 0,00-0,20 dengan tingkat keeratan

korelasi sangat lemah.

5. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya terhadap Kemiskinan

Tabel 4.9

Korelasi Pearson

Correlations

LNPerikananBu

didaya LNKemiskinan

LNPerikan

anBudiday

a

Pearson Correlation 1 -.059

Sig. (2-tailed) .795

N 22 22

LNKemiski

nan

Pearson Correlation -.059 1

Sig. (2-tailed) .795

N 22 22

Page 95: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

76

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson pada tabel 4.9 menunjukan

bahwa nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,795. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan hubungan untuk

jumlah perikanan budidaya terhadap Kemiskinan tidak berpengaruh

signifikan. Sedangkan untuk nilai korelasi pearson sebesar -0,059. Nilai

tersebut berada di interval koefisien 0,00-0,20 dengan tingkat keeratan

korelasi sangat lemah.

6. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya terhadap IPM

Tabel 4.10

Korelasi Pearson

Correlations

LNPerikananBu

didaya LNIPM

LNPerikan

anBudiday

a

Pearson Correlation 1 .302

Sig. (2-tailed) .172

N 22 22

LNIPM Pearson Correlation .302 1

Sig. (2-tailed) .172

N 22 22

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson pada tabel 4.10 menunjukan

bahwa nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,172. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan hubungan untuk

jumlah perikanan budidaya terhadap IPM tidak berpengaruh signifikan.

Sedangkan untuk nilai korelasi pearson sebesar 0,302. Nilai tersebut

berada di interval koefisien 0,21-0,40 dengan tingkat keeratan korelasi

lemah.

Page 96: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

77

b. Uji Korelasi Kanonikal

1. Pengujian secara individual

Pertama sekali akan ditetapkan root dalam korelasi kanonikal,

dimana banyaknya root berdasarkan jumlah variabel independen.

Sehingga root dalam korelasi kanonikal ini ada dua, root pertama

adalah hubungan variabel independen, yaitu perikanan tangkap perairan

laut (X1) dengan variabel-variabel dependen, yaitu PDRB (Y1),

Kemiskinan (Y2) dan IPM (Y3), sedangkan root kedua adalah hubungan

variabel independen, yaitu perikanan budidaya (X1) dengan variabel-

variabel dependen, yaitu PDRB (Y1), Kemiskinan (Y2) dan IPM (Y3).

Untuk membentuk perhitungan korelasi kanonikal terhadap

kedua root tersebut, terdapat dua hal penting yang harus dihitung

terlebih dahulu, yaitu Eigenvalues dan Canonical Correlations.

Pertama adalah Eigenvalues atau nilai eigen, yaitu nilai yang diperoleh

pada saat penggalian akar kanonik. Ini dapat diartikan sebagai proporsi

varians dicatat dengan korelasi antara variates kanonik masing-masing.

Proporsi ini dihitung relative terhadap varians dari variates kanonik,

yaitu dari nilai jumlah tertimbang dari dua set variabel, root 1 dan root

2. Kedua adalah Canonical Correlations, yaitu besarnya korelasi

kanonik antara variabel-variabel independen dengan dependen pada

root 1 dan root 2. Hasil perhitungan Eigenvalues dan Canonical

Correlations untuk root 1 dan root 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11

Hasil Perhitungan Korelasi Kanonikal

Eigenvalues and Canonical Correlations

Root No. Eigenvalue Pct. Cum. Pct. Canon Cor. Sq. Cor

1 .55947 65.62232 65.62232 .59896 .35876

2 .29309 34.37768 100.00000 .47609 .22666

Sumber: Diolah dari lampiran 1 (2017)

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa eigenvalue pada root 1

adalah 0,55947 dan eigenvalue pada root 2 adalah 0,29309. Jadi

Page 97: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

78

eigenvalue pada root 1 lebih besar dari eigenvalue pada root 2.

Sedangkan Canonical Correlations untuk root 1 adalah 0,59896 dan

Canonical Correlations untuk root 2 adalah 0,47609. Jadi Canonical

Correlations pada root 1 lebih besar dari Canonical Correlations pada

root 2. Selanjutnya nilai Canonical Correlations kedua root ini akan

diuji signifikansinya sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil Perhitungan Signifikansi Korelasi Kanonikal

Dimension Reduction Analysis

Roots Wilks L. F Hypoth. DF Error DF Sig. of F

1 TO 2 .49590 2.38026 6.00 34.00 .050

2 TO 2 .77334 2.63780 2.00 18.00 .099

Sumber: Diolah dari lampiran 1 (2017)

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai signifikansi korelasi

kanonikal root 1 adalah 0,050 dan nilai signifikansi korelasi kanonikal

root 2 adalah 0,099. Hasil ini berarti nilai signifikansi root 1 lebih kecil

dari 0,05, sedangkan root 2 lebih besar dari 0,05 yang artinya root 1

signifikan secara individual. Oleh karena itu root 1 akan diproses lebih

lanjut.

2. Pengujian Secara Kelompok

Pengujian secara kelompok atau bersama-sama dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Page 98: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

79

Tabel 4.13

Hasil Perhitungan Secara Kelompok dengan Empat Prosedur korelasi

kanonikal

Multivariate Tests of Significance (S = 2, M = 0, N = 7 1/2)

Test Name Value Approx. F Hypoth. DF Error DF Sig. of F

Pillais .58541 2.48304 6.00 36.00 .041

Hotellings .85256 2.27348 6.00 32.00 .061

Wilks .49590 2.38026 6.00 34.00 .050

Roys .35876

Note.. F statistic for WILKS' Lambda is exact.

Sumber: Diolah dari lampiran 1 (2017)

Dengan menggunakan empat prosedur dari Pillais, Hotellings,

Wilks dan Roys, maka hasilnya adalah semuanya signifikan karena lebih

kecil dari 0,05, kecuali Hotellings karena lebih besar dari 0,05. Dengan

demikian jika digabung secara bersama-sama, kanonikal root 1 dan

kanonikal root 2 dapat diproses lebih lanjut. Hasil pengujian individu

dan kelompok terdapat perbedaan korelasi kanonik, yaitu terlihat pada

tabel 4.11, dengan nilai korelasi kanonik root 1 = 0,59896 dan nilai

korelasi kanonik root 2 = 0,47609. Oleh karena root 1 memiliki nilai

korelasi kanonik yang lebih tinggi dan signifikan individu maupun

kelompok, maka analisis selanjutnya hanya menitikberatkan pada root

1 dengan mengabaikan root 2.

3. Interpretasi kanonikal Variates

Analisis ini merupakan kelanjutan dari pengujian sebelumnya

yang menetapkan kanonik root 1. Oleh karena itu dalam analisis ini

hanya memperhatikan kanonikal root 1. Dalam penelitian ini ada dua

kanonik variates, yaitu independen kanonik variates yang berisi

perikanan tangkap perairan laut dan perikanan budidaya dan kanonik

dependen variates yang berisi PDRB, kemiskinan dan IPM. Analisis ini

berfungsi untuk mengetahui apakah variabel independen dalam

kanonik variates berhubungan dengan dependen variates, yang diukur

Page 99: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

80

dengan besaran korelasi masing-masing independen variabel dengan

variatenya. Pengukuran dilakukan dengan dua cara, yaitu Kanonikal

Weight dan Kanonikal loadings.

1) Kanonikal Weight

Kanonikal Weight menunjukkan besarnya korelasi dalam

perhitungan korelasi kanonikal. Hasil perhitungannya sebagai

berikut :

Tabel 4.14

Hasil Perhitungan Koefisien Kanonikal Standar Untuk Variabel

Dependen

Standardized canonical coefficients for DEPENDENT variables

Function No.

Variable 1 2

LNPDRB .65152 -.12257

LNKemiskanan 1.38586 .45415

LNIPM 1.59339 -.64024

Sumber: Diolah dari lampiran 1 (2017)

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui hubungan variabel dependen

PDRB (Y1), Kemiskinan (Y2) dan IPM (Y3) dengan variabel

independennya (perikanan tangkap perairan laut dan perikanan

budidaya) pada fungsi 2 diabaikan. Koefisien kanonikal standar pada

fungsi 1 untuk variabel PDRB adalah 0,65152, variabel Kemiskinan

adalah 1,38586 dan untuk variabel IPM adalah 1,59339. Hal ini

menunjukkan bahwa koefisien kanonikal standar untuk variabel

PDRB (Y1), Kemiskinan (Y2) dan IPM (Y3) bernilai positif dan

hubungannya kuat. Selanjutnya adalah menghitung koefisien

kanonikal kasar untuk kovariats (Perikanan Tangkap Perairan Laut

dan Perikanan Budidaya) terhadap PDRB, Kemiskinan dan IPM.

Hasil perhitungannya sebagai berikut:

Page 100: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

81

Tabel 4.15

Hasil Perhitungan Koefisien Kanonikal kasar untuk Kovariats

Raw canonical coefficients for COVARIATES

Function No.

COVARIATE 1 2

LNPerikananLaut 1.05425 1.78709

LNPerikananBudidaya .41997 -1.71169

Sumber: Diolah dari lampiran 1 (2017)

Berdasarkan tabel 4.15 yang dianalisis adalah fungsi 1 yang

berasal dari root 1 dan fungsi 2 diabaikan. Koefisien kanonikal kasar

covariats terhadap variabel PDRB dan variabel IPM adalah:

Perikanan Tangkap Perairan Laut adalah 1.05425 dan Perikanan

Budidaya adalah 0,41997. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

secara koefisien kanonikal kasar covariats Perikanan tangkap

Perairan Laut dan perikanan Budidaya mempunyai nilai yang searah

dengan tanda positif, maksudnya jika kovariatnya naik maka PDRB

dan IPM juga naik.

Tabel 4.16

Hasil Perhitungan Koefisien Kanonikal Standar untuk Kovariats

Standardized canonical coefficients for COVARIATES

CAN. VAR.

COVARIATE 1 2

LNPerikananLaut .72721 1.23272

LNPeriknanBudidaya .34104 -1.39001

Sumber: Diolah dari lampiran 1 (2017)

Berdasarkan tabel 4.16, dengan hanya memperhatikan root 1,

terlihat deretan nilai korelasi IPM (Y3) dengan variabel covariatnya.

Nilai koefisien kanonikal tertinggi yaitu 0,72721 untuk Perikanan

Tangkap Perairan Laut, sedangkan untuk Perikanan Budidaya yang

terendah yaitu 0,34104.

Page 101: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

82

2) Kanonikal Loadings

Selain kanonikal weight, interpretasi dilakukan dengan

melihat besaran kanonikal loadings. Kanonikal loadings atau sering

disebut canonical structure mengukur korelasi linier sederhana

antara variabel awal (original) dalam variabel dependen atau

independen dan set canonical variate. Kanonikal loading

mencerminkan varians bahwa observed variabel share dengan

canonical variate dan dapat diinterpretasikan seperti factor loading

dalam menilai kontribusi relative setiap variabel pada setiap fungsi

kanonikal. Hasil perhitungannya sebagai berikut :

Tabel 4.17

Hasil Perhitungan Kanonikal Loadings untuk Dependen Variats

Correlations between DEPENDENT and canonical

variables

Function No.

Variable 1 2

LNPDRB .51453 .36325

LNKemiskanan .32659 .93910

LNIPM .13316 -.96532

Sumber: Diolah dari lampiran 1 (2017)

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui hubungan variabel PDRB

(Y1), Kemiskinan (Y2) dan IPM (Y3) dengan variabel independennya

(Perikanan Tangkap Perairan Laut dan Perikanan Budidaya) pada

fungsi 1 dan fungsi 2 diabaikan. Koefisien kanonikal untuk variabel

PDRB adalah 0,51453, variabel Kemiskinan adalah 0,32659 dan

untuk variabel IPM adalah 0,13316, variabel PDRB mempunyai

korelasi kanonikal loading yang kuat karena nilainya mendekati 1,0.

Selanjutnya adalah menghitung koefisien kanonikal untuk

kovariats (Perikanan Tangkap Perairan Laut dan Perikanan

Page 102: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

83

Budidaya) terhadap PDRB, Kemiskinan dan IPM dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.18

Hasil Perhitungan Korelasi Kovariat dan Variabel Kanonikal

Correlations between COVARIATES and canonical

variables

CAN. VAR.

Covariate 1 2

LNPerikananLaut .97120 .23828

LNPerikananBudidaya .86130 -.50810

Sumber: Diolah dari lampiran 1 (2017)

Berdasarkan tabel 4.18 dengan hanya melihat root 1,

diperoleh nilai korelasi loading masing-masing variabel independen.

Kedua variabel kanonikal loading memiliki nilai positif yaitu:

Perikanan Tangkap Perairan Laut: 0,97120 dan Perikanan Budidaya:

0,86130. Dengan demikian kovariat yang positif memberikan

pengaruh yang searah, berdasarkan kanonikal weight dan kanonikal

loadings tersebut maka dapat disimpulkan jika Perikanan Tangkap

Perairan Laut dan Perikanan Budidaya mempunyai hubungan yang

siginifikan dengan kualitas wilayah (PDRB, Kemiskinan dan IPM).

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan yamng telah dibahas

sebelumnya, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Bobot (Weight)

Dalam penelitian ini terdapat dua root, root 1 adalah hubungan

variabel independen, yaitu Perikanan Tangkap Perairan Laut (X1)

dengan variabel-variabel dependen, yaitu PDRB (Y1), Kemiskinan (Y2)

dan IPM (Y3), sedangkan root 2 adalah hubungan variabel independen,

Page 103: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

84

yaitu Perikanan Budidaya (X2) dengan variabel-variabel dependen,

yaitu PDRB (Y1), Kemiskinan (Y2) dan IPM (Y3).

Berdasarkan perhitungan kanonikal weight pada tabel 4.14,

PDRB: 0,65152, Kemiskinan: 1,38586 dan IPM adalah 1,59339, yang

menunjukan koefisien kanonik standar untuk variabel PDRB (Y1),

Kemiskinan (Y2) dan IPM (Y3) adalah kuat karena nilainya diatas 0,5.

Dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara Perikanan

Tangkap Perairan Laut (X1) dan Perikanan Budidaya (X2) terhadap

PDRB (Y1), Kemiskinan (Y2) dan IPM (Y3).

2. Muatan (Loadings)

Berdasarkan tabel 4.18 Kedua variabel independen memiliki nilai

positif, yaitu: Perikanan Tangkap Perairan Laut dan Perikanan

Budidaya. Dengan demikian kovariat yang positif memberikan

pengaruh yang searah, jika kovariatnya naik maka PDRB sektor

pertanian, Kemiskinan dan IPM juga naik. Perikanan Tangkap Perairan

Laut memiliki hubungan yang lebih kuat dengan nilai sebsar 0,97120

dibandingkan dengan Perikanan Budidaya dengan nilai sebesar

0,86130. Hal ini dapat dipahami karena letak geografis Provinsi Jawa

Timur berdekatan dengan Selat Bali, yang dimana mempunyai potensi

yang besar. Selain itu mayoritas kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Timur merupakan daerah pesisir, sehingga mampu menghasilkan

produksi perikanan tangkap perairan laut yang besar. Provinsi Jawa

Timur merupakan salah satu Provinsi penghasil perikanan tangkap

perairan laut dan perikanan budidaya terbesar diindonesia. Jumlah

produksi perikanan tangkap perairan laut Provinsi Jawa Timur terbilang

cukup besar dengan rata-rata jumlah produksi sebesar 393.659 Ton ikan

pertahun dalam kurun waktu 5 tahun. Sedangkan perikanan budidaya

rata-rata jumlah produksi sebesar 1.110.650 Ton ikan pertahun dalam

kurun waktu 5 tahun. Dalam hal ini perikanan budidaya lebih besar

dikarenakan perikanan budidaya di Provinsi Jawa Timur tidak hanya

Page 104: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

85

diproduksi di Kabupaten/Kota daerah pesisir saja melainkan juga di

produksi di daerah Kabupaten/Kota non-pesisir.

Berdasarkan tabel 4.17 menunjukan bahwa:

1). Pengaruh Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB Sektor Pertanian

Variabel sub sektor perikanan memiliki pengaruh positif

terhadap PDRB sektor pertanian di wilayah pesisir Provinsi Jawa

Timur. Dimana nilai koefisien dari PDRB sektor pertanian sebesar

0,51453 > 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sub sektor

perikanan memiliki pengaruh yang kuat dan positif terhadap PDRB

sektor pertanian. Dengan demikian variabel sub sektor perikanan

yang positif dan kuat memberikan pengaruh yang searah, jika

variabel sub sektor perikanan naik maka PDRB sektor pertanian juga

naik.

Dengan adanya sub sektor perikanan akan berdampak terhadap

meningkatnya pendapatan bagi masyarakat di wilayah pesisir,

seiring dengan meningkatnya jumlah produksi yang dihasilkan.

Pendapatan masyarakat yang baik secara tidak langsung akan

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah yang baik juga, yang

tercermin dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).

Pendapatan Domestik Regional Bruto melalui pendekatan produksi

dikelompokan menjadi 17 unit lapangan usaha (sektor), salah

satunya sektor pertanian. Pendapatan Domestik Regional Bruto

Sektor pertanian sendiri pun terdiri dari beberapa sub sektor,

diantaranya sub sektor perikanan. Secara khusus sub sektor

perikanan juga turut berkontribusi meningkatkan pendapatan daerah

serta penyedia lapangan kerja, oleh karena itu perikanan merupakan

salah satu aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap

kesejahteraan suatu bangsa (Fauzi, 2006).

Page 105: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

86

2). Pengaruh Sub Sektor Perikanan Terhadap Kemiskinan

Variabel sub sektor perikanan memiliki pengaruh positif

terhadap Kemiskinan di wilayah pesisir Provinsi Jawa Timur.

Dimana nilai koefisien dari Kemiskinan sebesar 0,32659 < 0,5

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sub sektor perikanan

memiliki pengaruh yang lemah dan positif terhadap PDRB sektor

pertanian. Dengan demikian variabel sub sektor perikanan yang

positif dan lemah memberikan pengaruh yang searah, jika variabel

sub sektor perikanan naik maka Kemiskinan juga naik.

Hal ini menandakan bahwa hubungan sub sektor perikanan

yang terdiri dari perikanan tangkap perairan laut dan perikanan

budidaya terhadap Kemiskinan tidak berpengaruh, karna bernilai

positif bukan negatif yang dimana jika perikanan tangkap perairan

laut dan perikanan budidaya naik maka presentase kemiskinan akan

turun. Pendapatan yang berfluktuasi, pengeluaran yang konsumtif

dan pendidikan yang rendah merupakan salah satu ciri dari

kemiskinan di wilayah pesisir. Kemiskinan di wilayah pesisir lebih

dekat kepada bentuk kemiskinan struktural daripada bentuk

kemiskinan fisik (absolute). Menurut Muhammad, (2002) kawasan

pesisir memiliki permasalahan antara lain:

1. Pemanfaatan sumber daya melebihi kapasitas dan daya dukung

2. Kompetisi antara skala industri

3. Distribusi hasil tidak seimbang dan adil karena akses terhadap

usaha perikanan yang berbeda

4. Kebijakan secara spasial untuk daerah pesisir pantai dan pulau

kecil sehingga mengakibatkan banyak area yang rusak

5. Kelebihan investasi pada beberapa sektor, sementara investasi

sektor yang lain terbatas

6. Kemiskinan struktural terutama di desa pesisir/desa nelayan

Page 106: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

87

Selain itu menurut Muhammad, (2002) ada beberapa faktor

yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan dalam penguasaan

penangkapan ikan yaitu jangkauan wilayah perairan pantai dan laut

yang dapat mudah ditempuh, intensitas pemakaian modal kerja,

perbaikan dan stabilitas harga ikan serta penyebaran informasi pasar.

Gambaran kemiskinan di wilayah pesisir dalam hal ini nelayan

mencerminkan keterbatasan nelayan, baik itu dalam proses

penangkapan ikan, pembudidayaan, media alat tangkap dan peluang

pemanfaatan sumberdaya perikanan. Mayoritas sumber pendapatan

rumah tangga nelayan adalah hasil penjualan ikan yang sangat

bergantung terhadap musim, besarnya hasil tangkap, pengelolaan

dan pemasaran ikan. Pemanfaatan potensi laut dan perikanan diukur

berdasarkan kapasitas penangkapan dan budidaya.

Pengembangan perikanan harus memperhatikan ketersediaan

potensi sumberdaya ikan, modal, pelatihan dan infrastruktur

perikanan seperti pelabuhan perikanan dan tempat pelelangan ikan.

Pembangunan pelabuhan perikanan harus memperhatikan

keberadaan nelayan dan ketersediaan makanan ikan dalam budidaya

ikan dan ketersediaan pengolahan yang memadai, seperti cold

storage, fasilitas pengisian bahan bakar, serta ketersedian listrik agar

dapat dieksploitasi dengan optimal dan terkendali.

3). Pengaruh Sub Sektor Perikanan Terhadap IPM

Variabel sub sektor perikanan memiliki pengaruh positif

terhadap IPM di wilayah pesisir Provinsi Jawa Timur. Dimana nilai

koefisien dari IPM sebesar 0,13316 < 0,5 sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel sub sektor perikanan memiliki

pengaruh yang lemah dan positif terhadap IPM. Dengan demikian

variabel sub sektor perikanan yang positif dan lemah memberikan

pengaruh yang searah, jika variabel sub sektor perikanan naik maka

IPM juga naik.

Page 107: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

88

Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Indeks Pembangunan

manusia adalah suatu ukuran yang digunakan dalam mengetahui

kualitas hidup pembangunan manusianya. Adapun indikator dalam

Indeks Pembangunan Manusia yaitu capaian umur panjang dibidang

kesehatan, kemudian capaian angka melek huruf, rata-rata sekolah

dan rata-rata lamanya bersekolah dibidang pendidikan serta

kemampuan daya beli masyarakat yang dilihat dari pengeluaran

perkapita dibidang ekonomi.

Dengan adanya sub sektor perikanan akan berdampak terhadap

meningkatnya pendapatan bagi masyarakat di wilayah pesisir,

seiring dengan meningkatnya jumlah produksi yang dihasilkan.

Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat secara tidak langsung

akan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia karena

dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya baik dari segi pendidikan, kesehatan

maupun ekonomi.

Sub sektor perikanan memiliki hubungan yang bernilai positif

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di wilayah pesisir Provinsi

Jawa Timur. Meskipun bernilai positif, hubungan sub sektor

perikanan terhadap Indeks pembangunan Manusia bersifat lemah.

Dikarenakan sub sektor perikanan belum menjadi prioritas utama

penggerak ekonomi di wilayah pesisir Provinsi Jawa Timur. Akan

tetapi perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi

Jawa Timur terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur

bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pada tahun 2013

pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan

Kebudayan mulai mencanangkan program wajib belajar selama 12

tahun yang dimana sebelumnya hanya 9 tahun. Dengan adanya

program wajib belajar 12 tahun, maka seluruh lapisan masyarakat

dapat menikmati pendidikan secara gratis baik itu masyarakat miskin

Page 108: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

89

maupun kaya. Sehingga capaian rata-rata lama sekolah dan harapan

lama sekolah dibidang pendidikan relatif meningkat. Selain itu pada

tahun 2014 pemerintah Indonesia melalu lebaga BPJS mulai

mengimplementasikan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu

Indonesia Sehat (JKN-KIS). Dengan adanya program tersebut,

maka seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati layanan

kesehatan secara gratis khusunya masyarakat miskin. Sehingga

capaian angka harapan hidup dibidang kesehatan relatif meningkat.

Hal tersebut merupakan salah satu faktor mengapa sub sektor

perikanan mempunyai hubungan positif terhadap IPM di Provinsi

Jawa Timur.

Page 109: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah Produksi Sub Sektor Perikanan mempunyai pengaruh positif dan

hubungannya kuat terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sektor

Pertanian di wilayah pesisir Provinsi Jawa Timur.

2. Jumlah Produksi Sub Sektor Perikanan mempunyai pengaruh positif dan

hubungannya lemah terhadap Kemiskinan di wilayah pesisir Provinsi Jawa

Timur.

3. Jumlah Produksi Sub Sektor Perikanan mempunyai pengaruh positif dan

hubungannya lemah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di wilayah

pesisir Provinsi Jawa Timur.

B. Saran

Saran berdasarkan hasil penelitian analisis pengaruh sub sektor perikanan

terhadap kualitas wilayah pesisir di Provinsi Jawa Timur adalah:

1. Bagi Civitas Akademika

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti sub sektor perikanan,

diharapakan menambah beberapa variabel lain yang berkaitan dengan sub

sektor perikanan serta data yang lebih luas dan beragam, agar dapat diketahui

secara lebih banyak lagi mengenai pengaruh dari sub sektor perikanan.

2. Bagi Pihak Swasta

Perlu adanya peran dari pihak swasta untuk membantu pemerintah

dalam hal infrastruktur, sarana dan prasarana dibidang perikanan. Mulai dari

penangkapan, pembudidayaan, pengelolaan dan pemasaran ikan agar

distribusi hasil dapat seimbang, adil dan pemanfaatan sumber daya perikanan

Page 110: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

91

dapat maximal. Sehingga mampu meningkatkan perekonomian di daerah

pesisir di Provinsi Jawa Timur. Karena sub sektor perikanan merupakan salah

satu sektor yang memiliki potensi sangat besar khususnya bidang perikanan

tangkap perairan laut dan perikanan budidaya.

3. Bagi Pemerintah

Perlu adanya kebijakan dari pemerintah yang dapat mereduksi

terjadinya fluktuasi jumlah produksi perikanan tangkap perairan laut. serta

kebijakan dari pemerintah untuk membenahi infrastruktur, sarana dan

prasarana dalam hal penangkapan, pembudidayaan, pengelolaan dan

pemasaran ikan, agar akses distribusi hasil dapat seimbang, adil dan

pemanfaatan sumber daya perikanan dapat maximal. sehingga hasil dari

perikanan tangkap perairan laut dan perikanan budidaya dapat meningkatkan

perekonomian di daerah pesisir di Provinsi Jawa Timur. karena jumlah

produksi perikanan tangkap perairan laut dan perikanan budidaya

berpengaruh positif terhadap produk domestik regional bruto dan Indeks

pembangunan Manusia.

Page 111: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

92

DAFTAR PUSTAKA

Adam, L, 2012. Kebijakan Pengembangan Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus:

Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Pulau Morotai

Provinsi Maluku Utara). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 2(2):115-126.

Adiningsih, sri, 1999. Ekonomi mikro. BPPE: Yogyakarta

Arsyad, Lincolin, 1999. Ekonomi Pembangunan, Edisi keempat. Yogyakarta: STIE

YKPN.

Badan Pusat Statistik. 2017. Persentase Penduduk Miskin Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2017. BPS Provinsi

Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Perikanan Tangkap Perikanan Laut Menurut

Kabupaten/Kota di Jawa Timur (Ton) 2010-2017. BPS Provinsi Jawa Timur

Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Perikanan di Jawa Timur Tahun 2010-2017

(ton). BPS Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Provinsi dan

Subsektor 2000-2017 (ton). Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Provinsi dan

Jenis Budidaya 2000-2017 (ton). Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2018. Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur

Menurut Kabupaten/Kota, 2013-2018. BPS Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik. 2018. Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi

2010-2018. Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2018. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha 2014-2018. BPS Provinsi

Jawa Timur.

Page 112: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

93

Badan Pusat Statistik. 2019. Presentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi 2007-

2019. Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2013. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2013. BPS

Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik. 2014. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2014. BPS

Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik. 2015. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2015. BPS

Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik. 2016. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2016. BPS

Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik. 2017. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2017. BPS

Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik. 2018. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2018. BPS

Provinsi Jawa Timur.

Dahuri, R, 2002. Strategi Pengelolaan Kawasan Pesisir Indonesia. PKSPL. Institut

Pertanian Bogor.

Daryanto, Arief, 2007. Dari kluster menuju peningkatan daya saing industry

perikanan. Bulletin Craby & Starky. Edisi januari 2007. Ditjen pengolahan

dan pemasaran perikanan.

Ghozali, Imam, 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

23. Semarang : BP UNDIP.

Gitawati, Retno Dea, 2018. Analisis Pengaruh Nilai Produksi Perikanan Budidaya

Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pada Sembilan

Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 113: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

94

Gujarati, Damodar N, 2004. Basic Econometrics. Jakarta: Salemba Empat.

Gunawan, Didik, 2018. Analisis Kanonikal Indeks Saham Global, Harga

Komoditas dan Kurs Rupiah Terhadap Dolar Dengan Indeks Pasar Modal

Indoneisa. Tesis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Hamka, 2017. Analisis Pergeseran Sub Sektor Perikanan Dalam Pembentukan

Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Barru. Skripsi Universitas

Islam Negeri Alaudin Makasar.

Kamil Sertoglu, Sevin Ugural, Festus Victor Bekun, 2013. The contribution of

agricultural sector on economic growth of Nigeria. Economics and Financial

Issues Journal.

K.E Uma, F.E Eboh & P.C Obidike, 2013. Appraisal of the influence of agriculture

on economic growth: empirical evidence from Nigeria. Science and

Education Publishing Journal.

Mawardati, Jamilah, 2019. Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Tangkap Pada Kawasan Minapolitan. Jurnal

Universitas Malikussaleh Aceh Timur.

Muhammad, S, 2002. Ekonomi Rumah Tangga Nelayan dan Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Di Jawa Timur: Suatu Analisis Simulasi Kebijakan.

Disertasi. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.

Mulki, M harrafi. Potensi Sumber Daya Alam dan Kemaritiman Indonesia. Artikel

diakses pada 25 desember 2019 dari http://mybooksanddreams.

blogspot.co.id/2017/09/ potensi-sumber-daya-alam-dan-kemaritiman-

indonesia.html

M. zulkarnain. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Produksi Perikanan Budidaya

Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Perikanan di Indonesia. Jurnal

ECSOFiM Vol. 1 No. 1, 2013

Page 114: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

95

Nugroho E, Kristanto, A, 2013, Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar

Popupler, Cetakan 3, Penebar Swadaya: Jakarta.

Nurlia 2011, Peranan Sub Sektor Perikanan Terhadap Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) dan Kesempatan Kerja Di Kabupaten Pinrang Periode 2005-

2009, Skripsi, Makassar: Universitas Hasanuddin.

Oyinbo oyakhilomen (2014). Agricultural production and economic growth in

Nigeria: implication for rural poverty alleviation. Journal Ahmadu Bello

University Nigeria.

Paul a samuelson & William d nordhaus. 1996. Mikroekonomi. Erlangga Cetakan

keempat. Jakarta.

Prof. Gudono, Ph.D. CMA, 2015. Analisis Data Multivariat Edisi 4. BPFE:

Yogyakarta

Rinanti, Pusparani, 2013. Analisis peranan subsektor perikanan terhadap

peningkatan produk domestik regional bruto di kabupaten blitar. Skripsi

Universitas Brawijaya.

Rostar, Muhendar, 2013. Kontribusi sub sektor perikanan terhadap produk

domestik regional bruto di kabupaten kepulauan meranti provinsi riau .

Skripsi Universitas Riau.

Santoso, Singgih, 2015. Statistik multivariat. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Saputro, Agung Utomo Hudi, 2015. Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran,

Pendidikan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Jumlah

Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota daerah Istimewa Yogyakarta Tahun

2008-2013. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Soekartawi. 2003. Teori ekonomi produksi. Rajawali: Jakarta.

Sudarman, Ari, 2004. Teori ekonomi mikro. BPFE: Yogyakarta.

Page 115: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

96

Sugiarto dkk, 2002. Ekonomi mikro: sebuah kajian komprehensif. Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta.

Sugiharto E, Salmani, Gunawan BI, 2013. Studi tingkat kesejahteraan masyarakat

nelayan di Kampung Gurimbang Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau.

Dalam: Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. 3(2): 87-94.

Sukirno, Sadono, 2000. Makroekonomi Modern: perkembangan pemikiran klasik

hingga Keynesian baru. Raja grafindo persada. Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2006. Ekonomi Pembangunan. Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Jakarta: Kencana.

Sukirno, Sadono, 2013. Teori Pengantar Mikro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta:

Rajawali Press.

Todaro, Michael P 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta:

Erlangga.

Todaro, Michael P, 2011. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi kelima.

Alih Bahasa: Aminuddin dan Drs. Mursid. Jakata: Erlangga.

Triarso, I, 2012. Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap

Di Pantura Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. 8(1): 186-197.

Undang-undang no. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang no. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat

dan Daerah.

Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Page 116: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

97

Undang-undang no 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat

dan Daerah.

Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Wikipedia. Provinsi Jawa Timur. Artikel diakses pada 12 januari 2020 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur

Yunianto. Peran sub sector perikanan budidaya dalam perekonomian nasional.

Artikel diakses pada 12 desember 2019 dari

www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=1041

Yusuf, Maulana, 2019. Pengaruh Tenaga Kerja, Pengangguran dan Indeks

Pembangunan Manusia Terhadap PDRB di Provinsi DKI Jakarta Tahun

2010-2017. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 117: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

98

LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Penelitian (Log)

Kab/Kota LNPerikananLaut LNPerikananBudidaya LNPDRB LNKEMISKINAN LNIPM

Kab. Pacitat 9.310548 8.300529 21.677122 2.735348 4.197352

Kab. Trenggalek 9.824065 8.913819 21.844064 2.561879 4.220977

Kab. Tulungagung 8.847647 9.641733 22.235466 2.084653 4.266054

Kab. Blitar 9.075093 8.347116 22.693311 2.282031 4.238878

Kab. Malang 9.502637 9.757074 23.025261 2.401329 4.226396

Kab. Lumajang 8.478036 8.007367 22.705949 2.386290 4.162470

Kab. Jember 9.149847 9.368540 23.351674 2.397460 4.193888

Kab. Banyuwangi 10.700612 10.123025 23.471318 2.156283 4.243339

Kab. Situbondo 9.534668 9.053920 22.045875 2.569126 4.184794

Kab. Probolinggo 9.997023 9.237372 22.718007 3.021551 4.163249

Kab. Pasuruan 9.888577 9.728837 22.499404 2.335754 4.200055

Kab. Sidoarjo 9.619598 9.804772 21.699522 1.828625 4.365643

Kab. Tuban 9.349145 8.655737 22.714614 2.825634 4.201254

Kab. Lamongan 11.203080 10.384956 22.888552 2.668687 4.264228

Kab. Gresik 10.084767 10.812290 22.543759 2.549769 4.315353

Kab. Bangkalan 10.104345 9.452973 22.029949 3.059495 4.131961

Kab. Sampang 8.920656 8.109225 22.097842 3.159654 4.092677

Kab. Pemekasan 9.788862 9.194617 21.866724 2.772898 4.173310

Kab Sumenep 10.769474 11.083204 22.762146 2.976573 4.163249

Kota Probolinggo 9.864695 9.154933 19.938003 2.059052 4.277915

Kota Pasuruan 8.744488 9.454306 18.577684 2.018333 4.309322

Kota Surabaya 9.038009 8.987947 20.195464 1.684113 4.395313

Page 118: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

99

Lampiran 2: Hasil Analisis Korelasi Kanonikal

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

The default error term in MANOVA has been changed from WITHIN CELLS to

WITHIN+RESIDUAL. Note that these are the same for all full factorial designs.

* * * * * * * * * * * * * * * * * A n a l y s i s o f V a r i a n c e * * * * * *

* * * * * * * * * * *

22 cases accepted.

0 cases rejected because of out-of-range factor values.

0 cases rejected because of missing data.

1 non-empty cell.

1 design will be processed.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

* * * * * * * * * * * * * * * * * A n a l y s i s o f V a r i a n c e -- Design

1 * * * * * * * * * * * * * * * * *

EFFECT .. WITHIN CELLS Regression

Multivariate Tests of Significance (S = 2, M = 0, N = 7 1/2)

Test Name Value Approx. F Hypoth. DF Error DF Sig. of F

Pillais .58541 2.48304 6.00 36.00 .041

Hotellings .85256 2.27348 6.00 32.00 .061

Wilks .49590 2.38026 6.00 34.00 .050

Roys .35876

Note.. F statistic for WILKS' Lambda is exact.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Eigenvalues and Canonical Correlations

Root No. Eigenvalue Pct. Cum. Pct. Canon Cor. Sq. Cor

1 .55947 65.62232 65.62232 .59896 .35876

2 .29309 34.37768 100.00000 .47609 .22666

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Dimension Reduction Analysis

Page 119: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

100

Roots Wilks L. F Hypoth. DF Error DF Sig. of F

1 TO 2 .49590 2.38026 6.00 34.00 .050

2 TO 2 .77334 2.63780 2.00 18.00 .099

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

EFFECT .. WITHIN CELLS Regression (Cont.)

Univariate F-tests with (2,19) D. F.

Variable Sq. Mul. R Adj. R-sq. Hypoth. MS Error MS F Sig. of F

LNPDRB .12488 .03277 1.77178 1.30692 1.35569 .282

LNKemisk .23815 .15796 .41130 .13850 2.96972 .075

LNIPM .21757 .13521 .01256 .00476 2.64164 .097

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Raw canonical coefficients for DEPENDENT variables

Function No.

Variable 1 2

LNPDRB .56049 -.10545

LNKemisk 3.41714 1.11982

LNIPM 21.48739 -8.63381

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Standardized canonical coefficients for DEPENDENT variables

Function No.

Variable 1 2

LNPDRB .65152 -.12257

LNKemisk 1.38586 .45415

LNIPM 1.59339 -.64024

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Correlations between DEPENDENT and canonical variables

Function No.

Variable 1 2

LNPDRB .51453 .36325

LNKemisk .32659 .93910

LNIPM .13316 -.96532

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Variance in dependent variables explained by canonical variables

CAN. VAR. Pct Var DEP Cum Pct DEP Pct Var COV Cum Pct COV

1 12.97087 12.97087 4.65337 4.65337

Page 120: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

101

2 64.85620 77.82707 14.70017 19.35354

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Raw canonical coefficients for COVARIATES

Function No.

COVARIATE 1 2

LNPerika 1.05425 1.78709

LNPeri_1 .41997 -1.71169

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Standardized canonical coefficients for COVARIATES

CAN. VAR.

COVARIATE 1 2

LNPerika .72721 1.23272

LNPeri_1 .34104 -1.39001

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Correlations between COVARIATES and canonical variables

CAN. VAR.

Covariate 1 2

LNPerika .97120 .23828

LNPeri_1 .86130 -.50810

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Variance in covariates explained by canonical variables

CAN. VAR. Pct Var DEP Cum Pct DEP Pct Var COV Cum Pct COV

1 30.22611 30.22611 84.25273 84.25273

2 3.56925 33.79535 15.74727 100.00000

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Regression analysis for WITHIN CELLS error term

--- Individual Univariate .9500 confidence intervals

Dependent variable .. LNPDRB

COVARIATE B Beta Std. Err. t-Value Sig. of t Lower -95% CL- Upper

LNPerika 7369121710 .4372950804 .51762 1.42367 .171 -.34647 1.82029

LNPeri_1 -.1936450674 -.1352818143 .43968 -.44043 .665 -1.11390 .72661

Dependent variable .. LNKemiskinan

COVARIATE B Beta Std. Err. t-Value Sig. of t Lower -95% CL- Upper

LNPerika .4076765924 .6933881056 .16850 2.41941 .026 .05500 .76036

LNPeri_1 -.2770516477 -.5547476443 .14313 -1.93566 .068 -.57663 .02252

Dependent variable .. LNIPM

COVARIATE B Beta Std. Err. t-Value Sig. of t Lower -95% CL- Upper

Page 121: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

102

LNPerika -.0546677680 -.5085240741 .03122 -1.75087 .096 -.12002 .01068

LNPeri_1 .0608172476 .6660104673 .02652 2.29311 .033 .00531 .11633

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

* * * * * * * * * * * * * * * * * A n a l y s i s o f V a r i a n c e -- Design

1 * * * * * * * * * * * * * * * * *

EFFECT .. CONSTANT

Multivariate Tests of Significance (S = 1, M = 1/2, N = 7 1/2)

Test Name Value Exact F Hypoth. DF Error DF Sig. of F

Pillais .98978 548.91625 3.00 17.00 .000

Hotellings 96.86757 548.91625 3.00 17.00 .000

Wilks .01022 548.91625 3.00 17.00 .000

Roys .98978

Note.. F statistics are exact.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Eigenvalues and Canonical Correlations

Root No. Eigenvalue Pct. Cum. Pct. Canon Cor.

1 96.86757 100.00000 100.00000 .99488

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

EFFECT .. CONSTANT (Cont.)

Univariate F-tests with (1,19) D. F.

Variable Hypoth. SS Error SS Hypoth. MS Error MS F Sig. of F

LNPDRB 29.51798 24.83147 29.51798 1.30692 22.58592 .000

LNKemisk .13683 2.63148 .13683 .13850 .98798 .333

LNIPM 1.83429 .09035 1.83429 .00476 385.72899 .000

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

EFFECT .. CONSTANT (Cont.)

Raw discriminant function coefficients

Function No.

Variable 1

LNPDRB .47482

LNKemisk 4.01438

LNIPM 28.67494

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Page 122: ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP KUALITAS WILAYAH PESISIR DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51454... · 2020. 7. 24. · PERIKANAN TERHADAP KUALITAS

103

Standardized discriminant function coefficients

Function No.

Variable 1

LNPDRB .54281

LNKemisk 1.49397

LNIPM 1.97740

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Estimates of effects for canonical variables

Canonical Variable

Parameter 1

1 132.55533

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Correlations between DEPENDENT and canonical variables

Canonical Variable

Variable 1

LNPDRB .11078

LNKemisk .02317

LNIPM .45780

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Abbreviated Extended

Name Name

LNKemisk LNKemiskinan

LNPeri_1 LNPerikananbudidaya

LNPerika LNPerikananLaut