20
Analisis Peran Knowledge Management Infrastructures dalam Mendukung Knowledge Management Processes Organisasi: Studi Kasus PT XL Axiata Tbk Ida Ayu Kadek Trisnanty dan Putu Wuri Handayani Information System, Faculty of Computer Science, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Pengetahuan merupakan aset strategis yang sangat penting bagi suatu organisasi. Dengan memanfaatkan pengetahuan, organisasi dapat memperoleh competitive advantages dari kompetitor lainnya. Manajemen pengetahuan yang efektif dapat meningkatkan kinerja organisasi. Dalam melakukan manajemen pengetahuan, organisasi harus mengetahui peran KM infrastructures dalam mendukung KM processes organisasi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menilai seberapa besar peran KM infrastructures organisasi dalam mendukung KM processes yang ada di organisasi. Model penelitian yang digunakan merupakan modifikasi dari model penelitian Allameh, Zare, dan Davoodi (2011) dengan model KM infrastructures dan KM processes dari Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2010). Model ini digunakan karena dianggap mencakup semua KM infrastructures dan KM processes yang telah diteliti sebelumnya. Pendekatan partial least squares digunakan untuk menganalisis data dari 58 responden yang berasal dari PT XL Axiata Tbk. Temuan dari penelitian ini adalah lebih dari 80% KM processes organisasi dipengaruhi oleh KM infrastructures yang ada sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan KM infrastructures memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap KM processes organisasi. Analysis The Role of Knowledge Management Infrastructures in Supporting Organizational Knowledge Management Processes: A Case Study of PT XL Axiata Tbk Abstract Knowledge is a strategic asset for an organization. By utilizing the knowledge, organization can gain competitive advantages from other competitors. Effective knowledge management can improve organization performance. In implementing knowledge management, the organization must know the role of KM infrastructures in supporting organizational KM processes. Therefore, this research is aimed to assess the role of KM infrastructures implemented by the organization in supporting organizational KM processes. The research model used in this research is a modification from the research model from Allameh, Zare, and Davoodi (2011) and the model of KM infrastructures and KM processes from Becerra-Fernandez and Sabherwal (2010). This proposed model is used because it covers all of KM infrastructures and KM processes that have been researched before. Partial least squares approach is used to analyze data of 58 respondents from PT XL Axiata Tbk. The finding from this study is that more than 80% KM processes are influenced by KM infrastructures so it can be concluded that KM infrastructures provide a significant influence on organizational KM processes. Keywords: Knowledge Management, KM infrastructures, KM processes, partial least square Pendahuluan Pengetahuan menjadi sumber daya dan aset yang sangat penting bagi suatu organisasi. Organisasi mulai merubah pendekatan bisnisnya dari yang berlandaskan sumber daya seperti Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

Analisis Peran Knowledge Management Infrastructures dalam

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Analisis Peran Knowledge Management Infrastructures dalam Mendukung Knowledge Management Processes Organisasi:

Studi Kasus PT XL Axiata Tbk

Ida Ayu Kadek Trisnanty dan Putu Wuri Handayani

Information System, Faculty of Computer Science, Universitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak Pengetahuan merupakan aset strategis yang sangat penting bagi suatu organisasi. Dengan memanfaatkan pengetahuan, organisasi dapat memperoleh competitive advantages dari kompetitor lainnya. Manajemen pengetahuan yang efektif dapat meningkatkan kinerja organisasi. Dalam melakukan manajemen pengetahuan, organisasi harus mengetahui peran KM infrastructures dalam mendukung KM processes organisasi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menilai seberapa besar peran KM infrastructures organisasi dalam mendukung KM processes yang ada di organisasi. Model penelitian yang digunakan merupakan modifikasi dari model penelitian Allameh, Zare, dan Davoodi (2011) dengan model KM infrastructures dan KM processes dari Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2010). Model ini digunakan karena dianggap mencakup semua KM infrastructures dan KM processes yang telah diteliti sebelumnya. Pendekatan partial least squares digunakan untuk menganalisis data dari 58 responden yang berasal dari PT XL Axiata Tbk. Temuan dari penelitian ini adalah lebih dari 80% KM processes organisasi dipengaruhi oleh KM infrastructures yang ada sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan KM infrastructures memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap KM processes organisasi.

Analysis The Role of Knowledge Management Infrastructures in Supporting Organizational Knowledge Management Processes:

A Case Study of PT XL Axiata Tbk

Abstract Knowledge is a strategic asset for an organization. By utilizing the knowledge, organization can gain competitive advantages from other competitors. Effective knowledge management can improve organization performance. In implementing knowledge management, the organization must know the role of KM infrastructures in supporting organizational KM processes. Therefore, this research is aimed to assess the role of KM infrastructures implemented by the organization in supporting organizational KM processes. The research model used in this research is a modification from the research model from Allameh, Zare, and Davoodi (2011) and the model of KM infrastructures and KM processes from Becerra-Fernandez and Sabherwal (2010). This proposed model is used because it covers all of KM infrastructures and KM processes that have been researched before. Partial least squares approach is used to analyze data of 58 respondents from PT XL Axiata Tbk. The finding from this study is that more than 80% KM processes are influenced by KM infrastructures so it can be concluded that KM infrastructures provide a significant influence on organizational KM processes. Keywords: Knowledge Management, KM infrastructures, KM processes, partial least square Pendahuluan

Pengetahuan menjadi sumber daya dan aset yang sangat penting bagi suatu organisasi.

Organisasi mulai merubah pendekatan bisnisnya dari yang berlandaskan sumber daya seperti

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

tanah, mesin, pabrik, bahan baku, dan tenaga kerja, menjadi ke arah yang berlandaskan

pengetahuan dan penciptaan nilai baru melalui pemanfaatan pengetahuan [1]. Druker (1995)

menyatakan bahwa pengetahuan dapat menjadi kunci utama ekonomi dan dominan dan akan

menjadi satu-satunya sumber keunggulan yang komparatif [2].

Organisasi harus dapat memanfaatkan pengetahuan organisasi dengan baik untuk

mencapai tujuan organisasi. Pendekatan manajemen pengetahuan dilakukan untuk mengatur

pengetahuan yang ada di organisasi. Zack (2009) menyatakan bahwa tujuan dari implementasi

manajemen pengetahuan adalah untuk mengatur alur pengetahuan agar mengalir secara

efektif di dalam organisasi [2]. Mengingat pentingnya manajemen pengetahuan, infrastruktur

organisasi harus mampu dalam mendukung manajemen pengetahuan di organisasi.

Infrastruktur organisasi dianggap mempunyai pengaruh terhadap KM processes yang

dilakukan dan akan berdampak pada kinerja organisasi [3].

Banyak organisasi yang sudah memanfaatkan pengetahuan untuk memperoleh

competitive advantages dan nilai lebih bagi organisasi. Organisasi-organisasi itu pula telah

mengimplementasikan manajemen pengetahuan untuk memaksimalkan KM processes. Untuk

memfasilitasi penciptaan manajemen pengetahuan yang efektif, organisasi harus mengetahui

peran kemampuan infrastruktur organisasi dan mampu memaksimalkannya dalam mendukung

proses manajemen pengetahuan untuk meningkatkan kinerja organisasi [3].

Penelitian ini berusaha menjawab rumusan masalah mengenai bagaimana peran KM

infrastructures yang diimplementasikan organisasi dalam mendukung KM processes

organisasi. Penelitian ini akan memperlihatkan KM infrastructures apa yang paling

mempengaruhi dalam memberikan dukungan terhadap KM processes organisasi. Model yang

akan digunakan dalam penelitian ini merupakan model hasil modifikasi model penelitian dari

[1] dengan model KM infrastructures dan KM processes dari [4].

PT XL Axiata, Tbk (XL) sebagai salah satu perusahaan yang menerapkan manajemen

pengetahuan diambil sebagai objek studi kasus penelitian ini. Dalam melakukan manajemen

pengetahuan diharapkan XL dapat memahami peran KM infrastructures dalam mendukung

KM processes yang dilakukan di dalam perusahaan.

Landasan Teori

Manajemen pengetahuan sangat penting bagi organisasi. Davenport dan Prusak (1998)

menyatakan bahwa hampir semua proyek KM memiliki salah satu dari tiga tujuan: (1) untuk

membuat pengetahuan tampak dan menunjukkan peran pengetahuan dalam suatu organisasi;

(2) untuk mengembangkan budaya berbasis pengetahuan dengan mendorong terciptanya

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

perilaku berbagi pengetahuan dan proaktif dalam mencari pengetahuan; dan (3) untuk

membangun suatu infrastruktur pengetahuan, bukan hanya merupakan suatu sistem teknis,

tetapi merupakan suatu jaringan yang terhubung antar orang dan dorongan untuk saling

berinteraksi dan berkolaborasi [5]. KM enablers, dalam hal ini mengacu pada infrastruktur

organisasi, dianggap dapat meningkatkan efisiensi dari aktivitas manajemen pengetahuan

yang dilakukan [2]. Infrastruktur organisasi harus mampu dalam mendukung KM processes

yang ada di organisasi. Knowledge enablers (dalam hal ini adalah KM infrastructures)

mempunyai pengaruh terhadap KM processes organisasi [6].

A. KM Infrastructures

KM infrastructures merefleksikan fondasi jangka panjang dari manajemen

pengetahuan yang diimplementasikan yang dibagi ke dalam 5 komponen, yaitu organization

culture, organization structure, IT infrastructure, common knowledge, dan physical

environment [4].

1) Organization Culture

Organization culture merefleksikan nilai, norma, dan keyakinan yang memandu

perilaku dari organisasi (Iftikhar, 2003 dalam [7], [4]). Armbrecht et al. (2001) menyatakan

bahwa atribut dari organization culture meliputi pemahaman anggota organisasi akan nilai

KM, dukungan dari semua level manajemen, insentif untuk berbagi pengetahuan, dan

dukungan akan terjadinya interaksi untuk proses penciptaan dan berbagi pengetahuan [4].

Atribut-atribut inilah yang mempengaruhi implementasi KM di organisasi

2) Organization Structure

McKenna (1999) mendefinisikan struktur organisasi sebagai hubungan formal dan

alokasi kegiatan dan sumber daya yang ada [2]. Desain struktur organisasi dapat membantu

untuk menciptakan infrastruktur yang dibutuhkan dan lingkunga yang sesuai agar KM

processes organisasi dapat berjalan dengan baik [8]. KM bergantung pada beberapa aspek

yang ada pada struktur organisasi, yaitu hirarki struktur organisasi, struktur organisasi dapat

memfasilitasi KM melalui communities of practices (CoP), dan adanya peran serta struktur

special yang mendukung KM [4].

3) IT Infrastructure

KM juga difasilitasi oleh infrastruktur teknologi informasi yang ada di organisasi [4,

9]. Penggunaan infrastruktur teknologi informasi meliputi pemrosesan data, penyimpanan

data, dan teknologi komunikasi [4]. Daft dan Lengel (1986) serta Evans dan Wurster (1999)

mengemukakan bahwa kemampuan infrastuktur teknologi informasi suatu organisasi harus

mempunyai 4 aspek penting, yaitu reach, depth, richness, dan aggregation [4].

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

4) Common Knowledge

Grant (1996) menyatakan bahwa common knowledge merupakan komponen

infrastruktur penting lainnya yang dapat mendukung KM [4]. Common knowledge dianggap

dapat menciptakan kesatuan organisasi dan meningkatkan pengetahuan individu dengan

mengintegrasikannya dengan pengetahuan orang lain. Common knowledge meliputi bahasa

umum dan kosakata yang sering digunakan, pengakuan terhadap pengetahuan individu pada

bidang tertentu, common cognitive schema, norma-norma yang diakui bersama, dan unsur

pengetahuan khusus yang umum diketahui oleh seluruh individu.

5) Physical Environment

Lingkungan fisik organisasi merupakan fondasi penting lainnya untuk mendukung

KM [4]. Lingkungan fisik dianggap dapat mendukung KM dengan menyediakan kesempatan

bagi karyawan untuk bertemu dan berbagi ide. Lingkungan fisik meliputi desain gedung

(ruang kantor, ruang rapat, lobi, pintu masuk, dan lain-lain) dan ruang-ruang yang didesain

secara khusus untuk memfasilitasi proses berbagi pengetahuan secara informal (seperti kedai

kopi, kafe, dan lain-lain).

B. KM Processes

KM processes dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mendapatkan

pengetahuan baru dan pengetahuan yang diperlukan serta mempertahankan pengetahuan

tersebut dengan efektif untuk mendukung karyawan agar dapat bekerja lebih baik (Grant

(1996) serta Khalifa dan Liu (2003), dalam [7]). Model KM processes dibagi ke dalam 4

proses, yaitu knowledge discovery process, knowledge capture process, knowledge sharing

process, dan knowledge application process [4].

1) Knowledge Discovery Process

Knowledge discovery process dapat didefinisikan sebagai pengembangan dari

pengetahuan tacit atau explicit baru dari data dan informasi atau dari sintesis pengetahuan

sebelumnya yang telah ada [4]. Knowledge discovery process bergantung pada 2 (dua)

subproses lainnya yaitu combination dan socialization. Pengembangan pengetahuan explicit

baru bergantung pada proses combination sedangkan pengembangan pengetahuan tacit baru

bergantung pada proses socialization.

2) Knowledge Capture Process

Knowledge capture process dapat didefinisikan sebagai proses menangkap atau

mendapatkan pengetahuan explicit atau tacit yang ada dalam masyarakat, artifak, atau entitas

organisasi [4]. Nonaka (1994) menyatakan bahwa 2 (dua) subproses KM yang memberikan

dampak secara langsung terhadap knowledge capture process yaitu internalization dan

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

externalization. Externalization merupakan proses konversi pengetahuan tacit menjadi

pengetahuan explicit dalam bentuk kata-kata, konsep, gambar, atau bahasa kiasan lainnya

(misalnya dalam bentuk analogi, metafora, dan narasi) sedangkan internalization merupakan

proses konversi pengetahuan explicit menjadi pengetahuan tacit [4].

3) Knowledge Sharing Process

Knowledge sharing process dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana

pengetahuan explicit atau tacit dikomunikasikan ke individu yang lain [4]. Ada 2 (dua)

subproses KM yang memberikan dampak secara langsung terhadap knowledge sharing

process, yaitu seperti yang disebutkan oleh Nonaka (1994) yang pertama adalah socialization

dan yang kedua menurut Grant (1996) adalah exchange; berbeda dengan socialization,

exchange berfokus pada berbagi pengetahuan explicit antar individu, grup, dan organisasi [4].

4) Knowledge Application Process

Pengetahuan dianggap dapat memberikan kontribusi langsung terhadap kinerja

organisasi ketika digunakan dalam pengambilan keputusan dan pengerjaan tugas [4].

Knowledge application process bergantung pada pengetahuan yang ada dan pengetahuan itu

sendiri bergantung pada ketiga KM processes sebelumnya yaitu knowledge discovery process,

knowledge capture process, dan knowledge sharing process. Grant (1996) menyatakan bahwa

knowledge application bergantung pada 2 subproses KM yaitu direction dan routines [4].

C. Penelitian Terdahulu

Banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai hubungan antara KM enablers

dengan KM processes organisasi. Penelitian yang menjadi acuan dari penelitian ini adalah

penelitian Allameh, Zare, dan Davoodi tahun 2011 (Gambar 1). Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari hubungan antara enablers sebagai variabel independen dengan knowledge

management sebagai variabel dependen. Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa enablers

secara signifikan memiliki hubungan terhadap knowledge management processes dan dengan

meningkatkan kondisi enablers yang ada di organisasi dapat menyebabkan efisiensi KM

processes organisasi. Pada penelitian ini, model Lawson (2003) digunakan untuk mengukur

KM processes dan model Lee dan Choi (2003) yang mengadaptasi dari model Gold et al.

(2001) digunakan untuk mengukur enablers.

Model Lawson (2003) menjelaskan bahwa KM processes suatu organisasi terdiri dari

6 (enam) buah proses, yaitu knowledge creation, knowledge capture, knowledge organization,

knowledge storage, knowledge dissemination, dan knowledge application.

1) Knowledge Creation Process

Nonaka dan Takeushi (1995) mendefinisikan knowledge creation process sebagai

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

kemampuan suatu organisasi untuk menciptakan pengetahuan dan mensirkulasikannya pada

organisasi, produk, jasa, dan sistem [1]. Nonaka (1995) juga percaya bahwa organisasi yang

sukses adalah organisasi yang secara konsisten menciptakan dan mensirkulasikan

pengetahuan baru di dalam organisasi dan mengaplikasikannya terhadap produk baru [1].

2) Knowledge Capture Process

Pentland (1995) mendefinisikan knowledge capture process sebagai proses

mengembangkan konten baru dan menggantikan konten yang ada dalam organisasi yang

berupa pengetahuan tacit dan explicit organisasi [1]. Park (2006) juga menjelaskan bahwa

organisasi harus mampu menangkap pengetahuan dari berbagai sumber baik internal maupun

eksternal organisasi dan anggota organisasi juga harus mampu untuk saling bertukar

pengetahuan sehingga mereka dapat meningkatkan pengetahuan yang mereka miliki secara

konstan melalui benchmarking atau pemberian feedback dari pengalaman-pengalaman proyek

yang telah lalu [1].

3) Knowledge Organization Process

Knowledge organization process berkaitan dengan knowledge structure, knowledge

listing dan modeling, serta knowledge sharing process [1]. Dalam knowledge organization

process, pengetahuan diatur dan disusun berdasarkan suatu filter tertentu agar tercipta suatu

daftar yang komprehensif dan dapat dicari, diperiksa, dan disimpan dengan baik [10].

4) Knowledge Storage Process

Knowledge storage process erat kaitannya dengan organizational memory. Tan et al.

(1998) menjelaskan bahwa organizational memory termasuk pengetahuan yang berada dalam

bentuk yang bermacam-macam seperti dokumen tertulis, informasi terstruktur yang tersimpan

dalam database elektronik, pengetahuan individu yang disimpan dalam expert systems,

dokumentasi proses dan prosedur organisasi, dan pengetahuan tacit yang didapatkan oleh

individu dan sekelompok individu [1, 5].

5) Knowledge Dissemination Process

Alavi dan Leidner (2001) mendefinisikan knowledge dissemination process sebagai

proses transfer pengetahuan di seluruh organisasi yang mana dapat terjadi antar individu,

grup, maupun organisasi dengan menggunakan berbagai jenis channel komunikasi [1]. Pada

dasarnya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam knowledge

dissemination process. Chennamaneni (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut

adalah seperti mengenai isu alat dan teknologi yang digunakan, motivasi dan insentif untuk

berbagi pengetahuan, budaya organisasi, nilai-nilai dan identitas pribadi, dan rasa percaya [1].

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

6) Knowledge Application Process

Probst, Rub, dan Rumhardt (2000) menyatakan bahwa kunci utama dari manajemen

pengetahuan adalah memastikan bahwa pengetahuan yang ada di organisasi diaplikasikan

secara produktif untuk memberikan keuntungan bagi organisasi [1]. Davenport dan Klahr

(1998) juga menyatakan bahwa penerapan pengetahuan efektif dapat membantu organisasi

untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya yang dikeluarkan [1].

Gambar 1. Model Penelitian Allameh, Zare, dan Davoodi (2011)

Chan dan Chau (2005) mendefinisikan KM enablers sebagai faktor-faktor yang dapat

memfasilitasi aktivitas knowledge management organisasi seperti kodifikasi dan berbagi

pengetahuan antar individu [1]. Model Lee dan Choi (2003) yang digunakan merupakan hasil

adaptasi dari model KM enablers Gold, Malhotra, dan Segars (2001) yang terdiri dari 3

(buah) enablers, yaitu technology, structure, dan organizational culture.

1) Technology

Teknologi informasi memegang peranan penting dalam menghilangkan batasan

komunikasi yang seringkali menghalangi terjadinya interaksi antar bagian yang ada di

organisasi. Technology disini merujuk pada infrastruktur teknologi informasi beserta

kemampuannya dalam mendukung KM [1].

2) Structure

O’Dell dan Grayson (1998) menyatakan struktur organisasi yang mendukung perilaku

individu untuk memperoleh pengetahuan dapat menciptakan KM yang efektif di organisasi

[1]. Leonard (1995) menjelaskan bahwa sistem penghargaan dan insentif juga akan

mempengaruhi bagaimana pengetahuan diakses dan bagaimana aliran dari pengetahuan

KM Enablers

KM Processes

Knowledge Creation

Knowledge Capture

Knowledge Organization

Knowledge Storage

Knowledge Dissemination

Knowledge Application

Technology

Structure

Culture

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

tersebut [9].

3) Organizational Culture

Organizational culture merupakan faktor penting dalam menciptakan KM yang

efektif. Suatu organizational culture yang efektif berperan dalam menyediakan lingkungan

yang cocok untuk berbagi pengetahuan dan mendukung knowledge activities lainnya [1].

D. Pemetaan

Model penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini merupakan hasil modifikasi

dari model penelitian terdahulu dengan model KM infrastructures dan KM processes [4].

Tabel 1 memperlihatkan perbandingan model KM enablers dan KM infrastructures pada

kedua model tersebut sedangkan Tabel 2 menjelaskan mengenai perbandingan model KM

processes pada kedua model tersebut. Tabel 1. Perbandingan Model KM Enablers pada Model Allameh, Zare, dan Davoodi (2011) dengan Model KM

Infrastructures pada Model Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2010)

Model KM Enablers pada Model Allameh, Zare, dan

Davoodi (2011)

Model KM Infrastructures pada Model Becerra-

Fernandez dan Sabherwal (2010)

Technology IT Infrastructure Structure Organization Structure Organizational Culture Organization Culture Common Knowledge Physical Environment

Tabel 2. Perbandingan Model KM Processes pada Model Allameh, Zare, dan Davoodi (2011) dengan Model KM

Processes pada Model Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2010)

Model KM Processes pada Model Allameh, Zare, dan Davoodi (2011)

Model KM Processes pada Model Becerra-Fernandez dan

Sabherwal (2010) Knowledge Creation Processes Knowledge Discovery Processes Knowledge Capture Processes Knowledge Capture Processes Knowledge Organization Processes Knowledge Storage Processes Knowledge Capture Processes Knowledge Dissemination Processes Knowledge Sharing Processes Knowledge Application Processes Knowledge Application Processes

Dari hasil pemetaan ini, maka model penelitian ini akan menggunakan model KM

infrastructures yang terdiri dari 5 dimensi, yaitu organization culture, organization structure,

IT infrastructure, common knowledge, dan physical environment, sedangkan model KM

processes terdiri dari 5 buah proses, yaitu knowledge discovery process, knowledge capture

process, knowledge sharing process, knowledge application process, dan knowledge

organization process.

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

E. Model Penelitian dan Hipotesis

Model penelitian ini memiliki 10 buah variabel laten first order yang terdiri dari 5

variabel eksogen (independen) dan 5 dimensi variabel endogen (dependen), serta 2 variabel

endogen second order. Kelima variabel eksogen tersebut merupakan dimensi dari KM

infrastructures yaitu organization culture (BO), organization structure (SO), IT

infrastructure (TI), common knowledge (PU), dan physical environment (LF) sedangkan

kelima variabel endogen tersebut merupakan dimensi dari KM processes yaitu knowledge

discovery process (KD), knowledge capture process (KC), knowledge organization process

(KO), knowledge sharing process (KS), dan knowledge application process (KA). Kedua

variabel endogen second order tersebut adalah KM infrastructures (KMI) dan KM processes

(KMP). Gambar 2 menjelaskan model yang digunakan untuk penelitian ini.

Gambar 2. Model Penelitian

Penelitian ini akan menguji 6 buah hipotesis, yaitu sebagai berikut:

H1. Organization culture memberikan pengaruh yang signifikan terhadap KM processes

organisasi.

H2. Organization structure memberikan pengaruh yang signifikan terhadap KM processes

organisasi.

H3. IT infrastructure organisai memberikan pengaruh yang signifikan terhadap KM

processes organisasi.

H4. Common knowledge organisasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap KM

processes organisasi.

H5. Physical environment organisasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap KM

processes organisasi.

H6. KM infrastructures organisasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap KM

processes organisasi.

KM Infrastructures KM Processes

Organization Culture

Organization Structure

IT Infrastructure

Common Knowledge

Physical Environment

Knowledge Discovery Process

Knowledge Capture Process

Knowledge Organization Process

Knowledge Sharing Process

Knowledge Application Process

H1

H2

H3 H4

H5

H6

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan

pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data secara kualitatif yang dilakukan yaitu dengan

melakukan studi dokumen company knowledge profile. Pendekatan kuantitatif dilakukan

dengan melakukan survei kepada sampel dari populasi yang ditentukan. Penelitian ini

merupakan penelitian yang bertipe studi kasus. Studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui

peran KM infrastructures organisasi dalam mendukung KM processes yang ada di organisasi

tersebut dengan objek studi kasus PT XL Axiata Tbk.

A. Pengukuran

Perumusan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner diambil dari beberapa

studi literatur [4, 6, 9, 11, 12]. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berjumlah 51 buah dan diukur

dengan menggunakan skala Likert yang menunjukkan tingkat persetujuan responden terhadap

pertanyaan tersebut. Skala Likert yang digunakan adalah skala Likert-5 yang bernilai dari 1

hingga 5. Skala 1 digunakan untuk menyatakan sangat tidak setuju (STS), skala 2 digunakan

untuk menyatakan tidak setuju (TS), skala 3 digunakan untuk menyatakan netral (N), skala 4

digunakan untuk menyatakan setuju (S), dan skala 1 digunakan untuk menyatakan sangat

setuju (SS). Semakin besar angka pada skala Likert yang dipilih oleh responden, maka

semakin tinggi juga tingkat persetujuan responden terhadap pertanyaan kuesioner yang

dimaksud. Sebelum kuesioner disebar, kuesioner harus melalui uji keterbacaan terlebih

dahulu untuk mengidentifikasi kesalahan dalam pemahaman dan ambiguitas dari pernyataan-

pernyataan yang ada pada kuesioner. Uji keterbacaan ini dilakukan kepada 18 orang yang

terdiri dari 9 orang mahasiswa dan 9 orang karyawan untuk melihat dari 2 sudut pandang

yang berbeda, yaitu sudut pandang mahasiswa yang umumnya telah mengenai istilah-istilah

KM dan sudut pandang karyawan yang tidak terlalu mengenai istilah-istilah KM.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan di PT XL Axiata Tbk (XL).

Penelitian ini mengambil 58 orang karyawan XL sebagai sampel penelitian. Jumlah sampel

penelitian ini telah memenuhi jumlah sampel minimum berdasarkan keperluan analisis

dengan menggunakan PLS yaitu 30 sampel [13]. Teknik pengambilan sampling yang

digunakan adalah purposive sampling. Teknik ini digunakan karena peneliti tidak memiliki

akses terhadap keseluruhan populasi dan tidak mungkin untuk dilakukan random sampling

pada populasi yang ada.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner baik secara online

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

maupun menggunakan hardcopy kepada responden. Pengumpulan data melalui survei

menggunakan kuesioner berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. Data yang berhasil

dikumpulkan melalui kuesioner akan dianalisis dengan menggunakan metode partial least

square (PLS). Tools yang digunakan untuk melakukan metode analisis PLS pada penelitian

ini adalah WarpPLS versi 3.0. Tools ini dipilih karena memiliki kelengkapan dalam menguji

variabel laten. Tools ini dapat melakukan pengujian variabel laten pada tingkat tertentu

sehingga pengujian variabel laten second order dapat dilakukan.

Pembahasan

A. Knowledge Management PT XL Axiata Tbk

Sejak tahun 2003, XL telah mengembangkan sebuah unit Knowledge Management di

dalam divisi Human Capital Development untuk mengatur pengembangan pengetahuan di XL

dan menumbuhkan budaya berbagi pengetahuan antar para karyawan. XL mempunyai Chief

Knowledge Officer (CKO) yang dibantu oleh tim Knowledge Management dan tim

Knowledge Advisor XL [14]. XL menerapkan 4 bidang konsep KM, yaitu content, behavior &

culture, process, dan sharing media (infrastructure). Aspek Content mencakup upaya untuk

menyediakan wadah untuk menampung keseluruhan pengetahuan yang dibutuhkan oleh

semua karyawan dan mengkategorikannya sesuai dengan pengetahuan yang ada di

perusahaan. Aspek Behavior & Culture, yang mencakup upaya untuk menumbuhkan budaya

knowledge sharing dan kolaborasi baik di internal maupun eksternal perusahaan, dapat

dikembangkan melalui berbagai kegiatan. Aspek Sharing Media (infrastructure) mencakup

penyediaan infrastruktur teknologi informasi yang bertujuan untuk mengakomodir proses

berbagi pengetahuan. Aspek Process di XL dikelola secara khusus oleh Corporate Business

System and Process (CBSP) dan mencakup semua proses dan SOP yang berlaku di XL.

XL mendefinisikan knowledge management sebagai mengelola dan melaksanakan

proses knowledge di perusahaan. Proses-proses knowledge management di XL meliputi:

1) Knowledge Sharing

Perusahaan menumbuhkan budaya saling berbagi pengetahuan antar karyawan dan

para pelanggan. Knowledge sharing ini didukung dengan adanya CoP, e-knowledge portal,

focus group discussion, cross department sharing session, budaya kerja yang berbasis

pengetahuan, dan juga struktur organisasi yang fleksibel dengan hierarki yang sejajar yang

memudahkan terciptanya kerjasama yang baik dan efisien antar departemen.

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

2) Knowledge Creation

Perusahaan menciptakan pengetahuan demi kemajuan XL di mata karyawan dan para

pelanggan. Knowledge creation ini didukung dengan adanya program-program learning yang

terencana dan terstruktur seperti program talent management dan adanya e-knowledge portal.

3) Knowledge Development

Perusahaan berusaha untuk mengembangkan pengetahuan agar sesuai dengan strategi

XL untuk para pelanggannya. Knowledge development ini didukung dengan adanya suatu unit

khusus untuk knowledge management yang berfungsi untuk mengatur pengembangan

pengetahuan perusahaan dan juga adanya sistem data warehouse dan data mining yang

digunakan untuk memahami pola-pola perilaku pelanggan.

4) Knowledge Preservation

Perusahaan berusaha untuk melindungi pengetahuan perusahaan khususnya

pengetahuan yang bersifat intangible. Knowledge preservation didukung dengan adanya

social network tools seperti K-profile dan adanya sistem knowledge reward yang diberikan

kepada karyawan.

B. Data Demografi

Dari 58 responden, sebanyak 7 orang (12%) responden berasal dari divisi CEO office

dan sebanyak 9 orang (15.5%) berasal dari divisi Marketing. Responden terbanyak berasal

dari divisi Service Management, yaitu sebanyak 39 orang (67.3%), sedangkan hanya 3 orang

(5.2%) responden berasal dari divisi Commerce (Gambar 3).

Gambar 3. Representasi Diagram Batang Divisi Responden

Dari 58 responden, sebanyak 31% (18 orang) telah bekerja di XL lebih dari 6 tahun

dan sebanyak 19% (11 orang) telah bekerja di XL selama 4 hingga 6 tahun. Paling banyak

responden merupakan responden yang telah bekerja di XL dari 1 hingga 3 tahun yaitu

12% 15.5%

5.2%

67.3%

0 5

10 15 20 25 30 35 40 45

CEO Office Marketing Commerce Service Management

Divisi

Divisi

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

mencapai 34.5% (20 orang) dan hanya 15.5% (9 orang) responden yang bekerja di XL selama

kurang dari 1 tahun (Gambar 4).

Gambar 4. Representasi Diagram Batang Lama Bekerja Responden

C. Analisis Data Pendekatan PLS

Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan pendekatan PLS, 58 data yang

berasal dari kuesioner direkap dan dilakukan verifikasi apakah terdapat outlier atau tidak.

Verifikasi data dilakukan melalui tahapan preprocessing data pada WarpPLS, yaitu dengan

melakukan pengecekan terhadap missing values, kolom zero variance, kolom dengan nama

identik, rank problems, dan melakukan standarisasi data. Dari hasil verifikasi data didapatkan

bahwa terdapat 1 buah data yang merupakan outlier, sehingga data tersebut dibuang dan tidak

dimasukkan untuk tahapan analisis selanjutnya.

Analisis data dengan pendekatan PLS dilakukan melalui 4 (empat) tahap yaitu

pembentukan diagram jalur (path diagram), melakukan evaluasi terhadap model pengukuran

baik first order maupun second order, melakukan evaluasi terhadap model struktural, dan

melakukan pengujian terhadap hipotesis.

1) Pembentukan Diagram Jalur

Diagram jalur yang akan dibentuk disesuaikan dengan model penelitian pada Gambar

2. Hubungan antara KMP dan KMI dengan kelima variabel laten dimensi first order-nya juga

dimodelkan secara reflektif. Penyusunan model reflektif ini dianggap lebih tepat karena

kelima variabel laten dimensi first order dari KMP merupakan bentuk manifestasi dari

knowledge management processes dan kelima variabel laten dimensi first order dari KMI

merupakan bentuk manifestasi dari knowledge management infrastructures.

2) Evaluasi Model Pengukuran

Model penelitian ini memiliki variabel laten second order sehingga evaluasi model

pengukuran dilakukan melalui 2 tahap yaitu evaluasi variabel laten first order lalu evaluasi

15.5%

34.5%

19%

31%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

< 1 tahun 1 - 3 tahun 4 - 6 tahun > 6 tahun

Lama Bekerja

Lama Bekerja

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

terhadap variabel laten second order itu sendiri. Evaluasi variabel laten first order dilakukan

dengan penghitungan PLS terhadap indikator-indikatornya (Gambar 5).

Gambar 5. Model Evaluasi Variabel Laten First Order (Sebelum Validasi)

Evaluasi variabel laten first order dilakukan dengan melihat validitas convergent,

validitas discriminant, dan reliability. Indikator dikatakan memenuhi validitas convergent,

indikator-indikator dari suatu variabel laten harus memiliki korelasi yang tinggi, apabila

memiliki loading factor lebih dari 0,7 [13]. Berdasarkan hasil uji, terdapat sebuah indikator

yang memiliki nilai loading factor kurang dari 0,7, yaitu SO4 (0,610). Indikator yang

memiliki nilai loading factor kurang dari 0,7 dapat dihapus dari model karena tidak

memenuhi syarat (Gambar 6). Selain melihat nilai loading factor, untuk mengukur validitas

convergent, dapat dilihat melalui nilai AVE dari setiap variabel laten yang ada. Seperti yang

direkomendasikan oleh Fornell dan Lacker (1981) bahwa nilai AVE yang memenuhi syarat

adalah lebih besar dari 0,5 [13]. Setelah penghitungan PLS dilakukan pada variabel laten first

order, didapatkan bahwa nilai AVE untuk seluruh variabel laten first order berkisar pada

0,743-0,863 sehingga dapat dikatakan bahwa validitas convergent terpenuhi.

Untuk menguji validitas discriminant, dilihat dengan membandingkan akar kuadrat

AVE untuk setiap variabel laten dengan nilai korelasi antar variabel laten dalam model. Suatu

variabel laten dianggap telah memenuhi validitas discriminant apabila nilai akar kuadrat AVE

dari variabel laten tersebut lebih besar dibandingkan dengan variabel laten lainnya. Dari hasil

pengujian terlihat bahwa hampir semua variabel laten yang ada memiliki nilai akar kuadrat

AVE lebih besar dibandingkan dengan variabel laten lainnya, kecuali knowledge capture

process (KC). Untuk meningkatkan nilai validitas discriminant, Chin (1998b)

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

merekomendasikan untuk membandingkan nilai cross loading suatu indikator dimana nilai

loading indikator suatu variabel laten yang berkaitan secara teori harus lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai loading indikator lain terhadap variabel laten tersebut [15]. Dari

perbandingan nilai cross loading tersebut, terlihat bahwa semua indikator KC sudah lebih

besar dibandingkan dengan nilai korelasinya dengan variabel laten lainnya, sehingga

permasalahan ini dapat diabaikan dan validitas discriminant telah terpenuhi.

Untuk memenuhi reliability, suatu variabel laten harus memiliki nilai Cronbach Alpha

(CA) > 0,7 dan Composite Reliability (CR) > 0,7. Berdasarkan hasil penghitungan PLS

terhadap model evaluasi variabel laten first order, semua variabel laten first order memiliki

nilai CA > 0,7 dan CR > 0,7 sehingga reliability variabel telah terpenuhi.

Gambar 6. Model Evaluasi Variabel Laten First Order (Setelah Validasi)

Setelah evaluasi model pengukuran first order, selanjutnya dilakukan evaluasi model

pengukuran second order. Model yang mempunyai variabel laten second order, dievaluasi

dengan menggunakan pendekatan repeated indicators approach atau hierarchical component

model [13]. Nilai faktor variabel laten first order akan digunakan sebagai nilai indikator dari

variabel laten second order. Baik evaluasi variabel laten second order KMP maupun variabel

laten second order KMI, keduanya telah memenuhi syarat validitas convergent, validitas

discriminant, dan reliability (Tabel 3 dan Tabel 4).

Tabel 3. Evaluasi Variabel Laten Second Order KMP

KD KC KO KS KA KMP AVE 0,756 0,768 0,863 0,777 0,826 0,792 CA 0,918 0,924 0,947 0,928 0,947 0,934 CR 0,939 0,943 0,962 0,946 0,960 0,950

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

Tabel 4. Evaluasi Variabel Laten Second Order KMI

BO SO TI PU LF KMI AVE 0,743 0,762 0,775 0,808 0,778 0,749 CA 0,930 0,921 0,941 0,940 0,903 0,916 CR 0,945 0,941 0,954 0,955 0,933 0,937

3) Evaluasi Model Struktural

Evaluasi model struktural dilakukan dengan berdasarkan nilai dari koefisien

determinasi (R2), koefisien jalur (β), ukuran efek (f 2), dan relevansi prediktif (Q2). Evaluasi

model struktural yang dilakukan berjumlah 2 kali karena terdapat 2 variabel laten second

order yang masing-masing digunakan untuk menguji hipotesis yang berbeda. Gambar 7

menunjukkan evaluasi model struktural pertama dan Gambar 8 untuk evaluasi model

struktural kedua.

Gambar 7. Evaluasi Model Struktural Pertama

Berdasarkan hasil penghitungan, untuk variabel second order KMP, didapatkan bahwa

nilai R2 untuk setiap variabel laten endogen berada pada rentang 0,714-0,879. Menurut Chin

(1998), nilai ini menunjukkan bahwa model merupakan model yang substansial karena nilai

R2-nya melebihi 0,67 [13, 15]. Nilai R2 untuk KM processes adalah 0,810. Hal ini

mengindikasikan bahwa sebesar 81,0% variansi KM processes ditentukan oleh variabel laten

dimensinya. Hasil pengujian terhadap model struktural menunjukkan bahwa semua variabel

laten memiliki nilai koefisien jalur melebihi 0,1 dan nilai p dari jalur-jalur tersebut adalah

<0,05 kecuali jalur BO-KMP yang bernilai 0,20. Ukuran efek (f2) antara variabel laten second

order KM processes (KMP) dengan kelima variabel laten dimensi first order-nya berkisar

pada nilai 0,714-0,879. Nilai ini menunjukkan bahwa KM processes memberikan dampak

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

yang cukup besar terhadap kelima dimensi KM processes tersebut. Organization culture

(BO), IT infrastructure (TI), dan physical environment (LF) dianggap memberikan dampak

yang rendah terhadap KMP, dilihat dari nilai f2 masing-masing sebesar 0,106, 0,149, dan

0,127. Menurut rekomendasi Cohen (1998) f2 rendah jika nilainya berada pada rentang 0,020-

0,150 [13] sedangkan organization culture (SO) dan common knowledge (PU) dianggap

memberikan dampak sedang terhadap KMP karena masing-masing memiliki nilai f2 sebesar

0,214, sesuai dengan rekomendasi Cohen (1998) f2 sedang jika nilainya berada pada rentang

0,150-0,350 [13]. Nilai relevansi prediktif (Q2) menunjukkan apakah suatu model memiliki

prediksi yang relevan atau tidak. Semua variabel laten endogen memiliki nilai Q2 lebih dari 0,

yaitu berkisar pada rentang 0,715-0,879. Nilai Q2 yang positif atau lebih dari 0 menunjukkan

bahwa model ini memiliki prediksi yang relevan.

Gambar 8. Evaluasi Model Struktural Kedua

Berdasarkan hasil penghitungan, untuk variabel second order KMI, didapatkan bahwa

nilai R2 untuk setiap variabel laten endogen berada pada rentang 0,728-0,807. Nilai ini

menunjukkan bahwa model merupakan model yang substansial karena nilai R2-nya melebihi

0,67. Nilai kelima variabel laten dimensi dari KM infrastructures (BO, SO, TI, PU, dan LF)

memiliki nilai R2 di atas 0,700. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 70% variansi kelima

variabel laten dimensi KM infrastructures dapat dijelaskan oleh KM infrastructures.

Berdasarkan hasil pengujian model struktural, nilai koefisien jalur yang ada melebihi 0,1 dan

nilai p dari jalur-jalur tersebut adalah < 0,05. Ukuran efek (f 2) antara variabel laten second

order KM infrastructures (KMI) dengan kelima variabel laten dimensi first order-nya

berkisar pada nilai 0,732-0,807. Nilai ini menunjukkan bahwa KM infrastructures

memberikan dampak yang cukup besar terhadap kelima dimensi KM infrastructures tersebut.

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

Berdasarkan hasil pengujian, nilai Q2 positif atau lebih dari 0, yaitu berkisar pada rentang

0,715-0,879. Hal ini menunjukkan bahwa model ini memiliki prediksi yang relevan.

4) Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis penelitian

diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan hasil perhitungan

dari evaluasi model struktural dan dihubungkan dengan kondisi kenyataan yang ada. Hasil uji

hipotesis dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis Jalur β p f 2 Keterangan Hasil H1 BO à KMP 0,14 0,20 0,106 Memiliki pengaruh, tidak

signifikan, efek lemah Ditolak

H2 SO à KMP 0,27 < 0,01 0,214 Memiliki pengaruh, signifikan, efek medium

Diterima

H3 TI à KMP 0,19 0,04 0,149 Memiliki pengaruh, signifikan, efek lemah

Diterima

H4 PU à KMP 0,27 0,02 0,214 Memiliki pengaruh, signifikan, efek medium

Diterima

H5 LF à KMP 0,17 0,02 0,127 Memiliki pengaruh, signifikan, efek lemah

Diterima

H6 KMP à KMI 0,88 < 0,01 0,781 Memiliki pengaruh, signifikan, efek kuat

Diterima

Kesimpulan

A. Diskusi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran KM infrastructures

yang diimplementasikan oleh organisasi dalam mendukung KM processes yang ada di

organisasi dan memperlihatan KM infrastructures apa yang paling mempengaruhi dalam

memberikan dukungan terhadap KM processes organisasi. Berdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa secara

keseluruhan KM infrastructures memberikan pengaruh yang signifikan terhadap KM

processes organisasi. Semua komponen KM infrastructures yaitu budaya organisasi, struktur

organisasi, infrastruktur TI, common knowledge, dan lingkungan fisik memberikan pengaruh

terhadap KM processes organisasi. Hanya budaya organisasi yang memberikan pengaruh

yang kurang signifikan terhadap KM processes organisasi. Organization culture dianggap

sebagai tantangan yang paling utama dalam menciptakan KM yang efektif di organisasi [9].

B. Implikasi dan Limitasi

Implementasi knowledge management di suatu organisasi bukan merupakan hal yang

mudah untuk dilakukan. Temuan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi penting

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

dalam bidang knowledge management khususnya mengenai implementasi KM infrastructures

terhadap KM processes organisasi pada perusahaan telekomunikasi.

Di antara kelima komponen KM infrastructures, hanya organization culture yang

dianggap tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap KM processes

organisasi. Hal ini berarti bahwa pengaruh yang diberikan oleh organization culture belum

cukup signifikan terhadap KM processes yang ada di organisasi. Organization structure, IT

infrastructure, common knowledge, dan physical environment organisasi dianggap cukup

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap KM processes organisasi. Temuan dari

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dari KM infrastructures yang telah

diimplementasikan. Budaya organisasi dapat menjadi fokus selanjutnya dalam implementasi

KM infrastructures sehingga nantinya dapat memberikan pengaruh yang lebih signifikan

terhadap KM processes organisasi. Dengan memperhatikan bagaimana KM infrastructures

diimplementasikan dalam suatu organisasi, maka hal ini akan dapat mempengaruhi KM

processes yang ada di organisasi tersebut dan akan sejalan dengan peningkatan kinerja pada

organisasi tersebut.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu ukuran sampel yang relatif sedikit (n = 58).

Meskipun jumlah sampel ini telah memenuhi batas minimum yang dianjurkan dalam

penggunaan metode analisis PLS (n = 30), penggunaan jumlah sampel yang lebih banyak

akan membuat hasil penelitian ini menjadi lebih valid dan reliable. Selain itu, penelitian

hanya dilakukan pada satu perusahaan telekomunikasi sebagai tempat studi kasus penelitian.

Untuk penelitian selanjutnya, penelitian dapat dilakukan di beberapa perusahaan

telekomunikasi dengan jumlah sampel yang lebih besar.

Daftar Pustaka

[1] Allameh, Zare, & Davoodi, M.R., “Examining the Impact of KM Enablers on Knowledge

Management Processes”. Procedia Computer Science 3, pp. 1211-1223, 2011.

[2] Beliveau, B., Bernstein E. H., & Hsin-Jung H., “Knowledge Management Strategy,

Enablers, and Process Capability in U.S. Software Companies”. Journal of

Multidisciplinary Research, Vol. 3, No. 1, pp. 25-46, 2011.

[3] Chang T., & Chuang S., “Performance Implications of Knowledge Management

Processes: Examining The Roles of Infrastructure Capability and Business Strategy”.

Expert System with Applications 38 (2011), pp. 6170-6178, 2011.

[4] Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R., “Knowledge Management Systems and

Processes”. New York: M. E. Sharpe, Inc, 2010.

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013

[5] Alavi, M., & Leidner, D. E., “Review: Knowledge Management and Knowledge

Management Systems: Conceptual Foundations and Research Issues”. MIS Quarterly,

Vol. 25, No. 1, pp. 107-136, March 2001.

[6] Lee, H., & Choi, B., “Knowledge Management Enablers, Processes, and Organizational

Performance: An Integrative View and Empirical Examination”. Journal of Management

Information Systems, Vol. 20, No. 1, Summer 2003, pp. 179-228, 2003.

[7] Cho, Taejun, “Knowledge Management Capabilities and Organizational Performance: An

Investigation into The Effects of Knowledge Infrastructure and Processes on

Organizational Performance". Ph.D. dissertation, Philosophy in Human Resource

Education, University of Illinois, Urbana, 2011.

[8] Claver-Cortes, E., Zaragoza-Saez, P. & Pertusa-Ortega, E., “Organizational Structure

Features Supporting Knowledge Management Processes”. Journal of Knowledge

Management, Vol. 11, No. 4, pp. 45-47, 2007.

[9] Gold, A. H., Malhotra, A., & Segars, A. H., “Knowledge Management: An

Organizational Capabilities Perspective”. Journal of Management Information Systems,

Vol. 18, No. 1, Summer 2001, pp. 185-214, 2001.

[10] Rahgozar, H., Afshangian, F., & Esteshami, K. Z., “The Relationship between

Organizational Culture and Knowledge Management (A Case Study at the University of

Shiraz)”. Journal of Basic and Applied Scientific Research, 2, 4, pp. 3198-3207, 2012.

[11] Chin-Loy, C., & Mujtaba, B. G., “The Influence of Organizational Culture on The

Success of Knowledge Management Practices with North American Companies”.

International Business & Economics Research Journal. Vol. 6, No. 3, pp. 15-28, 2007.

[12] Chen, Y., & Huang, H., “Knowledge Management Fit and Its Implications for Business

Performance: A Profile Deviation Analysis”. Knowledge-Base System 27, pp. 262-270,

2011.

[13] Latan, H., & Ghozali, I., “Partial Least Squares: Konsep, Teknik, dan Aplikasi SmartPLS

2.0 M3”. Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012.

[14] XL Company Knowledge Profile, “Company Knowledge Profile”. CKP, 2011.

[15] Urbach, N., & Ahlemann, F., “Structural Equation Modeling in Information Systems

Research Using Partial Least Squares”. Journal of Information Technology Theory and

Application, Vol. 11, pp. 5-40, 2010.

Analisis peran…, Ida Ayu Kadek Trisnanty, Fasilkom UI, 2013