Upload
vohuong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
1
ANALISIS PERMASALAHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA
Oleh : Handiyaningrum, Tj. R. dan R. Budi Hendaris
Email : [email protected] / [email protected]
Abstrak : Penelitian ini berjudul “analisis permasalahan wajib pajak orang pribadi
dalam memenuhi kewajibannya”. Masalah dalam penelitian ini adalah masih banyaknya
wajib pajak orang pribadi di Unjani yang tidak melaporkan SPT tahunannya. Karena itu
peneliti ingin meneliti apakah permasalahan yang menyebabkan wajib pajak tidak
memenuhi kewajibannya tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif. Adapun yang dijadikan
informan/responden dalam penelitian ini adalah karyawan Unjani. Sampel yang diambil
sebesar 53 orang. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permasalahan wajib
pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya adalah pengetahuan
yang kurang baik meliputi pengetahuan tentang tarif pajak, perhitungan pajak,
dokumen yang di gunakan saat membayar dan lapor serta sanksi jika tidak memenuhi
kewajiban pajak terlebih lagi pengetahuan tentang perencanaan pajak. Selain itu wajib
pajak memiliki persepsi: (1) sistem perpajakan di Indonesia sangat rumit,
membingungkan dan tidak sederhana, (2) pengendalian perpajakan di Indonesia buruk,
(3) perencaan pajak itu tidak diperlukan, (4) penggelapan pajak yang dilakukan akan
ketahuan. Pengetahuan dan persepsi wajib pajak akan memotivasi wajib pajak untuk
mematuhi ketentuan perpajakan dan memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak atau
bahkan wajib pajak membuat perlawanan pasif dengan tidak melaksanakan
kewajibannya.
Kata kunci : Kewajiban wajib pajak, sistem pemungutan pajak, perencanaan pajak.
Abstract : The study is titled "analysis of an individual taxpayer problems in meeting its
obligations". The problem in this study are still many individual taxpayers in Unjani
who did not report its annual tax return. Hence researchers wanted to examine whether
the problems that caused the taxpayer does not meet these obligations. The method used
in this research is descriptive method of analysis through qualitative approaches. As for
which is used as informants / respondents in this study were employees Unjani. Samples
taken by 53 people. The results of this study indicate that the problems of individual
taxpayers in fulfilling the obligations of taxation is less good knowledge includes
knowledge about tax rates, tax calculation, a document that is in use at pay and report
as well as sanctions if it does not meet the tax liability even more knowledge about tax
planning . In addition the taxpayer's perception: (1) the tax system in Indonesia is very
complicated, confusing and not simple, (2) poor control of taxation in Indonesia, (3) tax
planning is not required, (4) tax evasion will be caught. Knowledge and perception of
taxpayers will motivate taxpayers to comply with tax provisions and meet its obligations
as a taxpayer or the taxpayer even make passive resistance by not doing its duty.
Key words: Obligations of taxpayers, tax collection system, tax planning.
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
2
PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
Latar Belakang Penelitian
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-
undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat ditunjuk secara langsung
dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Banyak Wajib Pajak yang belum memenuhi seluruh Kewajiban perpajakan.
Misalnya Wajib Pajak orang pribadi di UNJANI pertama berkewajiban mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP dan ini baru saja dilakukan ditahun 2008 dan hal itu
dilakukan secara kolektif oleh lembaga tidak atas kesadaran sendiri. Kewajiban
membayar pun telah dilakukan karena memang UNJANI sebagai pemberi kerja telah
melakukan pemotongan pajak bagi seluruh karyawannya tersebut. Kewajiban yang ke
tiga (yaitu mengambil sendiri SPT, mengisinya dengan benar dan memasukkannya
sendiri ke KPP sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan) inilah yang belum
dipenuhi oleh sebagian besar wajib pajak. Data untuk pemenuhan kewajiban ke tiga ini
dapat dilihat pada tabel 1.1. Sedangkan kewajiban melakukan pembukuan dan
memenuhi pemeriksaan memang jarang dipenuhi oleh wajib pajak orang pribadi karena
memang tidak selalu terjadi pada setiap wajib pajak.
Tabel 1.1 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI yang Tidak Melaporkan SPT
Tahun 2008 atau Melaporkan SPT Tahun 2008 Tidak Melalui Unjani.
NO KETERANGAN JUMLAH
1. Jumlah Karyawan yang memiliki NPWP 507 orang
2. Jumlah Karyawan yang melaporkan SPT
melalui UNJANI
299 orang
3. Jumlah Karyawan yang tidak melaporkan
SPT/melaporkan SPT tidak melalui UNJANI
208 orang
Sumber : Ka Ur Pelaporan Keuangan BAKU
UNJANI telah beberapa kali memberikan pelatihan, dan juga penyuluhan
kepada karyawannya sebagai wajib pajak orang pribadi akan tetapi dalam praktiknya
masih banyak wajib pajak orang pribadi yang tidak memenuhi kewajibannya terutama
di dalam mengambil sendiri SPT, mengisinya dengan benar dan memasukkannya
sendiri ke KPP sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Tabel 1.1
menunjukkan 45% dari karyawan yang memiliki NPWP yang melaporkan SPTnya
melalui UNJANI. Hal ini berarti ada 55% wajib pajak yang tidak melaporkan SPTnya
atau melaporkan SPT nya tetapi tidak melalui UNJANI.
Berdasarkan pada tabel di atas peneliti tertarik untuk mengetahui Kendala yang
dihadapi Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI sehingga mereka tidak atau terlambat
memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk itulah peneliti mengambil judul “Analisis
Permasalahan Wajib Pajak orang pribadi dalam memenuhi Kewajiban Perpajakannya”.
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
3
Perumusan Masalah
Penelitian ini akan mengkaji tentang permasalahan wajib pajak orang pribadi di
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sejalan dengan masalah yang teridentifikan
di dalam pendahuluan maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengetahuan wajib pajak orang pribadi di UNJANI tentang peraturan
perpajakan terutama PPh pasal 21.
2. Bagaimana Persepsi wajib pajak orang pribadi di UNJANI tentang sistem
perpajakan di Indonesia.
3. Bagaimana Persepsi wajib pajak orang pribadi di UNJANI tentang pengendalian
perpajakan di Indonesia terutama KPP Cimahi.
4. Bagaimana persepsi wajib pajak orang pribadi di UNJANI tentang perencanaan
pajak.
5. Bagaimana persepi wajib pajak orang pribadi di UNJANI tentang penggelapan
pajak.
TTIINNJJAAUUAANN PPUUSSTTAAKKAA
Pengertian dan Fungsi Pajak
Banyak pakar pajak yang telah mendefinisikan walaupun secara konteks berbeda
akan tetapi hampir keseluruhan memiliki makna yang sama untuk itu berikut ini akan
dijelaskan beberapa definisi pajak.
Menurut P. J. A. A Andriani yang dikutip oleh R Santoso Brotodihardjo
(2003:3) definisi pajak adalah sebagai berikut :
“ Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat ditunjuk secara langsung dan yang
dimana adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Selain itu Undang- undang nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas
undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
telah pula mendefinisikan pajak yang maknanya tidak jauh berbeda dengan pengertian
di atas.
Bagi negara pajak mempunyai dua fungsi yaitu :
1. Fungsi Budgateir
yaitu fungsi pengisi kas negara yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran pemerintahan.
2. Fungsi Legulerend ( mengatur )
Yaitu berfungsi mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam bidang
ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan tertentu.
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
4
Kewajiban Wajib Pajak
Menurut undang-undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP)
kewajiban wajib pajak adalah sebagai berikut:
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
2. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar
3. Mengambil sendiri SPT, mengisinya dengan benar dan memasukkannya sendiri ke
KPP sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan
4. Menyelenggarakan pembukuan
5. Jika diperiksa wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan
2. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat/ruangan guna memperlancar
pemeriksaan
3. Memberikan keterangan yang diperlukan
Subjek Pajak Penghasilan
Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memiliki objek pajak. Subjek pajak
diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Subjek
pajak meliputi:
1. A. Orang pribadi
B. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
2. Badan, terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, orsospol, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan
bentuk usaha lainnya.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Subjek pajak dapat pula dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek
pajak luar negeri. Pada penelitian ini yang akan di teliti adalah subjek pajak orang
pribadi dalam negeri yang definisinya adalah orang pribadi yang bertempat tinggal atau
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau yang dalam
suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia (Waluyo, Wirawan, 2007:54).
Objek Pajak Penghasilan
Tidak semua penghasilan menjadi objek pajak UU Pajak Penghasilan menetapkan
objek pajak pada pasal 4 sbb:
“Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP
yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apa pun”.
Yang termasuk objek pajak adalah:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisaris, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam undang-undang ini.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
5
3. Laba Usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan kerena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan PP.
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak.
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan
19. Suplus Bank Indonesia
Masyarakat harus memiliki pengetahuan pajak yang cukup karena sistem
pemungutan pajak yang dilakukan di Indonesia adalah Self Assessment System.
Sistem Pemungutan Pajak
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya (Mardiasmo, 2009:8):
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri.
2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang.
3. Fiskus (pihak pajak) tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
Berdasarkan self assessment system itu wajib pajak harus mengetahui bagaimana
cara menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang.
Kewajiban Wajib Pajak
Masyarakat hendaknya mengetahui kewajiban apa yang harus diembannya
berkaitan dengan dirinya jika menjadi wajib pajak, dan hal ini seharusnya sudah
diketahui saat masyarakat masih menjadi subjek pajak terutama yang berpotensi
menjadi wajib pajak, agar disaat subjek pajak benar-benar menjadi wajib pajak sudah
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
6
mengetahui apa yang harus dilakukannya. Adapun kewajiban wajib pajak sesuai
undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
NPWP merupakan sarana administrasi perpajakan yang digunakan sebagai identitas
bagi wajib pajak dalam pelaksanaan hak dan kewjiban perpajakannya.
Undang-undang KUP pasal 2 ayat 1 berbunyi wajib pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak
dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. Jika wajib pajak tidak
mendaftarkan sendiri maka sesuai pasal 2 ayat 4 undang-undang KUP Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan apabila wajib pajak tidak
melaksanakan kewajiban perpajakannya. (Indonesian Tax Review, 2007:24).
Cara memperoleh NPWP sangatlah mudah wajib pajak hanya perlu mengisi
formulir pendaftaran NPWP yang sudah disiapkan oleh kantor pajak,
menandatanganinya dan kemudian menyampaikan ke kantor pajak beserta Foto
copy KTP atau passport dan Kartu Keluarga saja. Bahkan saat ini pendaftaran
NPWP dapat dilakukan dengan cara elektronik (Indonesian Tax Review, 2007:24).
Tetapi walaupun demikian tidak semua orang mau dibebani kewajiban perpajakan,
itu sebabnya sedikit orang yang mau memiliki NPWP, tetapi bagi yang berprofesi
sebagai karyawan dan belum ber-NPWP, maka bersiaplah untuk menerima NPWP,
sebab bisa jadi perusahaan tempat karyawan bekerja yang akan mendaftarkannya
sebagai wajib pajak baru.
2. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar
Menghitung pajak dasarnya adalah mengalikan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
dengan tarif yang telah ditetapkan. Yang perlu diketahui oleh wajib pajak adalah
DPP akan berbeda-beda tergantung jenis pajaknya demikian pula dengan besarnya
tarif berbeda tergantung jenis pajaknya akan tetapi yang sering digunakan adalah
tarif pasal 17 undang-undang pajak penghasilan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tarif Pasal 17 Beserta Lapisan Kena Pajak.
LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF
S/d Rp 50.000.000 5 %
Di atas Rp 50.000.000 s.d Rp 250.000.000 15 %
Di atas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 25 %
Di atas Rp 500.000.000 30 %
(2008:415)
Menyetor adalah kegiatan membayar pajak kepada kas negara melalui bank persepsi
yang telah ditunjuk. Sarana yang digunakan untuk menyetor adalah surat setoran
pajak (SSP)
Fungsi SSP menurut Siti Resmi (2003:34) adalah
Sebagai sarana untuk membayar pajak
Sebagai bukti atau laporan pembayaran pajak.
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
7
3. Mengambil sendiri SPT, mengisinya dengan benar dan memasukkannya sendiri ke
KPP sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan
SPT adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau
pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek dan atau harta dan kewajiban,
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pajak (Siti Resmi, 2003:28)
Fungsi SPT Sesuai pasal 3 ayat 1 UU No 28 tahun 2007, adalah
Bagi WP PPh, SPT sebagai sarana untuk:
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang
Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan atau pelalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu ) tahun
pajak atau bagian tahun pajak.
Melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek
pajak, harta dan kewajiban.
Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan
atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak
Bagi Pengusaha Kena Pajak, SPT PPN sebagai sarana untuk
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPn
BM yang sebenarnya terutang.
Melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.
Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
oleh PKP dan atau melaui pihak lain dalam satu Masa Pajak
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut
dan disetorkan.
Bagi Pemotong atau Pemungut SPT sebagai sarana untuk melporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.
Perlu diperhatikan penyampaian SPT ke Kantor Pajak ada batas waktunya yang
telah ditetapkan pemerintah.
4. Menyelenggarakan pembukuan
Pembukuan diatur dalam UU No 28 tahun 2007 pasal 28. Pengertian Pembukuan
adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan yan meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan baran atau jasa yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi, pada setiap
Tahun Pajak Berakhir (Siti Resmi, 2003:50)
Wajib pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah :
WP orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
WP badan di Indonesia
5. Jika diperiksa wajib :
Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan
Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat/ruangan guna memperlancar
pemeriksaan
Memberikan keterangan yang diperlukan
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
8
TTUUJJUUAANN DDAANN MMAANNFFAAAATT PPEENNEELLIITTIIAANN
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menguraikan dan menerangkan pengetahuan wajib pajak orang pribadi di
UNJANI tentang peraturan perpajakan terutama PPh pasal 21.
2. Untuk menguraikan dan menerangkan persepsi wajib pajak orang pribadi di
UNJANI tentang sistem perpajakan di Indonesia.
3. Untuk menguraikan dan menerangkan persepsi wajib pajak orang pribadi di
UNJANI tentang pengendalian perpajakan di Indonesia terutama KPP Cimahi.
4. Untuk menguraikan dan menerangkan persepsi wajib pajak orang pribadi di
UNJANI tentang perencanaan pajak.
5. Untuk menguraikan dan menerangkan persepi wajib pajak orang pribadi di
UNJANI tentang penggelapan pajak.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi KPPP Cimahi di
dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi pengambil
kebijakan dilingkungan UNJANI.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan saat akan memberikan penyuluhan
(pengabdian kepada masyarakat) yang dilakukan oleh UNJANI, khususnya
Fakultas ekonomi UNJANI.
MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif karena menginginkan kedalaman
data sehingga dapat “menusuk” sasaran penelitian, selain itu pula karena masalah yang
diteliti membutuhkan studi mendalam.
Metode Penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan
pendapat Burhan Bungin yang meliputi :
Objek dan Subjek Penelitian
Penelitian ini berjudul Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
Memehuni Kewajiban Perpajakannya. maka objek dalam penelitian ini adalah
Permasalahan wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI,
maksudnya adalah karyawan UNJANI yang telah menjadi wajib pajak PPh pasal 21.
Proses Pengumpulan dan Analisis Data
Burhan Bungin berpendapat bahwa ”metode pengumpulan data kualitatif yang
paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data
adalah metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, bahan dokumenter serta
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
9
metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan
internet”. (2008:107)
Sesuai pendapat Burhan Bungin di atas maka dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang akan digunakan adalah observasi partisipasi dengan cara
menyebarkan kuesioner terbuka kepada para responden. Hal ini dilakukan karena
kesibukan para pegawai sehingga metode wawancara tidak mungkin dilakukan.
Menurut Seiddel (1998) di dalam Burhan Bungin proses analisis data
kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar
sumber datanya tetap dapat ditelusuri
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, menyintesiskan, membuat
ikhtisar, dan membuat indeksnya
3. Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari
dan menemukan pola, dan hubungan-hubungan
4. Membuat temuan-temuan umum
(2008:145)
Proses Penafsiran dan Penyimpulan Hasil Penelitian
Setelah melakukan analisis data maka proses yang dilakukan berikutnya
melakukan penafsiran dan penyimpulan hasil penelitian sesuai menurut Burhan Bungin
langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Temuan hasil penelitian
2. Teori yang digunakan dalam penelitian
3. Hasil penelitian orang lain
4. Gagasan-gagasan orang lain yang diketahui
5. Pendapat pribadi penulis
6. Bahan- bahan sekunder lainnya
(2008:263)
Penetapan Populasi dan Sampel
Sebelum menentukan jumlah sampel tidak ada salahnya kita ketahui terlebih dahulu
pengertian dari populasi dan sampel menurut Sugiyono berikut ini
” Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”
(2008:90)
”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”
(2008:91)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi di Unjani
yang tidak memasukkan SPT yaitu berjumlah 208 orang. Jumlah sampel penelitian yang
akan digunakan rumus Yamane yang kemukakan oleh Jalaluddin Rahmat sebagai
berikut :
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
10
Keterangan : n = jumlah sampel
N = ukuran populasi
β = Presisi (5%) (1998:82)
Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel dari ukuran populasi 208 orang di
dalam penelitian ini adalah 137 orang. Kepada para responden yang berjumlah 137 telah
disebar kuesioner terbuka akan tetapi yang berhasil kembali adalah 53. Sehingga jumlah
sampel yang di analisi tidak 137 melainkan 53.
HHAASSIILL DDAANN PPEEMMBBAAHHAASSAANN
Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Peraturan
Perpajakan Terutama PPh Pasal 21
Peraturan perpajakan tentang PPh pasal 21 meliputi, subjek, objek, tarif,
perhitungan, kewajiban wajib pajak, dan form-form yang digunakan dalam perpajakan,
berikut ini hasil kuesioner terbuka yang diperoleh peneliti meliputi hal –hal tersebut.
Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Subjek Pajak PPh
pasal 21.
Mayoritas Wajib pajak orang pribadi (karyawan) di UNJANI sudah memiliki
pengetahunan yang baik tentang subjek pajak PPh pasal 21. Dari 53 jawaban responden
42 (79%) orang menjawab dengan benar artinya pengetahuan mereka baik, 5 (10%)
orang masih bingung karena menjawab subjek pajak PPh pasal 21 termasuk badan
artinya pengetahuan 5 orang tersebut cukup, dan ada 6 (11%) responden yang
menjawab “tidak tahu” atau dengan kata lain pengetahuan 6 karyawan Unjani tentang
subjek pajak sama sekali tidak ada / kurang. Penjelasan dalam bentuk tabel dapat di
lihat di bawah ini.
Tabel 5.1 Pengetahuan WP Orang Pribadi di UNJANI Tentang Subjek Pajak PPh Pasal
21
KATAGORI JUMLAH RESPONDEN PERSENTASE
BAIK 42 79%
CUKUP 5 10%
KURANG 6 11%
TOTAL 53 100%
Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Objek Pajak PPh
pasal 21
Hasil jawaban kuesioner untuk pengetahuan tentang objek pajak PPh pasal 21
adalah 34 (67,1%) orang menjawab dengan benar artinya mereka telah memiliki
pengetahuan yang baik tentang objek pajak PPh pasal 21, 5 (10%) orang menjawab
kurang benar karena termasuk penghasilan badan usaha artinya mereka memiliki
pengetahuan yang cukup, dan 12 (22,6%) orang menjawab “tidak tahu” artinya mereka
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
11
tidak memiliki pengetahuan tentang objek pajak PPh pasal 21 atau pengetahuannya
masih kurang.
Tabel di bawah ini dapat lebih mudah menjelaskan uraian tersebut.
Tabel 5.2 Pengetahuan WP di Unjani Tentang Objek Pajak PPh Pasal 21
KATAGORI JUMLAH RESPONDEN PERSENTASE
BAIK 34 67,1%
CUKUP 5 10%
KURANG 12 22,6%
TOTAL 53 100%
Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Kewajiban Wajib
Pajak.
Wajib pajak memiliki kewajiban yang harus dipenuhinya yaitu mereka harus
menghitung, membayar dan melaporkan semua yang terkait dengan pajaknya. Untuk
pengetahuan tentang kewajiban ini wajib pajak yang menjadi responden dalam
penelitian ini ternyata 19 orang sudah mengetahui dengan baik tentang kewajibannya
karena mereka menjawab dengan benar, 21 orang memiliki pengetahuan yang cukup
tentang kewajiban WP ini karena mereka hanya mengetahui bahwa kewajibannya hanya
membayar saja pajaknya tidak terlambat dan sesuai ketentuan padahal setelah itu
mereka harus melaporkan apa yang sudah dan akan mereka bayar itu yang belum
mereka ketahui. 13 orang lagi tidak mengetahui sama sekali apa sebenarnya kewajiban
dari wajib pajak itu. Berikut ini tabel dari uraian tersebut.
Tabel 5.3 Pengetahuan WP di UNJANI Tentang Kewajiban Perpajakannya.
KATAGORI JUMLAH RESPONDEN PERSENTASE
BAIK 19 35,8%
CUKUP 21 39,6%
KURANG 13 24,6%
TOTAL 53 100%
Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Tarif pajak PPh
Pasal 21
Tarif pajak yang saat digunakan untuk wajib pajak orang pribadi sebenarnya
telah diatur dalam pasal 17 UU PPh yang progresif dengan besar 5%, 15%, 25% dan
30%. Untuk pengetahuan tentang tarif ternyata hasil jawaban kuesioner hanya 5 orang
yang menjawab dengan benar, artinya 9,5% saja yang memiliki pengetahuan tentang
tarif dengan baik. 17 orang (32%) menjawab menggunakan tarif yang sudah tidak
digunakan lagi atau pengetahuan mereka tentang tarif tidak diperbaharui dengan
mengikuti aturan yang baru. Dan terbanyak 31 orang (58,5%) kurang memiliki
pengetahuan tentang tarif PPh pasal 21 karena mereka menjawab “tidak tahu” .
Penjelasan dalam bentuk tabel dapat dilihat di bawah ini.
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
12
Tabel 5.4 Pengetahuan WP di Unjani Tentang Tarif PPh Pasal 21
KATAGORI JUMLAH RESPONDEN PERSENTASE
BAIK 5 9,4%
CUKUP 17 32,1%
KURANG 31 58,5%
TOTAL 53 100%
Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Perhitungan PPh
Pasal 21
Kewajiban wajib pajak salah satunya adalah menghitung pajak nya sendiri,
untuk itu wajib pajak harus mengetahui bagaiman menghitung PPh pasal 21. Hasil
jawaban kuesioner ternyata 9 orang (17%) saja yang menjawab bisa melakukan
perhitungan PPh pasal 21 artinya mereka mempunyai pengetahuan yang baik tentang
perhitungan PPh pasal 21, 5 orang (9,4%) mengaku bisa menghitung tetapi tidak mahir
artinya mereka mempunyai pengetahuan yang cukup tentang perhitungan PPh pasal 21,
dan 39 orang lainnya (73,6%) tidak bisa sama sekali dan tidak mengetahaui cara nya
menghitung PPh pasal 21 artinya mereka kurang memiliki pengetahuan tentang
perhitungan PPh pasal 21. Adapun tabel hasil kuesioner tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.5 Pengetahuan WP di UNJANI Tentang Perhitungan PPh Pasal 21
KATAGORI JUMLAH RESPONDEN PERSENTASE
BAIK 9 17%
CUKUP 5 9,4%
KURANG 39 73,6%
TOTAL 53 100%
Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Dokumen yang
Digunakan Saat Membayar Pajak
Dokumen yang seharusnya digunakan saat membayar pajak adalah Surat
Setoran Pajak (SSP), hasil jawaban kuesioner menunjukkan bahwa 9 orang (17%)
menjawab dengan benar artinya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang
dokumen yang digunakan saat membayar pajak , 21 orang menjawab salah dan 23 orang
lagi menjawab “tidak tahu” ini berarti mereka yang menjawab salah dan “tidak tahu”
sebanyak 83% kurang memiliki pengetahuan tentang dokumen yang digunakan saat
membayar pajak. Jika kita buat tabel sebagai berikut ini.
Tabel 5.6 Pengetahuan WP di UNJANI tentang Dokumen yang digunakan saat
membayar Pajak
KATAGORI JUMLAH RESPONDEN PERSENTASE
BAIK 9 17%
KURANG 44 83%
TOTAL 53 100%
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
13
Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Dokumen yang
Digunakan Saat Melaporkan Pajak
Wajib pajak setelah membayar pajaknya melalui Kantor Pos dan Giro atau Bank
Persepsi yang ditunjuk setelah itu wajib pajak harus melapor ke Kantor Pelayanan
Pajak Pratama (KPPP). Dokumen /form yang digunakan saat melapor adalah Surat
Pemberitahuan (SPT). Melaporkan pajak ada yang bulanan dan ada yang tahunan maka
SPTnya pun ada yang bulanan namanya SPT masa dan ada tahunan namanya SPT
tahunan. Untuk PPh pasal 21 pemberi kerja akan melaporkan setiap bulan ke KPPP dan
wajib pajak orang pribadinya (karyawan) harus melaporkan secara tahunan dengan SPT
tahunan.
Hasil keusioner diperoleh bahwa 7 orang (13,2%) menjawab dengan benar
artinya mereka sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang dokumen yang
digunakan saat melaporkan pajak. 4 orang (7,5%) menjawab salah saat menyingkat
surat pemberitahuan bukan SPT melainkan menjadi SPPT mereka dapat kita katakan
memiliki pengetahuan cukup tentang dokumen yang digunakan saat melaporkan pajak.
42 orang (79,3%) sisanya menjawab “tidak tahu” dan salah artinya mereka kurang
memiliki pengetahuan tentang dokumen yang digunakan saat melaporkan pajak. Tabel
di bawah ini akan menyimpulkan penjelasan di atas.
Tabel 5.7 Pengetahuan Wajib Pajak di UNJANI Tentang Dokumen Yang Digunakan
Saat Melaporkan Pajak.
KATAGORI JUMLAH RESPONDEN PERSENTASE
BAIK 7 13,2%
CUKUP 4 7,5%
KURANG 42 79,3%
TOTAL 53 100%
Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Sanksi tidak
memenuhi ketentuan Undang-undang Pajak.
Hak dan kewajiban wajib pajak sudah di atur di adalam Undang-Undang
Ketentuan umum dan tatacara perpajakan begitu pula jika wajib tidak memenuhi
kewajibannya maka akan terkena sanksi. Jika wajib pajak tidak menyetorkan pajak
sesuai waktu yang telah ditetapkan maka akan dikenakan sanksi denda 2% setiap bulan
dari pajak yang kurang / tidak dibayar. Wajib pajak orang pribadi yang tidak
melaporkan SPT tahunannya akan terkena denda Rp 100.000.
Hasil kuesioner diperoleh bahwa 27 orang (50,9%) sudah memiliki mengetahui
yang baik tentang sanksi yang akan diterima wajib pajak jika tidak memenuhi
kewajibannya. Tetapi 26 orang lagi (49,1%) sama sekali tidak mengetahui sanksi yang
akan terima jika tidak memenuhi ketentuan perpajakan. Berikut ini tabel dan grafik
yang menyimpulkan urianan tersebut.
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
14
Tabel 5.8 Pengetahuan Wajib Pajak di UNJANI Tentang Sanksi Jika Tidak Memenuhi
Ketentuan Perpajakan
KATAGORI JUMLAH RESPONDEN PERSENTASE
BAIK 27 50,9%
KURANG 26 49,1%
TOTAL 53 100%
Pengetahuan wajib pajak orang pribadi di UNJANI tentang peraturan perpajakan
terutama PPh pasal 21 secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5.9 Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI Tentang Peraturan
Perpajakan terutama PPh pasal 21
PENGETAHUAN TENTANG BAIK CUKUP KURANG
Subjek Pajak PPh psl 21 79% 10% 11%
Objek Pajak PPh psl 21 67,1% 10% 22,6%
Kewajiban WP 35,8% 39,6% 24,6%
Tarif PPh psl 21 9,4% 32,1% 58,5%
Perhitungan PPh psl 21 17% 9,4% 73,6%
Dokumen pembayaran pajak 17% 0% 83%
Dokumen melaporkan pajak 13,2% 7,5% 79,3%
Sanksi tidak memenuhi aturan 50,9% 0% 49,1%
Tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa untuk pengetahuan tentang subjek pajak, dan
objek pajak mayoritas wajib pajak sudah memiliki pengetahuan yang baik, tetapi untuk
tarif pajak, perhitungan, dokumen pembayaran dan dokumen pelaporan pajak mayoritas
wajib pajak di Unjani masih memiliki pengetahuan yang kurang. Sedangkan
pengetahuan tentang sanksi jika tidak memenuhi peraturan berimbang antara wajib
pajak yang memiliki pengetahuan baik, dan kurang, begitu pula pengetahuan yang
dimiliki wajib pajak di UNJANI tentang kewajiban wajib pajaknya cukup berimbang
antara yang berpengetahuan baik, cukup maupun kurang. Jika digambarkan dalam
bentuk grafik batang maka terlihat seperti di bawah ini.
05
10
Pengetahuan wajib pajak
Kurang
Cukup
Baik
Gambar 5.9 Grafik Pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI Tentang
Ketentuan Perpajakan
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
15
Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Sistem Perpajakan di
Indonesia
Persepsi wajib pajak tentang sistem perpajakan di Indonesia perlu diketahui karena
hal ini akan mempengaruhi kesungguhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 37 orang menjawab bahwa sistem perpajakan di
Indonesia rumit bahkan sangat rumit sehingga menyebabkan kebingungan dari wajib
pajak menurut mereka hal itu terjadi karena kurangnya sosialisasi dari kantor pajak akan
hal tersebut. Hanya 3 orang saja yang berpersepsi bahwa sistem perpajakan di Indonesia
sederhana karena telah memberi keparcayaan kepada wajib pajak untuk menghitung,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak. Dan masih ada sebanyak 13 orang
yang tidak tahu bagaimana sistem perpajakan di Indonesia.
Sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan di Indonesia saat ini adalah self
assesment system dan witholding system. Ternyata 5 orang (9,4%) yang memiliki
pengetahuan tentang sistem pengutan pajak tersebut, sedangkan 48 orang atau 90,6%
lainnya tidak mengetahui sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan di Indonesia.
Tabel di bawah ini dapat menunjukkan uraian tersebut:
Tabel 5.10 Persepsi Wajib Pajak di UNJANI Tentang Sistem Perpajakan di Indonesia.
PERPSEPSI RUMIT, TAK JELAS,
MEMBINGUNGKAN
SEDERHANA,
MUDAH TIDAK TAHU
Jumlah 37 orang 3 orang 13 orang
Persentase 69,8% 5,7% 25,5%
Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Pengendalian
Perpajakan di Indonesia terutama di KPPP Cimahi
Official assesment system atau sistem pemuntutan pajan dimana besarnya pajak
terhutang ditentukan oleh pihak pajak saat tidak lagi dilakukan, tetapi yang saat ini
dilakukan hanyalah dalam rangka pengawasan dan pengendalian. Dirjen Pajak terus
melakukan pembenahan terhadap pengendalian ini, mulai dari dilakukannya reformasi
perpajakan, pengelolaan satu atap hingga ditetapkannya account representatif untuk tiap
wilayah. Kesemuanya itu ditujukan agar tercipta pengendalian yang lebih baik sehingga
diketahuinya para wajib pajak yang tidak patuh atau tidak memenuhi kewajibannya.
Persepsi wajib pajak di Unjani tentang pengendalian perpajakan di Indonesia ini
akan memberikan dampak kepada dirinya terhadap keinginannya untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya. Seandainya wajib pajak berpersepsi bahwa pengendalian
perpajakan itu buruk maka akan tumbuh persepsi bahwa ketidak patuhan wajib pajak
tidak akan terditeksi oleh pihak pajak. Sebaliknya jika persepsi wajib pajak terhadap
pengendalian perpajakan di Indonesia adalah baik maka kecenderungannya wajib pajak
akan berusaha mematuhi ketentuan perpajakan karena jika tidak mereka berpersepsi
akan ketahuan oleh pihak pajak.
Hasil kuesioner tentang persepsi wajib pajak di UNJANI terhadap pengendalian
perpajakan di Indonesia terutama di KPPP di Cimahi diperoleh bahwa hanya 3 orang
(5,7%) yang menyatakan baik. Enam orang (11,3%) menyatakan pengendaliannya
“sedang” jadi baik tidak tetapi buruk juga tidak. Delapan orang (15,1%) menyatakan
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
16
buruk, dan sisanya 36 orang (67,9%) menyatakan tidak tahu bagaimana pengendalian
perpajakan di Indonesia termasuk di KPPP Cimahi. Hasil tersebut jika ditunjukkan
dalam tabel adalah sebagai berikut:
Tabel 5.11 Persepsi Wajib Pajak di UNJANI tentang Pengendalian Perpajakan di
Indonesia Terutama di KPPP Cimahi.
Persepsi ttg Pengendalian Baik Sedang Buruk Tidak Tahu
Jumlah 3 6 8 36
Persentase 5,7% 11,3% 15,1% 67,9%
Selain persepsi wajib pajak tentang pengendalian perpajakan maka seperti telah
dijelaskan di atas kita perlu tahu pula bagaimana persepsi wajib pajak di UNJANI jika
tidak membayar dan atau tidak melaporkan pajaknya apakah akan ketahuan atau tidak
oleh pihak pajak karena kedua persepsi tersebut saling terkait.
Hasil kuesioner tentang persepsi dari wajib pajak jika membayar dan atau
melaporkan pajaknya apakah akan diketahui atau tidak oleh pihak pajak diperoleh
bahwa 21 orang (39,6%) menyatakan bahwa jika tidak melakukan pembayaran dan atau
pelaporan pajak pasti akan ketahuan oleh pihak pajak. 9 orang (17%) menyatakan
bahwa tidak akan ketahuan jika tidak melakukan pembayaran dan atau pelaporan pajak
karena pengadministrasian di KPPP belum baik. Sisanya 23 orang (43,4%) lainnya
menyatakan “tidak tahu” apakah akan ketahuan atau tidak jika mereka tidak melakukan
pembayaran dan atau pelaporan pajak. Hasil kuesioner tersebut dapat ditunjukkan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 5.12 Persepsi Wajib Pajak di UNJANI Tentang Diketahui Atau Tidaknya Jika
Wajib Pajak Tidak Membayar Dan Atau Melaporkan Pajak.
Persepsi Tetang Tidak Membayar
Dan Atau Melaporkan Pajak Ketahuan Tidak Ketahuan Tidak Tahu
Jumlah 21 9 23
Persentase 39,6% 17% 43,4%
Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Perencanaan Pajak.
Perencanaan pajak merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh wajib pajak agar
beban pajak nya menjadi minimal tentunya tanpa melanggar aturan/ ketentuan
perpajakan. Persepsi wajib pajak tentang perencanaan pajak ini perlu diketahui karena
seandainya wajib pajak telah memiliki persepsi bahwa penggelapan pajak dapat
diketahui oleh pihak pajak maka sudah sepantasnya hal tersebut dihindari kemudian
diperlukan suatu upaya lain agar meminimalkan beban pajaknya yaitu perencanaan
pajak.
Hasil kuesioner tentang pengertian perencanaan pajak diperoleh hanya 5 orang
yang menjawab dengan benar dan 17 orang menjawab salah sedangkan sisanya 31
orang menjawab “tidak tahu”. Kemudian 20 orang merasa perlu melakukan
perencanaan pajak, 14 orang merasa tidak perlu karena sudah dipotong oleh pemberi
kerja dan 19 orang lainnya tidak tahu apakah perlu atau tidak melakukan perencanaan
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
17
pajak. Setelah itu ternyata 4 orang sudah melakukan perencanaan pajak, 13 orang belum
melakukan perencanaan pajak dan 36 sisanya tidak tahu.
Ketiga hal tersebut dapat di tunjukkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 5.13 Persepsi wajib pajak di Unjani tentang perencanaan pajak
Keterangan Hasil jawaban kuesioner
Persepsi tentang
perencanaan pajak
Benar Salah Tidak tahu
9,4% 17% 31%
Perlunya Perencanaan
pajak
Perlu Tidak Perlu Tidak tahu
37,7% 26,4% 35,9%
Melaksanakan
perencanaan pajak
Sudah Belum Tidak tahu
7,6% 24,5% 67,9%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa wajib pajak yang “tidak tahu” tentang
perencanaan pajak menempati posisi terbanyak. Dan hanya sedikit sekali yang memiliki
persepsi yang benar dan sudah melaksanakan perencanaan pajak.
Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi di UNJANI tentang Penggelapan Pajak.
Penggelapan pajak dapat dilakukan oleh wajib pajak ataupun dapat pula dilakukan
oleh aparat pajak. Persepsi penggelapan pajak di sini adalah yang dilakukan oleh wajib
pajak. Wajib pajak dapat melakukan penggelapan pajak dengan cara tidak
membayarkan pajak yang sudah terhutang dan atau membayarkan pajak akan tetapi
jumlah tidak yang sebenarnya. Setelah itu data yang dilaporkan dimanipulasi sehingga
laporannya pun tidak laporan yang sebenarnya.
Kuesioner yang disebarkan bertujuan untuk mengetahui persepsi wajib pajak
tentang penggelapan pajak yang meliputi: pemahaman terhadap pengertian penggelapan
pajak, keamanan jika melakukan penggelapan pajak, sanksi yang akan diterima jika
melakukan penggelapan pajak.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa:
1. Wajib pajak di UNJANI untuk pemahaman terhadap penggelapan pajak diperoleh
bahwa 24 orang (45,3%) telah memiliki pemahaman yang baik terhadap pengertian
penggelapan pajak, mereka memberikan penjelasan yang benar tentang penggelapan
pajak. 19 orang (35,8%) memiliki pemahaman yang cukup tentang penggelapan
pajak, karena mereka memberikan penjelasan yang tidak sempurna bahkan masih
tercampur aduk dengan penggelapan yang dilakukan oleh aparat pajak. Sedangkan
sisanya 10 orang (18,9%) menyatakan “tidak tahu” bagaimana penggelapan pajak
itu dilakukan / terjadi.
2. Perihal keamanan jika wajib pajak pelakukan penggelapan maka diperoleh hasil 6
orang (11,3%) merasa aman jika melakukan penggelapan pajak karena
administrasinya belum tertib dan tidak dilakukan pemeriksaan. 32 orang (60,4%)
menyatakan tidak aman jika melakukan penggelapan pajak karena data setiap wajib
pajak telah ada di KPPP bahkan lebih jauh lagi tidak aman dari Allah SWT.
Sedangkan 15 orang (28,3%) sisanya menyatakan “tidak tahu” apakah aman atau
tidak jika melakukan penggelapan pajak. Dari hasil kuesioner ini mayoritas
menjawab tidak aman jika melakukan penggelapan pajak hal ini dapat berdampak
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
18
positif terhadap pemenuhan kewajiban perpajakannya. Wajib pajak yang berpersepsi
bahwa penggelapan pajak akan ketahuan oleh fihak pajak maka ia akan berupaya
melakukan pemenuhan kewajibannya. Tapi jika wajib pajak berpersepsi bahwa
penggelapan pajak itu aman tidak akan ketahuan pihak pajak maka ia akan dengan
mudah melalaikan kewajibnnya.
3. Sanksi yang akan diterima jika wajib pajak melakukan penggelapan pajak tentunya
dapat berupa denda, hingga pidana kurungan. Hal tersebut tampaknya sudah
dipahami dengan baik oleh wajib pajak di UNJANI karena mayoritas responden 67
orang (69,8%) menjawab dengan benar tentang sanksi yang akan diterima jika wajib
pajak menggelapkan pajak, hanya 5 orang (9,4%) yang menjawab tidak benar dan
11 orang (20,8%) menjawab “tidak tahu”. Hal ini akan memberikan dampak positif
pada kesungguhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya karena jika tidak dan
nantinya tergolong dalam kategori penggelapan pajak mereka tahu akan mendapat
sanksi apa.
Persepsi wajib pajak tentang penggelapan pajak dapat ditunjukkan dengan tabel berikut
ini:
Tabel 5.14 Persepsi Wajib Pajak di Unjani Tentang Penggelapan Pajak.
Keterangan Hasil jawaban kuesioner
Persepsi tentang
penggelapan pajak
Benar Salah Tidak tahu
45,3% 35,8% 18,9%
Keamanan jika
menggelapkan pjk
Tidak Aman Aman Tidak tahu
60,4% 11,3% 28,3%
Sanksi jika meng-
gelapkan pajak
Benar Salah Tidak tahu
69,8% 9,4% 20,8%
TTaabbeell ddaann ggrraaffiikk 55..1144 mmeennuunnjjuukkkkaann bbaahhwwaa mmaayyoorriittaass wwaajjiibb ppaajjaakk ssuuddaahh bbeennaarr
tteennttaanngg ppeerrsseeppssii ppeennggggeellaappaann ppaajjaakk ddaann jjuuggaa mmaayyoorriittaass mmeennggeettaahhuuii bbaahhwwaa ttiiddaakk aammaann
jjiikkaa mmeellaakkuukkaann ppeennggggeellaappaann ppaajjaakk.. HHaall iinnii aakkaann mmeemmbbeerriikkaann mmoottiivvaassiikkeeppaaddaa wwaajjiibb
ppaajjaakk uunnttuukk sseellaalluu mmeemmeennuuhhii kkeewwaajjiibbaann ppeerrppaajjaakkaannnnyyaa..
SSIIMMPPUULLAANN DDAANN SSAARRAANN
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai analisis permasalahan wajib pajak orang
pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengetahuan wajib pajak orang pribadi di UNJANI tentang peraturan perpajakan
terutama PPh pasal 21 masih kurang terutama tentang tarif pajak, perhitungan pajak,
dokumen yang di gunakan saat membayar dan lapor serta sanksi jika tidak
memenuhi kewajiban pajak. Hal ini dapat menyebabkan motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya menjadi rendah karena dengan pengetahuan yang baik
wajib pajak dapat melaksanakan semua kewajibannya tanpa kesulitan yang berarti.
2. Mayoritas (70%) wajib pajak orang pribadi di UNJANI berpersepsi bahwa sistem
perpajakan di Indonesia sangat rumit, membingungkan dan tidak sederhana. Hal ini
melemahkan motivasi wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya karena persepsi
Analisis Permasalahan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya
19
tersebut dapat menimbulkan keengganan wajib pajak dalam memenuhi
kewajibannya karena kesulitan yang sudah mereka bayangkan.
3. Mayoritas (68%) wajib pajak orang pribadi di UNJANI tidak mengetahui
bagaimana pengendalian perpajakan di Indonesia terutama di KPPP Cimahi. Mereka
merasa tidak pernah mendapat sosialisasi dari kantor pajak tentang hal tersebut,
bahkan ada yang pula yang beranggapan bahwa pengendalian perpajakan di
Indonesia buruk. Hal ini menyebabkan wajib pajak kurang bersungguh-sungguh di
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
4. Mayoritas Wajib pajak orang pribadi di UNJANI tidak mengetahui tentang
perencanaan pajak, mulai dari pengertian perencanaan pajak, perlu atau tidaknya
perencanaan pajak serta pelaksanaan perencanaan pajak yang dilakukan semuanya
tidak diketahui. Hanya ada sedikit saja yang mengetahui tentang perencanaan pajak,
yang berpersepsi bahwa perencaan pajak itu diperlukan serta sedikit sekali yang
sudah melakukan perencanaan pajak tersebut.
5. Mayoritas wajib pajak orang pribadi di UNJANI memiliki persepsi yang baik
tentang penggelapan pajak bahkan hingga sanksi yang akan diterima oleh wajib
pajak jika melakukan penggelapan pajak wajib pajak sudah mengetahuinya dan
mayoritas pula wajib pajak di UNJANI berpersepsi bahwa jika melakukan
penggelapan pajak hal itu tidak aman dan akan diketahui oleh pihak pajak. Hal ini
akan memotivasi wajib pajak untuk mematuhi ketentuan perpajakan dan memenuhi
kewajibannya sebagai wajib pajak.
Saran
HHaassiill ppeenneelliittiiaann iinnii ddii hhaarraappkkaann ddaappaatt mmeemmbbeerriikkaann mmaassuukkaann bbaaggii ppeerruummuussaann
kkeebbiijjaakkaann ddii KKPPPPPP CCiimmaahhii,, mmaauuppuunn ddii UUNNJJAANNII sseerrttaa FFaakkuullttaass EEkkoonnoommii.. BBeebbeerraappaa
ssaarraann kkeebbiijjaakkaann ddaarrii ppeenneelliittiiaann iinnii aannttaarraa llaaiinn::
1. Dalam upaya meningkatkan target penerimaan pajak KPPP Cimahi maka sudah
selayaknya KPPP melakukan penyuluhan yang intensif terutama kepada seluruh
wajib pajak yang berada di wilayah Cimahi. Walaupun hukum pajak termasuk
hukum publik akan tetapi masyarakat kita belum terbiasa untuk mencari sendiri
informasi yang diperlukan terutama tentang aturan-aturan perpajakan yang baru.
Karena Pengetahuan wajib pajak akan peraturan perpajakan akan mendorong wajib
pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
2. Dalam upaya memberikan pengetahuan yang lebih baik bagi karyawan Unjani
sebaiknya UNJANI memberikan pelatihan yang berkesinambungan bagi seluruh
karyawannya karena Perguruan Tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi yang
mempunyai kewajiban sosial juga kewajiban untuk membantu pemerintah.
Harapnya jika karyawan telah memilki pengetahuan yang baik maka dapat
menularkannya kepada lingkungan sekitarnya, keluarga, tetangga dan lain-lain.
3. Dalam upaya melakukan pengabdian kepada masyarakat Fakultas Ekonomi dapat
melakukan penyuluhan tentang ketentuan-ketentuan perpajakan bagi seluruh
karyawan UNJANI saja sehingga pengetahuan karyawan UNJANI tentang
ketentuan perpajakan semakin baik.
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 1 - 20
20
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif, Jakarta. Prenada Media Group.
Jalaluddin Rahmat. 1998. Metode Penelitian Komunikasi Contoh Analisis Statistik,
Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta. Andi.
Santoso Brotodihardjo. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung. PT Refika
Aditama.
Siti Resmi. 2003. Perpajakan Teori & Kasus. Jakarta. Salemba Empat.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Waluyo, Wirawan B Ilyas. 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta. Salemba Empat
-----, 2007. Undang – undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).
Bandung. Fokusmedia.
-----, 2008. Undang – undang Pajak Penghasilan. Bandung. Fokusmedia.
Majalah-majalah:
-----,Indonesia Tax Review. 2007. Volume VI. Edisi 31. Jakarta Selatan. Smartaxes.
-----,Indonesia Tax Review. 2007. Volume VI. Edisi 46. Jakarta Selatan. Smartaxes.
Website
-----,www. Pajak.go.id
BIODATA:
Handiyaningrum, Tj. R, SE, MSi. adalah dosen Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
UNJANI.
R. Budi Hendaris, SE, MSi. adalah dosen Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
UNJANI.