Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA
PEMERINTAH DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI
JAWA TENGAH
(2001 - 2005)
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir
guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1
Program Studi Ilmu Ekonomi,
pada Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Oleh
Nama : Rochman
Nomor Mahasiswa : 03.313.085
Program Studi : Ilmu Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2007
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari
terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman
/ sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”
Yogyakarta, 1 Oktober 2007
Penulis,
Rochman
ii
PENGESAHAN
ANALISI PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA
PEMERINTAH DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI
JAWA TENGAH
(2001 - 2005)
Nama : Rochman
Nomor Mahasiswa : 03.313.085
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Yogyakarta, 1 Oktober 2007
Telah disetujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing,
Dr. Jaka Sriyana, SE.,M.Si.
iii
BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI BERJUDUL
Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah Pada Kabupaten/Kota di
Propinsi Jawa Tengah (2001-2005)
Disusun Oleh : ROCHMAN Nomor Mahasiswa : 03313085
Pada tanggal : 22 November 2007
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan ………..
Penguji/Pembimbing Skripsi : Drs. Jaka Sriyana, M. Si, Ph.D .....................
Penguji I : Drs. Suharto, M. Si ......................
Penguji II : Drs. Akhsyim Afandi, MA, Ph.D ......................
..
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D
iv
MOTTO
Salam sejahtera untukmu atas kesabaranmu; balasan akhirat yang
paling membahagiakan.
(QS. AR RA’D:24)
Hanya kepada Allahlah bersujud segala yang dilangit dan dibumi,
dengan tulus atau dengan terpaksa, demikian juga, bayang-bayangnya
ketika pagi dan petang.
(QS. AR RA’D:15)
Ketika Tuhanmu mengumumkan, jika kamu bersyukur atas karuniaku,
pasti Aku tambah untukmu, jika kamu berlaku ingkar, sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.
(QS. Ibrahim:7)
Mereka itu orang yang beriman, yang berhati tenang karena selalu
ingat kepada Allah. Ketahuilah, dengan berzikir kepada Allah hati
menjadi tenang.
(QS. AR RA’D:28)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini Kupersembahkan untuk :
♦ Allah SWT yang telah memberiku kekuatan
untuk menyelesaikan amanah ini.
♦ Bapak Nurwachid dan Ibu Siti Aminah
tercinta, motifator terbesar dalam hidupku
♦ Adikku tersayang Ulfa, Didin, yang
memberikan dorongan untuk setiap jalanku.
♦ Keponakanku yang lucu-lucu, Shandy, Pasha,
Azzam, Galang, Nabil, kalianlah motivasi dan
penghibur dalam hidupku.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas kekuatan yang diberikan Allah padaku untuk
bisa berjuang menyelesaikan amanah dan segala kewajibanku sehingga penyusun
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS PENGARUH DANA
ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH (2001 - 2005). Skripsi
ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program
Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan yang penulis miliki. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang
bersifat membangun yang telah dan akan penulis terima. Penulis menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Jaka Sriyana, SE.,M.Si selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, waktu, tenaga,
arahan, dan motivasi dengan segala ketelitian dan kesabarannya sehingga
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
vii
1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
2. Drs. Jaka Sriyana, M.Si, Ph.D selaku Kaprodi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
3. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia khususnya
jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan Ilmu yamg sangat berharga
terutama Suharo, SE.,M.Si. selaku Pembimbing akademik.
4. Bapak & Ibu tercinta yang selalu menguatkan hatiku, memberi semangat
dan menjadi sumber inspirasiku untuk menyelesaikan tanggungjawab ini.
5. Adik-adikku tersayang atas semangat dan dukungannya “Thanks for
everything & U’r Best Sist In The World”
6. Teman-teman EP 2003 Najib, Yandi, Huda, Duro Mansyur, Brebet,
Amar, Iroel, Bagus, Danang, Ria, Dewi, Narto, Asep, Hana, Nelly,
Wisnu, Nophal, Minggus, Gendut, Yusup, Kenthung, Teguh, Junaid, Tile,
Citra, Adi, Eka, Arifin, Amen, Hadi Cemet dan semua seperjuangan EP
2003.
7. Sahabat yang ada di kampung halaman, Udin, Eri, Alwi, Zuken, Syuaib,
Mas Mat, Lilis, Inta, Meli, Septa, Widi, Putri, Viki, Dodi, Rico, Eli,
Saropah, Kayati, Dianto, Rikan, Amat, Syafi’i dan semuanya yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu dan kawan-kawan semua perguruan SH
Winongo dan perguruan Merpati Putih.
Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan
rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan
viii
keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak
menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi yang berkepentingan.
Yogyakarta, 22 November 2007
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme............................................................... ii
Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii
Halaman Pengesahan Ujian................................................................................... iv
Halaman Motto ..................................................................................................... v
Halaman Persembahan.......................................................................................... vi
Halaman Kata Pengantar....................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................... x
Daftar Tabel .......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar....................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran.................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN ................................... 7
2.1 Keadaan Geografis .......................................................................................... 7
2.2 Pemerintahan .................................................................................................. 8
2.3 Keadaan Sosial Kependudukan ...................................................................... 9
2.3.1. Penduduk. ............................................................................................. 9
2.3.2. Suku ...................................................................................................... 10
2.3.3. Bahasa................................................................................................... 10
2.3.4. Agama................................................................................................... 11
2.3.5. Pendidikan. ........................................................................................... 11
x
2.4 Transportasi .................................................................................................... 13
2.5 Pariwisata........................................................................................................ 14
2.6 Pertanian ........................................................................................................ 15
2.7 Relief............................................................................................................... 16
2.8 Gambaran Umum yang diamati ..................................................................... 18
2.8.1. Dana Alokasi Umum (DAU). ............................................................... 18
2.8.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ............................................................ 19
2.8.2.1. Dana Perimbangan................................................................... 20
2.8.2.2. Bagian Penerimaan Pembangunan........................................... 20
2.8.3. Belanja Daerah (BD) ............................................................................ 22
2.8.3.1 Belanja Administrasi Umum .................................................... 24
2.8.3.2 Belanja Modal........................................................................... 24
2.8.3.3 Belanja Rutin ............................................................................ 25
2.8.3.4 Belanja Pembangunan............................................................... 25
BAB III KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 27
BAB IV LANDASAN TEORI ............................................................................ 34
4.1 Pengertian Transfer dan DAU ........................................................................ 34
4.2 Pengaruh DAU terhadap BD........................................................................... 40
4.3 Pengaruh PAD terhadap BD ........................................................................... 42
4.4 Hipotesis Penelitian......................................................................................... 43
BAB V METODE PENELITIAN ...................................................................... 44
5.1 Sampel dan Data ............................................................................................. 44
5.2 Sumber Data.................................................................................................... 44
5.3 Variabel dan Pengukuran ................................................................................ 45
5.4 Alat Analisis.................................................................................................... 45
5.4.1 Uji Statistik ............................................................................................ 46
5.4.1.1 Uji F ............................................................................................. 46
5.4.1.2. Uji t statistik .............................................................................. 47
5.4.1.3. Koefisien Determinasi R².......................................................... 48
5.5 Uji Signifikansi Fixed Effect .......................................................................... 49
5.6 Uji Signifikansi Random Effect ...................................................................... 49
xi
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 51
6.1 Analisis Deskriptip ........................................................................................ 51
6.2 Analisis Uji Panel Data ................................................................................... 52
6.2.1 Estimasi dengan Pendekatan Fixed Effect ............................................. 52
6.2.2 Estimasi dengan Pendekatan Random Effect......................................... 53
6.3. Uji Statistik ..................................................................................................... 54
6.3.1 Uji F ....................................................................................................... 54
6.3.2 Uji t-test Statistik ................................................................................... 54
a. Uji Parameter terhadap variabel DAU ............................................... 54
b. Uji Parameter terhadap variabel PAD ............................................... 55
6.3.3 Koefisien Determinasi R2 (Goodness of Fit) ......................................... 55
6.4 Uji Signifikansi Fixed Effect .......................................................................... 55
6.5 Uj Signifikansi Random Effect ....................................................................... 56
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................... 58
7.1 Simpulan ...................................................................................................... 58
7.2 Implikasi ...................................................................................................... 59
Daftar Pustaka
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Daerah-daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah............................................... 8
2.2 Ringkasan realisasi DAU ................................................................................ 18
2.3 Ringkasan realisasi PAD.................................................................................. 21
2.4 Ringkasan realisasi BD .................................................................................... 23
6.1 Analisis Deskriptif ........................................................................................... 51
6.2 Fixed Effect Software Eviews.......................................................................... 52
6.3 Randon Effect Software Eviews ...................................................................... 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
5.1 Kurva Distribusi F........................................................................................... 47
5.2 Kueva Distribusi t ........................................................................................... 48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
I. Hasil regresi
II. Uji Regresi OLS
III. Uji Signifikansi Fixed Effect
IV. Estimation Equation
V. Substituted Coefficients
VI. Uji Signifikansi Random Effect
VII. Estimation Equation
VIII. Substituted Coefficients
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang mulai
dilaksanakan secara efektif tanggal 1 januari 2001, merupakan kabijakan yang
dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintah yang
sesungguhnya. Seperti dikemukakan oleh Menteri Keuangan Budiono (dalam sidik et
al, 2002:v), tujuan otonomi adalah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan
pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kahidupan berdemokrasi, keadilan,
pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta
antar daerah. Dalam UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 yang menjadi landasan
otonomi tersebut dijelaskan lebih jauh bagaimana pengaplikasian hal-hal tersebut
melalui beberapa Peraturan Pemerintah (PP), yang kemudian “dipandu” dengan
Kepmendagri No. 29/2002.
Bersamaan dengan itu, dikeluarkan pula UU No.25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat-Daerah. Yang dimaksud dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam UU No.25 Tahun 1999 adalah suatu
sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka Negara kesatuan, yang mencakup
pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan
antardaerah secara proporsional, demokrartis, adil dan transparan dengan
memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan
pembagian kewenangan serta tata acara penyelenggaraan kewenangan tersebut,
1
termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya (dalam Saragih,2003).
Perimbangan keuangan tersebut tercermin dengan adanya dana perimbangan. Dana
perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi. Dengan adanya hak otonomi daerah yang disertai perimbangan
keuangan pusat-daerah, diharapkan tiap daerah mampu mengelola sumber daya yang
dimilikinya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya.
Pada tahun 2004, dikeluarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah yang menggantikan UU No.22 Tahun 1999. Begitu pula UU No.25 Tahun
1999 digantikan oleh UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
pemerintah pusat dengan daerah. Dalam UU No.32 Tahun 2004 disebutkan bahwa
untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan
mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dan dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak dan sumber
daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut, Pemda mempunyai sumber
pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pembiayaan, dan lain-lain
(Maimunah, 2006).
UU No.32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa transfer dari pemerintah berupa
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana bagi hasil
digunakan untuk pelaksanaan kewenangan Pemda. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Saragih (2003), dana bagi hasil berperan sebagai penyeimbang fiskal antara
pusat dan daerah dari pajak yang dibagihasilkan. DAU berperan sebagai pemerataan
fiskal antardaerah (fiscal equalization) di Indonesia. Sedangkan DAK berperan
2
sebagai dana yang didasarkan pada kebijakan yang bersifat darurat. Diluar dari ketiga
fungsi tersebut, untuk secara detailnya, penggunaan dana tersebut diserahkan
sepenuhnya kepada pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan. Oleh karena itu,
diharapkan pemerintah kabupaten/kota dapat menggunakan dana ini dengan efektif
dan efisien untuk peningkatan pelayanan pada masyarakat dengan disertai
pertanggungjawaban atas penggunaan dana tersebut.
Namun pada praktiknya, transfer dari Pemerintah Pusat merupakan dana
utama Pemerintah Daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang oleh
Pemerintah Daerah dilaporkan diperhitungan APBD. Hal ini dapat disebabkan oleh
perbedaan penafsiran mengenai DAU oleh daerah-daerah. Dalam Saragih (2003),
berbagai penafsiran tersebut diantaranya (a) DAU merupakan hibah yang diberikan
pemerintah pusat tanpa ada pengembalian, (b) DAU tidak perlu
dipertanggungjawabkan karena DAU merupakan konsekuensi dari penyerahan
kewenangan atau tugas-tugas umum pemerintahan ke daerah, (c) DAU harus
dipertanggungjawabkan, baik ke masyarakat lokal maupun ke pusat, karena DAU
berasal dari dana APBN.
Beberapa peneliti menemukan respon Pemda berbeda untuk transfer dan
pendapatan sendiri (seperti pajak). Artinya ketika penerimaan daerah berasal dari
transfer, maka stimulasi atas belanja yang ditimbulkannya berbeda dengan stimulasi
yang muncul dari pendapatan daerah (terutama pajak daerah). Ketika respon (belanja)
daerah lebih besar terhadap transfer, maka disebut flypaper effect (Oates, 1999 dalam
Halim 2003). Abdul Halim dan Sukriy Abdullah pernah melakukan pengujian
adanya flypaper effects pada belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di pulau Jawa
3
dan Bali pada tahun 2001. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa
flypaper effect terjadi pada DAU periode t-1 terhadap Belanja Daerah periode t.
Namun hasil penelitian tersebut tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh wilayah
Indonesia. Karena menurut Halim (2002) Pemda kabupaten/kota di Jawa-Bali
memiliki kemampuan keuangan berbeda dengan Pemda kabupaten/kota di luar Jawa-
Bali.
Melihat penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
Propinsi Jawa Tengah. Karena karakteristik ekonomi maupun letak geografis Jawa
Tengah. Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU). Sehingga penulis
mengambil judul ”ANALISIS PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA
PEMERINTAH DAERAH STUDI KASUS KABUPAEN/KOTA DI PROPINSI
JAWA TENGAH”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan
permasalahan yaitu apakah perubahan jumlah dana alokasi umum (DAU) dan
pendapatan asli daerah (PAD) baik secara terpisah maupun serempak akan
memberikan pengaruh terhadap besarnya belanja pemerintah daerah.
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah DAU berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota
Di Propinsi Jawa Tengah.
2. Mengetahui apakah PAD berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota
Di Propinsi Jawa Tengah.
3. Mengetahui apakah DAU dan PAD secara serentak berpengaruh terhadap Belanja
Daerah Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris mengenai
penerapan sistem perimbangan daerah yang tengah berjalan dan dapat dijadikan
acuan dalam menetapkan kebijakan selanjutnya.
2. Sebagai bahan informasi yang mampu memperkaya penelitian yang telah ada
sehingga dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada jurusan
Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
5
1.5 Sistematika Penulisan
BAB. I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, Perumusan Masalah,
Manfaat Penelitian, Tujuan Penelitian.
BAB. II : TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
Berisi gambaran mengenai kondisi daerah kabupaten/kota di
propinsi Jawa Tengah dan perkembangan objek yang diteliti.
BAB. III : KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk
perbandingan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB. IV : LANDASAN TEORI
Berisi konsep atau teori yang sesuai dan melandasi penelitian ini.
BAB. V : METODE PENELITIAN
Berisi tentang sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
dan metode analisis untuk memperoleh jawaban dari masalah
yang telah dirumuskan dan Hipotesis Penelitian.
BAB. VI : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam
penelitian. Menguraikan tentang data deskriptif dan analisis hasil
regresi panel data.
BAB. VII : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berisi uraian mengenai kesimpulan dan implikasi dari penulis
ajukan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.
6
BAB II
TINJAUAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
2.1 Keadaan Geografis
Jawa Tengah adalah sebuah propinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah
Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat di sebelah barat,
Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di
sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau
sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Propinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau
Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta
Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung"
budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang
memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah
perbatasan dengan Jawa Barat dan suku Tionghoa-Indonesia yang tersebar di seluruh
provinsi ini. Dengan luas wilayah kurang lebih 3.254.412 Ha Propinsi Jawa Tengah
terbagi dalam 29 kabupaten dan 6 kota dengan 563 kecamatan 8.553 desa/kelurahan.
Daerah yang terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 213.851 Ha atau sekitar
6,57 persen dari luas total Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan Kota Magelang
merupakan daerah yang memiliki wilayah paling kecil yaitu hanya seluas 1.812 Ha.
7
2.2 Pemerintahan
Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6
kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan
dan 8.490 desa/kelurahan. Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999
tentang Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 4 kota administratif,
yaitu Purwokerto, Purbalingga, Cilacap, dan Klaten. Namun sejak diberlakukannya
Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi
bagian dalam wilayah kabupaten. Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten
memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang
(dari Kota Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta
Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen).
Tabel 2.1 Daerah-daerah kabupaten/kota di propinsi Jawa Tengah sebagai berikut:
No Propinsi Jawa Tengah Kabupaten/Kota
1 Kab. Banjarnegara 2 Kab. Banyumas 3 Kab. Batang 4 Kab. Blora 5 Kab. Boyolali 6 Kab. Brebes 7 Kab. Cilacap 8 Kab. Demak 9 Kab. Grobogan 10 Kab. Jepara 11 Kab. Karangayar 12 Kab. Kebumen 13 Kab. Kendal 14 Kab. Klaten 15 Kab. Kudus 16 Kab. Magelang 17 Kab. Pati
8
18 Kab. Pekalongan 19 Kab. Pemalang 20 Kab. Purbalingga 21 Kab. Purworejo 22 Kab. Rembang 23 Kab. Semarang 24 Kab. Sragen 25 Kab. Sukoharjo 26 Kab. Tegal 27 Kab. Temanggung 28 Kab.Wonogiri 29 Kab. Wonosobo 30 Kota Magelang 31 Kota Pekalongan 32 Kota Salatiga 33 Kota Semarang 34 Kota Surakarta 35 Kota Tegal
Sumber: Badan Pusat Statistik Yogyakarta
2.3 Keadaan Sosial Kependudukan
2.3.1 Penduduk
Jumlah penduduk Propinsi Jawa Tengah adalah 30.775.846 jiwa.
Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (1,767
juta jiwa), Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,603 juta
jiwa). Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten
ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang
Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), Solo
Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali),
serta Tegal-Brebes-Slawi.
Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun.
Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun),
sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun). Dari jumlah
9
penduduk ini, 47% diantaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling
banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%),
industri (15,71%), dan jasa (10,98%).
2.3.2 Suku
Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal
sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat
istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup
signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah
pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan
dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak diantara
mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya.
Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula
komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya
bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat
terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah
Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi
Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama
dengan orang Kanekes di Jawa Barat.
2.3.3 Bahasa
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar
menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-
Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat sejumlah
dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran.
10
Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan
Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa
Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, diantaranya
terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Diantara perbatasan kedua dialek tersebut,
dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek, daerah tersebut diantaranya
adalah Pekalongan dan Kedu. Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di
kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan
Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan
sehari-harinya.
2.3.4 Agama
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap
mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan. Agama lain
yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan puluhan
aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai
contoh di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama
Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama
Katolik di Jawa.
2.3.5 Pendidikan
Pada tahun 2003 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun
keatas yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 2.932.376 orang, tidak tamat/belum
tamat SD/MI sebesar 6.025.940 orang, tamat SD/MI sebesar 9.583.156 orang, tamat
SLTP sebesar 4.136.710, tamat SLTA sebesar 3.066.563 orang, tamat Diploma I/II
11
sebesar 165.387 orang, tamat Akademi/Diploma IV/ Universitas/Perguruan Tinggi
sebesar 573.085 orang.
Dibandingkan dengan tahun 2002, telah terjadi peningkatan di bidang
pendidikan baik bagi penduduk laki-laki maupun perempuan, artinya semakin banyak
orang yang yang bisa menikmati pendidikan dan mampu melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Akan tetapi bila dicermati, ternyata pada tahun 2003
jumlah penduduk perempuan yang berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf dan
tidak/belum pernah sekolah lebih banyak daripada penduduk laki-laki, sementara
yang tamat SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA, AK/Diploma dan tamat Universitas lebih
rendah daripada penduduk laki-laki. Kondisi ini dapat menunjukkan bahwa laki-laki
lebih diprioritaskan dalam mengenyam pendidikan daripada perempuan, meskipun
jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Jawa Tengah memiliki sejumlah perguruan tinggi terkemuka, terutama di kota
Semarang dan Surakarta. Perguruan tinggi negeri meliputi: Universitas Diponegoro
(Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Walisongo di Semarang; Universitas Negeri Surakarta (UNS) di Solo, serta
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto. Sedangkan universitas
swasta terkemuka adalah Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga,
Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) dan Unika Soegijapranata di Semarang,
STIE Bank BPD Jateng, Universitas Muhammadiyah Surakarta, serta Universitas
Panca Sakti di Tegal. Selain itu juga terdapat Akademi Angkatan Darat (AAD) dan
SMA Taruna Nusantara di Magelang serta Akademi Kepolisian di Semarang.
12
Berikut adalah Daftar perguruan tinggi swasta di Jawa Tengah, yang pembinaannya
berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Daftar ini tidak termasuk Perguruan
Tinggi Islam Swasta, yang pembinaannya berada di bawah Departemen Agama Republik
Indonesia:
2.4 Transportasi
Jawa Tengah dilalui beberapa ruas jalan nasional, yang meliputi jalur pantura
(menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi), jalur Tegal-Purwokerto,
jalur lintas selatan (menghubungkan Bandung-Yogyakarta-Surakarta-Madiun-
Surabaya), serta jalur Semarang-Solo. Losari, pintu gerbang Jawa Tengah sebelah
barat dapat ditempuh 3,5 - 4 jam perjalanan dari Jakarta. Saat ini telah dibangun ruas
jalan tol yang menghubungkan Semarang dan Solo, sehingga mempersingkat waktu
tempuh dan memperlancar kegiatan perekonomian.
Jawa Tengah merupakan propinsi yang pertama kali mengoperasikan jalur
kereta api, yakni pada tahun 1862 dengan rute Semarang-Yogyakarta, namun jalur ini
sekarang tidak lagi dipakai. Saat ini jalur kereta api yang melintasi Jawa Tengah
adalah lintas utara (Jakarta-Semarang-Surabaya), lintas selatan (Bandung-
Yogyakarta-Surabaya), jalur Kroya-Cirebon, dan jalur Solo-Gundih-Semarang. Jalur
kereta Solo-Wonogiri yang telah lama mati dihidupkan kembali pada tahun 2005.
Untuk transportasi udara, Bandara Ahmad Yani di Semarang dan Bandara Adi
Sumarmo di Surakarta merupakan bandara komersial yang paling penting di Jawa
Tengah. Selain itu juga terdapat Bandara Tunggulwulung di Cilacap dan Bandara
Wirasaba di Purbalingga. Penerbangan Jakarta-Semarang atau Jakarta-Surakarta
dapat ditempuh dalam waktu 45-50 menit.
13
2.5 Pariwisata
Jawa Tengah banyak terdapat obyek wisata yang sangat menarik. Kota
Semarang memiliki sejumlah bangunan kuno. Obyek wisata lain di kota ini termasuk
Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah) dan Museum Rekor Indonesia (MURI).
Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Budha
terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang.
Candi Mendut dan Pawon juga terletak satu kompleks dengan Borobudur.
Candi Prambanan di perbatasan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Di kawasan
Dieng terdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era
Mataram Kuno. Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran,
Kabupaten Semarang.
Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dimana di
kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Obyek wisata
menarik di luar kota ini adalah Air Terjun Grojogan Sewu dan candi-candi
peninggalan Majapahit di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Fosil Sangiran
yang terletak di jalur Solo-Purwodadi. Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan
sejumlah obyek wisata alam menarik, diantaranya Goa Jatijajar dan Pantai
Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di Kabupaten Banyumas. Di
bagian utara terdapat Obyek Wisata Guci di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal;
serta Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan 'kota batik'.
Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung
Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan
14
arsitektur Islam dan Hindu. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Kawasan pantura barat terdapat 3 makam wali sanga, yakni Sunan Kalijaga di
Demak, Sunan Kudus di kota Kudus, dan Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Kudus
juga dikenal sebagai 'kota kretek', dan kota ini juga terdapat museum kretek.
2.6 Pertanian
Luas lahan sawah di Propinsi Jawa Tengah sebesar 995,47 ribu hektar (30,59
persen) dan lahan bukan sawah 2,26 juta hektar (69,41 persen). Dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, luas lahan sawah tahun 2003 menurun sebesar 0,30 %, sebaliknya
luas bukan lahan sawah mengalami perkembangan sebesar 0,13 %. Menurut
penggunaannya, sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah
berpengairan teknis (39,26 % ), berpengairan setengah teknis, sederhana, pengairan
desa/non PU, tadah hujan dan lain-lain.
Tanah pekarangan/ bangunan dari tahun 1999 hingga tahun 2001 cenderung
meningkat tetapi mulai tahun 2002 mengalami penurunan hingga pada tahun 2003.
Tanah pekarangan ini cenderung menjadi pengguna air, karena akan menjadi tempat
pemukiman manusia yang selalu membutuhkan air dalam kehidupannya.
Penambahan tanah tadi diambil dari lahan-lahan yang merupakan produsen pangan
(lahan pertanian) selain merupakan reservoir air (hutan dan perkebunan) yang justru
akan menurun. Untuk itu maka perlu diwaspadai akan rasio kebutuhan air dan air
yang tersedia dibumi Jawa Tengah ini, manajemen pemakaian air harus lebih
ditingkatkan. Perumahan dengan sistem bertingkat merupakan salah satu pilihan
alternatif yang memadai, karena sistem ini lebih sedikit menggunakan lahan yang
potensial bagi reservoir air dan pangan.
15
Berdasarkan Buku Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2004, suhu udara rata-
rata maksimum dan minimum menurut stasiun di Jawa Tengah Tahun 2003 yaitu
maksimum 33,9 °C dan minimum 18,1 °C. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan
dengan pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Untuk kelembaban
udara rata-rata dari 73-86 %. Curah hujan tertinggi tercatat di Kebumen yaitu 3.578
mm dan hari hujan terbanyak di Cilacap sebesar 204 hari.
2.7 Relief
Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa Tengah, 38% lahan memiliki
kemiringan 0-2%, 31% lahan memiliki kemiringan 2-15%, 19% lahan memiliki
kemiringan 15-40%, dan sisanya 12% lahan memiliki kemiringan lebih dari 40%.
Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran rendah yang sempit. Di kawasan
Brebes selebar 40 km dari pantai, dan di Semarang hanya selebar 4 km. Dataran ini
bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur. Gunung Muria pada Jaman
Holosen merupakan pulau terpisah dari Jawa, yang akhirnya menyatu karena terjadi
endapan aluvial dari sungai-sungai yang mengalir. Di selatan kawasan tersebut
terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng, yakni pegunungan
kapur yang membentang dari sebelah timur Semarang hingga Lamongan (Jawa
Timur).
Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu
Utara dan Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk rantai
pegunungan yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat dengan
Pegunungan Kendeng di timur. Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar 30-50 km; di
ujung baratnya terdapat Gunung Slamet dan bagian timur merupakan Dataran Tinggi
16
Dieng dengan puncak-puncaknya Gunung Prahu dan Gunung Ungaran. Antara
rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh
Depresi Serayu yang membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap), Purwokerto,
hingga Wonosobo. Sebelah timur depresi ini terdapat gunung berapi Sindoro dan
Sumbing, dan sebelah timurnya lagi (kawasan Temanggung dan Magelang)
merupakan lanjutan depresi yang membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Pegunungan Serayu Selatan merupakan pengangkatan zone Depresi Bandung.
Kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang sempit,
dengan lebar 10-25 km. Perbukitan yang landai membentang sejajar dengan pantai,
dari Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah timur Yogyakarta merupakan daerah
pegunungan kapur yang membentang hingga pantai selatan Jawa Timur. Bengawan
Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa (572 km); memiliki mata air di
Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara, melintasi
Kota Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara di daerah Gresik
(dekat Surabaya). Sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa diantaranya adalah Kali
Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedang sungai-sungai yang bermuara di
Samudra Hindia diantaranya adaah Serayu dan Kali Progo. Diantara waduk-waduk
yang utama di Jawa Tengah adalah Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri),
Waduk Kedungombo (Kabupaten Boyolali dan Sragen), Rawa Pening (Kabupaten
Semarang), Waduk Cacaban (Kabupaten Tegal), Waduk Malahayu (Kabupaten
Brebes), dan Waduk Sempor (Kabupaten Kebumen).
17
2.8 Gambaran Umum yang diamati
2.8.1 Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pembelanjaan. Adapun cara menghitung dana alokasi umum menurut
ketentuan adalah sebagai berikut:
1. Dana alokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari penerimaan
dalam negeri yang sitetapkan dalam APBN.
2. Dana alokasi umum (DAU) untuk daerah propinsi dan untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana alokasi umum
sebagaimana ditetapkan diatas.
3. Dari dana alokasi (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu ditetapkan
berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah kabupaten/kota
yang ditetapkan APBN denga porsi daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
4. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud diatas merupakan proporsi
bobot daerah kabupaten/kota diseluruh indonesia.
Tabel 2.2 Ringkasan realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Pemda kab/kota se-Propinsi
Jawa Tengah Tahun Anggaran 2001-2005 (000 Rupiah)
No Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 1 Kab. Babjarnegara 20984173 21547741 24882000 26099600 27699900 2 Kab. Banyumas 29342614 32192406 38194193 37486699 40411400 3 Kab. Batang 21188353 21273565 22488787 22239900 22282600 4 Kab. Blora 28524967 28655249 27014000 28524998 28525000 5 Kab. Boyolali 21274856 25094637 29207000 30363555 31307800 6 Kab. Brebes 27282957 30422246 35738000 37514586 40290500 7 Kab. Cilacap 31585070 32818181 36827000 40554379 39286600
18
8 Kab. Demak 14836283 19674000 23245383 27431973 28083100 9 Kab. Grobogan 24411743 26810639 33938158 33141500 34433000
10 Kab. Jepara 23377784 23252227 24866000 25897300 27694600 11 Kab. Karangayar 19913049 22249781 26655000 27790600 28444800 12 Kab. Kebumen 26969141 28746421 31540000 33971600 36278900 13 Kab. Kendal 28680643 28681000 27056000 28680800 28680800 14 Kab. Klaten 28760161 33167905 40938614 38234500 40486900 15 Kab. Kudus 17558973 18586763 22830849 22973800 22789000 16 Kab. Magelang 23674169 26700100 30062999 30462100 34599100 17 Kab. Pati 24719451 26600500 30090000 31682868 33724400 18 Kab. Pekalongan 20521904 20618637 22258000 23331900 25334200 19 Kab. Pemalang 22378795 25027932 29735958 31226368 33089989 20 Kab. Purbalingga 22465776 23494496 25446036 24669400 28226798
21 Kab. Purworejo 20041263 22578000 26905988 27519400 28127000 22 Kab. Rembang 16009466 17312594 18893000 19664200 21523400 23 Kab. Semarang 19559991 21529000 25828387 26821700 27906000 24 Kab. Sragen 21588728 23890000 27194000 28362100 30646000 25 Kab. Sukoharjo 15486642 21363414 27351805 28171073 27253100 26 Kab. Tegal 30150412 25686760 30962961 34051664 34486889 27 Kab. Temanggung 18160482 19661000 22166000 22808600 23330300 28 Kab. Wonogiri 23973159 25397433 31109000 32610400 33654900 29 Kab. Wonosobo 20724212 21572858 23724961 24629232 25486400 30 Kota. Magelang 10301167 10645788 11998000 12229800 12560600 31 Kota. Pekalongan 7998908 9926995 12217000 12540800 13233500 32 Kota. Salatiga 7710793 10059097 10569000 10773400 12411700 33 Kota. Semarang 25426236 26695000 30871000 31410441 33209800 34 Kota. Surakarta 11163028 17839000 23234200 21804500 21808200 35 Kota. Tegal 19448404 16341386 15165000 18905775 17827300
Sumber: Badan Pusat Staistik Yogyakarta
2.8.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sumber pendapatan asli daerah yang merupakan sumber keuangan daerah
yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari:
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan milik daerah serta hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang bersangkutan
4. Lain-lain PAD yang sah
19
2.8.2.1 Dana Perimbangan
Dan perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari
1. Pos bagi hasil pajak
2. Pos bagi hasil bukan pajak SDA
3. Dana alokasi umum
4. Dana alokasi khusus
Dana perimbangan dalam variabel penelitian tidak dimasukkan karena dana
perimbangan merupakan hasil daerah yang pendapatannya dibagi antara pusat dan
daerah. Sedangkan untuk daerah yang memiliki keistimewaan seperti Aceh,
Yogyakarta, pendapatan daerah sebesar 85% dan pusat 15%. Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah variabel yang cocok untuk
melakukan penelitian, karena variabel tersebut merupakan variabel penting untuk
pengembangan suatu daerah.
2.8.2.2 Bagian Penerimaan Pembangunan
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber yang sangat penting, menentukan
dan merupakan tolok ukur kemampuan keuangan daerah, Pendapatan Asli Daerah
terdiri dari;
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Bagian laba perusahaan daerah
4. Pos lain-lain PAD yang sah
20
Sesuai dengan semangat UU nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah.
UU Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah (UU-PKPD) merupakan UU yang
mengatur perimbangan keuangan atau desentralisasi fiskal antara Pemerintah Pusat-
Daerah berdasarkan pembagian fungsi dan wewenang penyelenggaraan pemerintahan
di antara pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam UU tentang
Pemerintahan Daerah. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) bersumber dari
PAD dari penerimaan berapa dana perimbangan yang bersumber dari anggaran
pendapatan belanja daerah yang bersangkutan, sehingga dana perimbangan dana yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan masing-masing daerah
berbeda tergantung dari endowment faktor, meliputi sumber daya alam yang dimiliki.
Tabel 2.3 Ringkasan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemda kab/kota se-Propinsi
Jawa Tengah Tahun Anggaran 2001-2005 (000 Rupiah)
No Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 1 Kab. Banjarnegara 12022780 22038390 25303140 30622370 34210830 2 Kab. Banyumas 30447270 37499520 45045840 51224310 479018603 Kab. Batang 14368780 21384880 23308570 23610800 23301040 4 Kab. Blora 16481410 25757560 26933910 29530460 29432590 5 Kab. Boyolali 17675170 24460330 32781310 36960020 466161706 Kab. Brebes 14520910 19793550 25288380 25735110 36401590 7 Kab. Cilacap 32112950 46833920 48301120 53499090 66462070 8 Kab. Demak 11117810 14597120 16507820 17449370 19987130 9 Kab. Grobogan 18449540 27067570 37296070 37038760 38336530
10 Kab. Jepara 20099330 45111750 53740240 47266550 50745470 11 Kab. Karanganyar 16550710 23188520 25196920 29485260 34302570 12 Kab. Kebumen 14216180 22760200 29807200 26264660 2878102013 Kab. Kendal 21717220 34830020 37174070 31671370 38403130 14 Kab. Klaten 13832060 17519440 22288970 27047600 29084660
21
15 Kab. Kudus 22124960 30018528 38842600 41617400 43696080 16 Kab. Magelang 23737340 29445623 35808180 43687040 5285863 17 Kab. Pati 25022520 23411773 40826750 55030350 57156110 18 Kab. Pekalongan 14472500 22278220 22734770 27224990 29079680 19 Kab. Pemalang 19368770 25001560 28982710 26905820 43226930 20 Kab. Purbalingga 15122500 23603060 28300570 28619780 43553510 21 Kab. Purworejo 15088380 20733840 21882950 26277060 27888430 22 Kab. Rembang 9450250 14427180 18295450 18715700 1992675023 Kab. Semarang 18923180 30058620 40269710 44634640 56511820 24 Kab. Sragen 15884600 24347950 42976690 43547110 42848550 25 Kab. Sukoharjo 14787710 18555320 19929270 21701840 30384470 26 Kab. Tegal 18599230 32581300 38336280 39009420 48015430 27 Kab. Temanggung 11194680 18021900 18580060 19572480 24018630 28 Kab. Wonogiri 14224170 23108190 25998750 25290370 3627233029 Kab. Wonosobo 14984920 26380310 24385840 23869510 23335690 30 Kota. Magelang 12311340 19191420 23567460 22628700 2448698031 Kota. Pekalongan 7327370 11629270 13679480 15864600 15192710 32 Kota. Salatiga 10501680 17703830 20181960 21619400 27784720 33 Kota. Semarang 85524470 122590240 143157300 155824660 190184690 34 Kota. Surakarta 35852030 45112370 54815680 59632520 66169010 35 Kota. Tegal 17576790 30410520 35147570 42359750 50342160
Sumber: Badan Pusat Statistik Yogyakarta
2.8.3 Belanja Daerah (BD)
Menurut Kepmendagri No. 29/2002 disebutkan bahwa belanja daerah
merupakan sama pengeluaran kas daerah dalam periode anggaran tertentu yang
menjadi beban daerah. Pengeluaran ini dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan
wewenang dan tanggungjawabnya kepada masyarakat dan pemerintah diatasnya
(pemprov dan pempus). Pada prakteknya belanja dibagi kedalam dua kelompok yaitu
belanja rutin dan belanja pembangunan.
Belanja daerah menurut PP nomor 105 tahun 2000 adalah semua pengeluaran
kas daerah yang menjadi beban daerah dalam satu periode anggaran Kepmendagri
no.29 tahun 2002 mengelompokan belanja pemerintah daerah dalam APBD
berdasarkan kelompok belanja sebagai berikut:
22
1. Belanja Administrasi Umum
2. Belanja Operasi, Pemeliharaan Sarana, Prasarana Publik
3. Belanja Modal
4. Belanja Pembangunan
Tabel 2.4 Ringkasan realisasi Belanja Daerah (BD) Pemda kab/kota se-Propinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2001-2005 (000 Rupiah)
Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005Kab. Banjarnegara 19887472 25320538 395147664 407950920 390605024Kab. Banyumas 34132079 37439338 509440862 503173948 55064489Kab. Batang 18630194 21551601 383121195 366887339 295070070Kab. Blora 25814804 32788253 448295701 418726218 367101995Kab. Boyolali 24288742 28711259 427391939 433664104 428472209Kab. Brebes 32503516 35458030 473716641 484226508 493559968Kab. Cilacap 35255441 38940548 54572203 504264971 529583869Kab. Demak 17622574 23046186 362426906 357082686 357432421Kab. Grobogan 28559456 32085597 42458083 507659850 471391830Kab. Jepara 25753259 29030677 397967317 415903095 414235482Kab. Karanganyar 23871725 26656740 380138770 401412912 396896484Kab. Kebumen 26444718 35247370 461136468 461715774 490176054Kab. Kendal 26553477 35864411 457144431 397175738 398780476Kab. Klaten 32028704 36427211 48396219 517792390 549251540Kab. Kudus 21190352 14798091 33498910 356652962 465502596Kab. Magelang 26617033 361898948 439798707 480976728 488925466Kab. Pati 282090785 315030844 457857001 471867355 487954209Kab. Pekalongan 19182509 25679168 334692828 340381370 358402560Kab. Pemalang 24188935 28154550 40886510 431126843 436967941Kab. Purbalingga 23568140 28091893 35014165 378032610 365639020Kab. Purworejo 26066777 27823223 376971528 375732381 401815358Kab. Rembang 18077113 20274151 274355463 292976820 294304930Kab. Semarang 23034278 28532967 364419752 407426274 438832160Kab. Sragen 25063484 27628495 39046739 417459160 419642560Kab. Sukoharjo 20560179 23966208 364428743 382198213 380717150Kab. Tegal 27439231 31017962 465735716 451083777 486784084Kab. Temanggung 21618901 25422853 343597940 350265851 328161927Kab. Wonogiri 25736855 30040101 458955128 474160710 499064981Kab. Wonosobo 17733392 23524700 33518394 401439979 356553122Kota. Magelang 10575982 14167582 204005179 204222920 205326485Kota. Pekalongan 9679886 13367621 186617219 196593561 197469344Kota. Salatiga 7454731 11004002 208234471 186453052 207032022
23
Kota. Semarang 41952905 30871650 729572319 782922472 809720824Kota. Surakarta 20933738 26262468 35196834 370074830 386155775Kota. Tegal 12226528 15816367 405569139 441031740 284181860
Sumber: Badan Pusat Statistik Yogyakarta
2.8.3.1 Belanja Administrasi Umum
Belanja Administrasi dan Umum merupakan pengeluaran kas daerah yang
tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Belanja
Administrasi umum ini dapat dibedakan menjadi belanja pegawai/personalia, belanja
barang, belanja perjalanan dinas, dan belanja pemeliharaan.
a. Belanja Pegawai/Personalia
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
2.8.3.2 Belanja Modal
Kelompok belanja ini merupakan belanja yang manfaatnya dapat diperoleh
lebih dari satu tahun dan dilakukan untuk menambah aset atau kekayaan daerah, yang
mana dari aset atau kekayaan tersebut akan menimbulkan belanja lainnya.
Selain ketiga jenis belanja diatas, terdapat pula belanja bagi hasil dan bantuan
keuangan, serta belanja tidak tersangka. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
merupakan suatu kegiatan pengalihan uang atau barang dari Pemerintah daerah.
Sedangkan belanja tidak tersangka adalah belanja yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah untuk penanganan bencana alam, bencana sosial atau pengeluaran lainnya
24
yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintahan
daerah. Pengeluaran lainnya yang dimaksud di atas dijelaskan pada Kepmendagri
no.29 tahun 2002 pasal 7 ayat 2 yaitu :
a. Pengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan
prasarana yang berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat,
yang anggarannya tidak tersedia dalam Tahun Anggaran yang
bersangkutan.
b. Pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi dalam Tahun
Anggaran yang telah ditutup dengan didukung bukti-bukti yang sah.
2.8.3.3 Belanja Rutin
Belanja rutin merupakan belanja yang keluarannya tidak berupa fisik dan
terjadi berulang-ulang sepanjang waktu atau periode. Dalam keputusan Menteri
keuangan No. 157/KMK.07/2001 disebutkan bahwa belanja rutin dibagi menjadi
kedalam beberapa bagian yaitu;
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Perjalanan dinas
4. Belanja Bunga pinjaman dan
5. Belanja Lain-lain
2.8.3.4 Belanja Pembangunan
Belanja pembangunan merupakan belanja yang menghasilkan wujud fisik
yang manfaatnya lebih dari satu tahun. Belanja pembangunan ini akhirnya akan
menghasilkan kapital publik (menurut Kepmendagri no. 29/2002 disajikan dalam
25
neraca) dikutip dari Abdullah dan Halim (2003). Hasil yang dapat dilihat dari adanya
belanja pembangunan jalan, jembatan, gedung-gedung pemerintahan, irigasi dan hasil
lain yang berupa pembangunan sarana dan prasarana fisik.
26
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
Untuk kajian pustaka, penulis menggunakan penelitian-penelitian terdahulu
yang objek penelitiannya berbeda tetapi memiliki kesamaan dalam penggunaan
variabel, hal ini dikarenakan penulis tidak menemukan referensi yang memiliki objek
penelitian yang sama.
Analisis Zou (1994) berhasil mengidentifikasi beberapa konsekuensi dari
perubahan grants atau transfer yakni (1) kenaikan permanen dalam matching grants
akan mempercepat investasi publik, memperbesar kapital jangka panjang, dan
memperbesar belanja rutin dalam jangka panjang; (2) kenikan permanen dalam
matching grants untuk investasi dalam belanja rutin mungkin akan mempercepat atau
memperlambat investasi; (3) kenaikan temporer atas grants sekarang (apapun bentuk
grants) akan mendorong investasi publik; (4) kenaikan temporer non-matching grants
pada masa yang akan datang akan mengurangi investasi sekarang dan memperbesar
belanja rutin sekarang, (5) kenaikan temporer matching grants pada masa yang akan
datang untuk belanja rutin akan mengurangi investasi publik sekarang dan
memperbesar belanja rutin sekarang, tapi (6) kenaikan sementara dalam matching
grants pada masa yang akan datang untuk investasi mempunyai dampak yang ambigu
terhadap investasi publik. Esensi dari temuan-temuan terebut adalah perubahan dalam
total belanja daerah (rutin dan pembangunan) sebagai akibat dari perubahan dalam
grants atau transfer dari pemerintah pusat (Abdullah dan Hakim, 2003)
27
Syukriy Abdullah dan Abdul Halim (2003) tentang pengaruh dana alokasi
umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja pemerintah daerah,
studi kasus Kabupaten/Kota Di Jawa dan Bali, hasil penelitian menunjukan bahwa
secara terpisah, DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah, baik
maupun tanpa lag. Ketika tidak digunakan tanpa lag, pengaruh PAD terhadap belanja
daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi dengan digunakan lag, pengaruh DAU
terhadap belanja daerah justru lebih kuat daripada PAD. Ketika kedua faktor (DAU
dan PAD) diregres serentak dengan belanja daerah, pengaruh keduanya juga
signifikan, baik dengan ataupun lag. Dalam model prediksi tanpa lag, daya prediksi
DAU lebih rendah dari PAD, tetapi sebaliknya dalam prediksi dengan lag. Dengan
demikian terjadi flypaper effect.
Nilai t-statistic untuk kedua variabel mengalami penurunan dibandingkan
dengan analisis regresi sederhana dengan variabel bebas tunggal (DAU atau PAD).
Ketika DAUt dan PADt masing-masing diregres dengan BDt maka nilai t-statistic
untuk keduanya adalah 4,139 dan 7,687 (untuk PADt lebih besar dari DAUt).
Sementara keduanya diregres serentak terhadap BDt nilai t-statistic untuk PADt
(6,899) tetap lebih besar dari DAUt (3,033). Nilai t-statistic mengalami penurunan
sebesar 1,106 untuk DAUt untuk 0,788 untuk PADt. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa signifikansi pengaruh PADt terhadap BDt (secara statistic) lebih
kuat dari pengaruh DAUt atau tidak terjadi flypaper effect.
Kesit Bambang Prakosa (2004) tentang analisis pengaruh dana alokasi umum
(DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap prediksi belanja daerah, studi
empirik di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY, dari hasil penelitian menunjukan
28
bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah baik dengan
maupun tanpa lag. Ketika tidak menggunakan lag, pengaruh PAD terhadap belanja
daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi dengan digunakan lag, pengaruh DAU
terhadap belanja daerah justru lebih kuat daripada PAD. Secara empiris penelitian ini
membuktikan bahwa besarnya belanja daerah dipengaruhi oleh jumlah DAU yang
diterima dari pemerintah pusat. Dari hasil penelitaian tersebut, menunjukan bahwa
DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Dalam model
prediksi BJD, daya prediksi DAU terhadap BJD tetap lebih tinggi dibanding daya
prediksi PAD. Hal ini menunjukan telah terjadi flypaper effect.
Bambang Haryadi (2002) tentang pengaruh fiskal stress terhadap kinerja
keuangan pemerintah kabupaten/kota di propinsi Jawa Timur, hasil penelitian
menyebutkan bahwa fiscal stress atau tekanan keuangan yang terjadi karena adanya
krisis ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat kestabilan alokasi dana dari APBN
ke APBD dan adanya UU No.18/1997 tentang pembatasan pemungutan pajak oleh
pemerintah daerah yang menyebabkan penurunan sumber pendapatan daerah,
sedangkan kinerja keuangan disini meliputi beberapa unsur yaitu kemampuan
pemerintah kabupaten/kota dalam membiayai APBDnya, kemampuan mobilisasi
desentralisasi fiskal.
Menurut Kepmendagri No.29/2002 disebutkan bahwa belanja daerah
merupakan semua pengeluaran kas daerah dalam periode anggaran tertentu yang
menjadi beban daerah, pengeluaran ini dilakukan pemerintah daerah untuk
melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya kepada masyarakat dan pemerintah
29
diatasnya (pemerintah provinsi dan pemerintah pusat). Pada prakteknya belanja
dibagi kedalam dua kelompok yaitu belanja rutin dan belanja pembangunan.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Maimunah (2006) dengan mengambil
sampel pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. Penelitian tersebut menghasilkan
kesimpulan bahwa telah terjadi flypaper effect pada Belanja Daerah pada
kabupaten/kota di Sumatera, pengaruh flypaper dapat digunakan dalam memprediksi
Belanja Daerah periode ke depan, dan tidak terdapat perbedaan terjadinya flypaper
effect baik pada daerah yang PAD-nya tinggi maupun pada daerah yang PAD-nya
rendah di Kabupaten/Kota di pulau Sumatera.
Widiyanto (Skripsi, 2004) tentang pengaruh dana alokasi umum (DAU) dan
pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja pemerintah daerah pada pemerintah
kabupaten/kota di propinsi DIY dan Jawa Tengah. Hasil penelitiannya yaitu
menunjukan hubungan yang erat antara perubahan DAU dan PAD terhadap
perubahan belanja daerah baik pada saat dilakukan regresi sederhana (dengan atau
tanpa lag) maupun dengan regresi berganda hampir sama pengujian menunjukan
hubungan yang signifikan positif, yang bermakna bahwa apabila terjadi peningkatan
pada DAU dan PAD maka akan diikuti peningkatan pada belanja daerah. Pada saat
hasil dari masing-masing pengujian itu dibandingkan satu sama lain, terlihat bahwa
nilai t-statistik, f-statistik, R,R², dan Adjusted-R² pada masing-masing variabel, DAU
memiliki nilai yang lebih besar daripada PAD, hal ini menunjukan bahwa pengaruh
prubahan besarnya DAU yang diterima oleh pemerintah kab/kota di propinsi DIY dan
Jawa Tengah terhadap besarnya belanja daerah.
30
Penelitian yang dilakukan oleh Cheng (1999) bahwa hipotesis pajak belanja
berlaku untuk pemda di beberapa Negara Amerika latin, hal senada juga dinyatakan
oleh Friedman (1978) yang menyatakan bahwa kenaikan dalam pajak akan
meningkatkan belanja daerah, sehingga akhirnya akan memperbesar defisit.
Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Hoover dan Sheffrin (1992) yang secara
empiris menemukan adanya perbedaan hubungan dalam rentang waktu berbeda.
Untuk sampel data sebelum pertengahan tahun 1960-an pajak berpengaruh terhadap
belanja, sementara untuk sampel data sesudah tahun 1960-an pajak dan belanja tidak
saling mempengaruhi (Cousally Independent) karena pajak merupakan salah satu dari
sumber pendapatan asli daerah maka hipotesis yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah adalah:
H2a : Pendapatan asli daerah (PAD)t berpengaruh positif terhadap belanja daerah
(BD)t
H2b : Pendapatan asli daerah (PAD)t-1 berpengaruh positif terhadap belanja daerah
(BD)t
Studi Aaberge dan Langorgen (1997) yang menganalisis perilaku fiskal dan
belanja pemerintah daerah dengan Simultaneous Setting dan menemukan adanya
flypaper effect dalam respon daerah terhadap perubahan pendapatan. Bagi pemda
yang menjadi masalah dalam pembuatan keputusan alokasi sumberdaya adalah
pemilihan kombinasi yang terbaik antara pajak dan daerah, surplus dan defisit
anggaran, dan output dalam pelayanan publik, yang dibatasi oleh “aturan” bahwa
pengeluaran daerah plus surplus daerah anggaran tidak melebihi grants dari
pemerintah pusat plus pajak daerah. Dengan demikian, dapat dilihat perbedaan
31
dampak antara grants dan pendapatan daerah (pajak) terhadap perilaku fiskal dan
belana daerah.
Oates (1979) menyatakan fenomena flypaper effect dapat dijelaskan dengan
ilusi fiskal. Bagi Oates, tranfer akan menurunkan biaya rata-rata penyediaan barang
publik (bukan biaya marginalnya). Namun, masyarakat tidak memahami penurunan
biaya yang terjadi adalah pada biaya rata-rata atau biaya marginalnya. Masyarakat
hanya percaya harga barang publik akan menurun. Bila permintaan barang publik
tidak elastis, maka transfer berakibat pada kenaikan pajak bagi masyarakat. Ini berarti
flypaper effect merupakan akibat dari ketidaktahuan masyarakat akan anggaran
pemerintah daerah.
Haryo Kuncoro (2004) yang menganalisis tentang pengaruh transfer antar
pemerintah pada kinerja fiskal pemerintah daerah kota dan kabupaten di indonesia.
Bagi Haryo Kuncoro, peningkatan alokasi transfer diikuti dengan penggalian PAD
yang lebih tinggi. Simpulan ini mengindikasikan sikap overaktif pemerintah daerah
terhadap arti pengtingnya transfer. Bagi pemerintah pusat, transfer memang
diharapkan menjadi pendorong agar pemerintah daerah secara intensif menggali
sumber-sumber penerimaan sesuai kewenangannya. Namun, penggalian PAD yang
hanya didasarkan pada faktor inkremetal akan berakibat negatif pada perekonomian
daerah.
Di sisi lain, peningkatan alokasi transfer juga diikuti dengan pertumbuhan
pengeluaran yang lebih tinggi. Gejala ini memperlihatkan bahwa birokrat pemerintah
daerah bertindak sangat reaktif terhadap transfer yang diterima dari pusat. Ada
indikasi peningkatan pengeluaran yang tinggi tersebut disebabkan karena inefisiensi
32
pengeluaran pemerintah daerah teruma pengeluaran rutin. Kecenderungan ini dalam
jangka panjang akan berakibat pada peningkatan ketidakmerataan fiskal secara
horizontal.
33
BAB IV
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Pada bagian ini akan membahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan
pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pegertian belanja daerah, dana alokasi
umum, dan pendapatan asli daerah serta teori-teori yang menjelaskan hubungan dari
ketiga variabel tersebut berupa hasil penemuan terdahulu yang menjadi landasan teori
dan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.
4.1 Pengertian Tranfer dan DAU
Di indonesia, seperti ditegaskan dalam UU No. 25/1999, bentuk trasfer yang
paling penting adalah DAU dan DAK, selain bagi hasil (revenue sharing). Transfer
merupakan konsekuensi dari tidak meratanya kemampuan keungan dan ekonomi
daerah. Selain itu, tujuan transfer adalah mengurangi kesenjangan keuangan
horisontal antar daerah, megurangi kesenjangan vertikal Pusat dan daerah, dan untuk
menciptakan stabilisasi aktifitas perekonomian daerah.
Transfer atau grants dari pemerintah pusat secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yakni matching grants dan belanja pembangunan. Belanja rutin adalah
belanja yang sifatnya terjadi terus menerus berulang untuk setiap tahun fiskal dan
umumnya tidak menghasilkan wujud fisik (contoh: belanja gaji dan honorarium
pegawai), sementara belanja pembangunan pada umumnya menghasilkan wujud fisik,
seperti jalan, jalan bebas hambatan, jembatan, gedung, pengadaan jaringan listrik dan
air minum, dan sebagainya. Belanja pembangunan non fisik diantaranya mencakup
pendidikan, pelayanan kesehatan, pemeliharaan keamanan masyarakat.
34
Bagaimana pemerintah daerah mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya
merupakan pertanyaan penelitian yang menarik sejak lama. Peneliti terdahulu
menggunakan berbagai pendekatan untuk menjelaskan perilaku pemerintah daerah
dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya, baik dana yang bersumber dari
transfer pemerintah di atasnya ataupun dari pendapatannya sendiri. Pemerintah daerah
bisa merespon transfer dari pemerintah pusat secara simetris dan tidak simetris
(Gamkhar & Oates, 1996). Beberapa peneliti menemukan bahwa respon pemerintah
daerah berbeda untuk transfer dan pendapatan sendiri (seperti pajak). Artinya, ketika
penerimaan daerah berasal dari transfer, maka stimulasi atas belanja yang
ditimbulkannya berbeda dengan stimulasi yang muncul dari pendapatan daerah
(terutama pajak daerah). Ketika respon (belanja) daerah lebih besar terhadap transfer,
maka disebut flypaper effect (Oates, 1999).
Dalam perspektif teori keagenan, Inaman (1979) dan Rubinfeld (1987) (dalam
Holtz-Eakin et al, 1994), Aaberge & Langorgen (1997), dan Slack (1980) menyatakan
bahwa agen atau politisi di pemerintah daerah bersikap seolah-olah mereka
memaksimalkan utilitas individu (voter) berpendapatan menengah kebawah di dalam
masyarakat. Apabila dikaitkan dengan belanja publik untuk periode tertentu, agen
akan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliknya berdasarkan pada ekspektasinya
terhadap lingkungan ekonomi pada masa yang akan datang. Secara teoritis
diasumsikan bahwa semua pengeluaran pada suatu periode tertentu tergantung pada
ketersediaan sumberdaya pada periode bersangkutan, namun dengan batasan aturan
anggaran yang ada, misalnya anggaran berimbang (balanced-bulget rule).
35
Dalam konsep anggaran berimbang pemerintah daerah diharuskan
menyerahkan anggarannya pada legislatif sebelum tahun fiskal berjalan, tetapi tidak
mengatur bagaimana pengeluaran harus diprioritaskan atau bagaimana komponen-
komponen pengeluaran ditentukan (Holtz-Eakin et al, 1994). Oleh karena itu, Pemda
dapat melakukan smoothing atas pengeluaran pengeluarannya karena memang tidak
ada aturan yang secara efektif digunakan untuk mencegahnya. Hal ini juga terjadi di
Norwegia (Aaberge & Langorgen, 1997), dimana Pemda memiliki kebebasan untuk
membuat priorotas atas pengeluaran untuk tujuan melayani masyarakatnya, meskipun
tidak mutlak. Misalnya, belanja untuk pendidikan untuk anak usia 7-15 tahun harus
tetap dianggarkan dalam jumlah tertentu. Menurut Inman (1983, dalam Holtz-Eakin
et al, 1994), pembuatan keputusan dalam sektor publik bersifat backward-looking. Di
sisi lain, time horizon agen lebih panjang dari satu tahun anggaran, sehingga pada
prakteknya beberapa Pemda membentuk rainy day funds untuk memudahkan smooth
atas pengeluarannya atau menyusun anggaran untuk siklus beberapa tahun (Multiyear
budget).
Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pembelanjaan. Adapun cara menghitung dana alokasi umum menurut
ketentuan adalah sebagai berikut:
1. Dana alokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari penerimaan
dalam negeri yang sitetapkan dalam APBN.
36
2. Dana alokasi umum (DAU) untuk daerah propinsi dan untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana alokasi umum
sebagaimana ditetapkan diatas.
3. Dari dana alokasi (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu ditetapkan
berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah kabupaten/kota
yang ditetapkan APBN denga porsi daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
4. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud diatas merupakan proporsi
bobot daerah kabupaten/kota diseluruh indonesia.
Formula untuk menghitung besarnya DAU yaitu :
a. DAU untuk Propinsi
opinsiseluruhbobotJumlah
bersangkuyangopinsiBobotopinsiuntukDAUJumlahDAUPr
tanPrPr ×=
b. DAU untuk daerah Kabupaten/Kota
KotaKabupatenseluruhbobotJumlah
bersangkuyangKotaKabupatenBobotKotaKabupatenuntukDAUJumlahDAU
/
tan// ×=
Dimana formula untuk menghitung Bobot DAU daerah adalah
daerahseluruhDAUKebutuhanTotal
DaerahDAUKebutuhanDaerahDAUBobot =
Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian sebelumnya, salah satu tujuan
transfer adalah pemerataan horizontal (horizontal equalization) yaitu dengan menutup
celah fiskal (fiscal gap) yang berada diantara kebutuhan fiskal dan potensi ekonomi
37
yang dimiliki daerah. Tujuan transfer tersebut yang akan dipenuhi melalui DAU.
Dimana kebutuhan DAU suatu daerah merupakan selisih antara kebutuhan daerah
dengan potensi penerimaan daerah.
Kebutuhan DAU = Kebutuhan Daerah – Potensi Penerimaan Daerah
Kebutuhan Daerah dihitung dengan memperhatikan beberapa faktor yaitu jumlah
penduduk, luas wilayah, indeks harga bangunan, dan jumlah penduduk miskin dengan
menggunakan indeks-indeks berikut :
nasionaldaerahpopulasirataRata
daerahPopulasipendudukIndeks−
=
NasionalDaerahLuasrataRata
DaerahLuasDaerahLuasIndeks−
=
100
arg daerahkonstruksiIndeksdaerahahIndeks =
nasionalmiskinpendudukjmlrataRata
daerahmiskinpendudukJumlahdaerahrelatifkemiskinanIndeks−
=
Untuk mengetahui jumlah kebutuhan daerah maka pengeluaran daerah rata-rata
dikalikan dengan rata-rata keempat indeks tersebut. Atau jika ditulis dalam formula
maka akan menjadi seperti di bawah ini.
4].arg...[ KemiskinanIaHILuasIPendudukIDaerahKebutuhan RataRataDaerahnPengeluara
+++×= −
38
Yang dimaksud dengan pengeluaran daerah rata-rata adalah total belanja daerah
secara nasional ditambah dengan pengeluaran DIK yang akan didaerahkan untuk
tahun 2001, dibagi dengan jumlah daerah (Provinsi atau Kabupaten/Kota). Atau
dalam formula :
DaerahJumlahnDidaerahkaygDIKDanaNasionalDaerahBelanjaTotalRataRataDaerahnPengeluara ][ +
=−
Setelah diperoleh angka kebutuhan daerah, maka langkah selanjutnya adalah
memperkirakan jumlah Potensi Penerimaan Daerah dengan menggunakan variabel-
variabel potensi yaitu PDRB sektor sumber daya alam (primer), PDRB sektor industri
dan jasa lainnya (non-primer), dan besarnya angkatan kerja. Variabel-variabel
tersebut dihitung indeksnya menggunakan formula berikut :
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛
=
NasionalPDBNasionalSDAsektorPDB
DaerahPDRBDaerahSDAsektorPDRB
DaerahSDAIndeks
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛
=
NasionalPDBNasionalnonprimersektorPDB
DaerahPDRBDaerahnonprimersektorPDRB
DaerahIndustriIndeks
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛
=
IndonesiaPopulasiIndonesiaKerjaAngka
DaerahPopulasiDaerahKerjaAngka
DaerahSDMIndekstan
tan
39
Setelah indeks untuk ketiga veriabel diketahui, maka dapat dihitung besaran potensi
penerimaan daerah dengan menggunakan formula dibawah ini.
3][ SDMIndeksSDAIndeksIndustriIndeksPenerimaanPotensi RataRataDaerahPenerimaan
++×= −
Dimana Penerimaan daerah rata-rata adalah jumlah Pendapatan Asli Daerah ditambah
Bagi Hasil pajak, yang kemudian dibagai dengan jumlah daerah. Atau dalam formula
berikut ini.
DaerahJumlah
PajakHasilBagiDaerahAsliPendapaRataRataDaerahPenerimaan ]tan[ +=−
4.2 Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah
Dalam literatur ekonomi dan keuangan daerah, hubungan pendapatan dan
belanja daerah didiskusikan secara luas sejak akhir dekade 1950-an tentang hubungan
tersebut diuji secara empiris (Chang & Ho. 2002), sebagian studi menyatakan bahwa
pendapatan mempengaruhi belanja. Sementara sebagian lainnya menyatakan bahwa
belanjalah yang mempengaruhi pendapatan (Aziz, 2000, Doi, 1998). Sementara studi
tentang pengaruh transfer atau grants dari pemerintah pusat terhadap keputusan
pengeluaran atau belanja pemerintah daerah sudah berjalan lebih dari 30 tahun
(Gamkhar & Oates, 1971a). Namun, dalam studi empiris hal tersebut tidak selalu
terjadi. Artinya, timulus terhadap pengeluaran daerah yang ditimbulkan oleh transfer
atau grants tersebut sering lebih besar dibandingkan dengan stimulus dari pendapatan
/pajak daerah sendiri (flypaper effect).
40
Holtz-Eakin et al (1985) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat
antara tansfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah. Studi
Legrenzi & Milas (2001), menggunakan sampel municipalities di Italia, menemukan
bukti empiris bahwa dalam jangka panjang transfer berpengaruh terhadap belanja
daerah. Secara spesifik mereka menegaskan bahwa variabel-variabel kebijakan
pemerintah daerah dalam jangka pendek disesuaikan (adjusted) dengan taansfer yang
diterima, sehingga memungkinkan terjadinya respon yang non-linear dan asymmetric.
Gamkhar & Oates (1996) menganalisis respon pemerintah daerah terhadap
perubahan jumlah transfer dari pemerintah federal di Amerika Serikat untuk tahun
1953-1991. mereka menyatakan bahwa pengurangan jumlah transfer (cuts in federal
grants) menyebabkan penurunan dalam pengeluaran daerah. Studi Holtz-Eakin et al
(1994) menganalisis model maximizing under uncertainty of intertemporal utility
function dengan menggunakan data runtut waktu selama tahun 1934-1991 untuk
mengetahui seberapa jauh pengeluaran daerah dapat dirasionalkan melalui suatu
model, dimana keputusan-keputusan didasarkan pada ketersediaan sumberdaya secara
permanen, bukan ketersediaan yang sifatnya temporer, mereka menemukan bahwa
semua current spending ditentukan oleh current reources.
Berdasarkan konsep dan temuan-temuan di atas, maka hipotesis alternatif
untuk melihat pengaruh DAU tahun berjalan (DAUt) terhadap belanja daerah tahun
berjalan (BDt) dapat dinyatakan sebagai berikut:
H1a: DAUt berpengaruh positif terhadap BDt.
Studi Holtz-Eakin et al (1985) menemukan bahwa grants tahun lalu dapat
memprediksi belanja tahun ini, namun sebaliknya, belanja tahun lalu tidak dapat
41
memprediksi pendapatan tahun belanja. Hipotesis untuk melihat pengaruh DAU
tahun lalu (DAUt-1) terhadap belanja daerah tahun berjalan (BDt) dinyatakan sebagai
berikut:
H1b: DAUt-1 berpengaruh positif terhadap BDt.
Untuk mengetahui daya prediksi yang lebih baik, DAUt atau DAUt-1, terhadap
BD tahun berjalan (BDt), maka akan diuji hipotesis berikut:
H1c: Daya prediksi DAUt-1 terhadap BDt lebih baik daripada DAUt terhadap
BDt.
4.3 Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah
Studi tentang pengaruh pendapatan daerah (local own source revenue)
terhadap pengeluaran daerah sudah banyak dilakukan (misalnya Aziz et al, 2000;
Blackley, 1986; Joulfaian & Mokeerjee, 1990; Legrenzi & Milas, 2001; von
Furstenberg et al, 1986). Hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan daerah
(terutama pajak) akan memepengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah dikenal
dengan nama tax-spend hypothesis (Aziz et al, 2000; Doi, 1998; von Furstenberg et
al, 1986). Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan
perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau perubahan pendapatan terjadi
sebelum perubahan pengeluaran.
Dalam konteks internasional, beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk
melihat pengaruh pendapatan daerah terhadap belanja (di antaranya adalah Cheng,
1999; Friedman, 1978; Hoover & Sheffrin, 1992). Cheng (1999) menemukan bahwa
hipotesis pajak belanja berlaku untuk kasus pemerintah daerah di beberapa negara
Amerika latin, yakni kolombia, Republik Dominika, Honduras, dan Paraguay.
42
Friedman (1978) menyatakan bahwa kenaikan dalam pajak akan meningkatkan
belanja daerah, sehingga akhirnya akan memperbesar defisit. Hal senada
dikemukakan oleh Hoover & Sheffrin (1992), yang secara empiris menemukan
adanya perbedaan hubungan dalam dua rentang waktu yang berbeda. Mereka
menemukan bahwa untuk sampel data sebelum pertengahan tahun 1960-an pajak
berpengaruh terhadap belanja, sementara untuk sampel data sesudah tahun1960-an
pajak dan belanja tidak saling mempengaruhi (causally independent).
Hipotesis untuk menguji pengaruh DAU dan PAD terhadap BD adalah
sebagai berikut:
4.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dikemukakan, maka hipotesis
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Diduga DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah.
2. Diduga PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah.
3. Diduga DAU dan PAD secara serempak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Belanja Daerah.
43
BAB V
METODE PENELITIAN
5.1 Sampel dan Data
Sampel dalam penelitian ini adalah 29 kabupaten dan 6 kota di Propinsi Jawa
Tengah. Alasan pemilihan sampel di propinsi ini adalah (1) karena karakteristik
ekonomi maupun geografisnya, (2) ketersediaan data. Sementara data yang dianalisis
adalah data yang bersumber dari laporan APBD Pemda kabupaten/kota di Propinsi
Jawa Tengah, yakni data Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Pajak daerah serta
Dana Alokasi Umum (DAU), yang diperoleh dari situs Departemen Dalam Negeri
dan Depertemen Keuangan, melalui internet serta sumber lain.
5.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Belanja Daerah
yang terdapat pada laporan realisasi APBD Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah
tahun 2001 sampai dengan tahun 2005, yang diperoleh melalui situs Departemen
Keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dan Badan Pusat Statistik
Yogyakarta.
44
5.3 Variabel dan Pengukuran
Variabel independen atau penjelas dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sedangkan variabel dependen
dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah.
5.4 Alat Analisis
Alat analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
regresi panel data dengan menggunakan Fixed effect dan Random effect. Ada
beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel; Pertama, data
panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu
menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom
yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross
section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika adalah masalah penghilangan
variabel (ommited-variabel).
Adapun model regresi yang dapat ditulis sbb:
Yit = a + β1X1it + β2X2it + e
Dimana: Yit = jumlah belanja atau perubahan jumlah belanja daerah (BD)
a = konstanta
β1, β2 = koefisien regresi
X1 = jumlah DAU
X2 = jumlah PAD
e = Error term
45
5.4.1 Uji Statistik
Setelah hasil regresi linier diperoleh, langkah selanjutnya yaitu:
Melakukan pengujian terhadap parameter-parameternya. Pengujian selanjutnya
adalah pengujian kebenaran dari hipotesis yang ada maka perlu diadakannya
pengujian statistik sebagai berikut :
5.4.1.1. Uji F
Untuk mengetahui apakah variabel DAU dan PAD secara bersama-sama memiliki
pengaruh terhadap Belanja Daerah (H1), maka dilakukan uji F. Hipotesa yang akan
diuji melalui uji F ini yaitu;
Ho1 : β1 = β2 = 0 ; Variabel PAD dan DAU secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap Belanja Daerah.
Ha1 : β1 = β2 ≠ 0 ; Variabel PAD dan DAU secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap Belanja Daerah.
Uji F dilakukan dengan membandingkan P Value f hitung yang dihasilkan dari model
regresi tersebut dengan derajat signifikansinya (α) yaitu 0,05. Kriteria yang
digunakan untuk menarik kesimpulan hipotesa diatas adalah jika P Value f hitung < α
(α = 0,05) maka Ho ditolak. Dimana mempunyai makna bahwa variabel PAD dan
DAU secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.
Membandingkan hasil F hitung dengan F tabel.
F-tabel ≤ F-hitung, maka H0 ditolak
F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima
46
Artinya variabel-variabel independent secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependentnya.
Daerah penerimaan Ho ditolak
Ho F tabel
Gambar 5.1 Uji F
5.4.1.2. Uji t-statistik
Untuk mengetahui manakah yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap
Belanja Daerah antara variabel DAU dan PAD (H2) digunakan uji t. Hipotesa yang
akan diuji melalui uji t ini yaitu:
Ho : β1 = 0 ; Variabel PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.
Ha : β1 ≠ 0 ; Variabel PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah
Ho : β2 = 0 ; Variabel DAU tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah
Ha : β2 ≠ 0 ; Variabel DAU berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah
Uji t dilakukan dengan membandingkan P Value t hitung yang dihasilkan oleh
masing-masing variabel independen dalam persamaan regresi di atas dengan derajat
signifikansinya (α) yaitu 0,05. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan
hipotesa diatas yaitu jika P Value t hitung < α (α = 0,05) maka Ho ditolak.
47
Membandingkan hasil t-hitung dengan t-tabel dengan kriteria sebagai berikut:
t-hitung > t tabel, yaitu menerima Hi dan menolak Ho
t-hitung ≤ t tabel, yaitu menerima Ho dan menolak Hi
Artinya variabel independent yang diuji tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependentnya.
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
Gambar 5.2 Uji t tabel
5.4.1.3. Koefisien Determinasi R2
R2 atau adjusted R2 atau koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
apakah besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. R2 atau adjusted
R2 memiliki nilai antara 0-1, semakin mendekati satu menunjukkan pengaruh yang
semakin kuat sedangkan semakin mendekati 0 berarti pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat lemah.
48
5.4.2 Uji Signifikansi Fixed Effect
Setelah dilakukan regresi dua model yaitu model dengan asumsi bahwa slope dan
intersep sama. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel
dengan Fixed Effect lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel dummy
dengan melihat residual sum of squares (RSS).
Adapun uji F statistiknya adalah sbb:
)/()(/)(
2
21
knRSSmRSSRSS
F−
−=
Dimana: RSS1 dan RSS2 = residual sum of squares teknik tanpa variabel dummy
dan teknik fixed effect dengan variabel dummy.
m = jumlah retriksi
n = jumlah observasi
k = jumlah parameter dalam fixed effect
5.4.3 Uji Signifikansi Random Effect
Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik dari metode OLS
digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Uji signifikansi Random Effect ini
dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Metode Bruesch Pagan untuk uji signifikansi
model Random Effect didasarkan pada nilai residual dari metode OLS. Adapun nilai
statistik LM dihitung berdasarkan formula sbb:
49
2
1 1
2
1 1 1)1(2
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡
−=
∑∑
∑ ∑
= =
= =n
i
T
tit
n
i
T
tit
e
e
TnTLM
2
1 1
2
1
2
1)(
)1(2⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−
=
∑∑
∑
= =
=n
i
T
tit
n
ii
e
eT
TnT
Dimana: n = jumlah individu
T = jumlah periode waktu
e = residual metode OLS
Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of freedom
sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai LM lebih besar nilai kritis statistik chi-
squares maka menolak hipotesis nul. Artinya, estimasi yang tepat untuk model regresi
data panel adalah metode Random Effect dari pada metode OLS. Sebaiknya jika nilai
LM statistik chi-aquares sebagai niali kritis maka menerima hipotesis nul. Estimasi
Random Effect dengan demikian tidak bisa digunakan untuk regresi data panel, tetapi
digunakan metode OLS.
50
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Deskriptif
Hasil statistik deskriptif untuk variabel independen yaitu Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan variabel dependen yaitu Belanja
Daerah. Data yang diteliti merupakan data panel, yaitu gabungan antara data time
series dan cross section. Data runtut waktu mencakup periode tahun 2001 hingga
2005. Cakupan spasial studi adalah kota dan kabupaten yang ada di jawa tengah.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program eviews dalam tabel ditunjukan
sebagai berikut:
Tabel 6.1 Analisis Deskriptif
DAU? PAD? BD?
Mean 25275582 31732486 2.38E+08 Median 25486400 25998750 2.82E+08 Maximum 40938614 1.90E+08 8.10E+08 Minimum 7710793. 5285863. 7454731. Std. Dev. 7175686. 22975932 2.04E+08 Skewness -0.205673 3.884823 0.251652 Kurtosis 2.913496 23.00245 1.832599
Jarque-Bera 1.288356 3357.560 11.78435 Probability 0.525094 0.000000 0.002761
Observations 175 175 175 Cross sections 35 35 35
Sumber: Data diolah dengan Eviews
51
Berdasarkan dari data analisis deskriptif pada tabel 6.1 menunjukan dimana
nilai rata-rata terbesar pada DAU sebesar Rp 25.275.582, dimana untuk nilai tengah
sebesar Rp 25.486.400, pada nilai tertinggi DAU sebesar Rp 40.938.614, dan untuk
nilai terendah DAU sebesar Rp 7.710.793. Adapun untuk nilai rata-rata terbesar pada
PAD yaitu Rp 31.732.486, dimana untuk nilai tengah yaitu Rp 25.998.750, pada nilai
tertinggi DAU adalah Rp 1.900.000.000, dan untuk nilai terendah yaitu Rp 5.285.863.
Adapun untuk nilai rata-rata pada BD yaitu Rp 238.000.000, dan untuk nilai tengah
sebesar Rp 282.000.000, dimana untuk nilai tertinggi sebesar Rp 810.000.000, pada
nilai terendah BD yaitu Rp 7.454.731.
6.2 Analisis Uji Panel Data
6.2.1 Estimasi Dengan Pendekatan Fixed Effect
Tabel 6.2 Fixed Effect Software Eviews
Dependent Variable: LOG(BD?) Method: Pooled Least Squares Date: 09/18/07 Time: 10:37 Sample: 2001 2005 Included observations: 5 Number of cross-sections used: 35 Total panel (balanced) observations: 175
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(DAU?) 5.166804 0.704947 7.329350 0.0000 LOG(PAD?) 1.536791 0.300255 5.118292 0.0000 Fixed Effects
R-squared 0.646329 Mean dependent var 18.57997 Adjusted R-squared 0.554068 S.D. dependent var 1.394312 S.E. of regression 0.931096 Sum squared resid 119.6376 F-statistic 7.005379 Durbin-Watson stat 2.262752 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah dengan Eviews
52
Hasil estimasi Fixed Effect nilai koefisien untuk variabel DAU (X1) =
5.166804 dan PAD (X1) = 1.536791. Kedua variabel secara statistik signifikan pada ά
= 5 % yang berarti DAU dan PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah.
6.2.2 Estimasi Dengan Pendekatan Random Effect
Tabel 6.3 Random Effect Software Eviews
Dependent Variable: LOG(BD?) Method: GLS (Variance Components) Date: 09/18/07 Time: 10:40 Sample: 2001 2005 Included observations: 5 Number of cross-sections used: 35 Total panel (balanced) observations: 175
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.913254 3.948378 -2.510715 0.0130
LOG(DAU?) 1.020809 0.252039 4.050202 0.0001 LOG(PAD?) 0.650865 0.167298 3.890464 0.0001
Random Effects R-squared 0.206004 Mean dependent var 18.57997 Adjusted R-squared 0.196772 S.D. dependent var 1.394312 S.E. of regression 1.249624 Sum squared resid 268.5883 Durbin-Watson stat 1.000321 Unweighted Statistics
including Random Effects
R-squared 0.097439 Mean dependent var 18.57997 Adjusted R-squared 0.086944 S.D. dependent var 1.394312 S.E. of regression 1.332320 Sum squared resid 305.3131 Durbin-Watson stat 0.879996
Sumber: Data diolah dengan Eviews
Hasil estimasi Random Effect nilai koefisien untuk variabel DAU (X1) =
1.020809 dan PAD (X1) = 0.650865. Kedua variabel secara statistik signifikan pada ά
= 5 % yang berarti DAU dan PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah.
53
6.3 Uji Statistik
6.3.1 Uji F
1. Hipotesis
Ho: β1 = β2 = 0 artinya secara bersama-sama variabel X1, X2, tidak
berpengaruh terhadap belanja daerah.
Ho: β1 ≠ β2 ≠ 0 artinya secara bersama-sama variabel X1, X2, berpengaruh
terhadap belanja daerah.
2. F tabel = (α = 0,05: k-1: n-k)
= (α = 0,05: 2: 172) = 3,0482
F hitung = 33.93366
Karena Fhitung > Ftabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti secara bersama-
sama variabel DAU dan PAD mempengaruhi belanja daerah.
6.3.2 Uji t – Test Statistik
a. Uji Parameter terhadap variabel DAU
1. Hipotesis
Ho: βi ≤ 0, artinya variable DAU tidak berpengaruh terhadap belanja
daerah.
Ha: βi > 0, artinya variable DAU berpengaruh terhadap belanja daerah.
2. t- tabel = (α = 0,05 : df = 172 ) = 1.6538
t hitung = 3.934363
54
Karena t hitung > t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti secara individu
variabel Dana Alokasi Umum (X1) mempengaruhi Belanja Daerah.
b. Uji Parameter terhadap variabel PAD
1. Hipotesis
Ho: βi ≤ 0, artinya variable PAD tidak berpengaruh terhadap belanja
daerah.
Ha: βi > 0, artinya variable PAD berpengaruh terhadap belanja daerah.
2. t tabel = (α = 0,05 : df = 172 ) = 1.6538
t hitung = 4.594907
Karena t hitung > t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti secara individu
variabel Pendapaatan Asli Daerah (X2) mempengaruhi Belanja Daerah.
6.3.3 Koefisien Determinasi R2 (Goodness Of Fit)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan yang baik dalam analisis
yang ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi R2. berdasarkan hasil estimasi di
dapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0.282937 yang menunjukkan bahwa
variabel independen yaitu Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
mempengaruhi variabel dependen sebesar 28,29% dan sisanya 71,71% dipengaruhi
variabel lain diluar Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah.
6.4 Uji Signifikansi Fixed Effect
Setelah dilakukan regresi dua model yaitu model dengan asumsi bahwa slope
dan intersep sama. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data
55
panel dengan Fixed Effect lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel
dummy dengan melihat residual sum of squares (RSS).
Adapun uji F statistiknya adalah sbb:
F )4175/()6376,119(
2/)6376,1195640,242(−
−=
6996351,0
4632,61=
= 85,87
Nilai statistik F kritis dengan numerator 2 dan denumerator 171 pada ά = 1% dan 5%
masing-masing adalah 4.79 dan 3.0488. Dengan demikian menolak hipotesis nul.
Model Fixed Effect lebih tepat dibandingkan dengan metode OLS.
6.5 Uji Signifikansi Random Effect
Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik dari metode OLS
digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Uji signifikansi Random Effect ini
dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Metode Bruesch Pagan untuk uji signifikansi
model Random Effect didasarkan pada nilai residual dari metode OLS. Adapun nilai
statistik LM dihitung berdasarkan formula sbb:
F ( ) 2
15640,242
1938,2)15(2
52⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−
+−
=E
F2
15640,242
1938,28
10⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−
+=
E
= 1,21E+34
56
Sedangkan nilai kritis tabel distribusi chi squares dengan df sebesar 2 dengan tingkat
ά = 1% dan 5% masing-masing sebesar 9,213 dan 5,991. Dengan demikian menolak
hipotesis nul. Model Random Effect lebih tepat dibandingkan dengan metode OLS
tanpa variabel dummy.
57
BAB VII
KESIMPULAN DAN IMLPIKASI
7.1 Simpulan
1. Berdasarkan pengujian secara individual dengan menggunakan uji t, variabel
Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan
signifikan, dengan demikian hipotesis terbukti.
Untuk DAU berpengaruh positif, hal tersebut bahwa terdapat keterkaitan sangat
erat antara tansfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah.
Menyatakan bahwa pengurangan jumlah transfer pemerintah pusat akan
menyebabkan penurunan pengeluaran daerah dan begitu juga sebaliknya
peningkatan alokasi tranfer akan diikuti dengan pengeluaran yang lebih tinggi.
Gejala ini memperlihatkan bahwa pemerintah bertindak sangat reaktif terhadap
transfer yang diterima dari pusat. Untuk PAD berpengaruh positif, menyatakan
bahwa kenaikan pajak akan meningkatkan belanja daerah, sehingga akhirnya akan
memperbesar defisit.
2. Untuk uji kebaikan model (uji F dan R2) menunjukan bahwa model cukup bagus
karena secara bersama-sama variabel independen yaitu Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli berpengaruh terhadap Belanja Derah. Dengan besarnya nilai R2
sebesar 0.282937 berarti 28,29% variasi variabel independen (Dana Alokasi
Umum dan Pendapatan Asli Daerah) mampu menjelaskan variasi dependen
(Belanja Daerah).
58
3. Setelah menggunakan uji Signifikansi Fixed Effect dan Random Effect
menunjukan hasil lebih tepat daripada metode OLS.
7.2 Implikasi
1. Hendaknya pemerintah daerah dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
melihat kebutuhan serta memperhatikan efektifitas dan efisiensi penggunaan
anggaran.
2. Dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa pemberian DAU kepada daerah
kabupaten dan kota di Jawa Tengah bukan hanya untuk menutup celah fiskal yang
ada pada kemampuan keuangan daerah, namun juga sebagai sumber penerimaan
utama untuk membiayai belanja. Bagi Pemerintah Daerah agar lebih mampu
meningkatkan PAD dengan melakukan inovasi dan menggali potensi daerah di
luar pajak daerah, sehingga masyarakat tidak terlalu terbebani oleh pajak, dan
PAD yang dihasilkan mampu membiayai belanja daerah itu sendiri.
59
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Sukriy dan Abdul Halim, “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali”, SNA VI, Yogyakarta, 2003, Hal 1140-1159
Algifari, “Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta,2000.
Bastian, Indra, “Manual Akuntansi Keuangan Daerah”, PPA FE UGM, Yogyakarta, 2001.
Widarjono, Agus, “Ekonometrika:Teori dan Aplikasi untuk ekonomi dan bisnis”, Badan Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII , Yogyakarta, 2005.
Halim, Abdul, “Seri Akuntansi Sektor Publik-Akuntansi Keuangan Daerah”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Maimunah, Mutiara, “Flypaper effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota di pulau Sumatera”, Simposium nasional Akuntansi IX, Padang, 2006.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Republik Indonesia, undang-undang No.34 Tahun 2000, Tentang Perubahan UU No.18 tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Saragih, Panglima Juli, “Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi”,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Sidik, Machfud, B. Raksaka Mahi, Robert Simanjutak, & Bambang Brodjonegoro, “Dana Alokasi Umum – Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah”, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002.
Irawan, Soejito, “ Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah”, Bina Aksana, jakarta,
1984. Mudrajat, Kuncoro, “ Otonomi dan Pembangunan Daerah”, Erlangga, jakarta, 2004.
LAMPIRAN
Hasil Regresi
Dependent Variable: LOG(BD?) Method: Pooled Least Squares Date: 09/18/07 Time: 10:17 Sample: 2001 2005 Included observations: 5 Number of cross-sections used: 35 Total panel (balanced) observations: 175
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -17.23328 4.711685 -3.657562 0.0003
LOG(DAU?) 1.206531 0.306665 3.934363 0.0001 LOG(PAD?) 0.894056 0.194575 4.594907 0.0000
R-squared 0.282937 Mean dependent var 18.57997 Adjusted R-squared 0.274599 S.D. dependent var 1.394312 S.E. of regression 1.187542 Sum squared resid 242.5640 F-statistic 33.93366 Durbin-Watson stat 1.093628 Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Regresi OLS
Dependent Variable: LOG(BD?) Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 09/18/07 Time: 10:22 Sample: 2001 2005 Included observations: 5 Number of cross-sections used: 35 Total panel (balanced) observations: 175 One-step weighting matrix
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -23.21413 4.917902 -4.720332 0.0000
LOG(DAU?) 1.352386 0.318600 4.244773 0.0000 LOG(PAD?) 1.100518 0.202917 5.423494 0.0000
Weighted Statistics R-squared 0.892468 Mean dependent var 19.23470 Adjusted R-squared 0.891218 S.D. dependent var 3.576705 S.E. of regression 1.179674 Sum squared resid 239.3606 F-statistic 713.7630 Durbin-Watson stat 1.122143 Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.272728 Mean dependent var 18.57997 Adjusted R-squared 0.264272 S.D. dependent var 1.394312 S.E. of regression 1.195965 Sum squared resid 246.0173 Durbin-Watson stat 1.075506
Uji Signifikansi Fixed Effect
Dependent Variable: BD? Method: GLS (Cross Section Weights) Date: 07/20/07 Time: 02:39 Sample: 2001 2005 Included observations: 5 Number of cross-sections used: 35 Total panel (balanced) observations: 175
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DAU? 36.77991 3.250647 11.31464 0.0000 PAD? 5.481472 1.216978 4.504165 0.0000
Fixed Effects BANJARNEG--C -7.80E+08 BANYUMAS--C -1.31E+09
BATANG--C -7.04E+08 BLORA--C -9.21E+08
BOYOLALI--C -9.15E+08 BREBES--C -1.09E+09 CILACAP--C -1.37E+09 DEMAK--C -6.97E+08
GROBOGAN--C -1.08E+09 JEPARA--C -9.01E+08
KRGANYAR--C -8.15E+08 KEBUMEN--C -9.97E+08 KENDAL--C -9.59E+08 KLATEN--C -1.22E+09 KUDUS--C -7.85E+08
MAGELANG--C -8.62E+08 PATI--C -8.98E+08
PEKALONG--C -7.36E+08 PEMALANG--C -1.01E+09 PURBALING--C -9.01E+08
PURWOREJO--C -8.02E+08 REMBANG--C -5.96E+08
SEMARANG--C -8.51E+08 SRAGEN--C -9.69E+08
SUKOHARJ--C -7.61E+08 TEGAL--C -1.04E+09
TEMANGGU--C -6.67E+08 WONOGIRI--C -9.19E+08
WONOSOBO--C -8.12E+08 K_MAGEL--C -4.09E+08 K_PEKAL--C -3.60E+08 K_SALATI--C -3.62E+08
K_SEMARG--C -1.37E+09 K_SURAKR--C -8.24E+08 K_TEGAL--C -6.06E+08
Weighted Statistics R-squared 0.794132 Mean dependent var 2.90E+08 Adjusted R-squared 0.740427 S.D. dependent var 2.57E+08 S.E. of regression 1.31E+08 Sum squared resid 2.37E+18 F-statistic 532.3318 Durbin-Watson stat 2.558067 Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.659038 Mean dependent var 2.38E+08 Adjusted R-squared 0.570092 S.D. dependent var 2.04E+08 S.E. of regression 1.34E+08 Sum squared resid 2.47E+18 Durbin-Watson stat 2.350634
Estimation Command: ===================== EST(F,W) BD? DAU? PAD? Estimation Equations: ===================== BDBANJARNEG = C(3) + C(1)*DAUBANJARNEG + C(2)*PADBANJARNEG BDBANYUMAS = C(4) + C(1)*DAUBANYUMAS + C(2)*PADBANYUMAS BDBATANG = C(5) + C(1)*DAUBATANG + C(2)*PADBATANG BDBLORA = C(6) + C(1)*DAUBLORA + C(2)*PADBLORA BDBOYOLALI = C(7) + C(1)*DAUBOYOLALI + C(2)*PADBOYOLALI BDBREBES = C(8) + C(1)*DAUBREBES + C(2)*PADBREBES BDCILACAP = C(9) + C(1)*DAUCILACAP + C(2)*PADCILACAP BDDEMAK = C(10) + C(1)*DAUDEMAK + C(2)*PADDEMAK BDGROBOGAN = C(11) + C(1)*DAUGROBOGAN + C(2)*PADGROBOGAN BDJEPARA = C(12) + C(1)*DAUJEPARA + C(2)*PADJEPARA BDKRGANYAR = C(13) + C(1)*DAUKRGANYAR + C(2)*PADKRGANYAR BDKEBUMEN = C(14) + C(1)*DAUKEBUMEN + C(2)*PADKEBUMEN BDKENDAL = C(15) + C(1)*DAUKENDAL + C(2)*PADKENDAL BDKLATEN = C(16) + C(1)*DAUKLATEN + C(2)*PADKLATEN BDKUDUS = C(17) + C(1)*DAUKUDUS + C(2)*PADKUDUS BDMAGELANG = C(18) + C(1)*DAUMAGELANG + C(2)*PADMAGELANG BDPATI = C(19) + C(1)*DAUPATI + C(2)*PADPATI BDPEKALONG = C(20) + C(1)*DAUPEKALONG + C(2)*PADPEKALONG BDPEMALANG = C(21) + C(1)*DAUPEMALANG + C(2)*PADPEMALANG BDPURBALING = C(22) + C(1)*DAUPURBALING + C(2)*PADPURBALING BDPURWOREJO = C(23) + C(1)*DAUPURWOREJO + C(2)*PADPURWOREJO BDREMBANG = C(24) + C(1)*DAUREMBANG + C(2)*PADREMBANG BDSEMARANG = C(25) + C(1)*DAUSEMARANG + C(2)*PADSEMARANG BDSRAGEN = C(26) + C(1)*DAUSRAGEN + C(2)*PADSRAGEN BDSUKOHARJ = C(27) + C(1)*DAUSUKOHARJ + C(2)*PADSUKOHARJ BDTEGAL = C(28) + C(1)*DAUTEGAL + C(2)*PADTEGAL BDTEMANGGU = C(29) + C(1)*DAUTEMANGGU + C(2)*PADTEMANGGU BDWONOGIRI = C(30) + C(1)*DAUWONOGIRI + C(2)*PADWONOGIRI
BDWONOSOBO = C(31) + C(1)*DAUWONOSOBO + C(2)*PADWONOSOBO BDK_MAGEL = C(32) + C(1)*DAUK_MAGEL + C(2)*PADK_MAGEL BDK_PEKAL = C(33) + C(1)*DAUK_PEKAL + C(2)*PADK_PEKAL BDK_SALATI = C(34) + C(1)*DAUK_SALATI + C(2)*PADK_SALATI BDK_SEMARG = C(35) + C(1)*DAUK_SEMARG + C(2)*PADK_SEMARG BDK_SURAKR = C(36) + C(1)*DAUK_SURAKR + C(2)*PADK_SURAKR BDK_TEGAL = C(37) + C(1)*DAUK_TEGAL + C(2)*PADK_TEGAL
Substituted Coefficients: ===================== BDBANJARNEG = -780018476.9 + 36.77991338*DAUBANJARNEG + 5.481471689*PADBANJARNEG BDBANYUMAS = -1311317926 + 36.77991338*DAUBANYUMAS + 5.481471689*PADBANYUMAS BDBATANG = -704409692.6 + 36.77991338*DAUBATANG + 5.481471689*PADBATANG BDBLORA = -920919291.6 + 36.77991338*DAUBLORA + 5.481471689*PADBLORA BDBOYOLALI = -914842120.1 + 36.77991338*DAUBOYOLALI + 5.481471689*PADBOYOLALI BDBREBES = -1089268883 + 36.77991338*DAUBREBES + 5.481471689*PADBREBES BDCILACAP = -1370447416 + 36.77991338*DAUCILACAP + 5.481471689*PADCILACAP BDDEMAK = -697025423.9 + 36.77991338*DAUDEMAK + 5.481471689*PADDEMAK BDGROBOGAN = -1080506469 + 36.77991338*DAUGROBOGAN + 5.481471689*PADGROBOGAN BDJEPARA = -901422221.5 + 36.77991338*DAUJEPARA + 5.481471689*PADJEPARA BDKRGANYAR = -815213437.7 + 36.77991338*DAUKRGANYAR + 5.481471689*PADKRGANYAR BDKEBUMEN = -997228514.6 + 36.77991338*DAUKEBUMEN + 5.481471689*PADKEBUMEN BDKENDAL = -959390367.8 + 36.77991338*DAUKENDAL + 5.481471689*PADKENDAL BDKLATEN = -1219322780 + 36.77991338*DAUKLATEN + 5.481471689*PADKLATEN BDKUDUS = -785408737.5 + 36.77991338*DAUKUDUS + 5.481471689*PADKUDUS BDMAGELANG = -861890036.1 + 36.77991338*DAUMAGELANG + 5.481471689*PADMAGELANG BDPATI = -897870637.7 + 36.77991338*DAUPATI + 5.481471689*PADPATI BDPEKALONG = -735617967.6 + 36.77991338*DAUPEKALONG + 5.481471689*PADPEKALONG BDPEMALANG = -1005607966 + 36.77991338*DAUPEMALANG + 5.481471689*PADPEMALANG BDPURBALING = -900901451.1 + 36.77991338*DAUPURBALING + 5.481471689*PADPURBALING BDPURWOREJO = -801721814 + 36.77991338*DAUPURWOREJO + 5.481471689*PADPURWOREJO BDREMBANG = -595668042.2 + 36.77991338*DAUREMBANG + 5.481471689*PADREMBANG BDSEMARANG = -851102216.7 + 36.77991338*DAUSEMARANG + 5.481471689*PADSEMARANG BDSRAGEN = -968810693.5 + 36.77991338*DAUSRAGEN + 5.481471689*PADSRAGEN BDSUKOHARJ = -761096982.7 + 36.77991338*DAUSUKOHARJ + 5.481471689*PADSUKOHARJ BDTEGAL = -1043798151 + 36.77991338*DAUTEGAL + 5.481471689*PADTEGAL BDTEMANGGU = -667038206 + 36.77991338*DAUTEMANGGU + 5.481471689*PADTEMANGGU BDWONOGIRI = -918781705.1 + 36.77991338*DAUWONOGIRI + 5.481471689*PADWONOGIRI BDWONOSOBO = -811586038.9 + 36.77991338*DAUWONOSOBO + 5.481471689*PADWONOSOBO
BDK_MAGEL = -409066465.2 + 36.77991338*DAUK_MAGEL + 5.481471689*PADK_MAGEL BDK_PEKAL = -360407197 + 36.77991338*DAUK_PEKAL + 5.481471689*PADK_PEKAL BDK_SALATI = -362182288.7 + 36.77991338*DAUK_SALATI + 5.481471689*PADK_SALATI BDK_SEMARG = -1371252396 + 36.77991338*DAUK_SEMARG + 5.481471689*PADK_SEMARG BDK_SURAKR = -824108762.8 + 36.77991338*DAUK_SURAKR + 5.481471689*PADK_SURAKR BDK_TEGAL = -606034166.3 + 36.77991338*DAUK_TEGAL + 5.481471689*PADK_TEGAL
Uji Signifikansi Random Effect
Dependent Variable: BD? Method: GLS (Variance Components) Date: 07/20/07 Time: 02:45 Sample: 2001 2005 Included observations: 5 Number of cross-sections used: 35 Total panel (balanced) observations: 175
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -85873365 41279034 -2.080314 0.0390
DAU? 9.412913 1.659158 5.673308 0.0000 PAD? 2.703221 0.517787 5.220726 0.0000
Random Effects BANJARNEG--C -15484657 BANYUMAS--C 54703007
BATANG--C -15979356 BLORA--C -3733841.
BOYOLALI--C -4166828. BREBES--C -630245.0 CILACAP--C 63101753 DEMAK--C -21454636
GROBOGAN--C 28595455 JEPARA--C 4177626.
KRGANYAR--C -10771140 KEBUMEN--C -7449567. KENDAL--C 2622623. KLATEN--C 31745467 KUDUS--C 11434817
MAGELANG--C -39207733 PATI--C -41839530
PEKALONG--C -11303416 PEMALANG--C 26570329 PURBALING--C 23167356
PURWOREJO--C -12701023 REMBANG--C -18728208
SEMARANG--C -2577614. SRAGEN--C 27463373
SUKOHARJ--C -15389801 TEGAL--C 3879225.
TEMANGGU--C -20403958 WONOGIRI--C -16037389
WONOSOBO--C 11025288 K_MAGEL--C -20043577 K_PEKAL--C -27043121 K_SALATI--C -24264933
K_SEMARG--C 36369873 K_SURAKR--C 27590083 K_TEGAL--C -23235700
GLS Transformed Regression
R-squared 0.303258 Mean dependent var 2.38E+08 Adjusted R-squared 0.295157 S.D. dependent var 2.04E+08 S.E. of regression 1.71E+08 Sum squared resid 5.04E+18 Durbin-Watson stat 1.142306 Unweighted Statistics
including Random Effects
R-squared 0.251813 Mean dependent var 2.38E+08 Adjusted R-squared 0.243113 S.D. dependent var 2.04E+08 S.E. of regression 1.77E+08 Sum squared resid 5.42E+18 Durbin-Watson stat 1.063761
stimation Command: ===================== EST BD? DAU? PAD? Estimation Equations: ===================== BDBANJARNEG = C(4) + C(1) + C(2)*DAUBANJARNEG + C(3)*PADBANJARNEG BDBANYUMAS = C(5) + C(1) + C(2)*DAUBANYUMAS + C(3)*PADBANYUMAS BDBATANG = C(6) + C(1) + C(2)*DAUBATANG + C(3)*PADBATANG BDBLORA = C(7) + C(1) + C(2)*DAUBLORA + C(3)*PADBLORA BDBOYOLALI = C(8) + C(1) + C(2)*DAUBOYOLALI + C(3)*PADBOYOLALI BDBREBES = C(9) + C(1) + C(2)*DAUBREBES + C(3)*PADBREBES BDCILACAP = C(10) + C(1) + C(2)*DAUCILACAP + C(3)*PADCILACAP BDDEMAK = C(11) + C(1) + C(2)*DAUDEMAK + C(3)*PADDEMAK BDGROBOGAN = C(12) + C(1) + C(2)*DAUGROBOGAN + C(3)*PADGROBOGAN BDJEPARA = C(13) + C(1) + C(2)*DAUJEPARA + C(3)*PADJEPARA BDKRGANYAR = C(14) + C(1) + C(2)*DAUKRGANYAR + C(3)*PADKRGANYAR BDKEBUMEN = C(15) + C(1) + C(2)*DAUKEBUMEN + C(3)*PADKEBUMEN BDKENDAL = C(16) + C(1) + C(2)*DAUKENDAL + C(3)*PADKENDAL BDKLATEN = C(17) + C(1) + C(2)*DAUKLATEN + C(3)*PADKLATEN BDKUDUS = C(18) + C(1) + C(2)*DAUKUDUS + C(3)*PADKUDUS BDMAGELANG = C(19) + C(1) + C(2)*DAUMAGELANG + C(3)*PADMAGELANG BDPATI = C(20) + C(1) + C(2)*DAUPATI + C(3)*PADPATI BDPEKALONG = C(21) + C(1) + C(2)*DAUPEKALONG + C(3)*PADPEKALONG BDPEMALANG = C(22) + C(1) + C(2)*DAUPEMALANG + C(3)*PADPEMALANG BDPURBALING = C(23) + C(1) + C(2)*DAUPURBALING + C(3)*PADPURBALING BDPURWOREJO = C(24) + C(1) + C(2)*DAUPURWOREJO + C(3)*PADPURWOREJO BDREMBANG = C(25) + C(1) + C(2)*DAUREMBANG + C(3)*PADREMBANG BDSEMARANG = C(26) + C(1) + C(2)*DAUSEMARANG + C(3)*PADSEMARANG BDSRAGEN = C(27) + C(1) + C(2)*DAUSRAGEN + C(3)*PADSRAGEN
BDSUKOHARJ = C(28) + C(1) + C(2)*DAUSUKOHARJ + C(3)*PADSUKOHARJ BDTEGAL = C(29) + C(1) + C(2)*DAUTEGAL + C(3)*PADTEGAL BDTEMANGGU = C(30) + C(1) + C(2)*DAUTEMANGGU + C(3)*PADTEMANGGU BDWONOGIRI = C(31) + C(1) + C(2)*DAUWONOGIRI + C(3)*PADWONOGIRI BDWONOSOBO = C(32) + C(1) + C(2)*DAUWONOSOBO + C(3)*PADWONOSOBO BDK_MAGEL = C(33) + C(1) + C(2)*DAUK_MAGEL + C(3)*PADK_MAGEL BDK_PEKAL = C(34) + C(1) + C(2)*DAUK_PEKAL + C(3)*PADK_PEKAL BDK_SALATI = C(35) + C(1) + C(2)*DAUK_SALATI + C(3)*PADK_SALATI BDK_SEMARG = C(36) + C(1) + C(2)*DAUK_SEMARG + C(3)*PADK_SEMARG BDK_SURAKR = C(37) + C(1) + C(2)*DAUK_SURAKR + C(3)*PADK_SURAKR BDK_TEGAL = C(38) + C(1) + C(2)*DAUK_TEGAL + C(3)*PADK_TEGAL
Substituted Coefficients: ===================== BDBANJARNEG = -15484656.88 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUBANJARNEG + 2.703221444*PADBANJARNEG BDBANYUMAS = 54703006.52 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUBANYUMAS + 2.703221444*PADBANYUMAS BDBATANG = -15979356.17 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUBATANG + 2.703221444*PADBATANG BDBLORA = -3733840.898 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUBLORA + 2.703221444*PADBLORA BDBOYOLALI = -4166827.75 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUBOYOLALI + 2.703221444*PADBOYOLALI BDBREBES = -630245.0499 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUBREBES + 2.703221444*PADBREBES BDCILACAP = 63101753.02 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUCILACAP + 2.703221444*PADCILACAP BDDEMAK = -21454636.07 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUDEMAK + 2.703221444*PADDEMAK BDGROBOGAN = 28595455.45 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUGROBOGAN + 2.703221444*PADGROBOGAN BDJEPARA = 4177625.97 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUJEPARA + 2.703221444*PADJEPARA BDKRGANYAR = -10771139.82 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUKRGANYAR + 2.703221444*PADKRGANYAR BDKEBUMEN = -7449566.785 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUKEBUMEN + 2.703221444*PADKEBUMEN BDKENDAL = 2622622.975 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUKENDAL + 2.703221444*PADKENDAL BDKLATEN = 31745466.66 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUKLATEN + 2.703221444*PADKLATEN BDKUDUS = 11434817.41 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUKUDUS + 2.703221444*PADKUDUS BDMAGELANG = -39207732.79 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUMAGELANG + 2.703221444*PADMAGELANG BDPATI = -41839529.99 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUPATI + 2.703221444*PADPATI BDPEKALONG = -11303416.47 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUPEKALONG + 2.703221444*PADPEKALONG BDPEMALANG = 26570328.51 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUPEMALANG + 2.703221444*PADPEMALANG BDPURBALING = 23167356.18 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUPURBALING + 2.703221444*PADPURBALING BDPURWOREJO = -12701022.53 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUPURWOREJO + 2.703221444*PADPURWOREJO BDREMBANG = -18728208.35 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUREMBANG + 2.703221444*PADREMBANG BDSEMARANG = -2577613.977 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUSEMARANG + 2.703221444*PADSEMARANG BDSRAGEN = 27463372.56 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUSRAGEN + 2.703221444*PADSRAGEN BDSUKOHARJ = -15389801.44 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUSUKOHARJ + 2.703221444*PADSUKOHARJ BDTEGAL = 3879224.51 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUTEGAL + 2.703221444*PADTEGAL BDTEMANGGU = -20403958.14 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUTEMANGGU + 2.703221444*PADTEMANGGU
BDWONOGIRI = -16037389.43 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUWONOGIRI + 2.703221444*PADWONOGIRI BDWONOSOBO = 11025287.7 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUWONOSOBO + 2.703221444*PADWONOSOBO BDK_MAGEL = -20043576.68 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUK_MAGEL + 2.703221444*PADK_MAGEL BDK_PEKAL = -27043120.85 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUK_PEKAL + 2.703221444*PADK_PEKAL BDK_SALATI = -24264933.42 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUK_SALATI + 2.703221444*PADK_SALATI BDK_SEMARG = 36369872.53 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUK_SEMARG + 2.703221444*PADK_SEMARG BDK_SURAKR = 27590083.43 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUK_SURAKR + 2.703221444*PADK_SURAKR BDK_TEGAL = -23235699.94 - 85873365.44 + 9.412913097*DAUK_TEGAL + 2.703221444*PADK_TEGAL