161
ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN KOTA TANGERANG PERIODE 2005-2010 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi Oleh : Dimas Aditiya Susanto NIM. 109084000039 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA 1434 H/2013 M

ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

i

ANALISIS POTENSI EKONOMI

SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

KOTA TANGERANG PERIODE 2005-2010

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi

Oleh :

Dimas Aditiya Susanto

NIM. 109084000039

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

i

Page 3: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

ii

Page 4: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

iii

Page 5: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

iv

Page 6: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : DIMAS ADITIYA SUSANTO

Nama Panggilan : DIMAS

NIM : 109084000039

Jurusan : ILMU EKONOMI DAN STUDI

PEMBANGUNAN

Tempat/Tanggal Lahir : TANGERANG, 25 OKTOBER 1991

Alamat : PERUM. BENUA INDAH JALAN BATARA

WISNU BLOK B5 NO. 14 RT. 004/ RW. 006,

KELURAHAN PABURAN TUMPENG,

KECAMATAN KARAWACI, KOTA

TANGERANG – BANTEN.

Nama Ayah Kandung : ENDANG SUSANTO

Nama Ibu Kandung : YUYUN MARYUNAH

Agama : ISLAM

No. Telepon : 021 55 19 246 / 021 998 53 729

RIWAYAT PENDIDIKAN :

Tahun 1996 – 1997 : TK AISYIYAH

Tahun 1997 – 2000 : SDN SUKASARI 5 TANGERANG

Tahun 2000 – 2003 : SDN PABUARAN TUMPENG I TANGERANG

Tahun 2003 – 2006 : SMP NEGERI 2 TANGERANG

Tahun 2006 – 2009 : SMK NEGERI 1 TANGERANG

Page 7: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

vi

Tahun 2009 – 2013 : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RIWAYAT PENGALAMAN ORGANISASI

2004 - 2005 : Ketua ROHIS SMP Negeri 2 Tangerang

2008 - 2009 : Ketua MPK SMK Negeri 1 Tangerang

2008 – 2009 : Koordinator Bidang Muamalah RISMA SMK

Negeri 1 Tangerang

2011 - 2012 : Anggota BEMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah

(Bidang Keagamaan)

2012 - 2013 : Koordinator Bidang Humas dan Media HMJ

IESP UIN

RIWAYAT PENGALAMAN KERJA

1. Staff pengajar di ISMI Learning Center

Page 8: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

vii

ABSTRACT

Indicators of regional economy the gross Regional domestic product

(GRDP). GDP consists of nine of the sectors in which the city of Tangerang who

contributed greatly to the sector of the economy is the sector of the processing

industry. Tangerang is a city that has a thriving industries. Industrial activity is

divided into nine sub sector of the industry. In this study intended to analyze the

industrial sector where the sub base in Tangerang city and its development. The

methods used in this study uses the Location Quotient, Shift Share, and SWOT.

The results of this research show that there are four Sub sectors of the

processing industry which became the base. Sub industrial sector is industry's

first other items with an average of 1,886 LQ. The second industry namely

industrial transport equipment, machinery and equipment with an average of $

1,558 LQ. The third and fourth industry namely industrial fertilizers, chemicals,

and items of rubber; and the food industry, beverages and tobacco, with an

average of 1,160 LQ and 1,117.

Results the next research use analysis shift share namely based on

components proportional shift produced 7 industry who specializes and rapid

growth if compare to the namely food industries drink, and tobacco; the textile

industry, skins, tobacco; metal industry base, iron and steel; industry paper and

printed materials; cement maker and goods excavation non metal; industry

instrument transport, machinery and equipment; and goods industry other with

average 379,051; 21,827; 587,006; 10,196; 7.631; 151,395; 91,337. Shift

Differential components generate industries that have high competitiveness and

the rapid growth of industrial fertilizers, chemicals and rubber goods; and basic

metal industry, iron and steel with an average 3191,269 and 342,955.

Components of the National Share industry which has resulted in the rapid

growth of the provincial level compared to that of the food industry, beverages,

and tobacco; industrial paper and printed matter; basic metal industry, iron and

steel; as well as other goods industries with average 271,2; 2894,2; 351,4; 9.2.

Results of the study on SWOT to analyse a guidance from industry which is

the base in the town of Tangerang which other goods industry; industrial tools,

machinery and transport equipment; the fertilizer industry, chemical and rubber

goods; as well as the food industry, beverages and tobacco. The results of the

SWOT analysis showed that a fourth of the industry is a strong industry and a

chance to develop.

Key Word : PDRB, Sector of the processing industry, Location Quotient, Shift

Share, SWOT.

Page 9: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

viii

ABSTRAK

Indikator perekonomian daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). PDRB terdiri dari sembilan sektor di mana Kota Tangerang sektor yang

menyumbang besar terhadap perekonomian adalah Sektor Industri Pengolahan.

Kota Tangerang merupakan Kota yang memiliki industri-industri yang

berkembang. Kegiatan industri ini terbagi dalam sembilan sub sektor industri.

Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa sub sektor industri mana

yang menjadi basis di Kota Tangerang dan pengembangannya. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan Location Quotient, Shift Share, dan

SWOT.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat Sub Sektor

Industri Pengolahan yang menjadi basis. Sub sektor industri yang pertama adalah

industri barang lainnya dengan rata-rata LQ sebesar 1,886. Industri yang kedua

yaitu industri alat angkutan, mesin dan peralatan dengan rata-rata LQ sebesar

1,558. Industri yang ketiga dan keempat yaitu industri pupuk, kimia, dan barang

dari karet; dan industri makanan, minuman dan tembakau dengan rata-rata LQ

sebesar 1,160 dan 1,117.

Hasil penelitian selanjutnya menggunakan analisa Shift Share yaitu

berdasarkan komponen Proportional Shift dihasilkan 7 industri yang memiliki

spesialisasi dan pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan Provinsi yaitu

industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan

tembakau; industri logam dasar, besi dan baja; industri kertas dan barang cetakan;

industri semen dan barang galian non logam; industri alat angkutan, mesin dan

peralatan; serta industri barang lainnya dengan rata-rata 379,051; 21,827;

587,006; 10,196; 7.631; 151,395; 91,337. Komponen Differential Shift

menghasilkan industri yang memiliki daya saing tinggi dan pertumbuhan yang

cepat yaitu industri pupuk, kimia dan barang dari karet; dan industri logam dasar,

besi dan baja dengan rata-rata 3191,269 dan 342,955. Komponen National Share

menghasilkan industri yang memiliki pertumbuhan cepat dibandingkan dengan

tingkat Provinsi yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau; industri kertas

dan barang cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta industri barang

lainnya dengan rata-rata 271,2; 2894,2; 351,4; 9,2.

Hasil penelitian di atas menjadi petunjuk untuk menganalisa SWOT dari

industri yang merupakan basis di Kota Tangerang yaitu industri barang lainnya;

industri alat angkutan, mesin dan peralatan; industri pupuk, kimia dan barang dari

karet; serta industri makanan, minuman dan tembakau. Hasil dari analisa SWOT

menunjukkan bahwa keempat industri ini merupakan industri yang kuat dan

berpeluang untuk dikembangkan.

Kata kunci : PDRB, Sektor Industri Pengolahan, Location Quotient, Shift Share,

SWOT.

Page 10: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

ix

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah atas ke hadirat Allah SWT yang memberikan karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

judul : “ANALISIS POTENSI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

KOTA TANGERANG PERIODE 2005-2010”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat agar mencapai

gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini mendapatkan banyak bantuan dari semua pihak, baik tenaga, waktu,

semangat, informasi dan biaya yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

Dengan ketulusan hati penulis, mengucapkan banyak terima kasih terutama

kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis khususnya Ibu penulis yaitu Yuyun Maryunah,

Ruhiat Susanto, S.Kom, M.Kom, Yuri Pebrianti, S.Pd, dan Taufik Rachman

yang memberikan semangat kepada penulis. Sebagai orang tua dan saudara

kandung penulis, yang senantiasa mendukung penulis agar mendapatkan hasil

yang maksimal.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis serta Pembimbing I, yang telah memberikan pengetahuan dan ilmunya

kepada penulis serta meluangkan waktu untuk memberikan arahan dalam

penulisan skripsi penulis.

3. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc, selaku Pembimbing II yang telah

memberikan masukkan yang berarti dalam penulisan skripsi penulis serta

meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

4. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Ekonomi dan studi

Pembangunan yang memberikan pengetahuan dan pengalamannya dalam

melakukan penelitian.

Page 11: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

x

5. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan yang meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah

penulis dalam akademik.

6. Ibu Fitri Amalia, S.Pd, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis

sejak semester 1 sampai 5, yang memberikan nasihat kepada penulis dalam

akademik di kampus.

7. Bapak dan Ibu Selaku Staf Badan Pusat Statistika Kota Tangerang dan

Provinsi Banten yang telah membantu dalam fasilitas data-data yang terkait

dengan penelitian penulis.

8. Bapak/Ibu Dinas Perindustrian Kota Tangerang yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengadakan wawancara untuk penyelesaian

penelitian penulis.

9. Bapak Kepala KesBangLinMas dan Bapak Helly sebagai staffnya, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di

Dinas Perindustrian Kota Tangerang.

10. Bapak/Ibu pimpinan Industri yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan wawancara dan observasi lapangan.

11. Teman-teman IESP angkatan 2009, yang telah memberikan semangat,

dorongan, motivasi, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Kalian tak kan pernah terlupakan, kenal dengan kalian adalah suatu

kebahagiaan buat penulis.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan, mohon kritik dan saran

yang membangun untuk sempurnanya skripsi ini. Penulis juga mohon ma’af bila

dalam penulisan terdapat kesalahan kata, isi, dan penulisan yang kiranya

menyinggung hati para pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna bagi

pendidikan di kampus penulis.

Wassalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Tangerang, 24 Juni 2013

Penulis

Page 12: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Pembimbing ................................................................ i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi .......................................................... iv

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. v

Abstract ....................................................................................................... vi

Abstrak ........................................................................................................ vii

Kata Pengantar ............................................................................................ viii

Daftar Isi ..................................................................................................... x

Daftar Tabel ................................................................................................ xiv

Daftar Diagram ........................................................................................... xvi

Daftar Gambar ............................................................................................. xvii

Daftar Rumus .............................................................................................. xviii

Daftar Lampiran .......................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8

Page 13: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xii

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10

A. Teori Yang Berkenaan Dengan Variabel ....................................... 10

1. Konsep Pembangunan Ekonomi ............................................. 10

a. Tahap Pertumbuhan Ekonomi WW Rostow ............... 10

b. Teori Malthus .............................................................. 13

c. Teori Arthur Lewis ..................................................... 14

2. Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................. 15

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 16

a. Teori Simon Kuznet …………………………………. 17

b. Teori Harrod Domar …………………………………. 18

c. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ……………………… 18

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ..................................... 20

a. Model Basis Ekspor ………………………………….. 21

b. Model Neo-Klasik …………………………………… 22

c. Teori Harrod Domar Dalam Sistem Daerah ………… 23

d. Teori Basis Ekonomi ………………………………… 23

5. Analisis Shift Share ………………………………………….. 26

6. Analisis SWOT ……………………………………………… 27

7. Produk Domestik Regional Bruto …………………………... 31

8. Pengembangan Sub Sektor Potensial ……………………….. 32

Page 14: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xiii

B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 33

C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 39

BAB II METODE PENELITIAN ............................................................ 42

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 42

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 42

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 43

D. Metode Analisis ............................................................................ 43

1. Analisis Location Quotient ………………………………….. 43

2. Analisis Shift Share …………………………………………. 44

3. Analisis SWOT ……………………………………………… 46

E. Operasional Variabel Penelitian................................................... 50

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 54

A. Sekilas Gambaran Umum Kota Tangerang ................................... 54

1. Keadaan Geografi …………………………………………….. 54

a. Letak Geografi ……………………………………….. 54

b. Keadaan Iklim ……………………………………….. 54

c. Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lain … 55

2. Luas Kota Tangerang ………………………………………… 55

3. Demografi ……………………………………………………. 58

4. Pendidikan …………………………………………………… 58

5. Kesehatan ……………………………………………………. 59

Page 15: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xiv

6. Pemerintahan ………………………………………………… 60

7. Perekonomian Daerah ……………………………………….. 61

B. Analisis dan Pembahasan ............................................................. 63

1. Analisis Potensi Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas

dan pengembangan Sub Sektor Unggulan …………………… 63

a. Analisis Potensi Sub Sektor Industri ………………… 64

b. Analisis Shift Share …………………………………. 67

c. Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan …… 76

d. Potensi Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan

Dengan Pendekatan SWOT ………………………….. 76

C. Pengembangan SWOT Dengan Pendekatan Kuantitatif ............... 81

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................ 93

A. Kesimpulan ................................................................................... 93

B. Implikasi ................ ...................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 98

LAMPIRAN .............................................................................................. 100

Page 16: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan PDRB Sektor Industri Pengolahan Non Migas

Atas Harga Konstan menurut Kota/Kabupaten 2008-2010 ............ 3

1.2 Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor

Kegiatan di Kota Tangerang Tahun 2010 ………………………… 6

2.1 Matriks Penelitian Terdahulu …………………………………….. 37

3.1 Faktor-faktor Strategis Internal Industri Kota Tangerang ……….. 47

3.2 Faktor-faktor Strategis Eksternal Industri Kota Tangerang ………. 47

3.3 Matriks SWOT Industri-industri Kota Tangerang ………………… 48

3.4 Tabel Operasional Variabel Penelitian ……………………………. 53

4.1 Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kab Lain ……………………. 55

4.2 Luas Kota/Kabupaten Provinsi Banten …………………………… 56

4.3 Luas Daerah menurut Kecamatan di Kota Tangerang …………… 56

4.4 Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintahan Kota Tangerang ……... 60

4.5 Perolehan Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas

Tahun 2005-2010 ………………………………………………….. 61

4.6 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient di Kota Tangerang

Tahun 2005-2010 ………………………………………………….. 65

4.7 Komponen Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010 ……… 68

Page 17: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xvi

N o Keterangan Halaman

4.8 Komponen Proportional Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 …. 70

4.9 Komponen Differential Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 …. 71

4.10 Hasil Perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010 … 73

4.11 Klasifikasi Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang …….. 76

4.12 Analisis SWOT Industri Barang Lainnya ………………………….. 78

4.13 Analisis SWOT Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan …….. 78

4.14 Analisis SWOT Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet …… 79

4.15 Analisis SWOT Industri Makanan, Minuman dan Tembakau …….. 80

4.16 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Daur Ulang ……… 83

4.17 Matriks SWOT Industri Daur Ulang ……………………………….. 84

4.18 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Peralatan ………… 85

4.19 Matriks SWOT Industri Peralatan Kantor …………………………. 87

4.20 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Cat Furniture …… 87

4.21 Matriks SWOT Industri Cat Furniture ……………………………… 89

4.22 Matriks Strategi Internal dan Eksternal Industri Roti ……………… 90

4.23 Matriks SWOT Industri Roti ………………………………………. 92

Page 18: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xvii

DAFTAR DIAGRAM

No Keterangan Halaman

1.1 Statistik Industri Besar dan Sedang Kota Tangerang ………………. 4

1.2 Perolehan Tenaga Kerja IBS di Kota Tangerang …………………… 5

4.1 Suhu Udara, Curah Hujan dan Kelembaban Udara ………………… 54

4.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan …………………………….. 58

4.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Ruang Kelas …………………………. 59

4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan menurut Kecamatan ………………….. 59

4.5 Banyaknya Kelurahan, Rukun Tetangga dan Warga ………………. 60

Page 19: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xviii

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Matriks SWOT Kearns ………………………………………………. 28

2.2 Kerangka Pemikiran …………………………………………………. 39

Page 20: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xix

DAFTAR RUMUS

No Keterangan Halaman

2.1 Model Pertumbuhan Solow……………………………….………….. 19

2.2 Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi melalui PDB/PDRB………..….. 20

2.3 Model Formal Income menurut John. P Blair…………………….…. 21

2.4 Model Cobb Douglas………………………………………………… 22

2.5 Model Harrod Domar Sistem Daerah…………………………….….. 23

2.6 Pengganda Basis Lapangan……………………………………….….. 24

3.1 Perhitungan Location Quotitent………………………………….…… 44

3.2 Perhitungan Shift Share………………………………………………. 45

Page 21: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

xx

DAFTAR LAMPIRAN

A. Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Provinsi Banten Tahun

2005-2010

B. Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Tahun

2005-2010

C. Perhitungan Location Quotient

D. Komponen Shift Share Kota Tangerang

E. Komponen Share Kota Tangerang

F. Komponen Differential Shift Kota Tangerang

G. Komponen Proportional Shitf Kota Tangerang

H. Rata-rata komponen Shift Share Kota Tangerang

I. Checking perhitungan Shift Share Kota Tangerang

Page 22: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejak Reformasi berlalu, pemerintahan Indonesia memperkenalkan

sistem pemerintahan yang terdesentralisasi atau disebut Otonomi Daerah yang

memberikan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

untuk mengelola dan mengatur sumber-sumber yang ada di daerahnya.

Berdasarkan hal tersebut dikeluarkanlah UU No. 22 Tahun 1999 yang

kemudian diganti menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Dan UU No. 25 Tahun 1999 yang diganti menjadi UU No. 33 Tahun

2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Hal ini memberikan

kesempatan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya sendiri

Menurut Syarifah Lies F.A dan M. Nasir A (2001:1), pembangunan

daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dan

pembangunan daerah ini ditujukan pada urusan peningkatan kualitas

masyarakat, pertambahan ekonomi dan pemerataan ekonomi yang optimal,

perluasan tenaga kerja, peningkatan taraf hidup masyarakat. Pembangunan

yang dilakukan akan berdampak pada tumbuhnya perekonomian dan segala

bidang lainnya baik di pusat maupun di daerah dengan sektor-sektor ekonomi

yang dimiliki. Pembangunan yang dilakukan memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk memasuki kegiatan-kegiatan ekonomi yang berdampak

positif kepada keadaan keuangan mereka.

Page 23: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

2

Pertumbuhan dan pembangunan dapat dirasakan oleh masyarakat

dengan adanya perubahan keadaan ekonomi di masyarakat sehingga mereka

dapat hidup dengan cukup. Menurut Tarigan (2005,55) pertumbuhan ekonomi

daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang

terjadi di daerah tersebut dengan adanya kenaikan seluruh nilai tambah (value

added) yang terjadi. Pendapatan daerah ini menggambarkan balas jasa bagi

faktor-faktor produksi yang berada di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga

kerja, dan teknologi) yang berarti secara kasar dapat menggambarkan

kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah juga ditentukan oleh

besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut juga oleh seberapa

besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar

daerah atau mendapat aliran dana dari luar daerah.

Untuk mengukur pertumbuhan dan pembangunan tersebut sebagai

indikatornya dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto yang

dihasilkan oleh setiap daerah baik Provinsi/Kota/Kabupaten. Masing-masing

daerah memiliki hasil yang berbeda-beda terlihat dalam perolehan PDRB

daerah tersebut. Sedangkan PDRB ini terdiri dari sembilan sektor ekonomi.

Sembilan sektor ekonomi tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut

berspesialisasi pada sektor tertentu yang memiliki keunggulan. Dalam kaitan

penelitian ini Provinsi Banten ditunjukkan dengan perkembangan yang pesat

dari sektor industri pengolahan. Di bawah ini disajikan tabel mengenai sektor

industri pengolahan non migas di Provinsi Banten.

Page 24: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

3

Tabel 1.1

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Sektor

Industri Pengolahan Non Migas Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Menurut Kota/Kabupaten Tahun 2008-2010 (Jutaan Rupiah)

PDRB

Kota/Kabupaten 2008 2009 2010

Kota Tangerang 13.229.930 13.502.460 13.985.850

Kota Serang 137.918,16 137.918,16 140.690,31

Kota Cilegon 6.848.341,04 11.814.829,89 12.399.688,73

Kota Tangerang Selatan 822.793,85 836.534,51 850.893,62

Kabupaten Tangerang 10.082.057 10.297.265 10.675.857

Kabupaten Serang 6.619.873.36 6.958.942.30 4.371.008,99

Kabupaten Lebak 354.578 360.131 368.468

Kabupaten Pandeglang 438.456,66 456.270,83 473.163,81

Sumber : Badan Pusat Statistik - 2011 (diolah kembali)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas Perkembangan Produk Domestik

Regional Bruto berdasarkan sektor industri pengolahan non migas atas dasar

harga konstan menurut Kota dan Kabupaten di wilayah Provinsi Banten. Tabel

di atas dapat menjelaskan mengenai sektor industri pengolahan non migas

yang berada diperoleh Kota/Kabupaten dalam wilayah Provinsi Banten dari

tahun 2009-2010. Hasilnya menunjukkan bahwa Sektor Industri Pengolahan

Non Migas Kota Tangerang lebih besar dibandingkan dengan Sektor Industri

yang dihasilkan oleh Kota/Kabupaten yang lain di wilayah Provinsi Banten.

Pada tahun 2009-2010, kegiatan Sektor Industri Pengolahan Non

Migas Kota Tangerang lebih unggul dibandingkan dengan kegiatan sektor

Industri Pengolahan Non Migas di Kota/Kabupaten lainnya. Urutan kedua dari

kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas yang maju yaitu Kabupaten

Tangerang selanjutnya Kota Cilegon dan Kabupaten Serang. Urutan empat

terbawah dengan kegiatan sektor Industri Pengolahan Non Migas yaitu Kota

Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kota

Page 25: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

4

Serang. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sektor Industri Pengolahan Non

Migas yang berada di Provinsi Banten tidak hanya mendominasi di daerah

Kota tetapi daerah Kabupaten pun memiliki kompetitif yang baik dan tinggi.

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa terlihat di mana kegiatan sektor

Industri Pengolahan Non Migas sangat dominan di Provinsi Banten. Kegiatan

sektor ini didominasi oleh kegiatan yang berlangsung di Kota Tangerang. Kota

Tangerang yang paling maju dalam kegiatan sektor Industri Pengolahan Non

Migas dibandingkan dengan daerah lainnya. Kegiatan sektor Industri

Pengolahan ini didukung oleh kegiatan industri-industri yang berada di dalam

daerah. Industri-industri yang memadai di Kota Tangerang memberikan

sumbangan bagi kemajuan industri di Kota Tangerang. Kegiatan sektor ini

berkorelasi dengan terserapnya sumber daya manusia yang sangat banyak. Di

tambah dengan kegiatan sektor industri pengolahan non migas di Kota

Tangerang sangat didominasi dengan kegiatan yang berskala menengah dan

besar. Oleh karena itu, kegiatan industri Kota Tangerang sangat maju dan

berkembang serta dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Diagram 1.1

Statistik Industri Besar dan Sedang

Kota Tangerang tahun 2008-2010 (unit usaha)

Sumber : BPS Kota Tangerang:2011 (diolah kembali)

Page 26: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

5

Berdasarkan tabel di atas, menjelaskan bagaimana keadaan sektor

industri pengolahan non migas di Kota Tangerang. Industri-industri

pengolahan banyak berdiri di Kota Tangerang. Sejak 2008-2011, Industri

Besar berdiri di Kota Tangerang mengalami fluktuasi. Di mana pada tahun

2008-2009 mengalami peningkatan sebesar 18.5 %. Sedangkan pada tahun

2009-2010 mengalami penurunan sebesar 18.9 %. Selanjutnya Industri sedang

yang berdiri pada tahun 2008-2011 mengalami penurunan. Di mana pada

tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar 22.2 % dan tahun 2009-2010

sebesar 0.3 %.

Diagram 1.2

Perolehan Tenaga Kerja IBS Kota Tangerang

Sumber : BPS Kota Tangerang 2011 (diolah kembali)

Meskipun jumlah IBS di Kota Tangerang menurun, tetapi penyerapan

tenaga kerja mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2008-2011. Pada tahun

2008-2009 penyerapan tenaga kerja melalui IBS sebanyak 173.265 orang

meningkat sebesar 5.61 % yaitu sebanyak 182.997 orang. Sedangkan pada

tahun 2010 menurun sebesar 2 % sebanyak 179.439 orang yang terserap

dalam IBS Kota Tangerang.

Page 27: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

6

Keadaan IBS tersebut terbagi atas beberapa perusahaan menurut sub

sektor Industri Pengolahan Non Migas. Sub sektor Industri Pengolahan

tersebut terbagi menjadi 9 sub sektor yaitu di bawah ini :

Tabel 1.2

Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor

Kegiatan di Kota Tangerang Tahun 2010

No Sub Sektor Kegiatan Perusahaan Total

Perusahaan

Total Tenaga

Kerja

1 Industri Makanan, Minuman dan

Tembakau

70 12693

2 Industri Tekstil, Barang Kulit dan

Tembakau

129 53997

3 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan

Lainnya

53 9232

4 Industri Kertas, dan Barang Cetakan 47 6121

5 Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari

Karet

138 56704

6 Industri Semen dan Barang Galian Non

Logam

17 4552

7 Industri Logam Dasar, Besi dan Baja 60 11414

8 Industri Alat Angkutan, Mesin dan

Peralatan

95 24631

9 Industri Barang Lainnya 2 95

Sumber : Kota Tangerang Dalam Angka (diolah kembali)

Berdasarkan tabel di atas, memberikan kondisi dan gambaran dari sub

sektor industri pengolahan yang berada di Kota Tangerang pada tahun 2010.

Jumlah perusahaan masing-masing sub sektor dapat dilihat banyak berdiri

Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet sebanyak 138 perusahaan,

sedangkan jumlah perusahaan yang sedikit berdiri di Kota Tangerang yaitu

Industri Barang Lainnya sebanyak 2 perusahaan. Sedangkan penyerapan

tenaga kerja banyak dilakukan akibat banyak berdirinya perusahaan industri-

industri sub sektor di Kota Tangerang. Jumlah tenaga kerja yang terserap

dalam sub sektor industri paling banyak di Kota Tangerang yaitu berasal dari

Page 28: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

7

Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet sebanyak 56704 orang, dan

paling sedikit yang terserap dalam Industri Barang Lainnya sebanyak 95

orang.

Bagaimana ingin mengembangkan industri tersebut bilamana tenaga

kerja yang terserap tidak sebanding dengan jumlah usaha yang berdiri.

Sehingga akhirnya akan menghambat perekonomian daerah tersebut. Oleh

karena itu, judul dari penelitian ini adalah “Analisis Potensi Ekonomi Sub

Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Periode 2005-2010”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas memberikan gambaran

keadaan Kota Tangerang yang lebih maju dibandingkan dengan

Kota/Kabupaten di Provinsi Banten. Kemajuan yang diperoleh oleh Kota

Tangerang dikarenakan sektor Industri Pengolahan Non Migas yang maju

pesat dan keadaan industri di Kota Tangerang pun menggambarkan keadaan

yang positif meningkat. Keadaan industri di Kota Tangerang sendiri

didominasi oleh industri besar dan sedang oleh karena itu industri Kota

Tangerang maju dengan pesat.

Keadaan geografi Kota Tangerang yang merupakan daerah perluasan

administrasi dari Kabupaten Tangerang, dan merupakan Kota yang terkecil

kedua setelah Kota Tangerang Selatan. Keadaan geografis yang lebih kecil

dibanding dengan Kota dan Kabupaten lain memberikan gambaran bahwa

dengan daerah yang kecil ini Kota Tangerang dapat tumbuh dan berkembang

dengan pesat. Keterkaitannya dengan daerah di sekitar Kota Tangerang

Page 29: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

8

memberikan masukan yang baik kepada Kota untuk perolehan sektor-sektor

yang berkembang di Kota Tangerang.

Industri yang berdiri dan berkembang di Kota Tangerang banyak

ragam dan jenisnya. Sehingga memberikan kesempatan masyarakat untuk

memasuki dunia industri kemudian masyarakat di daerah lain pun banyak

yang memasuki dunia ini. Tenaga yang terserap memberikan produktifitas

untuk komoditas yang dihasilkan pun memiliki hasil yang berbeda pula. Ini

menyebabkan penulis ingin mengetahui sub sektor yang berpotensi di Kota

Tangerang dalam menyumbang nilai perolehan PDRB Kota Tangerang.

Berdasarkan paparan di atas dapat dirincikan rumusan masalah yang terdapat

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sub Sektor Industri manakah yang merupakan basis dan non basis di Kota

Tangerang sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi;

2. Bagaimana struktur ekonomi dari Sub Sektor Industri Pengolahan Non

Migas Kota Tangerang;

3. Apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, dan peluang dari masing-masing

industri yang berada di Kota Tangerang serta hambatan yang dihadapi;

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Untuk mengetahui jenis industri yang basis dan non basis di Kota

Tangerang.

2. Untuk menganalisis struktur dari sub sektor Industri Pengolahan Non

Migas di Kota Tangerang.

Page 30: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

9

3. Untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan dari sub

sektor industri pengolahan unggulan yang berada di Kota Tangerang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi Pemerintah Daerah

Kegiatan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi Pemerintah

Daerah sebagai bahan acuan, petunjuk, dan masukkan untuk menjalankan

perekonomian dan pengambil kebijakan sehingga dapat mengembangkan

daerahnya. Serta khususnya dalam pengembangan sub sektor industri

pengolahan non migas.

2. Manfaat bagi Akademisi

Kegiatan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi akademisi

sebagai bahan rujukan, referensi, dan bacaan yang berguna bagi kegiatan

pembelajaran. Dan akhirnya penelitian ini juga dapat mengembangkan

kemampuan analisis dan berpikir kritis mengenai permasalahan ekonomi

khususnya ekonomi daerah.

3. Manfaat bagi peneliti sendiri

Kegiatan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi peneliti

dapat memberikan banyak pengetahuan dan pembelajaran. Penelitian ini

juga bermanfaat bagi pengembangan skill dan kemahiran peneliti dalam

menganalisis keadaan ekonomi daerah selanjutnya.

Page 31: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel

1. Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi berarti proses yang dilakukan oleh

pemerintah sehingga maksud dari pembangunan ini baik itu perubahan

struktur ekonomi dan penambahan pendapatan secara jangka panjang

dapat tercapai. Kemudian kemajuan ekonomi bukan satu-satunya

komponen dalam proses pembangunan ekonomi (Todaro:2009,100).

Sehingga dengan demikian maksud dan tujuan dari pembangunan ekonomi

sangat luas dan dalam kurun waktu yang lama. Konsep-konsep

pembangunan ekonomi banyak dikembangkan oleh para ahli yaitu di

antaranya:

a. Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut W.W Rostow

Rostow memakai pendekatan sejarah dalam menjelaskan proses

perkembangan ekonomi. Rostow membedakan adanya lima tahap

pertumbuhan ekonomi yaitu:

1) Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional diartikan sebagai suatu masyarakat

yang strukturnya berkembang di sepanjang fungsi produksi

berdasarkan ilmu dan teknologi pra-Newton dan sebagai hasil

pandangan pra-Newton terhadap dunia fisika. Ini berarti bahwa

dalam masyarakat seperti itu sama sekali tidak terjadi perubahan

10

Page 32: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

ekonomi. Sebenarnya, banyak tanah dapat digarap, skala dan pola

perdagangan dapat diperluas, manufaktur dapat dibangun dan

produktifitas pertanian dapat ditingkatkan sejalan dengan

peningkatan penduduk dan pendapatan nyata.

Fakta menunjukkan bahwa keinginan untuk menggunakan

ilmu pengetahuan dan teknologi modern secara teratur dan

sistematis tertahan pada adanya suatu batas yaitu tingkat output per

kapita yang dapat dicapai. Sedangkan bukan tidak ada daya cipta

dan pembaruan tetapi karena tidak ada sarana yang mendukung.

Pada tahap ini seluruh sistem yang berjalan masih sangat terbatas,

sehingga pencapaian produktifitasnya pun masih terbatas

(Jhingan:2010,143).

2) Pra Syarat Tinggal Landas

Tahap kedua ini merupakan masa transisi di mana

prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau

diciptakan. Pada mulanya berkembang suatu gagasan bahwa

kemajuan ekonomi bukanlah sesuatu yang mustahil dan merupakan

satu syarat penting bagi tujuan lain yang dianggap terbaik baik itu

berupa kebanggaan nasional, keuntungan pribadi, kesejahteraan

umum atau kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu.

Prasyarat yang diperlukan untuk mempertahankan

industrialisasi menurut Rostow biasanya memerlukan perubahan

radikal pada tiga sektor non industry yaitu pertama perluasan

Page 33: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

12

modal overhead sosial. Kedua, revolusi teknologi di bidang

pertanian, sehingga produktifitas pertanian meningkat untuk

memenuhi permintaan penduduk kota. Ketiga, perluasan impor

termasuk impor modal (Jhingan:2010,144).

3) Tinggal Landas

Tahap tinggal landas merupakan titik yang menentukan di

dalam kehidupan suatu masyarakat. Rostow mendefinisikan tinggal

landas sebagai revolusi industri yang bertalian secara langsung

dengan perubahan radikal di dalam metode produksi yang dalam

jangka waktu relatif singkat menimbulkan konsekuensi yang

menentukan. Syarat tinggal landas menurut Rostow yaitu sebagai

berikut :

1) Kenaikan laju investasi produktif

2) Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur

penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi

3) Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial, dan organisasi

yang menampung hasrat ekspansi di sektor modern dan

memberikan daya dorong pada pertumbuhan (Jhingan:

2010,145)

4) Dorongan Menuju Kedewasaan

Rostow mendefinisikannya sebagai tahap ketika masyarakat

telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi modern

terhadap keseluruhan sumber daya mereka. Ini merupakan tahap

Page 34: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

13

pertumbuhan swadaya jangka panjang yang merentang melebihi

masa empat dasawarsa. Teknik produksi menggantikan teknik yang

lama. Berbagai sektor penting baru tercipta. Tingkat investasi netto

lebih dari 10 persen dari pendapatan nasional. Dan perekonomian

dapat menahan segala goncangan yang tak terduga (Jhingan:

2010,148).

5) Era Konsumsi Massa Besar-besaran

Abad konsumsi massa besar-besaran ditandai dengan

migrasi ke pinggiran kota, pemakaian mobil secara luas, barang-

barang konsumen dan peralatan rumah tangga yang tahan lama.

Keseimbangan perhatian masyrakat beralih dari penawaran ke

permintaan, dari persoalan produksi ke persoalan konsumsi dan

kesejahteraan dalam arti luas. Kecenderungan kepada konsumsi

besar-besaran barang yang tahan lama, ketiadaan pengangguran

dan peningkatan kesadaran akan jaminan sosial, membawa kepada

laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi (Jhingan:

2010,149).

b. Teori Malthus

Konsep pembangunan menurut Malthus dalam (Jhingan:

2010,97) tidak menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi

dengan sendirinya. Malahan proses pembangunan ekonomi

memerlukan berbagai usaha yang konsisten di pihak rakyat. Jadi

menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu proses naik

Page 35: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

14

turunnya aktifitas ekonomi lebih dari pada sekedar lancar tidaknya

aktifitas ekonomi.

Malthus menitikberatkan perhatiannya kepada perkembangan

kesejahteraan suatu Negara yaitu pembangunan ekonomi yang dapat

dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu Negara.

Kesejahteraan ini bergantung kepada kuantitas produk yang dihasilkan

oleh tenaga kerjanya, dan sebagian lainnya dihasilakan atas nilai

produk tersebut. Menurut Malthus, faktor-faktor dalam pembangunan

ekonomi yaitu Gross National Product (GNP). GNP ini menurut

Malthus dibagi 2 yaitu GNP Potensial dan GNP aktual. GNP potensial

tergantung pada tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi. Bila

keempat faktor tersebut dipakai dalam proporsi yang benar maka akan

memaksimasi produksi di dua sektor yaitu industri dan pertanian.

c. Teori Arthur Lewis

Salah satu model teoritis tentang pembangunan yang paling

terkenal, yang memusatkan pada transformasi structural (structural

transformation) suatu perekonomian subsisten, mula-mula dirumuskan

oleh W. Arthur Lewis, salah satu ekonom besar dan penerima Hadiah

Nobel pada pertengahan decade 1950-an. Menurut model

pembangunan yang diajukan oleh Lewis, perekonomian yang

terbelakang terdiri dari dua sektor yakni sektor tradisional dan sektor

industri perkotaan (Todaro,1998:89).

Profesor W. Arthur Lewis dalam Jhingan (2010:156)

membangun teori yang sangat sistematis mengenai pembangunan

Page 36: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

15

ekonomi dengan penawaran buruh yang tidak terbatas. Lewis percaya

bahwa di banyak Negara terbelakang tersedia buruh dalam jumlah

yang tak terbatas dan dengan upah sekedar cukup untuk hidup

(subsistem). Pembangunan ekonomi berlangsung apabila modal

terakumulasi sebagai akibat peralihan buruh surplus dan sektor

subsisten ke sektor kapitalis.

Perhatian utama dari model ini diarahkan pada terjadinya

proses pengalihan tenaga kerja, serta pertumbuhan output dan

peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor modern/sektor kapitalis.

Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan tenaga kerja

tersebut dimungkinkan oleh adanya perluasan output pada sektor

modern tersebut. Adapun laju atau kecepatan terjadinya perluasan

tersebut ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industri dan

akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern.

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Arsyad (1999:108) dalam Lina Suherty (2011) menjelaskan

pembangunan ekonomi daerah merupakan proses di mana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor

swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah

tersebut. Pembangunan ekonomi daerah juga berdasarkan pada (Lia:2007):

1. Prinsip-prinsip renovasi

2. Daya tarik unsur yang aktif

Page 37: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

16

3. Perhitungan efek multiplier

4. Hubungan dan kaitan yang dapat diharapkan akan timbul

Dalam membangun daerah diperlukan kebijakan yang mengatur.

Kebijakan pembangunan ekonomi daerah adalah penggunaan secara sadar

berbagai macam pendapatan untuk merealisasikan tujuan-tujuan daerah

yang tanpa adanya usaha yang sengaja tersebut tidak dapat tercapai (Lia:

2007). Tujuan utama pembangunan regional menurut Syarijudin (1997)

dalam Siti Rukhmi Fuadati (2008) sebenarnya diarahkan kepada

pengurangan ketimpangan pendapatan yang terlalu mencolok, dan

pemberian pelayanan sosial yang lebih baik.

Kebijakan muncul akibat dari adanya perencanaan yang tepat.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai

perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber daya publik

yang tersedia di daerah dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta

dalam rangka menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara

bertanggung jawab. Dengan demikian diharapkan perekonomian wilayah

dapat mencapai keadaan perekonomian yang lebih baik pada masa dating

disbanding dengan keadaan sekarang ini, atau minimal sama dengan

keadaan ekonomi sekarang. (Arief Daryanto, 2010:1)

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2004, 200) dalam kegiatan perekonomian, di

mana pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang

dan jasa yang berlaku di suatu Negara seperti penambahan dan jumlah

Page 38: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

17

produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah

sekolah, penambahan sektor jasa dan penambahan barang modal.

Dari penjelasan di atas berikut akan disajikan model-model

pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh ahli ekonom dunia, yaitu

sebagai berikut :

a. Teori Simon Kuznets

Prof. Simon Kuznets dalam Jhingan (2010:57) mendefinisikan

pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam

kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh

sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan

ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga komponen

yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari

meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang.

Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan

ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam

penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. Ketiga,

penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya

penyesuaian di bidang kelembagaan ideology sehingga inovasi yang

dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan

secara tepat. Prof. Simon Kuznets menunjukkan enam ciri-ciri

pertumbuhan ekonomi modern yaitu laju pertumbuhan penduduk dan

produk per kapita, peningkatan produktifitas, laju perubahan struktural

Page 39: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

18

yang tinggi, urbanisasi, ekspansi Negara maju, dan arus barang, modal,

dan orang antar bangsa.

b. Teori Harrod-Domar

Model pertumbuhan ekonomi Harrod Domar dalam Jhingan

(2010: 229) dibangun berdasarkan pengalaman Negara maju. Ke

semuanya terutama dialamatkan kepada perekonomian kapitalis maju

dan mencoba menelaah persyaratan pertumbuhan mantap (steady

growth) dalam perekonomian. Baik Harrod dan Domar tertarik untuk

mencari tingkat pertumbuhan pendapatan yang diperlukan bagi

kehidupan perekonomian yang berjalan mulus dan tersendat-sendat.

Kendati model mereka berbeda dalam rincian, namun keduanya nyaris

sampai pada kesimpulan yang sama.

Harrod Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di

dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak

ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan

kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara

meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut sebagai

dampak permintaan, dan yang kedua disebut dampak penawaran

investasi.

c. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan melihat dari sudut pandang yang berbeda,

yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh

Abramovits dan Solow dikenal dengan model pertumbuhan Solow

Page 40: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

19

(Solow Growth Model). Pertumbuhan ekonomi tergantung kepada

pengembangan faktor-faktor produksi. Pandangan ini dapat dinyatakan

dengan persamaan sebagai berikut :

(2.1)

Di mana :

adalah tingkat pertumbuhan ekonomi.

adalah tingkat pertumbuhan modal.

adalah tingkat pertumbuhan penduduk/tenaga kerja.

adalah tingkat pertumbuhan teknologi.

Faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi

bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Tetapi

faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan

pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja. Hal tersebut

dikarenakan dalam proses pertumbuhan ekonomi diperlukan keahlian

dari tenaga kerja dalam menggunakan teknologi yang tersedia.

Sedangkan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi

adalah sebagai berikut :

a. Tanah dan kekayaan alam lainnya

b. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja

c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi

d. Sistem sosial dan sikap masyarakat

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pertumbuhan yang mana

sebuah proses penambahan dari output yang dihasilkan oleh suatu daerah.

Page 41: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

20

Sedangkan sering kita mendengar mengenai laju pertumbuhan ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output per kapita dalam

jangka panjang. Laju pertumbuhan ini dapat diukur melalui indikator

perkembangan PDB dari tahun ke tahun untuk tingkat nasional sedangkan

indikator yang digunakan dalam perkembangan ekonomi di daerah adalah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perhitungan pertumbuhan

ekonomi melalui PDB/PDRB ini dapat dilakukan dalam jangka waktu

triwulan dan tahunan. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

%100)(

1

1

t

ttt

PDBR

PDBRPDBRG (2.2)

Dimana: Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau

tahunan).

PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan

harga konstan).

PDBRt-1 = Produk Domestik Bruto Riil satu periode sebelumnya.

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Menurut Tarigan (2005,80) Pertumbuhan ekonomi

wilayah/daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara

keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai

tambah (added value) yang terjadi. Penjelasan lain menurut Sjahrizal

(2008,90), teori pertumbuhan ekonomi daerah ini merupakan bagian

penting dalam analisa ekonomi regional karena pertumbuhan merupakan

unsur utama dalam pembangunan ekonomi regional dan mempunyai

implikasi kebijakan yang cukup luas. Adapun teori-teori pertumbuhan

ekonomi daerah yang dikembangkan antara lain :

Page 42: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

21

a. Model Basis Ekspor (Ekspor Base Model)

Model ini mula-mula diperkenalkan oleh Douglas C. North

pada tahun 1956. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu

daerah ditentukan oleh keuntungan kompetitif (Competitive

Advantage) yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Bila daerah

yang bersangkutan dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang

mempunyai keuntungan kompetitif sebagai basis untuk ekspor, maka

pertumbuhan daerah yang bersangkutan akan dapat ditingkatkan

(Sjafrizal : 2008,87). Hal ini akan terjadi karena peningkatan ekspor

tersebut akan memberikan dampak berganda (multiplier effect) kepada

perekonomian daerah.

Sebagaimana dikemukakan oleh John P. Blair dalam Sjafrizal

(2007:87) model basis ekspor ini dapat diformulasikan dengan

menggunakan apa yang disebut sebagai Formal Income Model. Dalam

model ini, Pendapatan Regional (PDRB) suatu daerah dapat

diungkapkan sebagai berikut :

Y = C + MI – MO (2.3)

Di mana Y adalah pendapatan regional, C adalah konsumsi, MI

menunjukkan arus uang masuk karena adanya ekspor dan MO adalh

arus uang keluar karena adanya impor. Model basis ekspor dapat pula

diformulasikan dengan model basis ekonomi (Economic Base Model)

dengan hasil yang sangat bersamaan. Dalam hal ini, perekonomian

suatu daerah (Y) dibagi atas 2 kelompok sektor utama yaitu sektor

Page 43: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

22

basis (B) dan sektor non basis (S). Sektor basis adalah sektor yang

menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai

keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi.

Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang

potensial tetapi berfungsi sebgai penunjang sektor basis atau dapat

dikatakan service industries (Sjafrizal: 2005,89).

b. Model Neo-Klasik

Model Neo Klasik dalam Sjafrizal (2008:95) dipelopori oleh

George H. Bort (1960) dengan mendasarkan analisanya pada Teori

Ekonomi Neo-Klasik. Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu

daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk

meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi

pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang

bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan

mobilitas modal antar daerah.

Karena kunci utama pertumbuhan ekonomi daerah adalah

peningkatan kegiatan produksi, maka mengikuti Richardson (1978)

dalam Sjafrizal (2008:95) model Neo-Klasik ini dapat diformulasikan

mulai dari fungsi produksi. Dengan menganggap bahwa fungsi

produksi adalah adalam bentuk Cobb-Douglas, maka dapat ditulis :

Y = A Kα L

β, α + β = 1 (2.4)

Di mana Y melambangkan PDRB, K dan L masing-masingnya

adalah modal dan tenaga kerja. Karena analisa menyangkut

Page 44: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

23

pertumbuhan maka semua variabel dianggap adalah fungsi waktu (t).

Selanjutnya Model Neo-Klasik yaitu pertumbuhan ekonomi suatu

daerah ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu kemajuan teknologi (a),

penambahan modal atau investasi (k), dan peningkatan jumlah dan

kualitas tenaga kerja (l).

c. Teori Harrod Domar dalam sistem daerah

Teori Harrod Domar sangat diperhatikan bagi wilayah yang

masih terbelakang dan terpencil atau hubungan keluarnya sangat sulit.

Atas dasar asumsi tersebut Harrod Domar membuat analisis dan

menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap

(seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa

tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :

g = k = n (2.5)

di mana: g : Growth (tingkat pertumbuhan output)

k : Capital (tingkat pertumbuhan modal)

n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Agar dapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan

investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan,

padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan

oleh v (capital output ratio = rasio modal output).

d. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi (economic base theory) dalam Tarigan

(2005,28) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan

Page 45: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

24

ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor

dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan

basis dan non basis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi wilayah/daerah.

Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas

nilai tambah ataupun lapangan kerja yaitu dihitung berapa besarnya

lapangan kerja basis dan lapangan kerja non basis. Dan apabila kedua

angka itu dapat dibandingkan, dapat dihitung nilai rasio basis (ratio

base) dan kemudian dapat dipakai untuk menghitung nilai pengganda

basis. Nilai pengganda basis lapangan kerja dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Pengganda basis = total lapangan kerja (2.6)

lapangan kerja basis

Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan menggunakan

ukuran lain, misalnya pendapatan. Dalam menggunakan ukuran

pendapatan, nilai pengganda basis adalah besarnya kenaikan

pendapatan seluruh masyarakat setiap satu unit kenaikan pendapatan di

sektor basis. Dalam hal pendapatan, nilai pengganda basis yang

diperoleh dinamakan pengganda basis pendapatan (income base

multiplier).

Peningkatan pendapatan di sektor basis akan mendorong

kenaikan pendapatan di sektor non basis dalam bentuk korelasi yang

lebih ketat dibandingkan dengan menggunakan variabel lapangan

Page 46: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

25

kerja. Berikut beberapa metode untuk memilah antara kegiatan basis

dan kegiatan non basis adalah sebagai berikut :

a. Metode Langsung

Metode langsung dapat dilakukan dengan survei langsung

kepada usaha ke mana mereka memasarkan barang yang

diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan

untuk menghasilkan produk tersebut.

b. Metode Tidak Langsung

Mengingat rumitnya melakukan survei langsung ditinjau

dari sudut waktu dan biaya, banyak juga dipakai metode tidak

langsung dalam mengukur kegiatan basis dan non basis. Salah satu

metode tidak langsung adalah dengan menggunakan asumsi atau

disebut metode asumsi. Dalam metode asumsi, berdasarkan kondisi

wilayah/daerah tersebut (berdasarkan data sekunder), ada kegiatan

tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan kegiatan lainnya

sebagai kegiatan non basis.

c. Metode Campuran

Suatu wilayah/daerah yang sudah berkembang, cukup

banyak usaha yang tercampur antara kegiatan basis dan non basis.

Penggunaan metode asumsi murni akan memberikan kesalahan

yang besar. Akan tetapi, penggunaan metode langsung yang murni

juga cukup berat. Yang sering dilakukan orang adalah gabungan

antara metode asumsi dengan metode langsung yang disebut

Page 47: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

26

metode campuran. Dalam metode campuran diadakan survei

pendahuluan, yaitu pengumpulan data seperti BPS. Dari data

sekunder berdasarkan analisis kegiatan mana yang dianggap basis

dan non basis.

d. Metode Location Quotient

Metode lain yang tidak langsung adalah dengan

menggunakan location quotient (metode LQ). Metode LQ

membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor

tertentu di wilayah/daerah kita, dibandingkan dengan porsi

lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara

nasional.

5. Analisis Shift Share

Lina Suherty (2008) menjelaskan analisis Shift Share sangat

berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah

dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tarigan (2005,145) analisis

ini lebih tajam dibandingkan dengan analisis LQ. Metode LQ tidak

memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode

Shift Share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel.

Arief Daryanto (2010:25) Analisis Shift Share mengakui adanya

perbedaan dan kesamaan antar wilayah. Analisis ini mengasumsikan

bahwa perubahan pendapatan, produksi atau tenaga kerja suatu wilayah

dapat dibagi dalam tiga komponen yaitu komponen pertumbuhan regional

(regional growth component atau komponen national shift), komponen

Page 48: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

27

pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix growth

component atau proportional shift) dan komponen pertumbuhan pangsa

wilayah (regional share growth component atau differential shift).

Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau

produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya

dengan daerah yang lebih besar. Arsyard dalam Lina Suherty (2008)

analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga

bidang yang meliputi pertumbuhan ekonomi daerah, pergeseran

proportional dan pergeseran diferensial.

6. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal

suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk

merancang strategi dan program kerja. Analisis internal ini meliputi

penilaian terhadap faktor kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness).

Sementara analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan

tantangan (Threaths) (BPS:2011,10). Ada dua macam pendekatan dalam

analisis SWOT adalah :

a. Pendekatan kualitatif matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana

dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua

paling atas adalah kotak faktor eksternal (peluang dan tantangan)

sedangkan dua kota sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan

kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis

Page 49: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

28

yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal

dan eksternal.

Gambar 2.1

Matriks SWOT Kearns

Eksternal

Internal

OPPORTUNITY THREATHS

STRENGTH Comparative Advantage Mobilization

WEAKNESS Divestment/Investment Damage Control

Sumber : Hisyam (1998) dalam BPS

Comparative advantages merupakan dua elemen kekuatan dan

peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi

untuk bisa berkembang lebih cepat. Mobilization merupakan interaksi

antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi

sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak

ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian mengubah ancaman itu

menjadi peluang.

Divestment/Investment merupakan interaksi antara kelemahan

organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu

pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat

meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang

ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil

adalah melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain

atau memaksakan menggarap peluang itu.

Damage Control merupakan kondisi yang paling lemah dari

semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi

Page 50: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

29

dengan ancaman dari luar dan karenanya keputusan yang salah akan

membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus

diambil adalah damage control (mengendalikan kerugian) sehingga

tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

b. Pendekatan kuantitatif analisis SWOT

Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara

kuantitatif melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan

oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi

organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui

tiga tahap, yaitu :

1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta

jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor

S-W-O-T.

2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d)

dan faktor O dengan T (e); perolehan angka d = x selanjutnya

menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka

(e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada

kuadran SWOT, yaitu :

a) Kuadran I (positif, positif), posisi ini menandakan sebuah

organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi

yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam

kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk

terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan

meraih kemajuan secara maksimal.

Page 51: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

30

b) Kuadran II (positif, negatif), posisi ini menandakan sebuah

organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi

Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun

menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan

roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar

bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu,

organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam

strategi taktisnya.

c) Kuadran III (negatif, positif), posisi ini menandakan sebuah

organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi

strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi

disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab strategi

yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang

yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

d) Kuadran IV (negatif, negatif), posisi ini menandakan sebuah

organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,

artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan

dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk

menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal

agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan

sambil terus berupaya membenahi diri.

Page 52: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

31

7. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Bruto adalah total nilai atau harga pasar dari

seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian

dalam suatu negara dalam kurun satu tahun. Sedangkan pada daerah dapat

dihitung dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk

menghitung PDRB yang didapat dari suatu daerah, ada 3 pendekatan yang

dapat digunakan, yaitu:

a. Pendekatan Produksi adalah menghitung nilai tambah dari suatu

barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam

suatu wilayah, dengan cara mengurangkan biaya dari masing-masing

total produksi produk bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau

sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

b. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang

diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses

produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu

tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud yaitu gaji dan upah,

sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong

pajak penghasilan dan pajak langsung lainya.

c. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen

permintaan akhir seperti:

1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang

tidak mencari untung.

2) Konsumsi pemerintah.

Page 53: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

32

3) Pembentukan modal tetap domestik bruto.

4) Perubahan stock.

5) Ekspor netto. Dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Ekspor netto merupakan ekspor dikurangi impor.

8. Pengembangan Sub Sektor Industri Potensial

Chenery dalam Sukirno (2007,250) mengenai corak perubahan

struktur sektor industri dalam proses pembangunan. Dalam analisis

Chenery yaitu menganalisis perubahan peranan industri-industri yang

tergolong dalam sub sektor industri pengolahan dalam menciptakan

produk nasional.

Pola ekonomi yang bergeser menjadi sektor industri yang dulunya

sektor pertanian menyebabkan masyarakat terjun dalam sektor ini.

Ditambah sektor industri yang menjadi penyumbang dalam perekonomian

suatu Negara dan daerah. Kemudian sektor industri itu banyak jenisnya

baik yang migas dan non migas. Sektor non migas pun banyak jenisnya

sehingga menjadikan banyak pilihan bagi masyarakat. Hal demikian

menunjukkan bahwa dalam pengembangan sub sektor industri harus

disiapkan dengan perencanaan yang matang agar tujuannya dalam

memajukan masyarakat dapat tercapai.

Sedangkan dikenal pula istilah mengenai competitive advantage

(keunggulan kompetitif) di mana keunggulan ini diperoleh melalui usaha,

kerja, karya dan cipta suatu daerah dengan menciptakan karya baru yang

memberikan pengaruh kepada daerah ditambah dengan daerah tersebut

Page 54: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

33

memiliki potensi dari kekayaan alamnya. Kegiatan perekonomian yang

berada di daerah akan berpengaruh kepada suatu kegiatan tersebut dapat

dikatakan maju atau tidak.

Perubahan struktur yang dikemukakan oleh Chenery menunjukkan

kegiatan ekonomi yang makin beragam ditambah dengan keunggulan yang

dihasilkan tiap daerah dengan mengolah sumber daya masing-masing

sehingga timbullah pengembangan dari sub sektor yang ada. Kaitan hal

tersebut untuk keberlanjutan dari kegiatan produksi suatu daerah dengan

potensi yang dimiliki sehingga akhirnya masyarakat akan maju dan

sejahtera.

B. Penelitian Terdahulu

Kartika Hendra Titi Sari (2010) dengan judul penelitian Indentifikasi

Potensi Ekonomi Daerah Boyolali, Karanganyar dan Sragen tahun 1993-2003.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Rasio

Pertumbuhan (MRP), Analisis Tipologi Klasen dan Analisis Location

Quotient (LQ). Variabel-variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah

Produk Domestik Regional Bruto. Objek penelitian ini berada pada daerah

Boyolali, Karanganyar, dan Sragen. Hasil penelitian ini adalah sektor

pertanian, perdagangan dan industri menduduki urutan pertama sektor yang

basis di Boyolali. Sektor industri dan perdagangan menduduki urutan pertama

sektor yang basis di Karanganyar. Sektor jasa menduduki urutan pertama yang

menjadi sektor basis di Sragen.

Lina Suherty (2011) dengan judul penelitian Analisis Pengembangan

Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Barito Kuala periode 2005-2009.

Page 55: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

34

Variabel-variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan ekonomi, sektor-sektor

ekonomi, pertumbuhan sektor ekonomi, perkembangan sektor ekonomi

potensial, komponen share, komponen net shift, differential shift dan

proportional shift. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Analisis Location Quoteient, analisis Shift Share dan Tipologi Sektoral. Hasil

dari penelitian ini terdapat 3 sektor yang basis di Kabupaten Barito Kuala

yaitu Sektor pertanian, Sektor industri pengolahan, dan Sektor bangunan.

Sedangkan sisanya termasuk sektor yang non basis.

Syarifah Lies Fuaidah Azhar dan M. Nassir Abdussamad (2006)

dengan judul penelitian Analisis sector basis dan non basis di provinsi

Nangroe Aceh Darussalam periode 1992-2001. Variabel yang dimasukkan

dalam penelitian ini adalah PNB (Produk Nasional Bruto) dan PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) NAD. Metode analisis yang digunakan adalah

Analisis Location Quotient (LQ). Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh

bahwa sektor yang menjadi basis di NAD adalah sektor pertanian, industry

pengolahan dan pertambangan dan penggalian kemudian sektor lainnya

merupakan sektor non basis.

Galih Permatasari (2012) dengan judul Strategi pengembangan

wilayah melalui analisis sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Sragen. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Location

Quotient, Analisis Shift Share dan Analisis SWOT. Variabel yang digunakan

PDRB Kabupaten Sragen, Laju Pertumbuhan. Hasil penelitian ini adalah

Kabupaten Sragen memiliki empat sektor basis yaitu, sektor pertanian, listrik,

Page 56: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

35

gas dan air, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa. Sedangkan

analisis shift share sektor pertambangan, industri, listrik, bangunan,

perdagangan, angkutan dan sektor bank adalah sektor yang berspesialisasi

pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat dan sektor pertanian,

sektor perdagangan, sektor bank, sektor jasa-jasa adalah sektor yang

pertumbuhannya lebih cepat dari pada propinsi. Strategi pengembangan sektor

potensial di Kabupaten Sragen adalah melakukan penyuluhan dan

pemeliharaan terhadap sektor pertanian, memanfaatkan teknologi dan

menaikkan kualitas produk agar kesempatan ekspor semakin luas,

memperbaiki infrastruktur daerah, masyarakat dan pemerintah saling bekerja

sama untuk mewujudkan visi misi daerah.

Muzafar Shah Habibullah dan Alias Radam (2009) dengan judul

Industry Concentration in Rich and Poor State in Malaysia: Location Quotient

and Shift Share Analyses. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah

Gross Domestic Product (GDP) tahun 1997 dan 2000. Metode analisis yang

digunakan adalah Analisis Location Quotient dan Shift Share. Hasil penelitian

ini adalah sektor pertanian menjadi basis pada wilayah Kedah dan Perlis.

Untuk wilayah Kelantan yang menjadi basis adalah sektor pertanian dan jasa.

Wilayah Penang yang menjadi basis adalah sektor industri dan jasa. Untuk

wilayah Selangor yang menjadi basis adalah sektor industri, konstruksi dan

jasa.

Larisa Bugaian, Maria Gheorghita, dan Doina Nistor (2010) dengan

judul Analysis of Industry Potential in Republic of Moldova. Variabel yang

Page 57: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

36

digunakan adalah Gross Domestic Bruto (GDP) 2000-2008. Metode analisis

yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini

adalah sektor inudstri : anggur; Tekstil dan pakaian; teknologi informasi dan

komunikasi; alas kaki; bahan konstruksi dan perabot telah yang paling

potensial untuk berkontribusi terhadap transformasi pertumbuhan

perekonomian Republik Moldova.

Untuk lebih lengkapnya, penulis akan menyajikan penelitian-penelitian

di atas dalam bentuk sebagai berikut :

Page 58: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

Tabel 2.1

Matrik Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

1.

Kartika Hendra Titi

Sari (2010)

Indentifikasi Potensi Ekonomi

Daerah Boyolali, Karanganyar dan

Sragen tahun 1993-2003

Produk Domestik

Regional Bruto

Model Rasio

Pertumbuhan

(MRP), analisis

Tipologi Klasen,

dan analisis

Location Quotient

sektor pertanian, perdagangan dan

industri menduduki urutan pertama

sektor yang basis di Boyolali. Sektor

industri dan perdagangan menduduki

urutan pertama sektor yang basis di

Karanganyar. Sektor jasa menduduki

urutan pertama yang menjadi sektor

basis di Sragen

2. Lina Suherty

(2011)

Analisis Pengembangan Sektor

Ekonomi Potensial Kabupaten

Barito Kuala

PDRB, laju

pertumbuhan

ekonomi, sektor-sektor

ekonomi,

pertumbuhan sektor

ekonomi,

Analisis Location

Quoteient, analisis

Shift Share dan

Tipologi Sektoral

Terdapat 3 sektor yang basis di

Kabupaten Barito Kuala yaitu Sektor

pertanian, Sektor industri pengolahan,

dan Sektor bangunan. Sedangkan

sisanya termasuk sektor yang non

basis.

3. Syarifah Lies

Fuaidah Azhar dan

M. Nassir

Abdussamad

(2006)

Analisis sector basis dan non basis

di provinsi Nangroe Aceh

Darussalam.

PNB (Produk Nasional

Bruto) dan PDRB

(Produk Domestik

Regional Bruto) NAD

Analisis Location

Quotient (LQ)

Sektor yang menjadi basis di NAD

adalah sektor pertanian, industry

pengolahan dan pertambangan dan

penggalian. Dan sisanya sektor non

basis.

4. Galih Permatasari

(2012)

Strategi pengembangan wilayah

melalui analisis sektor basis

terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Sragen

PDRB Kabupaten

Sragen, Laju

Pertumbuhan

Ekonomi

Analisis Location

Quotient, Analisis

Shift Share dan

Analisis SWOT

Kabupaten Sragen memiliki empat

sektor basis yaitu, sektor pertanian,

listrik, gas dan air, keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan, jasa-

jasa

37

Page 59: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

5. Muzafar Shah

Habibullah dan

Alias Radam

(2009)

Industry Concentration in Rich and

Poor State in Malaysia: Location

Quotient and Shift Share Analyses

Gross Domestic

Product (GDP) tahun

1997 dan 2000

Analisis Location

Quotient dan Shift

Share

sektor pertanian menjadi basis pada

wilayah Kedah dan Perlis. Untuk

wilayah Kelantan yang menjadi basis

adalah sektor pertanian dan jasa.

Wilayah Penang yang menjadi basis

adalah sektor industri dan jasa. Untuk

wilayah Selangor yang menjadi basis

adalah sektor industri, konstruksi dan

jasa.

6. Larisa Bugaian,

Maria Gheorghita,

dan Doina Nistor

(2010)

Analysis of Industry Potential in

Republic of Moldova

Gross Domestic Bruto

(GDP) 2000-2008

Analisis kuantitatif

dan kualitatif

sektor inudstri : anggur; Tekstil dan

pakaian; teknologi informasi dan

komunikasi; alas kaki; bahan

konstruksi dan perabot telah yang

paling potensial untuk berkontribusi

terhadap transformasi pertumbuhan

perekonomian Republik Moldova.

38

Page 60: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non

Migas Kota Tangerang

Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan Non

Migas Provinsi Banten

1. Makanan, Minuman dan Tembakau

2. Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau

3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya

4. Kertas dan Barang Cetakan

5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet

6. Semen dan Barang Galian non Logam

7. Logam Dasar, Besi, dan Baja

8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan

9. Barang Lainnya.

1. Sub sektor basis dan non basis

2. Komponen Share : Komponen Share,

Differential Shift, dan Proportional

Shift.

3. Faktor-faktor kekuatan, kelemahan,

peluang dan hambatan dari sub sektor

industri pengolahan unggulan.

Pertumbuhan dan Pembangunan

Ekonomi Daerah

Analisis Data :

Location Quotient, Shift Share, dan

SWOT

39

Page 61: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

40

Berdasarkan gambar di atas menjelaskan bahwa dengan menggunakan

tenaga kerja yang berada dalam sub sektor industri dapat digunakan untuk

perhitungan kegiatan sub sektor industri yang menjadi unggulan bagi Kota

Tangerang. Tenaga kerja ini diambil dari jumlah tenaga kerja yang berada

dalam masing-masing jenis industri dan dibandingkan dengan daerah di atas

Kota Tangerang yaitu Provinsi Banten. Sehingga pada akhirnya dimaksudkan

untuk mengetahui keadaan industri baik di Kota Tangerang maupun daerah di

atasnya yaitu Provinsi Banten.

Selanjutnya dalam identifikasi masalah telah ditetapkan akan dikaji

sub sektor industri pengolahan yang menjadi basis di Kota Tangerang sejak

2005-2010. Berdasarkan peneliti sebelumnya yaitu Lina Suherty (2011) di

mana dalam mengetahui sektor yang basis di daerah dengan menggunakan

Location Quotient. Sedangkan perubahan struktur dalam ekonomi daerah

dilihat bagaimana share PDRB terhadap sektor-sektor ekonomi. Dan penulis

ingin mengembangkan bila mana metode tersebut ingin disajikan untuk

melihat sub sektor yang basis di daerah dan bagaimana share sub sektor

tersebut terhadap PDRB dan sub sektor lainnya.

Kemudian dalam penelitian Siti Ruchmi F (2008) di mana beliau

meneliti pengembangan untuk sub sektor yang unggul dan potensial di

Kabupaten Blitar. Pengembangan ini dilakukan dengan metode SWOT.

Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki oleh sub sektor itu

dianalisa sehingga dapat memberikan masukan ke depannya. Sehingga

pemerintah pun ikut menstimulus terhadap perkembangan industri. Kemudian

Page 62: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

41

penulis ingin mengembangkan konsep SWOT ini dalam penelitian ini. Dalam

kaitannya penelitian ini dengan kegiatan yang menjadi unggulan di Kota

Tangerang dianalisa faktor-faktor pendukung dan penghambat dari industri

sehingga menjadi bahan pedoman bagi pemerintah dalam menerapkan

kebijakan regional untuk masing-masing industri. Yang pada akhirnya

kegiatan industri akan tumbuh dan berkembang untuk menunjang

perekonomian daerah.

Page 63: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

42

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan data yang digunakan

adalah data time series (runtun waktu) dari tahun 2005 sampai 2010.

Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian yaitu Kota Tangerang

dengan membandingkan keadaan perekonomian di Provinsi Banten. Data

yang digunakan berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar

Harga Konstan dengan melihat Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas

yaitu terdiri dari sembilan sub sektor. Sub sektor industri pengolahan yang

diperoleh dari Kota Tangerang dan Provinsi Banten.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini tidak memerlukan sampel karena seluruh

populasi dapat dijangkau oleh penulis. Tetapi dalam penentuan objek

penelitian penulis menentukan sub sektor industri pengolahan untuk dianalisa

sebagai penelitian karena Kota Tangerang merupakan wilayah maju di

Provinsi Banten dengan sektor industri yang berkembang. Oleh karena itu

penulis menganalisa sub sektor industri pengolahan Kota tangerang yang

menjadi potensi bagi daerah dari tahun 2005-2010 dikarenakan pada tahun ini

perkembangan Kota Tangerang semakin baik dibandingkan tahun

sebelumnya.

Page 64: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

43

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini

adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder ini merupakan data yang

diambil dari instansi-instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), dan

Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. Data yang digunakan berupa PDRB

sub sektor industri pengolahan yang terdiri dari sembilan jenis industri

periode 2005-2010 dan jumlah tenaga kerja dari masing-masing jenis industri

dalam sektor industri pengolahan di Kota Tangerang.

D. Metode Analisis

Analisis data yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan

Analisis Kuantitatif yang merupakan suatu metode analisis yang bersifat

hitungan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data yang

berbentuk angka. Dalam penelitian ini juga menggunakan analisis Kualitatif

dengan mengadakan wawancara dan observasi terhadap objek penelitiannya.

Data yang digunakan yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan Kota

Tangerang atas dasar harga konstan periode tahun 2005-2010 dan tenaga kerja

dalam sembilan jenis industri. Dengan judul penelitian “Analisis Potensi

Ekonomi Sub Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Periode 2005-

2010”. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis ini merupakan perbandingan tentang besarnya peranan

suatu sektor/industri di suatu daerah/kota terhadap besarmya peranan suatu

sektor/industri tersebut secara provinsi (Tarigan:2005,80). Ada dua cara

untuk mengukur LQ dari suatu sektor dalam suatu perekonomian wilayah

Page 65: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

44

yakni melalui pendekatan nilai tambah atau PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) dan tenaga kerja (Arief Daryanto,2010:20). Berdasarkan

penelitian ini adalah membandingkan sub sektor industri pengolahan Kota

Tangerang dengan Provinsi Banten dengan pendekatan tenaga kerja.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sub sektor yang basis dan non

basis di Kota Tangerang. Rumusnya adalah sebagai berikut (Arief

Daryanto,2010:21) :

(3.1)

Di mana : Li : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor i di Kota Tangerang

Lt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Kota Tangerang

Ni : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Provinsi Banten

Nt : Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor di Provinsi Banten

Hasil dari analisis ini adalah apabila LQ > 1 artinya peranan sektor

tersebut di daerah itu lebih menonjol dari pada sektor lain di daerah

tersebut (Sektor Basis Ekonomi) dan sektor ini menjadi kekuatan daerah

untuk mengekspor produksnya ke luar daerah. Sebaliknya, apabila LQ < 1

maka peranan sektor tersebut di daerah itu lebih kecil dari pada sektor lain

(Sektor Non Basis Ekonomi) dan sektor ini hanya menjadi pengimpor dari

luar daerah.

2. Analisis Shift Share

Berdasarkan Lina Suherty (2008) analisis Shift Share digunakan

untuk menentukan kinerja/produktifitas suatu daerah, pergeseran struktur,

posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor ekonomi

Page 66: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

45

potensial suatu daerah, kemudian membandingkananya dengan daerah

yang lebih besar (regional/daerah). Rumus analisis Shift Share dalam Lina

Suherty (Glasson, 1990:95-96) adalah sebagai berikut :

Gj = Yjt - Yjo

= Nj + Pj + Dj

Nj = [Yjo (Yt/Yo)] - Yjo

(P+D)j = Yjt - [(Yt/Yo) Yjo]

= (Gj - Nj)

Pj = [(Yit/Yio) - (Yt/Yo)] Yijo

Dj = Yijt - [(Yit/Yio)Yijo]

= (P+D)j - Pj (3.2)

Keterangan :

Gj : Pertumbuhan PDRB Total Kota Tangerang

Nj : Komponen Share Kota Tangerang

(P+D)j : Komponen Net Shift Kota Tangerang

Pj : Proportional Shift Kota Tangerang

Dj : Differential Shift Kota Tangerang

Yj : PDRB Sektor Total Kota Tangerang

Y : PDRB Sektor Total Provinsi Banten

o,t : periode awal dan periode akhir perhitungan

i : sub sektor pada PDRB

Jika Dj > 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Kota Tangerang

lebih cepat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Provinsi Banten.

Page 67: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

46

Dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan sub sektor i di Kota Tangerang relatif

lebih lambat dari pertumbuhan sub sektor yang sama di Provinsi Banten.

Bila Pj > 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub

sektor di tingkat Provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya bila Pj < 0, maka

Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor yang ditingkat

Provinsi tumbuh lebih lambat.

3. Analisis SWOT

Berdasarkan Rangkuti, (2002) dalam penelitian Rukhmi (2008),

metode analisis yang digunakan adalah Analisis Matriks SWOT untuk

menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantang/hambatan tentang

potensi industri dan peluang pasar di wilayah Kota Tangerang dengan

memperhatikan External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)

untuk menganalisis peluang dan ancaman dalam mengembangkan potensi

industri yang sudah ada. Internal Strategic Factors Analysis Summary

(IFAS) untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan sehingga dapat

menciptakan peluang pasar untuk produk yang tersedia.

Kegiatan industri yang dijalankan para pengusaha di Kota

Tangerang memberikan pendapatan bagi Kota Tangerang sendiri.

Identifikasi faktor-faktor baik secara internal yang berasal dari dalam

industri-industri di Kota Tangerang. Kekuatan dan kelemahan kegiatan

industri di Kota Tangerang bila dibandingkan dengan kegiatan industri di

luar Kota Tangerang dalam lingkup Provinsi Banten yaitu dapat dilihat

dalam tabel :

Page 68: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

47

Tabel 3.1

Faktor-faktor Strategi Internal Industri-Industri Kota Tangerang

No Faktor-Faktor Strategi Internal

KEKUATAN

1. Ketersediaan SDM yang banyak dan berpotensi dalam skill dan

keterampilan

2. Sarana transportasi yang terjangkau bagi pihak pengusaha

3. Tingkat pembayaran upah yang tinggi dibandingkan dengan daerah

lain

4. Dekat dengan pusat Ibu Kota Negara

5. Kelancaran kegiatan keluar masuk bahan baku, dan barang jadi

6. Keunggulan produk yang dihasilkan oleh industri di Kota

Tangerang

KELEMAHAN

1. Keterbatasan lahan bagi industri-industri dalam berdirinya dan

pengembangannya

2. Biaya Produksi yang tinggi dikeluarkan oleh pengusaha

Tabel 3.2

Faktor-faktor Strategi Eksternal Industri-industri Kota Tangerang

No Faktor-Faktor Strategi Internal

PELUANG

1. Dekat dengan pusat Ibu Kota Negara Indonesia

2. Proses perizinan pendirian Industri yang mudah dan terjangkau

3. Kegiatan pemasaran hasil produk industri terjangkau

4. Akses informasi yang terjangkau dan mudah

5. Adanya dukungan dari pemerintah Kota Tangerang

HAMBATAN

1. Kebijakan mengenai industri dapat mempengaruhi industri di Kota

Tangerang

2. Persaingan produk dari industri-industri di luar Kota Tangerang

Berdasarkan faktor-faktor strategi internal dan eksternal dapat

menunjukkan di mana kegiatan industri di Kota Tangerang dapat dengan

mudah berdiri dan berkembang di daerah kemudian mereka pun dapat

bersaing dengan industri di luar daerah. Berikut akan disajikan matriks

dari faktor-faktor di atas sehingga memunculkan kombinasi dari faktor

internal dan eksternal :

Page 69: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

42

Tabel 3.3

Matriks SWOT Industri-Industri Kota Tangerang

Eksternal

Internal OPPORTUNITY/

PELUANG

THREATHS/

ANCAMAN

STRENGTH/

KEKUATAN

Dalam kajian ini dapat dilihat dari kombinasi eksternal dan

internal dalam pengembangan Industri-industri di Kota

Tangerang. Dengan memiliki factor kekuatan dari industry

dikombinasikan dengan adanya peluang akan memberikan

keuntungan komparatif bagi Kota Tangerang. Pengembangan

industri di Kota Tangerang pun dapat dilakukan dengan :

1. Kegiatan industri Kota Tangerang sangat menarik dilihat

karena berbatasan langsung dengan pusat Kota Jakarta.

Atas dasar ini kegiatan industri di Kota Tangerang sangat

erat hubungannya dengan kegiatan di pusat Kota Jakarta.

Industri yang berdiri di Kota Tangerang dengan pusatnya

di Kota Jakarta, hal ini berkaitan dengan kegiatan industri

dapat lancar dilaksanakan.

2. Dengan berdekatannya Kota Tangerang dengan Kota

Jakarta memberikan peluang bagi akses-akses informasi

masuk mempengaruhi kegiatan industri di Kota Tangerang.

Sehingga akses informasi yang diperoleh dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan industri ke depannya agar

lebih baik. Kemudian sarana dan prasarana transportasi

umum, dan fasilitas yang mendukung arus masuk dan

keluar produk dan bahan baku lebih mudah. Ditambah

dengan adanya transportasi antar daerah yang terintegrasi.

Kajian ini melihat kombinasi antara faktor kekuatan yang

dimiliki oleh industri-industri dan ancaman/hambatan yang

dihadapi oleh industri di Kota Tangerang. Bila faktor tersebut

dilakukan akan menjadi sebuah mobilisasi bagi daerah dalam

menghadapi persaingan. Dalam pengembangannya yaitu :

1. Peningkatan kualitas dari SDM memberikan kesempatan

kepada SDM mendapatkan upah yang sesuai. Sehingga bila

kebijakan dari luar mempengaruhi keadaan internal dari

perusahaan, perusahaan pun akan mempertimbangkan untuk

melihat skill dan kemampuan dari SDM yang berkualitas

tadi.

2. Peningkatan kualitas produk-produk yang dihasilkan oleh

perusahaan pun menjadi poin utama sehingga para

konsumen tidak pindah ke lain produk selain produk

perusahaan kita. Kemudian produk yang dihasilkan harus

terdiferensiasi dari produk yang sudah ada sebelumnya

sehingga adanya inovasi diperlukan agar perkembangan

industri dapat tercapai.

3. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah

haruslah mendukung dari kegiatan industri di dalam daerah

itu sehingga tidak menghambat kegiatan arus masuk dan

keluar barang-barang modal maupun jadi ke luar/dalam.

48

Page 70: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

46

WEAKNESS/

KELEMAHAN

Kajian ini melihat antara faktor adanya peluang dari kegiatan

industri dapat berkembang tetapi potensi kelemahan membuat

para pengusaha untuk melakukan investasi di Kota Tangerang

ataupun sebaliknya bila kelemahan tidak dapat dikendalikan

maka investasi akan diambil oleh pihak investor. Dalam

kaitan tersebut dalam pengembangannya yaitu :

1. Proses perizinan yang mudah dan berada dekat dengan

pusat pemerintahan Negara memberikan kesempatan bagi

investor melirik kegiatan industri di Kota Tangerang

sehingga dapat berkembang.

2. Keterbatasan lahan memberikan dampak bagi

perkembangan industri sehingga investasi ini dapat

dilakukan dengan pihak asing ataupun pemerintah sehingga

dapat dilakukan di luar daerah Kota Tangerang dalam

mengembangkan industri yang berpotensial.

3. Sebagai pengatur jalannya perekonomian, pemerintah

daerah tetap mengawasi, mengatur dan mengambil segala

kebijakan yang berkaitan dengan industri sehingga

investasi yang ditanamkan tidak ditarik kembali agar rasa

kepercayaan pihak asing tidak berubah kepada industri di

dalam daerah.

Kajian yang mempertemukan faktor kelemahan dari

perkembangan industri dengan faktor hambatan/ancaman dari

luar daerah. Hal ini akan memperlihatkan bagaimana kontrol

dari pemerintah sehingga tidak berdampak buruk bagi

kerusakan di dalam daerah. Dalam pengembangannya yaitu :

1. Pembenahan kepada industri-industri yang kurang

berkembang menjadi prioritas utama bagi pemerintah

daerah sehingga mereka dapat lebih berkembang lagi.

2. Pembinaan juga dilakukan kepada industri yang lebih maju

agar mereka dapat mengembangkan kegiatan di luar daerah

sehingga menjadi pendapatan bagi daerah dan perusahaan

tersebut.

3. Pelatihan-pelatihan kepada SDM dapat dilakukan untuk

menambah nilai manfaat dan kemampuan dari tenaga kerja

sehingga mereka pun dapat lebih memajukan daerahnya

dengan keahliannya.

4. Pengendali perizinan pendirian industri yang dilakukan

oleh pemerintah daerah sehingga tidak dapat merusak

kegiatan ekonomi di masyarakat. Dan justru diharapkan

sebaliknya industri yang berdiri menjadi lahan pembukaan

lapangan pekerjaan.

49

Page 71: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

42

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi dari masing-masing

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan variabel yang

terlibat adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan produksi barang

dan jasa dalam suatu Negara atau daerah. Indikator pengukuran

pertumbuhan ekonomi yaitu dengan melihat perkembangan nilai dari

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

2. Pertumbuhan sektor ekonomi

Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang

dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dengan angka PDRB

atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK) yang dinyatakan dalam

jutaan rupiah. PDRB (ADHK) merupakan nilai produksi barang dan jasa

akhir dalam suatu kurun waktu tertentu orang-orang dan perusahaan.

Dinamakan bruto karena memasukkan komponen penyusutan. Disebut

domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena

harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000).

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (BPS), bila

dipandang dari sudut produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produksi

neto barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam

satu region atau wilayah selama jangka waktu tertentu yaitu satu tahun.

50

Page 72: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

51

Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi

9 (sembilan) kelompok lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini

PDRB dihitung berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu pada

harga-harga barang yang berlaku di tahun dasar yang dipilih, yakni

tahun dasar 2005. Perhitungan berdasarkan harga konstan ini dilakukan

karena sudah dibersihkan dari unsur inflasi.

4. Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2010:4),

Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-

putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan

mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Berdasarkan

pengertian di atas yang dimaksud dengan pengembangan sektor

potensial dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengubah/menaikkan

keadaan yang ada (mengganti keseimbangan yang telah ada) pada sub

sektor industri pengolahan non migas potensial (unggul, mampu, dan

strategis) guna meningkatkan PDRB sektor industri pengolahan Kota

Tangerang.

5. Tenaga kerja

Menurut Badan Pusat Statistika Indonesia (BPS), tenaga kerja

adalah Penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja, yang

memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja, seseorang yang

tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan dikategorikan

Page 73: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

52

bekerja. Dalam kaitann penelitian ini tenaga kerja digunakan dalam

pengukuran sub sektor yang potensial untuk dikembangkan oleh daerah.

6. Komponen Share (Nj)

Komponen Share adalah banyaknya pertambahan lapangan kerja

daerah seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju

pertambahan provinsi selama jangka waktu tertentu.

7. Komponen Net Shift (P+D)j

Komponen Net Shift (P+D)j adalah penyimpangan (deviation)

dari komponen Share (Nj) dalam pertumbuhan lapangan kerja daerah.

8. Komponen Proportional Shift (Pj)

Komponen Proportional Shift adalah komponen yang digunakan

untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh perubahan

PDRB di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerah-

daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara Provinsi

tumbuh cepat dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam

sektor-sektor yang secara Provinsi tumbuh dengan lambat atau bahkan

sedang merosot.

9. Komponen Differential Shift (Dj)

Komponen Differential Shift adalah Komponen yang digunakan

untuk mengukur besarnya Shift Netto yang diakibatkan oleh sektor

tertentu yang lebih cepat di daerah yang bersangkutan dari pada tingkat

Provinsi.

Page 74: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

53

10. Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Potensial

Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Potensial dapat

dilakukan dengan mengukur Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Tantangan dari sektor yang potensial.

Tabel 3.4

Tabel Opersional Variabel Penelitian

Variabel Indikator pengukuran Data dan

Sumber data

Data tahun Skala

Pertumbuhan

Ekonomi

PDRB BPS 2005-2010 Nominal

Sektor Basis

dan non basis

LQ (Location Quatient)

Jumlah Tenaga

Kerja Sub

Sektor Industri

Pengolahan Non

Migas Kota

Tangerang dan

Jumlah Tenaga

Kerja Sub

Sektor Industri

Pengolahan Non

Migas Provinsi

Banten (BPS)

2005-2010 Nominal

Sektor

Potensial

LQ (Location Quatient)

Shift Share:

Komponen

Share (Nj)

Komponen net

shift (P+D)j

Differential

Shift (Dj)

Proportional

Shift (Pj)

Jumlah Tenaga

Kerja Sub

Sektor Industri

Pengolahan Non

Migas Kota

Tangerang dan

Jumlah Tenaga

Kerja Sub

Sektor Industri

Pengolahan Non

Migas di

Provinsi Banten

(BPS)

2005-2010 Nominal

Kinerja Sub

Sektor Industri

Pengolahan

Non Migas

SWOT (Strenght,

Weakness, Opportunity,

dan Threath)

Faktor-faktor

yang berada di

Internal dan

Eksternal

Industri dengan

melakukan

Survei ke

Industri terkait

- Nominal

Page 75: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

54

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Kota Tangerang

1. Keadaan Geografi

a. Letak Geografi

Kota Tangerang merupakan salah satu Kota yang berada di

Provinsi Banten. Secara astronomis Kota Tangerang berada pada garis

06o06’00”-06

o13’00” Lintang Selatan dan 106

o36’00”-103

o42’00”

Bujur Timur. Batas-batas Kota Tangerang secara administrasi yaitu

berbatasan langsung dengan :

Sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.

Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan.

b. Keadaan Iklim

Keadaan iklim di suatu daerah dapat terlihat dari suhu udara,

kecepatan angin, curah hujan yang melanda daerah, serta kelembaban

udara di daerah tersebut.

Diagram 4.1

Suhu udara, curah hujan dan kelembaban udara Kota Tangerang

2010

Sumber : Badan Meteorologi Kimatologi Geofisika Kota Tangerang 2010

Page 76: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

55

c. Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lain

Keterkaitan Kota Tangerang dengan daerah yang berada di

sekitarnya menyebabkan Kota Tangerang tumbuh dan berkembang

menjadi daerah yang maju. Hubungan ini dilihat dari bagaimana jarak

antara Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lainnya yang

mengelilingi Kota Tangerang. Adapun jarak tersebut adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.1

Jarak Kota Tangerang dengan Kota/Kabupaten lain

No Ibu kota

Kota/Kabupaten

Jarak Kota dengan

Kota/Kabupaten (km)

1 Jakarta 25

2 Pandeglang 86

3 Rangkas Bitung 106

4 Tiga Raksa 32

5 Pamulang 28

6 Ciruas 56

7 Serang 65

8 Cilegon 85

9 Bekasi 54

10 Bandung 212 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010

2. Luas Kota Tangerang

Provinsi Banten yang terdiri dari 4 Kotamadya dan 4 Kabupaten,

Kota Tangerang merupakan daerah yang terkecil kedua setelah Kota

Tangerang Selatan yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten

Tangerang. Adapun luas Kota Tangerang dan Kota/Kabupaten lain

disajikan sebagai berkut :

Page 77: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

56

Tabel 4.2

Luas Kota/Kabupaten Provinsi Banten

No Kota/Kabupaten Luas Daerah (km2)

1 Provinsi Banten 9662.92

2 Kota Serang 266.71

3 Kota Cilegon 175.50

4 Kota Tangerang 153.93

5 Kota Tangerang Selatan 147.19

6 Kabupaten Tangerang 1011.86

7 Kabupaten Serang 1734.28

8 Kabupaten Lebak 3426.56

9 Kabupaten Pandeglang 2746.89

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010

Kota Tangerang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan yang

tersebar di daerah Kota Tangerang. Luas masing-masing kecamatan dapat

disajikan di bawah ini :

Tabel 4.3

Luas Daerah menurut Kecamatan di Kota Tangerang Tahun 2010

No Nama Kecamatan Luas (km2)

Distribusi terhadap Luas

Kota Tangerang (%)

1 Ciledug 8.77 4.87

2 Larangan 9.40 4.47

3 Karang Tengah 10.47 5.64

4 Cipondoh 17.91 9.72

5 Pinang 21.59 12.13

6 Tangerang 15.79 8.60

7 Karawaci 13.48 7.28

8 Jatiuwung 14.41 7.93

9 Cibodas 9.61 5.08

10 Periuk 9.54 6.34

11 Batu Ceper 11.58 4.99

12 Neglasari 16.08 8.12

13 Benda 5.92 14.84

Total 164.55 100.00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010

Tidak hanya itu, Kota Tangerang juga memiliki danau. Danau-

danau yang berada di Kota Tangerang sangat memiliki peranan penting

bagi kehidupan masyarakat di Kota Tangerang. Danau-danau tersebut juga

Page 78: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

57

menjadi peranan dalam dunia pariwisata di Kota Tangerang. adapun

danau-danau tersebut adalah sebagai berikut :

a. Danau Bulakan

Danau Bulakan ini memiliki luas sebesar 15,00 Ha dan tinggi

2.5 meter. Danau ini digunakan oleh masyarakat Kota Tangerang

sebagai pengendalian banjir dan sebagai sarana pariwisata untuk Kota

Tangerang.

b. Danau Cangkring

Danau Cangkring ini memiliki luas sebesar 6,17 Ha dan tinggi

sebesar 3 meter. Danau ini digunakan oleh masyarakat Kota Tangerang

sebagai pengendalian dan sarana pariwisata sama halnya dengan

Danau Bulakan.

c. Danau Bojong

Danau Bojong memiliki luas sebesar 0,60 Ha dan memiliki

tinggi sebesar 2 meter. Danau ini digunakan oleh masyarakat Kota

Tangerang sebagai daerah Reservoar.

d. Danau Cipondoh

Danau Cipondoh memiliki luas sebesar 126,17 Ha dan tinggi

sebesar 3 meter. Danau ini merupakan danau yang terluas di Kota

Tangerang. Kegunaan dari danau ini sama halnya dengan danau

sebelumnya yaitu sebagai pengendalian banjir dan saran pariwisat bagi

masyarakat Kota Tangerang.

Page 79: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

58

e. Danau Kunciran

Danau Kunciran memiliki luas sebesar 0,30 Ha dan tinggi

sebesar 2 meter. Danau ini digunakan sebagai danau Reservoar.

3. Demografi

Keadaan demografi dilihat dari keadaan jumlah banyak dan

sedikitnya penduduk yang berada di daerah khususnya Kota Tangerang.

Adapun keadaan penduduk Kota Tangerang disajikan di bawah ini :

Diagram 4.2

Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kota Tangerang Tahun

2010

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang 2010

4. Pendidikan

Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan sumber daya

manusia yang dimiliki daerah agar dapat bersaing dengan daerah lain.

Oleh karena itu, pendidikan sangat ditingkatkan baik di tingkat pusat

maupun daerah khususnya Kota Tangerang. Pembangunan fasilitas

sekolah dan gedung sekolah merupakan suatu usaha agar penyelenggaraan

pendidikan dapat berjalan dengan baik. Adapun pemaparan tersebut dapat

disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini :

Page 80: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

59

Diagram 4.3

Jumlah Sekolah, Murid dan Ruang Kelas Kota Tangerang Tahun

2010

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang 2010

5. Kesehatan

Tingkat kesehatan suatu daerah dapat terlihat dari fasilitas-fasilitas

kesehatan yang berada di daerah khususnya Kota Tangerang. Fasilitas

kesehatan yang telah dibangun berupa Rumah Sakit, Puskesmas (Pusat

Kesehatan Masyarakat) serta Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).

Fasilitas-fasilitas ini digunakan untuk melayani dan memenuhi segala

kebutuhan masyarakat akan kesehatan. Adapun fasilitas kesehatan dapat

disajikan dalam tabel di bawah ini :

Diagram 4.4

Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Tangerang

Tahun 2010

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang 2010

Page 81: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

60

6. Pemerintahan

Kegiatan pemerintahan di daerah secara administrasi terdiri dari

beberapa kecamatan dan kelurahan serta tingkatan yang lebih rendah yaitu

rukun warga dan tetangga. Adapun tabel di bawah akan menjelaskan

pemerintahan Kota Tangerang secara administrasi :

Diagram 4.5

Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tetangga di Kota

Tangerang Tahun 2010

Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2010

Kegiatan pemerintahan juga didukung dengan adanya pegawai

yang berada di dalamnya sehingga kegiatan-kegiatan pelayanan serta

pembangunan di masyarakat dapat terlaksana dengan baik.

Tabel 4.4

Jumlah PNS di Lingkungan Pemerintahan Kota Tangerang menurut

Jenis Kelamin per Kelompok Instansi Tahun 2010

Kelompok Instansi Jumlah

Instansi Laki-laki Perempuan Total

Sekretariat Daerah 1 141 56 197

Sekretariat DPRD 1 36 12 48

Sekretariat Korpri 1 3 4 7

Sekretariat KPU 1 14 2 16

Inspektorat 1 34 15 49

SatPol PP 1 180 8 188

Badan 5 155 125 280

Kantor 4 39 39 78

Dinas 15 2769 5403 8172

Kecamatan/Kelurahan 13/104 697 241 938

Total 147 4067 5035 9973

Sumber : Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Tangerang Tahun 2010

Page 82: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

61

7. Perekonomian Daerah

Potensi yang berada di daerah pun sangat beragam adanya. Potensi

tersebut memberikan dampak terhadap kemajuan suatu daerah.

Perekonomian Kota Tangerang merupakan perekonomian yang maju pesat

dengan tingkat sektor industri pengolahan khususnya pada sub sektor

industri pengolahan non migas. Sub sektor ini yang terdiri dari Sembilan

sub penopang dari sektor industri di Kota Tangerang. Sub sektor yang ada

sangat berpengaruh kepada penyerapan tenaga kerja yang bekerja.

Tenaga kerja sangat menentukan dalam suatu proses produksi yang

dijalankan suatu industri. Sumbangan tenaga kerja pada masing-masing

sub sektor industri pengolahan non migas dapat ditunjukkan pada tabel di

bawah ini :

Table 4.5

Perolehan Tenaga Kerja dalam Sub Sektor Industri Pengolahan

Non Migas Tahun 2005-2010

No Jenis Sub Sektor Industri 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Makanan, Minuman dan

Tembakau 11337 14673 12958 13310 14294 12693

2 Tekstil, Barang Kulit

dan Tembakau 70083 82747 72566 73405 78066 53997

3 Barang Kayu dan Hasil

Hutan Lainnya 10232 9590 9661 9067 8160 9232

4 Kertas dan Barang

Cetakan 8215 6701 6306 6405 5950 6121

5 Pupuk, Kimia, dan

Barang dari Karet 42233 25188 22298 22624 34681 56704

6 Semen dan Barang

Galian non Logam 6414 5773 5220 5498 5423 4552

7 Logam Dasar, Besi, dan

Baja 9657 11989 10762 11012 12478 11414

8 Alat Angkutan, Mesin

dan Peralatan 27995 34132 30855 31426 23649 24631

9 Barang Lainnya. 49 552 506 519 296 95

JUMLAH 186215 191345 171132 173266 182997 179439

Keterangan : *) Data Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)

Page 83: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

62

Tabel di atas menunjukkan bagaimana perolehan PDRB Kota

Tangerang dengan melihat unsur penyerapan tenaga kerja dalam sub

sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang. Tenaga kerja

yang terjun dalam dunia industri di Kota Tangerang mengalami fluktuasi

dari tahun 2005 hingga 2010. Dapat dilihat pada tahun 2005 tenaga kerja

yang masuk dalam dunia industri sebanyak 186215 tenaga kerja, dengan

masing-masing tenaga kerja banyak yang memasuki industri tekstil,

barang kulit dan tembakau sebanyak 70083 tenaga kerja dan paling kecil

dalam industri barang lainnya sebanyak 49 tenaga kerja.

Pada tahun selanjutnya 2006, mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya. Tenaga kerja yang memasuki industri pengolahan pada tahun

2006 sebanyak 191345 tenaga kerja. Dan pada tahun 2007 mengalami

penurunan dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Tangerang sebanyak

171132 tenaga kerja. Tahun 2008, meningkat menjadi 173266, dan

mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009 menjadi 182997.

Kemudian pada tahun 2010 mengalami penurunan dalam penyerapan

tenaga kerja di industri, penurunan terjadi menjadi 179439.

Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor industri pengolahan non

migas di Kota Tangerang, sangat kuat dalam menghadapi perekonomian

yang terjadi baik di daerahnya maupun berada di luar sana baik pusat

maupun luar negeri. Penurunan yang terjadi selama tahun 2006-2007

kemudian penyerapan tenaga kerja kembali membaik dengan meningkat

selama 2 tahun selanjutnya yaitu 2007-2008 dan 2008-2009. Di tahun

Page 84: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

63

2009-2010 mengalami penurunan kembali yang diakibatkan krisis global

Negara maju. Dengan demikian kesejahteraan tenaga kerja pun semakin

baik di Kota Tangerang setelah melewati masa-masa yang fluktuasi.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Potensi Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas, dan

Pengembangan Sub Sektor Potensial

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan

menganalisis potensi sub sektor industri pengolahan Kota Tangerang.

Sebelumnya potensi ekonomi Kota Tangerang berada pada 3 sektor yang

merupakan basis diantaranya sektor industri pengolahan yaitu non migas.

Kemudian penulis bermaksud untuk mengidentifikasi potensi dari sub

sektor industri pengolahan non migas Kota Tangerang sehingga hasil yang

akan diperoleh yaitu sub sektor mana yang merupakan unggulan dan

potensial untuk dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah khususnya

Kota Tangerang.

Selanjutnya penulis ingin menganalisis bagaimana kekuatan,

kelemahan, peluang, dan tantangan dari sub sektor yang merupakan basis

di Kota Tangerang. Sehingga sub sektor dapat membuat strategi yang tepat

bagi industri yang bersangkutan dalam pengembangan usaha bahkan

pendapatan dari industri.

Untuk mengetahui potensi sub-sub sektor industri pengolahan non

migas yang mendukung PDRB sektor industri pengolahan Kota Tangerang

digunakan analisis Location Quotient (LQ) dengan Pendekatan Jumlah

Page 85: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

64

Tenaga Kerja yang berada dalam Sub Sektor Industri Pengolahan. Analisis

ini digunakan untuk mengetahui sub sektor mana yang merupakan basis

dan non basis. Kemudian untuk menunjang dari analisis LQ ini, digunakan

analisis Shift Share yaitu mengetahui Komponen Shift, Differensial Shift

dan Proportional Shift di Kota Tangerang berdasarkan perkembangan

PDRB yang berasal dari jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sub sektor

industri itu.

Selanjutnya dari sub sektor yang unggulan itu dianalisis

pengembangan sub sektor tersebut sehingga memberikan strategi yang

tepat bagi para perusahaan sehingga mereka dapat lebih meningkatkan

hasil produksinya. Analisis ini menggunakan SWOT (kekuatan,

kelemahan, peluang, dan tantangan).

a. Analisis Potensi Sub Sektor Industri

Analisis LQ ini digunakan untuk mengetahui sub sektor

industri pengolahan non migas mana yang merupakan kegiatan basis

dan kegiatan non basis di Kota Tangerang. Kriteria dari analisis ini bila

hasil LQ > 1 maka kegiatan sub sektor industri dikatakan sub sektor

yang basis, sedangkan bila LQ < 1 maka kegiatan sub sektor industri

dikatakan sub sektor yang non basis. Hasil perhitungan LQ dapat

dilihat di bawah ini yaitu selama 6 tahun terakhir dari tahun 2005-2010

sebagai berikut :

Page 86: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

65

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient

di Kota Tangerang Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-

rata

Makanan, Minuman dan

Tembakau 1.061 1.019 1.194 1.145 1.194 1.088 1.117*

Tekstil, Barang Kulit dan

Tembakau 0.896 1.114 0.980 1.003 1.042 0.729 0.961

Barang Kayu dan Hasil

Hutan Lainnya 0.721 0.543 0.759 0.770 0.662 0.735 0.698

Kertas dan Barang Cetakan 1.047 0.573 0.854 0.876 0.658 0.699 0.784

Pupuk, Kimia, dan Barang

dari Karet 1.353 0.902 0.824 0.837 1.127 1.919 1.160*

Semen dan Barang Galian

non Logam 0.624 0.542 0.509 0.524 0.546 0.461 0.534

Logam Dasar, Besi, dan

Baja 0.675 0.764 0.898 0.805 0.883 0.831 0.809

Alat Angkutan, Mesin dan

Peralatan 1.441 1.808 1.854 1.749 1.205 1.293 1.558*

Barang Lainnya. 0.911 3.866 2.613 2.421 1.063 0.445 1.886*

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)

Keterangan : *) sektor basis

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa

sub sektor mana yang merupakan sub sektor basis dan non basis. Kota

Tangerang memiliki 4 sub sektor industri pengolahan non migas yang

merupakan basis, yaitu sub sektor industri barang lainnya merupakan

sub sektor basis peringkat pertama dengan rata-rata LQ sebesar 1.886

Sub sektor industri yang basis kedua merupaka sub sektor industri alat

angkutan, mesin dan peralatan dengan rata-rata LQ sebesar 1.558. Sub

sektor yang ketiga merupakan sub sektor industri pupuk, kimia dan

barang dari karet dengan rata-rata LQ sebesar 1.160. Dan sub sektor

industri yang basis keempat merupakan sub sektor makanan, minuman

dan tembakau dengan rata-rata LQ sebesara 1.117.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sub sektor industri

pengolahan non migas yang merupakan sub yang basis. Sub sektor ini

Page 87: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

66

memiliki kekuatan ekonomi dan dapat berpengaruh kepada

peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Kemudian sub

sektor basis ini sudah mampu memenuhi kebutuhan dari masyarakat

Kota Tangerang dan dapat diekspor lintas daerah dengan produk yang

dihasilkan. Dengan demikian sub sektor ini menjadi unggulan dan

berpotensi untuk lebih dikembangkan oleh pemerintah Kota

Tangerang.

Berdasarkan tabel di atas pula, bahwa terdapat 5 sub sektor

industri pengolahan non migas yang non basis. Di antaranya sub sektor

industri tekstil, barang kulit, dan tembakau dengan rata-rata LQ

sebesar 0.961. Sub sektor kedua yang merupakan non basis dengan

rata-rata LQ sebesar 0.809 yaitu industri logam dasar, besi dan baja.

Rata-rata LQ ketiga yaitu sub sektor industri kertas dan barang cetakan

sebesar 0.784. Sub sektor non basis keempat yaitu sub sektor industri

barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan rata-rata LQ sebesar 0.698

dan terakhir sub sektor industri semen dan barang galian non logam

dengan rata-rata LQ sebesar 0.534.

Hal ini menunjukkan bahwa 5 sub sektor ini merupakan sub

sektor yang merupakan non basis. Yang mana sub sektor ini tidak

dapat melakukan kegiatan ekspor lintas daerah karena sub sektor ini

merupakan sub sektor yang hanya memenuhi kebutuhan masyarakat

Kota Tangerang. Produk yang dihasilkan dapat dinikmati oleh

masyarakat Kota Tangerang. Oleh karena itu, sub-sub sektor industri

pengolahan non migas ini merupakan sub sektor yang potensial untuk

Page 88: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

67

dapat dikembangkan lebih lagi oleh pemerintah daerah Kota

Tangerang sehingga dapat lebih baik dan dapat melakukan kegiatan

ekspor lintas daerah serta akhirnya dapat memberikan sumbangan

kepada PDRB Kota Tangerang ke depannya.

b. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui kinerja dan

produktifitas suatu daerah sehingga dapat melihat pertumbuhan

ekonomi daerah tersebut apakah mengalami pergeseran struktur

sektor/sub sektor ekonomi dalam kaitannya ini membandingkan

dengan daerah yang lebih tinggi. Dalam hal ini adalah Kota Tangerang

dengan Provinsi Banten. Analisis Shift Share dapat diaplikasikan

dengan membandingkan tenaga kerja dan pendapatan dari daerah di

tingkat yang lebih rendah dengan daerah yang lebih tinggi. Dalam

penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan tenaga kerja

untuk melihat pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Pertumbuhan

Tenaga Kerja Total (G) dapat diuraikan menjadi 3 bagian yaitu :

1) Komponen National Share adalah banyaknya pertambahan tenaga

kerja seandainya proporsi perubahan sama dengan laju

pertambahan tenaga kerja tingkat Provinsi selama periode studi.

2) Komponen Proportional Shift adalah mengukur besarnya shift

regional netto yang diakibatkan oleh komposisi tenaga kerja pada

sub sektor industri di Kota Tangerang yang bersangkutan berubah.

Bila Pj > 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub

Page 89: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

68

sektor di tingkat Provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya bila Pj <

0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor yang

ditingkat Provinsi tumbuh lebih lambat.

3) Komponen Differential Shift adalah mengukur besarnya shift

regional netto yang diakibatkan oleh tenaga kerja pada sub sektor-

sektor industri tertentu lebih cepat atau lebih cepat di Kota

Tangerang dari pada tingkat Provinsi Banten yang disebabkan oleh

faktor-faktor lokasional intern. Bila Dj > 0, maka pertumbuhan

tenaga kerja sub sektor industri di Kota Tangerang lebih cepat dari

pertumbuhan tenaga kerja sub sektor industri yang sama di

Provinsi Banten. Dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan tenaga kerja

sub sektor industri di Kota Tangerang relatif lebih lambat dari

pertumbuhan tenaga kerja sub sektor yang sama di Provinsi

Banten.

Tabel 4.7

Komponen Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010

Tahun Gj Nj Gj - Nj

2005 - 2006 5130 13658.34346 -8528.343464

2006 - 2007 -20213 -7271.395569 -12941.60443

2007 - 2008 2134 -666.8971273 2800.897127

2008 - 2009 9731 - 3728.917496 13459.9175

2009 - 2010 -3558 444.2565521 -4002.256552

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen

pertumbuhan total tenaga kerja pada tahun 2005-2006 Kota Tangerang

adalah 5130 padahal pertumbuhan total tenaga kerja tahun yang sama

Provinsi Banten adalah 13658.34346 sehingga terjadi penyimpangan

Page 90: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

69

negatif sebesar -8528.343464 dan ini menunjukkan pertumbuhan

tenaga kerja di Kota Tangerang lebih lambat bila dibandingkan dengan

pertumbuhan tenaga kerja di Provinsi Banten.

Selanjutnya untuk tahun kedua menunjukkan bahwa

pertumbuhan total tenaga kerja pada tahun 2006-2007 Kota Tangerang

mengalami penurunan menjadi -20213. Sedangkan pertumbuhan total

tenaga kerja tahun yang sama di Provinsi Banten mengalami

penurunan menjadi -7271.395569 sehingga menandakan terjadi

penyimpangan negatif sebesar -12941.60443 dan ini menunjukkan

bahwa pertumbuhan tenaga kerja di Kota Tangerang lebih lambat

dibandingkan dengan pertumbuhan tenaga kerja di Provinsi Banten.

Kemudian pada tahun 2007-2008 dan 2008-2009, pertumbuhan

total tenaga kerja di Kota Tangerang mengalami peningkatan menjadi

2134 dan 9731, sedangkan pertumbuhan total tenaga kerja berfluktuasi

yaitu sebesar -666.8971273 dan -3728.917496. Dengan hasil tersebut

menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan yang positif sebesar

2800.897127 dan 13459.9175 sehingga hal ini menunjukkan bahwa

pertumbuhan tenaga kerja Kota Tangerang lebih cepat dibandingkan

dengan pertumbuhan tenaga kerja Provinsi Banten.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sub sektor mana

yang menjadi unggulan dan potensial bagi daerah sehingga dapat

memicu perkembangan dari pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang.

Untuk mengetahui sub sektor yang menjadi spesialisasi daerah untuk

Page 91: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

70

memacu pertumbuhan ekonomi, dalam kaitan ini digunakan komponen

Proportional Shift dan komponen Differential Shift. Untuk itu analisis

selanjutnya dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan sub sektor

yang cepat atau lambat, dan sub sektor mana yang memiliki daya saing

tinggi atau rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 4.8

Komponen Proportional Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 Sub Sektor

Industri

2005 -

2006

2006 -

2007

2007 -

2008

2008 -

2009

2009 -

2010 Rata-rata

Makanan,

Minuman dan

Tembakau

3783.232 -2223.019 756.532 -325.924 -95.568 379.051

Tekstil, Barang

Kulit dan

Tembakau

-5672.949 9090.806 -1730.058 -2190.661 611.994 21.826

Barang Kayu dan

Hasil Hutan

Lainnya

2317.629 -1797.051 -831.924 -79.732 327.152 -12.785

Kertas dan Barang

Cetakan 3973.583 -1894.471 -141.049 1066.864 -69.898 587.006

Pupuk, Kimia, dan

Barang dari Karet -5851.392 2020.400 -298.659 1726.648 -733.230 -627.247

Semen dan Barang

Galian non Logam 50.766 432.003 55.815 -560.703 73.098 10.196

Logam Dasar,

Besi, dan Baja 693.001 -1683.163 1368.765 -230.040 -110.411 7.631

Alat Angkutan,

Mesin dan

Peralatan

-1621.179 -484.185 2046.353 1047.506 -231.521 151.395

Barang Lainnya. 83.237 274.282 47.052 116.876 -64.763 91.337

Jumlah -2244.073 3735.601 1272.827 570.834 -293.146 608.408

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)

Berdasarkan tabel komponen Proportional Shift Kota

Tangerang selama tahun 2005-2010 terdapat nilai yang postitif dan

negatif, di mana semua sub sektor industri pengolahan non migas

masing-masing dapat berspesialisasi dengan pertumbuhan ada yang

lambat dan cepat. Hasil Proportional ini menunjukkan bahwa 2 sub

sektor industri pengolahan non migas yang memiliki pertumbuhan

Page 92: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

71

lambat dibandingkan dengan Provinsi Banten yaitu industri pupuk,

kimia dan barang dari karet dengan nilai rata-rata Pj sebesar -627.247,

industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai rata-rata Pj

sebesar -12.785.

Sedangkan 7 sub sektor lainnya memiliki spesialisasi di daerah

dan memiliki pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan sub

sektor yang sama di tingkat Provinsi Banten. Sub sektor industri

tersebut adalah sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau;

industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri logam dasar, besi

dan baja; industri kertas dan barang cetakan; industri alat angkutan,

mesin dan peralatan, industri semen dan barang galian non logam serta

industri barang lainnya. Di mana ketujuh sektor ini memiliki nilai rata-

rata Pj > 0 dan positif.

Tabel 4.9

Komponen Differential Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010

Sub Sektor

Industri 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008

2008 -

2009

2009

- 2010 Rata-rata

Makanan, Minuman

dan Tembakau -1278.769 1065.615 -354.035 1596.373 -1540.133 -102.190

Tekstil, Barang Kulit

dan Tembakau 13196.560 -16127.296 2851.846 8431.436 -24870.513 -3303.594

Barang Kayu dan

Hasil Hutan Lainnya -3710.118 2232.486 275.573 -632.134 725.038 -221.831

Kertas dan Barang

Cetakan -6090.130 1754.119 264.623 -1384.020 226.453 -1045.791

Pupuk, Kimia, dan

Barang dari Karet -14291.279 -3953.219 711.554 10817.251 22672.036 3191.269

Semen dan Barang

Galian non Logam -1162.215 -765.620 242.528 604.027 -957.263 -407.709

Logam Dasar, Besi,

dan Baja 930.686 911.763 -1076.826 1933.033 -983.882 342.955

Alat Angkutan,

Mesin dan Peralatan 5704.825 -1495.748 -1355.111 -8148.176 1156.109 -827.620

Barang Lainnya. 416.169 -299.305 -32.080 -328.706 -136.956 -76.176

Jumlah -6284.270 -16677.205 1528.070 12889.084 -3709.111 -2450.686

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)

Page 93: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

72

Berdasarkan tabel komponen Differensial Shift Kota Tangerang

Tahun 2005-2010 terdapat nilai yang positif dan negatif. Di mana bila

nilainya negatif maka menunjukkan sub sektor tersebut memiliki daya

saing yang rendah sedangkan bila nilainya positif memiliki daya saing

yang tinggi. Dan memiliki pertumbuhan yang lambat dan cepat.

Hasil menunjukkan bahwa 7 sub sektor yang memiliki

pertumbuhan lambat dan daya saing yang rendah bila dibandingkan

dengan sub sektor pada tingkat Provinsi Banten. Sub sektor itu adalah

sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil,

barang kulit dan tembakau; industri barang kayu dan hasil hutan

lainnya; industri kertas dan barang cetakan; industri semen dan barang

galian non logam; industri alat angkutan, mesin dan peralatan; serta

industri barang lainnya. Tujuh sub sektor ini memiliki nilai negatif dan

nilainya tidak lebih besar dari 1.

Sedangkan terdapat 2 sub sektor yang memiliki pertumbuhan

yang cepat dan daya saing yang tinggi bila dibandingkan dengan sub

sektor yang sama pada tingkat Provinsi Banten. Sub sektor industri itu

adalah industri pupuk,kimia dan barang dari kimia; dan industri logam

dasar, besi dan baja. Nilai rata-rata dari Dj kedua sub sektor industri

pengolahan non migas ini memiliki nilai yang lebih besar dari nol dan

bertanda positif.

Page 94: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

73

Tabel 4.10

Hasil Perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha 2005 -

2006

2006 -

2007

2007 -

2008

2008 -

2009

2009 -

2010

Rata-

rata

Makanan, Minuman dan

Tembakau 3336 -1715 352 984 -1601 271.2

Tekstil, Barang Kulit dan

Tembakau 12664 -10181 839 4661 -24069 -3217.2

Barang Kayu dan Hasil

Hutan Lainnya -1514 -395 99 -455 171 -418.8

Kertas dan Barang

Cetakan -17045 -2890 326 12057 22023 2894.2

Pupuk, Kimia, dan

Barang dari Karet -641 -553 278 -75 -871 -372.4

Semen dan Barang

Galian non Logam -642 71 -594 -907 1072 -200

Logam Dasar, Besi, dan

Baja 2332 -1227 250 1466 -1064 351.4

Alat Angkutan, Mesin

dan Peralatan 6137 -3277 571 -7777 982 -672.8

Barang Lainnya. 503 -46 13 -223 -201 9.2

Jumlah 5130 -20213 2134 9731 -3558 -1355.2

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)

Berdasarkan tabel di atas menerangkan bahwa hasil

perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010, hasil

menunjukkan bahwa ada beberapa sub sektor industri pengolahan non

migas yang memiliki rata-rata negatif dan beberapa yang lain dengan

rata-rata positif. Perhitungan sub sektor industri pengolahan non migas

yang memiliki rata-rata negatif adalah industri barang kayu dan hasil

hutan lainnya; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri

pupuk, kimia dan barang dari karet; industri semen dan barang galian

non logam serta industri alat angkutan, mesin dan peralatan. Hal ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan dari sub sektor di atas rendah.

Sedangkan sub sektor yang memiliki nilai rata-rata postitif

adalah sub sektor industri makanan,minuman, dan tembakau; industri

kertas dan barang cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta

Page 95: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

74

industri barang lainnya. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dari sub

sektor diatas adalah pertumbuhan tinggi.

c. Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan

Setelah melakukan analisis dengan menggunakan metode

analisis LQ, dan Shift Share, maka dapat diketahui potensi masing-

masing sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang.

Setelah adanya hasil di atas, sehingga dapat diberikan masukan bagi

industri-industri di Kota Tangerang yang unggulan ini dapat lebih

mengembangkan usaha dan produksinya sedangkan industri yang

potensial dapat dibantu oleh pemerintah serta industri yang masih

kurang berkembang semoga menjadi perhatian dari pemerintah Kota

Tangerang agar ke depannya nanti dapat bersaing lagi. Dan akhirnya

nanti akan dirasakan pembangunan yang merata di semua lini sub

sektor industri pengolahan di Kota Tangerang.

Dalam penelitian ini, sub sektor yang memiliki keunggulan

dibandingkan dengan sub sektor industri pengolahan non migas

terdapat 4 sub sektor yang unggul. Keempat sub sektor industri

pengolahan migas ini sangat maju dan berkembang dibanding yang

lain. Perbedaan penyerapan tenaga kerja yang dilakukan industri-

industri tersebut tidak terlalu jauh. Dalam kaitan ini pengembangan

sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang dapat

dikembangkan melalui keempat sub sektor industri pengolahan ini

dikarenakan :

Page 96: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

75

1) Industri barang lainnya : industri ini merupakan industri yang

menduduki urutan pertama untuk industri basis di Kota Tangerang.

Tenaga kerja yang dipekerja lebih kecil dibandingkan dengan

industri yang lain yang merupakan industri pengolahan non migas

basis di Kota Tangerang.

2) Industri alat angkutan, mesin dan peralatan : industri ini merupakan

industri yang menduduki urutan ketiga dari empat industri yang

unggul dan dominan di Kota Tangerang. Sehingga menjadi industri

yang basis di Kota Tangerang dengan tenaga kerja yang

dipekerjakan paling banyak di antara lain..

3) Industri pupuk, kimia dan barang dari karet : industri ini

merupakan industri yang menduduki urutan ketiga industri basis di

Kota Tangerang. Di mana jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan

banyak sehingga mampu memproduksi lebih untuk daerahnya.

4) Industri makanan, minuman, dan tembakau : industri ini

merupakan industri yang menduduki urutan terakhir untuk industri

basis di Kota Tangerang. Tenaga kerja juga banyak yang

memasuki industri meskipun di bawah industri alat angkutan dan

kertas.

Selanjutnya kegiatan perindustrian pengolahan non migas di

Kota Tangerang sangat didominasi dengan kegiatan industri dengan

skala menengah dan besar. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang

mengidentifikasikan industri pengolahan non migas ke dalam 4

golongan, yaitu :

Page 97: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

76

Tabel 4.11

Klasifikasi Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang

No Jenis Industri Pengolahan Non

Migas

Jumlah Tenaga

Kerja

1 Industri Besar >100 orang

2 Industri Sedang / Menengah 20-99 orang

3 Industri Kecil 5-19 orang

4 Industri Mikro 1-4 orang

Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Tangerang

Kegiatan industri di Kota Tangerang sangat didominasi dengan

kegiatan industri yang berskala menengah sampai besar sehingga

majunya Kota Tangerang akibat dari tumbuhnya industri-industri

tersebut dalam skala yang cukup kemudian mereka bersaing dengan

masing-masing industri yang lain. Hal ini menyebabkan kegiatan

industri kecil dan mikro pun tidak dapat bersaing dengan mereka.

Dalam kaitan penelitian ini ingin mengembangkan kegiatan

yang berskala menengah dan besar ini agar mampu bersaing dengan

industri-industri yang berada di luar daerah. Sehingga akhirnya

kegiatan industri semakin maju dan berkembang dengan tidak

melupakan bagaimana keadaan industri dengan skala kecil dan mikro

yang memerlukan suplai/masukan dari industri yang menengah dan

besar ini.

d. Potensi pengembangan sub sektor industri pengolahan dengan

pendekatan SWOT

Dalam penelitian ini, guna memberikan gambaran yang lebih

rinci, detail dan mendalam, dengan menggunakan pendekatan SWOT

peneliti ingin menganalisis Keunggulan (S), Kelemahan (W), Peluang

Page 98: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

77

(O) dan Hambatan/Tantangan (T) dari sub sektor industri pengolahan

di Kota Tangerang. Adapun peneliti memberikan batasan dalam

penelitian ini adalah dengan menganalisis SWOT dari sub sektor

industri pengolahan non migas Kota Tangerang yang merupakan

kegiatan basis di Kota Tangerang. Industri pengolahan yang

merupakan basis terdiri dari 4 macam industri pengolahan.

Selanjutnya dalam analisis SWOT diperoleh berupa klasifikasi

berdasarkan SWOT tadi, kemudian hasil tersebut dianalisis dan

diidentifikasi dalam kombinasi strategi antar S-O dan W-T sehingga

kombinasi antara S-O dan W-T akan memperoleh kombinasi strategi

yaitu S-O, S-W, W-T dan W-O. Kemudian dilanjutkan analisis untuk

mengetahui di mana kuadran dari industri yang berada di Kota

Tangerang. Analisis kuadran ini dapat diperoleh dengan melihat IFAS

dan EFAS dari sub sektor industri yang diteliti.

Dalam strategi kuadran IFAS-EFAS, S-O ini merupakan faktor-

faktor yang berasal dari dalam industri yang menunjang kegiatan

produksi dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan W-T merupakan

faktor-faktor yang berasal dari luar yang menghambat kegiatan

produksi sehingga akan berpengaruh pada jalannya industri. Analisis

ini diperoleh dengan komponen SWOT dilakukan bobot dan skor

kemudian dijumlah lalu dikalikan maka akan diperoleh jumlah dari

komponen SWOT. Selanjutnya jumlah tadi dilakukan pengurangan

antar komponen S dengan O dan komponen W dan T. Pada akhirnya

Page 99: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

78

akan diperoleh angka yang dapat melihat pada kuadran berapa industri

yang diteliti.

Tabel 4.12

Analisis SWOT Industri Barang Lainnya

SWOT Industri Pengolahan Non Migas

Industri daur ulang plastik dan sampah

Strenght 1. Harga yang terjangkau bagi konsumen 2. Memiliki keunggulan produk berupa kualitas yang baik, motif

produk dan tahan lama. 3. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. 4. Memiliki pangsa pasar sendiri untuk produk daur ulang. 5. Modal untuk produksi barang daur ulang terjangkau. 6. Ketersediaan bahan baku berupa sampah dan plastik.

Weakness 1. Kurang memadainya gerai-gerai untuk memasang hasil produk daur ulang di Kota Tangerang,

2. Bila dibandingkan dengan merek terkenal, produk daur ulang jauh berbeda.

Opportunity 1. Adanya dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan kegiatan produksi produk dari daur ulang sampah dan plastik.

2. Produksi daur ulang ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan potensi ekonomi masyarakat

3. Produksi daur ulang dapat mengurangi sampah di Kota. 4. Produksi daur ulang mengajak masyarakat peduli dengan

lingkungan. 5. Adanya ketertarikan luar negeri dan daerah untuk

memproduksi barang daur ulang.

Threaths 1. Persaingan yang berasal dari produk-produk sejenis yang bermerek jika produk yang dihasilkan tidak memiliki kualitas.

2. Kompetitor yang berasal dari luar daerah yang menghasilkan produk sejenis.

Sumber : Hasil Wawancara

Tabel 4.13

Analisis SWOT Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan

SWOT Industri Pengolahan Non Migas

Industri peralatan kantor

Strenght 1. Produk yang inovatif dihasilkan dari perusahaan. 2. Harga yang terjangkau bagi konsumen 3. Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan

tahan lama. 4. Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk. 5. Terjalinnya hubungan baik dengan para konsumen sehingga

kegiatan pemasaran produk pun dapat dilakukan.

Weakness 1. Manajemen perusahaan yang tidak berjalan dengan sehat. 2. Pendidikan SDM yang kurang memadai.

Page 100: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

79

3. Proses perekrutan SDM masih bersifat kekeluargaan. 4. Belum adanya dukungan dari pemerintah karena adanya

kekurangan dari internal industri. 5. Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi berdasarkan lama kerja

dan tingkat kesulitan pekerjaan dan loyalitas. Serta upah masih bersifat borongan.

Opportunity 1. Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri.

2. Pengelolaan limbah yang sudah baik. 3. Pemanfaatan limbah kembali oleh perusahaan sehingga tidak

mencemari lingkungan masyarakat.

Threaths 1. Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis. 2. Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan

harga jual produk. 3. Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih

melakukan proses yang tidak sehat.

Sumber : Hasil Wawancara

Tabel 4.14

Analisis SWOT Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet

SWOT Industri Pengolahan Non Migas

Industri peralatan kantor

Strenght 1. Produk memiliki karakteristik, inovasi dan kualitas yang

berbeda dengan produk lain.

2. Ketersediaan bahan baku dan teknologi.

3. Hubungan yang baik dengan pihak konsumen sebagai sarana

pemasaran

4. Manajemen keuangan dan arus produksi sangat

diperhitungkan

5. Dekat dengan akses keluar masuk tol.

Weakness 1. Gaji dan pendidikan karyawan masih minim.

2. Tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam

pengembangan industri.

3. Letak industri yang jauh dari pusat kota.

4. Kurang tersedianya transportasi dan lahan dalam industri

5. Modal yang tinggi dalam pengembangan industri ini.

Opportunity 1. Pengelolaan limbah yang sudah baik dan ramah lingkungan.

2. Produk yang dihasilkan beda dibandingkan dengan industri

cat yang sudah besar dan memiliki keunggulan.

3. Produk yang dibuat memiliki harga yang terjangkau dan

inovatif.

4. Konsumen yang banyak dan memiliki permintaan yang

tinggi.

5. Pengelolaan keuangan yang tertata memberikan gambaran

perusahaan terus memperoleh keuntungan.

6. Skala produksi yang terus meningkat.

Page 101: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

80

Threaths 1. Tidak mempermasalahkan persaingan dengan industri lain.

2. Pungutan liar yang berasal dari oknum pemerintah dalam

pengurusan legalitas

3. Perputaran uang akan bermasalah bila pemasukan dari

konsumen dan supplier tidak berjalan.

4. Kehilangan kepercayaan supplier dan konsumen bila

perusahaan melakukan kesalahan.

Sumber : Hasil Wawancara

Tabel 4.15

Analisis SWOT Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

SWOT Industri Pengolahan Non Migas

Industri Roti

Strenght 1. Produknya memiliki keunggulan dari rasa, bebas dari bahan pengawet, tahan lama, bebas jamur dan harga bersaing.

2. Teknologi sudah banyak digunakan dalam proses produksi. 3. Memiliki konsumen yang setia terhadap produk ini. 4. Ketersediaan bahan baku dalam proses produksi. 5. Resep buatan produk sudah teruji.

Weakness 1. SDM tidak memiliki pendidikan tinggi hanya sampai jenjang SMP.

2. Pengelolaan industri masih bersifat keluarga. 3. Gaji/upah masih bersifat upah harian dan tergantung

penjualan yang habis. 4. Komunikasi yang sulit untuk konsumen melakukan

permintaan besar. 5. Kegiatan pemasaran hanya lewat konsumen setia dan

gerobak-gerobak yang digunakan berjualan.

Opportunity 1. Adanya dukungan dari pemerintah berupa pemberian pelatihan kepada tenaga kerja untuk membuat produk yang inovatif.

2. Konsumen yang paling besar berasal dari kalangan pemerintahan dan sekolah.

3. Memiliki beberapa varian yang disukai oleh konsumen. 4. Produk yang dihasilkan dekat dengan masyarakat dan pusat

industri pun dekat pula dengan masyarakat. 5. Permintaan yang banyak memberikan peluang menciptakan

penawaran itu sendiri.

Threaths 1. Persaingan dalam industri produk ini sangat maju dan pesat. 2. Kurangnya inovasi dan kreatifitas dalam menghasilkan

produk. 3. Pengelolaan yang bebas dari sifat keluarga sehingga

perusahaan pun akan maju dengan pesat. 4. Banyaknya tenaga kerja yang keluar akibat banyak industri

produk yang serupa.

Sumber : Hasil Wawancara

Page 102: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

81

C. Pengembangan SWOT dengan Pendekatan Kuantitatif

Metode SWOT dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan

perhitungan dari faktor-faktor strategi internal dan eksternal dari industri yang

bersangkutan. Dengan demikian perhitungan tersebut akan memperoleh posisi

dari industri terbagi dalam beberapa kuadran sehingga dapat menjadi

masukkan bagi industri tersebut. Faktor-faktor strategi internal terdiri dari

faktor kekuatan dan kelemahan industri sedangkan faktor-faktor strategi

eksternal terdiri dari faktor peluang dan hambatan. Tahap-tahap perhitungan

SWOT dengan pendekatan ini (Siti Ruchmi:2008) dan (Fredi Rangkuti:2006)

adalah :

1. Menentukan faktor-faktor strategi internal dan eksternal 5-10 faktor.

Faktor strategi internal berupa kekuatan dan kelemahan industri terdiri dari

5-10 faktor sedangkan faktor strategi eksternal berupa peluang dan

hambatan terdiri dari 5-10 faktor.

2. Menentukan nilai bobot dari masing-masing faktor baik internal dan

eksternal yang terdiri dari 5-10 faktor. Ketentuan dari nilai bobot ini dari

0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

3. Menjumlahkan nilai bobot dari masing-masing faktor baik internal

maupun eksternal. Jumlah dari bobot masing-masing faktor internal dan

eksternal tersebut tidak melebihi nilai 1.00.

4. Menentukan nilai rating dari masing-masing faktor internal dan eksternal

yang terdiri dari 5-10 faktor. Ketentuan dari nilai bobot ini dari 1 (kecil)

Page 103: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

82

sampai 4 (sangat besar) untuk faktor kekuatan dan peluang. Sedangkan

untuk faktor kelemahan dan hambatan dengan nilai rating 1 (sangat besar)

sampai dengan 4 (kecil).

5. Menentukan nilai dari masing-masing faktor internal dan eksternal yang

terdiri dari 5-10 faktor dengan mengalikan antara nilai bobot dengan nilai

rating.

6. Menentukan posisi kuadran dari industri-industri tersebut yaitu dengan

cara menghitung antara nilai kekuatan dengan kelemahan serta selisih

antara nilai peluang dengan hambatan. Kemudian hasil pengurangan antara

nilai kekuatan dan kelemahan dikategorikan sebagai sumbu X sedangkan

pengurangan antara nilai peluang dan hambatan dikategorikan sebagai

sumbu Y.

7. Setelah didapatkan hasil pengurangan antar masing-masing faktor.

Kemudian membandingkan antara sumbu X dan sumbu Y. Ketentuannya

sudah dibahas dalam pembahasan sebelumnya.

8. Tahap akhir diperoleh kuadran dari masing-masing industri dengan

melihat dari SWOT masing-masing industri.

Page 104: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

83

Tabel 4.16

Matriks Strategi Internal dan Eksternal

Industri Daur Ulang

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Nilai

KEKUATAN

1. Harga yang terjangkau bagi

konsumen

2. Memiliki keunggulan produk

berupa kualitas yang baik, motif

produk dan tahan lama.

3. Ketersediaan SDM dalam

mengerjakan produk.

4. Memiliki pangsa pasar sendiri

untuk produk daur ulang.

5. Modal untuk produksi barang daur

ulang terjangkau.

6. Ketersediaan bahan baku berupa

sampah dan plastik.

0.10

0.10

0.15

0.10

0.15

0.10

3

3

4

3

4

3

0.30

0.30

0.60

0.30

0.60

0.30

KELEMAHAN

1. Kurang memadainya gerai-gerai

untuk memasang hasil produk daur

ulang di Kota Tangerang,

2. Bila dibandingkan dengan merek

terkenal, produk daur ulang jauh

berbeda.

0.15

0.15

3

3

0.45

0.45

Jumlah 1.00 - 3.30

PELUANG

1. Adanya dukungan pemerintah

daerah untuk meningkatkan

kegiatan produksi produk dari daur

ulang sampah dan plastik.

2. Produksi daur ulang ini

memberikan kesempatan untuk

meningkatkan potensi ekonomi

masyarakat

3. Produksi daur ulang dapat

mengurangi sampah di Kota.

4. Produksi daur ulang mengajak

masyarakat peduli dengan

lingkungan.

5. Adanya ketertarikan luar negeri

dan daerah untuk memproduksi

barang daur ulang.

0.15

0.15

0.10

0.10

0.20

4

4

3

3

4

0.60

0.60

0.30

0.30

0.80

HAMBATAN

1. Persaingan yang berasal dari

produk-produk sejenis yang

0.15

3

0.45

Page 105: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

84

bermerek jika produk yang

dihasilkan tidak memiliki kualitas.

2. Kompetitor yang berasal dari luar

daerah yang menghasilkan produk

sejenis.

0.15

1

0.15

Jumlah 1.00 - 3.20

Sumber : hasil diolah

Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor

kekuatan dan kelemahan yaitu 1.50. Sedangkan pengurangan faktor peluang

dan ancaman yaitu 2.00. Hal ini menunjukkan bahwa industri daur ulang

berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y

bersumbu positif. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri

yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah

Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat

dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan

dan meraih kemajuan secara maksimal.

Tabel 4.17

Matriks SWOT Industri Daur Ulang

Eksternal

Internal OPPORTUNITY THREATHS

STRENGTH

1. Meningkatkan hasil

produk daur ulang

dengan

memperhatikan

konsistensi kualitas

agar tidak kalah

dengan merek lain

2. Melakukan promosi

produk daur ulang

baik di daerah

sendiri maupun di

luar daerah dan

asing

1. Meningkatkan

kreatifitas dalam

produk hasil daur

ulang dengan

memperhatikan

motif dan kualitas

2. Meningkatkan skala

produksi dari produk

daur ulang sehingga

permintaan tidak

turun

WEAKNESS

1. Pemerintah daerah

memberikan bantuan

berupa modal, sarana

1. Gerai promosi

produk daur ulang

harus dekat dengan

Page 106: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

85

dan prasarana untuk

memasarkan produk

daur ulang

2. Melakukan kegiatan

promosi dengan

kegiatan bazaar

sehingga produk

dapat dikenal

masyarakat

masyarakat agar

produk dapat

menarik pasar

2. Jalin kerja sama

dengan pihak asing

agar diperoleh

investasi untuk

jalanya produksi

Sumber : Hasil diolah

Tabel 4.18

Matriks Strategi Internal dan Eksternal

Industri Peralatan Kantor

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Nilai

KEKUATAN

1. Harga yang terjangkau bagi

konsumen

2. Produk yang dihasilkan memiliki

kualitas yang baik dan tahan lama.

3. Ketersediaan SDM dalam

mengerjakan produk.

4. Terjalinnya hubungan baik dengan

para konsumen sehingga kegiatan

pemasaran produk pun dapat

dilakukan.

5. Produk yang inovatif dihasilkan dari

perusahaan.

0.10

0.15

0.10

0.10

0.10

3

3

3

4

3

0.30

0.45

0.30

0.40

0.30

KELEMAHAN

1. Pendidikan SDM yang kurang

memadai.

2. Proses perekrutan SDM masih

bersifat kekeluargaan.

3. Belum adanya dukungan dari

pemerintah karena adanya

kekurangan dari internal industri.

4. Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi

berdasarkan lama kerja dan tingkat

kesulitan pekerjaan dan loyalitas.

Serta upah masih bersifat borongan.

5. Manajemen perusahaan yang tidak

berjalan dengan sehat.

0.15

0.05

0.05

0.15

0.10

1

2

3

2

2

0.15

0.10

0.15

0.30

0.20

Jumlah 1.00 - 2.65

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Nilai

Page 107: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

86

PELUANG

1. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah

dari sisa-sisa produksi

2. Pengelolaan yang baik dan transparan

memberikan perubahan bagi

perkembangan industri.

3. Permintaan pasar yang banyak.

0.25

0.15

0.25

3

3

4

0.75

0.45

1.00

HAMBATAN

1. Kenaikan harga bahan produksi

sehingga akan menaikkan harga jual

produk.

2. Industri akan tidak berjalan dengan

baik bila masih melakukan proses

yang tidak sehat.

3. Persaingan yang berasal dari

perusahaan yang sejenis.

0.10

0.10

0.15

2

2

1

0.20

0.20

0.15

Jumlah 1.00 - 2.75

Sumber : Hasil diolah

Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor

kekuatan dan kelemahan yaitu 0.85. Sedangkan pengurangan faktor peluang

dan ancaman yaitu 1.65. Hal ini menunjukkan bahwa industri daur ulang

berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y

bersumbu positif. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri

yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah

Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat

dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan

dan meraih kemajuan secara maksimal.

Page 108: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

87

Tabel 4.19

Matriks SWOT Industri Peralatan Kantor

Eksternal

Internal OPPORTUNITY THREATHS

STRENGTH

1. Meningkatkan produk

yang dihasilkan

sehingga permintaan

dari masyarakat akan

tetap meningkat

2. Merektrut SDM yang

tepat dalam

bidangnya sehingga

mampu

mengembangkan

industri

1. Merekrut

karyawan yang

bersifat terbuka

dan bebas tidak

hanya dari

kalangan tertentu

2. Menjaga

konsistensi

kualitas produk

agar konsumen

tidak ke lain hati

WEAKNESS

1. Memberikan fasilitas

pendidikan, pelatihan

dan pengetahuan bagi

karyawan yang

kurang

2. Meningkatkan

pengolahan hasil

limbah dari produksi

agar menjadi nilai

ekonomis bagi

industri

1. Membuat sistem

pengelolaan

industry yang

bersifat terbuka dan

bertanggung jawab

2. Melakukan

evaluasi pada akhir

produksi untuk

mengendalikan

keadaan baik dari

internal maupun

eksternal industri

Sumber : Hasil diolah

Tabel 4.20

Matriks Strategi Internal dan Eksternal

Industri Cat Furniture

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Nilai

KEKUATAN

1. Produk memiliki karakteristik,

inovasi dan kualitas yang berbeda

dengan produk lain.

2. Ketersediaan bahan baku dan

teknologi.

3. Hubungan yang baik dengan pihak

konsumen sebagai sarana

pemasaran.

4. Manajemen keuangan dan arus

produksi sangat diperhitungkan

5. Dekat dengan akses keluar masuk

tol.

0.10

0.10

0.10

0.10

0.10

4

4

4

2

3

0.40

0.40

0.40

0.20

0.30

Page 109: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

88

KELEMAHAN

1. Gaji dan pendidikan karyawan masih

minim.

2. Tidak adanya dukungan dari

pemerintah daerah dalam

pengembangan industri.

3. Letak industri yang jauh dari pusat

kota.

4. Kurang tersedianya transportasi dan

lahan untuk industri

5. Modal yang tinggi dalam

pengembangan industri ini.

0.15

0.05

0.10

0.10

0.10

2

3

3

3

1

0.30

0.15

0.30

0.30

0.10

Jumlah 1.00 - 2.85

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Nilai

PELUANG

1. Produk yang dihasilkan beda

dibandingkan dengan industri cat

yang sudah besar dan memiliki

keunggulan.

2. Produk yang dibuat memiliki harga

yang terjangkau dan inovatif.

3. Konsumen yang banyak dan

memiliki permintaan yang tinggi.

4. Pengelolaan keuangan yang tertata

memberikan gambaran perusahaan

terus memperoleh keuntungan.

5. Skala produksi yang terus

meningkat.

0.10

0.10

0.15

0.10

0.10

3

4

4

2

3

0.30

0.40

0.60

0.20

0.30

HAMBATAN

1. Pungutan liar yang berasal dari

oknum pemerintah dalam pengurusan

legalitas

2. Perputaran uang akan bermasalah

bila pemasukan dari konsumen dan

supplier tidak berjalan.

3. Kehilangan kepercayaan supplier dan

konsumen bila perusahaan

melakukan kesalahan.

4. Tidak mempermasalahkan persaingan

dengan industri lain.

0.10

0.10

0.15

0.10

2

2

1

1

0.20

0.20

0.15

0.10

Jumlah 1.00 - 2.45

Sumber : Hasil diolah

Page 110: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

89

Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor

kekuatan dan kelemahan yaitu 0.55 sedangkan pengurangan faktor peluang

dan ancaman yaitu 1.15. Hal ini menunjukkan bahwa industri daur ulang

berada pada kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y

bersumbu positif. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri

yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah

Progresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat

dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan

dan meraih kemajuan secara maksimal.

Tabel 4.21

Matriks SWOT Industri Cat Furniture

Eksternal

Internal OPPORTUNITY THREATHS

STRENGTH

1. Menjaga konsistensi kualitas produk yang dihasilkan

2. Meningkatkan produksi produk yang dihasilkan dan memanfaatkan kembali terhadap limbah yang digunakan

3. Perekrutan SDM yang handal dalam pengelolaan keuangan

1. Menjalin hubungan yang baik dengan semua supplier bahan baku dan konsumen

2. Pengelolaan laporan keuangan yang baik dan benar

3. Produk yang memiliki kualitas baik tetap dipertahankan di tengah persaingan

WEAKNESS

1. Peningkatan pendidikan karyawan dengan memberikan pelatihan dan pengalaman lebih lanjut lagi

2. Mengajukan proposal usaha kepada dinas terkait untuk mendapatkan modal yang berguna bagi produksi

3. Mempromosikan hasil produk saat ada acara-acara tertentu

1. Perekrutan tenaga ahli dalam segala bidang di dalam industry sehingga kelemahan dan hambatan dapat tertanggulangi

2. Menciptakan produk unggulan yang baru sehingga menambah produksi dari industri

Sumber : Hasil diolah

Page 111: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

90

Tabel 4.22

Matriks Strategi Internal dan Eksternal

Industri Roti

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Nilai

KEKUATAN

1. Produknya memiliki keunggulan

dari rasa, bebas dari bahan

pengawet, tahan lama, bebas

jamur. Dan harga yang bersaing

2. Teknologi sudah banyak

digunakan dalam proses produksi.

3. Memiliki konsumen yang setia

terhadap produk ini.

4. Ketersediaan bahan baku dalam

proses produksi.

5. Resep buatan produk sudah teruji.

0.10

0.10

0.10

0.10

0.10

4

4

4

3

3

0.40

0.40

0.40

0.30

0.30

KELEMAHAN

1. SDM tidak memiliki pendidikan

tinggi hanya sampai jenjang SMP.

2. Pengelolaan industri masih bersifat

keluarga.

3. Gaji/upah masih bersifat upah

harian dan tergantung penjualan

yang habis.

4. Komunikasi yang sulit untuk

konsumen melakukan permintaan

besar.

5. Kegiatan pemasaran hanya lewat

konsumen setia dan gerobak-

gerobak yang digunakan berjualan.

0.10

0.10

0.10

0.10

0.10

2

4

2

4

3

0.20

0.40

0.20

0.40

0.30

Jumlah 1.00 - 3.30

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Nilai

PELUANG

1. Konsumen yang paling besar

berasal dari kalangan pemerintahan

dan sekolah.

2. Memiliki beberapa varian yang

disukai oleh konsumen.

3. Produk yang dihasilkan dekat

dengan masyarakat dan pusat

industri pun dekat pula dengan

masyarakat.

4. Permintaan yang banyak

memberikan peluang menciptakan

penawaran itu sendiri.

5. Adanya dukungan dari pemerintah

0.10

0.10

0.10

0.15

0.15

3

3

3

4

4

0.30

0.30

0.30

0.60

0.60

Page 112: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

91

berupa pemberian pelatihan kepada

tenaga kerja untuk membuat produk

yang inovatif.

HAMBATAN

1. Kurangnya inovasi dan kreatifitas

dalam menghasilkan produk.

2. Pengelolaan yang bebas dari sifat

keluarga sehingga perusahaan pun

akan maju dengan pesat.

3. Banyaknya tenaga kerja yang

keluar akibat banyak industri

produk yang serupa.

4. Persaingan dalam industri produk

ini sangat maju dan pesat.

0.10

0.10

0.10

0.10

3

2

2

4

0.30

0.20

0.20

0.40

Jumlah 1.00 - 3.20

Sumber : Hasil diolah

Berdasarkan hasil perhitungan di atas pengurangan antara faktor

kekuatan dan kelemahan yaitu 0.30. Sedangkan pengurangan faktor peluang

dan ancaman yaitu 1.00. Hal ini menunjukkan bahwa industri roti berada pada

kuadran I yaitu sumbu X bernilai positif sedangkan sumbu Y bersumbu positif

pula. Dalam hal ini industri di atas merupakan sebuah industri yang kuat dan

berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya

industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan

untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih

kemajuan secara maksimal.

Page 113: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

92

Tabel 4.23

Matriks SWOT Industri Roti

Eksternal

Internal OPPORTUNITY THREATHS

STRENGTH

1. Menjaga keunggulan

produk roti yang

dihasilkan sehingga

industry dapat

menghadapi

persaingan

2. Menambah jenis-

jenis rasa dari

produk roti sehingga

memberikan

pengaruh positif

terhadap permintaan

dari konsumen

1. Menjaga kualitas

produk di tengah

persaingan

2. Menciptakan

inovasi dalam

produk yang

dihasilkan

WEAKNESS

1. Melakukan kegiatan

yang menarik minat

dari pemerintah

sehingga

memunculkan

investasi dari pihak

manapun

2. Pengadaan media

pemasaran agar

produk dapat

diketahui oleh

konsumen yang sulit

dijangkau

1. Memberikan

pendidikan,

pelatihan dan

pengetahuan kepada

seluruh karyawan

sehingga

mengurangi

dampak upah yang

kecil dan keluar

masuknya

karyawan

2. Pengelolaan

diberikan kepada

SDM yang

berpengetahuan dan

berpengalaman

3. Penyediaan sarana

dan prasarana

komunikasi dan alat

untuk memasarkan

produk

Sumber : Hasil diolah

Page 114: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

93

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Sub sektor industri pengolahan non migas yang unggulan di Kota

Tangerang pada tahun 2005-2010 adalah sub sektor industri makanan,

minuman, dan tembakau; industri pupuk, kimia dan barang dari karet;

industri alat angkutan, mesin dan peralatan; dan industri barang lainnya.

2. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Shift Share maka diperoleh :

a. Industri yang memiliki spesialisasi dan pertumbuhannya cepat bila

dibandingkan dengan pertumbuhan pada tingkat Provinsi terdapat 7

industri yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau; industri

tekstil, barang kulit dan tembakau; industri barang kayu dan hasil hutan

lainnya; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri logam

dasar, besi dan baja; industri alat angkutan, mesin dan peralatan serta

industri barang lainnya.

b. Industri yang memiliki daya saing tinggi dan pertumbuhan yang cepat

bila dibandingkan dengan industri yang berada di provinsi terdapat 2

industri yaitu industri pupuk,kimia dan barang dari kimia; dan industri

logam dasar, besi dan baja.

c. Industri yang memiliki rata-rata positif yaitu terdapat 4 industri yaitu

industri makanan,minuman, dan tembakau; industri kertas dan barang

Page 115: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

94

cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta industri barang

lainnya.

3. Dalam pengembangan kegiatan industri memerlukan strategi yang tepat.

Strategi ini dapat dilihat dari faktor-faktor yang berada di dalam maupun di

luar perusahaan tersebut. Strategi-strategi tersebut dibahas dalam kajian

SWOT. SWOT ini dilakukan terhadap industri yang basis dan unggul di

Kota Tangerang. Berikut ini adalah strategi yang dilakukan dalam

pengembangan industri di Kota Tangerang :

a. Faktor kekuatan dan peluang akan memberikan sebuah keuntungan

komparatif bagi perusahaan, strategi yang dapat dilakukan adalah :

1) Pemerintah daerah harus meningkatkan pelayanannya dengan

memberikan fasilitas, sarana dan prasarana serta dukungan berupa

modal bagi perusahaan yang ingin mengembangkan kegiatan

produksinya.

2) Meningkatkan hubungan kemitraan dengan industri-industri basis di

Kota Tangerang sehingga industri dapat menjalin hubungan baik

dengan pemerintah daerah. Mengadakan kegiatan bazaar dari hasil

industri Kota Tangerang.

3) Perbaiki infrastruktur jalan untuk proses mobilitas barang produksi

baik dari dalam dan luar Kota Tangerang.

b. Faktor kekuatan dengan ancaman akan memberikan sebuah mobilisasi

bagi perusahaan, strategi yang dapat dilakukan yaitu :

1) Memberikan sarana pengembangan bagi kegiatan industry

Page 116: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

95

khususnya peningkatan kualitas dari SDM yang berada di dalam

industri sehingga produktifitas pun semakin meningkat.

2) Pemberian upah dan gaji oleh industri di Kota Tangerang harus

dengan kualitas SDM dari industri tersebut.

c. Faktor kelemahan dengan peluang akan memberikan sebuah

kesempatan investasi dapat masuk dan keluar dari dalam dan luar

daerah, strategi yang dapat dilakukan yaitu :

1) Kegiatan-kegiatan industri juga harus memperhatikan untuk

menarik investasi yang berasal dari dalam maupun luar sehingga

mampu menjalankan produksi tidak bergantung kepada kemampuan

internal perusahaan.

2) Tidak ada pungutan liar yang meresahkan para pengusaha.

Tindakan tegas bagi oknum yang melanggar harus dikenakan.

3) Peranan masyarakat pun harus digalakan agar mereka dapat

melakukan permintaan yang tinggi untuk barang-barang hasil

daerah berupa produk industri yang unggul.

d. Faktor kelemahan dengan ancaman akan memberikan sebuah tindakan

pencegahan terhadap seluruh dampak yang diakibatkan, strategi yang

dilakukan yaitu :

1) Permudah akses izin pendirian industri oleh pemerintah daerah

sehingga industri di Kota Tangerang akan tumbuh.

2) Melakukan pengolahan akibat limbah yang dihasilkan oleh industri

sehingga limbah yang dianggap sampah dapat berdaya guna bagi

masyarakat.

Page 117: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

96

3) Penciptaan industri menjadi sarana penciptaan lapangan kerja yang

baru bagi industri. Pengangguran pun akan semakin ditekan dari

kegiatan yang memprioritaskan karyawannya dari lingkungan

sekitar.

e. Berdasarkan pendekatan SWOT kuantitatif diperoleh hasil yaitu :

1) Kegiatan industri daur ulang berada pada kuadran I yang

menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan

berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik.

2) Kegiatan industri peralatan kantor berada pada kuadran I yang

menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan

berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik.

3) Kegiatan industri cat furniture berada pada kuadran I yang

menandakan industri ini merupakan industri yang kuat dan

berpeluang untuk berkembang dan tumbuh lebih baik.

4) Kegiatan industri roti berada pada kuadran I yang menandakan

industri ini merupakan industri yang kuat dan berpeluang untuk

berkembang dan tumbuh lebih baik.

B. Implikasi

1. Bagi Pemerintah Kota Tangerang

Berdasarkan kajian dan penelitian di atas menunjukkan bahwa

keadaan ekonomi di daerah Kota Tangerang di mana yang menjadi

penopang perekonomian berasal dari sektor industri pengolahan non

Page 118: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

97

migas. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu bahan masukan

agar pemerintah Kota Tangerang mulai memperbaiki kekurangan dalam

infrastruktur jalan untuk mobilitas produk, memperbaiki hubungan

kemitraan dengan para pengusaha sehingga tidak ada lagi pengusaha kecil

yang harus merugi. Serta reformasi birokrasi pelayanan industri dengan

tidak adanya pungutan liar serta hukuman tegas bagi para pelaku. Dengan

demikian pemerintah Kota Tangerang dapat melaksanakan apa yang sudah

dibahas di atas dengan perhitungan yang matang.

2. Bagi Peneliti Lainnya

Berdasarkan penelitian ini memiliki cacat dan kekurangan dari segi

kajian dan pembahasan. Oleh karena itu, bagi peneliti lain ini menjadi

sebuah masukan dan acuan untuk kajian yang lebih baru dan berbeda

sehingga dapat dirasakan oleh pemerintah daerah. Dengan demikian

pemerintah pun dapat memperbaiki apa yang kurang dari daerahnya.

Page 119: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

98

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia. “Ekonomi Pembangunan”, Yogyakarta : Graha Ilmu, Jilid 1, 2007.

Azhar, Syarifah Lies Fuaidah dan M. Nassir Abdussamad. “Analisis sector basis

dan non basis di provinsi Nangroe Aceh Darussalam”. 2006.

BPS Kota Tangerang. Kota Tangerang Dalam Angka. 2006-2011.

BPS Provinsi Banten. Provinsi Banten Dalam Angka. 2006-2011.

Bugaian, Larisa, Maria Gheorghita, dan Doina Nistor. “Analysis of Industry

Potential in Republic of Moldova”. 2010

Daryanto, Arief. “Model-model kuantitatif ekonomi regional”, Bogor : IPB Press,

2010.

Fuadati, Siti Rokhmi. “Analisis SWOT untuk Pengembangan Potensi dan Peluang

Pasar Kabupaten Blitar yang Bertumpu Pada Potensi Sumber Daya

Alam”. Ekuitas Vol. 12 No. 2 Juni 2008. Halaman 248-267.

Habibullah, Muzafar Shah dan Alias Radam. ” Industry Concentration in Rich

and Poor State in Malaysia: Location Quotient and Shift Share Analyses”.

2009.

Jhingan, M.L. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, Jakarta : Rajawali

Pers, 2010.

Permatasari, Galih. “Strategi pengembangan wilayah melalui analisis sektor basis

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sragen”. 2012.

Rangkuti, Freddy. “Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis”, Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama. 2006.

Saerofi, Mujib. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor

Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model Basis Ekonomi dan

SWOT)”. 2005.

Sjafrizal. “Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi”, Padang : Praninta Offset,

2008.

Sukirno, Sadono. “Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan”, Jakarta : Kencana. Edisi kedua, 2007.

Sukirno, Sadono. “Makroekonomi : Teori Pengantar”, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, Edisi III, Cet. 16, 2004.

Page 120: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

99

Supranto, J. “Metode Riset Aplikasinya Dalam Pemasaran”, Jakarta : PT. Rineka

Cipta, Edisi Revisi ke-7, 2003.

Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi-Edisi Revis”, Jakarta

: Sinar Grafika, 2005.

Todaro, Michael P. “Pembangunan Ekonomi”, Jakarta : Erlangga, Edisi

kesembilan, 2006.

Sari, Kartika Hendra Titi. “Indentifikasi Potensi Ekonomi Daerah Boyolali,

Karanganyar dan Sragen tahun 1993-2003”. 2010.

Suherty, Lina. Analisis Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten

Barito Kuala. Volume 12 Nomor 2. Oktober 2011.

Page 121: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 122: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

0

A. PROVINSI BANTEN

JUMLAH TENAGA KERJA PROPINSI BANTEN MENURUT SUB SEKTOR INDUSTRI

PENGOLAHAN (DENGAN TENAGA KERJA)

No Jenis Komoditi Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Makanan, Minuman dan Tembakau 27021 38020 30815 32494 30999 30867

2 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 197658 196156 210252 204420 193920 195911

3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 35894 46657 36141 32888 31891 33247

4 Kertas dan Barang Cetakan 19835 30884 20979 20428 23391 23173

5 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 78892 73748 76861 75532 79671 78180

6 Semen dan Barang Galian non Logam 25990 28102 29137 29335 25712 26121

7 Logam Dasar, Besi, dan Baja 36166 41414 34026 38221 36600 36365

8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 49101 49859 47257 50207 50800 50426

9 Barang Lainnya. 136 377 550 599 721 565

JUMLAH 470693 505217 486018 484124 473705 474855

Page 123: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

1

B. KOTA TANGERANG

JUMLAH TENAGA KERJA KOTA TANGERANG MENURUT SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

(DENGAN TENAGA KERJA)

No Jenis Sub Sektor Industri 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Makanan, Minuman dan Tembakau 11337 14673 12958 13310 14294 12693

2 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 70083 82747 72566 73405 78066 53997

3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 10232 9590 9661 9067 8160 9232

4 Kertas dan Barang Cetakan 8215 6701 6306 6405 5950 6121

5 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 42233 25188 22298 22624 34681 56704

6 Semen dan Barang Galian non Logam 6414 5773 5220 5498 5423 4552

7 Logam Dasar, Besi, dan Baja 9657 11989 10762 11012 12478 11414

8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 27995 34132 30855 31426 23649 24631

9 Barang Lainnya. 49 552 506 519 296 95

JUMLAH 186215 191345 171132 173266 182997 179439

Page 124: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

2

C. PERHITUNGAN LOCATION QUOTIENT (LQ) TAHUN 2005-2010

LQ Tahun 2005

Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ

Makanan, Minuman dan Tembakau 11337 27021 0.060881239 0.057406845 1.060522306

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 70083 197658 0.376355288 0.419929763 0.896233897

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 10232 35894 0.054947238 0.076257773 0.720546066

Kertas dan Barang Cetakan 8215 19835 0.044115673 0.042139994 1.046883708

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 42233 78892 0.226796982 0.167608186 1.353137857

Semen dan Barang Galian non Logam 6414 25990 0.034444057 0.055216457 0.623800552

Logam Dasar, Besi, dan Baja 9657 36166 0.05185941 0.076835644 0.674939479

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 27995 49101 0.150336976 0.104316402 1.441163363

Barang Lainnya. 49 136 0.000263137 0.000288936 0.910710303

JUMLAH 186215 470693 1 1

LQ Tahun 2006

Lapangan Usaha TANGERANG (Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ Makanan, Minuman dan Tembakau 14673 38020 0.076683477 0.075254792 1.018984651 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 82747 196156 0.432449241 0.388260886 1.113810988 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9590 46657 0.050118895 0.092350416 0.542703514 Kertas dan Barang Cetakan 6701 30884 0.035020513 0.061130168 0.572884288 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 25188 73748 0.131636573 0.145972919 0.901787633 Semen dan Barang Galian non Logam 5773 28102 0.030170634 0.055623623 0.54240685 Logam Dasar, Besi, dan Baja 11989 41414 0.062656458 0.081972697 0.764357653 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 34132 49859 0.178379367 0.098688286 1.807502933 Barang Lainnya. 552 377 0.002884842 0.000746214 3.86597076

JUMLAH 191345 505217 1 1

Page 125: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

3

LQ Tahun 2007

Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ

Makanan, Minuman dan Tembakau 12958 30815 0.075719328 0.063403002 1.194254624

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 72566 210252 0.424035248 0.432601262 0.980198823

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9661 36141 0.056453498 0.074361443 0.759177005

Kertas dan Barang Cetakan 6306 20979 0.036848748 0.043165068 0.853670574

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22298 76861 0.130297081 0.158144349 0.823912342

Semen dan Barang Galian non Logam 5220 29137 0.03050277 0.059950455 0.508799642

Logam Dasar, Besi, dan Baja 10762 34026 0.062887128 0.070009753 0.898262394

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 30855 47257 0.180299418 0.097233024 1.854302273

Barang Lainnya. 506 550 0.002956782 0.001131645 2.612816773

JUMLAH 171132 486018 1 1

LQ Tahun 2008

Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ Makanan, Minuman dan Tembakau 13310 32494 0.076818302 0.067119168 1.144506182 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 73405 204420 0.423654958 0.422247193 1.003333984 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9067 32888 0.052329944 0.067933009 0.770316881 Kertas dan Barang Cetakan 6405 20428 0.036966283 0.042195801 0.87606544 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22624 75532 0.1305738 0.15601788 0.836915615 Semen dan Barang Galian non Logam 5498 29335 0.031731557 0.06059398 0.523675078 Logam Dasar, Besi, dan Baja 11012 38221 0.063555458 0.078948782 0.805021391 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 31426 50207 0.181374303 0.103706902 1.748912564 Barang Lainnya. 519 599 0.002995394 0.001237286 2.420938734

JUMLAH 173266 484124 1 1

Page 126: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

4

LQ Tahun 2009

Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ

Makanan, Minuman dan Tembakau 14294 30999 0.07811057 0.065439461 1.193631008

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 78066 193920 0.426597157 0.4093687 1.042085429

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 8160 31891 0.044590895 0.06732249 0.662347681

Kertas dan Barang Cetakan 5950 23391 0.032514194 0.049378833 0.658464212

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 34681 79671 0.189516768 0.168186952 1.126822063

Semen dan Barang Galian non Logam 5423 25712 0.029634366 0.054278507 0.545968698

Logam Dasar, Besi, dan Baja 12478 36600 0.06818691 0.077263276 0.882526784

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 23649 50800 0.129231627 0.107239738 1.2050722

Barang Lainnya. 296 721 0.001617513 0.001522044 1.062723893

JUMLAH 182997 473705 1 1

LQ Tahun 2010

Lapangan Usaha TANGERANG(Si) BANTEN (Ni) Si/S Ni/N LQ

Makanan, Minuman dan Tembakau 12693 30867 0.070737131 0.065003001 1.088213309

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 53997 195911 0.300921204 0.412570153 0.729381906

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9232 33247 0.051449239 0.070015057 0.734831064

Kertas dan Barang Cetakan 6121 23173 0.034111871 0.04880016 0.699011455

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 56704 78180 0.316007111 0.164639732 1.919385479

Semen dan Barang Galian non Logam 4552 26121 0.025367952 0.055008371 0.461165308

Logam Dasar, Besi, dan Baja 11414 36365 0.06360936 0.076581272 0.830612478

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 24631 50426 0.137266703 0.106192417 1.292622466

Barang Lainnya. 95 565 0.000529428 0.001189837 0.444958321

JUMLAH 179439 474855 1 1

Page 127: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

5

Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ)

Kabupaten Kota Tangerang Tahun 2005-2011

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

Makanan, Minuman dan Tembakau 1.061 1.019 1.194 1.145 1.194 1.088 1.117

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 0.896 1.114 0.980 1.003 1.042 0.729 0.961

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0.721 0.543 0.759 0.770 0.662 0.735 0.698

Kertas dan Barang Cetakan 1.047 0.573 0.854 0.876 0.658 0.699 0.784

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 1.353 0.902 0.824 0.837 1.127 1.919 1.160

Semen dan Barang Galian non Logam 0.624 0.542 0.509 0.524 0.546 0.461 0.534

Logam Dasar, Besi, dan Baja 0.675 0.764 0.898 0.805 0.883 0.831 0.809

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 1.441 1.808 1.854 1.749 1.205 1.293 1.558

Barang Lainnya. 0.911 3.866 2.613 2.421 1.063 0.445 1.886

Sumber: BPS Kota Tangerang, (data diolah)

Keterangan: *) Sektor Basis

Page 128: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

6

D. KOMPONEN SHIFT SHARE KOTA TANGERANG

Pertambahan Tenaga Kerja Tahunan (Gj) Kota Tangerang

Tahun Yjt Yjo Gj

2005 - 2006 191345 186215 5130

2006 - 2007 171132 191345 -20213

2007 - 2008 173266 171132 2134

2008 - 2009 182997 173266 9731

2009 - 2010 179439 182997 -3558

Pertambahan Tenaga Kerja (Gj) Sektoral Kota Tangerang

2005 - 2006

Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij

Makanan, Minuman dan Tembakau 14673 11337 3336

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 82747 70083 12664

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9590 10232 -642

Kertas dan Barang Cetakan 6701 8215 -1514

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 25188 42233 -17045

Semen dan Barang Galian non Logam 5773 6414 -641

Logam Dasar, Besi, dan Baja 11989 9657 2332

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 34132 27995 6137

Barang Lainnya. 552 49 503

Jumlah 191345 186215 5130

Page 129: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

7

2006 - 2007

Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij

Makanan, Minuman dan Tembakau 12958 14673 -1715

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 72566 82747 -10181

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9661 9590 71

Kertas dan Barang Cetakan 6306 6701 -395

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22298 25188 -2890

Semen dan Barang Galian non Logam 5220 5773 -553

Logam Dasar, Besi, dan Baja 10762 11989 -1227

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 30855 34132 -3277

Barang Lainnya. 506 552 -46

Jumlah 171132 191345 -20213

2007 - 2008

Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij

Makanan, Minuman dan Tembakau 13310 12958 352

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 73405 72566 839

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9067 9661 -594

Kertas dan Barang Cetakan 6405 6306 99

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22624 22298 326

Semen dan Barang Galian non Logam 5498 5220 278

Logam Dasar, Besi, dan Baja 11012 10762 250

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 31426 30855 571

Barang Lainnya. 519 506 13

Jumlah 173266 171132 2134

Page 130: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

8

2008 - 2009

Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij

Makanan, Minuman dan Tembakau 14294 13310 984

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 78066 73405 4661

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 8160 9067 -907

Kertas dan Barang Cetakan 5950 6405 -455

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 34681 22624 12057

Semen dan Barang Galian non Logam 5423 5498 -75

Logam Dasar, Besi, dan Baja 12478 11012 1466

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 23649 31426 -7777

Barang Lainnya. 296 519 -223

Jumlah 182997 173266 9731

2009 - 2010

Lapangan Usaha Yijt Yijo Gij

Makanan, Minuman dan Tembakau 12693 14294 -1601

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 53997 78066 -24069

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9232 8160 1072

Kertas dan Barang Cetakan 6121 5950 171

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 56704 34681 22023

Semen dan Barang Galian non Logam 4552 5423 -871

Logam Dasar, Besi, dan Baja 11414 12478 -1064

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 24631 23649 982

Barang Lainnya. 95 296 -201

Jumlah 179439 182997 -3558

Page 131: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

10

9

E. KOMPONEN SHARE KOTA TANGERANG Komponen Nasional Share (Nj)

No Tahun Yjo Yt Yo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nj

1 2005 - 2006 186215 505217 470693 1.073347171 199873.3435 13658.34346

2 2006 - 2007 191345 486018 505217 0.961998508 184073.6044 -7271.395569

3 2007 - 2008 171132 484124 486018 0.996103025 170465.1029 -666.8971273

4 2008 - 2009 173266 473705 484124 0.978478654 169537.0825 -3728.917496

5 2009 - 2010 182997 474855 473705 1.002427671 183441.2566 444.2565521

Nasional Share Sektor

2005 - 2006

Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share

Pertanian 11337 1.073347171 12168.53688 831.5368786

Pertambangan, Penggalian 70083 1.073347171 75223.38979 5140.389791

Industri Pengolahan 10232 1.073347171 10982.48825 750.4882546

Listrik, Gas, Air Bersih 8215 1.073347171 8817.54701 602.5470105

Bangunan 42233 1.073347171 45330.67108 3097.671076

Perdagangan, Hotel, Restoran 6414 1.073347171 6884.448755 470.4487553

Pengangkutan, komunikasi 9657 1.073347171 10365.31363 708.3136312

Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 27995 1.073347171 30048.35405 2053.354055

Jasa-jasa lain 49 1.073347171 52.59401138 3.594011383

Jumlah 186215 9.66012454 199873.3435 13658.34346

Page 132: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

0

Tahun 2006 - 2007

Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share

Pertanian 14673 0.961998508 14115.4041 -557.5958984

Pertambangan, Penggalian 82747 0.961998508 79602.49051 -3144.509494

Industri Pengolahan 9590 0.961998508 9225.565688 -364.4343124

Listrik, Gas, Air Bersih 6701 0.961998508 6446.351999 -254.6480008

Bangunan 25188 0.961998508 24230.81841 -957.1815913

Perdagangan, Hotel, Restoran 5773 0.961998508 5553.617384 -219.3826158

Pengangkutan, komunikasi 11989 0.961998508 11533.40011 -455.5998927

Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 34132 0.961998508 32834.93306 -1297.06694

Jasa-jasa lain 552 0.961998508 531.0231762 -20.97682382

Jumlah 191345 8.657986568 184073.6044 -7271.395569

Tahun 2007 - 2008

Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share

Pertanian 12958 0.996103025 12907.503 -50.49700217

Pertambangan, Penggalian 72566 0.996103025 72283.21211 -282.7878885

Industri Pengolahan 9661 0.996103025 9623.351324 -37.64867556

Listrik, Gas, Air Bersih 6306 0.996103025 6281.425676 -24.57432441

Bangunan 22298 0.996103025 22211.10525 -86.89474875

Perdagangan, Hotel, Restoran 5220 0.996103025 5199.65779 -20.34220955

Pengangkutan, komunikasi 10762 0.996103025 10720.06075 -41.93924505

Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 30855 0.996103025 30734.75884 -120.2411639

Jasa-jasa lain 506 0.996103025 504.0281306 -1.971869355

Jumlah 171132 8.964927225 170465.1029 -666.8971273

Page 133: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

1

Tahun 2008 - 2009

Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share

Pertanian 13310 0.978478654 13023.55089 -286.4491122

Pertambangan, Penggalian 73405 0.978478654 71825.22561 -1579.774386

Industri Pengolahan 9067 0.978478654 8871.865958 -195.1340421

Listrik, Gas, Air Bersih 6405 0.978478654 6267.15578 -137.8442197

Bangunan 22624 0.978478654 22137.10107 -486.8989267

Perdagangan, Hotel, Restoran 5498 0.978478654 5379.675641 -118.324359

Pengangkutan, komunikasi 11012 0.978478654 10775.00694 -236.9930596

Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 31426 0.978478654 30749.67019 -676.3298122

Jasa-jasa lain 519 0.978478654 507.8304215 -11.16957846

Jumlah 173266 8.806307888 169537.0825 -3728.917496

Tahun 2009 - 2010

Lapangan Usaha Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Y0) Nasional Share

Pertanian 14294 1.002427671 14328.70113 34.70113256

Pertambangan, Penggalian 78066 1.002427671 78255.51858 189.5185822

Industri Pengolahan 8160 1.002427671 8179.809797 19.80979724

Listrik, Gas, Air Bersih 5950 1.002427671 5964.444644 14.44464382

Bangunan 34681 1.002427671 34765.19407 84.19406593

Perdagangan, Hotel, Restoran 5423 1.002427671 5436.165261 13.16526108

Pengangkutan, komunikasi 12478 1.002427671 12508.29248 30.29248161

Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan 23649 1.002427671 23706.412 57.41199692

Jasa-jasa lain 296 1.002427671 296.7185907 0.718590684

Jumlah 182997 9.021849041 183441.2566 444.2565521

Page 134: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

2

(P+D)j

Tahun Yjt Yt Yo Yjo Yt/Yo Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo

2005 - 2006 191345 505217 470693 186215 1.073347171 199873.3435 -8528.343464

2006 - 2007 171132 486018 505217 191345 0.961998508 184073.6044 -12941.60443

2007 - 2008 173266 484124 486018 171132 0.996103025 170465.1029 2800.897127

2008 - 2009 182997 473705 484124 173266 0.978478654 169537.0825 13459.9175

2009 - 2010 179439 474855 473705 182997 1.002427671 183441.2566 -4002.256552

F. KOMPONEN DIFFERENTIAL SHIFT KOTA TANGERANG

Tahun 2005 - 2006

Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj

Makanan, Minuman dan Tembakau 14673 38020 27021 11337 1.407053773 15951.76862 -1278.768624

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 82747 196156 197658 70083 0.992401016 69550.4404 13196.5596

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9590 46657 35894 10232 1.299855129 13300.11768 -3710.11768

Kertas dan Barang Cetakan 6701 30884 19835 8215 1.557045626 12791.12982 -6090.129821

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 25188 73748 78892 42233 0.934796938 39479.27907 -14291.27907

Semen dan Barang Galian non Logam 5773 28102 25990 6414 1.081262024 6935.214621 -1162.214621

Logam Dasar, Besi, dan Baja 11989 41414 36166 9657 1.145108666 11058.31438 930.6856163

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 34132 49859 49101 27995 1.015437567 28427.1747 5704.825299

Barang Lainnya. 552 377 136 49 2.772058824 135.8308824 416.1691176

Jumlah 191345 505217 470693 186215 12.20501956 197629.2702 -6284.270176

Page 135: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

3

Tahun 2006- 2007

Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj

Makanan, Minuman dan Tembakau 12958 30815 38020 14673 0.810494477 11892.38546 1065.614545

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 72566 210252 196156 82747 1.071861172 88693.29638 -16127.29638

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9661 36141 46657 9590 0.774610455 7428.514264 2232.485736

Kertas dan Barang Cetakan 6306 20979 30884 6701 0.679283772 4551.880553 1754.119447

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22298 76861 73748 25188 1.042211314 26251.21858 -3953.218582

Semen dan Barang Galian non Logam 5220 29137 28102 5773 1.036830119 5985.620276 -765.6202761

Logam Dasar, Besi, dan Baja 10762 34026 41414 11989 0.82160622 9850.236973 911.763027

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 30855 47257 49859 34132 0.947812832 32350.74759 -1495.747588

Barang Lainnya. 506 550 377 552 1.458885942 805.3050398 -299.3050398

Jumlah 171132 486018 505217 191345 8.643596302 187809.2051 -16677.20511

Tahun 2007 - 2008

Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj

Makanan, Minuman dan Tembakau 13310 32494 30815 12958 1.054486451 13664.03544 -354.0354373

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 73405 204420 210252 72566 0.972261857 70553.15393 2851.84607

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9067 32888 36141 9661 0.909991422 8791.427133 275.5728674

Kertas dan Barang Cetakan 6405 20428 20979 6306 0.97373564 6140.376948 264.6230516

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 22624 75532 76861 22298 0.982709046 21912.44631 711.5536878

Semen dan Barang Galian non Logam 5498 29335 29137 5220 1.006795483 5255.472423 242.5275766

Logam Dasar, Besi, dan Baja 11012 38221 34026 10762 1.123288074 12088.82625 -1076.826251

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 31426 50207 47257 30855 1.062424614 32781.11148 -1355.111476

Barang Lainnya. 519 599 550 506 1.089090909 551.08 -32.08

Jumlah 173266 484124 486018 171132 9.174783498 171737.9299 1528.070091

Page 136: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

4

Tahun 2008 - 2009

Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj

Makanan, Minuman dan Tembakau 14294 30999 32494 13310 0.953991506 12697.62695 1596.373053

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 78066 193920 204420 73405 0.948635163 69634.56413 8431.435867

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 8160 31891 32888 9067 0.969684991 8792.133818 -632.1338178

Kertas dan Barang Cetakan 5950 23391 20428 6405 1.145046015 7334.019728 -1384.019728

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 34681 79671 75532 22624 1.054797966 23863.74919 10817.25081

Semen dan Barang Galian non Logam 5423 25712 29335 5498 0.876495654 4818.973104 604.0268962

Logam Dasar, Besi, dan Baja 12478 36600 38221 11012 0.95758876 10544.96743 1933.032574

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 23649 50800 50207 31426 1.011811102 31797.17569 -8148.175693

Barang Lainnya. 296 721 599 519 1.203672788 624.706177 -328.706177

Jumlah 182997 473705 484124 173266 9.121723946 170107.9162 12889.08378

Tahun 2009 - 2010

Lapangan Usaha Yijt Yit Yio Yijo Yit/Yio (Yit/Yio)Yijo Dj

Makanan, Minuman dan Tembakau 12693 30867 30999 14294 0.995741798 14233.13326 -1540.133262

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 53997 195911 193920 78066 1.01026712 78867.51303 -24870.51303

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 9232 33247 31891 8160 1.042519833 8506.961839 725.0381612

Kertas dan Barang Cetakan 6121 23173 23391 5950 0.990680176 5894.547048 226.452952

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 56704 78180 79671 34681 0.981285537 34031.9637 22672.0363

Semen dan Barang Galian non Logam 4552 26121 25712 5423 1.01590697 5509.263496 -957.2634956

Logam Dasar, Besi, dan Baja 11414 36365 36600 12478 0.993579235 12397.88169 -983.881694

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 24631 50426 50800 23649 0.992637795 23474.89122 1156.10878

Barang Lainnya. 95 565 721 296 0.783633842 231.9556172 -136.9556172

Jumlah 179439 474855 473705 182997 8.806252306 183148.1109 -3709.110903

Page 137: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

5

G. KOMPONEN PROPORTIONAL SHIFT KOTA TANGERANG

Tahun 2005 - 2006

Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj

Makanan, Minuman dan Tembakau 38020 27021 505217 470693 11337 1.407053773 1.073347171 0.333706602 3783.231746

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 196156 197658 505217 470693 70083 0.992401016 1.073347171 -0.080946155 -5672.949394

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 46657 35894 505217 470693 10232 1.299855129 1.073347171 0.226507958 2317.629425

Kertas dan Barang Cetakan 30884 19835 505217 470693 8215 1.557045626 1.073347171 0.483698455 3973.582811

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 73748 78892 505217 470693 42233 0.934796938 1.073347171 -0.138550234 -5851.392011

Semen dan Barang Galian non Logam 28102 25990 505217 470693 6414 1.081262024 1.073347171 0.007914853 50.76586566

Logam Dasar, Besi, dan Baja 41414 36166 505217 470693 9657 1.145108666 1.073347171 0.071761495 693.0007525

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 49859 49101 505217 470693 27995 1.015437567 1.073347171 -0.057909604 -1621.179353

Barang Lainnya. 377 136 505217 470693 49 2.772058824 1.073347171 1.698711652 83.23687097

Jumlah 505217 470693 4546953 4236237 186215 12.20501956 9.66012454 2.544895023 -2244.073288

Tahun 2006 - 2007

Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj

Makanan, Minuman dan Tembakau 30815 38020 486018 505217 14673 0.810494477 0.961998508 -0.151504031 -2223.018647

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 210252 196156 486018 505217 82747 1.071861172 0.961998508 0.109862664 9090.80587

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 36141 46657 486018 505217 9590 0.774610455 0.961998508 -0.187388053 -1797.051424

Kertas dan Barang Cetakan 20979 30884 486018 505217 6701 0.679283772 0.961998508 -0.282714736 -1894.471446

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 76861 73748 486018 505217 25188 1.042211314 0.961998508 0.080212807 2020.400173

Semen dan Barang Galian non Logam 29137 28102 486018 505217 5773 1.036830119 0.961998508 0.074831611 432.0028919

Logam Dasar, Besi, dan Baja 34026 41414 486018 505217 11989 0.82160622 0.961998508 -0.140392287 -1683.163134

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 47257 49859 486018 505217 34132 0.947812832 0.961998508 -0.014185675 -484.1854722

Barang Lainnya. 550 377 486018 505217 552 1.458885942 0.961998508 0.496887434 274.2818636

Jumlah 486018 505217 4374162 4546953 191345 8.643596302 8.657986568 -0.014390266 3735.600676

Page 138: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

6

Tahun 2007 - 2008

Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo

(Yit/Yio) -

(Yt/Yo) Pj

Makanan, Minuman dan Tembakau 32494 30815 484124 486018 12958 1.054486451 0.996103025 0.058383426 756.5324395

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 204420 210252 484124 486018 72566 0.972261857 0.996103025 -0.023841168 -1730.058182

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 32888 36141 484124 486018 9661 0.909991422 0.996103025 -0.086111603 -831.9241918

Kertas dan Barang Cetakan 20428 20979 484124 486018 6306 0.97373564 0.996103025 -0.022367385 -141.0487272

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 75532 76861 484124 486018 22298 0.982709046 0.996103025 -0.013393979 -298.6589391

Semen dan Barang Galian non Logam 29335 29137 484124 486018 5220 1.006795483 0.996103025 0.010692458 55.81463293

Logam Dasar, Besi, dan Baja 38221 34026 484124 486018 10762 1.123288074 0.996103025 0.127185049 1368.765496

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 50207 47257 484124 486018 30855 1.062424614 0.996103025 0.066321589 2046.352639

Barang Lainnya. 599 550 484124 486018 506 1.089090909 0.996103025 0.092987884 47.05186935

Jumlah 484124 486018 4357116 4374162 171132 9.174783498 8.964927225 0.209856273 1272.827037

Tahun 2008 - 2009

Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo

(Yit/Yio) -

(Yt/Yo) Pj

Makanan, Minuman dan Tembakau 30999 32494 473705 484124 13310 0.953991506 0.978478654 -0.024487148 -325.9239413

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 193920 204420 473705 484124 73405 0.948635163 0.978478654 -0.029843491 -2190.661481

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 31891 32888 473705 484124 9067 0.969684991 0.978478654 -0.008793663 -79.73214009

Kertas dan Barang Cetakan 23391 20428 473705 484124 6405 1.145046015 0.978478654 0.166567361 1066.863947

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 79671 75532 473705 484124 22624 1.054797966 0.978478654 0.076319312 1726.648119

Semen dan Barang Galian non Logam 25712 29335 473705 484124 5498 0.876495654 0.978478654 -0.101983001 -560.7025372

Logam Dasar, Besi, dan Baja 36600 38221 473705 484124 11012 0.95758876 0.978478654 -0.020889894 -230.0395141

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 50800 50207 473705 484124 31426 1.011811102 0.978478654 0.033332448 1047.505505

Barang Lainnya. 721 599 473705 484124 519 1.203672788 0.978478654 0.225194134 116.8757554

Jumlah 473705 484124 4263345 4357116 173266 9.121723946 8.806307888 0.315416058 570.8337132

Page 139: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

7

Tahun 2009 - 2010

Lapangan Usaha Yit Yio Yt Yo Yijo Yit/Yio Yt/Yo (Yit/Yio) - (Yt/Yo) Pj

Makanan, Minuman dan Tembakau 30867 30999 474855 473705 14294 0.995741798 1.002427671 -0.006685873 -95.5678702

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 195911 193920 474855 473705 78066 1.01026712 1.002427671 0.007839449 611.9944438

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 33247 31891 474855 473705 8160 1.042519833 1.002427671 0.040092162 327.1520415

Kertas dan Barang Cetakan 23173 23391 474855 473705 5950 0.990680176 1.002427671 -0.011747495 -69.89759581

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 78180 79671 474855 473705 34681 0.981285537 1.002427671 -0.021142134 -733.2303652

Semen dan Barang Galian non Logam 26121 25712 474855 473705 5423 1.01590697 1.002427671 0.013479298 73.09823456

Logam Dasar, Besi, dan Baja 36365 36600 474855 473705 12478 0.993579235 1.002427671 -0.008848436 -110.4107876

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 50426 50800 474855 473705 23649 0.992637795 1.002427671 -0.009789876 -231.5207764

Barang Lainnya. 565 721 474855 473705 296 0.783633842 1.002427671 -0.218793829 -64.76297349

Jumlah 474855 473705 4273695 4263345 182997 8.806252306 9.021849041 -0.215596735 -293.1456489

Page 140: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

8

H. RATA-RATA KOMPONEN SHIFT SHARE

RATA-RATA Gj

Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata

Makanan, Minuman dan Tembakau 3336 -1715 352 984 -1601 271.2

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 12664 -10181 839 4661 -24069 -3217.2

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -642 71 -594 -907 1072 -200

Kertas dan Barang Cetakan -1514 -395 99 -455 171 -418.8

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet -17045 -2890 326 12057 22023 2894.2

Semen dan Barang Galian non Logam -641 -553 278 -75 -871 -372.4

Logam Dasar, Besi, dan Baja 2332 -1227 250 1466 -1064 351.4

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 6137 -3277 571 -7777 982 -672.8

Barang Lainnya. 503 -46 13 -223 -201 9.2

Jumlah 5130 -20213 2134 9731 -3558 -1355.2

Rata-rata Nj

Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata

Makanan, Minuman dan Tembakau 831.5368786 -557.5958984 -50.49700217 -286.4491122 34.70113256 -5.660800322

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 5140.389791 -3144.509494 -282.7878885 -1579.774386 189.5185822 64.56732094

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 750.4882546 -364.4343124 -37.64867556 -195.1340421 19.80979724 34.61620435

Kertas dan Barang Cetakan 602.5470105 -254.6480008 -24.57432441 -137.8442197 14.44464382 39.98502189

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 3097.671076 -957.1815913 -86.89474875 -486.8989267 84.19406593 330.1779751

Semen dan Barang Galian non Logam 470.4487553 -219.3826158 -20.34220955 -118.324359 13.16526108 25.11296641

Logam Dasar, Besi, dan Baja 708.3136312 -455.5998927 -41.93924505 -236.9930596 30.29248161 0.814783078

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 2053.354055 -1297.06694 -120.2411639 -676.3298122 57.41199692 3.425627163

Barang Lainnya. 3.594011383 -20.97682382 -1.971869355 -11.16957846 0.718590684 -5.961133913

Jumlah 13658.34346 -7271.395569 -666.8971273 -3728.917496 444.2565521 487.0779647

Page 141: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

11

9

Rata-rata Dj

Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata

Makanan, Minuman dan Tembakau -1278.769 1065.615 -354.035 1596.373 -1540.133 -102.1899451

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau 13196.560 -16127.296 2851.846 8431.436 -24870.513 -3303.593572

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -3710.118 2232.486 275.573 -632.134 725.038 -221.8309465

Kertas dan Barang Cetakan -6090.130 1754.119 264.623 -1384.020 226.453 -1045.79082

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet -14291.279 -3953.219 711.554 10817.251 22672.036 3191.268629

Semen dan Barang Galian non Logam -1162.215 -765.620 242.528 604.027 -957.263 -407.708784

Logam Dasar, Besi, dan Baja 930.686 911.763 -1076.826 1933.033 -983.882 342.9546545

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 5704.825 -1495.748 -1355.111 -8148.176 1156.109 -827.6201356

Barang Lainnya. 416.169 -299.305 -32.080 -328.706 -136.956 -76.17554326

Jumlah -6284.270 -16677.205 1528.070 12889.084 -3709.111 -2450.686

Rata-rata Pj

Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata

Makanan, Minuman dan Tembakau 3783.232 -2223.019 756.532 -325.924 -95.568 379.0507454

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau -5672.949 9090.806 -1730.058 -2190.661 611.994 21.82625139

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 2317.629 -1797.051 -831.924 -79.732 327.152 -12.78525781

Kertas dan Barang Cetakan 3973.583 -1894.471 -141.049 1066.864 -69.898 587.0057978

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet -5851.392 2020.400 -298.659 1726.648 -733.230 -627.2466046

Semen dan Barang Galian non Logam 50.766 432.003 55.815 -560.703 73.098 10.19581759

Logam Dasar, Besi, dan Baja 693.001 -1683.163 1368.765 -230.040 -110.411 7.630562416

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan -1621.179 -484.185 2046.353 1047.506 -231.521 151.3945084

Barang Lainnya. 83.237 274.282 47.052 116.876 -64.763 91.33667717

Jumlah -2244.073 3735.601 1272.827 570.834 -293.146 608.4084978

Page 142: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

12

0

I. CHECKING PERHITUNGAN SHIFT SHARE

Lapangan Usaha Gj Nj Pj Dj Nj+Pj+Dj

Makanan, Minuman dan Tembakau 271.2 -5.660800322 379.0507454 -102.1899451 271.2

Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau -3217.2 64.56732094 21.82625139 -3303.593572 -3217.2

Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -200 34.61620435 -12.78525781 -221.8309465 -200

Kertas dan Barang Cetakan -418.8 39.98502189 587.0057978 -1045.79082 -418.8

Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 2894.2 330.1779751 -627.2466046 3191.268629 2894.2

Semen dan Barang Galian non Logam -372.4 25.11296641 10.19581759 -407.708784 -372.4

Logam Dasar, Besi, dan Baja 351.4 0.814783078 7.630562416 342.9546545 351.4

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan -672.8 3.425627163 151.3945084 -827.6201356 -672.8

Barang Lainnya. 9.2 -5.961133913 91.33667717 -76.17554326 9.2

Jumlah -1355.2 487.0779647 608.4084978 -2450.686462 -1355.2

Page 143: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

121

BAGIAN A : INDUSTRI DAUR ULANG PLASTIK

1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness)

Faktor-faktor

Strategis Internal

Bobot

0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1

Harga yang

terjangkau bagi

konsumen

Memiliki

keunggulan produk

berupa kualitas

yang baik, motif

produk dan tahan

lama.

Ketersediaan SDM

dalam mengerjakan

produk.

Memiliki pangsa

pasar sendiri untuk

produk daur ulang.

Modal untuk

produksi barang

daur ulang

terjangkau.

Ketersediaan bahan

baku berupa

sampah dan plastik.

Kurang

memadainya gerai-

Page 144: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

122

gerai untuk

memasang hasil

produk daur ulang

di Kota Tangerang,

Bila dibandingkan

dengan merek

terkenal, produk

daur ulang jauh

berbeda.

Jumlah 1.00

Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)

2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths)

Faktor-faktor

Strategis Internal

Bobot

0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1

Adanya dukungan

pemerintah daerah

untuk

meningkatkan

kegiatan produksi

produk dari daur

ulang sampah dan

plastik.

Page 145: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

123

Produksi daur

ulang ini

memberikan

kesempatan untuk

meningkatkan

potensi ekonomi

masyarakat

Produksi daur

ulang dapat

mengurangi

sampah di Kota.

Produksi daur

ulang mengajak

masyarakat peduli

dengan

lingkungan.

Adanya

ketertarikan luar

negeri dan daerah

untuk

memproduksi

barang daur ulang.

Page 146: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

124

Persaingan yang

berasal dari

produk-produk

sejenis yang

bermerek jika

produk yang

dihasilkan tidak

memiliki kualitas.

Kompetitor yang

berasal dari luar

daerah yang

menghasilkan

produk sejenis.

Jumlah 1.00

Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)

Page 147: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

125

3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity)

Faktor-faktor Strategis Rating

1 2 3 4

Harga yang terjangkau bagi konsumen

Memiliki keunggulan produk berupa kualitas yang baik, motif produk dan tahan

lama.

Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk.

Memiliki pangsa pasar sendiri untuk produk daur ulang.

Modal untuk produksi barang daur ulang terjangkau.

Ketersediaan bahan baku berupa sampah dan plastik.

Adanya dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan kegiatan produksi

produk dari daur ulang sampah dan plastik.

Produksi daur ulang ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan potensi

ekonomi masyarakat

Produksi daur ulang dapat mengurangi sampah di Kota.

Produksi daur ulang mengajak masyarakat peduli dengan lingkungan.

Adanya ketertarikan luar negeri dan daerah untuk memproduksi barang daur ulang.

4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths)

Faktor-faktor Strategis Rating

1 2 3 4

Kurang memadainya gerai-gerai untuk memasang hasil produk daur ulang di Kota

Tangerang,

Bila dibandingkan dengan merek terkenal, produk daur ulang jauh berbeda.

Persaingan yang berasal dari produk-produk sejenis yang bermerek jika produk

yang dihasilkan tidak memiliki kualitas.

Kompetitor yang berasal dari luar daerah yang menghasilkan produk sejenis.

Keterangan :

1 (kecil)

2 (hampir kecil)

3 (besar)

4 (sangat besar)

Keterangan :

1 (sangat besar)

2 (besar)

3 (hamper kecil)

4 (kecil)

Page 148: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

126

BAGIAN B : INDUSTRI KIMIA

1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness)

Faktor-faktor

Strategis

Internal

Bobot

0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1

Produk memiliki

karakteristik,

inovasi dan

kualitas yang

berbeda dengan

produk lain.

Ketersediaan

bahan baku dan

teknologi.

Hubungan yang

baik dengan

pihak konsumen

sebagai sarana

pemasaran

Manajemen

keuangan dan

arus produksi

sangat

diperhitungkan

Dekat dengan

akses keluar

masuk tol.

Gaji dan

pendidikan

karyawan masih

minim.

Page 149: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

127

Tidak adanya

dukungan dari

pemerintah

daerah dalam

pengembangan

industri.

Letak industri

yang jauh dari

pusat kota.

Kurangtersedian

ya transportasi

dan lahan dalam

industri

Modal yang

tinggi dalam

pengembangan

industri ini.

Jumlah 1.00

Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)

Page 150: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

128

2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths)

Faktor-faktor

Strategis

Eksternal

Bobot

0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1

Produk yang

dihasilkan beda

dibandingkan

dengan industri

cat yang sudah

besar dan

memiliki

keunggulan.

Produk yang

dibuat memiliki

harga yang

terjangkau dan

inovatif.

Konsumen yang

banyak dan

memiliki

permintaan yang

tinggi.

Pengelolaan

keuangan yang

tertata

memberikan

gambaran

perusahaan terus

memperoleh

keuntungan.

Skala produksi

yang terus

Page 151: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

129

meningkat.

Tidak

mempermasalah

kan persaingan

dengan industri

lain.

Pungutan liar

yang berasal dari

oknum

pemerintah

dalam

pengurusan

legalitas

Perputaran uang

akan bermasalah

bila pemasukan

dari konsumen

dan supplier

tidak berjalan.

Kehilangan

kepercayaan

supplier dan

konsumen bila

perusahaan

melakukan

kesalahan.

Jumlah 1.00

Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)

Page 152: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

130

3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity)

Faktor-faktor Strategis Rating

1 2 3 4

Produk memiliki karakteristik, inovasi dan kualitas yang berbeda dengan produk lain.

Ketersediaan bahan baku dan teknologi.

Hubungan yang baik dengan pihak konsumen sebagai sarana pemasaran

Manajemen keuangan dan arus produksi sangat diperhitungkan

Dekat dengan akses keluar masuk tol.

Produk yang dihasilkan beda dibandingkan dengan industri cat yang sudah besar dan

memiliki keunggulan.

Produk yang dibuat memiliki harga yang terjangkau dan inovatif.

Konsumen yang banyak dan memiliki permintaan yang tinggi.

Pengelolaan keuangan yang tertata memberikan gambaran perusahaan terus memperoleh

keuntungan.

Skala produksi yang terus meningkat.

4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths)

Faktor-faktor Strategis Rating

1 2 3 4

Gaji dan pendidikan karyawan masih minim.

Tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam pengembangan industri.

Letak industri yang jauh dari pusat kota.

Kurangtersedianya transportasi dan lahan dalam industri

Modal yang tinggi dalam pengembangan industri ini.

Tidak mempermasalahkan persaingan dengan industri lain.

Pungutan liar yang berasal dari oknum pemerintah dalam pengurusan legalitas

Perputaran uang akan bermasalah bila pemasukan dari konsumen dan supplier tidak

berjalan.

Kehilangan kepercayaan supplier dan konsumen bila perusahaan melakukan kesalahan.

Keterangan :

1 (kecil)

2 (hampir kecil)

3 (besar)

4 (sangat besar)

Keterangan :

1 (sangat besar)

2 (besar)

3 (hamper kecil)

4 (kecil)

Page 153: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

131

BAGIAN C : INDUSTRI ROTI

1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness)

Faktor-faktor

Strategis

Internal

Bobot

0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1

Produknya

memiliki

keunggulan dari

rasa, bebas dari

bahan pengawet,

tahan lama,

bebas jamur dan

harga bersaing.

Teknologi sudah

banyak

digunakan dalam

proses produksi.

Memiliki

konsumen yang

setia terhadap

produk ini.

Ketersediaan

bahan baku

dalam proses

produksi

Resep buatan

produk sudah

teruji.

SDM tidak

memiliki

pendidikan

tinggi hanya

Page 154: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

132

sampai jenjang

SMP.

Pengelolaan

industri masih

bersifat keluarga.

Gaji/upah masih

bersifat upah

harian dan

tergantung

penjualan yang

habis.

Komunikasi

yang sulit untuk

konsumen

melakukan

permintaan

besar.

Kegiatan

pemasaran hanya

lewat konsumen

setia dan

gerobak-gerobak

yang digunakan

berjualan.

Jumlah 1.00

Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)

Page 155: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

133

2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths)

Faktor-faktor

Strategis

Eksternal

Bobot

0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1

Adanya

dukungan dari

pemerintah

berupa

pemberian

pelatihan kepada

tenaga kerja

untuk membuat

produk yang

inovatif.

Konsumen yang

paling besar

berasal dari

kalangan

pemerintahan

dan sekolah.

Memiliki

beberapa varian

yang disukai

oleh konsumen.

Produk yang

dihasilkan dekat

dengan

masyarakat dan

pusat industri

pun dekat pula

dengan

masyarakat.

Page 156: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

134

Permintaan yang

banyak

memberikan

peluang

menciptakan

penawaran itu

sendiri.

Persaingan

dalam industri

produk ini sangat

maju dan pesat.

Kurangnya

inovasi dan

kreatifitas dalam

menghasilkan

produk.

Pengelolaan

yang bebas dari

sifat keluarga

sehingga

perusahaan pun

akan maju

dengan pesat.

Banyaknya

tenaga kerja

yang keluar

akibat banyak

industri produk

yang serupa.

Jumlah 1.00

Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)

Page 157: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

135

3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity)

Faktor-faktor Strategis Rating

1 2 3 4

Produknya memiliki keunggulan dari rasa, bebas dari bahan pengawet, tahan lama, bebas

jamur dan harga bersaing.

Teknologi sudah banyak digunakan dalam proses produksi.

Memiliki konsumen yang setia terhadap produk ini.

Ketersediaan bahan baku dalam proses produksi.

Resep buatan produk sudah teruji.

Adanya dukungan dari pemerintah berupa pemberian pelatihan kepada tenaga kerja untuk

membuat produk yang inovatif.

Konsumen yang paling besar berasal dari kalangan pemerintahan dan sekolah.

Memiliki beberapa varian yang disukai oleh konsumen.

Produk yang dihasilkan dekat dengan masyarakat dan pusat industri pun dekat pula dengan

masyarakat.

Permintaan yang banyak memberikan peluang menciptakan penawaran itu sendiri.

4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths)

Faktor-faktor Strategis Rating

1 2 3 4

SDM tidak memiliki pendidikan tinggi hanya sampai jenjang SMP.

Pengelolaan industri masih bersifat keluarga.

Gaji/upah masih bersifat upah harian dan tergantung penjualan yang habis.

Komunikasi yang sulit untuk konsumen melakukan permintaan besar.

Kegiatan pemasaran hanya lewat konsumen setia dan gerobak-gerobak yang digunakan

berjualan.

Persaingan dalam industri produk ini sangat maju dan pesat.

Kurangnya inovasi dan kreatifitas dalam menghasilkan produk.

Pengelolaan yang bebas dari sifat keluarga sehingga perusahaan pun akan maju dengan

pesat.

Banyaknya tenaga kerja yang keluar akibat banyak industri produk yang serupa.

Keterangan :

1 (kecil)

2 (hampir kecil)

3 (besar)

4 (sangat besar)

Keterangan :

1 (sangat besar)

2 (besar)

3 (hamper kecil)

4 (kecil)

Page 158: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

136

BAGIAN D : INDUSTRI PERALATAN

1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan (Strenght dan Weakness)

Faktor-faktor

Strategis

Internal

Bobot

0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1

Produk yang

inovatif

dihasilkan dari

perusahaan.

Harga yang

terjangkau bagi

konsumen

Produk yang

dihasilkan

memiliki kualitas

yang baik dan

tahan lama.

Ketersediaan

SDM dalam

mengerjakan

produk.

Terjalinnya

hubungan baik

dengan para

konsumen

sehingga

kegiatan

pemasaran

produk pun dapat

dilakukan.

Page 159: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

137

Manajemen

perusahaan yang

tidak berjalan

dengan sehat.

Pendidikan SDM

yang kurang

memadai.

Proses

perekrutan SDM

masih bersifat

kekeluargaan.

Belum adanya

dukungan dari

pemerintah

karena adanya

kekurangan dari

internal industri.

Gaji tidak

berdasarkan

UMR tetapi

berdasarkan lama

kerja dan tingkat

kesulitan

pekerjaan dan

loyalitas. Serta

upah masih

bersifat

borongan.

Jumlah 1.00

Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)

Page 160: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

138

2. Faktor Peluang dan Hambatan (Opportunity dan Threaths)

Faktor-faktor Strategis Eksternal

Bobot

0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 1

Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri.

Pengelolaan dan pemanfaatan limbah dari sisa-sisa produksi

Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis.

Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan harga jual produk.

Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih melakukan proses yang tidak sehat.

Jumlah 1.00

Keterangan : 0.05 (Penting) – 1.00 ( sangat penting)

Page 161: ANALISIS POTENSI EKONOMI SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN …

139

3. Faktor Kekuatan dan Peluang (Strenght dan Opportunity)

Faktor-faktor Strategis Rating

1 2 3 4

Produk yang inovatif dihasilkan dari perusahaan.

Harga yang terjangkau bagi konsumen

Produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan tahan lama.

Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk.

Terjalinnya hubungan baik dengan para konsumen sehingga kegiatan pemasaran produk pun

dapat dilakukan.

Pengelolaan yang baik dan transparan memberikan perubahan bagi perkembangan industri.

Pengelolaan limbah yang sudah baik.

Pemanfaatan limbah kembali oleh perusahaan sehingga tidak mencemari lingkungan

masyarakat.

4. Faktor Kelemahan dan Hambatan (Weakness dan Threaths)

Faktor-faktor Strategis Rating

1 2 3 4

Manajemen perusahaan yang tidak berjalan dengan sehat.

Pendidikan SDM yang kurang memadai.

Proses perekrutan SDM masih bersifat kekeluargaan.

Belum adanya dukungan dari pemerintah karena adanya kekurangan dari internal industri.

Gaji tidak berdasarkan UMR tetapi berdasarkan lama kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan dan

loyalitas. Serta upah masih bersifat borongan.

Persaingan yang berasal dari perusahaan yang sejenis.

Kenaikan harga bahan produksi sehingga akan menaikkan harga jual produk.

Industri akan tidak berjalan dengan baik bila masih melakukan proses yang tidak sehat.

Keterangan :

1 (kecil)

2 (hampir kecil)

3 (besar)

4 (sangat besar)

Keterangan :

1 (sangat besar)

2 (besar)

3 (hamper kecil)

4 (kecil)