80
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energy trigger yang luar biasa, yang membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya. Di samping berbagai dampak yang dinilai positif, hampir semua penelitian juga menunjukkan adanya berbagai dampak yang tidak diharapkan, seperti semakin buruknya kesenjangan pendapatan antara kelompok masyarakat, memburuknya ketimpangan ekonomi, dan lain-lain. Dampak negatif tersebut disebabkan karena pengembangan pariwisata yang hanya dilakukan dengan pendekatan ekonomi dan pariwisata dipersepsikan sebagai instrumen untuk meningkatkan pendapatan, terutama oleh bidang usaha swasta maupun pemerintah. Sementara itu banyak pakar yang menyadari bahwa pariwisata, meskipun membutuhkan lingkungan yang baik, namun bilamana dalam pengembangannya tidak memperhatikan daya dukung lingkungan dan kapasitas lingkungan dalam menampung atau

Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

desa Gondowangi sebagai salah satu desa wisata yang memiliki tradisi khas berupa kesenian Wayang Krucil yang mampu dijual sebagai potensi wisata

Citation preview

Page 1: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung

menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa

berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan

pariwisata dikatakan mempunyai energy trigger yang luar

biasa, yang membuat masyarakat setempat mengalami

metamorphose dalam berbagai aspeknya. Di samping berbagai

dampak yang dinilai positif, hampir semua penelitian juga

menunjukkan adanya berbagai dampak yang tidak diharapkan,

seperti semakin buruknya kesenjangan pendapatan antara

kelompok masyarakat, memburuknya ketimpangan ekonomi,

dan lain-lain.

Dampak negatif tersebut disebabkan karena

pengembangan pariwisata yang hanya dilakukan dengan

pendekatan ekonomi dan pariwisata dipersepsikan sebagai

instrumen untuk meningkatkan pendapatan, terutama oleh

bidang usaha swasta maupun pemerintah. Sementara itu

banyak pakar yang menyadari bahwa pariwisata, meskipun

membutuhkan lingkungan yang baik, namun bilamana dalam

pengembangannya tidak memperhatikan daya dukung

lingkungan dan kapasitas lingkungan dalam menampung atau

Page 2: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

2 mentoleransi jumlah wisatawan akan menimbulkan dampak

negatif.

Tingginya wisatawan yang berkarakter Nature Based,

pada satu sisi sangat positif dan bermanfaat, akan tetapi pada

sisi lain terlihat belum adanya pendalaman terhadap fungsi

lingkungan atau masih banyak masyarakat yang belum sadar

akan pentingnya “Nature Related Tourism”. Salah satu faktor

terpenting untuk menangani hal tersebut yaitu dengan cara

merubah perilaku pengunjung dari sekedar mengetahui

menuju kepada suatu pemahaman keterkaitan alur dengan

kehidupan manusia, dan pendalaman terhadap sumber daya

alam hayati atau ekosistemnya menjadi satu prioritas utama

dibandingkan dengan hanya memikirkan luas kawasan atau

keindahan kawasan saja.

Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan

pariwisata merambah dalam berbagai terminologi seperti,

sustainable tourism development, village tourism, ecotourism,

merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang

berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di

daerah tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan

pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata untuk

pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang

pariwisata. Ramuan utama desa wisata diwujudkan dalam

gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya. Keaslian juga

dipengaruhi keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah

Page 3: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

3 pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya, kegiatan

pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan

budaya, serta pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah.

Dengan demikian, pemodelan desa wisata harus terus dan

secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas daerah.

Hal penting lainnya dalam upaya pengembangan desa

wisata yang berkelanjutan yaitu dengan melibatkan atau

partisipasi masyarakat sekitar objek wisata, pengembangan

mutu produk wisata pedesaan, pembinaan kelompok

pengusaha setepat. Keaslian akan memberikan manfaat

bersaing bagi produk wisata pedesaan. Unsur-unsur keaslian

produk wisata yang utama adalah kualitas asli, keorisinalan,

keunikan, ciri khas daerah dan kebanggaan daerah diwujudkan

dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya secara

khusus berkaitan dengan prilaku, integritas, keramahan dan

kesungguhan penduduk yang tinggal dan berkembang menjadi

milik masyarakat desa tersebut.

Oleh sebab itu, pemodelan desa wisata bagi

pembangunan pedesaan yang berkelanjutan harus terus secara

kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas yang baru bagi

desa untuk memenuhi tujuan pemecahan masalah yang

berkaitan dengan krisis ekonomi daerah pedesaan, semakin

bertambah akibat adanya berbagai kekuatan yang rumit, yang

menyebabkan baik berkurangnya kesempatan kerja maupun

peningkatan kekayaan masyarakat desa, salah satu jalan keluar

Page 4: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

4 yang dapat mengatasi krisis tersebut adalah melalui

pembangunan industri desa wisata skala kecil, sehingga

mampu bersaing dan unggul dalam pembangunan daerah

pedesaan, dan dalam penciptaan lapangan kerja baru serta

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai

salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan

dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan

serta memiliki prinsipprinsip pengelolaan antara lain, ialah:

a. memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat,

b. menguntungkan masyarakat setempat,

c. berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan

timbal balik dengan masyarakat setempat,

d. melibatkan masyarakat setempat,

e. menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan

beberapa kriteria yang mendasarinya seperti antara lain:

1) Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki

masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran

serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke

sumber fisik merupakan batu loncatan untuk

berkembangnya desa wisata.

2) Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor

pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya.

3) Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif

dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk

Page 5: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

5

pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan

dan penduduk setempat memperoleh pembagian

pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.

4) Mendorong perkembangan kewirausahaan

masyarakat setempat. Sedangkan dalam prinsip

perencanaan yang perlu dimasukkan dalam

“prelemenay, planning” yaitu,

a) meskipun berada di wilayah pariwisata tak

semua tempat dan zona lingkungan harus

menjadi daya tarik wisata dan

b) potensi desa wisata tergantung juga kepada

kemauan masyarakat setempat untuk bertindak

kreatif, inovatif, dan kooperatif. Tidak semua

kegiatan pariwisata yang dilaksanakan di desa

adalah benar-benar bersifat desa wisata, oleh

karena itu agar dapat menjadi pusat perhatian

pengunjung, desa tersebut pada hakikatnya

harus memiliki hal yang penting, antara lain:

Keunikan, keaslian, sifat khas

Letaknya berdekatan dengan daerah alam

yang luar biasa

Berkaitan dengan kelompok atau

masyarakat berbudaya yang secara hakiki

menarik minat pengunjung

Page 6: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

6

Memiliki peluang untuk berkembang baik

dari sisi prasarana dasar, maupun sarana

lainnya.

Perencanaan pariwisata di desa bukanlah tugas yang

mudah terutama dalam keadaan yang mempunyai lingkungan

alam dan budaya yang peka. Pengembangan sektor pariwisata

yang dilakukan dengan baik akan mampu menarik pengunjung

untuk datang dalam kegiatan berwisatanya. Peningkatan

pengunjung ini tentu sangat bergantung pada keadaan atau

daya tarik objek wisata tersebut.

Keberagaman objek wisata di Kabupaten Malang,

mulai dari wisata alam, budaya dan kesenian serta objek

wisata buatan seperti taman wisata sebenarnya dapat dijadikan

salah satu penopang perekonomian negara dan juga dapat

banyak menyerap tenaga kerja sehingga sumber daya manusia

dan sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara optimal.

Hingga saat ini industri pariwisata di Kabupaten Malang

belum berjalan optimal, padahal aspek ini sangat berpengaruh

terhadap peningkatan pendapatan masyarakat terutama

pendapatan warga sekitar dan pendapatan asli daerah tempat

wisata tersebut.

Desa Gondowangi merupakan salah satu desa di

Kecamatan Wagir Kabupaten Malang yang memiliki potensi

wisata. Penulis berhasil menganalisis potensi wisata di Desa

Gondowangi ini yaitu berupa potensi wisata budaya. Wisata

Page 7: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

7 budaya yang dimaksud adalah budaya wayang krucil yang

masih terjaga kelestariannya. Keberadaan wayang krucil ini

menjadi daya tarik tersendiri di Desa Gondowangi, khususnya

daya tarik wisata untuk kalangan masyarakat yang peduli akan

seni dan kebudayaan.

Berdasarkan fenomena pentingnya sektor wisata dan

potensi Desa Gondowangi yang mampu di kembangkan

sebagai suatu daya tarik wisata, maka di buatlah buku ini

dengan judul: “Analisis Potensi Wisata Budaya di Desa

Gondowangi Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang”.

1.2 Dasar Hukum

Peraturan perundang-undangan yang dipakai di Desa

Gondowangi dalam hal ini adalah sebagai berikut: Penyusunan

RPJMD Desa Gondowangi mengacu pada peraturan

perundang – undangan yang berlaku yaitu: a) Landasan idiil

pancasila, b) landasan kontutisional UUD’45, serta c) landasan

operasional sebagai berikut:

a. Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan

negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

b. Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang

Perbendaharaan negara (Lembaran Negara Republik

Page 8: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

8

Indonesia Tahun 2004 nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

c. Undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang

Pembentukan peraturan prundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 53,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4389);

d. Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang

pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4400);

e. Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

f. Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12

tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

Page 9: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

9 g. Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 nomor 140, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

i. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 nomor 96, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4663);

j. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

k. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 nomor

19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4815);

Page 10: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

10 l. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 nomor

21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4817);

m. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menenngah Nasional Tahun 2010 –

2014;

n. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

o. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Previnsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014;

p. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun

2007 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Malang

Dalam Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan

(Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2007 Nomor

2/E)

q. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun

2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

(RPJMD) Daerah Kabupaten Malang Tahun 2005 – 2025

Page 11: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

11

(Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2008 Nomor

3/E)

r. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun

2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Malang (RPJMD) Daerah Kabupaten Malang Tahun 2005

– 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010

Nomor 2/E)

s. Undang – undang RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

t. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 20214 tentang

Pelaksanaan Undang – undang Desa;

u. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2015

tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dalam buku ini adalah sebagai berikut:

a. mengetahui kondisi sosial masyarakat desa Gondowangi

khususnya dalam permasalahan sosial berupa kemiskinan

dan pengangguran.

b. mengetahui pembangunan wisata desa Gondowangi.

c. mengetahui pengaruh permasalahan sosial masyarakat

berupa kemiskinan dan pengangguran terhadap proses

pembangunan wisata di desa Gondowangi.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka manfaat buku ini yaitu:

a. Peningkatan Sumber Daya Manusia yang produktif dan

berdaya saing.

Page 12: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

12 b. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berbasis desa

wisata dan pemberdayaan masyarakat pedesaan, melalui

indikator penurunan angka kemiskinan dan pengangguran.

Page 13: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

13

BAB II

GAMBARAN UMUM

Desa Gondowangi merupakan salah satu desa yang

berada di kecamatan wagir kabupaten Malang. Desa

Gondowangi terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan

dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Posisi desa Gondowangi ini

terletak di sebelah Selatan Kota Malang dan berbatasan

dengan desa desa tetangga seperti desa Sidorahayu di sebelah

Utara, desa Parangargo di sebelah Timur, desa

Mandalanwangi di sebelah Selatan, desa Pandanrejo dan

Sumbersuko di sebelah Barat. Jarak tempuh Desa Gondowangi

ke ibu kota kecamatan adalah 1 km, yang dapat ditempuh

dengan waktu sekitar 4 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu

kota kabupaten adalah 10 km, yang dapat ditempuh dengan

waktu sekitar 30 menit. Desa Gondowangi merupakan dataran

sedang dengan ketinggian sekitar 450mdpl dengan curah hujan

rata rata 2.400mm/th (data BPS Kab. Malang 2004).

2.1 Visi Misi Desa Gondowangi

Pemerintah desa Gondowangi ingin mewujudkan

suatu cita cita yang tentu akan mensejahterakan masyarakat

desa nya. Cita cita tersebut dilandasi oleh kondisi sosial

ekonoi masyarakat yang masuk ke dalam kategori miskin,

padahal desa Gondowangi memiliki sumberdaya yang

Page 14: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

14 memadai untuk mengentaskan kemiskinan desa. Fenomena

seperti ini muncul karena pemanfaatan sumberdaya yang

masih belum optimal. Cita cita pemerintah desa Gondowangi

adalah mengentaskan kemiskinan tersebut dan

mensejahterakan masyarakat desa nya. Cita cita tersebut di di

wujudkan dalam visi pemerintah desa yaitu MEWUJUDKAN

DESA GONDOWANGI MENJADI DESA SUB-URBAN

YANG “GUYUB RUKUN DADI SIJI” DAN MANDIRI

DALAM BERBAGAI BIDANG.

Kalimat dan kata dalam visi desa Gondowangi

memiliki makna tersirat di dalamnya. Kalimat Terwujudnya

”Guyub Rukun Dadi Siji” mengandung makna peran

pemerintah dalam mewujudkan Desa Gondowangi yang

mandiri secara ekonomi, tidak mudah terpengaruh (berdaya

saing), dan menjaga keharmonisan kehidupan sosial dalam

seluruh umat manusia. Kata Mandiri mengandung makna

bahwa desa mencapai kondisi kehidupan yang kreatif, inovatif,

produktif dan partisipatif sehingga mampu memenuhi

kebutuhannya sendiri. Kata Pertanian mengandung makna

bahwa sektor pangan adalah hal utama dalam perekonomian,

sehingga tidak akan terjadi rawan pangan di Desa

Gondowangi.

Pewujudan cita cita desa oleh pemerintah desa

Gondowangi dilakukan secara bertahap karena tidak serta

merta cita cita itu bisa terwujud untuk mensejahterakan

Page 15: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

15 masyarakat. Diperlukan langkah langkah yang harus di

rencanakan sebagai jalan menuju desa Gondowangi yang lebih

sejahtera. Langkah langkjah tersebut telah di rancang oleh

pemerintah desa untuk dijadikan pedoman langkah yang

diambil dalam mewujudkan impian desa. Langkah tersebut

terangkum dalam misi pemerintah desa yang berupaya

mensejahterakan masyarakatnya.

Misi jangka pendek yang diperhitungkan dalam

jangka waktu tiga bulanan mencakup; pelayanan publik untuk

melayani masyarakat desa internal maupun orang lain,

keterbukaan informasi jadwal kerja perangkat desa,

peningkatan kualitas kerja perangkat, penyebaran informasi

administratif desa yang berhubungan dengan kebutuhan

masyaarakat, penyuluhan tentang pelayanan publik yang

berkualitas, pembuatan dan pengurusan akta tanah atau PPAT

di tingkat desa tanpa uang administrasi (gratis) untuk 100 hari,

rekonsolidasi potensi desa sebagai dasar pembangunan fisik

maupun non fisik, Pengembangan program kepemudaan,

kebudayaan dan seni.

Misi jangka menengah yang diperhitungkan dalam

jangka waktu satu tahunan mencakup; mempertahankan

pelayanan public yang sudah baik, perapihan RPJM Desa

untuk patokan pembangunan desa, pengembangan potensi

desa, pengelolaan fasilitas dan masyarakat desa, pembuatan

website desa.

Page 16: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

16

Misi jangka panjang yang diperhitungkan dalam

jangka waktu lima tahunan mencakup: pelaksanaan RPJM

Desa yang sudah berjalan, perapihan tampilan desa agar selalu

menarik, pengembangan kebudayaan dan seni desa,

meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menjalin

kerjasama dengan universitas yang ada di kota Malang,

meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan membangun

pemikiran pendidikan dasar 12 tahun, pengembangan potensi

bisnis desa sebagai kekuatan ekonomi nasional, meningkatkan

dan mengelola Pendapatan Asli Desa, mewujudkan

pemerintahan yang baik dan bersih melalui pelaksanaan

Otonomi Daerah.

2.2 Keadaan Sosial Desa Gondowangi

Adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik

di Indonesia yang lebih demokratis, memberikan pengaruh

kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme

politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam konteks

politik lokal Desa Gondowangi, hal ini tergambar dalam

pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg,

pilpres, pilkada, dan pilgub) yang juga melibatkan warga

masyarakat desa secara umum.

Khusus untuk pemilihan kepala desa Gondowangi,

sebagaimana tradisi kepala desa di Jawa, biasanya para peserta

(kandidat) nya adalah mereka yang secara trah memiliki

Page 17: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

17 hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Hal ini tidak

terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa

jabatan kepala desa adalah jabatan garis tangan keluarga-

keluarga tersebut. Fenomena inilah yang biasa disebut pulung

–dalam tradisi jawa- bagi keluarga-keluarga tersebut..

Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak

serta merta dapat diwariskan kepada anak cucu. Mereka dipilh

karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya

dengan warga desa. Kepala desa bisa diganti sebelum masa

jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun norma-

norma yang berlaku. Begitu pula ia bisa diganti jika ia

berhalangan tetap. Karena demikian, maka setiap orang yang

memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan

dalam perundangan dan peraturan yang berlaku, bisa

mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat kepala

desa. Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan desa

Gondowangi pada tahun 2007. Pada pilihan kepala desa ini

partisipasi masyarakat sangat tinggi, yakni hampir 95%.

Tercatat ada tuju kandidat kepala desa pada waktu itu yang

mengikuti pemilihan kepala desa. Pilihan kepala Desa bagi

warga masyarakat Desa Gondowangi seperti acara perayaan

desa..

Pada bulan Juli dan Nopember 2008 ini masyarakat

juga dilibatkan dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur putaran

I dan II secara langsung. Walaupun tingkat partisipasinya lebih

Page 18: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

18 rendah dari pada pilihan kepala Desa, namun hampir 70%

daftar pemilih tetap, memberikan hak pilihnya. Hal ini adalah

proggres demokrasi yang cukup signifikan di desa

Gondowangi.

Setelah proses-proses politik selesai, situasi desa

kembali berjalan normal. Hiruk pikuk warga dalam pesta

demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan

sebagaimana awal mulanya. Masyarakat tidak terus menerus

terjebak dalam sekat-sekat kelompok pilihannya. Hal ini

ditandai dengan kehidupan yang penuh tolong menolong

maupun gotong royong.

Walaupun pola kepemimpinan ada di Kepala Desa

namun mekanisme pengambilan keputusan selalu ada

pelibatan masyarakat baik lewat lembaga resmi desa seperti

Badan Perwakilan Desa maupun lewat masyarakat langsung.

Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di

Wilayah Desa Gondowangi mengedepankan pola

kepemimpinan yang demokratis.

Berdasarkan deskripsi beberapa fakta di atas, dapat

dipahami bahwa Desa Gondowangi mempunyai dinamika

politik lokal yang bagus. Hal ini terlihat baik dari segi pola

kepemimpinan, mekanisme pemilihan kepemimpinan, sampai

dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan sistem

politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal. Tetapi

terhadap minat politik daerah dan nasional terlihat masih

Page 19: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

19 kurang antusias. Hal ini dapat dimengerti dikarenakan

dinamika politik nasional dalam kehidupan keseharian

masyarakat Desa Gondowangi kurang mempunyai greget,

terutama yang berkaitan dengan permasalahan, kebutuhan dan

kepentingan masyarakat secara langsung..

Berkaitan dengan letaknya yang berada diperbatasan

Jawa Timur dan Jawa Tengah suasana budaya masyarakat

Jawa sangat terasa di Desa Gondowangi. Dalam hal kegiatan

agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh

aspek budaya dan sosial Jawa. Hal ini tergambar dari

dipakainya kalender Jawa/ Islam, masih adanya budaya

nyadran, slametan, tahlilan, mithoni, dan lainnya, yang

semuanya merefleksikan sisi-sisi akulturasi budaya Islam dan

Jawa.

Semakin terbukanya masyarakat terhadap arus

informasi, hal-hal lama akan mulai mendapat respon dan tafsir

balik dari masyarakat. Hal ini menandai babak baru dinamika

sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama

masyarakat Desa Gondowangi. Dalam rangka merespon tradisi

lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial,

politik, agama, dan budaya di Desa Gondowangi. Tentunya hal

ini membutuhkan kearifan tersendiri, sebab walaupun secara

budaya berlembaga dan berorganisasi adalah baik tetapi secara

sosiologis ia akan beresiko menghadirkan kerawanan dan

konflik sosial.

Page 20: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

20

Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa

tahun 2009, jumlah penduduk Desa Gondowangi adalah 6.804

jiwa, dengan rincian 3.434 laki-laki dan 3.370 perempuan.

Jumlah penduduk demikian ini tergabung dalam 1.500 KK.

Agar dapat mendeskripsikan dengan lebih lengkap tentang

informasi keadaan kependudukan di Desa Gondowangi maka

perlu diidentifikasi jumlah penduduk dengan menitikberatkan

pada klasifikasi usia. Berikut penjelasan tabel berdasarkan hal

tersebut.

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No. Uraian Jumlah

1 Kependudukan

A. Jumlah Penduduk (Jiwa) 7889

B. Jumlah KK 1548

C. Jumlah laki-laki

a. 0 – 15 tahun 1064

b. 16 – 55 tahun 1796

c. Diatas 55 tahun 1282

D. Jumlah perempuan

a. 0 – 15 tahun 1111

b. 16 – 55 tahun 1784

c. Diatas 55 tahun 852

2 Kesejahteraan Sosial

A. Jumlah KK Prasejahtera 456

B. Jumlah KK Sejahtera 635

C. Jumlah KK Kaya 181

D. Jumlah KK Sedang 107

E. Jumlah KK Miskin 261

Page 21: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

21

No. Uraian Jumlah

3 Tingkat Pendidikan

A. Tidak tamat SD

B. SD 3994

C. SLTP 1475

D. SLTA 959

E. Diploma/Sarjana

134

4 Mata Pencaharian

A. Buruh Tani 776

B. Petani 1371

C. Peternak

D. Pedagang 74

E. Tukang Kayu 147

F. Tukang Batu 148

G. Penjahit 5

H. PNS 198

I. Pensiunan 42

J. TNI/Polri 23

K. Perangkat Desa 12

L. Pengrajin 8

M.Industri kecil

N. Buruh Industri

O. Lain-lain 38

5 Agama

A. Islam 5796

B. Kristen 76

C. Protestan

D. Katolik

E. Hindu 568

F. Budha

Page 22: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

22 Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Kependudukan.

Jumlah usia produktif lebih banyak dibanding dengan

usia anak-anak dan lansia. Perbandingan usia anak-

anak, produktif, dan lansia adalah sebagai berikut:

21% : 61% : 18%. Dari 2084 jumlah penduduk yang

berada pada kategori usia produktif laki-laki dan

perempuan jumlahnya hampir sama / seimbang.

2. Kesejahteraan

Jumlah KK Sedang mendominasi yaitu 29,2 % dari

total KK, KK pra sejahtera 24 %, KK sejahtera 17,9

% KK Kaya 16,3 %. dan KK Miskin 12,5 %. Dengan

banyaknya KK prasejahtera inilah maka Desa

Gondowangi termasuk dalam DESA TERTINGGAL

3. Tingkat Pendidikan

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama

pendidikan 9 tahun baru terjadi beberapa tahun ini

sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP mendominasi

peringkat Pertama.

4. Mata Pencaharian

Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani

dan buruh tani. hal ini disebabkan karena sudah turun

temurun sejak dulu bahwa masyarakat adalah petani

dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan

masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya

Page 23: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

23

tidak punya pilihan lain selain menjadi buruh tani dan

buruh Pabrik.

5. Agama

Mayoritas warga masyarakat Desa Gondowangi

adalah Muslim (islam)

2.3 Budaya Desa Gondowangi

2.3.1 Wayang Krucil

Wayang krucil adalah kesenian khas Ngawi, Jawa

Timur dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih

sering disebut dengan Wayang Krucil. Wayang ini dalam

perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua

dimensi) yang kemudian dikenal sebagai Wayang Klithik.

Di daerah Jawa Tengah wayang krucil memiliki

bentuk yang mirip dengan wayang gedog. Tokoh-tokohnya

memakai dodot rapekan, berkeris, dan menggunakan tutup

kepala tekes (kipas). Sedangkan, di Jawa Timur tokoh-

tokohnya banyak yang menyerupai wayang kulit purwa , raja-

rajanya bermahkota dan memakai praba. Di Jawa Tengah,

tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling atau Garuda Mungkur

saja.

Cerita yang dipakai dalam wayang krucil umumnya

mengambil dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga

zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun, tidak menutup

kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang purwa

Page 24: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

24 dan wayang menak, bahkan dari babad tanah jawa sekalipun.

Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan

wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama

playon bangomati (srepegan). Namun, ada kalanya wayang

krucil menggunakan gendhing-gendhing besar.

2.3.2 Kuda Lumping

Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan

adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok

prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan

kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di

anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi

rambut tiruan dari tali plastik atau ijuk aren atau sejenisnya

yang di gelung atau di kepang, sehingga kesenian ini pada

masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang.

Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain

beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya

menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa

penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi

kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi

memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut

atau berguling-guling di duri salak. Jaran Kepang merupakan

bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal

dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum

Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah

Page 25: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

25 di luar Indonesia seperti di Malaysia, Suriname, Hongkong,

Jepang dan bahkan Amerika Serikat.Tidak satupun catatan

sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya

riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya.

Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada

pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping

menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik

bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor

emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran

kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi

hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reyog abad ke

8.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda

lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek

kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini

terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif,

melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya

seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga

menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan

supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca,

menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di

atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini

merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu

Page 26: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

26 berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan

aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan

Belanda. Pada pementasanya, tari kuda lumping menggunakan

kaca,beling,batu,dan jimat. Para penari kuda lumping sangat

gila.

Semua keunikan budaya itu telah dilestarikan oleh

bapak Suhari dengan membentuk paguyuban kesenian kuda

lumping jaran kepang bernama “JATI KUSUMO” di Desa

Gondowangi Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, Jawa

Timur, didukung oleh tiga sesepuh supranatural bapak

Tamprono, Bapak Sarto dan bapak Untung.

Tari ini biasanya ditampilkan pada ajang-ajang

tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai

ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha

Kuasa, hajatan sunatan, pernikahan, ulang tahun, hari raya

agama, HUT RI atau acara wisuda SD,SMP maupun SMA.

Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian

tradisional kuda lumping ini seringkali juga mengandung

unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya

seorang pawang hujan atau sesepuh supranatural akan

melakukan ritual, dengan berbagai macam sesaji dan mantra

khusus, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah

mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan

terbuka, pertunjukan berjalan lancar tidak ada gangguan, dan

mendoakan semua penonton dan pemain selamat.

Page 27: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

27 2.3.2 Keadaan Ekonomi Desa Gondowangi

Berdasarkan data yang masuk tanaman palawija

seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang, jagung, dan ubi

kayu, ubi jalar, serta tanaman buah seperti mangga, pepaya,

melon dan pisang juga mampu menjadi sumber pemasukan

(income) yang cukup handal bagi penduduk desa ini. Untuk

tanaman perkebunan, jenis tanaman tebu merupakan tanaman

handalan. Kondisi alam yang demikian ini telah mengantarkan

sektor pertanian secara umum menjadi penyumbang Produk

Domestik Desa Bruto (PDDB) terbesar yaitu Rp

10.511.860.000 atau hampir 45% dari Produk Domestik Desa

Bruto (PDDB) Desa yang secara total mencapai Rp.

22.607.605.000.

Pada rentang waktu yang cukup panjang tersebut

pembangunan yang sudah dilakukan oleh kepala desa mulai

berdirinya desa Gondowangi ini dapat kita rasakan

manfaatnva, seperti pembangunan jalan dan jembatan sebagai

sarana perhubungan fisik dapat meningkatkan ekonomi

masyarakat, serta berbagai sarana dan prasarana umum

lainnya.

Rendahnya kualitas pendidikan di Desa Gondowangi,

tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan

yang ada, di samping tentu masalah ekonomi dan pandangan

hidup masyarakat. Sarana pendidikan di Desa Gondowangi

baru tersedia di level pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SMP),

Page 28: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

28 sementara akses ke pendidikan menengah ke atas berada di

tempat lain yang relatif jauh..

Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif

bagi persoalan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) di

Desa Gondowangi yaitu melalui pelatihan dan kursus. Namun

sarana atau lembaga ini ternyata juga belum tersedia dengan

baik di Desa Gondowangi. Bahkan beberapa lembaga binbel

dan pelatihan yang pernah ada malah gulung tikar. Mungkin

dorongnan dari pemerintah dan masyarakat lemah. Inilah yang

menjadi pekerjaan dasar pemerintahan Desa Gondowangi

sekarang ini.

Page 29: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

29

BAB III

POTENSI WISATA DESA GONDOWANGI

3.1 Wilayah dan Asal Usul Sejarah Desa Gondowangi

Desa Gondowangi memiliki 5 Pedukuhan yaitu

Dukuh Gedangan, Dukuh Dawuhan, Dukuh Rekesan, Dukuh

Wiloso, Dan Dukuh Pohbener. Cerita asal-usul Desa

Gondowangi memiliki berbagai versi. Ada beberapa cerita

menarik yang masing-masing cerita memiliki keunikan

tersendiri. Menurut keterangan dari salah seorang penduduk

setempat (Bapak Kamituo) desa Gondowangi, pada jaman

dahulu masih banyak di tumbuhi pohon liar dan banyak hutan

yang lebat. Desa gondowangi berasal dari kata “Gondo” yang

artinya bau, dan “wangi” yang berarti harum. Jadi dapat

digabungkan menjadi Desa yang memiliki bau yang harum.

Pemberian nama desa ini berdasarkan sesuatu yang

selalu dapat dilihat dan dirasakan oleh mesyarakat, yaitu selalu

berhasilnya setiap kegiatan yang direncanakan desa baik

kegiatan kernasyarakatan maupun kegiatan pembangunan

sarana dan prasarana serta pembangunan kelembagaan yang

ada di desa (perangkat desa). Desa Gondowangi merupakan

desa yang terletak di sebelah barat Kota Malang. Dengan

topografi berupa daratan dan perbukitan serta terletak dalam,

ketinggian 450 m dari pennukaan laut. Curah hujan rata-

rata/tahun ± 3/40 Mm/T’h dengan suhu rata – rata 240C – 290C

Page 30: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

30 sedangkan luas daratan ± 418 Ha, sehingga mengakibatkan

desa ini berhawa sejuk dan cukup dingin. Berikut ini

merupakan keterangan Desa Gonodowangi Kecamatan Wagir:

Tabel 3.1 Batas Wialayah

Utara Desa Sido Rahayu

Timur Desa Parangargo

Selatan Desa Mendalan Wangi

Barat Desa Suko Dadi, Desa Pandan Rejo,

Desa Sumber Suko

Pada tabel 3.1 dijelaskan bahwa wilayah Gondowangi

sebelah barat adalah Desa Suko Dadi, desa Pandan Rejo dan

Desa Sumber Suko. Sedangkan wilayah selatan berbatasan

dengan Desa Mandalan Wangi. Sebelah timur berbatasan

dengan desa Parangargo. Selain itu disebelah utara berbatasan

dengan Desa Sido Rahayu.

Tabel 3.2 Orbitasi Desa

Jarak Tempuh ke Ibukota Kecamatan 1 km 15 menit

Jarak Tempuh ke Ibukota Kabupaten 10 km 45 menit

Jarak Tempuh ke Ibukota Propinsi 110 km 3 jam

Pada tabel 3.2 dijelaskan jarak tempuh dari ibukota

ataupun ibukota Propinsi apabila ingin mengunjungi Desa

Gondowangi. Misalnya pada tabel tersebut dijelaskan jarak

tempuh dari desa Gondowangi ke Ibukota Propinsi menempuh

jarak 110 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.

Page 31: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

31

Berbeda dengan apa yang disampaikan bapak

Sekretaris Desa, menurut beliau desa Gondowangi memiliki

cerita yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Bapak

Kamituo. Cerita asal usul Desa Gondowangi ini dimulai ketika

zaman masyarakat Indonesia masih dijajah oleh bangsa

Belanda. Pada waktu itu di daerah Desa Gondowangi ini ada

seorang Ibu atau yang sekarang dikenal dengan Mbah Dilem,

yang membuka hutan untuk mendirikan peradaban baru yaitu

di wilayah Desa Gondowangi ini.

Mbah Dilem yang membuka hutan masih berada

pada masa pemerintahan kerajaan Mahwopati yang berkaitan

erat dengan cerita Angling Darmo (tokoh pahlawan pada masa

itu). Pada saat babat alas (membuka hutan) mbah Dilem

menanam sejumlah pohon “Pisang” yang hasilnya akan

dipersembahkan pada Raja Mahwopati tersebut, karena itulah

di wilayah ini disebut sebagai Desa “Gedhangan”. Nama desa

tersebut berasal dari buah pisang yang ditanam oleh mbah

Dilern untuk dipersernbahkan kepada Raja Mahwopati.

Pada masa itu juga belum ada yang namanya alat

kecantikan atau kosmetik untuk merias wanita. Mbah Dilem

sendiri sebagai seorang wanita juga memiliki kebiasaan berias,

mencuci, mandi supaya bersih dan wangi serta kegiatan

perawatan kecantikan yang lain. Pada masa itu Mbah Dilem

dipercaya menggunakan alat kecantikan atau pengharum tubuh

dari daun yang namanya “Dilem”. Karena daun ini

Page 32: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

32 menimbulkan bau yang harum maka desa yang didirikan oleh

Mbah Dilern ini disebut “Desa Gondowangi ” yang artinya

memiliki bau yang harum. Jadi nama Desa Gondowangi

tersebut berasal dari tanarnan yang dipersembahkan kepada

Raja dan bau harum daun dilem yang digunakan oleh pendiri

Desa (Mbah Dilem).

Mbah Dilem juga memiliki saudara laki-laki yang

bernama Raden Wilosobo. Setelah melakukan babat alas di

wilayah Desa Gondowangi kemudian Mbah Dilern menyuruh

saudara laki-lakinya untuk membuka lahan baru dengan

melakukan babat dusun kearah selatan desa, yaitu yang

sekarang daerah tersebut bernama Dukuh Wiloso. Asal kata

Desa Wiloso adalah berasal dari nama saudara laki-laki Mbah

Dilem yang membabat alas di wilayah selatan, yaitu Raden

Wilosobo. Sedangkan yang sekarang dinamakan Dukuh

Pohbener, berasal dari sebutan warga masyarakat atas pohon

mangga yang ditanam di daerah tersebut. Mangga yang

ditanam tersebut hasilnya kemudian dipersembahkan kepada

Raja Mahwopati. Dan persembahan tersebut adalah mangga

yang benar-benar pilihan atau orang desa setempat pada waktu

itu menyebutnya Poh Bener Poh Leres yang artinya benar –

benar mangga.

Demikian juga tentang nama dukuh Rekesan berasal

dari sebutan-sebutan masyarakat setempat akan sesuatu yang

diangap tidak biasa atau terkenal di kalangan masyarakat. Pada

Page 33: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

33 masa itu ada yang namanya darting atau lebih dikenal sebagai

seorang yang bertani tetapi tidak pernah pulang kerumahnya.

karena itu kemudian wilayah petani ini dilaporkan kepada

pemerintah untuk dijadikan desa, yang kemudian dinamakan

Dukuh Rekesan. Sedangkan wilayah Dukuh Dawuhan

namanya didasarkan dari adanya pembagian pembagian air di

wilayah tersebut.

Penduduk Desa Gondowangi sendiri terdiri dari anak

cucu dap Mbah Dilem dan para dari pendatang yang masuk

kewilayah Desa Gondowangi ini. Akan tetapi jumlah warga

pendatang tidak cukup banyak hanya sebagian saja. Penduduk

Desa Gondowangi juga memiliki kebiasaan atau ritual-ritual

yang dulu pernah dilaksanakan dan tetap ada hingga sekarang,

tapi namanya yang berbeda. Penduduk melakukan slametan

Desa untuk menghindari penyakit yang akan menggangu

tanaman pertanian yang dimiliki. Pada jaman dahulu disebut

Petilasan kalo sekarang disebut sebagai kegiatan Bersih Desa.

Berikut ini adalah letak desa wisata di Desa Gondowangi,

Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, secara administratif:

Page 34: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

34

Gambar 1. Peta Lokasi Desa Wisata Desa Gondowangi

Page 35: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

35 3.2 Kondisi Sosial di Desa Gondowangi

Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk

yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di

bawah garis kemiskinan. Apabila pada bulan Maret 2013 yang

dikategorikan penduduk miskin yaitu yang pengeluaran biaya

hidup per bulan tidak lebih dari Rp 271.626,- per orang,

dibandingkan pada bulan Maret 2014 biaya hidup penduduk

miskin harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 302.735,- per

orang per bulan. Bahkan, berdasarkan angka Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) keluarga

miskin di Indonesia lebih tinggi lagi, atau mendekati lebih dari

separuh jumlah keluarga di Indonesia. Angka- angka ini

mengindikasikan bahwa program-program penanggulangan

kemiskinan selama ini belum berhasil mengatasi masalah

kemiskinan di Indonesia. Walaupun perhatian pemerintah

terhadap pengentasan kemiskinan sejak 1997 (masa krisis)

sangat besar dan bersemangat, dan tidak pernah berhenti

mencari solusi pengentasan kemiskinan.

Padahal para pakar ekonomi dan pakar kemiskinan

menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan

masyarakat yang tinggi pada akhirnya akan mengurangi

penduduk miskin. Berikut ini merupakan tabel 3.3

menunjukkan profil penduduk Desa Gonodwangi tahun 2015:

Page 36: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

36

Tabel 3.3 Profil Penduduk Desa Gondowangi

Profil Penduduk Total (Jiwa)

Jumlah Penduduk 8202

Penduduk Perempuan 4057

Penduduk Laki-laki 4145

Penduduk beragama Islam 7807

Penduduk beragama Hindu 227

Penduduk beragama Kristen 168

Penduduk belum kawin 3474

Penduduk kawin 4159

Penduduk Cerai 569

Sarjana 102

Diploma 32

SMA/SMK 959

SMP 1475

SD 3994

TK/ Belum Sekolah 795

Tapi kenyataan di desa Gondowangi bertolak

belakang, kontradiktif, karena jumlah penduduk miskin tidak

pernah beranjak dari kisaran 11-12% dari penduduk Desa

Gondowangi, padahal indek pertumbuhan ekonomi nasional

antara 5-6%, bahkan Jawa Timur lebih tinggi lagi indek

pertumbuhan ekonominya, sehingga Gubernur Jatim berani

mematok UMR tertinggi se Indonesia.

Bila diamati di desa Gondowangi, pada dasarnya ada

dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan

program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama,

Page 37: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

37 program- program penanggulangan kemiskinan selama ini

cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial

untuk orang miskin. Misalnya, antara lain, berupa beras untuk

rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk

orang miskin, BLT Bantuan Langsung Tunai.

Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan

pengentasan kemiskinan di desa Gondowangi karena sifat

bantuan diberikan secara tunai dalam bentuk uang, bukan

dalam bentuk pemberdayaan, misalnya memberikan

keterampilan produksi (benda/jasa yang laku di pasar),

membantu penyediaan bahan produksi, membantu

memasarkan produksi, membantu kelancaran (kelangsungan)

produksi.

Selama ini bantuan tersebut justru menimbulkan

ketergantungan, menimbulkan masalah/gejolak lain di

masyarakat penerima/tidak menerima bantuan tunai. Program-

program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan

pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku

masyarakat miskin, bahkan dapat dipolitisir untuk kepentingan

Pilkada, Pilkades, serta rawan dikorupsi. Sehingga semakin

lambatnya pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Program bantuan untuk orang miskin di desa

Gondowangi disarankan lebih difokuskan untuk

menumbuhkan budaya ekonomi produktif, ekonomi kreatif,

Page 38: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

38 dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk dari

sumbangan pemerintah secara permanen.

3.4 Pembangunan Wisata di Desa Gondowangi

Desa Gondowangi mempunyai potensi untuk menuju

pembangunan desa mandiri atau sebutan yang umum sebagai

desa pengaktualisasian urban village sebagai bagian dari

pembangunan yang intensif yang tengah dilakukan di pusat

kota. Mengingat infrastruktur di desa Gondowangi untuk

menuju desa mandiri berorientasi city center selangkah lagi

dapat terwujud, apabila ADD desa Gondowangi benar-benar

seperti yang diatur dalam Undang-Undang Desa.

Desa Gondowangi telah menjalin kerjasama dengan

Perusahaan dari Belanda NAVAZA dalam bidang

penanggulangan air minum warga yang hygienis, bekerjasama

dengan perusasahaan Pariwisata Singapura untuk

mengirimkan wisatawan ke Desa Gondowangi dan telah

dilakukan kerjasama itu dengan menghadirkan wisatawan

singapura sebanyak 200 orang ke Desa Gondowangi dengan

obyek wisata pendidikan berupa Pusat Pengolahan tebu

menjadi Gula Hitam. Data wisatawan Singapura tersebut

tercantum pada laman web pemerintah daerah Desa

Gonodwangi.

Memang, imbas dari gerakan “kembali ke pusat kota”,

selain harus fokus pada klaster konsentrasi di wilayah kotanya,

Page 39: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

39 juga seharusnya memikirkan sistem kewilayahan secara lebih

besar (makro). Dalam konteks ini, konsep urban village

menjadi sangat relevan. Desa Gondowangi dengan konsep

pembangunan urban village akan menjadi penyaring atau

bahkan solusi bagi wilayah-wilayah peri-urban, sub-urban,

atau bahkan desa-desa yang telah telanjur mempunyai

kecenderungan berkembang dengan sifat kekotaannya.

Infrastruktur atau jejaring dengan orientasi hemat energi

(transportasi publik, perjalanan) yang langsung

menghubungkan dengan kota atau hirarki kewilayahan yang

lebih tinggi menjadi kuncinya. Tentu saja kontrol pada jejaring

menjadi vital untuk menghindari pembangunan model pita di

sepanjang jalur ini. Dengan konsep yang terintegrasi dengan

pembangunan wilayah secara lebih luas, rasanya desa

Gondowangi atau lingkungan sekitar kota di Indonesia pun

akan mampu mewujudkannya. Minimal, mengangkat konsep

ini menjadi wacana yang bisa didiskusikan bersama.

3.5 Pengaruh Permasalahan Sosial Terhadap

Pembangunan Wisata Di Desa Gondowangi

Masalah utama di suatu wilayah seperti pengangguran,

kemiskinan dan berbagai macam ketimpangan masih belum

dapat diatasi. Kemiskinan yang seringkali dianggap sebagai

akibat dari kebodohan dan kemalasan, sebenarnya juga

merupakan sebab dari kebodohan karena tidak mampu

Page 40: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

40 mengikuti pendidikan dan oleh karenanya juga menjadi sebab

dari pengangguran karena tidak memenuhi syarat, akibat dari

tidak berpendidikan. Dengan demikian masalah kemiskinan,

dan pengangguran merupakan suatu lingkaran yang saling

terhubung dan saling menjadi sebab akibat.

Hubungan ketiga hal tersebut serupa dengan hubungan

atau keterkaitan antara pembangunan wisata dengan

kemiskinan dan pengangguran. Disatu sisi pembangunan

wisata akan berpengaruh pada penanggulangan masalah sosial

kemiskinan dan pengangguran. Namun di sisi lain

permasalahan sosial tersebut dapat saja menjadi faktor

penghambat pembangunan wisata di suatu wilayah.

Telah dijelaskan bahwa jumlah penduduk miskin di

desa Gondowangi berkisar antara 11-12% dari total jumlah

penduduk. Jumlah penduduk miskin tersebut tentunya sangat

mempengaruhi pembangunan wisata khususnya dalam aspek

penyerapan tenaga kerja untuk sektor pariwisata. Penduduk

miskin umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah,

dengan tingkat pendidikan tersebut penyerapan tenaga kerja

tidak bias maksimal. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

sumber daya manusia di desa Gondowangi tidak berpotensi

untuk di manfaatkan dalam penyerapan tenaga kerja di bidang

pariwisata.

Tidak potensialnya masyarakat desa gondowangi

dalam penyerapan sumber daya manusia untuk pariwisata

Page 41: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

41 tersebut menimbulkan masalah sosial yang lain. Masalah

sosial tersebut berupa pengangguran. Jadi dalam hal ini

kemiskinan dan pengangguran terlihat saling terkait dalam

mempengaruhi pengembangan wisata. Oleh karena itu, untuk

mencipatakan pembangunan wisata di desa Gondowangi yang

maksimal perlu adanya upaya pengentasan kemiskinan dan

pengangguran. Pengentasan tersebut dapat diwujudkan dengan

adanya pemberdayaan masyarakat.

Pada kenyataannya pemberdayaan di desa

Gondowangi, Kecamatan Wagir telah dilakukan, misalnya

seperti pengaktifan kelembagaan desa, kedua peningkatan

peran serta masyarakat dengan kegiatan pelaksanaan kerja

bakti, perlombaan desa, musrenbang desa serta pembangunan

fisik, ketiga peningkatan ekonomi produktif dengan kegiatan

pemberian pelatihan manajemen pengelolaan badan usaha

desa, pelatihan pembuatan kue tradisional dan pelatihan

border, akan tetapi dalam pelaksanakaan upaya Pemberdayaan

masyarakat, pemerintah desa Gondowangi mengalami

kendala-kendala diantaranya partisipasi masyarakat yang

kurang, budaya malas serta kurangnya fasilitas yang tersedia

dalam mendukung kegiatan pemberdayaan

3.6 Gambaran Budaya Wayang Krucil

Meski sarat nilai-nilai budaya yang tinggi, tak banyak

orang yang peduli. Wayang Krucil kini hampir punah.

Page 42: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

42 Kesenian Wayang Krucil memang tak sepopuler Wayang

Kulit ataupun Wayang Golek yang sering dipentaskan

masyarakat. Di wilayah Malang, seni tradisi ini pernah

mengalami masa keemasan di tahun 60’an. Setara dengan

Topeng Malangan (dari Pakisaji) dan Wayang Kulit (Purwa).

Wayang Krucil tak sekadar benda pementasan seni, namun

juga mempunyai nilai-nilai budaya yang tinggi. Sekaligus

berperan sebagai media hiburan rakyat yang sarat dengan

muatan sejarah, aspek moral dan etika.

Wayang Krucil adalah kesenian khas berbahan kulit

dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan

Wayang Krucil. Wayang ini dalam perkembangannya

menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian

dikenal sebagai Wayang Klithik. Tokoh-tokoh wayangnya

banyak yang menyerupai wayang kulit purwa, raja-rajanya

bermahkota dan memakai praba.

Tradisi pergelaran Wayang Krucil dilakukan satu kali

dalam setahun ketika hari Raya Idul Fitri. Pagelaran Wayang

Kurcil di Malang diadakan di dusun Wiloso, desa

Gondowangi, Kecamatan Wagir, Malang. Warga desa tersebut

percaya, apabila tidak dilakukan pergelaran pada bulan Syawal

tahun Jawa, bisa terjadi bencana. Adanya kepercayaan itu

membuat mereka bergotong royong serta sukarela selalu

menggelar seni tradisi yang sudah langka tersebut. Wayang

Krucil Malangan, sebagaimana wayang krucil lainnya,

Page 43: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

43 memiliki bentuk dua dimensi. Tidak seperti wayang kulit,

Wayang Krucil dibuat dari bahan kayu pule, tebalnya sekitar 2

cm. Di daerah lain ada yang terbuat dari kayu sengon.

Pertunjukan wayang Kurcil tidak memerlukan kelir (layar)

untuk menciptakan bayangan. Oleh karena itu sering pula

disebut sebagai kelir kaca. Artinya pertunjukan tembus

pandang antara penonton yang bertempat di depan maupun di

belakang dalang.

Di seluruh kabupaten Malang pertunjukan ini hanya

tersisa di desa Gondowangi ini saja, dalang dan perangkatnya

seperti sinden dan alat musik juga didatangkan dari desa

Gondowangi. Disebut wayang krucil Malangan karena

menggunakan gending-gending gaya Malangan menurut

kepercayaan konon wayang ini pertama kali diciptakan oleh

Pangeran Pekik, adipati Surabaya, dari bahan kulit dan

berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan wayang

krucil. Munculnya Wayang Menak yang terbuat dari kayu,

membuat Sunan Pakubuwana II kemudian menciptakan

Wayang Klithik yang terbuat dari kayu yang pipih (dua

dimensi). Tangan wayang ini dibuat dari kulit yang ditatah.

Berbeda dengan wayang lainnya, wayang klithik memiliki

gagang yang terbuat dari kayu. Apabila pentas menimbulkan

bunyi “klithik, klithik” yang diyakini sebagai asal mula istilah

penyebutan wayang klithik atau sekarang lebih dikenal dengan

wayang Krucil.

Page 44: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

44

Wayang Krucil Malangan merupakan warisan

leluluhur yang usianya mencapai ratusan tahun dan diwariskan

secara turun-temurun. Seluruh perangkat wayangnya masih

asli, yang selama ini tersimpan di kotaknya dan hanya bisa

dibuka pada bulan Syawal tahun Jawa saja. Dalam satu kotak

wayang, tercatat ada sekitar 70 tokoh Wayang Krucil

Malangan, tidak memiliki duplikasi. Bahkan, nuansa magis

masih menyertai benda-benda itu. Ada ritual yang dipercaya

untuk menjaga kelestarian Wayang Krucil Malangan, salah

satunya, harus berpuasa pada hari-hari tertentu dan

memberikan sesajian di sekitar kotak wayang.

Di Desa Gondowangi, Wayang Krucil dianggap

sebagai bagian dari keberadaan desa, perawatannya

berlangsung turun-temurun. Keberadaannya sudah sebagai

benda pusaka yang dianggap sakral oleh masyarakat sekitar.

Pementasan dalam upacara Syawalan (setiap minggu awal

bulan Syawal) setahun sekali adalah hal wajib. Kesakralannya

terwujud dalam upacara pergelaran yang harus disertai sesajen

khusus, dan dibacakan mantra oleh Mbah Yem, selaku pemilik

turun temurun. Selama ini perangkat wayang ditempatkan di

rumah Mbah Saniyem, 85 tahun, yang merupakan generasi

ketujuh sebagai ahli waris dari Wayang Krucil Malangan.

Sisi cerita, Wayang Krucil mengambil beberapa

sumber, diantaranya cerita yang berkaitan dengan Kerajaan

Kediri. Seperti kisah Panji Semirang Panji Asmara Bangun,

Page 45: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

45 Candra Kirana, atau cerita sempalan seperti Lakon Lembu

Amiluhur Krido. Cerita rakyat tentang perlawanan kepada

Belanda juga diangkat. Dapat pula cerita lain seputar

Walisongo dan pendirian Kerajaan Islam Demak. Bahkan ada

juga cerita dari Serat Menak yang diadaptasi dari Persia yang

berkaitan dengan perkembangan agama Islam. Namun, untuk

penamaan tokohnya sudah diadaptasi. Sang Dalang juga bisa

mengambil sumber cerita sendiri yang dikenal sebagai Lakon

Carangan.

Pementasan atau Gebyak Wayang Malangan

dimainkan sedikitnya 15 orang, yang terdiri dari 1 dalang, 2

sinden, dan 12 wiyogo atau pemain gamelan pengiring

pertunjukan. Pelaku seni tradisi atau Dalang Wayang Krucil

asal Desa Gondowangi kini tinggal satu orang, yaitu Bapak

Jain. Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi

pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro

berjumlah lima macam, yakni : kendang, saron, ketuk, kenong,

kempul (barang), gong suwukan dan berirama playon

bangomati (srepegan). Ada kalanya wayang klithik

menggunakan gending-gending besar.

Jumlah lagu/gending yang dipergunakan untuk

mengiringi tidak banyak dan kurang variasinya sehingga

sangat senada. Gamelannya boleh dikatakan sama dengna

irama Jatilan atau kuda lumping. Apalagi bila terjadi adegan

perang, sangat monoton dengan iringan gending srepegan.

Page 46: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

46 Pada setiap adegan yang dinamakan jejeran, Ki dalang

mengiringinya dengan tembang macapat seperti Dandanggula,

Sinom, pangkur, Asmaradana dan sebagainya. Tembang ini

berperan sebagai suluk dalam wayang kulit dengan

penambahan candra wayang untuk setiap tokoh-tokoh wayang

yang sedang dilakonkannya. Sewaktu talu sebagai persiapan

memasuki fase pagelaran wayang yang sesungguhnya dipakai

gending Undur-undur.

3.7 Upaya Pelestarian Wayang Krucil

Upaya melestarikannya sudah dilakukan dengan

berbagai cara. Salah satunya adalah menggelar pementasan

tidak hanya setahun sekali, melainkan pentas untuk

memeriahkan kegiatan bersih desa, hari ulang tahun

Kabupaten Malang, atau pementasan di even tahunan seperti

“Malang Tempo Doeloe”. Danis Setyo Nugroho, Kepala Desa

Gondowangi, adalah salah satu koordinator pelestari wayang

krucil tersebut, bersama warga Dusun Wiloso bertanggung

jawab untuk melestarikan dan menjaga warisan leluhur

tersebut. Karena itu, beliau terus berusaha bagaimana caranya

wayang krucil banyak dikenal masyarakat, minimal di Wagir

sendiri. ”Jika hanya saat gebyak, berarti hanya satu kali

pementasan, nantinya membuat generasi selanjutnya tidak

tahu,” ungkapnya. Menurut Danis, wayang krucil awalnya

adalah wayang dakwah keliling. Ceritanya mengenai sejarah

Page 47: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

47 Islam, mulai dari cerita para wali, Damar Wulan,

Minakjinggo, Kebolembung, serta cerita Panji. Selain sebagai

misi syiar agama, pembawa wayang krucil yang ada di Dusun

Wiloso juga mencari saudaranya. ”Awalnya ngamen dan

sambil mencari keluarganya, yang ada di sini (Gondowangi).

Kemudian menikah dengan orang sini,” ungkap pria berusia

29 tahun ini.

Asal usul wayang krucil di desa ini, berawal dari

Mbah Taram, warga Desa Putat, Tanggulangin, Kabupaten

Sidoarjo. Mbah Taram kemudian mempunyai anak bernama

Kandrim, Tayik, dan Sarpi. Wayang kemudian diturunkan ke

Kandrim. Sementara dari Kandrim sendiri mempunyai anak

bernama Ngarimun, Rusman, Tani, Rantiman. Wayang

diwariskan kepada Ngarimun yang telah menikah dengan

Saniyem. Sekarang ini wayang ada di Saniyem (Mbah Yem).

Saniyem mempunyai anak Gunari, Supomo, Sutik, Jumik,

Suprat, dan Nario. Sehingga saat ini yang meneruskan adalah

Gunari dan saudaranya, serta dibantu oleh keturunan dari

Tayik, yaitu Abu Hasan dan menantu Mbah Saniyem, yaitu

Drais Kartono.

Diperkirakan, wayang krucil Malangan ini sudah ada

di Desa Gondowangi sekitar tahun 1910. Karena saking

lamanya, wayang saat ini sudah ada yang patah karena faktor

usia, dan kadang untuk pertarungan wayang. Upaya untuk

membuat penggantinya tidak mudah karena wayang ini terbuat

Page 48: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

48 dari kayu pule yang saat ini sudah susah dicari. Namun

pihaknya ingin sekali membuat duplikat wayang untuk latihan

dan regenerasi.

Wayang Krucil dibuat dari Kayu Pule atau Mentaos

berbentuk pipih. Kayu pule atau Mentaos memiliki serat halus,

kalau dibuat wayang hasilnya bagus. Namun, kayu ini

sekarang susah didapat. Dahulu pernah membuat wayang dari

kertas karton untuk latihan. Namun mudah rusak. Harapan

Kepala Desa Gondowangi jika ada yang duplikat, nantinya

selain untuk latihan, juga untuk pertunjukan. Supaya wayang

yang asli disimpan dan untuk acara gebyak. Namun, tidak

menuntut kemungkinan jika orang atau yang ingin pertunjukan

mengeluarkan wayang yang asli. Hingga saat ini pun. Kepala

Desa dan warga selalu mengakomodasi pertunjukan wayang

krucil. Baik pengumpulan dana untuk acara gebyak, serta

acara yang mempopulerkan wayang krucil. Wayang ini sudah

pernah dipentaskan di acara Malang Tempoe Doeloe tahun

2011, 2012, dan 2013, serta menjadi hiburan saat Pekan

Budaya Kabupaten Malang 2014.

Desa Gondowangi merupakan desa yang berpotensi

sebagai desa wisata. Topografi berupa daratan dan perbukitan

dan berada pada ketinggian 450 meter diatas permukaan laut

sehingga mengakibatkan desa ini berhawa sejuk dan cukup

dingin yang berpotensi sebagai desa wisata. Selain itu adanya

Wayang Krucil yang masih dilestarikan oleh penduduk

Page 49: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

49 setempat menjadikan Wayang Krucil sebagai ikon desa

sehingga menjadikan Desa Gondowangi sebagai desa wisata

yang berorientasi pada budaya. Melihat kondisi social

ekonomi penduduk yang kebanyakan bermata pencarian

petani, bekerja di pabrik rokok dan bangunan menjadikan

masyrakaWayang Krucil warisan leluhur sendiri. Bahkan

orang luar desalah yang memahami wayang Krucil itu sendiri

dan beberapa perangkat desa yang ingin melestarikannya.

Oleh karena itu perlu adnya pelatihan dan pengenalan kepada

generasi muda khususnya di Desa Gondowangi untuk

memahami seluk beluk Wayang Krucil itu sendiri dengan

memberikan dimuatan local sekolah atau bimbingan latihan

setiap minggunya di sanggar. Sehingga Wayang Krucil tetap

lestari di generasi muda khususnya pemuda Desa Gondowangi

sendiri.

Page 50: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

50

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut maka dapat

di buat beberapa kesimpulan sebagai berikut: Desa

Gondowangi merupakan desa wisata yang memiliki 5

Pedukuhan yaitu Dukuh Gedangan, Dukuh Dawuhan, Dukuh

Rekesan, Dukuh Wiloso, Dan Dukuh Pohbener. Desa

Gondowangi merupakan desa yang terletak di sebelah barat

Kota Malang. Dengan topografi berupa daratan dan perbukitan

serta terletak dalam, ketinggian 450 m dari pennukaan laut.

Curah hujan rata-rata/tahun ± 3/40 Mm/T’h dengan suhu rata –

rata 240C – 290C sedangkan luas daratan ± 418 Ha, sehingga

mengakibatkan desa ini berhawa sejuk dan cukup dingin.

Bila diamati di desa Gondowangi, pada dasarnya ada

dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan

program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama,

program- program penanggulangan kemiskinan selama ini

cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial

untuk orang miskin. Tapi kenyataan di desa Gondowangi

bertolak belakang, kontradiktif, karena jumlah penduduk

miskin tidak pernah beranjak dari kisaran 11-12% dari

penduduk Desa Gondowangi.

Page 51: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

51

Desa Gondowangi mempunyai potensi untuk menuju

pembangunan desa mandiri atau sebutan yang umum sebagai

desa pengaktualisasian urban village. Desa Gondowangi telah

melakukan kerjasama dengan menghadirkan wisatawan

singapura sebanyak 200 orang ke Desa Gondowangi dengan

obyek wisata edukasi berupa pusat pengolahan tebu menjadi

gula hitam.

Pemberdayaan di desa Gondowangi dilakukan dengan

pengaktifan kelembagaan desa, peningkatan peran serta

masyarakat dengan kegiatan pelaksanaan kerja bakti,

perlombaan desa, musrenbang desa serta pembangunan fisik,

peningkatan ekonomi produktif dengan kegiatan pemberian

pelatihan manajemen pengelolaan badan usaha desa, pelatihan

pembuatan kue tradisional dan pelatihan border.

4.2. Saran

Pemerintah Desa Gondowangi Kabupaten Malang

selaku pemerintah daerah setempat dapat melakukan arahan

pengembangan yang strategis guna meningkatkan jumlah

kunjungan wisata di desa Gondowangi. Arahan pengembangan

objek wisata ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

program-program penanggulangan kemiskinan selama ini

cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial

untuk orang miskin.

Page 52: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

52

Menjadikan Desa Gondowangi sebagai salah satu desa

dengan sebutan urban village yang memiliki potensi untuk

menuju pembangunan desa mandiri atau sebutan yang umum

sebagai desa pengaktualisasian.

Pemberdayaan di desa Gondowangi dilakukan dengan

pengaktifan kelembagaan desa, peningkatan peran serta

masyarakat dengan kegiatan pelaksanaan kerja bakti,

perlombaan desa, musrenbang desa serta pembangunan fisik,

peningkatan ekonomi produktif dengan kegiatan pemberian

pelatihan manajemen pengelolaan badan usaha desa, pelatihan

pembuatan kue tradisional dan pelatihan border.

Page 53: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

53

DAFTAR RUJUKAN

Aditya Media. Tjondronegoro, S. M. P., Soejono, I. & Hardjono, J. (1996). Indonemiskinesia. Dalam M.G. Quilibria (Editor), Rural poverty in developing Asia. Part 2: Indonesia, Republic of Korea, Philippines and Thailand. Manila: Published by Asian Development Bank

Budi Badrudin, 2000, Pariwisata Indonesia Menuju World Class Tourism,. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.

Pratiwi, Prita Indah. 2010. Perencanaan Penataan Lanskap Kawasan Wisata Dan Penyusunan Alternatif Program

Wisata Di Grama Tirta Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Sastrayuda, Gumelar S. 2010 Strategi Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

Sayogyo (1978). Lapisan masyarakat yang paling lemah di pedesaan Jawa. Prisma No.3, LP3ES,3-14.

Suhardianto, H. (1999). Jawa Barat: Desa Adat. Dalam Mubyarto (Editor), Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Laporan kaji tindak program IDT, Yogyakarta: Penerbit

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. Jakarta, Kementerian Negara Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Van Oostenbrugge, J. A. E, van Densen, W. L. T. & Machiels, M. A. M. (2004). How the uncertain outcomes assosiated with aquatic and land resource use affect livelihood strategies in coastal communities in the

Central Moluccas, Indonesia. Agricultural Systems 82:57-91

Page 54: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

54

LAMPIRAN TABEL

PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

DESA GONDOWANGI KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG TAHUN 2008 – 2013

N0 BIDANG /

KEGIATAN VOL LOKASI

TAHUN SUMBER BIAYA INDIKATOR

2009 2010 2011 2012 2013 APBD APBDes Lainnya

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

I PENGEMBANGAN WILAYAH

1.1 Pekerjaan Umum

1.1.1

Plengsengan

irigasi kali

wadung

750 m² Dsn. Wiloso

√ √

Penahan

terjadinya

longsor

1.1.2 Jalan rabat beton ke TPS

Gedangan

200 m Dsn. Gedangan rt

12-13 √ √

Tersedianya jalan ke TPS

1.1.3 Penyemiran

jalan

2.5x2000m Dsn.

Pohbener √

1.1.4

Drainase

jalan raya

Gondowangi

100 m Dsn.

Gedangan

timur √

√ Tersedianya

jalan yang

baik

FORMAT 7

Page 55: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

55

1.1.5

Jalan rabat

beton

380 m² Dsn.

Gedangan

RT

13,7,5,4,2

√ Tersedianya

jalan

lingkungan

yang baik

1.1.6

Plengsengan irigasi kali

dem

100 m Dsn. Rekesan

Tersedianya jalan

lingkungan

yang baik

1.1.7 Irigasi Dsn.

Gedangan √

1.1.8

Penyemiran

aspal jalan

Dsn. Wiloso

√ √

Terhubungnya

jalan transportasi

menjadi lebih

mudah

1.1.9

Poliklinik

desa

1 unit Dsn. Wiloso

√ Penahan

terjadinya

longsor di area sawah

1.1.10

Penyemiran jalan dusun

1300 m² Dsn. Pohbener

Tersedianya jalan yang

baik dan

memadai

1.1.11

Penyemiran

jalan

1000 m² Dsn.

Wiloso-gedangan

Tersedianya

jalan yang baik

Page 56: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

56

1.1.12

Pengaspalan

jalan dan

plengsengan

1200 m² Dsn.wilioso-

pohbener

√ Jalan menuju

ciawitali akan

lebih cepat

dan lebih mudah

1.1.13

Saluran

irigasi

70x0.30 Dsn. Wiloso

√ Jembatan

menjadi lebih

baik

Pavingisasi

jalan

kampung

2x750 m Dsn. Wiloso

√ √

Irigasi Dsn.

Gedangan √ √

Irigasi Dsn. Wiloso √ √

Penyemiran

jalan

1100x3 m Dsn.

Gedangan √

Penyemiran jalan

2000x3 m Dsn. Dauhan-

rekesan √

Pelengsengan 178x30 Dsn.

Rekesan √

Pipanisasi 1800x4` Dsn.

Gedangan √

Jembatan 12x6 Dsn.

Gedangan √

PPIP Gondowangi √

Page 57: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

57

Drainase 500m Dsn.

Gedangan-

Rekesan √

Penyangga

talang sungai

1 tiang Dsn.

Gedangan √

Pipanisasi air

bersih

Dsn

Pohbener √

Aspal

kemitraan

Dsn. Wiloso √

Aspal propinsi

Dsn. Gedangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1.2 Sarana Pendidikan

1.2.1 Pembangunan gedung TK 8x12 Dsn. Wiloso √ √

Peningkatan kualitas

belajar anak usia dini

1.2.2

Paket perpus SDN 2

Gondowangi

Dsn. Wiloso √ √

Tersedianya fasilitas

belajar yang memadai

Page 58: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

58

1.2.3

Renovasi SD Negeri 3

Gondowangi

7 lokal Dsn. Gedangan

rt 16 √

√ Tersedianya fasilitas

pendidikan yang memadai

1.2.4

Gedung TK 7x12 Dsn. Wiloso √ √

Peningkatan kualitas

belajar anak usia dini

1.2.5

Perpustakaan SDN 3

Gondowangi

SDN 3

Gondowangi √ √

Tersedianya fasilitas

belajar yang memadai

1.2.6

Tersedianya sarana

pendidikan untuk anak

1.3 Sarana Keagamaan

1.3.1

Tersedianya sarana ibadah

yang memadai

1.3.2

Tersedianya sarana ibadah

yang memadai

1.3.3

Tersedianya sarana ibadah

yang memadai

Page 59: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

59

1.3.4

Tersedianya sarana ibadah

yang memadai

1.3.5

Tersedianya sarana ibadah

yang memadai

1.3.6

Tersedianya sarana ibadah

yang memadai

1.4 Sarana Pemerintah

1.4.1

Renov balai desa 225m² Dsn. Gedangan

√ √

Terhubungnya jalan

transportasi menjadi lebih

mudah

1.4.2 Pembangunan kantor desa Dsn. Gedangan

√ √ Tersedianya sarana Balai

warga

1.4.3

Tersedianya sarana Balai

warga

1.4.4

Tersedianya sarana pos

kamling yang baik

Page 60: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

60

1.4.5

Batas – batas wilayah dusun

menjadi lebih jelas

1.4.6

Sarana kantor desa menjadi

lebih lengkap

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1.5 Bidang Olahraga

1.5.1

Tersedianya lapang sepak bola

yang memadai

1.5.2

Lapang sepak bola desa

menjadi lebih baik

1.5.3

Lapang bola volley yang

refresentatif

1.5.4 Sarana olah raga lebih lengkap

Page 61: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

61

1.6 Sumber daya Air

1.6.1

Sanitasi lingkungan menjadi

lebih baik

1.6.2

Ketersediaan air bersih akan

lebih terjamin

1.6.3

Ketersediaan air bersih akan

lebih terjamin

1.7 Bidang Penerangan

1.7.1

KK miskin dapat menikmati

penerangan

1.7.2

Pengadaan PJU di 3

Titik

6 Unit 1 Dusun √ √

Mengurangi kejahatan &

kecelakaan

II BIDANG SOSIAL BUDAYA

2.1 Bidang Pendidikan

Page 62: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

62

2.1.1

Pengadaan Alat

kesenian Modern

(Band)

1

paket

Desa

2.1.2

Pengadaan alat

kesenian Tradisional

(Gamelan Jaipongan)

1

paket

Desa

2.1.3

Bantuan Beasiswa 1

paket

2 SD

2.1.4

Pengadaan

Perpustakaan Desa

1

Paket

Desa

2.2 Bidang Kesehatan

2.2.1

2.2.2

2.2.3

2.2.4

2.3 Bidang Pariwisata

Page 63: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

63

2.3.1

2.3.2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

2.4 Bidang Pemerintahan

2.4.1

Pelatihan

Peningkatan

Kapasitas SDM

perangkat Desa

1

Paket

Desa

Kualitas sdm perangkat desa

menjadi lebih baik

2.4.2 Penguatan dana

kelembagaan PKK

1

Paket

Desa

Kegiatan PKK akan lebih aktif

2.4.3

Pengalokasian dana

kesejahteraan

pemerintah Desa

1

paket

Desa

Perangkat Desa akan lebih

sejahtera dan meningkatkan

semangat kerja

2.4.4 Pelatihan petugas

keamanan

(LINMAS)

1

paket

Desa

Petugas keamanan desa lebih

terlatih

Page 64: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

64

2.5

2.5.1 Bantuan sembako

bagi KK miskin

1

Paket

Ds.

Gondowangi

Mengurangi angka kemiskinan

2.5.2 Pembangunan rumah

tidak layak huni

1

paket

3 Dusun

Meningkatkan taraf hidup KK

miskin

2.5.3 Bantuan sosial untuk

anak idiot

5

orang

3 Dusun

Mengurangi beban KK miskin

2.6

2.6.1

Bantuan

kesejahteraan Guru

ngaji

6 rang 3 Dusun

Meningkatkan kualitas guru

ngaji

2.6.2

Pengadaan Fasilitas

di TPQ

1

paket

3 Dusun

Sarana TPQ menjadi lebih

lengkap

III BIDANG EKONOMI

3.1 Bidang Pertanian

Page 65: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

65

3.1.1

Pembuatan bangunan

untuk pengolahan

jagung

1

paket

Tersedianya sarana

pengolahan jagung

3.1.3

Peningkatan

kapasitas Lumbung

pangan

1

paket

Meningkatkan ketahanan

pangan di Desa

3.1.4

Pengadaan bantuan

dana untuk

pengadaan Hand

Traktor

1

paket

Meningkatkan kualitas hasil

pertanian

3.1.5

Pengadaan Alsintan pasca panen

1

paket

Menekan biaya produksi pasca

panen

3.1.6

Pengadaan sarana

pengendalian hama terpadu

1

Paket

Meningkatkan kualitas hasi

panen

3.1.7

Bantuan Pupuk

bersubsisdi 1

paket

Menekan biaya produksi

pertanian

3.1.8

Pengadaan Program Bantuan benih

unggul

1

Paket

Meningkatkan kualitas hasi

panen

Page 66: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

66

3.1.9

Pengadaan Program

SLPTT

1

Paket

Meningkatkan kualitas SDM

petani

3.1.10

Pelatihan SDM

pengurus Gapoktan

dan Kelompok Tani

1

paket

Meningkatkan kualitas SDM

pengurus gapoktan dan

Kelompok tani

3.1.11

Pengadaan alat

produksi hasil

Pertanian

1

Paket

Menekan biaya produksi Pasca

panen

3.1.12

Pembuatan Embung

di lahan – lahan

pertanian

2

paket

Memenuhi kebutuhan air bagi

pertanian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

3.1.13

Bantuan alsintan

pompa air

1

Paket 3 dusun

Memenuhi kabutuhan air di

musim kemarau

3.1.14

Pembuatan alat

pengolah limbah

pertanian

1

paket Dsn. Sampora

Mengolah limbah menjadi

lebih bermanfaat

Page 67: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

67

3.1.15

Pengadaan pelatihan

tentang tata cara

bertani dengan baik

1

paket Desa

Peningkatan kualitas SDM

Petani

3.2 Bidang Peternakan / Perikanan

3.2.1

Bantuan peternakan

Domba di Tiga

Dusun

3

Paket

Pengembangan potensi

peternakan Domba

3.2.2

Bantuan

pengembangan

ternak sapi potong

3

paket

Pengembangan potensi

peternakan sapi

3.2.3 Bantuan

pengembangan

ternak ikan nila

1

paket

Pengembangan potensi

peternakan Domba

3.3 Bidang Perdagangan / Koperasi / Industri

3.3.1 Bantuan modal untuk

kelompok usaha kecil

dan pedagang keliling

1

Paket

Meningkatkan ekonomi

pedagang kecil

Page 68: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

68

3.3.2 Bantuan permodalan

untuk menampung

hasil panen para

petani

1

paket

Menjaga harga hasil pertanian

pasca panen

3.3.3 Pelatihan pertukangan dan

bantuan alat – alat

pertukangan

1

paket

Mengembangkan industri

pertukangan

3.3.4 Permodalan Usaha

KWT 1

paket

Meningkatkan permodalan

KWT

3.4 Bidang Kehutanan

3.4.1 Pengadaan program rehabilitasi lahan

kritis

3

paket

Penghijauan dilahan kritis

3.4.2

Bantuan Program

peternakan lebah madu.

1

paket

Pengembangan budidaya lebah

madu

Page 69: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

69

PRIORITASI MASALAH BIDANG PENGEMBANGAN WILAYAH

NO MASALAH

KRITERIA

PENILAIAN JUMLAH

SKORE

RANKIN

G

1 2 3 4 5 6 7

I. PENGEMBANGAN WILAYAH

1.1 Pekerjaan Umum

1.1.1 Pekarangan tepi sungai Wiloso-Pohbener Longsor di Dusun Wiloso

100 100 100 300 1

1.1.2 Belum ada jalan ke Pemakaman Dusun Wiloso (500 m) 80 75 75 230 4

1.1.3 Belum ada jalan uasaha tani ke blok Rekesan-Wiloso (500 m) 80 80 80 240 3

1.1.4 Jalan masih tanah di lingkungan Dusun Gedangan kalau

hujan becek 100 100 100 300 1

1.1.5 Jalan gang rusak di lingkungan Dusun Gedangan, Wiloso, Pohbener (2500 m)

100 100 100 300 1

1.1.6 Jalan gang rusak terkikis air di lingkungan RW 1,2,3 Dusun Gedangan (300 m)

100 100 100 300 1

1.1.7 Belum ada jalan yang menghubungkan antara blok Rekesan

dan dusun Wiloso 70 80 70 220 5

1.1.8 Belum ada jalan yang menghubungkan antara blok sungai

akhir ke RT.04 Dusun Gedangan 70 80 70 220 5

1.1.9 Sawah di blok Wiloso terkikis aliran sungai Sekunder 90 90 80 260 2

1.1.10 Jalan Rekesan Rusak berat 100 100 100 300 1

1.1.11 Jalan di lingkungan dusun Gedangan Wiloso rusak terkikis 5

Page 70: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

70

air pada musim hujan

1.1.12 Belum ada jalan yang menghubungkan antara Blok ampelan

ke dusun Gedangan 80 80 80 240 3

1.1.13 Jembatan Dauhan - Rekesan rusak berat 70 80 70 220 5

1.1.14 Belum ada jalan antara Dauhan – Jemunang (Desa sebelah) 70 80 70 220 5

1.2 Sarana Pendidikan

1.2.1 Pembangunan Lembaga Bimbingan Belajar 70 80 70 220 5

1.2.2 Pembangunan sarana pendidikan anak usia dini di Dusun-

dusun Desa Gondowangi (PAUD) 80 75 75 230 4

1.2.3 Perehaban Bangunan TPQ di Dusun – dusun 80 80 80 240 3

1.2.4 Perehaban Bangunan sekolah di SD Gedangan dan SD

Wiloso 70 80 70 220 5

1.2.5 Pembangunan sarana pendidikan anak usia dini di Dusun-

dusun 90 90 80 260 2

1.2.6 Belum adanya sarana pendidikan anak usia dini di Dusun Ciawitali

80 75 75 230 4

1.3 Sarana Keagamaan

1.3.1 Kurangnya kesejahteraan Guru agama desa 100 100 100 300 1

1.3.2 Fasilitas di keagamaan masih belum memadai 80 80 80 240 3

1.3.3 Fasilitasi pendidikan keagamaan dan karakter 80 80 80 240 3

1.3.4 Pembenahan sejumlah mushola dan masjid 100 60 100 260 2

1.3.5 Pembenahan fasilitas pendidikan agama 80 80 80 240 3

1.3.6 Kurangnya kesejahteraan Guru agama desa 80 80 80 240 3

1.4 Sarana Pemerintah

1.4.1 Pembangunan Balai Dusun di dusun Gedangan (stimulan) 80 80 80 240 3

Page 71: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

71

1.4.2 Pembangunan Balai Dusun di dusun Wiloso (stimulan) 90 90 80 260 2

1.4.3 Pembangunan Balai dusun Pohbener dan Dauhan-Rekesan

(stimulan) 80 75 75 230 4

1.4.4 Pembangunan Pos Ronda di tiap RW Rusak 70 80 70 220 5

1.4.5 Pembangunan tugu batas dusun di Desa Gondowangi 80 75 75 230 4

1.4.6 Pengadaan Sarana prasarana di Desa 100 100 100 300 1

1.5 Bidang Olahraga

1.5.1 Pembenahan lapang sepak bola di Desa Gondowangi 80 80 80 240 3

1.5.2 Fasilitas pelatihan olah raga Desa Gondowangi 90 90 80 260 2

1.5.3 Pembenahan Lapang bola volley 90 90 80 260 2

1.5.4 Pengadaan sarana olah raga. 100 100 100 300 1

1.6 Sumber daya Air

1.6.1 Pembangunan IPAL Komunal di tiap RW 80 75 75 230 4

1.6.2 Pengembangan sarana air bersih di Desa Gondowangi 80 75 75 230 4

1.6.3 Peningkatan kapasitas pengelola sarana air bersih di Desa

Gondowangi 70 80 70 220 5

1.7 Bidang Penerangan

1.7.1 Pengadaan Program Listrik gakin 100 100 100 300 1

1.7.2 Pengadaan PJU di 3 Titik 90 90 80 260 2

II BIDANG SOSIAL BUDAYA

2.1 Bidang Pendidikan

2.1.1 Pengadaan Alat kesenian Modern (Band) 80 80 80 240 3

2.1.2 Pengadaan alat kesenian Tradisional (Gamelan Jaipongan) 90 90 80 260 2

2.1.3 Bantuan Beasiswa 100 100 100 300 1

2.1.4 Pengadaan Perpustakaan Desa 80 80 80 240 3

Page 72: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

72

2.2 Bidang Kesehatan

2.2.1 Bantuan kesejahteraan Kader Posyandu 90 90 80 260 2

2.2.2 Bantuan PMT Balita 100 100 100 300 1

2.2.3 Penyuluhan kesadaran Masyarakat tentang pentingnya

Kesehatan 80 80 80 240 3

2.2.4 Pembangunan Posyandu di setiap Dusun 80 80 80 240 3

2.3 Bidang Pariwisata

2.3.1

Manajemen pariwisata alam terpadu 100 100 100 300 1

2.3.2

Manajemen pariwisata event 90 90 80 260 2

2.4 Bidang Pemerintahan

2.4.1 Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM perangkat Desa 90 90 80 260 2

2.4.2 Penguatan dana kelembagaan PKK 80 80 80 240 3

2.4.3 Pengalokasian dana kesejahteraan pemerintah Desa 90 90 80 260 2

2.4.4 Pelatihan petugas keamanan (LINMAS) 80 80 80 240 3

2.4.5 Pengajuan Program Redistribusi tanah Negara eks.

Perkebunan (Sampora, BJA dan Gelembreng). 100 100 100 300 1

2.5 Bidang Sosial

2.5.1 Bantuan bagi KK miskin 90 90 80 260 2

2.5.2 Pembangunan rumah tidak layak huni 90 90 80 260 2

2.5.3 Bantuan sosial untuk anak idiot 70 80 70 220 5

2.6 Bidang Keagamaan

2.6.1 Bantuan kesejahteraan Guru ngaji, pasraman dan sekolah

minggu 90 90 80 260 2

Page 73: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

73

2.6.2 Pengadaan Fasilitas di TPQ 80 75 75 230 4

III BIDANG EKONOMI

3.1 Bidang Pertanian

3.1.1 Pembuatan bangunan untuk pengolahan jagung 80 80 80 240 3

3.1.2 Pengadaan bengkel UPJA 80 75 75 230 4

3.1.3 Peningkatan kapasitas lumbung pangan 100 100 100 300 1

3.1.4 Pengadaan bantuan dana untuk pengadaan Hand Traktor 70 80 70 220 5

3.1.5 Pengadaan Alsintan pasca panen 70 80 70 220 5

3.1.6 Pengadaan sarana pengendalian hama terpadu 90 90 80 260 2

3.1.7 Bantuan Pupuk bersubsisdi 100 100 100 300 1

3.1.8 Pengadaan Program Bantuan benih unggul 80 80 80 240 3

3.1.9 Pengadaan Program SLPTT 80 75 75 230 4

3.1.10 Pelatihan SDM pengurus Gapoktan dan Kelompok Tani 90 90 80 260 2

3.1.11 Pengadaan alat produksi hasil Pertanian 80 80 80 240 3

3.1.12 Pembuatan Embung di lahan – lahan pertanian 80 75 75 230 4

3.1.13 Bantuan alsintan pompa air 90 90 80 260 2

3.1.14 Pembuatan alat pengolah limbah pertanian 80 75 75 230 4

3.1.15 Pengadaan pelatihan tentang tata cara bertani dengan baik 80 80 80 240 3

3.1.16 Pembuatan rumah APO 70 80 70 220 5

3.2 Bidang Peternakan / Perikanan

3.2.1 Bantuan peternakan Domba di Tiga Dusun 90 90 80 260 2

3.2.2 Bantuan pengembangan ternak sapi potong 100 100 100 300 1

3.2.3 Bantuan pengembangan ternak ikan nila 90 90 80 260 2

3.3 Bidang Perdagangan / Koperasi / Industri

3.3.1 Bantuan modal untuk kelompok usaha kecil dan pedagang 80 80 80 240 3

Page 74: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

74

keliling

3.3.2 Bantuan permodalan untuk menampung hasil panen para

petani 80 75 75 230 4

3.3.3 Pelatihan pertukangan dan bantuan alat – alat pertukangan 80 75 75 230 4

3.3.4 Permodalan Usaha KWT 70 80 70 220 5

3.4 Bidang Kehutanan

3.4.1 Pengadaan program rehabilitasi lahan kritis 90 90 80 260 2

3.4.2 Bantuan Program peternakan lebah madu. 90 90 80 260 2

Page 75: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

75

LAMPIRAN DOKUMENTASI LAPANGAN

Page 76: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

76

LAMPIRAN DOKUMENTASI LAPANGAN

Page 77: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

77

LAMPIRAN DOKUMENTASI LAPANGAN

Page 78: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

78 LAMPIRAN DOKUMENTASI LAPANGAN

Page 79: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

79 LAMPIRAN DOKUMENTASI LAPANGAN

Page 80: Analisis Potensi Wisata Budaya Desa Gondowangi

80 LAMPIRAN DOKUMENTASI LAPANGAN