Upload
lamkhanh
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR SEBAGAI
IMPLEMENTASI KONSEP WADI’AH
(Studi di Wakala Induk Nusantara, Depok)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
RAHAYU LISA PRIANTI
NIM : 203046101753
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008M
���������������������������������������� ��������������������������������
���������������������������� KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dipersembahkan ke hadirat Allah SWT.,
yang memberikan kemudahan dari kesulitan, kelebihan dari kekurangan, dan
kekuatan dari ketidak berdayaan. Dengan petunjuk dan hidayah-Mu, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran atas rintangan yang
dihadapi. Teriring pula shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW, penerang
dari kegelapan umatnya.
Proses penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis hanturkan ucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk. Prof.
Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.
2. Ketua program Studi Muamalah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Ibu Euis Amalia, M.Ag.; Sekretaris Program Studi
Muamalah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk.
Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag.; Ketua Program Non-Reguler Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk. Drs. Djawahir Hejazzie, SH.,
MA., dan Sekretaris Program Non-Reguler Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bpk. Drs. H. Ahmad Yani, MA., beserta staff dan
seluruh dosen yang telah memberi Ilmu, membimbing dan mengarahkan penulis
sejak masa perkuliahan hingga berakhirnya skripsi ini.
3. Pembimbing skripsi, Bpk. DR. A. Sudirman Abbas, MA dan Bpk. Drs. Djawahir
Hejazziey, SH., MA. Terima kasih atas waktunya, di tengah kesibukan Bapak
dalam memberikan bimbingan dan saran bagi penulis.
4. Kepada pihak Wakala Induk Nusantara khususnya Bpk. Ir. Zaim Saidi selaku
direktur dan Bpk. Abdarrahman selaku wakil direktur, juga Mba Sri yang sudah
dengan sangat ramah membantu penulis dalam pengumpulan data.
5. Orang tua tercinta dan tersayang, Ayah dan Ibu. Dua orang yang sangat berjasa
dan memiliki pengaruh besar dalam proses kehidupan penulis. Dorongan berupa
semangat yang tertuang melalui do’a, daya dan upaya selalu dicurahkan untuk
penulis.
Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga
Allah SWT membalas dan melipatgandakan jasa dan kebaikan kalian. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Jakarta, Oktober 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGENTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Kajian Kepustakaan 8
E. Metodologi Penelitian 9
F. Sistematika Penulisan 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Tabungan 14
B. Dinar 18
C. Konsep Wadi’ah 35
BAB III GAMBARAN UMUM WAKALA INDUK NUSANTARA
A. Sejarah Berdirinya Wakala Induk Nusantara 45
B. Visi dan Misi Wakala Induk Nusantara 47
C. Struktur Organisasi Wakala Induk Nusantara 47
D. Produk-produk Wakala Induk Nusantara 47
E. Arah Perkembangan Usaha Wakala Induk Nusantara 49
BAB IV ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR SEBAGAI
IMPLEMENTASI KONSEP WADI’AH
A. Prosedur Tabungan Dinar pada Wakala Induk Nusantara 50
B. Strategi Pemasaran dan Kendala-kendala yang dihadapi Wakala
Induk Nusantara dalam Penerapan Produk Tabungan Dinar 53
C. Analisis Produk Tabungan Dinar Sebagai Implementasi
Konsep Wadi’ah pada Wakala Induk Nusantara 55
D. Analisis SWOT pada Produk Tabungan Dinar 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 62
B. Saran-Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak Indonesia merdeka 62 tahun silam, rupiah menjadi mata uang yang
digunakan sebagai alat transaksi yang sah. Namun, mata uang yang dibanggakan
tersebut ternyata tak cukup kuat ditimpa inflasi dan guncangan mata uang lainnya
seperti dolar AS. Bahkan, sebagian masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi
simpanan dalam mata uang dolar AS. Hal tersebut dapat dipahami karena mata
uang kebanggaan masyarakat Indonesia itu memang berkali-kali mengalami
penurunan nilai.
Kegagalan uang kertas di Indonesia sangat tragis ketika dalam periode lima
tahun antara tahun 1960-1965 inflasi mencapai 650% dan index biaya mencapai
angka 438. Index harga beras mencapai 824, tekstil 717, dan harga Rupiah anjlok
tinggal 1/75 dari angka Rp 160/US$ menjadi Rp 120,000/US$. Karena Rupiah
yang sudah tidak tertolong lagi, pemerintah terpaksa harus mengeluarkan
kebijakan yang disebut Sanering Rupiah yaitu memotong tiga angka nol terakhir
dari Rupiah lama menjadi Rupiah baru. Kebijakan yang dituangkan dalam
Penetapan Presiden atau Penpres No 27/1965 itu menjadikan Rp 1,000 (uang
lama) = Rp 1,- (uang baru). Isu Sanering Rupiah juga sempat menguat dipuncak
krisis moneter Indonesia 32 tahun kemudian yaitu antara tahun 1997-1998 dan
pada tahun tersebut penurunan terjadi dimana nilai rupiah sempat menembus
angka Rp 17 ribu per dolar AS.1
Akibat jatuhnya nilai rupiah terhadap dolar AS tersebut menyebabkan
perekonomian Indonesia menjadi terpuruk. Harga-harga barang impor melonjak
tajam yang juga diikuti lonjakan harga sembako. Harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) juga menaik tajam. Banyak perusahaan gulung tikar dan terpaksa
melakukan Pemutusan Hubungn Kerja (PHK). Hal tersebut berdampak pada
meningkatnya jumlah pengangguran dan berbagai dampak sosial lainnya.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, dinar dirham dapat menjadi
solusi alternatif. Hal tersebut karena dinar dirham terbuat dari logam mulia yang
tidak dapat dibuat seenaknya. Tetapi harus melalui proses alami ribuan tahun.
Karena itu dinar dirham tidak dapat dipermainkan oleh para spekulan seperti uang
kertas. Pada masa Khalifah Umar bin Khatab, dinar ditetapkan sebagai koin emas
22 karat dengan berat 4,25 gram. Sedangkan, dirham ditetapkan sebagai koin
perak dengan berat 2,975 gram.2
Kenyataan ini menunjukkan, untuk kesekian kalinya, dalam situasi ekonomi
seperti apa pun mata uang dinar emas memperlihatkan kestabilannya. Dinar emas
merupakan pilihan terbaik bagi kepentingan lindung nilai, untuk keperluan
investasi jangka panjang, maupun untuk keperluan transaksi bisnis (jual-beli dan
utang-piutang).
1 M. Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, (Jakarta: Spiritual
Learning Centre – Dinar Club, 2007), Cet ke-1, h. 22 2 Uang kertas, Dinar dan Krisis ekonomi, www.republika.co.id, 31 Mei 2007
Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal
dengan Dinar dan Dirham juga digunakan untuk kegiatan muamalah maupun
ibadah seperti zakat dan diyat sampai berakhirnya keKhalifahan Usmaniah Turki
tahun 1924.3
Koin dinar sendiri mulai dicetak dan diedarkan di Indonesia sejak tahun
2000 oleh unit logam mulia, Dinar dicetak oleh Islamic Mint Nusantara atau PT
Aneka Tambang Logam Mulia Indonesia yang merupakan satu-satunya tempat
pemurnian emas dan perak di Indonesia dengan pengakuan internasional.
Perusahaan milik Negara ini dilengkapi dengan laboratorium penguji kadar emas
selain perak dan platina, dan memperoleh akreditasi dari LEMA (London Bullion
Market Association) dan KAN (Komite Akreditasi Nasional).4 Kini tersedia
dalam empat denominasi 2, 1, ½, dan ¼ dinar. Spesifikasi teknisnya mengikuti
standar dari WITO (World Islamic Trade Organization), yang didasarkan kepada
standar klasik yang dibuat oleh Khalifah Umar bin Khattab.5
Saat ini pemakaian koin Dinar emas di Indonesia telah semakin tambah
populer dan meluas. Pemakai Dinar emas di Indonesia telah tersebar mulai dari
Jayapura, Banda Aceh dan dinar juga dapat diperoleh di wakala-wakala di
beberapa wilayah, seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, dan Yogya. Juga
dibeberapa Negara seperti Dubai, Inggris, Afrika Selatan, Malaysia, dan lainnya.
3 Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, (Jakarta: Spiritual
Learning Centre – Dinar Club, 2007), Cet ke-1, h. 18 4 Zaim Saidi, Lawan Dollar dengan Dinar, (Jakarta: Pustaka Adina, 2003), Cet. 1. h. 120 5 Mata Uang Dinar Emas tembus Rp 1 Juta, http://wakalasauqi.blogspot.com, 05 November
2007
Ketika dinar dan dirham mulai dikenal secara luas, kelompok-kelompok
pengguna dinar dapat meningkatkan kegiatan tolong menolongnya dalam bentuk
saling bertransaksi menggunakan dinar dan dirham. Transaksi yang masih bersifat
internal ini dapat meliputi kegiatan tabungan/investasi, perdagangan maupun
konsumsi.
Dinar dapat diterapkan sebagai tabungan/investasi bagi masyarakat dengan
menjadikan dinar sebagai produk perbankan syariah, yakni deposito dinar syariah.
Yaitu dengan menggunakan Dinar dalam produk deposito syariah. Banyak
kelebihan dalam menggunakan Dinar sebagai produk deposito, salah satunya
adalah dinar memiliki nilai stabil dan tidak terpengaruh inflasi. Sebabnya, dinar
terbuat dari emas sehingga lebih stabil dibandingkan uang kertas.
Dinar dan dirham sebagai tabungan (simpanan) dan investasi berguna untuk
melindungi harta masyarakat dari inflasi, sebagai alat tukar atau mata uang baik
untuk menstabilitaskan harga, dapat dipergunakan untuk pembayaran zakat
harta agar sesuai syariah karena zakat harta dilihat dari zat dan
jumlahnya dan bukan karena nominalnya, dapat diperuntukkan sebagai
mahar, sedekah atau hadiah.6 Dan tabungan dinar juga dapat digunakan untuk
kebutuhan finansial yang bisa diprediksi membutuhkan pengumpulan sejumlah
dana dalam periode tertentu sehingga pada saat dibutuhkan, dana tersebut
6 http://bimaa.wordpress.com/2007/09/10/faq-dinar-dirham
tersedia. Contohnya adalah dana pergi haji, dana pendidikan anak, dana untuk
pembelian rumah dan lain sejenisnya.7
Dalam tradisi fiqih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan
prinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.8
Dalam hal ini Wakala atau wakalah yang berasal dari bahasa Arab yang
berarti wakil (jama’). Makna dari istilah wakala adalah agen. Secara fungsional
wakala dapat mengambil sejumlah peran, yakni tempat bertukarnya mata uang
(money changer), tempat penyimpanan (tabungan), fasilitator pembayaran, serta
pengiriman. Wakala juga dapat berfungsi sebagai clearing house, sumber
informasi dan tempat bertemunya para pemilik dana dan pengelola, untuk
mewujudkan kerjasama usaha (mudharabah atau syirkah).9 Karena fungsinya
sebagai wakil dari pemilik dinar-dirham, maka Wakala tidak boleh meminjamkan
dinar-dirham maupun memberikan kredit kepada pihak ketiga.10
Wakala Induk Nusantara adalah salah satu wakala yang mengeluarkan
produk BADAR (Tabungan dalam Dinar), dimana Wakala Induk Nusantara
memfasilitasi kepada nasabah untuk mempermudah keinginan mencapai hari
depan yang lebih baik. Dalam fungsinya sebagai agen, lembaga wakala dapat
7 http://geraidinar.com/2008/01/mengapa uang kertas tidak bisa dipakai 8 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, h. 85 9 Zaim, Lawan Dolar dengan Dinar, h. 127 10 www.islamhariini.org
mengutip sejumlah fee untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Perbedaan dari
perbankan adalah wakala tidak menciptakan kredit.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik dan memilih Wakala Induk
Nusantara sebagai studi kasus penelitian bahawa Wakala Induk Nusantara
mempunyai aplikasi produk BADAR (Tabungan dalam Dinar). Pemilihan studi
kasus ini bersifat surposive (sengaja) mengingat bank-bank syariah belum ada
yang mengeluarkan produk tabungan dalam dinar .
Oleh karena itu, skripsi ini diberi judul ”ANALISIS PRODUK
TABUNGAN DINAR (BADAR) SEBAGAI IMPLEMENTASI KONSEP
WADI’AH”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka pembatasan masalah
pada skripsi ini berhubungan dengan implementasi wadi’ah pada produk
tabungan dinar diWakala Induk Nusantara. Dalam hal ini produk tabungan dinar
merupakan investasi jangka panjang yang memiliki keunggulan dibandingkan
menabung dengan rupiah.
Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana prosedur tabungan dinar pada Wakala Induk Nusantara?
b. Bagaimana strategi pemasaran dan kendala-kendala yang dihadapi Wakala
Induk Nusantara dalam penerapan produk tabungan dinar?
c. Bagaimana implementasi wadi’ah pada Wakala Induk Nusantara?
d. Bagaimana Analisis SWOT pada produk tabungan dinar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian diantaranya:
a. Untuk mengetahui prosedur produk tabungan dinar pada Wakala Induk
Nusantara.
b. Untuk mengetahui strategi pemasaran dan kendala-kendala apa saja yang
dihadapi wakala Induk Nusantara mengenai produk tabungan dinar.
c. Untuk mengetahui implementasi konsep wadi’ah pada Wakala Induk
Nusantara.
d. Untuk mengetahui analisis SWOT pada Produk Tabungan Dinar.
Adapun manfaat yang diambil dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Bagi penulis, mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
tabungan dinar.
b. Bagi perusahaan, memberikan saran, informasi dan referensi yang
bermanfaat dalam melaksanakan langkah selanjutnya yang lebih baik serta
sesuai dengan Syariat Islam.
c. Bagi Masyarakat, skripsi ini dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai kegunaan dan manfaat dinar.
d. Bagi akademisi, Dapat memberikan tambahan wawasan dan dijadikan
sebagai pedoman atau referensi yang berguna dalam memperkaya koleksi
dalam ruang lingkup karya-karya penelitian lapangan.
D. Kajian Pustaka
Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Jalaluddin, Dinar dan Dirham Menggagas Standarisasi Sistem Moneter
Negara-negara Islam, (Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah
dan Hukum Jakarta, 2003 M/1424 H). Sesuai dengan analisis data maka
didapatkan hasil, dalam sejarah telah mencatat bahwa dunia Islam telah
menggunakan dinar dan dirham sebagai mata uang dan sekaligus sebagai
acuan dalam sistem moneter, dan juga penerapan dinar dan dirham dalam
tatanan perekonomian Indonesia. Khususnya dapat diterapkan pada sektor-
sektor seperti : pembayaran ongkos naik haji, zakat, infak, dan sedekah, dan
lain-lain.
2. Abdul Gofur, Realisasi Penggunaan Dinar dan Dirham pada Produk BMT
Al-Kautsar, (Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum
Jakarta, 2006 M/1427 H). Dengan judul tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan dinar dan dirham ternyata BMT Al-Kautsar
mampu meningkatkan assetnya. Disamping itu juga dengan penggunaan dinar
dan dirham dapat mengembangkan produk-produk baru yang inovatif.
Dari penelitian terdahulu yang ditulis oleh saudara Jalaluddin hanya
membahas dinar dan dirham sebagai standarisasi sistem moneter dinegara-negara
Islam dan juga saudara Jalaluddin hanya menggunakan library research atau
kajian pustaka tanpa melakukan penelitian di lembaga manapun. Dan saudara
Abdul Gofur membahas realisasi dinar dan dirham pada produk-produk BMT Al-
Kautsar.
Sedangkan yang akan dibahas oleh penulis lebih membahas satu produk
yaitu produk tabungan dinar yang dikeluarkan oleh Wakala Induk Nusantara
sebagai implementasi konsep wadi’ah.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Studi deskriptif bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan
karakteristik variabel yang berkenaan dengan fenomena yang diteliti dalam
suatu situasi.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini berupa survei pada Wakala Induk Nusantara, Depok.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data,
yaitu:
a. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak
Wakala, yaitu hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Penulis secara langsung mengadakan wawancara kepada Bpk.
Zaim Saidi Direktur Wakala Induk Nusantara.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti
buku-buku, artikel, surat kabar, internet serta sumber lainnya yang
berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan
data skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Penelitian kepustakaan (library research), merupakan data sekunder yang
digunakan untuk mendukung data primer, dalam hal ini penulis
mengadakan penelitian terhadap literatur yang ada kaitannya dengan
penulisan skripsi ini, literatur ini berupa buku, majalah, surat kabar,
internet, dan lain-lain yang berkaitan dengan tema skripsi tersebut.
b. Penelitian Lapangan (field research), data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah jenis data primer, yaitu data yang diperoleh dari
Wakala. Dengan metode ini penulis memperoleh data dan informasi
tentang analisa produk tabungan dinar, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1) Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap
fenomene-fenomena yang diselidiki.11 Hal-hal yang dilakukan dalam
observasi adalah mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi
penelitian yang berkaitan dengan produk tabungan dinar.
2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan dokumen-
dokumen mengenai tabungan dinar yang ada pada Wakala Induk
Nusantara dan laporan-laporan lain yang terkait dengan masalah
penelitian.
3) Wawancara (interview), sumber data yang digunakan adalah data
primer yaitu data yang didapatkan dari lapangan atau pengumpulan
data dengan melakukan interview kepada pihak-pihak yang dapat
memberikan informasi untuk penelitian ini.
5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi
berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan mengenai analisa produk
tabungan dinar sebagai implementasi konsep wadi’ah pada Wakala Induk
Nusantara dengan memberikan penilaian terhadap permasalahan yang
diangkat melalui interpretasi yang tepat dan akurat.
11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, cet-XXI, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), h. 132.
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
F. Sistematika Penulisan
Mengenai sistematika penulisan, dalam hal ini penulis membaginya dalam
lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan
penjelasan dari bab tersebut. Secara garis besar sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini membahas tentang pengertian tabungan, tabungan syariah,
tabungan dinar, pengertian dan sejarah Dinar, keunggulan dan
kelemahan dinar, hukum penggunaan mata uang emas, pengertian dan
dasar hukum wadi’ah, rukun dan syarat wadi’ah serta macam-macam
wadi’ah.
BAB III GAMBARAN UMUM WAKALA INDUK NUSANTARA
Bab ini membahas tentang Sejarah berdirinya Wakala Induk
Nusantara, visi dan misi Wakala Induk Nusantara, struktur organisasi
Wakala Induk Nusantara, produk-produk Wakala Induk Nusantara
serta arah perkembangan usaha.
BAB IV ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR SEBAGAI
IMPLEMENTASI KONSEP WADI’AH
Bab ini membahas tentang prosedur tabungan dinar pada Wakala
Induk Nusantara, stretegi pemasaran dan kendala-kendala yang
dihadapi dalam penerapan tabungan dinar pada Wakala Induk
Nusantara, analisis produk tabungan dinar sebagai implementasi
konsep wadi’ah pada Wakala Induk Nusantara, serta menganalisis
produk tabungan dinar tersebut melalui SWOT.
BAB V PENUTUP
Bab ini memberikan penerangan tentang intisari (kesimpulan) dari
hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang
sekiranya dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan dan kontribusi
pemikiran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Tabungan
1. Tabungan
Tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekwensi atau
respon dari prinsip ekonomi Islam, yang menyebutkan bahwa manusia
haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah serta mereka (diri sendiri
dan keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi dapat
dikatakan bahwa motifasi utama orang menabung disini adalah nilai moral
hidup sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir.12 Dalam Al-Qur’an
terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum
muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, Allah SWT
berfirman:
����������� �� �!"� #�$� %�&'(�$) *��+ ���,�-./01 2345789: ;- 09<= %�9.!$> #?�,��@/(A %�BC4D��./$. "� %�&��BC������ 2E#�$! FG5�G0H ( 9 :ء اسنلا )
Artinya: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
12 Ali Sakti, Ekonomi Islam: Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern, (PARADIGMA &
AQSA Publishing, Maret 2007), Cet Ke-1, h. 151-152
bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.” (Q.S. An-Nisa’:9) Ayat tersebut diatas memerintahkan kita untuk mengantisipasi masa
depan keturunan, baik secara rohani (iman atau taqwa) maupun secara
ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya, salah satu
langkah perencanaannya adalah dengan menabung.
3I�G�JK (5 �� �!"�
%�2(+�& %�BCM) "�
#�NB2(O���� P��-(Q R+ *S(+TG$!
UG(��� % %�BCR)�� "� V
RW�C "� UX��U01 0☺�Z
(W�9/0☺�9$) ( 18 : رش�لا ) Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”(Al-Hasyr:18)
Dahulu orang menyebut tabungan sebagai hasil mengumpulkan uang
yang disimpan dalam tabungan yang dibuat dari tanah liat, peti dan lain
sebagainya. Hasil tabungan itu adalah kelebihan penghasilan seseorang
setelah dikonsumsi atau setelah memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Setelah terkumpul dan jumlahnya cukup, maka tabungan tersebut
dimanfaatkan untuk keperluan yang biasanya sudah direncanakan terlebih
dahulu seperti pergi haji, untuk pendidikan anak, membeli sawah, modal
usaha dan lain sebagainya.
Kebiasaan seperti itu berlangsung terus sampai saat ini. Bedanya ialah
apabila waktu lampau pengumpulan uang secara fisik (kertas maupun logam)
masih sering dilakukan, akan tetapi saat ini jarang dilakukan, kecuali pada
anak-anak yang oleh orang tua atau gurunya dilatih untuk membiasakan hidup
hemat dalam menabung. Dewasa ini kebanyakan orang lebih memilih cara
menabung dibank atau koperasi simpan pinjam, karena lebih terjaga
keamanannya.
2. Tabungan Syariah
Yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang
dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini Dewan
Pengawas Syariah (DSN) telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa
tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadi’ah
dan Mudharabah.
a. Tabungan Wadi’ah
Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad
prinsip wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Tabungan yang
menerapkan akad wadi’ah pada bank syari’ah mengikuti prinsip-prinsip
wadi’ah yad adh-dhamanah. Dimana nasabah bertindak sebagai penitip
yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau
memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah
sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk
menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut.
b. Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah merupakan tabungan yang mengikuti prinsip-
prinsip akad mudharabah. Diantaranya sebagai berikut. Pertama,
keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara shahibul maal
(nasabah) dan mudharib (bank). Kedua, adanya tenggang waktu antara
dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan
investasi dengan memutar dana itu diperlukan waktu yang cukup.13
Mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni Mudharabah Muthlaqah dan
Mudharabah Muqayyadah, perbedaan utama diantara keduanya adalah
terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana
kepada bank dalam mengelola hartanya. Dalam tabungan ini berlaku
hubungan antara nasabah selaku shahibul maal dan lembaga keuangan
selaku mudharib. Lembaga keuangan (mudharib) mengambil keuntungan
kepada shahibul maal sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama.
Pembagian keuntungan dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo.14
3. Tabungan Dinar
Tabungan dinar adalah tabungan dengan menggunakan koin emas 22
karat sebarat 4.25 gram. Menabung dalam dinar dapat menjadi salah satu
alternatif tabungan selain menabung di bank konvensional maupun di bank
syariah. Ada beberapa alasan yang dapat dipertimbangkan:
13 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h. 156 14 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 272
Pertama, status tabungan di Bank konvensional sudah jelas: riba. Riba (salah
satu bentuknya adalah bunga) dilarang oleh Allah SWT. Dan apabila
menabung di bank syariah, Tentu statusnya bukan riba. Dan memang tidak
ada salahnya menabung di Bank syariah. Hanya saja, apabila anda
memperhitungkan inflasi atau penurunan nilai mata uang, maka simpanan
Anda di Bank akan terus mengalami penurunan nilai yang relatif signifikan,
walaupun ada bagi hasil. Namun seperti yang kita ketahui secara umum, bagi
hasil bank syariah nilainya tidak jauh2 dari bunga bank konvensional
sehingga tetap tidak dapat menutupi efek inflasi.
Kedua, sebagai tabungan, dinar/dirham tahan terhadap inflasi. Nilainya akan
relatif selalu tetap tidak terpengaruh terhadap badai inflasi. Apabila Anda
menyimpan 100 dinar sekarang, 10, 20 tahun lagi, nilai/daya beli nya akan
relatif selalu tetap, namun apabila Anda menyimpan 100juta rupiah sekarang
(apalagi kalau di bawah bantal), niscaya nilainya akan jauh berkurang 10, 20,
30 tahun lagi, apalagi bila terjadi hyperinflasi.15
B. Dinar
1. Pengertian dan Sejarah Dinar
15 http://wakalasauqi.blogspot.com/search/label/tabungan
Dinar adalah koin emas 22 karat sebarat 4,25 gram.16 Sedangkan dalam
kamus istilah fiqih dinar adalah semacam mata uang (zaman dahulu) yang
terbuat dari emas yang beratnya 71 ½ sya’ir.17
Dinar juga merupakan mata uang yang stabil sepanjang zaman, tidak
menimbulkan inflasi dari proses penciptaan uang atau money creation dan
juga bebas dari proses penghancuran uang atau yang dikenal dengan money
distruction.18 Dinar adalah alat tukar sekaligus barang niaga, yang kelebihan
dan keabadian nilainya telah dibuktikan sejarah. Dinar telah dikenal jauh lebih
tua dari kedatangan Islam di Jazirah Arab. Yang pasti dinar dibawa oleh para
pedagang Romawi. Mereka berdagang dengan orang-orang Mesir, Siria, Irak
dan Yaman, dengan menggunakan mata uang tersebut.
Dalam bahasa Romawi mata uang emas disebut sebagai dinarius.
Belakangan koin emas Byzantine ini lebih dikenal sebagai solidus. Denarius
juga dikenal sebagai herculic karena gambar di atasnya yaitu Hercules dan
dua putranya, Herculyanoos dan Qustantine. Dari nama-nama itulah,
dikalangan Arab Islam kemudian dikenal menjadi dinar dan dirham.
Selama masa kenabian sampai khalifah I, Abu Bakar as-Shidiq, koin
Romawi terus digunakan. Kaum Muslimin baru mulai mencetak mata
uangnya sendiri di zaman khalifah kedua, Umar bin Khatab (634-644 M), itu
16 Zaim Saidi, Lawan Dolar Dengan Dinar, (Jakarta : Pustaka Adina, November 2003), Cet Ke-1, h. 18
17 M. Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : Pustaka Firdaus, Juni 2002), Cet Ke-3, h. 61
18 M. Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, (Jakarta: Spiritual Learning Centre – Dinar Club, 2007), Cet ke-1, h. 45
baru berupa fulus perunggu (637 M) yang dicetak dengan aksara Arab di salah
satu sisinya.
Di masa-masa sesudah Khulafaurasyidin berbagai khalifah silih berganti
memimpin umat Islam, yang dikenali sejarah sebagai Bani Umayah (661-750
M), Bani Abbasiyah (750-1258 M), kemudian masa dinasti Mamluk (1250-
1517), dan terakhir masa dinasti Usmaniah (yang berakhir pada 1924). Dinar
pun silih berganti dalam corak, tetapi tetap dalam standar Umar bin Khatab.
Muawiyah adalah khalifah pertama yang menerbitkan dinar dengan gambar
dirinya yang menyandang pedang.
Salah satu khalifah dari bani Umayah, yakni Abdul Malik bin Marwan
(685-705 M), yang pada 690 M, untuk pertama kalinya mencetak koin dinar
”Islam”, menggantikan koin-koin Romawi. Koin-koin baru ini mencirikan
Arab, karena simbol-simbol Kristiani dan Zoroastrian dihilangkan, dan diganti
dengan simbol Islam dan dengan teks Arab. Abdullah Marwan bin Malik
melakukan perubahan, figur kaisar berubah menjadi khalifah, dan pencetakan
kata Bismillah (dalam aksara Arab) di atas koin. Beberapa tahun kemudian
Abdul Malik membuat kembali mata uang melalui desain dan pembuatan
mata uang logam Islami yang spesifik, pertama dalam emas, kemudian perak,
menggantikan dua mata uang logam timur dan barat yang berbeda. Untuk
selanjutnya tidak ada lagi gambar manusia dalam mata uang logam Islam.
Pemberontakan Abu Muslim di Khurasan mengalahkan dinasti Umayah
dan menandai berdirinya dinasti Abbasiyah, keturunan dari Ibnu Abbas, yang
berkuasa dalam masa 750-1258 M. Bani Abbasiyah berkuasa selama satu
setengah abad, kemudian dilanjutkan oleh Kekhalifahan Usmaniah Turki.
Khalifah Abbasiyah pertama yang menerbitkan dinar adalah Abu Al-Abbas
Abdullah bin Muhammad, pada 749 M. Ia mengganti corak koin, kalimat
Muhammad Rasulullah dipakai menggantikan Allah Ahad, Allah Al-Samad,
lam yalid wa lam yulad, pada sisi belakang koin.19 Selama masa bani
Abbasiyah dinar emas juga diterbitkan di Mesir dan Damaskus dengan
menggunakan kata-kata yang sama dengan gambar dan cetakan yang ditulis
dalam dinar bani Umayah, kecuali tanggal penerbitan. Selama masa Abu Jafar
al-Mansur, koin baru diterbitkan di Ray (Teheran) dan Provinsi-provinsi
lainnya (145 H). Pada koin-koin tersebut, terlihat nama dan gelar Putra
mahkota (diperintahkan oleh Al-Mahdi Muhammad bin Amir Al-Mu’minin).
Bani Abbasiyah mulai mengalami kemunduran pada 945 M, dan
wilayah kekhalifahannya terpecah-pecah. Tiap wilayah dikuasai oleh dinasti
tertentu, dan mereka menerbitkan dinar emas masing-masing, seperti
Buwaihan di Iran dan Irak, Tulonian di Mesir dan Syiria dan semenanjung
Arab (Hijaz) dan Umayah di Andalusia (Spanyol). Meskipun koinnya
diterbitkan secara lokal semuanya tetap menggunakan nama khalifah
Abbasiyah. Akan tetapi nilainya menjadi lebih lemah daripada yang
dikeluarkan oleh bani Abbasiyah yang masih digunakan sebagai mata uang
regional.
19 Zaim, Lawan Dolar dengan Dinar, h. 29-31
Masa berikutnya adalah Dinasti Mamluk di Mesir. Sejarah mencatat
peristiwa khusus seputar kejatuhan dinasti ini karena tindakan pemerintah
melakukan perubahan nilai mata uang, dengan menerbitkan begitu banyak
fulus (uang tembaga). Al-Maqrizi, seorang ekonom Muslim yang pernah
menjabat sebagai muhtasib (pengawas pasar), di zaman sinasti Mamluk
sekitar abad ke-14 M, mengisahkannya dalam kitab yang amat masyhur,
Ighathat al-ummah bikashf al-ghummah (menolong bangsa dengan melihat
pencetus persoalannya), yang ditulisnya pada Muharram 808 H (1405 M).
Isinya adalah hasil analisis Maqrizi atas sebab-musabab kejatuhan dinasti
Mamluk.20
Dalam Ighatah, Maqrizi dengan jelas menyalahkan penguasa ketika itu,
yang menerbitkan fulus, mata uang dari tembaga, sebagai penyebab utama
penderita rakyat, yang akhirnya menjatuhkan Dinasti Mamluk. Dengan
terbitnya fulus terjadilah inflasi besar-besaran, yang mengakibatkan rakyat
menjadi miskin, suatu kejadian yang sama dengan krisis moneter (krismon)
yang Indonesia alami pada tahun 1997 yang lalu.
Telah tertulis diatas bahwa dinar emas terakhir digunakan pada dinasti
Usmaniah di Turki. Pemakaian dinar emas terus bertahan sampai awal abad
ke 20, dan baru hilang dari peredaran pada tuhun 1924.21
20 Ibid., h. 32 21 Ibid., h. 33
Telah diketahui bahwa apa yang ada sebelum Islam namun setelah
turunnya Islam mata uang dinar tidak dilarang, bahkan digunakan oleh
Rasulullah.
2. Keunggulan dan Kelemahan Mata Uang Dinar
Keunggulan mata uang dinar adalah sebagai berikut:
a. Tidak mengalami devaluasi terhadap mata uang lain
Dinar yang merupakan mata uang emas dengan berat 4,25 gram
merupakan kesatuan antara nilai interinsik (nilai dari mata uang itu sendiri
karena terbuat dari emas, tidak seperti uang kertas) dan nominalnya,
artinya nilai nominalnya akan terjaga oleh nilai interinsiknya. Bukan
terhadap daya tukar mata uang lainnya, seperti rupiah dan dollar.
Penggunaan dinar dan dirham antar Negara justeru akan memudahkan
transaksi perdagangan karena dimanapun dinar berada, tetap akan sama
sehingga tidak perlu dipusingkan oleh nilai tukar mata uang (kurs).
Dengan demikian mata uang suatu negara tidak akan dapat mendevaluasi
mata uang Negara lain, demikian juga sebaliknya.
b. Sesuai Dengan Ketentuan Syariah
Dinar jelas sesuai dengan berbagai ketentuan syari’at Islam, umpamanya
dalam hal zakat. Dalam hal ini Rasulullah SAW telah menetapkan
berbagai ketentuan zakat dengan dinar. Hadis yang diriwayatkan Abu
Dawud menyebutkan nisab zakat dengan dinar. Dengan ketentuan zakat
emas adalah mencapai nishab dan telah berlalu satu tahun. Nishab zakat
emas adalah 20 misqal atau 20 dinar dan zakatnya adalah setengah dinar.22
Dinar juga dikaitkan dengan ketetapan besaran Diyat dalam perkara
pembunuhan yakni sebesar 1000 dinar atau batas minimal pencurian
seperempat dinar (¼ dinar).23
c. Bebas dari tekanan inflasi
Emas dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir, semenjak standar
emas dilepas dari dollar nilainya selalu tetap, bahkan cenderung selalu
meningkat. Selama tahun 1988 sampai tahun 1997 dunia mengalami
defisit pasokan emas sebanyak rata-rata 319 ton per tahun, tapi harganya
relatif stabil. Malah dalam kurun waktu 1994-1997, saat dunia mengalami
defisit emas sebesar 348 persen harganya justeru turun 14 persen. Uniknya
lagi harga emas ternyata spesifik untuk tiap Negara dan mata uang.
Artinya kalaupun harga emas dalam dollar AS naik, tidak juga naik dalam
mata uang lain, bagitu juga sebaliknya. Secara praktis emas membuktikan
mampu menyimpan harta secara tetap. Emas terbukti kalis (murni) dari
berbagai krisis moneter.
d. Dinar Adalah mata uang universal
Dinar yang terbuat dari emas merupakan barang yang universal yang
dapat laku dimanapun juga. Dinar dapat diterima di seluruh dunia karena
22 Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc. Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2002), Cet Ke-1, h. 33 23 Zaim Saidi, Kembali Ke dinar Tinggalkan Riba Tegakkan Muamalah, (Jakarta: Pustaka
Adina, 2005), h. 57
setiap orang menghargai emas yang merupakan bahan dasar dari dinar.
Disamping itu mata uang dinar tidak mudah rusak, awet dan tahan lama.
Nilai mutu emas juga sama diseluruh dunia. Karena nilai mata uang dinar
melekat pada barangnya sendiri, tidak ada pihak luar yang bisa merusak
atau menghancurkan nilainya. Oleh karenanya mata uang dinar dapat
digunakan sebagai simpanan yang paling aman nilainya dibandingkan
dengan nilai mata uang Rupiah, Dollar Amerika, dan uang fiat lainnya
diseluruh dunia.24
Kelemahan Mata uang Dinar adalah sebagai berikut:
a. Cadangan Emas Diragukan Mampu Memenuhi Kebutuhan Transaksi
Emas merupakan barang yang berharga, setiap orang menghargai
sebagai sebuah kekayaan. Indonesia mendapatkan anugerah besar dari
Allah SWT. Pada saat ini Indonesia memiliki peringkat keenam dunia atau
peringkat ketiga di Asia sebagai produsen emas. Produksi per tahun emas
Indonesia adalah sekitar 160 ton yang dihasilkan dari sejumlah tempat dan
perusahaan, antara lain:
1) Perusahaan Freeport di Papua, menghasilkan emas sekitar 90 ton per
tahun.
2) Perusahaan New Mont Batu Hijau, menghasilkan emas sekitar 14 ton
per tahun.
24 Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, h. 167
3) Perusahaan Kontrak Karya yang memurnikan emasnya di Logam
Mulia, menghasilkan emas sekitar 36 ton pertahun.
4) Tambang Emas Pongkor, PT. Aneka Tambang, menghasilkan emas
sebanyak 4 ton per tahun.
5) Hasil Tambang Rakyat, legal dan PETI (perusahaan emas tanpa izin),
menghasilkan emas sekitar 20 ton per tahun.
Tidak mengherankan jika banyak orang menjuluki Indonesia sebagai
zamrud katulistiwa. Kondisi geologis negeri ini sangat memungkinkan
pembentukan cebakan emas terus menerus. Kekayaan tanah nusantara
akan gunung berapi akan memberikan kandungan yang kaya akan emas,
yang lazim disebut dengan ”cebakan (galian tambang/barang tambang)
emas apithermal”.25
Meskipun demikian cadangan emas yang ada di dunia diragukan
mampu memenuhi kebutuhan transaksi. Namun demikian secara imani,
bila Allah SWT memerintahkan menggunakan mata uang emas, maka
tentu Ia telah dan akan menyediakan terus kebutuhan emas itu.
b. Kemungkinan Sulit Menjaga Nilai Kemurniannya
Dinar yang mesti beredar dan diterima oleh masyarakat adalah dinar
yang mempunyai berat 4,25 gram. Persoalannya adalah bagaimana semua
dinar yang beredar dijamin dapat memenuhi ketentuan itu. Hal yang mesti
dilakukan adalah, pertama, tentu dinar yang dikeluarkan secara resmi oleh
25 Zaim, Lawan Dollar dengan Dinar, h. 51-52
pemerintah saja yang boleh digunakan. Kedua, Pemerintah perlu secara
berkala melakukan pengecekan terhadap dinar yang tidak memenuhi
ketentuan atau dipalsukan.
c. Penyediaan Satuan Uang yang Lebih Kecil
Dua dinar merupakan satuan nominal yang paling besar, sementara
berbagai macam transaksi kadang membutuhkan satuan yang lebih kecil.
Kendala ini dapat diatasi dengan menyediakan dirham yang terbuat dari
perak dan mata uang dari bahan yang lebih rendah dari emas dan perak,
seperti perunggu sehingga semua kebutuhan transaksi dapat terpenuhi.
Berikut adalah pecahan mata uang dalam Dinar dan Dirham:26
½ Dinar 2,125 gram emas (22 karat, 917, Diameter: 20 mm)
1 Dinar 4,250 gram emas (22 karat, 917, Diameter: 23 mm)
2 Dinar 8,500 gram emas (22 karat, 917, Diameter: 26 mm)
1 Dirham 2,975 gram perak (perak murni, 999, Diameter: 25 mm)
5 Dirham 14,875 gram perak (perak murni, 999, Diameter: 27 mm
d. Masalah Mobilitas
Dinar yang beredar saat ini adalah dinar dalam bentuk koin. Hal ini
dapat menjadi kendala mobilitas, misalnya berapa ton berat emas yang
mesti dibawa untuk transaksi dalam jumlah miliyaran. Hal ini dapat
26 www.wakalanusantara.com
diatasi dengan sistem transaksi On-Line atau yang baru-baru ini
dikembangkann berupa sistem e-Dinar untuk transaksi internasional.
Biaya transaksinya satu persen per transaksi. Bila membandingkan dengan
biaya transfer valas uang kertas sekitar 6 dollar AS yang dikenakan
kepada pembayar dan penerima.
3. Manfaat Penggunaan Dinar
Setelah diketahui bahwa selama ini uang kertas yang kita gunakan
sangat tidak bisa diandalkan nilainya karena terus-menerus mengalami
penurunan, penggunaan mata uang kertas dinilai tidak dapat mendorong
kesejahteraan seluruh masyarakat suatu negara. Fenomena tersebut hanya
akan semakin memperkaya segelintir kelompok yang memang diuntungkan
dengan sistem uang kertas tersebut.27
Sampai di abad 21 solusi kembali ke emas sebagai mata uang semakin
menguat. Dengan tetap berpegang pada mata uang dinar bukan berarti Islam
tidak maju dibidang ekonomi dan perdagangan. Sebelum dunia barat
menemukan apa yang mereka sebut sebagai cek, Umat Islam sudah
menggunakan Sakk, bahkan dari nama Sakk inilah istilah Cek atau Check,
Cheque ditemukan.
Penggunaan mata uang dinar tidak harus berarti ke zaman dahulu orang
yang mau berbelanja atau bepergian harus membawa uang koin dalam
kantong. Dengan teknologi modern, uang dinar dapat digunakan secara
27 Uang Kertas, Dinar dan Krisis Ekonomi, www.republika.co.id
praktis dengan bantuan teknologi. Saat ini kita sudah bisa berbelanja di dunia
global melalui internet dengan e-dinar.
Berikut adalah manfaat dinar:
a. Dinar adalah mata uang yang stabil sepanjang zaman, tidak menimbulkan
inflasi dari proses penciptaan uang atau money creation dan juga bebas
dari proses penghancuran uang atau yang dikenal dengan money
destruction.
b. Dinar adalah alat tukar yang sempurna karena nilai tukarnya terbawa
(inherent) oleh uang dinar itu sendiri, bukan paksaan legal seperti mata
uang kertas yang nilainya dipaksakan oleh keputusan yang berwenang
(maka dari itu disebut legal tender).28
c. Penggunaan dinar dapat mengeliminir penurunan ekonomi atau economic
downturn dan resesi karena dalam sistem dinar setiap transaksi akan di
dasari oleh transaksi di sektor riil.
d. Penggunaan dinar dalam suatu negara mengeliminir risiko mata uang yang
dihadapi oleh negara tersebut, apabila digunakan oleh beberapa negara
yang penduduk Islamnya mayoritas akan mendorong terjadinya blok
perdagangan Islam.
e. Penggunaan dinar akan menciptakan sistem moneter yang adil yang
berjalan secara harmonis dengan sektor riil. Sektor riil yang tumbuh
28 Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, h. 41
bersamaan dengan perputaran uang dinar, akan menjamin ketersediaan
kebutuhan masyarakat pada harga yang terjangkau.
f. Berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan kesengajaan akan dengan
sendirinya menurun atau bahkan menghilang.
g. Kedaulatan negara akan terjaga melalui kestabilan ekonomi yang tidak
terganggu oleh krisis moneter atau krisis mata uang yang menjadi pintu
masuknya kapitalis-kapitalis asing untuk menguasai perekonomian negara
dan akhirnya juga menguasai politik keamanan sampai kedaulatan negara.
h. Hanya uang emas (dinar) yang bisa menjalankan fungsi uang modern
dengan sempurna yaitu fungsi alat tukar (medium of exchange), fungsi
satuan pembukuan (unit of account), dan fungsi penyimpan nilai (store of
value). Ketiga fungsi ini sebenarnya telah gagal diperankan oleh uang fiat
dengan alasan, berikut:
1) Uang fiat tidak bisa memerankan secara sempurna fungsi sebagai alat
tukar yang adil karena nilainya yang berubah-ubah. Jumlah uang yang
sama tidak bisa dipakai untuk menukar benda riil yang sama pada
waktu yang berbeda.
2) Sebagai satuan pembukuan uang kertas juga gagal karena nilainya
yang tidak konsisten, nilai uang yang sama tahun ini akan berbeda
dengan tahun depan, dua tahun lagi dan seterusnya. Catatan
pembukuan yang mengandalkan uang fiat justru melanggar salah satu
prinsip dasar pembukuan itu sendiri yaitu konsistensi.
3) Sebagai fungsi penyimpan nilai, jelas uang fiat sudah membuktikan
kegagalannya. Kita tidak bisa mengandalkan uang kertas kita sendiri
untuk mempertahankan nilai kekayaan kita, di Amerika Serikatpun
masyarakatnya yang cerdas mulai tidak mempercayai uang Dollarnya
karena nilainya turun kurang dari separuh selama enam tahun
terakhir.29
4. Hukum Penggunaan Mata Uang Emas
Emas sebagai mata uang dapat dilihat pada sejarah Nabi Muhammad
SAW. Pada zaman itu mata uang yang digunakan untuk bertransaksi adalah
emas dan perak. Mata uang ini dibentuk dan dicetak oleh kekaisaran Romawi
dan Persia. Dan sepanjang hidupnya, Nabi tidak merekomendasikan
perubahan apapun terhadap mata uang. Artinya Nabi dan para sahabat yang
menjadi Khalifah sesudahnya membenarkan praktek ini.30 Rasulullah SAW
telah mengakui berat dinar tersebut serta mengaitkannya dengan hukum-
hukum zakat, diyat dan potong tangan. Hukum-hukum tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Islam melarang praktek penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan
larangan tersebut untuk emas dan perak.31 Allah SWT berfirman:
3I�G�JK (5 ([ �!"�
%\�2(+�& RW�C 2X��]^_
29 Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, h. 42 30 Cecep Maskanul Hakim, Sistem Dinar Emas: Solusi Untuk Perbankan Syari’ah, (Jakarta:
PIRAC, SEM Institute, Infid, Maret 2001), Cet Ke-1, h. 22 31 Ibid., h. 23
�`�a+ 8(b*�O>
cW(U�de���� (W�9/&'.J��$�
(fg���+�h RRj�
ck�l (b���Z �m�8GNn(5��
�( ck��b0H �� o
�� �!"��� �m�e�po(5
�/0d"!� $3rs�-���� ^E��
3I(t�BC�-25 u�[ ck��b0H
�� ?9d�X<vw(U$. fx⌧�09�Z
z�����h ( 34 : ةب وتلا ) Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (Q.S at-Taubah :34)
Pada ayat diatas ditunjukkan tindakan menimbun emas dan perak sebagai
mata uang, sebab ia merupakan alat tukar. Mengoperasionalkan kekayaan
harta (emas dan perak). Diantara kewajiban masyarakat Islam adalah
mengeluarkan harta yang di tangannya untuk diputar dan diinvestasikan,
karena uang dan harta itu ada bukan untuk ditahan dan ditimbun. Akan
tetapi uang itu dibuat untuk dipergunakan dan berpindah dari tangan ke
tangan sebagai harga untuk jual beli, upah untuk bekerja, mata uang yang
bisa dimanfaatkan atau modal yang berputar (syirkah) atau mudharabah.ia
merupakan sarana untuk berbagai keperluan.
Sekali lagi, semata-mata hanya sarana dan tidak boleh berubah menjadi
tujuan, apalagi menjadi berhala yang disembah. Kalau demikian adanya,
maka akan jadi penyebab kenistaan dan kecelakaan ”merugilah hamba
dinar, merugilah hamba dirham”, demikian sabda Rasulullah SAW.32
b. Ketika Allah SWT telah mewajibkan zakat uang, maka Allah juga
mewajibkan zakat untuk emas dan perak, kemudian menetapkan pula
nishabnya.33
�� ������ ��� ا� �� ر ���� ��� ه$ا او�ل ب�"!� ��� و ���� ا�
�7 5+34+ ل2 آ+ن/ .+ذا ,+ل ی( ال'&8 � ل2 ی>;ن ح�3� ال$�ه9 .� ی"�
آ+ن .+ذا دی�+را �<=ون �B+ ل';ل ا ���B+ ح+ل و دی�+را �<=ون ل2C.
DE(ةجام نبا �اور) .دی�+را ن
Dari Ali ra, Rasulullah SAW besabda: ”Jika kamu mempunyai 200 dirham
dan telah tercapai haulnya maka zakatnya 5 dirham dan jika kamu
mempunyai 20 dinar maka zakatnya adalah setengah dinar”. (HR. Ibnu Majah)34 Nisab zakat mal dengan jelas telah ditetapkan, yaitu 20 dinar (84.7 gr
emas, 22 karat) zakatnya 2,5 persen (1/40) dan 200 dirham (593 gr, perak
murni) zakatnya 2,5 persen (1/40), dengan haul satu tahun.35
c. Islam mewajibkan potong tangan dalam kasus pencurian. Islam telah
menentukan kadar minimal nilai harta yang dicuri agar hukum potong
tangan dapat diterapkan, yaitu seperempat dinar atau tiga dirham, artinya
32 Dr. Yusuf Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah (Malaamihu
Al-Mujtama’ Al Muslimin Alladzi Nasyuduh), (Solo: Citra Islami Press, Januari 1997), Cet Ke-1, h. 231
33 Hakim, Sistem Dinar Emas: Solusi Untuk Perbankan Syari’ah, h. 23 34 Ibnu Majah, Juz I, h. 100 35 Zaim Saidi, Ilusi Demokrasi, (Jakarta: Republika, September 2007), Cet Ke-1, h. 236
ada satuan hitung yang dipergunakan, yaitu emas dan perak sebagai mata
uang.
�� �L'5& ال"KیKب� ��& ح&�H�+ ال�"&يI ال'>� ب<=ب� H�� ح&�� ال���� L"/ ان�L� �� M>4+� +B=ة��� ب>= اب� �� الB& ب� ا� � ال���� L"/ ان�L� �� M>4+� +B=ة �� �L'5& ب������ ا� �� � ا�R ال�T+رق ی& RتOPN یN;ل و ���. Oدی�+ر رب +E. اور) �&ا� (ملسم
Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Tidak dipotong
tangan pencuri kecuali dalam (barang senilai) seperempat dinar atau
lebih”.(HR. Muslim)36 d. Ketika Islam menetapkan hukum tukar-menukar uang (sharf), Islam
menetapkan uang dalam bentuk emas dan perak. Sharf adalah jual beli
barang sejenis maupun tidak sejenis secara tunai. Seperti memperjual
belikan emas dengan emas atau perak dengan perak maupun antar jenis
yang berbeda seperti emas dengan perak atau perak dengan emas. 37
�بال=� ;با اH� &�حO "ح ��>3ال�& H�ا ام;ال" �ب+د�� اV�=�ب �'ی ان +ل, ��با �� ة=>ب يبا �ب L�حال=� &�� اH� &�ح +ق' ا يبا� ا� ;ل ر ى�ن�Xا� ى �� M!�لCا اب M!�لCا نع ��� و �� C�!Mل ي=3<ن نا ان=5او اء;Tب اء; �Rا 9هل$� اب 9هال$�و�آ 9ه+ل$�بD 8"�ب 9هال$� ي=3<تو اCل+�!M آ�D 8"�ل, ا+ .TZ �ب ا&ی +لX .N]ر �ل& .Nا$>ه +ل L"/ (ملسمو ىراخب �اور)
36 Muslim, Shahih Muslim, ( Beirut, Dar al Turas al Islami, tth), Juz, III, h. 1313 37 Drs. Ghufron A. Mas’adi, M. Ag, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), Cet Ke-1, h. 149
Dari Abu Bakhrah berkata:
“Rasulullah SAW telah melarang membeli perak dengan perak, emas
degan emas kecuali setara nilainya dan telah memerintahkan kita untuk
membeli perak dengan emas sesuka kami dan membeli emas dengan perak
sesuka kami. (HR. Bukhari dan Muslim)”
e. Rasulullah telah menetapkan emas dan perak sebagai uang dan beliau
menjadikan hanya emas dan perak sajalah sebagai standar uang. Terdapat
beberapa jenis satuan berat lainnya yaitu: auqiyah, daniq, dan qirath.
Misalnya : satu mitsqal sama dengan 8 daniq dan beratnya sama dengan
20 qirath (22 qirath kurang satu habbah/kasr). Berat 1 mitsqal ini sama
dengan 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya
atau sama dengan 6000 habbah (biji) khardal bari (sejenis tanaman sawi)
ukuran sedang. Dan 1 auqiyah sama dengan 40 dirham.38
Hukum-hukum diatas yang dikaitkan dengan emas dan perak,
menunjukkan bahwa emas dan perak merupakan satuan mata uang
standar, yang telah ditetapkan berdasarkan taqrir (legitimasi) Rasulullah
SAW untuk menilai berbagai barang dan jasa, dapat dikataka pula bahwa
emas dan perak adalah jenis mata uang yang direkomendasikan oleh
syar’i.
C. Konsep Wadi’ah
1. Pengertian dan Dasar Hukum Wadi’ah
38 Ir. Sigit Purnawan Jati, Dinar Emas Solusi Krisis Moneter (Seputar Dinar), (PIRAC, SEM
Institute, Infid, Maret 2001), Cet Ke-1
Secara etimologi, kata al-wadi’ah berarti menempatkan sesuatu yang
ditempatkan bukan pada pemiliknya untuk dipelihara. Secara terminologi, ada
dua definisi al-wadi’ah yang dikemukakan pakar fiqh.
Pertama, definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah. Menurut
mereka, al-wadi’ah adalah:
]��Tت =� ��� ال _C5+ل� ح =� دRلM و ی'+ Mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta, baik dengan
ungkapan yang jelas, melalui tindakan, maupun melalui isyarat.
Kedua, definisi yang dikemukakan ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan
Hanabilah (jumhur ulama), menurut mereka al-wadi’ah adalah:
X�� ت;آ. _Cك ح;�L5 � Ec5;ص و]� ��Mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara
tertentu.39
Dengan demikian maka pengertian istilah al-wadi’ah adalah akad antara
pemilik barang (mudi’) dengan penerima titipan (wadi’) untuk menjaga harta
atau modal (ida’) dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta.40
Dasar hukum yang dipakai adalah hukum yang berlandaskan al-Qur’an
dan as-Sunah. Sebagai salah satu akad yang bertujuan untuk saling membantu
antara sesama manusia, maka para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa al-
wadi’ah disyariatkan dan hukum menerimanya adalah sunat. Alasannya
adalah firman Allah dalam surat an-Nisaa’: 58 yang berbunyi:
39 Dr. H. Nasrun Haroen, MA. Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, Januari
2007), h. 244-245 40 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Managemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Alvabet, 2002), h. 29
��d/�,0 ... 58 :ء اسنلا ) ( hu@|�C
�S �2 (+O> %�}�⌧$9) W�hR
#?&'�+.J(5"�W�C Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya...”.
Para ulama sepanjang zaman telah sepakat tentang kebolehan penitipan
dan meminta menitipkan barang kepada seseorang.41 Jika pihak yang diberi
amanah termasuk orang yang dapat dipercaya dan mampu menjaga barang
yang dititipkan kepadanya maka ia disunahkan menerima titipan tersebut.42
Al-wadi’ah adalah amanat bagi orang yang menerima titipan dan ia wajib
mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali, firman Allah
SWT:
� �4Z�8.. ( 283 : ةارقبلا )� c�4D������
��(O�2 (+�h ��☺9)�( ��!"�
1���⌧$�./$. �s�9(Z ?&oBs�9(Z
1��+�hW��$.... Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercaya itu menunaikan amanatnya dan bertaqwalah kepada Allah sebagai
Tuhannya (al-Baqarah: 283)
Orang yang menerima barang titipan tidak berkewajiban menjamin,
kecuali bila ia tidak melakukan kerja dengan sebagaimana mestinya atau
melakukan jinayah terhadap barang titipan, berdasarkan kepada sabda Nabi
41 Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqh Muamalah Perbankan Syari’ah, (Jakarta: PT. Bank Muamalat
Indonesia, Tbk. Juni 1999), h. 2/17 42 Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Akhyar, (Beirut: Darul Fikri;
tth), Juz-2. h. 11
yang diriwayatkan oleh Imam Dar al-Quthni dan riwayat Arar bin Syu’aib
dari bapaknya, dari hakekatnya bahwa Nabi SAW. Bersabda:
(ىنطقرادلا �اور) ���� L�+ن .d ی"M ود ودع 5�
”Siapa saja yang dititipi, ia tidak berkewajiban menjamin” (Riwayat
Daruquthni)43
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa status al-wadi’ah di tangan
orang yang dititipi bersifat amanah, bukan adh-dhaman, sehingga seluruh
kerusakan yang terjadi selama penitipan barang tidak menjadi tanggung jawab
orang yang dititipi, kecuali kerusakannya disengaja atau atas kelalaian orang
yang dititipi.44 Sabda Rasulullah SAW:
f��= ال3TL;دع ��� لg ا�X Lل +L� ق�يبلا �اور) ن
(ينطقرادلاوOrang yang dititipi barang, apabila tidak melakukan pengkhianatan tidak
dikenakan ganti rugi. (HR al-Baihaqi dan ad-Daruquthni).45
Berdasarkan hadis diatas, para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa
apabila dalam akad al-wadi’ah disyaratkan bahwa orang yang dititipi dikenai
ganti rugi atas kerusakan barang selama dalam titipan, sekalipun kerusakan
barang itu bukan atas kesengajaan atau kelalaiannya, maka akadnya batal.
Akibat lain dari sifat amanah yang melekat pada akad al-wadi’ah adalah
pihak yang dititipi barang tidak boleh meminta upah dari barang titipan itu.46
43 Drs. H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Juli 2002),
Cet Ke-1, h. 182 44 Ah. Azharuddin Lathif, Bahan Perkuliahan Fiqih Muamalah, (Jakarta: 2004), h. 52 45 Haroen, Fiqh Muamalah, h. 247 46 Ibid., h.248.
2. Rukun dan Syarat Wadi’ah
Sebagai sebuah titipan, wadi’ah harus memenuhi segala rukun dan
syarat. Adapun yang menjadi rukun wadi’ah adalah sebagai berikut:
Para ulama berbeda pendapat tentang rukun wadi’ah, ulama Hanafiyah
menyatakan bahwa rukun al-wadi’ah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan
penitipan barang dari pemilik, seperti ”saya titipkan sepeda ini pada engkau)
dan qabul (ungkapan menerima titipan oleh orang yang dititipi, seperti ”saya
terima titipan sepeda anda ini”).
Sedangkan menurut jumhur ulama fiqh mengatakan bahwa rukun al-
wadi’ah ada tiga, yaitu:
a. Orang yang berakad.
b. Barang titipan.
c. Shighat ijab dan qabul.
Syarat-syarat wadi’ah
Dalam syarat-syarat wadi’ah para ulama juga berbeda pendapat:
Menurut ulama Hanafiah bahwa yang menjadi syarat bagi kedua belah
pihak yang melakukan akad adalah harus orang yang berakal. Apabila anak
kecil yang telah berakal dan diizinkan oleh walinya untuk melakukan
transaksi al-wadi’ah, maka hukumnya sah. Mereka tidak mensyaratkan baligh
dalam persoalan al-wadi’ah. Akan tetapi, anak kecil yang belum berakal atau
orang yang kehilangan kecakapan bertindak hukumnya, seperti orang gila,
tidak sah melakukan al-wadi’ah.
Sedangkan menurut jumhur ulama, pihak-pihak yang melakukan
transaksi al-wadi’ah disyaratkan telah baligh, berakal, dan cerdas, karena
akad al-wadi’ah merupakan akad yang banyak mengandung risiko penipuan.
Oleh sebab itu, anak kecil, sekalipun telah berakal tidak dibenarkan
melakukan transaksi al-wadi’ah, baik sebagai orang yang menitipkan barang
maupun sebagai orang yang menerima titipan barang. Disamping itu, jumhur
ulama juga mensyaratkan orang yang berakad harus cerdas. Sekalipun telah
berakal dan baligh, kalau tidak cerdas, tidak sah untuk melakukan transaksi
al-wadi’ah. Pada wadi’ah disyaratkan, harta itu bisa dikuasai, apabila
seseorang menitipkan ikan yang ada di laut atau di sungai, sekalipun
ditentukan jenis, jumlah dan identitasnya, hukumnyatidak sah, karena ikan itu
tidak dapat dikuasai oleh orang yang dititipi.47
3. Macam-macam Wadi’ah
Secara umum terdapat dua jenis al-wadi’ah yaitu wadi’ah yad al-
amanah dan wadi’ah yad adh-dhamanah:
1. Wadi’ah Yad al-Amanah (Trustee Depository)
Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan
digunakan oleh penerima titipan.
47 Haroen, MA. Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, Januari 2007), h. 246-247
b. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang
bertugas dan berkewajiban untuk menjaga barang yang ditititpkan
tanpa boleh memanfaatkannya.
c. Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk
membebankan biaya kapada yang menitipkan.
d. Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan
oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk
jenis ini adalah jasa penitipan atau safe deposit box.
Mekanisme seperti di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.
Skema al-Wadi’ah Yad al-Amanah
1. Titipan Barang 2. Beban Biaya Penitipan
Keterangan :
Dengan konsep al-wadi’ah yad al-amanah, pihak yang menerima
titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang
yang dititipkan. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada
penitip sebagai biaya penitipan.
2. Wadi’ah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository)
Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
Nasabah Muwaddi’ (Penitip)
BANK Mustawda’
(Penyimpan)
a. Harta atau barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh
yang menerima titipan.
b. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu
dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan
bagi penerima titipan untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si
penitip.
c. Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu giro dan
tabungan.
d. Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang
dihitung berdasarkan persentase yang telah ditetapkan. Adapun pada
bank syari’ah, pemberian bonus (semacam jasa giro) tidak boleh
disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benar-
benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari pihak bank.
e. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan
manajemen bank syari’ah karena pada prinsipnya dalam akad ini
penekanannya adalah titipan.
f. Produk tabungan juga dapat menggunakan akad wadi’ah karena pada
prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu simpanan yang bisa
diambil setiap saat. Perbedaannya, tabungan tidak dapat ditarik dengan
cek atau alat lain yang disamakan dengan cek.
Mekanisme wadi’ah yad adh-dhamanah dapat digambarkan dalam skema
sebagai berikut:
Skema al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah
1. Titipan Barang 4. Beri Bonus 3. Bagi Hasil 2. Pemanfaatan Dana
Keterangan :
Dengan konsep al-wadi’ah yad adh-dhamanah, pihak yang menerima
titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan. Tentu, pihak bank dalam hal ini mendapatkan hasil dari
Nasabah Muwaddi’ (Penitip)
BANK Mustawda’
(Penyimpan)
USERS OF FUND
(Dunia Usaha)
pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam
bentuk bonus.48
48 Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.
148-150
BAB III
GAMBARAN UMUM WAKALA INDUK NUSANTARA
Wakala umum dinar dirham merupakan lembaga (bukan bersifat seperti
organisasi, tetapi lebih kepada sifat tanggung jawab) yang dijalankan oleh seorang
Wakil. Syarat-syarat untuk menjadi seorang Wakil adalah Muslim, memiliki sifat
yang baik dan terpercaya. Ia berada di bawah kepemimpinan seorang Amir dan
diawasi secara ketat oleh seorang Muhtasib. Seorang Wakil tidak diperkenankan
untuk meminjamkan Dinar dan Dirham, tugas mereka hanyalah melakukan sesuatu
atas perintah pemberi kuasa. Tugas dan fungsi dari wakala adalah:
a. Melakukan pembayaran-pembayaran atas seizin pemilik rekening Dinar dan
Dirham.
b. Melakukan pengiriman Dinar dan Dirham ke segenap penjuru dunia.
c. Mengatur penukaran uang kertas ke dalam bentuk Dinar dan Dirham.
Muhtasib
a. Syarat-syarat untuk menjadi seseorang Muhtasib adalah Muslim, memiliki sifat
yang baik dan terpercaya, memiliki ilmu fikih yang berkaitan dengan masalah ini
dan memiliki kemampuan untuk mengenali riba dalam segala bentuk
muslihatnya.
b. Tugas utamanya adalah memastikan agar semua tata cara yang dilakukan oleh
para Wakil dan Wakala tidak keluar dari ketentuan yang telah ditetapkan.
c. Wakil hanyalah seseorang yang diberikan kuasa oleh pemilik Dinar dan dirham.
Sistem e-Dinar hanyalah perantara bagi individu untuk berhubungan dengan
Wakala. Seorang Muhtasib harus diberikan kepercayaan untuk memiliki
kekuasaan dan kekuatan untuk memastikan bahwa kondisi tersebut di atas selalu
terjaga.
Tugas dan fungsi dari sistem e-Dinar adalah:
a. Menyediakan hubungan 24 jam bagi masyarakat untuk mendapatkan kemudahan
layanan-layanan yang diberikan oleh sebuah Wakala melalui internet.
b. Menyediakan fasilitas komunikasi dan jaringan bagi seluruh Wakil dan Wakala.
Internet menyediakan kemudahan dan biaya yang efektif bagi sebuah media
antara yang dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. Karena alasan inilah e-
Dinar mengambil bentuk sebagai website dan server transaksi. Server transaksi
akan berfungsi sebagai pusat data dan menyediakan layanan akuntansi yang
dibutuhkan oleh seorang Wakil, sementara itu website akan berfungsi sebagai
media tatap muka internasional bagi seluruh Wakala di manapun mereka
berada.49
A. Sejarah Berdirinya Wakala Induk Nusantara
Wakala Induk Nusantara (WIN) secara formal berdiri pada Februari 2008,
meskipun cikal bakalnya telah dimulai sejak 2000. Pada mulanya juga sekaligus
berfungsi sebagai Wakala Umum yang tugasnya melayani jual beli dinar kepada
masyarakat, dengan nama Wakala Adina. Sejak menjadi Wakala Induk, WIN
(Wakala Induk Nusantara) tidak lagi melayani masyarakat umum dalam jual-beli
koin dinar dan dirham. Tugas WIN adalah melayani Wakala-Wakala Umum,
dimana wakala-wakala umum memesan dinarnya kepada Wakala Induk
Nusantara untuk dijual kepada konsumen.
Pada tahun 2004 Wakala mengeluarkan produk Tabung Dinar yang
diselenggarakan sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat pengguna dinar
dan dirham untuk dapat menyimpan dinar dan dirhamnya secara aman dan
murah. Status uang yang ada di wakala bukan pinjaman, dan tidak ada bunga di
dalamnya. Uang di wakala sekedar titipan yang bisa dimbil kapan saja dalam
bentuk emas atau perak. Wakala hanya mengambil fee atas jasa pengelolaan dinar
dan dirham, baik dalam bentuk jasa penitipan, transfer, atau penukaran uang.
IDENTITAS
WAKALA INDUK NUSANTARA
Nama Lembaga : WAKALA INDUK NUSANTARA
Bidang Usaha : Pelayanan Jasa
Alamat : Jln. Muhammad Ali No 2, Rt.003/004 Kelurahan Tanah
Baru, Beji, Depok, 16426.
Telepon/fax : 021-7756071
B. Visi dan Misi
1. Visi
Perdagangan adalah halal, Riba adalah haram.
2. Misi
a. Menyebarkan pemahaman yang benar tentang riba kepada masyarakat,
akibat-akibat buruknya dalam kehidupan, serta upaya memberantasnya
dari tengah masyarakat.
b. Mengupayakan kembalinya amal perdagangan dan kontrak-kontrak bisnis
yang sesuai dengan hukum syariah.
C. Struktur Organisasi Wakala Induk Nusantara
WIN merupakan sebuah syirkat pelayanan jasa, dengan dua mitra syirkat,
didukung oleh dua orang staf.
Direktur : Ir. Zaim Saidi
Wakil Direktur : Abdarrahman
Administrasi dan teller : Sri Suparti
Pembukuan : Bahriatul Jannah
D. Produk-Produk Wakala Induk Nusantara
1. Layanan distribusi (jual-beli) koin dinar dan dirham
Wakala Induk Nusantara melayani jual beli koin dinar bagi wakala-wakala
umum yang ada diIndonesia.
2. Layanan penitipan
Wakala Induk Nusantara juga melayani masyarakat untuk menitipkan
dinarnya dalam tabungan dinar (BADAR). Dalam tabungan dinar ini
masyarakat mendapatkan fasilitas berupa layanan penitipan itu sendiri, yang
dicatatkan dalam sebuah buku tabungan. Kepada nasabah juga diberikan
jaminan 100% bahwa dinar atau dirham miliknya dapat diambil setiap saat,
tanpa kekhawatiran adanya rush sebagaimana yang bisa terjadi pada
perbankan.
3. Layanan pengiriman
Wakala Induk Nusantara melayani pengiriman dinar bagi masyarakat yang
mau mengirimkan dinarnya keluar daerah maupun keluar negeri.
4. Layanan pembayaran (dalam persiapan)
Dalam waktu dekat ini Wakala Induk Nusantara akan mempersiapkan dinar
sebagai sistem pembayaran. Wakala akan bertindak sebagai pelaksana
pembayaran dalam dinar dan dirham kepada pihak ketiga baik secara manual
maupun sistem on line(debit card). secara internasional fasilitas ini disediakan
melalui e-Dinar.
E. Arah Perkembangan Usaha Wakala Induk Nusantara
WIN (Wakala Induk Nusantara) ke depan akan diarahkan sebagai
penyelenggara sistem pembayaran dengan dinar dan dirham serta sebagai pusat
jaringan perdagangan yang halal. Jaringan Wakala Umum akan dikaitkan secara
langsung dengan jaringan para pedagang jasa maupun komoditas.
Prospek tabung dinar sangat bagus, tergantung kepada jumlah outlet
(Wakala Umum) yang mampu memberikan layanan tabung dinar. Selain itu juga
tergantung kepada jenis layanan lain yang dapat diberikan kepada Wakala Induk,
khususnya ketersediaan fasilitas instrumen pembayaran, berupa kartu debit dan
m-dinar (mobile dinar, yaitu pemanfaatan teknologi komunikasi telepon seluler
dalam sistem pembayaran).
BAB IV
ANALISIS PRODUK TABUNGAN DINAR SEBAGAI IMPLEMENTASI
KONSEP WADI’AH
A. Prosedur Tabungan Dinar pada Wakala Induk Nusantara
Prosedur dalam tabungan dinar adalah cara-cara atau peraturan yang harus
dilakukan dalam melaksanakan pembukaan tabungan dinar yang dikelola oleh
Wakala Induk Nusantara, Nasabah setuju dan mengikat diri serta mematuhi
ketentuan-ketentuan yang sudah dibuat oleh Wakala Induk Nusantara.
Syarat-syarat untuk pembukaan tabungan dinar (BADAR):
1) Menunjukkan identitas diri berupa foto copy KTP.
2) Menyerahkan setoran awal minimal 5 dinar.
3) Setoran berikutnya minimal 1 dinar.
4) Mengisi dan menandatangani permohonan tabungan dinar.
Dalam pembukaan tabungan dinar pada Wakala Induk Nusantara, calon
nasabah harus memenuhi pasal-pasal sebagai berikut:
1. Waktu Pelayanan Penitipan dan Pengambilan
1.1. Jam Pelayanan Penitipan dan Pengambilan dinar pada setiap hari/jam
kerja sebagai berikut:
a. Senin s.d. Kamis : 09.30 – 15.00 WIB
b. Jumat : 09.30 – 13.00 WIB
1.2. Untuk pengambilan dinar, nasabah harus memberitahukan kepada
pengelola wakala sehari (24 jam) sebelum hari pengambilan.
2. Penitipan dan Pengambilan
2.1. Setiap nasabah yang akan menitipkan dinarnya diwajibkan mengisi
fomulir aplikasi “Tabung Dinar” sebagai tanda kontrak diberlakukan.
Formulir akan diperbarui setiap setahun sekali.
2.2. Penitipan uang dinar diberlakukan ketentuan minimal waktu
penyimpanan selama tiga bulan atau kelipatannya, sejak tanggal
dititipkannya uang tersebut.
2.3. Sebelum masa penitipan selama tiga bulan (atau kelipatannya) habis,
nasabah dapat mengambil uang tersebut sesuai ketentuan pelayanan
pengambilan.
2.4. Jika dalam tiga bulan uang tidak diambil, maka secara otomatis akan
dicatatkan untuk penyimpanan tiga bulan berikutnya.
3. Biaya
3.1. Biaya administrasi dikenakan kepada nasabah untuk pembukaan
rekening. Besarnya biaya administrasi adalah 0.02 dinar (± Rp
15.000,00) untuk sekali pengadaan perjanjian penitipan dinar.
3.2. Biaya penitipan dikenakan sebesar 0,0006 dinar (± Rp 500,00) untuk
setiap keping uang dinar per bulan.
4. Pembayaran Biaya Penitipan
4.1. Wakala menerima pembayaran biaya penitipan di awal waktu penitipan.
4.2. Jika dalam keadaan terpaksa pembayaran dapat dilakukan pada akhir
masa penitipan (pada saat pengambilan uang) dengan dikenakan biaya
tambahan sebesar 25% dari biaya penitipan.
5. Penggantian
5.1. Yang berhak menggantikan kedudukan Nasabah yang meninggal dunia
adalah ahli warisnya yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Waris.
5.2. Apabila Nasabah berupa Badan Hukum / Badan Usaha / Yayasan /
Perkumpulan, maka yang menggantikan kedudukan Nasabah adalah
penerima pengalihan hak / likwidatur berdasarkan ketentuan Anggaran
Dasar dan atau peraturan lainnya.
6. Penutup
6.1. Wakala berhak merubah isi ketentuan umum ini setiap saat dan Wakala
akan memberitahukan perubahan ini kepada Nasabah secara tertulis.
Peraturan tersebut akan diberlakukan setelah diketahui dan disetujui
oleh Nasabah.
6.2. Mengenai ketentuan umum ini dan segala akibat hukum yang
ditimbulkan, Wakala dan Nasabah sepakat untuk memilih kedudukan
hukum yang umum dan tetap di Kantor Panitera Pengadilan Negeri
wilayah hukum Wakala berada.
Dari penjelasan mengenai prosedur tabungan dinar diatas, calon nasabah
yang akan membuka tabungan dinar harus memenuhi ketentuan–ketentuan diatas.
Dan nasabah akan mendapatkan fasilitas berupa kemanan bila dinar yang
dimilikinya dititipkan dalam tabungan dinar.
Adapun pembagian selisih rate/harga dinar pada wakala, yaitu:
a. Apabila wakala ingin menjual dinarnya kepada konsumen yaitu 100 % harga
Dinar.
b. Apabila Wakala beli ke Wakala Induk Nusantara yaitu 98 % harga Dinar.
c. Apabila Wakala dan Wakala Induk Nusantara beli ke konsumen adalah 94 %
harga Dinar.
d. Dan apabila Wakala menjual ke Wakala Induk Nusantara adalah 94 % harga
Dinar.
B. Strategi Pemasaran dan Kendala-Kendala yang dihadapi Wakala Induk
Nusantara dalam Penerapan Produk Tabungan Dinar
Dalam menyusun rencana pemasaran tabungan dinar, Wakala Induk
Nusantara menempatkan pengenalan produk terhadap calon nasabah pada urutan
pertama, guna memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada calon nasabah
tersebut. Strategi utama yang dilakukan oleh Wakala Induk Nusantara dalam
mengembangkan atau memasarkan tabungan dinar adalah melalui brosur, dimana
wakala memberikan brosur-brosur yang disebarkan kepada mayarakat, spanduk
merupakan media yang tepat untuk melakukan proses startegi pemasaran karena
spanduk mudah dijangkau oleh masyarakat, selain itu biaya yang dikeluarkan
cukup murah dan lebih efektif, sedangakan internet (web site) merupakan media
sosialisasi pelengkap dimana media ini dapat memudahkan nasabah atau calon
nasabah dalam melakukan transaksi, melalui ceramah-ceramah, seminar
diberbagai universitas, perusahaan dan lain sebagainya, tulisan di koran untuk
memperluas pengetahuan masyarakat tentang dinar, dll.
Tujuan Wakala Induk Nusantara dengan adanya produk tabungan dinar
adalah memudahkan nasabah dalam merencanakan cita-cita yang ingin dicapai,
misalnya pergi haji, Karena biaya perjalanan ibadah haji setiap tahun naik maka
bila kita menabung dengan dinar tidak akan terpengaruh, karena dinar tidak akan
terkena inflasi dan akan selalu stabil nilainya. Dan nasabah juga akan mendapat
banyak manfaat dan keuntungan, dimana nasabah dengan mudah menyimpan
dinarnya diWakala Induk Nusantara dan dinar yang disimpan itu akan aman.
Semua lembaga termasuk wakala, memiliki tujuan dan harapan bahwa
sistem ekonomi Islam dapat terwujud melalui pelayanan dan jasa yang cepat,
mudah dan praktis, efektif dan efisien. Namun, dalam mewujudkan harapan
tersebut banyak sekali kendala-kendala dalam memasarkan produk-produknya
kepada masyarakat, khususnya produk tabungan dinar (BADAR).
Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh Wakala Induk Nusantara
dalam memasarkan produk tabungan dinar kepada masyarakat, adalah sebagai
berikut:
1. Masyarakat masih kurang mengetahui apa itu Wakala, dan produk-produknya
juga menjadi kendala terhadap perkembangan dan pertumbuhan Wakala
terutama pada Wakala Induk Nusantara. Pemahaman ini tidak lepas dari
kemunculan Wakala yang masih baru dan butuh sosialisasi yang cukup agar
dapat diterima oleh masyarakat.
2. Pengenalan masyarakat masih terbatas mengenai tabungan dinar sehingga
masyarakat kurang begitu tahu manfaat dan keuntungan dari tabungan dinar.
3. Masyarakat kurang berminat terhadap tabungan dinar, karena telah membuka
tabungan dibank.
4. Minimnya sumberdaya untuk berpromosi.50
C. Analisis Produk Tabungan Dinar Sebagai Implementasi Konsep Wadi’ah
pada Wakala Induk Nusantara
Dalam penerapan tabungan dinar sebagai implementasi konsep wadi’ah,
wakala induk nusantara sudah sesuai dengan dasar hukum yang tidak
bertentangan atau menyimpang dengan Nash Syar’i yakni Al-Qur’an dan as-
Sunah yang merupakan pedoman umat Islam dalam segala hal, baik dalam
hubungan dengan Allah maupun dengan manusia. Dalam Al-Qur’an maupun as-
Sunah telah menjelaskan tabungan atau titipan (wadi’ah) harus dilandasi dengan
keikhlasan, kerelaan dan mengambil keuntungan serta manfaat karena sifatnya
adalah titipan.
Tabungan dinar sebagai implementasi konsep wadi’ah pada Wakala Induk
Nusantara bertujuan memberikan fasilitas kepada nasabah untuk mempermudah
50 Wawancara Pribadi dengan Ir. Zaim Saidi (Direktur Wakala Induk Nusantara). Jakarta, 19
Juni 2008
mencapai hari depan yang lebih baik, misalkan sebagai biaya perjalanan ibadah
haji, pendidikan anak, dana untuk membeli rumah dan lain sejenisnya. Dengan
begitu nasabah tidak harus mencemaskan apabila biaya perjalanan ibadah haji,
pendidikan anak serta pembelian rumah akan naik, karena dinar akan menjaga
kestabilan harga dan dinar tidak akan terpengaruh oleh inflasi.
Produk tabungan dinar ini berhubungan dengan implementasi konsep
wadi’ah, karena tabungan dinar ini bersifat titipan dan konsep wadi’ah yang
dipakai dalam tabungan dinar pada Wakala Induk Nusantara adalah wadi’ah al-
amanah dimana nasabah menitipkan dinarnya dalam tabungan dinar atau yang
dikenal dengan BADAR (Tabungan dalam Dinar) dan nasabah memberikan biaya
atas penitipan dinarnya karena memerlukan ruangan khusus untuk menitipkan
dinar, nasabah juga diberikan jaminan 100% bahwa dinar miliknya dapat diambil
setiap saat, tanpa kekhawatiran adanya rush sebagaimana yang bisa terjadi pada
perbankan. Dan dalam tabungan dinar, wakala tidak diperkenankan untuk
meminjamkan dinarnya kepada pihak ketiga, karena tugas wakala adalah hanya
menjalankan apa yang ditugaskan oleh pemberi kuasa/nasabah.
Adapun aplikasinya sebagai berikut:
Skema al-Wadi’ah Yad al-Amanah
1. Titipan Barang 2. Beban Biaya Penitipan
Nasabah Muwaddi’ (Penitip)
BANK Mustawda’
(Penyimpan)
Dalam tabungan dinar ini penarikannya bisa diambil kapan saja, akan tetapi
penitipan uang dinar diberlakukan ketentuan minimal waktu penyimpanan selama
tiga bulan atau kelipatannya, sejak tanggal dititipkannya uang tersebut. Jika dalam
tiga bulan tabungan dinar tidak diperpanjang atau uang tidak diambil oleh
nasabah, maka secara otomatis akan dicatat dalam pembukuan untuk
penyimpanan tiga bulan berikutnya.
D. Analisis SWOT Produk Tabungan Dinar
Analisis SWOT biasanya dipakai oleh perusahaan untuk meramal masa
depan perusahaan. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths
dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang
dihadapi dunia bisnis.
Kegunaan analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi sebuah perusahaan atau organisasi.
Analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunity), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
Adapun pengertian SWOT dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
a. Strengths (kekuatan), yaitu apa yang dimiliki organisasi dan dapat
diandalkan. Dengan adanya kekuatan organisasi inilah yang akan dapat
diketahui, bagaimana menyusun rencana global sehingga dapat
dilaksanakan.
b. Weakness (kelemahan), yaitu keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki
oleh sebuah organisasi. Dengan adanya kelemahan ini organisasi perlu
mengantisipasi agar kelemahan ini tidak menjadi penghalang guna
mencapai rencana global. Dengan diketahuinya kelemahan ini
organisasi akan berusaha untuk menghilangkan dan memperkecil
kemungkinannya menjadi bahaya potensial bagi pencapaian rencana.
c. Opportunity (peluang), yaitu secara umum adalah situasi yang
menguntungkan organisasi sehingga bagaimana organisasi dapat
memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk meraih peluang atau
kesempatan yang terbuka.
d. Threats (ancaman), yaitu suatu keadaan yang tidak menguntungkan
organisasi, ancaman ini perlu diketahui oleh organisasi secara baik,
sehingga dapat diambil langkah-langkah awal sebelum ancaman menjadi
kenyataan.51
e. Untuk memahami analisis SWOT bisa di jelaskan dengan diagram
berikut:
51 Mutia Nasution, Pengantar Manajemen, Jakarta, Djambatan, 1996, h. 30
Diagram Analisis SWOT
Banyak peluang lingkungan
Sel 3. Strategi Berbenah Diri Sel 1. Strategi Agresif
(Kelemahan Ekstern yang Kritis) (Kekuatan Intern yang Penting)
Sel 4. Strategi Devensive Sel 2. Strategi Deversivikasi
Ancaman lingkungan yang besar
Keterangan diagram:
a. Sel 1, adalah situasi yang paling disukai perusahaan menghadapi beberapa
peluang dan banyak kekuatan yang mendorong dimanfaatkannya peluang-
peluang tersebut, situasi ini menyarankan situasi yang menguntungkan.
b. Sel 2, perusahaan dengan kekuatan-kekuatan tertentu menghadapi lingkungan
yang tidak menguntungkan. Dalam situasi ini strategi akan memanfaatkan
kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang-peluang jangka panjang
dengan produk pasar yang lain.
c. Sel 3, manggambarkan perusahaan menghadapi peluang pasar yang
imperative, tetapi dikendalikan oleh kelemahan-kelemahan intern, fokus
strategi ini adalah meniadakan kelemahan intern agar dapat lebih efektif
dalam memanfaatkan peluang pasar.
d. Sel 4, merupakan situasi yang paling tidak menguntungkan perusahaan
menghadapi ancaman lingkungan yang besar, sementara posisinya terlalu
lemah. Situasi ini menuntut strategi yang mengurangi atau membebani
keterlibatan dalam produk atau pasar yang ditelaah dengan analisis SWOT.52
Maka analisis SWOT pada produk Tabungan Dinar (BADAR) adalah sebagai
berikut:
1. Strengths (kekuatan), yaitu kekuatan-kekuatan yang dimiliki Wakala Induk
Nusantara agar produk tabungan dinar dapat diterima dan berkembang
dimasyarakat, diantaranya adalah:
a. Memiliki reputasi yang tinggi dimasyarakat.
b. Memiliki jaringan yang cukup luas untuk memperoleh dinar.
c. Perkembangan yang cukup baik dalam mensosialisasikan produk
tabungan dinar kepada masyarakat.
2. Weakness (kelemahan), selain meneliti keunggulan, Wakala Induk Nusantara
juga harus mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Hal ini agar
dapat diatasi terlebih dahulu sebelum Wakala mengeluarkan produk tabungan
dinar. Kelemahannya adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya sumber daya manusia (SDM).
b. Dalam pelaksanaan program belum secara optimal.
52 Jhon Pierce dan Ricard J. R. Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi dan
Pengendalian, (Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1997), h. 232-234
3. Opportunity (peluang), ini merupakan situasi yang penting di masa depan.
Dengan merumuskan segala kemungkinan sehingga peluang dapat
dimanfaatkan dalam pencapaian tujuan. Wakala Induk Nusantara sebenarnya
memiliki banyak peluang dalam meningkatkan dan mengembangkan produk
tabungan dinar. Adapun peluang yang dimiliki dapat penulis rumuskan
sebagai berikut:
a. Adanya kerja sama dengan media sebagai tempat mempromosikan produk
tabungan dinar.
b. Memperluas kerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintah, baik dalam
negeri maupun luar negeri.
c. Belum adanya Bank Syariah yang mau menerima tabungan dinar.
4. Threats (ancaman), ancaman ini perlu diketahui secara baik oleh organisasi,
sehingga dapat diambil langkah-langkah awal sebelum ancaman berubah
menjadi hambatan. Ancaman yang dihadapi Wakala Induk Nusantara adalah
munculnya lembaga-lembaga sejenis yang juga mengeluarkan produk
tabungan dinar.
HASIL ANALISIS SWOT
Jika dilihat dari diagram analisis SWOT yang ada diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa saat ini Produk Tabungan Dinar yang dikeluarkan oleh
Wakala Induk Nusantara berada pada sel 1, dimana Wakala memiliki peluang
untuk mengenalkan / memasarkan produk tabungan dinar kepada masyarakat dan
banyak kekuatan yang mendorong dimanfaatkannya peluang-peluang tersebut.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan maka dapat diambil suatu
kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
1. Prosedur tabungan dinar pada wakala induk nusantara. Untuk membuka
tabungan dinar calon nasabah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
5) Menunjukkan identitas diri berupa foto copy KTP.
6) Menyerahkan setoran awal minimal 5 dinar.
7) Setoran berikutnya minimal 1 dinar.
8) Mengisi dan menandatangani permohonan tabungan dinar
Dengan ditandatanganinya formulir permohonan penitipan uang dinar dalam
Tabungan Dinar yang dikelola oleh Wakala Induk Nusantara, Nasabah setuju
dan mengikat diri serta mematuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum pada
pasal-pasal, dimana didalamnya terdapat waktu pelayanan penitipan dan
pengambilan dinar, penitipan dan pengambilan, biaya administrasi,
pembayaran untuk biaya penitipan, penggantian nasabah (apabila nasabah
meninggal dunia), dan ditandatangani oleh nasabah.
2. Wakala Induk Nusantara dalam mengembangkan dan memasarkan tabungan
dinar yaitu melalui brosur, dimana wakala memberikan brosur-brosur yang
disebarkan kepada mayarakat, spanduk merupakan media yang tepat untuk
melakukan proses startegi pemasaran karena spanduk mudah dijangkau oleh
masyarakat, selain itu biaya yang dikeluarkan cukup murah dan lebih efektif,
sedangakan internet (web site) merupakan media sosialisasi pelengkap
dimana media ini dapat memudahkan nasabah atau calon nasabah dalam
melakukan transaksi, melalui ceramah-ceramah, seminar diberbagai
universitas, perusahaan dan lain sebagainya, tulisan di koran untuk
memperluas pengetahuan masyarakat tentang dinar, dll.
Dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pemasaran produk tabungan dinar,
yaitu masyarakat masih kurang mengetahui apa itu Wakala, Pengenalan
masyarakat masih terbatas mengenai tabungan dinar, masyarakat kurang
berminat terhadap tabungan dinar, minimnya sumberdaya untuk berpromosi.
3. Berdasarkan hasil penelitian penulis, Bahwa tabungan dinar pada Wakala
Induk Nusantara tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah, baik dari segi
dasar hukum yang digunakan sebagai landasan maupun praktek
operasionalnya.
4. Dalam menganalisis Produk Tabungan Dinar, maka didapatkan hasil yaitu
Wakala memiliki peluang untuk mengenalkan / memasarkan produk tabungan
dinar kepada masyarakat dan banyak kekuatan yang mendorong
dimanfaatkannya peluang-peluang tersebut.
B. Saran
1. Bagi Wakala Induk Nusantara, agar diperluas lagi jaringan untuk tabungan
dinar jangan hanya diwakala induk saja tetapi diwakala-wakala yang lain juga
melayani tabungan dinar (BADAR) dan wakala diharapkan lebih
meningkatkan lagi pelayanannya, buat inovasi-inovasi baru yang tidak
bertentangan dengan syari’at Islam, meningkatkan sosialisasi produk-produk
Wakala Induk kepada masyarakat baik melalui internet, media masa maupun
secara langsung.
2. Bagi pemerintah, agar lebih memperhatikan lagi mengenai investasi dinar
karena dengan adanya tabungan dinar ini dapat memperoleh banyak manfaat
dan keuntungan-keuntungan yang bisa didapat, yaitu dengan cara menetapkan
peraturan yang dapat mendukung berkembangnya investasi dinar.
3. Bagi masyarakat, bagi yang belum mengetahui tentang spesifikasi dari
tabungan dinar bisa langsung datang Kewakala Induk Nusantara untuk
mengetahui tentang tabungan dinar secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Departemen Agama RI, 1998. Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema
Insani Press dan Tazkia Cendikia, 2001. Cet, ke-3. Apa Itu Wakala? Amal dan Penjelasannya, [email protected]
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Managemen Bank Syari’ah, Jakarta, Alvabet, 2002. Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta:
Rineka Cipta, 2002, Edisi Revisi V. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1992, Cet-XXI. Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press,
2002, Cet Ke-1. Hakim, Cecep Maskanul. Sistem Dinar Emas: Solusi Untuk Perbankan Syari’a,
Jakarta, PIRAC, SEM Institute, Infid, Cet Ke-1, Maret 2001 Hamidi, M. Luthfi, MA. Gold Dinar: Sistem Moneter Global yang Stabil dan
Berkeadilan, Jakarta, Senayan Abadi Publishing Cet Ke-1, 2007. Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah, Jakarta, Gaya Media Pratama Cet Ke-2, Januari
2007. Iqbal, M. Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, Jakarta,
Spiritual Learning Centre – Dinar Club Cet Ke-1, 2007. Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004 Lathif, Ah. Azharuddin. Bahan Perkuliahan Fiqih Muamalah, Jakarta, 2004 Mas’adi, Ghufron A. Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, Cet Ke-1, 2002. Mata Uang Dinar Emas tembus Rp 1 Juta, http://wakalasauqi.blogspot.com Mengapa uang kertas tidak bisa dipakai, http://geraidinar.com/2008/01 Muhammad al-Husaini, Taqiyuddin Abu Bakar bin. Kifayah al-Akhyar, Beirut, Darul
Fikri; tth, Juz-2. Mujieb, M. Abdul. Dkk. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta, Pustaka Firdaus Cet Ke-3, Juni
2002. Nasution, Mutia. Pengantar Manajemen, Jakarta, Djambatan, 1996.
Pierce, Jhon dan J. R. Ricard. Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi dan
Pengendalian, Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1997. Qardhawi, Yusuf. Sistem Masyarakat Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah
(Malaamihu Al-Mujtama’ Al Muslimin Alladzi Nasyuduh), Solo, Citra Islami Press, Cet Ke-1, Januari 1997.
Saidi, Zaim. Lawan Dolar dengan Dinar, Jakarta, Pustaka Adina Cet Ke-1, 2003.
, Ilusi Demokrasi, Jakarta, Republika, Cet Ke-1, September 2007. , Kembali Ke dinar Tinggalkan Riba Tegakkan Muamalah, Jakarta: Pustaka Adina, 2005. Sakti, Ali. Ekonomi Islam: Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern,
PARADIGMA & AQSA Publishing, Cet Ke-1, Maret 2007 Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Cet Ke-1, Juli
2002. Uang kertas, Dinar dan Krisis ekonomi, www.republika.co.id
Zuhaili, Wahbah. Fiqh Muamalah Perbankan Syari’ah, Jakarta, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Juni 1999.
Nama : Ir. Zaim Saidi
Jabatan : Direktur
Tgl wawancara : 19 Juni 2008
Data wawancara :
1. Apa itu dinar :
Jawab: Dinar adalah koin yang terbuat dari logam emas berkadar 91,70%, 22
karat dengan berat 4,25 gram.
2. Siapa yang mencetak dinar?
Jawab: Dinar dicetak oleh Islamic Mint Nusantara atau PT Aneka Tambang
Logam Mulia Indonesia dan telah distandardisasi oleh WITO (World
Islamic Trading Organization) yang berpusat di London.
3. Nilai tukar Dinar dan Dirham terhadap uang kertas ditentukan oleh apa?
Jawab: Nilai tukar Dinar dan dirham mengikuti harga pasar emas dan perak dunia
yang berlaku pada saat transaksi, ditambah dengan sedikit biaya cetak dan
biaya distribusi. Nilai tukar Dinar dan Dirham bisa diketahui dari web site
Wakala Induk Nusantara (www.wakalanusantara.com), Islam Hari Ini
(www.islamhariini.org), atau di Harian Umum Republika setiap harinya.
4. Dimana bisa diperoleh dinar?
Jawab: Di Indonesia, dinar dan dirham dapat diperoleh di wakala-wakala di
beberapa wilayah, seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, dan Yogya.
Juga dibeberapa Negara seperti Dubai, Inggris, Afrika Selatan, Malaysia,
dan lainnya.
5. Bagaimana bisa mendapatkan dan menyimpan Dinar?
Jawab: Dinar-dirham bisa dibeli secara langsung di wakala. Atau untuk di Wakala
Induk Nusantara transaksi bisa dilakukan dengan mentransfer ke rekening
BCA, dan nasabah akan mendapatkan dinarnya di waktu lain atau bisa
juga dititipkan di Tabungan Dinar (BADAR). Untuk penitipan, nasabah
dikenakan sedikit biaya (Rp 500/keping/bulan)
6. Apakah Dinar bisa dijual kembali?
Jawab: Dinar bisa dijual kembali dengan ketentuan wakala beli dari konsumen
senilai 94% dari harga rate dinar pada saat transaksi. Untuk dirham,
wakala beli dari konsumen seharga 92% dari rete dirham saat transaksi.
7. Apakah yang dimaksud dengan produk tabungan dinar?
Jawab: Produk tabungan dinar adalah salah satu produk yang dikeluarkan oleh
Walaka Induk Nusantara, tabungan ini berupa koin emas 22 karat sebarat
4,25 gram.
8. Apa latar belakang dari kemunculan produk tabungan dinar pada Wakala Induk
Nusantara?
Jawab: Tabung Dinar diselenggarakan sebagai bentuk pelayanan kepada
masyarakat pengguna dinar dan dirham untuk dapat menyimpan dinar dan
dirhamnya secara aman dan murah.
9. Apa landasan hukum produk tabungan dinar?
Jawab: Landasan hukum produk tabung dinar adalah kontrak penitipan antara
pihak Nasabah dan pihak Wakala sesuai dengan hukum syariah.
10. Apa keunggulan dinar dibandingkan dengan rupiah sebagai tabungan/investasi?
Jawab: Lebih syariah, karena Allah telah menciptakan dua logam mulia yaitu
emas dan perak sebagai standar ukuran nilai untuk seluruh bentuk
simpanan harta dan kekayaan. Beberapa keuntungan lain menggunakan
dinar dirham yaitu aman karena bebas inflasi, tidak terkena penurunan
nilai mata uang dan stabil terhadap harga barang. Dapat dipergunakan
sebagai alat untuk transaksi.
11. Akad dan prinsip syariah apakah yang dipakai pada produk tabungan dinar?
Jawab: Prinsip Syari’ah yang dipakai dalam tabungan dinar yaitu Wadi’ah yad al-
amanah.
12. Apakah produk tabungan ini memberikan bagi hasil atau tidak pada nasabah?
Jawab: Dalam produk tabungan dinar tidak memberikan bagi hasil.
13. Apa fasilitas yang diberikan oleh Wakala Induk Nusantara terhadap nasabah
tabungan dinar?
Jawab: Fasilitas yang diberikan adalah layanan penitipan itu sendiri, yang
dicatatkan dalam sebuah buku tabungan. Kepada nasabah juga diberikan
jaminan 100% bahwa dinar atau dirham miliknya dapat diambil setiap
saat, tanpa kekhawatiran adanya rush sebagaimana yang bisa terjadi pada
perbankan.
14. Bagaimana prospek pengembangan produk tabungan dinar dalam mewujudkan
tujuan Wakala Induk Nusantara?
Jawab: Prospek tabung dinar sangat bagus, tergantung kepada jumlah out let
(Wakala Umum) yang mampu memberikan layanan tabung dinar. Selain
itu juga tergantung kepada jenis layanan lain yang dapat diberikan kepada
Wakala Induk, khususnya ketersediaan fasilitas instrumen pembayaran,
berupa kartu debit dan m-dinar (mobile dinar, yaitu pemanfaatan teknologi
komunikasi telepon seluler dalam sistem pembayaran).
15. Bagaimana tanggapan nasabah terhadap produk tabungan dinar?
Jawab: Sejauh ini tidak pernah ada keluhan.
16. Bagaimana Strategi Wakala Induk Nusantara dalam memberikan pengenalan
produk tabungan dinar kepada masyarakat?
Jawab: Melalui brosur, web site, ceramah-ceramah, seminar, tulisan di koran, dll.
17. kendala-kendala apa saja yang dihadapi wakala dalam memasarkan produk
tabungan dinar?
Jawab: Pengenalan masyarakat yang masih terbatas dan minimnya sumber daya
untuk berpromosi.
Jakarta, 31 Juli 2008
Yang mewawancarai Yang diwawancarai
(Rahayu Lisa Prianti) (Ir. Zaim Saidi)