99
ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK DALAM RANGKA PENCAPAIAN SWASEMBADA JAGUNG NASIONAL TAHUN 2017 LINDA LIGAWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI

JAGUNG DOMESTIK DALAM RANGKA PENCAPAIAN

SWASEMBADA JAGUNG NASIONAL TAHUN 2017

LINDA LIGAWATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Page 3: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produksi dan

Konsumsi Jagung Domestik dalam Rangka Pencapaian Swasembada Jagung

Nasional Tahun 2017 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya

melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Linda Ligawati

H44120097

Page 4: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Page 5: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

ABSTRAK

LINDA LIGAWATI. Analisis Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik dalam

Rangka Pencapaian Swasembada Jagung Nasional Tahun 2017. Dibimbing oleh

ADI HADIANTO dan FITRIA DEWI RASWATIE.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling penting bagi

manusia, kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan akan pangan dan sebagai

pemasok bahan baku industri. Meningkatnya konsumsi jagung domestik oleh

industri pakan maupun pangan menyebabkan indonesia harus melakukan impor.

Tahun 2017 pemerintah mentargetkan Indonesia dapat mencapai swasembada

jagung dengan target produksi sebesar 22 juta ton. Maka untuk mencapai

ketahanan pangan nasional, Indonesia harus mampu meningkatkan produksinya

dan mengurangi ketergantungan terhadap impor jagung. Penelitian ini secara

umum bertujuan untuk (1) Menganalisis perkembangan tingkat produksi dan

konsumsi jagung di Indonesia; (2) Meramalkan pencapaian swasembada jagung

nasional tahun 2017; (3) Menganalisis upaya yang dapat dijadikan alternatif

kebijakan pemerintah dalam upaya pencapaian swasembada jagung nasional pada

tahun 2017. Jawaban untuk tujuan pertama digunakan alnalisis deskriptif dan

untuk menjawab tujan kedua digunakan metode ARIMA (Autoregressive

Integrated Moving Average), sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga digunakan

metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Hasil analisis menyatakan bahwa

tingkat pertumbuhan rata-rata produksi dan konsumsi jagung domestik pada tahun

1984 hingga tahun 2014 meningkat sebesar 5,54% dan 3,63% per tahun. Hasil

proyeksi produksi dan konsumsi jagung pada tahun 2015 hingga tahun 2017

mengalami pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 2,39% dan 2,01% per tahun.

Proyeksi produksi jagung domestik pada tahun 2017 adalah sebesar 20.410,3 ribu

ton sedangkan konsumsinya sebesar 20.514,2 ribu ton. Maka target swasembada

jagung oleh pemerintah pada tahun 2017 belum tercapai. Alternatif strategi yang

dapat ditempuh pemerintah berdasarkan pengolahan data menggunakan AHP

adalah perluasan areal melalui kegiatan optimalisasi lahan.

Kata kunci: AHP, jagung, konsumsi, produksi, swasembada

Page 6: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

ABSTRACT

LINDA LIGAWATI. Analysis of Maize Domestic Production and Consumption

in Order to Achieve National Maize Self-Sufficiency in 2017. Supervised by ADI

HADIANTO and FITRIA DEWI RASWATIE.

The agricultural sector is one of the most important sectors for humans,

in particular as food needs and as a supplier of industrial raw materials. Increased

of domestic maize consumption by the feed and food industry led to Indonesia

have to do import. In 2017 Indonesian government aims to reach self-sufficiency

in maize production with production target is 25 million tonnes. So in order to

achieve national food security, Indonesia should be able to increase production

and reduce reliance on imported maize. The general purpose of this research are

(1) Analyze the development of level production and consumption of maize in

Indonesia; (2) Predicting the achievement of the national maize self-sufficiency in

2017; (3) Analyze the effort to be an alternative government policies in achieving

national maize self-sufficiency in 2017. The method used in this research are

descriptive analysis to answer the first purpose, ARIMA (Autoregressive

Integrated Moving Average) to answer the second purpose, and AHP (Analytical

Hierarchy Process) to answer the third. The results of this research are the average

growth rate of domestic maize production and consumption in the last thirty years

increased by 5.54% and 3.63% per year. The projection of production and

consumption of corn in 2015 to 2017 grew by an average of 2.39% and 2.01% per

year. Projected domestic maize production in 2017 amounted to 20410.3 thousand

tons, while consumption amounted to 20514.2 thousand tons. Then the target of

maize self-sufficiency by the government in 2017 has not been reached. Strategy

alternative that can be done by government based on processing the data using

AHP is expansion through land optimization.

Keywords: AHP, consumption, maize, production, self sufficiency.

Page 7: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI

JAGUNG DOMESTIK DALAM RANGKA PENCAPAIAN

SWASEMBADA JAGUNG NASIONAL TAHUN 2017

LINDA LIGAWATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 8: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Page 9: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Page 10: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Page 11: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juni 2016. Tema yang

dipilih dalam penelitian ini adalah Ekonomi Pertanian yang berjudul Analisis

Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik dalam Rangka Pencapaian

Swasembada Jagung Nasional Tahun 2017.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si

selaku dosen pembimbing pertama dan dosen pembimbing akademik, Ibu Fitria

Dewi Raswatie, SP, M.Si selaku dosen pembimbing kedua serta Bapak Rizal

Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Arini Hardjanto, SE, M.Si

selaku dosen penguji Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Selain

itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Pusat Data dan Informasi

Kementerian Pertanian, Staf Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, serta

Peneliti Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian,

yang telah membantu selama proses penelitian. Ungkapan terimakasih juga

disampaikan kepada Orangtua, Bapak Narto dan Ibu Choiriyah, serta seluruh

keluarga dan teman atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

Linda Ligawati

NIM H44120097

Page 12: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Page 13: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 11

2.1 Produksi dan Konsumsi Jagung di Indonesia ............................................... 11

2.2 Tinjauan Kebijakan Swasembada Jagung di Indonesia ................................. 13

2.3 Peramalan Arima ........................................................................................... 15

2.4 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 21

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................................... 21

3.1.1 Produksi dan Konsumsi ........................................................................ 21

3.1.2 Metode Peramalan Box Jenkins atau ARIMA (Autoregressive

Integrated Moving Average) .............................................................. 23

3.1.3 Analytical Hierarchy Process (AHP) ................................................... 26

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .................................................................. 28

IV. METODE PENELITIAN .................................................................................. 31

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 31

4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 31

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data .......................................................... 31

4.3.1 Metode Analisis Statistik Deskriptif ..................................................... 32

4.3.2 Metode ARIMA .................................................................................... 32

4.3.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ...................................... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 43

5.1 Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik ........................... 43

5.2 Hasil Peramalan Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik ......................... 46

5.3 Strategi Pemerintah untuk Alternatif Kebijakan dalam Upaya Pencapaian

Swasembada Jagung Tahun 2017 ................................................................. 48

VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 55

6.1 Simpulan ........................................................................................................ 55

6.2 Saran .............................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 57

LAMPIRAN ............................................................................................................... 61

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... 83

Page 14: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) ............................................................................ 1

2 Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di Indonesia Tahun

2005-2014 ................................................................................................................ 4

3 Konsumsi Jagung oleh Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia

Tahun 2005-2014 ..................................................................................................... 7

4 Konsumsi Rata-rata per Kapita Bahan Makanan Jagung di Indonesia

Tahun 2009-2013 ................................................................................................... 13

5 Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 17

6 Pola ACF dan PACF pada Model ARIMA ........................................................... 33

7 Nilai dan Skala Banding Berpasangan ................................................................... 38

8 Matriks Pendapat Individu ..................................................................................... 39

9 Matriks Pendapat Gabungan .................................................................................. 39

10 Random Index (RI) ................................................................................................ 41

11 Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi Sentra Tahun 2012-2014 ............ 43

12 Kesenjangan Hasil Proyeksi Antara Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik

Tahun 2015-2017 ................................................................................................... 47

13 Kesenjangan Hasil Proyeksi Antara Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik

Tahun 2018-2022 ................................................................................................... 48

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Perkembangan Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun 1984-2014 .................... 3

2 Perkembangan Produksi dan Luas Panen Jagung di Indonesia

Tahun 1984-2014 .................................................................................................... 4

3 Skema Pendekatan Box Jenkins ............................................................................. 25

4 Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................................... 30

5 Struktur Hierarki Kebijakan Swasembada Jagung ................................................ 42

6 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung di Indonesia

Tahun 1984-2014 ................................................................................................... 44

7 Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik Tahun 1984-2014 ...... 46

8 Kriteria peningkatan Produksi Jagung ................................................................... 50

Page 15: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner AHP ....................................................................................................... 62

2 Tabel Data Produksi, Konsumsi, Luas Panen dan Produktivitas Jagung

Domestik Tahun 1984-2014 ................................................................................... 68

3 Hasil Time Series Plot untuk Melihat Trend dalam Menentukan Kestasioneran

Data Produksi Jagung dengan Minitab 16 .............................................................. 69

4 Hasil Uji Time Series untuk Melihat Kestasioneran Data Produksi Jagung

dengan First Difference dengan Minitab 16 ........................................................... 69

5 Hasil Time Series Plot untuk Melihat Trend dalam Menentukan Kestasioneran

Data Konsumsi Jagung dengan Minitab 16 ............................................................ 70

6 Hasil Uji Time Series untuk Melihat Kestasioneran Data Konsumsi Jagung

dengan First Difference dengan Minitab 16 ........................................................... 70

7 Hasil Analisis Plot ACF dan PACF Data Produksi Kedelai Domestik pada

First Difference ...................................................................................................... 71

8 Hasil Analisis Plot ACF dan PACF Data Konsumsi Kedelai Domestik pada

First Difference ...................................................................................................... 72

9 Gambar Hasil Estimasi Model ARIMA untuk Data Konsumsi Jagung

Domestik Tahun 1984-2014 dengan Minitab (Ribu Ton) ...................................... 73

10 Gambar Hasil Estimasi Model ARIMA untuk Data Produksi Jagung Domestik

Tahun 1984-2014 dengan Minitab (Ribu Ton) ...................................................... 75

11 Hasil Analisis Residual ACF dan PACF untuk Produksi Jagung Domestik .......... 78

12 Hasil Analisis Residual ACF dan PACF untuk Konsumsi Jagung Domestik ........ 79

13 Hasil Olah Data AHP ............................................................................................. 80

Page 16: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Page 17: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian,

kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Kondisi alam yang demikian

memberikan peluang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk melakukan

kegiatan usaha di bidang pertanian maupun sub sektornya. Seiring dengan

semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang berimplikasi pada

meningkatnya kebutuhan akan pangan menyebabkan sektor pertanian menjadi

salah satu sektor yang paling penting dan mendasar bagi manusia sehingga sektor

ini mempunyai peranan strategis dalam perekonomian di Indonesia. Hal tersebut

dibuktikan dengan besarnya kontribusi sektor pertanian dalam menyumbang PDB

(Produk Domestik Bruto) Indonesia yang terdapat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha Tahun

2012 2013 2014

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan

Perikanan 328.279 339.560 350.722

2. Pertambangan dan Penggalian 193.139 195.853 195.425

3. Industri Pengolahan 670.190 707.481 741.835

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 20.094 21.254 22.423

5. Bangunan 170.884 182.117 194.093

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 473.152 501.040 524.309

7. Pengangkutan dan Komunikasi 265.383 291.404 318.527

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 253.000 272.141 288.351

9. Jasa-jasa 244.807 258.198 273.493 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015a

Nilai PDB pada sektor pertanian menjadi urutan ketiga terbesar setelah sektor

industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2012 hingga

2014, nilai PDB yang dihasilkan oleh sektor ini terus mengalami kenaikan dari

sebesar Rp. 328,28 Triliun pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar Rp.

350,72 Triliun pada tahun 2014. Jika dihitung dari total PDB pada tahun 2014,

maka sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 12,05% pada tahun

tersebut. Sektor ini harus terus dikembangkan agar tetap menjadi andalan dalam

memantapkan ketahanan pangan, meningkatkan pendapatan petani dan penduduk

pedesaan, mengentas kemiskinan, memasok tenaga kerja yang berkualitas bagi

Page 18: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

2

18

sektor non pertanian, dan memacu pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut harus

dilakukan mengingat pentingnya peran sektor pertanian dalam menyediakan

bahan pangan, sebagai pemasok bahan baku industri, menciptakan lapangan kerja

dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pendapatan masyarakat petani.

Secara umum sektor pertanian terdiri atas beberapa sub sektor yaitu tanaman

pangan, hortikultura, dan perkebunan. Salah satu subsektor pertanian yang

memiliki peran paling penting adalah tanaman pangan. Pangan merupakan

kebutuhan dasar manusia untuk dapat mempertahankan hidup. Oleh karena itu,

pemenuhan kebutuhan pangan bagi penduduk setiap wilayah dan waktu menjadi

hak asasi setiap manusia.

Dari berbagai jenis tanaman pangan pokok yang dikonsumsi, jagung

merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang paling strategis dan merupakan

komoditas penting kedua setelah padi/beras. Seperti beras, jagung merupakan

sumber karbohidrat. Selain merupakan bahan pangan pengganti beras yang

dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat, jagung juga merupakan bahan baku

pakan ternak yang memiliki komposisi yang cukup dominan. Seperti yang

diungkapkan oleh Syamsuddin (1996) dalam Pusdatin Kementan (2015) bahwa

komponen jagung mencapai proporsi yang cukup tinggi dalam industri pakan

ternak yaitu sebesar 51,4%. Selain itu jagung digunakan sebagai hijauan pakan

ternak, baik diambil minyaknya dari bulir, dibuat tepung yang dikenal dengan

tepung jagung atau maizena dan bahan baku industri dari tepung bulir maupun

tepung tongkolnya. Melihat semakin berkembangnya industri peternakan,

terutama peternakan ayam, menyebabkan permintaan terhadap pakan konsentrat

meningkat.

Jagung merupakan komponen utama dalam komposisi bahan pakan. Seperti

yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa di Indonesia proporsi jagung dalam

pakan mencapai sekitar 51% dari seluruh komponen pakan yang digunakan. Hal

ini disebabkan karena jagung mengandung energi dan nutrisi yang memadai serta

sangat sesuai dengan kebutuhan ternak, terutama ayam. Selain mengandung

protein yang cukup, jagung juga memiliki kelebihan yang tidak ditemui pada biji-

bijian lain atau dedak, yaitu mengandung xanthophyl yang dapat membuat kuning

Page 19: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

3

telur lebih cerah. Hal ini menyebabkan sulitnya menggantikan jagung dengan

bahan lain sebagai bahan baku utama pakan konsentrat.

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015b

Gambar 1 Perkembangan produktivitas jagung di Indonesia tahun 1984-2014

Jika dilihat pada Gambar 1, produktivitas jagung di Indonesia dari tahun 1984

hingga tahun 2014 terus mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat pada tiga

tahun terakhir. Hal ini mencerminkan bahwa jagung merupakan komoditas

strategis yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia. Sedangkan

pada Gambar 2, luas panen jagung justru cenderung mengalami penurunan.

Keadaan tersebut terjadi karena semakin beralihnya lahan pertanian ke non

pertanian untuk kebutuhan perumahan, perkantoran, lokasi industri yang

diakibatkan oleh semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan industri.

Sebagai bahan pakan utama, permintaan jagung di dalam negeri terus meningkat

sejalan dengan berkembang pesatnya pertumbuhan industri baik industri

peternakan maupun pangan olahan. Jika diperhatikan lagi pada Tabel 2 terlihat

bahwa produksi jagung dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan,

hal tersebut terjadi seiring dengan peningkatan teknologi. Namun peningkatan

terhadap produksi tersebut ternyata tidak mampu mengimbangi permintaan

terhadap jagung yang juga mengalami kenaikan, sehingga Indonesia masih

melakukan impor jagung dari pasar dunia untuk memenuhi permintaan di dalam

negeri.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

produktivitas (Ton/Ha)

Page 20: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

4

18

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015c

Gambar 2 Perkembangan Luas Panen dan Produktivitas Jagung di Indonesia

Tahun 1984-2014

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pertanian tahun 2015

terkait perkembangan volume ekspor-impor jagung di Indonesia tahun 2005

hingga tahun 2014 menunujukkan bahwa perkembangan neraca perdagangan

jagung nasional dari tahun tersebut cenderung negatif. Artinya, volume impor

jagung lebih tinggi daripada nilai ekspornya. Kecenderungan tersebut disebabkan

permintaan jagung yang tinggi seperti industri pakan ternak dan belum bisa

dipenuhi oleh produksi jagung dalam negeri.

Tabel 2 Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di Indonesia

Tahun 2005-2014

Tahun

Volume

Ekspor

(Ribu Ton)

Pertumbuhan

Ekspor (%)

Impor

(Ribu Ton)

Pertumbuhan

Impor (%) Neraca (%)

2005 54,1 65,27 185,6 -82,96 -132

2006 28,1 -48,02 1.775,3 856,55 -1.747

2007 101,5 261,40 702,0 -60,46 -601

2008 107,0 5,46 264,7 -62,30 -158

2009 75,3 -29,64 338,8 28,01 -264

2010 42,0 -44,27 1.527,5 350,86 -1.486

2011 12,5 -70,27 3.207,6 109,99 -3.195

2012 40,0 219,25 1.805,4 -43,72 -1.765

2013 11,4 -71,32 3.194,4 76,94 -3.183

2014 38,0 231,83 3.175,4 -0,60 -3.137

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian, 2015

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

luas panen (Ha) produksi (Ton)

Page 21: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

5

Menurut Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan

ditegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus berkembang

dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan sistem produksi

pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal,

mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan dan mempertahankan

lahan produktif. Masalah pangan merupakan masalah yang cukup kompleks

karena merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Ketersediaan

pangan tidak hanya bersifat fisik melainkan juga ketersediaan dalam jumlah,

mutu, waktu, tempat dan harga yang terjangkau. Menurut Undang-undang nomor

18 tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan

air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai

makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan

pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses

penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Oleh karena

itu, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi jagung domestik maka pemerintah

mencanangkan program swasembada jagung nasional pada tahun 2017.

Swasembada pangan berarti mampu untuk mengadakan sendiri kebutuhan

pangan dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tanpa

ketergantungan dari negara lain. Swasembada pangan masuk kedalam Rencana

Strategis Kementrian Pertanian 2015-2019 yang disusun sebagai perwujudan

amanah Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJN) 2005-2025 yang saat ini memasuki tahap ke-3

(2015-2019) sebagai kelanjutan dari RPJMN tahap ke-2 (2010-2014) yang telah

berakhir. Pada RPJMN tahap ke-3 ini sektor pertanian masih menjadi sektor

penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Salah satu upaya untuk mencapai

target tersebut adalah peningkatan swasembada padi, jagung, kedelai serta

swasembada gula dan daging sapi. Mengingat bahwa ketergantungan yang

semakin besar terhadap impor dapat menjadi musibah, maka langkah swasembada

harus ditempuh. Hal tersebut juga didukung oleh besarnya potensi yang ada yang

memberikan peluang bagi produksi jagung domestik untuk ditingkatkan, sehingga

memungkinkan pencapaian swasembada jagung pada tahun 2017 mendatang.

Page 22: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

6

18

Program swasembada jagung sampai saat ini masih terus dilanjutkan

mengingat bahwa pada RPJMN tahap ke-2 target pencapaian swasembada belum

tercapai. Dimana pemerintah mentargetkan produksi pada tahun 2014 adalah

sebesar 20,80 juta ton sedangkan jumlah yang dapat terpenuhi hanya sebesar 19

juta ton. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri

mengingat semakin meningkatnya kebutuhan jagung khususnya untuk industri

pakan maupun pangan sedangkan produksi dari dalam negeri masih belum

memenuhi target, maka pemerintah masih melanjutkan program swasembada

jagung pada tahun 2017 dengan target produksi jagung pipilan kering sebesar 25

juta ton.

Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar dapat meramalkan

pencapaian target swasembada tersebut yang pada akhirnya dapat memberikan

alternatif strategi kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk

menghadapi tantangan mapun hambatan ketika telah diketahui target swasembada

tersebut dapat tercapai ataupun tidak.

1.2 Perumusan Masalah

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap

tahunnya dan mengingat bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah

penduduk terbanyak keempat di dunia, wajar jika pemerintah memfokuskan

kebijakannya pada ketahanan pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar

manusia yang paling utama dimana pemenuhannya merupakan bagian dari hak

asasi manusia dan sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan

mengamanatkan agar upaya pemenuhan kebutuhan pangan di dalam negeri

diutamakan dari produksi domestik. Upaya ini mengisyaratkan agar dalam

menciptakan ketahanan pangan harus berlandaskan kemandirian dan kedaulatan

pangan.

Komoditas jagung merupakan salah satu kebutuhan pangan manusia yang

penting untuk dipenuhi. Meskipun pada saat ini konsumsinya sudah bergeser

menjadi lebih banyak untuk industri pakan dan industri pangan dibanding

konsumsi langsung, komoditas ini masih tetap eksis dan permintaannya masih

Page 23: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

7

terus meningkat khususnya untuk industri seperti yang tercantum pada Tabel 3

berikut.

Tabel 3 Konsumsi Jagung oleh Rumah Tangga dan Permintaan Industri di

Indonesia Tahun 2005-2014

Tahun Konsumsi Rumah

Tangga (Ribu Ton)

Pertumb.

(%)

Permintaan Industri

(Ribu ton)

Pertumb.

(%)

2005 *) 615,7 -5,88 2.534 6,25

2006 644,9 4,73 7.311 188,52

2007 911,5 41,35 2.713 -62,89

2008 819,6 -10,09 2.713 0,00

2009 577,3 -29,56 3.415 25,88

2010 411,6 -28,70 4.432 29,78

2011 322,5 -21,65 3.670 -17,19

2012 401,2 24,4 4.319 17,68

2013 355,5 -11,39 4.497 4,12

2014 *) 391,6 10,15 4.987 10,90

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015d

*) Data SUSENAS: konsumsi total jagung termasuk jagung pipilan, tepung jagung,

minyak jagung dan jagung basah, yang telah disetarakan dengan

pipilan kering

Terlihat pada Tabel 3 bahwa konsumsi jagung oleh rumah tangga selama

sepuluh tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Sedangkan permintaan

oleh industri baik pakan maupun industri pangan justru meningkat. Hal ini

disebabkan karena pertumbuhan industri yang semakin pesat dan jagung

merupakan komponen utama dalam proses produksi pakan ternak. Namun

berdasarkan data pada tabel 2, permintaan jagung di Indonesia dapat dipenuhi dari

impor. Sedangkan Indonesia masih belum mampu mengimbangi nilai ekspornya

sehingga terjadi defisit.

Ketergantungan kepada bahan pangan dari luar negeri dalam jumlah besar

akan melumpuhkan ketahanan nasional dan mengganggu stabilitas sosial,

ekonomi dan politik. Ketahanan pangan dan kedaulatan pangan berpengaruh

langsung terhadap kesejahteraan rakyat (Rasahan, 1999). Pemerintah Indonesia

khususnya Kementerian Pertanian menargetkan swasembada jagung pada tahun

2017 dalam rangka peningkatan produksi pertanian. Peningkatan produksi

pertanian pada swasembada tersebut juga dimaksudkan untuk mengurangi nilai

Page 24: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

8

18

defisit pada neraca ekspor-impor jagung nasional agar pemenuhan kebutuhan

jagung dapat dilakukan sepenuhnya dari dalam negeri.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan produksi dan konsumsi jagung di Indonesia?

2. Apakah target swasembada jagung nasional tahun 2017 dapat tercapai?

3. Bagaimana strategi pemerintah untuk alternatif kebijakan dalam upaya

pencapaian swasembada tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari dan melihat

bagaimana kondisi tingkat produksi dan konsumsi jagung di Indonesia hingga

tahun 2017 dan gambaran pencapaian swasembada jagung nasional melalui

skenario kebijakan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pemerintah.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perkembangan tingkat produksi dan konsumsi jagung di

Indonesia.

2. Meramalkan pencapaian swasembada jagung nasional tahun 2017.

3. Menganalisis upaya yang dapat dijadikan alternatif kebijakan pemerintah

dalam upaya pencapaian swasembada jagung nasional pada tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan

gambaran mengenai pencapaian swasembada jagung nasional tahun 2017 yang

dapat dilihat melalui perkembangan produksi dan konsumsi jagung nasional

hingga tahun 2017. Dengan mengetahui kondisi jagung nasional, diharapkan

mampu memberikan informasi kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan,

para pengusaha, dan investor di bidang komoditas jagung serta masyarakat untuk

dapat mengambil langkah-langkah dan melakukan perencanaan yang tepat guna

mendukung perkembangan industri jagung dalam negeri.

Page 25: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

9

Secara khusus manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah selaku pembuat dan pengambil kebijakan, penelitian ini dapat

digunakan sebagai gambaran mengenai keadaan komoditas jagung nasional

khususnya tingkat produksi dan konsumsi yang dapat digunakan sebagai bahan

acuan dalam perumusan kebijakan yang tepat sehingga dapat mendorong

pertumbuhan industri jagung nasional.

2. Bagi para pelaku usaha, penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran

tentang kondisi komoditas jagung sehingga dapat mengambil langkah yang

tepat untuk mengembangkan usahanya dalam menghadapi persainan global.

3. Bagi penulis, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk

meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi komoditas jagung nasional dan

permasalahan yang dihadapi sehingga mampu menjawab tantangan terkait isu

tersebut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis mengenai perkembangan

tingkat produksi dan konsumsi jagung domestik sehingga dapat melihat

dampaknya terhadap pencapaian target swasembada jagung nasional tahun 2017.

Penelitian ini dimulai dengan menganalisis perkembangan produksi dan konsumsi

jagung nasional dari tahun 1984 sampai tahun 2014 menggunakan metode

ARIMA untuk mengetahui tingkat produksi dan konsumsi jagung tiga tahun

kemudian (2015-2017). Dari hasil peramalan tersebut akan diketahui apakah

target swasembada jagung nasional tahun 2017 dapat tercapai. Kemudian

merumuskan langkah strategis kebijakan yang tepat untuk dapat dipertimbangkan

dalam rangka upaya pencapaian swasembada jagung nasional tahun 2017.

Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya; data yang digunakan merupakan

data tahunan sehingga model yang dirumuskan tidak menggambarkan fluktuasi

bulanan dan musiman. Komoditas jagung dalam penelitian ini adalah secara

umum bukan jagung dengan jenis dan kualitas atau varietas tertentu.

Page 26: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

10

18

Page 27: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi dan Konsumsi Jagung di Indonesia

Pertumbuhan produksi jagung di Indonesia lebih disebabkan oleh

perkembangan permintaan untuk pakan ternak, berbeda dengan pertumbuhan

produksi padi yang disebabkan oleh perkembangan penawaran karena didorong

oleh inovasi teknologi benih unggul. Produksi jagung diperoleh dari hasil

perkalian antara luas panen dan produktivitas. Menurut data Badan Pusat Statistik

(2015c), perkembangan produksi jagung di Indonesia pada periode tahun 1969

hingga tahun 2014 cenderung berfluktuasi namun secara umum meningkat, mirip

dengan pola luas panen, namun peningkatan produksi menunjukkan pola

peningkatan yang lebih signifikan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pertanian (2015), produksi

jagung selama kurun waktu 1969 hingga tahun 2015 tertinggi dicapai pada tahun

2015 yaitu sebesar 19,833 juta ton. Jika dilihat perkembangan produksi jagung

selama sepuluh tahun terakhir, produksi jagung mengalami pertumbuhan positif

dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,05 persen per tahun. Namun terjadi dua

kali penurunan produksi jagung pada periode 2010 hingga tahun 2015, yaitu

sebesar 3,73 persen pada tahun 2011 dan pada tahun 2013 mengalami penurunan

sebesar 4,51 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan produksi

jagung disebabkan oleh penurunan produktivitas karena penggunaan benih

jagung, tata cara pengolahan tanaman, pemupukan, dan penurunan produksi

jagung biasanya disebabkan oleh penurunan luas panen.

Jika dilihat secara umum, produktivitas jagung di Indonesia dari tahun 2009

hingga tahun 2014 terus mengalami fluktuasi di setiap daerah. Fluktuasi ini

disebabkan oleh banyak hal, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal masing-masing daerah berbeda satu sama lain. Sebagai contoh adalah

kondisi geografis masing-masing wilayah yang memiliki keunikan tersendiri.

Kenaikan yang terjadi pada produktivitas jagung salah satunya diakibatkan oleh

naiknya harga jagung impor akibat pasokan yang ketat menyusul kegagalan panen

di Amerika Serikat dan Argentina. Akibatnya pengusaha industri makanan

berbahan dasar jagung dan juga pengusaha pakan ternak lebih tertarik untuk

Page 28: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

12

18

menggunakan dan membeli jagung lokal. Dari permasalahan tersebut muncul

keinginan petani untuk menanam jagung kembali.

Penurunan produktivitas sendiri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah petani enggan menanam jagung karena harga jual di tingkat

petani yang sangat berfluktuasi akibat impor yang tidak terjadwal. Hal tersebut

menyebabkan sebagian besar petani menanam jagung sebagai tanaman sambilan

atau sela serta sebagai tanaman pelindung sementara seperti kebun sawit yang

dibuka atau ditanam. Bahkan sebagian besar petani sudah tidak menanam jagung

dan berpindah menanam tanaman hortikultura seperti cabai dan bawang.

Selain dari beberapa faktor internal seperti dilema petani dalam penggunaan

lahan, terdapat faktor lain yaitu alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi

lahan untuk kebutuhan perumahan dan bangunan lainnya. Pertumbuhan penduduk

yang semakin meningkat membutuhkan lahan untuk tempat tinggal, namun disisi

lain kebutuhan akan pangan juga meningkat.

Jagung merupakan salah satu makanan pokok yang keberadaannya tidak bisa

dihilangkan dari masyarakat Indonesia. Meskipun penggunaannya saat ini sudah

lebih banyak untuk pakan daripada pangan, namun di beberapa daerah jagung

masih menjadi makanan pokok masyarakat baik dicampur dengan beras/nasi

maupun diolah menjadi bubur.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional

(2013) pada Tabel 4, pada tahun 2007-2013 sebagian besar permintaan jagung

terdiri atas jagung berkulit dan jagung pipilan. Untuk jagung basah berkulit dari

periode tahun 2009 hingga tahun 2013 rata-rata pertumbuhan konsumsi per kapita

mengalami peningkatan yang masih terbilang kecil yaitu sebesar 2,08 persen,

dimana permintaan tertingginya terjadi pada tahun 2010 dengan rata-rata

permintaan per kapita sebesar 1,939 kilogram. Sedangkan pada tahun 2011

mengalami penurunan menjadi sebesar 0,626 kilogram per kapita, dan pada tahun

2012 sampai 2013 menjadi 0,574 kilogram per kapita.

Tabel dibawah ini (Tabel 4) menunjukkan rata-rata jagung pipilan yang justru

mengalami penurunan yaitu sebesar 6,33 persen dimana pada tahun 2009

konsumsi jagung per kapita adalah 1,825 dan terus mengalami penurunan hingga

tahun 2011 menjadi 1,99 kg per kapita, sedangkan pada tahun 2012 mengalami

Page 29: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

13

peningkatan menjadi 1,512 kg per kapita meskipun pada tahun 2013 kembali

mengalami penurunan menjadi 1,304 kg per kapita.

Tabel 4 Konsumsi Rata-rata per Kapita Bahan Makanan Jagung di Indonesia

Tahun 2009-2013

Bahan

Makanan Satuan

Tahun Rata-rata

Pertumbuhan

(%) 2009 2010 2011 2012 2013

Jagung Basah

Berkulit Kg 0,626 0,939 0,626 0,574 0,574 2,08

Jagung

Pipilan Kg 1,825 1,564 1,199 1,512 1,304 -6,33

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2013

2.2 Tinjauan Kebijakan Swasembada Jagung di Indonesia

Definisi ketahanan pangan menurut World Bank (1986) dan Maxwell dan

Frankenberger (1992) dalam Hanani (2009) adalah “akses semua orang setiap saat

pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at all time to sufficient

food for a healthy life). Sedangkan menurut Undang-undang tentang Pangan

Nomor 18 tahun 2012 menyebutkan bahwa ketahanan pangan merupakan kondisi

terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin

dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,

beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif

secara berkelanjutan. FAO pada tahun 1997 menjelaskan bahwa ketahanan

pangan merupakan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik

fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota

keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan terhadap

kedua akses tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, Hanani (2009) menyimpulkan bahwa

terdapat lima unsur yang harus dipenuhi dalam mencapai ketahanan pangan, yaitu:

1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu.

2. Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses.

3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,

ekonomi, dan sosial.

4. Berorientasi pada pemenuhan gizi.

5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif.

Page 30: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

14

18

Dalam rangka mencapai ketahanan pangan nasional, pemerintah Indonesia

pada periode tahun 2010 hingga tahun 2014 menyusun Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Pertanian dimana terdapat lima komoditas pangan utama

dan strategis yaitu beras, jagung, kedelai, daging sapi dan gula. Kementerian

Pertanian mencanangkan empat target sukses, yaitu:

1. Swasembada berkelanjutan dan pencapaian swasembada.

2. Diversifikasi pangan.

3. Peningkatan daya saing nilai tambah ekspor.

4. Kesejahteraan petani.

Secara khusus swasembada berkelanjutan ditargetkan untuk komoditas padi

dan jagung, dan sasaran produksi jagung khususnya sebesar 20 juta ton pipilan

kering pada tahun 2014. Dalam rangka mencapai target sukses tersebut khusus

pada komoditas jagung yaitu untuk menjamin swasembada berkelanjutan tentu

diperlukan upaya keras agar tingkat produksi saat ini dapat dipertahankan dan

bahkan lebih ditingkatkan. Upaya peningkatan produksi jagung nasional memiliki

urgensi kuat, mengingat jagung memiliki peran strategis dalam memenuhi

berbagai permintaan nasional.

Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras yang sangat

berperan penting dalam menunjang ketahanan pangan, kecukupan pasokan pakan

ternak, bahkan juga dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif (biofuel). Posisi

jagung dalam diversifikasi konsumsi pangan berfungsi dalam mengurangi

ketergantungan terhadap makanan pokok beras. Jagung juga sangat berperan

dalam industri pakan dan industri pangan yang memerlukan pasokan terbesar

dibanding untuk konsumsi langsung.

Pemerintah pada tahun 2014 menargetkan produksi jagung nasional sebesar

20,80 juta ton untuk mencapai swasembada. Namun pada kenyataannya produksi

jagung pada tahun tersebut hanya mencapai 19,03 juta ton sehingga target

swasembada komoditas jagung tidak tercapai. Oleh karena itu, pada Renstra

periode selanjutnya yaitu periode 2015 hingga 2019 pemerintah melanjutkan

program tersebut dengan mentargetkan produksi jagung pada tahun 2017

mencapai 22 juta ton.

2.3 Peramalan ARIMA

Page 31: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

15

Model Autoregresif Integrated Moving Average (ARIMA) adalah model yang

secara penuh mengabaikan independen variabel dalam membuat peramalan.

ARIMA menggunakan nilai masa lalu dan sekarang dari variabel dependen untuk

menghasilkan peramalan jangka pendek yang akurat. ARIMA cocok jika

observasi dari deret waktu (time series) secara statistik berhubungan satu sama

lain (dependent). Model otoregresi merupakan model yang menggambarkan

hubungan antara variabel terkait Y dengan variabel bebas yang merupakan nilai Y

pada waktu sebelumnya, sedangkan model moving average merupakan model

yang menggambarkan ketergantungan variabel terkait Y terhadap nilai error pada

waktu sebelumnya yang berurutan. Error ini juga sering disebut nilai kesalahan

atau deviasi nilai prediksi terhadap nilai sesungguhnya. Gabungan kedua model

inilah yang sangat berguna dalam menganalisis data time series, yang

diperkenalkan oleh Box dan Jenkins (1975) dengan sebutan ARIMA.

Secara umum, model ARIMA dituliskan dengan notasi ARIMA (p,d,q). p

adalah derajat proses otoregresi (AR), d adalah pembedaan, dan q adalah derajat

proses moving average (MA). Adanya nilai pembedaan (d) pada model ARIMA

disebabkan karena aspek-aspek AR dan MA hanya dapat diterapkan pada data

time series yang stasioner. Pada kenyataannya, sebagian besar data time series

menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu, baik rata-rata maupun variansnya.

Data time series yang mempunyai sifat demikian disebut data time series tidak

stasioner.

Tujuan model ini adalah untuk menentukan hubungan statistik yang baik

antar variabel yang diramal dengan nilai historis variabel tersebut sehingga

peramalan dapat dilakukan dengan model tersebut. Model ARIMA terdiri dari tiga

langkah dasar, yaitu tahap identifikasi, tahap penaksiran dan pengujian, dan

pemeriksaan diagnostik. Selanjutnya model ARIMA dapat digunakan untuk

melakukan peramalan jika model yang diperoleh memadai. Karena hanya

menggunakan satu variabel deret waktu, maka pengolahan data dalam metode ini

dapat dilakukan dengan program komputer antara lain Eviews, Minitab, SPSS,

dan lain-lain.

Page 32: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

16

18

2.4 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian mengenai jagung telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya,

diantaranya adalah Siregar (2009). Persamaan dengan penelitian tersebut adalah

dalam tujuannya untuk mengetahui perkembangan tingkat produksi komoditas

jagung di Indonesia. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian terdahulu

dilakukan analisis penawaran untuk mengetahui respon penawaran jagung. Selain

itu metode yang digunakan juga berbeda, yaitu pada penelitian terdahulu

menggunakan metode analisis Nerlove, OLS (Ordinary Least Square), Uji

Statistik, dan Uji Ekonometrik untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi beberapa variabel tertentu.

Hasil penelitian mengenai swasembada pangan telah dilakukan oleh beberapa

peneliti sebelumnya, diantaranya adalah oleh Hernanda (2011), Hadi (2013), dan

Wijayanti (2014), dimana terdapat persamaan yaitu fokus pembahasan lebih

kepada pencapaian swasembada dan metode yang digunakan untuk mengetahui

pencapaian swasembada komoditas adalah dengan menggunakan metode

ARIMA. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode yang digunakan untuk

memperoleh alternatif strategi yang sesuai, yaitu menggunakan analisis regresi

dan analisis statistik deskriptif. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Aldillah

(2014). Persamaan dengan penelitian tersebut adalah pada pembahasan mengenai

analisis produksi dan konsumsi suatu komoditas. Sedangkan perbedaannya

terletak pada analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis simultan

sedangkan pada penelitian ini, analisis terhadap perkembangan produksi dan

konsumsi jagung dilakukan menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

Page 33: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

17

Tabel 5. Hasil Penelitian Terdahulu

No Judul/ Peneliti/Judul Penelitian Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian

1. Nama : Grace Gantari Siregar

Tahun: 2009

Judul : Analisis Respon

Penawaran Komoditas Jagung

dalam Rangka Mencapai

Swasembada Jagung di

Indonesia.

1. Mengetahui perkembangan

komoditas jagung nasional

dilihat dari sisi produksi dan

konsumsi (food, feed, fuel)

2. Menganalisis respon

penawaran jagung

3. Mengetahui faktor-faktor

yang menjadi penghambat

peningkatan produksi jagung

serta menyusun strategi

kebijakan

1. Nerlove

(Nerlove partial

adjusment

model)

2. OLS (Ordinary

Least Square)

3. Uji Statistik

4. Uji

Ekonometrik

1. Produksi jagung di Indonesia meningkat

secara fluktuatif, yang ditentukan oleh

perkembangan produktivitas. Konsumsi

jagung untuk bahan pangan pokok

mengalami penurunan, sedangkan untuk

bahan baku industri, khususnya produksi

pakan terus mengalami peningkatan.

2. Faktor – faktor yang signifikan

mempengaruhi luas areal panen jagung

adalah harga jagung, harga kedelai, harga

ubi kayu, curah hujan, pertumbuhan

konversi lahan, dan pertumbuhan total

areal teririgasi. Sedangkan faktor-faktor

yang secara signifikan mempengaruhi

produktivitas jagung adalah harga

jagung, produktivitas tahun sebelumnya,

upah buruh tani, harga pupuk urea dan

harga benih.

3. Respon penawaran jagung terhadap harga

jagung dalam jangka pendek bersifat

inelastis dan bernilai positif, yaitu

0,3903, sedangkan dalam jangka panjang

bersifat elastis, yaitu sebesar 1,0538.

4. Faktor-faktor yang menghambat

produktivitas jagung: masalah pada

setiap agroekosistem, tehnik budidaya,

faktor insentif harga jagung, serta

pemasaran dan distribusi hasil.

17

Page 34: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

18

18

No Peneliti/Judul Penelitian Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian

2. Nama : Nindya Hernanda

Tahun : 2011

Judul : Analisis Peramalan

Tingkat Produksi dan Konsumsi

Gula Indonesia dalam Mencapai

Swasembada Gula Nasional.

1. Menganalisis perkembangan

tingkat produksi dan

konsumsi gula nasional

hingga tahun 2014

2. Menganalisis upaya untuk

alternatif pencapaian target

swasembada gula tahun 2014

1. Metode

ARIMA

2. Analisis regresi

1. Pada tahun 2011-2014 masih terdapat

defisit neraca gula, sehingga swasembada

tidak tercapai pada tahun 2014.

2. Dibutuhkan 259.577 hektar luas areal

dengan skenario 1 untuk mencapai

swasembada gula pada tahun 2014, lebih

kecil dari skenario dua yang hanya

267.612 hektar. Produktivitas dan

rendemen yang harus dicapai pada

skenario 1 adalah sebesar 89,4 ton per

hektar dan 9,1 persen. Pada skenario 2,

produktivitas dan rendemen yang harus

dicapai sebesar 89,4 ton per hektar dan

8,6 persen dengan penambahan pabrik

gula baru sesuai alternatif dari

pemerintah.

3. Nama : Abida Hadi

Tahun : 2013

Judul : Analisis Produksi dan

Konsumsi Kedelai Domestik

dalam Rangka Swasembada

Kedelai di Indonesia.

1. Menganalisis perkembangan

produksi dan konsumsi

kedelai domestik

2. Memproyeksikan produksi

dan konsumsi kedelai

domestik untuk melihat target

pencapaian swasembada dan

menyusun strategi kebijakan

dan implikasinya

1. Analisi Statistik

Deskriptif

2. ARIMA

(Autoregressive

Integrated

Moving

Average)

1. Konsumsi kedelai di Indonesia lebih

besar dibandingkan produksinya,

sehingga Indonesia masih melakukan

impor.

2. Berdasarkan proyeksi produksi dan

konsumsi kedelai menggunakan ARIMA,

Indonesia belum mampu untuk

swasembada kedelai pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 produksi kedelai

domestik mencapai 672.020 ton,

sedangkan konsumsinya sebesar

1.989.386 ton.

Page 35: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

19

No Peneliti/Judul Penelitian Tujuan Metode Analisis Hasil Penelitian

3. Strategi kebijakan untuk mengatasi

ketergantungan impor adalah peningkatan

produksi kedelai melalui program

perluasan areal tanam dan atau

peningkatan produktivitas.

4. Analisis Peramalan Produksi dan

Konsumsi Serta Faktor-faktor

yang Memengaruhi Produksi

dalam Pencapaian Swasembada

Kedelai 2014.

Cahyana Depta Wijayanti (2014)

1. Menganalisis perkembangan

produksi dan konsumsi

kedelai nasional hingga

tahun 2014

2. Mengidentifikasi faktor-

faktor yang memengaruhi

jumlah produksinya

3. Menganalisis elastisitas

produksi kedelai nasional

terhadap faktor-faktor yang

memengaruhinya

1. Metode

ARIMA.

2. Metode Regresi

Berganda.

1. Swasembada kedelai belum tercapai pada

tahun 2014 maupun 11 tahun setelahnya.

2. Faktor-faktor yang signifikan

memengaruhi produksi kedelai adalah

produktivitas, luas panen, harga kedelai

dan jagung di tingkat petani, harga benih

kedelai dan impor kedelai.

3. Harga riil kedelai dan jagung di tingkat

petani, harga benih kedelai, dan impor

kedelai menunjukkan hubungan inelastis

terhadap produksi kedelai.

5. Nama : Rizma Aldillah

Tahun : 2014

Judul : Proyeksi Produksi dan

Konsumsi Kedelai Indonesia.

1. Menganalisis pola

perkembangan produksi dan

konsumsikedelai nasional

2. Menganalisis respon areal

dan produktivitas kedelai

1. Metode

Peramalan

Simultan

2. Produksi hingga tahun 2020 meningkat

rata-rata 6.80% per tahun, dan konsumsi

meningkat rata-rata 2.10% per tahun,

tetapi defisit menunjukkan penurunan

rata-rata sebesar 0.98% per tahun.

3. Terdapat indikasi bahwa adanya

perluasan areal tanam kedelai di masa

yang akan datang yang ditunjukkan oleh

pertumbuhan produksi rata-rata mencapai

tiga kali lipat daripada pertumbuhan

konsumsi rata-rata. Sehingga terdapat

komungkinan Indonesia memiliki

peluang untuk berswasembada di masa

yang akan datang.

19

Page 36: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

20

18

Page 37: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

21

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu sebagai acuan

alur berfikir dalam melakukan penelitian. Teori dan konsep yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain adalah metode analisis statistik deskriptif, konsep

Produksi dan Konsumsi, Box Jenkins (ARIMA) dan Analytical Hierarchy Process

(AHP).

3.1.1 Produksi dan Konsumsi

Produksi merupakan suatu kegiatan atau proses dalam membuat komoditas

dalam bentuk barang atau jasa tertentu baik dalam komoditas barang-barang

pertanian maupun barang non pertanian. Dalam pertanian, proses produksi sangat

kompleks dan terus mengalami perubahan seiring dengan kemajuan teknologi.

Pada proses produksi pertanian, terdapat output atau hasil produksi dan input atau

disebut sebagai faktor produksi yang berupa variabel-variabel tertentu yang

mempengaruhi proses produksi. Menurut Soekartawi (2003), faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat

kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya

2. Faktor sosial-ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, risiko dan ketidakpastian, kelembagaan,

tersedianya kredit, dan sebagainya.

Soekartawi, (2003) menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan

hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan

(X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang

menjelaskan dapat berupa input. Dengan fungsi produksi, maka dapat diketahui

hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable) dan variabel yang

menjelaskan (independent variable) serta sekaligus mengetahui hubungan antar

variabel penjelas.

Page 38: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

22

18

Secara matematis, hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y = f (x,, x2, ..... x,, .... , xn)

dimana Y adalah output dan x merupakan input pada proses produksi.

Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka dapat diketahui

hubungan antara Y dan x sekaligus hubungan xi .... xn, dan x lainnya juga dapat

diketahui.

Drahan Bannonch dalam Waluyo (2007) pada bukunya “Economics”

memberikan pengertian tentang konsumsi, yaitu merupakan pengeluaran total

untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka

waktu tertentu (dalam satu tahun) pengeluaran. Pengeluaran konsumsi rumah

tangga tidak hanya terbatas pada pengeluaran untuk barang-barang yang tidak

tahan lama, tetapi juga dapat meliputi pengeluaran untuk barang-barang tahan

lama (durable goods).

Bila ditinjau kembali, variabel-variabel yang mempengaruhi konsumsi

sebenarnya tidak hanya pendapatan saja, akan tetapi ada variabel lain selain

pendapatan yang mempengaruhi konsumsi masyarakat atau seseorang,

diantaranya adalah variabel sosial ekonomi, tingkat harga, selera, tingkat suku

bunga, dan sebagainya. Namun Keynes menjelaskan bahwa konsumsi sangat

bergantung pada pendapatan sekarang. Oleh karena itu, ekonom menyatakan

bahwa konsumen memahami kalau mereka menghadapi keputusan antar waktu.

Konsumen menatap sumber daya dan kebutuhan mereka di masa yang akan

datang, yang dinyatakan dalam fingsi konsumsi yang lebih kompleks

dibandingkan dengan fungsi konsusi yang Keynes berikan. Keynes menyatakan

fungsi konsumsi dalam bentuk sebagai berikut:

Konsumsi = f (pendapatan sekarang),

Sedangkan studi terbaru menyatakan sebagai berikut:

Konsumsi = f (pendapatan sekarang, kekayaan, pendapatan masa depan yang

diduga, tingkat suku bunga),

Dengan kata lain, pendapatan sekarang hanya merupakan salah satu determinan

dari konsumsi agregat (Mankiw, 2007).

Page 39: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

23

3.1.2 Metode Peramalan Box Jenkins atau ARIMA (Autoregressive Integrated

Moving Average)

ARIMA sering disebut sebagai metode runtun waktu Box-Jenkins. ARIMA

sangat baik ketepatannya untuk peramalan jangka pendek, sedangkan untuk

peramalan jangka panjang ketepatan peramalannya kurang baik karena biasanya

akan cenderung flat (mendatar/konstan) untuk periode yang cukup panjang.

Model Autoregresif Integrated Moving Average (ARIMA) adalah model yang

secara penuh mengabaikan independen variabel dalam membuat peramalan.

ARIMA menggunakan nilai masa lalu dan sekarang dari variabel dependen untuk

menghasilkan peramalan jangka pendek yang akurat. ARIMA cocok jika

observasi dari deret waktu (time series) secara statistik berhubungan satu sama

lain (dependent).

Menurut Sugiarto et al (2000), secara umum model ARIMA dirumuskan

dengan notasi ARIMA (p,d,q), dimana p menunjukkan orde atau derajat

Autoregressive (AR), d menunjukkan orde atau derajat Differencing (Pembedaan),

dan q menunjukkan orde atau derajat Moving Average (MA).

Model AR adalah suatu model yang menjelaskan pergerakan suatu variabel

melalui variabel itu sendiri di masa lalu. Model autoregressive orde ke-p dapat

ditulis sebagai berikut:

Xt = µ + Ø1Xt-1 + Ø2Xt-2 + … + ØpXt-p + ℮t

Dimana:

Øj = parameter autoregresif ke-j, j = 1,2, ... , p

℮t = nilai kesalahan pada saat t

µ = konstanta

Orde dari model AR (yang diberi notasi p) ditentukan oleh jumlah periode

variabel independen yang masuk dalam model.

Sedangkan model Moving Average (MA) adalah suatu model yang melihat

pergerakan variabelnya melalui residualnya di masa lalu yang dapat ditulis

sebagai berikut:

Page 40: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

24

18

Xt = µ + ℮t – Ø1℮t -1 – Ø2℮t -2 – … – Øq℮t –q

Dimana:

Øj = parameter moving average ke-j, j = 1,2, ... , p

℮t-k = nilai kesalahan pada saat t-k

µ = konstanta

Orde pada mode MA (yang diberi notasi q) ditentukan oleh jumlah periode

variabel independen yang masuk dalam model. Perbedaan model MA dengan AR

terletak pada jenis variabel independen, yaitu pada model Autoregressive variabel

independennya adalah nilai sebelumnya (lag) dari variabel dependen itu sendiri.

Sedangkan pada model Moving Average variabel independennya adalah nilai

residual pada periode sebelumnya.

Gabungan dari kedua model tersebut adalah model ARIMA yang dapat ditulis

sebagai berikut:

Xt = µ + Ø1Xt-1 + Ø2Xt-2 + … + ØpXt-p + ℮t – Ø1℮t -1 – Ø2℮t -2 – … – Øq℮t –q

Analisis data menggunakan metode ARIMA bertujuan untuk menentukan

hubungan statistik yang baik antar variabel yang diramal dengan nilai historis

variabel tersebut sehingga peramalan dapat dilakukan dengan menggunakan suatu

model tertentu. Pembuatan model dalam ARIMA terdiri atas tiga langkah dasar,

yaitu tahap identifikasi, tahap penaksiran dan pengujian, dan pemeriksaan

diagnostik. Selanjutnya model ARIMA dapat digunakan untuk melakukan

peramalan jika model yang diperoleh memadai.

Model ARIMA menggunakan orde baik nilai sebelumnya (lag) dari variabel

dependen maupun nilai residual periode sebelumnya, dengan penggabungan ini

diharapkan model ARIMA dapat mengakomodasi pola data yang tidak dapat

diidentifikasi secara terpisah oleh model MA maupun model AR. Menurut Arsyad

(2001), penerapan metode ARIMA memiliki tiga tahap yang terpisah yang

digambarkan oleh skema berikut:

Page 41: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

25

Tahap 1: Identifikasi

Tahap 2: Penaksiran

dan Pengujian

Tahap 3: Penerapan

Gambar 3 Skema pendekatan Box Jenkins

Skema pendekatan Box Jenkins tersebut menjelaskan bahwa dalam

pembuatan model ARIMA terdiri atas tiga tahapan. Pada tahap pertama, peneliti

harus merumuskan kelompok model-model umum yang cocok untuk keadaan

yang diidentifikasi, selanjutnya dapat ditentukan model menjadi bentuk model

sementara. Pada tahap kedua yaitu tahap penaksiran dan pengujian, peneliti

mencocokkan model tersebut untuk data historis yang tersedia dan melakukan

suatu pengecekan untuk menentukan apakah model tersebut sudah cukup tepat

atau memadai. Jika model yang ditaksir memadai, maka dilanjutkan ke tahap

selanjutnya yaitu tahap ketiga dimana model yang telah ditaksir dapat digunakan

untuk peramalan. Sedangkan jika model yang ditaksir tidak memadai, maka

peneliti harus mengulang tahap sebelumnya.

Rumuskan kelompok

model-model yang

umum

Penetapan model untuk

sementara

Penaksiran parameter

pada model sementara

Pemeriksaan diagnosa

(apakah model memadai)

Gunakan model untuk

peramalan

Tidak

Ya

Page 42: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

26

18

3.1.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu model

pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty untuk

mengatasi permasalahan multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi

suatu hirarki. Menurut Saaty (1993), hierarki didefinisikan sebagai suatu

representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi

level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub

kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan

hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-

kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga

permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Secara umum, dengan

menggunakan AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten dengan

teori, logis, transparan, dan partisipatif.

Analytical Hierarchy Process memberikan suatu kerangka dimana kerangka

tersebut memungkinkan seseorang untuk mengambil keputusan yang efektif atas

persoalan kompleks dengan jalan menyederhanakan dan mempercepat proses

pengambilan keputusan yang dialami. Pada dasarnya, metode AHP ini memecah-

mecah suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur kedalam bagian-bagian

komponennya kemudian menata bagian-bagian atau variabel tersebut kedalam

suatu susunan hierarki, memberi penilaian berupa numerik pada pertimbangan

subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel, serta mensintesis berbagai

pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling

tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Pada penerapan metode AHP yang diutamakan adalah kualitas dari data

responden, dan tidak tergantung pada kuantitasnya (Saaty, 1993). Oleh karena itu,

penialian AHP memerlukan para pakar sebagai responden dalam pengambilan

keputusan dalam pemilihan alternatif. Para pakar disini merupakan orang-orang

kompeten yang benar-benar menguasai, mempengaruhi pengambilan kebijakan

atau benar-benar mengetahui informasi yang dibutuhkan. Untuk jumlah responden

dalam metode AHP ini tidak memiliki perumusan tertentu, namun ada batas

minimum yaitu dua orang responden.

Page 43: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

27

Selain membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan

menstruktur suatu hierarki kriteria, pihak yang berkepentingan dan hasil serta

dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau

prioritas, metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang

bersangkkutan pada berbagai persoalan. Kemudian mensintesis berbagai

pertimbangan yang beragamk menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan

manusia secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan

yang telah dibuat. Selanjutnya AHP juga memiliki perhatian khusus tentang

penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan luar

kelompok elemen strukturnya.

Analytical Hierarchy Process mentoleransi tingkat konsistensi sebesar

kurang dari 10%, apabila lebih dari 10% maka responden dianggap tidak

konsisten dalam menjawab pertanyaan dan diperbolehkan melakukan perbaikan

atas penilaian yang diberikan (Tumada, 2012).

Konsistensi dalam hal ini diartikan sebagai intensitas hubungan antar

elemen yang didasarkan pada kriteria tertentu, saling meembenarkan secar logis.

Pengujian konsistensi dilakukan sebagai cara untuk melihat konsistensi jawaban

penilaian pasangan terhadap perbandingan maupun struktur hierarki

permasalahan. Hal tersebut dikarenakan pada kenyataannya menunjukkan bahwa

sangat tidak mungkin untuk memperoleh jawaban responden yang absolut

konsisten.

Pengolahan data dilakukan dengan mentabulasikan hasil wawancara

penelitian dalam bentuk tabel untuk kemudian dihitung nilai geomeannya

(geometric mean), yaitu nilai sentral yang dianggap mewakili nilai seluruh data

yang diperoleh dari nilai kualifikasi persepsi dikalikan satu dengan lainnya dicari

pangkat dari jumlah responden. Persepsi yang digunakan pada metode ini

diperoleh dari responden yang dianggap sebagai ahli pada bidangnya, yaitu

seseorang yang benar-benar paham terkait permasalahan yang diajukan,

merasakan akibat suatu masalah terkait, ataupun seseorang yang memiliki

kepentingan terhadap masalah tersebut.

Page 44: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

28

18

Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lain adalah:

1. Struktur yang berhierarki sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai

pada sub-sub kriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria

dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

Selain kelebihan tersebut, metode AHP juga memiliki kekurangan atara lain

adalah ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa

persepsi seseorang ahli atau peneliti sehingga dalam hal ini melibatkan

subyektifitas. Kelemahan lainnya adalah bahwa metode AHP hanya metode

matematis tanpa ada pengujian statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari

kebenaran model yang terbentuk.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan berkembang pesatnya

industri dari berbagai sektor di dalam negeri khususnya industri peternakan

menyebabkan laju konversi juga meningkat. Peningkatan konversi lahan tersebut

menyebabkan lahan pertanian semakin berkurang karena telah beralih menjadi

lahan non pertanian untuk kebutuhan perumahan, perkantoran, dan lokasi industri.

Penurunan lahan pertanian menyebabkan luasan panen untuk beberapa komoditas

menjadi berkurang, khususnya komoditas jagung. Berkembangnya industri

peternakan terutama peternakan ayam menyebabkan permintaan terhadap pakan

konsentrat dimana bahan utama untuk pembuatan pakan konsentrat tersebut

adalah jangung mengalami peningkatan. Berbagai upaya dilakukan untuk

menggantikan sebagian jagung dengan bahan baku lain, namun belum berhasil

karena kandungan nutrisi dan energi dari biji jagung yang tidak ditemukan pada

biji-bijian lain.

Tingginya jumlah penduduk Indonesia yang menyebabkan kebutuhan

konsumsi untuk pangan dan pakan juga meningkat ternyata belum mampu

dipenuhi oleh jumlah produksi dari dalam negeri. Ketimpangan antara produksi

dan konsumsi tersebut sudah menjadi suatu masalah pada banyak negara

Page 45: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

29

berkembang, salah satunya Indonesia. Konsumsi jagung yang terus meningkat dan

tidak diimbangi dengan jumlah produksi dalam negeri menyebabkan terjadinya

defisit dalam pemenuhan permintaan jagung. Oleh karena itu, untuk memenuhi

kebutuhan permintaan jagung dalam negeri, pemerintah melakukan impor jagung

dari pasar dunia. Jika dilihat pada tabel perkembangan volume ekspor-impor

jagung di Indonesia, neraca ekspor-impor menunjukkan angka negatif yang

artinya Indonesia mengalami defisit dimana nilai impor lebih besar daripada

ekspor. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka Indonesia tidak akan mampu

mencapai ketahanan pangannya. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut

pemerintah mencanangkan program swasembada jagung dalam rancangan

Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 dengan target

produksi nasional pada tahun 2017 sebesar 25 juta ton. Berdasarkan target

tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memberikan kemudahan kepada

pemerintah ataupun khalayak umum untuk mendapatkan informasi mengenai

kondisi komoditas jagung di Indonesia yang selanjutnya dapat dijadikan referensi

untuk pemerintah dalam pelaksanaan upaya peningkatan produksi jagung untuk

kedepannya. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung nasional

dideskripsikan dengan menggunakan konsep analisis statistika deskriptif.

Selanjutnya dalam menganalisis perkembangan produksi dan konsumsi untuk

melakukan peramalan terkait pencapaian target swasembada jagung digunakan

metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) dengan membuat

suatu model peramalan ARIMA. Peramalan ini dilakukan untuk memproyeksikan

produksi dan kondisi komoditas jagung hingga tahun 2017. Peramalan ini

dilakukan untuk memperoleh jawaban apakah pada tahun tersebut program

swasembada dapat tercapai sesuai dengan target yang telah dibuat oleh

pemerintah. Jika hasil ramalan menunjukkan nilai konsumsi lebih besar daripada

produksi, maka target swasembada masih belum tercapai. Sedangkan apabila hasil

peramalan menunjukkan produksi sama dengan atau lebih besar daripada

konsumsi, maka swasembada jagung dapat tercapai pada tahun tersebut.

Tahap selanjutnya adalah menyusun strategi untuk menyiapkan alternatif

kebijakan terkait swasembada jagung nasional. Perumusan strategi dilakukan

dengan metode wawancara menggunakan alat analisis yaitu Analisis Hierarki

Page 46: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

30

18

Proses (AHP). Wawancara dilakukan kepada stakeholder yang ahli pada bidang

pertanian khususnya komoditas pangan. Hasil analisis dengan metode AHP

kemudian dapat dijadikan sebagai pertimbangan pemerintah untuk membentuk

suatu kebijakan sebagai upaya untuk mencapai swasembada jagung sesuai target

yang telah dicanangkan melalui Kementerian Pertanian. Adapun alur kerangka

pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional

Penentuan Strategi

Untuk Alternatif

Kebijakan:

Metode AHP

Perkembangan

Tingkat Produksi

dan Konsumsi

Jagung Nasional:

Analisis Deskriptif

Jagung Sebagai Bahan Pakan Utama

Produksi Dan Konsumsi Jagung yang Tidak Seimbang

Ketahanan Pangan Tidak Tercapai

Impor Jagung Untuk

Memenuhi Permintaan

Dalam Negeri

Peningkatan

Permintaan

Jagung

Target Swasembada Jagung Nasional Tahun 2017 Sebesar 25 Juta Ton

Peramalan Produksi

dan Konsumsi

Jagung Hingga

Tahun 2017:

Metode ARIMA

Hasil dan Rekomendasi Kebijakan

Page 47: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

31

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai analisis produksi dan konsumsi jagung domestik dalam

rangka pencapaian swasembada jagung nasional tahun 2017 ini dilakukan pada

lingkup nasional. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari – Mei 2016.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada keypersons atau

orang yang ahli terkait topik penelitian, diantaranya adalah Kepala Seksi

Ekstensifikasi dan Intensifikasi Jagung dan Serealia Lain dan Pemberdayaan dari

Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang dianggap sebagai pemegang

peran dalam pengambil kebijakan mengenai topik penelitian, serta peneliti dari

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Pengambilan data primer

dilakukan dengan menggunakan kuesioner Analytical Hierarchy Process (AHP).

Sedangkan data sekunder berasal dari laporan statistik, laporan penelitian, laporan

tahunan maupun data lain berupa tulisan, tabel, diagram, grafik, gambar dan

informasi lainnya yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, lembaga swasta,

maupun pihak lain yang terkait dengan topik penelitian ini. Data yang digunakan

meliputi data luas areal panen jagung, produktivitas jagung, produksi jagung,

konsumsi jagung, jumlah impor jagung, dan jumlah penduduk Indonesia.

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan mengunakan software

Minitab version 16 untuk memproyeksikan data produksi dan konsumsi jagung

domestik yang kemudian akan dijabarkan dengan menggunakan metode analisis

statistik deskriptif. Model peramalan yang digunakan adalah metode ARIMA

Box-Jenkins. Software lain yang digunakan adalah Expert Choice untuk

menentukan alternatif strategi yang paling tepat untuk menentukan kebijakan

dalam rangka pencapaian swasembada jagung nasional. Sedangkan metode yang

digunakan untuk menentukan strategi pemerintah dalam membuat alternatif

kebijakan adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Page 48: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

32

18

4.3.1 Metode Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistika deskriptif merupakan metode yang berkaitan dengan

pengumpulan data sehingga memberikan informasi yang berguna. Upaya

penyajian ini dimaksudkan untuk mengungkap informasi penting yang terdapat

dalam suatu data ke dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana. Menurut

Nurgiyantoro et al. (2009), metode analisis statistik deskriptif digunakan untuk

menyajikan dan menganalisis data agar lebih bermakna dan komunikatif, disertai

dengan perhitungan sederhana untuk memperjelas keadaan atau karakteristik data

yang bersangkutan. Pada penelitian ini, metode analisis statistik deskriptif

digunakan untuk menganalisis perkembangan tingkat produksi dan konsumsi

jagung domestik.

4.3.2 Metode ARIMA

Penelitian ini akan diawali dengan melakukan analisis terkait perkembangan

produksi dan konsumsi jagung domestik dari tahun 1984 hingga tahun 2014.

Analisis ini dilakukan untuk selanjutnya dapat mengetahui tingkat produksi dan

konsumsi jagung hingga tahun 2017.

Metode ARIMA memanfaatkan sepenuhnya data masa lalu dan data

sekarang untuk menghasilkan peramalan yang akurat. Metode ini berbeda dari

metode peramalan lalinnya karena metode ini tidak mensyaratkan satu pola data

tertentu supaya model dapat bekerja dengan baik, dengan kata lain metode

ARIMA dapat dipakai untuk semua tipe pola data. Metode ARIMA akan bekerja

dengan baik apabila data runtut waktu yang digunakan bersifat dependen atau

berhubungan satu sama lain secara statistik (Sugiarto et al, 2000).

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa gabungan dari

Autoregressive (p) dan Moving Average (q) akan membentuk model ARIMA

(p,d,q) dimana p adalah ordo/derajat dari AR, d merupakan ordo/derajat dari

differencing, dan q adalah ordo/derajat dari MA. Tingkat dari model AR (nilai p)

ditunjukkan oleh jumlah observasi atau pengamatan masa lalu yang akan

dimasukkan ke dalam model untuk meramalkan periode yang akan datang.

Misalnya, AR (2) merupakan model Autoregressive tingkat dua yang

menggunakan dua nilai masa lalu terakhir dalam model. Komponen model I (d)

Page 49: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

33

menunjukkan pembedaan data yang digunakan untuk menghasilkan kestasioneran

data (Aritonang, 2009). Hal ini dapat juga dikatakan bahwa banyaknya perlakuan

differencing (d) menunjukkan tingkat diferensiasi model. Tingkat model MA

(nilai q) ditunjukkan oleh banyaknya error masa lalu yang digunakan dalam

model dalam peramalan periode yang akan datang. Misalnya, jika dalam model

digunakan tiga error peramalan pada masa lalu maka dinamakan model Moving

Average tingkat tiga yang dapat ditulis sebagai MA (3).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode ini dapat dilakukan dengan

tiga tahap. Pada tahap identifikasi, peneliti harus menentukan kestasioneran data.

Menurut Firdaus (2006), data yang stasioner memenuhi kondisi sebagai berikut:

1. Nilai tengah atau rataan series konstan untuk setiap periode pengamatan. Hal

ini dapat dituliskan E(Zt) = µ untuk setiap t.

2. Ragam atau varian series konstan untuk setiap periode pengamatan. Hal ini

dapat dituliskan Var (Zt) = E [(Zt - µ)2] = 𝜎𝑥

2 untuk setiap t.

3. Koragam atau kovarian dua series konstan untuk setiap periode pengamatan.

Hal in dapat dituliskan Cov (Zt, Zt-k) = E [(Zt - µ)( Zt-k - µ] = 𝜎𝑥2 untuk setiap t.

Data yang stasioner dapat juga disebut sebagai data yang tidak mengandung

trend. Kestasioneran data dapat dilihat dari uji Augmented Dicky Fuller (ADF)

melalui pengamatan pola ACF dan PACF.

Tabel 6 Pola ACF dan PACF pada model ARIMA

Model ACF PACF

MA (q) Terpotong (cut off) setelah

lag q (q=1 atau q=2)

Perlahan-lahan menghilang (dies

down)

AR (p) Perlahan-lahan menghilang

(dies down)

Terpotong (cut off) setelah lag q

(q=1 atau q=2)

ARMA

(p,q)

Perlahan-lahan menghilang

(dies down)

Perlahan-lahan menghilang (dies

down) Sumber: Hanke et al (2003)

Data yang rata-ratanya tidak stasioner dapat ditransformasi (distasionerkan)

dengan metode pembedaan atau differencing, yaitu data yang asli diganti dengan

mengurangi nilai dua pengamatan yang berurutan pada data asli tersebut. Jika data

sudah stasioner, maka I(1) dapat digunakan dalam model ARIMA, namun jika

Page 50: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

34

18

belum stasioner maka perlu dilakukan differencing sesuai dengan diferensiasi

derajat berapa data tersebut mencapai kestasioneran.

First order difference : ΔXt = Xt - Xt-1

Second order difference : Δ2Xt = Δ(Xt) = Δ (Xt - Xt-1)

= Xt - 2Xt-1 + Xt-2

Ketidakstasioneran varian mungkin terjadi karena adanya varian musim.

Varian dapat distasionerkan dengan mentransformasikan data menjadi bentuk

logaritma atau pangkat, misalnya Xt diubah menjadi bentuk logaritma log Xt. Jika

varian masih belum stasioner maka dapat dicoma logaritma natural (ln). Contoh

(ln) pada data perbedaan pertama adalah ln (Xt) – (Xt-1). Kadangkala,data yang

dilogaritmakan adalah data pembedaan pertama atau kedua agar rata-rata dan

variannya bisa stasioner sekaligus (Aritonang, 2002).

Langkah selanjutnya adalah estimasi dan pengujian model. Pada estimasi

model dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Cara mencoba-coba (trial and error)

Pengujian terhadap beberapa nilai yang berbeda dan memilih diantara nilai-

nilai tersebut yang memiliki jumlah kuadrat nilai sisa (galat) (sum of squared

residuals) yang minimum.

b. Perbaikan secara iteratif (pengulangan)

Memilih nilai taksiran awal dan membiarkan program komputer untuk

memperhalus penaksiran tersebut secara iteratif (berulang).

Tahap terakhir pada metode ini dilakukan uji diagnostik dalam upaya untuk

memastikan apakah model yang diestimasi sudah baik atau belum. Model harus

memenuhi beberapa kriteria untuk dapat menjadi model yang terbaik, yaitu

(Firdaus, 2006):

a. Residual peramalan bersifat acak dan tersebar normal

Residual dapat dikatakan tidak berpola atau tersebar acak apabila tidak terdapat

autokorelasi dan parsial autokorelasi yang signifikan pada pola ACF dan

PACF. Pola ACF dan PACF dari residual ini , jika dalam grafik menunjukkan

pola cut off atau secara statistik harus sama dengan nol. Jika tidak, kondisi ini

mengindikasikan bahwa model yang digunakan belum sesuai dengan data.

Page 51: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

35

Untuk menguji autokorelasi residual dapat menggunakan uji statistik Chi-

square (X2) berderajat bebas m-r yang diuji menggunakan uji Ljung Box (Q).

Hipotesis:

H0:ρ1 = ρ2 = ..... = ρm = 0

H1:ρ1 ≠ ρ2 = ..... ≠ ρm ≠ 0

Statistik uji:

Q = n(n+2) ∑𝑟2𝑘(𝑒)

𝑛−𝑘

𝑚𝑘=1

dimana:

n = jumlah residual

k = selang waktu

m = jumlah selang waktu yang disertakan dalam pengujian

r = jumlah total parameter estimasi dalam model ARIMA (p-q)

rk (e) = fungsi autokorelasi sampel dari residual ke-k

kesimpulan:

jika Q > X2

a(m-r) atau apabila nilai P (P-value) terkait dengan statistik Q kecil

(misalnya P < 0,05) maka tolak H0 dan model dipertimbangkan tidak memadai.

b. Berlaku prinsip parsimonious

Model yang dipilih merupakan model dalam bentuk yang paling efisien dimana

memiliki jumlah parameter paling sedikit.

c. Parameter yang diestimasi harus berbeda nyata dari nol

Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value kooefisien yang kurang dari 0.05. Jika

ingin menguji ρk menggunakan uji-t pada tingkat signifikan 0.05 maka dapat

digunakan nilai t-table = 2 sebagai batas nilai kritis dengan hipotesisnya

adalah:

H0 : ρk = 0

H1 : ρk ≠ 0

H0 : tidak terdapat autokorelasi pada deret waktu

H1 : terdapat autokorelasi yang nyata pada selang waktu ke- k

Page 52: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

36

18

Statistik uji:

t = 𝑟𝑘−𝜌𝑘

√variance , atau t =

𝑟𝑘−𝜌𝑘

𝑆𝐸 (𝑟𝑘) , atau t =

𝑟𝑘

1

√𝑛 √1+2 ∑𝑟𝑗

2

dimana:

rk = koefisien autokorelasi antara dua set data

SE(rk) = galat baku autokorelasi selang k

k = lag atau selang

n = jumlah observasi

j = 1, ..., k-1, dan j<k

kriteria uji:

Statistik H0 menyebar dengan derajat bebas (n-1) untuk α = 5% dari tabel.

Kesimpulan:

Bila t hitung < Ta/2(n-1) atau jika nilai mutlak dari t hitung |t| <2 dapat

disimpulkan tidak tolak H0 dimana artinya tidak terdapat autokorelasi ρk = 0.

d. Harus memenuhi kondisi invertibilitas dan stasioneritas

Hal ini ditunjukkan oleh jumlah koefisien masing-masing AR atau MA harus

kurang dari 1. Zt adalah fungsi linier dari data stasioner yang lampau (Zt-1, Zt-2,

…). Dengan mengaplikasikan analisis regresi pada nilai lag deret stasioner,

maka dapat diperoleh autoregresi karena komponen trend sudah dihilangkan.

Data stasioner Zt saat ini adalah fungsi linier dari galat masa kini dan masa

lampau.

Zt = μ + εt – θ1εt-1 – θ2εt-2 – … – θqεt-qs

Jumlah koefisien MA harus kurang dari 1

θ1 + θ2 + … + θq < 1 (kondisi invertibiliti)

Zt = δ + θ1Zt-1 – θ2Zt-2 + … + εt

e. Proses iterasi harus konvergen

Proses harus berhenti ketika telah menghasilkan nilai parameter dengan Sum

Square Error (SSE) terkecil. Apabila syarat tersebut telah terpenuhi maka pada

sessioen akan terdapat pernyataan relative change in each estimate less than

0.0010.

f. Nilai MSE model harus kecil

MSE = 1

𝑛 ∑ ɛ𝑡

2𝑛𝑡=1

Page 53: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

37

Metode peramalan yang memiliki nilai MSE paling kecil menunjukkan bahwa

hasil peramalan tersebut akan semakin mendekati nilai aktualnya (forecasting

power semakin kuat) dimana artinya model secara keseluruhan lebih baik.

Model yang telah memenuhi kriteria-kriteria yang dijelaskan di atas dapat

dikatakan sebagai model terbaik. Model terbaik ini mampu menggambarkan

hubungan antar variabelnya baik variabel dependen dengan variabel independen

maupun hubungan antar variabel independen.

Ketika kriteria-kriteria tersebut diatas telah terpenuhi sehingga dihasilkan

model yang terbaik, maka proses peramalan untuk satu atau beberapa periode

yang akan datang dapat dilakukan. Peramalan dilakukan untuk mengetahui nilai

pada masa yang akan datang dan dapat memberi gambaran keadaan pada masa

yang akan datang tersebut sehingga dapat berguna bagi masa sekarang untuk

mempersiapkan suatu kebijakan atau perencanaan terbaik dalam menghadapi

keadaan yang telah diramalkan nantinya. Evaluasi ulang terhadap model perlu

dilakukan terhadap model yang dipilih kerena kemungkinan terdapat perubahan

pada pola data. Dari hasil peramalan tersebut akan dapat dilihat apakah

swasembada jagung nasional tahun 2017 dapat tercapai.

4.3.3 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Untuk menganalisis strategi yang dapat dilakukan dalam menentukan

alternatif yang tepat terkait kebijakan swasembada jagung di Indonesia, maka

dirumuskan persepsi oleh pelaku yang ahli di bidangnya. Hal ini dilakukan

dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Responden

yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi para stakeholder antara lain:

1. Kementerian Pertanian sebagai mitra pemerintah, dengan pertimbangan bahwa

responden ini dianggap banyak mengetahui tentang berbagai macam kebijakan

terkait dengan program swasembada pangan.

2. Praktisi atau pakar yang ahli di bidang ekonomi pertanian. Responden ini

dipilih dengan pertimbangan bahwa ilmu yang dimiliki berkaitan dengan topik

penelitian.

3. Pelaku usaha yang dianggap sebagai ahli atau banyak mengatahui hal terkait

produksi jagung.

Page 54: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

38

18

Menurut Saaty (1993), terdapat beberapa langkah dalam penggunaan

metode AHP sebagai suatu alat untuk memecahkan masalah, yaitu:

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan.

2. Membuat struktur hieraki dari sudut pandang manajerial secara menyeluruh.

3. Menyusun matriks banding pasangan. Matriks perbandingan pasangan ini

berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang

relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya.

4. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan

perangkat matriks di langkah 3. Untuk mengisi matriks banding berpasangan,

digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Nilai dan skala banding berpasangan

Intensitas Pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen menyumbang

sama besar pada sifat itu

3

Elemen yang satu sediit lebih

penting daripada elemen yang

lainnya

Pengalaman dan pertimbangan

sedikit menyokong satu

elemen atas elemen lainnya

5

Elemen yang satu sangat

penting daripada elemen

lainnya

Pengalaman dan pertimbangan

kuat

7

Satu elemen jelas lebih penting

daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong

elemen yang satu atas yang

lainnya memiliki tingkat

penegasan tertinggi yang

mungkin menguatkan

9

Satu elemen mutlak lebih

penting daripada elemen

lainnya

Bukti yang menyokong

elemen yang satu atas yang

lainnya memiliki tingkat

penegasan yang tertinggi yang

mungkin menguatkan

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperhatikan di

antara dua pertimbangan

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan

dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila

dibandingkan dengan i. Sumber: Saaty, 1991.

Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen

dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu.

Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke

kanan bawah.

Page 55: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

39

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal

utama.

6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam

hierarki tersebut. Matriks perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua,

yaitu Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan

(MPG). Matriks Pendapat Individu adalah matriks hasil pembandingan yang

dilakukan oleh individu. Model MPI dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Matriks Pendapat Individu

X A1 A2 A3 ... An

A1 a11 a12 a13 ... a1n

A2 a21 a22 a23 ... g2n

A3 a31 a32 a33 ... g3n

... ... ... ... ... ...

An gn1 gn2 gn3 ... gnn Sumber: Saaty, 1991.

Matriks Pendapat Individu (MPI) membandingkan setiap elemen pada hierarki

yang sama dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan. Matriks

ini memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij, yaitu elemen matriks pada

baris ke i dan kolom ke j.

Matriks Pendapat Gabungan (MPG) adalah susunan matriks baru yang elemen

(gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio

inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10% dan setiap elemen pada

baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan lainnya tidak terjadi

konflik. Model MPG dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Matriks Pendapat Gabungan

X G1 G2 G3 ... Gn

G1 g11 g12 g13 ... g1n

G2 g21 g22 g23 ... g2n

G3 g31 g32 g33 ... g3n

... ... ... ... ... ...

Gn gn1 gn2 gn3 ... gnn Sumber: Saaty, 1991.

Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut:

Gij = √𝜋𝑘=1𝑛 𝑎𝑖, 𝑗(𝑘)𝑛

(1)

Page 56: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

40

18

Dengan: n = jumlah responden (pakar)

𝑎i,j = sel penilaian setiap pakar

7. Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor

prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai

prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah

berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor prioritas dapat dihitung dengan

rumus:

VP (Vektor Prioritas) = 𝑣𝜀

∑ √𝜋𝑖𝑛𝑎𝑖,𝑗

𝑛 (2)

Dimana:

Vektor Eigen (Vɛ) = √𝜋𝑖𝑛𝑎𝑖,𝑗

𝑛 (3)

Dengan: ai,j = elemen MPB pada baris ke-i dan kolom ke-j

n = jumlah elemen yang diperbandingkan

8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki.

Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban

yang berpengaruh terhadap kesahihan hasil. Rasio inkonsistensi hierarki harus

10% atau kurang. Rumus untuk penrhitungan Indeks Konsistensi (CI) adalah

sebagai berikut:

CI = 𝜆𝑚𝑎𝑥−𝑛

𝑛−1 (4)

Dengan: CI = Indeks Konsistensi

𝜆𝑚𝑎𝑥= eigen value maksimum

n = jumlah elemen yang diperbandingkan

dimana:

𝜆𝑚𝑎𝑥= ∑𝑉𝐵

𝑛 (5)

VB = 𝑉𝐴

𝑉𝑃 (6)

VA = ai,j x VP (7)

Page 57: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

41

Random Index (RI) adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh OAK RIDGE

LABORATORY, dari matriks berorde 1 sampai 15 dengan menggunakan sampel

berukuran 100.

Tabel RI tersebut disajikan sebagai berikut:

Tabel 10 Random Index (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32

N 8 9 10 11 12 13 14

RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,57 1,59

Sumber : Fewidarto, 1996

Analytical Hierarchy Process merupakan suatu metode pengambilan

keputusan yang dilakukan dengan cara memecah suatu masalah yang kompleks

dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompok dan mengaturnya ke dalam

suatu hierarki. Berikut ini adalah penyusunan hierarki penelitian dalam AHP,

dimana aspek dan kriteria dalam hierarki ini dilakukan dengan memutuskan

berbagai macam alternatif strategi yang terkait dengan kebijakan swasembada

jagung di Indonesia.

Page 58: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

42

18

Tujuan

Kriteria

Alternatif

Gambar 5 Struktur hierarki kebijakan swasembada jagung

42

Kelembagaan dan

pembiayaan

Penataan kelompok dan

koperasi tani

Pengembangan

kemitraan antara petani

dan pelaku

usaha/lembaga terkait

lainnya

Pengembangan

penyuluhan

Pengamanan

produksi

Pengembangan

lumbung dan gudang

Perbaikan teknologi

panen dan pascapanen

Perluasan areal

Perbaikan lahan irigasi

Pengembangan

konservasi

Perbaikan fasilitas

produksi

Optimalisasi lahan

Peningkatan

produktivitas

Pengembangan cara

tanam

Irigasi

Pemupukan berimbang

dan organik

Pengendalian OPT

Perbaikan mutu benih

Strategi peningkatan output/produksi dalam rangka

pencapaian swasembada jagung

Page 59: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik

Peran jagung sebagai bahan utama pakan ternak menjadikan jagung sebagai

salah satu komoditas pangan strategis yang bernilai ekonomis dan memiliki

peluang untuk dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan jagung merupakan

sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Peningkatan produksi jagung

nasional baru terlihat setelah tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Hal

ini antara lain disebabkan oleh kebijakan pembangunan sejak akhir 1960an

sampai tercapainya swasembada beras terfokus pada upaya peningkatan produksi

padi (Kasryno, et al, 2007).

Secara keseluruhan, produksi jagung di Indonesia dari tahun 1984-2014

cenderung mengalami fluktuasi namun secara umum meningkat dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 6,40% per tahun (Gambar 6). Sedangkan total rata-rata

produksi sebesar 10,597 juta ton per tahun. Produksi jagung selama kurun waktu

1984 hingga tahun 2014 tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 19,387

juta ton. Tabel 11 berikut menunjukkan perkembangan produksi jagung di

sepuluh provinsi sentra pada tiga tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2012

hingga tahun 2014.

Tabel 11 Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi Sentra Produksi Jagung

Tahun 2012-2014

No Provinsi Produksi (Ton) Rata-rata

Produksi (Ton) 2012 2013 2014

1 Jawa Timur 6.295.301 5.760.959 5.737.382 5.931.214

2 Jawa Tengah 3.041.630 2.930.911 3.051.516 3.008.019

3 Lampung 1.760.275 1.760.278 1.719.386 1.746.646

4 Sulawesi Selatan 1.515.329 1.250.202 1.490.991 1.418.841

5 Sumatera Utara 1.347.124 1.183.011 1.159.795 1.229.977

6 Jawa Barat 1.028.653 1.101.998 1.047.077 1.059.243

7 Nusa Tenggara

Barat 642.674 633.773 785.864 687.437

8 Gorontalo 644.754 669.094 719.780 677.876

9 Nusa Tenggara

Timur 629.386 707.642 647.108 661.379

10 Sumatera Barat 495.497 547.417 605.352 549.422 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015

Page 60: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

44

18

Pada Tabel 11 terlihat bahwa provinsi yang paling banyak berkontribusi

dalam menyumbang produksi jagung adalah Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata

produksi pada tahun 2012 hingga 2014 sebesar 5,9 juta ton. Disusul oleh Provinsi

Jawa Tengah dan selanjutnya Lampung. Provinsi-provinsi tersebut dapat

memproduksi jagung dalam jumlah yang besar karena karakteristik wilayahnya

yang sesuai untuk ditanami tanaman jagung.

Menurut Tangendjaja, et al (2002), meningkatnya produksi jagung didorong

oleh cepatnya perkembangan industri pakan dalam rangka memenuhi kebutuhan

daging ayam (unggas) dan telur. Produksi merupakan perkalian antara luas panen

dan produktivitas, sehingga pola perkembangan produksi dipengaruhi oleh

keduanya. Pada Gambar 6 terlihat bahwa perkembangan produksi dan

produktivitas menunjukkan pola yang sejajar. Hal ini mengindikasikan bahwa

produktivitas mempengaruhi total produksi jagung.

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Gambar 6 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung di Indonesia

Tahun 1984-2014

Perkembangan produksi jagung selama dua dekade yaitu dari tahun 1984

hingga tahun 2004 menunjukkan tren yang semakin meningkat. Keberhasilan

pengembangan produksi jagung tersebut didukung oleh perkembangan sentra-

sentra produksi jagung yang selama ini diandalkan untuk memenuhi kebutuhan

jagung nasional. Kecenderungan yang semakin meningkat tersebut karena adanya

kebutuhan komoditas jagung yang mulai bergeser penggunaannya pada periode

1990 hingga tahun 2002 yaitu untuk pakan ternak walaupun masih didominasi

untuk konsumsi langsung. Kemudian setelah tahun 2002, penggunaan jagung

sudah mulai lebih banyak untuk kebutuhan industri pakan selain industri pangan.

Jika dilihat perkembangan produksi jagung pada sepuluh tahun terakhir

(tahun 2004 hingga tahun 2014), produksi jagung mengalami pertumbuhan positif

0

10.000

20.000

30.000

19

84

19

85

19

86

19

87

19

88

19

89

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

Luas Panen (ribu ha) Produksi (ribu ton)

Produktivitas (kwintal/ha)

Page 61: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

45

dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,54% per tahun. Selama periode tersebut

terjadi tiga kali penurunan produksi jagung, yaitu tahun 2006 produksi jagung

turun sebesar 7,31% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 11,609 juta ton,

namun pada tahun 2007 produksi jagung nasional kembali meningkat karena

diterapkannya program penggunaan bibit unggul. Tahun 2011 produksi jagung

kembali mengalami penurunan sebesar 3,74% dari tahun sebelumnya atau

mencapai 17,643 juta ton, dan yang terakhir pada tahun 2013 penurunan produksi

sebesar 4,51% menjadi sebesar 18,512 juta ton. Penurunan produksi pada tahun

2013 diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 136 ribu hektar atau

turun sebesar 3,44% dari tahun sebelumnya. Penurunan produksi jagung ini pada

tahun 2013 hanya terjadi di Pulau Jawa. Selain karena luas areal yang berkurang,

penurunan total produksi juga terjadi karena faktor cuaca. Pada triwulan II akhir

tahun, terjadi musim kemarau basah yang bagus untuk menanam padi akan tetapi

tidak begitu bagus untuk jagung. Penurunan produksi jagung selain karena

beberapa faktor tersebut juga disebabkan karena petani jagung beralih menanam

tanaman hortikultura seperti cabai dan bawang karena harga jual di tingkat petani

yang sangat rendah. Alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan untuk

kebutuhan perumahan atau bangunan lainnya juga menjadi alasan turunnya

produksi jagung.

Dalam upaya peningkatan produksi pada periode 1984 hingga 2014,

berbagai upaya telah dilakukan pemerintah. Pada tahun 1986, pemerintah telah

menerapkan kebijakan subsidi benih untuk padi, kedelai, dan jagung. Pemberian

subsidi ini dilakukan dalam tujuan untuk mendorong penggunaan benih bermutu

atau berlabel varietas unggul yang lebih luas di tingkat petani. Bentuk subsidi

yang diberikan kepada petani oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan

kualitas dan kuantitas benih adalah subsidi tidak langsung (subsidi harga input)

dan subsidi langsung. Subsidi langsung benih dilaksanakan dalam bentuk Bantuan

Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Cadangan Benih Nasional (CBN).

Tujuan dari program subsidi benih jagung adalah untuk meningkatkan luas

pertanaman jagung hibrida, produktivitas dan produksi jagung, kesempatan kerja

dan pendapatan petani, mendorong berkembangnya industri benih jagung nasional

dan industri pakan serta pangan berbahan baku jagung, serta mendukung upaya

Page 62: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

46

18

pencapaian swasembada jagung. Namun seiring dengan pelaksanaannya,

mekanisme pendistribusiannya dianggap belum efektif.

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian, 2015 (Diolah)

Gambar 7 Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik Tahun 1984-2014

Pada Gambar 7, terlihat perkembangan produksi dan konsumsi jagung

domestik tahun 1984 hingga tahun 2014. Berdasarkan Gambar 7, terjadi

perkembangan yang fluktuatif baik dari produksi maupun konsumsinya. Pada

grafik pula terlihat garis kurva konsumsi yang berada di atas garis kurva produksi.

Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan akan jagung domestik lebih besar

dibandingkan dengan produksinya. Garis kurva konsumsi yang semakin jauh

dengan garis kurva konsumsi meunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang

tinggi antara produksi dan konsumsi jagung di Indonesia. Kesenjangan tersebut

merupakan besarnya kekurangan jumlah pasokan jagung yang dibutuhkan dalam

negeri, sehingga untuk menutupi kekurangan permintan jagung dilakukan impor.

Konsumsi jagung domestik selama periode 1984 hingga tahun 2014

menunjukkan adanya peningkatan. Konsumsi jagung tertinggi terjadi pada tahun

2012 dengan total konsumsi sebesar 19.759,8 ribu ton. Peningkatan konsumsi

jagung secara tidak langsung dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan terhadap

ayam broiler yang berdampak pada peningkatan permintaan jumlah pakan ternak,

dimana bahan utama dari pakan ternak tersebut adalah jagung.

5.2 Hasil Peramalan Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan ARIMA, diperoleh hasil

model terbaik untuk produksi adalah ARIMA (1,1,0) dan konsumsi adalah

ARIMA (1,1,0). Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa kedua model sudah

memenuhi syarat kriteria model terbaik, yaitu model relatif sudah memiliki

0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

19

84

19

86

19

88

19

90

19

92

19

94

19

96

19

98

20

00

20

02

20

04

20

06

20

08

20

10

20

12

20

14

Produksi (ton)

Konsumsi (ton)

Page 63: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

47

bentuk yang sederhana, nilai ρ-value koefisien kurang dari 0,05 (taraf nyata),

jumlah koefisien AR atau MA kurang dari 1, terdapat pernyataan relative change

in estimate less than 0,0010, model memiliki MSE paling kecil dibanding model

lain (Lampiran 5 dan Lampiran 6), dan ACF dan PACF dari residual

menunjukkan pola cutt off (Lampiran 7 dan Lampiran 8). Persamaan fungsi

ARIMA produksi (1,1,0) terbaik adalah sebagai berikut:

(Yt - Yt-1) = 642,3 – 0,3669(Yt-1 - Yt-2) + et (8)

Yt = 642,3 + 0,6331Yt-1 + 0,3669Yt-2 + et (9)

Sedangkan persamaan fungsi ARIMA konsumsi (1,1,0) terbaik adalah sebagai

berikut:

(Yt - Yt-1) = 539,5 – 0,3628(Yt-1 - Yt-2) + et (10)

Yt = 539,5 + 0,6372Yt-1 + 0,3628Yt-2 + et (11)

Berdasarkan persamaan fungsi ARIMA produksi (1,1,0) hasil

menunjukkan bahwa produksi jagung selama tahun 2015 hingga 2017 akan

mengalami pertumbuhan yang positif. Rata-rata pertumbuhan produksi selama

tiga tahun tersebut adalah sebesar 2,39 persen dan produksi pada tahun 2017

mencapai 20.410 ribu ton. Sedangkan hasil proyeksi konsumsi jagung melalui

model ARIMA (1,1,0) menunjukkan bahwa konsumsi jagung selama periode

2015 hingga 2017 akan mengalami pertumbuhan yang positif juga dengan rata-

rata pertumbuhannya yaitu sebesar 2,01 persen. Konsumsi pada akhir tahun 2017

mencapai 20.514 ribu ton (Tabel 12).

Tabel 12 Kesenjangan Hasil Proyeksi Antara Produksi dan Konsumsi Jagung

Domestik tahun 2015-2017

Tahun Hasil Proyeksi

Senjang (ribu ton) Produksi (ribu ton) Konsumsi (ribu ton)

2015 19468,3 19712 -243,7

2016 19941,7 20124,3 -182,6

2017 20410,3 20514,2 -103,9 Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil ramalan tahun 2015-2017 dengan ARIMA terlihat

bahwa hasil ramalan tingkat produksi yang diperoleh lebih rendah dibandingkan

dengan tingkat konsumsinya. Pada tahun 2017 sebagai tahun target tercapainya

swasembada jagung, proyeksi produksi hanya mencapai 20.410,3 ribu ton

Page 64: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

48

18

sedangkan konsumsinya mencapai 20.514,2 ribu ton. Jika dibandingkan dengan

target pemerintah yaitu produksi sebesar 22 juta ton, maka pada tahun tersebut

target swasembada jagung belum terlaksana, justru mengalami defisit sebesar

103,9 ribu ton dan total produksi tidak memenuhi target yang telah ditentukan.

Setelah dilakukan peramalan pada lima tahun berikutnya (tahun 2018

hingga tahun 2022), diperoleh hasil bahwa pada tahun 2019 tingkat produksi

jagung domestik sudah lebih tinggi daripada konsumsinya yaitu dengan total

surplus sebesar 43 ribu ton (Tabel 13). Menurut Hanani (2009), swasembada

pangan dapat tercapai apabila kebutuhan akan pangan dapat terpenuhi oleh

produksi dalam negeri. Jika mengacu pada pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pada tahun 2019 Indonesia dapat mencapai swasembada jagung.

Tabel 13 Kesenjangan Hasil Proyeksi Antara Produksi dan Konsumsi Jagung

Domestik tahun 2018-2022

Tahun Hasil Proyeksi

Senjang (ribu ton) Produksi (ribu ton) Konsumsi (ribu ton)

2018 20880,6 20912,2 -31,6

2019 21350,3 21307,3 43

2020 21820,2 21703,4 116,8

2021 22290,1 22099,2 190,9

2022 22760,0 22495,1 264,9 Sumber: Data diolah

5.3 Strategi Pemerintah untuk Alternatif Kebijakan dalam Upaya

Pencapaian Swasembada Jagung Tahun 2017

Hasil peramalan produksi dan konsumsi jagung domestik menunjukkan

bahwa Indonesia belum mampu untuk mencapai swasembada pada tahun 2017.

Hal ini ditunjukkan oleh semakin besarnya kesenjangan antara jumlah produksi

dan konsumsi (Tabel 13). Semakin besarnya kesenjangan yang menunjukkan nilai

konsumsi lebih besar daripada produksi mengindikasikan bahwa Indonesia masih

harus melakukan impor jagung untuk memenuhi kekurangan pasokan jagung

dalam negeri. Untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut, maka dibutuhkan

alternatif strategi sebagai kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi

jagung domestik. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan tujuan dari RPJMN

tahap ke-3 yaitu Indonesia dapat berswasembada jagung sehingga dapat

memenuhi kebutuhan jagung domestik tanpa harus melakukan impor dari negara

Page 65: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

49

lain. Pada penelitian kali ini, kebijakan pemerintah untuk mencapai swasembada

jagung pada tahun 2017 dianalisis menggunakan metode Analisis Hierarki Proses

(AHP).

Strategi pemerintah untuk meningkatkan produksi dalam rangka

pencapaian swasembada jagung tahun 2017 dirumuskan berdasarkan hasil

wawancara mendalam dengan keypersons dan hasil analisis AHP. Tujuan,

indikator, dan sub indikator yang merupakan alternatif dan kriteria strategi

peningkatan produksi dirumuskan dengan menggunakan literatur yang sudah ada.

Keypersons yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang terdiri

atas:

1. Kepala Seksi Ekstensifikasi Jagung dan Serealia lain dan pemberdayaan,

Direktorat Jendral Serealia Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

2. Kepala Seksi Intensifikasi Jagung dan Serealia lain dan pemberdayaan,

Direktorat Jendral Serealia Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

3. Peneliti, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Dalam tujuannya untuk meningkatkan produksi dalam rangka pencapaian

swasembada jagung tahun 2017, maka dirumuskan empat kriteria yang masing-

masing memiliki alternatif sesuai pada Gambar 5, dengan rincian sebagai berikut:

1. Peningkatan produktivitas yang terdiri atas alternatif pengembangan cara

tanam, irigasi, pempukan berimbang dan organik, pengendalian OPT, serta

perbaikan mutu benih.

2. Perluasan areal yang terdiri atas alternatif optimalisasi lahan, perbaikan

fasilitas produksi, pengembangan konservasi, dan perbaikan lahan irigasi.

3. Pengamanan produksi yang memiliki alternatif perbaikan teknologi panen

dan pascapanen, dan pengembangan lumbung dan gudang.

4. Kelembangaan dan pembiayaan yang teridi atas alternatif penataan

kelompok dan koperasi tani, pengembangan penyuluhan, dan

pengembangan kemitraan antara petani dan pelaku usaha atau lembaga

terkait lainnya.

Dari empat indikator atau kriteria yang digunakan dalam upaya pencapaian

swasembada jagung, diperoleh hasil pengolahan data bahwa indikator luas areal

merupakan indikator yang paling diproritaskan dibandingkan dengan indikator

Page 66: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

50

18

lain dengan nilai bobot 0,347 dengan presentase 35% dari total. Indikator

berikutnya yang perlu diperhatikan dalam peningkatan produksi adalah

kelembagaan dan pembiayaan (nilai bobot 0,246 atau presentase sebesar 25% dari

total); indikator selanjutnya adalah indikator peningkatan produktivitas dan

pengamanan produksi yang sama-sama memiliki nilai bobot sebesar 0,204 dengan

masing-masing presentase 20% dari total. Nilai inconsistency ratio 0,02 < 1 (batas

maksimum) yang berarti hasil tersebut dapat diterima atau nilai pembobotan

perbandingan berpasangan pada setiap matriks adalah konsisten. Hal ini juga

berarti bahwa maisng-masing responden telah memberikan jawaban yang

konsisten. Setiap indikator yang dipertimbangkan untuk meningkatkan produksi

jagung domestik dalam rangka pencapaian swasembada jagung nasional disajikan

pada Gambar 8 berikut.

Sumber : Data Primer (Diolah)

Gambar 8 Kriteria Peningkatan Produksi Jagung

Keterangan :

Produktivitas = Peningkatan Produktivitas

Luas Areal = Perluasan Areal

Pengamanan = Pengamanan Produksi

Kelembagaan = Kelembagaan dan Pembiayaan

Hasil pengolahan data selanjutnya dilakukan untuk mengetahui alternatif

mana yang paling diprioritaskan pada masing masing kriteria atau indikator.

Sesuai dengan hasil perbandingan pada tingkat kriteria, perluasan areal

merupakan kriteria yang paling diprioritaskan dalam tujuannya untuk

meningkatkan produksi jagung domestik. Selanjutnya pada kriteria perluasan

areal, optimalisasi lahan merupakan alternatif yang paling diprioritaskan dengan

bobot nilai sebesar 0,396 dan presentase sebesar 13,7% dari total presentase antar

seluruh sub indikator. Pengembangan konservasi menjadi alternatif kedua setelah

optimalisasi lahan dengan bobot nilai 0,267 dan presentase sebesar 9,26% dari

total. Alternatif selanjutnya yang perlu untuk diperhatikan adalah perbaikan

Produktivitas ,204

Luas Areal ,347

Pengamanan ,204

Kelembagaan ,246

Inconsistency ratio = 0,02

Page 67: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

51

fasilitas produksi dengan bobot nilai sebesar 0,242 dan presentase sebesar 8,39%

dari total, dan yang terakhir adalah perbaikan lahan irigasi dengan bobot nilai

0,095 dan presentase sebesar 3,29% dari total. Tingkat inkonsistensi pada kriteria

perluasan areal adalah sebesar 0,04 yang artinya hasil dapat diterima. Optimalisasi

lahan dilakukan dengan meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lahan pertanian

untuk tanaman pangan khususnya jagung melalui peningkatan dan daya dukung

lahan sehingga menjadi lahan usahatani yang lebih produktif. Kegiatan

optimalisasi lahan dilakukan dalam bentuk pemanfaatan lahan sementara yang

tidak diusahakan menjadi lahan pertanian produktif dan meningkatkan Indeks

Pertanaman (IP) dalam tujuannya untuk memperluas areal tanam.

Kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam tujuannya untuk

meningkatkan produksi adalah Kelembagaan dan Pembiayaan dengan bobot nilai

sebesar 0,246. Dari tiga alternatif pada kriteria kelembagaan dan pembiayaan

diperoleh hasil pengolahan data bahwa pengembangan penyuluhan menjadi

alternatif yang paling diprioritaskan dengan bobot nilai sebesar 0,659 dan

presentase sebesar 16,21% dari total presentase antar seluruh sub indikator. Dalam

mewujudkan tujuan pembangunan yaitu mengembangkan sistem pertanian yang

berkelanjutan, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia. Peningkatan kualitas tersebut tidak hanya dalam peningkatan

produktivitas petani melainkan juga meningkatkan kemampuan mereka agar dapat

lebih berperan dalam berbagai proses pembangunan. Penyuluhan pertanian

merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan tersebut

sehingga pada perbandingan berpasangan antar sub indikator ini menjadi alternatif

yang paling diprioritaskan. Alternatif selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah

pengembangan kemitraan antarapetani dan pelaku usaha (bobot nilai 0,185;

presentase 4,5% dari total) dan yang terakhir adalah penataan kelompok dan

koperasi tani dengan bobot nilai 0,156 dan presentase sebesar 3,8% dari total.

Tingkat inkonsistensi pengolahan data pada kriteria ini adalah sebesar 0,03 dan

hasil dapat diterima.

Pada kriteria peningkatan produktivitas, diperoleh bahwa alternatif

pemupukan berimbang dan organik merupakan sub indikator yang paling

diprioritaskan dengan bobot nilai 0,332 dan presentase sebesar 6,7% dari total

Page 68: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

52

18

presentase antar seluruh sub indikator. Hal tersebut menjadi yang paling

dipertimbangkan karena penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang akan

memberikan dampak buruk pada lahan pertanian yang menyebabkan produktivitas

lahan menjadi berkurang. Saat ini petani masih kurang dalam penggunaan pupuk

organik dan lebih banyak menggunakan pupuk kimia yang lebih banyak

mengandung unsur kalium. Hal tersebut menjadi perhatian sehingga alternatif

penggunaan pupuk organik dan berimbang menjadi sub indikator yang paling

diprioritaskan untuk kepentingan jangka panjang. Sedangkan alternatif yang perlu

diperhatikan selanjutnya adalah perbaikan mutu benih (bobot nilai 0,271;

presentase 5,5% dari total); pengembangan cara tanam (bobot nilai 0,213;

presentase 4,3% dari total); pengendalian OPT (bobot nilai 0,126; presentase

2,57% dari total); dan yang terakhir adalah irigasi dengan bobot nilai 0,058

dengan presentase sebesar 1,18% dari total. Irigasi menjadi sub indikator yang

paling akhir dalam urutan prioritas karena tanaman jagung pada umumnya adalah

tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak air seperti tanaman padi.

Tingkat inkonsistensi pengolahan data pada kriteria peningkatan produktivitas

adalah sebesar 0,05 atau kurang dari satu yang artinya hasil tersebut dapat

diterima.

Kriteria pengamanan produksi memiliki alternatif strategi yang moderat

yaitu dengan bobot nilai antara perbaikan teknologi panen dan pascapanen; dan

pengembangan lumbung dan gudang masing-masing 0,5 dengan presentase

masing-masing sebesar 10,2% dari total presentase antar seluruh sub indikator.

Tingkat inkonsistensi pengolahan data pada kriteria ini adalah sebesar 0. Hal ini

menunjukkan bahwa kedua alternatif tersebut sama-sama penting dan dalam

pelaksanaannya harus dilakukan secara selaras agar hasil produksi yang diperoleh

tidak terlalu banyak yang tercecer dan dapat menambah total ketersediaan jagung

domestik.

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa kriteria yang paling

diprioritaskan adalah perluasan areal. Untuk mencapai swasembada, defisit

permintaan terhadap komoditas jagung harus dapat terpenuhi dari produksi dalam

negeri. Pada tahun 2017, defisit produksi jagung adalah sebesar 103.900 ton.

Dengan kebijakan perluasan areal, maka untuk mencapai swasembada jagung

Page 69: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

53

(memenuhi defisit) pada tahun 2017 dibutuhkan penambahan luas areal seluas

20.972,95 ha dengan asumsi produktivitas jagung sebesar 4,954 ton/ha dengan

perhitungan sebagai berikut:

Diketahui: Produksi = 103.900 ton

Produktivitas = 4,954 ton/ha

Ditanya: Luas panen

Jawab : Produktivitas = Produksi

Luas panen

= 103.900

4,954

= 20.972,95 ha

Page 70: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

54

18

Page 71: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

55

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Secara keseluruhan, produksi jagung di Indonesia dari tahun 1984-2014

cenderung mengalami fluktuasi yang menunjukkan peningkatan dengan

rata-rata pertumbuhan sebesar 6,40% per tahun dan total rata-rata produksi

sebesar 10,597 juta ton per tahun. Peningkatan produksi jagung

dipengaruhi oleh bertambahnya industri pakan yang mulai berkembang

pesat pada sekitar tahun 2000. Sedangkan konsumsi jagung juga

mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dikarenakan permintaan

terhadap produk turunan jagung yaitu untuk pakan mencapai proporsi

lebih dari 50% dari total konsumsinya. Meskipun pertumbuhannya sama-

sama meningkat, nilai konsumsi jagung lebih besar daripada produksinya.

Hal tersebut menimbulkan kesenjangan sehingga untuk memenuhi defisit

permintaan jagung maka harus ditempuh jalan impor.

2. Hasil peramalan produksi dan konsumsi jagung domestik tahun 2017

menggunakan ARIMA menunjukkan nilai masing-masing sebesar

20.410,3 ribu ton dan 20.514,2 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa

swasembada jagung nasional pada tahun 2017 belum tercapai karena

masih terdapat defisit dan pencapaian produksi jagung pada tahun tersebut

belum memenuhi target pemerintah yaitu sebesar 22 juta ton. Namun,

setelah dilakukan peramalan pada lima tahun berikutnya (tahun 2018-

2022), diperoleh hasil bahwa swasembada jagung dapat tercapai pada

tahun 2019 dengan total surplus produksi sebesar 43 ribu ton.

3. Untuk meningkatkan produksi jagung dalam rangka pencapaian

swasembada jagung domestik tahun 2017, alternatif kebijakan yang harus

dilakukan pemerintah adalah dengan memperluas areal tanam dengan

alternatif optimalisasi lahan pertanian. Optimalisasi lahan pertanian dapat

dilakukan dengan pemanfaatan lahan sementara yang tidak diusahakan

menjadi lahan pertanian produktif. Dengan total defisit produksi sebesar

103.900 ton pada tahun 2017, maka untuk mencapai swasembada jagung

(memenuhi defisit) pada tahun 2017 dibutuhkan penambahan luas areal

Page 72: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

56

18

seluas 20.972,95 ha dengan asumsi produktivitas jagung sebesar 4,954

ton/ha.

6.2 Saran

1. Kebijakan subsidi benih yang sudah ada sebaiknya dilakukan lebih efektif,

khususnya dalam meknisme pendistribusiannya agar lebih merata. Hal ini

dimaksudkan agar penggunan benih jagung hibrida dapat dilakukan secara

merata oleh para petani sehingga dapat mendorong peningkatan produksi

jagung secara nasional.

2. Peningkatan produktivitas dapat ditempuh dengan cara menggunakan

benih varietas unggul agar produksi yang diperoleh menghasilkan

kuantitas maupun kualitas yang baik sehingga pemerintah tidak perlu

melakukan impor dan swasembada jagung dapat tercapai. Untuk

memperoleh benih atau bibit varietas yang unggul, diperlukan lebih

banyak lagi penciptaan dan penelitian terhadap varietas unggul jagung.

3. Penetapan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) jagung sebagai upaya

pelaksanaan kebijakan harga dasar untuk perbaikan harga jagung. Secara

tidak langsung, penetapan HPP akan menahan petani jagung agar tidak

beralih untuk menanam komoditas lain akibat harga yang diterima terlalu

rendah.

4. Upaya peningkatan luas areal dapat diwujudkan dengan optimalisasi lahan

pertanian yaitu melalui pemanfaatan lahan yang tidak diusahakan menjadi

lahan produktif dengan meningkatkan IP (Indeks Pertanaman).

5. Penelitian lanjutan mengenai analisis produksi dan konsumsi jagung pada

lingkup sentra produksi jagung agar hasil analisis lebih fokus.

6. Penelitian lanjutan mengenai analisis efisiensi produksi dan tingkat

pendapatan petani dalam usahatani jagung untuk mengetahui tingkat

pendapatan yang layak diterima petani, karena pendapatan petani

merupakan salah satu faktor rendahnya produksi jagung domestik.

Page 73: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

57

DAFTAR PUSTAKA

Aldillah R. 2014. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Indonesia. Analisis

Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 8(1): 9-23.

Aritonang LR. 2009. Peramalan Bisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Arsyad L. 2001. Peramalan Bisnis Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE

Bantacut T. 2010. Swasembada Gula: Prospek dan Strategi Pencapaiannya.

PANGAN, Vol. 19 No. 3 September 2010: 245-256.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015a. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_________________. 2015b. Perkembangan Produktivitas Jagung di Indonesia

Tahun 1984-2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_________________. 2015c. Perkembangan Produksi dan Luas panen Jagung di

Indonesia Tahun 1984-2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_________________. 2015d. Konsumsi Jagung Perkapita, Rumah Tangga dan

Permintaan Industri di Indonesia Tahun 2005-2014. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

Budhi GS. 2010. Swasembada Kedelai: Antara Harapan dan Kenyataan. Forum

Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 28 No. 1, Juli 2010: 55-68.

Fewidarto PD. 1996. Proses Hierarki Analitik (PHA). Bogor. Paper Jurusan

Teknologi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Firdaus M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam, Arima, Sarima, Arch-Garch.

Bogor: IPB Press.

Hadi A. 2013. Analisis Produksi dan Konsumsi Kedelai Domestik dalam Rangka

Mencapai Swasembada Kedelai di Indonesia. [Skripsi]. Bogor. Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Hanani N. 2009. Ketahanan Pangan dan Kualitas Sumberdaya Manusia. Malang:

CV Diaspora Publisher.

Hanke JE, Winchern DW, Reitsch AG. 2003. Peramalan Bisnis, edisi ke-7.

Jakarta: Prenhallindo.

Harsono A. 2008. Strategi Pencapaian Swasembada Kedelai melalui Perluasan

Areal Tanam di Lahan Kering Masam. Iptek Tanaman Pangan Vol. 3 No. 2.

Hernanda N. 2011. Analisis Peramalan Tingkat Produksi dan Konsumsi Gula

Indonesia dalam Mencapai Swasembada Gula Nasional. [Skripsi]. Bogor.

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Kasyrno F, Pasandaran E, Suyamto, Adnyana MO. 2007.Gambaran Umum

Ekonomi jagung Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian.

Page 74: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

58

18

Kementerian Pertanian. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Subsektor Tanaman

Pangan Jagung. Jakarta: Pusdatin Kementerian Pertanian.

__________________. 2015. Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di

Indonesia Tahun 2005-2014. Jakarta: Pusdatin Kementerian Pertanian.

__________________. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun

2015-2019 [Internet]. www.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-

2019.pdf. Jakarta: Kementerian Pertanian. 10 Februari 2016.

Mankiw NG. 2007. Macroeconomics 6th

edition. New York: Worth Publisher.

Nurgiyantoro B, Gunawan, dan Marjuki al. 2009. Statistik Terapan. Yogyakarta

(ID): Gadjah Mada University Press.

Rasahan CA. 1999. Kebijakan Pembangunan Pertanian Untuk Mencapai

Ketahanan Pangan Berkelanjutan dalam Tonggak Kemajuan Teknologi

Produksi Tanaman Pangan: Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi

Pangan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002 tentang

Ketahanan Pangan [Internet].

http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/PP_No_68_th_2002.pdf.

Jakarta: Badan Ketahanan Pangan RI. 16 Februari 2016.

Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang

Pangan[Internet].http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/UU_No

mor_18_Tahun_2012(1).pdf. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan RI. 16

Februari 2016.

Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi para Pemimpin. Jakarta: Institut

Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM).

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi para Pemimpin: Proses Hierarki

untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta: PT

Pustaka Binaman Pressindo.

Siregar GG. 2009. Analisis Respon Penawaran Komoditas Jagung dalam Rangka

Mencapai Swasembada Jagung di Indonesia. [Skripsi]. Bogor. Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sudana W. 2001. Perkembangan Jagung pada Dekade Terakhir Serta Peluang

Pengembangan Kedepan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan,

Departemen Pertanian Bogor.

Sugiarto, Harijono. 2000. Peramalan Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Suryana A. 2008. Menelisik Ketahanan Pangan, Kebijakan Pangan, dan

Swasembada Beras. Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 1-16.

Tambunan T. 2010. Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan. Jakarta:

UI-Press.

Page 75: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

59

Tangendjaja B, Yusdja Y, Ilham N. 2002. Analisis Ekonomi Permintaan Jagung

untuk Pakan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Tumada. 2012. Analisis Strategi Pembangunan Kabupaten Muna. [Tesis]. Depok.

Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Waluyo DE. 2007. Ekonomi Makro Edisi Revisi. Malang: UMM PRESS.

Wijayanti CD. 2014. Analisis Peramalan Produksi dan Konsumsi Serta Faktor-

faktor yang Memengaruhi Produksi dalam Pencapaian Swasembada Kedelai

2014. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.

Zakaria AK. 2011. Kebijakan Antisipatif dan Strategi Penggalangan Petani

Menuju Swasembada Jagung Nasional. Bogor: Pusat Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian.

Page 76: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

60

18

Page 77: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

61

LAMPIRAN

Page 78: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

62

18

Lampiran 1 Kuesioner AHP

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN

LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Jl. Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16880

Telp/fax. (0251) 8621834

KUESIONER PENELITIAN

“Penentuan Prioritas Strategi Untuk Meningkatkan Produksi Jagung

Domestik dalam Rangka Pencapaian Swasembada Jagung Nasional Tahun

2017”

No Responden: .................. Tanggal: ....................

Identitas Responden

Nama : ..........................................................................................................

Jabatan : ..........................................................................................................

Wewenang : ..........................................................................................................

No. Telepon : ..........................................................................................................

Alamat : ..........................................................................................................

..........................................................................................................

PENENTUAN PEMBOBOT

Petunjuk Umum:

1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.

2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden.

3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan melakukan secara langsung

(tidak menunda) untuk menghindari ketidakkonsistenan jawaban.

4. Responden berhak untuk menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah

tercantum dalam kuesioner ini, dengan alasan yang jelas dan kuat.

Kuisioner ini digunakan sebagai bahan dalam penyusunan penelitian

mengenai Strategi Kebijakan untuk Mencapai Swasembada Jagung

Nasional Tahun 2017. Data yang diterima pada kuesioner ini bersifat rahasia

dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terimakasih atas bantuan

dan kerjasamanya.

Page 79: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

63

Petunjuk Penilaian Skala Banding:

Lingkarilah angka yang dianggap tepat mewakili tingkat kepentingan elemen-

elemen dalam tabel perbandingan.

CONTOH PENGISIAN KUESIONER

Indikator

Skor

Semakin ke kiri elemen Semakin ke kanan elemen

kiri lebih penting dari kanan lebih penting dari

elemen kanan elemen kiri

Indikator

A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B

C 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 D

E 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 F

Penjelasan:

1. Jawaban pada baris pertama menunjukkan angka 7 ke kanan. Artinya elemen di

sebelah kanan ( indikator B) tujuh kali lebih penting dari elemen di sebelah kiri

(indikator A).

2. Jawaban pada baris kedua menunjukkan angka 4 ke kiri. Artinya elemen di

sebelah kiri ( indikator C) empat kali lebih penting dari elemen di sebelah

kanan (indikator D).

3. Jawaban pada baris ketiga menunjukkan angka 1 yang moderat. Artinya

elemen di sebelah kiri ( indikator E) sama pentingnya dengan elemen di

sebelah kanan (indikator F).

BAGIAN 1. PERBANDINGAN ANTAR INDIKATOR

Keterangan:

Terdapat beberapa indikator dalam mencapai tujuan untuk

meningkatkan produksi dalam rangka mencapai swasembada jagung nasional

tahun 2017, yaitu:

1. Peningkatan produktivitas

2. Perluasan areal

3. Pengamanan produksi

4. Kelembagaan dan pembiayaan

Page 80: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

64

18

Bandingkan indikator-indikator berikut. Menurut Anda, indikator manakah yang

dinilai lebih penting untuk meningkatkan produksi dalam rangka pencapaian

swasembada jagung nasional tahun 2017.

Indikator

Skor

Semakin ke kiri elemen Semakin ke kanan elemen

kiri lebih penting dari kanan lebih penting dari

elemen kanan elemen kiri

Indikator

Peningkatan

produktivitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perluasan

areal

Peningkatan

produktivitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengamanan

produksi

Peningkatan

produktivitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelembagaan

& pembiayaan

Perluasan

areal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengamanan

produksi

Perluasan

areal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelembagaan

& pembiayaan

Pengamanan

produksi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelembagaan

& pembiayaan

BAGIAN 2. PERBANDINGAN ANTAR SUB INDIKATOR

Keterangan:

Dari indikator-indikator yang mempengaruhi peningkatan produksi dalam

rangka pencapaian swasembada jagung nasional tahun 2017, terdapat beberapa

sub indikator yang menjadi alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Peningkatan produktivitas terdiri atas pengembangan cara tanam, irigasi,

pemupukan berimbang dan organik, pengendalian OPT, serta perbaikan mutu

benih.

2. Perluasan areal terdiri atas optimalisasi lahan, perbaikan fasilitas produksi,

pengembangan konservasi, dan perbaikan lahan irigasi.

3. Pengamanan produksi terdiri atas perbaikan teknologi panen dan pascapanen,

pengembangan lumbung dan gudang.

Page 81: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

65

4. Kelembagaan dan pembiayaan terdiri atas penataan kelompok dan koperasi

tani, pengembangan penyuluhan, dan pengembangan kemitraan antara petani

dan pelaku usaha atau lembaga terkait lainnya.

2A. Perbandingan Antar Sub Indikator Peningkatan Produktivitas

Bandingkan alternatif sub indikator berikut sehubungan dengan kriteria

untuk meningkatkan produktivitas jagung nasional. Menurut Anda, sub

indikator manakah yang dinilai lebih penting untuk meningkatkan produksi dalam

rangka mencapai swasembada jagung nasional tahun 2017.

Sub indikator

Skor

Semakin ke kiri elemen Semakin ke kanan elemen

kiri lebih penting dari kanan lebih penting dari

elemen kanan elemen kiri

Sub

indikator

Pengembangan

cara tanam 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Irigasi

Pengembangan

cara tanam 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pemupukan

berimbang

dan organik

Pengembangan

cara tanam 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengendalian

OPT

Pengembangan

cara tanam 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perbaikan

mutu benih

Irigasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pemupukan

berimbang

dan organik

Irigasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengendalian

OPT

Irigasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perbaikan

mutu benih

Pemupukan

berimbang dan

organik

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengendalian

OPT

Pemupukan

berimbang dan

organik

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perbaikan

mutu benih

Pengendalian

OPT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perbaikan

mutu benih

2B. Perbandingan Antar Sub Indikator Perluasan Areal

Bandingkan alternatif sub indikator berikut sehubungan dengan kriteria

untuk perluasan areal. Menurut Anda, sub indikator manakah yang dinilai lebih

penting untuk meningkatkan produksi dalam rangka mencapai swasembada

jagung nasional tahun 2017.

Page 82: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

66

18

Sub

indikator

Skor

Semakin ke kiri elemen Semakin ke kanan elemen

kiri lebih penting dari kanan lebih penting dari

elemen kanan elemen kiri

Sub

Indikator

Optimalisasi

lahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perbaikan

fasilitas

produksi

Optimalisasi

lahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengembangan

konservasi

Optimalisasi

lahan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perbaikan lahan

irigasi

Perbaikan

fasilitas

produksi

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengembangan

konservasi

Perbaikan

fasilitas

produksi

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perbaikan lahan

irigasi

Pengembang

an konservasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perbaikan lahan

irigasi

2C. Perbandingan Antar Sub Indikator Pengamanan Produksi

Bandingkan alternatif sub indikator berikut sehubungan dengan kriteria

untuk pengamanan produksi jagung nasional. Menurut Anda, sub indikator

manakah yang dinilai lebih penting untuk meningkatkan produksi dalam rangka

mencapai swasembada jagung nasional tahun 2017.

Sub

indikator

Skor

Semakin ke kiri elemen Semakin ke kanan elemen

kiri lebih penting dari kanan lebih penting dari

elemen kanan elemen kiri

Sub

indikator

Perbaikan

teknologi

panen dan

pascapanen

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengembangan

lumbung dan

gudang

2D. Perbandingan Antar Sub Indikator Kelembagaan dan Pembiayaan

Bandingkan alternatif sub indikator berikut sehubungan dengan kriteria

kelembagaan dan pembiayaan. Menurut Anda, sub indikator manakah yang

dinilai lebih penting untuk meningkatkan produksi dalam rangka mencapai

swasembada jagung nasional tahun 2017.

Page 83: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

67

Sub

indikator

Skor

Semakin ke kiri elemen Semakin ke kanan elemen

kiri lebih penting dari kanan lebih penting dari

elemen kanan elemen kiri

Sub

indikator

Penataan

kelompok dan

koperasi tani

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengembang

an

penyuluhan

Penataan

kelompok dan

koperasi tani

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengembang

an kemitraan

Pengembangan

penyuluhan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengembang

an kemitraan

Page 84: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

68

18

Lampiran 2 Tabel Data Produksi, Konsumsi, Luas Panen, dan Produktivitas

Jagung Domestik Tahun 1984-2014

Tahun

Produksi

(ton)

Konsumsi

(ton)

Luas Panen (Ribu

Hektar)

Produktivitas

(Kwintal/Hektar)

1984 5.288.000 7.870.694 3.086 17,13

1985 4.330.000 6.696.037 2.440 17,74

1986 5.920.000 7.908.477 3.143 18,84

1987 5.156.000 6.830.297 2.626 19,63

1988 6.652.000 8.252.606 3.406 19,53

1989 6.193.000 7.725.337 2.944 21,03

1990 6.734.000 8.199.756 3.158 21,32

1991 6.256.000 7.592.556 2.909 21,50

1992 7.995.000 9.207.812 3.629 22,03

1993 6.460.000 7.566.363 2.940 21,98

1994 6.869.000 7.759.873 3.109 22,09

1995 8.246.000 8.959.925 3.652 22,58

1996 9.307.000 9.879.183 3.744 24,86

1997 8.771.000 9.375.008 3.355 26,14

1998 10.169.000 10.803.643 3.848 26,43

1999 9.204.000 9.876.803 3.456 26,63

2000 9.677.000 10.354.113 3.500 27,65

2001 9.347.000 10.032.109 3.286 28,45

2002 9.585.000 10.277.810 3.109 30,83

2003 10.886.000 11.457.862 3.359 32,41

2004 11.225.000 11.877.356 3.357 33,44

2005 12.524.000 13.133.963 3.626 34,54

2006 11.609.000 12.250.403 3.346 34,70

2007 13.288.000 14.175.951 3.630 36,60

2008 16.317.000 17.106.592 4.002 40,78

2009 17.630.000 18.173.857 4.161 42,37

2010 18.328.000 18.711.853 4.132 44,36

2011 17.643.000 17.938.030 3.865 45,65

2012 19.387.000 19.759.804 3.958 48,99

2013 18.512.000 18.840.490 3.822 48,44

2014 19.008.000 19.361.596 3.837 49,54 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian, 2015

Page 85: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

69

Lampiran 3 Hasil Time Series Plot untuk Melihat Trend dalam Menentukan

Kestasioneran Data Produksi Jagung dengan Minitab 16

Lampiran 4 Hasil Uji Time Series untuk Melihat Kestasioneran Data Produksi

Jagung dengan First Difference dengan Minitab 16

Page 86: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

70

18

Lampiran 5 Hasil Time Series Plot untuk Melihat Trend dalam Menentukan

Kestasioneran Data Konsumsi Jagung dengan Minitab 16

Lampiran 6 Hasil Uji Time Series untuk Melihat Kestasioneran Data Konsumsi

Jagung dengan First Difference dengan Minitab 16

Page 87: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

71

Lampiran 7 Hasil Analisis Plot ACF dan PACF Data Produksi Kedelai Domestik

pada First Difference

Page 88: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

72

18

Lampiran 8 Hasil Analisis Plot ACF dan PACF Data Konsumsi Kedelai

Domestik Pada First Difference

Page 89: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

73

Lampiran 9 Gambar Hasil Estimasi Model ARIMA untuk Data Konsumsi

Jagung Domestik Tahun 1984-2014 dengan Minitab (ribu ton)

ARIMA Model: konsumsi jagung ARIMA (1,1,0) dengan Konstanta Estimates at each iteration

Iteration SSE Parameters

0 39161161 0,100 344,817

1 35222705 -0,050 398,395

2 32808864 -0,200 459,410

3 31937054 -0,334 521,722

4 31909189 -0,357 536,032

5 31908184 -0,362 538,822

6 31908147 -0,363 539,368

7 31908146 -0,363 539,475

Relative change in each estimate less than 0,0010

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P

AR 1 -0,3628 0,1755 -2,07 0,048

Constant 539,5 194,0 2,78 0,010

Differencing: 1 regular difference

Number of observations: Original series 31, after differencing 30

Residuals: SS = 31626192 (backforecasts excluded)

MS = 1129507 DF = 28

Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic

Lag 12 24 36 48

Chi-Square 4,1 13,4 * *

DF 10 22 * *

P-Value 0,944 0,923 * *

Forecasts from period 31

95% Limits

Period Forecast Lower Upper Actual

32 19712,0 17628,5 21795,5

33 20124,3 17653,9 22594,8

34 20514,2 17569,9 23458,5

35 20912,2 17606,8 24217,7

36 21307,3 17661,4 24953,2

37 21703,4 17751,3 25655,5

38 22099,2 17861,2 26337,1

39 22495,1 17990,0 27000,2

Page 90: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

74

18

Lampiran 9 Lanjutan

ARIMA Model: konsumsi jagung ARIMA (2,1,0) dengan Konstanta Estimates at each iteration

Iteration SSE Parameters

0 37582197 0,100 0,100 306,504

1 33812993 -0,050 0,117 349,072

2 31710213 -0,200 0,133 401,350

3 31225395 -0,292 0,147 439,401

4 31204725 -0,308 0,155 445,547

5 31203503 -0,311 0,158 446,228

6 31203423 -0,311 0,159 446,270

7 31203417 -0,312 0,159 446,262

8 31203417 -0,312 0,159 446,257

Relative change in each estimate less than 0,0010

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P

AR 1 -0,3117 0,1900 -1,64 0,113

AR 2 0,1589 0,1941 0,82 0,420

Constant 446,3 195,3 2,28 0,030

Differencing: 1 regular difference

Number of observations: Original series 31, after differencing 30

Residuals: SS = 30838638 (backforecasts excluded)

MS = 1142172 DF = 27

Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic

Lag 12 24 36 48

Chi-Square 4,3 13,7 * *

DF 9 21 * *

P-Value 0,890 0,880 * *

Forecasts from period 31

95% Limits

Period Forecast Lower Upper Actual

32 19499,4 17404,2 21594,5

33 19985,5 17442,0 22529,0

34 20302,1 17079,7 23524,6

35 20727,0 17080,0 24373,9

36 21091,1 16989,3 25192,9

37 21491,4 17019,5 25963,3

38 21870,8 17035,8 26705,8

39 22262,4 17101,4 27423,5

Page 91: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

75

Lampiran 10 Gambar Hasil Estimasi Model ARIMA untuk Data Produksi Jagung

Domestik Tahun 1984-2014 dengan Minitab (ribu ton)

ARIMA Model: produksi jagung ARIMA (1,1,0) dengan konstanta Estimates at each iteration

Iteration SSE Parameters

0 38739092 0.100 411.690

1 34759616 -0.050 477.203

2 32304588 -0.200 549.226

3 31383225 -0.341 623.998

4 31359835 -0.362 639.080

5 31359160 -0.366 641.725

6 31359139 -0.367 642.190

7 31359139 -0.367 642.271

Relative change in each estimate less than 0.0010

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P

AR 1 -0.3669 0.1752 -2.09 0.045

Constant 642.3 192.5 3.34 0.002

Differencing: 1 regular difference

Number of observations: Original series 31, after differencing 30

Residuals: SS = 31121620 (backforecasts excluded)

MS = 1111486 DF = 28

Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic

Lag 12 24 36 48

Chi-Square 4.4 11.6 * *

DF 10 22 * *

P-Value 0.926 0.965 * *

Forecasts from period 31

95% Limits

Period Forecast Lower Upper Actual

32 19468.3 17401.5 21535.1

33 19941.7 17495.5 22387.8

34 20410.3 17494.6 23326.0

35 20880.6 17608.7 24152.5

36 21350.3 17741.7 24958.9

37 21820.2 17909.1 25731.4

38 22290.1 18096.3 26483.8

39 22760.0 18302.1 27217.8

Page 92: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

76

18

Lampiran 10 Lanjutan

ARIMA Model: produksi jagung ARIMA (1,1,0) Tanpa Konstanta Estimates at each iteration

Iteration SSE Parameters

0 43745824 0.100

1 41720843 -0.050

2 41394741 -0.131

3 41392049 -0.139

4 41392026 -0.139

5 41392026 -0.140

Relative change in each estimate less than 0.0010

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P

AR 1 -0.1395 0.1844 -0.76 0.455

Differencing: 1 regular difference

Number of observations: Original series 31, after differencing 30

Residuals: SS = 41374509 (backforecasts excluded)

MS = 1426707 DF = 29

Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic

Lag 12 24 36 48

Chi-Square 8.3 16.2 * *

DF 11 23 * *

P-Value 0.689 0.846 * *

Forecasts from period 31

95% Limits

Period Forecast Lower Upper Actual

32 18938.8 16597.2 21280.4

33 18948.5 15859.3 22037.6

34 18947.1 15233.8 22660.4

35 18947.3 14703.7 23190.9

36 18947.3 14232.3 23662.2

37 18947.3 13804.0 24090.6

38 18947.3 13408.7 24485.9

39 18947.3 13039.8 24854.8

Page 93: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

77

Lampiran 10 Lanjutan

ARIMA Model: produksi jagung ARIMA (0,1,1) Tanpa konstanta Estimates at each iteration

Iteration SSE Parameters

0 41736982 0.100

1 41722859 0.073

2 41718179 0.089

3 41716608 0.079

4 41716078 0.085

5 41715900 0.082

6 41715840 0.083

7 41715820 0.082

8 41715813 0.083

9 41715811 0.083

10 41715810 0.083

11 41715810 0.083

12 41715810 0.083

Relative change in each estimate less than 0.0010

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P

MA 1 0.0827 0.1854 0.45 0.659

Differencing: 1 regular difference

Number of observations: Original series 31, after differencing 30

Residuals: SS = 41711084 (backforecasts excluded)

MS = 1438313 DF = 29

Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic

Lag 12 24 36 48

Chi-Square 10.3 18.8 * *

DF 11 23 * *

P-Value 0.501 0.715 * *

Forecasts from period 31

95% Limits

Period Forecast Lower Upper Actual

32 18972.0 16620.9 21323.1

33 18972.0 15781.6 22162.4

34 18972.0 15121.1 22822.9

35 18972.0 14558.4 23385.6

36 18972.0 14059.7 23884.3

37 18972.0 13607.1 24336.8

38 18972.0 13189.9 24754.1

39 18972.0 12800.8 25143.1

Page 94: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

78

18

Lampiran 11 Hasil Analisis Residual ACF dan PACF untuk Produksi Jagung

Domestik

Page 95: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

79

Lampiran 12 Hasil Analisis Residual ACF dan PACF untuk Konsumsi Jagung

Domestik

Page 96: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

80

18

Lampiran 13 Hasil Olah Data AHP

80

Page 97: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

81

Lampiran 13 Lanjutan

81

Page 98: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

82

18

Page 99: ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG DOMESTIK … · dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

76

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 27 November 1994 dari Bapak

Narto dan Ibu Choiriyah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Penulis

lulus dari SMA Negeri 1 Geger, Kabupaten Madiun pada tahun 2012. Pada tahun

yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tulis pada

Departeman Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Selain itu, penulis juga melengkapi mandat dari Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan dengan mengambil program minor

Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan pada Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menerima beasiswa Bidik Misi

dari DIKTI. Penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan sebagai

sekretaris divisi Internal Development REESA (Resources and Environmental

Economics Student Association) periode 2013-2014 serta aktif di berbagai

kepanitiaan dan kegiatan lainnya di IPB.

81

83