47
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP DI KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH KHAIRIL ANWAR NIM : 07C20101070 PROGRAM STUDI EKONOMIPEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2015

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA ...repository.utu.ac.id/684/1/I-V.pdfuntuk meningkatkan proses produksi penggilingan padi menetap di Kabupaten Aceh Barat dalam rangka meningkatkan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA

    PENGGILINGAN PADI MENETAP DI KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT

    SKRIPSI

    OLEH

    KHAIRIL ANWAR

    NIM : 07C20101070

    PROGRAM STUDI EKONOMIPEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT

    2015

  • 1

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Padi merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan bangsa di

    Indonesia, dapat dikaji peranannya dalam aspek budaya, sosial, ekonomi, bahkan

    politik. Produksi, prossesing dan distribusi padi merupakan salah satu sumber

    pendapatan dan tenaga kerja besar dalam perekonomian Indonesia. Sebagian

    petani memanfaatkan padi sebagai makanan pokok yang diolah menjadi beras dan

    juga dijual untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Padi yang dijual biasanya

    melalui pedagang pengumpul dan pedagang besar yang khusus membeli padi

    yang pada akhirnya dijual ke pabrik atau kilang padi. Setelah itu padi diolah

    menjadi beras, biasanya pihak pengelola kilang padi menjual sebagian berasnya

    kepada masyarakat setempat dan dipasarkan ke daerah-daerah lain.

    Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, paska

    panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai

    penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan

    kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk

    mendukung ketahanan pangan nasional. Penggilingan padi memiliki peran yang

    sangat penting dalam system agribisnis padi di Indonesia. Peranan ini tercemin

    dari besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata

    diseluruh daerah sentral produksi padi di Indonesia.

    Berdasarkan data BadanPusatStatistik (BPS) Propinsi Aceh,

    produksipadipadatahun 2012 diperkirakanhanyatercapaisekitar 1,79 juta ton, dari

  • 2

    target yang telahditetapkanPemerintah Aceh 1,9 juta ton. Target

    produksipadipadatahuninidiprediksitidaktercapai,

    karenakemarauberkepanjanganmelandabeberapadaerah di Propinsi Aceh.

    (BadanPusatStatistik Propinsi Aceh).Rata-rata produksi perhektardiperkirakan

    46,19 Kw, mengalamipenurunan 0,81% dibandingkan rata-rata produksi

    perhektartahun 2011. tahun 2012 produksipadi Aceh 1,79 juta ton

    merupakanproduksiterbesarselama 10 tahunterakhir. Kalautidakterjadigagalpanen

    di beberapa daerah, mungkinproduksipadi di Aceh bisalebihbesar lagi.Januari-

    Agustus tahun 2012, telahterealisasiluaspanenpadi 287.300 hektare, dengan

    perkiraan produksi1 34juta ton GKG.

    JikadibandingkanrealisasiluaspanenperiodeJanuari-Agustustahun 2012,

    iniberartimengalami peningkatan 25.200 hektar atau 9,6%.SelamaperiodeJanuari-

    Agustus 2012 jugaterjadipeningkatanproduksi padidibandingkanperiode yang

    samapadatahun sebelumnya, dari 1,24 juta ton padaJanuari-Agustus 2011 menjadi

    1,34 juta ton padaJanuari-Agustus 2012 ataunaiksebesar 7,65%," . (Badan Pusat

    statistik Provinsi Aceh 2012).

    Produksi padi di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2009 diperkirakan

    hanya mencapai 4,23 ton, dengan luas panen pada tahun tersebut seluas 100,10

    hektar. Target produksi pada tahun itu belum tercapai. Pada tahun 2012 produksi

    padi mencapai 4,29 ton ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

    Pada tahun 2012 ini diperkirakan terealisasi panen padi seluas 113,45 hektar, yang

    mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam wilayah

    Kabupaten Aceh Barat yang merupakan salah satu daerah di propinsi Aceh. Usaha

    penggilingan padi di Aceh Barat telah tumbuh dan berkembang itu di karenakan

  • 3

    tingginya produksi padi yang dihasikan.Data produksi penggilingan padi menetap

    dan data pendapatan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel

    di bawah ini :

    Tabel 1

    Jumlah Produksi Padi dan Jumlah Penggilingan Padi Menetap

    di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Nama Kecamatan Jumlah Pruduksi

    (Ton)

    Jumlah Penggilingan

    padi

    1 Johan pahlawan 1942 4

    2 Samatiga 7450 12

    3 Bubon 3806 11

    4 Arongan lambalek 5040 22

    5 Woyla 4818 20

    6 Woyla Barat 4408 11

    7 Woyla Timur 308 14

    8 Kaway XVI 6146 31

    9 Meureubo 5275 13

    10 Pante Ceureumen 6859 12

    11 Pantoen Reu 1295 9

    12 Sungai Mas 1660 15 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (Maret 2014)

    Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan analisa

    terhadap produksi penggilingan padi menetap yang akan penulis tuangkan dalam

    karya ilmiah yang berjudul : “Analisis Produksi dan Pendapatan Usaha

    Penggilingan Padi Menetap Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh

    Barat’’.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka

    permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalahproduksidan

  • 4

    Pendapatan Usaha penggilingan padi menetapdi Kecamatan Kaway XVI

    Kabupaten Aceh Barat.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan,

    maka tujuan penelitian adalah Untuk mengetahuiproduksi dan pendapatan usaha

    penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis

    dan mamfaat praktis, yaitu :

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    a. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah, instansi/lembaga yang terkait

    dalammenentukan kebijakan usahatani padi di Kabupaten Aceh Barat.

    b. Sebagai bahan studi banding dan tambahan ilmu pengetahuan bagi

    mahasiswaFakultas Ekonomi terutama program studi Ekonomi Pembangunan

    UniversitasTeuku Umar yang ingin melakukan penelitian di masa yang akan

    datang.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    a. Sebagai masukan kepada pengusaha penggilingan padi mengenai kebijakan

    untuk meningkatkan proses produksi penggilingan padi menetap di

    Kabupaten Aceh Barat dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat

    yang efisien sehingga dapat berpengaruh terhadap pendapatan petani.

    b. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian relevan yang telah ada dan

    sebagai acuan kepada peneliti yang hendak meneliti penelitian yang serupa.

  • 5

    1.5. Sistematika Pembahasan

    Secara garis besar sistematika pembahasan dalam penelitian ini akan

    dibagi dalam 5 bab dan setiap bab dibagi atas beberapa sub bab sesuai dengan

    kebutuhan pembahasan dan uraiannya. Sedangkan dalam pengajuan proposal,

    sistematika pembahasannya sebagai berikut :

    a. Bagian pertama Pendahuluan, dalam bahagian ini penulis mengemukakan

    secara ringkas latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

    b. Bahagian kedua Tinjauan Pustaka, dalam bagian ini penulis mengutip dan

    menguraikan konsep teoritis yang menunjang penelitian antara lain pengertian

    produksi, pengertian pandapatan, penggilingan padi, pengertian usaha,

    pengertian biaya, penerimaan, harga, kerangka berpikir, dan hipotesis.

    c. Bagian ketiga Metode Penelitian, metode penelitian menjelaskan tentang :

    populasi dan sampel penelitian, data penelitian, model analisis data, definisi

    operasional variabel dan pengujian hipotesis.

    d. Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari deskriptif objek

    penelitian, variabel produksi penggilingan padi menetap, pendapatan usaha.

    e. Bagian kelima Simpulan yang terdiri dari Simpulan dan Saran.

  • 6

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Produksi

    2.1.1. Pengertian Produksi

    Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.

    Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi

    menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian

    sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. (Sugiato 2007, h. 248).

    Menurut M. Frank kegiatan produksi adalah kegiatan yang menciptakan

    manfaat (Utility) baik dimasa kini maupun dimasa yanga akan datang (Nasution

    2006, h. 102)

    Sugiarto dkk (2000, h. 56) berpendapat bahwa produksi adalah setiap

    kegiatan yang mengubah input menjadi ouput, kegitan tersebut dalam ekonomi

    biasa dinyatakan dalam fungsi produksi.

    a. Faktor Produksi

    Faktor produksi adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk

    menghasilkan produksi. Faktor produksi ini meliputi antara lain bahan baku,

    bahan penolong, teknologi dan peralatan produksi, tenaga kerja (manusia), dan

    energi. Untuk dapat melakukan produksi dengan menggunakan faktor produksi

    ini, perusahaan memerlukan pengorbanan, yang dikenal dengan biaya. (Rosyidi

    2003, h. 56)

    b. Produksi jangka pendek (Short run production)

    Produksi jangka pendek adalah masa periode produksi di mana ada satu

    atau beberapa jenis input yang penggunaannya tetap (fixed input). Oleh karena itu,

  • 7

    maka produksi jangka pendek berlaku selama teknologi dan kapasitas produksinya

    maka masa itu dikatakan produksi jangka pendek.

    d. Produksi jangka panjang (Long Run Production)

    Produksi jangka panjang adalah masa atau periode produksi di mana

    semua input produksi adalah variabel atau bisa berubah. Oleh karena itu, maka

    produksi jangka panjang berlaku bila teknologi dan kapasitas produksinya belum

    berubah.

    Usaha Petani sesungguhnya tidak sekedar hanya terbatas pada

    pengambilan hasil melainkan nyata merupakan suatu usaha produksi. Dalam hal

    ini akan berlangsung pendayagunaan tanah, modal, tenaga kerja, dan keterampilan

    sebagai faktor produksi tersebut. Jika pendayagunaannya dilakukan dengan baik

    akan menghasilkan hasil yang baik pula dan sebaliknya jika pengelolaanya tidak

    berjalan dengan baik maka hasilnya tidak dapat diandalkan.

    Jika hasil-hasilnya tersebut sangat baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas

    akan menghasilkan suatu kepuasan bagi produsen itu sendiri. Dengan demikian

    dalam produksi komoditi pertanian terdapat berbagai kegiatan dan hubungan

    antara sumber-sumber produksi yang digunakan dengan hasil komoditasnya.

    (Daniel 2002, h. 157).

    2.1.2. Teori produksi

    Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.

    Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi

    produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari

    pemakaian sejumlah input dengan mengubah teknologi tertentu.

  • 8

    Untuk menghasilkan jumlah output tertentu, suatu usaha harus menentukan

    kombinasi pemakaian input yang sesuai. Jangka waktu analisis terhadap suatu

    usaha yang melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi jangka pendek

    dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan produksi dikatakan berada dalam

    jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya

    (fixed input).

    Dalam jangka pendek tersebut suatu usaha tidak dapat menambah jumlah

    faktor produksi yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap

    biasanya adalah modal seperti mesin dan peralatannya, bangunan, dan lain-lain.

    Sedangkan faktor produksi yang dapat mengalami perubahan (variable input)

    misalnya adalah tenaga kerja.

    Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan.

    Berarti dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya

    kalau memang diperlukan. Dalam jangka panjang suatu usaha dapat melakukan

    penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Jumlah alat-alat

    produksi dapat ditambah, penggunaan mesin-mesin dapat dirombak dan

    ditingkatkan efisiensinya, jenis-jenis komoditi baru dapat dihasilkan, dan

    sebagainya.

    Hubungan tersebut secara grafis disajikan dalam gambar berikut :

  • 9

    Gambar 2.2. Fungsi Produksi Padi.

    Output Padi (kg)

    Output Max

    2.200 Output Dasar

    125 Pupuk X1(Kg)

    Output Padi (kg)

    40

    30

    20

    10 APP

    0 125

    MPP

    TPP

  • 10

    Menurut Daniel (2002. h. 239), Hubungan fisik antara output dan input

    pertanian seringkali tidak dapat menggambarkan secara langsung fenomena yang

    ada. Pada dasarnya fungsi produksi adalah pola hubungan yang menunjukkan

    respon output terhadap penggunaan input. Contoh produksi padi tergantung pada

    penggunaan pupuk N. Secara umum diketahui bahwa output akan meningkat

    seiring dengan penambahan input pupuk hingga tingkat penggunaan pupuk

    tertentu. Penggunaan input yang lebih banyak output akan menurun karena terjadi

    ketidakseimbangan unsur hara di dalam tanah.

    Menurut Noor (2008, h. 148) Teori produksi adalah prinsip ilmiah dalam

    melakukan produksi yang meliputi :

    a. Bagaimana memilih kombinasi penggunaan input untuk menghasilkan output

    dengan produktivitas dan efisien tinggi.

    b. Bagaimana menentukan tingkat output yang optimal untuk tingkat

    penggunaan input tertentu.

    c. Bagaimana memilih teknologi yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan.

    2.1.3. Fungsi Produksi

    Fungsi produksi merupakan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi

    dan tingkat produksi yang dihasilkan. Jadi fungsi produksi adalah suatu

    persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan

    kombinasi input tertentu yang selalu dinyatakan dalam bentuk persamaan

    Q = f(K, I, R, T), (Sukirno 2006, h. 197).

    Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai

    suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan

  • 11

    suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi

    tingkat outputnya.

    Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak

    diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut

    disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

    a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

    faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan

    tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

    b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

    variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang

    menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan

    antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan dan

    dirumuskan sebagai berikut:

    Y = f (X1, X2,… Xn)

    Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X

    dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1, X2,… Xn juga dapat diketahui.

    2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi

    Menurut Mubyarto (2006, h. 234), Dalam suatu kegiatan usahatani selalu

    melibatkan faktor-faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk

    (output). produksi pertanian dalam pengusahaanya selalu menggunakan input

    untuk menghasilkan output, dimana input merupakan segala sesuatu yang

    diikutsertakan dalam proses produksi seperti penggunaan tanah (lahan), tenaga

    kerja, modal, sarana produksi, dan pengelolaan. Oleh karena itu, perkembangan

  • 12

    usahatani atau tingkat dari suatu produksi tidak terlepas dari perkembangan

    faktor-faktor tersebut.

    Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan

    dalam proses yang disebut faktor produksi, faktor-faktor produksi yang bisa

    digunakan dalam proses produk terdiri dari(Sugiarto 2000, h. 79):

    a. Sumber daya alam

    Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang

    dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber daya

    alam ini meliputi segala sesuatu yang ada didalam bumi seperti tanah,

    tumbuhan, hewan, udara, sinar matahari, hujan, tambang dan lain sebagainya.

    b. Sumber daya manusia (Tenaga Kerja Manusia)

    Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun

    rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang

    dan jasa maupun faedah suatu barang. Tenaga kerja manusia dapat

    diklasifikasikan menurut tingkatannya yang terbagi atas tenaga kerja terdidik,

    tenaga kerja terlatih, tenaga kerja tidak terdidik.

    c. Sumber daya modal

    Barang dan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih

    lanjut, misalnya orang membuat jalan mencari ikan dalam hal ini jala

    merupakan barang modal karena jala merupakan hasil produksi yang

    digunakan untuk menghasilkan produk lain didalam proses produksi modal

    dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.

    d. Sumber daya pengusaha

    Sumber daya ini disebut juga kewirausahaan, pengusaha berperan mengatur

    dan mengkombinasikan fakto-faktor produksi dalam rangka meningkatkan

  • 13

    kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien. Pengusaha berkaitan

    dengan manajemen sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu

    memiliki kemampuan yang dapat diandalkan, untuk mengatur dan

    mengkombinasikan faktor-faktor produksi.

    2.1.5. Efisiensi Produksi

    Efisiensi produksi adalah penghematan proses produksi yang dilakukan

    dengan berbagai penggunaan kombinasi input yang efisien, informasi mengenai

    berbagai kombinasi input ini diperlukan manajemen guna memilih sistem

    produksi yang tepat dalam menjalankan usaha dengan efisien. Efisiensi produksi

    ini bermuara pada semakin rendahnya biaya perunit produksi yang dikeluarkan

    perusahaan.

    Manajeman produksi adalah kegiatan pengambilan keputusan yang

    berkaitan dengan pengelolaan masukan atau faktor produksi berupa bahan baku,

    bahan penolong, teknologi, dan manajerial, menjadi produk berupa barang dan

    jasa yang bernilai lebih dengan produktivitas dan efisiensi yang optimal.

    2.2. Pendapatan

    2.2.1. Pengertian pendapatan

    Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari

    pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih

    bingung dalam penggunaan istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan

    dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income.

    pendapatan adalah “Keuntungan (gans) merupakan kenaikan aktiva bersih

    perusahaan yang berasal dari transaksi-transaksi sampingan atau insidentil dan

  • 14

    semua kejadian lainnya selama periode tertentu, kecuali kejadian-kejadian

    yang bermuara dari pendapatan ataui investasi dari pemilik” (Simmamora

    2005,h.115).

    Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu

    sebagai berikut :

    1. Konsep pendapatan menurut Ilmu Ekonomi

    Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh

    seseorang dalam seminggu dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir

    periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada pola

    kuantitaif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Secara garis besar,

    pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan

    hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.

    Defenisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan

    perubahan lebih dari total. harta kekayaan, badan usaha awal peeriode dan

    menekankan pada jumlah nilai yang statis pada akhir periode.

    Pendapatan bagi masyarakat (upah, bunga, sewa dan laba) muncul sebagai

    akibat jasa produktif (productive service) yang diberikan kepada pihak business.

    Pendapatan bagi pihak business diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh

    masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi

    oleh pihak business, maka konsep pendapatan (income) menurut ekonomi pada

    dasarnya sangat berbeda dengan konsep pendapatan (revenue) menurut akuntansi.

    2. Konsep pendapatan menurut Ilmu Akuntansi

    Defenisi pendapatan antara para akuntan dengan para ahli ekonomi sangat

    jauh berbeda, demikian juga sesama para akuntan, yang mendefinisikan

    pendapatan berbeda satu sama lainnya. Akan tetapi pada umumnya definisi ini

  • 15

    menekankan kepada masalah yang berkenaan dengan pendapatan yang dinyatakan

    dalam satuan uang. Pandangan akuntansi memiliki keanekaragaman dalam

    memberikan defenisi pendapatan. Ilmu akuntansi melihat pendapatan sebagai

    sesuatu yang spesifik dalam pengertian yang lebih mendalam dan lebih terarah.

    Konsep ini sebagian besar mengikuti prinsip – prinsip pendapatan, prinsip biaya,

    prinsip penandingan dan pernyataan periode akuntansi.

    2.2.2. Pendapatan Usaha

    Menurut Ramlan (2006,h.13) pendapatan usaha adalah jumlah uang yang

    diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk

    atau jasa kepada pelanggan yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

    Menurut Ramlan (2006, h.41) pendapatan dibagi dua yaitu pendapatan

    bersih dan pendapatan kotor. Pendapatan bersih adalah pendapatan yang telah

    mengalami pengurangan dari hasil produksi. Sedangkan pendapatan kotor yaitu

    pendapatan dari hasil usaha dikurangi kebutuhan selama mengadakan usaha serta

    penggunaan bahan bakar dan tenaga pembantu lainnya.

    Analisis pendapatan berfungsi untuk mengulur berhasil tidaknya suatu

    kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen

    itu masih dapat ditingkatkan atau tidak.

    2.2.3. Jenis-Jenis Pendapatan

    Menurut Sukirno Pendapatan terdiri dari beberapa jenis yaitu (Sukirno

    2008, h.33)

    a. Pendapatan Nasional Neto (NNI)

  • 16

    b. Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang

    dihitung menurut jumlah belas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai

    pemilik faktor produksi.Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNI dikurangi

    pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak

    yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan,

    pajak hadiah.

    c. Pendapatan Perseorangan (PI)

    Pendapatan Perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan

    yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan.Tidak

    seperti pendapatan nasional, pendapatan perseorangan tidak

    mengikutsertakan pendapatan tertahan (etained earnings), yaitu pendapatan

    yang diperoleh perusahaan, namun tidak dibagikan kepada

    pemiliknya.Pendapatan perseorangan juga mengurangi pajak pendapatan

    perusahan dan kontribusi pada tunjangan sosial (Mankiew 2006, h.9).

    d. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

    Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan

    yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan

    selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.Disposable

    Income (DI) ini diperoleh dari Personal Income (PI) dikurangi dengan pajak

    langsung.Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya wajib

    pajak,contohnya pajak pendapatan.

    e. Pendapatan Nasional Riel

    Pendapatan Nasional Riel adalah pendapatan nasional yang dihitung atau

    ditentukan berdasarkan harga-harga yang tidak berubah atau tetap dari tahun

    ke tahun.

  • 17

    f. Pendapatan Nasional Menurut Harga Yang Berlaku

    Pendapatan Nasional Menurut Harga Yang Berlaku adalah pendapatan

    nasional yang dihitung atau ditentukan berdasarkan harga-harga yang

    berlaku pada tahun dimana produksi nasional yang sedang dinilai

    diproduksikan.

    g. Pendapatan Nasional Menurut Harga Tetap

    Pendapatan Nasional Menurut Harga Tetap adalah harga yang berlaku pada

    suatu tahun tertentu dan seterusnya digunakan untuk menilai barang dan

    jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain.

    2.2.4. Jenis dan Sumber Pendapatan

    Sumber dan jenis pendapatan ini merupakan suatu unsur yang perlu

    mendapat perhatian penting sebelum membahas masalah pengakuan dan

    pengukuran pendapatan lebih lanjut. Kesalahan dalam menentukan sumber dan

    jenis pendapatan yang kurang tepat dapat mempengaruhi besarnya pendapatan

    yang akan diperoleh dan berhubungan erat dengan masalah pengukuran

    pendapatan tersebut.

    Menurut Soemarsono (2003,h.130), pendapatan dalam perusahaan dapat

    diklasifikasikan sebagai pendapatan dan non operasi. Pendapatan operasi adalah

    pendapatan yang diperoleh dari aktivitas uama perusahaan. Sedangkan,

    pendapatan non opearsi adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan

    utama perusahaan.

    Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi

    tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam

  • 18

    penentuan laba adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan

    mengukur pendapatan kenaikan jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:

    1. modal atau pendapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang

    ditanamkan oleh pemegang saham.

    2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti

    aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.

    3. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.

    4. Revaluasi aktiva.

    5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk

    Pengakuan mencakup uraian pos dalam kata – kata dan angka, dengan jumlah

    tercakup dalam laporan keuangan. Pengakuan tidak sama dengan realisasi,

    meskipun keduanya kadang – kadang digunakan bergantian di dalam literatur dan

    praktek akuntansi. Realisasi adalah proses pengubahan sumber daya bukan kas

    dan hak menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam akuntansi dan pelaporan

    keuangan untuk penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas.

    2.3. Penggilingan Padi

    Langkah awal pada tahap ini adalah menyiapkan gabah yang akan digiling.

    Gabah yang telah dimasukkan dalam karung dikeluarkan untuk kemudian

    dijemur. Proses ini dilakukan di lantai jemur khusus yang telah dibuat. Saat

    penjemuran gabah dibolak-balik secara kontinu. Tujuannya adalah memperoleh

    tingkat kekeringan yang seragam. Hal ini biasanya dilakukan sebanyak dua kali

    dengan masing-masingnya berdurasi 6 jam atau disesuaikan dengan keadaan

    cuaca. Setelah gabah kering, yaitu dengan kadar air ideal kurang lebih sebesar

    14% gabah telah siap untuk digiling. Penggilingan padi adalah salah satu tahapan

  • 19

    paska panen padi yang terdiri dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah

    gabah menjadi beras siap konsumsi. Gabah yang dimasukkan pada proses

    penggilingan padi adalah gabah kering giling (GKG). Gabah kering giling (GKG)

    adalah gabah yang memiliki kadar air kurang lebih 14% dan hasilnya berupa beras

    sosoh berwarna putih yang siap dikonsumsi.(Patiwiri 2006,h.19)

    Proses penggilingan padi akan dihasilkan beras kepala (nead rice), beras

    patah (broken rice), dan menir. BULOG memberikan klasifikasi ukuran yang

    berbeda, yaitu menir memliki ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau

    melewati lubang ayakan 2.0 mm, beras patah memiliki ukuran 2/10 sampai 6/10

    bagian beras utuh, sedangkan beras kepala memiliki ukuran lebih besar dari 6/10

    bagian beras utuh. Hasil utama proses penggilingan padi adalah beras sosoh, yaitu

    beras kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir disebut sebagai

    hasil sampingan karena tidak dikonsumsi sebagai nasi. Jadi hasil samping proses

    penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan menir.(Patiwiri 2006, h. 20).

    Penggilingan padi menetap dan penggilingan padi keliling yaitu salah satu

    sektor industri yang dipakai oleh masyarakat setempat. Distribusi beras

    merupakan salah satu sumber pendapatan dan tenaga kerja yang besar dalam

    perekonomian Indonesia. Beras dikonsumsi oleh masyarakat meningkat tajam.

    Beberapa hal yang memicu peningkatan kebutuhan beras, yaitu peningkatan

    konsumsi perkapita, peningkatan populasi dan perbaikan ekonomi yang

    mendorong bergesernya pola makan.

  • 20

    2.4. Usaha

    2.4.1. Pengertian Usaha

    usaha adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada

    konsumen untuk mendapatkan laba. usaha merupakan suatu kegiatan untuk

    menghasilkan atau menambah nilai guna sesuatu, Jika usaha tersebut di lakukan

    secara ekonomi, pelakunya akan mendapatkan upah, keuntungan atau laba.

    sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan

    masyarakat. Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang atau

    jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Upaya pemberdayaan usaha

    sebagai pelaku kegiatan ekonomi dapat dipercepat oleh instansi pemerintah

    melalui kebijakan serta strategi dan program yang dilaksanakan.(Feriyanto

    2008,h.3).

    Analisis usaha merupakan pendekatan yang sangat penting bagi usaha.

    Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang

    dihadapi. Analisis usaha bertujuan untuk mencari titik tolak untuk memperbaiki

    hasil dari usaha tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai pedoman

    dalam perencanaan pengelola usaha, baik menambah maupun mencari pemecahan

    terhadap berbagai kendala (Feriyanto 2008,h.4).

    2.4.2. Teknologi penanganan Pasca Panen

    Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang

    tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun.

    Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan

    beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besar hasil panen diwilayah sekitar

    penggilingan padi berada, oleh karena itu hari kerja suatu penggilingan padi

  • 21

    dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen diwilayah

    sekitarnya. Pada masa-masa diluar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja

    usaha jasa penggilingan padi akan mengisi waktu mereka dan jenis kegiatan

    lainnya seperti bertani dan berdagang. oleh karena banyak diantara pemilik

    penggilingan padi juga berprotesi sebagai pedagang beras untuk mengisi

    kekosongan kegiatan penggilingan padi, bila mereka memiliki modal yang cukup

    untuk itu, hal ini tidak menjadi masalah dalam pengembangan desa ekologi.

    Secara umum mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa

    penggilingan padi adalah mesin pemecah kulit/sekam (huller atau huster) mesin

    pemisah gabah dan beras pemecah kulit (brown rice separator), mesin penyosoh

    atau mesin pemutih (polisher), mesin penyayak bertingkat (sifter), mesin atau alat

    bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung).

    Usaha jasa penggilingan padi tidak terlalu rumit untuk dijalankan, maka

    resiko terbesar adalah sedikitnya pemgguna atau rendahnya produktivitas padi

    perhektar sehingga kapasitas giling terpasang tidak terpenuhi karena volume

    gabah yang digiling setiap harinya kecil dan jumlah hari operasional penggilingan

    padi juga kecil, resiko lainnya adalah kerusakan mesin-mesin penggilingan padi

    sehingga menyebabkan penurunan kapasitas giling hasil gilingan.

    2.4.3. Peran Penggilingan padi

    Padi merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan bangsa

    Indonesia. Dapat dikaji peranannya dalam aspek budaya, sosial, bahkan politik.

    Produksi prossesing dan distribusi padi merupakan salah satu sumber pendapatan

    dan tenaga kerja besar dalam perekonomian Indonesia. Sebagian petani

    memanfaatkan padi sebagai makanan pokok yang diolah menjadi beras dan juga

  • 22

    dijual untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Penggilingan padi ikut menentukan

    jumlah ketersediaan pangan mutu pangan yang dikonsumsi masyarakat, tingkat

    harga dan pendapatan yang diperoleh petani dan tingkat harga yang harus dibayar

    konsumen serta turut menentukan ketersediaan lapangan kerja diperdesaan.

    Disamping itu penggilingan padi dapat berperan sebagai saluran bagi penyebaran

    teknologi pertanian dikalangan petani. (Patiwiri 2006, h. 187).

    Penggilingan padi menjadi muara antara produksi, pengelolaan primer,

    dan pemasaran beras, dalam kegiatan ini didapatkan nilai tambah gabah sebesar

    400-600 persen dalam bentuk beras giling (Patiwiri 2006, h. 188).

    2.4.4. Pengertian Biaya

    Biaya penggilingan padi perlu diketahui, baik pada tahap perencanaan

    maupun dalam tahap pelaksanaan. Pada tahap perencanaan, biaya penggilingan

    perlu dihitung untuk mengetahui kelayakan proyek tersebut, sedangkan dalam

    tahap pelaksanaan biaya penggilingan akan dipakai sebagai patokan untuk

    menentukan harga jual jasa penggilingan kepada konsumen. Harga jual jasa

    penggilingan, yang disebut ongkos penggilingan, nantinya berupa biaya

    penggilingan ditambah dengan margin keuntungan yang ditentukan oleh pihak

    penggilingan. (Patiwiri 2006,h.28).

    2.4.5. Analisis Biaya

    Untuk menghitung biaya suatu tahap kegiatan,terlebih dahulu perlu

    dilakukan perhitungan setiap komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap.Jumlah

    dari biaya tetap dengan biaya tidak tetap merupakan biaya tahap kegiatan

    tersebut.Biaya ini dapat dinyatakan dalam biaya total atau biaya pokok.(Patiwiri

    2006,h.30).

  • 23

    Menurut patiwiri (2006,h.30) Biaya digolongkan sebagai berikut:

    1). Menurut objek pengeluaran.

    Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu

    berdasarkan penjelasan nai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran

    yang berhubungan dengan telepon.

    2). Menurut fungsi pokok dalam perusahaan.

    Biaya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :

    a. Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau

    kegiatan biaya pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya

    produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,

    dan biaya overhead pabrik.

    b. Biaya pemasaran, adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

    pemasaran produk.

    c. Biaya administrasi dan umum, adalah biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-

    kegiatan produksi dan pemasaran produk.

    3) Biaya terbagi dari 2 golongan yaitu :

    a. Biaya langsung, merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya

    adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan

    produk biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

    langsung.

    b. Biaya tidak langsung, adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh

    sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak

    langsung dikenal dengan biaya pabrik.

    4) Menurut prilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan.

    Biaya dibagi menjadi 3 yaitu:

  • 24

    a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi

    perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu.

    b. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding

    dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.

    c. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah tidak

    sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

    2.6.Perumusan Hipotesis

    Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, dan studi

    kepustakaan yang telah penulis uraikan diatas, maka dapat diajukan hipotesis

    bahwa produksi dan pendapatan usaha penggilingan padi menetap di Kecamatan

    Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat yang diperoleh relatif tinggi.

  • 25

    III. METODE PENELITIAN

    3.1. Populasi dan Sampel

    Populasi merupakan keseluruhan jumlah objek yang akan diteliti. Populasi

    dalam penelitian ini yang diambil berjumlah keseluruhan yaitu sebanyak 30

    penggilingan Padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

    Sampel merupakan sebagian dari seluruh objek penelitian yang di ambil yang

    mewakili seluruh populasi. Sampel yang di ambil sebanyak 12 Penggilingan Padi

    Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Teknik pengambilan

    sampel dalam penelitian ini menggunakan Boring sampling (secara acak

    sederhana), karena Objek teralu luas. hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu

    penelitian.

    Tabel 2

    Jumlah Populasi dan Sampel Produksi Penggilingan Padi Menetap

    di Kecamatan Kaway XVI kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Nama Desa Nama Usaha Sampel

    1 Meunasah Buloh Kp. Madu 1

    2 Meunasah Ara Kp. Sahabat 1

    3 Pasi Jambu Kp. Naninda 1

    4 Meunasah Rayeuk Kp. Muna 1

    5 Pasi Teungoh Kp. Syafi’i Jamal 1

    6 Padang mancang Permai 1

    7 Pungki Juprizal 1

    8 Pasi Kumbang Kp. Sahim 1

    9 Sawang teube Usaha tani 1

    10 Padang Sikabu Fauzan 1

    11 Pasie Teungoh Kp. Rimo Tani 1

    12 Pasie Kembang Kp. T. Hamdani 1

    Jumlah 12 Sumber Data: Produksi penggilingan padi Menetap di Kabupaten Aceh Barat, 2013

  • 26

    Tabel 3

    Jumlah desa yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

    Tahun 2013

    Sumber Data: Badan Pusat Statisti Kabupaten Aceh Barat

    3.1.1. Metode Pengumpulan Data

    Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

    sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pemilik

    penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI dengan menggunakan

    kuisioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder merupakan data

    pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi yang berhubungan seperi BPS,

    Dinas Pertanian dan literature yang mendukung penelitian ini.

    No Nama Desa di Kecamatan Kaway XVI

    1 Alue Lhok 23 muku

    2 Alue On 24 Padang Mancang

    3 Alue Peudeung 25 Padang Sikabu

    4 Alue Tampak 26 Palingbungan

    5 Alue lhee 27 Pasi Ara

    6 Babah meulaboh 28 Pasi Jambu

    7 Batu jaya 29 Pasi jempa

    8 Beuregang 30 Pasi Kumbang

    9 Blang Dalam 31 Pasi meugat

    10 Blang Genang 32 Pasi Teungoh

    11 Drien Cale 33 Peunia

    12 Keude Aroen 34 Pucok Pungkie

    13 Keude Tanjong 35 Pungkie

    14 Keramat 36 Putim

    15 Marek 37 Puuk

    16 Menuang Tanjong 38 Sawang Teube

    17 Mesjid 39 Simpang

    18 Meunasah Ara 40 Tanjong Bunga

    19 Meunasah Buloh 41 Tanjong Meulaboh

    20 Menasah Gantung 42 Teuladan

    21 Menasah Rambot 43 Teupin Panah

    22 Meunasah Rayek 44 Tumpok Ladang

  • 27

    1. Teknik Sampling.

    Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian skripsi ini menggunakan

    Stratifikasi random sampling (secara acak sederhana), karena objeknya terlalu luas dan

    homogen. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu penelitian. Teknik ini dilakukan

    dengan cara mengidentifikasikan karakter umum objek penelitian.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Observasi merupakan salah satu teknik operasional pengumpulan data melalui

    proses pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap obyek yang diamati

    secara langsung. Dalam metode ini pihak pengamat melakukan pengamatan

    dan pengukuran dengan teliti terhadap obyek yang diamati, bagaimanakah

    keadaannya, kemudian dicatat secara cermat dan sistematis peristiwa-peristiwa

    yang diamati, sehingga data yang telah diperoleh tidak luput dari pengamatan.

    b. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan bertanya langsung.

    Dalam wawancara ini terjadi interaksi komunikasi antara pihak peneliti selaku

    penanya dan responden selaku pihak yang diharapkan memberikan jawaban.

    c. Kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

    cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yang telah disusun

    secara sistematis dan sesuai dengan rencana jawaban yang diperlukan.

    3.2. Model Analisis Data

    1. Biaya Produksi

    Biaya Produksi dapat dihitung dengan rumus : ( Suharno 2007, h. 100)

    TC = FC + VC…………………………………………………………1

  • 28

    Dimana :

    TC = Biaya Total ( total cost)

    FC = Biaya Tetap (fexed cost)

    VC = Biaya Variabel (variable cost)

    2. Penerimaan Usaha

    Penerimaan Usaha dapat dihitung dengan rumus : ( Irawati 2006, h. 120)

    TR = Y. PY……………………………………………………………2

    Dimana :

    TR = Total Penerimaan (total revinue)

    Y = Produksi yang di peroleh (ton)

    PY = Harga Jual (Rp)

    3. Pendapatan Usaha dapat dihitung dengan rumus : ( Soekartiwi, 2002. h. 123)

    Pd = TR-TC…………………………………………………………3

    Dimana :

    Pd = Pendapatan Usaha

    TR = Total Penerimaan (Total revuneu)

    Tc = Total biaya ( total cost)

    3.3. Definisi Operasional Variabel

    Dalam penelitian ini di definisi operasional variabel dalam análisis ini

    sebagai berikut :

    a. Penerimaan Usaha adalah jumlah produksi usaha penggilingan padi

    menetap dikalikan harga jual yang diterima oleh petani

  • 29

    b. Pendapatan bersih adalah penerimaan yang diperoleh dari usaha

    penggilingan padi menetap dikurangi seluruh biaya produksi yang

    dikeluarkan untuk usaha.

    c. Kelayakan Usaha adalah ukuran suatu usaha dapat dihasilkan keuntungan

    yang proposional dengan membandingkan jumlah penerimaan dengan

    seluruh biaya produksi dalam pengelolaan.

    3.4. Pengujian Hipotesis

    Untuk menguji Hipotesis yang telah diturunkan, maka digunakan beberapa

    analisis usaha sebagai berikut :

    B/C ratio (Benefit Cost Ratio), dengan menggunakan, sebagai berikut: (Sutrisno

    2008, h. 125) :

    Py. y

    BC = ………………………………………………4

    TC

    a. Apabila B/C ratio > 1, maka usaha penggilingan padi menetap tersebut layak

    dilaksanakan dan menguntungkan.

    b. Apabila B/C ratio < 1, maka usaha penggilingan padi menetap tersebut tidak

    layak dilaksanakan

    Kriteria uji hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

    Pendapatan usaha dikatakan tinggi apabila pendapatan usaha penggilingan

    padi menetap perhari lebih tinggi dari biaya produksi.

  • 30

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Tingkat Pendidikan Pemilik Usaha Penggilingan Padi Menetap di

    Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

    Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat

    mempengaruhi pola pikir dari usaha yang dilakukan dalam mengelola usahanya.

    Tingkat pendidikan akan sangat mempengaruhi pada kemampuan suatu usaha

    untuk memajukan usahanya dalam menerapkan informasi baru dalam bidang

    pengelolaan usaha, dan dalam mengambil keputusan serta dalam memecahkan

    masalah yang dihadapi mengingat semakin kuatnya persaingan usaha

    penggilingan padi yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

    Secara rinci tingkat pendidikan dapat dilihat ditabel dibawah ini :

    Tabel 5

    Pendidikan Pemilik Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI

    Kabupaten Aceh BaratTahun 2013

    No Tingkat Pendidikan Jumlah Pemilik Usaha

    (jiwa)

    Persentase

    1 Tamat SD 2 2 %

    2 Tamat SLTP 4 4 %

    3 Tamat SLTA 6 6 %

    Jumlah 12 Sumber : Sumber : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI (2013)

    Berdasarkan tabel 5 diatas dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan

    formal yang ditempuh oleh responden usaha Penggilingan padi menetap di

    Kecamatan Kaway XVI mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SLTA. 2

    orang pemilik usaha yang tamat SD, 4 orang pemilik usaha tamatan SLTP, dan 6

    orang tamatan SLTA. dan keseluruhan ada 12 pemilik usaha penggilingan padi

    menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

  • 31

    4.1.2. Tanggungan Keluarga Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan

    Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

    Jumlah tanggungan keluarga secara langsung akan akan menjadikan petani

    lebih giat dalam berusaha tani disamping juga akan menambah tenaga kerja

    keluarga, tanggungan keluarga pemilik usaha terdiri dari istri, anak dan keluarga

    lainnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel dibawah ini :

    Tabel 6

    Tanggungan Keluarga Pemilik Usaha Penggilingan Padi Menetap

    di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh BaratTahun 2013

    No Tanggungan

    Keluarga

    Jumlah Petani (jiwa) Persentase

    1 2 2 2 %

    2 3 4 4 %

    3 4 6 6 %

    Jumlah 12 Sumber : Sumber : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI (2013)

    Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden yang

    memiliki tanggungan keluarga 2 orang adalah sebanyak 2 orang, dan yang

    memilki tanggungan 3 orang adalah sebanyak 4 orang dan tanggungan sebanyak 4

    orang sebanyak 6 orang. Jumlah tanggungan keluarga juga merupakan salah satu

    faktor penting yang dapat mempengaruhi cara petani dalam mengelola usahanya.

    Semakin besar tanggungan keluarganya bearti semakin besar beban yang harus

    ditanggung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

    4.2. Produksi Penggilingan padi Menetap

    Praktik penggilingan padi ikut menentukan jumlah ketersediaan pangan

    (beras), mutu pangan atau beras yang dikonsumsikan masyarakat, tingkat harga,

    pendapatan petani dan tingkat harga konsumen serta turut menentukan

    ketersediaan lapangan kerja diperdesaan, selain itu juga menjadi industrilisasi

  • 32

    pertanian di perdesaan. Penggilingan padi dihimpun dalam satu wadah agar dapat

    berperan secara utuh dalam meningkatkan produksi beras daerah maupun

    nasional. Penggilingan padi ini memudahkan dalam memajukan koordinasi dan

    pembinaan kombinasi dengan pemerintah.

    Kegiatan usaha kilang padi menetap yang ada di Kecamatan Kaway XVI

    Kabupaten Aceh Barat, menggiling padi, memproduksi beras, memasarkan beras

    dan melakukan kerjasama dengan beberapa kilang padi di Kabupaten Aceh Barat,

    Nagan Raya, dan Blang pidie, serta dengan petani yang disekitar tempat usaha

    tersebut. Untuk pembelian 1 gunca biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha

    penggilingan padi menetap Kecamatan di Kaway XVI sebesar Rp. 700.000

    pergunca atau sekitar Rp. 4000 perkilo. Produksi penggilingan padi menetap di

    Kecamatan Kaway XVI dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 6

    Hasil Produksi Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI

    Kabupaten Aceh Barat

    No Nama Usaha Harga

    Padi/Gunca

    Banyak

    Produksi/Hari

    Total

    produksi/Bulan

    Banyaknya

    Beras/Hari

    1 Kp. Madu 700.000 26 gunca 728 gunca 234 sak

    2 Kp. Sahabat 700.000 26 gunca 728 gunca 234 sak

    3 Kp. Naninda 700.000 30 gunca 840 gunca 270 sak

    4 Kp. Muna 700.000 24 gunca 672 gunca 216 sak

    5 Kp. Syafi’i Jamal 700.000 24gunca 672 gunca 216 sak

    6 Permai 700.000 24 gunca 672 gunca 216 sak

    7 Juprizal 700.000 20 gunca 560 gunca 180 sak

    8 Kp. Sahim 700.000 20 gunca 560 gunca 180 sak

    9 Usaha tani 700.000 20 gunca 560 gunca 180 sak

    10 Fauzan 700.000 16gunca 448 gunca 144 sak

    11 Kp. Rimo Tani 700.000 16 gunca 448 gunca 144 sak

    12 Kp. T. Hamdani 700.000 16 gunca 448 gunca 144 sak Sumber Data : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI, (2013)

    Berdasarkan tabel diatas penggilingan padi Madu dan penggilingan padi

    Sahabat memperoleh produksi padi 26 gunca perhari dan perbulan memperoleh

    padi sebanyak 728 gunca, dan beras yang diperoleh 234 sak perhari, dan pada

  • 33

    pengggilingan padi menetap di Kp. Naninda, adalah produksi penggilingan padi

    tertinggi dari usaha penggilingan padi lainnya, yaitu sebesar 30 gunca perhari dan

    840 gunca perbulan dengan banyaknya beras diperoleh 270 sak perhari, dan pada

    Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai produksi penggilingan padi sebesar

    24 gunca perhari dan 672 gunca perbulan dan beras yang diperoleh sebanyak 216

    sak perhari. dan produksi sebesar 20 gunca perhari dan 560 gunca perbulan

    dengan beras yang diperoleh sebanyak 180 sak perhari diperoleh oleh

    penggilingan padi menetap yaitu pada Kp.Juprizal, Kp. Sahim, Usaha tani, dan

    penggilingan padi Kp. Fauzan, Kp. Rimo Tani, Kp. T. Hamdani menghasilkan

    produksi padi sebesar 16 gunca perhari dan 448 gunca perbulan dengan beras

    yang didapatkan sebanyak 144 sak perhari.

    Hal-hal yang menyebabkan Tinggi rendahnya produksi padi yang diperoleh oleh

    setiap tempat penggilingan padi menetap ini disebabkan oleh keterbatasan bahan

    baku yang diperoleh oleh tempat penggilingan padi tersebut yang mengakibatkan

    berbedanya produksi penggilingan padi menetap yang ada di Kecamatan Kaway

    XVI Kabupaten Aceh Barat.

    penjelasan diatas kita dapat melihat bermacam-macam hasil produksi

    padi yang didapatkan oleh penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI

    Kabupaten Aceh Barat mulai dari 16 gunca sampai 30 gunca perhari.

    4.3. Biaya Yang di Keluarkan oleh Usaha Penggilingan Padi Menetap di

    Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

    Didalam usaha penggilangan padi menetap diperlukan biaya yang

    dikeluarkan demi berjalannya usaha tersebut berupa biaya langsung terdiri dari

  • 34

    semua bahan yang membentuk bagian dari barang jadi seperti padi sebagai bahan

    baku pembuatan beras, gaji tenaga kerja, biaya minyak, dan biaya transfortasi.

    Tabel 7

    Biaya yang di Keluarkan Utuk Produksi Penggilingan Padi Menetap di

    Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

    No Nama

    Penggilingan

    Minyak Gaji Karyawan Biaya

    Transportasi

    Jumlah

    1 Kp. Madu 400.000 3 orang/2.000.000 3.000.000 9.400.000

    2 Kp. Sahabat 400.000 3 orang/2.000.000 3.000.000 9.400.000

    3 Kp. Naninda 420.000 3 orang/2.000.000 3.200.000 9.620.000

    4 Kp. Muna 370.000 3 orang/2.000.000 2.800.000 9.170.000

    5 Kp. Syafi’I Jamal 370.000 3 orang/2.000.000 2.800.000 9.170.000

    6 Permai 370.000 3 orang/2.000.000 2.800.000 9.170.000

    7 Juprizal 320.000 3 orang/2.000.000 2.200.000 8.520.000

    8 Kp. Sahim 320.000 3 orang/2.000.000 2.200.000 8.520.000

    9 Usaha tani 320.000 3 orang/2.000.000 2.200.000 8.520.000

    10 Fauzan 300.000 2 orang/2.000.000 2.000.000 6.300.000

    11 Kp. Rimo Tani 300.000 2 orang/2.000.000 2.000.000 6.300.000

    12 Kp. T. Hamdani 300.000 2 orang/2.000.000 2.000.000 6.300.000 Sumber Data : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI, (2013)

    Berdasarkan tabel 7 diatas dapat kita lihat biaya pengeluaran yang

    dikeluarkam oleh usaha penggilingan padi menetap yang ada di Kecamatan

    Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, pada Kp. Madu dan Sahabat mengeluarkan

    biaya untuk membeli minyak sebesar Rp. 400.000 karyawan sebanyak 3 orang

    dengan gaji masing-masing 2 juta rupiah, dan biaya transpotasi sebesar Rp.

    3.000.000, dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.400.000,

    dan pada Kp. Nadinda mengeluarkan biaya untuk membeli minyak sebesar Rp.

    420.000 karyawan sebanyak 3 orang dengan gaji masing-masing 2 juta rupiah,

    dan biaya transpotasi sebesar Rp. 3.200.000, dengan keseluruhan biaya yang

    dikeluarkan sebesar Rp. 9.620.000, dan pada Kp. Muna, Kp. Syafi’I Jamal dan

    Kp. Permai biaya yang dikeluarkan untuk membeli minyak sebesar Rp. 370.000

    dan gaji karyawan sebesar Rp. 2.000.000 sebanyak 3 orang karyawan, dan biaya

    traspotasi yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.800.000 dengan keseluruhan

  • 35

    pengeluaran sebesar Rp. 9.170.000. dan pada Kp. Juprizal, Kp. Sahim dan Kp.

    Usaha Tani biaya yang dikeluarkan untuk membeli minyak sebesar Rp. 320.000

    dan gaji karyawan sebesar Rp. 2.000.000 sebanyak 3 orang karyawan, dan biaya

    traspotasi yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.200.000 dengan keseluruhan

    pengeluaran sebesar Rp. 8.5200.000. pada Kp. Fauzan, Kp Rimotani, dan Kp. T.

    Hamdani mengeluarkan biaya untuk membeli minyak sebesar Rp. 300.000

    karyawan sebanyak 2 orang dengan gaji masing-masing 2 juta rupiah, dan biaya

    transpotasi sebesar Rp. 2.000.000, dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan

    sebesar Rp. 6.300.000.

    4.4. Pendapatan Usaha

    Pendapatan Usaha penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI

    Kabupaten Aceh Barat sangat bervariasi, tempat penggilingan padi menetap yang

    ada di Kecamatan Kaway XVI yang bekerja sama dengan daerah lain

    pendapatannya lebih tinggi. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang

    turut menentukan besar kecilnya usaha yang dimiliki,

    Berikut ini merupakan Pendapatan usaha penggilingan padi menetap di

    Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat yang diperoleh berdasarkan hasil

    pengurangan jumlah modal yang dikeluarkan, upah untuk tenaga kerja yang

    dikeluarkan, biaya minyak yang dikeluarkan serta biaya transportasi selama

    perhitungan satu bulan.

  • 36

    Tabel 8

    Jumlah Pendapatan Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI

    Kabupaten Aceh Barat

    No Nama Penggilingan Pendapatan Kotor Pendapatan Bersih

    1 Kp. Madu 65.520.000 5.160.000

    2 Kp. Sahabat 65.520.000 5.160.000

    3 Kp. Naninda 75.600.000 7.180.000

    4 Kp. Muna 60.480.000 4.270.000

    5 Kp. Syafi’I Jamal 60.480.000 4.270.000

    6 Permai 60.480.000 4.270.000

    7 Juprizal 50.400.000 2.680.000

    8 Kp. Sahim 50.400.000 2.680.000

    9 Usaha tani 50.400.000 2.680.000

    10 Fauzan 40.320.000 2.660.000

    11 Kp. Rimo Tani 40.320.000 2.660.000

    12 Kp. T. Hamdani 40.320.000 2.660.000 Sumber Data : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI, (2013)

    Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pendapatan usaha penggilingan padi

    menetap yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

    Penggilingan padi Kp. Madu dan Sahabat dalam satu hari bisa melakukan

    penggilingan padi sebesar 26 gunca perhari jika dikalikan satu bulan bearti

    dikalikan 28 hari karena tidak setiap hari penggilingan padi yang ada di

    Kecamatan Kaway XVI melakukan penggilingan, berarti 26 gunca dikali 28 hari

    penggilingan padi pada Kp. Madu dan Kp. Sahabat sebesar 728 gunca perbulan

    dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran 15 kg pergunca dan harga

    jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika dikalikan 26 gunca maka hasil

    yang didapatkan adalah 234 sak perhari, maka pendapatan yang didapatkan

    sebesar Rp. 22.230.000 x 28 hari sama dengan Rp. 65.520.000 pendapatan kotor

    dan pendapatan bersih berarti Rp. 65.520.000 – biaya pengeluaran sebesar Rp.

    9.400.000 dan biaya pembelian bahan baku (padi) sebesar Rp. 50.960.000

    perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp. 5.160.000 perbulan.

  • 37

    Kp. Nadinda dalam satu hari bisa melakukan penggilingan padi sebesar

    30 gunca perhari jika dikalikan satu bulan rata-rata dikali 28 hari karena tidak

    setiap hari penggilingan padi yang ada di Kecamatan Kaway XVI melakukan

    penggilingan, bearti 30 gunca dikali 28 hari penggilingan padi pada Kp. Nadinda

    sebesar 840 gunca perbulan dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran

    15 kg pergunca dan harga jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika

    dikalikan 30 gunca maka hasil yang didapatkan adalah 270 sak perhari, maka

    pendapatan yang didapatkan sebesar Rp. 27.000.000 x 28 hari samadengan Rp.

    75.600.000 pendapatan kotor dan pendapatan bersih bearti Rp. 75.600.000 –

    biaya pengeluaran sebesar Rp. 9.620.000 dan biaya pembelian bahan baku (padi)

    sebesar Rp. 58.800.000 perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp.

    7.180.000 perbulan.

    Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai dalam satu hari bisa

    melakukan penggilingan padi sebesar 24 gunca perhari jika dikalikan satu bulan

    rata-rata dikali 28 hari karena tidak setiap hari penggilingan padi yang ada di

    Kecamatan Kaway XVI melakukan penggilingan, berarti 24 gunca dikali 28 hari

    penggilingan padi pada Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai sebesar 672

    gunca perbulan dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran 15 kg

    pergunca dan harga jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika dikalikan

    24 gunca maka hasil yang didapatkan adalah 216 sak perhari, maka pendapatan

    yang didapatkan sebesar Rp. 21.600.000 x 28 hari sama dengan Rp. 60.480.000

    pendapatan kotor dan pendapatan bersih bearti Rp. 75.600.000 – biaya

    pengeluaran sebesar Rp. 9.170.000 dan biaya pembelian bahan baku (padi)

  • 38

    sebesar Rp. 47.040.000 perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp.

    4.270.000 perbulan.

    Kp. Juprizal, Kp. Sahim dan Kp. Usaha Tani dalam satu hari bisa

    melakukan penggilingan padi sebesar 20 gunca perhari jika dikalikan satu bulan

    rata-rata dikali 28 hari karena tidak setiap hari penggilingan padi yang ada di

    Kecamatan Kaway XVI melakukan penggilingan, berarti 20 gunca dikali 28 hari

    penggilingan padi pada Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai sebesar 560

    gunca perbulan dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran 15 kg

    pergunca dan harga jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika dikalikan

    20 gunca maka hasil yang didapatkan adalah 180 sak perhari, maka pendapatan

    yang didapatkan sebesar Rp. 18.000.000 x 28 hari sama dengan Rp. 50.400.000

    pendapatan kotor dan pendapatan bersih berarti Rp. 50.400.000 – biaya

    pengeluaran sebesar Rp. 8.520.000 dan biaya pembelian bahan baku (padi)

    sebesar Rp. 39.200.000 perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp.

    2.680.000 perbulan.

    Kp. Fauzan, Kp Rimotani, dan Kp. T. Hamdani dalam satu hari bisa

    melakukan penggilingan padi sebesar 16 gunca perhari jika dikalikan satu bulan

    rata-rata dikali 28 hari karena tidak setiap hari penggilingan padi yang ada di

    Kecamatan Kaway XVI melakukan penggilingan, berarti 16 gunca dikali 28 hari

    penggilingan padi pada Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai sebesar 448

    gunca perbulan dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran 15 kg

    pergunca dan harga jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika dikalikan

    16 gunca maka hasil yang didapatkan adalah 180 sak perhari, maka pendapatan

    yang didapatkan sebesar Rp. 14.400.000 x 28 hari sama dengan Rp. 40.320.000

  • 39

    pendapatan kotor dan pendapatan bersih berarti Rp. 50.400.000 – biaya

    pengeluaran sebesar Rp. 40.320.000 dan biaya pembelian bahan baku (padi)

    sebesar Rp. 31.360.000 perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp.

    2.660.000 perbulan.

  • V. KESIMPULAN

    5.1. Simpulan

    Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dan disimpulkan secara

    komprehensif bahwa pendapatan usaha penggilingan padi menetap pada

    tahun 2013 produksi penggilingan padi menetap di Kecamatan Kawai XVI

    Kabupaten Aceh Barat yang diperoleh sangat bervariasi produksi yang

    dihasilkan berkisar 16-30 gunca perhari dan 448-788 gunca perbulan.

    2. Pendapatan Usaha yang diperoleh oleh usaha penggilingan padi menetap di

    Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh barat juga bervariasi, dengan

    pendapatan bersih rata-rata sekitar Rp. 2.660.000- Rp. 7.180.000 perbulan.

    3. produksi yang diperoleh oleh usaha penggilingan padi menetap di

    Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat ada yang memperoleh

    produksi tinggi, dan ada yang memperoleh produksi rendah walaupun

    dengan harga jual beras sama Rp. 100.000. persak.

    4. Biaya pengeluaran yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dan biaya

    gaji karyawan, biaya minyak dan biaya transportasi sebesar Rp.37.660.000 –

    Rp. 68.420.000 perbulan.

  • 41

    5.2. Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka penulis menyarankan :

    1. diharapkan kepada pemilik usaha dalam melakukan proses produksinya betul-

    betul memperhatikan keluhan masyarakat yang menjual hasil panennya

    kepada pemilik usaha, dengan demikian akan bertambah produksi sehingga

    pendapatan usahapun bertambah.

    2. Apa yang dicapai saat ini agar kiranya dipertahankan oleh usaha penggilingan

    di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat dan terus meningkatkan

    pelayanan dimasa yang akan datang.

    3. Kepada pemerintah daerah khusus pemerintah Aceh Barat melalui Dinas

    perindustrian dan pertanian agar lebih memperhatikan jenis usaha ini, dengan

    memberikan pinjaman modal usaha, mengingat semakin banyaknya petani

    yang menjual hasil panennya kepada pemilik usaha sehingga dengan

    demikian usaha penggilingan padi menetap dapat dikembang lebih baik lagi

    dan pada akhirnya juga akan meningkatkan taraf hidup para memilik usaha

    penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh

    Barat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    BPS. 2012. Aceh Dalam Angka. Kabupaten Aceh Barat. Meulaboh.

    Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Buni Aksara.

    Feryanto, Agung. 2008. Mengenal Badan Usaha Di Indonesia. Cempaka Putih.

    Jakarta.

    Noor, Faizal Hendry. 2007. Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

    Simammora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Selemba

    Empat: Jakarta.

    Irawati Susan, 2006. Manajemen Keuangan. PT. Gramedia. Jakarta.

    Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi ketiga. Selemba

    Empat. Jakarta.

    Moehar, Daniel. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan Keempat. Bumi

    Aksara. Jakarta.

    Mubyarto. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian edisi III. Jakarta: LP3S.

    Nurba, Diswandi. Et. al. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.

    Universitas Teuku Umar. Meulaboh.

    Nasution, Mustafa Edwin. Et al. 2006. Pengenalan Eklusif Ekonomi. Kencana

    Prenada Group. Jakarta.

    Partiwiri. 2006. Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

    Rosyidi, Suherman. 2003. Pengantar teori ekonomi : Pendekatan kepada teori

    ekonomi mikro dan makro. PT. Raja Grafindo Perkasa. jakarta.

    Soekartiwi, 2003. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali. Jakarta.

    Sukirno, Sadono. 2006. Mikroekonomi : Teori Pengantar, Edisi Ketiga Jakarta: PT

    Raja Grafindo Persada.

    __________ 2008. Teori Pengantar Ekonomi Makro. Edisi ketiga. PT. Raja Grafindo

    Persada. Jakarta.

  • 43

    Syahyunan. 2003. Analisis Modal Kerja Dan Modal Tetap. Edisi Ketiga. Cetakan

    Pertama. Gajah Mada Press. Yokyakarta.

    Sugiarto.et.al.2000.Ekonomi Mikro. PT. Gramedia Pustaka utama.jakarta.

    __________ 2007. Ekonomi Mikro. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber daya Manusia dan

    Ketenagakerjaan. Graha Ilmu. Jakarta.

    Suharno, 2007. Teori Mikro Ekonomi. Percetakan Andi Offset. Jogyakarta.

    Theodorus. Tuanokotta. 2000. Teori Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas

    Indonesia. Jakarta.

    1234BC = ………………………………………………4TC

    567