85
ANALISIS RESIKO BANK SYARIAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MUDHARABAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar MUKAMMILAH 105 251 109 216 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1443 H/ 2020 M

ANALISIS RESIKO BANK SYARIAH PADA PRODUK ......(STUDI KASUS BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS RESIKO BANK SYARIAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN

    MUDHARABAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

    (STUDI KASUS BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

    Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

    MUKAMMILAH

    105 251 109 216

    PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1443 H/ 2020 M

  • ii

    ANALISIS RESIKO BANK SYARIAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN

    MUDHARABAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

    (STUDI KASUS BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

    Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

    MUKAMMILAH

    105 251 109 216

    PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1443 H/ 2020 M

  • vii

    ABSTRAK

    Mukammilah. 105251109216. 2016. Analisis Resiko Bank Syariah Pada Produk

    Pembiyaan Mudharabah dalam Perspektif Hukum Islam. Dibimbing oleh St.

    Saleha Madjid dan Siti wahidah mustamin.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang

    bertujuan untuk mengetahui resiko bank syariah pada pembiayaan mudharabah,

    dan cara memanegement resiko pembiayaan di bank syariah.

    Penelitian ini dilaksanakan di Bank BNI Syariah Cabang makassar. Yang

    berlangsung 2 bulan mulai dari Februari sampai April 2020. Teknik pengumpulan

    data yang dilakukan melakukan wawancara secara langsung kepada informan

    yaitu pegawai dan nasabah bank bni syariah cabang makasar.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya

    risiko pembiayaan di BNI Syariah, manajemen risiko pembiayaan yang

    diterapkan, dan penanganan terhadap pembiayaan bermasalah. Dengan

    menggunakan metode penelitian berupa deskriptif kualitatif,

    Maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya risiko

    pembiayaan adalah:

    1) Moral Obligasi nasabah rendah karena modal sepenuhnya disediakan

    pihak Bank.

    2) Nasabah berpotensi memanipulasi laporan keuangan menunjukkan bahwa

    perusahaan tersebut. rugi sehingga menjadi alasan untuk tidak membayar

    bagi hasil.

    Dan cara memanegement tersebut adalah:

    1) Penjualan aset melalui lelang.

    2) Penjualan aset sukarela ( dijual sendiri oleh nasabah untuk menutupi

    fasilitas pembiayaan ).

    Kata kunci: Risiko, Mamanegement

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam atas izin dan limpahan

    rahmat-Nya berupa kesehatan, keimanan, dan kesempatan berfikir kepada

    manusia, sehingga mampu melangsungkan hidup di atas muka bumi dan mampu

    berpikir rasional, kritis, kreatif dan ulet dalam bertindak. Shalawat dan salam atas

    kehadiran Rasulullah saw. Atas akhlak dan contoh tauladan yang dimiliki

    menjadikannya sebagai panutan bagi ummat manusia sebagai rahmatanlil alamin.

    Nabi yang membawa risalah kebenaran dan pencerahan bagi umat, yang

    merubah wajah dunia dari wajah biadab menuju jalan yang beradab, dari alam

    yang gelap menuju alam yang terang benderang. Kedatangannya juga

    membebaskan manusia dari belenggu kebodohan (jahiliyah) dan perbudakan, lalu

    mencerahkan dengan kecerdasan sehingga membuat umatnya taat, tetapi bukan

    ketaatan tanpa rasio dan kecerdasan tetapi tidak membuatnya angkuh dan

    sombong.

    Penulis menghadirkan karya tulis ilmiah tentu masih jauh dari

    kesempurnaan dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, penulis berharap

    semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi yang

    berminat pada tema kajian ini, yang berjudul “Analisis Resiko Bank Syariah

    Pada Produk Pembiyaan Mudharabah dalam Perspektif Hukum Islam”.

    Penulis menyadari dengan sepenuh hati, selama mengikuti program perkuliahan di

    Fakultas Agama Islam Universita Muhammadiyah Makassar sampai selesainya

    skripsi ini telah memperoleh banyak pelajaran dalam dunia proses dan arti

  • ix

    kebersamaan yang sesungguhnya , motivasi, semangat hidup untuk tetap

    melangkah menggapai cita-cita serta bantuan dari berbagai pihak yang menjadi

    motivator tersendiri bagi penulis.

    Ucapan terima kasih yang tak terhingga, penulis hanturkan kepada

    kedua orang tua tercinta, Jamaluddin dan Hasnaeni yang senantiasa mendoakan,

    memberi dukungan moril maupun materil selama menempuh pendidikan. Dan

    ucapan terimakasih pula penulis haturkan kepada:

    1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar;

    2. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama

    Islam;

    3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Selaku Ketua Prodi Hukum

    Ekonomi Syariah;

    4. Bapak Hasanuddin, SE. Sy., selaku Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi

    Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama menempuh

    pendidikan.

    5. Ibu Ibu St. Saleha Madjid, S.Ag., M.Hi ( Selaku Pembimbing I ) dan Ibu Siti

    Walidah Mustamin. S.Pd.,M.Si (selaku pembimbing II) dalam menyelesaikan

    Skripsi ini;

    6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

    Makassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh

    pendidikan di Hukum Ekonomi Syariah.;

  • x

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Endi Syukri, Jumaidy,

    yang senantiasa selalu memberi support nasehat dan semangat, Terima kasih

    kepada Mutmainnah, Musdalifah, Jusni .Terima kasih kepada kalian yang

    senantiasa selalu bersama selama kurang lebih 4 tahun ini, semoga ini bukan

    akhir dari hubungan kita. Terima kasih pula penulis ucapkan atas segala

    dukungannya kepada, Fatiha, Muftihatul khaeran nisa, kalian adalah teman

    terbaik. Dan terakhir penulis ucapkan terima kasih atas segala do’a dan

    dukungannya kepada keluarga besar, teman-teman angkatan 2016 kelas C,

    terima kasih kepada teman-teman alumni Asmadina 016, serta mereka yang tidak

    sempat disebutkan namanya satu-persatu.

    Hanya kepada Allah swt Penulis memohon agar mereka yang berjasa

    kepada penulis diberikan balasan yang berlipat ganda dan semoga Skripsi ini

    memberikn manfaat bagi kita semua. Aminn yaa Rabbalaalaminn.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Makassar, 19 Dzulqaidah 1441

    10 Juli 2020 M

    Penulis :

    Mukammilah

    (105251109216)

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i

    HAMALAN JUDUL ............................................................................................. ii

    PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... iii

    BERITA ACARA MUNAQASAH ..................................................................... iv

    HALAM PERSETUJUAN .................................................................................... v

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. vi

    ABSTRAK ........................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakan ...................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

    C. Tujuan ................................................................................................. 4

    D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

    BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................... 6

    A. Perbankan Syariah .............................................................................. 6

    B. Pembiayaan ....................................................................................... 16

    C. Mudharabah ...................................................................................... 18

    D. Resiko Pembiayaan Mudharabah ...................................................... 27

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35

    A. Jenis Penelitian ................................................................................. 35

    B. Lokasi dan Objek Penelitian ............................................................. 35

  • xii

    C. Fokus dan Deskripsi Penelitian ......................................................... 35

    D. Sumber Data ..................................................................................... 36

    E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 37

    F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 37

    G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 39

    BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN .................................... 40

    A. Gambar Umum Bank BNI Syariah ................................................... 40

    B. Resiko Bank Syariah pada Produk Pembiayaan Mudarabah ........... 59

    C. Dokumentasi ..................................................................................... 63

    BAB V PENUTUP ................................................................................................ 64

    A. Kesimpulan ....................................................................................... 64

    B. Saran ................................................................................................. 65

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66

    LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • i

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perbankan adalah lembaga intermediasi keuangan (financial

    intermediary institution), yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam

    bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit

    atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.1

    Sedangkan Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan berdasarkan

    syariat Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam

    agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang

    disebut dengan riba. Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga

    kepada para nasabahnya.

    Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk

    transaksi. Pelarangan ini salah satu yang membedakan sistem perbankan

    syariah dengan perbankan konvensional. Kedua jenis bank ini memiliki

    produk bank yang hampir sama, hanya berbeda pada sistem operasinya. Bank

    konvensional menggunakan sistem bunga, sedangkan bank syariah

    menerapkan sistem bagi hasil. Produk bank yang menerapkan sistem bagi

    hasil adalah pembiyaan mudharabah. Pembiyaan mudharabah merupakan

    Salah satu produk dalam perbankan syariah yang akad ini telah dikenal oleh

    umat Muslim sejak zaman nabi, bahkan telah diperaktikkan oleh bangsa Arab

    1 Muhammad Dwiono Koesen Al Jambi, Ayo Ke Bank Syariah.( Mitra Sukses/ Pustaka

    Ar Rayhan.jakarta, 2016) h.4

  • 2

    sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw. berprofesi sebagai

    pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan

    demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini

    dibolehkan, baik menurut Al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’.Sebagaimana

    firman Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah 275:

    CKُCُDَ; Hَ EَLَن إCُDَ; EFَGَ َّHُِم ا?ََِِّّ?ا RَKِ ُنEَSTْ َّU?ا ُVُS

    َم َّNWََو YَTَْ7?ْا ُ EَL ۗ َوأWََ]َّ هللاَّ ِّN?ا [ُْ̂ Kِ YُTَْ7?ْا EFََّ_ِا إCُ?Eَ` aُْbَّ_َQِL cَِ? اْ?gFَِّ ۚ َذٰ

    hَ?ِهُ إNُKََْوأ jََOkَ EKَ ُVَOَl hَٰbَ:_ْEَl VِِّLَر RْKِ ٌoَpqِCْKَ َُءهEsَ RْFََl ۚ EَL ِّN?ا

    Eqَ RْKََو ۖ ِ |cَِ أَْ}Ezَُب ا?Eَّxِر ۖ ھuُِ?Evَ EَbTِl aُْونَ هللاَّ َد Qَlُو?َٰ

    Terjemahnya:

    “ Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan

    seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit

    gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata

    (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah

    telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang

    telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari

    mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum

    datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang

    kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni

    neraka; mereka kekal di dalamnya.”2

    Secara umum konsep hukum bank syariah menawarkan sistem

    perekonomian yang sesuai dengan syariat islam atau prinsip syariah.

    Keberadaan bank syariah diharapkan dapat mendorong perekonomian suatu

    negara, tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekonomian adalah:

    kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat

    pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadilan sosial ekonomi dan distribusi

    pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan

    2 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan

  • 3

    investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil, serta

    pelayanan yang efektif.

    Perkembangan bank syariah di Indonesia berkembang sangat pesat.

    Banyak faktor yang akan mempengaruhi percepatan perkembangan

    Perbankan Syariah di masa yang akan datang. Salah satu faktor yang sangat

    penting adalah faktor hukum. Arah perkembangan Perbankan Syariah di masa

    yang akan datang masih akan sangat signifikan dipengaruhi oleh

    perkembangan infrastruktur hukum Perbankan Syariah di Indonesia3

    Produk bank yang menerapkan sistem bagi hasil adalah pada

    pembiyaan modal kerja dan investasi dalam bentuk pembiyaan mudharabah.

    pembiyaan mudharabah merupakan perjanjian kerjasama, Dimana pihak

    pertama (shahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib)

    bertanggung jawab atas pengelolaan usaha serta pembagian keuntungan.

    Risiko pembiayaan muncul ketika nasabah tidak mampu melunasi

    pinjaman kepada bank dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Risiko

    pembiayaan atau yang disebut dengan non performing finance (NPF) akan

    berpengaruh terhadap perolehan laba bank dan secara langsung berpengaruh

    terhadap profitabilitas bank. Tingkat NPF yang tinggi menunjukkan suatu

    keadaan bank yang tidak sehat.

    3 Iqtishadia, Implikasi dan Tantangan Lahirnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008,

    Vol. 8 No. 2, September 2015

  • 4

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian di Bank BNI Syariah cabang makassar dengan judul “Analisis

    Resiko Bank Syariah Pada Produk Pembiyaan Mudharabah dalam

    Perspektif Hukum Islam”

    1. Apa saja resiko Bank Syariah pada produk pembiayaan mudharabah?

    2. Bagaimana proses managemen resiko pembiayaan mudharabah di bank

    syariah?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas, maka

    ada beberapa tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini, adalah:

    1. Untuk mengetahui apa saja resiko bank syariah pada produk pembiayaan

    mudharabah.

    2. Untuk mengetahui bagaimana memanagemen resiko pembiayaan

    mudharabah di bank syariah

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun hasil dari penelitian ini, secara umum di harapkan dapat memberikan

    kontribusi bagi:

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka

    bagi para pembaca dalam hal pengembangan ilmu.

  • 5

    2. Manfaat Praktis

    a. Penulis

    Menambahkan wawasan untuk berpikir secara kritis dan

    sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dan sebagai

    alat dalam mengimplementasikan teori-teori ilmu ekonomi khususnya

    terkait dengan ekonomi Syariah (Islam) yang diperoleh selama kuliah.

    b. Penulis selanjutnya

    Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

    referensi untuk pengembangan selanjutnya.

    c. Masyarakat

    Penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan

    pemikiran kepada masyarakat dn pihak terkait pada persoalan yang

    berhubungan dengan Bank BNI syariah cabang makassar.

    d. Lembaga

    Penelitian ini di harapkan mampu memberikan sumbangsih

    pemikiran dan solusi pengelolaan pelayanan bagi perbankan khususnya

    pada Bank BNI Syariah cabang makassar.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Perbankan Syariah

    1. Pengertian Perbankan Syariah

    Perbankan Syariah merupakan lembaga perbankan yang

    dijalankan dengan prinsip syariah. Dalam setiap aktivitas usahanya,

    bank syariah selalu menggunakan hukum-hukum islam yang tercantum

    di dalam Al-Qur’an dan Hadist. Berbeda dengan bank konvensional

    yang mengandalkan sistem bunga, bank syariah lebih mengutamakan

    sistem bagi hasil, sistem sewa, dan sistem jual beli yang tidak

    menggunakan sistem riba sama sekali. Menurut Siamat Dahlam, Bank

    Syariah merupakan bank yang menjalankan usaha perbankan dengan

    berdasar ataupun memperhatikan prinsip-prinsip syariah yang tertuang

    di dalam Al-Qur’an dan Hadist.

    Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut

    tentang bank syariah dan unit bank syariah, mencakup kelembagaan,

    kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

    usahanya.4

    Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 dalam pasal 1

    tentang perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut

    4 Irwan Misbach, Bank Syariah : kualitas layanan, kepuasan dan kepercayaan, hl.20

  • 7

    tentang bank syariah dan unit usaha syariah mencakup kelembagaan,

    kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya.5

    Di Indonesia sangat di dambakan kehadiran bank berdasarkan

    syariah, ketua pengurus muhammadiyah priode 1937-1944 telah

    menguraikan pendapatnya tentang penggunaan jasa bank konvensional

    sebagai hal yang terpaksa dilakukan karena umat islam belum

    mempunyai bank sendiri yang bebas dari riba.6

    Setelah itu muncul ide untuk mendirikan bank yang berdasarkan

    syariat Islam di Indonesia. Kemudian di bicarakan pada seminar

    nasional Hubungan Indonesia dengan Timur Tengah pada tahun 1974

    dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional yang dilaksanakan

    oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu kemasyarakatan dan Yayasan Bhineka

    Tunggal Ika. Namun ada beberapa alasan yang menghambat

    terealisasinya ide ini yaitu: operasi bank syariah yang menerapkan

    prinsip bagi hasil belum diatur, dan oleh karena hal itu tidak sejalan

    dengan UU pokok perbankan yang berlaku, yaitu UU No. 14 tahun

    1967. Konsep bank syariah dari segi politis juga dianggap berkonotasi

    ideologis, merupakan bagian atau berkaitan dengan konsep negara

    Islam, oleh karena itu tidak dikehendaki pemerintah.7 Dan akhirnya

    5 PT.Buku kita, undang-undangRI no.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah 6 Awaluddin, Manajemen Bank Syariah (Makassar :AlauddinUniversiy Press, 2011),

    hl.20 7 Duddy Yustiady, Penjelasan Perbankan Syariah Secara Umum, (AJB Bumiputera

    FISIP UI, Depok April 2003), hl.2

  • 8

    setelah melewati hambatan Bank Syariah ini didirikan oleh Majelis

    Ulama Indonesia pada 18-20 agustus 1990.8

    Dalam perkembangan selanjutnya dari kehadiran Bank Syariah di

    Indonesia mengembirakan. Di samping Bank Muamalat Indonesia saat

    ini juga telah lahir Bank syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah

    Mandiri. Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang

    dari bank Konvesional yang sudah ada seperti Bank BNI, Bank BRI

    dan lain-lain.dengan latar belakang adanya suatu keyakinan dalam

    agama Islam yang merupakan suatu alternative atas perbankan dengan

    kekhususannya pada prinsip syariah.9

    2. Dasar Hukum Bank Syariah di Indonesia

    Berdirinya Bank Syariah di Indonesia tentunya memiliki landasan

    atau dasar hukum yang melindungi dan menjadi dasar menjalankan

    segala aktivitas perekonomian yang meliputi kegiatan perbankan.

    Dalam berjalannya segala aktivitas perbankan, bank syariah memiliki

    dua dasar hukum berdasarkan peraturan negara dan berdasarkan Al-

    Qur’an dan hukum islam yang lainnya.

    8 Thamrin Abdullah dan Francis Tanri, Bank dan Lembaga Keuangan, hl. 214 9 Malayu S.P. hasibun, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT. Bumi Aksara), hl. 39

  • 9

    a. Berdasarkan Hukum Islam

    Dasar hukum utama yang menjadi landasan berdirinya bank

    syariah antara lain Q.S An-Nisa 29:

    Hَ اCُxKَآ Rَ;>َِّ?ا Eَbُّ;َأ Eَ; َنCَُ أَْن َّHِِطِ] إEَ7?ْEِL aَُْxTَْL aَُْ?اCَKَْا أCُOGُْQَ

    aُِْL َنEGَ َ Eََِرةً Nََ Rْqَاٍض aُْxْKِ ۚ َوCُOُ:Dَْ Hَا أَْ_aَُُْ ۚ إِنَّ هللاَّ

    EFًTWَِر

    Terjemahanya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

    jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara

    kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya

    Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”10

    Dalam artian ini bisa ditafsirkan bahwa bank syariah dalam

    melaksanakan tugasnya tidak boleh menyeleweng dari ajaran Islam

    (batil) namun harus selalu saling tolong menolong demi menciptakan

    suatu kesejahtraan. Kita tahu banyak sekali tindakan-tindakan ekonomi

    yang tidak sesuai dengan ajaran Islam hal ini terjadi karena beberapa

    pihak tidak tahan dengan godaan uang serta mungkin mereka memiliki

    tekanan baik kekurangan dalam hal ekonomi atau yang lain, maka bank

    syariah harus membentengi mereka untuk tidak berbuat sesuatu yang

    menyeleweng dari Islam.

    10 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan

  • 10

    Ayat selanjutnya yang menjadi landasan hukum Bank Syariah

    terdapat dalam Q.S Al-Baqarah 283:

    hَٰOqَ aُْ:xْGُ َِْن َوإِْنl ۖ ٌoَCُ7DْKَ ٌنEَھNَِl Eً7ِEGَ واuَُِ aَْ?َو Nٍَkَ

    ۗ ُVَّLَر َ أTOَْl EًَْL aَُُْْL RَKََُِدِّ ا?َِّ

  • 11

    mendasarkan kegiatan atau aktivitasnya berdasarkan atau sesuai

    peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,

    hal ini terjadi karena Indonesia merupakan negara kesatuan dan

    berlandaskan atas Pancasila tentu tidak etis jika hukum tertinggi di

    negara ini yakni Undang-Undang maupun pemerintah tidak dijadikan

    sebuah landasan hukum. Pada dasarnya pengkhususan bank syariah

    memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan Bank

    Konvensional, dimana sistem yang mereka gunakan bukan bunga

    namun bagi hasil dimana bank syariah harus bisa menyertakan atau

    menyeimbangkan uang masyarakat dengan baik selain itu gotong

    royong dan kekeluargaan juga diterapkan dengan baik oleh bank

    syariah.

    a. Berdasarkan Hukum Nasional

    Dalam Undang-Undang ini bank syariah diposisikan sebagai

    bank umum serta bank pengkreditan rakyat, dimana pemerintah

    telah memberikan izin atas keberadaan bank syariah untuk

    melakukan segala tindakan atau kegiatan perbankan layaknya

    seperti bank konvensional. Landasan hukum yang melindungi

    Bank Syariah di Indonesia, ada beberapa peraturan yang membahas

    tentang Bank Syariah diantaranya :

    1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

    Undang-Undang ini berisikan tentang penyempurnaan dan

    penjelasan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yakni

  • 12

    penjelasan tentang bagaimana bank syariah sebagai bank

    umum dan ban pengkreditan rakyat khususnya berada di pasal

    6 serta berisi juga tentang penjabaran dari prinsip syariah.

    2) Undang-Undang No 23 Tahun 2003

    Dalam undang-undang ini berisi tentang perlindungan dari

    keberadaan bank syariah, dimana perlindugan tersebut

    berbentuk penugasan kepada Bank Indonesia untuk

    mempersiakan segala bentuk perangkat aturan serta fasilitas-

    fasilitas yang mampu menunjang segala bentuk kegiatan yang

    imbasnya akan mendukung kelancaran dan keefektifan

    jalannya operasional bank syariah.

    3) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008

    Undang-Undang ini yang lebih spesifik diantara peraturan

    yang lainnya, dalam undang-undang ini sebenarnya muncul

    ketika memang di Indonesia perkembangan bank syariah

    semakin pesat untuk itulah ketentuan dan peraturan yang ada

    dalam undang-undang ini sangat lengkap. Dalam bab 1 pasal 1

    bahkan sudah disebutkan secara jelas tentang perbedaan bank

    konvensional dan bank syariah dimana diberikan beberapa

    pengertian serta jenis-jenis yang dimiliki oleh masing-masing

    bank. Tidak hanya itu dalam undang-undang ini juga

    dijelaskan bahwasanya dalam usaha menjalankan fungsinya

    bank syariah melakukan penghimpunan dana dari nasabah dan

  • 13

    akan menyalurkan pembiayaan tersebut berdasarkan akad yang

    telah diatur dalam ekonomi Islam seperti mudharabah,

    wadiah, musyarakah.12

    4) Undang-Undang dasar 1945 pasal 33

    Hukum pertama yang menjadi asas kegiatan perbankan baik

    konvesional maupun syariah harus memenuhi beberapa kriteria

    yang telah ditetapkan dalam undang-undang dasar 1945 pasal

    33, antara lain :

    a) Segala bentuk perekonomian disusun sebagai sebuah usaha

    bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

    b) Semua cabang produksi yang vital atau penting bagi negara

    serta menjadi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh

    negara.

    b. Prinsip-prinsip Bank Syariah

    Prinsip dalam kegiatan usaha bank syariah adalah aturan

    yang berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk

    penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

    kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.

    c. Fungsi dan Peranan Bank Syariah

    Menurut Karim, fungsi dan peranan Bank Syariah dapat di

    golongkan kedalam tiga bagian berikut:13

    12Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kebijakan Pengembangan Perbankan

    Syariah, (Jakarta, 2011), h.5 13 Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan (Cet. 1, Ed. 3; Jakarta: PT

    RajaGrafindo Persada, 2004), hl. 65

  • 14

    1) Manager investasi, sebagai pengelola investasi atas dana yang

    dimiliki oleh pemilik dana.

    2) Investor, sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi

    atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening

    investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan

    kebijakan bank.

    3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, Bank

    Syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa lainnya sesuai

    dengan prinsip-prinsip Syariah.

    Berdasarkan fungsi dan peranan bank syariah yang

    dijelaskan di atas, maka perlu di ketahui perbedaan bank syariah

    dan bank konvesional, serta perbedaan antara bunga dan bagi hasil

    berikut ini:

    a) Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

    Adapun perbedaan Bank Syariah dan Bank

    Konvesional dilihat dari beberapa aspek. Perbedaan itu

    dapat dijelaskan dalam table berikut ini:14

    14 Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Cet. 1; Jakarta: Penerbi Gema Insani,

    2001), hl. 34

  • 15

    Tabel 2.1

    Perbedaan Bank Syariah Dan Bank Konvesional

    Perbedaan Bank Islam/Syariah Bank Konvesional

    1. Fungsi dan peranan

    a. Agen investasi/manager investasi.

    b. Hubungan dengan nasabah adalah hubungan kemitraan.

    a. Penyedia jasa/lalu lintas pembayaran.

    b. Hubungan bank dengan nasabah adalah kreditur

    2. Landasan operasional

    a. Uang sebagai alat tukar bukan komuditas.

    b. Bunga dalam berbagai bentuk dilarang

    a. Uang sebagai komoditi yang diperdagangkan.

    b. Bunga sebagai instumen imbalan terhadap pemilik uang yang ditetapkan dimuka.

    3. Resiko usaha a. Dihadapi bersama antara

    bank dengan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran.

    b. Tidak mengenal kemungkinan terjadinya selisih (Negatif Spread)

    a. Resiko bank tidak terkait langsung dengan debitur

    b. Kemungkinan terjadi selisih negatif antara pendapatan bunga dan beban bunga

    4. Sistem pengawasan

    Adanya dewan pengawas Syariah untuk memastikan operasional bank agar tidak menyimpang dari syariah disamping tuntutan moralitas pengelola Bank.

    Aspek moralitas seringkali terlanggar karena tidak ada nilai-nilai religus yang mendasari operasional.

    b) Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

    Islam mendorong praktek bagi hasil serta mengharamkan

    riba. Keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik

  • 16

    dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat

    nyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam table berikut:15

    Table 2.2

    Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

    Bunga Bagi Hasil

    Penentuan bunga dibuat pada waku akad dengan asumsi harus selalu untung.

    Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

    Besarnya peresentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

    Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

    Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

    Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

    Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”

    Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

    Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama.

    Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

    B. Pembiayaan

    Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh

    suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

    direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain

    15 Ibid.hal. 61

  • 17

    pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

    investasi yang telah direncanakan.

    Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan

    pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan

    dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

    pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan

    uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan

    atau bagi hasil.

    Sedangkan menurut Kasmir. Pembiayaan adalah penyediaan uang

    atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

    kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

    dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

    waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.16

    Unsur-unsur Pembiayaan pada dasarnya dilakukan atas dasar

    kepercayaan, dengan demikian pemberi pembiayaan memberikan

    kepercayaan kepada orang lain atas dana yang diberikan. Dengan

    demikian dalam pembiayaan harus benar-benar saling jujur tidak ada

    kebohongan dan harus bisa dipastikan bahwa pembiayaan atau dana yang

    diberikan kepada penerima pembiayaan dapat dikembalikan sesuai dengan

    jangka waktu yang sudah disepakati oleh pihak yang terkait. Adapun

    unsur-unsur dalam pembiayaan, yaitu :

    16Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.113

  • 18

    a) Adanya dua belah pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal)

    dan penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan

    dan penerima pembiayaan merupakan hubungan kerjasama yang saling

    menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan saling tolong

    menolong.

    b) Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan

    atas prestasi dan potensi mudharib.

    c) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul maal dengan

    pihak lainnya yang berjanji membeayar dari mudharib kepada shahibul

    maal.17

    C. Mudharabah

    1. Pengertian Mudharabah

    Pengertian Mudharabah adalah suatu produk finansial syariah

    yang berbasis kemitraan (partnership). Dari definisi tersebut telah

    diketahui bahwa dalam mudharabah terdapat dua pihak yang berjanji

    melakukan kerja sama dalam suatu ikatan kemitraan. Pihak yang satu

    merupakan pihak yang menyediakan dana untuk diinvestasikan ke

    dalam kerja sama kemitraan tersebut, yang disebut shahib al-mal atau

    rabbul-maal, sedangkan pihak yang lain menyediakan fikiran, tenaga

    dan waktu untuk mengelola usaha kerja sama tersebut yang disebut

    mudharib.

    17

    Ibid.h.133

  • 19

    Mereka bersepakat untuk membagi hasil usaha yang berupa

    keuntungan saja berdasarkan pembagian yang porsi pembagian

    keuntungan tersebut telah disepakati di awal perjanjian, sedangkan

    dalam hal terjadi kerugian dipikul seluruhnya oleh shahib al-mal dan

    mudarib menanggung kehilangan pikiran, tenaga dan waktunya yang

    telah dicurahkan untuk mengelola usaha tersebut.

    Mudharabah didefinisikan sebagai suatu perjanjian antara

    sekurang-kurangnya dua pihak di mana satu pihak, yaitu pihak yang

    menyediakan pembiayaan (financier atau shahib al-mal),

    memercayakan dana kepada pihak lainnya, yaitu pengusaha (mudarib)

    untuk melaksanakan suatu kegiatan. Mudarib mengembalikan pokok

    dari dana yang diterimanya kepada shahib al-mal ditambah suatu

    bagian dari keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya.

    Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha

    antara pihak pertama (Malik, Shohibul mal, atau Bank Syariah) yang

    menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (‘amil, mudharib,atau

    nasabah) yang bertindak selaku pengelola dan dengan membagi

    keuntungan sesuai kesepakatan yang di tuang dalam akad, sedang

    kerugian seluruhnya di tanggung oleh pihak Bank Syariah, kecuali

    jika pihak kedua melakukan kesalahan yang di sengaja, lalai, atau

    menyalahi perjanjian.

    Mudharabah dalam menghimpun dana adalah akad kerja sama

    antara pihak pertama (Malik, Shohibul mal, atau nasabah) sebagai

  • 20

    pemilik dana dan pihak kedua (‘amil, mudharib,atau Bank Syariah)

    yang bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi keuntungan

    usaha sesuai dengan kesepakatan yang di tuangkan dalam akad.18

    2. Mudharabah dalam Persfektif Islam

    Menurut Ibnu Hazm, mudharabah merupakan bagian dari

    bahasan fiqih yang tidak mempunyai dasar acuan langsung dalam al-

    Qur’an dan al-hadis karena praktek Mudharabah ini sebenarnya telah

    dipraktekan sejak zaman sebelum Islam dan Islam mengakuinya

    dengan tetap ada dalam sistem Islam. Bahkan dalam hukum Italia,

    istilah mudharabah dikenal dengan nama Comenda.

    Para ahli hukum Islam sendiri masih berbeda pendapat

    mengenai sifat, isi dan persyaratan tentang mudharaba kesepakatan

    bulat bahwa kemitraan antara pemberi modal (mudharib, atasan, atau

    penabung) dan pemakain modal (dharib, manajer, pengusaha atau

    wakil) adalah halal di dalam Islam.

    Ketika harta yang dijadikan modal tersebut di pergunakan oleh

    Mudhorib / pengelola, maka harta tersebut sesungguhnya telah berada

    dibawah kekuasaan pengelola, sedangkan harta tersebut bukan

    miliknya, sehingga harta tersebut berkedudukan sebagai amanat

    (titipan). Apabila harta tersebut rusak bukan karena kelalaian

    pengelola, maka ia wajib menanggungnya.

    18 Muhammad Dwiono Koesen Al Jambi, Ali. Ayo Ke Bank Syariah. Mitra Sukses/

    Pustaka Ar Rayhan.jakarta. 2016

  • 21

    Begitu pula apabila kesepakatan-kesepakatan yang telah

    disepakati antara pemilik modal dengan pengelola telah diingkari oleh

    salah satu pihak, maka keadaan tersebut menyebabkan kecacatan

    dalam perjanjian tersebut sehingga pengelolaan dan penguasaan harta

    tersebut dianggap ghasab.

    Para ulama mazhab melarang modal tersebut dijadikan hutang

    bagi pengelola terhadap pemilik modal. Dalam hal manajemen,

    mudhorib atau pengusaha mempunyai kebebasan dalam mengelola

    usahanya. Dalam hal ini mudharabah bersifat mutlak dalam arti

    pemilik modal tidak mengikat pengelolaan harta untuk berdagang di

    Negara tertentu, memperdagangkan barang-barang tertentu, pada

    waktu-waktu tertentu. Sehingga bila terdapat persyaratan-persyaratan

    mudharabah tersebut tidak sah. Hal ini dikemukakan oleh ulama

    mazhab syafi’i dan maliki sedangkan menurut Abu hanifah dan

    Ahmad bin Hambal, mudharabah yang terdapat persyaratan-

    persayratan masih tetap sah untuk dilaksankan.

    Dalam kontrak mudharabah, pihak pemilik modal tidak dapat

    menuntut jaminan dari mudhorib atas usaha yang dijalankannya.

    Karena dalam kontrak mudharabah pemilik modal dan mudhorib

    sama-sama harus menaggung resiko. Apabila pemilik modal menuntut

    adanya persayaratan tersebut maka menurut Imam malik dan Imam

    Syafi’i kontrak tersebut tidak sah. Hal yang tidak kalah pentingnya

    dalam sitem mudharabah adalah mengenai bagi hasil (Prifit and Loss

  • 22

    Sharing). Pada dasarnya, kerjasama dalam mudharabah ini adalah

    untuk mendatangkan keuntungan yang kemudian keuntungan tersebut

    di bagikan kepada pemilik modal dan mudhorib sesuai dengan

    kesepakatan di awal menganai persentase keuntungan yang didapat

    masing-masing.

    Pekerjaan, modal dan resiko menentukan sekali dalam

    menentukan keuntungan dalam sebuah kontrak mudharabah.

    Pembagian keuntungan dilakukan melalui tingkat perbandingan ratio,

    bukan ditentukan dalam jumlah yang pasti. Menentukan jumlah

    keuntungan secara pasti kepada pihak yang terlibat dalam kontrak

    akan menjadikan kontrak tersebut tidak berlaku.19

    3. Jenis-jenis Mudharabah

    1. Mudharabah Muthlaqah

    Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara

    shohibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak

    di batasi oleh jenis usaha, waktu, tmpat, perusahaan, dan pelanggan.

    Investasi tidak terikat ini pada usaha perbankan atau lembaga

    keuangan syari’ah lainnya (non bank) di aplikasikan pada tabungan

    dan deposito.

    2. Mudharabah Muqayyadah

    Mudharabah Muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah

    muthlaqoh, Mudharib di batasi dengan jenis usaha, waktu, waktu,

    19 scoutismylife.wordpress.com/2012/12/27/mudharabah dalam konteks bank syariah (10

    desember 2019, 11:28)

  • 23

    dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini sering kali

    mencerminkan kecenderungan umum si shohibul al-maal dalam

    memasuki dunia usaha.20

    3. Fatwa Tentang Pembiayaan Mudharabah

    a. Ketentuan Pembiayaan

    1. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang di salurkan

    oleh (Lembaga Keuangan Syariah) LKS kepada pihak lainya

    untuk suatu usaha yang produktif.

    2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shohibul maal (pemilik

    dana) pembiayaan 100% kebutuhan suatu proyek (usaha)

    sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib

    atau pengelola usaha.

    3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan

    pembagian keuntungan di tentukan berdasarkan kesepakatan

    kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).

    4. Mudhorib boleh melakukan sebagai macam usaha yang telah di

    sepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah, LKS tidak ikut

    serta dalam managemen perusahaan atau projek tetapi

    mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

    5. Jumlah dana pembiayaan harus di nyatakan dengan jelas dalam

    bentuk tunai dan bukan piutang.

    20 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Pebankan dan Perangsuransian Syariah di

    Indonesia. Edisi I. PT.Pranada Media. Jakarta. 2004. Hlm 84.

  • 24

    6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian

    akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah)

    melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi

    perjanjian.

    7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada

    jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan

    penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib

    atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat di cairkan apabila

    mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal

    yang telah disepakati bersama akad.

    8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme

    pembiayaan keuntungan di atur oleh LKS dengan

    memperhatikan fatwa (Dewan Syariah Nasional) DSN.

    9. Biaya opresional di bebankan kepada mudharib.

    10. Dalam hal penyandang dana LKS tidak melakukan kewajiban

    atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib

    berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah di keluarkan.

    b. Rukun Dan Syarat Pembiayaan

    1. Penyedia dana (shohibul maal) dan pengelola (mudharib) harus

    cakap hukum.

    2. Pernyataan ijab dan qabul harus di nyatakan oleh para pihak

    untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan

    kontrak (akad), dengan pemperhatikan hal-hal berikut:

  • 25

    a) Penawaran dan penerima harus secara aksplisit

    menunjukkan tujuan kontak (akad).

    b) Penerimaan dan penawaran di lakukan pada saat kontrak.

    c) Akad di tuangkan secara tertulis, melalui korespondensi,

    atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi

    modern.

    3. Modal ialah sejumlah uang atau aset yang di berikan oleh

    penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan

    syarat sebagai berikut:

    a) Modal harus di ketahui jumlah dan jenisnya.

    b) Modal dapat menbentuk uang atau barang yang di nilai.

    Jika modal di berikan dalam bentuk aset, maka aset

    tersebut harus di nilai pada waktu akad.

    c) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus di bayar

    kepada mudharib, baik secara bertahab maupun tidak,

    sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

    4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang di dapat sebagai

    kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus di

    penuhi:

    a) Harus di peruntukan oleh kedua belah pihak dan tidak

    boleh di isyaratkan hanya untuk satu pihak.

    b) Bagian keuntungan proposional bagi setiap pihak harus di

    ketahui dan di nyatakan pada waktu kontrak yang di

  • 26

    sepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah), dari

    keuntungan yang sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah

    harus berdasarkan kesepakatan.

    c) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari

    mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung

    kerugian apapun kecuali di akibatkan dari kesalahan di

    sengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

    5. Kerugian usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai

    perimbangan (muqabil) modal yang di sediakan oleh penyedia

    dana, harus memperhatikan hal-hal tersebut:

    a) Kegiatan usaha adalah hal eksklusif mudharib, tanpa

    campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak

    untuk melakukan pengawasan.

    b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan

    pengelola sedemikian rupa yang dapat mengalangi

    tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

    c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syari’ah islam dan

    tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah dan

    harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.

    c. Ketentuan hukum pembiayaan:

    1) Mudharabah boleh di batasi pada priode tertentu.

    2) Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah

    kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.

  • 27

    3) Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena

    pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad amanah) kecuali

    akibat dari kesalahan di sengaja, kelalaian, atau pelanggaran

    kesepakatan.

    4) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau jika

    terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka

    penyelesaiannya di lakukan melalui Badan Arbitrsi Syari’ah

    setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.21

    D. Resiko Pembiayaan Mudharabah

    Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan kejadian atau keadaan

    yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Risiko

    pada bank syariah juga bisa memiliki konotasi yang berbeda dan

    menyarankan arti yang berbeda bagi bidang yang berbeda. Misalnya,

    dalam ekonomi mikro, risiko mengacu kepada ketidak pastian atas

    konsekuensi (positif atau negatif) dari sebuah keputusan. Sementara, untuk

    bidang ekonomi keuangan, konotasi risiko umumnya negatif, karena

    mengacu pada potensi kerugian.

    Meskipun masih ada ambiguitas seputar sekitar definisi dari kata

    risiko, definisi tersebut masih dapat digunakan untuk mempertimbangkan

    kemungkinan adanya situasi yang mengandung risiko pada bank syariah,

    untuk mengidentifikasi atau memprediksi berbagai situasi masa depan

    dalam aktivitas bisnis bank syariah, dan kemampuan untuk menetapkan

    21 Muhammad Dwiono Koesen Al Jambi, Ali. Hidup Berkah Tanpa RIba. Iluvia

    Publishing. Cengkareang Jakarta Barat. 2016

  • 28

    masing-masing probabilitas terjadinya risiko dalam bank syariah. Di

    dalam Islam sendiri sebenarnya telah membedakan secara jelas dua bentuk

    yang berbeda dari risiko dalam kegiatan bisnis. Kedua jenis risiko yang

    dimaksud itu adalah:

    1. Risiko terkait dengan transaksi atau dalam kegiatan ekonomi yang

    bertujuan menciptakan nilai tambah atau kekayaan.

    2. Risiko yang terkait dengan perjudian (eating wealth for nothing).

    Maka sebenarnya masih sulit untuk mendefiniskan risiko pada

    bank syariah secara spesifik. Namun, dari literatur yang ditemukan dalam

    studi ini terdapat pembahasan yang sudah spesifik mengenai risiko pada

    akad syarian yang diaplikasikan pada perbankan syariah. Dikarenakan

    bank syariah mengaplikasikan akad-akad syariah dalam kegiatanya

    bisnisnya, maka risiko-risiko modern akad pembiayaan pada bank syariah

    tergantung karakteristik pada produk-produk pembiayaannya, yaitu:

    Risiko yang timbul pada akad Ijarah bisa jadi penyebabnya ialah jika

    barang milik bank timbul risiko tidak produktif aset ijarah karena tidak

    adanya nasabah; jika barang bukan milik bank, timbul risiko rusaknya

    barang oleh nasabah karena pemakaian tidak normal; dalam hal jasa

    tenaga kerja yang disewakan bank kemudian disewakan kepada nasabah

    timbul risiko kualitas pemberi jasa mungkin kurang cakap seperti yang

    diharapkan.

    Sedangkan risiko pada pengembangan akad Ijarah, yaitu

    pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) ialah mengenai ketidak

  • 29

    mampuan nasabah membayar angsuran dalam jumlah besar di akhir

    periode, jika pembayaran dilakukan dengan sistem pembayaran angsuran

    dalam jumlah besar di akhir periode. Jika bank menggunakan akad Salam

    yang biasanya digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang

    pertanian, maka risiko yang dihadapi bisa saja pada saat penjual tidak

    dapat memenuhi kontrak sebagaimana yang diperjanjikan. Misalnya, tidak

    mengirimkan sebagian atau seluruh barang pesanan.

    Risiko lain, bisa saja adanya kemungkinan penurunan nilai barang-

    barang pesanan atau penurunan nilai inventory yang disimpan. Penurunan

    nilai barang ini bisa terjadi karena rusak atau harga di pasar mengalami

    penurunan. Risiko jika menggunakan akad Istishna sebenarnya risiko yang

    sama dengan Salam. Istishna menurut sebagian fuqaha merupakan jenis

    khusus dari Salam, tetapi banyak diaplikasikan jika bank ini melakukan

    kegiatan bisnis di bidang-bidang manufaktur dan konstruksi yang jangka

    waktunya relatif panjang. Namun dalam hal ini bank dapat menghadapi

    risiko yang berupa default pelaksanaan yang tidak sesuai kontrak. Bisa jadi

    karena terlambat melaksanakan kontrak atau mungkin saja kualitas barang

    yang dipesan tidak sesuai.

    Pada akad Mudharabah dan Musyarakah, pada akad ini penilaian

    risiko pada bank biasanya meliputi risiko bisnis yang dibiayai atau resiko

    berkurangnya nilai pembiayaan mudharabah dan musyarakah, serta risiko

    karakter dari mudharib. Lebih dalam lagi dijelaskan bahwa pada akad

    Mudharabah nasabah sebagai pengelola dana, sebenarnya tidak

  • 30

    mempunyai kewajiban untuk menanggung risiko kerugian yang timbul.

    Mudharib juga tidak diwajibkan untuk memberikan agunan kepada bank .

    Kerugian yang dapat dibebankan kepada nasabah adalah apabila kerugian

    tersebut dikarenakan kelalaian dan kecurangan yang dilakukannya sendiri.

    Untuk menghadapi kemungkinan risiko kecurangan atau kelalaian

    nasabah pada akad Mudharabah ini bank dapat melakukan pengawasan

    secara aktif dan melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap

    operasional bisnis, maupun berkas-berkas nasabah. Namun, pada jenis

    akad Mudharabah Mutlaqah bank biasanya tidak ikut campur dalam

    pengelolaan usaha, sehingga dengan adanya ketentuan ini menyebabkan

    bank bisa jadi menghadapi risiko yang tinggi karena seluruh kerugian akan

    ditanggung bank sebagai pemilik modal. Namun, studi ini telah

    menyetujui penjelasan yang ditulis oleh Rivai & Ismal (2013),

    Bahwa risiko yang sangat tinggi pada Mudharabah Mutlaqah

    tersebut bisa diatasi dengan meminta jaminan kepada nasabah, meskipun

    pada akad aslinya Mudharabah tidak disyaratkan adanya jaminan atau

    agunan. Sementara akad Musyarakah apabila diaplikasikan pada bank,

    maka digunakan untuk investasi jangka panjang pengusaha, bank sebagai

    investor yang masing-masing menyerahkan modal untuk melaksanakan

    usaha, serta sepakat untuk membagi keuntungan dan kerugian (risiko).

    Keuntungan dan kerugian ini sesuai nisbah yang telah disepakati

    dalam perjanjian. Risiko kerugian yang bisa dihadapi oleh bank bisa jadi

    risiko kerugian dari hasil usaha atau proyek yang dibiayai atau adanya

  • 31

    ketidak jujuran dari partner usaha. Namun, bisa jadi pula risiko

    pembiayaan Musyarakah relatif lebih kecil daripada risiko dengan akad

    pembiayaan Mudharabah, karena pada Musyarakah bank sebetulnya dapat

    ikut mengelola usaha yang dijalankan bersama dan melakukan

    pengawasan secara lebih ketat terhadap usaha yang dijalankan. Namun,

    masalah lain yang timbul apabila akad jenis ini digunakan ialah

    keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang

    melakukan pengelolaan dan melakukan pengawasan.

    Akad lain yang dapat diterapkan oleh bank adalah Murabahah.

    Risiko yang dihadapi bank syariah jika menggunakan akad ini tanpa

    modifikasi sama halnya seperti Mudharabah, yaitu ketiadaan jaminan bagi

    bank seandainya pembeli membatalkan transaksi. Selanjutnya, bank juga

    akan mengalami risiko kerugian karena menurunnya nilai barang akibat

    cacat atau rusak selama masa penyimpanan. Meskipun telah disebutkan

    bahwa akad-akad bank syariah yang digunakan untuk pembiyaaan

    memiiliki risiko yang spesifik sesuai jenis akadnya, namun manajemen

    risikonya masih juga belum menemukan bentuk yang pasti dan sesuai

    dengan jenis risiko yang dihadapi oleh bank syariah.

    Gambaran umum manajemen risiko bank syariah saat ini bisa

    dilihat dari penjelasan Ernest dan Young (2000) bahwa proses dan

    langkah-langkah penerapan manajemen risiko secara umum dapat berlaku

    untuk semua bank, baik pada bank konvensional maupun pada bank

    syariah. Kemudian penjelasan oleh Herlianto (2002) bahwa penerapan

  • 32

    manajemen risiko untuk semua perbankan harus memperhatikan dengan

    cermat risk management life cycle yaitu siklus understanding, siklus

    identifying, siklus assessing, siklus measuring, siklus managing, dan siklus

    monitoring.

    Berdasarkan adanya dua pendapat tersebut proses penerapan

    manajemen risiko pada bank adalah proses yang tetap harus berjalan

    meskipun pelaksanaannya pada setiap bank mungkin saja berbeda

    tergantung jenis banknya (Rosly & Mohd. Zaini 2008). Penjelasan dalam

    literatur lain juga mengatakan bahwa esensi penerapan manajemen risiko

    sebenarnya adalah proses untuk melakuan kecukupan prosedur dan

    metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat

    terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat diterima, serta dapat

    memberikan keuntungan bagi bank sesuai dengan tingkat risiko yang

    dapat diterima.

    Ditambah dengan adanya perbedaan kondisi pasar, struktur, ukuran

    serta kompleksitas usaha bank, maka tidak ada satu sistem manajemen

    risiko yang universal untuk seluruh bank (Ikatan Bankir Indonesia, 2014,

    p. 347). Literatur selanjutnya dibahas bahwa untuk mengantisipasi sebuah

    risiko sebetulnya bisa dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap

    risiko inheren dan penilaian terhadap kualitas penerapan manajemen risiko

    yang meliputi sistem pengendalian risiko.

    Sedangkan jenis risiko itu adalah risiko yang melekat pada setiap

    kegiatan usaha bank, karena itu bank wajib menyampaikan laporan profil

  • 33

    risiko bank secara individual maupun secara konsolidasi. Dengan

    demikian, manajemen risiko ialah kegiatan yang dilakukan untuk

    menanggapi risiko yang telah diketahui dalam rangka meminimalisasi

    konsekuensi buruk yang muncul. Manajemen risiko juga dikatakan

    sebagai suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam rangka

    mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman terhadap bisnis.

    Pendapat lain mengatakan bahwa manajemen risiko dalam Islam

    sebenarnya adalah bagaimana mengendalikan kerugian yang ditimbulkan

    dari kemungkinan-kemungkinan adanya risiko dan spekulasi. Di dalam

    literatur fikih, term gharar memang berhubungan dengan risiko dan

    ketidakpastian yang ada di dalam perjanjian. Namun, kurang tepat jika

    dikatakan bahwa manajemen risiko dalam Islam adalah tentang bagaimana

    mengendalikan terjadinya kemungkinan gharar, karena gharar dalam Islam

    bukannya harus dikendalikan atau dikurangi, melainkan dihindari sama

    sekali. Jadi, jika terdapat gharar berupa ketidak jelasan atau ketidak

    pastian dalam usaha bank syariah, terutama kualitas nasabah yang

    membutuhkan pembiayaan, bank syariah sebaiknya tidak menyalurkan

    modalnya.

    Untuk itu segmentasi nasabah sebenarnya sangat penting dalam hal

    ini. Studi ini setuju dengan yang telah ditulis oleh Ikatan Bankir Indonesia

    (2014) bahwa penentuan segmentasi nasabah sangat penting dalam

    memetakan kebutuhan produk dan jasa perbankan, baik dari sisi asset dan

    pembiayaan maupun liabilities dana dari masing-masing kelompok

  • 34

    nasabah dalam rangka meningkatkan kualitas layanan ataupun produk

    pembiayaan. Tujuan segmentasi ini ialah selain untuk mengantisipasi

    risiko, juga agar pengelolaan bisnis dapat dilakukan secara fokus, efisien,

    dan tepat sasaran sesuai dengan besar kecilnya usaha dan atau karakteristik

    usaha.

    Definisi resiko menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

    akibat yang kurang menyenangkan, merugikan,membahayakan dari suatu

    perbuatan atau tindakan. Resiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya

    suatu peristiwa tertentu. Sedangkan Menurut Adiwarman Karim Resiko

    perbankan suatu kejadian potensial baik yang dapat di perkirakan maupun

    tidak dapat di perkirakan yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan

    permodalan perbankan.22

    22 Adiwarman A. Karim, 2010, Bank islam: Analisis Fiqih dn Keuangan, Jakarta, Raja

    Garindro Persada, hal 255

  • 35

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

    kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk

    mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir

    induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek,

    merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal

    ini dengan terjun langsung ke lapangan atau lokasi objek penelitian, seperti

    lingkungan masyarakat. Yang di maksud dalam penelitian ini adalah

    pegawai Bank BNI Syariah Cabang Makassar.

    B. Lokasi dan Objek Penelitian

    Pemilihan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka

    mempertanggung jawabkan data yang diambil. Dalam penelitian ini

    lokasi penelitian ditetapkan pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar.

    Di mana penetapan lokasi penelitian ini dimaksudkan untuk

    mempermudah atau memperlancar objek yang menjadi sasaran dalam

    penelitian, sehingga penelitian tersebut akan terfokus pada pokok

    permasalahannya. Penelitian ini di rencanakan 2 (dua) bulan tahun 2020.

    C. Fokus dan Deskripsi Penelitian

    Dalam penelitian ini, peneliti mengfokuskan pada Analisis Resiko

    Bank Syariah Pada Produk Pembiyaan Mudharabah dalam Perspektif

    Hukum Islam.

  • 36

    Penelitian ini berfokus dalam 2 hal pokok, yaitu:

    1. Resiko Bank Syariah pada produk pembiayaan mudharabah.

    2. Managemen resiko pembiayaan mudharabah di bank syariah.

    D. Sumber Data

    Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah

    sebagai berikut:

    1. Data Primer

    Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung

    dari sumber asli yang dalam hal ini diperoleh atau dikumpulkan dari

    lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

    yang memerlukannya.23 Dalam hal ini data yang diperoleh bersumber

    dari pegawai yang bekerja di Bank BNI Syariah Cabang Makassar.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

    sumber-sumber yang telah ada. Data tersebut diperoleh dari

    perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu yang berbentuk

    tulisan.24 Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku,

    jurnal, Al-Qur’an dan hadis yang berkaitan dengan permasalahan yang

    akan diteliti.

    23 Etta Mamang Sungaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Penerbit Andi),

    171. 24 Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta:

    Ghalia IKAPI, 2002), 82.

  • 37

    E. Instrumen Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen yaitu satu-

    satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu

    sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk

    mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.

    Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada

    peneliti itu sendiri.

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

    adalah sebagai berikut:

    1. Wawancara

    Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu

    percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi.25 Komunikasi

    ini dilakukan secara langsung oleh pihak yang membutuhkan informasi

    dengan pihak lain untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

    Dengan cara ini, kita dapat menggali informasi lebih mendalam karena

    segala sesuatu yang tidak dipahami dapat ditanyakan secara langsung.

    Dalam hal ini, penulis memperoleh informasi dari pegawai yang bekerja

    di Bank BNI Syariah Cabang Makassar.

    2. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah proses pecairan, pengumpulan dan penyediaan

    data sebagai bukti akurat untuk memperkuat informasi yang telah

    25 NASUTION, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara,2012), 113.

  • 38

    diperoleh. Dokumentasi ini bisa berupa gambar ataupun dokumen-

    dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh saat

    penelitian sedang berlangsung.

    3. Observasi

    Peneliti melalui observasi langsung di lokasi (disebut

    "Participant-Observer") di samping memiliki kelebihan-kelebihan, juga

    mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain,

    Pertama, peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan

    mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan

    demikian, peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna apa

    saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini

    adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian

    kualitatif.

    Kedua, peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data

    telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam

    penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen

    (berupa wawancara) yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-

    variabel tertentu saja.

    Ketiga, peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data,

    menganalisanya, melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara

    gradual "membangun" pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal.

  • 39

    Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi"

    realitas yang tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.26

    G. Teknik Analisis Data

    Dari semua data yang diperoleh dari lapangan saat penelitian,

    kemudian penulis menganalisis dengan menggunakan analisis kualitatif

    untuk mengambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi. Dalam hal ini

    penulis Menganalisis Resiko Bank Syariah Pada Produk Pembiyaan

    Mudharabah dalam Perspektif Hukum Islam.

    Penelitian ini menggunakan berbagai teknik analisis data yaitu:

    1. Reduksi Data ialah proses mengubah data kedalam pola, fokus,

    kategori, atau pokok permasalahan tertentu.

    2. Penyajian Data ialah menampilkan data dengan cara memasukkan

    data dalam bentuk yang di inginkan seperti memberikan penjelasan

    dan analisis.

    3. Menarik Kesimpulan ialah mencari simpulan atas data yang

    direduksi dan disajikan.

    26 Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya.

    2000), h. 19.

  • 40

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Tentang Bank BNI Syariah

    1. Sejarah Bank BNI Syariah

    Bank BNI Syariah sejak berdiri pada tahun 1946, Bank Negara

    Indoneia (BNI), merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki

    oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan

    alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia,

    yakni ORI atau Obligasi Ritel Indonesia, pada malam menjelang

    tanggal 30 Oktober 1946. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang

    diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa

    depan yang lebih baik,

    Setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan

    “Bank BNI” dipersingkat menjadi “BNI”, Sedangkan tahun pendirian

    yaitu “46” digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan

    kebangaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara

    Kesatuan Republik Indonesia.

    BNI membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip

    syariah dengan konsep dual system banking, yakni menyediakan

    layanan perbankan umum dan syariah sekaligus. Hal ini sesuai dengan

    UU No. 10 Tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank untuk

    membuka layanan syariah. Di awali dengan pembentukan Tim Bank

    Syariah di Tahun 1999, Bank Indonesia kemudian mengeluarkan ijin

  • 41

    prinsip dan usaha untuk beroperasinya unit usaha syariah BNI. Setelah

    itu BNI Syariah menetapkan strategi pengembangan jaringan cabang.

    Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor

    Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu nasabah juga

    dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional

    (office channelling) dengan kurang lebih 750 outlet yang tersebar di

    seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional

    perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek

    syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai

    oleh Dr. Hasanuddin, M.Ag yang sebelumnya diketuai oleh KH Ma’ruf

    Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui penguji dari DPS

    sehingga telah memenuhi aturan syariah. Berdasarkan surat Keputusan

    Gubernur Bank Indonesia No.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei

    2010, maka telah diperoleh izin usaha bank umum syariah (BUS) PT

    Bank BNI Syariah atau BNI Syariah.

    BNI Syariah merupakan anak perusahaan dari BNI dengan

    komposisi kepemilikan saham 99.99% dimiliki oleh BNI dan sisanya

    dimiliki oleh PT. BNI Life. Hingga akhir Mei 2010, Unit Usaha Syariah

    BNI memiliki aset sebesar Rp 5,2 triliun, total dana masyarakat sebesar

    4,2 triliun, total pembiayaan Rp 3,2 triliun, modal sebesar Rp 1 triliun ,

    dengan customer based lebih dari 420 ribu nasabah. Strategi jangka

    menengah-panjang setelah spin off, BNI akan menjajaki kemungkinan

    menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak, baik institusi di

  • 42

    dalam maupun di luar negeri dalam mengebangkan PT Bank BNI

    Syariah, termasuk mengundang investor strategis guna memperkuat

    permodalan, keahlian, dan jaringan global. BNI Syariah akan menjadi

    elemen penting dalam bisnis BNI secara holding melalui konsep BNI

    Incorporated. Sementara itu,

    Nasabah tetap dapat menikmati layanan yang ada selama ini,

    seperti layanan e-channel BNI (BNI ATM, BNI SMS Bangking, BNI

    Internet Bangking), tarik setor di seluruh kantor BNI, serta masih dapat

    melakukan pembukaan rekening BNI Syariah di lebih dari 750 kantor

    cabang BNI yang telah menjadi Syariah Channeling Outlet (SCO).

    Demikian juga dengan fitur produk tidak mengalami perubahan, bahkan

    ke depan akan lebih bervariasi.27

    2. Visi dan Misi Bank BNI Syariah

    1) Visi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar

    Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam

    layanan kinerja.

    2) Misi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar

    a) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli

    pada kelestarian linkungan.

    b) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa

    perbankan syariah.

    27

    Betara indra gunawan, sejarah berdirinya Bank Negara Indonesia Syariah,

    http://ktara.blogspot.com/2015/03/sejarah-berdirinya -bank-negara-indonesia syariah.html, di

    akses pada tanggal 26 januari 2020 (15.16)

  • 43

    c) Memberikan nilai invstasi yang optimal bagi investor.

    d) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebangaan untuk

    berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan

    ibadah.

    e) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

    3. Budaya Kerja PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar

    1) Amanah

    a) Jujur dan menepati janji

    b) Bertanggung jawab

    c) Bersemangat untuk menghasilkan karya terbaik

    d) Bekerja ikhlas dan mengutamakan niat ibadah

    e) Melayani melebihi harapan

    2) Jamaah

    a) Peduli dan berani memberikan maupun menerima umpan balik

    yang konstruktif.

    b) Membangun sinergi secara profesional.

    c) Membagi pengetahuan yang bermanfaat.

    d) Memahami keterkaitan proses kerja.

    e) Memperkuat kepemimpinan yang efektif.

  • 44

    4. Kegiatan Operasional Perusahaan

    a. Penghimpun Dana (Funding)

    1) Produk Tabungan

    Tabungan merupakan simpanan dalam bentuk mata uang rupiah

    yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad

    Mudharabah Mutlaqah atau akad Wadiah. Bank sebagai pihak

    yang bebas tanpa pembatasan dari pemilik dana menyalurkan

    dana nasabah tersebut dalam bentuk pembiayaan kepada usaha-

    usaha yang menguntungkan dan tidak bertentangan dengan

    prinsip Syariah. Atas keuntungan yang didapat dari penyaluran

    dana, bank memberikan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang

    telah disepakati. Jenis tabungan yang ada di BNI Syariah yaitu:

    a) Tabungan iB hasanah

    Yaitu tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang

    memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan dalam mata

    uang Rupiah.

    b) Tabungan iB Bisnis Hasanah

    Yaitu tabungan dengan akad mudharabah yang dilengkapi

    dengan detil mutasi debet dan kredit pada buku tabungan dan

    bagi hasil yang lebih kompetitif dalam mata uang Rupiah.

    c) Tabungan iB Tunas Hasanah

    Yaitu tabungan dengan akad wadiah yang diperuntukkan

    bagi anak-anak dan pelajar yang berusiadi bawah 17 tahun.

  • 45

    2) Produk Transaksi

    Produk transaksi di BNI Syariah yaitu Giro iB hasanah.

    Simpanan Giro iB Hasanah merupakan produk penyimpanan

    dana yang menggunakan prinsip wadiah yad addhamanh (titipan

    murni). Pada produk ini nasabah menitipkan dana dan Bank

    akan mempergunakan dana tersebut sesuai dengan prinsip

    Syariah dan menjamin akan mengembalikan titipan tersebut

    secara utuh bila sewaktu-waktu nasabah membutuhkannya.

    3) Produk investasi

    a) Deposito iB Hasanah

    Deposito iB Hasanah adalah simpanan berjangka yang

    ditujukan untuk berinvestasi bagi nasabah perorangan dan

    perusahaan, dengan mengunakan prinsip mudharabah

    mutlaqah. Dana nasabah akan dikelola dengan cara

    disalurkan melalui pembiayaan usaha produktif yang sesuai

    dengan prinsip syariah dan menghasilkan bagi hasil yang

    kompetitif bagi nasabah.

    b) Tabungan iB Baitullah Hasanah

    Tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang

    dipergunakan sebagai sebagai sarana untuk mendapatkan

    kepastian porsi berangkat menunaikan ibadah haji

    (regular/khusus) dan merencanakan ibadah umrah sesuai

  • 46

    dengan keinginan penabung dengan sistem setoran bebas atau

    bulanan dalam mata uang Rupiah dan USD.

    c) Tabungan iB Tepenas Hasanah

    Yaitu tabungan dengan akad mudhrabah untuk perencanaan

    masa depan yang dikelola berdasarkan prinsip Syariah

    dengan sistem setoran bulanan yang bermanfaat untuk

    membantu menyiapkan rencana masa depan seperti rencana

    liburan, ibadah umrah, pendidikan ataupun rencana

    pendidikan masa depan lainnya.

    b. Penyaluran Dana (lending)

    Penyaluran dana (pembiayaan) di BNI Syariah ada dua yaitu:28

    1) Produktif

    a) Tunas Usaha iB Hasanah

    Tunas iB Hasanah (TUS) adalah pembiayaan modal kerja dan

    atau investasi yang diberikan untuk usaha produktif yang

    feasible namun belum bankable dengan prinsip syariah

    dalam rangka mendukung pelaksanaan Instruksi Presiden

    Nomor 6 Tahun 2007.

    b) Wirausaha iB Hasanah

    Wirausaha iB Hasanah (WUS) adalah fasilitas pembiayaan

    produktif yang ditujukan untuk memunuhi kebutuhan

    pembiayaan usaha-usaha produktif (modal kerja dan

    28 Sri Ekawati. 2018. Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di PT Bank BNI Syariah

    Kantor Cabang Utama Makassar. h 60-61

  • 47

    investasi) yang tidak bertentangan dengan syariah dan

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    c) Usaha Kecil iB Hasanah

    Yaitu fasilitas pembiayaan produktif yang diberikan untuk

    pengembangan usaha yang fesible guna memenuhi kebutuhan

    modal kerja atau investasi.

    d) Umrah Keluarga Hasanah

    2) Konsumtif

    Berikut merupakan pembiayaan konsumtif yang disalurkan oleh

    BNI Syariah29

    a) Griya iB Hasanah

    Pembiayaan Griya IB Hasanah adalah fasilitas pembiayan

    konsumif yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk

    membeli, mambangun, merenovasi rumah (termasuk ruko,

    rusun, rukan, apartemen, dan jenisnya), dan membeli tanah

    kavling, yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan

    pembiayan dan kemampuan pembayaran kembali masing-

    masing calon nasabah.

    b) Oto iB Hasanah

    Oto iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

    murābaḥah yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk

    29

    BPP (Buku Panduan Perusahaan), BNI Syariah KCU Makassar. h.27

  • 48

    pembelian kendaraan bermotor dengan agunan kendaraan

    bermotor yang dibiayai dengan pembiayaan ini.

    c) Multiguna iB Hasanah

    Multiguna iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

    dengan akad murābaḥah (jual beli) yang diberikan kepada

    anggota masyarakat untuk pembelian barang kebutuhan

    konsumtif dan/atau jasa sesuai prinsip syariah dengan disertai

    agunan berupa fixed asset seperti tanah dan bangunan yang

    ditinggali berstatus SHM atau SHGB dan bukan barang yang

    dibiayai.

    d) Fleksi iB Hasanah

    Fleksi iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

    bagi pegawai/karyawan suatu perusahaan/lembaga untuk

    pembelian barang dan penggunaan jasa sesuai Syariat Islam.

    e) Fleksi Umrah iB Hasanah

    Fleksi Umrah iB Hasanah adalah pembiayaan konsumtif

    untuk memenuhi kebutuhan pembelian manfaat jasa paket

    perjalanan Ibadah Umrah bekerja sama dengan Biro

    Perjalanan Umrah.

    f) Pembiayaan Emas iB Hasanah

    Pembiayaan Emas iB Hasanah (BNI Syariah Kepemilikan

    Emas) merupakan fasilitas pembiayaan dengan akad

    murābaḥah (jual beli) yang diberikan untuk membeli emas

  • 49

    logam mulia dalam bentuk batangan yang diangsur secara

    pokok setiap bulannya.

    5. Struktur Organisasi Perusahaan dan Deskripsi Tugas

    Struktur organisasi merupakan salah satu hal penting dalam

    pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang secara langsung

    membuat skema wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota

    organisasi pada setiap pekerjaan demi terwujudnya tujuan organisasi

    tersebut.

    Selain itu struktur organisasi sering disebut bagan atau skema

    organisasi dengan cara memberikan gambaran secara skematis tentang

    hubungan pekerjaan antara orang yang satu dengan lainnya yang

    terdapat dalam satu organsasi untuk mencapai tujuan bersama.

    Demikian pula halnya dengan PT. BNI Syariah, personilnya

    melakukan pekerjaan sesuai dengan tanggu jawab dan wewenangnya

    masing-masing, dan satu sama lainnya saling berhubungan dalam

    usaha menciptakan tujuan perusahaan yang akan dicapai.

    Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktur organisasi PT.

    BNI Syariah Kantor Cabang Makassar, sebagai berikut:30

    4) Produk Transaksi

    Produk transaksi di BNI Syariah yaitu Giro iB hasanah.

    Simpanan Giro iB Hasanah merupakan produk penyimpanan

    dana yang menggunakan prinsip wadiah yad addhamanh (titipan

    30

    Sumber: PT. Bank BNI Syariah (Persero) Tbk. Kantor Cabang Makassar

  • 50

    murni). Pada produk ini nasabah menitipkan dana dan Bank

    akan mempergunakan dana tersebut sesuai dengan prinsip

    Syariah dan menjamin akan mengembalikan titipan tersebut

    secara utuh bila sewaktu-waktu nasabah membutuhkannya.

    5) Produk investasi

    d) Deposito iB Hasanah

    Deposito iB Hasanah adalah simpanan berjangka yang

    ditujukan untuk berinvestasi bagi nasabah perorangan dan

    perusahaan, dengan mengunakan prinsip mudharabah

    mutlaqah. Dana nasabah akan dikelola dengan cara

    disalurkan melalui pembiayaan usaha produktif yang sesuai

    dengan prinsip syariah dan menghasilkan bagi hasil yang

    kompetitif bagi nasabah.

    e) Tabungan iB Baitullah Hasanah

    Tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang

    dipergunakan sebagai sebagai sarana untuk mendapatkan

    kepastian porsi berangkat menunaikan ibadah haji

    (regular/khusus) dan merencanakan ibadah umrah sesuai

    dengan keinginan penabung dengan sistem setoran bebas atau

    bulanan dalam mata uang Rupiah dan USD.

    f) Tabungan iB Tepenas Hasanah

    Yaitu tabungan dengan akad mudhrabah untuk perencanaan

    masa depan yang dikelola berdasarkan prinsip Syariah

  • 51

    dengan sistem setoran bulanan yang bermanfaat untuk

    membantu menyiapkan rencana masa depan seperti rencana

    liburan, ibadah umrah, pendidikan ataupun rencana

    pendidikan masa depan lainnya.

    c. Penyaluran Dana (lending)

    Penyaluran dana (pembiayaan) di BNI Syariah ada dua yaitu:31

    3) Produktif

    e) Tunas Usaha iB Hasanah

    Tunas iB Hasanah (TUS) adalah pembiayaan modal kerja dan

    atau investasi yang diberikan untuk usaha produktif yang

    feasible namun belum bankable dengan prinsip syariah

    dalam rangka mendukung pelaksanaan Instruksi Presiden

    Nomor 6 Tahun 2007.

    f) Wirausaha iB Hasanah

    Wirausaha iB Hasanah (WUS) adalah fasilitas pembiayaan

    produktif yang ditujukan untuk memunuhi kebutuhan

    pembiayaan usaha-usaha produktif (modal kerja dan

    investasi) yang tidak bertentangan dengan syariah dan

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    31 Sri Ekawati. 2018. Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di PT Bank BNI Syariah

    Kantor Cabang Utama Makassar. h 60-61

  • 52

    g) Usaha Kecil iB Hasanah

    Yaitu fasilitas pembiayaan produktif yang diberikan untuk

    pengembangan usaha yang fesible guna memenuhi kebutuhan

    modal kerja atau investasi.

    h) Umrah Keluarga Hasanah

    4) Konsumtif

    Berikut merupakan pembiayaan konsumtif yang disalurkan oleh

    BNI Syariah32

    g) Griya iB Hasanah

    Pembiayaan Griya IB Hasanah adalah fasilitas pembiayan

    konsumif yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk

    membeli, mambangun, merenovasi rumah (termasuk ruko,

    rusun, rukan, apartemen, dan jenisnya), dan membeli tanah

    kavling, yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan

    pembiayan dan kemampuan pembayaran kembali masing-

    masing calon nasabah.

    h) Oto iB Hasanah

    Oto iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

    murābaḥah yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk

    pembelian kendaraan bermotor dengan agunan kendaraan

    bermotor yang dibiayai dengan pembiayaan ini.

    32

    BPP (Buku Panduan Perusahaan), BNI Syariah KCU Makassar. h.27

  • 53

    i) Multiguna iB Hasanah

    Multiguna iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

    dengan akad murābaḥah (jual beli) yang diberikan kepada

    anggota masyarakat untuk pembelian barang kebutuhan

    konsumtif dan/atau jasa sesuai prinsip syariah dengan disertai

    agunan berupa fixed asset seperti tanah dan bangunan yang

    ditinggali berstatus SHM atau SHGB dan bukan barang yang

    dibiayai.

    j) Fleksi iB Hasanah

    Fleksi iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

    bagi pegawai/karyawan suatu perusahaan/lembaga untuk

    pembelian barang dan penggunaan jasa sesuai Syariat Islam.

    k) Fleksi Umrah iB Hasanah

    Fleksi Umrah iB Hasanah adalah pembiayaan konsumtif

    untuk memenuhi kebutuhan pembelian manfaat jasa paket

    perjalanan Ibadah Umrah bekerja sama dengan Biro

    Perjalanan Umrah.

    l) Pembiayaan Emas iB Hasanah

    Pembiayaan Emas iB Hasanah (BNI Syariah Kepemilikan

    Emas) merupakan fasilitas pembiayaan dengan akad

    murābaḥah (jual beli) yang diberikan untuk membeli emas

    logam mulia dalam bentuk batangan yang diangsur secara

    pokok setiap bulannya.

  • 54

    6. Struktur Organisasi Perusahaan dan Deskripsi Tugas

    Struktur organisasi merupakan salah satu hal penting dalam

    pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang secara langsung

    membuat skema wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota

    organisasi pada setiap pekerjaan demi terwujudnya tujuan organisasi

    tersebut.

    Selain itu struktur organisasi sering disebut bagan atau skema

    organisasi dengan cara memberikan gambaran secara skematis tentang

    hubungan pekerjaan antara orang yang satu dengan lainnya yang

    terdapat dalam satu organsasi untuk mencapai tujuan bersama.

    Demikian pula halnya dengan PT. BNI Syariah, personilnya

    melakukan pekerjaan sesuai dengan tanggu jawab dan wewenangnya

    masing-masing, dan satu sama lainnya saling berhubungan dalam

    usaha menciptakan tujuan perusahaan yang akan dicapai.

    Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktur organisasi PT.

    BNI Syariah Kantor Cabang Makassar, sebagai berikut:33

    33 Sumber: PT. Bank BNI Syariah (Persero) Tbk. Kantor Cabang Makassar

  • 55

    Berikut ini akan di jelaskan secara singkat mengenai tugas setiap

    bagian pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar:34

    a. Kepala Cabang (Branch Manager)

    1) Mengelola secara optimal sumber daya cabang agar dapat

    mendukung kelancaran operasi cabang.

    2) Mengkordinir rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)

    tahunan cabang

    34

    Dokumen BNI Syariah KCU Makassar Tahun 2013, Tugas dan Tanggung Jawab

    Karyawan BNI Syariah KCU Makassar, hlm.2.

    Gam

    bar

    1.1

    S

    tru

    ktu

    r. B

    an

    k B

    NI S

    yari

    ah

    (P

    ers

    ero

    ) T

    bk. K

    an

    tor

    Cab

    an

    g

    Makassar

  • 56

    3) Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk bank

    guna mencapai tingkat volume atau sasaran yang telah

    ditetapkan baik pendanaan maupun jasa-jasa.

    b. Pemimpin Bidang Operasional (Operasional Manager)

    1) Membantu Pemimpin Cabang terhadap pelaksanaan fungsi

    pokok unit pelayanan nasabah dan unit operasional.

    2) Mengontrol pelaksanaan fungsi pokok unit pelayanan nasabah

    dan unit operasional.

    d. Manager Bisnis (Bussiness Manager)

    1) Bertanggung jawab pada pelaksanaan fungsi bisnis.

    2) Mengontrol pelaksanaan fungsi bisnis unit pelayanan nasabah

    dan unit operasional.

    e. OSH (Operasional Service Head)

    1) Menyelenggarakan pelayanan dan pengadministrasian atas

    transaksi-transaksi jasa perbankan serta pemupukan dana di

    kantor cabang.

    2) Menyelenggarakan pembukuan accounting atas transaksi

    keuangan di kantor cabang.

    3) Menyelenggarakan pengadministrasian dan pemantauan atas

    transaksi pembiayaan di kantor cabang.

    4) Menyelenggarakan pelaporan transaksi kegiatan jasa-jasa

    perbankan, pemupukan dana, posisi likuiditas dan pembiayaan

    di kantor cabang sesuai pedoman atau ketentuan yang berlaku.

  • 57

    f. Processing

    1) Memastikan bahwa semua pembiayaan, penambahan

    pembiayaan telah mendapatkan persetujuan pejabat yang

    berwenang sesuai dengan limit.

    2) Memastikan kebenaran administrasi atas pembiayaan yang

    diberikan.

    3) Memeriksa kelengkapan dan keabsahan nota admnistrasi

    pembiayaan.

    4) Memastikan bahwa fisik jaminan sesuai dengan nilai dan

    lokasinya.

    g. Unit Branch Internal Control

    Dimana unit tersebut merupakan unit yang berdiri sendiri/

    independent dan tidak dibawahi lagi oleh pemimpin cabang

    melainkan langsung dibawahi Devisi Kepatuhan. Unit tersebut

    sebelumnya disebut Control Internal, tugas-tugas pokoknya adalah:

    1) Melakukan pengawasan dengan cara melaksanakan pemeriksaan

    terhadap aktivitas unit sehari-hari.

    2) Melakukan pemeriksaan atas aktivitas unit secara harian,