89
ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN KECUKUPANNYA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK DI KOTA BEKASI FEBRIANA WIDIASTUTI A14070024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN

KECUKUPANNYA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK

DI KOTA BEKASI

FEBRIANA WIDIASTUTI

A14070024

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

i

RINGKASAN

FEBRIANA WIDIASTUTI. Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan

Kecukupannya Terhadap Jumlah penduduk di Kota Bekasi. Dibimbing oleh

SANTUN R.P SITORUS dan DYAH RETNO PANUJU.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan unsur utama tata ruang kota.

RTH perlu ada di antara struktur bangunan sebagai pelunak dan penyejuk

lingkungan. Pemerintah di Indonesia pada umumnya memiliki kesulitan untuk

meningkatkan RTH sehingga hanya sekedar mempertahankan luasannya bahkan

di sebagian kota target luasan RTH menjadi semakin diperkecil. Kota Bekasi

merupakan salah satu bagian integral wilayah Jabodetabek yang memiliki

perkembangan pesat. Sebagai kota yang berkembang pesat, maka penggunaan

lahan cenderung digunakan untuk lahan-lahan terbangun seperti perumahan,

perkantoran, dan perindustrian. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui laju

perubahan luas RTH dan kecukupannya terhadap jumlah penduduk di kota

Bekasi, 2) mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah di

kota Bekasi, 3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas

RTH, 4) mengetahui areal yang berpotensi untuk dijadikan RTH dan

kecukupannya berdasarkan jumlah penduduk, dan 5) menyusun upaya

penambahan RTH di Kota Bekasi.

Pada periode tahun 2003 hingga 2010 terjadi penurunan RTH di Kota

Bekasi. Hal ini ditandai dengan laju perubahan RTH per tahun yang bernilai

negatif, yaitu -0.024. Jumlah penduduk Kota Bekasi terus meningkat dengan rata-

rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,8% per tahun dan rata-rata laju

kepadatan penduduk sebesar 4% per tahun. Hasil analisis skalogram sederhana

tahun 2003 dan 2006 menunjukkan terjadi peningkatan hirarki pada Kota Bekasi

yang ditandai dengan bertambahnya kelurahan berhirarki 2 dan berkurangnya

kelurahan berhirarki 3. Secara umum laju konversi RTH besar terjadi pada hirarki

wilayah 1 dan perubahan luas RTH terbesar terjadi pada wilayah berhirarki 3.

Pada tahun 2010, Kota Bekasi tidak mampu mencukupi kebutuhan RTH

berdasarkan jumlah penduduk. RTH eksisting pada tahun 2010 sebesar 2.547,59

ha, sedangkan kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk sebesar 4.672,98 ha.

Upaya penambahan RTH dengan mengidentifikasi areal yang berpotensi untuk

RTH dipilih penggunaan berupa lahan kosong (541,686 Ha) tetap tidak dapat

mencukupi kekurangan RTH berdasarkan jumlah penduduk. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan luas RTH adalah jarak ke pusat kota yang membawahi,

luas RTH tahun 2003, jarak ke fasilitas sosial, perubahan lahan terbangun, luas

lahan kosong tahun 2003, jarak ke fasilitas pendidikan, dan perubahan jumlah

fasilitas ekonomi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam usaha penambahan

RTH adalah 1) mengoptimalkan kinerja badan-badan pengelola RTH dengan

koordinasi tugas yang jelas, 2) Peningkatan hubungan kerjasama pemerintah

dengan pihak ketiga, 3) Memanfaatkan wilayah Kota Bekasi bagian Selatan yang

masih berpotensi tinggi untuk RTH dan optimalisasi lahan di wilayah Utara Kota

Bekasi dengan pembangunan vertikal, 4) Pengambilan kebijakan yang tegas dari

pemerintah daerah mengenai okupasi pemukiman liar, 5) Optimalisasi kerjasama

dengan pihak ketiga untuk penggalangan dana pengelolaan RTH, 6)

Pengembangan RTH selain di atas tanah, 7) Memberdayakan masyarakat sekitar

Page 3: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

ii

dalam pemeliharaan RTH yang ada di lingkungan sekitar masyarakat, 8)

Mengoptimalkan program insentif dan disinsentif, 9) mengoptimalkan areal jalur

di sekitar sisten utilitas kota untuk RTH, 10) Optimalisasi fungsi RTRW sebagai

acuan pengendalian RTH, 11) Optimalisasi pengawasan kegiatan pembangunan,

12) Penyusunan anggaran khusus RTH.

Kata kunci: RTH (Ruang Terbuka Hijau), Konversi, Jumlah Penduduk

Page 4: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

iii

SUMMARY

FEBRIANA WIDIASTUTI. An Analysis of Greenery Open Space (GOS) and

Its Adequacy Based on Population in the Bekasi City. Supervised by SANTUN

R.P SITORUS and DYAH RETNO PANUJU.

Greenery Open Space (RTH) is a major element of urban spatial structure.

It should exist among buildings as a buffer of the environment. Government in

Indonesia generally have difficulties to increase the greenery open space and they

just try to maintaining the area, even the acreage target in some cities is reduced.

Bekasi City is part of the Jabodetabek area which develop rapidly. As a fast

developing city, built up area such as housing, offices, and industrial accupied the

land. The purpose of this study are 1) to determine the change rate of greenery

open space and its adequacy based on population of Bekasi City, 2) to examine

the rate of population growth and development of urban areas in Bekasi City, 3) to

understand factors affecting the changes of greenery open space in Bekasi City, 4)

to identify potential area for greenery open space area expansion and to analyze its

adequacy based on population, and 5) to formulate efforts increasing the green

open space area in Bekasi City.

In the period 2003 to 2010, greenery open space decreased slightly in

Bekasi City. It was characterized by negative rate at -2% per annum. The

population of Bekasi City increased continually with average growth at 3.8% and

average density growth at 4% annually. Hierarchy of Bekasi City in 2003 and

2006 was shifting in structure. It was characterized by increasing of hierarchy 2

and decreasing of hierarchy 3. Greenery open space was converted significantly in

hierarchy 1 and the largest change was taken place in hierarchy 3. In 2010,

Bekasi City can not fulfill minimum acreage of greenery open space based on

population. The existing of green open space in 2010 is 2547.59 ha, but the

greenery open space required is 4672.98 ha. Potential area to expand greenery

open space area are vacant land (541.686 ha). Nonetheless, it is not sufficient.

Factors that affecting the change of greenery open space were distance to the

district, initial greenery open space area (in 2003), distance to social facilities,

growth of built up land, vacant land area in 2003, distance to educational

facilities, and increasing economic facilities. The efforts to enlarge greenery open

space area can be, 1) optimizing the performance of greenery open space

management with explisit coordination, 2) increasing cooperation between

government and third-parties, 3) optimizing the Southern of Bekasi City which is

potential for greenery open space enlargement and optimizing the Northern area

with vertical development, 4) taking strick policy about occupation of illegal

settlements, 5) optimizing the cooperation with third parties to increase the funds

to develop RTH, 6) developing vertical greenery to increase greenery open space,

7) empowering local communities to maintain greenery open space, 8) optimizing

incentive and disincentives program, 9) optimizing the area around city utilities

system for greenery open space, 10) optimizing RTRW functions as a reference

control for RTH, 11) optimizing control of development activities, 12)

formulating special budget for RTH.

Keywords : Greenery Open Space, Conversion, Population.

Page 5: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

iv

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN

KECUKUPANNYA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK

DI KOTA BEKASI

Febriana Widiastuti

A14070024

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

POGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 6: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

v

Judul Skripsi : Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Kecukupannya

Terhadap Jumlah penduduk di Kota Bekasi

Nama Mahasiswa : Febriana Widiastuti

NRP : A14070024

Menyetujui,

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.

NIP. 1962113 198703 1003

Tanggal lulus:

Pembimbing 2

Dyah Retno Panuju, S.P, M.Si

NIP. 19710412 199702 2 005

Pembimbing 1

Prof. Dr. Ir. Santun R.P Sitorus

NIP. 19490721 197302 1 001

Page 7: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Febriana Widiastuti,

dilahirkan di Trenggalek, Provinsi Jawa Timur pada tanggal

20 Februari 1989. Penulis adalah anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Supriyadi dan Ibu Gunarti.

Penulis memulai pendidikan formal di TK Dharma

Wanita I pada tahun 1994-1995. Kemudian, pada tahun 1995

penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan

pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP

Negeri I Karangan dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2004. Penulis

melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Trenggalek dan menyelesaikan pada

tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut

Pertanian Bogor melalui Program USMI di Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi Mahasiswa, penulis aktif menjadi pengurus di beberapa

Organisasi, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (2008-2009) dan

Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (2009-2010). Penulis pernah menjadi anggota

paduan suara mahasiswa Agriaswara IPB selama satu tahun dari tahun 2007

hingga 2008. Penulis juga aktif dalam kegiatan Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan dan juga kegiatan kampus lainnya. Dalam kegiatan akademik,

penulis pernah berkesempatan menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah pada tahun ajaran 2010-2011. Selama

studi di IPB, penulis juga memperoleh beasiswa PPA.

Page 8: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia

serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul ”Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Kecukupannya

Terhadap Jumlah penduduk di Kota Bekasi”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P Sitorus selaku dosen pembimbing I dan Ibu

Dyah Retno Panuju, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing II, atas segala

bimbingan, kesabaran dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.

2. Dr. Suwarli dan Pemerintah Daerah Kota Bekasi yang telah membantu dalam

proses pengumpulan data, serta Dr. Ir. Widiatmaka sebagai dosen penguji

dalam ujian akhir penelitian ini.

3. Ibunda tercinta Gunarti, Ayahanda Supriyadi, dan adik-adikku Kresna dan

Bintang, yang telah memberikan semangat, dukungan, kasih sayang, baik

dalam bentuk moril maupun materil serta doa kepada penulis.

4. Dosen dan staf Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Wilayah yang

banyak membantu selama penulis melaksanakan penelitian. Farid, Angga,

dan Rahmat yang telah membantu dalam survei lapang.

5. Teman-teman seperjuangan (Citra, Nindi, Chitae, Achi, Lili, Ufi, dan

Sisharyanto) yang telah berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan

penelitian kami. Rahmat Hadi Wibowo yang selalu memberikan semangat.

Keluarga Gareulis (Woro, Rianda, Viya, Evie, Imas, Dewi, Shinta), dan

semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam

penyempurnaan skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

Febriana Widiastuti

Page 9: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

2.1. RTH dalam Penataan Ruang Wilayah Perkotaan ....................................... 5

2.2. Ruang Terbuka Hijau ................................................................................ 7

2.3. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau ............................................................... 8

2.4. Fungsi dan Manfaat Ruang terbuka Hijau ................................................ 10

2.5. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan ....................................... 13

2.6. Pertumbuhan Penduduk dan Keterkaitannya Dengan Perubahan

Penggunaan lahan ................................................................................... 15

BAB III BAHAN DAN METODE ..................................................................... 17

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 17

3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Alat penelitian ........................................... 18

3.3. Metode Penelitian.................................................................................... 19

3.3.1. Persiapan .......................................................................................... 19

3.3.2. Pengumpulan Data............................................................................ 20

3.3.3. Survei Lapang .................................................................................. 20

3.3.4. Analisis dan Interpretasi Data ........................................................... 20

3.3.4.1. Penentuan Laju Perubahan Luas RTH dan Kecukupan RTH

Terhadap Jumlah Penduduk Di Kota Bekasi .............................. 20

3.3.4.2. Penetuan Laju Pertumbuhan Penduduk dan Perkembangan

Wilayah di Kota Bekasi ............................................................ 23

3.3.4.3. Menganalisis Faktor-faktor Penentu Perubahan Luas RTH......... 25

3.3.4.4. Mengidentifikasi Areal Yang Berpotensi Untuk RTH ................ 27

Page 10: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

ix

3.3.4.5. Menyusun upaya penambahan RTH di Kota Bekasi ................... 27

3.3.5. Penyusunan skripsi ........................................................................... 28

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ....................................... 29

4.1. Sejarah Kota Bekasi ............................................................................... 29

4.2. Wilayah Administrasi ............................................................................. 29

4.3. Kondisi Geografis .................................................................................. 30

4.4. Topografi ............................................................................................... 31

4.5. Iklim ...................................................................................................... 31

4.6. Morfologi ............................................................................................... 31

4.7. Hidrologi ................................................................................................ 31

4.8. Jenis Tanah dan Geologi......................................................................... 32

4.9. Kondisi Sosial Ekonomi ......................................................................... 32

4.10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi (2000-2010) ....................... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 36

5.1. Analisis Laju Perubahan RTH Kota Bekasi Tahun 2003-2010 ................ 36

5.2. Analisis Kecukupan RTH Kota Bekasi Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 41

5.3. Analisis Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk............................. 42

5.4. Hirarki dan Perkembangan Wilayah Kota Bekasi .................................... 46

5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Luas RTH ....................... 52

5.6. Analisis Areal yang Berpotensi untuk Perluasan RTH ............................. 56

5.7. Rekomendasi Upaya Penambahan RTH .................................................. 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 65

6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 65

6.2. Saran ...................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

LAMPIRAN ...................................................................................................... 69

Page 11: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

x

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ........................................14

2. Hubungan Antara Tujuan Penelitian, Sumber data, dan Teknis Analisis.......18

3. Variabel-variabel Dalam Analisis Skalogram Sederhana .............................24

4. Variabel Bebas Pada Analisis Regresi Berganda .........................................26

5. Matriks SWOT............................................................................................28

6. Dinamika Perubahan Luas RTH di Kota Bekasi Tahun 2003-2010 ..............36

7. Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk dan Kecukupannya ...........41

8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan Periode Tahun 2000-

2004........... .................................................................................................44

9. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan Periode Tahun 2005-

2010........................... ..................................................................................45

10. Hirarki Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Bekasi Tahun 2003

dan 2006..................................................................................... ...................46

11. Perubahan Hirarki Wilayah di Kota Bekasi Tahun 2003-2006 .....................47

12. Luasan Konversi RTH (ha/tahun) pada Hirarki Wilayah Tahun 2006..........50

13. Hasil Analisis Regresi .................................................................................53

14. Kecukupan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Dibandingkan dengan

RTH Eksisting dan RTH Arahan Pertambahan ............................................58

15. Matrix Kombinasi Strategi Penambahan RTH di Kota Bekasi .....................62

Page 12: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Lokasi Penelitian .........................................................................................17

2. Wilayah Administrasi Kota Bekasi Sebelum dan Setelah Pemekaran ..........30

3. Peta Sebaran RTH Kota Bekasi 2003 ..........................................................38

4. Peta Sebaran RTH Kota Bekasi 2010 ..........................................................39

5. Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi ..........................................................40

6. Grafik Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Periode Tahun

1997-2010 ...................................................................................................43

7. Grafik Laju Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Periode

Tahun 1997-2010 ........................................................................................44

8. Peta Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2003 ...........................................48

9. Peta Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2010 ...........................................49

10. Boxplot Laju Perubahan RTH per Kelurahan dan Hirarki ............................51

11. Grafik Luasan areal yang Berpotensi Sebagai RTH per Kecamatan

di Kota Bekasi.............................................................................................56

12. Peta Areal yang Berpotensi Sebagai RTH ...................................................57

Page 13: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2003 ......................................................70

2. Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2010 ......................................................72

3. Titik Pengamatan Lapang ...............................................................................74

4. Layout Kuesioner ...........................................................................................76

Page 14: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan unsur utama tata ruang kota.

Menurut Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) RTH perlu ada di antara

struktur bangunan (hutan bangunan) sebagai pelunak dan penyejuk lingkungan.

RTH berfungsi sebagai “paru-paru” kota. Pada prinsipnya, RTH dimaksudkan

agar dapat menekan efek negatif yang ditimbulkan lingkungan terbangun di

perkotaan, seperti peningkatan temperatur udara, penurunan tingkat peresapan air,

kelembaban udara, dan polusi. Semakin sedikit RTH secara akumulatif bisa

berakibat fatal, yaitu dicirikan dengan naiknya suhu bumi dan perubahan cuaca

karena kenaikan suhu bumi. Saat ini banyak pohon-pohon di daerah perkotaan

yang di potong atau di tebang oleh pemerintah dengan alasan mengganggu lalu

lintas dan instalasi listrik atau untuk keperluan menambah lebar jalur lalu lintas

kendaraan bermotor. Penebangan pohon-pohon tersebut seringkali tidak diikuti

dengan upaya penanaman kembali dengan pohon yang baru.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) menyatakan berdasarkan

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, Brazil (1992) dan

dipertegas lagi pada KTT Johannesburg, di Afrika Selatan 10 tahun kemudian,

telah disepakati bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas RTH minimal

30% dari total luas kota (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2006). Begitu pula

dalam UU No 26 tahun 2007, dinyatakan bahwa wilayah kabupaten atau

perkotaan harus membuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang RTH

sebesar minimal 30% dari luas wilayah. RTH yang dimaksud berupa RTH publik

dan RTH privat dengan proporsi masing-masing 20% dan 10%. Penetapan

besaran luasan RTH ini disebut sebagai bagian dari pengembangan RTH kota.

Upaya penataan wilayah perkotaan sesuai dengan pengembangan kota akan

menciptakan keseimbangan dan keserasian antara lingkungan alam dan

lingkungan binaan.

Permasalahan degradasi lingkungan hidup perkotaan digambarkan dengan

semakin mewabahnya penyakit-penyakit akibat kondisi lingkungan yang

memburuk. Hal ini akibat tidak adanya ruang bagi penampung buangan kegiatan

Page 15: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

2

manusia berupa limbah padat maupun limbah cair yang semakin menumpuk dan

tak terkendali sehingga menjadi media pertumbuhan penyakit. Upaya-upaya

pelestarian fungsi lingkungan dilakukan dengan menyisihkan sebagian ruang kota.

Ruang kota tersebut dimaksudkan bukan untuk diproyeksikan untuk permukiman,

seperti sempadan sungai, danau, atau laut.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) juga menyatakan bahwa kota-

kota Indonesia pada umumnya memiliki kesulitan untuk meningkatkan RTH kota

sehingga hanya sekedar mempertahankan luasannya bahkan di sebagian kota

target luasan RTH kota menjadi semakin menyempit. Target luasan RTH yang

semakin menyempit itu pun konon sulit untuk direalisasikan akibat terus adanya

tekanan pertumbuhan dan kebutuhan sarana dan prasarana kota, seperti struktur

fisik bangunan dan panjang jalur jalan yang semakin meningkat sejalan dengan

peningkatan jumlah penduduk. Hal ini merupakan salah satu bukti kurang

dihargainya eksistensi RTH dan bahkan sering dikorbankan. Padahal sebenarnya

RTH mempunyai nilai ekologis dan ekonomis tinggi bagi terwujudnya lingkungan

kota yang sehat secara fisik maupun psikologis.

Eksistensi RTH di perkotaan sering diabaikan karena dianggap tidak

memberikan keuntungan ekonomi secara langsung dan akibatnya luas areal RTH

semakin berkurang. Berkurangnya RTH ini terjadi akibat meningkatnya

kebutuhan lahan seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan

pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang meningkat dari waktu ke

waktu akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan pada pemanfaatan

lahan sehingga perlu mendapat perhatian khusus terutama berkaitan dengan

penyediaan ruang untuk permukiman, fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang

publik di perkotaan.

Kota Bekasi merupakan salah satu bagian integral wilayah Jabodetabek.

Letak Kota Bekasi yang berada di antara DKI Jakarta dan Jawa Barat menjadikan

kota ini memiliki letak yang sangat strategis. Kemudahan akses antara Kota

Jakarta dan Bekasi menjadikan Kota Bekasi sebagai salah satu daerah

penyeimbang Kota Jakarta. Bekasi juga merupakan kota dengan perkembangan

yang pesat, termasuk dalam hal industri.

Page 16: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

3

Perkembangan kota merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Kebijakan

pemerintah kota mengenai arahan perkembangan kota perlu diiringi dengan

penegakan peraturan. Pembangunan kota perlu disertai dengan pelestarian RTH

kota non-pertanian (Putri 2010). Berdasarkan data BAPPEDA Kota Bekasi

(2007), ketersediaan RTH di Kota Bekasi hanya sebesar 3,58% dari luas total

Kota Bekasi. Bahkan, di Kota Bekasi masih belum terdapat taman kota yang

berfungsi sebagai taman bermain serta tempat sosialisasi dan interaksi antar

penduduk kotanya. Oleh karena itu, Bekasi saat ini masih kekurangan luas RTH.

Ironisnya lagi, meski luas RTH sudah minim sebagian lahan RTH tersebut masih

beralih fungsi menjadi kompleks perumahan dan lain sebagainya.

Sempitnya RTH terutama di permukiman padat penduduk di perkotaan

berdampak pada makin menurunnya kualitas lingkungan dan kenyamanan kota.

Hal ini juga membuat warga berebut menggunakan setiap jengkal lahan yang

kosong untuk beraktivitas. Bahkan bisa terjadi perebutan ruang terbuka antar

warga sehinga menimbulkan perselisihan yang berpotensi pada perkelahian.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) menyatakan sehubungan

dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala aktivitas dan keperluan,

seperti cukup tersedianya „ruang rekreasi‟ gratis, maka sebuah kota dimana pun

dan bagaimana pun ukuran dan kondisinya pasti memerlukan RTH. RTH tersebut

seharusnya memenuhi persyaratan terutama kualitas keseimbangan pendukung

keberlangsungan fungsi kehidupan, adanya pengelolaan dan pengaturan sebaik

mungkin, serta konsistensi penegakkan hukumnya.

Dalam penelitian ini akan dikaji mengenai pengaruh konversi RTH di

Bekasi terhadap kenyamanan dan kecukupannya terhadap jumlah penduduk.

Kurangnya persentase RTH di Kota Bekasi dapat berujung pada hal-hal yang

negatif terhadap kenyamanan dan psikologis masyarakat. Kebutuhan RTH di Kota

Bekasi dapat diperkirakan berdasarkan luas kota, jumlah penduduk dengan segala

aktivitasnya, dan isu penting yang timbul seperti masalah kekurangan air,

kebutuhan oksigen, maupun banjir.

Page 17: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

4

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. RTH kota Bekasi semakin berkurang dari tahun ke tahun sehingga diduga RTH

di Kota Bekasi tidak dapat memenuhi kebutuhan warga untuk kegiatan sehari-

hari seperti rekreasi, olah raga, bersosialisasi.

2. Kota Bekasi memiliki perkembangan pesat dengan jumlah penduduk yang

terus meningkat yang diduga mempengaruhi ketersediaan RTH.

3. Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH di Kota Bekasi.

4. Ketersediaan lahan di Kota Bekasi semakin kecil khususnya untuk RTH.

5. Keberhasilan upaya penambahan luas RTH sesuai arahan UU No 26 tahun 200

masih kecil.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui laju perubahan luas RTH dan kecukupannya terhadap jumlah

penduduk di Kota Bekasi.

2. Mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah di Kota

Bekasi.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH.

4. Mengetahui areal yang berpotensi untuk dijadikan RTH dan kecukupannya

berdasarkan jumlah penduduk.

5. Menyusun upaya penambahan RTH di Kota Bekasi.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai luasan

eksisting RTH yang ada di Kota Bekasi, kecukupan luas RTH saat ini terhadap

jumlah penduduk Kota Bekasi, dan laju konversi RTH yang terjadi dari tahun

2003-2010. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk keperluan menyusun

arahan kebijakan pembangunan kota yang berwawasan lingkungan serta dapat

menghasilkan rekomendasi-rekomendasi praktis yang relevan.

Page 18: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. RTH dalam Penataan Ruang Wilayah Perkotaan

Perkembangan kota merepresentasikan kegiatan masyarakat yang

berpengaruh pada suatu daerah. Suatu daerah akan tumbuh dan berkembang

berkaitan dengan penduduk, aktivitas, dan penggunaan lahan. Perencanaan kota

yang selama ini menitikberatkan pada aspek fisik semata dirasakan kurang dapat

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (Sinulingga, 2005).

Lebih lanjut Sinulingga (2005) menyatakan bahwa perkembangan kota

yang cepat menuntut adanya pengaturan pemanfaatan ruang perkotaan yang

mempertimbangkan sifat lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lingkungan

sosial budaya. Ruang adalah wadah semua interaksi sistem sosial (kegiatan sosial,

ekonomi, dan budaya) dengan ekosistem (sumberdaya alam dan buatan)

berlangsung. Interaksi ini tidak selalu secara otomatis berlangsung seimbang dan

saling menguntungkan berbagai pihak. Hal ini disebabkan adanya perbedaan

kemampuan, kepentingan dan adanya sifat perkembangan ekonomi yang

akumulatif.

Berdasarkan pada UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang

adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruangdan pola ruang yang meliputi

penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang adalah upaya

untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata

ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata

ruang.

Penataan ruang adalah usaha untuk merencanakan jumlah penggunaan

lahan guna keperluan tertentu dan pada tempat yang tepat. Rencana tata ruang

pada hakikatnya mengatur pemanfaatan dan letak elemen-elemen ruang kota,

yaitu pusat pelayanan, industri, pemukiman dan ruang terbuka hijau (RTH) serta

jaringan jalan untuk mencapai tujuan perencanaan kota. Tujuan dari perencanaan

Page 19: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

6

tata ruang kota anatara lain penyediaan ruang yang cukup untuk setiap jenis

penggunaan secara efisien untuk kenyamanan bagi lingkungan kegiatan manusia

kota (Sinulingga, 2005).

Perencanaan tata ruang perkotaan seyogyanya dimulai dengan

mengidentifikasi kawasan-kawasan yang secara alami harus diselamatkan

(kawasan lindung) untuk menjamin kelestarian fungsi lingkungan dan kawasan-

kawasan yang secara alami rentan terhadap bencana. Kawasan-kawasan inilah

yang seharusnya dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau. Agar keberadaan

RTH di perkotaan dapat berfungsi secara efektif baik secara ekologis maupun

planologis. Pengembangan RTH tersebut sebaiknya dilakukan secara berhirarki

dan terpadu dengan sistem struktur ruang yang ada di perkotaan (Direktorat

Jenderal Penataan Ruang, 2006).

Brown dan Jacobson dalam Leitmann (1999) menyatakan bahwa

perlindungan sistem lingkungan di perkotaan dapat dilakukan dengan

mengalokasikan kawasan lindung. Kota dapat meningkatkan kualitas manusia dan

lingkungan alam melalui konservasi sumberdaya maupun tingginya standar

kualitas lingkungan.

Ruang Terbuka Hijau sebagai ruang alami merupakan bagian yang sangat

penting bagi suatu kota berkaitan dengan penanggulangan masalah lingkungan.

RTH dapat memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi warga kota yaitu:

sebagai penyumbang ruang bernafas yang segar, paru-paru kota, sumber air tanah,

mencegah erosi, keindahan, dan kehidupan satwa, menciptakan iklim, serta

sebagai sumber pendidikan.

Correa (1988) dalam Utami (2011), dalam penelitiannya menyatakan

bahwa apabila diabstraksikan kebutuhan akan hal-hal yang bersifat sosial dapat

dikelompokkan unsur utama yaitu: ruang keluarga yang digunakan untuk

keperluan pribadi, daerah untuk bergaul/sosialisasi dengan tetangga, daerah

tempat pertemuan warga, dan daerah ruang terbuka utama yang digunakan untuk

kegiatan bersama seluruh warga masyarakat.

Keberadaan RTH sebagai ruang dengan fungsi ekologis menjadikan RTH

sebagai salah satu fungsi lahan yang sering kali dikorbankan dalam membangun

dan mengembangkan sebuah kota. RTH yang semakin berkurang akan

Page 20: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

7

berimplikasi pada suhu kota yang semakin meningkat. Menurut Saputro (2010),

suhu udara rata-rata lebih tinggi pada area terbuka dari pada area rumput dan

naungan. Hal ini karena pada area terbuka terkena radiasi matahari secara

langsung. Radiasi matahari langsung akan segera memanaskan permukaan

perkerasan dan selanjutnya memanaskan suhu udara di atasnya. Peningkatan suhu

udara pada area yang ternaungi lebih rendah karena kemampuan tajuk pohon yang

efektif dalam penyerapan panas dan mengurangi pemantulan.

Saputro (2010), dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa area parkir

pada bangunan-bangunan perkantoran dan perbelanjaan dengan area hijau yang

minim kurang efektif dalam menurunkan suhu udara di sekitarnya. Selain itu,

semakin besar persentase perkerasan terhadap luasan total menyebabkan suhu

udara semakin meningkat, begitu sebaliknya.

Pola pemanfaatan ruang terbagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan

lindung dan budidaya. Kawasan lindung yang dimaksud adalah kawasan yang

berfungsi konservasi serta kawasan budidaya yang dapat berfungsi lindung bagi

ekologi kota, termasuk di dalamnya adalah lahan pertanian, taman kota, sempadan

sungai, jalur hijau jalan, taman pulau jalan, jalur hijau rel kereta api, jalur hijau

bawah tegangan tinggi, dan RTH kota non-pertanian lainnya. Sedangkan kawasan

budidaya mencakup kawasan perumahan, kawasan pemerintahan, perdagangan,

jasa, pendidikan, kesehatan, industri dan pergudangan, pariwisata dan rekreasi,

serta pertahanan dan keamanan (Putri, 2010).

Menurut Putri (2010), tingginya proporsi lahan terbangun dalam kawasan

dapat mengakibatkan meningkatnya aliran permukaan (run-off) dan berkurangnya

debit air yang diresap oleh tanah. Perkembangan kawasan budidaya kota dapat

mengakibatkan penyempitan saluran drainase. Hal ini menyebabkan frekuensi dan

peluang kejadian banjir yang tinggi pada musim hujan.

2.2. Ruang Terbuka Hijau

Menurut Pasal 1 butir 31 UUPR No 26 tahun 2007, ruang terbuka hijau

adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok yang penggunaannya lebih

bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam. Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas

Page 21: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

8

Pertanian IPB (2005) dalam makalah lokakarya Pengembangan Sistem RTH di

Perkotaan dalam rangkaian acara Hari Bakti Pekerjaan Umum ke 60 menyatakan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open

spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi

(endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung

yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kesejahteraan, dan

keindahan wilayah perkotaan tersebut.

Menurut Sugandhy dan Hakim (2007), dalam konteks pemanfaatan,

pengertian ruang terbuka hijau kota mempunyai lingkup lebih luas dari sekedar

pengisian hijau tumbuh-tumbuhan. Konsep RTH mencakup pula pengertian dalam

bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi kegiatan masyarakat. Lebih lanjut, sesuai

dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentang Penataan

Ruang terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, dinyatakan bahwa ruang terbuka hijau

(RTH) sebagai ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk

areal/kawasan maupun dalam bentuk memanjang/jalur yang penggunaannya lebih

bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan dengan pengisian hijau

tanaman.

2.3. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau

Menurut Sugandhy dan Hakim (2007), ruang terbuka hijau kota dapat

diklasifikasikan baik dalam tata letak maupun fungsinya. Berdasarkan letaknya,

ruang terbuka hijau kota bisa berwujud ruang terbuka kawasan pantai (coastal

open spaces), dataran banjir sungai (river flood plain), ruang terbuka pengamanan

jalan bebas hambatan (greenways), dan ruang terbuka pengaman kawasan bahaya

kecelakaan di ujung landasan bandar udara.

Hasni (2009) mengatakan, klasifikasi Ruang Terbuka Hijau dapat dibagi

menjadi: (a) kawasan hijau pertamanan kota, (b) kawasan hijau hutan kota, (c)

kawasan hijau rekreasi kota, (d) kawasan hijau kegiatan olahraga, (e) kawasan

hijau pemakaman, (f) kawasan hijau pertanian, (g) kawasan hijau jalur hijau, (h)

kawasan hijau pekarangan.

Bentuk RTH di perkotaan menurut Dahlan (1992) adalah sebagai berikut:

Page 22: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

9

a. Jalur hijau: pohon peneduh jalan raya, jalur hijau dibawah kawat listrik

tegangan tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi

sungai. Jalur ini dapat dikembangkan di dalam kota atau di luar kota

sebagai RTH guna memperbaiki kualitas lingkungan perkotaan.

b. Taman kota: taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan

ditata sedemikian rupa untuk mendapatkan komposisi yang indah

c. Kebun dan halaman: jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman

biasanya jenis yang menghasilkan buah serta yang tidak diharapkan

buahnya.

d. Kebun raya, hutan raya, dan kebun binatang: kebun raya. Hutan raya, dan

kebun bunatang, dapat dimasukkan dalam salah satu bentuk RTH.

Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, daerah lain, maupun luar

negeri.

e. Hutan lindung: daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan

kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah

pantai yang rawan abrasi air laut, sebaiknya dijadikan hutan lindung.

f. Kuburan dan taman makam pahlawan: tempat pemakaman biasanya

banyak ditanam pepohonan.

Dalam makalah lokakarya pengembangan sistem RTH di perkotaan dalam

rangkaian acara hari bakti Pekerjaan Umum ke 60, Departemen Arsitektur

Lanskap Fakultas Pertanian IPB (2005) menyatakan bahwa berdasarkan bobot

kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasikan menjadi (a) bentuk RTH alami

(habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau RTH

binaan (pertanian kota, pertanaman kota, lapangan olah raga, pemakaman).

Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya, RTH diklasifikasikan menjadi (a)

bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor,

linear). Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya

diklasifikasikan menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan

pendidikan, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e)

RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olahraga, alamiah.

Page 23: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

10

2.4. Fungsi dan Manfaat Ruang terbuka Hijau

Pada dasarnya RTH dimaksudkan untuk menekan efek negatif yang

ditimbulkan lingkungan terbangun diperkotaan, seperti peningkatan temperatur

udara, penurunan tingkat peresapan air dan kelembaban udara, polusi dan lain

sebagainya. Vegetasi memiliki peranan sangat besar dalam kehidupan. Peranan

penghijauan kota sangat tergantung pada vegetasi yang ditanam. Dari berbagai

peranan vegetasi dan manfaat vegetasi, maka manfaat dan fungsi penghijauan atau

ruang terbuka hijau (RTH), adalah (Amir dalam Hendrawan, 2003):

a. Paru-paru kota: tanaman sebagai elemen hijau pada pertumbuhannya

menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan bagi makhluk

hidup untuk pernapasan.

b. Pengatur lingkungan (mikro): vegetasi akan menimbulkan lingkungan

setempat menjadi sejuk, nyaman, dan segar.

c. Pencipta lingkungan hidup: penghijauan dapat menciptakan ruang bagi

makhluk hidup di alam yang memungkinkan terjadinya interaksi secara

alamiah.

d. Penyeimbang alam (edapis): merupakan pembentukan tempat hidup

alami bagi satwa yang hidup disekitarnya.

e. Oro-hidrologi: pengendalian untuk penyediaan air tanah dan

pencegahan erosi.

f. Perlindungan bagi kondisi fisik alami sekitarnya: seperti angin kencang,

terik matahari, gas, atau debu.

g. Mengurangi polusi udara: vegetasi dapat menyerap polutan tertentu.

h. Vegetasi dapat menyaring debu dengan tajuk dan kerimbunan

dedaunannya.

i. Mengurangi polusi air: vegetasi dapat membantu membersihkan air.

j. Mengurangi polusi suara (kebisingan): vegetasi dapat menyerap suara.

k. Keindahan (estetika): unsur-unsur penghijauan yang direncanakan

dengan baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota.

l. Kesehatan: warna dan karakter tumbuhan dapat digunakan untuk terapi

mata dan jiwa.

Page 24: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

11

m. Nilai pendidikan: komunitas vegetasi yang ditanam dengan

keanekaragaman jenis dan karakter akan memberikan nilai ilmiah

sehingga sangat bermanfaat untuk pendidikan, seperti hutan kota adalah

laboratoriium alam.

n. Rekreasi dan pendidikan: jalur hijau dengan aneka vegetasi

mengandung nilai-nilai ilmiah.

o. Sosial, politik, dan ekonomi: tumbuhan mempunyai nilai sosial yang

tinggi.

p. Penghijauan perkotaan: menjadi indikator atau petunjuk bagi

lingkungan, kemungkinan ada hal-hal yang membahayakan yang terjadi

atas pertumbuhan dan perkembangan kota.

Menurut Hasni (2009), RTH memiliki berbagai fungsi seperti edaphis,

orologis, hidrologis, klimatologis, higienis, edukatif, estetis, dan sosial ekonomis.

Fungsi tersebut dapat dipenuhi oleh semua jenis RTH yang ada di perkotaan,

dengan pengertian sebagai berikut:

a. Fungsi edaphis yaitu sebagai tempat hidup satwa dan jasad renik

lainnya, dapat dipenuhi dengan penanaman pohon yang sesuai.

b. Fungsi hidro-orologis adalah perlindungan terhadap kelestarian tanah

dan air.

c. Fungsi klimatologis adalah terciptanya iklim mikro sebagai efek dari

proses fotosintesis dan respirasi tanaman.

d. Fungsi protektif: melindungi dari gangguan angin, bunyi, dan terik

matahari melalui kerapatan dan kerindangan pohon perdu dan semak.

e. Fungsi higienis adalah kemampuan RTH untuk mereduksi polutan baik

di udara maupun di air.

f. Fungsi edukatif adalah RTH bisa menjadi sumber pengetahuan

masyarakat tentang berbagai hal, misalnya macam dan jenis vegetasi,

asal muasalnya, nama ilmiahnya, manfaat serta khasiatnya.

g. Fungsi estetis adalah kemampuan RTH untuk menyumbangkan

keindahan pada lingkungan sekitarnya, baik melalui keindahan warna,

bentuk, kombinasi tekstur, bau-bauan ataupun bunyi dari satwa liar

yang menghuninya.

Page 25: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

12

h. Fungsi sosial ekonomis adalah RTH sebagai tempat berbagai kegiatan

sosial dan tidak menutup kemungkinan memiliki nilai ekonomi seperti

pedagang tanaman hias atau pedagang musiman seperti di lapangan

Gasibu di Bandung pada hari Minggu pagi.

Dalam penelitian Sancho (2005), disebutkan bahwa konsep alun-alun

sebagai ruang terbuka hijau yaitu ruang terbuka berupa taman kota yang selain

memiliki fungsi ekologi dan estetika juga berfungsi sebagai kawasan rekreasi dan

sosialisasi, tempat dimana orang dapat merasakan suasana aman dan damai

melalui suasana indah yang ditimbulkan.

Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu

subsistem dari sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun untuk

memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan menjadi

(Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2006):

1. Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberikan jaminan pengadaan

RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara, pengatur iklim

mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia

habitat satwa, penyerap polutan, dan penahan angin.

2. Fungsi sosial, ekonomi (produktif), dan budaya yang mampu

menggambarkan ekspresi budaya lokal. RTH merupakan media

komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan

penelitian.

3. Ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah,

dan berdaun indah, serta menjadi bagian dari usaha pertanian dan

kehutanan.

4. Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan

kota baik dari skala mikro maupun makro.

Peningkatan penutupan vegetasi akan memberikan pengaruh secara

signifikan terhadap penurunan suhu udara dalam taman dan sekitarnya apabila

pada taman tersebut terisi vegetasi yang rapat dan padat. Pada taman dengan

penutupan vegetasi yang minim tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan

suhu udara. Oleh karena itu, efektifitas taman menurunkan suhu udara bergantung

kepada dominasi elemen vegetasi yang ada pada taman dan sekitarnya. Semakin

Page 26: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

13

jauh jarak dari taman, suhu udara cenderung semakin tinggi, dan sebaliknya

(Harti, 2005).

2.5. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan

Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan

pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas

wilayah kota.

Menurut Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006), Ruang Terbuka

Hijau kota merupakan bagian dari wilayah perkotaan yang ditentukan berdasarkan

berbagai pertimbangan. Pertimbangan umum penentuan luas RTH antara lain

bahwa RTH antara kota dalam suatu hamparan kompak setidaknya mempunyai

luas 0,25 hektar, sedangkan proporsi minimal adalah 10% dari wilayah perkotaan

atau disesuaikan dengan kondisi setempat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/PRT/M/2008

Penyediaan RTH di wilayah perkotaan meliputi:

1. Penyediaan RTH berdasarkan Luas Wilayah

a) Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah

sebagai berikut:

ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan

RTH privat;

proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal

30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%

terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang

bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan

atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus

tetap dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin

keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan

keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat

Page 27: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

14

meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat,

serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

2. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu

Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau

pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian

sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi

perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak

terganggu.

RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur

hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan

setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan

RTH pengamanan sumber air baku/mata air.

3. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan

dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan

standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku seperti yang

tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

No Unit

Lingkungan Tipe RTH

Luas

minimal/unit (m

2)

Luas

minimal/ kapita (m

2)

Lokasi

1 250 jiwa Taman RT 250 1,0 Di tengah lingkungan

RT

2 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5 Di pusat kegiatan

RW

3 30.000 jiwa Taman

kelurahan 9.000 0,3

Dikelompokan

dengan sekolah/pusat kelurahan

4 120.000 jiwa Taman

kecamatan 24.000 0,2

Dikelompokan

dengan sekolah/pusat kecamatan

Pemakaman disesuaikan 1,2 Tersebar

5 480.000 jiwa Taman kota 144.000 0,3 Di pusat

wilayah/kota

Hutan kota disesuaikan 4,0

Di dalam/kawasan pinggiran

Untuk fungsi-

fungsi tertentu disesuaikan 12,5

Disesuaikan

kebutuhan Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008

Page 28: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

15

Dahlan dalam Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) menyatakan

bahwa penetapan luasan RTH (termasuk didalamnya Taman Hutan) kota yang

harus dibangun, ditetapkan sebagai berikut:

a. Berdasarkan proporsi luas kota, RTH dinyatakan menurut perkiraan

kasar (begitu saja mengikuti apa yang telah ada) diharapkan mencapai

luasan 10%, 20%, 25%, 30%, 40%, 50%, dan bahkan ada yang

menetapkan 60%, seperti kota Canberra, ibu kota Australia.

b. Berdasarkan jumlah penduduk, luas RTH kota di beberapa negara

ditentukan sebagai berikut : di Malaysia 1,9 m2 per penduduk dan

Jepang 5 m2 per penduduk. Dewan Kota Lancashire, Inggris

menetapkan 11,5 m2, Amerika 60 m

2, Jakarta mengusulkan taman

untuk bermain dan berolahraga 1,5 m2/penduduk.

c. Berdasarkan isu-isu penting, Luas RTH yang harus disediakan sebuah

kota yang kekurangan air bersih, ditetapkan berdasarkan pemenuhan

kebutuhan akan air.

d. Berdasarkan pendekatan kebutuhan oksigen, RTH kota yang harus

disediakan mengacu pada jumlah penduduk dan jumlah kendaraan

bermotor serta jumlah industri.

2.6. Pertumbuhan Penduduk dan Keterkaitannya Dengan Perubahan

Penggunaan Lahan

Fenomena peningkatan jumlah penduduk terus terjadi di sebagian besar

negara di dunia. Pada kondisi normal (tidak terjadi bencana alam) pertumbuhan

penduduk mengikuti pola eksponensial (kurva S). Pada awalnya pertumbuhan

penduduk akan terjadi secara lamban dan semakin meningkat dengan sangat cepat

secara eksponensial, yang pada akhirnya akan tercapai kondisi stabil (seimbang).

Keseimbangan terjadi jika laju kelahiran sama dengan laju kematian (Enger dan

Badly dalam Munibah et al., 2009). Peningkatan jumlah penduduk memiliki

konsekuensi terhadap perkembangan ekonomi yang menuntut kebutuhan lahan

untuk pemukiman, industri, infrastruktur dan jasa. Menurut Hartini et al. (2008),

perkembangan suatu wilayah akan selalu diikuti dengan adanya pertambahan

penduduk di wilayah tersebut.

Page 29: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

16

Menurut Munibah et al. (2009) jumlah penduduk akan berpengaruh

terhadap luas lahan permukiman dalam rangka pemenuhan kebutuhan tempat

tinggal (termasuk jasa) dan berpengaruh terhadap luas lahan pertanian dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pangan. Pertumbuhan penduduk akan

mempengaruhi pertambahan luas lahan permukiman. Verbist et al. (2004) dalam

penelitiannya mengenai alih guna lahan pada lanskap agroforestri berbasis kopi di

Sumatra menyebutkan bahwa faktor pendorong terjadinya alih guna lahan yang

termasuk faktor eksternal adalah pertumbuhan alami penduduk, migrasi, hujan,

dan harga pasar internasional.

Page 30: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Bekasi dan kegiatan analisis data dilakukan

di studio bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah

dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

dilakukan pada bulan Maret 2011-Januari 2012. Gambar 1 menunjukkan lokasi

penelitian ini.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Page 31: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

18

3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Alat Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder. Data primer terdiri dari citra QUICKBIRD Kota Bekasi tahun 2003 dan

2010 dalam bentuk digital yang diakses secara bebas melalui website

earth.google.com dan data survei lapang. Data sekunder meliputi data PODES

(Potensi Desa) Kota Bekasi Tahun 2003 dan 2006 dan beberapa peta penunjang

lainnya (Peta Administrasi Kota Bekasi, Peta RTRW, Peta RTH Kota Bekasi)

diperoleh dari BAPPEDA dan Dinas Tata Ruang Kota Bekasi. Data jumlah

penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi.

Citra QUICKBIRD yang digunakan adalah citra tahun 2003 dan 2010

karena diharapkan citra tersebut dapat mempresentasikan keadaan RTH tahun

2003 dan saat ini. Namun, data PODES yang digunakan adalah tahun 2003 dan

2006 karena data tahun ini adalah yang paling relevan dan dapat diperbandingkan.

Data PODES tahun 2006 diharapkan dapat mewakili keadaan pada PODES tahun

2008. Keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan teknik analisis data

tertera dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hubungan Antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, dan Teknik Analisis

No Tujuan Jenis data yang digunakan Sumber pengumpulan

data Teknik analisis data

1 Menganalisis laju

perubahan luas RTH

dan kecukupan

rasionya terhadap jumlah penduduk di

kota Bekasi.

Cita QUICKBIRD tahun

2003 dan 2010.

Peta administrasi kota

Bekasi.

Data jumlah penduduk

kota Bekasi dari tahun

1997-2010 (BPS Kota

Bekasi).

Website

earth.google.com

BAPPEDA Kota

Bekasi

BPS Kota Bekasi

Analisis spasial

(koreksi geometri,

digitasi citra)

Deskripsi tabel dan grafik

Analisis kecukupan

RTH terhadap

jumlah penduduk

berdasarkan

Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum

Nomor:

05/PRT/M/2008

2 Mengetahui laju

pertumbuhan

penduduk dan perkembangan

wilayah di kota

Bekasi.

Data jumlah penduduk

kota bekasi tahun 1997-

2009.

Data luas wilayah Kota

Bekasi.

Data fasilitas pendidikan,

fasilitas ekonomi, fasilitas

kesehatan dan fasilitas

sosial Kota Bekasi

(PODES).

BPS kota Bekasi

BAPPEDA Kota

Bekasi

Analisis skalogram

Deskripsi tabel dan

grafik

Page 32: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

19

Tabel 2. (Lanjutan)

3 Menganalisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi perubahan luas

RTH.

Data hasil analisis tujuan

1.

Laju kepadatan penduduk.

Laju jumlah penduduk.

Data fasilitas

pendidikan, fasilitas

ekonomi, fasilitas

kesehatan, fasilitas sosial

Kota Bekasi, dan

aksesibilitas ke pusat

pemerintahan (PODES).

BAPPEDA Kota

Bekasi

BPS Kota Bekasi

Analisis regresi

berganda

4 Mengidentifikasi

areal yang

berpotensi untuk di jadikan RTH.

Citra QUICKBIRD

2010.

Peta penggunaan lahan (2010).

Peta RTRW kota Bekasi.

BAPPEDA Kota

Bekasi

Analisis spasial

(Digitasi citra

QUICKBIRD 2010)

5 Menyusun upaya

penambahan RTH di

Kota Bekasi.

RPJMD 2008-2013,

RTRW, Laporan

penyusunan rencana

induk penataan,

pengelolaan, dan

pengendalian RTH Kota

Bekasi.

Website:

bekasikota.go.id

BAPPEDA Kota

Bekasi

Dinas Tata Ruang

dan Permukiman

Kota Bekasi

Analisis SWOT

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

perangkat lunak yaitu Arc GIS 9.3, ArcView GIS 3.3, Microsoft Office 2007,

Statistica 8.0 serta kamera digital, dan GPS.

3.3. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam lima tahapan, yaitu 1) Persiapan,

2) Pengumpulan Data, 3) Survei Lapang, 4) Analisis dan Interpretasi Data, 5)

Penyusunan skripsi

3.3.1. Persiapan

Pada tahapan ini dilakukan studi pustaka yang berkaitan dengan topik

penelitian dan penyelesaian perizinan untuk pengambilan data. Data penunjang

yang digunakan adalah: buku teks, berbagai jurnal atau artikel ilmiah, dan

prosiding seminar yang terkait dengan tujuan penelitian.

Page 33: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

20

3.3.2. Pengumpulan Data

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data di lapangan dan instansi

terkait yang dibutuhkan untuk penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data

spasial, data numerik, dan data pendukung hasil survai lapang. Data spasial

berupa peta RTRW, citra QUICKBIRD, Peta Administrasi Kota Bekasi, dan Peta

penggunaan lahan. Data numerik berupa data-data statistik meliputi data

demografi/jumlah penduduk, dan data jumlah fasilitas (PODES).

3.3.3. Survei Lapang

Survei lapang meliputi pengamatan penggunaan lahan berupa RTH di

Kota Bekasi dan wawancara dengan penduduk (responden) menggunakan

kuesioner tentang riwayat penggunaan lahan di beberapa titik contoh terpilih.

Pemilihan titik-titik contoh didasarkan pada perubahan penggunaan lahan RTH

menjadi penggunaan lahan lain atau sebaliknya dengan luasan relatif besar.

3.3.4. Analisis dan Interpretasi Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis spasial, deskripsi grafik

dan tabel, teknik pendugaan perubahan, analisis skalogram, analisis regresi

berganda dengan metode forward stepwise regression, dan analisis kecukupan

RTH berdasarkan jumlah penduduk sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum no 5 tahun 2008, dan analisis SWOT.

3.3.4.1. Penentuan Laju Perubahan Luas RTH dan Kecukupan RTH

Terhadap Jumlah Penduduk di Kota Bekasi

Laju perubahan RTH dapat diperoleh dengan melakukan analisis spasial

pada citra QUICKBIRD tahun 2003 dan 2010 yang meliputi proses koreksi

geometrik, proses digitasi visual secara on screen, dan overlay untuk

mendapatkan matrix transisi. Kecukupan RTH terhadap jumlah penduduk di Kota

Bekasi diperoleh dari analisis ketercukupan RTH berdasarkan jumlah penduduk

dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

05/PRT/M/2008.

Page 34: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

21

Analisis Spasial

Proses analisis spasial meliputi proses koreksi geometrik dan proses

digitasi pada citra QUICKBIRD Kota Bekasi dan peta-peta yang dibutuhkan

dengan menggunakan Arc GIS 9.3. Koreksi geometrik bertujuan untuk merujuk

citra QUICKBIRD tersebut pada peta dasar yang telah terkoreksi secara

geometrik sehingga diperoleh citra yang sama atau mirip dengan geometri di bumi

yang sebenarnya. Proses koreksi geometrik tersebut meliputi penentuan titik-titik

kontrol tanah; penentuan sistem referensi koordinat, datum, dan jenis

transformasi; serta proses rektifikasi (Wikantika dan Agus, 2006).

Citra QUICKBIRD 2003 dan 2010 yang telah dikoreksi kemudian

diinterpretasi secara visual berdasarkan kenampakan penutupan lahan khususnya

kenampakan RTH. Proses interpretasi ini disebut dengan interpretasi secara

manual. Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh

yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan.

Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan pada sembilan unsur interpretasi

yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi, dan

konvergensi bukti (Lillesand dan Kiefer, 1990). Digitasi dilakukan secara on

screen menggunakan Arc GIS 9.3 sehingga menghasilkan peta RTH tahun 2003

dan 2010. Digitasi on screen merupakan proses pengubahan data grafis digital

dalam struktur data vektor yang disimpan dalam bentuk point, line, atau, area.

Interpretasi kenampakan RTH pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. RTH jalur hijau jalan.

Karakteristik visual: berwarna hijau, memanjang membentuk jalur atau

berbentuk pulau dengan pola teratur, berasosiasi dengan jalan kota dan

jalan tol.

b. RTH sempadan sungai

Karakteristik visual: berwarna hijau, bentuknya seperti jalur memanjang

mengikuti pola sungai yang berkelok-kelok, berasosiasi dengan sungai,

dan tekstur agak kasar

c. RTH olahraga

Karakteristik visual: berwarna hijau, berbentuk mengelompok dan

berasosiasi dengan lapangan olahraga.

Page 35: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

22

d. RTH tempat pemakaman umum

Karakteristik visual: berbentuk mengelompok, berasosiasi dengan vegetasi

berwarna hijau hijau, terdapat titik-titik berwarna putih (nisan), pola tidak

teratur, dan tekstur agak kasar.

e. RTH Taman

Karakteristik visual: berwarna hijau, berbentuk mengelompok dengan

luasan tertentu, dan teratur, terletak di tengah kota.

f. RTH privat.

Karakteristik visual: berwarna hijau, bentuknya tidak beraturan,

berasosiasi dengan bangunan/permukiman, dan polanya tidak teratur.

Hasil digitasi dari kedua citra tersebut akan menghasilkan data mengenai

luas RTH tahun 2003, luas RTH tahun 2010, dan perubahan luas RTH selama

periode 2003-2010. Untuk memperoleh matrix transisi, dilakukan proses tumpang

tindih (overlay) dengaan peta-peta yang dibutuhkan. Dari hasil matriks ini akan

diperoleh hasil yang kemudian digunakan sebagai data analisis selanjutnya.

Analisis Kecukupan RTH terhadap Jumlah Penduduk Berdasarkan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008

Luas RTH yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk,

yaitu dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk dengan standar luas

RTH per penduduk. Kebutuhan RTH kota berdasarkan jumlah penduduk

ditetapkan berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan

Perkotaan, yaitu dengan total 20 m2/penduduk sebagaimana tertera pada Tabel 1

pada Bab Tinjauan Pustaka. Persamaan untuk menentukan luas RTH berdasarkan

jumlah penduduk adalah sebagai berikut:

𝐑𝐓𝐇 𝐩𝐢 = 𝐏𝐢 × 𝐤 ...... m2/orang

Keterangan:

k = Nilai ketentuan luas RTH per penduduk berdasarkan Permen PU no

05/PRT/M/2008.

Pi = Jumlah penduduk pada wilayah i.

Page 36: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

23

3.3.4.2. Penetuan Laju Pertumbuhan Penduduk dan Perkembangan

Wilayah di Kota Bekasi

Laju pertumbuhan penduduk diperoleh dengan melakukan analisis

pendugaan perubahan dan analisis deskripsi dan tabel sedangkan perkembangan

wilayah Kota Bekasi di perolah dengan melakukan analisis skalogram sederhana.

Analisis Skalogram

Metode ini digunakan untuk mengetahui hirarki pusat-pusat

pengembangan dan sarana/prasarana pembangunan yang ada di suatu wilayah.

Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan tersebut didasarkan

pada jumlah jenis dan jumlah unit sarana dan prasana pembangunan dan fasilitas

pelayanan sosial ekonomi yang tersedia. Metode ini memberikan hirarki yang

lebih tinggi pada wilayah yang mempunyai perkembangan lebih maju, yaitu yang

memiliki jumlah jenis dan jumlah unit sarana/prasarana pembangunan yang lebih

banyak. Metode ini lebih menekankan kriteria kuantitatif dibandingkan kriteria

kualitatif yang menyangkut derajat fungsi sarana/prasarana pembangunan,

distribusi penduduk, dan jangkauan pelayanan sarana prasarana pembangunan.

Penentuan tingkat perkembangan wilayah dibagi menjadi tiga, yaitu:

Hirarki I, jika perkembangan wilayah ke-j ≥ (rataan jumlah jenis

fasilitas wilayah ke -j+ simpangan baku jumlah jenis fasilitas ke-j).

Hirarki II, jika rataan jumlah jenis fasilitas wilayah ke-

j<=perkembangan wilayah ke-j<( rataan jumlah jenis fasilitas wilayah

ke -j+ simpangan baku jumlah jenis fasilitas ke-j).

Hirarki III, jika perkembangan wilayah ke-j < rataan jumlah jenis

fasilitas wilayah ke-j.

Data yang digunakan dalam analisis skalogram sederhana ini adalah data

fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas sosial

sebagaimana tertera dalam Tabel 3.

Page 37: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

24

Tabel 3. Variabel-variabel Analisis Skalogram Sederhana

No Jenis fasilitas Variabel Jumlah

1 Fasilitas pendidikan

Jumlah TK

6

Jumlah SD

Jumlah SLTP

Jumlah SMU

Jumlah SMK

Jumlah PT

2 Fasilitas ekonomi

Jumlah Wartel

9

Jumlah Warnet

Jumlah Toko

Jumlah Supermarket

Jumlah tempat makan

Jumlah Penginapan

Jumlah Industri Kerajinan

Jumlah Bank Umum

Jumlah Koperasi

3 Fasilitas kesehatan

Jumlah Rumah Sakit

9

Jumlah RSB

Jumlah Poliklinik

Jumlah Puskesmas

Jumlah Puskesmas Pembantu

Jumlah Posyandu

Jumlah Apotik

Jumlah Tempat Praktek Dokter

Jumlah Tempat Praktek Bidan

4 Fasilitas sosial Jumlah Tempat Peribadatan 1

Jumlah Variabel 25

Teknik Pendugaan Perubahan

Perubahan secara sistematis dapat diduga dari fungsi pertumbuhan dan

peluruhan. Teknik ini dapat digunakan untuk menduga pertumbuhan ataupun

peluruhan seiring dengan waktu, ukuran atau jarak dari posisi referensi. Rumus

matematis dari teknik pendugaan perubahan adalah:

𝐏𝐞𝐫𝐭𝐮𝐦𝐛𝐮𝐡𝐚𝐧 = 𝑿𝒕ı − 𝑿𝒕𝒐

𝑿𝒕𝐨

Xto = nilai variabel tahun awal

Xt1 = nilai variabel tahun akhir

Page 38: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

25

Deskripsi Grafik dan Tabel

Analisis ini merupakan penjabaran data secara deskriptif melaui tabel atau

pun grafik. Melalui metode ini dapat diketahui keadaan wilayah, pola perubahan

ruang terbuka hijau, laju hubungan peluruhan/pertumbuhan ruang terbuka hijau,

laju pertumbuhan penduduk, dan kecukupan RTH kota dengan jumlah penduduk.

3.3.4.3. Menganalisis Faktor-faktor Penentu Perubahan Luas RTH

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH yang terjadi di

Kota Bekasi dilakukan melalui analisis regresi berganda dengan metode forward

stepwise regression. Analisis ini dipilih karena terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

luas RTH. Metode forward stepwise regression dipilih karena jumlah yang

digunakan banyak dan berpeluang asumsi tidak saling berkorelasinya antar

vaiabel bebas tidak akan dapat dipenuhi.

Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk

menganalisis hubungan antara variabel tujuan (dependent variable) dengan

bebrapa variabel penduga (independent variable). Sasaran dari metode regresi

berganda adalah penggunaan variabel penduga untuk memprediksi variabel

tujuan. Dengan kata lain analisis regrasi berganda digunakan untuk menduga nilai

suatu parameter regresi berdasarkan data yang diamati. Model yang dihasilkan

dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsi-asumsi berikut dapat

dipenuhi:

a. E (ei) = 0 untuk setiap i; dimana i = 1,2,...,n; artinya rata-rata galat adalah

nol

b. Kov (ei,ej) = 0, i ≠ j, artinya kovarian pengamatan ke-i dan ke-j = 0,

dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat pengamatan yang satu

dengan yang lain.

c. Var (ei2) = σ

2; untuk setiap i dimana i = 1,2,...,n; artinya setiap galat

pengamatan memiliki ragam yang sama.

Page 39: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

26

d. Kov (ei,x1i) = Kov (ei,x2

i) = 0; artinya kovarian setiap galat pengamatan

dengan setiap variabel bebas yang tercakup dalam persamaan linier

berganda sama dengan nol.

e. Tidak ada multikolinearitas; artinya tidak ada hubungan linier yang eksak

antara variabel-variabel penjelas, atau variabel penjelas harus saling bebas.

f. Ei ≈ N (0;σ), galat pengamatan menyebar normal dengan rata-rata nol dan

ragam σ2.

Persamaan (model) yang akan dihasilkan adalah:

Y = A0+A1X1+.............+AnXn

Dimana:

Y = Luas perubahan RTH 2003-2010 (ha)

X = Variabel bebas sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.

A = Koefisien variabel

Tabel 4. Variabel Bebas Pada Analisis Regresi Berganda

No Variabel bebas No Variabel bebas

1 Perubahan jumlah penduduk 2003-

2009 (jiwa)

11 Jarak ke fasilitas kesehatan (km)

2 Perubahan jumlah fasilitas pendidikan

(unit)

12 Jarak ke fasilitas sosial (km)

3 Perubahan jumlah fasilitas ekonomi

(unit)

13 Alokasi rth dalam RTRW (ha)

4 Perubahan jumlah fasilitas kesehatan

(unit)

14 Luas RTH tahun 2003 (ha)

5 Perubahan jumlah fasilitas sosial (unit) 15 *Dummy1 (hirarki)

6 Jarak ke kecamatan yang membawahi

(km)

16 *Dummy2 (hirarki)

7 Jarak ke pusat kota (km) 17 Perubahan luas lahan terbangun 2003-

2010 (ha)

8 Jarak terdekat ke kota lain (km) 18 Perubahan luas lahan kosong 2003-

2010 (ha)

9 Jarak ke fasilitas pendidikan (km) 19 Luas Lahan terbangun tahun 2003 (ha)

10 Jarak ke fasilitas ekonomi (km) 20 Luas lahan kosong tahun 2003 (ha)

Keterangan: *= hirarki wilayah: hirarki 1 (dummy 1=0, dummy 2=1); hirarki 2 (dummy 1=1, dummy 2=0); hirarki 3 (dummy 1=1, dummy 2=1).

Dalam analisis regresi berganda ini diasumsikan bahwa Kota Bekasi tidak

mengalami pemekaran sehingga unit analisis ini memakai 10 kecamatan

sebagaimana kondisi administratif Kota Bekasi sebelum adanya pemekaran.

Page 40: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

27

3.3.4.4. Mengidentifikasi Areal Yang Berpotensi Untuk RTH

Mengidentifikasi areal yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi RTH

dilakukan dengan analisis spasial, yaitu melalui proses digitasi visual secara on

screen pada citra QUICKBIRD 2010 berdasarkan kondisi eksisting penggunaaan

lahan Kota Bekasi berupa lahan kosong yang mempunyai luasan cukup besar.

Proses digitasi tersebut juga didasarkan pada peta penggunaan lahan 2010 untuk

menghindari kemungkinan kesalahan interpretasi. Hasil dari digitasi tersebut

berupa peta arahan areal pertambahan RTH. Peta arahan areal pertambahan RTH

tersebut kemudian di overlay dengan peta administrasi wilayah Kota Bekasi

sehingga dihasilkan luasan areal arahan pertambahan RTH per kecamatan.

Luas areal arahan pertambahan RTH per kecamatan yang diperoleh dari

hasil digitasi kemudian dijumlahkan dengan RTH eksisting tahun 2010 untuk

dihubungkan dengan luas kebutuhan RTH tahun berdasarkan jumlah penduduk

tahun 2010. Dari hubungan tersebut dapat diketahui apakah luas areal

pertambahan RTH tersebut dapat memenuhi kebutuhan RTH berdasarkan jumlah

penduduk atau tidak. Perhitungan ini dilakukan dengan analisis deskripsi grafik

dan tabel.

3.3.4.5. Menyusun Upaya Penambahan RTH di Kota Bekasi

Untuk menyusun upaya-upaya penambahan RTH yang tepat, maka dalam

penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Dalam analisis SWOT ini dilakukan

identifikasi faktor internal dan dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap

pengadaan dan pengelolaan RTH di Kota Bekasi.

Analisis SWOT

Penyusunan upaya-upaya penambahan RTH di kota Bekasi dilakukan

berdasarkan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk

merumuskan strategi yang tepat. Analisis didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan Peluang (Opportunities), namun secara

bersamaan meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).

Perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis (kekuatan,

Page 41: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

28

kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi saat ini yang disebut dengan

analisis situasi (Iskandarini, 2004). Berdasarkan analisis situasi akan terbentuk

matrix yang menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Matriks SWOT

Internal

Eksternal

Strengths (S) Weakness (W)

Tentukan faktor-faktor

kekuatan internal

Tentukan faktor-faktor

kelemahan internal

Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO

Tentukan faktor-faktor

peluang eksternal

Strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

Strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan peluang

Threats (T) Strategi ST Strategi WT

Tentukan faktor-faktor

ancaman eksternal

Strategi yang menggunakan

kekuatan untuk mengatasi

ancaman

Strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari

ancaman

Strategi SO

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya

Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi

ancaman

Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi WT

Strategi ini didasarkan ppada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3.3.5. Penyusunan skripsi

Penyusunan skripsi dilakukan dengan menggunakan hasil analisis data dan

interpretasinya serta data-data dan informasi-informasi pendukung lainnya

Page 42: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

BAB IV

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Sejarah Kota Bekasi

Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten

Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Kecamatan Bekasi yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi

mempunyai perkembangan yang pesat. Pesatnya perkembangan Kabupaten

Bekasi menuntut adanya pemekaran Kecamatan Bekasi menjadi Kota

Administratif Bekasi. Pembentukan Kota Administratif ini di tuangkan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahin 1981. Pada awal pembentukan ini Kota

Administratif Bekasi hanya terdiri dari 4 kecamatan, yaitu kecamatan Bekasi

Timur, Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Utara, dan Kecamatan Bekasi

Selatan yang meliputi 18 kelurahan dan 8 desa. Peresmian Kota Administratif

Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April 1982 dengan

walikota pertama adalah H. Soedjono.

Pada perkembangannya, Kota Administratif Bekasi mengalami

Perkembangan yang cukup pesat. Oleh karena itu, status Kota Administratif

Bekasi diubah menjadi Kotamadya (Kota) Bekasi. Hal ini diatur dalam Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 1996 (http://bekasikota.go.id).

4.2. Wilayah Administrasi

Sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 4 tahun 2004 tentang

pembentukan wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi

terbagi atas 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. Sebelum mengalami

pemekaran pada tahun 2005, Kota Bekasi memiliki 10 kecamatan yang terdiri dari

52 kelurahan. Kota Bekasi mempunyai luas wilayah sekitar 210,49 km2, dengan

Kecamatan Mustika Jaya sebagai wilayah yang terluas (24,73 km2) sedangkan

Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13,49 km2). Wilayah

administrasi Kota Bekasi sebelum dan setelah mengalami pemekaran tertera pada

Gambar 2 (a) dan Gambar 2 (b).

Page 43: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

30

Batas-batas wilayah administrasi wilayah kota bekasi adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi

Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor

Sebelah Barat : Kota Jakarta Timur

Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

(a) (b)

Gambar 2. Wilayah Administrasi Kota Bekasi Sebelum (a) dan Setelah Pemekaran (b)

4.3. Kondisi Geografis

Secara geografi Kota Bekasi berada pada posisi 106055‟ Bujur Timur dan

607‟-6

015‟ Lintang Selatan, dengan ketinggian 19 m di atas permukaan laut.

Letak Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi kota Bekasi

terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan

sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi menjadi salah satu daerah

penyeimbang DKI Jakarta (BAPPEDA Kota Bekasi, 2010).

Page 44: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

31

4.4. Topografi

Wilayah Kota Bekasi terletak pada ketinggian rata-rata kurang 25 m di

atas permukaan air laut. Ketinggian kurang dari 25 meter berada pada Kecamatan

Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, dan Pondok Gede, sedangkan

ketinggian antara 25-100 meter di atas permukaan air laut berada di Kecamatan

Bantargebang, Jatiasih dan Jatisampurna (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005).

4.5. Iklim

Sepanjang tahun 2009 keadaan di Kota Bekasi cenderung panas, curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari yaitu masing-masing

tercatat 311 mm dan 302 mm dengan hari hujan masing-masing 10 hari. Jumlah

hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 0 mm, dengan kata lain tidak ada

hari hujan sama sekali. Jumlah curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2009

adalah 1.518 mm (BAPPEDA Kota Bekasi, 2010).

4.6. Morfologi

Keadaan morfologi wilayah Kota Bekasi umumnya relatif datar dengan

kemiringan lahan bervariasi antara 0-2%. Wilayah Kota Bekasi tidak terdapat

bukit dan secara keseluruhan kondisi morfologi lahannya adalah datar yang

menyebar pada seluruh wilayah kecamatan di Kota Bekasi (BAPPEDA Kota

Bekasi, 2005).

4.7. Hidrologi

Wilayah Kota Bekasi dialiri 3 (tiga) sungai utama yaitu Sungai Cakung,

Sungai Bekasi dan Sungai Sunter, beserta anak-anak sungainya. Sungai Bekasi

mempunyai hulu di Sungai Cikeas yang berasal dari gunung dengan ketinggian

kurang lebih 1.500 meter dari permukaan air laut.

Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi meliputi sungai/kali

Bekasi dan beberapa sungai/kali kecil serta saluran irigasi Tarum Barat yang

selain digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi

kebutuhan air minum wilayah Bekasi (kota dan kabupaten) dan wilayah DKI

Jakarta. Kondisi air permukaan kali Bekasi saat ini tercemar oleh limbah industri

Page 45: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

32

yang terdapat di bagian selatan wilayah Kota Bekasi (industri di wilayah

Kabupaten Bogor).

Kondisi air tanah di wilayah Kota Bekasi sebagian cukup potensial untuk

digunakan sebagai sumber air bersih terutama di wilayah selatan Kota Bekasi,

tetapi untuk daerah yang berada di sekitar TPA Bantargebang kondisi air tanahnya

kemungkinan besar sudah tercemar. Kondisi air tanah yang terdapat di Bekasi

Timur sebagian mengandung zat besi (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005).

4.8. Jenis Tanah dan Geologi

Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene

volcanik facies. Struktur aluvium menempati sebagian kecil wilayah Kota Bekasi

bagian utara sedangkan struktur miocene sedimentary facies terdapat di bagian

timur wilayah Kota Bekasi sepanjang perbatasan dengan DKI Jakarta.

Kedalaman efektif tanah sebagian besar di atas 91 cm. Jenis tanah latosol

dan aluvial, serta tekstur tanah didominasi tekstur sedang dan halus. Komposisi

perbandingan berdasarkan luasnya adalah: tekstur halus seluas 17.260 ha (82%),

tekstur sedang seluas 3.368 ha (16%) dan tekstur kasar seluas 421 ha (2%)

(BAPPEDA Kota Bekasi, 2005).

4.9. Kondisi Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk

kota Bekasi angka sementara adalah 2.336.498 orang, yang terdiri1.182.496 laki-

laki dan 1.153.993 perempuan. Penyebaran penduduk kota Bekasi masih di

dominasi di empat kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu

Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 310.198 orang (13,28%), Bekasi Barat

sebanyak 270.569 orang (11,58%), Bekasi Timur sebanyak 248.046 orang

(10,62%), dan Kecamatan Pondok Gede sebanyak 246.413 orang (10,55%).

Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Bekasi adalah sebesar

102, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 2% lebih banyak dibandingkan

jumlah penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 210,49 km2 yang didiami oleh

2.336.489 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Bekasi adalah

sebesar 11.100 jiwa per km2. Wilayah yang paling padat penduduknya adalah

Page 46: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

33

Kecamatan Bekasi Timur dimana Kepadatannya mencapai 18.387 jiwa per km2

pada tahun 2010, sedangkan yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah

kecamatan Bantargebang yaitu 5.631 jiwa per km2 (BPS Kota Bekasi, 2010).

Upaya perbaikan di bidang pendidikan dilakukan melalui pengadaan

sarana dan prasarana serta menyelenggarakan berbagai program pendidikan untuk

meningkatkan kualitas guru. Jumlah sekolah dan guru bertambah tiap tahunnya.

Data terakhir tercatat terdapat 773 SD/MI dengan jumlah guru 6.542 orang, 292

SLTP/MTs dengan jumlah guru 5.734 orang, 123 SMU/MA dengan jumlah guru

3.240 orang, dan 91 SMK dengan jumlah guru 1.922 orang.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja pun

turut meningkat. Berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota

Bekasi, jumlah pencari kerja terdaftar pada tahun 2008 sebesar 42.376 orang

sedangkan pada tahun 2009 sebesar 45.316 orang. Sebagian besar pekerja tersebut

adalah mereka yang berpendidikan SLTA yaitu 28.311 orang dan

Akademi/Universitas sekitar 14.968 orang (Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi,

2010).

Sektor industri masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi

terbesar terhadap pendapatan daerah Kota Bekasi. Pada tahun 2009 jumlah

perusahaan Industri Besar dan Sedang di Kota Bekasi berjumlah 221. Secara

keseluruhan jumlah pekerja di sektor Industri Besar dan Sedang berjumlah 52.669

orang pada tahun 2009, dengan jumlah tenaga kerja di sub sektor Industri

makanan dan minuman menempati jumlah pekerja tertinggi yaitu 8.910 pekerja

(Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, 2010).

Dilihat dari struktur penduduk menurut mata pencaharian di Kota Bekasi,

dapat diidentifikasikan jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2000 adalah

sebesar 710.741 jiwa atau 42,72% dari jumlah penduduk Kota Bekasi. Pada tahun

2004 mengalami pengurangan yaitu sebesar 651.090 jiwa atau 34,01% dari

jumlah penduduk Kota Bekasi. Jika dilihat dari jenis pekerjaannya pada tahun

2004 maka sektor yang banyak menyerap pekerjaan adalah industri pengolahan

yaitu 193.822 jiwa atau 29,77% diikuti dengan jasa-jasa 151.324 (23,24%),

perdagangan, hotel, dan restoran 127.866 (19,64), dan pengangkutan 86.488

Page 47: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

34

(13,28), sedangkan sisanya seperti pertanian, pertambangan, bangunan, bank,

mempunyai proporsi yang kecil (dibawah 5%).

4.10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi (2000-2010)

Secara umum, pengembangan kawasan terbangun di Kota Bekasi

diarahkan untuk menarik perkembangan fisik kota ke bagian Selatan yang selama

ini belum terbangun sehingga dapat mewadahi kegiatan-kegiatan fungsional kota

yang akan dikembangkan, baik perumahan, perdagangan dan jasa serta industri.

Pada bagian Utara (dari jalan tol Jakarta-Cikampek) lebih merupakan pemantapan

terhadap fungsi-fungsi yang telah ada.

Pengembangan struktur tata ruang Kota Bekasi diarahkan terbentuknya

empat wilayah pengembangan (WP) atau bagian wilayah kota (BWK), yaitu:

BWK Pusat kota (Bekasi Timur, Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Utara),

BWK Pondok Gede (Pondok Gede dan Jati Asih), BWK Bantar Gebang (Bantar

Gebang dan sekitarnya), BWK Jati Sampurna (Jati Sampurna).

Secara umum pengembangan perumahan di Kota Bekasi diarahkan pada

terbentuknya kawasan-kawasan perumahan baru yang didasarkan pada intensitas

pemanfaatan lahannya. Perumahan kepadatan tinggi dikembangkan terutama di

BWK Pusat Kota dan sebagian BWK Pondok Gede yang selama ini sudah

Berkembang. Perumahan Kepadatan sedang dikembangkan di sebagian BWK

Pondok Gede, sebagian BWK Bantar Gebang, dan sebagian BWK Jati Sampurna.

Perumahan Kepadatan rendah dikembangkan di sebagian BWK Bantar Gebang

dan sebagian BWK Jati Sampurna.

Secara spasial, pemanfaatan ruang kawasan terbangun di Kota Bekasi

yang dikembangkan pada masa yang akan datang mempunyai pola pemanfaatan

ruang yang berbeda yaitu:

1. Pola perkembangan linear (koridor) Barat-Timur pada BWK Pusat

Kota dan BWK Pondokgede dengan intensitas pemanfaatan ruang

yang makin tinggi ke Pusat Kegiatan Kota yang selama ini telah

berkembang. Pola pemanfaatan ruang pada kawasan ini menjadi

kesatuan yang tak terpisahkan dari perkembangan poros barat-timur

dalam wilayah Jabotabek, yang menjadikan jaringan jalan arteri

Page 48: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

35

primer yang menghubungkan Pusat Kota Bekasi dengan DKI Jakarta

dan Pusat Kota Bekasi dengan Cikarang sebagai porosnya.

2. Pola linear Utara-Selatan diterapkan pada BWK Bantar Gebang dan

Jati Sampurna. Dalam hal ini jaringan jalan kolektor yang ada pada

kedua BWK tersebut merupakan poros perkembangan kawasan

terbangun kota. Di BWK Jatisampurna (koridor Pondokgede-

Jatisampurna), kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan sejalan

dengan pengembangan kawasan-kawasan perumahan baru yang

menggunakan koridor tersebut sebagai akses utamanya. Di BWK

Bantar Gebang, kegiatan industri akan menjadi penarik perkembangan

linear pada koridor Selatan tersebut yang diikuti oleh perdagangan dan

jasa untuk melayani kebutuhan lokal kawasan-kawasan perumahan

yang dikembangkan di sekitarnya.

Pola pemanfaatan ruang kawasan/ruang terbuka hijau di Kota Bekasi

ditujukan untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman,

segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan, serta

menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna

untuk kepentingan masyarakat. Kawasan hijau pertamanan kota

pengembangannya diarahkan secara tersebar dikaitkan dengan peruntukan pada

kawasan terbangun kota sehingga tercipta keserasian dan keseimbangan

lingkungan. Kawasan hijau rekreasi dan olahraga (lapangan olah raga)

pengembangannya diarahkan tersebar sesuai dengan jenis dan skala pelayanannya.

Kawasan hijau pemakaman pengembangannya diarahkan pada bagian Selatan

kota (BWK Bantar Gebang dan Jati Sampurna). Kawasan hijau jalur hijau

pengembangannya diarahkan sepanjang jalur sungai (berfungsi sebagai garis

sempadan sungai) jalan utama kota dan jalur rel kereta api. Kawasan hijau

pekarangan pengembangannya diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan

sedang dan perumahan berkepadatan rendah (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005).

Page 49: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Laju Perubahan RTH Kota Bekasi Tahun 2003-2010

Laju perubahan RTH di Kota Bekasi dianalisis berdasarkan hasil digitasi

Citra QUICKBIRD 2003 dan 2010. Tabel 6 menunjukkan dinamika perubahan

luas RTH di Kota Bekasi tahun 2003-2010.

Tabel 6. Dinamika Perubahan Luas RTH di Kota Bekasi Tahun 2003-2010

Kecamatan RTH

2003

(ha) %

RTH

2010

(ha) %

Luas

Perubahan

RTH (ha)

Laju Perubahan RTH 2003-

2007 (per

tahun)

Bekasi Barat 143,38 4,68 106,50 4,18 -36,88 -0,04 Bekasi Selatan 173,35 5,66 139,80 5,49 -33,54 -0,03 Bekasi Timur 107,17 3,50 97,30 3,82 -9,87 -0,01 Bekasi Utara 110,57 3,61 90,74 3,56 -19,83 -0,03 Jati Asih 540,85 17,66 411,84 16,17 -129,01 -0,03 Medan Satria 64,20 2,10 67,12 2,63 2,92 0,01 Rawalumbu 193,10 6,31 174,75 6,86 -18,35 -0,01 Jati Sampurna 475,84 15,54 321,90 12,64

Pondok Gede 258,67 8,45 105,92 4,16 **-179,87 **-0,03 Pondok Melati * * 126,82 4,98

Bantar Gebang 995,51 32,51 366,58 14,39 ***-90,61 ***-0,01 Mustika Jaya * * 538,32 21,13

Jumlah 3062,64 100,00 2547,59 100,00 -515,05 -0,02

Keterangan: *=kecamatan pemekaran dari kecamatan urutan sebelumnya; **=dihitung dari penjumlahan Kecamatan Jati Sampurna, Pondok Gede, dan Pondok Melati; ***=dihitung dari penjumlahan Kecamatan Bantar Gebang dan Mustika Jaya.

Pada tahun 2003, luasan RTH di Kota Bekasi sebesar 3.062,64 ha,

sedangkan luasan RTH pada tahun 2010 sebesar 2.547,59 ha. Terjadi penurunan

luas RTH di Kota Bekasi selama tahun 2003 hingga 2010 sebesar 515,05 ha.

Penurunan luas RTH ini salah satunya disebabkan oleh peningkatan jumlah

penduduk sehingga lahan-lahan RTH privat terutama lahan-lahan kebun campuran

milik warga digunakan untuk pembangunan perumahan. RTH publik yang berupa

jalur hijau jalan, taman, dan jalur hijau sempadan sungai luasannya bertambah

namun dengan luasan relatif kecil sehingga tidak mampu mengkompensasi

penurunan luasan RTH privat yang telah terpakai.

Laju perubahan RTH Kota Bekasi dari tahun 2003 hingga 2010 negatif

sebesar -2% tiap tahunnya. Dari nilai tersebut diketahui bahwa dari tahun 2003

Page 50: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

37

hingga 2010 telah terjadi penurunan luas RTH setiap tahun. Kecamatan yang

mengalami laju pengurangan RTH paling tinggi setiap tahunnya adalah

Kecamatan Bekasi Barat (-4%). Hal ini diduga karena Kecamatan Bekasi Barat

mempunyai pekembangan wilayah yang cepat karena kecamatan ini merupakan

salah satu pusat kegiatan kota sehingga lahan RTH juga cepat terkonversi menjadi

penggunaan lain. Kecamatan Medan Satria memiliki laju perubahan RTH bernilai

positif yaitu 1% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan tersebut

mengalami peningkatan luasan RTH. Peningkatan luasan RTH di Medan Satria

terjadi karena terbangunnya Banjir Kanal Timur (BKT), sehingga di sekitar BKT

difungsikan sebagai RTH. Untuk mengkonsistenkan satuan di wilayah yang

mengalami pemekaran pada tahun 2004, maka di wilayah pemekaran tersebut

perhitungan laju perubahan luas RTH disatukan. Pada gabungan Kecamatan

Pondok Gede, Pondok Melati, dan Jati Sampurna, laju perubahan RTH yang

terjadi negatif sebesar -3% per tahun. Laju penurunan RTH tersebut terjadi karena

perubahan penggunaan lahan RTH terutama RTH privat milik warga menjadi

jalan tol. Laju perubahan RTH di Bantar Gebang dan Mustika Jaya juga dihitung

secara bersama menghasilkan laju perubahan RTH sebesar -1% per tahun.

Pada tahun 2003 kecamatan yang memiliki RTH terbesar adalah

Kecamatan Bantar Gebang dengan luasan sebesar 995,51 ha kemudian diikuti

oleh kecamatan jati asih dengan luas RTH sebesar 540,85 ha. Luasan RTH terkecil

dimiliki oleh Kecamatan Medan Satria dengan luasan sebesar 64,20 ha.

Kecamatan Bantar Gebang memiliki luasan RTH terbesar diduga karena masih

banyak RTH terutama RTH privat berupa kebun-kebun milik warga yang

dilestarikan. Selain itu, Kecamatan Bantar Gebang memiliki kepadatan penduduk

yang rendah dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain. Lokasi kecamatan

yang berada di luar dan berbatasan dengan Kabupaten Bogor serta kurang

berkembangnya aksesibilitas menyebabkan laju perkembangan wilayah kurang

pesat sehingga laju pertumbuhan fasilitas tidak terlalu cepat. Kecamatan Medan

Satria memiliki luas wilayah yang relatif kecil dibandingkan dengan luas wilayah

kecamatan lain, sehingga luasan RTH yang ada juga kecil. Selain itu, kecamatan

ini berbatasan dengan wilayah Jakarta Timur sehingga memiliki perkembangan

Page 51: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

38

wilayah yang tinggi yang bisa mengakibatkan beralihnya penggunaan lahan RTH

menjadi penggunaan lahan terbangun.

Pada tahun 2010 kecamatan yang memiliki luasan RTH terbesar adalah

Kecamatan Jati Asih dengan luasan sebesar 411,84 ha dan yang terkecil adalah

Kecamatan Medan Satria. Meskipun terjadi peningkatan luas RTH di Kecamatan Medan

Satria namun kecamatan ini tetap memiliki proporsi RTH yang kecil dibandingkan

dengan kecamatan lainnya. Peta sebaran RTH tahun 2003 dan 2010 tertera pada

Gambar 3 dan 4. Gambar 5 menunjukkan RTH di Kota Bekasi yang diperoleh dari

hasil pengecekan lapang.

Gambar 3. Peta Sebaran RTH Kota Bekasi 2003

Page 52: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

39

(b)

Gambar 4. Peta Sebaran RTH Kota Bekasi 2010

Page 53: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

40

Gambar 5. Peta Piktorial Sebaran Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi

Page 54: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

41

5.2. Analisis Kecukupan RTH Kota Bekasi Berdasarkan Jumlah

Penduduk

Untuk bisa melakukan aktifitas dengan nyaman, penduduk membutuhkan

luas RTH sebesar 20 m2 sebagaimana tertera dalam Permen PU No. 5 tahun 2008.

Tong Yiew dalam Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) menyatakan bahwa

di Malaysia luas RTH per penduduk yang ditetapkan sebesar 1,9 m2 dan Jepang 5

m2 per penduduk. Dewan Kota Lancashire, Inggris menetapkan kebutuhan RTH

per penduduk sebesar 11,5 m2, Amerika 60 m

2, Jakarta mengususlkan taman

untuk bermain dan berolahraga 1,5 m2 per penduduk (Rifai dalam Direktorat

Jenderal Penataan Ruang, 2006). Tabel 7 menunjukkan kecukupan RTH di Kota

Bekasi terhadap jumlah penduduk di Kota Bekasi pada tahun 2010.

Tabel 7. Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk dan Kecukupannya

Kecamatan

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Luas

Lahan

(ha)

proporsi

RTH 20%

luas

kecamatan (ha)

RTH Per

Kecamatan

Menurut

Permen PU

No 5 tahun 2008

RTH

eksisting

Selisih RTH

Dengan Proporsi

Menurut Permen

PU No 5 Tahun 2008 (ha)

Bantar Gebang 95.957 1.704 340,80 191,91 366,58 174,67

Bekasi Barat 270.569 1.889 377,80 541,13 106,50 -434,64

Bekasi Selatan 203.596 1.496 299,20 407,19 139,80 -267,39

Bekasi Timur 248.046 1.349 269,80 496,09 97,30 -398,79

Bekasi Utara 310.198 1.965 393,00 620,40 90,74 -529,66

Jati Asih 199.496 2.200 440,00 398,99 411,84 12,85

Jati Sampurna 103.513 1.449 289,80 207,03 321,90 114,88

Medan Satria 161.617 1.471 294,20 323,23 67,12 -256,11

Mustika Jaya 160.381 2.473 494,60 320,76 538,32 217,56

Pondok Gede 246.413 1.629 325,80 492,83 105,92 -386,91

Pondok Melati 129.219 1.857 371,40 258,44 126,82 -131,62

Rawalumbu 207.484 1.567 313,40 414,97 174,75 -240,22

Jumlah 2.336.489 21.049 4209,80 4672,98 2547,59 -2125,39

Dari Tabel 7 diketahui bahwa RTH yang ada di Kota Bekasi pada tahun

2010 sebesar 2547,59 ha, sedangkan luas RTH yang di butuhkan oleh penduduk

sebesar 4672,98 ha. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa Kota Bekasi belum

bisa mencukupi kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk.

Untuk mencukupi kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk maka perlu

diadakan penambahan RTH sebesar 2.125,39 ha. Kemungkinan sangat sulit untuk

mencukupi kekurangan kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk karena

Page 55: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

42

secara umum lahan di Kota Bekasi telah banyak berubah menjadi lahan terbangun

seperti perumahan, industri, perdagangan, perkantoran, dan jasa, sedangkan

penduduk selalu meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan Tabel 7 tampak bahwa luas kebutuhan RTH berdasarkan 20%

luas wilayah Kota Bekasi (4209,80 ha) juga belum bisa dipenuhi oleh Kota Bekasi

bahkan luasan tersebut lebih kecil daripada luas kebutuhan RTH berdasarkan

jumlah penduduk (4672,98 ha). Karena luasan kebutuhan RTH berdasarkan 20%

luas wilayah Kota Bekasi lebih kecil dan juga merupakan ketentuan yang tertuang

dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maka target luasan ini

harus dicapai lebih dulu. Setelah Mencapai luasan tersebut, dilakukan perluasan

areal RTH sehingga dapat mencapai luasan kebutuhan RTH berdasarkan jumlah

penduduk untuk menunjang kenyamanan penduduk dalam beraktifitas.

5.3. Analisis Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Sejak Kota Bekasi terbentuk pada 10 Maret 1997, jumlah penduduk di

Kota Bekasi terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan yang terjadi cukup tinggi

tiap tahunnya. Pada tahun 2010 penyebaran penduduk Kota Bekasi masih

didominasi oleh 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 310.198

jiwa, Kecamatan Bekasi Barat sebanyak 270.569 jiwa, Kecamatan Bekasi Timur

sebanyak 248.046 jiwa, dan Kecamatan Bojong Gede sebanyak 246.413 jiwa.

Penyebaran penduduk Kota Bekasi lebih banyak terkonsentrasi di wilayah

Barat dan pusat kota (Pondok Gede dan Bekasi Barat) yang berbatasan dengan

DKI Jakarta serta di bagian Utara dan Timur (Bekasi Utara dan Bekasi Timur)

yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Hal ini disebabkan oleh akses

jaringan jalan yang baik di kedua wilayah karena dilalui oleh jalan negara dan

jalan tol serta dilengkapi dengan jalan kota. Wilayah Barat dan pusat memiliki

lokasi yang sangat strategis karena berbatasan dengan DKI Jakarta dan masih

dalam wilayah tarikan pelayanan DKI Jakarta. Sementara itu, wilayah Timur dan

Utara memiliki ketersediaan fasilitas dan prasarana penunjang perkotaan yang

lengkap.

Jumlah penduduk Kota Bekasi secara agregat pada tahun 1997 sebanyak

1.471.477 jiwa, sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 2.336.489 jiwa. Sejak

Page 56: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

43

tahun 1997 hingga 2010 laju pertumbuhan penduduk Kota Bekasi berfluktuasi,

dengan rata-rata 3,8% per tahun. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun

1999-2000, yaitu sebesar 7%. Laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi pada

1998-1999 dan 2009-2010, yaitu sebesar 1%.

Kepadatan penduduk Kota Bekasi dari tahun 1997-2010 terus mengalami

peningkatan. Peningkatan ini disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah

penduduk namun tidak disertai dengan pertambahan luas wilayah. Pada tahun

1997 kepadatan penduduk Kota Bekasi sebesar 6.991 jiwa/km2 dan pada tahun

2010 meningkat menjadi 11.100 jiwa/km2.

Laju pertumbuhan kepadatan penduduk Kota Bekasi dari tahun 1997-2010

bernilai positif meskipun terjadi kenaikan atau penurunan. Nilai positif tersebut

menunjukkan bahwa kepadatan penduduk Kota Bekasi selalu meningkat tiap

tahun walaupun dengan laju yang berbeda-beda. Laju kepadatan penduduk

tertinggi terjadi pada tahun 2001-2002 yaitu mencapai 6% sedangkan kepadatan

penduduk terendah terjadi pada tahun 1998-1999 dan 2009-2010 yaitu sebesar 1

%. Laju pertumbuhan kepadatan penduduk rata-rata Kota Bekasi dari tahun 1997-

2010 adalah sebesar 4% per tahun. Gambar 6 menunjukkan mengenai jumlah dan

kepadatan penduduk Kota Bekasi periode tahun 1997-2010 sedangkan Gambar 7

menunjukkan laju pertumbuhan jumlah dan kepadatan penduduk periode tahun

1997-2010.

Gambar 6. Grafik Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Periode 1997-

2010

Page 57: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

44

Gambar 7. Grafik Laju Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Periode

1997-2010

Pada tahun 2004 terjadi pemekaran wilayah Kota Bekasi sehingga jumlah

penduduk sebelum dan setelah pemekaran menjadi berkurang secara drastis untuk

beberapa kecamatan yang mengalami pemekaran. Kecamatan yang mengalami

pemekaran adalah Kecamatan Pondok Gede, Kecamatan Jati Sampurna,

Kecamatan Jati Asih dan Kecamatan Bantar Gebang. Pada Tabel 8 dan Tabel 9

berturut-turut tertera jumlah dan kepadatan penduduk tiap kecamatan di Kota

Bekasi tahun 2000-2004 dan 2005-2010.

Tabel 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan Periode 2000-2004

Kecamatan luas area

(km²)

jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km²)

2000 2001 2002 2003 2004

2000 2001 2002 2003 2004

Pondok gede 24,37 242.082 214.875 227.598 232.110 242.054

9934 8817 9339 9524 9932

Jati sampurna 22,48 73.603 96.134 101.882 103.952 108.507

3274 4276 4532 4624 4827

Jati asih 24,49 153.331 165.188 175.280 179.038 182.461

6261 6745 7157 7311 7450

Bantar gebang 41,78 134.104 148.940 157.492 160.371 166.078

3210 3565 3770 3838 3975

Bekasi timur 13,49 217.675 159.772 201.322 205.150 214.074

16136 11844 14924 15208 15869

Rawalumbu 15,67 139.617 190.237 169.274 172.668 178.765

8910 12140 10802 11019 11408

Bekasi selatan 14,96 161.417 176.020 186.247 189.761 196.990

10790 11766 12450 12685 13168

Bekasi barat 18,89 222.273 205.131 217.599 222.206 229.772

11767 10859 11519 11763 12164

Medan satria 14,71 121.736 133.369 140.945 143.446 149.811

8276 9067 9582 9752 10184

Bekasi utara 19,65 215.964 218.671 231.667 236.303 245.804

10991 11128 11790 12026 12509

Page 58: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

45

Tabel 9. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan Periode 2005- 2010

Kecamatan luas area

(km²)

jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/km²)

2005 2006 2007 2009 2010

2005 2006 2007 2009 2010

Pondok gede 16,29 196.318 210.999 224.176 231.389 246.413

12051 12953 13762 14204 15127

Jati sampurna 14,49 69.759 71.750 73.744 86.936 103.513

4814 4952 5089 6000 7144

Jati asih 22,00 168.210 168.896 165.520 183.461 199.496

7646 7677 7524 8339 9068

Bantar gebang 17,05 72.114 77.680 78.224 102.563 95.957

4230 4556 4588 6015 5628

Bekasi timur 13,49 243.552 270.256 276.496 266.277 248.046

18054 20034 20496 19739 18387

Rawalumbu 15,67 185.640 174.205 184.380 229.326 207.484

11847 11117 11766 14635 13241

Bekasi selatan 14,96 185.776 200.790 207.744 175.231 203.596

12418 13422 13887 11713 13609

Bekasi barat 18,89 259.308 276.879 287.989 294.342 270.569

13727 14657 15246 15582 14323

Medan satria 14,71 147.030 150.628 160.152 169.097 161.617

9995 10240 10887 11495 10987

Bekasi utara 19,65 274.968 268.673 273.512 340.244 310.198

13993 13673 13919 17315 15786

Pondok melati 18,56 101.456 111.056 118.935 100.621 129.219

5466 5984 6408 5421 6962

Mustika jaya 24,73 97.768 89.632 92.932 140.051 160.381

3953 3624 3758 5663 6485

Pada tahun 2000 hingga 2010, terdapat empat kecamatan yang

penduduknya sangat padat, yaitu Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Bekasi

Barat, Kecamatan Bekasi Selatan, dan Kecamatan Bekasi Utara. Keempat

kecamatan tersebut mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi karena

merupakan pusat kegiatan kota sehingga penduduk tertarik untuk tinggal di daerah

tersebut. Selain itu, keempat kecamatan tersebut mempunyai akses yang baik dan

dilalui oleh jalan negara, propinsi, dan kota.

Wilayah yang kepadatan penduduknya rendah berada di wilayah Selatan

Kota yaitu Kecamatan Bantar Gebang, Kecamatan Jati Asih, Kecamatan Jati

Sampurna, dan Kecamatan hasil pemekaran (Kecamatan Pondok Melati dan

Kecamatan Mustika Jaya). Rendahnya kepadatan penduduk di wilayah tersebut di

sebabkan kurang terbangunnya wilayah itu serta akses jaringan jalan yang belum

cukup baik.

Semakin padat penduduk di suatu wilayah maka dibutuhkan semakin

banyak lahan untuk permukiman, fasilitas-fasilitas umum, dan sarana prasarana

pemenuh kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi laju kepadatan penduduk maka

akan dibutuhkan lebih banyak lahan. Hal ini dapat berakibat pada konversi ruang

terbuka hijau di wilayah tersebut menjadi kawasan terbangun, baik untuk

permukiman, fasilitas-fasilitas umum, maupun sarana prasarana umum.

Page 59: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

46

5.4. Hirarki dan Perkembangan Wilayah Kota Bekasi

Hirarki dan perkembangan wilayah ditentukan dengan menggunakan

analisis skalogram. Tingkat perkembangan suatu wilayah dinyatakan dalam

Hirarki 1, Hirarki 2, dan Hirarki 3. Hirarki 1 menyatakan wilayah dengan tingkat

perkembangan maju. Hirarki 2 menyatakan wilayah dengan tingkat

perkembangan sedang. Hirarki 3 menyatakan wilayah dengan tingkat

perkembangan rendah.

Perhitungan skalogram menggunakan data-data sarana dan prasarana serta

fasilitas umum yang diambil dari data PODES Kota Bekasi 2003 dan 2006. Dari

pengolahan data PODES dengan analisis skalogram, diperoleh data hirarki

wilayah dan perubahan hirarki seperti tertera pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10. Hirarki Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Bekasi Tahun 2003

dan 2006

Kecamatan Tahun 2003 Tahun 2006

Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3

Bantar Gebang 0 2 6 0 1 3

Bekasi Barat 1 1 3 0 5 0

Bekasi Selatan 1 2 2 2 3 0

Bekasi Timur 3 1 0 3 1 0

Bekasi Utara 0 4 2 0 3 3

Jatiasih 0 2 4 0 2 4

Jati Sampurna 0 0 5 0 1 4

Medan satria 1 3 0 0 4 0

Pondok Gede 1 4 0 1 3 1

Rawalumbu 0 1 3 0 3 1

*Mustika Jaya

0 0 4

*Pondok Melati

1 0 3

Kota Bekasi 7 20 25 7 26 23 *Kecamatan setelah mengalami pemekaran pada tahun 2005

Berdasarkan Tabel 10, pada tahun 2003 hampir separuh dari jumlah

kelurahan di Kota Bekasi memiliki hirarki 3, yaitu sebanyak 25 kelurahan.

Kelurahan yang memiliki hirarki 2 sebanyak 20 kelurahan dan kelurahan yang

memiliki hirarki 1 hanya 7 kelurahan. Pada tahun 2006 terlihat adanya

peningkatan perkembangan wilayah di Kota Bekasi. Hal ini terlihat dari

bertambahnya jumlah kelurahan yang berhirarki 2, meskipun masih banyak juga

Page 60: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

47

kelurahan yang berhiarki 3, yaitu 23 kelurahan. Kelurahan yang berhirarki 1

berjumlah sama seperti pada tahun 2003 yaitu 7 kecamatan. Kelurahan yang

berhirarki 2 bertambah cukup signifikan yaitu dari dari 20 kelurahan menjadi 26

kelurahan.

Tabel 11. Perubahan Hirarki Wilayah di Kota Bekasi Tahun 2003-2006

Peningkatan Hirarki Penurunan Hirarki

Kecamatan Kelurahan

Perubahan

Hirarki Kecamatan Kelurahan

Perubahan

Hirarki

Pondok Gede Jatiwaringin 2 1 Bekasi Barat Kranji 1 2

Bekasi Selatan Kayuringin Jaya 2 1 Bekasi Selatan Pekayon Jaya 1 2

Bekasi Timur Aren Jaya 2 1 Bekasi Timur Duren Jaya 1 2

Bekasi Selatan Jaka Setia 3 1 Medan Satria Medan Satria 1 2

Bekasi Barat Bintara Jaya 3 2 Bekasi Utara Marga Mulya 2 3

Bekasi Barat Jaka Sampurna 3 2 Jati Asih Jatikramat 2 3

Bekasi Barat Kota Baru 3 2 Jati Asih Jatirasa 2 3

Jati Asih Jatiasih 3 2 Mustika Jaya Mustikajaya 2 3

Jati Asih Jatisari 3 2

Jati Sampurna Jatisampurna 3 2

Bekasi Selatan Marga Jaya 3 2

Rawa Lumbu Bojong Menteng 3 2

Rawa Lumbu Bojong Rawalumbu 3 2

Pada Tabel 10, perubahan jumlah hirarki terjadi pada beberapa kecamatan.

Hal ini dapat dijelaskan melalui Tabel 11. Sebagian besar terjadi peningkatan

hirarki, antara lain perubahan hirarki 2 ke hirarki 1, hirarki 3 ke hirarki 1, dan

hirarki 3 ke hirarki 2. Peningkatan hirarki ini dapat terjadi karena adanya

penambahan jumlah dan jenis fasilitas. Kecamatan Bekasi Selatan memiliki 2

kelurahan yang hirarkinya meningkat menjadi hirarki 1, yaitu Kelurahan

Kayuringin Jaya dan Kelurahan Jaka Setia. Hal ini karena pada kelurahan ini

terjadi penambahan jumlah dan jenis fasilitas yang disediakan untuk masyarakat,

terutama restoran dan pertokoan. Hal ini juga ditunjang oleh letak kelurahan

Kayuringin Jaya dan Jaka Setia yang dilalui jalan arteri dan jalan kolektor yang

memberi dampak pada perkembangan wilayah itu sendiri.

Selain peningkatan hirarki, terdapat pula beberapa kelurahan yang

mengalami penurunan hirarki, yaitu dari hirarki 1 ke hirarki 2 dan dari hirarki 2 ke

hirarki 3. Hal ini diduga terjadi karena kelurahan-kelurahan tersebut sudah jenuh

Page 61: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

48

dan tidak ada lagi tempat yang dapat digunakan untuk menambah fasilitas atau

prasarana. Fasilitas-fasilitas yang tersedia tidak mampu untuk melayani penduduk

yang terus meningkat. Selain itu, diduga adanya pemekaran wilayah bisa

mengakibatkan fasilitas dan prasarana yang ada sebelumnya tidak tersebar merata

sehingga tidak mampu untuk melayani masyarakat yang ada di wilayah

pemekaran tersebut. Sebaran spasial hirarki wilayah Kota Bekasi tahun 2003 dan

tahun 2006 tertera pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Gambar 8. Sebaran Spasial Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2003

Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, Medan Satria,

dan Pondok Gede memiliki kelurahan berhirarki 1. Hal ini menunjukkan bahwa

perkembangan wilayah kecamatan-kecamatan tersebut lebih tinggi dibandingkan

dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Kelima kecamatan tersebut memiliki

kelurahan-kelurahan berhirarki 1 diduga karena wilayah kecamatan-kecamatan

Page 62: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

49

tersebut dilalui oleh akses jaringan jalan yang baik, yaitu jalan negara, jalan tol,

dan jalan kota. Pondok Gede dan Bekasi Barat berbatasan dengan DKI Jakarta

dan masih dalam wilayah tarikan pelayanan DKI Jakarta. Bekasi Timur dan

Bekasi Utara berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Wilayah di kedua kecamatan

tersebut merupakan kawasan permukiman dan ditunjang dengan fasilitas dan

prasarana penunjang kota yang lengkap. Diantara kelima kecamatan berhirarki 1

tersebut, Kecamatan Bekasi Timur adalah kecamatan yang paling berkembang

diantara kelima kecamatan lainnya karena terdapat 3 kelurahan yang mempunyai

hirarki 1.

Gambar 9. Sebaran Spasial Hirarki Kota Bekasi Tahun 2006

Berdasarkan sebaran spasial hirarki wilayah di Kota Bekasi tahun 2003

dan 2006, wilayah Utara Kota Bekasi didominasi oleh wilayah berhirarki 1 dan

berhirarki 2. Wilayah berhirarki 3 secara umum berada di wilayah Selatan, yaitu

Kecamatan Bantar Gebang, Kecamatan Jati Asih, dan Kecamatan Jati Sampurna.

Page 63: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

50

Kecamatan-Kecamatan ini masih memiliki hiararki wilayah yang rendah karena

wilayahnya belum didukung oleh aksesibilitas yang baik.

Perkembangan wilayah ditandai dengan adanya peningkatan

perekonomian, penambahan jumlah fasilitas, dan semakin lengkapnya jenis

fasilitas yang tersedia. Pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut tentu

membutuhkan lahan. Hal ini dapat berimbas pada konversi ruang terbuka hijau

karena mengingat keberadaan lahan ini mempunyai land rent yang rendah dan

dianggap tidak memiliki fungsi ekonomis yang tinggi. Selain itu, keberadaan

lahan kosong dan strategis untuk pembangunan fasilitas makin sempit dan terbatas

sehingga kemungkinan untuk mengorbankan keberadaan ruang terbuka hijau juga

semakin besar. Hubungan antara luasan konversi RTH di Kota Bekasi dengan

hirarki wilayah tertera pada Tabel 12.

Tabel 12. Luasan Konversi RTH (ha/tahun) pada Hirarki Wilayah Tahun 2006

Kecamatan Hirarki

I II III

Bantar Gebang * -1,14 -1,52

Bekasi Barat * -1,18 -1,09

Bekasi Selatan -1,71 -0,26 -0,67

Bekasi Timur -0,21 -0,47 *

Bekasi Utara * -0,65 -0,30

Jati Asih * -0,91 -3,06

Jati Sampurna * * -1,88

Medan Satria * -0,59 0,33

Mustika Jaya * * -1,78

Pondok Gede -2,16 * -2,86

Pondok Melati -1,15 * -1,57

Rawalumbu -0,33 * -0,73

Rata-rata -1,11 -0,74 -1,38 Keterangan : * = hirarki wilayah yang bersangkutan tidak dimiliki oleh kelurahan tertentu.

Pada hirarki wilayah 1, kecamatan yang mengalami koversi RTH paling

besar adalah Kecamatan Pondok Gede. Pada hirarki wilayah 2, kecamatan yang

mengalami konversi RTH paling besar adalah Kecamatan Bekasi Barat. Pada

hirarki wilayah 3, kecamatan yang mengalami konversi RTH paling besar adalah

Kecamatan Jati Asih. Secara agregat, konversi RTH di Kota Bekasi pada hirarki

wilayah 1 sebesar -1,11 ha per tahun, pada hirarki wilayah 2 sebesar -0,74 ha per

Page 64: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

51

tahun, dan pada hirarki wilayah 3 mengalami konversi luas RTH paling besar

yaitu sebesar -1,38 ha per tahun.

Jika dilihat dari wilayah administratifnya, Kecamatan Pondok Gede dan

Kecamatan Bekasi Barat berbatasan dengan wilayah Jakarta Timur. Kedekatan

dengan Jakarta Timur ini diduga mengakibatkan perkembangan wilayah di

wilayah tersebut cukup tinggi karena beberapa kelurahan masih berada dalam

tarikan pelayan wilayah Jakarta Timur. Hal tersebut berakibat pada luasnya

konversi RTH per tahun di kedua kecamatan ini. Kecamatan Jati Asih mengalami

konversi RTH per tahun paling besar pada daerah dengan kategori hirarki wilayah

3. Hal ini disebabkan oleh adanya pembangunan jalan tol (JORR) di wilayah ini

yang sebagian menggunakan lahan RTH terutama RTH privat milik warga. Laju

perubahan RTH dengan hirarki wilayah di Kota Bekasi dan sebaran datanya

ditunjukkan pada Gambar10.

Gambar 10. Boxplot Laju Perubahan RTH per Kelurahan dan Hirarki

Pada hirarki wilayah 1, luas RTH secara umum terkonversi dengan nilai

tengah laju penurunan sebesar 4,2% per tahun. Terdapat kelurahan yang memiliki

laju positif sebesar 0,3% per tahun yaitu Kelurahan Margahayu, Kecamatan

Bekasi Timur. Laju konversi RTH terbesar pada hirarki 1 terjadi di Kelurahan Jati

Waringin, Kecamatan Pondok Gede sebesar 6,2% per tahun. Pada hirarki wilayah

2, secara umum luas RTH terkonversi dengan nilai tengah laju penurunan sebesar

2,6% per tahun. Laju konversi terbesar terjadi pada Kelurahan Jati Bening,

Kecamatan Pondok Gede dengan laju penurunan sebesar 6,5% per tahun.

Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bekasi Selatan memiliki laju positif sebesar

Page 65: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

52

1,5% per tahun. Pada hirarki wilayah 2 terdapat kelurahan yang memiliki

peningkatan laju perubahan RTH yang cukup besar (5,9%) yaitu Kelurahan

Medan Satria, Kecamatan medan Satria. Peningkatan laju perubahan RTH

tersebut diduga karena adanya refungsionalisasi lahan kosong menjadi RTH

terutama yang berada di sekitar banjir kanal timur (BKT). Pada hirarki wilayah 3,

secara umum luas RTH terkonversi dengan nilai tengah laju penurunan sebesar

2,5% per tahun. Laju konversi terbesar terjadi pada Kelurahan Jati Kramat,

Kecamatan Jati Asih dengan laju penurunan sebesar 5,1% per tahun. Pada hirarki

3 ini terdapat dua pencilan yang memiliki laju penurunan luas RTH yang sangat

besar yaitu sebesar 7,1% per tahun pada Kelurahan Jati Warna, Kecamatan

Pondok Melati dan 8% per tahun pada Kelurahan Jati Bening Baru, Kecamatan

Pondok Gede. Besarnya konversi RTH pada kedua kecamatan tersebut karena

terkonversinya RTH menjadi permukiman dan JORR (jalan tol), terutama RTH

privat berupa kebun milik warga.

Laju konversi RTH terbesar terjadi pada hirarki wilayah 1, kemudian diikuti

oleh hirarki wilayah 2 dan 3. Secara umum, luas konversi atau perubahan RTH

per tahun paling besar terjadi pada hirarki wilayah 3, namun laju konversi atau

perubahan RTH per tahun paling besar terjadi pada hirarki wilayah 1. Hal ini

menunjukkan bahwa secara keseluruhan luasan RTH pada wilayah yang

berhirarki 3 lebih besar dibandingkan dengan luasan RTH pada wilayah berhirarki

2 atau 1. Oleh karena itu, walaupun luas konversi RTH per tahun pada wilayah

berhirarki 3 paling besar namun laju yang dihasilkan tidak besar karena luas

perubahan RTH tersebut diperbandingkan dengan luasan RTH yang lebih besar.

Pada wilayah berhirarki 1, luas RTH yang terkonversi tiap tahun relatif kecil

namun memiliki laju yang besar. Hal ini karena luas RTH yang ada pada wilayah

berhirarki 1 kecil namun terus terjadi konversi RTH menjadi penggunaan lahan

lain sehingga laju yang dihasilkan terlihat besar.

5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Luas RTH

Perubahan luas RTH yang terjadi di Kota Bekasi pada periode tahun 2003-

2010 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk menentukan faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan luas RTH di Kota Bekasi dilakukan dengan

Page 66: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

53

menggunakan analisis regresi berganda dengan metode stepwise regression.

Variabel yang digunakan dalam membuat regresi bertatar berjumlah 21 variabel,

yaitu satu variabel tujuan (Y) dan 20 variabel penduga (X). Hasil analisis regresi

tertera pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Analisis Regresi

Regression Summary for Dependent Variable: perubahan RTH

R= ,770 R²= ,593 Adjusted R²= ,529 F(7,44)=9,1893 p

Variabel/Intersep Beta Std.Err. B Std.Err. t(44) p-level

Intersep 1,140 2,648 0,431 0,669

Jarak ke pusat kota -0,262 0,134 -0,389 0,198 -1,960 0,056

Luas RTH tahun 2003 -0,399 0,154 -0,080 0,031 -2,588 0,013

Jarak ke fasilitas sosial terdekat 0,089 0,134 0,541 0,817 0,663 0,511

Perubahan lahan terbangun 2003-2010 -0,514 0,139 -0,227 0,061 -3,700 0,001

Luas lahan kosong tahun 2003 0,376 0,126 0,099 0,033 2,973 0,005

Jarak ke fasilitas pendidikan terdekat 0,216 0,110 2,378 1,205 1,973 0,055

Perubahan jumlah fasilitas ekonomi -0,146 0,109 -0,011 0,008 -1,343 0,186

Tabel 13 menjelaskan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan memiliki

nilai R-square (R2) sebesar 0,59. Dari nilai R-square tersebut, diketahui bahwa

terdapat 41% ragam di luar variabel-variabel bebas yang digunakan dalam analisis

ini yang mempengaruhi perubahan RTH.

Berdasarkan Tabel 10 tersebut, variabel penduga yang yang berpengaruh

sangat nyata (p-level < 0,05) adalah luasan RTH pada tahun 2003, perubahan

lahan terbangun 2003-2010, dan luasan lahan kosong pada tahun 2003. Variabel

yang berpengaruh nyata adalah jarak ke kabupaten yang membawahi, jarak ke

fasilitas sosial, jarak ke fasilitas pendidikan, dan perubahan jumlah fasilitas

ekonomi.

Secara lebih rinci, faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH

di Kota Bekasi adalah sebagai berikut:

1. Jarak ke pusat kota

Hasil regresi menunjukkan bahwa jarak ke pusat kota bernilai negatif

dengan koefisien sebesar -0,262. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan

satu satuan jarak ke kabupaten maka potensi penurunan luas RTH sebesar

0,2 satuan (ha). Semakin jauh jarak ke kabupaten maka penurunan luas

Page 67: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

54

RTH semakin besar. Hal tersebut terjadi pada Kota Bekasi diduga karena

semakin jauh dari kabupaten, perkembangan wilayahnya pun belum cukup

pesat sehingga luas RTH yang tersedia lebih besar. Hal ini memungkinkan

untuk menggunakan lahan ini menjadi area terbangun dalam upaya

pengembangan kota.

2. Luas RTH tahun 2003

Hasil Regresi menunjukkan bahwa variabel luas RTH tahun 2003 bernilai

negatif dengan koefisien sebesar -0,399. Penambahan satu satuan luas

RTH tahun 2003 maka potensi penurunan luas RTH sebesar 0,39 satuan

(ha). Kota Bekasi bagian Selatan mempunyai RTH privat berupa kebun

warga yang cukup luas dibandingkan dengan luasan RTH privat di seluruh

kota bekasi. Penggunaan lahan tersebut rawan digunakan menjadi

penggunaan lain karena warga dan pembangun cenderung menggunakan

lahan tersebut untuk digunakan sebagai perumahan atau bangunan-

bangunan lain.

3. Jarak ke fasilitas sosial

Hasil regresi yang bernilai positif dengan koefisiensi 0,089 menunjukkan

bahwa penambahan satu satuan jarak ke fasilitas sosial maka potensi

penambahan luas RTH sebesar 0,089 satuan (ha). Hal ini diduga karena

pembangunan fasilitas sosial ini tidak disertai dengan pengalokasian

sebagian lahannya untuk RTH. Semakin jauh jarak ke fasilitas sosial dapat

diartikan bahwa potensi penggunaan lahan-lahan untuk RTH semakin

besar.

4. Perubahan lahan terbangun tahun 2003-2010

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa perubahan lahan terbangun

2003-2010 bernilai negatif dengan koefisien sebesar -0,514. Hal ini

menunjukkan bahwa penambahan satu satuan lahan terbangun periode

2003-2010 maka potensi penurunan RTH sebesar 0,514 satuan (ha).

Semakin besar pertumbuhan lahan terbangun maka luas RTH yang

tersedia semakin sedikit. Kondisi ini menggambarkan bahwa Kota Bekasi

dalam melakukan pembangunan banyak menggunakan lahan-lahan RTH

Page 68: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

55

karena minimnya lahan yang tersedia. Dalam kasus ini RTH yang paling

banyak digunakan adalah RTH privat berupa kebun-kebun milik warga.

5. Lahan kosong tahun 2003

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa lahan kosong 2003 bernilai

positif dengan koefisiensi sebesar 0,376. Hal ini menunjukkan bahwa

penambahan satu-satuan luas lahan kosong tahun 2003 maka potensi

penambahan luas RTH sebesar 0,37 satuan (ha). Masih tersedianya lahan

kosong bisa menyelamatkan keberadaan RTH karena pembangunan yang

terjadi kemungkinan besar akan menggunakan lahan kosong terlebih dulu.

Terdapat juga kemungkinan lahan-lahan kosong difungsikan menjadi

ruang terbuka hijau dalam upaya meningkatkan areal RTH.

6. Jarak ke fasilitas pendidikan

Hasil analisis regresi variabel jarak ke fasilitas pendidikan yang bernilai

positif dengan koefisien sebesar 0,216 menunjukkan bahwa penambahan

satu satuan jarak ke fasilitas pendidikan maka potensi penambahan luas

RTH sebesar 0,216 satuan (ha). Hal ini diduga karena pembangunan

fasilitas pendidikan ini tidak disertai dengan pengalokasian sebagian

lahannya untuk RTH. Semakin jauh jarak ke fasilitas pendidikan dapat

diartikan bahwa potensi penggunaan lahan-lahan untuk RTH semakin

besar.

7. Perubahan jumlah fasilitas ekonomi

Hasil analisis regresi untuk perubahan fasilitas ekonomi menunjukkan nilai

negatif dengan koefisien sebesar -0,146. Hal ini menunjukkan bahwa

penambahan satu satuan jumlah fasilitas ekonomi maka potensi penurunan

luas RTH sebesar 0,146 satuan (ha). Semakin banyak fasilitas ekonomi

maka luas RTH yang terpakai semakin besar. Hal ini diduga karena

pembangunan fasilitas-fasilitas ekonomi menggunakan lahan-lahan RTH

karena lahan-lahan kosong yang strategis telah minim jumlahnya.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suwarli

(2011), menunjukkan bahwa salah satu variabel penting yang mempengaruhi

terjadinya perubahan luas RTH adalah jumlah penduduk. Namun, hasil analisis

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak memiliki peran

Page 69: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

56

penting. Perbedaan prosedur penelitian serta unit analisis tidak mengkonfirmasi

pentingnya peranan variabel jumlah penduduk. Dalam penelitian sebelumnya, unit

analisis adalah tahun, sementara dalam penelitian ini unit analisis adalah wilayah

administrasi, yaitu kelurahan. Artinya, pada penelitian sebelumnya aspek

keberagaman pengamatan relatif tidak berperan karena unit analisis merupakan

agregasi dari seluruh wilayah, keberagaman jumlah penduduk secara spasial tidak

tergambarkan dan tidak mempengaruhi hasil analisis. Untuk mendukung

penjelasan tersebut dilakukan analisis korelasi antara variabel jumlah penduduk

dengan perubahan luas RTH. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil korelasi antara

perubahan jumlah penduduk tahun 2003-2009 dengan perubahan luas RTH tahun

2003-2010 sebesar -0,006. Kecilnya korelasi antara jumlah penduduk di berbagai

wilayah keluarahan dengan luas perubahan RTH antar kelurahan mengindikasikan

rendahnya peranan jumlah penduduk dalam analisis regresi berganda yang

melibatkan beberapa variabel lainnya.

5.6. Analisis Areal yang Berpotensi untuk Perluasan RTH

Pembuatan peta arahan areal yang berpotensi untuk dijadikan perluasan

lahan RTH ditentukan berdasarkan kondisi eksisting penggunaan lahan Kota

Bekasi pada Tahun 2010, yaitu berupa lahan kosong. Dipilih penggunaan lahan

kosong karena penggunaan lahan jenis ini memungkinkan untuk dikembangkan

menjadi penggunaan lain tanpa mengganggu penggunaaan lahan lainnya. Sebaran

spasial areal yang berpotensi untuk dijadikan RTH dan luasannya tertera pada

Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11. Grafik Luasan Areal yang Berpotensi Sebagai RTH per Kecamatan di

Kota Bekasi

Page 70: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

57

Gambar 12. Sebaran Areal Potensial untuk Pertambahan RTH

Terdapat lima kecamatan yang mempunyai luas areal yang besar untuk

dijadikan RTH, yaitu Kecamatan Mustika Jaya, Jati Sampurna, Medan Satria,

Bantar Gebang, dan Jati Asih. Kelima kecamatan ini secara umum mempunyai

kepadatan penduduk yang rendah dibanding dengan kecamatan-kecamatan

lainnya sehingga masih memiliki cukup lahan untuk bisa dikembangkan menjadi

RTH. Kecamatan-kecamatan dengan kepadatan penduduk tinggi seperti

Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bekasi Barat, dan Pondok Gede memiliki

areal perluasan RTH yang kecil. Hal ini dikarenakan lahan di kecamatan-

kecamatan tersebut telah menjadi lahan terbangun sehingga kecil kemungkinan

untuk menambah lahan RTH. Pada Tabel 14 tertera luas RTH eksisting dan RTH

arahan pertambahan dibandingkan dengan luas kebutuhan RTH berdasarkan

jumlah penduduk.

Page 71: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

58

Tabel 14. Kecukupan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Dibandingkan dengan

RTH Eksisting dan RTH Arahan Pertambahan.

Kecamatan

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Luas

Lahan

(ha)

RTH per

Kecamatan

Menurut

Permen PU

no 5 tahun 2008

RTH

eksisting

Luas

areal

arahan

pertamba

han RTH

Luas RTH

eksisting

dan areal

arahan

pertambahan RTH

Selisih RTH

(eksisting dan

arahan) Dengan

Proporsi Menurut

Permen PU No 5 Tahun 2008 (Ha)

Bantar Gebang 95.957 1.704 191,91 366,58 71,921 438,50 246,59

Bekasi Barat 270.569 1.889 541,14 106,50 17,717 124,21 -416,93

Bekasi Selatan 203.596 1.496 407,19 139,80 40,884 180,69 -226,51

Bekasi Timur 248.046 1.349 496,09 97,30 24,350 121,65 -374,44

Bekasi Utara 310.198 1.965 620,40 90,74 39,343 130,08 -490,31

Jati Asih 199.496 2.200 398,99 411,84 60,300 472,14 73,15

Jati Sampurna 103.513 1.449 207,03 321,90 103,228 425,13 218,10

Medan Satria 161.617 1.471 323,23 67,12 84,233 151,36 -171,88

Mustika Jaya 160.381 2.473 320,76 538,32 54,467 592,78 272,02

Pondok Gede 246.413 1.629 492,83 105,92 15,902 121,82 -371,01

Pondok Melati 129.219 1.857 258,44 126,82 16,457 143,28 -115,16

Rawalumbu 207.484 1.567 414,97 174,75 12,885 187,63 -227,34

Jumlah 2.336.489 21.049 4672,98 2547,59 541,686 3089,27 -1583,71

Berdasarkan hasil analisis, luas areal lahan kosong yang berpotensi untuk

dijadikan RTH sebesar 541,686 ha. Luasan tersebut masih belum bisa mencukupi

kekurangan RTH berdasarkan jumlah penduduk di Kota Bekasi. Kekurangan

luasan pertambahan RTH tersebut masih sangat besar, yaitu 1.583,71 ha. Hal

tersebut disebabkan oleh minimnya lahan kosong sehingga sulit untuk melakukan

perluasan lahan RTH di Kota Bekasi. Terdapat beberapa kecamatan yang telah

dapat memenuhi kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduknya (Bantar

Gebang, Jati Asih, Jati Sampurna, dan Mustika Jaya), namun kecamatan-

kecamatan tersebut merupakan kecamatan-kecamatan yang memang telah

terpenuhi kebutuhan RTH-nya walaupun luasan RTH-nya belum ditambahkan

dengan luas arahan pertambahan RTH. Meskipun demikian, penambahan luas

RTH sangat berarti untuk perkotaan walaupun tidak menyebar rata pada seluruh

wilayah kota karena bagian kota yang berupa RTH umumnya suhunya 2-5 derajat

lebih rendah dibandingkan dengan bagian lahan-lahan terbangun. Perbedaan suhu

antara bagian kota tersebut dapat menyebabkan terjadinya aliran udara sehingga

dapat menurunkan rata-rata suhu udara di perkotaan (Direktorat Jenderal Penataan

Ruang, 2006). Saputro (2010) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

Page 72: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

59

peningkatan suhu udara pada area yang ternaungi lebih rendah sekitar 0,33oC-

0,84oC. Arahan ini dapat diimplementasikan namun harus mempehatikan faktor-

faktor lain seperti kepemilikan lahan (milik pemerintah daerah atau bukan), biaya

yang dibutuhkan, dan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah.

5.7. Rekomendasi Upaya Penambahan RTH

Penyusunan upaya penambahan RTH di Kota Bekasi dilakukan

berdasarkan pada hasil analisis SWOT. Faktor internal dan eksternal yang diduga

mempengaruhi keberadaan RTH di Kota Bekasi adalah sebagai berikut:

1. Strengths (Kekuatan)

a. Terdapat pembagian tugas dalam pengelolaan RTH. Dinas yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan RTH Kota Bekasi adalah

Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah), Distarkim

(Dinas Tata Ruang dan Permukiman), Disbertaman (Dinas Kebersihan

dan Pertamanan), dan DPLH (Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup).

b. Di Kota Bekasi Bagian Selatan masih banyak lahan kosong yang

belum dimanfaatkan sehingga ke depannya dapat dikembangkan

menjadi RTH.

c. Sistem utilitas Kota Bekasi seperti IPAL (Instalasi Pengolahan Air

Limbah Industri), IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja), dan TPA

(Tempat Pembuangan Akhir) dapat memberikan kontribusi terhadap

keberadaan RTH.

d. Disbertaman memiliki program yaitu melakukan penghijauan kota

melalui antisipasi pohon yang mati dan mengganti dengan yang baru,

penghijauan terhadap lahan bekas pembangunan, dan penyiraman

tanaman.

e. Kegiatan Gerakan Rehabilitas Lahan Kritis Tahun 2005 oleh DPLH.

Kegiatan ini adalah program penanaman pohon/penghijauan yang

diprioritaskan pada daerah aliran sungai, sempadan jalan, lahan kosong

milik petani dan milik pemerintah seperti fasum dan fasos, dan TPA

Bantar Gebang.

Page 73: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

60

f. Kegiatan Bekasi Teduh Tahun 2007 oleh DPLH. Kegiatan ini

merupakan penggalakan penanaman pohon di seluruh Kota Bekasi.

g. Program pengendalian RTH melalui insentif dan disinsentif kepada

lembaga swasta dan perorangan yang dapat memberi penyediaan RTH

publik. Contoh insentif yang ditawarkan adalah kemudahan prosedur

perizinan dan keringanan pajak sedangkan contoh disinsentif yang

diberikan adalah pengenaan pajak lebih tinggi dan penyediaan RTH di

tempat lain.

h. Pemerintah Kota Bekasi, dalam RPJMD 2008-2013, menuangkan

program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dengan target

pengembangan luasan RTH publik menjadi 15,5 % dari luas kota pada

tahun 2013.

2. Weaknesses (Kelemahan)

a. Hanya sebagian kecil dari kegiatan pembangunan di Kota Bekasi, baik

kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, permukiman, dan

industri yang menyediakan pertamanan dengan proporsi memadai.

b. Belum adanya koordinasi yang baik antara dinas-dinas yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan RTH sehingga menimbulkan

tumpang tindih pekerjaan, program, atau untuk beberapa jenis RTH

tidak ada yang mengelola secara rutin. Contohnya, berdasarkan hasil

wawancara dengan pihak Disbertaman yang tercantum dalam laporan

penyusunan rencana induk penataan, pengelolaan, dan pengendalian

ruang terbuka hijau Kota Bekasi, Sampai saat ini belum ada koordinasi

dari instansi-instansi tertentu seperti dalam proyek pelebaran jalan,

sehingga proyek pelebaran jalan sering kali menebang pohon dan tidak

memperhatikan keberadaan sempadan jalan untuk RTH. Pihak

Disbertaman selaku dinas yang bertanggung jawab terhadap

keberadaan RTH tidak bisa melakukan apa-apa karena bentuk

pengendalian RTH belum jelas dan belum ada koordinasi antara Dinas

PU selaku pihak pembangun dan Disbertaman. Selain itu Disbertaman

Page 74: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

61

selama ini hanya bersifat menunggu kebijakan dari BAPPEDA, seakan

tidak memiliki kewenangan dalam penataan RTH Kota Bekasi.

c. Dana untuk pembangunan dan pemeliharaan RTH minim bahkan

belum memiliki anggaran khusus untuk pengelolaan RTH sehingga

tidak mencukupi untuk membangun taman-taman baru berskala kota.

d. Sumberdaya manusia sebagai pelaksana pemeliharaan RTH secara

kuantitas dan kualitas kurang sehingga ada RTH-RTH yang menjadi

tidak terawat. SDM yang ada baru untuk tahap pemeliharaan harian

dan tidak pada semua lokasi, sedangkan untuk pengawasan dan

pengendalian belum dilakukan secara rutin.

e. Hampir semua situ yang ada di Kota Bekasi tidak mempunyai daerah

pengaman situ, baik berupa sempadan situ yang merupakan ruang

terbuka hijau pada radius 200 m dari pinggir situ maupun ruang

terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air.

f. RTRW Kota Bekasi bersifat terlalu umum sehingga acuan terhadap

pengendalian RTH kurang begitu jelas.

3. Opportunities (Peluang)

a. Terdapat beberapa pihak ketiga (swasta/badan usaha) yang bekerja

sama dengan pemerintah Kota Bekasi dalam pengelolaan RTH.

b. Terdapat keterlibatan pihak developer perumahan dan masyarakat yang

berdampak positif pada kondisi taman yang ada di sekitar lingkungan

taman.

c. Berdasarkan pengembangan wilayah Bekasi bagian Utara dan Tengah,

kantong-kantong permukiman tidak teratur akan diremajakan menjadi

hunian vertikal dan campuran jasa komersial untuk efisiensi lahan,

menciptakan RTH, dan pembukaan akses kawasan.

d. Berdasarkan UU No 26 tahun 2007, wilayah kabupaten atau perkotaan

harus membuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang RTH

sebesar minimal 30% dari luas wilayah.

Page 75: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

62

4. Threats (Ancaman)

a. Kepadatan (11.100 jiwa/km2 pada tahun 2010) dan laju pertumbuhan

jumlah penduduk (3,8 % per tahun) di Kota bekasi yang diperkirakan

semakin meningkat akan mempengaruhi kebutuhan RTH baik secara

luasan maupun jenis komponen RTH.

b. Bagian Utara Kota Bekasi mengalami pertumbuhan kota yang sangat

pesat dan merupakan kawasan terbangun yang padat sehingga tidak

banyak dijumpai ruang hijau.

c. Lahan yang ada makin sempit dan harga lahan mahal sehingga secara

ekonomi lebih dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan.

Dari hasil identifikasi faktor eksternal dan internal, maka dapat disusun

kerangka SWOT sebagaimana tercantum dalam Tabel 15.

Tabel 15. Matriks Kombinasi Strategi Penambahan RTH di Kota Bekasi

Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)

Opportunities

(Peluang)

Strategi SO

1. Mengoptimalkan kinerja badan-

badan pengelola RTH dengan sistem koordinasi pembagian tugas

yang jelas.

2. Peningkatan hubungan kerja sama pemerintah dengan pihak ketiga.

3. Memanfaatkan wilayah Kota

Bekasi Bagian Selatan yang masih berpotensi tinggi untuk RTH dan

Optimalisasi lahan di wilayah

Utara Kota Bekasi dengan

pembangunan vertikal. 4. Pengambilan kebijakan tegas dari

pemerintah untuk mewujudkan

target luasan RTH sesuai dengan UU No 26 tahun 2007 dan

RPJMD 2008-2013

Strategi WO

1. Optimalisasi kerja sama dengan

pihak ketiga untuk penggalangan dana pengelolaan

RTH.

2. Pengembangan RTH selain di atas tanah.

3. Memberdayakan masyarakat

sekitar dalam pemeliharaan RTH di lingkungan sekitar

masyarakat.

Threats

(Ancaman)

Strategi ST

1. Mengoptimalkan program insentif

dan disinsentif terutama di wilayah Utara Kota Bekasi.

2. Mengoptimalkan areal atau jalur di

sekitar sistem utilitas kota untuk RTH.

Strategi WT

1. Optimalisasi fungsi RTRW

sebagai acuan pengendalian RTH.

2. Optimalisasi pengawasan

kegiatan pembangunan. 3. Penyusunan anggaran khusus

RTH.

Page 76: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

63

Hasil akhir dari analisis SWOT merupakan formulasi strategi dari faktor-

faktor internal dan eksternal Kota Bekasi yang telah diidentifikasi sehingga

menghasilkan dua belas strategi dalam mengupayakan penambahan RTH di Kota

Bekasi, yaitu:

1. Mengoptimalkan kinerja badan-badan pengelola RTH dengan

mengkoordinasikan tugas masing-masing secara jelas sehingga tidak

terjadi tumpang tindih dalam upaya pengelolaan RTH dan tidak terjadi

penelantaran RTH yang ada akibat dari ketidakjelasan badan mana yang

bertanggung jawab.

2. Peningkatan hubungan kerja sama pemerintah daerah dengan pihak ketiga

(swasta/badan usaha) dalam upaya pengadaan dan pemeliharaan RTH.

3. Memanfaatkan wilayah Selatan Kota Bekasi (Jati Sampurna, Jati Asih,

Bantar Gebang, dan Mustika Jaya) yang pembangunannya masih relatif

belum banyak dan masih banyak ditemukan lahan-lahan belum terbangun

sehingga pengembangan RTH dengan luasan memadai masih dapat

direalisasikan. Untuk wilayah Utara Kota Bekasi yang mayoritas

merupakan kawasan terbangun, dapat dilakukan optimalisasi lahan dengan

menganjurkan pada developer untuk melakukan pembangunan vertikal.

4. Pengambilan kebijakan tegas dari pemerintah daerah untuk mewujudkan

target luasan RTH sesuai dengan UU No 26 tahun 2007 dan RPJMD

2008-2013, contohnya dengan cara refungsionalisasi dan pengamanan

jalur-jalur hijau alami dari okupasi pemukiman liar, seperti di sepanjang

tepian jalan raya, jalan tol, bawah jalan layang, bantaran sungai,saluran

teknik irigasi, tepian pantai, bantaran rel kereta api, jalur SUTET, tempat

pemakaman umum, dan lapangan olahraga

5. Mengoptimalkan kerja sama dengan pihak ketiga (swasta/badan usaha)

dalam usaha penggalangan dana untuk pengelolaan dan penyediaan RTH.

6. Pengembangan RTH selain di atas tanah untuk kawasan-kawasan yang

sudah terbangun, seperti RTH di atas bangunan, di dalam bangunan, atau

di bawah bangunan sehingga dapat mengkompensasi lahan-lahan yang

telah telanjur digunakan sebagai lahan terbangun.

Page 77: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

64

7. Memberdayakan masyarakat sekitar dalam pemeliharaan RTH di

lingkungan sekitar masyarakat.

8. Mengoptimalkan program insentif dan disinsentif pada pihak yang akan

mendirikan bangunan sebagai upaya pengendalian agar penggunaan lahan

dapat sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bekasi.

9. Optimalisasi areal atau jalur di sekitar sistem utilitas kota untuk RTH,

seperti IPAL, IPLT, dan TPA yang seharusnya memiliki buffer yang

membatasi daerah tersebut dengan aktifitas di luarnya. Buffer ini dapat

berupa salah satu jenis RTH yang dapat berkontribusi bagi RTH Kota

Bekasi keseluruhan.

10. Mengoptimalisasi fungsi RTRW sebagai acuan pengendalian RTH

sehingga ada pedoman-pedoman yang tepat dalam pelaksanaan

penyelenggaraan dan pengelolaan RTH.

11. Optimalisasi pengawasan kegiatan pembangunan agar setiap kegiatan

pembangunan yang ada baik kegiatan pemerintahan, perdagangan dan

jasa, permukiman, dan industri dapat menyediakan lahan pertaman yang

memadai sebagai RTH privat.

12. Penyusunan anggaran khusus untuk RTH sehingga rencana-rencana

pengelolaan dan penyelenggaraan RTH dapat berjalan dengan baik.

Page 78: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Analisis laju perubahan RTH di Kota Bekasi menunjukkan bahwa terjadi

penurunan Luas RTH selama periode tahun 2003 hingga 2010 sebesar 515,049

ha dengan laju penurunan RTH sebesar 2 % per tahun.

2. RTH yang ada di Kota Bekasi belum mencukupi kebutuhan RTH berdasarkan

jumlah penduduk dengan kekurangan sebesar 2.125,39 ha. Kemungkinan untuk

mencukupi kekurangan kebutuhan RTH penduduk tersebut sangat kecil karena

mayoritas lahan di Kota Bekasi telah banyak berubah menjadi lahan terbangun.

3. Penduduk Kota Bekasi terus meningkat sejak tahun 1997 hingga 2010 dengan

laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 3,8% per tahun dan laju

pertumbuhan kepadatan penduduk rata-rata sebesar 4 % per tahun.

4. Hasil analisis skalogram data PODES tahun 2003 dan 2006 menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan hirarki kelurahan pada Kota Bekasi yang ditandai

dengan bertambahnya kelurahan berhirarki 2 dan berkurangnya kelurahan

berhirarki 3. Hasil boxplot menyatakan ada keterkaitan antara laju perubahan

RTH dengan hirarki wilayah, dimana secara umum laju konversi RTH besar

terjadi pada hirarki wilayah 1. Perubahan luas RTH terbesar terjadi pada

wilayah berhirarki 3.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH adalah jarak ke

kabupaten yang membawahi, luas RTH tahun 2003,jarak ke fasilitas sosial,

perubahan lahan terbangun, luas lahan kosong tahun 2003, jarak ke fasilitas

pendidikan, dan perubahan jumlah fasilitas ekonomi.

6. Luas areal arahan pertambahan RTH yang dihasilkan sebesar 541,686 ha.

Luasan arahan pertambahan RTH tersebut masih belum bisa mencukupi

kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk di Kota Bekasi. Kekurangan

luasan pertambahan RTH yang dibutuhkan untuk bisa memenuhi kebutuhan

RTH berdasarkan jumlah penduduk adalah sebesar 1.583,71 ha.

7. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam usaha penambahan RTH adalah 1)

mengoptimalkan kinerja badan-badan pengelola RTH dengan koordinasi tugas

Page 79: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

66

yang jelas, 2) Peningkatan hubungan kerjasama pemerintah dengan pihak

ketiga, 3) Memanfaatkan wilayah Kota Bekasi bagian Selatanyang masih

berpotensi tinggi untuk RTH dan optimalisasi lahan di wilayah Utara Kota

Bekasi dnegan pembangunan vertikal, 4) Pengambilan kebijakan yang tegas

dari pemerintah daerah mengenai okupasi pemukiman liar, 5) Optimalisasi

kerjasama dengan pihak ketiga untuk penggalangan dana pengelolaan RTH, 6)

Pengembangan RTH selain di atas tanah, 7) Memberdayakan masyarakat

sekitar dalam pemeliharaan RTH di lingkungan sekitar masyarakat, 8)

Mengoptimalkan program insentif dan disinsentif, 9) mengoptimalkan areal

jalur di sekitar sisten utilitas kota untuk RTH, 10) Optimalisasi fungsi RTRW

sebagai acuan pengendalian RTH, 11) Optimalisasi pengawasan kegiatan

pembangunan, 12) Penyusunan anggaran khusus RTH,

6.2. Saran

Analisis kecukupan RTH pada penelitian ini hanya ditentukan berdasarkan

jumlah penduduk. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kajian mengenai kecukupan

RTH perkotaan berdasarkan pada kebutuhan oksigen kota, dan kebutuhan air.

Demikian juga disarankan juga pembuatan skenario yang lebih detil mengenai

arahan penambahan RTH kota agar kebutuhan RTH dapat terpenuhi. Luasan

kebutuhan RTH berdasarkan 20% luas wilayah Kota Bekasi lebih kecil dari pada

luasan kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk dan juga merupakan

ketentuan yang tertuang dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

maka target luasan ini harus dicapai lebih dulu. Setelah Mencapai luasan tersebut,

dilakukan perluasan areal RTH sehingga dapat mencapai luasan kebutuhan RTH

berdasarkan jumlah penduduk untuk menunjang kenyamanan penduduk dalam

beraktifitas.

Page 80: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

Tentang Penataan Ruang.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2005.

Laporan Peninjauan Kembali RTRW Kota Bekasi Tahun 2000-2010. Kota

Bekasi.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2007.

Laporan Penyusunan Rencana Induk Penataan, Pengelolaan, dan

Pengendalian Ruang Terbuka Hijau Kota Bekasi. Kota Bekasi

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi.

2010. Kota Bekasi Dalam Angka 2009. Kota Bekasi.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2010. Kota

Bekasi Dalam Angka 2009. Kota Bekasi.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010.

Kota Bekasi

Dahlan E. N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan kualitas

Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI).

Jakarta

Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB. 2005. Ruang Terbuka

Hijau (RTH) Wilayah Perkotaan. makalah lokakarya Pengembangan

Sistem RTH di Perkotaan dalam rangkaian acara hari bakti Pekerjaan

Umum ke 60. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan

Umum.

Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi. 2010. Kota Bekasi Dalam Angka 2009. Kota

Bekasi

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur

Utama Tata Ruang Kota. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Departemen

Pekerjaan Umum. Jakarta

Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2008.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

Harti C. I. 2005. Pengaruh Taman Lingkungan Terhadap Suhu Udara di Dalam

Taman dan Sekitarnya. Jurnal Landskap Indonesia. 1(1): 7-13.

Hartini S, Harintaka, dan Istarno. 2008. Analisis Konversi Ruang Terbuka Hijau

Menjadi penggunaan Perumahan di Kecamatan Tembalang Kota

Semarang. Media Teknik. 4(30): 470-478.

Hasni. 2009. Ruang Terbuka Hijau Dalam Rangka Penataan Ruang. Jurnal

Hukum. 4(2): 39-65

Page 81: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

68

Hendrawan A. 2003. Optimalisasi Ruang Terbuka Hijau Untuk Remaja (Studi

Kasus: Empat Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta).PSIL PPS UI.

Jakarta.

Http://bekasikota.go.id. diakses tanggal 30 Januari 2012.

Iskandarini. 2004. Analisis Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan.

Universitas Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id:6 Maret 2012

Leitmann J. 1999. Sustaining Cities: Environmental Planning and Management in

Urban Design. Mc Graw-Hill. New York.

Lillesand T. M. dan Kiefer R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.

Terjemahan. Gajah Mada University Press. Jogyakarta

Munibah K, Sitorus S.R.P., Rustiadi E, Gandasasmita K, dan Hartisari. 2009.

Model Hubungan Antara Jumlah Penduduk dengan Luas Lahan Pertanian

dan Permukiman. Jurnal Tanah dan Lingkungan. 11(1): 31-39

Putri P. 2010. Analisis Spasial dan Temporal Perubahan Luas Ruang Terbuka

Hijau di Kota Bandung. Jurnal landskap Indonesia. 2(2): 111-117.

Sancho S. H. 2005. Studi Tentang Alun-Alun Bandung Sebagai Ruang Terbuka

Hijau. Jurnal Landskap Indonesia. 1(1): 1-3.

Saputro T.H. 2010. Studi Pengaruh Area Perkerasan Terhadap Perubahan Suhu

Udara. Jurnal Landskap Indonesia. 2(2): 74-80.

Sinulingga B. D. 2005. Pembangunan Kota: Tinjauan regional dan lokal. Pustaka

Sinar Harapan. Jakarta

Sugandhy A. dan Hakim R. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan

Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.

Suwarli. Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan dan Strategi Pengalokasian

Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penganggaran Daerah Berbasis

Lingkungan (Studi Kasus Kota Bekasi). [Disertasi] Sekolah Pasca Sarjana,

Institut Pertanian Bogor.

Utami R. 2011. Analisis Kebutuhan Taman Pemakaman Umum Sebagai

Pendukung Ruang Terbuka Hijau Di Kota Medan. WAHANA HIJAU

Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. 6(3):167-176.

Verbist B., Putra A.E., dan Budidarsono S. 2004. Penyebab Alih Guna Lahan dan

Akibatnya Terhadap Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pada Lansekap

Agroforestri Berbasis Kopi di Sumatra. Agrivita. 26(1):29-38.

Wikantika K. dan Agus S. S. A. 2006. Analisis Perubahan Luas Pertanian Lahan

Kering Menggunakan Transformasi Tasseled Cap Studi Kasus: Kawasan

Puncak-Jawa Barat. Infrastuktur dan Lingkungan Binaan. 2(1): 29-35.

Page 82: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

LAMPIRAN

Page 83: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

70

Lampiran 1. Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2003

Kecamatan Kelurahan Jumlah Fasilitas

Jumlah Jenis Fasilitas

Hirarki

Bekasi Timur Margahayu 353 24 Hirarki 1

Medan Satria Medan Satria 959 23 Hirarki 1

Pondokgede Jatirahayu 557 23 Hirarki 1

Bekasi Timur Bekasi Jaya 429 22 Hirarki 1

Bekasi Timur Duren Jaya 1210 21 Hirarki 1

Bekasi Selatan Pekayon Jaya 1159 21 Hirarki 1

Bekasi Barat Kranji 896 21 Hirarki 1

Pondokgede Jatiwaringin 1176 20 Hirarki 2

Medan Satria Pejuang 1104 20 Hirarki 2

Bekasi Selatan Kayuringin Jaya 1011 20 Hirarki 2

Pondokgede Jatibening 402 20 Hirarki 2

Bantargebang Bantargebang 1101 19 Hirarki 2

Medan Satria Kali Baru 1003 19 Hirarki 2

Pondokgede Jatimakmur 935 19 Hirarki 2

Medan Satria Harapan Mulya 924 19 Hirarki 2

Rawalumbu Sepanjang Jaya 588 19 Hirarki 2

Jatiasih Jatirasa 565 19 Hirarki 2

Bekasi Utara Harapan Jaya 526 19 Hirarki 2

Bantargebang Mustika Jaya 523 19 Hirarki 2

Pondokgede Jatiwarna 450 19 Hirarki 2

Bekasi Utara Teluk Pucung 437 19 Hirarki 2

Jatiasih Jatikramat 388 19 Hirarki 2

Bekasi Utara Kaliabang Tenga 653 18 Hirarki 2

Bekasi Timur Aren Jaya 463 18 Hirarki 2

Bekasi Barat Bintara 454 18 Hirarki 2

Bekasi Selatan Jaka Mulya 418 18 Hirarki 2

Bekasi Utara Marga Mulya 260 18 Hirarki 2

Bekasi Barat Jaka Sampurna 1165 17 Hirarki 3

Bekasi Selatan Jaka Setia 985 17 Hirarki 3

Rawalumbu Pengasinan 907 17 Hirarki 3

Jatiasih Jatimekar 720 17 Hirarki 3

Rawalumbu Bojong Rawalumbu 674 17 Hirarki 3

Bekasi Selatan Marga Jaya 588 17 Hirarki 3

Jatiasih Jatiasih 447 17 Hirarki 3

Bekasi Barat Kota Baru 246 17 Hirarki 3

Jatiasih Jatisari 231 17 Hirarki 3

Bekasi Utara Harapan Baru 165 17 Hirarki 3

Rawalumbu Bojong Menteng 1155 16 Hirarki 3

Jatisampurna Jatikarya 774 16 Hirarki 3

Jatisampurna Jatisampurna 412 16 Hirarki 3

Bekasi Utara Perwira 195 16 Hirarki 3

Page 84: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

71

Lampiran 1. (Lanjutan)

Kecamatan Kelurahan Jumlah Fasilitas

Jumlah Jenis Fasilitas

Hirarki

Bekasi Barat Bintara Jaya 123 16 Hirarki 3

Bantargebang Padurenan 1052 15 Hirarki 3

Jatisampurna Jatimurni 335 15 Hirarki 3

Jatisampurna Jatiranggon 195 14 Hirarki 3

Jatisampurna Jatirangga 71 14 Hirarki 3

Bantargebang Mustika Sari 764 13 Hirarki 3

Jatiasih Jatiluhur 232 13 Hirarki 3

Bantargebang Cikiwul 113 13 Hirarki 3

Bantargebang Cimuning 191 11 Hirarki 3

Bantargebang Ciketingudik 170 10 Hirarki 3

Bantargebang Sumur Batu 440 9 Hirarki 3

Page 85: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

72

Lampiran 2. Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2010

Kecamatan Kelurahan Jumlah

Fasilitas Jumlah Jenis

Fasilitas Hirarki

Bekasi Timur Margahayu 952 25 Hirarki 1

Bekasi Selatan Kayuringin Jaya 725 25 Hirarki 1

Pondok Melati Jatirahayu 837 24 Hirarki 1

Bekasi Timur Bekasi Jaya 544 24 Hirarki 1

Pondok Gede Jatiwaringin 1267 22 Hirarki 1

Bekasi Selatan Jaka Setia 1175 22 Hirarki 1

Bekasi Timur Aren Jaya 559 22 Hirarki 1

Bekasi Selatan Pekayon Jaya 1389 21 Hirarki 2

Rawa Lumbu Bojong Rawalumbu 1138 21 Hirarki 2

Bekasi Barat Bintara 567 21 Hirarki 2

Bantar Gebang Bantargebang 397 21 Hirarki 2

Bekasi Barat Jaka Sampurna 352 21 Hirarki 2

Medan Satria Medan Satria 220 21 Hirarki 2

Rawa Lumbu Sepanjang Jaya 178 21 Hirarki 2

Pondok Gede Jaticempaka 1247 20 Hirarki 2

Bekasi Timur Duren Jaya 723 20 Hirarki 2

Bekasi Utara Harapan Jaya 602 20 Hirarki 2

Bekasi Utara Teluk Pucung 481 20 Hirarki 2

Medan Satria Pejuang 459 20 Hirarki 2

Jati Asih Jatisari 452 20 Hirarki 2

Bekasi Barat Kota Baru 375 20 Hirarki 2

Pondok Gede Jatimakmur 331 20 Hirarki 2

Medan Satria Kali Baru 309 20 Hirarki 2

Medan Satria Harapan Mulya 284 20 Hirarki 2

Bekasi Barat Kranji 277 20 Hirarki 2

Jati Sampurna Jatisampurna 238 20 Hirarki 2

Pondok Gede Jatibening 874 19 Hirarki 2

Bekasi Utara Kaliabang Tengah 706 19 Hirarki 2

Bekasi Selatan Marga Jaya 432 19 Hirarki 2

Bekasi Selatan Jaka Mulya 349 19 Hirarki 2

Bekasi Barat Bintara Jaya 295 19 Hirarki 2

Jati Asih Jatiasih 266 19 Hirarki 2

Rawa Lumbu Bojong Menteng 242 19 Hirarki 2

Pondok Melati Jatiwarna 376 18 Hirarki 3

Bekasi Utara Marga Mulya 281 18 Hirarki 3

Jati Asih Jatirasa 266 18 Hirarki 3

Jati Sampurna Jatikarya 201 18 Hirarki 3

Rawa Lumbu Pengasinan 201 18 Hirarki 3

Jati Asih Jatimekar 364 17 Hirarki 3

Jati Asih Jatikramat 360 17 Hirarki 3

Page 86: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

73

Lampiran 2. (lanjutan)

Kecamatan Kelurahan Jumlah Fasilitas

Jumlah Jenis Fasilitas

Hirarki

Pondok Melati Jatimurni 359 17 Hirarki 3

Mustika Jaya Mustikajaya 213 17 Hirarki 3

Pondok Gede Jatibaru 199 17 Hirarki 3

Bekasi Utara Perwira 198 17 Hirarki 3

Bekasi Utara Harapan Baru 188 17 Hirarki 3

Pondok Melati Jatimelati 312 16 Hirarki 3

Jati Asih Jatiluhur 302 16 Hirarki 3

Mustika Jaya Mustikasari 105 16 Hirarki 3

Jati Sampurna Jatiranggon 206 15 Hirarki 3

Mustika Jaya Cimuning 125 15 Hirarki 3

Mustika Jaya Padurenan 212 14 Hirarki 3

Bantar Gebang Cikiwul 217 13 Hirarki 3

Bantar Gebang Ciketingudik 199 13 Hirarki 3

Jati Sampurna Jatiraden 141 12 Hirarki 3

Jati Sampurna Jatirangga 79 12 Hirarki 3

Bantar Gebang Sumur Batu 151 11 Hirarki 3

Page 87: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

74

Lampiran 3. Titik Pengamatan Lapang

Kecamatan Kelurahan Perubahan x y

Bekasi Utara Harapan Baru badan air-->badan air 723579,29 9312679,85

Bantar Gebang Bantar Gebang industri-->industri 718943,61 9300740,31

Medan Satria Medan Satria industri-->rth pr 717977,05 9315089,55

Medan Satria Medan Satria jalan-->rth-p jalur hijau jalan 722259,31 9309166,89

Bekasi Selatan Kayuringin Jaya lahan kosong-->industri 720238,76 9309373,54

Bekasi Selatan Marga Jaya lahan kosong-->perkantoran dan jasa 720570,43 9309924,04

Bekasi Timur Bekasi Jaya lahan kosong-->permukiman 721912,51 9310479,53

Medan Satria Medan Satria lahan kosong-->rth pr 718638,90 93151491,97

Mustika Jaya Padurenan lahan kosong-->rth pr 721530,49 9302202,32

Bekasi Selatan Jaka Mulya lahan kosong-->rth-p jalur hijau jalan 716716,29 9305741,50

Pondok Gede Jati Bening lahan kosong-->rth-p jalur hijau jalan 713654,65 9307972,46

Jati Asih Jati sari lahan kosong-->rth-p sempadan sungai 716000,18 9297812,72

Rawalumbu Bojong Menteng lahan kosong-->rth-p sempadan sungai 720686,70 9303121,53

Bekasi Selatan Marga Jaya lahan kosong-->rth-p taman 721268,98 9309629,68

Rawalumbu Pengasinan perkantoran dan jasa-->perkantoran dan jasa 722338,64 9307801,72

Jati Asih Jati Mekar permukiman-->lahan kosong 715074,36 9302929,84

Jati Sampurna Jati Ranggon permukiman-->rth pr 713561,44 9298592,48

Bekasi Selatan Jaka Mulya permukiman-->rth-p jalur hijau jalan 716681,16 9317885,49

Bantar Gebang Sumur Batu rth pr-->badan air 721441,39 9297483,17

Medan Satria Medan Satria rth pr-->industri 718651,89 9312965,79

Jati Asih Jati Luhur rth pr-->industri 715812,12 9301527,69

Bekasi Selatan Kayuringin Jaya rth pr-->industri 720119,94 9310325,32

Jati Asih Jati Asih rth pr-->jalan 716775,95 9303839,18

Bekasi Selatan Jaka Mulya rth pr-->jalan tol 716720,14 9306345,15

Jati Asih Jati Asih rth pr-->jalan tol 716211,97 9303530,87

Pondok Gede Jati Bening rth pr-->lahan kosong 713204,01 9307768,60

Bantar Gebang Ciketing Udik rth pr-->lahan kosong 719016,60 9297747,65

Medan Satria Harapan Mulya rth pr-->perkantoran dan jasa 720495,12 9310633,01

Bekasi Timur Margahayu rth pr-->perkantoran dan jasa 722141,46 9308400,00

Jati Asih Jati sari rth pr-->permukiman 714136,17 9297887,28

Pondok Gede Jati Bening rth pr-->permukiman 714670,37 9307238,19

Mustika Jaya Mustika Sari rth pr-->permukiman 722309,78 9304340,73

Bekasi Timur Aren Jaya rth pr-->permukiman 724615,22 9309739,02

Mustika Jaya Cimuning rth pr-->rth pr 724782,47 9301893,66

Jati Asih Jati Luhur rth pr-->rth pr 716076,55 9301326,18

Bantar Gebang Ciketing Udik rth pr-->rth pr 718371,38 9297756,20

Rawalumbu Bojong Menteng rth pr-->rth pr 720584,76 9302633,50

Bekasi Timur Margahayu rth pr-->rth-p jalur hijau jalan 723674,60 9308215,37

Bekasi Utara Teluk Pucung rth pr-->rth-p jalur hijau jalan 723992,99 9312963,38

Bantar Gebang Sumur Batu rth pr-->sawah 721759,26 9299403,58

Bekasi Barat Kota Baru rth pr-->sungai 718042,66 9312306,24

Bantar Gebang Sumur Batu rth pr-->TPA 721359,12 9297897,21

Page 88: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

75

Lampiran 3. (Lanjutan)

Kecamatan Kelurahan Perubahan x y

Bekasi Selatan Kayuringin Jaya rth-p hijau olahraga-->fasilitas olahraga 720273,103 9309905,013

Bekasi Selatan Kayuringin Jaya rth-p hijau olahraga-->rth-p hijau olahraga 720415,928 9310406,497

Pondok Gede Jati Makmur rth-p jalur hijau jalan-->jalan 713152,397 9306090,715

Bekasi Selatan Pekayon Jaya rth-p jalur hijau jalan-->jalan 718456,479 9308163,158

Bekasi Barat Jakasampurna rth-p jalur hijau jalan-->jalan tol 716532,113 9308135,409

Pondok Melati Jati Rahayu rth-p jalur hijau jalan-->lahan kosong 712004,022 9304073,815

Jati Asih Jati Luhur rth-p jalur hijau jalan-->permukiman 714678,015 9301551,927

Bekasi Barat Bintara Jaya rth-p jalur hijau jalan-->permukiman 715806,819 9310582,363

Bekasi Selatan Pekayon Jaya rth-p jalur hijau jalan-->rth-p jalur hijau jalan 719643,394 9308574,394

Rawalumbu Pengasinan rth-p jalur hijau jalan-->rth-p jalur hijau jalan 723034,915 9307323,765

Bekasi Barat Jakasampurna rth-p jalur hijau jalan-->rth-p jalur hijau jalan 718101,222 9309100,491

Pondok Gede jati Bening Baru rth-p jalur hijau jalan-->rth-p jalur hijau jalan 716222,820 9308071,618

Bekasi Timur Duren jaya rth-p sempadan sungai-->lahan kosong 723566,861 9310920,135

Pondok Gede Jati Cempaka rth-p sempadan sungai-->permukiman 710764,904 9307530,186

Rawalumbu Bojong Rawalumbu rth-p sempadan sungai-->rth-p sempadan sungai 719382,929 9305819,190

Medan Satria Kali Baru rth-p sempadan sungai-->sungai 719385,871 9312040,519

Rawalumbu Pengasinan rth-p taman-->rth-p taman 722297,551 9307782,586

Bekasi Timur Duren jaya rth-p TPU-->rth-p TPU 723789,802 9310382,020

Jati Asih Jati Asih sawah-->rth-p jalur hijau jalan 716240,590 9303676,779

Jati Asih Jati Rasa sawah-->sawah 716931,571 9301767,820

Rawalumbu Pengasinan sungai-->rth-p sempadan sungai 721427,901 9306298,146

Page 89: ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN … · penulis meneruskan pendidikan di SD Negeri III Karangan dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima

76

Lampiran 4. Layout Kuesioner

Hari/ Tanggal

Koordinat x

Koordinat y

Kecamatan

Kelurahan

Penggunaan lahan 2003

Penggunaan lahan 2010

Penggunaan lahan eksisting

Intensitas penggunaan lahan

Elevasi

Kepemilikan

Tahun Berubah

Informasi lain terkait