Upload
others
View
31
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SEMIOTIK MAKNA PESAN LIRIK LAGU “PILU
MEMBIRU”, “REHAT” DAN “SULUNG” KARYA KUNTO AJI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya “Almamater
Wartawan Surabaya” untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
PITA SARI
NPM : 15.01.0109
KEKHUSUSAN : PUBLIC RELATION
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI
ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA
2020
xi
xii
xiii
xiv
PERNYATAAN ORISINILITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa
dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis :
Judul : ___________________________________________________
___________________________________________________
Sub Judul : ____________________________________________________________
____________________________________________________________
Yang saya ajukan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi S-1 Sekolah Tinggi
Ilmu Komunikasi – AWS adalah benar-benar hasil karya
penelitian saya sendiri , bukan hasil menjiplak (plagiat) karya
orang lain.
Surat pernyataan orisinalitas (keaslian) ini saya buat dengan penuh
kesadaran. Saya siap mempertanggungjawabkan dan menerima
risiko apapun bila kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak
benar*
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
Surabaya, 15 Juli 2020
,Saya Pembuat Pernyataan
PITA SARI
xv
MOTTO
“ Di batas kemampuan seseorang, ada level pasrah yang melebihi
ikhtiar”
xvi
ABSTRAK
Skripsi dengan judul Analisis Semiotik Makna Pesan Lirik Lagu “Pilu
Membiru”, “Rehat”, dan “Sulung” Karya Kunto Aji ini ditulis dan diteliti
menggunakan teori semiotik menurut Ferdinand de Saussure untuk mengungkap
makna dan pesan dari lirik lagu milik penyanyi Kunto Aji yang berjudul Pilu
Membiru, Rehat, dan Sulung. Lagu tersebut terdapat dalam album kedua Kunto
Aji yang berjudul MantraMantra, di mana hadirnya album ini ditujukan untuk self
healing para pendengarnya agar bisa memaknai hidup secara positif. Subjek dari
penelitian ialah Kunto Aji Sebagai penyanyi. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini ialah analisis kualitatif yang datanya diperoleh dari
analisis lirik menurut teori Ferdinand de Saussure yang kemudian akan
memberikan gambaran makna pesan apa yang terkandung dalam lirik lagu
tersebut. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ketiga lagu Kunto Aji
dalam album MantraMantra tersebut memiliki pesan agar tidak menyerah dalam
hidup dan selalu berfikir positif. Ketiga lagu tersebut juga disampaikan dalam
pola yang sama, yakni repetitif untuk menanamkan makna lirik pada alam bawah
sadar pendengarnya.
Kata Kunci : Kunto Aji, MantraMantra, Pilu Membiru, Rehat, Sulung
xvii
ABSTRACT
This thesis with the title Semiotic Analysis Of Meaning Of The Song
Lyrics Message "Pilu Membiru", "Rehat", And "Sulung" Works Kunto Aji was
written and researched using semiotic theory according to Ferdinand de Saussure
to reveal the meaning and message of the song lyrics of singer Kunto Aji entitled
Blue, Rest, and Eldest. The song is included in Kunto Aji's second album entitled
MantraMantra, where the presence of this album is aimed at self-healing the
listeners so that they can interpret life positively. The subject of the research is
Kunto Aji as a singer. The data collection technique used in this study is a
qualitative analysis where the data is obtained from lyric analysis according to
Ferdinand de Saussure's theory which will then provide an overview of the
meaning of the message contained in the song lyrics. From the results of this
study, it can be concluded that the three songs of Kunto Aji in the MantraMantra
album have a message not to give up in life and always think positively. The three
songs are also conveyed in the same pattern, namely repetitive to instill the
meaning of the lyrics in the subconscious of the listener.
Keywords: Kunto Aji, MantraMantra, Pilu Membiru, Rehat, Sulung
xviii
KATA PENGANTAR
Segala puji stukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat,
karunia serta hidah-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Semoga adanya keberkahan untuk digunakan sebagai acuan maupun
pedoman bagi pembaca.
Allhamdulillah rabbil allamin, skripsi dengan judul Analisis Semiotik
Makna Pesan Lirik Lagu “Pilu Membiru”, “Rehat” Dan “Sulung” Karya
Kunto Aji dapat diselesaikan guna memenuhi standart kelulusan Strata-1
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya.
Proses dari pengerjaan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada Allah SWT, karena atas kehendak-Nya dalam penulisan ini
penulis diberikan kemudaham menghadapi berbagai hambatan dalam
proses penulisan.
2. Kepada kedua orang tua yang sudah berada di tempat terbaik bersama
Allah SWT, Almarhum Ayah Darto, Almarhumah Ibu Karseh, yang
mampu membesarkan peneliti sampai akhir hidupnya, sehingga peneliti
bisa mewujudkan keinginannya satu-persatu.
3. Kepada dua adikku Nindi Ayu Lestari dan Moch.Tri Putra Aditya, yang
karena mereka berdua peneliti mampu kuat dan bertahan untuk
menyelesaikan syarat kelulusan pendidikan S1 yang ditempuh peneliti.
4. Kepada penyanyi Kunto Aji, dimana karyanya dalam album Mantra
Mantra membuat peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian.
xix
5. Kepada dosen pembimbing H. Mucholil, S.Kom.M.Si yang bersedia
membimbing peneliti hingga menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh jajaran Dosen STIKOSA-AWS, yang memberikan banyak
pengetahuan mengenai Ilmu Komunikasi.
7. Kepada keluarga besar Acta Surya yang banyak memberikan pengalaman
pada peneliti. Untuk Mas dan Mbak Acta Surya yang rela membagi
pengalaman dan keceriaan selama proses perkuliahan peneliti.
8. Untuk teman-teman angkatan Panjebar Semangat: Amanah, Caca, Ebi,
Surya, Andhi Dwi, Darso, Fiqoh, dan Abiantoro yang menjadi teman
seperjuangan di Acta Surya sekaligus ladang tawa bagi peneliti.
9. Untuk Amanah Nur Asiah yang bersedia meminjamkan laptop untuk
mengerjakan skripsi (kalau bukan karena laptopmu amm, skripsi ini tidak
akan selesai) dan Caca yang baik hati mau selalu direpotkan dalam proses
pengerjaan skripsi peneliti.
10. Untuk adik-adik tingkatku di Acta Surya Esti, Hanim, Kikik, Alfa, Sasa,
Dini, Avit, Adi, Lukman, Agathon, Odif, Dila dan semuanya terima kasih
sudah hadir dan berbagi pengalaman bersama.
11. Untuk keluarga besar Kabinet BEM 2016, yang menjadi salah satu wadah
peneliti untuk mengembangkan diri selama kuliah.
12. Untuk keluarga besar PRC angkatan tahun 2015 yang menjadi tempat
peneliti mengali ilmu lebih dalam tentang PR.
13. Untuk Gincu Manja (kumpulan orang yang terbentuk dari rasa keluh kesah
saat berorganisasi). Qoonitah, Greatha, dan Meryta terima kasih untuk
semua pengalaman yang lalui bersama. Sukses dimanapun kalian berada.
xx
14. Untuk teman sekaligus kakakku, Christine Ayu Nurcahyanti aka markitin
aka biduan Tretes terima kasih untuk telingga dan waktunya yang selalu
mendengarkan keluh kesah peneliti. Terima kasih sudah mau merelakan
waktu tidurnya terganngu untuk membantu peneliti mengerjakan skripsi.
15. Untuk Heftys Suud Tunggal Putri terima kasih untuk telinga dan waktunya
mendengarkan sambatan peneliti. Terima kasih untuk candaan, celaan dan
semuanya.
16. Untuk Kakak Alin, Kakak Virgita, Kakak Melia terima kasih sudah mau
berteman dengan peneliti dan menjadi saksi atas drama perskripsian ini.
17. Terima kasih tak terhingga untuk orang-orang yang sering meremehkan
peneliti, karena ejekannya membuat peneliti lebih semangat membuktikan
bahwa peneliti bisa..
Akhir kata, dari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran sangat membantu dalam kesalahan penelitian guna
menjadi pedoman yang baik bagi penelitian selanjutnya menggunakan
judul yang sama. Semoga bermanfaat bagi mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi. Semoga keikhalasan untuk pihak yang turut membantu
penulis dalam proses skripsi dibalas kebaikannya oleh Allah SWT dengan
keberkahan yang melimpah.
Surabaya, 13 Juli 2020
PITA SARI
xxi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .......... Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ............ Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ORISINILITAS ........................................................................ xiv
MOTTO ................................................................................................................ xv
ABSTRAK ........................................................................................................... xvi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB1 Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................................... 8
1.5 Kajian Pustaka ................................................................................................... 8
1.5.1 Pengertian Komunikasi .............................................................................. 8
1.5.2 Pengertian Musik ...................................................................................... 10
1.5.4 Tanda dan Makna ..................................................................................... 12
xxii
1.5.5 Makna Pesan ............................................................................................. 15
1.5.7 Self Healing .............................................................................................. 17
1.5.8 Semiotika .................................................................................................. 17
1.5.8.1 Teori Semiotik Menurut Ferdinand de Saussure ................................... 19
1.6 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 23
1.8 Metodologi Penelitian ..................................................................................... 24
1.9 Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 24
1.11 Teknik Analisis dan Interpretasi Data ....................................................... 25
BAB II OBJEK PENELITIAN ............................................................................. 27
2.1 Biografi Kunto Aji .......................................................................................... 27
2.2 Daftar Album dan Lagu Kunto Aji. ................................................................ 30
2.3 Kolaborasi Kunto Aji. ..................................................................................... 34
2.4 Penghargaan Kunto Aji ................................................................................... 35
2.5 Lirik Lagu „Pilu Membiru‟.............................................................................. 36
BAB III Analisis dan Interpretasi Data ................................................................. 40
3.1 Penyajian Data Penelitian ............................................................................... 40
3.1.1 Pembahasan Analisis Lirik lagu „Pilu Membiru‟ ......................................... 41
3.1.2 Pembahasan Analisis Lirik lagu „Rehat‟ ..................................................... 48
3.1.2 Pembahasan Analisis Lirik lagu „Sulung‟ ................................................... 53
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 57
4.1 Simpulan ......................................................................................................... 57
xxiii
4.2 Saran Penelitian ............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bait 1 Lirik lagu „Pilu Membiru‟ .......................................................... 41
Tabel 3.2: Bait 2 Lirik lagu „Pilu Membiru‟ ......................................................... 42
Tabel 3.3: Bait 3 Lirik lagu „Pilu Membiru‟ ......................................................... 44
Tabel 3.4 : Bait 4 Lirik lagu „Pilu Membiru‟ ........................................................ 46
Tabel 3.5: Bait 5 Lirik lagu „Pilu Membiru‟ ......................................................... 47
Tabel 3.6: Bait 1 Lirik lagu „Rehat‟ ...................................................................... 48
Tabel 3.7: Bait 2 Lirik lagu „Rehat‟ ..................................................................... 49
Tabel 3.8: Bait 3 Lirik lagu „Rehat‟ ...................................................................... 50
Tabel 3.9: Bait 4 Lirik lagu „Rehat‟ ...................................................................... 51
Tabel 3.10: Bait 5 Lirik lagu „Rehat‟ .................................................................... 52
Tabel 3.11: Bait 1 Lirik lagu „Sulung‟ .................................................................. 53
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar2 1: (Foto: Sumber Google) ..................................................................... 27
Gambar 2.2: (Foto: Sumber Google) .................................................................... 31
Gambar 2.3: (Foto: Sumber Google) .................................................................... 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disadari atau tidak musik merupakan bagian penting dalam
kehidupan manusia. Tanpa disadari musik menjadi bagian yang tidak bisa
terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Filsuf Plato, musik
memberikan jiwa pada alam semesta, sayap dalam pikiran, penerbangan
untuk imajinasi dan kehidupan untuk segala sesuatu. Begitu pula menurut
David Ewen, musik iaalah ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi
ritmik dari nada-nada , baik vokal maupun instrumental, yang meliputi
melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin
diungkapkan terutama pada aspek emosional. Setiap penyanyi dan pencipta
lagu melakukan permaina kata-kata dan bahasa untuk membuat musik dan
lagunya memiliki ciri khas.
Musik juga merupakan refleksi dari realitas yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat. Lewat lirik lagu pencipta lagu dapat meyampaikan
berbagai pesan yang dikemas dalam tema-tema tertentu. Lirik lagu atau
musik memiki pesan masing-masing yang ingin disampaikan pembuat lagu
atau penyanyinya kepada pendengar musik tersebut. Pesan itu pun dapat
berupa curahan hati atau aspirasi terkait situasi tertentu seperti pesan cinta,
pesan semangat nasionalisme, tema-tema lingkungan hidup, keadilan sosial,
keadaan keluarga atau sebagai media untuk bermeditasi guna menyembuhkan
diri sendiri (self healing) dari stres. Dalam hal ini tentu saja lirik lagu yang
2
dikemas bersama musik tidak hanya diperuntuk untuk hiburan semata, tetapi
juga bisa digunakan sebagai media menyalurkan aspirasi individu, kelompok,
atau masyarakat luas.
Banyak jenis-jenis musik baru yang bermuculan menunjukan
perkembangan musik yang pesat. Perkembangan musik tersebut juga
berimbas pada perkembangan musik Indonesia, hal ini terlibat dari maraknya
inovasi-inovasi musik baru yang berhasil diciptakan oleh musisi tanah air
baik musik tradisional maupun musik kontemporer atau perpaduan dari
kedunnya.
Tak sekedar unik, musik sangat beragam dengan setiap genre yang
memiliki konsep tersendiri. Beberapa genre musik pun mempunyai pesan
yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang ingin musisinya sampaikan. Di
Indonesia musik sangat bermacam-macam, dari mulai Dangdut, Pop,
Keroncong, dan ada pula kreasi kombinasi musik barat yang sudah menjamur
di khalayak masyarakat seperti Klasik, Jazz, R&B, dan lain sebagainya.
Di Indonesia musik Pop adalah genre yang paling banyak digemari
dan mudah diterima. Musik pop adalah musik yang bersifat easy listenig
yang bisa didengarkan tanpa membutuhkan perhatian yang banyak atau lebih
secara khusus. Musik pop ini juga bisa berfungsi sebagai bentuk perangkat
sosial. Yang menepatkan seorang pada realitas kehidupan yang sedang
mereka jalani. (Strinati:2009).
Setiap tahunya di Indonesia banyak penyanyi beraliran pop yang
muncul, meski dalam genre yang sama. Setiap penyayi tentu memiliki ciri
khasnya masing-masing. Salah satu penyanyi pop yang muncul memberi
3
warna pada musik Pop Indonesia adalah Kunto Aji Wibisono atau akrab
dengan nama panggung Kunto Aji.
Pada 2018, melalui Juni Record Kunto Aji merilis album studio
keduanya berjudul “Mantra Mantra”. Album ini berisi 9 lagu, antara lain,
Pilu Membiru, Rehat, Konon Katanya, Sulung, Topik Semalam, Rancang
Rencana, Jakarta Jakarta, Saudade, Bungsu.
Dalam album tersebut penyanyi Kunto Aji bereksperimen ketika
membuat album tersebut memasukkan frekuensi Solfeggio dalam lagu-lagu
di album tersebut. Ada enam macam frekuensi yang bisa memengaruhi
perasaan manusia dalam frekuensi Solfeggio. Frekuensi 396 Hz dianggap
bisa mengeluarkan pikiran negatif, 417 Hz bias memperbaiki situasi dan
mendorong perubahan, 528 HZ bisa transformasi dan keajaiban, 639 Hz bisa
membangun hubungan, 741 Hz bisa menimbulkan solusi, dan 852 Hz untuk
kembali memahami jiwa. (Redaksi Kumparam, 2019).
Keputusan Kunto Aji untuk menerapkan frekuensi Solfeggio ia
dapatkan dari riset kecil-kecilan yang lakukan dengan pihak ESQ Jakarta.
Penerapan frekuensi Solfeggio memang belum bisa dibuktikan secara ilmiah.
Namun, hal tersebut tidak mengurungkan niatnya untuk memasukkan
frekuensi itu di album terbarunya. “Tidak ada salahnya, kenapa enggak saya
coba,” ucap Aji. (Redaksi Kumparam, 2019).
Dari sembilan lagu di album terbarunya, Kunto Aji mengatakan
frekuensi Solfeggio, khususnya frekuensi 396 Hz, paling terasa dalam lagu
„Rehat‟. Hal itu bisa dirasakan di bagian outro lagu tersebut. (Redaksi
Kumparam, 2019).
4
Dari penjelasan diatas peneliti memilih tiga lagu dalam album
tersebut untuk diteliti, yakni “Pilu Membiru, Rehat, dan Sulung” sebab ketiga
lagu tersebut memiliki porsi lebih banyak dalam pengunaan frekuensi
Solfeggio.
Lagu “Pilu Membiru” sendiri menjadi lagu yang paling bisa
menyayat hati para pendengarnya. Bahkan untuk lagu ini Kunto Aji pada 13
November 2019 lalu, merilis video experience yang berhasil menjadi
trending nomor 1 di Youtube selama tiga hari. Dalam video experience
Kunto Aji bersama Adjie Santosoputro sebagai praktisi pemulihan batin, ari
mengajak tiga orang yang memiliki luka batin dalam kehidupannya untuk
mengelurakan unek-uneknya dan mendengarkan lagu “Pilu Membiru”.
Sementara untuk lagu “Rehat” seperti yang diungkapkan Kunto Aji dalam
Kumparan.com bahwa frekuensi Solfeggio, khususnya frekuensi 396 Hz
paling terasa dilagu tersebut.
Video berjudul Pilu Membiru Experience tersebut sempat menjadi
trending karena menampilkan tiga relawan yang memaknai lagu Pilu
Membiru dengan kisah hidup mereka sendiri.
Antara News mewartakan dalam kurun waktu seminggu, video
tersebut telah ditonton oleh tiga juta orang, dan menempati trending nomor
satu di YouTube pada minggu pertama debutnya. Video musik yang
disutradarai oleh Surya Penny ini melibatkan Adjie Santosoputro, seorang
praktisi pemulihan batin untuk mendengarkan cerita ketiga sukarelawan.
Kunto Aji dan Adjie Santosoputro memberikan pesan tentang lagu ini
sebagai prolog video tersebut. (Anggit Setiani Dayana, 2019).
5
Dan lagu berjudul “Sulung” merupakan lagu dengan durasi paling
singkat di album tersebut. Saat didengarkan lirik lagu tersebut hanya ada satu
kalimat yang dinyanyikan sepanjang lagu, seolah ingin menanamkan lirik
tersebut terhadap para pendengarnya. Dari paparan peneliti ini dipilih tiga
lagu tersebut untuk diteliti.
Kunto Aji dalam wawancaranya bersama Ngopibareng.id
mengungkapkan, album MantraMantra yang didalamnya termasuk lagu “Pilu
Membiru, Rehat dan Sulung” merupakan musik dan lagu yang dibuat untuk
penyembuhan kesehatan mental berdasarkan pengalaman pribadinya.
Orang depresi tidak bisa melihat harapan dalam hidupnya. Saya
terharu, lagu saya dapat diterima dan membantu orang yang secara klinis
terdiagnosa depresi. Ini merupakan pencapain yang tidak saya sangka, ujar
Kunto Aji. (Pita Sari, 2019)
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada
dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinan kita untuk
menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kmampuan atau
potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tangangan hidup, serta
menjalani hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang
kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati,
kemampun berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarang
pada perilaku buruk. (Kementrian Kesehatan RI, 2018)
Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari tidak hanya dapat merusak interaksi atau hubungan dengan orang
6
lain. Selain itu juga dapat menurunkan prestasi di sekolah dan produktivitas
kerja. Oleh sebab itu, sudah saatnya menjalankan pola hidup sehat.
Pengobatan mental illnes pun saat ini juga memiliki berbagai macam
metode. Salah satunya self healing atau mengobatan diri sendiri untuk
mengobati luka batin. Metode ini dilakukan saat seseorang menyimpang luka
batin yang mengganggu emosinya. (Kementrian Kesehatan RI, 2018)
Lagu menjadi salah satu media yang digunakan untuk self healing.
Seperti yang dilakukan Kunto Aji membuat musik yang tenang untuk
penderita gangguan kesehatan mental. Salah satunya tertuang dalam lagu
“Pilu Membiru, Rehat dan Sulung”.
Kesibukan kaum urban yang setiap melakukan rutinitas yang sama,
bahkan sering mendapatkan tekanan dari pekerjaan, keluarga, maupun
sekolah membuat terkadang kaum urban tak terhindar dari mental ilness.
Kesadaran kaum urban yang makin tinggi akan hal tersebut membuat mereka
sering mencoba metode self healing. Salah satu self healing yang bisa dicoba
ialah mendengarkan lagu yang memiliki nada yang tenang dan lirik yang
penuh arti, sehingga lirik tersebut dapat tertanam di lubuk hati pendengarnya
dan menyembuhkan luka hati mereka.
Ketertarikan peneliti tentang lirik lagu ini adalah peneliti tertarik
mengungkap makna lagu ini, karena lagu tersebut mengandung lirik yang
bisa menyentuh hati orang yang memiliki luka batin atau sedang mengalami
mental illnes. Oleh karena itu untuk mengartikan dan memahami lirik-lirik
lagu tersebut secara utuh dan untuk mengetahui apa sebenarnya makna yang
terkandung dalam lirik lagu tersebut, serta membuktikan lagu dapat menjadi
7
obat bagi penderita gangguan kesehatan mental. Peneliti tertarik mengungkap
makna-makna tersembunyi yang harus dikupas agar khalayak bisa
memahami lagu juga dapat menjadi terapi bagi penderita gangguan mental.
Lirik dalam ketiga lagu tersebut tidak sekadar hadir sebagai teks
yang tertulis, melainkan bisa dimaknai lebih dalam. Memaknai ketiga lagu
Kunto Aji dapat membuat masyarakat lebih mendapatkan pesan khususnya
mengenai isu kesehatan mental. Dengan demikian, masyarakat bisa
menjadikan ketiga lagu tersebut sebagai media kontemplasi.
Peneliti akan menganlisis lirik lagu tersebut menggunakan teori
semiotika dari Ferdinand de Saussure. Teori Ferdinand de Saussure
mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda, tersusun dari dua
bagian, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Tanda adalah
kesatuan dari satu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah idea atau
petanda (signified), (Bertens, 2001:180, dalam Sobur 2013:46). Dalam
penelitian ini, analisis teks akan dilakukan dengan cara membagi keseluruhan
lirik lagu menjadi beberapa bait yang selanjutnya masing-masing bait
tersebut akan diuraikan lebih dalam menggunakan teori terkait.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian tersebut maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut : Apa makna pesan yang terkandung
dalam lirik lagu “Pilu Membiru, Rehat dan Sulung” yang diciptakaan dan di
populerkan Kunto Aji?
8
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap makna yang terkandung
dalam lirik lagu “Pilu Membiru, Rehat dan Sulung” yang diciptakaan dan
dipopulerkan Kunto Aji.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam penelitian
karya-karya ilmiah, khusunya bagaimana membaca tanda-tanda yang
muncul dalam lirik sebuah lagu.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan gambaran bagi pembaca tentang tanda-tanda dalam
lirik lagu khususnya pada penikmat musik dan pecipta lagu agar lebih
kreatif dalam menciptakan lagu dengan kata-kata dan makna yang positif.
1.5 Kajian Pustaka
1.5.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian
pesan atau informasi diantara beberapa orang. Karenannya komunikasi
melibatkan seorang pengirim, pesan atau informasi saluran dan
penerima pesan yang mungkin juga memberikan umpan balik kepada
pengirim untuk menyatakan bahwa pesan telah diterima. Komunikasi
merupakan suatu gejala yang komplek dan oleh sebab itu, setiap
9
individu yang mengamati gejala komunikasi memiliki pendekatan
yang berbeda-beda.
Komunikasi adalah proses dimana saling membagi informasi,
gagasan dan pesan antar individu. Komunikasi sangat penting bagi
semua aspek kehidupan manusia. Dengan komunikasi manusia dapat
mengekspresikan gagasan, perasaan, harapan dan kesan kepada sesama
serta memahami gagasan, perasaan dan kesan orang lain.
Komunikasi tidak hanya mendorong perkembangan
kemanusaian yang utuh, namun juga menciptakan hubungan sosial
yang sangat diperlukan dalam kelompok sosial apapun. Menurut
Johnson-Laird dan Oatley (1992) definisi komunikasi terutama adalah
pengaruh yang terjadi antara komunikator di satu sisi dengan penerima
di sisi yang lain (misalnya, musisi mempegaruhi impresi auditori
pendengar). Komunikasi memungkinkn terjadinya kerja sama sosial,
membuat kesepakatan-kesepakatan penting dan lain-lain. Individu
yang terlibat dalam komunikasi memiliki latar belakang latar belakang,
sosial, budaya dan pengalaman psikologis yang berbeda-beda.
Menurut Harold D. Lasswel, komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect?. Harold Lasswel tahun 1948 yang
menggambarkan proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang diemban
masyarakat. Lasswel mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu:
pertama, pengawasan lingkungan, yang mengingatkan anggota-
anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan;
10
kedua, korelasi berbagai bagian tak terpisahkan dalam masyarakat
yang merespon lingkungan; dan ketiga, tranmisi warisan sosial dari
suatu generasi ke generasi lainnya (Mulyana, 2010).
1.5.2 Pengertian Musik
Musik dalam bahasa Yunani kuno disebut dengan istilah Mousike.
Kata ini dikembangkan dari asal kata Mousa dan Ike. Mousa berasal dari
bahasa Mesir Muse, sedangkan kata Ike berasal dari bahasa Celtik, Aik
(d‟Olivet,1987:90-91). Orang Yunani kuno menganggap semua seni adalah
pelengkap dari musik. Mengikuti makna dari kata musik, semua tindakan
yang dihasilkan oleh pikiran untuk menggambarkan suatu bentuk perasaan
dari wilayah intelektual mengacu pada musik. Orang Yunani memainkan
musik sebagai cara memuja dewa-dewi mereka dan menjadikan dunia
sebagai tempat yang lebih beradab dan indah. Sayangnya tidak diketahui
bagaimana ciri khas bunyi musik Yunani kuno karena mereka tidak
manuliskan musik mereka.
Alat musik Yunani kuno antara lain pipa (syrinx), lira, drum, dan
simbal. Pipa dibuat dari kayu atau gelagah yang diberi sejumlah lubang.
Beberapa pipa dimainkan secara vertikal, seperti rekoder, dan beberapa
lainnya dimainkan secara menyamping, seperti seruling. Terkadang, orang
memainkan lebih dari satu pipa bersamaan . pipa dan drum dimainkan
untuk menghasilkan musik yang keras dan hidup yang digunakan untuk
mrngiringi tarian. Musik ini digunakan ketika orang Yunani memuja
Dyonius, dewa anggur dan pesta.
11
Musik mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan
kedalaman dan memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau
bunyi-bunyian (Oxford Ensikloped Pelajar, 2005) Bernstein & Picker
(1972) mengatakan bahwa musik adalah suara-suara yang diorganisasikan
dalam waktu dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan sebagai alat
untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepaada
pedengarnya. Pendapat lain dari Eagle mengatakan musik sebagai
organisasi dari bunyi atau suara dan keadan diam (sounds and silences)
dalam alur waktu dan ruang tertentu.
1.5.3 Musik dalam komunikasi
Musik sebagai karya seni dapat dimergerti sebagai simbol dalam
komunikasi. Musik dan komunikasi secara umum mempunyai kemampuan
untuk menentang struktur sosial yang dominan, karena komunikasi
dibentuk dari masyarakat. Hubungan anatara musik dan masyarakat adalah
hubungan timbal balik dalam hubungan tersebut keduanya saling
mempegaruhi. Musik sering dikatakan memiliki kekuatan dalam
komunikasi emosi (Meyer,1956).
Musik dapat menjadi perantara untuk penyampaikan perasaan
selain mengkomunikasikan dan membangkitakan serangkain emosi.
Kekuatan musik dapat dirasakan mulai dari kemapuannya untuk
menyebabkan orang merasa tidak nyaman (misal dari musik hingar bingar
yang terdengar bercampur aduk), sampai menjadi sarana untuk menyentuh
emosi paling lembut yang bisa dirasakan seseorang. Kategori emosi seperti
gembira, sedih, marah atau takut yang banyak menentukan perilaku emosi
12
dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, menimbulkan pernyataan
apakah stereotype emosi ini dan emosi sehari-hari lainnya dapat menjadi
dasar emosi musikal.
Menurut Johnson-Laird dan Oatley (1992) definisi komunikasi
terutama adalah pengaruh yang terjadi antara komunikator disatu sisi
dengan penerima di sisi yang lain (misalnya, musisi mempegaruhi impresi
auditori pendengar). Jika komunikasi sudah terjadi, baru akan ada analisis
ekspresi dan komunikasi yang lebih mendalam. Pada akhirnya pesan yang
disampaikan oleh musisi atau pencipta (komponis) baru dapat dicerna
dengan interprestasi yang tepat oleh pendengarnya (Djohan, 2009).
1.5.4 Tanda dan Makna
Tanda adalah sesuatu yang berdiri atas sesuatu yang lain. Tanda
mempunyai dua dimensi. Pertama adalah ekspresi, ini merupakan bentuk
fisik tanda atau tanda itu sendiri. Contohnya simbol, kata-kata, rambu lalu
lintas. Lalu yang kedua adalah isi dimensi ini merupakan dimensi isi yang
berarti isi dari tanda atau yang ditandai oleh suatu tanda. Lebih jauh inilah
yang merupakan makna dari tanda.
Tanda adalah setiap “kesan bunyi” yang berfungsi sebagai
“signifikasi” sesuai yang berarti suatu objek atau konsep dalam dunia
pengalaman yang ingin kita komunikasikan (Dennis, 1987: 181). Jadi tanda
merupakan suatu media untuk mengemas maksud atau pesan dalam setiap
peristiwa komunikasi dimana manusia saling melempar tanda-tanda tertentu
dan dari tanda-tanda itu terstrukturlah suatu makna-makna tertentu yang
berhubungan dengan eksistensi masing-masing individu.
13
Aspek –aspek makna dalam sematik menurut Mansoer Pateda ada empat
hal, yaitu:
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai
apabila pembicara dengan lawan bicarnya atau antara penulis dengan
pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati
bersamaa. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa
pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata
lain di dalam kosakata.
2. Perasaan (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan
dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Dengan kata lain,
nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata-kata yang
berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan
maupun penilaian. Jadi, setiap kata mempunyai makna yang berhubungan
dengan perasaan.
3. Nada (Tone)
Menurut Shipley aspek makna nada adalah sikap pembicara
terhadap kawan bicara (dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada
berhubungan pula dengan aspek yang bernilai rasa. Dengan kata lain,
hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menetukan sikap yang
tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
14
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:95)
merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang
dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif,
narasi, pedagosis, persuasi, rekreasi, atau politik.
Makna merupakan hakekat komunikasi. Bagaimana tidak, seorang
dalam kondisi terlibat percakapan, ia dan lawan bicarannya akan terus
menerus memberikan makna pada berbagai pesan\informasi yang mereka
ssampaikan maupun yang diterimannya. Bagaimana kita memproses
makna adalah dasar dari bagian teori-teori yang akan dibahas yang diberi
table “diri dan pesan” (Richard West & Lynn H Turner, 2008:93-96).
Ada dua model makna yang berpengaruh. Pertama, model dari
filsuf dan ahli logika, Cs Pierce, Ogden dan Richard. Kedua, model dari
ahli liguistik Ferdinand de Saussure. Pierce, ahli semiotika dari America
menjelaskan modelnya secara sederhana. Tanda adalah sesuatu yang
dikaitkan pada teori Ogden dan Richard ini mirip dengan teori segitiga
makna Pierce. Istilah reference dari keduanya terkait erat dengan objek
Pierce, referent dengan interprant dan simbol dengan tanda. Dalam model
Ogden dan Richard, referent dan referenct. Namun hubungan antara
simbol dan reference tidaklah langsung atau terkait.
Di titik puncak terdapat reference (pikiran) yang menunjukan
munculnya kembali ingatan masa lalu tentang suatu relitas dalam konteks
masa kini. Kemudian di bawahnya terdapat referenct dan symbol.
Referenct ialah objek yang dipersepsikan dan menimbulkan kesan dalam
15
ingatan. Sementara symbol adalah kata-kata yang dipakai untuk menyebut
referent atau objek.
Hubungan antara pikiran (reference) dan simbol (symbol) adalah
hubungan kausal. Maksudnya, pemakaian suatu simbol merupakan pilihan
atas sejumlah simbol yang ada. Misalnya, ketika kita berbicara pada orang
lain dan pikiran sedang dipegaruhi faktor psikologis, maka pemilihan
sesuatu hal yang akan disimbolisasikan cenderung menyesuaiakan kepada
pikiran dan sikap yang kurang lebih sama dengan tindakan dan sikap si
pembicara.
Hubungan antara referenct dan symbol selalu bersifat tidak
langsung karena kedua entitas tersebut dalam dunia nyata tidak saling
terkait secara langsung. Karenanya hubungan antara keduanya
digambarkan dengan garis titik-titik dalam konteks (Tommy Suprapto,
2009)
1.5.5 Makna Pesan
Informasi adalah makna pesan. Dikatakan bahwa makna, kata dan
isyarat tidak mengandung informasi jika tidak ditafsirkan oleh penerimanya,
maka dapatlah dikemukakan bahwa tidaklah mempunyai arti apa pun jika
tidak diberi makna oleh komunikasi. Sebaliknya pesanlah yang mengandung
makna apabila pesan tersebut ditafsirkan. Maka dengan rumusan sederhana,
dapat kita katakan bahwa hubungan pesan dan makna ibarat wadah dengan
isinya. Seperti sebuah wadah kosong, suatu istilah dapat diisi (diberi makna)
apa pun menurut selera pemakainya. Hanya perlu diingat, tentu suatu istilah
tidak dapat diberi makna seenaknya oleh pemakainya, karena kita mengenal
16
makna yang disepakati umum. Misalnya kata makan tentu saja maknanya
berbeda dengan kata minum. Demikian pula halnya setiap wadah (secara
fisik) tidak dapat diisi secara sembarangan, melainkan diisi dengan hal-hal
yang pantas mengisinya. Kecuali terjadi situasi khusus dan situasi itu
menyebabkan patut, maka gelas selalu diisi air, piring diisi nasi, dan
sebagainya.
Dari pengertian pesan tersebut, dapat pula diketahui bahwa wujud
(bentuk) informasi adalah berupa pesan-pesan yang dikirimkan dan tentu
diterima baik dalam bentuk kata, simbol, atau isyarat. Tentu saja baru bisa
disebut informasi jika diberi makna (Tommy Suprapto, 2009).
1.5.6 Gangguaan Mental
Dalam uraian pengertian gangguan jiwa ada beberapa pendapat
dari beberapa ahli psikologi. Diantaranya salah satu definisi gangguan
jiwa dikemukakan oleh Federick H.Kanfer dan Arnold P. Goldesten.
Menurut kedua ahli diatas gangguan jiwa adalah kesulitan yang harus
dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain. Kesulitan
karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap diri sendiri:
Ciri –ciri orang yang mengalami gangguan jiwa menurut Kanfer dan
Goldstein adalah seperti berikut:
Pertama, hadirnya perasaan cemas (anxiety) dan perasaan tegang
(tension) di dalam diri. Kedua, merasa tidak puas (dalam artian negative)
terhadap perilaku diri sendiri. Ketiga, perhatian yang berlebihan terhadap
17
problem yang dihadapinya. Keempat, ketidakmampuan untuk berfungsi
secara efektif di dalam menghadapi problem.
Terkadang ciri-ciri tersebut tidak dirasakan oleh penderita. Yang
merasakan akibat perilaku penderita adalah masyarakat disekitarnya.
Orang disekitarnya merasa bahwa perilaku yang dilakukan adalah
merugikan diri penderita, tidak efektif, merusak dirinya sendiri. Dalam
kasus demikian seringkali terjadi orang-orang merasa terganggu dengan
perilaku penderita.
Gangguan jiwa erat hubungannya dengan tekanan-tekanan batin,
konflik konflik pribadi, dan komplek-komplek terdesak dalam diri
manusia. Tekanan –tekanan batin dan konflik –konflik pribadi tersebut
sangat menggangu ketenangan hidup seseorang dan sering kali menjadi
pusat penganggu bagi ketenangan hidup.
1.5.7 Self Healing
Self healing merupakan suatu metode yang terkenal di Amerika
dengan memiliki kegunaan, yaitu untuk menyelesaikan segala hal yang
dapat berakibat pada kelelahan emosi seseorang. Sebagian orang pasti
pernah mengalami stres, memiliki masalah dan berujung depresi. Teknik
self-healing sendiri bisa menjadi teknik yang tepat untuk seseorang yang
sedang dalam keadaan kelelahan emosi.
1.5.8 Semiotika
Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu Semeion yang
berarti tanda (Sudjiman dan Va Zoest, 1996:vii, dalam Sobur, 2013:16).
18
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha
mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia (Sobur, 2013:15). Dengan demikian semiotik mempelajari
hakikat tentang keberadaan suatu tanda.
Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas,
dikontruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam
konteks sosial. Van Zoest (1996:5) mengartikan semiotika sebagai ilmu
tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya,
hubungan dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaanya oleh
mereka yang mempergunakannya.
Aart Van Zoest (1993) memberikan tiga kemungkinan cara dalam
melakukan analisis semiotika pada musik. Lihat dalam Sobur (2004:144-
145). Pertama, untuk menganggap unsur-unsur struktur musik sebagai
ikonis bagi gejala-gejala neurofisiologis pendengar. Dengan demikian,
irama musik dapat dihubungan dengan ritme biologis. Kedua, untuk
menganggap gejla-gejala struktural dalam musik sebagai ikonis bagi
gejala-gejala struktural dunia penghayatan yang dikenal. Ketiga, untuk
mencari denotatum musik ke arah isi tanggapan dan perasaan yang
dimuculkan musik lewat indeksikal.
Bagi Zoest, sifat indeksikal tanda musik ini merupakan
kemungkinan yang paling penting, sebab simbolitas juga wujud dalam
musik, baik menyangkut jenis, historisasi, maupun gaya senantiasa
menjadi bagian yang kompleks dalam ekpresi bermusik. Melalui tanda
19
(sintak, semantic dan eksresif), kita bukan hanya dapat mengenali pesan
atau maknayang disampaikan dalam musik, akan tetapi juga dapat
mengenali perasaan seseorang (kebahagian, kesedihan, dan sebagainya)
melalui musik.
1.5.8.1 Teori Semiotik Menurut Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure dilahirkan di Jenewa pada tahun 1857 dan
dia hidup sezaman dengan Sigmun Freud da Emile Durkheim ,”Jika ada
seseorang yang layak disebut sebagai pendiri linguistik modern dialah
sajana dan tokoh besar asal Swiss: Ferdinand de Saussure,” demikian
pujian dari (John Lyons 1995:38, dalam Sobur 2006:43). Selain sebagai
seorang ahli linguistik dia juga seorang spesialis bahasa-bahasa Indo-
Eropa dan sansekerta yang menjadi sumber pembaharuan intelektual
dalam bidang ilmu sosial dan kemanusian.
Teori Ferdinand de Saussure adalah prinsip yang mengatakan
bahasa adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua
bagian, yaitu penanda (sigifier) dan pertanda (signified).
Menurut Saussure bahasa merupakan suatu sistim tanda (sign).
Tanda adalah kesatuan dari satu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah
idea atau petanda (signified). Dengan kata lain penanda adalah bunyi yang
bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi penanda adalah aspek material
dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis dan
dibaca. Penanda adalah gambaran menta, pikiran, atau konsep. Jadi
petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180, dalam Sobur
2013: 46).
20
Setiap tanda kebahasaan, menurut Saussure, pada dasarnya
menyatukan sebuah konsep (consept) dan suatu citra suara (sound image),
bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama, suara yang muncul dari
sebuah kata yang diucapkan merupakan penanda (signifier), sedangkan
konsepnya adalah penanda (signified). Dua unsur ini tidak dapat
dipisahkan sama sekali.
Sementara proses signifikasi menunjukan antara tanda dengan
realitas aksternal yang disebut referent. Signifer dan signifed adalah produksi
kultural hubungan antara kedua (arbitier) memasukkan dan hanya berdasar
konvensi, kesepakatan, atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut.
Hubungan antara signified dan signifer tidak bisa dijelaskan dengan nalar
apapun, baik plih bunyi – bunyian atau pilihan yang mengaitkan rangkaian
bunyi tersebut dengan benda atau konsep yang dimaksud. Karena hubungan
yang terjadi antara signified dan signifer harus dipelajari yang berasal dari
struktur yang pasti atau kode yang membantu menafsirkan.
Penanda
Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan
sebuah ide atau penanda (signified). Dengan kata lain , penanda adalah
“bunyi yang bermakna” atau “coretan bermakna”. Jadi, penanda adalah
aspek material dari bahasa, apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang
ditulis dan dibaca. Penanda yang menjadi fokus penelitian ini adalah lirik
lagu “Pilu Membiru, Rehat dan Sulung”.
21
Petanda
Petanda merupakan gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda
adalah aspek mental dari bahasa. Tanda bahasa selalu memiliki dua segi :
penanda dan petanda, signifier dan signified, significant atau signifie. suatu
penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak
merupakan tanda. Sebaiknya suatu penanda tidak mungkin lepas dari
penanda, penanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda itu sendiri dan
dengan demikian merupakan suatu faktor linguistis. Menurut Saussure
„penanda dan petanda‟ merupakan kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai
kertas (Sobur, 2013)
Signifikasi
Relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, bisa disebut
dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistim tanda yang
mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistim berdasarkan aturan
atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat
memaknai tanda tersebut. Sementara proses signifikasi menunjukan ntara
tanda dengan realitas eksternal yang disebut referent.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pengertian
semiotika yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure. Dia
mendefinisikan semiotika sebagai ilmu yang mengkaji tentang peran tanda
sebagai bagian dari kehidupan sosial. Dengan kata lain, akan mengaitkan
hasil interprestasi pada lirik lagu “Pilu Membiru, Rehat dan Sulung” yang
terdapat dalam album “Mantra Mantra” dengan realitas kehidupan sosial.
Setelah menemukan penanda (signifier), maka peneliti harus mencari
22
makna yang terdapat dalam signifr tersebut yang disebut signified. Pada
akhirnya, peneliti akan menghubungkan interpretasi tersebut ke dalam
realitas sosial dan disebut signifikasi.
Secara implisit dalam definisi tersebut adalah sebuah relasi, bahwa
tanda merupakan bagian dari aturan-aturan sosial, yaitu pemilihan,
pengkombinasian, dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu
sehingga mereka mempunyai makna dan nilai sosial (Sobur, 2003).
23
1.6 Kerangka Berpikir
Lagu “Pilu Membiru, Rehat dan Sulung” yang
diciptakan dan dipopulerkan oleh Kunto Aji
Apa makna yang terkadung dalam lirik lagu “Pilu Membiru, Rehat dan Sulung” yang diciptakan dan
dipopulerkan oleh Kunto Aji
Peneliti bertujuan mengetahui makna yang terkandung dalam lirik lagu “Pilu Membiru, Rehat
dan Sulung” yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Kunto Aji
Lirik lagu “Pilu Membiru” dianalisi menggunakan
Teori Ferdinand de Saussure yaitu Penanda (signifer)
dan petanda (signifed)
Membagi keseluruhan lirik menjadi beberapa bait
Metode penelitian menggunakan metode kualitatif
dan pendekatan interpretatif
Simpulan
24
1.8 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis teks
dengan pendekatan semiotika. Metode semiotika bersifat kualitatif-
interpretatif, atau dapat dijelaskan bahwa metode tersebut memfokuskan
pada “tanda dan “teks” sebagai objek kajian, serta bagaimana peneliti
“manafsirkan” dan “memahami kode” dibalik tanda dan teks tersebut,
serta memberikan kesimpulan yang komprehensif mengenai hasil
penafsiran dan pemahaman yang telah dilakukan.
Moleong (2000:6) mengatakan penelitian kualitatif adalah data
yang ditemukan atau dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Pendekatan interpretatif adalah pendekatan yang dilakukan
dengan meginterpretasikan karya seni berdasarkan sudut pandang
mengamat, baik dari kesamaan pengalaman, unsur estetis, dan
pengetahuan yang dimiliki oleh pengamat. Dikategorikan ke dalam
penelitian interpretatif dan subjektif karena sangat mengandalkan
kemampuan penelitian dalam menafsirkan teks ataupun tanda yang
dikaitkan dengan nilai-nilai ideologi, budaya, moral dan spiritual.
1.9 Jenis dan Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber Primer berupa bahan yang meyusun objek analisis penulis dari
apa yang akan dteliti. Dalam penelitian yang menjadi sumber primer
adalah lirik lagu “Pilu Membiru, Rehat dan Sulung” yang diciptakan dan
dipopulerkan oleh Kunto Aji.
25
2. Sumber skunder merupakan informasi yang mendukung sumber primer
yaitu buku, artikel, internet maupun pihak-pihak yang mengetahui objek
penelitian yang peneli teliti.
1.10 Teknik Pengumpulan dan Pencacatan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
penggunaan bahan-bahan dokumen yaitu rekaman lagu dalam bentuk
MP3, buku-buku, dan melalui internet. Selanjutnya peneliti membaca lirik
dan mendengarkan lagu berjudul “Pilu Membiru, Rehat dan Sulung”.
1.11 Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Dalam peelitian terhadap lirik lagu “Pilu Membiru, Rehat dan
Sulung” peneliti membuat interpretasi dengan membagi keseluruhan lirik
lagu menjadi beberapa bait. Kemudian dari perbait tersebut akan dianalisis
dengan mengunakan teori semiotika dari Saussure, dimana terdapat unsur
yaitu penanda (signifier), petanda (signified). Unsur tersebut akan
dipisahkan dan mempermudah peneliti melakukan interpretasi terhadap
lirik lagu “Pilu Membiru, Rehat dan Sulung”. Pemisah antar bait tersebut
akan memandu peneliti dalam melakukan interpretasi terhadap lirik lagu
“Pilu Membiru, Rehat dan Sulung” yang dikaitkan dengan kondisi mental
pada saat pencipta lagu menciptakan lagu.
Tahapan analisis data penelitiannya adalah sebagai berikut:
26
1. Memahami lirik lagu secara awam yaitu dengan mengikuti alur cerita
lirik secara fokus sehingga mengerti pesan apa yang ingin disampaikan
pecipta lagu kepada audien.
2. Membedah objek penelitian dalam hal ini adalah membagi lirik lagu
secara keseluruhan menjadi per-bait untuk mencermati tanda-tanda mana
yang digunakan oleh pencipta lagu dalam penyampaikan pesan pada objek
penelitian. Ini dilakukan dengan mengartikan simbol-simbol yang
mewakili pesan yang ingin disampaikan oleh sang pencipta lagu.
3.Menafsirkan arti tanda-tanda tersebut dari sudut pandang peneliti dengan
analisis semiotika yang mengungkap penanda (signifer) dan petanda
(signifed).
4.Mengkombinasikan temuan-temuan dan tanda-tanda tersebut dengan
menganalisis situasi, serta kondisi mental ketika lagu tersebut diciptakan.
5.Menarik kesimpulan berdasarkan atas analisis yang dilakukan pada
tahap- tahap analisis sebelumnya.
27
BAB II
OBJEK PENELITIAN
2.1 Biografi Kunto Aji
Lahir di Yogyakarta, 4 Januari 1987, Kunto Aji Wibisono atau
yang lebih dikenal dengan Kunto Aji merupakan seorang penyanyi solo
bergenre musik pop. Penyanyi berumur 33 tahun ini memiliki hobi
bermain game, menonton film, dan mengakses internet. Penyanyi Chrisye
merupakan penyanyi idolannya.
Kunto Aji lahir dan menetap di Yogjakarta hingga menempuh
pendidikan strata satunya. Ia bersekolah di SMA Negeri 9 Yogyakarta dan
telah menyelesaikan program studi S1 di Akademi Akuntansi YKPN
Yogyakarta pada Maret 2008.
Gambar 2. 1: (Foto: Sumber Google)
28
28
Awalnya Kunto Aji memilih akuntansi karena passion-nya di
bidang bisnis dan dia sangat tertarik dengan dunia bisnis. Dalam sebuah
wawancara bersama salah satu media nasional Kunto Aji bercerita jika
ada kesempatan dirinya ingin melanjutkan sekolah S2 dengan mengambil
bisnis sesuai dengan passion-nya di luar dunia music yang ia geluti saat ini
Perjalanan karier Kunto Aji tidaklah mudah sebelum menjadi
penyanyi populer yang dikenal banyak orang seperti saat ini. Dia memulai
karier musik berawal dari mengikuti ajang pencarian bakat „Indonesian
Idol‟ putaran kelima pada tahun 2008. Dia bertahan cukup lama
di „Indonesian Idol‟ sampai di posisi empat besar. Inilah awal mula dia
terjun di industri musik tanah air ini.
Setelah ajang pencarian bakat tersebu berakhir, Kunto Aji sempat
ditelantarkan dan mendapatkan penolakan dari label musik yang
menjanjikannya untuk merilis single pertamannya. Hal ini dikarenakan
pihak label menilai karya Kunto Aji saat itu kurang mampu merangkul
seluruh selera pasar dan kurang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.
Pada tahun 2014 Kunto Aji akhirnya memberanikan diri untuk
merilis singlenya dengan label milik sendiri berbekal ilmu yang
didapatnya di „Indonesian Idol‟. Ia memutuskan untuk berkarier lewat
jalur independen dan ingin membuktikan bahwa dengan label miliknya,
dia bisa diterima oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu,
ternyata single tersebut dapat diterima oleh masyarakat dan membawa
namanya semakin dikenal di industri musik.
29
Pandangan beberapa orang yang beranggapan bahwa karya indie
yang masih segmented berhasil dipatahkan oleh Kunto Aji melalui single
pertamannya yang berjudul „Terlalu Lama Sediri‟. Kunto mampu
membuktikan bahwa karyanya bisa menembus pasar dan diterima di
telinga pendengarnya sampai saat ini. Hal tersebut menjadi kebanggaan
untuk dirinya sendiri, meski berjalan independen dia tetap dikenal oleh
masyarakat Indonesia.
Perjalanan mengenalkan lagu „Terlalu Lama Sendiri‟ tidaklah
cepat dan instan. Kunto mendapatkan banyak tantangan untuk
memperkenalkan lagu tersebut kepada publik. Dirinya harus
mendistribusikan lagu tersebut sendiri dengan menampilkannya dari satu
panggung ke panggung lainnya. Memang bukan kemauannya untuk tidak
menggandeng label musik dalam perilisan singlenya tapi karena keadaan
yang memaksanya untuk menempuh jalur independen.
Akhirnya dengan tekad kuat dan kerja keras yang telah dia
lakukan lagu „Terlalu Lama Sendiri‟ hingga saat ini masih sering diputar
dan memuncaki chart radio-radio. Setelah merasa sukses
dengan single pertamanya, Kunto Aji pun melanjutkan karyanya dengan
membuat single kedua yang berjudul „Pengingat‟. Pada single inilah ia
menggandeng basist berbakat Indonesia, Barry Likumahuwa untuk
menambah warna musiknya.
Pada tahun 2010, Kunto Aji pun mendapatkan tawaran untuk
mengembangkan bakatnya dengan terjun ke dunia perfilman Indonesia.
Dia bermain film komedi Indonesia yang berjudul „Senggol Bacok‟.
30
Film ini disutradarai oleh Iqbal Rais yang dirilis pada 4 November 2019.
Di dalam film „Senggol Bacok‟ ini Kunto memerankan tokoh Disko, yakni
seorang pengamen bersuara merdu yang menjadi teman tokoh utama
dalam film yaitu Galang. Film ini juga dibintangi oleh aktor senior, seperti
Fathir Muchtar sebagai Galang, Kinaryosih sebagai Laras, dan Ringgo
Agus Rahman sebagai Donny.
Setelah berhasil memerankan tokoh Galang dengan apik, nama
Kunto Aji semakin diperhitungkan dalam industri music Indonesia.
Suaranya yang merdu ditambah karya-karyanya yang bagus membuatnya
mempunyai nilai lebih di mata masyarakat. hingga saat ini dia sudah
memiliki dua album yang sukses di pasaran musik Indonesia.
Dengan kesuksesan yang diraih Kunto Aji. Ia pun memutuskan
bergabung dengan label musik Juni Records untuk merilis album keduany,
karena dia yakin bahwa bekerja sama akan membuahkan hasil yang lebih
baik untuk karyannya.
2.2 Daftar Album dan Lagu Kunto Aji.
Sejak awal kemunculannya di Industri musik hingga saat ini
Kunto Aji sudah memiliki dua album musik.
31
Gambar 2.2: (Foto: Sumber Google)
Album pertama Kunto Aji dirilis pada 17 Desember 2015 yang berjudul
„Generation Y‟. Album bergenre pop ini terdiri dari 9 lagu yaitu:
Terlalu Lama Sendiri
Pengingat (ft. Barry Likumahuwa)
Suara
Mercusuar
Akhir Bulan
Gema
Buka Buka Buka
Amatiran
Ekspektasi
32
Lagu „Terlalu Lama Sendiri‟ dan „Pengingat‟ menjadi lagu andalan
dalam album pertama Kunto Aji. Label musik yang merilis album ini,
yaitu Uppercut Production Organic Records.
Sementara untuk album kedua dirilis pada 14 September 2018.
Album kedua Kunto Aji ini berjudul „Mantra Mantra‟. Album kedua ini
masih bergenre sama dengan album kedua Kunto Aji.
Gambar 2. 3: (Foto: Sumber Google)
Pada album keduanya ini Kunto Aji mempersembahkan 9 lagu yaitu:
Sulung
Pilu Membiru
Rancang Rencana
Topik Semalam
Jakarta Jakarta
Rehat
33
Saudade
Konon Katanya
Bungsu
Dialbum keduanya ini, Kunto Aji banyak dibantu produser dalam
produksi lagu-lagunya, antaralain Ankadiov, Petra Sihombing, Anugrah
Swastadi, dan Stefano. Pada album kedua ini lagu utamanya ialah „Konon
Katanya‟ dan „Topik Semalam‟. Label musik yang merilis album kedua ini
masih sama dengan album pertama Kunto Aji yaitu Juni Records.
Dalam pembuatan album „Mantra Mantra‟ ini memiliki cerita
tersendiri di dalamnya. Dalam album ini Kunto Aji mengangkat isu
tentang kesehatan mental yang berfokus kepada Overthinking.
Kunto Aji menggunakan nada-nada dengan frekuensi yang 369 Hz
yang menurut penelitian frekuensi ini dapat membuat pendengar merasa
lebih baik, lebih semangat, dan optimis. Selain itu dengan nada
berfrekuensi 369 Hz membuat pendengar dapat mengeluarkan racun dan
pikiran-pikiran yang negative yang ada dalam tubuh.
Album „Mantra Mantra‟ milik Kunto Aji ini mendapatkan respon
yang luar biasa bagi para pendengarnya. Mengutip dari Grid.id dengan
bangga Kunto Aji membagikan komentar-komentar positif lewat media
sosialnya tentang album „Mantra Mantra‟. Dikatakan dalam pemberitaan
tersebut, bahkan teman sesama musisinya, Adhitia Sofyan dan Rendy
Pandugo turut memberikan komentarnya. “Lelah sekali malam ini, tapi
baca komen komen dan DM rasanya kaya diasup energi gak abis-abis.
Langsung kebayang perjuangan album ini gimana. Semua orang yang ada
34
dibelakangnya, gue cuma bisa bersyukur, semoga album ini bisa
membantu banayak orang melewati masa sulitnya, seperti gue melewati
masa sulit gue,” tulis Kunto Aji dalam Insta Storynya dikutip dari Grid.ID
tanggal 20 September 2018.
2.3 Kolaborasi Kunto Aji.
Setelah sukses dengan single pertamanya yaitu „Terlalu Lama
Sendiri‟, akhirnya Kunto Aji merilis single keduanya yang berjudul
„Pengingat‟. Pada single keduanya Kunto memilih untuk berduet dengan
salah satu musisi berbakat indonesia yaitu Barry Likumahuwa. Tak
berhenti hanya berduet bersama Barry Likumahuwa, beberapa musisi juga
tertarik untuk membawakan karya Kunto Aji. Seperti yang dilakukan
Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR) yang
merilis single hasil daur ulang lagu Kunto Aji yang berjudul „Terlalu
Lama Sendiri‟. Lagu tersebut diaransemen ulang dan diubah liriknya
dengan judul ‘To Long To Be Alone‟.
Selain pada album pertamanya, kolaborasi juga dilakukan Kunto
Aji pada album keduanya yaitu „Mantra Mantra‟. Tapi pada album kedua
ini Kunto Aji berkolaborasi dengan produser-produser ternama tanah air.
Dia berkolaborasi dengan Ankadiov yang menjadi produser lagu “Rancang
Rencana, Sulung, Pilu Membiru dan Topik Semalam”, Petra Sihombing
yang menjadi produser lagu “Rehat dan Jakarta Jakarta”, Anugrah
Swastadi yang menjadi produser lagu „Konon Katanya‟, dan Bramasto
yang menjadi produser lagu “Sausade”. Campur tangan para produser
35
ternama ini membuat album „Mantra Mantra‟ mempunyai warna baru
untuk musiknya.
Khusus untuk lagu berjudul „Rehat‟ yang juga ada dalam album keduanya,
Kunto Aji berkolaborasi dengan film NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tentang
Hari Ini) untuk pembuatan video klip lagu tersebut. Di dalam lagu „Rehat‟
ini Kunto Aji bercerita tentang pentingnya self awareness, bahwa sosok
yang paling bisa kita percayai dan selalu men-support kita adalah diri kita
sendiri.
Tanpa kita sadari pencapaian dalam hidup kita dikarenakan
bantuan dan usaha dari diri kita sendiri. Namun mungkin beberapa orang
belum menyadari dan lupa berterima kasih pada dirinya sendiri. Hal inilah
yang membuat Kunto Aji ingin mengamplifikasi self awareness di video
klip „Rehat‟ tersebut agar pesan yang ingin disampaikan bisa benar-
benar sampai pada pendengarnya.
Kunto Aji melakukan kolaborasi dengan NKCTHI karena dia ingin
mengamplifikasikan apa yang ada di lirik dengan video
yang relatable dengan lirik. Ada lebih dari 1.200 video yang berhasil
dikumpulkan untuk mendukung pembuatan video klip lagu ini.
Akhirnya video klip tersebut rampung sesuai harapan Kunto Aji.
2.4 Penghargaan Kunto Aji
Selama berkecimpung di industri musik tanah air ini, karya musik
Kunto Aji banyak diakui oleh banyak pihak, untuk itu beberapa karyannya
juga mendapatkan penghargaan. Antara lain, penghargaan yang pernah ia
36
diterimanya, yakni pada tahun 2015 dalam acara NET. Indonesian Choice
Awards. Kunto Aji masuk ke dalam beberapa nominasi yaitu Song of the
Year untuk lagu „Terlalu Lama Sendiri‟, Male Singer of the
Year, dan Breakhthrough Artist of the Year.
Sementara pada tahun 2016, Kunto Aji pun mendapat penghargaan
Lagu Terbaik Indonesia pada Anugerah Planet Musik Award di Singapura.
Selain itu, pada tahun 2019 lalu Kunto Aji masuk dalam nominasi
Penyanyi Pria Solo Pop Anugerah Musik Indonesia.
2.5 Lirik Lagu „Pilu Membiru‟.
Akhirnya aku lihat lagi
Sederhana tanpa banyak celah
Wangimu
Berlalu
Akhirnya aku lihat lagi
Jemarimu yang bergerak bebas
Seiring
Tawamu
Reff
Tak ada yang seindah matamu
Hanya rembulan
Tak ada yang selembut sikapmu
Hanya lautan
37
Tak tergantikan, oh
Walau kita tak lagi saling
Menyapa
Akhirnya aku lihat lagi
Akhirnya aku temui
Oh
Tercekat lidahku
Masih banyak yang belum sempat
Aku katakan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku sampaikan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku katakan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku sampaikan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku katakan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku sampaikan padamu
Tak ada yang seindah matamu
Hanya rembulan
Tak ada yang selembut sikapmu
Hanya lautan
38
Tak tergantikan, oh
Walau kita tak lagi saling
Menyapa
2.6 Lirik Lagu „Rehat‟
Serat-serat harapan
Masih terjalin
Suaramu terdengar
Masihlah nyaring dan bergema
Diruang-ruang hatimu
Tenangkan hati
Semua ini bukan salahmu
Jangan berhenti
Yang kau takutkan takkan terjadi
Reff
Yang dicari, hilang
Yang dikejar, lari
Yang ditunggu
Yang diharap
Biarkanlah semesta bekerja
Untukmu
Tenangkan hati
Semua ini bukan salahmu
39
Jangan berhenti
Yang kau takutkan takkan terjadi
Kita coba lagi
Untuk…
2.7 Lirik Lagu „Sulung‟
Cukupkanlah
Ikatanmu
Relakanlah yang tak seharusnya untukmu
Cukupkanlah
Ikatanmu
Relakanlah yang tak seharusnya untukmu
Cukupkanlah
Ikatanmu
Relakanlah yang tak seharusnya untukmu
Cukupkanlah
Ikatanmu
Relakanlah yang tak seharusnya untukmu…
40
BAB III
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
3.1 Penyajian Data Penelitian
Lirik lagu yang diteliti merupakan tiga lagu milik penyanyi Kunto
Aji dalam album MantraMantra yang berjudul „Pilu Membiru, Rehat dan
Sulung‟. Peneliti tertarik untuk mengartikan dan memahami lirik-lirik lagu
tersebut secara utuh dan untuk mengetahui apa sebenarnya makna apa
yang terkandung dalam lirik lagu tersebut, sebab dalam lirik lagu tersebut
terdapat makna-makna tersembunyi yang harus dikupas agar khalayak bisa
memahami pesan untuk memaafkan dan memahami diri sendiri.
Peneliti akan menganlisis lirik lagu tersebut menggunakan teori
Semiotika dari Ferdinand de Saussure. Teori Ferdinand de Saussure adalah
prinsip yang mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda,
tersusun dari dua bagian, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified).
Tanda adalah kesatuan dari satu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah
idea atau petanda (signified), (Bertens, 2001:180, dalam Sobur 2013:46).
Penelitian ini, analisis teks akan dilakukan dengan membagi keseluruhan
lirik lagu menjadi beberapa bait dan selanjutnya perbait perbait akan
dianalisis dengan menggunakan teori Saussure.
41
3.1.1 Pembahasan Analisis Lirik lagu „Pilu Membiru‟
Tabel 3.1 Bait 1 Lirik lagu „Pilu Membiru‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Akhirnya aku lihat lagi
Sederhana tanpa banyak celah
Wangimu
Berlalu
Pada bait pertama ini, terlihat dari kata-
kata dalam liriknya bahwa pencipta lagu
ingin menyampaikan bahwa tokoh „aku‟
melihat sosok sederhana yang berarti
dalam hidupnya. Tapi sosok tersebut
hanya berlalu. Hal ini digambarkan
dengan wanginya yang hanya berlalu.
Kata „akhirnya‟ yang digunakan diawal
bait lagu menandakan tokoh „Aku‟
memang menantikan moment
pertemuan tersebut.
Aspek Signifikasi
Lirik dalam bait ini menggambarkan rasa gembira karena
pertemuan yang dinantikan tokoh „aku‟ terhadap orang sosok penting
dalam hidupnya yang akhirnya terjadi. Pada lirik Akhirnya aku lihat lagi
menegaskan bahwa tokoh „aku‟ yang sudah lama tidak menjumpai sosok
tersebut akhirnya bertemu lagi. Sedangkan pada kalimat selanjutnya,
Sederhana tanpa banyak celah , menandakan sosok tersebut merupakan
sosok yang hampir sempurna di mata tokoh „aku‟. Orang yang dianggap
demikian dalam kehidupan seseorang biasanya merupakan orang yang
42
berperan penting dan sangat dicintai. Seseorang yang hampir sempurna
dengan tampilan sederhana .
Pada lirik Wangimu Berlalu mengisyaratkan pertemuan yang
singkat tersebut meninggalkan jejak hingga wangi sosok tersebut bisa
dirasakan oleh tokoh „aku‟. Wangi menandakan kehadiran seseorang yang
tak bisa dilihat secara kasat mata. Pertemuan yang dialami oleh tokoh
„aku‟ dengan sosok terpenting dihidupnya dapat diartikan sebagai
sebuah mimpi yang dialami tokoh „aku‟
Tabel 3.2: Bait 2 Lirik lagu „Pilu Membiru‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Akhirnya aku lihat lagi
Jemarimu yang bergerak bebas
Seiring
Tawamu
Pada bait kedua ini ada pengulangan
kalimat di awal bait „Akhirnya aku lihat
lagi‟. Kalimat ini menandakan tokoh
„aku‟ ingin menegaskan bahwa ia
benar-benar ingin bertemu sosok
tersebut. Pada kalimat selanjutnya yang
berbunyi „Jemarimu yang bergerak
bebas‟ tokoh „Aku‟ ingin mengatakan
meskipun sosok tersebut hanya berlalu,
tapi masih bisa terlihat bergerak sesuka
hati. Tokoh „aku‟ tak hanya melihat
43
jemarinya tetapi juga dapat melihat
tawa yang sungging dari sosok ia temui.
Aspek Signifikasi
Bertemu dengan seseorang yang diinginkan tentu menciptakan rasa
senang bercampur haru dalam perjumpaan tersebut. Tak ayal pertemuan
tersebut menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk dikenang. Hal ini
seperti menjadi penegasan pada lirik pertama di bait kedua. Pengulanggan
kata di lirik pertama pada bait kedua ini seolah tokoh „aku‟ ingin
menanamkan pertemuan tersebut dalam hatinya.
Pada lirik kedua Jemarimu yang bergerak bebas menegaskan
bahwa meskipun pertemuan itu singkat dan cepat berlalu, tokoh „aku‟
benar-benar memanfaatkan pertemuan tersebut untuk mengamati gerak
langkah sosok tersebut.
Tak hanya mengamati gerak langkah. Pada lirik ketiga Seiring
Tawamu tokoh „aku‟ juga mengamati mimik wajah sosok tersebut. Gerak
tangan diiringi senyum seolah menegaskan sosok yang ditemui terlihat
bahagia.
44
Tabel 3.3: Bait 3 Lirik lagu „Pilu Membiru‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Tak ada yang seindah matamu
Hanya rembulan
Tak ada yang selembut sikapmu
Hanya lautan
Tak tergantikan, oh
Walau kita tak lagi saling
Menyapa
Pada bait ketiga dalam lirik lagu ini,
tokoh „aku‟ menegaskan bahwa sosok
yang ditemuinya merupakan sosok
spesial dan tak tergantikan dalam
hidupnya. Meskipun kini sosok tersebut
tak bisa ia lihat setiap harinya. „Aku‟
melihat sosok tersebut sebagai sosok
yang sempurna yang memiliki mata
seindah rembulan dan memiliki sikap
yang tenang seperti lautan. Lautan yang
tenang sebagai tempat semua muara air
dalam kehidupan. Tokoh „aku‟ juga
mengatakan bahwa saat ini dirinya dan
sosok yang ia temui tersebut sudah
tidak bisa saling bersua atau bertemu.
Aspek Signifikasi
Dalam Dictionary of Symbols J.E.C I RLOT kata bulan atau
rembulan digunakan untuk mengambarkan keindahan antara bumi dan
surga, juga pengambaran penyantu antara satu sama lain, seperti bulan
yang mengantikan matahari untuk menyatukan siang dan malam. Lirik
45
Tak ada yang seindah matamu. Hanya rembulan mengambarkan begitu
spesial dan dan tak tergantikannya sosok tersebut.
Tak hanya mengambarkan sosok secara fisik yang indah bagai
rembulan. Di lirik kedua bait ketiga ini Tak ada yang selembut sikapmu.
Hanya lautan juga digambarkan sosok tersebut yang memiliki sikap
tenang seperti air laut, tenang meski deru ombak datang silih berganti.
Dalam Dictionary of Symbols J.E.C I RLOT pula laut digunakan untuk
mengambarkan sesuatu yang menjadi pusat atau muara dari seluruh air
yang terus mengalir. Sosok yang menjadi muara atau tujuan di kala senang
maupun sedih.( CIRLOT, J.E, 2001)
Tak tergantikan, oh. Walau kita tak lagi saling Menyapa pada
kalimat terakhir dibait ketiga ini kembali menegaskan sosok tersebut tak
tergantikan oleh siapa pun. Meski kini sosok tersebut sudah tidak bisa
diajak untuk berkomunikasi lagi.
46
Tabel 3.4 : Bait 4 Lirik lagu „Pilu Membiru‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Akhirnya aku lihat lagi
Akhirnya aku temui
Oh
Tercekat lidahku
Pada bait keempat ini tokoh „aku‟
kembali menegaskan pertemuan yang ia
nantikan dengan sosok spesial di
hidupnya. Pertemuan tersebut sangat
berarti hingga membuat tokoh „aku‟
yang bisa banyak berkata dan hanya bisa
memandangnya.
Aspek Signifikasi
Pada bait ini sosok „aku‟ kembali menekankan perjumpaannya
dengan sosok tersebut sangat ia harapkan tersebut. Perjumpaanya pun
membuat ia tak bisa banyak bicara. Tercekat lidahku menjadi
pengambaran bagaimana sosok „aku‟ tak bisa banyak berbicara ketika
perjumpaan tersebut. Pada bait keempat ini tokoh „aku‟ kembali
menegasakan pertemuannya dengan sosok terpenting dihidupnya pada
awal bait. Pengulangan kata kembali dilakukan oleh sosok „aku‟ untuk
menegaskan pertemuannya.
47
Tabel 3.5: Bait 5 Lirik lagu „Pilu Membiru‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Masih banyak yang belum sempat
Aku katakan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku sampaikan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku katakan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku sampaikan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku katakan padamu
Masih banyak yang belum sempat
Aku sampaikan padamu
Bait kelima ini seakan menjadi klimaks
dari bait-bait sebelumnya. Hanya ada
satu kalimat „Masih banyak yang belum
sempat
Aku katakan padamu‟ yang diulang
sebanyak 6 kali dalam satu bait. Kata
ini menegaskan bahwa tokoh „aku‟
memiliki banyak cerita yang ingin ia
ungkapkan pada sosok tersebut, namun
belum bisa ia ungkapkan.
Aspek Signifikasi
Repetitive Magic Power atau RMP merupakan sebuah metode
pengulanggan kalimat agar nilai-nilai yang terkandung didalamnya
tertanam di alam bawah sadar dan menjadi karakter yang memimpin
seseorang. Metode repetitif ini juga terdapat dalam pembelajaran, yakni
salah satu metode pembelajaran adalah pengulangan agar apa yang
disampaikan dapat diingat ataupun dihafalkan (Abdul Madjid, 2007:129).
Metode ini yang digunakan penulis lagu untuk menanamkan atau
48
menegaskan bahwa banyak cerita yang belum bisa ia sampaikan pada
sosok tersebut, menjadi penegasan pula sosok tersebut sudah tak
bersamanya.
3.1.2 Pembahasan Analisis Lirik lagu „Rehat‟
Tabel 3.6: Bait 1 Lirik lagu „Rehat‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Serat-serat harapan
Masih terjalin
Suaramu terdengar
Masihlah nyaring dan bergema
Diruang-ruang hatimu
Pada lirik di bait pertama ini
menggungkapkan selalu ada harapan di
setiap keadaan, sekecil apapun harapan
itu pasti ada. Tak perlu khawatir bahkan
suara akan harapan tersebut terdengar
jelas di ruang hati setiap orang yang
percaya akan harapan tersebut.
Aspek Signifikasi
Serat merupakan bagian paling inti atau akhir dari sebuah mahluk
hidup (KBBI Indonesia). Serat-serat harapan. Masih terjalin
mengisyaratkan masih ada harapan yang paling utama, harapan tersebut
masih terjalin atau terhubung. Si tokoh „aku‟ dalam bait lagu ini ingin
mengatakan dalam hidup selalu ada harapan yang selalu terhubung di
dalam diri sendiri.
49
Suaramu terdengar. Masihlah nyaring dan bergema. Diruang-
ruang hatimu. Pada kalimat ini tokoh „aku‟ mengatakan kepada seseorang
bahwa suara orang tersebut masih terdengar jelas di ruang hatinya sendri,
yang masih bisa didengarkan oleh dirinnya sendiri. Terkadang seseorang
sibuk mendengarkan banyak omongan di luar sampai lupa mendengarkan
isi hatinya sendiri. Penekanan ini yang coba disampaikan tokoh „aku‟
kepada seseorang, bahwa suara hatinya wajib ia dengarkan.
Tabel 3.7: Bait 2 Lirik lagu „Rehat‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Tenangkan hati
Semua ini bukan salahmu
Jangan berhenti
Yang kau takutkan takkan terjadi
Pada bait ini tokoh „aku‟mengatakan
pada seseorang untuk menenangkan hati
dan tidak menyalahkan diri sendiri. Ia
melarang untuk berhenti, sebab apa
yang ditakutkan saat tidak akan terjadi.
Aspek Signifikasi
Tenangkan hati. Semua ini bukan salahmu, pada lirik ini tokoh
„aku‟ mengajak seseorang menenangkan hati. Tokoh „aku‟ mengatakan
semua yang terjadi bukan keselahan orang tersebut. menyalahkan diri
sendiri tidak akan menyelesaikan masalah yang terjadi di hidupnya.
50
Jangan berhenti. Yang kau takutkan takkan terjadi. Pada lirik ini,
tokoh „aku‟ ini menekankan bahwa apapun yang dihadapi, kita harus terus
melangkah maju bukan malah berhenti. Yang ditakutkan tak akan terjadi,
sebab rasa takut muncul dari pikiran sendiri yang bisa melawannya ialah
dirinya sendiri.
Tabel 3.8: Bait 3 Lirik lagu „Rehat‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Yang dicari, hilang
Yang dikejar, lari
Yang ditunggu
Yang diharap
Biarkanlah semesta bekerja
Untukmu
Ketika dalam hidup yang diinginkan,
yang dicari, yang ingin dicapai, dan
yang diharapkan tak kunjung datang
atau tercapai. Ada kalanya kita harus
beristirahat dan pasrah pada jalan yang
ditunjukan semesta. Terkadang hidup
memberikan apa yang kita butuhkan
bukan yang kita inginkan.
Aspek Signifikasi
Ambisi untuk mengejar sesuatu dalam hidup pasti ada dalam diri
manusia. Namun, ketika semua yang dikejar dan diinginkan tak bisa
tergapai. Ada kalanya dalam hidup kita harus mengikhlaskan hal
tersebut. Belajar untuk mengikuti jalan yang sudah diatur semesta
untuk kebutuhanmu. Membiarkan semesta bekerja untuk mencari yang
51
terbaik dalam hidup dan kita hanya perlu mengikuti jalannya agar sampai
pada tujuan.
Tabel 3.9: Bait 4 Lirik lagu „Rehat‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Tenangkan hati
Semua ini bukan salahmu
Jangan berhenti
Yang kau takutkan takkan terjadi
Pada bait keempat ini merupakan
pengulangan dari bait kedua. Penulis
lagu kembali menekankan untuk
menenangkan hati dan peasaan dari
permasalahan yang dirasakan.
Aspek Signifikasi
Bait keempat ini merupakan mengulangan pada bait kedua. Disini
tokoh „aku‟ ingin menekankan untuk menenagkan diri dan tidak
menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. jangan takut utuk terus
berjalan dan jangan berhenti yang ditakutkan tidak akan terjadi.
52
Tabel 3.10: Bait 5 Lirik lagu „Rehat‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Kita coba lagi
Untuk…
Pada bait kelima ini tokoh „aku‟ ingin
mengajak seseorang kembali untuk
menata hidupnya. Kata untuk yang
mengantung ini bisa diartikan si tokoh
„aku‟ mempersilahkan orang lain untuk
mengisi sendiri apa yang ia rasakan.
Aspek Signifikasi
Dua kalimat dalam bait terakhir ini menegaskan bahwa apapun
yang terjadi dalam hidup, saat kita jatuh harus mencoba bangkit kembali
untuk menata segalanya kembali. Kata „untuk „ yang menjadi akhir
bait lagu mengisyaratkan bahwa untuk yang dimaksud bisa dilanjutkan
sendiri oleh para pendengarnya untuk memulai apa yang ingin dimulai
lagi.
53
3.1.2 Pembahasan Analisis Lirik lagu „Sulung‟
Tabel 3.11: Bait 1 Lirik lagu „Sulung‟
Aspek Penanda (Signifier) Aspek Petanda (Signified)
Cukupkanlah
Ikatanmu
Relakanlah yang tak seharusnya
untukmu
Pada bait ini tokoh „aku‟
mengisyaratkan mencukupkan dengan
semua ikatan yang ada. Melepaskan
ikatan dalam sesuatu yang memang
tidak cocok untuk diri.
Aspek Signifikan
Cukupkanlah Ikatanmu mengisyarakatkan mencukupkan ikatan
yang terjalin, mencukupkan tidak melebihkan atau mengurangi, artinya
ikatan yang terjalin harus disesuaikan diri sendiri dan kebutuhan.
Relakanlah yang tak seharusnya untukmu tokoh „aku‟ mengajak seseorang
untuk merelakan atau melepas ikatan yang tak seharusnya ia jalani.
Dalam lagu ini hanya ada satu bait yang diulang sepanjang lagu.
Hal ini menunjukan metode Repetitive Magic Power atau RMP digunakan
dalam lagu ini. Metode RMP merupakan sebuah metode pengulanggan
kalimat agar nilai-nilai yang terkandung didalamnya tertanam di alam
bawah sadar dan menjadi karakter yang mengandalikan dirinya seseorang.
Tokoh „aku‟ ingin menanamkan kata-kata tersebut pada alam
bawah sadar seseorang, agar kata-kata tersebut menjadi pengendali dalam
diri seseorang.
54
Pada tabel pertama hingga kelima dalam lagu „Pilu Membiru‟
mengisyarakatkan akan hadirnya seorang yang lama tak dijumpai dan
dinantikan oleh sosok „Aku‟. Selanjutnya pada tabel enam hingga sepuluh
pada lagu „Rehat‟ memiliki ungkapan kata positif untuk memberikan
semangat baru pada jiwa yang lelah. Lantas untuk tabel terakhir di lagu
„Sulung‟ meminta seseorang untuk mencintai diri sendiri dibanding yang
lain.
Setelah menganalisa 3 lagu Kunto Aji, maka peneliti merangkum analisis
seperti dibawah:
1). Lagu „Pilu Membiru‟
A. Aspek penanda dari lagu ini mengandung banyak kata repetitif yang
memang lumrah ditemukan dalam bait lagu. Seperti lirik lagu Akhirnya
aku lihat lagi yang diulang diawal bait pertama, kedua dan keempat. Pada
bait kelima terdapat lirik yang berbunyi Masih banyak yang belum
sempat lirik lagu pada bait kelima ini diulang selama 6 kali sepanjang
bait, pengulagan kata yang dilakukan sekolahan menandakana bahwa
kalimat tersebut ingin ditanamkan kepada pendengarnya.
B. Aspek pertanda dari lagu ini memperlihatkan banyaknya diksi yang
dipilih oleh Kunto Aji banyak mengandung makna kehilangan orang
terkasih. Hal ini pun tergambar dari lirik Akhirnya aku lihat lagi
Sederhana tanpa banyak celah Wangimu Berlalu. Pada beberapa bait
selanjutnya juga masih mengandung makna sama pada lirik yang
berbunyi Tak ada yang seindah matamu Hanya rembulan Tak ada yang
55
selembut sikapmu Hanya lautan Tak tergantikan, oh Walau kita tak lagi
saling Menyapa.
C. Aspek signifikasi dari lagu ini jelas menggambarkan perasaan
seseorang saat berpisah dari orang terdekatnya dan bagaimana terlalu
banyak hal-hal yang belum dilakukan juga dikatakan, dalam jangka waktu
terbatas selama mereka bersama. Makna ini tergambar dalam beberapa
lirik seperti Masih banyak yang belum sempat Aku katakan padamu, yang
diulang diakhir lagu sebanyak 6 kali.
2). Lagu „Rehat‟
A. Aspek penanda dari lagu ini memerlihatkan bahwa liriknya tak
serepettitif lagu „Pilu Membiru‟. Tapi kata-kata yang dipilih dalam lagu
adalah kata-kata yang puitis dan menenankan. Seperti lirik yang ada pada
bait pertama, yakni Serat-serat harapan Masih terjalin Suaramu terdengar
Masihlah nyaring dan bergema Diruang-ruang hatimu.
B. Aspek pertanda dari lagu ini memerlihatkan pemilihan diksi yang
mengandung makna untuk rehat dari apa yang dikejar, seperti yang
tergambar dalam lirik lagu Yang dicari, hilang Yang dikejar, lari Yang
ditunggu, Yang diharap Biarkanlah semesta bekerja Untukmu.
C. Aspek signifikasi dari lagu ini memerlihatkan si penulis lagu memilih
kata-kata yang menenagkan untuk mengajak para pendengarnya „Rehat‟
atau beristirahat sejenak dari ambisi apa saja yang mereka kejar di dunia.
Pesan ini pun disampaikan lewat lirik Yang dicari, hilang Yang dikejar,
lari Yang ditunggu Yang diharap Biarkanlah semesta bekerja Untukmu.
56
Tak hanya pada lirik diatas pesen tersebut tergambar pada bait keempat
lagu „Rehat‟ juga terdapat lirik untuk tak menyalahkan diri sendiri atas apa
yang terjadi, yakni Tenangkan hati Semua ini bukan salahmu Jangan
berhenti Yang kau takutkan takkan terjadi.
3). Lagu „Sulung‟
A. Aspek penanda dari lagu ini memerlihatkan bahwa „Sulung‟ merupakan
lagu dengan lirik paling repetitif di antara kedua lagu lainnya. Hal ini
masuk akal mengingat durasi lagu hanya sepanjang 1 menit dan intensi
penulisnya yang mengiginkan penekanan pada makna lagu.
B. Aspek pertanda dari lagu ini memerlihatkan diksi yang lebih tegas dari
kedua lagu lainnya. Pada „Sulung‟ kata-kata yang dipakai berkonotasi
memerintah dan meminta secara langsung dan bukannya diksi tersembunyi
seperti „Pilu Membiru‟ dan „Rehat‟. Lirik yang dimaksud berbunyi
Cukupkanlah Ikatanmu Relakanlah yang tak seharusnya untukmu, lirik
ini diulang sepajang durasi lagu.
C. Aspek signifikasi dari lagu ini sangat jelas, yakni bersyukur dengan apa
yang dimiliki dan tidak memaksakan sesuatu yang memang bukan
seharusnya.
57
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari simpulan penelitian di atas diketahui bahwa tiga lagu tersebut
berkesinambungan dimana „Pilu Membiru‟ mengungkapkan isi hati orang yang
ditinggalkan sosok paling penting dalam hidupnya, „Rehat‟ yang mengisyaratkan
menghentikan diri sejenak dari ambisi yang mengusai, dan „Sulung‟ yang
mengingatkan bahwa apapun yang terjadi kita harus mencintai diri sendiri. Ketiga
pesan yang ingin disampaikan Kunto Aji dalam lagunya ini merupakan problema
hidup yang kerap terjadi hingga dapat membuat seseorang mengalami mental
illness.
Peneliti juga menemukan ketiga lagu tersebut mengunakan metode
repetitif atau pengulangan kata, tak hanya itu Kunto Aji juga memilih kata-kata
yang puitis dan menenagkan. Metode repetitif digunakan Kunto Aji untuk
menanamkan pesan dari ketiga lagu tersebut kedalam alam bawah sadar
pendengarnya.
Dalam tiga lagu tersebut peneliti juga menemukan bahwa penulis lagu atau
Kunto Aji memilih kata-kata sederhana tapi penuh arti. Pemilihan kata-kata ini
membuat lagu tersebut enak didengarkan dan pesan juga tersampaikan dengan
baik.
Metode repetitif yang digunakan Kunto Aji dalam menulis lirik lagunya
adalah kekuatan dalam lagu tersebut, dimana pengulangan kata tersebut adalah
58
mantra untuk menanamkan pesan lirik lagu pada alam bawah sadar pendengarnya.
Hal inilah yang dimaksud dalam judul album „Mantra Mantra‟ Kunto Aji.
4.2 Saran Penelitian
Setelah menganalisa tiga lagu Kunto Aji dari album keduanya yang
berjudul „Mantra Mantra‟. Peneliti berharap lebih banyak lagi lagu-lagu yang
bernuansa menenangkan dan memiliki lirik lagu yang mengandung pesan seperti
yang diciptakan Kunto Aji. Sebab, sejatinya lirik lagu tidak hanya dijadikan
sarana untuk didengar saja, namun juga dijadikan sebagai sarana pemenuhan
kebutuhan dari pihak pendengar atau komunikan.
59
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdul Majid. Perencanaan. (2007). Pembelajaran Mengembangkan Standart
Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
CIRLOT, J.E. (2001). A Dictionary of Symbol. London:Routledge.
Djohan.(2009). Psikologi Musik. Yogjakarta: Penerbit Best Publisher
Rakhmat, Jalaludin. (2010). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Pateda, Mansoer. (2001). Sematikleksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Sobur, Drs. Alex, M.Si. (2006). Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sobur, Drs. Alex, M.Si. (2013). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.
Suprapto, Drs. Tommy, M.S. (2009). Pengantar Teori Dan Manajemen
Komunikasi. Jakarta: PT. Buku Kita.
Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. (2011). SEMIOTIKA KOMUNIKASI.Ed ke-1.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. (2013). SEMIOTIKA KOMUNIKASI.Ed ke-2.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
West, Richard & Tuner, Lynn H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi “Analisis
dan Aplikasi”. Jakarta: Salemba Humarika.
SKRIPSI
Nuratika. Nadia. (2015). Mengungkap Makna Lirik Lagu “Diary Depresiku” Last
Child. Surabaya: Stikosa-AWS.
Maulida, Halilatul. (2014). Representatif Patriarki dalam Lirik Lagu Dangdut
Berjudul “Wedus”. Surabaya: STIKOSA-AWS.
60
INTERNET
Redaksi, Kumparan. (2019, Jan 22). Cerita Kunto Aji Terapkan Frekuensi
Solfeggio di Album Baru. Diikutip dari
https://kumparan.com/kumparanhits/cerita-kunto-aji-terapkan-frekuensi-
solfeggio-di-album-baru-1548141118958602353
Kementrian Kesehatan, Republik Indonesia. (2018, Jun 8). Pengertian Kesehatan
Mental. Dikutip dari http://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mentali
Nurul, Aini Rahmadani. (2019. Jun 30). Biografi Kunto Aji Penyanyi Sendu
bersuara Merdu. Dikutip dari https://bahasa.foresteract.com/biografi-kunto-aji/
Pita, Sari. (2019, Nov 26). Satu Tahun Album MantraMantra Kunto Aji Diterima
Sebagai Self Healing. Dikutip dari https://www.ngopibareng.id/timeline/satu-
tahun-album-mantramantra-kunto-ajiditerima-sebagai-healing-4032920
Anggit, Setiani Dayana. (2019, Nov 28). Kunto Aji Album Mantra Mantra dan
Video Musik Plu Membiru. Dikutip Dari https://tirto.id/kunto-aji-album-mantra-
mantra-dan-video-musik-pilu-membiru-emuw