Upload
vanduong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang
sangat banyak yaitu kurang lebih 237 juta orang1, dengan total wilayahnya sebesar
5,2 juta kilometer persegi. Sekitar 1,9 juta kilometer persegi berupa daratan,
sedangkan sisanya adalah lautan2. Melihat kondisi tersebut, Indonesia memiliki
tiga jenis angkutan yaitu angkutan udara meliputi pesawat terbang baik nasional
maupun swasta; angkutan darat meliputi kereta api, bis, mobil, dan truk; serta
angkutan laut meliputi kapal laut.
Menurut Data Pusat Statistik (BPS 2010) jumlah pertumbuhan penumpang
pesawat pada tahun 2007 mencapai 15 persen menjadi 39,1 juta orang dari jumlah
penumpang pada tahun 2006 berjumlah 34,0 juta orang. Kemudian jumlah
pertumbuhan penumpang pesawat pada tahun 2008 mengalami penurunan hingga
4,6 persen menjadi 37,3 juta orang dari jumlah penumpang pada tahun 2007
berjumlah 39,1 juta orang. Berbeda dengan tahun 2008, jumlah pertumbuhan
penumpang pesawat tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan cukup besar.
Jumlah pertumbuhan penumpang pesawat pada tahun 2009 mencapai 16,89
persen menjadi 43,6 juta orang dari jumlah penumpang pada tahun 2008
berjumlah 37,3 juta orang. Kemudian jumlah pertumbuhan penumpang pesawat
pada tahun 2010 mencapai 22,24 persen menjadi 53,3 juta orang dari jumlah
penumpang pada tahun 2009 sebanyak 43,6 juta orang. Pertumbuhan industri ini
terjadi karena makin murahnya tarif tiket pesawat dari maskapai penerbangan
yang masuk ke layanan low cost carier (LCC). Data jumlah penumpang pesawat,
kereta api, dan kapal laut dapat dilihat di Tabel 1.
1Sumber dari http://www.bps.go.id
2Sumber dari http://www.kemhan.go.id
2
Tabel 1 Jumlah penumpang angkutan udara, angkutan darat, dan angkutan laut
rute domestik
Tahun
Jumlah penumpang (orang)
Udara* Darat** Laut***
2006 34,0 juta 159 juta 27,7 juta
2007 39,1 juta 175 juta 29,9 juta
2008 37,3 juta 194 juta 37,6 juta
2009 43,6 juta 207 juta 29,7 juta
2010 53,3 juta 201 juta 35,3 juta
Sumber: *Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, **PT Kereta Api Indonesia, ***Kantor Administrasi Pelabuhan. Dapat dilihat di http://www.bps.go.id, 2010
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jumlah penumpang pesawat pada
angkutan udara dari tahun 2008-2010 selalu mengalami peningkatan, berbeda
halnya dengan tahun 2007-2008 jumlah penumpang pesawat mengalami
penurunan. Jumlah penumpang kereta api pada angkutan darat dari tahun 2006-
2009 selalu mengalami peningkatan, berbeda halnya dengan tahun 2009-2010
jumlah penumpang kereta api mengalami penurunan. Jumlah penumpang kapal
laut pada angkutan laut dari tahun 2006-2008 selalu mengalami peningkatan,
berbeda halnya dengan tahun 2008-2009 jumlah penumpang kapal laut mengalami
penurunan. Kemudian jumlah penumpang kapal laut dari tahun 2009-2010
mengalami peningkatan.
Kenaikan yang selalu dialami oleh angkutan udara merupakan hasil dari
aktivitas perekonomian nasional yang meningkat, penambahan pesawat ke dalam
pasar, harga tiket yang terjangkau, dan pemenuhan kualitas pelayanan serta
keselamatan penerbangan. Oleh sebab itu, angkutan udara menjadi sangat
diperlukan dan berpotensi untuk terus dikembangkan. Angkutan udara dinilai
sangat praktis, efektif, dan cepat bila dibandingkan dengan jasa angkutan lainnya.
Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (2011), kinerja maskapai
penerbangan periode Januari 2011 diperoleh bahwa terdapat 20 operator
pemegang Air Operator Certificate (AOC) 121. Maskapai penerbangan pemegang
AOC 121 meliputi 15 operator berjadwal penumpang dan 5 operator kargo.
Penilaian ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam rangka
penilaian kinerja operator penerbangan terhadap kepatuhan pemenuhan peraturan
3
keselamatan penerbangan sipil. Hasil penilaian maskapai penerbangan berjadwal
penumpang terhadap AOC 121 dapat dilihat di Tabel 2.
Tabel 2 Penilaian kinerja maskapai penerbangan periode Januari 2011 terhadap
AOC 121
NO OPERATOR KETERANGAN
1 Garuda Indonesia Airlines Berjadwal penumpang
2 Lion Mentari Airlines Berjadwal penumpang
3 Sriwijaya Air Berjadwal penumpang
4 Pelita Air Service Berjadwal penumpang
5 Merpati Nusantara Airlines Berjadwal penumpang
6 Wing Abadi Airlines Berjadwal penumpang
7 Indonesia Air Asia Berjadwal penumpang
8 Tri MG Intra Asia Airlines Berjadwal penumpang
9 Metro Batavia Berjadwal penumpang
10 Travel Express Aviation Service Berjadwal penumpang
11 Indonesia Air Transport Berjadwal penumpang
12 Trigana Air Service Berjadwal penumpang
13 Cardig Berjadwal penumpang
14 Nusantara Air Charter Berjadwal penumpang
15 Air Maleo Berjadwal penumpang Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Periode Januari 2011
Dapat dilihat di http://hubud.dephub.go.id
Garuda Indonesia merupakan salah satu angkutan udara milik negara yang
dikelola secara profesional dan lebih kompetitif dalam menghadapi persaingan
bisnis dibandingkan kompetitor-kompetitor lainnya. Garuda Indonesia berupaya
senantiasa memberikan yang terbaik demi kepuasan penumpang dalam seluruh
interaksinya dengan penumpang, mulai dari tahap pre-journey, in-flight, sampai
dengan post-journey. Sejumlah inovasi layanan diperkenalkan pada tahun 2010,
termasuk peningkatan kapabilitas reservasi online, peluncuran immigration on
board, dan immigration fast-track untuk penumpang kelas Eksekutif dan anggota
Garuda Frequent Flyer (GFF) Platinum3.
Penambahan armada dan pembukaan rute penerbangan baru, peningkatan
brand image dan kualitas pelayanan melalui konsep layanan Garuda Indonesia
Experience, serta penyelesaian restrukturisasi hutang dan transparansi informasi
menuju perusahaan publik merupakan suatu serangkaian inisiatif strategis di tahun
2010. Seluruh langkah tersebut merupakan investasi signifikan demi terciptanya
3Sumber dari Annual Report Garuda Indonesia Tahun 2010
4
fondasi yang kokoh, mempersiapkan Garuda Indonesia untuk melaju ke tahap
berikutnya dalam strategi pertumbuhan Quantum Leap 20154.
Konsumen Garuda Indonesia dibagi menjadi dua golongan. Golongan
pertama adalah kelompok individu. Kelompok individu ini pada umumnya
merupakan orang-orang yang menggunakan pelayanan jasa Garuda Indonesia atas
kehendak sendiri dan untuk kepentingan pribadi. Sedangkan Golongan kedua
adalah kelompok instansi. Kelompok instansi ini pada umumnya merupakan
orang-orang yang menggunakan pelayanan jasa Garuda Indonesia atas perintah
pimpinan dan untuk kepentingan kantor. Adapun kerjasama Garuda Indonesia
dengan kelompok instansi pada tahun 2010 meliputi kerjasama Garuda Indonesia
dengan instansi BPMIGAS (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi), PLN (Perusahaan Listrik Negara), BRI (Bank Rakyat Indonesia),
Badan Imigrasi, serta Lembaga-Lembaga Pemerintahan seperti Kementerian
Pariwisata, Kementerian Agama, dan Kementerian Perhubungan5.
Sebagai maskapai penerbangan muda dibandingkan Garuda Indonesia
yang telah mengangkasa selama lebih kurang 70 tahun dan resmi menjadi
Perusahaan Negara pada tahun 1950, Sriwijaya Air dan Lion Air belum mampu
tampil maksimal dibandingkan pendahulunya. Berawal dari munculnya Lion Air
pada tahun 2000 kemudian disusul oleh Sriwijaya Air pada tahun 2003, kedua
maskapai penerbangan ini hadir ditengah kejayaan Garuda Indonesia pada waktu
itu. Bahkan kedua maskapai penerbangan ini mampu merebut pangsa pasar
Garuda Indonesia dan berusaha menampilkan sesuatu yang berbeda dibandingkan
dengan Garuda Indonesia.
Persaingan ketiga maskapai penerbangan ini dapat dilihat dari pelayanan
yang diberikan berupa harga tiket dan pelayanan selama di pesawat serta jumlah
penumpang yang diangkut oleh Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air.
Persaingan pertama meliputi persaingan pelayanan. Lion Air sebagai perusahaan
penerbangan swasta memberikan pelayanan berupa harga tiket pesawat yang
terjangkau dibandingkan dengan pesaingnya Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air.
Bahkan, Lion Air dan Sriwijaya Air kecuali Garuda Indonesia berlomba-lomba
4Sumber dari SWA XXVI/No.21/4-13 Oktober 2010/66-72 hal. Ditulis oleh Sudarmadi dan
Herning. 5Sumber dari Annual Report Garuda Indonesia, 2010
5
memberikan tarif semurah mungkin kepada konsumennya. Harga tiket yang
ditawarkan pun berbeda-beda sesuai rute yang dituju oleh pengguna jasa. Tabel 3
berikut menjelaskan harga tiket pesawat dari tanggal 1-7 Februari 2012 dengan
rute Jakarta – Medan, Jakarta – Yogyakarta, dan Jakarta – Bali pada maskapai
penerbangan Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Lion Air baik kelas ekonomi
dan bisnis. Rute Jakarta – Bali, Jakarta – Yogyakarta, dan Jakarta – Medan6
merupakan rute gemuk yang dialami oleh Garuda Indonesia, Lion Air, dan
Sriwijaya Air.
Tabel 3 Harga tiket pada maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Sriwijaya
Air, dan Lion Air
Jadwal
Maskapai
penerbangan
Rute
Jakarta –
Medan
Jakarta -
Yogyakarta
Jakarta –
Bali
E* B* E* B* E* B*
01/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7
Sriwijaya Air 640,0 2030,0 600,0 1800,0 500,0 2300,0
Lion Air 573,7 1930,0 430,7 1490,0 569,3 2150,0
02/02/2012 Garuda Indonesia 991,2 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7
Sriwijaya Air 640,0 2030,0 650,0 1800,0 500,0 2300,0
Lion Air 573,7 1930,0 430,7 1490,0 569,6 2150,0
03/02/2012 Garuda Indonesia 991,2 3962,3 679,9 2049,4 1380,6 2800,7
Sriwijaya Air 640,0 2030,0 500,0 1800,0 500,0 2300,0
Lion Air 573,7 1930,0 461,5 1490,0 759.6 2150,0
04/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7
Sriwijaya Air 640,0 2030,0 500,0 1800,0 500,0 2300,0
Lion Air 573,7 1930,0 430,7 1490,0 470,3 2150,0
05/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7
Sriwijaya Air 640,0 2030,0 450,0 1800,0 500,0 2300,0
Lion Air 573,7 1930,0 321,8 1490,0 470,3 2150,0
06/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7
Sriwijaya Air 640,0 2030,0 450,0 1800,0 500,0 2300,0
Lion Air 573,7 1930,0 321,8 1490,0 352,6 2150,0
07/02/2012 Garuda Indonesia 942,8 3962,3 475,3 2049,4 1380,6 2800,7
Sriwijaya Air 640,0 2030,0 450,0 1800,0 500,0 2300,0
Lion Air 573,7 1930,0 321,8 1490,0 352,6 2150,0 Keterangan: harga tiket dalam ratusan ribu rupiah
E* = Kelas Ekonomi
B* = Kelas Bisnis Sumber: http://www.garuda-indonesia.com
http://www.sriwijayaair.co.id
http://www.lionair.co.id
Pada awalnya, perang tarif menjadi daya tarik konsumen untuk memilih
jasa penerbangan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, perang tarif akan
6Rute gemuk tersebut mewakili rute terpadat di Pulau Bali, Jawa, dan Sumatera
6
sulit dipertahankan dalam bisnis yang marginnya semakin menipis. Hal ini
disebabkan karena konsumen cenderung ingin mendapatkan pelayanan yang lebih
baik atau konsumen akan memilih perusahaan penerbangan yang paling sesuai
dengan harapannya. Hal ini berarti, hanya perusahaan penerbangan yang benar-
benar unggul yang akan meraih pangsa pasar yang cukup besar. Oleh sebab itu,
kunci kesuksesan bisnis penerbangan saat ini terletak pada pelayanan dan bukan
sekedar tawaran tarif tiket yang murah. Hal tersebut menjadi tantangan bagi
masing-masing perusahaan penerbangan domestik, termasuk Garuda Indonesia,
sebagai maskapai penerbangan tertua di Indonesia.
Persaingan kedua meliputi persaingan pelayanan selama di pesawat. Lion
Air tidak memberikan makanan dan minuman sebagai bentuk pelayanan selama di
pesawat. Pelayanan yang diberikan oleh Lion Air berupa harga tiket yang semurah
mungkin dibandingkan maskapai penerbangan lainnya. Berbeda halnya dengan
Lion Air, Sriwijaya Air hadir menyaingi Lion Air dengan menyuguhkan fasilitas
semi service. Kedua maskapai penerbangan ini hadir dan berusaha menyaingi
Garuda Indonesia yang menyuguhkan fasilitas full service.
Terakhir, persaingan yang dialami ketiga maskapai penerbangan ini dapat
dilihat dari segi jumlah penumpang yang diangkut. Data jumlah penumpang
ketiga maskapai penerbangan dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah penumpang penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air, dan
Sriwijaya Air
Tahun
Jumlah penumpang (orang)
Garuda Indonesia* Lion Air** Sriwijaya Air**
2006 9,2 juta 7,3 juta 3,6 juta
2007 9,8 juta 8,6 juta 4,0 juta
2008 10,4 juta 12,1 juta 4,3 juta
2009 11,1 juta 18,4 juta 4,9 juta
2010 12,7 juta 21,9 juta 6,3 juta Sumber: *Annual Report Garuda Indonesia, 2010
**Data diolah dari seat passengers x rute penerbangan domestik dan internasional, 2010 dan
diperoleh dari http://www.kompas.com
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa jumlah penumpang maskapai
penerbangan Garuda Indonesia pada 2006-2010 mengalami peningkatan yang
cukup besar. Jumlah penumpang Garuda Indonesia dari 2006-2010 secara
berturut-turut yaitu 9,2 juta orang; 9,8 juta orang; 10,4 juta orang; 11,1 juta orang;
7
dan 12,7 juta orang. Namun, peningkatan jumlah penumpang ini juga dialami oleh
Lion Air dan Sriwijaya Air. Bahkan jumlah penumpang Lion Air lebih banyak
dibandingkan jumlah penumpang Garuda Indonesia.
Melihat kondisi ini, masyarakat (pengguna jasa) dihadapkan beberapa
pilihan alternatif. Masyarakat diminta untuk memilih apakah menggunakan jasa
penerbangan Garuda Indonesia yang menyediakan full service, atau menggunakan
jasa penerbangan Lion Air yang menyediakan harga terjangkau, atau bahkan
menggunakan jasa penerbangan Sriwijaya Air yang menyediakan semi service.
Kondisi seperti ini terbukti dari proses pengambilan keputusan konsumen
yang dijelaskan oleh Schiffman dan Kanuk (2010). Beliau mendefinisikan suatu
keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif.
Engel et al. (1994) menambahkan bahwa proses keputusan pembelian ditentukan
oleh tiga hal pokok, yaitu informasi, proses informasi, dan faktor-faktor yang
menentukan proses keputusan. Faktor-faktor yang menentukan keputusan
pembelian pada konsumen terdiri dari pengaruh lingkungan, perbedaan individu,
dan proses psikologis konsumen. Penulis membatasi persepsi risiko konsumen
yang dipengaruhi oleh keputusan pembelian konsumen, karena berhubungan
dengan evaluasi alternatif konsumen sebelum melakukan pembelian.
Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus
memiliki pilihan alternatif. Masyarakat yang ingin menggunakan jasa
penerbangan, ia dihadapkan kepada beberapa merek maskapai penerbangan,
misalnya: Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Dengan demikian, ia
harus mengambil keputusan dan memilih satu merek maskapai penerbangan dari
beberapa pilihan merek.
Setiap pilihan pada dasarnya mengandung risiko. Di mulai dari risiko
pesawat tergelincir karena jalanan basah dan licin, pesawat terbakar karena
adanya kabel yang terputus hingga pesawat jatuh karena human error ataupun
cuaca buruk merupakan risiko-risiko besar yang dihadapi pengguna jasa. Menurut
Sumarwan (2011), konsumen cenderung mengandalkan intuisi pribadinya untuk
memutuskan apakah sesuatu berisiko atau tidak, yang mungkin dipengaruhi oleh
pengalaman pribadinya terdahulu, tingkat keterlibatan, atau harga pembelian.
8
Persepsi risiko (perceived risk) memiliki efek moderasi bagi konsumen karena
mereka cenderung berupaya menghindari terjadinya kesalahan (risk avoidance).
Peter dan Ryan (1976) menjelaskan bahwa konstruk persepsi risiko pada
mulanya dipandang sebagai suatu fungsi dari dua komponen yaitu uncertainty
(ketidakpastian) dan consequences (konsekuensi). Sumarwan (2011)
menambahkan bahwa konsumen cenderung berhadapan dengan banyak sekali
situasi dalam pengambilan keputusan termasuk pembelian produk/jasa. Pada
kebanyakan kasus, konsumen tidak selalu dapat melakukan pertimbangan yang
cukup dari kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan yang dapat diambil.
Konsumen hanya sekedar menilai situasinya, menimbang-nimbang potensi
alternatif, mengambil keputusan, dan mengambil tindakan yang sesuai.
Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (2011), data
kecelakaan maskapai penerbangan Indonesia yang diinvestigasikan meliputi jenis
kecelakaan ringan hingga kecelakaan serius. Jenis kecelakaan ini mengalami
penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2010, tetapi mengalami peningkatan
kembali dari tahun 2010 hingga tahun 2011. Tabel 5 berikut menjelaskan data
kecelakaan yang diinvestigasikan KNKT selama lima tahun terakhir.
Tabel 5 Data kecelakaan yang diinvestigasi KNKT
No.
Thn.
Jumlah
kecelakaan
investigasi
KNKT
Jenis kejadian Korban jiwa
Accident Serious
accident
Korban meninggal/
hilang
Korban luka-
luka
1 2007 21 15 6 125 10
2 2008 21 14 7 6 2
3 2009 21 13 8 40 9
4 2010 18 8 10 5 46
5 2011 32 19 13 71 8
Total 113 69 44 247 75 Sumber: Database KNKT sampai dengan 27 Desember 2011
Dapat dilihat di http://www.dephub.go.id/knkt dan diakses pada tanggal 27 Maret 2012/15.30
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa jenis kejadian paling banyak terjadi
pada tahun 2011. Jenis kejadian ini meliputi 19 kecelakaan ringan dan 13
kecelakaan berat. Kemudian korban jiwa baik meninggal ataupun hilang yang
terjadi pada kecelakaan maskapai penerbangan Indonesia mengalami peningkatan
sebesar 71 orang pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar 5 orang.
9
Beberapa kecelakaan yang dialami oleh maskapai penerbangan Indonesia
merupakan insiden-insiden yang dialami oleh maskapai penerbangan Garuda
Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Jumlah kecelakaan yang dialami Garuda
Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air lima tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 Jumlah kecelakaan Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air
2007 2008 2009 2010 2011 Total
Garuda Indonesia 1 - - - - 1
Lion Air 1 - 2 1 4 8
Sriwijaya Air - 1 - 1 1 3 Sumber: http://www.garuda-indonesia.com; http://www.sriwijayaair.co.id; dan http://www.lionair.co.id/
Diakses tanggal 27 Maret 2012/15.00
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa Garuda Indonesia mengalami
kecelakaan pesawat paling sedikit dibandingkan Lion Air, dan Sriwijaya Air yakni
sebanyak satu kali pada tahun 2007. Kemudian jumlah kecelakaan yang dialami
oleh Sriwijaya Air sebanyak tiga jenis kecelakaan yakni keceelakaan pada tahun
2008, 2010, dan 2011. Maskapai penerbangan Lion Air merupakan maskapai
penerbangan yang memiliki jumlah kecelakaan paling banyak dibandingkan
Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air, yakni sebanyak 8 jenis kecelakaan dengan
rincian sebagai berikut: 1 jenis kecelakaan pada tahun 2007, 2 jenis kecelakaan
pada tahun 2009, 1 jenis kecelakaan pada tahun 2010, dan 4 jenis kecelakaan pada
tahun 2011.
Adapun penyebab kecelakaan yang dialami oleh Garuda Indonesia, Lion
Air, dan Sriwijaya Air merupakan insiden-insiden yang disebabkan oleh faktor
human error, faktor cuaca buruk yang mengakibatkan landasan basah dan licin,
serta faktor teknik yang disebabkan oleh kemacetan roda atau kerusakaan mesin
pesawat. Insiden-insiden yang dialami oleh Garuda Indonesia, Lion Air, dan
Sriwijaya Air selama lima tahun terakhir terlihat pada Tabel 7 berikut ini.
10
Tabel 7 Insiden-insiden yang dialami maskapai penerbangan Garuda Indonesia,
Lion Air, dan Sriwijaya Air
Garuda Indonesia Lion Air Sriwijaya Air
2007 Tanggal 7 Maret GIA
penerbangan 200 meluncur
keluar landasan (overrun),
terbakar, dan meledak
sesaat setelah mendarat di
Bandara Adi Sutjipto
Yogyakarta. Sedikitnya 22
orang meninggal dunia.
Pesawat tersebut
membawa penumpang
sebanyak 133 orang dan 7
awak pesawat. Kecelakaan
ini disebabkan oleh
kesalahan pilot.
Tanggal 19 Maret, Lion Air
penerbangan 311, MD-82 rute
Banjarmasin-Surabaya batal lepas
landas walaupun sempat meluncur di
landasan pacu Bandara Sjamsudin
Noor, Banjarmasin.
-
2008
-
-
Tanggal 27 Agustus
Sriwijaya Air
penerbangan 062
tergelincir di
Bandara Sultan
Thaha Syaifuddin
dan tidak ada korban
jiwa.
2009
-
(1)Tanggal 23 Februari, Lion Air
penerbangan 972 PK-LIO, MD 90
rute Medan-Batam-Surabaya
mendarat darurat di Bandara Hang
Nadim Batam akibat macetnya roda
depan. Semua penumpang selamat.
(2)Tanggal 9 Mei, MD-90 Lion Air
PK-LIL tergelincir di Bandara
Soekarno Hatta.
-
2010 Tanggal 21 November
terjadi delay massal
penerbangan GIA karena
penerapan sistem kendali
operasi terbaru (IOCS)
Tanggal 3 November, Lion Air
penerbangan 712, PK-LIQ Boeing
737-400 rute Jakarta-Pontianak-
Jakarta tergelincir di Bandara
Supadio Pontianak
Tanggal 27 Januari
Sriwijaya Air dengan
rute Jakarta-Padang
tergelincir saat
mendarat di Bandara
Soekarno Hatta
2011
-
(1)Tanggal 14 Februari Lion Air
penerbangan 598, Boeing 737-900ER
rute Jakarta-Pekanbaru tergelincir
saat mendarat di Bandara Sultan
Syarif Kasim II dan semua
penumpang selamat. (2)Tanggal 15
Februari Lion Air tujuan Medan-
Pekanbaru-Jakarta juga tergelincir.
(3)Tanggal 17 Februari pesawat Lion
Air tanpa sengaja menabrak pesawat
Lion Air lainnya dan tidak ada
korban. (4) Tanggal 23 Oktober Lion
Air JT 673 tergelincir di Bandara
Sepinggan, Kaltim.
Tanggal 20
Desember, Sriwijaya
Air SJ 230 PK-CKM
rute Jakarta-
Yogyakarta
tergelincir di
Bandara Adisutjipto
dan tidak ada korban
jiwa.
Sumber: http://www.garuda-indonesia.com; http://www.sriwijayaair.co.id; dan http://www.lionair.co.id/
Diakses tanggal 27 Maret 2012/15.00
11
Data rata-rata kecelakaan maskapai penerbangan selama tahun 2007-2011
yang juga dilakukan KNKT dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Data rate of accident maskapai penerbangan Indonesia
2007 2008 2009 2010 2011
Total produksi
(jam terbang)
510.137
477.556
753.425
671.204
758.318
Total Penumpang 39.162.332 37.405.437 43.808.033 47.252.237 49.722.426
Jumlah kecelakaan 21 21 21 18 32
Rate kecelakaan* 4,12 4,40 2,79 2,68 4,22
Keterangan : *rate kecelakaan = ((jumlah kecelakaan/jumlah produksi jam terbang) x 100.000)) Sumber : database KNKT sampai dengan 27 Desember 2011
Dapat dilihat di http://www.dephub.go.id/knkt dan diakses pada tanggal 27 Maret 2012/15.30
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa rate kecelakaan maskapai penerbangan tahun
2008 hingga tahun 2010 mengalami penurunan secara berturut-turut yaitu 4,40;
2,79; dan 2,68. Jumlah pertumbuhan rate kecelakaan pada tahun 2008 mengalami
peningkatan mencapai 6,79 persen menjadi 4,40 dari rate kecelakaan pada tahun
2007 sebesar 4,12. Jumlah pertumbuhan rate kecelakaan pada tahun 2009
mengalami penurunan mencapai 36,59 persen menjadi 2,79 dari rate kecelakaan
pada tahun 2008 sebesar 4,40. Jumlah pertumbuhan rate kecelakaan pada tahun
2010 juga mengalami penurunan seperti pada tahun 2009 mencapai 3,94 persen
menjadi 2,68 dari rate kecelakaan pada tahun 2009 sebesar 2,79. Kemudian
jumlah pertumbuhan rate kecelakaan pada tahun 2011 mengalami peningkatan
mencapai 57,46 persen menjadi 4,22 dari rate kecelakaan pada tahun 2010 sebesar
2,68.
Menurut KNKT (2011), persentase perkiraan penyebab kecelakaan
Angkutan Udara di Indonesia tahun 2007-2011 meliputi kecelakaan yang
disebabkan oleh human factor sebesar 52 persen, kecelakaan yang disebabkan
oleh teknik sebesar 42 persen, dan kecelakaan yang disebabkan oleh lingkungan
sebesar 6 persen7. Berikut data investigasi KNKT mengenai temuan faktor
penyebab kecelakaan maskapai penerbangan Indonesia.
7Sumber dari database KNKT (2011). Dapat dilihat di http://www.dephub.go.id/knkt dan diakses pada
tanggal 27 Maret 2012/15.30.
12
Tabel 9 Data temuan faktor penyebab kecelakaan8
2007 2008 2009 2010 2011
Human Factor 15 6 12 9 2
Teknik 5 12 9 8 -
Lingkungan 1 3 0 1 - Sumber: Data investigasi KNKT
Dapat dilihat di http://www.dephub.go.id/knkt serta diakses pada tanggal 27 Maret
2012/15.30
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa faktor penyebab kecelakaan dari segi
human factor seharusnya dapat ditekan sekecil mungkin sehingga kecelakaan
pesawat tidak terjadi lagi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001
tentang “Keamanan dan Keselamatan Penerbangan” dan Peraturan Menteri
Perhubungan No: KM. 20 Tahun 2009 tentang “Sistem Manajemen Keselamatan
Penerbangan (Safety Management System) diperoleh bahwa keselamatan dan
keamanan penumpang haruslah selalu dipenuhi oleh setiap maskapai
penerbangan. Baik petugas/awak pesawat maupun pengguna jasa hendaknya
menyadari pentingnya keselamatan dan keamanan dalam menggunakan fasilitas
angkutan udara.
1.2 Perumusan Masalah
Menurut Departemen Perhubungan RI, tiga maskapai penerbangan
nasional terbesar di Indonesia sejak awal tahun 2010 yaitu PT Lion Mentari
Airlines (Lion Air), PT Garuda Indonesia (Garuda Indonesia), dan Sriwijaya Air.
Direktur Transportasi Udara Kementrian Transportasi, Tri S. Sunoko menyatakan
bahwa pangsa pasar Lion Air menduduki peringkat pertama sebesar 41,9 persen.
Pangsa pasar Garuda Indonesia menempati urutan kedua di domestik setelah Lion
Air yakni sebesar 19,1 persen dan Sriwijaya Air menduduki peringkat ketiga
dengan pangsa pasar sebesar 15,9 persen9. Oleh sebab itu, Garuda Indonesia
seharusnya mampu meningkatkan dan memperluas pangsa pasarnya. Gambar 1
berikut ini menjelaskan pangsa pasar maskapai penerbangan domestik di
Indonesia.
8Masih terdapat laporan investigasi kecelakaan udara yang belum difinalisasi, sehingga perkiraan penyebab
kecelakaan tersebut belum dapat dipastikan. 9Sumber dari http://www.tempo.com/read/news/2010/02/10/090224826. Ditulis oleh Pakpahan.
Diakses pada tanggal 2 Februari 2012/16.00.
13
Keterangan : LI = Lion Air, GIA = Garuda Indonesia Airlines, SR = Sriwijaya Air
Sumber : http://www.tempo.com/read/news/2010/02/10/
Gambar 1 Pangsa pasar beberapa maskapai penerbangan rute domestik
Dari uraian identifikasi permasalahan yang dihadapi perusahaan PT
Garuda Indonesia dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sikap konsumen terhadap maskapai penerbangan Garuda
Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air?
2. Bagaimana posisi dari Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air di
industri penerbangan berdasarkan perspektif konsumen?
3. Bagaimana pengaruh persepsi risiko terhadap pengambilan keputusan
penggunaan jasa maskapai penerbangan Garuda Indonesia?
4. Bagaimana implikasi manajerial yang dapat diterapkan oleh PT Garuda
Indonesia untuk melihat posisi Garuda Indonesia dengan kompetitor?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada di perusahaan PT Garuda Indonesia
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis sikap konsumen terhadap maskapai penerbangan Garuda
Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air.
2. Menganalisis posisi dari Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air di
industri penerbangan berdasarkan perspektif konsumen.
Market share
LI
GIA
SR
Others
14
3. Menganalisis pengaruh persepsi risiko terhadap pengambilan keputusan
penggunaan jasa maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
4. Menganalisis implikasi manajerial yang dapat diterapkan oleh PT Garuda
Indonesia untuk melihat posisi Garuda Indonesia dengan kompetitor.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi PT Garuda
Indonesia untuk memperoleh informasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan pembelian, sehingga bisa digunakan sebagai
pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan strategi pemasaran
perusahaan yang efektif. Manfaat penelitian ini bagi peneliti sendiri diharapkan
dapat menambah pengetahuan ilmiah dan pengalaman praktis tentang bagaimana
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Bagi institusi
pendidikan, penelitian ini memiliki manfaat sebagai bahan pustaka dan
pembanding untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini difokuskan kepada pengguna jasa Garuda Indonesia dalam
proses pengambilan keputusan penggunaan jasa Garuda Indonesia. Hasil analisis
pengguna jasa Garuda Indonesia digunakan untuk menyusun strategi pemasaran
PT Garuda Indonesia ke depannya. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini
dilakukan melalui survei terhadap pengguna jasa yang berada di lokasi yang sama
dengan penulis, yaitu pada ruang boarding Garuda Indonesia dan Terminal 1
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Provinsi Banten. Pengguna Jasa
(responden) yang terpilih merupakan konsumen yang pernah menggunakan jasa
penerbangan Garuda Indonesia dan juga menggunakan jasa penerbangan
nonGaruda Indonesia (Sriwijaya Air atau Lion Air) dalam waktu dua tahun
terakhir serta berusia di atas 17 tahun.
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB