Upload
buicong
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
143
DAFTAR PUSTAKA Ahmadjayadi C. 2001. Butir-Butir Penting untuk Pengelolaan Daerah Pengaliran
Sungai dari Sudut Pandang Otonomi Daerah. Di dalam Tim ProLH-GTZ (editor). Prosiding Seminar Sistem Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; Kantor Menteri Negara LH, Tanggal 27 Maret 2001. Jakarta. Program LH Indonesia-Jerman. hlm. 39 – 47.
Alikodra HS. 2001. Konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Di dalam
Tim ProLH-GTZ (editor). Prosiding Diskusi Panel Sistem Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai; Kantor Menteri Negara LH, Tanggal 14-15 September 2000. Jakarta. Tim Pro LH-GTZ. hlm. 19 -39.
Alikodra HS, Syaukani HR. 2004. Bumi Makin Panas Banjir Makin Luas
Menyimak Tragedi Kehancuran Hutan. Bandung: Nuansa. Anwar A. 2000, Masalah Ekonomi dan Kelembagaan Perikanan. Bogor: Program
Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan PPs-IPB. Arsyad S. 1997. Kriteria Lahan Kritis. Lokakarya Penetapan Kriteria Lahan Kritis
17 Juni 1997. Jakarta: Dijen RRL Departemen Kehutanan.
2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Seri Pustaka IPB Press. Asdak C. 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Ga-
djah Mada University Press, Asmidin A. 20 Feb 2007. Rehabilitasi Danau Tempe Tidak Bisa Ditunda:
Pendangkalan tak terkendali, bantuan pemulihan tak terealisasi. Kompas: 23 (kolom 1 – 4)
Award EM. 1979. System Analysis and Design. Illinois: Richard D. Irwin, Home
Wood. [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2002. Program
Pembangunan Daerah Kabupaten Enrekang. Enrekang: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Barlowe R. 1986. Land Resouces Economic: The Economic of Real Estate. New
Jersey: Prentice-Hall Inc. Bastaman H. 2001. Kebijakan Dalam Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai
(DAS) Di dalam Tim ProLH-GTZ, (editor). Prosiding Diskusi Panel Sistem Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai. Kantor Menteri Negara LH. Tanggal 14-15 September 2000. Jakarta: Tim Pro LH-GTZ. hlm. 119 -124.
144
[BP-DAS] Balai Pengelolaan DAS Jeneberang-Walanae. 2004. Penyusunan Rencana Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai (DAS) Bila. Makassar: Balai Pengelolaan DAS Jeneberang-Walanae dan PT. Visi Indokarya Konsultan.
Bermanakusumah R. 2001. Pemulihan Fungsi Hidro-Orologis dan Sosial Ekonomis
Lahan Kritis Melalui Sistem Agroforestri;. Tasikmalaya: 12 - 14 Agus-tus 2001. Makalah yang disampaikan pada Dialog Kawasan Lindung Jawa Barat
Bochmer K, Murray EH, Bruce M. 1997. Guidelines for Integrated Watershed Ma-
nagement Training. Dalhouse Univbersity Environmental Studies Centres Development in Indonesia for Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan (PP-PSL). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Brooks KN, Peter FF, Hans M.G, John L. Thames. 1992. Hydrology and The
Mana-gement of Watersheds. Iowa: Iowa State University Press/Ames.
Center JCJY. 2000. Social and Institutional Issues in Watershed Management in India, Department for International Development (DFID). Philippines: Silang Cavite. OIKOS and International Institute of Rural Reconstruc-tion.
Christianto L. 1997. Penataan Tanah Sebagai Perangkat Penataan Ruang Dalam
Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, Di dalam Prosiding Kong-res Nasional VI HITI: Buku 1. Tanggal 12 - 15 Desember 1995, Jakarta. Himpunan Ilmu Tanah Indonesia.
Danaatmadja O. 2001. Wanatani: Sebagai Salah Satu Penunjang Kegiatan
Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan Jawa Barat, Tasikmalaya. Bahan Dialog Interaktif Kawasan Lindung Jawa Barat,
Danida. 1988. The Philipines Strategy for Improved Watershed Resources Mana-
gement; Under the auspices of the Gevernment of the Philippnes/World Bank Water Resources Development. Quezon City: Project Wateshed Management Improvement Component.
Darajati W. 2001. Perencanaan Daerah Pengaliran Sungai Dalam Rencana Pem-
bangunan Nasional. Dalam Prosiding Seminar: Sistem Pengelolaan Dae-rah Pengaliran Sungai, Kerjasama Pemerintah Indonesia - Jerman, Jakar-ta. Kantor Menteri Negara LH/BAPEDAL - GTZ.
David FR. 1998. Concepts of Strategy Management. Upper Saddle River New
Jersey: Prentice-Hall Inc.
145
Dent FJ. 1993. Towards a Standar Methodology for the Collection and Analysis of Land Degradation Data. Expert Consultation of the Asian Network on Problem Soil. Bangkok: Proposal. 25 - 29 October 1993.
[Depdagri, Bappenas, Pemda] Departemen Dalam Negeri, Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal, Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang. 2002. Rencana Strategi Kabupaten Enrekang. Enrekang: Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang.
[Ditjen RRL] Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1997. Laporan
Utama: Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jakarta: Direktorat Rehabilitasi dan Konser-vasi Tanah.
[Ditjen PKA] Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam. 2000.
Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000 - 2004. Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati. Jakarta: Kerjasama Antara Dirjen. Perlindungan dan Konservasi Alam, LIPI dan Jica.
[Ditjen. RLPS] Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
2000. Laporan Akhir Pengembangan Insentif Dalam Rangka Rehabilitasi Lahan/Penghijauan di Tiga DAS. Buku I DAS Ciliung. Fakultas Kehutanan IPB. 2000. Bogor: Kerjasama Ditjen RLPS Departemen Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan IPB.
2000. Urutan DAS Prioritas dan Lahan Kritis, Jakarta: Ditjen RLPS. 2001. Penyusunan Standar dan Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(RHL) di Wilayah SWP DAS Bila-Walanae Tahun 2001. Makassar: Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Jeneberang Walanae.
2001. Kepmenhut No. 52/Kpts-11/2001-Informasi Peraturan Perundang-
undangan Sebagai Tindak Lanjut PP. No. 25 Tahun 2000, Buku B. Jakarta: Dephut Sekretariat Jenderal Biro Hukum dan Organisasi.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2001. Keputusan Menteri Kehutanan No.
20/Kpts-11/2001, Tentang Pola Umum dan Standar Serta Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Jakar-ta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
Didu, MS. 2001. Analisis Posisi dan Peran Lembaga Serta Kebijakan Dalam Proses
Pembentukan Lahan Kritis. Jurnal Teknologi Lingkungan. Volume 2. Nomor 1. Januari 2001. ISSN 1411-318X. hlm. 93-105.
2002. Rekayasa Ulang Posisi dan Peran Lembaga Serta Kebijakan Un-
tuk Rehabilitasi Lahan Kritis. Buletin Keteknikan Pertanian, Vol. 16 No.1, April 2002. ISSN; 0216-3365. hlm. 4-17.
146
[Dinashut] Dinas Kehutanan Sulawesi Selatan. 2004. Laporan Dinas Kehutanan Provinsi Silawesi Selatan (Tidak dipublikasi).
[Ditjen SDA] Direktorat Jenderal Sumberdaya Air. 2004. Sebanyak 65 DAS dalam
Kondisi Semakin Kritis. Kompas: 15 (kolom 5 – 7). Doppelt BM. Scuriock, C Frissel, J. Karr. 1993. Entering The Watershed: A New
Approach to Save America's River Ecosystems. Washungton D.C: Island Press.
Easter WK, John A. D, Maynard MH.1986.Watershed Resources Management; An
Integrated Framework with Studies from Asia and the Pasific. Boulder and London: Westview Press.
Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid
1. Bogor: IPB Press. [FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Framwork for Land
Evaluation: Soil Resources Development and Conservation Service. Land and Water Development Division. Rome: Food and Agriculture Organization. Soil Bulletin.
1999. The Future of Our Land: Facing The Challenge. United Nations
Environment. Rome: Programme Food and Agriculture Organization of The United Nations.
Fattah DS. 2001. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dari Sudut Pandang Kehu-
tanan. Di dalam Tim ProLH-GTZ (editor). Prosiding Seminar Sistem Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; Kantor Menteri Negara LH, Tanggal 27 Maret 2001. Jakarta. Program LH Indonesia-Jerman. hlm. 9 – 15.
Fisher S, et al. 2001. Mengelola Konflik; Keterampilan dan Strategi Untuk Bertin-
dak. SN. Karikasari, et al.. Penerjemah. Jakarta: The British Council In-donesia, Terjemahan dari: Working With Conflict: Skills & Strategies for Action.
Fletcher R. 1997. Defenisi Lahan Kritis Untuk Program Penghijauan, Lokakarya
Penetapan Kriteria Lahan Kritis. 17 Juni 1997. Bogor: Ditjen RRL Departemen Kehutanan.
Friday KS, M. Elmo D, Dennis PG. 1999. Imperata Grassland Rehabilitation using
Agroforestry and Assisted Natural Regeneration, International Centre for Research in Agroforestry. Bogor: South East Asian Regional Research Programme.
147
Gunawan dan Hartono. 2000. Pengelolaan Wilayah Daerah Aliran Sungai (Watershed Management). Paper disampaikan pada Pertemuan Teknis dalam rangka Standardisasi Batas Data Tematik Sumberdaya Alam Penunjang Analisis Kewilayahan. Tanggal 25 – 26. Bogor: Bakosurtanal.
Haeruman H Js. 1993. Upaya Pengentasan Kemiskinan di DAS Kritis. Di dalam
Naik Sinukaban. et al. (editor). Konservasi Tanah dan Air Kunci Pemberdayaan Petani dan Pelestarian Sumberdaya Alam. Prosiding Kongres Ke-II dan Seminar Nasional MKTI di Yogyakarta, 27 – 28 Oktober 1993. Bogor: Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia.
Hana S. dan Mohan Munasinghe. 1995. Propperty Rights the Environment: Social
and Ecological Issues. Washington, D.C: Beijer International of Ecolo-gical Economics and The World Bank.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna
tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian Jurusan Tanah.
Hayami Y, M Kikuchi. 1999. Dilema Ekonomi Desa; Suatu Pendekatan Ekonomi
Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Jakarta: Yayasan Obor. Helweg 0J. 1985. Water Resources: Planning and Management. New York: Copy-
right by John Wiley & Sons, Inc. United States of Amerika. Hermawan A, Teguh P, Yoyo S. 1993, Usaha Konservasi, Kaitannya dengan
Pendapatan dan Rehabilitasi Lahan Kritis. Di dalam Naik Sinukaban. et al. (editor). Konservasi Tanah dan Air Kunci Pemberdayaan Petani dan Pelestarian Sumberdaya Alam. Prosiding Kongres Ke-II dan Seminar Nasional MKTI di Yogyakarta, 27 – 28 Oktober 1993. Bogor: Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. hlm. 77-86.
Hesselbein F, Marshall G, Richard B. editor. 2001. Organisasi Masa Depan. Ach-
mad Kemal, Penerjemah; Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelom-pok Gramedia. Terjemahan dari: The Organization of The Future.
Hikmat H. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama
Press. Hurni H. 1996. Presious Earth; From Soil and Water Conservation to Sustainable
Land Management. Berne: International Soil Conservation Organisation (ISCO), and Center for development and Environment (CDE).
1998. A Multi-Level Stakeholder Approach to Sustainable Land Mana-gement. in. Blume, HP, et al. 1998. Editors. Towards Sustainable Land Use: Furthering Cooperation Between People and Institutions.Volume
148
11, Advences in Geoecology 31. A Cooperating Series of the Internati-onal Society of Soil Science (ISSS). Reiskirchen. hlm. 827 - 836.
Kartodihardjo H, Kukuh Murtilaksono, Hadi S. Pasaribu, Untung Suhadi, dan Nu-
nung Nuryartono. 2000. Kajian Institusi Pengelolaan DAS dan Konser-vasi Tanah. Kelompok Pengkajian Pengelolaan Sumberdaya Berkelanjut-an (K3SB). Bogor: Koperasi Sodaliti.
Kartodihardjo H. 1999. Masalah Kebijakan Pengelolaan Hutan Alam Produksi. Bo-
gor: Pustaka Latin. Kosasih E, Hendrisman, Marsoedi. 1988. Pola Penggunaan Lahan di DAS Jratun-
seluna. Bogor: Pusat Penelitian Tanah Bogor. Kuncoro M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,
Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga. [Pemda] Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang. 2001. Perda. Kabupaten
Enrekang No. 22 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Lingkungan Daerah Aliran Sungai. Lembaran Daerah No. 36 Tahun 2001.
[LNRI] Lembaran Negara Republik Indonesia No. 54. Tahun 2000. 2000.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.
. Lembaran Negara Republik Indonesia No. 125 Tahun 2004. 2004
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.
Lier HNV, CF Jaarsma, CR Jurgens, AJ De Buck. 1994. Sustainable Land Use
Planning. Amsterdam: Elsevier. Malon T dan Kiven C. 1993. The Interdiciplinary Study of Coordination. ACM
Compusting Survey. March, 26 (1) 87 -199. Michigan: University of Michigan School of Busnees Administration.
Manetsch TJ, GL Park. 1976. Systems Analysis and Simulations with Application
to Economic and Social Systems. USA: Michigan State University. Mather AS. 1986. Land Use. Longman: London and New York. Mayer J, Ngalande J, Bird P, Sibale B. 2001. Forestry Tactics: lessons learned from
Malawi’s National Forestry Programme, Policy That Works for Forests and People series No. 11, London: International Institute for Environment and Development,
149
Mitchell B. 1997. Resource and Environmental Management. Wateloo: Addison Wesley Logman Ltd.
Mize JH, JG Cox. 1968. Essentials of Simulation. Prentice Hall Inc. Englewood
Doffs, New Jersey. Muhammadi et al. 2001. Analisis Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi dan Mana-
gemen. Jakarta: UMJ Press. Muhtaman DR. 2002. Komuniti Forestri (KF) di Tengah Gempuran Globalisasi. Di
dalam Seri Kajian Komuniti Forestri, Komuniti Forestri di Tengah Gem-puran Globalisasi, Seri 5 Tahun V. Bogor. April 2002. hlm 6 – 18.
Mustari K. 1985. Model dan Simulasi Untuk Perencanaan Penggunaan Lahan di
Daerah Aliran Sungai Bila Walanae Propinsi Sulawesi Selatan (Studi Kasus Sub DAS Walanae Hulu). [Disertasi Doktor]. Bogor: IPB, Fakultas Pascasarjana.
Pakpahan A. 1997 Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan Dalam
Memantapkan Pelaksanaan Gerakan Hemat Air. Di dalam Baharsiah, JS, et al. 1997, (editor). Sumberdaya Air dan lklim Dalam Mewujudkan Per-tanian Efisien. Jakarta: Kerjasama Departemen Pertanian dengan Per-himpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI). hlm. 53-59.
Pasaribu SH. 1996. Pengembangan Kelembagaan Pembangunan RRL Dalam Kon-
teks Pengelolaan DAS. Alas Ketu-Wonogiri: 1-5 Oktober 1996. Kursus Penyegaran Kepala Balai/Sub Balai RLKT.
[Pemda] Pemerintah Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang. 2001. Perda.
Kabupaten Sidenreng Rappang No. 34 Tahun 2001 Tentang Program Pembangunan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2001-2005. Pangkajene: Pemerintah Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang.
2002. Perda Kabupaten Sidenreng Rappang No. 13 Tahun 2002 Tentang Rencana Strategi Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2001 – 2005. Pangkajene: Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang.
[Pemda] Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 2000. Perda. Provinsi
Sulawesi Selatan No. 7 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Daerah (Propeda) Sulawesi Selatan Tahun 2001 – 2005, Makassar: Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Purwanto E, Eko Warsito. 2001, Deforestasi dan Perubahan Lingkungan Tata Air
di Indonesia: Resiko, Implikasi dan Mitos Yogyakarta: Bigraf Puslitbang.
150
Ramdan H, Yusran, dan Dudung Darusman. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Otonomi Daerah: Perspektif Kebijakan dan Valuasi Ekonomi. Bandung: Alqaprint Jatinangor.
Rustiadi E, Affendi A, Didit OP. 2003. Sistem Perencanaan Pembangunan Dalam
Era Reformasi dan Otonomi Daerah. Bogor: 28 -29 Juli 2003. Seminar dan Kongres Nasional II Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) – Universitas Pakuan.
Saaty TL. 1988. Decision Making for Leaders; The Analytical Hierarchy Process
for Decision in Complex World. Pittsburgh: RWS Publications. Saxena J. J. P. 1992. Hierarchy and Classification of Program Plan Elements Using
Interpretative Structural Modelling. Vol. 5 (6), 651 : 670, System Practice, Massecauchet.
Sayogyo. 1988. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum. Jakarta: Gramedia Schmid, A. 1987. Property, Power, and an Inquiry into Low and Economic. New
York: Praeger. Sheng, TC. 1968. Concept of Watershed Management Lectur Notes for Forest Tra-
ining Course in watershed Managent and Soil Conservation. Jamaica: UNDP/FAO.
Sinukaban N, Jamartin Sihite. 1993. Usaha Tani Konservasi dalam Membangun
Pertanian yang Berkesinambungan. Di dalam Naik Sinukaban. et al. (editor). Konservasi Tanah dan Air Kunci Pemberdayaan Petani dan Pelestarian Sumberdaya Alam. Prosiding Kongres Ke-II dan Seminar Nasional MKTI di Yogyakarta, 27 – 28 Oktober 1993. Bogor: Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. hlm 26-32.
Sinukaban N. 1994. Membangun Pertanian Menjadi Industri Yang Lestari Dengan
Pertanian Konservasi, (Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap). Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
1997, Prinsip Penetapan Kriteria Penilaian Lahan Kritis. Lokakarya Na-
sional Kebijaksanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Bogor: 17 Juni 1997.
2002, Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Sebagai Basis Ketahanan
Pangan Nasional, Makalah dibawahkan pada Seminar Ilmiah Nasional: Aplikasi Teknologi dalam Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan, Tanggal 28 September 2002. Bogor: Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional IPB.
151
Sitorus PSR. 1995. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.
2001. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan, edisi kedua, Laboratoriurn Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah. Bogor: IPB Fakultas Pertranian.
Sitorus PSR, Suria D Tarigan. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Di dalam Tim Pro LH-GTZ (editor). Prosiding Diskusi Panel Sistem Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai; Kantor Menteri Negara LH, Tanggal 14-15 September 2000. Jakarta: Tim Pro LH-GTZ. hlm 35-39.
[SMERI-UNDP] State Ministry fo Environment Republik of Indonesia United Nations Development Programme. 1997. Agenda 21- Indonesia: A National Strategy for Sustainable Development. Jakarta: State Ministry fo Environment Republik of Indonesia United Nations Development Programme.
Soelaeman, Y, Agus Hermawan, Teguh Prasetyo. 1993. Upaya Meningkatkan Pen-dapatan Petani Lahan Kering DAS Melalui Perbaikan Sistem Usaha Tani Konservasi. Di dalam Sinukaban et al., penyunting. Konservasi Tanah dan Air Kunci Pemberdayaan Petani dan Pelestarian Sumberdaya Alam, Prosiding Kongres Ke 11 dan Seminar Nasional MKTI di Yogyakarta 27 - 28 Oktober 1993. Bogor: Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. hlm. 69-76.
Soemarwoto O. 2003. Atur diri sendiri: paradigma baru pengelolaan lingkungan hidup, Makalah dibawahkan pada Seminar Nasional Sistem Manajemen Lingkungan Tanggal 14 Januari 2003. Bogor: Kerjasama Program Studi PSL Program Pascasarjana IPB dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB.
[Sub BRLKT] Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Jeneberang-Walanae. 1987. Rencana Teknik Lapangan-Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Sub DAS Bila, Buku 1. Watansoppeng: Proyek Penyusunan Rancangan Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi DAS Bila Walanae.
[Sub-BRLKT-Dit.RLKT] Sub BRLKT Jeneberang-Walanae-Direktorat Rehabiltasi lahan dan Konservasi Tanah. 1998. Rencana Teknik Lapang-Rehabiltasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Bila Propinsi Sulawesi Selatan 1989/1999, Buku 1. Ujungpandang: Kerjasama Sub BRLKT Jeneberang-Walanae dengan Direktorat Rehabiltasi lahan dan Konservasi Tanah.
152
Sudradjat A, Ida Yustina, editor. 2002. Mencari Format: Desentralisasi Kehutanan ; pada Masa Transisi. Jakarta: Nectar Indonesia.
Suliyanti Y, Hikma L, Edward P, Scott S, Marc H. 2000. Proyek Hutan Kemasya-
rakatan Gunung Palung: Sebuah Alternatif Konsep Pelestarian Melalui Pemberdayaan Masyarakat. Di dalam: Arif A, Budhita CK, Dani WM, (editor). Prosiding Berbagi Pengalaman Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat. Bali, 4 - 7 September 2000. Bogor: Pustaka Latin. hlm. 47 – 58.
Sumahadi. 1993. Usaha Tani dan Pemantapan Perangkat Kelembagaan Sosial
Ekonomi; Suatu Upaya Penanggulangan Kemiskinan di DAS Kritis. Di dalam Sinukaban, et al., (peny). Konservasi Tanah dan Air Kunci Pemberdayaan Petani dan Pelestarian Sumberdaya Alam, Prosiding Kongres Ke-11 dan Seminar Nasional MKTI di Yogyakarta 27 - 28 Oktober 1993. Bogor: Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. hlm.5-13.
Supriadi D. 2000. Kebijakan Dalam Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai.
Di dalam Tim ProLH-GTZ., (editor). Prosiding Diskusi Panel Sistem Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai; Kantor Menteri Negara LH, Tanggal 14-15 September 2000. Jakarta: Tim Pro LH-GTZ. hlm.135-142.
Suryadi K, A Ramdhani. 2000. Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana
Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Swastha DHB dan Sukotjo W. 2000. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekono-
mi Perusahaan Modern). Edisi ketiga. Yogyakarta. Liberty. Sys, V Ranst, Debaveye. 1991. Land Evaluation: Part 11, Methods in land Eva-
luation. bte 57 – 105. Agricultural Publication-No.7, General Adminis-tration for Development Cooperation. Brusel Belgium: Place du Champ de Mars 5.
Tadjuddin D. 1999. Model Kelembagaan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan
Produksi. Bogor: Pustaka Latin. [Tim Editor]. 2000. Rumusan Hasil Konferensi. Di dalam: Aliadi, A., Budhita C.
Kismadi, Dani Wahyu Munggoro, editor. Prosiding Berbagi Pengalam-an: Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat; Bali, 4–7 September 2000. Bogor: Pustaka Latin. hlm. 9-24.
William J. 1995. Community Development; Creating Community Alternatives-
Vision, Analysis and Practice. Melbourne: Longman Australia Pty Ltd.
154
Lampiran 1
HASIL TABULASI KUESIONER SERI A Tabel 1.1. Hasil tabulasi kuesioner Seri A (perbandingan peran aktor sebagai penyebab kegagalan
program)
Kode Peni-laian
Antara Tk. Pusat dan Tk. Provinsi (f)
Antara Tk. Pusat dan Tk. Kabupaten (f)
Antara Tk. Provinsi dan Tk. Kabupaten (f)
1 9 2 4 2 0 0 0 3 5 4 5 4 0 0 0 5 0 6 7 6 0 0 0 7 4 0 0 8 0 0 0 9 2 2 0
1/3 4 4 4 1/5 0 2 3 1/7 0 2 0 1/9 0 2 1 Jml 24 24 24
Modus 1 5 5
Tabel 1.2. Penilaian elemen-elemen level 3 (kriteria yang lebih penting dalam hubungannya
dengan aktor tingkat pusat)
Kode Penilaian Hub.antar elemem*) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1/3 1/5 1/7 1/9 Jml
Mo dus
1 7 0 10 0 3 0 3 0 0 1 0 0 0 24 3 2 5 1 9 0 4 0 3 0 1 0 1 0 0 24 3 3 7 2 4 0 0 0 1 0 3 4 0 3 0 24 1 4 5 2 0 1 5 0 0 0 1 7 1 0 0 24 1/3 5 9 3 4 0 3 0 0 0 3 1 0 1 0 24 1 6 7 0 3 5 2 2 0 0 3 2 0 0 0 24 1 7 5 0 3 0 0 0 0 0 2 9 3 1 1 24 1/3 8 3 3 4 0 3 0 0 0 1 7 2 1 0 24 1/3 9 6 3 2 0 0 0 3 0 2 7 1 0 0 24 1/3 10 4 0 3 0 0 0 0 0 0 6 8 1 2 24 1/5 11 4 2 3 1 0 0 0 0 0 9 5 0 0 24 1/3 12 7 3 4 0 2 0 0 0 1 4 1 2 0 24 1 13 4 2 5 0 9 0 1 0 0 2 1 0 0 24 5 14 5 3 5 0 8 0 0 0 3 0 0 0 0 24 5 15 9 2 7 0 3 0 1 0 2 0 0 0 0 24 1
* Keterangan 1. Koordinasi antar sektor dan kualitas SDM 2. Koordinasi antar sektor, dan sifat multisektor
3. Koordinasi antar sektor, dan kontrol/penegakan hukum
4. Koordinasi antar sektor, dan kebijakan top-down 5. Koordinasi antar sektor, dan keterlibatan stakeholder 6. Kualitas SDM, dan sifat multisektor 7. Kualitas SDM, dan kontrol/penegakan hukum
8. Kualitas SDM, dan kebijakan top-down
9. Kualitas SDM, dan keterlibatan stakeholder 10. Sifat multisektor, dan kontrol/penegakan hukum 11. Sifat multisektor, dan kebijakan top-down 12. Sifat multisektor, dan keterlibatan stakeholder 13. Kontrol/penegakan hukum, dan kebijakan top-
down 14. Kontrol/penegakan hukum, dan keterlibatan
stakeholder 15. Kebijakan top-down, dan keterlibatan
stakeholder
155
Lanjutan lampiran 1 Tabel 1.3. Penilaian elemen-elemen level 3 (kriteria yang lebih penting dalam hubungannya
dengan aktor tingkat provinsi)
Kode Penilaian Hub. antar
elemem*) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1/3 1/5 1/7 1/9
Jml
Mo dus
1 9 0 8 0 0 0 0 0 3 3 1 0 0 24 1 2 5 0 9 0 5 0 2 0 3 0 0 0 0 24 3 3 14 0 3 0 0 0 0 0 2 2 3 0 0 24 1 4 6 2 3 1 2 2 0 0 0 8 0 0 0 24 1/3 5 9 4 6 0 0 0 0 0 1 2 2 0 0 24 1 6 5 2 13 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 24 3 7 6 0 4 0 2 0 2 0 0 8 1 1 0 24 1/3 8 5 2 9 2 1 0 0 0 0 5 0 0 0 24 3 9 10 0 5 2 1 0 0 0 0 5 1 0 0 24 1 10 4 2 2 2 0 0 0 0 0 11 3 0 0 24 1/3 11 5 6 0 3 0 0 0 0 0 10 0 0 0 24 1/3 12 7 4 4 2 2 0 0 1 0 3 1 0 0 24 1 13 5 0 6 0 7 0 3 0 0 2 1 0 0 24 5 14 9 1 5 1 5 0 2 0 0 1 0 0 0 24 1 15 6 6 8 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 24 3
* Keterangan: 1. Koordinasi antar sektor dan kualitas SDM 2. Koordinasi antar sektor, dan sifat multisektor
3. Koordinasi antar sektor, dan kontrol/penegakan hukum
4. Koordinasi antar sektor, dan kebijakan top-down 5. Koordinasi antar sektor, dan keterlibatan
stakeholder 6. Kualitas SDM, dan sifat multisektor 7. Kualitas SDM, dan kontrol/penegakan hukum 8. Kualitas SDM, dan kebijakan top-down
9. Kualitas SDM, dan keterlibatan stakeholder 10. Sifat multisektor, dan kontrol/penegakan hukum 11. Sifat multisektor, dan kebijakan top-down 12. Sifat stakeholder 13. Kontrol/penegakan hukum, dan kebijakan top-
down 14. Kontrol/penegakan hukum, dan keterlibatan
stakeholder 15. Kebijakan top-down, dan keterlibatan
stakeholder
156
Lanjutan lampiran 1 Tabel 1.4. Penilaian elemen-elemen level 3 (kriteria yang lebih penting dalam hubungannya
dengan aktor tingkat kabupaten)
Kode Penilaian Hub.antarelemem*) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1/3 1/5 1/7 1/9
Jml
Mo dus
1 14 0 2 0 4 0 0 0 1 2 1 0 0 24 1 2 8 2 11 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 24 3 3 7 0 4 0 2 0 0 0 2 6 3 0 0 24 1 4 12 1 7 0 0 0 0 0 3 1 0 0 0 24 1 5 10 3 7 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 24 1 6 5 1 12 0 4 0 0 0 2 0 0 0 0 24 3 7 7 1 4 0 2 0 0 1 1 8 0 0 0 24 1/3 8 4 2 4 0 9 0 0 0 0 3 2 0 0 24 5 9 10 4 4 0 0 3 0 0 2 1 0 0 0 24 1 10 5 0 2 1 0 0 0 0 2 4 7 1 2 24 1/5 11 5 5 2 2 0 0 0 0 0 9 1 0 0 24 1/3 12 6 0 3 3 0 0 0 0 0 5 7 0 0 24 1/5 13 4 2 2 7 4 0 0 1 0 1 0 3 0 24 4 14 9 0 7 0 6 0 0 0 2 0 0 0 0 24 1 15 8 5 2 2 4 0 0 0 0 1 2 0 0 24 1
* Keterangan: 1. Koordinasi antar sektor dan kualitas SDM 2. Koordinasi antar sektor, dan sifat multisektor 3. Koordinasi antar sektor, dan kontrol/penegakan
hukum 4. Koordinasi antar sektor, dan kebijakan top-down 5. Koordinasi antar sektor, dan keterlibatan
stakeholder 6. Kualitas SDM, dan sifat multisektor 7. Kualitas SDM, dan kontrol/penegakan hukum 8. Kualitas SDM, dan kebijakan top-down
9. Kualitas SDM, dan keterlibatan stakeholder 10. Sifat multisektor, dan kontrol/penegakan hukum 11. Sifat multisektor, dan kebijakan top-down 12. Sifat multisektor, dan keterlibatan stakeholder 13. Kontrol/penegakan hukum, dan kebijakan top-
down 14. Kontrol/penegakan hukum, dan keterlibatan
stakeholder 15. Kebijakan top-down, dan keterlibatan
stakeholder
157
Lanjutan lampiran 1
Tabel 1.5. Penilaian sub-sub elemen level 4 dalam hubungannya dengan kriteria koordinasi antar sektor (yang mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program, di antara pasangan fungsi managemen berikut)
Kode Penilaian
(1) Perencanaan Program &
Pelaksanaan Program (frekuensi)
(2) Perencanaan Program & Pengawasan Program.
(frekuensi)
(3) Pelaksanaan Program &
Pengawasan Program (frekuensi)
1 12 7 5 2 0 0 2 3 5 6 4 4 0 0 0 5 5 8 7 6 0 0 0 7 0 1 0 8 0 0 2 9 2 2 0
1/3 0 0 1 1/5 0 0 3 1/7 0 0 0 1/9 0 0 0 Jml 24 24 24
Modus 1 5 5
Tabel 1.6. Penilaian sub-sub elemen level 4 dalam hubungannya dengan kriteria SDM (yang mana
lebih berpengaruh terhadap kegagalan program, di antara pasangan pungsi managemen berikut)
Kode
Penilaian
(1) Perencanaan Program &
Pelaksanaan Program (frekuensi)
(2) Perencanaan Program & Pengawasan Program.
(frekuensi)
(3) Pelaksanaan Program &
Pengawasan Program (frekuensi)
1 9 4 5 2 0 2 1 3 4 5 4 4 0 0 0 5 4 7 6 6 0 0 3 7 0 4 0 8 0 0 3 9 3 2 2
1/3 2 1 0 1/5 2 0 0 1/7 0 0 0 1/9 0 0 0 Jml 24 24 24
Modus 1 5 5
158
Lanjutan lampiran 1
Tabel 1.7. Penilaian sub-sub elemen level 4 dalam hubungannya dengan kriteria heterogenitas organisasi/sifat multi sektor (yang mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program, di antara pasangan fungsi managemen berikut)
Kode Penilaian
(1) Perencanaan Program &
Pelaksanaan Program (frekuensi)
(2) Perencanaan Program & Pengawasan Program.
(frekuensi)
(3) Pelaksanaan Program &
Pengawasan Program (frekuensi)
1 7 4 5 2 0 0 2 3 4 7 9 4 0 0 0 5 5 4 4 6 0 0 0 7 0 3 2 8 0 0 2 9 3 3 0
1/3 4 4 0 1/5 0 0 0 1/7 0 0 0 1/9 0 0 0 Jml 24 24 24
Modus 1 3 3
Tabel 1.8. Penilaian sub-sub elemen level 4 dalam hubungannya dengan kriteria Fungsi Kontrol/Penegakan Hukum (yang mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program di antara fungsi managemen berikut)
Kode
Penilaian (1)
Perencanaan Program & Pelaksanaan Program
(frekuensi)
(2) Perencanaan Program & Pengawasan Program.
(frekuensi)
(3) Pelaksanaan Program &
Pengawasan Program (frekuensi)
1 5 6 5 2 2 2 1 3 3 1 2 4 3 1 0 5 0 0 0 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 0 0 0
1/3 4 3 9 1/5 7 5 4 1/7 0 7 3 1/9 0 0 0 Jml 24 24 24
Modus 1/5 1/7 1/3
159
Lanjutan lampiran 1
Tabel 1.9. Penilaian sub-sub elemen level 4 dalam hubungannya dengan kriteria arah kebijakan top down, (yang mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program , di antara pasangan fungsi managemen berikut)
Kode
Penilaian (1)
Perencanaan Program & Pelaksanaan Program
(frekuensi)
(2) Perencanaan Program & Pengawasan Program.
(frekuensi)
(3) Pelaksanaan Program &
Pengawasan Program (frekuensi)
1 5 5 7 2 0 0 1 3 6 2 4 4 3 4 0 5 4 4 3 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 2 1 1
1/3 4 7 8 1/5 0 1 0 1/7 0 0 0 1/9 0 0 0 Jml 24 24 24
Modus 3 1/3 1/3
Tabel 1.10. Penilaian sub-sub elemen level 4 dalam hubungannya dengan kriteria keterlibatan
stakeholder (yang mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program , di antara pasangan fungsi managemen berikut)
Kode
Penilaian (1)
Perencanaan Program & Pelaksanaan Program
(frekuensi)
(2) Perencanaan Program & Pengawasan Program.
(frekuensi)
(3) Pelaksanaan Program &
Pengawasan Program (frekuensi)
1 9 4 10 2 0 0 3 3 5 8 5 4 0 4 0 5 3 3 0 6 0 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 3 3 3
1/3 4 2 3 1/5 0 0 0 1/7 0 0 0 1/9 0 0 0 Jml 24 24 24
Modus 1 3 1
160
Lampiran 2
MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN Tabel 2.1. Perbandingan Peran Aktor (level 2)
Pusat Provinsi Kabupaten Pusat 1 1 5 Provinsi 1 1 5 Kabupaten 1/5 1/5 1
Tabel 2.2. Perbandingan pengaruh kriteria berdasarkan peran aktor Tingkat Pusat (level 3)
KAS KSDM SMS PH KTD PS KAS 1 3 3 1 1/3 1 KSDM 1/3 1 1 1/3 1/3 1/3 SMS 1/3 1 1 1/5 1/3 1 PH 1 3 5 1 5 5 KTD 3 3 3 1/5 1 1 PS 1 3 1 1/5 1 1
Keterangan: KAS = koordinasi antar sektor KSDM = kualitas sumberdaya manusia SMS = sifat multi sektor PH = penegakan hukum KTD = arah kebijakan top down PS = peran stakeholders
Tabel 2.3. Perbandingan pengaruh kriteria berdasarkan peran aktor Tk.Provinsi (Level 3)
KAS PSDM SMS PH KTD PS KAS 1 1 3 1 1/3 1 PSDM 1 1 3 1/3 3 1 SMS 1/3 1/3 1 1/3 1/3 1 PH 1 3 3 1 5 1 KTD 3 1/3 3 1/5 1 3 PS 1 1 1 1 1/3 1
Tabel 2.4. Perbandingan pengaruh kriteria berdasarkan peran aktor Tk.Kabupaten (Level 3)
KAS PSDM SMS PH KTD PS KAS 1 1 3 1 1 1 PSDM 1 1 3 1/3 5 1 SMS 1/3 1/3 1 1/5 1/3 1/5 PH 1 3 5 1 4 1 KTD 1 1/5 3 1/4 1 1 PS 1 1 5 1 1 1
161
Lanjutan lampiran 2 Tabel 2.5. Perbandingan pengaruh alternatif berdasarkan pertimbangan kriteria koordinasi antar
sektor
Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Perencanaan 1 1 5 Pelaksanaan 1 1 7 Pengawasan 1/5 1/7 1
Tabel 2.6. Perbandingan pengaruh alternatif berdasarkan pertimbangan kriteria SDM
Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Perencanaan 1 1 5 Pelaksanaan 1 1 5 Pengawasan 1/5 1/5 1
Tabel 2.7. Perbandingan pengaruh alternatif berdasarkan pertimbangan kriteria Multi Sektor
Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Perencanaan 1 1 3 Pelaksanaan 1 1 3 Pengawasan 1/3 1/3 1
Tabel 2.8. Perbandingan pengaruh alternatif berdasarkan pertimbangan kriteria Kontrol/Penegakan
Hukum
Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Perencanaan 1 1/5 1/7 Pelaksanaan 5 1 1/3 Pengawasan 7 3 1
Tabel 2.9. Perbandingan pengaruh alternatif berdasarkan pertimbangan kriteria Kebijakan Top-
Down
Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Perencanaan 1 3 1/3 Pelaksanaan 1/3 1 1/3 Pengawasan 3 3 1
Tabel 2.10. Perbandingan pengaruh alternatif berdasarkan pertimbangan kriteria Keterlibatan
Stakeholders
Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Perencanaan 1 1 3 Pelaksanaan 1 1 1 Pengawasan 1/3 1 1
162
Lampiran 3 HASIL PEMBOBOTAN DAN PRIORITAS
Hasil Pembobotan dan Prioritas Berdasarkan Pertimbangan Aktor Pusat Tabel 3.1. 1. Pembobotan dan prioritas kriteria aktor pusat (Level 3: kriteria)
Kriteria Bobot Prioritas Koordinasi antar sektor 0,322 1 Kualitas SDM 0,282 2 Sifat multisektor 0,134 3 Kebijakan top-down 0,112 4 Peran Stakeholder 0,075 5 Penegakan hukum 0,075 6
Tabel 3.1.2. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Koordinasi antar Sektor
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,511 1 Pelaksanaan 0,373 2 Pengawasan 0,117 3
Tabel 3.1.3. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Kualitas SDM
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,637 1 Pelaksanaan 0,258 2 Pengawasan 0,105 3
Tabel 3.1.4. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Sifat Multi Sektor
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,400 1 Pelaksanaan 0,400 2 Pengawasan 0,200 3
Tabel 3.1.5. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Kebijakan yang Top-Down
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,537 1 Pelaksanaan 0,364 2 Pengawasan 0,099 3
Tabel 3.1.6. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Peran Stakeholder
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,550 1 Pelaksanaan 0,240 2 Pengawasan 0,210 3
Tabel 3.1.7. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Penegakan Hukum
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,508 1 Pelaksanaan 0,379 2 Pengawasan 0,113 3
163
Lanjutan lampiran 3
Hasil Pembobotan dan Prioritas Berdasarkan Pertimbangan Aktor Provinsi
Tabel 3.2.1. Pembobotan dan prioritas kriteria aktor provinsi (Level 3: kriteria)
Kriteria Bobot Prioritas Koordinasi antar sektor 0,250 1 Kualitas SDM 0,208 2 Sifat multisektor 0,163 3 Kebijakan top-down 0,153 4 Peran Stakeholder 0,128 5 Penegakan hukum 0,098 6
Tabel 3.2.2. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Koordinasi antar Sektor
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,333 1 Pelaksanaan 0,333 2 Pengawasan 0,333 3
Tabel 3.2.3. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Kualitas SDM
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,550 1 Pelaksanaan 0,240 2 Pengawasan 0,210 3
Tabel 3.2.4. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Sifat Multi Sektor
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,595 1 Pelaksanaan 0,276 2 Pengawasan 0,128 3
Tabel 3.2.5. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Kebijakan yang Top-Down
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,449 1 Pelaksanaan 0,369 2 Pengawasan 0,182 3
Tabel 3.2.6. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Peran Stakeholder
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,424 1 Pelaksanaan 0,393 2 Pengawasan 0,183 3
Tabel 3.2.7. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Penegakan Hukum
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,764 1 Pelaksanaan 0,149 2 Pengawasan 0,087 3
164
Lanjutan lampiran 3 Hasil Pembobotan dan Prioritas Berdasarkan Pertimbangan
Aktor Kabupaten Tabel 3.3.1. Pembobotan dan prioritas kriteria aktor kabupaten (Level 3: kriteria)
Kriteria Bobot Prioritas Koordinasi antar sektor 0,269 1 Kualitas SDM 0,234 2 Sifat multisektor 0,198 3 Kebijakan top-down 0,115 4 Peran Stakeholder 0,110 5 Penegakan hukum 0,073 6
Tabel 3.3.2. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Koordinasi antar Sektor Alternatif Bobot Prioritas
Perencanaan 0,540 1 Pelaksanaan 0,297 2 Pengawasan 0,163 3
Tabel 3.3.3. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Kualitas SDM
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,550 1 Pelaksanaan 0,240 2 Pengawasan 0,210 3
Tabel 3.3.4. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Sifat Multi Sektor
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,630 1 Pelaksanaan 0,218 2 Pengawasan 0,151 3
Tabel 2.5.4. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Kebijakan yang Top-Down
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,578 1 Pelaksanaan 0,263 2 Pengawasan 0,159 3
Tabel 3.3.5. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Peran Stakeholder
Alternatif Bobot Prioritas Perencanaan 0,517 1 Pelaksanaan 0,359 2 Pengawasan 0,124 3
Tabel 3.3.6. Pembobotan dan prioritas alternatif berdasarkan kriteria Penegakan Hukum Alternatif Bobot Prioritas
Perencanaan 0,594 1 Pelaksanaan 0,312 2 Pengawasan 0,094 3
165
Lampiran 4
HASIL TABULASI KUESIONER SERI B, C, D DAN E Tabel 4.1. Hasil tabulasi kuesioner Seri B
V A X O No Sub Elemen Tally f Tally f Tally f Tally f
Jml Mo-dus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 A-B 2 7 13 2 24 X 2 A-C 11 8 5 0 24 V 3 A-D 17 7 0 0 24 V 4 A-E 13 8 3 0 24 V 5 A-F 11 9 4 0 24 V 6 A-G 9 4 11 0 24 X 7 A-H 5 14 1 4 24 A 8 A-I 9 7 5 3 24 V 9 A-J 8 6 7 3 24 V 10 A-K 4 5 14 1 24 X 1 B-C 10 6 9 0 24 V 2 B-D 9 7 7 1 24 V 3 B-E 12 4 8 0 24 V 4 B-F 16 8 0 0 24 V 5 B-G 17 6 1 0 24 V 6 B-H 5 2 14 3 24 X 7 B-I 9 5 7 3 24 V 8 B-J 11 3 8 1 24 V 9 B-K 8 0 16 0 24 X 1 C-D 0 7 4 11 24 O 2 C-E 6 0 3 15 24 O 3 C-F 3 14 6 1 24 A 4 C-G 10 11 3 0 24 A 5 C-H 7 14 3 0 24 A 6 C-I 6 9 6 3 24 A 7 C-J 8 5 2 9 24 O 8 C-K 6 6 12 0 24 X 1 D-E 8 0 7 9 24 O 2 D-F 7 8 5 4 24 A 3 D-G 4 15 5 0 24 A 4 D-H 3 10 8 3 24 A 5 D-I 5 6 6 7 24 O 6 D-J 4 2 7 9 24 O 7 D-K 4 14 6 0 24 A 1 E-F 2 11 4 7 24 A 2 E-G 7 8 7 2 24 A 3 E-H 4 13 7 0 24 A 4 E-I 3 7 2 12 24 O 5 E-J 7 3 6 8 24 O 6 E-K 8 10 6 0 24 A 1 F-G 4 8 12 0 24 X 2 F-H 2 17 5 0 24 A 3 F-I 4 11 9 0 24 A 4 F-J 8 6 7 3 24 V 5 F-K 9 12 3 0 24 A
166
Lanjutan Tabel 4.1, lampiran 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 G-H 3 7 14 0 24 X 2 G-I 9 4 5 6 24 V 3 G-J 11 6 5 2 24 V 4 G-K 8 4 9 3 24 X 1 H-I 13 4 7 0 24 V 2 H-J 14 4 6 0 24 V 3 H-K 12 3 7 2 24 V 1 I-J 0 7 8 9 24 O 2 I-K 9 11 4 0 24 A 1 J-K 7 10 5 2 24 A
167
Tabel 4.2. Hasil tabulasi kuesioner Seri C
V A X O No Sub Elemen Tally f Tally f Tally f Tally f
Jml Mo-dus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 A-B 14 3 7 0 24 V 2 A-C 9 8 3 4 24 V 3 A-D 11 6 7 0 24 V 4 A-E 9 5 7 3 24 V 5 A-F 3 8 13 0 24 X 6 A-G 10 5 9 0 24 V 7 A-H 12 5 7 0 24 V 8 A-I 10 5 9 0 24 V 9 A-J 12 4 8 0 24 V
10 A-K 7 4 11 2 24 X 11 A-L 4 15 5 0 24 A 12 A-M 11 2 10 1 24 V 13 A-N 5 2 17 0 24 X 14 A-O 7 6 11 0 24 X 15 A-P 6 8 7 3 24 A 16 A-Q 7 5 12 0 24 X 17 A-R 5 6 13 0 24 X 1 B-C 6 12 6 0 24 A 2 B-D 9 3 7 1 24 V 3 B-E 10 5 7 2 24 V 4 B-F 11 5 7 1 24 V 5 B-G 0 6 10 8 24 X 6 B-H 4 9 4 7 24 A 7 B-I 4 10 8 2 24 A 8 B-J 7 9 6 2 24 A 9 B-K 4 12 8 0 24 A
10 B-L 1 16 7 0 24 A 11 B-M 13 2 7 2 24 V 12 B-N 12 9 3 0 24 V 13 B-O 2 12 10 0 24 A 14 B-P 5 5 14 0 24 X 15 B-Q 10 5 8 0 24 16 B-R 3 8 11 2 24 X 1 C-D 11 7 6 0 24 V 2 C-E 16 2 5 1 24 V 3 C-F 12 9 3 0 24 V 4 C-G 9 4 7 4 24 V 5 C-H 9 7 3 5 24 V 6 C-I 7 14 0 3 24 A 7 C-J 11 3 6 4 24 V 8 C-K 4 8 12 0 24 X 9 C-L 6 9 8 0 24 A
10 C-M 10 6 3 5 24 V 11 C-N 8 10 3 3 24 A 12 C-O 4 7 13 0 24 X 13 C-P 4 0 14 6 24 X 14 C-Q 12 3 8 1 24 V 15 C-R 9 6 7 2 24 V 1 D-E 5 0 9 10 24 O 2 D-F 4 12 8 0 24 A 3 D-G 3 14 7 0 24 A 4 D-H 6 9 7 2 24 A 5 D-I 2 13 7 2 24 A
168
Lanjutan Tabel 4.2, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 6 D-J 8 9 4 3 24 A 7 D-K 4 11 9 0 24 A 8 D-L 6 10 8 0 24 A 9 D-M 7 2 6 9 24 O
10 D-N 8 11 5 0 24 A 11 D-O 11 7 6 0 24 V 12 D-P 5 14 3 2 24 A 13 D-Q 4 12 8 0 24 A 14 D-R 7 12 3 2 24 A 1 E-F 3 11 8 2 24 A 2 E-G 4 13 6 1 24 A 3 E-H 4 7 11 1 24 X 4 E-I 3 9 8 4 24 A 5 E-J 3 9 12 0 24 X 6 E-K 5 14 5 0 24 A 7 E-L 4 10 9 1 24 A 8 E-M 7 2 7 8 24 O 9 E-N 3 9 8 3 24 A
10 E-O 7 10 7 0 24 A 11 E-P 9 11 4 0 24 A 12 E-Q 8 7 9 0 24 X 13 E-R 4 6 6 8 24 O 1 F-G 9 3 11 1 24 X 2 F-H 8 3 13 0 24 X 3 F-I 7 12 5 0 24 A 4 F-J 14 7 3 0 24 V 5 F-K 11 8 5 0 24 V 6 F-L 6 2 12 4 24 X 7 F-M 13 2 7 2 24 V 8 F-N 9 4 8 3 24 V 9 F-O 9 3 12 0 24 X
10 F-P 5 10 7 2 24 A 11 F-Q 8 5 9 2 24 X 12 F-R 4 11 9 0 24 A 1 G-H 12 4 8 0 24 V 2 G-I 14 3 7 0 24 V 3 G-J 11 5 8 0 24 V 4 G-K 7 12 5 0 24 A 5 G-L 9 11 3 1 24 A 6 G-M 10 4 8 2 24 V 7 G-N 10 7 7 0 24 V 8 G-O 8 4 10 2 24 X 9 G-P 7 6 9 2 24 X
10 G-Q 11 8 5 0 24 V 11 G-R 4 7 11 2 24 X 1 H-I 2 13 9 0 24 A 2 H-J 7 9 8 0 24 A 3 H-K 5 9 7 3 24 A 4 H-L 5 11 8 0 24 A 5 H-M 6 6 12 0 24 X 6 H-N 5 12 7 1 24 A 7 H-O 9 7 8 0 24 V 8 H-P 7 14 3 0 24 A 9 H-Q 11 8 3 2 24 V
10 H-R 5 7 10 2 24 X
169
Lanjutan Tabel 4.2, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 I-J 13 4 7 0 24 V 2 I-K 7 9 5 3 24 A 3 I-L 5 12 7 0 24 A 4 I-M 8 10 6 0 24 A 5 I-N 9 7 7 1 24 V 6 I-O 11 5 8 0 24 V 7 I-P 6 13 5 0 24 A 8 I-Q 7 12 3 2 24 A 9 I-R 7 5 10 2 24 X 1 J-K 3 16 5 0 24 A 2 J-L 4 12 8 0 24 A 3 J-M 4 7 9 4 24 X 4 J-N 3 14 5 2 24 A 5 J-O 7 11 6 0 24 A 6 J-P 2 12 5 5 24 A 7 J-Q 3 16 3 2 24 A 8 J-R 4 7 13 0 24 X 1 K-L 2 6 15 1 24 X 2 K-M 11 4 9 0 24 V 3 K-N 5 10 7 2 24 A 4 K-O 7 4 11 2 24 X 5 K-P 6 13 3 2 24 A 6 K-Q 5 6 12 2 24 X 7 K-R 4 14 6 0 24 A 1 L-M 12 4 8 0 24 V 2 L-N 10 4 7 3 24 V 3 L-O 9 2 11 2 24 X 4 L-P 8 5 11 0 24 X 5 L-Q 9 6 8 1 24 V 6 L-R 11 4 9 0 24 V 1 M-N 6 13 5 0 24 A 2 M-O 5 12 7 0 24 A 3 M-P 7 12 3 2 24 A 4 M-Q 7 13 4 0 24 A 5 M-R 4 12 8 0 24 A 1 N-O 4 7 9 4 24 X 2 N-P 8 9 7 0 24 A 3 N-Q 6 8 10 0 24 X 4 N-R 9 5 8 2 24 V 1 O-P 8 7 9 0 24 X 2 O-Q 11 6 7 0 24 V 3 O-R 5 8 11 0 24 X 1 P-Q 11 4 5 4 24 V 2 P-R 10 7 5 2 24 V 1 Q-R 5 5 14 0 24 X
170
Tabel 4.3. Hasil tabulasi kuesioner Seri D
V A X O No Sub Elemen Tally f Tally f Tally f Tally f
Jml Mo-dus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 A-B 12 3 9 0 24 V 2 A-C 8 1 15 0 24 X 3 A-D 13 2 9 0 24 V 4 A-E 12 2 10 0 24 V 5 A-F 14 0 10 0 24 V 6 A-G 9 4 11 0 24 X 7 A-H 9 0 15 0 24 X 8 A-I 6 0 18 0 24 X 9 A-J 18 0 4 2 24 V
10 A-K 7 2 15 0 24 X 11 A-L 16 2 5 1 24 V
12 A-M 12 4 8 0 24 V 13 A-N 18 0 6 0 24 V 14 A-O 8 3 13 0 24 X 15 A-P 14 0 8 2 24 V 16 A-Q 15 3 6 0 24 V 17 A-R 15 5 4 0 24 V 18 A-S 15 6 3 0 24 V 19 A-T 16 0 8 0 24 V 20 A-U 9 2 13 0 24 X 21 A-V 21 0 3 0 24 V 22 A-W 13 2 9 0 24 V 23 A-X 15 2 7 0 24 V 24 A-Y 12 0 13 0 24 X 25 A-Z 6 3 15 0 24 X 26 A-A1 7 0 15 0 24 X 27 A-B1 14 1 9 0 24 V 28 A-C1 12 3 9 0 24 V 1 B-C 4 7 13 0 24 X 2 B-D 17 2 5 0 24 V 3 B-E 7 14 3 0 24 A 4 B-F 12 3 9 0 24 V 5 B-G 12 6 6 0 24 A 6 B-H 4 2 18 0 24 X 7 B-I 5 11 8 0 24 A 8 B-J 14 4 6 0 24 V 9 B-K 7 10 5 2 24 A
10 B-L 5 5 6 8 24 O 11 B-M 2 13 9 0 24 A 12 B-N 9 6 7 2 24 V 13 B-O 11 4 9 0 24 V 14 B-P 9 7 8 0 24 V 15 B-Q 19 0 5 0 24 V 16 B-R 12 0 9 3 24 V 17 B-S 19 2 3 0 24 V 18 B-T 10 2 12 0 24 X 19 B-U 7 3 14 0 24 X 20 B-V 14 0 4 6 24 V 21 B-W 13 7 4 0 24 V 22 B-X 13 0 9 2 24 V 23 B-Y 6 8 10 0 24 X 24 B-Z 5 5 14 0 24 X 25 B-A1 5 4 15 0 24 X
171
Lanjutan Tabel 4.3, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 26 B-B1 12 3 9 0 24 V 27 B-C1 9 5 8 2 24 V 1 C-D 17 3 4 0 24 V 2 C-E 8 4 12 0 24 X 3 C-F 13 0 12 0 24 V 4 C-G 4 11 7 2 24 A 5 C-H 7 9 4 4 24 A 6 C-I 4 12 8 0 24 A 7 C-J 15 6 3 0 24 V 8 C-K 6 9 7 2 24 A 9 C-L 10 4 7 3 24 V
10 C-M 6 4 13 1 24 X 11 C-N 13 2 6 3 24 V 12 C-O 5 8 11 0 24 X 13 C-P 7 2 10 5 24 X 14 C-Q 14 6 3 1 24 V 15 C-R 13 5 6 0 24 V 16 C-S 9 5 6 4 24 V 17 C-T 12 3 7 2 24 V 18 C-U 7 5 12 0 24 X 19 C-V 15 9 0 0 24 V 20 C-W 11 3 8 2 24 V 21 C-X 12 7 5 0 24 V 22 C-Y 6 3 13 2 24 X 23 C-Z 7 3 11 3 24 X
24 C-A1 9 0 12 3 24 X 25 C-B1 10 3 9 2 24 V
26 C-C1 11 5 8 0 24 V 1 D-E 7 8 9 0 24 X 2 D-F 3 9 6 6 24 A 3 D-G 7 11 6 0 24 A 4 D-H 5 16 3 0 24 A 5 D-I 0 15 7 2 24 A 6 D-J 2 4 6 12 24 O 7 D-K 15 0 6 3 24 V 8 D-L 4 7 9 4 24 X 9 D-M 6 7 11 0 24 X
10 D-N 6 3 7 8 24 O 11 D-O 3 12 5 4 24 A 12 D-P 5 9 6 4 24 A 13 D-Q 7 0 5 12 24 O 14 D-R 4 6 6 8 24 O 15 D-S 8 0 4 12 24 O 16 D-T 5 6 5 8 24 O 17 D-U 3 15 4 2 24 A 18 D-V 5 3 6 10 24 O 19 D-W 5 8 6 5 24 A 20 D-X 4 7 5 8 24 O 21 D-Y 2 16 2 4 24 A 22 D-Z 2 18 4 0 24 A 23 D-A1 0 18 6 0 24 A 24 D-B1 3 11 6 4 24 A 25 D-C1 4 10 6 4 24 A 1 E-F 3 5 7 9 24 O 2 E-G 4 4 13 3 24 X
172
Lanjutan Tabel 4.3, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3 E-H 0 11 13 0 24 X 4 E-I 4 9 6 5 24 A 5 E-J 13 5 4 2 24 V 6 E-K 3 12 9 0 24 A 7 E-L 7 4 9 4 24 X 8 E-M 6 9 7 2 24 A 9 E-N 10 4 8 2 24 V
10 E-O 6 8 6 4 24 A 11 E-P 9 4 7 4 24 V 12 E-Q 18 4 0 2 24 V 13 E-R 13 4 6 1 24 V 14 E-S 16 2 4 2 24 V 15 E-T 10 4 9 2 24 V 16 E-U 6 6 12 0 24 X 17 E-V 14 4 4 2 24 V 18 E-W 12 2 8 2 24 V 19 E-X 12 3 5 4 24 V 20 E-Y 9 6 7 2 24 V 21 E-Z 4 6 14 0 24 X 22 E-A1 2 8 14 0 24 X 23 E-B1 9 2 10 3 24 X 24 E-C1 9 2 11 2 24 X 1 F-G 0 14 10 0 24 A 2 F-H 0 13 12 0 24 A 3 F-I 0 13 12 0 24 A 4 F-J 7 5 4 8 24 O 5 F-K 0 15 9 0 24 A 6 F-L 6 11 5 2 24 A 7 F-M 2 13 6 3 24 A 8 F-N 6 6 5 7 24 O 9 F-O 3 12 7 2 24 A
10 F-P 6 10 6 2 24 A 11 F-Q 15 0 4 5 24 V 12 F-R 5 4 7 8 24 O 13 F-S 14 0 4 6 24 V 14 F-T 9 0 7 8 24 V 15 F-U 4 11 9 0 24 A 16 F-V 7 4 4 9 24 O 17 F-W 5 6 5 8 24 O 18 F-X 7 3 5 9 24 O 19 F-Y 3 9 8 4 24 A 20 F-Z 4 12 8 0 24 A 21 F-A1 2 13 9 0 24 A 22 F-B1 6 0 13 5 24 X 23 F-C1 6 0 12 6 24 X 1 G-H 4 4 16 0 24 X 2 G-I 2 5 15 2 24 X 3 G-J 14 4 6 0 24 V 4 G-K 4 5 15 0 24 X 5 G-L 8 7 9 0 24 X 6 G-M 7 4 13 0 24 X 7 G-N 9 7 8 0 24 V 8 G-O 4 11 7 2 24 A 9 G-P 14 0 9 1 24 V
173
Lanjutan Tabel 4.3, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 10 G-Q 14 3 5 2 24 V 11 G-R 16 0 6 2 24 V 12 G-S 9 7 5 3 24 V 13 G-T 10 2 8 4 24 V 14 G-U 7 5 12 0 24 X 15 G-V 14 3 7 0 24 V 16 G-W 10 4 8 0 24 V 17 G-X 9 2 8 5 24 V 18 G-Y 7 6 12 0 24 X 19 G-Z 2 8 11 3 24 X 20 G-A1 7 4 10 3 24 X 21 G-B1 12 7 5 0 24 V 22 G-C1 10 6 8 0 24 V 1 H-I 6 4 11 3 24 X 2 H-J 12 4 7 1 24 V 3 H-K 7 8 6 3 24 A 4 H-L 8 3 9 4 24 X 5 H-M 5 9 10 0 24 X 6 H-N 9 5 7 3 24 V 7 H-O 11 4 9 0 24 V 8 H-P 12 3 7 2 24 V 9 H-Q 15 6 0 3 24 V
10 H-R 10 4 7 3 24 V 11 H-S 14 3 5 2 24 V 12 H-T 9 4 7 4 24 V 13 H-U 7 3 11 3 24 X 14 H-V 13 6 3 2 24 V 15 H-W 10 0 9 6 24 V 16 H-X 9 5 8 2 24 V 17 H-Y 7 4 8 5 24 X 18 H-Z 3 6 12 3 24 X 19 H-A1 5 5 11 3 24 X 20 H-B1 7 6 9 2 24 X 21 H-C1 8 4 12 0 24 X 1 I-J 12 4 5 3 24 V 2 I-K 7 9 6 2 24 A 3 I-L 12 4 10 0 24 V 4 I-M 7 3 12 2 24 X 5 I-N 11 6 7 0 24 V 6 I-O 6 3 12 3 24 X 7 I-P 10 4 9 1 24 V 8 I-Q 11 2 8 3 24 V 9 I-R 10 5 9 0 24 V
10 I-S 15 0 9 0 24 V 11 I-T 11 3 6 4 24 V 19 H-A1 5 5 11 3 24 X 12 I-U 5 5 12 2 24 X 13 I-V 14 6 4 0 24 V 14 I-W 10 7 5 2 24 V 15 I-X 9 4 8 3 24 V 16 I-Y 8 4 12 0 24 X 17 I-Z 6 3 13 2 24 X 18 I-A1 6 4 12 2 24 X 19 I-B1 8 5 9 2 24 X 20 I-C1 9 0 10 5 24 X
174
Lanjutan Tabel 4.3, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 J-K 6 6 9 4 24 X 2 J-L 4 10 6 4 24 A 3 J-M 4 12 7 2 24 A 4 J-N 5 6 5 8 24 O 5 J-O 4 15 5 0 24 A 6 J-P 4 7 4 9 24 O 7 J-Q 6 3 5 10 24 O 8 J-R 5 6 4 9 24 O 9 J-S 6 2 4 12 24 O
10 J-T 2 9 8 5 24 A 11 J-U 2 16 6 0 24 A 12 J-V 6 4 6 8 24 O 13 J-W 5 6 4 9 24 O 14 J-X 3 3 7 11 24 O 15 J-Y 4 16 4 0 24 A 16 J-Z 2 15 7 0 24 A 17 J-A1 4 14 6 0 24 A 18 J-B1 6 9 3 6 24 A 19 J-C1 6 10 4 4 24 A 1 K-L 8 5 9 2 24 X 2 K-M 6 2 14 2 24 X 3 K-N 8 10 6 0 24 A 4 K-O 4 4 16 0 24 X 5 K-P 7 3 9 5 24 X 6 K-Q 6 5 9 4 24 X 7 K-R 5 6 11 2 24 X 8 K-S 7 7 8 2 24 X 9 K-T 6 8 10 0 24 X
10 K-U 8 7 9 0 24 X 11 K-V 4 6 12 2 24 X 12 K-W 15 0 9 0 24 V 13 K-X 13 0 11 0 24 V 14 K-Y 9 3 12 0 24 X 15 K-Z 7 4 13 0 24 X 16 K-A1 4 3 14 3 24 X 17 K-B1 9 3 12 0 24 X 18 K-C1 7 6 11 0 24 X 1 L-M 3 9 10 2 24 X 2 L-N 3 8 7 6 24 A 7 K-R 5 6 11 2 24 X 3 L-O 7 10 3 4 24 A 4 L-P 7 1 12 4 24 X 5 L-Q 2 11 7 4 24 A 6 L-R 6 9 8 1 24 A 7 L-S 15 4 5 0 24 V 8 L-T 8 0 11 5 24 X 9 L-U 4 9 11 0 24 X
10 L-V 9 0 10 5 24 X 11 L-W 11 2 6 5 24 V 12 L-X 10 4 7 3 24 V 13 L-Y 5 12 7 0 24 A 14 L-Z 2 14 8 0 24 A 15 L-A1 3 11 10 0 24 A 16 L-B1 6 7 8 3 24 X 17 L-C1 8 0 10 6 24 X
175
Lanjutan Tabel 4.3, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 M-N 7 8 6 3 24 A 2 M-O 5 4 15 0 24 X 3 M-P 4 9 6 5 24 A 4 M-Q 9 11 4 0 24 A 5 M-R 7 9 8 0 24 A 6 M-S 14 6 4 0 24 V 7 M-T 10 5 7 2 24 V 8 M-U 8 3 13 0 24 X 9 M-V 12 7 4 1 24 V
10 M-W 13 2 9 0 24 V 11 M-X 12 8 3 1 24 V 12 M-Y 9 3 12 0 24 X 13 M-Z 6 7 11 0 24 X 14 M-A1 5 2 13 4 24 X 15 M-B1 12 0 7 5 24 V 16 M-C1 12 4 8 0 24 V 1 N-O 4 11 4 5 24 A 2 N-P 2 5 8 9 24 O 3 N-Q 4 7 5 8 24 O 4 N-R 7 0 6 11 24 O 5 N-S 5 6 4 9 24 O 6 N-T 7 4 3 10 24 O 7 N-U 5 5 6 8 24 O 8 N-V 2 4 7 11 24 O 9 N-W 5 4 7 8 24 O
10 N-X 8 2 5 9 24 O 11 N-Y 4 10 8 2 24 A 12 N-Z 6 2 7 9 24 O 13 N-A1 4 13 7 0 24 A 14 N-B1 7 6 8 3 24 X 15 N-C1 6 5 8 5 24 X 1 O-P 11 7 4 2 24 V 2 O-Q 13 4 4 3 24 V 3 O-R 12 2 4 6 24 V 4 O-S 14 3 4 3 24 V 5 O-T 11 6 3 4 24 V 6 O-U 9 5 6 4 24 V 7 O-V 8 6 7 3 24 V 8 O-W 10 5 6 3 24 V 9 O-X 13 3 8 0 24 V
10 O-Y 8 3 13 0 24 X 11 O-Z 5 9 8 2 24 A 12 O-A1 7 3 14 0 24 X 13 O-B1 10 2 12 0 24 X 14 O-C1 12 3 9 0 24 V 1 P-Q 8 6 1 9 24 O 2 P-R 4 5 7 8 24 O 3 P-S 6 4 6 8 24 O 4 P-T 7 7 5 10 24 O 5 P-U 4 5 6 9 24 O 6 P-V 8 2 3 11 24 O 7 P-W 8 2 5 9 24 O 8 P-X 6 4 6 8 24 O 9 P-Y 7 10 5 2 24 A
10 P-Z 4 7 4 9 24 O
176
Lanjutan Tabel 4.3, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 11 P-A1 6 12 4 2 24 A 12 P-B1 6 9 7 2 24 A 13 P-C1 2 10 9 3 24 A 1 Q-R 4 6 5 9 24 O 2 Q-S 8 0 6 10 24 O 3 Q-T 0 8 6 10 24 O 4 Q-U 7 4 5 8 24 O 5 Q-V 6 7 2 9 24 O 6 Q-W 7 6 0 11 24 O 7 Q-X 4 7 5 8 24 O 8 Q-Y 5 14 3 2 24 A 9 Q-Z 6 3 5 10 24 O
10 Q-A1 2 18 4 0 24 A 11 Q-B1 4 9 6 5 24 A 12 Q-C1 7 9 4 4 24 A 1 R-S 6 5 4 9 24 O 2 R-T 7 3 3 11 24 O 3 R-U 8 2 4 10 24 O 4 R-V 6 3 7 8 24 O 5 R-W 4 6 4 10 24 O 6 R-X 7 5 3 9 24 O 7 R-Y 5 11 6 2 24 A 8 R-Z 6 3 7 8 24 O 9 R-A1 4 14 4 2 24 A
10 R-B1 4 10 6 4 24 A 11 R-C1 5 7 6 6 24 A 1 S-T 6 5 6 7 24 O 2 S-U 4 5 6 9 24 O 3 S-V 3 7 5 9 24 O 4 S-W 6 8 6 4 24 A 5 S-X 5 7 2 10 24 O 6 S-Y 4 12 6 2 24 A 7 S-Z 6 7 3 8 24 O 8 S-A1 5 9 6 4 24 A 9 S-B1 7 9 4 4 24 A
10 S-C1 8 9 5 2 24 A 1 T-U 0 14 10 0 24 A 2 T-V 4 2 9 10 24 O 3 T-W 8 0 7 9 24 O 4 T-X 7 3 6 8 24 O 5 T-Y 4 10 8 2 24 A 6 T-Z 6 7 2 9 24 O 7 T-A1 6 12 6 0 24 A 8 T-B1 8 9 7 0 24 A 9 T-C1 6 8 6 4 24 A 1 U-V 13 5 4 2 24 V 2 U-W 12 3 9 0 24 V 3 U-X 13 4 7 0 24 V 4 U-Y 6 4 11 3 24 X 5 U-Z 4 6 5 9 24 O 6 U-A1 8 3 12 1 24 X 7 U-B1 11 3 7 3 24 V 8 U-C1 12 2 9 1 24 V 1 V-W 3 7 6 8 24 O 2 V-X 2 8 5 9 24 O
177
Lanjutan Tabel 4.3, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3 V-Y 6 12 4 2 24 A 4 V-Z 7 13 4 0 24 A 5 V-A1 6 4 6 8 24 O 6 V-B1 7 5 3 9 24 O 7 V-C1 6 5 6 7 24 O 1 W-X 6 4 4 10 24 O 2 W-Y 0 14 10 0 24 A 3 W-Z 5 11 8 0 24 A 4 W-A1 13 7 4 0 24 V 5 W-B1 9 6 8 1 24 V 6 W-C1 9 7 4 4 24 V 1 X-Y 0 14 10 0 24 A 2 X-Z 3 14 7 0 24 A 3 X-A1 0 8 7 9 24 O 4 X-B1 3 4 8 9 24 O 5 X-Z1 4 5 7 8 24 O 1 Y-Z 5 8 11 0 24 X 2 Y-A1 4 6 14 0 24 X 3 Y-B1 12 2 8 2 24 V 4 Y-C1 12 4 6 2 24 V 1 Z-A1 4 4 16 0 24 X 2 Z-B1 12 4 8 0 24 V 3 Z-C1 14 4 6 0 24 V 1 A1-B1 15 2 5 2 24 V 2 A1-C1 13 4 7 0 24 V 1 B1-C1 2 0 15 7 24 X
178
Lanjutan lampiran 4
Tabel 4.4. Hasil tabulasi kuesioner Seri E
V A X O No Sub Elemen Tally f Tally f Tally f Tally f
Jml Mo dus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 A-B 4 12 8 0 24 A 2 A-C 3 12 9 0 24 A 3 A-D 11 8 5 0 24 V 4 A-E 4 12 8 0 24 A 5 A-F 13 8 3 0 24 V 6 A-G 3 9 10 2 24 X 7 A-H 5 9 8 2 24 A 8 A-I 5 7 12 0 24 X 9 A-J 10 7 7 0 24 V
10 A-K 4 6 12 2 24 X 11 A-L 5 7 9 3 24 X 12 A-M 4 11 9 0 24 A 1 B-C 6 9 7 2 24 A 2 B-D 5 12 9 0 24 A 3 B-E 6 4 14 0 24 X 4 B-F 11 5 8 0 24 V 5 B-G 14 4 6 0 24 V 6 B-H 4 9 8 3 24 A 7 B-I 6 8 7 3 24 A 8 B-J 12 3 9 0 24 V 9 B-K 8 9 5 2 24 A
10 B-L 5 11 8 0 24 A 11 B-M 3 10 9 2 24 A 1 C-D 5 7 12 0 24 X 2 C-E 6 8 6 4 24 A 3 C-F 12 2 10 0 24 V 4 C-G 13 3 8 0 24 V 5 C-H 5 9 7 3 24 A 6 C-I 7 5 12 0 24 X 7 C-J 9 7 8 0 24 V 8 C-K 8 3 13 0 24 X 9 C-L 3 12 9 0 24 A
10 C-M 6 5 13 0 24 X 1 D-E 3 10 9 2 24 A 2 D-F 11 7 6 0 24 V 3 D-G 12 4 6 2 24 V 4 D-H 6 9 7 2 24 A 5 D-I 2 9 13 0 24 X 6 D-J 8 3 11 2 24 V 7 D-K 12 4 8 0 24 V 8 D-L 12 8 2 2 24 V 9 D-M 0 9 14 1 24 X 1 E-F 12 3 9 0 24 V 2 E-G 15 3 6 0 24 V 3 E-H 11 4 9 0 24 V 4 E-I 7 9 8 0 24 A 5 E-J 3 5 13 3 24 X 6 E-K 15 3 5 1 24 V 7 E-L 13 7 4 0 24 V 8 E-M 8 9 7 0 24 A
179
Lanjutan Tabel 4.4, lampiran 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 F-G 9 3 12 0 24 X 2 F-H 6 9 7 2 24 A 3 F-I 7 9 5 3 24 A 4 F-J 11 8 5 0 24 V 5 F-K 6 10 8 0 24 A 6 F-L 9 7 8 0 24 V 7 F-M 0 9 15 0 24 X 1 G-H 0 9 12 3 24 X 2 G-I 0 18 6 0 24 A 3 G-J 10 6 8 0 24 V 4 G-K 10 5 8 1 24 V 5 G-L 3 16 5 0 24 A 6 G-M 2 12 10 0 24 A 1 H-I 8 7 7 2 24 V 2 H-J 11 3 9 1 24 V 3 H-K 15 3 6 0 24 V 4 H-L 8 6 7 3 24 V 5 H-M 5 10 7 2 24 A 1 I-J 13 2 9 0 24 V 2 I-K 16 0 6 2 24 V 3 I-L 9 5 7 3 24 V 4 I-M 8 2 14 0 24 X 1 J-K 7 8 5 4 24 A 2 J-L 2 11 9 2 24 A 3 J-M 3 12 9 0 24 A 1 K-L 0 16 6 2 24 A 2 K-M 0 15 8 1 24 A 1 L-M 4 3 17 0 24 X
180
Lampiran 5
STRUCTURAL SELF-INTERACTION MATRIX (SSIM)
Tabel 5.1. Structural self-interaction matrix (SSIM) faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi dalam pengelolaan lahan kritis DAS Bila
R Q P O N M L K J I H G F E D C B A
A X X X X X V X X V V V V X V V V V
B A A A A A O A A O O O O A O V V
C X X X X X V X X V V V V X V X D A A A A A O A A O O O O A O
E A A A A A O A A O O O O A
F X X X X V V X X V V V V
G X X X X V V X X V V V
H A A A A A O A A O O
I X X X X V V X X V
J A A A A A O A A
K X X A X X O A
L X V X X A O
M A O O A A
N A A O X
O A A A
P X X
Q X
R
Tabel 5.2. Structural self-interaction matrix (SSIM) program strategis dalam pengelolaan lahan kritis berbasis DAS
j i
K J I H G F E D C B A
A V V V X X V X V V V
B X V V X X V X V A
C A O O A A O A O
D A O O A A O A
E A O O A A O
F X V V X X
G X V O A
H X V V
I X V
J X
K
j
i
181
Lanjutan lampiran 5 Tabel 5.3. Structural self-interaction matrix (SSIM) kegiatan prioritas
dalam pengelolaan lahan kritis j
i
Tabel 5.4. Structural self-interaction matrix (SSIM) lembaga-lembaga
pemeran dalam pengelolaan lahan
j
M L K J I H G F E D C B AA X X X V V X X V X V A AB A A A O O A A O A O AC X X X V V A X V X VD A O A O O A A O AE A O X V V V V VF X V X V V V XG X X X V V XH X V V V V I X V V V J X X X K X X L X M
C1
B1
A1
Z Y X W V U T S R Q P O N M L K J I H G F E D C B A
A V V X X V V V V X V V V V V X V V V X V X X X V V V X V B V V X X X V V V X X V V V V V V A O A V A X A V A V X C V V X X X V V V X V V V V X X V X V A V A A A V X V D A A A A A O A O A O O O O A A O X X V O A A A A X E X X X X V V V V X V V V V V A V A X A V A X X O F X X A A A O O O A V V O V A A O A A A O A A A G V V X X X V V V X V V V V V A V X X X V X X H X X X X X V V V X V V V V V V V X X A V X I X X X X X V V V X V V V V V X V X V A V J A A A A A O O O A A O O O O A O A A X K X X X X X V V X X X X X X X X A X X L X X A A A V V X X X V A A X A A X M V V X X X V V V X V V A A A X A N X X A O A O O O O O O O O O A O V X X A X V V V V V V V V V P A A A O A O O O O O O O O Q A A A O A O O O O O O O R A A A O A O O O O O O S A A A O A O A O O O T A A A O A O O O A U V V X O X V V V V O O O A A O O W V V V A A O X O O O A A Y V V X X Z V V X
A1 V V B1 X C1
i
182
Lampiran 6
REACHABILITY MATRIX FINAL
Tabel 6.1. Reachability matrix final faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R DP R
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16 2 B 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 11 7 C 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 14 4 D 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 11 E 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 4 10 F 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 13 5 G 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 14 4 H 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 9 8 I 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 11 7 J 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 7 9 K 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 14 4 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1 M 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4 10 N 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 13 5 O 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 3 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1 Q 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 12 6 R 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 13 5 D 9 14 8 16 16 12 10 14 9 15 11 5 15 10 14 4 14 13 R 8 3 9 1 1 5 7 3 8 2 6 10 2 7 3 11 3 4 Keterangan : DP = Driver Power D = Dependent R = Ranks
A = Adanya kebijakan yang top-down B = Lemahnya pengorganisasian C = Ketidakterlibatan lembaga dalam perencanaan D = Lemahnya fungsi oeratif institusi E = Lemahnya fungsi regulatif institusi F = Rendahnya kualitas SDM G = Adanya sikap sektoralisentris H = Konflik vertikal I = Konflik horizontal J = Heterogenitas organisasi (multisektor) K = Lemahnya kontrol vertikal L = Ketidakjelasan lembaga koordinator M = Ketergantungan pada juklak/juknis N = Kesenjangan kebijak. RLKT dan kebijak. sektor O = Lemahnya dukungan insentif P = Lemahnya komitmen aparat pemerintah Q = Kurangnya pembinaan R = Lemahnya kontrol sosial.
183
Lanjutan lampiran 6
Tabel 6.2. Reachability matrix final program strategis dalam pengelolaan lahan kritis berbasis DAS
A B C D E F G H I J K DP R A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 B 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 C 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 D 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8 E 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 5 5 F 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 4 G 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 9 3 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 I 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 6 J 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 7 K 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 D 4 6 7 7 6 6 6 5 6 8 8 R 5 3 2 2 3 3 3 4 3 2 1 Keterangan :
DP = Driver Power D= Dependent R= Ranks A = Pembentukan Badan Koordinasi Pengelolaan DAS B = Penyusunan pola perencanaan DAS terpadu C = Penguatan komitmen pengelolaan DAS D = Penguatan fungsi operatif institusi lintas daerah E = Penguatan fungsi regulatif institusi lintas daerah F = Pengembangan fungsi monev lintas daerah G = Kerjasama dalam pendanaan lintas daerah H = Pengembangan kontrol/penegakan hukum lintas daerah
I = Mengidentifikasi masalah pengelolaan DAS secara holistik J = Mengidentifikasi karakteristik sumberdaya alam DAS K = Penyamaan visi dan misi pengelolaan DAS Lintas daerah.
Tabel 6.3. Reachability matrix final kegiatan strategi dalam pengelolaan lahan kritis A B C D E F G H I J K L M DP R
A 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 3 B 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 8 C 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 12 2 D 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10 4 F 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 5 G 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 H 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 11 3 I 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5 6 J 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4 7 K 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 11 3 L 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 8 5 M 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 1 D 9 8 7 8 5 7 9 6 8 10 9 9 9 R 2 3 4 3 6 4 3 5 3 1 2 2 2
Keterangan: DP = Driver Power D = Dependent R = Ranks
A = Pengefektifan koordinasi antar sektor B = Penerapan teknologi konservasi C = Pengefektifan penyuluhan lapangan D = Pengembangan kearifan budaya masyarakat E = Pengembangan sistem pertanian konservasi F = Peningkatan pengetahuan dan keterampilan aparat G = Pengefektifan peran lembaga pemerintah H = Penguatan fungsi kontrol sosial I = Peningkatan partisipasi masyarakat J = Legitimasi dan sosialisasi program K = Pengembangan sistem insentif
L = Pengembangan sistem wanatani (agroforestry) M = Peningkatan pengetahuan dan ketermpilan petani.
184
Lanjutan lampiran 6
Tabel 6.4. Reachability matrix final lembaga pemeran dalam perumusan dan implementasi kebijakan pengelolaan lahan kritis
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A1 B1 C1 DP R A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 1 B 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 20 8 C 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 23 6 D 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 14 E 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 5 F 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 10 11 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 5 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 2 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 2 J 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 15 K 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 3 L 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 18 9 M 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 9 N 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 6 13 O 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 21 7 P 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 12 Q 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 15 R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 14 S 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 16 T 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 14 U 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 21 7 V 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 15 W 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 15 X 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 13 Y 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 25 4 Z 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 19 8
A1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 24 5 B1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 11 C1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 16 10 D 11 14 14 21 14 18 13 15 16 19 20 23 18 12 11 13 14 13 15 18 14 15 15 16 16 16 16 12 12 R 11 8 8 2 8 5 9 7 6 4 3 1 5 10 11 9 8 9 7 5 8 7 7 6 6 6 6 3 3
Keterangan DP= Driver power D = Dependent R = Ranks A = BP-DAS Jeneberang B = Bappeda provinsi C = Bapedalda provinsi D = BPN provinsi E = Dinastan propvinsi F = Dinas PU provinsi G = Dinashutbun provinsi H = Bappeda kabupaten II = Bapedalda kabupaten J = BPN kabupaten
K = Dinashutbun kabupaten L = Dinas PU kabupaten M = Dinastan kabupaten N = Dinas Tata Ruang O = PPL/PKL P = Dinas Kimpraswil Q = Dinas Perindag R = Dinas Kependudukan S = Dispenda kabupaten T = Dinas Pariwisata
U = Perguruan Tinggi V = PDAM W = Perbankan X = Unit Usaha/Koperasi Y = LSM Lingkungan Z = Tudang Sipulung A1 = Kelompok Tani B1 = Kepolisian C1 = Kejaksaan Negeri
185
Lampiran 7
PENILAIAN RESPONDEN TENTANG KOORDINASI PENGELOLAAN LAHAN KRITIS
Tabel 6. Hasil penilaian responden terhadap fungsi koordinasi dalam pengelolaan lahan kritis di DAS Bila
Penilaian Responden No Indikator Koordinasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Rata-rata
Tugas pokok (task)
1. Tugas & fungsi 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 3 1 2 2 1 1 3 1 1 1 2 2 2 2 1,54
2. Kewenangan 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 3 1,58 3. Kebijakan 1 2 3 2 1 2 3 2 1 1 4 2 4 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2,00
I
Rata-rata 1 2 1,7 1,3 1 1,3 2,3 2 1,7 1,3 3 1,7 2,3 1,7 1,3 1,3 2,3 1,7 1,3 1,3 1,7 1,7 2 2,3 1,67
II Kegiatan (activity) 2 1 2 2 1 2 2 3 1 1 2 1 3 2 2 1 1 2 2 3 2 1 1 2 1,75 Sumberdaya (resources)
1. Pendanaan 2 2 1 1 1 1 2 3 1 3 2 1 2 2 1 1 2 2 1 3 1 2 1 2 1,66 2. Kebutuhan Informasi 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1,50
III
Rata-rata 2 1,5 1 1 1,5 1 1,5 2,5 1,5 2,5 2 1 1,5 2 1,5 1 2 2 1,5 2 1 2 1 1,5 1,58 Nilai Fungsi Koordinasi 1,7 1,5 1,6 1,4 1,2 1,4 1,9 2,5 1,4 1,6 2,3 1,2 2,3 1,9 1,6 1,1 1,8 1,9 1,6 1,8 1,6 1,6 1,3 1,9 1,63
Keterangan Penilaian Responden:
1 = Sangat lemah
2 = Lemah 3 = Cukup baik 4 = Baik 5 = Sangat baik
186
0
0,2
0,4
0,6
0,8Bobot
Perenc 0,54 0,55 0,63 0,578 0,517 0,594
Pelaks 0,287 0,24 0,218 0,263 0,359 0,312
Pengas 0,163 0,21 0,151 0,159 0,124 0,094
KAS KSDM SMS KTD PS PH
0
0,2
0,4
0,6
0,8Bobot
Perenc 0,333 0,55 0,595 0,449 0,424 0,764
Pelaks 0,333 0,24 0,276 0,369 0,393 0,149
Pengas 0,333 0,21 0,128 0,182 0,183 0,087
KAS KSDM SMS KTD PS PH
Lampiran 8 KRITERIA PENILAIAN LEMAHNYA FUNGSI PERENCANAAN,
PELAKSANAAN, DAN PENGAWASAN PENGELOLAN LAHAN KRITIS DAS BILA
Keterangan
KAS = Koordinasi antar sektor KSDM = Kualitas sumberdaya manusia SMS = Sifat multisektor KTD = Kebijakan top-down PS = Peran stakeholders PH = penegakan hukum
Gambar 8.1. Hasil pembobotan kriteria penilaian lemahnya fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pengelolan lahan kritis DAS Bila berdasarkan tingkat kabupaten.
Keterangan
KAS = Koordinasi antar sektor KSDM = Kualitas sumberdaya manusia SMS = Sifat multisektor KTD = Kebijakan top-down PS = Peran stakeholders PH = penegakan hukum
Gambar 8.2. Hasil pembobotan kriteria penilaian lemahnya fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pengelolan lahan kritis DAS Bila berdasarkan tingkat provinsi.
187
0
0,2
0,4
0,6
0,8
Perenc 0,511 0,637 0,4 0,537 0,55 0,508
Pelaks 0,373 0,258 0,4 0,364 0,24 0,379
Pengas 0,117 0,105 0,2 0,099 0,21 0,113
KAS KSDM SMS KTD PS PH
Bobot
Lanjutan lampiran 8
Keterangan
KAS = Koordinasi antar sektor KSDM = Kualitas sumberdaya manusia SMS = Sifat multisektor KTD = Kebijakan top-down PS = Peran stakeholders PH = penegakan hukum
Gambar 8.3. Hasil pembobotan kriteria penilaian lemahnya fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pengelolan lahan kritis DAS Bila berdasarkan tingkat pusat.
188
Lampiran 9
KUESIONER
Kuesioner Seri A
Lembaga-Lembaga Pemeran dalam Implementasi Kebijakan Pengelolaan Lahan Kritis di DAS Bila
Sub-sub-elemen (lembaga dugaan) yang digunakan adalah:
A = BP-DAS Jeneberang-Walanae B = Bappeda provinsi C = Bapedalda provinsi D = BPN provinsi E = Dinas Pertanian propvinsi F = Dinas PU provinsi G = Dinashutbun provinsi H = Bappeda kabupaten I = Bapedalda/Bagian LH kabupaten J = BPN) kabupaten K = Dinashutbun kabupaten L = Dinas PU kabupaten M = Dinas Pertanian kabupaten N = Dinas Tata Ruang kabupaten O = PPL/PKL P = Dinas Kimpraswil kabupaten Q = Dinas Perindag kabupaten R = Dinas Kependudukan kabupaten S = Dispenda) kabupaten T = Dinas Pariwisata kabupaten U = Perguruan Tinggi V = PDAM W = Perbankan X = Unit Usaha/Koperasi Y = LSM Lingkungan Z = Tudang sipulung A1 = Kelompok tani A2 = Kepolisian A3 = Kejaksaan.
Petunjuk Pengisian:
Isilah kolom bebas arsir dengan huruf V, A, X dan/atau O untuk menunjukkan lembaga yang lebih berperan:
V, adalah eij = 1 dan eji = 0 (elemen i lebih berperan daripada j) A, adalah eij = 0 dan eji = 1 (elemen i tidak lebih berperan daripada j) X, adalah eij = 1 dan eji = 1 (elemen i dan j sama-sama berperan) O, adalah eij = 0 dan eji = 0 (elemen i dan j sama-sama tidak berperan)
Contoh: Mana yang lebih berperan antara BP-DAS Jeneberang (A) dan Bapedalda Provinsi (C), dalam implementasi kebijakan pengelolaan lahan kritis? Jika A dan C sama berperan, maka pada kolom A-C diisi X.
189
Lanjutan Kuesioner Seri A, lampiran 9
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A1 A2 A3
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
A1 A2 A3
190
Lanjutan lampiran 9
Kuesioner Seri B
Pengaruh Penerapan Fungsi Managemen dalam Pengelolaan Lahan Kritis Petunjuk pengisian
Isilah kotak yang telah disediakan pada setiap nomor pertanyaan, dengan menuliskan angka sebagai berikut:
A. jika elemen pertama. sama penting , dan yang ke dua…………….......... 1 B. jika elemen pertama. sedikit lebih penting dari yang ke dua…………… 3 C. jika elemen pertama. jelas lebih penting dari yang ke dua…………........ 5 D. jika elemen pertama. sangat jelas lebih penting dari yang ke dua………. 7 E. jika elemen pertama. mutlak jelas lebih penting dari yang ke dua……… 9 F. jika ragu-ragu antara A , dan B…………………………………….......... 2 G. jika ragu-ragu antara B , dan C…………………………………….......... 4 H. jika ragu-ragu antara C , dan D…………………………………….......... 6 I. jika ragu-ragu antara D , dan E………………………………………….. 8 J. 1/3 – 1/9 jika kebalikan dari A, B, C, D, dan E,…………………............. 1/3-1/9
Penilaian Elemen-Elemen Level 2
Sehubungan dengan penerapan fungsi managemen terhadap program pengelolaan lahan kritis, mana lebih berperan antara:
1. Tingkat Pusat, dan Tingkat Provinsi.......................................................................................... 2. Tingkat Pusat, dan Tingkat Kabupaten...................................................................................... 3. Tingkat Provinsi, dan Tingkat Kabupaten..................................................................................
Penilaian Elemen-Elemen Level 3 Sehubungan dengan aktor tingkat pusat, mana lebih berpengaruh antara:
1. Koordinasi antar sektor, dan kualitas SDM.............................................................................. 2. 2. Koordinasi antar sektor, dan sifat multisektor.......................................................................... 3. Koordinasi antar sektor, dan kontrol/penegakan hukum.......................................................... 4. Koordinasi antar sektor, dan arah kebijakan............................................................................. 5. Koordinasi antar sektor, dan keterlibatan stakeholders............................................................ 6. Kualitas sdm, dan sifat multisektor........................................................................................... 7. Kualitas sdm, dan kontrol/penegakan hukum............................................................................ 8. Kualitas sdm, dan arah kebijakan............................................................................................. 9. Kualitas sdm, dan keterlibatan stakeholders.............................................................................. 10. Sifat multisektor, dan kontrol/penegakan hukum....................................................................... 11. Sifat multisektor, dan arah kebijakan......................................................................................... 12. Sifat multisektor, dan keterlibatan stakeholders......................................................................... 13. Kontrol/penegakan hukum, dan arah kebijakan........................................................................ 14. Kontrol/penegakan hukum, dan keterlibatan stakeholders....................................................... 15. Arah kebijakan, dan keterlibatan stakeholders.........................................................................
Sehubungan dengan aktor tingkat provinsi mana lebih berpengaruh antara: 1. Koordinasi antar sektor, dan kualitas SDM.............................................................................. 2. Koordinasi antar sektor, dan sifat multisektor......................................................................... 3. Koordinasi antar sektor, dan kontrol/penegakan hukum............................................................. 4. Koordinasi antar sektor, dan arah kebijakan...................................................................... 5. Koordinasi antar sektor, dan keterlibatan stakeholders.................................................... 6. Kualitas SDM, dan sifat multisektor.................................................................................... 7. Kualitas SDM, dan kontrol/ penegakan hukum................................................................... 8. Kualitas SDM, dan arah kebijakan...................................................................................... 9. Kualitas SDM, dan keterlibatan stakeholders.....................................................................
10. Sifat multisektor, dan kontrol/penegakan hukum......................................................... 11. Sifat multisektor, dan arah kebijakan.......................................................................... 12. Sifat multisektor, dan keterlibatan stakeholders..........................................................
191
Lanjutan lampiran 9
13. Kontrol/penegakan hukum, dan arah kebijakan.......................................................... 14. Kontrol/penegakan hukum, dan keterlibatan stakeholder.......................................... 15. Arah kebijakan, dan keterlibatan stakeholders............................................................
Sehubungan dengan aktor tingkat kabupaten mana lebih berpengaruh antara: 1. Koordinasi antar sektor, dan kualitas SDM..................................................................... 2. Koordinasi antar sektor, dan sifat multisektor............................................................... 3. Koordinasi antar sektor, dan kontrol/penegakan hukum......................................... 4. Koordinasi antar sektor, dan arah kebijakan............................................................ 5. Koordinasi antar sektor, dan keterlibatan stakeholders........................................... 6. Kualitas SDM, dan sifat multisektor.......................................................................... 7. Kualitas SDM, dan kontrol/ penegakan hukum........................................................ 8. Kualitas SDM, dan arah kebijakan.......................................................................... 9. Kualitas SDM, dan keterlibatan stakeholders.......................................................... 10. Sifat multisektor, dan kontrol/penegakan hukum. .................................................... 11. Sifat multisektor, dan arah kebijakan....................................................................... 12. Sifat multisektor, dan keterlibatan stakeholders...................................................... 13. Kontrol/penegakan hukum, dan arah kebijakan...................................................... 14. Kontrol/penegakan hukum, dan keterlibatan stakeholders..................................... 15. Arah kebijakan, dan keterlibatan stakeholders......................................................
Penilaian Elemen-Elemen Level 4 A. Sehubungan dengan kriteria koordinasi antar sektor, mana lebih berpengaruh terhadap
kegagalan program, antara 1. Perencanaan program, dan Pelaksanaan program......................................................
2. Perencanaan program, dan Pengawasan program...................................................... 3. Pelaksanaan program, dan Pengawasan program.......................................................
B. Sehubungan dengan kriteria kualitas SDM, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program, antara: 1. Perencanaan program, dan Pelaksanaan program...................................................... 2. Perencanaan program, dan Pengawasan program...................................................... 3. Pelaksanaan program, dan Pengawasan program.......................................................
C. Sehubungan dengan kriteria sifat multisektor, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program, antara: 1. Perencanaan program, dan Pelaksanaan program...................................................... 2. Perencanaan program, dan Pengawasan program...................................................... 3. Pelaksanaan program, dan Pengawasan program.......................................................
D. Sehubungan dengan kriteria kontrol/penegakan hukum, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program, antara: 1. Perencanaan program, dan Pelaksanaan program...................................................... 2. Perencanaan program, dan Pengawasan program...................................................... 3. Pelaksanaan program, dan Pengawasan program.......................................................
E. Sehubungan dengan kriteria arah kebijakan, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program, antara: 1. Perencanaan program, dan Pelaksanaan program...................................................... 2. Perencanaan program, dan Pengawasan program...................................................... 3. Pelaksanaan program, dan Pengawasan program.......................................................
F. Sehubungandengan kriteria keterlibatan stakeholders, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program, antara: 1. Perencanaan program, dan Pelaksanaan program...................................................... 2. Perencanaan program, dan Pengawasan program...................................................... 3. Pelaksanaan program, dan Pengawasan program.......................................................
192
Lanjutan lampiran 9
Kuesioner Seri C
Faktor-Faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi dalam pengelolaan lahan kritis DAS Bila
Elemen-elemen (factor-faktor dugaan) yang digunakan adalah: A = adanya kebijakan yang top-down B = lemahnya pengorganisasian C = ketidakterlibatan lembaga dalam perencanaan D = lemahnya fungsi operatif institusi E = lemahnya fungsi regulatif institusi F = rendahnya kualitas SDM G = adanya sikap sektoralisentris H = konflik vertikal I = konflik horizontal J = heterogenitas organisasi (multi sektor/multi disiplin) K = lemahnya kontrol vertikal L = ketidakjelasan lembaga koordinator M = ketergantungan pada juklak/juknis N = kesenjangan kebijakan RLKT dan kebijakan sektor O = lemahnya dukungan insentif P = lemahnya komitmen aparat pemerintah Q = kurangnya pembinaan R = lemahnya kontrol sosial.
Petunjuk Pengisian: Isilah kolom bebas arsir dengan huruf V, A, X dan/atau O untuk menunjukkan sub elemen mana lebih kuat pengaruhnya:
V, adalah eij = 1 dan eji = 0 (elemen i lebih berpengaruh daripada j) A, adalah eij = 0 dan eji = 1 (elemen i tidak lebih berpengaruh daripada j) X, adalah eij = 1 dan eji = 1 (elemen i dan j sama-sama berpengaruh) O, adalah eij = 0 dan eji = 0 (elemen i dan j sama-sama tidak berpengaruh)
Contoh: Mana yang lebih berpengaruh antara adanya kebijakan yang top down (A) dan lemahnya pengorganisasian (B) terhadap lemahnya fungsi koordinasi pengelolaan lahan kritis? Jika B lebih berpengaruh dari A, maka pada kolom A-B diisi A.
j
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R A B C D E F G H I J K L M N O P Q
i
R
193
Lanjutan lampiran 9
Kuesioner Seri D
Program Strategis dalam Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan Pengelolaan Lahan Kritis Berbasis DAS
Elemen-elemen (program dugaan) yang digunakan adalah: A = Pembentukan Badan Koordinasi Pengelolaan DAS B = Penyusunan pola perencanaan terpadu C = Penguatan komitmen pengelolaan DAS D = Penguatan fungsi operative institusi lintas daerah E = Penguatan fungsi regulative institusi lintas daerah F = Pengembangan fungsi monev lintas daerah G = Kerjasama pendanaan lintas daerah H = Pengembangan fungsi kontrol/penegakan hukum I = Indentifikasi masalah pengelolaan DAS secara holistik J = Identifikasi sumberdaya alam DAS K = Penyamaan visi dan misi pengelolaan DAS lintas daerah
Petunjuk Pengisian:
Isilah kolom bebas arsir di bawah ini dengan huruf V, A, X dan/atau O untuk menunjukkan kebijakan mana yang lebih penting:
V, adalah eij = 1 dan eji = 0 (elemen i lebih penting daripada j) A, adalah eij = 0 dan eji = 1 (elemen i tidak lebih penting daripada j) X, adalah eij = 1 dan eji = 1 (elemen i dan j sama-sama penting) O, adalah eij = 0 dan eji = 0 (elemen i dan j sama-sama tidak penting)
Contoh: Mana yang lebih penting antara Penyusunan Pola Perencanaan Terpadu (B) dan Penyamaan visi dan misi pengelolaan DAS lintas daerah (K) dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pengelolaan lahan kritis berbasis DAS?. Jika B dan K sama tidak penting, maka pada kolom B-K diisi O.
j
A B C D E F G H I J K
A B C D E F G H I J
i
K
194
Lanjutan lampiran 9
Kuesioner Seri E
Kegiatan Prioritas dalam Pengelolaan Lahan Kritis DAS Bila
Elemen-elemen (kegiatan dugaan) yang digunakan adalah: A = Pengefektifan koordinasi antar sektor B = Penerapan teknologi konservasi C = Pengefektifan penyuluhan lapangan D = Pengembangan kearifan budaya masyarakat E = Pengembangan Sistem Pertanian Konservasi F = Peningkatan pengetahuan dan keterampilan aparat G = Pengefektifan peran lembaga pemerintah H = Penguatan fungsi kontrol sosial I = Peningkatan partisipasi masyarakat J = Legitimasi dan sosialisasi program K = Pengembangan sistem insentif L = Pengembangan sistem wanatani (agroforestri) M = Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani
Petunjuk Pengisian: Isilah kolom bebas arsir di bawah ini dengan huruf V, A, X dan/atau O:
V, adalah eij = 1 dan eji = 0 (elemen i lebih berpengaruh/penting/baik daripada j) A, adalah eij = 0 dan eji = 1 (elemen i tidak lebih berpengaruh/penting/baik daripada j) X, adalah eij = 1 dan eji = 1 (elemen i dan j sama-sama berpengaruh/penting/baik) O, adalah eij = 0 dan eji = 0 (elemen i dan j sama-sama tidak berpengaruh/penting/baik)
Contoh: Mana yang lebih penting antara Pengefektifan koordinasi antar sektor (A) dan Pengembangan sistem pertanian konservasi (Q) dalam pengelolaan lahan kritis?. Jika A lebih tidak penting dari Q, maka pada kolom A-Q diisi A.
j
A B C D E F G H I J K L M
A B
C
D
E F
G
H I
J
K
L
i
M