ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOTA SEMARANG

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    1/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    1

    ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIFDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOTA SEMARANG

    Nur Alifah

    ABSTRACTExclusive breast feeding is very important for durability of a babys life, butawareness of mothers to give exclusive breast feeding in Indonesia is stillaround 14%. The coverage of exclusive breast feeding in Semarang is stillunder national targets and provinces target. As for the report of exclusive breast feeding from department of health services Semarang 2011, showed thatCandilama primary health care have the most minimum numbers of 0-6 monthsexclusive breast feeding. Based on a preliminary survey of the health officer

    Candilama: availability of resources which includes human resources, fund andlimited infrastructure and optimal management of exclusive breast feedingcouldnt be reach. This research aims to analyze the program managementsystem of exclusive breast feeding in Candilama primary health care workareas, Semarang. This research uses observational research methods which arequalitative by descriptive approach. Informant of this research are 1 nutritionofficer and 4 midwives in Candiama primary health care. Research instrument isthe researcher who helped interview guidelines.The results showed programmanagement system of exclusive breast feeding in Candilama primary healthcare was assessed as less well with the availability of inputs or resources ownedprimary health care and less the maximum in the process of planning, organizing,empowerment, and supervision. Proposed suggestions for Candilama primary

    health care are to improve the ability of officer management by applying standardimplementation in primary health care level in exclusive breast feeding programcomprehensively.

    Keyword (s) : Management System, Exclusive BreastFed

    PENDAHULUANAngka Kematian Bayi (AKB)

    merupakan salah satu indikatorpenting dalam menentukan tingkatkesehatan masyarakat.(1) Faktanyaangka kematian bayi di Indonesiamasih tinggi dan masih dibawahtarget MDGs yaitu 23 per 1000kelahiran hidup, menurut SurveyDemografi Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2007 mengestimasikanAKB sebesar 34 per 1000 kelahiranhidup.(2) Angka Kematian Bayi diProvinsi Jawa Tengah tahun 2010sebesar 10,62/1000 kelahiran hidup,meningkat bila dibandingkan dengantahun sebelumnya yaitu tahun 2009

    sebesar 10,28/1.000 kelahiran hidup

    dan 2008 sebesar 9,27/1.000kelahiran hidup.(3) Apabiladibandingkan dengan cakupan yangdiharapkan dalam MDG (MilleniumDevelopment Goals) ke-4 tahun2015, maka AKB di Provinsi JawaTengah sudah melampaui target.Namun demikian, angka kematianbayi di Jawa Tengah adakecenderungan meningkat daritahun ke tahun.

    Sedangkan data yangdidapat dari Dinas Kesehatan KotaSemarang, angka kematian bayi diSemarang pada tahun 2007 sebesar18,69 per 1000 kelahiran hidup,pada tahun 2008 sebesar 19,71 per

    1000 kelahiran hidup, pada tahun

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    2/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    2

    2009 sebesar 18,61 per 1000kelahiran hidup, pada tahun 2010

    sebesar 16,82 per 1000 kelahiranhidup dan data terakhir pada tahun2011 sebesar 12,15 per 1000kelahiran hidup.(4) Pencapaiantersebut sudah baik, karena daritahun ke tahun terjadi penurunanyang signifikan dan sudah dibawahtarget MDGS. Meskipun mengalamipenurunan, angka tersebut masihlebih tinggi daripada AngkaKematian Bayi di Jawa Tengah,sehingga masih menjadi masalah

    yang perlu ditangani.Pemberian ASI eksklusif

    dapat mengurangi tingkat kematianbayi yang disebabkan berbagaipenyakit yang umum menimpa anak-anak, serta mempercepat pemulihanbila sakit. Meskipun demikian,kesadaran para ibu untukmemberikan ASI ekslusif diIndonesia baru sekitar 14%(5)Sedangkan target nasional cakupanPemberian ASI eksklusif adalah

    sebesar 80%. Oleh karena itu untukmendorong pemberian ASI eksklusiftelah banyak dikeluarkan kebijakanterkait hal tersebut.

    Keberhasilan pelaksanaanprogram ASI di Puskesmas tidakterlepas dari peran manajemenprogram. Manajemen programmeliputi P1 (perencanaan),P2(penggerakan dan pelaksanaan),P3(pengendalian, pengawasan danpenilaian). Dalam satu kesatuansistem yang terdiri dari input, prosesoutput, outcome. Input terdiri dari 6Mmeliputi manusia (men), uang(money), sarana (materials), metoda(methods), pasar (market), sertamesin (machine). Peran manajementerletak pada proses dalam sistem.Sedangkan outputnya adalahcakupan ASI eksklusif.

    Berdasarkan data dari DinasKesehatan Kota Semarang cakupan

    pemberian ASI Eksklusif di kota

    Semarang masih dibawah targetDinas Kesehatan Provinsi Jawa

    Tengah yaitu sebesar 65%. Padatahun 2009 sebesar 24,53%, padatahun 2010 sebesar 25,10% danpada tahun 2011 sebesar 24,19%.Menghadapai kondisi ini PemerintahKota Semarang bekerja samadengan UNICEF Perwakilan JawaTengah harus lebih berupayameningkatkan kesadaranmasyarakat tentang proses InisiasiDini dan pentingnya pemberian ASIEksklusif.(6)

    Adapun laporan ASIEksklusif Dinas Kesehatan KotaSemarang 2011, menunjukkanbahwa Puskesmas yang memilikiangka cakupan ASI eksklusif 0-6bulan terendah yaitu PuskesmasCandilama, Puskesmas Pegandandan Puskesmas Srondol. DanPuskesmas Candilama mempunyaipenurunan cakupan ASI eksklusifyang paling signifikan selama 3tahun terakhir dibandingkan dengan

    2 Puskesmas lainnya. Cakupan ASIeksklusif di Puskesmas Candilamayaitu pada tahun 2009 sebesar16,41%, tahun 2010 sebesar 9,23%dan tahun 2011 sebesar 2,50%.(6)

    Berdasarkan wawancarayang dilakukan oleh penelititerhadap petugas gizi dan bidankoordinator di PuskesmasCandilama, diperoleh informasibahwa kurang optimalnya suatuproses pelaksanaan program ASIeksklusif yang dilakukandikarenakan keterbatasan sumberdaya yang ada, diantaranya sebagaiberikut: Terbatasnya anggaran biayauntuk khusus program ASI eksklusif,Terbatasnya kemampuan danketerampilan Sumber Daya Manusiadalam hal ini bidan mengenaimanajemen laktasi, kurangdilengkapi dengan sarana berupapojok laktasi di Puskesmas

    Candilama.

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    3/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    3

    Dan berdasarkan surveypendahuluan jika dilihat dari unsur

    proses atau aspek manajemennyakurang dilaksanakan secara optimalsesuai proses manajemen yangseharusnya diterapkan oleh petugasgizi dan bidan koordinator diPuskesmas Candilama.

    Oleh karena itu dapatdimungkinkan apabilaketidakberhasilan program ASIekslusif di Puskesmas Candilamadipengaruhi tidak hanya dari aspekmanajemennya saja, melainkan juga

    dari sisi inputnya. Oleh karena itu,berdasarkan permasalahan tersebutmaka peneliti tertarik untukmengetahui lebih jauh bagaimanasistem manajemen program ASIeksklusif di wilayah kerja PuskesmasCandilama Kota Semarang 2012.

    METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitianobservasional. Jenis penelitian yangdilaksanakan merupakan penelitian

    kualitatif dengan pendekatandeskriptif (explanatory research),yaitu penelitian yangbersifatmenemukan fakta atas datayang diperoleh dari hasil penelitian.Obyek yang akan diteliti dalampenelitian ini adalah sistemmanajemen program pemberian ASIeksklusif yang dilihat dariketersediaan input (meliputi SDM,dana, sarana prasarana, dan SOP),aspek perencanaan,pengorganisasian, penggerakan,pengawasan program pemberianASI eksklusif di wilayah kerjaPuskesmas Candilama KotaSemarang. Informan utama adalahsatu orang petugas gizi dan empatorang bidan di PuskesmasCandilama. Namun 1 bidan tidakbersedia untuk diwawancarai,sehingga informan utamanya adalah1 petugas gizi dan 3 bidan.

    Sedangkan informan triangulasi

    yakni Kepala Bidang KesehatanKeluarga DKK Semarang, dan

    Kepala Puskesmas CandilamaSemarang.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    VARIABEL KETERSEDIAANUNSUR INPUT

    Dalam melaksanakan kegiatanprogram pemberian ASI eksklusif,Puskesmas mengerahkan seluruhpetugas yang bertanggung jawabterhadap program KIA dan gizi yaitu

    4 bidan dan 1 petugas gizi. Namundari 4 bidan yang ada, 1 bidandiintegrasikan di bagian obat untukmenutupi kekurangan tenaga dibagian obat tersebut, 1 bidan fokuspada program imunisasi dan sedangcuti kehamilan beberapa bulanterakhir, 1 bidan lainnya bertugas diPUSTU. Dengan kondisi demikian,untuk saat ini hanya ada 1 bidansaja yang bertugas penuh dipelayanan KIA Puskesmas Induk

    Candilama. Satu bidan dibantudengan 1 petugas gizi dapatdikatakan kurang untukmelaksanakan program ASIeksklusif di Puskesmas dan diwilayah setempat.

    Memang untuk tenagakesehatan yang dibutuhkan untukspesifik ke ASI eksklusif kurang,dibutuhkan motivator dan konselorASI sehingga penggerakan lebihoptimal. Namun karena dana yangterbatas sehingga dari pihak DKKtidak dapat mengadakan pelatihankonselor ASI untuk seluruh petugaskesehatan di kota Semarang.

    Dengan kurangnya ketersediaanSDM yang berkompetensi dalammelaksanakan program ASIeksklusif di Puskesmas Candilama,dimungkinkan menjadi penyebabkurang dapat tercapainya tujuanprogram ASI eksklusif di

    Puskesmas.

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    4/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    4

    Dari hasil penelitian dana untukprogram ASI eksklusif belum

    memadai, di Puskesmas Candilamabelum memiliki anggaran khususuntuk program ASI eksklusif.Ketersediaan dana hanya untukbiaya ganti transportasi petugas kelokasi penyuluhan. Dana tersebutberjumlah Rp. 40.000,00. Sumberdana tersebut berasal dari danaBOK, yang sudah dianggarkan dariDKK untuk kegiatan promosi. Tidakada anggaran khusus untukmengadakan sarana untuk program

    ASI eksklusif. Belum tersedianyadana yang cukup menyebabkanbelum maksimalnya kegiatanoperasional Program ASI eksklusif diPuskesmas Candilama. Pengadaansarana dan prasarana yangmendukung program ASI eksklusifmenjadi sulit karena keterbatasandana.

    Dengan tidak adanya alokasidana khusus untuk program ASIeksklusif di Puskesmas Candilama

    menyebabkan ketersediaan saranadan prasarana dan prosesmanajemen menjadi terhambat.Dengan demikian, keterbatasandana ini dimungkinkan sebagai salahsatu faktor yang mempengaruhitidak berhasilnya pelaksanaanprogram ASI eksklusif di PuskesmasCandilama.

    Berdasarkan hasil penelitian,pelaksanaan program ASI eksklusifdi Puskesmas Candilama belumdilaksanakan dengan baik yangdibuktikan oleh pernyataan semuainforman menyatakan bahwa saranadan prasarana yang ada belumlengkap. Sarana Prasarana yangtersedia belum mendukungpelaksanaan program ASI eksklusif.Sarana dan prasarana sepertitempat untuk melaksanakanpelayanan konseling laktasi atauruangan laktasi belum tersedia di

    Puskesmas. Keterbatasan ruangan

    di Puskesmas Candilama menjadikendala sehingga tidak bisa untuk

    menyediakan ruangan laktasi.Selama ini yang tersedia hanya alatperaga namun jarang digunakanketika melaksanakan programpemberian ASI eksklusif. Hal inimenyebabkan beberapa bidan tidakmengetahui bahwa alat peragabelum tersedia di Puskesmas.

    Adanya SOP dimaksudkanuntuk memberikan konsep yangjelas, bisa dipahami oleh semuaorang dan dituangkan pada suatu

    dokumen prosedural dalam setiapkegiatan. Dari hasil penelitian yangdilakukan peneliti, hampir semuabidan selama ini tidak mengetahuiadanya SOP yang digunakansebagai acuan dalam pelayananProgram ASI eksklusif. SOPsebenarnya telah tersedia diPuskesmas Candilama diperolehdari DKK Semarang, namun hanyadimiliki oleh petugas gizi. Petugasgizi lalai dalam mengkomunikasikan

    adanya SOP promosi ASI kepadapara bidan. Dari pernyataan tersebutmenunjukkan pula bahwa kurangnyakoordinasi antara petugas dalammengkomunikasikan informasimengenai adanya SOP ataukebijakan baru dalam program ASIeksklusif.

    Dengan tidak diterapkannyaSOP yang ada kedalampelaksanaan program pemberianASI eksklusif membuat bidansebagai pelaksana program bekerjasesuai dengan pemahamannyasendiri tidak ada instrument yangmengendalikan mutu atau standarpekerjaan mereka.

    Dari hasil penelitian,berdasarkan pernyataan beberapainforman utama, kebijakan 10langkah menuju keberhasilanmenyusui sudah diterapkan diPuskesmas Candilama. Namun tidak

    semua langkah diterapkan dengan

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    5/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    5

    maksimal, karena PuskesmasCandilama merupakan Puskesmas

    rawat jalan. Puskesmas Candilamamenerapkan 10 langkahkeberhasilan menyusui padalangkah terutama nomor 3Pelayanan Pemeriksaan Prenatalik,langkah 5 Bimbingan Menyusui,langkah 6 Penggunaan Suplemen,dan langkah 8 Pemberian ASISesuai Permintaan Bayi. Menurutinforman yang paling sulitdilaksanakan di PuskesmasCandilama adalah langkan ke 3 yaitu

    :.pelayanan pada klinik pelayananpemeriksaan prenatal untuk ibuhamil.

    Karena keterbatasan sumberdaya manusia, dana dan saranaprasarana dalam pelaksanaannyamenjadi tidak bisa maksimal. Karenaketerbatasan dana tersebutketersedian sarana prasarana yangdigunakan untuk memberikanpelayanan bimbingan menyusuimenjadi terhambat.

    VARIABEL PERENCANAANPerencanaan manajemen

    program pemberian ASI eksklusif ditingkat Puskesmas sebaiknya selaludiawali dengan melakukanpembentukan tim khusus, termasukpenerapannya di PuskesmasCandilama Semarang. Prosesperencanaan selama ini belum baikdilakukan, ditunjukkan dengan tidakada pembentukan tim khusussebagai tim penyusun rencanakegiatan program pemberian ASIeksklusif. Tidak dibuatnya rencanausulan kegiatan untuk programpemberian ASI eksklusif diPuskesmas Candilama Semarangadalah sebagai akibat dari tidakadanya pembentukan tim khususyang bertanggung jawab membuatperencanaan, faktor lainnya yaituketerbatasan waktu dari parapetugas karena pekerjaan petugas

    yag banyak tidak hanya dalamprogram ASI eksklusif saja.

    Penyusunan rencanapelaksanaan kegiatan program(POA) dimaksudkan agar dalampelaksanaan program nantinyadapat berjalan secara terstruktur danterkonsep sesuai dengan tujuanawal program. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa rencanapelaksanaan kegiatan programpemberian khusus ASI eksklusiftidak dibuat secara terperinci danterstruktur. Perencanaan yang

    selama ini disusun tidak terperincisesuai dengan tahap-tahap yangseharusnya dilakukan, sehinggatidak ada langkah antisipasi ataualternatif pemecahan masalah yangtepat apabila menemui hambatandalam melaksanakan program.Selain itu dengan tidak disusunnyaperencanaan pelaksanaan kegiatanprogram maka kebutuhan SDM,sarana prasarana dan dana kurangterpenuhi.

    Dengan tidak adanya alokasidana khusus menyebabkan tidakdisusunnya perencanaan khususuntuk program ASI eksklusif ini. Dandengan tidak adanya perencanaankhusus ini menyebabkan kebutuhansarana dan prasarana tidakterpenuhi. Seperti yang diungkapkanoleh petugas gizi bahwa untukmenyusun perencanaan programtidak bisa sembarangan,dikarenakan alokasi dana sudahditentukan dari Dinas KesehatanKota Semarang. Sehingga pihakPuskesmas belum berani untukmengusulkan sebuah perencanaanke pihak DKK.

    Apabila proses perencanaandilakukan dengan baik akanmemberikan jaminan pelaksanaankegiatan menjadi baik sehinggadapat mencapai tujuan organisasiyang berdaya guna dan berhasil

    guna. Sesuai dengan hasil

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    6/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    6

    penelitian, bahwa tidak disusunnyaperencanaan program yang baik,

    terkonsep dan terstruktur sehinggatujuan untuk meningkatkan cakupanprogram ASI eksklusif kurang dapatberhasil.

    VARIABEL PENGORGANISASIANPembentukan tim di dalam

    fungsi organisasi dimaksudkan agardapat mempermudah prosespelaksanan program nantinya.Dengan adanya suatu tim, makadapat timbul suatu hubungan dan

    interaksi karena adanya salingketergantungan antar satu satuankerja.

    Berdasarkan hasil penelitian,peneliti memperoleh informasibahwa di dalam fungsi organisasiprogram pemberian ASI eksklusiftidak dilakukan pembentukan timsebagai unsur pelaksana program.Sama halnya dalam fungsiperencanaan yang tidak membentuksuatu tim untuk menyusun

    perencanaan, di dalam fungsiorganisasi pun demikian. Alasannyaadalah karena seluruh petugas yaitubidan dengan petugas gizi terlibatdalam pelaksanaan programsehingga mereka telah mempunyaikewajiban masing-masing untukmelaksanakan dan menyelesaikantugasnya yang berkaitan denganprogram tersebut.

    Selama ini dalammelaksanakan program pemberianASI eksklusif dilakukan secarabersama-sama antara petugas gizidan bidan. Tidak ada pembagiantugas yang jelas dalampelaksanaannya. Namun demikianapabila ada permasalahan maka haltersebut diselesaikan secarabersama-sama. Penggalangankerjasama dilakukan degan caralangsung dan tidak langsung. Olehkarena lintas sektor yang terlibat

    adalah kader, maka kerjasama yang

    dilakukan secara langsung yaitudengan mengumpulkan kader

    melalui pertemuan tiap bulan diPuskesmas.Program ASI eksklusif dalam

    pelaksaannya tidak bisa dikerjakanoleh petugas kesehatan sajamelibatkan banyak pihak-pihakterkait seperti kader posyandu, tokohmasyarakat, LSM untukmenyampaikan kepada masyarakatpentingnya pemberian ASI ekslusifuntuk bayi umur 0-6 bulan.Kerjasama lintas sektoral sangat

    diperlukan untuk mencapai hasilyang maksimal karena denganbekerja sendiri tidak mungkinmencapai hasil yang diinginkan,karena program ASI eksklusifjangkauannya sangat luas danmemerlukan bantuan dari pihak-pihak lain yang berpengaruh sepertikader Posyandu, PKK, tokohmasyarakat dan yang lainnya.

    Sistem koordinasi yangdilakukan petugas pelaksana

    program pemberian ASI eksklusiflebih sering dilakukan melaluipertemuan non formal yaitu secarainterpersonal saja dengan salingmemberitahu dan menularkaninformasi satu sama lainnya,sedangkan pertemuan rutin yangkhusus untuk membahas mengenaipelaksanaan program pemberianASI eksklusif belum pernahdilakukan karena ada beberapaalasan salah satunya yaitu karenamasalah keterbatasan waktu.

    Koordinasi awal untukprogram ASI eksklusif sebaiknyadilakukan dengan langsung bertatapmuka dengan orang-orang yangakan dilibatkan. Sehingga tercapaikesepakatan bersama dankeuntungan bagi kedua belah pihakdalam melaksankkan program ASIeksklusif. Segala kebijakan,perencanaan, dan informasi akan

    kurang tersampaikan ke seluruh

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    7/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    7

    pelaksana program apabilakoordinasi kurang dijalankan.

    Dengan begitu dalam pelaksanaanprogram menjadi mencapai hasilyang kurang maksimal.A. Variabel penggerakan

    Setiap bulan Puskesmasmengadakan lokakarya mini bulananuntuk lintas program. PuskesmasCandilama rutin menyelenggarakanlokakarya mini bulanan secara lintasprogram namun untuk programpemberian ASI eksklusif itu sendirihanya sedikit disinggung dalam

    lokakarya mini lintas programtersebut, dan belum menjadiprogram yang diprioritaskan, karenaadanya pemikiran bahwa programASI eksklusif ini tidak berdampaklangsung terhadap masyarakatseperti penyakit menular. ProgramASI eksklusif belum merupakanProgram yang diprioritaskan,masalah yang muncul tidakdianggap penting, karena dampakdan hasil pemberian ASI eksklusif

    hanya dapat diketahui dalamrentang waktu yang lama sepertikesakitan dan kematian bayi.

    Komunikasi dengan KepalaPuskesmas dalam penyelenggaraankegiatan program dilakukan melaluidiskusi kecil dengan koordinatorprogram dan beberapa pelaksanaprogram yang sedang ada untukmembahas tentang bagaimanapenyelenggaraan kegiatan program.Selain itu segala permasalahan danhambatan di dalam prosespelaksanaan kegiatan program jugadikomunikasikan dalam forumtersebut. Namun karena faktorketerbatasan waktu sehingga sulituntuk mengumpulkan semuapetugas yang terkait, komunikasilebih sering dilakukan secaralangsung dengan KepalaPuskesmas saat ada kesempatanbertatap muka.

    Dari uraian di atas, diperolehbahwa komunikasi antara pimpinan

    dengan pelaksana program danpemberian motivasi kepadabawahan kurang dilakukan. Maka,seharusnya sebisa mungkinpimpinan lebih menambahinsensitas komunikasi danmemotivasi petugas pelaksanaprogram, agar program ASI eksklusifdapat dilaksanakan dengan mudah,lancar dan tepat.VARIABEL PENGAWASAN

    Konsep teori yang

    dikembangkan oleh G.R Terrymenyatakan bahwa pengawasan itumenentukan apa yang telah dicapai.Artinya menilai hasil pekerjaan danapabila perlu mengadakan tindakan-tindakan pembetulan sedemikianrupa, sehingga hasil pekerjaansesuai dengan rencana yang relahditetapkan sebelumnya.12

    Pemantauan di wilayahsetempat dilakukan dengan melihatpencatatan dan pelaporan program

    ASI eksklusif yang ada. Pencatatandan pelaporan tersebut dilaksanakanoleh petugas gizi. Pencatatan hanyadilakukan pada ibu menyusui yangberkunjung di Puskesmas saja,sedangkan pencatatan danpelaporan ibu menyusui di luargedung dilaporkan oleh kader.Pencatatan dan pelaporan kaderberupa SIP (Sistem InformasiPosyandu) yang isinya tidak hanyamengenai ASI eksklusif sajamelainkan data atau informasi yangberkaitan dengan kegiatan, kondisidan perkembangan yang terjadi disetiap Posyandu.

    Sedangkan dari hasil penelitian,semua informan utama menilaibahwa mereka belum bekerja secaramaksimal, karena terkendala dalamketerbatasan sumber daya yangdimiliki baik dana, tenaga maupunsarana. Hal ini sesuai dengan hasil

    penelitian Nursyamsiyah (2009),

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    8/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    8

    semakin banyak beban kerjaditambah lagi dengan keterbatasan

    sarana dan dana akan menghambatpencapaian kinerja yang optimal.Mengingat tidak semua puskesmasmemiliki sumber daya berupa dana,sarana dan tenaga yang cukupuntuk dapat menyelenggarakanpelayanan maka diperlukan upayauntuk menyiasatinya karenabagaimanapun program inimerupakan program yang memilikidaya ungkit tinggi terhadap statuskesehatan ibu dan bayinya.

    Selain itu karena program ASIeksklusif adalah program yangsangat sulit dilaksanakan, karenaberkaitan dengan perubahanperilaku. Merubah perilakuseseorang tidak mudah, perludilakukan kerjasama oleh berbagaipihak terkait dan sangat diperlukansekali komitmen dan konsistensiyang adekuat bagi para petugasprogram ASI eksklusif dan jajaranyang terkait.

    Koordinasi dan komitmenpetugas dinilai kurang, seharusnyaKepala Puskesmas dapatmengkoordinasikan semua sumberdaya yang ada untuk ikutmelaksanakan program. Petugasyang kurang dapat diatasi denganmelibatkan kader dalammelaksanakan program ASIeksklusif. Tidak hanya petugas gizidan bidan yang bisa ikutmelaksanakan program, seharusnyaperawat dan dokter juga turut sertadalam meningkatkan cakupan ASIeksklusif. Selama ini Puskesmasdinilai kurang memprioritaskan ASIeksklusif sebagai masalah.Puskesmas selama inimemprioritaskan ke arah penyakitdan kegiatan yang rutin saja.

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang dilakukandapat ditarik kesimpulan sebagaiberikut:1. Ketersediaan aspek input ataumasukanAspek input atau masukan yangterdiri dari SDM atau tim pelaksanaprogram kurang. Hal ini dikarenakanpekerjaan mereka yang sudahoverload.

    Terkait dengan dana,puskesmas tidak mengalokasikan

    dana khusus untuk kelancarankegiatan Program ASI eksklusif.Selama ini alokasi danadiperuntukkan untuk biaya gantitransportasi petugas ke wilayahketika melakukanpromosi/penyuluhan ASI eksklusif.Dana tersebut sudah dialokasikandari DKK melalui dana BOK.

    Sarana yang ada diPuskesmas hanya berupa laktasi kituntuk ibu menyusui, yang baru

    didapatkan dari DKK Semarang,namun jarang digunakan ketikapelaksanaan program. Secaraumum sarana dalam program ASIeksklusif belum dapat mendukungpelayanan maupun penyuluhankepada ibu hamil dan ibu menyusuisecara optimal karena tidak adanyaposter, leaflet, ruangan laktasi.Upaya pemenuhan kebutuhansarana dan prasarana menunggurealisasi dari DKK. Belum semuapetugas mengetahui adanya SOPdan belum semua petugasmenjalankan sesuai dengan SOPtersebut.2. Variabel Perencanaan

    Penyusunan rencana kegiatanbelum seluruhnya diterapkan sesuaidengan pedoman pelaksanaanmanajemen tingkat Puskesmas.Sama halnya dengan rencanapelaksanan kegiatan (POA) yang

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    9/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    9

    lebih dilekatkan pada kegiatan lainsehingga tidak dirinci secara khusus.

    3. Variabel pengorganisasianDdalam program pemberian ASIeksklusif di wilayah kerja PuskesmasCandilama Semarang sejauh initidak melakukan prosespembentukan tim khusus untukmelaksanakan program, belummemiliki job description khususkepada seluruh pelaksana programpemberian ASI eksklusif dankoordinasi kurang dilakukan antarsesama petugas.

    4. Variabel penggerakanPuskesmas Candilama belum

    memiliki upaya-upaya terprogramuntuk meningkatkan cakupanprogram pemberian ASI eksklusif,hal ini ditunjukkan dengan belumadanya pembahasan khususmengenai penyelenggaraankegiatan program dalam lokakaryamini Puskesmas dikarenakanprogram tersebut belum menjadiprioritas. Komunikasi antar petugas

    dengan Kepala Puskesmas kurang,selama ini komunikasi lebih seringdilakukan Kepala Puskesmasdengan koordinator program yaitupetugas gizi. Motivasi kurangdilakukan karena KepalaPuskesmas menganggap petugassudah professional dalammelaksanakan program ASIeksklusif.5. Variabel pengawasan

    Pemantauan di wilayahsetempat dan di dalam teknispelayanan program pemberian ASIeksklusif dilakukan dengan melihatpencatatan dan pelaporan bulananyang dibuat oleh petugas gizi. Dalamhasil kinerja semua pihak yangterlibat dinilai belum maksimalkarena keterbatasan tenaga, saranadan dana. Selain itu perilaku ibuyang sangat sulit diubah, sehinggatidak hanya membutuhkan dukungan

    dari petugas kesehatan saja

    melainkan juga dari keluarga.Sedangkan pengawasan yang

    dilakukan oleh Dinas KesehatanKota Semarang dengan memberikansupervisi setiap 6 bulan sekaliterhadap program-program pokok diPuskesmas termasuk ASI eksklusif.

    SARAN1. Bagi Dinas Kesehatan Kota

    SemarangMewajibkan adanya saranaberupa pojok laktasi yaitu suaturuangan yang diperuntukkan bagi

    ibu yang akan menyusui bayinyadi seluruh Puskesmas di kotaSemarang secara menyeluruhuntuk mendukung peningkatanprogram pemberian ASI eksklusifdi kota Semarang

    2. Bagi Puskesmasa. Mengkoordinasikan petugas

    Kesehatan selain petugas gizidan bidan seperti perawat dandokter untuk ikut mendukungatau melaksanakan program

    ASI eksklusif.b. Menyusun perencanaan

    program pemberian ASIeksklusif secara terperinci danterkonsep dan mengusulkanpenambahan sarana danprasarana tidak hanya untukPuskesmas induk Candilamasaja, melainkan juga untukPuskesmas Pembantu Jangli.

    c. Memanfaatkan sarana-prasarana yang tersedia yaitualat peraga, agarpengadaanya menjadi tidaksia-sia.

    d. Membentuk tim sertamenyusun job description yangjelas bagi pelaksana programpemberian ASI eksklusif

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Departemen Kesehatan RI,Direktorat Jendral BinaKesehatan Masyarakat,

  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    10/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    10

    Direktorat Gizi MasyarakatJakarta, 2002.

    2. DEPKES. 2010. Profilkesehatan Indonesia 2010.Kementrian Kesehatan RepublikIndonesia. Diunduh darihttp://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdfpada tanggal 29 Januari 2012

    3. Saragih, Erpinaria. 2009.Perilaku ibu Primipara dalammerawat bayi baru lahir diKelurahan Sukaraja Kecamatan

    Medan Maimun: Skripsi.Fakultas KeperawatanUniversitas Sumatera Utara.2009. Diakses pada tanggal 1Januari 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17142/5/Chapter%20I.pdf

    4. Dinas kesehatan ProvinsiJateng. Buku Saku 2010.(online)(http://www.dinkesjatengprov.go

    .id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdf diaksespada tanggal 1 Maret 2012)

    5. Dinas Kesehatan KotaSemarang. 2011. Hasil Kegiatan

    Anak. Semarang : Depkes6. UNICEF, ASI Eksklusif TekanAngka Kematian Bayi Indonesia,http://situs.kesrepro.info/kia/agu/2006/kia03.htm,diakses tanggal1 September 2007

    7. Standar Pelayanan MinimalBidang KesehatanKabupaten/Kota Di PropinsiJawa Tengah.http://www.jawatengah.go.id/dinkes/new/spm/bab4.htm Diakses

    Tanggal 2 Maret 20128. Dinas Kesehatan Kota

    Semarang. Profil Gizi KotaSemarang Tahun 2010

    9. Moleong, L.J. Metode PenelitianKualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007

    10. Depkes RI. Standar NasionalPP ASI. Jakarta. DepartemenKesehatan RI.2002

    11. Azwar, Azrul. PengantarAdministrasi Kesehatan. PT.

    Binarupa Aksara. Jakarta. 199612. Terry, G.R. Penelaahan Buku

    Principles of Management. BalaiLektur Mahasiswa UNPAD.Bandung. 1980

    http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdfhttp://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdfhttp://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.jawatengah.go.id/dinkes/new/SPM/bab4.htmhttp://www.jawatengah.go.id/dinkes/new/SPM/bab4.htmhttp://www.jawatengah.go.id/dinkes/new/SPM/bab4.htmhttp://www.jawatengah.go.id/dinkes/new/SPM/bab4.htmhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdfhttp://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdfhttp://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdf
  • 7/27/2019 ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOT

    11/11

    JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 97 - 107Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

    11

    1 Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat,

    Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta, 2002.

    2 DEPKES. 2010. Profil kesehatan Indonesia 2010. Kementrian Kesehatan

    Republik Indonesia. Diunduh dari

    http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1489/2/BK2010-

    100212-A.pdfpada tanggal 29 Januari 2012

    3 Dinas kesehatan Provinsi Jateng. Bukun Saku 2010. (online)

    (http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku

    _2010.pdfdiakses pada tanggal 1 Maret 2012)

    4 Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2011. Hasil Kegiatan Anak. Semarang :

    Depkes

    5 UNICEF, ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia,

    http://situs.kesrepro.info/kia/agu/2006/kia03.htm,diakses tanggal 1 September

    2007

    6 Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Gizi Kota Semarang Tahun 2010

    http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdfhttp://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdfhttp://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdfhttp://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1489/2/BK2010-100212-A.pdf