Upload
ngocong
View
306
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS STILISTIKA DALAM KUMPULAN PUISI HUJAN BULAN
JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN RELEVANSI
SEBAGAI PEMBELAJARAN DI SMA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
INAMAS FIRDAUSI AGUSTIN
A310140041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Analisis Stilistika dalam Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko
Damono dan Relevansi sebagai Pembelajaran di SMA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
INAMAS FIRDAUSI AGUSTIN
A310140041
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Surakarta, 25 Juli 2018
Drs. Adyana Sunanda, M.Pd.
NIDN. 0618076201
ii
iii
1
Analisis Stilistika dalam Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi
Djoko Damono dan Relevansi sebagai Pembelajaran di SMA
Abstrak
Penelitian ini mengkaji tiga masalah, yaitu (1) Struktur puisi-puisi dalam Hujan Bulan
Juni, (2) Analisis stilistika puisi-puisi Hujan Bulan Juni, dan (3) Relevansi stilitika puisi-
puisi Hujan Bulan Juni pada pembelajaran sastra di SMA. Tujuan dalam penelitian ini ada
tiga, yaitu (1) Mendeskripsikan struktur puisi-puisi Hujan Bulan Juni, (2) Memaparkan
analisis stilistika puisi-puisi Hujan Bulan Juni, dan (3) Menjelaskan relevansi stilistika
puisi-puisi Hujan Bulan Juni pada pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data yang digunakan
adalah pustaka, simak, dan catat. Keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi.
Teknik analisis data menggunakan analisis alir, yaitu reduksi, penyajian, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian ini ada tiga, yaitu (1) Struktur puisi-puisi dalam Hujan Bulan
Juni, (2) Analisi stilistika puisi-puisi Hujan Bulan Juni yang meliputi (a) gaya bunyi, (b)
gaya kata, (c) bahasa figuratif, dan (d) citraan, dan (3) Relevasi penelitian ini terdapat pada
KD 3.17 dan KD 4.17 kelas X.
Kata kunci: Stilistika, puisi, Hujan Bulan Juni, SMA
Abstract
This research examines three issues, that is (1) the structure of the poems Hujan Bulan
Juni, (2) Analysis of stylistics poems Hujan Bulan Juni, and (3) The relevance of stylistics
poems Hujan Bulan Juni on learning literature in high school. The goals in this research,
that is (1) Describe the structure of the poems Hujan Bulan Juni, (2) Explains the analysis
of stylistic poems Hujan Bulan Juni, and (3) Explains the relevance of stylistics poem
Hujan Bulan Juni on learning literature high school. This research uses qualitative
descriptive method. Data retrieval techniques used are the library, refer to, and note. The
validity of the data used is triangulation. The result of the research there are three, that is
(1) The structure of the poems Hujan Bulan Juni, (2) Analysis of stylistic poems Hujan
Bulan Juni, include (a) the style of sound, (b) the words style, (c) figurative leaguage, and
(d) the imagery, and (3) The relevance of this research there is on Kd 3.17 and KD 4.17, class X.
Keywords: Stylistic, poetry, Hujan Bulan Juni, SMA
1. PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi
setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam sosialnya (Al-Ma`ruf,
2012:1). Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu prosa, puisi,
2
dan drama. Puisi sebagai sebuah karya seni yang dapat dikaji dari berbagai macam
cara.
Dalam sebuah karya sastra, bahasa merupakan unsur penting yang terdapat di
dalamnya. Bahasa dalam karya sastra pasti mengandung unsur keindahan dan
keindahan itu merupakan aspek estetika. Hal tersebut senada dengan pendapat
Nurgiyantoro (2005:272) bahwa bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat
dalam seni lukis, keduanya merupakan unsur bahan, alat, dan sarana yang
mengandung nilai lebih untuk dijadikan sebuah karya. Karya sastra juga bisa dijadikan
bahan ajar guru untuk menambah kreativitas dan wawasan peserta didik.
Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dapat
digunakan sebagai bahan ajar pada pembelajaran sastra kelas X SMA. Puisi-puisi ini
dikaji menggunakan stilistika. Menurut Junus (dalam Al-Ma`ruf, 2012:10)
menyatakan bahwa hakikat stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa dalam
karya sastra.
Bahan ajar disesuaikan dengan beberapa kriteria. Rahmanto (2004:27)
menjabarka ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan
pengajaran sastra yaitu bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya. Penyampaian
materi pembelajaran sastra mengenai analisis stilistika disesuaikan dengan
Kompetensi Dasar yang digunakan di SMA.
Penelitian relevan dan sebagai rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Fransori (2017) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Stilistika Pada Puisi Kepada
Peminta-minta Karya Chairil Anwar”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada
puisi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Eyoh (2001) yang berjudul “African Musical
Rhythm and Poetic Imagination of Clark-Bekederemo’s ‘Return of the Fishermen’”
dengan hasil (1) Irama musik Afrika dalam puisi Clark-Bekederemo diwujudkan
melalui gaya phono dari aliterasi, sajak, dan pengulangan, (2) Puisi yang
diinterpretasikan adalah mengangkat kontroversi di kalangan kritikus, (3) Puisi
tersebut diberikan dalam bentuk ortografi dan fonetik yang diatur ke irama musik.
3
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian berupa kata,
frasa, klausa, dan kalimat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi
Djoko Damono. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer, yaitu
kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, diterbitkan oleh PT
Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2017.
Teknik penggumpulan data menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat.
Teknik ini dilakukan dengan membaca cermat sumber data, kemudian melakukan
penyimakan terhadap sumber data, selanjutnya mencatat data-data yang diperoleh dari
sumber data.
Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk menguji keabsahan data. Teknik
triangulasi yang digunakan triangulasi teori. Sedangkan untuk menganalisis data,
peneliti menggunakan analisis alir, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis stilistika puisi-puisi dalam Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko
Damono
3.1.1 Berjalan Di Belakang Jenazah (BDBJ)
a. Gaya Bunyi
Gaya bunyi dalam puisi BDBJ berupa asonansi /a/, aliterasi /t/, dan
rima akhir /a/, seperti di bawah ini.
Asonansi yag mendominasi adalah vokal /a/. asonansi tersebut
memberikan efek kesedihan.
Berjalan di belakang jenazah angin pun reda
Tak terduga betapa lekas
Siang menepi, melapangkan jalan dunia
Aliterasi /t/ memberikan efek tekanan pada setiap kata.
Tak terduga begitu kosong waktu menghirupnya
Rima akhir /a/ terdapat pada bait kedua.
Di samping: pohon demi pohon menundukkan kepala
4
Di atas: matahari kita, matahari itu juga
Jam mengambang diantaranya
Tak terduga begitu kosong waktu menghirupnya
b. Gaya Kata
Pada puisi BDBJ terdapat kata yang memiliki makna denotasi dan
makna konotasi, seperti di bawah ini.
Berjalan di belakang jenazah angin pun reda
Kata jenazah pada kutipan di atas termasuk makna denotasi, sesuai
arti dalam kamus, yaitu badan atau tubuh seseorang yang sudah mati. Kata
tersebut lebih dipilih Sapardi daripada jasad.
Siang menepi, melapangkan jalan dunia
Ada dua kata konotatif pada puisi BDBJ, yaitu siang menepi dan
melapangkan jalan dunia. Siang menepi yang berati sore hari, dan
melapangkan jalan dunia yan memiliki arti perjuangan manusia di dunia
sudah berakhir.
Berjalan di belakang jenazah angin pun reda
…
Di samping: pohon demi pohon menundukkan kepala
Kata angin dan pohon termasuk kata dengan objek realitas alam guna
melukiskan keadaan dan suasana.
c. Bahasa Figuratif
Jam mengerdip
…
Di samping: pohon demi pohon menundukkan kepala
Terdapat majas personifikasi dalam puisi BDBJ, yaitu mengerdip dan
pohon demi pohon menundukkan kepala. Kata tersebut seolah-olah
memeragakan apa yang bisa dilakukan manusia, seperti kedip yaitu
gerakan kelopak mata dan menundukkan kepala.
5
d. Citraan
Terdapat citraan penglihatan dan citraan gerak dalam puisi BDBJ,
seperti di bawah ini.
Di samping: pohon demi pohon menundukkan kepala
Di atas: matahari kita, matahari itu juga
Kata “di samping” dan “di atas” dimanfaatkan untuk merangsang
pembaca agar seolah-olah melihat hal yang tertulis secara nyata. Hal yang
tertulis pada kutipan di atas adalah pohon dan matahari.
Jam mengerdip
Kata mengerdip di atas berasal dari kata dasar kedip, gerakan
kelopak mata. Jadi, arti dari jam mengerdip itu pergerakan detik jam
seperti gerakan kelopak mata.
3.1.2 Dalam Sakit
a. Gaya Bunyi
Gaya bunyi yang mendominasi yaitu asonansi /a/ dan rima akhir
berpola a-a-b-b.
Asonansi /a/ memberikan efek perenungan
Percakapan merendah, kita kembali menanti-nanti
Siapa lagi menjemputmu berangkat berduka
Di ruangan ini kita gaib dalam gema, di luar malam hari
Rima akhir berpola a-a-b-b.
Di ruangan ini kita gaib dalam gema. Di luar malam hari
Mengendap, kekal dalam rahasia
Kita pun setia memulai percakapan kembali
Seakan abadi, menanti-nanti lonceng berbunyi
b. Gaya Kata
Kata yang terdapat pada puisi DS menggunakan kata yang
bermakna denotasi dan konotas, kata konkret, seperti di bawah ini.
…. Di luar malam hari
6
Makna denotasi pada penggalan puisi di atas adalah malam hari.
Sesuai dengan arti dalam kamus kata tersebut juga termasuk kata
keterangan waktu.
Percakapan merendah
…
Siapa lagi menjemputmu berangkat berduka
Mengendap, kekal dalam rahasia
Kata konotasi tidak terlalu banyak, yaitu percakapan merendah,
berangkat berduka, dan kekal dalam rahasia. Percakapan merendah yang
berarti percakapan tersebut hampir habis, sudah berada di akhir
pembahasan. Berangkat berduka yang berarti siapa yang akan
mengantarkan ketika seseorang telah meninggal dunia. Sedangkan kekal
dalam rahasia mengandung arti abadi dalam ketidak tahuan, karena kita
sebagai manusia tidak tau kapan akan meninggal.
Waktu lonceng berbunyi
Penggalan puisi di atas hampir semua termasuk kata konkret. Frasa
“lonceng berbunyi” memiliki makna lugas.
c. Bahasa Figuratif
Waktu lonceng berbunyi
Percakapan merendah, kita kembali menanti-nanti
Kau berbisik: siapa lagi akan tiba
Siapa lagi menjemputmu berangkat berduka
Terdapat gaya kalimat klimaks pada penggalan puisi di atas, karena
setiap kalimat mempunyai urutan yang semakin lama semakin meningkat,
penyebutannya di awali dengan sederhana.
Waktu lonceng berbunyi
Percakapan merendah
Penggalan puisi di atas termasuk anastrof, karena semacam gaya
retoris yang diperbolehkan dengan pembalikan susunan kata yang biasa
dalam kalimat.
7
d. Citraan
Waktu lonceng berbunyi
Citraan yang dimanfaatkan adalah citraan pendengaran. Penyair
ingin pembaca seolah-olah juga mendengarkan suara yang berasal dari
lonceng.
3.1.3 Mata Pisau
a. Gaya Bunyi
Gaya bunyi yang mendominasi adalah asonansi /a/ dan aliterasi /t/.
Asonansi /a/ memberikan efek nada datar pada setiap baris puisi.
Kau yang baru saja mengasahnya
Yang tersedia di atas meja
Ia berkilat terbayang olehnya urat lehermu
Aliterasi /t/ memberikan efek penekanan terhadap sesuatu.
Mata pisau tak berkejap menatapmu
Ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
b. Gaya Kata
Berpikir: ia tajam untuk mengiri apel
Sehabis makan malam
Ada dua kata denotasi pada penggalan puisi karya Sapardi, yaitu kata
apel dan malam hari. Kata apel tersebut merujuk pada buah, sedangkan
makan malam yaitu keadaan makan pada waktu malam hari.
Mata pisau itu tak berkejap menatapmu
Mata pisau pada kutipan di atas memiliki makna konotasi. Kata
tersebut mengandug arti bahwa pisau itu memiliki dua sisi, yaitu sisi
positif dan sisi negatif.
c. Bahasa Figuratif
Mata pisau itu tak berkejap menatapmu
Penggalan puisi di atas termasuk majas personifikasi. Sapardi
memanfaatkan majas ini untuk memberikan sifat manusia pada benda
mati, yaitu mata pisau yang seakan-akan memiliki mata seperti manusia
pada umumnya.
8
d. Citraan
Berpikir: ia tajam untuk mengiris apel
Yang tersedia di atas meja
Penggalan puisi di atas merupakan citraan penglihatan. Sapardi
menginginkan pembaca membayangkan bahwa ada apel yang berada di
atas meja, kemudian mengirisnya dengan pisau tajam yang sudah diasah
tadi.
3.1.4 Hujan Bulan Juni
a. Gaya Bunyi
Terdapat asonansi /a/ dan aliterasi /n/ pada gaya bunyi puisi HBJ.
Asonansi /a/ memberikan efek kesedihan, terlihat dari setiap barisnya.
Aliterasi /n/ juga bisa memberikan penekanan terhadap sesuatu.
Asonansi /a/ seperti di bawah ini.
Tak ada yang lebih tabah
Tak ada yang lebih bijak
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Tak ada yang lebih arif
Diserap akar pohon bunga itu
Aliterasi /n/ seperti di bawah ini.
Dari hujan bulan juni
b. Gaya Kata
Dirahasiakannya rintik rindunya
Sapardi memanfaatkan kata konotasi dalam puisi HBJ, yaitu rintik
rindunya. Kata tersebut mengandung arti secara tersirat, yaitu rindu yang
terus ada, yang berjatuhan seperti rintik hujan.
c. Bahasa Figuratif
Kata konkret juga digunakan sapardi dalam puisi Hujan Bulan Juni,
kutipannya seperti di bawah ini.
Dari hujan bulan juni
Kepada pohon berbunga itu
Yang ragu-ragu di jalan itu
9
Diserap akar pohon bunga itu
d. Citraan
Tidak terdapat citraan pada puisi Hujan Bulan Juni.
3.1.5 Aku Ingin
a. Gaya Bunyi
Asonansi yang paling mendominasi adalah vokal /a/. vokal /a/
tersebut memberikan efek kesedihan bagi pembaca apabila dibaca secara
keseluruhan, seperti di bawah ini.
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
b. Gaya Kata
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Kata denotasi yang dimanfaatkan Sapardi pada kutipan puisi di atas
tidak banyak, yaitu kata sederhana. Kata tersebut memiliki arti tidak
berlebih-lebihan.
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Selain itu, juga terdapat kata konkret pada penggalan puisi di atas,
yaitu kayu dan abu.
c. Bahasa Figuratif
Dengan kata yang tak sempat terucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
…
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Majas personifikasi terdapat dalam penggalan puisi Aku Ingin, yaitu
dengan memberikan sifat manusia kepada kayu, api, awan, dan hujan.
Kaya yang dapat mengucapkan sesuatu kepada api dan awan yang dapat
menyampaikan sesuatu kepada hujan.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
10
Dengan kata yang tak sempat terucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Selain itu, repetisi juga terdapat dalam puisi Aku Ingin karya
Sapardi. Bisa dilihat puisi di atas. Dan repetisi ada lagi pada puisi PSHN,
seperti di bawah ini
d. Citraan
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Kutipan di atas termasuk citraan penglihatan. Citraan itu terlihat pada
kata isyarat, karena seolah-olah hujan melihat isyarat yang diberikan oleh
awan yang menjadikannya tiada, tetapi dalam puisi tersebut awan tidak
memberikan isyarat apa-apa kepada hujan.
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Kutipan di atas terdapat citraan gerak. Citraan yang menunjukkan
gerak terlihat pada kata “isyarat”. Kata tersebut berarti segala sesuatu
gerakan tangan, anggukan kepala, dan sebagainya yang dilakukan
manusia.
3.1.6 Pada Suatu Hari Nanti
a. Gaya Bunyi
Terdapat asonansi /a/ dan /k/ yang mendominasi pada puisi
PSHN, dan rima akhir /i/. Asonansi tersebut memberikan efek
khayalan, waktu yang belum pasti. Aliterasi /k/ memberikan efek nada
tinggi. Data tersebut seperti di bawah ini.
Asonansi /a/.
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
11
Aliterasi /k/.
Kau takkan kurelakan sendiri
Kau akan tetap kusiasati
Kau takkan letih-letihnya kucari
Rima akhir /i/.
nanti
lagi
ini
sendri
b. Gaya Kata
Pada suatu hari nanti
Kata nanti pada penggalan puisi di atas memiliki arti akan, kelak,
waktu yang belum bisa ditentukan, dan lain-lain. Arti tersebut juga sesuai
pada KBBI.
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Sapardi memanfaatkan kata abstrak dalam puisi PSHN, yaitu
terdapat pada kutipan puisi di atas. Kata impian tersebut tidak berwujud,
tidak berbentuk, karena hanya ada dalam anggan atau pikiran seseorang.
c. Bahasa Figuratif
Impianku tak dikenal lagi
Kutipan di atas memanfaatkan majas personifikasi. Majas yang
seolah-olah seperti manusia, yaitu impian. Impian pada kutipam tersebut
seperti nama manusia, yang suatu saat nanti entah kapan tidak dikenal lagi
d. Citraan
Tidak terdapat citraan dalam puisi Pada Suatu Hari Nanti.
3.2 Relevansi Stilistika puisi-puisi dalam Hujan Bulan Juni Karya Sapardi
Djoko Damono
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah selain mengajarkan bahasa pasti
juga mengajarkan sastra. Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
12
tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Pengajaran sastra bukan hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi
mengajarkan sikap terhadap nilai-nilai (Rusyana, 1982: 10). Bahan pengajaran
yang akan disampaikan kepada peserta didik harus sesuai dengan kemampuan,
sesuai dengan tingkatan para peserta didik, dan sesuai dengan KD yang
diajarkan.
Dalam dunia pendidikan, hadirnya Kurikulum 2013 (K13) diharapkan
membawa perubahan dalam pembelajaran kemampuan bersasrta, adapun
Kompetensi Inti yang sesuai dengan pembelajaran puisi di SMA kelas X
semester II pada KD 3.17. dan KD 4.17. Maka, kumpulan puisi Hujan Bulan
Juni karya Sapardi Djoko Damono relevan dengan pembelajaran sastra di
SMA.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan yang telah dilakukan dalam Skripsi
yang berjudul “Analisis Stilistika dalam Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya
Sapardi Djoko Damono dan Relevansi sebagai Pembelajaran di SMA” diperoleh
beberapa simpulan sebagai berikut.
1. Unsur stilistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya bunyi, gaya kata,
bahasa figurative, dan citraan. Gaya bunyi terdiri dari asonansi, aliterasi, dan rima
akhir. Gaya kata terdiri dari denotasi, konotasi, kata abstrak, kata konkret. Bahasa
figurative terdiri dari majas personifikasi. metafora, repetisi, dan klimaks. Citraan
terdiri dari penglihatan, gerak, dan pendegaran.
2. Analisis stilistika relevan dengan KD yang terdapat pada kurikulum, dan sudah
sesuai. KD tersebut yaitu KD 3.17. dan KD 4.17 pada kelas X semester II.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma`ruf, Ali Imron. 2012. Stilistika: Teori, Metode dan Aplikasi Pengkajian Estetika
Bahasa. Surakarta: CakraBooks.
Fransori, Arinah. 2017. “Analisis Stilistika Pada Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil
Anwar.” DEIKSIS, 9(1): 1-12.
13
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahmanto, B. 2004. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Rusyana, Rus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.