43
ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DE33SA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROPOSAL PENELITIAN OLEH: YEFRI TRADUS SELE 31 07 0063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TIMOR KEFAMENANU

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dalam khazanah kesusastraan suku Timor, tradisi sastra lisan, baik yang berbentuk syair maupun prosa, merupakan corak kekhasan tersendiri yang terbangun melalui sejarah yang panjang dari para leluhur. “Toes Nono Mnah Ba” sebagai salah satu sastra lisan yang dituturkan dalam bentuk jenis puisi biasa, namun memiliki keunikan atau arti yang sangat mendalam

Citation preview

Page 1: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA

SUKU SELE DE33SA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN

KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

YEFRI TRADUS SELE31 07 0063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIMOR

KEFAMENANU

2012

Page 2: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

LEMBARAN PENGESAHAN

Propasal yang berjudul “ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN” telah disahkan oleh pembimbing pada hari…….............., tanggal….., bulan……….……. Tahun 2012.

Pembimbing I Pembimbing II

Maria Prisila Oki, S.Pd., M.Hum. Maria M. N. Nahak, S.Pd., M.Hum. NIP 19760717200501 2 001 NIP 19690816200501200

Mengetahui

Ketua Program Studi

Maria M. N. Nahak, S.Pd., M.Hum. NIP 19690816200501200

Page 3: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

KATA PENGANTAR

Dalam langkah yang tersendat-sendat, penulis hampir menyita waktu

dalam menyelesaikan proposal ini. Namun, sang aktor kehidupan tidak pernah

membiarkan anak bangsa untuk berhenti berkarya di bawah tenda langit yang

penuh misteri ini, sehingga penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan proposal yang berjudul “ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI

TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN

AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN”

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini dapat diselesaikan atas

berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Yoseph Nahak Seran, S.Pd., M.Si. sebagai dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

menyelesaikan proposal ini.

2. Maria M. N. Nahak, S.Pd., M.Hum. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah sekaligus sebagai pembimbing II yang

telah memberikan persetujuan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal

ini.

3. Maria Prisila Oki, S.Pd., M.Hum. sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Page 4: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

4. Para dosen program studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia serta

karyawan/i yang telah membantu penulis.

5. Kedua orang tuaku (Bapak Kain Sele dan Ibu Helena Banunaek) yang telah

membesarkan, memotivasi dan mempercayai penulis hingga saat ini.

6. Kekasih tercinta Yusmina Eliseba Hauoni, S.Pd yang selalu setia menemani

penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

7. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran yang konstruktif penulis sangat mengharapkan demi

penyempurnaan proposal ini.

Kefamenanu, ................2012

Penulis

Page 5: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL...................................................................................................................i

PENGESAHAN....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................7

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................8

1.5 Batasan Konsep..........................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Analisis Struktur........................................................................................12

2.2 Fungsi.........................................................................................................17

2.3 Sastra Lisan Toes.......................................................................................18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian......................................................................................19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................19

3.3 Data Dan Sumber Data.............................................................................20

3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................20

3.5 Teknik Analisis Data.................................................................................21

3.6 Jadwal Penelitian......................................................................................22

3.7 Biaya Penelitian........................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

Page 6: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sastra berasal dari bahasa sansakerta ”shastra” yang artinya adalah

tulisan yang mengandung intruksi atau pedoman. Kata ini biasa digunakan

untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki

arti atau keindahan tertentu.

Berbicara mengenai sastra berarti kita sedang berbicara mengenai

keindahan berbahasa. Kesusastraan adalah sebuah unsur kebahasaan yang

mempunyai nilai-nilai estetik yang tinggi. Berbicara mengenai sastra berarti

kita mencoba untuk menggali nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam

bahasa itu sendiri (struktur dan fungsinya).

Karya sastra merupakan sebuah struktur, sehingga karya sastra itu

merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem. Kalimat disamping

mengandung arti bahwa antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal

balik dan saling menentukan. Struktur memiliki tiga ide dasar, yaitu ide

kesatuan, ide transformasi dan ide pengaturan diri sendiri (Hawkes, 1978:

16). Pertama, struktur itu merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-

bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu.

Kedua, struktur itu berisi gagasan tranformasi dalam arti bahwa struktur itu

tidak statis. Struktur itu mampu melakukan prosedur transformasional, dalam

arti bahan-bahan baru diproses dengan prosedur dan melalui prosedur itu.

Ketiga, struktur itu mengatur diri sendiri, dalam arti struktur itu tidak

Page 7: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

memerlukan pertolongan bantuan dari luar dirinya untuk mensahkan prosedur

transformasinya. Setiap unsur mempunyai fungsi tertentu berdasarkan aturan

dalam struktur itu.

Dalam kemasyarakatan, sastra memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.

1. Fungsi rekreatif

Sastra berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat karena

mengandung unsur keindahan

2. Fungsi didaktis

Sastra memiliki fungsi pengajaran karena bersifat mendidik dan

mengandung unsur kebaikan dan kebenaran

3. Fungsi estetis

Sastra memiliki unsur dan nilai-nilai keindahan bagi para pembacanya.

4. Fungsi moralitas

Sastra mengandung nilai-nilai moral yang menjelaskan tentang yang baik

dan yang buruk serta yang benar dan yang salah.

5. Fungsi religius.

Sastra mampu memberikan pesan-pesan religius untuk para pembacanya.

Dalam kesusastraan, sastra dibagi menjadi dua, yaitu sastra tulis dan

sastra lisan. Sastra lisan merupakan karya sastra yang dapat kita temukan

dalam masyarakat atau diwariskan secara turun temurun dalam bentuk lisan.

Dalam hal ini, sastra lisan dapat disebut sebagai folklor. Folk merupakan

sebuah komunitas masyarakat tertentu yang memiliki ciri-ciri budaya yang

sama. Sedangkan lore merupakan sebagaian kebudayaan masyarakat yang

Page 8: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

disampaikan secara turun temurun dalam bentuk lisan. Jadi, folklor atau

sastra lisan adalah suatu kebudayaan yang dimiliki oleh sekelompok

masyarakat tertentu yang diperoleh secara turun-temurun dari mulut ke mulut

secara lisan.

Bahasa Dawan merupakan salah satu bahasa daerah di pulau Timor

yang juga adalah bagian dari kesusastraan. Atoni Meto selalu menggunakan

bahasa Dawan dalam komunikasi sehari-hari. Bagi “Atoni Pah Meto” atau

orang-orang Timor (suku Dawan), selalu menyebut bahasanya dengan istilah

“lais Meto, uab Meto atau molok Meto”, yang berarti hal, masalah atau

sesuatu yang perlu dibicarakan, “uab” atau “molok”, artinya bahasa, ucapan

dan pembicaraan, “Meto” artinya kering, karena kata “Meto” berhubungan

langsung dengan masyarakatnya yang mendiami atau tinggal di daerah kering

dan mengolah lahan kering. Hal ini dapat dipahami bahwa suku “Atoni Pah

Meto” tidak mengenal budaya tulis, namun yang dikenal adalah budaya lisan.

Selain bahasa Meto merupakan alat komunikasi dalam keluarga dan

masyarakat, bahasa Meto juga merupakan lambang kebanggaan masyarakat

Timor, bahasa Meto juga menunjukkan identitas kedaerahan, yang mana

bahasa Meto juga digolongkan ke dalam sastra lisan.

Dalam khazanah kesusastraan suku Timor, tradisi sastra lisan, baik

yang berbentuk syair maupun prosa, merupakan corak kekhasan tersendiri

yang terbangun melalui sejarah yang panjang dari para leluhur. Di dalam

tradisi masyarakat Timor, secara simultan meniscayakan terjadinya dialektika

budaya yang saling mengisi dan melengkapi. Ekspresi estetik tradisi sastra

Page 9: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

lisan Dawan dalam bentuk doa (onen atau toes), sumpah adat (tabison fanu),

ceritera-ceriteraa historis (nu’u), narasi adat (natoni atau takanab) dan

sebagainya. Meskipun demikian, karya sastra lisan daerah tersebut penulis

memfokuskan kajian pada “Toes Nono Mnah Ba”, termasuk salah satu tradisi

sastra lisan yang diucapkan atau dituturkan dalam tradisi bertani “Atoni Pah

Meto”, khususnya pada suku Sele, yang biasanya dilaksanakan pada

permulaan atau awal mnah ba’ (makan jagung muda).

Dalam upacara “Toes Nono Mnah Ba” biasanya dipimpin oleh

“A’ naet” atau anak Sulung untuk memberkati setiap kepala keluarga dan

seluruh anggota keluarga yang menghadiri upacara “Toes Nono Mnah Ba”,

sehingga “mnah ba” yang akan dinikmati dapat menjadi berkah. Ritus “mnah

ba” biasanya dilakukan di lopo mnasi (rumah adat) Suku Sele yang disebut

lopo mnasi Fatusene.

Toes merupakan salah satu bentuk tuturan adat yang ada dalam

masyarakat Meto dalam melakukan suatu kegiatan. “Toes Nono Mnah Ba”

sebagai salah satu sastra lisan yang dituturkan dalam bentuk jenis puisi

biasa, namun memiliki keunikan atau arti yang sangat mendalam. Masyarakat

Amanatun Selatan, khususnya Desa Lanu dan terlebih khusus lagi pada Suku

Sele selalu mengadakan upacara tersebut pada setiap tahun dengan penuturan

“Toes Nono Mnah Ba”. Upacara ini bertujuan untuk memohon kepada Tuhan,

Raja Alam Semesta, para leluhur, maupun dewa-dewa, (Uisneno, haote in

tuan ma in usin), yang dianggap mempunyai kekuatan untuk menjauhkan

malapetaka, terutama sakit-penyakit, kematian dan kelaparan. Selain itu juga,

Page 10: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

upacara tersebut bertujuan untuk melakukan pemujaan atau penghormatan

kepada dewa dan roh nenek moyang.

Sesuai dengan informasi yang penulis peroleh dari beberapa informan,

maka “Toes Nono Mnah Ba” hanya dikusai oleh orang-orang tertentu saja

yang disebut mafefa (tua adat), Sedangkan mafefa menurut Tarno adalah

penyair lisan (lais tonis).

Penyair lisan (Lasi Tonis) dalam masyarakat Timor diyakini

merupakan orang yang diberkati dan memiliki kekuatan magis religius

(Tarno, 1993: 16). Dia dipercaya memegang peranan utama dalam

melaksanakan segala pelaksanaan upacara adat. Di desa-desa di seluruh NTT,

sastra lisan bukanlah hal yang asing. Mereka yang menguasai, mendengar,

memahami dan menghayati sastra, diaggap tinggi kedudukannya. Mafefa (tua

adat) sering dilukiskan sebagai orang berilmu “tinggi” dan memiliki

kedudukan tinggi dalam masyarakat karena menguasai “cipta sastra”.

Tuturan-tuturannya dianggap lebih berharga dari pada mutiara. Kata-katanya

dianggap menyampaikan dan menunjukkan kebenaran. Sastra lisan telah

menjadi perbendaharaan kehidupan rohani masyarakat, khususnya

masyarakat yang hidup di pedesaan.

Dilihat dari bentuknya, “Toes Nono Mnah Ba” merupakan puisi yang

sangat sederhana, yakni terdiri dari satu bait empat baris. Dalam

kesederhanaan bentuk toes, penulis melihat ada nilai yang sangat istimewa

yang memiliki struktur dan fungsi dalam upacara “Toes Nono Mnah Ba”.

Page 11: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Toes merupakan salah satu jenis puisi yang dituturkan pada saat

sebelum upacara pembukaan makan jagung muda. Toes ini biasanya dipimpin

oleh A’naet (anak Sulung), dimana telah dipersiapkan sesajian seperti jagung,

kacang-kacangan, sain (sesawi), serta hewan kurban (babi) yang sudah

diletakkan pada tikar besar yang sudah dibentangkan dalam rumah adat (nahe

naek). Dengan cara seperti ini, maka A’naet langsung mengungkapkan atau

menuturkan dalam wujud tindakan ritual adat. Pada hakekatnya, toes

merupakan doa (onen) yang artinya doa adat untuk melakukan komunikasi

intensif dengan arwah leluhur (haote in uisne ma in tuan).

Sesuai dengan penjelasan Toes Nono Mnah Ba’di atas maka upacara

yang dilakukan oleh Suku Sele sebagai bagian dari kebudayaan suku Timor,

isinya menunjukkan kekayaan rohani dalam bentuk nilai-nilai moral, gagasan,

cita-cita, dan pedoman hidup masyarakat Timor (Desa Lanu, Kabupaten

Timor Tengah Selatan) pada masa lampau baik tentang manusia secara

pribadi maupun manusia dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan

hidupnya.

Bertolak dari penjelasan di atas, secara terperinci alasan penulis

melakukan penelitian ini yaitu mengingat Toes Nono Mnah Ba’ ditengarai

terdapat nilai-nilai luhur bangsa, isinya menunjukkan kekayaan rohani dalam

bentuk nilai-nilai moral, gagasan, cita-cita, dan pedoman hidup masyarakat

Timor (Desa Lanu, Kabupaten Timor Tengah Selatan) pada masa lampau

maka Toes Nono Mnah Ba’ ini perlu dilestarikan atau diawetkan. Salah satu

cara melesatarikan sastra lisan Timor, yaitu dengan melakukan penelitian

Page 12: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

melalui aspek perekaman dan pendokumentasian. Selain alasan di atas juga

penulis memiliki alasan yang berkaiatan dengan besik ilmu yang penulis

geluti saat ini. Dalam kaitannya dengan pengajaran sastra di Perguruan

Tinggi, lebih utamanya Mata Kuliah Sastra Daerah, antara lain terdapat

pokok bahasan tentang struktur dan fungsi sastra lisan.

Dengan mengacu pada kedua alasan di atas, maka penulis ingin

mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS STRUKTUR DAN

FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU

KACAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR

TENGAH SELATAN”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur “Toes Nono Mnah Ba” pada suku Sele Desa Lanu

Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten TTS?

2. Apasajakah fungsi “Toes Nono Mnah Ba” pada suku Sele Desa Lanu

Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten TTS?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah:

Page 13: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

1. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

a) untuk mengetahui dan mendeskripsikan Stuktur “Toes Nono Mnah Ba”

dan menerjemahkan.

b) untuk mengetahui fungsi dan menganalisis “Toes Nono Mnah Ba” agar

dimasukan kedalam jenis sastra, khususnya puisi.

2. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk melestarikan tuturan adat tradisional masyarakat “Atoni Pah

Meto” yang menjadi kekayaan budaya wilayah kabupaten Timor

Tengah Selatan.

2. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang perlu dilestarikan dalam

ungkapan sastra lisan suku “Atoni Pah Meto”.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat dari penelitian, yaitu:

a) untuk mempelajari makna budaya sastra lisan yang terkandung dalam

upacara “Toes Nono Mnah Ba”.

b) untuk mengkaji kembali ilmu sastra yang telah punah di tengah-tengah

kehidupan masyarakat bagi ilmu sejarah dan adat istiadat.

2. Manfaat Praktis

a) untuk memperkenalkan kekayaan budaya tradisional dan nilai-nilai

budaya pada generasi berikutnya.

Page 14: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

b) untuk menjadi motivasi bagi masyarakat “Atoni Pah Meto”, untuk

mewariskan kebudayaan tradisional yang tidak mendapatkan

perhatian dan hampir punah.

1.5 Batasan Konsep

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah

yang berkaitan dengan judul penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan

tentang istilah-istilah yang diperlukan sebagai berikut.

a. Analisis

Analisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk

memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan atau

berhubungan (Taum, 1992: 29).

b. Struktur

Struktur merupakan sesuatu yang disusun secara teratur, sacara

keseluruhan yang utuh dan bagian-bagian lainnya yang membentuk karya

sastra yang tidak dapat berdiri sendiri dengan unsur-unsur lainnya

(Dalnandjaya, 1984: 192).

c. Fungsi

Fungsi adalah suatu kegunaan atau faal yang diambil dalam

melakukan sesuatu.

d. Toes

Toes merupakan salah satu bentuk tuturan yang ada dalam

masyarakat “Atoni Pah Meto” dalam melakukan suatu kegiatan

(Wilhelmus, 2001: 122).

Page 15: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

e. Sastra Lisan

Menurut Rafiek (2010: 53), menyatakan bahwa sastra lisan adalah

karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut kemulut seara turun

temurun.

f. Meto

Meto adalah sebutan bagi suku yang mendiami pulau Timor yang

kebanyakan orang menyebutnya Dawan. Namun dalam penelitian ini,

penulis lebih cenderung menyebutnya sebagai suku “Meto”, yang artinya

kering, karena orang-orangnya tinggal di daratan pedalaman lahan kering.

g. Toes Nono Mnah Ba’

Toes merupakan salah satu jenis puisi yang dituturkan pada saat

upacara pembukaan makan jagung muda. Toes ini biasanya dipimpin oleh

A’naet (anak Sulung), dimana telah dipersiapkan sesajian seperti jagung,

kacang-kacangan, sain (sesawi), serta hewan kurban (babi) yang sudah

diletakkan pada tikar besar (nahe naek) yang sudah dibentangkan dalam

rumah adat (lopo naek). Dengan cara seperti ini, maka A’naet langsung

mengungkapkan atau menuturkan dalam wujud tindakan ritual adat. Pada

hakekatnya, toes merupakan doa (onen) yang artinya doa adat untuk

melakukan komunikasi intensif dengan arwah leluhur (haote in uisne ma

in tuan).

h. Folklore

Kata folklor berasal dari kata bahasa inggris folklore. Kata itu adalah

kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan lore. Folk yang sama

arti dengan kata kolektif (collectivity). Menurut Dundes (dalam Danandjaja,

Page 16: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

2007 : 1) folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenalan

fisik sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-

kelompok lain.

Jadi Folk adalah sinonim dengan kolektif, yang juga memiliki cirri-

ciri pengenalan fisik atau kebudayaam yang sama, serta mempunyai

kesadaran kepribadian sebagai suatu kesatuan masyarakat. Sedangkan lore

adalah tradisi folk yaitu sebgian kebudayaannya, yang diwariskan secara

turun temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan

gerak isyarat atau pembantu pengingat (Memonic Device).

Jadi folklore adalah sebgain kebudayan suatu kolektif yang tersebar

dan diwariskan secara turun-temurun, diantara kolektif macam apasaja, secara

tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh

yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (memonic

device)

.

Page 17: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Tulisan ini merupakan karya ilmiah yang membutuhkan

pertanggungjawaban sacara ilmiah. Oleh karena itu, harus dibangun atas

dasar karya sastra yang relevan dan dijadikan sebagai kerangka konseptual

dalam penelitian ini, sehingga teori yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai acuan, yaitu teori strukturalisme.

2.1 Teori Struktur

Menurut Abrams (Pradopo, 2002: 21), karya sastra itu adalah sesuatu

yang mandiri, bebas dari pengaruh sekitarnya, baik pengarang dan pembaca.

Dari pengertian ini konsep struktur dalam karya sastra mengutamakan

totalitas. Pengertian ini diperkuat oleh Teeuw (Pradopo, 2002: 72, 276)

bahwa struktur itu murni untuk membongkar apa yang membentuk karya

sastra. Hubungan pengertian para ahli ini dengan konsep struktur yang

diaplikasikan dalam penelitian Toes Nono Mnah Ba’ adalah bangun struktur

puisi.

Yang dimaksud dengan struktur adalah keseluruhan hubungan antara

berbagai unsur sebuah teks, sedangkan teori strukturalisme menekankan

fungsi karya sastra sebagai sebuah struktur yang otonom atau sebagai sebuah

kesatuan yang organik. Hal ini terlihat pada pendekatan struktural yang

dikemukakan oleh Teeuw (1984: 135) dan Pradopo (1993: 117) pada

Page 18: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

prinsipnya melihat karya sastra secara otonom, sehingga dalam

pemahamannya harus secara keseluruhan.

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan sastra yang

cukup tua dalam perkembangan sastra dari segi analisis ciri-ciri intrinsik pada

pendekatan struktural.

Bagi peneliti sastra, analisis struktural merupakan tugas utama atau

pekerjaan pendahuluan, karena karya sastra merupakan dunia dalam kata

yang mempunyai kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat dipahami dan

dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam

keseluruhan karya sastra.

Teeuw (Sukada, 1987: 30-31), merumuskan kembali pandangannya

itu dalam kutipan berikut “strukturalisme membawa (kembali) perolehan

yang langgeng, dalam artian bahwa analisis struktur sebuah karya merupakan

prasarana bagi studi manapun juga yang lebih lanjut, pada esensi pendekatan

strukturalis terhadap karya sastra tak lain dan tak bukan usaha untuk

membaca dan memahami sebaik mungkin binaan kata itu”.

Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan,

gambaran, bagian yang menjadi satu komponen yang secara bersama-sama

membentuk kebulatan yang indah dalam memahami sastra lisan meto.

Pradopo (dalam Hawkes, 1995: 75) mengemukakan bahwa prinsip

strukturalisme ialah karya sastra itu merupakan struktur yang unsur-unsurnya

saling berkaitan erat dengan unsur lainnya atau secara keseluruhan.

Page 19: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Roman Ingarden menyatakan bahwa, “Puisi” (sajak) merupakan

sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis

sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata.

Bangun struktur puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat

diamati secara visual (Danandjaya, 1984: 93). Unsur-unsur tersebut meliputi

diksi atau pilihan kata, bunyi (rima, irama), larik atau baris, bait, gaya bahasa

dan makna.

Karya sastra tidak hanya merupakan sebuah sistem norma karena

system ini terdiri dari beberapa strata atau lapis norma. Roman Ingarden

(dalam Pradopo, 1987: 14).

1. Diksi atau Pilihan Kata

Diksi puisi adalah kata-kata yang dipilih dan disusun dengan cara

sedemikian rupa, sehingga artinya dapat menimbulkan suatu maksud untuk

memahami imajinasi ekstrinsik, Barfield (dalam Pradopo, 2002: 54).

Diksi merupakan salah satu aspek penting yang dianalisis dalam

puisi. Diksi adalah pilihan kata penyair. Penyair hendak mencurahkan

perasaan dan isi pikirannya seperti apa yang ada di batinnya. Selain itu

tentunya penyair juga ingin mengekspresikan perasaannya dan

pengalaman jiwanya sehingga harus dipilih kata-kata yang tepat.

Barfield (dalam Pradopo, 1987: 54) mengemukakan bahwa bila

dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya

menimbulkan atau dimaksudkan menimbulkan imajinasi estetik, maka

hasilnya itu disebut ‘diksi puitis’.

Page 20: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Pada akhirnya penyair harus lebih cermat dalam memilih kata

untuk mengungkapkan atau mengekspresikan pengalaman jiwanya secara

padat dengan mempertimbangkan perbedaan arti yang sekecil-kecilnya

dengan cermat.

2. Bunyi

Bunyi adalah sesuatu yang didengar atau ditangkap oleh telinga.

Ada beberapa unsur bunyi, yaitu:

a. Rima

Rima adalah bunyi yang berselang dan berulang, baik di dalam

larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi. Bunyi dalam puisi

menghasilkan rima dan ritme. Rima merupakan pengulangan bunyi

yang ada dalam puisi untuk menghasilkan efek yang lebih merdu.

Pengulangan bunyi membentuk musikalitas atau orkestra. Khusus

berarti persamaan bunyi atau dalam istilah tradisional disebut sajak.

Secara luas rima menyangkut perpaduan bunyi konsonan dan vokal

untuk membangun orkestrasi atau musikalitas (Waluyo, 1987: 90).

Penciptaan rima dalam sebuah puisi bisanya juga memiliki tujuan

khusus yaitu menciptakan makna.

b. Irama

Irama adalah paduan bunyi yang menimbulkan unsur

musikalitas, baik berupa alunan keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-

pendek dan kuat-lemah, yang keseluruhannya mampu menumbuhkan

kemerduan, kesan suasana serta makna tertentu (Amimuddin, 2000:

137).

Page 21: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

c. Ragam bunyi

Ragam bunyi meliputi:

1. Euphony

Bunyi euphony adalah ragam bunyi yang mampu menuansakan

suasana keriangan, totalitas maupun gerak berupa bunyi vokal yang

mengandung unsur yang sangat menyenangkan (Aminuddin, 2000:

138).

2. Cocophony

Cocophony adalah ragam bunyi yang menuansakan suasana

ketertekanan batin, kebekuan, kesepian atau kepedihan. Bunyi

cocophony umumnya berupa bunyi-bunyi konsonan yang berada di

akhir kata.

3. Anomatope

Anomatope adalah sebagian bunyi dalam puisi yang

umumnya hanya memberikan sugesti suara yang sebenarnya.

3. Larik atau Baris

Larik atau baris puisi adalah satuan yang pada umumnya lebih

besar dari kata atau telah mendukung satuan makna tertentu,

(Aminuddin, 2000: 145)

4. Bait Puisi

Bait adalah kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok,

dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang terpisah

dari kelompok larik.

Page 22: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

5. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena

perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis atau penutur yang

akan menimbulkan sesuatu perasaan tertentu dalam hati para pembaca

atau pendengar (Sudjiman dalam Pradopo, 2000: 90).

6. Makna

Makna sebuah teks adalah hubungannya dengan konteks.

Strukturalisme memberikan suatu cara berdisiplin untuk memulai

dengan cara konteks suatu karya sastra sebagai langkah pertama dalam

menganalisis struktur itu, kita akan melangkah keluar dari teks ke

dunia alamiah atau dunia sosial budaya yang merupakan konteks yang

lebih luas (Sukada, 1985: 31).

2.2 Fungsi

Fungsi adalah suatu kegunaan atau faal yang dapat diambil dalam

melakukan sesuatu. Demikian juga dengan karya sastra, memiliki fungsi

dalam masyarakat, apakah itu fungsi langsung atau tidak langsung. Bila

dilihat secara langsung, fungsi karya sastra itu pada dasarnya adalah media

penyampaian isi hati pengarang atas apa yang dirasakan atau yang dialami

oleh pengarang itu sendiri atas apa yang terjadi pada masyarakat. Karya sastra

dapat dikatakan merupakan gambaran tentang apa yang terjadi dalam

masyarakat. Dengan kata lain, hal yang disampaikan dalam karya sastra

adalah cerminan masyarakat.

Page 23: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

2.3 Sastra Lisan Toes

Sastra lisan “Toes Nono Mnah Ba” merupakan suatu ritus adat yang

dilakukan sebelum pembukaan makan jagung muda. Dalam ritus ini

dilaksanakan di lopo mnasi yang dipimpin oleh a”naet (anak Sulung) yang

memiliki otoritas.

Menurut Hutomo (1192: 2), menyatakan bahwa sastra lisan merupakan

kesusastraan yang mencakup ekspresi sastra warga suatu kebudayaan yang

disebarluaskan dan diturunkan sacara lisan dari mulut ke mulut.

Toes merupakan salah satu jenis puisi yang dituturkan pada saat

upacara pembukaan makan jagung muda. Toes ini biasanya dipimpin oleh

a’naet (anak Sulung), dimana telah dipersiapkan sesajian seperti jagung,

kacang-kacangan, sain (sesawi), serta hewan kurban (babi) yang sudah

diletakkan pada tikar besar yang sudah dibentangkan dalam rumah adat (nahe

naek). Dengan cara seperti ini, maka a’naet langsung mengungkapkan atau

menuturkan dalam wujud tindakan ritual adat. Pada hakekatnya, toes

merupakan doa (onen) yang artinya doa adat untuk melakukan komunikasi

intensif dengan arwah leluhur (haote in uisne ma in tuan).

Page 24: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos, bahasa latin sedangkan methodos

itu sendiri berasal dari kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui,

mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan cara, arah. Dalam

pengertian yang lebih luas, metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk

memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan sebab

akibat berikutnya. (Nyoman, 2004: 34)

Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh dalam

usaha untuk menemukan atau menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan

dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan demikian, maka metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan

berpodoman pada analisis strukturalisme (Rafiek, 2010: 75).

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Lanu Kecamatan

Amanatun Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama ± 2

bulan.

Page 25: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

3.3 Data Dan Sumber Data

1. Data

Dalam penelitian ini, informasi serta data yang diperoleh adalah

tuturan “Toes Nono Mnah Ba” serta memperoleh informasi dari nara

sumber, yaitu penutur. Nara sumber dari penelitian ini adalah mafefa

(penyair lisan) di desa Lanu Kecamatan Amanatun Selatan Kabupaten

TTS.

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan, mafefa (penyair

lisan) pada suku Sele di desa Lanu Kecamatan Amanatun Selatan

Kabupaten TTS.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang akurat dalam penelitian ini, maka

peneliti menggunakan tiga (3) cara atau teknik, yaitu:

1. Observasi atau pengamatan

Dalam tahap observasi ini, peneliti secara langsung mengamati

penuturan “Toes Nono Mnah Ba”.

2. Wawancara

Dalam pengumpulan data “Toes Nono Mnah Ba”, dilakukan

dengan cara mewawancarai penutur “Toes Nono Mnah Ba”. Wawancara

yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan

wawancara dengan masyarakat meto untuk memperoleh sesuatu secara

umum. Berdasarkan teknik pengumpulan data ini, maka perlengkapan

Page 26: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

yang harus dipersiapkan adalah tape recorder, kaset, buku catatan dan

bulpen.

3. Perekaman

Pada tahap ini, peneliti merekam secara langsung “Toes Nono

Mnah Ba” yang dituturkan oleh penutur asli, yaitu mnais kuan atau tua

adat. Teknik perekaman ini dilakukan dengan maksud untuk menghimpun

informasi dalam upacara “Toes Nono Mnah Ba”.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis

dengan teknik sebagai berikut:

1. Transkripsi

Setelah direkam tuturan “Toes Nono Mnah Ba”, dicatat, penulis

menerjemahkannya dalam bentuk teks tertulis sesuai aslinya. Untuk

kepentingan kearsipan teks lisan atau tuturan, maka dilengkapi dengan

identitas informan yang lengkap, yaitu nama, umur, jenis kelamin,

pekerjaan dan bahasa yang dikuasai.

2. Terjemahan

Teks tersebut menuliskan rumuskan “Toes Nono Mnah Ba” dalam

bentuk bahasa Meto dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia baku.

3. Analisis

Setelah data-data diterjemahkan, maka penulis menganalisis

struktur dan fungsi dari “Toes Nono Mnah Ba” dengan menggunakan teori

sastra lisan dan pendekatan strukturalisme analisis terhadap struktur toes.

Page 27: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

4. Penyimpulan

Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh terhadap data yang

ada, maka diambil suatu kesimpulan tentang bangun struktur puisi dan

fungsi “Toes Nono Mnah Ba”.

3.6 Jadwal Penelitian

Tahap pelaksananakan penelitian akan dilaksanakan pada akhir bulan

Februari 2012 sampai akhir bulan Maret 2012. Adapun tahapan-tahapan

penelitiannya adalah sebagai berikut.

Tabel 1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan BulanI II III IV V VI

1 Perencanaan √2 Pelaksanaan √3 Analisis data √4 Penyusunan laporan √5 Ujian Skripsi dan Perbaikan Skripsi √

3.7 Biaya Penelitian

Rincian biaya dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel II

Rincian Biaya Penelitian

No Rincian Biaya Penelitian Jumlah1 Persiapan proposal Rp. 750.0002 Seminar Rp. 50.0003 Revisi/perbaikan proposal Rp. 150.0004 Penelitian Rp. 500.0005 Penulisan skripsi Rp. 750.0006 Revisi/perbaikan skripsi Rp. 750.0007 Transportasi Rp. 250.0008 Jilid skripsi Rp. 250.000

Jumlah Rp. 2.750.000

Page 28: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI TOES NONO MNAH BA’ PADA SUKU SELE DESA LANU KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2000. proposal-skripsi. vatmy.files.wordpress.com/

Danandjaja James. 2007. Folklor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng Dan Lain-Lain). Jakarta. Pustaka Utama Grafiti.

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: PT. Pustaka Belajar

Hutomo. 1991. Mutiara Yang Tak Terlupakan (Pengantar Studi Sastra Lisan). Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.

http:// sheltercloud .blogspot.com/2009/11/pengertian-dan-fungsi-sastra.html b diakses tanggal 30 Juli 2011

http://aamovi. wordpress .com/2010/02/20/teori-analisis-struktur-naskah-sastra/ diakses tanggal 30 Juli 2011

http:// watuneso .blogspot.com/2010/04/sastra-lisan-adat-lio.html diakses tanggal 30 Juli 2011

M. Rafiek. 2010. Teori Sastra Kajian Teori dan Praktik. Bandung: PT. Refika Aditama

Nyoman R. K. 2004. Teori, Metode Dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Pudentia, MPSS (Editor). 1998. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: CV. Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan

repository.usu.ac.id/bitstream/ diakse tanggal 30 Juli 2011

Sukada, Made. 1993. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi. Bandung: Angkasa.

Tarno, dkk. 1993. Sastra Lisan Dawan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud

Taum Y. Yosep. 1992. Bahasa Merajut Sastra Menurut Budaya. Universitas Michigan: Sanata Darma.

Waluyo Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi http://books.google.co.id/