7
Analisis Struktur Tenaga Kerja A. Struktur Tenaga Kerja Proses transformasi struktu produksi atau perubahan komposisi Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan bagian penting dalam proses transformasi sosial ekonomi. Transformasi ini mengakibatkan pertumbuhan dan peningkatan pendapatan nasional perkapita dalam kurun waktu yang cukup lama. Perubahan struktur produksi juga mengakibatkan pergeseran dan perubahan struktur ketenagakerjaan. Di Indonesia, struktur tenaga kerja dibedakan menurut jam kerja, jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. 1.Struktur Tenaga Kerja 1980-2005 Aku Perubahan struktur tenaga kerja di Indonesia terus terjadi seiring dengan perubahan dan perkembangan teknologi dari tahun ke tahun. Pergeseran dan perubahan tenaga kerja dikarenakan pergeseran lahan dan perubahan paradigma tenaga kerja. Perubahan paradigma tenaga kerja disebabkan oleh peluang kerja yang ada di dunia kerja. Tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan. Penurunan tenaga kerja di sektor pertanian diikuti oleh peningkatan tenaga kerja di sektor industri dan jasa. Tenaga kerja yang dulunya bekerja di sektor pertanian banyak yang beralih ke sektor industri dan jasa. Bukan hanya di sektor pekerjaan, tenaga kerja pada struktur pekerjaan juga mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada data yang ada. Tenaga kerja menurut jam kerja mengalami perubahan. Pada tahun 1980 struktur tenaga kerja terdiri dari 35,99% tenaga kerja yang bekerja Perubahan struktur tenaga kerja pada mulai tergambarkan 25 tahun berikutnya. Pada tahun 2005 strukturnya menjadi 32,9% tenaga kerja yang bekerja

Analisis Struktur Tenaga Kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Struktur Tenaga Kerja di Indonesia

Citation preview

Page 1: Analisis Struktur Tenaga Kerja

Analisis Struktur Tenaga Kerja

A. Struktur Tenaga Kerja

Proses transformasi struktu produksi atau perubahan komposisi Produk

Domestik Bruto (PDB) merupakan bagian penting dalam proses transformasi

sosial ekonomi. Transformasi ini mengakibatkan pertumbuhan dan

peningkatan pendapatan nasional perkapita dalam kurun waktu yang cukup

lama. Perubahan struktur produksi juga mengakibatkan pergeseran dan

perubahan struktur ketenagakerjaan. Di Indonesia, struktur tenaga kerja

dibedakan menurut jam kerja, jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan.

1.Struktur Tenaga Kerja 1980-2005

Aku Perubahan struktur tenaga kerja di Indonesia terus terjadi seiring dengan

perubahan dan perkembangan teknologi dari tahun ke tahun. Pergeseran dan

perubahan tenaga kerja dikarenakan pergeseran lahan dan perubahan

paradigma tenaga kerja. Perubahan paradigma tenaga kerja disebabkan oleh

peluang kerja yang ada di dunia kerja. Tenaga kerja yang bekerja di sektor

pertanian mengalami penurunan.

Penurunan tenaga kerja di sektor pertanian diikuti oleh peningkatan tenaga

kerja di sektor industri dan jasa. Tenaga kerja yang dulunya bekerja di sektor

pertanian banyak yang beralih ke sektor industri dan jasa. Bukan hanya di

sektor pekerjaan, tenaga kerja pada struktur pekerjaan juga mengalami

perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada data yang ada. Tenaga

kerja menurut jam kerja mengalami perubahan. Pada tahun 1980 struktur

tenaga kerja terdiri dari 35,99% tenaga kerja yang bekerja

Perubahan struktur tenaga kerja pada mulai tergambarkan 25 tahun

berikutnya. Pada tahun 2005 strukturnya menjadi 32,9% tenaga kerja yang

bekerja

Perubahan struktur tenaga kerja juga terjadi menurut jenis kelamin. Tenaga

kerja yang dulunya didominasi oleh laki-laki mengalami perubahan. Pada

tahun 1980 sampai tahun 2000, struktur tenaga kerja masih didominasi oleh

tenaga kerja laki-laki sekalipun tenaga kerja perempuan mengalami

peningkatan.

Page 2: Analisis Struktur Tenaga Kerja

Perubahan struktur tenaga kerja dari tenaga kerja juga terjadi menurut umur

tenaga kerja. Tenaga kerja menurut umur diklasifikasi sebagai berikut ,

tenaga kerja usia muda (berumur 15-24 tahun), tenaga kerja usia prima

(mengarah ke tenaga kerja umur 25-54), dan tenaga kerja usia tua (berumur

55 tahun lebih).

Berdasarkan data yang ada, dari keseluruhan tenaga kerja, pada tahun 1980,

struktur tenaga kerja usia muda sebanyak 24,27%, tenaga kerja usia prima

sebanyak 63,73% , dan tenaga kerja usia tua sebanyak 12%. Pada tahun

2005 atau 25 tahun berikutnya mengalami perubahan. Dari keseluruhan

tenaga kerja yang ada,tenaga kerja usia muda sebanyak 15,81%, tenaga

kerja usia prima sebanyak 71,11, dan tenaga kerja usia tua sebanyak

13,08%.

Perubahan struktur tenaga kerja menurut pendidikan pun mengalami

perubahan selama 25 tahun terakhir. Struktur tenaga kerja berdasarkan

pendidikan dipilih sebagai berikut, berpendidikan Sekolah Dasar (SD) ke

bawah atau ≤ SD dan berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) ke atas.

Pada tahun 1980, tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah mendominasi

pekerjaan baik secara keseluruhan maupun per sektor. Pada tahun 1980,

secara keseluruhan struktur tenaga kerja berpendidikan ≤ SD sebanyak

88,34% dan sisanya adalah tenaga kerja berpendidikan SLTP ke atas atau 11,

64%. Pada tahun 2005 struktur tenaga kerja berpendidikan ≤ SD menjadi

55,40% tenaga kerja dan tenaga kerja berpendidikan SLTP ke atas sebanyak

44,60% tenaga kerja. Berdasarkan data tersebut, pendidikan tenaga kerja

terus mengalami peningkatan dan perbaikan.

2.Struktur Tenaga Kerja 2011-2013

Pada tiga tahun terakhir, berdasarkan data BPS, komposisi penduduk bekerja

menurut lapangan pekerjaan hingga Februari 2013 tidak mengalami

perubahan, dimana sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan,

dan sektor industri secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar

penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Jika dibandingkan dengan keadaan

Februari 2012, jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan terutama

di sektor perdagangan sebanyak 790 ribu orang (3,29 %), sektor konstruksi

Page 3: Analisis Struktur Tenaga Kerja

sebanyak 790 ribu orang (12,95 %), serta sektor industri sebanyak 570 ribu

orang (4,01 %). Sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor

Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami penurunan

jumlah penduduk bekerja sebesar 3,01 % dan 5,73 %.

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja

dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status

pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan

dibantu buruh tetap dan kategori buruhataukaryawan, sisanya termasuk

pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 2013

sebanyak 45,6 juta orang (39,98 %) bekerja pada kegiatan formal dan 68,4

juta orang (60,02 %) bekerja pada kegiatan informal.

Setahun terakhir (Februari 2012–Februari 2013), penduduk bekerja dengan

status berusaha dibantu buruh tetap bertambah 100 ribu orang dan

penduduk bekerja berstatus buruh atau karyawan bertambah sebanyak 3,4

juta orang. Peningkatan ini menyebabkan jumlah pekerja formal bertambah

sekitar 3,5 juta orang dan persentase pekerja formal naik dari 37,29 % pada

Februari 2012 menjadi 39,98 % pada Februari 2013.

Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja dengan status

berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di

pertanian, pekerja bebas di nonpertanian, dan pekerja keluargaatautak

dibayar. Dalam setahun terakhir (Februari 2012–Februari 2013), pekerja

informal berkurang sebanyak 2,3 juta orang dan persentase pekerja informal

berkurang dari 62,71 % pada Februari 2012 menjadi 60,02 % pada Februari

2013. Penurunan ini berasal dari hampir seluruh komponen pekerja informal,

kecuali pekerja bebas di nonpertanian.

Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2013 masih didominasi oleh

penduduk bekerja berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah 54,6 juta orang

(47,90 %) dan sekolah menengah pertama sebanyak 20,3 juta orang (17,80

%). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 11,2 juta orang

mencakup 3,2 juta orang (2,82 %) berpendidikan diploma dan sebanyak 8,0

juta orang (6,96 %) berpendidikan universitas.bekerja berpendidikan rendah

(SMP ke bawah) dan meningkatnya penduduk bekerja berpendidikan tinggi

(diploma dan universitas). Dalam setahun terakhir, penduduk bekerja

Page 4: Analisis Struktur Tenaga Kerja

berpendidikan rendah menurun dari 75,8 juta orang (67,20 %) pada Februari

2012 menjadi 74,9 juta orang (65,70 %) pada Februari 2013. Sementara,

penduduk bekerja berpendidikan tinggi meningkat dari 10,4 juta orang (9,19

%) pada Februari 2012 menjadi 11,2 juta orang (9,78 %) pada Februari 2013.

B.Multinational Corporate (MNC)

Multinational Corporate (MNC) memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap negara berkembang. Pengaruh tersebut berdampak pada

perubahan ekonomi suatu negara. Namun, tak jarang juga memberikan

dampak yang diluar dugaan terhadap suatu negara. MNC perusahaan yang

berbasis di satu negara (negara induk) akan tetapi pesusahaan itu memiliki

kegiatan produksi ataupun pemasaran cabang di negara– negara lain atau

negara cabang.

MNC dalam operasinya ke berbagai negara-negara dunia ketiga, mereka

menjalankan berbagai macam operasi bisnis yang inovatif dan kompleks

sehingga tidak bias lagi kita pahami hanya dengan perangkat teori-teori

perdagangan yang sederhana, apalagi mengenai distribusi keuntungannya.

MNC berupaya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri negara asal

perusahaan dan melayani pasar luar negeri secara langsung.

Perusahaan multinasional biasanya memiliki ciri–ciri, membentuk cabang –

cabang di luar negeri, visi dan strategi yang digunakan untuk memproduksi

suatu barang bersifat global (mendunia), jadi perusaan tersebut membuat

atau menghasilkan barang yang dapat digunakan di semua negara, lebih

cenderung memilih kegiatan bisnis tertentu, umumnya manufaktur, dan

menempatkan cabang pada negara – negara maju.

Beberapa dampak dari MNC :

1. Dampak positif

a. Mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat

investasi yang ditargetkan dengan jumlah aktual tabungan domestik yang

dapat dimobilisasikan.

b. Dengan memungut pajak atas keuntungan perusahaan multinasional dan

ikut serta secara financial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri,

pemerintah negara-negara berkembang berharap bahwa mereka akan dapat

turut memobilisasikan sumber-sumber financial dalam rangka membiayai

proyek-proyek pembangunan secara lebih baik.

Page 5: Analisis Struktur Tenaga Kerja

c. MNC tersebut tidak hanya akan menyediakan sumber-sumber financial dan

pabrik-pabrik baru saja kepada Negara-negara miskin yang bertindak sebagai

tuan rumah, akan tetapi mereka juga menyediakan suatu “paket” sumber

daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara keseluruhan,

termasuk juga pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan

kewirausahaan, yang pada akhirnya nanti dapat dimanifestasikan dan

diajarkan kepada pengusaha-pengusaha domestik.

d. MNC juga berguna untuk mendidik para manajer lokal agar mengetahui

strategi dalam rangka membuat relasi dengan bank-bank luar negeri,

mencari alternative pasokan sumber daya, serta memperluas jaringan-

jaringan pemasaran sampai ke tingkat internasional.

e. MNC akan membawa pengetahuan dan teknologi yang tentu saja dinilai

sangat maju dan maju oleh Negara berkembang mengenai proses produksi

sekaligus memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada

Negara-negara dun ia ketiga.

2. Dampak negatif

a. Terhadap negara asal :

1) Hilangnya sejumlah lapangan kerja domestik. Ini karena perusahaan

multinasional mengalihkan sebagian modal dan aktivitas bisnisnya ke luar

negeri.

2) Ekspor teknologi, yang oleh sebagian pengamat, secara perlahan-lahan

akan melunturkan prioritas teknologi negara asal dan pada akhirnya

mengancam perekonomian negara bersangkutan.

3) Kecenderungan praktik pengalihan harga sehingga mengurangi

pemasukan perpajakan

4) Mempengaruhi kebijakan moneter domestik.

b. Terhadap negara tuan rumah atau tujuan

1) Keengganan cabang perusahaan multinasional untuk mengekspor suatu

produk karena negara tersebut bukan mitra dagang negara asalanya.

2) Mempengaruhi kebijakan moneter negara yang bersangkutan.

3) Budaya konsumsi yang dibawa perusahaan tersebut bisa mengubah

budaya konsumsi konsumen local dan pada akhirnya mematikan unit-unit

usaha tradisional.

C. Contigency Workforce

MNC di negara berkembang mengakibatkan terjadinya perubahan struktur

ketenagakerjaan. Bekerja di MNC memerlukan beberapa persyaratan, yakni

kemampuan teknis sesuai bidangnya maupun kompetensi pendukung yang

Page 6: Analisis Struktur Tenaga Kerja

dimiliki dari seorang calon karyawan. Bedanya, perusahaan multinasional

juga akan melihat kompetensi non teknis sebagai bagian penting dalam

proses perekrutan karena akan menentukan apakah seseorang akan sesuai

di organisasi tersebut dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

Terkait penguasaan bahasa asing, pada perusahaan multinasional akan

menjadi nilai tambah dan hampir menjadi sesuatu yang wajib meskipun

nantinya keahlian berbahasa bisa terus diasah ketika sudah bekerja.

Pertama tentu saja harus menguasai bidang ilmu yang dipelajari dengan

baik. Jika kuliah di Teknik Mesin, kuasailah bidang tersebut dengan baik. Jika

kuliah di Ekonomi, kuasai pula bidang tersebut dengan baik. Selain

pengetahuan yang sesuai dengan jurusan yang dijalani, seorang mahasiswa

harus memanfaatkan waktu untuk belajar hal-hal lain seperti kemampuan

berkomunikasi.

Hal ini juga berpengaruh terhadap Contigency Workforce. Hal ini juga akan

mempengaruhi sunset industri yang ada di Indonesia. Namun, hal ini tentu

harus dibarengi dengan penataan dunia kerja apalagi Indonesia memiliki

kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi sunset industri dan

memberdayakan Contigency Workforce adalah dengan memberikan

pelatihan dan pendidikan secara formal dan non formal yang berkelanjutan

dan terus menerus. Penyiapan tenaga kerja akan memberikan pengaruh

dalam mengatasi pengangguran karena dapat menjangkau seluruh lapisan

masyarakat baik yang berada di tempat terpencil, kaum minoritas, maupun

kaum terpinggirkan.

Contigency Workforce merupakan pekerjaan langka yang sangat dibutuhkan

karena jarang digunakan tapi sangat dibutuhkan karena masih jarang orang

yang bisa melakukannya. Berdasarkan UU Ketenagakerjaan No 13 tahun

2003 Contigency Workforce sebenarnya tidak begitu dikenal. Pada UU

tersebut hanya dikenal buruh kontrak yang diistilahkan dengan Pekerja

Waktu Tertentu (PWT) dan outsourcing diistilahkan dengan pemborongan

pekerjaan dan penyedia jasa pekerja atau buruh.