10
Non Farmakologi 1. Pendidikan pada penderita mengenai penyakitnya sehingga dia dapat menyikapi penyakitnya dengan baik 2. Menghindari penyebab/pencetus serangan (allergen), dan kontrol lingkungan hidupnya 3. Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau olah raga yang bermanfaat memperkuat otot pernapasan, misalnya berenang; 4. Fisioterapi, sehingga lendir mudah keluar. 5. Menjaga kelembaban ruangan dengan mengatur sirkulasi angin dan udara dan cahaya 6. Menjaga kebersihan pakaian dan mengganti sprei sedikitnya seminggu sekali 7. Membersihkan pekarangan dan memastikan tidak ada tumpukan sampah dan genangan air yang akan menjadi tempat timbulnya jamur Farmakologi 1. Salbutamol Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai bronkodilator yang efektif untuk meringankan gejala asma akut dan bronkokonstriksi. Salbutamol juga merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga

analisis terapi

Embed Size (px)

Citation preview

Non Farmakologi

1. Pendidikan pada penderita mengenai penyakitnya sehingga dia dapat menyikapi penyakitnya

dengan baik

2. Menghindari penyebab/pencetus serangan (allergen), dan kontrol lingkungan hidupnya

3. Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau olah raga yang bermanfaat

memperkuat otot pernapasan, misalnya berenang;

4. Fisioterapi, sehingga lendir mudah keluar.

5. Menjaga kelembaban ruangan dengan mengatur sirkulasi angin dan udara dan cahaya

6. Menjaga kebersihan pakaian dan mengganti sprei sedikitnya seminggu sekali

7. Membersihkan pekarangan dan memastikan tidak ada tumpukan sampah dan genangan air

yang akan menjadi tempat timbulnya jamur

Farmakologi

1. Salbutamol

Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai bronkodilator yang

efektif untuk meringankan gejala asma akut dan bronkokonstriksi. Salbutamol juga merupakan

salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak

digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit,

obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise- induced broncospasm (penyempitan

saluran pernafasan akibat olahraga). Secara umum sifat fisikokimia dari salbutamol adalah

serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir putih. Larut dalam alkohol, sedikit larut

dalam air. Terlindung dari cahaya. Salbutamol termasuk dalam golongan Antiasma dan obat

untuk penyakit paru obstruktif kronik

Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang menyebabkan aktivasi

dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan adenosintrifosfat (ATP) yang kaya energi

menjadi cAMP dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel.

Salbutamol digunakan untuk meringankan bronkospasm yang berhubungan dengan asma.

Salbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic agonist

yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)-adrenergic yang terdapat didalam

adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses perubahan adenosine

triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3', 5'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme

ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta

menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cells.

Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif.

Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka

saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-

induced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol

telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare,

Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend, Ventolin, Venasma, Volmax, dll. Selain itu, salbutamol

juga telah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan oral (tablet, sirup, kapsul),

inhalasi aerosol, inhalasi cair sampai injeksi.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Salbutamol

1. Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) :

Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal 2 mg) 3-

4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal ( tetapi jarang memberikan keuntungan

ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik).

2. Injeksi

injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5mcg/menit, disesuaikan

dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu. Anak-

anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed).

3. Inhalasi

Dewasa : 100-200 mcg (1-2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali

sehari. Anak-anak : 100mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2 semprot) bila

perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari. Profilaksis pada exercise-

induced bronchospasm, Dewasa 200mcg (2 semprot); anak-anak 100mcg (1 semprot),

ditingkatkan sampai 200mcg (2 semprot) bila perlu. Serbuk inhalasi : Dewasa 200-400 mcg;

untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari; anak-anak 200mcg. Profilaksis

untuk exercise-induced bronchospasm Dewasa 400mcg; anak-anak 200 mcg.

Kontraindikasi Salbutamol

    Pada hipertiroid, insufisiensi miokardial, aritmia, rentan terhadap perpanjangan interval QT,

hipertensi, kehamilan (dosis tinggi sebaiknya diberikan melalui inhalasi karena pemberian

melalui pembuluh darah dapat mempengaruhi miometrium dan dapat mengakibatkan gangguan

jantung), menyusui; diabetes mellitus, terutama pemberian melalui pembuluh darah (pantau

kadar gula darah, dilaporkan ketoasidosis). Dan perlu adanya pengawasan yang lebih ketat

karena penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan meningkatkan resiko efek

samping. Pengawasan juga perlu dilakukan pada penderita asma yang sedang hamil dan

menyusui karena salbutamol dapat menembus sawar plasenta. Untuk meminimalkan efek

samping maka untuk wanita hamil, sediaan inhalasi aeorosol bisa dijadikan pilihan pertama.

Penggunaan salbutamol dalam bentuk sediaan oral pada usia lanjut sebaiknya dihindari

mengingat efek samping yang mungkin muncul. Untuk asma jika dosis tinggi diperlukan selama

kehamilan maka sebaiknya diberikan dengan inhalasi kaerna pemberian intravena dapat

mempengaruhi miometrium. Mungkin muncul di ASI; pabrik menyarankan untuk dihindari

kecuali manfaat jauh lebih besar dari risiko- jumlah dari obat yang diinhalasi pada ASI mungkin

terlalu kecil untuk membahayakan.

Efek Samping

     Efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain:

gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang, insomnia);

nyeri dada

mual

muntah

diare

anorexia

mulut kering

iritasi tenggorokan

batuk

gatal

tachicardia

ruam pada kulit (skin rush)         

            Arus diwaspadai dalam keadaan

memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahan-bahan lain yang terkandung di

dalamnya. Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah

makan.

Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya.

Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan

dan mulut tidak kering.

Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu

minimal 1 menit untuk setiap hisapan.

Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan

sirup: 2-30o C)

Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu

yang ada hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian

yang tertinggal kemudian lanjutkan mengkonsumsi salbutamol seperti biasa. Jangan

pernah mengkonsumsi 2 dosis dalam sekali pemakaian.

Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll bisa

menurunkan efek salbutamol.

Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis tinggi akan

meningkatkan resiko hipokalemia.

Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan resiko

hipokalemia jika diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi pula.

Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor (misal:

isocarboxazid, phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius. Hindari pemakaian

obat-obat golongan ini 2 minggu sebelum, selama maupun sesudah konsumsi salbutamol.

2. Metilprednison

Obat pencegah membuat saluran udara kurang sensitif terhadap pemicu dan mengurangi

pembengkakan dan peradangan saluran udara sehingga menurunkan insiden dan keparahan

serangan asma. Pengambilan kortikosteroid secara inhalasi lebih kecil efek sampingnya

dibandingkan obat oral karena diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran

pernafasan. Oleh karena itu, obat kortikosteroid oral biasanya hanya diberikan dalam periode

singkat bila obat inhalasi kurang efektif untuk mencegah asma

Methylprednisolone (methylprednisone) milik kelas obat yang disebut kortikosteroid.

Ini mencegah pelepasan zat dalam tubuh yang menyebabkan peradangan.

Methylprednisolone (methylprednisone) digunakan untuk mengobati peradangan parah

akibat kondisi tertentu, termasuk asma parah, alergi berat, rheumatoid arthritis, kolitis

ulserativa, gangguan darah tertentu, lupus, multiple sclerosis, dan mata tertentu dan kondisi

kulit. Methylprednisolone (methylprednisone) juga digunakan untuk orang-orang untuk

mengobati primer atau sekunder insufisiensi adrenal korteks (ketidakmampuan kelenjar

adrenal untuk memproduksi hormon yang cukup).

Methylprednisolone merupakan obat kortikosteroid. Seperti kebanyakan steroid

adrenokortikal , metilprednisolon biasanya digunakan untuk yang anti-inflamasi efek.

Namun, glukokortikoid memiliki berbagai efek, termasuk perubahan metabolisme dan respon

imun. Daftar kondisi medis yang diresepkan metilprednisolon agak panjang, dan mirip

dengan yang lain kortikosteroid seperti prednisolon . Menggunakan umum termasuk

rheumatoid terapi dan pengobatan jangka pendek dari bronkus peradangan atau bronkitis

akut karena berbagai penyakit pernapasan. Hal ini digunakan baik dalam pengobatan periode

akut dan jangka panjang manajemen penyakit autoimun , terutama lupus eritematosus

sistemik . Juga untuk digunakan sebagai pengobatan untuk multiple sclerosis.

Methylprednisolone memiliki beberapa efek samping yang serius jika diminum

jangka panjang, dapat mengakibatkan jumlah signifikan obat yang terserap ke dalam aliran

darah. Hal ini dapat meningkatkan risiko osteoporosis, katarak, mudah memar, hambatan

pertumbuhan, gangguan saraf pusat dan gangguan mental termasuk berat badan, glaukoma ,

osteoporosis dan psikosis , terutama bila digunakan pada dosis tinggi. Efek samping yang

paling serius terjadi setelah kelenjar adrenal berhenti produksi alami kortisol , yang akan

menggantikan metilprednisolon. Penghentian mendadak dari obat setelah ini terjadi dapat

menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai krisis Addisonian , yang bisa berakibat fatal.

Untuk mencegah hal ini, obat ini biasanya diresepkan dengan dosis lonjong, termasuk sebuah

"paket dosis" pra-tertutup merinci jumlah tertentu pil untuk mengambil pada waktu yang

ditentukan selama beberapa hari. Methylprednisolone (methylprednisone) efek samping

dapat termasuk sakit perut, sakit kepala, pusing, perubahan periode menstruasi, kesulitan

tidur dan berat badan.

3. GLISERIL GUAIAKOLAT

Ekspektoran adalah zat kimia yang mengubah jumlah dan kekentalan cairan saluran

pernafasan; merupakan zat yang mendorong ekspektorasi atau meningkatkan buangan mucus

dari saluran nafas. Ekspektoran adalah obat yang meningkatkan jumlah cairan dan merangsang

pengeluaran sekret dari saluran napas. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui

refleks vagal gaster, stimulasi topikal dengan inhalasi zat, perangsangan vagal kelenjar mukosa

bronkus dan perangsangan medulla. Refleks vagal gaster adalah pendekatan yang paling sering

dilakukan untuk merangsang pengeluaran cairan bronkus. Mekanisme ini memakai sirkuit

refleks dengan reseptor vagal gaster sebagai afferen dan persarafan vagal kelenjar mukosa

bronkus sebagai efferen.

Gliseril guaiakolat atau guaefenesin adalah ekspektoran yang diintrodusir sekitar tahun

1948, pemakaiannya sangat luas baik untuk campuran obat batuk maupun obat tersendiri. Food

and Drug Administration (FDA) mengklasifikasikan obat ini sebagai kategori I yaitu obat yang

secara umum aman dan efektif. Mekanisme kerjanya adalah meningkatkan keenceran dan

produksi cairan dari saluran nafas. Penulis lain menduga melalui efek emetik di vagal dan

glandula sekretorik di saluran pernafasan. Lokasi aktivitas obat ini pada jaringan otot trakhea dan

bronkhial. Pemberian GG dapat meningkatkan dahak sampai 200% pada pasien yang tidak ada

respon dengan potasium karbonat dan sulfonat. GG dapat mengurangi kekentalan dahak dan

meningkatkan jumlahnya dan penurunan frekuensi dan intensitas batuk, sedang peningkatan

volume dahak yang menonjol hanya pada batuk yang produktif.

Dosis yang dianjurkan adalah 200, 400 mg tiap 4 atau 6 jam, tidak boleh melebihi 2400

mg per hari. Efek obat telah tampak pada 15 atau 30 menit setelah pemberian per os. Efek

samping biasanya ringan dan jarang berupa skin rash, drowsiness, nausea, stomach pain, diare.

Kontra indikasi absolut tidak ada namun harus hati-hati pada penderita ulkus peptikum, batuk

darah,muntah darah serta penderita yang mendapat obat antikoagulan.