Upload
amallia-nanda-sari
View
55
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Non Farmakologi
1. Pendidikan pada penderita mengenai penyakitnya sehingga dia dapat menyikapi penyakitnya
dengan baik
2. Menghindari penyebab/pencetus serangan (allergen), dan kontrol lingkungan hidupnya
3. Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau olah raga yang bermanfaat
memperkuat otot pernapasan, misalnya berenang;
4. Fisioterapi, sehingga lendir mudah keluar.
5. Menjaga kelembaban ruangan dengan mengatur sirkulasi angin dan udara dan cahaya
6. Menjaga kebersihan pakaian dan mengganti sprei sedikitnya seminggu sekali
7. Membersihkan pekarangan dan memastikan tidak ada tumpukan sampah dan genangan air
yang akan menjadi tempat timbulnya jamur
Farmakologi
1. Salbutamol
Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai bronkodilator yang
efektif untuk meringankan gejala asma akut dan bronkokonstriksi. Salbutamol juga merupakan
salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak
digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit,
obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise- induced broncospasm (penyempitan
saluran pernafasan akibat olahraga). Secara umum sifat fisikokimia dari salbutamol adalah
serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir putih. Larut dalam alkohol, sedikit larut
dalam air. Terlindung dari cahaya. Salbutamol termasuk dalam golongan Antiasma dan obat
untuk penyakit paru obstruktif kronik
Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang menyebabkan aktivasi
dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan adenosintrifosfat (ATP) yang kaya energi
menjadi cAMP dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel.
Salbutamol digunakan untuk meringankan bronkospasm yang berhubungan dengan asma.
Salbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic agonist
yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)-adrenergic yang terdapat didalam
adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses perubahan adenosine
triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3', 5'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme
ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta
menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cells.
Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif.
Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka
saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-
induced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol
telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare,
Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend, Ventolin, Venasma, Volmax, dll. Selain itu, salbutamol
juga telah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan oral (tablet, sirup, kapsul),
inhalasi aerosol, inhalasi cair sampai injeksi.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Salbutamol
1. Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) :
Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal 2 mg) 3-
4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal ( tetapi jarang memberikan keuntungan
ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik).
2. Injeksi
injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5mcg/menit, disesuaikan
dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu. Anak-
anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed).
3. Inhalasi
Dewasa : 100-200 mcg (1-2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali
sehari. Anak-anak : 100mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2 semprot) bila
perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari. Profilaksis pada exercise-
induced bronchospasm, Dewasa 200mcg (2 semprot); anak-anak 100mcg (1 semprot),
ditingkatkan sampai 200mcg (2 semprot) bila perlu. Serbuk inhalasi : Dewasa 200-400 mcg;
untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari; anak-anak 200mcg. Profilaksis
untuk exercise-induced bronchospasm Dewasa 400mcg; anak-anak 200 mcg.
Kontraindikasi Salbutamol
Pada hipertiroid, insufisiensi miokardial, aritmia, rentan terhadap perpanjangan interval QT,
hipertensi, kehamilan (dosis tinggi sebaiknya diberikan melalui inhalasi karena pemberian
melalui pembuluh darah dapat mempengaruhi miometrium dan dapat mengakibatkan gangguan
jantung), menyusui; diabetes mellitus, terutama pemberian melalui pembuluh darah (pantau
kadar gula darah, dilaporkan ketoasidosis). Dan perlu adanya pengawasan yang lebih ketat
karena penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan meningkatkan resiko efek
samping. Pengawasan juga perlu dilakukan pada penderita asma yang sedang hamil dan
menyusui karena salbutamol dapat menembus sawar plasenta. Untuk meminimalkan efek
samping maka untuk wanita hamil, sediaan inhalasi aeorosol bisa dijadikan pilihan pertama.
Penggunaan salbutamol dalam bentuk sediaan oral pada usia lanjut sebaiknya dihindari
mengingat efek samping yang mungkin muncul. Untuk asma jika dosis tinggi diperlukan selama
kehamilan maka sebaiknya diberikan dengan inhalasi kaerna pemberian intravena dapat
mempengaruhi miometrium. Mungkin muncul di ASI; pabrik menyarankan untuk dihindari
kecuali manfaat jauh lebih besar dari risiko- jumlah dari obat yang diinhalasi pada ASI mungkin
terlalu kecil untuk membahayakan.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain:
gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang, insomnia);
nyeri dada
mual
muntah
diare
anorexia
mulut kering
iritasi tenggorokan
batuk
gatal
tachicardia
ruam pada kulit (skin rush)
Arus diwaspadai dalam keadaan
memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahan-bahan lain yang terkandung di
dalamnya. Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan.
Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya.
Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan
dan mulut tidak kering.
Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu
minimal 1 menit untuk setiap hisapan.
Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan
sirup: 2-30o C)
Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu
yang ada hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian
yang tertinggal kemudian lanjutkan mengkonsumsi salbutamol seperti biasa. Jangan
pernah mengkonsumsi 2 dosis dalam sekali pemakaian.
Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll bisa
menurunkan efek salbutamol.
Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis tinggi akan
meningkatkan resiko hipokalemia.
Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan resiko
hipokalemia jika diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi pula.
Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor (misal:
isocarboxazid, phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius. Hindari pemakaian
obat-obat golongan ini 2 minggu sebelum, selama maupun sesudah konsumsi salbutamol.
2. Metilprednison
Obat pencegah membuat saluran udara kurang sensitif terhadap pemicu dan mengurangi
pembengkakan dan peradangan saluran udara sehingga menurunkan insiden dan keparahan
serangan asma. Pengambilan kortikosteroid secara inhalasi lebih kecil efek sampingnya
dibandingkan obat oral karena diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran
pernafasan. Oleh karena itu, obat kortikosteroid oral biasanya hanya diberikan dalam periode
singkat bila obat inhalasi kurang efektif untuk mencegah asma
Methylprednisolone (methylprednisone) milik kelas obat yang disebut kortikosteroid.
Ini mencegah pelepasan zat dalam tubuh yang menyebabkan peradangan.
Methylprednisolone (methylprednisone) digunakan untuk mengobati peradangan parah
akibat kondisi tertentu, termasuk asma parah, alergi berat, rheumatoid arthritis, kolitis
ulserativa, gangguan darah tertentu, lupus, multiple sclerosis, dan mata tertentu dan kondisi
kulit. Methylprednisolone (methylprednisone) juga digunakan untuk orang-orang untuk
mengobati primer atau sekunder insufisiensi adrenal korteks (ketidakmampuan kelenjar
adrenal untuk memproduksi hormon yang cukup).
Methylprednisolone merupakan obat kortikosteroid. Seperti kebanyakan steroid
adrenokortikal , metilprednisolon biasanya digunakan untuk yang anti-inflamasi efek.
Namun, glukokortikoid memiliki berbagai efek, termasuk perubahan metabolisme dan respon
imun. Daftar kondisi medis yang diresepkan metilprednisolon agak panjang, dan mirip
dengan yang lain kortikosteroid seperti prednisolon . Menggunakan umum termasuk
rheumatoid terapi dan pengobatan jangka pendek dari bronkus peradangan atau bronkitis
akut karena berbagai penyakit pernapasan. Hal ini digunakan baik dalam pengobatan periode
akut dan jangka panjang manajemen penyakit autoimun , terutama lupus eritematosus
sistemik . Juga untuk digunakan sebagai pengobatan untuk multiple sclerosis.
Methylprednisolone memiliki beberapa efek samping yang serius jika diminum
jangka panjang, dapat mengakibatkan jumlah signifikan obat yang terserap ke dalam aliran
darah. Hal ini dapat meningkatkan risiko osteoporosis, katarak, mudah memar, hambatan
pertumbuhan, gangguan saraf pusat dan gangguan mental termasuk berat badan, glaukoma ,
osteoporosis dan psikosis , terutama bila digunakan pada dosis tinggi. Efek samping yang
paling serius terjadi setelah kelenjar adrenal berhenti produksi alami kortisol , yang akan
menggantikan metilprednisolon. Penghentian mendadak dari obat setelah ini terjadi dapat
menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai krisis Addisonian , yang bisa berakibat fatal.
Untuk mencegah hal ini, obat ini biasanya diresepkan dengan dosis lonjong, termasuk sebuah
"paket dosis" pra-tertutup merinci jumlah tertentu pil untuk mengambil pada waktu yang
ditentukan selama beberapa hari. Methylprednisolone (methylprednisone) efek samping
dapat termasuk sakit perut, sakit kepala, pusing, perubahan periode menstruasi, kesulitan
tidur dan berat badan.
3. GLISERIL GUAIAKOLAT
Ekspektoran adalah zat kimia yang mengubah jumlah dan kekentalan cairan saluran
pernafasan; merupakan zat yang mendorong ekspektorasi atau meningkatkan buangan mucus
dari saluran nafas. Ekspektoran adalah obat yang meningkatkan jumlah cairan dan merangsang
pengeluaran sekret dari saluran napas. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui
refleks vagal gaster, stimulasi topikal dengan inhalasi zat, perangsangan vagal kelenjar mukosa
bronkus dan perangsangan medulla. Refleks vagal gaster adalah pendekatan yang paling sering
dilakukan untuk merangsang pengeluaran cairan bronkus. Mekanisme ini memakai sirkuit
refleks dengan reseptor vagal gaster sebagai afferen dan persarafan vagal kelenjar mukosa
bronkus sebagai efferen.
Gliseril guaiakolat atau guaefenesin adalah ekspektoran yang diintrodusir sekitar tahun
1948, pemakaiannya sangat luas baik untuk campuran obat batuk maupun obat tersendiri. Food
and Drug Administration (FDA) mengklasifikasikan obat ini sebagai kategori I yaitu obat yang
secara umum aman dan efektif. Mekanisme kerjanya adalah meningkatkan keenceran dan
produksi cairan dari saluran nafas. Penulis lain menduga melalui efek emetik di vagal dan
glandula sekretorik di saluran pernafasan. Lokasi aktivitas obat ini pada jaringan otot trakhea dan
bronkhial. Pemberian GG dapat meningkatkan dahak sampai 200% pada pasien yang tidak ada
respon dengan potasium karbonat dan sulfonat. GG dapat mengurangi kekentalan dahak dan
meningkatkan jumlahnya dan penurunan frekuensi dan intensitas batuk, sedang peningkatan
volume dahak yang menonjol hanya pada batuk yang produktif.
Dosis yang dianjurkan adalah 200, 400 mg tiap 4 atau 6 jam, tidak boleh melebihi 2400
mg per hari. Efek obat telah tampak pada 15 atau 30 menit setelah pemberian per os. Efek
samping biasanya ringan dan jarang berupa skin rash, drowsiness, nausea, stomach pain, diare.
Kontra indikasi absolut tidak ada namun harus hati-hati pada penderita ulkus peptikum, batuk
darah,muntah darah serta penderita yang mendapat obat antikoagulan.