Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Tindak Tutur Dan Teknik Humor Dalam Wacana Internet Meme “Y U No Guy” Pada Situs Memebase.Cheezburger.Com
Nurul Hikmah Khairunnisa, Diding Fahrudin (Pembimbing)
Program Studi Inggris, FIB, Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Meme adalah perwujudan unit dalam suatu budaya yang dapat berupa lagu, ide, slogan, atau mode pakaian, yang tertanam dalam pikiran manusia dan tersebar melalui proses imitasi. Seiring dengan maraknya penggunaan internet, meme menyebar dalam dunia maya dan membentuk internet meme. Salah satu internet meme bernama “Y U NO Guy” terindikasikan sebagai gambar berkalimat yang memiliki tindak tutur beragam dan menunjukkan nuansa humor. Penelitian dalam skripsi ini kemudian menjadikan “Y U NO Guy” sebagai sebuah wacana untuk mengetahui tindak tutur apa saja yang sebenarnya terdapat dalam kalimat pada “Y U NO Guy”, dan bagaimana humor dibangun di dalamnya. Dengan menggunakan metode analisis wacana dengan pendekatan linguistik dan humor, penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas data merupakan tindak ilokusi ekspresif yang menunjukkan sikap psikologis para pengguna “Y U NO Guy”, dan terdapat kecenderungan pemakaian teknik imitasi dalam membangun nuansa humor di dalamnya.
Analysis of Speech Act and Humor Technique in the Discourse of Internet Meme “Y U NO Guy” at memebase.cheezburger.com
Abstract
Meme is a manifestation of a unit of a culture such as songs, ideas, catch-phrases, or clothes fashions, that exist in people’s mind and spread via imitation process. As internet grows rapidly, meme appears in cyber world and becomes internet meme. One of the internet memes namely “Y U NO Guy” is indicated as a captioned image which has several speech acts and depicts a sense of humor. This paper then perceives “Y U NO Guy” as a discourse in order to found out what speech acts are actually performed and how humor is build within it. Using discourse analysis as a method with linguistic and humor approaches, this paper concludes that the majority of datas are expressive illocutionary act which depicts the psychological attitude of the “Y U NO Guy” user, and there is a tendency of using imitation technique to build a sense of humor within it. Keywords: Discourse Analysis; Humor Technique; Internet Meme; Speech Act; “Y U NO Guy” Pendahuluan Pada era teknologi sekarang ini, internet merupakan teknologi yang sudah tak asing lagi
dalam kehidupan manusia. Internet dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan pengguna
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
internet lainnya, misalnya melalui situs jejaring sosial, situs blog, atau melalui situs-situs
seperti forum atau rubrik berita elektronik yang memungkinkan seseorang untuk menuliskan
sesuatu. Selain itu, internet juga dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan
menggunakan gambar-gambar yang dilengkapi dengan kalimat atau teks. Gambar-gambar
berkalimat inilah yang saat ini mulai digemari beberapa pengguna internet dalam
menyampaikan berbagai macam ide atau informasi yang dimilikinya. Gambar-gambar
tersebut dikenal sebagai internet meme.
Istilah internet meme berasal dari kata meme yang diperkenalkan oleh Dawkins (2006).
Menurutnya, meme adalah perwujudan unit dalam suatu budaya yang dapat berupa lagu, ide,
slogan, atau mode pakaian, yang dalam proses penyebarannya memperbanyak diri dengan
cara menanamkan unit-unit budaya tersebut dalam pikiran banyak orang sehingga terjadi
proses imitasi yang dilakukan oleh orang-orang tersebut. Proses imitasi tersebut dapat terjadi
melalui intensitas percakapan sehari-hari, sehingga penyebarannya bersifat dari mulut-ke-
mulut (mouth-to-mouth). Namun, dalam era modern, meme memasuki dunia maya dan
menjadi internet meme, yaitu penyebaran meme melalui internet. Cara penyebaran melalui
internet ini pun membedakan pengertian antara meme dengan internet meme. Berbeda dengan
meme yang besifat mouth-to-mouth, internet meme lebih dikenal sebagai “a humorous image,
video, piece of text, etc. that is copied (often with slight variations) and spread rapidly by
internet users” (Oxford Dictionaries, n.d.). Gil (n.d.), seorang certified computer instructor
yang berasal dari Kanada, juga mengatakan bahwa “Memes now travel instantly via the
internet and most modern internet memes are humor-centered”.
Dalam dunia maya atau dunia internet, terdapat berbagai macam internet meme yang bisa
ditemui dalam bentuk gambar, video pendek, atau tulisan (Internet Memes: Sharing Cultural
Ideas, 2013). Dari berbagai macam internet meme tersebut, saya memilih salah satu internet
meme yang bernama “Y U NO Guy”1 sebagai objek penelitian karena saya tertarik dengan
bentuknya yang berupa gambar animasi dengan muka yang unik seperti orang marah yang
sedang melotot. Berikut ini adalah gambar dari “Y U NO Guy”.
1 Selanjutnya saya akan menyebut internet meme ini sebagai “Y U NO Guy” saja.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
Gambar 1. “Y U NO Guy” yang Diunggah Pertama Kali
Menurut informasi dan penjelasan pada laman sebuah situs internet (“Y U NO” Guy,
2010), “Y U NO Guy” adalah sebuah image macro, yang merupakan istilah umum untuk
menjelaskan sebuah captioned image atau gambar yang diberikan keterangan, pesan, kalimat,
atau slogan. Diketahui juga bahwa keterangan atau kalimat yang dituliskan pada gambar “Y U
NO Guy” menggunakan kalimat yang disingkat seperti SMS dan tidak mengikuti aturan-
aturan yang berlaku dalam tata bahasa yang baik. Selain itu, terdapat suatu rumus khusus
yang harus diikuti dalam penulisan kalimat pada gambar “Y U NO Guy”, dan terdapat
indikasi bahwa kalimat pada “Y U NO Guy” menunjukkan keluhan karena adanya permintaan
yang tidak terpenuhi. Namun, terdapat argumen dari Tatman (2013) yang mengatakan bahwa
makna kalimat “Y U NO Guy” bukanlah mengeluh, tetapi menyuruh orang lain melakukan
sesuatu yang dianggap baik oleh penutur, atau dalam hal ini dianggap baik oleh
pengguna/pengunggah “Y U NO Guy”. Berdasarkan definisi “Y U NO Guy” dan pendapat
Tatman, saya pun akhirnya mempertimbangkan keterkaitan “Y U NO Guy” dengan tindak
bertanya, mengeluh, dan menyuruh sebagai indikasi adanya tindak tutur yang beragam pada
kalimat “Y U NO Guy”.
Kemudian, Tatman (Ibid.) juga mengemukakan bahwa kalimat pada “Y U NO Guy”
selalu mengandung ridiculous suggestion di dalamnya. Disebutkan pula oleh Weissman (2013)
bahwa “Y U No Guy” adalah “a startup with a sense of humor”. Dengan demikian, maka
unsur atau nuansa humor bisa dipastikan terkandung dalam “Y U NO Guy”. Hal ini menjadi
pertimbangan saya untuk mencari tahu humor seperti apa yang dibangun pada “Y U NO Guy”.
Pada penjelasan sebelumnya, definisi “Y U NO Guy” adalah sebuah image
macro/captioned image yang merupakan gambar yang diberikan keterangan, pesan, kalimat,
atau slogan. Definisi tersebut sejalan dengan pendapat Johstone (2002: 2-3) yang membahas
mengenai wacana sebagai penggunaan bahasa dalam berkomunikasi yang dapat juga
melibatkan media lain selain bahasa seperti gerak tubuh, suara, atau simbol-simbol gambar.
Oleh karena hal tersebut, saya pun menjadikan “Y U NO Guy” sebagai suatu kesatuan wacana
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
karena adanya praktik penggunaan bahasa untuk berkomunikasi yang melibatkan media lain,
yaitu gambar. Selain itu, “Y U NO Guy” terlihat banyak digunakan oleh pengguna internet
sebagai media untuk berkomunikasi, walaupun komunikasi yang terjadi adalah komunikasi
satu arah karena tidak ditemukan adanya dialog antara penulis (pengunggah “Y U NO Guy”)
dengan pembacanya. Dengan demikian,“Y U NO Guy” tergolong sebagai wacana
transaksional yang merupakan praktik penggunaan bahasa dalam menyampaikan pesan atau
informasi yang tidak memerlukan respon atau jawaban dari penerima pesan (Arifin & Rani,
2000: 6-8).
Kalimat pada “Y U NO Guy” merupakan kalimat yang menggunakan kata tanya
“why” yang mencirikan kalimat pertanyaan, namun “Y U NO Guy” dikatakan memiliki
makna bertanya, mengeluh, dan menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut
menunjukkan adanya keterkaitan dengan tindak tutur. Selain itu, “Y U NO Guy” juga
dicirikan mengandung ridiculous suggestion dan memiliki sense of humor. Berdasarkan
pemahaman-pemahaman tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah: (1) Tindak tutur apa saja yang sebenarnya terdapat dalam kalimat pada “Y U NO
Guy”?, (2) Bagaimana tindak tutur dalam kalimat pada “Y U NO Guy” ditampilkan?, dan (3)
Bagaimana nuansa humor dalam “Y U NO Guy” dibangun?. Kemudian, dari sub
permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui tindak tutur apa
saja yang sebenarnya terdapat dalam kalimat pada “Y U NO Guy”, (2) Mengetahui bagaimana
tindak tutur dalam kalimat pada “Y U NO Guy” ditampilkan, dan (3) Mengetahui bagaimana
nuansa humor dalam “Y U NO Guy” dibangun
Tinjauan Teoritis Fokus penelitian ini adalah kalimat yang tertulis pada judul “Y U NO Guy”, kalimat pada “Y
U NO Guy”, serta gambar “Y U NO Guy” itu sendiri. Telah disebutkan pula bahwa “Y U NO
Guy” adalah salah satu jenis internet meme yang dipastikan memiliki unsur atau nuansa
humor di dalamnya sehingga fokus penelitian juga akan melihat elemen humor pada “Y U NO
Guy”. Berdasarkan kedua hal tersebut, maka penelitian ini akan menggunakan teori konteks
situasi, referen-referensi, inferensi, tindak tutur, struktur informasi lama-baru, struktur topik-
komen, dan teknik-teknik humor.
Sejak tahun 1970an, para peneliti bahasa mulai menyadari pentingnya sebuah konteks
dalam menginterpretasi kalimat karena keakuratan hasil interpretasi akan sangat tergantung
kepada konteksnya (Brown & Yule, 1983: 37). Tidak hanya itu, salah seorang peneliti
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
bernama Dell Hymes (2001: 13) juga menekankan pentingnya mempertimbangkan segi
etnografi dalam peristiwa komunikasi sebagai wujud penggunaan bahasa. Ia pun menentukan
fitur-fitur konteks yang dianggap relevan dalam mengidentifikasi peristiwa komunikasi, yang
beberapa di antaranya bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Beberapa Fitur-Fitur Konteks Menurut Hymes
No. Fitur Pengertian
1. Code Bagaimana pesan dalam komunikasi dapat dimengerti dari segi bahasa, dialek, atau gaya bahasa yang digunakan.
2. Participant Terdiri dari Addressor atau penutur/penulis yang mengutarakan ujaran, dan Addressee atau pendengar/pembaca yang menjadi penerima ujaran.
3. Audience Orang-orang yang berada dalam peristiwa komunikasi dan mendengar ujaran dari Addressor.
4. Channel Bagaimana kontak antara partisipan dalam peristiwa komunikasi terjaga (misal melalui tuturan, tulisan, sinyal asap).
5. Setting Dimana dan kapan peristiwa komunikasi terjadi.
6. Message-form Bentuk komunikasi yang dimaksudkan (misal obrolan santai, debat, khotbah, dongeng)
7. Topic Hal yang sedang dibicarakan dalam peristiwa komunikasi
8. Key Evaluasi akan sesuatu yang berada dalam peristiwa komunikasi (misalnya penjelasan materi yang disampaikan oleh seorang guru dianggap tidak baik cara penyampaiannya)
9. Purpose Apa yang dimaksudkan partisipan harus menjadi hasil yang dicapai dalam suatu peristiwa komunikasi
Fitur-fitur tersebut merupakan fitur umum yang cukup relevan menurut Hymes, dan
dijelaskan pula olehnya bahwa semua fitur tersebut tidak harus ada dalam sebuah peristiwa
komunikasi (Ibid.: 16).
Kibrik (2011: xxvi) berkata bahwa ketika seseorang tengah membicarakan sesuatu, ia
akan secara tidak langsung melakukan acuan kepada orang atau objek. Ia juga menambahkan
bahwa “human cognition represents a large part of our experience in terms of entities, or
referents” (Ibid.: 3). Dijelaskan olehnya bahwa maksudnya adalah, pengalaman seseorang
akan mempengaruhi pemahaman terhadap referen yang merupakan sebuah image yang ada di
benak seseorang. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa referen adalah image
suatu entitas (orang atau objek) yang diketahui berdasarkan pengalaman dan tersimpan dalam
benak seseorang. Setelah sebuah image entitas tersimpan dalam benak seseorang, maka
dibutuhkan sebuah cara untuk mengekspresikan image tersebut. Inilah yang dimaksud oleh
Brown dan Yule (1983: 28) yang mengatakan bahwa “the relationship which holds between
words and things is the relationship of reference”. Contohnya pada kalimat “aku baru saja
menginjak katak”. Referen dalam kalimat tersebut adalah image katak yang ada dalam benak
seseorang, sementara referensi membuat hubungan antara image katak dalam benak tersebut
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
dengan pengekspresiannya dalam kata (“katak”). Akan berbeda jika pengekspresiannya
adalah “aku baru saja menginjak hewan”, karena image katak menjadi sulit dipahami lawan
bicara dan malah menimbulkan referen berupa hewan selain katak.
Lalu, dalam referensi, terdapat dua jenis referensi berdasarkan letak objek acuannya
(Yuwono, 2005: 96). Dua jenis referensi tersebut adalah referensi eksoforis dan referensi
endoforis. Yuwono menjelaskan bahwa referensi eksoforis memiliki objek acuan yang berada
di luar teks, sementara referensi endoforis memiliki objek acuan di dalam teks. Selain itu,
Halliday & Hasan (1976: 18) juga menambahkan bahwa referensi endoforis dapat terbagi
menjadi dua macam, yaitu referensi anafora yang mengacu pada teks lain yang
mendahuluinya atau sebelumnya, dan katafora yang mengacu pada teks lain yang
mengikutinya atau setelahnya (Ibid.: 33). Kemudian, selain referensi eksoforis dan endoforis,
Yuwono (2005: 97) juga menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis referensi berdasarkan tipe
objeknya. Ia menjelaskan bahwa yang pertama adalah referensi personal yang ditandai dengan
pemakaian pronomina persona atau kata ganti orang, seperti “saya” atau “Anda”, lalu yang
kedua adalah referensi demonstratif yang ditandai dengan penggunaan demonstrativa atau
kata tunjuk seperti “itu”, “situ”, “sana”, dan “sini”, dan yang terakhir adalah referensi
komparatif yang ditandai dengan pemakaian kata yang digunakan untuk membandingkan,
seperti “sama”, “serupa”, dan “berbeda”.
Setelah mengetahui referensi, selanjutnya adalah melakukan inferensi. Inferensi
merupakan sebuah proses yang dialami pembaca/pendengar ketika mencoba menginterpretasi
makna yang dimaksudkan oleh penulis/penutur setelah memahami makna literalnya (Brown
& Yule, 1983: 256). Sementara, menurut Ehara (2008: 29), secara pragmatik inferensi juga
merupakan proses interpretasi yang terjadi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca/pendengar. Ia kemudian menjelaskan bahwa terdapat tiga kategori inferensi. Yang
pertama yaitu informational inferences atau inferensi yang dilakukan pembaca/pendengar
berdasarkan penyebutan entitas atau benda yang diacu secara eksplisit. Yang kedua adalah
explanatory inferences atau inferensi yang dilakukan pembaca/pendengar berdasarkan
pengalaman untuk menjelaskan kondisi sebuah peristiwa yang diacu secara implisit. Yang
terkahit yaitu evaluative inferences atau inferensi yang dilakukan pembaca/pendengar untuk
menilai informasi yang diacu pada teks.
Dalam berkomunikasi, seseorang tidak hanya mengucapkan kalimat dan kata-kata,
tetapi juga melakukan tindakan melalui ucapannya (Yule, 1996: 47). Misalnya saja dalam
situasi ketika seorang bos perusahaan berkata “kamu saya pecat”, maka ucapan tersebut
memiliki makna lebih dari sekedar pernyataan karena ucapan tersebut mengindikasikan
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
tindakan memberhentikan seorang pegawai perusahaan. Contoh lainnya adalah ketika
seseorang berkata “masakanmu sangat lezat”, yang mengindikasikan tindakan memuji dan
menyanjung orang yang memasak makanan tersebut. Tindakan yang dilakukan melalui
ucapan seperti ini disebut dengan tindak tutur atau speech act, dan biasanya digolongkan
dalam kategori seperti apology, complaint, invitation, promise, or request (Ibid.).
Dalam tindak tutur, terdapat tiga jenis tindakan yang saling berhubungan satu sama
lain (Ibid.: 48). Yang pertama yaitu locutionary act atau tindak lokusi, yang merupakan dasar
dari setiap ucapan. Dalam locutionary act, kemampuan memproduksi ekspresi linguistik
sangat ditekankan, karena jika penutur tidak bisa atau mengalami kesulitan dalam
memproduksi kalimat yang dapat dimengerti mitra tutur atau lawan bicaranya, maka ia
dikatakan gagal melakukan tindak lokusi (Ibid.). Contohnya ialah ketika seseorang
mengucapkan kalimat “aha mokofa” dan tidak dimengerti lawan bicaranya, maka kalimat
tersebut bukanlah tindak lokusi. Dengan demikian, tindak lokusi hanyalah merupakan tindak
mengucapkan (menuliskan) suatu kalimat yang dapat dimengerti.
Selanjutnya, jenis yang kedua dinamakan illocutionary act atau tindak ilokusi.
Berbeda dengan tindak lokusi yang merupakan pengucapan suatu kalimat, tindak ilokusi
adalah suatu tindak yang dilakukan ketika mengatakan sesuatu seperti membuat janji,
membuat pertanyaan, mengeluarkan perintah atau permintaan (Lyons, 1977: 730). Pendapat
yang sedikit berbeda diutarakan oleh Arifin dan Rani (2000: 139) yang menjelasan bahwa
tindak ilokusi merupakan tindak mengatakan sesuatu yang di dalamnya mengandung
tanggung jawab si penutur untuk melaksanakan sesuatu yang sesuai dengan maksud
tuturannya. Kemudian, mengutip dari Searle (1979: 12-16), tindak ilokusi dideskripsikan ke
dalam lima jenis tindak tutur. Yang pertama adalah asertif atau representatif, yaitu tindak
tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya, misalnya pemberian
pernyataan, pemberian saran, pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya. Yang kedua adalah
komisif, yaitu tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, misalnya bersumpah,
berjanji, dan mengusulkan. Yang ketiga yaitu direktif atau tindak tutur yang berfungsi
mendorong pendengar agar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, meminta, menasihati.
Keempat, ekspresif atau tindak tutur yang menyangkut perasaan dan sikap, misalnya berupa
tindakan meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat, memuji,
menyatakan belasungkawa, dan mengkritik. Tindakan ini berfungsi untuk mengekspresikan
dan mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap mitra tutur. Yang kelima adalah
deklarasi, yakni tindak tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang
sebenarnya, misalnya menghukum, menetapkan, memecat, dan memberi nama. Tindak ini
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
sangat spesifik, sehingga hanya berlaku jika diucapkan oleh orang yang mempunyai tugas
khusus untuk melakukannya, seperti hakim yang bertugas menjatuhkan hukuman atau pejabat
yang meresmikan dimulainya acara seminar.
Selanjutnya, dalam tindak tutur, terdapat dua jenis tindak tutur yaitu tindak tutur
langsung dan tidak langsung. Tindak tutur langsung mudah dikenali dengan melihat tipe
kalimatnya (Yule, 1996: 54). Yule juga menjelaskan bahwa “whenever there is a direct
relationship between a structure and a function, we have a direct speech act”. Dengan
demikian, struktur kalimat deklaratif akan memiliki fungsi meyatakan sesuatu, seperti
misalnya kalimat “disana ada pohon rambutan”. Struktur kalimat interogatif akan memiliki
fungsi mempertanyakan sesuatu, seperti misalnya “dimana rumahmu?”. Lalu, struktur kalimat
imperatif akan memiliki fungsi memerintah atau meminta sesuatu, seperti misalnya “pakailah
sabuk pengaman!”
Berbeda dengan tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung memiliki hubungan
tidak langsung antara struktur kalimat dengan funsinya. Jika struktur deklaratif yang
digunakan untuk menyatakan sesuatu adalah tindak tutur langsung, maka struktur deklaratif
yang digunakan untuk meminta sesuatu adalah tindak tutur tidak langsung. Perlu juga
diketahui bahwa biasanya tindak tutur tidak langsung dipengaruhi oleh konteks tertentu,
seperti misalnya pertimbangan kesantunan dan kedekatan dengan lawan bicara.
Setelah membahas mengenai tindak tutur, maka berikutnya akan membahas mengenai
teori struktur informasi. Studi mengenai struktur informasi dimulai oleh Sekolah Praha, tetapi
kemudian dikembangkan oleh Halliday (2005) yang menjelaskan bahwa sebuah informasi
dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu informasi baru (new information) dan
informasi terdahulu (given information) (64). Menurut Tomlin et al. (1997: 77), setiap teori
yang membahas struktur wacana akan selalu membedakan antara given information dan new
information, atau disebut juga sebagai old vs new, known vs unknown, dan shared vs new. Ia
juga menambahkan bahwa setiap tuturan memiliki elemen yang, oleh penutur, dipercayai
sudah diketahui secara umum oleh pendengarnya dan juga memiliki elemen yang belum
diketahui oleh pendengarnya. Dalam penelitian ini, penutur adalah pengunggah “Y U NO Guy”
yang diasumsikan sebagai penulis, dan istilah yang akan digunakan adalah informasi lama
(old) dan informasi baru (new).
Tomlin et al. (Ibid.: 79), mengatakan bahwa informasi lama menunjukkan kesamaan
referen yang dimiliki penulis dan pembaca, sementara informasi baru merupakan informasi
yang belum diketahui oleh pembaca. Kemudian, ia melanjutkan penjelasannya bahwa
informasi lama merupakan informasi yang diasumsikan oleh penulis dapat dibayangkan
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
referennya oleh pembaca, sedangkan informasi baru adalah informasi yang tidak bisa
dibayangkan referennya oleh pembaca. Dari penjelasan tersebut, maka informasi lama adalah
informasi atau pengetahuan yang dimiliki oleh penulis dan mungkin dimiliki juga oleh
pembaca, sementara informasi baru adalah informasi atau pengetahuan yang dimiliki penulis
tetapi tidak dimiliki pembaca. Sedikit menambahkan penjelasan Tomlin et.al, Chafe (1987: 25)
mengatakan bahwa informasi dan pengetahuan akan pengalaman yang pernah dihadapi
semasa hidup seseorang akan tersimpan dalam otak dan memori. Ia melanjutkan penjelasan
dengan mengatakan bahwa terdapat tiga konsep kemampuan otak dalam mengaktifkan
pengetahuan yang tersimpan dalam memori, yaitu inactive concept, active concept, dan semi-
active concept. Diantara ketiga kondisi tersebut, informasi lama berada pada kondisi active
concept. Maksudnya adalah, dalam menyampaikan pesan atau informasi yang dimilikinya,
penulis akan memperkirakan apakah pembacanya mampu mengaktifkan referen yang sama
dengan dirinya (Ibid.: 26). Jika dapat mengingat kembali informasi yg diacu, maka terjadi
perubahan dari inactive concept menuju active concept. Jika memori mengenai hal yang diacu
hanya terlupakan dalam jangka waktu yang tidak lama dan relatif singkat, maka terjadi
perubahan dari semi-active concept menuju active concept.
Sementara, mengenai informasi baru, Chafe (Ibid.: 36) mengatakan bahwa informasi
baru tidak selalu berarti informasi yang tidak diketahui sama sekali oleh pembaca karena
informasi baru merupakan ‘informasi tambahan’ (added information) dalam memori
seseorang yang cepat atau lambat akan berhubungan dengan informasi baru lainnya. Secara
sederhana, maksudnya adalah dalam suatu wacana sebuah informasi baru akan menjadi
informasi lama. Finegan (2008: 251) juga menambahkan bahwa “new information is
information just being introduced into the discourse”. Menurutnya, informasi baru hanyalah
potongan informasi yang belum disebutkan sehingga referennya tidak bisa dibayangkan oleh
pembaca.
Setelah memahami konsep informasi lama-infromasi baru, berikutnya akan dibahas
mengenai teori struktur topik-komen. Davies (2010: 175) menjelaskan bahwa “The topic-
comment structures consist of a topic NP in initial position and a sentence, the comment.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur topik-komen berada dalam tingkatan
kalimat, dan hubungan antara topik dan komennya berlaku secara langsung (direct) karena
topik menempati posisi awal kalimat (initial position) yang diikuti oleh komen yaitu kalimat
itu sendiri. Selain itu, ia juga mengkategorikan karakteristik yang terdapat pada struktur topik-
komen menjadi dua kategori. Kategori yang pertama adalah struktur topik-komen yang
menyerupai struktur subjek-predikat. Maksudnya, klausa yang membentuk komen akan
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
menyatakan suatu kejadian yang menimpa subjek. Pada kategori ini, varian topik-komen
dapat tercipta dari struktur subjek-predikat dengan menambahkan kata ganti subjek pada
klausa komen. Kategori yang kedua yaitu struktur topik-komen yang menyerupai struktur
subjek-predikat dalam hubungan kepemilikan. Klausa komen dengan karakteristik seperti ini
menyatakan elemen atau properti yang berhubungan dengan possessor (pemilik) yang
menempati posisi topik. Pada kategori ini, varian topik-komen dapat tercipta dari struktur
subjek-predikat dengan menambahkan kata ganti yang menunjukkan hubungan kepemilikan
subjek. Dengan demikian, terdapat dua kategori struktur topik-komen yang sama-sama
menempatkan topik pembicaraan di posisi awal dan diikuti komen yang ditunjukkan melalui
kalimat atau frase yang mengikutinya. Begitupun stuktur ini menyerupai struktur subjek-
predikat dalam pernyataan suatu kejadian dan kepemilikan.
Mengenai teknik humor, Berger (1998: 30-38) mengutarakan bahwa ada beberapa
teknik yang bisa dipakai untuk menciptakan nuansa humor dalam teks, diantaranya yaitu
definitions, exposure, imitation and pretense, impersonation and recognition, satire, dan
eccentricity. Definitions adalah pendefinisian suatu kata yang definisinya tidak memenuhi
ekspektasi orang-orang yang mengira bahwa definisi suatu kata harus terkesan serius. Teknik
definisi memberikan “kekuasaan” bagi pengguna teknik ini untuk menyertakan komen pribadi
atau stereotype yang ia miliki akan sesuatu. Teknik exposure memiliki maksud untuk
membongkar atau membuka kebodohan diri sendiri, atau membongkar hal yang tersembunyi
(“hidden”) dalam diri sendiri. Imitation and pretense memiliki artian bahwa seseorang
berpura-pura menjadi sesuatu yang lain, misalya seperti robot, anjing, atau hewan lainnya,
tetapi tetap mempertahankan identitas dirinya sendiri. Dalam imitasi, identitas diri sendiri
tidak hilang, hanya digabungkan dengan identitas sesuatu yang diimitasikan. Nuansa humor
yang terbentuk terlihat dari perbedaan antara hal yang diimitasi dengan sifat dasar sang
imitator. Impersonation and recognition digunakan ketika identitas seseorang seakan-akan
hilang dari dirinya, dan biasanya berubah menjadi identitas lainnya. Dengan kata lain, teknik
ini mengedepankan hilangnya identitas diri sendiri untuk meniru identitas orang lain. Kelima,
teknik satire menekankan ejekan dan cenderung mengolok-olok sifat buruk manusia, institusi,
atau objek lainnya. Biasanya teknik ini bergantung pada peristiwa sosial dan politik, dan
bertujuan untuk memberikan kritik sosial. Terakhir, teknik eccentricity adalah nuansa humor
yang dibangun dengan mengacu pada perbedaan antara realita dengan apa yang dianggap
“seharusnya”. Teknik ini melanggar pola pikir, atau perilaku yang ada di masyarakat.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif, dan metode yang digunakan adalah analisis
wacana dengan menggunakan pendekatan linguistik dan humor. Penelitian dilakukan melalui
empat tahap. Tahap pertama ialah pengumpulan data “Y U NO Guy” yang diambil dari situs
memebase.cheezburger.com. Situs tersebut saya pilih sebagai sumber pengambilan data
karena situs tersebut memiliki visi sebagai penyimpan segala jenis unggahan internet meme2.
Pengumpulan data dilakukan sepanjang tahun 2012. Terjadi proses seleksi data dengan
pertimbangan bahwa data yang ada harus memiliki konteks situasi yang dapat dicari dan
diketahui berdasarkan pengalaman, memori, atau melalui mesin pencari (search engine). Pada
akhirnya, jumlah data yang berhasil terseleksi sepanjang tahun 2012 berjumlah sebanyak 20
data. Kemudian, setelah data terkumpul, tahap kedua yang dilakukan adalah analisis data
dengan teori yang berkaitan dengan ruang lingkup analisis wacana, linguistik, dan humor.
Dalam ruang lingkup analisis wacana, saya akan menggunakan teori konteks situasi, referen-
referensi, dan inferensi. Pada ruang lingkup linguistik, akan digunakan teori tindak tutur,
struktur informasi lama-baru, dan struktur topik-komen. Terakhir, dalam ruang lingkup
humor, saya akan memakai teori teknik-teknik humor.
Hasil Penelitian Analisis pada 20 data penelitian berupa “Y U NO Guy” dilakukan untuk mencari tahu tindak
tutur apa saja yang sebenarnya terdapat dalam kalimat pada “Y U NO Guy”, bagaimana
tindak tutur tersebut ditampilkan dalam kalimat, serta bagaimana nuansa humor dibangun
dalam “Y U NO Guy”. Proses analisis yang dilakukan pada tahap pertama adalah dengan
menelaah kalimat judul, yang kemudian akan dilanjutkan dengan menelaah kalimat pada
gambar “Y U NO Guy”. Pada tahap tersebut, proses analisis kedua kalimat menggunakan
konteks situasi yang muncul dan akan melihat struktur informasinya. Hasil yang didapatkan
dari analisis tahap pertama adalah diketahuinya inferensi awal dari kalimat judul dan kalimat
pada gambar yang akan menunjukkan pemahaman terhadap tindak lokusi. Setelah analisis
tahap pertama, tahap kedua akan melihat hubungan antara kalimat judul dan kalimat pada
gambar sehingga mampu memahami inferensi simpulan yang paling mungkin dari kedua
aspek tersebut. Hasil yang didapatkan dari analisis tahap kedua ini adalah memahami tindak
ilokusi dalam kalimat pada “Y U NO Guy” berdasarkan inferensi simpulan. Kemudian, tahap
2 Hal tersebut tertulis pada jargon situs tersebut yaitu “All Your Memes Are In Our Base”
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
terakhir yang dilakukan dalam menganalisis data adalah menentukan teknik humor yang
digunakan. Dengan melihat hasil analisis terhadap konteks situasi, inferensi, dan tindak tutur
pada tahap-tahap sebelumnya, tahap ini juga akan melihat kaitannya dengan gambar sehingga
hasil yang didapatkan adalah diketahuinya kevalidan simpulan teknik humor yang digunakan.
Perlu diketahui bahwa tahapan-tahapan analisis dilakukan secara bersamaan. Selain itu,
informasi lama dan baru dalam “Y U NO Guy” dilakukan kata per kata sesuai dengan
fungsinya.
Setelah proses analisis selesai dilakukan, saya menemukan bahwa tindak tutur dan
teknik humor yang digunakan dalam “Y U NO Guy” dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok atau kategori utama. Pengelompokkan ini dibuat dengan menggabungkan tindak
ilokusi dan teknik humor dalam satu kesatuan dan tidak terpisah sendiri-sendiri agar dapat
terlihat bagaimana tindak ilokusi tertentu dapat ditunjukkan bersamaan dengan nuansa humor
yang menjadi ciri khas “Y U NO Guy”. Pengelompokkan tidak memperhitungkan tindak tutur
lokusi karena walaupun tindak lokusi merupakan tindak tutur yang ada dalam “Y U NO Guy”,
tindak lokusi tidak mewakili makna yang sebenarnya ingin ditampilkan oleh penutur. Dengan
demikian, tidak ditemukan pertimbangan lain dalam membuat pengelompokkan 20 data “Y U
NO Guy” dalam penelitian ini. Sebelum menjelaskan hasil analisis yang dikelompokkan
dalam empat kelompok utama, perlu diingatkan kembali bahwa tindak ilokusi dalam
penelitian ini mewakili makna yang sebenarnya terdapat dalam “Y U NO Guy”. Dan berikut
ini adalah pengelompokkan yang telah dibuat berdasarkan tindak ilokusi dan teknik humornya.
Tabel 1. Pengelompokkan Hasil Analisis 20 Data Penelitian
No. Tindak Ilokusi Teknik Humor Frekuensi
1. Direktif Imitation 4 Impersonation 1
2. Ekspresif
Imitation 3 Definition 2 Exposure 1
Satire 1 Eccentricity 1
3. Asertif Imitation 5 Exposure 1
4. Kosong (Tanpa Tindak Tutur) Imitation 1 Pembahasan Pada tabel pengelompokkan sebelumnya (tabel 1), terdapat 5 data dengan makna direktif yang
memunculkan dua teknik humor yaitu imitation dan impersonation. Frekuensi dari masing-
masing teknik humor tersebut adalah: imitation sebanyak 4 data dan impersonation sebanyak
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
1 data. Frekuensi tersebut menunjukkan bahwa dalam menyampaikan tindak ilokusi direktif,
yaitu tindak tutur yang mendorong seseorang agar melakukan sesuatu, penutur lebih
menyukai menggunakan teknik humor yang mana tokoh Guy dapat diubah menjadi: (1)
sesuatu yang mencitrakan kondisi yang ingin dilakukan oleh orang yang lain, (2) sesuatu yang
menyerupai orang yang disuruh, dan (3) sesuatu yang menyerupai orang yang mendorong
orang lain melakukan sesuatu. Interpretasi ketiga kategori tersebut merupakan interpretasi
berdasarkan hasil analisis data penelitian. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa merubah
tokoh Guy menjadi entitas yang berkaitan dengan ketiga kategori tersebut dapat membantu
tindak ilokusi agar lebih mudah dipahami.
Pada tabel 1 juga tertera bahwa terdapat 8 data dengan makna ekspresif yang
memunculkan lima teknik humor yaitu imitation, definition, exposure, satire, dan eccentricity.
Frekuensi dari masing-masing teknik humor tersebut yaitu: imitation sebanyak 3 data,
definition sebanyak 2 data, exposure sebanyak 1 data, dan satire sebanyak 1 data.
Berdasarkan hasil tersebut, diinterpretasikan bahwa dalam menyampaikan tindak ilokusi
ekspresif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mengekspresikan dan mengungkapkan
sikap psikologis penutur terhadap mitra tutur, penutur bebas menggunakan teknik humor apa
saja selama masih sesuai dengan keadaan, situasi, orang, atau benda yang mempengaruhi
sikap psikologis penutur.
Selanjutnya, terdapat 6 data dengan makna asertif yang memunculkan dua teknik
humor yaitu imitation dan exposure. Frekuensi dari masing-masing teknik humor tersebut
adalah: imitation sebanyak 5 data, dan exposure sebanyak 1 data. Kedua hasil tersebut
menunjukkan bahwa dalam menyampaikan tindak ilokusi asertif, yaitu tindak tutur yang
menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya, penutur lebih menyukai untuk membuat
tokoh Guy menjelaskan keadaan, situasi, atau karakteristik dari referen atau benda yang
dijelaskan apa adanya, dan teknik imitation lebih sering muncul karena teknik tersebut dapat
membuat tokoh Guy menyerupai keadaan yang dimaksud, situasi, atau karakteristik yang
dimaksud.
Pada kelompok tindak ilokusi dengan makna kosong, terdapat teknik humor yang
muncul yaitu imitation dengan frekuensi hanya 1. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun
kalimat pada “Y U NO Guy” tidak memilikin makna apapun, nuansa humor tetap dapat
dibangun dengan teknik imitation yang membuat tokoh Guy berpura-pura menjadi sesuatu
yang lain dengan tetap mempertahankan identitas dirinya sendiri. Selain itu, hal ini juga
menunjukkan bahwa terdapat penutur yang tidak memiliki keinginan untuk menyampaikan
makna tertentu dan hanya ingin membangun nuansa humor saja.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
Kesimpulan Analisis tindak tutur dan teknik humor yang terdapat dalam wacana internet meme “Y U NO
Guy” merupakan penelitian yang berkaitan dengan ruang lingkup analisis wacana, linguistik,
dan humor. Dari keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan, telah ditemukan dan
disimpulkan tiga temuan yang menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.
Pertama, telah ditemukan bahwa “Y U NO Guy” memiliki tindak tutur lokusi dan
ilokusi, namun tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang menyampaikan makna yang
sebenarnya terdapat dalam kalimat-kalimat “Y U NO Guy”. Dengan demikian, tindak tutur
yang sebenarnya terdapat dalam “Y U NO Guy” bukan sekedar tindak tutur lokusi bertanya
saja, tetapi juga terdapat tindak lokusi pernyataan. Terlebih lagi, terdapat pula tindak ilokusi
dari 20 data yang masing-masing menunjukkan keberagaman makna dan lebih kompleks dari
sekedar bertanya atau menyatakan sesuatu. Makna-makna yang muncul dari 20 data
penelitian terbagi dalam empat kelompok yaitu makna direktif, ekspresif, asertif, dan makna
kosong (tanpa tindak tutur). Dari keempat kelompok tersebut, yang mendominasi keduapuluh
data adalah makna ekspresif dengan jumlah 8 data, diikuti dengan makna asertif sebanyak 6
data, direktif sebanyak 5 data, dan makna kosong sebanyak 1 data. Temuan tersebut
menunjukkan bahwa kalimat-kalimat dalam “Y U NO Guy” kebanyakan merupakan sarana
untuk mengekspresikan dan mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap sesuatu.
Namun, adanya makna asertif juga menunjukkan bahwa “Y U NO Guy” dapat digunakan
sebagai sarana melempar suatu wacana atau topik pembicaraan kepada publik dalam bentuk
pertanyaan karena pada dasarnya kalimat “Y U NO Guy” menggunakan kata tanya “why”.
Dengan melemparkan topik pembicaraan tertentu, “Y U NO Guy” bisa dimanfaatkan menjadi
sarana jajak pendapat, persuasi, atau memerhatikan suara publik. Selain itu, terdapat pula
makna direktif yang menegaskan bahwa “Y U NO Guy” juga dapat menjadi sarana untuk
mendorong seseoran agar melakukan sesuatu. Terakhir, adanya makna kosong menandakan
bahwa jumlah orang yang menggunakan “Y U NO Guy” sebagai unsur kesenangan semata
tidak sebanyak orang yang menggunakannya untuk melakukan suatu tindak tutur.
Temuan yang kedua menjawab rumusan masalah bahwa tindak tutur dalam “Y U NO
Guy” ditunjukkan melalui hubungan antara kalimat judul, kalimat pada gambar, konteks luar
teks, dan kadang hubungannya dengan gambar itu sendiri. Hasil analisis 20 data “Y U NO
Guy” menunjukkan bahwa hubungan antara kalimat judul dan kalimat pada gambar dapat
memberikan petunjuk untuk mencari konteks luar teks yang lebih dalam. Oleh karena itu,
hubungan keduanya menjadi penting untuk mencari tahu konteks yang secara tidak langsung
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
berkontribusi dalam memahami tindak tutur yang dilakukan penutur. Selain dari kalimat judul
dan kalimat pada gambar, terkadang aspek gambar itu sendiri menjadi penting jika petunjuk
konteks tidak dapat diketahui dari kalimat-kalimat tersebut.
Temuan yang ketiga menjawab masalah bahwa nuansa humor pada “Y U NO Guy”
dibangun melalui gambar dan konteks situasi yang familiar. Konteks situasi yang familiar
tersebut dapat pula terbangun dari hubungan antara kalimat judul dan kalimat pada gambar.
Menariknya, seorang teman pernah berkata bahwa nuansa humor dalam penelitian yang
berkaitan dengan ruang lingkup wacana atau linguistik akan terbngun dari pelanggaran
maksim yang terjadi. Namun, hal itu tidak terjadi pada “Y U No Guy” karena tidak adanya
dialog antara penutur dan petutur (penulis dan pembaca) sehingga tidak memungkinkan
terjadinya pelanggaran maksim. Pada proses analisis sudah dibuktikan bahwa nuansa humor
terbangun dengan penggunaan teknik-teknik humor dan hubungan konteks yang tercipta dari
kalimat judul dan kalimat pada gambar. Berdasarkan frekuensi teknik humor yang dipakai
dalam 20 data penelitian, yang mendominasi adalah teknik imitation yaitu sejumlah 13 data.
Kemudian, teknik humor yang mendominasi berikutnya yaitu teknik definition dan exposure
yang masing-masing berjumlah sama yaitu 2 data. Terakhir, teknik humor yang jarang
digunakan adalah impersonation, satire, dan eccentricity yang masing-masing terdiri dari 1
data. Frekuensi seringnya teknik humor imitation digunakan menunjukkan bahwa dalam
berhumor dengan“Y U NO Guy”, yang sebenarnya tidak menunjukkan siapa penutur aslinya,
orang-orang cenderung mengimitasi ciri khas orang atau benda lain untuk dijadikan bahan
lelucon dan humor.
Ketiga temuan yang dijelaskan di atas merupakan temuan yang dapat menjawab
rumusan masalah dalam penelitian ini. Sementara itu, dari proses analisis dan penelitian yang
dilakukan, terdapat satu kesimpulan yang dapat ditarik secara general, yaitu adanya unsur
pertukaran infromasi antara sesama pengguna internet. Cakupan wilayah yang luas dan
global, didukung dengan bebasnya penggunggahan “Y U NO Guy”, telah menimbulkan
pertukaran informasi yang dapat berdampak positif sebagai tambahan ilmu dalam mengenal
budaya dan pengalaman orang lain. Terkait dengan penggunaan internet meme “Y U NO
Guy” sebagai sarana humor yang dominan dengan teknik imitation, maka saya menyimpulkan
bahwa humor dalam “Y U NO Guy” cenderung egoisan karena menjadikan orang atau tokoh
lain sebagai bahan humor. Sementara, terkait dengan penyampaian tindak tutur dengan tindak
ilokusi dominan ekspresif, saya menyimpulkan bahwa kalimat dalam “Y U NO Guy”
memiliki kecenderungan besar sebagai media pengekspresikan dan pengungkapan sikap
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
psikologis penutur terhadap mitra tutur seperti kemarahan, rasa tidak suka, rasa bahagia, dan
rasa senang.
Saran Data penelitian yang digunakan dalam menganalisis tindak tutur dan teknik humor pada “Y U
NO Guy” masih terbatas pada 20 data yang dikumpulkan dalam jangka waktu satu tahun.
Oleh karena itu, penelitian ini membuka kesempatan pada peneliti lain untuk melakukan
penelitian dengan objek yang sama yaitu “Y U NO Guy” dengan menambah jumlah data agar
lebih merepresentasikan fenomena “Y U NO Guy” secara akurat, atau dapat
menambahkannya dengan objek penelitian lainnya seperti internet meme selain “Y U NO Guy”
sehingga dapat berfungsi sebagai analisis komparatif.
Dalam penelitian ini, saya memahami bahwa masih terdapat kekurangan dari
ketepatan interpretasi makna dan aspek linguistik yang dianalisis seperti nomina dan fungsi
pronomina, sehingga akan lebih baik jika diadakan penelitian lanjutan dengan teori yang lebih
representatif dalam menentukan tindak tutur dan humor, misalnya dengan teori representasi
subjek/objek atau humor verbal.
Akhirnya, penelitian ini diharapkan dapat menarik minat peneliti lain untuk
menganalisis internet meme “Y U NO Guy” atau internet meme lainnya dengan cakupan yang
lebih luas, mendalam, dan menyeluruh, karena fenomena praktik penggunaan bahasa melalui
internet meme masih merupakan hal yang baru bagi para linguis. Selain itu, bagi para
pengguna internet yang tidak paham linguistik, memahami internet meme akan menghindari
terjadinya kesalahpahaman dan dapat meningkatkan kenyamanan berkomunikasi dengan gaya
internet meme ketika tergabung dalam komunitas-komunitas internet atau forum-forum
internet. Namun, yang paling penting bagi saya, penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi dalam meningkatkan pengetahuan mengenai aplikasi penggunaan teknik humor
dan meningkatkan kesadaran pentingnya memahami tindak tutur dalam berkomunikasi.
Daftar Referensi Arifin, B., & Rani, A. (2000). Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Berger, A. A. (1998). An Anatomy of Humor. New Jersey: Transaction Publishers.
Brown, G., & Yule, G. (1983). Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013
Chafe, W. (1987). Cognitive Constraints on Information Flow. Dalam R.S. Tomlin (Ed.),
Coherence and Grounding in Discourse (hal. 21-51). Philadelphia: John Benjamins
Publishing.
Davies, W.D. (2010). A Grammar of Madurese. Berlin: Walter de Gruyter.
Dawkins, R. (2006). The selfish gene (30th anniversary ed.). New York: Oxford University
Press Inc.
Finegan, E. (2008). Language: Its Structure and Use (5th ed.). Boston: Thomson Wadsworth.
Gil, P. (n.d.) What is a ‘meme’? What are examples of modern internet memes?. Diakses Juni
7, 2012. http://netforbeginners.about.com/od/weirdwebculture/f/What-Is-an-Internet-
Meme.htm
Halliday, M. A. K., & Hasan, R. (1976). Cohesion in English. London: Longman Group Ltd.
Halliday, M.A.K. (2005). Studies in English Language. New York: Continuum.
Hymes, D. (2001). Foundations in Sociolinguistics. London: Routledge.
Internet Memes: Sharing Cultural Ideas. (2013). Diakses Juli 1, 2013.
http://spotlightenglish.com/listen/internet-memes-sharing-cultural-ideas
Johnstone, B. (2002). Discourse Analysis. Massachucetts: Blackwell Publishers Inc.
Kibrik, A. A. (2011). Reference in Discourse. New York: Oxford University Press Inc.
Lyons, J. (1977). Semantics (vol.2). Cambridge: Cambridge University Press.
Oxford dictionaries. (n.d.). Diakses Mei 25, 2013.
http://oxforddictionaries.com/definition/english/meme
Tatman, R. (2013). Meme grammar. Diakses April 9, 2013.
http://makingnoiseandhearingthings.com/tag/humor/
Tomlin, R.S., Forrest, L., Pu, M.M., Kim, M.H. (1997). Discourse Semantic. Dalam T.A. van
Dijk (Ed.), Discourse as Structure and Process (hal. 63-111). London: SAGE
Publications Ltd.
Weissman, S. (2013). 5 memes that made it into ads. Diakses Juni 11, 2013.
http://digiday.com/brands/5-memes-that-made-it-into-ads/
“Y U NO” Guy. (2010). Diakses Februari 23, 2012. http://knowyourmeme.com/memes/y-u-
no-guy
Yule, G. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
Yuwono, U. (2005). Wacana. Dalam Kushartanti, U. Yuwono, & M. R.M.T. Lauder (Eds.),
Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik (hal. 91-103). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Analisis tindak..., Nurul Hikmah Khairunnisa, FIB UI, 2013