Upload
vandang
View
229
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING TEGALAN DI KECAMATAN TRETEP
KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Ery Suryo Saputro NIM 3250405022
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi pada :
Hari : Senin
Tanggal : 27 Juli 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Heri Tjahjono, M.Si Rahma Hayati, S.Si, M.Si NIP.19680202 1999031 001 NIP.1972064 1998032 003
Mengetahui Ketua Jurusan Geografi
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si NIP.19620904 1989011 001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah di pertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 11 Agustus 2009
Penguji Utama
Dra. Dewi Liesnoor, M.Si NIP.19620811 1988032 001 Penguji I Penguji II Drs. Heri Tjahjono, M.Si Rahma Hayati, S.Si, M.Si NIP.19680202 1999031 001 NIP.1972064 1998032 003
Mengetahui Dekan,
Drs. Subagyo, M.Pd NIP.19510808 1980031 003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2009
Ery Suryo Saputro NIM. 3250405022
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Berbulan-bulan dan bertahun-tahun, saya berpikir. Sembilan puluh
sembilan kali, salah kesimpulan. Yang keseratus kali saya benar.” (Albert
Einstein)
“Jika orang lain bisa, kenapa aku tidak”
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku yang selalu
memberi dukungan dan kasih sayang
kepadaku
Untuk adiku Wahyu (Adult) yang selalu
memberi semangat dan dukungan
Untuk keluarga besar Sastro Puan yang
senantiasa memberi semangat,
dukungan, dan Motivasi.
Untuk Ira, terimakasih atas semangatnya
Teman-teman seperjuangan Bola Kos
Bolo Kurowo Geografi Murni 2005
Almamaterku UNNES
vi
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING
TEGALAN DI KECAMATAN TRETEP KABUPATEN TEMANGGUNG”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak dapat tersusun. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Heri Tjahjono, M.Si., Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam menyusun skripsi ini.
5. Rahma Hayati, S.Si, M.Si., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam menyusun skripsi ini.
6. Seluruh Birokrasi Pemerintah Kecamatan Tretep yang telah banyak membantu
dalam menyusun skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya skipsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
vii
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kebaikan dalam penyusunan berikutnya. Akhir kata harapan penulis semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Semarang, Agustus 2009
Penulis
viii
Sari
Saputro, Ery Suryo. 2009. Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Pada Lahan Kering Tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.
Kata Kunci : Tingkat Bahaya Erosi, Lahan Kering Tegalan, Konservasi.
Kecamatan Tretep terletak di lereng Gunung perahu dengan kondisi tanah yang subur yang sebagian besar terdiri dari lahan kering yang berupa tegalan dengan jenis tanaman semusim berupa jagung, kentang, sayuran, dan tembakau yang memerlukan pengolahan tanah secara intensif. Pada umumnya pengolahan tanah tersebut tanpa diimbangi dengan upaya konservasi yang memadai sehingga menimbulkan permasalahan seperti: (1) berapa besar erosi yang terjadi pada lahan tegalan?, (2) bagaimana prioritas arahan konservasi pada lahan tegalan?. Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui seberapa besar tingkat erosi pada lahan kering tegalan dan (2) memberikan arahan prioritas tindakan konservasi pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung.
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung, obyek penelitian adalah lahan tegalan. Satuan lahan diperoleh dengan overlay peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta geologi. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Pengambilan sampel berdasarkan klasifikasi dari jenis tanaman tegalan, lereng dan jenis tanah. Pada penelitian ini terdapat 11 sampel, analisis data menggunakan penelitian erosi USLE, kelas tingkat bahaya erosi untuk mencocokan besarnya nilai erosi (Ton/Ha/Th) dengan kedalaman solum tanah menggunakan tabel kelas tingkat bahaya erosi dari Departemen Kehutanan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung terdapat empat kelas tingkat bahaya erosi, yaitu rendah, sedang, berat dan sangat berat. Prioritas konservasi pada lahan tegalan di Kecamatan Tretep ada empat, yaitu Prioritas I seluas 679,234 Ha, Prioritas II seluas 1.664,510 Ha, Prioritas III seluas 271,024 Ha dan Prioritas IV seluas 34,083 Ha. Besarnya erosi pada daerah penelitian disebabkan berbagai faktor antara lain kemiringan lereng, jenis tanaman dan pengolahan lahan (konservasi).
Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah: (1) bagi masyarakat, dalam melakukuan pengolahan lahan harus memperhatikan prinsip-prinsip konservasi lahan yang benar agar tidak menyebabkan erosi tanah yang lebih besar. (2) jangan melakukan perubahan tindakan konservasi yang malah menyebabkan erosi yang lebih besar, seperti pengolahan lahan pada tanaman kentang dengan teknik memotong kontur. (3) kepada Intansi terkait hendaknya melakukan pembinaan dan memberi penyuluhan pada masyarakat mengenai pengolahan lahan yang benar dengan mengedepankan prinsip-prinsip konservasi.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ………………………………………………………… i
Persetujuan Pembimbing ……………………………………………… ii
Pengesahan Kelulusan ………………………………………………… iii
Pernyataan …………………………………………………………….. iv
Moto dan Persembahan ………………………………………….......... v
Prakata ……………………………………………………………... .... vi
Sari … ……………………………………………………………… viii
Daftar Isi ………………………………………………………………. ix
Daftar Tabel …………………………………………………………… xii
Daftar Gambar ………………………………………………………… xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………… 3
C. Tujuan Penelitian …………………………………………..... 4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 4
E. Penegasan Istilah …………………………... …………… 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lahan ............................................................... 7
1. Lahan Kering ................................................................ 8
2. Tegalan ......................................................................... 8
3. Lahan Kritis .................................................................. 9
B. Satuan Lahan ..................................................................... 10
C. Erosi
1. Proses Terjadinya Erosi ................................................. 10
2. Faktor Yang Mempengaruhi Erosi ................................. 11
3. Jenis-jenis Erosi ............................................................ 16
D. Metode USLE ..................................................................... 18
1. Erosivitas Hujan ............................................................. 19
x
2. Erodibilitas Tanah .......................................................... 20
3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng ......................... 22
4. Faktor Tanaman ............................................................. 23
5. Tindakan Pengelolaan Tanah .......................................... 24
6. Kelas Tingkat Bahaya Erosi ........................................... 24
E. Konservasi Lahan ............................................................... 25
1. Vegetatif ........................................................................ 26
2. Teknik Mekanis ............................................................. 27
3. Kimiawi ......................................................................... 28
F. Prioritas Konservasi ............................................................ 28
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian .............................................................. 30
B. Penentuan Sampel............................................................. 30
C. Variabel Penelitian ........................................................... 30
D. Metode Pengumpulan Data ............................................... 31
E. Jenis Data ......................................................................... 32
F. Peralatan Penelitian .......................................................... 33
G. Teknik Analsis Data ......................................................... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum .......................................................... 37
2. Satuan Lahan ................................................................ 53
3. Persebaran Sampel Tanah ............................................. 54
4. Faktor yang Mempengaruhi Erosi ................................. 58
5. Hasil Perhitungan Erosi dengan Metode USLE dan Klasifikasi
Kelas Tingkat Bahaya Erosi .......................................... 63
6. Prioritas Konservasi ...................................................... 73
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Tingkat Bahaya Erosi .................................................. 76
2. Arahan Konservasi Lahan ............................................ 80
xi
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................... 82
B. Saran ................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Hasil Perhitungan USLE ................................................................. 87
2. Data Curah Hujan Harian dan Hasil Perhitungan Erosivitas Harian, Bulanan
dan Tahunan .................................................................................... 98
3. Hasil Uji Lab Tanah ........................................................................ 112
4. Surat Keterangan Penelitian............................................................. 124
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penggolongan Iklim Schmidt dan Ferguson ........................... 12
Tabel 2. Kelas Kemiringan Lereng ....................................................... 13
Tabel 3. Nilai Struktur Tanah ............................................................... 20
Tabel 4. Nilai Tekstur atau Ukuran Butir (M) ....................................... 21
Tabel 5. Kelas Kandungan Bahan Organik ........................................... 22
Tabel 6. Harkat Permeabilitas Tanah .................................................... 22
Tabel 7. Nilai Faktor Tanaman (C) ....................................................... 23
Tabel 8. Nilai Faktor Konservasi Tanah (P) ......................................... 24
Tabel 9. Kelas Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ......................................... 25
Tabel 10 Skala Prioritas Konservasi ..................................................... 35
Tabel 11. Jumlah Bulan Basah, Bulan Kering dan Bulan Lembab ........ 41
Tabel 12. Kelas Lereng Kecamatan Tretep ........................................... 43
Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan ....................................................... 43
Tabel 14. Jenis Tanaman Tegalan ........................................................ 46
Tabel 15. Jenis Tanah .......................................................................... 48
Tabel 16. Formasi Geologi ................................................................... 51
Tabel 17. Kependudukan ..................................................................... 51
Tabel 18. Satuan Lahan ........................................................................ 54
Tabel 19. Koordinat Sampel Tanah ...................................................... 55
Tabel 20. Indeks Erodibilitas Tanah Daerah Penelitian ......................... 60
Tabel 21. Nilai LS Daerah Penelitian ................................................... 61
Tabel 22. Faktor Vegetasi (C) Daerah Penelitian .................................. 62
Tabel 23. Praktek Konservasi Tanah (P) Pada Daerah Penelitian .......... 63
Tabel 24. Luasan TBE Pada Lahan Tegalan ......................................... 71
Tabel 25. Luasan Daerah Konservasi Pada Lahan Tegalan ................... 74
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Persamaan USLE ................................................ 18
Gambar 2. Diagram Alir Penelitan .................................................. 36
Gambar 3. Peta Administrasi ............................................................ 38
Gambar 4. Grafik Pembagian Iklim Schmdt-Ferguson ..................... 42
Gambar 5. Peta Lereng..................................................................... 44
Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan .................................................. 45
Gambar 7. Peta Jenis Tanaman Tegalan ........................................... 47
Gambar 8. Peta Tanah ...................................................................... 49
Gambar 9. Peta Geologi ................................................................... 52
Gambar 10. Peta Satuan Lahan ........................................................ 56
Gambar 11. Peta Persebaran Sampel Tanah ...................................... 57
Gambar 12. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Rendah.......... 66
Gambar 13. Foto Praktek Konservasi Pada kelas TBE Rendah ......... 67
Gambar 14. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Sedang .......... 68
Gambar 15. Foto Praktek Konservasi Pada kelas TBE Sedang ......... 68
Gambar 16. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Berat ............. 69
Gambar 17. Foto Praktek Konservasi Pada kelas TBE Berat ............ 69
Gambar 18. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Sangat Berat.. 70
Gambar 19. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Sangat Berat.. 70
Gambar 20. Foto Erosi Pada Daerah TBE Sangat Berat.................... 71
Gambar 21. Peta TBE Lahan Kering Tegalan ................................... 72
Gambar 22. Peta Arahan Konservasi Pada Lahan Kering Tegalan .... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketidakseimbangan pertambahan penduduk dengan ketersediaan
sumber daya lahan telah menimbulkan banyak masalah masalah lingkungan
hidup salah satunya adalah erosi. Penyebaran penduduk yang tidak merata
mengakibatkan tekanan kepadatan penduduk yang erat kaitannya dengan
masalah lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya lahan yang tidak
memperhatikan keseimbangan dengan lingkungan dan pelestariannya akan
mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang akan berakibat banjir, erosi
tanah, longsor, kekeringan maupun terjadinya tanah tanah kritis yang
berakibat pada penurunan kemampuan atau produktivitas sumber daya lahan.
Pada tahun 2000, kerusakan lahan dan hutan mencapai 56,98 juta Ha (Ditjen
Rehabilitasi Lahan Perhutanan Sosial, 2000 dalam Sunarto 2001:13).
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape) yang
mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, relief, tanah, hidrologi,
vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap
penggunaan lahan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989:207). Perubahan
penggunaan lahan dari vegetasi permanen menjadi lahan pertanian intensif
menyebabkan tanah menjadi lebih mudah tererosi oleh aliran permukaan,
akibat dari erosi tanah menyebabkan semakin meluasnya lahan kritis.
Ciri khusus usaha tani pada lahan tegalan menyebabkan seringnya lahan
menjadi terbuka Karena tindakan pengolahan tanah dan penyiangan. Jatuhnya
2
butir-butir hujan yang langsung mengenai permukaan tanah dan aliran
permukaan akan mempercepat proses erosi. Erosi tanah adalah proses
perataan kulit bumi, proses ini terjadi dengan penghancuran pengangkutan
dan pengendapan. Ada dua penyebab yang aktif dalam proses erosi yaitu air
dan angin (Utomo, 1994:34).
Pada daerah beriklim tropika basah, air merupakan penyebab utama
erosi tanah, Sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Proses
erosi oleh air merupakan kombinasi 2 sub proses yaitu, penghancuran struktur
tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang
menimpa tanah dan perendaman oleh air yang tergenang (proses dispersi) dan
pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan dan
penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah tersebut
oleh air yang mengalir di permukaan tanah (Arsyad, 1989:30). Pada
prinsipnya erosi tanah tidak dapat dihilangkan sama sekali atau (nol erosi),
yang dapat dilakukan oleh manusia adalah memperkecil atau menekan erosi
dengan tindakan konservasi.
Sektor pertanian merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk
Kecamatan Tretep. Pertanian di daerah ini adalah pertanian kering dan jenis
tanaman yang ditanam adalah tanaman musiman seperti Tembakau, Jagung,
Ketela, Kentang, Kopi dan Sayuran. Penggunaan lahan tegalan menyebabkan
seringnya lahan menjadi terbuka, Karena tindakan pengolahan tanah dan
penyiangan pada lahan terbuka seperti ini jika terkena air hujan maka akan
mempercepat proses erosi, kondisi seperti di atas diperparah lagi pada
3
pengelolaan lahan yang intensif tanpa di imbangi dengan tindakan konservasi
yang baik
Ciri pertanian lahan kering tegalan adalah lahan yang di dominasi
dengan jenis tanaman semusim, yang setiap musimnya dilakukuan
pengolahan lahan secara intensif yang menyebabkan tanah menjadi terbuka
akibat energi kinetik dari air hujan yang menyebabkan erosi tanah. Setiap
tempat pada pertanian lahan kering tegalan mengalami erosi yang bervariasi
karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik yang beragam seperti
panjang lereng, kemiringan lereng, curah hujan, tanah, vegetasi dan campur
tangan manusia dalam pengelolaan lahan. (Suwardjo, 1978:24).
Pengkelasan tingkat bahaya erosi sangat penting bagi usaha-usaha
pertanian sehingga dapat diketahui cara-cara pengolahan pertanian yang tepat.
Apabila erosi telah melewati batas terbolehkan, maka perlu dilakukan usaha-
usaha untuk mengurangi erosi sehingga kelangsungan usaha–usaha pertanian
berjalan baik (Kartasapoetra, 1987:71). Untuk menghitung berapa besar
tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan untuk menjadi prioritas
menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE).
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil suatu permasalahan yang
terkait yaitu:
1. Seberapa besar erosi yang terjadi pada lahan kering tegalan di Kecamatan
Tretep Kabupaten Temanggung ?
4
2. Bagaimana arahan prioritas konservasi pada lahan tegalan di Kecamatan
Tretep Kabupaten Temanggung?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui besarnya tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan di
Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung.
2. Merekomendasikan prioritas arahan konservasi pada lahan kering tegalan
di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran, masukan atau
referensi dalam pengambilan keputusan untuk pemerintah dan masyarakat
setempat dalam pengolahan lahan dan prioritas konservasi lahan untuk
mengurangi erosi.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan atau
sumber referensi bagi pembaca yang berkaitan dengan erosi dan konservasi
lahan.
E. Penegasan Istilah
1. Tanah
Akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas menduduki sebagian besar
permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan mempunyai
sifat-sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu (Darmawijaya,
1970:22).
5
2. Erosi
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ketempat lain (Arsyad,
1989:30).
3. Erosi Permukaan
Pemindahan tanah dari permukaan tanah oleh aliran permukaan ketempat
lain yang lebih rendah (Sahuleka Welheimus, 1993:12).
4. Tingkat Erosi
Banyaknya material tanah yang dipindahkan dari suatu tempat ketempat
lain yang lebih rendah oleh tenaga tetes air hujan dan aliran permukaan
persatuan luas tertentu dalam waktu tertentu (Douglas, 1973).
5. Lahan
Suatu daerah di permukan bumi yang dicirikan oleh sifat-sifat tertentu
meliputi biosfer di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah batuan
(geologi), flora dan fauna hasil kultural manusia pada masa lampau dan
sekarang yang berpengaruh nyata terhadap penggunaan lahan masa
sekarang dan masa yang akan datang (FAO, 1976 dalam Sriyono 2007:3).
6. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) yaitu setiap bentuk intervensi (campur
tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik meteriil maupun sepirituil (Arsyad, 1989:48).
6
7. Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik,
kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis.
Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan
lahan tersebut hidupnya (Romenah, 2007:14).
8. Lahan Kering
Adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air
pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu (Puslit
Tanah dan Agroklimat, 2000 dalam Shultani 2008:12).
9. Tegalan
Adalah lahan pertanian tanah kering yang ditanami dengan tanaman
berumur pendek (semusim) secara permanen (Darmawijaya, 1980 dalam
Le Orde 2004:25).
10. Konservasi Lahan
Adalah upaya untuk mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan
daya guna lahan sesuai dengan peruntukanya (Ditjen Rehabilitasi Lahan
dan Perhutanan Sosial, dalam Sunarto 2002:16).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lahan
Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air
dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan (FAO,1976 dalam Arsyad 1989:207). Lahan
memiliki banyak fungsi, yaitu Fungsi produksi sebagai basis bagi berbagai
sistem penunjang kehidupan melalui produksi biomasa yang menyediakan
makanan, pakan ternak, serat dan bahan bahan biotik lainya bagi manusia baik
secara langsuang maupun tidak langsung (binatang ternak), fungsi lingkungan
biotik lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terestrial) yang
menydiakan habitat biologi dan plasmanutfah bagi mahluk hidup dan jasad
mikro di atas dan di bawah permukaan tanah, fungsi pengatur iklim lahan dan
penggunaanya merupakan sumber (source) dan resort (sink) gas rumah kaca
dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan
transformasi dari energi matahari dan daur hidrologi global, fungsi hidrologi
lahan mengatur simpanan dan aliran sumber daya air tanah dan aliran
permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.
Fungsi penyimpanan lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan
mentah dan mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia, fungsi ruang
kehidupan lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia,
industri dan aktivitas sosial lainya, fungsi penghubung spasial lahan
menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan produksi serta
8
untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Karakteristik
lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur. Contoh karakteristik lahan adalah
curah hujan, lereng, solum tanah (Djainudin dkk, 2000:7).
1. Lahan Kering
Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang
atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau
sepanjang waktu (Puslit Tanah dan Agroklimat, 2000 dalam Shultani
2008:12). Badan Litbang Departemen Pertanian mengategorikan lahan
kering sebagai lahan marjinal karena memiliki satu atau lebih
permasalahan seperti kondisi biofisik yang mencakup produktivitas tanah,
topografi berbukit (peka terhadap erosi), sumber daya air terbatas,
ketersediaan infrastruktur terbatas.
Budi daya komoditas pertanian pada lahan kering di dataran tinggi
dengan topografi berbukit sampai bergunung, terutama untuk tanaman
tegalan, tanaman pangan dan hortikultura yang intensif seperti di
Kecamatan Tretep mengandung resiko yang besar karena lahan seperti ini
sangat peka terhadap gangguan atau perubahan dari luar seperti
pengolahan tanah yang dilakuakan secara intensif dan hujan akan
menyebabkan erosi dan longsor yang mengakibatkan kerusakan lahan dan
lingkungan sekitarnya.
2. Tegalan
Tegalan adalah lahan pertaniaan tanah kering yang ditanami dengan
tanaman berumur pendek (semusim) secara permanen (Darmawijaya,
9
1980 dalam Le Orde 2004:25). Tegalan di Kecamatan Tretep
dimanfaatkan untuk pertanian kering dengan jenis tanaman yang
didominasi oleh tanaman semusim seperti jagung, ketela, tembakau dan
sayuran.
3. Lahan Kritis
Lahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara
fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai
ekonomis. Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari
kemampuan lahan tersebut (Romenah, 2007:8).
a Lahan kritis di pantai
Kawasan pantai akan menjadi lahan kritis, jika terjadi
pengikisan pantai oleh gelombang laut (abrasi) yang kuat. Abrasi
dapat menyebabkan lapisan sediment (endapan) akan hancur dan
lenyap. Peristiwa ini terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka
dengan gelombang laut yang besar.
b Lahan Kritis di Kawasan Dataran Rendah
Lahan kritis di kawasan dataran rendah terjadi akibat adanya
genangan air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan yang
menutupi lapisan tanah yang subur. Genangan air terjadi karena
tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga waktu hujan
lebat terjadi banjir dan air menggenang.
10
c Lahan Kritis di Kawasan Pegunungan/Perbukitan
Lahan kritis di kawasan pegunungan terjadi akibat adanya
longsor, erosi atau soil creep (tanah merayap). Lapisan tanah yang
paling atas (top soil) terkelupas, sisanya tanah yang tandus bahkan
sering merupakan batuan padas (Romenah, 2007:9).
B. Satuan Lahan
Satuan lahan (land unit) merupakan bagian lahan yang mempunyai
kualitas dan karasteristik tertentu sehingga dapat ditentukan batasnya pada
peta (FAO, 1979 dalam Sriyono 2007:63). Penggunaan satuan lahan
didasarkan pada beberapa faktor yang berpengaruh pada suatu lahan, faktor-
faktor tersebut meliputi jenis batuan, jenis tanah, kemiringan lereng dan
penggunaan lahan.
C. Erosi
1. Proses Terjadinya Erosi
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian
tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain
(Arsyad, 1989:30). Proses erosi bermula dari panghancuran tanah sebagai
akibat pukulan air hujan yang mempunyai daya lebih besar dari pada daya
tahan tanah, hancuran partikel-partikel tanah yang menyumbat pori-pori
tanah mengakibatkan kapasitas infiltrasi tanah menurun sehingga air
mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan permukaan (run off).
Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengakut
partikel-partikel tanah, jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak bisa
11
mengangkut lagi bahan bahan hancuran maka bahan-bahan hancuran
tersebut akan diendapkan, dengan demikian ada tiga proses yang bekerja
secara berurutan dalam proses erosi diawali dengan penghancuran agregat
tanah, pengangkutan dan diakhiri dengan pengendapan.
2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Erosi
a. Curah Hujan
Curah hujan merupakan penyedia air secara alamiah intensitas
hujan yang besar menyebabkan bertambah pula partikel tanah yang
terlepaskan sebanding dengan energi kinetik yang dilepas, sehingga
partikel tanah yang terlepas semakin besar pula. Sistem klasifikasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem klasifikasi menurut
Schmidt dan Ferguson.
Klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson didasarkan pada
nisbah rata-rata jumlah bulan kering, yaitu apabila curah hujan kurang
dari 60 mm, dan rata-rata jumlah bulan basah apabila curah hujan
lebih dari 100 mm dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah bulan kering rata - rata Q = X 100 %
Jumlah bulan basah rata rata
12
Tabel 1. Penggolongan iklim menurut Schmidt dan Ferguson.
Tipe Iklim Nilai Q dalam % Keterangan A 0 ≤ Q < 0,143 Sangat Basah B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak Basah D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak Kering F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering G 3,000 ≤ Q < 7,000 Sangat kering H 7,000 ≤ Q Luar biasa Kering
Sumber : Schmidt dan Ferguson, 1951 dalam Handayani 2006:42.
b. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan dari berbagai golongan besar
partikel tanah dalam suatu masa tanah terutama perbandingan antara
fraksi liat lempung dan pasir (Suripin, 2001:42). Tekstur tanah
mempengaruhi proses perembesan air dan menghambat perakaran.
Tekstur tanah liat memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi
apabila ditembus oleh akar tanaman dibandingkan dengan tanah yang
bertekstur pasir, demikian juga dalam meloloskan air tekstur liat lebih
sulit dari pada tekstur pasir.
c. Struktur Tanah
Struktur tanah berpengaruh pada peresapan air ke dalam tanah
bentuk struktur tanah yang membulat (granular, remah, gumpal
membulat) menghasilkan tanah dengan daya serap tinggi sehingga air
mudah meresap kedalam tanah, dan aliran permukaan menjadi kecil
sehingga erosi juga kecil. Struktur tanah yang mantap tidak akan
mudah hancur oleh pukulan-pukulan air hujan sehingga akan tahan
terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang tidak mantap sangat
13
peka terhadap pukulan butiran-butiran air hujan, menjadi butir-butir
halus sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya infiltrasi
terhambat dan aliran permukaan meningkat yang berarti erosi juga
akan meningkat.
d. Lereng (Kemiringan Lereng dan Panjang Lereng)
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang
menentukan karasteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua
faktor tersebut berperan besar pada proses erosi karena faktor tersebut
menentukan besarnya kecepatan dan volume air permukaan (Suripin,
2001:104). Kecuraman, panjang dan bentuk lereng semuanya
mempengaruhi laju aliran permukaan dan erosi. Semakin tinggi
tingkat kecuraman atau kemiringan lereng semakin tinggi pula
erosinya. Panjang lereng akan bepengaruh pada proses pengangkutan
tanah semakin panjang lereng semakin besar tanah yang tererosi.
Tabel 2. Kriteria Kecuraman Lereng.
Kode Kemiringan Keterangan A B C D E
0 - 3 % 3 – 8 % 8 – 15 % 15- 40 % > 40 %
Datar Landai Miring Terjal
Sangat Terjal
Sumber: Ananta Kusuma, 1987:98.
e. Kandungan Bahan Organik
Kandungan bahan organik dapat berupa mineral atau organik.
Kebanyakan bahan organik tanah berasal dari jaringan tanaman,
jaringan hewan atau produk tanaman lainya yang merupakan sumber
14
nitrogen bagi tanah. Bahan organik tanah berperan penting dan
merupakan faktor kunci dalam berbagai proses biokimia dalam tanah
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu bahan organik
juga mampu meningkatkan daya tanah menahan air (water holding
capacity) sehingga dapat menekan erosi.
f. Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah, 1) Menghalangi air
hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga
kekuatan untuk menghancurkan tanah dapat dikurangi, 2)
Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi, 3)
Penyerapan air kedalam tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan)
melalui vegetasi, 4) Mempertahankan kemantapan kapasitas tanah
dalam penyerapan air (Badan Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Daerah Aliran Sungai , 2002:76).
Hutan pada bagian tanah yang ditumbuhi rumput paling efektif
dalam mencegah erosi karena daun-daunnya dan rumputnya rapat.
Untuk pencegahan erosi paling sedikit 70% tanah harus tertutup
vegetasi (Rauf Abdul, 2002:63).
g. Permeabilitas Tanah
Permebilitas tanah adalah cepat lambatnya air yang melalui
pori-pori mikro dan makro. Fungsi permebilitas adalah
menghilangkan daya air dalam mengerosi tanah permebilitas tanah
diukur berdasarkan laju kecepatan air yang merembes di dalam tanah
15
dengan satuan yang umum digunakan adalah cm/jam. Apabila daya
infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah,
sehingga aliran permukaan kecil dan erosi juga kecil.
h. Pengelolaan Lahan atau Campur Tangan Manusia
Penggunaan lahan (land use) yaitu setiap bentuk intervensi
(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya baik meteril maupun sepirituil. Penggunaan lahan
dapat dikelompokan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan
lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan
lahan pertanian dibedakan menjadi penggunaan lahan berdasarkan
atas penyediaan air dan penggunaan lahan untuk usaha komoditi
seperti padi, jagung, karet dan lainya (Sriyono, 2007:3).
Penggunaan lahan sangat berpengaruh pada lahan dalam
berbagai hal baik yang berdampak positif maupun yang berdampak
negatif pada kelestarian sumber daya lahan. Kepekaan tanah terhadap
erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau buruk.
Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam merupakan
pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya
penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan pengaruh yang
jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir.
16
3. Jenis-jenis Erosi
a Pelarutan
Erosi pelarutan adalah proses pengikisan lahan oleh tenaga
kinetik air hujan yang terjadi pada daerah kapur atau karst. Erosi ini
banyak terdapat pada daerah-daerah dengan kondisi fisik berupa lahan
kapur atau Karst, seperti pada daerah Purwodadi dan Gunung Kidul
(Romenah, 2008:26).
b Erosi Percikan (Splash erosion)
Erosi ini terjadi karena gaya kinetik oleh air hujan yang yang
jatuh ke tanah yang mengakibatkan percikan pada tanah. Di daerah
yang berlereng, tanah yang terlempar tersebut umumnya jatuh ke
lereng dibawahnya (Kusuma Ananto, 1987:23).
c Erosi Lembar (Sheet erosion)
Erosi lembar adalah jenis erosi atau pemindahan tanah yang
terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang
paling atas kelapisan dibawahnya dan seterusnya. Erosi ini sepintas
tidak terlihat karena proses kehilangan tanah terjadi secara seragam,
tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat lapisan atas (top soil)
akan hilang (Suhendar Sholeh, 2007:26).
d Erosi Alur (rill erosion)
Proses erosi ini terjadi dimulai dari genangan-genangan kecil
setempat setempat pada suatu lereng, maka bila air dalam genangan
itu mengalir maka akan terbentuk alur-alur bekas aliran tersebut
17
(Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Daerah Aliran
Sungai, 2002:10).
e Erosi Jurang (gully erosion)
Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur. Karena alur yang
terus menerus digerus oleh aliran air terutama pada daerah-daerah
yang banyak hujan, maka alur-alur tersebut menjadi dalam dan lebar
dengan aliran limpasan yang kuat. Alur- alur tersebut tidak bisa hilang
dengan pengolahan tanah yang biasa.
f Erosi Parit (chanel erosion)
Parit-parit yang besar sering mengalir lama setelah hujan
berhenti. Aliran dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau
dinding-dinding tebing parit dibawah permukaan air, sehingga tebing
diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala meander dari
aliran dapat meningkatkan pengikisan tebing ditempat tempat tertentu.
(Suhendar Sholeh, 2007:28).
g Longsor
Longsor terjadi karena gaya gravitasi, biasanya karena biasanya
dibagian bawah tanah terdapat lapisan licin dan kedap air seperti
batuan liat. Dalam musim hujan tanah di atasnya menjadi jenuh air
sehingga berat dan bergeser ke bawah melalui lapisan yang licin
tersebut sebagai tanah longsor (Suhendar Sholeh, 2007:30).
18
D. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
Usle adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi
dalam jangka waktu yang panjang dari erosi lembar atau alur dibawah
keadaan tertentu, Usle dapat di aplikasikan pada lahan pertanian maupun
lahan non pertanian. Usle dikembangkan di National Runoff and soil loss data
centre di Amerika. Perkiraan erosi metode USLE menggunakan enam
variabel sebagai berikut :
A = R.K.LS.C.P
(Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86).
A = banyak tanah yang tererosi (ton/ha/th) R = erosivitas hujan (kj/ha/cm) K = indeks erodibilitas tanah (kj/ton) LS = indeks panjang dan curam lereng C = indeks vegetasi P = indeks konservasi lahan
Metode USLE dapat digambarkan secara sekematis sebagai berikut:
A = R K LS P C
Gambar 1. Skema Persamaan USLE (Arsyad, 1989:250).
Besarnya erosi yang akan terjadi
sebagai fungsi
Hujan
Energi
Kekuatan perusak (hujan)
Potensi erosi lahan
Sifat tanah Pengelolaan
Pengelolaan lahan Pengelolaan
tanaman
19
1. Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas hujan adalah kemampuan hujan dalam menimbulkan
erosi tanah. Erosivitas ini merupakan fungsi dari sifat fisisk hujan seperti
jumlah atau curah hujan, lama hujan, intensitas hujan, ukuran butir-butir
hujan dan kecepatan jatuh air hujan. Erosivitivitas hujan (R) yaitu jumlah
suatu indeks erosi hujan dalam setahun dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut
R = ∑n
i
xEI 100/
(Sumber : Chay Asdak, 2004:346)
Keterangan :
R = Erosivitas hujan adalah kempuan energi hujan dalam mengerosi
tanah, merupakan gabungan dari beberapa variabel yaitu jumlah hujan,
lama hujan, intensitas hujan dan ukuran butir hujan. Erosivitas hujan
dalam satuan (Kj/Ha/Cm).
n = Jumlah kejadian hujan dalam satu tahun, yaitu banyaknya hari hujan
atau kejadian hujan dalam satu tahun.
x = Jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan dalam perhitungan,
paling sedikit digunakan data curah hujan selama sepuluh tahun.
EI30 adalah interaksi energi dengan interaksi maksimum selama 30
menit, E adalah energi kinetik selama periode hujan dalam satuan
ton/meter/hektar. I30 adalah intensitas hujan maksimum 30 menit dalam
Cm/Jam, biasanya dinyatakan sebagai indeks potensial erosi hujanatau
indeks erosi hujan.
20
EI30 = 6,12(RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAX P)0,53
(Sumber : Chay Asdak, 2004:347)
Keterangan :
EI30 = Erosivitas hujan rata rata tahunan.
RAIN = Curah hujan bulanan.
DAYS = Jumlah hari hujan per bulan.
MAX P = Hujan maximum harian (24 jam) dalam bulan yang
bersangkutan.
2. Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas tanah merupakan rata rata karasteristik tanah dan
respon tanah terhadap hujan dalam jangka panjang. Erodibilitas digunakan
untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka panjang.
K = {2,71x10-4(12-OM)M1,14+3,25(S-2)+2,5(P-3)/100}
(Sumber : Chay Asdak, 2004:352)
Keterangan :
OM = Unsur Organik
S = Kode Struktur Tanah
P = Permeabilitas Tanah
M = ( % debu+pasir halus)x (100-liat)
Tabel 3. Nilai Struktur Tanah
No Kelas struktur tanah ukuran diametear Harkat 1 2 3 4
Granular sangat halus Granular halus
Granular sedang sampai kasar Gumpal, lempeng, pejal
1 2 3 4
Sumber: Arsyad,1989:252.
21
Tekstur tanah adalah perbandingan dari berbagai golongan besar
partikel tanah dalam suatu masa tanah terutam perbandinagn antara fraksi
liat lempung dan pasir (Aziz Sultani, 2008:24). Tekstur tanah
mempengaruhi proses perembesan air dan menghambat perakaran.
Tekstur tanah liat memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi apabila
ditembus oleh akar tanaman dibandingkan dengan tanah yang bertekstur
pasir, demikian juga dalam meloloskan air tekstur liat lebih sulit dari pada
tekstur pasir.
Tabel 4. Nilai Tekstur atau Ukuran Butir (M) Untuk Digunakan Dalam Rumus Hammer.
No Kelas tekstur (USDA) Nilai M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Liat berat Liat sedang Liat berpasir Liat ringan Lempung liat berpasir Liat berdebu Lempung liat Pasir Lempung berpasir Lempung liat berdebu Lempung pasir berdebu Lempung Lempung berdebu Debu
210 750 1213 1685 2160 2830 2830 3035 3245 3770 4005 4390 6330 8245
Sumber: Hammer 1979 dalam Sari Kumala, 2003:3.
Bahan organik tanah berperan penting dan merupakan faktor kunci
dalam berbagai proses biokimia dalam tanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Selain itu bahan organik juga mampu
meningkatkan daya tanah menahan air (water holding capacity) sehingga
dapat menekan erosi.
22
Tabel 5. Kelas Kandungan Bahan Organik (USDA, 1951)
No Kelas Prosentase Harkat 1 2 3 4 5
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat tinggi
< 1 1 – 2
2,1 – 3 3,1 – 5
> 5
0 1 2 3 4
Sumber : Sahuleka Welhemus, 1993:71.
Permeabilitas tanah adalah cepat lambatnya air yang melalui pori
pori mikro dan makro. Fungsi permebilitas adalah menghilangkan daya air
dalam mengerosi tanah permeabilitas tanah diukur berdasarkan laju
kecepatan air yag merembes di dalam tanah dengan satuan yang umum di
gunakan adalah cm/jam. Apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air
mudah meresap ke dalam tanah, sehingga aliran permukaan kecil dan erosi
juga kecil.
Tabel 6. Permeabilitas Tanah Dapat Di Klasifikasikan Sebagai Berikut:
No Kriteria Kelas kecepatan permebilitas tanah
Harkat
1 2 3 4 5 6
Sangat lambat Lambat
Lambat sampai sedang Sedang
Sedang sampai cepat Cepat
< 0,5 cm/jam 0,5-2,0 cm/jam 2,0-6,3 cm/jam
6,3-12,7 cm/jam 12,7-25,4 cm/jam
> 25,4 cm/jam
6 5 4 3 2 1
Sumber : Arsyad, 1989:252.
3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
Variabel panjang lereng dan kemiringan lereng dihitung dengan
langsung memasukan data panjang lereng dan kemiringan lereng kedalam
persamaan sebagai berikut :
23
LS = (√x) x (0,0138 + 0,00965(S) + 0,00138(S2)
(Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989:253).
Keterangan.
LS = Indeks panjang dan kemiringan lereng
X = Panjang lereng dalam meter (m)
S = Kemirinngan lereng dalam persen (%)
4. Faktor Tanaman ( C )
Faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antara
kehilangan tanah dari lahan yang diusahakan untuk pertanian dengan suatu
sistem pengolahan terhadap kehilangan tanah dari lahan yang terus
menerus diolah tetapi tanpa pertanaman di atas jenis tanah, topografi, dan
kondisi lingkungan yang sama.
Tabel 7. Nilai Faktor C Untuk Beberapa Faktor Pengelolaan
Jenis pengelolaan pertanaman Nilai C tahunan
Tanah terbuka tanpa tanaman Hutan alami Hutan produksi Semak belukar / padang rumput Perkebunan / kebun campur Tegalan (tidak di sepesifikasi) Pasang rumput Ubi kayu Jagung Kedelai Kentang Kacang tanah Tebu Pisang Alang alang murni Tembakau
1 0,001 0,5 0,3 0,2 0,7
0,02 0,8 0,7
0,399 0,4 0,2 0,2 0,6
0,001 0,7
Sumber : Arsyad, 1989:258 dan Deptan, 2006.
24
5. Tindakan Pengelolaan Tanah
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi
lebih baik atau buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam
merupakan pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi.
Sebaliknya penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan
pengaruh yang jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir.
Tabel 8. Nilai Faktor P Pada Berbagai Aktivitas Konservasi Tanah
Teknik konservasi Nilai P Tanpa tindakan konservasi 1,00 Semak belukar
a. Tak terganggu b. Sebagian rumput
0,01 0,10
Kebun/kerkebunan campuran a. Penutup tanah sempurna b. Penutup tanah sebagian
0,01 0,07
Tegalan a. Teras tradisional b. Teras bangku baik c. Teras bangku jelek
0,40 0,20 0,35
Sumber : Abdurachman dkk, 1984 dalam Chay Asdak.
6. Kelas Tingkat Bahaya Erosi
Perkiraan erosi rata-rata tahunan dan kedalaman tanah
dipertimbangkan dalam penentuan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada
setiap satuan lahannya kelas TBE diberikan pada tiap satuan lahan dengan
menggunakan informasi kedalaman tanah dan perkiraan erosi tahunan dari
USLE. Kelas TBE ditentukan dengan menggunakan matriks seperti tabel
berikut.
25
Tabel 9. Kelas Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Solum Tanah (Cm) Erosi (ton/ha/tahun) < 15 15 -60 60 -180 180 – 480 > 480
Dalam > 90 SR 0
R I
S II
B III
SB IV
Sedang 60 – 90 R I
S II
B III
SB IV
SB IV
Dangkal 30 –60 S II
B III
SB IV
SB IV
SB IV
Sangat dangkal < 30 B III
SB IV
SB IV
SB IV
SB IV
Sumber : (Debhut, 1998)
Keterangan :
SR : Sangat Rendah R : Rendah S : Sedang B : Berat SB : SangatBerat
E. Konservasi Lahan
Konservasi adalah pemeliharaan, penyelamatan , pengawetan, dan
perlindungan (Burhani, 2002:310). Konservasi Lahan adalah upaya untuk
mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan daya guna lahan sesuai
dengan peruntukanya (Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial,
1998).
Penerapan teknik konservasi lahan bertujuan untuk peningkatkan
produksi dan pemanfaatan lahan semaksimal mungkin dalam jangka panjang
untuk mencegah kerusakan lahan dan menjaga kelestarian sumberdaya lahan
(Hermawan et.al, 1995:35). Konservasi lahan dilakukan agar energi perusak
(butir butir hujan dan aliran permukaan) dapat dikurangi sekecil mungkin
sehingga tidak merusak dan agregat tanah lebih tahan terhadap pukulan butir
26
hujan dan aliran permukaan agar sumber daya lahan tetap terjaga
kelestarianya.
Menurut Morgan (1979) ada tiga metode dalam melakukan konservasi
lahan.
1. memperbaiki dan menjaga tanah agar tahan terhadap penghancuran dan
pengangkutan serta lebih besar daya resap airnya.
2. Menutup tanah dengan tanaman atau sisa tumbuhan agar tanah terlindung
dari pukulan butiran hujan yang jatuh.
3. Mengatur aliran permukaan senhingga aliran prmukaan mengalir dengan
kekuatan yang tidak merusak.
Tindakan konservasi lahan didasarkan pada prinsip prinsip 1)
Memperbesar resistensi permukaan tanah sehingga lapisan permukaan tanah
tahan terhadap pengaruh tumbukan butir butir hujan, 2) Memperbesar
kapasitas infiltrasi tanah sehingga daya rusak dan daya hanyut aliran
permukaan terhdap partikel partikel tanah dapat di perkecil atau diresudir
(Kartasapoetra1985:45).
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka usaha konservasi lahan atau
usaha pengawetan lahan dapat dilakukan dengan dengan teknologi atau
dengan cara sebagai brikut:
a. Vegetatif.
Teknik konservasi secara vegetatitf adalah pengelolaan tanaman
dengan sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran
permukaan (Kusuma Ananta, 1987:118).
27
b. Fisik atau Mekanis.
Konservasi lahan fisik atau mekanis adalah Konservasi lahan yang
dilakukan dengan membuat bangunan atau wahana yang dibuat dalam
bentuk bangunan sipil teknis seperti penerasan, pembuatan guludan-
guludan, saluran pembuangan limpasan, dam pengendali dan lainya. secara
mekanis pada dasarnya bertujuan 1) Memperkecil aliran permukaan
sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak, 2) Menampung
dan menyalurkan aliran permukaan pada bangunan tertentu atau lahan
pertanian yang telah disiapkan.
Usaha konservasi lahan atau pengawetan lahan dapat dilakukan
dengan cara teknis mekanis namun cara teknik ini membutuhkan biaya
yang besar dibanding denagan cara vegetatif, karena menyangkut
pembuatan prasarana seperti.
1) Pembuatan jalur-jalur bagi pengaliran air dari tempat tertentu
ketempat-tempat pembuangan (water ways).
2) Pembuatan teras-teras atau sengkedan-sengkedan agar aliran air
terhambat sehingga daya angkut atau daya hanyutnya berkurang.
3) Pembuatan selokan dan parit atau korak-korak pada tempat-tempat
tertentu (saluran pembuangan air).
4) Melakukan pengolahan tanah sedemikian rupa yang sejajar dengan
garis kontur.
5) Pembuatan saluran pembuangan pengendali (chek dam) yang
berfungsi sebagai pengendali sedimentasi.
28
c. Kimiawi.
Konservasi cara kimia dalam usaha pengawetan lahan adalah dengan
memanfaatkan Soil Conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah
bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan resisten
terhadap erosi , tindakan pemupukan dapat memperkaya bahan organik
dan pengapuran dapat meningkatkan pH tanah (Kartasapoetra, 1985:72).
Melakukan konservasi lahan idealnya dilakukan sedini mungkin jika
terjadi kerusakan lahan, tetapi mempertimbangkan biaya, waktu, tenaga
dan faktor lainya maka konservasi lahan dilakukan dengan analisis terlebih
dahulu pada lahan mengenai jenis dan tingkat kerusakan lahan yang terjadi
kemudian melakuakan prioritas konservasi menurut tingkat kerusakan
lahan.
F. Prioritas Konservasi
Konsevasi lahan sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dilakukan
menyeluruh bersama jika pada suatu lahan terindikasi kerusakan (erosi) tetapi
untuk melakukan itu harus mempertimbangkan faktor biaya, waktu dan
tenaga, untuk mensiasati ketiga faktor kendala seperti di atas maka dilakukan
prioritas konservasi dengan tujuan dapat memberikan informasi dan gambaran
daerah yang memerlukan konservasi berdasarkan kelas kerusakanya akibat
erosi. Prioritas konservasi diberikan berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi.
29
1. Prioritas I
Prioritas Konservasi I diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas
tingkat bahaya erosi sangat berat dan harus secepatnya dilakukan tindakan
konservasi secepatnya untuk mengurangi erosi tanah dan kerusakan lahan
yang lebih parah lagi.
2. Prioritas II
Prioritas Konservasi II diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas
tingkat bahaya erosi berat dan harus mendapat perhatian yang serius agar
tidak terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi.
3. Prioritas III
Prioritas Konservasi III diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas
tingkat bahaya erosi sedang dan harus mendapat perhatian yang serius
agar sumber daya lahan tetap lestari dan tidak terjadi kerusakan lahan
yang lebih parah lagi yang merugikan manusia.
4. Prioritas IV
Prioritas Konservasi IV diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas
tingkat bahaya erosi ringan. Hal yang dilakukan adalah melakukan
pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lahan akibat erosi dengan
melakukan pengelolaan lahan sesui dengan prinsip-prinsip konservasi
lahan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
Obyek pada penelitian ini adalah seluruh penggunaan lahan tegalan
yang ada di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Pada penelitian ini
hanya dilakukan pada penggunaan lahan tegalan saja dengan alasan karena
pada lahan tegalan pengelolaan lahan dilakukan intensif sehingga lahan
menjadi terbuka pda kondisi seperti ini jika terkena air hujan akan
mempercepat erosi.
B. Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang
mewakili populasi (Pandudu Tika, 2005). Pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan
tujuan tertentu. Pada penelitian ini sampel diambil hanya pada penggunaan
lahan tegalan karena tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelas tingkat
bahaya erosi pada lahan kering tegalan, sampel diambil dibedakan
berdasarkan klasifikasi dari jenis tanaman tegalan, lereng dan jenis tanah.
C. Variabel Penelitian
1. Besarnya Erosi yang Mencakup Sub Variabel
a. Erodibilitas tanah, merupakan rata-rata karasteristik tanah dan respon
tanah terhadap hujan dalam jangka panjang, erodibilitas tanah
31
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu permeabilitas tanah, kandungan
bahan organik, struktur dan tekstur tanah.
b. Erosivitas hujan, adalah kemampuan hujan dalam menimbulkan erosi
pada tanah. Erosivitas hujan merupakan fungsi dari sifat fisik hujan
seperti jumlah hujan, lama hujan, intensitas hujan, ukuran butir hujan
dan kecepatan jatuh air hujan.
c. Pengelolaan lahan dan konservasi lahan, adalah campur tangan
manusia dalam kaitanya dengan pemanfaatan atau penggunaan lahan.
2. Arahan konservasi yang menyangkut
a. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Kering Tegalan.
b. Prioritas Konservasi Pada Lahan Kering Tegalan.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi data Sekunder
dengan mengumpulkan data-data dari dokumen dokumen atau catatan
lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2. Metode Pengukuran dan Pengamatan
Pengukuran dilakukan langsung di lapangan untuk memperoleh data
solum tanah, jenis vegetasi dan tindakan konservasi lahan. Untuk panjang
dan kemiringan lereng diukur menggunakan peta kontur.
32
E. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau didapatkan dengan cara
pengamatan atau pengukuran langsung di lapangan. Data primer pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. lereng
Faktor lereng meliputi panjang lereng dan kecuraman lereng yang
diukur dengan menggunakan meteran dan clino meter.
b. Pengelolaan tanaman
Data pengelolaan tanaman ini diperoleh dari pengamatan langsung di
lapangan dan wawancara langsung dengan penduduk sekitar atau
penggarap lahan mengenai sistem pengelolaan lahan yang dilakukan.
c. Tindakan konservasi
Data tindakan atau jenis konservasi diperoleh dari pengamatan
langsung di lapangan pada lokasi sampel.
d. Solum tanah
Pengukuran dilakukan dengan melakukan pengukuran dilapangan
dengan menggunakan bor tanah.
e. Erodibilitas tanah
Data ini diperoleh berdasarkan pengamatan di lapangan, uji
laboratorium dan analisa terhadap sampel yang telah diperoleh.
33
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di dapatkan dari sumber-sumber lain
seperti data kependudukan, peta-peta, data curah hujan dan lain-lain. Data
sekunder pada penelitian ini meliputi.
a. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar 1408-531
Ngadirejo dan Lembar 1408-442 Kejajar tahun 2000.
b. Peta Kontur Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Lembar 1408-531
Ngadirejo dan Lembar 1408-442 Kejajar Tahun 2000.
c. Peta Penggunaan Lahan Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Lembar
1408-531 Ngadirejo dan Lembar 1408-442 Kejajar Tahun 2000.
d. Peta Jenis Tanah Kabupaten Temanggung Skala 1 : 150.000
BAPPEDA Temanggung Tahun 2006.
e. Peta Geologi Kabupaten Temanggung Skala 1 : 150.000 BAPPEDA
Temanggung Tahun 2006.
f. Data Curah Hujan Stasiun Hujan No 65 Kecamatan Tretep dari Tahun
1993 – 2008.
g. Data Monografi Kecamatan Tretep Tahun 2009.
F. Peralatan Penelitian
1. Seperangkat komputer .
Komputer yang digunakan Pentium IV, RAM 512 Mb, Hardisk 80 Gb,
digunakan untuk mengolah data dan pengetikan skripsi.
34
2. GPS.
GPS pada penelitian ini digunakan untuk menentukan atau mengetahui
letak sampel di lapangan.
3. Software Arc View 3.3.
Software Arc View 3.3 digunakan untuk mengolah dan membuat peta
tingkat bahaya erosi dan peta prioritas konservasi.
4. Kamera Digital.
Kamera digital digunakan untuk mengambil dokumentasi yang
diperlukan.
5. Alat tulis.
Alat tulis digunakan untuk mencatat dan menulis hasil penelitian di
lapangan untuk mempermudah pemrosesan data berikutnya.
6. Kantong plastik
Kantong Plastik digunakan untuk pengambilan sampel tanah
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
deskriptif kuantitatif dan kualitatif karena penelitian ini merupakan penelitan
modifikasi analisis data dapat dilakukan dengan metode kualitatif, kuantitatif
atau gabungan dari keduanya.
1. Analisis Tingkat Bahaya Erosi
Analisis tingkat bahaya erosi dilakukan dengan menghitung dugaan
hilangnya tanah yang tereosi dalam ton/hektar/tahun dengan persamaan
USLE, kemudian mencocokanya dengan kedalam solum tanah dan
dibandingkan dengan tabel kelas tingkat bahaya erosi untuk menentukan
kelas tingkat bahaya erosi.
35
Persamaan USLE Wischmeir dan Smith (1978).
A = R x K x LS x C x P
(Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86).
Keterangan :
A = Jumlah Tanah yang Hilang (Ton/Ha/Th). R = Indeks Erosivitas Hujan Bulanan (KJ/Ha/Cm). K = Indeks Erodibilitas Tanah (Ton/Kj). LS = Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng. C = Indeks Pengelolaan Tanaman. P = Indeks Konservasi/Campur Tangan Manusia.
2. Analisis Prioritas Konservasi
Prioritas konservasi diberikan berdasarkan kelas tingkat bahaya
erosi. Kelas tingkat bahaya erosi sangat berat mendapatkan prioritas
pertama artinya segera untuk dilakukan konservasi lahan dan meningkat
berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi pada lahan tegalan. Tabel prioritas
konservasi disajikan pada Tabel 10
Tabel 10. Prioritas Konservasi
No Kelas Tingkat Bahaya Erosi Prioritas Konservasi 1 SB I (pertama) 2 B II (kedua) 3 S III (ketiga) 4 R IV (ke empat) 5 SR V (ke lima) Sumber : Departemen kehutanan,1998.
Keterangan
SR : Sangat Rendah R : Rendah S : Sedang B : Berat SB : Sangat Berat
36
Peta Topografi Skala 1 : 25 000
Peta Penggunaan Lahan skala 1: 25 000
Peta lerengSkal 1 : 25000
Peta Jenis Tanah Skala 1 : 150. 000
Peta GeologiSkal 1 : 150.000
Pengamatan lapangan
Data Primer • Kemiringan lereng • Panjang lereng • Penutup lahan • Tindakan
konservasi • Erodibilitas tanah
Data sekunder • Data curah hujan • Monografi
Digram Alir Penelitian
Peta Satuan Lahan skala 1 : 50.000
Sampel satuan lahan
Proses, klasifikasi dan analisa data
Peta Tingkat Bahaya Erosi
Klasifikasi kelas prioritas konservasi
Peta Arahan Konservasi
Keterangan: Input Data Output Data Proses SIG Pengelolaan
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang akan dibahas meliputi gambaran umum, satuan
lahan, persebaran sampel tanah, variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat
bahaya erosi, dan hasil perhitugan erosi dengan metode USLE dan memberi
arahan konservasi pada lahan kering tegalan.
1. Gambaran Umum
d. Lokasi
Secara astronomis daerah penelitian terletak pada 07013’30”-
07007’30” LS dan 109056’30”-110001’30” BT (Peta Administrasi
Tretep). Secara administrasi Kecamatan Tretep terletak di Kabupaten
Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi dari
Kecamatan Tretep adalah sebagai berikut Sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Bejen dan Kabupaten Kendal, Sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Candiroto, Sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Wonoboyo, Sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Wonosobo.
Luas Kecamatan Tretep 3.721,661 Ha terdiri dari 11 Desa yaitu
Simpar, Campurejo, Bendungan, Tretep, Tlogo, Donorejo,
Nglarangan, Sigedong, Bonjor, TempelSari, Bojong.
38
39
e. Iklim
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat dihitung
dalam jangka waktu yang lama. Faktor yang mempengaruhi iklim
adalah hujan, radiasi matahari dan evapotranspirasi. Kondisi iklim
akan berpengaruh pada proses erosi. Variabel iklim yang akan di
hitung dan di analisis pada penelitian ini adalah curah hujan dan tipe
iklim.
Curah hujan merupakan salah satu variabel iklim yang
berpengaruh pada proses terjadinya erosi, curah hujan yang
intensitasnya tinggi akan mempercepat proses penghancuran agregat
tanah dan memperbesar aliran permukaan yang mengakibatkan erosi
tanah dalam jumlah yang besar (Le orde 2008:43).
Curah hujan pada daerah penelitian dihitung berdasarkan data
curah hujan di lapangan yang diperoleh dari stasiun hujan No 65
Kecamatan Tretep yang terletak pada 1.200 meter di atas permukaan
air laut. Data yang di gunakan adalah jumlah hari hujan dan data hujan
bulanan. Data hujan bulanan digunakan untuk melihat banyaknya hari
hujan, Fluktuansi curah hujan bulanan dan besarnya curah hujan
bulanan maksimum yang terjadi dan digunakan untuk menghitung
erosivitas hujan bulanan.
Untuk menghitung besarnya erosivitas hujan digunakan data
hujan minimal sepuluh tahunan. Data curah hujan yang digunakan
40
pada penelitian ini adalah data hujan selama 16 tahun dari tahun 1993-
2008.
Klasifikasi iklim pada lokasi penelitian didasakan pada
klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson dengan menentukan besarnya
nilai Q (Qoutlet) yang merupakan perbandingan rata-rata bulan kering
dengan rata-rata bulan basah. Besarnya nilai Q ditentukan berdasarkan
persamaan:
100%x basahbulan rata-ratakeringbulan rata-rataQ =
Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan bulananya
> 100 mm, bulan kering adalah bulan yang curah hujan bulananya <
60 mm dan bulan yang curah hujan bulananya antara 60 – 100 mm
disebut bulan lembab.
Hasil klasifikasi iklim lokasi penelitian menurut Schmidt dan
Ferguson menggunakan data hujan bulanan Kecamatan Tretep dari
tahun 1993-2008, dapat dilihat pada Tabel 11.
41
Tabel 11. Jumlah Bulan Basah, Bulan Kering dan Bulan Lembab.
Tahun Bulan Basah Bulan Kering Bulan Lembab 1993 8 2 2 1994 6 6 0 1995 9 3 0 1996 8 3 1 1997 6 5 1 1998 10 1 1 1999 8 4 0 2000 9 2 1 2001 10 2 0 2002 7 3 1 2003 8 2 2 2004 8 2 1 2005 10 1 1 2006 5 7 0 2007 8 3 1 2008 8 3 1
Rata-rata 8 3,06 0,81 Sumber : Hasil Analisis Data Hujan Kecamatan Tretep tahun 1993-
2008.
Berdasarkan Tabel 11, nilai Q dapat dihitung sebagai berikut:
100%x basahbulan rata-ratakeringbulan rata-rataQ =
% 38,25 Q
100% X8
3,06Q
=
=
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson daerah
penelitian masuk dalam golongan tipe iklim C agak basah dengan
nilai Q 38,25 %, dengan ciri-ciri iklim bervegetasi hutan rimba
diantaranya terdapat jenis-jenis vegetasi berdaun gugur pada bulan
kemarau.
42
12
700 % ra
ta-r
ata
jum
lah
bula
n ke
ring
11
10 H 300%
9 G
8 167%
7 F100%
6 E
5 D 60%
4
33,3%
3
C
Tipe C
2
B
14,3%
1
A
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
rata-rata jumlah bulan basah
Gambar 4. Pembagian wilayah iklim berdasarkan rata-rata jumlah bulan kering
dan rata-rata jumlah bulan basah. (Sumber : Schmidt dan Ferguson dalam Handayani, 2006:41).
a. Topografi
Kondisi Topografi daerah penelitian berupa dataran landai,
perbukitan sampai pegunungan berlereng terjal dengan kemiringan
lereng bervariasi antara 0 - > 40%. Berdasarkan peta Rupa Bumi
Indonesia Skala 1 : 25.000 dan cek lapangan daerah penelitian dibagi
menjadi lima kelas lereng dengan klasifikasi lereng kelas datar (kelas
I), Landai (kelas II), miring (kelas III) terjal (kelas IV) dan sangat
43
curam (kelas V) derah yang paling luas adalah daearah dengan kelas
kemiringan lereng 8-15 %. Peta disajikan pada Gambar 5.
Tebel 12. Kelas Lereng Kecamatan Tretep
No Kelas Klasifikasi Keterangan Luasan (Ha)
Persentase (%)
1 I Datar 0 – 3 % 195,040 5,24 2 II Landai 3 – 8 % 450,684 12,10 3 III Miring 8 – 15 % 1.960,769 52,11 4 IV Terjal 15 – 40 % 730,868 19,63 5 V Sangat Terjal > 40 % 384,274 10,32
Luas Total 3721,662 100 Sumber : Analisis Peta Lereng Kecamatan Tretep.
b. Penggunaan Lahan
Jenis penggunaan lahan pada lokasi penelitian dibedakan
menjadi tegalan, sawah, pemukiman, kebun, dan hutan (Peta Rupa
Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 lembar Ngadirejo dan Kejajar). Pada
penelitian Analisis Tingkat Bahaya Eosi ini dibatasi hanya pada
penggunaan lahan tegalan saja sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
mengetahui tingkat bahaya erosi dan memberi arahan prioritas
konservasi pada lahan kering tegalan.Berdasarkan peta pengunaan
lahan diperoleh luas penggunaan lahan dan persentasenya di sajikan
pada Gambar 6 dan Tabel 13.
Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan dan Persentasenya
Jenis Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase Tegalan 2.650,606 71,22 Sawah 48,801 1,31
Pemukiman 208,439 5,60 Hutan 318,774 8,59
Perkebunan/kebun 495,037 13,30 Jumlah Total 3721,657 100
Sumber : Analisis Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Tretep.
44
45
46
c. Jenis Tanaman Tegalan
Jenis tanaman tegalan di kecamatan Tretep didominasi oleh
Jagung, tembakau dan sayuran, dalam satu tahun untuk jenis tanaman
tembakau satu kali panen pada bulan juli-agustus dan tanaman jagung
dalam satu tahun panen dapat di panen tiga kali.
Untuk tanaman tegalan lainya seperti ketela pohon, ubi jalar,
kimpul, dan kacang tanah hanya ditanam sebagai tanaman larikan atau
sebagai tanaman pelengkap. Budidaya bercocok tanam dengan jenis
tanaman seperti di atas telah dilakukan secara turun menurun dan
dilakukan dengan teknik pengelolaan sederhana tanpa diimbangi
tindakan konservasi lahan yang baik.
Data jenis tanaman ini diperoleh degan pengamatan langsung di
lapangan yang di cocokan dengan penggunaan lahan tegalan di
Kecamatan Tretep. Di sajikan Gambar 7.
Tabel 14. Jenis Tanaman Tegalan
Tanaman Tegalan Luas (ha) Persentase (%) Jagung 1.820,371 68,72
Tembakau 227,940 8,60 Kentang 600,540 22,60
Jumlah Total 2.648,851 100 Sumber : Analisis Peta Jenis Tanaman Tegalan di Kecamatan Tretep.
47
48
d. Tanah
Tanah adalah akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas
menduduki sebagiaan besar permukaan bumi yang mampu
menumbuhkan tanaman dan mempunyai sifat-sifat sebagai akibat
pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak tehadap bahan induk
dalam keadaan relief tertentu ( Noorhadi, 1993:16).
Tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan selama beribu
bahkan berjuta tahun lalu, dimana lapisan tanah yang telah matang
(solum) terdiri dari zat padat, cair dan gas. Pada daerah penelitian
terdapat dua jenis tanah yaitu Latosol Coklat dan Latosol Merah
Kekuningan (Peta Tanah Kabupaten Temanggung Skala 1 : 150.000
BAPPEDA Temanggung 2006). Tanah Latosol Coklat terdapat pada
sebagian besar wilayah Kecamatan Tretep dan tanah Latosol Merah
Kekuningan terdapat di bagian utara Kecamatan Tretep yaitu Desa
Tlogo Peta jenis Tanah disajikan pada Gambar 8, dengan luasan
sebagai berikut :
Tabel 15. Jenis Tanah di Kecamatan Tretep
No Jenis Tanah Luasan (ha) Persentase (%) 1 Latosol Coklat 343,967 9,24 2 Latosol Merah Kekuningan 3.377,693 90,75
Luasan Total 3721,660 100 Sumber : Analisis Peta Jenis Tanah Kecamatan Tretep.
49
50
e. Geologi
Secara fisiografi Pulau Jawa di kelompokan menjadi 2 zone
yaitu zone utara dan zone selatan, zone selatan merupakam zone
planteu, zone tengah merupakan zone gunung api sedangkan zone
utara merupakan zone lipatan (Handayani, 2001:20).
Secara umum Kabupaten Temanggung terbagi kedalam dua
aktivitas geologi yaitu wilayah yang berupa bahan vulkanik
intermedier yang banyak ditemukan di wilayah Gunung Sumbing,
Sindoro, Butak, Juranggrawah dan Telomoyo membentuk lahan
dengan tanah yang subur dan wilayah yang yang diliputi oleh bahan
sedimen tua banyak ditemukan di timur, timur laut dan utara yang
membentuk lahan dengan kesuburan dan produtivtas tanah rendah
(RTRW Temnaggung, 2006:3-4).
Bagian barat daya, barat dan barat laut Kabupaten Temanggung
banyak dipengaruhi oleh aktivitas gunung api vulkanisme muda,
bagian barat daya terdapat vulkan sumbing (Qsm) berumur holosen
tersususn atas aktivitas lava dan endapan lahar andesit, augit dan
olivin. Pada bagian barat terdapat vulkan Sindoro (Qsu) yang
berumur relatif lebih muda. Pada lokasi penelitian KecamatanTretep
merupakan bentukan dari Formasi Kaligetas (Qpkg) berumur
pleistosen dan merupakan bagian komplek dari penggunungan Dieng.
Peta disajikan pada Gambar 9.
51
Tabel 16. Formsi Geologi di Kecamatan Tretep Tahun
No Formasi Geologi Luasan (ha) Persentase 1 Kali getas 3.635,759 97,69 2 Gunung Api Jembang 85,90 2,30
Luasan Total 3.721,660 100 Sumber : Analisis Peta Geologi Kecamatan Tretep.
f. Kependudukan
Kecamatan Tretep dibagi menjadi 11 Desa yaitu Simpar,
Bendungan, Tretep, Donorejo, Campurejo, Tlogo, Sigedong,
Nglarangan, Bojong, Tempelsari dan Donorejo dengan luas wilayah
3.721,661 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan Tretep dalah 2.0134 jiwa
terdiri dari 10.294 laki-laki dan 9.840 perempuan. Mata pencaharian
penduduk setempat mayoritas bekerja di sektor pertanian baik sebagai
petani pemilik maupun buruh, mata pencaharian lain adalah Swasta,
buruh banggunan dan PNS.
Tabel 17. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharianya
Desa Petani PNS Swasta Buruh Tretep 460 14 36 920
Donorejo 817 2 14 110 Nglarangan 150 1 5 425 Sigedong 361 0 0 147 Bonjor 300 2 7 190
Tempelsari 760 1 32 195 Campurejo 3128 2 43 436
Bojong 1341 2 46 10 Bendungan 2017 16 28 170
Simpar 850 5 51 225 Tlogo 617 2 13 16 Jumlah 1.0801 47 275 2844
Sumber: Data Monografi Kecamatan Tretep Tahun 2009.
52
53
2. Satuan Lahan
Satuan Lahan merupakan bagian dari lahan yang dapat dibatasi
pada peta dan memiliki karasteristik atau kualitas tertentu. Satuan lahan
merupakan pemetaan terkecil yang disusun berdasarkan formasi geologi,
kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Satuan lahan
digunakan sebagai satuan analisis untuk mendapatkan karasteristik fisik
daerah penelitian yang selanjutnya digunakan untuk analisis setiap
variabel yang mempengaruhi proses erosi dan digunakan untuk
perencanaan konservasi lahan sesuai dengan karasteristik satuan lahan.
(FAO, 1976 dalam Noorhadi 2004:15 dan Tim Evaluasi Konservasi lahan
UGM, 2005 : 87). Dari hasil overlay peta geologi, peta jenis tanah, peta
lereng dan penggunaan lahan pada daerah penelitian terdapat 28 satuan
lahan disajikan pada Tabel 18.
Parameter yang digunakan untuk menyusun peta satuan lahan
adalah peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah
dan peta geologi dengan cara overlay peta-peta tersebut menggunakan
Soft ware Arc View GIS 3.3. Peta Satuan Lahan disajikan pada Gambar
10.
54
Tabel 18. Luas Satuan Lahan dan Persentasenya
No
Satuan Lahan
Luas (ha)
Persentase (%)
1. TG_V_LMK_V1 2,375 0,062. TG_I_LMK_V2 2,576 0,063. TG_I_LMK_V1 53,814 1,444. TG_I_LC_V1 3,312 0,085. TG_IV_LMK_V2 3,614 0,096. TG_IV_LMK_V1 596,926 16,037. TG_II_LMK_V1 278,300 7,478. TG_III_LMK_V2 76,319 2,059. TG_III_LMK_V1 1.533,496 41,2010. TG_III_LC_V1 99,873 2,6811. SW_I_LC_V1 48,721 1,3012. SW_III_LC_V1 0,077 0,00213. PM_I_LMK_V2 3,392 0,0914. PM_I_LMK_V1 22,996 0,61715. PM_I_LC_V1 16,405 0,4416. PM_IV_LMK_V1 12,528 0,3317. PM_II_LMK_V1 128,647 3,4518. PM_III_LMK_V1 24,474 0,6519. KB_V_LMK_V1 64,577 1,7320. KB_I_LMK_V1 0,295 0,00721. KB_I_LC_V1 43,529 1,1622. KB_IV_LMK_V1 1.16,773 3,1323. KB_III_LMK_V1 94,082 2,5224. KB_II_LMK_V1 43,736 1,1725. KB_III_LC_V1 132,049 3,5426. HT_V_LMK_V1 317,321 8,5227. HT_IV_LMK_V1 1,029 0,0228. HT_III_LMK_V1 0,425 0,01
Jumlah Total 3.721,661 100Sumber : Analisis Peta Satuan Lahan Kecamatan Tretep.
3. Persebaran Sampel Tanah
Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode
purposive sampling yaitu dengan metode pengambilan sampel
berdasarkan tujuan penelitian. Pada penelitian ini sampel diambil hanya
pada penggunaan lahan tegalan karena tujuan dari penelitian ini adalah
55
mengetahui kelas tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan, sampel
diambil dibedakan berdasarkan klasifikasi dari jenis tanaman tegalan,
lereng dan jenis tanah. Pada penelitian ini di ambil 11 sampel.
Pada pengambilan sanpel pada penelitian ini menggunakan 2
metode yaitu pengamatan atau pegukuran langsung dilapangan dan uji
laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data
data yang diperlukan seperti panjang dan kemiringan lereng, tipe vegetasi
dan jenis tindakan konservasi sedangkan uji laboratorium dilakukan untuk
menghitung permeabilitas, struktur tanah, tekstur tanah dan kandungan
bahan organik untuk menghitung nilai erodibilitas tanah (K). Peta Sampel
Tanah disajikan pada Gambar 11.
Tabel 19. Koordinat Sampel Tanah
No Sampel Koordinat GPS (UTM) X Y
1 394815 9211511 2 393008 9210047 3 392818 9209648 4 391944 9207100 5 390566 9206587 6 389434 9206530 7 388331 9207005 8 390575 9205256 9 389719 9203412
10 386316 9204800 11 387247 9203164
Sumber : Hasil Analisis Data Lapangan.
56
57
58
4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Erosi
Pendugaan erosi tanah permukaan pada penelitian ini
menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang
dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith (1978), dengan metode ini
tingkat erosi dihitung dengan menghitung perkiraan rata-rata tanah hilang
tahunan akibat erosi dalm Ton/Ha/Th (Handayani, 2006:60).
Untuk menentukan laju erosi aktual denagan persamaan USLE
dapat dilihat pada persamaan A = R.K.LS.C.P, dengan terlebih dahulu
menentukan nilai masing-masing parameter USLE yaitu erosivitas hujan
(R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS),
faktor penutup lahan (C) dan tindakan konservasi(P).
a. Indeks Erosivitas Hujan (R)
Perhitungan indeks erosivitas hujan (R) dalam penelitian ini
didasarkan pada rumus Bols (1978). Data yang digunakan meliputi
curah hujan bulanan, jumlah hari hujan dan hujan harian maksimum
minimal 10 tahun. Pada penelitian ini digunakan data hujan 16 tahun
dari tahun (1993-2008) yang diperoleh dari stasiun hujan No 65
Kecamatan Tretep data terlampir pada halaman lampiran. Berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan nilai erosivitas hujan daerah
penelitian berkisar antara 2,41 sampai 54,30 Kj/Ha/Cm dapat dilihat
pada lampiran 3.
Jika dilihat dari perhitungan nilai R bulanan, nilai R tertinggi
terjadi pada bulan Desember yaitu 288,35 Kj/Ha/Cm. dan terendah
59
pada bulan Agustus dengan nilai R 47,03 Kj/Ha/Cm. Nilai erosivitas
hujan daerah penelitan sebesar 2035,73 Kj/Ha/Cm didapat dari hasil
menjumlahkan nilai R selama 1 tahun.
b. Indeks Erodibilitas Tanah (K)
Faktor erodibilitas tanah adalah indeks kuantitatif kerentanan
tanah terhadap erosi air. Erodibilitas tanah sangat dipengaruhi oleh
tekstur tanah, kandungan bahan organik, permeabilitas tanah dan
struktur tanah. (Morgan,1979 dalam Aziz Shultani, 2008:60)
menyatakan bahwa tanah akan lebih mudah mengalami erosi apabila
mempunyai kandungan debu lebih tinggi dengan kandungan liat dan
bahan organik lebih rendah.
Berdasarkan analisa laboratorium mengenai tekstur, permebilitas,
kandungan bahan organik dan struktur tanah serta pengamatan di
lapangan, setalah dilakukan perhitungan nilai erodibilitas tanah (K)
daerah penelitian diperoleh nilai 0,103 sampai 0,227 Ton/Kj.disajikan
pada tabel 22. Hasil analisis uji laboratorium dan perhitungan indeks
erodibilitas tanah disajikan pada lampiran 1.
Hasil pehitungan nilai K dan analisis menunjukan bahwa daerah
penelitian masuk kedalam kelas erodibilitas sedang karena kandungan
pasir yang cukup tinggi. Makin tinggi kandungan pasir maka
kesetabilan tanah makin rendah dan mudah tereosi (Handayani,
2006:65).
60
Tabel 20. Indeks Erodibilitas Tanah Pada Daerah Penelitian
No sampel Unit Lahan Nilai Erodibilitas Tanah (Ton/Kj)
1 TGj_III_LC 0,11 2 TGj_I_LC 0,11 3 TGt_III_LC 0,22 4 TGj_II_LMK 0,10 5 TGt_II_LMK 0,12 6 TGj_III_LMK 0,11 7 TGt_I_LMK 0,10 8 TGj_I_LMK 0,10 9 TGt_III_LMK 0,13
10 TGt_V_LMK 0,12 11 TGk_IV_LMK 0,12
Sumber : Uji Laboratorium dan Analisis Data
c. Faktor Lereng (LS)
Erosi akan bertambah seiring dengan meningkatnya kemirigan
dan panjang lereng sebagai efek dari meningkatnya kecepatan dan
volume dari aliran permukaan (Morgan, 1979 dalam Aziz Sulthani,
2008:162). Selain memperbesar jumlah aliran permukaan , semakin
curam lereng juga memperbesar energi angkut aliran permukaan dan
jumlah butir tanah yang terpecik kebagian bawah lereng oleh tumbukan
butir-butir hujan akan lebih banyak (Aziz Sulthani, 2008:162).
Indek faktor LS didapat dari pengukuran panjang dan kemiringan
lereng dengan menggunakan peta kontur. Dari hasil perhitungan nilai
LS pada daerah penelitian didapatkan indeks nila LS tnggi yaitu
berkisar antara 0,50sampai 23,30 disajikan pada Tabel 20. Bentuk lahan
darah penelitian berupa dataran sampai dengan peggunungan dengan
kemiringan lereng curam dan panjang. Hasil perhitungan nilai LS
disajikan pada lampiran 1.
61
Tabel 21. Nilai LS Pada Daerah Penelitian
No Sampel Satuan Lahan Nilai LS 1 TGj_III_LC 4,6 2 TGj_I_LC 0,46 3 TGt_III_LC 1,47 4 TGj_II_LMK 1,39 5 TGt_II_LMK 1,27 6 TGj_III_LMK 2,52 7 TGt_I_LMK 0,55 8 TGj_I_LMK 0,53 9 TGt_III_LMK 2,99
10 TGt_V_LMK 23,55 11 TGk_IV_LMK 20,04
Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data.
d. Faktor Vegetasi (C)
Faktor pengelolaan tanaman pada dasarnya menunjukan besarnya
perlindungan tanaman terhadap erosivitas hujan. Faktor penutup lahan
pada daerah penelitian ditentukan dengan melakukan pengamatan
langsung dilapangan. Semakin baik perlindungan permukaan tanah oleh
tanaman maka semakin rendah erosi yang akan terjadi.
Dari pengamatan lapangan faktor penutup lahan (C) daerah
penelitian terdapat dua macam nilai (C) pada penggunaan lahan tegalan
yaitu tembakau dan jagung nilai (C) 0,7 dan sayuran kentang/kol nilai
(C) 0,4. daerah penelitian didominasi oleh pertanian tembakau dan
jagung.
62
Tabel 22. Nilai Faktor Vegetasi Pada Daerah Penelitian
No Sampel Satuan Lahan Jenis penutup tanah Nilai C 1 TGj_III_LC Jagung 0,7 2 TGj_I_LC Jagung 0,7 3 TGt_III_LC Tembakau 0,7 4 TGj_II_LMK Jagung 0,7 5 TGt_II_LMK Tembakau 0,7 6 TGj_III_LMK Jagung 0,7 7 TGt_I_LMK Tembakau 0,7 8 TGj_I_LMK Jagung 0,7 9 TGt_III_LMK Tembakau 0,7
10 TGt_V_LMK Tembakau 0,7 11 TGk_IV_LMK Kentang 0,4
Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data
e. Faktor Tindakan Konservasi (P)
Faktor praktek konservasi tanah (P) adalah perbandingan
besarnya erosi dengan suatu tindakan konservasi tanah tertentu terhadap
besarnya erosi pada tanah yang diolah menurut arah lereng. Tingkat
erosi yang terjadi sebagai akibat pengaruh dari pengelolaan lahan dan
konservasi tanah bervariasi tergantung pada kemiringan lereng
(Handayani, 2006:67).
Faktor pengelolaan lahan sangat tergantung pada aktivitas
manusia menyangkut penggiliran tanaman dan tindakan konservasi
yang dilakukan. Jumlah tanah yang hilang akibat erosi dapat dikurangi
dengan adaptasai pengelolaan lahan yang baik dan tindakan konservasi
(Sahuleka W, 1993:97).
Faktor praktek konservasi tanah diperoleh langsung melalui
pengamatan langsung di lapangan kemudian membandingkanya
kedalam tabel indek konservasi lahan. Perbedaan relief dan jenis
63
penggunaan lahan menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan
perlakuan konservasi tanah. Semakin intensif pola pertanian pada
sebidang lahan dan semakin tinggi kemiringan lereng, maka praktek
konservasi tanah juga akan intensif. Praktek konservasi tanah yang
terdapat di wilayah penelitian bervariasi seperti teras tradisional, teras
bangku baik, pertanaman pola tumpang sari, rumput penutup tanah dan
teras bangku tradisional.
Tabel 23. Indeks Konservasi Tanah Pada Daerah Penelitian
No Sampel
Unit lahan Jenis Tindakan Konservasi Nilai P
1 TGj_III_LC Teras Bangku Baik 0,20 2 TGj_I_LC Teras Bangku Jelek 0,35 3 TGt_III_LC Teras Bangku Jelek 0,35 4 TGj_II_LMK Teras Tradisional 0,40 5 TGt_II_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 1,00 6 TGj_III_LMK Teras Tradisional 0,40 7 TGt_I_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 1,00 8 TGj_I_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 1,00 9 TGt_III_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 1,00 10 TGt_V_LMK Teras Tradisional 0,40 11 TGk_IV_LMK Teras Tradisional 0,40 Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data.
5. Hasil Perhitungan Erosi, Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi dan
Persebaran Kelas Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Kerng Tegalan
Metode USLE dikembangkan untuk menghitung erosi tanah yang
disebabkan oleh suatu hujan pada suatu lahan (Ton/Ha/Th), selain hujan
faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah lereng, erodibilitas tanah,
penutup lahan (vegetasi) dan tindakan konservasi. Perhitungan erosi
64
dengan metode USLE dilakukan dengan mengalikan semua faktor yang
menyebabkan erosi (R,K,LS,C dan P).
a. Perhitungan Erosi Pada Lahan Kering Tegalan
Dari faktor-faktor penyebab erosi seperti diatas maka dapat
dilakukan pendugaan erosi tanah dengan menggunakan metode USLE
yaitu dengan mengalikan semua variabel penyebab erosi tanah seperti
diatas yaitu A = R x K x LS x C x P dengan melihat kedalaman
solum tanah.
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode USLE pada
pertanian kering tegalan menunjukan bahwa kehilangan tanah anatara
25,85 sampai 1.650,04 Ton/Ha/Th. Pada satuan lahan TGj_III_LC
besarnya erosi 147,72 Ton/Ha/Th dengan kedalam solum tanah > 90
cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang. Satuan lahan
TGj_I_LC besarnya erosi berkisar 25,85 Ton/Ha/Th dengan kedalam
solum > 90 cm, masuk kedalam klasifikasi tingkat bahaya erosi
rendah. Satuan lahan TGt_III_LC besarnya erosi 165,22 Ton/Ha/Th
dengan kedalaman solum tanah 60 cm sampai dengan 90 cm, masuk
kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat. Satuan lahan TGj_II_LMK
besar erosi 81,16 Ton/Ha/Th dengan kedalaman solum tanah > 90 cm
masuk, kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang. TGt_II_LMK
dengan besar erosi 222,46 Ton/Ha/Th dan kedalaman solum >90 cm
masuk kedalam tingkat bahaya erosi berat. Satuan lahan
TGj_III_LMK besarnya erosi 161,85 Ton/Ha/Th dengan kedalam
65
solum 60-90 cm masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat.
Satuan lahan TGt_I_LMK besarnya erosi 80,28 Ton/Ha/Th
kedalaman solum > 90 cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi
sedang. Satuan lahan Tgj_I_LMK dengan kedalam solum > 90 cm,
besarnya erosi 77,36 Ton/Ha/Th masuk kedalam kelas tingkat bahaya
erosi sedang. Satuan lahan TGt_III_LMK besarnya erosi 567,38
Ton/Ha/Th, solum tanah 60-90 cm kelas tingkat bahaya erosi sangat
berat. Satuan lahan TGt_V_LMK besarnya erosi 1.650,04 Ton/Ha/Th
solum 60-90 cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sangat
berat. Satuan lahan TGk_IV_LMK besarnya erosi 816,76 Ton/Ha/Th
kedalaman solum 60-90, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi
sangat berat. Sesuai dengan tabel kriteria erosi departemen kehutanan
lahan tegalan di derah penelitan dapat di klasifikasikan kedalam kelas
tingkat bahaya erosi rendah, sedang, berat dan sangat berat di sajikan
pada Tabel 24.
b. Persebaran Tingkat Bahaya Erosi
Analisis erosi perDesa dilakukan dengan tujuan dapat memberi
informasi kepada pemerintah setempat sampai ke tingkat masyarakat
desa mengenai tingkat bahaya erosi yang terjadi pada lahan tegalan
dan mejadi pedoman dalam pengelolan lahan khususnya pada lahan
tegalan dan tindakan konservasi lahan.
Analisis dan perhitungan tingkat bahaya erosi pada lahan kering
tegalan yang di overlay dengan peta administrasi Kecamatan Tretep di
66
klasifikasikan kedalam kelas tingkat bahaya erosi ringan, sedang,
berat dan sangat berat dan dapat di ketahui persebaranya dan luasanya
per satuan wilayah desa ilakukan agar dapat memberi informasi
tingkat bahaya erosi sampai ketingkat masyarakat desa. Persebaran
klasifikasi tingkat bahaya erosi disajikan pada Gambar 12.
1) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah
Lahan tegalan yang masuk kedalam klasifikasi tingkat
bahaya erosi ringan terdapat di Desa Campurejo, Simpar dan
Tlogo. Topografi pada lahan tegalan di desa tersebut datar
dengan kemiringan lereng 0-3%, penggunaan lahan sebagian
besar untuk pertanian tembakau dan jagung yang di selingi
dengan tanaman ketela pohon dan kacang tanah dengan pola
tanam larikan peda ujung teras. Praktek konservasi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat adalah teras tradisional
karena dilakukan secara tradisional dan teras bangku pada
sebagian daerah.
Gambar 12. Penggunaan lahan pada kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah di Desa Simpar
67
Gambar 13. Praktek Konservasi Pada Daerah Kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah di Desa Tlogo.
2) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang
Lahan tegalan yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya
erosi sedang terdapat di Desa Bendungan, Bojong, Bonjor,
Campurejo, Nglarangan, Sigedong, Simpar, Tempelsari, Tlogo
dan Tretep.Topografi lahan tegalan di daerah tersebut landai
dengan kemiringan lereng (3-8%). Penggunaan lahan adalah
pertanian tembakau dan jagung yang di selang seling dengan
ketela pohon dan ubi jalar. Tindakan konservasi yang dilakukan
oleh masyarakat setempat adalah melakukan penerasan pada
bidang lahan yang miring.
3) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Berat
Sebagian besar lahan tegalan di Kecamatan Tretep masuk
pada kelas tingkat bahaya erosi berat.Lahan tegalan yang masuk
kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat terdapat di Desa
Bendungan, Simpar, Bojong, Bonjor, Campurejo, Donorejo,
68
Nglarangan, Sigedong, Tempelsari dan Tretep. Topografi tegalan
yang masuk pada kelas tingkat bahaya erosi ini memiliki
kemiringan lereng berkisar 8-15 %. Penggunaan lahan digunakan
untuk pertanian tembakau dan jagung. prektek konservasi yang
dilakukan oleh masyarakat adalah melakukan penerasan pada
bidang lahan yang miring, tetapi masih bersifat tradisional.
Gambar 14.. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Sedang di Desa Tempelsari.
Gambar 15.. Praktek Konservasi Pada Daerah Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang di Desa Bonjor.
69
Gambar 16. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Berat di Desa Tempelsari.
Gambar 17. Konservasi Pada Daerah Tingkat Bahaya Berat di Desa Simpar.
4) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat
Desa yang terdapat lahan tegalan dan masuk kedalam
klasifikasi tingkat bahaya sangat berat adalah Desa Tempelsari,
Sigedong, Campurejo, Bonjor dan Bojong. Topografi lahan
tegalan di daerah tersebut berupa lereng terjal sampai sangat
terjal dengan kemiringan lereng (> 15%). Penggunaan lahan
digunakan untuk pertanian tembakau, jagung dan sayuran.
70
Tindakan konservasi yang dilakukan masih minim dan sangat
sederhana bahkan tindakan konservasi yang malah
mengakibatkan erosi berat seperti penerasan pada bidang lahan
yang miring dengan teknik memotong kontur seperti pada daerah
lahan pertanian kentang..
Gambar 18. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat di Campurejo.
Gambar 19. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat di Desa Tempelsari.
71
Gambar 20. Erosi Pada Daearah
Kelas Bahaya Erosi Sangat Berat di Desa Tempelsari.
Tabel 24. Luasan Kelas Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Tegalan
Desa Erosi
Rendah (Ha)
Erosi Sedang (Ha)
Erosi Berat (Ha)
Luas Erosi Sangat Berat (Ha)
Tlogo 6,809 56,457 - - Simpar 0,648 0,993 212,075 - Bendungan - 83,074 173,415 - Tretep - 7,898 213,489 - Donorejo - - 178,999 - Nglarangan - 15,694 28,269 - Sigedong - 11,006 227,946 1,656 Bonjor - 9,244 185,737 1,267 Bojong - 76,186 185,058 25,526 Tempelsari - 5,964 136,739 128,346 Campurejo 30,521 3,781 122,264 522,722
Jumlah 34,083
(1,28 %) 271,024
(10,23 %) 1.664,510 (62,83 %)
679,234 (25,64 %)
Sumber : Analisis Peta Erosi Pada Lahan Tegalan di Kecamatan Tretep.
72
73
6. Prioritas Konservasi Lahan
Konsevasi lahan sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dilakukan
menyeluruh bersama jika pada suatu lahan terindikasi kerusakan (erosi)
tetapi untuk melakukan itu harus mempertimbangkan faktor biaya, waktu
dan tenaga, untuk mensiasati ketiga faktor kendala seperti di atas maka
dilakukan prioritas konservasi dengan tujuan dapat memberikan informasi
dan gambaran daerah yang memerlukan konservasi berdasarkan kelas
kerusakanya akibat erosi. Prioritas konservasi diberikan berdasarkan kelas
tingkat bahaya erosi.
a. Prioritas I
Prioritas Konservasi I diberikan pada daerah yang masuk kedalam
kelas tingkat bahaya erosi sangat berat dan harus secepatnya dilakukan
tindakan konservasi secepatnya untuk mengurangi erosi tanah dan
kerusakan lahan yang lebih parah lagi.
b. Prioritas II
Prioritas Konservasi II diberikan pada daerah yang masuk
kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat dan harus mendapat perhatian
yang serius agar tidak terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi.
c. Prioritas III
Prioritas Konservasi III diberikan pada daerah yang masuk
kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang dan harus mendapat
perhatian yang serius agar sumber daya lahan tetap lestari dan tidak
terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi yang merugikan manusia.
74
d. Prioritas IV
Prioritas Konservasi IV diberikan pada daerah yang masuk
kedalam kelas tingkat bahaya erosi ringan. Hal yang dilakukan adalah
melakukan pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lahan akibat erosi
dengan melakukan pengelolaan lahan sesui dengan prinsip-prinsip
konservasi lahan. Peta Arahan Prioritas Konservasi disajikan pada
Gambar 21.
Tabel 25. Luasan Daerah berdasarkan Prioritas Konservasi pada Lahan Tegalan di Kecamatan Tretep
Desa Prioritas IV (Ha)
Prioritas III (Ha)
Prioritas II (Ha)
Prioritas I (Ha)
Tlogo 6,809 56,457 - - Simpar 0,648 0,993 212,075 - Bendungan - 83,074 173,415 - Tretep - 7,898 213,489 - Donorejo - - 178,999 - Nglarangan - 15,694 28,269 - Sigedong - 11,006 227,946 1,656 Bonjor - 9,244 185,737 1,267 Bojong - 76,186 185,058 25,526 Tempelsari - 5,964 136,739 128,346 Campurejo 30,521 3,781 122,264 522,722
Sumber : Analisis Peta Erosi Pada Lahan Tegalan di Kecamatan Tretep.
75
76
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Tingkat Bahaya Erosi
Perhitungan tingkat bahaya erosi pada lahan tegalan di Kecamatan
Tretep terdapat empat kelas tingkat bahaya erosi, yaitu rendah, sedang,
berat dan sangat berat. Klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi dipengaruhi
oleh solum tanah dan besarnya erosi tanah dalam satuan (Ton/Ha/Th).
a. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah
Dari perhitungan dengan metode USLE kelas tingkat bahaya
erosi rendah, yaitu banyaknya tanah yang tererosi 15-60 Ton/Ha/Th
dengan kedalaman solum tanah lebih dari 90 Cm. Pada lahan tegalan
luas kelas tingkat bahaya erosi rendah 34,083 Ha, sebaranya terdapat
di Desa Tlogo, Simpar dan Campurejo. Tingkat bahaya erosi rendah
pada lahan tegalan di Kecamatan Tretep disebabkan karena pada lahan
tegalan solum tanah masih dalam yaitu lebih besar dari 90 Cm, lereng
datar dengan kemiringan lereng kurang dari 3 % sehingga nilai LS
yang di hasilkan sangat kecil yaitu 0,46 kondisi seperti ini di dukung
dengan pengelolaan lahan atau konservasi lahan yang baik, yaitu
petani dalam melakukan pengolahan lahan telah diimbangi dengan
tindakan konservasi lahan yang baik dengan membuat teras-teras pada
bidang lahan yang miring dan membuat saluran limpasan pembuangan
air hujan yang bertujuan untuk mengurangi erosi. Bentuk teras yang
di terapkan di lapangan adalah teras bangku dengan kontruksi baik
sehingga memiliki indeks konservasi lahan kecil 0,35. Tindakan
77
konservasi seperti ini harus terus dipertahankan dan di tingkatkan agar
erosi tanah dapat ditekan sekecil mungkin dan lahan dapat tetap
produktif.
b. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang
Daerah yang memiliki kelas tingkat bahaya erosi sedang
sebaranya merata hamper pada setiap desa dengan persentase luasanya
kecil. Besarnya tanah yang tererosi 77,36-147,72 Ton/Ha/Th dan
kedalaman solum tanah lebih dari 90 Cm. Daerah yang masuk
kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang mempunyai kemiringan
lereng datar sampai miring dengan kemiringan lereng 3-15 %, kondisi
seperti diatas di dukung dengan tindakan konservasi lahan berupa
teras bangku dengan kontruksi baik sehingga tanah yang tererosi tidak
terlalu besar. Tindakan yang perlu dilakukan adalah menjaga
konservasi lahan yang sudah ada dan dalam pengolahan lahan harus di
imbangi dengan tidakan konservasi lahan yang baik, seperti
pembuatan teras pada lahan miring, pembuatan saluran-saluran
limpasan air hujan dan sistem penanaman di lakukan dengan teknik
tumpang sari yang bertujuan untuk menekan laju erosi tanah sekecil
mungkin.
c. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Berat
Klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi berat diberikan pada lahan
yang 1) besar tanah yang tererosi 180-480 Ton/Ha/Th untuk
kedalaman solum tanah > 90 Cm, 2) besar tanah yang tererosi 60–80
78
Ton/Ha/Th dengan kedalaman solum tanah 60-30 Cm, 3) besar tanah
yang tererosi < 15 Ton/Ha/Th untuk kedalaman < 30 Cm.
Lahan tegalan yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi
ini bertopografi landai dengan kemiringan lereng 8-15 % sehingga
menghasilkan indeks LS 1,47 sampai 2,52. tindakan konservasi lahan
yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam pengolahan lahan berupa
teras tradisional dengan kontruksi sederhana dan kurang efektif
menahan laju erosi tanah. kedalam Solum tanah tidak terlalu dalam
60-90 Cm, di akibatkan karena pada lahan-lahan yang miring di
tanami tanaman semusim tanpa disertai tindakan penerasan, sehingga
lapisan atas tanah (top soil) banyak yang tererosi sehingga solum
tanah menjadi berkurang (dangkal). Kondisi tersebut jika terus
dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan kerusakan lahan yang
lebih parah lagi, yang pada akhirnya lahan menjadi tidak produktif.
Tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat sebaiknya
dalam pegolahan lahan menerapkan teknik tumpang sari antara
tanaman pokok yang ditanam selang-seling dengan tanaman penguat
teras seperti cetaria yang bertujuan untuk menahan tanah oleh aliran
air permukaan (run off), melakukan penerasan pada lahan miring dan
membuat saluran-saluran pembuangan limpasan air hujan bertujuan
agar aliran limpasan tidak mengalir pada bidang tanam yang
mengakibatkan erosi tanah lebih besar, Pemerintah setempat melalui
Dinas terkait melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
79
pengolahan lahan dengan melakukan tindakan konservasi lahan yang
tepat agar dapat menekan laju erosi.
d. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat
Kelas tingkat bahaya erosi sangat berat merupakan kelas bahaya
erosi yang paling tinggi. Pada kondisi di lapangan tanah yang tereosi
sudah sangat besar > 480 Ton/Ha/Th dan lapisan atas tanah (top soil)
sangat tipis. Pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya
erosi sangat berat memiliki kemiringan lereng > 15 %.
Konservasi lahan yang dilakukan oleh masyarakat berupa teras
tradisional, pada lokasi-lokasi tertentu pada lahan dengan kemiringan
lereng yang besar belum dilakukan konservasi lahan, bahkan pada
lahan pertanian tanaman kentang teknik pembaauatan teras dan
penanamanya dilakukan dengan cara memotong kontur, tindakan
seperti ini merupakan konservasi lahan yang salah serta akan
mempercepat laju erosi tanah. Kondisi tersebut jika tidak dilakukan
perbaikan dalam kaitanya dengan cara pengolahan lahan dan
konservasi lahan akan mengakibatkan kerusakan tanah yang lebih
besar dan meluas, pada akhirnya tanah menjadi tidak produktif.
Tindakan yang harus dilakukan adalah memberikan skala
prioritas konservasi pertama pada lahan yang masuk kedalam
klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi sangat berat dengan melakukan
penerasan pada bidang miring lahan, pembuatan saluran limpasan dan
80
memperbaiki teknik pengolahan lahan sehingga tidak memotong
kontur lagi.
2. Arahan Konservasi Lahan
Konservasi lahan dilakukan untuk mengurangi tingkat bahaya erosi
tanah dengan mengurangi atau memperkecil faktor-faktor penyebab
erosi seperti penggunaan penutup tanah dan tindakan konservasi yang
bersifat sipil teknis sedangkan untuk erosivitas hujan, lereng dan
erodibilitas tanah manusia berbuat banyak karena merupakan sifat alami.
Konservasi lahan dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu vegetatif,
fisik dan kimiawi. 1) metode fisik atau sipil teknis seperti penerasan, dam
pengendali, dam penahan dan gully plug 2) metode vegetetif yaitu
dengan memanfaatkan tanaman untuk mengurangi laju erosi tanah seperti
penanaman mulsa, penanaman rumput searah kontur, kayu-kayuan,
tanaman MPTS (Multiple Pporpuse Tries System) atau tanaman yang
mempunyai fungsi ganda seperti tanaman durian yang dapat
dimanfaatkan kayu dan buahnya, 3) secara kimiawi dengan
menggunakan bahan kimia untuk pengawetan tanah.
Arahan skala prioritas konservasi diberikan dengan tujuan agar
konservasi lahan dapat efektif dan efisien. Skala prioritas dilakukan
berdasarkan kelas tingat bahaya erosi. Tindakan konservasi dilakukan
dengan melakukan analisis teknis terlebih dahulu dengan cara melakukan
perhitungan dan analisis perkiraan laju erosi tanah dalam (Ton/Ha/Th),
menggunakan metode USLE (A = R x K x LSx C x P). untuk melakukan
81
perencanaan konservasi hal yang di lakukan adalah memodifikasi variabel
vegetasi (C) dan variabel konservasi lahan (P) dengan mencocokan tabel
indeks vegetasi dan konservasi yang tepat untuk mendapatkan laju erosi
sekecil mungkin, melakukan pengamatan lapangan serta analisis sosial
budaya masyarakat setempat untuk mengetahui kondisi kultur budaya
yang menyangkut pola tanam, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi
masyarakat setempat agar penerapan konservasi dapat efektif, efisien dan
sesuai tujuan.
82
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Hasil penelitian tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan di
Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Hasil penelitian dan analisis tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan
di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung ada empat kelas tingkat bahaya
erosi yaitu rendah 34,083 Ha (1,28%), sedang 271,024 Ha (10,23%), kelas erosi
berat 1.664,510 Ha (62,83%) dan kelas erosi sangat berat 679,234 Ha (25,64%).
Hasil perhitungan dan analisis kelas tingkat bahaya erosi pada lahan kering
tegalan di Kecamatan Tretep ada empat kelas prioritas konservasi yaitu prioritas I
seluas 679,234 Ha. Prioritas II seluas 1.664,510 Ha , prioritas konservasi III
seluas 271,024 Ha dan prioritas konservasi IV seluas 34,083 Ha.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini peneliti memberikan saran sebagai berikut.
Dalam melakukan pengelolaan lahan terutama pada lahan tegalan harus
memperhatikan prinsip-prinsip konservasi lahan dengan benar agar tidak
menyebabkan erosi tanah yang lebih besar.
1. Penerasan dilakukan searah dengan kontur dan harus ada parit-parit untuk
saluran pembuangan limpasan air hujan.
83
2. Tidak melakukan perubahan tindakan konservasi yang malah menyebabkan
kerusakan lahan seperti pengelolaan lahan pada tanaman kentang dengan cara
memotong kontur yang akan memperbesar erosi tanah.
3. Kepada Intansi terkait hendaknya melakukan pembinaan dan memberi
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengelolaan lahan yang benar
dengan mengedepankan prinsip-prinsip konservasi agar tidak menyebabkan
erosi dan kerusakan lahan yang lebih berat
84
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Kusuma.1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia.
Jakarta. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.Bandung. IPB Press. Asdak, Chay. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta. UGM. Aziz, Sulthani. 2008. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Pendugaan Erosi Untuk
Arahan Pemanfaatan Lahan Wilayah SUB DAS Juwet dan Dondong Gunung Kidul Yogyakarta. Teasis. Fakultas Geografi UGM.
BAPPEDA, Kabupaten Temanggung. 2006. Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). BAPPEDA Kabupaten Temanggung. BP2TPDAS IBB. 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah Dan Air. Surakarta.
BP2TPDAS IBB Surakarta. Burhani. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Malang. Lintas Media Jombang. Hardjowigeno, S.1989. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Harmono, Puji. 2002. Analisis Lahan Kritis dan Arahan Teknik Lapangan di Sub
DAS Hulu. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Hendayani. 2001. Pendugaan Erosi Pada Pertanian Tanaman Kentang di
Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. UGM. Hermawan, dkk.1995. Konservasi Vegetatif Dengan Teknik Tumpang Sari. Sari
Ilmu. Bandung. Jamulya dan Sunarto. 1986. Kemampuan Lahan(hasil peelitian Sumberdaya
Lahan tanggal 1-31 juli 1996) fakultas geografi UGM. Kanisius, AAK. 1993. Teknis Bercocok Tanam Jagung.Yogyakarta. Kanisius
Press Yogyakarta. Kartasapoetra, G. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta. Lubis, Kumala Sari et al. 2003. Indeks Bahaya Erosi Pada Beberapa Penggunaan
Lahan Inceptisol di Desa Tiagah Kecamatan Seibingei Kabupaten Langkat. Dalam Digital Library. Fakultas Tanah Universitas Sumatera Utara
85
Nikmah, Maskorotun. 1997. Evaluasi Pemanfaatan Lahan di Kecamata Sedang Kabupaten Kebumen. Skripsi. IKIP Semarang.
Noorhadi. 1993. Kajian Erosi Permukaan di SUB Daerah Aliran Sungai
Wuryantoro Kabupaten Wonogiri. Tesis. Fakultas Geografi UGM. Rayes, Luthfi. 2006. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta. Reetele, Le Orde. 2004. Tingkat Bahaya Erosi Daerah Aliran Sungai Tinalah
Kabupaten Kulon Progo DIY. Tesis. Universitas Gajah Mada. Restele, La Orde. 2004. Tingkat Bahaya Erosi Daeah Liran Sungai Tinalah Kulon
Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis.Program Pasca Sarjana Fakultas Geografi UGM.
Rismunandar. 1987. Pengetahuan Dasar Perabukan. Bandung. Sianar Baru. Romenah. 2007. Buku ajar Geografi Untuk SMA Kelas XI. Sumber Ilmu. Jakarta. Sahulheka, Welhelmus. 1993. Kajian Erosi Permukaan di Jazirah Leitimur Pulau
Ambon. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM. Seta, Ananto Kusuma. 1987. Konservasi Sumber daya Tanah Dan Air. Jakarta:
Kalam Mulia. Soleh, S. 2007. Kajian Erosi dengan Metode USLE di Kecamatan Patean
Kabupaten Kendal. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Sriyono. 2007. Aplikasi SIG Untuk Enaluasi Lahan. Buku Ajar. UNNES.
Semarang. Sunarto. 2002. Pendugaan Erosi Permukaanvdi Sub DAS Serayu Kabupaten
Banjar Negara. Skripsi. Fakultas Geografi UGM Suparma, Endang, 2002. Pengukuran Tingkat Bahaya Erosi di Sub DAS
Cipamingkis Kabupaten Bogor. Buletin Teknik Pertanian Vol 7 no 2 Hal 44 – 47.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta. Andi.
Yogyakarta. Sutedjo, Mulyani. 2004.Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Jakarta.
Rineka Cipta Jakarta.
86
Suyamtini. 2001. Pendugaan Erosi Tanah di Sub DAS Ngunut Kecamatan Jumantoro Kabupaten Karanganyar. Skripsi. UGM. Yogyakarta.
Tjahjono, Heri. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Analisis
Potensi Wilayah. Buku Ajar. UNNES. Semarang. Wichmeir, WH and Smith, DD. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses A Guide
To Conservation Planing. USDA. Widodo, Purwo. 1982. Teknologi Mulsa.Surakarta. Dewa Ruci Press Surakarta. Wijanarko, Antonius. 2008. Kajaian Daerah Rawan Erosi DAS Kapuas Hulu
Kalimantan Barat Dengan USLE dan SIG. Dalam Jurnal Digital Library. Yuda, Angga. 2005. Analisis Spasial Lahan Kritis di Kota Bandung Utara
Menggunakan Open Source Grass. Disajikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (MAPIN XIV) di ITS Surabaya.
87
EROSIVITAS BULAN JANUARI TH 2008 KJ/HA/CM TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM
1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 0.5 0.692554734 0.289281 46.14347 6.12 56.57644 169 1200 7.9678485318 19 2.6 1.65934188 0.289281 46.14347 6.12 135.5556 169 1200 19.0907434620 0.9 0.945689419 0.289281 46.14347 6.12 77.25561 169 1200 10.8801653921 0.7 0.827755283 0.289281 46.14347 6.12 67.62129 169 1200 9.52333207822 1 1 0.289281 46.14347 6.12 81.69237 169 1200 11.5050091223 1.8 1.365508562 0.289281 46.14347 6.12 111.5516 169 1200 15.7101884624 4.1 2.112396523 0.289281 46.14347 6.12 172.5667 169 1200 24.3031412625 0.2 0.426133716 0.289281 46.14347 6.12 34.81187 169 1200 4.90267229326 6.6 2.718681211 0.289281 46.14347 6.12 222.0955 169 1200 31.2784521327 1.1 1.051812004 0.289281 46.14347 6.12 85.92502 169 1200 12.101106728 1.4 1.19522002 0.289281 46.14347 6.12 97.64036 169 1200 13.7510172329 2.6 1.65934188 0.289281 46.14347 6.12 135.5556 169 1200 19.0907434630 1.7 1.324762202 0.289281 46.14347 6.12 108.223 169 1200 15.2414012131 8.8 3.166473197 0.289281 46.14347 6.12 258.6767 169 1200 36.430303
JUMLAH 231.7761243
EROSIVITAS BULAN PEBRUARI TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM
1 THUN
100XTH DASAR
PERHITUNGAN
EROSIVITAS
1 1.7 1.324762202 0.220277 46.14347 6.12 82.4077 169 1200 11.605751522 0.5 0.692554734 0.220277 46.14347 6.12 43.08082 169 1200 6.0672157983 0.3 0.528292281 0.220277 46.14347 6.12 32.86277 169 1200 4.6281732184 1.1 1.051812004 0.220277 46.14347 6.12 65.42866 169 1200 9.2145358285 1.4 1.19522002 0.220277 46.14347 6.12 74.34945 169 1200 10.470880396 4.8 2.296454557 0.220277 46.14347 6.12 142.8525 169 1200 20.118388747 1.3 1.149185074 0.220277 46.14347 6.12 71.48581 169 1200 10.067585278 0.6 0.762816648 0.220277 46.14347 6.12 47.45151 169 1200 6.6827544329 0.2 0.426133716 0.220277 46.14347 6.12 26.50793 169 1200 3.733199832
10 1.1 1.051812004 0.220277 46.14347 6.12 65.42866 169 1200 9.21453582811 0.7 0.827755283 0.220277 46.14347 6.12 51.49106 169 1200 7.25165778712 13 0.9 0.945689419 0.220277 46.14347 6.12 58.82723 169 1200 8.28483512214 15 0.1 0.295120923 0.220277 46.14347 6.12 18.35819 169 1200 2.58544521716 0.8 0.888459618 0.220277 46.14347 6.12 55.26721 169 1200 7.78346600617 2.1 1.481754402 0.220277 46.14347 6.12 92.17351 169 1200 12.9811021118 2.6 1.65934188 0.220277 46.14347 6.12 103.2205 169 1200 14.536880319 0.9 0.945689419 0.220277 46.14347 6.12 58.82723 169 1200 8.28483512220 0.8 0.888459618 0.220277 46.14347 6.12 55.26721 169 1200 7.78346600621 5.6 2.491951895 0.220277 46.14347 6.12 155.0135 169 1200 21.8310685922 1 1 0.220277 46.14347 6.12 62.20566 169 1200 8.76063002723 0.8 0.888459618 0.220277 46.14347 6.12 55.26721 169 1200 7.78346600624 1.7 1.324762202 0.220277 46.14347 6.12 82.4077 169 1200 11.6057515225 6.9 2.783492261 0.220277 46.14347 6.12 173.149 169 1200 24.3851458826 9.9 3.37044041 0.220277 46.14347 6.12 209.6605 169 1200 29.5271814627 28 0.6 0.762816648 0.220277 46.14347 6.12 47.45151 169 1200 6.68275443229 30 31
JUMLAH 271.8707065
EROSIVITAS BULAN MARET TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM
1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 0.4 0.615306914 0.216253 46.14347 6.12 37.57647 169 1200 5.292019866 2 1.4 1.19522002 0.216253 46.14347 6.12 72.99146 169 1200 10.27963109 3 0.7 0.827755283 0.216253 46.14347 6.12 50.55058 169 1200 7.119207178 4 5 0.8 0.888459618 0.216253 46.14347 6.12 54.25777 169 1200 7.641301987 6 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 7 1.5 1.239733587 0.216253 46.14347 6.12 75.70988 169 1200 10.66247529 8 4.2 2.139548442 0.216253 46.14347 6.12 130.6611 169 1200 18.40143934 9 2.8 1.725813082 0.216253 46.14347 6.12 105.3945 169 1200 14.84305945 10 0.4 0.615306914 0.216253 46.14347 6.12 37.57647 169 1200 5.292019866 11 1.9 1.405204101 0.216253 46.14347 6.12 85.81508 169 1200 12.08562401 12 1.7 1.324762202 0.216253 46.14347 6.12 80.90254 169 1200 11.39377395 13 2.2 1.518742061 0.216253 46.14347 6.12 92.74879 169 1200 13.06212066 14 0.4 0.615306914 0.216253 46.14347 6.12 37.57647 169 1200 5.292019866 15 2.6 1.65934188 0.216253 46.14347 6.12 101.3351 169 1200 14.27136602 16 3.1 1.821468637 0.216253 46.14347 6.12 111.2361 169 1200 15.66575637 17 12.3 3.781374656 0.216253 46.14347 6.12 230.9266 169 1200 32.5221598 18 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 19 0.9 0.945689419 0.216253 46.14347 6.12 57.75276 169 1200 8.13351366 20 21 0.8 0.888459618 0.216253 46.14347 6.12 54.25777 169 1200 7.641301987 22 1.2 1.101453229 0.216253 46.14347 6.12 67.26517 169 1200 9.473178722 23 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 24 25 26 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 27 0.8 0.888459618 0.216253 46.14347 6.12 54.25777 169 1200 7.641301987 28 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 29 30 0.7 0.827755283 0.216253 46.14347 6.12 50.55058 169 1200 7.119207178 31 1.5 1.239733587 0.216253 46.14347 6.12 75.70988 169 1200 10.66247529 JUMLAH 267.2984274
EROSIVITAS BULANA APRIL TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM
1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.812209932 3 1.2 1.101453229 0.224544 46.14347 6.12 69.8439 169 1200 9.8363488044 0.9 0.945689419 0.224544 46.14347 6.12 59.96681 169 1200 8.4453254525 1.4 1.19522002 0.224544 46.14347 6.12 75.78971 169 1200 10.673717876 6.6 2.718681211 0.224544 46.14347 6.12 172.3934 169 1200 24.278740117 2.3 1.554947581 0.224544 46.14347 6.12 98.60028 169 1200 13.886206318 9 0.4 0.615306914 0.224544 46.14347 6.12 39.01703 169 1200 5.4948982610 0 0.224544 46.14347 6.12 0 169 1200 011 0.8 0.888459618 0.224544 46.14347 6.12 56.33783 169 1200 7.93424402512 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.8122099313 14 15 16 0.7 0.827755283 0.224544 46.14347 6.12 52.48852 169 1200 7.39213384117 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.8122099318 0.7 0.827755283 0.224544 46.14347 6.12 52.48852 169 1200 7.39213384119 2.5 1.625205205 0.224544 46.14347 6.12 103.0554 169 1200 14.5136305920 4.1 2.112396523 0.224544 46.14347 6.12 133.9485 169 1200 18.8644133721 8.8 3.166473197 0.224544 46.14347 6.12 200.7882 169 1200 28.2776735622 0.1 0.295120923 0.224544 46.14347 6.12 18.71382 169 1200 2.6355293723 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.8122099324 0.8 0.888459618 0.224544 46.14347 6.12 56.33783 169 1200 7.93424402525 2.2 1.518742061 0.224544 46.14347 6.12 96.30446 169 1200 13.5628788126 0.8 0.888459618 0.224544 46.14347 6.12 56.33783 169 1200 7.93424402527 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.8122099328 3.6 1.97169768 0.224544 46.14347 6.12 125.0267 169 1200 17.6079252529 0.8 0.888459618 0.224544 46.14347 6.12 56.33783 169 1200 7.93424402530 0.1 0.295120923 0.224544 46.14347 6.12 18.71382 169 1200 2.6355293731
JUMLAH 251.2951106
EROSIVITAS BULAN MEI TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM
1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 46.14347 6.12 169 1200 2 46.14347 6.12 169 1200 3 46.14347 6.12 169 1200 4 46.14347 6.12 169 1200 5 46.14347 6.12 169 1200 6 46.14347 6.12 169 1200 7 46.14347 6.12 169 1200 8 46.14347 6.12 169 1200 9 46.14347 6.12 169 1200 10 0.1 0.295120923 0.356046 46.14347 6.12 29.67343 169 1200 4.17900763411 0.8 0.888459618 0.356046 46.14347 6.12 89.33166 169 1200 12.580875312 13 0.3 0.528292281 0.356046 46.14347 6.12 53.11803 169 1200 7.48078941614 15 0.6 0.762816648 0.356046 46.14347 6.12 76.69868 169 1200 10.8017302416 0.4 0.615306914 0.356046 46.14347 6.12 61.86706 169 1200 8.71294474617 18 19 0.8 0.888459618 0.356046 46.14347 6.12 89.33166 169 1200 12.580875320 21 1.6 1.282872781 0.356046 46.14347 6.12 128.9886 169 1200 18.1658931522 0.4 0.615306914 0.356046 46.14347 6.12 61.86706 169 1200 8.71294474623 24 0.6 0.762816648 0.356046 46.14347 6.12 76.69868 169 1200 10.8017302425 26 27 28 29 30 1.2 1.101453229 0.356046 46.14347 6.12 110.7475 169 1200 15.5969336631
JUMLAH 109.6137244
EROSIVITAS BULAN JUNI TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM
1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 2 3 4 5 6 0.3 0.528292281 0.324 46.14347 6.12 48.33719 169 1200 6.8074874127 0.6 0.762816648 0.324 46.14347 6.12 69.79548 169 1200 9.8295298228 1.9 1.405204101 0.324 46.14347 6.12 128.572 169 1200 18.107228859
10 11 12 13 14 15 16 17 0.2 0.426133716 0.324 46.14347 6.12 38.98998 169 1200 5.49108895918 19 0.8 0.888459618 0.324 46.14347 6.12 81.29144 169 1200 11.4485444620 0.7 0.827755283 0.324 46.14347 6.12 75.73717 169 1200 10.6663183921 3 1.790087521 0.324 46.14347 6.12 163.7877 169 1200 23.0667732722 23 24 25 26 27 0.8 0.888459618 0.324 46.14347 6.12 81.29144 169 1200 11.4485444628 0.6 0.762816648 0.324 46.14347 6.12 69.79548 169 1200 9.82952982229 1.1 1.051812004 0.324 46.14347 6.12 96.2377 169 1200 13.5534764430 1.2 1.101453229 0.324 46.14347 6.12 100.7797 169 1200 14.1931450931
JUMLAH 134.441667
EROSIVITAS BULAN JULI TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM
1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 0.6 0.762816648 0.596696 46.14347 6.12 128.539 169 1200 18.1025733918 0.9 0.945689419 0.596696 46.14347 6.12 159.3541 169 1200 22.4423682519 1.5 1.239733587 0.596696 46.14347 6.12 208.9022 169 1200 29.4203965120 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
JUMLAH 69.96533815
EROSIVITAS BULAN AGUSTUS TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM 1 THUN
100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0.9 0.945689419 0.721965 46.14347 6.12 192.8085 169 1200 27.1538600921 0.5 0.692554734 0.721965 46.14347 6.12 141.199 169 1200 19.8855289822 23 24 25 26 27 28 29 30 31
JUMLAH 47.03938907
EROSIVITAS BULANA SEPTEMBER TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM 1 THUN
100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1.8 1.365508562 1 46.14347 6.12 385.6169 169 1200 54.3077201826 27 28 29 30 31
JUMLAH 54.30772018
EROSIVITAS BULAN OKTOBER TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130
JML HJN DLM 1 THUN
100XTH DASAR
PERHITUNGANEROSIVITAS
1 2 3.6 1.97169768 0.400686 46.14347 6.12 223.1033 169 1200 31.420376923 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 2.3 1.554947581 0.400686 46.14347 6.12 175.9468 169 1200 24.779173614 1.4 1.19522002 0.400686 46.14347 6.12 135.2426 169 1200 19.0466641615 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 3.7 2.0005385 0.400686 46.14347 6.12 226.3667 169 1200 31.879975526 2.5 1.625205205 0.400686 46.14347 6.12 183.8966 169 1200 25.8987778127 28 29 0.5 0.692554734 0.400686 46.14347 6.12 78.36456 169 1200 11.0363424430 31 1.7 1.324762202 0.400686 46.14347 6.12 149.9007 169 1200 21.11100913
JUMLAH 165.1723195
EROSIVITAS BULAN NOVEMBER TH 2008 KJ/HA/CM TGL CH
(CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM 1 THUN
100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 1.1 1.051812004 0.257053 46.14347 6.12 76.35223 169 1200 10.752939192 4.4 2.192956003 0.257053 46.14347 6.12 159.1892 169 1200 22.419141863 0.5 0.692554734 0.257053 46.14347 6.12 50.27334 169 1200 7.0801615774 5 0.8 0.888459618 0.257053 46.14347 6.12 64.4943 169 1200 9.0829465746 0.7 0.827755283 0.257053 46.14347 6.12 60.0877 169 1200 8.462350867 1 1 0.257053 46.14347 6.12 72.59114 169 1200 10.223252018 1.6 1.282872781 0.257053 46.14347 6.12 93.1252 169 1200 13.115131749 10 1.1 1.051812004 0.257053 46.14347 6.12 76.35223 169 1200 10.7529391911 12 1.9 1.405204101 0.257053 46.14347 6.12 102.0054 169 1200 14.3657556513 0.5 0.692554734 0.257053 46.14347 6.12 50.27334 169 1200 7.08016157714 1.1 1.051812004 0.257053 46.14347 6.12 76.35223 169 1200 10.7529391915 0.5 0.692554734 0.257053 46.14347 6.12 50.27334 169 1200 7.08016157716 17 1.9 1.405204101 0.257053 46.14347 6.12 102.0054 169 1200 14.3657556518 19 20 0.4 0.615306914 0.257053 46.14347 6.12 44.66583 169 1200 6.29043764921 22 23 24 25 0.5 0.692554734 0.257053 46.14347 6.12 50.27334 169 1200 7.08016157726 0.2 0.426133716 0.257053 46.14347 6.12 30.93353 169 1200 4.35647237327 4.1 2.112396523 0.257053 46.14347 6.12 153.3413 169 1200 21.59556228 0.4 0.615306914 0.257053 46.14347 6.12 44.66583 169 1200 6.29043764929 30 31
JUMLAH 191.1467079
EROSIVITAS BULAN DESRMBER TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM 1 THUN
100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS
1 2 0.9 0.945689419 0.205434 46.14347 6.12 54.86346 169 1200 7.7266032953 2.7 1.692866828 0.205434 46.14347 6.12 98.21039 169 1200 13.831296144 4.1 2.112396523 0.205434 46.14347 6.12 122.5491 169 1200 17.258996045 1.3 1.149185074 0.205434 46.14347 6.12 66.6691 169 1200 9.3892318156 0.9 0.945689419 0.205434 46.14347 6.12 54.86346 169 1200 7.7266032957 1.1 1.051812004 0.205434 46.14347 6.12 61.02008 169 1200 8.5936608088 0.7 0.827755283 0.205434 46.14347 6.12 48.0216 169 1200 6.7630414039 0.1 0.295120923 0.205434 46.14347 6.12 17.12122 169 1200 2.41123803110 0.9 0.945689419 0.205434 46.14347 6.12 54.86346 169 1200 7.72660329511 0.5 0.692554734 0.205434 46.14347 6.12 40.17804 169 1200 5.65840706412 1.4 1.19522002 0.205434 46.14347 6.12 69.33978 169 1200 9.76535293213 3.7 2.0005385 0.205434 46.14347 6.12 116.0597 169 1200 16.3450780514 5.1 2.371440286 0.205434 46.14347 6.12 137.5773 169 1200 19.3754714315 0.5 0.692554734 0.205434 46.14347 6.12 40.17804 169 1200 5.65840706416 1.4 1.19522002 0.205434 46.14347 6.12 69.33978 169 1200 9.76535293217 0.9 0.945689419 0.205434 46.14347 6.12 54.86346 169 1200 7.72660329518 0.2 0.426133716 0.205434 46.14347 6.12 24.72182 169 1200 3.48165699119 20 0.7 0.827755283 0.205434 46.14347 6.12 48.0216 169 1200 6.76304140321 2.8 1.725813082 0.205434 46.14347 6.12 100.1217 169 1200 14.100478222 6.9 2.783492261 0.205434 46.14347 6.12 161.4822 169 1200 22.7420758223 0.7 0.827755283 0.205434 46.14347 6.12 48.0216 169 1200 6.76304140324 2.1 1.481754402 0.205434 46.14347 6.12 85.96286 169 1200 12.1064360225 4.4 2.192956003 0.205434 46.14347 6.12 127.2227 169 1200 17.9171943126 3.1 1.821468637 0.205434 46.14347 6.12 105.6711 169 1200 14.8820165327 0.8 0.888459618 0.205434 46.14347 6.12 51.54331 169 1200 7.25901640828 1.6 1.282872781 0.205434 46.14347 6.12 74.42489 169 1200 10.4815057229 30 1.6 1.282872781 0.205434 46.14347 6.12 74.42489 169 1200 10.4815057231 0.5 0.692554734 0.205434 46.14347 6.12 40.17804 169 1200 5.658407064
JUMLAH 288.3583225
Bulan Nilai Erosivitas Bulanan (Kj/Ha/Cm)
januari 231.7761243 Pebruari 271.8707065 maret 267.2984274 April 251.2951106 Mei 109.6137244 Juni 137.441667 Juli 69.96533815 Agustus 47.03938907 September 54.30772018 Oktober 165.1723195 November 191.1467079 Desember 288.3583225
jumlah 2085.285558
Nilai Erosivitas Hujan Bulanan Selama 1 Tahun (2008)
Lampiran 2
Data Curah Hujan Harian, Perhitungan Erosivitas bulanan dan Tahunan
DATA CURAH HUJAN HARIAN STASIUN HUJAN NO 65 KECAMATAN TRETEP
CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2008
TGL JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES 1 17 4 6 11 2 5 14 36 44 9 3 3 7 12 5 27 4 11 9 41 5 14 8 14 8 13 6 48 6 66 3 7 9 7 13 15 23 6 10 11 8 6 42 19 16 7 9 2 28 4 1 10 11 4 1 11 9 11 7 19 8 8 5 12 17 6 19 14 13 9 22 3 23 5 37 14 4 14 11 51 15 1 26 6 5 5 16 8 31 7 4 14 17 5 21 123 6 2 6 19 9 18 26 6 7 9 2 19 26 9 9 25 8 8 15 20 9 8 41 7 9 4 7 21 7 56 8 88 16 30 5 28 22 10 10 12 1 4 69 23 18 8 6 6 7 24 41 17 8 6 21 25 2 69 22 18 37 5 44 26 66 99 6 8 25 2 31 27 11 8 6 8 41 8 28 14 6 6 36 6 4 16 29 26 8 11 5 10 30 17 7 1 12 12 16 31 88 15 17 5
JML 340 484 453 418 68 112 30 14 18 157 227 526 HJN 14 25 26 24 9 11 3 2 1 7 18 29
RT-RT 24.29 19.36 17.42 17.42 6.8 10.18 10 7 18 22.43 12.61 18.14
LAMPIRAN 1
HASIL PERHITUNGAN
Perhitungan Indeks erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), indeks lereng (LS),
indeks vegetasi (C) dan konservasi lahan (P) pada lahan kering tegalan di Kecamatan
Tretep Kabupaten Temanggung.
A. Perhitungan Erosivitas hujan (R)
Rumus :
R = ∑n
i
xEI 100/
(Sumber : Chay Asdak, 2004:346)
Keterangan :
R = Erosivitas hujan (Kj/ha/Cm). n = Jumlah kejadian hujan dalam satu tahun. x = Jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan dalam perhitungan.
EI30 = 6,12(RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAX P)0,53
(Sumber : Chay Asdak, 2004:347)
Keterangan :
EI30 = Erosivitas hujan rata rata tahunan. RAIN = Curah hujan bulanan. DAYS = Jumlah hari hujan per bulan. MAX P = Hujan maximum harian (24 jam) dalam bulan yang bersangkutan.
B. Erodibilitas Tanah (K)
K = {2,71x10-4(12-OM)M1,14+3,25(S-2)+2,5(P-3)/100}
(Sumber : Chay Asdak, 2004:352)
Keterangan :
OM = Unsur Organik S = Kode Struktur Tanah P = Permeabilitas Tanah M = ( % debu+pasir halus)x (100-liat) Hasil perhitungan :
1. Sampel 01
M = (18,42 + 18,23) x (100 – 27,17)
= 2.699,21
K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) }
100
= {2,713 (2.669,21)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) }
100
= 2,713 (8.055,19) (10-4) (5,04) + 0 + 0
100
= 11,01 100 = 0,110
2. Sampel 02
M = (15,17 + 22,04) x (100 – 23,71)
= 2.838,75
K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.838,75)1,14 (10-4)(12-6,09)+3,25(2-2)+2,5(2-3) } 100 = 2,713 (8.641,01) (10-4) (5,91) + 0 + (-2,5) 100 = 11,35 100 = 0,113
3. Sampel 03
M = (26,41 + 26,19) x (100 – 23,11)
= 2.834,01
K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.834,01)1,14 (10-4)(12-6,09)+3,25(3-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (12.172,07) (10-4) (5,91) + 3,25+ (0) 100 = 22,76 100 = 0,227 4. Sampel 04
M = (15,42 + 23,12) x (100 – 20,92) = 3.047,74 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (3.047,74)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(2-3) } 100 = 2,713 (9.369,89) (10-4) (5,04) + 0+ (-2,5) 100 = 10,31 100 = 0,103 5. Sampel 05
M = (14,96 + 27,05) x (100 – 28,87) = 2.988,17 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.988,17)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (9.161,40) (10-4) (5,04) + 0+ 0 100 = 12,52 100 = 0,125
6. Sampel 06
M = (15,13 + 19,71) x (100 – 29,11) = 2.469,80
K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.469,80)1,14 (10-4)(12-7,83)+3,25(3-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.372,83) (10-4) (4,17) + 3,25+ 0 100 = 11,59 100 = 0,115
7. Sampel 07
M = (14,79 + 20,02) x (100 – 29,17) = 2.465,59 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.465,59)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.358,50) (10-4) (5,04) + 0+ 0 100 = 10,06 100 = 0,100 8. Sampel 08
M = (16,21 + 24,17) x (100 – 27,19) = 2.960,06 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.960,06)1,14 (10-4)(12-7,83)+3,25(3-2)+2,5(2-3) } 100 = 2,713 (8.993,44) (10-4) (4,17) + 3,25+ (-2,5) 100 = 10,85 100 = 0,108 9. Sampel 09
M = (12,37 + 24,11) x (100 – 29,81) = 2.560,53 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) }
100 = {2,713 (2.560,53)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(3-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.682,38) (10-4) (5,04) + 3,25+ (0) 100 = 13,75 100 = 0,137
10. Sampel 10
M = (24,43 + 26,16) x (100 – 27,02) = 3.473,11 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (3.473,11)1,14 (10-4)(12-7,83)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.682,38) (10-4) (4,17) + 0+ (0) 100 = 12,30 100 = 0,123
11. Sampel 11
M = (16,23 + 25,32) x (100 – 26,41) = 3.057,66 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12-OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (3.057,66)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (9.404,68) (10-4) (5,04) + 0+ (0) 100 = 12,85 100 = 0,128
C. Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
LS = (√x) x (0,0138 + 0,00965(S) + 0,00138(S2)
(Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989:253).
Keterangan :
LS = Indeks panjang dan kemiringa lereng X = Panjang lereng dalam meter (m) S = Kemirinngan lereng dalam persen (%) Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989. Panjang lereng dicari dengan menggunakan interval kontur, dengan persamaan:
SkalaPenyebut x 2000
1CI =
Contoh: 25.000 x 2000
1CI =
= 12,5 meter
Jika pada peta terdapat 7 kontur maka panjang lereng = 7 x 12,5 = 87,5 meter. Contoh perhitungan indeks panjang dan kemiringan lereng (LS)
L : 87,5 meter
N: 7
S : 3 %
LS = √87,5 x (0,0138 + 0,00965(3) + 0,00138(32)
= 9,35 x 0,05
= 0,46
Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
No Sampel Jumlah Kontur (N)
Panjang Lereng dalam Meter (L)
Kemiringan Lereng dalam
% (S)
LS
1 8 100 15 4,6 2 7 87,5 3 0,46 3 6 75 8 1,47 4 7 87,5 7 1,39 5 9 112,5 6 1,27 6 5 62,5 12 2,52 7 10 125 3 0,55 8 9 112 3 0,53 9 7 87,5 12 2,99
10 6 75 41 23,55 11 8 100 35 20,04
D. Hasil Perhitungan USLE
Perhitunagan USLE didapat dengan mengalikan faktor-faktor penyebab erosi yaitu
A = R x K x LS x C x P.
(Sumber: Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86).
Hasil Perhitungan USLE Pada Lahan Kering Tegalan di Kecamatan Tretep :
No Sampel R K LS C P A (Ton/Ha/Th)
1 2085.28 0.11 4.60 0.70 0.20 147,72 2 2085.28 0.11 0.46 0.70 0.35 25,85 3 2085.28 0.22 1.47 0.70 0.35 165,22 4 2085.28 0.10 1.39 0.70 0.40 81,16 5 2085.28 0.12 1.27 0.70 1.00 222,46 6 2085.28 0.11 2.52 0.70 0.40 161,85 7 2085.28 0.10 0.55 0.70 1.00 80,28 8 2085.28 0.10 0.53 0.70 1.00 77,36 9 2085.28 0.13 2.99 0.70 1.00 567,38
10 2085.28 0.12 23.55 0.70 0.40 1650,04 11 2085.28 0.12 20.40 0.40 0.40 816,76
Keterangan :
A = Banyaknya tanah yang terkikis dan terhanyutkan dalam (Ton/Ha/Th). R = Nilai indek erosivitas hujan (Kj/Ha/mm). K = Faktor erodibilitas tanah yang terkikis dan terhanyutkan dalam (Ton/Kj) LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng C = Faktor vegetasi. P = Faktor tindakan manusia dalam pengelolaan dan konservasi tanah.