15
Analisis Tingkat Bahaya Longsor Lahan di ... (Kuswaji Dwi Priyono, dkk) 175 ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN BANJARMANGU KABUPATEN BANJARNEGARA Analysis Landslide Hazard in Banjarmangu Sub District, Banjarnegara District oleh: Kuswaji Dwi Priyono, Yuli Priyana, dan Priyono Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102 Telp. (0271) 717417 ext. 151-153, Fax. (0271) 715448 E-mail : [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRACT The objective of the research is to find the most suitable soil conservation practice that may be applied to control landslide hazard. In order to achieve that objective, some research steps must be done, are: (1) to identify the land characteristics of the study area that is based on the understanding of some factors that caused and triggered the landslide hazard, i.e.: slope morphology, rocks/soils characteristics, climatic condition, and landuse; (2) to study the types of landslide that occurs in every landforms and determine the area having ideal landslide form; The proposed landslide in this research is the process of masswasting down-slope as a result of the gravitation action on materials being sliding. The landslide types is including creep, slide, slump, and rocks/soils fall. The methods that being applied in the research include field survey methods and the method for determining landslide hazard by using geographic information techniques. Field survey method was intended to characterize the location of every landslide that have been happened in the study area. The results of field survey were applied as materials for determinating the grade of landslide hazard. Scorring and weighting methods of factors that influence landslide was apllied to determine the grade of landslide hazard. Scor and weight were not same for every parameters used for evaluation. The result of field research shows that landslide happen in every landform unit The study area can be devided into 9 landform unit. The landform units are differentiated into the landslide hazard classes, the study area there were found 5 classes of landslide hazard, namely: (1) vary low hazard equal to 16,65% (1 landform unit); (2) low hazard equal to 7,63% (1 landform unit); (3) medium hazard equal to 37,58% (3 landform unit); (4) high hazard equal to 25,41% (2 landforms unit); and (5) highest hazard equal to 12,73% (2 landform unit). Evaluation of landslide hazard shows hat most of study area have high risk to slide as a result of complex interaction between many factors of landslide. Keywords: landslide hazard, concervation, and landform unit. PENDAHULUAN Bencana longsor tanah merupakan salah satu jenis bencana alam yang banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, seperti: rusak- nya lahan pertanian, kawasan permukiman, jalan, jembatan, irigasi, dan prasarana fisik lainnya. Bencana longsor tanah yang terjadi pada 4 Januari 2006 di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara telah menelan korban lebih 100 jiwa dan kerusakan lahan pertanian seluas lebih 4 ha, serta kerusakan sekitar 55% dari 185 rumah yang dihuni 665 jiwa (Burhanudin dalam KOMPAS, 06 Januari 2006). Lokasi longsor tersebut ter- letak di daerah pegunungan vulkanik, yaitu Gunung Pawinihan dengan ketinggian 1.240 m dpal merupakan daerah bagian

ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Lahan di ... (Kuswaji Dwi Priyono, dkk) 175

ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN BANJARMANGU KABUPATEN BANJARNEGARA

Analysis Landslide Hazard in Banjarmangu Sub District, Banjarnegara District

oleh:Kuswaji Dwi Priyono, Yuli Priyana, dan PriyonoFakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A.Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102Telp. (0271) 717417 ext. 151-153, Fax. (0271) 715448E-mail : [email protected], [email protected],

[email protected]

ABSTRACT

The objective of the research is to find the most suitable soil conservation practice that may be applied tocontrol landslide hazard. In order to achieve that objective, some research steps must be done, are: (1) to identify the landcharacteristics of the study area that is based on the understanding of some factors that caused and triggered thelandslide hazard, i.e.: slope morphology, rocks/soils characteristics, climatic condition, and landuse; (2) to study thetypes of landslide that occurs in every landforms and determine the area having ideal landslide form;

The proposed landslide in this research is the process of masswasting down-slope as a result of the gravitationaction on materials being sliding. The landslide types is including creep, slide, slump, and rocks/soils fall.

The methods that being applied in the research include field survey methods and the method for determininglandslide hazard by using geographic information techniques. Field survey method was intended to characterize thelocation of every landslide that have been happened in the study area. The results of field survey were applied asmaterials for determinating the grade of landslide hazard. Scorring and weighting methods of factors that influencelandslide was apllied to determine the grade of landslide hazard. Scor and weight were not same for every parametersused for evaluation.

The result of field research shows that landslide happen in every landform unit The study area can be devided into9 landform unit. The landform units are differentiated into the landslide hazard classes, the study area there were found 5classes of landslide hazard, namely: (1) vary low hazard equal to 16,65% (1 landform unit); (2) low hazard equal to7,63% (1 landform unit); (3) medium hazard equal to 37,58% (3 landform unit); (4) high hazard equal to 25,41% (2landforms unit); and (5) highest hazard equal to 12,73% (2 landform unit). Evaluation of landslide hazard shows hatmost of study area have high risk to slide as a result of complex interaction between many factors of landslide.

Keywords: landslide hazard, concervation, and landform unit.

PENDAHULUAN

Bencana longsor tanah merupakansalah satu jenis bencana alam yang banyakmenimbulkan korban jiwa dan kerugianmaterial yang sangat besar, seperti: rusak-nya lahan pertanian, kawasan permukiman,jalan, jembatan, irigasi, dan prasarana fisiklainnya. Bencana longsor tanah yang terjadipada 4 Januari 2006 di Dusun Gunungraja,

Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu,Kabupaten Banjarnegara telah menelankorban lebih 100 jiwa dan kerusakan lahanpertanian seluas lebih 4 ha, serta kerusakansekitar 55% dari 185 rumah yang dihuni665 jiwa (Burhanudin dalam KOMPAS, 06Januari 2006). Lokasi longsor tersebut ter-letak di daerah pegunungan vulkanik, yaituGunung Pawinihan dengan ketinggian1.240 m dpal merupakan daerah bagian

Page 2: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 175 - 189176

Pegunungan Serayu Utara. Gunung Pawi-nihan terdiri atas merupakan batuan gu-nungapi Kuarter dengan batuan andesit,tersusun dari mineral-mineral hipersten-augit hornblende dan basal olivine sertaaliran lava dan breksi piroklastik dengantingkat pelapukan tinggi. Lapisan batuanini mengandung batulempung, konglo-merat, serta tuff dasit yang menjadi pemicugerakan longsorlahan di samping curahhujan tahunan yang tinggi (3.191 mm/th)dan kemiringan lereng 30º-45º .

Potensi kejadian longsor tanah dikawasan pegunungan daerah KabupatenBanjarnegara sangat besar, selalu terjadidari tahun ke tahun. Kejadian longsor tanahyang terus menerus pada kawasan tersebutdiperlukan upaya penanggulangan bencana(disaster management), meliputi upaya teren-cana dan terorganisasi yang diwujudkan da-lam rangkaian kegiatan yang dilakukanuntuk meniadakan (meminimalisasikan)sebagian atau seluruh bahaya atau kerugiandari akibat bencana, serta menghindari re-siko bencana yang mungkin akan terjadi,agar akibat yang ditimbulkan dapat diku-rangi, atau diperkecil, bahkan kalau mung-kin dihilangkan (Sutikno, dkk., 2001).

Mitigasi bencana dapat dilakukanberdasarkan pada tipologi lereng dan hujanpemicu terjadinya longsor tanah. Hal inidapat terjadi mengingat kondisi lereng yangkemiringannya melampaui 20º (40%)umumnya potensi untuk bergerak ataulongsor. Potensi terjadinya gerakan padalereng juga tergantung pada kondisi batuandan tanah penyusun lerengnya, strukturgeologi, curah hujan, vegetasi penutup, danpenggunaan lahan pada lereng tersebut.Pada berbagai kejadian longsoran selamaini, menurut Dwikorita Karnawati (2001)dapat teridentifikasi 3 tipologi lereng yang

rentan untuk bergerak/longsor, yaitu: (1)lereng yang tersusun oleh tumpukan tanahgembur dialasi oleh batuan atau tanah yanglebih kompak, (2) lereng yang tersusun olehperlapisan batuan yang miring searah ke-miringan lereng, dan (3) lereng yang ter-susun oleh blok-blok batuan.

Dalam konteks perencanaan danpembangunan wilayah, mitigasi bencanamerupakan salah satu kegiatan untukmengurangi resiko bencana. Upaya penang-gulangan bencana dan minimalisasi dampaknegatif bencana longsor tanah ini, tentunyamemerlukan data dan informasi spasialmaupun temporal tingkat kerawanan ben-cana, karakteristik fisik dan sosial ekonomiwilayah rawan longsor, karakteristik long-soran (meliputi mekanisme kejadian tanahlongsor dan faktor pemicunya), teknik dancara-cara penanggulangan longsor tanahyang baik.

Mempertimbangkan hal-hal tersebutdi atas, analisis tingkat bahaya longsortanah ini dapat digunakan untuk penyu-sunan sistem informasi penanggulanganbencana yang digunakan sebagai masukanbagi perencanaan dan pembangunan wila-yah maupun penyempurnaan tataruangwilayah. Potensi terjadinya longsoran ini da-pat diminimalkan dengan memberdayakanmasyarakat untuk mengenali tipologi lerengyang rawan longsor tanah, gejala awal le-reng akan bergerak, serta upaya antisipasidini yang harus dilakukan. Sistem peri-ngatan dini yang efektif sebaiknya dibuatberdasarkan prediksi, bilamana dan dimanalongsor akan terjadi juga tindakan-tindakanyang harus dilakukan pada saat bencanadatang.

Longsor dapat terjadi secara alamiahjika disebabkan oleh faktor-faktor alam dan

Page 3: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Lahan di ... (Kuswaji Dwi Priyono, dkk) 177

dapat menimbulkan bencana jika meru-gikan manusia dari aspek sosial, ekonomi,dan lingkungan. Terjadinya bencana longsordapat dipercepat karena dipicu oleh manu-sia, yaitu adanya perubahan tata guna lahanyang tidak terkontrol. Meningkatnya kebu-tuhan lahan untuk permukiman, kegiatanekonomi, atau infrastruktur akibat bertam-bahnya jumlah penduduk dapat pula me-ningkatkan resiko terjadinya longsor.

Berdasarkan latar belakang di atas,permasalahan penelitian ini adalah:1. bagaimanakah tingkat bahaya longsor

tanah dan agihannya di daerah pe-nelitian?

2. bagaimanakah karakteristik tipelongsoran tanah dan agihannya didaerah penelitian ?

Tujuan penelitian ini adalah:1. Mengetahui tingkat bahaya longsor

tanah serta mengidentifikasi karak-teristik longsoran di daerah penelitian.

2. Membuat peta agihan tingkat bahayalongsor tanah di daerah penelitian.

Manfaat penelitian ini diharapkandapat digunakan sebagai masukan bagiperencanaan dan pembangunan wilayahmaupun penyempurnaan tataruang wilayahdi Kecamatan Banjarmangu, KabupatenBanjarnegara. Demikian pula dapat diguna-kan untuk sosialisasi adanya potensi ter-jadinya longsoran sehingga segenap elemenmasyarakat dapat mengenali tipologi lerengyang rawan tanahlongsor, gejala awal lerengakan bergerak, serta upaya antisipasi diniyang harus dilakukan.

Gerakan massa adalah prosesbergeraknya puing-puing batuan (termasukdi dalamnya tanah) secara besar-besaranmenuruni lereng secara lambat hingga cepat

oleh pengaruh langsung dari gravitasi(Suprapto Dibyosaputro, 1995). Daerahyang ditinggalkan oleh material akibat gra-vitasi dikenal dengan fenomena permukaanbumi yang terdenudasi. Beberapa faktoryang mempengaruhi gerakan massa adalahiklim, geologi, geomorfologi, dan vegetasipenutup/ penggunaan lahan.

Peristiwa tanah longsor atau dikenalsebagai gerakan massa tanah, batuan ataukombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alam atau buatan, dan sebenarnyamerupakan fenomena alam, yaitu alammencari keseimbangan baru akibat adanyagangguan atau faktor yang mempe-ngaruhinya dan menyebabkan terjadinyapengurangan kuat geser serta peningkatantegangan geser tanah (Kabul Basah Suryo-lelono, 2002). Pada umumnya di daerahpegunungan yang ditutupi oleh lapisantanah penutup yang lunak/gembur, airhujan dapat dengan mudah merembes padatanah yang gembur dan batuan lempungyang berongga atau retak-retak. Air rem-besan ini berkumpul antara tanah penutupdan batuan asal yang segar pada lapisan alasyang kedap air. Tempat air rembesan iniberkumpul dapat berfungsi sebagai bidangluncur. Meningkatnya kadar air dalamlapisan tanah atau batuan, terutama padalereng-lereng bukit akan merpermudahgerakan bergeser atau tanahlongsor.

Menurut Dwikorita Karnawati(2001) ada 3 tipologi lereng yang rentanuntuk longsor, yaitu:1. lereng yang tersusun oleh tumpukan

tanah gembur dialasi oleh batuan atautanah yang lebih kompak.

2. lereng yang tersusun oleh perlapisan ba-tuan yang miring searah kemiringan lereng.

3. lereng yang tersusun oleh blok-blokbatuan.

Page 4: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 175 - 189178

Lebih lanjut, Dwikorita mengatakanbahwa tanah gembur yang menyusun lerengdengan tipologi pertama umumnya tebal,bersifat lengket apabila basah tetapi ber-ubah menjadi retak-retak dan getas apabilakering. Umumnya pada bagian bawah darilapisan tanah tersebut terdapat perlapisantanah atau batuan yang bersifat lebihkompak dan kedap air. Oleh karena itu saathujan turun air hujan hanya terakumulasipada tanah, karena sulit untuk menembusbatuan yang mengalasi tanah tersebut.Akhirnya tanah pada lereng bergerakdengan bidang luncur lengkung (nendatan)atau bidang luncur lurus (luncuran), apabilakekuatan air yang terakumulasi dalamtanah menekan/merenggangkan ikatanantar butiran-butiran tanah melampauikemampuan tanah untuk tetap bertahanstabil pada lereng.

Lereng yang tersusun oleh perlapisanbatuan yang miring searah kemiringanlereng sering terjadi luncuran batuan atauluncuran bahan rombakan dengan kece-patan tinggi. Luncuran tersebut terjadi disepanjang bidang-bidang perlapisan batuanyang merupakan bidang yang lemah,terutama apabila terjadi tekanan oleh airyang meresap melalui bidang-bidang ter-sebut. Lereng yang tersusun oleh blok-blokbatuan banyak terjadi pada jalur-jalurpatahan batuan, terpotong-potong olehkekar-kekar (retakan-retakan) yang berjarakcukup rapat sehingga merupakan bidangyang lemah dan sangat rentan untuk meng-alami pergerakan. Meresapnya air hujanmelalui bidang-bidang retakan batuan padalereng di daerah tersebut merupakan pemi-cu terjadinya gerakan. Air yang mengisiretakan-retakan batuan bersifat menekandan semakin melemahkan kekuatan batuanuntuk tetap stabil, akhirnya blok-blokbatuan bergerak meluncur ke bawah lereng.

METODE PENELITIAN

Data faktor penyebab longsorandiidentifikasi dan dievaluasi berdasarkandata sekunder (peta geologi, peta geomor-fologi, data curah hujan) dan pengamatanlapangan. Pengamatan dilakukan padadaerah yang telah mengalami longsoran dandaerah yang belum mengalami longsoran.Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkanpeta bentuklahan, kualitas dan karakteristiklahan yang dikaji dalam penelitian inidisajikan pada Tabel 1. berikut. Dalampemberian harkat untuk masing-masingparameter diklasifikasikan ke dalam limaklas. Harkat yang paling tinggi, dalam halini 5, adalah yang paling besar pengaruhnyaterhadap terjadinya longsoran. Harkat yangpaling rendah, dalam hal ini 1, adalah yangpaling kecil pengaruhnya terhadap terjadi-nya longsoran

Pembobotan disusun atas dasarpemahaman faktor penyebab dan faktorpemicu terjadinya longsoran. Faktor yangmenyebabkan terjadinya longsoran adalahgaya gravitasi yang bekerja pada suatumassa tanah dan atau batuan. Di lapanganbesarnya pengaruh gaya gravitasi terhadapmassa tanah dan atau batuan ditentukanoleh besarnya sudut lereng. Oleh karena itudalam penilaian tingkat kerawanan longsor,faktor lereng diberikan bobot yang palingtinggi (bobot 10) dibandingkan faktor-faktor lain.

Pemberian bobot pada faktor pemi-cu, yang dalam hal ini dikelompokkanmenjadi 2 yaitu faktor yang bersifat statikdan faktor yang bersifat dinamik. Faktoryang dinamik diberi bobot yang lebih tinggidikarenakan kejadian longsoran selaludipicu oleh adanya perubahan gaya/energiakibat perubahan faktor yang bersifat

Page 5: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Lahan di ... (Kuswaji Dwi Priyono, dkk) 179

dinamik. Termasuk di dalam kategori faktoryang dinamik ini adalah hujan dan peng-gunaan lahan. Faktor hujan mempunyaibobot yang lebih tinggi (5,6) dibandingkandengan penggunaan lahan dikarenakanhujan (2,4) dapat mempengaruhi peru-bahan besar beban massa batuan dan atautanah secara relatif lebih cepat/dramatikdibandingkan dengan penggunaan lahan.

Faktor-faktor yang bersifat statikdikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitufaktor tanah dan batuan. Faktor batuandiberi bobot yang lebih tinggi dibandingkandengan tanah karena batuan merupakanalas daripada tanah. Perubahan-perubahanyang terjadi pada batuan secara otomatismempengaruhi kestabilan tanah yangmenumpang di atasnya. Sedang perubahan-perubahan yang terjadi di tanah belumtentu berpengaruh terhadap batuan yangada di bawahnya.

Dalam penelitian ini, kemiringanlereng datar/landai (harkat 1) hingga terjal/sangat terjal (harkat 5); penggunaan lahandi dasar lembah (1) hingga sawah (5);tingkat pelapukan dari ringan (1) hinggasempurna (5); kedalaman tanah dari sangat

tipis (1) hingga sangat tebal (5); kelasstruktur tanah dari horisontal (1) hinggamiring pada perlapisan lunak (5 ); dan kelastekstur tanah dari geluh (1) hingga lempung(5). Akhirnya tingkat bahaya longsor tanahselanjutnya diklasifikasikan berdasarkantotal harkat dari parameter penyebab danpemicu longsor tanah. Adapun totalklasifikasi Kelas Bahaya Longsor Tanahdisajikan pada Tabel 2. berikut.

Tabel 2. Tingkat Bahaya Longsor Tanah

Sumber : hasil analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara geografis letak daerahpenelitian ini adalah 109

038’10" BT –

109043’30" BT dan 07

017’00" LS dan

Tabel 1. Pengharkatan dan Pembobotan Parameter yangMempengaruhi Longsoran

Bobot Harkat Harkat x Bobot

x Konstanta No

Jenis Faktor

Parameter (B)

Konstanta (K)

B * K Min Maks Min Maks

1 Faktor Penyebab Kemiringan Lereng 10 1 10 1 5 10 50 2 Hujan 8 0,7 5,6 1 5 5,6 28 3

Faktor Pemicu (Dinamik) Penggunaan Lahan 8 0,3 2,4 1 5 2,4 12

4 Pelapukan Batuan 6 0,7 4,2 1 5 4,2 21 5 Kedalaman Tanah 6 0,15 0,9 1 5 0,9 4,5 6 Struktur Perlapisan 6 0,09 0,54 1 5 0,54 2,7 7

Faktor Pemicu (Statis)

Tekstur 6 0,06 0,36 1 5 0,36 1,8 24 120 Sumber : Sunarto Goenadi, dkk. (2003) dengan perubahan Kuswaji (2006)

No Tingkat Bahaya

Longsor Skor Total

1 Sangat Rendah 24 – 43,2 2 Rendah >43,2 – 62,4 3 Sedang >62,4 – 81,6 4 Tinggi >81,6 – 100,8 5 Sangat Tinggi >100,8 – 120

Page 6: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 175 - 189180

07023’50" LS. Secara administrasi lokasi

penelitian ini adalah Kecamatan Banjar-mangu, Kabupaten Banjarnegara, PropinsiJawa Tengah dibagi menjadi 16 desa denganluas total 51.996 ha, batas wilayahnyaadalah:

(a) bagian utara berbatasan dengan Keca-matan Karangkobar

(b) bagian selatan berbatasan dengan Keca-matan Banjarnegara

(c) bagian barat berbatasan dengan Keca-matan Wanadadi dan Punggelan; dan

(d) bagian timur berbatasan dengan Keca-matan Madukara dan Wanayasa.

Berdasarkan data curah hujan daerahpenelitian memiliki hujan tahunan sebesar3631,9 mm/th dengan curah hujan bulananrerata minimum sebesar 58,7 mm yangterjadi pada bulan Agustus dan curah hujanbulanan rerata maksimum sebesar 514,9 mmterjadi pada bulan Nopember, mempunyai9 bulan basah, 2 bulan lembab, dan 1 bulankering. Hasil perhitungan jumlah bulan basahdan bulan kering menunjukkan bahwadaerah penelitian mempunyai nilai Q sebesar0,111 atau bertipe A (sangat basah). Haltersebut juga ditunjukkan bahwa di daerahpenelitian rerata terjadi 16,42 hari hujandalam satu bulan dengan curah hujanmaksimum rerata sebesar 74,51 mm.Kejadian hari hujan tertinggi terjadi padabulan Nopember hingga Januari (20,2 hari)dengan curah hujan maksimum setiap kalikejadian hujan tertinggi pula (94,1 mm),sehingga pada bulan Januari kemungkinanterjadi longsor tanah sangat besar setelah 2bulan sebelumnya terjadi curah hujan denganintensitas yang tinggi dengan kejadian hujanyang hampir tiap hari terjadi. Adapuntemperatur di daerah penelitian denganketinggian 271 – 1244 m dpal mempunyaisuhu rerata 23°C.

Daerah penelitian didominasi olehlereng miring hingga sangat curam dengankemiringan lereng >15% dengan luas40.309 ha atau sebesar 77,52% darikeseluruhan luas daerah penelitian. Daerahdengan morfologi datar hingga landaidengan kemiringan lereng lebih besar 0-3%dan >3 – 8% hanya terdapat seluas 11.687ha atau sebesar 22,48% dari keseluruhanluas daerah penelitian. Titik tertinggisebesar 1.244 m dpal terdapat pada bagiantengah daerah penelitian yang merupakanpuncak Gunung Pawinihan, dan titikterendah sebesar 271 m dpal yang terdapatdi sisi selatan yang berbatasan denganSungai Serayu.

Karakteristik litologi daerah peneli-tian akan berdampak terhadap proses pela-pukan yang ada. Perbedaan kondisi litologimerupakan salah satu faktor yang menye-babkan perbedaan tingkat perkembanganlembah, baik pola lembah maupun kera-patan lembah. Daerah yang memiliki batuanresisten akan memiliki kecenderungan pro-ses denudasional yang rendah, sehinggaperkembangan lembah dan proses long-soran juga rendah. Litologi daerah peneli-tian didominasi lava andesit, batuan klas-tika gunungapi, dan breksi volkanik. Batuantersebut mempunyai tingkat pelapukan yangtinggi dengan struktur perlapisan yangsejajar arah kemiringan lereng sehinggamemungkinkan sekali lereng daerahpenelitian rawan terjadi longsor tanah.

Kondisi geomorfologi daerah pene-litian dipengaruhi oleh asal proses yangterjadi di daerah penelitian yaitu proses vol-kanik, di beberapa tempat terdapat struktursesar yang telah terdenudasi. Proses denu-dasi yang terjadi di daerah penelitian ter-utama disebabkan oleh kondisi iklimsetempat baik input hujan maupun fluktuasi

Page 7: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Lahan di ... (Kuswaji Dwi Priyono, dkk) 181

temperatur, kerja air dan gaya gravitasi.Beberapa proses eksogen yang terjadi di dae-rah penelitian antara lain adalah prosespelapukan, erosi dan longsoran. Proses pela-pukan yang terjadi cukup intensif terutamapelapukan mekanis, hal ini diindikasikanoleh hasil proses yang akan menghasilkanbatuan lapuk yang menjadi bahan induktanah. Proses pelapukan yang terjadi banyakditemukan pada batuan lava andesit danbreksi gunungapi yang tersingkap. Pela-pukan tersebut mengakibatkan penge-lupasan mengulit bawang yang disebutsebagai speroidal weathering dengan inti daribatuan masih nampak segar. Keberadaankekar-kekar minor yang banyak terdapatpada batuan andesit dengan arah tidakberaturan mengakibatkan batuan mudahlapuk dan fragmen batuan mudah lepas darisemen pengikatnya. Dari hasil aktivitasproses tersebut, bentuklahan secara rincidisajikan pada Tabel 3. berikut.

Atas dasar peta tanah skala tinjauJawa Tengah Tahun 1998, ada tiga macamtanah yang ada di daerah penelitian, yaitu

Grumosol, Latosol, dan Podsolik MerahKuning. Tanah Grumosol terdapat di sisiselatan daerah penelitian berkembang padabatuan induk endapan alluvium, mempunyaitekstur geluh lempungan, struktur remah,konsistensi gembur hingga sangat gembur,pH 5,5- 6,0, permeabilitas bervariasi darisangat lambat hingga cepat, kepekaan erositinggi, dan kedalaman efektif relative tebal(84-120 cm). Tanah Latosol di daerahpenelitian telah mempunyai perkembanganprofil tanah yang intensif, kedalaman tanahtebal (100-300 cm), keadaan teksturtanahnya geluh lempungan, struktur remahhingga gumpal, konsistensi gembur,permeabilitas tinggi, peka terhadap erosi.Tanah Podsolik Merah Kuning terdapat padasebelah timur daerah penelitian, dengan cirritekstur geluh lempungan, struktur remah,konsistensi gembur hingga teguh, pH 5,5-6,6, permeabilitas bervariasi lambat hinggacepat, kepekaan erosi tinggi, dengankedalaman efektif tanah 54-84 cm.

Berdasarkan sebaran penggunaanlahan di daerah penelitian didominasi oleh

No. Simbol

Bentuklahan Nama Bentuklahan

Luas (ha)

Prosentase Luas

1. V8.SR Dataran fluvial gunungapi tertoreh sangat ringan 8.655 16,65 2. V13.R Dataran gunungapi tertoreh ringan 3.969 7,63 3. V19.B Lereng pegunungan gunungapi tertoreh berat 11.273 21,68 4. V19.S Lereng pegunungan gunungapi tertoreh sedang 17.093 32,86 5. V19.R Lereng pegunungan gunungapi tertoreh ringan 2.063 3,97 6. V21.B Pegunungan sumbat gunungapi tertoreh berat 1.938 3,73 7. V24.SB Pegunungan intrusi dike tertoreh sangat berat 4.008 7,71 8. V24.B Pegunungan intrusi dike tertoreh berat 2.609 5,02 9. V24.S Pegunungan intrusi dike tertoreh sedang 388 0,75

Total Luas 51.996 100 %

Tabel 3. Bentuklahan Daerah Penelitian

Sumber : hasil analisis peta bentuklahan, 2006

Page 8: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 175 - 189182

perkebunan campuran dengan luas17.969,82 ha atau sebesar 34,56 % darikeseluruhan luas Daerah Penelitian. Tipepenggunaan lahan berikutnya adalah per-mukiman dengan luas sebesar 13.995,73 haatau sebesar 26,84% dari keseluruhan luasdaerah penelitian. Sebagian besar permu-kiman di Daerah Penelitian menempatidaerah perbukitan dan pegunungan dengankemiringan lereng miring sampai terjalsehingga berisiko terhadap keberadaanlongsoran yang terjadi. Penggunaan lahanberupa tegalan memiliki luas sebesar11.324,73 ha atau sebesar 21,78 % darikeseluruhan luas daerah penelitian, sedang-kan penggunaan lahan berupa hutan hanyamenempai luas sebesar 1.913,45 ha atausebesar 3,68% dari keseluruhan luas daerahpenelitian.

Kondisi kependudukan di daerahpenelitian meliputi jumlah penduduk dankepadatanan penduduk, pertumbuhanpenduduk, dan komposisi penduduk. Berda-sarkan data BPS (2003), penduduk Keca-matan Banjarmangu sebanyak 39.930 jiwadengan kepadatan 849 jiwa/km², pertum-buhan penduduk sebesar 0,73% setiaptahunnya yang termasuk pertumbuhan

rendah, komposisi penduduk menurutumur dan jenis kelamin bahwa terdapat442.391 laki-laki dan 442.825 perempuandengan kelompok umur 10-14 tahun memi-liki jumlah tertinggi sedangkan yang ber-umur 55-59 tahun memiliki jumlah teren-dah, dan angka beban tanggungan sebesar64,3 yang berarti bahwa tiap 100 pendudukyang produktif harus menanggung 64,3orang yang tidak produktif. Komposisipenduduk menurut tingkat pendidikan didaerah penelitian menunjukkan 49,9 %tamatan Sekolah Dasar dan komposisimenurut mata pencaharian terdapat 54,6%bekerja pada sektor pertanian. Keadaantersebut menghendaki pentingnya pen-dampingan oleh pemerintah daerah kepadapenduduk dalam usaha pertanian yangkonservatif.

Hasil pengharkatan dari 7 parameteryang mempengaruhi longsoran sebagai-mana telah terdeskripsikan di atas dansesuai metode penelitian yang digunakandisajikan pada Tabel 4. berikut. Selanjutnyatingkat bahaya longsor tanah daerah pene-litian disajikan dalam Tabel 5. dan disajikandalam Peta tingkat bahaya longsor tanahberikut.

Tabel 4. Pengharkatan dan Pembobotan Parameter yang Mempengaruhi Longsor Tanah

Bentuk-lahan

Kem. Lereng (10X)

Hujan

(5,6X)

Pengg. Lahan (2,4X)

Pel. Batuan (4,2X)

Struktur Perl.batuan

(0,54X)

Tekstur Tanah (0,36X)

Kedalaman Tanah (0.9X)

Total HarkatX

Konstanta V8.SR 1 4 2 1 1 1 1 43,2 V13.R 2 4 2 2 1 2 2 58,66 V19.B 3 4 3 5 3 3 3 86 V19.S 3 4 3 3 3 3 3 77,60 V19.R 4 4 2 2 3 3 3 81,0 V21.B 4 4 4 4 4 4 5 96,9 V24.SB 5 4 3 5 5 4 5 108,24 V24.B 5 4 3 4 5 4 5 104,04 V24.S 4 4 3 2 2 2 2 81,6

Sumber: Analisis data parameter longsor tanah

Page 9: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Lahan di ... (Kuswaji Dwi Priyono, dkk) 183

Dari analisis Tabel 4. dan Tabel 5. diatas menunjukkan bahwa semakin besarharkat kemiringan lereng, pelapukanbatuan, struktur perlapisan batuan, dantekstur tanah menunjukkan tingkat bahayalongsor tanah yang semakin tinggi pula.Penggunaan lahan dengan harkat lebihbesar belum tentu menyebabkan tinkatbahaya longsor tanah yang tinggi, hal itutampak pada satuan bentuklahan V24.Bdan V24.SB dengan harkat penggunaanlahan 3 justru tingkat bahaya longsornyalebih tinggi dibandingkan pada V21.Bdengan harkat penggunaan lahan 4. Demi-kian pula pada kedalaman tanah denganharkat 5 menghasilkan tingkat bahayalongsor tanah yang tinggi dan sangat tinggi,sementara kedalaman tanah dengan harkat3 juga menunjukkan tingkat bahaya longsoryang tinggi.

Hasil pemetaan tingkat bahayalongsor tanah tersebut apabila ditumpang-susunkan dengan persebaran longsoranyang terjadi sebenarnya masih kurang

memuaskan. Dari hasil pengamatanlapangan pada setiap lokasi longsoranmengenai faktor-faktor yang menyebabkansuatu longsoran dapat terjadi ternyata setiaplongsoran adalah bersifat khas dan tidaksama faktor pemicunya walaupun tipelongsorannya sama. Generalisasi atas faktorpenyebab, pengaruh, dan pemicu suatulongsoran tidak sepenuhnya dapat tepatmenggambarkan persebaran longsor yangsenyatanya.

Berdasarkan hasil penelitian la-pangan ada satu faktor yang menyebabkansuatu daerah menjadi rawan longsor tetapisangat sulit dipetakan secara detil, yaituarah dan kemiringan perlapisan batuan da-sar. Pemetaannya yang hanya diperkirakanmelalui pengukuran dip dan strike batuanyang tersingkap di permukaan tidak sepe-nuhnya dapat dijadikan pegangan dalampenilaian rawan longsor. Selain itu, faktorjumlah dan kerapatan serta kecenderunganorientasi retakan yang diakibatkan olehpengaruh gejala tektonik pada batuan juga

No Bentuklahan Tingkat Bahaya

Tipe Longsoran

Lokasi Luas (ha)

% Luas

1. V8.SR Sangat Rendah Rayapan Banjarkulon 8.655 16,65 2. V13.R Rendah Rayapan Sigebog 3.969 7,63 3. V19.B Tinggi Longsor Kendaga 11.273 21,68 4. V19.S Sedang Nendatan Rejasari 17.093 32,86 5. V19.R Sedang Nendatan Sijenggung 2.063 3,97 6. V21.B Tinggi Longsor Prendegan 1.938 3,73 7. V24.SB Sangat Tinggi Longsor Sijeruk 4.008 7,71 8. V24.B Sangat Tinggi Jatuhan Kesenet 2.609 5,02 9. V24.S Sedang Longsoran Paseh 388 0,75

Total Luas : 51.996 100.00

Tabel 5. Sebaran Kelas-Kelas Bahaya Longsoran di Daerah Penelitan

Sumber : hasil analisis peta bahaya longsoran tanah

Page 10: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 175 - 189184

sangat sulit untuk dipetakan secara detilhingga bawah permukaan. Pengukuranyang dilakukan di permukaan saja ternyatasyarat dengan bias yang menyebabkan hasilpenilaian tingkat kerawanan longsormenjadi tidak sepenuhnya sesuai denganpersebaran kejadian longsoran di lapangan.

Penilaian tingkat kerawanan longsordengan memberikan bobot pada faktorlereng lebih tinggi dibandingkan denganfaktor lain menyebabkan persebaran daerahdengan tingkat bahaya sangat berat ter-konsentrasi pada daerah dengan topografitinggi. Kelemahan dari sistem penghar-katan dan pembobotan adalah kenyataanlapangan bahwa setiap longsoran disebab-kan oleh faktor pemicu dan pengaruh yangberbeda-beda tidak dapat terakomodasisepenuhnya. Faktor iklim, tanah, dan ba-tuan, serta penggunaan lahan yang diguna-kan untuk penilaian tidak dapat menggam-barkan besarnya pengaruh batuan dasarterhadap longsoran.

Rekomendasi penanganan daerahrawan bahaya longsor tanah di daerahpenelitian secara teoritis atas dasar temuanlapangan pada penelitian ini adalah padadaerah dengan kemiringan lereng yang besardengan tingkat pelapukan tanah yangintensif perlu dilakukan pengamatan secaraseksama gejala retakan-retakan di permu-kaan lahan pertanian penduduk. Retakantersebut menyebabkan mudahnya infiltrasiair hujan ke dalam tanah sehingga menye-babkan semakin cepatnya tingkat keje-nuhan tanah yang akhirnya memicu tanahlapisan atas untuk longsor. Usaha penu-tupan segera setelah terjadinya gejala re-takan tersebut akan mengurangi bahkanmeniadakan terjadinya longsor tanah.

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanDaerah penelitian terdapat 9 satuan

bentuklahan dengan 5 tingkat bahayalongsor tanah. Tingkat bahaya longsortanah sangat rendah dengan tipe longsoranyang dominan rayapan terdapat pada satuanbentuklahan Dataran fluvial gunungapitertoreh sangat ringan (V8.SR) seluas 8.655ha (16,65% luas seluruh daerah penelitian)menyebar di desa Banjarkulon. Tingkatbahaya longsor tanah rendah dengan tipelongsoran dominan rayapan, terdapat padasatuan bentuklahan Dataran gunungapitertoreh rendah (V13.R) seluas 3.969 ha(7,63%) yang menyebar di desa Sigebog.Tingkat bahaya longsor tanah sedangdengan tipe longsoran yang domnan adalahnendatan, terdapat pada satuan bentuk-lahan Lereng gunungapi tertoreh ringan(V19.S) di desa Rejasari seluas 17.093 ha(32,86%) dan Lereng gunungapi tertorehringan (V19.R) di Desa Sijenggung seluas2.063 ha (3,97%). Tingkat bahaya longsortanah tinggi dengan tipe longsoran slide/longsor terdapat pada satuan bentuklahanLereng pegunungan gunungapi tertorehberat (V19.B) di Desa Kendaga seluas11.273 ha (21,68%) dan satuan bentuk-lahan Pegunungan sumbat tertoreh berat(V21.B) di Desa Prendegan seluas 1.938ha (3,73%). Tingkat bahaya longsor tanahsangat tinggi dengan tipe longsoran longsordan jatuhan terdapat pada satuan bentuk-lahan Pegunungan intrusi dike tertorehsangat berat (V24.SB) di Desa Sijeruk se-luas 4.008 ha (7,71%) dan satuan bentuk-lahan Pegunungan intrusi dike tertorehberat (V24.B) di Desa Kesenet seluas 2.609ha (5,02%).

Dari analisis tabel hasil pengharkatanterhadap parameter pemicu terjadinya

Page 11: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Lahan di ... (Kuswaji Dwi Priyono, dkk) 185

longsoran tanah, menunjukkan bahwasemakin besar harkat kemiringan lereng,pelapukan batuan, struktur perlapisanbatuan, dan tekstur tanah menunjukkantingkat bahaya longsor tanah yang semakintinggi. Penggunaan lahan dan kedalamantanah dengan harkat lebih besar belumtentu tingkat bahaya longsor tanah yangtinggi. Dari hasil pengamatan lapanganpada setiap lokasi longsoran, faktor-faktoryang menyebabkan suatu longsoran dapatterjadi ternyata bersifat khas dan tidak samafaktor pemicunya walaupun tipe long-sorannya sama.

SaranRekomendasi penanganan daerah

longsor perlu memperhatikan proses-prosespenyebab proses-proses penyebab long-soran. Beberapa kasus longsoran yangterjadi di daerah penelitan terjadi di daerahyang telah dikonservasi secara baik atasdasar pandangan pengendalian erosi tanah.Pemicu pada longsoran pada lahan yangtelah dikonservasi dengan baik salah satu-nya adalah erosi parit pada saluran pem-buang. Hal lain adalah penambahan bebanmassa karena teras dapat juga berfungsisebagai penampung air sehingga tanah da-lam keadaan jenuh. Tanah dan materialtanah yang dalam kondisi jenuh air mem-punyai berat yang jauh lebih tinggi diban-dingkan dengan tanah kering, oleh karenaitu risiko longsoran menjadi meningkat.

Penguatan sisi-sisi parit erosi agartidak longsor disarankan untuk daerah-daerah yang telah teridentifikasi mem-punyai tingkat erosi tanah lanjut. Hal ini

ditujukan agar tidak terjadi tebing ambrolyang dapat menyumbat parit dan mem-bendung aliran yang ada padanya. Pengua-tan dasar parit erosi juga perlu dilakukanagar parit tidak berkembang menjadi parityang dalam. Pendalaman parit dapat dipan-dang sebagai mempertajam lereng di sisikanan kiri parit yang berarti menambahrisiko terjadi longsoran. Pemberian mate-rial kasar berupa batu-batu juga disarankanagar aliran air di dalam parit dapat tetapmengalir tetapi tidak dengan kecepatanaliran yang erosif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tulisan ini merupakan hasil pene-litian reguler yang dilaksanakan atas biayaUniversitas Muhammadiyah Surakarta.Terima kasih disampaikan kepada RektorUMS cq. Kepada Dr. Markhamah, M.Humselaku Kepala Lembaga Penelitian danPengabdian Masyarakat yang telahmemberikan kesempatan kepada penulisuntuk melakukan penelitian ini. Terimakasih disampaikan kepada Drs.Yuli Priyana,M.Si selaku Dekan Fakultas Geografi UMSyang telah memberi ijin melakukanpenelitian ini, kepada Mas Rozak atasbanuan analisis citra Landsat dan sisteminformasi geografisnya. Terima kasih jugasaya ucapkan kepada Drs. Priyono, M.Si,Ir.Imam Harjono, M.Si, dan Agus AnggoroSigit, S.Si atas kerjasama selama pelaksana-an survei lapangan, juga kepada mahasiswayang telah ikut penelitian bersama (ImamMustofa, Fanny, dan Fatmawati) semogakalian segera bisa menyelesaikan studi diFakultas Geografi ini dengan lancar.

Page 12: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 175 - 189186

DAFTAR PUSTAKA

American Planning Association, Landslides Research, http://www.planning.org /landslides/docs/main.html, 1/26/2006.

Bammelen, R.W. Van., 1970, The Geology of Indonesia,General Geology of Indonesia and AdjacentArchipeleagoes, The Hague: Government Printing Office.

Burhanudin, 2006, Longsor Banjarnegara, Faktor Alam atau Kesalahan Manusia?, HarianKompas, 11 Januari 2006, Jakarta: Penerbit Gramadia Group.

David, J.Rogers, Recent Developments in Landslide Mitigation Techniques, http://anaheim-landslide.com/developments.htm., 1/27/2006

Dwikorita Karnawati, 2002, Pengenalan Daerah Rentan Gerakan Tanah dan UpayaMitigasinya, Makalah Seminar Nasional Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor, Semarang11 April 2002, Semarang: Pusat Studi Kebumian Lembaga Penelitian UniversitasDiponegoro.

Enger, Eldon D. ,1998, Environmental Science: A Study of Interrelationships, Newyork: McGraw-Hill.

Goudie, Andrew,S., 1981, Geomorphological Tecniques, London: George Allen & Unwin.

Hiromitsu Yamagishi, ed.all, 2004, Heavy-rainfall Induced Landslides on July 13, 2004, in NiigataRegion, Japan, Japan: Landslide Research Group of Niigata University

Kabul Basah Suryolelono, 2002, Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu Geoteknik,Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar, Yogyakarta: Fakultas Teknik UGM.

Ritter, Dale F., ad.el., 1995. Geomorphology Process and Landforms. Dubuque IA: BrownCommunication Inc.

Suprapto Dibyosaputro, 1999, Longsorlahan di Daerah Kecamatan samigaluh, KabupatenKulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, Majalah Geografi Indonesia, Th.13/23,Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Sunardi Goenadi, dkk., 2003, Konservasi Lahan Terpadu Daerah Rawan Bencana Longsorandi Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian,Yogyakarta: Lembaga Penelitian UGM.

Sutikno, dkk., 2001, Pengelolaan Data Spasial Untuk Penyusunan Sistem InformasiPenanggulangan Tanah Longsor di kabupaten Kulon Progo, Daerah IstimewaYogyakarta, Makalah Seminar Dies Fakultas Geografi UGM ke-38 Tanggal 29 Agustus2001, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

Zuidam, R.A. & Zuidam Cancelado, F.I.,1979, Terrain Analysis and Classification Using ArealPhotographs, A Geomorphologycal Approach, Netherland, Enschede: ITC

Page 13: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Lahan di ... (Kuswaji Dwi Priyono, dkk) 187

Lampiran 1. Foto Daerah Penelitian

Foto Lapangan Kejadian Longsor Tanah (4 Januari 2006)

Page 14: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Forum Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2006: 175 - 189188

Lampiran 2. Peta Bentuklahan Daerah Penelitian

Page 15: ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TANAH DI KECAMATAN

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Lahan di ... (Kuswaji Dwi Priyono, dkk) 189

Lampiran 3. Peta Tingkat Bahaya Longsor Tanah Daerah Penelitian