12
Analisis transaksional Latar Belakang Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar. Analisis Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministik yang memandang bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan- keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi, yang dipertukarkan adalah pesan pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan). Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak. Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan

Analisis transaksional_makalah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis transaksional_makalah

Analisis transaksional

Latar Belakang

Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.

Analisis Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministik yang memandang bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok.

Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi, yang dipertukarkan adalah pesan pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).

Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak. Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan bagaimana status ego anak, orang dewasa dan orang tua, dalam interaksi satu sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul dalam berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam sekolah, dan sebagainya.Dari eksperimen ini Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan traksaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis.

Asumsi Teori

Page 2: Analisis transaksional_makalah

Dalam konteks komunikasi, Analisis Transaksional (AT) dapat diartikan sebagai upaya mengurai secara sistematis proses pertukaran pesan yang bersifat timbal balik di antara pelaku komunikasi yang kesemuanya merupakan cerminan struktur kepribadian seseorang. AT dapat diartikan sebagai cara untuk memahami perilaku diri sendiri dan orang lain dengan menganalisis transaksi atau interaksi yang tenjadi antarindividu. Lewat AT maka akan diketahui apa yang sesungguhnya terjadi dalam diri individu ketika berkomunikasi dengan orang lain? Apa yang terjadi di antara orang ketika berkomunikasi? Dan Bagaimana kita dapat mengidentifikasi, memahami, dan mengendalikan aspek-aspek yang terkait dengan komunikasi yang sedang berlangsung tersebut. Dengan demikian maka Transaksi (atau komunikasi)–sebagaimana dikatakan Berne, merupakan unit dasar dalam hubungan sosial.

AT menggunakan suatu sistem terapi yang berlamdaskan pada teori kepribadian yang menggunakan pola perwakilan ego yang erpisah; orang tua, orang dewasa, dan anak.

Ego OrangtuaMenurut corey (1988), bahwa ego orang tua adalah bagian kepribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua atau subtitusi orang tua. Jika ego orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaaan dan tindakan orang tua kita terhadap diri kita. Ego orang tua berisi perintah-perintah “harus” dan “semestinya”. Orang tua dalam diri kita bisa “orang tua pelindung” atau orang tua pengkritik”.Orang Tua Pembimbing menunjukkan sisi-sisi ‘pemeliharaan’ dari orang tua, misalnya sifat lemah lembut, cinta, pemberian ijin, atau juga pembatasan perilaku dengan pertimbangan kesehatan. Dalam kondisi ini, seseorang cenderung mau mengerti atau memahami orang lain. Lebih dari itu egostages Orang Tua Pembimbing bisa memberikan penilaian yang tegas, bahkan menentukan batas-batas antara yang benar dan salah. Orang Tua Pembimbing mengungkapkan “Anda OK”. Ungkapan yang keluar, bisanya mengekspresikan tindakan, misalnya, “Tidurlah, biar tubuhmu sehat”, atau “Yakinlah, semua akan berlalu dengan baik”.

Sedangkan Orang Tua Pengkritik (Critical Parent/ Prejudiced Parent) merupakan ekspresi pikiran, perasaan dan sikap menghakimi (prejudged). Orang Tua Pengkritik cenderung menyampaikan pesan “jangan”, dan lebih bersifat pengungkapan pendapat atau opini (bukan perbuatan), misalnya “Kamu memang bandel”. Jadi sikapnya ialah “kamu tidak OK”. Nada suaranya cenderung keras, kasar. Gerakan badan cenderung menggurui, misalnya menunjuk orang dengan tangan. Kata-kata yang biasa dipakai, antara lain: harus, jangan, selalu, keterlaluan, tolol, goblok, atau dasar kamu.

Ego dewasa

Page 3: Analisis transaksional_makalah

Ego rang dewasa adalah pengolah data dan informasi., adalah bagian objektif dari kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian yang mengetahui apa yang sedang terjadi. Dia tidak emosional dan meghakimi, tetapi menangani fakta-fakta dan kenyataan ekternal. Berdasarkan informasi yang tersedia, ego orang dewasa menghasilkan pemecahan yang paling baik untuk masalah-masalah tertentu.go stage Dewasa menekankan solusi yang berbasis fakta, bukan berdasarkan asumsi (prejudice) atau emosi kanak-kanak kita. Ciri orang yang sedang berada pada egostagess ini ialah tekanan pada nalar, tidak emosional, dan komunikasi dua arah. Kata-katanya biasanya netral, diplomatis, hati-hati, jelas dan tidak tergesa-gesa. Ekspresi wajah tenang, dan nada suaranya datar.

Ego AnakSelanjutnya, ego anak berisi perasaan-perasaan, dorongan dan tindakan yang bersifat spontan, “anak” yang berada dalam diri kita bisa berupa “anak alamiah (free child/natur child),” adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan, dan ekspresif. Dia adalah bagian dari ego anak yang intuitif. Egostages ini hadir, jika kita mengatakan pada orang lain tentang diri sendiri atau diri yang mengungkapkan apa yang diinginkan dan butuhkan. Hal ini terungkap melalui kata-kata, nada suara, ekspresi wajah, dan juga tindakan spontan dan kreatif, misalnya ungkapan seperti “Wow, asyik banget!”, “Keren”, “Saya bahagia”, atau “Yess!”. Ada luapan emosi dalam pengungkapannya. Dapat juga muncul suatu emosi negatif seperti, marah, takut atau sedih. Egostages ini berorientasi pada diri sendiri (orientasi aku), maksudnya padanya terungkapkan apa yang saya rasakan dan apa yang saya inginkan.

Ada juga berupa “anak disesuaikan (adapted child),” yaitu merupakan modifikasi-modifikasi yang dihasilkan oleh pengalaman traumatik, tuntutan-tuntutan, latihan, dan ketepatan-ketepatan tentang bagaimana caranya memperoleh perhatian. Ego stage Adapted Child adalah bagian dari kepribadian kita, yang kita pelajarai sebagai respon perintah orang tua. Jika seseorang berada pada keadaan egostagess anak ini, ia memberikan suatu tanggapan atau penyesuaian terhadap pengaruh egostagess orang tua yang dimainkan orang lain. Ia dapat melakukan apa yang dikehendaki orang lain (Anak Penurut) atau menolak apa yang dikehendaki orang lain (Anak Pemberontak).

Bagaimana cara mengetahui sikap ego yang dimiliki setiap orang? Berne mengajukan empat cara, yaitu:

1. Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya. Tingkah laku nonverbal tersebut pada umumnya sama namun dapat dibedakan kode-kode simbolnya pada setiap orang sesuai dengan budaya yang melingkupinya. Di samping nonverbal juga melalui verbal, misalnya pilihan kata. Seringkali (umumnya) tingkah laku melalui komunikasi verbal dan nonverbal berbarengan.

Page 4: Analisis transaksional_makalah

2. Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang lain. Dominasi satu sikap dapat dilihat kalau Pulan sangat menggurui orang lain maka Pulan sangat dikuasai oleh P dalam hal ini critical parent. Si Iteung suka ngambek maka Iteung dikuasai oleh sikap anak. Si Ucok suka bertanya dan mencari fakta-fakta atau latar belakang suatu kejadian maka ia dikuasai oieh sikap dewasa.

3. Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian dapat terlihat misalnya dalam ungkapan : buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Cara berbicara, gerak-gerik nonverbal mengikuti cara yang dilakukan ayah dan ibunya yang anda kenaI.

4. Mengecek perasaan diri sendiri, perasaan setiap orang muncul pada konteks, tempat tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap orang tua, dewasa, ataupun anak-anak sangat menguasai mempengaruhi seorang.

Berne juga mengemukakan terdapat beberapa faktor yang menghambat terlaksananya transaksi antarpribadi, atau keseimbangan ego sebagai sikap yang dimiliki seseorang itu. Terdapat dua hambatan utama yaitu:

1. Kontaminasi (contamination). Kontaminasi merupakan pengaruh yang kuat dari salah satu sikap atau lebih terhadap seseorang sehingga orang itu “berkurang” keseimbangannya.

2. Eksklusif (exclusive); penguasaan salah satu sikap atau lebih terlalu lama pada diri seseorang. Misalnya sikap orang tua yang sangat mempengaruhi seseorang dalam satu waktu yang lama sehingga orang itu terus menerus memberikan nasihat, melarang perbuatan tertentu, mendorong dan menghardik.

Berne mengajukan tiga jenis transaksi antarpribadi yaitu: transaksi komplementer, transaksi silang, dan transaksi tersembunyi.

1. Transaksi komplementer ; jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi tran-saksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.

2. Tran saksi silang; terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator  tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalahpahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.

3. Transaksi tersembunyi ; jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini

Page 5: Analisis transaksional_makalah

sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya tersembunyi. Jika terjadi 3 sikap dasar sedangkan yang lainnya disembunyikan maka transaksi itu disebut transaksi tersembunyi 1 segi (angular). Kalau yang terjadi ada 4 sikap dasar dan yang disembunyikan 2 sikap dasar disebut dengan dupleks.

Dalam menganalisis peristiwa kornunikasi atau perilaku pertukaran pesan tersebut Berne (Klein, dalam Venus, 2005:315) mengajukan beberapa asumsi dasar yang melandasi teorinya sebagai berikut:

1. Manusia pada dasamya dalam keadaan Oke’ (people are OK). ini lebih merupakan pemyataan kualitas atau potensial ketimbang keadaan aktual. Masing-masing manusia selalu bernilai, berguna dan memiliki kemampuan-kemampuan tertentu, sehingga layak diperlakukan secara patut.

2. Semua orang memiliki kapasitas untuk berpikir.3. Manusia memutuskan sendin jalan hidup mereka sendiri dengan

membuat keputusan pada naskah awal kehidupan mereka, dan keputusan itu dapat diubah.

Bertolak dan asumsi-asumsi di atas kemudian dikembangkan suatu keyakinan-keyakinan bahwa;

1. Perilaku komunikasi seseorang merupakan cerminan posisi hidup (life Positions) yang dipilihnya.

2. Manusia pada dasarnya relatif memiliki keleluasan untuk memilih posisi hidup yang dikehendakinya, dengan begitu manusia juga memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku komunikasinya.

3. Posisi hidup yang dipilih berkaitan langsung dengan struktur kepribadian atau egostages yang bersangkutan, dan

4. Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya melibatkan egostages.

Berdasarkan pengalaman masa kecilnya, setiap orang cenderung memilih

satu dan empat kemungkinan posisi hidup (life positions) yang ada. Posisi

hidup seseorang adalah cara dominan yang bersangkutan dalam membina

hubungan dengan orang lain, yang merefleksikan bagaimana seseorang

merasa tentang dirinya (self image). Ada empat posisi hidup yang mungkin

dipilh oleh seseorang adalah:

1. Saya Oke, Kamu Oke ( I’m OK, you’re OK)

Page 6: Analisis transaksional_makalah

Ini adalah posisi ideal, karena seseorang memandang positf dirinya, begitupula dengan orang lain

2. Saya Oke, Kamu tidak Oke ( I’m OK, you’re not OK)

Seseorang menganggap dirinya secara positif, tetapi tidak terhadap orang lain. Ini biasanya dimiliki oleh orang yang memiliki sikap otoriter.

3. Saya tidak Oke, Kamu Oke (I’am not OK, you’re OK)

Ini adalah sikap seseorang yang tidak yakin dengan dirinya sendiri. Dia selalu melihat orang lain lebih baik darinya, mirip sikap anak-anak terhadap orang tuanya.

4.Saya tidak Oke, Kamu tidak Oke (I’m not OK, you’re not OK)

Ini adalah posisi hidup orang bermasalah, semua dinilainya negatif, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Orang-orang yang merasa selalu gagal, masa kecil yang terabaikan atau disia-siakan, atau menjadi pengangguran yang berkarat cenderung akan memiliki mentalitas seperti. Ini adalah jiwa yang sakit. Orang seperti ini cenderung memandang hidup tidak berguna (

Tujuan terapi Analisis Transaksional

Tujuan utama dari AT adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang berhubungan tingkah lakunya saat ini dan arah hidupnya. Sedangkan sasarnya adalah mendorong klien agar menyadari, bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh ketusan awal mengenai posisi hidupnya serta pilihan terhadap cara-cara hidup yang stagnan dan deterministik. Menurut Berne (1964) dalam Corey (1988) bahwa tujuan dari AT adalah pencapaian otonom yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik; kesdaran, spontanitas, dan keakraban.

Penekanan terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang menyalahkan diri dan gaya hidup otonom ditandai dengan kesadaran spontanitas dan keakraban. Menurut Haris (19967) yang dikutip dalam Corey (1988) tujuan pemberian treatment adalah menyembuhkan gejala yang timbul dan metode treatment adalah membebaskan ego Orang Dewasa sehingga bisa mengalami kebebasan memilih dan penciptaan pilihan-pilihan baru atas pengaruh masa lampau yang membatasi. Tujuan terapeutik, dicapai dengan mengajarkan kepada klien dasar-dasar ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Para klien dalam setting kelompok itu belajar bagaimana menyadari dan menjabarkan ketiga ego selama ego-ego tersebut muncul dalam transaksi-transaksi kelompok.

Fungsi dan Peran Terapis

Page 7: Analisis transaksional_makalah

Harris (1967) yang dikutip dalam Corey (1988) memberikan gambaran peran terapis, seperti seorang guru, pelatih atau nara sumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey (1988), peran terapis yaitu membantu klien untuk membantu klien menemukan suasana masa lampau yang merugikan dan menyebabkan klien membuat keputusan-keputusan awal tertentu, mengindentifikasikan rencana hidup dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif untu menjalani kehidupan yang lebih otonom.

Terapis memerlukan hubungan yang setaraf dengan klien, menunjuk kepada kontrak terapi, sebagai bukti bahwa terapis dan klien sebagai pasangan dalam proses terapi. Tugas terapi adalah, menggunakan pengetahuannya untuk mendukung klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh klien. Konselor memotivasi dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego Orang Dewasanya sendiri ketimbang ego Orang Dewasa konselor dalam memeriksa keputusan–keputusan lamanya serta untuk membuat keputusan-keputusan baru.

Hubungan Konselor Dengan Klien

Pelaksanaan terapi AT beradasarkan kontrak, kontrak tersebut menjelaskan keinginan klien untuk berubah, di dalam kontrak berisi kesepakatan-kesepakatan yang spesifik, jelas, dan ringkas. Kontrak menyatakan apa yang dilakukan oleh klien, bagaimana klien melangkah ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya dan kapan kontrak tersebut akan berakhir. Kontrak dapat diperpanjang, konselor akan mendukung dan bekerja sesuai kontrak yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Pentingnya keberadaan kontrak, karena umumnya dalam terapi, klien seringkali keluar dari kesepakatan awal. Menyimpang, cenderung memunculkan masalah-masalah baru, bersikap pasif, dan dependen akibatnya proses penyembuhan membutuhkan tambahan waktu. Dengan adanya kontrak maka kewajiban tanggungjawab bagi klien semakin jelas, membuat usaha klien untuk tidak keluar pada kesepakatan dan komitmen untuk penyembuhan tetap menjadi perhatian, maka klien menjadi fokus pada tujuan-tujuan sehingga proses penyembuhan akan semakin cepat.

Maksud dari kontrak lebih spesifik, yaitu menyepakati cara-cara yang sesungguhnya digunakan dalam terapi yang disesuikan dengan kebutuhan klien dengan memperhatikan apakah untuk individu atau kelompok.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh konselor ketika membangun hubungan dengan klien; Pertama, tidak ada kesenjangan pemahaman antara klien dan konselor yang tidak dapat jembatani. Kedua, klien memiliki hak-hak yang sama dan penuh dalam terapi, artinya klien memiliki hak untuk menyimpan atau tidak mengungkapkan sesuatu yang dianggap rahasia.

Page 8: Analisis transaksional_makalah

Ketiga, kontrak memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor dan klien.

Teknik dan Prosedur Terapi

Untuk melakukan terapi dengan pendekatan AT menurut Haris dalam Corey (1988) treatment individu-individu dalam kelompok adalah memilih analisis-analisis transaksional, menurutnya fase permualaan AT sebagai suatu proses mengajar dan belajar serta meletakan pada peran didaktik terapis kelompok. Konsep-konsep AT beserta tekniknya sangat relevan diterapkan pada situasi kelompok, meskipun demikian penerapan pada individu juga dianggap boleh dilakukan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh, bila digunakan dengan pendekatan kelompok. Pertama, berbagai ego Orang Tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi bisa diamati. Kedua, karakteristik-karakteristik ego anak pada masing-masing individu di kelompok bisa dialami. Ketiga, individu dapat mengalami dalam suatu lingkungan yang bersifat alamiah, yang ditandai oleh keterlibatan orang lain. Keempat, konfrontasi permainan yang timbal-balik dapat muncul secara wajar. Kelima, para klien bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok.

Prosedur pada AT dikombinasikan dengan terapi Gestalt, seperti yang dikemukakan oleh James dan Jongeward (1971) dalam Corey (1988) dia menggabungkan konsep dan prosedur AT dengan eksperimen Gestalt, dengan kombinasi tersebut hasil yang diperoleh dapat lebih efektif untuk mencapai kesadaran diri dan otonom. Sedangkan teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam AT, yaitu;

1. Analisis struktural , para klien akan belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan ego-nya, ini dapat membantu klien untuk mengubah pola-pola yang dirasakan dapat menghambat dan membantu klien untuk menemukan perwakilan ego yang dianggap sebagai landasan tingkah lakunya, sehingga dapat melihat pilihan-pilihan.

2. Metode-metode didaktik , AT menekankan pada domain kognitif, prosedur belajar-mengajar menjadi prosedur dasar dalam terapi ini.Analisis transaksional, adalah penjabaran dari yang dilakukan orang-orang terhadap satu sama lain, sesuatu yang terjadi diantara orang-orang melibatkan suatu transaksi diantara perwakilan ego mereka, dimana saat pesan disampaikan diharapkan ada respon. Ada tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan terselubung.

3. Permainan peran , prosedur-prosedur AT dikombinasikan dengan teknik psikodrama dan permainan peran. Dalam terapi kelompok, situasi permainan peran dapat melibatkan para anggota lain. Seseorang anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang menjadi sumber masalah bagi anggota lainnya, kemudian dia berbicara pada anggota tersebut. Bentuk permainan yang lain adalah permainan menonjolkan gaya-gaya yang khas dari ego Orang Tua yang konstan.

4. Analisis upacara, hiburan, dan permainan , AT meliputi pengenalan terhadap upacara (ritual), hiburan, dan permainan yang digunakan dalam menyusun waktunya. Penyusunan waktu adalah bahan penting bagi diskusi dan pemeriksaan karena merefleksikan keputusan tentang

Page 9: Analisis transaksional_makalah

bagaimana menjalankan transaksi dengan orang laindan memperoleh perhatian.

5. Analisa skenario, kekurangan otonomi berhubungan dengan keterikatan individu pada skenario atau rencana hidup yang ditetapkan pada usia dini sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya di dunia sebagaimana terlihat dari titik yang menguntungkan menurut posisi hidupnya. Skenario kehidupan, yang didasarkan pada serangkaian keputusan dan adaptasi sangat mirip dengan pementsan sandiwara.

Page 10: Analisis transaksional_makalah

Daftar Pustaka

Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. PT Eresco. Jakarta.

Wikipedia, the free encyclopedia. 2009. Aperseption, Copyright © 2009.

De Blot SJ, 1992, Analisis Transaksional (jilid 1) Mengenal Diri dengan Analisis Transaksional Berpangkal Pada Budaya Indonesia, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.