89
Analisis Transformasi Sektor Perekonomian Daerah Sulawesi Selatan Tahun 1976 – 2000 Saparuddin Mukhtar 1. Gambaran Umum 1.1. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja Perkembangan ketenagakerjaan tak dapat dilepaskan dengan perkembangan ekonomi secara makro karena proses penciptaan lapangan kerja mengacu pada kecenderungan pergerakan sektor-sektor ekonomi. Pada tahun 2000 penduduk usia kerja di Sulawesi Selatan sebanyak 6,2 juta orang dan 3 juta diantaranya merupakan angkatan kerja atau sekitar 47,7% dari total penduduk usia kerja sehingga dapat dikatakan tingkat partisipasi angka kerja (TPAK). Dalam tahun 1997 – 1999 TPAK daerah Sulawesi Selatan relatif meningkat, dan terjadi penurunan pada tahun 2000. Menurunnya TPAK di dorong oleh lebih rendahnya pertumbuhan angkatan kerja dibandingkan dengan penduduk berusia 10 tahun ke atas. Hal ini

Analisis Transformasi Sektor Perekonomian Daerah Sulawesi

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

AnalisisTransformasiSektorPerekonomianDaerahSulawesiSelatanTahun1976–2000

SaparuddinMukhtar

1.GambaranUmum

1.1.KeadaanPendudukdanTenagaKerja

Perkembangan ketenagakerjaan tak dapat dilepaskan

dengan perkembangan ekonomi secara makro karena

proses penciptaan lapangan kerja mengacu pada

kecenderungan pergerakan sektor-sektor ekonomi. Pada

tahun 2000 penduduk usia kerja di Sulawesi Selatan

sebanyak6,2 juta orangdan3 juta diantaranyamerupakan

angkatankerjaatausekitar47,7%dari totalpendudukusia

kerja sehingga dapat dikatakan tingkat partisipasi angka

kerja (TPAK). Dalam tahun 1997 – 1999 TPAK daerah

Sulawesi Selatan relatif meningkat, dan terjadi penurunan

pada tahun 2000. Menurunnya TPAK di dorong oleh lebih

rendahnya pertumbuhan angkatan kerja dibandingkan

dengan penduduk berusia 10 tahun ke atas. Hal ini

mempersempitpeluangbagibertambahnyapendudukyang

terlibat atau akan terlibat dengan dunia kerja. Sementara

padasisipenyediaanlapangankerjajustruberkurangkarena

masih lesunya aktivitas ekonomi, sebagai dampak krisis

ekonomi yang melanda. Sehingga dapat diprediksi bahwa

peningkatan proporsi angkatan kerja banyak dipengaruhi

olehpertambahanparapencarikerja.

Tabel1.JumlahPendudukdanPersentaseAngkatanKerjadanBukanAngkatanKerjaTahun1995-2000

Tahun JumlahPenduduk

AngkatanKerja(%)

BukanAngk.Kerja(%)

Jumlah(%)

199519961997199819992000

7.558.3687.591.7677.707.6547.838.7777.978.4357.802.732

50,8348,9449,6151,1851,4747,68

49,1751,0650,3948,8248,5352,32

100,00100,00100,00100,00100,00100,00

Sumber:BPSSulawesiSelatantahun2001

2.PertumbuhanEkonomiSulawesiSelatan

Pertumbuhanekonomidapatdilihatdaribesanyanilai

PDRB (atas dasar harga konstan) yang berhasil diciptakan

padatahuntertentudibandingkandengannilaiPDRBtahun

sebelumnya. Penggunaan angka dasar harga konstan ini

dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan

harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan

pertumbuhan riil ekonomi. Selama periode tahun 1997 –

2000perekonomianSulawesiSelatantumbuhterendahpada

tahun 1998, sekitar 5,33%. Rendahnya pertumbuhan

ekonomi tersebut disebabkan oleh krisis ekonomi yang

melandatanahairpadawaktuitu, tidakterkecualiSulawesi

Selatan. Walaupun krisis ekonomi sampai saat ini belum

pulih sepenuhnya, namun dari tahun ketahun setelah itu

tampak terjadi perbaikan yang cukup signifikan. Hal ini

ditunjukkandenganpertumbuhanekonomiSulawesiSelatan

yang semakin membaik, yakni pada tahun 1999 tumbuh

sekitar2,83%,kemudiantumbuhlagimencapai4,89%pada

tahun 2000, dan pada tahun 2001 tumbuh sekitar 4,97%.

Selama periode tahun 1997 – 2000, pertumbuhan riil

masing-maisngsektorekonomiterlihatberfluktuasi,dengan

rata-rata tertinggi dimilki sektor listrik, gas dan air bersih

dan rata-rata terendah dimiliki oleh sektor bank dan

lembaga keuangan lainnya. Berikut akan diuraikan

pertumbuhanriilmasing-masingsektorekonomi.

2.1.SektorPertanian

Sektor ini terdiri dari 5 sub-sektor yaitu tanaman

bahanmakanan,perkebunan,peternakandanhasil-hasilnya,

dansubsektorkehutanan,sertasubsektorperikanan.Pada

tahun2001tercatatsekitar3.610,67ributonproduksipadi

(kualitas gabah kering giling) lebih rendah sekitar 1,00%

dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya sebesar

3.647ributon.Halyangsamaterjadipadakomunitasjagung,

ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau dan kedelai dengan

penurunanmasing-masingsekitar37,68%,23,89%,17,76%,

11,80% dan 63,28% dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Sub sektor perkebunan pada tahun 2001 laju

pertumbuhannya sekitar 2,02%, sedangkan secara

keseluruhan sektorpertanianhanya tumbuh sekitar1,12%.

Ini berarti menunjukkan bahwa kontribusi sub sektor

perkebunanbelummampumengimbangiperanansubsektor

tanaman bahan makanan terhadap pembentukan PDRB

sektor pertanian. Di bidang sub sektor peternakan pada

tahun 2001 tumbuh 19,87%. Salah satu penyebab dari

pertumbuhan yang cukup tajam ini adalah bertambahnya

hampirsemuapopulasiternakbesar,ternakkecildanunggas

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ternak sapi

misalnya, pada tahun2000 tercatat sebanyak718.164 ekor

menjadi 751.088 ekor pada tahun 2001 atau meningkat

4,58%. Demikian juga populasi kerbau bertambah 3.862

ekor,kambingdanunggasmasing-masingbertambah42.418

ekordan668.579ekor.

2.2.SektorPertambangandanPenggalian

Padatahun2001sektorpertambangandanpenggalian

hanya tumbuh sekitar 1,57%. Jauh dibawah rata-rata

pertumbuhan nasional selama lima tahun terakhir yang

sebesar 7,68%. Walaupun masih jauh lebih baik bila

dibandingkandengankeadaan tahun1997yangmengalami

kontraksipertumbuhansebesar7,89%.

Bila dicermati lebih dalam, maka rendahnya laju

pertumbuhansektorinipadatahun2001disebabkanadanya

pertumbuhan negatif sekitar 0,48% pada sub sektor

pertambangan nonmigas. Penurunan produksi nikel matte

dari 59,19 juta kg pada tahun 2000menjadi 58,37 juta kg

pada tahun 2001 menjadi penyebab terjadinya kontraksi

pertumbuhantersebut.

2.3. SektorIndustriPengolahan

Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap

perekonomian Sulawesi Selatan masih tergantung pada

kelompok industri besar dan sedang. Sumbangan dari

kelompok industri kecil dan kerajinan rumah tanggamasih

kurang nampak. Selama kurun waktu tahun 1997 – 2000

pertumbuhan sektor ini jika dilihat dari sumbangannya

terhadapekonomiSulawesiSelatanmengalamipeningkatan.

Misalnya pada tahun 1997, sumbangan sektor ini sebesar

12,61% bergeser menjadi 12,79% atau bertambah 0,045%

per tahun. Sedangkan dilihat dari pertumbuhan riilnya

sektor ini selalu tumbuh pada kisaran 3% sampai dengan

10%, kecuali pada tahun 1998 mengalami kontraksi

pertumbuhansebesar5,81%.

2.4.SektorListrik,Gas,danAirBersih

Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor

penunjang utama dari berbagai macam kegiatan, baik

kegiatanekonomimaupunsosial.Produksilistriksebahagian

besar dihasilkan oleh Perusahaan Listrik Negara dan air

bersih dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum di

masing-masing kabupaten/kota, sedangkan sub sektor gas

sudahtidakdihasilkandiSulawesiSelatan.

Dari seluruh aktivitas sektor ini, sub sektor listrik

masih memberikan sumbangan yang jauh lebih besar dari

subsektorairbersih.Padatahun2001misalnya,daritotal;

sumbangan sektor ini terhadap pembentukan PDRB yang

sebesar 1,11%, 1,02%-nya berasal dari sub sektor listrik.

Selamaperiodetahun1997–2001,pertumbuhansektorini

berfluktuasi. Pada tahun 1997 sektor ini hanya mampu

tumbuh3,45%,tetapitahunberikutnyatumbuhcukuptinggi

yakni 15,76%. Selanjutnya, dua tahun berikutnya tumbuh

lambatsampai1,63%padatahun2000,danpadatahun2001

kembalitumbuhcukuptajamsekitar14,10%.

2.5. SektorBangunan

PembangunanfisikdiSulawesiSelatanselama5tahun

terakhirterusdigalakkan.Meskipunpadatahun1998sektor

bangunan terimbas oleh dampak krisis ekonomi sehingga

mengalami kontraksi pertumbuhan sekitar 27,26%, akan

tetapi tiga tahun terakhir (1999-2001) perlahan-lahan

tampakmulaimembaikwalaupun tidaksebaiksepertiyang

terjadi sebelum krisis. Hal ini diindikasikan oleh

pertumbuhan yang dicapai dalam tiga tahun terakhir ini

masing-masingsekitar0,08%padatahun1999,-1,66%pada

tahun2000,dan9,07%padatahun2001.

2.5.1. SektorPerdagangan,Hotel,danRestoran

Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan

sektor yang mempunyai peranan penting dan merupakan

penunjangdalamkegiatanperekonomianyangmenghasilkan

produkbarangdanjasa.Padatahun2000sektorinitumbuh

sekitar 4,27% lebih baik dari pertumbuhan yang dicapai

pada tahun 1999 yaitu sekitar 20,08%. Bila dicermati pada

pertumbuhan setiap sub sektornya, terlihat bahwa pada

tahun2001subsektorrestorantumbuhsekitar12,58%,sub

sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh sekitar

13,10%, dan sub sektor hotel terkontraksi sekitar 6,26%.

Informasi tersebut memberikan gambaran bahwa kinerja

terbaik pada tahun 2000 terjadi pada sub sektor

perdaganganbesardaneceran.

2.5.2. SektorAngkutandanKomunikasi

Sektorangkutandankomunikasimemilikiperanyang

cukuppentingbagiaktifitasperekonomiandiberbagaisektor

kehidupan.Pada tahun2001 sektor ini tumbuhcukupbaik,

sekitar 11,75%. Membaiknya laju pertumbuhan sektor ini

disebabkan oleh tingginya pertumbuhan hampir disemua

sub sektor yang berada pada kisaran 7% sampai dengan

23%.Kinerjaterbaikdimilikiolehsubsektorangkutanudara

dengan pertumbuhan sekitar 22,47% dan terendah dimilki

oleh sub sektor angkutan lautdenganpertumbuhan sekitar

7,36%. Sementara itu, selama periode tahun 1997 – 2000

sub sektor komunikasi menunjukkan kinerja yang

menggembirakan, yakni selalu tumbuh di atas 10%.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1997 dan

terendah terjadi pada tahun 1998. Sedangkan pada tahun

2001 ini hanya tumbuh 14,78%, sedikit lebih baik dari

pertumbuhanpadatahun1998.

2.5.3. SektorBankdanLembagaKeuanganLainnya

Krisis ekonomipada tahun1997 telahmempengaruhi

pertumbuhan sektor ini. Hal ini ditunjukkan oleh

pertumbuhannegatifsektorinidalamempattahunterakhir,

kecuali tahun 2000. penyebab utama terkontraksinya

pertumbuhan sektor ini adalah sub sektor perbankan yang

dalam kurun waktu tersebut selalu menghasilkan nilai

tambah negatif. Nilai tambah negatif pad sub sektor

perbankan berarti terjadi defisit surplus usaha yang cukup

besar. Ini terjadi karena bunga yang dibayarkan oleh bank

kepada debitur jauh lebih besar daripada bunga yang

diterimadaridebitur.

2.5.4. SektorJasa-Jasa

Penggerakutamasektorjasa-jasadalamperekonomian

Sulawesi Selatan adalah sub sektor pemerintahan umum.

Pada tahun 2001misalnya, dari 10,75% sumbangan sektor

ini terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan 10,00%-

nyaberasaldarisubsektorpemerintahanumum.Padatahun

2001 sektor jasa-jasa tumbuh sekitar 3,74%, lebih lambat

bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2000 yang

sebebsar15,65%.Walaupunsubsektorselainpemerintahan

umumcukuptinggiyaknisekitar7,03%,tetapibelumcukup

untuk mengangkat pertumbuhan sektor ini karena

sumbangan terhadap ekonomi Sulawesi Selatan hanya

0,75%. Selama periode tahun 1997 – 200, pertumbuhan

terendahterjadipadatahun1998yakni-7,93%,dimanasub

sektor pemerintahan umum terkontraksi sampai mencapai

angka8,39%.

2.6. PDRBPerkapita

Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi

pendapatan regionaldengan jumlahpendudukpertengahan

tahun.Dalamkenyataannyapenghitunganpendapatanyang

benar-benar diterima oleh penduduk Sulawesi Selatan sulit

dilakukankarenamasihbelumtersedianyaaruspendapatan

yangmengalirantarpropinsi.Olehkarenaitusampaisaatini

penyajian data pendapatan masih menggunakan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan demikian angka

PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan

kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan

pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut

berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut.

Dengan kata lain PDRB merupakan gambaran “product

originated”.

Dengan berkembangnya perekonomian daerah

Sulawesi Selatan dan melambatnya laju pertumbuhan

penduduk akan berdampak pada peningkatan PDRB

perkapita.ProdukDomestikRegionalBrutoPerkapitaadalah

salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur

tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah dalam

jangkawaktutertentu.

Tabel2Rata-rataPertumbuhanPDRBPerkapitadiDaerahSulawesiSelatan

Tahun1971–2000(dalam%)

1976-1980 1981-1985 1986-1990 1991-1995 1995-2000

4,37 5,50 6,05 5,74 5,02

Sumber:BPSSulawesiSelatan2001

Secara nominal PDRB perkapita atas dasar harga

berlaku penduduk Sulawesi Selatan tahun 2000

menunjukkan peningkatan dari Rp. 125.412 pada tahun

1976menjadiRp.180.145ataunaikrata-ratasekitar4,37%.

Sedangkannilai riil PDRBperkapita pada tahun1986-1990

memperlihatkan peningkatan rata-rata sebesar 6,05%,

dimanapada tahun1986pendapatanperkapitasebesarRp.

357.725 menjadi Rp. 579.010 pada tahun 1990. Nilai

pendapatan perkapita pada tahun 2000 sebesar Rp.

3.415.337 atau pertumbuhannya mengalami penurunan

rata-rata sebesar 5,02%,meskipun nilai nominalnya terus

megalamipeningkatan.

2.7. PerdaganganInternasional(Ekspor-Impor)

NilaiekspordaerahSulawesiSelatanpadatahun2001

tercatatsebesarUS$561,614jutaatauturunsekitar8,74%

dibandingkandengan tahun2000sebelumnyasebesarUS$

615,380 juta.Kinerja ekspor tahun2000 relatifmasih lebih

baikdibandingkantahun2001,kemudianbiladibandingkan

dengan periode tahun 1997 – 1998, kinerja ekspor tahun

2001masihberadadiatasnya.

Dalamperiodetahun1997–2000nilaiekspordaerah

Sulawesi Selatan berturut-turut mengalami peningkatan

masing-masing US $ 526,58 juta (1997), US $ 549,13 juta

(1998), US $ 610,89 juta (1999), US $ 615,38 juta (2000).

Padatahun2001nilaiekspormenurunmenjadiUS$561,61

juta, terutama disebabkan turunnya ekspor perikanan

seperti ikan, udang, hewan lunak dan hewan hidup serta

produk pada kelompok garam, belereng, tanah, batu kapur

dan semen. Selain nikel turun drastis dari US $ 3,5 juta

menjadiUS$1,7juta,begitupulakayudanbarangdarikayu

dariUS$36,5jutapadatahun2000turunmenjadiUS$29,1

juta pada tahun 2001. Sedangkan yang mengalami

peningkatanadalaheksporkakaodanhasil olahannyayang

merupakan penyumbang terbesar terhadap ekspor daerah

SulawesiSelatanyaknidaritahun1,48jutamenjadi1,76juta

ataunaiksebesar19,3%.

Tabel4.3NilaiEkspordanImpordaerahSulawesiSelatantahun1997–2000(US$)

Tahun Ekspor Impor Surplus/Defisit1997 529.737.659 558.962.048 -29,2241998 549.129.208 330.356.373 218,7731999 610.888.009 201.661.717 409,2262000 615.379.743 206.001.933 409,378

Sumber:BAPPEDAkerjasamaLemlitUnhas,2002

Sementara untuk nilai impor daerah Sulawesi Selatan

tahun2000tercatatsebesarUS$206,00juta.Selama5tahun

terakhir (1997-2000) memperlihatkan kecenderungan

impor yang semakin menurun. Komoditi impor terbesar

adalah produk industri penggilingan bahan baku,

mineral/minyak, mesin, pesawat mekanik serta mesin dan

alatlistrikdankomponennya.Setelahmengalamipenurunan

sejak tahun 1997 dari US $ 558,962 juta menjadi US $

330,356jutapadatahun1998,nilai imporpadatahun1999

menurunmenjadiUS$201,662jutaatauberkurangsebesar

25,87%.Menurunnya nilai impor tersebut disebabkan oleh

imporbarang-barangmodalkhususnyamesin-mesin,bahan

baku mineral dan kimia serta besi dan logam yang tidak

sekuattahunsebelumnya.

Sementara itu impor barang konsumsi pokok seperti

gandum tampak mengalami peningkatan tajam akibat

dibukanya keran impor untuk komoditi tersebut untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri yang

cenderungmeningkat.Nilaiimporbarangmodal,khususnya

mesin-mesin yang cenderung menurun tersebut berkaitan

dengan krisis ekonomi yang belum sepenuhnya teratasi

sehingga berpengaruh terhadap kegiatan impor yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Hal ini

mengisyaratkankegiataninvestasiataupembentukanmodal

padasektor-sektorproduksimengalamitekananyangcukup

berat karena kegiatan investasimenjadi lebihmahal akibat

belumstabilnyanilaitukarrupiah.

ProdukDomestikRegionalBruto

Produk Domestik Regional Bruto daerah Sulawesi

Selatan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Padatahun2001,nilainyatelahmencapaisekitar32.104,69

milyar rupiah (atas dasar hargaberlaku) bila dibandingkan

dengan keadaan tahun sebelumnya terjadi peningkatan

sekitar 15,60%. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari

besarnyanilaiPDRB(atasdasarjargakonstan)yangberhasil

diciptakan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai

PDRB tahun sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar

harga konstan ini dimaksudkan untuk menghindari

pengaruhperubahanharga,sehinggaperubahanyangdiukur

merupakan pertumbuhan riil ekonomi. Daerah sulawesi

Selatan menurut harga berlaku dan harga konstan tahun

1993 dan pendapatan perkapita dapat digambarkan dalam

tabel4.4berikutini:

Tabel4.ProdukDomestikRegionalBrutodanPendapatanPerkapita

tahun1976-2000

Tahun PDRBKonstan(JutaanRp)

PDRBBerlaku(JutaanRp.)

PDRB/KapitaPDRB/Kapita Jumlah

Berlaku(Rp)Konstan93

(Rp) Penduduk

1976 2,326,922.21 1,750,218.00 125,412 278,841 5,536,241

1977 2,361,954.71 1,793,353.00 139,541 280,205 5,675,397

1978 2,408,091.88 1,823,359.00 154,174 296,742 5,685,622

1979 2,460,168.08 1,851,910.00 175,492 311,701 5,756,544

1980 2,584,786.08 1,891,037.00 180,145 333,066 6,029,331

1981 2,656,512.22 1,912,094.00 199,452 344,877 6,113,249

1982 3,037,912.11 1,928,850.00 213,124 367,398 6,197,521

1983 3,293,431.33 1,957,717.00 239,623 387,809 6,275,770

1984 3,635,936.45 2,232,745.00 280,871 408,424 6,347,365

1985 3,797,589.34 2,543,397.00 320,663 427,202 6,609,608

1986 4,075,906.71 2,835,902.00 357,725 450,600 6,734,673

1987 4,444,187.91 3,119,884.00 384,419 482,183 6,832,170

1988 4,690,509.52 3,580,656.00 438,163 487,785 6,917,836

1989 5,180,044.82 4,035,707.00 486,013 519,855 6,965,561

1990 5,334,813.80 4,476,681.00 579,010 543,461 6,980,589

1991 5,915,845.23 5,261,736.00 672,530 603,049 7,048,096

1992 6,503,475.61 6,071,252.00 769,419 652,712 7,225,746

1993 7,511,771.79 7,511,771.00 927,224 927,224 7,225,746

1994 8,088,147.10 8,737,851.00 1,054,491 976,665 7,372,684

1995 8,744,917.36 10.377.324.00 1,220,582 1,036,243 7,558,368

1996 9,465,266.53 11.833.098.00 1,590,489 1,274,997 7,591,767

1997 9,893,420.11 13.538.002.00 1,799,135 1,314,778 7,707,654

1998 9,366,229.28 21.950.764.00 2,884,270 1,230,697 7,838,777

1999 9,631,075.64 24.064.893.00 3,126,420 1,251,233 7,978,435

2000 10,101,947.63 27.772.137.00 3,415,337 1,297,049 7,802,732Sumber:BPSSulawesiSelatan(berbagaitahunpenerbitan)

Dari tabel di atas dapat dijelaskanbahwapendapatan

perkapitadari tahunketahunmengalamipeningkatanyang

cukup berarti baik terhadap harga berlaku maupun dalam

hargakonstan.DijelaskanpulabahwanilaiPDRBatasdasar

harga konstan jauh lebih kecil di bandingkandenganPDRB

harga berlaku selama 25 tahun yaitu antara tahun 1976 –

2000.

A.ProsesAkumulasi1. PembentukanTabungan

Hasil perhitungan Pembentukan Tabungan disajikan

dalamtabelberikut:

Tabel5:PerhitunganKoefisienPembentukanTabungan

Variabel KoefisienRegresi StandarError t-ststistik

KonstanYN

-8,6530,9261,256

5,6270,2050,987

-1,5384,5081,273

R2=0,943Adj.RSquare=0,938

D-WStat=1,609F-Stat=181,216

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

hanya variabel pendapatan (Y) yang signifikan sedangkan

variabel penduduk (N) tidak signifikan. Namun jika secara

simultan kedua variabel pendapatan dan penduduk (Y dan

N) mempunyai pengaruh yang nyata dengan nilai Fh =

181,216 dan nilai R2 = 0,938. Gambaran ini memberikan

pernyataanbahwakemampuanvariabelindependent(Ydan

N) secara simultan dalam menjelaskan variasi perubahan

variabel independent (Vc) sebesar 93,80% dan pengaruh

faktoryanglaindalammempengaruhivariabel independent

hanyasebesar6,20%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatan naik 1% maka nilai tambah perkapita sektor

tabunganjugaakanmengalamipeningkatansebesar0,93%.

2.PembentukanInvestasi

Hasil perhitungan Pembentukan Investasi disajikan

dalamtabelberikut:

Tabel6PerhitunganKoefisienPembentukanInvestasi

Variabel KoefisienRegresi

StandarError

t-ststistik

KonstanYN

-19,9620,2353,455

3,9980,1460,701

-4,9931,8074,927

R2=0,955Adj.RSquare=0,950

D-WStat=1,681F-Stat=231,229

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

variabel pendapatan(Y)danvariabelpenduduk(N)adalah

signifikan. Secara simultan kedua variabel pendapatan dan

penduduk (YdanN) jugamempunyai pengaruhyangnyata

dengannilaiFh=231,229dannilaiR2=0,950.Gambaranini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar95,00%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independenthanyasebesar5,00%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatanperkapitanaik1%makanilaitambahperkapita

sektor pembentukan investasi juga akan mengalami

peningkatansebesar0,24%.

3.PembentukanAliranModalMasuk

Hasil perhitungan Pembentukan Aliran Modal Masuk

disajikandalamtabelberikut:

Tabel7PerhitunganPembentukanAliranModalMasuk

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

-17,0320,7212,642

4,5850,1670,804

-3,7154,3073,284

R2=0,966Adj.RSquare=0,963

D-WStat=1,559F-Stat=310,368

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

variabelpendapatan(Y)danvariabelpenduduk(N) kedua-

duanya signifikan. Kalau dihitung secara simultan kedua

variabel pendapatan dan penduduk (Y dan N) juga

mempunyaipengaruhyangnyatadengannilaiFh=310,368

dannilaiR2=0,963.Gambaran inimemberikanpernyataan

bahwa kemampuan variabel independent (Y dan N) secara

simultan dalam menjelaskan variasi perubahan variabel

independent(Vc)sebesar96,30%danpengaruhfaktoryang

lain dalam mempengaruhi variabel independent hanya

sebesar3,70%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatanperkapitanaik1%makanilaitambahperkapita

sektor aliran modal masuk juga akan mengalami

peningkatansebesar0,72%.

Penjelasanmengenaibesarnyakontribusirelatifuntuk

pembentukan modal di daerah Sulawesi Selatan dapat

digambarkandalamtabeldibawahini:

Tabel8Perhitungan Kontribusi Struktur Pembentukan ModalterhadapPDRBperkapitaPDRB/Kapita(Rp) 296,742 387,809 487,785 696,241 1,230,697 1,297,049Sektor Persentase(%)Tabungan 29.23 24.59 31.22 54.43 33.23 34.30Investasi 17.34 15.09 23.10 19.29 15.55 17.32AliranMdlMsk 21.83 18.49 29.48 36.25 28.72 28.57Sumber:DataHasilPengolahan

Hasilpengolahantelahdiperolehbahwapembentukan

modal Sulawesi Selatan berfluktuasi seiring dengan

meningkatnya pendapatan perkapita selama periode tahun

1976–2000.Halinibisaterjadikarenaperilakumasyarakat

daerah Sulawesi Selatan dalammenabungmasih rendah di

tambah lagi dengan semakin banyaknya koperasi simpan

pinjam yang mempunyai nilai bunga tabungan yang lebih

tinggi daripada tingkat suku bunga bank sehingga

masyarakatlebihcenderunguntukmenarikuangnyadibank

danmenyimpannyadikoperasisimpanpinjam.Sepertikasus

misalnyaKoperasiSimpanPinjam(Kospin)yangberoperasi

di Pinrang yang memberikan tingkat suku bunga perbulan

bisa mencapai 50%, sehingga mempengaruhi masyarakat

dalammenabunguangnyadikospin tersebut.Contohkasus

yang lainadalahKoperasiSerba UsahaMilikbersamayang

beroperasidikotaMakasardenganmenetapkantingkatsuku

bunga sebesar 5%. Dari sekian banyak kospin yang

beroperasi sehingga mempengaruhi kurang minatnya

masyarakatmenabunguangnyadibank.

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa konstribusi relatif

tabungan domestik pada tahun 1978 sebesar 29,23% pada

tingkat pendapatan Rp. 296.742. Kemudian pada tingkat

pendapatan Rp. 1.297.049 kontribusi relatif tabungan

domestik meningkat menjadi 34,30% dimana sebelumnya

pada tahun 1996 persentase tabungan sebesar 54,43%

dengan nilai elastisitas selama tahun 1976-2000 sebesar

0,926 (inelastis). Alasan menurunnya kontribusi relatif

tabungan domestik ini karena daerah Sulawesi Selatan

Selama tahun 1994 – 1999 telah dilanda musim kemarau

panjang sehingga masyarakat banyak menggunakan

tabungannya untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-

hari.

Sedangkan untuk sektor investasi domestik bruto

Sulawesi Selatan juga mengalami perkembangan yang naik

turun, sama halnya dengan tabungan domestik bruto. Pada

tingkatpendapatanperkapitaRp.296.742kontribusi relatif

investasi domestik bruto sebesar 17,34% dan pada tahun

2000 turun menjadi 17,32% dengan tingkat pendapatan

perkapita sebesar Rp. 1.297.049 dengan nilai elastisitas

0,235 (inelastis). Kemudian untuk perubahan aliranmodal

masuk Sulawesi Sulawesi Selatan juga mengalami

perkembangan yang naik turun dari 21,83% pada tahun

1978 dengan tingkat pendapatan perkapita Rp. 296.742.

Pada tahun1993kontribusi aliranmodalmasukmeningkat

menjadi 36,25% dengan tingkat pendapatan perkapita

sebesarRp.696.241,kemudianturunmenjadi28,57%pada

tahun 2000 dengan tingkat pendapatan perkapita sebesar

Rp. 1.297.049 dengan nilai elastisitas selama kurun waktu

1976-2000sebesar0,345(inelastis).

4.5.1.4.PenerimaanPemerintahdaerahSulawesiSelatan

Hasilperhitunganpenerimaandaerahdisajikandalam

tabelberikut:

Tabel9:PerhitunganKoefisienPenerimaanPemerintahVariabel Koefisien

RegresiStandarError t-ststistik

KonstanYN

-66,5031,73911,004

6,3400,2201.102

-10,4893,3589,983

R2=0,959Adj.RSquare=0,955

D-WStat=1,953F-Stat=255,497

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

signifikan. Secara simultan kedua variabel pendapatan dan

penduduk (YdanN) jugamempunyai pengaruhyangnyata

dengannilaiFh=255,497dannilaiR2=0,955.Gambaranini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar95,50%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independenthanyasebesar4,50%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatanperkapitanaik1%makanilaitambahperkapita

sektor penerimaan pemerintah juga akan mengalami

penurunansebesar1,74%.

PendapatanAsliDaerahSulawesiSelatan

Hasil perhitungan pendapatan asli daerah disajikan

dalamtabelberikut:

Tabel10PerhitunganKoefisienPendapatanAsliDaerah

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

-16,2960,3762,615

7,6500,2651,330

-2,1302,4181,967

R2=0,847Adj.RSquare=0,833

D-WStat=1,748F-Stat=60,757

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

hanya variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

signifikan. Secara simultan kedua variabel pendapatan dan

penduduk (Y dan N) mempunyai pengaruh yang nyata

dengannilaiFh=60,757dannilaiR2=0,833.Gambaran ini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar83,30%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independenthanyasebesar16,70%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatanperkapitanaik1%makanilaitambahperkapita

sektor pendapatan asli daerah juga akan mengalami

peningkatansebesar0,38%.

Penjelasanmengenaibesarnyakontribusirelatifuntuk

penerimaan pemerintah di daerah Sulawesi Selatan dapat

digambarkandalamtabeldibawahini:

Tabel11PerhitunganKontribusiStrukturPenerimaanPemerintah

terhadapNilaiPDRBperkapitaPDRB/Kapita(Rp)

296,742 387,809 487,785 696,241 1,230,697 1,297,049

Sektor Persentase(%)Penerimaan-G 1.595054 3.122778 4.62865 6.282436 4.936442 4.766063Pen.AsliDaerah 0.781262 0.651559 0.85558 0.66101 0.725354 1.169942Sumber:BPSSulawesiSelatanberbagaitahunpenerbitan

Darihasilpengolahandiperolehbahwanilaielastisitas

untuk penerimaan pemerintah sebesar 1,739 (elastis),

sedangkanpendapatanaslidaerahsebesar0,376(inelastis).

Dari keterangan ini menunjukkan bahwa rendahnya

hubungan antara tingkat pendapatan perkapita dengan

kemampuan pemerintah untuk dapat meningkatkan

pendapatanaslidaerah.

Kontribusi penerimaan pemerintah selama 25 tahun

menunjukkan peningkatan terhadap peningkatan

pendapatan perkapita, tahun 1978 dengan tingkat

pendapatan perkapita Rp. 296.742 kontribusi relatif sektor

penerimaanpemerintahterhadapnilaiPDRBsebesar1,60%

dan terus meningkat kontribusi pada tahun 1993 menjadi

6,28%. Namun tahun 1998 sudah mulai menunjukkan

penurunankontribusinyamenjadi4,94%danterusmenurun

sampai tahun2000yangmencapai titik4,77%pada tingkat

pendapatanperkapitasebesarRp.1,297,049.

Seperti halnya penerimaan pemerintah, sektor

pendapatan asli daerah kontribusinya terhadap nilai PDRB

berfluktuasi seiring dengan peningkatan pendapatan

perkapita. Pada tahun 1978 kontribusi relatif sektor

pendapatanaslidaerah terhadapnilaiPDRBsebesar0,78%

dengan pendapatan perkapita Rp. 296,742, kemudian

kontribusinyaturunpadatahun1993menjadi0,66%,namun

sejaktahun1998kembalimenunjukkanpeningkatansebesar

0,73% pada tingkat pendapatan perkapita Rp. 1.230.697,

pada tingkat pendapatan perkapita sebesar Rp. 1.297.049

kontribusi relatif sektor pendapatan asli daerah kembali

menunjukkanpeningkatanmenjadi1,17%.

PengeluaranPendidikan

Hasil perhitungan pengeluaran pendidikan disajikan

dalamtabelberikut:

Tabel12:PerhitunganKoefisienPengeluaranPendidikanVariabel Koefisien

RegresiStandarError t-ststistik

KonstanYN

9,542-0,7940,649

0,6960,1860,058

13,703-4,27411,205

R2=0,971Adj.RSquare=0,968

D-WStat=1,573F-Stat=368,891

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

signifikan. Secara simultan kedua variabel pendapatan dan

penduduk (YdanN) jugamempunyai pengaruhyangnyata

dengannilaiFh=368,891dannilaiR2=0,968.Gambaranini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar96,80%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independenthanyasebesar3,20%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatanperkapitanaik1%makanilaitambahperkapita

untuk pengeluaran pendidikan akanmengalami penurunan

sebesar0,79%.

TingkatPartisipasiPendidikan

Hasil perhitungan tingkat partisipasi pendidikan

disajikandalamtabelberikut:

Tabel 13 : Perhitungan Koefisien Tingkat PartisipasiPendidikanVariabel Koefisien

RegresiStandarError t-ststistik

Konstan 3,687 0,543 6,785

YN

0,6400,278

0,1450,045

4,4166,161

R2=0,764Adj.RSquare=0,743

D-WStat=1,557F-Stat=35,685

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

signifikan. Dan jika secara simultan kedua variabel

pendapatandanpenduduk (YdanN)mempunyaipengaruh

yang nyata dengan nilai Fh = 35,685 dan nilai R2 = 0,743.

Gambaran ini memberikan pernyataan bahwa kemampuan

variabel independent (Y dan N) secara simultan dalam

menjelaskan variasi perubahan variabel independent (Vc)

sebesar 74,30% dan pengaruh faktor yang lain dalam

mempengaruhivariabelindependenthanyasebesar25,70%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatanperkapitanaik1%makanilaitambahperkapita

untuk tingkat partisipasi pendidikan akan mengalami

peningkatansebesar0,64%.

Penjelasan mengenai besarnya kontribusi relatif

partisipasi pendidikan terhadap nilai PDRB di daerah

Sulawesi Selatan dapat digambarkan dalam tabel di bawah

ini:

Tabel14 : Perhitungan Kontribusi Relatif PartisipasiPendidikanterhadapPDRBperkapita

PDRB/Kapita(RP)

296,742 387,809 487,785 696,241 1,230,697 1,297,049

Part.Pendidikan 64.23488 61.25185 94.26877 92.88780 86.56629 96.82333

Sumber : Bidang Pendidikan Bappeda Sulawesi Selatan

berbagaitahunpenerbitan

Tabel15 : JumlahPengeluaranPendidikanPDRB/Kap.

(Rp) 296,742 387,809 487,785 696,241 1,230,697 1,297,049

P.Pendidik.

825,061,192

1,452,613,938

3,209,347,398

4,003,753,818

5,631,860,573

6,085,360,292

Sumber:BidangPendidikanBappedaSulawesiSelatan

Menurunnya nilai elastisitas pengeluaran pendidikan

disebabkan karena tidak sebanding antara tingkat

pertumbuhanpenduduk(usia7-12tahun)dengananggaran

pemerintah untuk pendidikan. Tingkat partisipasi

pendidikananakusia7-12tahundidaerahSulawesiSelatan

menunjukkanperkembanganyangcukupberarti.Padatahun

1978tingkatpartisipasipendidikansebesar62,23%dengan

tingkatpendapatanperkapitasebesarRp.296.742,dansetiap

tahunnya mengalami perkembangan yang cukup besar

sehingga pada tahun 2000 tingkat partisipasi pendidikan

mencapai 96,82% seiring dengan peningkatan pendapatan

pekapita sebesar Rp. 1.297.049. Dari analisis di atas dapat

dilihat bahwa terjadi ketimpangan antara anggaran

pendidikan yang disediakan oleh pemerintah daerah

Sulawesi Selatan dengan besarnya minat dan partisipasi

pendidikanmasyarakat.

B.ProsesAlokasiSumberdayaStrukturPermintaanDomestik:KonsumsiRumahTangga

Hasil perhitungan struktur perdagangan untuk

konsumsirumahtanggadapatdisajikandalamtabelberikut:

Tabel16PerhitunganKoefisienKonsumsiRumahTangga

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

-13,2870,7102,282

4,4610,1630,783

-2,9784,3592,916

R2=0,963Adj.RSquare=0,959

D-WStat=1,554F-Stat=285,155

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

signifikan. Jika secara simultan kedua variabel pendapatan

dan penduduk (Y danN)mempunyai pengaruh yang nyata

dengannilaiFh=284,155dannilaiR2=0,959.Gambaranini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar95,90%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independenthanyasebesar4,10%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatanperkapitanaik1%makanilaitambahperkapita

sektor konsumsi rumah tangga juga akan mengalami

peningkatansebesar0,71%.

StrukturPermintaanDomestik:KonsumsiPemerintah

Hasilperhitunganstrukturpermintaandomestikuntuk

konsumsipemerintahdisajikandalamtabelberikut:

Tabel17PerhitunganKonsumsiPemerintah

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

-14,9850,8732,326

7,3490,2681,289

-2,0393,2531,804

R2=0,926Adj.RSquare=0,919

D-WStat=1,560F-Stat=137,907

Keterangan:Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

variabelpendapatan(Y)danvariabelpenduduk(N)ternyata

signifikan. Secara simultan kedua variabel pendapatan dan

penduduk (YdanN) jugamempunyai pengaruhyangnyata

dengannilaiFh=137,907dannilaiR2=0,919.Gambaranini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar91,90%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independenthanyasebesar8,10%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatanperkapitanaik1%makanilaitambahperkapita

sektor konsumsi pemerintah juga akan mengalami

peningkatansebesar0,87%.

Penjelasanmengenaibesarnyakontribusirelatifuntuk

struktur permintaan domestik di daerah Sulawesi Selatan

dapatdigambarkandalamtabeldibawahini:

Tabel18PerhitunganKontribusiStrukturPermintaanDomestikterhadapPDRBperkapitadenganhargakonstan1993

PDRB/Kapita(Rp.)

296,742 387,809 487,785 696,241 1,230,697 1,297,049

Sektor Persentase(%)Konsumsi-RT 64.82745 61.66279 71.10637 58.3496 67.15184 79.19813Konsumsi-G 19.55858 19.37084 26.2202 19.05722 12.15973 37.06735

Sumber:BPSSulawesiSelatanberbagaitahunpenerbitan

Dari hasil pengamatan telah di ketahui bahwa nilai

elastisitas untuk konsumsi rumah tangga lebih kecil

dibandingkan dengan nilai elastisitas konsumsi pemerintah

yaitumasing-masing0,710dan0,873,hal iniberartibahwa

tingkat pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih tinggi

daripada tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga

dengan pendapatan perkapita yang semakin meningkat,

meskipun secara keseluruhan permintaan domestik

konsumsi rumah tangga masih lebih besar selama periode

waktu25tahun.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa antara

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah

memperlihatkan kontribusi yang berbeda satu sama lain.

Konsumsi rumah tangga selama 25 tahun memperlihatkan

peningkatan dan penurunan seiring dengan peningkatan

pendapatanperkapita,padatahun1978tingkatpendapatan

perkapita Rp. 296,742 konsumsi rumah tangga adalah

sebesar64,83%terhadapPDRBperkapitaSulawesiSelatan,

danpenurunandrastiskonsumsirumahtanggaterjadipada

tingkat pendapatan perkapita sebesar Rp. 696,241 dimana

konsumsirumahtanggasebesar58,35%,hal inidisebabkan

karena pada tahun 1993 di Sulawesi Selatan terjadimusim

kemarau panjang yang menyebabkan tingkat konsumsi

rumahtanggamengalamipenurunan,tetapipadatahun2000

mengalami peningkatan konsumsi rumah tangga sebesar

79,20% pada tingkat pendapatan perkapita sebesar Rp.

1.297.349.

Dari gambaran di atas dapat dijelaskan bahwa pada

tahun 1978 tingkat konsumsi rumah tangga sudah tinggi

karena tingginya konsumsi terhadap tanaman pangan,

pertambangan dan penggalian karena pada saat awal

pertumbuhanmasihdidominasiolehsektordanprimerdan

konsumsiuntukbarang-barangindustrimasihkurang.

Selainkonsumsirumahtanggayangdijelaskandiatas,

konsumsi pemerintah juga dibahas secara keseluruhan.

Peralihan dari perilaku rumah tangga pada kecenderungan

nasional/pemerintah merupakan contoh dari metodologi

makroekonomi. Konsumsi pemerintah selama tahun 1976 -

2000 berfluktuasi seiring dengan peningkatan pendapatan

pemerintah. Pada tahun 1978 kontribusi relatif konsumsi

pemerintah sebesar 19,56% dengan tingkat pendapatan

perkapita sebesar Rp. 296,742 kemudian turun

kontribusinya pada tahun 1998 sebesar 12,16%, dan

mengalami peningkatan pada tahun 2000 sebesar 37,07%

pada saat tingkat pendapatan perkapita sebesar Rp.

1.297.049. Dengan rendahnya konsumsi pemerintah

dibandingkan dengan konsumsi rumah tangga

mengisyaratkan bahwa pemerintah memiliki keterbatasan

dalammembiayai pembangunan, dankonsumsi pemerintah

yang terbesar adalah pengeluaran untuk membiayai

pengeluaranrutin.

StrukturProduksiSektorPrimerDari hasil perhitungan telah diperoleh persamaan

untukproduksisektorprimersebagaiberikut:

Tabel19PerhitunganKoefisienProduksiSektorPrimer

Variabel KoefisienRegresi

StandarError

t-ststistik

KonstanYN

-13,694-0,2582,700

2,3340,0060,410

-5,867-3,1976,582

R2=0,978Adj.RSquare=0,976

D-WStat=1,637F-Stat=492,440

Daritabeldiatasdijelaskan,secaraparsialdapatdilihat

bahwa variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

ternyata signifikan. Jika dilihat pengaruh kedua variabel di

atas secara simultan menunjukkan pengaruh yang nyata

padaFh=492,440dengannilaiR2=0,976.Inimenunjukkan

bahwa kemampuan variabel independen yakni variabel

pendapatandanpenduduk(YdanN)secarasimultandalam

menjelaskanvariabeldependent(Vi)adalahsebesar97,60%

danfaktorlainnyahanyaberpengaruhsebesar2,40%saja.

Dari persamaan yang dijelaskan di atas dapat

dinyatakan bahwa jika pendapatan perkapita naik sebesar

1% maka nilai tambah perkapita sektor primer akan

menurunsebesar0,26%.

StrukturProduksiSektorIndustri

Hasil perhitungan struktur produksi sektor industri

dapatdisajikandalamtabelberikut:

Tabel20

PerhitunganKoefisienProduksiSektorIndustriVariabel Koefisien

RegresiStandarError t-ststistik

KonstanY

-21,5770,606

4,7850,177

-4,5093,422

N 3,504 0,841 4,166R2=0,964Adj.RSquare=0,961

D-WStat=1,551F-Stat=295,648

Keterangan:1. Tingkatsignifikandigunakan:a=0.01–0.005dan

berlaku untuk semua pengujian dari semuapersamaanyangdigunakandalammodelanalisis.

2. Hasil perhitungan selengkapnya dijelaskan dalamlampiran

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa secara

parsial variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

mempunyaipengaruhyangsignifikan.Demikianpulasecara

simultan kedua variabel tersebut menunjukkan pengaruh

yangnyatapadaFh=295,648dengannilaiR2=0,961.Dari

hasil ini menunjukkan variasi perubahan variabel

independentsecarasimultan(Vi)adalahsebesar96,10%dan

pengaruh faktor yang lain berpengaruh hanya sebesar

3,90%.

Berdasarkanpersamaan yangdijelaskandi atas dapat

dinyatakan bahwa jika pendapatan perkapita (Y) naik

sebesar 1% maka nilai tambah perkapita untuk sektor

industriakanmeningkatsebesar0,61%.

StrukturProduksiSektorUtilitas

Hasil perhitungan struktur produksi sektor utilitas

dapatdisajikandalamtabelberikut:

Tabel21PerhitunganProduksiSektorUtilitas

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

-4,1960,7780,778

2,0420,0760,359

-2,05510,2962,167

R2 =0,987Adj. R Square =0,985

D-WStat=1,617F-Stat=805,830

Daritabeldiatasdijelaskanbahwasecaraparsialdapat

dilihat bahwa variabel pendapatan (Y) dan variabel

penduduk (N) ternyata signifikan. Demikian pula secara

simultan menunjukkan pengaruh yang nyata pada Fh =

805,830dengannilaiR2=0,985.Hasilinimenjelaskanbahwa

kemampuan variabel pendapatan dan penduduk (Y dan N)

secara simultan dalam menjelaskan variabel independent

(Vi) adalah sebesar 98,50% dan pengaruh faktor yang

lainnyahanyaberpengaruhsebesar1,50%saja.

Dari persamaan yang ditunjukkan di atas dapat pula

dinyatakan bahwa jika pendapatan perkapita naik (Y)

sebesar 1% maka nilai tambah perkapita untuk sektor

utilitasakanmenujukkanpeningkatansebesar0,78%.

StrukturProduksiSektorJasa

Hasil perhitungan strukturproduksi sektor jasadapat

disajikandalamtabelberikut:

Tabel22PerhitunganKoefisienProduksiSektorJasa

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

-8,4190,6851,562

2,7470,1020,483

-3,0656,7413,236

R2=0,979Adj.RSquare=0,977

D-WStat=1,554F-Stat=512,590

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa secara

parsial dapat dilihat bahwa varaibel pendapatan (Y) dan

variabel penduduk (N) ternyata signifikan. Demikian juga

jika diuji secara simultan kedua variabel yakni variabel

pendapatandanpenduduk(YdanN)menunjukkanpengaruh

yangnyatapadaFh=512,590dengannilaiR2=0,977.dari

hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa kemampuan

variabel pendapatan dan penduduk (Y dan N) secara

simultan dalam menjelaskan variasi perubahan variabel

bebas (Vi) adalah sebesar 97,70% dan faktor yang lainnya

hanya berpengaruh sebesar 2,30%. Dari persamaan yang

dijelaskan di atas dapat dinyatakan bahwa jika pendapatan

perkapitanaik(Y)sebesar1%,makanilaitambahperkapita

sektorjasaakanmeningkatsebesar0,685%.

Selain hasil analisis seperti yang dijelaskan di atas

secararingkashasilperhitunganuntukstrukturproduksidi

daerah Sulawesi Selatan di jelaskan kontribusi masing-

masing sektor pada tingkat pendapatan perkapita tertentu

terhadap nilai produk domestik reginal bruto. Secara jelas

dapatdijelaskanpadatabeldibawahini.

Tabel23PerhitunganKontribusiMasing-masingSektorterhadapnilaiPDRBpadaTingkatPendapatanPerkapitatertentudengan

hargakonstan1993PDRB/Kapita(Rp)

296,742 387,809 487,785 696,241 1,230,697 1,297,049

Sektor Persentase(%)Primer 47.35 47.37 45.18 41.34 40.38 39.66Industri 11.28 12.10 15.50 17.40 17.33 17.31Utilitas 8.81 8.35 7.79 6.73 8.97 9.30Jasa 32.56 32.18 31.53 34.53 33.31 33.74Sumber:DataHasilPengolahan

Dari tabel di jelaskan bahwa dengan meningkatnya

tingkat pendapatan perkapitamaka akanmenurunkannilai

elastisitas sektor primer sebesar 0,258. Dengan kenyataan

ini dapatmenggambarkanbahwa sektor primermengalami

pertumbuhan yang relatif lambat dan tidak menunjukkan

peningkatan yang berarti bahkan cenderung mengalami

penurunan produksi. Pada tahun 1978 tingkat pendapatan

perkapita masyarakat sebesar Rp. 296.742, kontribusi

terbesar terhadap nilai PDRB adalah sektor primer sebesar

47,35%sementarasektorindustri,utilitas,danjasamasing-

masinghanyamemberikansumbanganterhadapnilaiPDRB

sebesar11,28%,8,81%,dan32,56%.Kemudianpada tahun

1993 kontribusi sektor primer mengalami penurunan

terhadap nilai PDRB menjadi 41,34%, tetapi kontribusi

sektor industri justru mengalami peningkatan sebesar

17,40%padasaattingkatpendapatanperkapitaRp.696.241.

Kontribusi sektor primer terusmengalami penurunanpada

saat tingkat pendapatan perkapita sebesar Rp. 1.297.049.

Penurunan kontribusi sektor primer terhadap nilai PDRB

selama 25 tahun disebabkan karena berubahnya pola

konsumsimasyarakatSulawesiSelatan,dimanasebelumnya

konsumsi masyarakat didominasi oleh sektor primer telah

bergeserkearahpolakonsumsisektorindustri.Peningkatan

pendapatan perkapita telah merubah pola konsumsi

masyarakat dari sektor primer ke sektor industri seiring

denganpeningkatankesejahteraanmasyarakat.

Dibandingkan dengan sektor primer, nilai elastisitas

pendapatansektorindustrijustrulebihtinggi0,606.Artinya,

denganpeningkatanpendapatanperkapitaakanmendorong

pertumbuhannilaitambahsektorindustri.Padasaattingkat

pendapatanperkapitamasyarakattahun1978yaknisebesar

Rp.296.742, kontribusi sektor industri yang disumbangkan

terhadap nilai PDRB sebesar 11,28% saja, tetapi seiring

denganpeningkatanpendapatanperkapitapadatahun1993

sebesar Rp. 696.241, kontribusi sektor industri meningkat

sebesar17,40%,meskipunkontribusisektorindustrisedikit

mengalami penurunan menjadi 17,31% dengan tingkat

pendapatan perkapita sebesar Rp. 1.297.049 pada tahun

2000.

Pada sektor utilitas memberikan kontribusi terhadap

nilaiPDRBsecara fluktuasi selama25 tahunseiringdengan

peningkatan pendapatan perkapita yang dibarengi dengan

peningkatan nilai elastisitas sektor utilitas sebesar 8,81%

pada tingkatpendapatanperkapita sebsarRp.296.742,dan

terus meningkat kontribusinya terhadap nilai PDRB pada

tahun 1998 sebesar 8,97% dengan tingkat pendapatan

perkapita sebesar Rp. 1.230.697. Tahun 2000 kontribusi

sektor utilitas terus meningkat meskipun tahun 1988

mengalami penurunan hingga mencapai 7,79% dan turun

lagi pada tahun 1993 menjadi 6,73% pada tingkat

pendapatan perkapita sebesar Rp. 696.241. Pada tingkat

pendapatan perkapita sebesar Rp. 1.297.049 kontribusinya

meningkatmenjadi9,30%padatahun2000.

Kontribusi relatif sektor jasa terhadap nilai PDRB

cenderung berfluktuasi selama 25 tahun meskipun dengan

meningkatnya tingkat pendapatan perkapita. Kontribusi

sektor jasa terhadapnilai PDRB sebesar32,56% pada saat

tingkat pendapatan perkapita sebesar Rp. 296.742, dan

kontribusinyamenurunmenjadi31,53%tahun1993dengan

tingkatpendapatanperkapitasebesarRp.487.785.

Gambar1.PerubahanStrukturEkonomidalamProsesPembangunan

EkonomidiSulawesiSelatanTahun1976-200

Dari penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa rata-

rata laju pertumbuhan sektor pertanian lebih kecil

dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan sektor

industri. Selama 25 tahun sejak tahun 1976 sampai tahun

2000 rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian hanya

sebesar 5.56% dengan nilai elastisitas pertumbuhan 0,276,

sementara rata-rata laju pertumbuhan sektor industri lebih

besar yaitu 8,78% dengan nilai elastisitas pertumbuhan

0,005,0010,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,0050,00

1978 1983 1988 1993 1998 2000

Persen

Tahun

Grafik 5.1. Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan Ekonomi di S ulawesi

Selatan Tahun 1976-2000

Primer

Industri

Utilitas

Jasa

sebesar 0,606. Jadi dengan demikian jika nilai elastisitas

setiapsektorlebihbesarmakatingkatpertumbuhannyajuga

lebihbesar.Halinidipertegasbahwajikatingkatpendapatan

perkapita mengalami peningkatan maka tingkat

pertumbuhanekonomidankontribusimasing-masingsektor

jugamengalamipeningkatanterhadapnilaiPDRB.

Perbedaan nilai elastisitas pertumbuhan antar sektor,

khususnya antara sektor primer dengan sektor-sektor

lainnya menunjukkan perbedaan kecenderungan

pertumbuhan nilai tambah produksi untuk masing-masing

sektor terhadap nilai PDRB. Semakin besar nilai

elastisitasnya maka semakin besar pula kontribusi sektor

yangbersangkutanterhadapperekonomiandaerah.

Dari data dan penjelasan hasil pengolahan data

tersebutdiatasmendukungdugaan(hipotesis)adanyasuatu

korelasiyangkuatantaratingkatpendapatanperkapitadan

perubahanstrukturekonomidaripertaniankeindustri(atau

darisektor-sektorprimerkesektor-sektornonprimer).

StrukturPerdagangan:EksporTotal

Hasilperhitunganstrukturperdaganganuntukekspor

totaldapatdisajikandalamtabelberikut:

Tabel24PerhitunganKoefisienEksporTotal

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

41,1203,393-7,696

15,8770,5892,792

2,5905,764

-2,757

R2 =0,837Adj. R Square =0,822

D-WStat=1,742F-Stat=56,567

Daritabeldiatasdapatdijelaskanbahwasecaraparsial

variabel pendapatan (Y) ternyata signifikan dan variabel

penduduk (N) tidak signifikan. Pengaruh kedua variabel

tersebutsecarasimultanmenunjukkanpengaruhyangnyata

pada Fh = 56,467 dengan nilai R2 = 0,822. Hasil ini

menunjukkan bahwa kemampuan kedua variabel

pendapatan (Y) dan penduduk (N) secara simultan dalam

menjelaskan variasi perubahan variabel independent (Vc)

adalah sebesar 82,20% dan faktor yang lain diluar kedua

variabeltersebuthanyaberpengaruhsebesar17,80%saja.

Darihasilanalisisdiatasdapatdinyatakanbahwajika

pendapatan perkapita (Y) naik sebesar 1%, maka nilai

tambah perkapita sektor ekspor total akan meningkat

sebesar3,39%.

StrukturPerdagangan:EksporPrimer

Hasilperhitunganstrukturperdaganganuntukekspor

primerdisajikandalamtabelberikut:

Tabel25PerhitunganKoefisienEskporPrimer

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

51,9793,788-9,633

15,6960,5822,760

3,3126,509

-3,490R2=0,849Adj.RSquare=0,832

D-WStat=1,826F-Stat=60,429

Daritabeldiatasdapatdijelaskanbahwasecaraparsial

variabel pendapatan (Y) ternyata signifikan dan variabel

penduduk (N) tidak signifikan. Sedangkan kalau secara

simultan kedua variabel pendapatan (Y) dan variabel

penduduk(N)menunjukkanpengaruhyangnyatapadaFh=

60,429 dengan nilai R2 = 0,832. Hal ini dijelaskan bahwa

variabel pendapatan dan penduduk secara simultan dalam

menerangkanvariasi perubahanvariabelindependent(VEp)

adalah sebesar 83,20% dan 16,80% itu ditentukan oleh

faktoryanglain.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dinyatakan

bahwa jika pendapatan perkapita naik sebesar 1%, maka

nilai tambah perkapita untuk sektor ekspor primer akan

meningkatsebesar3,788%.

StrukturPerdagangan:EksporManufaktur

Hasilperhitunganstrukturperdaganganuntukekspor

industridisajikandalamtabelberikut:

Tabel26PerhitunganKoefisienEskporManufaktur

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

-1,5741,927

-0,315

18,7440,6953,296

-0,0842,773-0,096

R2=0,778Adj.RSquare=0,758

D-WStat=1,630F-Stat=38,501

Daritabeldiatasdapatdijelaskanbahwasecaraparsial

variabel pendapatan (Y) ternyata signifikan, sedangkan

variabel penduduk (N) tidak signifikan. Namun jika dilihat

secara simultan variabel pendapatan dan penduduk (Y dan

N) bersama-samamenunjukkan pengaruh yang nyata pada

Fh =38,501dengannilaiR2 =0,758.Darihasil perhitungan

ini dapat dijelaskan bahwa kemampuan variasi perubahan

variabel independent (Vem) adalah sebesar 75,80% dan

selebihnya dipengaruhi oleh faktor yang lain sebesar

24,20%.

Darihasilanalisisdiatasdapatdinyatakanbahwajika

pendapatanperkapitanaik1%,makanilaitambahperkapita

untuk sektor ekspor manufaktur mengalami peningkatan

sebesar1,927%.

StrukturPerdagangan:ImporTotal

Hasilperhitunganstrukturperdaganganuntuk impor

totaldisajikandalamtabelberikut:

Tabel27

PerhitunganKoefisienImporTotalVariabel Koefisien

RegresiStandarError t-ststistik

KonstanYN

63,6683,946-2,827

21,7800.8073,830

2,9233,946

-2,827R2=0,530Adj.RSquare=0,488

D-WStat=1,646F-Stat=12,421

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa secara

parsialdapatdijelaskanbahwavariabelpendapatan(Y)dan

variabel penduduk (N) signifikan. Secara simultan kedua

variabel pendapatan dan penduduk (Y dan N) juga

menunjukkanpengaruhyangnyatapadaFh=12,421dengan

nilai R2 = 0,488. Hal ini di terangkan bahwa pengaruh

variabel pendapatan dan penduduk (Y dan N) secara

simultan dalam menjelaskan variasi perubahan variabel

independent (VM) adalah sebesar 48,80%, dan pengaruh

faktoryanglainsebesar51,20%.

Dari analisis di atas dapat dinyatakan bahwa jika

pendapatan perkapita naik sebesar 1%,maka nilai tambah

perkapitauntuksektorimportotalakanmeningkatsebesar

3,186%

Penjelasanmengenaibesarnyakontribusirelatifuntuk

sektor perdagangan di daerah Sulawesi Selatan dapat

digambarkandalamtabeldibawahini:

Tabel28PerhitunganKontribusiStrukturPerdaganganterhadap

PDRBperkapitadenganhargakonstan1993PDRB/Kapita(Rp)

296,742 387,809 487,785 696,241 1,230,697 1,297,049

Sektor Persentase(%)EksporTotal 5.77 4.67 2.58 7.63 17.98 27.27EksPrimer 5.11 3.78 1.71 5.46 15.03 23.50Eks-Industri 0.66 0.89 0.87 2.17 2.96 3.78ImporTotal 8.95 7.74 3.40 6.57 10.82 7.02Sumber:Depperindagberbagaitahunpenerbitan(DataHasil

Pengolahan)

Darihasilpengolahandananalisisdiatasdapatdilihat

bahwa nilai elastisitas untuk ekspor total sebesar 3,38

(elastis) selama tahun1976-2000.Pada tingkatpendapatan

perkapitaRp.296.742kontribusisektoreksportotalsebesar

5,77%, seiring dengan peningkatan pendapatan perkapita

sebesar Rp. 1.297.049 kontribusi ekspor total juga

mengalami peningkatan menjadi 27,27%. Perubahan

kontribusisektoriniterhadapnilaitotalPDRBselamakurun

waktu 25 tahun sebesar 21,50%. Sementara untuk ekspor

primernilaielastisitasnyaadalah3,788 (elastis).Kontribusi

eksporprimerselamakurunwaktutahun1976–2000juga

mengalami peningkatan yang berarti. Pada tahun 1978

kontribusisektorinisebesar5,11%padatingkatpendapatan

perkapita Rp. 296.742, dan meningkat terus kontribusinya

sebesar 23,50% pada saat pendapatan perkapita

Rp.1.297.049.Sementarasektorindustriyangpeningkatan

kontribusinya terhadap nilai PDRB menunjukkan

peningkatanyang cukupberartidengan nilai elastisitasnya

sebesar 1,927 (elastis). Peranan ekspor industri sebesar

0,66% pada tingkat pendapatan Rp. 296.742 dan terus

meningkat peranannya pada tingkat pendapatan perkapita

Rp. 696,241 sebesar 2,17% dan kemudian meningkat lagi

menjadi 3,78% pada tingkat pendapatan perkapita Rp.

1.297.049. Sementara sektor impor total peranannya juga

berfluktuasi dengan meningkatnya pendapatan perkapita

seiringdenganpeningkatandevisa.Padatingkatpendapatan

perkapita Rp. 296.742 peranan sektor ini sebesar 8,95%,

menurunmenjadi7,74%padatingkatpendapatanperkapita

menjadi Rp. 387.809, dan mengalami penurunan menjadi

3,40% pada saat tingkat pendapatan perkapita

Rp.487.785.Peningkatanperananimporterjadipadatahun

1993 sebesar 6,57% dengan tingkat pendapatan perkapita

Rp.696.241.Dalamkurunwaktutahun1993–1998peranan

impor memperlihatkan kecenderungan yang semakin

meningkat, yaitu 10,82% dengan tingkat pendapatan

perkapita Rp. 1.230.697, tetapi kecenderungan ini

merupakan suatu indikator yang baik tentang

ketergantungan Sulawesi Selatan terhadap bahan-bahan

impor,namundibalikituperlupemahamanyangmendalam

dengan mengingat bahwa industri Sulawesi Selatan

memerlukan bahan baku tersebut terutama industri

makanan dan minuman, karena industri ini memerlukan

40%-50% bahan baku impor. Kelompok komoditi impor

Sulawesi Selatan di antaranya gandum, produk industri

penggilingan, gula dan kemang gula, bahan baku mineral,

mesin dan pesawat mekanik, dan lainnya. Pada umumnya

pelakukegiatanekonomidi Sulawesi Selatandikuasaioleh

orang-orang yangmempunyaimodal besar danmesin yang

banyaksehinggaaktivitasperdaganganekspordanimpordi

Sulawesi Selatan hanya di nikmati oleh orang-orang yang

memiliki modal tersebut, dan sedikit sekali hasil yang

diperoleh dari aktivitas perdagangan ekspor impor yang

merembes ke bawah (trickle down effect), sehingga tidak

begitu besar mempengaruhi peningkatan kesejateraan

masyarakat, yang pada akhirnya tidak berdampak pada

peningkatanpertumbuhanpenduduk.

Penurunan nilai impor Sulawesi Selatan, khususnya

pada komoditas yang berupa barang modal seperti mesin

dan pesawat mekanik atau barang-barang dari besi

mengisyaratkanmasih terjadi kelesuan arus investasi yang

masukkedaerahSulawesi yangmengakibatkanrendahnya

kemampuan danmempengaruhi kinerja industri sektor riil

karenabelumoptimalnyakapasitasbarangmodal.

DemografiDistribusiTenagaKerja:SektorPrimer

Hasilperhitungandistribusitenagakerjasektorprimer

disajikandalamtabelberikut:

Tabel29PerhitunganDistribusiTenagaKerjaSektorPrimer

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYN

-2,7690,1011,213

1,2170,0450,214

-2,2762,2545,672

R2=0,967Adj.RSquare=0,964

D-WStat=1,625F-Stat=323,968

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

signifikan. Secara simultan kedua variabel pendapatan dan

penduduk (Y dan N) mempunyai pengaruh yang nyata

dengannilaiFh=323,968dannilaiR2=0,964.Gambaranini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar96,40%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independent hanya sebesar 3,60%. Dari analisis di atas

dapat disimpulkan bahwa jika pendapatan perkapita naik

1%makajumlahtenagakerjasektorprimerakanmengalami

peningkatansebesar0,10%.

DistribusiTenagaKerja:SektorIndustri

Hasil perhitungan distribusi tenaga kerjsa sektor

industridisajikandalamtabelberikut:

Tabel30PerhitunganDistribusiTenagaKerjaSektorIndustri

Variabel KoefisienRegresi

StandarError

t-ststistik

KonstanYN

-4,5810,2031,273

1,2880,0480,226

-3,5574,2495,621

R2=0,978Adj.RSquare=0,977

D-WStat=1,905F-Stat=500,400

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

hanya variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

signifikan. Jika secara simultan kedua variabel pendapatan

dan penduduk (Y danN)mempunyai pengaruh yang nyata

dengannilaiFh=500,400dannilaiR2=0,977.Gambaranini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar97,70%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independent hanya sebesar 2,30%. Dari analisis di atas

dapat disimpulkan bahwa jika pendapatan perkapita naik

1% maka jumlah tenaga kerja sektor industri akan

mengalamipeningkatansebesar0,20%.

DistribusiTenagaKerja:SektorJasa

Hasil perhitungan distribusi tenaga kerjsa sektor jasa

disajikandalamtabelberikut:

Tabel31PerhitunganDistribusiTenagaKerjaSektorJasa

Variabel KoefisienRegresi

StandarError

t-ststistik

KonstanYN

-6,4900,2521,589

2,1710,0800,382

-2,9893,1314,164

R2=0,961Adj.RSquare=0,858

D-WStat=1,556F-Stat=273,373

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

hanya variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

signifikan. Jika secara simultan kedua variabel pendapatan

dan penduduk (Y danN)mempunyai pengaruh yang nyata

dengannilaiFh=273,373dannilaiR2=0,858.Gambaranini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar85,80%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independent hanya sebesar 14,20%. Dari analisis di atas

dapat disimpulkan bahwa jika pendapatan perkapita naik

1%maka jumlah tenaga kerja sektor jasa akan mengalami

peningkatansebesar0,252%.

Penjelasanmengenaibesarnyakontribusirelatifuntuk

distribusi tenaga kerja menurut sektor di daerah Sulawesi

Selatandapatdigambarkandalamtabel4.31dibawahini:

Tabel32:PerhitunganKontribusiTenagaKerjaterhadapPDRBper

kapitadenganHargaKonstan1993PDRB/Kapita(Rp.) 296,742 387,809 487,785 696,241 1,230,697 1,297,049

Sektor Persentase(%)Primer 63.68 63.82 58.87 57.17 56.65 56.39Industri 8.42 8.67 8.62 9.14 9.37 9.58Jasa 27.90 27.51 32.51 33.69 33.98 34.03Sumber:DataHasilPengolahan(BPSSul-Selberbagaitahun

penerbitan)

Perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Selatan

tidak lepas dari perkembangan ekonomimakro daerah ini,

karena proses penciptaan lapangan kerja mengacu pada

kecenderungan pergerakan sektor-sektor ekonomi.

Pergeseran tenaga kerja dari sektor primer ke sektor

industridanjasakarenatuntutanupahyangtidakseimbang

antaraupahtenagakerjasektorprimerdenganupahtenaga

kerja sektor industri dan jasa. Pergeseran tenaga kerja di

Sulawesi Selatan dari sektor primer ke sektor industri dan

jasa seiring dengan meningkatnya pendapatan perkapita,

meskipun pergeseran ini masih relatif sedikit dan sektor

primer masih mendominasi di atas 50% terhadap total

tenaga kerja dibanding dengan penguasaan tenaga kerja

sektor lainnya. Hal ini terjadi karena sektor primermasih

mendominasi dan masih merupakan sektor utama dalam

menyerap tenaga kerja. Menurunnya tingkat tenaga kerja

sektor primer ditunjukkan dengan lebih kecilnya nilai

elastisitassektorprimersebesar0,101(inelastis)dibanding

dengan sektor industri yang nilai elastisitasnya sebesar

0,203 (inelastis) dan sektor jasanilai elastisitasnya sebesar

0,252(inelastis).

Gambar4.2StrukturTenagaKerjaSulawesiSelatan

Kontribusi sektor primer dalam penyerapan tenaga

kerja selama kurun waktu 25 tahun terus mengalami

penurunan seiring dengan peningkatan pendapatan

perkapita. Pada tahun 1978 dengan tingkat pendapatan

perkapitasebesarRp.296.742,kontribusirelatifpenyerapan

tenagakerjasebesar63,68%,tetapipadatahun2000dengan

tingkat pendapatan perkapita sebesar Rp. 1.297.049

kontribusirelatifpenyerapantenagakerjamenurunmenjadi

56,39%. Lain halnya dengan kontribusi relatif penyerapan

tenaga kerja sektor industri dan jasa yang rata-rata

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

1978 1983 1988 1993 1998 2000

Tahun

Persen Primer

IndustriJasa

menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya

pendapatan perkapita. Pada tahun 1978 kontribusi relatif

sektor industri sebesar 8,42% dengan tingkat pendapatan

perkapita Rp. 296.742 danmeningkat kontribusi relatifnya

pada tahun 2000 menjadi 9,58% dengan pendapatan

perkapita sebesarRp.1.297.049. Sementara sektor jasa juga

mengalami peningkatan yang berarti terhadap penyerapan

tenagakerja,inidibuktikandenganmeningkatnyakontribusi

tiap tahunnya. Tahun 1978 sektor jasa menyerap tenaga

kerjasebesar27,90%padatingkatpendapatanperkapitaRp.

296.742, dan meningkat terus kontribusi relatif dalam

penyerapan tenaga kerja menjadi 34,03% dengan tingkat

pendapatanperkapitaRp.1.297.049.

Urbanisasi

Hasil perhitungan urbansasi disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel33PerhitunganKoefisienTingkatUrbanisasi

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

Konstan 112,274 113,233 0,992

YN

24,930-34,109

4,19219,903

5,948-1,714

R2=0,900Adj.RSquare=0,891

D-WStat=1,556F-Stat=99,545

Dari tabel di atas di jelaskan bahwa secara parsial

variabel pendapatan (Y) dan variabel penduduk (N)

signifikan. Secara simultan kedua variabel pendapatan dan

penduduk (YdanN) jugamempunyai pengaruhyangnyata

dengannilaiFh=99,545dannilaiR2=0,891.Gambaran ini

memberikan pernyataan bahwa kemampuan variabel

independent (Y danN) secara simultan dalammenjelaskan

variasiperubahanvariabelindependent(Vc)sebesar89.10%

danpengaruhfaktoryanglaindalammempengaruhivariabel

independent hanya sebesar 10,90%. Dari analisis di atas

dapat disimpulkan bahwa jika pendapatan perkapita naik

1% maka jumlah penduduk yang melakukan urbanisasi

meningkatsebesar24,93%.

Penjelasanmengenaibesarnyakontribusirelatifuntuk

urbanisasi di daerah Sulawesi Selatan dapat digambarkan

dalamtabeldibawahini:

Tabel34PerhitunganKontribusiUrbanisasiPendudukterhadap

PDRBperkapitadenganHargaKonstan1993PDRB/Kapita(Rp.) 296,742 387,809 487,785 696,241 1,230,697 1,297,049

Urbanisasi(%)

0,1872 0,1768 0,1904 0,2453 0,2827 0,2942

Sumber:DataHasilPengolahan

Robert Mc Namara (todaro, 2000:281) mengatakan

bahwa:

“Kota-kota semakin padat dan pengangguranperkotaan terusmenerusmeningkat, jumlahgolongan“manusia marjinal”, yakni orang-orang yang harusbekerja keras membanting tulang, baik dulu ketikamasih bergelut di sektor pertanian pedesaanmaupunsekarang ini setelah mereka pindah ke kota, hanyauntuksekedarbertahanhidup”.DalamkasusurbanisasidiSulawesiSelatan,selama25

tahunmenunjukkankenaikanyangcukupberarti.halinibisa

dilihatdarisemakinnaiknyaprosentasekenaikankontribusi

relatif urbanisasi. Pada tahun 1978 kontribusi relatif

urbanisasi pada tingkat pendapatan Rp. 296.742 hanya

sebesar 18,72%, dan terus mengalami peningkatan

kontribusirelatifsampaitahun2000yangmencapai29,42%

pada tingkat pendapatan perkapita sebesar Rp. 1.297.049.

Semakin meningkatnya tingkat urbanisasi di Sulawesi

Selatan selain karena aktivitasperekonomiandi perkotaan

jauh lebih luas di banding pedesaan, juga dipengaruhi oleh

faktor lain misalnya faktor-faktor sosial, termasuk di

dalamnyakeinginanparaimigranuntukmelepaskandiridari

kendala-kendala tradisional yang terkandung dalam

organisasi-organisasi sosial, kedua faktor fisik, termasuk

pulapengaruhiklimdanbencanameteorologissepertibanjir

dan kekeringan, ketiga faktor demografi, termasuk

penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat

laju pertumbuhan pedesaaan. Ketiga, faktor kultural, dan

faktor komunikasi. Terakhir ada juga urbanisasi musiman,

yang artinya pada siang hari masyarakat memusatkan

aktivitasnya di perkotaan dan kembali pulang kembali

kepedesaanpadamalamharinya.

PerhitunganPerubahanstrukturekonomiSektorPrimer

Hasil perhitungan analisis sektor primer dapat

disajikandalamtabelberikut:

Tabel36PerhitunganProduksiSektorPrimer

Variabel KoefisienRegresi

StandarError

t-ststistik

KonstanYInv.EPEm

2,071-0,804-0,277-0,1790,164

0,3640,0520,1470,0370,041

5,686-

15,566-1,891-4,7893,959

R2=0,979Adj.RSquare=0,975

D-WStat=1,994F-Stat=231,955

Keterangan:1. Tingkatsignifikandigunakan:a=0.01–0.005dan

berlaku untuk semua pengujian dari semuapersamaanyangdigunakandalammodelanalisis.

2. Hasil perhitungan selengkapnya dijelaskan dalamlampiran

Dari tabel di atas dapat dijelaskanbahwapendapatan

perkapita(Y),EksporPrimer(Ep),EksporManufaktur(Em),

ternyata signifikan, signifikansi pendapatan perkapita dan

ekspor primer adalah signifikansi negatif. Jika secara

simultan variabel-variabel independent juga menunjukkan

pengaruhyangnyatadengannilaiFh=231,955dannilaiR2=

0,975.Halinimenjelaskanbahwavariabelindependetsecara

simultan dalam menerangkan variasi perubahan bariabel

dependent(VA)adalahsebesar97,50%danfaktoryang lain

berpengaruhhanyasebesar2,50%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatannaik1%,makaproduksisektorprimerrata-rata

sebesar 0,804%. Artinya denganmeningkatnya pendapatan

perkapita maka permintaan terhadap barang-barang

pertanian mengalami penurunan (inelastis), jika terjadi

keadaan seperti itu maka ekspor primer menurun sebesar

0,179%daneksporindustrimeningkatsebesar0,164%.

PerhitunganuntukSektorIndustri

Modelpersamaanyangdiperolehuntuksektorindustri

sebagaiberikut:

Hasil perhitungan analisis sektor industri dapat

disajikandalamtabelberikut:

Tabel37PerhitunganProduksiSektorIndustri

Variabel KoefisienRegresi

StandarError t-ststistik

KonstanYInv.

-0,8031,219-0,287

0,6630,0490,267

-1,21112,970-1,073

EPEm

-0,2780,344

0,0680,075

-4,0734,565

R2=0,973Adj.RSquare=0,967

D-WStat=1,910F-Stat=177,505

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa variabel

Pendapatan perkapita (Y), Ekspor primer (Ep) tetapi

signifikan terbalik (negatif), dan Ekspor Manufaktur (Em)

ternyata signifikan, signifikansi ekspor primer adalah

signifiknasi negatif. Jika secara simultan variabel-variabel

independentjugamenunjukkanpengaruhyangnyatadengan

nilaiFh =177,505dannilaiR2 =0,967.Hal inimenjelaskan

bahwa variabel independet secara simultan dalam

menerangkan variasi perubahan variabel dependent (VEm)

adalah sebesar 96,70% dan faktor yang lain berpengaruh

hanyasebesar3,3%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatan naik 1%, maka produksi sektor industri

meningkat rata-rata sebesar 1,219%. Artinya dengan

meningkatnya pendapatan perkapita maka permintaan

terhadap barang-barang industri mengalami peningkatan

(elastis). Jika terjadi keadaan seperti itu akanmenurunkan

ekspor primer sebesar 0,278% dan ekspor industri juga

meningkatsebesar0,344%.

PerhitunganuntukSektorUtilitas

Hasil perhitungan analisis sektor utilitas dapat

disajikandalamtabelberikut:

Tabel38PerhitunganProduksiSektorUtilitas

Variabel KoefisienRegresi

StandarError

t-ststistik

KonstanYInv.EPEm

1,1460,831-0,438-0,0090,008

0,2300,0330,0930,0240,026

4,99125,519-4,740-0,4143,028

R2=0,993Adj.RSquare=0,992

D-WStat=1,798F-Stat=739,576

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa variabel

Pendapatan perkapita (Y), investasi (Invest), ekspor

manufaktur (Em) ternyata signifikan, signifikansi investasi

adalaha signifikansi negatif, dan ekspor primer (Ep) saja

yang tidak signifikan. Namun jika secara simultan variabel-

variabel independent menunjukkan pengaruh yang nyata

dengan nilai Fh = 739,576 dan nilai R2 = 0,992. Hal ini

menjelaskan bahwa variabel independet secara simultan

dalammenerangkan variasi perubahan bariabel dependent

(VA) adalah sebesar 99,20% dan faktor yang lain

berpengaruhhanyasebesar0,80%

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatan naik 1%, maka produksi sektor utilitas

meningkat rata-rata sebesar 0,831%. Artinya dengan

meningkatnya pendapatan perkapita maka permintaan

terhadap barang-barang utilitas mengalami peningkatan

(inelastis).Jikaterjadikeadaansepertiituakanmenurunkan

ekspor primer sebesar 0,009% dan ekspor industri

meningkatsebesar0,079%.

PerhitunganuntukSektorJasa

Hasil perhitungan analisis sektor jasa dapat disajikan

dalamtabelberikut:

Tabel39PerhitunganProduksiSektorJasa

Variabel KoefisienRegresi

StandarError

t-ststistik

KonstanYInv.EPEm

0,1371,0650,062-0,1230,059

0,4260,0600,1720,0440,048

0,32117,6440,358-2,8131,207

R2 =0,980Adj. R Square =0,976

D-WStat=1,803F-Stat=244,973

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hanya

variabel pendapatan perkapita (Y) dan ekspor primer (Ep)

sajayangsignifikan,tetapisignifikansiuntukvariabelekspor

primer memiliki nilai yang negatif. Jika secara simultan

variabel-variabel independentmenunjukkanpengaruh yang

nyatadengannilaiFh=244,973dannilaiR2=0,976.Halini

menjelaskan bahwa variabel independet secara simultan

dalammenerangkan variasi perubahan bariabel dependent

(VSadalahsebesar97,60%danfaktoryanglainberpengaruh

hanyasebesar2,40%.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jika

pendapatannaik1%,makaproduksisektor jasa meningkat

rata-rata sebesar 1,065% (elastis). Artinya dengan

meningkatnya pendapatan perkapita maka permintaan

terhadapbarang-barangsektorjasamengalamipeningkatan

(elastis). Jika terjadi keadaan seperti itu akanmenurunkan

ekspor primer sebesar 0,123% dan ekspor industri

meningkatsebesar0,058%.

Dari hasil pengolahandananalisisdi atas secara jelas

dijelaskandalamtabeldibawahini:

Tabel40PerhitunganpengujianHipotesiskeTiga

Sektor Intercept LogY I/PDRB Ep/PDRB Em/PDRB R2a b1 d2 d3 d4PrimerSekunderUtilitasJasa

2,071-0,8030,1460,137

-0,8041,2190,8311,065

-0,277-0,287-0,4380,062

-0,179-0,278-0,009-0,123

0,1640,3440,0080,058

0,9750,9670,9920,976

Sumber:HasilPengolahan

Daritabeldiatasdapatdijelaskanbahwapengujianini

menggambarkanbahwanilaielastisitasuntuksektorprimer

sebesar -0,804 dan nilai elastisitas untuk sektor sekunder

sebesar1,219, hal inimenunjukkanadanyaperbedaanpola

perubahan struktur di antara sektor perekonomian. Nilai

konstanta untuk sektor primer sebesar 2,071 sedangkan

nilaikonstantauntuksektorindustrisebesar-0,803,artinya

bahwa dominasi ekspor primer lebih besar di bandingkan

dengan ekspor industri. Dari hasil pengolahan diperoleh

bahwa, nilai koefisien sektor primer bernilai negatif, untuk

sektor ekpor primer nilai koefisien elastisitasnya sebesar -

0,179, sedangkan nilai koefisien elastisitas untuk sektor

ekspor manufaktur sebesar 0,164, artinya prediksi

pertumbuhaneksporuntuksektorpertanianakanmenurun

seiring dengan kenaikan pendapatan perkapita, sementara

untuk pertumbuhan sektor ekspor manufaktur akan

meningkat seiring dengan kenaikan pendapatan perkapita.

Demikianpula halnya jikadilihat pertumbuhan ekspordari

sektor sekunder, nilai koefisien elastisitas ekspor primer

mengalamipertumbuhansebesar-0,278,sedangkan

pertumbuhan ekspor manufaktur sebesar 0,344 seiring

denganmeningkatnyapendapatanperkapita.Demikianpula

halnya pertumbuhan ekspor primer akan mengalami

penurunan dan peningkatan pertumbuhan ekspor

manufaktur jika dilihat dari sektor utilitas dan jasa.

Rendahnya nilai elastisitas ekspor sektor primer di

bandingkan dengan nilai elastisitas ekspor sektor industri

menunjukkan pula terjadinya perubahan struktur

perekonomian,namunperubahanstrukturperekonomianini

masih dirasakan relatif sangat lambat karena daerah

Sulawesi Selatan dari sektor perekonomian masih lebih

didominasi oleh sektor primer, hal ini dibuktikan dengan

masihbesarnya

kontribusi ekspor primer terhadap PDRB. Sementara

nilaikoefisien elastisitasuntukvariabel investasi jugarata-

rata mempunyai nilai negatif disebabkan masih rendahnya

nilai investasi di Sulawesi Selatan karenamasih kurangnya

minat menabung masyarakat seiring dengan peningkatan

pendapatan mereka. Berdasarkan hasil pengolahan data

diperolehbahwasemakindominannyaeksporprimerkarena

didukung oleh sumberdaya alam yang masih besar akan

memperlambatperubahanstrukturperekonomian.

Hasil pengujian ini menggambarkan pola perubahan

sektoraldalamprosespertumbuhanyangdicerminkanoleh

koefisien pendapatan yaitu b1. Terjadinya perbedaan yang

cukup berarti pada kontribusi sektor pertanian dengan

sektor industri yang dapat dilihat dengan membandingkan

perhitungan nilai b1 untuk sektor pertanian dan industri.

Pertimbangan ukuran absolut dan tingkat signifikansi dari

koefisien-koefisien pada model-model persamaan di atas

seperti kontribusi sektor primer dalam PDRB (Ep/PDRB)

jelasmerupakan unsur yang sangat penting dalam variabel

yangmempengaruhipolaperubahanstruktural.Variabel ini

dapat diartikan sebagai pencerminan dari kekayaan

sumberdaya alam. Dalam teori perdagangan tentang

Comparative advantage, negara-negara atau daerah yang

memiliki kekayaan sumber daya alam diramalkan akan

mengalami perubahan struktural yang relatif lambat,

khususnyapada tahapawalpembangunanekonomi.Hal ini

merupakan suatu penemuan yang penting dalam implikasi

kebijakanyangpotensial.Denganmemberikantekananpada

perdagangan bebas dan comparative advantage negara-

negara atau daerah yang memiliki dukungan sumberdaya

alam penting dapat menunda perubahan struktural, atau

sebaliknyamempercepatperubahanstrukturalmenurutpola

yangnormal.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 1997. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

_________________. 2000. National Labour Force Survey 1997, 1998 and 1999. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

_________________. 2007. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Sulawesi SelatanBagi, F.S. and I.J. Singh. 1974. A Microeconemic Model of Farm Decisions in an LDC: A Simultaneous Equation Approach. Department of Agricultural Economics and Rural Sociology, The Ohio University, Ohio.

Baltagi, Badi H, 2001, Econometric Analysis of Panel Data, Secon Edition, New York, John Willey & Son, Ltd.

Becker, G.S. 1965. A Theory of Allocation of Time. Economic Journal, 299 (75): 493–517.

Chenery, Hollis. and Moises Syrquin (1975), Patterns of Development, 1950-1970, Oxford University Press, London.

Dawam Rahardjo, 1996, Faktor-faktor Keuangan yang Mempengaruhi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, dalam aspek-aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus Asean), LP3ES, Jakarta.

Departemen Koperasi dan UKM, 2007. Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, 2003, Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah 2002 – 2004 Buku II Program Pengembangan Industri Kecil Menengah. Jakarta

Didit Cahyono, Pengaruh Investasi Dan Perubahan Hasil Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sub Sektor Industri Kecil Di Kabupaten Malang. Universitas Merdeka Malang Fakultas Ekonomi

Gary, Dessler, 1997, Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Bahasa Indonesia Jilid I, PT, Prenhallindo, Jakarta.

Gujarati, N.D, 1997, Basic Econometrics, Mc. Graw-Hill Book Company, Singapore.

Hailuddin, 2006, Faktor-Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Akses Industri Kecil Manufaktur terhadap Perkreditan Lembaga Keuangan Perbankan (Studi pada Industri Kecil di Lombok Nusa Tenggara Barat) Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung

Handrimurtjahyo, dkk, 2007, Faktor-Faktor Penentu Pertumbuhan

Usaha Industri Kecil: Kasus Pada Industri Gerabah Dan Keramik Kasongan, Bantul, Yogyakarta

Henry, Simamora, 1995, Manajemen Sumberdaya Manusia, STIE – YKPN, Yogyakarta.

Hubeis, M. 1997. Manajemen Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah. Institut Pertanian Bogor.

Jhingan, ML, 1994. Perencanaan Ekonomi Pembangunan, Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Karjadi Mintaroem, Nurtjahja Moegni, Imam Syafi'I, 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri Kecil Di Wilayah Segitiga Industri Di Jawa Timur, Unair Jawa Timur, Unair Jawa Timur

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2003, Laporan Akhir Pengkajian Strategis Tahap Lanjut Sentra Bisnis Ukm Pasca Dukungan Program Perkuatan

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2008, UKM butuh dukukngan IPTEK.

Lestari, Kajian Model Penumbuhan Unit Usaha Baru, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK

Lembaga Demografi UI dan ILO Manila, 2002. Dimensi Gender dalam Krisis Ekonomi, Jakarta,

Lincolin Arsyad, 1999, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan

Daerah, BPFE, Yogyakarta.

Lubis, S.B. Hari. 1986. Manajemen Usaha Kecil. Diktat Kuliah : Program Magister Teknik dan Manajemen Industri. Institut Teknologi Bandung.

Mangkuprawira, S. 1985. Alokasi Waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Rumahtangga dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga: Studi Kasus di Dua Tipe Desa di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mudrajat Kuncoro, 2000, Ekonomi Pembangunan, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN

Mitsuhiro Hayashi, 2000 Development of SMEs in the Indonesian Economy School of Economics, Faculty of Economics and Commerce, Australian National University

Muhibbullah Azfa Manik, Strategi Pemberdayaan Industri Kecil Berbasis Agroindustri di Pedesaan, Universitas Bung Hatta Padang,

Nelson, Robert., 2001, Economics as Religion. University Park PA, The Pennsylvania State University Press.

Pardede, F.R. 2000. Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kecil di Indonesia. Program Studi Teknik dan Manajemen Industri. Institut Teknologi Bandung

Pindyck, R. S. and D. L. Rubinfeld. 1991. Econometric Models and Economic Forcasts. Third Edition. McGraw-Hill Inc, New York.

Polachek, Solomon W. 2004. How the Human Capital Model Explains Why the Gender Wage Gap Narrowed. State University of New York at Binghamton and IZA Bonn Discussion Paper No. 1102. p.1-46.

Renstra Provinsi Sulawesi Selatan, 2004. Rencana Strategis Provinsi Sulawesi Selatan. Makasar

Riana Panggabean, 2002, Membangun Paradigma Baru dalam Mengembangkan UKM, Dep. Kemetrian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta

Samuelson P.A, 1995, Makro Ekonomi, Gelora Aksara, Jakarta.

Schumpeter, J.A. (1934), The Theory of Economic Development, Cambridge, MA: Harvard University Press

Simanjuntak P. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. LP-FE. Universitas Indonesia, Jakarta.

Singh, I., L. Squire and J. Strauss. 1986. Agricultural Household Models: Extension, Application and Policy. The John Hopkins University Press, Baltimore.

Sinaga B.M. 1997. Pendekatan Kuantitatif dalam Agribisnis. Jurnal Sosial Ekonomi, 10 (1): 48–64.

Sondang P. Siagian, 1997, Manajemen Sumberdaya Manusia, Gunung Agung, Jakarta.

Tati Suhartati J. 2003. Teori Ekonomi Mikro, Salemba Empat Jakarta

Tjiptoherijanto, Prijono. 1996. Kesiapan pekerja dalam Peningkatan Kualitas Hasil Industri/Jasa Menghadapi Persaingan Pasar Bebas. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Vol. XLIV. No. 3.

Tulus Tambunan, M. dan B. White. 1991. Perkembangan dan Permasalahan Industri Rotan di Indonesia Pasca Larangan Ekspor dengan Kasus Industri Rotan Tegalwangi, Jawa Barat. Kerjasama Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor dan Instititut of Social Studies the Hague, Bogor. Thomas, R.L. 1997. Modern Econometrics an Introduction. Addison Wesley

Tulus Tambunan, 2004, Development Of Small And Medium Enterprises In Indonesia. Faculty of Economics, University of Trisakti

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi. Penerjemah: Aris Munandar. Edisi Kelima. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Yuyun Wirasasmita, 2000, Micro Economic Aspects of Small Scale Tradisional Family Enterprise, Wacana Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Guru Besar Universitas Padjadjaran, Bandung.

Yuyun Wirasasmita, 2004, Kumpulan Makalah Penulisan Disertasi.

Yotopoulus, P.A. and L.J. Lau. 1974. On Modeling the Agricultural Sector in Developing Economies. Journal of Development Economics, (1): 105–127.