Upload
duongque
View
230
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP PEMBERITAAN
KLARIFIKASI KASUS TERTANGKAPNYA KETUA PWNU
BANTEN DALAM RAZIA PENYAKIT MASYARAKAT DI
HARIAN RADAR BANTEN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
Arsitta Aghniya Mursalati
NIM : 1110051100104
KONSENTRASI JURNALISTIK
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 23 September 2014
Arsitta Aghniya Mursalati
i
ABSTRAK
Arsitta Aghniya Mursalati
Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Klarifikasi Kasus
Tertangkapnya Ketua PWNU Banten dalam Razia Penyakit Masyarakat di
Harian Radar Banten
Belakangan ini Banten menjadi sorotan media massa di Indonesia, seorang
Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Banten
yang juga Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten terkena
razia penyakit masyarakat di Jambi. Satu pihak menganggap hal tersebut biasa,
karena beliau juga manusia. Namun di pihak lain menganggap hal tersebut tidak
pantas karena beliau adalah ketua PWNU Banten.
Penelitian ini menganalisis pemberitaan yang berjudul “Ulama NU Minta
Klarifikasi Zainal” di harian Radar Banten. Dari persoalan tersebut, maka
rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana
harian Radar Banten mewacanakan kasus tertangkapnya Zainal Muttaqin dilihat
dari struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial?. Dan Adakah tendency
tertentu di balik pemberitaan tertangkapnya Zainal Muttaqin sebagai pemimpin
Islam?.
Peneliti menganalisis pewacanaan tersebut menggunakan analisis wacana
kritis model Teun A. van Dijk. Model analisis ini melihat wacana dengan
mengkritisi pada elemen teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Dalam
pemberitaan, Zainal Muttaqin selaku ketua PWNU Banten melakukan tabayyun
terhadap kasus itu. Beliau meminta maaf kepada para Ulama Banten.
Penelitian ini meggunakan teori kecurigaan model Dennis K. Mumby.
Menurutnya, prinsip penting pendekatan studi kritis adalah organisasi tidak
dipandang sebagai tempat pembentukan makna yang netral. Tetapi juga tempat
menghasilkan kembali makna dalam konteks pertarungan antara kelompok-
kelompok kepentingan. Teori ini mempertanyakan mengenai struktur ideolgi,
kekuasaan dan pengawasan secara mendalam pada organisasi.
Analisis ini juga menjawab rumusan masalah mengenai ada atau tidaknya
tendency di balik pembuatan berita tersebut. Kesimpulan mengenai hal tersebut
didapat dengan melihat teks yang sudah dianalisis sebelumnya. Kemudian analisis
teks tersebut disambungkan dengan hasil wawancara peneliti dengan wartawan
dan redaktur pelaksana harian Radar Banten.
Dari kesimpulan singkat diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa model Teun
A. van Dijk memiliki tiga elemen yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur
mikro. Menurut Mumby, organisasi merupakan tempat suatu pembentukan makna
atau penghasilan makna. Kemudian hasil analisis tersebut disambungkan dengan
teori yang digunakan peneliti.
Kata kunci: Ulama NU, tabayyun, kritik Teun A. van Dijk dan teori kecurigaan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan nikmat yang begitu besar sehingga dengan ridho-Nya
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan paa
pengikutnya.
Syukur Alhamdulillah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul, “Analisis Wacana Kritis terhadap Pemberitaan Klarifikasi Kasus
Tertangkapnya Ketua PWNU Banten dalam Razia Pennyakit Masyarakat di
Harian Radar Banten.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Strata 1 (S1), di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan sampai masa penyelesaian
skripsi ini peneliti mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief
Subhan, M. Ag. Serta pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr.
Suparto, M.Ed, MA. Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum,
Bapak Drs. Jumroni, M.Si. Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan,
Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag.
iii
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M. Si beserta
Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA.
yang membantu dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan
skripsinya.
3. Dosen pembimbing skripsi, Dr. H. Ilyas Ismail, M.A yang telah
membimbing peneliti dalam segala hal, terutama dalam menyelesaikan
skripsi, sehingga skripsi ini selesai dengan baik dan lancer.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwa dan Ilmu Komunikasi atas ilmu yang
telah diberikan kepada peneliti selama ini.
5. Segenap staf tata usaha beserta staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Harian Radar Banten khususnya Bapak Lutfi selaku redaktur pelaksana.
Dan wartawan penulis berita “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal” yang
telah banyak membantu peneliti, Bapak Gugun.
7. Kedua orang tua tercinta, Ibu Rahmanidar dan Bapak Iskandar yang telah
banyak memberikan doa, waktu, tenaga, pikiran dan harta mereka untuk
membesarkan peneliti. Maaf kalau sampai saat ini mungkin belum menjadi
yang diinginkan. Alhamdulillah akhirnya kaka sebentar lagi diwisuda.
8. Ibu Musliana, nenek dari peneliti yang sudah banyak membantu dan
mendengarkan keluh kesah dan memberi semangat selama ini kepada
peneliti. Bayu Aditya yang meskipun sangat mengesalkan sebagai seorang
om, tapi terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama ini. Terima
kasih juga kepada aunty Rini Safitri.
iv
9. Mutiara Aghniya dan Mochammad Dudayev Aghniya yang selama ini
membuat hidup ini menjadi lebih ramai. Untuk Mutiara, terima kasih telah
memberi masukan dalam penelitian ini juga telah menemani peneliti di
saat bosan. Semoga cepet selesai skripsinya. Untuk Dudayev, semoga
cepat menjadi seorang hafidz al-Quran.
10. Teman-teman MAN 1 Tangerang, Gita, Tia, Vivi, Ulan, Neni, Amel dll
yang sudah memberi semangat kepada peneliti agar segera lulus.
11. Teman-teman mahasiswa seperjuangan, Rosa, Fitri, Mega, Devi, Rani,
Ririn, dan Voni yang telah memberi warna indah selama menjadi
mahasiswa. Kepada Ufi, Nandri, Kaafah, Kenwal dan teman-teman J.Co
lainnya.
12. Anggota KKN KITA 2014. Abang Azhar, Awa, Ima, Ahmad, Hilman,
Huzaimi, Restu, Heni, Vivi, dan Ibnu. KKN tanpa kalian mungkin akan
terasa membosankan.
13. Kepada semua yang telah mendoakan dan memberi semangat kepada
peneliti. Kepada yang sudah menemani peneliti dan memberi semangat
ketika berkeluh kesah. Maaf tidak bisa menyebutkan satu-satu, tapi ucapan
terima kasih ini juga untuk kalian.
14. Kepada seluruh teman-teman Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, teman-teman Klise, Iranian Corner, teman-teman konsentrasi
jurnalistik, dan semua teman-teman mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
v
Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan.
Namun peneliti telah berusaha untuk semaksimal mungkin dengan baik.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 23 September 2014
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………….......... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………... 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………….… 6
D. Manfaat Penelitian……………………………………….….. 6
E. Metodologi Penelitian……………………………………….. 7
F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 14
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teori
1. Teori Kecurigaan………………………………………... 15
2. Analisis Wacana Kritis/Critical Discourse Analysis…… 17
B. Kerangka Konseptual dalam Berita
1. Berita……………………………………………………. 32
2. Klasifikasi Berita………………………………………... 33
3. Struktur Berita…………………………………………... 34
4. Kriteria Umum Nilai Berita…………………………...... 34
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Harian Radar Banten
1. Sejarah dan Perkembangan……………………………... 37
2. Visi dan Misi……………………………………………. 41
3. Anak Perusahaan Radar Banten………………………… 42
4. Segmentasi Pembaca dan Perjalanan…………………… 42
5. Struktur Organisasi……………………………………… 47
vii
B. Pandangan Islam dalam Menanggapi Sebuah Pemberitaan….49
BAB 1V HASIL PENELITIAN
A. Temuan Data………………………………………………… 54
B. Hasil Penelitian……………………………………………… 65
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan………………………………………………….. 70
B. Saran………………………………………………………… 71
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 72
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kerangka Analisis Teun A. van Dijk……………………………… 20
Tabel 2. Struktur Teks………………………………………………………. 22
Tabel 3. Elemen Teks pada Wacana Teun A. van Dijk……………………... 23
Tabel 4. Skema Teun A. van Dijk pada Struktur Kognisi Sosial………..….. 29
Tabel 5. Analisis Elemen Struktur Makro……………… ………………….. 56
Tabel 6. Analisis Elemen Superstruktur………………………………….…. 57
Tabel 7. Analisis Elemen Struktur Mikro (Semantik)………………………. 59
Tabel 8. Analisis Elemen Struktur Mikro (Sintaksis)……………………….. 61
Tabel 9. Analisis Elemen Struktur Mikro (Stilistik)………………………... 62
Tabel 10. Analisis Elemen Struktur Mikro (Retoris)……………………….. 64
Tabel 11. Hasil Analisis Peneliti………………………………………….… 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk……………….. 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seperti yang diketahui, saat ini Banten menjadi sorotan media massa di
Indonesia. Hal tersebut karena banyaknya kasus di Banten yang melibatkan
para petinggi daerahnya, misalnya kasus korupsi. Tetapi tidak hanya kasus
korupsi yang menjerat para petinggi di Banten. Pada Kamis, 27 Februari
2014, kepala Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan Daerah (DPPKD)
Banten, Zainal Muttaqin, terkena razia penyakit masyarakat (pekat). Beliau
dibawa Tim Opsnal Polda Jambi ke Mapolda Jambi.1
Zainal Muttaqin bukan hanya seorang ketua DPPKD Banten, tetapi
beliau juga seorang ketua ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU)
Banten. Pada Senin, 3 Maret 2014 dia juga sempat diperiksa oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi saksi atas kasus korupsi Ratu Atut
Chasiyah pada Pemilukada di Lebak, Banten.2
Oleh karena itu ketua PWNU Banten tersebut, beberapa kali menjadi
pembahasan pada pemberitaan di harian Radar Banten. Adapun pemberitaan
yang berjudul Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal yang menjadi perhatian
1 “Kepala DPPKD Banten Ikut Diamankan,” Radar Banten, 1 Maret 2014, h.1.
2 Ade Jahran. “Zainal Muttaqin Diperiksa KPK,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari
http://www.radarbanten.com/read/berita/1017469/Zainal-Muttaqin-Diperiksa-KPK.html
2
peneliti untuk menelitinya. Karena pada pemberitaan itu, wartawan seperti
punya maksud tersendiri dibalik penulisan beritanya.
Isi berita tersebut ialah mengenai pertemuan di kantor Pengurus Wilayah
NU Banten untuk melakukan tabayyun terhadap kasus yang menimpa Zainnal
Muttaqin. Sekertaris PWNU Banten Endad Musaddad menjelaskan,
berdasarkan klarifikasi, Zainal datang ke Jambi dalam rangka tugas DPPKD
Banten Rabu (26/2). Endad memberikan klarifikasi bahwa sebelum Zainal
Muttaqin pulang ke Banten, ia diajak teman lamanya untuk mencari hiburan
di Jambi.
Zainal Muttaqin dan rombongan akhirnya memilih tempat karaoke untuk
tempat hiburannya. Namun, kebetulan sampai di ruangan karaoke, ada
operasi pekat yang digelar Polda Jambi. Dalam pemberitaan, Endad
mengakui, Zainal memang sekedar mencari hiburan seraya diajak teman lama
di Jambi, tetapi ada pandangan kurang baik dari masyarakat. “Apalagi di
pundak beliau sebagai ketua PWNU serta kepala DPPKD Banten,” ujarnya.3
Tidak hanya warga Banten saja yang merasa malu atas tindakan tersebut.
Akan tetapi, sebagian pengikut Nahdlatul Ulama (NU) merasa kecewa atas
tindakannya tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan para pengikut harian
Radar Banten di facebook. Pada Rabu, 5 Maret 2014, harian Radar Banten
melakukan pengumpulan pendapat masyarakat atas kasus Zainal tersebut di
3 “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal,” Radar Banten, Edisi 5 Maret 2014, h.13.
3
facebook Radar Banten. Banyak pesan positif dan negatif yang dilontarkan
para pengikut Radar Banten di fans page facebooknya.
Akan tetapi, tidak sedikit hujatan yang dilontarkan di sana. Hal tersebut
karena mereka yang memiliki pandangan negatif, merasa bahwa pemimpin
yang seharusnya memiliki akhlak yang baik malah melakukan perbuatan
tercela tersebut. Perbuatan yang dilakukannya bukan menjadi suri tauladan
yang baik, justru malah menjadi hujatan bagi para pengikutnya.
Zainal Muttaqin adalah pejabat Banten yang memiliki kekuasaan sebagai
Kepala DPPKD Banten sekaligus Ketua PWNU Banten. Hal tersebut menjadi
nilai negatif yang sangat menonjol di mata masyarakat. Hujatan dan celaan
para pengikutnya menimbulkan kepercayaan dan asumsi bahwa dia tidak
mungkin lagi menjadi ketua dari PWNU Banten.
Media massa tidak hanya hanya sebagai alat untuk menyebarkan
informasi di seluruh bagian bumi, tetapi juga alat untuk menyusun agenda,
serta memberitahu kita apa yang penting untuk dihadiri. Dalam bukunya,
Stephen W. Littlejohn menjelaskan tentang pendapat yang dikemukakan oleh
George Gerbner mengenai media massa. George Gerbner menyimpulkan
pentingnya media massa sebagai berikut:
“Kemampuan untuk menciptakan masyarakat, menjelaskan masalah,
memberikan referensi umum, dan memindahkan perhatian dan kekuasaan”.4
4 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi. Penerjemah Mohammad
Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 405.
4
Oleh karena itu, media massa khususnya surat kabar harian Radar Banten
dirasa memiliki peran penting dalam mengkonstruksi berita tersebut. Analisis
wacana kritis yang digunakan oleh peneliti dirasa cocok dalam penelitian ini.
Karena bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang
berperan dalam membentuk, subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu,
maupun strategi-strategi di dalamnya. 5
Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul dalam benak
manusia itu bukan suatu peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa. Namun
pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa di sini
adalah realitas/fakta yang diliput oleh wartawan, dan pada gilirannya akan
dilaporkan secara terbuka oleh media massa.
Dengan demikian dapat pula dikatakan secara sederhana bahwa dalam
suatu proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana/keadaan,
orang, dan benda bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa
merupakan upaya untuk mengkonstruksi realitas.6
Untuk itu, peneliti merasa bahwa kasus tersebut sangatlah menarik.
Alasan peneliti memilih harian Radar Banten karena Zainal Muttaqin sendiri
merupakan orang terpandang di Banten yang memimpin PWNU Banten dan
kepala DPPKD Banten.
5 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2001), h.6. 6 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.168.
5
Oleh karena itu, dari permasalahan yang ada, peneliti mengangkat judul,
“ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP PEMBERITAAN
KLARIFIKASI KASUS TERTANGKAPNYA KETUA PWNU
BANTEN DALAM RAZIA PENYAKIT MASYARAKAT DI HARIAN
RADAR BANTEN.” Dan pada akhirnya dapat menjawab kecurigaan
terhadap berita yang dimuat di harian Radar Banten.
B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian
Batasan Masalah Penelitian
Merujuk pada latarbelakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
peneliti membatasi penelitian ini pada pemberitaan klarifikasi terhadap kasus
tertangkapnya pemimpin Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU)
Banten dan Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan (DPPKD)
Banten, Zainal Muttaqin. Dia tertangkap oleh kepolisian saat digelarnya razia
penyakit masyarakat (pekat) di sebuah tempat hiburan malam di Jambi.
Penelitian ini mencoba melihat bagaimana konstruksi berita yang dibuat
oleh wartawan harian Radar Banten edisi 5 Maret 2014. Pada pemberitaan
edisi ini, penulis memberitakan klarifikasi yang dilakukan Zainal Muttaqin
selaku ketua PWNU Banten kepada para ulama di Banten. Penelitian ini
menganalisis elemen-elemen penyajian berita yang berjudul, “Ulama NU
Minta Klarifikasi Zainal” terhadap kasus tertangkapnya ketua PWNU Banten
dalam razia pekat di Jambi, dilihat dari elemen wacana Teun A. van Dijk
6
Rumusan Masalah Penelitian
Dari batasan penelitian yang ada di atas, maka rumusan masalah yang
akan dikaji oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana harian Radar Banten mewacanakan kasus tertangkapnya
Zainal Muttaqin dilihat dari struktur teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial?.
2. Adakah tendency tertentu di balik pemberitaan tertangkapnya Zainal
Muttaqin sebagai pemimpin Islam?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pewacanaan berita kasus tertangkapnya Zainal
Muttaqin dilihat dari struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
2. Dan untuk mengetahui ada atau tidaknya tendency tertentu dibalik
pemberitaan tersebut.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada
perkembangan ilmu komunikasi terutama komunikasi massa yang terkait
7
dengan model analisis wacana kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA)
atas media massa khususnya model Teun A. van Dijk.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk para
praktisi komunikasi khususnya dunia kewartaan dan mahasiswa. Khususnya
mahasiswa Jurnalistik dan kepada pembaca pada umumnya. Serta diharapkan
dapat bermanfaat bagi seluruh peneliti dan pembaca untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang konstektual bahasa yang digunakan dalam
mengemas pemberitaan
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis.
Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan sendiri terhadap media dan
teks berita yang dihasilkannya. Kaum kritis memandang bahwa adanya
kekuatan-kekuatan yang berbeda dalam masyarakat yang mengontrol proses
komunikasi.
Pandangan ini percaya bahwa media adalah sarana dimana kelompok
dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan
memarjinalkan mereka dengan menguasai dan mengontrol media.7 Dalam
teori kritis, pertanyaan yang pertama kali harus diajukan adalah mengenai
objektivitas itu sendiri. Semua kategori sepert nilai berita dan objektif harus
7 Eriyanto, Analisis Wacana, h.24.
8
selalu dipertanyakan, karena bisa menjadi alat kelompok dominan yang ada
dalam masyarakat.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan
tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif. Karena
sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberikan sumbangan kepada ilmu
pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan
berfikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berfikir secara
induktif. Yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial
melalui pengamatan di lapangan. Kemudian menganalisisnya dan kemudian
berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu.8
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis wacana kritis /
Critical Discourse Analysis (CDA) dengan model Teun A. van Dijk.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan gejala-gejala sosial
yang terjadi dalam kasus tertangkapnya Zainal Muttaqin menurut kacamata
penulis berita (wartawan).
Kritik Teun A. van Dijk memiliki tiga struktur pewacanaan, yaitu teks,
kognisi sosial, dan konteks sosial. Kritik ini juga memiliki tiga elemen teks
terhadap kritik pewacanaan yang ada, yaitu struktur makro, superstruktur, dan
8 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007), h.6.
9
struktur mikro. Analisis Wacana Kritis (AWK) memandang bahwa adanya
kontrol dalam pewacanaan terhadap suatu berita.
Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak dipahami semata-mata
sebagai studi bahasa. Pada akhirnya analisis wacana memang menggunakan
bahasa dalam teks untuk dianalisis. Tetapi bahasa yang dianalisis bukan
dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan yang menghubungkan
dengan konteks.9
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kantor harian Radar Banten, Serang,
Banten. Kantor harian Radar Banten beralamat di Jl. Kolonel Tb. Suwandi,
Lingkar Selatan, Serang, Banten. Waktu penelitian dilakukan pada 19 Juni
2014 sampai 7 Agustus 2014. Wawancara juga dilakukan di rumah wartawan
penulis berita “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal”, Bapak Gugun di daerah
Cipondoh, Kota Tangerang, Banten.
5. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah harian Radar Banten. Sedangkan
objek dalam penelitian ini adalah berita klarifikasi kasus tertangkapnya ketua
PWNU Banten, Zainal Muttaqin yang diberitakan oleh harian Radar Banten
pada edisi 5 Maret 2014. Objek penelitian dianalisis dengan cara membahas
unsur-unsur yang terdapat pada berita tersebut. Unsur-unsur tersebut
dianalisis dengan menggunakan analisis model Teun A. van Dijk..
9 Eriyanto, Analisis Wacana, h.226-227.
10
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam fenomena tersebut.10
Peneliti mengobservasi penelitian dengan
cara memahami berita mengenai klarifikasi kasus tertangkapnya Ketua
PWNU Banten yang juga menjabat Kepala DPPKD Banten pada edisi 5
Maret 2014, Zainal Muttaqin dalam razia pekat yang dimuat di harian Radar
Banten.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee).11
Ketika seorang peneliti
melakukan wawancara mendalam berarti peneliti mengharapkan memperoleh
informasi dari informan yang tidak dapat terungkap dari pertanyaan
kuesioner.12
Wawancara dilakukan dengan wartawan yang menulis kasus
Zainal Muttaqin di harian Radar Banten, Bapak Gugun. Wawancara juga
dilakukan dengan redaktur pelaksana harian Radar Banten, Bapak Lutfi.
c. Dokumentasi
10
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.143.
11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h.186. 12
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 165.
11
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber
seperti dokumen dan rekaman.13
Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan
mengumpulkan berita-berita yang berkaitan dengan kasus tertangkapnya
Zainal Muttaqin yang diberitakan oleh harian Radar Banten.
7. Teknik Analisis Data
Karena penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis (AWK) model
Teun A. van Dijk, maka teknik analisis data dilakukan dengan cara
menganalisis tiga struktur yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial yang
terdapat pada berita tersebut. Dimana pada struktur teks, terdapat tiga elemen
di dalam sebuah analisis. Tiga elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Struktur makro. Merupakan dimensi teks, yaitu makna global dari suatu
teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks.
Elemennya adalah tematik
2. Superstruktur. Yaitu kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,
penutup, dan kesimpulan. Elemennya adalah skematik.
3. Struktur mikro. Struktur mikro merupakan makna lokal dari suatu teks
yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh
suatu teks. Elemennya adalah semantik, sintaksis, stalistik, dan retoris.14
Sedangkan pada struktur kognisi sosial, peneliti menganalisis bagaimana
kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang
ditulis. Pada struktur analisis sosial, peneliti menganalisis bagaimana wacana
13
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h.176. 14
Eriyanto, Analisis Wacana, h.227-229.
12
yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi
seseorang atau peristiwa yang digambarkan.
8. Tinjauan Pustaka
Acuan yang digunakan peneliti dalam penulisan peneitian ini adalah
buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid
Nasuhi beserta rekannya yang diterbitkan oleh CEQDA (Centre for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2007.
Tinjauan pustaka diambil dari beberapa penelitian yang menggunakan
analisis wacana kritis (critical discourse analysis/CDA). Penelitian pertama
adalah penelitian skripsi yang dibuat oleh Yessika Ayurisna, yang lulus dari
Program Studi Inggris Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 2009.
Judul skripsinya adalah “REPRESENTASI MASKULINITAS DARI SEGI
FISIK DAN MENTAL DALAM MAJALAH MEN’S HEALTH USA:
SEBUAH TINJAUAN ANALISIS WACANA KRITIS.”
Skripsi ini menggunakan analisis wacana kritis (critical discourse
analysis/CDA) model Norman Fairclough. Meskipun model yang digunakan
berbeda, namun skripsi ini terdapat rangkuman yang cukup kaya atas
pengetahuannya terhadap paradigma kritis. Peneliti juga menulis
perbandingan model analisis Fairclough dengan model analisis Teun Van
Dijk.
Tinjauan pustaka kedua adalah skripsi yang dibuat oleh Tia Agnes Astuti,
Konsentrasi Jurnalistik yang lulus dan menjadi sarjana dari UIN Syarif
13
Hidayatullah, Jakarta, yang lulus pada tahun 2011 dengan judul, “ANALISIS
WACANA VAN DIJK TERHADAP BERITA “SEBUAH KEGILAAN
DI SIMPANG KRAFT” DI MAJALAH PANTAU”.
Penelitian ini juga menggunakan analisis wacana kritis/CDA dengan
model Teun A. van Dijk. Skripsi ini sangat bermanfaat bagi penulis karena
sulit menemukan penelitian yang menganalisis kasus dengan menggunakan
model analisis wacana kritis, salah satunya model Teun A. van Dijk. Itulah
sebabnya penulis mengabil tinjauan pustaka milik peneliti tersebut meskipun
masalahnya berbeda.
Skripsi ini memiliki pandangan bahwa dalam pemilihan kata atau
leksikon, penulis majalah tersebut menggunakan kata-kata yang berkonotasi
negatif terhadap pihak militer Indonesia maupun orang Jawa. Seperti
penggunaan kata: militer Indonesia, rezim Soeharto, pemerintahan di Jakarta,
dan sebagainya.
Penelitian ini juga melihat skripsi yang ditulis oleh Adjri Septiani
Sudrajat, Jurusan Jurnalistik Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2013. dengan judul: “ANALISIS WACANA TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN “DODOL DOLLY, MAS…” DI RUBRIK
TERAJU HARIAN UMUM REPUBLIKA”. Peneliti melihat skripsi ini
sebagai salah satu pedoman dalam penelitian ini. Tidak hanya melihat
bagaimana mengambil kesimpulan masalah dengan kacamata Teun A. van
Dijk , tetapi juga melihat bagaimana sistematika yang dibuat oleh penulis.
14
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan, maka sistematika penulisan ini terdiri
dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan penyusunan
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Membahas tentang Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, serta Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori dan Kerangka Konseptual. Membahas tentang teori
analisis waacana kritis/CDA, membahas tentang teori kecurigaan, serta
membahas tentang definisi berita dan struktur dari sebuah berita.
BAB III Gambaran Umum. Membahas Sejarah Perusahaan serta Visi dan Misi.
Pada bab ini juga menjelaskan bagaimana Islam menyikapi pemberitaan
yang datang dengan mencari tahu kebenarannya.
BAB IV Hasil Penelitian. Membahas tentang analisis klarifikasi kasus
tertangkapnya Ketua PWNU sekaligus Kepala DPPKD Banten dengan
teori yang digunakan oleh peneliti.
BAB V Penutup. Bab terakhir membahas tentang kesimpulan dan saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teori
1. Teori Kecurigaan
Tradisi kritis lebih menekankan pada suatu hubungan kekuasaan dan
ideolgi yang muncul sebagai akibat interaksi dalam organisasi. Di luar tradisi
kritis, arus utama penelitian atau riset mengenai komunikasi organisasi pada
umumnya lebih banyak menyoroti fungsi dan struktur organisasi dengan
mengutamakan kepentingan pihak manajemen dan/atau pemilik.
Dalam pembahasan mengenai komunikasi organisasi, Dennis Mumby
mengawalinya dengan menjelaskan mengenai makna. Ia mengatakan:
“Salah satu prinsip penting pendekatan studi kritis adalah bahwa organisasi
tidak saja dipandang sebagai tempat pembentukan makna yang netral, tetapi juga
tempat untuk menghasilkan dan menghasilkan kembali makna dalam konteks
pertarungan antara kelompok-kelompok kepentingan yang bersaing dan pertarungan
dari berbagai sistem representasi.”1
Mumby menyebut gagasannya “wacana kecurigaan” (discourse of
suspicion). Yaitu suatu pengamatan dan sikap yang mempertanyakan
mengenai struktur ideolgi, kekuasaan dan pengawasan secara mendalam pada
organisasi. Ia menggunakan istilah wacana kecurigaan untuk menjelaskan
bagaimana makna dan perilaku yang terlihat dipermukaan telah mengaburkan
atau membuat tidak jelas keberadaan konflik struktural dan adanya hambatan
mendalam yang membatasi atau menghambat kemungkinan terwujudnya
1 Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Sekarang, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 449.
16
suatu masyarakat demokratis. Dengan kata lain, wacana kecurigaan
mempertanyakan atau mencurigai berbagai aturan yang tampak normal atau
biasa dalam organisasi, dan berupaya memahami struktur yang ada.
Khususnya aspek hubungan kekuasaan dalam pekerjaan.2
Menurut Mumby, hegemoni dalam komunikasi organisasi melibatkan
“hubungan dominasi dimana kelompok-kelompok yang terpinggirkan atau
dinilai kurang penting secara aktif setuju dan mendukung system kepercayaan
dan struktur hubungan kekuasaan yang tidak mendukung atau bahkan
mungkin bertentangan, dengan kepentingan mereka yang terpinggirkan itu.” 3
Hegemoni diperkuat melalui berbagai cerita atau seperangkat pengertian yang
mendukung dan mempromosikan kepentingan satu kelompok terhadap
kelompok lainnya.
Hegemoni jarang merupakan gerakan kekuasaan yang dilakukan secara
kasar tetapi sebaliknya hegemoni berlaku melalui seperangkat aturan dimana
para pihak berkepentingan memberikan kontribusi terhadap munculnya
dominasi. Kekuasaan dibangun dalam organisasi karena adanya dominasi satu
ideologi terhadap ideologi lainnya yang terjadi melalui berbagai ritual, cerita,
dan hal-hal semacam itu, dan Mumby menunjukkan bagaimana budaya suatu
organisasi melibatkan suatu proses politik di dalamnya. Melalui penyampaian
cerita (storytelling), misalnya, penuturan cerita membentuk jenis teks tertentu
yang menciptakan dan menghidupkan ideologi.
2 Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Sekarang, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 448-
454. 3 Dennis K Mumby, The problem of Hegemony: Rereading Gramsci for Organizational
Communication Studies, Western Journal of Communication, 1997, h.61 .
17
Hegemoni biasanya dipandang sebagai pengaruh negatif dalam tradisi
kritis, tetapi Mumby mengatakan bahwa orang melupakan keterlibatan
pertentangan dan transformasi (perubahan) dalam hegemoni. Maksudnya
adalah bahwa hegemoni dapat memberikan cara berbeda dalam memahami
berbagai konflik kepentingan yang terjadi dalam organisasi. Pengnalan
gagasan perlawanan akan mengalihkan perhatian dari struktur dominasiyang
bersifat mengawasi kepada cara-cara produktif yang ditentang anggota
organisasi, dengan demikian mengatur kembali struktur pertarungan.4
2. Analisis Wacana Kritis/Critical Discourse Analysis (CDA)
Salah satu tokoh yang menyumbangkan pikirannya terhadap filsafat kritis
adalah Jurgen Habermas. Ciri khas dari filsafat kritisnya adalah bahwa ia
selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang
nyata. Pemikiran kritis mereflesikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam
konteks dialektika struktur-struktur penidasan dan emansipasi.
Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni.
Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab atas keadaan sosial yang
nyata. Jurgen Habermas adalah pewaris dan pembaharu Teori Kritis. Dalam
pemikiran Habermas, teori kritis dirumuskan sebagai sebuah “filsafat empiris
sejarah dengan maksud praktis.”5
4 Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Sekarang, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 451-
453. 5 Ajat Sudrajat,”JURGEN HABERMAS: TEORI KRITIS DENGAN PARADIGMA KOMUNIKASI”,
(Skripsi S1, Fakultas Ushuludin IAIN Sunan Kalijaga, 1988)..
18
Dalam analisis wacana kritis, pada akhirnya bahasa merupakan alat
sebagai penyambung suatu maksud tertentu. Analisis wacana kritis
menghubungkan bahasa dengan konteks. Maksud dari konteks tersebut
merupakan alat yang digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di
dalamnya praktik kekuasaan.
Salah satu kekuatan dari analisis wacana kritis (AWK) adalah
kemampuannya untuk melihat dan membongkar politik ideologi di dalam
media. Hal tersebut penting karena dalam wacana yang bersifat kritis diyakini
bahwa teks adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan ideologi
tertentu.6 Pendekatan kritis lebih melihat realitas yang teramati (virtual
reality). Dalam hal ini, realitas media yang merupakan realitas “semu” yang
terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial budaya dan
ekonomi politik.7
Roger Fowler dkk., Theo van Leeuwen, Sara Millis, Teun A. van Dijk,
dan Norman Fairclough adalah orang-orang yang menyumbangkan pemikiran
terhadap kritis. Mereka memiliki pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam
menganalisis suatu permasalahan secara kritis. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan model analisis Teun A. van Dijk. Model ini menganalisis
dengan cara melihat aspek teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
6 Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Wacana Media,
(Jakarta: Kencana, 2012), h. 7-8. 7 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, (Jakarta: Granit, 2004), h. 38.
19
Gambar 1
Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk8
Van Dijk mengemukakan bahwa wacana itu sebenarnya dalah bangun
teoritis yang abstrak (the abstract theoretical construct).9 Dengan begitu,
wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan fisik bahasa. Adapun
perwujudan fisik bahasa ialah teks.10
Dalam analisis wacana van Dijk suatu
teks dianalisis melihat struktur teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
Analisis pada elemen teks dilakukan dengan cara metode critical
linguistics. Selanjutnya pada elemen kognisi sosial, analisis dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara mendalam. Dan ketika menganalisis pada
elemen konteks sosial/analisis sosial menggunakan metode studi pustaka,
penelusuran sejarah.
8 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2001), h.225. 9 Teun A. van Dijk, Text and context, (London: Longman, 1977), h.3.
10 Benny H. Hoed, “Wacana, Teks, dan Kalimat” dalam Liberty P. Sihombing et al., (ed.),
Bahasawan Cendikia, (Jakarta: FSUI dan Intermasa, 1994), h.129.
Konteks Kognisi Sosial
Teks
20
Tabel 1
Kerangka Analisis Teun A. van Dijk11
STRUKTUR METODE
Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang
dipakai untuk menggambarkan seseorang atau
peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual
yang dipakai untuk menyingkirkan atau
memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau
peristiwa tertentu.
Critical linguistics
Kognisi Sosial Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam
memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang
akan ditulis.
Wawancara
mendalam
Analisis Sosial Menganalisis bagaimana wacana yang
berkembang dalam masyarakat, proses produksi
dan reproduksi seseorang atau peristiwa
digambarkan.
Studi pustaka,
penelusuran sejarah
a. Teks
Struktur teks dalam analisis wacana kritis model van Dijk terdapat tiga
struktur yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pertama, struktur
makro. Ini merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat
diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu
berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang
berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks
tersusun ke dalam berita secara utuh.
Ketiga, struktur makro adalah makna wacana yang dapat diamati dari
bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,
11
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 275.
21
paraphrase, dan gambar.12
Tetapi dalam penelitian ini tidak memasukkan
unsur gambar di dalam analisisnya.
Landasan teori dari penelitian ini adalah dengan melakukan
pengumpulan data sesuai aturan struktur yang terdapat dalam konsep analisis
wacana kritis model Teun A. van Dijk. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya dalam teknik analisis data, terdapat juga tiga elemen dalam
struktur teks untuk membantu menganalisis kasus ini, diantaranya:
1. Struktur makro. Merupakan dimensi teks, yaitu makna global dari suatu
teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks.
Elemennya adalah tematik
2. Superstruktur. Yaitu kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,
penutup, dan kesimpulan. Elemennya adalah skematik.
3. Struktur mikro. Struktur mikro merupakan makna global dari suatu teks
yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh
suatu teks. Elemennya adalah semantik, sintaksis, stalistik, dan retoris.13
Tabel 2
Struktur Teks14
12
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 226. 13
Eriyanto, Analisis Wacana, h.226-227. 14
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 227.
22
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati
dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan,
isi, penutup, kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati
dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai
oleh suatu teks.
Struktur makro pada model analisis wacana kritis Teun A. van Dijk yaitu,
tematik. Maksud tematik di sini adalah melihat tema yang terdapat di dalam
sebuah wacana secara keseluruhan. Pada bagian superstruktur melihat pada
urutan skema berita kasus tertangkapnya Zainal Muttaqin di sebuah hiburan
malam yang dikemas oleh harian Radar Banten.
Tabel 3
Elemen Teks pada Wacana Teun A. van Dijk15
STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN
15
Eriyanto, Analisis Wacana, h.228-229. TEMATIK
Tema/topik yang
dikedepankan dalam suatu
berita.
23
Struktur Makro Topik
Superstruktur Skema
Struktur Mikro Latar, Detil, Maksud,
Pra-anggapan,
Nominalisasi
Struktur Mikro Bentuk kalimat,
Koherensi, Kata Ganti
Struktur Mikro Leksikon
Struktur Mikro Grafis, Metafora,
Ekspresi
Unsur semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris merupakan unsur yang
terdapat pada struktur mikro. Struktur ini membahas tentang bagaimana
pemilihan kata, kalimat, dan gaya bahasa digunakan dalam pemberitaan
Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal.
1. Tematik
SKEMATIK
Bagaimana bagian dan
urutan berita diskemakan
dalam teks berita utuh
SEMANTIK
Makna yang ingin
ditekankan dalam teks
berita. Misal dengan
memberi detil pada satu sisi
atau membuat eksplisit satu
sisi dan mengurangi detil
sisi lain.
SINTAKSIS
Bagaimana kalimat
(bentuk, susunan) yang
dipilih.
STILISTIK
Bagaimana pilihan kata
yang dipakai dalam teks
berita.
RETORIS
Bagaimana dan dengan cara
penekanan dilakukan.
24
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa
juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks.
Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam
pemberitaannya. Topik di sini dipahami sebagai mental atau kognisi
wartawan. Tidak mengherankan jika semua elemen dalam berita mengacu
dan mendukung topik dalam berita. Elemen lain dipandang sebagai bagian
dari strategi yang dipakai oleh wartawan untuk mendukung topik yang ingin
dia tekankan dalam pemberitaan. Peristiwa yang sama bisa saja dipahami
secara berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat diamati dari topik
suatu pemberitaan.
2. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alaur Dari
pendahuluan sampai akhir. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang
beragam, berita umumnya secara hipotetikmempunyai dua kategori skema
besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni,
judul dan lead. Judul dan lead umumnya menunjukkan tema yang ingin
ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya.
Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara
hipotetik juga mempunyai dua subkategori. Pertama, berupa situasi, yakni
proses atau jalannya peristiwa. Dan yang kedua adalah komentar yang
dihasilkan di dalam teks.
3. Semantik (Latar, Detil, Maksud, Praanggapan dan Nominalisasi)
25
Latar merupakan bagian dari berita yang dapat mempengaruhi semantik
(arti) yang ingin ditampilkan. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan
yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen
yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan
oleh wartawan.
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan seseorang. Detil yang lengkap dan panjang lebar merupakan
penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu
kepada khalayak. Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan
bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik
bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit
pula menyingkirkan versi kebenaran lain.16
4. Sintaksis (Bentuk kalimat, Koherensi, Kata ganti)
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara
berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas ini kalau
diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan)
dan predikat (yang diterangkan). Tidak hanya persoalan teknis semata, tetapi
juga menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat dalam
teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan sehingga tampak koheren. Bagaimana kedua fakta tersebut
digabungkan dalam sebuah kalimat agar koheren? Kedua kalimat tersebut
16
Eriyanto, Analisis Wacana, h.229-241.
26
menjadi kalimat yang mengandung unsur sebab akibat, karena dalam kalimat
tersebut terdapat kata penghubung.
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa
dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Dalam mengungkapkan
sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “Saya” atau “kami” yang
menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator
semata-mata.
5. Stilistik
Elemen yang merupakan bagian dari stilistik adalah elemen leksikon.
Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan
pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta
umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Kata
“meninggal”, misalnya, mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal,
terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya.
Diantara beberapa kata itu seseorang dapat memilih diantara pilihan yang
tersedia. Dengan demikian pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya
karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana
pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas.17
6. Retoris (Grafis, Metafora, dan Ekspresi)
Elemen grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan
atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat
diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat
17
Eriyanto, Analisis Wacana, h.255.
27
bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf
tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran
lebih besar.
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan
pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang
dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi,
pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti
makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis
sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan
tertentu kepada publik.18
Model analisis yang dipakai Van Dijk sering juga disebut sebagai
“kognisi sosial.” Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup
hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu
hasil praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga
bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu
pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.19
Pandangan Van Dijk dalam analisis wacana kritisnya adalah bahasa
hanyalah suatu jembatan yang dihubungkan dengan konteks. Bahasa dalam
analisis wacana kritis tidak bisa hanya dipandang sebagai sebuah teks semata.
Karena didalamnya ada suatu tujuan tertentu dalam bahasa tersebut. Teks
dalam sebuah wacana juga hanyalah sebuah hasil dari praktik produksi dalam
menyajikan suatu berita.
18
Eriyanto, Analisis Wacana, h.259. 19
Eriyanto, Analisis Wacana, h.221.
28
b. Kognisi Sosial
Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks,
tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Dalam hal ini, van Dijk
menawarkan suatu analisis yang disebut kognisi sosial. Dalam kerangka
analisis van Dijk, perlu ada penelitian mengenai kognisi sosial: kesadaran
mental wartawan yang membentuk teks tersebut.
Dalam pandangan van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur teks wacana itu sendiri menunjukkan atau
menandakan sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Untuk membongkar
bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis
kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi
bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai
bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan
strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Karena setap teks pada
dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, prasangka atau pengetahuan tertentu
atas suatu peristiwa.20
Dalam memahami dan mengerti sebuah peristiwa dalam berita, Critical
Discourse Analysis (CDA) model Teun A. van Dijk ditentukan pada skema
apa berita tersebut dibuat. Skema tersebut dikonseptualisasikan sebagai
struktur mental yang didalamnya mencakup bagaimana kita memandang
20
Eriyanto, Analisis Wacana, h.259-260.
29
manusia, peranan sosial, dan peristiwa. Di bawah ini merupakan
skema/model yang digunakan dalam analisis wacana kritis model Teun A.
van Dijk:
Tabel 4
Skema Teun A. van Dijk pada Struktur Kognisi Sosial21
Skema Person (Person Schemas)
Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan
memandang orang lain.
Skema Diri (Self Schemas)
Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang,
dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
Skema Peran (Role Scemas)
Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan
menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam
masyarakat. Pandangan mengenai peran yang harus dijalankan seseorang
dalam masyarakat sedikit banyak akan berpengaruh juga dalam pemberitaan.
Skema Peristiwa (Event Schemas)
Suatu peristiwa sering sekali lalu lalang dihadapan kita, jadi skema ini
merupakan skema yang paling banyak digunakan oleh wartawan.
21
Eriyanto, Analisis Wacana, h.262-263.
30
Teks diproduksi dalam suatu proses mental yang melibatkan strategi
tertentu. Banyak proses dan strategi yang terjadi seperti seleksi, reproduksi,
penyimpulan, dan transformasi. Saat itulah keputusan dan strategi terjadi dan
berlangsung dalam mental kognisi seseorang.
Keputusan untuk menghilangkan informasi didsarkan pada evaluasi
wartawan bahwa informasi itu tidak relevan dalam membentuk pengertian
pada suatu teks, dan konstruksi dari suatu peristiwa. Dengan kata lain, semua
teks ditransformasikan ke dalam model yang telah dibuat dan disusun.
Kenapa seleksi, penghilangan, dan penyimpulan dengan cara tertentu
dilakukan? Karena pemahaman dan kognisi mental wartawan ketika melihat
dan meliput peristiwa tersebut seperti itu.22
c. Analisis Sosial
Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana
makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik
diskurs dan legitimasi. Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai
masyarakat ini, ada dua poi nada dua poin yang penting: kekuasaan (power),
dan akses (acces).23
Praktik Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk
mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain.
22
Eriyanto, Analisis Wacana, h.270. 23
Eriyanto, Analisis Wacana, h.272.
31
Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-
sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa
kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami van Dijk,
juga berbentuk persuasif: tindakan seseorang untuk secara tidak langsung
mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan,
sikap dan pengetahuan.
Akses Mempengaruhi Wacana
Analisis wacana van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses.
Bagaimana akses diantara masing-masing kelompok dalam masyarakat.
Kelomopok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa
mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada media, dan
kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak.
Baik struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial (analisis sosial)
adalah bagian yang integral dalam kerangka van Dijk. Kalau suatu teks
mempunyai ideologi tertentu atau kecenderungan pemberitaan tertentu, maka
itu berarti menandakan dua hal. Pertama, teks tersebut merefleksikan struktur
model mental wartawan ketika memandang suatu peristiwa atau persoalan.
Kedua, teks tersebut merefleksikan pandangan secara umum, skema kognisi
masyarakat atas suatu persoalan.
B. Kerangka Konseptual
1. Berita
32
Paul De Messenner dalam buku Here’s The News: Unesco Associate
menyatakan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan
menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Dean M. Lyle Spencer
dalam News Writing menyatakan, berita adalah suatu kenyatan atau ide yang
benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.
Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang
suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, intrpretasi yang sangat
menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.
Doug Newsom dan James WA Wollert dalam Media Writing News for the
Mass Media (1985:11) mengemukakan, dalam definisi sederhana. Berita
adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh
masyarakat.24
Kesimpulannya, bahwa berita ialah informasi yang menarik dan penting
yang dibutuhkan oleh masyrakat luas yang menjadi perhatian para pembaca,
pendengar, atau penontonnya. Infomasi tersebut bisa merupakan suatu
peristiwa, opini, atau interpretasi terhadap suatu kejadian.
2. Klasifikasi Berita
Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu, berita
langsung (straight news) dan berita tidak langsung (feature news). Straight
news merupakan suatu peristiwa yang diberitakan secara langsung oleh media
24
Drs. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indnesia: Menulis Berita dan Feature, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 64.
33
massa. Contohnya peristiwa kebakaran, pidato presiden, dan lain sebagainya.
Adapun jenis-jenis produk dari berita langsung adalah sebagai berikut:25
Matter of fact news, hanya mengemukakan fakta utama yang terlibat dalam
peristiwa itu saja.
Action news, hanya mengemukakan perbuatan, tindakan (kejadian) yang
terlibat dalam peristiwa itu saja. Dengan kata lain, mengisahkan jalannya
peristiwa itu.
Quote news, hanya mengemukakan kutipan dari apa yang diucapkan oleh
para tokoh yang terlibat dalam peristiwanya.
Sedangkan feature news menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia
menjelaskan pengertian feature sebagai suatu ulasan, tinjauan, atau komentar
mengenai masalah atau peristiwa yang sedang hangat diberitakan oleh pers
atau diperbincngkan oleh khalayak. Dengan demikian, feature dapat diartikan
sebagai artikel atau berita yang khusus dan istimewa atau ditonjolkan untuk
bisa menarik perhatian dan dinikmati pembaca (surat kabar, majalah),
pendengar (radio), atau penonton (televisi), sehingga mereka mau
menikmatinya dengan membaca, mendengarkan, atau menonton siaran (berita
atau artikel) yang disajikan.26
3. Struktur Berita
25
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, ( Bandung: Nuansa, 2010), h.104-105.
26 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik,
h. 109.
34
Terdapat tiga bagian yang merupakan struktur dari sebuah berita,
diantaranya headline (judul berita), lead (teras berita), dan body (kelengkapan
atau kejelasan).27
Pada hakikatnya headline merupakan intisari berita. Dibuat
dalam satu atau dua kalimat pendek, tapi cukup memberitahukan persoalan
pokok peristiwa yang diberitakannya.
Lead merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa
yang dilaporkannya. Pada bagian body, kita jumpai semua keterangan secara
rinci dan dapat melengkapi serta memperjelas fakta atau data yang
disuguhkan oleh lead. Rincian keterangan atau penjelasan dimaksud adalah
ha-hal yang belum terungkapkan pada lead-nya.
4. Kriteria Umum Nilai Berita
Kriteria umum nilai berit (news value) merupakan acuan yang dapat
digunakan untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih
mana yang lebih baik. Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks,
George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting and
Editing (1980:6-17) menunjuk kepada Sembilan hal .
Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi (humanity)
dan seks (sex) dalam segala dimensi dan manifestasinya juga termasuk ke
dalam kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan dengan seksama
oleh para reporter dan editor media massa.28
Kesembilan hal tersebut
ditambah dua lainnya, maka berikut inilah kriteria umum nilai berita:
27
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, h.115-130.
28 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, h.80.
35
1. Keluarbiasaan (unusualness)
2. Kebaruan (newness)
3. Akibat (impact)
4. Aktual (timelines)
5. Kedekatan (proximity)
6. Informasi (information)
7. Konflik (conflict)
8. Orang penting (prominence)
9. Ketertarikan manusiawi (human interest)
10. Kejutan (Surprising)
11. Seks (sex)
Pada penelitian ini, nilai berita yang dijadikan patokan oleh harian Radar
Banten adalah orang penting. Karena Zainal Muttaqin adalah seorang ketua
DPPKD Banten dan ketua PWNU Banten. Dimana segala tingkah laku beliau
sangat menarik perhatian publik.
News is about people. Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-
orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Jangankan ucapan dan tingkah
lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan,
nama menciptakan berita (names makes news).
Di Indonesia, apa saja yang dikatakan dan dilakukan bintang film,
bintang sinetron, artis penyanyi, penari, pesinden, pembawa acara, pejabat,
36
dan bahkan para koruptor sekalipun selalu dikutip pers. Ucapan mereka
dibuat judul mencolok, dan kadang-kadang asosiatif, konotatif, imajinatif.29
29
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, h.88.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Harian Radar Banten
1. Sejarah dan Perkembangan
Harian Radar Banten (selanjutnya disebut Radar Banten) merupakan
satu dari tiga harian lokal yang terbit di Provinsi Banten. Terbit pertama kali
pada tanggal 2 Juni 2000 dengan nama Harian Banten yang dikelola oleh PT
Wahana Semesta Banten dan berada di bawah naungan Jawa Pos Group.
Munculnya koran lokal seperti Radar Banten, adalah sebuah keniscayaan
sejarah, seiring dibukanya kran kebebasan pers di Indonesia pasca runtuhnya
Rezim Orde Baru, yang ditandai dengan disahkannya UU Pokok Pers No. 40
Tahun 1999. Fenomena munculnya koran-koran lokal, ini juga dilandasi oleh
semangat Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah.
Karena itu, pasca kebebasan pers ini, tak heran koran-koran lokal pun
bermunculan di hampir seantero negeri, terutama dipelopori oleh industri-
industri media yang telah eksis dan establish di dunia persuratkabaran tanah
air. Sebut saja dengan Jawa Pos. Koran terbesar di Jawa Timur ini menjadi
“raja” media dengan menerbitkan puluhan koran lokal di berbagai daerah di
Indonesia.1
1 Radar Banten, Company Profile, (Serang: PT Wahana Semesta Banten, 2014).
38
Kemunculan Harian Banten di provinsi ke-30 ini bersamaan dengan
semangat yang menggelora dari masyarakat Banten untuk memisahkan diri
dari Provinsi Jawa Barat dan menjadi provinsi sendiri. Apalagi, saat itu
Harian Banten tampil sebagai satu-satunya koran yang terbit di Kota Serang
(cikal bakal ibukota Provinsi Banten kala itu). Sedangkan satu koran lagi,
Radar Tangerang (juga berada di bawah manajemen Jawa Pos Group),
sekalipun berada di wilayah Banten, namun terbit, komposisi berita dan
peredarannya lebih terkonsentrasi di kawasan Tangerang.
Karena itu, menjadi sebuah keniscayaan jika Harian Banten pada masa-
masa awal terbitnya banyak mengangkat berita-berita seputar perjuangan
pembentukan Provinsi Banten. Berbagai peristiwa penting perjuangan
masyarakat Banten hingga terealisasinya provinsi ke-30 ini berhasil direkam
oleh para wartawan Harian Banten dan menjadi liputan-liputan menarik serta
ditunggu masyarakat. Maka, tak heran bila nama Harian Banten langsung
melekat di hati masyarakat Banten, sehingga kemudian manajemen
mengambil motto Harian Banten sebagai “Koran Kebanggaan Warga
Banten”.
Untuk mempercepat penerimaan masyarakat, pada masa-masa awal
terbitnya, Harian Banten banyak menyebar spanduk promosi yang bernada
propagandis dan provokatif yang dikemas dalam bahasa setempat. Untuk
wilayah Serang dan Kota Cilegon yang notabene masyarakatnya berbahasa
Jawa-Banten, ditampilkan spanduk yang berbunyi “Aje Ngaku Wong Banten
Lamun Ore Mace Harian Banten”. sedangkan di wilayah Kabupaten
39
Pandeglang dan Lebak yang notabene masyarakatnya berbahasa Sunda,
tampil dengan spanduk berbunyi “Ulah Ngaku Urang Banten Lamun Teu
Maca Harian Banten”. Sedangkan di wilayah Tangerang yang masyarakatnya
heterogen tampil dengan spanduk “Jangan Ngaku Orang Banten Kalau Tidak
Membaca Harian Banten.”
Kemunculan spanduk-spanduk tersebut, tentu saja mendapat beragam
reaksi dari masyarakat. Mulai yang memberikan pujian hingga yang
mempertanyakannya karena bahasanya dianggap terlalu vulgar. Bahkan,
seorang tokoh agama di Kota Serang sempat menelepon redaksi Harian
Banten. Ia mempertanyakan mengapa Harian Banten membuat spanduk
demikian. Kata dia, sebagai masyarakat yang berkultur religius, yang dibaca
pertama kali adalah al-Qur‟an bukan koran. Jadi, mestinya kalimatnya diganti
menjadi “Aje Ngaku Wong Banten Lamun Ore Mace Al-Qur’an”. Reaksi
masyarakat atas kemunculan spanduk-spanduk tersebut, terbukti
mempercepat penetrasi Harian Banten, dengan oplah pada masa-masa awal
terbitnya mencapai angka 5.000 eksemplar. 2
Pada Mei 2003 Harian Banten berpindah kantor dari yang semula di
Jalan Ahmad Yani No. 104 Serang, ke Jalan Letnan Jidun No. 7 Kapendean,
Serang dan seiring dengan tumbuh pesatnya perkembangan perusahaan
sekarang Radar Banten sudah memiliki gedung sendiri yang bernama Graha
Pena Radar Banten yang beralamat di Jl. Kolonel Tb. Suwandi Lingkar
2 Radar Banten, Company Profile, (Serang: PT Wahana Semesta Banten, 2014).
40
Selatan Kota Serang. Sementara itu, seiring dengan pergantian struktur di
manajemen, terhitung sejak 1 November 2003, Harian Banten dengan
semboyan “Kebanggaan Warga Banten” resmi berubah menjadi Radar
Banten dengan semboyan baru pula, “Aspirasi, Suara Hati dan Kebanggaan
Banten”. Perubahan ini dilandasi oleh pertimbangan, antara lain:
1. Sebagai strategi manajemen untuk mereposisi Harian Banten di
masyarakat.
2. Mengkuti tradisi nama, di mana koran anak-anak perusahaan Jawa Pos
Group umumnya diawali dengan nama Radar.
3. Dari segi bisnis, nama Radar lebih „menjual‟ ketimbang nama Harian
terutama di mata para biro iklan di Jakarta.
Perubahan dari Harian Banten menjadi Radar Banten terbukti membawa
angin segar. Radar Banten tampil sebagai market leader dengan oplah yang
kini mencapai 70 ribuan eksemplar setiap harinya (data terakhir Bagian
Pemasaran). Begitu juga pendapatan iklannya, yang rata-rata per bulan
mencapai angka di atas Rp 500 juta.
Bahkan, pada periode pasca perubahan nama, Radar Banten sempat
membukukan angka pendapatan iklan lebih dari Rp 800 juta dalam satu bulan
(data Bagian Iklan). Untuk ukuran koran lokal, pendapatan iklan sebanyak itu
merupakan angka cukup fantastis. Kebijakan lain yang ditempuh oleh
manajemen adalah perubahan perwajahan koran dan mempertegas
pemberlakuan larangan bagi para wartawan untuk menerima uang atau barang
41
berharga lainnya dari narasumber (dimuat di halaman depan Radar Banten).3
2. Visi dan Misi Radar Banten
Visi Radar Banten
Radar Banten dalam operasional aktivitasnya didasarkan pada visi berikut:
Visi Sosial.
Tampil menjadi koran lokal yang memiliki kepekaan dan tanggung jawab
sosial-kemasyarakatan, serta mendorong dinamisasi dan percepatan
pembangunan di Provinsi Banten.
Visi Bisnis.
Radar Banten sebagai koran yang probisnis. Radar Banten harus menjadi
media paling efektif bagi para pebisnis di Banten maupun luar Banten dalam
mengenalkan produk-produknya di masyarakat. Dengan visi ini pula Radar
Banten mendorong terwujudnya masyarakat yang berjiwa entrepreneur
(wirausaha).
Misi Radar Banten
Radar Banten dilahirkan untuk berkiprah dan berperanserta dalam
pembangunan bangsa dan negara, khususnya di Provinsi Banten. Untuk
3 Radar Banten, Company Profile, (Serang: PT Wahana Semesta Banten), 2014.
42
menjalankan perannya itu, Radar Banten memiliki misi Aspirasi, Suara Hati
dan Kebanggaan Banten, dengan penjabaran sebagai berikuti:
Aspirasi. Sebagai penyebar informasi, Radar Banten harus tampil
menjadi koran terpercaya dan berguna bagi masyarakat, menjadi media
penghubung yang baik bagi semua pihak, baik pemerintah dengan
masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, serta pihak-pihak lain.
Suara Hati. Segala isi pemberitaan Radar Banten, harus mencerminkan
suara hati masyarakat Banten. Karena itu, wartawan dan karyawannya
dituntut memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kondisi sosial
masyarakat, dan harus merasa sebagai bagian dari masyarakat Banten.
Kebanggaan Banten. Radar Banten sebagai salah satu koran lokal di
Banten harus tampil menjadi koran kebanggaan warga Banten, dengan
penyajian beritanya yang akurat, tepat, dan terpercaya, serta menaati
kode etik jurnalistik dan sesuai dengan Undang-undang No. 40 tahun
1999 tentang Pers.
3. Perusahaan-perusahaan di Bawah Naungan Radar Banten
Radar Banten mempunyai enam anak perusahaan diantaranya:
Harian Tangerang Ekspress
Harian Banten Raya
Radarbanten.com
43
Baraya TV
Radar Banten Arena
Radar Banten Promosi4
4. Segmentasi Pembaca dan Perjalanan Harian Radar Banten
a. Persebaran Wilayah & Segmentasi Pembaca
Perkembangan oplah koran dari hari ke hari mengalami kenaikan, dan
berdasarkan data dari Bagian Pemasaran, saat ini oplah Radar Banten berada
dalam kisaran angka 40 ribu eksemplar, dengan persebaran wilayah dan
segmentasi pembaca sebagai berikut:
- Persebaran Wilayah:
1. Kota Cilegon 30%
2. Kota Tangerang 10%
3. Kabupaten Serang 31%
4. Kabupaten Pandeglang 12%
5. Kabupaten Lebak 8%
6. Kabupaten Tangerang 9%
- Segmentasi Pembaca:
1. Jenis Kelamin: Pria 78%
Wanita 22%
2. Usia Pembaca: 15-19 tahun 7%
4 Wawancara Pribadi dengan Wartawan Harian Radar Banten, Gugun, Tangerang, 23
Agustus 2014 pkl 15.16 WIB.
44
20-24 tahun 23%
25-29 tahun 17%
30-34 tahun 19%
35-39 tahun 18%
40-49 tahun 9%
> 50 tahun 7%
3. Pendidikan Pembaca: Universitas 14%
Akademisi 18%
Tamatan SLTA 43%
Tamatan SLTP 17%
Lain-lain 8%
4. Pekerjaan Pembaca: Pelajar/mahasiswa 9%
Profesional 33%
Karyawan biasa 11%
Usahawan 35%
Ibu Rumah Tangga 5%
Lain-lain 7%
- Pembelanjaan/Pengeluaran Per Bulan Pembaca
Rp 1.500.000,- - ke atas 20%
Rp 1.000.000,- - Rp 1.500.000,- 19%
Rp 700.000,- - Rp 1.000.000,- 23%
Rp 500.000,- - Rp 700.000,- 11%
45
Rp 350.000,- - Rp 500.000,- 10%
Rp 200.000,- - Rp 350.000,- 13%
Di bawah - Rp 200.000,- 4%
b. Format & Bentuk Fisik
Sejak awal terbit pada 2 Juni 2000, Harian Banten (selanjutnya disebut
Radar Banten) tampil dengan ukuran tujuh kolom (Junior Broadsheet, 35 x
58 Cm), mengikuti induknya, Jawa Pos. Dalam dunia persuratkabaran,
ukuran tujuh kolom ini disebut American Style, karena berkiblat pada bentuk
koran yang terbit di Amerika Serikat.
Filosofinya adalah bahwa saat ini dunia semakin ramai dan padat. Karena
itu, dibutuhkan koran dengan format yang lebih kecil dan mudah dibawa
maupun dibaca di mana pun dan kapan pun. Trend, tersebut agaknya memang
terjadi di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Koran menjadi
mudah dibawa ke mana pun dan tidak mengganggu orang lain sewaktu
dibaca. Belakangan perubahan format koran ini juga diikuti oleh Kompas dan
hampir seluruh koran lainnya. Bahkan, Koran Tempo kini tampil dengan
format yang lebih kecil lagi (format tabloid).
Radar Banten juga tampil sebagai koran berwarna (sebanyak empat
halaman, yakni halaman 1, 12, 13, dan 24), dengan berita-berita tuntas dalam
satu halaman, kecuali halaman satu (halaman utama) yang bersambung ke
halaman 9. Penggunaan sistem berita tuntas ini dimaksudkan untuk
46
mempermudah pembaca, sehingga tidak harus membolak-balik halaman guna
mencari sambungan. Pemuatan berita disesuaikan dengan garis lipatan koran,
sehingga saat dibaca dengan posisi melipat pun, pembaca tidak kesulitan
membacanya. 5
Bentuk fisik lain yang menjadi ciri khas Radar Banten adalah
menyeimbangkan pemuatan berita dengan foto berita pada masing-masing
halaman. Dalam satu halaman, rata-rata foto yang termuat mencapai tiga
buah. Hal ini dimaksudkan agar pembaca tidak jenuh dengan tampilan Radar
Banten, sekaligus mengikuti perkembangan jurnalistik yang amat dinamis.
Dalam dunia jurnaslitik dikenal bahwa foto adalah juga bentuk lain dari
berita.
Setiap hari Radar Banten terbit dengan 24 halaman, kecuali edisi Minggu
sebanyak 20 halaman. Sedangkan kebijaksanaan penyajian halaman, kecuali
halaman satu, berbeda-beda sesuai dengan pokok permasalahan yang telah
digariskan oleh redaksi.
Sementara itu, berita-berita yang tersaji dalam Radar Banten tidak
semuanya merupakan hasil kerja lapangan wartawannya. Khususnya berita-
berita dan foto nasional, olahraga dan internasional, banyak memanfaatkan
jasa pelayanan kantor berita serta jaringan Jawa Pos News Network atau yang
lebih dikenal dengan istilah JPNN, serta kantor berita luar negeri seperti AFP
dan Reuteurs.
5 Radar Banten, Company Profile, (Serang: PT Wahana Semesta Banten), 2014.
47
5. Struktur Organisasi6
Penerbit: PT Wahana Semesta Banten
Anggota SPS Nomor 412/2000/10/A/2007
Pendiri : H. Mahtum Mastum (Alm)
Komisaris Utama : HM. Alwi Hamu
Komisaris : Lukman Setiawan
Komisaris : Dwi Nurmawan
Direktur Utama : Priyo Susilo
Direktur : H. Suparno WK
General Manager/ Penanggung Jawab : Mashudi
Pemimpin Umum : Priyo Susilo
Pemimpin Redaksi : Mashudi
Pemimpin Perusahaan : Diana Yuliantini
Manager Pemasaran : Rahmat Hidayat
Manager Iklan : S. Iskandar
Redaktur Pelaksana : Ahmad Lutfi
Koordinator Liputan : Delfion Saputra
Sekretaris Redaksi : Merizka Achmad
Alamat Redaksi dan Tata Usaha
Jl. Kolonel Tb. Suwandi, Lingkar Selatan, Serang. Telp. Redaksi/Pemasaran/Iklan:
(0254) 214771, Faks (0254) 201340.
6 Radar Banten, Company Profile, (Serang: PT Wahana Semesta Banten, 2014).
48
e-mail: [email protected], [email protected]
Harian Radar Banten memiliki tiga biro penyaluran berita dari tiap-tiap
daerah. Ketiga biro tersebut berada di Cilegon, Tangerang, dan Jakarta. Sebelum
berita dicetak, ketiga biro tersebut memberikan hasil beritanya ke Harian Radar
Banten Pusat yang berada di jalan Kolonel Tb. Suwandi, Lingkar Selatan, Serang,
Banten.
Biro Cilegon
Alamat: Festival Kios Bonakarta Blok B No.3 Jl. SA. Tirtayasa No. 49 Telp.
(0254) 374 348 Fax. (0254) 374 349.
Biro Tangerang
Jl. Kelapa Gading Selatan Blok CRL-2 No 31, Gading Serpong Tangerang.
Telp/Fax (021) 54214245.
Biro Jakarta
Kompleks Widuri A-3, Jl. Palmerah Barat no. 353 Kebayoran Lama, Jakarta -
12250 - Telp. (021) 5333321, 5330976, Fax. (021) 532 2629.
49
Tarif Iklan : Iklan Umum Display (BW): Rp 37.500/mm kolom, Sosial/keluarga:
Rp 21.500/mm kolom, Full Colour Rp 55.000/mm kolom, BW Rp 75.000/mmk,
FC hal 1 Rp. 110.000/mmk, Advertorial BW Rp 21.500/mmk, Advertorial FC Rp.
37.500/mmk, Cilik Rp 25.000/baris min 3 baris maks 7 baris.
B. Pandangan Islam dalam Menanggapi Sebuah Pemberitaan
Berita merupakan laporan suatu peristiwa yang disiarkan atau
dipublikasikan melalui media massa. Para pendengar, pembaca, dan
penonton, belum tentu mereka tahu tentang kebenaran suatu berita, tentang
apa maksud yang sebenarnya ingin disampaikan oleh seseorang atau media
terhadap suatu peristiwa. Oleh karena itu, sangat penting mencari kebenaran
pemberitaan yang beredar agar tidak menimbulkan fitnah.
Dalam Islam, wajib hukumnya mencari tahu tentang kebenaran suatu
pemberitaan agar nantinya tidak terjerumus ke dalam lubang kesesatan.
Upaya mencari kebenaran atau fakta dilakukan agar tidak munculnya fitnah
yang dapat merugikan orang lain. Hal ini dijelaskan dalam al-Quran surat al-
Hujurat ayat 6 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang seseorang yang fasik
kepadamu membawa berita, maka tangguhkanlah (hingga kamu mengetahui
50
kebenarannya) agar tidak menyebabkan kamu berada dalam kebodohan
(kehancuran) sehingga kamu menyesal terhadap apa yang kamu lakukan.”
Surat yang disampaikan diatas sangat jelas telah mengingatkan kita,
bahwa sangat wajib mencari kebenaran suatu berita dan menangguhkannya
sampai jelasnya suatu peristiwa tersebut terjadi. Apabila melanggarnya, maka
kita masuk dalam kebodohan yang nantinya akan mebawa pada lubang
kehancuran. Nauzubillahiminzalik.
Wartawan memiliki pekerjaan dimana seseorang tersebut mencari dan
mempublikasikan pemberitaan yang ia dapat melalui media massa. Sebagai
wartawan harus bisa mempertahankan, tidak menutup-nutupi dan mengurangi
isi dari berita atau informasi yang ia dapat. Hal tersebut dimaksudkan agar
tidak teradinya salah paham atau bahkan fitnah terhadap berita yang ia
siarkan.
Dalam pendahuluan sebuah kajian yang ditulis di muslimdaily.net
dijelaskan bagaimana seharusnya seorang muslim menyikapi dan menerima
pemberitaan yang ada. Situs ini juga menjelaskan isi dari surat al-Hujurat
yang mengajarkan umat muslim untuk menyikapi pemberitaan yang beredar.
Surat al-Hujurat secara keseluruhan membimbing kehidupan bermasyarakat
yang Islami. Surat ini mengajarkan bagaimana bersikap yang benar terhadap
Rasulullah, bagaimana bersikap yang baik terhadap sesama mukmin, dan juga
mengajarkan kewajiban dan tanggung jawab terhadap masyarakat Islam.
Petunjuk-petunjuk tersebut bertujuan untuk menjaga dan memelihara
51
keutuhan masyarakat Islam, dijauhkan dari intrik-intrik musuh, maupun
kecerobohan internal umat Islam yang membahayakan masyarakat Islam.
Tak bisa dielakkan, kehidupan manusia selalu dihadapkan pada berbagai
masalah, baik pribadi maupun sosial. Tidak ada kehidupan tanpa masalah,
justru dengan berbagai masalah itulah manusia hidup. Demikian juga yang
dihadapi oleh kaum muslimin dan masyarakat Islam. Berbagai masalah
muncul di hadapan mereka untuk dihadapi dan diselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Dalam menyelesaikan masalah ini, ada satu faktor kunci yang
menjadi dasar pijakan, yaitu informasi. Bagaimana pun, seseorang
mengambil keputusan berdasarkan kepada pengetahuan, dan pengetahuan
bergantung kepada informasi yang sampai kepadanya. Jika informasi itu
akurat, maka akan bisa diambil keputusan yang tepat. Sebaliknya, jika
informasi itu tidak akurat akan mengakibatkan munculnya keputusan yang
tidak tepat. Dan giliran selanjutnya, muncul kedhaliman di tengah
masyarakat.7
Mengenai berita yang perlu dikonfirmasi adalah berita penting,
ditunjukkan dengan dibunakannya kata naba’ untuk menyebut berita, bukan
kata khabar. M. Quraish Shihab dalam bukunya Secercah Cahaya Ilahi
halaman 262 membedakan makna dua kata itu. “Kata naba’ menunjukkan
7 Budi Prasetyo, “Selektif Menerima Informasi (Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 6), artikel
diakses pada 9 Oktober 2014 dari http://muslimdaily.net/opini/wawasan-islam/selektif-menerima-
informasi-tafsir-surat-al-hujurat-ayat-6.html.
52
berita penting, sedangkan khabar menunjukkan berita secara umum. Al-
Qur‟an memberi petunjuk bahwa berita yang perlu diperhatikan dan diselidiki
adalah berita yang sifatnya penting. Adapun isu-isu ringan, omong kosong,
dan berita yang tidak bermanfaat tidak perlu diselidiki, bahkan tidak perlu
didengarkan karena hanya akan menyita waktu dan energi.”
Dalam soal mentabayyun berita yang berasal dari orang yang berkarakter
meragukan ini ada teladan yang indah dari ahli hadis. Mereka telah
mentradisikan tabayyun ini di dalam meriwayatkan hadis. Mereka menolak
setiap hadis yang berasal dari pribadi yang tidak dikenal identitasnya (majhul
hal), atau pribadi yang diragukan intgritasnya (dla’if). Sebaliknya, mereka
mengharuskan penerimaan berita itu jika berasal dari seorang yang
berkepribadian kuat (tsiqah). Untuk itulah kadang-kadang mereka harus
melakukan perjalanan berhari-hari untuk mengecek apakah sebuah hadis yang
diterimanya itu benar-benar berasal dari sumber yang valid atau tidak.8
Apabila suatu berita tidak benar faktanya, maka hal tersebut merupakan
dosa yang termasuk dalam kategori fitnah. Fitnah sangat merugikan orang
lain dan membahayakan orang yang menyebarkan berita tersebut. Sebagai
muslim, kita harus bisa menjaga lidah kita karena lidah merupakan pedang
yang mungkin saja dapat menyakiti hari orang lain.
Paling tidak, ada dua hal yang perlu kita lakukan ketika kita menerima
8 Budi Prasetyo,”Selektif Menerima Informasi (Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 6),” artikel
diakses pada 9 Oktober 2014 dari http://muslimdaily.net/opini/wawasan-islam/selektif-menerima-
informasi-tafsir-surat-al-hujurat-ayat-6.html.
53
informasi. Pertama, menyelidiki konten beritanya: apakah benar, logis, masuk
akal, atau sudah tampak kebohongannya. Kedua, menyelidiki pembawa
beritanya, sumber awal informasinya: apakah jelas sumbernya, bisa
dipercaya, kredibel, tak dikenal, atau diragukan kejujurannya. Untuk
mengambil keputusan tepat terkait informasi yang kita terima. Upaya
tabayyun, klarifikasi, filtering, crosscheck, penyelidikan atas informasi itu
sangat penting dilakukan. Penyebaran informasi sensitif yang duduk
perkaranya belum jelas bisa berbahaya atau merugikan. Maka, berhati-
haitilah dengan berbagai informasi yang kita terima, agar kita tidak menyesal
menanggung akibatnya.9
9 Hasbiansyah, “Selektif menerima informasi,” artikel diakses pada 10 Oktober 2014 dari
http://www.unisba.ac.id/index.php?con=main&cat=hikmah&id=1
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Data
Pada bab ini, peneliti mengaitkan data-data dari masalah yang diperoleh
dengan teori analisis yang digunakan peneliti. Karena peneliti menggunakan
analisis model kritis Teun A. Van Dijk, maka data-data tersebut dianalisis
dengan melihat wacana dilihat dari elemen teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial dengan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam bab ini juga berisi
tentang adakah kebenaran tentang kecurigaan yang dirasa oleh peneliti dalam
kasus ini. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan pandangan paradigma
kritis dengan teori kecurigaan milik Dennis Mumby.
Analisis dalam teori kecurigaan milik Mumby adalah terkadang orang
atau khalayak atau masyarakat lupa akan pertentangan dan transformasi
(perubahan) dalam proses mereproduksi makna. Dimana kelompok hegemoni
memarjinalkan sesuatu untuk tidak diberitahu kepada khalayak. Maksud dari
hegemoni ini adalah kelompok terpinggir atau kurang penting, yaitu media
untuk mendukung kelompok penting, pemerintahan yang memiliki kekuasaan
untuk mendukung proses tabayyun benar terjadi.
Sedangkan analisis pada elemen teks, peneliti menjabarkan peristiwa ini
melalui struktu makro, superstruktur, dan struktur mikro. Berikut adalah
analisis yang dilakukan peneliti:
55
Analisis Teks “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal”
a. Struktur Makro (Tematik)
Judul berita yang dianalisis adalah “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal.”
Oleh karena itu, pada struktur makro makna global yang didapati dari
topik/tema yang diangkat adalah para ulama NU meminta klarifikasi dari
Zainal Muttaqin langsung, mengenai kasus tertangkapnya beliau dalam razia
pekat di Jambi pada 27 Februari 2014. Perspektif wartawan dalam membuat
berita ini adalah ia ingin membuat jelas kasus Zainal Muttaqin dan
memberitahu kepada pembaca, konflik intern yang terjadi karena adanya
kasus ini.
Hal tersebut tertulis pada paragraf satu, yaitu Para ulama Nahdlatul
Ulama (NU) di Banten meminta klarifikasi ketua PWNU Banten, Zainal
Muttaqin yang kedapatan masuk ke tempat hiburan di Jambi. Selanjutnya
pada paragraf kedua adalah penjelas dari pernyataan paragraf pertama,
Klarifikasi atau tabayyun tersebut dilakukan pada Sabtu (1/3) di kantor
Pengurus Wilayah NU Banten. Selanjutnya berita tersebut menyebutkan para
ulama Banten yang ikut dalam proses tabayyun tersebut. Pada paragraf
selanjutnya berulang-ulang menyebutkan kata klarifikasi.
Kemudian elemen selanjutnya adalah superstruktur. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, hal yang diamati dalam elemen ini adalah unsur
skematik. Yaitu melihat bagaimana struktur sebuah teks mulai dari
pendahuluan, isi, dan penutup.
56
Tabel 5
Analisis Elemen Struktur Makro
Struktur Wacana Elemen Keterangan
Struktur Makro Tematik Tema yang terdapat dalam
struktur ini merupakan garis
besar yang terdapat dalam
pemberitaan di Radar Banten.
Lead dari berita tersebut
adalah:
Para ulama Nahdlatul Ulama
(NU) di Banten meminta
klarifikasi ketua PWNU
Banten, Zainal Muttaqin yang
kedapatan masuk ke tempat
hiburan di Jambi. (paragraf
1)
Klarifikasi atau tabayyun
tersebut dilakukan pada
Sabtu (1/3) di kantor
Pengurus Wilayah NU
Banten. (paragraf 2)
b. Superstruktur (Skematik)
Dalam berita, terdapat dua skema besar yaitu summary (ringkasan) dan
story (isi berita atau tulisan secara keseluruhan). Dalam summary terdapat dua
hal yaitu judul dan lead. Pada unsur summary, skematik atau alur pada
naskah ini adalah Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal. Dengan lead Endad
Musadad, seorang sekertaris PWNU Banten memberikan informasi terhadap
pengakuan Pak Zainal Muttaqin pada proses tabayyun yang dilakukan pada 1
Maret 2014.
57
Pada unsur story, pendahuluan dari pemberitaan ini tercantum pada lead
yang telah disampaika sebelumnya. Yaitu klarifikasi awal yang dilakukan
dengan sekretaris PWNU Banten. Isi dari pemberitaan ini adalah klarifikasi
yang dilakukan oleh beberapa ulama Banten. Para ulama tersebut adalah
Ketua NU Pandeglang, Kiai Asror yang juga wakil Rois Suriah NU Banten.
Dan Ketua Rois Suriah Banten, Abdul Hakim. Penutup dari pemberitaan ini
adalah isi klarifikasi yang dilakukan kepada Zainal Muttaqin selaku orang
yang terkait kasus ini.
Tabel 6
Analisis Elemen Superstruktur
Struktur Wacana Elemen Keterangan
Superstruktur Skematik Summary:
- Judul
Ulama NU Minta Klarifikasi
Zainal.
- Lead
Para ulama Nahdlatul Ulama
(NU) di Banten meminta
klarifikasi ketua PWNU Banten,
Zainal Muttaqin yang kedapatan
masuk ke tempat hiburan di
Jambi. (paragraf 1)
Strory:
Pendahuluan berita ini terdapat
pada lead dalam unsur summary.
Klarifikasi langsung kepada
beberapa ulama yang hadir
dalam tabayyun melalui saluran
telepon
(paragraf 8,dan paragraf 9)
Penutup:
Dihubungi melalui sambungan
58
telepon, Zainal membenarkan,
sudah melakukan klarifikasi
kepada para ulama NU.
(paragraf 10)
c. Struktur Mikro (Semantik: Latar, Detil, Maksud, Praanggapan)
Latar pada pemberitaan 5 Maret ini, terjadi klarifikasi antara wartawan
dengan beberapa ulama terkait proses tabayyun dilakukan tidak langsung,
yaitu dihubungi lewat telepon. Para ulama tersebut adalah sekertaris PWNU
Banten, Endad Musadad; Ketua NU Pandeglang, KIAI Asror; dan Pak Zainal
Muttaqin.
Pada paragraf delapan, detil dari latar tempat berlangsungnya klarifikasi
ulama tersebut dengan si penulis berita. “Dihubungi terpisah, Ketua NU
Pandeglang prihatin.” Pada paragraf kesepuluh juga terdapat detail tempat,
“Dihubungi melalui sambungan telepon, Zainal membenarkan, sudah
melakukan klarifikasi kepada para ulama NU.”
Saat diwawancarai, Pak Gugun membenarkan bahwa ia sudah melakukan
klarifikasi kepada beberapa ulama yang mengikuti tabayyun. Tabayyun
tersebut dilakukan Zainal Muttaqin untuk mengklarifikasi dan meminta maaf
kepada para ulama di Banten atas kasus yang menimpa beliau.
Elemen maksud terdapat pada paragraf Sembilan, “Sementara itu, Ketua
Rois Suriah NU Abdul Hakim menilai, masalah ini intern NU sehingga tidak
perlu dibesar-besarkan.” Kata “sementara itu” merupakan penjelas, bahwa
59
penulis ingin memberitahu sisi lain dari pendapat ulama NU yang ia
klarifikasi.
“Tidak ada sanksi kepada Pak Zainal, hanya berupa teguran dan diminta
tidak mengulangi kembali.” Kalimat yang terdapat pada paragraf tujuh ini,
merupakan pemaparan yang masuk pada elemen praanggapan. Selanjutnya,
pada penutup dari berita ini, penulis menjelaskan klarifikasi yang ia lakukan
terhadap pak Zainal. Pak Zainal sendiri mengaku sudah meminta maaf dan
meminta masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan kembali.
Tabel 7
Analisis Elemen Struktur Mikro (Semantik)
Struktur Wacana Elemen Keterangan
Struktur Mikro
(Semantik)
Latar Latar pemberitaan ini adalah
wawancara yang
Dilakukan wartawan melalui
saluran telepon.
Wartawan menghubungi
beberapa ulama Banten
termasuk Zainal Muttaqin
sendiri. Kalimat penjelasnya
ialah:
Dihubungi melalui sambungan
telepon, Zainal membenarkan,
sudah melakukan klarifikasi
kepada para ulama NU.
(paragraf 10)
Detail “Dihubungi terpisah, Ketua
NU Pandeglang prihatin.”
(paragraf 8)
Dihubungi melalui sambungan
telepon, Zainal membenarkan,
sudah melakukan klarifikasi
60
kepada para ulama NU.”
(paragraf 10)
Maksud Sementara itu, Ketua Rois
Suriah NU Abdul Hakim
menilai, masalah ini intern NU
sehingga tidak perlu dibesar-
besarkan.” (paragraf 9)
Praanggapan “Tidak ada sanksi kepada Pak
Zainal, hanya berupa teguran
dan diminta tidak mengulangi
kembali.” (paragraf 7)
d. Struktur Mikro (Sintaksis: Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata
Ganti)
Bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif. Kalimat aktif pada
naskah ini terdapat pada paragraf paragraf tujuh. “Pak Zainal sebagai muslim
meminta maaf kepada pengurus PWNU Banten,” ungkapnya. Pak Zainal
adalah subjek yang melakukan pengakuan maaf kepada pengurus PWNU
Banten.
Pada paragraf tiga terdapat koherensi kata pada teks
tersebut.”Kemudian, teman lama tersebut mengajak Zainal dan rombongan
untuk jalan-jalan mencari hiburan di Jambi, salah satunya ke tempat
karaoke. Namun, kebetulan sampai di ruangan karaoke, ada operasi pekat
yang digelar Polda Jambi.” Hubungan antar kaliat dijelaskan dengan kata,
“kemudian” dan “namun”. Penulis menjelaskan bagaimana peristiwa
pratertangkapnya Zainal Muttaqin yang sayangnya saat itu terjadi operasi
penyakit masyarakat. Pada kalimat ini juga menujukkan bahwa Radar Banten
ingin memberitahu bahwa Zainal tidak bersalah, karena ia hanya diajak oleh
teman lamanya di Jambi.
61
Kata ganti terdapat di paragraf enam pada kalimat, Meski demikian, kata
dia, Zainal mengaku khilaf dan tidak melakukan hal yang mengarah pada
maksiat di tempat hiburan. Kata “dia” merupakan kata ganti orang kedua,
yang dalam hal ini adalah sekretaris PWNU Banten, Endad Musaddad yang
sedang memberikan penjelasan tentang Zainal Muttaqin. Sedangkan kata
“beliau” selalu dikhususkan untuk pernyataan kata ganti Zainal Muttaqin.
Tabel 8
Analisis Elemen Struktur Mikro (Sintaksis)
Struktur Wacana Elemen Keterangan
Struktur Mikro
(Sintaksis)
Bentuk Kalimat “Pak Zainal sebagai muslim
meminta maaf kepada
pengurus PWNU Banten,”
ungkapnya. (paragraf 7)
Koherensi Kemudian, teman lama
tersebut mengajak Zainal
dan rombongan untuk jalan-
jalan mencari hiburan di
Jambi, salah satunya ke
tempat karaoke. Namun,
kebetulan sampai di
ruangan karaoke, ada
operasi pekat yang digelar
Polda Jambi. (paragraf 4)
Kata Ganti Meski demikian, kata dia,
Zainal mengaku khilaf dan
tidak melakukan hal yang
mengarah pada maksiat di
tempat hiburan. (Paragraf 6)
e. Struktur Mikro (Stilistik: Leksikon)
62
Leksikon atau pemilihan kata terjadi pada judul berita yaitu, Ulama NU
Minta Klarifikasi Zainal. Seandainya Zainal Muttaqin hanya orang biasa,
bukan kata “klarifikasi” yang digunakan. Kata klarifikasi bisa saja seharusnya
ditulis dengan kata “penjelasan”. Namun, harian Radar Banten memperhalus
kata tersebut dengan kata “klarifikasi.” Pada paragraf empat, terdapat
leksikon pada kalimat, Endad menambahkan, sebelum pulang ke Banten,
Zainal Mttaqin dijemput oleh teman lama ketika bekerja di Jambi. Kata
“teman lama” juga diulang pada paragraf selanjutnya, Ia mengakui, Zainal
memang sekedar mencari hiburan seraya diajak teman lama di Jambi, tetapi
ada pandangan kurang baik dari masyarakat. Hal yang ingin disampaikan
Radar Banten adalah Zainal tidak sengaja datang ke tempat karaoke tersebut
karena diajak teman lamanya. Kata “kurang baik” juga diperhalus dalam
kalimat ini. Bisa saja Radar Banten menulis kata “tidak baik”, tetapi Radar
Banten selalu menggunakan kata baku unuk memperhalus kalimat yang
dibuatnya.
Pada paragraf lima dan delapan terdapat kata “beliau”. Radar Banten
lagi-lagi menggunakan kalimat halus yang mencoba memberitahu pembaca
bahwa Zainal Muttaqin adalah orang yang dihargai dan tidak mungkin beliau
melakukan maksiat. Pada kenyataannya, seorang ulama yang mencari
hiburan, dengan berada di tempat karaoke atau tempat hiburan malam, sangat
tidak dibenarkan karena bisa saja para jamaahnya kecewa atas perbuatan yang
dilakukannya tersebut.
63
Tabel 9
Analisis Elemen Struktur Mikro (Stilistik)
Struktur Wacana Elemen Keterangan
Struktur Mikro
(Stilistik)
Leksikon Ulama NU Minta
Klarifikasi Zainal.
(judul berita)
Endad menambahkan,
sebelum pulang ke
Banten, Zainal Mttaqin
dijemput oleh teman
lama ketika bekerja di
Jambi. (paragraf 4)
Ia mengakui, Zainal
memang sekedar
mencari hiburan
seraya diajak teman
lama di Jambi, tetapi
ada pandangan kurang
baik dari masyarakat.
(Paragraf 5)
“Apalagi dipundak
beliau sebagai ketua
PWNU Banten serta
kepala DPPKD
Banten.” (paragraf 5)
f. Struktur Mikro (Retoris: Grafis dan Metafora)
Pada paragraf terakhir terdapat pernyataan, Pada klarifikasi tersebut,
tidak ada ulama yang meminta dirinya mundur dari posisi ketua NU Banten.
Kalimat tersebut merupakan elemen grafis yang terdapat pada paragraf
terakhir. “Tidak ada ulama” merupakan kalimat penekanan yang menyatakan
bahwa tidak ada satu pun ulama yang meminta Zainal Muttaqin mundur dari
jabatannya. Ini merupakan pernyataan Radar Banten yang menjelaskan
64
bahwa apa yang dilakukan Zainal dapat dimaklumi, sehingga tidak ada satu
pun ulama yang memintanya untuk mundur.
Kalimat grafis yang kedua juga terdapat pada kalimat setelahnya, “Sudah
saya jelaskan semua kepada para ulama. Tidak perlu dibesar-besarkan
kembali karena para ulama NU sudah memaklumi dan saya sudah miminta
maaf dan tidak akan mengulangi.” Maksud dari kalimat ini adalah Radar
Banten menekankan dan ingin ikut menjelaskan peristiwa yang terjadi dalam
tabayyun adalah hal yang tidak perlu dibesar-besarkan.
Elemen metafora pada naskah ini adalah adanya kalimat pada paragraf
lima, “Apalagi dipundak beliau sebagai ketua PWNU Banten serta kepala
DPPKD Banten.”
Tabel 10
Analisis Elemen Struktur Mikro (Retoris)
Struktur Wacana Elemen Keterangan
Struktur Mikro
(Retoris)
Grafis Pada klarifikasi tersebut,
tidak ada ulama yang
meminta dirinya mundur dari
posisi ketua NU Banten.
(Paragraf 8)
Sudah saya jelaskan semua
kepada para ulama. Tidak
perlu dibesar-besarkan
kembali karena para ulama
NU sudah memaklumi dan
saya sudah miminta maaf dan
tidak akan mengulangi.
(Paragraf 8)
Metafora “Apalagi dipundak beliau
sebagai ketua PWNU Banten
serta kepala DPPKD
65
Banten.” (paragraf 5)
B. Hasil Penelitian
Dari temuan dan hasil analisis yang diteliti oleh peneliti, maka berikut ini
adalah tabel hasil analisis secara keseluruhan:
1. Teks
Tabel 11
Hasil Analisis Peneliti
Struktur Wacana Elemen Keterangan
Struktur Makro Tematik Tema yang terdapat dalam
struktur ini merupakan garis
besar yang terdapat dalam
pemberitaan di Radar Banten.
Lead dari berita tersebut
adalah:
Para ulama Nahdlatul Ulama
(NU) di Banten meminta
klarifikasi ketua PWNU
Banten, Zainal Muttaqin yang
kedapatan masuk ke tempat
hiburan di Jambi. (paragraf
1)
Klarifikasi atau tabayyun
tersebut dilakukan pada
Sabtu (1/3) di kantor
Pengurus Wilayah NU
Banten. (paragraf 2)
Superstruktur Skematik Pendahuluan:
Para ulama Nahdlatul Ulama
(NU) di Banten meminta
klarifikasi ketua PWNU
Banten, Zainal Muttaqin yang
kedapatan masuk ke tempat
hiburan di Jambi. (paragraf
66
1)
Isi:
Klarifikasi langsung kepada
beberapa ulama yang hadir
dalam tabayyun melalui
saluran telepon
(paragraf 8,dan paragraf 9)
Penutup:
Dihubungi melalui
sambungan telepon, Zainal
membenarkan, sudah
melakukan klarifikasi kepada
para ulama NU. (paragraf 10)
Struktur Mikro
(Semantik)
Latar Latar pemberitaan ini adalah
wawancara yang
dilakukan wartawan secara
tidak langsung kepada
beberapa ulama melalui
saluran telepon. Hal tersebut
terdapat pada paragraf
sepuluh yang juga merupakan
detail dari beria tersebut.
Detail “Dihubungi terpisah, Ketua
NU Pandeglang prihatin.”
(paragraf 8)
Dihubungi melalui
sambungan telepon, Zainal
membenarkan, sudah
melakukan klarifikasi kepada
para ulama NU.”
(paragraf 10)
Maksud Sementara itu, Ketua Rois
Suriah NU Abdul Hakim
menilai, masalah ini intern
NU sehingga tidak perlu
dibesar-besarkan.” (paragraf
9)
Praanggapan “Tidak ada sanksi kepada
Pak Zainal, hanya berupa
teguran dan diminta tidak
mengulangi kembali.”
(paragraf 7)
67
Struktur Mikro
(Sintaksis)
Bentuk Kalimat “Pak Zainal sebagai muslim
meminta maaf kepada
pengurus PWNU Banten,”
ungkapnya. (paragraf 7)
Koherensi Kemudian, teman lama
tersebut mengajak Zainal dan
rombongan untuk jalan-jalan
mencari hiburan di Jambi,
salah satunya ke tempat
karaoke. Namun, kebetulan
sampai di ruangan karaoke,
ada operasi pekat yang
digelar Polda Jambi.
(paragraf 4)
Kata Ganti Meski demikian, kata dia,
Zainal mengaku khilaf dan
tidak melakukan hal yang
mengarah pada maksiat di
tempat hiburan. (Paragraf 6)
Struktur Mikro
(Stilistik)
Leksikon “Ulama NU Minta
Klarifikasi Zainal.
(judul berita)
Endad menambahkan,
sebelum pulang ke Banten,
Zainal Mttaqin dijemput oleh
teman lama ketika bekerja di
Jambi. (paragraf 4)
Ia mengakui, Zainal memang
sekedar
mencari hiburan seraya
diajak teman lama di Jambi,
tetapi ada pandangan kurang
baik dari masyarakat.
(Paragraf 5)
“Apalagi dipundak beliau
sebagai ketua PWNU Banten
serta kepala DPPKD
Banten.” (paragraf 5)
Struktur Mikro Grafis Pada klarifikasi tersebut,
tidak ada ulama yang
68
(Retoris) meminta dirinya mundur dari
posisi ketua NU Banten.
(Paragraf 8)
Sudah saya jelaskan semua
kepada para ulama. Tidak
perlu dibesar-besarkan
kembali karena para ulama
NU sudah memaklumi dan
saya sudah miminta maaf dan
tidak akan mengulangi.
(Paragraf 8)
Metafora “Apalagi dipundak beliau
sebagai ketua PWNU Banten
serta kepala DPPKD
Banten.” (paragraf 5)
2. Kognisi Sosial
Critical Discourse Analysis (CDA) model Teun A. van Dijk ditentukan
pada skema apa berita tersebut dibuat. Skema tersebut dikonseptualisasikan
sebagai struktur mental yang didalamnya mencakup bagaimana kita
memandang manusia, peranan sosial, dan peristiwa. Pada analisis ini,
wartawan menggunakan skema peristiwa (event schemas).
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa dalam skema
peristiwa peristiwa selalu ditafsirkan dan dimaknai pada skema tertentu.
Dimana wartawan Radar Banten menulis pemberitaan edisi 5 Maret 2014 ini
mengenai tabayyun yang dilakukan oleh Zainal Muttaqin. Tabayyun atau
klarifikasi adalah suatu proses mencari kejelasan terhadap permasalahan
Zainal Muttaqin dengan teliti dan hati-hati.
69
Tidak hanya masyarakat yang prihatin atas kasus ini, tetapi sebagian
ulama di Banten pun merasa prihatin atas kasus ini. Seorang yang
mengemban jabatan sebagai Kepala DPPKD Banten dan Ketua PWNU
Banten tertangkap di sebuah hiburan malam saat razia penyakit masyarakat.
3. Konteks Sosial
Dalam analisis van Dijk, terdapat dua faktor yang mempengaruhi media
dalam konteks atau analisis sosial. Pertama adalah praktik kekuasaan. Seperti
yang sudah dipaparkan oleh peneliti dari awal, Zainal Muttaqin adalah
seorang Ketua Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Daerah (DPPKD) provinsi
Banten sekaligus Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU)
provinsi Banten.
Zainal Muttaqin merupakan salah satu pejabat, atau petinggi daerah
diamana beliau memiliki kekuasaan yang besar atas diterbitkannya atau tidak
pemberitaan tentang kasus yang menimpa dirinya di harian Radar Banten.
Dalam wawancara dengan redaktur pelaksana Radar Banten, Lutfi, ia
menjelaskan bahwa pemberitaan mengenai kasus Zainal Muttaqin sempat
diberhentikan karena adanya kewenangan dari pemerintah provinsi Banten
untuk tidak menerbitkan berita tentang beliau kembali.
Begitu pula yang telah disampaikan kepada penulis berita ini, bahwa saat
itu tidak ada wartawan yang mau membuat berita ini, Gugun, mengingat
70
Zainal Muttaqin merupakan salah satu penguasa di Banten. Dia pun
menjelaskan, bukanlah perkara yang mudah untuk mewawancarai Pak Zainal
Muttaqin. Karena setelah pemberitaan pertama tentang beliau terbit, beliau
tidak terima atas pemberitaan yang ditulis. Beliau pun mengancam penulis
dan mengiming-imingi penulis agar memberhentikan pemberitaan yang
penulis buat.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang sudah di sampaikan oleh peneliti, maka
kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Pada struktur mikro elemen leksikon atau pemilihan kata, terdapat
kata “klarifikasi”, “beliau”, dan “teman lama” yang digunakan
sebagai penghalus kalimat. Zainal Muttaqin merupakan orang
terpandang yang karena ia tidak didapati melakukan perbuatan
maksiat, maka para ulama memakluminya dan menganggap hanya
mencari hiburan. Pada analisis kognisi sosial, wartawan
menggunakan skema peristiwa (event schemas). Pada elemen ini,
dianalis dengan melihat cara penulis menyampaikan beritanya dengan
klarifikasi langsung melalui saluran telepon. Analisis konteks sosial
diperjelas dengan adanya pemilihan kata “Ketua PWNU Banten dan
Kepala DPPKD Banten”. Hal tersebut juga diperjelas dengan
wawancara yang peneliti lakukan dengan redaktur pelaksana Radar
Banten yang mengaku bahwa pemberitaan tersebut diberhentikan
karena adanya wewenang dari Pemerintah Daerah.
2. Pada pemberitaan “Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal,” menurut
peneliti wartawan memiliki kecenderungan atau tendency dibalik
pemberitaan yang dibuatnya. Meskipun terdapat pro dan kontra para
71
ulama yang dimuat dalam pemberitaan ini, tetapi dalam wawancara
yang dilakukan oleh peneliti, penulis mengaku ia menuliskan fakta
pemberitaan. Tetapi, dari wawancara yang dilakukan dengan redaktur
pelaksana, peredaran berita masih ditunggangi oleh pemerintahan.
Maksudnya adalah terjadinya penonjolan dalam berita ini yang coba
menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Zainal Muttaqin adalah
perbuatan yang dapat dimaklumi. Namun, seharusnya seorang ketua
PWNU tidak pergi ke tempat hiburan malam.
B. Saran
Dari penelitian terhadap pemberitaan “Ulama NU Minta Klarifikasi
Zainal,” peneliti mempunyai saran diantaranya:
1. Bagi para akademisi yang mencoba teori kecurigaan milik Dennis K.
Mumby, penelitian skripsi ini menjelaskan dan menghubungkan teori
ini dengan baik terhadap pemberitaan ini. Penelitian ini juga telah
menghubungkan teori kecurigaan Mumby dengan analisis wacana
kritis milik Teun A, van Dijk dengan baik.
2. Sebagai seorang wartawan kita harus memegang teguh terhadap fakta
yang ada. Sebaiknya tidak tergiur akan materi yang diberikan oleh
seseorang atau kelompok tertentu untuk menonjolkan atau menutup-
nutupi suatu kebenaran.
72
DAFTAR PUSTAKA
Badara, Aris. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam Wacana
Media. Jakarta: Kencana, 2012.
Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif . Jakarta: Kencana, 2007.
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2001.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi
Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit,
2004.
Hoed, H. Benny. “Wacana, Teks, dan Kalimat” dalam Liberty P. Sihombing et al.,
(ed.). Bahasawan Cendikia. Jakarta: FSUI dan Intermasa, 1994.
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi. Penerjemah
Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Morisan. Teori Komunikasi Individu Hingga Sekarang. Jakarta: Kencana, 2013.
Mumby, K Dennis The problem of Hegemony: Rereading Gramsci for
Organizational Communication Studies. Western Journal of
Communication, 1997.
Radar Banten, Company Profile. Serang: PT Wahana Semesta Banten, 2014.
Sudrajat, Ajat. ”Jurgen Habermas: Teori Kritis dengan Paradigma Komunikasi.”
(Skripsi S1 Fakultas Ushuludin, IAIN Sunan Kalijaga, 1988.)
73
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan
Kode Etik. Bandung: Nuansa, 2010.
Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indnesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2008.
“Kepala DPPKD Banten Ikut Diamankan.” Radar Banten, 1 Maret 2014.
“Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal.” Radar Banten. Edisi 5 Maret 2014.
Wawancara Pribadi dengan Wartawan Harian Radar Banten. Gugun. Tangerang.
23 Agustus 2014 pkl 15.16 WIB.
Harian Radar Banten:
“Kepala DPPKD Banten Ikut Diamankan,” Radar Banten, 1 Maret 2014, h.1.
“Ulama NU Minta Klarifikasi Zainal,” Radar Banten, Edisi 5 Maret 2014, h.13.
Internet:
Jahran, Ade. “Zainal Muttaqin Diperiksa KPK.” artikel diakses pada 5 Maret 2014
dari http://www.radarbanten.com/read/berita/1017469/Zainal-Muttaqin-
Diperiksa-KPK.html
Hasbiansyah. “Selektif menerima informasi.” artikel diakses pada 10 Oktober
2014 dari
http://www.unisba.ac.id/index.php?con=main&cat=hikmah&id=1
Prasetyo, Budi. ”Selektif Menerima Informasi (Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 6).”
artikel diakses pada 9 Oktober 2014 dari
http://muslimdaily.net/opini/wawasan-islam/selektif-menerima-informasi-
tafsir-surat-al-hujurat-ayat-6.html.
74
Transkrip Wawancara
Narasumber : Ahmad Lutfi
Jabatan : Redaktur Pelaksana harian Radar Banten
Hari/tanggal : 7 Agustus 2014
Pukul : 17:28 s/d selesai
1. Hal apa yang ingin ditonjolkan untuk informasi yang diberikan
kepada masyarakat terkait kasus tertangkapnya Pak Zainal Muttaqin
dalam razia penyakit masyarakat di Jambi?
Karena Pak Zainal merupakan pejabat provinsi Banten, yaitu kepala
DPPKD dan ketua PWNU provinsi Banten maka dinilai sebagai public
figure. Dalam perspektif jurnalistik, maka Pak Zainal layak untuk
diberitakan. Public figure yang memang segala tingkah lakunya menjadi
sorotan termasuk kasus kepergoknya Pak Zainal di sebuah diskotik di
Jambi. Kita hanya memberitakan kasus tersebut, tidak ada maksud untuk
menghakimi Pak Zainal. Kita hanya sebatas memberikan fakta yang ada.
2. Mengapa berita ini sempat menghilang/tidak ada kejelasan dari kasus
Zainal Muttaqin di harian Radar Banten?
Soal itu menjadi kewenangan pihak-pihak NU, provinsi Banten
kewenangan. Kita tidak sampai pada kenapa kasus ini berhenti. Itu adalah
kewenangan pemprov. Dan Pak Zainal sendiri pun sudah dipecat.
3. Apa alasan harian Radar Banten mengadakan pendapat masyarakat
terbuka di facebook Radar Banten yang kemudian dipublikasikan di
Radar Banten pada tanggal 6 Maret 2014. Kemudian membuat tema
“Ketua PWNU Banten Zainal Muttaqin didesak sejumlah pihak agar
mundur dari jabatannya. Zainal Muttaqin diketahui terjaring razia
pekat di sebuah tempat karaoke di Jambi pekan lalu. Bagaimanakah
pendapat Anda?”
Itu kan interaktif Radar Banten yang memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk memberikan tanggapan mereka mengenai kasus ini.
Salah satunya yang dianggap menarik adalah kasus Pak Zainal.
4. Pada awal pembuatan berita, bagaimana kah perolehan informasi
didapatkan? Apakah berita dan informasi didapatkan langsung
ketika Zainal Muttaqin ditangkap mengingat kejadian tersebut
terjadi di Jambi, bukan di Banten?
Karena kejadian tersebut terjadi di Jambi, memang kita tidak meliput
langsung penangkapan itu. Media yang meliput langsung adalah grup
Jawa Pos. Radar Banten meminta berita tersebut untuk terbit juga di
Radar Banten. Kenapa kita minta berita itu terbit juga di Radar Banten?
karena Pak Zainal sendiri adalah seorang pejabat di provinsi Banten. Dia
kepala DPPKD dan ketua PWNU provinsi Banten. Dalam hal ini Pak
Zainal merupakan public figure. Dan kita hanya melengkapi beritanya
saja, yang kemudian kita konfirmasi kembali kepada pak Zainal sendiri.
5. Bagaimanakah alur pembuatan berita yang mulanya ditulis oleh
wartawan sampai ke koran yang diterbitkan?
Mulanya wartawan mencari berita, menulis berita yang kemudian di edit
oleh redaktur. Dalam hal ini berita yang masuk diedit oleh para redaktur
pada bidang masing-masing. Redaktur mengedit berita yang masuk,
kemudian berita tersebut diedit oleh Saya sebagai redaktur pelaksana. Dan
kemudian dikembalikan lagi kepada masing-masing redaktur dalam rapat
redaksi yang kemudian diterbitkan.
6. Di radarbanten.com terkadang memberitakan sesuatu yang sama
seperti di surat kabarnya, hanya beda judulnya saja. Apakah redaksi
Koran Radar Banten sama dengan radarbanten.com?
Radarbanten.com memiliki manajemen tersendiri. Kalau pun
radarbanten.com memiliki kesamaan penulisan berita dengan koran Radar
Banten, bisa saja mereka mengambil berita dari grup Radar Banten, atau
dari grup lain.
Transkrip Wawancara
Narasumber : Gugun
Jabatan : Wartawan harian Radar Banten
Hari/tanggal : 23 Agustus 2014
Pukul : 15:16 s/d selesai
1. Bagaimana pendapat Bapak mengenai kasus Zainal Muttaqien ini,
mengingat beliau adalah seorang ketua PWNU Banten sekaligus kepala
DPPKD Banten?
Saya menanggapinya, mengingat Pak Zainal Muttaqin seorang kepala
DPPKD dan sekaligus ketua PWNU Banten, harusnya memegang teguh
tanggung jawab terhadap jabatannya sebagai ketua PWNU Banten. Meskipun
ada teman yang mengajak untuk mencari angin ke tempat seperti itu.
Harusnya ia mampu membawa nama baik Banten. Kalau belum mampu
membawa nama baik PWNU Banten, sebaiknya dikeluarkan atau diganti
dengan yang baru. Mengingat beliau pun sudah tua dan Banten pun provinsi
terbesar, masa hancur karena hal tersebut. Dan sekali lagi Saya tegaskan,
tidak pantas seorang PWNU Banten main-main di tempat seperti itu, karena
pandangan orang berbeda menanggapinya.
2. Menurut Bapak sebagai penulis berita ini, gejala-gejala sosial seperti apa
yang terjadi pada masyarakat akibat kasus ini?
Meskipun beliau mengaku hanya mencari angin ke tempat karaoke tersebut,
tapi pandangan orang lain berbeda. Akibatnya, bisa saja hal tersebut bisa
menghancurkan Banten, karena ketua PWNU nya karaoke di tempat hiburan
malam. Kemudian juga terjadi demonstrasi para mahasiswa dan para ulama
yang meminta Pak Zainal turun dari jabatannya.
3. Dari keterangan redaktur pelaksana harian Radar Banten, Bapak Lutfi,
berita dan informasi mengenai Zainal Muttaqien pertama kali diperoleh
dari wartawan sebuah perusahaan surat kabar yang juga bagian dari
Jawa Pos grup yang ada di Jambi. Apa nama surat kabar yang ikut
berperan dalam pembuatan berita untuk pertama kalinya mengenai
Zainal Muttaqien di harian Radar Banten?
Informasi yang didapat pertama kali mengenai kasus Pak Zainal Muttaqin,
didapat dari salah satu grup Jawa Pos yaitu, Radar Jambi. Karena kasus
tersebut terjadi di Jambi saat Pak Zainal sedang melakukan kunjungan kerja.
Yang ketika itu beliau mengaku hanya mencari angin ke tempat karaoke di
tempat hiburan malam.
4. Bagaimanakah alur pembuatan berita pertamanya?
Informasi awal diperoleh dari Radar Jambi. Kemudian Saya klarifikasi
kepada Pak Zainal Muttaqin tentang kasus tersebut. Jadi berita awal yang
diterbitkan merupakan hasil kerjasama Saya dengan wartawan Radar Jambi.
Sehari setelah kejadian Pak Zainal Muttaqin ditangkap, malamnya Saya
ditugaskan oleh redaktur Radar Banten, Amrin untuk menemui Pak Zainal.
Saya mewawancarai Pak Zainal dengan maksud untuk mengkonfirmasi
mengenai kasus yang menimpanya. Saat itu dia pun mengakuinya. Mengakui
bahwa dia berada di tempat karaoke malam itu. Dan beliau ke Jambi hanya
dalam rangka tugas kedinasan. “Tetapi tidak benar, apabila ada tanggapan
bahwa Saya menggunakan narkoba atau cari pelampiasan di sana,” ujuarnya
kepada Saya. Kemudian Saya pun mengambil foto Pak Zainal di rumahnya.
Dengan mengatakan, apabila nanti berita yang dibuat tidak berkenan untuk
Bapak, silahkan Bapak datangi Radar Banten.
5. Pada saat tabayyun/ klarifikasi pada hari Sabtu (1/3), apakah Bapak
turun langsung ke lapangan untuk mengikuti proses tabayyun tersebut?
Ya, Saya datang langsung ke kantor PWNU Banten, yang saat itu juga terjadi
demonstrasi oleh para mahasiswa UNTIRTA. Hingga akhirnya pukul tiga
sore, dilakukanlah tabayyun tersebut. Tabayyun tersebut dilakukan untuk
mengklarifikasi terkait kasus Pak Zainal Muttaqin. Tetapi para masa (para
mahasiswa dan pengurus MUI Banten) menolak apabila Pak Zainal Muttaqin
tetap menjabat sebagai ketua PWNU di Banten. Pak Zainal Muttaqin
menganggap demonstrasi tersebut karena, “ketua MUI Banten, sebenarnya
ingin menguasai jabatan ketua PWNU Banten. Pa dahal ia tidak becus untuk
menjadi ketua PWNU Banten.” Dan Pak Zainal sendiri menganggap
demonstrasi tersebut tidak pernah terjadi. Pada saat tabayyun pertama, Pak
Zainal tidak menghadiri proses tersebut. Barulah ketika tabayyun kedua
dilakukan dengan menghadiri Pak Zainal Muttaqin untuk dilakukannya
klarifikasi. Pak Zainal Muttaqin juga meminta maaf kepada seluruh ulama di
Banten.
6. Apakah Bapak nenghubungi ketua NU Pandeglang, KIAI Asror yang
menjabat sebagai Wakil Rois Suriah NU Banten?
Ya, pada saat itu Saya juga menghubungi ketua NU Pandeglang, yaitu KIAI
Asror. Tim Rois Suriah juga tidak terima terhadap pemberitaan yang dibuat
oleh Radar Banten.
7. Apakah Bapak juga menghubungi dan mendatangi Zainal Muttaqien
untuk meminta klarifikasi seperti yang diberitakan?
Ya, Saya datang sendiri untuk mengklarifikasi kepada Pak Zainal sendiri
secara langsung. Saya mendatangi rumah Pak Zainal Muttaqin dan juga
berbicara langsung melalui telepon.
8. Bagaimana pengalaman Bapak dalam membuat dan mempublikasikan
berita mengenai Zainal Muttaqien?
Selang sehari setelah Saya mengkonfirmasi Pak Zainal, Radar Banten
menerbitkan tulisan Saya. Tulisan tersebut dengan angle, “ketua DPPKD
Banten karaoke di tempat hiburan malam di Jambi.” Sehari setelah berita
tersebut dipublikasikan, Pak Zainal keberatan terhadap berita yang dimuat di
harian Radar Banten. Hari itu Pak Zainal menelpon Saya. Dan dia berkata,
“Saya akan somasi ke pihak kepolisian atas nama Gugun. Dan yang harus
taubat itu Pak Gugun, bukan Saya yang harus taubat. Saya akan melaknat
Gugun. Yang harus taubat itu wartawan Radar Banten karena Saya tidak
terima dengan pemberitaan yang kamu buat.” Saya pun selalu menahan diri
terhadap hal-hal yang terjadi antara Saya dan Pak Zainal.
9. Angle seperti apa yang biasanya Bapak gunakan dalam membuat sebuah
berita?
Berita yang Saya buat, selalu mengambil angle keras. Artinya, Saya lebih
mengambil pemberitaan tentang pengkritikan terhadap pemerintahan. Karena
menurut Saya pemerintahan tidak ada yang baik, belum mampu menjalankan
pemerintahan dengan baik. Membuat judul pun harus yang menarik, misalnya
“Anggota PU molor”. Ketika Saya di Radar Banten diwajibkan membawa
empat berita dalam sehari. Dan narasumber harus orang yang bersangkutan,
tidak hanya opini masyarakat sekitar.
LAMPIRAN
Pak Lutfi saat diwawancarai di harian Radar Banten, Serang, Banten pada 7
Agustus 2014.
Pak Lutfi adalah redaktur
pelaksana harian Radar
Banten. Beliaulah yang
menentukan dan mengedit
berita mana yang layak untuk
dicetak.
Pak Gugun beserta istri saat ditemui di rumahnya, Cileduk, Kota Tangerang pada
23 Agustus 2014.