Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN
NEGARATERHADAP ORGANISASI INTERNASIONAL DITINJAU
DARI HUKUM INTERNASIONAL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh
GelarSarjanaHukumPada Fakultas Hukum Universitas SumateraUtara
DISUSUN OLEH :
WIRA PASKAH W
130200392
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
ABSTRACT
YURIDIS ANALYSIS OF COUNTRY REPRESENTATIONS ON INTERNATIONAL ORGANIZATIONS REVIEWED FROM
INTERNATIONAL LAW
Wira Paskah W* Chairul Bariah**
Arif*** International Organization is a form of a collection of countries as
members established under agreements agreed upon by each party and have the same objectives and have rights and obligations in the activities of that organization. In this case, including one for the representation of an international organization. One form of representation in international organizations is to send representatives to other countries. Back diplomatic that has been done since the first. A diplomatic representative is considered a representative of the state in a country's representation of an international organization.
The method used is normative juridical, ie research conducted on applicable legal norms, both legal norms derived from national law as well as legal norms derived from international law. The normative juridical research method is a scientific procedure for discovering truth based on the analytical nature, behavior and norms of international law, the relationship with the representation of the state against international organizations.
Based on this study, it can be concluded about the state's attachment to an international organization that has been regulated in the Vienna Convention 1975 (Vienna Convention on the Representation of States in Relation to the International Organization with Universal Character 1975. The State's representation of the international organization itself becomes a right. Is responsible for the international organization in which it further clarifies the existence of international organizations. Keywords: International Organization, Vienna Convention 1975, Representation Country
* Student Faculty of Law University of North Sumatra ** Lecturer Faculty of Law University of North Sumatra *** Lecturer Faculty of Law University of North Sumatra
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN NEGARA TERHADAP ORGANISASI INTERNASIONAL DITINJAU DARI
HUKUM INTERNASIONAL
Wira Paskah W* Chairul Bariah**
Arif***
Organisasi Internasional merupakan suatu bentuk kumpulan dari negara-
negara sebagai anggota yang dibentuk berdasarkan perjanjian yang telah disepakati oleh setiap pihak dan memiliki tujuan yang sama serta memiliki hak dan kewajiban di dalam kegiatan organisasi itu. Dalam hal ini, termasuk salah satunya ialah untuk keterwakilan diri dari suatu organisasi internasional. Salah satu bentuk dari keterwakilan diri dalam organisasi internasional tersebut adalah dengan mengirimkan perwakilannya ke negara lain. Pengiriman perwakilan negara ke negara lain dikenal dengan pertukaran misi diplomatik yang sudah dilakukan sejak dahulu. Perwakilan diplomatik dianggap sebagai wakil negara dalam keterwakilan sebuah negara terhadap organisasi internasional.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, yakni penelitian yang dilakukan atas norma-norma hukum yang berlaku, baik norma hukum yang berasal dari hukum nasional maupun norma hukum yang berasal dari hukum internasional. Metode penelitian yuridis normatif merupakan prosedur ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya dan sifat penelitian adalah deskriptif analitis, yakni menggambarkan dan menguraikan norma-norma hukum nasional dan norma-norma hukum internasional, terkait dengan keterwakilan negara terhadap organisasi internasional.
Berdasarkan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa mengenai keterwakilan negara terhadap suatu organisasi internasional umumnya telah diatur dalam Konvensi Wina 1975 (Vienna Convention on the Representation of States in Their Relations with Internasional Organizations of a Universal Character 1975. Keterwakilan negara terhadap organisasi internasional sendiri menjadi hak dan kewajiban serta kewenangan yang dibebankan terhadap organisasi internasional yang dimana hal ini semakin memperjelas eksistensi organisasi internasional. Namun, pengaturan mengenai keterwakilan Negara terhadap organisasi internasional sendiri masih relatif terbatas da nkabur pengaturannya.
Kata Kunci : Organisasi Internasional, Vienna Convention 1975, Keterwakilan Negara.
* MahasiswaFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara ** DosenFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara ***DosenFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Organisasi internasional adalah suatu organisasi yang dibuat oleh anggota
masyarakat internasional secara sukarela atau atas dasar kesamaan yang bertujuan
menciptakan perdamaian dunia dalam tata hubungan internasional1.Organisasi
internasional muncul pertama kali pada tahun 1919 dalam Konferensi Perjanjian
Versailles. Didalam Perjanjian Versailles sendiri memperlihatkan kekuatan negara
yang ikut andil dalam penulisan perjanjian, kepentingan kelompok nasional dan
non-governmentalorganization menginginkan keuntungan dari publik.
Setelah perang dunia pertama, negara-negara yang menang perang
membentuk Liga Bangsa-Bangsa yang diharapkan dapat menjaga keamaan dunia
Internasional dan mencegah terjadinya perang dunia kedua. Liga Bangsa-Bangsa
pada saat itu memberikan banyak keuntungan bagi negara yang menjadi
pesertanya. Contohnya seperti memberikan bantuan kepada Turki dan Rusia pada
saat itu.Meski pada akhirnya perang dunia kedua tetap pecah diiringi Liga
Bangsa-Bangsa yang tidak berjalan sebagaimana semestinya. Dikarenakan adanya
beberapa negara yang merasa dirugikan di bentuknya Liga Bangsa-Bangsa seperti
Uni Soviet, Italia, Jerman, dan Jepang.
Dari perang dunia kedua ini jugalah dihasilkan kembali satu organisasi
internasional yang pada akhirnya menjadi organisasi internasional terbesar dan
1 https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_internasional
menjadi induk dari berbagai macam organisasi internasional. Dimana organisasi
internasional tersebut adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ada perbedaan tersendiri dalam pembentukkan Liga Bangsa-Bangsa dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dimana dalam pembentukkan Liga Bangsa-Bangsa
didasarkan atas kekuatan negara-negara pemenang perang melalui pemimpin
negara masing-masing. Lain halnya dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
dibentuk lebih dari kesadaran deliberatif, visi-misi, dan kebutuhan yang
sama.Namun, baik antara Liga Bangsa-Bangsa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa
dibentuk demi satu tujuan yang sama yaitu demi menjaga keamaan dunia
internasional.
Organisasi internasional sendiri memiliki pengertian sempit dan luas.
Secara luas sendiri organisasi meliput beberapa jenis, yaitu :
a. Organisasi publik (publik international organization)
b. Organisasi privat (privat international organization)
c. Organisasi regional
d. Organisasi subregional
e. Organisasi bersifat universal (organization of universal character).
Menurut D.W Boweet sendiri organisasi internasional merupakan
organisasi yang dibentuk secara permanen yang didirakan atas dasar sebuah
traktat (kesepakatan) yang lebih bersifat multilateral daripada bilateral dengan
tujuan-tujuan tertentu.
Menurut N.A Maryam Green, organisasi internasional adalah organisasi
yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian ketiga tiga atau lebih negara menjadi
peserta.
Dari definisi D.W Boweet dan N.A Maryam Green diketahui bahwa,
dalam membentuk organisasi internasional dibutuhkan landas dasar kesepakatan,
dimana kesepakatan dibuat antara pihak-pihak yang memiliki visi-misi yang
sama, dimana pihak yang melakukan kesepakatan ini adalah negara-negara yang
memiliki visi-misi yang sama.
Organisasi internasional memiliki tiga karakteristik, yaitu :
a. Keanggotaan. Dimana keanggotaan ini adalah dua atau lebih negara yang
merdeka.
b. Tujuan. Untuk memenuhi keinginan umum dari anggota organisasi.
c. Struktur. Organisasi internasional memiliki struktur formal yang dibentuk
berdasarkan persetujuan seperti perjanjian atau constituent document.
Selain sejarah dan menurut pendapat para ahli, di dalam konvensi Wina
juga di atur mengenai organisasi internasional terutama mengenai keterwakilan
negara di dalam organisasi internasional sendiri.
Jika, membicarakan tentang organisasi internasional maka tidak akan lepas
dari namanya Negara. Kehadiran negara berperan penting dalam organisasi
internasional. Mulai dari definisi organisasi internasional, sejarah pembentukkan
organisasi internasional, dan karakteristiknya.Antara kehadiran negara sendiri dan
organisai internasional memiliki keterikatan yang kuat dan saling mengisi.
Selain kehadiran negara, keterwakilan negara juga ikut andil besar dalam
berjalannya organisasi internasional. Keterwakilan negara dinilai penting dalam
berjalannya organisasi internasional karena juga merupakan salah satu pondasi
berdirinya organisasi internasional tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
Penulis dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut :
C. Bagaimanakah Tinjauan Umum Keterwakilan Negara dan Organisasi
Internasional dalam lingkup Internasional?
D. Bagaimana Kedudukan Negara Dalam Keanggotaan Suatu Organisasi
Internasional?
E. Bagaimana Keterwakilan Negara Dalam Organisasi Internasional?
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN UMUM KETERWAKILAN NEGARA DAN
ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM LINGKUP
INTERNASIONAL
Keterwakilan Negara atau jika diartikan dalam Bahasa Inggris adalah
RepresentationOf States.Tidak ada satupun hal yang memuat pengertian khusus
dari Keterwakilan Negara ini. Tetapi, Gerhard dan Von Glahn menuliskan
pengertian tersirat dari Keterwakilan Negara melalui salah satu fungsi perwakilan
diplomatik, yaitu representasi atau repretentation.Dimana dijelaskan secara
tersirat Representation Of States adalah peran negara yang aktif sebagai wakil
terhadap negara lain.
Hingga saat ini, masih belum ada sumber yang menjelaskan secara baku
pengertian dari keterwakilan negara. Hal-hal mengenai pengertian keterwakilan
negara sendiri selalu diberikan pengertian secara tersirat dan selalu di hubungkan
dengan salah satu fungsi perwakilan diplomatik.
Hal ini dikarenakan keduanya memang memiliki hubungannya erat.
Pelaksanaan salah satu fungsi perwakilan diplomatik, yaitu representasi
merupakan salah satu perwujudan atau pengaplikasian keterwakilan negara atau
representation of states. Begitu pula dengan selanjutnya keterwakilan negara
dalam mewujudkannya dengan perwakilan diplomatik yang ditugaskan sebagai
wakil negara di negara lain atau disebut juga dengan tugas representasi.
Mengenai keterwakilan negara ini yang di wujudkan dengan pengiriman
perwakilan diplomatik sendiri melingkupi beberapa rincian tugas yang juga dapat
memberikan pengertian tersirat juga tentang keterwakilan negara. Seperti
contohnya sebagai wakil resmi negara dalam menghadiri undangan negara
penerima dalam kegiatan-kegiatan khusus dan sebagai simbol negara penerima di
negara pengirim untuk membuktikan perwujudan dari keterwakilan negara
sendiri.
1. Sejarah Penggunaan Keterwailan Negara
Praktek Penggunaan Keterwakilan Negara sendiri memiliki hubungan erat
dengan pengakuan oleh negara lain yang merupakan salah satu syarat agar sebuah
negara menjadi merdeka atau berdaulat sepenuhnya, hal ini dikarenakan
pentingnya hubungan antar bangsa. Salah satu faktor yang menunjukkan
pentingnya hubungan antar bangsa adalah perlunya merintis kerja sama dan
persahabatan dalam rangka menjamin terciptanya perdamaian dan keamanan anatr
negara sehingga tercipta keamanan Internasional. Hubungan antar negara tersebut
dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik termasuk juga didalamnya pejabat
yang bersangkitan.Para pejabat tersebut statusnya diakui sebagai pejabat
diplomatik, agar pejabat diplomatik tersebut dapat menjalankan tugasnya secara
efektif dan efisien maka diberikanlah kekebalan dan keistimewaan yang
didasarkan kepada suatu aturan tertentu.
Pada tahun 1953 majelis umum PBB menerima resolusi yang meminta
komisi hukum Internasional memberikan prioritas untuk melakukan kodifikasi
mengenai hubungan dan kekebalan diplomatik, hal ini didasarkan kepada
seringnya terjadi insiden diplomatik sebagai akibat perang dingin dan
dilanggarnya ketentuan-ketentuan tentang hubungan diplomatik.
Kemudian pada tahun 1954, komisi mulai membahas masalah-masalah
hubungan dan kekebalan diplomatik, hingga disahkan Convention
OnDiplomaticRelation pada 18 april 1961 yang diselenggarakan di kota Wina.
Wina dipilih karena pertimbangan historis kota tersebut. Konvensi Wina 1961
diterima oleh 72 negara tidak ada yang menolak dan satu negara abstain. Kini,
hampir semua negara telah meratifikasi konvensi tersebut termasuk Indonesia
yang meratifikasi menggunakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1982.
Setelah dibuatnya konvensi Wina 1961 maka dibuatlah beberapa konvensi
lanjutan, seperti konvensi Wina 1963 serta Konvensi New York mengenai
pencegahan dan penghukuman kejahatan terhadap orang-orang yang menurut
hukum Internasional dilindungi.
Konvensi mengenai keterwakilan negara dalam hubungannya dengan
organisasi Internasional yang bersifat universal kemudian lebih dikenal dengan
konvensi 1975.Urgensi perumusan konvensi ini sebenernya didorong oleh situasi
dimana pertumbuhan hukum Internasional begitu cepat, baik jumlah nya maupun
lingkup masalah hukum yang timbul akibat hubungan negara denga organisasi
Internasional. Perumusan konvensi tersebut tidak seperti dalam konvensi Wina
1961 karena melibatkan tiga aspek subjek hukum, yaitu bukan hanya organisasi
Internasional dan negara-negara anggotanya, melainkan juga negara tuan rumah
tempat markas besar organisasi itu berada. Situasi yang sangat komplek seperti ini
benar-benar memerlukan hak dan kewajiban dari para pihak yang sangat adil dan
memadai.
Sejak hal ini diusulkan untuk dibahas pada tahun 1958 barulah dilakukan
pembahasan secara subtansif pada tahun 1968. Komisi hukum Internasional
kemudian menyetujui draft articles sebanyak 21 pasal dengan komentar mengenai
ruang lingkup dan hal-hal lainnya yang menyangkut draft articles secara
keseluruhan, termasuk perwakilan tetap pada organisasi Internasional secara
umum.
Selama 1969 dan 1970, setelah melanjutkan pembahasan mengenai topik
tersebut, komisi hukum Internasional telah menyetujui draft articles lagi tentang
kekebalan, keistimewaan, dan fasilitas diplomatik bagi perwakilan diplomatik
bagi perwakilan tetap, termasuk kedudukan, kekebalan, keistimewaan dan
kemudahan bagi perwakilan peninjau tetap, serta delegasi ke berbagai badan dan
konferensi. Dalam perkembangannya terdapat permasalahan baru dalam
persidangan 1971 di mana telah dimajukan tiga masalah, yaitu :
a. Dampak yang mungkin terjadi dalam keadaan yang luar biasa seperti tidak
adanya pengakuan, putusnya hubungan diplomatik, dan konsuler, atau
adanya pertikaian bersenjata di antara anggota-anggota organisasi
Internasional sendiri;
b. Perlu dimasukkannya ketentuan-ketentuan mengenai penyelesaian
sengketa;
c. Delegasi peninjau dari negara-negara ke berbagai badan dan konferensi.
Pada tahun 1972 kemudian majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
memutuskan untuk menyelenggarakan konferensi Internasional secepatnya.Pada
tahun 1973 majelis umum memberikan waktu agar konferensi tersebut
dilaksankan pada tahun 1975 di Wina.
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai keterwakilan negara-
negara dalam hubungannya dengan organisasi Internasional yang bersifat
universal telah diselenggarakan di Wina-Austria sejak 4 Februari-14 Maret 1975
yang dihadiri oleh 81 negara, 2 negara peninjau, 7 badan khusus, 3 organisasi
antar pemerintah, dan 7 wakil dari organisasi pembebasan nasional yang
dilakukan oleh organisasi persatuan Afrika atau Liga Arab. Konferensi kemudian
menyetujui konvensi tersebut yang terdiri dari 92 pasal dan terbuka untuk
penandatanganan sejak 14 Maret 1975 sampai 30 april 1975 di kementrian luar
negeri Austria, kemudian diperpanjang s.d. 30 maret 1976 di Perserikatan Bangsa-
Bangsa New York.
1. Pengaturan Keterwakilan Negara
Sesuai dengan praktek penggunaan keterwakilan negara tersebut, dapat
dilihat jelas segala hal yang menyangkut mengenai keterwakilan negara diatur
lengkap di dalam Konvensi Wina Tahun 1975 atau di dalam bahasa inggris di
artikan sebagai Vienna Convention On The Representation of State In Their
Relation With International Organizations of A Universal Character 1975.
Konvensi Wina 1975 atau Vienna Convention On The Representation
of State In Their Relation With International Organizations of A Universal
Character 1975di dalamnya, yang dimaksud dengan Organisasi
Internasionalyang bersifat universal adalah
Organisasi Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, badan-badan
khusus yang berada di bawah PBB dan organisasi lainnya yang
keanggotaannya dan tingkat pertanggungjawabannya bersakala internasional.
Ruang lingkup yang diatur dalam konvensi ini berdasarkan Pasal 2 adalah
meliputi perwakilan suatu negara dalam hubungannya dengan setiap
organisasi internasional yang bersifat universal dan keberadaan perwakilannya
dalam menghadiri konferensi-konferensi yang diatur atau berada di bawah
perlindungan dari organisasi tersebut. Kekebalan dan keistimewaan pejabat
Organisasi Internasional dalam Konvensi Wina 1975 dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada pejabat
Organisasi Internasional yang bersifat permanen serta kekebalan dan
keistimewaan yang diberikan kepada pejabat Organisasi Internasional yang
bersifat sementara, yaitu delegasi suatu negara yang dikirim oleh negaranya
menghadiri suatu acara yang diadakan oleh organ-organ tertentu atau untuk
menghadiri konferensi.
Beberapa kekebalan dan keistimewaan yang diatur dalam konvensi ini
antara lain seperti yang disebutkan dalam Pasal 28 bahwa pimpinan misi
dan anggota-anggota dari staf diplomatik misi adalah bersifat tidak dapat
diganggu gugat. Mereka tidak dapat ditangkap atau ditahan. Selain kekebalan
pribadi, seorang pejabat Organisasi Internasional juga mempunyai kebebasan
bergerak (Pasal 26) dan kebebasan berkomunikasi (Pasal 27) serta beberapa
kekebalan dan keistimewaan lain seperti yang diatur dalam Pasal 32-35
untuk seorang pejabat Organisasi Internasional yang bersifat permanen.
Dalam Konvensi Wina ini dijelaskan bahwa konferensi diadakan oleh atau
dibawah naungan suatu organisasi internasional seperti yang dituliskan pada pasal
1 dan 2. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam konvensi ini adalah peraturan yang
relevan dan tidak mempengaruhi perjanjian internasional yang sudah berlaku
sebelumnya, antar negara atau antara negara dengan organisasi internasional yang
bersifat universal, serta perjanjian mengenai perwakilan negara, sesuai dengan isi
dari pasal 3 dan 4. Seorang perwakilan dari negara anggota berhak membuat misi
permanen dengan seizin organisasi internasional, fungsi dari misi-misi (tercantum
dalam pasal 6) tersebut antara lain:
a. Menjamin perwakilan dari Negara pengirim kepada Organisasi;
b. Menjaga hubungan antara negara pengirim dan Organisasi;
c. Bernegosiasi dengan dan di dalam Organisasi;
d. Memastikan aktivitas dan melaporkan pada Negara pengirim;
e. Memastikan partisipasi dari Negara pengirim dalam kegiatan Organisasi;
f. Melindungi kepentingan Negara pengirim dalam kaitannya dengan
Organisasi;
g. Mempromosikan realisasi tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip Organisasi
dengan bekerja sama dengan dan di dalam Organisasi.
Sedangkan untuk non-negara anggota berhak membuat pengamat misi
permanen jika mendapatkan izin dari organisasi dan sesuai dengan fungsi pada
pasal 7, yakni:
a. Menjamin perwakilan dari Negara pengirim dan menjaga kepentingan
dalam kaitannya dengan Organisasi;
b. Memastikan aktivitas dan melaporkannya pada negara pengirim;
c. Mempromosikan kerjasama dengan Organisasi dan negosiasi.
Pada pasal 9 menjelaskan bahwa, sesuai dengan ketentuan pasal 14 dan
pasal 73, negara pengirim dapat dengan bebas menunjuk anggota misi, mandat
dari kepala misi akan dikeluarkan oleh kepala negara melalui menteri luar negeri.
Isi dari pasal 14 menyebutkan bahwa misi yang dibuat harus sewajarnya dan tidak
berlebihan dengan memperhatikan fungsi organisasi, kebutuhan misinya, serta
kondisi suatu negara.Pada pasal 20 dan 21 juga dijelaskan bahwa organisasi juga
harus siap membantu seorang misi dalam memperoleh akomodasi yang layak.
Salah satu bentuk implementasi dari konvensi tersebut ialah Konferensi
Internasional tentang Melawan Diskriminasi di tahun 2009 yang diadakan di
Bandung yang diikuti sebanyak 115 delegasi dari 50 negara di dunia. Konferensi
yang diselenggarakan (United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization) UNESCO ini diadakan selama dua hari di Gedung Merdeka yang
menjadi tempat besejarah pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, dibuka oleh
Asisten Direktur Jendral Unesco Pierre Sane. Dilihat dari sudut pandang konvensi
Wina 1975 yang terkait dengan pasal 20 dan 21. Selain itu, Indonesia sendiri juga
sudah meratifikasinya melalui Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang
Hubungan Luar Negri.
Organisasi Internasional disini ialah United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization yang mengadakan konferensi tersebut.
Indonesia sebagai tuan rumah harus siap menyediakan general facilities untuk
menunjang keberlangsungan konferensi.
Para delegasi dari berbagai negara diberikan kekebalan dan keistimewaan
yang bersifat sementara, yaitu delegasi suatu negara yang dikirim oleh negaranya
menghadiri suatu acara yang diadakan oleh organ-organ tertentu atau untuk
menghadiri konferensi. Beberapa kekebalan dan keistimewaan yang diatur dalam
konvensi ini antara lain seperti yang disebutkan dalam Pasal 28 bahwa
pimpinan misi dan anggota-anggota dari staf diplomatik misi adalah bersifat
tidak dapat diganggu gugat.
B. KEDUDUKAN KEANGOTAAN ORGANISASI INTERNASIONAL
1. Prinsip-prinsip Keanggotaan Organisasi Internasional
Di dalam praktiknya, prinsip keanggotaan suatu organisasi internasional
tergantung pada maksud dan tujuan organisasi, fungsi yang akan dilaksanakan dan
perkembangan apakah yang diharapkan dari organisasi internasional tersebut.
Prinsip keanggotaan dapat dibedakan antara prinsip universalitas dan
terbatas (selective).2Prinsip keanggotaan universalitas tidak membedakan sistem
pemerintahan, ekonomi ataupun politik yang dianut oleh negara anggota.3
Sedangkan dalam prinsip terbatas ini, ditekankan syarat-syarat tertentu bagi
keanggotaan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Keanggotaan didasarkan pada pendekatan letak geografis. Namun
pengertian kedekatan geografis ini kadang-kadang tidak hanya
2Ibid. hal. 37. 3Suwardi, op.cit, hal. 46.
didasarkan pada kedekatan geografis semata, namun sering juga
didasarkan pada pertimbangan politis. Contohnya : North Atlantic
Treaty Organization (NATO).
b. Keanggotaan yang didasarkan pada kepentingan yang akan dicapai.
Contohnya : Organization of Petroleum Exportung Countries (OPEC).
c. Keanggotaan yang didasarkan pada system pemerintahan tertentu atau
pada system ekonomi. Contohnya : Council for Mutual Economic
Assistance (COMECON).
d. Keanggotaan yang didasarkan pada persamaan kebudayaan, agama,
etnis, dan pengalaman sejarah. Contohnya : British Commonwealth.
C. KETERWAKILAN NEGARA DALAM ORGANISASI
INTERNASIONAL
Organisasi internasional adalah organisasi yang beranggotakan Negara-
negara yang mempunyai persamaan kepentingan.Pada awalnya keberadaan
organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional diragukan,
tetapi setelah banyak konveksi yang mengatur organisasi internasional
maka, eksistensi keberadaannya makin jelas.
Dalam beberapa konveksi, organisasi internasional dibebani hak
dan kewajiban serta kewenangan, karena itu keberadaan organisasi
internasional sebagai subjek hukum internasional makin kokoh. Organisasi
internasional tersebut antara lain Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang di
dalamnya terdapat beberapa badan kusus antara lain United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization, International Labour
Organization, Managed Care Organization, International Civil Aviation
Organization, American Economic Association, Word Bank, dan World
Meteorological Organization. Organisasi internasional yang dimaksud
dalam konteks ini adalah organisasi resmi yang didirikan berdasarkan
kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian internasional.
Keberadaan dan peran pentingnya organisasi internasional dalam
politik internasional dan hubungan internasional telah berlangsung sejak
awal abad ke-19 dan terus berkembang menjadi salah satu subjek hukum
internasional. Organisasi internasional memiliki posisi yang makin
strategis di dunia internasional, apalagi di internasional memiliki posisi
yang makin strategis di dunia internasional, apalagi di era perdagangan
bebas seperti saat ini. Lazimnya, organisasi internasional yang
beranggotakan berbagai Negara-negara ini didirikan untuk menangani
permasalahan internasional ataupun memfasilitasi kepentingan kerjasama
di dunia internasional.
Untuk menjamin kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan dan
fungsi organisasi internasional tersebut umumnya diperlukan pemberian
kekebalan dan keistimewaan. Hal ni juga ditunjukan agar kinerja
organisasi internasional akan bebas dari intervensi Negara manapun. Oleh
karena itu, umumnya organisasi internasional didirikan dengan diberikan
kekebalan dan keistimewahan.Namun, pengaturan mengenai kekebalan
dan keistimewahannya masih relative terbatas.4ViennaConvention on the
Representation of States in Their Relations with Internasional
Organizations of a Universal Character 1975 yang mencoba untuk
membuat prinsip-prinsip umum bagaimana sebuah organisasi internasional
dapat juga memiliki keistimewahan, sekalipun terbatas, ketika melakukan
tugasnya di Negara lain. Sayangnya sampai saat ini konvensi tersebut
belum berlak.Oleh karena itu, derajat kekebalan dari para anggota yang
bertugas dalam organisasi internasional sangat tergantung kepada
negosiasi dan perjanjian antara organisasi tersebut dengan Negara
penerimannya.
Kekebalan dan keistimewaan pejabat organisasi internasional harus
diberikan karena besarnya fungsi mereka dalam rangka memelihara dan
menciptakan perdamaian antar Negara sangat besar.Dengan kekebalan dan
keistimewaan, mereka dapat leluasa melaksanakan fungsi dimana pun
mereka berada dan kaan pun waktunya. Berdasarkan alas an tersebut dapat
diketahui bahwa dasar perdagangan bebas seperti saat ini. Lazimnya,
organisasi internasional yang beranggotakan berbagai negara-negara ini
didirikan untuk menangani kerjasama di dunia internasional.
Sedangkan pengertian organisasi internasional berdasarkan pasal 1
seksi 7 tentang Perjanjian Internasional adalah organisasi anatr pemerintah
yang diakui sebagai subjek hokum internasional dan mempunyai kapasitas
untuk membuat perjanjian internasional.
4 Patriani Raramita Muli,Perwakilan Organisasi Internasional, Skripsi, Universitas Atma
Jaya, Jakarta, 2008, p. 78.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Keterwakilan Negara atau jika diartikan dalam Bahasa Inggris adalah
Representation Of States.Tidak ada satupun hal yang memuat
pengertian khusus dari Keterwakilan Negara ini. Tetapi, Gerhard dan
Von Glahn menuliskan pengertian tersirat dari Keterwakilan Negara
melalui salah satu fungsi perwakilan diplomatik, yaitu representasi
atau repretentation.Dimana dijelaskan secara tersirat Representation
Of States adalah peran negara yang aktif sebagai wakil terhadap negara
lain.Hingga saat ini, masih belum ada sumber yang menjelaskan secara
baku pengertian dari keterwakilan negara. Hal-hal mengenai
pengertian keterwakilan negara sendiri selalu diberikan pengertian
secara tersirat dan selalu di hubungkan dengan salah satu fungsi
perwakilan diplomatik.Hal ini dikarenakan keduanya memang
memiliki hubungannya erat. Pelaksanaan salah satu fungsi perwakilan
diplomatik, yaitu representasi merupakan salah satu perwujudan atau
pengaplikasian keterwakilan negara atau representation of states.
Begitu pula dengan selanjutnya keterwakilan negara dalam
mewujudkannya dengan perwakilan diplomatik yang ditugaskan
sebagai wakil negara di negara lain atau disebut juga dengan tugas
representasi. Keterwakilan negara memiliki hubungan yang erat juga
dengan Organisasi Internasional, Organisasi Internasional merupakan
wadah atau tempat untuk keterwakilan negara itu sendiri.
2. Kedudukan suatu negara dalam Organisasi Internasional tentu
memiliki hak dan kewajiban organisasi yang dimana benar-benar hak
dan kewajiban organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban
negara-negara yang menjadi anggota Organisasi Internasional tersebut
secara individu. Oleh karena itu, apa yang disebut sebagai aktor
Organisasi Internasional dewasa ini semakin meluas. Anggapan
tradisionalis yakni negara sebagai satu-satunya subjek hukum
internasional dianggap tidak relevan lagi, karena berbagai perubahan
dalam hubungan internasional menyebabkan semakin beragamnya
kerjasama dan interaksi negara-negara. Setelah Perang Dunia II,
munculah ratusan bahkan ribuan Organisasi Internasional.Dengan
legal personalitynya, organisasi internasional berkekuatan hukum bagi
negara atau individu anggotanya kemudian memberinya tanggung
jawab hukum (legal responsibility). Berkaitan dengan seberapa jauh
hak dan kewajiban sebuah organisasi internasional, maka munculah
istilah subjek hukum internasional penuh dan terbatas. Baik jenis
International GovernmentalOrganization (IGO) atau Non-
Governmental Organization (NGO), biasanya lahir dari sebuah
konvensi atau perjanjian internasional. Secara otomatis diperlukan
sebuah badan otonom yang memiliki kewenangan untuk mengadili
perkara hukum yang dihasilkan dari interaksi negara-negara melalui
organisasi internasional.
3. Keberadaan dan peran pentingnya organisasi internasional dalam
politik internasional dan hubungan internasional telah berlangsung
sejak awal abad ke-19 dan terus berkembang menjadi salah satu subjek
hukum internasional. Organisasi internasional memiliki posisi yang
makin strategis di dunia internasional, apalagi di internasional
memiliki posisi yang makin strategis di dunia internasional, apalagi di
era perdagangan bebas seperti saat ini. Lazimnya, organisasi
internasional yang beranggotakan berbagai Negara-negara ini didirikan
untuk menangani permasalahan internasional ataupun memfasilitasi
kepentingan kerjasama di dunia internasional. Untuk menjamin
kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan dan fungsi organisasi
internasional tersebut umumnya diperlukan pemberian kekebalan dan
keistimewaan. Hal ni juga ditunjukan agar kinerja organisasi
internasional akan bebas dari intervensi Negara manapun. Oleh karena
itu, umumnya organisasi internasional didirikan dengan diberikan
kekebalan dan keistimewahan. Namun, pengaturan mengenai
kekebalan dan keistimewahannya masih relative
terbatas.ViennaConvention on the Representation of States in Their
Relations with Internasional Organizations of a Universal Character
1975 yang mencoba untuk membuat prinsip-prinsip umum bagaimana
sebuah organisasi internasional dapat juga memiliki keistimewahan,
sekalipun terbatas, ketika melakukan tugasnya di Negara lain.
B. SARAN
1. Dengan semakin berkembangnya zaman yang diiringi dengan
banyaknya Organisasi Internasional yang muncul atau terbentuk, maka
diharapkan perlunya penegasan lebih lanjut mengenai penegrtian dan
pengaturannya, serta hubungan yang terkait antara keterwakilan negara
dan organisasi internasional.
2. Diharapkan perlu adanya suatu ketentuan yang detail dan spesifik
mengenai kemungkinan keterwakilan diri oleh suatu anggota negara
dari suatu organisasi internasional. Hal ini juga dilakukan sebagai
salah satu bentuk sebagai upaya untuk memperjelas mekanisme dari
organisasi internasional tersebut.
3. ViennaConvention on the Representation of States in Their Relations
with Internasional Organizations of a Universal Character
1975sebagai konvensi utama yang mengatur tentang keterwakilan
negara perlu dipertahankan terus-menerus untuk menjaga mekanisme
dan sebagai pedoman keterwakilan negara terhadap organisasi
internasional.
RIWAYAT PENULIS
Penulis lahir di Medan, Kecamatan Medan Denai Kelurahan Medan Binjai
Kabupaten Kota Medan pada tanggal 17 April 1995. Penulis memulai
pendidikan dasar di SD St. Antonius V, Medan sejak tahun 2002-2007,
kemudian penulis meneruskan jenjang pendidikan di SMP St. Maria,
Medan 2007-2010 dan melanjutkan pendidikan sekolah lanjut tingkat atas
di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan mulai tahun 2010-2013. Pada
tahun 2013, Penulis diterima sebagai mahsiswa di perguruan tinggi
Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara dan telah menyelesaikan
pendidikan strata 1 (satu) dan mendapat gelar sarjananya pada tahun
2017.