24
ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN NEGARATERHADAP ORGANISASI INTERNASIONAL DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh GelarSarjanaHukumPada Fakultas Hukum Universitas SumateraUtara DISUSUN OLEH : WIRA PASKAH W 130200392 DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN

NEGARATERHADAP ORGANISASI INTERNASIONAL DITINJAU

DARI HUKUM INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh

GelarSarjanaHukumPada Fakultas Hukum Universitas SumateraUtara

DISUSUN OLEH :

WIRA PASKAH W

130200392

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Page 2: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

ABSTRACT

YURIDIS ANALYSIS OF COUNTRY REPRESENTATIONS ON INTERNATIONAL ORGANIZATIONS REVIEWED FROM

INTERNATIONAL LAW

Wira Paskah W* Chairul Bariah**

Arif*** International Organization is a form of a collection of countries as

members established under agreements agreed upon by each party and have the same objectives and have rights and obligations in the activities of that organization. In this case, including one for the representation of an international organization. One form of representation in international organizations is to send representatives to other countries. Back diplomatic that has been done since the first. A diplomatic representative is considered a representative of the state in a country's representation of an international organization.

The method used is normative juridical, ie research conducted on applicable legal norms, both legal norms derived from national law as well as legal norms derived from international law. The normative juridical research method is a scientific procedure for discovering truth based on the analytical nature, behavior and norms of international law, the relationship with the representation of the state against international organizations.

Based on this study, it can be concluded about the state's attachment to an international organization that has been regulated in the Vienna Convention 1975 (Vienna Convention on the Representation of States in Relation to the International Organization with Universal Character 1975. The State's representation of the international organization itself becomes a right. Is responsible for the international organization in which it further clarifies the existence of international organizations. Keywords: International Organization, Vienna Convention 1975, Representation Country

* Student Faculty of Law University of North Sumatra ** Lecturer Faculty of Law University of North Sumatra *** Lecturer Faculty of Law University of North Sumatra

Page 3: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN NEGARA TERHADAP ORGANISASI INTERNASIONAL DITINJAU DARI

HUKUM INTERNASIONAL

Wira Paskah W* Chairul Bariah**

Arif***

Organisasi Internasional merupakan suatu bentuk kumpulan dari negara-

negara sebagai anggota yang dibentuk berdasarkan perjanjian yang telah disepakati oleh setiap pihak dan memiliki tujuan yang sama serta memiliki hak dan kewajiban di dalam kegiatan organisasi itu. Dalam hal ini, termasuk salah satunya ialah untuk keterwakilan diri dari suatu organisasi internasional. Salah satu bentuk dari keterwakilan diri dalam organisasi internasional tersebut adalah dengan mengirimkan perwakilannya ke negara lain. Pengiriman perwakilan negara ke negara lain dikenal dengan pertukaran misi diplomatik yang sudah dilakukan sejak dahulu. Perwakilan diplomatik dianggap sebagai wakil negara dalam keterwakilan sebuah negara terhadap organisasi internasional.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, yakni penelitian yang dilakukan atas norma-norma hukum yang berlaku, baik norma hukum yang berasal dari hukum nasional maupun norma hukum yang berasal dari hukum internasional. Metode penelitian yuridis normatif merupakan prosedur ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya dan sifat penelitian adalah deskriptif analitis, yakni menggambarkan dan menguraikan norma-norma hukum nasional dan norma-norma hukum internasional, terkait dengan keterwakilan negara terhadap organisasi internasional.

Berdasarkan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa mengenai keterwakilan negara terhadap suatu organisasi internasional umumnya telah diatur dalam Konvensi Wina 1975 (Vienna Convention on the Representation of States in Their Relations with Internasional Organizations of a Universal Character 1975. Keterwakilan negara terhadap organisasi internasional sendiri menjadi hak dan kewajiban serta kewenangan yang dibebankan terhadap organisasi internasional yang dimana hal ini semakin memperjelas eksistensi organisasi internasional. Namun, pengaturan mengenai keterwakilan Negara terhadap organisasi internasional sendiri masih relatif terbatas da nkabur pengaturannya.

Kata Kunci : Organisasi Internasional, Vienna Convention 1975, Keterwakilan Negara.

* MahasiswaFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara ** DosenFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara ***DosenFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara

Page 4: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Organisasi internasional adalah suatu organisasi yang dibuat oleh anggota

masyarakat internasional secara sukarela atau atas dasar kesamaan yang bertujuan

menciptakan perdamaian dunia dalam tata hubungan internasional1.Organisasi

internasional muncul pertama kali pada tahun 1919 dalam Konferensi Perjanjian

Versailles. Didalam Perjanjian Versailles sendiri memperlihatkan kekuatan negara

yang ikut andil dalam penulisan perjanjian, kepentingan kelompok nasional dan

non-governmentalorganization menginginkan keuntungan dari publik.

Setelah perang dunia pertama, negara-negara yang menang perang

membentuk Liga Bangsa-Bangsa yang diharapkan dapat menjaga keamaan dunia

Internasional dan mencegah terjadinya perang dunia kedua. Liga Bangsa-Bangsa

pada saat itu memberikan banyak keuntungan bagi negara yang menjadi

pesertanya. Contohnya seperti memberikan bantuan kepada Turki dan Rusia pada

saat itu.Meski pada akhirnya perang dunia kedua tetap pecah diiringi Liga

Bangsa-Bangsa yang tidak berjalan sebagaimana semestinya. Dikarenakan adanya

beberapa negara yang merasa dirugikan di bentuknya Liga Bangsa-Bangsa seperti

Uni Soviet, Italia, Jerman, dan Jepang.

Dari perang dunia kedua ini jugalah dihasilkan kembali satu organisasi

internasional yang pada akhirnya menjadi organisasi internasional terbesar dan

1 https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_internasional

Page 5: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

menjadi induk dari berbagai macam organisasi internasional. Dimana organisasi

internasional tersebut adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Ada perbedaan tersendiri dalam pembentukkan Liga Bangsa-Bangsa dan

Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dimana dalam pembentukkan Liga Bangsa-Bangsa

didasarkan atas kekuatan negara-negara pemenang perang melalui pemimpin

negara masing-masing. Lain halnya dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang

dibentuk lebih dari kesadaran deliberatif, visi-misi, dan kebutuhan yang

sama.Namun, baik antara Liga Bangsa-Bangsa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa

dibentuk demi satu tujuan yang sama yaitu demi menjaga keamaan dunia

internasional.

Organisasi internasional sendiri memiliki pengertian sempit dan luas.

Secara luas sendiri organisasi meliput beberapa jenis, yaitu :

a. Organisasi publik (publik international organization)

b. Organisasi privat (privat international organization)

c. Organisasi regional

d. Organisasi subregional

e. Organisasi bersifat universal (organization of universal character).

Menurut D.W Boweet sendiri organisasi internasional merupakan

organisasi yang dibentuk secara permanen yang didirakan atas dasar sebuah

traktat (kesepakatan) yang lebih bersifat multilateral daripada bilateral dengan

tujuan-tujuan tertentu.

Page 6: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

Menurut N.A Maryam Green, organisasi internasional adalah organisasi

yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian ketiga tiga atau lebih negara menjadi

peserta.

Dari definisi D.W Boweet dan N.A Maryam Green diketahui bahwa,

dalam membentuk organisasi internasional dibutuhkan landas dasar kesepakatan,

dimana kesepakatan dibuat antara pihak-pihak yang memiliki visi-misi yang

sama, dimana pihak yang melakukan kesepakatan ini adalah negara-negara yang

memiliki visi-misi yang sama.

Organisasi internasional memiliki tiga karakteristik, yaitu :

a. Keanggotaan. Dimana keanggotaan ini adalah dua atau lebih negara yang

merdeka.

b. Tujuan. Untuk memenuhi keinginan umum dari anggota organisasi.

c. Struktur. Organisasi internasional memiliki struktur formal yang dibentuk

berdasarkan persetujuan seperti perjanjian atau constituent document.

Selain sejarah dan menurut pendapat para ahli, di dalam konvensi Wina

juga di atur mengenai organisasi internasional terutama mengenai keterwakilan

negara di dalam organisasi internasional sendiri.

Jika, membicarakan tentang organisasi internasional maka tidak akan lepas

dari namanya Negara. Kehadiran negara berperan penting dalam organisasi

internasional. Mulai dari definisi organisasi internasional, sejarah pembentukkan

organisasi internasional, dan karakteristiknya.Antara kehadiran negara sendiri dan

organisai internasional memiliki keterikatan yang kuat dan saling mengisi.

Page 7: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

Selain kehadiran negara, keterwakilan negara juga ikut andil besar dalam

berjalannya organisasi internasional. Keterwakilan negara dinilai penting dalam

berjalannya organisasi internasional karena juga merupakan salah satu pondasi

berdirinya organisasi internasional tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

Penulis dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

C. Bagaimanakah Tinjauan Umum Keterwakilan Negara dan Organisasi

Internasional dalam lingkup Internasional?

D. Bagaimana Kedudukan Negara Dalam Keanggotaan Suatu Organisasi

Internasional?

E. Bagaimana Keterwakilan Negara Dalam Organisasi Internasional?

Page 8: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM KETERWAKILAN NEGARA DAN

ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM LINGKUP

INTERNASIONAL

Keterwakilan Negara atau jika diartikan dalam Bahasa Inggris adalah

RepresentationOf States.Tidak ada satupun hal yang memuat pengertian khusus

dari Keterwakilan Negara ini. Tetapi, Gerhard dan Von Glahn menuliskan

pengertian tersirat dari Keterwakilan Negara melalui salah satu fungsi perwakilan

diplomatik, yaitu representasi atau repretentation.Dimana dijelaskan secara

tersirat Representation Of States adalah peran negara yang aktif sebagai wakil

terhadap negara lain.

Hingga saat ini, masih belum ada sumber yang menjelaskan secara baku

pengertian dari keterwakilan negara. Hal-hal mengenai pengertian keterwakilan

negara sendiri selalu diberikan pengertian secara tersirat dan selalu di hubungkan

dengan salah satu fungsi perwakilan diplomatik.

Hal ini dikarenakan keduanya memang memiliki hubungannya erat.

Pelaksanaan salah satu fungsi perwakilan diplomatik, yaitu representasi

merupakan salah satu perwujudan atau pengaplikasian keterwakilan negara atau

representation of states. Begitu pula dengan selanjutnya keterwakilan negara

dalam mewujudkannya dengan perwakilan diplomatik yang ditugaskan sebagai

wakil negara di negara lain atau disebut juga dengan tugas representasi.

Page 9: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

Mengenai keterwakilan negara ini yang di wujudkan dengan pengiriman

perwakilan diplomatik sendiri melingkupi beberapa rincian tugas yang juga dapat

memberikan pengertian tersirat juga tentang keterwakilan negara. Seperti

contohnya sebagai wakil resmi negara dalam menghadiri undangan negara

penerima dalam kegiatan-kegiatan khusus dan sebagai simbol negara penerima di

negara pengirim untuk membuktikan perwujudan dari keterwakilan negara

sendiri.

1. Sejarah Penggunaan Keterwailan Negara

Praktek Penggunaan Keterwakilan Negara sendiri memiliki hubungan erat

dengan pengakuan oleh negara lain yang merupakan salah satu syarat agar sebuah

negara menjadi merdeka atau berdaulat sepenuhnya, hal ini dikarenakan

pentingnya hubungan antar bangsa. Salah satu faktor yang menunjukkan

pentingnya hubungan antar bangsa adalah perlunya merintis kerja sama dan

persahabatan dalam rangka menjamin terciptanya perdamaian dan keamanan anatr

negara sehingga tercipta keamanan Internasional. Hubungan antar negara tersebut

dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik termasuk juga didalamnya pejabat

yang bersangkitan.Para pejabat tersebut statusnya diakui sebagai pejabat

diplomatik, agar pejabat diplomatik tersebut dapat menjalankan tugasnya secara

efektif dan efisien maka diberikanlah kekebalan dan keistimewaan yang

didasarkan kepada suatu aturan tertentu.

Pada tahun 1953 majelis umum PBB menerima resolusi yang meminta

komisi hukum Internasional memberikan prioritas untuk melakukan kodifikasi

mengenai hubungan dan kekebalan diplomatik, hal ini didasarkan kepada

Page 10: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

seringnya terjadi insiden diplomatik sebagai akibat perang dingin dan

dilanggarnya ketentuan-ketentuan tentang hubungan diplomatik.

Kemudian pada tahun 1954, komisi mulai membahas masalah-masalah

hubungan dan kekebalan diplomatik, hingga disahkan Convention

OnDiplomaticRelation pada 18 april 1961 yang diselenggarakan di kota Wina.

Wina dipilih karena pertimbangan historis kota tersebut. Konvensi Wina 1961

diterima oleh 72 negara tidak ada yang menolak dan satu negara abstain. Kini,

hampir semua negara telah meratifikasi konvensi tersebut termasuk Indonesia

yang meratifikasi menggunakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1982.

Setelah dibuatnya konvensi Wina 1961 maka dibuatlah beberapa konvensi

lanjutan, seperti konvensi Wina 1963 serta Konvensi New York mengenai

pencegahan dan penghukuman kejahatan terhadap orang-orang yang menurut

hukum Internasional dilindungi.

Konvensi mengenai keterwakilan negara dalam hubungannya dengan

organisasi Internasional yang bersifat universal kemudian lebih dikenal dengan

konvensi 1975.Urgensi perumusan konvensi ini sebenernya didorong oleh situasi

dimana pertumbuhan hukum Internasional begitu cepat, baik jumlah nya maupun

lingkup masalah hukum yang timbul akibat hubungan negara denga organisasi

Internasional. Perumusan konvensi tersebut tidak seperti dalam konvensi Wina

1961 karena melibatkan tiga aspek subjek hukum, yaitu bukan hanya organisasi

Internasional dan negara-negara anggotanya, melainkan juga negara tuan rumah

tempat markas besar organisasi itu berada. Situasi yang sangat komplek seperti ini

Page 11: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

benar-benar memerlukan hak dan kewajiban dari para pihak yang sangat adil dan

memadai.

Sejak hal ini diusulkan untuk dibahas pada tahun 1958 barulah dilakukan

pembahasan secara subtansif pada tahun 1968. Komisi hukum Internasional

kemudian menyetujui draft articles sebanyak 21 pasal dengan komentar mengenai

ruang lingkup dan hal-hal lainnya yang menyangkut draft articles secara

keseluruhan, termasuk perwakilan tetap pada organisasi Internasional secara

umum.

Selama 1969 dan 1970, setelah melanjutkan pembahasan mengenai topik

tersebut, komisi hukum Internasional telah menyetujui draft articles lagi tentang

kekebalan, keistimewaan, dan fasilitas diplomatik bagi perwakilan diplomatik

bagi perwakilan tetap, termasuk kedudukan, kekebalan, keistimewaan dan

kemudahan bagi perwakilan peninjau tetap, serta delegasi ke berbagai badan dan

konferensi. Dalam perkembangannya terdapat permasalahan baru dalam

persidangan 1971 di mana telah dimajukan tiga masalah, yaitu :

a. Dampak yang mungkin terjadi dalam keadaan yang luar biasa seperti tidak

adanya pengakuan, putusnya hubungan diplomatik, dan konsuler, atau

adanya pertikaian bersenjata di antara anggota-anggota organisasi

Internasional sendiri;

b. Perlu dimasukkannya ketentuan-ketentuan mengenai penyelesaian

sengketa;

c. Delegasi peninjau dari negara-negara ke berbagai badan dan konferensi.

Page 12: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

Pada tahun 1972 kemudian majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

memutuskan untuk menyelenggarakan konferensi Internasional secepatnya.Pada

tahun 1973 majelis umum memberikan waktu agar konferensi tersebut

dilaksankan pada tahun 1975 di Wina.

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai keterwakilan negara-

negara dalam hubungannya dengan organisasi Internasional yang bersifat

universal telah diselenggarakan di Wina-Austria sejak 4 Februari-14 Maret 1975

yang dihadiri oleh 81 negara, 2 negara peninjau, 7 badan khusus, 3 organisasi

antar pemerintah, dan 7 wakil dari organisasi pembebasan nasional yang

dilakukan oleh organisasi persatuan Afrika atau Liga Arab. Konferensi kemudian

menyetujui konvensi tersebut yang terdiri dari 92 pasal dan terbuka untuk

penandatanganan sejak 14 Maret 1975 sampai 30 april 1975 di kementrian luar

negeri Austria, kemudian diperpanjang s.d. 30 maret 1976 di Perserikatan Bangsa-

Bangsa New York.

1. Pengaturan Keterwakilan Negara

Sesuai dengan praktek penggunaan keterwakilan negara tersebut, dapat

dilihat jelas segala hal yang menyangkut mengenai keterwakilan negara diatur

lengkap di dalam Konvensi Wina Tahun 1975 atau di dalam bahasa inggris di

artikan sebagai Vienna Convention On The Representation of State In Their

Relation With International Organizations of A Universal Character 1975.

Konvensi Wina 1975 atau Vienna Convention On The Representation

of State In Their Relation With International Organizations of A Universal

Page 13: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

Character 1975di dalamnya, yang dimaksud dengan Organisasi

Internasionalyang bersifat universal adalah

Organisasi Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, badan-badan

khusus yang berada di bawah PBB dan organisasi lainnya yang

keanggotaannya dan tingkat pertanggungjawabannya bersakala internasional.

Ruang lingkup yang diatur dalam konvensi ini berdasarkan Pasal 2 adalah

meliputi perwakilan suatu negara dalam hubungannya dengan setiap

organisasi internasional yang bersifat universal dan keberadaan perwakilannya

dalam menghadiri konferensi-konferensi yang diatur atau berada di bawah

perlindungan dari organisasi tersebut. Kekebalan dan keistimewaan pejabat

Organisasi Internasional dalam Konvensi Wina 1975 dibagi menjadi dua

bagian, yaitu kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada pejabat

Organisasi Internasional yang bersifat permanen serta kekebalan dan

keistimewaan yang diberikan kepada pejabat Organisasi Internasional yang

bersifat sementara, yaitu delegasi suatu negara yang dikirim oleh negaranya

menghadiri suatu acara yang diadakan oleh organ-organ tertentu atau untuk

menghadiri konferensi.

Beberapa kekebalan dan keistimewaan yang diatur dalam konvensi ini

antara lain seperti yang disebutkan dalam Pasal 28 bahwa pimpinan misi

dan anggota-anggota dari staf diplomatik misi adalah bersifat tidak dapat

diganggu gugat. Mereka tidak dapat ditangkap atau ditahan. Selain kekebalan

pribadi, seorang pejabat Organisasi Internasional juga mempunyai kebebasan

bergerak (Pasal 26) dan kebebasan berkomunikasi (Pasal 27) serta beberapa

Page 14: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

kekebalan dan keistimewaan lain seperti yang diatur dalam Pasal 32-35

untuk seorang pejabat Organisasi Internasional yang bersifat permanen.

Dalam Konvensi Wina ini dijelaskan bahwa konferensi diadakan oleh atau

dibawah naungan suatu organisasi internasional seperti yang dituliskan pada pasal

1 dan 2. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam konvensi ini adalah peraturan yang

relevan dan tidak mempengaruhi perjanjian internasional yang sudah berlaku

sebelumnya, antar negara atau antara negara dengan organisasi internasional yang

bersifat universal, serta perjanjian mengenai perwakilan negara, sesuai dengan isi

dari pasal 3 dan 4. Seorang perwakilan dari negara anggota berhak membuat misi

permanen dengan seizin organisasi internasional, fungsi dari misi-misi (tercantum

dalam pasal 6) tersebut antara lain:

a. Menjamin perwakilan dari Negara pengirim kepada Organisasi;

b. Menjaga hubungan antara negara pengirim dan Organisasi;

c. Bernegosiasi dengan dan di dalam Organisasi;

d. Memastikan aktivitas dan melaporkan pada Negara pengirim;

e. Memastikan partisipasi dari Negara pengirim dalam kegiatan Organisasi;

f. Melindungi kepentingan Negara pengirim dalam kaitannya dengan

Organisasi;

g. Mempromosikan realisasi tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip Organisasi

dengan bekerja sama dengan dan di dalam Organisasi.

Sedangkan untuk non-negara anggota berhak membuat pengamat misi

permanen jika mendapatkan izin dari organisasi dan sesuai dengan fungsi pada

pasal 7, yakni:

Page 15: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

a. Menjamin perwakilan dari Negara pengirim dan menjaga kepentingan

dalam kaitannya dengan Organisasi;

b. Memastikan aktivitas dan melaporkannya pada negara pengirim;

c. Mempromosikan kerjasama dengan Organisasi dan negosiasi.

Pada pasal 9 menjelaskan bahwa, sesuai dengan ketentuan pasal 14 dan

pasal 73, negara pengirim dapat dengan bebas menunjuk anggota misi, mandat

dari kepala misi akan dikeluarkan oleh kepala negara melalui menteri luar negeri.

Isi dari pasal 14 menyebutkan bahwa misi yang dibuat harus sewajarnya dan tidak

berlebihan dengan memperhatikan fungsi organisasi, kebutuhan misinya, serta

kondisi suatu negara.Pada pasal 20 dan 21 juga dijelaskan bahwa organisasi juga

harus siap membantu seorang misi dalam memperoleh akomodasi yang layak.

Salah satu bentuk implementasi dari konvensi tersebut ialah Konferensi

Internasional tentang Melawan Diskriminasi di tahun 2009 yang diadakan di

Bandung yang diikuti sebanyak 115 delegasi dari 50 negara di dunia. Konferensi

yang diselenggarakan (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization) UNESCO ini diadakan selama dua hari di Gedung Merdeka yang

menjadi tempat besejarah pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, dibuka oleh

Asisten Direktur Jendral Unesco Pierre Sane. Dilihat dari sudut pandang konvensi

Wina 1975 yang terkait dengan pasal 20 dan 21. Selain itu, Indonesia sendiri juga

sudah meratifikasinya melalui Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang

Hubungan Luar Negri.

Organisasi Internasional disini ialah United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization yang mengadakan konferensi tersebut.

Page 16: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

Indonesia sebagai tuan rumah harus siap menyediakan general facilities untuk

menunjang keberlangsungan konferensi.

Para delegasi dari berbagai negara diberikan kekebalan dan keistimewaan

yang bersifat sementara, yaitu delegasi suatu negara yang dikirim oleh negaranya

menghadiri suatu acara yang diadakan oleh organ-organ tertentu atau untuk

menghadiri konferensi. Beberapa kekebalan dan keistimewaan yang diatur dalam

konvensi ini antara lain seperti yang disebutkan dalam Pasal 28 bahwa

pimpinan misi dan anggota-anggota dari staf diplomatik misi adalah bersifat

tidak dapat diganggu gugat.

B. KEDUDUKAN KEANGOTAAN ORGANISASI INTERNASIONAL

1. Prinsip-prinsip Keanggotaan Organisasi Internasional

Di dalam praktiknya, prinsip keanggotaan suatu organisasi internasional

tergantung pada maksud dan tujuan organisasi, fungsi yang akan dilaksanakan dan

perkembangan apakah yang diharapkan dari organisasi internasional tersebut.

Prinsip keanggotaan dapat dibedakan antara prinsip universalitas dan

terbatas (selective).2Prinsip keanggotaan universalitas tidak membedakan sistem

pemerintahan, ekonomi ataupun politik yang dianut oleh negara anggota.3

Sedangkan dalam prinsip terbatas ini, ditekankan syarat-syarat tertentu bagi

keanggotaan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Keanggotaan didasarkan pada pendekatan letak geografis. Namun

pengertian kedekatan geografis ini kadang-kadang tidak hanya

2Ibid. hal. 37. 3Suwardi, op.cit, hal. 46.

Page 17: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

didasarkan pada kedekatan geografis semata, namun sering juga

didasarkan pada pertimbangan politis. Contohnya : North Atlantic

Treaty Organization (NATO).

b. Keanggotaan yang didasarkan pada kepentingan yang akan dicapai.

Contohnya : Organization of Petroleum Exportung Countries (OPEC).

c. Keanggotaan yang didasarkan pada system pemerintahan tertentu atau

pada system ekonomi. Contohnya : Council for Mutual Economic

Assistance (COMECON).

d. Keanggotaan yang didasarkan pada persamaan kebudayaan, agama,

etnis, dan pengalaman sejarah. Contohnya : British Commonwealth.

C. KETERWAKILAN NEGARA DALAM ORGANISASI

INTERNASIONAL

Organisasi internasional adalah organisasi yang beranggotakan Negara-

negara yang mempunyai persamaan kepentingan.Pada awalnya keberadaan

organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional diragukan,

tetapi setelah banyak konveksi yang mengatur organisasi internasional

maka, eksistensi keberadaannya makin jelas.

Dalam beberapa konveksi, organisasi internasional dibebani hak

dan kewajiban serta kewenangan, karena itu keberadaan organisasi

internasional sebagai subjek hukum internasional makin kokoh. Organisasi

internasional tersebut antara lain Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang di

dalamnya terdapat beberapa badan kusus antara lain United Nations

Page 18: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

Educational, Scientific and Cultural Organization, International Labour

Organization, Managed Care Organization, International Civil Aviation

Organization, American Economic Association, Word Bank, dan World

Meteorological Organization. Organisasi internasional yang dimaksud

dalam konteks ini adalah organisasi resmi yang didirikan berdasarkan

kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian internasional.

Keberadaan dan peran pentingnya organisasi internasional dalam

politik internasional dan hubungan internasional telah berlangsung sejak

awal abad ke-19 dan terus berkembang menjadi salah satu subjek hukum

internasional. Organisasi internasional memiliki posisi yang makin

strategis di dunia internasional, apalagi di internasional memiliki posisi

yang makin strategis di dunia internasional, apalagi di era perdagangan

bebas seperti saat ini. Lazimnya, organisasi internasional yang

beranggotakan berbagai Negara-negara ini didirikan untuk menangani

permasalahan internasional ataupun memfasilitasi kepentingan kerjasama

di dunia internasional.

Untuk menjamin kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan dan

fungsi organisasi internasional tersebut umumnya diperlukan pemberian

kekebalan dan keistimewaan. Hal ni juga ditunjukan agar kinerja

organisasi internasional akan bebas dari intervensi Negara manapun. Oleh

karena itu, umumnya organisasi internasional didirikan dengan diberikan

kekebalan dan keistimewahan.Namun, pengaturan mengenai kekebalan

Page 19: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

dan keistimewahannya masih relative terbatas.4ViennaConvention on the

Representation of States in Their Relations with Internasional

Organizations of a Universal Character 1975 yang mencoba untuk

membuat prinsip-prinsip umum bagaimana sebuah organisasi internasional

dapat juga memiliki keistimewahan, sekalipun terbatas, ketika melakukan

tugasnya di Negara lain. Sayangnya sampai saat ini konvensi tersebut

belum berlak.Oleh karena itu, derajat kekebalan dari para anggota yang

bertugas dalam organisasi internasional sangat tergantung kepada

negosiasi dan perjanjian antara organisasi tersebut dengan Negara

penerimannya.

Kekebalan dan keistimewaan pejabat organisasi internasional harus

diberikan karena besarnya fungsi mereka dalam rangka memelihara dan

menciptakan perdamaian antar Negara sangat besar.Dengan kekebalan dan

keistimewaan, mereka dapat leluasa melaksanakan fungsi dimana pun

mereka berada dan kaan pun waktunya. Berdasarkan alas an tersebut dapat

diketahui bahwa dasar perdagangan bebas seperti saat ini. Lazimnya,

organisasi internasional yang beranggotakan berbagai negara-negara ini

didirikan untuk menangani kerjasama di dunia internasional.

Sedangkan pengertian organisasi internasional berdasarkan pasal 1

seksi 7 tentang Perjanjian Internasional adalah organisasi anatr pemerintah

yang diakui sebagai subjek hokum internasional dan mempunyai kapasitas

untuk membuat perjanjian internasional.

4 Patriani Raramita Muli,Perwakilan Organisasi Internasional, Skripsi, Universitas Atma

Jaya, Jakarta, 2008, p. 78.

Page 20: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Keterwakilan Negara atau jika diartikan dalam Bahasa Inggris adalah

Representation Of States.Tidak ada satupun hal yang memuat

pengertian khusus dari Keterwakilan Negara ini. Tetapi, Gerhard dan

Von Glahn menuliskan pengertian tersirat dari Keterwakilan Negara

melalui salah satu fungsi perwakilan diplomatik, yaitu representasi

atau repretentation.Dimana dijelaskan secara tersirat Representation

Of States adalah peran negara yang aktif sebagai wakil terhadap negara

lain.Hingga saat ini, masih belum ada sumber yang menjelaskan secara

baku pengertian dari keterwakilan negara. Hal-hal mengenai

pengertian keterwakilan negara sendiri selalu diberikan pengertian

secara tersirat dan selalu di hubungkan dengan salah satu fungsi

perwakilan diplomatik.Hal ini dikarenakan keduanya memang

memiliki hubungannya erat. Pelaksanaan salah satu fungsi perwakilan

diplomatik, yaitu representasi merupakan salah satu perwujudan atau

pengaplikasian keterwakilan negara atau representation of states.

Begitu pula dengan selanjutnya keterwakilan negara dalam

mewujudkannya dengan perwakilan diplomatik yang ditugaskan

sebagai wakil negara di negara lain atau disebut juga dengan tugas

representasi. Keterwakilan negara memiliki hubungan yang erat juga

Page 21: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

dengan Organisasi Internasional, Organisasi Internasional merupakan

wadah atau tempat untuk keterwakilan negara itu sendiri.

2. Kedudukan suatu negara dalam Organisasi Internasional tentu

memiliki hak dan kewajiban organisasi yang dimana benar-benar hak

dan kewajiban organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban

negara-negara yang menjadi anggota Organisasi Internasional tersebut

secara individu. Oleh karena itu, apa yang disebut sebagai aktor

Organisasi Internasional dewasa ini semakin meluas. Anggapan

tradisionalis yakni negara sebagai satu-satunya subjek hukum

internasional dianggap tidak relevan lagi, karena berbagai perubahan

dalam hubungan internasional menyebabkan semakin beragamnya

kerjasama dan interaksi negara-negara. Setelah Perang Dunia II,

munculah ratusan bahkan ribuan Organisasi Internasional.Dengan

legal personalitynya, organisasi internasional berkekuatan hukum bagi

negara atau individu anggotanya kemudian memberinya tanggung

jawab hukum (legal responsibility). Berkaitan dengan seberapa jauh

hak dan kewajiban sebuah organisasi internasional, maka munculah

istilah subjek hukum internasional penuh dan terbatas. Baik jenis

International GovernmentalOrganization (IGO) atau Non-

Governmental Organization (NGO), biasanya lahir dari sebuah

konvensi atau perjanjian internasional. Secara otomatis diperlukan

sebuah badan otonom yang memiliki kewenangan untuk mengadili

Page 22: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

perkara hukum yang dihasilkan dari interaksi negara-negara melalui

organisasi internasional.

3. Keberadaan dan peran pentingnya organisasi internasional dalam

politik internasional dan hubungan internasional telah berlangsung

sejak awal abad ke-19 dan terus berkembang menjadi salah satu subjek

hukum internasional. Organisasi internasional memiliki posisi yang

makin strategis di dunia internasional, apalagi di internasional

memiliki posisi yang makin strategis di dunia internasional, apalagi di

era perdagangan bebas seperti saat ini. Lazimnya, organisasi

internasional yang beranggotakan berbagai Negara-negara ini didirikan

untuk menangani permasalahan internasional ataupun memfasilitasi

kepentingan kerjasama di dunia internasional. Untuk menjamin

kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan dan fungsi organisasi

internasional tersebut umumnya diperlukan pemberian kekebalan dan

keistimewaan. Hal ni juga ditunjukan agar kinerja organisasi

internasional akan bebas dari intervensi Negara manapun. Oleh karena

itu, umumnya organisasi internasional didirikan dengan diberikan

kekebalan dan keistimewahan. Namun, pengaturan mengenai

kekebalan dan keistimewahannya masih relative

terbatas.ViennaConvention on the Representation of States in Their

Relations with Internasional Organizations of a Universal Character

1975 yang mencoba untuk membuat prinsip-prinsip umum bagaimana

Page 23: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

sebuah organisasi internasional dapat juga memiliki keistimewahan,

sekalipun terbatas, ketika melakukan tugasnya di Negara lain.

B. SARAN

1. Dengan semakin berkembangnya zaman yang diiringi dengan

banyaknya Organisasi Internasional yang muncul atau terbentuk, maka

diharapkan perlunya penegasan lebih lanjut mengenai penegrtian dan

pengaturannya, serta hubungan yang terkait antara keterwakilan negara

dan organisasi internasional.

2. Diharapkan perlu adanya suatu ketentuan yang detail dan spesifik

mengenai kemungkinan keterwakilan diri oleh suatu anggota negara

dari suatu organisasi internasional. Hal ini juga dilakukan sebagai

salah satu bentuk sebagai upaya untuk memperjelas mekanisme dari

organisasi internasional tersebut.

3. ViennaConvention on the Representation of States in Their Relations

with Internasional Organizations of a Universal Character

1975sebagai konvensi utama yang mengatur tentang keterwakilan

negara perlu dipertahankan terus-menerus untuk menjaga mekanisme

dan sebagai pedoman keterwakilan negara terhadap organisasi

internasional.

Page 24: ANALISIS YURIDIS MENGENAI KETERWAKILAN …

RIWAYAT PENULIS

Penulis lahir di Medan, Kecamatan Medan Denai Kelurahan Medan Binjai

Kabupaten Kota Medan pada tanggal 17 April 1995. Penulis memulai

pendidikan dasar di SD St. Antonius V, Medan sejak tahun 2002-2007,

kemudian penulis meneruskan jenjang pendidikan di SMP St. Maria,

Medan 2007-2010 dan melanjutkan pendidikan sekolah lanjut tingkat atas

di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan mulai tahun 2010-2013. Pada

tahun 2013, Penulis diterima sebagai mahsiswa di perguruan tinggi

Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara dan telah menyelesaikan

pendidikan strata 1 (satu) dan mendapat gelar sarjananya pada tahun

2017.

[email protected]