61
ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM BAGI TERPIDANA Skripsi Oleh DANTI YUDISTIARA ebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Pada Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM

MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM BAGI TERPIDANA

Skripsi

Oleh

DANTI YUDISTIARA

ebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 2: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM

MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM BAGI TERPIDANA.

Oleh

DANTI YUDISTIARA

Pertimbangan hukum putusan No. 34/PUU-XI/2013 Mahkamah Konstitusi

berpendapat bahwa memang benar dalam hukum terdapat asas litis finiri oportet,

yakni setiap perkara harus ada akhirnya, namun hal itu berkaitan dengan kepastian

hukum. Sedangkan untuk keadilan dalam perkara pidana terhadap asas tersebut

tidak secara kaku diterapkan tanpa melihat situasi karena dengan adanya

memperbolehkan peninjauan kembali satu kali, terlebih lagi ketika ditemukan

adanya bukti baru (novum) sehingga bertentangan dengan asas keadilan yang

diamanatkan oleh Undang-Undang tentang kekuasaan kehakiman untuk

menegakan hukum dan keadilan (vide Pasal 24 Ayat (1) UUD RI 1945). Maka

berdasarkan latar belakang di atas penulis melakukan penelitian dan mengkaji

lebih lanjut dan menulis skripsi ini dengan permasalahan: 1) Bagaimanakah upaya

hukum peninjauan kembali dalam mewujudkan kepastian hukum bagi terpidana

agar asas litis finiri oportet akan terpenuhi? Dan 2) Apakah upaya hukum

peninjauan kembali dapat memenuhi nilai keadilan dan kepastian hukum bagi

terpidana?

Pendekatan masalah dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif dan

yuridis empiris. Sumber dan jenis data yang digunakan adalah data primer dan

data sekunder. Penentuan narasumber dilakukan dengan wawancara dengan

responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi

lapangan. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa agar

Peninjauan Kembali yang lebih dari sekali, tidak bertentangan dengan asas litis

finiri oportet, maka dalam rangka penyelesaian perkara, pihak Mahkamah Agung

ke depan dapat melakukan pengaturan lebih lanjut berkaitan dengan mekanisme

pengajuan novum beserta alasan-alasan yang jelas. Putusan MK No. 34/PUUU-

XII/2013 yang menentukan Peninjauan Kembali dapat diajukan lebih dari satu

kali hanya diperbolehkan apabila ditemukan novum baru berdasarkan

pemanfaatan iptek dan teknologi. Dengan demikian, pengajuan PK ini tidak akan

mengganggu keseimbangan antara kepastian hukum dan keadilan, karena

Page 3: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

Danti Yudistiara

kepastian hukum pada prinsipnya sudah mulai tercipta sejak ada putusan inkracht

van gewisjde.

Saran dalam penelitian ini adalah kedepan Mahkamah Agung hendaknya dapat

melakukan pengaturan lebih lanjut berkaitan dengan mekanisme pengajuan

novum beserta alasan-alasan yang jelas. Kemudian sebaiknya peraturan yang

mengatur masalah Peninjauan Kembali harus tegas dan jelas agar tidak

menimbulkan perspektif yang berbeda dikalangan masyarakat tanpa

mengenyampingkan antara keadilan dan kepastian hukum.

Kata Kunci: Peninjauan Kembali, Kepastian Hukum, Hukum Pidana

Page 4: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM

MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM BAGI TERPIDANA

Oleh

DANTI YUDISTIARA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 5: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan
Page 6: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan
Page 7: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan
Page 8: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Danti Yudistiara. Penulis

dilahirkan di Bandar Lampung, 03 September 1998.

Penulis adalah anak keTiga dari tiga bersaudara, buah

hati dari pasangan Bapak Edy Setyono dan Ibu Yuniarti.

Pendidikan formal yang penulis tempuh dan selesaikan

adalah Sekolah Dasar (SD) Al-Azhar 2 pada tahun 2010, Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 29 Bandar Lampung 2013, Sekolah Menengah Atas

(SMA) Sekolah Darma Bangsa tahun 2016. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2016. Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif di organisasi internal kampus. Di internal kampus,

penulis aktif di Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) Penulis juga telah mengikuti

program pengabdian langsung kepada masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Banjar Ratu, Kecamatan Gunung Labuhan, Kabupaten Waykanan,

selama 40 hari sejak bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2019.

Page 9: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

MOTTO

“Allah Guides To His Light Whom He Wills.”

(Q.S: Al-Nur Ayat 35 )

“Banyak dari kegagalan dalam hidup yang terjadi adalah,

orang-orang yang tidak menyadari seberapa dekat mereka

dengan kesuksesan ketika mereka memutuskan untuk

menyerah”

(Thomas A. Edison)

“ Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk hambanya yang

terbaik, jika allah memberikan takdir yang tidak sesuai

harapan, percayalah itu yang paling terbaik bagi allah.“

(Danti Yudistiara)

Page 10: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

PERSEMBAHAN

Dengan segala ketulusan hati kupersembahkan karya Skripsi ini kepada:

Papa dan Mama

Ayahanda Edy Setyono dan Ibunda Yuniarti Dwi yang selalu memberikan cinta,

kasih sayang, do’a, dukungan moral, spiritual yang tak pernah berhenti dan

takkan mampu terbalas yang akan terus hadir melengkapi perjalanan hidup ini.

Kakak-kakak yang ku banggakan

Terimakasih atas segala canda dan tawa

serta yang selalu memotivasi, melindungi, memberi bantuan, dan memberikan

doa untuk keberhasilanku.

Sahabat-sahabatku, terima kasih atas kasih sayang tulus yang diberikan, semoga

Allah membalas segala budi yang kalian berikan di dunia maupun di akhirat.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Sebagai langkah awal untukku belajar dan berkarya agar lebih baik dan

membanggakan

Page 11: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

SAN WACANA

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah Tuhan

Seluruh Alam karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Upaya Hukum Peninjauan

Kembali Dalam Mewujudkan Kepastian Hukum Bagi Terpidana” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan skripsi dengan

terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si selaku Rektor Universitas Lampung

2. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

3. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung;

4. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

Page 12: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

5. Ibu Firganefi, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing,

memberikan arahan, dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini;

6. Bapak Budi Rizki Husin, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan kritik, saran dan masukan dalam proses perbaikan skripsi ini;

7. Bapak Tri Andrisman, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan kritik, saran dan masukan dalam proses perbaikan skripsi ini;

8. Bapak Muhammad Farid, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembahas II yang telah

memberikan kritik, saran dan masukan dalam proses perbaikan skripsi ini;

9. Ibu Selviana Agustin, S.H.,M.H. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama ini dalam perkuliahan.

10. Seluruh dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah

berdedikasi dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menempuh studi;

11. Para staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, terutama Ibu

Aswati, Mas Ijal, Bude Siti dan Mbak Tika terima kasih selalu membantu penulis

dalam berjalannya proses pembuatan skripsi ini;

12. Bapak Ilham Wahyudi, S.H.,M.H., Ibu Fitriani,S.H.,M.H., Bapak Sopian Sitepu,

S.H.,M.H.,M.Kn., selaku narasumber yang telah memberikan pendapatnya dalam

penulisan skripsi ini;

13. Teristimewa kepada kedua orang tuaku khususnya Ibunda tercinta Yuniarti yang

telah mencintai, membesarkan, mendidik, dan memberikan segala dukungan

Page 13: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

kepadaku semoga Allah selalu memberikan kebaikan dan kebahagiaan untuk ibu

dan bapak di dunia maupun di akhirat kelak;

14. Kepada kakak-kakak ku tercinta, dr.Danu Yudistira,M.MR,Sp.THT KL.

dr.Darma Yudistira, Sp.An, dr Retno Dwi Kristianti dan dr.Irissandya Dyah

Atisuksma, Sp.OT, Dani Handayani,S.H., dan AKP.Oktafia yang sudah

memberikan banyak semangat canda tawa serta doa dan selalu siaga melindungi

adikmu.

15. Sahabat terbaikku Anindita Veyba Aldarizki, Normalisa Aulia, Hesni Rahayu,

Muhammad Febriyan yang telah menghabiskan waktu bersamaku dalam setiap

petualangan, perdebatan, pertikaian, kebahagian, kesedihan dan segala hal yang

terjadi selama ini, walaupun masih banyak impian yang belum tercapai aku yakin

kita bisa menggapainya bersama

16. Sahabat seperjuanganku di perkuliahan, Anggota Grup “Sahabat Ambyar”;

Yuftia Apriliani, Fani Fasa Franaza, Raudah Rosalia, Irvani Cahya Ningrum, dan

terkhusus seperjuanganku yang selalu ada disegala waktu Syefira Syaifsabila

yang sudah menemaniku semenjak awal perkuliahan sampai akhirnya skripsi ini

dapat diselesaikan, terima kasih atas persahabatan tanpa pengkhianatan yang

indah, kekompakan, canda tawa dan keseruan selama ini. Semoga kita semua

meraih kesuksesan dan masih bisa meluangkan waktu untuk berkumpul bersama.

17. Kepada teman-teman seperjuangan KKN Desa Banjar Ratu, Kabupaten

Waykanan; Devi Suherli, M Yusuf Alba, Rudi, Edi, Melisa, Nadya, Tim KKN

dari kecamatan, terima kasih atas pengalaman pengabdian yang luar biasa selama

40 hari dalam kesedihan maupun kebahagiaan, penulis meminta maaf jika ada

Page 14: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

salah dan kekurangan ketika bersama kalian, dan penulis berharap kebahagiaan

dan kesuksesan adalah masa depan kita semua;

18. Terima kasih kepada Willy Satria Gatari yang telah memberikan dukungan,

semangat tenaga serta doa dalam menyelesaikan skripsi ini

19. Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berperan di dalam kehidupan

penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah

wawasan keilmuan bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penulis

Danti Yudistiara

Page 15: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian .................................. 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 9

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual .................................................... 10

E. Sistematika Penulisan ....................................................................... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Upaya Hukum ................................................................. 15

B. Azas Kepastian Hukum........................................................... .......... 26

C. Azas Keadilan ................................................................................... 28

D. Pengertian tindak pidana ................................................................... 30

E. Pengertian Terpidana ........................................................................ 35

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah .......................................................................... 36

B. Sumber dan Jenis Data ...................................................................... 37

C. Penentuan Narasumber...................................................................... 38

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................. 38

E. Analisis Data ..................................................................................... 40

Page 16: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengaturan Mengenai Peninjauan Kembali Sebagai Implementasi

Putusan MK No. 34/PUUU-XII/2013 Agar Asas Litis Finiri Oportet

Akan Terpenuhi .................................................................................. 41

B. Adanya Putusan MK No. 34/PUUU-XII/2013 Dapat Memenuhi Nilai

Keadilan Dan Kepastian Hukum ......................................................... 55

V. PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................. 74

B. Saran ................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Secara prinsip hukum diciptakan untuk memberikan kepercayaan kepada

masyarakat (manusia) terhadap kepentingan yang berbeda dimiliki manusia satu

dengan manusia lain dengan tujuan untuk terwujudnya kesejahteraan. Hukum

mengatur secara komprehensif tindak tanduk aktifitas manusia, baik hubungan

manusia dengan manusia, manusia dengan badan hukum, maupun manusia

dengan alam (ekosistem lingkungan). Melalui hukum diharapkan dapat terjalin

pencapaian cita dari manusia (subyek hukum). Jaminan untuk mendapatkan

keadilanpun sangat jauh dari harapan publik. Ada hal-hal yang dapat

dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk memanfatkan kelemahan KUHAP

dalam hal kepastian terhadap adanya keadilan. Hal ini mengakibatkan munculnya

sikap apatis masyarakat akibat dari sulitnya untuk mendapatkan keadilan.

Pada dasarnya penegakan hukum dimulai diantaranya dengan memperhatikan

peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan hukum yang

baik adalah pemahaman atas prisnip-prinsip di dalamnya. Herlien Budiono

mengatakan bahwa kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan

dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian

akan kehilangan makna karena tidak dapat dijadikan sebagai pedoman perilaku

Page 18: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

2

bagi semua orang. Apeldoorn mengatakan bahwa kepastian hukum memiliki dua

segi yaitu dapat ditentukannya hukum dalam hal yang konkret dan keamanan

hukum. Hal ini berarti pihak yang mencari keadilan ingin mengetahui apa yang

menjadi hukum dalam suatu hal tertentu sebelum ia memulai perkara dan

perlindungan bagi para pihak dalam kesewenangan hakim.1

Penegakan hukum pidana, baik materiil maupun formil, para pihak yang terkait

perlu untuk memperhatikan kepastian hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan

(zweckmassigkeit), dan keadilan (gerechtigkeit). Pengaturan yang terdapat di

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana merupakan kaedah-kaedah umum

karena diatur di dalam suatu undang-undang. Sebagai kaedah umum, hal-hal yang

diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak diajukan kepada

orang-orang atau pihak-pihak tertentu, akan tetapi kepada siapa saja yang dikenai

perumusan kaedah-kaedah umum.2

Mereka yang memperjuangkan dan mengorbankan banyak hal untuk mendapatkan

keadilan lazim disebut justiciabelen atau justisiabelen. Kegigihan perjuangan

sejumlah justisiabelen dibantu kelompok masyarakat yang peduli acapkali

berhasil mengoreksi kekeliruan dan penyimpangan hukum. Dalam kamus

Belanda, lema justitiabelen diartikan sebagai orang yang tunduk pada hukum.

Kadang disebut juga sebagai rechtszoekenden, yang mengandung makna rakyat

pencari keadilan. Berasal dari lema recht (hukum, hak) dan zoeken yang berarti

1 A. Madjedi Hasan, Kontrak Minyak dan Gas Bumi Berazas Keadilan dan Kepastian Hukum,

Jakarta: Fikahati Aneska 2009. hlm.20 2 Purnadi Purbacaraka dan Soejono Soekanto, Perihal Kaedah Hukum, Cetakan Keenam, Citra

Aditya Bandung, 1993, hlm. 31.

Page 19: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

3

mencari. Orang yang melakukan pencarian sesuatu disebut zoeker.3Dan antara

kejaksaan dan kehakiman, apabila suatu putusan dari hakim dirasa kurang sesuai

dengan ketentuan yang ada atau melebihi kewenangannya maka jaksa penuntut

umum akan bereaksi dengan cara melakukan perlawanan yang berupa upaya

hukum yang sesuai dengan ketentuan yang ada. Upaya hukum merupakan upaya

yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atau badan hukum untuk

dalam hal tertentu melawan putusan hakim.

Teori dan praktek kita mengenal ada 2 (dua) macam upaya hukum yaitu, upaya

hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Perbedaan yang ada antara keduanya

adalah bahwa pada azasnya upaya hukum biasa menangguhkan eksekusi (kecuali

bila terhadap suatu putusan dikabulkan tuntutan serta mertanya), sedangkan upaya

hukum luar biasa tidak menangguhkan eksekusi.

a. Upaya hukum biasa, dapat berupa :

1. Banding, yaitu hak terdakwa atau penuntut umum untuk diperiksa ulang pada

pengadilan yang lebih tinggi karena tidak puas atas putusan pengadilan negeri

Pasal 67 jo Pasal 233 KUHAP.

2. Kasasi, yaitu hak terdakwa atau penuntut umum untuk meminta pembatalan

putusan pengadilan negeri atau pengadilan tinggi karena:

a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang.

b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.

3 Marjanne Termorshuizen, Kamus Hukum Belanda Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1999

hlm. 189

Page 20: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

4

c. Proses peradilan tidak dijalanka sesuai Undang-undang.

b. Upaya hukum luar biasa ada dua sebagai berikut:

1. Upaya hukum kasasi Demi kepentingan hukum, yang mengajukan adalah Jaksa

Agung.

2. Upaya hukum peninjauan kembali, Peninjauan kembali yang mengajukan

adalah terpidana.

Baik kasasi demi kepentingan hukum maupun peninjauan kembali, kedua-duanya

tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan atau terdakwa atau terpidana.

Para pihak yang tidak puas dengan putusan yang tidak dapat diajukan banding,

yang belum memenuhi rasa keadilan, langsung mengajukan upaya hukum kasasi.

Pengajuan upaya hukum kasasi tanpa banding merupakan inisiatif dari jaksa

penuntut umum dalam hal menanggapi putusan hakim yang berupa putusan bebas,

mengingat Pasal 244 KUHAP yang menyebutkan bahwa terhadap putusan perkara

pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain dari

mahkamah agung, terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan pemeriksaan

kasasi kapada mahkamah agung, kecuali terhadap putusan bebas.

Berdasarkan Pasal 244 KUHAP tersebut, dinyatakan bahwa tidak dapat dilakukan

upaya hukum kasasi terhadap putusan bebas, sehingga dalam praktek peradilan,

putusan bebas dapat dibedakan menjadi putusan bebas murni, dan putusan bebas

tidak murni. Terhadap putusan bebas murni tidak dapat dilakukan upaya hukum

banding maupun kasasi, sedangkan terhadap putusan bebas tidak murni yang bisa

disamakan dengan putusan lepas dari segala tuntutan hukum yang terselubung

hanya dapat dilakukan upaya hukum kasasi tanpa melalui banding terlebih dahulu.

Page 21: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

5

Proses tersebut pihak yang bersengketa dengan hukum dituntut untuk

membuktikan apa yang mereka ajukan, karena apabila tidak dibuktikan, maka

mereka yang bersengketa tidak dapat mendapatkan apa yang menurut mereka

pantas untuk didapatkan. Jika salah satu pihak merasa tidak puas dengan putusan

Kasasi Mahkamah Agung maka upaya hukum luar biasa dapat dilakukan, berupa

Peninjauan Kembali (PK). Permohonan PK diajukan tidak hanya atas ketidak

puasan terhadap putusan kasasi, tetapi terhadap putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap, dalam arti terhadap putusan pengadilan negeri

yang tidak diajukan banding dapat diajukan PK, terhadap putusan pengadilan

tinggi yang tidak diajukan kasasi dapat juga di mohonkan PK.4

Penerapan upaya hukum ini semata-mata demi terciptanya keadilan yang

sesungguhnya dimana terhadap putusan hakim di rasa memiliki kecacatan hukum,

karna hakim dalam memberikan putusannya tidak sesuai dengan ketentuan yang

ada atau melebihi wewenangnya sebagai seorang hakim. Kasasi terhadap putusan

bebas merupakan terobosan hukum. Dan telah menjadi yurisprudensi, namun

mengabulkan kasasi terhadap putusan bebas tidak bisa sembarangan. Syaratnya,

jaksa harus membuktikan bahwa terdakwa bukan dinyatakan bebas murni oleh

pengadilan negeri.

Upaya hukum Peninjauan Kembali atau biasa disebut dengan (PK) adalah suatu

upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pemohon terpidana maupun ahli warisnya

Pasal 263 Ayat (1), mengatakan bahwa terhadap putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala

4ImamNasima,“MeninjauKembaliAturanPeninjauanKembali.HukumOnline,http//www.hukumonli

ne.com, diakses pada tanggal 3 Agustus 2015

Page 22: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

6

tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan

peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.

Peninjauan Kembali juga pernah didebatkan boleh atau tidaknya jaksa

mengajukan peninjauan kembali (PK) berakhir di ujung palu Mahkamah

Konstitusi (MK). Lewat uji materi Pasal 263 Ayat (1) UU No. 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dalam putusannya, Mahkamah

menegaskan rumusan Pasal 263 Ayat (1) KUHAP setidaknya memuat empat

landasan pokok. Pertama, PK hanya diajukan terhadap putusan yang telah

berkekuatan hukum tetap. Kedua, PK tidak dapat diajukan terhadap putusan bebas

atau lepas dari segala tuntutan. Ketiga, permohonan PK hanya dapat diajukan

terpidana atau ahli warisnya. Keempat, PK hanya dapat diajukan terhadap putusan

pemidanaan. Esensi landasan filosofis lembaga PK ini ditujukan untuk

kepentingan terpidana atau ahli warisnya sebagai bentuk perlindungan HAM,

bukan kepentingan negara atau korban. Kalau esensi ini dihapus tentu lembaga

PK akan kehilangan maknanya dan tidak berarti, Putusan MK No. 16/PUU-

VI/2008 terkait pengujian UU Kekuasaan Kehakiman sudah disinggung Pasal 263

Ayat (1) KUHAP dianggap jelas bahwa pengajuan PK hak terpidana atau ahli

warisnya, bukan hak jaksa penuntut umum dalam perkara pidana. Jika Jaksa

masih tetap diberikan hak mengajukan PK, padahal sudah diberi hak mengajukan

upaya hukum biasa (banding dan kasasi), justru menimbulkan ketidakpastian

hukum sekaligus tidak berkeadilan.5

5https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5734711a1fc21/akhirnya-mk-larang-jaksa-ajukan-pk.

diskases pada tanggal 20 maret 2017

Page 23: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

7

Pada suatu contoh kasus peninjauan kembali dalam perkara pidana dapat

dilakukan berkali-kali tanpa batas waktu, dan apa dasar alasan yang terkuat

sehingga peninjauan kembali tetap berlaku tanpa batas waktu. Yakni pernah

terjadi yakni Mahkamah Konstitusi (MK) pernah membatalkan Pasal 268 Ayat (3)

KUHAP yang membatasi pengajuan PK hanya satu kali yang dimohonkan mantan

ketua KPK Antasari Azhar beserta istri dan anaknya sehingga PK dapat dilakukan

berkali-kali.Keputusan MK ini dikeluarkan dalam kaitannya dengan kasus

pembunuhan Direktur Utama PT Rajawali Putra Banjaran, Nasrudin Zulkarnanen

oleh mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar.6

Mahkamah Agung (MA) akhirnya menerbitkan Surat Edaran MA (SEMA)

Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali dalam

Perkara Pidana, yang mengatur bahwa PK hanya bisa dilakukan satu kali. SEMA

ini sekaligus mengesampingkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Artinya,

MA telah mengukuhkan bahwa PK hanya dapat dilakukan satu kali.Ketentuan ini

diatur dalam Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”):

“Permintaan peninjauan kembali atas suatu putusan hanya dapat dilakukan satu

kali saja.”Pertimbangan MA saat itu adalah ketentuan yang melarang PK lebih

dari sekali tidak hanya terdapat di KUHAP yang pasalnya sudah dibatalkan MK.

Tetapi juga di peraturan lain seperti UU Kekuasaan Kehakiman dan UU

Mahkamah Agung. Meski demikian, MA mengakui PK dapat diajukan lebih dari

sekali apabila ada dua atau lebih putusan PK yang isinya saling bertentangan atas

obyek perkara yang sama.

6https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/03/140307_pkberkalikali. diskases pada

tanggal 20 maret 2017

Page 24: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

8

Pertimbangan hukum putusan No. 34/PUU-XI/2013 Mahkamah Konstitusi

berpendapat bahwa memang benar dalam hukum terdapat asas litis finiri oportet,

yakni setiap perkara harus ada akhirnya, namun hal itu berkaitan dengan kepastian

hukum. Sedangkan untuk keadilan dalam perkara pidana terhadap asas tersebut

tidak secara kaku diterapkan tanpa melihat situasi karena dengan adanya

memperbolehkan peninjauan kembali satu kali, terlebih lagi ketika ditemukan

adanya bukti baru (novum) sehingga bertentangan dengan asas keadilan yang

diamanatkan oleh Undang-Undang tentang kekuasaan kehakiman untuk

menegakan hukum dan keadilan (vide Pasal 24 Ayat (1) UUD RI 1945).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul

“Analisis Yuridis Upaya Hukum Peninjauan Kembali Dalam Mewujudkan

Kepastian Hukum Bagi Terpidana”.

B. Perumusan Masalah dan ruang lingkup

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian tersebut maka masalahnya

dapat di identifikasikan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah upaya hukum peninjauan kembali dalam mewujudkan

kepastian hukum bagi terpidana agar asas litis finiri oportet akan

terpenuhi ?

b. Apakah upaya hukum peninjauan kembali dapat memenuhi nilai keadilan

dan kepastian hukum bagi terpidana?

Page 25: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

9

2. Ruang Lingkup

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dalam pembahasan skripsi ini akan

berbicara tentang Analisis Yuridis Upaya Hukum Peninjauan Kembali Dalam

Mewujudkan Kepastian Hukum Bagi Terpidana, Ruang lingkup wilayah

penelitian adalah dalam wilayah Bandar Lampung dan ruang lingkup waktu

adalah pada tahun 2019.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui Upaya Hukum Peninjauan Kembali Dalam Mewujudkan

Kepastian HukumBagi Terpidana.

b. Untuk mengetahui putusan MK No. 34/PUUU-XII/2013 dapat memenuhi nilai

kedailan dan kepastian hukum.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmu pengetahuan tentang hukum, khususnya dalam bidang

hukum pidana dan Upaya Hukum Peninjauan Kembali Dalam Mewujudkan

Kepastian Hukum Bagi Terpidana.

b. Kegunaan Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pemahaman dan wawasan secara umum kepada terhadap seluruh mahasiswa

dan masyarakat dansecara khusus kepada penulis, tentang Upaya Hukum

Peninjauan Kembali Dalam Mewujudkan Kepastian Hukum Bagi Terpidana.

Page 26: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

10

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

a. Teori Kepastian Hukum

Teori yang menjadi grand theory dalam penelitan ini adalah teori kepastian

hukum. Gustav Radbruch terdapat dua macam pengertian kepastian yaitu,

kepastian hukum oleh karena hukum dan kepastian hukum dalam atau dari

hukum. Hukum yang berhasil menjamin banyak kepastian hukum dalam

masyarakat adalah hukum yang berguna. Kepastian hukum oleh karena hukum,

memberi dua tugas hukum yang lain, yaitu menjamin keadilan hukum serta

hukum harus tetap berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam hukum, tercapai

apabila hukum tersebut sebanyak-banyaknya undang-undang.7

Menurut Gustav Radbruch, hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai identitas,

yaitu sebagai berikut :

1. Asas kepastian hukum (rechmatigheid), Asas ini meninjau dari sudut yuridis.

2. Asas keadilan hukum (gerectigheit), Asas ini meninjau dari sudut filosofis,

dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang didepan

pengadilan.

3. Asas kemanfaatan hukum (zwechmatigheid) atau doelmatigheid atau utility.8

b. Teori Keadilan Substantif

Keadilan menurut Barda Nawawi Arief adalah perlakuan yang adil, tidak berat

sebelah, tidak memihak dan berpihak kepada yang benar. Keadilan menurut kajian

7 Kepastian Hukum, http://www.surabayapagi.com/, diakses pada tanggal 18 Mei 2016. 8Gustav Radbruch. Perspektif teori hukum. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 118.

Page 27: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

11

filsafat adalah apabila dipenuhi dua prinsip, yaitu: pertama tidak merugikan

seseorang dan kedua, perlakuan kepada tiap-tiap manusia apa yang menjadi

haknya. Jika kedua prinsip ini dapat dipenuhi barulah itu dikatakan adil. Pada

praktiknya, pemaknaan keadilan dalam penanganan sengketa-sengketa hukum

ternyata masih dapat diperdebatkan. Banyak pihak merasakan dan menilai bahwa

lembaga pengadilan kurang adil karena terlalu syarat dengan prosedur,

formalistis, kaku, dan lamban dalam memberikan putusan terhadap suatu

sengketa. Faktor tersebut tidak lepas dari cara pandang hakim terhadap hukum

yang kaku dan normatif-prosedural dalam melakukan konkretisasi hukum.9

Keadilan substantif dimaknai keadilan yang diberikan sesuai dengan aturan-aturan

hukum substantif, dengan tanpa melihat kesalahan-kesalahan prosedural yang

tidak berpengaruh pada hak-hak substantif penggugat. Ini berarti bahwa apa yang

secara formal-prosedural benar bisa saja disalahkan secara materiil dan

substansinya melanggar keadilan. Demikian sebaliknya, apa yang secara formal

salah bisa saja dibenarkan jika secara materiil dan substansinya sudah cukup adil

(hakim dapat menoleransi pelanggaran procedural asalkan tidak melanggar

substansi keadilan). Dengan kata lain, keadilan substantif bukan berarti hakim

harus selalu mengabaikan bunyi undang-undang. Melainkan, dengan keadilan

substantif berarti hakim bisa mengabaikan undang-undang yang tidak memberi

rasa keadilan, tetapi tetap berpedoman pada formal-prosedural undang-undang

yang sudah memberi rasa keadilan sekaligus menjamin kepastian hukum.

9Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 23.

Page 28: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

12

2. Konseptual

Konseptual adalah suatu kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan

istilah yang ingin diteliti, baik dalam penelitian normatif maupun empiris.10 Hal

ini dilakukan, dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam melakukan

penelitian.

1. Analisis adalah pemeriksaan yang teliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan

data, pengolahan, analisa dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis

dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan.11

2. Yuridis adalah aturan hukum yang menjadi sebuah ketentuan-ketentuan dan

berlaku secara Universal dan seegala hal yang mempunyai arti hukum dan

telah disahkan oleh pemerintah.12

3. Upaya Hukum adalah upaya yang diberikan oleh undang-undang kepada

seseorang atau badan hukum untuk dalam hal tertentu melawan putusan

hakim. Dalam teori dan praktek kita mengenal ada 2 (dua) macam upaya

hukum yaitu, upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.13

4. Peninjauan Kembali berasal dari bahasa Latin sanction yang berkaitan

dengan kata kerja sancire. Arti asal kata sancire adalah hal-hal keramat atau

suci yang mengakibatkan sesuatu yang dilindungi oleh dewa-dewa sehingga

tidak boleh dicemarkan (sancrosanct). Di dalam perkembangannya, maka

10Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), hlm. 124. 11Kebudayaan dan Depatemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (jakarta; Balai

Pustaka,1991) hlm. 120 12Ibid. hlm.120 13Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, PT. Alumni, Bandung, 1992,

hlm. 78

Page 29: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

13

kata tersebut diberi arti sesuatu yang dilarang, yang apabila dilanggar akan

dikenakan hukuman.14

5. Kepastian Hukum adalah Kepastian hukum secara normatif adalah ketika

suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara

jelas dan logis dan tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis

sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.15

6. Terpidana adalaha seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum.16

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hukum ditujukan untuk dapat memberikan gambaran yang

lebih jelas, komperhensif dan menyeluruh mengenai bahasan dalam penulisan

hukum yang akan disusun. Agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi

dalam penulisan skripsi ini dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan,

makaskripsi ini disusun dalam 5 (lima) Bab dengan sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul yang akan

diangkat dalam penulisan skripsi. Kemudian permasalahan yang dianggap penting

disertai pembatasan ruang lingkup penelitian. Selanjutnya juga membuat tujuan

dan kegunaan penelitian yang dilengkapi dengan kerangka teori dan konseptual

serta sistematikapenulisan.

14Ibid. hlm 45 15https://yancearizona.net/2008/04/13/apa-itu-kepastian-hukum/ diakses 20 maret 2018. 16 https://id.wikipedia.org/wiki/pengertian.narapidana, diakses26 november 2018.

Page 30: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran.

Didalamnya termuat pengertian dan tinjauan umum tentang Upaya Hukum

Peninjauan Kembali Dalam Mewujudkan Kepastian Hukum Terhadap Perkara

Pidana Dalam Prespektif Hukum Pidana

III. METODEPENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian

berupa langkah-langkah yang dapat digunakan dalam melakukan pendekatan

masalah, penguraian, tentang sumber data yang di dapat dari berbagai

literatur/buku hukum,serta jenis data serta prosedur analisis data yang

telahdidapat.

IV. HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan terhadap

permasalahan penelitian ini dengan mendasarkan pada rumusan masalah antara

lain mengenai bagaimana Upaya Hukum Peninjauan Kembali Dalam

Mewujudkan Kepastian Hukum Terhadap Perkara Pidana Dalam Prespektif

Hukum Pidanaserta adanya putusan MK No. 34/PUUU-XII/2013 dapat memenuhi

nilai kedailan dan kepastian hukum.

V. PENUTUP

Pada bab ini merupakan bab penutup dari penulisan skripsi yang secara singkat

berisikan kesimpulan hasil pembahasan daripenelitian yang telah dilakukan dan

serta saran-saran yang berhubungan dengan permasalahan yangdibahas.

Page 31: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

15

II.TINJAUANPUSTAKA

A. Pengertian Upaya Hukum

1. Upaya Hukum Biasa

Upaya hukum adalah upaya yang diberikan oleh undang-undang kepada

seseorang atau badan hukum untuk dalam hal tertentu melawan putusan hakim.

Dalam teori dan praktek kita mengenal ada 2 (dua) macam upaya hukum yaitu,

upaya hukum biasa dan upayas hukum luar biasa. Perbedaan yang ada antara

keduanya adalah bahwa pada azasnya upaya hukum biasa menangguhkan

eksekusi (kecuali bila terhadap suatu putusan dikabulkan tuntutan serta

mertanya), sedangkan upaya hukum luar biasa tidak menangguhkan eksekusi.17

a. Upaya Hukum Banding

Banding merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah

satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan Pengadilan

Negeri. Para pihak mengajukan banding bila merasa tidak puas dengan isi putusan

Pengadilan Negeri kepada Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan Negeri dimana

putusan tersebut dijatuhkan. Sesuai azasnya dengan diajukannya banding maka

pelaksanaan isi putusan Pengadilan Negeri belum dapat dilaksanakan, karena

17 Oemar Seno. Adji. Perkembangan Hukum Pidana Dan Hukum Acara Sekarang Dan Masa

Akan Datang. Pancuran Tujuh. Jakarta. 1980. Hlm. 75

Page 32: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

16

putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap sehingga belum

dapat dieksekusi, kecuali terhadap putusan uit voerbaar bij voeraad.18

Banding ada di dalam Pasal 67 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana). Pengertian isi KUHAP memberikan hak kepada mereka untuk

mengajukan upaya banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali

terhadap putusan bebas murni/vrisjpraak (bebas dari segala dakwaan), bebas tidak

murni/onslag van alle rechtvervollging atau lepas dari segala tuntutan hukum yang

menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan

dalam acara cepat (putusan tindak pidana ringan dan perkara pelanggaran lalu-

lintas).

Keputusan pengadilan yang dapat dimintakan banding hanya keputusan

pengadilan yang berbentuk Putusan bukan penetapan, karena terhadap penetapan

upaya hukum biasa yang dapat diajukan hanya kasasi.19 Tenggang waktu

pernyataan mengajukan banding adalah 14 hari sejak putusan dibacakan bila para

pihak hadir atau 14 hari pemberitahuan putusan apabila salah satu pihak tidak

hadir. ni diatur dalam pasal 7 Ayat (1) dan (2) UU No. 20/1947 jo Pasal 46 UU

No. 14/1985. Dalam praktek dasar hukum yang biasa digunakan adalah Pasal 46

UU No. 14 tahun 1985. Apabila jangka waktu pernyatan permohonan banding

telah lewat maka terhadap permohonan banding yang diajukan akan ditolak oleh

Pengadilan Tinggi karena terhadap putusan Pengadilan Negeri yang bersangkutan

dianggap telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan dapat dieksekusi.

18 Hamzah. Andi.1984 Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Ghalia Indonesia. 19 Retnowulan Soetantio dan Iskandar Oeripkartawinata,Hukum Acara Perdata dalam teori dan

Praktek,cet.8.(Jakarta: CV. Mandar Maju,1997), hlm.149.

Page 33: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

17

Pendapat diatas dikuatkan oleh Putusan MARI No. 391 k/Sip/1969, tanggal 25

Oktober 1969, yaitu bahwa permohonan banding yang diajukan melalmpaui

tenggang waktu menurut undang-undang tidak dapat diterima dan surat-surat yang

diajukan untuk pembuktian dalam pemeriksaan banding tidak dapat

dipertimbangkan. Akan tetapi bila dalam hal perkara perdata permohonan banding

diajukan oleh lebih dari seorang sedang permohonan banding hanya dapat

dinyatakan diterima untuk seorang pembanding, perkara tetap perlu diperiksa

seluruhnya, termasuk kepentingan-kepentingan mereka yang permohonan

bandingnya tidak dapat diterima (Putusan MARI No. 46 k/Sip/1969, tanggal 5

Juni 1971).

Prosedur mengajukan permohonan banding:

1. Dinyatakan dihadapan Panitera Pengadilan Negeri dimana putusan tersebut

dijatuhkan, dengan terlebih dahuku membayar lunas biaya permohonan

banding.

2. Permohonan banding dapat diajukan tertulis atau lisan (Pasal 7 UU No.

20/1947) oleh yang berkepentingan maupun kuasanya.

3. Panitera Pengadilan Negeri akan membuat akte banding yang memuat hari

dan tanggal diterimanya permohonan banding dan ditandatangani oleh

panitera dan pembanding. Permohonan banding tersebut dicatat dalam

Register Induk Perkara Perdata dan Register Banding Perkara Perdata.

4. Permohonan banding tersebut oleh panitera diberitahukan kepada pihak lawan

paling lambat 14 hari setelah permohonan banding diterima.

Page 34: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

18

5. Para pihak diberi kesempatan untuk melihat surat serta berkas perkara di

Pengadilan Negeri dalam waktu 14 hari.

6. Walau tidak harus tetapi pemohon banding berhak mengajukan memori

banding sedangkan pihak Terbanding berhak mengajukan kontra memori

banding. Untuk kedua jenis surat ini tidak ada jangka waktu pengajuannya

sepanjang perkara tersebut belum diputus oleh Pengadilan Tinggi. (Putusan

MARI No. 39 k/Sip/1973, tanggal 11 September 1975).

7. Pencabutan permohonan banding tidak diatur dalam undang-undang

sepanjang belum diputuskan oleh Pengadilan Tinggi pencabutan permohonan

banding masih diperbolehkan.

b. Upaya Hukum Kasasi (Pasal 244 KUHAP)

Terhadap putusan pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan

lain selain daripada Mahkamah Agung (pengadilan negeri dan pengadilan tinggi),

terdakwa ataupun penuntut umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan

kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas

murni/vrisjpraak.

Selanjutnya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 253 KUHAP pemeriksaan

dalam tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan para pihak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 dan Pasal 248 KUHAP guna

menentukan:

1. apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak

sebagaimana mestinya;

2. apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-

undang;

3. apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya;

Page 35: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

19

Kasasi merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah

satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan Pengadilan

Tinggi. Para pihak dapat mengajukan kasasi bila merasa tidak puas dengan isi

putusan Pengadilan Tinggi kepada Mahkamah Agung. Kasasi berasal dari

perkataan “casser” yang berarti memecahkan atau membatalkan, sehingga bila

suatu permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan dibawahnya diterima oleh

Mahkamah Agung, maka berarti putusan tersebut dibatalkan oleh Mahkamah

Agung karena dianggap mengandung kesalahan dalam penerapan hukumnya.20

Pemeriksaan kasasi hanya meliputi seluruh putusan hakim yang mengenai hukum,

jadi tidak dilakukan pemeriksaan ulang mengenai duduk perkaranya sehingga

pemeriksaaan tingkat kasasi tidak boleh/dapat dianggap sebagai pemeriksaan

tinggak ketiga.

Alasan mengajukan kasasi menurut pasal 30 UU No. 14/1985 antara lain :

1) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang.

Tidak bewenangan yang dimaksud berkaitan dengan kompetensi relatif

dan absolut pengadilan, sedang melampaui batas bisa terjadi bila

pengadilan mengabulkan gugatan melebihi yang diminta dalam surat

gugatan.

2) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.

Yang dimaksud disini adalah kesalahan menerapkan hukum baik hukum

formil maupun hukum materil, sedangkan melanggar hukum adalah

penerapan hukum yang dilakukan oleh Judex facti salah atau bertentangan

20 sutantio,op.cit., hal 163.

Page 36: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

20

dengan ketentuan hukum yang berlaku atau dapat juga diinterprestasikan

penerapan hukum tersebut tidak tepat dilakukan oleh judex facti.

3) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh pertauran perundang-

undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang

bersangkutan.

Contohnya dalam suatu putusan tidak terdapat irah-irah yaitu permohonan kasasi

harus sedah disampaikan dalam jangka waktu 14 hari setelah putusan atau

penetepan pengadilan yang dimaksud diberitahukan kepada Pemohon Pasal 46

ayat(1) UU No. 14/1985, bila tidak terpenuhi maka permohonan kasasi tidak

dapat diterima.

Prosedur pengajuan kasasi :

1. Permohonan kasasi disampaikan oleh pihak yang berhak baik secara tertulis

atau lisan kepada Panitera Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut

dengan melunasi biaya kasasi.

2. Pengadilan Negeri akan mencatat permohonan kasasi dalam buku daftar, dan

hari itu juga membuat akta permohonan kasasi yang dilampurkan pada berkas

Pasal 46 Ayat (3) UU No. 14/1985)

3. Paling lambat 7 hari setelah permohonan kasasi didaftarkan panitera

Pengadilan Negeri memberitahukan secara tertulis kepada pihak lawan (Pasal

46 Ayat (4) UU No. 14/1985)

4. Dalam tenggang waktu 14 hari setelah permohonan kasasi dicatat dalam buku

daftar pemohon kasasi wajib membuat memori kasasi yang berisi alasan-

alasan permohonan kasasi (Pasal 47 Ayat (1) UU No. 14/1985)

Page 37: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

21

5. Panitera Pengadilan Negeri menyampaikan salinan memori kasasi pada lawan

paling lambat 30 hari (Pasal 47 Ayat (2) UU No. 14/1985).

6. Pihak lawan berhak mengajukan kontra memori kasais dalam tenggang waktu

14 hari sejak tanggal diterimanya salinan memori kasai (Pasal 47 Ayat (3) UU

No. 14/1985)

7. Setelah menerima memori dan kontra memori kasasi dalam jangka waktu 30

hari Panitera Pengadilan Negeri harus mengirimkan semua berkas kepada

Mahkamah Agung Pasal 48 Ayat (1) UU No. 14/1985.

c. Upaya Hukum Verzet

Verzet merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah

satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan Pengadilan

Negeri. Prosedur pengajuan verzet menurut Pasal 129 Ayat (1) HIR adalah

sebagai berikut:

1. Dalam waktu 14 hari setelah putusan verstek itu diberitahukan kepada

tergugat sendiri, jika putusan tidak diberitahukan kepada tergugat sendiri

maka :

2. Perlawanan boleh diterima sehingga pada hari kedelapan setelah teguran

(aanmaning) yang tersebut dalam pasal 196 HIR atau;

3. Dalam delapan (8) hari setelah permulaan eksekusi (Pasal 197 HIR).

4. Dalam prosedur verzet kedudukan para pihak tidak berubah yang mengajukan

perlawanan tetap menjadi tergugat sedangyang dilawan tetap menjadi

Penggugat yang harus memulai dengan pembuktian.21

21 Supomo., Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, (Jakarta, Pradnjaparamita, 1967) hlm. 39.

Page 38: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

22

Verzet dapat diajukan oleh seorang tergugat yang dijatuhi putusan verstek, akan

tetapi upaya verzet hanya bisa diajukan satu kali bila terhadap upaya verzet ini

tergugat tetap dijatuhi putusan verstek maka tergugat harus menempuh upaya

hukum banding.22

2. Upaya Hukum Luar Biasa

Pasal dalam KUHAP yang mengatur upaya hukum luar biasa adalah Pasal 259-

Pasal 269, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Pemeriksan Tingkat Kasasi Demi Kepentingan Hukum (Pasal 259

KUHAP)

Demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung

dapat diajukan 1 (satu) kali permohonan oleh Jaksa Agung dan putusan kasasi

demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan.

b. Upaya Hukum Peninjauan Kembali

Peninjauan Kembali Putusan Pengadilan yang telah Mempunyai Kekuatan Hukum

Tetap (Pasal 263 KUHAP)Peninjauan kembali merupakan hak terpidana untuk

melakukan upaya hukum karena tidak menerima putusan pengadilan menurut cara

yang diatur dalam Undang-Undang. 23

Pasal 263 Ayat (1) menyebutkan bahwa terhadap putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala

22Ibid. 23Ibid. Hlm. 45

Page 39: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

23

tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan

peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung. Sedang dalam Ayat (2) KUHAP

menyatakan syarat dilakukannya peninjauan kembali,yaitu:

1. Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika

keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya

akan berupa putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum atas

tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu

ditetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

2. Apabila dalam berbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah

terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang

dinyatakan telah terbukti itu ternyata telah bertentangan satu dengan yang

lainnya.

3. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakimatau

suatu kekeliruan yang nyata.

Berdasarkan uraian diatas sangatlah jelas bahwa KUHAP telah

menjelaskan,peninjauan kembali hanya boleh dilakukan oleh si terpidana dan

peninjauan kembali merupakan hak si terpidana. KUHAP memberikan hak untuk

mengajukan peninjauan kembali hanya kepada terpidana atau ahli warisnya

terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,

kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum. Hal ini tercantum

dalam Pasal 263 Ayat (1) KUHAP. Namun dalam praktiknya, hak pengajuan

peninjauan kembali ini sering digunakan oleh jaksa terhadap putusan bebas atau

lepas dari tuntutan hukum. Dasar diajukannya PK disebut di dalam Pasal 263

Ayat (2) KUHAP, yaitu apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan

Page 40: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

24

kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala

tuntutan hukum atau tuntutan dari penuntut umum tidak dapat diterima atau

terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan. Juga apabila

putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu

kekeliruan yang nyata.Pasal 263 Ayat (2) KUHAP tersebut secara implisit yang

dimaksudkan dapat mengajukan PK ialah terpidana atau ahli warisnya, karena ia

telah dijatuhi pidana.

Padahal apabila hakim yang telah memutuskan perkaranya telah

mengetahuiadanya keadaan yang dapat membebaskan terdakwa, atau

melepaskannya darisegala tuntutan hukum, atau seharusnya menyatakan tuntutan

penuntut umumtidak dapat diterima atau seharusnya menjatuhkan pidana yang

lebih ringandaripada yang dijatuhkannya, maka ia akan menetapkan putusan salah

satu jenisputusan yang disebut secara limitatif di dalam Pasal 263 Ayat (2)

KUHAP.

Upaya pengajuan peninjauan kembali yang dilakukan oleh jaksa sampai saat ini

masih menjadi perdebatan. Hal ini disebabkan karena terdapat sebuah perbedaan

penafsiran dalam hal pemberian hak untuk mengajukan Peninjauan Kembali.

Pendapat-pendapat tersebut hadir dalam benturan yang kuat, namun argumentasi

mereka tetap mengacu pada kaidah yang sama yaitu KUHAP. Pengajuan

peninjauan kembali harus didasarkan pada Pasal 263 KUHAP dan praktik hukum

yang berkembang. Dalam Pasal 263 Ayat (1) disebutkan bahwa terhadap putusan

yang telah berkekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala

Page 41: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

25

tuntuan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan

peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.24

Berdasarkan pasal tersebut, maka pengajuan peninjauan kembali tidak ditujukan

atas putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum. Sedangkan pihak yang

dirugikan oleh putusan pemidanaan adalah terpidana, sehingga jaksa tidak

mungkin mengajukan peninjauan kembali. Tetapi Pasal 263 itu bukan hanya

terdiri atas dua ayat saja, masih ada ayat lain yang memungkinkan pihak yang

merasa dirugikan mengajukan Peninjauan Kembali. Penegasan ini penting artinya,

mengingat dalam praktek seakan dilupakan keberadaan Ayat (3) dari pasal

tersebut.

Upaya pengajuan peninjauan hukum telah diatur dalam ketentuan pasal-pasal

antara lain: Pasal 263, Pasal 264, Pasal 265, Pasal 266, Pasal 267, Pasal 268, dan

Pasal 269 KUHAP. Berlaku ketentuan-ketentuan dibawah ini:

Pasal 263 KUHAP

1) Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,

kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau

ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada

Mahkamah Agung.

2) Permintaan peninjauan kembali dilakukan atas dasar :

a. Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa

jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung,

hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala

24Soedarto. 1981. Hakim Dan Hukum Pidana. Alumni.Bandung. hlm. 40

Page 42: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

26

tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau

terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana lebih ringan;

b. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah

terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasanputusan

yang telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu denganyang lain;

c. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim

atau suatu kekeliruan yang nyata.

3) Atas dasar alasan yang sama sebagaimana tersebut pada Ayat (2) terhadap

suatu putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat

diajukan peninjauan kembali apabila dalam putusan itu suatu perbuatan yang

didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti oleh suatu

pemidanaan.

B. Azaz Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum adalah suatu jaminan bahwa suatu hukum harus dijalankan

dengan cara yang baik atau tepat. Kepastian pada intinya merupakan tujuan utama

dari hukum. Jika hukum tidak ada kepastian maka hukum akan kehilangan jati diri

serta maknanya. Jika hukum tidak memiliki jati diri maka hukum tidak lagi

digunakan sebagai pedoman perilaku setiap orang.

Adanya kepastian hukum dalam suatu negara menyebabkan adanya upaya

pengaturan hukum dalam suatu perundang-undangan yang ditetapkan oleh

pemerintah. Sistem hukum yang berlaku terdiri dari peraturan-peraturan yang

tidak berdasarkan pada putusan sesaat. Pengertian asas kepentingan hukum dalam

penyelenggara negara adalah sebuah konsep untuk memastikan bahwa hukum

Page 43: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

27

dijalankan dengan baik sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi siapapun,

hukum harus bisa menajdi pedoman, mengayomi dan melindungi masyarakat dari

berbagai tindak kejahatan atau pelecehan pada individu ataupun kelompok.

Asas kepastian hukum, tidak boleh ada hukum yang saling bertentangan, hukum

harus dibuat dengan rumusan yang bisa dimengerti oleh masyarakat umum.

Dengan demikian, pengertian asas kepastian hukum dan keadilan yaitu hukum

berlaku tidak surut sehingga tidak merusak intergritas sistem yang ada. Pengertian

asas kepastian hukum juga terkait dengan adanya peraturan dan pelaksanaannya.

Kepastian hukum akan mengarahkan masyarakat untuk bersikap positif pada

hukum negara yang telah ditentukan. Dengan adanya asas kepastian hukum maka

masyarakat bisa lebih tennag dan tidak akan mengalami kerugian akibat

pelanggaran hukum orang lain.

Menurut Sudikno Mertokusumo Kepastian hukum merupakan sebuah jaminan

bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan cara yang baik. Istilah Asas

kepastian hukum dapat juga kita temukan di dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari

Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme dan didalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Kedua undang-undang tersebut

menjadikan dasar penyelenggara pemerintahan untuk menyelenggarakan

pemerintahan dengan baik yang berasaskan kepastian hukum. Dalam penjelasan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Asas

kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan

Page 44: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

28

ketentuan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap

kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.

C. Azaz Keadilan

Pasal 6 Ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan misalnya menentukan bahwa

”materi muatan peraturan perundang-undangan mengandung asas keadilan”.

Dalam Penjelasanya dikemukakan “yang dimaksud dengan ”asas keadilan” adalah

bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangn harus mencerminkan

keadilan secara proporsional bagi setiap warga Negara tanpa kecuali.” Pengertian

asas /nilai keadilan atau keadilan sosial dari berbagai Undang-undang tersebut di

atas berbeda satu sama lain dan tidak operasional, tetapi suatu pengertian yang

masih umum dan rancu. Pembentuk Undang-undang tampaknya mencampur

adukkan asas keadilan dengan pelayanan yang adil dan merata, tidak

diskriminatif, keseimbangan hak dan kewajiban, biaya yang terjangkau dan/atau

pelayanan yang bermutu.

Keadilan sebagai suatu asas (principle) seharusnya bisa menjadi petunjuk yang

tepat bagi pelaksanaan suatu undang-undang. Karena itu konsep keadilan yang

dimaksud harus diberikan makna operasional yang jelas. Selain itu asas keadilan

harus dijabarkan secara konkrit dalam pasal-pasal Undang-undang, agar asas

tersebut tidak hanya sekedar sebagai etalase atau pemasis saja.

Berbagai teori keadilan dikembangkan sejak zaman Yunani Kuno, Abad

Pertengahan, Zaman Modern dan Dewasa ini dapat dijadikan referensi oleh

pembentuk Undang-undang dalam memberi definisi asas keadilan. Pada zaman

Page 45: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

29

yunani Kuno Plato menekankan teori keadilan pada harmoni atau keseimbangan,

sedangkan Aristotelaes menitik beratkan pada proporsi atau perimbangan25.

Pada Abad Pertengahan, para ahli hukum Romawi memberikan definisi keadilan

adalah kecenderungan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap

orang haknya. Sedang Pendeta Augustinus dalam karya tulisnya Civitas Dei

mengemukakan bahwa keadilan adalah asas ketertiban yang muncul dalam

perdamaian, sedang perdamaian adalan ikatan yang semua orang

menginginkannya dalam kesukaan bergaul mereka. 26Pada Zaman Modern

terdapat beberapa aliran antara lain aliran utilitarianisme yang digagas oleh John

Stuart Mill yang terkenal dengan ungkapannya bahwa keadilan adalah ”the

greatest good of the greatest number”. 27

Teori keadilan dewasa ini yang cukup menarik ialah yang dikemukakan oleh John

Rawls yang mengemukakan 2 prinsip keadilan. Pertama menyangkut distribusi

dari kebebasan kebebasan dasar yang perlu disebarkan secara sama untuk setiap

orang. Kedua bertalian dengan kekuasaan jabatan, kedaulantan sosial, penghasilan

dan kekayaan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa dalam kerja sama manusia satu

satunya prinsip yang layak adalah asas yang menerima ketidaksamaan (inequality)

hanya kalau itu berlangsung bagi keuntungan dari mereka yang paling tidak

beruntung. Menurut teori keadilan John Rawls tugas dari pranata-pranata sosial

dan politik ialah memelihara dan meningkatkan kebebasan dan kesejahteraan

individu. 28Sementara itu A. Suryawasita SJ (Asas Keadilan Sosial, 1989 hal 14)

25The Liang Gie, Teori-Teori Keadilan, 1979, hlm 25 26Ibid, Hlm.25 27Ibid, hlm. 30 28Ibid, hlm.37

Page 46: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

30

mengemukakan ”Pada pokoknya prinsip ini menegaskan perlunya pembagian

kembali terus-menerus kekayaan dan kekuasaan demi keuntungan anggota

masyarakat yang paling kurang diuntungkan”. Ditambahkannya bahwa

”memperjuangkan keadilan sosial pada dasarnya memperjuangkan adanya

pembagian kekuasaan yang adil, dan tegaknya demokrasi.”

Pembentuk Undang-undang selain perlu memahami teori keadilan, dan nilai

keadilan yang hidup dalam masyarakat, juga diharapkan mampu menggali

asas/nilai keadilan yang mengalir dari Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945

yang menyebutkan 1 kali kata perikeadilan, masing-masing 2 kali kata adil dan

kata keadilan sosial. Undang-undang tanpa nilai keadilan kehilangan rohnya.

Ketidakmampuan pembentuk Undang-undang memberi makna yang tepat

terhadap kata adil/keadilan/keadilan sosial merupakan kelemahan pemahaman

konsepsional yang berpengaruh kepada kualitas Undang-undang. Karena itu tidak

mengherankan jika banyak Undang-undang yang umurnya pendek, yang

dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi atau mendapat perlawanan dari masyarakat

ketika hendak dilaksanakan.

D. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang

konkrit dalam lapangan hukum pidana sehingga tindak pidana haruslah diberikan

arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan

dengan istilah yang dipakai sehari-hari. Mengenai istilah tindak pidana di dalam

peraturan perundang-undangan di Indonesia sering dipakai berbagai istilah

seperti:

Page 47: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

31

a. Peristiwa Pidana (Konstitusi RIS Maupun UUDS tahun 1950)

b. Perbuatan Pidana (Undang-Undang Darurat tahun 1951 Nomor 1)

c. Tindak Pidana itu sendiri (dipergunakan dalam Undang-Undang

Pemberantasan Korupsi)

d. Perbuatan yang boleh di hukum, dsb29

Secara dogmatis masalah pokok yang berhubungan dengan hukum pidana adalah

membicarakan beberapa hal, yaitu:

1. Perbuatan yang dilarang

2. Orang yang melakukan perbuatan yang dilarang itu

3. Pidana yang dilancarkan terhadap pelanggar larangan itu

4. Perbuatan yang dilarang. 30

Mengenai kata ‘perbuatan yang di larang’, didalam hukum pidana mempunyai

banyak istilah dengan pengertiannya masing-masing, karena merupakan istilah

yang berasal dari bahasa Belanda “Het Straafbare Feit” yang diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia, antara lain:

a. Perbutan yang dilarang hukum

b. Perbuatan yang dapat dihukum

c. Perbuatan pidana

d. Peristiwa pidana“Delectum”

e. Tindak pidana

f. Delik (berasal dari bahasa Latin)

29 Adami.Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I. PT Radja Grafindo. Persada

Makasar.2002. hlm 10 30 Sudarto, 1990. Hukum Pidana I. Yayasan Sudarto Universitas Diponogoro. Semarang

Page 48: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

32

Untuk menghindari berbagai istilah dan pengertian tentang tindak pidana maka

dalam tulisan ini digunakan istilah “Tindak Pidana” dengan mengutip pengertian

dari rumusan yang ditetapkan oleh tim pengkaji Hukum Pidana Nasional sebagai

berikut : “Tindak Pidana ialah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu

yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang

dilarang dan diancam dengan pidana”. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) yang berlaku sekarang ini, tindak pidana tersebut dibagi dalam

dua kelompok yaitu kejahatan yang diatur dalam buku kedua dan pelanggaran

yang diatur dalam buku ketiga. Adapun kriteria yang dipergunakan untuk

mengelompokkan dari dua bentuk tindak pidana ini, KUHP sendiri tidak ada

memberikan penjelasan sehingga orang beranggapan bahwa kejahatan kejahatan

tersebut adalah perbuatan-perbuatan atau tindak pidana yang berat, dan

pelanggaran itu adalah perbuatan-perbuatan atau tindak pidana yang lebih ringan,

hal ini juga disadari bahwa pada kejahatan umumnya sanksi pidana yang

diancamkan adalah lebih berat daripada ancaman pidana yang ada pada

pelanggaran.

Menurut pengertian letak perbedaan antara tindak pidana dengan pelanggaran

adalah kalau pada tindak pidana meskipun perbuatan itu belum diatur dalam

undang-undang namun kalau perbuatan itu dianggap oleh masyarakat tidak adil

maka perbuatan itu dapat dihukum, sedangkan pada pelanggaran perbuatan

tersebut dapat dihukum kalau undang-undang telah mengaturnya. Jadi, meskipun

perbuatan itu sudah pelanggaran kalau tidak diatur dalam undang-undang

perbuatan tersebut tidak dapat dihukum.

Page 49: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

33

Pertumbuhan resmi tentang pengertian tindak pidana dan pelanggaran dalam

hukum pidana tidak selalu sejalan dan tidak mungkin mencangkup semua

perbuatan yang beraneka ragam, bahkan seringkali tertinggal dari formulasi tindak

pidana itu disebabkan pengaruh perkembangan masyarakat. Sehubungan tindak

pidana pendapat beberapa sarjana yang mengartikan tindak pidana, menurut

Bonger yang menyatakan bahwa tindak pidana adalah:

Perbuatan yang sangat anti sosial yang mmeperoleh tantangan dengan sadar dari

Negara berupa pemberian penderitaan, oleh sebab itu perbuatan-perbuatan

immoral adalah perbuatan anti sosial dan secara yuridis, tindak pidana diartikan

sebagai suatu perbuatan yang melanggar hukum atau dilarang oleh undang-

undang.31Selain itu ditengah masyarakat juga dikenal istilah “kejahatan” yang

menunjukkan pengertian perbuatan melanggar norma dengan mendapat sanksi

masyarakat melalui putusan hakim agar dijatuhi pidana dan masih ada lagi istilah

“kejahatan” menurut arti kriminologi, pengertiannya terlampau luas karena

mencangkup semua perbuatan tercela atau tindak asusila. Kejahatan dalam arti

hukum yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat itu, tidak lebih dari arti

perbuatan pidana.

Beberapa istilah secara umum digunakan untuk tindak pidana menurut

kriminologi adalah : To Crime, misdaad, delik, strafbaarfelt, dan kejahatan.

Demikian pula ada beberapa pengertian kejahatan yaitu :

1. Menurut Van Bemmelen, Kejahatan adalah suatu tindak anti sosial yang

menimbulkan ketidakpatuhan dalam masyarakat sehingga di dalam

31 Arief, Barda Nawawi. 1998. Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum

Pidana. Jakarta.

Page 50: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

34

masyarakat terhadap kegelisahan dan untuk menentramkan masyarakat,

Negara harus menjatuhkan pidana.32

2. Menurut Kempe, kejahatan ialah: “Semua perhatian yang oleh sebagian

masyarakat menilai mengenai apa yang merugikan, tidak pantas dan tidak

dibiarkan. Tetapi tidak perbuatan yang merugikan, tidak pantas, dan tidak

dapat diartikan tertulis dalam hukum pidana. Namun perbuatan yang tidak

tertulis dalam hukum pidana, baik kiranya menjadi objek penelitian

kriminologi”.33

Kemudian akibat kekejaman tindak pidana kekerasan menurut sifatnya, maka

menurut pendapat Sudarto, adalah :

a. Cidera ringan, yaitu cidera yang terjadi pada korban baik fisik, maupun

psikis yang bersifat ringan sehingga terhadap diri korban tindak pidana

memerlukan perawatan yang intensif tetapi cukup dengan rawat jalan.

b. Cidera sedang, yaitu cidera yang terjadi pada korban yang dilihat dari

keadaannya baik fisik maupun psikis yang dipandang perlu untuk

diberikan perawatan, perhatian, dan pengawasan yang intensif dan

berkelanjutan untuk merehabilitasi kondisi korban.

c. Cidera berat atau tetap, yaitu cidera yang terjadi pada korban yang dilihat

dari keadaannya yang dipandang perlu untuk memberikan perawatan,

perhatian, pengawasan yang intensif.

32 Simanjuntak, B. 1981. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Tarsito. Bandung. 33 Santoso, Topo Santoso. kriminologi, Rajawali Pers, Jakarta. 2009/ hlm. 65

Page 51: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

35

E. Pengertian Terpidana

Pasal (1) angka 32 KUHAP diatur bahwa terpidana adalah “seorang yang

dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap. Alasan di sebutnya terpidana dengan alasan yang bersangkutan telah di

jatuhi sanksi pidana oleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Hak

seorang terpidana terkait putusan pengadilan berhak mendapatkan petikan surat

putusan pengadilan segera setelah putusan diucapkan dan meminta Salinan surat

putusan pengadilan. Terpidana juga mendapatkan hak pada masa hukuman seperti

menerima kunjungan dan menghubungi penasihat hukum, dokter, sanak keluarga

dan rohaniawan. Terpidana juga berhak untuk bebas dari tekanan seperti

diintimidasi, ditakut-takuti dan disiksa secara fisik.

Page 52: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

36

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya.34 Pendekatan

masalah dalam penelitian ini mengunakan yuridis normatif dan yuridis empiris

sebagai pendukung.

Pendekatan yuridis normatif merupakan pendekatan yang dilakukan berdasarkan

bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas

hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian

ini. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan

mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penelitian ini. Konsep ini memandang hukum identik dengan

norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat

yang berwenang. Konsepsi ini memandang hukum sebagai suatu sistem normatif

yang bersifat mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang

nyata.35 Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute

34Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm 43. 35Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1988), hlm. 13.

Page 53: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

37

aproach). Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk mengetahui

keseluruhan peraturan hukum khususnya hukum pidana di Indonesia.

Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara mempelajari hukum dalam

kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat secara objektif dilapangan, baik

berupa pendapat, sikap, dan perilaku hukum yang didasarkan pada idenfikasi

hukum dan efektifitas hukum.

B. Sumber Data dan Jenis Data

Penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung

dari bahan-bahan pustaka. Yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan

data primer (atau data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka

yang umumnya dinamakan data sekunder.36Data dalam penulisan ini

menggunakan data sekunder yang didukung dengan data primer melalui

wawancara akademisi, data sekunder merupakan data yaitu bahan pustaka yang

mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku perpustakaan peraturan

perundang-undangan, karya ilmiah, artikel-artikel, serta dokumen yang berkaitan

dengan materi penelitian. Dari bahan hukum sekunder tersebut mencakup dua

bagian, yaitu:37

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.Bahan hukum

primer yang digunakan serta peraturan perundang-undangan lainnya yang dapat

mendukung dalam penelitian ini.

36Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 12. 37Ibid., hlm. 3.

Page 54: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

38

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, yaitu, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan

seterusnya.

C. Penentuan Narasumber

Informan penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi banyak mengenai

objek yang sedang diteliti, dimintai mengenai objek penelitian tersebut. Informan

dari penelitian ini yaitu berasal dari wawancara langsung yang disebut

narasumber. Definisi narasumber adalah peranan informan dalam mengambil data

yang akan digali dari orang-orang yang dinilai menguasai persoalan yang hendak

diteliti, mempunyai keahlian dan berwawasan cukup.

Pada penelitian ini penentuan Narasumber hanya dibatasi pada:

1. Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang : 1 orang

2. Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung : 1 orang

3. Advokat Lembaga Bantuan Hukum Nasional : 1 orang

4. Dosen Bagian Pidana Fakultas Hukum Uila : 1 orang

Jumlah: 4 orang

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

langkah-langkah studi kepustakaan. Studi Kepustakaan yaitu studi kepustakaan

Page 55: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

39

yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca,

mempelajari, dan mencatat hal-hal penting dari berbagai buku literatur,

perundang-undangan, artikel dan informasi lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

b. Studi Lapangan

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden. Untuk memperoleh

data tersebut dilakukan dengan studi lapangan dengan cara menggunakan

metode wawancara. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan studi pustaka, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan

penelusuran dan menelaah bahan pustaka (literatur, hasil penelitian, majalah

ilmiah, buletin ilmiah, jurnal ilmiah dan sebagainya) yang berkaitan dengan

penelitian ini.

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis yang telah diperoleh

sesuai dengan permasalahan yang di teliti. Pengolahan data dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data, adalah kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan

data, selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam

penelitian ini.

b. Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompok-

kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-

benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

Page 56: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

40

c. Penyusunan data, adalah kegiatan menyusun data yang saling berhubungan

dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan

sehingga mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah

dibaca dan diindentifikasi. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara

kualitatif yaitu menguraikan data dalam bentuk kalimat yang disusun secara

sistematik kemudian diinterpresentasikan dengan berlandaskan pada peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti sehingga

diperoleh gambaran yang jelas mengenai pokok bahasan yang akhirnya akan

menuju pada suatu kesimpulan ditarik dengan metode induktif yaitu cara

penarikan kesimpulan dari hal yang khusus ke hal yang umum dan selanjutnya

dari berbagai kesimpulan tersebut akan diajukan saran dalam rangka perbaikan.

Page 57: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

74

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan, maka penulis

membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Upaya hukum peninjauan kembali dalam mewujudkan kepastian hukum bagi

terpidana,Agar Peninjauan Kembali yang lebih dari sekali, tidak bertentangan

dengan asas litis finiri oportet, maka dalam rangka penyelesaian perkara, pihak

Mahkamah Agung ke depan dapat melakukan pengaturan lebih lanjut berkaitan

dengan mekanisme pengajuan novum beserta alasan-alasan yang jelas,

kemudian langkah lain yang perlu diperhatikan adalah dengan memaksimalkan

proses pembuktian untuk mengungkap fakta-fakta hukum baik oleh pihak

penuntut umum maupun oleh terdakwa dari tingkat pemeriksaan di pengadilan

sehingga hal tersebut dapat memaksimalkan sekaligus menyederhanakan

proses peninjauan kembali yang dilakukan secara berulang-ulang dalam

mencari keadilan dan kebenaran materiil.

2. Adanya putusan MK No. 34/PUU-XII/2013 dapat memenuhi nilai keadilan dan

kepastian hukum,Putusan MK No. 34/PUUU-XII/2013 yang menentukan

Peninjauan Kembali dapat diajukan lebih dari satu kali hanya diperbolehkan

apabila ditemukan novum baru berdasarkan pemanfaatan iptek dan teknologi.

Dengan demikian, pengajuan PK ini tidak akan mengganggu keseimbangan

Page 58: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

75

antara kepastian hukum dan keadilan, karena kepastian hukum pada prinsipnya

sudah mulai tercipta sejak ada putusan inkracht van gewisjde.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan:

1. Kedepan Mahkamah Agung hendaknya dapat melakukan pengaturan lebih

lanjut berkaitan dengan mekanisme pengajuan novum beserta alasan-alasan

yang jelas.

2. Sebaiknya peraturan yang mengatur masalah Peninjauan Kembali harus tegas

dan jelas agar tidak menimbulkan perspektif yang berbeda dikalangan

masyarakat tanpa mengenyampingkan antara keadilan dan kepastian hukum.

Page 59: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adji. Oemar Seno.1980. Perkembangan Hukum Pidana Dan Hukum Acara

Sekarang Dan Masa Akan Datang. Pancuran Tujuh. Jakarta

B. Simanjuntak. 1981. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Tarsito.

Bandung

Chazawi. Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I. PT Radja Grafindo.

Persada Makasar.

Hamzah. Andi.1984 Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Ghalia

Indonesia.

Hasan, A. Madjedi. 2009. Kontrak Minyak dan Gas Bumi Berazas Keadilan dan

Kepastian Hukum, Jakarta: Fikahati Aneska. Nawawi Arief, Barda. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

----------, 1998. Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum

Pidana. Jakarta.

Nawawi Arief Barda dan Muladi. 1992 Bunga Rampai Hukum Pidana, PT.

Alumni, Bandung.

Radbruch,Gustav. 2011. Perspektif teori hukum. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Santoso, Topo Santoso, 2009. kriminologi, Rajawali Pers, Jakarta.

Soekanto Soerjono dan, Purnadi Purbacaraka. 1993. Perihal Kaedah Hukum,

Cetakan Keenam, Citra Aditya Bandung.

----------, 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,

Jakarta.

Page 60: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

Supomo. 1967. Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, (Jakarta,

Pradnjaparamita.

Sudarto, 1990. Hukum Pidana I. Yayasan Sudarto Universitas Diponogoro.

Semarang

----------. 1981. Hakim Dan Hukum Pidana. Alumni.Bandung.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 1988. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,

(Jakarta: Ghalia Indonesia

Termorshuizen, Marjanne. 1999. Kamus Hukum Belanda Indonesia. Jakarta:

Penerbit Djambatan.

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN LAINNYA

Kebudayaan dan Depatemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1991.

jakarta; Balai Pustaka.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun

1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang

Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana

SUMBER LAIN.

ImamNasima,“MeninjauKembaliAturanPeninjauanKembali.HukumOnline,http//

www.hukumonline.com, diakses pada tanggal 3 Agustus 2015

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5734711a1fc21/akhirnya-mk-larang-

jaksa-ajukan-pk. diskases pada tanggal 20 maret 2017

Sumber detik com web site http://m.detik.com/news

Page 61: ANALISIS YURIDIS UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM …digilib.unila.ac.id/61316/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · peranan penegak hukum. Kunci utama dalam memahami penegakan

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/03/140307_pkberkalikali.

diskases pada tanggal 20 maret 2017

Kepastian Hukum, http://www.surabayapagi.com/, diakses pada tanggal 18 Mei

2016

https://yancearizona.net/2008/04/13/apa-itu-kepastian-hukum/ diakses 20 maret

2018.