100
Jawaban: ILMAN HADI, S.H. 1. Menurut penelusuran kami, definisi Lembaga Penegak Hukum tidakdapat kami temui dalam peraturan perundang-undangan yang ada. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang kami akses dariKamus Besar Bahasa Indonesia Daring, lembaga berarti badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Lembaga juga berarti pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur dl suatu kerangka nilai yang relevan. Sedangkan penegak hukum diartikan sebagai petugas yang berhubungan dengan masalah peradilan. Berdasarkan arti Lembaga dan Penegak Hukum tersebut, maka Lembaga Penegak Hukum dapat diartikan sebagai organisasi dari petugas-petugas yang berhubungan dengan masalah peradilan. Pengertian dari Peradilan itu sendiri adalah: Peradilan adalah segala sesuatu atau sebuah proses yang dijalankan di Pengadilan yang berhubungan dengan tugasmemeriksa, memutus dan mengadili perkara dengan menerapkan hukum dan/atau menemukan hukum “in concreto” (hakim menerapkan peraturan hukum kepada hal-hal yang nyata yang dihadapkan kepadanya untuk diadili dan diputus) untuk mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materiil, dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal. sumber: pn-bojonegoro.go.id 2. Walaupun definisi Lembaga Penegak Hukum tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, akan tetapi, istilah “penegak hukum”dapat kita temui dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan penjelasannya yang berbunyi: Advokat berstatus sebagai penegak hukum , bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.” Dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1): “Yang dimaksud dengan “Advokat berstatus sebagai penegak hukum” adalah Advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan.”

Penegak Hukum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

l

Citation preview

Jawaban:ILMAN HADI, S.H.

1.Menurut penelusuran kami, definisi Lembaga Penegak Hukum tidakdapat kamitemui dalam peraturan perundang-undanganyang ada. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang kami akses dariKamus Besar Bahasa Indonesia Daring,lembaga berartibadan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Lembaga juga berarti pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur dl suatu kerangka nilai yang relevan. Sedangkan penegak hukum diartikan sebagai petugas yang berhubungan dengan masalah peradilan.Berdasarkan arti Lembaga dan Penegak Hukum tersebut, maka Lembaga Penegak Hukum dapat diartikan sebagai organisasi dari petugas-petugas yang berhubungan dengan masalah peradilan. Pengertian dari Peradilan itu sendiri adalah:Peradilanadalah segala sesuatu atausebuah prosesyang dijalankan di Pengadilan yang berhubungan dengan tugasmemeriksa, memutus dan mengadili perkaradengan menerapkan hukum dan/atau menemukan hukum in concreto (hakim menerapkan peraturan hukum kepada hal-hal yang nyata yang dihadapkan kepadanya untuk diadili dan diputus) untuk mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materiil, dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.

sumber: pn-bojonegoro.go.id2.Walaupun definisi Lembaga Penegak Hukum tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, akan tetapi, istilah penegak hukumdapat kita temuidalamPasal 5 ayat (1)UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokatdan penjelasannyayang berbunyi:Advokat berstatus sebagaipenegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.Dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1): Yang dimaksud dengan Advokat berstatus sebagai penegak hukum adalah Advokat sebagaisalah satu perangkat dalam proses peradilanyang mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan.Selain frasa penegak hukum seperti dalam UU Advokat, terdapat pula istilah lain yang masih memiliki hubungan dengan istilah penegak hukum yangdapat ditemui dalam peraturan yang terpisah antara lain:a.Pasal 2UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia:Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.b.Pasal 101 ayat (6)UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modaldan penjelasannya:Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) dapat meminta bantuanaparat penegak hukumlain.Dalam penjelasannya disebutkan: Yang dimaksud dengan aparat penegak hukum lain dalam ayat ini antara lain aparat penegak hukum dariKepolisian Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman, dan Kejaksaan Agung.c.Pasal 49 ayat (2) huruf iUU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangandan penjelasannya: Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Otoritas Jasa Keuangan berwenang meminta bantuanaparat penegak hukumlain. Dalam penjelasannya: Yang dimaksud dengan "penegak hukum lain" antara lain kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan.d.Pasal 2UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusisebagaimana telah diubah denganUU No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi:Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan gunamenegakkan hukumdan keadilan.e.Pasal 1 angka 8PP No. 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja:Satuan Polisi Pamong Praja, yang selanjutnya disingkat Satpol PP, adalah bagian perangkat daerah dalampenegakan Perdadan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.Mengutip pemberitaan hukumonline dalam artikelDPR Setujui Perubahan Anggaran Penegak Hukum,disebutkan contoh lembaga penegak hukum antara lainAdvokat, Kepolisian, Kejaksaan, KPK, Mahkamah Agung, dan Komisi Yudisial.Sebenarnya lembaga penegak hukum tidak hanya terbatas pada lembaga-lembaga yang telah disebutkan sebelumnya (Kepolisian, KPK, Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal, Direktorat Jenderal Imigrasi, Kejaksaan, serta Satpol PP). Lembaga-lembaga tersebut dapat dikatakan sebagai penegak hukum bukan hanya karena memiliki kewenanganterkait prosesPeradilan, tetapi juga karena memiliki kewenangan menangkap, memeriksa, mengawasi, atau menjalankan perintah undang-undang di bidangnya masing-masing.Dalam artian luas, masih ada beberapa lembaga lain yang memiliki kewenangan untuk mengatur, mengawasi dan melaksanakan perintah peraturan, antara lain:a.Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (lihatPasal 74 sampai Pasal 92UU No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanansebagaimana telah diubah denganUU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeananlihat pulaPasal 33 sampai Pasal 40UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukaisebagaimana telah diubah denganUU No.39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai).b.Komisi Pengawas Persaingan Usaha (lihatPasal 35 sampai Pasal 47UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat).c.Badan Pertanahan Nasional (lihatPasal 3 Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia).Jadi, walaupun di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak disebutkan definisi dari Lembaga Penegak Hukum maupun Penegak Hukum, tetapi dalam peraturan perundang-undangan yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa aparat dan lembaga yang dapat dikategorikan sebagai Lembaga Penegak Hukum.3.Mengenai apakah lembaga penegak hukum harus diatur melalui Undang-undang, dalamPasal 10UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan(UU 12/2011), materi muatan yang harus diatur dengan undang-undang berisi:a.pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;b.perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;c.pengesahan perjanjian internasional tertentu;d.tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/ataue.pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakatKeharusan suatu lembaga penegak hukum harus diatur dengan UU memang tidak secara jelas disebutkan. Namun, dari alasan-alasan yang disebutkan dalamPasal 10 UU 12/2011,alasan pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat dapat saja menjadi dasar dibentuknya suatu Lembaga Penegak Hukum.Demikian jawaban dari kami,semoga bermanfaat.Dasar hukum:1.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;2.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanansebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;3.Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukaisebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai;4.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;5.Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara republik Indonesia;6.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat;7.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;8.Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;9.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja;10.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Back to Home Indonesia,Learning,My School,Story Peran Lembaga-Lembaga Penegak Hukum di IndonesiaPeran Lembaga-Lembaga Penegak Hukum di IndonesiaPosted by : Gilang MaylidaAugust 25, 2014

a.KepolisianTugas utamanya adalah menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat, melindungi, mengayomi, melayani masyarakat dan menegkkan hukum.Sebagai aparat hukum polisi dapat menjalakan fungsinya sebagai penyelidik dan penyidik. Polisi juga berwenang untuk menangkap orang yang diduga melakukan tindak kejahatan.Hasil pemeriksaaan yang dilakukan oleh polisi terhadap pelaku tindak criminal disbut dengan BAP (berita acara pemeriksaan) yang akan diserahkan kepada kejaksaan.# Kepolisian Negara diatur oleh UU No. 2 Tahun 2002. tugas pokok kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat2.menegakkan hukum, dan3.memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada mayarakat.Untuk melaksanakan tugasnya, kepolisian antara lain berwenang:1. menerima laporan dan pengaduan2. menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menganggu ketertiban umum3. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.

b. KejaksaanKejaksaan Republik Indonesia diatur oleh UU No. 16 Tahun 2004, yang dalam undang-undang itu disebutkan bahwa diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri.Kejaksaan adalah alat negara sebagai penegak hukum yang juga berperan sebagai penuntut umum dalam perkara pidana. Jaksa adalah alat yang mewakili rakyat untuk menuntut seseorang yang melanggar hukum pidana maka sisebut penuntut umum yang mewakili umum. kejaksaan merupakan aparat Negara yang bertugas :1. Untuk melakukan penuntutan terhadap pelanggaran tindak pidana di pengadilan.Di sini jaksa melakukan penuntutan atas nama korban dan masyarakat yang merasa dirugikan2. Sebagai pelaksana (eksekutor) atas putusan pengadilan yang telah berkekuatanhukum tetap.Aparat kejaksaan akan mempelajari BAP yang diserahkan oleh kepolisian. Apabila telah lengkap maka kejaksaan akan menerbikan P21 yang artinya siap dibawa ke pengadilan untuk disidangkan.Tugas dan wewenang jaksa di bidang pidana antara lain:1) melakukan penuntutan2) melaksanakan keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap3) melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasar UUDalam bidang ketertiban dan ketentraman umum jaksa turut melakukan penyelidikan yang berupa:1) peningkatan kesadara hukum2) mengawasi aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara3) pengamanan kebijakan penegakan hukum

c. KehakimanTugas utama seorang hakim adalah memeriksa, memutus suatu tindak pidana atau perdata. Untuk itu seorang hakim dalam menjalankan tugasnya harus lepas dari segala pengaruh agar keadilan benar-benar bisa ditegakkan.Di tingkat pusat kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan MK.Jika MA merupakan lembaga peradilan umum tertinggi,maka MK merupakan lembaga peradilan khusus karena tugasnya :- terbatas kepada hak uji terhadap UU ke atas ,- sengketa kewenangan antar lembaga Negara,- pembubaran partai politik- memutuskan presiden dan/atau wakil presiden telah melanggar hukuman tidak mengurusi masalah pidana.

d. KPKLembaga baru yang dibentuk karena tuntutan dan amanat reformasi agar Negara bersih dari praktek KKN. Dibentuk berdasarkan UU no 30 tahun 2002. Tugas utamanya adalah menyelidiki dan memeriksa para pelaku korupsi yang dilakukan oleh para pejabat Negara. KPK ini dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab langsung kepada presiden.http://gmnite.blogspot.com/2014/08/peran-lembaga-lembaga-penegak-hukum-di.html

AUG29

makalah penegakan hukum

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN1.1Latar Belakang Masalah1.2Rumusan Masalah1.3Tujuan Penulisan1.4Metode Penulisan

BAB 11 PEMBAHASAN2.1Pengertian Penegakan Hukum2.2Pengertian Aparatur Penegak Hukum2.3Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum2.4Permasalahan Penegakan Hukum di Indonesia2.5Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum

BAB III PENUTUP3.1Kesimpulan

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang MasalahBergulirnya iklim reformasi dan demokratisasi di Indoneseia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini telah membawa angin perubahan berupa kebebasan berekspresi yang sangat bebas. Kebebasan tersebut pada beberapa kesempatan telah kebabalasan bahkan berujung pada konflik horisontal maupun konflik vertikal. Konflik yang tidak terkelola dengan baik ditambah dendam masa lalu pada masa Pemerintahan Orde Baru, yang sangat otoriter berdampak pada kekerasan bahkan telah terjadi konflik bersenjata. Bahkan beberapa daerah telah jatuh korban berjumlah ratusan bahkan mungkin ribuan. Terjadi pula pengusiran dan pemusnahan kelompok etnis tertentu (genocide) oleh kelompok etnis lain. Kekerasan, kontak senjata dan pemusnahan etnis seakan menjadi menu utama berbagai media di tanah air.Sejarah bangsa Indonesia hingga kini mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial, yang disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, warna kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin dan status sosial lainnya. Perilaku tidak adil dan diskriminatif tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia, baik yang bersifat vertikal (dilakukan oleh aparat negara terhadap warga negara atau sebaliknya) maupun horisontal (antarwarga negara sendiri) dan tidak sedikit yang masuk dalam kategori pelanggaran hak asasi manusia yang berat (gross violation of human rights).Pada kenyataannya selama lebih lima tujuh tahun usia Republik Indonesia, pelaksanaan penghormatan, perlindungan atau penegakan hak asasi manusia masih jauh dari memuaskan.Hal tersebut tercermin dari kejadian berupa penangkapan yang tidak sah, penculikan, penganiayaan, perkosaan, penghilangan paksa, pembunuhan, pemusnahan kelompok etnis tertentu, pembakaran sarana pendidikan dan tempat ibadah, dan teror bom yang semakin berkembang. Selain itu, terjadi pula penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik dan aparat penegak hukum, pemelihara keamanan, dan pelindung rakyat, tetapi justru mengintimidasi, menganiaya, menghilangkan paksa dan/atau menghilangkan nyawa.Bahkan pada beberapa kesempatan yang lalu, Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus pelanggaran HAM berat Timtim telah membebaskan sebagian terbesar para Jendaral Angkatan Darat dari segala tuntutan hukum.Padahal secara jelas dan tegas untuk melaksanakan amanat Undang-undang Dasar 1945, Majelis Permusyarwaratan Rakyat melalui Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, telah menugaskan kepada Lembaga-lembaga Tinggi Negara dan seluruh aparatur Pemerintah, untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat.Telah terbentuk juga Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, yang diikuti dengan pengukuhan melalui Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

1.2Rumusan MasalahDengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis mendapatkan hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa perumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah :Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:1.Apakah penegakan hukum itu?2.Apakah itu aparatur penegak hukum?3. ApakahFaktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum?4. Apakah Permasalahan Penegakan Hukum di Indonesia?5. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum?

Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuiah Sistem Hukum Indonesia2. Untuk menambah pengetahuan tentang Penegakan Hukum3. Untuk mengetahui berbagai permasalahan Penegakan Hukum di Indonesia

1.3Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka atau studi literatur, yaitu penulis mengambil sumber penulisan dari internet dan jurnal hukum.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PengertianPenegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atauberfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yangluas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam artiyang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkansemua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturannormatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diripada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturanhukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikansebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikanbahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikantegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankanuntuk menggunakan daya paksa.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitudari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dansempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yangterkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidupdalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkutpenegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataanlaw enforcement ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan penegakanhukum dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah penegakan peraturan dalamarti sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupannilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggeris sendiridengan dikembangkannya istilah the rule of law versus the rule of just law atau dalamistilah the rule of law and not of man versus istilah the rule by law yang berarti therule of man by law. Dalam istilah the rule of law terkandung makna pemerintahan olehhukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilaikeadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah the rule of justlaw. Dalam istilah the rule of law and not of man dimaksudkan untuk menegaskanbahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan olehhukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah the rule by law yang dimaksudkansebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alatkekuasaan belaka.

Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan penegakanhukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baikdalam arti formil yang sempit maupun dalam arti materiel yang luas, sebagai pedomanperilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutanmaupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan olehundang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalamkehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dari pengertian yang luas itu, pembahasan kitatentang penegakan hukum dapat kita tentukan sendiri batas-batasnya. Apakah kita akanmembahas keseluruhan aspek dan dimensi penegakan hukum itu, baik dari segisubjeknya maupun objeknya atau kita batasi hanya membahas hal-hal tertentu saja,misalnya, hanya menelaah aspek-aspek subjektifnya saja. Makalah ini memang sengajadibuat untuk memberikan gambaran saja mengenai keseluruhan aspek yang terkaitdengan tema penegakan hukum itu.

PENEGAKAN HUKUM OBJEKTIF

Seperti disebut di muka, secara objektif, norma hukum yang hendak ditegakkanmencakup pengertian hukum formal dan hukum materiel. Hukum formal hanyabersangkutan dengan peraturan perundang-undangan yang tertulis, sedangkan hukummateriel mencakup pula pengertian nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.Dalam bahasa yang tersendiri, kadang-kadang orang membedakan antara pengertianpenegakan hukum dan penegakan keadilan. Penegakan hukum dapat dikaitkan denganpengertian law enforcement dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam artiluas, dalam arti hukum materiel, diistilahkan dengan penegakan keadilan. Dalam bahasaInggeris juga terkadang dibedakan antara konsepsi court of law dalam arti pengadilanhukum dan court of justice atau pengadilan keadilan. Bahkan, dengan semangat yangsama pula, Mahkamah Agung di Amerika Serikat disebut dengan istilah Supreme Courtof Justice.

Istilah-istilah itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa hukum yang harusditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan itu sendiri, melainkan nilai-nilaikeadilan yang terkandung di dalamnya. Memang ada doktrin yang membedakan antaratugas hakim dalam proses pembuktian dalam perkara pidana dan perdata. Dalam perkaraperdata dikatakan bahwa hakim cukup menemukan kebenaran formil belaka, sedangkandalam perkara pidana barulah hakim diwajibkan mencari dan menemukan kebenaranmateriel yang menyangkut nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilanpidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencaridan menemukan kebenaran materiel untuk mewujudkan keadilan materiel. Kewajibandemikian berlaku, baik dalam bidang pidana maupun di lapangan hukum perdata.Pengertian kita tentang penegakan hukum sudah seharusnya berisi penegakan keadilan itusendiri, sehingga istilah penegakan hukum dan penegakan keadilan merupakan dua sisidari mata uang yang sama.

Setiap norma hukum sudah dengan sendirinya mengandung ketentuan tentanghak-hak dan kewajiban-kewajiban para subjek hukum dalam lalu lintas hukum. Norma-norma hukum yang bersifat dasar, tentulah berisi rumusan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang juga dasar dan mendasar. Karena itu, secara akademis, sebenarnya,persoalan hak dan kewajiban asasi manusia memang menyangkut konsepsi yang niscayaterkandung di dalamnya dimensi hak dan kewajiban secara paralel dan bersilang. Karenaitu, secara akademis, hak asasi manusia mestinya diimbangi dengan kewajiban asasimanusia. Akan tetapi, dalam perkembangan sejarah, issue hak asasi manusia itu sendiri terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul dalam kaitannya dengan persoalan kekuasaan. Dalam sejarah, kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam dan melalui organ-organ negara, seringkali terbukti melahirkan penindasan dan ketidakadilan. Karena itu, sejarah umat manusia mewariskan gagasan perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Gagasan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia ini bahkan diadopsikan ke dalam pemikiran mengenai pembatasan kekuasaan yang kemudian dikenal dengan aliran konstitusionalisme. Aliran konstitusionalime inilah yang memberi warna modern terhadap ide-ide demokrasi dan nomokrasi (negara hukum) dalam sejarah, sehingga perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusiadianggap sebagai ciri utama yang perlu ada dalam setiap negara hukum yang demokratis(democratische rechtsstaat) ataupun negara demokrasi yang berdasar atas hukum(constitutional democracy).

Dengan perkataan lain, issue hak asasi manusia itu sebenarnya terkait erat denganpersoalan penegakan hukum dan keadilan itu sendiri. Karena itu, sebenarnya, tidaklahterlalu tepat untuk mengembangkan istilah penegakan hak asasi manusia secaratersendiri. Lagi pula, apakah hak asasi manusia dapat ditegakkan? Bukankah yangditegakkan itu adalah aturan hukum dan konstitusi yang menjamin hak asasi manusia itu,dan bukannya hak asasinya itu sendiri? Namun, dalam praktek sehari-hari, kita memangsudah salah kaprah. Kita sudah terbiasa menggunakan istilah penegakan hak asasimanusia. Masalahnya, kesadaran umum mengenai hak-hak asasi manusia dan kesadaranuntuk menghormati hak-hak asasi orang lain di kalangan masyarakat kitapun memangbelum berkembang secara sehat.

2.2 Aparatur Penegak Hukum

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegakhukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegakhukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat danaparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atauperannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan,penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upayapemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemenpenting yang mempengaruhi, yaitu: (i) institusi penegak hukum beserta berbagaiperangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya; (ii)budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya,dan (iii) perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupunyang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materielnyamaupun hukum acaranya. Upaya penegakan hukum secara sistemik haruslahmemperhatikan ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dankeadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata.

Namun, selain ketiga faktor di atas, keluhan berkenaan dengan kinerja penegakanhukum di negara kita selama ini, sebenarnya juga memerlukan analisis yang lebihmenyeluruh lagi. Upaya penegakan hukum hanya satu elemen saja dari keseluruhanpersoalan kita sebagai Negara Hukum yang mencita-citakan upaya menegakkan danmewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hukum tidak mungkin akantegak, jika hukum itu sendiri tidak atau belum mencerminkan perasaan atau nilai-nilaikeadilan yang hidup dalam masyarakatnya. Hukum tidak mungkin menjamin keadilanjika materinya sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai lagi dengantuntutan zaman. Artinya, persoalan yang kita hadapi bukan saja berkenaan dengan upayapenegakan hukum tetapi juga pembaruan hukum atau pembuatan hukum baru. Karenaitu, ada empat fungsi penting yang memerlukan perhatian yang seksama, yang yaitu (i)pembuatan hukum (the legislation of law atau law and rule making), (ii) sosialisasi,penyebarluasan dan bahkan pembudayaan hukum (socialization and promulgation of law,dan (iii) penegakan hukum (the enforcement of law).

Ketiganya membutuhkan dukungan (iv) adminstrasi hukum (the administration oflaw) yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh pemerintahan (eksekutif) yangbertanggungjawab (accountable). Karena itu, pengembangan administrasi hukum dansistem hukum dapat disebut sebagai agenda penting yang keempat sebagai tambahanterhadap ketiga agenda tersebut di atas. Dalam arti luas, the administration of law itumencakup pengertian pelaksanaan hukum (rules executing) dan tata administrasi hukumitu sendiri dalam pengertian yang sempit. Misalnya dapat dipersoalkan sejauhmanasistem dokumentasi dan publikasi berbagai produk hukum yang ada selama ini telahdikembangkan dalam rangka pendokumentasian peraturan-peraturan (regels), keputusan-keputusan administrasi negara (beschikkings), ataupun penetapan dan putusan (vonis)hakim di seluruh jajaran dan lapisan pemerintahan dari pusat sampai ke daerah-daerah.Jika sistem administrasinya tidak jelas, bagaimana mungkin akses masyarakat luasterhadap aneka bentuk produk hukum tersebut dapat terbuka? Jika akses tidak ada,bagaimana mungkin mengharapkan masyarakat dapat taat pada aturan yang tidakdiketahuinya? Meskipun ada teori fiktie yang diakui sebagai doktrin hukum yangbersifat universal, hukum juga perlu difungsikan sebagai sarana pendidikan danpembaruan masyarakat (social reform), dan karena itu ketidaktahuan masyarakat akanhukum tidak boleh dibiarkan tanpa usaha sosialisasi dan pembudayaan hukum secarasistematis dan bersengaja.

2.3 Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto, dalam bukunya faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum (2002:5) menyebutkan bahwa masalah pokok dari penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya, yaitu :a.Faktor hukumnya sendiri yaitu berupa undang-undangb.Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum.

c.Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d.Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

e.Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kemudian Al. Wisnubroto dalam bukunya yang berjudul Hakim dan peradilan di Indonesia (1997:88-90) memuat beberapa faktor internal yang mempengaruhi hakim dalam mengambil keputusan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi hakim dalam mempertimbangkan suatu keputusan adalah :1.Faktor Subjektifa.Sikap prilaku aprioriSering kali hakim dalam mengadili suatu perkara sejak awal dihinggapi suatu prasangka atau dugaan bahwa terdakwa atau tergugat bersalah, sehingga harus dihukum atau dinyatakan sebagai pihak yang kalah. Sikap ini jelas bertentangan dengan asas yang dijunjung tinggi dalam peradilan modern, yakni asas praduga tak bersalah (presumtion of innocence), terutama dalam perkara pidana. Sikap yang bersifat memihak salah satu pihak (biasanya adalah penuntut umum atau penggugat) dan tidak adil ini bisa saja terjadi karena hakim terjebak oleh rutinitas penanganan perkara yang menumpuk dan target penyelesaian yang tidak seimbang.

b.Sikap perilaku emosionalPerilaku hakim yang mudah tersinggung, pendendam dan pemarah akan berbeda dengan prilaku hakim yang penuh pengertian, sabar dan teliti dalam menangani suatu perkara. Hal ini jelas sangat berpengaruh pada hasil putusannya.c.SikapArrogence powerHakim yang memiliki sikap arogan, merasa dirinya berkuasa dan pintar melebihi orang lain seperti jaksa, penasihat hukum apalagi terdakwa atau pihak-pihak yang bersengketa lainnya, sering kali mempengaruhi Keputusannya.

d.MoralFaktor ini merupakan landasan yang sangat vital bagi insan penegak keadilan, terutama hakim. Faktor ini berfungsi membentengi tindakan hakim terhadap cobaan-cobaan yang mengarah pada penyimpangan, penyelewengan dan sikap tidak adil lainnya.

2.Faktor Objektifa.Latar belakang sosial budayaLatar belakang sosial hakim mempengaruhi sikap perilaku hakim. Dalam beberapa kajian sosiologis menunjukkan bahwa, hakim yang berasal dari status sosial tinggi berbeda cara memandang suatu permasalahan yang ada dalam masyarakat dengan hakim yang berasal dari lingkungan status sosial menengah atau rendah.

b.ProfesionalismeProfesionalisme yang meliputiknowledge(pengetahuan, wawasan) danskills(keahlian, keterampilan) yang ditunjang dengan ketekunan dan ketelitian merupakan faktor yang mempengaruhi cara hakim mengambil keputusan masalah profesionalisme ini juga sering dikaitkan dengan kode etik di lingkungan peradilan. Oleh sebab itu hakim yang menangani suatu perkara dengan berpegang teguh pada etika profesi tentu akan menghasilkan putusan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2.4 Permasalahan Penegakan Huukum di Indonesia

Indonesia tengah mengalami krisis kepatuhan hukum karena hukum telah kehilangan substansinya. Permasalahan hukum di Indonesia yang saat ini sedang terjadi disebabkan oleh beberapa hal yaitu sistem peradilannya, perangkat hukumny, inkonsistensi penegakan hukum, intervensi kekuasaan maupun perlindungan hukum. Diantara banyaknya permasalahan tersebut adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh aparat baik polisi, jaksa, hakim maupun pemerintah (eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan yang bersangkutan. Inkonsistensi penegakan hukum kadang melibatkan masyarakat itu sendiri dan dalam media elektronik maupun media cetak. Inkonsistensi penegakan hukum ini secara tidak disadari telah berlangsung dari hari ke hari. Contoh kecil dari Inkonsistensi penegakan hukum yang terjadi pada saat berkendaraan dijalan raya dikota besar seperti di Jakarta yang memberlakukan aturan "three-in-one". Aturan ini tidak akan berlaku bagi TNI dan Polri. Bahkan polisi yang bertugas membiarkan begitusaja mobil dinas TNIatau Polri yang melintas meski mobil tersebut berpenumpang kurang dari tiga orang atau bahkan terkadang polisi yang bertugas memberikan penghormatan apabila penumpangnya berpangkat lebih tinggi. Secara tidak disadari hal tersebut merupakan diskriminasi terhadap masyarakat awam tapi sayangnya banyak masyarakat yang tidakmenyadari hal tersebut.Ketimpangan dan putusan hukum yang tidak menyentuh rasa keadilan masyarakat tetap dirasakan dari hari ke hari. Berikut ini beberapa kasus inkonsistensi penegakan hukum di Indonesia yang dikelompokan berdasarlan beberapa alasan yang banyak ditemui oleh masyarakat awam baik melalui pengalaman pencari keadilan itu sendiri maupun peristiwa lain yang bisa diikuti melalui media cetak dan media elektronik.a.Tingkat kekayaan seseorang.Tingkat kekayaan seseorang dapat memperingan masa tahan seseorang yang melakukan pelanggaran. Pelaku pelanggaran bisa menyewa pengacara mahal yang bisa mementahkan dakwaan kejaksaan untuk memperingan masa tahanannya atau jika perlu pelaku dapat membayar hakim atau jaksa agar memperingan masa tahanannya. Sebaliknya dengan pelaku pelanggaran yang tidak memiliki uang yang banyak maka pelaku hanya bisa membayar pengacara semampunya atau tidak sedikit pula yang mereka hanya pasrah menerima putusan hakim. Padahal jika dibandingkan kasus pelanggarannya tidak merugikan pemerintah milyaran rupiah. Inilah yang terjadi di Indonesia saat ini. Hukum bisa dibeli dengan uang.

b.Tingkat Jabatan SeseorangMari kita simak kasus berikut ini. Kasus Ancolgate berkaitan dengan studi banding keluar negri yang diikuti oleh sekitar 40 orang anggota DPRD DKI Komisi D. Dalam studi banding tersebut anggotaDPRD yang berangkat memanfaatkan dua sumber keuangan yaitu SPJ anggaran yang diperoleh dari anggaran DPRD DKI sekitar 5,2 M dan uang saku dari PT. Pembangunan Jaya Ancol sekitar 2,1 M. Dalam kasus ini 9 orang staf Bapedal DKI Bambang Sungkono dan Kepala Dinas Tata Kota DKI Ahmadin Ahmad tidak dikenai tindakan apapun. Penyelesaian masalah ini dilakukan setelah media cetak dan media elektronik menemukan ketidaksesuaian dalam masalah pendanaan studi banding tersebut. Penyelesaian secara administratif ini seakan dilakukan agar dapat mencegah tindakan hukum yang mungkin bisa dilakukan. Rasa ketidakadilan masyarakat terurik ketika sanksi ini hanya dikenalan pada pegawai rendahan. Pihak kejaksaan pun terkesan mengulur-ulur janji untuk mengusut kasus ini sampai ke pejabat tinggi DKI yaitu Gubernur Sutiyoso (saat itu) yang sebagai komisaris PT. Pembangunan Jaya Ancol ikut bertanggungjawab.

Dari kasus diatas terlihat sekali bahwa seseorang yang memiliki jabatan tinggi mendapat keringanan hukuman dibanding pegawai rendahannya. Entah apa penyebabnya sampai hal ini terjadi. Secara tidak langsung hal ini bisa disebut sebagai ketidakadilan hukum dimana karna jabatan seseorang yang tinggi hukuman yang didapat ketika melakukan pelanggaran hukumannya pun lebih ringan dibandingkan seseorang yang jabatannya rendah walaupun pada kasus yang sama.c.NepotismeTerdakwa Letda (Inf) Agus Isrok anak mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Jendral (TNI) Subagyo H.S. diperingan hukumannya oldh mahkamah militer dari empat tahum penjara menjadi dua tahun penjara. Disamping itu, terdakwa juga dikembalikan ke kesatuannya selama dua minggu sambil menunggu dan berpikir terhadap vonis mahkamah militer tinggi. Putusan ini terasa tidk adil dibandingkan dengan vonis-vonis kasus narkoba lainnya yang terjadi di Indonesia yang didasarkan atas pelaksanaan UU Psikotropika. Disamping itu, proses pengadilan ini juga memperlihatkan eksklusivitas hukum militer yang diterapkan pada kasus narkoba. Jelas sekaki kasus ini mengesankan adanya diskriminasi hukum bagi keluarga bekas pejabat.d.Tekanan InternasionalKasus Atambua, Nusa Tenggara Timur xang terjadi 6 September 2000 yang menewaskan tiga orang staf NHCR mendapat perhatian Internasional dengan cepat. Tekanan Internasional ini mengakibatjan pemerintah Indonesia bertindak dengan melucuti pesenjataan milisi Timor Timor dan mengadiji beberapa bekas anggota milisi Timor Leste yang dianggap bertanggungjawab. Apabila dibandingkan dengan kasus-kasus kekerasan yamg terjadi di bagian lain di Indonesia seperti Ambon, Aceh, Samlar, Sampit, kasus Atambua termasuk kasus yang memgalami penyelesaian secara cepat dan tanggap dari aparat. Dalam enam bulan sejak kasus ini terjadi, kekerasan berhasil diatasi, milisi berhasil dilucuti dan situasi kembali aman dan normal. Meskipun kasus lainnya juga mendapat perhatian dari Internasional, namun tekanan yang diberikn pada kasus ini lebih menekan pemerintah Indonesia untuk dapat diselesaikan secepatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa derajat tekanan Internasional menentukan kecepatan aparat melakukan penegakan hukum dalam mengatasi kasus kekerasan.Dari beberapa kasus tadi, dapat menimbulkan masalah yang paling dirasakan oleh masyarakatdan membawa dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bermasyarakat. Persepsi masyarakat menjadi buruk terhadap penegakan hukum. Hal ini membuat masyarakat tidak mempercayai huktm sebagai sarana penyelesaian konflik dan cenderung menyelesaikan permasalahannya diluar jalur hukum. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum oleh sekelompok orang demi kepentingannya sendiri, selaku berakibat merugikan pihak yang tidak mempunyai kemampuan yang setara. Akibatnya rasa ketidakadilan dan ketidakpuasan tumbuh subur di masyarakat Indonesia. Penegakan hukum di Indonesia harus terus diupayakan dengan mulai memperbaiki kinerja dan moral aparat baik polisi, jaksa, hakim maupun pemerintah (eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan bersangkutan. Tanpa adanya perbaikan tersebut segala bentuk KKN akan terus berpengaruh dalam proses penegakan hukumdi Indonesia. Selain itu materi hukum sendiri juga harus terus menerus diperbaiki, peran DPR sebagai lembaga legislatif untuk lebih aktif dalam memperbaiki dan menciptakan perundang-undangan yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman dan lebih tegas lagi. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat juga menjadi faktor kunci dalam penegakan hukum secara konsisten.

Jadi, keterpurukan penegakan hukum di Indonesia terletak pada faktor integritas aparatpenegak hukum, aturan hukum yang tidak responsif, serta tidak diaplikasikannya nilai-nilai Pancasila khususnya nilai kemanusiaan, nilai musyawarah untuk mufakat dan nilaikeadilan dalam penegakan hukum oleh aparat penegak hukum, sehingga menimbulkanketidakpercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum yang ada di Indonesia. Hasilpenelitian, menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukumsangat dipengaruhi oleh keadaan atau situasional suatu daerah, apabila disuatu daerahpenegakan hukumnya baik, maka tingkat kepercayaan masyarakat juga baik di daerahtersebut, namun apabila penegakan hukumnya kurang baik, maka tingkat kepercayaanmasyarakat terhadap penegakan hukum di daerah tersebut menjadi kurang baik.Dalam rangka pembentukan hukum nasional, perlu dibentuk konsepsi sistemhukum Indonesia, yang penulis sebut dengan Indonesia Juripridence maka nilai-nilaiPancasila harus diserap dalam pembentukan hukum, sehingga dibutuhkan standar hukumyang bersifat united legal frame work dan united legal opinion (Kesatuan pandangan) diantara aparat penegak hukum sehingga perlu dibentuk Undang-Undang sinergitas terpadudalam pelaksanaan tugas penegakan hukum. Untuk mengembalikan kepercayaanmasyarakat, maka dibutuhkan aparat penegak hukum yang memiliki integritas baik, aturanhukum yang responsif yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan selanjutnyadiimplementasikan ke dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh aparat penegak hukum.

2.5 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENEGAKAN HUKUM

Suatu hukum hanya dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik apabila dalamMasyarakat terdapat suatu struktur yang memungkinkan bagi setiap anggota masyarakat untuk mewujudkan cita-cita hukum tersebut. Oleh karena itu jika kita mengharapkan perilaku hukum masyarakat yang baik, maka kita harus menciptakan struktur sosial masyarakat yang baik pula. Selama struktur sosial masyarakat tidak terkandung kearah susunan masyarakat yang baik maka selama itu pula perilaku hukum masyarakat sulit untuk mengarah kepada perilaku hukum yang baik.Selanjutnya, harus pula dipahami bahwa kesadaran hukum yang menyangkut perilaku manusia, tidak dapat dilepaskan dari sikap batin. Oleh karena itu kesadaran hukum yang dimaksudkan haruslah memiliki keterkaitan pula dengan sikap batin pelakunya. Dengan kata lain, harus terdapat kaitan yang erat antara sikap batin dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah kami kemukakan pada bahagian terdahulu, makapada bahagian ini dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut: 1) Bahwa pemberdayaanmasyarakat dalam proses penegakan hukum meliputi peningkatan, pengetahuan masyarakatterhadap kaedah hukum itu sendiri termasuk pengetahuan dan pemahamannya terhadap isikaedah hukum itu, ketaatan dan kepatuhan masyarakat terhadap kaedah hukum itu dan polaperilaku hukum masyarakat itu sendiri; 2) Bahwa pemahaman hukum masyarakat dipengaruhioleh struktur sosial tempat di mana hukum itu berlaku, karenanya untuk mencapaiterpeliharanya tertib hukum melalui kesadaran hukum masyarakat, maka perlu pula dibenahistruktur masyarakat yang bersangkutan, seperti struktur ekonomi, politik, pendidikan,pertahanan keamanan dan lain sebagainya yang terdapat dalam sistem sosial; 3) Bahwapemberdayaan masyarakat untuk memelihara tertib hukum, tidak hanya dipengaruhi olehfaktor juridis semata, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor non juridis seperti sikap penegakhukum, sarana dan prasarana, budaya hukum dan masyarakat sebagai pemegang peran; 4)Bahwa perlu kiranya untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat agar tertib hukumterpelihara dengan baik disusun suatu kaedah hukum yang sesuai dengan aspirasi masyarakatIndonesia, sesuai dengan asas-asas hukum Indonesia dengan kata lain perlu diperhatikan segisubstansialnya, bukan segi formalnya seperti yang berkembang selama ini

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atauberfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegakhukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegakhukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan.

Geplaas29th August 2013deuryeni saputri0Voeg 'n opmerking by

penegakan hukum

Klassiek Blaaibord Tydskrif Mosaek Kantbalk Foto Tydskyfie1. OCT23

lirik dan arti lagu titanicEvery night in my dreamsTiap malam dalam mimpiku

I see you, I feel you,Kulihat dirimu, kurasakan dirimuThat is how I know you go onBegitulah aku tahu kau bertahan

Far across the distanceMeski jauh jarakAnd spaces between usDan ruang yang memisahkanYou have come to show you go onKau tlah datang untuk menunjukkan bahwa kau bertahan

Near, far, wherever you areDekat, jauh, dimanapun kau beradaI believe that the heart does go onAku percaya hati kita kan bertahanOnce more you open the doorSekali lagi kau buka pintu (hatiku)And you're here in my heartDan kau ada di sini di hatikuAnd my heart will go on and onDan hatiku akan terus bertahan

Love can touch us one timeCinta bisa sekali menyentuh kitaAnd last for a lifetimeDan (cinta) kan abadi untuk selamanyaAnd never let go till we're oneDan jangan pernah menyerah hingga kita bersatu

Love was when I loved you

Cinta adalah saat aku mencintaimuOne true time I hold toSaat aku benar-benar mendekapmuIn my life we'll always go onDi dalam hidupku kita kan selalu bertahan

Near, far, wherever you areDekat, jauh, dimanapun dirimu beradaI believe that the heart does go onAku percaya hati kita kan bertahanOnce more you open the doorSekali lagi kau buka pintu (hatiku)And you're here in my heartDan kau ada di sini di hatikuAnd my heart will go on and onDan hatiku akan terus bertahan

There is some love that will not go awayAda cinta yang takkan binasa

You're here, there's nothing I fear,Kau ada di sisiku, tak ada lagi yang kutakutkan,And I know that my heart will go onDan aku tahu hatiku akan bertahanWe'll stay forever this wayKita akan selamanya seperti iniYou are safe in my heartEngkau kujaga di dalam hatikuAnd my heart will go on and onDan hatiku akan terus bertahanGeplaas23rd October 2013deuryeni saputri0Voeg 'n opmerking by2. AUG29

makalah penegakan hukum

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN1.1Latar Belakang Masalah1.2Rumusan Masalah1.3Tujuan Penulisan1.4Metode Penulisan

BAB 11 PEMBAHASAN2.1Pengertian Penegakan Hukum2.2Pengertian Aparatur Penegak Hukum2.3Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum2.4Permasalahan Penegakan Hukum di Indonesia2.5Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum

BAB III PENUTUP3.1Kesimpulan

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang MasalahBergulirnya iklim reformasi dan demokratisasi di Indoneseia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini telah membawa angin perubahan berupa kebebasan berekspresi yang sangat bebas. Kebebasan tersebut pada beberapa kesempatan telah kebabalasan bahkan berujung pada konflik horisontal maupun konflik vertikal. Konflik yang tidak terkelola dengan baik ditambah dendam masa lalu pada masa Pemerintahan Orde Baru, yang sangat otoriter berdampak pada kekerasan bahkan telah terjadi konflik bersenjata. Bahkan beberapa daerah telah jatuh korban berjumlah ratusan bahkan mungkin ribuan. Terjadi pula pengusiran dan pemusnahan kelompok etnis tertentu (genocide) oleh kelompok etnis lain. Kekerasan, kontak senjata dan pemusnahan etnis seakan menjadi menu utama berbagai media di tanah air.Sejarah bangsa Indonesia hingga kini mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial, yang disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, warna kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin dan status sosial lainnya. Perilaku tidak adil dan diskriminatif tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia, baik yang bersifat vertikal (dilakukan oleh aparat negara terhadap warga negara atau sebaliknya) maupun horisontal (antarwarga negara sendiri) dan tidak sedikit yang masuk dalam kategori pelanggaran hak asasi manusia yang berat (gross violation of human rights).Pada kenyataannya selama lebih lima tujuh tahun usia Republik Indonesia, pelaksanaan penghormatan, perlindungan atau penegakan hak asasi manusia masih jauh dari memuaskan.Hal tersebut tercermin dari kejadian berupa penangkapan yang tidak sah, penculikan, penganiayaan, perkosaan, penghilangan paksa, pembunuhan, pemusnahan kelompok etnis tertentu, pembakaran sarana pendidikan dan tempat ibadah, dan teror bom yang semakin berkembang. Selain itu, terjadi pula penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik dan aparat penegak hukum, pemelihara keamanan, dan pelindung rakyat, tetapi justru mengintimidasi, menganiaya, menghilangkan paksa dan/atau menghilangkan nyawa.Bahkan pada beberapa kesempatan yang lalu, Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus pelanggaran HAM berat Timtim telah membebaskan sebagian terbesar para Jendaral Angkatan Darat dari segala tuntutan hukum.Padahal secara jelas dan tegas untuk melaksanakan amanat Undang-undang Dasar 1945, Majelis Permusyarwaratan Rakyat melalui Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, telah menugaskan kepada Lembaga-lembaga Tinggi Negara dan seluruh aparatur Pemerintah, untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat.Telah terbentuk juga Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, yang diikuti dengan pengukuhan melalui Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

1.2Rumusan MasalahDengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis mendapatkan hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa perumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah :Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:1.Apakah penegakan hukum itu?2.Apakah itu aparatur penegak hukum?3. ApakahFaktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum?4. Apakah Permasalahan Penegakan Hukum di Indonesia?5. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum?

Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuiah Sistem Hukum Indonesia2. Untuk menambah pengetahuan tentang Penegakan Hukum3. Untuk mengetahui berbagai permasalahan Penegakan Hukum di Indonesia

1.3Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka atau studi literatur, yaitu penulis mengambil sumber penulisan dari internet dan jurnal hukum.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PengertianPenegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atauberfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yangluas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam artiyang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkansemua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturannormatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diripada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturanhukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikansebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikanbahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikantegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankanuntuk menggunakan daya paksa.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitudari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dansempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yangterkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidupdalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkutpenegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataanlaw enforcement ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan penegakanhukum dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah penegakan peraturan dalamarti sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupannilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggeris sendiridengan dikembangkannya istilah the rule of law versus the rule of just law atau dalamistilah the rule of law and not of man versus istilah the rule by law yang berarti therule of man by law. Dalam istilah the rule of law terkandung makna pemerintahan olehhukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilaikeadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah the rule of justlaw. Dalam istilah the rule of law and not of man dimaksudkan untuk menegaskanbahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan olehhukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah the rule by law yang dimaksudkansebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alatkekuasaan belaka.

Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan penegakanhukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baikdalam arti formil yang sempit maupun dalam arti materiel yang luas, sebagai pedomanperilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutanmaupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan olehundang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalamkehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dari pengertian yang luas itu, pembahasan kitatentang penegakan hukum dapat kita tentukan sendiri batas-batasnya. Apakah kita akanmembahas keseluruhan aspek dan dimensi penegakan hukum itu, baik dari segisubjeknya maupun objeknya atau kita batasi hanya membahas hal-hal tertentu saja,misalnya, hanya menelaah aspek-aspek subjektifnya saja. Makalah ini memang sengajadibuat untuk memberikan gambaran saja mengenai keseluruhan aspek yang terkaitdengan tema penegakan hukum itu.

PENEGAKAN HUKUM OBJEKTIF

Seperti disebut di muka, secara objektif, norma hukum yang hendak ditegakkanmencakup pengertian hukum formal dan hukum materiel. Hukum formal hanyabersangkutan dengan peraturan perundang-undangan yang tertulis, sedangkan hukummateriel mencakup pula pengertian nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.Dalam bahasa yang tersendiri, kadang-kadang orang membedakan antara pengertianpenegakan hukum dan penegakan keadilan. Penegakan hukum dapat dikaitkan denganpengertian law enforcement dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam artiluas, dalam arti hukum materiel, diistilahkan dengan penegakan keadilan. Dalam bahasaInggeris juga terkadang dibedakan antara konsepsi court of law dalam arti pengadilanhukum dan court of justice atau pengadilan keadilan. Bahkan, dengan semangat yangsama pula, Mahkamah Agung di Amerika Serikat disebut dengan istilah Supreme Courtof Justice.

Istilah-istilah itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa hukum yang harusditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan itu sendiri, melainkan nilai-nilaikeadilan yang terkandung di dalamnya. Memang ada doktrin yang membedakan antaratugas hakim dalam proses pembuktian dalam perkara pidana dan perdata. Dalam perkaraperdata dikatakan bahwa hakim cukup menemukan kebenaran formil belaka, sedangkandalam perkara pidana barulah hakim diwajibkan mencari dan menemukan kebenaranmateriel yang menyangkut nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilanpidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencaridan menemukan kebenaran materiel untuk mewujudkan keadilan materiel. Kewajibandemikian berlaku, baik dalam bidang pidana maupun di lapangan hukum perdata.Pengertian kita tentang penegakan hukum sudah seharusnya berisi penegakan keadilan itusendiri, sehingga istilah penegakan hukum dan penegakan keadilan merupakan dua sisidari mata uang yang sama.

Setiap norma hukum sudah dengan sendirinya mengandung ketentuan tentanghak-hak dan kewajiban-kewajiban para subjek hukum dalam lalu lintas hukum. Norma-norma hukum yang bersifat dasar, tentulah berisi rumusan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang juga dasar dan mendasar. Karena itu, secara akademis, sebenarnya,persoalan hak dan kewajiban asasi manusia memang menyangkut konsepsi yang niscayaterkandung di dalamnya dimensi hak dan kewajiban secara paralel dan bersilang. Karenaitu, secara akademis, hak asasi manusia mestinya diimbangi dengan kewajiban asasimanusia. Akan tetapi, dalam perkembangan sejarah, issue hak asasi manusia itu sendiri terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul dalam kaitannya dengan persoalan kekuasaan. Dalam sejarah, kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam dan melalui organ-organ negara, seringkali terbukti melahirkan penindasan dan ketidakadilan. Karena itu, sejarah umat manusia mewariskan gagasan perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Gagasan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia ini bahkan diadopsikan ke dalam pemikiran mengenai pembatasan kekuasaan yang kemudian dikenal dengan aliran konstitusionalisme. Aliran konstitusionalime inilah yang memberi warna modern terhadap ide-ide demokrasi dan nomokrasi (negara hukum) dalam sejarah, sehingga perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusiadianggap sebagai ciri utama yang perlu ada dalam setiap negara hukum yang demokratis(democratische rechtsstaat) ataupun negara demokrasi yang berdasar atas hukum(constitutional democracy).

Dengan perkataan lain, issue hak asasi manusia itu sebenarnya terkait erat denganpersoalan penegakan hukum dan keadilan itu sendiri. Karena itu, sebenarnya, tidaklahterlalu tepat untuk mengembangkan istilah penegakan hak asasi manusia secaratersendiri. Lagi pula, apakah hak asasi manusia dapat ditegakkan? Bukankah yangditegakkan itu adalah aturan hukum dan konstitusi yang menjamin hak asasi manusia itu,dan bukannya hak asasinya itu sendiri? Namun, dalam praktek sehari-hari, kita memangsudah salah kaprah. Kita sudah terbiasa menggunakan istilah penegakan hak asasimanusia. Masalahnya, kesadaran umum mengenai hak-hak asasi manusia dan kesadaranuntuk menghormati hak-hak asasi orang lain di kalangan masyarakat kitapun memangbelum berkembang secara sehat.

2.2 Aparatur Penegak Hukum

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegakhukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegakhukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat danaparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atauperannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan,penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upayapemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemenpenting yang mempengaruhi, yaitu: (i) institusi penegak hukum beserta berbagaiperangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya; (ii)budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya,dan (iii) perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupunyang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materielnyamaupun hukum acaranya. Upaya penegakan hukum secara sistemik haruslahmemperhatikan ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dankeadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata.

Namun, selain ketiga faktor di atas, keluhan berkenaan dengan kinerja penegakanhukum di negara kita selama ini, sebenarnya juga memerlukan analisis yang lebihmenyeluruh lagi. Upaya penegakan hukum hanya satu elemen saja dari keseluruhanpersoalan kita sebagai Negara Hukum yang mencita-citakan upaya menegakkan danmewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hukum tidak mungkin akantegak, jika hukum itu sendiri tidak atau belum mencerminkan perasaan atau nilai-nilaikeadilan yang hidup dalam masyarakatnya. Hukum tidak mungkin menjamin keadilanjika materinya sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai lagi dengantuntutan zaman. Artinya, persoalan yang kita hadapi bukan saja berkenaan dengan upayapenegakan hukum tetapi juga pembaruan hukum atau pembuatan hukum baru. Karenaitu, ada empat fungsi penting yang memerlukan perhatian yang seksama, yang yaitu (i)pembuatan hukum (the legislation of law atau law and rule making), (ii) sosialisasi,penyebarluasan dan bahkan pembudayaan hukum (socialization and promulgation of law,dan (iii) penegakan hukum (the enforcement of law).

Ketiganya membutuhkan dukungan (iv) adminstrasi hukum (the administration oflaw) yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh pemerintahan (eksekutif) yangbertanggungjawab (accountable). Karena itu, pengembangan administrasi hukum dansistem hukum dapat disebut sebagai agenda penting yang keempat sebagai tambahanterhadap ketiga agenda tersebut di atas. Dalam arti luas, the administration of law itumencakup pengertian pelaksanaan hukum (rules executing) dan tata administrasi hukumitu sendiri dalam pengertian yang sempit. Misalnya dapat dipersoalkan sejauhmanasistem dokumentasi dan publikasi berbagai produk hukum yang ada selama ini telahdikembangkan dalam rangka pendokumentasian peraturan-peraturan (regels), keputusan-keputusan administrasi negara (beschikkings), ataupun penetapan dan putusan (vonis)hakim di seluruh jajaran dan lapisan pemerintahan dari pusat sampai ke daerah-daerah.Jika sistem administrasinya tidak jelas, bagaimana mungkin akses masyarakat luasterhadap aneka bentuk produk hukum tersebut dapat terbuka? Jika akses tidak ada,bagaimana mungkin mengharapkan masyarakat dapat taat pada aturan yang tidakdiketahuinya? Meskipun ada teori fiktie yang diakui sebagai doktrin hukum yangbersifat universal, hukum juga perlu difungsikan sebagai sarana pendidikan danpembaruan masyarakat (social reform), dan karena itu ketidaktahuan masyarakat akanhukum tidak boleh dibiarkan tanpa usaha sosialisasi dan pembudayaan hukum secarasistematis dan bersengaja.

2.3 Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto, dalam bukunya faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum (2002:5) menyebutkan bahwa masalah pokok dari penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya, yaitu :a.Faktor hukumnya sendiri yaitu berupa undang-undangb.Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum.

c.Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d.Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

e.Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kemudian Al. Wisnubroto dalam bukunya yang berjudul Hakim dan peradilan di Indonesia (1997:88-90) memuat beberapa faktor internal yang mempengaruhi hakim dalam mengambil keputusan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi hakim dalam mempertimbangkan suatu keputusan adalah :1.Faktor Subjektifa.Sikap prilaku aprioriSering kali hakim dalam mengadili suatu perkara sejak awal dihinggapi suatu prasangka atau dugaan bahwa terdakwa atau tergugat bersalah, sehingga harus dihukum atau dinyatakan sebagai pihak yang kalah. Sikap ini jelas bertentangan dengan asas yang dijunjung tinggi dalam peradilan modern, yakni asas praduga tak bersalah (presumtion of innocence), terutama dalam perkara pidana. Sikap yang bersifat memihak salah satu pihak (biasanya adalah penuntut umum atau penggugat) dan tidak adil ini bisa saja terjadi karena hakim terjebak oleh rutinitas penanganan perkara yang menumpuk dan target penyelesaian yang tidak seimbang.

b.Sikap perilaku emosionalPerilaku hakim yang mudah tersinggung, pendendam dan pemarah akan berbeda dengan prilaku hakim yang penuh pengertian, sabar dan teliti dalam menangani suatu perkara. Hal ini jelas sangat berpengaruh pada hasil putusannya.c.SikapArrogence powerHakim yang memiliki sikap arogan, merasa dirinya berkuasa dan pintar melebihi orang lain seperti jaksa, penasihat hukum apalagi terdakwa atau pihak-pihak yang bersengketa lainnya, sering kali mempengaruhi Keputusannya.

d.MoralFaktor ini merupakan landasan yang sangat vital bagi insan penegak keadilan, terutama hakim. Faktor ini berfungsi membentengi tindakan hakim terhadap cobaan-cobaan yang mengarah pada penyimpangan, penyelewengan dan sikap tidak adil lainnya.

2.Faktor Objektifa.Latar belakang sosial budayaLatar belakang sosial hakim mempengaruhi sikap perilaku hakim. Dalam beberapa kajian sosiologis menunjukkan bahwa, hakim yang berasal dari status sosial tinggi berbeda cara memandang suatu permasalahan yang ada dalam masyarakat dengan hakim yang berasal dari lingkungan status sosial menengah atau rendah.

b.ProfesionalismeProfesionalisme yang meliputiknowledge(pengetahuan, wawasan) danskills(keahlian, keterampilan) yang ditunjang dengan ketekunan dan ketelitian merupakan faktor yang mempengaruhi cara hakim mengambil keputusan masalah profesionalisme ini juga sering dikaitkan dengan kode etik di lingkungan peradilan. Oleh sebab itu hakim yang menangani suatu perkara dengan berpegang teguh pada etika profesi tentu akan menghasilkan putusan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2.4 Permasalahan Penegakan Huukum di Indonesia

Indonesia tengah mengalami krisis kepatuhan hukum karena hukum telah kehilangan substansinya. Permasalahan hukum di Indonesia yang saat ini sedang terjadi disebabkan oleh beberapa hal yaitu sistem peradilannya, perangkat hukumny, inkonsistensi penegakan hukum, intervensi kekuasaan maupun perlindungan hukum. Diantara banyaknya permasalahan tersebut adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh aparat baik polisi, jaksa, hakim maupun pemerintah (eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan yang bersangkutan. Inkonsistensi penegakan hukum kadang melibatkan masyarakat itu sendiri dan dalam media elektronik maupun media cetak. Inkonsistensi penegakan hukum ini secara tidak disadari telah berlangsung dari hari ke hari. Contoh kecil dari Inkonsistensi penegakan hukum yang terjadi pada saat berkendaraan dijalan raya dikota besar seperti di Jakarta yang memberlakukan aturan "three-in-one". Aturan ini tidak akan berlaku bagi TNI dan Polri. Bahkan polisi yang bertugas membiarkan begitusaja mobil dinas TNIatau Polri yang melintas meski mobil tersebut berpenumpang kurang dari tiga orang atau bahkan terkadang polisi yang bertugas memberikan penghormatan apabila penumpangnya berpangkat lebih tinggi. Secara tidak disadari hal tersebut merupakan diskriminasi terhadap masyarakat awam tapi sayangnya banyak masyarakat yang tidakmenyadari hal tersebut.Ketimpangan dan putusan hukum yang tidak menyentuh rasa keadilan masyarakat tetap dirasakan dari hari ke hari. Berikut ini beberapa kasus inkonsistensi penegakan hukum di Indonesia yang dikelompokan berdasarlan beberapa alasan yang banyak ditemui oleh masyarakat awam baik melalui pengalaman pencari keadilan itu sendiri maupun peristiwa lain yang bisa diikuti melalui media cetak dan media elektronik.a.Tingkat kekayaan seseorang.Tingkat kekayaan seseorang dapat memperingan masa tahan seseorang yang melakukan pelanggaran. Pelaku pelanggaran bisa menyewa pengacara mahal yang bisa mementahkan dakwaan kejaksaan untuk memperingan masa tahanannya atau jika perlu pelaku dapat membayar hakim atau jaksa agar memperingan masa tahanannya. Sebaliknya dengan pelaku pelanggaran yang tidak memiliki uang yang banyak maka pelaku hanya bisa membayar pengacara semampunya atau tidak sedikit pula yang mereka hanya pasrah menerima putusan hakim. Padahal jika dibandingkan kasus pelanggarannya tidak merugikan pemerintah milyaran rupiah. Inilah yang terjadi di Indonesia saat ini. Hukum bisa dibeli dengan uang.

b.Tingkat Jabatan SeseorangMari kita simak kasus berikut ini. Kasus Ancolgate berkaitan dengan studi banding keluar negri yang diikuti oleh sekitar 40 orang anggota DPRD DKI Komisi D. Dalam studi banding tersebut anggotaDPRD yang berangkat memanfaatkan dua sumber keuangan yaitu SPJ anggaran yang diperoleh dari anggaran DPRD DKI sekitar 5,2 M dan uang saku dari PT. Pembangunan Jaya Ancol sekitar 2,1 M. Dalam kasus ini 9 orang staf Bapedal DKI Bambang Sungkono dan Kepala Dinas Tata Kota DKI Ahmadin Ahmad tidak dikenai tindakan apapun. Penyelesaian masalah ini dilakukan setelah media cetak dan media elektronik menemukan ketidaksesuaian dalam masalah pendanaan studi banding tersebut. Penyelesaian secara administratif ini seakan dilakukan agar dapat mencegah tindakan hukum yang mungkin bisa dilakukan. Rasa ketidakadilan masyarakat terurik ketika sanksi ini hanya dikenalan pada pegawai rendahan. Pihak kejaksaan pun terkesan mengulur-ulur janji untuk mengusut kasus ini sampai ke pejabat tinggi DKI yaitu Gubernur Sutiyoso (saat itu) yang sebagai komisaris PT. Pembangunan Jaya Ancol ikut bertanggungjawab.

Dari kasus diatas terlihat sekali bahwa seseorang yang memiliki jabatan tinggi mendapat keringanan hukuman dibanding pegawai rendahannya. Entah apa penyebabnya sampai hal ini terjadi. Secara tidak langsung hal ini bisa disebut sebagai ketidakadilan hukum dimana karna jabatan seseorang yang tinggi hukuman yang didapat ketika melakukan pelanggaran hukumannya pun lebih ringan dibandingkan seseorang yang jabatannya rendah walaupun pada kasus yang sama.c.NepotismeTerdakwa Letda (Inf) Agus Isrok anak mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Jendral (TNI) Subagyo H.S. diperingan hukumannya oldh mahkamah militer dari empat tahum penjara menjadi dua tahun penjara. Disamping itu, terdakwa juga dikembalikan ke kesatuannya selama dua minggu sambil menunggu dan berpikir terhadap vonis mahkamah militer tinggi. Putusan ini terasa tidk adil dibandingkan dengan vonis-vonis kasus narkoba lainnya yang terjadi di Indonesia yang didasarkan atas pelaksanaan UU Psikotropika. Disamping itu, proses pengadilan ini juga memperlihatkan eksklusivitas hukum militer yang diterapkan pada kasus narkoba. Jelas sekaki kasus ini mengesankan adanya diskriminasi hukum bagi keluarga bekas pejabat.d.Tekanan InternasionalKasus Atambua, Nusa Tenggara Timur xang terjadi 6 September 2000 yang menewaskan tiga orang staf NHCR mendapat perhatian Internasional dengan cepat. Tekanan Internasional ini mengakibatjan pemerintah Indonesia bertindak dengan melucuti pesenjataan milisi Timor Timor dan mengadiji beberapa bekas anggota milisi Timor Leste yang dianggap bertanggungjawab. Apabila dibandingkan dengan kasus-kasus kekerasan yamg terjadi di bagian lain di Indonesia seperti Ambon, Aceh, Samlar, Sampit, kasus Atambua termasuk kasus yang memgalami penyelesaian secara cepat dan tanggap dari aparat. Dalam enam bulan sejak kasus ini terjadi, kekerasan berhasil diatasi, milisi berhasil dilucuti dan situasi kembali aman dan normal. Meskipun kasus lainnya juga mendapat perhatian dari Internasional, namun tekanan yang diberikn pada kasus ini lebih menekan pemerintah Indonesia untuk dapat diselesaikan secepatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa derajat tekanan Internasional menentukan kecepatan aparat melakukan penegakan hukum dalam mengatasi kasus kekerasan.Dari beberapa kasus tadi, dapat menimbulkan masalah yang paling dirasakan oleh masyarakatdan membawa dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bermasyarakat. Persepsi masyarakat menjadi buruk terhadap penegakan hukum. Hal ini membuat masyarakat tidak mempercayai huktm sebagai sarana penyelesaian konflik dan cenderung menyelesaikan permasalahannya diluar jalur hukum. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum oleh sekelompok orang demi kepentingannya sendiri, selaku berakibat merugikan pihak yang tidak mempunyai kemampuan yang setara. Akibatnya rasa ketidakadilan dan ketidakpuasan tumbuh subur di masyarakat Indonesia. Penegakan hukum di Indonesia harus terus diupayakan dengan mulai memperbaiki kinerja dan moral aparat baik polisi, jaksa, hakim maupun pemerintah (eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan bersangkutan. Tanpa adanya perbaikan tersebut segala bentuk KKN akan terus berpengaruh dalam proses penegakan hukumdi Indonesia. Selain itu materi hukum sendiri juga harus terus menerus diperbaiki, peran DPR sebagai lembaga legislatif untuk lebih aktif dalam memperbaiki dan menciptakan perundang-undangan yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman dan lebih tegas lagi. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat juga menjadi faktor kunci dalam penegakan hukum secara konsisten.

Jadi, keterpurukan penegakan hukum di Indonesia terletak pada faktor integritas aparatpenegak hukum, aturan hukum yang tidak responsif, serta tidak diaplikasikannya nilai-nilai Pancasila khususnya nilai kemanusiaan, nilai musyawarah untuk mufakat dan nilaikeadilan dalam penegakan hukum oleh aparat penegak hukum, sehingga menimbulkanketidakpercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum yang ada di Indonesia. Hasilpenelitian, menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukumsangat dipengaruhi oleh keadaan atau situasional suatu daerah, apabila disuatu daerahpenegakan hukumnya baik, maka tingkat kepercayaan masyarakat juga baik di daerahtersebut, namun apabila penegakan hukumnya kurang baik, maka tingkat kepercayaanmasyarakat terhadap penegakan hukum di daerah tersebut menjadi kurang baik.Dalam rangka pembentukan hukum nasional, perlu dibentuk konsepsi sistemhukum Indonesia, yang penulis sebut dengan Indonesia Juripridence maka nilai-nilaiPancasila harus diserap dalam pembentukan hukum, sehingga dibutuhkan standar hukumyang bersifat united legal frame work dan united legal opinion (Kesatuan pandangan) diantara aparat penegak hukum sehingga perlu dibentuk Undang-Undang sinergitas terpadudalam pelaksanaan tugas penegakan hukum. Untuk mengembalikan kepercayaanmasyarakat, maka dibutuhkan aparat penegak hukum yang memiliki integritas baik, aturanhukum yang responsif yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan selanjutnyadiimplementasikan ke dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh aparat penegak hukum.

2.5 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENEGAKAN HUKUM

Suatu hukum hanya dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik apabila dalamMasyarakat terdapat suatu struktur yang memungkinkan bagi setiap anggota masyarakat untuk mewujudkan cita-cita hukum tersebut. Oleh karena itu jika kita mengharapkan perilaku hukum masyarakat yang baik, maka kita harus menciptakan struktur sosial masyarakat yang baik pula. Selama struktur sosial masyarakat tidak terkandung kearah susunan masyarakat yang baik maka selama itu pula perilaku hukum masyarakat sulit untuk mengarah kepada perilaku hukum yang baik.Selanjutnya, harus pula dipahami bahwa kesadaran hukum yang menyangkut perilaku manusia, tidak dapat dilepaskan dari sikap batin. Oleh karena itu kesadaran hukum yang dimaksudkan haruslah memiliki keterkaitan pula dengan sikap batin pelakunya. Dengan kata lain, harus terdapat kaitan yang erat antara sikap batin dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah kami kemukakan pada bahagian terdahulu, makapada bahagian ini dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut: 1) Bahwa pemberdayaanmasyarakat dalam proses penegakan hukum meliputi peningkatan, pengetahuan masyarakatterhadap kaedah hukum itu sendiri termasuk pengetahuan dan pemahamannya terhadap isikaedah hukum itu, ketaatan dan kepatuhan masyarakat terhadap kaedah hukum itu dan polaperilaku hukum masyarakat itu sendiri; 2) Bahwa pemahaman hukum masyarakat dipengaruhioleh struktur sosial tempat di mana hukum itu berlaku, karenanya untuk mencapaiterpeliharanya tertib hukum melalui kesadaran hukum masyarakat, maka perlu pula dibenahistruktur masyarakat yang bersangkutan, seperti struktur ekonomi, politik, pendidikan,pertahanan keamanan dan lain sebagainya yang terdapat dalam sistem sosial; 3) Bahwapemberdayaan masyarakat untuk memelihara tertib hukum, tidak hanya dipengaruhi olehfaktor juridis semata, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor non juridis seperti sikap penegakhukum, sarana dan prasarana, budaya hukum dan masyarakat sebagai pemegang peran; 4)Bahwa perlu kiranya untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat agar tertib hukumterpelihara dengan baik disusun suatu kaedah hukum yang sesuai dengan aspirasi masyarakatIndonesia, sesuai dengan asas-asas hukum Indonesia dengan kata lain perlu diperhatikan segisubstansialnya, bukan segi formalnya seperti yang berkembang selama ini

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atauberfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegakhukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegakhukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan.

Geplaas29th August 2013deuryeni saputri0Voeg 'n opmerking by

LaaiDynamic Views-sjabloon. Aangedryf deurBlogger. BERANDA ARTIKEL BERITA EDUKASI FORUM PUSTAKA & HUKUM KONSULTASI LIFESTYLE KMSYAnda di siniHomePustaka & Hukum Panduan Hukum: Pengetahuan tentang Aparat Penegak HukumPanduan Hukum: Pengetahuan tentang Aparat Penegak Hukum0Ditulis olehsoliderpada Sen, 07/14/2014 - 11:18Oleh:Sarli Zulhendra, S.HPanduan ini disusun untuk membantu teman-teman difabel jika berhadapan dengan proses hukum, khususnya jika teman-teman berhadapan dalam proses peradilan pidana, baik sebagai korban, saksi ataupun sebagai tersangka. Agar mudah dipahami, perlu kami jelaskan bahwa proses peradilan pidana adalah proses penegakan hukum terhadap suatu kejahatan (pelanggaran hukum). Sedangkan dalam proses peradilan pidana, negara telah memberikan tugas dan wewenang kepada aparat penegak hukum untuk menjalankan penegakan hukum pidana melalui beberapa aturan hukum di antaranya berupa Undang-Undang RI No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana atau yang sering disebut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan disingkat KUHAP, Undang-Undang No RI No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. adapun penegak hukum tersebut adalah :1. Penyelidik dari lembaga negara bernama Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) yang melakukan penyelidikan[1]2. Penyidik termasuk penyidik pembantu dari lembaga negara bernama Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) yang melakukan penyidikan[2]3. Jaksa penuntut umum dari lembaga negara bernama Kejaksaan Republik Indonesia[3]4. Hakim dan Pengadilan[4]dari lembaga negara bernama Mahkamah Agung Republik Indonesia yang bertugas mengadili perkara5. Petugas pembina narapidana[5]dari lembaga negara bernama Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)6. Selain itu, ada juga aparat penegak hukum yang bekerja sebagai Penasihat Hukum, yakni Advokat atau Pengacara yang berasal dari kantor-kantor advokat atau lembaga bantuan hukum.[6]7. LPSK, lembaga yang memberikan perlindungan kepada saksi dan korbanBerdasarkan proses peradilan pidana, masing-masing aparatur penegak hukum tersebut memiliki fungsi dan wewenang yang berbeda-beda. Adapun fungsi dan wewenang masing-masing aparat penegak hukum tersebut adalah :1. Penyelidik[7] Menerima laporan dan pengaduan dari masyarakat tentang dugaan sedang atau telah terjadinya suatu tindak pidana Mencari keterangan dan barang bukti guna memperjelas apakah suatu peristiwa hukum mengandung adanya suatu tindak pidana Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan identitasnyadan atas perintah penyidik, penyelidik juga dapat melakukan : Penangkapan Larangan meninggalkan tempat Penggeledahan orang atau barang Penyitaan Memeriksa Mengambil sidik jari Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik1. Penyidik[8] Menerima laporan dan pengaduan dari masyarakat tentang dugaan sedang atau telah terjadinya suatu tindak pidana Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka Melakukan penangkapan terhadap seseorang yang berdasarkan alat bukti permulaan diduga telah melakukan tindak pidana/kejahatan atau melakukan penangkapan terhadap seseorang yang tertangkap tangan melakukan tindak pidana[9] Melakukan penahanan terhadap seorang tersangka Melakukan penggeledahan terhadap orang atau barang Melakukan penyitaan terhadap surat atau barang bukti sepeti barang bukti hasil kejahatan atau barang bukti yang digunakan untuk melakukan kejahatan Mengambil sidik jari dan memotret seseorang Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi termasuk saksi korban Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara Menyampaikan surat pemberitahuan dimulainya penyidikan kepada jaksa penuntut umum Melimpahkan berkas perkara kepada jaksa penuntut umum Mengadakan penghentian penyidikan1. Jaksa Penuntut Umum[10] Melakukan Penuntutan (membuktikan dakwaan terhadap terdakwa) dan melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan Menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan oleh penyidik Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu Mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat (3) dan ayat (4) Undang Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik[11] Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik Menyatakan lengkap atau tidak lengkap suatu berkas perkara Membuat surat dakwaan Melimpahkan berkas perkara ke pengadilan negeri Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan Membuat surat tuntutan, membuat tanggapan atas nota pembelaan terdakwa atau penasihat hukum terdakwa Menutup perkara demi kepentingan hukum Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)1. Hakim Hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.[12] Oleh karena hakim menjalankan tugasnya di suatu pengadilan, maka pengadilan memiliki tugas dan kewajiban untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang sudah diajukan ke pengadilan. Menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Menjelaskan bahwa hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili Proses peradilan pidana dilaksanakan oleh peradilan umum di pengadilan negeri dan peradilan militer jika pelaku suatu tindak pidana adalah anggota TNI Pengadilan memeriksa, mengadili dan memutus perkara dalam sidang yang terbuka untuk umum, kecuali untuk perkara kesusilaan dan atau terdakwa dalam perkara tersebut adalah anak. Pengadilan harus membacakan putusan dalam sidang yang terbuka untuk umum tidak terkecuali perkara kesusilaan dan atau terdakwa dalam perkara tersebut adalah anak karena putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.[13]1. Petugas Pembina Narapidana/Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dan Badan Pemasyarakatan (BAPAS). Lembaga Pemasyarakatan adalah suatu lembaga yang berada di bawah kementerian hukum dan ham yang memiliki tugas untuk melaksanakan pembinaan narapidana Narapidana adalah Terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan (pemenjaraan) di LAPAS dan Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.[14] Lembaga Pemasyarakatan harus melakukan pembinaan pemasyarakatan dengan tetap memberikan pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan, pendidikan, pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia terhadap narapidana dan melindungi hak narapidana untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu Selama berada di lembaga pemasyarakatan, narapidana wajib mengikut secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu Selama berada di lembaga pemasyarakatan, narapidana berhak melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani, mendapatkan pendidikan dan pengajaran, mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak, menyampaikan keluhan, mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang, mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan, menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya, mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi), mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga, mendapatkan pembebasan bersyarat, mendapatkan cuti menjelang bebas dan mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.[15] Seorang narapidana dapat dipindahkan dari suatu lembaga pemasyarakatan ke lembaga pemasyarakatan lainnya yang berbeda wilayah guna kepentingan pembinaan, keamanan, ketertiban, proses peradilan dan lainnya yang dianggap perlu. Seorang narapidana dapat keluar sementara dari Lapas dengan syarat harus mendapatkan izin dari kepala Lapas. Misalkan izin keluar lapas karena orangtua narapidana meninggal dunia.[16] Khusus bagi narapidana anak, berdasarkan Undang-Undang No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan seharusnya ditempatkan di lembaga pemasyarakatan anak. hanya saja sampai saat ini negara belum mampu mewujudkan lembaga pemasyarakatan anak di setiap wilayah.1. Advokat atau Pengacara Untuk mewujudkan kekuasaan kehakiman yang bebas dari segala campur tangan dan pengaruh dari luar, memerlukan profesi advokat yang bebas, mandiri dan bertanggungjawab untuk terselenggaranya suatu peradilan yang jujur, adil dan memiliki kepastian hukum bagi semua pencari keadilan dalam menegakkan hukum, kebenaran, keadilan dan hak asasi manusia Advokat atau pengacara adalah termasuk penegak hukum yang dalam proses peradilan pidana tugasnya mendampingi, membantu, membela seseorang baik sebagai tersangka, terdakwa atau sebagai korban atau sebagai saksi yang sedang berhadapan dengan proses hukum. Selama menjalankan tugas dan kewajibannya, advokat atau pengacara dilindungi oleh Undang-Undang RI No 18 Tahun 2003 Tentang Advokat Advokat atau pengacara dalam menjalankan tugasnya harus menjunjung tinggi prinsip kejujuran, adil dan bertanggungjawab berdasarkan hukum dan keadilan terhadap klien Untuk mendapatkan jasa advokat atau pengacara, masyarakat dipersilakan mendatangi kantor advokat atau kantor lembaga bantuan hukum terdekat yang ada di daerah teman-teman difabel Bantuan hukum adalah hak bagi mereka yang tidak mampu atau orang miskin yang tidak dapat memenuhihak dasarsecara layak dan mandiri dan sedang membutuhkan jasa bantuan hukum.[17] Hak dasar yang dimaksud meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.[18] Jasa bantuan hukum adalah HAK bagi masyarakat miskin oleh karenanya dalam memberikan jasa bantuan hukum, advokat atau kantor lembaga bantuan hukum dilarang memungut biaya kepada penerima bantuan hukum1. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)LPSK adalah lembaga yang lahir berdasarkan perintah Undang-Undang RI No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, LPSK memiliki tugas melindungi saksi dan korban dalam proses penegakan hukum pidana terhadap berbagai potensi yang mengancam keamanan saksi dan korban.Korban atau saksi yang merasa terancam jiwanya dan memerlukan perlindungan dari negara ketika menghadapi proses peradilan pidana, bisa mengajukan permohonan perlindungan kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).Aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas dan wewenangnya wajib menghormati, melindungi hak asasi manusia, baik sebagai seorang korban, saksi, tersangka/terdakwa ataupun terpidana. Praktik penegak hukum yang cukup sering melanggar dan tidak melindungi hak asasi manusia harus segera dihapuskan dalam praktik penegakan hukum pidana di negara kita. Seperti, praktik penyiksaan terhadap tersangka atau ancaman terhadap saksi, adalah bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang sering dilakukan aparat penegak hukum.Di bawah ini, ada beberapa istilah yang harus dipahami oleh teman-teman difabel, di antaranya adalah :1. SaksiMenurut Pasal 1 angka 26 Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, menjelaskan bahwa pengertian saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan/atau ia alami sendiri.[19]Pasal 1 angka 26 Undang-Undang RI No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana juga menjelaskan dengan penjelasan yang sama bahwa saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiriSelama ini praktik penegakan hukum pidana, saksi sering kali hanya dibutuhkan sebatas untuk pembuktian saja. Tidak dijadikan faktor dan aktor kunci dalam penegakan hukum pidana. agar saksi mampu menjadi faktor dan aktor kunci dalam penegakan hukum pidana, maka negara harus melindungi keberadaan saksi dan harus mampu menjamin bahwa saksi aman dari segala macam intimidasi. Oleh karenanya negara melengkapi beberapa aturan hukum seperti Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) terkait perlindungan saksi, berupa diberlakukannya Undang-Undang RI No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, maka dalam proses penegakan hukum pidana, saksi memiliki hak-hak yang harus dilindungi, di antaranya :1. Saksi berhak memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga dan harta bendanya serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikannya2. Saksi berhak ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan3. Saksi berhak memberikan keterangan tanpa tekanan4. Saksi berhak mendapatkan penterjemah5. Saksi berhak bebas dari pertanyaan yang menjerat6. Saksi berhak mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus7. Saksi berhak mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan8. Saksi berhak mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan9. Saksi berhak mendapat identitas baru10. Saksi berhak mendapatkan tempat kediaman baru11. Saksi berhak memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan12. Saksi berhak mendapat nasihat hukum dan atau13. Saksi berhak memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas wa