15
Analyst of Pharmacy and Food Lambung Mangkurat Univercity blog's Selasa, 02 Desember 2014 ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROSKOPI PERCOBAAN V ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Analyst of Pharmacy and Food Lambung Mangkurat Univercity Blog

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kimia

Citation preview

Analyst of Pharmacy and Food Lambung Mangkurat Univercity blog's Selasa, 02 Desember 2014ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS LAPORAN PRAKTIKUMANALISIS SPEKTROSKOPIPERCOBAAN VANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

NAMA : MUHAMMAD AMINUDDIN NIM : J0B113221 KELOMPOK : I (SATU) ASISTEN : RIRI ALKAHFI

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANANFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU

2014

PERCOBAAN VANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B DALAM SAMPEL MAKANAN DAN MINUMAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

I. TUJUAN PERCOBAANTujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa memahami prinsip analisis kualitatif dan analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan mampu menentukan kadar dari rhodamin B dalam sampel makanan dan minuman.

II. TINJAUAN PUSTAKADengan mengkomsumsi rhodamin B yang cukup besar dan berulang-ulang akan menyebabkan iritasi pada saluran penapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, ritasi pada pencernaan, keracunan, gangguan fungsi hati dan kanker hati. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Mudjajanto dari Institut Pertanian Bogor (IPB), menemukan zat pewarna rhodamin B pada produk makanan industri rumah tangga seperti kerupuk, sirup, cendol, manisan, sosis, minuman ringan, ikan asap dan kue-kue lainnya (Wirasto, 2008). Beberapa produsen yang menjual makanan dan minuman yang menggunakan zat pewarna rhodamin B yang dilarang tersebut memiliki warna yang cerah, praktis digunakan, harganya relatif murah, serta tersedia dalam kemasan kecil di pasaran untuk memungkinkan masyarakat umum membelinya (Wirasto, 2008).Penggunaan Rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker. Namun demikian, bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B (Yuliarti, 2007).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa zat pewarna telah mengalami perkembangan seperti halnya zat pewarna sintesis yang juga ikut berkembang. Warna dari suatu produk makanan atau minuman merupakan salah satu ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna dapat member petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (Wirasto, 2008). Warna juga merupakan salah satu faktor penentu yang dilihat oleh seseorang sebelum memutuskan untuk memilih suatu barang yang termasuk didalamnya adalah makanan dan minuman. Makanan yang memiliki warna cenderung lebih menarik untuk dipilih konsumen dari pada makanan yang tidak berwarna (Hastomo, 2008).Penggunaan zat pewarna sintesis pada makanan saat ini masih dipertanyakan keamanannya apakah telah memenuhi standar, baik zat pewarna sintesis maupun alami yang digunakan dalam industri makanan harus memenuhi standar nasional dan internasioanal. Zat pewarna yang dilarang digunakan dapat mempengaruhi kesehatan konsumen, seperti timbulnya keracunan akut, kronis dan bahkan kematian. Pada tahap keracunan kronis, dapat terjadi gangguan fisiologis tubuh seperti kerusakan syaraf, gangguan organ tubuh dan kanker (Djarismawati dkk; 2004).Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 lebih zat pewarna berbahaya. Rhodamin B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan (Djarismawati dkk, 2004).Penyalahgunaan rhodamin B sebagai zat pewarna pada makanan masih sering terjadi dilapangan dan diberitakan dimedia masa. Sebagai contoh, rhodamin B ditemukan dalam produk krupuk, jelli/agar-agar, aromanis dan minuman (Budianto, 2008), produk cabe giling, saos serta dalam terasi (Budianto, 2008). Masih banyak lagi produk makanan yang menggunakan zat pewarna rhodamin B yaitu dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Eddy Mudjajanto dari Institut Pertanian Bogor (IPB), menemukan banyak penggunaan zat pewarna rhodamin B pada produk makanan industri rumah tangga seperti kerupuk, makanan ringan, terasi, arumanis, gipang, sirup, biskuit, sosis, makaroni goreng, minuman ringan, cendol, manisan, dan ikan asap (Wirasto, 2008). Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000.

Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen.Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan (Hamdani, 2013). Beberapa produsen makanan dan minuman masih menggunakan zat warna sintesis rhodamin B yang dilarang tersebut untuk produknya dengan alasan zat warna tersebut memiliki warna yang cerah, praktis digunakan, harganya relatif murah, serta tersedia dalam kemasan kecil di pasaran sehingga memungkinkan masyarakat umum untuk membelinya (Budianto, 2008).Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil (Wirasto, 2008). Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai tahun 1984 karena rhodamin B termasuk karsinogen yang kuat. Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian rhodamin B dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati (Budianto, 2008) atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati (Djarismawati dkk, 2004).

III. ALAT DAN BAHANA. AlatAlat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, gelas beker, labu ukur, waterbath, corong, kertas saring, dan Spektrofotometer UV-Visible.B. BahanBahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades, metanol, HCL 0,1 N, Na-sulfat anhidrat, asam asetat, NaOH 10%, eter, sampel saos dan sampel minuman.IV. PROSEDUR KERJAA. Analisis Kualitatifa. Preparasi sampel Minuman tak beralkohol1. Sampel diasamkan dengan asam asetat. Makanan larut dalam air (saos)1. Sampel dilarutkan dalam 30 mL air.b. Cara uji Reaksi khusus untuk Rhodamin B1. Ditambahkan 1 mL NaOH 10% ke dalam kedua sampel sampai basa.2. Ditambahkan 2 mL eter, lalu digojog dan dipisahkan. Ambil lapisan eternya.3. Ditambahkan 2 mL HCL 10% secukupnya. Amati hasil yang terjadi.

B. Analisis Kuantitatifa. Preparasi sampel1. Ditimbang 2 gram sampel lalu dimasukkan ke dalam cawan penguap.2. Ditambahkan 16 tetes HCL.3. Ditambahkan 30 mL metanol.4. Dilelehkan diatas water bath lalu disaring dengan kertas saring.5. Ditambahkan Na-sulfat anhidrat.6. Disaring kembali, lalu amati dengan spektrofotometri UV-Vis.b. Pembuatan larutan baku1. Dibuat larutan baku rhodamin B dengan konsetrasi 100 ppm.2. Dari larutan tersebut dibuat larutan baku 10 ppm.3. Selanjutnya dibuat satu seri larutan baku dengan konsentrasi masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ppm, sebagai pelarut digunakan larutan HCl 0,1 N dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N.c. Penetapan kadar zat warna Rhodamin B1. Masing-masing larutan diukur secara spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 557 nm.2. Dihitung kadar rhodamin B dalam sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi : y = ax+b.

V. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasila. Uji KualitatifNo.Nama SampelHasil Uji

1.Minuman 1Negatif (-)

2.Minuman 2Negatif (-)

3.Saos 1Negatif (-)

4.Saos 2Negatif (-)

b. Uji KuantitatifNo.Nama SampelPanjang gelombang maksimum ( maks)KonsentrasiAbsorbansi

1.Larutan blangko557 nm0,20,422

0,40,711

0,60,033

0,80,505

11,855

2.Saos 1557 nm-0, 102

3.Saos 2557 nm-0,094

4.Minuman 1Hasil : negatif--

5.Minuman 2Hasil : negatif--

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi pada rhodamin B

c. Perhitungan :Untuk larutan KNO2 dan KNO3Diketahui: Absorbansi sampel saos 1 = 0,102 Absorbansi sampel saos 2 = 0,094 y = 0,266x - 0,092Absorbansi = yDitanya: x (konsentrasi) = ..?Penyelesaian:Untuk sampel saos 1y = 0,266x - 0,0920,102 = 0.266x - 0,0920,102 + 0,092 = 0.266x0,194 = 0,266x0,194 = x0.266= 0,729 ppm

Untuk sampel saos 2y = 0,266x - 0,0920,094 = y = 0,266x - 0,0920,094 + 0,092 = 0,266x0,186 = 0,266x0,186= x0,266= 0,699 ppm

B. PembahasanPercobaan ini berjudul Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Rhodamin B dengan Spektrofotometer Uv-Vis. Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa memahami prinsip analisis kualitatif dan analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan mampu menentukan kadar dari rhodamin B dalam sampel makanan dan minuman.Sampel yang digunakan adalah saos dan minuman yang ada di sekolah-sekolah. Rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang biasa digunakan pada tekstil. Dengan mengkomsumsi rhodamin B yang cukup besar dan berulang-ulang akan menyebabkan iritasi pada saluran penapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi pada pencernaan, keracunan, gangguan fungsi hati dan kanker hati. Spektrofotometer Uv-Vis merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan instrumen molekul dengan radiasi elektromagnetik, yang energinya sesuai. Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat aksitan. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada suatu macam gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang merupakan garis spektrum. Berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia) sebagian dipantulkan (Ir) dan sebagian lagi dipancarkan (It). Alasan menggunakan metode analisis spektrofotometri UV-Vis adalah karena senyawa rhodamin B memiliki gugus kromofor yaitu gugus dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak seperti gugus karboksil, senyawa aromatik dan juga memiliki gugus auksokrom yaitu gugus yang memiliki pasangan elektron bebas seperti NR2.Pada identifikasi rhodamin B ini digunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif ini berfungsi untuk mengetahui keberadaan rhodamin B dalam sampel saos dan minuman, yaitu menggunakan pereaksi kimia yang merupakan salah satu teknik dengan melihat hasil dari warna saat ditambahkan pereaksi kimia tersebut, jika sesuai dengan standar maka positif mengandung rhodamin B, jika tidak sesuai maka negatif mengandung rhodamin B. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar rhodamin B dalam sampel karena berdasakan uji kualitatif, sampel mengandung rhodamin B. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah spektrofotometri UV-Vis. Hasil yang didapatkan dalam percobaan ini adalah untuk uji analisis kualitatif pada sampel minuman 1 dan minuman 2 negatif mengandung rhodamin B, karena setelah sampel ditambah 1 mL NaOH 10%, ditambah 2 mL eter, digojog dan dipisahkan, kemudian diambil lapisan eternya dan ditambah 2 mL HCl 10% secukupnya tidak terjadi warna merah dilapisan bawah (lapisan asam). Sedangkan pada sampel saos 1 dan 2 positif mengandung mengandung rhodamin B namun dalam jumlah yang sangat sedikit karena sedikit terjadi warna merah di lapisan bawah (lapisan asam). Pada analisis kuantitatif didapatkan hasil untuk sampel minuman 1 dan minuman 2 negatif mengandung rhodamin B karena saat pemanasan di water bath tidak larut dan masih menggumpal, sehingga tidak perlu dianalisis memakai spektrofotometri uv-vis. Sedangkan pada saos 1 dan saos 2 dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri uv-vis karena saos yang di uji larut saat pemanasan berarti positif mengandung rhodamin B namun dalam jumlah yang sangat sedikit. Hasil dari spektrofotometri uv-vis untuk sampel saos 1 pada panjang gelombang 557 nm menunjukkan absorbansi 0,102 dan pada saos 2 menunjukkan absorbansi 0,094. Pada perhitungan regresi y = ax + b didapatkan hasil pada saos 1 mengandung rhodamin B sebesar 0,729 ppm dan pada saos 2 mengandung rhodamin B sebesar 0,699 ppm.

V. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah :1. Hasil kualitatif yang didapatkan pada sampel saos 1 dan 2 positif mengandung rhodamin B namun dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga dianggap negatif, sedangkan minuman 1 dan 2 negatif mengandung rhodamin B.2. Hasil kuantitatif yang didapatkan pada pada sampel minuman 1 dan 2 negatif mengandung rhodamin B, sedangkan sampel saos 1 dan 2 positif mengandung rjotamin B namun dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga dianggap negatif.3. Pada perhitungan didapatkan hasil pada saos 1 mengandung rhodamin B sebesar 0,729 ppm dan pada saos 2 mengandung rhodamin B sebesar 0,699 ppm.

DAFTAR PUSTAKABudianto, P. E. 2008. Analisis Rhodamin B Dalam Saos dan Cabe Giling Di Pasaran Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta dengan dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta,Surakarta.Djarismawati., Sugiharti., dan R. Nainggolan. 2004. Pengetahuan Perilaku Pedagang Cabe Merah Giling dalam Penggunaan Rhodamin B di Pasar Tradisional di DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. 3:7-12.Hamdani. 2013. Available online at http://catatankimia.com/catatan/rhodamin-b.html [Diakses tanggal 23-11-14].

Hastomo, A. E. 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow Dalam Jelly Di Pasaran Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.Wirasto. 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam Minuman Jajanan Anak SD di Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, SurakartaYuliarti, N. 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Andi Offset. Yogyakarta.Diposkan oleh Muhammad Aminuddin di 02.00 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: Analisis Spektroskopi Tidak ada komentar:Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Sekarang Jam :Anda Pengunjung Ke-29788 Asmaul HusnaLabel Analisis Spektroskopi Antibiotik TerjemahkanDiberdayakan oleh TerjemahanMengenai Saya

Muhammad Aminuddin Lihat profil lengkapku Asal Daerah

The Holy Qur'anAdakah mereka melihat yang ghaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah?,(QS. MARYAM:78)

widget lain Entri Populer Antibiotik Sefalosporin Antibiotik Makrolida Gologan Sulfonamida Arsip Blog 2014 (5) Desember (5) ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DEN... ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF RHODA... MENGENAL DAN KALIBRASI ALAT SPEKTROFOTOMETER FOURI... PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN TAK BERWARNA DENGAN ... PENGENALAN INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS, KALI... 2013 (2) 2012 (2)

divine-music.info

Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.